• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Hasil Belajar Peserta Didik yang Menggunakan Metode Team Quiz dan Learning Cell pada Konsep Sistem Gerak Manusia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan Hasil Belajar Peserta Didik yang Menggunakan Metode Team Quiz dan Learning Cell pada Konsep Sistem Gerak Manusia"

Copied!
321
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Ratna Endah Sugiarti NIM 1111016100050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

Skripsi berjudul Perbedaan Hasil Belajar Peserta Didik yang Menggunakan

Metode Team Quiz dan Learning Cell Pada Konsep Sistem Gerak Manusia disusun oleh Ratna Endah Sugiarti,

NIM:

1111016100050, Jurusan Ilmu

Pengetahuan Alam, Fakultas Ihnu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Iakarta,8 Juni 2016

Yang mengesahkan,

Pembimbing I Pembimbing II

V

NIP 19681228 200303

I

004
(3)
(4)

NIM

: 1111016100050

Alamat

: J1. Nuri ft 003/ nv 04

No

10 Kel. Cipadu Jaya Kec. Larangan

Kota.Tangerang

MENYATAKAN DENGAN SEST]NGGUIINYA

Bahwa skripsi yang berjudul Perbedaan Hasil Betajar Peserta

Didik

yang Menggunakan Metode Team Quiz dan Learning Cell Pad.a Konsep Sistem Gerak Manusia adalahbenar hasil karya sendiri dibawah bimbingan dosen:

Nama pembirnbing I NIP

Jur-r:san/Program Studi

Narna Pembirnbing

Ii

NIP

Jurusan/Program Studi

Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd 19681228 100303 1 004

Pendidikar IPA/Biologi

Eny S. Ror yidatun, S.Si, M.A. 197s0924 t00604 2 001 Pendidikar IPA/Biologi

Demikiar-r surat pernyataan

ini

saya

bui'

dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terb rkti bahwa skripsi ir-ri bukan hasil karya

sendiri.

Jakarta, 13 Juni 2016

Yang menyatakan,

(5)

iv

Peserta Didik yang Menggunakan Metode Team Quiz dan Learning Cell Pada Konsep Sistem Gerak Manusia. Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar peserta didik yang menggunakan metode Team Quiz dan Learning Cell. Penelitian ini dilakukan di SMAN 5 Tangerang Selatan Tahun Ajaran 2015/2016. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan metode quasi eksperimen. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Two Group Pretest Posttest Design. Pada penelitian ini sampel diambil menggunakan teknik

Simple Random Sampling dengan jumlah sampel dari kedua kelompok

eksperimen yaitu 72 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen tes tertulis yang berbentuk pilihan ganda. Hasil analisis data untuk kedua kelompok eksperimen menggunakan uji-t diperoleh hasil t hitung 2,052 dan t tabel pada taraf

signifikan 5 % sebesar 1,994, maka t hitung > t tabel . Hal ini menunjukkan bahwa ada

perbedaan antara hasil belajar Biologi pada konsep sistem gerak kelas XI semester 1 SMAN 5 Tangerang Selatan yang menggunakan metode pembelajaran Team Quiz dan Learning Cell.

(6)

v

Differences between Students who Use Team Quiz and Learning Cell Methods in the Concept of Musculoskeletal Systems. Skripsi of Biology Education Studies Program, Natural Science Departement, Tarbiyah and Teacher Training Faculty, Islamic State University Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

The purpose of this research was to know the learning outcome differences between students who use Team Quiz and Learning Cell methods. This research was conducted at SMAN 5 Tangerang in the academic year i.e. 2015/2016. The type of this research was a quantitative research employing quasi-experimental method. The design used in this research was Two Group Pretest Posttest Design. In this research, the samples were taken by using Simple Random Sampling technique and a number of the samples that were gotten from both the experimental groups were 72 students. The data collecting technique of this research was using an instrument of written tests in the form of multiple choice items. The results of the analysis of experimental data for the two groups using t-test result 2.052 t hitung and t tabel at significant level 5% at 1,994, then t hitung > t

tabel. This showed from this research was that there was a difference resulted from

studying Biology about the concept of Musculoskeletal Systems at the 1st semester of class XI SMAN 5 South Tangerang using teaching methods between Team Quiz and Learning Cell.

(7)

vi

ridhanya yang telah diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu upaya untuk memenuhi syarat S1 melalui penerapan ilmu biologi dan pendidikan.

Skripsi ini tidak akan selesai tepat pada waktunya tanpa adanya bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu, pada kesempatan yang baik ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Yanti Herlanti, M.Pd, Ketua Prodi Pendidikan Biologi Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd, dan Ibu Eny S Rosydatun, S.Si, M.A, dosen pembimbing yang senantiasa memberikan waktu, tenaga dan pikiran serta motivasi kepada penulis baik dalam penelitian maupun menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh staf Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6. Ibu Dra. Hj.Ara Juhara, M. M.Pd, kepala sekolah tempat penulis melakukan penelitian.

7. Ibu Feny Kartika H, S.Pd, M.M., selaku guru pamong (gumong) yang senantiasa membimbing dan mengarahkan penulis selama melakukan penelitian di SMAN 5 Kota Tangerang Selatan

8. Para guru dan Staf SMAN 5 Kota Tangerang Selatan yang senantiasa membimbing selama melakukan penelitian.

(8)

vii

keluarga, yang terus memberikan dukungan, dorongan, semangat, doa dan kasih sayang yang telah diberikan tanpa henti.

12. Kepada semua pihak yang terkait yang telah memberikan bantuan baik moril maupun materil yang tak bisa saya sebutkan satu persatu.

Semoga apa yang disajikan dalam penelitian ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi teman-teman yang turut serta membaca skripsi ini.

Apabila dalam penulisan skripsi ini banyak kekurangan, penyusun mohon maaf yang sebesar-besarnya, tetapi penulis meyakini sepenuhnya bahwa sekecil apapun ilmu yang terdapat dalam penelitian ini akan memberikan manfaat bagi para pembaca. Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat menambah kesempurnaan dari skripsi ini dan sebagai pelajaran bagi penulis dalam pembuatan karya tulis yang berikutnya. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kelak. Amiin.

Jakarta, 8 Juni 2016

(9)

viii

LEMBAR PENGESAHAN MUNAQASAH ... ii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritis ... 9

1. Pembelajaran Aktif ... 9

a. Pengertian ... 9

b. Tujuan ... 12

c. Langkah-Langkah ... 12

d. Kelebihan dan kelemahan pembelajaran aktif ... 13

2. Team Quiz ... 15

a. Pengertian ... 15

b. Langkah-langkah ... 17

3. Learning Cell ... 19

a. Pengertian ... 19

b. Langkah-langkah ... 20

4. Persamaan dan perbedaan Team Quiz dan Learning Cell ... 24

(10)

ix

a. Sistem rangka (tulang) ... 31

b. Sistem otot ... 34

c. Gangguan pada sistem gerak ... 36

B. Hasil Kajian Pustaka yang Relevan ... 37

C. Kerangka Pikir ... 41

D. Hipotesis Penelitian ... 42

BAB III METODOLOGI A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 43

B. Metode dan Desain Penelitian ... 43

C. Populasi dan sampel Penelitian ... 44

D. Teknik Pengumpulan Data ... 45

E. Instrumen Penelitian ... 45

F. Uji Coba Instrumen ... 48

G. Teknik Analisis Data ... 51

H. Analisis Data ... 53

I. Hipotesis Statistik ... 54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 56

B. Hasil Analisis Data Tes ... 58

1. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 58

a. Uji Normalitas ... 58

b. Uji Homogenitas ... 59

2. Pengujian Hipotesis ... 60

C. Hasil Analisis Data Observasi ... 64

1. Hasil Observasi Aktivitas Guru ... 64

2. Hasil Observasi Aktivitas Siswa ... 66

D. Pembahasan ... 68

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 77

(11)

x

Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen penelitian ... 46

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Instrumen ... 48

Tabel 3.4 Kriteria Koefisien Reabilitas ... 49

Tabel 3.5 Hasil Uji Reabilitas Instrumen ... 49

Tabel 3.6 Indeks Tingkat Kesukaran Soal ... 49

Tabel 3.7 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Instrumen ... 50

Tabel 3.8 Kriteria Daya Beda ... 50

Tabel 3.9 Hasil Uji Daya Beda ... 51

Tabel 4.1 Perbedaan distribusi data hasil pretest dan posttest kelompok Team Quiz dan Learning Cell ... 56

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas pretest dan posttest siswa ... 58

Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas pretest dan posttest siswa ... 59

Tabel 4.4 Hasil Uji Hipotesis pretest dan posttest siswa ... 60

Tabel 4.5 Pencapaian Indikator siswa ... 62

Tabel 4.6 Kategori Aktivitas Mengajar dan Aktivitas Siswa ... 65

Tabel 4.7 Hasil Observasi Aktivitas Guru ... 65

(12)
(13)

xii

Lampiran 3 Kisi-kisi instrumen tes konsep Sistem Gerak pada Manusia ... 155

Lampiran 4 Hasil Uji Validitas Soal ... 177

Lampiran 5 Instrumen tes konsep Sistem Gerak pada Manusia ... 188

Lampiran 6 Kunci jawaban instrumen tes konsep Sistem Gerak pada Manusia ... 196

Lampiran 7 Hasil pencapaian indikator kelas Team Quiz ... 197

Lampiran 8 Hasil pencapaian indikator kelas Learning Cell ... 201

Lampiran 9 Distribusi frekuensi pretestTeam Quiz ... 205

Lampiran 10 Distribusi frekuensi pretestLearning Cell ... 208

Lampiran 11 Uji Normalitas pretestTeam Quiz ... 211

Lampiran 12 Uji Normalitas pretestLearning Cell ... 213

Lampiran 13 Uji Homogenitas pretest ... 215

Lampiran 14 Uji Hipotesis pretest ... 217

Lampiran 15 Distribusi frekuensi posttest Team Quiz ... 219

Lampiran 16 Distribusi frekuensi posttestLearning Cell ... 222

Lampiran 17 Uji Normalitas posttestTeam Quiz ... 225

Lampiran 18 Uji Normalitas posttestLearning Cell ... 227

Lampiran 19 Uji Homogenitas posttest ... 229

Lampiran 20 Uji Hipotesis posttest ... 231

Lampiran 21 Hasil observasi aktivitas guru dan siswa kelas Team Quiz ... 233

Lampiran 22 Hasil observasi aktivitas guru dan siswa kelas Learning Cell .... 265

Lampiran 23 Lembar Wawancara ... 291

Lampiran 24 Dokumentasi ... 293 Lampiran 25 Permohonan Validasi

(14)

1 A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang dapat membentuk seseorang menjadi manusia yang berkualitas. Karena dengan adanya pendidikan, kita dapat mengetahui berbagai ilmu pengetahuan yang ada di sekitar kita. Banyak atau sedikitnya ilmu pengetahuan tersebut dapat menentukan dan membentuk kualitas hidup seseorang. Dengan perkembangan zaman sekarang ini, pendidikan sebagai pintu gerbang dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan menuju kesuksesan.

Pendidikan punya peranan sangat penting dalam keseluruhan aspek kehidupan manusia. Hal itu disebabkan pendidikan berpengaruh langsung terhadap perkembangan manusia, perkembangan seluruh aspek kepribadian manusia.1

Berdasarkan Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Pasal 1 Ayat 1,” Guru adalah pendidik dengan tugas utama mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, mengevaluasi peserta didik pada anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.” Sifat profesional juga harus memiliki standar atau prosedur dan norma-norma atau prinsip-prinsip yang digunakan sebagai pedoman, agar diperoleh hasil yang bekualitas. Ciri-ciri guru yang profesional adalah sifat kreatifitasnya. Kreatifitas merupakan hal yang sangat penting bagi seorang guru, karena guru akan menghadapi berbagai macam karakter, tingkah laku, perilaku, dan kebiasaan yang berbeda-beda dari setiap siswa.2

Sejalan dengan hal di atas berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar nasional Pendidikan pada Pasal 19,

1

Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 38.

2

(15)

Ayat 1 mengamanatkan bahwa: Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.3

Berdasarkan Badan Satuan Nasional Pendidikan (BSNP) pada Bidang Kurikulum dan Kegiatan Pembelajaran di Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dijelaskan bahwa setiap guru bertanggung jawab terhadap mutu kegiatan pembelajaran untuk setiap mata pelajaran yang diampunya dengan cara: menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi, inovatif dan tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran.4 Setelah topik, siswa, tujuan dan materi pelajaran ditentukan, maka tugas guru selanjutnya adalah memilih metode pembelajaran yang paling efektif dan efisien untuk menciptakan pengalaman belajar dalam rangka mencapai tujuan instruksional.

Model pembelajaran harus disesuaikan dengan konsep yang sesuai untuk meningkatkan hasil belajar. Banyak macam model pembelajaran yang dapat diaplikasikan dalam menyampaikan materi pelajaran di kelas, model pembelajaran yang dapat mendukung siswa untuk melakukan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) salah satunya yaitu strategi pembelajaran aktif. Pembelajaran aktif dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh anak didik, sehingga anak didik dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang dimilikinya dan untuk menjaga perhatian anak didik agar tetap tertuju pada poses pembelajaran.5

3

PP No. 19 Tahun 2005, diakses dari

http://www.telkomuniversity.ac.id/ /PP_No._19_Tahun_2005.pdf, pada 8 Febuari 2015.

4

Badan Standar Nasional Pendidikan, Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, 2007, h. 17, diakses dari

http://pelayanan.jakarta.go.id/download/regulasi/permen-diknas-nomor-19-tahun-2007-tentang-standar-pengelolaan-pendidikan-oleh-satuan-pendidikan-dasar-dan-menengah.pdf , pada 21 Mei 2016.

5

(16)

Keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran sangat tergantung dari pemanfaatan potensi yang dimiliki oleh siswa itu sendiri. Karenanya keaktifan siswa dalam menjalani proses belajar mengajar merupakan salah satu kunci keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Siswa akan aktif dalam kegiatan belajarnya bila ada motivasi, baik motivasi ekstrinsik maupun instrinsik.6 Dengan membiasakan siswa untuk berdiskusi seperti kerja kelompok. Selain itu untuk bisa menumbuhkan keaktifan pada diri peserta didik, juga diperlukan adanya minat atau motivasi yang kuat dalam diri peserta didik itu sendiri.

Minat atau motivasi belajar besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar, sebab dengan minat seseoang akan melakukan sesuatu yang diminatinya.7 Dengan adanya minat atau motivasi belajar dan keinginan untuk bisa mendapatkan informasi lebih yang belum ia peroleh sehingga membuat peserta didik terpacu untuk menjadi lebih aktif dalam proses kegiatan pembelajaran.

Hal yang mendasari penelitian ini di sekolah SMAN 5 Kota Tangerang Selatan yaitu berdasarkan hasil observasi yang dilakukan saat PPKT menunjukkan sikap sosial yang dilakukan siswa khususnya pada keaktifannya kurang berjalan dengan baik. Hal ini terlihat pada saat kegiatan diskusi, dimana tidak semua anggota kelompok ikut berpartisipasi secara aktif dalam menyelesaikan tugas. Selain itu juga masih kurangnya partisipasi dan kepercayaan diri siswa dalam berpendapat, bertanya dan menjawab pertanyaan.

6

Direktorat Tenaga Kependidikan, Direktorat Jenderal Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Pembelajaran - Materi Diklat Kompetensi Pengawas Sekolah, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008), h. 8, diakses dari

http://gurupembaharu.com/home/wp-content/uploads/downloads/2011/02/23-04-B4-Monitoring-dan-Evaluasi-Pelaksanaan-Pembelajaran.pdf , pada 23 Mei 2016.

7

Keke T. Aritonang, Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa,

Jurnal Pendidikan Penabur - No.10, 2008, h. 11, diakses dari

(17)

Kurikulum yang digunakan di sekolah ini yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dan untuk mata pelajaran Biologi metode yang digunakan tergantung pada materi yang diajarkan, biasanya menerangkan materi terlebih dahulu, dan apabila dibutuhkan diadakan diskusi perkelompok. Jadi, metode yang biasa digunakan adalah ceramah dan diskusi. Ternyata penerapan metode tersebut kurang memunculkan keaktifan siswa. Untuk respon siswa terhadap pembelajaran Biologi tersebut dimana semua siswa mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, begitu juga respon mereka terhadap pelajaran Biologi yang diajarkan. Untuk siswa kelas XI IPA sudah cukup baik dalam memperhatikan penjelasan materi yang disampaikan. Tetapi interaksi antar siswa masih kurang dan keaktifan partisipasi dalam bertanya dan mengemukakan pendapat juga masih kurang. Hanya sedikit yang sudah berani. Selain itu, dari penerapan metode pembelajaran tersebut ternyata berpengaruh pula terhadap hasil belajarnya yang kurang optimal.8 Jadi, dipilih untuk menerapkan strategi pembelajaan aktif seperti Team Quiz dan Learning Cell. Kedua metode pembelajaran tersebut mampu meningkatkan keaktifan partisipasi siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat. Dan juga melatih siswa untuk bisa mengembangkan keterampilan bertanya, mengemukakan pendapat dan pemahaman dari materi yang telah diajarkan. Perbedaan diantara metode Team Quiz dan Learning Cell yaitu pada jumlah partisipasi siswa dalam melakukan penerapan metode pada proses pembalajaran, ada dan tidaknya kegiatan presentasi yang dilakukan siswa, tugas siswa, keinteraktifan siswa dalam kegiatan diskusi pada proses tanya jawab, dan juga jumlah ide dan gagasan yang dikemukakan siswa.

Dalam penelitian ini dipilih metode Team Quiz dan Learning Cell untuk mengetahui seberapa jauh perbedaan hasil belajar yang diperoleh karena adanya perbedaan dalam proses diskusi dan kegiatan tanya jawab antara kedua metode tersebut, dimana metode Team Quiz diskusi dan kegiatan tanya jawab dilakukan antar tim. Sedangkan metode Learning Cell dilakukan secara berpasangan.

8

(18)

Pemilihan metode Team Quiz dan Learning Cell ini diperlukan untuk membantu mengatasi permasalahan tersebut. Keberhasilan terkait permasalahan yang ada yaitu : pertama, metode tersebut mampu meningkatkan keaktifan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Kedua, metode tersebut dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran dengan pembelajaran yang menyenangkan. Ketiga, metode tersebut mampu meningkatkan kinerja dan tanggung jawab siswa dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Dengan latar belakang yang berbeda (heterogen) menciptakan rasa saling bergantung atas tugas bersama. Mengajarkan keterampilan bekerja sama. Sehingga meningkatkan kemampuan kerja sama. Keempat, metode tersebut dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa. Dan kelima, metode tersebut membantu siswa dalam memahami materi dengan cara berdiskusi dan saling bertukar pikiran dengan anggota kelompoknya. Sehingga mampu menyampaikan ide-ide yang dimilikinya.

Solusi terkait dari permasalahan yang ada ternyata metode Team Quiz

lebih mampu meningkatkan keaktifan peserta didik dalam belajar dan berpengaruh dalam peningkatan hasil belajarnya pula. Hal tersebut di dukung pula oleh hasil kajian yang relevan dari penelitian yang dilakukan oleh Rita P. Khotimah dan Mukhafifah dengan judul “Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Melalui Metode Team Quiz Dan Learning Cell Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Siswa”.

(19)

usahanya untuk menggali berbagai konsep. Dimana kesempatan untuk bereksplorasi dan berinteraksi dalam kelompok akan membuat siswa merasa tidak tertekan. Jadi, semata-mata bukan membebaskan siswa dengan bebas bermain, bercanda sehingga suasana kelas terlihat ramai di dalam kelas. Tetapi, lebih untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk lebih banyak menggunakan waktunya untuk mengumpulkan informasi serta menjamin bahwa siswa menerima tanggung jawab bagi belajarnya sendiri melalui pengembangan rasa dan antusias.9 Dan juga mampu menyesuaikan konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berpikir yang telah ada dalam pikiran mereka dan siswa bertanggung jawab atas hasil belajarnya.

Pembelajaran menyenangkan (joyfull instruction) merupakan suatu proses pembelajaran yang didalamnya terdapat suatu kohesi yang kuat antara guru dan siswa, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan. Pembelajaran menyenangkan adalah adanya pola hubungan baik antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran. Guru memposisikan diri sebagai mitra belajar siswa, bahkan dalam hal tertentu tidak menutup kemungkinan guru belajar dari siswanya. Dalam hal ini perlu diciptakan suasana yang demokratis dan tidak ada beban, baik guru maupun siswa dalam melakukan proses pembelajaran.10

Dengan demikian dapat tercapai pembelajaran biologi yang efektif. Selain itu, adanya keterkaitan dan keterikatan yang kuat antara guru sebagai pendidik dan peserta didik sehingga tercipta keakraban dan kedekatan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Proses pembelajaran yang menyenangkan akan timbul rasa kegembiraan pada diri siswa, kegembiraan tesebut sebagai faktor dalam menumbuhkan minat dan kemampuan untuk belajar. Dalam kegiatan pembelajaran, yang diharapkan adalah bisa memotivasi siswa belajar, bukan sekedar bisa menyelesaikan tugas yang diberikan. Tetapi,

9

Agus N Cahyo, Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual dan Terpopuler, (Jogjakarta: Diva Press, 2013), h. 56.

10

(20)

adanya keterlibatan penuh, serta terciptanya makna, pemahaman (penguasaan materi yang dipelajari). Dan perhatian siswa tetap terfokus untuk belajar. Dipilihlah konsep Sistem Gerak dari mata pelajaran Biologi pada penelitian ini. Alasannya, karena ternyata konsep Sistem Gerak termasuk salah satu materi yang hasil belajar siswanya masih belum optimal.11

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah pada penelitian ini adalah:

1. Hasil belajar Biologi siswa yang belum optimal

2. Masih kurangnya keaktifan partisipasi siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat

3. Pembelajaran menggunakan metode Team Quiz dan Learning Cell

masih jarang diterapkan guru selama pembelajaran di sekolah

4. Belum ada penelitian yang membandingkan hasil belajar siswa yang menggunakan metode Team Quiz dan Learning Cell

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka batasan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini difokuskan pada perbedaan metode pembelajaran tipe

Team Quiz dan Learning Cell

2. Hasil belajar yang diteliti dibatasi pada konsep Sistem Gerak Manusia terdapat di kelas XI IPA semester ganjil di SMAN 5 Tangerang Selatan

3. Penelitian ini terbatas pada hasil belajar siswa tingkat kognitif dari C1 sampai C5

11

(21)

D. Perumusan Masalah

“Apakah terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik yang menggunakan metode Team Quiz dan Learning Cell pada konsep sistem gerak manusia?”

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil belajar peserta didik yang menggunakan metode Team Quiz dan

Learning Cell pada konsep Sistem Gerak Manusia.

Manfaat penelitian

1. Bagi pendidik, guru mata pelajaran biologi khususnya dan guru-guru mata pelajaran lain dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi dan menarik

2. Bagi peserta didik, dengan penerapan metode pembelajaran yang bervariasi dan menarik dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajarnya

(22)

9 A. Deskripsi Teoritis

1. Pembelajaran Aktif

a. Pembelajaran Aktif (Active Learning)

Belajar aktif merupakan strategi belajar yang diartikan sebagai proses belajar mengajar yang menggunakan berbagai metode yang menitikberatkan kepada keaktifan siswa dan melibatkan berbagai potensi siswa, baik bersifat fisik, mental, emosional maupun intelektual untuk mencapai tujuan pendidikan yang berhubungan dengan wawasan kognitif, afektif, dan psikomotorik secara optimal.1

Pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk aktif membangun sendiri konsep dan makna melalui berbagai macam kegiatan.2

Dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan pembelajaran aktif sebagai strategi belajar yang menitikberatkan pada keaktifan siswa. Hal ini akan membuat siswa memperoleh informasi berdasarkan pengalaman atau kegiatan yang dilakukannya dengan melibatkan potensi yang dimiliki oleh siswa. Sehingga pembelajaran tersebut akan lebih bermakna bagi dirinya dan tercapainya tujuan pendidikan dengan berbagai wawasan secara optimal.

Strategi instruksional pembelajaran aktif dapat dibuat dan digunakan untuk melibatkan siswa dalam (a) berpikir kritis atau kreatif, (b) berbicara dengan pasangan, dalam kelompok kecil, atau dengan seluruh kelas, (c) mengungkapkan ide-ide melalui tulisan, (d ) menjelajahi sikap pribadi dan

1

Agus N Cahyo, Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual dan Terpopuler, (Jogjakarta: Diva Press, 2013), h. 137.

2

(23)

nilai-nilai, (e) memberi dan menerima umpan balik, dan (f) merefleksikan proses pembelajaran.3

Pada proses pembelajaran seorang guru dapat membantu proses pembangunan pengetahuan dengan cara membuat pembelajaran menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa. Selain itu, memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide dan mengajak siswa menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar.4

Pembelajaran aktif sebagai suatu strategi untuk mengaktifkan siswa menggunakan beberapa kegiatan yang diaktualisasikan pada metode dalam proses pembelajaran. Seperti berbicara, mendengar, menulis, membaca, diskusi, dan juga melakukan refleksi. Sehingga membuat siswa menjadi pusat dalam proses pembelajaran. Karena pembelajaran aktif dikombinasikan dengan kerja sama atau kolaborasi sehingga siswa mampu bekerja secara interaktif dalam tim yang memajukan ketergantungan dan pertanggungjawaban individual untuk mencapai tujuan bersama. Melalui belajar aktif juga akan terjadi keterlibatan mental intelektual emosional anak dalam belajar. Selain itu pembelajaran juga akan lebih bermakna, karena siswa membangun konsep-konsep dari berbagai kegiatan yang dilakukan. Pembelajaran bermakna adalah integrasi aktif informasi baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik. Penafsiran berikutnya informasi baru ini maka akan sangat tergantung pada apa yang pelajar sudah tahu dan apa proses kognitif akan terjadi di pikiran pelajar.5 Sehingga pengaruh pembelajaran yang bermakna bagi siswa yaitu informasi yang dipelajari akan lebih lama untuk diingat.

3

Jim Eison, Using Active Learning Instructional Strategies to Create Excitement and Enhance Learning, Documents Presentations Department of Adult, Career & Higher Education, 2010, p. 1, diakses dari https://www.cte.cornell.edu/documents/presentations/Eisen-Handout.pdf

4

Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 109.

5

Marika Kapanadze and Ingo Eilks, Student Active Learning in Science, Collection of Papers SALiS FINAL Conferences ILIA State University Press, 2012, p. 6, diakses dari

(24)

Active Learning adalah proses dimana siswa secara aktif terlibat dalam membangun pemahaman fakta, ide, dan keterampilan melalui penyelesaian dari instruktur yang diarahkan melalui tugas dan kegiatan. Ini adalah jenis kegiatan yang dapat membuat siswa terlibat dalam proses pembelajaran.6 Belajar aktif dapat melibatkan siswa secara individual dalam melakukan sesuatu dan merefleksikan apa yang telah mereka lakukan, atau dapat melibatkan siswa bekerja secara kooperatif berpasangan atau kelompok.7 Pembelajaran aktif melibatkan siswa melalui tugas dan kegiatan dan merefleksikan apa yang telah mereka lakukan dengan bekerja secara berpasangan atau kelompok. Dengan demikian, pembelajaran ditingkatkan ketika siswa mengulang informasi dalam kata-kata mereka sendiri atau ketika mereka memberikan contoh atau memanfaatkan informasi.

Pembelajaran aktif juga mampu memunculkan aktualisasi diri siswa, salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan cara bertanya. Bertanya berperan penting dan teknik melontarkan pertanyaan yang tepat akan memberikan dampak positif terhadap aktivitas dan kreatifitas siswa yaitu: a) meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran; b) membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu masalah yang sedang dibicarakan; c) mengembangkan pola berpikir dan cara belajar aktif dari siswa sebab berpikir itu sendiri sesungguhnya adalah bertanya; d) menuntun proses berpikir siswa sebab pertanyaan yang baik akan membantu siswa agar dapat menentukan jawaban yang baik; e) memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas.8

Kegiatan tanya jawab memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir dalam mengolah pengetahuan yang terdapat dalam pikirannya. Hal

6

Daniel Bell and Jahna Kahrhoff, Active Learning Handbook, Institute for Excellence in Teaching and Learning / Faculty Development Center - Webster University, 2006, p. 1, diakses dari

http://www.cgs.pitt.edu/sites/default/files/Doc6GetStarted_ActiveLearningHandbook.pdf , pada 26 Maret 2016.

7

Barbara J. Millis, Active Learning Strategies in Face-to-Face Courses, IDEA Paper - The University of Texas at San Antonio, 2012, p. 3, diakses dari http://ideaedu.org/wp-content/uploads/2014/11/paperidea_53.pdf ,pada 26 Maret 2016.

8

(25)

tersebut dapat bersifat sebagai penguatan yang sangat membantu bagi pemahamannya siswa terhadap materi yang sedang dipelajari.

Menurut Hadjioannou sebuah diskusi kelas adalah teknik mengajar yang aktif karena memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi isu-isu menarik, pendapat, dan ide-ide. Namun, hal itu juga menyebabkan tingkat yang lebih dalam belajar karena untuk membangun ide-ide masing-masing, para siswa harus terlebih dahulu mendengarkan dan memahami kontribusi dari siswa lain untuk menanggapi atau menambahkan.9

Dengan demikian kegiatan belajar bersama mampu menstimulasi siswa belajar aktif. Siswa belajar secara aktif adalah kegiatan dimana siswa berpartisispasi secara penuh dalam mengikuti pelajaran untuk memperoleh pengetahuan baru. Sehinggga dalam proses pembelajaran siswa memperoleh pengetahuan dan dapat meningkatkan kemampuannya dalam berpikir. Dan juga membantu siswa lebih sempurna dalam menerima informasi, atau dapat mengembangkan keterampilan kognitif .

b. Tujuan Pembelajaran Aktif (Active Learning)

Tujuan pembelajaran ”active learning” dengan metode kelompok

(instruksional effect) adalah meningkatkan penguasaan/pemahaman siswa terhadap materi melalui keterlibatan aktif siswa dalam proses pembelajaran. Tujuan pengiringnya (nurturant effect), antara lain: meningkatkan tanggung jawab, ketrampilan belajar, interaksi sosial, minat dan kepercayaan diri siswa.

c. Langkah – Langkah Pembelajaran Aktif (Active Learning)

Kegiatan pembelajaran “active learning” dengan metode kelompok

secara keseluruhan terdiri dari 9 langkah kegiatan pembelajaran, yaitu: (1) orientasi awal, (2) pembentukan & penugasan tim, (3) eksplorasi, (4) belajar menjadi tim ahli, (5) reorientasi, (6) presentasi tim, (7) pengecekan pemahaman, (8) refleksi & penyimpulan, dan (9) evaluasi

9

Jana Hackathorn dkk, Learning by Doing: An Empirical Study of Active Teaching Techniques, The Journal of Effective Teaching an Online Journal Devoted to Teaching Excellence, Vol. 11, No. 2, 2011, p. 44, diakses dari

(26)

formatif. Langkah ke-satu sampai ke-empat dikategorikan sebagai tahap belajar dalam tim, dan langkah ke-lima sampai ke-sembilan dikategorikan ke dalam tahap belajar antar tim.10

Berdasarkan uraian di atas, ketika melaksanakan proses pembelajaran siswa terlebih dahulu dijelaskan mengenai tujuan pembelajaran sehingga siswa dapat berpartisipasi untuk mencapai tujuan tersebut. Pada langkah ke satu sampai keempat untuk kegiatan awal siswa dimotivasi agar mengikuti kegiatan-kegiatan yang dapat mengarahkan siswa untuk membangun konsepnya. Lalu, dengan siswa dilibatkan dalam pembentukan dan penugasan tim makan adanya tanggung jawab individual dan ketergantungan yang positif antar anggota kelompok. Selain itu siswa juga melakukan kegiatan eksplorasi dalam menggali pengetahuannya lebih dalam lagi. Sehingga dalam belajar siswa dirangsang untuk menggunakan kemampuannya dalam berpikir.

Sedangkan pada tahap kelima sampai kesembilan sudah masuk ke dalam tahapan belajar antar tim dimana adanya interaksi siswa tidak hanya dalam satu tim tetapi dengan tim lain. Sehingga dapat meningkatkan kemampuannya dalam berkomunikasi. Seperti dalam kegiatan presentasi dan juga adanya kegiatan tanya jawab. Dengan hal tersebut siswa akan dapat saling menghargai satu sama lain dan dapat meningkatkan pemahamnnya.

d. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Aktif (Active Learning)

Kelebihan active learnimg yaitu 1) peserta didik akan lebih termotivasi untuk berpatisipasi dalam pembelajaran, 2) informasi tidak hanya diberikan pada peserta didik, tetapi peserta didik mencarinya, 3) informasi menjadi lebih mudah untuk diterima dan diterapkan, 4) jawaban atas pertanyaan tidak sebatas diberikan, tetapi juga dieksplorasi. Pertanyaan dan jawaban

10 Ali Muhtadi, Model Pembelajaran “

Active Learning” dengan Metode Kelompok untuk

Meningkatkan Kualitas Proses Pembelajaran di Perguruan Tinggi, Jurnal Prosiding Seminar Internasional – UPI, 2012,h. 8, diakses dari

(27)

muncul dari peserta didik selama kegiatan pembelajaan, 5) sementara kegiatan diskusi berlangsung, pendidik dapat mengukur tingkat pemahaman peserta didik, 6) peserta didik dapat belajar bahwa kesalahan dapat menjadi sesuatu hal yang menguntungkan dan membimbing kita untuk menjadi lebih baik, 7) peserta didik merasa bebas untuk berpartisipasi dan belajar melalui keterlibatan mereka karena tahu bahwa kegiatan yang dilakukan merupakan simulasi. Dengan memberikan kesempatan pada siswa untuk berpartisipasi tanpa tekanan untuk menjadi pemenang, kita telah memberi kebebasan untuk mencoba tanpa merasa malu untuk melakukan kesalahan. Kelemahan active learnimg yaitu 1) kegiatan pembelajaran yang memakan waktu lama akan terputus menjadi dua atau lebih petemuan, 2) kelas yang mempunyai jumlah peserta didik yang relatif banyak akan mempersulit terlaksananya kegiatan pembelajaran dengan active learning. Kegiatan diskusi tidak akan dapat memperoleh hasil yang optimal, 3) keterbatasan materi, peralatan yang digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran, serta sumber daya akan menghambat kelancaran penerapan

active learnimg dalam pembelajaran.11

Jadi, dapat disimpulkan pembelajaran aktif adalah suatu strategi belajar yang berpusat pada siswa dan menitikberatkan pada keaktifan siswa melalui kegiatan-kegaiatan yang diaktualisasikan dalam metode pada proses pembelajaran. Sehingga dapat membantu proses pembangunan pengetahuan dengan cara membuat pembelajaran menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa. Hal ini dilakukan dengan langkah-langkah pada proses pembelajaran aktif yaitu tahap belajar dalam tim dan tahap belajar antar tim. Dan diharapkan dengan diterapkannya pembelajaran aktif siswa dapat lebih termotivasi untuk berpatisipasi dan belajar melalui keterlibatan dalam proses pembelajaran.

11

(28)

2. Team Quiz

a. Pengertian Team Quiz

Team Quiz merupakan salah satu tipe pembelajaran yang mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Dalam metode ini siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil yang masing-masing anggotanya mempunyai tanggung jawab yang sama atas keberhasilan kelompoknya dalam menguasai materi dan menjawab soal dan siswa dilatih untuk mampu bekerja sama.12

Team Quiz merupakan salah satu strategi pembelajaran aktif yang dikembangkan oleh Mel Silberman dimana siswa dibagi ke dalam tiga tim. Setiap siswa dalam tim bertanggung jawab untuk menyiapkan kuis jawaban dan tim yang lain menggunakan waktu untuk memeriksa catatannya. Dengan menerapkan strategi Team Quiz maka guru dapat membantu siswa menjadi lebih kreatif dalam mengajukan pertanyaan dan menyampaikan gagasan sehingga hasil belajar siswa akan meningkat, serta dapat meningkatkan rasa tanggung jawab siswa atas apa yang mereka pelajari.13

Dari teori tersebut menjelaskan bahwa Team Quiz mampu

meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar dengan membentuk kelompok. Karena metode ini, menginginkan siswa bisa saling bekerja sama dan setiap siswa mempunyai tanggung jawab yang sama dalam menjalankan tugas kelompoknya. Semua siswa harus menguasai materi dengan baik demi keberhasilan kelompok. Dan membantu siswa menjadi lebih kreatif dalam mengajukan pertanyaan dan menyampaikan gagasan.

12

Rita P. Khotimah dan Mukhafifah, Eksperimentasi Pembelajaran Matematika Melalui Metode Team Quiz dengan Learning Cell Ditinjau Dari Aktivitas Belajar Siswa, Prosiding Seminar Nasional Matematika Pendidikan Matematika FKIP-UMS, 2011, h. 155, diakses dari

http://publikasiilmiah.ums.ac.id:8080/bitstream/handle/123456789/577/MAK-RITA-%28155-159%29.pdf?sequence=1 , pada 3 Januari 2015.

13

Sigit Mardiyanto, J.A. Pramukantoro, Pengaruh Model Active Learning Dengan Strategi Team Quiz Terhadap Hasil Belajar Pada Standar Kompetensi Melakukan Pekerjaan Mekanik Dasar Di SMK Negeri 5 Surabaya, Jurnal Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya, Vol. 03 No.01, 2014, h. 240, diakses dari

(29)

Keaktifan bertanya adalah suatu keaktifan yang meminta suatu keterangan. Menurut Martinis Yasmin pertanyaan berarti menunjukkan pola pikir yang dimiliki oleh seseorang, sehingga bertanya dapat juga mendorong kemampuan siswa untuk berpikir.14 Bertanya juga merupakan salah satu pintu masuk untuk memperoleh pengetahuan.15

Dengan penerapannya metode ini, belajar akan terjadi dan meningkat kualitasnya bila berlangsung dalam suasana diskusi dengan berdiskusi, saling bertanya dan mengemukakan jawaban. Pada saat siswa lain mempertanyakan pendapat/ jawaban yang dimiliki siswa atau apa yang sudah dikerjakan, maka siswa terpacu untuk berpikir menguraikan lebih jelas lagi sehingga kualitas pendapat itu menjadi lebih baik.

Pelaksanaan metode ini siswa dibagi menjadi tiga tim. Setiap siswa dalam tim bertanggung jawab untuk menyiapkan kuis jawaban singkat dan tim lain menggunakan waktunya untuk memeriksa catatan. Penerapan metode Team Quiz menjadikan siswa lebih bertanggung jawab atas tugas yang telah diberikan kepada mereka. Setiap tim mempunyai tugas yang berbeda-beda. Dengan begitu, mereka harus menguasai materi dan mempersiapkan segala sesuatunya agar proses diskusi antar tim dapat berjalan dengan baik.

Jadi, dari uraian tersebut salah satu alternatif metode pembelajaran yang dapat digunakan di kelas yaitu melalui metode Team Quiz. Metode Team Quiz merupakan metode dengan membagi siswa menjadi tiga tim. Dimana masing-masing tim memiliki tugas yang berbeda-beda. Tim pertama bertugas sebagai pembuat soal. Tim kedua bertugas sebagai penjawab soal. Dan tim ketiga bertugas sebagai pengklarifikasi benar atau salahnya

14

Alyuni Wulantika, Harlita, dan Joko Ariyanto, Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Team Quiz Terhadap Hasil Belajar Biologi Ditinjau Dari Keaktifan Bertanya Pada Siswa SMAN 1 Karangpandan Tahun Pelajaran 2011/2012, Jurnal Pendidikan Biologi FKIP UNS, Vol. 3 No. 3, 2011, h. 2, diakses dari

http://www.jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/bio/article/download/1447/1026 , pada 3 Januari 2015.

15

(30)

jawaban dari kelompok kedua. Dalam Team Quiz ini, tugas masing-masing tim dapat dilakukan secara bergantian dengan tim lain.

Kuis adalah metode interaktif belajar mengajar, yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar aktif dan berpusat pada siswa.16 Dengan adanya metode Team Quiz ini dapat menjadikan siswa lebih aktif, memiliki rasa berkompetisi atau daya saing untuk bisa menang dan menampilkan yang terbaik. Karena keberhasilan suatu tim ditentukan oleh para anggota kelompoknya.

Kerja kelompok dapat menjadi motivator hebat, tetapi pada saat yang sama penting pula untuk memastikan bahwa dinamika kelompok memberikan pengalaman positif bagi semuanya.17

Faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran adalah aktivitas belajar siswa. Siswa yang lebih tinggi aktivitasnya dalam proses belajar mengajar dimungkinkan memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi pula, sedangkan siswa yang pasif atau rendah aktivitasnya cenderung lebih sulit dalam mengikuti pembelajaran sehingga prestasi belajarnya pun cenderung lebih rendah. Sehingga diharapkan metode Team Quiz ini mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa.

b. Langkah-Langkah Team Quiz

Langkah-langkah metode Team Quiz yaitu, 1). Pilihlah sebuah topik yang dapat dipresentasikan dalam tiga segmen; 2). Bagilah peserta dalam tiga tim; 3). Jelaskan format sesi dan mulailah presentasi. Batasi sepuluh menit atau kurang; 4). Mintalah tim A mempersiapkan kuis dengan jawaban singkat berdasarkan penjelasan segmen pertama. Persiapan kuis tidak lebih dari lima menit. Tim B dan C menggunakan waktu ini untuk melihat kembali catatan mereka; 5). Tim A memberikan kuis untuk anggota Tim B.

16

Niti Talsania, Divya Barot, Ashish Chaudhari, Shashank Patel, Quiz versus Didactic Lecture on Undergraduate Students of BJ Medical College, Ahmedabad: ACross-Sectional, Comparative, and Interventional Study, International Journal of Scientific Study , Vol 3, Issue 7, 2015, p. 90, diakses dari

http://www.ijss-sn.com/uploads/2/0/1/5/20153321/ijss_oct_oa15_20151102_v1.pdf, pada 10 Maret 2016.

17

(31)

Jika Tim B tidak dapat menjawab pertanyaan, Tim C diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang sama; 6). Tim A mengarahkan pertanyaan berikutnya ke anggota Tim C dan mengulang prosesnya. Tim A melanjutkan memberikan pertanyaan sampai kuis selesai; 7). Saat kuis selesai, lanjutkan dengan segmen kedua pelajaran anda, dan tunjukkalah Tim B sebagai pembuat kuis; 8). Setelah Tim B menyelesaikan kuisnya, lanjutkan dengan segmen ketiga pelajaran anda, dan tunjukklah Tim C sebagai pemandu kuis.18

Dari langkah-langkah metode Team Quiz tersebut, siswa akan dibagi menjadi tiga tim yaitu tim A, B, C. Dengan membagi tugas yaitu sebagai pembuat soal, penjawab, pelengkap jawaban/pengklarifikasi jawaban. Dalam proses tersebut diberlakukan ketiga unsur untuk semua tim (siklus), sehingga semua tim dapat merasakan tugas-tugas yang berbeda dengan kesulitan yang berbeda pula. Hal ini akan dirasa adil bagi semua tim. Setiap siswa mempunyai kesempatan dalam mengemukakan pendapatnya, karena mereka memiliki keterlibatan penting dalam proses pembelajaran ini.

Pengalaman belajar terdiri dari kuis diikuti dengan diskusi kelas. Format ini menguntungkan baik kepada siswa dan guru. Hal ini juga menjadi opsi tambahan untuk mengajar / metode yang dapat diterima untuk siswa.19

Metode Team Quiz ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya yaitu mampu mengajak siswa untuk terlibat penuh dalam proses kegiatan pembelajaran, menumbuhkan sikap bertanggung jawab terhadap tugas bersama, belajar akan lebih bermakna karena dilakukan melalui pengalaman, menumbuhkan jiwa berkompetisi dan minat belajar

18

Melvin L. Silberman, Active Learning:101 Cara Pelatihan & Pembelajaran Aktif, Ed. 2, Terjemahan dari Active Learning: 101 Strategies to Teach Any Subject oleh Raisul Muttaqien, (Jakarta: PT Indeks, 2011), h. 175.

19

(32)

siswa, dan menciptakan interkasi yang positif antar siswa dalam proses diskusi. Kemudian kekurangannya adalah dalam pelaksanaannya memerlukan kendali yang ketat dalam pengkondisian kelas.

Jadi, dapat disimpulkan metode Team Quiz adalah salah satu tipe pembelajaran yang mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Dimana siswa dibagi ke dalam tiga tim. Setiap siswa dalam tim bertanggung jawab untuk menyiapkan kuis jawaban dan tim yang lain menggunakan waktu untuk memeriksa catatannya. Setiap anggota dalam satu tim mempunyai tanggung jawab yang sama atas keberhasilan kelompoknya dalam menguasai materi dan menjawab soal sehingga dapat membantu siswa menjadi lebih kreatif dalam mengajukan pertanyaan dan menyampaikan gagasan. Dan siswa juga dilatih untuk mampu bekerja sama dengan baik dalam timnya.

3. Learning Cell

a. Pengertian Learning Cell

Menurut Suprijono metode Learning Cell atau siswa berpasangan adalah salah satu metode dari pembelajaran aktif. Langkah-langkah metode ini diawali dengan menunjuk pada suatu bentuk belajar dalam bentuk berpasangan, kemudian siswa bertanya dan menjawab pertanyaan secara bergantian berdasarkan pada materi bacaan yang sama. Learning cell ini mempermudah siswa dalam memahami dan menemukan masalah yang sulit dengan berdiskusi. Learning cell juga dapat mendorong siswa untuk lebih aktif dalam mengemukakan pendapat dan pertanyaan.20

The Learning Cell merupakan pembelajaran aktif dimana siswa belajar secara berpasangan. The Learning Cell juga memfasilitasi siswa untuk saling bertanya, menjawab pertanyaan dan mengungkapkan pendapat secara

20

Sri Hartini, Dt. Y. Slamet, Sularmi, Pengaruh Metode Pembelajaran Learning Cell

Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Kenampakan Alam, Artikel Ilmiah PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, 2013, h. 2, diakses dari

(33)

bergantian dengan pasangannya. Strategi pembelajaran tipe The Learning Cell merupakan salah satu dari sistem terbaik untuk membantu pasangan siswa belajar lebih aktif.21

Jadi, dari teori-teori di atas metode The Learning Cell adalah salah satu strategi pembelajaran aktif dimana siswa belajar secara berpasangan. Dimana siswa bertanya dan menjawab pertanyaan secara bergantian berdasarkan pada materi bacaan yang sama. Dan siswa saling bertanya, menjawab pertanyaan dan mengungkapkan pendapat secara bergantian dengan pasangannya.

b. Langkah-Langkah Learning Cell

Langkah-langkah dalam metode pembelajaran The Learning Cell, yakni sebagai berikut: 1) Sebagai persiapan, siswa diberi tugas membaca suatu bacaan kemudian menulis pertanyaan yang berhubungan dengan masalah pokok yang muncul dari bacaan atau materi terkait lainnya; 2) Pada awal pertemuan, siswa ditunjuk untuk berpasangan dengan mencari pasangan. Siswa A memulai dengan membacakan pertanyaan pertama dan dijawab oleh siswa B; 3) Setelah mendapatkan jawaban dan mungkin telah dilakukan koreksi atau diberi tambahan informasi, giliran siswa B mengajukan pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa A; 4) Jika siswa A selesai mengajukan satu pertanyaan kemudian dijawab oleh siswa B, ganti siswa B yang bertanya, dan begitu seterusnya; 5) Selama berlangsung tanya jawab, guru bergerak dari satu pasangan ke pasangan yang lain sambil memberi feedback atau penjelasan dengan bertanya dan menjawab pertanyaan.22

Sebagai salah satu tipe pembelajaran aktif, metode Learning Cell ini melatih siswa dalam membuat suatu pertanyaan dan melatih untuk bisa

21

Adriani, Zulfaneti, Mulia Suryani, Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif Tipe The Learning Cell Disertai Handout Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas VIII SMPN 17 Padang, Artikel Ilmiah Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat, 2013, h. 2, diakses dari

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=263848&val=6304.pdf , pada 23 Maret 2016.

22

(34)

menjawab pertanyaan dengan tepat dan jelas. Karenanya siswa harus menguasai betul materi yang telah diberikan guru. Penerapan metode

Learning Cell ini dapat memudahkan siswa dalam beberapa aspek. Siswa akan lebih mudah dalam mengemukakan pendapat. Dalam pembelajaran ini juga dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir dalam membuat dan menjawab pertanyaan.

Berpikir sebagai proses menentukan hubungan-hubungan secara bermakna antara aspek-aspek dari suatu bagian pengetahuan.23 Selain itu, melatih siswa untuk bisa mengembangkan keterampilan bertanya dan pemahaman dari materi yang telah dipelajari.

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan, dengan diterapkannya metode Learning Cell membantu siswa untuk aktif bertanya. Karena tidak semua siswa mampu mengutarakan pertanyaan ataupun pendapat saat proses pembelajaran. Dengan metode ini dibuat secara berpasangan dimana setiap siswa ditugaskan untuk membuat pertanyaan dengan materi yang sama. Hal tersebut membuat siswa dapat mengembangkan kemampuannya untuk berpikir dan mampu mengutarakan pertanyaan dan pendapatnya kepada teman pasangannya nanti. Karena semua siswa ditugaskan membuat pertanyaan dan menjawab pertanyaan, menjadikan banyak informasi yan didapat oleh semua siswa. Hal tersebut dijadikan pengalaman bagi mereka sendiri, selain menerima informasi dari guru. Dengan begitu, mereka lebih dapat memahami materi. Kegiatan tanya-jawab ini dapat membuat siswa lebih aktif dalam proses kegiatan pembelajaran. Terjadi proses interaksi antar siswa dengan guru atau pun siswa dengan siswa lainnya.

Tidak terpikir membentuk siswa secara berpasangan sebagai sebuah "kelompok", tetapi sebagai cara mudah untuk mulai menggunakan pembelajaran lebih aktif, mereka mudah untuk menerapkan dan tidak mengambil banyak waktu. Salah satu sistem terbaik yang dikembangkan untuk membantu pasangan siswa belajar lebih efektif adalah "Sel Belajar

23

(35)

(Learning Cell)" yang dikembangkan oleh Marcel Goldschmid dari Tekonologi Institusi Federal Swiss di Lausanne.

Learning Cell, atau siswa secara berpasangan mengacu pada belajar kelompok dengan berpasangan, di mana siswa alternatif dan menjawab pertanyaan pada umumnya dari membaca materi: 1. Untuk mempersiapkan

Learning Cell, siswa diberi tugas membaca dan menulis pertanyaan yang berhubungan dengan poin utama yang muncul dari bacaan atau bahan terkait lainnya; 2. Pada awal pertemuan setiap kelas, siswa secara acak ditugaskan untuk berpasangan, dan salah satu pasangan memulai dengan mengajukan pertanyaan pertama; 3. Setelah menjawab dan mungkin yang telah dikoreksi atau diberikan informasi tambahan, siswa kedua, B mengajukan pertanyaan ke A, dan seterusnya; 4. Selama berlangsung, instruktur bergerak dari satu pasangan ke pasangan yang lain, dan memberikan umpan balik dengan bertanya dan menjawab pertanyaan.24 Dalam pelaksanaannya metode ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya selain seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, metode ini guru dapat melihat sisi lain siswa yang mungkin sebelumnya tidak pernah diketahui. Seperti muncul rasa percaya diri dari diri siswa bahwa ia bisa melakukannya, siswa yang biasanya kurang aktif dalam proses pembelajaran bisa menjadi lebih aktif dan percaya akan kemampuan yang dimilkinya. Selain itu metode ini juga terdapat kekurangannya seperti jumlah siswa yang banyak, guru harus bisa mensiasati proses pembelajaran tersebut menjadi lebih efektif dan efisien sehingga semua dapat berjalan sesuai rencana.

Penerapan metode Learning Cell menginginkan agar siswa bisa secara aktif dan bisa lebih mengembangkan kemampuannya untuk berpikir dalam membuat pertanyaan dan mengemukakan jawaban atau pendapat dari

24

Marilla Svinicki and Wilbert J. McKeachie, McKeachie's Teaching Tips: Strategies, Research, and Theory for College and University Teachers, (Belmont: Cengage Learning, 2010), p. 194, diakses dari

(36)

pertanyaan temannya. Dengan membentuk siswa secara berpasangan dalam belajar bukan hanya memberi pengetahuan berharga, tetapi juga interaksi positif.

Salah satu cara untuk memeberikan stimulus kepada siswa agar mereka tertantang mengembangkan kemampuannya untuk berpikir adalah dengan mengajukan pertanyaan. Pertanyaan yang dirumuskan dan digunakan dengan tepat dapat menjadi alat komunikasi yang ampuh antara guru dan siswa. Seperti yang kita ketahui bahwa dengan adanya komunikasi yang baik antara guru dan siswa, maka kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan kemunkinan besar bisa dicapai oleh siswa.

Keterampilan bertanya bertujuan untuk: (a) merangsang kemampuan berpikir siswa; (b) membantu siswa dalam belajar; (c) mengarahkan siswa pada tingkat interaksi belajar yang mandiri; (d) meningkatkan kemampuan berpikir siswa dan kemampuan berpikir tingkat rendah ke tingkat yang lebih tinggi; (e) membantu siswa dalam mencapai tujuan pelajaran yang dirumuskan.25

Jadi, dapat disimpulkan metode Learning Cell adalah salah satu strategi pembelajaran aktif dimana siswa belajar secara berpasangan. Dimana siswa bertanya dan menjawab pertanyaan secara bergantian berdasarkan pada materi bacaan yang sama. Hal ini dapat mendorong siswa untuk lebih aktif dalam mengemukakan pendapat dan pertanyaan. Dalam pembelajaran ini juga dapat melatih siswa untuk bisa mengembangkan keterampilan bertanya dan pemahaman dari materi yang telah dipelajari. Dan guru bergerak dari satu pasangan kepasangan yang lain sambil memberi masukan atau penjelasan dengan bertanya atau menjawab pertanyaan. Dengan membentuk siswa secara berpasangan dalam belajar bukan hanya memberi

25

(37)

pengetahuan berharga, tetapi juga interaksi positif yaitu interaksi antar siswa dengan guru atau pun siswa dengan siswa lainnya.

4. Persamaan dan Perbedaan Metode Team Quiz dan Learning Cell

[image:37.595.123.526.202.681.2]

Persamaan metode Team Quiz dan Learning Cell yaitu, 1). Merupakan pembelajaran aktif; 2). Membantu siswa lebih aktif; 3). Keaktifannya partisipasi meliputi keterampilan dalam membuat pertanyaan dan mengemukakan pertanyaan, keterampilan dalam mengemukakan pendapat atau jawaban dengan gaya dan bahasanya sendiri; 4). Menciptakan rasa saling berkompetisi dan bersaing untuk menjadi yang terbaik; 5). Menumbuhkan rasa percaya diri; 6). Meningkatkan interaksi yang positif antar siswa.

Tabel 2.1 Perbedaan metode Team Quiz dan Learning Cell

Metode Team Quiz Metode Learning Cell

Kelompok besar Kelompok kecil/ berpasangan Terdapat kegiatan presentasi Tidak terdapat kegiatan presentasi Tugas siswa dalam kelompok :

- Membuat soal - Menjawab soal - Melengkapi jawaban

Tugas siswa dalam kelompok :

- Membuat soal - Menjawab

Lebih banyak keinterkaktifan yang terjadi pada kegiatan diskusi dan tanya jawab

Lebih sedikit keinterkaktifan yang terjadi pada kegiatan diskusi dan tanya jawab

Ide atau gagasan yang dikeluarkan lebih banyak

(38)

5. Pengaruh Metode Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar

Gropper menyatakan bahwa model atau strategi belajar mengajar adalah suatu rencana untuk pencapaian tujuan pembelajaran. Model instruksional terdiri dari metode atau teknik (prosedur) yang akan menjamin bahwa siswa betul-betul mencapai tujuan pembelajaran. Metode atau teknik belajar mengajar adalah bagian dari strategi belajar mengajar, yaitu jalan dan alat yang digunakan guru untuk mengarahkan kegiatan siswa untuk mencapai tujuan belajar.26

Metode mengajar yang digunakan guru hampir tidak ada yang sia-sia, karena metode tersebut mendatangkan hasil dalam waktu dekat dan dalam waktu yang relatif lama. Hasil yang dirasakan dalam waktu dekat dikatakan sebagai dampak langsung. Sedangkan hasil yang dirasakan dalam waktu yang relatif lama dikatakan dampak pengiring. Dampak langsung adalah tujuan yang secara langsung akan dicapai melalui pelaksanaan program pengajaran yang dilaksanakan guru setelah selesai suatu pertemuan peristiwa interaksi edukatif. Hasil yang dicapai biasanya berkenaan dengan

cognititf domain (pengetahuan) dan psycomotoric domain (keterampilan). Sedangkan dampak pengiring adalah hasil pengajaran yang tidak langsung dapat diukur dan tidak mesti dicapai ketika berakhirnya suatu pertemuan peristiwa interaksi edukatif, tetapi hasilnya diharapkan bepengaruh kepada peserta didik. Biasanya berkenaan dengan affective domain (sikap dan nilai).27

Para siswa percaya bahwa jika mereka menyelesaikan berbagai pertanyaan biologi yang berhubungan dengan topik biologi yang diajarkan, mereka dapat belajar biologi lebih efektif karena memecahkan pertanyaan, mereka dapat meninjau topik lagi dan belajar yang baru juga. Selain itu,

26

Moerdiyanto, Bahan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG): Pengembangan Model Pembelajaran Kewirausahaan, (Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional Universitas Negeri Yogyakarta, 2008), h. 5, diakses dari

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Dr.%20Moerdiyanto,%20M.Pd./DIKTAT%20S TRATEGI%20BELAJAR%20KWU08.pdf , pada 21 Mei 2016.

27

(39)

kadang-kadang memecahkan pertanyaan menuntut siswa untuk membuat hubungan antara topik atau dengan disiplin lain juga. Ini memfasilitasi belajar mereka.28

Dengan demikian, segala sesautu yang diterapkan oleh guru saat mengajar dapat berpengaruh bagi keberhasilan siswa itu sendiri. Dalam menentukan suatu metode pembelajaran saat mengajar perlu mempertimbangkan kesesuaiannya dengan tujuan yang ingin dicapai nantinya. Hasil yang dicapai biasanya berkenaan dengan affective domain

(sikap dan nilai), cognititf domain (pengetahuan) dan psycomotoric domain

(keterampilan). Selain itu hal ini berarti adanya pengaruh yang positif berkaitan dengan penerapan metode yang dilakukan guru terhadap siswa. Karena siswa merasakan dapat belajar biologi lebih efektif dengan mengemukakan/ memecahkan pertanyaan dari topik yang diajarkan.

6. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan. Belajar bukan hanya sekedar menghapal, melainkan suatu proses mental yang terjadi dalam diri seseorang.29

Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, mengokohkan kepribadian. Dalam konteks menjadi tahu atau proses memperoleh pengetahuan menurut pemahaman sains konvensional, kontak manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman (experience).30

Berdasarkan uraian di atas tentang pengertian belajar dapat disimpulkan belajar sebagai kegiatan atau aktivitas dalam memperoleh pengetahuan,

28 Atilla Çimer, What Makes Biology Learning Difficult and Effective: Students’ views,

Educational Research and Reviews, Vol. 7(3), 2012, p. 69, diakses dari

http://www.academicjournals.org/article/article1379665422_Cimer.pdf , pada 3 April 2016.

29

Rusman, Op. Cit.,h. 134.

30

(40)

meningkatkan keterampilan dan perubahan tingkah laku individu menjadi lebih baik karena adanya pengalaman dalam proses kegiatan pembelajaran. Perubahan tingkah laku tidak hanya melalui interaksi dengan lingkungan siswa tetapi juga dengan berbagai sumber, objek belajar, dan aspek-aspek lain yang mempengaruhi perubahan tingkah laku siswa itu sendiri.

Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar.31 Dengan demikian hasil belajar sebagai proses dalam menilai penguasaan atau kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan. Hasil belajar diperoleh setelah siswa menerima dan menyelesaikan pengalaman belajarnya.

Hasil pembelajaran adalah pernyataan dari apa yang pembelajar harapkan untuk mengetahui, memahami dan / atau melakukan pada akhir periode pembelajaran.32 Dengan itu dapat dikatakan bahwa hasil pembelajaran yang diharapkan adalah pernyataan yang memprediksi peserta didik apa yang akan diperoleh sebagai hasil belajar.

Hasil belajar menunjuk pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya dan derajat perubahan tingkah laku siswa.33 Jadi, hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah melalui proses belajar dan menerima pengalaman belajarnya dan dapat diketahui pada akhir periode pembelajaran. Dan menunjuk pada prestasi belajar siswa sebagai indikator untuk mengetahui adanya perubahan tingkah laku pada siswa itu sendiri.

Hasil pembelajaran, mencakup semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai penggunaan metode pembelajaran di bawah

31

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja Rosdakaya, 2012), h. 22.

32

G. Gallavara, dkk, Learning Outcomes: Common framework – different approaches to evaluating learning outcomes in the Nordic countries, European Association for Quality Assurance in Higher Education, 2008, p. 10, diakses dari http://www.enqa.eu/indirme/papers-and-reports/occasional-papers/NOQA%20report_occasional%20papers%2015.pdf , pada 4 April 2016.

33

(41)

kondisi pembelajaran yang berbeda.34 Lalu bagi guru apabila proses belajar mengajar telah selesai dilaksanakan oleh peserta didik, maka tujuan yang hendak dicapai adalah mengukur dan menilai hasil belajar siswa. Hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai materi pelajaran yang ada disekolah.

Hasil belajar juga merupakan akibat yang dipengaruhi oleh adanya motivasi yang ada dalam diri siswa itu sendiri sebagai bagian dari kinerja yang dilakukan oleh guru. Dengan adanya motivasi yang tinggi bisa mempengaruhi hasil belajar yang bagus pula. Sehingga tercapainya keberhasilan para siswa. Tingkat keberhasilan yang tinggi menjadikan siswa berprestasi.

Istilah 'hasil belajar' mencerminkan pergeseran konseptual ke arah membuat belajar lebih bermakna dan efektif bagi siswa. Hal itu adalah pernyataan dari apa yang pembelajar harapkan yaitu mengetahui, memahami dan mampu menunjukkan pada akhir periode pembelajaran.35 Dari pengertian tersebut hasil belajar sebagai penerimaan pengetahuan berupa konseptual dan membuatnya menjadi lebih bermakna untuk dapat dipahami dengan baik sehingga efektif bagi siswa. Diharapkan dapat membantu siswa dalam proses belajar dan didapatkan hasil yang memuaskan pada akhir pembelajaran sebagai hasil dari proses belajar yang telah dilalui oleh siswa.

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.36

Taksonomi adalah sebuah kerangka pikir khusus. Dalam sebuah taksonomi, kategori-kategorinya merupakan satu kontinum. Taksonomi

34

Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), h. 16.

35

Despina Varnava Marouchou, Can Students' Concept of Learning Influence Their Learning Outcomes?, Higher Learning Research Communications (HLRC), Vo. 2 No. 2, 2012, p. 19, diakses dari http://www.hlrcjournal.com/index.php/HLRC/article/download/23/67 , pada 5 April 2016.

36

(42)

Bloom hanya mempunyai satu dimensi, sedangkan taksonomi revisi memiliki dua dimensi. Dua dimensi itu adalah proses kognitif dan pengetahuan. Dimensi proses kognitif berisikan enam kategori : Mengingat, Memahami, Mengaplikasikan, Menganalisis, Mengevaluasi, dan Mencipta.

Kontinum yang mendasari dimensi proses kognitif dianggap sebagai tingkat-tingkat kognisi yang kompleks. Sedangkan dimensi pengetahuan berisi empat kategori: Faktual, Konseptual, Prosedural, dan Metakognitif.

Kategori-kategori ini dianggap merupakan kontinum dari yang konkret (Faktual) sampai yang abstrak (metakognitif).37

b. Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar

Pakar teknologi pendidikan, Gagne, Briggs, & Wager menyatakan bahwa proses belajar seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor internal peserta didik itu sendiri dan faktor eksternal, yaitu pengaturan kondisi belajar. Proses belajar terjadi karena sinergi memori jangka pendek dan jangka panjang diaktifkan melalui penciptaan faktor eksternal, yaitu pembelajaran atau lingkungan belajar. Melalui indranya, peserta didik dapat menyerap materi secara berbeda. Pengajar mengarahkan agar pemrosesan informasi untuk memori jangka panjang dapat berlangsung lancar.38

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi sikap belajar dan hasil belajar siswa. Pertanda mengacu pada faktor-faktor yang sudah ada dalam situasi sebelum keterlibatan belajar. Mereka adalah faktor personal dan situasional. Faktor pribadi terkait dengan siswa, yang meliputi pengetahuan

Gambar

Tabel 2.1 Perbedaan metode Team Quiz dan Learning Cell
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Tabel 3.1 Desain penelitian Two Group Pretest Postest Design
Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen penelitian (Pretest dan Posttest)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan pembelajaran kooperatif dilakukan dimana siswa belajar dan bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif dengan struktur

Kepada peserta didik dengan diberikannya berbagai macam model pembelajaran seperti pendekatan konsep dan mind mapping diharapkan siswa harus bisa meningkatkan hasil

Siswa yang mempunyai sub materi yang sama dari masing-masing kelompok membentuk kelompok baru (kelompok ahli). Kelompok ahli bertemu dan membahas topik materi yang sama dan

Metode team quiz merupakan salah satu metode pembelajaran bagi siswa yang membangkitkan semangat dan pola pikir kritis.. metode yang bermaksud melempar jawaban dari