• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembesaran Gingiva pada Pasien Leukemia.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pembesaran Gingiva pada Pasien Leukemia."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBESARAN GINGIVA PADA PASIEN LEUKEMIA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

YULIA AFFANDI NIM : 050600140

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Periodonsia

Tahun 2011

Yulia Affandi

Pembesaran Gingiva pada Pasien Leukemia

ix + 29 halaman

Kebanyakan penyakit sistemik dapat berpengaruh pada rongga mulut.

Leukemia merupakan neoplasma sel darah putih dengan manifestasi klinis dan oral

yang bervariasi dan dapat dideteksi pertama kali di rongga mulut. Pembesaran

gingiva yang berkembang cepat adalah salah satu tanda awal dari penyakit ini.

Kelainan ini menyebabkan bentuk gingiva yang secara klinis terlihat lebih besar dari

normal dan sangat menggangu estetis dan fungsional gigi.

Gambaran klinis pembesaran gingiva pada pasien leukemia antara lain gingiva

yang berwarna merah kebiruan, permukaan licin berkilat dan konsistensinya agak

padat. Hal ini terjadi karena adanya proliferasi leukosit ke jaringan ikat. Selain itu

rasa sakit dan perdarahan gingiva juga dialami pasien leukemia akibat pembuluh

darah yang melebar. Penentuan diagnosis leukemia melalui indikator pembesaran

gingiva memerlukan pemeriksaan klinis, darah, dan biopsi.

Prevalensi pembesaran gingiva lebih sering terjadi pada leukemia akut

daripada kronis yaitu sekitar 36% terjadi pada leukemia akut dan 10% terjadi pada

(3)

Leukemia Monositik Akut (M5) yaitu sekitar 66,7%, Leukemia Mielomonositik Akut

(M4) 18,5% dan Leukemia Mielositik Akut(M1,M2) 3,7%.

Perawatan periodontal pada pasien leukemia memerlukan konsultasi antara

dokter gigi dan dokter spesialis yang menangani pasien. Pada pasien leukemia yang

memiliki status hematologi yang kurang baik tidak memungkinkan dilakukan

tindakan invasif. Oleh karena itu, tindakan yang dapat dilakukan pada pasien hanya

bertujuan untuk mengurangi dan mencegah infeksi dengan meningkatkan dan

memelihara kesehatan rongga mulut pasien, seperti edukasi dan instruksi kontrol plak

serta pemberian antibiotik profilaksis. Sedangkan pada pasien leukemia dengan status

hematologi yang baik dapat dilakukan tindakan perawatan periodontal seperti skeling

dan penyerutan akar.

Daftar Rujukan : 29 (2001-2011)

---ooo00ooo---

(4)

Faculty of Dentistry

Department of Periodontics

2011 year

Yulia Affandi

Gingival Enlargement in Leukemic Patient

ix + 29 Pages

Many systemic diseases can affect in the oral cavity. Leukemia is a white

blood cell neoplasm with varied clinical and oral manifestations and first time

detected in the oral cavity. Rapid growing gingival enlargement is one of the early

signs of this disease. These abnormalities cause the form of gingival clinically appear

larger than normal and very disrupt aesthetic and functional of teeth.

Clinical features of gingival enlargement in patients with leukemic include

bluish-red gingival, shiny and smooth surface, and soft-firm in consistency. It occurs

because of the proliferation of leukocytes into the connective tissue. Moreover the

pain and gingival bleeding due to leukemic patients are also experienced a widening

of blood vessels. Determination of leukemic diagnosis through indicators of gingival

enlargement requires a clinical examination, blood, and biopsy. 

The prevalence of gingival enlargement is more common in chronic than

acute leukemic, it’s about 36% occur in acute leukemic and 10% occur in chronic

leukemic. Gingival enlargement is most common in Acute Monocytic Leukemic

(M5) which is about 66.7%, Acute Myelomonocytic Leukemic (M4) 18.5% and

(5)

Periodontal treatment in patients with leukemic requires consultation between

physicians and dental specialists who treat the patients. In a patient with leukemic

who have an unfavorable hematologic status does not allow invasive action.

Therefore, actions can be performed on patients only aims to reduce and prevent

infections by improving and maintaining oral health of patients, such as education

and plaque control instructions and prophylactic antibiotics. Whereas in leukemic

patients with good hematologic status can take periodontal treatment such as scaling

and root planning.

Reference : 29 (2001-2011)

---ooo00ooo---

(6)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

dihadapan tim penguji skripsi

Medan, Agustus 2011

Pembimbing Tanda Tangan

Irmansyah Rangkuti, drg.,Ph.D ………...

(7)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji

Pada tanggal 2 Agustus 2011

TIM PENGUJI

KETUA : Irmansyah Rangkuti, drg., Ph.D ...

ANGGOTA : 1. Krisna Murthy Pasaribu, drg., Sp. Perio ...

2. Pitu Wulandari, drg., S.Psi., Sp. Perio ...

Mengetahui

KETUA DEPARTEMEN

Irmansyah Rangkuti, drg.,Ph.D ...

NIP : 195402101983031002

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, Pencipta, Pemelihara dan Pemberi

rizki kepada seluruh makhluk karena berkat rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini telah

selesai disusun dalam rangka memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Universitas Sumatera Utara.

Shalawat dan salam kita sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga

dan para sahabat beliau.

Ucapan terima kasih yang teristimewa buat orangtua tercinta Ibunda Syahyati

dan Ayahanda Rusdi Affandi yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan

kasih sayang, selalu memberikan doa, bantuan moril dan materil yang tidak akan

terbalas oleh penulis. Tidak lupa juga kepada kakak-kakakku dr. Reni affandi dan dr.

Evita Affandi serta abang Ilhamuddin, S.E yang telah mendoakan penulis sehingga

mampu menyelesaikan pendidikan ini.

Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Prof. Nazrudin, drg., Sp.Ort., Ph.D selaku dekan Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara.

2. Irmansyah Rangkuti, drg.,Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberi petunjuk dalam

(9)

3. Tim penguji skripsi Krisna Murthy Pasaribu, drg., Sp.Perio, Pitu

Wulandari, drg., S.Psi., Sp.Perio atas saran dan masukan sehingga skripsi ini dapat

menjadi lebih baik lagi, serta seluruh staf pengajar di departemen Periodonsia.

5. Teman-teman yang turut mendukung penulis, khususnya vina, wulan,

winda, Risma, Ririn dan seluruh teman-teman angkatan 2005 yang tidak dapat

disebutkan satu persatu

6. Semua pihak yang telah membantu penulis hingga selesainya skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan memberikan kemudahan kepada

kita.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati dan penuh keikhlasan penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun terhadap segala kekurangan

dalam penulisan ini karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan penulis. Penulis juga

mengharapkan semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi kita semua.

Medan, Agustus 2011 Penulis,

(Yulia Affandi) NIM: 050600140

(10)

DAFTAR ISI

3.2 Pembesaran Gingiva Sebagai Indikator Diagnostik Leukemia……….. 11

3.3 Pembesaran Gingiva Sebagai Faktor Komplikasi Pada Leukemia………... 15

3.4 Prevalensi Pembesaran Gingiva Pada Pasien Leukemia….. 16

BAB 4 PANDUAN PENANGGULANGAN PERIODONTAL PADA PASIEN LEUKEMIA YANG DISERTAI PEMBESARAN GINGIVA………... ... 18

(11)

DAFTAR PUSTAKA………... 26

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Klasifikasi leukemia... 8

Tabel 2. Pertimbangan dalam perawatan gigi pada pasien dengan

keganasan hematologi... 19

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Diagnosis pembesaran gingiva... 6

Gambar 2. Gambaran klinis pembesaran gingiva pada maksila dan

mandibula disertai perdarahan... 10

Gambar 3. Gambaran klinis ulser di lidah pada pasien leukemia akut.. 11

Gambar 4. Pemeriksaan biopsi atau histopatologi gingiva pada pasien Leukemia Mielomonositik Akut yang

mengalami pembesaran menunjukkan sel-sel leukosit monocytoid dalam jumlah besar (pewarnaan

hematoksilin dan eosin, pembesaran 20 x)... 15

Gambar 5. Pembesaran gingiva pada pasien leukemia... 21

Gambar 6. Pembesaran gingiva pada pasien leukemia yang berkurang

setelah dilakukan skeling dan penyerutan akar... 21

(14)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Periodonsia

Tahun 2011

Yulia Affandi

Pembesaran Gingiva pada Pasien Leukemia

ix + 29 halaman

Kebanyakan penyakit sistemik dapat berpengaruh pada rongga mulut.

Leukemia merupakan neoplasma sel darah putih dengan manifestasi klinis dan oral

yang bervariasi dan dapat dideteksi pertama kali di rongga mulut. Pembesaran

gingiva yang berkembang cepat adalah salah satu tanda awal dari penyakit ini.

Kelainan ini menyebabkan bentuk gingiva yang secara klinis terlihat lebih besar dari

normal dan sangat menggangu estetis dan fungsional gigi.

Gambaran klinis pembesaran gingiva pada pasien leukemia antara lain gingiva

yang berwarna merah kebiruan, permukaan licin berkilat dan konsistensinya agak

padat. Hal ini terjadi karena adanya proliferasi leukosit ke jaringan ikat. Selain itu

rasa sakit dan perdarahan gingiva juga dialami pasien leukemia akibat pembuluh

darah yang melebar. Penentuan diagnosis leukemia melalui indikator pembesaran

gingiva memerlukan pemeriksaan klinis, darah, dan biopsi.

Prevalensi pembesaran gingiva lebih sering terjadi pada leukemia akut

daripada kronis yaitu sekitar 36% terjadi pada leukemia akut dan 10% terjadi pada

(15)

Leukemia Monositik Akut (M5) yaitu sekitar 66,7%, Leukemia Mielomonositik Akut

(M4) 18,5% dan Leukemia Mielositik Akut(M1,M2) 3,7%.

Perawatan periodontal pada pasien leukemia memerlukan konsultasi antara

dokter gigi dan dokter spesialis yang menangani pasien. Pada pasien leukemia yang

memiliki status hematologi yang kurang baik tidak memungkinkan dilakukan

tindakan invasif. Oleh karena itu, tindakan yang dapat dilakukan pada pasien hanya

bertujuan untuk mengurangi dan mencegah infeksi dengan meningkatkan dan

memelihara kesehatan rongga mulut pasien, seperti edukasi dan instruksi kontrol plak

serta pemberian antibiotik profilaksis. Sedangkan pada pasien leukemia dengan status

hematologi yang baik dapat dilakukan tindakan perawatan periodontal seperti skeling

dan penyerutan akar.

Daftar Rujukan : 29 (2001-2011)

---ooo00ooo---

(16)

Faculty of Dentistry

Department of Periodontics

2011 year

Yulia Affandi

Gingival Enlargement in Leukemic Patient

ix + 29 Pages

Many systemic diseases can affect in the oral cavity. Leukemia is a white

blood cell neoplasm with varied clinical and oral manifestations and first time

detected in the oral cavity. Rapid growing gingival enlargement is one of the early

signs of this disease. These abnormalities cause the form of gingival clinically appear

larger than normal and very disrupt aesthetic and functional of teeth.

Clinical features of gingival enlargement in patients with leukemic include

bluish-red gingival, shiny and smooth surface, and soft-firm in consistency. It occurs

because of the proliferation of leukocytes into the connective tissue. Moreover the

pain and gingival bleeding due to leukemic patients are also experienced a widening

of blood vessels. Determination of leukemic diagnosis through indicators of gingival

enlargement requires a clinical examination, blood, and biopsy. 

The prevalence of gingival enlargement is more common in chronic than

acute leukemic, it’s about 36% occur in acute leukemic and 10% occur in chronic

leukemic. Gingival enlargement is most common in Acute Monocytic Leukemic

(M5) which is about 66.7%, Acute Myelomonocytic Leukemic (M4) 18.5% and

(17)

Periodontal treatment in patients with leukemic requires consultation between

physicians and dental specialists who treat the patients. In a patient with leukemic

who have an unfavorable hematologic status does not allow invasive action.

Therefore, actions can be performed on patients only aims to reduce and prevent

infections by improving and maintaining oral health of patients, such as education

and plaque control instructions and prophylactic antibiotics. Whereas in leukemic

patients with good hematologic status can take periodontal treatment such as scaling

and root planning.

Reference : 29 (2001-2011)

---ooo00ooo---

(18)

BAB 1

PENDAHULUAN

Kebanyakan penyakit sistemik dapat berpengaruh pada rongga mulut.1-3

Leukemia merupakan neoplasma sel darah putih dengan manifestasi klinis dan oral

yang bervariasi dan dapat dideteksi pertama kali di rongga mulut.4,5 Penyakit ini

terjadi pada semua ras dan dapat berkembang pada semua umur.6 Manifestasi oral

yang terdapat pada rongga mulut menyebabkan pasien datang konsultasi ke dokter

gigi atau bisa dideteksi saat pemeriksaan rutin.7,8

Di Amerika sekitar 30800 kasus baru leukemia terjadi pada tahun 2000.

Sekitar 50% kasus leukemia yang diamati di negara barat adalah leukemia akut,

sekitar 30% menjadi leukemia limfositik kronis dan 20% menjadi leukemia mielositik

kronis.6 Yayasan Onkologi Anak Indonesia menyatakan, setiap tahun ditemukan 650

kasus kanker baru di seluruh indonesia, 150 diantaranya terdapat di Jakarta. Sebanyak

70% merupakan penderita leukemia atau kanker darah dan pada tahun 2006, jumlah

penderita kanker di rumah sakit di indonesia, leukemia berada pada peringkat 5

dengan jumlah pasien rawat inap 2.513 (5,9%) dari seluruh pasien 31.188 dan pasien

rawat jalan pada peringkat 7 dengan jumlah pasien 4.075 (4,42%) dari jumlah

seluruh pasien 92.233.9,10 Pembesaran gingiva yang berkembang cepat adalah salah

satu tanda awal dari penyakit ini.5,11,12

Berdasarkan hasil penelitian pada 1076 pasien leukemia akut, pembesaran

(19)

sekitar 18,5 % dan myelocytic akut (M1,M2) sekitar 3,75 %.5 Manifestasi awal dari

tanda dan gejala klinis pada rongga mulut menandakan telah terjadi leukemia,

sehingga dapat ditentukan diagnosis penyakit.13 Atas dasar tersebut, penulis merasa

perlu untuk meninjau lebih lanjut mengenai pembesaran gingiva pada pasien

leukemia.

Gambaran secara umum pembesaran gingiva akan dibahas dalam bab 2 yang

meliputi defenisi, etiologi terjadinya, serta klasifikasi pembesaran gingiva

berdasarkan etiologi.

Selanjutnya pada bab 3 akan dibahas mengenai gambaran klinis pembesaran

gingiva pada pasien leukemia, pembesaran gingiva sebagai indikator diagnostik dan

faktor komplikasi pada leukemia serta prevalensi terjadinya pembesaran gingiva pada

pasien leukemia.

Panduan penanggulangan periodontal pada pasien leukemia yang disertai

pembesaran gingiva akan dibahas pada bab 4. Dan akhirnya skripsi ini akan ditutup

dengan bab 5 yang berisi diskusi dan kesimpulan.

Dengan adanya pembahasan yang lebih terperinci pada setiap bab di atas,

diharapkan seorang dokter gigi mengetahui dan memeriksa dengan teliti tanda-tanda

dan komplikasi oral yang berhubungan dengan leukemia untuk membantu penegakan

diagnosis dan menentukan rencana perawatan yang dilakukan.

---ooo00ooo---

(20)

BAB 2

DESKRIPSI SINGKAT PEMBESARAN GINGIVA

Gingiva merupakan bagian dari jaringan periodonsium yang menutupi gigi

dan berfungsi sebagai jaringan penyangga gigi. Penyakit periodontal yang paling

sering terjadi adalah penyakit gingiva, karena gingiva merupakan bagian terluar dari

jaringan periodonsium yang dapat terlihat secara langsung sehingga mempengaruhi

faktor estetik. Salah satu penyakit gingiva yang sangat menggangu estetik dan

fungsional gigi adalah terjadinya pembesaran gingiva. Kelainan ini menyebabkan

perubahan bentuk gingiva yang secara klinis terlihat lebih besar dari normal.14 Pada

bab ini akan dibahas mengenai defenisi, etiologi terjadinya, serta klasifikasi

pembesaran gingiva berdasarkan etiologi yang dikaitkan dengan leukemia.

2.1 Defenisi dan Etiologi

Pembesaran gingiva didefenisikan sebagai suatu keadaan dimana ukuran

gingiva bertambah dari normal yang dapat menimbulkan masalah estetis dan

kebersihan gigi geligi. Bertambah besarnya gingiva merupakan gambaran klinis

adanya kelainan gingiva yang disebabkan oleh hiperplasia dan hipertrofi gingiva.14

Secara histologis pembesaran gingiva dapat dibedakan menjadi dua bagian

besar yaitu :

2.1.1 Hipertrofi Gingiva

Pada hipertrofi gingiva pembesaran gingiva disebabkan oleh bertambah

(21)

2.1.2 Hiperplasia Gingiva

Pada hiperplasia gingiva terjadi pertambahan ukuran gingiva oleh karena

adanya peningkatan jumlah sel penyusunnya.14

Secara klinis hiperplasia gingiva tampak sebagai suatu pembesaran gingiva

yang biasanya dimulai dari papila interdental menyebar ke daerah sekitarnya.

Kelainan ini tidak menimbulkan rasa sakit, dapat mengganggu oklusi dan estetik serta

dapat mempersulit pasien dalam melakukan kontrol plak.12,14

Pembesaran gingiva dapat disebabkan oleh berbagai etiologi dan juga

diklasifikasikan berdasarkan faktor-faktor etiologi.12,16

1. Pembesaran gingiva inflamasi

2. Pembesaran gingiva diinduksi obat-obatan

3. Pembesaran gingiva yang dikaitkan dengan kondisi atau penyakit sistemik

a. Pembesaran kondisional seperti pada keadaan pregnansi, pubertas, defisiensi

vitamin C, gingivitis sel plasma, pembesaran nonspesifik.

b. Pembesaran gingiva akibat penyakit sistemik seperti pada penyakit leukemia.

4. Pembesaran neoplastik

Pembesaran dan perdarahan gingiva merupakan komplikasi oral yang paling

umum dari leukemia. Jaringan gingiva dianggap lebih rentan terhadap infiltrasi sel

leukemia yang menyebabkan pengeluaran komponen molekul adhesi endotelial

sehingga infiltrasi leukosit meningkat.17 Penyebab leukemia sampai saat ini belum

diketahui secara pasti, akan tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempengaruhi

frekuensi terjadinya leukemia yaitu :18

(22)

1. Faktor genetik seperti pada penderita down syndrome, li-fraumeni syndrome,

klinifelter syndrome, kelainan sistem imun herediter, riwayat keluarga

menderita leukemia.

2. Gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, minum alkohol, obesitas, sering

terpapar sinar matahari.

3. Faktor lingkungan sekitar akibat terpapar radiasi dan bahan kimia tertentu.

4. Penurunan sistem imun seperti pada pasien tranplantasi organ.

5. Faktor resiko yang kontroversial atau belum terbukti yaitu sering terpapar

medan elektromagnetik, infeksi di awal kehidupan, usia ibu saat anak

dilahirkan, riwayat orang tua merokok, janin yang terpapar hormon, tempat

kerja orang tua yang terpapar bahan kimia, dan air yang terkontaminasi bahan

kimia.

Diferensial diagnosa dapat ditentukan melalui pemeriksaan kesehatan umum

dan riwayat gigi, evaluasi terhadap sifat pembesaran apakah inflamasi atau fibrosis,

dan identifikasi faktor etiologi (gambar 1). Kadang-kadang pengambilan spesimen

biopsi juga diperlukan untuk menegakkan diagnosis.19 Pemeriksaan darah lengkap

(23)

Gambar 1. Diagnosis Pembesaran Gingiva ( Hall WB. Critical Decisions in Periodontology. 4th ed. Hamilton: BC Decker Inc, 2003: 59)

2.2 Klasifikasi Pembesaran Gingiva Berdasarkan Etiologi

Manifestasi periodontal dari penyakit hematologi sistemik dalam prakteknya

sulit untuk membedakan antara perubahan-perubahan akibat proses penyakit atau

yang terjadi setelah pengobatan. Klasifikasi etiologi lesi gingiva pada pasien

leukemia telah dibuat oleh Barrett. Klasifikasi ini terdiri dari empat kategori yang

membedakan antara lesi akibat langsung dari proses penyakit dan perawatan serta

(24)

yang disebabkan oleh efek sekunder seperti depresi sumsum tulang dan jaringan

limfoid.21

Kategori 1 adalah lesi yang disebabkan oleh infiltrasi leukemia langsung

disertai pembesaran pada gingiva. 21

Kategori 2 berhubungan langsung dengan toksisitas obat yang disebabkan oleh

agen kemoterapi. Obat-obatan ini menyebabkan perubahan yang nyata pada gingiva

termasuk erosi dan ulserasi. Sebelum transplantasi sumsum tulang, ablasi sumsum

tulang dengan kemoterapi, dengan ataupun tanpa radioterapi dapat mengakibatkan

retensi epitel, yang akan terlihat memutih dan menebalnya mukosa oral. Obat

immunosuppressif siklosporin yang biasa digunakan untuk mencegah terjadinya

penolakan setelah transplantasi juga dapat menyebabkan terjadinya hiperplasia

gingiva. 21

Kategori 3 terdiri dari efek yang merugikan dari graft versus host reactions.

Pada penyakit ini limfosit yang ditrasplantasikan bereaksi terhadap host antigens.

Lesi mukosa termasuk lichenoid striae, pelepasan epitel, erosi dan ulserasi dan dapat

berguna sebagai penanda aktivitas graft versus host reactions. 21

Kategori 4 mencakup efek sekunder dari depresi sumsum / jaringan limfoid dan

juga perdarahan, ulserasi neutropeni dan rentan terjadi infeksi mikroba. Gambaran

klinis periodontal mencakup gingiva pucat, perdarahan karena defisiensi trombosit,

resistensi terhadap infeksi. Umumnya perdarahan dan ulserasi gingiva dapat

berkurang jika oral higiene yang cukup. 21

Klasifikasi leukemia telah berkembang selama bertahun-tahun dari suatu

(25)

dan sumsum tulang, melalui teknik sitokimia dan belakangan ini, ketergantungan

yang lebih besar dari antibodi monoklonal terhadap antigen seluler dan sitogenetik

dan metode molekuler (Tabel 1).20,22

1. Leukemia mieloid (Mielogenus mielositik)

2. Leukemia limfoid (Limfogenus, limfositik, limfatik)

3. Leukemia monositik

Klasifikasi leukemia dapat dimodifikasi untuk menunjukkan perjalanan

penyakit dengan penerapan istilah akut, subakut, kronis. 22

1. Akut, Ketahanan hidup pasien kurang dari 6 bulan

2. Kronis, Ketahanan hidup pasien lebih dari 1 tahun

3. Subakut, Ketahanan hidup pasien di antara akut dan kronis

Tabel 1. Klasifikasi leukemia (WU Josephine et al. J Periodontol 2002; 73: 665)

(26)

Pembesaran gingiva lebih sering terjadi pada leukemia akut daripada kronis

yaitu sekitar 36% terjadi pada leukemia akut, 10% terjadi pada leukemia kronis dan

sangat jarang terjadi pada Leukemia Limfositik Akut (ALL) dan Leukemia

Limfositik Kronis (CLL).21 Pembesaran gingiva yang paling sering terjadi adalah

pada Leukemia Monositik Akut (M5) yaitu sekitar 66,7% kemudian Leukemia

Mielomonositik Akut (M4) 18,5% dan Leukemia Mielositik Akut (M1,M2) sekitar

3,75%.5,16,20

(27)

BAB 3

PEMBESARAN GINGIVA PADA PASIEN LEUKEMIA

Manifestasi leukemia pada gingiva antara lain pembesaran gingiva, ulserasi,

perdarahan dan eritema.8,23 Pembesaran gingiva dan perdarahan pada gingiva

merupakan komplikasi oral yang paling umum pada pasien leukemia.17 Namun,

pembesaran gingiva lebih sering terjadi pada leukemia akut daripada kronis.24

3.1 Gambaran Klinis Pembesaran Gingiva Pada Pasien Leukemia

Gambaran klinis pembesaran gingiva pada pasien leukemia antara lain gingiva

berwarna merah kebiruan, permukaan licin berkilat dan konsistensinya agak padat

(Gambar 2). Hal ini dikarenakan adanya proliferasi leukosit ke jaringan ikat. Selain

itu, rasa sakit dan perdarahan gingiva juga dialami pasien leukemia akibat pembuluh

darah yang melebar.25

Gambar 2. Gambaran klinis pembesaran gingiva pada maksila dan mandibula yang disertai perdarahan (WU Josephine, et al. J Periodontol 2002; 73: 665)

Ulser mukosa oral juga sering dijumpai pada pasien leukemia, khususnya

pasien leukemia yang menerima kemoterapi (Gambar 3). Lockhart dan Sonis

(28)

melaporkan bahwa ulser pada pasien leukemia akan timbul pada hari ketujuh setelah

kemoterapi.15

Gambar 3. Gambaran klinis ulser di lidah pada pasien leukemia akut. (Greenberrg MS, Glick M. Burket’s oral medicine diagnosis & treatment. 10th ed. Spain: BC Decker Inc, 2003: 179)

3.2 Pembesaran Gingiva Sebagai Indikator Diagnostik Leukemia

Pembesaran gingiva merupakan gambaran umum inflamasi penyakit

periodontal. Pembesaran ini juga dapat merupakan suatu pertanda telah terjadi

masalah endodontik, respon terhadap suatu obat atau faktor genetik, akibat penyakit

sistemik ataupun neoplasma. Oleh karena itu, penentuan diagnosis leukemia yang

dilihat melalui pembesaran gingiva memerlukan penentuan diferensial diagnosis

terlebih dahulu sebelum diagnosis defenitif diketahui dengan pasti. Diferensial

diagnosis dapat ditentukan melalui pemeriksaan menyeluruh dan riwayat gigi,

evaluasi terhadap sifat pembesaran (inflamasi atau fibrosis), dan identifikasi faktor

etiologi. Kadang-kadang, pengambilan spesimen biopsi juga diperlukan untuk

(29)

Di bawah ini dijelaskan mengenai diferensial diagnosis pembesaran gingiva,

yakni: 19

a. Pembesaran gingiva akibat adanya inflamasi ditandai oleh pembengkakan

atau edema, kemerahan, dan kecenderungan untuk berdarah saat probing.

Pembesaran akibat inflamasi dalam jangka waktu lama dapat juga menimbulkan

fibrosis. Riwayat pasien membantu penentuan pembesaran inflamasi tersebut bersifat

akut atau kronis. Pembesaran kronis umumnya tanpa rasa sakit dan berkembang

lambat, sedangkan pembesaran akut disertai dengan rasa sakit dan berkembang cepat.

b. Pembengkakan gingiva lokal ditandai dengan nyeri akut, berkembang cepat

dan dapat menimbulkan abses. Gigi yang terlibat harus di-probing untuk memeriksa

poket periodontal yang terbentuk dan kehilangan perlekatan (LOA). Evaluasi

radiografi dan tes vitalitas pulpa juga diperlukan selain pemeriksaan periodontal. Jika

tidak ada saku dengan LOA terdeteksi, dan gigi masih vital, perawatan abses gingiva

yang dilakukan. Jika saku formasi dengan LOA terdeteksi, dan gigi masih vital,

perawatan abses periodontal yang dilakukan. Jika gigi tersebut non vital atau

sebagian non vital, dan ada masalah endodontik. Terapi endodontik diindikasikan jika

prognosis bagus dan rencana perawatan periodontal telah dilakukan secara

keseluruhan.

c. Pembesaran gingiva lokal atau general yang relatif mengalami sedikit rasa

sakit dan perkembangannya bertahap dapat diklasifikasikan sebagai pembesaran

gingiva peradangan kronis. Pembesaran gingiva peradangan kronis umumnya terkait

dengan faktor-faktor sistemik atau lokal. Faktor lokal primer yang terkait dengan

pembesaran gingiva ini adalah plak. Faktor lokal sekunder yang berhubungan adalah

(30)

kalkulus, restorasi gigi yang buruk, karies, gigi berjejal atau misalignment, kontak

terbuka dengan impaksi makanan, kawat gigi ortodonti, pernapasan mulut, dan

peralatan removable. Faktor sistemik mencakup kekurangan vitamin C, leukemia, dan

perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan atau pubertas atau berkaitan

dengan penggunaan kontrasepsi oral. Jika tidak ada faktor lokal atau sistemik yang

dapat diidentifikasi, pembesaran dapat dikaitkan dengan neoplastik dan pengambilan

biopsi harus dilakukan untuk membantu penegakan diagnosis.

d. Suatu pembesaran gingiva inflamasi dan fibrosis terlihat gambaran

pembesaran yang awalnya fibrosis dengan peradangan sekunder atau pembesaran

yang awalnya inflamasi namun telah menjadi fibrosis sekunder. Pemeriksaan riwayat

medis dan gigi harus mempertimbangkan riwayat keluarga/ sifat herediter dan

pembesaran fibrosis yang diinduksi obat-obatan. Jika keluarga dan riwayat

penggunaan obat negatif, dapat diasumsikan bahwa pembesaran disebabkan oleh

peradangan.

e. Pembesaran gingiva fibrosis ditandai oleh gingiva berwarna merah jambu,

tegas, dan berlobul. Namun peradangan sekunder dapat menyebabkan gingiva

berwarna merah dan kecenderungan mudah berdarah. Diagnosis definitif pada

umumnya dapat dilakukan melalui pemeriksaan riwayat medis dan gigi yang

menyeluruh. Pembesaran gingiva yang diinduksi oleh obat-obatan dikaitkan dengan

fenitoin yang merupakan obat pada penderita epilepsi. Insiden bervariasi dari kurang

dari 1% dan setinggi 50% pada pemakaian obat tersebut. Hasil penelitian

(31)

diinduksi obat-obatan dapat ditentukan jika perkembangan pembesaran fibrosis

bersamaan dengan pemakaian salah satu obat-obatan di atas, dimana riwayat keluarga

yang mengalami gingiva fibromatosis keturunan menunjukkan hasil negatif. Suatu

pembesaran gingiva fibrosis yang etiologinya tidak diketahui merupakan fibromatosis

gingiva herediter. Diagnosis ditentukan berdasarkan pemeriksaan riwayat keluarga

yang positif mengalami pembesaran gingiva, dan biasanya dimulai ketika erupsi gigi

sulung atau gigi permanen. Sebuah pembesaran gingiva fibrosis yang tidak diinduksi

obat-obatan ataupun herediter dapat dikategorikan sebagai neoplastik.

f. Pembesaran gingiva yang bukan karena inflamasi atau fibrosis

dan tidak memiliki riwayat penyakit sistemik atau lokal dapat dikategorikan sebagai

suatu neoplasma. Pengambilan spesimen biopsi dengan evaluasi mikroskopis

diperlukan untuk membantu penegakan diagnosis. 19

Penentuan diagnosis leukemia melalui indikator pembesaran gingiva

memerlukan pemeriksaan klinis, darah dan biopsi. Pada pemeriksaan klinis dijumpai

adanya pembesaran gingiva dengan warna merah kebiruan, konsistensi agak padat

dan permukaan licin berkilat.25

Pada pemeriksaan biopsi gingiva yang mengalami pembesaran pada pasien

Leukemia Mielomonositik Akut dijumpai infiltrasi sel-sel leukosit yang monocytoid

dalam jumlah besar (Gambar 4). Sedangkan pada pemeriksaan darah pasien leukemia

dijumpai peningkatan leukosit dan penurunan eritrosit.20

(32)

Gambar 4. Pemeriksaan biopsi atau histopatologi pembesaran gingiva pada pasien Leukemia Mielomonositik Akut menunjukkan sel-sel leukosit monocytoid dalam jumlah besar (pewarnaan hematoksilin dan eosin, pembesaran 20 X). (Wu Josephine. J Periodontol 2002; 73: 665)

Manifestasi oral sering menjadi petunjuk pertama kali penyakit leukemia.

Walaupun umumnya seorang dokter umum atau spesialis yang mendiagnosis

leukemia, namun seorang dokter gigi juga memiliki peranan dalam mengidentifikasi

leukemia melalui pemeriksaan klinis seperti pembesaran, warna dan perdarahan

gingiva yang terjadi. Oleh karena itu, seorang dokter gigi harus mengetahui dan

memeriksa dengan teliti tanda-tanda dan komplikasi oral yang berhubungan dengan

leukemia untuk membantu penegakan diagnosis dan menentukan rencana perawatan

yang dilakukan.20

3.3 Pembesaran Gingiva Sebagai Faktor Komplikasi Pada Leukemia

Leukemia disebabkan oleh proliferasi sel darah putih ke jaringan yang

ditandai oleh peningkatan jumlah sel darah putih yang immature atau abnormal.

(33)

anemia, trombositopenia, dan malfungsi leukosit. Akhirnya, sel-sel leukemia

melakukan infiltrasi ke organ-organ tubuh dan merusak jaringan normal. Sel-sel

tersebut melakukan infiltrasi ke jaringan dan menyebabkan pembesaran spleen, hati,

dan lymph nodes. Semua jenis leukosit terlibat seperti granulosit, monosit dan

limfosit. Leukosit abnormal terdiri dari 39 % limfosit, 20 % monosit, 35 % monosit

yang immature dan 1 % bentuk blast. Pembesaran dan perdarahan pada gingiva

merupakan komplikasi oral yang paling umum dari leukemia. Perdarahan gingiva

dihubungkan dengan kondisi trombositopenia serta jaringan epitel gingiva yang tipis

dan atrofi. Sedangkan pembesaran gingiva dihubungkan dengan adanya infiltasi

sel-sel leukosit ke jaringan gingiva. Pembesaran gingiva yang terjadi dapat juga disertai

oleh adanya plak.21

3.4 Prevalensi Pembesaran Gingiva Pada Pasien Leukemia

Insiden leukemia meningkat dalam enam dekade terakhir. Saat ini setengah

kasus leukemia terjadi pada pasien di bawah umur 50 tahun.4 Insidenmanifestasi oral

leukemia berbeda pada setiap umur. Pada orang dewasa, insiden manifestasi oral

sekitar 75 %. Sedangkan insiden manifestasi oral pada anak-anak sekitar 29 % saja,

dimana hanya 10-17 % saja yang mengalami pembesaran gingiva. Insiden manifestasi

oral pasien leukemia anak-anak yang lebih rendah dibandingkan pasien dewasa

karena sebagian besar leukemia yang terjadi pada pasien anak-anak baru tahap

awal.23,26 Prevalensi pembesaran gingiva pada pasien leukemia juga tergantung pada

jenis leukemia itu sendiri karena prevalensi pembesaran gingiva pada leukemia akut

berbeda dengan yang kronis. Prevalensi pembesaran gingiva pada pasien leukemia

(34)

akut sekitar 36 %. Sedangkan prevalensi pembesaran gingiva pada pasien leukemia

kronis sekitar 10 %. Faktor yang mempermudah timbulnya pembesaran gingiva

adalah adanya respon yang berlebihan terhadap iritan lokal yang disebabkan

berkurangnya kemampuan sel darah putih untuk melawan infeksi gingiva karena

bentuknya yang tidak matang. Iritan lokal tersebut merupakan stimulus inflamasi

yang dapat berasal dari akumulasi plak dan bekuan darah yang sering ditemukan pada

pasien dengan kecenderungan perdarahan oral yang menyebabkan kebersihan oral

buruk.27 Berdasarkan hasil penelitian pada 1076 pasien leukemia akut, pembesaran

gingiva pada pasien monocytic akut (M5) sekitar 66,7 %, myelomonocytic akut (M4)

sekitar 18,5 % dan myelocytic (M1,M2) sekitar 3,75 %.5,16,20

(35)

BAB 4

PANDUAN PENANGGULANGAN PERIODONTAL PADA PASIEN

LEUKEMIA YANG DISERTAI PEMBESARAN GINGIVA

Perawatan periodontal pada pasien leukemia tentu lebih kompleks dan

merupakan tantangan bagi dokter gigi. Hal ini disebabkan tindakan di bidang

kedokteran gigi dapat menimbulkan komplikasi yang serius bahkan dapat berakibat

fatal bagi pasien tersebut. Namun, seorang dokter gigi tidak boleh ragu untuk

memberikan perawatan periodontal pada pasien leukemia. Oleh karena itu, seorang

dokter gigi harus memberikan perawatan yang rasional kepada pasien leukemia untuk

mencegah terjadinya komplikasi yang dapat menimbulkan morbiditas ataupun

mortalitas.27

Sebagai tenaga kesehatan yang professional, seorang dokter gigi harus mampu

menangani tidak hanya perubahan pada gigi tetapi juga bertanggung jawab dalam

pemeliharaan kesehatan dalam rongga mulut dan harus memperhatikan individu

secara keseluruhan.28 Perawatan gigi boleh dilakukan setelah berkonsultasi dengan

dokter spesialis, karena dapat dimodifikasi oleh aspek-aspek tertentu dari terapi dan

prognosis penyakit.27 Pada tabel 2 akan dijelaskan beberapa pertimbangan dalam

melakukan perawatan gigi pasien dengan kegananasan hematologi.29

 

 

 

(36)

Tabel 2. Pertimbangan dalam perawatan gigi pada pasien dengan keganasan hematologi (Franch AM, et al. J Clin Exp Dent. 2011; 3(1): e59)

Pertimbangan dalam perawatan gigi pada pasien dengan keganasan hematologi

 

Sebelum Perawatan Gigi Selama Perawatan Gigi

1. Pasien dengan remisi jangka panjang dapat menjalani perawatan gigi, sementara pasien dengan keadaan yang parah dengan prognosis yang buruk sebaiknya hanya menerima perawatan paliatif atau perawatan yang mendesak.

2. Perawatan gigi sebaiknya dilakukan setelah konsultasi dengan dokter spesialis. 3. Penting untuk mengetahui riwayat

penyakit, evaluasi gigi dan rongga mulut secara menyeluruh dan pemeriksaan radiografi.

4. Perawatan gigi sebaiknya dilakukan sebelum kemoterapi atau radioterapi

Sebelum melakukan perawatan periodontal pada pasien leukemia, dokter gigi

harus mendapatkan informasi yang lengkap mengenai status leukemia pasien.

Perawatan periodontal pada pasien leukemia memerlukan konsultasi antara dokter

gigi dan dokter spesialis penyakit dalam yang menangani pasien. Hal-hal yang perlu

dikonsultasikan antara lain perawatan periodontal yang akan dilakukan, kondisi

pasien saat itu, risiko komplikasi yang dapat terjadi dan perawatan leukemia yang

diterima pasien. Hal ini perlu diketahui oleh dokter gigi karena pasien leukemia

sangat mudah mengalami infeksi dan perdarahan oral. Dan jika pasien leukemia

(37)

dapat dilakukan sebelum dilakukan kemoterapi atau 21 hari setelah pasien menjalani

perawatan kemoterapi.27

Di bawah ini diuraikan tindakan perawatan dental dan periodontal yang dapat

dilakukan pada pasien leukemia berdasarkan fase perawatan kemoterapi pasien,

yakni:4

Tabel 3. Panduan pengelolaan gigi selama fase pengobatan (Guttal KS, et al. Journal of Indian Academy of Oral Medicine and Radiology. 2008; 20(2): 76)

Sebelum kemoterapi Pemeriksaan kesehatan rongga mulut,

pencabutan gigi, restorasi gigi dengan

profilaksis fluoride, dan profilaksis

klorheksidin untuk mengontrol plak

dan mencegah infeksi

Selama kemoterapi Pemeliharaan kesehatan rongga mulut,

profilaksis anti jamur dan anti virus.

Setelah kemoterapi Pemeliharaan kesehatan rongga mulut

Dalam jangka waktu panjang Perawatan kesehatan rongga mulut,

monitor perkembangan kraniofasial dan

gigi.4

Sebagian besar pasien leukemia memiliki status hematologi yang kurang baik

(jumlah platelet < 60.000), sehingga tindakan invasif tidak memungkinkan untuk

dilaksanakan. Oleh karena itu, tindakan yang dapat dilakukan pada pasien tersebut

hanya bertujuan untuk mengurangi dan mencegah infeksi dengan meningkatkan dan

memelihara kesehatan rongga mulut pasien, seperti edukasi dan instruksi kontrol plak

serta pemberian antibiotik profilaksis. Sedangkan pada pasien leukemia dengan status

hematologi yang baik (jumlah platelet > 60.000), tindakan perawatan periodontal

(38)

pada pasien leukemia dapat dilakukan, seperti skelling dan penyerutan akar (Gambar

5 dan 6).27,29

   

Gambar 5.Pembesaran gingiva pada pasien leukemia. (Soheylifar S, et al. J Periodontol and Implant Dent 2009; 1(1): 49)

   

Gambar 6. Pembesaran gingiva pada pasien leukemia yang berkurang setelah dilakukan skeling dan penyerutan akar enam minggu sebelumnya. (Soheylifar S, et al. J Periodontol and Implant Dent 2009; 1(1): 49)

   

(39)

BAB 5

DISKUSI DAN KESIMPULAN

Salah satu penyakit gingiva yang menggangu estetik dan fungsional gigi

adalah terjadinya pembesaran gingiva. Kelainan ini menyebabkan terjadinya

perubahan bentuk gingiva yang secara klinis terlihat lebih besar dari normal. Secara

histologis pembesaran gingiva dapat dibedakan menjadi dua bagian besar yaitu

hipertrofi gingiva dan hiperplasia gingiva. Pada hipertrofi gingiva terjadi pembesaran

yang disebabkan oleh bertambah besarnya ukuran sel-sel akibat bertambahnya fungsi

kerja tubuh sedangkan pada hiperplasia gingiva terjadi pertambahan ukuran gingiva

oleh karena adanya penigkatan jumlah sel penyusunnya. Penyebab terjadinya

pembesaran gingiva adalah karena inflamasi, penggunaan obat-obatan, kondisi atau

penyakit sistemik, dan neoplasma. Diferensial diagnosis dapat ditentukan melalui

pemeriksaan kesehatan umum dan riwayat gigi, evaluasi terhadap sifat pembesaran

(inflamasi atau fibrosis), dan identifikasi faktor etiologi. Kadang-kadang pengambilan

spesimen biopsi juga diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Pemeriksaan darah

lengkap merupakan pilihan tes diagnostik apabila dicurigai terjadinya leukemia.

Pembesaran gingiva yang berkembang cepat merupakan tanda awal dari

penyakit leukemia. Manifestasi oral yang paling sering ditemukan pada leukemia

adalah perdarahan mukosa, ulserasi, peteki, dan hiperplasia gingiva yang juga disertai

dengan adanya tanda-tanda umum seperti kelelahan dan penurunan berat badan.

Gambaran klinis pembesaran gingiva pada pasien leukemia antara lain gingiva

berwarna merah kebiruan, permukaan licin berkilat dan konsistensinya agak padat.

(40)

Hal ini disebabkan adanya proliferasi leukosit ke jaringan ikat. Selain itu, rasa sakit

dan perdarahan gingiva juga dialami pasien leukemia akibat pembuluh darah yang

melebar. Selain pembesaran gingiva, ulser mukosa oral juga sering dijumpai pada

pasien leukemia khususnya pasien leukemia yang menerima kemoterapi.

Penentuan diagnosis leukemia melalui indikator pembesaran gingiva

memerlukan pemeriksaan klinis, darah dan biopsi. Pada pemeriksaan klinis dijumpai

adanya pembesaran gingiva dengan warna merah kebiruan, konsistensi agak padat

dan permukaan licin berkilat. Pada pemeriksaan biopsi gingiva yang mengalami

pembesaran dijumpai infiltrasi sel-sel leukosit yang monocytoid dalam jumlah besar.

Sedangkan pada pemeriksaan darah lengkap pasien leukemia dijumpai peningkatan

leukosit dan penurunan eritrosit.

Manifestasi oral sering menjadi petunjuk pertama kali penyakit leukemia.

Walaupun umumnya seorang dokter umum atau spesialis yang mendiagnosis

leukemia, namun seorang dokter gigi juga memiliki peranan dalam mengidentifikasi

leukemia melalui pemeriksaan klinis seperti pembesaran, warna dan perdarahan

gingiva yang terjadi. Oleh karena itu, seorang dokter gigi harus mengetahui dan

memeriksa dengan teliti tanda-tanda dan komplikasi oral yang berhubungan dengan

leukemia untuk membantu diagnosis dan menentukan rencana perawatan yang

dilakukan.

Pembesaran dan perdarahan pada gingiva merupakan komplikasi oral yang

paling umum dari leukemia. Perdarahan gingiva dihubungkan dengan kondisi

(41)

pembesaran gingiva dihubungkan dengan adanya infiltasi sel-sel leukosit ke jaringan

gingiva. Pembesaran gingiva yang terjadi dapat juga disertai oleh adanya plak.

Prevalensi pembesaran gingiva pada pasien leukemia tergantung pada jenis

leukemia itu sendiri. Prevalensi pembesaran gingiva lebih sering terjadi pada

leukemia akut daripada kronis yaitu sekitar 36% terjadi pada leukemia akut dan 10%

terjadi pada leukemia kronis. Pembesaran gingiva yang paling sering terjadi adalah

pada leukemia monositik akut (M5) yaitu sekitar 66,7%, leukemia mielomonositik

akut (M4) 18,5% dan leukemia mielositik akut (M1,M2) 3,7%.

Sebagai tenaga kesehatan yang professional, seorang dokter gigi harus mampu

menangani tidak hanya perubahan pada gigi tetapi juga bertanggung jawab dalam

pemeliharaan kesehatan dalam rongga mulut dan harus memperhatikan individu

secara keseluruhan. Perawatan gigi boleh dilakukan setelah berkonsultasi dengan

dokter spesialis, karena dapat dimodifikasi oleh aspek-aspek tertentu dari terapi dan

prognosis penyakit.

Perawatan periodontal pada pasien leukemia memerlukan konsultasi antara

dokter gigi dan dokter spesialis penyakit dalam yang menangani pasien. Hal-hal yang

perlu dikonsultasikan antara lain perawatan periodontal yang akan dilakukan, kondisi

pasien saat itu, risiko komplikasi yang dapat terjadi dan perawatan leukemia yang

diterima pasien. Hal ini perlu diketahui oleh dokter gigi karena pasien leukemia

sangat mudah mengalami infeksi dan perdarahan oral. Dan jika pasien leukemia

menjalani perawatan kemoterapi, maka perawatan periodontal pada pasien tersebut

dapat dilakukan sebelum dilakukan kemoterapi atau 21 hari setelah pasien menjalani

perawatan kemoterapi.

(42)

Pada pasien leukemia yang memiliki status hematologi yang kurang baik tidak

memnungkinkan dilakukan tindakan invasif. Oleh karena itu, tindakan yang dapat

dilakukan pada pasien tersebut hanya bertujuan untuk mengurangi dan mencegah

infeksi dengan meningkatkan dan memelihara kesehatan rongga mulut pasien, seperti

edukasi dan instruksi kontrol plak serta pemberian antibiotik profilaksis. Sedangkan

pada pasien leukemia dengan status hematologi yang baik, tindakan perawatan

periodontal seperti skeling dan penyerutan akar dapat dilakukan.

---ooo00ooo---

(43)

DAFTAR PUSTAKA

1. Parks ET, Lancaster H. Oral manifestation of systemic disease. Dermatology

Clinic 2003; 21: 171-182.

2. Gleeson P. Spontaneous gingival haemorrahage: case report. Aust Dental

Journal 2002; 47(2): 174-5.

3. Patil S, et al. Leucemic gingival enlargement: a report of two cases. Archives of

Orofacial Sciences 2010; 5(2): 69-72.

4. Guttal KS, et al. Acute myeloid leukemia with oral manifestation: case report and

brief overview. Journal of Indian Academy of Oral Medicine and Radiology 2008;

20(2): 74-6.

5. Demirer S, et al. Gingival hyperplasia as an early diagnostic oral manifestation

in acute monocytic leukemia: a case report. European Journal of Dentistry 2007;

1: 111-4.

6. Silverman S, et al. Essentials of oral medicine. Hamilton: BC Decker Inc, 2001:

70-1.

7. Schubert MM, et al. Leukemia and lymphoma. In: Silverman Sol, dkk. Oral

Cancer. 5th ed. Hamilton: American Cancer Society, 2003: 152-7.

8. Suarez-Cuenca JA, et al. Rapidly progressing, fatal and acute promyelocytic

leukaemia that initially manifested as a painful third molar: a case report.

Journal of Medical Case Reports 2009; 3: 1-6.

(44)

9. Depkes RI 2007. Leukemia mengintai anak. 2007.

<http://www.litbang.depkes.go.id/aktual/anak/leukemia100407.htm> (5 Juli

2011).

10.Simamora I. Karakteristik penderita leukemia rawat inap di RSUP H Adam Malik

Medan tahun 2004-2007. Skripsi. Medan: Fakultas Kesehatan Maasyarakat USU,

2009: 3.

11.Vibhute P, et al. Palatal enlargement in chronic lymphocytic leukemia. AJNR Am

J Neuroradiol 2006; 27: 1649-50.

12.Panahi O, et al. Gingival enlargement and relevances with leukemia. International

Journal of Academic Research 2011; 3(2): 398-400.

13.Fatahzaheh M, et al. Manifestation of acute monocytic leukemia in the oral

cavity: a case report. Spec Care Dentist 2008; 28(5): 190-4.

14.S Soemitro. Pembesaran gingiva karena obat-obatan dan penatalaksanaannya.

JITEKGI 2005, 2(2): 13-7.

15.Greenberrg MS, Glick M. Burket’s oral medicine diagnosis & treatment. 10th ed.

Hamilton: BC Decker Inc, 2003: 179-180, 443-7.

16.Soheylifar S, et al. A case of gingival enlargement in acute myeloid leukemia.

Journal of Periodontology & Implant Dentistry 2009, 1(1): 48-50.

17.Haytac MC, et al. Severe alveolar bone loss and gingival hyperplasia as initial

manifestation of burkitt cell type acute lymphoblastic leukemia. Journal

(45)

18.American Cancer Society. Childhood leukemia. 2011.

<www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003095-pdf.pdf> (20

Juli 2011).

19.Hall WB. Critical decisions in periodontology. 4th ed. Hamilton: BC Decker Inc,

2003: 58-9.

20.Wu Josephine, et al. Oral manifestation of acute myelomonocytic leukemia: a

case report and review of the classification of leukemias. J Periodontol 2002; 73:

664-8.

21.Kinane DF, Marshall GJ. Periodontal manifestation of systemic disease. Aust

Dental Journal 2001; 46(1): 2-12.

22.G Hema, GP Sujatha. Estimations of salivary amylase and total protein in

leukemias with clinical features and radiographic evaluation. Dissertation.

Davangere, Karnataka: Dept Oral Medicine and Radiology Bapuji Dental College

and Hospital, 2006: 9-83.

23.Lindhe J, et al. Clinical periodontology and implant dentistry. 5th ed. Oxford:

Blackwell Munksgaard, 2008: 395.

24.Omid P. Relevance between gingival hyperplasia and leukemia. International

Journal of Academic Research 2011; 3(1): 493-4.

25.Gupta LC, Gupta Abhishek, Gupta Abhitabh. Dental differential diagnosis. 1st ed.

Dehli: AITBS, 2002: 251-9.

26.Sanders BJ, et al. Management of the medically compromised patient:

hematologic disorders, cancer, hepatitis, and AIDS. In: MC Donald, Ralp E, et al.

Dentistry for the child and adolescent. 8th eds. Mosby, 2004. 571-5.

(46)

27.Siregar NW, Hasibuan S. Peran dokter gigi dalam mendeteksi dini leukemia

melalui manifestasinya di rongga mulut (laporan kasus). Skripsi. Medan:

Departemen Penyakit Mulut FKG USU, 2006: 22-37.

28.Emidio TCS, et al. Oral manifestations of leukemia and antineoplastic

treatment-a litertreatment-ature review (ptreatment-art II). Brtreatment-az J Hetreatment-alth 2010; 1: 136-149.

29.Franch AM, et al. Oral manifestations and dental management of patient with

Gambar

Gambar 1. Diagnosis Pembesaran Gingiva ( Hall WB. Critical Decisions in Periodontology
Tabel 1. Klasifikasi leukemia (WU Josephine et al. J Periodontol 2002; 73: 665)
Gambar 2. Gambaran klinis pembesaran gingiva pada maksila dan mandibula yang                            disertai perdarahan  (WU Josephine, et al
Gambar 3. Gambaran klinis ulser di lidah pada pasien leukemia akut. (Greenberrg MS, Glick M
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter gigi spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di

spesialis penyakit hepatitis sehingga membantu dokter spesialis dalam penangani pasien terhadap penyakit yang diderita pasien, terutama masyarakat yang ingin

Dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter gigi spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun

(2) Ketentuan mengenai pelaksanaan praktek dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dokter gigi spesialis, dokter spesialis konsultan dan dokter gigi spesialis konsultan

13 DOKTER GIGI PERTAMA DOKTER GIGI III/b 1 RSUD TIPE-D OKSIBIL. DOKTER SPESIALIS PENYAKIT

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses komunikasi terapeutik dokter gigi dalam menangani pasien anak, mengetahui manfaat pelaksanaan komunikasi terapeutik

Pada kasus ini gigi pasien yang berjejal atau tidak teratur susunannya, sesudah dilakukan gingivektomi harus dirawat dengan kawat gigi orthodonsi sehingga memudahkan pasien

spesialis penyakit hepatitis sehingga membantu dokter spesialis dalam penangani pasien terhadap penyakit yang diderita pasien, terutama masyarakat yang ingin