EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PADA TANAMAN DUKU (Lansium domesticum Corr) DI DESA BAHBALUA KECAMATAN BANGUN PURBA
KABUPATEN DELI SERDANG
SKRIPSI
Oleh :
FREYSSINET AVILLA SINAGA 050303021
ILMU TANAH
DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Skripsi : Evaluasi Kesesuaian Lahan pada Tanaman Duku (Lansium domesticum Corr) di desa Bahbalua Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang
Nama : Freyssinet Avilla Sinaga
NIM : 050303021
Departemen : Ilmu Tanah
Disetujui Oleh :
(Prof. Ir. Zulkifli Nst, MSc. PhD) (Ir. Sarifuddin, MP
Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing
)
Mengetahui Oleh :
(Prof. Dr. Ir. Abdul Rauf, MP
Ketua Departemen Ilmu Tanah
)
DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Duku merupakan tanaman yang istimewa dimana daging buahnya berwarna putih
jernih dan rasanya manis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelas kesesuaian
lahan pada tanaman duku di Desa Bahbalua Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli
Serdang.
Penelitian ini dilakukan di desa Bahbalua kecamatan Bangun Purba Kabupaten
Deli Serdang. Penelitian ini dimulai dari bulan Januari 2010.
Penelitian dilakukan beberapa tahap mulai dari telaah pustaka, pengumpulan
data-data dan melengkapi alat-alat yang digunakan dalam penelitian, kemudian survey
lahan kemudian ditentukan titik pemboran berdasarkan peta. Kemudian dilakukan
pengambilan sampel tanah pada kedalaman 0-20 dan 20-40 untuk masing-masing tanah
dan dikomposit. Data yang dianalisis adalah kapasitas tukar kation (KTK), pH, tekstur,
kejenuhan basa dan C-Organik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua sampel tanah mempunyai kelas
kesesuian lahan potensial S3-wa, rcdengan sub kelas curah hujan dan media perakaran.
Hal ini menunjukkan bahwa tanaman duku tidak berpotensial untuk tanaman duku.
ABSTRACT
Duku is represent the special crop where its kernel is clear white chromatic and
likely beloved. This research aim to to know the class of according to farm at crop duku
in Village of Bahbalua Subdistrict Develop Ancient of Regency of Deli Serdang.
This Research is conducted in in Village of Bahbalua subdistrict develop Ancient
Regency of Deli Serdang. This Research is started from January 2010.
Research conducted by some phase start from book study, dates gathering and
equip the appliance used in research, later survey farm is then determined by a drilling
dot of pursuant to map. Is later conducted by intake of sampel land of at deepness 0-20
and 20-40 to each land and composite. Dates analysed by is cation exchange capacity
( KTK), pH, texture, base saturation and C-Organic.
The Result of analyst indicate that all sampel has appropriate class of land
potencial of S3-Wa, rc with the sub of class of rainfall and root media. This matter
indicate that the crop duku is not potential for the crop of duku.
RIWAYAT HIDUP
FREYSSINET AVILLA SINAGA, dilahirkan di Medan pada tanggal 29 Oktober 1985
dari ayah Ir. J. A. Sinaga dan ibu L. Simarmata. Penulis merupakan putra pertama dari
empat bersaudara.
Riwayat Pendidikan :
1. Tahun 1992, menempuh pendidikan di SD. Antonius V & VI Medan.
2. Tahun 1998, menempuh pendidikan di SLTP Tri Sakti 1 Medan
3. Tahun 2001, menempuh pendidikan di SMA Negeri 5 Medan
4. Tahun 2005, menempuh pendidikan di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan, melalui jalur SPMB dan memilih minat
Klasifikasi Tanah dan Evaluasi Lahan.
Aktifitas Selama Pendidikan :
1. Anggota Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah sejak bulan Agustus 2005 hingga sekarang.
2. Mengikuti Seminar dan Lokakarya Pengolahan dan Pembentukan Forum DAS
Wampu Sei Ular yang diselenggarakan oleh Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara dan Balai Pengolahan DAS Wampu Sei Ular pada tanggal 30 Oktober 2007.
3. Melaksanakan Penanaman Seribu Pohon Pakem di bantaran Sungai Bahorok yang
diselenggarakan oleh Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan pada bulan April 2008.
4. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Kebun Rambutan PT. Perkebunan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan RahmatNya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “EVALUASI KESESUAIAN LAHAN
PADA TANAMAN DUKU (Lansium domesticum Corr) DI DESA BAHBALUA KECAMATAN BANGUN PURBA KABUPATEN DELI SERDANG” yang
menjadi salah satu syarat untuk dapat mendapatkan gelar Sarjana di Departemen Ilmu
Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc. PhD, dan Ir. Sarifuddin, MP, selaku Ketua dan Anggota
Komisi Pembimbing serta seluruh pihak yang telah membantu Penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh sebab itu saran dan
kritik Penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi di masa yang akan datang.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata Penulis mengucapkan
terima kasih.
Medan, Maret 2010
DAFTAR ISI
Analisis Laboratorium... 20
Analisa Kesesuaian Lahan... 21
ABSTRAK
Duku merupakan tanaman yang istimewa dimana daging buahnya berwarna putih
jernih dan rasanya manis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelas kesesuaian
lahan pada tanaman duku di Desa Bahbalua Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli
Serdang.
Penelitian ini dilakukan di desa Bahbalua kecamatan Bangun Purba Kabupaten
Deli Serdang. Penelitian ini dimulai dari bulan Januari 2010.
Penelitian dilakukan beberapa tahap mulai dari telaah pustaka, pengumpulan
data-data dan melengkapi alat-alat yang digunakan dalam penelitian, kemudian survey
lahan kemudian ditentukan titik pemboran berdasarkan peta. Kemudian dilakukan
pengambilan sampel tanah pada kedalaman 0-20 dan 20-40 untuk masing-masing tanah
dan dikomposit. Data yang dianalisis adalah kapasitas tukar kation (KTK), pH, tekstur,
kejenuhan basa dan C-Organik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua sampel tanah mempunyai kelas
kesesuian lahan potensial S3-wa, rcdengan sub kelas curah hujan dan media perakaran.
Hal ini menunjukkan bahwa tanaman duku tidak berpotensial untuk tanaman duku.
ABSTRACT
Duku is represent the special crop where its kernel is clear white chromatic and
likely beloved. This research aim to to know the class of according to farm at crop duku
in Village of Bahbalua Subdistrict Develop Ancient of Regency of Deli Serdang.
This Research is conducted in in Village of Bahbalua subdistrict develop Ancient
Regency of Deli Serdang. This Research is started from January 2010.
Research conducted by some phase start from book study, dates gathering and
equip the appliance used in research, later survey farm is then determined by a drilling
dot of pursuant to map. Is later conducted by intake of sampel land of at deepness 0-20
and 20-40 to each land and composite. Dates analysed by is cation exchange capacity
( KTK), pH, texture, base saturation and C-Organic.
The Result of analyst indicate that all sampel has appropriate class of land
potencial of S3-Wa, rc with the sub of class of rainfall and root media. This matter
indicate that the crop duku is not potential for the crop of duku.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Duku merupakan tanaman yang istimewa dimana daging buahnya berwarna putih
jernih dan rasanya manis. Persentase daging buahnya berkisar antara 52-64%. Ukuran
bijinya relatif kecil, kulitnya tipis dengan warna kuning agak kecokelatan. Tanaman duku
lebih senang ditanam di tempat yang terlindung. Oleh karena itu, tanaman ini biasanya
ditanam di pekarangan atau tegalan, bersama dengan tanaman tahunan lainnya seperti
durian, jengkol, atau petai (Anonimous, 2009).
Tanaman duku ini dapat memberi keuntungan dimana buahnya dapat dimakan
dalam keadaan segar setelah dikupas dengan tangan, tetapi buahnya yang tanpa biji dapat
dibotolkan dalam sirop. Kayunya yang berwarna coklat muda keras dan tahan lama, dapat
digunakan untuk tiang rumah, gagang perabotan, dan sebagainya. Kulit buahnya yang
dikeringkan dan dibakar untuk mengusir nyamuk. Kulit buah itu juga dimanfaatkan
sebagai obat anti diare, berkat kandungan oleoresinnya (Sunarjono, 2000).
Pengembangan pertanian pada suatu daerah merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan produktifitas pertanian. Secara umum kegiatan pengembangan daerah
tersebut meliputi juga pengenalan pola pertanian secara tepat dan sesuai dengan potensi
lahannya. Potensi lahan perlu dijabarkan secara baik agar dapat digunakan sesuai dengan
rencana pengembangannya.
Bahbalua adalah salah satu desa yang terletak di kecamatan Bangun Purba pada
dengan ketinggian tempat antara 147-210 m dpl. Jenis tanah yang terdapat di desa
Bahbalua ada 3 ordo yaitu ultisol, entisol dan inseptisol. Bahbalua mempunyai iklim
sebesar 26.780 C. dan kemiringan lereng yang bervariasi antara 0-45 % (datar-curam).
Desa Bahbalua mempunyai mata pencaharian dalam bidang pertanian, dimana luas
wilayah desa tersebut berkisar 175 hektar Luas areal desa Bahbalua terdiri dari
wilayah pemukiman masyarakat (5 hektar), perkebunan swasta (150 hektar) dan
perkebunan masyarakat (+ 20 hektar). Desa Bahbalua juga dikelilingi oleh perkebunan
swasta Tamiang Sari. Dulunya tanaman duku menjadi salah satu mata pencaharian yang
besar sebelum munculnya tanaman sawit yang dikembangkan oleh perkebunan swasta di
desa tersebut. Hal ini membuktikan bahwa tanaman duku tidak berpotensial lagi bagi
masyarakat dibandingkan tanaman sawit. Pengembangan tanaman duku di desa Bahbalua
merupakan alternatif bagi tanaman lain seperti sawit artinya apabila nilai ekonomi
tanaman sawit menurun maka tanaman duku dapat menjadi pengganti nilai ekonomi
masyarakat untuk dipasarkan dan banyak dibutuhkan oleh masyarakat, juga sebagai
diversifikasi tanaman sehingga perlu dilakukan evaluasi lahan untuk mengetahui apakah
daerah tersebut masih potensial atau tidak seperti dulunya dalam upaya pembudidayaan
tanaman duku.
Komunikasi pribadi dengan bapak Barrisman Saragih selaku kepala desa
Bahbalua pada tanggal 12 November 2008 bahwa tanaman duku yang ditanam di
perkebunan masyarakat, mulai ditanam pada tahun 2002 dimana tanaman duku ini masih
memperoleh produksi yang melimpah, dan hasil penjualan yang diperoleh masih
sebanding dengan biaya yang dikeluarkan untuk perawatan dan tidak mengalami
2005-2007, produksi tanaman duku semakin berkurang hal ini dikarenakan biaya penjualan
termasuk biaya perawatan tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan (mengalami
kerugian) untuk menopang perekonomian masyarakat tersebut. Tahun 2008, awal bulan
Februari masyarakat tertarik untuk mencoba menanam tanaman sawit dan tanaman duku
sudah mulai berkurang. Tahun 2009 sampai sekarang, masyarakat setempat masih
menanam tanaman sawit yang sudah berumur + 2 tahun, namun tanaman duku sudah
tidak ditanam lagi. Areal tanaman duku sudah tidak ada lagi, yang tinggal hanya
beberapa pohon saja, salah satunya terletak di pekarangan rumah dan kebun masyarakat.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kelas kesesuaian lahan
pada tanaman duku di Desa Bahbalua Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli
Serdang.
Kegunaan Penelitian
- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan dalam melakukan
pengolahan lahan di Desa Bahbalua Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli
Serdang
- Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di
TINJAUAN PUSTAKA
Survai Tanah
Survai tanah merupakan pekerjaan pengumpulan data kimia, fisik dan biologi di
lapangan maupun di laboratorium dengan tujuan pendugaan penggunaan lahan umum
maupun khusus. Suatu survai tanah baru memiliki kegunaan yang tinggi jika diteliti
dalam memetak (Abdullah, 1993).
Tujuan survei tanah adalah mengklasifikasikan, menganalisis dan memetakan
tanah dengan mengelompokkan tanah-tanah, sama sifatnya kedalam satuan peta tanah
tertentu. Sifat dari satuan peta secara singkat dicantumkan dalam legenda, sedang uraian
lebih detail dicantumkan dalam laporan survai tanah yang selalu menyertai peta tanah
tersebut (Hardjowigeno, 1995).
Sistem survai tanah, sistem grid dilakukan pada lahan yang datar atau peta dasar
kurang lengkap, sistem bebas dilakukan bila peta dasar dan data penunjang lengkap
berdasarkan hasil interpretasi foto udara dan atas dasar land system, sistem sistematik
dilakukan bila serupa dengan grid tetapi jarak pengamatannya tidak sama jauh serta peta
dasar dan data penunjang lengkap (Beckett, dkk, 1978).
Evaluasi Lahan
Evaluasi lahan merupakan proses penilaian potensi lahan untuk bermacam-macam
alternatif penggunaan. Evaluasi lahan merupakan hal yang biasa digunakan dalam proyek
perencanaan penggunaan lahan. Evaluasi kesesuaian lahan sangat fleksibel, tergantung
dilakukan terhadap lahan akan memberikan gambaran tentang penggunaan lahan secara
optimal guna meningkatkan produktivitas lahan khususnya evaluasi lahan terhadap
pembudidayaan tanaman duku (Abdullah, 1993).
Tujuan dari evaluasi lahan adalah untuk menentukan nilai suatu lahan untuk
tujuan tertentu. Usaha ini dapat dikatakan melakukan usaha klasifikasi teknis suatu
daerah (Sinulingga, 2003).
Arsyad, (1989) mengemukakan bahwa evaluasi lahan adalah proses penilaian
penampilan lahan jika dipergunakan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan
interpretasi survai dan studi bentuk lahan, tanah, vegetasi, iklim dan aspek lainnya.
Pendekatan menyeluruh dari suatu evaluasi lahan ditunjukkan dalam beberapa
aktivitas berikut:
1. Memilih secara relatif jenis penggunaan lahan dalam kaitannya dengan kondisi
fisik, sosial dan ekonomi daerah yang bersangkutan.
2. Penentuan keperluan fisik untuk penggunaan lahan yang relevan.
3. Deliniasi untuk setiap Land Mapping Unit
4. Kualitas Lahan.
5. Klasifikasi kesesuaian lahan untuk Land Utilization Type (LUT) per unit peta.
6. Membandingkan kemungkinan-kemungkinan pengembangan.
(Sitorus, 1985).
Menurut FAO (1975) dalam Djaenuddin, dkk, 2000), kegiatan utama dari evaluasi
1. Konsultasi pendahuluan : meliputi pekerjaan-pekerjaan persiapan antara lain
penetapan yang jelas tujuan evaluasi, jenis data yang akan digunakan, asumsi
yang digunakan dalam evaluasi, daerah penelitian serta identitas dan skala survei.
2. Penjabaran (deskripsi) dari jenis penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan
dan persyaratan-persyaratan yang diperlukan.
3. Deskripsi satuan peta lahan (Land Mapping Unit) dan kemudian kualitas lahan
(Land Qualities) berdasarkan pengetahuan tentang persyaratan yang diperlukan
untuk suatu penggunaan lahan tertentu dan pembatas-pembatasnya.
4. Membandingkan jenis pengguanaan lahan dengan tipe-tipe lahan yang ada. Ini
merupakan proses penting dalam evalusai lahan, dimana data lahan, penggunaan
lahan dan informasi-informasi ekonomi dan sosial digabungkan dan dianalisis
secara bersama-sama.
5. Hasil dari butir ke-4 adalah hasil klasifikasi kesesuaian lahan.
6. Penyajian dari hasil-hasil evaluasi.
Kesesuaian lahan untuk tanaman duku mempunyai kriteria seperti duku tumbuh
berkembang dan berproduksi dengan sangat baik pada ketinggian tempat < 300 m dpl
pada kondisi tanah dengan tekstur halus sampai agak halus (liat, liat berdebu, liat
berpasir, lempung liat berdebu, lempung liat berpasir, lempung berliat) kedalaman efektif
tanah > 100 cm, drainase tanah cukup baik, tidak terdapat bahan-bahan kasar (kerikil,
batuan) pada lapisan tanah > 15 %, kondisi curah hujan sekitar 2500 mm/thn, dan tidak
Sekilas Desa Bahbalua
Desa Bahbalua yang berada pada kawasan Kecamatan Bangun Purba terletak
pada ketinggian + 150 m dpl. Kemiringan lereng Desa Bahbalua Kecamatan Bangun
Purba Kabupaten Deli Serdang mempunyai kemiringan lereng + 0-45 % dengan luas
wilayah 175 ha, dimana luas lahan yang dimanfaatkan untuk produksi pertanian termasuk
perkebunan swasta dan masyarakat sekitar 170 hektar sisanya pemukiman masyarakat.
Curah hujan di kawasan kecamatan Bangun Purba memiliki curah hujan
rata-rata pertahun 1364 mm, pada umumnya curah hujan terbanyak pada bulan September,
Oktober, November dan Desember yakni : 1943 mm, 2175 mm, 1609 mm, 1609 mm.
Sedangkan temperatur rata - rata pertahun 26,78° C dan kelembaban relatif
83,25 % (Badan Meteorologi dan Geofisika, 2009).
Beberapa Sifat Tanah Untuk Evaluasi Lahan
Sifat Fisika Tanah 1. Iklim
1.1. Temperatur
Temperatur atau suhu merupakan derajat panas atau derajat dingin yang diukur
berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan beberapa tipe termometer. Energi
matahari dalam bentuk elektromagnetik hanya kira-kira 20 % yang dapat diserap oleh
atmosfer, sisanya diubah dulu oleh bumi menjadi sinar gelombang panjang. Perubahan
energi ini terjadi dipermukaan daratan dan permukaan lautan yang dapat menyerap
energi dari atmosfer secara jernih. Suhu merupakan energi kinetis rata-rata dari
Temperatur sangat berperan penting dalam pembentukan tanah dan pertumbuhan
tanaman. Suhu dapat mengendalikan aktivitas jasad hidup, tanaman dan kegiatan
biologisnya. Apabila suhu udara rendah maka pertumbuhan tanaman akan lambat dan
aktifitas mikroorganisme dalam menguraikan bahan organik menjadi unsur hara
terganggu. Suhu udara dapat dikendalikan dengan pembuangan air yang berlebih dalam
tanah melalui pembuatan parit-parit drainase, perlindungan tanah dengan tanaman.
Tanaman di dataran tinggi memiliki suhu udara rendah karena makin tinggi suatu tempat
maka suhu udara rata-rata makin rendah yang dihitung dengan rumus Braak (1928)
yaitu : 26,3 0 C - (0,01 x elevasi dalam meter x 0,6oC )
(Guslim, 1996)
1.2. Curah hujan
Daerah tropik dekat ekuator mempunyai sirkulasi udara rendah dan tenaga angin
dilautan minim. Berdasarkan curah hujan di Indonesia Oldeman (1975) mengelompokkan
wilayah berdasarkan jumlah bulan basah dan bulan kering dalam satu tahun. Bulan basah
adalah bulan yang mempunyai curah hujan >200 mm dan bulan kering mempunyai curah
hujan < 100 mm, sedangkan menurut Schmidt dan Fergusson (1954) membuat
klasifikasi iklim berdasarkan curah hujan yang berbeda yakni bulan basah >100 mm,
dan bulan kering < 60 mm dan biasanya iklim ini yang digunakan untuk tanaman
tahunan. Berdasarkan kriteria tersebut Schmidt dan Fergusson membagi zona iklim
kedalam 5 kelas yaitu :
A = sangat basah
B = basah
C = sedang
E = sangat kering
(Guslim, 1996).
2. Tekstur
Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah. Berdasarkan atas perbandingan
banyaknya butir-butir pasir, debu dan liat di dalam tanah. Tanah terdiri dari butir-butir
tanah dengan berbagai ukuran. Bahan-bahan tanah yang lebih halus dapat dibedakan
menjadi : < 0,002 mm (liat), 0,002-0,05 mm (debu) dan 0,05-0,2 mm (pasir)
(Hardjowigeno, 1995).
Tekstur adalah perbandingan relatif tiga golongan partikel tanah dalam suatu
massa tanah, terutama perbandingan fraksi liat, debu, pasir. Tekstur turut menentukan
tata air dalam tanah, berapa kecepatan infiltrasi, penetrasi, dan kemampuan pengikatan
air oleh tanah. Tekstur diklasifikasikan atas :
t1 = tanah bertekstur halus meliputi liat berpasir, liat berdebu, dan liat.
t2 = tanah bertekstur agak halus meliputi lempung liat berpasir, lempung
berliat,dan lempung liat berdebu.
t3 = tanah bertekstur sedang meliputi lempung, lempung berdebu, dan debu.
t4 = tanah bertekstur agak kasar meliputi lempung berpasir, lempung berpasir
halus, dan lempung berpasir sangat halus.
t5 = tanah bertekstur kasar meliputi pasir berlempung dan pasir.
(Arsyad, 1989).
3. Kedalaman Efektif
Kedalaman efektif adalah kedalaman tanah yang masih dapat ditembus oleh akar
tanaman. Banyaknya perakaran, baik akar halus maupun akar kasar, serta dalamnya
akar-akar tersebut dapat menembus tanah dan bila tidak dijumpai akar-akar tanaman, maka
kedalaman efektif ditentukan berdasarkan kedalaman solum tanah (Hardjowigeno,
1995).
Cara praktis penetapan bawah (kedalaman efektif) suatu solum tanah adalah
melalui penyidikan pada kedalaman penetrasi perakaran tanaman yang tidak mempunyai
lapisan padat yang dapat menghambat penetrasi akar, maka perakaran tanaman akan
berpeluang menembus sampai perbatasan mineral tanah dan bahan geologis atau bukan
tanah. (Foth, 1994) mengklasifikasikan kedalaman efektif sebagai berikut :
Ke1 = > 90 cm (dalam)
Ke2 = 50-90 cm (sedang)
Ke3 = 25-50 cm (dangkal)
Ke4 = < 25 cm (sangat dangkal)
4. Drainase
Drainase adalah pengumpulan dan pembuangan air dari tanah. Kelas drainase di
lapangan ditentukan dengan melihat adanya gejala-gejala pengaruh air dalam penampang
tanah. Gejala-gejala tersebut antara lain : warna pucat, kelabu atau adanya bercak-bercak
karatan. Warna pucat atau kelabu kebiru-biruan menunjukkan adanya pengaruh genangan
air yang kuat, sehingga menunjukkan bahwa udara masih dapat masuk ke dalam tanah
sehingga terjadi oksidasi (Hardjowigeno, 1995).
Tujuan utama drainase di lahan pertanian adalah menurunkan muka air tanah
bahwa jumlah hara yang mungkin dapat diserap oleh tanaman dapat
dipertahankan (Hakim, dkk, 1986).
Tujuan utama drainase di lahan pertanian adalah menurunkan muka air untuk
meningkatkan kedalaman dan efektifitas perakaran. Hal ini berarti bahwa jumlah hara
yang mungkin dapat diserap oleh tanaman dapat dipertahankan pada level yang tinggi
dengan hilangnya kelebihan air karena drainase akan mengakibatkan turunnya panas
tanah sehingga menurunkan jumlah energi untuk menaikkan suhu tanah (Hakim, dkk,
1986).
Drainase dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
d1 = baik (tidak dijumpai karatan besi dan tidak cukup basah)
d2 = agak baik (tidak dijumpai karatan besi dan basah di permukaan)
d3 = agak terhambat (tidak dijumpai karatan besi dan basah sampai pada
kedalaman > 25 cm)
d4 = terhambat (tanah yang basah untuk waktu yang cukup lama sampai
ke permukaan)
d5 = sangat terhambat (tanah yang basah secara permanen dan tergenang
untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan).
(Arsyad, 1989)
5. Kemiringan Lereng
Kemiringan lereng merupakan faktor yang sangat perlu untuk diperhatikan, sejak
dari penyiapan lahan pertanian, usaha penanamannya, pengambilan
produk-produk serta pengawetan lahan, karena lahan yang mempunyai kemiringan dapat lebih
mempunyai kemiringan akan selalu dipengaruhi curah hujan. Akibatnya terjadi
gangguan kelongsoran tanah dan terhanyut lapisan-lapisan tanah yang subur
(Kartasapoetra,1989).
Land slope atau kemiringan lahan merupakan faktor yang sangat perlu di
perhatikan sejak dari penyiapan lahan pertanian, karena lahan yang mempunyai
kemiringan curam dapat dikatakan lebih mudah terganggu atau rusak. Kemiringan lahan
sangat mempengaruhi tingkat erosi, karena semakin tinggi kemiringan lereng maka
tingkat erosi sangat besar yang menyebabkan banjir, salah satu upaya untuk mengurangi
tingkat bahaya erosi pada kemiringan lahan dengan cara pembuatan teras (Kartasapoetra,
dkk, 1991)
Kemiringan lereng dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
L1 = < 3% (datar)
L2 = 3 sampai 8% (agak landai)
L3 = 8 sampai 15% (landai)
L4 = 15 sampai 30% (bergelombang)
L5 = 30 sampai 40% (bergunung/berbukit)
L6 = 40 sampai 60% (curam)
L7 = > 60% (sangat curam)
(Arsyad, 1989)
7. Bahaya Erosi
Erosi merupakan pengikisan atau kelongsoran dari proses penghanyutan tanah
akibat desakan atau kekuatan angin dan air yang terjadi secara alamiah maupun akibat
perbuatan manusia. (Kartasapoetra,dkk, 1991) menyatakan bahwa tahap-tahap erosi yang
1. Pemecahan agregat-agregat tanah ke dalam partikel-partikel tanah yang disebut
butiran tanah yang kecil.
2. Pemindahan partikel-partikel tanah melalui penghanyutan atau kekuatan angin.
3. Pengendapan partikel-partikel tanah yang terangkut ke tempat yang lebih rendah
atau dasar sungai.
Kelas erosi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
E0 = < 0,15% (sangat ringan)
E1 = 0,15 - 0,9% (ringan)
E2 = 0,9 - 1,8% (sedang)
E3 = 1,8 - 4,8% (berat)
E4 = > 4,8% (sangat berat)
(Arsyad, 1989)
7. Bahaya Banjir
Ancaman banjir sangat perlu diperhatikan dalam pengelolaan lahan pertanian
karena sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. (Hardjowigeno, 1995)
mengelompokkan bahaya banjir sebagai berikut :
f0 = tidak ada banjir dalam periode satu tahun.
f1 = ringan yaitu dalam periode kurang dari satu bulan banjir bisa terjadi
dan bisa tidak.
f2 = sedang yaitu selama 1 bulan dalam setahun terjadi banjir.
f3 = agak berat yaitu selama 2-5 bulan dalam setahun dilanda banjir.
8. Penyiapan Lahan 8.1. Batuan Permukaan
Terdapatnya batu-batuan baik dipermukaan maupun di dalam tanah dapat
mengganggu perakaran tanaman serta mengurangi kemampuan tanah untuk berbagai
penggunaan. Oleh karena itu jumlah dan ukuran batuan yang ditemukan perlu dicatat
dengan baik (Hardjowigeno, 1995).
Batuan permukaan adalah batuan yang tersebar diatas permukaan tanah dan
berdiameter lebih besar dari 25 cm berbentuk bulat atau bersumbu memanjang lebih dari
40 cm berbentuk gepeng. (Arsyad, 1989) mengelompokkan penyebaran batuan diatas
permukaan tanah sebagai berikut :
b0 = < 0,01% luas areal (tidak ada)
b1 = 0,01 - 3% (sedikit)
b2 = 3 - 15% (sedang)
b3 = 15 - 90% (banyak)
b4 = > 90% (sangat banyak)
Batuan singkapan adalah batuan terungkap diatas permukaan tanah yang
merupakan bagian dari batuan besar yang terbenam didalam tanah. (Arsyad,1989)
mengelompokkan penyebaran batuan singkapan sebagai berikut :
b0 = < 2% (tidak ada)
b1 = 2 - 10% (sedikit)
b2 = 10 - 50% (sedang)
b3 = 50 - 90% (banyak)
b4 = > 90% (sangat banyak)
Sifat Kimia Tanah 1. Kemasaman Tanah
Nilai pH tanah sesungguhnya dipengaruhi oleh sifat dan ciri tanah yang kompleks
sekali. Namun, yang menonjol antara lain : kejenuhan basa, sifat misel (koloid) dan
Kisaran pH tanah dapat dibatasi pada dua ekstrim. Kisaran pH tanah mineral
biasanya terdapat antara pH 3,5 – 10 atau lebih. Untuk tanah gambut pH tanah dapat
kurang dari 3, sebaliknya tanah alkalis bisa menunjukan pH lebih dari 11. Kemasaman
tanah yang sangat rendah dapat ditingkatkan dengan menebarkan kapur pertanian,
sedangkan pH yang terlalu tinggi dapat diturunkan dengan penambahan
sulfur. Sebelum pengapuran, pH tanah harus diketahui terlebih dahulu (Novizan,
2002).
Pengaruh pH tanah yang utama bersifat hayati. Dimana pengaruh pH umumnya
terbesar pada pertumbuhan tanaman adalah pengaruh pH terhadap persediaan hara.
Persediaan atau kelarutan beberapa hara tanaman berkurang dengan peningkatan pH
tanah (Foth, 1998)
Kemasaman tanah (pH) dapat dikelompokkan sebagai berikut :
pH < 4,5 (sangat masam) pH 6,6 - 7,5 (netral)
pH 4,5 - 5,5 (masam) pH 7,6 - 8,5 (agak alkalis)
pH 5,6 - 6,5 (agak masam) pH >8,5 (alkalis)
(Arsyad,1989)
2. C - Organik
Sisa tanaman atau binatang mula-mula tetap berada di atas (disebut horison O)
atau didalam tanah. Setelah sisa-sisa organisme ini tercampur dengan bagian mineral
tanah akibat kegiatan organisme hidup, maka awal dari pembentukan horison-horison
tanah terjadi. Tanah lapisan atas ini menjadi berwarna lebih gelap dan terbentuk
struktur tanah yang lebih stabil sebagai pengaruh dari bahan organik tersebut
Bahan organik memainkan banyak peran penting dalam tanah. Karena bahan
organik tanah berasal dari sisa – sisa tumbuhan, bahan organik tanah pada mulanya
mengandung semua hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Oleh karena
itu, bila persediaan hara tanaman meningkat yang dapat digunakan dalam
tanah meningkat, akumulasi bahan organik tanah juga meningkat (Tan, 1998).
Bahan organik umumnya ditemukan di permukaan tanah. Jumlahnya tidak besar
hanya sekitar 3 – 5%, tetapi pengaruhnya terhadap sifat – sifat tanah besar sekali. Adapun
pengaruh bahan organik terhadap sifat tanah dan akibatnya juga terhadap pertumbuhan
tanaman adalah :
- Sebagai granulator yaitu memperbaiki struktur tanah
- Sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro lainnya
- Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur – unsur hara (kapasitas tukar
kation menjadi tinggi)
- Sumber energi bagi mikroorganisme
- Menambah kemampuan tanah
(Hardjowigeno, 1995).
4. Kapasitas Tukar Kation
Kapasitas tukar kation tanah didefinisikan sebagai kapasitas tanah untuk
menyerap dan mempertukarkan kation. KTK biasanya dinyatakan dalam milliekivalen
per 100 gram. Kation-kation yang berbeda dapat mempunyai kemampuan yang berbeda
untuk menukar kation yang dijerap (Tan, 1998).
Kapasitas tukar kation merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya
unsur hara lebih baik daripada tanah dengan KTK rendah. Karena unsur-unsur hara
tersebut tidak mudah hilang tercuci oleh air (Hardjowigeno, 1995).
Biasanya KTK tanah dipengaruhi oleh sifat dan ciri tanah itu sendiri, antara lain :
reaksi tanah atau pH tanah, tekstur atau jumlah liat, jumlah mineral liat, bahan organik,
pengapuran dan pemupukkan (Hakim, dkk, 1986).
5. Kejenuhan Basa
Kejenuhan basa (KB) merupakan suatu sifat yang berhubungan dengan KTK. Ia
didefinisikan sebagai berikut :
KB = (Basa–basa yang dapat dipertukarkan) KTK
x 100 %
Kejenuhan basa (KB) sering dianggap sebagai petunjuk tingkat kesuburan tanah.
Kemudahan pelepasan kation terjerap untuk tanaman tergantung pada tingkat kejenuhan
basa. Pengapuran merupakan cara yang umum untuk meningkatkan kejenuhan
basa (Tan, 1998).
Kejenuhan basa sering dianggap sebagai petunjuk tingkat kesuburan tanah,
kemudahan pelepasan kation terjerap untuk tanaman tergantung pada tingkat kejenuhan
basa. Suatu tanah dianggap sangat subur jika kejenuhan basanya > 80%, kesuburan
sedang jika kejenuhan basanya antara 50-80 %, dan tidak subur jika kejenuhan basanya
< 50%. Suatu tanah dengan kejenuhan basa sebesar 80% akan melepaskan basa-basa
yang dapat dipertukarkan lebih mudah dari pada tanah dengan kejenuhan basa 50%.
Pengapuran merupakan cara yang umum untuk meningkatkan persen kejenuhan basa
Syarat Tumbuh Tanaman Duku
Tanaman duku berasal dari kawasan barat Asia Timur, mulai dari Thailand hingga
Kalimantan. Tanaman duku ini kini sudah menyebar ke Vietnam, Burma, Hawai,
Srilangka, Australia, Suriname dan Puerto Rico. Syarat-syarat yang dikehendaki untuk
tanaman duku mengenai suhu dan kelembaban dapat dipenuhi di Indonesia, yaitu
ketinggian sampai 600 m dpl dan curah hujan 1500-2500 mm/tahun. Tanaman ini lebih
senang ditanam di tempat yang terlindung. Oleh karena itu, tanaman ini biasanya ditanam
di pekarangan atau tegalan bersama tanaman tahunan lainnya seperti durian dan jengkol
(Sunarjono, 2000).
Duku tumbuh berkembang dan berproduksi dengan sangat baik pada ketinggian
tempat < 300 m dpl pada kondisi tanah dengan tekstur halus sampai agak halus (liat, liat
berdebu, liat berpasir, lempung liat berdebu, lempung liat berpasir, lempung berliat)
kedalaman efektif tanah > 100 cm, drainase tanah cukup baik, tidak terdapat bahan-bahan
kasar (kerikil, batuan) pada lapisan tanah > 15 %, kondisi curah hujan sekitar 2500
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Bahbalua daerah Pnampean Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggian tempat + 195 m dpl pada titik
koordinat 03012’30.5’’LU-03012’31.7’’LU dan 98032’40.5’’BT-98032’04.2’’BT dan
analisis tanah dilakukan di laboratorium Sentral Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara, Medan. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Januari 2010 sampai dengan
selesai.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Peta Jenis Tanah, Peta
Kemiringan Lereng, Peta Iklim, Sampel tanah yang diambil dengan bor berdasarkan
satuan peta tanah (SPT) serta bahan kimia untuk menganalisa tanah di laboratorium.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS, klinometer, bor tanah,
kertas label, kantong plastik, karet gelang, karung goni dan alat tulis serta sejumlah alat
untuk analisis kimia di laboratorium.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pencocokan (Matching)
antara Land requirement (kebutuhan lahan oleh tanaman ) dengan Land Characteristic
Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap kegiatan yaitu tahap persiapan, tahap
pelaksanaan dilapangan dan tahap analisis di laboratorium.
Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah telaah pustaka, konsultasi dengan
dosen pembimbing, penyusunan usulan penelitian, pembuatan peta jenis tanah,
pembuatan peta kemiringan lereng, pembuatan peta SPT, pembuatan peta iklim,
penyediaan bahan dan peralatan yang digunakan di lapangan dan mengadakan survei
pendahuluan untuk mempersiapkan survei utama yang meliputi pencarian informasi yang
sesungguhnya memperinci segala sesuatu yang berhubungan dengan segi administrasi
data tersebut.
Pelaksanaan dilapangan
Adapun tahap pelaksanaan di lapangan adalah :
a. Disediakan dahulu peta jenis tanah, peta kemiringan lereng, dan peta SPT
(Satuan Peta Tanah), sebelum mengambil sampel tanah.
b. Sampel tanah diambil 3 titik mewakili 1 SPT dilakukan secara acak
c. Pengambilan sampel tanah secara komposit dengan menggunakan bor pada
kedalaman 0-20 cm dan 20-40 cm.
d. Sampel tanah keseluruhan dikomposit sehingga 1 SPT menjadi 1 sampel tanah
e. Melakukan penentuan data-data pendukung seperti :
1. Temperatur
Rata-rata temperatur tahunan dalam 10 tahun (0C)
2. Ketersediaan Air
Curah hujan per tahun yaitu besar CH dalam 10 tahun (mm).
3. Bahaya Erosi
Lereng (%) diukur dengan menggunakan klinometer
4. Kedalaman Efektif
Diukur sejauh mana akar dapat menembus tanah
5. Ketersediaan Udara
Drainase tanah artinya tanah yang diamati dilapangan tidak
terdapat bercak karatan, dan tanah yang cukup basah sampai basah
sampai di permukaan.
6. Batuan Permukaan (%) artinya batuan yang tersebar diatas permukaan
tanah, berdiameter > 25 cm berbentuk bulat dan gepeng.
7. Batuan Singkapan (%), artinya batuan yang terungkap diatas permukaan
tanah yang merupakan bagian dari batuan besar yang terbenam didalam
tanah.
8. Bahan Kasar (%), artinya persentasi kerikil atau batuan yang terdapat di
dalam tanah, yang dibedakan menjadi :
- sedikit = 15 % - banyak = 35-60 %
f. Analisis sampel tanah di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
g. Pengolahan data berdasarkan kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman duku
(Lansium domesticum Corr)
Analisis Laboratorium
Sampel yang berasal dari lapangan kemudian dianalisis di laboratorium yang
meliputi sifat fisik dan kimia tanah antara lain :
1. Sifat Fisik
Tekstur dengan metode hidrometer.
2. Sifat Kimia Tanah
pH H2O dengan metode elektrometri
Kapasitas Tukar Kation dengan metode ekstraksi 1 N NH4OAc pH 7 C-Organik dengan metode Walkley and Black
K-tukar dengan metode 1 N NH4OAc pH 7 Ca-tukar dengan metode 1 N NH4OAc pH 7 Mg-tukar dengan metode 1 N NH4OAc pH 7 Na- tukar dengan metode 1 N NH4OAc pH 7
Analisa Kesesuaian Lahan
Kesesuaian lahan untuk tanaman duku (Lansium domesticum Corr) dievaluasi
dengan membandingkan karakteristik lahan dan persyaratan tumbuh tanaman. Metode ini
1. Ordo : menunjukkan apakah suatu lahan sesuai atau tidak sesuai untuk
penggunaan tertentu. Dalam hal ini lahan dibedakan atas 2 ordo :
Ordo S : sesuai digunakan untuk penggunaan tertentu dalam jangka
waktu yang tidak terbatas.
Ordo N : tidak sesuai digunakan untuk penggunaan tertentu.
2. Kelas : menunjukkan tingkat kesesuaian dari masing-masing ordo. Ada 3
kelas dari ordo tanah yang sesuai dan 2 kelas untuk ordo yang tidak sesuai.
S1 : sangat sesuai (very suitable), satuan lahan dengan tidak ada atau
hanya beberapa pembatas ringan
S2 : cukup sesuai (moderately suitable), satuan dengan mempunyai
pembatas agak besar
S3 : sesuai marginal (marginally suitable), satuan lahan mempunyai
pembatas yang besar
N1 : tidak sesuai pada saat ini (currently not suitable), satuan lahan
yang mempunyai pembatas yang lebih besar, tetapi masih mungkin
diperbaiki dengan tingkat pengelolaan yang tinggi.
N2 : tidak sesuai untuk selamanya (permanently not suitable), satuan
lahan mempunyai pembatas permanent yang sangat berat sehingga
mencegah segala kemungkinan penggunaan lahan yang lestari dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Data Iklim yang digunakan untuk curah hujan dan untuk suhu udara (temperatur)
rata-rata selama 10 tahun yaitu dari tahun 1998-2007.
Tabel 1. Data curah hujan & suhu udara pada daerah penelitian 1998-2007 Tahun Curah Hujan (mm/thn) Suhu Udara (0 C)
1998 1153 27.07
1999 1313 26.4
2000 1163 26.64
2001 2129 27.03
2002 1287 26.69
2003 898 26.83
2004 1278 26.36
2005 1154 27.02
2006 1824 26.89
2007 1441 26.91
Rataan 1364 26.78
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Sampali
Penentuan SPT
Penentuan SPT dilakukan dengan cara pengamatan dilapangan, berupa :
Kemiringan lereng, tekstur, pH, kedalaman efektif, drainase, batuan permukaan dan
batuan singkapan. Diperoleh hasil sebanyak 3 SPT di daerah penelitian, Untuk SPT 4
tidak diamati karena memiliki kemiringan lereng > 45% , peka terhadap erosi dan tidak
Tabel 2 : Hasil Pengamatan Lapangan dan Analisa Laboratorium SPT 1, SPT 2 dan SPT 3
NO Parameter Data SPT 1 Data SPT 2 Data SPT 3
1 Kemiringan Lereng (%) 0-8 8-16 16-30
2 Tekstur Lempung Liat Liat
3 pH 5.72 5.22 4.95
4 Kedalaman efektif 53 cm 58 cm 59 cm
5 Drainase baik baik agak
terhambat
6 Batuan Permukaan 0 0 0
7 Batuan Singkapan 0 0 0
8 Bahan Kasar < 15 % < 15 % < 15 %
9 Bahaya erosi sangat rendah sangat rendah sedang
10 Kapasitas Tukar Kation (KTK)
8.87 10.75 8.73
11 Kejenuhan Basa 20.74 14.05 17.41
12 C-Organik 1.44 1.25 1.44
Evaluasi Kesesuaian Lahan
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan analisa sifat-sifat tanah di
laboratorium maka kelas kesesuaian lahan untuk tanaman duku pada SPT 1 ditampilkan
Tabel 3. Kelas Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Duku pada SPT 1 Karakteristik Lahan Simbol Data Standar
Kesesuaian
- Kedalaman Tanah (cm)
rc
Kelas Kesesuaian Lahan Aktual S3-wa, rc (curah hujan, media perakaran)
Kelas Kesesuaian Lahan Potensial S3-wa, rc (curah hujan, media perakaran)
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan analisa sifat-sifat tanah di
laboratorium maka kelas kesesuaian lahan untuk tanaman duku pada SPT 2 ditampilkan
Tabel 4. Kelas Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Duku pada SPT 2
Karakteristik Lahan Simbol Data Standar Kesesuaian
- Kedalaman Tanah (cm)
rc
- Singkapan batuan (%)
lp 0
Kelas Kesesuaian Lahan Aktual S3-wa, rc, nr (curah hujan, media perakaran, retensi hara)
Kelas Kesesuaian Lahan Potensial S3-wa, rc (curah hujan, media perakaran)
Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan analisa sifat-sifat tanah di
laboratorium maka kelas kesesuaian lahan untuk tanaman duku pada SPT 3 ditampilkan
Tabel 5. Kelas Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Duku pada SPT 3
Karakteristik Lahan Simbol Data Standar Kesesuaian
- Kedalaman Tanah (cm)
rc
- Singkapan batuan (%)
lp 0
Kelas Kesesuaian Lahan Aktual S3-wa, rc, nr, rc (curah hujan, media perakaran, retensi hara, bahaya erosi)
Kualitas dan Karakteristik Lahan Temperatur
Pada wilayah penelitian diperoleh rata-rata temperatur tahunan 26.78 Data ini
diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika Sampali Medan. Yang diperoleh selama
10 tahun mulai dari tahun 1998-2007. Nilai tersebut pada kelas kesesuaian lahan adalah
S1
Ketersediaan Air
Pada daerah penelitian diperoleh curah hujan pertahun adalah sebesar 1364 mm/thn.
Data ini diperoleh dari BMG Sampali, Medan yang diperoleh selama 10 tahun, mulai dari
tahun 1998-2007. Nilai tersebut pada kesesuaian lahan masuk ke dalam kelas S3
Untuk faktor pembatas ketersediaan air sub kelas curah hujan yang berada pada
kelas S3. Curah hujan merupakan faktor pembatas bagi tanaman duku dan tidak dapat
dilakukan tindakan perbaikan sehingga kesesuaian lahan aktual dan potensial tetap berada
pada kelas S3.
Ketersediaan Oksigen
Untuk SPT 1 dan SPT 2 pada pengamatan di lapangan tidak terdapat
bercak-bercak dan karatan sampai pada kedalaman 58 cm. Ini menunjukkan SPT 1 dan SPT
2 mempunyai drainase yang baik termasuk ke dalam kelas kesesuaian lahan aktual S1,
sehingga tidak perlu lagi dilakukan upaya perbaikan. Sedangkan untuk SPT 3, pada
pengamatan dilapangan dijumpai bercak-bercak dan karatan yang sedikit pada
kedalaman 59 cm. Hal ini menunjukkan SPT 3 memiliki drainase agak terhambat,
termasuk ke dalam kesesuaian lahan aktual S2. Hal ini disebabkan karena SPT 3
Untuk faktor pembatas ketersediaan oksigen pada SPT 3 subkelas drainase tanah
mempunyai kelas kesesuaian lahan aktual S2, hal ini dapat dilakukan upaya perbaikan
seperti pembuatan saluran drainase yang dilakukan oleh masyarakat akan dapat
meningkatkan kelas kesesuaian lahan potensial menjadi S1.
Tekstur tanah pada SPT 1 diperoleh tekstur lempung sedangkan pada SPT 2 dan
SPT 3 diperoleh tekstur liat dengan metode hidrometer. Pada kelas kesesuaian lahan
untuk tanaman duku SPT 1, SPT 2 dan SPT 3 termasuk ke dalam kelas kesesuaian lahan
aktual S1, sehingga tidak perlu lagi dilakukan upaya perbaikan.
Untuk kedalaman efektif pada SPT 1, SPT 2 dan SPT 3 mempunyai kelas
kesesuaian lahan aktual S3. Karena sampai pada kedalaman 30 cm bor tidak bisa tembus.
Untuk faktor pembatas kedalaman efektif pada SPT 1, SPT 2 dan SPT 3
mempunyai kelas kesesuaian lahan aktual S3, hal ini tidak dapat dilakukan upaya
perbaikan sehingga tetap berada pada kelas kesesuaian lahan potensial S3.
Retensi Hara
Pada SPT 1 dan SPT 3 pH tanah yang diukur adalah pH H2O dengan nilai
masing-masing SPT adalah SPT 1 = 5.72 dan SPT 3 = 5.22 SPT tersebut termasuk ke
dalam kelas kesesuaian lahan aktual S1 dengan interval 4.5-5, sedangkan besarnya pH
tanah pada SPT 2 bernilai 4.95, sehingga termasuk ke dalam kelas kesesuaian lahan
aktual S2.
Untuk faktor pembatas retensi hara pada SPT 2 sub kelas pH tanah mempunyai
melakukan pemberian kapur ke tanah yang dilakukan oleh masyarakat akan dapat
meningkatkan kelas kesesuaian lahan potensial menjadi S1.
Nilai C-Organik dengan metode Walkley and Black adalah SPT 1 = 1.44;
SPT 2 = 1.44 dan SPT 3 =1.25 ketiga SPT tersebut termasuk ke dalam kelas kesesuaian
lahan aktual S1 dengan nilai > 1.2, sehingga tidak perlu lagi dilakukan upaya perbaikan.
Pada SPT 1, SPT 2 dan SPT 3 diperoleh besarnya KTK masing-masing 8.87; 8.73
dan 10.75 tergolong ke dalam kelas kesesuaian lahan aktual S2.
Untuk faktor pembatas retensi hara pada SPT 1, SPT 2 dan SPT 3 sub kelas KTK
tanah mempunyai kelas kesesuaian lahan aktual S2, hal ini dapat dilakukan upaya
perbaikan seperti penambahan bahan organik ke dalam tanah oleh masyarakat setempat
sehingga dapat ditingkatkan menjadi kelas kesesuaian lahan potensial S1.
Nilai Kejenuhan Basa pada SPT 1 diperoleh sebesar 20.74 termasuk ke dalam kelas
kesesuaian lahan aktual S2, sedangkan besarnya kandungan kejenuhan basa pada SPT 2
dan SPT 3 adalah 14.05 dan 17.41 sehingga termasuk kedalam kelas kesesuaian lahan
aktual S3.
Untuk kelas kesesuian lahan aktual dengan faktor pembatas retensi hara sub kelas
kejenuhan basa berada pada kelas S2, dapat meningkatkan kelas kesesuaian lahan
potensial menjadi S1 dengan cara pengapuran, begitu juga dengan SPT 2 dan SPT 3 sub
kelas kesesuaian lahan aktual S3 dapat juga ditingkatkan kesesuaian lahan potensial
Lereng
Lereng untuk SPT 1 masuk ke dalam kelas kesesuaian lahan aktual S1, bentuk
wilayah topografi tergolong datar. SPT 2 masuk ke dalam kelas kesesuaian lahan aktual
S3 bentuk wilayah topografi tergolong landai dan SPT 3 masuk ke dalam kelas
kesesuaian lahan aktual S2, bentuk wilayah topografi tergolong bergelombang.
Untuk faktor pembatas bahaya erosi sub kelas lereng pada SPT 2 termasuk ke
dalam kelas kesesuaian lahan aktual S3, hal ini dapat dilakukan upaya perbaikan seperti
dengan cara pembuatan terras yang bertujuan mengurangi panjang lereng, mengurangi
kecepatan aliran permukaan, menambah laju infiltrasi dan dapat mengurangi bahaya
erosi, sehingga dapat ditingkatkan menjadi kelas kesesuaian lahan potensial S2. Tapi
dengan pengelolaan yang tinggi serta memakan biaya dan jangka waktu yang lama sub
kelas lereng ini masih dapat ditingkatkan menjadi tingkat kesesuaian lahan potensial S1,
begitu juga halnya dengan SPT 3 yang termasuk ke dalam kelas kesesuaian lahan aktual
S2 dapat dilakukan upaya perbaikan yang sama dengan SPT 2 sehingga dapat
ditingkatkan menjadi kelas kesesuaian lahan potensial S1.
Untuk batuan singkapan dan batuan permukaan untuk semua SPT bernilai 0, yang
termasuk ke dalam kelas kesesuaian lahan S1, sehingga tidak perlu dilakukan upaya
perbaikan. Adapun cara untuk mencari batuan permukaan ialah dengan melihat
persentase batuan yang tersebar lepas di atas permukaan tanah, sedangkan untuk mencari
batuan singkapan ialah dengan melihat persentase batuan yang terungkap di atas
permukaan tanah yang merupakan bagian dari batuan besar yang terbenam di dalam
Pembahasan
Hasil evaluasi kesesuaian lahan pada setiap Satuan Peta Tanah di desa Bahbalua
kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli Serdang untuk tanaman Duku (Lansium
domesticum Corr) menurut Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor akan disajikan
pada tabel 6 berikut ini :
Tabel 6. Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial pada SPT 1, SPT 2, SPT 3 No SPT Kesesuaian Lahan Aktual Kesesuaian Lahan Potensial
1 1 S3-wa, rc (curah hujan, media perakaran)
S3-wa, rc (curah hujan, media perakaran)
2 2 S3-wa, rc, nr (curah hujan, media perakaran, retensi hara)
S3-wa, rc (curah hujan, media perakaran)
3 3 S3-wa, rc, nr, eh (curah hujan, media perakaran, retensi hara, lereng)
S3-wa, rc (curah hujan, media perakaran)
Dari tabel diatas diperoleh bahwa pada SPT 1 kelas kesesuaian lahan aktual
adalah S3-wa, rc dengan faktor pembatas curah hujan pada ketersediaan air dan faktor
pembatas kedalaman tanah pada media perakaran, pada SPT 2 diperoleh kelas kesesuaian
lahan aktual adalah S3-wa, rc, nr dengan faktor pembatas curah hujan pada ketersediaan
air, faktor pembatas kedalaman tanah pada media perakaran dan faktor kejenuhan basa
pada retensi hara, pada SPT 3 diperoleh kelas kesesuaian lahan aktual adalah S3-wa, rc,
nr, eh dengan faktor pembatas curah hujan pada ketersediaan air, faktor pembatas
kedalaman tanah pada media perakaran dan faktor kejenuhan basa pada retensi hara, dan
faktor pembatas lereng pada bahaya erosi.
Untuk faktor pembatas curah hujan dan kedalaman tanah tidak dapat dilakukan
upaya perbaikan, faktor pembatas kejenuhan basa dapat dilakukan upaya perbaikan
dengan cara pengapuran. Hal ini sesuai dengan literatur yaitu pengapuran merupakan
potensial untuk faktor pembatas kejenuhan basa (SPT 2 dan SPT 3) dapat ditingkatkan
menjadi kelas S2. Faktor pembatas lereng dapat dilakukan dengan pembuatan teras
dengan tujuan untuk mengurangi terjadinya erosi. Hal ini sesuai dengan literatur
Kartasapoetra (1991) salah satu upaya untuk mengurangi tingkat bahaya erosi pada
kemiringan lahan dengan cara pembuatan teras.
Dari tabel diatas diperoleh kelas kesesuaian lahan potensial pada SPT 1, SPT 2
dan SPT 3 adalah S3-wa, rc dengan faktor pembatas curah hujan pada ketersediaan air dan
faktor pembatas kedalaman tanah pada media perakaran.
Untuk faktor pembatas curah hujan dan kedalaman tanah tidak dapat dilakukan
upaya perbaikan, sehingga kesesuaian lahan potensial untuk SPT 1, SPT 2 dan SPT 3
tetap berada pada kelas S3-wa, rc. Hal ini sesuai dengan literatur Sitorus (1985) duku
tumbuh berkembang dan berproduksi dengan sangat baik pada kedalaman efektif tanah >
KESIMPULAN
1. Tanaman Duku (Lansium domesticum Corr) tidak berpotensi lagi di desa
Bahbalua, sehingga masyarakat dianjurkan untuk menanam tanaman yang lain.
2. Tanaman Duku (Lansium domesticum Corr) di desa Bahbalua tidak cocok
ditanam pada kondisi curah hujan 1364 mm/thn dan kedalaman efektif < 60
cm.
SARAN
Pembudidayaan tanaman Duku (Lansium domesticum Corr) perlu disesuaikan
dengan kegiatan usaha tani di desa Bahbalua Kecamatan Bangun Purba Kabupaten Deli
Serdang.
Lampiran 1 : Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Duku (Lansium domesticum Corr)
Persyaratan penggunaan/ Karakeristik lahan
Drainase baik,sedang agak terhambat terhambat,
agak cepat