• Tidak ada hasil yang ditemukan

Formulasi Tablet Hisap Ekstrak Etanol Sirih (Piper betle L.) Dan Kapur Sirih (CaCO3) Dengan Mikrokristalin Selulosa (Avicel) Sebagai Pengikat Serta Pengaruhnya Terhadap Kadar CD4 Dalam Darah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Formulasi Tablet Hisap Ekstrak Etanol Sirih (Piper betle L.) Dan Kapur Sirih (CaCO3) Dengan Mikrokristalin Selulosa (Avicel) Sebagai Pengikat Serta Pengaruhnya Terhadap Kadar CD4 Dalam Darah"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

(AVICEL) SEBAGAI PENGIKAT SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KADAR CD4 DALAM DARAH

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi

Disusun oleh :

NIDA NURNABILA NIM : 106102003369

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)

ii NAMA : NIDA NURNABILA

NIM : 106102003369

JUDUL : FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL SIRIH

(Piper betle L.) DAN KAPUR SIRIH (CaCO3) DENGAN

MIKROKRISTALIN SELULOSA (AVICEL) SEBAGAI

PENGIKAT SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KADAR

CD4 DALAM DARAH

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

DR. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt Farida Sulistiawati, M.Si, Apt

Mengetahui,

Ketua Program Studi Farmasi FKIK

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DR. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt

(4)

iii

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL SIRIH (

Piper betle

L

.) DAN KAPUR SIRIH (CaCO3) DENGAN MIKROKRISTALIN

SELULOSA (AVICEL) SEBAGAI PENGIKAT SERTA PENGARUHNYA

TERHADAP KADAR CD4 DALAM DARAH

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan dihadapan tim penguji oleh

Nama : Nida Nurnabila

NIM : 106102003369

Menyetujui, Pembimbing :

1. Pembimbing I DR. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt ………...

2. Pembimbing II Farida Sulistiawati, M.Si, Apt ………...

Penguji :

1. Ketua Penguji DR. M. Yanis Musdja, M.Sc, Apt ………...

2. Anggota penguji I Ismiarni Komala, M.Sc, PhD, Apt………...

3. Anggota penguji II Sabrina, M.Farm, Apt ………...

4. Anggota penguji III Nurmeilis, M.Si, Apt ………...

Mengetahui

DEKAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(5)

iv

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN.

Jakarta, Maret 2011

(6)

Life is struggle and life is competition

If we are able to live it than we will continue to live

But if we give up than we will die, left behind

And mired in powerlessness

But the merciful god

No difficulties are not ended

Therefore try and continue to strive

(Author, 150311)

Love is a catastrophe for the people who are weak

(7)

vi

Alhamdulillahirobbil alamin, sujud syukurku kehadirat Illahi Robbi atas

segala nikmat dan kemudahan yang telah diberikan-Nya.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada :

*Kakekku tercinta H. Agus Effendi, S. Ag*

Sebagai wujud bakti dan rasa hormatku yang telah memberikan segala

bentuk do a, dorongan, kasih-sayang dengan penuh ketulusan dan keikhlasan.

Afwan atas segala khilaf yang telah ananda lakukan.

*Ayahanda Drs. H. Endang Hidayat , MM dan Ibunda Dra. Hj.

Neneng Hulliyah, MMPd*

yang selalu memberikan limpahan kasih sayang serta memberikan semangat

dan dukungan, baik secara moril maupun materiil dan juga untaian do a yang

selalu dipanjatkan dalam setiap langkah yang penulis lakukan.

*Adik-adikku tersayang Dea, Fahmi, dan Salma*

Perjalananmu masih panjang. Semoga cita-cita kalian tercapai, berjuanglah

untuk terus maju melangkah menjadi lebih baik.

*Sebagai ungkapan rasa cintaku bagi rekan, sahabat, serta

teman-temanku*

Terimakasih atas motivasi yang tak henti, tawa, kebersamaan, harapan

(8)

vii

Rasional yang tinggi dan spiritual yang dalam akan menghantarkan pada

keikhlasan.

*Sang Maha Allah SWT*

Salah satu jalan untuk semakin dekat dengan-Mu

Kuharap selalu ruh illahi menyertai jiwaku.

*Almamater-ku*

(9)

viii

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Alhamdulillahirobbil’aalamiin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang tanpa henti sedetikpun senantiasa melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul “Formulasi Tablet Hisap Ekstrak Etanol Sirih (Piper betle L.) Dan Kapur Sirih (CaCO3) Dengan Mikrokristalin Selulosa (Avicel) Sebagai Pengikat Serta Pengaruhnya Terhadap Kadar CD4 Dalam

Darah”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan tingkat Strata 1 (S1) pada Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari perhatian, bimbingan, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak yang sungguh berarti dan berharga bagi penulis. Dengan rasa tulus ikhlas dan dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada :

1. Prof. DR (hc). dr. M. K Tadjudin, Sp. And, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Drs. M Yanis Musdja, M.Sc, Apt, selaku Pembimbing dan Ketua Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Nurmeilis M.Si, Apt, selaku Sekretaris Program Studi Farmasi. 4. Ibu Farida Sulistiawati M.Si, Apt, selaku pembimbing yang telah

memberikan waktu, tenaga, pikiran, bimbingan serta motivasi kepada penulis selama penelitian.

(10)

ix

7. Teman–teman seperjuangan Farmasi angkatan 2006 kelas A dan B. Semoga silaturahmi kita bisa tetap terus terjaga, karena kita adalah keluarga.

8. Adik-adikku jurusan Farmasi, terimakasih banyak untuk partisipasinya.

9. Ibu Isnawati serta teman-teman kost-an Cheryl-Haikal, terimakasih untuk dukungannya.

10. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung selama penelitian hingga penyelesaian skripsi ini.

Semoga kebaikan yang telah diberikan kepada penulis, dicatat sebagai amal sholeh dan dibalas oleh Allah SWT. Dan penulis berharap, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam bidang farmasi dan dunia kesehatan pada umumnya. Amin.

Jakarta, Maret 2011

Penulis

(11)

x

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Hipotesis ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Sirih (Piper betle L.) ... 7

2.1.1 Klasifikasi ... 7

2.1.2 Nama Daerah ... 7

2.1.3 Pertelaan... 8

2.1.4 Ekologi dan Penyebaran ... 9

2.1.5 Budidaya ... 9

2.1.6 Kandungan Kimia ... 11

2.1.7 Khasiat dan Kegunaan ... 11

2.1.8 Efek Farmakologi ... 12

2.2 Deskripsi Kapur Sirih... 13

(12)

xi

2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Simplisia 16

2.4 Ekstraksi... 20

2.4.1 Metode Ekstraksi ... 20

2.5 Ekstrak ... 23

2.5.1 Proses Pembuatan Ekstrak ... 25

2.6 Tablet Hisap ... 27

2.6.1 Definisi Tablet Hisap ... 27

2.6.2 Bahan Tambahan Tablet Hisap... 28

2.6.3 Monografi Bahan Formulasi Tablet Hisap ... 31

2.6.4 Metode Pembuatan Tablet Hisap ... 35

2.6.5 Parameter Sifat Fisik Massa Tablet ... 37

2.6.6 Evaluasi Tablet ... 39

2.7 Sistem Imunitas Tubuh ... 41

2.7.1 CD4 (Cluster of Differentiation4)... 42

2.7.2 Imunomodulator... 43

2.7.3 Kontrol Pembanding ... 44

BAB III. KERANGKA KONSEP ... 45

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian... 46

4.2 Alat dan Bahan Penelitian... 46

4.2.1 Alat Penelitian... 46

4.2.2 Bahan Penelitian... 46

4.3 Prosedur Penelitian ... 47

4.3.1 Pemeriksaan Simplisia (Determinasi) ... 47

4.3.2 Pembuatan Serbuk Simplisia Daun Sirih ... 47

4.3.3 Penapisan Fitokimia ... 48

4.3.4 Pembuatan Ekstrak Kental ... 52

4.3.5 Karakterisasi Ekstrak ... 52

(13)

xii

4.4.2 Evaluasi Tablet... 58

4.5 Uji Kesukaan (Hedonic test)... 59

4.6 Uji CD4... 60

4.7 Analisa Data... 61

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... 63

5.1.1 Identifikasi Serbuk Sirih ... 63

5.1.2 Karakterisasi Ekstrak ... 64

5.1.3 Formula Tablet Hisap... 65

5.1.4 Evaluasi Massa Tablet... 65

5.1.5 Evaluasi Tablet... 67

5.1.6 Uji Kesukaan (Hedonic test) ... 68

5.1.7 Uji CD4 ... 70

5.2 Pembahasan... 71

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 80

6.2 Saran... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81

(14)

xiii

Tabel 1. Persentase kompresibilitas terhadap sifat aliran serbuk... 37

Tabel 2. Nilai sudut henti terhadap sifat alir ... 38

Tabel 3. Laju alir terhadap sifat alir ... 39

Tabel 4. Formula tablet hisap... 55

Tabel 5. Hasil identifikasi serbuk dan ekstrak sirih ... 63

Tabel 6. Hasil karakterisasi ekstrak ... 64

Tabel 7. Hasil evaluasi massa tablet ... 65

Tabel 8. Hasil evaluasi distribusi ukuran partikel ... 66

Tabel 9. Hasil evaluasi tablet ... 67

Tabel 10. Hasil uji kesukaan terhadap rasa tablet ... 68

Tabel 11. Hasil uji kesukaan terhadap aroma tablet ... 69

Tabel 12. Persentase CD4 dalam limfosit ... 70

Tabel 13. Konversi dari dosis hewan ke dosis manusia (HED) berdasarkan luas permukaan tubuh ... 90

Tabel 14. Dosis daun sirih... 92

Tabel 15. Dosis kapur sirih ... 93

Tabel 16. Hasil pengukuran kadar lembab... 93

Tabel 17. Hasil pengukuran kadar abu... 94

Tabel 18. Hasil uji kadar lembab ... 94

Tabel 19. Hasil uji kompresibilitas ... 95

Tabel 20. Hasil uji sudut henti ... 95

Tabel 21. Hasil uji laju alir... 96

Tabel 22. Hasil uji distribusi ukuran partikel... 97

Tabel 23. Hasil uji friabilitas... 98

Tabel 24. Hasil uji kekerasan tablet ... 98

(15)
(16)

Gambar 1. Grafik distribusi ukuran partikel ... 66

Gambar 2. Grafik persentase CD4 dalam limfosit ... 70

Gambar 3. Ekstrak kental sirih... 86

Gambar 4. BD Tritest CD4 ... 86

Gambar 5. Rotary evaporator... 86

Gambar 6. Furnace... 86

Gambar 7. Neraca analitik ... 86

Gambar 8. Desikator ... 86

Gambar 9. Moisture balance ... 87

Gambar 10. Sieving analyzer ... 87

Gambar 11. Hardness tester ... 87

Gambar 12. Friabilator ... 87

Gambar 13. Sysmex pouch 100i ... 87

(17)

xvi

Lampiran 1. Gambar bahan dan alat penelitian ... 86

Lampiran 2. Preparasi simplisia daun sirih... 88

Lampiran 3. Proses pembuatan ekstrak etanol sirih... 89

Lampiran 4. Perhitungan dosis ekstrak etanol sirih dan kapur sirih ... 90

Lampiran 5. Perhitungan dosis penelitian sebelumnya... 91

Lampiran 6. Perhitungan dosis daun sirih... 92

Lampiran 7. Perhitungan dosis kapur sirih ... 93

Lampiran 8. Perhitungan karakterisasi ekstrak sirih ... 93

Lampiran 9. Hasil evaluasi massa tablet ... 94

Lampiran 10. Evaluasi tablet ... 98

Lampiran 11. Angket uji kesukaan (Hedonic test) ... 102

Lampiran 12. Hasil uji statistik ... 103

Lampiran 13. Sertifikat determinasi tanaman ... 107

Lampiran 14. Sertifikat bahan baku CaCO3... 108

Lampiran 15. Sertifikat bahan baku avicel pH 102 ... 109

(18)

xvii

FORMULASI TABLET HISAP EKSTRAK ETANOL SIRIH (Piper betle L.) DAN KAPUR SIRIH (CaCO3) DENGAN MIKROKRISTALIN SELULOSA (AVICEL) SEBAGAI PENGIKAT SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KADAR CD4 DALAM DARAH

Telah dilakukan penelitian aktivitas imunomodulator ekstrak sirih dan CaCO3. Sirih

dan CaCO3 digunakan sebagai bahan obat yang berfungsi sebagai imunomodulator.

Pada penelitian ini dilakukan pengembangan sediaan dalam bentuk tablet hisap, selanjutnya dilakukan pengukuran kadar CD4 dalam darah. Ekstrak sirih dan CaCO3

(19)

xviii

LOZENGES FORMULATION OF BETEL EXTRACT (Piper betle L.) AND CaCO3WITH MICROCRYSTALLINE CELLULOSE (AVICEL) AS BINDER AND ITS EFFECT CD4 ON THE LEVEL IN THE BLOOD

Research of immunomodulatory extract of betel and CaCO3 has been investigated.

Betel and CaCO3is applied as component of drug. In this research, the development

of preparations of lozenges, then performed the measurement of CD4 levels in the blood. Extracts of betel and CaCO3 formulated into lozenges with various

concentrations of avicel as binding agent, made in direct compression method. Lozenges are designed in three formulas, those are formula A, formula B, and formula C. Each formula is divided based on the concentration used. Formula A contains 10% of avicel, formula B contains 15% of avicel, and formula C contains 20% of avicel. The evaluation results show that the greater concentration of avicel used as a binder, hence increasing the value of hardness and the resulting of disintegration time. But the results of qualifying, obtained in the formula A with 13.9 kg/cm2 of hardness and 22.17 minutes of disintegration time. In this case, formula A to be used as a test of CD4 in the blood. The statistical test carried out on CD4 levels panelists who consume lozenges for 5 successively days showed no significant differences between before and after treatment of the positive control and there are differences in meaning to the negative control.

(20)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang kaya akan tumbuh-tumbuhan. Pengobatan dengan menggunakan bahan alam sudah menjadi kebiasaan turun temurun bagi masyarakat Indonesia, hal ini terbukti dengan banyaknya ramuan-ramuan yang beredar di masyarakat. Kecenderungan untuk kembali kepada cara-cara pengobatan yang menerapkan konsep

back to natureatau kembali ke alam yaitu mengkonsumsi obat tradisional dengan cara mendayagunakan sumber-sumber alam secara optimal namun tetap mengacu pada pendekatan rasional (Soedibyo, 1998).

(21)

juga dapat berefek sebagai mukolitik, karena didalamnya mengandung senyawa saponin.

Menyirih merupakan kebiasaan sebagian masyarakat Indonesia terutama di Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Berdasarkan pengalaman yang ada di masyarakat, komponen yang digunakan untuk menyirih adalah berupa daun sirih, gambir, pinang, dan kapur sirih. Masyarakat mempercayai bahwa dengan menyirih, dapat memperkuat gigi dan menjauhkan mulut dari berbagai macam penyakit mulut seperti sariawan, gusi berdarah, dan radang tenggorokan.

Salah satu komponen menyirih yaitu daun sirih, daun sirih telah dikenal masyarakat sebagai antiseptik (Sari, 2006), antibatuk (Arifin, 1990) dan antibakteri. Sedangkan getahnya dapat menghentikan gusi berdarah, sakit gigi, obat kumur, mengurangi produksi air susu (Depkes RI, 1980). Penelitian sebelumnya telah dilakukan pengujian efek imunomodulator kombinasi ekstrak etanol 70% daun sirih (Piper betle L.) 117 mg/kg BB dan kapur sirih 51 mg/kg BB mencit menunjukkan aktivitas sebagai imunomodulator (Awalia, 2010).

(22)

Tablet hisap merupakan bentuk sediaan padat berbentuk cakram yang mengandung bahan obat dan juga umumnya bahan pewangi, dimaksudkan untuk secara perlahan-lahan melarut dalam rongga mulut untuk efek setempat (Ansel, 1989). Tablet hisap dipilih karena sebagai salah satu inovasi baru untuk merintis jalan bagi pengembangan obat-obat tradisional, bentuk sediaan ini diharapkan dapat disukai karena mudah dalam penyimpanan dan mudah dalam penggunaannya. Bentuk sediaan ini juga diharapkan dapat memberikan takaran dosis zat aktif yang lebih tepat dan benar.

Metode yang digunakan dalam pembuatan tablet hisap ekstrak daun sirih dan kapur sirih yaitu dengan metode kempa langsung. Metode ini diharapkan dapat memberikan sifat alir dan kompresibilitas sediaan yang baik (BankerandAnderson, 1989).

Tablet hisap yang berkualitas baik adalah yang memiliki tingkat kekerasan yang cukup tinggi, karena sediaan ini akan menghasilkan efek lokal pada mulut sehingga diperlukan tablet yang cukup keras dan tidak mudah larut dalam mulut. Dan untuk itu diperlukan bahan pengikat yang benar-benar bagus untuk menghasilkan tablet hisap yang memenuhi syarat-syarat tersebut.

(23)

Tablet hisap ini dibuat dengan menggunakan bahan pengikat avicel dengan berbagai variasi konsentrasi. Variasi konsentrasi avicel yang digunakan diharapkan dapat memberikan formulasi yang optimum untuk sediaan tablet hisap dari ekstrak daun sirih dan kapur sirih.

Imunomodulator adalah suatu agen atau zat yang dapat mempengaruhi atau menjaga sistem pertahanan tubuh. Sistem imun tubuh merupakan gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap berbagai penyakit terutama infeksi (Baratawidjaja, 2004). Selain ekstrak daun sirih dan kapur sirih diformulasikan dalam bentuk sediaan tablet hisap, penelitian ini juga ditujukkan untuk mengetahui efek imunomodulator tablet hisap dari ekstrak daun sirih dan kapur sirih terhadap kadar CD4 dalam tubuh.

1.2 Perumusan Masalah

1. Apakah ekstrak daun sirih (Piper betle L.) dan kapur sirih (CaCO3)

dapat dibuat menjadi sediaan tablet hisap dengan bahan pengikat avicel ?

2. Bagaimana pengaruh variasi konsentrasi avicel sebagai bahan pengikat terhadap sifat fisik tablet ?

(24)

1.3 Hipotesis

1. Ekstrak daun sirih (Piper betle L.) dan kapur sirih (CaCO3) dapat

dibuat menjadi sediaan tablet hisap dengan bahan pengikat avicel. 2. Dapat diperoleh konsentrasi optimal avicel sebagai bahan pengikat

terhadap sifat fisik tablet.

3. Sediaan tablet hisap ekstrak daun sirih (Piper betle L.) dan kapur sirih (CaCO3) dapat mempengaruhi kadar CD4 dalam darah.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Membuat sediaan tablet hisap ekstrak daun sirih (Piper betle L.) dan kapur sirih (CaCO3) dengan avicel sebagai bahan pengikat.

2. Mengetahui konsentrasi optimal dari avicel sebagai bahan pengikat tablet ekstrak daun sirih (Piper betle L.) dan kapur sirih (CaCO3)

sehingga diperoleh sediaan yang baik.

(25)

1.5 Manfaat Penelitian

Diantara manfaat yang diperoleh dari penelitian ini antara lain :

1. Memberikan informasi tentang pengaruh konsentrasi avicel sebagai bahan pengikat dalam tablet hisap ekstrak daun sirih (Piper betle L.) dan kapur sirih (CaCO3).

2. Memberikan informasi tentang pengaruh ekstrak daun sirih (Piper betle L.) dan kapur sirih (CaCO3) yang dikonsumsi dalam bentuk

(26)

7

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Tanaman Sirih (Piper betle L.) 2.1.1 Klasifikasi

Berdasarkan ilmu taksonomi, klasifikasi tanaman daun sirih adalah sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Bangsa : Diperales Suku : Diperaceae Marga : Piper

Jenis :Piper betle L. (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991). Sinonim :Chavica auriculata Miq., C. betle Miq., Artanthe hixagona

(Dalimartha, 2006). 2.1.2 Nama Daerah

(27)

Bali: Base, sedah. Nusatenggara: Nahi (Bima), kuta (Sumba), mota (Flores), orengi (Ende), taa (Sika), malu (Solor), mokeh (Alor).

Sulawesi: Ganjang, gapura (Bugis), baulu (Bare), buya, dondili (Buol), bolu (Parigi), komba (Selayar), lalama, sangi (Talaud).Maluku: Ani Ani (Hok), papek, raunge, rambika (Alfuru), nein (Bonfia), kakina (Waru), kamu (Piru, Sapalewa), amu (Rumakai, Elpaputi, Ambon, Ulias), garmo (Buru), bido (Bacan). Irian: Reman (Wendebi), manaw (Makimi), namuera (Saberi), eouwon (Armahi), nai wadok (Sarmi), mera (Sewan), mirtan (Berik), afo (Sentani), wangi (Sawe), freedor (Awija), dedami (Marind).Indonesia:Sirih (Depkes RI, 1980).

2.1.3 Pertelaan

(28)

2.1.4 Ekologi dan Penyebaran

Sirih ditemukan di bagian timur pantai Afrika, di sekitar pulau Zanzibar, daerah sekitar sungai Indus ke timur menelusuri sungai Yang Tse Kiang, kepulauan Bonin, kepulauan Fiji dan kepulauan Indonesia. Sirih tersebar di Nusantara dalam skala yang tidak terlalu luas. Di Jawa tumbuh liar di hutan jati atau hutan hujan sampai ketinggian 300 m diatas permukaan laut. Untuk memperoleh pertumbuhan yang baik diperlukan tanah yang kaya akan humus, subur dan pengairan yang baik (Depkes RI, 1980).

2.1.5 Budidaya

(29)

Sirih dapat juga dipanjatkan langsung pada pohon hidup yang sudah ada seperti pohon aren, pohon pinang, atau pohon kelapa. Bila sandaran sudah berakar baik, pada permulaan musim hujan dibuat lubang sekitar sandaran. Stek sirih ditanam sepanjang dua buku dan sisanya diikatkan pada tiang sandaran. Cara lain ialah dengan memotong sulur panjang yang sudah dewasa pada pangkalnya, daunnya dihilangkan, kemudian sulur ini dibagi menjadi 3 atau 4 bagian dan ditanam secara mendatar. Setelah stek itu berakar, biasanya cukup tiga sulur saja yang dibiarkan tumbuh dan memanjat keatas. Dengan pemeliharaan yang cukup baik, sirih akan bertahan selama bertahun-tahun dengan tetap memberikan hasil yang cukup baik. Dari ketiak daun akan tumbuh cabang dan ranting yang menggantung dan bagian inilah yang akan dipanen. Bila tanaman telah berumur satu tahun, panen dapat dimulai.

(30)

berwarna kuning tua. Sulur yang telah dipanen diikat dan dikemas dalam keranjang. Cara lain ialah dengan melepas daun dari sulurnya, kemudian tiap 25 lembar diikat menjadi satu. Untuk dikirim ke tempat lain, daun dibungkus dengan daun pisang dan bila perlu dibungkus lagi dengan pelepah pisang (gedebok) (Depkes RI, 1980).

2.1.6 Kandungan Kimia

Daun sirih mengandung banyak minyak atsiri yang terdiri dari hidroksi kavikol, kavibetol, estragol, eugenol, metil eugenol, karvakrol, terpinen, seskuiterpen, fenilpropan, tanin (Depkes RI, 1980). Sirih mengandung 1-4,2% minyak atsiri; hidroksikavicol; 7,2-16,7% kavicol; 2,7-6,2%, kavibetol; 0-9,6% allypyrokatekol; 2,2-5,6% karvakol; 26,8-42,5% eugenol; eugenol metil eter; 4,2-15,8% eugenol metil eter; 1,2-2,5% p-cymene; 2,4–4,8% cineole; 3-9,8% caryophyllene; dan 2,4-15,8% cadinene. Selain itu, sirih juga mengandung estragol, terpennena, seskuiterpena, fenil propana, tanin, diastase, gula, dan pati (Hariana, 2008).

2.1.7 Khasiat dan Kegunaan

(31)

Daun sirih mempunyai efek sebagai antibakteri karena mengandung banyak senyawa fenol sehingga dapat membunuh kuman-kuman penyebab penyakit. Secara tradisional, daun sirih memang disebutkan sebagai obat sariawan namun belum diketahui bagaimana mekanisme kerjanya, sebagai antibakteri atau berfungsi lain. Karvakrol bersifat sebagai desinfektan dan anti jamur sehingga bisa digunakan untuk obat antiseptik pada bau mulut dan keputihan. Zat lainnya yaitu eugenol dan metil eugenol yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada gigi (Depkes RI, 2000).

2.1.8 Efek Farmakologi

(32)

Secara tradisional, Piperis Folium memang disebutkan sebagai obat sariawan, namun belum diketahui bagaimana mekanisme kerjanya, sebagai antibakteri atau berfungsi lain. TanamanPiper betlemengandung minyak atsiri salah satu diantara komponennya adalah kavakrol. Kavakrol bersifat sebagai desinfektan, antijamur, sehingga bisa digunakan untuk obat antiseptik pada bau mulut dan keputihan. Zat lainnya yaitu eugenol dan metil-eugenol, dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada gigi (Depkes RI, 2000).

2.2 Deskripsi Kapur Sirih

Kapur atau cunam (kapur mati) berwarna putih likat seperti krim yang dihasilkan dari cangkang siput laut yang telah dibakar. Hasil dari debu cangkang tersebut perlu dicampurkan air untuk mempermudah bila dioleskan ke atas daun sirih. Kapur dapat diperoleh dengan membakar batu kapur (kalsium karbonat/CaCO3). Apabila dibakar dengan suhu tertentu

CaCO3 dapat mengeluarkan gas yang disebut dengan karbondioksida

(CO2) dan menjadi kalsium oksida (CaO). Kalsium oksida kemudian

dicampur dengan sedikit air yang menyebabkan CaO menyerap dan mengembang, selain menghasilkan panas serta menjadi serbuk kapur yang dikenal sebagai kalsium hidroksida (Ca(OH)2). Proses tersebut disebut

(33)

mengikat karbondioksida di udara sehingga kembali menjadi kalsium karbonat seperti semula (Perpustakaan Negara Malaysia, 2001).

Kapur sirih telah digunakan sejak dahulu sebagai salah satu komponen untuk menyirih. Dengan menyirih, dipercaya dapat meningkatkan daya tahan tubuh (imunomodulator), dapat mencegah kerusakan gigi, membasmi cacing dan berkhasiat juga sebagai aprodisiaka. Kapur sirih mempunyai rumus kimia CaCO3 yang dengan adanya faktor

lingkungan dapat menjadi CaO dan Ca(OH)2.

2.2.1 Kandungan dan Manfaat

Kapur sirih mempunyai rumus kimia CaCO3, sehingga kandungan

utama dari kapur sirih adalah kalsium. Secara umum, kalsium merupakan mineral yang amat penting bagi manusia terutama sebagai pembentuk massa tulang.

(34)

2.3 Simplisia

2.3.1

Definisi Simplisia

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat dan belum mengalami pengolahan apapun juga, dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelikan/mineral. Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan/diisolasi dari tanamannya. Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni. Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia yang berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia murni (Depkes RI, 1979).

(35)

2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Simplisia

Kualitas simplisia dipengaruhi oleh faktor bahan baku dan proses pembuatannya.

a. Bahan baku simplisia

Berdasarkan bahan bakunya, simplisia dapat diperoleh dari tanaman liar dan atau dari tanaman yang dibudidayakan. Jika simplisia diambil dari tanaman budidaya maka keseragaman umur, masa panen, dan galur (asal usul, garis keturunan) tanaman dapat dipantau. Sementara jika diambil dari tanaman liar maka banyak kendala dan variabilitas yang tidak bisa dikendalikan seperti asal tanaman, umur, dan tempat tumbuh.

b. Proses pembuatan simplisia

Dasar pembuatan simplisia meliputi beberapa tahapan. Adapun tahapan tersebut dimulai dari pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian, pengubahan bentuk, pengeringan, sortasi kering, pengepakan, dan penyimpanan.

1) Pengumpulan bahan baku

(36)

berlangsung maksimal, yaitu ditandai dengan saat-saat tanaman mulai berbunga atau buah mulai masak.

2) Sortasi basah

Sortasi basah adalah pemilahan hasil panen ketika tanaman masih segar. Sortasi dilakukan terhadap tanah dan kerikil, rumput-rumputan, bahan tanaman lain atau bagian lain dari tanaman yang tidak digunakan, dan bagian tanaman yang rusak (dimakan ulat dan sebagainya).

3) Pencucian

Pencucian simplisia dilakukan untuk membersihkan kotoran yang melekat, terutama bahan-bahan yang berasal dari dalam tanah dan juga bahan-bahan yang tercemar pestisida.

4) Pengubahan bentuk

Pada dasarnya tujuan pengubahan bentuk simplisia adalah untuk memperluas permukaan bahan baku. Semakin luas permukaan maka bahan baku akan semakin cepat kering.

5) Pengeringan

(37)

pengeringan, suhu pengeringan, kelembaban udara di sekitar bahan, kelembaban bahan atau kandungan air dari bahan, ketebalan bahan yang dikeringkan, sirkulasi udara, dan luas permukaan bahan.

Pada dasarnya dikenal dua cara pengeringan yaitu pengeringan secara alamiah dan buatan (Depkes RI, 1985).

1. Pengeringan alamiah

Tergantung dari senyawa aktif yang dikandung dalam bagian tanaman yang dikeringkan, dapat dilakukan dua cara pengeringan :

a. Dengan panas sinar matahari langsung. Cara ini dilakukan untuk mengeringkan bagian tanaman yang relatif keras seperti kayu, kulit kayu, biji dan sebagainya, dan mengandung senyawa aktif yang relatif stabil.

b. Dengan diangin-anginkan dan tidak dipanaskan dengan sinar matahari langsung. Cara ini terutama digunakan untuk mengeringkan bagian tanaman yang lunak seperti bunga, daun, dan sebagainya dan mengandung senyawa aktif mudah menguap.

2. Pengeringan buatan

(38)

lebih baik, karena pengeringan akan lebih merata dan waktu pengeringan akan lebih cepat tanpa dipengaruhi oleh keadaan cuaca.

6) Sortasi kering

Sortasi kering adalah pemilihan bahan setelah mengalami proses pengeringan. Pemilihan dilakukan terhadap bahan-bahan yang terlalu gosong, bahan yang rusak, atau dibersihkan dari kotoran hewan.

7) Pengepakan dan penyimpanan

Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering selesai maka simplisia perlu ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri dan disimpan di tempat yang memenuhi persyaratan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengepakan dan penyimpanan adalah cahaya, oksigen atau sirkulasi udara, reaksi kimia yang terjadi antara kandungan aktif dengan wadah, penyerapan air, kemungkinan terjadinya proses dehidrasi, pengotoran dan atau pencemaran, baik yang diakibatkan oleh serangga, kapang atau pengotor yang lain. Persyaratan wadah untuk penyimpanan simplisia adalah harusinert

(39)

2.4 Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Struktur kimia yang berbeda-beda akan mempengaruhi kelarutan serta stabilitas senyawa-senyawa tersebut terhadap pemanasan, udara, cahaya, logam berat, dan derajat keasaman. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Depkes RI, 2000).

Ragam ekstraksi yang tepat sudah tentu bergantung pada tekstur dan kandungan air bahan tumbuhan yang diekstraksi dan pada jenis senyawa yang diisolasi. Prosedur klasik untuk memperoleh kandungan senyawa organik dari jaringan tumbuhan kering (galih, biji kering, akar, daun) ialah dengan mengekstraksi-sinambung serbuk bahan dengan alat soxhlet dengan menggunakan sederetan pelarut secara berganti-ganti (Harborne, 1987). 2.4.1 Metode ekstraksi (Depkes RI, 2000)

a. Ekstraksi dengan menggunakan pelarut 1) Cara dingin

- Maserasi

(40)

temperatur ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. - Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.

2) Cara panas - Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.

- Soxhlet

(41)

- Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50oC.

- Infus

Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98oC) selama waktu tertentu (15-20 menit).

- Dekok

Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥30oC) dan temperatur sampai titik didih air.

b. Destilasi uap

(42)

2.5 Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI, 1995). Ekstrak cair adalah sediaan dari simplisia nabati yang mengandung etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet. Jika tidak dinyatakan lain pada masing-masing monografi tiap mililiter ekstrak mengandung senyawa aktif dari 1 gram simplisia yang memenuhi syarat. Ekstrak cair yang cenderung membentuk endapan dapat didiamkan dan disaring atau bagian yang bening dienaptuangkan (dekantasi). Beningan yang diperoleh memenuhi persyaratan Farmakope. Ekstrak cair dapat dibuat dari ekstrak yang sesuai (Depkes RI, 2000).

Parameter spesifik ekstrak terdiri dari :

a. Identitas

Memberikan identitas obyektif dari nama dan spesifik dari senyawa identitas dengan cara melihat kandungan dari ekstrak yang dibuat (Depkes RI, 2000).

b. Organoleptik

(43)

Parameter non spesifik ekstrak terdiri dari :

a. Susut pengeringan

Susut pengeringan adalah pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada temperatur 105oC selama 30 menit atau sampai berat konstan, yang dinyatakan sebagai nilai persen (%). Tujuannya untuk memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan. Nilai untuk susut pengeringan jika tidak dinyatakan lain adalah kurang dari 10%.

b. Kadar lembab

Kadar lembab adalah pengukuran kandungan lembab yang berada di dalam bahan. Tujuannya untuk memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya kandungan lembab di dalam bahan. Nilai untuk kadar lembab sesuai dengan yang tertera dalam monografi.

c. Kadar abu

(44)

2.5.1 Proses Pembuatan Ekstrak

Pembuatan ekstrak melalui tahap-tahap sebagai berikut : a. Pembuatan serbuk simplisia dan klasifikasinya

Proses awal pembuatan ekstrak adalah tahapan pembuatan serbuk simplisia kering (penyerbukan). Dari simplisia dibuat serbuk simplisia dengan peralatan tertentu sampai derajat kehalusan tertentu. Proses ini dapat mempengaruhi mutu ekstrak karena makin halus serbuk simplisia, proses ekstraksi makin efektif dan efisien, namun makin halus serbuk maka makin rumit secara teknologi peralatan untuk tahapan filtrasi.

b. Cairan pelarut

Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang baik (optimal) untuk kandungan zat aktif sehingga senyawa tersebut dapat terpisahkan dari senyawa lainnya dan ekstrak hanya mengandung sebagian besar senyawa kandungan yang diinginkan. Dalam hal ekstrak total, maka cairan pelarut dipilih yang melarutkan hampir semua metabolit sekunder yang terkandung. Faktor utama untuk pertimbangan pada pemilihan cairan penyari adalah sebagai berikut :

1. Selektivitas

2. Kemudahan bekerja dan proses dengan cairan tersebut 3. Ekonomis

(45)

c. Separasi dan pemurnian

Tujuan dari tahapan ini adalah untuk menghilangkan (memisahkan) senyawa yang tidak dikehendaki semaksimal mungkin tanpa berpengaruh pada senyawa kandungan yang dikehendaki, sehingga diperoleh ekstrak yang lebih murni. Proses-proses pada tahapan ini adalah pengendapan, pemisahan dua cairan tak campur, sentrifugasi, dekantasi, filtrasi, serta proses adsorbsi dan penukar ion.

d. Pemekatan/Penguapan (VaporasidanEvaporasi)

Pemekatan berarti peningkatan jumlah partial solute (senyawa terlarut) dengan cara penguapan pelarut tanpa sampai menjadi kering tetapi ekstrak hanya menjadi kental/pekat.

e. Pengeringan ekstrak

Pengeringan berarti menghilangkan pelarut dari bahan sehingga menghasilkan serbuk, masa kering-rapuh, tergantung proses dan peralatan yang digunakan. Ada berbagai proses pengeringan ekstrak, yaitu dengan cara pengeringan evaporasi, vaporasi, sublimasi, konveksi, kontak, radiasi, dan dielektrik.

f. Rendemen

(46)

2.6 Tablet Hisap

2.6.1 Definisi Tablet Hisap

Tablet hisap (lozenges) adalah sediaan padat yang mengandung bahan tambahan satu atau lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis serta dapat membuat tablet melarut atau hancur perlahan di mulut. Tablet hisap umumnya ditujukan untuk pengobatan iritasi lokal atau infeksi tenggorokan, dapat juga mengandung bahan aktif yang dimaksudkan untuk absorbsi sistemik setelah ditelan. Jenis tablet ini dirancang agar tidak mengalami kehancuran di dalam mulut, tetapi larut atau terkikis secara perlahan dalam jangka waktu 30 menit atau kurang. Berbeda dengan tablet kempa biasa, pada tablet hisap tidak digunakan bahan penghancur, bahan yang digunakan sebagian besar adalah bahan yang bersifat larut dalam air dan mengandung lebih banyak bahan pemanis (50% dari berat keseluruhan tablet atau lebih) seperti sukrosa, laktosa, manitol, dekstrosa dan sebagainya. Selain itu pada umumnya tablet hisap mempunyai diameter yang besar yaitu >12,5 mm dengan berat >700 mg. Tablet hisap yang baik memiliki kekerasan sebesar 10-20 kg/cm2 (Lachman, 1986).

(47)

waktu yang diperpanjang/diperlama (5-10 menit). Bentuk tablet hisap dapat beragam dan bentuk yang paling umum adalah datar, bulat, oktagonal (segi delapan), dan bikonveks. Selain itu, ada yang berbentuk batang (bacilli), yaitu batang pendek atau silinder (Siregar Charles J.P dan Saleh Wikarsa, 2010).

2.6.2 Bahan Tambahan Tablet Hisap

Bahan tambahan yang diperlukan pada formulasi tablet hisap adalah bahan pengisi, pengikat, pelincir, pewarna, perasa, dan pemanis. Bahan tablet harus memenuhi persyaratan sebagai berikut (Lachman, 1986) :

1. Inert secara fisiologi

2. Stabil secara fisika dan kimia 3. Bebas dari mikroba

4. Tidak memiliki kontraindikasi dengan bahan obat 5. Tidak mempengaruhi bioavailabilitas obat

6. Tidak toksik

7. Memenuhi standar farmasetik dalam hal bentuk dan kemurnian. Bahan tambahan dalam tablet hisap adalah sebagai berikut :

a. Pengisi (Filler)

(48)

b. Pengikat (Binder)

Bahan tambahan yang diperlukan untuk memberikan sifat kohesif terhadap serbuk sehingga dapat membentuk struktur tablet yang kompak setelah pencetakan dan dapat ditambahkan dalam bentuk kering, cairan, atau larutan tergantung pada metode pembuatan tablet hisap. Bahan pengikat kering antara lain : hidroksi propil metil selulosa, carboxy metil selulosa, etil selulosa, dan avicel, sedangkan bahan pengikat dalam bentuk basah antara lain : gom, gelatin, tragakan, dan PVP (Voight R, 1999).

c. Pelincir (Voight R, 1999; Siregar Charles J.P dan Saleh Wikarsa, 2010)

Pelincir dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu : 1. Pelincir (Glidan)

Bahan yang berfungsi untuk memperbaiki daya luncur masa atau granulat yang ditabletasi dengan mengurangi gesekan antar partikel. Contohnya adalah pati (amilum), talk, bahan silikat, magnesium oksida.

2. Pelicin (Lubricant)

(49)

3. Anti adhesi (Anti sticking)

Bahan yang berfungsi untuk mencegah lekatnya bahan yang dikempa pada permukaan punch. Contohnya adalah talk, amilum maidis, Cab-O-Sil, natrium lauril sulfat, logam stearat. d. Adsorben

Bahan yang dimaksudkan untuk melindungi bahan berkhasiat dari pengaruh kelembaban, membantu meningkatkan homogenitas campuran, menghindari lembab akibat reaksi antara bahan dalam sediaan bahan tablet. Contohnya adalah aerosil, avicel, Mg oksida, Mg karbonat, laktosa, bentonit dan kaolin (Voight R, 1999).

e. Pemanis

Bahan yang digunakan untuk menutupi rasa yang tidak enak dari bahan lain dalam tablet. Contohnya adalah manitol, sukrosa, sakarin, aspartam.

f. Pengharum

Bahan yang digunakan untuk menutupi aroma yang tidak enak dari bahan lain dan menimbulkan aroma tertentu. Contohnya adalaholeum citridanoleum menthae piperenthae.

g. Pewarna

(50)

2.6.3 Monografi Bahan Formulasi Tablet Hisap

a. Ekstrak Sirih

Berupa ekstrak etanol sirih (Piper betle L.) yang telah dikeringkan dengan kadar lembab rata-rata 4,9%.

b. CaCO3

Kalsium karbonat mengandung kalsium setara tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 100,5% CaCO3.

Pemerian : Serbuk, hablur mikro, putih, tidak berbau, tidak berasa, stabil di udara.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; kelarutan dalam air meningkat dengan adanya sedikit garam amonium atau karbon dioksida, adanya alkali hidroksida menurunkan kelarutan, tidak larut dalam etanol, larut dalam asam asetat 1 N, dalam asam klorida 3 N dan dalam asam nitrat 2 N dengan membentuk gelembung gas.

Berat molekul : 100,09 (Depkes, 1995) c. Sukrosa

Pemerian : Hablur putih atau tidak berwarna, masa hablur atau berbentuk kubus, atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa manis, stabil di udara. Larutannya netral terhadap lakmus.

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih, sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan dalam eter.

(51)

Berat molekul : 342,30

Kegunaan : Pemanis (Wade, 1994; Depkes, 1995) d. Manitol

Manitol mengandung tidak kurang dari 96,0% dan tidak lebih dari 101,5% C6H14O6, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan

(Depkes, 1995). Manisnya manitol 0,5-0,7 manisnya sukrosa (Daruwala, 1975).

Pemerian : Serbuk hablur atau granul mengalir bebas, putih, tidak berbau, rasa manis.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, larut dalam larutan basa, sukar larut dalam piridina, sangat sukar larut dalam etanol, praktis tidak larut dalam eter.

Rumus kimia : C6H14O6

Berat molekul :182,17

Kegunaan : Pengisi tablet (Wade, 1994; Depkes, 1995) e. Laktosa

Pemerian : Serbuk atau masa hablur, keras, putih atau putih krem. Tidak berbau dan rasa sedikit manis. Stabil di udara, tetapi mudah menyerap bau.

Kelarutan : Mudah (pelan-pelan) larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air mendidih, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan dalam eter.

(52)

f. Avicel pH 102

Avicel pH 102 merupakan produk aglomerasi dengan distribusi ukuran partikel yang besar dan menunjukkan sifat alir serta kompresibilitas yang baik (Banker andAnderson, 1989). Avicel pH 102 merupakan selulosa yang terdepolimerasi parsial berwarna putih, tidak berasa, tidak berbau, serbuk kristal yang terdiri dari partikel porous, tidak larut dalam asam encer dan sebagian pelarut organik (Wade, 1994).

g. Mg stearat

Magnesium stearat merupakan senyawa magnesium dengan campuran asam-asam organik padat yang diperoleh dari lemak, terutama terdiri dari magnesium stearat dan magnesium palmitat dalam berbagai perbandingan tidak kurang dari 6,8% dan tidak lebih dari 8,3% MgO.

Pemerian : Serbuk halus, putih, tidak berasa, bau lemah khas, mudah melekat di kulit, bebas dari butiran.

Kelarutan : Tidak larut dalam air, dalam etanol, dan dalam eter. Rumus kimia : C36H70MgO4

Kegunaan : Lubrikan tablet

Konsentrasi : 0,25-5% (Wade, 1994; Depkes, 1995) h. Talk

(53)

Pemerian : Serbuk hablur sangat halus, putih atau putih kelabu. Berkilat, mudah melekat pada kulit dan bebas dari butiran.

Kelarutan : Tidak larut dalam hampir semua pelarut Rumus kimia : Mg6(Si2O5)4(OH)4

Kegunaan : Glidan, pengisi tablet, lubrikan tablet

Konsentrasi : Glidan dan lubrikan (1-10%), pengisi (5-30%) (Wade, 1994; Depkes, 1995)

i. Vanilla

Pemerian : Serbuk putih atau agak kuning berbentuk jarum-jarum kristal dengan aroma dan rasa vanilla.

Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dalam kloroform, dalam eter, dan dalam larutan alkali hidroksida tertentu, larut dalam gliserin dan dalam air panas.

Kegunaan : Pengaroma dan perfumery

(54)

2.6.4 Metode Pembuatan Tablet Hisap

Pembuatan tablet hisap dengan cara pengempaan atau kompresi dapat dilakukan dengan granulasi basah, granulasi kering, dan kompresi langsung. Pemilihan metode pembuatan tablet hisap tergantung dari sifat bahan aktif.

Metode pembuatan tablet hisap dibagi menjadi tiga, yaitu : a. Metode granulasi basah (Wet granulation)

Metode ini merupakan metode yang terluas digunakan orang dalam memproduksi tablet kompresi. Granul dibuat melalui penambahan bahan pengikat dalam bentuk cairan ke dalam campuran serbuk, kemudian massa serbuk yang lembab digiling dan diayak hingga diperoleh ukuran granul yang diinginkan. Kelembaban pada granul dapat dihilangkan melalui proses pengeringan. Tujuan utama dari proses granulasi ini adalah untuk meningkatkan sifat alir dan densitas, mengurangi porositas bahan, memudahkan kompresi, menjaga keseragaman pencampuran massa tablet, mengurangi debu, meningkatkan pembasahan tablet, serta meningkatkan waktu disolusi (Ansel, 1989).

b. Metode granulasi kering (Dry granulation)

(55)

dengan metode granulasi basah, karena kepekaannya terhadap uap air atau karena untuk mengeringkannya diperlukan temperatur yang dinaikkan (Ansel, 1989).

c. Kompresi langsung (Direct compression)

Metode ini digunakan untuk bahan-bahan yang mudah mengalir atau sifat kohesivitasnya tinggi sehingga memungkinkan untuk langsung dicetak dalam mesin tablet. Pada metode kempa langsung tidak memerlukan proses pembasahan saat pencampuran antara bahan berkhasiat dengan bahan penolong dan juga tidak diperlukan bahan pelicin (Ansel, 1989).

(56)

2.6.5 Parameter Sifat Fisik Massa Tablet

a. Kadar lembab (Voight, 1994)

Pengukuran kadar lembab merupakan hal penting yang harus dilakukan sebelum melakukan pengempaan serbuk menjadi tablet. Pengukuran kadar lembab dilakukan dengan menggunakan alat yang disebutmoisture balance.

b. Kompresibilitas

Volume dan bangun timbunan serbuk ditentukan oleh ukuran partikel dan bentuk partikel. Uji kompresibilitas dilakukan untuk melihat kemampuan serbuk untuk dapat dikempa sehingga akan menghasilkan dengan kekerasan yang baik. Uji kompresibilitas dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut bulk density. Persen kompresibilitas dihitung dengan menggunakan rumus :

% Kompresibilitas = (Bj mampat-Bj bulk) x 100% Bj mampat

Syarat persen kompresibilitas yang baik yaitu tidak lebih dari 20% Tabel 1.Persentase Kompresibilitas Terhadap Sifat Aliran Serbuk

% Kompresibilitas Sifat Aliran

5-12 Sangat baik

12-18 Baik

18-23 Cukup

23-33 Kurang

33-38 Sangat kurang

(57)

c. Distribusi ukuran partikel (Lachman, 1994)

Serbuk yang baik akan mengikuti distribusi normal, ukuran dari butiran-butiran halus dan kasar mempunyai prosentase kecil. Bahan pengikat yang kuat umumnya menghasilkan persentase ukuran yang lebih kecil. Distribusi ukuran partikel dilakukan dengan menggunakan alat yang disebutsieving analyzer.

d. Sifat alir (Voight, 1994; Lachman, 1994; Aulton, 1988)

Untuk menentukan sifat alir berlaku sudut kemiringan aliran (sudut lereng, sudut tuang, sudut luncur), yang diberikan, jika suatu zat berupa serbuk mengalir bebas dari sebuah corong membentuk kerucut. Adapun untuk mengukur sudut henti adalah dengan mengukur tinggi dan diameter kerucut yang dihasilkan, sedangkan untuk mengukur laju alir adalah dengan menghitung waktu yang dibutuhkan sejumlah serbuk untuk dapat habis melewati corong. Syarat sudut henti yang baik yaitu tidak lebih dari 30odan syarat laju alir yang baik yaitu >10 gram/detik.

Tabel 2.Nilai Sudut Henti Terhadap Sifat Alir Sudut Henti (o) Sifat Aliran

<25 Sangat baik

25-30 Baik

30-40 Cukup

(58)

Tabel 3.Laju Alir Terhadap Sifat Alir

Laju Alir (gram/detik) Sifat Aliran

>10 Bebas mengalir

4-10 Mudah mengalir

1,6-4 Kohesif

<1,6 Sangat kohesif

2.6.6 Evaluasi Tablet

a. Pemeriksaan organoleptik (Ansel, 1989)

Pemeriksaan organoleptik meliputi warna, bau, rasa, penampilan (mengkilap atau kusam), tekstur permukaan (halus atau kasar), derajat kecacatan seperti serpihan, dan kontaminasi benda padat asing (rambut, tetesan minyak, kotoran). Warna yang tidak seragam serta adanya kecacatan pada tablet selain menurunkan nilai estetikanya juga dapat menimbulkan persepsi adanya ketidakseragaman kandungan dan kualitas produk yang buruk.

b. Keseragaman bobot (Depkes RI, 1979)

(59)

c. Keseragaman ukuran (Ansel,1989)

Ukuran tablet meliputi diameter dan ketebalan. Ketebalan tablet berhubungan dengan proses pembuatan tablet. Ketebalan tablet harus terkontrol sampai perbedaan 5% dari nilai standar. Pengontrolan ketebalan tablet diperlukan agar diterima oleh konsumen dan dapat mempermudah pengemasan.

d. Kekerasan (Lachman, 1994)

Tablet harus memiliki kekuatan atau kekerasan tertentu agar tahan terhadap berbagai guncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan dan transportasi. Kekerasan tablet merupakan fungsi dari isi diedan gaya kompresi. Pada tenaga kompresi yang tetap, kekerasan tablet akan meningkat dengan menambah isi die. Jika tekanan ditambah, kekerasan akan meningkat sampai batasan tertentu. Jika tekanan melebihi batas tersebut akan terjadicappingataulaminating.

e. Keregasan/Friabilitas(Agoes, 2006)

Tablet yang baik memiliki keregasan kurang dari 1%. Keregasan tablet dinyatakan sebagai selisih bobot sebelum dan sesudah pengujian, dibagi dengan bobot mula-mula lalu dikali 100%.

f. Waktu hisap (Lachman, 1994)

(60)

2.7 Sistem Imunitas Tubuh

Sistem imun tubuh merupakan gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap berbagai penyakit terutama infeksi (Baratawidjaja, 2004).

(61)

2.7.1 CD4 (Cluster of Differentiation4)

CD4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit. CD4 pada orang dengan sistem kekebalan yang menurun menjadi sangat penting, karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang seharusnya berperan dalam memerangi infeksi yang masuk ke tubuh manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4 berkisar antara 31%-60%. Pada orang dengan sistem kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai CD4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus bisa sampai nol).

Di sekitar kita banyak sekali infeksi yang beredar, entah itu berada dalam udara, makanan ataupun minuman. Namun manusia tidak setiap saat menjadi sakit, karena CD4 masih bisa berfungsi dengan baik untuk melawan infeksi ini. Jika CD4 berkurang, mikroorganisme yang patogen akan dengan mudah masuk ke tubuh kita dan menimbulkan penyakit pada tubuh manusia.

(62)

2.7.2 Imunomodulator

Imunomodulator berasal dari kata “imuno” yang berarti kekebalan

dan “modulator” yang berarti pembawa. Imunomodulator adalah suatu

agen atau zat yang dapat mempengaruhi atau menjaga sistem pertahanan tubuh. Imunomodulator merupakan obat yang bekerja dengan cara melakukan modulasi pada sistem imun. Pada individu dengan defisiensi sistem imun, imunomodulator bekerja dengan cara merangsang (imunostimulan), sedangkan pada individu dengan reaksi imun berlebih maka imunomodulator bekerja dengan cara menekan atau menormalkan (imunosupresan). Imunomodulator bekerja mengoptimalkan pertahanan tubuh maka secara tidak langsung telah mengatasi atau mengurangi berbagai keadaan patologis atau gangguan kesehatan lainnya akibat tidak optimalnya sistem pertahanan tubuh, diantaranya penyakit infeksi, alergi, kanker, neoplasma jinak ataupun ganas (kanker) (Sunaryo dkk., 2007). Obat golongan imunomodulator bekerja dengan 3 cara, yaitu melalui : a. Imunorestorasi

Imunorestorasi ialah suatu cara untuk mengembalikan fungsi sistem imun yang terganggu dengan memberikan berbagai komponen sistem imun.

b. Imunostimulasi

(63)

c. Imunosupresan

Imunosupresan merupakan tindakan untuk memperbaiki fungsi sistem pertahanan tubuh dengan cara menekan respon imun (Anonim, 2004).

2.7.3 Kontrol Pembanding

Imboost® merupakan merk dagang dari imunomodulator dengan bahan aktif yaitu Echinacea. Imboost® mengandung Echinacea purpurea

250 mg, Zn picolinate 10 mg, dan ekstrak Black eldelberry 400 mg yang dikemas dalam bentuk sediaan kaplet. Imboost® diindikasikan untuk membantu memperbaiki daya tahan tubuh dan membantu meredakan gejala selesma (Anonim, 2010).Echinaceaadalah tumbuhan pertama yang dibuktikan secara ilmiah khasiat stimulasinya terhadap sistem imun (Tjay Tan Hoan dan Kirana Rahardja, 2002). Echinaceabiasa digunakan secara tradisional sebagai obat herbal yang dipercaya memiliki efek imunostimulan (Rininger, 2000). Selain itu, Echinacea merupakan suatu imunomodulator yang dapat merangsang dan menyeimbangkan sistem imunologi tubuh dalam mengatasi proses peradangan atau infeksi (Katzung, 2004).

Konstituen kimia dari Echinacea meliputi flavonoid, konstituen larut lemak (misalnya alkamide, polyancetylene), polisakarida larut air, dan konjugatcaffeoylyang larut air (misalnya echinacoside,chicoric acid,

(64)

45

1. Daun sirih dan kapur sirih dipergunakan sejak lama oleh masyarakat Indonesia sebagai obat tradisional.

2. Pengembangan bentuk sediaan daun sirih dan kapur sirih yang lebih praktis yaitu dalam bentuk tablet hisap.

Membuat tablet hisap ekstrak etanol sirih dan kapur sirih dengan berbagai variasi konsentrasi bahan pengikat dari avicel

Diperoleh konsentrasi optimal avicel yang sesuai dengan persyaratan fisik tablet menurut

(65)

46

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Bahan Alam Farmasi UIN Jakarta, Balitro Bogor, Laboratorium Teknologi Sediaan Padat Farmasi UIN Jakarta, Laboratorium Farmasi Angkatan Laut Jakarta, Laboratorium Makmal Terpadu Fakultas Kedokteran UI Salemba. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November hingga Maret 2011.

4.2 Alat dan Bahan Penelitian

4.2.1 Alat Penelitian

Alat yang digunakan adalah blender, neraca analitik, beaker glass, batang pengaduk, kapas steril, rotary evaporator, refrigerator, cawan porselen, spatel, krustang, desikator, oven, moisture content balance,

furnace, alat pencetak tablet, gelas ukur, sieving analyzer, stop watch, corong, statif, jangka sorong, hardness tester, friabilator, tube, vortex,

micropipettor, sysmex pouch 100i, FACSCalibur. 4.2.2 Bahan Penelitian

Simplisia

Simplisia yang digunakan adalah daun sirih (Piper betle L.). Bahan kimia dan pereaksi

(66)

Bahan untuk penapisan fitokimia adalah ammonia (10%, 25%), kloroform, HCL (1%, 1:10), pereaksi Dragendorff, pereaksi Mayer, aquadest, lempeng magnesium, HCL pekat, butanol, larutan besi (III) klorida (FeCl3)

1%, pereaksi Stiasny, NaOH 1 N, eter, asam asetat anhidrat, H2SO4pekat,

pereaksi Libermann-Burchard, petroleum eter. Bahan untuk pembuatan tablet hisap

Ekstrak kering daun sirih, kapur sirih (CaCO3), sukrosa, manitol, avicel,

laktosa, mg stearat, talk, vanilla. Bahan untuk uji CD4

Reagen BD Tritest CD4, BD FACSlysing solution.

4.3 Prosedur Penelitian

4.3.1 Pemeriksaan Simplisia (Determinasi)

Simplisia yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun sirih (Piper betle L.) yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat Aromatik (BALITRO), Bogor. Sebelum dilakukan penelitian terhadap tumbuhan, terlebih dahulu dilakukan determinasi untuk mengidentifikasi jenis dan memastikan kebenaran simplisia. Determinasi dilakukan di Herbarium Bogoriense, Puslit Biologi Bidang Botani LIPI Cibinong. 4.3.2 Pembuatan Serbuk Simplisia Daun Sirih

(67)

dihaluskan dengan blender dan disaring dengan ayakan sehingga diperoleh simplisia dalam bentuk serbuk.

4.3.3 Penapisan Fitokimia

Serbuk diperiksa secara organoleptis dan dilakukan uji penapisan fitokimia. Uji penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, kuinon, steroid dan triterpenoid, minyak atsiri dan kumarin.

Prosedur masing-masing pengujian adalah sebagai berikut : a. Identifikasi golongan alkaloid

(68)

b. Identifikasi golongan flavonoid

Sebanyak 1 gram serbuk ditambahkan 50 ml air panas, dididihkan selama 5 menit, disaring dengan kertas saring, diperoleh filtrat yang akan digunakan sebagai larutan percobaan. Ke dalam 5 ml larutan percobaan (dalam tabung reaksi) ditambahkan serbuk atau lempeng magnesium secukupnya dan 1 ml HCl pekat, serta 5 ml butanol, dikocok dengan kuat lalu dibiarkan hingga memisah. Jika terbentuk warna pada lapisan butanol (lapisan atas) maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan flavonoid.

c. Identifikasi golongan saponin

Sebanyak 10 ml larutan percobaan yang diperoleh dari percobaan b (identifikasi golongan flavonoid), dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan dikocok secara vertikal selama 10 detik, kemudian dibiarkan selama 10 menit. Jika dalam tabung reaksi terbentuk busa yang stabil dan jika ditambahkan 1 tetes HCl 1% busa tetap stabil maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan saponin.

d. Identifikasi golongan tanin

Sebanyak 2 gram serbuk ditambahkan 100 ml air, dididihkan selama 15 menit lalu didinginkan dan disaring dengan kertas saring, filtrat yang diperoleh dibagi menjadi dua bagian. Ke dalam filtrat pertama ditambahkan 10 ml larutan FeCl3 1%, jika terbentuk warna

(69)

Ke dalam filtrat yang kedua ditambahkan 15 ml pereaksi Stiasny (formaldehid 30% : HCl pekat = 2 : 1), lalu dipanaskan di atas penangas air sambil digoyang-goyangkan. Jika terbentuk endapan warna merah muda menunjukkan adanya tanin katekuat. Selanjutnya endapan disaring, filtrat dijenuhkan dengan serbuk natrium asetat, ditambahkan beberapa tetes larutan FeCl3 1%, jika terbentuk warna

biru tinta maka menunjukkan adanya tanin galat. e. Identifikasi golongan kuinon

Diambil 5 ml larutan percobaan dari percobaan b (identifikasi golongan flavonoid), lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan beberapa tetes larutan NaOH 1 N. Jika terbentuk warna merah maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan kuinon. f. Identifikasi golongan steroid dan triterpenoid

(70)

g. Identifikasi golongan minyak atsiri

Sebanyak 2 gram serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi (volume 20 ml), ditambahkan 10 ml pelarut petroleum eter dan dipasang corong (yang diberi lapisan kapas yang telah dibasahi dengan air) pada mulut tabung, dipanaskan selama 10 menit di atas penangas air dan didinginkan lalu disaring dengan kertas saring. Filtrat yang diperoleh diuapkan dalam cawan penguap hingga diperoleh residu. Residu dilarutkan dengan pelarut alkohol sebanyak 5 ml lalu disaring dengan kertas saring. Filtratnya diuapkan dalam cawan penguap, jika residu berbau aromatik/menyenangkan maka hal itu menunjukkan adanya senyawa golongan minyak atsiri.

h. Identifikasi golongan kumarin

Sebanyak 2 gram serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi (volume 20 ml), ditambahkan 10 ml pelarut kloroform dan dipasang corong (yang diberi lapisan kapas yang telah dibasahi dengan air) pada mulut tabung, dipanaskan selama 10 menit di atas penangas air dan didinginkan lalu disaring dengan kertas saring. Filtrat yang diperoleh diuapkan dalam cawan penguap hingga diperoleh residu. Residu ditambahkan air panas sebanyak 10 ml lalu didinginkan. Larutan tersebut dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 0,5 ml larutan ammonia (NH4OH) 10%. Lalu diamati di bawah sinar

(71)

4.3.4 Pembuatan Ekstrak Kental

Pembuatan ekstrak dilakukan dengan metode maserasi. Serbuk simplisia dari daun sirih dimaserasi dengan pelarut etanol 70% dan dilakukan pengocokan sesekali, kemudian diendapkan selama 48 jam, lalu disaring, sehingga diperoleh filtrat ke-1 dan ampas. Kemudian ampas dilarutkan kembali dengan pelarut etanol 70%, dilakukan pengocokan sesekali kemudian didiamkan selama 48 jam dan disaring, diperoleh filtrat ke-2 dan ampas. Perlakuan tersebut dilakukan hingga filtrat berwarna bening/jernih. Lalu semua filtrat digabung, dan diuapkan atau dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu 40-50°C hingga diperoleh ekstrak kental. Dihitung hasil rendemen ekstrak (hasil perolehan kembali) dengan rumus :

Bobot ekstrak yang didapat

% Rendemen = x 100%

Bobot serbuk simplisia yang diekstraksi 4.3.5 Karakterisasi Ekstrak

a. Parameter Spesifik

1. Identitas

Memberikan identitas obyektif dari nama dan spesifik dari senyawa identitas dengan cara melihat kandungan dari ekstrak yang dibuat (Anonim, 2000).

2. Organoleptik

(72)

b. Parameter Non Spesifik

1. Susut pengeringan

Ekstrak ditimbang secara seksama sebanyak 1 gram sampai 2 gram dan dimasukkan ke dalam botol timbang dangkal bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105oC selama 30 menit dan telah ditara. Sebelum ditimbang, ekstrak diratakan dalam botol timbang, dengan menggoyangkan botol, hingga merupakan lapisan setebal lebih kurang 5 mm sampai 10 mm. kemudian dimasukkan ke dalam oven, dibuka tutupnya, dikeringkan pada suhu 105oC hingga bobot tetap. Biarkan botol dalam keadaan tertutup mendingin dalam eksikator hingga suhu kamar. Timbang kembali bobot setelah pengeringan (Anonim, 2000; Anonim, 1994).

% Susut pengeringan = Berat awal-Berat akhir x 100% Berat awal

2. Kadar lembab

(73)

3. Kadar abu

Kurang lebih 2 gram sampai 3 gram ekstrak ditimbang dan dimasukkan ke dalam krus yang telah dipijarkan dan ditara. Kemudian dimasukkan ke dalam furnace dan dipijarkan hingga bobot tetap. Sampel diangkat, didinginkan dalam eksikator dan ditimbang. Jika dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan air panas lalu saring dengan kertas saring bebas abu. Pijarkan residu dan kertas dalam krus yang sama. Masukkan filtrat ke dalam krus, uapkan, pijarkan hingga bobot tetap, timbang. Hitung kadar abu terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Anonim, 2000; Anonim, 1994).

% Kadar abu = 1–A–B x 100% C

Dimana : A = Berat ekstrak + wadah awal (gram) B = Berat ekstrak + wadah akhir (gram) C = Berat ekstrak (gram)

4.3.6 Pembuatan Ekstrak Kering

(74)

4.4 Formulasi Tablet Hisap

a. Formula Tablet Hisap

Tabel 4.Formula Tablet Hisap

Catatan : Dosis zat aktif terbagi dalam 3 dosis b. Pembuatan Tablet

Langkah awal yang dilakukan dalam pembuatan tablet yaitu menimbang seluruh bahan yang akan digunakan. Massa tablet untuk masing-masing formula dibuat sebanyak 400 gram untuk mendapatkan 100 buah tablet (@ 4 gram). Ekstrak kering daun sirih dan kapur sirih dicampur pengisi dan pengikat. Kemudian campuran serbuk diaduk hingga homogen. Setelah itu, ditambahkan aroma vanilla. Selanjutnya langkah yang terakhir yaitu dengan menambahkan pelincir, lalu diaduk hingga homogen. Sebelum dicetak, alat cetak tablet diset terlebih

Bahan Formula (gr)

A B C

Ekstrak kental daun sirih 0,184 0,184 0,184

Avicel 0,317 0,317 0,317

Kapur sirih 0,08 0,08 0,08

Sukrosa 0,8 0,8 0,8

Manitol 1,2 1,2 1,2

Avicel 0,4 0,6 0,8

Laktosa 0,839 0,639 0,439

Mg stearat 0,04 0,04 0,04

Talk 0,04 0,04 0,04

Vanilla 0,1 0,1 0,1

(75)

dahulu, sesuai dengan bobot pada tiap tablet yaitu 4 gram. Tablet yang telah dicetak dievaluasi untuk mengetahui mutu fisik tablet.

4.4.1 Evaluasi Massa Tablet

Evaluasi serbuk yang dilakukan meliputi kadar lembab, kompresibilitas, distribusi ukuran partikel, laju alir, dan sudut henti.

1. Kadar lembab (Voight, 1994)

Sebanyak 1 gram serbuk dimasukkan ke dalam alat moisture balance, serbuk diratakan dan dibiarkan alat membaca kadar lembab yang terkandung dalam serbuk.

Syarat : 2-5%

2. Kompresibilitas (Voight, 1994; Aulton, 1988)

Sebanyak 100 gram serbuk ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur 100 ml dan dicatat volumenya (Vo). Serbuk tersebut kemudian diketuk-ketukkan sebanyak 500 kali dan dicatat kembali volume setelah pengetukan (V1). Data yang diperoleh dimasukkan ke dalam rumus :

% Kompresibilitas = (Vo-V1) x 100% Vo

Syarat : Tidak lebih dari 20%

3. Distribusi ukuran partikel (Voight, 1994)

(76)

masing-masing ayakan dan dibuat kurva hubungan antara persen bobot serbuk (sebagai sumbu y) dengan ukuran ayakan (sebagai sumbu x).

4. Laju alir (Lachman, 1994; Aulton, 1988)

Sebanyak 100 gram serbuk ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam corong yang telah disumbat. Ketika sumbatan dibuka, lalu dicatat waktu yang diperlukan seluruh serbuk untuk keluar habis melewati corong.

Kecepatan alir serbuk = Bobot (gr) = 100 gr Waktu (detik) t (detik) Syarat : >10 gram/detik

5. Sudut henti (Aulton, 1988)

Dihitung diameter dan tinggi kerucut yang terbentuk pada gundukan serbuk pada uji laju alir, kemudian dicari besar sudut henti dengan rumus :

tan α =2h d

Gambar

tablet harus memenuhi persyaratan sebagai berikut (Lachman, 1986) :
tablet kompresi.
Tabel 1. Persentase Kompresibilitas Terhadap Sifat Aliran Serbuk
Tabel 2. Nilai Sudut Henti Terhadap Sifat Alir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta senantiasa memberikan kesehatan, kemampuan, dan

Alhamdulillah , segala puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

Puji Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyesaikan

Alhamdulillah segala puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga dapat

Syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah

Puji Syukur Alhamdulillah penilis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, Taufik dan Hidayah serta Inayah-Nya, sehingga penulis dapat

Alhamdulillah segala Puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah Nya sehingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu

Puji Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyesaikan