• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Kesesuaian Lahan pada Tanah Inseptisol di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang untuk Tanaman Duku (Lansium domesticum Corr.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Evaluasi Kesesuaian Lahan pada Tanah Inseptisol di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang untuk Tanaman Duku (Lansium domesticum Corr.)"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PADA TANAH INSEPTISOL DI DESA RUMAH PILPIL KECAMATAN SIBOLANGIT KABUPATEN DELI SERDANG UNTUK TANAMAN DUKU (Lansium domesticum Corr.)

SKRIPSI

OLEH :

RISTANI PARDOSI 030303046 ILMU TANAH

DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PADA TANAH INSEPTISOL DI DESA RUMAH PILPIL KECAMATAN SIBOLANGIT KABUPATEN DELI SERDANG UNTUK TANAMAN DUKU (Lansium domesticum Corr.)

SKRIPSI

OLEH : RISTANI PARDOSI

030303046 ILMU TANAH

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara Medan

DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Skripsi : Evaluasi Kesesuaian Lahan pada Tanah Inseptisol di Desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang untuk Tanaman Duku

(Lansium domesticum Corr.) Nama : Ristani Pardosi

NIM : 030303046

Departemen : Ilmu Tanah Program Studi : Ilmu Tanah

Disetujui oleh :

(Dr. Ir. Masri Sitanggang, MP) (Kemala Sari Lubis, SP, MP)

Pembimbing I Pembimbing II

Mengetahui

(4)

Judul Skripsi : Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Duku (Lansium domesticum Corr.) pada Tanah Inseptisol di Desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang

Nama : Ristani Pardosi

NIM : 030303046

Departemen : Ilmu Tanah Program Studi : Ilmu Tanah

Disetujui oleh :

(Dr. Ir. Masri Sitanggang, MP) (Kemala Sari Lubis, SP, MP)

Pembimbing I Pembimbing II

Mengetahui

(5)

ABSTRACT

(6)

ABSTRAK

(7)

RIWAYAT HIDUP

Ristani Pardosi, lahir di Parsoburan pada tanggal 07 Juni 1984. Anak dari ayahanda S. Pardosi dan ibunda R. Sitorus. Penulis merupakan putri ke-4 dari empat bersaudara.

Tahun 1997 penulis lulus dari SD Negeri 2 Parsoburan, tahun 2000 penulis lulus dari SLTP Negeri 1 Parsoburan, tahun 2003 penulis lulus dari SMU RK Bintang Timur Pematang Siantar dan masuk di Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB. Penulis memilih program studi Klasifikasi Tanah dan Evaluasi Lahan di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini tepat pada waktunya.

Adapun judul dari penelitian ini adalah Evaluasi Kesesuaian Lahan pada Tanah Inseptisol di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang untuk Tanaman Duku (Lansium domesticum Corr.) yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. Ir. Masri Sitanggang, MP dan Kemala Sari Lubis, SP, MP selaku dosen pembimbing yang telah banyak membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan penelitian ini.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih.

(9)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR...iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Tanah Inseptisol ... 4

Survei Tanah ... 5

Evaluasi Kesesuaian Lahan ... 6

Karakteristik Lahan Untuk Evaluasi Kesesuaian ... 13

Sifat Fisik Tanah ... 13

Sifat Kimia Tanah ... 16

Syarat Tumbuh Tanaman Duku (Lansium domesticum Corr.) ... 23

KEADAAN UMUM WILAYAH Lokasi Penelitian ... 27

Fisiografi... 27 Iklim ... 27

Geologi dan Hidrologi ... 28

(10)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian ...29

Bahan dan Alat ...29

Metode Penelitian ...29

Pelaksanaan Penelitian...30

Analisis Kesesuaian Lahan ...31

Parameter yang Diamati ... 32

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian ... 35

Pembahasan ... 42

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 44

Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal

Tabel 1. Tabel 2. Tabel 3.

Tabel 4.

Tabel 5.

Tabel 6.

Tabel 7.

Tabel 8.

Kelas bahaya erosi Kelas bahaya banjir

Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman duku (Lansium domesticum Corr.)

Rata-rata Curah Hujan Tahunan di Desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang.

Data Analisis Lapangan Desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang. Data Analisis Laboratorium Desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Kelas Kesesuaian Lahan untuk Unit Lahan Berbukit (SPT1)

Kelas Kesesuaian Lahan untuk Unit Lahan Landai (SPT2)

13 13 26

35

37

38

41

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Data Suhu Udara di Desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang

Data Curah Hujan di Desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang

Data Analisis Lapangan Desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Data Analisis Laboratorium Desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang

Kriteria Hara Tanah Mineral Berdasarkan Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor (1994)

Deskripsi profil tanah pada unit lahan berbukit (13%) SPT1 di Desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang

Deskripsi profil tanah pada unit lahan landai (KL 5%) SPT2 di Desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang

Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman duku (Lansium domesticum Coor.)

Hasil Analisis Laboratorium Gambar Profil SPT1

Gambar Profil SPT2

Peta Lokasi Penelitian Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang

Peta Model Elevasi Digital Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang

Peta Satuan Lahan dan Tanah Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang

(13)

ABSTRACT

(14)

ABSTRAK

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang penting bagi manusia. Tanah tempat kita hidup merupakan tubuh alam yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuh-tumbuhan untuk pertumbuhannya. Tanah yang subur adalah tanah yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal melalui penyediaan unsur hara dalam keadaan seimbang didukung dengan sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Arti penting tanah ini kadang-kadang diabaikan oleh manusia sehingga tanah tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya. Akibatnya tanah menjadi gersang dan dapat menimbulkan berbagai bencana sehingga tanah tidak lagi menjadi subur bagi segala kehidupan.

Dalam usaha pertanian para petani harus sadar bahwa pelaksanaan pertanaman terus-menerus tanpa memperhatikan pemeliharaan tanah secara seimbang dapat menimbulkan resiko kerusakan-kerusakan pada tanah yang besar. Menyebabkan tanah tidak mampu lagi memberi jaminan hidup bagi segala tanaman yang tumbuh di atasnya.

(16)

diketahui. Produktifitas pertumbuhan yang optimal dicapai dengan cara pendekatan kerja yang memadai dan penempatan pola penggunaan lahan yang sesuai dengan tingkat kesesuaian lahan suatu daerah. Untuk mencakup kebijaksanaan ini inventaris sumber daya alam termasuk lahan serta penilaian faktor fisik lahan sangat perlu diketahui dan diperhatikan.

Meningkatnya kebutuhan akan pangan dan persaingan dalam penggunaan lahan baik untuk keperluan produksi pertumbuhan maupun keperluan lainnya, dibutuhkan pemikiran yang seksama dalam pengambilan keputusan untuk perencanaan dalam rangka penataan kembali penggunaan lahan.

Evaluasi lahan merupakan proses pendugaan potensi lahan untuk bermacam-macam alternatif penggunaan lahan. Evaluasi lahan ini merupakan cara yang biasa digunakan dalam proyek perencanaan. Kegunaan dari evaluasi ini sangat fleksibel tergantung pada keperluan kondisi wilayah yang hendak dievaluasi.

Beberapa tahun terakhir ini permintaan terhadap buah duku semakin meningkat sementara ketersediaannya di pasar semakin langka. Hal ini diduga karena kondisi lahan tanaman duku mengalami penurunan kualitas tanah di daerah penanaman.

(17)

(Lansium domesticum Corr.). Melalui penelitian ini diharapkan faktor-faktor penghambat untuk tanaman duku dapat diatasi.

Tujuan Penelitian

- Untuk mengetahui kelas kesesuaian lahan di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang untuk tanaman duku (Lansium domesticum Corr.).

Kegunaan Penelitian

- Sebagai bahan informasi mengenai kesesuaian lahan di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang untuk tanaman duku (Lansium domesticum

Corr.).

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanah Inseptisol

Inseptisol (‘ept’ = inception atau awal), merupakan tanah di wilayah humida yang mempunyai horison teralterasi, tetapi tidak menunjukkan adanya iluviasi, eluviasi, dan pelapukan yang ekstrim. Kurang lebih tanah yang ekuivalen adalah tanah brown-forest, gley humik, dan glei-humik rendah (Sutanto, 2005).

Beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan inseptisol adalah :

 Bahan induk yang sangat resisten.

Posisi dalam landscape yang ekstrim yaitu daerah curam atau lembah.

 Permukaan geomorfologi yang muda, sehingga pembentukan tanah belum lanjut.

Penggunaan inseptisol untuk pertanian atau non pertanian adalah beraneka ragam. Daerah-daerah berlereng curam untuk hutan, rekreasi atau wildlife, yang berdraenase buruk hanya untuk tanaman pertanian setelah draenase diperbaiki. Inseptisol yang bermasalah adalah Sulfaquept, yang mengandung horison Sulfurik (cat clay) yang sangat masam.

(19)

Pada lanscape tertentu, Inseptisol akan lebih produktif daripada satuan tanah dari ordo-ordo yang lain. Sebagai contoh, satuan tanah yang tebal akan horison Argilik yang tidak tembus mungkin tidak lebih produktif, yang digolongkan sebagai tanah berpasir, seperti contoh Entisol (Buol, et all, 1980).

Dalam sistem USDA 7th Approaximately tanah yang berasal dari abu vulkanik diklasifikasikan ke dalam ordo Inseptisol, sub ordo Andepts dan great group Andaquepts. Andepts dicirikan sebagai tanah yang mengandung bahan asal

abu vulkanik 60% lebih di dalam. Fraksi debu, pasir dan kerikil, atau berat jenis fraksi halus tanah < 0,85 per cc dan kompleks penukaran diduduki bahan amorf. Andepts terbagi atas great group sebagai berikut : Cryandepts (suhu tanah rata-rata < 8,30C dan suhu musim panas < 150C), Durandepts (duripan < 1m), Hydrandepts (lempung yang mengalami hidratasi tak pulih), Eutrandepts (kejenuhan basa tinggi), Dystrandepts (kejenuhan basa rendah) dan Vintrandepts (Darmawijaya, 1990).

Survei Tanah

(20)

Survei tanah juga merupakan pekerjaan pengumpulan data fisika, kimia dan biologi tanah di lapangan maupun data analisis dari laboratorium, dengan tujuan pendugaan penggunaan lahan umum maupun khusus. Penggunaan dari survei tanah dapat dikelompokkan dalam lima jenis yaitu :

1. Produksi tanaman pada suatu jenis tanah tertentu, rekomendasi pengapuran dan sebagainya.

2. Penafsiran lahan untuk kegunaan perpajakan, pengajuan proyek dengan pinjam dan jual beli usaha tani.

3. Pengelolaan penggunaan lahan. 4. Perencanaan penelitian tanah.

5. Pendidikan umum yang menyangkut sumber daya alam (Abdullah, 1993). Penelitian tanah pada umumnya dimulai dengan pengamatan tanah di lapangan. Profil tanah terdiri dari beberapa horison tanah yang kurang lebih sejajar dengan permukaan tanah dan dibedakan satu sama lain atas dasar warna, struktur, tekstur, konsistensi, sifat-sifat kimia, susunan mineral dan lain-lain (Hardjowigeno, 1995).

Evaluasi Kesesuaian Lahan

(21)

Evaluasi lahan adalah proses penilaian penampilan atau keragaman (performance) lahan jika dipergunakan untuk tanaman tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei dan studi bentuk lahan, tanah, vegetasi, iklim, dan aspek lahan lainnya agar dapat mengidentifikasikan dan membuat perbandingan penggunaan lahan yang mungkin dikembangkan (Arsyad, 1989).

Adapun tujuan dari evaluasi lahan adalah untuk mengetahui potensi atau nilai dari suatu areal untuk penggunaan tertentu. Evaluasi tidak terbatas hanya pada penilaian karakteristik lingkungan, tetapi juga dapat mencakup analisa-analisa ekonomi, konsekuensi sosial dan dampak lingkungannya. Oleh karena itu Sitorus (1985) berpendapat proyek evaluasi lahan harus mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengelolaan lahan sekarang dan apa yang akan terjadi jika pengelolaan lahan yang sekarang tetap atau tidak berubah.

2. Perbaikan-perbaikan apa yang mungkin dilakukan dalam tindakan kerangka pengelolan sekarang.

3. Apa jenis penggunaan lahan lainnya yang secara fisik memungkinkan dan relevan atau sesuai baik secara ekonomis maupun sosial.

4. Penggunaan yang bagaimana yang memungkinkan produksi yang lestari atau keuntungan-keuntungan lainnya.

5. Apa pengaruh buruk yang mungkin timbul dari masing-masing penggunaan baik secara fisik, ekonomi dan sosial.

(22)

7. Apa keuntungan-keuntungan dari masing-masing bentuk penggunaan lahan tersebut.

Pendekatan menyeluruh dari suatu evaluasi lahan ditunjukkan dalam beberapa aktivitas sebagai berikut, (Sitorus, 1985) :

1. Memilih secara relatif jenis penggunaan lahan dalam kaitannya dengan kondisi fisik, sosial dan ekonomi daerah yang bersangkutan.

2. Penentuan keperluan fisik untuk penggunaan lahan yang relevan 3. Deleniasi untuk setiap land mapping unit.

4. Klasifikasi kesesuaian lahan untuk LUT (Land Utilization Type) per unit peta. 5. Kualitas lahan

6. Membandingkan kemungkinan-kemungkinan pengembangan.

Perkembangan sistem evaluasi lahan tidak terlepas dari perkembangan kegiatan survei tanah di Indonesia. Evaluasi lahan merupakan proses penilaian potensi suatu lahan untuk penggunaan tertentu. Hasil evaluasi lahan digambarkan dalam bentuk peta sebagai dasar untuk perencanaan tata guna lahan yang rasional, sehingga tanah dapat digunakan secara optimal dan lestari. Penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya dapat menimbulkan terjadinya kerusakan lahan dan dapat meningkatkan masalah kemiskinan dan sosial budaya (Subardjo, 1999).

Dalam penilaian kesesuian lahan Sitorus (1985) menggolongkan kelas-kelas kesesuaian sebagai berikut :

(23)

Lahan tidak mempunyai pembatas yang berat untuk suatu penggunaan secara lestari atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti dan tidak berpengaruh secara nyata terhadap produksinya serta tidak akan menaikkan masukan dari apa yang telah biasa diberikan.

 Kelas S2 : Cukup sesuai (Moderately Suitable)

Lahan yang mempunyai pembatas-pembatas yang agak berat untuk penggunaan yang lestari. Pembatas akan mengurangi produktivitas atau keuntungan dan perlu menaikkan masukan yang diperlukan.

 Kelas S3 : Sesuai marginal (Marginally Suitable)

Lahan yang mempunyai pembatas-pembatas yang sangat berat untuk suatu penggunaan yang lestari. Pembatas akan mengurangi produktivitas atau keuntungan dan perlu menaikkan masukan yang diperlukan.

 Kelas N1 : Tidak sesuai pada saat ini (Currently not Suitable)

Lahan mempunyai pembatas yang sangat berat, tetapi masih memungkinkan untuk diatasi, hanya tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengetahuan sekarang ini dengan biaya yang rasional.

 Kelas N2 : Tidak sesuai permanen (Permanently not Suitable)

Lahan mempunyai pembatas yang sangat berat sehingga tidak mungkin untuk digunakan bagi suatu penggunaan yang lestari.

(24)

Kelas kesesuaian lahan suatu wilayah untuk suatu pengembangan pertanian pada dasarnya ditentukan oleh kecocokan antara sifat fisik lingkungan yang mencakup iklim, tanah, terrain mencakup lereng, topografi atau relief, batuan di permukaan atau di dalam penampang tanah serta singkapan batuan (rock outerof), hidrologi dan persyaratan penggunaan lahan atau persyaratan tumbuh tanaman. Kecocokan antara sifat fisik lingkungan dari suatu wilayah dengan persyaratan penggunaan atau komoditas yang dievaluasi memberikan gambaran atau informasi bahwa lahan tersebut potensial dikembangkan untuk komoditas tersebut. Hal ini mempunyai pengertian bahwa jika lahan tersebut digunakan untuk penggunaan tertentu dengan mempertimbangkan berbagai asumsi mencakup masukan (input) yang diperlukan akan mampu memberikan hasil (output) sesuai dengan yang diharapkan (Djaenudin, dkk, 2000).

Adapun kriteria kesesuaian lahan S1 - N yang digunakan sebagai parameter untuk evaluasi antara lain:

Kemiringan lereng

• A : 0 -3 % = datar

• B : 3 – 8 % = landai/berombak

• C : 8 – 15 % = agak miring/bergelombang • D : 15 - 30 % = miring/berbukit

• E : 30 – 45 % = agak curam • F : 45 - 65 % = curam • G : > 65 % = sangat curam Batuan permukaan

(25)

• Sedikit : 0,01 - 3 %, permukaan tanah tertutup, pengolahan tanah dengan mesin agak terganggu, tapi tidak mengganggu pertumbuhan tanaman.

• Sedang : 3 – 15 %, permukaan tanah tertutup, pengolahan tanah mulai agak sulit dan luas areal produktif berkurang.

• Banyak : 15 - 90 %, pengolahan tanah dan penanaman menjadi sangat sulit.

• Sangat banyak : > 90, tanah sama sekali tidak dapat digunakan untuk produksi pertanian (Hardjowigeno, 2003).

Batuan tersingkap

• Tidak ada : < 2 %

• Sedikit : 2 – 10 %, pengolahan tanah dan penanaman agak terganggu.

• Sedang : 10 – 50 %, pengolahan tanah dan penanaman terganggu. • Banyak : 50 – 90 %, pengolahan tanah dan penanaman sangat

terganggu.

• Sangat banyak : > 90 % tanah sama sekali tidak dapat digarap. Draenase tanah

• Cepat, tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi sampai sangat tinggi dan daya menahan air rendah. Tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warna gley (reduksi).

(26)

• Baik, konduktivitas hidrolik sedang dan daya menahan air sedang, lembab, tapi tidak cukup basah. Tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warna gley (reduksi) pada kedalaman >100.

• Agak baik, konduktivitas hidrolik sedang sampai agak rendah serta daya menahan air rendah, tanah basak dekat ke permukaan. Tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warna gley (reduksi)pada kedalaman >50.

• Agak terhambat, konduktivitas hidrolik agak rendah dan daya menahan air sampai sangat rendah, tanah basah sampai ke permukaan. Tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warna gley (reduksi)pada kedalaman >25.

• Terhambat, konduktivitas hidrolik rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Tanah mempunyai warna gley dan bercak atau karatan besi dan atau mangan sedikit pada lapisan samapi ke permukaan.

• Sangat terhambat, konduktivitas hidrolik sangat rendah dan daya menahan air sangat rendah, tanah basah secara permanen dan tergenang untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Tanah mempunyai warna gley yang permanen sampai pada lapisan permukaan.

Tekstur

• Halus: liat berpasir, liat, liat berdebu

(27)

• Agak kasar : lempung berpasir • Kasar : pasir, pasir berlempung • Sangat halus : liat

Bahan kasar (persentase kerikil, kerakal, batuan) • Sedikit, < 15% Tabel 1. Kelas bahaya erosi

Tingkat bahaya erosi Jumlah permukaan tanah yang hilang (cm/tahun)

Tabel 2. Kelas bahaya banjir

(28)

Karakteristik Lahan Untuk Evaluasi Kesesuaian

Sifat Fisik Tanah :

Tekstur Tanah

Tekstur tanah menunjukkan kasar atau halusnya suatu tanah. Dengan kata lain tekstur merupakan perbandingan relatif fraksi pasir, debu dan liat. Tanah dengan kandungan debu yang tinggi mempunyai kapasitas tertinggi untuk mengikat air tersedia bagi pertumbuhan tanaman, karena suatu kombinasi yang unik antara area permukaan dan ukuran pori. Pada umumnya tanah yang mengandung partikel-partikel debu yang lebih banyak, area permukaannya per gram lebih besar, dan tingkat pelapukannya lebih cepat daripada pasir yang menyebabkan tanah berdebu lebih subur daripada tanah berpasir. Pelapukan dapat merubah ukuran debu menjadi ukuran liat. Terdapat tiga cara menganalisis ukuran partikel tanah yakni dengan pipet, hydrometer, atau dengan metoda centrifuge dan dengan perasaan atau by feeling (Foth, 1998).

(29)

sebagai penyokong tanah dimana di sekelilingnya terdapat partikel-partikel liat dan debu yang lebih aktif (Hakim, dkk, 1986).

Drainase

Keadaan draenase tanah menentukan jenis tanaman yang dapat tumbuh. Sebagai contoh, padi dapat hidup pada tanah-tanah dengan draenase buruk, tetapi jagung, karet, cengkeh, kopi, dan lain-lain tidak akan dapat tumbuh dengan baik kalau tanah selalu tergenang air (Hardjowigeno, 2003).

Pembuatan fasilitas drainase mutlak diperlukan di daerah-daerah dimana muka air dekat dengan permukaan tanah atau bahkan menggenang, yang dimaksud untuk membuang air berlebihan dari profil tanah, terutama pada tanah lapisan atas sehingga aerase tanah yang baik tetap dapat dipertahankan. Tujuan utama drainase adalah menurunkan muka air tanah untuk meningkatkan kedalaman dan efektifitas daerah perakaran (Foth, 1998).

Bahan kasar

Terdapatnya batu-batu baik di permukaan tanah maupun di dalam tanah dapat mengganggu perakaran tanaman, serta mengurangi kemampuan tanah untuk berbagai penggunaan. Karena itu, jumlah dan ukuran batuan yang ditemukan perlu dicatat dengan baik.

(30)

tersingkap atau rock adalah persentase jumlah batuan yang terdapat di dalam tanah atau di bawah permukaan tanah (Hardjowigeno, 2003).

Kedalaman Efektif

Kedalaman efektif adalah kedalaman tanah yang masih dapat ditembus oleh akar tanaman. Pengamatan kedalaman efektif dilakukan dengan mengamati penyebaran akar tanaman. Banyaknya perakaran baik halus maupun kasar, serta dalamnya akar-akar tersebut dapat menembus tanah perlu diamati dengan baik. Kedalaman efektif bisa lebih dalam dari kedalaman solum tanah karena bisa mencapai horison C. Sebaliknya jika di atas atau di dalam horison B ditemukan lapisan padas keras yang tidak dapat ditembus oleh akar tanaman, maka kedalaman efektif lebih dangkal dari kedalaman solum tanah. Kedalaman efektif akan sama dengan kedalaman solum bila langsung di bawah horison B ditemukan hamparan batuan keras (R) (Hardjowigeno, 2003).

Kemiringan Lereng

(31)

Sifat Kimia Tanah :

Kapasitas Tukar Kation

Kapasitas tukar kation menunjukkan kemampuan koloid tanah untuk menjerap dan mempertukarkan kation-kation. Biasanya dinyatakan dalam miliekivalen per 100 gr tanah. Koloid tanah yang berbeda mempunyai kemampuan mempertukarkan kation-katioan dijerap yang berbeda pula. Jumlah kation yang dijerap sering tidak setara dengan jumlah kation yang ditukarkan (Tan, 1998).

Mudah tidaknya kation-kation dapat digantikan oleh ion H+ dari akar tergantung pada kejenuhan kation tersebut dikompleks jerapan. Bila kejenuhan tinggi maka akan mudahlah ia digantikan, sebaliknya bila kejenuhan sangat rendah ia akan sulit untuk digantikan (Buckman and Brady, 1982).

Kapasitas tukar kation sangat perlu untuk mengetahui kesuburan tanah maupun untuk genesis tanah. Kapasitas tukar kation berperan dalam penyediaan unsur hara. Tanah dengan kapasitas tukar kation tinggi mempunyai daya menyimpan hara yang tinggi. Walaupun demikian, pada tanah masam tanah tersebut mungkin banyak mengandung Al dapat dipertukarkan yang berbahaya bagi tanaman. Sedangkan untuk genesis, kapasitas tukar kation sebagai petunjuk untuk tingkat pelapukan tanah. Tanah muda umumnya mempunyai kapasitas tukar kation yang rendah sesuai dengan tekstur bahan induk. Kapasitas tukar kation mula-mula akan meningkat dengan meningkatnya pelapukan tetapi akan menjadi rendah pada tanah dengan tingkat pelapukan lanjut (Hardjowigeno, 2003).

(32)

penjumlahan kation di mana semua kation yang dapat dipertukarkan yaitu kation basa + kation asam dijumlahkan. Kapasitas tukar kation tergantung pH, terjadi karena meningkatnya ionisasi ion H+ dari gugus-gugus OH fungsional bahan organik dan gugus-gugus OH dari patahan mineral liat atau hidroksida Fe dan Al, akibat naiknya pH tanah (Hardjowigeno, 2003).

Suatu tanah dengan kapasitas tukar kation yang tinggi memerlukan pemupukan kation tertentu dalam jumlah banyak agar dapat tersedia bagi tanaman. Bila diberikan dalam jumlah sedikit maka ia kurang tersedia bagi tanaman karena lebih banyak terjerap. Sebaliknya pada tanah-tanah yang ber-KTK rendah pemupukan kation tertentu tidak boleh banyak karena mudah tercuci bila diberikan dalam jumlah berlebihan (tidak efisien) (Hakim, dkk, 1986).

Reaksi Tanah

Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman tanah dan alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam tanah. Suatu tanah disebut masam bila pH-nya < 7, netral bila = 7, dan basa bila pH > 7. Bila konsentrasi ion H bertambah maka pH turun, dan sebaliknya bila konsentrasi ion OH bertambah maka pH naik (Hakim, dkk, 1986).

(33)

banyak dipengaruhi pH tanah. Hal ini berbeda bagi jenis-jenis tanah tertentu (Darmawijaya, 1990).

Pengaruh pH cukup besar terhadap ketersediaan unsur hara di dalam tanah. Kondisi tanah terbaik (tidak mengandung bahan yang meracun) terjadi pada kondisi yang agak asam sampai netral (pH 5,0-7,5), akan tetapi perbedaan jenis tanaman maupun pola tanam menghendaki kondisi tertentu (Sutanto, 2005).

Pengukuran pH dapat memberi keterangan tentang hal-hal berikut : kebutuhan kapur, respon tanah terhadap pemupukan, proses kimia yang mungkin berlangsung dalam proses pembentukan tanah. Selain itu pH tanah menunjukkan mudah tidaknya unsur hara diserap oleh tanaman. Umumnya unsur hara mudah diserap oleh akar tanaman pada pH tanah sekitar netral, karena pada pH tersebut kebanyakan unsur hara mudah larut dalam air. Pada tanah masam banyak ditemukan ion-ion Al, yang kecuali memfiksasi unsur P juga merupakan racun bagi tanaman. Di samping itu pada reaksi tanah yang masam, unsur-unsur mikro juga menjadi mudah larut, sehingga ditemukan unsur mikro yang terlalu banyak sehingga menjadi racun, seperti Fe, Mn, Zn, Cu, Co.

Tanah yang terlalu masam dapat dinaikkan pH-nya dengan menambahkan kapur ke dalam tanah, sedang tanah yang terlalu alkalis dapat diturunkan pH-nya dengan penambahan belerang. Adapun tujuan dari pengapuran (menaikkan pH) adalah agar unsur-unsur hara seperti P mudah diserap tanaman dan keracunan Al dapat dihindarkan. Selain itu juga dapat menambah unsur-unsur Ca dan Mg, serta memperbaiki kehidupan mikroorganisme.

(34)

dalam air. Pada tanah masam unsur hara P tidak dapat diserap tanaman karena diikat (difiksasi) oleh Al, sedang pada tanah alkalis juga tidak dapat diserap oleh tanaman karena difiksasi oleh Ca (Hardjowigeno, 2003).

Karbon-Organik

Komponen bahan organik yang penting adalah kadar C dan N. kandungan bahan organik ditentukan secara tidak langsung dengan mengalikan kadar C dengan suatu faktor, yang umumnya sebagai berikut :

Kandungan bahan organik = C x 1,724

Kandungan bahan organik pada masing-masing horison merupakan petunjuk besarnya akumulasi bahan organik dalam keadaan lingkungan yang berbeda. C/N rasio, petunjuk derajat dokomposisi bahan organik seperti : humus C/N =12-13, straw (bahan organik kasar) C/N = 40. C/N tidak digunakan sebagai kriteria

dalam Taxonomy Tanah, karena tidak semua N dalam tanah berasal dari bahan organik, sehingga kadang-kadang nilai C/N tidak sejalan (Hardjowigeno, 2003).

Bahan organik umumnya ditemukan di permukaan tanah. Jumlahnya tidak besar, hanya sekitar 3-5 %, tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Adapun pengaruh bahan organik terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya juga terhadap pertumbuhan tanaman adalah :

- Sebagai granulator yaitu memperbaiki struktur tanah. - Sumber unsur hara N, P, S, unsur hara mikro, dan lain-lain. - Menambah kemampuan tanah untuk menahan air.

- Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara (KTK menjadi tinggi).

(35)

Kandungan bahan organik tanah umumnya diukur berdasarkan kandungan C-organik. Kandungan karbon (C) bahan organik bervariasi antara 45 %- 60 % (rerata 50 %). Kandungan bahan organik dipengaruhi oleh aras akumulasi bahan asli dan aras dekomposisi dan humifikasi yang sangat tergantung kondisi lingkungan (vegetasi, iklim, batuan, timbunan, praktek pertanian). Pengukuran kandungan bahan organik tanah dengan metode Walkley and Black (pembakaran basah) ditentukan berdasarkan kandungan C-organik (Sutanto, 2005).

Kejenuhan basa

Kejenuhan basa berhubungan erat dengan pH tanah, di mana tanah-tanah dengan pH rendah umumnya mempunyai kejenuhan basa rendah, sedangkan tanah-tanah dengan pH yang tinggi mempunyai KB yang tinggi pula. Tanah-tanah dengan kejenuhan basa rendah, berarti kompleks jerapan lebih banyak diisi oleh kation-kation asam yaitu Al3+ dan H+. Apabila jumlah kation asam terlalu banyak, terutama Al3+ dapat merupakan racun bagi tanaman. Keadaan ini terdapat pada tanah-tanah masam (Hardjowigeno, 2003).

Kejenuhan basa menunjukkan tingkat pencucian. Kejenuhan basa sub-soil dari horison B di bagian atas horison C menunjukkan sejauh mana pencucian basa-basa dari tanah telah terjadi. Daerah dengan curah hujan tinggi, suhu tinggi dan landscape tua umumnya mempunyai KB (jumlah kation) < 35 % pada horison B. Di daerah humid temperate dan landform lebih muda di daerah tropika dan sub-tropika tanah mempunyai KB > 35 % (Hardjowigeno, 2003).

(36)

Nitrogen merupakan unsur utama bagi pertumbuhan tanaman, yang pada umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan vegetatif tanaman seperti daun, batang dan akar, tetapi kalau terlalu banyak dapat menghambat pembungaan pada tanaman. Ditinjau dari berbagai hara, nitrogen yang paling banyak mendapat perhatian. Hal ini disebabkan jumlah nitrogen yang terdapat di dalam tanah sangat sedikit sedangkan yang diangkut tanaman berupa panen setiap musim cukup banyak. Di samping itu senyawa nitrogen anorganik sangat larut dan mudah hilang dalam air drainase (Hakim, dkk, 1986).

Nitrogen diserap tanaman dalam bentuk NH4+ dan NO3-. Di dalam tanah sebagian besar nitrogen berasal dari kehidupan organisme tanah. Di atmosfer kandungan nitrogen hampir 78% dari total udara, ini menjadi sumber utama bagi tanaman. Berdasarkan keberadaannya unsur nitrogen digolongkan menjadi N organik dan N anorganik. Tetapi untuk penilaian kesuburan tanah hanya terbatas pada bentuk NH4+, NO2-, dan NO3- yang jumlahnya berkisar 2-5 % dari total nitrogen di dalam tanah (Thomson and Frederick, 1975).

Jumlah nitrogen yang cukup diperlukan untuk pertumbuhan optimum, produksi dan kualitas buah. Tanaman yang kekurangan nitrogen dicirikan perubahan warna daun dari hijau menjadi kekuning-kuningan. Warna kuning ini dimulai dari ujung dan terus menjalar ke tulang dan daun tengah, kulit biji mengkerut dan berat biji rendah. Pada tanaman buah-buahan akan terlihat daun kuning mengkerut, tunas-tunas mati, buah berkurang dengan warna yang tidak normal (Hakim, dkk, 1999).

(37)

mungkin disebabkan oleh tersedianya bahan dasar sebagai sumber untuk proses nitrifikasi dan sebagai sumber energi dari bakteri nitrifikasi. Pemberian pupuk yang mengandung amonium adalah sangat menstimulir proses nitrifikasi. Karena untuk terjadinya nitrifikasi harus ada amonium (NH4+). Di samping itu sebagai sumber amonium ini dapat pula dari bahan organik tanah yang mengalami dekomposisi. Contoh pupuk yang mengandung amonium seperti Pupuk urea dan ZA (Hakim, dkk, 1999).

Kalium

Kalium dalam larutan tanah lebih mudah diserap oleh tanaman dan juga peka terhadap pencucian. Pada keadaan tertentu, misalnya pada pertanaman yang intensif atau pada tanah muda banyak mengandung mineral kalium. Dengan curah hujan yang tinggi kalium tidak dapat dipertukarkan tetapi dapat diserap oleh tanaman (Foth, 1998).

Gejala kekurangan kalium umumnya terlihat pada daun yang menguning, mulai dari ujung terus ke sisi daun sebelah bawah. Secara umum dapat dikatakan ciri utama kekurangan kalium adalah daun bawah chlorosis dengan adanya bintik-bintik. Bintik-bintik jaringan mati biasanya pada pucuk dan di antara urat-urat daun, lebih jelas pada pinggir daun sehingga tampak seperti terbakar (Hakim, dkk, 1986).

Penambahan pupuk kalium ke dalam tanah sangat membantu untuk

(38)

Fosfor

Unsur P dalam tanah berasal dari bahan organik (pupuk kandang, sisa-sisa tanaman), pupuk buatan, dan mineral-mineral tanah. Adapun jenis P dalam tanah adalah P-organik dan P-anorganik. Pupuk P dalam tanah berfungsi dan berperan dalam pembelahan sel, pembentukan albumin, pembentukan bunga buah dan biji, mempercepat pematangan, memperkuat batang, perkembangan akar, metabolisme karbohidrat, tahan terhadap penyakit, menyimpan dan memindahkan energi. Jumlah P dalam tanah sangat sedikit, sebagian besar terdapat dalam bentuk yang tidak dapat diambil oleh tanaman (Hardjowigeno, 2003).

Syarat Tumbuh Tanaman Duku

Duku adalah tanaman yang berasal dari daerah barat Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Malaysia dan Thailand. Tanaman ini dikenal pula dengan nama langsat, langsep, kokosan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman duku adalah sebagai berikut :

Iklim

(39)

Tanaman duku dapat tumbuh dan berbuah baik pada tempat yang terlindung. Oleh karena itu tanaman ini biasa ditanam di pekarangan atau tegalan, bersama dengan tanaman tahunan lainnya seperti durian, jengkol atau petai. Pohon duku dan sebangsanya meghendaki daerah lembab tetapi ia tidak tahan dengan air yang berlebihan (Iptek_net, 2005).

Media Tanam

Tanaman duku dapat tumbuh baik sekali pada tanah yang banyak mengandung bahan organik, subur dan mempunyai aerase tanah yang baik. Sebaliknya pada tanah yang agak sarang/ tanah yang banyak mengandung pasir, tanaman duku tidak akan berproduksi dengan baik apabila tidak disertai dengan pengairan yang cukup. Derajat kemasaman tanah (pH) yang baik adalah 6-7 meskipun ia relatif lebih toleran terhadap keadaan tanah masam. Di daerah yang agak basah, duku akan tumbuh dan berproduksi baik asalkan keadaan air tanahnya <150 m di bawah permukaan tanah. Tetapi ia tidak menghendaki air tanah yang menggenang karena dapat menghambat pertumbuhan dan produksi tanaman. Tanaman duku lebih menyukai tempat yang agak lereng karena ia tidak dapat tumbuh optimal pada kondisi air yang tergenang (Iptek_net, 2003).

(40)

Ketinggian Tempat

Duku dapat tumbuh dan berbuah baik di dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl. Selain itu pohon-pohon jenis duku juga banyak ditanam di tempat yang tingginya <650 m dpl.

(41)

Tabel 3. Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman duku (Lansium domesticum Corr.)

Karakteristik Lahan Kelas Kesesuaian Lahan

S1 S2 S3 N

Curah hujan (mm/tahun) 2000-3000 1750-2000 3000-3500

1250-1750 3000-4000

< 1250 >4000 Drainase Baik, sedang Agak

terhambat Kedalaman tanah (cm)

sedang, agak Kejenuhan basa (%) pH H2O

Batuan di permukaan (%) Singkapan batuan (%)

(42)

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah di Desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang, berjarak sekitar 50 Km dari kota Medan. Daerah ini berada pada ketinggian 500-1000 meter dari permukaan laut (Lampiran 12), dengan luas wilayah sekitar 310 Ha.

Desa Rumah Pilpil merupakan lokasi penelitian yang mudah dijangkau karena berada pada lokasi yang strategis di mana di sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pancur batu, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Barus Jahe, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sibiru-biru, sedangkan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kutalimbaru (Lampiran 11). Hal tersebut menyebabkan tersedianya sarana dan prasarana yang memadai dalam hal perhubungan dan transportasi.

Fisiografi

Adapun fisiografi wilayahnya dominan berbukit dengan bentuk lereng yang kompleks. Dalam arti relief makro landai hingga berbukit sedangkan relief mikro berbukit.

Iklim

(43)

pada Desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang sebesar 105,5 mm/tahun. Sedangkan temperatur rata-rata sebesar 20,51 0C.

Geologi dan Hidrologi

Satuan peta lahan dan tanah (SPT) Desa Rumah Pilpil dominan terdiri atas Dystrandepts dan cukup mengandung Hydrandepts (dapat dilihat pada lampiran Peta Satuan Lahan dan Tanah). Tanah lokasi penelitian termasuk tanah Inseptisol dan memiliki bahan induk Andesit yang subur karena mengandung mika dan kaya kalium sebagai unsur makro.

Vegetasi dan Tata Guna Lahan

Pola penggunaan lahan di Desa Rumah Pilpil secara garis besar sudah terpengaruhi oleh campur tangan manusia. Secara umum penggunaan lahannya dipakai dalam bentuk kebun campuran. Selain itu terdapat juga penggunaan lahan untuk perkebunan, persawahan, serta perkampungan. Vegetasi terdiri dari sebagian besar tanaman buah dan sayuran seperti jeruk manis, pisang, kelapa, semak-semak, dan lain-lain. Status kepemilikan tanah ada yang merupakan tanah negara, hak guna usaha dan hak milik.

(44)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggian tempat 700 meter dari atas permukaan laut dan berjarak 50 km dari kota Medan dengan ketinggian 25 meter dari permukaan laut. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian dilakukan pada bulan September 2007 sampai November 2007.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan adalah sampel tanah daerah penelitian, peta Jenis Tanah, Peta Lokasi Penelitian, Peta Model Elevasi digital, serta Peta Satuan Lahan Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang skala 1 : 50.000, aquades, dan bahan-bahan kimia untuk analisis laboratorium.

Alat-alat yang digunakan adalah bor tanah, cangkul, kompas, altimeter, GPS, meteran, kantong plastik, tali plastik, label nama, spidol, karet gelang, formulir isian profil, Munsell Soil Colour Chart, goni plastik, karton manila, dan kamera.

Metode Penelitian

(45)

Pelaksanaan Penelitian Persiapan

Sebelum dilakukan penelitian terlebih dahulu dilakukan konsultasi dengan dosen pembimbing, telaah pustaka, penyusunan usulan penelitian dan penyediaan bahan serta peralatan yang digunakan di lapangan.

Tahap Kegiatan di Lapangan

Adapun tahap kegiatan yang dilakukan di lapangan meliputi : 1. Penentuan lokasi pengambilan sampel tanah.

Adapun lokasi penelitian terletak di Desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang. Ditentukan lokasi pengambilan sampel tanah dengan menggali profil yang terdiri atas dua profil berdasarkan landscape/kemiringan lereng yang berbeda secara fisiografis. Profil I (SPT I) pada daerah berbukit dan profil II (SPT II) pada daerah landai. Titik koordinat kedua lubang profil masing-masing adalah :

a. Profil tanah I (SPT 1) : 980 34’ 08,7” BT dan 030 17’ 47,7” LU dengan kemiringan lereng 13 % (berbukit).

b. Profil tanah II (SPT 2) : 980 34’ 06,1” BT dan 030 17’ 47,7” LU dengan kemiringan lereng 5 % (landai).

(46)

Diambil sampel tanah dari setiap lubang pengeboran, kemudian dianalisis di laboratorium untuk mengetahui sifat kimia tanahnya.

3. Deskripsi profil tanah dan lingkungan.

Dilakukan deskripsi profil pada masing-masing unit lahan (SPT) untuk mengetahui sifat fisik tanahnya serta pengamatan lingkungan untuk mengetahui data-data pendukung.

Tahap Analisis Laboratorium

Sampel tanah yang berasal dari lapangan kemudian dibawa dan dianalisa di laboratorium meliputi sifat fisik dan sifat kimia tanahnya. Sifat fisik dan kimia tanah ini berguna untuk menentukan kelas lahan berdasarkan kriteria kelas kesesuaian lahan menurut Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor (2003). Yang dianalisa dan dievaluasi terutama yang berhubungan dengan faktor pembatas sifat karakteristik lahan kelas kesesuaian untuk tanaman duku (Lansium domesticum Corr.).

Analisis Kesesuaian Lahan

Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman duku (Lansium domesticum Corr.) disusun oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat Bogor (2003) yang mengacu pada Framework of Evolution sampai pada tingkat sub-kelas.

(47)

 Ordo S : Sesuai untuk penggunaan tertentu dalam jangka waktu yang tak terbatas.

 Ordo N : Tidak sesuai digunakan untuk penggunaan tertentu.

2. Kelas, menunjukkan tingkat kesesuaian dari masing-masing ordo. Ada 3 kelas dari ordo tanah yang sesuai dan 2

kelas yang tidak sesuai.

Kelas S1 : Sangat sesuai (Highly Suitable), yaitu lahan yang tidak mempunyai faktor pembatas.

Kelas S2 : Cukup sesuai (Moderately Suitable), yaitu lahan yang mempunyai faktor pembatas yang agak serius.

Kelas S3 : Sesuai marginal (Marginal Suitable), yaitu lahan yang mempunyai faktor pembatas yang serius.

Kelas N1 : Tidak sesuai saat ini (Curently Suitable), yaitu lahan mempunyai faktor pembatas yang lebih serius.

Parameter yang Diamati

Parameter yang diamati terbagi atas data yang diambil dari lapangan dan data hasil analisa laboratorium. Data lapangan meliputi beberapa parameter berikut :

(48)

2. Ketersediaan air, yakni curah hujan (besar curah hujan dalam rata-rata > 10 tahun (mm/tahun) Kecamatan Sibolangit yang diambil dari BMG Sampali Medan.

3. Drainase tanah, dengan melihat adanya gejala-gejala pengaruh air dalam penampang tanah.

4. Tekstur tanah dengan metode by feeling, untuk mengetahui persen kandungan pasir, liat dan debu yang penting dalam pengelolaan tanah.

5. Kedalaman efektif (cm) dengan penggalian profil tanah, untuk mengetahui kedalaman tanah yang masih dapat ditembus oleh akar tanaman yang penting dalam pengelolaan tanah.

6. Kemiringan lereng (%) dengan klinometer, untuk mengetahui persentase kemiringan lereng daerah tersebut.

7. Batuan permukaan (%), dengan membandingkan pada profil pewakil/pemboran untuk mengetahui berapa banyak batuan yang terdapat di atas permukaan tanah yang penting dalam pengelolaan tanah.

8. Batuan singkapan (%), dengan membandingkan pada profil pewakil/pemboran, untuk mengetahui berapa banyak batuan yang terdapat di bawah permukaan tanah yang penting dalam pengelolaan tanah.

Adapun data laboratorium meliputi parameter berikut :

(49)

2. Reaksi tanah dengan metode elektrometrik (pH meter), untuk mengetahui tingkat kemasaman tanah.

3. Tekstur dengan metode Hydrometer, untuk mengetahui persen kandungan pasir, liat, debu yang erat kaitannya dengan pengelolaan tanah.

4. Kejenuhan basa (%) untuk mengetahui persen basa-basa tukar yaitu K, Na, Ca, Mg dengan metode ekstraksi 1 N NH4OAc pH 7.

5. Karbon-Organik (%) dengan metode Walkley and Black.

(50)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian Karakteristik Lahan

Iklim

Desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang memiliki temperatur rata-rata sebesar 20,5 0C yang diperoleh dari data suhu udara 10 tahun terakhir dimulai dari tahun 1997 sampai tahun 2006 (Lampiran 1). Data ini diperoleh dari Badan Meterologi dan Geofisika (BMG) yang berlokasi di daerah Sampali Medan. Jadi temperatur rata-rata tahunan pada daerah penelitian sebesar T = 20,5 0C berada pada kelas kesesuaian lahan S3 (20-22 0C)

Untuk mengetahui ketersediaan air adalah dengan menghitung curah hujan per tahun yakni besar curah hujan dalam rata-rata >10 tahun (mm/tahun) di Kecamatan Sibolangit. Data ini juga diambil dari BMG Sampali Medan yakni sebagai berikut:

Tabel 4. Rata-rata Curah Hujan Tahunan di Desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang.

Tahun Rata-rata

1997 123,5

1998 46,58

1999 91,17

2000 73,75

2001 105,17

2002 137,5

2003 99

2004 100,42

2005 94,92

2006 159,8

Rata-rata 1246

(51)

Rata-rata curah hujan 10 tahun terakhir di Desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang sebesar 1246 mm/tahun. Berdasarkan kesesuaian lahan untuk tanaman duku oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah Dan Agroklimat (2003) berada pada kelas lahan N (< 1250 mm/tahun).

Sifat Fisik Tanah

Hasil pengamatan sifat fisik yang dilakukan di lapangan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 5. Data Pengamatan Lapangan Desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang.

Unit lahan Parameter Keterangan

SPT1

(unit lahan berbukit)

Ketinggian tempat Kemiringan lereng (%) Drainase

Kedalaman efektif (cm) Batuan Permukaan (%) Batuan Singkapan (%)

700 meter dpl. SPT2 (unit lahan landai) Ketinggian tempat

Kemiringan lereng (%) Drainase

Kedalaman efektif (cm) Batuan Permukaan (%) Batuan Singkapan (%)

620 meter dpl

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan pada tabel di atas dapat dilihat bahwa SPT 1 memiliki bahaya erosi yang rendah sampai sedang karena kemiringan lerengnya 13 % (berbukit), sementara SPT 2 memiliki bahaya erosi yang sangat rendah dengan kemiringan lereng 5 % (landai). Berdasarkan Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat Bogor (2003) bahwa SPT1 berada pada kelas S2 dan SPT2 berada pada kelas S1.

(52)

cukup basah. Selain itu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warna gley (reduksi). Karena itu keduanya masuk dalam kelas kesesuaian lahan S1.

Pengamatan kedalaman efektif di lapangan dengan penggalian profil tanah diperoleh bahwa SPT1 kedalam efektifnya 100 cm sedangkan SPT2 kedalaman efektifnya 135 cm. Berdasarkan Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat Bogor (2003) untuk SPT1 berada pada kelas S2 dan SPT2 berada pada kelas S1.

Persentase batuan permukaan dan batuan singkapan pada saat pengamatan didapat dalam jumlah yang sangat kecil sehingga bisa diabaikan (sehingga diberi nilai 0), karena itu dianggap tidak berpengaruh terhadap pengolahan lahannya. Sesuai dengan kriteria oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat Bogor (2003) bernilai < 5, sehingga SPT1 dan SPT2 dimasukkan dalam kelas S1.

Sifat Kimia dan Kadar Hara Tanah

Tabel 6. Data Analisis Laboratorium Desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang

Unit lahan Parameter Keterangan

SPT1

(unit lahan berbukit)

Tekstur tanah KTK (cmol (+)/kg ) pH H2O

Kadar N, P2O5, K2O (%) Kadar C-organik (%) Kejenuhan basa (%)

Lempung berpasir SPT2 (unit lahan landai) Tekstur tanah

KTK (cmol (+)/kg) pH H2O

Kadar N, P2O5, K2O (%) Kadar C-organik (%)

Lempung berpasir 18,36

6,37

(53)

Dari hasil pengamatan di laboratorium diperoleh data hasil pengamatan tekstur dengan metode Hydrometer bahwa SPT1 dan SPT2 memiliki tekstur yang sama yaitu lempung berpasir. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat Bogor (2003) mengelompokkan tekstur lempung berpasir dalam kriteria tekstur agak kasar. Sehingga untuk kesesuaian lahan SPT1 dan SPT2 terhadap tanaman duku dimasukkan dalam kelas S3.

Pengamatan kapasitas tukar kation (KTK) di laboratorium dengan menggunakan metode ekstraksi NH4Oac pH 7, diperoleh bahwa SPT1 memiliki nilai KTK tanah sebesar 19,07 me/100 gr tanah. Sedangkan SPT2 memiliki KTK sebesar 18,36 me/100 gr tanah. Untuk kriteria kesesuaian lahan tanaman duku oleh BPPT (2003) SPT1 dan SPT2 masuk dalam kelas kesesuaian S1 karena nilai KTK > 16.

Pengamatan nilai pH H2O dilakukan dengan metode elektrometrik (pH meter), untuk mengetahui tingkat kemasaman tanah. Dari hasil pengamatan bahwa pH SPT1 sebesar 6,69 dan SPT2 sebesar 6,37. Berdasarkan kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman duku menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat Bogor (2003) SPT1 dan SPT2 masuk dalam kelas S2 (pH 6,0-7,5).

(54)

Agroklimat Bogor (2003) SPT1 dan SPT2 masuk dalam kelas S2 (KB = 20-35 %).

Nilai C-organik untuk SPT1 sebesar 1,78 % sedangkan untuk SPT2 sebesar 1,31 %. Berdasarkan kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman duku menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat Bogor (2003) SPT1 dan SPT2 masuk dalam kelas S1 (C-organik >1,2 %).

Selain data hasil di atas dilakukan juga pengamatan retensi hara untuk mengetahui kandungan N, P2O5, K2O pada tanah tersebut. Dan diperoleh data bahwa SPT1 memiliki kadar N-P2O5-K2O secara berturut-turut sebesar 0,22 % - 0,014 % -0,023 % sedangkan SPT2 sebesar 0,15 % - 0,11 % - 0,031 %. Dari data tersebut Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor (1994) menyatakan bahwa SPT1 memiliki kadar N sedang - P2O5 sangat rendah - K2O sangat rendah sementara SPT2 memiliki kadar N yang rendah - P2O5 sangat tinggi - K2O rendah.

Evaluasi Lahan

Berdasarkan data hasil pengamatan di lapangan dan di laboratorium yang menunjukkan sifat-sifat tanah dan lingkungan Desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang maka dilakukan evaluasi kesesuaian lahan untuk tanaman duku (Lansium domesticum Corr.).

(55)

Tabel 7. Kelas Kesesuaian Lahan untuk Unit Lahan Berbukit (SPT1) Karakteristik lahan Simbol Data Kelas kesesuaian

aktual

Kelas kesesuaian Potensial Temperatur

Temperatur rerata(0C)

Ketersediaan air Curah hujan (mm/thn)

Ketersediaan oksigen Drainase

Media perakaran Tekstur

Bahan kasar (%) Kedalaman tanah (cm)

Retensi hara

KTK liat ( cmol(+)/kg )

Kejenuhan basa (%) pH H2O

C-organik

Bahaya erosi

Kemiringan lereng (%) Bahaya erosi

Bahaya banjir Genangan

Penyiapan lahan

Batuan permukaan (%) Singkapan batuan (%)

Aktual N-wa Potensial S3tc-wa-rc Keterangan: * usaha perbaikan dapat dilakukan, kelas kesesuaian lahan naik satu

(56)

Tabel 8. Kelas Kesesuaian Lahan untuk Unit Lahan Landai (SPT2) Karakteristik lahan Simbol Data Kelas kesesuaian

aktual

Kelas kesesuaian Potensial Temperatur

Temperatur rerata(0C)

Ketersediaan air Curah hujan (mm/thn)

Ketersediaan oksigen Drainase

Media perakaran Tekstur

Bahan kasar (%) Kedalaman tanah (cm)

Retensi hara

KTK liat ( cmol(+)/kg )

Kejenuhan basa (%) pH H2O

C-organik

Bahaya erosi

Kemiringan lereng (%) Bahaya erosi

Bahaya banjir Genangan

Penyiapan lahan

Batuan permukaan (%) Singkapan batuan (%) Keterangan: * usaha perbaikan dapat dilakukan, kelas kesesuaian lahan naik satu

(57)

Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan data iklim yaitu temperatur rata-rata tahunan (0C) dan curah hujan tahunan (mm/tahun) diperoleh bahwa temperatur rata-rata daerah penelitian sebesar T = 20,5 0C berada pada kelas kesesuaian lahan S3 sedangkan curah hujan tahunan sebesar Y = 1246 mm/tahun berada pada kelas kesesuaian N. Dari kenyataan ini bahwa daerah tersebut tidak sesuai digunakan sebagai daerah penanaman duku. Hal ini sesuai dengan literatur di mana tanaman duku dapat tumbuh dengan baik di daerah yang curah hujannya tinggi dan merata sepanjang tahun, bercurah hujan antara 1500-2500 mm/tahun. Hal ini dapat diatasi dengan pengairan sehingga ketersediaan air mencukupi untuk kebutuhan air oleh tanaman duku. Di samping itu tanaman duku dapat tumbuh dengan subur jika terletak di suatu daerah dengan suhu rata-rata yang lebih tinggi > 20 0C.

Sama halnya dengan hasil pengamatan iklim, bahwa tekstur tanah Desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang yang memiliki tekstur lempung berpasir (agak kasar) sesuai secara marginal untuk tanaman duku. Sesuai dengan literatur bahwa pada tanah yang agak sarang (tanah yang banyak mengandung pasir), tanaman duku tidak akan berproduksi dengan baik apabila tidak disertai dengan pengairan yang cukup. Oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat Bogor (2003) masuk dalam kelas kesesuaian lahan S3.

(58)

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat Bogor (2003) masuk dalam kelas kesesuaian lahan S1.

Sama halnya dengan sifat-sifat fisika tanah antara lain drainase yang baik, bahan kasar sedikit, tanpa banjir, tidak terdapatnya batuan baik di permukaan maupun batuan tersingkap, kedalaman tanah yang baik, bahaya erosi sedikit, menunjukkan bahwa Desa Rumah Pilpil malah sangat sesuai untuk dijadikan daerah pertanaman duku. Walaupun dalam hal ini bahaya erosi (kelas S2) masih menjadi penghalang tetapi dapat diatasi dengan pembuatan teras-teras, guludan ataupun sengkedan.

Sebenarnya tanaman duku lebih menyukai tempat yang agak lereng karena ia tidak dapat tumbuh optimal pada kondisi air yang tergenang (Iptek_net, 2003) yang dapat menghambat pertumbuhan dan produksi tanaman. Akan tetapi karena pada kondisi wilayah Desa Rumah Pilpil memiliki draenase yang baik sehingga tidak mungkin terdapat genangan maka lahan datar hingga landai merupakan lahan yang paling sesuai untuk tanaman duku.

Duku dapat tumbuh dan berbuah baik di dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl. Selain itu pohon-pohon jenis duku juga banyak ditanam di tempat yang tingginya <650 m dpl. Desa Rumah Pilpil dengan ketinggian tempat 500-1000 m dpl merupakan lahan yang sesuai untuk duku.

(59)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Tanah Inseptisol di Desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang sesuai secara marginal untuk dijadikan sebagai lahan untuk tanaman duku (Lansium domesticum Corr.), dengan kategori kesesuaian lahan sebagai berikut:

a. Kesesuaian lahan aktual baik SPT1 maupun SPT2 termasuk kelas N-wa di mana curah hujan sebagai faktor pembatas paling minimum.

b. Kesesuaian lahan potensial baik SPT1 maupun SPT2 termasuk kelas S3tc-wa-rc di mana temperatur, curah hujan dan tekstur sebagai faktor pembatas paling minimum.

Saran

(60)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, T.S., 1993. Survey Tanah dan Evaluasi Lahan di Lapangan. Penebar Swadaya, Jakarta. 273 Hal

Arsyad, S., 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB, Bogor. 276 Hal

BPPT, 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Balai Penelitian Tanah Puslitbangtanak, Bogor. 154 Hal

Buckman, H.O. and N.C. Brady, 1982. Ilmu Tanah Terjemahan. Penerbit Bharata Karya Aksara, Jakarta. 787 Hal

Buol, S.W., F.D. Hole, and R.J. McCracken, 1980. Soil Genesis and Classification. The Iowa State University Press, Ames. 406 Hal

Darmawijaya, M.I., 1990. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 396 Hal

Djaenudin, D., 2000. Evaluasi Lahan untuk Arahan Pengembangan Komoditas Alternatif dalam Mendukung Kegiatan Agribisnis. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat.

Foth, H.D., 1998. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung, Lampung. 375 Hal

Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. R. Saul, M. A. Diha, G. B. Hong, dan H. H. Bailey, 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung. 488 Hal

Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A..M. Lubis, S.G. Nugroho, M.R. Saul, M.A. Diha, G.B. Hong, dan H.H. Bailey, 1999. Kesuburan Tanah. Lampung Press, Lampung. 374 Hal

Hardjowigeno, S., 2003. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta. 342 Hal Hardjowigeno, S., 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika

Pressindo, Jakarta. 282 Hal

Iptek_net, 2003. Kantor Deputi Manegristek Bidang Pendayagunaan dan Permasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Jakarta.

(61)

Iptek_net, 2005. Balai Pusat Penelitian Tanah. Jakarta. www.ristek.go.id

Sitorus, S.R.P., 1985. Evaluasi Sumber Daya Lahan. Transito, Bandung. 185 Hal Soil Survey Staff, 1996. Key Soil Taxonomy 7th Edition For International

Development, Soil Management Support Sevice USDA, USA. 743 Hal

Subardjo, D., 1999. Perkembangan Metode Survey Tanah dan Evaluasi Lahan di Indonesia. Prosiding Kongres Nasional VII HITI, Bandung. 127 Hal

Sutanto, R., 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Kanisius, Yogyakarta.208 Hal

Tan, K.H., 1991. Dasar-dasar Kimia Tanah. UGM Press, Yogyakarta. 183-185 Hal

(62)

Lampiran 1 : Data Suhu Udara di Desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang.

B u la n /T a h u n 1 9 9 7 1 9 9 8 1 9 9 9 2 0 0 0 2 0 0 1 2 0 0 2 2 0 0 3 2 0 0 4 2 0 0 5 2 0 0 6 T o ta l R a ta a n

Sumber : Badan Meterologi dan Geofisika, Sampali Medan

Lampiran 2 : Data Curah Hujan di Desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang.

Bulan/Tahun 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Total Rataan

(63)

Lampiran 3 : Data Pengamatan Lapangan Desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang.

Unit lahan Parameter Keterangan

SPT1

(unit lahan berbukit)

Ketinggian tempat Kemiringan lereng (%) Drainase

Kedalaman efektif (cm) Batuan Permukaan (%) Batuan Singkapan (cm)

700 meter dpl. 13 %

Baik 100 cm 0 0 SPT2 (unit lahan landai) Ketinggian tempat

Kemiringan lereng (%) Drainase

Kedalaman efektif (cm) Batuan Permukaan (%) Batuan Singkapan (cm)

620 meter dpl 5 %

(64)

Lampiran 4: Data Analisis Laboratorium Desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang.

Unit lahan Parameter Keterangan

SPT1

(unit lahan berbukit)

Tekstur tanah KTK ( cmol (+)/kg ) pH H2O

Kadar N, P2O5, K2O (%) Kadar C-organik (%) Kejenuhan basa (%)

Lempung berpasir 19,07

6,69

0,22-0,014-0,023 1,78

21,87 SPT2 (unit lahan landai) Tekstur tanah

KTK ( cmol (+)/kg ) pH H2O

Kadar N, P2O5, K2O (%) Kadar C-organik (%) Kejenuhan basa (%)

Lempung berpasir 18,36

6,37

0,15-0,11-0,031 1,31

(65)

Lampiran 5 : Kriteria Hara Tanah Mineral Berdasarkan Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor (1994).

Sifat tanah Satuan Sangat

rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat

Tinggi

C (karbon) % < 1,00 1,00-2,00 2,01-3,00 3,01-5,0 > 5,00

N(Nitrogen) % < 0,01 0,10-0,20 0.21-0,50 0,51-0,75 > 0,75

C/N % < 5 5-10 11-15 16-25 > 25

P2O5 % < 0,03 0,03-0,06 0,06-0,07 0.08-0,10 > 0,1

P Bray II ppm < 8,0 8,0-15 16-25 26-35 > 35

K2O eks HCl % < 0,03 0,03-0,06 0,07-0,11 0,12-0,20 > 0,20

K-tukar Me/100 < 0,10 0,10-0,29 0,30-0,59 0,60-1,00 >1,00

Na-tukar Me/100 < 0,10 0,10-0,39 0,40-0,79 0,80-1,00 > 1,00

Ca-tukar Me/100 < 2,0 2,0-5,0 6,0-10 11,0-20,0 > 20,0

Mg-tukar Me/100 < 0,40 0,40-1,00 1,10-2,00 2,10-8,00 > 8,00

KTK (CEC) % < 5 5-16 17-24 25-40 > 40,0

KB % < 10 20-35 21-30 51-70 > 70

(66)

Lampiran 6 : Data Deskripsi profil tanah pada unit lahan berbukit (13%) SPT1 di Desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang.

Horison Kedalaman Keterangan

Oa/Ap

A1

AB

B 1

C

0-11 cm

11-32 cm

52-73 cm

73-115 cm

115-150 cm

Hitam (10 YR 2/2), lempung berpasir, remah butir, sedang, lemah, perakaran banyak tanpa bercak-bercak, tanpa karatan, drainase baik, beralih

nyata datar ke...

Coklat gelap (10 YR 3/3), lembab, lempung berpasir, remah, halus, batuan tidak ada, drainase baik,

gembur, beralih jelas dan nyata ke...

Coklat agak kekuningan (10 YR 4/6), lempung berpasir, remah, gumpal bersudut, sedang, perakaran sedikit, tanpa bercak, beralih nyata datar ke...

Coklat kuning (10 YR 5/6), lembab, sedang, gumpal bersudut, sedang, teguh, dan rata ke...

(67)

Lampiran 7 : Data Deskripsi profil tanah pada unit lahan landai (KL 5%) SPT2 di Desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang.

Horison Kedalaman Keterangan

A1

A2

AB

B 1

C

11-32 cm

32-52 cm

52-73 cm

73-115 cm

115-150 cm

Coklat gelap (10 YR 3/3), lembab, lempung berpasir, remah, halus, batuan tidak ada drainase baik, gembur, beralih jelas dan nyata ke...

Coklat gelap kekuningan (10 YR 4/4), lempung berpasir, lepas, gembur, perakaran banyak, drainase baik, beralih nyata landai ke...

Coklat agak kekuningan (10 YR 4/6), lempung berpasir, remah, gumpal bersudut, sedang, perakaran sedikit, tanpa bercak, beralih nyata datar ke...

Coklat kuning (10 YR 5/6), lembab, sedang, gumpal bersudut, sedang, teguh, dan rata ke...

Kuning kemerahan (10 YR 6/3), lempung berpasir, sedang, gumpal, sedikit batuan, teguh.

(68)

Lampiran 8. Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman duku (Lansium domesticum Corr.).

Karakteristik Lahan Kelas Kesesuaian Lahan

S1 S2 S3 N

Curah hujan (mm/thn) 2000-3000 1750-2000 3000-3500

1250-1750 3000-4000

< 1250 >4000 Drainase Baik, sedang Agak

terhambat Kedalaman tanah (cm)

sedang, agak Kejenuhan basa (%) pH H2O

Batuan di permukaan (%) Singkapan batuan (%)

(69)

Gambar

Tabel Judul
Gambar Profil SPT1
Tabel 1. Kelas bahaya erosi Tingkat bahaya erosi
Tabel 4. Rata-rata Curah Hujan Tahunan di Desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit      Kabupaten Deli Serdang
+4

Referensi

Dokumen terkait

Bila di kaitkan pada klasifikasi kesesuaian lahan pada tanaman karet yang di kemukakan oleh Djaenudin (dalam Balai Penelitian Tanah dan Word Agrofo Restry.2007) untuk tanaman

Untuk ini maka diperlukan suatu kajian untuk mendapatkan karakteristik lahan dan kualitas lahan yang tepat untuk pertanaman duku di Provinsi Jambi sebelum

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kalsium pada tanaman duku menurunkan persentase pecah kulit buah duku, meningkatkan kadar hemiselulosa kulit buah dan bobot

Biji buah langsat ( Lansium domesticum Corr.) merupakan tanaman tropis di Indonesia yang banyak ditemukan di Kalimantan Barat. Berdasarkan penelitian sebelumnya

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi karakteristik tingkat kesesuaian lahan sawah dan lahan kering di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang, untuk

Berdasarkan hasil penelitian, analisis dan pembahasan mengenai tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman singkong di Kecamatan Way Serdang Kabupaten Mesuji dengan

Dari hasil penelitian telah didapatkan data tinggi muka air tanah dan data unsur hara makro untuk daerah penelitian, keadaan lahan duku di kabupaten Muaro Jambi merupakan tanaman

Kegiatan studi karakteristik aksesi tanaman duku di Kabupaten Muara Enim diharapkan dapat mengungkapkan keragaman dan potensi plasma nutfah duku sehingga bisa