• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Taksiran Berat Janin dari Ibu anemia dengan Ibu Tidak Anemia Berdasarkan rumus Niswander di Puskesmas Kentara Kab. Dairi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbedaan Taksiran Berat Janin dari Ibu anemia dengan Ibu Tidak Anemia Berdasarkan rumus Niswander di Puskesmas Kentara Kab. Dairi"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

Perbedaan Taksiran Berat Janin Dari Ibu Anemia Dengan Ibu Tidak

Anemia Berdasarkan Rumus Niswander

Di Puskesmas Kentara Kab.Dairi

Hanna Hutabarat

SKRIPSI

Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara

(2)
(3)

JUDUL : Perbedaan Taksiran Berat Janin dari Ibu anemia dengan

Ibu Tidak Anemia Berdasarkan rumus Niswander di

Puskesmas Kentara Kab. Dairi

NAMA : Hanna Hutabarat

NIM : 071101109

FAKULTAS : Keperawatan

TAHUN AKADEMIK : 2011/2012

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan taksiran berat janin

dari ibu anemia dengan ibu tidak anemia di Puskesmas Kentara Kabupaten Dairi.

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil dengan teknik pengambilan sampel

menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 20

Januari sampai 20 Maret 2012 dengan menggunakan kuisioner data demografi serta

melakukan pengukuran kadar Hb dan taksiran berat janin dengan menggunakan rumus

Niswander dari hasil pemeriksaan TFU. Hasil analisa data disajikan dalam bentuk

distribusi frekuensi dan persentase.

Mayoritas responden ibu anemia berusia 20 – 35 tahun (81,8%), usia kehamilan

28 – 31 minggu (68%), sebagian responden multigravida (81,8%) dengan jarak

kehamilan 1 – 2 tahun (72,7%) dan berpendidikan SMP (45,5%) dan setengah

responden berpenghasilan diatas Rp. 1.000.000,- sedangkan mayoritas responden ibu

tidak anemia berusia 20 – 35 tahun (77,3%), usia kehamilan 32 – 35 minggu (54,5%),

sebagian besar multigravida (54,5%) dan mayoritas berpendidikan SMA dan Sarjana

(45,5%) pekerjaan wirawasta (31,8%) dan berpenghasilan diatas Rp. 1.000.000,-

Hasil penelitian statistik menggunakan uji T-tes menunjukkan terdapat

perbedaan yang siknifikan antara taksiran berat janin ibu anemia dengan ibu tidak

anemia.

(4)

TITLE : Differences Estimated Fetal Weight of anemia with Mother

Mother No Anemia Based on the formula Niswander District at

the health center Kentara Dairi

NAME : Hanna Hutabarat

NIM : 071101109

FACULTY : Nursing

ACADEMIC YEAR : 2011/2012

ABSTRACT

This study aims to identify differences in fetal weight estimates of maternal

anemia with maternal anemia not Dairi was clear at the health center. The population in

this study were pregnant women with a sampling technique using purposive sampling.

The data was collected on January 20 to March 20, 2012 using a questionnaire with

demographic data and perform measurements of hemoglobin concentration and

estimated fetal weight using the formula from the results of the SFH Niswander. The

results of data analysis are presented in the form of frequency distributions and

percentages.

The majority of maternal anemia respondents aged 20-35 years (81.8%),

gestational age 28-31 weeks (68%), most respondents multigravida (81.8%) with a

range of pregnancy 1-2 years (72.7%) and junior high school education (45.5%) and

half of the respondents earning more than Rp. 1,000,000, - while the majority of

respondents did not anemic mothers aged 20-35 years (77.3%), gestational age 32-35

weeks (54.5%), most of the multigravida (54.5%) and the majority of high school

educated and undergraduate (45.5%) Wirawasta work (31.8%) and income above Rp.

1,000,000, -

The results of statistical studies using test T-test showed there were significant

differences between the estimated fetal weight mothers with maternal anemia is anemia.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

pertolonganNya selalu menyertai penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini dengan judul “ Perbedaan Taksiran Berat Janin Ibu anemia dengan Ibu Tidak

Anemia Berdasarkan rumus Niswander di Puskesmas Kentara Kab. Dairi”. Skripsi ini

disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan Sarjana

Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Penyusunan skripsi penelitian ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan,

dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara dan Erniyati, S.Kp,MNS selaku Dekan I Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara.

2. Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku dosen pembimbing skripsi penelitian penulis

yang penuh keiklasan dan kesabaran telah memberikan arahan, bimbingan dan ilmu

yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi penelitian ini.

3. Bapak Ikhsanuddin Harahap, S.Kp, MNS selaku dosen penasehat akademik peneliti.

4. Bapak Mula Tarigan, S.Kp, M.Kes, selaku dosen penguji I dan ibu Siti Saidah,

NST, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat selaku dosen penguji II yang dengan teliti memberikan

masukan berharga dalam perbaikan Skripsi ini.

5. Teristimewa kepada keluargaku tercinta Bapak J.Hutabarat, ibu saya R. Lumbangaol

dan kepada seluruh keluarga yang telah memberikan cinta, doa, dukungan, dorongan

(6)

6. Rekan-rekan Mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara,

khususnya stambuk 2007 yang telah memberikan semangat dan masukan dalam

skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu semua masukan ataupun kritikan yang bersifat membangun sangat

diharapkan penulis dari pembaca sekalian. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi

ini dapat berguna bagi para pembaca sekalian.

Medan, Juli 2012

Penulis

Hanna Hutabarat

(7)

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan Penelitian ... i

Abstrak ... iii

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... x

Daftar Skema ... xi

BAB 1. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1

2. Perumusan Masalah ... 4

3. Tujuan Penelitian... 4

4. Pertanyaan penelitian ... 5

5. Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Hemoglobin... 6

1.1.Pengertian Hemoglobin ... 6

1.2.Anemia Pada Kehamilan ... 6

1.2.1. Patofisiologi Anemia Pada Kehamilan ... 7

1.3.Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Kehamilan ... 8

1.4.Pengaruh Anemia Pada Kehamilan ... 11

1.5.Diaknosis Anemia pada Kehamilan ... 12

1.5.1. Pemeriksaan Fisik ... 12

1.5.2. Pemeriksaan Laboratorium... 13

1.6.Penatalaksanaan Anemia Pada Kehamilan ... 14

1.6.1. Diet kaya zat besi dan nutrisi yang adekuat ... 15

1.6.2. Pemberian zat besi oral ... 15

1.6.3. Pemberian zat besi par-enteral ... 17

2. Berat Janin ... 17

2.1.Pertumbuhan Berat Janin ... 17

2.2.Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Berat Badan Bayi ... 19

(8)

2.2.2. Faktor Eksternal (Lingkungan) ... 19

2.3.Identifikasi Berat Badan Janin ... 21

2.3.1. Tinggi Fundus Uteri ... 21

2.3.2. Ultasonografi ... 22

2.3.3. Pemeriksaan USG Pada Kehamilan Trimester II dan III ... 22

BAB 3. KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Konseptual ... 27

2. Defenisi Operasional ... 29

3. Hipotesa Penelitian ... 29

BAB 4. METODE PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 30

2. Populasi dan Sampel ... 30

2.1.Populasi ... 30

2.2.Sampel ... 30

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

4. Pertimbangan Etik ... 32

5. Instrument Penelitian ... 33

6. Pengumpulan Data ... 33

7. Analisa ... 35

BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian ... 37

1.1.Data Umum ... 37

1.1.1. Karakteristik ibu hamil ... 38

1.1.2. Karakteristik taksiran berat janin ibu anemia dan ibu tidak anemia ... 40

1.1.3. Distribusi data demografi terhadap taksiran berat janin ibu anrmia dan tidak anemia ... 40

2. Data khusus ... 42

2.1.Perbedaan taksiran berat janin ibu anemia dan ibu tidak anemia ... 42

3. Pembahasan ... 43

3.1.Karakteristik ibu hamil... 43

(9)

3.3.Perbedaan taksiran berat janin ibu anemia dengan ibu tidak anemia ... 49

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan hasil penelitian... 51

2. Saran... 53

2.1.Bagi pendidikan keperawatan... 53

2.2.Praktek keperawatan ... 53

3. Penelitian selanjutnya ... 54

Daftar Pustaka Lampiran

1. Data Responden (Data Makro)

2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

3. Instrument Penelitian

4. Jadwal Penelitian

5. Taksasi Dana

6. Lembar Bukti Bimbingan

7. Daftar Riwayat Hidup

8. Surat Pengambilan Data Dari Fakultas Keperawatan USU

(10)

DAFTAR TABEL

1. Kriteria Kadar Hb Menurut WHO ... 13

2. Pertumbuhan Janin ... 18

3. Perhitungan Usia Kehamilan berdasarkan DBP ... 23

4. Perhitungan Usia Kehamilan berdasarkan panjang Femur ... 24

5. Penentuan Usia Kehamilan Berdasarkan Pengukuran Biometri Janin ... 25

6. Defenisi Operasional ... 29

7. Distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik Hb ibu hamil ... 38

8. Taksiran berat janin ... 40

9. Distribusi frekuensi taksiran berat janin ... 41

(11)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka Konseptual penelitian pengaruh kadar hemoglobin ibu hamil terhadap taksiran berat janin berdasarkan rumus Niswander di Poskesdes

Rumah Ijuk Kab.Dairi ...

(12)

JUDUL : Perbedaan Taksiran Berat Janin dari Ibu anemia dengan

Ibu Tidak Anemia Berdasarkan rumus Niswander di

Puskesmas Kentara Kab. Dairi

NAMA : Hanna Hutabarat

NIM : 071101109

FAKULTAS : Keperawatan

TAHUN AKADEMIK : 2011/2012

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan taksiran berat janin

dari ibu anemia dengan ibu tidak anemia di Puskesmas Kentara Kabupaten Dairi.

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil dengan teknik pengambilan sampel

menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 20

Januari sampai 20 Maret 2012 dengan menggunakan kuisioner data demografi serta

melakukan pengukuran kadar Hb dan taksiran berat janin dengan menggunakan rumus

Niswander dari hasil pemeriksaan TFU. Hasil analisa data disajikan dalam bentuk

distribusi frekuensi dan persentase.

Mayoritas responden ibu anemia berusia 20 – 35 tahun (81,8%), usia kehamilan

28 – 31 minggu (68%), sebagian responden multigravida (81,8%) dengan jarak

kehamilan 1 – 2 tahun (72,7%) dan berpendidikan SMP (45,5%) dan setengah

responden berpenghasilan diatas Rp. 1.000.000,- sedangkan mayoritas responden ibu

tidak anemia berusia 20 – 35 tahun (77,3%), usia kehamilan 32 – 35 minggu (54,5%),

sebagian besar multigravida (54,5%) dan mayoritas berpendidikan SMA dan Sarjana

(45,5%) pekerjaan wirawasta (31,8%) dan berpenghasilan diatas Rp. 1.000.000,-

Hasil penelitian statistik menggunakan uji T-tes menunjukkan terdapat

perbedaan yang siknifikan antara taksiran berat janin ibu anemia dengan ibu tidak

anemia.

(13)

TITLE : Differences Estimated Fetal Weight of anemia with Mother

Mother No Anemia Based on the formula Niswander District at

the health center Kentara Dairi

NAME : Hanna Hutabarat

NIM : 071101109

FACULTY : Nursing

ACADEMIC YEAR : 2011/2012

ABSTRACT

This study aims to identify differences in fetal weight estimates of maternal

anemia with maternal anemia not Dairi was clear at the health center. The population in

this study were pregnant women with a sampling technique using purposive sampling.

The data was collected on January 20 to March 20, 2012 using a questionnaire with

demographic data and perform measurements of hemoglobin concentration and

estimated fetal weight using the formula from the results of the SFH Niswander. The

results of data analysis are presented in the form of frequency distributions and

percentages.

The majority of maternal anemia respondents aged 20-35 years (81.8%),

gestational age 28-31 weeks (68%), most respondents multigravida (81.8%) with a

range of pregnancy 1-2 years (72.7%) and junior high school education (45.5%) and

half of the respondents earning more than Rp. 1,000,000, - while the majority of

respondents did not anemic mothers aged 20-35 years (77.3%), gestational age 32-35

weeks (54.5%), most of the multigravida (54.5%) and the majority of high school

educated and undergraduate (45.5%) Wirawasta work (31.8%) and income above Rp.

1,000,000, -

The results of statistical studies using test T-test showed there were significant

differences between the estimated fetal weight mothers with maternal anemia is anemia.

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat terbesar di dunia terutama

pada kelompok wanita usia reproduksi. Bagi ibu hamil, anemia berperan pada

peningkatan prevalensi kematian dan kesakitan ibu, dan bagi bayi dapat meningkatkan

resiko kesakitan dan kematian bagi bayi, serta berat badan bayi rendah (Endang,2008).

Anemia pada kehamilan di Indonesia cukup tinggi dengan angka nasional 67 %

dari semua ibu hamil dengan variasi yang berbeda-beda pada setiap daerah. ±50% atau

1 antara 2 ibu hamil di Indonesia menderita anemia yang sebagian besar kurang zat besi

(Hadi, 2005).

Anemia pada ibu hamil bisa disebabkan karena kurangnya elemen untuk

pembentukan darah, misalnya zat besi, asam folat, dan vitamin B12, tetapi yang sering

terjadi anemia karena kekurangan zat besi (Rukiyah, 2010).

Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan

hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan (abortus, partus immatur dan

prematur), gangguan proses persalinan (inertia, atonia, partus lama, pendarahan atonis),

gangguan pada masa nifas (sub involusi rahim, daya tahan terhadap infeksi dan stress,

kurang produksi ASI rendah), dan gangguan janin (abortus, dismaturitas, mikrosomi,

(15)

Anemia pada kehamilan juga dapat menimbulkan masalah pada janin. Gangguan

yang ditimbulkan dapat menghambat pertumbuhan janin dalam rahim, baik sel tubuh

dan sel otak di dalam kandungan, prematur, berat badan lahir rendah (BBLR), lahir

dengan keadaan anemia, mudah terinfeksi pertumbuhan setelah hamil mengalami

hambatan (Manuaba, 2001). Pada kasus pertumbuhan janin terhambat, janin hanya

menerima sejumlah oksigen sehingga dapat berakibat denyut jantung janin menjadi

abnormal dan janin beresiko tinggi mengalami kematian (Andonotopo, (2005).

Berdasarkan hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1995

menunjukkan bahwa 51% ibu hamil yang menderita anemia mempunyai kecenderungan

melahirkan bayi dengan berat badab lahir rendah (BBLR) (Lubis, 2003).

Di Indonesia diperkirakan mencapai 350.000 bayi setiap tahunnya mengalami

berat badan lahir rendah disebabkan karena ibu mengalami kekurangan nutrisi pada saat

hamil (Hadi, 2005) sedangkan di Propinsi Sumatera Utara pada tahun 2005 dari jumlah

lahir 274.795 terdapat 2.623 bayi yang mengalami berat badan rendah dalam bentuk

persentase 0,95% (Profil Kesehatan, 2005). Persentase di Sumatera Utara memang

rendah bila dibandingkan dengan wilayah Indonesia yang lain tetapi cenderung bisa

meningkat bila tidak ditangani oleh petugas kesehatan.

Hasil penelitian Latifah tentang pengaruh kadar hemoglobin ibu hamil terhadap

taksiran berat janin di RSU. Dr. Pirngadi Medan tahu 2007 dengan menggunakan rumus

Jhonson terdapat hubungan yang tidak signifikan terhadap taksiran berat janin (P>0.05)

(Latifah, 2007). Maka peneliti menggunakan rumus Niswander untuk melihat perbedaan

taksiran berat janin ibu anemia dengan ibu tidak anemia di Puskesmas Kentara

(16)

Taksiran berat badan janin harus diketahui sebelum bayi lahir. Berdasarkan

survey awal yang peneliti lakukan sebelum penelitian dari pendataan di Puskesmas

Kentara Kabupaten Dairi bahwa jumlah pasien ibu hamil yang memeriksakan

kehamilan mulai Januari-Desember 2011 sebayak 196 orang dan kejadian anemia masih

banyak ditemukan di kecamatan kentara. Karkteristik masyarakat mempunyai tingkat

ekonomi dan pendidikan masih rendah. Tingkat ekonomi dan pendidikan rendah dapat

mempengaruhi kejadian anemia karena mencakup pengetahuan dan kemampuan

memenuhi makanan bergizi dan suplemen tambahan yang dibutuhkan pada saat hamil

(Hasibuan, 1997 dalam Sidabuke, 2003).

Tingginya angka kejadian anemia pada ibu hamil di Indonesia dengan tingginya

angka kejadian anemia di Kentara kecamatan Laeparira dan perbedaan penelitian

sebelumnya tentang pengaruh anemia terhadap pertumbuhan janin serta pentingnya

mengkaji berat badan untuk memantau pertumbuhan janin.sehingga peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian untuk melihat perbedaan taksiran berat janin ibu anemia

dengan ibu tidak anemia dan tinggi fundus uteri ; berdasarkan rumus Niswander di

Puskesmas Kentara Kabuapaten Dairi dan juga belum pernah ada dilakukan di

Puskesmas kentara Kabupaten Dairi.

2. Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang diuraikan di atas, maka permasalahan yang

diteliti adalah apakah ada perbedaan taksiran berat janin Ibu anemia dengan ibu tidak

anemia di Puskesmas Kentara kabupaten Dairi ?

(17)

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan Taksiran

berat janin ibu anemia dengan Ibu tidak anemia.

3.2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi Hb ibu hamil di Puskesmas Kentara Kabupaten Dairi

2. Mengidentifikasi taksiran berat janin ibu anemia berdasarkan rumus Niswander di

Puskesmas Kentara Kabupaten Dairi

3. Mengidentifikasi taksiran berat janin ibu tidak anemia berdasarkan rumus

Niswander di Puskesmas Kentara Kabupaten Dairi.

4. Pertayaan Penelitian

1. Berapa kadar Hb ibu hamil di Puskesmas Kentara Kabupaten Dairi

2. Berapa taksiran berat janin ibu anemia berdasarkan rumus Niswander di Puskesmas

Kentara Kabupaten Dairi.

3. Berapa taksiran berat janin ibu tidak anemia berdasarkan rumus Niswander di

Puskesmas Kentara Kabupaten Dairi.

5. Manfaat Penelitian

1. Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi dan bahan

pengajaran untuk mata kuliah keperawatan martenitas khususnya mengenai perbedaan

taksiran berat janin dari ibu anemia dengan ibu tidak anemia berdasarkan rumus

(18)

2. Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan data dan informasi tentang pebedaan

taksiran berat janin dari ibu anemia dengan ibu tidak anemia berdasarkan rumus

Niswander sehingga dapat dingunakan sebagai data dalam Praktek keperawatan

khususnya maternitas.

3. Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi dan data untuk penelitian

selanjutnya tentang perbedaan taksiran berat janin dari ibu anemia dengan ibu tidak

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Hemoglobin

1.1.Pengertian Hemoglobin

Hemoglobin merupakan pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah

merah, merupakan protein yang mempunyai berat molekul 64.450. Berbentuk bulat

yang terdiri dari 4 sub unit mengandung heme (suatu derivate porifirin yang

mengandung besi) yang berkonjugasi dengan suatu polipeptida yang secara kolektif

disebut globin (Ganong, 2002, Brunner & Suddart, 2001).

1.2.Anemia Pada Kehamilan

Anemia adalah penurunan jumlah sel darah merah atau penurunan konsentrasi

hemoglobin didalam sirkulasi darah. Kadar hemoglobin kurang dari 12 gram/dl untuk

wanita tidak hamil dan kurang dari 11 gram/dl untuk wanita hamil (Varney, 2006).

Anemia pada kehamilan adalah suatu keadaan dimana terjadi kekurangan darah

merah dan menurunnya hemoglobin kurang dari 11 gr/dl. Pada trimester I dan III kadar

Hemoglobin kurang dari 11 gr/dl, pada trimester II kadar hemoglobin kurang dari 10,5

gr/dl. Pada ibu hamil anemia yang sering terjadi yaitu anemia defisiensi besi, defisiensi

asam folat (Tarwoto, 2007).

Di Indonesia anemia pada kehamilan umumnya anemia defisiensi besi, yaitu

anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat

(20)

1.2.1. Patofisiologi Anemia Pada Kehamilan

Perubahan hermatologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena

perubahan sirkulasi yang semakin meningkat terhadap plasenta dan pertumbuhan

payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester II kehamilan dan

maksimum terjadi pada bulan ke-9 dan meningkat sekitar 1000 ml, menurun sedikit

menjelang atern serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang

meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasma, yang menyebabkan peningkatan

sekresi aldesteron (Rukiah, 2010).

Selama kehamilan kebutuhan tubuh akan zat besi meningkat sekitar 800-1000

mg untuk mencukupi kebutuhan seperti terjadi peningkatan sel darah merah

membutuhkan 300-400 mg zat besi dan mencapai puncak pada usia kehamilan 32

minggu, janin membutuhkan zat besi sekitar 100-200 mg dan sekitar 190 mg terbuang

selama melahirkan. Dengan demikian jika cadangan zat besi sebelum kehamilan

berkurang maka pada saat hamil pasien dengan mudah mengalami kekurangan zat besi

(Riswan, 2003).

Gangguan pencernaan dan absorbs zat besi bisa menyebabkan seseorang

mengalami anemia defisiensi besi. Walaupun cadangan zat besi didalam tubuh

mencukupi dan asupan nutrisi dan zat besi yang adikuat tetapi bila pasien mengalami

gangguan pencernaan maka zat besi tersebut tidak bisa diabsorbsi dan dipergunakan

oleh tubuh (Riswan, 2003).

Anemia defisiensi besi merupakan manifestasi dari gangguan keseimbangan zat

besi yang negatif, jumlah zat besi yang diabsorbsi tidak mencukupi kebutuhan tubuh.

(21)

cadangan besi dalam jaringan cadangan. Pada saat cadangan besi itu habis barulah

terlihat tanda dan gejala anemia defisiensi besi (Riswan, 2003).

Berkembangnya anemia dapat melalui empat tingkatan yang masing-masing

berkaitan dengan ketidaknormalan indikator hematologis tertentu. Tingkatan pertama

disebut dengan kurang besi laten yaitu suatu keadaan dimana banyaknya cadangan besi

yang berkurang dibawah normal namun besi didalam sel darah merah dari jaringan tetap

masih normal. Tingkatan kedua disebut anemia kurang besi dini yaitu penurunan besi

cadangan terus berlangsung sampai atau hampir habis tetapi besi didalam sel darah

merah dan jaringan belum berkurang. Tingkatan ketiga disebut dengan anemia kurang

besi lanjut yaitu besi didalam sel darah merah sudah mengalami penurunan namun besi

dan jaringan belum berkurang. Tingkatan keempat disebut dengan kurang besi dalam

jaringan yaitu besi dalam jaringan sudah berkurang atau tidak ada sama sekali

(Kusharto, 1992).

1.3.Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Kehamilan

Anemia pada kehamilan yang terjadi pada trimester pertama sampai ketiga dapat

dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:

Status gizi ibu pada saat hamil mempengaruhi berat badan janin dalam

kandungan, apabila status gizi buruk, baik sebelum kehamilan dan selama kehamilan

akan menyebabkan berat badan lahir rendah (BBLR), disamping itu akan

mengakibatkan terhambatnya otak janin, anemia pada bayi baru lahir. Bayi baru lahir

akan mudah terkena infeksi (Supariasa, 2001).

Asupan gizi sangat menentukan kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya.

(22)

dengan kebutuhan wanita normal, peningkatan gizi untuk (mammae), volume darah

,plasenta,air ketuban dan pertumbuhan janin. Makanan yang dikomsumsi ibu hamil

akan digunakan untuk pertumbuhan janin sebesar 40% dan sisanya 60% digunakan

untuk pertumbuhan ibunya. Secara normal ibu hamil akan mengalami kenaikan berat

badan sebesar 11-13Kg. Hal ini terjadi karena kebutuhan asupan makanan ibu hamil

meningkat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan (Huliana, 2001)

Faktor umur ibu hamil berkontribusi terhadap kejadian anemia selama hamil,

Ibu hamil yang berusia kurang dari 20 tahun masih membutuhkan zat besi lebih untuk

keperluan kebutuhan pertumbuhan diri sendiri dan juga untuk janinnya. Oleh karena itu,

hamil di usia 20 tahun dengan asupan gizi yang tidak adekuat memiliki resiko anemia

defisiensi besi penelitian Nelwanti (2005) menemukan bahwa ibu hamil yang menderita

anemia paling bayak pada usia resiko yaitu kurang dari 20 tahun sebesar 58%

(Nelwanti, 2005).

Paritas secara luas mencakup gravid/jumlah kehamilan yaitu kehamilan yang

berulang atau jumlah partus yang banyak lebih meningkat kejadian anemia akibat

banyaknya darah yang keluar selama proses persalinan, angka kejadian pada kehamilan

makin tinggi dengan semakin tingginya paritas (Hasibuan, 1997 dalam Sidabuke, 2003).

Penelitian Sidabuke (2003) menjelaskan bahwa terjadi peningkatan anemia pada ibu

hamil dengan paritas ≥ 5 sebesar 36,23%.

Jarak antara kehamilan yang pendek (kurang dari 2 tahun) mempunyai resiko

untuk menderita anemia menurut anjuran yang dikeluarkan oleh badan koordinasi

keluarga berencana (BKKBN) jarak kelahiran yang ideal adalah 2 tahun atau lebih

karena jarak kelahiran yang pendek akan menyebabkan seorang ibu belum cukup untuk

(23)

jarak kehamilan resiko terjadi anemia makin meningkat (Hasibuan, 1997 dalam

Sidabuke, 2003).

Faktor yang menggambarkan tingkat sosio ekonomi salah satunya adalah

tingkat pendidikan dan pekerjaan. Tingkat sosio ekonomi yang rendah dapat

mempengaruhi kejadian anemia. Angka kejadian anemia pada ibu-ibu dengan kelompok

pekerjaan suami (petani, nelayan, pekerja lepas) lebih tinggi dari kelompok pekerjaan

suami (pegawai negeri, swasta dan dagang). Hal ini mencakup kemampuan dalam hal

membeli dan memenuhi makanan bergizi dan suplemen tambahan yang dibutuhkan

pada saat hamil (Hasibuan, 1997 dalam Sidabuke, 2003). Ibu hamil yang berpendidikan

rendah menderita anemia sebanyak 60%, sedangkan ibu hamil yang berpendidikan

tinggi menderita sebanyak 17,4% (Fishkar dkk, 1993 dalam Nelwanti, 2004).

Pemeriksaan Antenatal Care, pada pemeriksaan antenatal dilakukan pemantauan

dan pemeriksaan terhadap keadaan anemia pada ibu hamil sehingga apabila ibu

menderita gejala anemia dapat dideteksi sedini mungkin dengan pemeriksaan antenatal

yang secara teratur untuk diberi penanganan segera. Pada pemeriksaan ini tablet

penambahan darah (tablet Fe) juga diberikan pada ibu yang tidak mengalami anemia

untuk mencegah terjadinya anemia. Pada beberapa penelitian yang sudah dilakukan

bahwa jumlah penderita semakin menurun pada kelompok yang sering mengunjungi

klinik antenatal dan meningkat pada kelompok yang tidak melakukan pemeriksaan

antenatal (Hasibuan, 1997 dalam Sidabuke, 2003).

1.4. Pengaruh Anemia Dalam Kehamilan

Pengaruh anemia kehamilan pada ibu dapat menyebabkan resiko dan komplikasi

antara lain: anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan

(24)

kali lebih besar disbanding ibu hamil yang tidak anemia (Chi et al, 1981 dalam Riswan,

2003) terutama karena pendarahan dan atau sepsis. Dari beberapa penelitian di Asia

disimpulkan bahwa anemia memberikan kontribusi minimal 23% dari total kematian ibu

di Asia (Ross & Thomas dalam Lubis, 2003).

Pada saat proses persalinan, masalah yang timbul adalah persalinan sebelum

waktunya (prematur), pendarahan setelah persalinan dengan operasi cenderung

meningkat (Lubis, 2003).

Anemia pada ibu hamil juga mempengaruhi proses pertumbuhan janin. Akibat

yang ditimbulkan seperti keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat

bawaan, anemia pada bayi asfiksia intrapartum (mati dalam kandungan), lahir dengan

berat badan rendah (BBLR) (Lubis, 2003).

Hal penelitian Lubis (2003) pada analisa bivariat anemia batas 9 gr/dl dan

anemia berat secara statistik tidak ditemukan nyata melahirkan bayi BBLR. Namun

untuk melahirkan bayi mempunyai resiko 3,081 kali. Sedangkan dari hasil analisa

multivariate dengan memperhatikan masalah riwayat kehamilan sebelumnya

menunjukkan bahwa ibu hamil penderita anemia berat memperoleh resiko untuk

melahirkan BBLR 4,2 kali lebih tinggi disbanding dengan yang tidak penderita anemia

berat.

Lee (2006) tentang status besi dan dihubungkan dengan hasil kehamilan pada

wanita hamil di Korea menjelaskan bahwa bayi yang dilahirkan dari ibu yang kadar Hb

rendah menunjukkan rata-rata lahir dengan kelahiran prematur, berat badan dan nilai

APGAR yang rendah dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan ibu yang memiliki

(25)

1.5. Diagnosis Anemia Pada Kehamilan 1.5.1. Pemeriksaan Fisik

Manifestasi klinis dari anemia pada kehamilan yang disebabkan karena

kekurangan zat besi sangat bervariasi walaupun tanpa gejala, anemia dapat

menyebabkan tanda gejala seperti letih, sering mengantuk, malaise, pusing, lemah, nyeri

kepala, luka pada lidah, kulit pucat, konjungtiva, bantalan kuku pucat, tidak ada nafsu

makan, mual dan muntah (Varney, 2006).

Menentukan seseorang mengalami anemia melalui pemeriksaan fisik sangatlah

sulit karena banyak pasien yang asintomatis. Oleh karena itu perlu dilakukan

pemeriksaan laboratorium untuk memastikan anemia pasti.

1.5.2. Pemeriksaan Laboratorium 1.5.2.1.Hemoglobin (Hb)

Hemoglobin adalah parameter yang dingunakan secara luas untuk menetapkan

prevalensi anemia (Nyoman, 2002). Keuntungan metode pemeriksaan Hb adalah

mudah, sederhana dan penting bila kekurangan besi tinggi, seperti pada kehamilan

sedangkan keterbatasan pemeriksaan Hb adalah spesifitasnya kurang yaitu sekitar

65-99% dan sensifitasnya 80-90% (Riswan, 2003).

Anemia pada ibu hamil berdasarkan pemeriksaan dan pengawasan Hb dengan

Sahli dapat digolongkan berdasarkan berat ringannya terbagi menjadi : anemia berat jika

Hb 7gr %, anemia sedang jika kadar Hb antara 7 sampai 8 gr % dan bila anemia ringan

jika kadar Hb antara 9 sampai 10 gr % (Manuaba, 2001).

Metode yang paling sering digunakan di laboratorium dan paling sederhana

adalah metode Sahli dan sampai saat ini baik di Puskesmas maupun di beberapa Rumah

(26)

forroheme oleh oksigen yang ada di udara dioksidasi menjadi ferriheme yang segera

bereaksi dengan ion CL membentuk Ferrihemechlorid yang juga disebut hematin atau

hemin yang berwarna coklat. Warna yang terbentuk ini dibandingkan dengan warna

standard, karena membandingkan pengamatan dengan mata secara langsung tanpa

menggunakan alat, maka subjektivitas hasil pemeriksaan sangat berpengaruh hasil

pembacaan (Supariasa dkk, 2001).

1.6.Penatalaksanaan Anemia Pada Kehamilan

Ada sejumlah kasus anemia dapat memperburuk kehamiln, apabila hasil

pengkajian riwayat atau uji laboratorium menunjukkan kelainan maka perlu

mengevaluasi wanita tersebut untuk menentukan etiologi anemian dan kemudian

menyusun rencana penatalaksanaan (Varney, 2006). Oleh karena itu perlu segera

dilakukan terapi anemia dengan tujuan untuk mengoreksi kurangnya massa hemoglobin

dan mengembalikan simpanan besi.

Pada saat hamil kebutuhan tubuh ibu terhadap besi meningkat untuk memenuhi

kebutuhan fetal, plasenta dan pertambahan massa eritrosit. Bila cadangan besi ibu tidak

mencukupi pada waktu belum dan sesudah kehamilan serta asupan gizi yang tidak

adikuat selama kehamilan maka mengakibatkan ibu mengalami anemia defesiensi besi.

Oleh karena itu perlu segera dilakukan terapi anemia dengan tujuan untuk mengoreksi

kurangnya massa hemoglobin dan mengembalikan simpanan besi. Terapi yang

dilakukan yaitu:

1.6.1. Diet kaya zat besi dan Nutrisi yang adekuat.

Diet yang dianjurkan pada pasien yang anemia adalah diet kaya zat besi. Pada

(27)

didapati pada hati, daging, ikan) zat besi non heme (yang didapati pada padi-padian,

buncis, kacang polong yang dikeringkan, buah-buahan dan sayuran berwarna hijau

seperti bayam, daun ubi dan kangkung). Zat besi heme menyumbangkan sejumlah kecil

zat besi (hanya sekitar 10-15%). Namun demikian zat besi heme diserap dengan baik

dimana 10-35% yang di makan akan masuk kedalam peredaran darah. Zat besi non

heme atau zat besi yang berasal dari tumbuh-tumbuhan merupakan bagian terbesar yang

dikonsumsi sehari-hari, namun diserap dengan buruk (hanya sekitar 2-8%) (Tan, 1996).

Makanan yang dapat mengganggu penyerapan zat besi seperti the dan kopi

sebaiknya dihindari. Sedangkan makanan yang mengandung vitamin C seperti

buah-buahan sebaiknya diberikan untuk membantu peningkatan penyerapan zat besi (Riswan,

2003).

1.6.2. Pemberian zat besi oral

Preparat zat besi oral yang biasa diberikan pada ibu hamil adalah : Ferrous

sulfonat, glukonat dan fumarat. Prinsip pemberian terapi zat besi oral ini tidak hanya

untuk mencapai nilai hemoglobin yang normal tetapi juga memperbaiki cadangan besi

didalam tubuh. Cara pemberian zat besi oral ini berbeda-beda pendapat. Maurer

menganjurkan pemberian zat besi selama 2-3 bulan setelah hemoglobin menjadi normal.

Beutler mengemukakan bahwa yang penting dalam pengobatan dengan zat besi adalah

agar pemberiannya terus dilakukan sampai morfologi darah tepi menjadi normal dan

cadangan besi dalam tubuh terpenuhi. Pendapat yang lain mengatakan biasanya dalam

4-6 minggu perawatan hematokrit meningkat sampai nilai yang diharapkan, peningkatan

biasanya dimulai minggu kedua. Peningkatan retikulosit 5-10 hari setelah pemberian

(28)

Sebelum dilakukan pengobatan harus dikalkulasikan terlebih dahulu jumlah zat

besi yang dibutuhkan. Misalnya hemoglobin sebelumnya adalah 6 gr/dl, maka

kekurangan hemoglobin adalah 12 – 6 = 6gr/dl, sehingga kebutuhan zat besi adalah : 6 x

200 mg. kebutuhan besi untuk mengisi cadangan adalah 500 mg, maka dosis Fe secara

keseluruhan adalah 1200 + 500 = 1700 mg. maka pemberian dapat berupa Fero sulfat : 3

tablet / hari, @ 300 mg mengandung 600 mg Fe atau Fero glukonat: 5 tablet/hari, @ 300

mg mengandung 37 mg Fe atau bisa juga Fero Fumarat : 3 tablet / hari, @ 200 mg

mengandung 67 mg Fe. Maka respon hasil yang tercapai adalah Hb meningkat 0,3-1 gr

perminggu. Pemberian zat besi oral ini juga member efek samping berupa konstipasi,

berak hitam, mual dan muntah (Riswan, 2003).

Berdasarkan hasil penelitian Werdiningsih Tahun 2001 di Yogyakarta,

melaporkan bahwa ibu hamil yang mengkonsumsi tablet Fe kurang dari 90 tablet selama

kehamilan mempunyai resiko 2 kali menderita anemia kkurangan zat besi dibandingkan

dengan ibu hamil yang mengkonsumsi lebih dari 90 tablet.

1.6.3. Pemberian zat besi par-enteral

Metode sederahana 250 mg besi elemental sebanding dengan 1 gram Hb.

pemberian zat besi secara parenteral jarang dilakukan karena mempunyai efek samping

yang banyak seperti; nyeri, inflamasi, phlebitis ,demam,atralgia, hipotensi,dan reaksi

analfilaktik. Indikasi dari pemberian parenteral yaitu anemia devfisiensi berat

,mempunyai efek samping pada pemberian oral ,gangguan absorbs.mempunyai efek

samping pada pemberian oral ,gangguan adsorbsi .pemberiannya dapat diberikan secara

intramuscular maupun intravena ( Riswan,2003)

(29)

2.1.Pertumbuhan Berat Janin

Pertumbuhan janin manusia ditandai dengan pola-pola sekuensial pertumbuhan,

diferensiasi, dam maturasi. Jaringan sel yang ditentukan oleh kemampuan substrak oleh

ibu. Transfer substrak melalui plasenta dan potensi pertumbuhan janin oleh yang

dikembalikan oleh genon (Cuningham dkk, 2005).

Taksiran berat badan janin merupakan pemantauan terhadap pertumbuhan janin

apakah normal atau tidak. Pertumbuhan janin dibagi menjadi 3 fase pertumbuhan sel

yang berurutan (Lin dan Forgas, 1998), fase awal hyperplasia terjadi selama 16 minggu

pertama dan ditandai oleh peningkatan jumlah sel secara cepat. Fase kedua yang

berlangsung sampai minggu ke 32 meliputi hyperplasia dan hipertropisel. Setelah usia

gestasi 32 minggu pertumbuhan janin berlangsung melalui hipertropisel dan pada fase

inilah sebagian besar deposisi lemak dan glikogen terjadi, laju pertumbuhan janin yang

setara selama 3 fase pertumbuhan sel ini adalah dari 5 gr/hari pada usia 15 minggu, 15 –

20 gr/hari pada minggu ke 24 dan 30 – 35 gr/hari pada gestasi 34 minggu (Cuningham

dkk, 2005).

Berikut tahapan perkembangan berat badan dan panjang janin sesuai dengan usia

(30)

20

Sumber : (Bobak, dkk, 2004).

Karakteristik bayi berat badan lahir normal >2500 gram, berat badan lahir

rendah 1500 – 2500 gram dan berat badan lahir sangat rendah <1500 (Saifuddin, 2001).

2.2.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Berat Badan Janin

Pertumbuhan janin ditentukan oleh banyak faktor baik genetik maupun

lingkungan.

2.2.1. Faktor Genetik

Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses

tumbuh kembang bayi. Anak dengan kehamilan kembar berat badan bayi yang baru

lahir pada anak kembar lebih rendah dengan berat badan bayi yang tidak kembar

(Supariasi, 2001).

2.2.2. Faktor Eksternal (Lingkungan)

Factor lingkungan yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin mulai dari

konsepsi sampai lahir, antara lain :

Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam

kandungan. Bila status gizi ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil

(31)

normal. Apabila status ibu buruk baik sebelum kehamilan dan selama kehamilan akan

menyebabkan berat bayi rendah (BBLR).

Disamping itu akan menyebabkan pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi

baru lahir, bayu lahir mudah terinfeksi, abortus dan sebagainya. Dengan kata lain

kualitas bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan

selama hamil. Ada beberapa cara yang dingunakan untuk mengetahui status gizi ibu

hamil untuk memantau pertambahan berat badan dan mengukur kadar Hb (Lubis, 2007).

Penambahan usia kehamilan searah dengan pertumbuhan janin, makin besar usia

kehamilan maka berat janin makin bertambah sehubungan dengan perubahan-perubahan

fisik dan organogenesis pada janin (Mochtar, 1998).

Toksin atau zat kimia, masa organogenesis adalah masa yang sangat peka

terhadap zat teratogen. Berbagai jenis obat-obatan yang bersifat teratogen itu antara lain

thalidomide, phenitoin, methadion, obat-obat anti kanker, dan lain sebagainya dapat

menyebabkan kelainan bawaan. Ini juga berlaku bagi bayi ibu hamil yang perokok berat

atau premium, alcohol kronis sering melahirkan bayi berat badan lahir rendah, lahir

mati, cacat dan retardasi mental (Soetjningsih, 1995 dalam Damanik, 2005).

Endokrin, hormon-hormon yang mungkin berperan pada pertumbuhan janin

adalah somatotropin, hormon plasenta, hormon tiroit, insulin dan peptide lainnya

(Soetjningsih, 1995 dalam Damanik, 2005). Hormon yang dihasilkan dari kelenjar tiroit

seperti TRH (Thyroid Releasing Hormon), T3, T4, sudah diproduksi oleh janin sejak

minggu ke-12. Jenis hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroit ini termasuk hormon

pertumbuhan (Growth hormone). Oleh karena itu apabila terjadi kelainan pada kelenjar

ini, produksi hormon akan terganggu yang mengakibatkan pertumbuhan terhambat

(32)

Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat menyebabkan

kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali atau cacat bawaan lainnya. Efek dari radiasi

dapat mengakibatkan cacat bawaan pada anak (Soetjningsih, 1995 dalam Damanik,

2005).

Infeksi intrauterine yang sering menyebabkan cacat bawaan adalah TORCH

(Toxoplasma Rubella, Cytamegalivirus, Herpes simpleks) yang dapat mengakibatkan

perkembangan abnormal pada bayi (Soetjningsih, 1995 dalam Damanik, 2005).

Stress, sebaiknya ibu hamil menghindari terjadinya Sress. Bila mengalami stress,

akan mempengaruhi tumbuh kembang janin yaitu berupa cacat bawaan dan kelainan

jiwa (Supariasa, 2001).

2.3.Identifikasi Berat Badan Janin 2.3.1. Tinggi Fundus Uteri

Identifikasi berat janin dapat dingunakan dengan berbagai pengukuran. Salah

satu pengukuran yang dingunakan adalah menggunakan rumus Niswander. Pengukuran

Niswander ini menggunakan hasil pemeriksaan tinggi fundus uteri yaitu dengan

pemeriksaan palpasi Leopold I yang bertujuan untuk menentukan tinggi fundus uteri,

menentukan usia kehamilan, menentukan usia janin yang terdapat pada area fundus.

Cara pemeriksaan palpasi Leopold I sebagai berikut, ibu hamil yang akan diperiksa

dalam keadaan tidur terlentang, pemeriksa menghadap ibu hamil, kedua tangan meraba

bagian fundus dan mengukur berapa tinggi fundus uteri. Kemudian meraba bagian apa

yang ada di fundus, jika teraba benda bulat melenting mudah digerakkan maka itu

adalah kepala, namun jika teraba benda bulat, besar, lunak, tidak melenting dan susah

(33)

Setelah Leopold I diketahui maka taksiran berat badan janin dapat diketahui

dengan menggunakan Rumus Niswander yaitu:

(Mangie, 2010)

2.3.2. Ultrasonografi

Ultrasonografi (USG) adalah suatu alat non infasif yang memungkinkan

visualisasi janin dalam uterus (in Utero) untuk menginformasikan pertumbuhan janin

terhambat atau tidak serta mendeteksi kelainan structural tertentu (Hendersan & Jones,

2001). Cara kerja USG adalah dengan menghantarkan gelombang suara dengan

frekuensi antara 3,5 to 7,0 Megahertz ke janin atau pembuluh darah dan akan

dipantulkan kembali dalam bentuk gambar yang dapat kita lihat di monitor USG

(Adenin, 2006).

2.3.2.1. Pemeriksaan USG Pada Kehamilan Trimester II dan III

Kadang-kadang letak dan presentasi janin dengan pemeriksaan Leopold sulit

ditentukan, misalnya pasien yang gemuk, kehamilan preterm, hidramnion dan

sebagainya. Pada situasi demikian pemeriksaan USG sangat membantu diaknosis,

disamping juga mencari kemungkinan faktor penyebab kelainan letak atau presentasi

janin. Pada kehamilan preterm terutama pada trimester II, letak dan presentasi janin

belum stabil, sehingga pada pemeriksaan USG akan terlihat berubah-ubah. Pada akhir

trimester III, bagian terendah janin mulai memasuki pintu atas panggul sehingga letak

dan presentasi janin biasanya tidak berubah lagi (Wiknjosastro, 2006).

(34)

Pada pemeriksaan trimester ketiga maka pengukuran biometri janin perlu

diketahui untuk memantau pertumbuhan janin yaitu:

Diameter biparietal (DBP) merupakan parameter yang umum digunakan untuk

menentukan usia kehamilan, terutama pada kehamilan trimester kedua. Selama periode

tersebut laju pertumbuhan DBP sangat cepat dan mempunyai variasi yang relatif kecil.

Tulang kepala janin tipis akan mempermudah teknik dan memperkecil kesalahan dalam

pengukuran.

Secara kasar, perhitungan usia kehamilan berdasarkan DBP adalah:

DBP

Lingkaran kepala, ukuran lingkaran kepala merupakan alternatif lain untuk

menentukan usia kehamilan, pada keadaan dimana ukuran DBP kurang dapat dipercaya,

misalnya karena adanya kompresi kepala. Lingkaran kepala dapat dihitung berdasarkan

rumus:

Dimana : DBP = Diameter biparetal

DOF = diameter oksipitofrontal

(Wiknjosastro, 2006).

(35)

Femur merupakan tulang panjang yang bentuknya kompak sehingga mudah

diidentifikasi dan tidak mengalami deformasi oleh kompresi. Secara kasar perhitungan

usia kehamilan berdasarkan panjang femur adalah:

Femur

Lingkaran perut, dibanding dengan DBP, lingkaran kepala, dan femur maka

lingkar perut paling tidak akurat bila dipakai bila menentukan usia kehamilan. Ukuran

lingkar perut lebih sering digunakan untuk menentukan besar/berat janin dan

mengevaluasi laju pertumbuhan janin (Wiknjosastro, 2006).

Lain-lain, penentuan usia kehamilan dapat juga dilakukan dengan menggunakan

parameter biometri janin lainnya. Seperti jarak biorbita, panjang humerus, panjang

tabia-fibula, panjang radius ulna, lebar sereberum, ukuran jantung, ukuran ginjal, dan

ukuran limpa (Wiknjosastro, 2006).

Sebetulnya tidak ada parameter tunggal yang dapat dipakai untuk menentukan

usia kehamilan secara akurat. Oleh karena itu semakin banyak parameter biometri yang

digunakan, hasilnya akan lebih akurat. Namun dalam pekerjaan sehari-hari, tidak semua

parameter biometri diukur untuk penentuan usia kehamilan, oleh karena tidak praktis.

Parameter yang paling sering digunakan adalah ukuran DBP dan femur. Penentuan usia

kehamilan berdasarkan pengukuran beberapa biometri janin (Wiknjosastro, 2006).

Usia Kehamilan Parameter Biometri Ketepatan

(36)

Usia Kehamilan Parameter Biometri Ketepatan

Hasil pemeriksaan USG biasanya diberikan kepada pasien dalam bentuk salina

berupa foto janin berukuran 10 x 10 cm, berwarna hitam putih, bergaris-garis bentuk

tertentu dan terdapat beberapa kode dibawahnya. Beberapa tulisan atau kode tersebut

diantaranya BPD (bilateral diameter) berisikan data tentang ukuran diameter janin, FL

(femur length) merupakan ukuran panjang femur/tulang paha, CRL (crow-rump length)

berupa ukuran kepala sampai bokong, AC (abdominal circumference) atau ukuran

lingkar abdomen/perut (Djuwantono, 2006).

Mesin USG sudah dilengkapi dengan perhitungan otomatis hingga dapat

menunjukkan umur kehamilan dan perkiraan berat badan janin. Hasil tersebut kemudian

akan dibandingkan dengan siklus haid pasien untuk memastikannya (Djuwantono,

(37)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep

satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konsep ini

berguna untuk menghubungkan atau menjelaskan suatu topik secara panjang lebar

(Setiadi, 2007). Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan mengidentifikasi

perbedaan taksiran berat janin dari ibu anemia dan ibu tidak anemia di Puskesmas

Kentara kabupaten Dairi.

Kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil adalah pigmen merah didalam sel darah

merah yang membawa oksigen dan mengandung besi yang terdapat pada ibu hamil

(Burnner & Suddarth, 2001). Kadar Hb dapat menggambarkan ibu hamil mengalami

anemia atau tidak mengalami anemia (Manuaba, 2001). Anemia pada kehamilan dapat

dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu: umur, sosio ekonomi (Nelwanti, 2004), paritas,

jarak kehamilan, dan pemeriksaan antenatal (Hasibuan, 1997 dalam Sidabuke, 2003).

Dampak anemia saat kehamilan salah satunya menimbulkan resiko bayi lahir dengan

berat badan rendah (Rukiyah, 2010).

Salah satu cara mengetahui pertumbuhan janin adalah dengan mengidentifikasi

berat janin (Henderson & Jones, 2001). Pada masa kehamilan terjadi

perubahan-perubahan dan organogenesis, termasuk perubahan-perubahan berat badan janin. Berat badan janin

(38)

endokrin, strees (Supariasa, 2001). Toksin/zat kimia, radiasi, infeksi intra uterine, usia

kehamilan (Soetjiningsih, 1995 dalam Damanik, 2005).

Adanya perbedaan taksiran berat janin dari ibu anemia dengan ibu tidak anemia

berdasarkan rumus Niswander di Puskesmas Kentara Kabupaten Dairi dapat dijelaskan

dalam kerangka konsep dibawah ini:

Keterangan :

= variable yang diteliti

= variable yang tidak diteliti

Skema 1. Kerangka konseptual penelitian perbedaan taksiran berat janin dari ibu

anemia dengan ibu tidak anemia berdasarkan rumus Niswander di Puskesmas

Kentara Kabupaten Dairi. Hb ibu hamil:

- Anemia

- Tidak Anemia

Taksiran Berat Janin

Faktor-faktor yang mempengaruhi :

- Status Gizi

- Umur

- Paritas

(39)

2. Defenisi Operasional

No Variable Defenisi operasional Alat ukur Skala

1

Kadar Hb ibu hamil yang diukur

pada saat kehamilan trimester III

di ruangan Puskesmas Kentara

Kabupaten Dairi

Identifikasi pertumbuhan janin

dengan melakukan penaksiran

berat badan janin pada saat usia

kehamilan ibu trimester III dengan

menggunakan hasil pengukuran

tinggi fundus uteri dan

diidentifikasi dengan

menggunakan rumus Niswander

yang terlebih dahulu dilakukan

pemeriksaan palpasi Leopold I.

Hb Sahli

Hipotesa penelitian adalah hipotesa alternatif (Ha) yaitu ada perbedaan taksiran

berat janin dari ibu anemia dengan ibu tidak anemia berdasarkan rumus Niswander di

(40)

BAB 4

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskripsi komparatif yang

bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan taksiran berat janin dari ibu anemia dengan

ibu tidak anemia berdasarkan rumus Niswander di Puskesmas Kentara Kabupaten Dairi.

2. Populasi dan Sampel 2.1.Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan anggota yang memungkinkan untuk diteliti

(Nursalam, 2003). Populasi dalam penelitian ini yaitu para ibu hamil yang bertempat

tinggal di kentara kecamatan Laeparira kabupaten Dairi yang memeriksakan kehamilan

di Puskesmas Kentara Kab. Dairi yaitu sebanyak 196 orang.

2.2.Sampel

Penentuan Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibu hamil

sebanyak 44 orang, yaitu ibu hamil yang anemia (22 orang) dan ibu hamil yang tidak

anemia (22 orang) di puskesmas Kentara Kab. Dairi.

Untuk menghitung sampel ibu hamil yang anemia peneliti menggunakan

rumus sampel menurut Arikunto (2006) yaitu:

(41)

Menurut survei awal peneliti jumlah ibu hamil yang anemia memeriksakan

kehamilan adalah 108 orang. Maka jumlah sampel adalah ;

n = 20% x 108 ibu hamil

n = 21,6 ibu hamil

n = 22 ibu hamil

Peneliti menggunakan rumus sampel ini karena keterbatasan waktu, dana dan

lokasi penelitian yang cukup luas dan jauh. Dan teknik ini sudah cukup mewakili

populasi ibu yang tidak anemia.

Teknik yang digunakan untuk menentukan responden sampel ibu hamil yang

anemia dan tidak anemia adalah purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel

dengan pertimbangan tertentu atau kriteria tertentu (Hidayat, 2009). Adapun kriteria

menjadi sampel dapat dilihat dari kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

Yang termasuk kriteria inklusi adalah :

1. Ibu hamil trimester III yang memiliki riwayat Anemia dan Tidak anemia.

2. Ibu hamil yang bertempat tinggal di kentara Kec.Laeparira.

3. Ibu hamil yang berkeadaan sehat.

4. Ibu hamil yang bersedia menjadi responden.

Sedangkan yang termasuk kriteria eksklusi adalah :

(42)

2. Ibu hamil yang komplikasi seperti preeklamsia, obesitas, menderita DM,

hidramnion.

3. Ibu hamil yang tidak bersedia menjadi responden.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kentara Kabupaten Dairi dengan

pertimbangan masih tingginya kasus anemia pada ibu hamil dan di Puskesmas Kentara

Kabupaten Dairi belum pernah dilakukan penelitian yang sama dan lokasi penelitian

dekat dengan tempat tinggal peneliti sehingga berinterksi dengan masyarakat di

Kentara lebih mudah dan daerah ini dikenal baik oleh peneliti.

Penelitian ini dilakukan pada bulan 20 Januari 2011 sampai 20 Maret 2012.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan proposal dari institusi

pendidikan dan rekomendasi dari kepala Puskesmas.

Lembar persetujuan diberikan kepada responden. Tujuannya adalah supaya

responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan

penelitian. Apabila calon responden bersedia, maka responden dipersilahkan untuk

menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka

calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri sebagai responden.

Selama proses pengumpulan data berlangsung maka peneliti tidak akan memaksa dan

tetap menghormati responden.

Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek, maka peneliti tidak akan

(43)

Lembar tersebut hanya mencantumkan nomor tertentu. Kerahasiaan subjek dijamin oleh

peneliti (Nursalam, 2003).

5. Instrument Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian untuk memperoleh informasi dari

responden, peneliti menggunakan kuisioner berupa data demografi yang meliputi: usia

ibu, usia kehamilan, paritas, jarak kehamilan, pendidikan, pekerjaan ibu dan penghasilan

keluarga dalam satu bulan.

Untuk mengetahui kadar Hb dan taksiran berat badan janin melalui proses

pengukuran. Pengukuran kadar Hb dengan menggunakan alat metode Sahli sedangkan

untuk taksiran berat janin melalui pengukuran tinggi fundus uteri dengan menggunakan

rumus Niswander yaitu Taksiran Berat Badan Janin (TBJ) = 1,12 (TFU – 7,7) x 100 gr

(Mangie, 2010).

6. Pengumpulan Data

Prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu pada tahap awal peneliti

mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan (Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara), kemudian permohonan izin yang telah

diperoleh di kirim ke tempat penelitian (Puskesmas Kentara Kabupaten Dairi). Setelah

mendapat izin peneliti mengumpulkan data penelitian. Peneliti menentukan responden

yang sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Setelah mendapatkan responden,

selanjutnya peneliti menjelaskan kepada calon responden tersebut tentang tujuan,

manfaat, dan proses pengambilan data. Kemudian bagi responden yang bersedia diminta

(44)

peneliti mewawancarai responden untuk data demografi. Setelah itu peneliti melakukan

pemeriksaan kadar Hb ibu hamil dengan menggunakan metode Sahli untuk mengetahui

ibu yang menderita anemia dan ibu tidak anemia. Adapun langkah-langkah pengukuran

Hb menggunakan metode Sahli adalah sebagai berikut:

Tabung diisi larutan HCL 0,1 N sampai tanda strip 2, Bersihkan daerah ujung

jari yang akan diambil darah kapilernya dengan kapas alkohol dan tusuk menggunakan

lancet, darah kapiler diambil menggunakan pipet sahli sebanyak 20 cc masukkkan ke

dalam tabung pemeriksaan biarkan darah tercampur dengan larutan HCL, Letakkan

tabung pemeriksaan ke dalam komparator/standar, Setelah 3 menit tambahkan aquades

setetes demi setetes sambil diaduk dengan batang pengaduk sampai warna larutan sama

dengan standar yang ada di komparator,Baca skala tabung untuk menentukan kadar HB

yang ditunjukkan setelah warna sama pada tempat yang terang (Soenarto, 1991)

Kemudian peneliti mengidentifikasi berat janin dengan bekerja sama (Bidan)

melakukan pemeriksaan berat janin melalui pengukuran tinggi fundus uteri dengan cara

pemeriksaan palpasi Leopold I sebagai berikut, ibu hamil yang akan diperiksa dalam

keadaan tidur terlentang, pemeriksa menghadap ibu hamil, kedua tangan meraba bagian

fundus dan mengukur berapa tinggi fundus uteri. Kemudian meraba bagian apa yang

ada di fundus, jika teraba benda bulat melenting mudah digerakkan maka itu adalah

kepala, namun jika teraba benda bulat, besar, lunak, tidak melenting dan susah

digerakkan maka itu adalah bokong (Sulistywati, 2009).kemudian taksiran berat janin

diidentifikasi menggunakan rumus Niswander. Setelah semua data dari responden

(45)

7. Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan memeriksa kembali semua kuisioner data

demografi responden dan hasil pengukuran kadar Hb responden dan taksiran berat janin

satu per satu. Kemudian data demografi dianalisa tetapi hanya untuk mengetahui

frekuensi dan persentase. Selanjutnya data dari kadar Hb ibu hamil dikorelasikan

dengan taksiran berat janin. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan

komputerisasi.

Untuk melihat perbedaan antara variabel independen dan dependen dingunakan

uji T-tes

Uji statistik yang digunakan untuk melihat perbedaan taksiran berat janin ibu

anemia dengan ibu tidak anemia adalah uji t-tes. Uji t-tes dikatakan bermakna apabila p

< 0,05. Pengolahan data dilakukan dengan SPSS versi 17.0. Adapun bentuk

pengujiannya adalah:

a. H0: µ1 = µ2; artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan varians

antara kedua populasi.

b. H1: µ1≠ µ2 ; artinya terdapat perbedaan yang signifikan varians antara

kedua populasi.

Pada penelitian ini nilai thitung akan dibandingkan dengan ttabel pada tingkat

signifikan (α ) = 5%. Kriteria pengambilan keputusan pada uji-t adalah (Hartono,

2008):

(46)

b. Tolak H0 (terima H1) bila t hitung < - ttabel atau thitung > ttabel atau sig

(47)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan penelitian

mengenai perbedaan taksiran berat janin dari ibu anemia dengan ibu tidak anemia di

puskesmas kentara kab.Dairi yang diperoleh melalui proses pengumpulan data yang

dilakukan sejak 20 Januari 2011 hingga 20 Maret 2012 di puskesmas Kentara

kecamatan Laeparira dengan jumlah responden sebanyak 44 orang responden dengan

distribusi 22 responden ibu anemia dan 22 responden ibu tidak anemia.

1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini meliputi data umum dan data khusus. Selain menjawab

penelitian tentang perbedaan taksiran berat janin dari ibu anemia dengan ibu tidak

anemia juga dijabarkan deskripsi karakteristik responden ibu anemia dengan ibu tidak

anemia.

1.1.Data umum

Responden dalam penelitian ini adalah ibu hamil dengan usia kehamilan

trimester ke III, tidak hamil kembar, tidak menderita preeklamsia, tidak obesitas, dan

tidak menderita DM dan ibu tersebut memeriksakan kehamilannya di puskesmas

Kentara dengan jumlah responden sebanyak 44 orang.

(48)

Tabel 5.1 kadar Hb ibu anemia dan ibu tidak anemia

Kadar Hb (gr %)

Ibu Anemia

Frekuensi Persentase

9 – 10 22 100 %

Kadar Hb (gr %)

Ibu Tidak Anemia

Frekuensi Persentase

10,1 – 12 22 100 %

Untuk kadar Hb ibu anemia dari 22 responden terdapat 9 – 10 gr% dengan

demikian dapat disimpulkan responden anemia ringan. Sedangkan pada Hb ibu tidak

anemia dari 22 responden terdapat 10,1 – 12 gr%.

1.1.2. Karakteristik ibu hamil

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik Hb ibu hamil Anemia

dengan Ibu Tidak Anemia

Demografi

Kadar Hemoglobin (gr%)

Ibu anemia Ibu Tidak Anemia 9 – 10 10,1 – 12

N % N %

1. Usia Ibu (tahun)

<20 1 4.6 3 13.6

(49)

>35 3 13.6 2 9.1

Adapun karakteristik responden Hb ibu anemia dengan ibu tidak anemia yang

akan dipaparkan mencakup usia ibu, usia kehamilan, gravida, jarak kehamilan,

pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan keluarga perbulan.

Dari data table 5.2 diatas menunjukkan bahwa mayoritas ibu anemia yang

memeriksakan kehamilannya mayoritas usia ibu 20 – 35 tahun sebanyak 18 responden

(81.8%), mayoritas usia kehamilan ibu anemia 28 – 31 minggu sebanyak 15 responden

(68,1%), sebagian besar responden multigravida sebanyak 18 responden (81.8%)

dengan jarak kehamilan 1 – 2 tahun sebanyak 16 responden (72,7%), sebagian besar

responden berpendidikan tamatan SMP sebanyak 10 responden (45.5%) dan SMU

sebanyak 9 responden (40,9%), pekerjaan responden mayoritas sebagai Petani sebanyak

(50)

Data dari table 5.2 menunjukkan bahwa mayoritas ibu tidak anemia yang

memeriksakan kehamilannya mayoritas usia ibu 20 – 35 tahun sebanyak 17 responden

(77,3%), mayoritas usia kehamilan ibu anemia 32 – 35 minggu sebanyak 12 responden

(54.5%), sebagian besar responden multigravida sebanyak 12 responden (54.5%)

dengan jarak kehamilan pada kehamilan pertama sebanyak 10 responden (45.5%),

sebagian besar responden berpendidikan tamatan SMU sebanyak 10 responden (45.5%)

dan Sarjana sebanyak 10 responden (45.5%), pekerjaan responden mayoritas sebagai

Wiraswasta sebanyak 7 responden (31.8%), dan mayoritas dari responden

berpenghasilan > Rp. 1.000.000,- sebanyak 21 responden (95.4%).

1.1.3. Karakteristik Taksiran Berat Janin Ibu Anemia dan Ibu tidak Anemia

Table 5.3 Taksiran Berat Janin

Taksiran berat janin

Ibu Anemia Ibu Tidak Anemia

Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase (%)

<1500 10 45.5 0 0

1500 - 2500 9 40.9 7 31.8

>2500 3 13.6 15 68.2

(51)

Untuk taksiran berat janin ibu anemia dari 22 responden mayoritas memiliki

berat janin < 1500 gram sebanyak 45.5%, diikuti berat janin 1500 – 2500 gram 40.9%.

Dengan demikian dapat disimpulkan mayoritas responden memiliki berat janin rendah.

Untuk taksiran berat janin ibu tidak anemia dari 22 responden mayoritas

memiliki berat janin > 2500 gram 68.2%. Dengan demikian dapat disimpulkan

mayoritas responden memiliki berat janin normal.

1.1.4. Distribusi Data Demografi Terhadap Taksiran Berat Janin Ibu Anemia dan Tidak Anemia

Dari table 5.4 menunjukkan bahwa dari ke tujuh karakteristik demografi

responden, hanya usia kehamilan yang menunjukkan perbedaan taksiran berat janin

berdasarkan usia kehamilan (minggu) pada trimester ke tiga. Sedangkan karakteristik

demografi yang lain meliputi usia ibu, usia kehamilan, gravida, jarak kehamilan,

pendidikan, pekerjaan dan penghasilan keluarga perbulan. Ibu anemia memiliki taksiran

berat janin mayoritas < 1500 gram 45.5% dan ibu tidak anemia mayoritas memiliki

taksiran berat janin > 2500 gram yaitu 68,2%.

Table 5.4 distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik

demografi terhadap taksiran berat janin.

Demografi

Taksiran Berat Janin Ibu Anemia Taksiran Berat Janin Ibu Tidak Anemia 2. Usia Kehamilan (minggu)

(52)

3. Gravida 4. Jarak hamil (tahun)

1-2 7. Penghasilan keluarga (perbulan)

<Rp. 700.000,-

2.1.Perbedaan taksiran berat janin ibu anemia dan ibu tidak anemia

Taksiran berat janin diperoleh dari pengukuran tinggi fundus uteri. Tinggi

fundus uteri dapat dilihat pada lampiran 1.

Dari hasil independent sample t-test diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 5.5 Hasil Penelitian taksiran berat janin ibu anemia dan ibu tidak anemia dengan Independent Sample t-test

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

(53)

95% Confidence Interval of

the Difference

F Sig. t Df

Sig.

(2-tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference Lower Upper

Taksiran_ berat Janin

Equal variances assumed

.323 .573 6.273 42 .000 880.72727 140.40822 597.37201 1164.08253

Equal

variances not assumed

6.273 41.459 .000 880.72727 140.40822 597.26252 1164.19203

Analisa data dari tabel 5.5 diperoleh bahwa besar Thitung menggunakan t-test

adalah 6.273 dengan probabilitas (signifikansi) 0,000 dan nilai Ttabel yang diperoleh dari

tabel distribusi t-student dengan df = 42 dengan tingkat signifikansi (α)=5% adalah

2,018. Hal ini menunjukkan bahwa Thitung > Ttabel (6.273 > 2,018) dan probabilitas <

0,05 (0,000<0,05) maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak yang berarti terdapat

perbedaan yang signifikan antara taksiran berat janin ibu anemia dan ibu tidak anemia.

Berdasarkan usia kehamilan.

1). Usia kehamilan 28 minggu.

Dari hasil independen sample t-test untuk perbedaan taksiran berat janin pada

usia kehamilan 28 minggu diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 5.6 Hasil Penelitian taksiran berat janin ibu anemia dan ibu tidak anemia pada usia kehamilan 28 minggu dengan Independent Sample t-test

(54)

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T Df

Dari tabel 5.6 diperoleh bahwa Thitung adalah -0,139 dengan probabilitas

(signifikansi) 0,890 dan nilai Ttabel yang diperoleh dari tabel distribusi t-student dengan

df = 42 dan tingkat signifikansi (α)=5% adalah 2,018. Hasil yang diperoleh

menunjukkan bahwa Thitung > -Ttabel (2,139 > -2,018) dan probabilitas >0,05

(0,890>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak yang berarti terdapat

perbedaan yang signifikan antara taksiran berat janin ibu anemia dan ibu tidak anemia

saat usia kehamilan 28 minggu.

2). Usia kehamilan 29 minggu

Dari hasil independen sample t-test untuk perbedaan taksiran berat janin pada

usia kehamilan 29 minggu diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 5.7 Hasil Penelitian taksiran berat janin ibu anemia dan ibu tidak anemia pada usia kehamilan 29 minggu dengan Independent Sample t-test

(55)

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T df

Dari tabel 5.7 diperoleh bahwa Thitung adalah -0,280 dengan probabilitas (signifikansi)

0,781 dan nilai Ttabel yang diperoleh dari tabel distribusi t-student dengan df = 42 dan

tingkat signifikansi (α)=5% adalah 2,018. Hasil ini menunjukkan bahwa Thitung > -Ttabel

(-0,280 > -2,018) dan probabilitas >0,05 (0,781>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa

H0 diterima yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara taksiran berat

janin ibu anemia dan ibu tidak anemia saat usia kehamilan 29 minggu.

3). Usia kehamilan 30 minggu

Dari hasil independen sample t-test untuk perbedaan taksiran berat janin pada

usia kehamilan 30 minggu diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 5.8 Hasil Penelitian taksiran berat janin ibu anemia dan ibu tidak anemia pada usia kehamilan 30 minggu dengan Independent Sample t-test

(56)

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T df

Dari tabel 5.8 diperoleh bahwa Thitung adalah 1,007 dengan probabilitas

(signifikansi) 0,320 dan nilai Ttabel yang diperoleh dari tabel distribusi t-student dengan

df = 42 dan tingkat signifikansi (α)=5% adalah 2,018. Hasil ini menunjukkan bahwa

T-hitung <Ttabel (1,007< 2,018) dan probabilitas >0,05 (0,320>0,05), maka dapat

disimpulkan bahwa H0 diterima yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara taksiran berat janin ibu anemia dan ibu tidak anemia saat usia kehamilan 30

minggu.

4). Usia kehamilan 31 minggu.

Dari hasil independen sample t-test untuk perbedaan taksiran berat janin pada

usia kehamilan 31 minggu diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 5.9 Hasil Penelitian taksiran berat janin ibu anemia dan ibu tidak anemia pada usia kehamilan 31 minggu dengan Independent Sample t-test

Gambar

Tabel 5.1 kadar Hb ibu anemia dan ibu tidak anemia
Table 5.3 Taksiran Berat Janin
Table 5.4 distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan karakteristik
Tabel 5.5 Hasil Penelitian taksiran berat janin ibu anemia dan ibu tidak anemia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Banyak fasilitas yang diperlukan untuk mengembangkan Pantai Pasir Putih sebagai objek wisata seperti, Beberapa masyarakat yang membuka usaha menerapkan tarif yang ditentukan

Tugas Akhir merupakan salah satu syarat yang harus dilakukan setiap mahasiswa Ilmu Komputer untuk dapat menyelesaikan pendidikan di Program D3 Teknik

Hal ini sejalan oleh penelitian yang dilakukan oleh Sri Rejeki (2008) yang mengatakan bahwa pekerjaan membuat ibu tidak berhasil menyusui secara eksklusif

Aktivitas spesifik enzim β -1,3 glukanase yang diisolasi dari cairan pencernaan Achatina fulica sebelum dilakukan pemurnian parsial dengan. fraksinasi aseton sebesar

untuk memilih judul dalam penulisan laporan akhir ini yaitu ” Analisis Perlakuan Akuntansi Atas Aset Tetap pada PT Masmur Abadi Palembang”.. 1.2

Hasil penelitian menunjukan dokumen dan laporan dibuat secara manual, adanya penggabungan beberapa tagihan dalam satu tanda terima (faktur), tidak adanya tanggal jatuh tempo

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang maha pengasih dan penyayang atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan anugerahnya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul