• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kolaborasi Perawat dengan Dokter di ruangan Rindu B RSUP Haji Adam Malik Medan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kolaborasi Perawat dengan Dokter di ruangan Rindu B RSUP Haji Adam Malik Medan."

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

KOLABORASI PERAWAT DENGAN DOKTER DI

RUANG RINDU B RUMAH SAKIT UMUM

PUSAT HAJI ADAM MALIK

MEDAN

SKRIPSI

Oleh :

ERNAWATI TARIGAN

091121068

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

PRAKATA

Segala puji dan syukur kepada Tuhan YME yang atas berkat dan

rahmatNya memberikan saya motivasi terbesar dalam hidup ini, serta keluarga

dan para sahabat yang memberikan tauladan terindah sehinga saya mampu

melangkah untuk menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Kolaborasi Perawat

dengan Dokter di ruangan Rindu B RSUP Haji Adam Malik Medan”.

Penyusunan skripsi ini telah banyak banyak mendapat bantuan, bimbingan

dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Bapak Dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Sumatera Utara dan Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu

Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Rika Endah N. S.Kp, MPd sebagai dosen Pembimbing Skripsi I yang telah

banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta memberikan

masukan-masukan yang bermanfaat bagi skripsi ini dan juga memberi motivasi,

semangat, dan dukungan kepada saya selama proses penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Siti Zahara Nasution S.Kp, MNS selaku dosen Pembimbing Skripsi II

yang telah banyak memberi masukan-masukan yang bermanfaat bagi skripsi

ini.

4. Ibu Jenny M Purba, S.Kp, MNS selaku dosen Penguji yang telah banyak

(4)

5. Ibu Nur Asiah, S.Kep selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan

nasehat dan motivasi kepada penulis selama masa perkuliahan di Fakutas

Keperawatan USU.

6. Seluruh dosen Pengajar S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

yang telah banyak memberikan pendidikan kepada saya selama proses

perkuliahan dan staf non akademik yang membantu memfasilitasi saya secara

administratif.

7. Teristimewa kepada seluruh keluarga saya, kakak dan adik saya Natalia

Tarigan serta ibunda tercinta R. Br ginting yang terus memberikan motivasi

dan doa yang tiada henti yang begitu berarti bagi saya.

8. Tersayang kepada khususnya temanku Elis, Jojor, Tiur dan seluruh

rekan-rekan mahasiswa/i ekstensi stambuk 2009 yang tidak dapat disebutkan satu

persatu, yang tak pernah berhenti menasehatiku dan memberi motivasi untuk

belajar dan segera menyelesaikan kuliah dengan baik.

9. Responden yang telah bersedia meluangkan waktu dan berpartisipasi dalam

penelitian saya.

Semoga Tuhan YME senantiasa melimpahkan karunia dan rahmat

dari-Nya kepada semua pihak yang telah membantu saya. Harapan saya semoga skripsi

ini bermanfaat dalam memberikan informasi di bidang kesehatan terutama

keperawatan.

Medan, Januari 2011

(5)

DAFTAR ISI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kolaborasi ... 6

2.2 Dasar-dasar Komperensi Kolaborasi ... 9

2.3 Faktor-faktor Sosial yang Mempengaruhi Kolaborasi ... 10

2.4 Faktor-faktor Penghambat Kolaborasi Perawat dengan Dokter . 11

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL 3.1 Kerangka Konsep ... 14

3.2 Defenisi Konseptual dan Operasional ... 15

3.2.1 Defenisi Konseptual ... 15

3.2.2 Defenisi Operasional ... ... 16

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 17

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... 22

(6)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 28 6.2 Saran-saran ... 28

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1. Lembar Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian 2. Kuesioner Penelitian

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Demografi Responden di

RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2010 ... 22

Tabel 5.2 Kolaborasi Perawat dengan Dokter di RUSP Haji Adam Malik Medan Tahun 2010 ... 23

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Kuesioner Kolaborasi Perawat dengan Dokter di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2010

(8)

DAFTAR SKEMA

(9)

Judul : Kolaborasi Perawat dengan Dokter di ruangan Rindu B RSUP Haji Adam Malik Medan

Nama : Ernawati Tarigan Fakultas : Keperawatan Tahun : 2010

ABSTRAK

Kolaborasi antara dokter dengan perawat merupakan salah satu faktor sangat penting untuk mencapai keberhasilan dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien.Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kolaborasi antara perawat dengan dokter di dalam pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Dengan menggunakan tehnik simple random sampling sebanyak 28 orang berpartisipasi dalam penelitian ini. Kuesioner penelitian terdiri dari kuesioner karakteristik responden dengan kolaborasi perawat dan dokter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kolaborasi perawat dengan dokter di RSUP Haji Adam Malik paling banyak menyatakan kurang baik yaitu 15 orang (53,6%), untuk itu di sarankan agar dapat meningkatkan kerjasama yang baik antara perawat dan dokter guna meningkatkan pelayanan keperawatan bagi pasien, dan memberikan kejelasan tentang batas tugas dan wewenang kerja dokter dan perawat.

(10)

Judul : Kolaborasi Perawat dengan Dokter di ruangan Rindu B RSUP Haji Adam Malik Medan

Nama : Ernawati Tarigan Fakultas : Keperawatan Tahun : 2010

ABSTRAK

Kolaborasi antara dokter dengan perawat merupakan salah satu faktor sangat penting untuk mencapai keberhasilan dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien.Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kolaborasi antara perawat dengan dokter di dalam pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Dengan menggunakan tehnik simple random sampling sebanyak 28 orang berpartisipasi dalam penelitian ini. Kuesioner penelitian terdiri dari kuesioner karakteristik responden dengan kolaborasi perawat dan dokter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kolaborasi perawat dengan dokter di RSUP Haji Adam Malik paling banyak menyatakan kurang baik yaitu 15 orang (53,6%), untuk itu di sarankan agar dapat meningkatkan kerjasama yang baik antara perawat dan dokter guna meningkatkan pelayanan keperawatan bagi pasien, dan memberikan kejelasan tentang batas tugas dan wewenang kerja dokter dan perawat.

(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada saat sekarang ini dihadapkan pada paradigma baru dalam pemberian

pelayanan kesehatan yang menuntut peran perawat yang lebih sejajar untuk

berkolaborasi dengan dokter. Pada kenyataannya profesi keperawatan masih

kurang berkembang dibanding dengan profesi yang berdampingan erat dan sejalan

yaitu profesi kedokteran. Kerjasama dan kolaborasi dengan dokter perlu

pengetahuan, kemauan dan keterampilan, maupun sikap yang profesional mulai

dari komunikasi, cara kerjasama dengan pasien maupun dengan mitra kerjanya,

sampai pada keterampilan dalam mengambil keputusan.

Salah satu syarat yang paling penting dalam pelayanan kesehatan adalah

pelayanan yang bermutu. Suatu pelayanan dikatakan bermutu apabila memberikan

kepuasan pada pasien dalam menerima pelayanan kesehatan mencakup beberapa

dimensi. Salah satunya adalah kelancaran komunikasi antar petugas kesehatan

termasuk dokter dengan pasien. Hal ini berarti pelayanan kesehatan bukan hanya

berorientasi pada pengobatan secara medis saja, melainkan juga berorientasi pada

komunikasi sebagai media kolaborasi komunikasi sangat penting dan berguna

bagi pasien, serta sangat membantu pasien dalam proses penyembuhan.

Kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk

menggambarkan suatu hubungan kerjasama yang dilakukan pihak tertentu.

(12)

didasari prinsip yang sama yaitu mengenai kebersamaan, kerjasama, berbagai

tugas, kesetaraan, tanggung jawab dan tanggung gugat. Namun demikian

kolaborasi sulit didefenisikan untuk menggambarkan apa yang sebenarnya

menjadi esensi dari kegiatan ini. Seperti yang dikemukakan National Joint

Practice Commision,1997 yang dikutip Siegler dan Whitney (2000) bahwa tidak

ada definisi yang mampu menjelaskan sekian ragam variasi dan kompleksnya

kolaborasi dalam konteks perawatan kesehatan. Association Medical American

(AMA), 1994, mendefenisikan istilah kolaborasi sebagai proses dimana dokter dan

perawat merencanakan dan praktik bersama sebagai kolega, bekerja saling

ketergantungan dalam batasan-batasan lingkup praktek mereka dengan berbagai

nilai-nilai dan saling mengakui dan menghargai terhadap setiap orang yang

berkonstribusi untuk merawat individu, keluarga dan masyarakat.

Kolaborasi merupakan proses kebutuhan yang komplek yang

membutuhkan sharing pengetahuan dan tanggung jawab bersama untuk merawat

pasien. Bekerjasama dalam kesetaraan adalah esensi dasar kolaborasi yang kita

gunakan untuk menggambarkan hubungan perawat dan dokter. Tentunya ada

konsekuensi dibalik kesetaraan yang dimaksud. Dapat kemungkinan kesetaraan

terlibat jika individu yang merasa dihargai serta terlibat secara fisik dan

intelektual saat memberikan bantuan kepada pasien.

Berkaitan dengan isu kolaborasi dan soal menjalin kerjasama kemitraan

dengan dokter, perawat perlu mengantisipasi konsekuensi perubahan dari

vokasional menjadi profesional. Status yuridis seiring perubahan perawat dari

(13)

jawab hukum juga akan terpisah untuk masing-masing kesalahan. Yaitu,

malpraktik medis, dan mal praktik keperawatan. Perlu ada kejelasan dari

pemerintah maupun para pihak terkait mengenai tanggung jawab hukum dari

perawat, dokter maupun rumah sakit. Organisasi profesi perawat juga harus

berbenah dan memperluas struktur organisasi agar dapat mengantisipasi

perubahan.

Menurut penelitian Charles Amaludin, pelaksanaan kolaborasi perawat

dengan dokter di IRNA Non Bedah Dewasa Rumah Sakit Dr.Mohammad Husin

Palembang tahun 2006 dengan jumlah populasi 90 orang perawat dengan

menggunakan tehnik sample nonprobability sampling maka didapat jumlah

sampel sebanyak 26 0rang perawat dengan hasil penelitian dikategorikan baik

(51,3%) dan frekuensi 13,3.

Berkaitan dengan isu kolaborasi dan soal menjalin kerjasama kemitraan

dengan dokter, perawat perlu mengantisipasi konsekuensi perubahan dari

vokasional menjadi professional. Status yuridis seiring perubahan perawat dari

perpanjangan tangan dokter menjadi mitra dokter sangat komplek. Tanggung

jawab hukum yang akan terpisah untuk masing-masing kesalahan. Yaitu,

malpraktik medis dam malpraktik keperawatan. Perlu ada kejelasan dari

pemerintah maupun para pihak terkait mengenai tanggung jawab hukum dari

perawat, dokter maupun pihak rumah sakit. Organisasi profesi perawat juga harus

berbenah dan memperluas struktur organisasi agar dapat mengantisipasi

(14)

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk menelaah

lebih jauh mengenai trend dan isu mengenai pelaksanaan kolaborasi perawat

dengan dokter, mengingat bahwa kerjasama antara dokter dengan perawat

merupakan salah satu faktor sangat penting untuk mencapai keberhasilan dan

kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien.

1.2. Tujuan Penelitian

Untuk mengidentifikasi kolaborasi antara perawat dengan dokter di dalam

pelayanan kesehatan.

1.3. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana kolaborasi antara perawat dan dokter dapat tercapai dengan

baik?

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberi manfaat berupa:

1.4.1. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan dan sumbangan

pemikiran bagi pegawai/perawat Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan

untuk meningkatkan pelayanan kepada pasien.

1.4.2. Bagi institusi pendidikan program Studi Ilmu Keperawatan Universitas

(15)

a. Hasil penelitian dapat dijadikan bahan evaluasi yang berkaitan dengan

kolaborasi antara perawat dengan dokter.

b. Sebagai sumber bacaan dan referensi bagi perpustakaan di instansi

pendidikan tentang kolaborasi antara perawat dengan dokter.

1.4.3. Bagi Penelitian selanjutnya:

(16)

BAB 2

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Pengertian

Kolaborasi adalah hubungan kerja diantara tenaga kesehatan dalam

memberikan pelayanan kepada pasien/klien adalah dalam melakukan diskusi

tentang diagnosa, melakukan kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling

berkonsultasi atau komunikasi serta masing-masing bertanggung jawab pada

pekerjaannya.

Apapun bentuk dan tempatnya, kolaborasi meliputi suatu pertukaran

pandangan atau ide yang memberikan perspektif kepada seluruh kolaborator.

Kolaborasi merupakan proses komplek yang membutuhkan sharing pengetahuan

yang direncanakan yang disengaja, dan menjadi tanggung jawab bersama untuk

merawat pasien. Kadangkala itu terjadi dalam hubungan yang lama antara tenaga

profesional.

Kolaborasi adalah suatu proses dimana praktisi keperawatan atau perawat

klinik bekerja dengan dokter untuk memberikan pelayanan kesehatan dalam

lingkup praktek profesional keperawatan, dengan pengawasan dan supervisi

sebagai pemberi petunjuk pengembangan kerjasama atau mekanisme yang

ditentukan oleh pertukaran suatu negara dimana pelayanan diberikan. Bagi

perawat, hubungan kerjasama dengan dokter sangat penting apabila ingn

menunjukkan fungsinya secara independen. Tujuan kolaborasi perawat adalah

(17)

pamahaman tentang kontrbusi setiap anggota tim serta untuk mengidentifikasi

cara-cara meningkatkan mutu asuhan klien. Agar hubungan kolaborasi dapat

optimal, semua anggota profesi harus mempunyai keinginan untuk bekerjasama.

Perawat dan dokter merencanakan dan mempraktekkan sebagai kolega, bekerja

saling ketergantungan dalam batas-batas lingkup praktek dengan berbagai

nilai-nilai dan pengetahuan serta respek terhadap orang lain yang berkonstribusi

terhadap perawatan individu, keluarga dan masyarakat.

Hubungan kolaborasi tim kerja di Rumah Sakit

Tim satu disiplin ilmu meliputi : tim perawat, tim dokter, tim administrasi,

dan lain-lain.

Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekelompok

professional yang mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda

keahlian. Tim akan berfungsi baik, jika terjadi adanya konstribusi dari anggota tim

Dokter Perawat Ahli Gizi

Fokus Klien/ Pasien

Laboratorium Dll

Administrasi IPSRS

(18)

dalam memberikan pelayanan kesehatan efektif, bertanggung jawab dan saling

menghargai sesama anggota tim.

Perawat sebagai anggota membawa perspektif yang unik dalam tim inter

disiplin. Perawat memfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan dari praktek profesi kesehatan lain. Perawat berperan sebagai

penghubung penting antara pasien dan pemberi pelayanan kesehatan.

Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati dan

mencegah penyakit. Pada situasi ini dokter menggunakan modalitas pengobatan

seperti pemberian obat dan pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan

anggota tim lain sebagai membuat relevan pemberian pengobatan.

Tim multi disiplin meliputi: tim operasi, tim infeksi nasokomial, dan

lain-lain. Elemen kunci kolaborasi dalam kerjasama tim multidisiplin dapat digunakan

untuk mencapai tujuan kolaborasi tim seperti :

a. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan

keahlian unik profesional.

b. Produktivitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya.

c. Meningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja.

d. Meningkatnya kofensifitas antar professional.

e. Kejelasan peran dalam berinteraksi antar professional.

f. Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, menghargai dan memahami orang

(19)

2.2. Dasar-dasar Komperensi Kolaborasi

a. Komunikasi

Komunikasi sangat dibutuhkan dalam berkolaborasi, karena kolaborasi

membutuhkan pemecahan masalah yang lebih komplek, dibutuhkan

komunikasi efektif yang dapat dimengerti oleh semua anggota tim.

b. Respek dan kepercayaan

Respek dan kepercayaan dapat disampaikan secara verbal maupun non verbal

serta dapat dilihat dan dirasakan dalam penerapannya sehari-hari.

c. Memberikan dan menerima feed back

Feed back dipengaruhi oleh persepsi seseorang, pola hubungan, harga diri,

kepercayaan diri, emosi, lingkungan serta waktu, feed back juga dapat bersifat

negative maupun positif.

d. Pengambilan keputusan

Dalam pengambilan keputusan dibutuhkan komunikasi untuk mewujudkan

kolaborasi yang efektif guna menyatukan data kesehatan pasien secara

komperensip sehingga menjadi sumber informasi bagi semua anggota tm.

e. Manajemen konflik

Untuk menurunkan komplik maka masing-masing anggota harus memahami

peran dan fungsinya, melakukan klarifikasi persepsi dan harapan,

mengidentifikasi kompetensi, mengidentifikasi tumpang tindih peran serta

melakukan negosiasi peran dan tanggung jawabnya.

Terwujudnya suatu kolaborasi tergantung pada beberapa kriteria, yaitu:

(20)

keilmuan masing-masing, (3) memiliki citra diri positif, (4) memiliki kematangan

professional yang setara (yang timbul dari pendidikan dan pengalaman), (5)

mengakui sebagai mitra kerja bukan bawahan, dan (6) keinginan untuk

bernegoisasi.

Inti dari suatu hubungan kolaborasi adalah adanya perasaan saling

ketergantungan (interdefensasi) untuk kerjasama dan bekerjasama. Bekerjasama

dalam suatu kegiatan dapat memfasilitasi kolaborasi yang baik. Kerjasama

mencerminkan proses koordinasi pekerjaan agar tujuan atau target yang telah

ditentukan dapat tercapai. Selain itu menggunakan catatan klien terintegrasi dapat

merupakan suatu alat untuk berkomunikasi antara profesi secara formal tentang

asuhan klien.

Kolaborasi dapat berjalan dengan baik jika : 1) semua profesi memiliki

visi dan misi yang sama, 2) masing-masing profesi mengetahui batas-batas dari

pekerkaannya, 3) anggota profesi dapat bertukar informasi dengan baik, 4)

masing-masing profesi mengakui keahlian dari profesi lain yang bergabung dalam

tim.

2.3 Faktor-faktor Sosial yang Mempengaruhi Komunikasi

Adapun faktor-faktor sosial yang mempengaruhi komunikasi meliputi:

usia, jenis kelamin, kelas sosial, etnik, status sosial, bahasa, kekuasaan, peraturan

(21)

2.4. Faktor Penghambat Kolaborasi Perawat dengan Dokter

Hubungan perawat-dokter adalah suatu bentuk hubungan interaksi yang

telah cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perspektif

yang berbeda dalam memandang pasien, dalam praktiknya menyebabkan

munculnya hambatan-hambatan tehnik dalam melakukan proses kolaborasi.

Kendala psikologi keilmuan dan individual, faktor sosial, serta budaya

menempatkan kedua profesi ini memunculkan kebutuhan akan upaya kolaborasi

yang dapat menjadikan keduanya lebih solid dengan semangat kepentingan

pasien.

Hambatan kolaborasi perawat dengan dokter sering dijumpai pada tingkat

professional dan institusional. Perbedaan status dan kekuasaan tetap menjadi

sumber utama ketidaksesuaian yang membatasi pendirian professional dalam

aplikasi kolaborasi. Dokter cenderung pria, dari tingkat ekonomi lebih tinggi dan

biasanya fisik lebih besar dibandingkan perawat, sehingga iklim dan kondisi

sosial masih mendukung dominasi dokter. Inti sesungguhnya dari komplik

perawat dengan dokter terletak pada perbedaan sikap profesional mereka terhadap

pasien dan cara berkomunikasi diantara keduanya. Dari hasil observasi peneliti di

rumah sakit nampaknya perawat dalam memberikan asuhan keperawatan belum

dapat melaksanakan fungsi kolaborasi khususnya dengan dokter.

Perawat bekerja memberikan pelayanan kepada pasien berdasarkan

instruksi medis yang juga didokumentasikan secara baik, sementara dokumentasi

asuhan keperawatan meliputi proses keperawatan tidak ada. Disamping itu hasil

(22)

mereka menyatakan bahwa banyak kendala yang dihadapi dalam melaksanakan

kolaborasi, diantaranya pandangan dokter yang selalu menganggap bahwa

perawat merupakan tenaga vokasional, perawat sebagai asistennya, serta

kebijakan rumah sakit yang kurang mendukung. Isu-isu tersebut jika tidak

ditanggapi dengan benar dan proporsional dikhawatirkan dapat menghambat

upaya melindungi kepentingan pasien dan masyarakat yang membutuhkan jasa

pelayanan kesehatan, serta menghambat upaya pengembangan dari keperawatan

sebagai profesi.

Berkaitan dengan isu kolaborasi dan soal menjalin kerjasama kemitraan

dokter, perawat perlu mengantisipasi konsekuensi perubahan dari vakosional

menjadi profesional. Status yuridis seiring perubahan perawat dari perpanjangan

tangan dokter menjadi mitra dokter yang sangat komplek. Tanggung jawab hukum

juga akan terpisah untuk masing-masing kesalahan atau kelalaian, yaitu :

malpraktik medis dan malpraktik keperawatan. Perlu ada kejelasan dari

pemerintah maupun para pihak yang terkait mengenai tanggung jawab hukum dari

perawat, dokter maupun rumah sakit. Organisasi profesi juga harus berbenah dan

memperluas struktur organisasi agar dapat mengantisipasi perubahan. Komunikasi

dibutuhkan untuk mewujudkan kolaborasi yang efektif, hal tersebut perlu

ditunjang oleh saran komunikasi yang dapat menyatukan data kesehatan pasien

secara komperensip sehingga menjadi sumber informasi bagi semua anggota tim

dalam pengambilan keputusan.

Menurut penelitian Charles Amaludin, pelaksanaan kolaborasi perawat

(23)

Palembang tahun 2006 dengan jumlah populasi 90 orang perawat dengan

menggunakan tehnik sample nonprobability sampling maka didapat jumlah

sampel sebanyak 26 0rang perawat dengan hasil penelitian dikategorikan baik

(24)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka dalam penelitian ini menggunakan konsep berdasarkan proses.

Sistem yang menggali tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perawat dalam

penerapan komunikasi perawat dengan dokter di Rumah Sakit Umum Haji Adam

Malik Medan.

Proses adalah bagaimana perilaku pada obyek penelitian. Proses penelitian

disini yang ingin dilihat adalah bagaimana perawat dan dokter mengadakan

kontak (komunikasi) dalam kesehariannya dan hal-hal yang menghambat

komunikasi tersebut untuk mencapai standar pelayanan yang memuaskan bagi

pasien dan keluarga.

Kerangka Konsep

Faktor Pendukung:

• Saling percaya

• Menghormati antar profesi

• Citra diri positif

• Adanya negoisasi

(25)

Kerangka konsep kolaborasi perawat dengan dokter di Ruang Rindu B Rumah

Sakit Haji Adam Malik Medan.

=Faktor penghambat tetapi tidak mempengaruhi responden

3.2. Definisi Konseptual dan Operasional

a. Definisi Konseptual

Kolaborasi adalah hubungan kerja diantara tenaga kesehatan dalam

memberikan pelayanan kepada pasien/klien adalah dalam melakukan diskusi

tentang diagnosa, melakukan kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling

berkonsultasi atau komunikasi serta masing-masing bertanggung jawab pada

pekerjaannya. (ANA, 1992)

Perawat adalah seseorang (seorang professional) yang mempunyai

kemampuan, tanggung jawab dan kewenangan melaksanakan pelayanan/asuhan

keperawatan pada berbagai jenjang pelayanan keperawatan. (Kusnanto, 2004).

Dokter adalah seorang tenaga kesehatan (dokter) yang menjadi tempat

kontak pertama pasien dengan dokternya untuk menyelesaikan semua masalah

kesehatan yang dihadapi tanpa memandang jenis penyakit, organisasi, golongan

usia dan jenis kelamin sedini dan sedapat mungkin, secara menyeluruh, paripurna,

bersinambungan dan dalam koordinasi serta kolaborasi dengan professional

kesehatan lainnya, dengan menggunakan prinsip pelayanan yang efektif dan

efesien serta menjunjung tinggi tanggung jawab professional, hukum, etika dan

(26)

b. Definisi Operasional

Kolaborasi adalah proses dimana dokter dan perawat merencanakan dan

praktek bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam

batasan-batasan lingkup praktek mereka dengan berbagai nilai-nilai dan saling mengakui

dan menghargai terhadap setiap orang yang berkonstribusi untuk merawat

individu, keluarga dan masyarakat.

Perawat adalah seorang petugas kesehatan profesional bertujuan untuk

merawat, menjaga keselamatan dan penyembuhan orang sakit atau terluka baik

akut maupun kronik, melakukan perencanaan perawatan kesehatan dan melakukan

perawatan gawat darurat dalam rangka pemeliharaan kesehatan dalam lingkup

yang luas.

Dokter adalah seorang yang karena keilmuannya berusaha menyembuhkan

orang-orang yang sakit. Tidak semua orang yang menyembuhkan penyakit bisa

disebut dokter. Untuk menjadi dokter biasanya diperlukan pendidikan dan

(27)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif, yang bertujuan untuk

mengidentifikasi pola kolaborasi antara perawat dengan dokter di Rumah Sakit

Haji Adam Malik Medan di Ruang Rindu B.

4.2 Populasi dan sampel

4.2.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2005). Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perawat

yang akan berkolaborasi dengan dokter di Rumah Sakit Haji Adam Malik

Medan di Ruang Rindu B yang berjumlah 110 orang.

4.2.2. Sampel

Pengambilan sampel menggunakan tehnik simple random sampling yaitu

tehnik pengambilan data secara acak. Tehnik ini hanya dapat digunakan

apabila setiap anggota populasi itu bersifat homogen. Ini berarti setiap

anggota populasi itu mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil

(28)

Menurut Arikunto (2006), bila jumlah populasi lebih dari 100 orang

maka pengambilan sampel 20% - 25% dari total populasi. Jadi total jumlah

perawat diruangan Rindu B Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan adalah 110

orang. Peneliti mengambil 25% dari total populasi maka sampel penelitian adalah:

110 100

25

x

n= = 27,5 jika dibulatkan menjadi 28

Maka jumlah sampel penelitian adalah 28 orang

4.3 Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan

diruangan Rindu B, karena menurut peneliti tingkat kebutuhan pelayanan

diruangan ini lebih banyak sehingga tingkat komunikasi harus lebih ditingkatkan

lagi agar mutu pelayanan kesehatan meningkat. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2010.

4.4 Pertimbangan etik

Dalam penelitian ini, responden diberi informasi tentang sifat dan tujuan

penelitian yang dilakukan. Kemudian diberikan lembar persetujuan yang akan

ditandatangani sebagai bukti kesediaannya sebagai responden, responden berhak

untuk menolak terlibat dalam penelitian ini. Peneliti akan merahasiakan identitas

responden serta tidak akan mencampuri hal-hal yang bersifat pribadi dari

(29)

4.5 Instrumen Penelitian

Alat yang digunakan untuk pengumpulan data berupa kuesioner yang

terdiri dari sejumlah pernyataan dan jawaban tertentu sebagai pilihan yang

diajukan kepada responden. Kuesioner terdiri dari dua bagian, bagian pertama

yaitu data demografi responden yang terdiri dari umur, jenis kelamin, suku

pendidikan dan penghasilan. Bagian kedua yaitu kuesioner pola kolaborasi antara

perawat dengan dokter. Kuesioner yang digunakan adalah pertanyaan-pertanyaan

yang memberikan gambaran tentang kolaborasi yang sering digunakan antara

perawat dengan dokter. Kuesioner terdiri dari 19 pertanyaan. Jawaban untuk

setiap pertanyaan dibuat dalam skala likert yaitu: 1 = tidak pernah, 2 =

kadang-kadang, 3 = sering, 4= selalu.

Instrumen ini diambil dari buku panduan kolaborasi perawat-dokter

(Siegler, 1999).

4.6 Validitas dan Reliabilitas Penelitian

Kuesioner pada penelitian ini diadopsi dari buku panduan kolaborasi

perawat-dokter (Siegler, 1999) sehingga tidak dilakukan uji validitas isi tetapi

dilakukan uji validitas item. Hasilnya semua item soal (19 soal) adalah valid.

Uji reliabilitas instrumen adalah suatu uji yang dilakukan untuk

mengetahui konsistensi dari instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian

selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama. Uji reliabilitas dilakukan pada 30

perawat pelaksana yang ada diruangan Rindu A Rumah Sakit Haji Adam Malik

(30)

4.7 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

Peneliti melakukan pengumpulan data secara mandiri dengan membagikan

kuesioner secara langsung kepada responden. Sebelum membagikan kuesioner

kepada responden, peneliti terlebih dahulu mengajukan permohonan izin

pelaksanaan melalui pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara, kemudian mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian di Rumah

Sakit Haji Adam Malik Medan di ruangan Rindu B. Setelah mendapat izin maka

dilakukan pengumpulan data, menjelaskan pada calon respenden tentang tujuan,

manfaat dan proses pengisian kuesioner. Calon responden yang bersedia diminta

untuk menandatangani informed consent (surat persetujuan menjadi responden).

Menjelaskan cara pengisian responden, responden diminta untuk mengisi

kuesioner yang diberikan oleh penelitian dengan cermat dan tidak ada hal yang

terlewatkan, responden diberikan kesempatan untuk bertanya bila ada pertanyaan

yang tidak dimengerti. Pengisian kuesioner diisi oleh responden sesuai dengan

yang dialami selanjutnya data dikumpulkan untuk dianalisa.

4.8 Analisa Data

Semua data yang terkumpul, maka analisa data akan dilakukan melalui

beberapa tahapan, antara lain tahap pertama editing, yaitu mengecek nomor

responden dan kelengkapannya serta memastikan bahwa semua jawaban telah

diisi sesuai petunjuk, tahap kedua coding yaitu memberi kode atau angka tertentu

pada kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa,

(31)

komputer, tahap keempat adalah melakukan cleaning yaitu mengecek kembali

data yang telah dientry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak.

Data demografi dan data gambaran kolaborasi perawat dengan dokter

yang sudah diolah kemudian disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan

persentase.Rentang nilai tertinggi untuk hasil kolaborasi perawat dengan dokter

untuk 19 petanyaan dengan bobot 4 untuk setiap soal adalah 76. Sedangkan nilai

terendah untuk hasil kolaborasi perawat dan dokter adalah 19.

Berdasarkan data tersebut kemudian diklasifikasikan ke dalam rumus darii

Notoatmotjo (2005):

- <60% dikategorikan kurang

- 60%-75% dikategorikan cukup

- >75% dikategorikan baik

Maka apabila dikonversikan persentase diatas menjadi sebagai berikut:

Kurang : < 60

— X 76 = 45,6 jika dibulatkan menjadi 46 100

Jadi skor untuk kategori Kurang adalah < 46

Baik 75

— X 76 = 57 100

Jadi skor untuk kategori pelaksanaan kolaborasi perawat dan dokter

adalah:

Kategori Kurang adalah < 46

Cukup adalah 46-57

(32)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul Kolaborasi Perawat dengan

Dokter di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2010

kepada 28 responden didapatkan hasil distribusi responden berdasarkan usia, jenis

kelamin, suku bangsa, pendidikan, penghasilan, dan lama kerja, sebagai berikut :

5.1.1. Karakteristik Demografi

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Demografi Responden di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2010

No. Karakteristik Responden Jumlah Persentase

(33)

Pada tabel 5.1 diatas diketahui bahwa paling banyak responden berusia

diatas 40 tahun yaitu 17 orang (60,7%). Jenis kelamin responden seluruhnya

perempuan yaitu 28 orang (100%). Suku bangsa responden paling banyak Suku

Toba yaitu 13 orang (46,4%) dan selebihnya suku Melayu, Karo, Toba dan Jawa.

Responden paling banyak berpendidikan Akper yaitu 23 orang (82,1%), dan

selebihnya berpendidikan S1 keperawatan. Kebanyakan responden bekerja lebih

dari 10 tahun yaitu 16 orang (57,1%) .

5.1.2. Kolaborasi Perawat dengan Dokter di RSUP Haji Adam Malik Medan

Kolaborasi antara perawat dengan dokter di Rumah Sakit Umum Pusat

Haji Adam Malik dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Kolaborasi Perawat dengan Dokter di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2010

No. Kolaborasi Perawat Frekuensi Persentase

1. Kurang Baik 15 53,6

2. Cukup Baik 12 42,9

3. Baik 1 3,6

Jumlah 28 100

5.2. Pembahasan

Kolaborasi merupakan hubungan kerja diantara tenaga kesehatan dalam

memberikan pelayanan kepada pasien/klien dalam melakukan diskusi tentang

diagnosa, melakukan kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling berkonsultasi atau

komunikasi serta masing-masing bertanggung jawab pada pekerjaannya. (ANA,

(34)

Kolaborasi merupakan suatu proses dimana praktisi keperawatan atau

perawat klinik bekerja dengan dokter untuk memberikan pelayanan kesehatan

dalam lingkup praktek profesional keperawatan, dengan pengawasan dan

supervisi sebagai pemberi petunjuk pengembangan kerjasama atau mekanisme

yang ditentukan oleh pertukaran suatu negara dimana pelayanan diberikan.

Kolaborasi perawat dengan dokter di RSUP Haji Adam Malik paling

banyak menyatakan kurang baik yaitu 15 orang (53,6%) dan paling sedikit yang

menyatakan baik yaitu 1 orang (3,6%). Hubungan perawat-dokter paling banyak

dinyatakan kurang baik dikarenakan adanya perbedaan perspektif yang berbeda

dalam memandang pasien, dalam praktiknya menyebabkan munculnya

hambatan-hambatan tehnik dalam melakukan proses kolaborasi. Selain itu adanya kendala

psikologi keilmuan dan individual, faktor sosial, serta budaya menempatkan

kedua profesi ini memunculkan kebutuhan akan upaya kolaborasi yang dapat

menjadikan keduanya lebih solid dengan semangat kepentingan pasien.

Pada item pertanyaan no. 3 tentang menjelaskan lingkup keahlian jabatan

dan wawasan paling banyak menyatakan “tidak pernah” hal ini disebabkan

karena perawat merasa adanya perbedaan status dan kekuasaan antara perawat dan

dokter. Sehingga hal tersebut tetap menjadi sumber utama ketidaksesuaian yang

membatasi pendirian profesional dalam aplikasi kolaborasi. Dokter cenderung

pria, dari tingkat ekonomi lebih tinggi dan biasanya fisik lebih besar dibandingkan

perawat, sehingga iklim dan kondisi sosial masih mendukung dominasi dokter.

(35)

sikap profesional mereka terhadap pasien dan cara berkomunikasi diantara

keduanya.

Selain itu dari penelusuran jawaban responden perawat jarang

mendiskusikan dengan dokter kesamaan dan perbedaan antara pendekatan

perawatan dan medis dalam penanganan pasien. Komunikasi yang jarang antara

dokter dan perawat dalam penanganan pasien, akan membuat perawat merasa

dianggap tidak mampu melaksanakan asuhan keperawatan yang baik bagi pasien,

sehingga hal tersebut akan sangat berpengaruh terhadap kinerja keperawatan.

Tidak adanya diskusi mengenai perbedaan antara pendekatan perawatan dan

medis akan dapat menimbulkan kesalahan dalam pemberian pelayanan bagi

pasien. Hal ini sejalan dengan pendapat Siegler dan Whitney (2000) bahwa

adanya pendekatan perawatan dan medis antara perawat dan dokter merupakan

suatu proses dimana dokter dan perawat merencanakan dan praktik bersama

sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam batasan-batasan lingkup

praktek, dengan berbagai nilai-nilai dan saling mengakui dan menghargai

terhadap setiap orang yang berkonstribusi untuk merawat individu, keluarga dan

masyarakat.

Adanya anggapan dan stigma dari perawat bahwa segala sesuatu tindakan

keperawatan bagi pasien harus selalu berdasarkan intruksi medis yang secara

langsung harus disampaikan oleh dokter, hal ini berarti perawat tidak dapat

melakukan tindakan medis apapun tanpa instruksi dari dokter. Hal inilah yang

menyebabkan kurangnya rasa percaya diri perawat sebagai mitra kerja dokter.

(36)

yang dilakukannya tanpa instruksi dari dokter, karena apabila terjadi kesalahan

dalam pemberian tindakan maka hal itu akan menjadi tanggung jawab perawat

sebagai pelaksana pemberi jasa pelayanan kesehatan.

Selain itu perawat bekerja memberikan pelayanan kepada pasien

berdasarkan instruksi medis yang juga harus didokumentasikan secara baik,

sementara dokumentasi asuhan keperawatan di rumah sakit yang meliputi proses

keperawatan sering tidak ada. Pentingnya kolaborasi yang dilakukan antara

perawat dengan dokter sangatlah berguna, agar dalam memberikan pengobatan

bagi pasien di rumah sakit mempunyai status yuridis yang jelas. Sebab perawat

merupakan perpanjangan tangan dokter dan menjadi mitra dokter yang sangat

komplek. Perawat dan dokter juga harus mempunyai tanggung jawab hukum yang

jelas dan terpisah untuk masing-masing kesalahan atau kelalaian, seperti

malpraktik medis dan malpraktik keperawatan. Untuk itu diharapkan bagi perawat

dapat sebagai mitra kerja dokter yang baik dalam memberikan pelayanan

kesehatan pada pasien, sehingga terjalinnya kerjasama yang didasari prinsip

kebersamaan dalam berbagai tugas, kesetaraan, rasa tanggung jawab.

Menurut penelitian Charles Amaludin, pelaksanaan kolaborasi perawat

dengan dokter di IRNA Non Bedah Dewasa Rumah Sakit Dr.Mohammad Husin

Palembang tahun 2006 dengan jumlah populasi 90 orang perawat dengan

menggunakan tehnik sampel nonprobability sampling maka didapat jumlah

sampel sebanyak 26 orang perawat dengan hasil penelitian dikategorikan baik

(51,3%) dan frekuensi 13,3. Hal ini sesuai dengan CHS dalam Suhaemi (2004)

(37)

profesional melalui kerajsama yang bersifat kolaboratif dengan tim kesehatan lain

dan memberikan asuhan keperawatan holistik sesuai dengan wewenang dan

tanggung jawabnya. Oleh karena itu, dalam menjalankan tugasnya perawat tidak

(38)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul Kolaborasi Perawat dengan

Dokter di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2010 maka

diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Kolaborasi perawat dengan dokter di RSUP Haji Adam Malik paling banyak

menyatakan kurang baik yaitu 15 orang (53,6%). Hanya 1 orang (3,6%) yang

menyatakan baik.

2. Berdasarkan jawaban yang diproleh dari masing-masing responden yang

menyatakan “tidak pernah” paling banyak pada item pertanyaan tentang

lingkup keahlian jabatan dan wawasan yaitu sebanyak 19 orang (67,9%).

6.2. Saran-saran

Adapun saran-saran yang dapat disampaikan peneliti adalah:

1. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan bagi pihak rumah sakit agar dapat meningkatkan

kerjasama yang baik antara perawat dan dokter guna meningkatkan pelayanan

keperawatan bagi pasien, dan memberikan kejelasan tentang batas dan

wewenang kerja dokter dan perawat bidang yang dependent, independent

(39)

2. Bagi Pendidikan Keperawatan

Agar dapat memenuhi informasi dan pengetahuan mengenai pentingnya

kemampuan kolaborasi antara perawat dan dokter dalam melaksanakan asuhan

keperawatan pasien.

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Amaludin, Charles (2006). Pelaksanaan Kolaborasi Perawat-Dokter di IRNA Non Bedah Dewasa. Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin. Palembang.

Berger, J. Karen and Williams. (1999). Fundamental Of Nursing; Collaborating

for Optimal Health, Second Editions. Apleton and Lange. Prenticehall. USA

Hanson&spross. Kolaborasi dalam Keperawatan. Diperoleh pada tanggal 20 Nopember 2005 dari

Hanson&spross (1998). Colaboration and Independent Practice. Ongoing Issue

fot Nursing. Diakses pada tanggal 12 Maret 2007 dari

http://www.fik.ui.ac.id/pkko/

Juliansyah. Penelitian Evaluasi Praktik Kolaborasi Perawat dan Dokter. Diambil pada 2 Februari 2005 dari http

Nandang. (2001). Diskusi Era Baru: Perawat Ingin Jadi Mitra. Diakses pada tanggal 20 Maret 2007 dari

Kusnanto. (2004). Pengantar Profesi & Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC

Notoatmojo, Soekidjo. (2005). Metodologi Pnelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Sieckert. (2005). Nursing Physician Workplace Collaboration. Diakses pada tanggal 12 Maret 2997. dari http://www.scribd.com/doc/22952800

Siegler. Eugenia L. (1999). Kolaborasi Perawat-Dokter: Perawatan Orang Dewasa dan Lansia. Jakarta: EGC

Sieglar, L Eugeina dan Fay W. Whitney. (2000). Kolaborasi Perawat-Dokter Perawatan Orang Dewasa dan Lansia. Jakarta : EGC.

(41)

Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

KOLABORASI PERAWAT RUMAH SAKIT UMUM

HAJI ADAM MALIK MEDAN

Saya yang bernama Ernawati Tarigan/ 091121068 adalah mahasiswi Ilmu

Keperawatan USU. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang Kolaborasi

perawat dengan dokter di Ruang Rindu B Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik

Medan. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas

akhir di Fakultas Ilmu Keperawatan USU.

Penelitian ini salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas skripsi di

Fakultas Keperawatan USU Medan. Selanjutnya saya mohon kesedian Bapak/Ibu

mengisi kuesioner dengan jujur dan apa adanya tanpa dipengaruhi oleh orang

lain. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti

kesukarelaan Bapak/ibu.

Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga

bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa sanksi apapun. Identitas

Bapak/Ibu dan semua informasi yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya

digunakan untuk penelitian ini. Terima kasih atas partisipasi Bapak/Ibu.

Medan, Mei 2010

Peneliti, Responden

(42)

Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN

Kolaborasi Perawat dengan Dokter diruang Rindu B Rumah Sakit Haji

Adam Malik Medan

Petunjuk Umum Pengisian:

a) Perawat diharapkan bersedia menjawab, semua pertanyaan yang diajukan

peneliti berdasarkan uraian yang tertulis di lembar kuesioner ini.

b) Gunakan tanda checklist (√) pada kolom untuk jawaban yang dianggap sesuai

dengan kondisi perawat

c) Jika kurang jelas silahkan bertanya kepada peneliti.

I. Data Demografi

1. Nomor Responden :

2. Usia :…….. Tahun

3. Jenis Kelamin

( ) Laki-laki ( ) Perempuan

4. Suku :

( ) Jawa

( ) Toba

( ) Karo

( ) Simalungun

(43)

5. Pendidikan

( ) SPK

( ) Akper

( ) S-1 Keperawatan

( ) S-2 Keperawatan

6. Lamanya bekerja

( ) 1-3 Tahun

( ) 4-6 Tahun

( ) 7-9 Tahun

( ) 10- 12 Tahun

( ) > 10 Tahun

II. Kuesioner Kolaborasi Perawat dengan Dokter

No Pernyataan

1 Saya tanyakan pada dokter sejauh mana

mereka mengharapkan keterlibatan saya

dalam pengambilan keputusan masalah

perawatan kesehatan

2 Saya bernegosiasi dengan dokter untuk

menentukan tanggung jawab kami

dalam membahas berbagai informasi

(44)

3 Saya menjelaskan lingkup keahlian

jabatan saya kalau wawasan saya lebih

luas daripada tanggapan dokter

4 Saya membahas dengan dokter sejauh

mana saya ingin ikut terlibat dalam

aspek perencanaan perawatan pasien

5 Saya menyarankan pada dokter cara

pendekatan perawatan pasien yang saya

anggap bermanfaat

6 Saya mendiskusikan dengan dokter

bidang-bidang praktik mana yang

sesungguhnya lebih termasuk wawasan

perawatan daripada wawasan medis

7 Saya mengatakan pada dokter secara

terus terang apabila menurut pendapat

saya apa yang mereka perintahkan itu

kurang tepat

8 Saya menceritakan pada dokter segala

kesulitan pasien untuk menengani

pilihan perawatan dan konsekuensinya

9 Saya menyampaikan pada dokter

bidang-bidang mana yang merupakan

(45)

10 Saya menekankan pentingnya

perawatan medis saat berbicara dengan

pasien

11 Saya meminta penilaian dokter apa

yang mungkin dibutuhkan untuk

memperkuat sistem pendukung pasien

12 Saya mendiskusikan dengan dokter

kesamaan dan perbedaan antara

pendekatan perawatan perawat dan

medis

13 Saya mempertimbangkan pendapat

dokter saat mengembangkan rencana

perawatan

14 Saya membahas bidang kesesuaian dan

ketidaksesuaian dengan dokter untuk

mencoba mengembangkan tujuan

perawatan kesehatan yang dapat

diterimakedua belah pihak

15 Saya mendiskusikan dengan dokter

sejauh mana menurut pendapatku para

dokter harus ikut terlibat dalam

perencanaan dan pelaksanaan

(46)

16 Saya berusaha mencapai konsensus

dengan dokter mengenai cara

pendekatan terbaik perawatan pasien

17 Saya mendiskusikan dengan dokter

sejauhmana mereka mengharp ikur

terlibat dalam proses pengambilan

keputusan perawatan kesehatan

18 Saya menyerahkan pada dokter

aspek-aspek perawatan kesehatan yang lebih

mereka kuasai

19 Saya menjelaskan apakah saya atau

dokter yang bertanggung jawab

membahas berbagai informasi dengan

(47)

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Kuisioner Kolaborasi Perawat Dengan Dokter di Rumah Sakit Umum Pusat Haji .Adam Malik Medan Tahun 2010

kadang Sering Selalu 1 Saya tanyakan pada dokter sejauh

mana mereka mengharapkan

keterlibatan saya dalam pengambil

an keputusan masalah perawatan

kesehatan

2 Saya bernegosiasi dengan dokter

untuk menentukan tanggung jawab

kami dalam membahas berbagai

informasi dengan pasien

5

3 Saya menjelaskan lingkup keahlian

jabatan saya kalau wawasan saya lebih

luas daripada tanggapan dokter

19

4 Saya membahas dengan dokter sejauh

mana saya ingin ikut terlibat dalam

aspek perencanaan perawatan pasien

6

5 Saya menyarankan pada dokter cara

pendekatan perawatan pasien yang

saya anggap bermanfaat

6 Saya mendiskusikan dengan dokter

bidang-bidang praktik mana yang

(48)

7 Saya mengatakan pada dokter secara

terus terang apabila menurut pendapat

saya apa yang mereka perintahkan itu

kurang tepat

8 Saya menceritakan pada dokter segala

kesulitan pasien untuk menengani

pilihan perawatan dan konsekuensinya

16

9 Saya menyampaikan pada dokter

bidang-bidang mana yang merupakan

wawasan khusus perawatan

2

10 Saya menekankan pentingnya

perawatan medis saat berbicara

dengan pasien

11 Saya meminta penilaian dokter apa

yang mungkin dibutuhkan untuk

memperkuat sistem pendukung pasien

5

12 Saya mendiskusikan dengan dokter

kesamaan dan perbedaan antara

pendekatan perawatan perawat dan

medis

13 Saya mempertimbangkan pendapat

dokter saat mengembangkan rencana

perawatan

14 Saya membahas bidang kesesuaian

dan ketidaksesuaian dengan dokter

untuk mencoba mengembangkan

tujuan perawatan kesehatan yang

dapat diterimakedua belah pihak

(49)

15 Saya mendiskusikan dengan dokter

sejauh mana menurut pendapatku para

dokter harus ikut terlibat dalam

perencanaan dan pelaksanaan

aspek-16 Saya berusaha mencapai consensus

dengan dokter mengenai cara

pendekatan terbaik perawatan pasien

5

17 Saya mendiskusikan dengan dokter

sejauhmana mereka mengharp ikur

terlibat dalam proses pengambilan

keputusan perawatan kesehatan

18 Saya menyerahkan pada dokter

aspek-aspek perawatan kesehatan yang lebih

mereka kuasai

19 Saya menjelaskan apakah saya atau

dokter yang bertanggung jawab

membahas berbagai informasi dengan

(50)
(51)
(52)
(53)

Frequency Table

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid < 35 tahun 7 25.0 25.0 25.0

35 - 40 tahun 4 14.3 14.3 39.3

> 40 tahun 17 60.7 60.7 100.0

Total 28 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Perempuan 28 100.0 100.0 100.0

Suku Bangsa

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Jawa 4 14.3 14.3 14.3

Toba 13 46.4 46.4 60.7

Karo 5 17.9 17.9 78.6

Simalungun 4 14.3 14.3 92.9

Melayu 2 7.1 7.1 100.0

(54)

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Akper 23 82.1 82.1 82.1

S1 Keperawatan 5 17.9 17.9 100.0

Total 28 100.0 100.0

Penghasilan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid > Rp. 1.000.000 28 100.0 100.0 100.0

Lama Kerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 - 3 tahun 3 10.7 10.7 10.7

4 - 6 tahun 4 14.3 14.3 25.0

7 - 9 tahun 2 7.1 7.1 32.1

10 - 12 tahun 16 57.1 57.1 89.3

> 12 tahun 3 10.7 10.7 100.0

(55)

Frequency Table

p1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(56)

p4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(57)

p7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(58)

p10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(59)

p13

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(60)

p16

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(61)

p19

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak Pernah 6 21.4 21.4 21.4

Kadang-kadang 15 53.6 53.6 75.0

Sering 4 14.3 14.3 89.3

Selalu 3 10.7 10.7 100.0

Total 28 100.0 100.0

Kolaborasi Perawat Dengan Dokter

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Kurang Baik 15 53.6 53.6 53.6

Cukup Baik 12 42.9 42.9 96.4

Baik 1 3.6 3.6 100.0

(62)

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

(63)

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

p1 2.87 .937 30

p2 2.80 .961 30

p3 2.93 .980 30

p4 2.97 .964 30

p5 2.70 1.055 30

p6 2.83 .950 30

p7 2.90 .960 30

p8 3.03 1.129 30

p9 3.07 .907 30

p10 2.90 .923 30

p11 3.30 .915 30

p12 2.93 1.048 30

p13 2.90 .923 30

p14 2.77 .971 30

p15 2.90 1.094 30

p16 2.93 .944 30

p17 2.90 .995 30

p18 2.90 .995 30

(64)
(65)

Lampiran 4

RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Ernawati Tarigan

Tempat/tanggal Lahir : Medan/17 Mei 1979

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Jl.Besar delitua gang aman no 39

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SD.Negeri 105300 Delitua : Tahun 1989-1991

2. SLTP Negeri 2 Delitua : Tahun 1991-1994

3. SMU RK Deli Murni Delitua : Tahun 1994-1997

4. AKPER Hisarma Medan : Tahun 1999-2002

(66)
(67)
(68)
(69)

Gambar

Tabel 5.1.  Distribusi Frekuensi Karakteristik Demografi  Responden di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2010
TABEL INDUK

Referensi

Dokumen terkait

dengan judul “ Hubungan antara Aktivitas Kerja Manual Handling dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada Perawat di RSUP Haji Adam Malik Medan ”. Penelitian ini

Kategori Drug Related Problems (DRPs) yang paling banyak terjadi pada pasien anak Demam Berdarah Dengue di Instalasi Rawat Inap rindu B RSUP Haji Adam Malik Medan

Mengetahui profil seksio sesarea di RSUP Haji Adam Malik Medan

Kepala Sub Bagian Penyusunan Program dan Anggaran adalah seorang pelaksana di dalam organisasi RSUP Haji Adam Malik, di dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan

Gambaran Tekanan Darah Pasien Saat Menjalani Hemodialisis di RSUP Haji Adam Malik

Mengetahui karakteristik penderita kanker paru di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2016-2018. Mengetahui kecenderungan kunjungan penderita kanker paru rawat inap di RSUP Haji

RSUP Haji Adam Malik Medan periode tahun 2014 dan 2015. Mengetahui sebaran etiologi pasien CTS di RSUP Haji

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang penanganan awal kegawatdaruratan pada perawat dan bidan di RSUP Haji Adam Malik Medan.. Penelitian