Stres dan Koping Mahasiswa Kepribadian Tipe A dan Tipe B dalam Menyusun Skripsi di Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
Masnun Dewani Hasibuan 101121080
Skripsi
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini. Skripsi penelitian disusun dengan tujuan untuk memenuhi penyelesaian tugas akhir dengan judul Stres dan Koping Mahasiswa Kepribadian Tipe A dan B dalam Menyusun Skripsi di Fakultas Keperawatan USU.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian proposal ini, sebagai berikut:
1. dr. Dedi Adinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Erniyati S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatn Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Rika Endah Nurhidayah S.kp, MPd sebagai dosen pembimbing 1 yang telah membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini.
4. Bapak Achmad Fathi S.Kep,Ns, MNS sebagai dosen penguji I 5. Ibu Erniyati S.Kp, MNS sebagai dosen penguji II
7. Kepada Ayahanda, Ibunda, kakanda Zulham Sende Muda Hasibuan, Adinda Nuzully Karlina hasibuan, adinda Annisa Khairani Hasibuan, dan Adinda Arman Al-farisi hasibuan yang selalu memberikan dukungan dan doa selama peneliti menjalani pendidikan hingga penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas segala pengorbanan dan perjuangan kalian, yang telah menjadi motivasi dan dorongan kuat dalam menggapai kesuksesan ananda, kasih sayang dan doa yang selalu menyertai dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Kepada teman-teman sejawat program S1 Ekstensi Keperawatan fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang ikut membantu dalam penyelesaikan skripsi ini.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang Keperawatan dan pihak-pihak yang membutuhkan. Penulis sangat mengharapkan adanya saran yang bersifat membangun untuk perbaikan yang lebih baik di masa yang akan datang
Medan,6 Pebruari 2012
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Halaman Pengesahan ... ii
Kata Pengantar ... iii
Daftar Isi ... v
Daftar tabel ... viii
Daftar skema ... ix
Abstrak ... x
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep skripsi ... 7
2.1.1 Defenisi skripsi ... 7
2.1.2 Tujuan skripsi... 8
2.1.3 Persyaratan Penyusunan skripsi ... 9
2.1.4 Prosedur skripsi ... 10
2.1.5 Hambatan Dalam Penyusunan skripsi ... 13
2.2 Konsep Stres ... 14
2.2.1 Defenisi Stres ... 14
2.2.2 Aspek-aspek Stres dalam Menyusun Skripsi ... 15
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres dalam Menyusun Skripsi ... 16
2.2.4 Tahapan stress... ... 20
2.3 Konsep Koping ... 22
2.3.1 Defenisi koping... ... 22
2.3.2 Sumber-sumber Koping... ... 23
2.3.4 Mekanisme Koping... ... 23
2.4 Konsep Kepribadian ... 26
2.4.1 Defenisi Kepribadian ... .... 26
2.4.2 Tipe Kepribadian ... 27
BAB 3. KERANGKA KONSEPTUAL 3.1 kerangka konsep ... 30
3.2 Defenisi Operasional ... 31
3.3 Hipotesa ... 32
BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 33
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34
4.4 Pertimbangan Etik Penelitian ... 34
4.5 Instrumen Penelitian dan Pengukuran Validitas-reliabilitas ... 35
4.6 Uji Validitas Dan Reabilitas ... .35
4.6 Pengumpulan Data ... 36
4.7 Analisa Data ... 37
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... 38
5.1.1 Deskriptif Responden ... 38
5.1.2 Distribusi Perbedaan Stress Mahasiswa Kepribadian Tipe A dan Tipe B ... 41
5.1.3 Distribusi Perbedaan Koping Mahasiswa Kepribadian Tipe A dan Tipe B ... 42
5.1.4 Perbedaan Stess dan Koping Mahasiwa Kepribadian Tipe A dan Tipe B ... 42
5.2. Pembahasan ... 43
5.2.1 Stress Mahasiswa Kepribadian Tipe A dan Tipe B ... 44
5.2.2 Koping Mahasiswa Kepribadian Tipe A dan Tipe B ... 46
5.2.3 Perbedaan Stess dan Koping Mahasiwa Kepribadian Tipe A dan Tipe B ... 47
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 49
6.2 Saran... 50 DAFTAR PUSTAKA
INFORM CONSENT JADWWAL PENELITIAN INSTRUMEN PENELITIAN TRANSAKSI DANA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel
1. Distribusi frekuensi dan persentase responden kepribadian tipe A
dan kepribadian tipe B ... 35 2. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden
kepribadian tipe A dan kepribadian tipe B ... 37 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Stres Mahasiswa berdasarkan
tipe Kepribadian A dan tipe Kepribadian B dalam Menyusun Skripsi ... 38 4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Stres Mahasiswa Kepribadian
tipe A dan Kepribadian tipe B dalam Menyusun Skrips ... 39 5. Perbedaan stres dan koping mahasiswa kepribadian tipe A dan B
DAFTAR SKEMA
Judul : Stres dan Koping Mahasiswa Kepribadian Tipe A dan B dalam Menyusun Skripsi Di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan
Peneliti : Masnun Dewani Hasibuan Program : Sarjana Keperawatan Ekstensi Tahun Akademik : 2011/2012
ABSTRAK
Stres merupakan gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan. Stres bisa terjadi pada siapa saja mulai dari anak-anak, remaja, dewasa dan lansia. Sumber- sumber stres salah satunya adalah tipe kepribadian. Sedangkan koping merupakan cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan atau respons terhadap situasi yang mengancam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan stres dan koping mahasiswa kepribadian tipe A dan B selama menyusun skripsi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan design Komparasi. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 114 orang dan sampel diambil dengan random sampling dimana peneliti memilih sampel dengan cara acak dengan menggunakan metode undian (untung-untungan). Pada penelitian ini sampel yang digunakan berjumlah 89 orang. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas mahasiswa Tipe A dan B berada pada tingkat stres sedang yaitu sebesar, 70% dan 74,6%. Sedangkan koping yang digunakan oleh mahasiswa kepribadian tipe A adalah distancing coping, self control, dan accepting responcibility. Mahasiswa kepribadian tipe B mayoritas menggunakan accepting responsibility, distancing coping, dan self control. Berdasarkan uji Pearson didapat bahwa nilai korelasi pearson (r) = 0,086 dan p = 0,426 p > 0,05, ini menyimpulkan bahwa tidak terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji dan kekuatan korelasinya bersfat sangat lemah. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas mahasiswa tipe A dan B berada pada tingkat stres sedang. Untuk itu disarankan kepada pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara untuk lebih memperhatikan kebutuhan mahasiswa seputar penyusunan skripsi, dan diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian ini dengan menggunakan penelitian kualitatif, sehingga data yang diperoleh akan lebih baik dan lebih akurat.
Judul : Stres dan Koping Mahasiswa Kepribadian Tipe A dan B dalam Menyusun Skripsi Di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan
Peneliti : Masnun Dewani Hasibuan Program : Sarjana Keperawatan Ekstensi Tahun Akademik : 2011/2012
ABSTRAK
Stres merupakan gangguan pada tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan. Stres bisa terjadi pada siapa saja mulai dari anak-anak, remaja, dewasa dan lansia. Sumber- sumber stres salah satunya adalah tipe kepribadian. Sedangkan koping merupakan cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan atau respons terhadap situasi yang mengancam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan stres dan koping mahasiswa kepribadian tipe A dan B selama menyusun skripsi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan design Komparasi. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 114 orang dan sampel diambil dengan random sampling dimana peneliti memilih sampel dengan cara acak dengan menggunakan metode undian (untung-untungan). Pada penelitian ini sampel yang digunakan berjumlah 89 orang. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas mahasiswa Tipe A dan B berada pada tingkat stres sedang yaitu sebesar, 70% dan 74,6%. Sedangkan koping yang digunakan oleh mahasiswa kepribadian tipe A adalah distancing coping, self control, dan accepting responcibility. Mahasiswa kepribadian tipe B mayoritas menggunakan accepting responsibility, distancing coping, dan self control. Berdasarkan uji Pearson didapat bahwa nilai korelasi pearson (r) = 0,086 dan p = 0,426 p > 0,05, ini menyimpulkan bahwa tidak terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji dan kekuatan korelasinya bersfat sangat lemah. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas mahasiswa tipe A dan B berada pada tingkat stres sedang. Untuk itu disarankan kepada pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara untuk lebih memperhatikan kebutuhan mahasiswa seputar penyusunan skripsi, dan diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian ini dengan menggunakan penelitian kualitatif, sehingga data yang diperoleh akan lebih baik dan lebih akurat.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi (Buku Pedoman Universitas Sumatera Utara, 2010). Mahasiswa digolongkan sebagai remaja akhir dan dewasa awal, yaitu usia 18-21 tahun dan 22-24 tahun. Pada usia tersebut mahasiswa mengalami masa peralihan dari remaja akhir ke dewasa awal (Gunawati & Hartati, 2006)
Masa peralihan yang dialami oleh mahasiswa, mendorong mahasiswa untuk menghadapi berbagai tuntutan dan tugas perkembangan yang baru. Tuntutan dan tugas perkembangan mahasiswa tersebut muncul dikarenakan adanya perubahan yang terjadi pada beberapa aspek fungsional individu, yaitu fisik, psikologis dan sosial. Perubahan tersebut menuntut mahasiswa untuk melakukan penyesuaian diri (Gunawati & Hartati, 2006)
Mengerjakan sebuah skripsi telah menjadikan kebanyakan mahasiswa stres, takut, bahkan sampai frustasi dan ada juga yang nekat bunuh diri. Telah banyak contoh kasus mahasiswa yang menjadi lama dalam penyelesaian studinya karena terganjal dengan masalah tugas akhirnya, karena adanya pemikiran pembuatan tugas akhir susah dan berat maka akhirnya banyak mahasiswa menyerahkan pembuatan skripsi ini ke orang lain atau semacam biro jasa pembuatan skripsi, atau membeli/mencari skripsi orang lain untuk ditiru (Riewanto, 2003).
Skripsi adalah karya ilmiah yang diwajibkan sebagai bagian dari persyaratan pendidikan akademis di Perguruan Tinggi (Purwadarminta, 2005 dalam Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, 2006). Semua mahasiswa wajib mengambil matakuliah tersebut karena skripsi digunakan sebagai salah satu prasyarat bagi mahasiswa untuk memperoleh gelar akademisnya sebagai sarjana. Mahasiswa yang menyusun skripsi dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan proses belajar yang ada dalam penyusunan skripsi. Proses belajar yang ada dalam penyusunan skripsi berlangsung secara individual, sehingga tuntutan akan belajar mandiri sangat besar. Mahasiswa yang menyusun skripsi dituntut untuk dapat membuat suatu karya tulis dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat secara umum (Gunawati & Hartati, 2006).
memadai, serta kurang adanya ketertarikan mahasiswa pada penelitian (Slamet, 2003). Kegagalan dalam penyusunan skripsi juga disebabkan oleh adanya kesulitan mahasiswa dalam mencari judul skripsi, kesulitan mencari literatur dan bahan bacaan, dana yang terbatas, serta adanya kecemasan dalam menghadapi dosen pembimbing (Riewanto, 2003). Apabila masalah-masalah tersebut menyebabkan adanya tekanan dalam diri mahasiswa maka dapat menyebabkan adanya stres dalam menyusun skripsi pada mahasiswa (Gunawati & Hartati, 2006).
Stres menurut Lazarus (1994) adalah keadaan yang dihasilkan oleh perubahan lingkungan yang diterima sebagai suatu hal yang menantang, mengancam atau merusak keseimbangan kehidupan seseorang. Untuk mengatasi stres tersebut, perlu adanya koping yang efektif, agar dihasilkan adaptasi.
Koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, respon terhadap situasi yang mengancam (Keliat, 1998). Upaya individu dapat berupa perubahan cara berpikir (kognitif), perubahan perilaku atau perubahan lingkungan yang bertujuan untuk menangani stres yang dihadapi. Mudah atau tidaknya seseorang terkena stres, dipengaruhi berbagai faktor, salah satunya adalah faktor kepribadian (Potter & Perry, 2002).
tipe A dan B memiliki perbedaan dalam hal stres, baik dalam mudah atau tidaknya terkena stres ataupun dalam hal mengatasi stres tersebut (Ratna, 2006).
Kepribadian tipe A memiliki ambisi untuk selalu sempurna dalam melakukan segala hal, terburu-buru, dan memiliki jiwa bersaing yang tinggi (Muis, 2009). Oleh karena itu, individu dengan kepribadian tipe A rentan terhadap stres (Ratna, 2006). Dan tingkat stres kepribadian tipe A lebih tinggi dibandingkan kepribadian tipe B (Iswanto, 2001).
Karakteristik kepribadian tipe B merupakan kebalikan dari tipe A. Individu dengan kepribadian tipe B bekerja dengan nyaman tanpa usaha untuk memerangi situasi yang mereka hadapi secara kompetitif dalam menghadapi tekanan, waktu, sikap dan mereka juga lebih santai sehingga tidak mengalami masalah-masalah yang berhubungan dengan stres (Lailan 2002 dikutip dari Ratna, 2006).
Perbedaan kedua tipe kepribadian tersebut tentu akan menghasilkan koping yang berbeda pula. Naoughton (1997) dikutip dari Ratna (2006) menyatakan bahwa koping yang digunakan kepribadian tipe A adalah dengan emosi dan marah jika ada masalah. Sedangkan individu dengan kepribadian tipe B biasanya menggunakan koping adaptif seperti relaksasi, pergi jalan-jalan, mendengarkan musik (Cooper, 1995 dikutip dari Ratna, 2006).
ekstensi pagi dan sore yang menyatakan bahwa mereka masih kurang siap dalam menyusun skripsi ini, disamping itu mereka juga masih dihadapkan pada banyak tugas-tugas kelompok juga tugas individu yang semakin memberatkan mereka dalam menyusun skripsi ini.
Beberapa faktor yang dijadikan alasan bagi peneliti dalam memilih sampel yaitu mahasiswa ekstensi pagi dan sore adalah ragam perbedaan yang muncul dari sampel meliputi perbedaan usia yang sangat beragam, jumlah bersaudara, status dalam keluarga (apakah mahasiswa sebagai anak kandung, anak angkat, istri atau suami), status perkawinan (apakah mahasiswa sudah menikah, belum menikah, janda atau duda), tempat tinggal (apakah mahasiswa kos, tinggal dengan orang tua, atau berasrama), status pekerjaan (PNS, pegawai Swasta, atau mahasiswa belum bekerja sama sekali), sumber biaya pendidikan (dari orang tua, suami, istri atau biaya sendiri), dan besar penghasilan per bulannya.
Melihat banyaknya perbedaan diatas, oleh karena itu peneliti menetapkan mahasiswa ekstensi pagi dan sore sebagai sampel penelitian.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti membuat perumusan masalah tentang perbedaan stres dan koping mahasiswa kepribadian tipe A dan tipe B dalam menyusun skripsi.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum
1.3.2 Tujuan Khusus
- Mengidentifikasi tipe kepribadian mahasiswa keperawatan ekstensi
- Mengidentifikasi stres mahasiswa berdasarkan tipekepribadian A dan B dalam menyusun skripsi
- Mengidentifikasi koping mahasiswa berdasarkan tipe kepribadian A dan B dalam menyusun skripsi
- Mengidentifikasi perbedaan stres dan koping mahasiswa berdasarkan tipe kepribadian A dan B dalam menyusun skripsi
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1.4.1 Bagi pendidikan keperawatan
Sebagai bahan pertimbangan untuk lebih memperkaya pengetahuan dan bahan ajar tentang stres dan koping dengan memasukkan unsur kepribadian tipe A dan B.
1.4.2 Peneliti Selanjutnya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep skripsi 2.1.1 Pengertian
Mengerjakan sebuah skripsi telah menjadikan kebanyakan mahasiswa stres, takut, bahkan sampai frustasi dan ada juga yang nekat bunuh diri. Telah banyak contoh kasus mahasiswa yang menjadi lama dalam penyelesaian studinya karena terganjal dengan masalah tugas akhirnya, karena adanya pemikiran pembuatan tugas akhir susah dan berat maka akhirnya banyak mahasiswa menyerahkan pembuatan skripsi ini ke orang lain atau semacam biro jasa pembuatan skripsi, atau membeli/mencari skripsi orang lain untuk ditiru (Riewanto, 2003).
Skripsi adalah proses penelitian ilmiah atau eksperimen ilmiah yang melibatkan pengumpulan data yang sangat banyak, bertujuan, dan sistematis. Analisa dan interpretasi data kemudian dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan baru atau menambahkan pengetahuan yang sudah ada. Skripsi memiliki tujuan akhir untuk mengembangkan suatu kerangka pengetahuan ilmiah yang terorganisasi (Dempsey, 2002).
2.1.2 Tujuan Skripsi
Menurut Dempsey (2002) skripsi melibatkan proses penemuan jawaban untuk suatu pertanyaan atau solusi suatu masalah, menemukan dan menginterpretasikan fakta baru, menguji teori guna merevisi teori atau hukum yang sudah diterima berdasarkan fakta baru tersebut, dan merumuskan teori yang baru. Akhirnya, tujuan akhir skripsi adalah mengembangkan rangka pngetahuan ilmiah yang sistematis dan dapat digunakan untuk menjelaskan, memprediksi, dan mengendalikan fenomena.
2.1.3 Persyaratan Penyusunan skripsi
Menurut Arikunto (2005) dikutip dari Pranata (2005) tanpa adanya karya tulis ilmiah berupa skripsi, pengetahuan tidak akan bertambah maju. Padahal pengetahuan adalah dasar semua tindakan dan usaha. Jadi penelitian sebagai dasar untuk meningkatkan pengetahuan, harus diadakan agar meningkat pula pencapaian usaha-usaha manusia.
Ada tiga persyarataan penting dalam melakukan penyusunan skripsi yaitu : sistematis, berencana, dan mengikuti konsep ilmiah.Sistematis artinya dilaksanakan menurut pola tertentu, dari yang apling sederhana smpai kompleks hingga tercapai tujuan secara efektif dan efisien.Berencana artinya dilaksanakan dengan adanya unsur tentang langkah-langkah pelaksanaan nya.Mengikuti konsep ilmiah artinya mulai awal sampai akhir kegiatan penelitian yaitu prinsip yang digunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan.
2. Merumuskan masalah, sehingga masalah tersebut jelas batasan, kedudukan, dan alternatif cara untuk pemecahan masalah.
3. Menetapkan hipoteesis sebagai titik tolak mengadakan tindakan menentukan alternatif pemecahan masalah yang dipilih.
4. Mengumpulkan data untuk menguji hipotesis
5. Mengambil kesimpulan berdasarkanhasil pengolahan data dan dikembalikan kepada hipotesis yang sudah dirumuskan.
6. Menentukan kemungkinan untuk mengadakaan generalisasi dari kesimpulan tersebut serta implikasinya di masa yang akan datang.
Berdasarkan buku panduan program pendidikan di Program Studi Ilmu Keperawatan (2010) menjelaskan bahwa syarat penyususnan skripsi didasarkan pada BAB V pasal 20 tentang:
1. Program Studi yang mewajibkan mahasiswa menyusun skripsi, mhasiswa tersebut harus memperolah minimal 110 sks tanpa nilai D dan E serta memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan masing-masing fakultas. 2. Mahasiswa yang telah memenuhi ayat 1 (di atas) wajib menyampaikan
penyusunan rencana skripsi sesuai dengan lingkup masalah yang menjadi perhatian jurusan/bagian program studi yang bersangkutan.
2.1.4 Prosedur Skripsi
Ketiga langkah di atas memiliki pendekatan praktik, sesuai dengan maksud skripsi. Namun pada dasarnya, ketiga langkah tersebut terlalu besar jaraknya. Oleh karena itu peneliti mengemukakan langkah-langkah yang lebih kecil, terinci, dan sifatnya merupakan kegiatan langkah pemikiran tetapi praktis.
Langkah-langkah pemikiran tersebut selengkapnya adalah sebagai berikut: memilih masalah, studi pendahuluan, merumuskan masalah, merumuskan anggapan dasar yakni berupa hipotesa, memilih pendekatan, menentukan variabel dan sumber data, menentukan dan menyusun instrumen, mengumpulkan data, analisa data, menarik kesimpulan, dan menulis laporan.
2.1.4.1 Penyusunan Skripsi
Penyusunan skripsi memiliki ketentuan yang ditetapkan dalam buku panduan program Studi Ilmu keperawatan (2006) pasal 21 yakni:
1. Setelah mahasiswa menyerahkan perencanaan penyusunan skripsi, ketua jurusan/bagian menetapkan seorang pembimbing skripsi dan bila perlu dapat menambah seorang pembimbing lainnya yang diambil dari jurusan /bagian luar USU.
2. Penyusunan rencana skripsi yang dimaksud diatur sesuai dengan peraturan yang berlaku di masing-masing fakultas.
3. Rencana skripsi harus sudah diajukan dan dapat persetujuan selambat-lambatnya 1 tahun (2 semester) sebelum masa studi maksimum berakhir, dan hrus memenuhi syarat.
5. Skripsi harus diselesaikan selambat-lambatnya dalam waktu 12 bulan terhitung sejak rencana skripsi disetujui.
6. Persetujuan selesainya skripsi paling lambat 3 bulan sebelum masa studi berakhir.
2.1.4.2 Pembimbing Skripsi
Peraturan pembimbing skripsi didasarkan pada buku panduan program studi pada pasal 22 yakni:
1. Persyaratan pembimbing skripsi ditetapkan oleh fakultas/jurusan/bagian. 2. Selama pelaksanaan sebagai tugas bimbingan, pembimbing skripsi harus
membuat jadwal bimbingan dan mengisi lembar bukti bimbingan (LBB). 3. Jika pembimbing skripsi tidak dapat menjalankan tugasnya, ketua
jurusan/ketua bagian dapat menunjukkan penggantinya.
2.1.4.3 Format Skripsi
Format skripsi didasarkan pada buku panduan program studi 2010 pada pasal 23 yakni:Format skripsi diatur oleh fakultas masing-masing, tugas akhir diketik pada kertas HVS atau sejenis yang berukuran kwarto dengan 2 spasi, catatan kuliah dan atau lainnya yang ditentukan fakultas, tidak boleh dimasukkan sebagai rujukan kepustakaaan.
2.1.4.4 Persyarataan dan Pelaksanaan Ujian Skripsi
1. Naskah skripsi telahmemenuhi syarat baik isi, bahasa dan teknik penulisan dan urutan format yang telah ditetapkan masing-masing fakultas serta disetujui dan ditanda tangani oleh pembimbing skripsi.
2. Panitia ujian skripsi harus sudah menerima salinan yang telah disetujui pembimbing selambat-lambatnya satu minggu sebelum ujian skripsi tersebut dilaksanakan.
3. Melampirkan Lembar Bukti Bimbingan (LBB).
4. Telah lulus semua mata kuliah yang direncanakan untuk program studi yang diambil kecuali skripsi dengan IPK ≥ 2,00.
5. Telah melengkapi persyaratan administrasi, yaitu terdaftar sebagai mahasiswa pada semester yang berjalan, melampirkan surat bebas peminjaman buku dari perpustakaan USU, dan menyelesaikan segala kewajibannya terhadap USU, fakultas/jurusan/bagian.
Dan dalam pelaksanaan ujian skripsi didasarkan pada pasal 25 yakni:
1. Ketua jurusan/bagian mengusulkan kepada Dekan bahwa seorang mahasiswa telah memenuhi syarat untuk ujian skripsi.
2. Berdasarkan usulan Ketua jurusan/bagian, Dekan menetapkan tanggal ujian skripsi dan panitia ujian sesuai dengan ketentuan masing-masing fakultas/jurusan/program studi dan jadwal yang diatur oleh kalender akademik.
3. Anggota penguji skripsi minimal 3 (tiga) orang yaitu pembimbing dan staf pengajar lainnya.
5. Pada waktu ujian skripsi para pembimbing sebagai anggota penguji tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.
6. Apabila ujian skripsi sudah ditentukan waktunya oleh fakultas/jurusan/bagian ternyata seorang pembimbing sebgai anggota penguji berhalangan hadir dengan sebab yang dapat dipertanggungjawabkan, ketua jurusan/bagian dan pembimbing/penguji yng haadir bermusyawarah dengan pembimbing fakultas untuk pergantian pembinmbing yang tidak hadir tersebut dengan memperhatikan pasal 25 poin 4.
7. Komponen yang dinilai pada ujian skripsi ialah: penguasaan materi, metodologi penelitian, kemampuan penyampaian dan mengemukakan pendapat, sistematika penulisan, dan penampilan mahasiswa pada saat ujian.
8. lama sidang ujian skripsi maksimal 90 menit.
9. Keberhasilan mahasiswa di dalam ujian skripsi ditetapkan bersama oleh panitia ujian skripsi dalam sidang tertutup.
10. Keputusan panitia ujian skripsi dicantumkan dalam berita acara.
11. Kepada mahasiswa yang telah menjalani ujian skripsi diberikan petikan berita acara ujian skripsi guna memenuhi kewajiban-kewajiban perbaikan/penyempurnaan yang disebutkan di dalam berita acara ujian tersebut.
2.1.5 Hambatan dalam Penyusunan Skripsi
Menurut Danim (2003), salah satu kendala yang dapat disebut sebagai kendala utama penyelesaian akhir program, adalah kesukaran penulisan skripsi akhir program dan hal ini seringkali dijadikan salah satu faktor penghambat. Beberapa hambatan dalam kesalahan umum yang sering terjadi dikalangan mahasiswa dalam proses perkuliahan karya tulis akhir (skripsi), terutama pada program S1 adalah sebagai berikut: kesalahan dalam perumusan studi penelitian, kesalahan dalam penelusuran pustaka, kesalahan dalam proses pengumpulan data penelitian, kesalahan dalam penggunaan instrument pengukuran standart, kesalahan dalam penerapan alat-alat statistik, kesalahan dalam menyusun rancangan penelitian dan metodologinya, kesalahan dalam teknik pengumpulan data, kesalahan dalam aplikasi metode penelitian.
Potensi dasar mahasiswa kurang memadai, intensitas bimbingan oleh pembimbing masih lemah, birokrasi penelitian, kebijakan lembaga, keterbatasan fasilitas dapat menimbulkan makin besar faktor penghambat tersebut, Administrasi penelitian yang sangat birokratis juga sudah bukan rahasia lagi dikalangan mahasiswa (Pranata, 2005).
2.2 Konsep Stres
2.2.1 Pengertian
2.2.2Aspek-aspek Stres dalam Menyusun Skripsi
Aspek-aspek stres menurut Hardjana (1994) ada empat, yaitu : a. Aspek Biologis
aspek biologis dari stres berupa gejala fisik. Gejala fisik dari stres yang dialami individu antara lain: sakit kepala, sakit punggung, gangguan tidur, sembelit, mencret, gangguan pencernaan, gangguan makan, gangguan kulit dan produksi keringat yang berlebihan.
b. Aspek Intelektual
Kondisi stres dapat menganggu proses pikir individu. Individu yang mengalami stres cenderung mengalami gangguan daya ingat, perhatian dan konsentrasi, sulit membuat keputusan, produktivitas menurun, kehilangan rasa humor yang sehat, pikiran dipenuhi satu pikiran saja, mutu kerja rendah, pikiran kacau.
c. Aspek Emosional
Kondisi stres dapat menganggu kestabilan emosi individu. Individu yang mengalami stres akan menunjukkan gejala mudah marah, kecemasan yang berlebihan terhadap segala sesuatu, gugup, mudah tersinggung, gelisah, rasa harga diri menurun, gampang menyerang orang, merasa sedih dan depresi.
d. Aspek Interpersonal
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres dalam Menyusun Skripsi Stres disebabkan oleh banyak faktor yang disebut dengan stressor. Stressor merupakan stimulus yang mengawali atau mencetuskan perubahan. Stressor menunjukkan suatu kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kebutuhan tersebut bisa saja kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial, lingkungan, perkembangan, spiritual, atau kebutuhan kultural (Potter & Perry, 2002).
Menurut Smet (1994), faktor yang mempengaruhi stres antara lain: a. Variabel dalam diri individu
Variabel dalam diri individu meliputi: umur, tahap kehidupan, jenis kelamin, temperamen, faktor genetik, inteligensi, pendidikan, suku, kebudayaan, status ekonomi.
b. Karakteristik kepribadian
Karakteristik kepribadian meliputi: introvert-ekstrovert, stabilitas emosi secara umum, locus of control, kekebalan, ketahanan.
c. Variabel sosial-kognitif
Variabel sosial-kognitif meliputi: dukungan sosial yang dirasakan, jaringan sosial, dan kontrol pribadi yang dirasakan.
d. Hubungan dengan lingkungan sosial
Hubungan dengan lingkungan sosial adalah dukungan sosial yang diterima dan integrasi dalam hubungan interpersonal.
e. Strategi koping
Pada umumnya stressor psikososial dapat digolongkan sebagai berikut: 1) Perkawinan
Berbagai permasalahan perkawinan merupakan sumber stres yang dialami seseorang; misalnya pertengkaran, perpisahan, perceraian, kematian salah satu pasangan, ketidaksetian, dan lain sebagainya.
2) Problem orang tua
Permasalahan yang dihadapi orang tua; misalnya kenakalan anak, anak sakit, hubungan yang tidak baik dengan mertua, ipar, besan dan lain sebagainya.
3) Hubungan interpersonal
Gangguan ini dapat berupa hubungan dengan kawan dekat/orang-orang disekitar yang mengalami konflik.
4) Pekerjaan
Masalah pekerjaan merupakan sumber stres kedua setelah masalah perkawinan; misalnya pekerjaan terlalu banyak, pekerjaan tidak cocok, mutasi, jabatan, kenaikan pangkat, pensiun, kehilangan pekerjaan, dan lain sebagainya.
5) Lingkungan hidup
Kondisi lingkungan yang buruk besar pengaruhnya bagi kesehatan seseorang. Rasa tercekam dan tidak merasa aman ini amat mengganggu ketenangan dan ketenteraman hidup, sehingga tidak jarang orang jatuh kedalam depresi dan kecemasan.
6) Keuangan
usaha, soal warisan dan lain sebagainya sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa seseorang.
7) Hukum/peraturan
Keterlibatan seseorang dalam masalah hukum/peraturan yang ada dapat merupakan sumber stres pula.
8) Perkembangan
Yang dimaksud disini adalah masalah perkembangan baik fisik maupun mental seseorang, misalnya masa remaja, masa dewasa, menopouse, usia lanjut, dan sebagainya.
9) Kondisi fisik atau cidera
10) Faktor keluarga
Faktor keluarga yang dimaksud disini adalah faktor stres yang dialami oleh seseorang yang disebabkan karena kondisi keluarga yang tidak baik yaitu sikap orang tua.
11) Lain-lain
Stressor kehidupan yang lainnya juga dapat menimbulkan depresi dan kecemasan adalah bencana alam, kebakaran, perkosaan, dan sebagainya (Atkinson, 1999).
Berdasarkan uraian faktor-faktor yang mempengaruhi stres di atas, maka faktor-faktor yang mempengaruhi stres dalam menyusun skripsi antara lain: 1. Faktor internal mahasiswa
a. Jenis kelamin
b. Status sosial ekonomi. Orang yang memiliki status sosial ekonomi yang rendah cenderung memiliki tingkat stres yang tinggi. Rendahnya pendapatan menyebabkan adanya kesulitan ekonomi sehingga sering menyebabkan tekanan dalam hidup.
c. Karakteristik kepribadian mahasiswa
Adanya perbedaan karakteristik kepribadian mahasiswa yang sedang menyusun skripsi menyebabkan adanya perbedaan reaksi terhadap sumber stres yang sama. Mahasiswa yang memiliki kepribadian ketabahan atau kepribadian tipe B memiliki daya tahan terhadap sumber stres yang lebih tinggi dari pada mahasiswa yang tidak memiliki kepribadian ketabahan.
d. Strategi koping mahasiswa
Strategi koping merupakan rangkaian respon yang melibatkan unsur-unsur pemikiran untuk mengatasi permasalahan sehari-hari dan sumber stres yang menyangkut tuntutan dan ancaman yang berasal dari lingkungan sekitar. Strategi koping yang digunakan oleh mahasiswa yang sedang menyusun skripsi dalam menghadapi stres, berpengaruh pada tingkat stresnya.
e. Inteligensi
2. Faktor eksternal
a. Tuntutan pekerjaan/ tugas akademik (skripsi). Tugas akademik (skripsi) yang dianggap berat dan tidak sesuai dengan kemampuan individu dapat menyebabkan terjadinya stres.
b. Hubungan mahasiswa dengan lingkungan sosialnya.
Hubungan mahasiswa yang sedang menyusun skripsi dengan lingkungan sosialnya meliputi dukungan sosial yang diterima dan integrasi dalam hubungan interpersonal dengan lingkungan sosialnya(Gunawati & Hartati, 2006).
Stres diakibatkan oleh adanya perubahan-perubahan nilai budaya, perubahan sistem kemasyarakatan, tugas atau pekerjaan serta akibat ketegangan antara idealisme dan realita (Sulistiawati, 2005).
2.2.4 Tahapan stres
Lazarus dan Launier (1978) dikutip dari Ratna (2006) mengemukakan tahapan-tahapan proses stres sebagai berikut:
a. Stage Of Alarm
Individu mengidentifikasi suatu stimulus yang membahayakan. Hal ini akan meningkatkan kesiagaan dan orientasinya pun terarah kepada stimulus tersebut.
b. Stage Of Appraisal
Individu mulai melakukan penilaian terhadap stimulus yang mengenai nya. Penilaian ini dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman individu tersebut. Tahapan penilaian ini dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Primary Cognitive Appraisal adalah proses mental yang berfungsi
terhadap individu, yaitu apakah menguntungkan atau merugikan atau membahayakan individu tersebut.
2. Secondary Cognitive appraisaladalah evaluasi terhadap sumber
daya yang dimiliki individu dan berbagai alternatif cara untuk mengatasi situasi tersebut. Proses ini dipengaruhi oleh pengalaman individu pada situasi serupa, persepsi individu terhadap kemampuan dirinya dan lingkungannyaa serat berbagai sumber daya pribadi dan lingkungan.
c. Stage Of Searing For Coping Strategi
Konsep ‘coping’ yang diartikan sebagi usaha-usaha untuk mengelola tuntutan-tuntutan lingkungan dan tuntutan internal serta mengelola konflik antar berbagai tuntutan tersebut. Tingkat kekacauan yang dibangkitkan oleh suatu stressor (sumber stres) akan menurun jika individu memiliki antisipasi tentang cara mengola dan menghadapi stressor tersebut yaitu dengan menerapkan strategi yang akan digunakan, ini dipengaruhi oleh pengalaman atau informasi yang dimiliki individu serta konteks situasi dimana stres tersebut berlangsung.
d. Stage Of The stress Response
adanya pengaktifan yang tidak adekuat dan reaksi-reaksi untuk menghadapi stres yang berkepanjangan.
2.3 Konsep Koping
2.3.1 Pengertian koping
Koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, respon terhadap situasi yang mengancam (Keliat, 1998). Upaya individu dapat berupa perubahan cara berpikir (kognitif), perubahan perilaku atau perubahan lingkungan yang bertujuan untuk menangani stres yang dihadapi. Koping yang efektif akan menghasilkan adaptasi. Koping adalah perubahan kognitif dan perilaku secara konstan dalam upaya untuk mengatasi tuntutan internal dan atau eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi sumber individu (Lazarus, 1985)
2.3.2 Sumber-sumber Koping
Folkman, et al (1997) dalam Ratna, 2006 menggambarkan lima jenis sumber koping untuk mengurangi efek yang buruk dari stres dan mempengaruhi penyesuaian diri.
Sumber koping yang pertama adalah keahlian menyelesaikan masalah dimana orang akan lebih efektif dalam mengidentifikas masalah dan mengembangkan solusi yang dapat mengatasi stres. Kedua yaitu jaringan sosial yang didefenisikan sebagai hubunga dukungan yang potensial seperti pasangan, teman, keluarga yang memfasilitasi adaptasi positif terutama selama kritis. Ketiga adalah sumber-sumber yang bermanfaat seperti penghasilan, pendidikan, intervensi dari luar dan peayanan professional lainnya. Keempat adalah keyakinan umum maupun spesifik termasuk kontrol diri, self efeciency, dan spiritulitas.Kelima yaitu kesehatan, energi, moral yang mencerminkan tingkat kesejahteraan fisik, emosi.
2.3.3 Mekanisme Koping
manusia berusaha menghadapi segala tantangan dari luar sehingga keadaan seimbang dapat tercapai (Sulistiawati, dkk. 2005).
Koping adalah mekanisme untuk mengatasi perubahan yang dihadapi atau beban yang diterima. Apabila mekanisme koping ini berhasil, seseorang akan dapat beradaptasi terhadap perubahan atau beban tersebut. Mekanisme koping terbentuk melalui proses belajar dan mengingat, yang dimulai sejak awal timbulnya stressor dan saat mulai disadari dampak stressor tersebut. Kemampuan belajar ini tergantung pada kondisi eksternal dan internal, sehingga yang berperan bukan hanya bagaimana lingkungan membentuk stressor tetapi juga kondisi temperamen individu, persepsi, serta kognisi terhadap stressor tersebut.
Efektivitas koping memiliki kedudukan sangat penting dalam ketahanan tubuh dan daya penolakan tubuh terhadap gangguan maupun serangan penyakit (fisik maupun psikis). Jadi, ketika terdapat stressor yang lebih berat (dan bukan yang biasa diadaptasi), individu secara otomatis melakukan mekanisme koping, yang sekaligus memicu perubahan neurohormonal. Kondisi neurohormonal yang terbentuk akhirnya menyebabkan individu mengembangkan dua hal baru: perubahan perilaku dan perubahan jaringan organ.
Penggolongan mekanisme koping menurut Lazzarus and Folkman dalam ratna 2006, yaitu:
a. Koping yang berfokus pada masalah (problem-focused coping) adalah istilah Lazarus untuk strategi kognitif dalam penanganan stres atau coping dimana individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stres. Strategi yang biasa digunakan untuk memecahkan masalah antara lain :
menentukan masalah, menciptakan pemecahan alternaif, menimbang nimbang alternatif berkaitan dengan biaya dan manfaat, memilih salah satunya dan mengimplementasikan alternatif yang dipilih.
b. Koping yang berfokus pada emosi (emotion-focused coping) adalah istilah Lazarus untuk strategi penanganan stres dimana individu memberikan respon terhadap situasi stres dengan cara emosional, terutama dengan menggunakan penilaian defensif.
berhubungan dengan penyakit yang tergolong berat seperti kanker atau HIV/ Aids.
Penggolongan mekanisme koping menurut Folkman dan Lazarus adalah:
1. Planful problem solving (Problem-focused)
Individu berusaha menganalisa situasi untuk memperoleh solusi dan kemudian mengambil tindakan langsung untuk menyelesaikan masalah
2. Confrontative coping(Problem focus)
Individu mengambil tindakan asertif yang sering melibatkan kemarahan atau mengambil resiko untuk merubah situasi
3. Seeking social support (Problem or emotion- focused)
Usaha individu untuk memperoleh dukungan emosional atau dukungan informasional.
4. Distancing (Emotion – focused)
Usaha kognitif untuk menjauhkan diri sendiri dari situasi untuk menciptakan pandangan yang positif terhadap masalah yang dihadapi
5. Escape – Avoidanceting (Emotion – focused)
Menghindari masalah dengan cara berkhayal atau berfikir dengan penuh harapan tentang situasi yang dihadapi atau mengambil tindakan untuk menjauhi masalah yang dihadapi
6. Self Control (Emotion – focused)
7. Accepting Responsibility (Emotion – Focused)
Mengakui peran diri sendiri dalam masalah dan berusaha untuk memperbaikinya
8. Possitive Reappraisal (Emotion – focused)
Usaha individu untuk menciptakan arti yang positif dari masalah yang dihadapi.
2.4 Konsep kepribadian 2.4.1 Pengertian
Kepribadian dalah kumpulan sifat dan cara individu bertingkah laku dalam proses penyesuaian diri dengan kondisi tertentu yang tidak dapat dimanipulasi oleh individu tersebut (Rosliana, 1998 dalam Nisfa & Freyana, 2003). Menurut pendapat lain kepribadian adalah ciri atau karakteristik gaya, atau sifat-sifat yang memang khas dari diri kita (Ratna, 2006).
4.2 Tipe Kepribadian
Menurut Friedman dan Rosenman (1974) di kutip dari Taufik (1996) kepribadian yang terkenal ada dua, yaitu:
a. Tipe kepribadian A
terselesaikan dengan baik bila dikerjakan sendirian, sangat memperhatikan disiplin waktu, mengukur kesuksesan dengan membandingkan kesuksesan dirinya dengan orang lain, mudah tersinggung, sangat ambisius, agresif dan meledak-ledak, berjiwa kompetitif, dan tidak bisa diam (misalnya: suka jadi pusat perhatian, suka mengedip-ngedipkan mata atau menaikkan alis, bila berbicara suka membasahi bibir, menggaruk-garuk kepala, mengepalkan tinju, menghela nafas, mengetuk-ngetuk meja, dan sering menggoyang-goyangkan tangan dan kaki) (Muis, 2009).
Kepribadian tipe A harus tahu memanfaatkan istirahat dan santai. Sekalipun untuk waktu yang sangat singkat dengan melakukan meditasi, hobbi, seni, mendengarkan musik, melakukan permainan, dan kegiatan yang terbuka lainnya (Friedman, 1974 dalam Ratna, 2006).
Masalah utama pada individu dengan kepribadian tipe A adalah stres. Individu yang berkemauan keras dan melakukan tekanan-tekanan sendiri pada diri, maka tubuh mereka akan bereaksi dengan memproduksi hormon-hormon stres dalam jumlah lebih besar. Hormon-hormon ini dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan efek negatif pada kesehatan tubuh hingga kematian (Ratna, 2006).
b. Tipe Kepribadian B
untuk dapat menghadapi tantangan, spontan dan penyabar, menyukai kegiatan-kegiatan sosial, tidak mudah stres karena mampu memandang segala sesuatu dengan bijaksana dan memikirkan cara beradaptasi terhadap situasi yang dihadapi (Muis, 2009).
Dia merupakan pribadi yang tenang dan berpandangan bahwa hidup harus dijalani seperti air mengalir yaitu dengan mengikuti arus. Individu dengan kepribadian tipe B lebih rendah untuk mengalami stres ataupun sumber keadaan yang dapat memperburuk prognosa suatu penyakit (Ratna, 2006).
4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian
a. Faktor genetik
Dari beberapa penelitian bayi-bayi baru lahir mempunyai temperamen yang berbeda, Perbedaan ini lebih jelas terlihat pada usia 3 bulan. Perbedaan meliputi: tingkat aktivitas,rentang atensi, adaptabilitas pada perubahan lingkungan. Sedangkan menurut hasil riset tahun 2007 kazuo Murakami di Jepang menunjukan bahwa gen Dorman bisa distimulasi dan diaktivasi pada diri seseorang dalam bentuk potensi baik dan potensi buruk.
b. . Faktor lingkungan
• Keluarga
“The first molder”. Keluargalah yang membentuk dasar identitas diri dan kepribadian.
- Perlekatan (attachment): kecenderungan bayi untuk mencari kedekatan dengan pengasuhnya dan untuk merasa lebih aman dengan kehadiran pengasuhnya dapat mempengaruhi kepribadian.Teori perlekatan (Jhon Bowlby) menunjukkan : kegagalan anak membentuk perlekatan yang kuat dengan satu orang atau lebih dalam tahun pertama kehidupan berhubungan dengan ketidakmampuan membentuk hubungan dengan orang lain pada masa dewasa (Bowlby , 1973).
• Masyarakat
- Kebudayaan
- Penerimaan sosial.
Anak yang diterima dalam kelompok sosialnya dapat mengembangkan rasa percaya diri dan kepandaiannya. Sebaliknya anak yang tidak diterima dalam lingkungan sosialnya akan membenci orang lain, cemberut, dan mudah tersinggung.
- Pengalaman
Sigmund Freud menekankan tentang pentingnya pengalaman awal (masa kanak kanak) dalam perkembangan kepribadian. Trauma kelahiran, pemisahan dari ibu adalah pengalaman yang sulit dihapus dari ingatan. Melalui pergaulan seseorang akan menilai dirinya sesuai dengan nilai dikelompoknya. Pembentukan kepribadian dipengaruhi nilai kelompok masyarakatnya. Contohnya individu mendapatkan pengalaman dari teman-teman sebaya atau teman sepermainan.
c. Faktor stimulasi gen dan cara berpikir
d. Keadaan Fisik
Setiap manusia mempunyai keadaan fisik yang berbeda dari orang lain. Perbedaan fisik anak menimbulkan perbedaan perlakuan dari orang sekitarnya. Anak yang fisiknya lemah cenderung dilindungi secara berlebihan sehingga tumbuh menjadi pribadi yang tidak berani mencoba hal-hal baru. Bandingkan jika anak secara fisik kuat dan jarang sakit, bagaimana perlakuan yang diterimanya dari orang lain? Hal tersebut mempengaruhi anak dalam membentuk konsep diri dan akhirnya mempengaruhi model kepribadiannya. Keadaan fisik seseorang diwarisi dari ayah dan ibunya. Ketika berada dalam kandungan, perkembangan individu sangat dipengaruhi oleh asupan nutrisi dari ibu dan keadaan kejiwaan ibu. Jika asupan nutrisi dan keadaan kejiwaan ibu baik, anak akan tumbuh baik begitupun sebaliknya. Beberapa penyakit juga diturunkan dari orangtua, seperti diabetes, darah tinggi dan kelainan darah. Menurut penelitian, kemampuan IQ anak pun dipengaruhi oleh IQ orangtua kandungnya.
e. Nama
e. Keberhasilan dan kegagalan
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konseptual dalam penelitian ini mengidentifiksi adanya perbedaan stres dan koping antara individu kepribadian tipe A dan kepribadian tipe B dalam menyusun skripsi. Tipe kepribadian A merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya stres lebih besar dibandingkan kepribadian tipe B. Ada beberapa strategi yang dibutuhkan untuk mengatasi stres yang disebut dengan koping. Bila koping individu tersebut baik, maka adaptasi akan terbentuk dan stres tidak akan muncul atau stres mudah diatasi.
Jika di gambarkan dalam skema berikut :
koping Tipe A
Stres - Ringan
Mahasiswaekstensi - Sedang
Stres - Berat Tipe B
Koping
Keterangan :
3.2 Defenisi Operasional
Table 1. Defenisi Operasional Variabel Penelitian N
o
Variabel Defenisi operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala 1 2. Variabel independen : Tipe Kepribadian Variabel dependen - Stres - Koping
Cakupan pola pikiran, perasaan, dan perilaku yang ditimbulkan atau ditampilkan seorang individu agar berkesan bagi individu lain. Secara umum, kepribadian dibagi ke
dalam 2 jenis yaitu kepribadian tipe A dan tipe B.
Suatu keadaan yang timbul akibat adanya berbagai masalah yang menimpa mahasiswa selama penyusunan skripsi.
Upaya yang dilakukan mahasiswa untuk dapat mengatasi stres yang ia alami saat ini.
Kuesioner dengan 15 pernyataan Kuesioner dengan 18 pernyataan Kuesioner dengan 17 pernyataan
- Tipe A Skor 1-30 - Tipe B
Skor31-60
- Ringan 1-24 -Sedang 25-48 - Berat 49-72
3.3 Hipotesa
Hipotesa yang akan diuji pada penelitian ini adalah
Hipotesa alternatif (Ha1), yaitu menyatakan adanya perbedaan yang signifikan tentang stres antara mahasiswa kepribadian tipe A dan tipe B dalam menyusun skripsi.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1Desain penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif komparatif, yang bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan stres dan koping mahasiswa kepribadian tipe A dan tipe B dalam menyusun skripsi (Arikunto, 2006).
4.2 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Ekstensi pagi dan sore semester 3 yang sedang menyusun skripsi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Peneliti menentukan Ekstensi pagi dan sore sebagai sampel dengan alasan bahwa sampel lebih kaya akan perbedaan, baik dari umur yang sangat beragam, tempat tinggal selama pendidikan, sumber biaya pendidikan, dan lain-lain. Jumlah populasi seluruhnya adalah 114 mahasiswa.Pengambilan sampel dilakukan dengan tekhnik random sampling, yaitu pengambilan sampel dengan cara acak, yaitu setiap subjek dalam populasi mempunyai kesempatan untuk terpilih atau tidak terpilih sebagai sampel (Nursalam, 2009).
Besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus:
Dalam penelitian ini, peneliti mengggunakan tekhnik undian (untung-untungan) yang merupakan salah satu tekhnik random sampling untuk memilih sampelnya. Caranya adalah peneliti menuliskan NIM dari seluruh populasi pada guntingan kertas kecil, satu kertas untuk satu NIM. Kemudian peneliti menggulung kertas tersebut, dan menggambil gulungan kertas tersebut sebanyak 89 kertas sebagai sampel dan sisanya 25 kertas lagi sebagai uji reabilitas.
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dengan pertimbangan bahwa jumlah sampel yang memadai, efisiensi waktu dan biaya penelitian.
4.4 Pertimbangan Etik
Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Selanjutnya, setelah mendapat izin, peneliti menyerahkan langsung lembar persetujuan. Jika responden bersedia untuk diteliti maka responden terlebih dahulu menandatangani lembar persetujuan. Jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti akan menghormati haknya. Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh responden. Lembar tersebut hanya akan diberi nomor kode tertentu. Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti (Nursalam, 2003).
4.5 Instrumen penelitian
penelitian ini berisi data demografi mahasiswa yang meliputi jenis kelamin, usia, anak ke/ dari, agama, suku, tempat tinggal, pekerjaan, status perkawinan, status dalam keluarga, sumber biaya pendidikan, dan penghasilan per bulan.
Bagian instrumen kedua yaitu kuesioner untuk mengidentifikasi kepribadian mahasiswa tipe A dan tipe B. Kuesioner ini berjumlah 15 pernyataan, dengan menggunakan skala Likert. Instrumen ini di adopsi dari Nanda (2012). Dengan pilihan jawaban tidak pernah (1), kadang-kadang (2), sering (3), selalu (4).
Bagian instrumen ketiga yaitu kuesioner yang berisi pernyataan untuk mengidentifikasi stres mahasiswa. Instrumen ini diadopsi dari Hardjana (1994). Bagian ini terdiri dari 18 pernyataan, dengan menggunakan skala Likert. Dengan pilihan jawaban tidak pernah (1), kadang-kadang (2), sering (3), selalu (4).
Bagian instrumen keempat berisi pernyataan untuk mengidentifikasi koping yang digunakan dalam mengatasi stres. Instrumen ini dibuat peneliti berdasarkan studi literatur. Kuesioner ini berjumlah 17 pernyataan, dengan menggunakan skala Likert. Dengan pilihan jawaban tidak pernah dilakukan (1), jarang dilakukan (2), sering (3), selalu dilakukan (4).
4.6 Uji Validitas dan reabilitas
Uji validitas isi dilakukan oleh salah satu staf di Bagian Keperawatan Dasar berstrata Magister yang memiliki kemampuan dan wewenang sesuai bidangnya. Uji reabilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau kemampuan alat untuk mengukur secara konsisten sasaran yang diukur.
yang dapat dipercaya atau benar sesuai kenyataannya (Polit dan Hungler, 1999). Dalam penelitian ini digunakan uji reabilitas internal yang diperoleh dengan cara menganalisa data dari satu kali pengetesan. Uji reabilitas ini dilakukan pada populasi yang ada dengan cara random kepada 20 orang di luar sampel yang memiliki kriteria yang sama dengan sampel dengan menggunakan alpha cronbach. Menurut Polit & Hungler (1999) hasil uji cronbach alpha dikatakan
reliabel jika > 0,70. Hasil uji reliabilitas yang didapat oleh peneliti adalah untuk instrumen kepribadian sebesar 0,732, untuk instrumen stres hasilnya sebesar 0.860 dan untuk instrumen koping hasil uji reabilitasnya adalah 0,812. Jadi instrumen yang digunakan dalam penelitian ini sudah reliabel karena telah melebihi batas minimum uji reliabel.
4.7 Pengumpulan data
4.8 Analisa Data
Data demografi responden dianalisa dengan menggunakan statistik deskriptif untuk mengetahui nilai frekuensi dan persentasenya. Analisa statistik yang peneliti gunakan dalam mencari perbedaan stres dan koping mahasiswa kepribadian tipe A dan B adalah dengan menggunakan uji pearson, dengan ting k at k emaknaan 5 % (α = 0 ,0 5). Sebelum data p enelitian dianalisa p eneliti
melakukan uji normalitas terlebih dahulu dengan menggunakan rumus Kolmogorov-sminov dengan menggunakan bantuan komputer, dan hasil yang
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Bab ini menguraikan tentang hasil penelitian melalui pengumpulan data yang dilakukan mulai tanggal 11 – 15 Desember 2011 dengan jumlah responden 89 orang. Penyajian hasil analisa data dalam penelitian ini meliputi data deskriptif karakteristik responden, deskriptif stres tipe A dan stres tipe B, dan koping kepribadian tipe A dan kepribadian tipe B dan perbedaan stres dan koping mahasiswa kepribadian tipe A dan kepribadian tipe B.
5.1.1 Deskriptif Responden
Responden dari penelitian ini terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok kepribadian tipe A dan kepribadian tipe B. Jumlah seluruh responden adalah 89 orang, yang terdiri dari 10 orang responden tipe A (11,2%) dan 79 orang responden tipe B (88,7%).
5.1.1.1 Deskriptif kelompok kepribadian tipe A
pekerjaan responden terbanyak adalah bekerja di instansi swasta sebanyak 4 orang (40%) dan belum bekerja sama sekali sebanyak 4 orang (40%), dengan penghasilan terbanyak dari responden sebesar > 1.000.000 /bulan sebanyak 4 orang (40%). Dan sumber biaya pendidikan terbanyak masih dibiayai oleh orang tua responden yaitu sebanyak 8 orang (80%).
5.1.1.2 Deskriptif kelompok kepribadian tipe B
Tabel 1Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden kepribadian tipe A dan kepribadian tipe B (n = 89).
Karakteristik Kepribadian tipe A Kepribadian tipe B
F (%) F (%)
Usia : Dewasa dini
Dewasa madya 10 (100)
78 (98,7) 1 (0,01) Jenis kelamin : Laki-laki
Perempuan
3 (30) 7 (70)
15 (18,9) 64 (81,1) Posisi dalam keluarga
Sulung - Middle - Bungsu - Tunggal 2 (20) 6 (60) 1 (10) 1 (10) 20 (25,3) 36 (0,45) 17 (0,21) 6 (0,07) Status anak dalam keluarga
- Istri - Suami
- Anak kandung
1 (10) 0 9 (90)
3 (3, 79) 3 (3,79) 73 (92,4) Agama : Islam
Kristen Lain-lain 9 (90) 1 (10) 0 63 (79,7) 14 (17,7) 2 (2,53) Suku bangsa - Jawa - Batak - Melayu - Lain-lain 1 (10) 6 (60) 0 3 (30) 13 (16,4) 40 (50,6) 7 (8,86) 19 (24,05) Tempat tinggal - Kos
- Dengan orang tua - Asrama
7 (70) 3 (30)
54 (68,3) 22 (27, 8)
3 (3,79) Status perkawinan
- Menikah - Belum menikah
1(10) 9 (90) 6 (7,59) 73 (92,4) Status pekerjaan - PNS - Swasta - Lain-lain 2 (20) 4 (40) 4 (40) 16 (20,2) 9 (11,3) 54 (68,3) Penghasilan /bulan - >Rp.1.000.000 - <Rp.1.000.000
- Belum berpenghasilan
Sumber biaya pendidikan - Orang tua
- Suami/istri - Biaya sendiri
8 (80) 0 2 (20)
66 (83,5) 2 (2,53) 11 (13,9) 5.1.2 Distribusi perbedaan stres mahasiswa kepribadian tipe A dan kepribadian tipe B (n = 89)
[image:55.595.108.517.349.417.2]Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa mayoritas mahasiswa kepribadian tipe A berada pada tingkat stres sedang yaitu sebanyak 7 orang (70%), stres ringan 2 orang (20%) dan stres berat 1 orang (10%). Sedangkan kepribadian tipe B menunjukkan stres sedang sebanyak 59 orang (74,6%) dan stres ringan sebanyak 17 orang (21,5%).
Tabel 2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Stres Mahasiswa berdasarkan tipe Kepribadian A dantipe Kepribadian B dalam Menyusun Skripsi
Stres Tipe A Tipe B
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Stres ringan 2 20 17 21,5
Stres sedang 7 70 59 74,6
Stres berat 1 10 3 3,79
5.1.3 Distribusi Perbedaan Frekuensi dan Persentasi Koping Mahasiswa berdasarkan tipe Kepribadian A dan Tipe kepribadian B dalam Menyusun Skripsi
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa mayoritas mahasiswa kepribadian tipe A menggunakan koping Distancing selama menyusun skripsi, yaitu menonton tv 80%, mendengarkan music 40% dan relaksasi 40%. Koping kedua yang sering paling banyak digunakan mahasiswa tipe A adalah self control sebesar 70% dan koping ketiga adalah accepting responcibility sebesar 70%. Sedangkan untuk kepribadian tipe B mayoritas menggunakan accepting responcibility, self control coping yaitu mendekatkan diri kepada Tuhan sebesar
Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase koping Mahasiswa Kepribadian tipe A dalam Menyusun Skripsi
Koping TP KK HS S
F % F % F % F % Planful Problem Solving
Menganalisa masalah
Mencari referensi terkait skripsi
2 20 0 0
4 40 3 30
3 30 4 40
1 10 3 30 Confrontative Coping
Konsultasi dengan dosen pembimbing
Konsultasi dengan dosen penguji
2 20 1 10
4 40 5 50
3 30 4 40
1 10 0 0 Seeking Social support
Berbicara dengan teman tentang skripsi
Membaca buku manajemen stres
5 50 0 0
3 30 4 40
2 20 2 20
0 0 4 40 Distancing
Menonton TV
Mendengarkan musik yang disukai
Melakukan tehknik relaksasi
1 10 1 10 2 20
8 80 4 40 4 40
0 0 2 20 2 20
1 10 3 30 2 20 Escape- Avoidanceting
Mengalihkan perhatian dengan melakukan hobi
Membayangkan skripsi selesai tanpa ada usaha
3 30
0 0
4 40
7 70
3 30
2 20
0 0
1 10 Self Control
Berusaha lebih keras dalam menyelesaikan skripsi
Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan
0 0 0 0
1 10 2 20
6 60 4 40
3 30 4 40 Accepting Responsibility
Menyelesaikan skripsi dengan bertahap
Tetap menyelesaikan skripsi dengan maksimal
1 10 1 10
4 40 2 20
4 40 3 30
1 10 4 40 Possitive Reappraisal
Mengambil kesimpulan bahwa
skripsi menambah pengetahuan dan keterampilan
Berkesimpulan bahwa skripsi adalah tantangan terbesar
1 10
0 0
5 50
4 40
2 20
3 30
2 20
selama kuliah
Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan Persentase koping Mahasiswa Kepribadian tipe B dalam Menyusun Skripsi
Koping TP KK HS S
F % F % F % F % Planful Problem Solving
Menganalisa masalah
Mencari referensi terkait skripsi
1 1,26 0 0
17 21,5 4 5,06
37 46,8 19 24,1
24 30,3 56 70,1 Confrontative Coping
Konsultasi dengan dosen pembimbing
Konsultasi dengan dosen penguji
15 18,9 5 6,32
32 40,5 15 18,9
18 22,7 25 31,6
14 17,7 34 40,3 Seeking Social support
Berbicara dengan teman tentang skripsi
Membaca buku manajemen stres
1 1,26 5 6,32
16 20,2 37 46,8
26 32,9 13 16,4
36 45,5 24 30,3 Distancing
Menonton TV
Mendengarkan musik yang disukai
Melakukan tehknik relaksasi
1 1,26 3 3,79 3 3,79
40 50,6 17 21,5 37 46,8
29 36,7 18 22,7 15 18,9
19 24,1 41 51,8 24 30,3 Escape- Avoidanceting
Mengalihkan perhatian dengan melakukan hobi
Membayangkan skripsi selesai tanpa ada usaha
5 6,32 24 30,3
37 46,8 33 41,7
13 16,4 7 8,86
24 30,3 15 18,9
Self Control
Berusaha lebih keras dalam menyelesaikan skripsi
Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan
12 15,1 0 0
19 24,1 4 5,06
21 26, 5 13 16,4
27 34,1 62 78,4
Accepting Responsibility Menyelesaikan skripsi dengan bertahap
Tetap menyelesaikan skripsi dengan maksimal
0 0 0 0
7 8,86 5 6,32
30 37,9 23 29,1
42 53,1 51 64,5 Possitive Reappraisal
Mengambil kesimpulan bahwa skripsi menambah pengetahuan
dan keterampilan
Berkesimpulan bahwa skripsi adalah tantangan terbesar selama kuliah
7 8,86
19 24,1 15 18,9 38 48,1
5.1.4 Perbedaan Stres dan Koping Mahasiswa Kepribadian Tipe A dan Kepribadian Tipe B dalam Menyusun Skripsi Berdasarkan Hasil uji Pearson
Sebelum dilakukan uji pearson, terlebih dahulu data diuji normalitasnya dan diperoleh bahwa data terdistribusi normal dengan nilai p = 0,2 untuk variabel stres dan p = 0,012 untuk variabel koping.
Dari hasil analisa data dengan menggunakan uji pearson diperoleh nilai P> 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat korelasi yang bernakna antara dua variabel yang diuji yaitu variabel strs dan variabel koping mahasiswa kepribadian tipe A dan tipe B selama menyusun skripsi dengan pearson correlasi nya r = 0,086, menunjukkan bahwa korelasi bersifat sangat lemah.
Tabel 4 Korelasi stres dan koping mahasiswa kepribadian tipe A dan B dalam menyusun skripsi dengan uji Pearson
5.2 Pembahasan
Variabel N Mean Std
Deviasi
r p
Stres 89 31,4 7,81 0,086 0,426
[image:58.595.102.534.84.143.2]Dalam pembahasan ini peneliti mencoba menjawab pertanyaan penelitian yaitu bagaimana stres mahasiswa kepribadian tipe A dan kepribadian tipe B, koping mahasiswa kepribadian tipe A dan kepribadian tipe B, serta perbedaan stres dan koping mahasiswa kepribadian tipe A dan kepribadian tipe B.
5.2.1 Karakteristik responden
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas responden merupakan kelompok usia dewasa dini 20-40 tahun. Dewasa dini merupakan periode penyesuaian kehidupan baru. Pada masa ini, individu akan dihadapkan pada masa pengaturan, masa reproduksi, masa bermasalah, masa ketegangan sosial, masa keterasingan sosial, masa komitmen, masa ketergantungan dan masa perubahan nilai (Desmita, 2005).
Posisi dalam keluarga berperan penting terhadap kepribadian seseorang (Desmita, 2005). Dari hasil penelitian, responden dalam penelitian ini merupakan middle (anak tengah dalam). Adapun ciri-ciri dari middle adalah umumnya ramah,
sangat berhasil di bidang yang berlandaskan intelektual, kurang berprestasi karna kurang tekanan darri orang tua, tanggung jawab lebih sedikit darri pada anak pertama, kurang berkembang sifat kepemimpinan, kebutuhan dasarnya hidup dengan tenang, lancar dan damai, tipe orang yang lembut, tahan banting, bersahabat, sederhana dan merupakan pendengar yang baik, sering berhasil menjedi mediator dalam konflik, merasa diabaikan orang tua (Desmita, 2005). Faktor agama juga berperan penting dalam hal perkembangan kepribadian individu (Erikson, 1994 dalam Tavris & Wade).
Berbagai permasalahan perkawinan merupakan sumber stres yang dialami seseorang; misalnya pertengkaran, perpisahan, perceraian, kematian salah satu pasangan, ketidaksetiaan, dan lain sebagainya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden paling banyak belum menikah.
Orang yang memiliki status sosial ekonomi yang rendah cenderung memiliki tingkat stres yang tinggi. Rendahnya pendapatan menyebabkan adanya kesulitan ekonomi sehingga sering menyebabkan tekanan dalam hidup (Gunawati & Hartati, 2006). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden merupakan mahasiswa yang belum berpenghasilan.
5.2.2 Stres Mahasiswa Kepribadian Tipe A dan Kepribadian Tipe B
orang sampel. Hal ini berbeda dengan pernyataan yang dikatakan oleh Ratna (2006) yang mengatakan bahwa masalah utama dari individu kepribadian tipe A adalah stres.
Sedangkan kepribadian tipe B menunjukkan stres sedang sebanyak 59 orang (74,6%), stres ringan sebanyak 17 orang (21,5%) dan stres berat sebanyak 3 orang (3,79%). Ini menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa kepribadian tipe A berada pada tingkat stres sedang dan mahasiswa kepribadian tipe B juga berada pada tingkat stres sedang.
Bila seorang individu terkena stres, gejalanya dapat dilihat tidak hanya pada fisik individu tersebut, melainkan juga dapat dilihat pada emosi, kognisi dan interpersonal (Hardjana, 1994). Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 89 orang mahasiswa keperawatan, gejala stres yang selalu dirasakan oleh responden adalah gejala emosi yaitu responden menjadi sedih jika skripsinya terus-menerus salah yaitu sebesar 25,8% (n = 23), dan 49,4% (n = 44) mengatakan bahwa gejala tersebut muncul kadang-kadang. Gejala kognisi yang selalu dirasakan oleh responden hanya sebesar 7,8% (n = 7), yaitu responden merasa sukar berkonsentrasi dan 51,6% (n = 46) merasakan gejala tersebut muncul kadang-kadang.
5.2.3 Koping Mahasiswa Kepribadian Tipe A dan Kepribadian Tipe B
perilaku pemecahan masalah (mekanisme koping) yang bertujuan meredakan ketegangan tersebut (Sulistiawati, dkk. 2005).
Lazzarus & Folkman (1984), mengelompokkan delapan jenis koping dan digolongkan ke dalam kelompok besar, yaitu problem-focused coping dan emotion-focused coping.
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi dan persentasi koping mahasiswa yang menjadi responden diperoleh bahwa mayoritas mahasiswa kepribadian tipe A menggunakan koping Distancing selama menyusun skripsi, yaitu menonton tv 80%, mendengarkan musik 40% dan relaksasi 40%. Koping kedua yang sering paling banyak digunakan mahasiswa tipe A adalah self control sebesar 70% dan koping ketiga adalah accepting responcibility sebesar 70%. Sedangkan untuk kepribadian tipe B mayoritas menggunakan accepting responcibility, self control
coping yaitu mendekatkan diri kepada Tuhan sebesar 78,4%, dan distancing
coping sebesar 50,6% menonton tv, 21,7% mendengarkan music dan relaksasi
sebesar 46,8%.
Hal ini berbeda dengan pernyataan Ratna (2006), yang mengatakan bahwa faktor yang menentukan seseorang lebih sering menggunakan strategi koping tergantung pada kepribadian orang tersebut. Adapun mekanisme koping yang paling bayak digunakan oleh responden dalam penelitian ini adalah:
Tindakan mendekatkan diri dengan cara berdoa merupakan bentuk dedikasi-diri yang memungkinkan seseorang bersatu dengan Yang Maha Kuasa (McCullough, 1995 dalam Potter & Perry, 2005). Proses ini akan menghasilkan perbaikan suasana hati dan merasakan ketenangan dan kedamaian. Bentuk koping ini termasuk dalam bentuk self control yang merupakan bagian dari emotion focused coping (Lazzarus & Folkman, 1984 dalam Ratna 2006).
b. Mencari referensi yang berkaitan dengan tema skripsi. Ini merupakan salah satu bentuk koping yang berfokus pada masalah. Dalam hal ini responden bertindak langsung untuk mengatasi stressor yaitu dengan mencari referensi atau bahan rujukan yang terkait dengan skripsi responden dan berusaha menyelesaikannya. Ini menekan kan bahwa responden tidak hanya berdoa, melainkan dibarengi dengan usaha. Menurut Lazzarus & Folkman (1984), koping ini termasuk dalam planful problem solving.
c. Menyadari peran diri sendiri dalam mengatasi masalah dan berusaha untuk memperbaikinya. Dalam hal ini responden menyadari bahwa masalah tidak akan selesai bila tidak ada campur tangan dari orang yang mengalami masalah. Responden menggunakan koping accepting responcibility (Lazzarus & Folkman, 1984).
5.2.4 Perbedaan stres dan koping mahasiswa kepribadian tipe A dan B dalam menyusun skripsi
BAB VI
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
6.1 Kesimpulan
Penelitian yang dilakukan terhadap 89 mahasiswa keperawatan Ekstensi pagi dan sore semester 3 yang sedang menyusun skripsi di fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara menggambarkan 10 mahasiswa kepribadian tipe A dan 79 mahasiswa kepribadian tipe B. Untuk tingkat stres, mayoritas kepribadian tipe A dan B berada pada tingkat stres sedang yaitu sebesar 70 % dan 74,6%.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa mayoritas mahasiswa kepribadian tipe A menggunakan koping Distancing selama menyusun skripsi, yaitu menonton tv 80%, mendengarkan musik 40% dan relaksasi 40%. Koping kedua yang sering paling banyak digunakan mahasiswa tipe A adalah self control sebesar 70% dan koping ketiga adalah accepting responsibility sebesar 70%. Sedangkan untuk kepribadian tipe B mayoritas menggunakan accepting responsibility, self control coping yaitu mendekatkan diri kepada Tuhan sebesar
78,4%, dan distancing coping sebesar 50,6% menonton tv, 21,7% mendengarkan musik dan relaksasi sebesar 46,8%.
6.2 Rekomendasi
6.2.1 Pendidikan
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas mahasiswa tipe A dan B berada pada tingkat stres sedang. Untuk itu disarankan kepada pendidikan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara untuk lebih memperhatikan kebutuhan mahasiswa seputar penyusunan skripsi seperti jadwal bimbingan atau konsultasi skripsi, memberikan saran-saran saat konsultasi guna untuk memperbaiki kualitas skripsi, dan benar-benar membimbing mahasiswa selama menyelesaikan skripsi.
6.2.2 Peneliti selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rhineka Cipta
Atkinson, Rita L, dkk. 1999. Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga
Buku Pedoman Universitas Sumatera Utara. 2010-2011. Medan: USU Press
Cooper, Cary L. 1985. Job stres and Blue Collar Work. England: Institute of Science and Technology
Dempsey, Patricia Ann. 2002. Riset Keperawatan: Buku Ajar dan Latihan. Jakarta: EGC
Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Gunawati & Hartati, 2006. Hubungan antara Efektivitas Komunikasi Mahasiswa-Dosen Pembimbing utama skripsi dengan stres dalam Menyusun skripsi
pada mahasiswa program Studi psikologi fakultas kedokteran
Universitas Diponegoro. Jurnal Psikologi Universitas Diponego