EVALUASI KESESUAIAN LAHAN di DESA RUMAH PILPIL KECAMATAN SIBOLANGIT KABUPATEN DELI SERDANG UNTUK
TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L)
SKRIPSI
OLEH :
SURYA DHARMA SIAGIAN 030303017/TNH
DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
EVALUASI KESESUAIAN LAHAN di DESA RUMAH PILPIL, KECAMATAN SIBOLANGIT, KABUPATEN DELI SERDANG UNTUK
TANAMAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L)
SKRIPSI
OLEH :
SURYA DHARMA SIAGIAN 030303017/TNH
Skripsi Merupakan Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh Gelar Kesarjanaan di Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara Medan
Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing
(Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc, Ph.D) (Jamilah, SP, MP)
Ketua Anggota
DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Rantau Prapat pada tanggal 06 Mei 1985 dari Ayah
(Alm) J. Siagian dan Ibu T.br. Hutagaol. Penulis merupakan putra ke-empat dari
tujuh orang bersaudara.
Tahun 2003 penulis lulus dari SMU Negeri 3 Rantau Prapat dan pada
tahun 2003 lulus seleksi masuk USU melalui jalur PMP. Penulis memilih
Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di PTPN III Kebun Sei
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Adapun judul dari skripsi ini adalah Evaluasi Kesesuaian Lahan di Desa
Rumah Pilpil, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang Untuk Tanaman
Jarak Pagar (Jatropha curcas L) yang merupakan salah satu syarat dalam
memperoleh gelar kesarjanaan di Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Prof. Dr. Ir. Zulkifli Nasution, MSc, selaku ketua komisi pembimbing dan
Ibu Jamilah, SP, MP, selaku anggota pembimbing yang telah banyak memberikan
bimbingan dan saran bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis
dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari ketidaksempurnaan dari penulisan skripsi ini, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis ucapkan terima
kasih.
Medan, Juni 2009
DAFTAR ISI
ABSTRACT ... iii
ABSTRAK ... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 3
Kegunaan Penelitian ... 3
TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah ... 4
Evaluasi Lahan ... 6
Karakteristik Lahan Untuk Evaluasi Drainase Drainase Tanah ... 8
Bahaya Banjir ... 9
Retensi Hara Kapasitas Tukar Kation ... 10
Aktivitas Ion H+ (pH) ... 11
Kegaraman Salinitas Tanah ... 11
Media Perakaran Tekstur ... 12
Lereng ... 12
Batuan Permukaan ... 13
Batuan Singkapan ... 13
Kedalaman Tanah Kedalaman Efektif ... 13
Ketersediaan Air Curah Hujan Tahunan ... 14
Rata-rata Suhu Tahunan ... 14
Erosi Tingkat Bahaya Erosi ... 15
Phospor ... 16
Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Jenis dan Morfologi ... 20
Syarat Tumbuh ... 21
Penyebaran ... 23
Manfaat ... 23
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 25
KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Lokasi Penelitian ... 31
Fisiografi ... 31
Iklim ... 31
Geologi dan Hidrologi ... 32
Vegetasi dan Tata Guna Lahan... 32
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 46
Saran ... 47
DAFTAR PUSTAKA ... 48 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Nilai KTK beberapa koloid tanah ... 10
Tabel 2. Tipe Struktur tanah ... 18
Tabel 3. Komposisi Asam Lemak Minyak Biji Jarak Pagar ... 24
Tabel 4. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L,) ... 28
Tabel 5. Hasil Pengamatan Lapangan dari keempat profil ... 33
Tabel 6. Data Sifat Kimia Tanah ... 34
Tabel 7. Data Sifat Fisik Tanah ... 35
Tabel 8. Hasil Pengamatan Lapangan dan anlisis Laboratorium pada keempat profil ... 36
Tabel 9. Kelas Kesesuaian Lahan untuk unit lahan bergelombang (P1) ... 37
Tabel 10. Kelas kesesuaian lahan untutk unit lahan bergelombang (P2) ... 38
Tabel 11. Kelas kesesuaian lahan untuk unit lahan landai (P3) ... 39
PENDAHULUAN Latar Belakang
Kebutuhan lahan yang semakin meningkat, langkanya lahan pertanian
yang subur dan potensial, serta adanya persaingan penggunaan lahan antara sektor
pertanian dan non-pertanian, memerlukan teknologi tepat guna dalam upaya
mengoptimalkan penggunaan lahan secara berkelanjutan. Untuk dapat
memanfaatkan sumber daya lahan secara terarah dan efisien diperlukan
tersedianya data dan informasi yang lengkap mengenai keadaan iklim, tanah dan
sifat lingkungan fisik lainnya, serta persyaratan tumbuh tanaman yang diusahakan.
Data iklim, tanah, dan sifat fisik lingkungan lainnya yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman serta terhadap aspek manajemennya perlu
diidentifikasi melalui kegiatan survei dan pemetaan sumber daya lahan. Evaluasi
lahan merupakan suatu pendekatan atau cara untuk menilai potensi sumber daya
lahan. Hasil evaluasi lahan akan memberikan informasi tentang arahan
penggunaan lahan yang diperlukan dan nilai harapan produksi yang kemungkinan
akan diperoleh.
Dalam penelitian ini, sistem evaluasi lahan yang akan digunakan adalah
sistem matching atau mencocokkan antara kualitas dan sifat-sifat lahan (Land
Chracteristic) dengan kriteria kelas kesesuaian lahan yang disusun berdasarkan
persyaratan tumbuh komoditas pertanian yang berbasis lahan. Adapun metode ini
mengacu pada “Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Jarak Pagar untuk Produksi
Ketika harga BBM meningkat tajam dan tampaknya tidak mungkin lagi
menikmati BBM murah, maka semua pihak mulai sadar perlunya mencari bahan
bakar alternatif, khususnya yang terbarukan. Salah satunya yang dipandang
potensial dari kelompok tanaman adalah jarak pagar karena memiliki keunggulan
tersendiri dibandingkan sumber nabati lainnya. Tanaman ini tidak hanya jadi salah
satu alternatif pengganti BBM berbahan dasar fosil, melainkan juga untuk
merehabilitasi lahan kritis 21 juta hektar di Indonesia dan menyerap banyak
tenaga kerja sekaligus mengurangi angka kemiskinan.
Namun, budi daya tanaman Jarak (Jatropha curcas L) hingga saat ini
masih sangat terbatas. Hal ini dikarenakan pandangan masyarakat terhadap
tanaman Jarak pagar masih sebatas tanaman hias, padahal jika tanaman jarak
dikembangkan secara intensif maka tidak hanya sebagai bahan baker biodissel
tetapi juga bermanfaat dalam konservasi lingkungan.
Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu
sentral budi daya pertanian khususnya hortikultura di Sumatera Utara. Oleh
karena itu, perlu adanya suatu tindakan pelestarian sumber daya alam dalam hal
ini tanah dan air melalui budi daya tanaman konservasi, salah satunya adalah
tanaman Jarak pagar (Jatropha curcas L). Karena selain sebagai tanaman
konservasi, jarak pagar juga sangat menguntungkan secara komersil melalui
Bertitik tolak dari uraian di atas maka penulis berkeinginan untuk
melaksanakan penelitian evaluasi kesesuaian lahan di desa Rumah Pilpil
Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang untuk tanaman jarak pagar
(Jatropha curcas L) sehingga dapat memberikan informasi yang lebih bermanfaat.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kesesuaian
lahan di desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang untuk
tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L)
Kegunaan Penelitian
- Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar kesarjanaan di
Departemen Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan
TINJAUAN PUSTAKA
Survei Tanah
Survei tanah merupakan suatu penelitian tanah di lapangan dan di
laboratorium, yang dilakukan secara sistematis dengan metode-metode tertentu
terhadap suatu daerah tertentu, yang ditunjang oleh informasi dari sumber-sumber
lain yang relevan. Survei tanah adalah pengamatan yang dilakukan secara
sistematis, disertai dengan mendeskripsikan, mengklasifikasikan dan memetakan
tanah di suatu daerah tertentu. Menurut Rossiter (2000), survei tanah adalah
proses menentukan pola tutupan tanah, menentukan karakteristik tanah dan
menyajikannya dalam bentuk yang dapat dipahami dan diinterpretasi oleh
berbagai kalangan pengguna.
Tujuan utama dari survei tanah adalah :
1. membuat semua informasi spesifik yang penting tentang tiap-tiap macam
tanah terhadap penggunaannya dan sifat-sifat lainnya sehingga ditentukan
pengelolaannya
2. menyajikan uraian satuan peta sedemikian rupa sehingga dapat
diinterpretasikan oleh orang-orang yang memerlukan fakta-fakta mendasar
tentang tanah
(Rayes, 2007).
Di dalam suvei tanah dikenal 3 macam metode survei, yaitu metode grid,
sistem fisiografi dengan bantuan interpretasi foto udara, dan grid bebas yang
Metode survei grid disebut juga metode grid kaku. Pengambilan contoh
tanah dalam survei ini dilakukan secara sistematik. Jarak pengamatan dibuat
secara teratur pada jarak tertentu untuk menghasilkan jalur segi empat di seluruh
daerah survei. Pengamatan tanah dilakukan dengan pola teratur (interval titik
pengamatan berjarak sama pada arah vertikal dan horizontal). Jarak pengamatan
tergantung dari skala peta. Metode survei grid sangat cocok untuk survei intensif
dengan skala besar, dimana penggunaan interpretasi foto udara sangat terbatas dan
intesitas pengamatan yang rapat memerlukan ketepatan penempatan titik
pengamatan di lapangan dan pada peta (Rayes, 2007).
Metode survei fisiografi diawali dengan melakukan interpretasi foto udara
(IFU) untuk mendelineasi landform yang terdapat di daerah yang disurvei, diikuti
dengan pengecekan lapangan dengan komposisi satuan peta, biasanya hanya di
daerah pewakil. Survei ini umumnya diterapkan pada skala 1: 50.000-1:200.000.
Pada skala kecil, hanya satuan lansekap dan landform yang luas saja yang dapat
digambarkan. Metode ini hanya dapat diterapkan jika tersedia foto udara yang
berkualitas tinggi (Rayes, 2007).
Metode grid bebas merupakan perpaduan metode grid kaku dan metode
fisiografi. Metode ini diterapkan pada survei detail hingga semi detail, foto udara
berkemampuan terbatas dan di tempat-tempat yang orientasi di lapangan cukup
sulit dilakukan. Pada metode ini, pengamatan dilakukan seperti pada grid kaku,
tetapi jarak pengamatan tidak perlu sama dalam dua arah, tergantung fisiografi
Evaluasi Lahan
Evaluasi lahan merupakan suatu proses menduga potensi sumber daya
lahan untuk berbagai penggunaannya. Kerangka dasar evaluasi lahan adalah
membandingkan persyaratan yang diperlukan suatu penggunaan lahan tertentu,
dengan sifat/kualitas lahan yang bersangkutan (Abdullah, 1993).
Tujuan utama evaluasi lahan adalah menyeleksi penggunaan lahan yang
optimal untuk masing-masing satuan lahan tertentu dengan mempetimbangkan
faktor fisik dan sosial ekonomi serta konservasi sumber daya lingkungan untuk
penggunaan yang lestari. Di samping itu, terdapat tujuan yang lebih detail yang
sangat beragam tergantung pada keinginan dan skala evaluasi lahan. Yakni
memperkenalkan teknik budi daya yang baru atau menata ulang sistem pertanian
yang telah ada memerlukan perencanaan yang serius di bidang sumber daya lahan,
kondisi sosial ekonomi, sumber daya air, status pertanian serta kondisi
eko-klimatologi (Rayes, 2007).
Evaluasi lahan dibedakan 3 intensitas detail, yaitu reconnaissance (tinjau),
semi detail (sedang) dan detail. Masing-masing tingkat survei tersebut akan
menentukan jumlah dan jenis kualitas/karakteristik lahan yang akan
dipertimbangkan. Semakin detail peta kelas kesesuaian lahan yang dihasilkan,
akan semakin banyak dan semakin rinci kualitas atau karakteristik lahan yang
dievaluasi (Abdullah, 1993).
Evaluasi lahan pada tingkat tinjau dilakukan dalam skala nasional.
Evaluasi lahan dilakukan secara kualitatif, dan analisis ekonomi hanya dilakukan
dengan sangat umum. Hasil evaluasi dapat digunakan untuk perencanaan secara
lebih khusus, misalnya studi kelayakan (feassibility study) untuk suatu proyek.
Hasil evaluasi tingkat ini memberi keterangan untuk pengambilan keputusan,
penelitian proyek, dan perubahan-perubahan yang mungkin diperlukan. Evaluasi
tingkat detail merupakan survei yang ditujukan untuk membuat perencanaan
untuk implementasi, misalnya untuk pembuatan desain atau rekomendasi
(Rayes, 2007).
Penilaian kelas kesesuaian lahan menurut Sudradjat, dkk, 2005 dalam
Sudradjat, 2006 digolongkan atas dasar kelas-kelas kesesuaian lahan sebagai
berikut :
1. Ordo, yaitu kriteria yang menyatakan sesuai atau tidaknya suatu lahan untuk
penggunaan tertentu. Dibedakan atas 2 ordo :
a. Ordo S: sesuai untuk penggunaan tertentu dalam waktu tidak terbatas.
b. Ordo N: tidak sesuai
2. Kelas, yaitu tingkat kesesuaian dari masing-masing ordo. Terdiri dari 3 kelas
untuk ordo yang sesuai dan 1 kelas untuk ordo yang tidak sesuai.
a. SS : sangat sesuai (Highly suitable), satuan lahan dengan tidak
punya pembatas serius/hanya punya pembatas yang tidak
berarti secara nyata terhadap produksi.
b. S : sesuai (moderately), punya pembatas-pembatas agak serius.
Pembatas mengurangi produksi.
c. SM : sesuai marjinal (marginally), punya pembatas serius. Pembatas
mengurangi produksi.
d. N : tidak sesuai dan faktor pembatas lebih berat bahkan sangat berat
Karakteristik lahan untuk Evaluasi
Drainase
Drainase Tanah
Drainase tanah meningkatkan banyak keadaan yang menguntungkan
tumbuhan tingkat tinggi dan jasad mikro tanah. Dengan memberikan kebebasan
yang lebih besar pada gaya agregasi, pembutiran ditingkatkan dengan nyata.
Bersamaan dengan itu peninggian air tanah juga dikurangi dan mengurangi
kejenuhan tanah akan air; sebab kalau tanah jenuh dengan air dan mengalami
pembekuan, pencairan yang berganti-ganti akan sangat merusak akar tumbuhan
(Hakim, dkk, 1986).
Drainase tanah diklasifikasikan sebagai berikut :
d0 : berlebihan (excessively drained); air yang berlebihan segera keluar dari tanah
dan tanah hanya akan menahan sedikit air sehingga tanaman akan segera
mengalami kekurangan air.
d1 : baik; tanah memiliki peredaran udara (aerasi) yang baik. Seluruh profil tanah
dari atas sampai ke bawah > 150 cm berwarna terang yang seragam dan tidak
terdapat karatan (bercak-bercak kuning, coklat atau kelabu)
d2 : agak baik; tanah beraerasi baik di daerah perakaran. Tidak terdapat
bercak-bercak berwarna kuning, coklat, atau kelabu pada lapisan atas dan bagian atas
lapisan bawah (sampai sekitar 60 cm dari permukaan tanah).
d3 : agak buruk; lapisan atas tanah beraerasi baik; tidak terdapat bercak-bercak
berwarna kuning, kelabu atau coklat. Bercak-bercak terdapat pada seluruh
d4 : buruk; bagian bawah lapisan atas (dekat permukaan) terdapat warna atau
bercak-bercak berwarna kelabu, coklat dan kekuningan.
d5 : sangat buruk; seluruh lapisan sampai permukaan tanah berwarna kelabu dan
tanah lapisan bawah berwarna kelabu atau terdapat bercak-bercak berwarna
kebiruan, atau terdapat air yang menggenang di permukaan tanah dalam waktu
yang lama sehingga menghambat pertumbuhan tanaman
(Rayes, 2007).
Bahaya Banjir
Bahaya banjir atau penggenangan dikelompokkan sebagai berikut :
F0 : tidak pernah (dalam periode satu tahun tanah tidak pernah kebanjiran selama
> 24 jam).
F1 : kadang-kadang (tanah kebanjiran > 24 jam dan terjadinya tidak teratur dalam
periode < 1 bulan).
F2 : selama waktu 1 bulan dalam setahun tanah secara teratur kebanjiran untuk
selama >24 jam.
F3 : selama 2-5 bulan dalam setahun, secara teratur selalu dilanda banjir yang
lamanya lebuh dari 24 jam.
F4 : selama waktu ≥ 6 bulan tan ah selalu diland a ban jir secara teratu r yan g
lamanya > 24 jam
No
Retensi Hara
Kapasitas Tukar Kation
Kapasitas Tukar Kation Total (KTK total) tanah adalah jumlah muatan
negatif tanah baik yang bersumber dari permukaan koloid anorganik (liat) maupun
koloid organik (humus) yang merupakan situs pertukaran kation-kation. Bahan
organik tanah meskipun tergantung derajat humifikasinya mempunyai KTK
paling besar dibanding koloid-koloid liat. Nilai KTK koloid-koloid tanah ini
tertera pada tabel 2. Dari tabel tersebut terlihat bahwa nilai KTK bahan organik
tanah (BOT) dapat 2-20 kali KTK liat. Di antara jenis-jenis liat, pada pH 7,0
urutan nilai KTKnya (dari kecil ke besar) adalah :
Kaolinit < Klorit = Illit < Montmorilionit < Vermikulit (Hanafiah, 2005).
Bahan organik tanah berasal dari tanaman yang tumbuh di atasnya,
sehingga kadar bahan organik tanah tinggi pada lapisan atas tanah dan menurun
dengan bertambahnya kedalaman tanah, sehingga mempengaruhi nilai KTK pada
profil tanah. Di samping itu, kadar liat (tekstur) dan tipe liat juga menentukan nilai
KTK tanah, sedangkan kadar debu dan pasir tanah tidak begitu berpengaruh
(Hanafiah, 2005).
Tabel 1. Nilai KTK beberapa koloid tanah
Jenis bahan/koloid Nilai KTK (me/100g)
1
2
3
Bahan organik tanah
Liat, secara umum
Liat pada pH 7,0 :
= Kaolinit
= Illit (Hidrous mika) dan Khlorit
= Montmorilionit
= Vermikulit
200-300
<10 (oksida) sampai>100 (tipe 2:1)
-
3-15
10-40
80-150
100-150
Aktivitas ion H+ (pH)
Reaksi tanah yang penting adalah masam, netral, atau alkali. Pernyataan
ini didasarkan pada jumlah ion H dan OH dalam larutan tanah. Bila dalam tanah
ditemukan ion H lebih banyak dari OH, maka disebut masam. Bila ion H sama
dengan ion OH disebut netral. Sedangkan apabila jumlah ion OH lebih banyak
daripada ion H disebut alkalin (Hakim, dkk, 1986).
Pada umumnya faktor hara mudah diserap akar tanaman pada pH tanah
sekitar netral, karena pada pH tersebut kebanyakan faktor hara mudah larut dalam
air. Pada tanah masam faktor P tidak dapat diserap tanaman karena diikat
(difiksasi) oleh Al, sedang pada tanah alkalis faktor P juga tidak dapat diserap
tanaman karena difiksasi oleh Ca (Hakim, dkk, 1986).
Kegaraman
Salinitas Tanah
Salinitas tanah dinyatakan dalam kandungan garam larut atau hambatan
listrik ekstrak tanah berikut :
g0 : bebas (< 0,15% garam larut; 0-4 (EC x 103) mmhos per cm pada suhu 250C).
g1 : sedikit terpengaruh (0,15–0,35% garam larut; 4-8 (EC x 103) mmhos per cm
pada suhu 250C).
g2 : cukup terpengaruh (0,35-0,65% garam larut; 8-15 (EC x 103) mmhos per cm
pada suhu 250C).
g3 : sangat terpengaruh (>0,65% garam larut; > 15 (EC x 103) mmhos per cm
pada suhu 250C)
Media Perakaran
Tekstur
Tekstur tanah memegang peranan penting dalam menentukan kesuburan
tanah. Ditinjau dari segi fisik tanah, tekstur berperan dalam struktur rumah tangga
air dan tata udara dalam tanah. Dari segi kesuburan tekstur artinya erat hubungan
dengan pertukaran ion, sifat penyangga dan sifat kimia lainnya
(Poerwowidodo, 1991).
Tekstur tanah merupakan batasan ukuran dan bagian fraksi-fraksi yang
menyusun tanah. Para pakar edapologi hanya membatasi perhatian pada
fraksi-fraksi dengan ukuran < 0,002 mm (liat), 0,002-0,05 mm (debu), dan 0,05-0,2 mm
(pasir) (Poerwowidodo, 1991).
Lereng
Kecuraman lereng, panjang lereng dan bentuk lereng (cekung atau
cembung) dapat mempengaruhi besarnya erosi.
Pengelompokan kecuraman lereng adalah sebagai berikut:
Datar : < 3% landai atau berombak : 3-8%
Bergelombang : 8-15% berbukit : 15-30%
Agak curam : 30-45% curam : 45-65%
Sangat curam : >65%
Batuan Permukaan
Batuan permukaan adalah batuan yang tersebar di atas permukaan tanah.
Penyebaran batuan permukaan dikelompokkan sebagai berikut :
b0 : tidak ada (<0,01% luas areal)
b1 : sedikit (0,01%-3% permukaan tanah tertutup)
b2 : sedang (3%-15% permukaan tanah tertutup)
b3 : banyak (15%-90% permukaan tanah tertutup)
b4 : sangat banyak (>90% permukaan tanah tertutup)
(Rayes, 2007).
Batuan Singkapan
Penyebaran batuan singkapan dikelompokkan sebagai berikut :
b0 : tidak ada (< 2% permukaan tanah tertutup)
b1 : sedikit (2%-10% permukaan tanah tertutup)
b2 : sedang (10%-50% permukaan tanah tertutup)
b3 : banyak (50%-90% permukaan tanah tertutup)
b4 :sangat banyak (>90% permukaan tanah tertutup)
(Rayes, 2007).
Kedalaman Tanah
Kedalaman Efektif
Kedalaman tanah perlu diselidiki sampai pada kedalaman tertentu
(misalnya dengan pengeboran sampai kedalaman 150 cm). Apabila tanah ternyata
cukup dalam (terutama lapisan top soilnya) jelas akan sangat menguntungkan dan
Kedalaman tanah efektif adalah kedalaman tanah yang masih dapat
ditembus akar tanaman. Banyaknya perakaran, baik akar halus maupun akar kasar,
serta dalamnya akar-akar tersebut dapat menembus tanah dan bila tidak dijumpai
akar tanaman, maka kedalaman efektif ditentukan berdasarkan kedalaman solum
tanah (Kartasapoetra dan Sutedjo, 2002).
Walaupun cahaya dan kelembaban dalam komposisi dan kombinasi yang
menguntungkan, tetapi pertumbuhan tanaman akan terganggu atau terhenti jika
suhu melampaui batas minimum atau maksimum tertentu oleh tanaman tersebut.
Suhu optimum untuk aktivitas metabolisme maksimum berbeda untuk setiap jenis
Ketersediaan Air
Curah hujan
Terjadinya hujan tahunan yang tinggi tidak menjamin tersedianya air
untuk tanaman. Faktor-faktor lain harus juga diperhatikan, seperti penyebaran
hujan, sifat tanah dan tanaman. Biasanya periode hujan yang tinggi dan evaporasi
yang tinggi tidak berimpit; tanah menjadi sistem buffer yang penting untuk
tanaman antara waktu penyediaan dan keperluan air (Guslim, 2007).
Sumber utama tersedianya air untuk tanaman adalah air di dalam tanah
yang kemudian diisap oleh akar. Hal yang sangat penting untuk pertumbuhan
optimum adalah bahwa tanaman harus tetap lembab. Untuk kebanyakan jenis
tanaman, tanah tidak boleh terlalu basah atau terlalu kering. Tersedianya air tanah
antara lain dipengaruhi oleh penerimaan hujan yaitu bagian dari hujan yang masuk
ke dalam tanah dan tidak hilang sebagai limpasan (Guslim, 2007).
tanaman, populasi dan individu dari setiap jenis. Berbagai tanaman dan juga
tingkat perkembangannya membutuhkan suhu optimum yang berbeda
(Guslim, 2007).
Data temperatur ditentukan menurut Braak (1929) dalam Guslim (2007)
dimana semakin tinggi suatu tempat dari atas permukaan laut maka semakin
rendah suhunya. Dengan rumus : t = (26,3 – 0,61 x h)0C
t : suhu rata-rata tahunan; h : ketinggian dari permukaan laut dalam
hektometer; sebagai suhu dasar diambil suhu di pantai Pulau Jawa 26,30C.
Erosi
Tingkat Bahaya Erosi
Erosi dan sedimentasi menjadi penyebab utama berkurangnya
produktivitas lahan pertanian, berkurangnya kapasitas saluran atau sungai akibat
pengendapan material hasil erosi. Dengan berjalannya waktu, aliran air
terkonsentrasi ke dalam suatu lintasan-lintasan yang agak dalam, dan mengangkut
partikel tanah dan diendapkan ke daerah di bawahnya yang mungkin berupa
sungai, waduk, saluran irigasi, ataupun area pemukiman penduduk
(Hardiyatmo, 2006)
Adapun klasifikasi tingkat erosi menurut Day (1998) dalam Hardiyatmo
(2006) adalah:
- Sangat ringan : erosi kecil; pada dasar lereng, terkumpul sedikit
debris.
- Ringan : erosi membentuk selokan (rills), yang kedalamannya
- Sedang : parit kedalaman sampai 0,3 m. Debris pada dasar
lereng.
- Berat : parit kedalaman kira-kira 0,3-1 m dan jurang-jurang
kecil (gullies) mulai terbentuk.
- Sangat berat : saluran-saluran erosi dalam (deep erosion channel),
terdiri atas selokan dan jurang-jurang kecil;
berkembangnya pipa-pipa menyebabkan tanah
bagian bawah tererosi
Sumber dan cadangan Phospor (P) alam adalah kerak bumi yang
kandungannya mencapai 0,12 %, dalam bentuk batuan fosfat, endapan guano dan
Hara Tersedia
Nitrogen
Sumber utama nitrogen adalah nitrogen bebas (N2) di atmosfer, yang
jumlahnya mencapai 78%, dan sumber lainnya senyawa-senyawa nitrogen yang
tersimpan dalam tubuh mahluk hidup. Nitrogen sangat jarang ditemui menjadi
komponen mineral oleh karena sifatnya yang mudah larut air. Sifat ini juga
menjadikan endapan-endapan nitrogen yang cukup banyak hanya ditemui di
daerah beriklim kering dan itupun terbatas pada beberapa tempat
(Poerwowidodo, 1991).
Bentuk-bentuk nitrogen yang dapat ditemukan di atmosfer dan dalam
sistem tanah berupa N2, N-asam amino, N-protein, Amonium, Nitrit dan nitrat
serta N2O. Namun bentuk nitrogen yang dapat diserap tanaman hanyalah
N-amonium dan Nitrat (Poerwowidodo, 1991).
endapan fosil tulang. Mineral organik tanah yang mengandung P antara lain: asam
nukleat, fitin dan turunannya, fosfolida, fosfoprotein, fosfatinositol dan fosfat
metabolik (Poerwowidodo, 1991).
Pada kisaran pH dari asam sampai alkalis, larutan tanah dapat
mengandung berbagai bentuk anion P. Pada pH 6,0 larutan tanah didominasi oleh
bentuk H2PO4- dan HPO42- sedangkan pada pH alkalis didominasi anion PO3-.
Umumnya bentuk H2PO4- lebih tersedia bagi tanaman dibandingkan bentuk
HPO42- . Jumlah fosfat dalam bentuk ini sangat rendah dibandingkanbentuk fosfat
lain yang ditemukan dalam sistem tanah (Poerwowidodo, 1991).
Kalium
Kalium (K) merupakan hara utama ketiga setelah N dan P. Kalium
mempunyai valensi satu dan diserap dalam bentuk ion K+. Kalium tergolong unsur
yang mobil dalam tanaman baik dalam sel, dalam jaringan tanaman, maupun
dalam xylem dan floem (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Kalium tersedia dalam tanah tidak selalu tetap dalam keadaan tersedia,
tetapi masih berubah menjadi lambat untuk diserap oleh tanaman (slowly
available). Hal ini disebabkan oleh K tersedia yang mengadakan keseimbangan
dengan K bentuk-bentuk lain.
K lambat diserap ↔ K tertukar ↔ K larut air
Sumber kalium yang terdapat dalam tanah berasal dari pelapukan mineral yang
mengandung K, antara lain: felspar, muskovit, biotit, dan illit. Mineral tersebut
bila lapuk melepaskan K ke larutan tanah atau terjerap tanah dalam bentuk
Tipe struktur
Kemudahan Pengolahan
Tekstur
Tekstur tanah berhubungan erat dengan plastisitas, permeabilitas,
kekerasan, kemudahan olah, kesuburan dan produktivitas tanah pada
daerah-daerah geografis tertentu. Pasir dan debu pada beberapa tanah, umumnya terdiri
dari mineral-mineral yang kaya akan hara-hara esensial, sedangkan pada kasus
lain mereka didominasi oleh kwarsa (SiO2). Tidak suburnya tanah-tanah berpasir
biasanya berhubungan erat dengan kandungan kwarsa yang tinggi
(Hakim, dkk, 1986)
Struktur
Struktur merupakan penyusunan partikel-partikel tanah primer seperti
pasir, debu dan liat membentuk agregat-agregat. Dimana agregat yang satu
dengan lainnya dibatasi oleh bidang belah alami yang lemah. Adapun pembagian
tipe-tipe struktur dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 2. Tipe struktur tanah
deskripsi Lokasi pada horizon granular Kurang porous, ukuran kecil, padat,
tidak terikat antara agregat bulat.
Horizon A
Remah (crumb)
Porous, bulat, ukuran kecil, agregat tidak terikat sesamanya.
Horizon A
Lempeng (plate)
Agregat berbentuk lempeng Sering terdapat pada horizon A2, tanah hutan
dan tanah clavpan
gumpal Gumpal berbentuk kubus,
agregatberpegang erat dengan lainnya, jika terjadi agregat lebih kecil.
Horizon B
Gumpal besudut
Berbentuk gumpal, bermuka datar dengan pinggir bersudut tajam
Horizon B
prisma Bentuk mirip prisma, bagian atas datar
Horizon B
columnar Agregat seperti tiang dengan puncak berbentuk agak bulat.
Horizon B
Konsistensi
Konsistensi merupakan kedudukan fisik tanah pada kadar air tertentu.
Konsistensi tanah tergantung pada tekstur, sifat dan jumlah koloid-koloid
inorganik dan organik, struktur dan terutama kandungan air tanah. Konsistensi
tanah pada kondisi alam dinyatakan dalam istilah lunak, sedang, kaku, dan keras
(Hardiyatmo, 2006).
Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L)
Tanaman jarak pagar relatif mudah dibudidayakan oleh petani kecil, dapat
ditanam sebagai batas kebun, dapat ditanam secara monokultur atau campuran,
cocok di daerah beriklim kering, dapat ditanam sebagai tanaman konservasi lahan,
dapat tumbuh di lahan marjinal, dan juga dapat ditanam di pekarangan atau sekitar
rumah sehingga basis sumber bahan bakunya dapat sangat luas
(Sudrajat, 2006).
Selain itu, tanaman jarak pagar bisa hidup dan tetap produktif meski
ditanam di tanah kritis dan tandus, seperti daerah Nusa Tenggara Timur. Tumbuh
baik di dataran rendah maupun pegunungan. Jarak pagar tidak memiliki hama dan
mulai berbuah lima bulan sesudah ditanam, serta dapat dipanen terus-menerus
hingga 50 tahun (Badan Pusat Statistik, 2004).
Pemanfaatan jarak pagar yang dapat tumbuh di lahan kritis akan
membantu konservasi lahan kritis di Indonesia yang saat ini lebih dari 20 juta Ha
dan dalam pembudidayaannya tidak diperlukan untuk membuka hutan sebagai
penghasil minyak dapat memberikan harapan baru dalam pengembangan bisnis
(Badan Pusat Statistik, 2004).
Tumbuhan inipun bersifat edible (tidak bersaing dengan konsumsi
manusia) maka pemanfaatan tanaman ini sebagai bahan bakar alternatif sangatlah
tepat. Keuntungan yang diperoleh pada budi daya tanaman jarak di lahan kritis
antara lain :1) menunjang usaha konservasi lahan; 2) memberikan kesempatan
kerja sehingga berimplikasi meningkatkan penghasilan petani ; 3) memberikan
solusi pengadaan bahan bakar minyak (Arivin, dkk, 2006).
Bunga tanaman ini berwarna kuning kehijauan, berupa bunga majemuk
berbentuk malai, berumah satu. Bunga jantan dan bunga betina tersusun dalam
Jenis dan Morfologi
Di Indonesia terdapat berbagai jenis tanaman jarak antara lain jarak kepyar
(Ricinus communis), jarak bali (Jatropha podagrica), jarak ulung (Jatropha
gossypifolia L.) dan jarak pagar (Jatropha curcas L). Di antara jenis tanaman
jarak tersebut yang memiliki potensi sebagai sumber bahan bakar alternatif adalah
jarak pagar (Jatropha curcas) dalam bahasa inggris disebut ”Physic Nut”
(Heller, 1996).
Tanaman jarak pagar termasuk famili Euphorbiaceae, satu famili dengan
karet dan ubi kayu. Pohonnya berupa perdu dengan tinggi tanaman 1,7 m,
bercabang tidak teratur. Batangnya berkayu, silindris bila terluka mengeluarkan
getah. Daun tanaman jarak pagar ini berupa daun tunggal, berlekuk, bersudut 3
atau 5, tulang daun menjari dengan 5-7 tulang utama, warna daun hijau
(permukaan bagian bawah lebih pucat dibanding bagian atas). Panjang tangkai
rangkaian berbentuk cawan, muncul diujung batang atau ketiak daun. Buah
berupa buah kotak berbentuk bulat telur, diameter 2-4 cm, berwarna hijau ketika
masih muda dan kuning jika masak. Buah jarak terbagi 3 ruang yang
masing-masing ruang diisi 3 biji. Biji berbentuk bulat lonjong, warna coklat kehitaman.
Biji inilah yang banyak mengandung minyak dengan rendemen sekitar 30-40 %
(Mahmud, dkk, 2006).
Syarat Tumbuh
Jarak pagar tersebar luas di daerah tropis dan subtropis. Kisaran curah
hujan daerah penyebarannya bervariasi.Tanaman tumbuh baik pada curah hujan
900-1200 mm/tahun. kecuali dalam kondisi tertentu seperti di Kepulauan Cape
Verde dengan curah hujan hanya 250 mm/tahun tetapi kelembaban udaranya
sangat tinggi. Di Indonesia, jarak pagar dapat dijumpai di beberapa daerah dengan
curah hujan lebih dari 3.000 mm/tahun, seperti di Bogor, Sumatera Barat, dan
Minahasa (David, dkk, 2006).
Tanaman jarak mudah beradaptasi terhadap lingkungan tumbuhnya.
Adapun lingkungan tumbuh yang optimal bagi pertumbuhannya, yaitu 50o LU-
40o LS,. Ketinggian tempat berkisar 0-1.700 m dpl, dengan suhu 11o-38o C. Jarak
pagar tidak tahan cuaca yang sangat dingin (frost) dan tidak sensitif terhadap
panjang hari (daylength) karena tanaman berasal dari daerah tropis. Iklim yang
kering (suhu >38oC) akan meningkatkan kadar minyak biji, tetapi kekeringan
yang berkepanjangan menyebabkan tanaman menggugurkan daun sehingga
pertumbuhan tanaman terhambat. Sebaliknya, pada daerah dengan curah hujan
tinggi (suhu <11o C) seperti di Bogor, tanaman memiliki pertumbuhan vegetatif
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan (2006a) mengemukakan
bahwa tipe iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi jarak
pagar. Jarak pagar dapat tumbuh pada semua jenis tanah, tetapi pertumbuhan yang
baik dijumpai pada tanah-tanah ringan atau lahan dengan drainase dan aerasi yang
baik. Di daerah-daerah dengan kelengasan tanah bukan menjadi faktor pembatas
(misalnya irigasi atau curah hujan cukup merata), jarak pagar dapat berproduksi
sepanjang tahun, tetapi tidak dapat bertahan dalam kondisi tanah jenuh air.
Meskipun jarak pagar dapat tumbuh dengan baik di lahan marginal
umumnya memiliki pertumbuhan yang kerdil. Di daerah yang sangat kering,
umumnya tinggi tanaman hanya 2-3 m. Jarak pagar dapat tumbuh pada tanah yang
ketersediaan air dan unsur-unsur haranya terbatas atau lahan marginal, tetapi lahan
yang berdrainase baik merupakan tempat yang sesuai bagi tanaman ini untuk
tumbuh dan berproduksi secara optimal
(Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2006a).
Bila perakarannya sudah berkembang, jarak pagar toleran terhadap kondisi
tanah masam atau alkalin (terbaik pada pH tanah 5,50-6,50). Jones dan Miller
(1992) menyatakan untuk mendapatkan produksi yang tinggi pada tanah miskin
hara dan alkalin, tanaman perlu dipupuk dengan pupuk anorganik maupun
organik, yang mengandung sedikit kalsium, magnesium, dan sulfur. Pada
daerah-daerah dengan kandungan fosfat rendah, penggunaan mikoriza dapat membantu
pertumbuhan tanaman jarak.
Tanaman jarak pagar dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur tetapi
strukturnya ringan, tekstur agak kasar, memiliki drainase baik, tidak tergenang,
menghasilkan biji lebih tinggi dari pada di tanah bertekstur lainnya sehingga
produksi tanaman jarak pagar maksimum dicapai (Anonimous, 2006).
Penyebaran
Jarak pagar diperkirakan berasal dari Amerika Tengah, khususnya
Meksiko. Di daerah tersebut, tanaman tumbuh secara alami di kawasan hutan
pinggiran pantai. Jarak pagar menyebar di Malaka setelah tahun 1700-an dan di
Filipina sebelum tahun 1750. Di Indonesia tidak ada catatan yang pasti kapan
jarak pagar masuk ke wilayah Nusantara, tetapi diperkirakan bersamaan dengan di
Malaysia. Jarak pagar dapat ditemukan di berbagai tempat, namun umumnya
tumbuh di pagar-pagar atau tepi jalan di pedesaan. (Anonimous, 2006).
Jarak pagar dikenal dengan berbagai nama, antara lain di Afrika dan Asia,
jarak pagar disebut sebagai castor oil plant yang menunjukkan bahwa tanaman ini
dibawa dari daerah lain dan ditanam untuk diambil minyaknya. Selanjutnya jarak
pagar dikenal luas sebagai hedge castor oil plant yang menunjukkan bahwa
tanaman ini biasanya ditanam di pagar-pagar, nawaih nawas di Aceh, jarak
wolanda di Manado, jirak di Minangkabau, jarak kosta di Jawa Barat, jarak budeg,
jarak gundul, jarak iri, jarak pager, jarak cina, kaleke di Madura, jarak pageh di
Bali, tangang-tangan kali kanjoh di Makassar, malate (hoti) di Seram Timur,
bolacai di Halmahera Utara, dan balacai hisa di Tidore (Ernawati, 2006).
Manfaat
Tanaman Jarak pagar dapat hidup lebih dari 20 tahun. Produktivitas
tanaman Jarak pagar berkisar antara 4 – 5 kg biji/pohon/tahun. Produksi akan
stabil setelah tanaman berumur lebih dari 5 tahun. Dengan tingkat populasi
rendemen minyak sebesar 35% maka setiap hektar lahan dapat diperoleh 2 – 3,5
ton minyak/ha/tahun (Hendartomo, 2007).
Selain sebagai bahan bakar minyak, tanaman jarak pagar memiliki
berbagai manfaat yang lain yaitu serat kayunya cocok untuk pulp kertas dan papan
serat, arang, gliserin, makanan ternak, herbisida, jamur tiram, lebah madu, karbon,
dan kompos. (Sudradjat, 2006)
Tabel 3. Komposisi asam lemak minyak biji jarak pagar
Fatty acid
Rantai
Karbon (C) Jatropha
Berat Molekul
(BM)
Miristic 14:0 0 – 0,1 228
Palmitic
16:0 14,1-15,3 256
Stearic
18:0 3,7-9,8 284
Arachidic
20:0 0-0,3 326
Behenic
22:0 0-0,2 326
Palmitoleic
16:1 0-1,3 254
Oleic
18:1 34,3-45,8 282
Linoleic
18:2 29,0-44,2 280
Linolenic 18:3 0-0,3 278
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit
Kabupaten Deli Serdang dengan letak koordinat 980 34’ 06” BT- 980 34’ 08” BT
dan 30 17’ 47” LU - 30 17’ 48” LU dan dengan ketinggian tempat 700 m di atas
permukaan laut dan untuk analisis sifat fisik dan kimia dilakukan di laboratorium
Sentral Fakultas Pertaniaan Universitas Sumatera Utara. Penelitian dilakukan pada
bulan November sampai dengan April 2008
Bahan dan Alat
Bahan - bahan yang digunakan adalah sampel tanah daerah penelitian,
aquades, dan bahan kimia lain.
Alat-alat yang digunakan adalah Peta Geologi Sumatera Utara Skala 1:
50.000, Peta Lokasi Penelitian Skala 1: 110.000, Peta Topografi Kecamatan
Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Skala 1: 50.000, bor tanah, cangkul, kompas,
klinometer, GPS, meteran, kantong plastik, tali plastik, label nama, spidol, karet
gelang, Formulir isian profil, Munsell Soil Color Chart, Goni plastik, Karton
manila, dan Kamera dan Pisau pandu.
Metode Penelitian
Metode evaluasi yang dilakukan adalah metode Survei sistem Grid dan
metode untuk analisis kesesuaian lahan dengan menggunakan analisis
Perbandingan Land Requirement (Kebutuhan Lahan Oleh Tanaman) dengan Land
Tabel 4: Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Jarak pagar
- drainase tanah - bahaya banjir
C, AC, S Retensi hara (a)
- KTK tanah - pH tanah
- kejenuhan Al (%) - kedalaman sulfidik
≥ S
Media perakaran (s) - tekstur
- Lereng (%)
- Batuan Permukaan (%) - Batuan singkapan (%)
LS, SL, L Kedalaman Tanah (sd)
- Ked. efektif (cm) - Kematangan gambut - Ketebalan gambut
75-100 Ketersediaan air (c)
- bulan kering (<75 mm) - curah hujan/tahun (mm) - rata-rata suhu tahunan
2-4
Hara tersedia (n) - total N
Pelaksanaan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian dilakukan tiga tahap kegiatan berupa tahap
persiapan, tahap pelaksanaan di lapangan, dan tahap analisis di laboratorium.
Tahap Persiapan
Sebelum dilakukan penelitian terlebih dahulu dilakukan konsultasi dengan
dosen pembimbing, telaah pustaka, penyusunan usulan penelitian dan penyediaan
bahan serta peralatan yang digunakan di lapangan.
Tahap kegiatan di lapangan
Daerah Penelitian adalah Desa Rumah Pilpil, Kecamatan Sibolangit,
Kabupaten Deli Serdang dengan luas 310 Ha. Adapun tahap kegiatan
pengambilan sampel tanah yang dilakukan adalah :
1. Pengamatan topografi pada masing–masing unit lahan di Desa Rumah Pilpil,
Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang berdasarkan perbedaan
kemiringan lereng dengan mengunakan klinometer dan diperoleh dua unit
lahan yaitu unit lahan landai 3-8 % dan unit lahan bergelombang 8- 13 %.
Setiap unit lahan yang berbeda digali profil pewakil untuk mengetahui
kedalaman solum, atau kedalaman efektif, kelas drainase, dan keadaan
batuan, kemudian dilakukan pemboran berdasarkan sistem grid setiap jarak
50 m sekaligus pengambilan sampel tanah secara komposit dari keseluruhan
Adapun titik koordinat masing-masing profil adalah:
- Unit lahan bergelombang: P1 (98034’07,5” BT dan 03017’47,7 LU);
P2(98034’07,3” BT dan 03017’47,7 LU).
- Unit lahan landai: P3 (98034’07,5” BT dan 03017’47,5 LU);
P4 (98034’07,3” BT dan 03017’47,5 LU).
2. Diambil sampel tanah pada profil pewakil dan dikompositkan dengan sampel
tanah pada setiap pemboran untuk kebutuhan analisis kimia di laboratorium
sebanyak 2 kg
3. Dilakukan deskripsi profil tanah pada masing-masing unit lahan
Tahap Analisis Laboratorium
Sampel tanah yang berasal dari lapangan kemudian dianalisa sifat kimia
(KTK, pH H2O, Salinitas, Ntotal, P2O5, K2O) dan sifat fisik (tekstur) tanahnya.
Sifat fisik dan kimia tanah ini berguna untuk menentukan kelas kesesuaian lahan
untuk tanaman jarak pagar berdasarkan kriteria kelas kesesuaian lahan menurut
Sudradjat, dkk, (2005).
Analisis Kesesuaian Lahan
Untuk kesesuaian lahan pada tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L)
Parameter yang Diamati
Parameter yang diamati terbagi atas data yang diambil dari lapangan dan
data hasil analisa laboratorium.
Data Lapangan
1. Drainase:
- Drainase tanah, dengan pengamatan keadaan reduksi pada profil
tanah seluruh lapisan profil tanah untuk setiap unit lahan.
- Bahaya banjir ditentukan dengan pengamatan lapangan.
2. Media perakaran
- Lereng (%) dengan Klinometer, untuk mengetahui persen
kemiringan lereng pada setiap unit lahan.
- Batuan permukaan (%), untuk mengetahui berapa banyak batuan
yang terdapat pada tanah yang berguna dalam pengelolaan tanah
- Batuan singkapan (%), berapa banyak batuan yang terdapat di atas
permukaan yang penting dalam pengelolaan tan ah.
3. Kedalaman tanah yaitu kedalaman efektif (cm) dengan pengamatan yaitu
dengan mengukur kedalaman solum tanah dan pertumbuhan perakaran
secara leluasa.
4. Ketersediaan air:
- Bulan kering yaitu curah hujan yang kurang dari 75 mm/bln.
Dipeoleh dengan menggunakan data curah hujan Desa Rumah Pilpil
BMG Sampali Medan
- curah hujan/tahun (mm) yaitu besar curah hujan dalam rata-rata > 10
tahun (mm) di Desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit Kabupaten
Deli Serdang yang diambil dari BMG Sampali Medan
- rata-rata suhu tahunan (0C) yaitu rata-rata temperatur (oC) tahunan
Desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang
yang diperoleh dengan menggunakan metode Braak (1992)
5. Erosi yaitu tingkat bahaya erosi yang dipeoleh melalui pengamatan
selanjutnya ditentukan berdasarkan klasifikasi tingkat bahaya erosi oleh
Day (1998)
6. Kemudahan pengolahan:
- Tekstur ditentukan dengan pengamatan profil tanah
- struktur ditentukan dengan pengamatan profil tanah
- konsistensi ditentukan dengan pengamatan profil tanah
Data Laboratorium
1. Retensi hara:
- Kapasitas Tukar Kation (KTK) dengan metode NH4O Ac pH 7,
untuk mengetahui banyaknya unsur-unsur hara yang terdapat dalam
kompleks serapan yang erat kaitannya dengan kesuburan tanah.
- pH H2O dengan metode elektrometrik (pH meter), untuk mengetahui
2. Kegaraman yaitu salinitas dengan menggunakan metode elektrometrik
(Electrometer conductivity) untuk mengetahui kadar garam di dalam tanah.
3. Media perakaran yaitu tekstur dengan metode Hidrometer, untuk
mengetahui persen kandungan pasir, liat, debu yang erat kaitannya dengan
pengelolaan tanah.
4. Hara tersedia:
- N-total tanah dengan metode Kjehdal untuk mengetahui kadar N
dalam tanah.
- P2O5 dengan metode Bray II ekstraksi HCL 25 % untuk mengetahui
kadar P dalam tanah.
- K2O dengan metode elektrometrik (Atomic Adsorbsion
KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah di Desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit
Kabupaten Deli Serdang, berjarak sekitar 50 km dari kota Medan. Daerah ini
berada pada ketinggian 700-747 meter diatas permukaan laut, dengan luas wilayah
sekitar 310 ha.
Desa Rumah Pilpil merupakan lokasi penelitian yang mudah dijangkau
karena berada pada lokasi yang strategis di mana di sebelah Utara berbatasan
dengan Kecamatan Pancur batu, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan
Barus Jahe, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sibiru-biru, sedangkan
sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kutalimbaru. Hal tersebut
menyebabkan tersedianya sarana dan prasarana yang memadai dalam hal
perhubungan dan transportasi.
Fisiografi
Adapun fisiografi wilayahnya dominan berbukit dengan bentuk lereng
yang kompleks. Dalam arti relief makro landai hingga bergelombang sedangkan
relief mikro bergelombang ( 5%-13%).
Iklim
Iklim merupakan faktor penting yang mempengaruhi tanah maupun
tanaman. Faktor iklim yang paling penting adalah curah hujan dan temperatur
yang keduanya saling mempengaruhi. Lokasi penelitian ini termasuk daerah yang
pada Desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang sebesar
941,3 mm/tahun. Sedangkan temperatur rata-rata sebesar 22,03 0C.
Geologi dan Hidrologi
Satuan peta lahan dan tanah (SPT) Desa Rumah Pilpil dominan terdiri atas
Dystrandepts dan cukup mengandung Hydrandepts. Tanah lokasi penelitian
termasuk tanah Inseptisol dan memiliki bahan induk Andesit yang subur karena
mengandung mika dan kaya kalium sebagai unsur makro.
Vegetasi dan Tata Guna Lahan
Pola penggunaan lahan di Desa Rumah Pilpil secara garis besar sudah
terpengaruhi oleh campur tangan manusia. Secara umum penggunaan lahannya
dipakai dalam bentuk kebun campuran. Selain itu terdapat juga penggunaan lahan
untuk perkebunan, persawahan, serta perkampungan. Vegetasi terdiri dari
sebagian besar tanaman buah dan sayuran seperti jeruk manis, pisang, kelapa,
kakao, puring, semak-semak, dan lain-lain. Status kepemilikan tanah ada yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Data Lapangan
Hasil pengamatan di lapangan terhadap keempat profil di Desa rumah
PilPil dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5: Hasil Pengamatan Lapangan dari Keempat Profil
Kualitas/karakteristik lahan Sbl SPT I SPT II
P1 P2 P3 P4
Drainase - drainase tanah - bahaya banjir
w
Media perakaran (s) - Lereng (%)
- Batuan Permukaan (%) - Batuan singkapan (%)
s Kedalaman Tanah
- Ked. efektif (cm)
sd
85 76 98 91
Ketersediaan air
- bulan kering (<75 mm) - curah hujan/tahun (mm) -rata-rata suhu tahunan
(0C)
- tingkat bahaya erosi
e
S S SR SR
Kemudahan p’olahan - tekstur
Ket : B: baik; SR: sangat rendah; S: sedang; LS: Loamy Sandy (Pasir Berlempung)
Berdasarkan Tabel 5 diatas dapat dilihat bahwa drainase tanah pada P1,
P2, P3 dan P4 adalah baik, bahaya banjir pada keempat profil adalah F0 (tidak ada
banjir), kemiringan lereng pada P1 dan P2 adalah 13 % sedangkan pada P3 dan P4
singkapan. Kedalaman efektif dari masing-masing profil adalah: P1: 85 cm, P2:
76 cm , P3: 98 cm dan P4: 91 cm. Jumlah bulan kering di daerah tersebut (Desa
Rumah PilPil) adalah < 2, sedangkan curah hujan pertahun dan rata-rata suhu
tahunan adalah 941,3 mm/thn dan 22,03oC. Tingkat bahaya erosi pada P1 dan P2
adalah sedang serta P3 dan P4 adalah sangat rendah. Kemudahan pengolahan
ditinjau dari tekstur, struktur dan konsistensi pada keempat profil adalah pasir
berlempung, granular dan sedang.
Sifat Kimia Tanah
Hasil analisis laboratorium untuk sifat kimia tanah antara lain Kapasitas
Tukar Kation, pH, kegaraman dan hara tersedia (N-total, P2O5, dan K2O) dapat
dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 : Data Sifat Kimia Tanah
Kualitas/karakteristik
- salinitas (mmhos/cm)
t
- - - -
Hara tersedia - total N (%)
Ket: T: tinggi; S: sedang; R: rendah; SR: sangat rendah.
Berdasarkan Tabel 6 di atas dapat dilihat bahwa KTK yang paling besar
adalah pada P2 sebesar 32,49 dan yang terendah terdapat pada P1 sebesar 24,01,
pH tanah yang terbesar terdapat pada P3 sebesar 6,43 dan yang terendah terdapat
pada P2 sebesar 6,26. Salinitas tanah pada keempat profil memiliki jumlah yang
P4 sebesar 0,51 % dan yang terendah terdapat pada P2 sebesar 0,34 %. Nilai P2O5
yang terbesar terdapat pada P4 adalah 0,092% dan yang terendah terdapat pada P2
adalah 0,030 % sedangkan nilai K2O yang terbesar terdapat pada P2 adalah 0,027
% dan terdapat pada P3 adalah sebesar 0,020 %.
Sifat Fisik Tanah
Hasil analisis laboratorium untuk tekstur tanah untuk keempat profil dapat
dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 : Kelas Tekstur Tanah
SPT
Kedalaman efektif
(cm)
Kemiringan lereng (%)
Fraksi tanah
Tekstur Pasir
(%)
Debu
(%) Liat (%) SPT
I
P1 85 13 85,1 8,0 6,9 LS
P2 76 13 83,1 8,0 6,9 LS
SPT II
P3 98 5 83,9 8,6 7,5 LS
P4 91 5 80,9 11,6 7,5 LS
Keterangan: LS= Loamy Sand (Pasir Berlempung)
Dapat dilihat pada Tabel 7, baik pada P1 dan P2 yang paling
mendominasi adalah fraksi pasir, yaitu masing-masing 85,1 untuk P1 dan P2, 83,9
untuk P3 serta 80,9 untuk P4. Jadi dapat disimpulkan bahwa tekstur tanah adalah
Evaluasi Lahan
Data hasil analisis laboratorium dan pengamatan di lapangan pada
keempat profil dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8: Hasil pengamatan lapangan dan analisis Laboratorium pada keempat profil. - drainase tanah - bahaya banjir
w
- salinitas (mmhos/cm)
t
- - - -
Media perakaran (s) - tekstur
- Lereng (%)
- Batuan Permukaan (%) - Batuan singkapan (%)
s Kedalaman Tanah
- Ked. Efektif (cm)
sd
85 76 98 91
Ketersediaan air
- bulan kering (<75 mm) - curah hujan/thn (mm) - rata-rata suhu tahunan (0C)
- tingkat bahaya erosi
e
S S SR SR
Hara tersedia - total N (%) Kemudahan p’olahan
- tekstur
Dari hasil pengamatan di laboratorium dan sifat-sifat tanah di lapangan
maka kelas kesesuaian untuk tanaman jarak pagar pada unit lahan landai (P1)
ditampilkan pada Tabel 9
Tabel 9 : Kelas kesesuaian lahan untuk unit lahan bergelombang (P1)
Kualitas/karakteristik
- drainase tanah - bahaya banjir
w
- salinitas (mmhos/cm)
t
- - -
Media perakaran - tekstur
- Lereng (%)
- Batuan Permukaan (%) - Batuan singkapan (%)
s Kedalaman Tanah
- Ked. Efektif (cm)
sd
85 SS SS
Ketersediaan air
- bulan kering (<75 mm) - curah hujan/thn (mm) - rata-rata suhu tahunan (0C)
- tingkat bahaya erosi
e
Sdg SM S
Hara tersedia - total N (%) Kemudhn pengolahan
- tekstur
Dari hasil pengamatan di lapangan dan analisis sifat sifat tanah di
laboratorium maka kelas kesesuaian lahan untuk tanaman jarak pagar untuk (P2)
ditampilkan pada Tabel berikut Tabel 10.
Tabel 10: Kelas kesesuaian untuk unit lahan bergelombang (P2)
Kualitas/karakteristik
- drainase tanah - bahaya banjir
w
- salinitas (mmhos/cm)
t
- - -
Media perakaran - tekstur
- Lereng (%)
- Batuan Permukaan (%) - Batuan singkapan (%)
s Kedalaman Tanah
- Ked. Efektif (cm)
sd
76 SS SS
Ketersediaan air
- bulan kering (<75 mm) - curah hujan/tahun (mm) - rata-rata suhu tahunan (0C)
- tingkat bahaya erosi
e
Sdg SM S
Hara tersedia - total N (%) Kemudahan P’olahan
- tekstur
Kelas Kesesuaian Lahan Aktual N-n (hara tersedia) Kelas Kesesuaian Lahan Potensial S-n (hara tersedia)
Dari hasil pengamatan di laboratorium dan sifat-sifat tanah di lapangan
maka kelas kesesuaian untuk tanaman jarak pagar pada unit lahan landai (P3)
ditampilkan pada Tabel 11
Tabel 11 : Kelas kesesuaian lahan untuk unit lahan landai (P3)
Kualitas/karakteristik
- drainase tanah - bahaya banjir
w
- salinitas (mmhos/cm)
t
- - -
Media perakaran - tekstur
- Lereng (%)
- Batuan Permukaan (%) - Batuan singkapan (%)
s Kedalaman Tanah
- Ked. Efektif (cm)
sd
98 SS SS
Ketersediaan air
- bulan kering (<75 mm) - curah hujan/tahun (mm) - rata-rata suhu tahunan (0C)
- tingkat bahaya erosi
e
SR SS SS
Hara tersedia - total N (%) Kemudahan pengolahan
- tekstur
Kelas Kesesuaian Lahan Aktual N-n (hara tersedia) Kelas Kesesuaian Lahan Potensial S-n (hara tersedia)
Dari hasil pengamatan di lapangan dan analisis sifat sifat tanah di
laboratorium maka kelas kesesuaian lahan untuk tanaman jarak pagar untuk (P4)
ditampilkan pada Tabel berikut Tabel 12.
Tabel 12: Kelas kesesuaian untuk unit lahan landai (P4)
Kualitas/karakteristik
- drainase tanah - bahaya banjir
w
- salinitas (mmhos/cm)
t
- - -
Media perakaran - tekstur
- Lereng (%)
- Batuan Permukaan (%) - Batuan singkapan (%)
s Kedalaman Tanah
- Ked. Efektif (cm)
sd
91 SS SS
Ketersediaan air
- bulan kering (<75 mm) - curah hujan/tahun (mm) - rata-rata suhu tahunan (0C)
- tingkat bahaya erosi
e
SR SS SS
Hara tersedia - total N (%) Kemudahan pengolahan
- tekstur
Pembahasan
Dari hasil pengamatan lapangan diketahui bahwa Desa Rumah PilPil
Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang memiliki drainase tanah yang
baik/cepat serta tidak terdapat bahaya banjir. Berdasarkan kelas kesesuaian lahan
untuk tanaman jarak pagar menurut Sudrajat, dkk, (2005) drainase tanah dan
bahaya banjir desa tersebut termasuk ke dalam kelas SS yaitu sangat sesuai.
Menurut Reyes (2007) kelas drainase baik/cepat apabila tanah mempunyai
peredaran udara yang baik dan seluruh profil tanah dari atas ke bawah memiliki
warna terang yang seragam tidak terdapat bercak-bercak kuning, coklat kelabu
atau kelabu.
Karakteristik lahan yang digunakan untuk retensi hara adalah KTK tanah
dan pH H2O. Dari dua unit lahan ini menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Pada
unit lahan SPT I didapat hasil KTK P1 sebesar 24,01 me/100gr dan P2 sebesar
32,49 me/100gr. Pada unit lahan SPT II diperoleh KTK P3 sebesar 27,12 me/100
gr dan P4 sebesar 29,66 me/100gr. Berdasarkan kelas kesesuaian lahan tanaman
jarak pagar menurut Sudrajat, dkk, (2005) KTK P1 termasuk ke dalam kelas S
(sesuai) sedangkan KTK P2, P3 dan P4 termasuk ke dalam kelas SS (sangat
sesuai). Menurut Hanafiah (2005) kadar liat (tekstur) dan tipe liat juga
menentukan nilai KTK tanah, sedangkan kadar debu dan pasir tanah tidak begitu
berpengaruh.
Dari hasil analisis laboratorium terhadap pH H2O pada unit lahan SPT I,
pH P1 adalah 6,26 dan pH P2 adalah 6,33 sedangkan pada unit lahan SPT II, pH
P3 adalah 6,43 dan pH P4 adalah 6,37. Berdasarkan kelas kesesuaian lahan untuk
tersebut termasuk kedalam kelas SS (sangat sesuai). Menurut Hakim, dkk, (1986)
pada umumnya faktor hara mudah diserap akar tanaman pada pH tanah sekitar
netral, karena pada pH tersebut kebanyakan faktor hara mudah larut dalam air.
Karena nilai salinitas tanah yang sangat kecil sekali dan tidak termasuk ke
dalam salah satu kelas kesesuaian lahan untuk jarak pagar maka salinitas tanah
dianggap tidak memberikan pengaruh sama sekali terhadap pertumbuhan jarak
pagar di desa tersebut.
Dari hasil analisis laboratorium, Desa Rumah Pilpil memiliki tekstur tanah
pasir berlempung (agak kasar). Berdasarkan karakteristik lahan untuk tanaman
jarak pagar yang disusun oleh Sudradjat, dkk, (2005) faktor pembatas tekstur
tanah pasir berlempung termasuk ke dalam kelas SS (sangat sesuai). Hal ini sesuai
dengan pernyataan dari Anonimous (2006) yaitu tanaman jarak pagar dapat
tumbuh pada tanah yang kurang subur tetapi strukturnya ringan, tekstur agak
kasar.
Adapun dalam penelitian ini, desa Rumah PilPil dibagi ke dalam dua unit
lahan berdasarkan topografinya yaitu bergelombang dan landai. Untuk unit lahan
bergelombang memiliki kemiringan lereng 13 % termasuk ke dalam kelas S.
Adapun masalah kemiringan lereng ini dapat diatasi dengan metode mekanik
yaitu pembuatan teras-teras. Untuk unit lahan landai memiliki kemiringan lereng 5
% termasuk ke dalam kelas SS (sangat sesuai).
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di desa Rumah PilPil diketahui
bahwa jumlah batuan permukaan dan batuan singkapan adalah sangat sedikit
Berdasarkan kesesuaian lahan untuk tanaman jarak pagar menurut
Sudrajat, dkk, (2005) tanaman jarak pagar baik ditanam pada tanah yang memiliki
kedalaman efektif 75-100 cm. Dari hasil pengamatan di lapangan kedalaman
efektif di Desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang pada
unit lahan yang bergelombang (SPT I), P1 dan P2 kedalaman efektifnya 85 cm
dan 76 cm dan berada pada kelas kesesuaian SS (sangat sesuai) dan untuk unit
lahan yang landai (SPT II), P3 dan P4 kedalaman efektifnya 98 cm dan 91 cm
berada pada kelas lahan SS (sangat sesuai).
Dari hasil pengamatan data iklim 10 tahun terakhir di Desa Rumah Pilpil
Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang (Lampiran 1) diperoleh data curah
hujan tahunan sebesar 941,3 mm/ tahun. Berdasarkan karakteristik lahan untuk
tanaman jarak pagar yang disusun oleh Sudradjat, dkk (2005) faktor pembatas
curah hujan sebesar 941,3mm/thn termasuk ke dalam kelas SS (sangat sesuai).
Untuk rata-rata suhu tahunan dari Desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit
Kabupaten Deli Serdang ditentukan berdasarkan formula Braak (1929) dimana
dari formula tersebut diperoleh rata-rata suhu tahunan sebesar 22,030C.
Temperatur rata-rata tahunan tersebut termasuk ke dalam kelas SS (sangat sesuai).
Hal ini sesuai dengan pernyataan dari David, dkk (2006)yang menyatakan bahwa
tanaman jarak pagar dapat tumbuh dengan baik dengan curah hujan 900-1200
mm/tahun serta Jones and Miller (1992) yakni lingkungan tumbuh yang optimal
bagi pertumbuhan jarak pagar, yaitu ketinggian tempat berkisar 0-1.700 m dpl,
dengan suhu 11o-38o C.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, dapat diketahui bahwa tingkat
sedalam 0,3 m akibat aliran air. Sedangkan pada SPT II, tingkat erosinya adalah
sangat rendah (sangat ringan). Hal ini ditandai dengan tidak ditemukannya
parit-parit akibat aliran air. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Day (1998) tentang
pengklasifikasian tingkkat erosi. Berdasarkan kriteria kesesuaian lahan tanaman
jarak pagar menurut Sudrajat, dkk, (2005) maka tingkat erosi pada SPT I termasuk
ke dalam kelas SM (sesuai marjinal). Hal ini dapat diatasi dengan membuat
terasering atau menanam tanaman penutup tanah sehingga erosi dapat
diperkecil.Dengan perlakuan tersebut maka kelas kesesuaian lahan potensial dari
SPT I adalah S (sesuai). Sedangkan untuk SPT II kelas kesesuaian lahannya
adalah SS (sangat sesuai).
Dari hasil analisis di laboratorium terhadap hara tersedia yakni N-total,
P2O5 dan K2O, diperoleh N total pada P1 sebesar 0,47 %, P2 : 0,34 %, P3 : 0, 42
%, dan P4 : 0,51 % (lampiran 2). Berdasarkan kriteria hara mineral menurut Pusat
Penelitian Tanah dan Agroklimat bogor (2003) nilai P1, P2 dan P3 berada dalam
kriteria sedang sedangkan nilai P4 berada dalam kriteria tinggi (Lampiran 3).
Menurut kriteria kesesuaian lahan oleh Sudrajat, dkk, (2005) nilai P1, P2 dan P3
termasuk ke dalam kelas S (sesuai) sedangkan untuk P4 termasuk ke dalam kelas
SS (sangat sesuai). Untuk meningkatkan jumlah N pada P1, P2 dan P3 dapat
dilakukan dengan penambahan pupuk N. Peningkatan kadar N tersebut
menjadikan kesesuaian lahan potensial dari P1, P2 dan P3 untuk N-total menjadi
SS (sangat sesuai).
Untuk kandungan hara P2O5 pada P1 sebesar 0,058 %, P2 : 0,030 %, P3 :
0,064 %, dan P4 : 0,092 % (lampiran 2). Berdasarkan kriteria hara mineral
berada pada kriteria rendah, P3 berada dalam kriteria sedang sedangkan nilai P4
berada dalam kriteria tinggi (Lampiran 2). Menurut kriteria kesesuaian lahan oleh
Sudrajat, dkk, (2005) nilai P1 dan P2 termasuk ke dalam kelas SM (sesuai
marjinal), P3 termasuk ke dalam kelas S (sesuai) sedangkan untuk P4 termasuk ke
dalam kelas SS (sangat sesuai). Untuk meningkatkan kadar P pada P1, P2 dan P3
maka dilakukan usaha perbaikan dengan cara pemupukan dan penambahan bahan
organik sehingga kesesuaian lahan potensial pada P1 dan P2 dapat meningkat
menjadi kelas S (sesuai) sedangkan pada P3 dapat meningkat menjadi kelas SS
(sangat sesuai).
Untuk kandungan hara K2O pada P1 sebesar 0,026 %, P2 : 0,027 %, P3 :
0,020 %, dan P4 : 0,021 % (lampiran 2). Berdasarkan kriteria hara mineral
menurut Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat bogor (2003) nilai P1, P2, P3 dan
P4 berada pada kriteria sangat rendah, (Lampiran 2). Menurut kriteria kesesuaian
lahan oleh Sudrajat, dkk, (2005) nilai P1, P2, P3 dan P4 termasuk ke dalam kelas
N (tidak sesuai). Untuk meningkatkan kadar K pada P1, P2 dan P3 maka
dilakukan usaha perbaikan dengan cara pemberian pupuk yang mengandung hara
Kalium sehingga har kalium dapat tersedia dan penambahan bahan organik
sehingga kesesuaian lahan potensial pada P1, P2, P3 dan P4 dapat meningkat
menjadi kelas S (sesuai).
Dari hasil evaluasi kesesuaian lahan terhadap P1, P2, P3 dan P4 maka
keempat profil tersebut memiliki kesesuaian lahan aktual yang sama yaitu N- n
(hara tersedia). Artinya berdasarkan kriteria kesesuaian lahan oleh Sudrajat, dkk,
(2005) nilai P1, P2, P3 dan P4 termasuk ke dalam kelas N (tidak sesuai) dengan
kadar hara khususnya Kalium maka kesesuaian lahan potensialnya meningkat
menjadi S-n (hara tersedia) atau bahkan menjadi lebih baik lagi. Hal ini
disebabkan oleh karena unsur hara merupakan komponen yang dapat berubah
jumlahnya dalam waktu yang singkat dan bila mengalami kekurangan kadar hara
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Desa Rumah Pilpil Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang Dengan
Luas 310 Ha memiliki dua unit lahan yaitu unit lahan bergelombang (SPT I)
(3-8 % ) dan unit lahan landai (SPT II) (8-13 %). Serta penggunaan tanah
didominasi tanaman buah (jeruk, durian, pisang, kakao), bunga, persawahan,
semak, dan perkampungan.
2. Pada keempat profil dari dua unit lahan tersebut diperoleh kelas kesesuaian
lahan aktual yang sama yaitu N-n (tidak sesuai) dengan faktor pembatas utama
hara tersedia berupa kalium.
3. Bila faktor pembatas hara tersedia khususnya kalium mendapatkan perbaikan
maka kelas kesesuaian lahan potensialnya berupa S-n (sesuai dengan faktor
Saran
Pada kedua unit lahan diperoleh masalah utama adalah kekurangan unsur
hara kalium. Maka disarankan bagi masyarakat yang ingin membudidayakan
tanaman jarak pagar di daerah tersebut perlu dilakukan penambahan bahan
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, T.S, 1993, Survey Tanah dan Evaluasi lahan, Penebar Swadaya, Jakarta, Hal 42
Anonimous, 2006, Tehnik Bercocok Tanam Jarak, www. Jarak pagar.com
Arivin, A.R., D. Allorerung, Z. Mahmud, D.S. Effendi, Sumanto, dan F. Isa. 2006. Karakteristik fisik lingkungan daerah pertanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) di Cikeusik, Banten. Makalah disampaikan pada Lokakarya II Status Teknologi Tanaman Jarak Pagar. Hotel Pangrango, Bogor, 29 November 2006.
Badan Pusat Statistik. 2004. Indonesia dalam Angka 2004. Badan Pusat Statistik, Jakarta.www.bps.go.id (6 Juni 2006).
David, A., Z. Mahmud, A.A. Rivaie, D.S. Effendi, dan A. Mulyani. 2006. Peta kesesuaian lahan dan iklim jarak pagar (Jatropha curcas L.). Makalah disampaikan pada Lokakarya Status Teknologi Budidaya Jarak Pagar (Jatrophacurcas L.). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta, 11-12 April 2006. 14 hlm.
Ernawati, M, 2006, Tanaman Jarak Pagar,
Guslim, 2007, Agroklimatologi, USU Press, Medan.
Hakim, N, M.Y, Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.R. Saul, M.A. Diha, G.B. Hong, dan H.H. Bailey, 1986, Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Universitas Lampung, Lampung.
Hanafiah, K.A, 2005, Dasar-Dasar Ilmu Tanah, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Hardiyatmo, H.C, 2006, Penanganan Tanah Longsor dan Erosi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Heller, J. 1996. Physic Nut (Jatropha curcas L.). Promoting the conservation and use of under utilised and neglected crops. 1. Institute of Plant Genetics and Crop Plant Research.Gatersleben/International Plant Genetic Resources Institute, Rome. 66 pp.Henning,