• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rebu dalam Kehidupan Kekerabatan Masyarakat Karo Masa Kini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Rebu dalam Kehidupan Kekerabatan Masyarakat Karo Masa Kini"

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)

1

INTERAKSI SOSIAL PONDOK PESANTREN DENGAN

MASYARAKAT SEKITAR

(Studi Deskriptif Pola Interaksi Assosiatif Pada Pondok Pesantren Modern Al-Abraar

Dengan Masyarakat Desa Sikuik-Huik Dusun Siondop Julu Kecamatan Angkola

Selatan Kabupaten Tapanuli Selatan Sumatera Utara)

Oleh :

AHMAD EFENDI SIREGAR

060901047

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

2

ABSTRAK

Berangkat dari situasi sosial dan tindakan sosial hidup bersama antara pondok pesantren dengan masyarakat Desa Sikuik-Huik Kecamatan Angkola Selatan Kabupaten Tapanuli Selatan. Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan sangat membutuhkan objek didikannya yaitu; Santri-santri yang menjadi murid dipesantren. Dalam hal ini, Proses tindakan sosial pondok pesantren dengan masyarakat berlangsung selama keberadaan pondok pesantren ada di daerah tersebut tentu ada timbal balik dan saling mempengaruhi keduanya. Dalam hal ini akan berdampak pada prilaku masyarakat. Untuk mengantisipasi tindakan-tindakan yang disosiatif sudah tentu dibentuk pola-pola interaksi agar terciftanya keharmonis dalam hidup bersama.

Metode penelitian skripsi ini menggunakan metode deskriptif, jenisnya; Studi kasus yang mencoba mencermati, menggambarkan dan mengungkapkan pola interaksi sosial yang terjadi dalam Pondok Pesantren Modern Al-Abraar dengan masyarakat desa Sikuik-Huik Dusun Siondop Julu Kecamatan Angkola Selatan. Alasan pemilihan metode studi kasus karena peneliti ingin mencermati individu atau sebuah unit secara mendalam dan objektif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Interaksi Interaksi sosial pondok pesantren modern Al-Abraar dengan masyarakat Desa Sikuik-huik merupakan hubungan tingkah laku antara warga pondok pesantren dengan masyarakat desa Sikuik-huik yang terjadi secara individu dengan individu, individu dengan sesama masyarakat dan warga pesantren dengan anggota masyarakat, begitu juga sebaliknya, dalam rangka dan tujuan untuk pencapaian nilai-nilai sosial dalam kehidupan bersama. Proses interaksi sosial atau hubungan timbal balik antara pondok pesantren dengan masyarakat Desa Sikuik-huik berlangsung dalam bentuk; kerja sama (Cooperation), Akomodasi (Akomodation), dan Asimilasi (Assimilation).

(3)

3

KATA PENGANTAR

Proses perjalanan hidup setiap manusia yang di mulai dari proses dalam janin

sehing lahir dan menjadi manusia seutuhnya tentu merasakan yang namanya

dinamika hidup. Dinamika hidup merupakan proses hidup yang harus dijalani setiap

orang. Dalam menjalani hidup tentu ada suka dan dukanya, semua ini harus dihadapi

dan dijalankan dengan sepenuh hati agar mendapatkan suatu hasil yang maksimal.

Dalam menjalani hidup tidak luput dari suatu kontrol sosial dan kontrol Ilahiyah bagi

yang mengakuinya. Sepatutnya dan sewajarnya bagi kita semua untuk mengucapkan

rasa syukur kita kepada sang pencifta alam semesta ini, DIA lah Tuhan semesta alam

Allah Subahana Wata’ala. Dengan kerendahan hati dan pengakuan sepenuh hati,

untaian kata yang muncul dari dalam hati dan terucap dengan kata-kata Syukur

Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT, atas segala karunia-NYA

sehingga tugas akhir dibangku kuliah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Skripsi

S-1) bisa terselesaikan dengan baik.

Bentuk pengakuan dan ucapan terimakasih kepada Sang Pahlawan

revolusioner ummat manusia, beliau telah berhasil mengubah peradaban manusia dari

peradaban yang penuh kegelapan dan perbudakan menjadi peradaban baru yang

penuh dengan kesadaran dan toleransi yang tinggi kepada setiap ummat manusia

yaitu Nabi kita bersama Muhammadun Shallalahu Alaihi Wasallam. Beliau patut kita

jadikan sebagai suri tauladan kita semua baik dari sikap, tingkah laku, prilaku dan

kebijaksanaan beliau dalam memberikan perubahan bagi peradaban manusia yang

(4)

4

Selanjutnya ingin penulis sampaikan bahwa penyusunan skripsi ini

dimaksudkan selain untuk memenuhi kewajiban penulis sebagai prasyarat kuliah di

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik universitas Sumatera Utara, juga sebagai bahan

pembelajaran hasil konkrit ketika belajar dibangku kuliah Departemen Sosiologi, dan

semoga menjadi bahan acuan akademis yang akan datang, dengan Judul;

“INTERAKSI SOSIAL PONDOK PESANTREN DENGAN MASYARAKAT

SEKITAR” (Studi Deskriptif Pola Interaksi Assosiatif pada Pondok Pesantren

Modern Al-Abraar Dengan Masyarakat di Desa Sikuik-Huik Kecamatan Angkola

Selatan Kabupaten Tapanuli Selatan Sumatera Utara). Secara ringkas Skripsi ini

mendeskripsikan proses hubungan tingkah laku pondok pesantren dengan masyarakat

sekitar pesantren yaitu desa Sikuik-Huik dalam kajian pandangan sosial. Ruang

lingkup analisanya mencakup hubungan sosial pondok sebagai bagian dari anggota

masyarakat dan pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam.

Dalam mengerjakan skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam

skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan baik yang bersifat teknis penulisan

maupun interpretasi administrasi penulisan dan teori sosial yang belum tersistematis.

Begitu juga dengan persiapan dan penulisan skripsi ini, penulis menyadari betul tanpa

bantuan pihak-pihak lain skripsi ini tidak akan terselesaikan. Terhadap bantuan dan

dukungan pihak-pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini, penulis

mengucapkan ribuan terimakasih, penulis tidak bisa membalas jasa-jasanya dan

(5)

5

Penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terimakasih dengan sepenuh

hati tiada henti-hentinya penulis sampaikan kepada kedua orang tua penulis,

ayahanda Agustan Siregar dan Ibunda Tersayang Mawar Harahap yang telah

merawat, membesarkan, mendidik, mendanai, dan berdo’a kepada Allah SWT untuk

penulis dengan penuh kasih sayang dan kesabaran. Akhirnya skripsi ini ananda

persembahkan buat kedua orang tua penulis dan untuk Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu

Politik sebagai tanda bhakti semasa menjalani duduk di bangku Kuliah tingkat

Starata-1.

Penulis juga tidak lupa menyampaikan penghargaan yang tulus dan ucapan

terimakasih yang mendalam kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian

skripsi ini ;

1. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

(DEKAN FISIP USU) Frop. Dr. Badaruddin Rangkuti, M.Si

2. Ketua Departemen sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara, Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si

3. Dosen pembimbing Akademik Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu sosial Dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Bapak Henri F. Sitorus, S.Sos,. M.Sc

4. Rasa Hormat dan Ucapan Terimakasih yang sedalam-dalamnya atas bantuan dan

masukan serta bimbingannya buat penulis, penulis sampaikan kepada Ibu Dra.

Rosmiani, MA. Sekaligus Ibunda dikampus Dan Dosen Departemen Sosiologi

(6)

6

banyak memberikan arahan, masukan, waktu, ide, dan pemikirannya dalam

membimbing penulis semenjak awal sampai diselesaikannya skripsi ini.

5. Bapak Drs. Sismudjito, M.Si. selaku Dosen penguji seminar proposal penelitian

skripsi yang telah banyak memberikan masukan dan rekomendasi acuan guna

untuk mempermudah dan menambah maksimalkan isi daripada skripsi penulis

6. Ucapan terimakasih dan rasa hormat dengan sepenuh hati buat Segenap

Dosen-dosen Departemen Sosiologi secara keseluruhan yang telah mengajari penulis

semenjak bergabung menjadi mahasiswa di Universitas sumatera Utara dan

masuk di departemen sosiologi, baik pada saat di bangku kuliah maupun diluar

bangku kuliah

7. Staf, dan pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera

Utara, Ka Veni, Ka Nurbaiti, dan lain-lainnya yang telah banyak membantu

administrasi penulis selama masa perkuliahan.

8. Syukron Kasiron kepada Pimpinan Pondok Pesantren Modern Al-Abraar Ustaz

Sulaiman Harahap dan ustaz-ustaz lainnya yang telah memberikan informasi dan

data kebutuhan skripsi peneliti

9. Ucapan terimaksih juga kepada bapak kepala desa Sikuik-huik, Bapak Iskandar

Muda Siagian yang telah membantu dan memberikan data dan informasi untuk

kebutuhan skripsi peneliti, dan begitu juga informan-informan lainnya

10.Alumni sosiologi Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara, Abanganda Mhd Iqbal, S.Sos (Alumni Tahun 2000),

(7)

7

(1999), Abanganda Mazded S.Sos (01), Abanganda Rinaldi Khair, S.Sos, dan

Alumni Lainnya yang telah banyak memberikan masukan baik bersifat Ide

pemikiran maupun bahan-bahan referensi Skripsi

11.Senior Mahasiswa Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara, Abanganda Eko Rusadi, Azhari Amanda

Pandapotan Lubis yang telah memberikan banyak motifasi dan dukungan

morilnya kepada penulis

12.Kawan-kawan mahasiswa Departemen sosiologi angkatan 2006, kurang lebih 4

Tahun Kita bersama menimbah ilmu secara bersama-sama di Departemen

sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik duka dan suka sama-sama pernah

kita alami

13.Buat mahasiswa sosiologi angkatan 2007-2010, Siti Maryam Hutabarat, Indra

Fitri, Rini Syahputri, Mhd Pernanda Deski, Jhon Pardamean Purba, Alftah

Andre, Putra solihin, Esti Kurniawati, Mita Mutiah, Joni Rahman, Kristian, Adul,

Dide, Dan Lain-lainnya yang tidak bias penulis Sebut Namanya satu persatu.

Terimakasih atas dukungan, motifasi ,dan do’anya.

14.Adek-adekku, Risna Wati siregar, Mikrat Siregar, Sutan Siregar, Ismail Siregar,

Syifah Siregar, Adekku Anak Almarhum Pamanku, Sartika Siregar, Susi Siregar,

Alan Morpa Siregar, Anak Ua Ku, Abangan Indra Siregar, Uyung, Devi Dayanti

(8)

8

15.Buat Keluarga Besar Almarhum Nenek Sutan Siregar. Mulia siregar, Nanguda

Bagani Nasution, Bou Murni Siregar, Bou Siti Sahara siregar, Bou Rayo Siregar.

Terimakasih atas dukungan dan do’anya

16.Keluarga besar dari pihak orang tua perempuan, Tulang Ali Nuryahya Harahap,

S.Sos & Keluarga, Risma Wati Siregar, Rabiul Siregar, Ka Junaida Siregar, SE

dan lain-lain. Terimakasih atas Support dan do’anya.

17.Buat sahabat-sahabat seperjuangan Dari Departemen Sosiologi, Ryan P.

Nasution S.Sos, Afwan salfani S.Sos, Abdul Haris Nasution S.Sos, Angga

Syahputra S.Sos, Dharma Kelana Putra S.Sos, Riski Khairil S.Sos, Khalil

Gibran, Jul Fadli Al-Quddus, Sri Risnawati, Miranti Winda Sari S.Sos, Wina

Kartika S.Sos, Elicia Dwi Hafidah, Vivi Syahputri S. Sos, Tuti Herlinda S.Sos

Dan Sebagainya. Terimaksih buat semuanya. Perpisahan persahabatan bukan

karena skripsi tapi hati kita masih tetap bersatu

18.Buat sahabat-sahabatku lainnya, Amardhin Harahap, Ryan Adrikal Juskal, Reza

Adnan Amd, Mustaqim Indra Jaya, Ikhwanul Muhammad, Ismuhar Ramadhan,

Yurial Arif Lubis, S.Ip, Adelita Lubis S.Sos, Diah Winarsih S.Sos, Ardhiansyah

Nasution, Ahmad Sandri Nasution SH, Dan Lain-lainnya. Terimakasih atas

Dukungan dan do’anya

19.Sahabat-sahabatku satu Pesantren, Surya Bhakti Harahap S.S, Ahmad Hamidi

Hasibuan, Jul Fadli Siregar, Borohim Rambe, Asnita Simamora, Nurlena Sari

Hasibuan, Siti Aminah Harahap, Tesen Siregar S.S, Dan Lain-lainnya.

(9)

9

20.Sahabat-sahabatku satu Kontrakan dimedan, Sarmak Hasbi Hasibuan (Ekonomi

08), Mhd Fikri (Komunikasi 08), Amardin Harahap (Politik 06). Terimaksih atas

pengertiannya dan dukungannya serta do’anya.

21.Keluarga besar Ikatan Mahasiswa Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas sumatera Utara (IMASI FISIP USU), Abang-abang

semuanya, pengurus dan Junior-Junior lainnya.

22.Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (HMI kom’s FISIP USU),

(Pengurus, Alumni, Senior, Anggota Muda, dan Anggota Biasa)

23.Keluarga Besar Kelompok Riset dan Studi sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (KERIS FISIP USU)

24.Keluarga Besar Persatuan Mahasiswa dan Pemuda Kabupaten Padang Lawas

Utara Kota Medan (PERMADA PALUTA), Akmaluddin Harahap, Ita Harni

Harahap, Dan Sebagainya

25.Keluarga Besar Solidaritas mahasiswa dan Pemuda Kecamatan Simangambat

Kota Medan (smp_KS), Sawaluddin siregar, Sangap Hasibuan, Siti Englan

Harahap, Abbas Muda Siregar, Dan lainnya

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi terdapat berbagai

kekurangan, keterbatasan untuk itu penulis mengharapakan konfensasi, pemakluman,

dan pemasukan demi finalitas skripsi ini. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan,

(10)

10

mengucapkan terimakasih banyak pada semua pihak yang telah membantu penulisan

skripsi ini.

Wassalam,

Medan, Pebruari2011

(Hormat Saya)

(11)

11

DAFTAR ISI

Halaman

Abstrak ………....……….……… i

Kata Pengantar ………...…………...… ii

Daftar Isi ………....………. ix

Daftar Tabel ………...………...………. xi

Daftar Istilah ………...…………..… xiii

Daftar Gambar ………...…………. xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ………....……….... 1

1.2Perumusan Masalah ………..…………...………… 12

1.3Tujuan Penelitian ………..……...………… 12

1.4Manfaat Penelitian ... 13

1.5Definisi Konsep ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Interaksi Sosial ... 17

2.1.1 Aspek-Aspek Interaksi ... 19

2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi ... 21

2.1.3 Syarat-Syarat Interaksi ... 26

2.1.4 Macam-Macam Interaksi ... 29

2.1.5 Pola-Pola Hubungan Interaksi ... 32

2.2 Lembaga Sosial ... 43

2.2.1 Tipe-Tipe Lembaga ...45

2.2.2 Ciri-Ciri Lembaga ... 47

2.2.3 Proses Pelembagaan ... 50

2.3 Lembaga Pendidikan ... 52

2.4 Pondok Pesantren ... 54

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 62

3.2 Lokasi Penelitian ... 62

3.3 Unit Analisis ... 63

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 64

3.5 Interpretasi Data ... 65

3.6 Jadwal Kegiatan ... 65

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN DAN INTERPRETASI DATA 4.1 Deskripsi Lokasi ... 67

4.1.1 Sejarah Singkat Pondok Pesantren ... 67

(12)

12

4.1.3 Lembaga-Lembaga Pendidikan ... 74

4.1.4 Sarana Dan Fasilitas ... 77

4.2 Gambaran Umum Desa Sikuik-Huik ... 79

4.2.1 Kehidupan Masyarakat ... 80

4.2.2 Agama Dan Kepercayaan ... 81

4.2.3 Suku/Adat Istiadat ... 82

4.2.4 Pendidikan ... 83

4.3 Fropil Informan ... 84

4.3.1 Ustaz Sulaiman Harahap ... 84

4.3.2 Kepala Desa ... 89

4.3.3 Pengasuhan Santri Ustaz Herman ………. 90

4.3.4 Mahyudin Harahap Ketua OPPM ………. 91

4.3.5 Ustaz Nasrun Jambak Ustaz Asal desa ……… 93

4.3.6 Ali Sapriadi Kepala Dusun ………. 95

4.3.7 Irma Suryani Penduduk Dusun Aek ……… 97

4.3.8 Ibu Purnama Penduduk Dusun Simp ……….. 98

4.3.9 Abridoan Pasaribu Pemuda asal ……….. 99

4.3.10 Ibu/Umi Inun Istri Ustaz Sahrijun ……… 101

4.4 Interpretasi data Penelitian ... 103

4.4.1 Interaksi Sosial Antar Warga pondok... 103

4.4.2 Interaksi Sosial Antar Warga Desa ... 107

4.4.3 Interaksi Sosial Pondok dan masy ... ...109

4.4.4 Pola Interaksi Pondok ... 114

4.4.5 Implikasi Hubungan Interaksi ... 124

4.4.6 Interaksi Sosial Dan Perkembangan ... 127

4.4.7 Analisa Interaksi ... 130

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 133

5.2 Saran ... 136 DAFTAR PUSTAKA

(13)

13

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Table 3.1 Jadwal Kegiatan ……… 62

2. Table 4.2 Data Siswa Madrasah Ibtidaiyah Al-Abraar……….………. 70

3. Table 4.3 data guru madrasah ibtidaiyah al-abraar……… 70

4. Table 4.4 Data Siswa madrasah Tsanawiyah Al-Abraar ……….. 71

5. Table 4.5 Data guru madrasah tsanawiyah al-abraar………. 71

6. Table 4.6 Data siswa madrasah aliyah al-abraar……… 72

7. Table 4.7 Data guru madrasah aliyah al-abraar………. 72

8. Table 4.8 Sarana dan fasilitas pondok modern al-abraar………. 73

9. Table 4.9 Jumlah penduduk menurut rumah tangga ………. 76

10.Table 4.10 Jumlah penduduk desa ………..…..……….... 77

11.Table 4.11 Suku/adat ………....………. 77

(14)

14

ISTILAH-ISTILAH

1. BADAN WAKAF adalah lembaga tertinggi dipesantren modern Al-abraar

karena pesantren ini secara kepemilikan adalah milik umat/hibah dan bukan

yayasan pribadi seseorang. Lembaga ini adalah sebagai penanggung jawab

umum pondok pesantren modern Al-Abraar

2. Mudhabbir adalah pengasuh/pendamping. Asal kata dhabbar (Bahasa arab),

mudhabbir dalam pesantren adalah pengasuh dan penjaga dalam satu asrama

pondok pesantren. Mudhabbir adalah mereka (santri/santri wati) yang kelas

dua Aliyah

3. OPPMA (Organisasi pelajar pondok pesantren Modern Al-Abraar),

merupakan lembaga/organisasi resmi para santri-santri Wati pondok

Al-Abraar. Istilah Lain dari organisasi pelajar yang ada pada umumnya, contoh

OSIS

4. Siluluton Siriaon; Siluluton = Kemalangan, Siriaon= Kegembiraan yang

merupakan bahasa asli batak angkola istilah ini dipakai pada saat pelaksanaan

(15)

2

ABSTRAK

Berangkat dari situasi sosial dan tindakan sosial hidup bersama antara pondok pesantren dengan masyarakat Desa Sikuik-Huik Kecamatan Angkola Selatan Kabupaten Tapanuli Selatan. Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan sangat membutuhkan objek didikannya yaitu; Santri-santri yang menjadi murid dipesantren. Dalam hal ini, Proses tindakan sosial pondok pesantren dengan masyarakat berlangsung selama keberadaan pondok pesantren ada di daerah tersebut tentu ada timbal balik dan saling mempengaruhi keduanya. Dalam hal ini akan berdampak pada prilaku masyarakat. Untuk mengantisipasi tindakan-tindakan yang disosiatif sudah tentu dibentuk pola-pola interaksi agar terciftanya keharmonis dalam hidup bersama.

Metode penelitian skripsi ini menggunakan metode deskriptif, jenisnya; Studi kasus yang mencoba mencermati, menggambarkan dan mengungkapkan pola interaksi sosial yang terjadi dalam Pondok Pesantren Modern Al-Abraar dengan masyarakat desa Sikuik-Huik Dusun Siondop Julu Kecamatan Angkola Selatan. Alasan pemilihan metode studi kasus karena peneliti ingin mencermati individu atau sebuah unit secara mendalam dan objektif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Interaksi Interaksi sosial pondok pesantren modern Al-Abraar dengan masyarakat Desa Sikuik-huik merupakan hubungan tingkah laku antara warga pondok pesantren dengan masyarakat desa Sikuik-huik yang terjadi secara individu dengan individu, individu dengan sesama masyarakat dan warga pesantren dengan anggota masyarakat, begitu juga sebaliknya, dalam rangka dan tujuan untuk pencapaian nilai-nilai sosial dalam kehidupan bersama. Proses interaksi sosial atau hubungan timbal balik antara pondok pesantren dengan masyarakat Desa Sikuik-huik berlangsung dalam bentuk; kerja sama (Cooperation), Akomodasi (Akomodation), dan Asimilasi (Assimilation).

(16)

15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masyarakat pada umumnya diartikan sebagai sekumpulan orang yang hidup

disuatu wilayah yang memiliki aturan atau norma yang mengatur

hubungan-hubungan satu sama lain. Pola hubungan-hubungan antara individu dalam masyarakat tersebut

pada dasarnya memiliki nilai-nilai yang diakui bersama dan diabadikan dalam norma

dan aturan yang pada umumnya tidak diverbalkan. Dengan demikian, masing-masing

individu diharuskan untuk menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut sehingga tercifta

suatu hubungan sosial yang relatif stabil.

Hubungan sosial yang relatif stabil tersebut dilakukan dengan cara individu

menginternalisasikan nilai-nilai yang membentuk keteraturan tersebut sehingga dapat

meminimalisir terjadi konflik sosial. individu-individu muda, dalam hal ini adalah

anak, dalam proses integrasinya dengan masyarakat akan lambat laun mempelajari

dan mengenali pola-pola hubungan yang ada tersebut untuk mempertahankan

eksistensinya ditengah-tengah masyarakat. masyarakat adalah wadah dimana individu

mengalami proses pembelajaran secara langsung (Latif, 2007; 33).

Pembelajaran secara langsung yang dilakukan dengan Tindakan-tindakan yang

melibatkan orang lain setiap hari yang ada di sekitar kita, seperti teman, keluarga,

atau tetangga merupakan intisari dari kehidupan bersama dalam suatu masyarakat.

Kegiatan itu dilakukan umumnya berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan hidup

manusia yang sangat kompleks yang tidak mungkin mampu dipenuhi seorang diri

(17)

16

dalam kehidupannya mempunyai kebutuhan-kebutuhan, baik kebutuhan material

maupun spiritual. Kebutuhan itu bersumber dari dorongan-dorongan alamiah yang

dimiliki setiap manusia semenjak dilahirkan. Lingkungan hidup merupakan sarana di

mana manusia berada sekaligus melakukan aktifitas sosialnya guna untuk dapat

mengembangkan kebutuhan-kebutuhan. Oleh karena itu, antara manusia dengan

lingkungan hidup terdapat hubungan yang saling mempengaruhi.

Hubungan-hubungan sosial yang terjadi secara dinamis yang menyangkut Hubungan-hubungan antara

individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan

kelompok dan berhubungan satu dengan yang lain merupakan penjelasan daripada

interaksi sosial.

Interaksi sosial merupakan syarat utama bagi terjadinya aktifitas sosial dan

hadirnya kenyataan sosial, kenyataan sosial didasarkan pada motivasi individu dan

tindakan-tindakan sosialnya. Ketika berinteraksi seorang individu atau kelompok

sosial sebenarnya tengah berusaha atau belajar bagaimana memahami tindakan sosial

seorang individu atau kelompok sosial lain. Interaksi sosial akan berjalan dengan

tertib dan teratur dan anggota masyarakat bisa berfungsi secara normal, yang

diperlukan bukan hanya kemampuan untuk bertindak sesuai dengan konteks

sosialnya, tetapi juga memerlukan kemampuan untuk menilai secara objektif perilaku

individunya dipandang dari sudut sosial masyarakatnya (Narwoko, 2004:21).

Prilaku individu yang menimbulkan reaksi sosial merupakan bentuk naluri

manusia yang telah ada sejak lahir dan membutuhkan pergaulan dengan sesamanya

(18)

17

untuk memenuhi semua kebutuhan hidupnya. Interaksi sosial dapat terjadi karena

adanya beberapa unsur yang mendukungnya.

Unsur-unsur daripada Proses terjadinya interaksi sosial manusia didasari rasa

kebutuhan untuk memenuhi kepentingan dan kelangsungan hidupnya. Proses ini akan

berlangsung ketika adanya kontak sosial yang dibangun dengan orang lain baik

secara individu dengan individu maupun kelompok dengan kelompok lainnya dalam

masyarakat tertentu. Kendatipun demikian proses terjadinya interkasi sosial

merupakan tuntutan hidup agar teciftanya suatu sistem sosial dalam masyarakat baik

secara personal maupun secara institusional.

Institusi sosial atau yang sering kita sebut sebagai lembaga sosial merupakan

suatu jaringan daripada proses-proses sosial hubungan antar manusia atau kelompok

manusia sebagai tata cara atau prosedur yang telah tercifta untuk mengatur

hubungan-hubungan antara manusia yang berkelompok dalam kemasyarakatan, seperti institusi

keluarga, institusi ekonomi, politik, agama dan pendidikan. Institusi pendidikan

misalnya merupakan institusi pendidikan formal yang terpenting dalam masyarakat

kita yaitu sekolah yang menawarkan pendidikan formal mulai dari jenjang prasekolah

sampai ke jenjang pendidikan tinggi baik yang bersifat umum maupun khusus

(misalnya sekolah agama ; pesantren dan sekolah luar biasa) (Sunarto, 2004;65).

Sekolah agama atau yang lebih akrab disebut sebagai pondok Pesantren

merupakan sebuah lembaga pendidikan tertua yang melekat dalam perjalanan

kehidupan Indonesia sejak ratusan tahun yang silam, ia adalah lembaga pendidikan

(19)

18

yang khas, sehingga saat ini menunjukkan kapabilitasnya yang cemerlang melewati

berbagai episode zaman dengan pluralitas polemik yang dihadapinya. Bahkan dalam

perjalanan sejarahnya, pesantren telah banyak memberikan andil dan kontribusi yang

sangat besar dalam ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa dan memberikan

pencerahan terhadap masyarakat serta dapat menghasilkan komunitas intelektual

yang setaraf dengan sekolah umum (Rahim dalam Sujari, 2007 : 03).

Pesantren sebagai pendidikan Islam tradisional yang sangat populer, khususnya

di Jawa, dapat dilihat dari dua sisi pengertian yaitu pengertian dari segi

fisik/bangunan dan pengertian kultural. Dari segi fisik, pesantren merupakan sebuah

kompleks pendidikan yang terdiri dari bangunan yang dilengkapi dengan sarana

pendukung penyelenggara pendidikan. Kompleks pesantren ditandai oleh beberapa

bangunan fisik yang digunakan oleh para santri untuk tempat pemondokan, bangunan

dapur dimana para santri memasak dan menyiapkan makanan mereka sendiri. Secara

kultural, pesantren mencakup pengertian yang sangat luas mulai dari sistem nilai khas

yang secara intrinsik melekat di dalam pola kehidupan komunitas santri, seperti

kepatuhan pada Kyai sebagai tokoh sentral, sikap ikhlas dan tawadhu, serta tradisi

keagamaan yang diwariskan secara turun temurun (Djamas. 2008; 20).

Keunikan pesantern memang terletak pada kepemimpinan para Kyai yang

merupakan personifikasi utuh dari sistem nilai dilingkungan komunitas santri. Kyai

juga menempati posisi puncak dalam struktur sosial komunitas santri. Mereka

menempati posisi tersebut karena kelebihannya dalam penguasaan ilmu agama,

(20)

19

pengikutnya, serta kelebihan lain yang dipandang tidak dimiliki oleh orang awam

(orang umum)(Ibid;23).

Para santri yang berguru pada kyai umumnya berasal dari desa disekitar

pesantern. Mereka ada yang tinggal menetap di pesantren (santri Mukim) dan ada

pula yang tidak menetap (santri kalong). Mereka kebanyakan hidup mandiri sesuai

dukungan yang tersedia untuk menopang kehidupan mereka. Bagi yang mempunyai

keterbatasan keuangan , mereka ada yang bekerja menggarap lahan yang dimiliki

oleh para kyai atau teman mereka sesama santri. Keterlibatan para santri dalam

membantu kyai termasuk untuk menggarap lahan pertanian terutama diarahkan untuk

mendapatkan kerelaan dan berkah dari kyai (Ibid; 25).

Pendidikan dipesanttren merupakan salah satu media pewarisan nilai dan tradisi

keagamaan dalam lingkungan komunitas santri. Tradisi kultural yang diwariskan

dilingkungan pesantern telah memberi warna tersendiri terhadap kehidupan

masyarakat Indonesia, dan bahkan mempengaruhi tataran supra struktur sosial politik

nasional. Tradisi pesantern dengan corak sistem sosial yang bersifat hirearkis yang

bersandar pada otoritas kyai telah menjadi lahan perebutan pengaruh dalam kompetisi

politik di Indonesia. Tradisi pesantern yang mengakar dalam kehidupan masyarakat

Indonesia tidak lepas dari sejarah perkembangan pesantern yang berlangsung ratusan

tahun, baik dalam menjalankan misi pendidikan dan melakukan transmisi pandangan

hidup keislaman, maupun dalam menyebarluaskan nilai-nilai dan tradisi keagamaan

(21)

20

Terdapat beberapa pendapat berkaitan dengan asal usul dan sejarah kehadiran

pesantern sebagai lembaga pendidikan islam di nusantara. Pendapat pertama

menyebutkan bahwa asal usul pesantern tidak dapat dilepaskan dari keberadaan

lembaga pendidikan yang telah ada jauh sebelum Islam berkembang, khsususnya di

Jawa. Steenbrink, misalnya, mengutip Geertz dan Sugarda Purbakawatja,

menyebutkan keberadaan pesantern yang dikaitkan dengan lembaga pedidikan yang

telah ada sejak zaman pra islam untuk pengajaran agama Hindu. Pendapat lain yaitu

dari Bruinessen yang dalam kajiannya mencoba mencari penjelasan tentang asal usul

pesantren sebagai lembaga pendidikan islam menurutnya tidaklah ”Orisinal” model

nusantara karena banyak mendapat pengaruh asing. Model pengaruh asing terutama

yang diaplikasikan dalam pengajaran di pesantern adalah model pengajaran di pusat

pendidikan islam di makkah dan madinah oleh para ulama yang menggunakan sistem

Halaqah, dimana murid yang belajar mengelilingi gurunya sambil membuka kitabnya

sendiri (ibid; 27).

Pondok Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tertua yang

merupakan produk budaya Indonesia. Keberadaan Pesantren di Indonesia dimulai

sejak Islam masuk negeri ini dengan mengadopsi sistem pendidikan keagamaan yang

sebenarnya telah lama berkembang sebelum kedatangan Islam. Sebagai lembaga

pendidikan yang telah lama berurat akar di negeri ini, pondok pesantren diakui

memiliki andil yang sangat besar terhadap perjalanan sejarah bangsa (Miftahul, 2010;

(22)

21

Perjalanan sejarah bangsa melalui kontribusi lembaga pendidikan keagamaan,

Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam dengan sistem asrama atau pondok, di

mana kyai sebagai figure sentralnya, Mesjid sebagai pusat kegiatan yang

menjiwainya, dan pengajaran agama Islam dibawah bimbingan kyai yang diikuti

santri sebagai kegiatan utamanya. Secara singkat pesantren bisa juga dikatakan

sebagai laboratorium kehidupan, tempat para santri belajar hidup dan bermasyarakat

dalam berbagai segi dan aspeknya (Zarkasih, 1996;56).

Keberadaan pesantern dalam konteks lokal sendiri dikaitkan dengan keberadaan

desa perdikan, lembaga paguron dan padepokan dengan fungsi keagamaan yang

telah ada sejak zaman pra islam. Masih dalam kajian Bruinessen yang mengutip

beberapa penulis terdahulu seperti Pigued dan Schrieke, asal usul pesantern dikaitkan

dengan keberadaan desa perdikan pada masa pemerintahan kolonial Belanda yang

tercatat sampai akhir abad ke-19. desa perdikan dipandang sebagai kesinambungan

bagi pesantern dengan lembaga keagamaan pra islam. Kehususan desa perdikan

berkaitan dengan hak-hak istimewa yang diperoleh beberapa berupa pemebebasan

pajak dan kerja rodi, namun penghasilan harus digunakan untuk menjalankan

beberapa fungsi khusus seperti memelihara makam-makam penting, memelihara

Mesjid dan Pesantern. Pesantren paling tua yang keberadaannya terkait dengan desa

perdikan di Jawa, yaitu pesantern Tegalsari, dan diduga pesantern tegalsari yang

didirikan pada tahun 1742 merupakan pesantern tertua dan cikal bakal pesantren

(23)

22

Dikaitkan dengan model pengajaran dilingkungan pesantren yang diadopsi dari

pola pengajaran di pusat pendidikan islam di Haramain, jelaslah bahwa pendidikan di

pesantren adalah bagian dari pendidikan islam yang berkembang luas dari pusat-pusat

pendidikan islam tersebut ke berbagai belahan dunia Muslim. Namun, nama

pesantren sendiri diadopsi dari institusi lokal yang ada sebelumnya. Dengan

demikian, terjadinya proses akulturasi dimana isntitusi sosial lokal yang telah ada

sebagai wadah diisi dan berinteraksi dengan substansi kulutural keislaman (Ibid; 29).

Pondok Pesantren dapat disebut sebagai komunitas masyarakat, karena di

dalam pesantren sudah ada kyai dan teungku sebagai pemimpin dan santri yang

dipimpin. Model masyarakat seperti ini dikenal juga dengan masyarakat chiefdom,

yakni masyarakat terpimpin dan dipimpin.

Masyarakat terpimpin dan dipimpin menjadikan pondok pesantren masuk

dalam kategori seperti ini dilihat dari sistem yang terdapat dalam pondok pesantren

itu sendiri. Dilihat dari perkembangan pondok pesantren, perkembangan pondok

pesantren saat ini dapat dibagi menjadi empat kelompok. Pertama, pesantren yang

tetap konsisten seperti pesantren zaman dulu, disebut salafi. Kedua, Pesantren yang

memadukan sistem lama dengan sistem pendidikan sekolah, disebut pesantren

“Modern”. Ketiga, Pesantren yang sebenarnya hanya sekolah biasa tetapi siswanya

diasramakan 24 jam. Keempat, pesantren yang tidak mengajarkan ilmu agama,

karena semangat keagamaan sudah dimasukkan dalam kurikulum sekolah dan

(24)

23

selalu dilandasi oleh interaksi sosial, interaksi keagamaan, dan interaksi edukatif

khas, baik internal maupun eksternal (Miftahul. 2010; 25).

Pondok pesantren dalam Bentuk, sistem dan metode pesantren di Indonesia

dapat dibagi kepada dua periodisasi; Periode Ampel (salaf) yang mencerminkan

kesederhanaan secara komprehensif. Kedua, Periode Gontor yang mencerminkan

kemodernan dalam sistem, metode dan fisik bangunan. Periodisasi ini tidak

menafikan adanya pesantren sebelum munculnya Ampel dan Gontor. Sebelum Ampel

muncul, telah berdiri pesantren yang dibina oleh Syaikh Maulana Malik Ibrahim.

Demikian juga halnya dengan Gontor, sebelumnya telah ada yang justru menjadi

cikal bakal Gontor pesantren Tawalib, Sumatera. Pembagian di atas didasarkan pada

besarnya pengaruh kedua aliran dalam sejarah kepesantrenan di Indonesia (Jamhuri,

2009; 14).

Sejarah pesantren di Indonesia memiliki Ciri-ciri yaitu; periode salafi memiliki

ciri Gubuk-gubuk kecil sebagai tempat tinggal santri, seiring perkembangan dan

periodesasinya terjadi perubahan dalam tatanan kepesantrenan, adanya asrama bagi

santri. Alasan utama keharusan pesantren menyediakan asrama karena umumnya

pesantren berada di Desa yang tidak tersedia cukup perumahan bagi santri yang

belajar dan umumnya berasal dari daerah yang jauh serta menetap dalam waktu yang

cukup lama. Selain itu sikap kekeluargaan yang kental dimana santri memandang

kyai sebagai orang tua sendiri sehingga mereka merasa selayaknya berada di dekat

(25)

24

Tinggal di asrama dan berdekatan dengan kyai merupakan suatu ciri-ciri hidup

yang dilakukan di pondok pesantren dalam kebiasaan untuk mencari ilmu dengan

sistem menetap dengan tujuan agar terjadinya maksimalisasi proses dan terkontrol

secara efektip perkembangan santrinya. Santri-santri terlihat bagaimana mereka tekun

belajar dan hidup bersama dan merasa senasib dalam naungan Asuhan kyai dan

guru-guru lainnya. Seperti yang terjadi di Pondok Pesantern Modern Al-Abraar.

Pondok Pesantern Modern Al-Abraar merupakan salah satu pondok pesantren

yang ada di Indonesia dan merupakan lembaga pendidikan Islam yang menganut

sistem modernitas dalam metode pendidikan Islam di Indonesia. keberadaan pondok

pesantren Al-Abraar terletak di Desa Sikuik-Huik Dusun Siondop Julu kecamatan

Angkola Selatan Kabupaten Tapanuli selatan provinsi sumatera utara hadir di

tengah-tengah masyarakat Desa Sikuik-Huik Dusun Siondop Julu. Sistem pendidikan pondok

pesantern ini menggunakan metode modernisasi pendidikan pesantern hal ini terlihat

dari mata pelajaran yang diajarkan dipesantern ini mengkombinasikan pendidikan

Agama Islam dan pendidikan umum secara seimbang, selain itu tempat tinggal

santrinya menggunakan sistem asrama, ditinjau dari aktifitas sehari-hari santri selain

kegiatan keagamaan kegiatan umum juga dilakukan di pesantern ini seperti misalnya

kegiatan Pramuka, Olah raga, dan seterusnya. Pondok Pesantern Modern Al-Abaar

secara geografis merupakan pondok pesantern yang terletak dipinggiran daerah dan

jauh dari keramaian perkotaan, bertempat diantara dua bukit yang menaunginya yaitu

daerah Siondop Julu Kecamatan Siais dahulunya sekarang pasca pemekaran daerah

(26)

25

Dalam banyak hal sistem dan lembaga pendidikan pondok pesantren modern

Al-Abraar telah di modernisasi dan disesuaikan dengan tuntutan perkembangan

zaman, sehingga secara otomatis akan mempengaruhi kurikulum yang mengacu pada

tujuan institusional lembaga tersebut. Kurikulum merupakan salah satu instrument

dari suatu lembaga pendidikan pondok pesantren modern Al-Abraar termasuk

pendidikan pesantren dalam mencapai tujuan pendidikan. Adapun tujuan pendidikan

pondok pesantren yaitu untuk mempersiapkan para santri menjadi orang alim dalam

ilmu agama yang diajar oleh Kyai dan mengamalkan dalam masyarakat.

Dalam mengamalkan ilmu dan tujuan pondok pesantren modern Al-Abraar

dilakukan berbagai macam aktifitas dan tindakan-tindakan positif baik melalui Proses

interaksi antara santri dan civitas akademis didalam pesantern. Perjalanan hubungan

sosial pesantren dengan civitas akademik dilakukan sesuai aturan pondok yang

berlaku. Hubungan interkasi sesama santri berlangsung setiap hari, begitu juga

dengan hubungan interaksi antara santri dengan santri watinya sesuai aturan dan ijin

dari pihak pengawas santri dan santri wati. Hubungan interaksi dengan masyarakat

sekitar pesantren sering terjadi. Begitu juga pihak masyarakat dengan pesantren

melakukan hubungan interaksi sosial.

Hubungan interaksi dan Kehadiran Pondok pesantern Modern Al-Abraar

sebagai lembaga pendidikan Islam seharusnya bisa menjadi panutan dalam

membangun sistem sosial bermasyarakat yang baik dan harmonis sepertinya belum

bisa menjadi contoh bagi masyarakat hal ini menjadi suatu polemik tersendiri dalam

(27)

26

memberikan kontribusi yang maksimal karena disebabkan oleh faktor-faktor tertentu

yang menyebabkan ini tidak maksimal.

Ini merupakan salah satu gambaran dari pola interaksi sosial pondok pesantren

dengan masyarakat lingkungan yang bersentuhan langsung terhadap kehidupan

masyarakat di Desa Sikuik-Huik Dusun Siondop Julu Kecamatan Angkola Selatan

Kabupaten Tapanui Selatan yang hidup berdampingan langsung dengan pesantern

sebagai satu kesatuan sistem sosial. Persoalan seperti ini seharusnya tetap

dipertimbangkan dan diperhitungkan dalam kerukunan dan keharmonisan

bermasyarakat agar terciftanya suasan yang kondusif dan menyentuh semua pihak

yang menjadi bagian dari lingkungan sosial.

1.2 Perumusan Masalah

Hal itulah yang menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian yang

lebih mendalam lagi mengenai Pola Interkasi Sosial Pondok Pesantern dengan

Masyarakat Sekitarnya yang terjadi di Pondok Pesantern Modern Al-Abraar, Desa

Sikuik-Huik Dusun Siondop Julu Kecamatan Angkola Selatan Kabupaten Tapanuli

Selatan. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengambil

rumusan masalahnya sebagai berikut: “Bagaimanakah pola interaksi sosial pondok

pesantern modern Al-Abraar dengan masyarakat di sekitarnya?”

1.3 Tujuan Penelitian

Sebagai sebuah kajian ilmiah dan sesuai dengan prinsip penelitian maka

penelitian ini memiliki tujuan antara lain Mengetahui secara deskriptif bagaimana

(28)

27

dalam perspektif sosiologis melalui kajian sosiologi pendidikan secara langsung,

(Eksplisit) nyata dan tidak nyata (Implisit)

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah menambah pengetahuan dan

pemahaman peneliti tentang pola interaksi sosial pondok pesantern dengan

masyarakat Sekitarnya yang dikaitkan dengan kerangka pemikiran Sosiologi.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini juga secara praksis diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran bagi akademisi dan semoga dapat dijadikan bahan ajuan penelitian

selanjutnya. Serta bermanfaat juga bagi peneliti sendiri sebagai latihan dan

pembentukan pola pikir ilmiah dan rasional dalam menghadapi kenyataan sosial yang

ada dan timbul dalam masyarakat.

1.6 Definisi Konsep

Konsep merupakan suatu makna yang berada dialam pikiran atau didunia

kepemahaman manusia yang dinyatakan kembali dengan sarana lambang perkataan

atau kata-kata. Konsep adalah suatu hasil pemaknaan didalam intelektual manusia

yang merujuk ke kenyataan nyata ke alam empiris, dan bukan merupakan refleksi

sempurna. Dalam sosiologis konsep menegaskan dan menetapkan apa yang akan di

observasi (Suyanto, 2005;49) Definisi konsep adalah rangkuman peneliti untuk

naming atau peristiwa tentang sesuatu untuk diteliti. Konsep yang digunakan sesuai

(29)

28 A. Interaksi sosial

Interaksi sosial adalah tindakan yang mempunyai makna subjektif bagi

pelakunya (Max Weber), proses tindak balas yang mempengaruhi individu

maupun kelompok (Roucek dan Warren), proses berhubungan yang dapat

dilihat dan membentuk sistem (Gillin dn Gillin), hubungan antara dua orang

atau lebih sehingga kelakuan individu satu mempengaruhi, mengubah,

memperbaiki kelakuan orang lain (Bonner), tindakan yang mempengaruhi

berbagai aspek (Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi). Interaksi sosial

adalah suatu proses bertindak seseorang ataupun kelompok untuk tujuan

tertentu dengan cara mempengaruhi pelaku lainnya. Interaksi sosial yang

dimaksudkan pada penelitian ini adalah suatu hubungan antara anggota

masyarakat Desa sikuik-Huik dan Warga Pondok Pesantren Modern

Al-Abraar secara individu ataupun kelompok untuk tujuan tertentu dengan cara

mempengaruhi pelaku lainnya dan pada akhirnya memungkinkan

pembentukan struktur sosial.

B. Pola interaksi sosial

Pola interaksi sosial, proses hubungan timbal balik antar manusia yang terus

menerus membentuk sistem baru. Proses hubungan sosial manusia dibagi

kedalam dua bentuk, yaitu; Pola Interaksi Asosiatif (process of association)

dan Pola Interaksi Disosiatif (process of dissociation). Dalam penelitian ini

pola interaksi sosial yang dimaksud ialah proses hubungan timbal balik

(30)

29

interaksi sosial berbentuk pola inteaksi assosiatif yang mencakup pada proses

Kerja sama (cooperation) yaitu; Suatu usaha bersama antara pesantren dan

masyarakat sekitarnya secara personal ataupun kultural untuk mencapai suatu

atau beberapa tujuan bersama, Akomodasi (accomodation) suatu wadah

penyeimbang dalam interaksi antara pesantren dan masyarakat sekitarnya,

dalam kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang

berlaku dalam lingkungannya, dan Asimilasi (assimilation) yaitu usaha-usaha

untuk mengurangi perbedaan antarindividu atau antarkelompok guna

mencapai satu kesepakatan berdasarkan kepentingan dan tujuan-tujuan

bersama.

C. Pondok Pesantren

Pondok Pesantren ialah lembaga pendidikan islam dengan sistem asrama atau

punduq dimana kyai sebagai figure sentral, masjid sebagai pusat kegiatannya

(K.H. Zarkasih), Pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama

islam, dimana seorang Kyai mengajarkan ilmu agama islam kepada santri

berdasrkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa arab oleh ulama-ilama arab

abad pertengahan, dan biasanya santri tinggal diasrama (Sadjoko). Jadi dalam

penelitian ini pondok pesantren adalah lembaga pendidikan formal yang

memiliki ke khasan dank ke khususan sendiri seperti lembaga ini dikhususkan

untuk pelajar yang beragama islam, lembaga pondok pesantren dipimpin oleh

(31)

30

biasanya tinggal menetap di asrama atau di gubuk-gubuk kecil, dan buku

pelajarannya bisanya didominasi oleh pelajaran tentang agama islam.

D. Masyarakat sekitar

Masyarakat sekitar ialah Masyarakat adalah satu Kesatuan yang terhimpun

disuatu tempat dan hidup bersama dalam kurun waktu yang relatif lama,

kemudian mereka membentuk sistem. Masyarakat sekitar yang dimaksudkan

peneliti adalah penduduk yang bermukim disekitar Pondok Pesantren Modern

Al-Abraar yaitu masyarakat Desa Sikuik-huik yang meliputi sepuluh dusun,

dan telah menetap dalam kurun waktu tertentu dan melakukan aktifitas sosial.

E. Pondok Pesantern Modern Al-Abraar

Pondok Pesantern Modern Al-Abraar adalah pondok pesantern yang

beralamatkan di desa Sikuik-huik Dusun siondop julu kecamatan angkola

selatan kabupaten tapanuli selatan provinsi sumatera utara, pesantern ini

menganut sistem pesantren modern. dalam penelitian ini peneliti menjadikan

pondok pesantern ini sebagai lokasi penelitian skripsi untuk tugas akhir kuliah

(32)

31

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sebagai mahluk individu manusia dilahirkan sendiri dan memiliki ciri-ciri yang

berbeda antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan ini merupakan keunikan dari

manusia tersebut. Sebagai mahluk sosial manusia membutuhkan individu lain untuk

memenuhi segala kebutuhannya, dari sinilah terbentuk kelompok-kelompok yaitu

suatu kehidupan bersama individu dalam suatu ikatan, di mana dalam suatu ikatan

tersebut terdapat interaksi sosial dan ikatan organisasi antar masing-masing

anggotanya Dalam proses sosial, interaksi sosial merupakan sarana dalam melakukan

hubungan dengan lingkungan sekitarnya (Soekanto, 2001 : 128).

2.1 Interaksi Sosial

Pemikiran tentang kajian interaksi sosial bermula dari pandangan Max Weber

yang dikenal dengan kajian tindakan sosial. Tindakan sosial Sesuai dengan

pemahaman yang disampaikan oleh Max Weber bahwa; “Tidak semua tindakan

manusia dapat dianggap sebagai tindakan sosial. Suatu tindakana hanya dapat disebut

tindakan sosial apabila tindakan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan

prilaku orang lain dan beriorentasi pada prilaku orang lain”. Tindakan sosial adalah

prilaku manusia yang mempunyai makna subjektif bagi pelakunya. Terjadinya

Tindakan manusia yang mempunyai makna subjektif dan sering terjadi ditempat lain

dan mempengaruhi orang lain secara sosiologis dinamakan dengan Interaksi sosial

(Weber dalam Kamanto, 2000;12)

Interaksi sosial diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial timbal balik yang

(33)

32

kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang dengan kelompok-kelompok

manusia.

Definisi interaksi sosial menurut beberapa ahli sosiologi :

Interaksi sosial adalah proses, melalui tindak balas tiap-tiap kelompok

berturut-turut menjadi unsure penggerak bagi tindak balas dari kelompok yang lain.

Ia adalah suatu proses timbale balik, dengan mana satu kelompok dipengaruhi oleh

tingkah laku reaktif pihak lain dan dengan berbuat demikian ia mempengaruhi

tingkah laku orang lain (Pandangan ini disampaikan oleh Roucek dan Warren dalam

abdul syani. 2007; 153).

Interaksi sosial menurut kajiannya ahli sosiologi Gillin dan Gillin adalah;

proses-proses sosial yaitu cara berhubungan yang dapat dilihat apabila orang

perorangan dan kelompok-kelompok manusia saling bertemu dan menentukan sistem

serta bentuk-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada

perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada

(Ibid; 153).

Seiring dengan pemahaman interaksi sosial yang terus berkembang maka,

Bonner menyebutkan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua orang

atau lebih, sehingga kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah,

memperbaiki kelakuan orang lain, dan sebaliknya (Gunawan.2000;31)

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, interaksi sosial ialah

pengaruh timbale balik antara pelbagai kehidupan bersama. Lebih lanjut dari interaksi

(34)

33

(person) dalam situasi (lingkungan) sosial, misalnya hubungan bayi dengan ibunya

sewaktu menyusui, dibuai, dan seterusnya. Interaksi cultural ialah hubungan

seseorang dengan kebudayaan kelompoknya, artinya berhubungan dengan orang lain

sambil mempelajari kebudayaan kelompok-kelompok orang tersebut.

Interaksi personal dan cultural sangat erat hubungannya dengan proses

pembelajaran semasih bayi seperti waktu/jam menyusui, kemudian

ditambah/diselingi dengan bubur, nasi tim, buah-buahan, sampai saatnya tidak

disapih lagi, dan seterusnya. Hal ini anak belajar dari norma keluarganya,

lingkungannya, norma sosial, nasional, sampai inernasional (Ibid;32).

Menurut Bales dan Homans dalam Santoso (2004:10), pada hakekatnya

manusia memiliki sifat yang dapat digolongkan ke dalam :

• Manusia sebagai makhluk individual,

• Manusia sebagai makhluk sosial, dan

• Manusia sebagai makhluk berkebutuhan.

Selanjutnya dalam penelitian skripsi ini yang dimaksud dengan interaksi

sosial adalah suatu proses hubungan sosial yang dinamis baik dilakukan oleh warga

pondok pesantern dengan masyarakat sekitarnya maupun masyarakat sekitar

pesantren dengan civitas pondok pesantern sehingga terjadi hubungan yang timbal

balik antara individu atau kelompok yang satu dengan yang lain untuk tujuan

perbaikan dan kerja sama dalam bermasyarakat.

(35)

34

Setiap individu yang berhubungan dengan individu yang lain, baik hubungan

sosial antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok

dengan kelompok, hubungan sosial itu memiliki aspek-aspek sebagai berikut :

a. Adanya hubungan, Setiap interaksi sudah barang tentu terjadi karena adanya

hubungan antara individu dengan individu maupun antara individu dengan

kelompok, serta hubungan antara kelompok dengan kelompok. hubungan

antara individu dengan individu ditandai antara lain dengan tegur sapa, berjabat

tangan, dan bertengakar.

b. Ada individu, Setiap interaksi sosial menuntut tampilnya individu individu

yang melaksanakan hubungan. Hubungan sosial itu terjadi karena adanya peran

serta dari individu satu dan individu lain, baik secara person atau kelompok.

c. Ada tujuan, Setiap interaksi sosial memiliki tujuan tertentu seperti

mempengaruhi individu lain. Misalnya,seorang ibu rumah tangga yang sedang

berbelanja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di pasar dan menawar barang

yang akan dibelinya, hal itu adalah salah satu fungsi untuk mempengaruhi

individu lain agar mau menuruti apa yang dikehendaki oleh ibu pembeli

tersebut.

d. Adanya hubungan dengan struktur dan fungsi kelompok, Interaksi sosial yang

ada hubungan dengan struktur dan fungsi kelompok ini terjadi karena individu

dalam hidupnya tidak terpisah dari kelompok. Di samping itu, tiap-tiap individu

memiliki fungsi dalam kelompoknya. Individu di dalam kehidupannya tidak

(36)

35

makhluk sosial yang memiliki fungsi dalam kelompoknya. Misalkan, seorang

penceramah agama sebagai seorang individu Ia memiliki fungsi dalam

kelompoknya yaitu untuk memberikan atau menyampaikan ajaran keagamaan

yang dianutnya. Hal lain yang dapat dilihat, seorang kepala desa yang memiliki

fungsi untuk membentuk anggota masyarakatnya menjadi masyarakat yang

damai, tertib aman dan sejahtera, dan untuk mewujudkan hal tersebut di

butuhkan pula keikutsertaan dari setiap anggota masyarakatnya. Jadi dalam hal

ini setiap individu ada hubungannya dengan struktur dan fungsi sosial (Santoso,

2004 : 11)

Dengan demikian konsep interaksi sosial yang digunakan di dalam skripsi ini

adalah konsep dari Soerjono Soekanto bahwa interaksi sosial merupakan sarana

dalam melakukan hubungan dengan lingkungan sekitarnya. Karena interaksi

merupakan kunci dari semua kehidupan sosial itu sendiri, tanpa interaksi sosial tidak

mungkin ada kehidupan bersama.

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial

Di dalam interaksi sosial terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi

tersebut, yaitu faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya interaksi tersebut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial sebagai berikut :

a. Situasi sosial (The nature of the social situation), memberi bentuk tingkah laku

terhadap individu yang berada dalam situasi tersebut. Misalnya, apabila

berinteraksi dengan individu lain yang sedang dalam keadaan berduka, pola

(37)

36

dilakukan apabila dalam keadaan yang riang atau gembira, dalam hal ini

tampak pada tingkah laku individu yang harus dapat menyesuaikan diri

terhadap situasi yang sedang dihadapi.

b. Kekuasaan norma-norma kelompok (The norms prevailing in any given social

group), sangat berpengaruh terhadap terjadinya interaksi sosial antar individu.

Misalkan, individu yang menaati norma-norma yang ada di dalam setiap

berinteraksi individu tersebut tidak akan pernah membuat suatu kekacauan,

berbeda dengan individu tidak menaati norma-norma yang berlaku, individu

tersebut pasti akan menimbulkan kekacauan dalam kehidupan sosialnya, dan

kekuasaan norma-norma itu berlaku untuk semua individu dalam kehidupan

sosialnya.

c. Their own personality trends Adanya tujuan kepribadian yang dimiliki

masing-masing individu sehingga berpengaruh terhadap perilakunya. Misalkan, di

dalam setiap interaksi individu pasti memiliki tujuan, hal ini dapat dilihat

seorang anak berinteraksi dengan guru memiliki tujuan untuk menuntut ilmu di

dunia sekolah, seorang pedagang sayur dengan ibu-ibu rumah tangga, memiliki

tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan sebagainya.

d. A person’s transitory tendencies (Setiap individu berinteraksi sesuai dengan

kedudukan dan kondisinya yang bersifat sementara). Pada dasarnya status atau

kedudukan yang dimiliki oleh setiap individu adalah bersifat sementara,

misalnya seorang warga biasa yang berinteraksi dengan ketua RT, maka dalam

(38)

37

kedudukan yang menghormati orang yang memiliki kedudukan dalam

kelompok sosialnya.

e. Adanya penafsiran situasi (The process of perceiving and interpreting a

situation), di mana setiap situasi mengandung arti bagi setiap individu sehingga

mempengaruhi individu untuk melihat dan menafsirkan situasi tersebut.

Misalnya, apabila ada teman atau rekan yang terlihat murung dan suntuk,

individu lain harus bisa membaca situasi yang sedang dihadapinya, dan tidak

seharusnya individu lain itu terlihat bahagia dan ceria dihadapannya,

bagaimanapun individu harus bisa menyesuaikan diri dengan keadaan yang

sedang dihadapi, dan berusaha untuk membantu menafsirkan situasi yang tidak

diharapkan menjadi situasi yang diharapkan (Santoso, 2004 : 12).

Adapun yang mendorong terjadinya interaksi sosial menurut Gerungan (1988 :

58) berdasarkan pada beberapa faktor, yaitu :

a) Faktor peniruan atau imitasi

b) Faktor sugesti

c) Faktor identifikasi

d) Faktor simpati

Dari keempat macam faktor ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Faktor peniruan atau imitasi, Dalam interaksi sosial, gejala tiru-meniru sangat

kuat peranannya di dalam proses sosial. Hal ini tampak jelas pada dunia mode,

adat istiadat dan sebagainya. Dalam kamus istilah sosiologi di katakan bahwa

(39)

38

berperilaku seperti pihak lain yang berinteraksi dengan diri (Hasjir, 2003 : 30).

Menurut Tarde imitasi berasal dari kata imitation yang berarti peniruan. Hal ini

disebabkan karena manusia pada dasarnya individualis, namun dipihak lain

manusia mempunyai kesanggupan untuk meniru sehingga di dalam masyarakat

terdapat kehidupan sosial. Dalam penelitian ini selanjutnya yang dimaksud

dengan imitasi adalah tindakan seseorang untuk meniru orang lain, baik dalam

sikap maupun perilaku. Imitasi meliputi : 1. imitasi positif, misalnya sikap

hemat, berpakaian rapi, dan menghargai waktu; 2. imitasi negatif, misalnya

mabuk-mabukan,, sikap kebarat-baratan, dan pergaulan bebas.

b. Faktor sugesti, Sugesti dalam ilmu jiwa sosial dapat di rumuskan sebagai suatu

proses di mana seorang individu menerima suatu cara pengelihatan atau

pedomanpedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu

(Gerungan, 1988 : 61). Sugesti merupakan tindakan seseorang untuk memberi

pandangan atau sikap yang kemudian diterima oleh pihak lain, sugesti mungkin

terjadi jika orang yang memberi pandangan adalah orang yang berwibawa atau

bersifat otoriter, atau orang tersebut merupakan bagian dari kelompok yang

bersangkutan. Contoh dalam menyelesaikan masalah sosial, kebersihan atau

gotong royong hari pelaksanaan, selain ditentukan bersama juga wajib di

putuskan oleh kepala desa.

c. Faktor identifikasi, Identifikasi merupakan suatu dorongan untuk menjadi

identik (sama) dengan orang lain (Walgito, 2000 :72). Menurut kamus istilah

(40)

39

individu pada kedudukan serta peranan orang lain dan mengikuti

pengalamanpengalamannya (Hasjir, 2003 : 29). Timbulnya identifikasi sebagai

dasar interaksi sosial menurut Freud, bahwa setiap individu mempunyai nafsu

untuk menempatkan diri pada situasi tertentu ketika individu itu berada

bersamasama individu lain, tetapi tidak semua individu dapat menempatkan diri

sehingga sukar untuk berperilaku dan bertingkah laku. Tujuan dari proses

identifikasi adalah individu yang bersangkutan ingin mempelajari tingkah laku

maupun perilaku individu lain meskipun tanpa disadari sebelumnya dan baru

disadari apabila proses ini telah membawa hasil. Imitasi merupakan tindakan

seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain, contohnya, seorang anak

yang meniru tingkah laku laku ayahnya, seorang remaja meniru gaya

berpakaian aktor pujaannya.

d. Faktor simpati, Simpati adalah perasaan yang terdapat dalam diri seseorang

individu yang tertarik dengan individu yang lain. Prosesnya berdasarkan

perasaan semata-mata tidak melalui penilaian yang berdasarkan resiko, dengan

kata lain imitasi adalah suatu proses di mana seseorang merasa tertarik pada

pihak lain (Soekanto, 2001 : 70). Faktor-faktor inilah yang mendorong dalam

proses interaksi sosial yang terjadi pada tiap kelompok pergaulan hidup. Dalam

penelitian ini selanjutnya yang dimaksud dengan simpati adalah suatu proses di

mana seseorang merasa tertarik untuk memahami orang lain dan berkeinginan

(41)

40

membenahi rumahnya dan ada seorang bapak-bapak yang melihatnya dan

merasa tertarik untuk membantu.

2.1.3 Syarat-Syarat Interaksi Sosial

Sesuai dengan pandangan para ahli sosiolog diatas, bahwa proses sosial,

merupakan aspek dinamis dari kehidupan masyarakat. Dimana didalamnya terdapat

suatu proses hubungan antar manusia satu dengan yang lainnya. Proses hubungan

tersebut berupa antara aksi sosial yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang terus

menerus. Antara aksi (interaksi) sosial, dimaksudkan sebagai pengaruh timbale balik

antara dua belah pihak, yaitu antara individu satu dengan individu atau kelompok

lainnya dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

Terjadinya interaksi sosial sebagaimana yang dimaksud, karena adanya saling

mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing pihak dalam suatu hubungan

sosial. Menurut Rouceck dan Warren, interaksi adalah satu masalah pokok karena ia

merupakan dasar segala proses sosial. Interaksi merupakan proses timbal balik,

dengan mana satu kelompok dipengaruhi tingkah laku reaktif pihak lain dan dengan

demikian ia mempengaruhi tingkah laku orang lain melalui Kontak. Kontak ini

mungkin berlangsung melalui organisme, fisik, seperti dalam obrolan, pendengaran,

melakukan gerakan pada beberapa bagian badan, melihat dan lain-lain lagi, atau

secara tidak langsung melalui tulisan, atau dengan cara berhubungan dari jauh

(42)

41

Dalam proses sosial, baru dapat dikatakan terjadi interaksi sosial, apabila telah

memenuhi persyaratan sebagai aspek kehidupan bersama, yaitu kontak sosial dan

komunikasi sosial.

a. Kontak sosial

Kontak sosial adalah hubungan antara satu orang atau lebih, melalui

percakapan dengan saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing dalam

masyarakat. Kontak sosial dapat terjadi secara langsung ataupun tidak langsung

antara satu pihak dengan pihak yang lainnya. Kontak sosial tidak langsung adalah

kontak sosial yang menggunakan alat sebagai perantara; misalnya ; melalui telepon,

radio, surat, dan lain-lain. Sedangkan kontak sosial secara langsung, adalah kontak

sosial melalui suatu pertemuan dengan bertatap muka dan berdialoq diantara kedua

belah pihak tersebut. Yang paling penting dalam interaksis sosial tesebut saling

mengerti antara kedua belah pihak; sedangkan kontak badaniah bukan lagi

merupakan syarat utama dalam kontak sosial, oleh karena hubungan demikian belum

tentu terdapat saling pengertian. Kontak sosial tejadi tidak semata-mata oleh karena

adanya aksi belaka, akan tetapi harus memenuhi syarat pokok kontak sosial, yaitu

reaksi (tanggapan) dari pihak lain sebagai lawan kontask sosial (Ibid;154).

Dalam kontak sosial, dapat terjadi hubungan yang positif dan hubungan

negative. Kontak sosial positif terjadi karena hubungan antara kedua belah pihak

terdapat saling pengertian, disamping menguntungkan masing-masing pihak tersebut,

sehingga biasanya hubungan dapat berlangsung lama, atau mungkin dapat

(43)

42

karena hubungan antara kedua belah pihak tidak melahirkan saling pengertian,

mungkin merugikan masing-masing keduah belah pihak atau salah satu pihak,

sehingga mengakibatkan suatu pertentangan atau perselisihan. Dalam pengertian

yang sama, Soedjono membedakan kontak sosial menjadi dua macam, yaitu kontak

sosial primer dan skunder. Yang primer adalah kontak sosial dalam bentuk tatap

muka, bertemu, jabatan tangan, bercak-cakap antara pihak-pihak yang melakukan

kontak sosial. Sedangkan yang bersifat sekunder adalah kontak yang tidak langsung,

yaitu suatu kontak sosial yang membutuhkan perantara. Hal ini sama halnya dengan

hubungan secara tidak langsung, misalnya; melalui telepon, radio, surat, dan lain-lain

(Ibid;155).

b. Komunikasi sosial

Komunikasi sosial adalah syarat pokok lain daripada proses sosial.

Komunikasi sosial mengandung penegertian persamaan pandangan antara

orang-orang yang berinteraksi terhadap sesuatu. Menurut Soerdjono Soekanto, komunikasi

sosial adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada perikelakuan orang lain

(yang Berwujud pembicaraan, gerak-gerak badaniah atau sikap) perasaan-perasaan

apa yang ingin disampaikan oleh sesroang tersebut, yang bersangkutan kemudian

memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain

tersebut. Dengan adanya komunikasi, maka sikap dan perasaan disatu pihak orang

atau sekelompok orang dapat diketahui dan dipahami oleh pihak orang atau

sekelompok lainnya. Hal ini berarti, apabila suatu hubungan sosial tidak terjadi

(44)

masing-43

masing pihak, maka dalam keadaan demikian tidak terjadi kontak sosial. Dalam

komunikasi sosial masing-masing orang yang sedang berhubungan; misalnya jabatan

tangan dapat ditafsirkan sebagai kesopanan, persahabatan, kerinduan, sikap

kebanggaan dan lain-lain (Ibid;155).

Menurut Soekanto (2001 : 75) lebih memfokuskan, komunikasi adalah

tafsiran seseorang terhadap kelakuan orang lain baik berupa pembicaraan, gerak gerik

badan maupun sikap guna menyampaikan pesan yang diinginkannya. Orang tersebut

kemudian memberi reaksi terhadap perasaan orang lain tersebut.

2.1.4 Macam-Macam Interaksi Sosial

a) Dilihat dari sudut subjeknya, ada tiga macam interaksi sosial, yaitu ;

a. Interaksi antar orang perorangan.

b. Interaksi antar orang dengan sekelompoknya, dan sebaliknya.

c. Interaksi antar kelompok

b) Dilihat dari segi caranya, ada dua macam interaksi sosial, yaitu :

a. Interaksi langsung (direct intrection), yaitu interaksi fisik, seperti berkelahi,

hubungan seks/kelamin, dan sebagainya.

b. Interaksi simbolik (symbolic intrection), yaitu interaksi dengan

mempergunakan bahasa (lisan/tulisan) dan symbol-simbol lain (isyarat), dan

sebagainya.

c) Menurut bentuknya, Selo Soemardjan membagi interaksi menjadi empat, yaitu;

a. Kerja sama (cooperation)

(45)

44 c. Pertikaian (conflict)

d. Akomodasi (acommodation), yaitu bentuk interaksi penyelesaian dari

pertikaian

Masyarakat indonesia termasuk tipe masyarakat Kooparatif, dengan cirinya

yang khas yaitu “gotong royong”. Masyarakat Amerika serikat termasuk tipe

masyarakat yang kompetitif, yaitu masyarakat yang saling-berlomba-lomba mencari

kedudukan/status sosial, harta, dan sebagainya (Gunawan, 2000;33)

Bentuk-bentuk interaksi sosial tersebut dapat terjadi secara berantai terus

menerus, bahkan dapat berlangsung seperti lingkaran tanpa berujung. Proses interaksi

sosial bisa bermula dari setiap kerja sama, persaingan, pertikaian, ataupu akomodasi;

kemudian dapat berubah lagi menjadi kerja sama, begitu seterusnya. Misalnya suatu

pertikaian, untuk sementara waktu dapat diselesaikan; kemudian dapat bekerja sama;

berubah menjadi persaingan; apabila persaingan ini memuncak, maka dapat terjadi

pertikaian.

Kerja sama adalah suatu bentuk proses sosial, dimana didalamnya terdapat

aktifitas tertentu yang ditujukan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling

membantu dan saling memahami tehadap aktifitas masing-masing. Sehubungan

dengan pelaksanaan kerja sama, menurut Soerjono Soekanto ada tiga bentuk kerja

sama, yaitu :

a) Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang

(46)

45

b) Cooptation, yakni suatu proses penerimaan unsure-unsur baru dalam

kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai salah

satu cara untuk menghindari terjadinya keguncangan dalam stabilitas

organisasi yang bersangkutan.

c) Coalition, adalah kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai

tujuan yang sama. Coalition dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil

untuk sementara waktu, oleh karena dua organisasi atau lebih tersebut

kemungkinan mempunyai struktur yang berbeda-beda satu dengan lainnya.

Akan tetapi untuk mencapai tujuan bersama, maka sifatnya adalah kooperatif.

Persaingan merupakan usaha dari seseorang untuk mencapai sesuatu yang

lebih daripada yang lainnya. Sesuatu itu bisa berupa bentuk harta benda atau

popularitas tertentu. Persaingan biasanya bersifat individu, apabila hasil dari

persaingan tersebut dianggap cukup untuk memenuhi kepentingan pribadi, bentuk

kegiatan ini biasanya didorong oleh motivasi sebagai berikut.

a) Mendapatkan status sosial

b) Memperoleh jodoh

c) Mendapatkan kekuasaan

d) Mendapatkan nama baik

e) Mendapatkkan kekayaan dan lain-lain

Pertikaian adalah bentuk persaingan yang berkemban secara negative, artinya

disatu pihak bermaksud untuk mencelakakan atau paling tidak berusaha untuk

(47)

46

penghapusan keberadaan pihak lain. Akomodasi adalah suatu keadaan hubungan

antara kedua belah pihak yang menunjukkan keseimbangan yang berhubungan

dengan nilai dan norma-norma sosial yang berlaku dalam masyarakat. Akomodasi

merupakan suatu proses yang merupakan perkembangan dari pertikaian, dimana

masing-masing pihak melakukan penyesuaian dan berusaha untuk mencapai

kesepakatan untuk tidak saling bertentangan (Abdulsyani.2007;156-159)

2.1.5 Pola-Pola Hubungan (Interaksi) Sosial

Interaksi atau proses sosial (hubungan timbal-balik yang dinamis di antara

unsur-unsur sosial) dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pola interaksi asosiatif dan

pola interaksi disosiatif. Pola interaksi asosiatif merupakan proses-proses yang

mendorong dicapainya akomodasi, kerjasama dan asimilasi, yang pada giliran

selanjutnya menciptakan keteraturan sosial. Pola interaksi disosiatif merupakan

proses-proses yang mengarah kepada terciptanya bentuk-bentuk hubungan sosial

yang berupa persaingan (kompetisi), kontravensi ataupun konflik (pertikaian), yang

pada giliran berikutnya menghambat terjadinya keteraturan sosial.

1. Pola interaksi Asosiatif

a) Kerja Sama (Cooperation) Suatu usaha bersama antara orang perorangan atau

kelompok manusia untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan bersama.

Bentuk kerja sama tersebut berkembang apabila orang dapat digerakan untuk

mencapai suatu tujuan bersama dan harus ada kesadaran bahwa tujuan

tersebut di kemudian hari mempunyai manfaat bagi semua. Juga harus ada

(48)

47

diterima. Dalam perkembangan selanjutnya, keahlian-keahlian tertentu

diperlukan bagi mereka yang bekerja sama supaya rencana kerja samanya

dapat terlaksana dengan baik. Kerja sama timbul karena orientasi

orang-perorangan terhadap kelompoknya (yaitu in-group-nya) dan kelompok lainnya

(yang merupakan out-groupnya). Kerja sama akan bertambah kuat jika ada

hal-hal yang menyinggung anggota/perorangan lainnya. Fungsi Kerjasama

digambarkan oleh Charles H.Cooley ”kerjasama timbul apabila orang

menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama

dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan

pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan

tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan

adanya organisasi merupakan fakta-fakta penting dalam kerjasama yang

berguna”. Dalam teori-teori sosiologi dapat dijumpai beberapa bentuk

kerjasama yang biasa diberi nama kerja sama (cooperation).

Kerjasama tersebut lebih lanjut dibedakan lagi dengan :

a. Kerjasama Spontan (Spontaneous Cooperation) : Kerjasama yang

sertamerta

b. Kerjasama Langsung (Directed Cooperation) : Kerjasama yang

merupakan hasil perintah atasan atau penguasa

c. Kerjasama Kontrak (Contractual Cooperation) : Kerjasama atas dasar

Gambar

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan
Tabel 4.2 Data siswa Madrasah Ibtidaiyah Al-Abraar
Table 4.4 Data siswa Madrasah Tsanawiyah Al-Abraar
Table 4.5 Data guru madrasah Tsanawiyah Al-Abraar
+6

Referensi

Dokumen terkait

Contohnya yaitu di dalam ruangan kelas seorang guru menempati suatu area yang memang dirancang khusus dengan mimbar yang mempunyai ketinggian lantai lebih daripada permukaan

Catatan tambahan : Spesifikasi produk tergantung pada pengujian, dari data literatur dan informasi dari perusahaan manufaktur sarung tangan atau diturunkan dari produk yang

Dari penelitian ini diperoleh bahwa kriteria harga merupakan kriteria paling penting dalam pemilihan jasa ekspedisi, dibandingkan dengan kriteria responsivitas, pengalaman,

Istilah constitutional question merujuk pada suatu mekanisme pengujian konstitusionalitas di Mahkamah Konstitusi yang diajukan oleh seorang hakim di pengadilan umum yang

The conditional prepayment rate (CPR) is the actual rate at which the mortgage pool b alance is prepaid.. If the conditional prepayment rate (CPR) is converted into a monthly rate,

Telah mengikuti Kuliah Kerja Nyata Tematik Posdaya Angxatan ke-6 yang dilaksanakan dari tanggal 23 Januari sampai dengan 06 Maret 2014 bertempat dl: ^ -

Penelitian ini mengungkapkan kontribusi yang signifikan antara Kompetensi keperibadian guru dan Kreativitas siswa secara bersama-sama terhadap Hasil Belajar Pada Mata

Kemudian dilakukan dengan uji aktivitas analgesik untuk mengetahui aktivitas analgesik pada senyawa hasil sintesis berdasarkan persentase hambatan nyeri yang