LAMPIRAN 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Chindy Tania
Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta, 8 Juli 1994
Agama : Kristen Protestan
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Komplek Taman Pondok Gede Blok C III No. 4, Pondok Gede, Bekasi 17414
e-mail : chindytania@gmail.com
Orang tua :
Ayah : Ir. Edison Situmorang, M.T. Ibu : Erika Simanjuntak
Riwayat Pendidikan :
1. TK Santo Markus II, Jakarta (1998-2000) 2. SD Santo Markus II, Jakarta (2000-2006) 3. SMP Santo Markus II, Jakarta (2006-2009) 4. SMA Negeri 48, Jakarta (2009-2012) Riwayat Organisasi dan Pelatihan:
1. Manajemen Mahasiswa Baru 2012
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4
LAMPIRAN 5
LEMBAR PENJELASAN
Dengan hormat,
Saya Chindy Tania adalah mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2012. Saat ini saya sedang mengadakan penelitian
dengan judul “Hubungan antara Aktivitas Kerja Manual Handling dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada Perawat di RSUP Haji Adam Malik Medan”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan proses belajar mengajar pada blok Community Research Progamme.
Untuk keperluan tersebut, saya memohon kesediaan saudara/saudari untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini. Yang akan saudara lakukan dalam penelitian ini antara lain mengisi kuesioner dengan jujur dan apa adanya.
Apabila saudara/saudari bersedia menjadi partisipan dalam penelitian ini, silahkan menandatangani formulir persetujuan yang ada di halaman selanjutnya. Identitas pribadi saudara/saudari sebagai partisipan akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Bila saudara/saudari membutuhkan penjelasan, maka dapat menghubungi peneliti: Nama : Chindy Tania
HP : 085711101072
Terima kasih saya ucapkan kepada saudara/saudari yang telah ikut berpatisipasi dalam penelitian ini. Keikutsertaan saudara/saudari dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.
Medan, 2015 Peneliti
LAMPIRAN 6
LEMBAR PERSETUJUAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Telah benar-benar paham atas penjelasan yang disampaikan oleh peneliti
mengenai penelitian ini yang berjudul “Hubungan antara Aktivitas Kerja Manual Handling dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah pada Perawat di RSUP Haji
Adam Malik Medan”. Oleh karena itu saya menyatakan BERSEDIA menjadi partisipan dalam penelitian ini.
Demikianlah, persetujuan ini saya sampaikan dengan sukarela dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Medan, 2015 Partisipan
LAMPIRAN 7
KUESIONER PENELITIAN
Petunjuk Pengisian
a) Mohon dengan hormat bantuan dan kesediaan Saudara/i untuk mengisi dan menjawab
semua pertanyaan yang ada.
b) Isilah data Saudara/i dengan lengkap sesuai keadaan yang sebenarnya sebelum
menjawab.
c) Mohon dibaca dengan cermat semua pertanyaan sebelum menjawab.
d) Semua pertanyaan yang ada harus dijawab.
e) Berilah tanda ( ) pada jawaban yang Saudara/i anggap paling tepat.
f) Apabila Saudara/i ingin memperbaiki atau mengganti jawaban semula, cukup dengan
mencoret jawaban semula ( / ) dan memberi tanda ( ) pada jawaban yang baru.
Identitas Responden
No. Responden : (diisi oleh peneliti)
Jenis Kelamin :
Umur :
Lama Bekerja : ...tahun
Lama Bekerja (dalam sehari) : ≤ 8 jam > 8 jam Riwayat Medis:
A.PERTANYAAN UNTUK AKTIVITAS KERJA MANUAL HANDLING
Berikanlah tanda ( ) untuk jawaban yang sesuai dengan keadaan Saudara/i yang
sebenarnya.
Contoh
No. Pertanyaan SS S KK TP
1 Saat bekerja objek yang dikerjakan
terlalu besar
SS : Sering Sekali
S : Sering
KK : Kadang-Kadang
TP : Tidak Pernah
No. Pertanyaan SS S KK TP
1 Saat bekerja objek yang dikerjakan
terlalu besar
2 Saat bekerja objek sulit dipegang
oleh pekerja
3 Pekerjaan dilakukan dengan
mendorong beban
4 Pekerjaan dilakukan dengan menarik
beban
5 Sebelum memulai pekerjaan
dilakukan briefing
6 Pekerjaan membawa beban dilakukan
dengan waktu yang lama
7 Pekerjaan dilakukan dengan
memuntirkan badan
8 Pada saat menarik beban secara
manual, beban objek sulit digerakkan
9 Pekerja mengangkat beban tidak
menggunakan alat bantuan
10 Pada saat posisi kerja membungkuk
pekerja mengangkat beban lebih dari
11 Membawa beban objek lebih dari 25
kg
12 Pada saat bekerja tidak memerlukan
teknik (keahlian khusus)
13 Pekerjaan memerlukan pengerahan
tenaga yang berlebih
14 Anda tidak mempunyai istirahat jam
kerja yang cukup setiap harinya
15 Pada saat mengangkat beban
dilakukan dengan posisi yang
dipaksakan
Jumlah skor
Total skor
B. PERTANYAAN UNTUK KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH
Berikanlah tanda ( ) untuk jawaban yang sesuai dengan keadaan Saudara/i yang
sebenarnya.
No. Pertanyaan SS S KK TP
1 Anda merasakan panas pada daerah
punggung bagian bawah
2 Anda merasakan kaku di punggung
bagian bawah
3 Anda merasakan nyeri punggung
bawah sebelum melakukan aktivitas
pekerjaan
4 Anda merasakan nyeri tertusuk-tusuk
di bagian punggung bawah
5 Anda merasakan nyeri pada bagian
punggung bawah secara
6 Anda merasakan nyeri pada bagian
punggung bawah setelah mengangkat
beban
7 Anda merasa nyeri pada bagian
punggung bawah sesudah melakukan
aktivitas pekerjaan
8 Anda merasa kesulitan pada saat
membungkukkan badan
9 Anda merasakan nyeri pada bagian
punggung bawah hanya pada saat
melakukan pekerjaan
10 Anda tidak bisa berjalan karena nyeri
punggung bawah
11 Anda tidak merasakan nyeri
punggung bawah pada saat
mengangkat beban
12 Anda merasa sulit untuk memutarkan
badan anda ke kiri dan kanan
13 Anda merasa nyeri pada bagian
punggung bawah saat posisi
membungkuk
14 Anda tidak merasakan nyeri dari
bagian punggung sampai tungkai kaki
15 Anda merasakan nyeri punggung
bawah pada saat beristirahat
16 Anda merasa kesemutan pada daerah
punggung bawah
17 Nyeri punggung bawah yang anda
rasakan sembuh dengan sendirinya
18 Nyeri punggung bawah yang anda
rasakan sembuh pada saat beristirahat
19 Nyeri punggung bawah anda rasakan
20 Anda merasakan baal ( mati rasa )
dari punggung bawah sampai tungkai
kaki
Jumlah Skor
LAMPIRAN 8
DATA INDUK
Nomor Usia Jenis Kelamin Lama Kerja Manual Handling Nyeri Puggung Bawah
1 49 Perempuan 20 Rendah Tidak
2 50 Perempuan 20 Rendah Tidak
3 42 Perempuan 22 Rendah Tidak
4 42 Perempuan 17 Rendah Tidak
5 49 Perempuan 20 Rendah Ya
6 50 Perempuan 21 Rendah Tidak
7 34 Perempuan 13 Tinggi Ya
8 37 Perempuan 10 Rendah Tidak
9 49 Perempuan 20 Rendah Tidak
10 39 Perempuan 20 Rendah Tidak
11 36 Laki-Laki 2 Rendah Tidak
12 50 Perempuan 19 Tinggi Tidak
13 37 Laki-Laki 10 Tinggi Tidak
14 26 Laki-Laki 2 Rendah Tidak
15 27 Laki-Laki 1 Rendah Ya
16 41 Perempuan 18 Rendah Ya
17 26 Perempuan 2 Rendah Tidak
18 32 Laki-Laki 5 Rendah Tidak
19 45 Perempuan 20 Rendah Tidak
20 33 Perempuan 3 Rendah Tidak
21 43 Perempuan 19 Rendah Tidak
22 43 Perempuan 17 Rendah Tidak
23 30 Perempuan 2 Rendah Tidak
24 51 Perempuan 18 Rendah Tidak
25 40 Perempuan 16 Tinggi Ya
26 32 Perempuan 6 Tinggi Ya
27 27 Perempuan 3 Rendah Tidak
28 36 Perempuan 16 Rendah Tidak
29 50 Perempuan 18 Rendah Tidak
30 48 Perempuan 19 Rendah Ya
31 48 Perempuan 23 Rendah Ya
32 23 Perempuan 2 Rendah Tidak
33 37 Perempuan 14 Rendah Tidak
34 26 Perempuan 3 Tinggi Tidak
35 30 Perempuan 3 Rendah Tidak
37 37 Perempuan 5 Tinggi Tidak
38 51 Perempuan 19 Rendah Ya
39 46 Perempuan 20 Rendah Tidak
40 42 Perempuan 18 Tinggi Ya
41 40 Perempuan 15 Rendah Tidak
42 40 Perempuan 15 Tinggi Ya
43 47 Perempuan 19 Rendah Tidak
44 32 Perempuan 3 Rendah Tidak
45 28 Laki-Laki 2 Rendah Tidak
46 28 Laki-Laki 2 Rendah Tidak
47 42 Perempuan 19 Rendah Tidak
48 33 Perempuan 3 Tinggi Ya
49 45 Perempuan 18 Tinggi Ya
50 38 Perempuan 17 Tinggi Tidak
51 41 Perempuan 20 Tinggi Tidak
52 38 Perempuan 15 Tinggi Tidak
53 42 Perempuan 15 Tinggi Tidak
54 24 Perempuan 2 Tinggi Tidak
55 30 Perempuan 4 Tinggi Ya
56 48 Perempuan 20 Tinggi Tidak
57 40 Perempuan 16 Tinggi Tidak
58 54 Perempuan 20 Rendah Ya
59 42 Perempuan 16 Rendah Tidak
60 38 Perempuan 16 Rendah Tidak
61 38 Perempuan 16 Rendah Tidak
62 41 Perempuan 18 Rendah Tidak
63 43 Perempuan 19 Tinggi Ya
64 49 Perempuan 21 Rendah Ya
65 39 Perempuan 18 Rendah Ya
66 40 Perempuan 16 Rendah Ya
67 49 Perempuan 20 Rendah Ya
68 34 Perempuan 10 Rendah Tidak
69 50 Perempuan 19 Rendah Ya
70 49 Perempuan 20 Rendah Ya
71 49 Perempuan 21 Rendah Tidak
72 39 Perempuan 20 Tinggi Ya
LAMPIRAN 9
HASIL DATA PENELITIAN
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Laki-Laki 7 9,6 9,6 9,6
Perempuan 66 90,4 90,4 100,0
Total 73 100,0 100,0
Usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid ≤ 35 tahun 19 26,0 26,0 26,0
36-45 tahun 33 45,2 45,2 71,2 >45 tahun 21 28,8 28,8 100,0
Total 73 100,0 100,0
Lama Kerja
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid 1-5 tahun 18 24,7 24,7 24,7
6-10 tahun 5 6,8 6,8 31,5
>10 tahun 50 68,5 68,5 100,0
Total 73 100,0 100,0
Jenis Kelamin * Nyeri Punggung Bawah Crosstabulation
Nyeri Punggung Bawah
Total Ya Tidak
Jenis Kelamin Laki-Laki Count 1 6 7
Expected Count 2,2 4,8 7,0 % within Nyeri Punggung
Bawah 4,3% 12,0% 9,6%
Perempuan Count 22 44 66
Expected Count 20,8 45,2 66,0 % within Nyeri Punggung
Total Count 23 50 73 Expected Count 23,0 50,0 73,0 % within Nyeri Punggung
Bawah 100,0% 100,0% 100,0%
Usia * Nyeri Punggung Bawah Crosstabulation
Nyeri Punggung Bawah
Total Ya Tidak
Usia ≤ 35 tahun Count 5 14 19
Expected Count 6,0 13,0 19,0 % within Nyeri Punggung
Bawah 21,7% 28,0% 26,0%
36-45 tahun Count 9 24 33
Expected Count 10,4 22,6 33,0 % within Nyeri Punggung
Bawah 39,1% 48,0% 45,2%
>45 tahun Count 9 12 21
Expected Count 6,6 14,4 21,0 % within Nyeri Punggung
Bawah 39,1% 24,0% 28,8%
Total Count 23 50 73
Expected Count 23,0 50,0 73,0 % within Nyeri Punggung
Bawah 100,0% 100,0% 100,0%
Lama Kerja * Nyeri Punggung Bawah Crosstabulation
Nyeri Punggung Bawah
Total Ya Tidak
Lama Kerja 1-5 tahun Count 3 15 18
Expected Count 5,7 12,3 18,0 % within Nyeri Punggung
Bawah 13,0% 30,0% 24,7%
6-10 tahun Count 1 4 5
Expected Count 1,6 3,4 5,0 % within Nyeri Punggung
>10 tahun Count 19 31 50 Expected Count 15,8 34,2 50,0 % within Nyeri Punggung
Bawah 82,6% 62,0% 68,5%
Total Count 23 50 73
Expected Count 23,0 50,0 73,0 % within Nyeri Punggung
Bawah 100,0% 100,0% 100,0%
Manual Handling * Nyeri Punggung Bawah Crosstabulation Nyeri Punggung Bawah
Total Ya Tidak
Manual Handling Tinggi Count 10 11 21 Expected Count 6,6 14,4 21,0 % of Total 13,7% 15,1% 28,8%
Rendah Count 13 39 52
Expected Count 16,4 35,6 52,0 % of Total 17,8% 53,4% 71,2%
Total Count 23 50 73
Expected Count 23,0 50,0 73,0 % of Total 31,5% 68,5% 100,0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 3,546a 1 ,060
Continuity Correctionb 2,576 1 ,109 Likelihood Ratio 3,425 1 ,064
Fisher's Exact Test ,094 ,056
Linear-by-Linear Association 3,498 1 ,061 N of Valid Cases 73
DAFTAR PUSTAKA
Alghadir, A., dan Anwer, S., 2015. Prevalence of Musculoskeletal Pain Construction Wokers in Saudi Arabia. The Scientific World Journal: Volume
2015, Article ID 529873, 5 pages.
Asruhi, S., 2013. Hubungan Cara Kerja Angkat Angkut Manual Handling Pasien Dewasa Dan Keluhan Nyeri Punggung Bawah Pada Paramedis Di RSUD
Leuwiliang Bogor. Jakarta: Universitas Esa Unggul.
Barnard, C., 2012. EU Employment Law. United Kingdom: Oxford University Press.
Bull, E., dan Archard, G., 2007. Simple Guide Nyeri Punggung, Terj Surapsari, J. Jakarta: Erlangga.
Canadian Centre fo Occupational Health and Safety, 2015. Available from: http://www.ccohs.ca/oshanswers/ergonomics/mmh/hlth_haz.html [Accessed 17 April 2015]
California Department of Industrial Relations, 2007. Ergonomic Guidelines for Manual Handling. Available from:
http://www.cdc.gov/niosh/docs/2007-131/pdfs/2007-131.pdf [Accessed 6 Mei 2015]
Dahlan, M. S., 2013. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Dewi, A.K.P., 2015. Hubungan Tingkat Risiko Postur Kerja dan Karakteristik Individu dengan Tingkat Risiko Keluhan Low Back Pain pada Perawat
from: http://eprints.ums.ac.id/34268/28/Artikel%2520Publikasi.pdf [Accessed 1 November 2015]
Deyo, R.A., dan Weinstein, J.N, 2001. Low Back Pain. The New England Journal of Medicine, Vol. 344, No. 5.
Duthey, B., 2013. Background Paper 6.24 Low Back Pain. In: Kaplan, et al. 2013. Priority Medicines for Europe and the World 2013 Update. Geneva: World
Health Organization.
Engstrom, J.W., 2006. Back and Neck pain. In: Hauser, S.L., ed. Harrison’s Neurology in Clinical Medicine. USA: McGraw Hill, 69-88.
European Agency for Safety and Health at Work, 2007. Hazards and risks associated with manual handling in the workplace. Spanyol: EU-OSHA.
Fajrin, I. , 2009. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Low Back Pain Karena Spondylosis Lumbalis Dengan Infra Red, Transcutaneus Electrical
Nerve Stimulation, Dan Terapi Latihan William Flexion Exercise. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Available from: http://etd.eprints.ums.ac.id/6634/1/J100060053.pdf [Accessed 17 April 2015]
Harrianto, R., 2010. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: EGC.
Harrington, J.M., dan Gill, F.S., 2005. Buku Saku Kesehatan Kerja, Terj, Kuswadji, S., Edisi 3. Jakarta: EGC.
Harsono dan Soeharso, 2009. Nyeri Punggung Bawah. In: Harsono, ed. Kapita Selekta Neurologi Edisi Kedua. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
Hartwig, M.S., dan Wilson, L.M., 2012. Nyeri. In: Price, S.A., dan Wilson, L.M., ed. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC, 1063-1104.
Health and Safety Executive, 2012. Available from: http://www.hse.gov.uk/pubns/indg143.pdf [Accessed 6 Mei 2015]
Hills, E.C., 2014. Mechanical Low Back Pain Medication. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/310353-medication#1 [Accessed 6 Mei 2015]
Holmberg, S.A.C. dan Thelin, A.G. , 2006. Primary care consultation, hospital admission, sick leave and disability pension owing to neck and low back
pain: a 12-year pospective cohort study in rural population. Sweden: BMC
Musculoskeletal Disorders 2006, 7:66.
Hoy, D., March, L., Brooks, P., dkk, 2014. The global burden of low back pain: estimates from the Global Burden of Disease 2010 study. London: Annals of
the Rheumatic Diseases The Eular Journal 2014; Volume 73:968-974.
International Ergonomics Association. Available from: http://www.iea.cc/whats/index.html [Accessed 1 Mei 2015]
Johannes, 2011. Hubungan Postur Tubuh dengan Terjadinya Nyeri Punggung Bawah pada Pasien Poliklinik Neurologi di RSUP H. Adam Malik Medan.
Medan: Universitas Sumatera Utara. Available from: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/25417 [Accessed 17 April 2015]
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas/article/view/2824/2880 [Accessed 1 November 2015]
Lela, M., dan Frantz, J.M, 2012. The Relationship Between Low Back Pain and Physical Activity Among Nurses in Kanombe Military Hospital. African
Journal of Physiotherapy and Rehabilitation Sciences Vol 4, No 1-2.
Mayfield Clinic, 2013. Anatomy of Spine. Available from: http://www.mayfieldclinic.com/PE-AnatSpine.htm#.VWm8QVKebIW
[Accessed 5 Mei 2015]
Medscape, 2014. Lumbar Spine Anatomy. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1899031-overview#aw2aab6b3
[Acessed 5 Mei 2015]
Mirsa, Y.R., 2014. Hubungan Sikap Tubuh Saat Mengangkat, Mendorong, Dan Memindahkan (Manual Handling) Terhadap Keluhan Nyeri Punggung
Bawah Pada Perawat Unit Rumah Sakit Advent Bandung 2014. Jakarta:
Universitas Esa Unggul.
Moore, K.L. and Agur A.M.R., 2002. Anatomi Klinis Dasar, Terj, Laksman, H. Jakarta: Hipokrates.
Murtezani, A., Ibraimi, Z., Sllamniku, S., dkk, 2011. Prevalence and Risk Factors for Low Back Pain in Industrial Workers. Plovdiv: Folia Medica The Journal
of Medical University-Plovdiv; 53(3): 68-74.
Primala, A., 2012. Hubungan Aktivitas Kerja Manual Handling Dan Keluhan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) Pada Tenaga Kerja Poduksi Sheet
Metal Di Bagan Workshop I PT. Garuda Maintenance Facility Aero Asia.
Jakarta: Universitas Esa Unggul. Available from: http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-569-BAB_I.pdf [Accessed 16 April 2015]
Punnett, L., Prüss-Ustün, A., Nelson, D.I., dkk, 2005. Estimating the Global Burden of Low Back Pain Attributable to Combined Occupational Exposures.
USA: American Journal of Industrial Medicine.
Santoso, G., 2004. Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lingkungan. Jakarta: Prestasi Pusaka.
Sikiru, L., dan Hanifa, S., 2010. Prevalence and risk factors of low back pain among nurses in a typical Nigerian hospital. Uganda: African Health
Sciences Makerere Medical School Vol. 10 No. 1.
Snell, R.S., 2012. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem, Terj, Sugiharto, L. Jakarta: EGC.
Soedirman, dan Suma’mur, P.K., 2014. Kesehatan Kerja Dalam Perspektif Hiperkes & Keselamatan Kerja. Jakarta: Erlangga.
SpineUniverse, 2013. Vertebral Column. Available from: http://www.spineuniverse.com/anatomy/vertebral-column [Accessed 5 Mei 2015]
Suhadri, B., 2008. Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Industri Jilid 2. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.
Suma’mur, P.K., 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES). Jakarta: Sagung Seto.
Tucer, B., Yalcin, B.M., Ozturk, A., dkk, 2009. Risk Factors For Low Back Pain and Its Relation with Pain Related Disability and Depression in a Turkish
Sample. Turkey: Turkish Neurosurgery, Vol: 19, No: 4, 372-332.
Ullrich, P.F., 2012. Diagnosing Lower Back Pain. Available from: http://www.spine-health.com/conditions/lower-back-pain/diagnosing-lower- back-pain [Accessed 5 Mei 2015]
Umami, A.R., Hartanti, R.I., dan Sujoso, A.D.P., 2014. Hubungan antara Karakteristik Responden dan Sikap Kerja Duduk dengan Keluhan Nyeri
Punggung Bawah (Low Back Pain) Pada Pekerja Batik Tulis. e-Jurnal
Pustaka Kesehatan Vol. 2 No. 1.
Vos, T., Flaxman, A.D., Naghavi, M., dkk 2012. Years lived with disability (YLDs) for 1160 sequale of 289 disease and injuries 1990-2010: a systemic
analysis for the Global Burden of Disease Study 2010. London: The Lancet
Article 2012 Volume 380 No. 9859: 2163-2196.
Yogisutanti, G., 2010. Persepsi Usaha (Perceived Of Exertion) dan Sikap Kerja Perawat Sebelum dan Sesudah Pelatihan Penanganan Pasien (Patient
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep penelitian ini adalah:
Variabel independen Variabel dependen
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
3.2. Variabel dan Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional
Variabel
Independen Definisi Cara Ukur Alat Ukur
Hasil
Ukur Skala Manual
Handling
Suatu kegiatan transportasi yang
dilakukan oleh satu pekerja atau
lebih dengan melakukan
kegiatan pengangkatan,
penurunan, mendorong,
menarik, mengangkut, dan
memindahkan barang.
Wawancara Kuesioner ≥44= tinggi <44=
rendah
Variabel
Dependen Definisi Cara Ukur Alat Ukur
Hasil
Ukur Skala Nyeri
Punggung Bawah
Perasaan nyeri di daerah lumbosakral
dan sakroiliakal.
Wawancara Kuesioner ≥55= ya <55=
tidak
Ordinal
3.3. Hipotesis
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik. Desain penelitian yang digunakan adalah potong lintang atau cross sectional, yaitu mencari hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen dengan melakukan pengukuran sesaat.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli hingga Desember 2015. Penelitian ini akan dilakukan di Instalasi Rindu A RSUP Haji Adam Malik Medan. Rumah sakit ini dipilih karena merupakan rumah sakit rujukan di Sumatera Utara dan memiliki objek yang memadai.
4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perawat yang bekerja di Instalasi Rindu A RSUP Haji Adam Malik Medan.
4.3.2 Sampel Penelitian 4.3.2.1. Besar Sampel
Untuk menentukan jumlah sampel yang diambil dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Dahlan, 2013):
( √ √ )
Zα = 1,96
Zβ = 0,84
P2 = 0,7 (Sikiru dan Hanifa, 2010) Q2 = 1 - P2 = 0,3
P1 = P2 + 0,2 = 0,9 Q1 = 1 - P1 = 0,1 P = (P1 + P2) / 2 = 0,8 Q = 1 - P = 0,2
( √ √ )
Dengan demikian, besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini dibulatkan menjadi 62 orang.
4.3.2.2. Kriteria Inklusi
Perawat yang bekerja di RSUP Haji Adam Malik Medan Perawat yang sudah bekerja minimal 1 tahun
4.3.2.3. Kriteria Eksklusi
Perawat wanita yang sedang hamil
Perawat yang pernah mengalami trauma tulang belakang
4.4. Teknik Pengumpulan Data
4.5. Pengolahan dan Analisa Data
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik, yang terletak di Jalan Bunga Lau No. 17, Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara. RSUP Haji Adam Malik merupakan rumah sakit tipe A sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990 yang menjadi pusat rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/Menkes/IX/1991 tanggal 6 September 1991, RSUP Haji Adam Malik ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, sehingga dapat digunakan sebagai Pusat Pendidikan Klinik calon dokter dan Pendidikan Keahlian calon dokter spesialis.
RSUP Haji Adam Malik memiliki berbagai fasilitas pelayanan, diantaranya pelayanan rawat inap. Penelitian dilakukan di rawat inap Instalasi Rindu A lantai 1, 2, dan 3 RSUP Haji Adam Malik.
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden Penelitian
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Sampel Penelitian
Karakteristik Frekuensi (n=73) Persentase (%) Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 7 66 9,6 90,4 Usia
≤ 35 tahun
36-45 tahun 46-55 tahun
19 33 21 26,0 45,2 28,8 Lama Kerja
1-5 tahun 6-10 tahun >10 tahun
18 5 50 24,7 6,8 68,5 Manual Handling Tinggi Rendah 21 52 28,8 71,2 Nyeri Punggung Bawah
Ya Tidak 23 50 31,5 68,5
Berdasarkan jenis kelamin, kelompok terbesar dari 73 sampel adalah perempuan yaitu sebanyak 66 orang (90,4%). Sedangkan untuk laki-laki sebanyak 7 orang (9,6%).
Sampel dalam penelitian ini adalah perawat dengan distribusi terbanyak pada usia 36-45 tahun sebesar 33 orang (45,2%). Rata-rata usia sampel adalah 39,92 dengan sampel termuda berusia 23 tahun dan sampel tertua berusia 54 tahun.
Berdasarkan tabel 5.1 didapati bahwa lebih banyak sampel yang melakukan manual handling dengan intensitas rendah yaitu sebanyak 52 orang (71,2%).
Sedangkan manual handling dengan intensitas tinggi dijumpai pada 21 orang (28,8%).
Ditinjau dari keluhan nyeri punggung bawah, diketahui bahwa mayoritas sampel tidak mengalami nyeri punggung bawah yaitu sebanyak 50 orang (68,5%). Sampel yang mengalami nyeri punggung bawah yaitu sebanyak 23 orang (31,5%).
5.1.3. Hasil Analisa Data
[image:30.595.111.521.378.641.2]Dari data yang diperoleh dari sampel dilakukan analisis berupa distribusi frekuensi nyeri punggung bawah berdasarkan jenis kelamin, usia, dan lama kerja.
Tabel 5.2 Distirbusi Frekuensi Nyeri Punggung Bawah
Karakteristik Frekuensi (n=23) Persentase (%) Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 1 22 4,3 95,7 Usia
≤ 35 tahun
36-45 tahun >45 tahun
5 9 9 21,7 39,1 39,1 Lama Kerja
1-5 tahun 6-10 tahun >10 tahun
3 1 19 13,0 4,3 82,6
Dari tabel di atas terlihat bahwa keluhan nyeri punggung bawah lebih banyak pada perempuan yaitu sebesar 95,7% dibandingkan pada laki-laki yaitu sebesar 4,3%.
masing-masing yaitu sebesar 39,1%. Keluhan nyeri punggung bawah terendah pada kelompok usia ≤ 35 tahun yaitu sebesar 21,7%.
Dari tabel di atas keluhan nyeri punggung bawah tertinggi pada kelompok yang telah bekerja >10 tahun yaitu sebesar 82,6% dan terendah pada kelompok yang telah bekerja selama 6-10 tahun yaitu sebesar 4,3%.
Tabel 5.3 Hubungan antara Aktivitas Kerja Manual Handling dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah
Manual Handling Nyeri Punggung Bawah Total p*
Ya Tidak
Tinggi 10 (13,7%) 11 (15,1%) 21 (28,8%) 0,06 Rendah 13 (17,8%) 39 (53,4%) 52 (71,2%)
Total 23 (31,5%) 50 (68,5%) 73 (100%)
*Uji Chi Square
Dari distribusi silang manual handling dengan keluhan nyeri punggung bawah, ditemukan bahwa pada sampel dengan aktivitas manual handling tinggi dan memiliki keluhan nyeri punggung bawah sebanyak 10 orang (13,7%). Sampel dengan aktivitas manual handling rendah dan memiliki keluhan nyeri punggung bawah sebanyak 13 orang (17,8%).
Data pada tabel 5.3 diuji dengan uji Chi Square yang kemudian diperoleh nilai p sebesar 0,06. Dari hasil yang tertera, dengan nilai p > 0,05 berarti H0 diterima, yakni tidak terdapat hubungan antara aktivitas manual handling dengan keluhan nyeri punggung bawah.
5.2. Pembahasan
5.2.1. Analisis Karakter Sampel Penelitian
[image:31.595.109.479.280.387.2](2010) di Nigeria. Dari 300 sampel yang mengalami nyeri punggung bawah, didapati perawat perempuan sebanyak 204 orang (68%). Hal serupa juga ditemukan pada penelitian Dewi (2015) bahwa nyeri punggung bawah lebih banyak dijumpai pada perawat perempuan yaitu sebesar 75%. Penelitian oleh Lela & Frantz (2012) juga menemukan keluhan nyeri punggung bawah dijumpai lebih banyak pada perawat perempuan yaitu sebesar 84%. Hal ini mungkin disebabkan karena jumlah perawat perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Seperti pada penelitian ini, dimana jumlah perawat perempuan sebanyak 66 orang sementara perawat laki-laki hanya 7 orang.
Berdasarkan usia dapat dilihat kelompok usia terbanyak yang mengalami nyeri punggung bawah adalah kelompok usia 36-45 tahun dan >45 tahun yaitu masing-masing sebanyak 9 orang dan persentase 39,1%. Dalam penelitian Sikiru dan Hanifa (2010) juga didapati peningkatan nyeri punggung bawah seiring dengan bertambahnya usia. Sampel yang mengalami nyeri punggung bawah yaitu sebanyak 81 orang (27%) pada kelompok usia 36-45 tahun dan sebanyak 200 orang (66,7%) pada kelompok usia >46 tahun. Umami dkk (2014) dalam penelitiannya, mendapati keluhan nyeri punggung bawah pada sebagian besar responden berusia >30 tahun yaitu sebanyak 29 responden dari total 36 reponden. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Deyo dan Weinstein (2001) dalam jurnal Low Back Pain, bahwa nyeri punggung bawah lebih sering muncul antara usia 30 sampai 50 tahun dan pada usia di bawah 45 tahun lebih sering disebabkan faktor pekerjaan.
akibatnya, anulus tidak selalu dapat menahan tekanan pada nucleus pulposus. Pada usia lanjut, discus ini tipis dan kurang lentur, dan tidak dapat lagi dibedakan antara nucleus dan anulus.
Berdasarkan lama kerja, keluhan nyeri punggung bawah terbanyak dijumpai pada kelompok yang telah bekerja >10 tahun yaitu sebesar 82,6%. Hal serupa dalam penelitian Koesyanto (2013) ditemukan keluhan nyeri punggung bawah
pada 20 responden dengan masa kerja berisiko yaitu ≥4 tahun. Masa kerja merupakan akumulasi aktivitas kerja seseorang yang dilakukan dalam jangka waktu yang panjang. Apabila aktivitas tersebut dilakukan terus-menerus akan mengakibatkan gangguan pada tubuh (Dewi, 2015)
5.2.2. Hubungan antara Aktivitas Manual Handling dengan Nyeri Punggung Bawah
Pada penelitian ini, perawat dengan aktivitas manual handling tinggi dan memiliki keluhan nyeri punggung bawah sebanyak 10 orang (13,7%), dan yang tidak memiliki keluhan nyeri punggung bawah sebanyak 11 orang (15,1%). Perawat dengan aktivitas manual handling rendah dan memiliki keluhan nyeri punggung bawah sebanyak 13 orang (16,4%), dan yang tidak memiliki keluhan nyeri punggung bawah sebanyak 39 orang (53,4%).
Setelah dilakukan uji statistik Chi Square dari tabel 5.5, hasilnya menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas manual handling dengan keluhan nyeri punggung bawah dengan nilai p > 0,05 (p=0,06).
Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Mirsa (2014) di Bandung yang menemukan bahwa tidak ada hubungan antara cara mengangkat, mendorong dan memindahkan (manual handling) dengan keluhan nyeri punggung bawah pada perawat dengan nilai p > 0,05 (p=0,331). Namun, hasil penelitian ini berbeda dengan yang dilakukan oleh Asruhi (2013) di Bogor, yang menemukan bahwa cara kerja angkut manual handling memiliki hubungan dengan keluhan nyeri punggung bawah pada paramedis dengan nilai p < 0,05 (p=0,014).
bawah, sedangkan 11 sampel lainnya tidak. Kondisi ini mungkin dikarenakan aktivitas manual handling dikerjakan dengan cara yang benar, sehingga tidak menimbulkan efek nyeri punggung bawah.
Nyeri yang terjadi karena beban kerja melebihi kapasitas bekerja maupun posisi kerja yang tidak ergonomis dalam menangani pasien terutama pada saat angkat, angkut dan pemindahan pasien selama bekerja (Yogisutanti, 2010). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Yogisutanti (2010) kepada perawat, menunjukkan adanya perbedaan persepsi usaha sebelum dan sesudah dilakukan pelatihan penanganan pasien (p=0,000), sehingga pelatihan penanganan pasien dapat digunakan untuk mengurangi sprain dan strain, persepsi usaha fisik dan mencegah gangguan muskuloskeletal pada perawat.
Hal tersebut juga didukung oleh European Agency for Safety and Health at Work (2007) yang menyatakan bahwa pelaksanaan metode pengangkatan dan
reposisi yang tepat dapat mencapai kesuksesan dalam mengurangi cedera yang berkaitan dengan kerja serta biaya kompensasi pekerja. Sebagai tambahan, hal itu dapat menimbulkan keuntungan yang banyak, seperti mengurangi pergantian pekerja, biaya pelatihan dan administrasi, mengurangi ketidakhadiran pekerja, meningkatkan produktivitas dan memperbaiki moral pekerja.
5.3. Keterbatasan Penelitian
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dari data yang diperoleh, adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Berdasarkan jenis kelamin, keluhan nyeri punggung bawah lebih banyak pada perempuan yaitu 22 orang (95,7%).
2. Berdasarkan usia, keluhan nyeri punggung bawah terbanyak dapat dijumpai pada 2 kelompok usia yaitu 36-45 tahun dan >45 tahun, dengan persentase masing-masing yaitu sebesar 39,1%.
3. Berdasarkan lama kerja, keluhan nyeri punggung bawah lebih banyak pada kelompok yang telah bekerja >10 tahun yaitu sebanyak 19 orang (82,6%). 4. Terdapat sebanyak 52 orang (71,2%) dengan aktivitas kerja manual
handling intensitas rendah dan 21 orang (28,8%) dengan aktivitas kerja
manual handling intensitas tinggi.
5. Terdapat sebanyak 23 orang (31,5%) dengan keluhan nyeri punggung bawah.
6. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas kerja manual handling dengan keluhan nyeri punggung bawah pada perawat di RSUP
Haji Adam Malik Medan, dengan nilai p=0,06.
6.2. Saran
Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak. Adapun saran tersebut, yaitu:
1. Perlu dilakukan penelitian terhadap faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi nyeri punggung bawah pada perawat.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Punggung Bawah
[image:37.595.237.392.448.660.2]Menurut Snell (2012), columna vertebralis merupakan pilar utama tubuh, dan berfungsi menyanggah cranium, gelang bahu, ektremitas superior, dan dinding thorax serta melalui gelang panggul meneruskan berat badan ke ekstremitas inferior. Di dalam rongganya terletak medulla spinalis, radix nervi spinalis, dan lapisan penutup meningen, yang dilindungi oleh columna vertrebalis. Columna vertebralis terdiri dari 33 vertebra, yaitu 7 vertebra cervicalis, 12 vertebra thoracicus, 5 vertebra lumbalis, 5 vertebra sacralis (yang bergabung membentuk os sacrum), dan 4 vertebra coccygea (tiga yang di bawah umumnya bersatu). Struktur columna ini fleksibel, karena columna ini bersegmen-segmen dan tersusun dari vertebra, sendi-sendi, dan bantalan fibrocartilago yang disebut discus intervertebralis. Discus intervertebralis membentuk kira-kira seperempat panjang kolumna.
Gambar 2.1 Tulang Belakang Sumber: SpineUniverse, 2013
vertebrale, yang dilalui oleh medulla spinalis dan bungkus-bungkusnya. Arcus vertebrae terdiri atas sepasang pediculus yang berbentuk silinder, yang membentuk sisi-sisi arcus, dan sepasang lamina yang pipih yang melengkapi arcus pada daerah posterior (Snell, 2012)
Arcus vertebrae mempunyai tujuh processus yaitu satu processus spinosus, dua processus transversus, dan empat processus articularis. Processus spinosus atau spina, menonjol ke posterior dari pertemuan kedua lamina. Processus transversus menonjol ke lateral dari pertemuan lamina dan pediculus. Processus spinosus dan processus transversus berfungsi sebagai pengungkit dan menjadi tempat melekatnya otot dan ligamentum. Processus articularis terletak vertikal dan terdiri dari dua processus articularis superior dan dua processus articularis inferior. Processus ini menonjol dari pertemuan antara lamina dan pediculus, dan facies articularisnya diliputi oleh kartilago hialin. Kedua processus articularis superior dari sebuah arcus vertebrae bersendi dengan kedua processus articularis inferior dari arcus yang ada diatasnya, membentuk sendi sinovial (Snell, 2012).
Pediculus mempunyai lekuk pada pinggir atas dan bawahnya, membentuk incisura vertebralis superior dan inferior. Pada masing-masing sisi, incisura vertebralis superior sebuah vertebra dan incisura vertebralis inferior vertebra di atasnya membentuk foramen intervertebrale. Foramina ini pada kerangka yang bersendi berfungsi sebagai tempat lewatnya nervus spinalis dan pembuluh darah. Radix anterior dan posterior nervi spinalis bergabung di dalam foramina ini, bersama dengan pembungkus duramaternya membentuk saraf spinalis segmentalis (Snell, 2012).
2.1.1. Vertebra Lumbalis Tipikal dan Os Sacrum
Menurut Snell (2012), sebuah vertebra lumbalis tipikal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
1. Corpus besar dan berbentuk ginjal.
2. Pediculus kuat dan mengarah ke belakang. 3. Lamina tebal.
5. Processus transversus panjang dan langsing.
6. Processus spinosus pendek, rata, dan berbentuk segiempat dan mengarah ke belakang.
[image:39.595.223.400.217.426.2]7. Facies articularis processus articularis superior menghadap ke medial dan facies articularis processus articularis inferior menghadap ke lateral.
Gambar 2.2 Vertebra Lumbal Sumber: Medscape, 2014
Vertebra lumbalis tidak mempunyai facies articularis untuk bersendi dengan costa dan tidak ada foramina pada processus transversus.
Os sacrum terdiri atas lima vertebra rudimenter yang bergabung menjadi satu membentuk sebuah tulang berbentuk baji, yang cekung di anterior. Pinggir atas atau basis tulang bersendi dengan vertebara lumbalis V. Pinggir bawah yang sempit bersendi dengan os coccygis. Di lateral, os sacrum bersendi dengan dua os coxae untuk membentuk articulatio sacroiliaca. Pinggir anterior dan atas vertebra S1 menonjol ke depan sebagai margo posterior apertura pelvis superior dan dikenal sebagai promontorium sacralis. Promontorium sacralis pada wanita penting untuk obstetrik dan digunakan pada saat menentukan ukuran pelvis (Snell, 2012).
anteriores dan posteriores nervi spinales sacrales dan coccygeales, filum terminale, dan zat fibroadiposa. Juga berisi bagian bawah spatium subarachnoideum, ke bawah sampai setinggi pinggir bawah vertebra S2. Permukaan anterior dan posterior sacrum mempunyai empat foramen pada setiap sisi, untuk tempat lewatnya rami anteriores dan posteriores empat nervi spinales sacrales bagian atas (Snell, 2012).
2.1.2. Otot-Otot Punggung
Menurut Snell (2012), otot-otot punggung dapat dibagi dalam tiga kelompok:
1. Otot-otot superficial yang berhubungan dengan cingulum membri superioris.
2. Otot-otot intermedia yang ikut menggerakkan cavea thoracis.
3. Otot-otot profunda atau postvertebralis yang terdapat pada columna vertebralis.
Otot-otot postvertebra berkembang dengan baik pada manusia dan membentuk tiang jaringan otot yang lebar dan tebal, yang menempati rongga di kanan kiri processus spinosus columna vertebralis. Processus spinosus dan processus transversus vertebrae berfungsi sebagai pengungkit yang mempermudah kerja otot. Otot-otot terpanjang terletak superficial dan berjalan dari sacrum ke angulus costae, processus transversus, dan processus spinosus vertebrae bagian atas. Otot-otot dengan panjang sedang (intermedia) berjalan miring dari processus transversus ke processus spinosus. Serabut otot yang terpendek dan terdalam berjalan diantara processus spinosus dan di antara processus transversus vertebrae yang berdekatan. Otot-otot punggung dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Snell, 2012):
Otot-otot Superficial yang Berjalan Vertikal.
Musculus erector spinae: musculus iliocostalis, musculus longissimus, dan musculus spinalis.
Musculus transversospinalis: musculus semispinalis, musculi multifidi, dan musculi rotatores.
Otot-otot Profunda: musculi interspinales dan musculi intertransversarii. Trigonum lumbalis merupakan trigonum musculare punggung, yaitu lokasi dimana pus dapat muncul dari dinding abdominal. Batas-batasnya adalah musculus latissimus dorsi, pinggir posterior musculus obliquus abdominis externus dan crista iliaca (Snell, 2012).
Otot-otot punggung terbanyak dipersarafi oleh ramus posterior nervi spinalis, tetapi beberapa otot dipersarafi oleh ramus anterior nervi spinalis. Musculi intertransversarii anteriores cervicis dipersarafi oleh ramus anterior nervi spinalis (Moore dan Agur, 2002).
2.1.3. Sendi-Sendi Columna Vertebralis di Bawah Axis
Permukaan atas dan bawah corpus vertebrae yang berdekatan dilapisi oleh lempeng tulang rawan hialin yang tipis. Di antara lempeng tulang rawan tersebut, terdapat discus intervertebralis yang tersusun dari jaringan fibrocartilago. Discus intervertebralis paling tebal di daerah cervical dan lumbal, tempat di mana paling banyak terjadi gerakan columna vertebralis. Discus ini berperan sebagai peredam benturan bila beban pada columna vertebralis mendadak bertambah. Sayangnya daya pegas ini berangsur-angsur menghilang dengan bertambahnya usia (Snell, 2012).
Ketebalan discus intervertebralis di berbagai daerah berbeda satu dari yang lain; discus intervertebralis yang paling tebal terdapat di daerah lumbal dan yang paling tipis di daerah torakal sebelah kranial. Di daerah servikal dan daerah lumbal discus intervertebralis lebih tebal di sebelah ventral dan lebih merata ketebalannya di daerah torakal (Moore dan Argur, 2002).
terletak sedikit ke pinggir posterior daripada pinggir anterior discus. Permukaan atas dan bawah corpus vertebrae yang berdekatan yang menempel pada discus diliputi oleh cartilago hialin yang tipis (Snell, 2012).
Gambar 2.3 Discus Intervertebralis Sumber: Mayfield Clinic, 2013
Sifat setengah cair nucleus pulposus memungkinkannya berubah bentuk dan vertebrae dapat menjungkit ke depan atau ke belakang di atas yang lain. Peningkatan beban kompresi yang mendadak pada columna vertebralis menyebabkan nucleus pulposus yang semi cair ini menjadi gepeng dan keadaan ini diakomodasi oleh daya pegas di sekeliling anulus fibrosus. Kadang-kadang, dorongan keluar ini terlalu kuat bagi anulus, sehingga anulus menjadi robek dan nucleus pulposus keluar dan menonjol ke dalam canalis vertebralis, di mana nucleus ini dapat menekan radix nervi spinalis, nervus spinalis, atau bahkan medulla spinalis (Snell, 2012).
Ligamentum longitudinale anterius dan posterius berjalan turun sebagai sebuah pita utuh pada permukaan anterior dan posterior columna vertebralis dari cranium sampai ke sacrum. Ligamentum longitudinale anterius lebar dan melekat dengan kuat pada pinggir depan dan samping corpus vertebrae, dan pada discus intervertebralis. Ligamentum longitudinale posterius lemah dan sempit dan melekat pada pinggir posterior discus.
Ligamentum supraspinale: berjalan di antara ujung-ujung processus spinosus yang berdekatan.
Ligamentum interspinale: menghubungkan processus spinosus yang berdekatan.
Ligamentum intertransversaria: berjalan di antara processus transversus yang berdekatan.
[image:43.595.115.507.107.482.2] Ligamentum flavum: menghubungkan lamina dari vertebra yang berdekatan.
Gambar 2.4 Ligamen pada Vertebra Sumber: SpineUniverse, 2014
Sendi-sendi antara corpus vertebrae dipersarafi oleh cabang kecil meningea masing-masing saraf spinal. Saraf ini berasal dari nervus spinalis pada saat saraf ini keluar dari foramen intervertebrale. Kemudian saraf ini masuk kembali ke dalam canalis vertebralis melalui foramen intervertebrale dan menyarafi meningen, ligamenta, dan discus intervertebralis. Sendi-sendi antara processus articularis dipersarafi oleh cabang-cabang dari rami posteriores nervi spinales. Sendi-sendi pada setiap tingkat menerima serabut saraf dari dua nervus spinalis yang berdekatan (Snell, 2012).
2.1.4. Gerakan Columna Vertebralis
Fleksi adalah gerakan ke depan, dan ekstensi adalah gerakan ke belakang. Keduanya dapat dilakukan dengan leluasa di daerah cervical dan lumbal, tetapi terbatas pada daerah thoracal.
Fleksi lateral adalah melengkungnya tubuh ke salah satu sisi. Gerakan ini mudah dilakukan di daerah cervical dan lumbal, tetapi terbatas di daerah thoracal.
Rotasi adalah gerakan memutar columna vertebralis. Gerakan ini sangat terbatas di daerah lumbal.
Sirkumduksi adalah kombinasi dari seluruh gerakan-gerakan di atas.
Di daerah lumbal, fleksi dilakukan oleh musculus rectus abdominis dan musculi psoas. Ekstensi dilakukan oleh musculi postvertebrales. Fleksi lateral dilakukan oleh musculi postvertebrales, musculus quadratus lumborum, dan otot-otot serong dinding anterolateral abdomen. Musculus psoas mungkin ikut dalam gerakan ini. Gerakan rotasi dilakukan oleh otot-otot rotator dan otot-otot serong dinding anterolateral abdomen (Snell, 2012).
2.2. Nyeri Punggung Bawah 2.2.1. Definisi
Nyeri punggung bawah ialah perasaan nyeri di daerah lumbosakral dan sakroiliakal. Nyeri punggung bawah sering disertai penjalaran ke tungkai sampai kaki (Harsono dan Soeharso, 2009).
2.2.2. Etiologi
Menurut Engstrom (2006), penyebab nyeri punggung bawah yaitu sebagai berikut.
Tabel 2.1 Etiologi Nyeri Punggung Bawah 1. Kongenital atau
perkembangan
Spondilolisis dan spondilolistesis Kifoskoliosis
2. Trauma minor Strain (cedera akibat peregangan yang berlebihan) atau sprain (keseleo)
3. Fraktur Traumatik: jatuh, kecelakaan lalu lintas Atraumatik: osteoporosis, neoplastic
infiltration, steroid eksogen
4. Herniasi diskus intervertebral
5. Degeneratif Disk-osteophyte complex Gangguan pada diskus internal
Spinal stenosis with neurogenic claudication Penyakit sendi atlantoaxial (misalnya, artritis
reumatoid)
6. Artritis Spondilosis
Facet or sacroiliac arthropathy
Autoimun (misalnya spondilitis ankilosa, Reiter’s syndrome)
7. Neoplasma Metastasis, hematologis, tumor tulang primer 8. Infeksi atau inflamasi Osteomielitis vertebral
Abses epidural spinal Septik diskus
Meningitis
Araknoiditis lumbal
9. Metabolik Osteoporosis – hiperparatiroidisme, imobilitas
Osteosklerosis (misalnya Paget’s disease) 10. Lainnya Referred pain dari penyakit viseral
Postural
Psikiatrik, malingering, chronic pain syndromes
Diseksi arteri vertebral
2.2.3. Faktor Risiko
Banyak artikel yang telah dipublikasikan membahas tentang faktor risiko nyeri punggung bawah dari segi fisik, psikososial, dan faktor individu. Faktor-faktor tersebut berinteraksi dalam jalan yang berbeda sehingga dapat menimbulkan nyeri punggung bawah. Dalam satu kondisi, faktor risiko psikososial mungkin menjadi kontributor utama, sementara pada kondisi yang lain faktor risiko fisik mungkin menjadi penyebab utama (Op De Beeck dan Hermans, 2000).
Ringkasan mengenai hubungan antara nyeri punggung bawah dan faktor risikonya dimuat dalam tabel di bawah. Sistem klasifikasi Bernard et al (1997) dan klasifikasi Hoogendoorn et al (2000) digunakan untuk menggolongkan kekuatan bukti dari keterkaitan kerja (work-relatedness), memeriksa kontribusi dari setiap faktor risiko fisik terhadap nyeri punggung bawah (Op De Beeck dan Hermans, 2000). Bukti dari keterkaitan tersebut diklasifikasikan sebagai berikut. Bukti yang kuat dari keterkaitan kerja (+++) : terdapat dalam
temuan-temuan yang konsisten pada banyak studi yang berkualitas tinggi.
Ada bukti (++) : terdapat dalam temuan-temuan yang konsisten pada satu studi yang berkualitas tinggi dan satu atau lebih studi yang berkualitas rendah, atau pada banyak studi yang berkualitas rendah.
[image:46.595.113.515.568.740.2] Bukti tidak cukup (+/0) : hanya terdapat dalam satu studi atau temuan yang tidak konsisten pada banyak studi.
Tabel 2.2 The work relatedness of low back disorders: overview of the risk factors
Category of risk factor Risk factor Evidence
Physical factors
Heavy manual labour ++
Manual material handling +++
Awkward postures ++
Static work +/0
Whole-body-vibration +++
Psychosocial/work-organisational factors
Job content +/0
Work/time pressure +/0
Job control +/0
Social support +++
Job dissatisfaction +++
Individual factors
Age +/0
Socio-economic status +++
Smoking ++
Medical history +++
Gender +/0
Anthropometry +/0
Physical activity +/0
Sumber: Op De Beeck dan Hermans, 2000
2.2.4. Subtipe
Nyeri punggung bawah dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori yaitu sebagai berikut (Duthey, 2013).
1. Kronik, yaitu nyeri punggung bawah yang dialami selama lebih dari 7-12 minggu, atau setelah masa penyembuhan atau nyeri punggung berulang yang secara intermiten memengaruhi individu selama periode waktu yang panjang.
2. Akut, yaitu nyeri punggung bawah yang dialami selama kurang dari 12 minggu.
2.2.5. Patofisiologi
Menurut Harsono dan Soeharso (2009), salah satu karakteristik nyeri punggung bawah adalah nyeri punggung bawah miogenik, yaitu yang disebabkan oleh ketegangan otot, spasme otot, defisiensi otot, dan hipersensitif. Ketegangan otot, disebabkan oleh sikap tegang yang konstan atau berulang-ulang pada posisi yang sama akan memendekkan otot yang akhirnya akan menimbulkan perasaan nyeri. Keadaan ini tidak akan terlepas dari kebiasaan buruk atau sikap tubuh yang tidak atau kurang fisiologik. Pada struktur yang normal, kontraksi otot mengurangi beban pada ligamentum dalam waktu yang wajar. Apabila otot-otot menjadi lelah, maka ligamentum yang kurang elastis akan menerima beban yang lebih berat. Rasa nyeri timbul oleh karena iskemia ringan pada jaringan otot, regangan yang berlebihan pada perlekatan miofasial terhadap tulang, serta regangan pada kapsula (Harsono dan Soeharso, 2009).
Spasme otot atau kejang otot, disebabkan oleh gerakan yang tiba-tiba di mana jaringan otot sebelumnya dalam kondisi yang tegang atau kaku atau kurang pemanasan. Spasme otot ini memberi gejala yang khas, ialah dengan adanya kontraksi otot yang disertai dengan nyeri yang hebat. Setiap gerakan akan memperberat rasa nyeri sekaligus menambah kontraksi. Akan terjadi suatu lingkaran antara nyeri, kejang atau spasme dan ketidakmampuan bergerak (Harsono dan Soeharso, 2009).
Defisiensi otot, dapat disebabkan oleh kurang latihan sebagai akibat dari mekanisasi yang berlebihan. Tirah baring yang terlalu lama maupun karena imobilisasi. Otot yang hipersensitif akan’menciptakan’ satu daerah kecil yang apabila dirangsang akan menimbulkan rasa nyeri dan menjalar ke daerah tertentu (target area). Daerah kecil tadi disebut sebagai noktah picu (trigger point). Dalam pemeriksaan klinik terhadap penderita nyeri punggung bawah, tidak jarang dijumpai adanya noktah picu ini. Titik ini apabila ditekan dapat menimbulkan rasa nyeri bercampur rasa sedikit nyaman (Harsono dan Soeharso, 2009).
membungkuk, herniasi adalah suatu proses bertahap yang ditandai dengan serangan-serangan penekanan akar saraf (yang menimbulkan berbagai gejala dan periode penyesuaian anatomik) (Hartwig dan Wilson, 2012).
[image:49.595.244.423.361.560.2]Regio lumbalis merupakan bagian yang tersering mengalami herniasi nukleus pulposus. Kandungan air diskus berkurang seiring bertambahnya usia (dari 90% pada masa bayi menjadi 70% pada lanjut usia; Schwartz, 1998). Selain itu, serat-serat menjadi lebih kasar dan mengalami hialinisasi, yang ikut berperan menimbulkan perubahan yang menyebabkan herniasi nukleus pulposus melalui anulus disertai penekanan akar saraf spinalis. Umumnya herniasi paling besar kemungkinannya terjadi di daerah kolumna vertebralis tempat terjadinya transisi dari segmen yang lebih banyak bergerak ke yang kurang bergerak (hubungan lumbosakral dan servikotorakalis) (Hartwig dan Wilson, 2012).
Gambar 2.5 Compression of L5 and S1 roots by herniated disks Sumber: Engstrom, 2006
2.2.6. Gejala
Menurut Bull dan Archard (2007), nyeri merupakan perasaan yang sangat subjektif dan tingkat keparahannya sangat dipengaruhi oleh pendapat pribadi dan keadaan saat nyeri tersebut terjadi. Gejala-gejala nyeri punggung dapat sangat bervariasi dari satu orang ke orang yang lain. Gejala tersebut meliputi:
sakit kekakuan
rasa baal (mati rasa) kelemahan
rasa kesemutan (seperti ditusuk peniti dan jarum).
Batuk atau bersin seringkali dapat memperberat nyeri punggung dengan menyebabkan spasme (kontraksi) otot punggung yang terasa sangat nyeri.
2.2.7. Penegakkan Diagnosa 1. Anamnesis
Anamnesis nyeri punggung bawah mempunyai kerangka acuan tertentu, minimal harus meliputi hal-hal sebagai berikut (Harsono dan Soeharso, 2009):
Letak atau lokasi nyeri Penyebaran nyeri
Sifat nyeri, seperti ditusuk-tusuk, disayat, mendenyut, kena api, nyeri tumpul, dan sebagainya.
Pengaruh aktivitas terhadap nyeri
Pengaruh posisi tubuh atau anggota tubuh Trauma
Proses terjadinya dan perkembangannya Obat-obat analgetika yang pernah diminum Kemungkinan adanya proses keganasan Riwayat menstruasi
Inspeksi
Mengobservasi pasien saat berdiri, duduk, bersandar maupun berbaring dan bangun dari berbaring. Observasi punggung, pelvis dan tungkai selama bergerak apakah ada hambatan selama melakukan gerakan.
Palpasi dan perkusi
Palpasi dan perkusi harus dilakukan dengan hati-hati. Pada palpasi, terlebih dahulu diraba daerah yang sekitarnya paling ringan rasa nyerinya, kemudian menuju ke arah daerah yang terasa paling nyeri.
Pemeriksaan tanda vital Pemeriksaan neurologik
Pemeriksaan neurologik menurut Harsono dan Soeharso (2009) meliputi pemeriksaan motorik, sensorik, refleks fisiologik dan patologik, serta percobaan-percobaan atau test untuk menentukan apakah sarafnya ada yang mengalami kelainan, misalnya pemeriksaan range of movement (ROM) dan Lasegue test.
3. Pemeriksaan penunjang
Ketika nyeri yang dirasakan berat dan tidak hilang dalam waktu 6 sampai 12 minggu, diagnosis spesifik menjadi lebih penting untuk menentukan penatalaksanaannya (Ullrich, 2012). Pemeriksaan tambahannya yaitu:
X-ray CT scan Myelogram MRI scan
2.2.8. Penatalaksanaan
Istirahat. Menghentikan aktivitas selama beberapa hari akan memberikan kesempatan untuk jaringan yang cedera dan bahkan saraf agar sembuh, yang akan meringankan nyeri punggung bawah. Namun, istirahat yang berlebihan dapat melemahkan otot, sehingga otot tersebut harus berusaha untuk menyangga tulang belakang. Pasien yang tidak melakukan olahraga teratur biasanya mengalami nyeri punggung bawah berulang atau berkepanjangan.
Heat and Ice Packs membantu meringankan nyeri punggung bawah dengan mengurangi inflamasi. Kebanyakan pasien menggunakan es (ice), tetapi yang lain memilih panas (heat). Keduanya dapat digunakan bergantian. Obat-obatan yang digunakan seperti analgesik (acetaminophen, duloxetine),
obat anti inflamatori non-steroid (aspirin, naprosyn), cyclooxygenase II inhibitors (celecoxib), muscle relaxant (cyclobenzaprine, orphenadrine,
carisoprodol), opioid (oxycodone) (Hills, 2014).
2.3. Ergonomi dan Manual Handling 2.3.1. Definisi Ergonomi
Istilah “ergonomi” berasal dari bahasa Yunani, yaitu ergon yang artinya kerja dan nomos yang artinya aturan atau hukum alam. Menurut International Ergonomics Association, ergonomi merupakan suatu disiplin ilmu mengenai
pemahaman tentang interaksi antara manusia dan elemen-elemen lain dalam sebuah sistem, serta profesi yang menggunakan teori, prinsip, data, dan metode untuk mendesain, dalam rangka mengoptimalkan kesejahteraan manusia dan kinerja sistem secara menyeluruh.
Ergonomi pada hakikatnya berarti ilmu tentang kerja, yaitu bagaimana pekerjaan dilakukan dan bagaimana bekerja lebih baik, sehingga ergonomi sangat berguna dalam desain pelayanan atau proses. Ergonomi berbicara mengenai desain sistem terutama sistem kerja agar sesuai dengan atribut atau karakteristik manusia (to fit the job to the man) (Soedirman dan Suma’mur, 2014).
dengan kemampuan dan keterbatasan manusia yang menggunakannya (Harrianto, 2010).
Gambar 2.6 Pendekatan Ergonomi Sumber: Santoso, 2004
2.3.2. Aspek Ergonomi
Berdasarkan International Ergonomics Association, sebagai bidang ilmu yang multidisiplin, ergonomi dapat dibagi menjadi 3 area spesialisasi, yaitu sebagai berikut.
1. Physical Ergonomics, yaitu mengenai anatomi manusia, antropometri, fisiologi dan karakteristik biomekanik yang berkaitan dengan aktivitas fisik. Meliputi postur saat kerja, mengangkat beban, gerakan berulang, penyakit muskuloskeletal akibat kerja, tata ruang tempat kerja, keamanan, dan kesehatan kerja.
2. Cognitive Ergonomics, yaitu mengenai proses mental, seperti persepsi, memori, pemikiran, dan respon motorik, yang semuanya memengaruhi interaksi antara manusia dan elemen lainnya di dalam sistem. Meliputi beban mental akibat kerja, pengambilan keputusan, performa keterampilan kerja, interaksi manusia-mesin, keandalan manusia, stres kerja, dan latihan yang berhubungan dengan desain manusia-sistem.
Manusia Lingkungan Tujuan: Optimasi
Efisiensi (produktifitas)
Kesehatan
Keselamatan
Aman
Nyaman -Anatomi
3. Organizational Ergonomics, yaitu mengenai optimisasi sistem sosioteknis termasuk struktur organisasi, berbagai kebijakan dan proses. Meliputi komunikasi, manajemen sumber daya pekerja, desain kerja, desain waktu kerja, kerja tim, desain partisipasi kerja, ergonomi komunitas, kerjasama tim, paradigma kerja yang baru, virtual organizations, pola kerja jarak jauh, dan manajemen kualitas kerja.
Suatu lapangan penting dalam ergonomi adalah posisi tubuh (work posture) dan gerakan seluruh dan anggota badan (body and limb movements), yang menentukan besarnya pemakaian energi daan aktivitas sensorimotoris. Ilmu tentang postur kerja dan gerakan seluruh atau sebagian termasuk anggota badan disebut biomekanik (Suma’mur, 2009). Oleh karena itu, seorang tenaga kerja dapat dikatakan memenuhi persyaratan biomekanis dalam melakukan pekerjaannya, apabila postur kerja dan gerakan yang dilakukan saat bekerja sesuai dengan keadaan alami dari tubuh serta anggota badan.
2.3.3. Definisi Manual Handling
Menurut European Agency for Safety and Health at Work (EU-OSHA) tahun 2007, manual handling adalah segala kegiatan transportasi atau mengangkat beban yang dilakukan oleh satu atau lebih pekerja. Kegiatan tersebut termasuk mengangkat, menahan, meletakkan, mendorong, menarik, membawa atau memindahkan sebuah beban (Barnard, 2012). Beban dapat berupa objek bernyawa seperti manusia atau hewan, serta objek yang tidak bernyawa seperti boks, peralatan dan sebagainya. Manual handling juga dapat disebut manual material handling (MMH) (EU-OSHA, 2007).
2.3.4. Klasifikasi Manual Handling
1. Mengangkat/Menurunkan (Lifting/Lowering)
[image:55.595.203.420.199.335.2]Mengangkat adalah kegiatan memindahkan barang ke empat yang lebih tinggi yang masih dapat dijangkau oleh tangan. Kegiatan lainnya adalah menurunkan barang.
Gambar 2.7 Kegiatan Mengangkat/Menurunkan Sumber: Suhadri, 2008
2. Mendorong/Menarik (Push/Pull)
[image:55.595.181.448.459.579.2]Kegiatan mendorong adalah kegiatan menekan berlawanan arah tubuh dengan usaha yang bertujuan untuk memindahkan objek. Kegiatan menarik kebalikan dengan itu.
Gambar 2.8 Kegiatan Mendorong/Menarik Sumber: Suhadri, 2008
3. Memutar (Twisting)
Gambar 2.9 Kegiatan Memutar Sumber: Suhadri, 2008 4. Membawa (Carrying)
Kegiatan membawa merupakan kegiatan memegang atau mengambil barang dan memindahkannya. Berat benda menjadi berat total pekerja.
Gambar 2.10 Kegiatan Membawa Sumber: Suhadri, 2008 5. Menahan (Holding)
[image:56.595.226.359.571.697.2]Memegang objek saat tubuh berada dalam posisi diam (statis).
2.4. Risiko dan Bahaya Manual Handling
Cedera akibat manual handling bisa terjadi di mana pun manusia bekerja – di peternakan atau perkebunan dan lokasi pembangunan gedung, dalam pabrik, kantor, gudang, rumah sakit, bank, laboratorium, dan pada jasa pengiriman (Health and Safety Executive (HSE), 2012). Melakukan salah satu atau lebih kegiatan manual handling secara berulang-ulang dan terus-menerus dapat menyebabkan kelelahan dan ketidaknyamanan. Seiring berjalannya waktu, cedera punggung, bahu, tangan, pergelangan tangan, atau bagian tubuh lainnya dapat muncul. Dapat pula terjadi kerusakan otot, tendon, ligamen, saraf, dan pembuluh darah. Cedera seperti ini dikenal sebagai musculoskeletal disorders atau MSDs (California Department of Industrial Relations, 2007).
OSHA membagi dua kelompok cedera yang disebabkan oleh kegiatan manual
handling yaitu sebagai berikut.
1. Luka, memar, patah tulang dan sebagainya, akibat kejadian tiba-tiba dan tidak diharapkan seperti kecelakaan.
2. Kerusakan sistem muskuloskeletal tubuh (otot, tendon, ligamen, tulang, sendi, bursa, pembuluh darah dan saraf) sebagai konsekuensi selama melakukan aktivitas manual handling berulang. Cedera ini disebut penyakit muskuloskeletal (MSDs) dan dapat dibagi ke dalam tiga grup:
a. Penyakit pada leher dan ekstremitas atas (neck and upper limb disorders) b. Penyakit ektremitas bawah (lower limbs disorders)
c. Nyeri punggung dan cedera punggung (back pain and back injuries).
2.4.1. Risiko Manual Handling pada Perawat
Menurut WorkCover NSW (WorkCover New South Wales) tahun 2006, manual handling masih menjadi penyebab cedera utama dan terbesar pada
Pada edisi pertama Guide the Health Industry Classification Project tahun 1997, dilaporkan bahwa beberapa berikut menjadi kontributor utama penyebab cedera pada perawat, yaitu manual handling pasien, stres muskular tanpa memegang objek, tergelincir, tersandung, terjatuh, manual handling troli, penggunaan dan penyetelan tempat tidur, serta mengatur kain linen dan celemek timbal (lead aprons).
Di bawah ini beberapa risiko dari manual handling pasien untuk keselamatan dan kesehatan menurut Occupational Safety and Health Branch Labour Department (2000).
1. Berat – memindahkan pasien, khususnya pasien dewasa yang memiliki keterbatasan bisa menyebabkan cedera pada tenaga kesehatan. Cedera dapat disebabkan oleh berbagai hal, contohnya pekerjaan yang terlalu keras, faktor kebugaran dan keterampilan, frekuensi, kondisi kerja, serta kondisi pasien yang sedang ditangani.
2. Jarak – semakin jauh jarak antara batang tubuh dan tangan, semakin besar efek dari berat. Oleh karena itu, jarak yang memisahkan pekerja dengan pasien dapat
menyebabkan cedera. Juga seperti, tiang infus, pagar pengaman tempat tidur,
kursi roda, dan furnitur dekat tempat tidur.
3. Postur – aktivitas mengangkat, postur yang janggal, dilakukan terpisah atau bersamaan dengan pengerahan tenaga dapat menyebabkan cedera atau penyakit. Contoh postur yang janggal adalah membungkuk lama, memutar ke samping, meraih sesuatu melewati tinggi bahu, mengangkat atau membawa dengan satu tangan.
4. Tugas yang berisiko – dengan tiga tiga faktor yaitu berat, jarak, dan postur yang janggal, memindahkan pasien dapat mengakibatkan penyakit muskuloskeletal. Yang termasuk tugas yang paling sering berisiko, yaitu: memindahkan pasien yang sangat tergantung pada orang lain,
memindahkan pasien yang tidak kooperatif, mengangkat pasien dari lantai,
memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya,
memindahkan pasien dari kursi ke kursi (misalnya, dari atau ke kursi roda, toilet),
memandikan pasien,
mereposisi pasien di tempat tidur atau kursi, menimbang pasien,
menempatkan pispot atau mengganti alas atau bantalan inkontinensia, mencoba menghentikan pasien yang akan terjatuh, dan
membantu pasien dengan disabilitas untuk memasuki kendaraan.
5. Lainnya – hal-hal lain yang meningkatkan risiko keselamatan dan kesehatan saat memindahkan pasien yaitu:
lantai yang tidak rata, basah atau licin,
ruang tidak cukup untuk melakukan manuver,
secara manual memnidahkan pasien dalam jarak jauh,
pencahayaan kurang,
peralatan yang cacat atau tidak terawat,
kelemahan genggaman tangan karena kondisi kesehatan tertentu,
kelelahan akibat aktivitas manual handling berulang,
mendorong dan menarik bersamaan dengan reposisi, dan
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Nyeri dan ketidaknyamanan dari daerah leher hingga punggung bawah merupakan keluhan yang sering dijumpai pada masyarakat luas (Holmberg & Thelin, 2006). Nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal yang sering terjadi pada kehidupan sehari-hari (Tucer dkk, 2009). Menurut Burdoff et al (2003) dalam Fajrin (2009), diperkirakan 60-85% dari seluruh masyarakat di dunia ini pernah mengalami nyeri punggung bawah semasa hidupnya (lifetime prevalence).
Di dala