RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS SAMPAH PASAR DAN
PUPUK NPKMg (15:15:6:4) DI PRE NURSERY
SKRIPSI
Oleh :
MARTUA MARKUS TAMBUNAN 100301044
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
RESPONS PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS SAMPAH PASAR DAN
PUPUK NPKMg (15:15:6:4) DI PRE NURSERY
SKRIPSI
Oleh :
MARTUA MARKUS TAMBUNAN 100301044/AGROTEKNOLOGI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Skripsi : Respons pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) terhadap pemberian kompos sampah pasar dan pupuk NPKMg (15:15:6:4) di pre nursery
Nama : Martua Markus Tambunan
NIM : 100301044
Departemen : Agroekoteknologi
Program Studi : Budidaya Pertanian dan Perkebunan
Disetujui Oleh Komisi Pembimbing
Ir. Toga Simanungkalit, MP. Ir. T. Irmansyah, MP. Ketua Anggota
Mengetahui,
ABSTRAK
MARTUA MARKUS TAMBUNAN: Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Pemberian Kompos Sampah Pasar dan Pupuk NPKMg (15:15:6:4) di Pre Nursery. Dibimbing oleh TOGA SIMANUNGKALIT dan T. IRMANSYAH.
Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang berada ± 25 dpl dari bulan April sampai Juli 2014. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 2 Faktor perlakuan. Faktor pertama adalah kompos sampah pasar dengan 4 taraf yaitu 0 g/polibeg (K0); 50 g/polibeg (K1); 100 g/polibeg (K2); 150 g/polibeg (K3) dan
faktor kedua pemberian pupuk NPKMg (15:15:6:4) dengan 4 taraf yaitu 0 g/polibeg (P0); 2,5 g/polibeg (P1); 5 g/polibeg (P2) dan 7,5 g/polibeg (P3). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dosis kompos sampah pasar berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit, total luas daun, bobot kering akar dan pH tanah namun tidak berpengaruh nyata terhadap parameter diameter batang, jumlah daun, panjang akar, bobot segar tajuk, bobot kering tajuk, dan bobot segar akar. Perlakuan pemberian pupuk NPKMg berpengaruh nyata terhadap diameter batang, total luas daun, bobot segar tajuk, dan bobot kering tajuk namun tidak berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi bibit, jumlah daun, panjang akar, bobot segar akar, bobot kering akar, dan pH tanah.
Interaksi antara kedua perlakuan tersebut berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi bibit dan total luas daun.
ABSTRACT
MARTUA MARKUS TAMBUNAN: The growth response of oil palm seed (Elaeis guineensis Jacq.) on waste market compost and NPKMg (15:15:6:4)
fertilize aplication in pre nursery, supervised by TOGA SIMANUNGKALIT and T. IRMANSYAH.
The research was conducted at the experimental field Agricultural Faculty, The Sumatera Utara University about ± 25 metres above sea level from April to July 2014. The design use randomized block design with 2 factors
treatment. The first factor was The waste market compost with 4 levels: 0 g/polybag (K0);50 g/polybag (K1); 100 g/polybag (K2); 150 g/polybag (K3) and
the second factor was NPKMg (15:15:6:4) fertilizers: 0 g/polybag (P0); 2,5 g/polybag (P1); 5 g/polybag (P2) and 7,5 g/polybag(P3). The results
showed that the waste market compost treatment has significantly effect to the plant height, total wide leaf, dry weight root and soil pH , however no significantly affected for, stem diameter leaf number, length of the root, fresh
weight of crown, dry weight crown, and fresh weight root. The NPKMg (15:15:6:4) fertilize treatment showed significant effect to stem
diameter, total wide leaf, fresh weight of crown and dry weight of crown however no significantly affected for plant height, leaf number, lenght of the root, fresh weight of root, dry weight of root and soil pH.
The interaction of both of treatmet showed significan for the plant height and total wide leaf.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Padang Sidempuan pada tanggal 03 Juli 1991 dari
ayah Alm. A. Tambunan dan ibu J. Br. Nainggolan. Penulis merupakan putra
kelima dari lima bersaudara.
Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Swasta Yayasan Perguruan Indonesia
Membangun (YAPIM) dan pada tahun 2010 masuk ke Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara melalui jalur ujian masuk bersama (UMB). Penulis
memilih program studi Agroekoteknologi minat Budidaya Pertanian dan
Perkebunan (BPP).
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai asisten Laboratorium
Fisiologi Tumbuhan (2012-2014), Asisten Laboratorium Nutrisi Tanaman
(2014-2015) Divisi Informasi dan Komunikasi (INFOKOM) Paguyuban Karya
Salemba Empat USU, anggota Himpunan Mahasiswa Agroteknologi
(HIMAGROTEK), dan anggota Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI).
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT Perkebunan
Nusantara III Kebun Merbau Selatan, Kab. Labuhan Batu pada bulan Juli –
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada
waktunya.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa
Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Pemberian Kompos Sampah Pasar Dan Pupuk NPKMg (15:15:6:4) Di Pre Nursery” yang berfungsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan terima kasih
sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan,
memelihara dan mendidik penulis selama ini. Penulis juga ingin mengucapkan
terima kasih kepada Bapak Ir. Toga Simanungkalit, MP., selaku ketua dosen
pembimbing serta dan Ir. T. Irmansyah, MP., selaku anggota komisi pembimbing,
yang telah memberikan bimbingan kepada penulis dalam pembuatan skripsi ini.
Disamping itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua staf
pengajar dan pegawai di program studi agroekoteknologi serta semua rekan
mahasiswa yang tak dapat disebutkan satu per satu disini yang telah membantu
DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
RIWAYAT HIDUP ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
Hipotesis Penelitian ... 4
Kegunaan Penelitian ... 4
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 5
Syarat Tumbuh ... 6
Iklim ... 6
Tanah ... 7
Pembibitan Kelapa Sawit ... 8
Kompos Sampah Pasar ... 10
Pupuk NPKMg (15:15:6:4) ... 11
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 14
Bahan dan Alat ... 14
Metode Penelitian ... 14
PELAKSANAAN PENELITIAN Pembuatan Kompos Sampah Pasar ... 17
Persiapan Areal Pembibitan ... 17
Persiapan Media Tanam ... 18
Aplikasi Kompos Sampah Pasar ... 18
Penanaman ... 18
Aplikasi Pupuk NPKMg (15:15:6:4) ... 18
Pemeliharaan ... 19
Penyiraman ... 19
Penyiangan (Pengendalian Gulma) ... 19
Pengamatan Gejala Serangan Hama dan Penyakit ... 19
Pengendalian Hama dan Penyakit ... 20
Pengamatan Parameter ... 20
Tinggi Bibit (cm) ... 20
Diameter batang (mm) ... 20
Panjang Akar (cm) ... 21
Total Luas Daun (cm2) ... 21
Bobot Segar Tajuk (g) ... 21
Bobot Kering Tajuk (g) ... 21
Bobot Segar Akar (g) ... 22
Bobot Kering Akar (g) ... 22
pH Tanah ... 22
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 23
Pembahasan ... 41
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 49
Saran ... 49
DAFTAR TABEL
No Hal
1. Jadwal Pengaplikasian Pupuk NPKMg (15:15:6:4) ... 19
2. Rataan Tinggi Bibit (cm) Umur 12 MST pada Perlakuan Kompos Sampah Pasar dan Pupuk NPKMg ... 23
3. Rataan Diameter Batang (mm) Bibit Umur 12 MST pada Perlakuan
Kompos Sampah Pasar dan Pupuk NPKMg ... 27
4. Rataan Jumlah Daun (helai) Umur 12 MST pada Perlakuan Kompos
Sampah Pasar dan Pupuk NPKMg ... 28
5. Rataan Panjang Akar (cm) Umur 12 MST pada Perlakuan Kompos
Sampah Pasar dan Pupuk NPKMg ... 29
6. Rataan Total Luas Daun (cm2) Umur 12 MST pada Perlakuan Kompos Sampah Pasar dan Pupuk NPKMg ... 30
7. Rataan Bobot Segar Tajuk (g) Umur 12 MST pada Perlakuan Kompos Sampah Pasar dan Pupuk NPKMg ... 34
8. Rataan Bobot Kering Tajuk (g) Umur 12 MST pada Perlakuan Kompos Sampah Pasar dan Pupuk NPKMg ... 36
9. Rataan Bobot Segar Akar (g) Umur 12 MST pada Perlakuan Kompos Sampah Pasar dan Pupuk NPKMg ... 37
10. Rataan Bobot Kering Akar (g) Umur 12 MST pada Perlakuan Kompos Sampah Pasar dan Pupuk NPKMg ... 38
DAFTAR GAMBAR
No Hal
1. Hubungan Kompos Sampah Pasar Dengan Tinggi Bibit Umur
12 MST ... 24
2. Hubungan Kompos Sampah Pasar Dengan Tinggi Bibit Pada
Berbagai Taraf Pupuk NPKMg ... 25
3. Hubungan Pupuk NPKMg Dengan Tinggi Bibit Pada Berbagai
Taraf Kompos Sampah Pasar ... 26
4. Hubungan Kompos Sampah Pasar Dengan Total Luas Daun Umur
12 MST ... 31
5. Hubungan Pupuk NPKMg Dengan Total Luas Daun Pada Umur
12 MST ... 31
6. Hubungan Kompos Sampah Pasar Dengan Total Luas Daun Pada
Berbagai Taraf Pupuk NPKMg ... 32
7. Hubungan Pupuk NPKMg Dengan Total Luas Daun Bibit Pada
Berbagai Taraf Kompos Sampah Pasar ... 33
8. Hubungan Pupuk NPKMg Dengan Bobot Segar Tajuk Pada Umur
12 MST ... 35
9. Hubungan Pupuk NPKMg Dengan Bobot Kering Tajuk Pada Umur
12 MST ... 36
10. Hubungan Kompos Sampah Pasar Dengan Bobot Kering Akar Pada
Umur 12 MST ... 39
DAFTAR LAMPIRAN
No Hal
1. Gambar Bagan Penelitian ... 51
2. Gambar Letak Tanaman Pada Plot Penelitian ... 52
3. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 53
4. Deskripsi Varietas Kelapa Sawit Simalungun ... 54
5. Perhitungan Kebutuhan Pupuk Bibit Kelapa Sawit ... 55
6. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 8 MST ... 57
7. Daftar Sidik Ragam Tinggi Bibit 8 MST ... 57
8. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 10 MST ... 58
9. Daftar Sidik Ragam Tinggi Bibit 10 MST ... 58
10. Data Pengamatan Tinggi Tanaman 12 MST ... 59
11. Daftar Sidik Ragam Tinggi Bibit 12 MST ... 59
12. Data Pengamatan Diameter Batang 8 MST ... 60
13. Daftar Sidik Ragam Diameter Batang 8 MST ... 60
14. Data Pengamatan Diameter Batang 10 MST ... 61
15. Daftar Sidik Ragam Diameter Batang 10 MST ... 61
16. Data Pengamatan Diameter Batang 12 MST ... 62
17. Daftar Sidik Ragam Diameter Batang 12 MST ... 62
18. Data Pengamatan Jumlah Daun 8 MST ... 63
19. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 8 MST ... 63
20. Data Pengamatan Jumlah Daun 10 MST ... 64
21. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 10 MST ... 64
23. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun 12 MST ... 65
24. Data Pengamatan Panjang Akar 12 MST ... 66
25. Daftar Sidik Ragam Panjang Akar 12 MST ... 66
26. Data Pengamatan Total Luas Daun 12 MST ... 67
27. Daftar Sidik Ragam Total Luas Daun 12 MST ... 67
28. Data Pengamatan Bobot Segar Tajuk 12 MST ... 68
29. Daftar Sidik Ragam Bobot Segar Tajuk 12 MST ... 68
30. Data Pengamatan Bobot Kering Tajuk 12 MST ... 69
31. Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk 12 MST ... 69
32. Data Pengamatan Bobot Segar Akar 12 MST ... 70
33. Daftar Sidik Ragam Bobot Segar Akar 12 MST ... 70
34. Data Pengamatan Bobot Kering Akar 12 MST ... 71
35. Daftar Sidik Ragam Bobot Kering Akar 12 MST ... 71
36. Data Pengamatan pH Tanah 12 MST ... 72
37. Daftar Sidik Ragam pH Tanah 12 MST ... 72
38. Dokumentasi Penelitian ... 73
39. Hasil Analisis Kompos Sampah Pasar ... 77
ABSTRAK
MARTUA MARKUS TAMBUNAN: Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Pemberian Kompos Sampah Pasar dan Pupuk NPKMg (15:15:6:4) di Pre Nursery. Dibimbing oleh TOGA SIMANUNGKALIT dan T. IRMANSYAH.
Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang berada ± 25 dpl dari bulan April sampai Juli 2014. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 2 Faktor perlakuan. Faktor pertama adalah kompos sampah pasar dengan 4 taraf yaitu 0 g/polibeg (K0); 50 g/polibeg (K1); 100 g/polibeg (K2); 150 g/polibeg (K3) dan
faktor kedua pemberian pupuk NPKMg (15:15:6:4) dengan 4 taraf yaitu 0 g/polibeg (P0); 2,5 g/polibeg (P1); 5 g/polibeg (P2) dan 7,5 g/polibeg (P3). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dosis kompos sampah pasar berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit, total luas daun, bobot kering akar dan pH tanah namun tidak berpengaruh nyata terhadap parameter diameter batang, jumlah daun, panjang akar, bobot segar tajuk, bobot kering tajuk, dan bobot segar akar. Perlakuan pemberian pupuk NPKMg berpengaruh nyata terhadap diameter batang, total luas daun, bobot segar tajuk, dan bobot kering tajuk namun tidak berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi bibit, jumlah daun, panjang akar, bobot segar akar, bobot kering akar, dan pH tanah.
Interaksi antara kedua perlakuan tersebut berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi bibit dan total luas daun.
ABSTRACT
MARTUA MARKUS TAMBUNAN: The growth response of oil palm seed (Elaeis guineensis Jacq.) on waste market compost and NPKMg (15:15:6:4)
fertilize aplication in pre nursery, supervised by TOGA SIMANUNGKALIT and T. IRMANSYAH.
The research was conducted at the experimental field Agricultural Faculty, The Sumatera Utara University about ± 25 metres above sea level from April to July 2014. The design use randomized block design with 2 factors
treatment. The first factor was The waste market compost with 4 levels: 0 g/polybag (K0);50 g/polybag (K1); 100 g/polybag (K2); 150 g/polybag (K3) and
the second factor was NPKMg (15:15:6:4) fertilizers: 0 g/polybag (P0); 2,5 g/polybag (P1); 5 g/polybag (P2) and 7,5 g/polybag(P3). The results
showed that the waste market compost treatment has significantly effect to the plant height, total wide leaf, dry weight root and soil pH , however no significantly affected for, stem diameter leaf number, length of the root, fresh
weight of crown, dry weight crown, and fresh weight root. The NPKMg (15:15:6:4) fertilize treatment showed significant effect to stem
diameter, total wide leaf, fresh weight of crown and dry weight of crown however no significantly affected for plant height, leaf number, lenght of the root, fresh weight of root, dry weight of root and soil pH.
The interaction of both of treatmet showed significan for the plant height and total wide leaf.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat diandalkan, karena minyak yang dihasilkan memiliki berbagai
keunggulan dibandingkan dengan minyak yang dihasilkan oleh tanaman lain.
Keunggulan tersebut diantaranya memiliki kadar kolesterol rendah
(Sastrosayono, 2003).
Kelapa sawit sangat penting artinya bagi indonesia. Selama kurun waktu
20 tahun terakhir kelapa sawit menjadi komoditas andalan ekspor dan komoditas
yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani pekebun serta para
transmigran indonesia (Pardamean, 2008).
Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan (2013), luas areal perkebunan
kelapa sawit Indonesia pada tahun 2011 adalah sebesar 8.992.824 ha dan semakin
bertambah pada tahun 2012 yaitu sebesar 9.074.621 ha. Produksi kelapa sawit
Indonesia pada tahun 2011 adalah sebesar 115.482.705 ton TBS dan mengalami
kenaikan yang tidak terlalu signifikan (1,84 %) pada tahun 2012, yaitu sebesar
117.605.355 ton TBS.
Mengingat semakin meningkatnya permintaan akan bahan minyak sawit
dan peranannya bagi perekonomian Indonesia, maka untuk mempertahankan
produksinya agar berkesinambungan perlu diusahakan bibit yang sehat dan
bermutu tinggi. Salah satu cara untuk memperoleh bibit yang baik ialah dengan
pemberian media tanam dan pupuk yang sesuai dengan kebutuhan tanaman
Unsur hara utama dalam pemupukan tanaman perkebunan meliputi N, P,
K, Mg. Masing-masing unsur hara diharapkan cukup tersedia di dalam tanah,
apabila ketersediaan unsur hara didalam tanah rendah, dapat berakibat tanaman
mengalami gejala defisiensi atau kekahatan unsur hara. Sumber hara dalam bentuk
pupuk yang digunakan pada tanaman perkebunan adalah jenis pupuk buatan
anorganik, organik atau alam. Pupuk NPKMg adalah salah satu sumber pupuk
anorganik yang dibutuhkan dalam pembibitan kelapa sawit
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).
Aplikasi pupuk dengan efisiensi tinggi dapat diperoleh melalui
peningkatan daya dukung tanah dan peningkatan ketersediaan unsur hara pupuk
dalam media tanam bibit. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut
yaitu melalui kombinasi penggunaan pupuk buatan (anorganik) dan kompos
sebagai agen pembenah tanah. Penggunaan kompos pada medium pembibitan
kelapa sawit sangat diperlukan untuk mengatasi terbatasnya ketersediaan bahan
organik (Darlan dkk., 2005).
Sampah adalah hasil aktivitas manusia maupun alam yang sudah tidak
digunakan lagi karena sudah diambil unsur dan fungsi utamanya. Setiap aktivitas
manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Sumber sampah bisa berasal
dari rumah tangga, pertanian, perkantoran, perusahaan, rumah sakit, dan pasar.
Pemanfaatan sampah menjadi kompos memberikan banyak keuntungan, misalnya
dapat memberdayakan ekonomi masyarakat, bahan yang diperlukan mudah
didapat dan melimpah serta memiliki peluang pasar yang baik. Selain dalam
bidang ekonomi pembuatan pupuk organik sebagai salah satu alternatif
Potensi sampah organik, terutama dari daerah perkotaan berpenduduk
padat, sangat tinggi. Sebagian besar sampah dari pemukiman (rumah tangga) dan
pasar berupa sampah organik, yang proporsinya dapat mencapai 78%. Sampah
organik ini umumnya bersifat biodegradable, yaitu dapat terurai menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana oleh aktivitas mikroorganisme tanah.
Penguraian dari sampah organik ini akan menghasilkan materi yang kaya akan
unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tumbuhan, sehingga sangat baik digunakan
untuk tanaman (Sulistyawati dkk., 2009).
Hasil penelitian Gurning dkk. (2013) yang dilaksanakan di pasar sore
Padang Bulan kota Medan, diketahui bahwa volume sampah pasar rata-rata adalah
sebesar 3.724.748,5 cm3/hari dengan rata-rata berat sampah pasar 877,9 kg/hari.
Sampah pasar ini terdiri dari komposisi sampah organik 76,4 % dan sampah
anorganik 23,6%. Jumlah sampah ini tentunya tidak dapat ditampung seluruhnya
di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), alternatif yang paling baik adalah dengan
melakukan proses pengomposan sampah organik. Alternatif ini dipilih karena
selain dapat mengurangi sampah pasar, juga dapat memberikan nilai tambah
secara ekonomi karena pedagang dapat menjual kompos dan hasil penjualan dapat
menjadi penghasilan tambahan bagi pedagang di pasar.
Pemberian kompos sampah pasar meningkatkan kandungan unsur hara
dan pH tanah bekas tambang Ferry (2010). Hasil panen sawi dari tanah yang
diberi kompos sampah organik pasar lebih banyak di bandingkan dengan sawi
yang di tanam pada tanah tanpa kompos. Dan uji kandungan Fe pada sawi
menunjukkan nilai di bawah 5 ppm sesuai dengan SNI 7387:2009 sehingga sawi
Sesuai dengan uraian di atas, kompos sampah pasar memiliki potensi yang
cukup besar untuk dimanfaatkan yaitu sebagai bahan organik dalam media tanam
pembibitan kelapa sawit. Kompos sampah pasar sebagai agen pembenah tanah
diharapkan dapat meningkatkan daya dukung tanah akan ketersediaan bahan
organik dan unsur hara terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit. Oleh karena itu,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian
kompos sampah pasar dan pupuk NPKMg (15:15:6:4) pada pembibitan kelapa
sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di pre nursery.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons pertumbuhan bibit
kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) terhadap pemberian kompos sampah pasar dan pupuk NPKMg (15:15:6:4) di pre nursery.
Hipotesis Penelitian
Ada peningkatan pertumbuhan bibit kelapa sawit di pre nursery dengan pemberian kompos sampah pasar dan pupuk NPKMg (15:15:6:4) serta interaksi
keduanya.
Kegunaan Penelitian
Sebagai bahan penulisan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan serta sebagai bahan informasi tentang pemanfaatan kompos sampah pasar
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Tanaman kelapa sawit memiliki sistem perakaran serabut, yang terdiri dari
akar primer, sekunder, tersier, dan kuarterner. Akar primer umumnya 6-10 mm,
keluar dari pangkal batang dan menyebar secara horizontal ke dalam tanah dengan
sudut yang beragam. Akar primer bercabang membentuk akar sekunder yang
diameternya 2-4 mm. Akar sekunder bercabang membentuk akar tersier yang
berdiameter 0,7-1,2 mm dan umumnya bercabang lagi membentuk akar kuaterner.
Akar kuarterner tidak mengandung lignin, panjangnya hanya 1-4 mm dengan
diameter 0,1-0,3 mm (Pahan, 2008).
Pohon kelapa sawit tumbuh tegak lurus tidak bercabang. Setiap tahun
batang kelapa sawit bertambah panjang 35–45 cm. Semakin lambat pertambahan
panjang batang kelapa sawit, semakin baik. Hal ini akan memudahkan perawatan,
terutama untuk memanen buah dan memperpanjang masa produktifnya. Salah satu
kriteria tanaman kelapa sawit unggul adalah jika pertambahan tinggi batangnya
kurang dari 40 cm/tahun (Hadi, 2004).
Daun dibentuk di dekat titik tumbuh. Setiap bulan, biasanya akan tumbuh
dua lembar daun. Pertumbuhan daun awal dan daun berikutnya akan membentuk
sudut 1350. Daun pupus yang tumbuh keluar masih melekat dengan daun lainnya.
Anak daun pada daun normal berjumlah 80-120 lembar (Sastrosayono, 2003).
Tanaman kelapa sawit di lapangan mulai berbunga pada umur
12–14 bulan, sebagian dari tandan bunga akan gugur (aborsi) sebelum atau
bunga jantan dan betina berada pada satu pohon, tetapi tempatnya berbeda
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).
Tandan buah tumbuh di ketiak daun. Berat tandan buah kelapa sawit
bervariasi, dari beberapa ons hingga 30 kg. Tanaman kelapa sawit mulai berbuah
saat berumur 18 bulan setelah tanam, tetapi kadar minyaknya masih sedikit dan
persentase limbahnya banyak. Karena itu di perkebunan kelapa sawit,
bunga-bunga yang tumbuh pada tanaman muda akan dibuang (kastrasi) agar tidak
menjadi buah (Sastrosayono, 2003).
Biji terdiri atas cangkang, embrio dan inti atau endosperm. Embrio
panjangnya 3 mm berdiameter 1,2 mm berbentuk silindris seperti peluru dan
memiliki 2 bagian utama. Bagian yang tumpul permukaannya berwarna kuning
dan bagian lain agak tajam berwarna putih (Lubis, 2008).
Syarat Tumbuh Iklim
Tanaman kelapa sawit praktis berproduksi sepanjang tahun sehingga
membutuhkan suplai air relatif sepanjang tahun pula. Ada dua hal penting yang
perlu diperhatikan yaitu jumlah curah hujan tahunan (mm) dan distribusi curah
hujan bulanan. Curah hujan yang ideal berkisar 2.000–3.500 mm/tahun yang
merata sepanjang tahun dengan minimal 100 mm/bulan, di luar kisaran tersebut
tanaman akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan berproduksi. Curah
hujan antara 1700–2.500 dan 3.500–4.000 tanaman akan mengalami sedikit
hambatan. Di lokasi dengan curah hujan kurang dari 1.450 mm/tahun dan lebih
dari 5.000 mm/tahun sudah tidak sesuai untuk sawit. Rendahnya curah hujan
curah hujan yang tinggi berkaitan dengan rendahnya intensitas cahaya
(Allolerung dkk., 2010).
Lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit antara 5-7
jam/hari. Tanaman ini memerlukan temperatur optimal 24-28o C. Ketinggian
tempat yang ideal untuk sawit antara 1-500 m dpl (di atas permukaan laut).
Kelembaban optimum yang ideal untuk tanaman sawit sekitar 80 - 90%.
(BPPT, 2008).
Kecepatan angin 5-6 km/jam, sangat baik untuk membantu proses
penyerbukan. Angin yang terlalu kencang akan menyebabkan tanaman baru
doyong atau miring (Lubis, 2008).
Sinar matahari sangat penting dalam kehidupan tumbuhan, karena
merupakan salah satu syarat mutlak bagi terjadinya proses fotosintesis. Untuk
pertumbuhan kelapa sawit yang optimal diperlukan sekurang-kurangnya 5 jam
penyinaran per hari sepanjang tahun. Meskipun sebaiknya selama beberapa
bulan terdapat 7 jam penyinaran per hari, tetapi statistik menunjukkan
bahwa diberbagai wilayah kelapa sawit yang lama penyinarannya di luar
batas-batas tersebut dapat diperoleh produktivitas yang memadai juga
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).
Tanah
Kelapa sawit dapat tumbuh pada jenis tanah Podzolik, Latosol,
Hidromorfik Kelabu, Alluvial atau Regosol, tanah gambut saprik, dataran pantai
dan muara sungai. Tingkat keasaman (pH) yang optimum untuk sawit adalah
5,0-5,5. Kemiringan lahan pertanaman kelapa sawit sebaiknya tidak lebih dari 15o
Sifat fisik tanah yang dikehendaki tanaman kelapa sawit adalah solum
yang dalam, lebih dari 80 cm. Solum yang tebal merupakan media yang baik bagi perkembangan akar sehingga efisiensi penyerapan hara tanaman akan lebih baik.
Tekstur lempung atau lempung berpasir dengan komposisi 20-60% pasir, 10-40 %
lempung dan 20-50 % liat. Struktur perkembangannya kuat, konsistensinya
gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang (Lubis, 2008).
Kedalaman air tanah merupakan faktor yang sangat penting, karena
berkaitan dengan kebutuhan air jika terjadi kemarau panjang. Jika kekurangan air,
kelapa sawit akan mengalami stres, ditandai dengan meningkatnya jumlah bunga
jantan dan menurunnya bunga betina yang dihasilkan. Sebaiknya jika kedalaman
air tanah terlalu dangkal, akar kelapa sawit akan selalu tergenang sehingga
perkembangan akar dan aerasi menjadi buruk (Hadi, 2004).
Pembibitan Kelapa Sawit
Pembibitan pada perkebunan kelapa sawit merupakan kegiatan menanam
kecambah pada suatu media tanam (tanah dalam polibag), sehingga bibit tersebut
siap untuk ditanam secara permanen di areal perkebunan (setelah bibit berumur
12 bulan). Pembibitan pada perkebunan kelapa sawit pada umumnya dibagi
menjadi dua tahap. Tahap pertama disebut pre nursery dan tahap kedua disebut
main nursery (Hadi, 2004).
Pembibitan dua tahap terdiri atas pembibitan pendahuluan (pre nursery) dalam kantong plastik kecil hingga bibit berumur 3 – 4 bulan baru dilanjutkan
langsung ditanam dalam kantong plastik besar hingga umur siap dipindahkan ke
lapang (Allurerung dkk., 2010).
Keuntungan dari sistem pembibitan dua tahap adalah :
a. Karena ditanam dalam kantong kecil, bibit tahap awal terkumpul dalam satu
satuan luas yang lebih kecil, sehingga memudahkan pengawasan,
pemupukan, dan pengendalian hama dan penyakit.
b. Penggunaan kantong plastik besar lebih sedikit karena seleksi awal (sekitar
10%) telah dilakukan, dan lama pembibitan dalam kantong plastik besar lebih
singkat.
c. Kebutuhan tanah lebih sedikit.
d. Biaya penyiraman lebih murah.
(Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003).
Pembibitan pendahuluan (Pre Nursery) dapat dilakukan dengan menanam kecambah di atas bedengan atau di dalam kantong plastik kecil. Penggunaan
bedengan tidak dianjurkan karena pemeliharaan lebih sulit dan seleksi bibit tidak
bisa intensif serta banyak bibit yang rusak pada saat pemindahan ke kantong
plastik besar (Allolerung dkk., 2010).
Lokasi pembibitan harus memenuhi syarat yaitu dekat dengan sumber air,
letaknya tidak jauh dari lokasi penanaman karena biaya angkutan bibit mahal,
areal datar dan mudah dipasang instalasi air, dekat kantor dan pemukiman supaya
mudah pengawasannya, keamanan terjamin dan bebas dari gangguan binatang
Kompos Sampah Pasar
Sampah adalah hasil aktivitas manusia maupun alam yang sudah tidak
digunakan lagi karena sudah diambil unsur dan fungsi utamanya. Setiap aktivitas
manusia pasti menghasilkan buangan atau sampah. Sumber sampah bisa berasal
dari rumah tangga, pertanian, perkantoran, perusahaan, rumah sakit, pasar dan
berbagai kegiatan lainnya.
Salah satu upaya mengatasi permasalahan sampah adalah dengan
melakukan daur ulang sampah organik dengan proses pengomposan.
Pengomposan merupakan suatu teknik pengolahan limbah padat yang
mengandung bahan organik biodegradable (dapat diuraikan mikroorganisme). Selain menjadi pupuk organik, kompos juga dapat memperbaiki struktur tanah,
memperbesar kemampuan tanah dalam menyerap air dan menahan air serta zat-zat
hara lain. Pengomposan alami membutuhkan waktu yang relatif lama, yaitu
sekitar 2-3 bulan bahkan 6-12 bulan. Pengomposan dapat berlangsung dengan
fermentasi yang lebih cepat dengan bantuan effective innoculant atau aktivator (Agustina, 2013).
Kompos dapat menambah kandungan bahan organik dalam tanah yang
dibutuhkan tanaman. Bahan organik yang terkandung dalam kompos dapat
mengikat partikel tanah. Ikatan partikel tanah ini dapat meningkatkan penyerapan
akar tanaman terhadap air, mempermudah penetrasi akar pada tanah, dan
memperbaiki pertukaran udara dalam tanah, sehingga dapat mendukung
pertumbuhan tanaman (Sriharti dan Salim, 2010).
Pengaruh penambahan bahan organik terhadap pH tanah dapat
bahan organik yang kita tambahkan dan jenis tanahnya. Penambahan bahan
organik yang belum masak (misal pupuk hijau) atau bahan organik yang masih
mengalami proses dekomposisi, biasanya akan menyebabkan penurunan pH
tanah, karena selama proses dekomposisi akan melepaskan asam-asam organik
yang menyebabkan menurunnya pH tanah. Sebaliknya apabila bahan organik
yang diaplikasikan telah terdekomposisi lanjut (matang), maka pH tanah akan
meningkat karena bahan organik yang telah termineralisasi akan melepaskan
mineralnya, berupa kation-kation basa (Atmojo, 2003).
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengomposan antara lain:
rasio C/N, ukuran partikel, aerasi, porositas, kandungan air, suhu, pH, kandungan
hara, dan kandungan bahan-bahan berbahaya. Aspek/manfaat kompos bagi tanah
dan tanaman : 1. Meningkatkan kesuburan tanah, 2. Memperbaiki struktur dan
karakteristik tanah, 3. Meningkatkan kapasitas jerap air tanah, 4. Meningkatkan
aktivitas mikroba tanah, 5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan
jumlah panen), 6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman, 7. Menekan
pertumbuhan/serangan penyakit tanaman, 8. Meningkatkan retensi/ketersediaan
hara di dalam tanah (Isroi, 2006).
Hasil analisis kompos sampah pasar oleh Berutu (2009) menunjukkan
bahwa jumlah kandungan hara Nitrogen adalah 1,69%, Fosfat 0,34 % dan Kalium
2,81 %. Dengan kata lain, 100 kg kompos setara dengan 1,69 kg urea, 0,34 kg SP
36 dan 2,81 kg KCL.
Pupuk NPKMg
Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur
pupuk majemuk lengkap. Pupuk majemuk tak lengkap terdiri dari kombinasi
berikut : Pupuk NP, Pupuk NK, Pupuk PK. Pupuk majemuk lengkap adalah
pupuk yang mengandung tiga unsur pupuk yaitu NPK (Damanik dkk., 2011).
Unsur hara utama dalam pemupukan tanaman perkebunan meliputi N, P ,
K, Mg. Masing-masing unsur hara diharapkan cukup tersedia di dalam tanah,
apabila ketersediaan unsur hara di dalam tanah rendah, dapat menyebabkan
tanaman mengalami gejala defisiensi atau kekahatan unsur hara
(Mangoensoekarjo, 2007).
Unsur N merupakan unsur utama penyusun biomassa berperan di dalam
merangsang pertumbuhan vegetatif seperti tinggi tanaman, jumlah daun, diameter
batang, dll (Mangoensoekarjo dan Semangun 2003). Unsur N diperlukan dalam
pertumbuhan vegetatif tanaman seperti pembentukan tunas atau perkembangan
batang dan daun (Novizan, 2005). Damanik dkk. (2011) juga menyatakan bahwa
pengaruh N meningkatkan bagian protoplasma sehingga mengakibatkan terjadi
peningkatan ukuran sel batang maupun daun.Unsur N adalah penyusun utama
biomassa tanaman muda.
Unsur Fosfat (P) pada tanaman berfungsi untuk merangsang pembentukan
akar dan memperkuat batang agar tidak mudah roboh serta unsur P dapat memacu
pertumbuhan akar karena ketersediaan unsur P akan meningkatkan laju
fotosintesis (Hasibuan 2011).
Kalium diperlukan dalam proses membuka dan menutup stomata daun
sehingga kekahatan hara K sangat nampak pada musim kemarau. Unsur K
berperan pada pengangkutan hasil-hasil fotosintesis, mengaktifkan enzim dan
terhadap jumlah dan ukuran tandan buah, dan berperan untuk ketahanan tanaman
terhadap serangan penyakit (Mangoensoekarjo, 2007).
Magnesium adalah penyusun utama dari klorofil. Setiap molekul klorofil
mengandung satu atom magnesium. Klorofil membuat daun berwarna hijau, oleh
karena itu tidak akan ada tanaman berwarna hijau tanpa adanya cukup magnesium
di tubuh tanaman. Takaran magnesium dalam klorofil tidak melebihi seperempat
takaran total daunnya. Hal ini mempunyai arti bahwa adanya fungsi lain dari
magnesium selain sebagai penyusun klorofil (Damanik dkk., 2011).
Ketersediaan unsur hara yang cukup bagi tanaman akan menyebabkan
pertumbuhan tanaman yang optimal. Pertumbuhan sebagai proses diferensiasi
yang bersifat progresif dan dinyatakan dalam tinggi tanaman, diameter batang
atau seluruh organ tanaman seperti berat kering tanaman (Damanik dkk., 2011).
Agustina (1990) juga menyatakan bahwa penambahan hasil tanaman sebagai
respon penambahan pupuk berbanding lurus dengan selisih hasil maksimum
dengan hasil aktual. Hasil maksimum dicapai pada sejumlah nutrisi yang tidak
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara Medan dengan ketinggian ± 25 meter di atas
permukaan laut, mulai bulan April 2014 sampai dengan Juli 2014.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kecambah kelapa
sawit Tenera (DxP) PPKS Medan varietas Simalungun sebagai objek yang akan
diamati, tanah subsoil dari daerah Mancang sebagai media tanam, pupuk NPKMg
(15:15:6:4) sebagai perlakuan pupuk yang diaplikasikan ke bibit kelapa sawit,
kompos sampah pasar yang berasal dari sampah pasar sore Padang Bulan Medan,
polibag ukuran 18 cm x 25 cm sebagai tempat media tanam pembibitan, pelepah
kelapa sawit sebagai bahan naungan, bambu sebagai bahan konstruksi naungan,
insektisida berbahan aktif Deltametrin untuk mengendalikan hama, fungisida
berbahan aktif Propineb untuk mengendalikan penyakit yang disebabkan jamur.
Alat-alat yang digunakan adalah cangkul, meteran, ayakan, timbangan
analitik, soil tester, gembor, sprayer, kertas label perlakuan dan penanda sampel,
spidol, penggaris, jangka sorong, form data, kalkulator, alat tulis, dan alat lainnya
yang mendukung penelitian ini.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial
• Faktor I : Kompos Sampah Pasar (K) dengan 4 taraf yaitu :
K0 = 0 g/polibag
K1 = 50 g/polibag
K2 = 100 g/polibag
K3 = 150 g/ polibag
• Faktor II : Pupuk NPKMg (15:15:6:4) (P) dengan 4 taraf yaitu :
P0 = 0 g/polibag
P1 = 2,5 g/polibag
P2 = 5 g/polibag
P3 = 7,5 g/polibag
Sehingga diperoleh 16 kombinasi perlakuan yaitu :
K0P0 K1P0 K2P0 K3P0
K0P1 K1P1 K2P1 K3P1
K0P2 K1P2 K2P2 K3P2
K0P3 K1P3 K2P3 K3P3
Jumlah ulangan (blok) : 3 blok
Jumlah plot percobaan : 48 plot
Jumlah polibag/plot : 3 polibag
Ukuran polibag : 18 x 25 cm
Jarak antar polibag : 20 cm x 20 cm
Jarak antar plot : 30 cm
Ukuran 1 plot : 50 cm x 50 cm
Jarak antar blok : 50 cm
Jumlah sampel/plot : 3 tanaman
Jumlah tanaman seluruhnya : 144 tanaman
Jumlah sampel seluruhnya : 144 tanaman
Data hasil penelitian dianalisis sidik ragam dengan model linier sebagai
berikut:
Yijk μ ρi j k jk εijk
Dimana:
Yijk = Hasil pengamatan unit percobaan pada blok ke-i dengan perlakuan
Kompos Sampah Pasar ke-j dan taraf pupuk NPKMg taraf ke-k.
μ = Rata-rata (nilai tengah) objek percobaan
ρi = Efek dari blok ke-i
αj = Efek dari perlakuan Kompos Sampah Pasar taraf ke-j
βk = Efek dari perlakuan pupuk NPKMg taraf ke-k
(αβ)jk = Efek interaksi Kompos Sampah Pasar taraf ke-j dan pupuk NPKMg
taraf ke-k pada blok ke-i
Εijk = Efek galat yang disebabkan faktor Kompos Sampah Pasar taraf ke-j dan
faktor pupuk NPKMg taraf ke-k pada blok ke-i.
Dari hasil penelitian pada perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan
PELAKSANAAN PENELITIAN
Pembuatan Kompos Sampah Pasar
Sampah pasar dikumpulkan dari pasar sore Padang Bulan Medan sebanyak
100 kg. Jenis sampah yang diambil adalah sisa sayuran, sisa kulit hasil
pengupasan sayuran dan buah yang sudah layu dan tidak layak dikonsumsi lagi.
Buah dan sayuran yang mengandung kadar air tinggi seperti jeruk dan tomat tidak
diambil, lalu sampah dicacah dengan ukuran 2 cm. Setelah dicacah, lalu
ditambahkan bioaktivator EM 4 dengan perbandingan EM 4 : molase/gula : air
(1 : 1 : 50). Larutan bioaktivator disemprotkan pada sampah yang sudah dicacah
hingga kadar air mencapai 30 – 40% lalu sampah ditutup dengan spanduk. Selama
proses pengomposan suhu dikontrol agar tidak melebihi 600C, apabila suhu sudah
tinggi maka dilakukan proses pembalikan kompos. Kompos matang dicirikan
dengan perubahan fisik seperti tidak berbau, warna menghitam dan tekstur remah,
perubahan kimia seperti pH menjadi netral dan kadar C/N berkisar antara 10 – 20.
Persiapan Areal Pembibitan
Lahan dipersiapkan sebaik mungkin berukuran 10 x 3 m di lahan datar dan
terbuka, strategis dan aman, dekat dengan sumber air permanen dan memiliki
drainase yang baik. Areal yang akan digunakan dibersihkan dari gulma dan sisa
akar tanaman. Dibuat plot percobaan dengan ukuran 50 cm x 50 cm, dengan jarak
antar plot 20 cm dan jarak antar blok 50 cm. Kemudian dibuat naungan dari
kombinasi pelepah sawit dan bahan paranet dengan tinggi naungan 2 m dari
Persiapan Media Tanam
Sebelum digunakan tanah subsoil di analisis di laboratorium lalu diayak
dengan menggunakan ayakan pasir (ukuran lubang 1 cm). Media diisikan dalam
polibag hingga media cukup padat lalu ditimbang sehingga berat masing-masing
polibag sama (2 kg). Kemudian polibag diletakkan dan disusun dengan jarak antar
polibag 20 cm x 20 cm pada plot percobaan. Dalam satu plot percobaan terdapat 3
polibag bibit.
Aplikasi Kompos Sampah Pasar
Aplikasi kompos sampah pasar dilakukan pada saat penanaman kecambah
kelapa sawit sesuai dengan taraf perlakuan masing-masing. Aplikasi dilakukan
dengan cara menaburkan kompos sampah pasar di lubang tanam polibag.
Penanaman
Benih kecambah yang digunakan adalah kecambah normal yang memiliki
plumula dan radikula yang berlawanan arah. Sebelum penanaman dilakukan,
kecambah terlebih dahulu direndam dalam larutan fungisida dengan konsentrasi 2
gram/l air selama 10 menit. Tiap polibag ditanam 1 benih kecambah dengan
kedalaman 3 cm dari permukaan media tanam.
Aplikasi Pupuk NPKMg (15:15:6:4)
Aplikasi pupuk NPKMg (15:15:6:4) dilakukan pada waktu bibit berumur
4 MST, 5 MST, 6 MST, 7 MST, dan 8 MST. Pemupukan dilakukan pada sore hari
dengan cara ditaburkan secara melingkar merata pada media lalu sedikit
dibenamkan. Jadwal pengaplikasian pupuk disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Jadwal pengaplikasian pupuk NPKMg (15:15:6:4).
Perlakuan
Aplikasi Pupuk NPKMg (15:15:6:4) Minggu Ke-, Setelah Tanam Kecambah
4 5 6 7 8 P0 = 0 g/bibit 0 g 0 g 0 g 0 g 0 g
P1 = 2,5 g/bibit 0,5 g 0,5 g 0,5 g 0,5 g 0,5 g P2 = 5 g/bibit 1 g 1 g 1 g 1 g 1 g P3 = 7,5 g/bibit 1,5 g 1,5 g 1,5 g 1,5 g 1,5 g
Pemeliharaan Penyiraman
Penyiraman bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman bibit dan
agar media pembibitan kelapa sawit tetap terjaga kelembabannya. Penyiraman
dilakukan 2 kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari atau disesuaikan dengan
kondisi kelembaban media dan lahan. Penyiraman dilakukan dengan
menggunakan gembor.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan membersihkan tanah pada media
pembibitan dan sekitar areal pembibitan dari gulma. Penyiangan dilakukan 1 kali
seminggu dan disesuaikan dengan kondisi media tanam dan lahan. Penyiangan
dilakukan secara manual pada polibag dan lahan percobaan.
Pengamatan Gejala Serangan Hama dan Penyakit
Pengamatan gejala serangan hama dan penyakit dilakukan 2 kali
seminggu. Adapun hama yang sering menyerang pembibitan kelapa sawit adalah
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dilakukan dengan aplikasi insektisida berbahan aktif
Deltametrin yang disemprotkan 1 kali seminggu. Pengendalian jamur/fungi
dilakukan dengan aplikasi fungisida berbahan aktif Propineb yang disemprotkan
1 kali seminggu secara bergantian. Tindakan pengendalian dilakukan dan
disesuaikan dengan kondisi tanaman.
Pengamatan Parameter Tinggi Bibit (cm)
Pada media tanam diberi patok standar sebagai penanda pangkal bibit.
Tinggi bibit diukur mulai dari patok standar sampai dengan daun tertinggi setelah
diluruskan ke atas. Pengukuran tinggi tanaman bibit dilakukan setelah bibit
berumur 8 minggu setelah tanam (MST), 10 MST serta 12 MST. Pengukuran
dilakukan dengan menggunakan meteran atau penggaris.
Diameter Batang (mm)
Diameter batang diukur dari dua arah berlawanan yang saling tegak lurus
kemudian dirata-ratakan. Diameter batang diukur pada ketinggian 1 cm di atas
patok standar. Pengukuran diameter batang dilakukan setelah bibit berumur 8
MST, 10 MST serta 12 MST. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan jangka
sorong.
Jumlah Daun (helai)
Daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka sempurna
membentuk helaian daun. Penghitungan jumlah daun dilakukan setelah bibit
Panjang Akar (cm)
Panjang akar dihitung dengan menggunakan alat meteran. Dimana setelah
bibit dibongkar dari polibag (12 MST) lalu dibersihkan, kemudian dilakukan
pengukuran dari pangkal akar sampai ujung akar yang terpanjang.
Total Luas Daun (cm2)
Pengukuran total luas daun dilakukan pada akhir penelitian yaitu setelah
bibit berumur 12 MST. Panjang daun diukur dari pangkal sampai ujung daun dan
lebar daun diukur pada bagian tengah daun yang terlebar. Pengukuran dilakukan
dengan menggunakan penggaris atau meteran. Luas daun dapat dihitung dengan
menggunakan rumus A = P x L x k, dimana : A = Luas daun (cm2), P = Panjang
daun (cm), L = Lebar daun (cm), dan k = konstanta = 0.57 (daun belum
membelah/lanset pada tahap pre nursery). Dihitung luas setiap daun dari satu tanaman kemudian ditotalkan seluruhnya (Sitompul dan Guritno, 1995).
Bobot Segar Tajuk (g)
Pengambilan data bobot segar tajuk dilakukan pada akhir penelitian yaitu
setelah bibit berumur 12 MST. Biomassa tanaman dipisahkan dari media dan
dicuci sampai bersih dengan air, lalu ditimbang dengan menggunakan timbangan
analitik.
Bobot Kering Tajuk (g)
Pengambilan data bobot kering tajuk dilakukan di akhir penelitian
(12 MST) dengan mengeringkan biomassa tanaman dengan menggunakan oven
dengan temperatur 105°C selama 48 jam atau sampai beratnya konstan, lalu
Bobot Segar Akar (g)
Pengambilan data bobot segar akar dilakukan pada akhir penelitian yaitu
setelah bibit berumur 12 MST. Biomassa tanaman dipisahkan dari media dan
dicuci sampai bersih dengan air, lalu ditimbang dengan menggunakan timbangan
analitik.
Bobot Kering Akar (g)
Pengambilan data bobot kering akar dilakukan di akhir penelitian
(12 MST) dengan mengeringkan biomassa tanaman dengan menggunakan oven
dengan temperatur 105°C selama 48 jam atau sampai beratnya konstan, lalu
dikeringanginkan dan ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik.
Ph Tanah
Pengambilan data Ph tanah dilakukan di akhir penelitian (12 MST) dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tinggi Bibit (cm)
Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam tinggi bibit umur 8, 10, dan
12 MST dapat dilihat pada Lampiran 6-11. Dari hasil penelitian diketahui bahwa
perlakuan kompos sampah pasar berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit 12 MST
tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi bibit 8 dan 10 MST. Sedangkan
pupuk NPKMg berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi bibit umur 8, 10, dan
12 MST dan interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit 12 MST.
Rataan tinggi bibit umur 12 MST pada perlakuan kompos sampah pasar
dan pupuk NPKMg dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan tinggi bibit (cm) umur 12 MST pada perlakuan kompos sampah pasar dan pupuk NPKMg.
Kompos Sampah Pasar
Pupuk NPKMg (15:15:6:4)
Rataan
Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata dengan uji Duncan 5 %.
Tabel 2 menunjukkan bahwa pada perlakuan kompos sampah pasar, rataan
tinggi bibit tertinggi terdapat pada taraf perlakuan K1 (26,86 cm) dan terendah
pada taraf perlakuan K2 (17,63 cm). Taraf perlakuan K1 berbeda tidak nyata
dengan K0, tetapi berbeda nyata dengan K2 dan K3.
Pupuk NPKMg berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi bibit umur
12 MST. Rataan tinggi bibit tertinggi terdapat pada taraf perlakuan P1 (23,00 cm)
Interaksi kompos sampah pasar dengan pupuk NPKMg berpengaruh nyata
terhadap tinggi bibit. Rataan tinggi bibit tertinggi terdapat pada taraf kombinasi
perlakuan K0P2 (29,27 cm) dan terendah pada taraf kombinasi perlakuan K2P0
(16,49 cm). Taraf kombinasi perlakuan K0P2 berbeda nyata dengan K1P2, K0P3,
K0P0, K3P1, K3P0, K3P3, K2P3, K2P2, K2P1, K3P2, K2P0 tetapi tidak berbeda nyata
dengan K1P3, K1P1, K0P1, K1P0.
Hubungan kompos sampah pasar dengan tinggi bibit pada umur 12 MST
dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Hubungan kompos sampah pasar dengan tinggi bibit 12 MST.
Gambar 1 menunjukkan bahwa tinggi bibit semakin menurun apabila
kompos sampah pasar yang diberikan ke bibit semakin besar.
Hubungan kompos sampah pasar dengan tinggi bibit 12 MST pada
berbagai taraf pupuk NPKMg dapat dilihat pada Gambar 2.
ŷ= -0,0623x + 26,897 r = 0,836
10.00 15.00 20.00 25.00 30.00
0 50 100 150
Ting
g
i Bibit
(cm)
Gambar 2. Hubungan kompos sampah pasar dengan tinggi bibit 12 MST pada berbagai taraf pupuk NPKMg.
Gambar 2 menunjukkan bahwa pada perlakuan P0, semakin tinggi taraf
kompos sampah pasar yang diberikan, maka tinggi bibit cenderung akan semakin
meningkat hingga taraf optimal kompos sampah pasar sebanyak 50 g/polibag
dengan tinggi bibit 26,49 cm lalu tinggi bibit akan menurun apabila melebihi taraf
optimal. Pada perlakuan P1, semakin tinggi taraf kompos sampah pasar yang
diberikan, maka tinggi bibit akan semakin meningkat hingga taraf optimal
kompos sampah pasar sebanyak 50 g/polibag dengan tinggi bibit 27,58 cm lalu
tinggi bibit akan menurun apabila melebihi taraf optimal. Sedangkan perlakuan P2
semakin tinggi taraf kompos sampah pasar, maka tinggi bibit akan semakin
menurun. Pada perlakuan P3, semakin tinggi taraf kompos sampah pasar yang
diberikan, maka tinggi bibit akan semakin meningkat hingga taraf optimal
kompos sampah pasar sebanyak 50 g/polibag dengan tinggi bibit 28,24 cm lalu
tinggi bibit akan menurun apabila melebihi taraf optimal.
Hubungan pupuk NPKMg dengan tinggi bibit 12 MST pada berbagai
taraf kompos sampah pasar dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Hubungan kompos sampah pasar dengan tinggi bibit 12 MST pada berbagai taraf kompos sampah pasar.
Gambar 3 menunjukkan bahwa pada perlakuan K0 semakin tinggi taraf
pupuk NPKMg yang diberikan, tinggi bibit semakin meningkat hingga taraf
Pupuk NPKMg optimum 2,75 g dengan tinggi bibit maksimum 28,65 cm
selanjutnya tinggi bibit semakin menurun bila melebihi taraf optimum pupuk
NPKMg. Pada perlakuan K1 semakin tinggi taraf pupuk NPKMg yang diberikan,
tinggi bibit akan cenderung semakin meningkat dengan titik minimum pada taraf
pupuk NPKMg 3,05 g/polibag dan tinggi bibit 26,189 cm. Pada perlakuan K2
semakin tinggi taraf pupuk NPKMg yang diberikan, maka tinggi bibit akan
semakin meningkat sedangkan pada perlakuan K3 semakin tinggi taraf pupuk
NPKMg yang diberikan, maka tinggi bibit cenderung akan semakin menurun.
Diameter Batang (mm)
Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam diameter batang umur 8, 10,
dan 12 MST dapat dilihat pada Lampiran 12-17. Dari hasil penelitian diketahui
bahwa perlakuan kompos sampah pasar tidak berpengaruh nyata terhadap
diameter batang umur 8, 10, dan 12 MST.
Pupuk NPKMg berpengaruh nyata terhadap diameter batang umur 10
MST tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap diameter batang umur 8 dan
12 MST. Interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang
umur 8, 10, dan 12 MST.
Rataan diameter batang umur 12 MST pada perlakuan kompos sampah
pasar dan pupuk NPKMg dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan diameter batang (mm) umur 12 MST pada perlakuan kompos sampah pasar dan pupuk NPKMg.
Kompos Sampah Pasar
Pupuk NPKMg (15:15:6:4)
Rataan
P0 P1 P2 P3
K0 5,85 6,77 7,45 6,81 6,72
K1 6,04 7,35 6,26 6,44 6,53
K2 7,00 7,85 7,43 8,45 7,68
K3 6,58 7,10 7,03 7,25 6,99
Rataan 6,37 7,27 7,04 7,24 6,98
Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan kompos sampah pasar tidak
berpengaruh nyata terhadap diameter batang, rataan diameter batang terbesar
terdapat pada taraf perlakuan K2 (7,68 mm) dan terkecil pada taraf perlakuan
K1 (6,53 mm).
Pupuk NPKMg berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang umur
12 MST. Rataan diameter batang terbesar terdapat pada taraf perlakuan
Jumlah Daun (helai)
Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam jumlah daun umur 8, 10,
dan 12 MST dapat dilihat pada Lampiran 18-23. Dari hasil penelitian diketahui
bahwa perlakuan kompos sampah pasar dan pupuk NPKMg berpengaruh tidak
nyata terhadap jumlah daun umur 8, 10, dan 12 MST. dan interaksi keduanya
berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun umur 8, 10, dan 12 MST.
Rataan jumlah daun umur 12 MST pada perlakuan kompos sampah pasar
dan pupuk NPKMg dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rataan jumlah daun (helai) umur 12 MST pada perlakuan kompos sampah pasar dan pupuk NPKMg.
Kompos Sampah Pasar
Pupuk NPKMg (15:15:6:4)
Rataan
P0 P1 P2 P3
K0 2,89 3,00 3,33 3,00 3,06
K1 2,89 3,44 3,00 3,00 3,08
K2 2,89 3,33 3,11 3,78 3,28
K3 2,89 3,00 3,00 3,00 2,97
Rataan 2,89 3,19 3,11 3,19 3,10
Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah daun berpengaruh tidak nyata
terhadap perlakuan kompos sampah pasar dan pupuk NPKMg. Pada perlakuan
kompos sampah pasar, rataan jumlah daun terbanyak terdapat pada perlakuan K2
yaitu sebesar 3,28 helai dan terendah pada perlakuan K3 yaitu sebesar 2,97 helai
sedangkan pada perlakuan pupuk NPKMg rataan jumlah daun terbanyak terdapat
pada perlakuan P3 yaitu sebesar 3,19 helai dan terendah pada perlakuan P0 yaitu
sebesar 2,89 helai.
Panjang Akar (cm)
Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam panjang akar umur 12 MST
perlakuan kompos sampah pasar dan pupuk NPKMg berpengaruh tidak nyata
terhadap panjang akar 12 MST.
Rataan panjang akar bibit umur 12 MST pada perlakuan kompos sampah
pasar dan pupuk NPKMg dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rataan panjang akar (cm) umur 12 MST pada perlakuan kompos sampah pasar dan pupuk NPKMg.
Kompos Sampah Pasar
Pupuk NPKMg (15:15:6:4)
Rataan
Rataan 29,67 29,51 28,71 28,43 29,08
Tabel 5 menunjukkan bahwa panjang akar berpengaruh tidak nyata
terhadap perlakuan kompos sampah pasar dan pupuk NPKMg. Pada perlakuan
kompos sampah pasar, rataan panjang akar terpanjang terdapat pada perlakuan K2
yaitu sebesar 29,54 cm dan terpendek pada perlakuan K1 yaitu sebesar 28,41 cm
sedangkan pada perlakuan pupuk NPKMg rataan panjang akar terpanjang terdapat
pada perlakuan P0 yaitu sebesar 29,67 cm dan terpendek pada perlakuan P3 yaitu
sebesar 28,43 cm.
Total Luas Daun (cm2)
Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam total luas daun umur 8, 10,
dan 12 MST dapat dilihat pada Lampiran 26 dan 27. Dari hasil penelitian
diketahui bahwa perlakuan kompos sampah pasar dan pupuk NPKMg
berpengaruh nyata terhadap total luas daun 12 MST serta interaksi keduanya
berpengaruh nyata terhadap total luas daun 12 MST.
Rataan total luas daun 12 MST pada perlakuan kompos sampah pasar dan
Tabel 6. Rataan total luas daun (cm2) 12 MST pada perlakuan kompos sampah pasar dan pupuk NPKMg.
Kompos Sampah Pasar
Pupuk NPKMg (15:15:6:4)
Rataan
P0 P1 P2 P3
K0 57,88 h 101,59 efg 129,16 bcd 122,72 bcde 102,84 c K1 98,08 fg 127,79 bcd 104,58 efg 135,49 b 102,84 c K2 93,41 fg 130,45 bcd 126,93 bcd 156,07 a 116,48 b K3 113,99 cdef 109,27 defg 89,95 g 131,15 bc 126,72 a Rataan 90,84 d 117,27 b 112,66 bc 136,36 a 111,09
Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata dengan uji Duncan 5 %.
Tabel 6 menunjukkan bahwa pada perlakuan kompos sampah pasar, rataan
total luas daun terbesar terdapat pada taraf perlakuan K3 (126,72 cm2) dan
terkecil pada taraf perlakuan K0 (102,84 cm2). Taraf perlakuan K3 berbeda nyata
dengan perlakuan K0, K1 dan K2.
Pupuk NPKMg berpengaruh nyata terhadap total luas daun 12 MST.
Rataan total luas daun terbesar terdapat pada taraf perlakuan P3 (136,36 cm2) dan
terkecil pada taraf perlakuan P0 (90,84 cm2). Taraf perlakuan P3 berbeda nyata
dengan perlakuan P0, P1, dan P2.
Interaksi kompos sampah pasar dengan pupuk NPKMg berpengaruh nyata
terhadap total luas daun. Rataan total luas daun terbesar terdapat pada taraf
kombinasi perlakuan K2P3 (156,07 cm2) dan terkecil pada taraf kombinasi
perlakuan K0P0 (57,88 cm2). Taraf kombinasi perlakuan K2P3 berbeda nyata
dengan K0P0, K0P1, K0P2, K0P3, K1P0, K1P1, K1P2, K1P3, K2P0, K2P1, K2P2, K3P0,
K3P1, K3P2, K3P3.
Hubungan kompos sampah pasar dengan total luas daun pada umur 12
Gambar 4. Hubungan kompos sampah pasar dengan total luas daun umur 12 MST.
Gambar 4 menunjukkan bahwa semakin tinggi taraf kompos sampah pasar
yang diberikan, maka total luas daun akan semakin meningkat.
Hubungan pupuk NPKMg dengan total luas daun pada umur 12 MST
dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Hubungan pupuk NPKMg dengan total luas daun umur 12 MST.
Gambar 5 menunjukkan bahwa semakin tinggi taraf kompos sampah
pasar yang diberikan, maka total luas daun akan semakin meningkat.
Hubungan kompos sampah pasar dengan total luas daun 12 MST pada
Gambar 6. Hubungan kompos sampah pasar dengan total luas daun 12 MST pada berbagai taraf pupuk NPKMg.
Gambar 6 menunjukkan bahwa pada perlakuan P0, semakin tinggi taraf
kompos sampah pasar yang diberikan, maka total luas daun cenderung semakin
meningkat. Pada perlakuan P1, semakin tinggi taraf kompos sampah pasar yang
diberikan, total luas daun semakin meningkat hingga taraf kompos sampah pasar
optimum yaitu 81,09 g dengan total luas daun maksimum 132,47 cm2, selanjutnya
total luas daun semakin menurun bila melebihi taraf kompos sampah pasar
optimum. Pada perlakuan P2, semakin tinggi taraf kompos sampah pasar yang
diberikan maka total luas daun akan cenderung semakin menurun. Pada taraf P3
total luas daun akan semakin meningkat hingga taraf optimum 86,44 g kompos
sampah pasar/polibag dengan total luas daun 148,45 cm2 lalu akan menurun
apabila taraf yang diberikan melebihi taraf optimum.
Hubungan pupuk NPKMg dengan total luas daun 12 MST pada berbagai
taraf kompos sampah pasar dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Hubungan pupuk NPKMg dengan total luas daun 12 MST pada berbagai taraf kompos sampah pasar.
Gambar 7 menunjukkan bahwa pada taraf kompos sampah pasar K0,
semakin tinggi taraf pupuk NPKMg yang diberikan maka total luas daun semakin
meningkat hingga taraf optimum yaitu pupuk NPKMg 5,96 g dengan total luas
daun 128,35 lalu menurun apabila taraf yang diberikan melebihi taraf optimum.
Pada perlakuan K1 semakin tinggi taraf pupuk yang diberikan, total luas daun
cenderung semakin meningkat. Sama hal nya seperti pada taraf K2, semakin tinggi
taraf pupuk yang diberikan total luas daun cenderung semakin meningkat. Namun
pada taraf K3, total luas daun semakin menurun dengan semakin meningkatnya
taraf pupuk yang diberikan hingga taraf minimum 3,39 g pupuk NPKMg dan total
luas daun 96,51 cm2 lalu total luas daun akan semakin meningkat apabila taraf
pupuk yang diberikan melebihi taraf pupuk minimum.
Bobot Segar Tajuk (g)
Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam bobot segar tajuk umur 12
MST dapat dilihat pada Lampiran 28 dan 29. Dari hasil penelitian diketahui
bahwa perlakuan kompos sampah pasar berpengaruh tidak nyata terhadap bobot
segar tajuk 12 MST. Sedangkan pupuk NPKMg berpengaruh nyata terhadap
bobot segar tajuk umur 12 MST dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata
terhadap bobot segar tajuk 12 MST.
Rataan bobot segar tajuk umur 12 MST pada perlakuan kompos sampah
pasar dan pupuk NPKMg dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rataan bobot segar tajuk (g) umur 12 MST pada perlakuan kompos sampah pasar dan pupuk NPKMg.
Kompos Sampah Pasar
Pupuk NPKMg (15:15:6:4)
Rataan
Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata dengan uji Duncan 5 %.
Tabel 7 menunjukkan bahwa pada perlakuan pupuk NPKMg, rataan bobot
segar tajuk tertinggi terdapat pada taraf perlakuan P3 (4,38 g) dan terendah pada
taraf perlakuan P0 ( 3,02 g). Taraf perlakuan P3 berbeda tidak nyata dengan P1 dan
P2, tetapi berbeda nyata dengan P0.
Kompos sampah pasar berpengaruh tidak nyata terhadap bobot segar tajuk
umur 12 MST. Rataan bobot segar tajuk tertinggi terdapat pada taraf perlakuan
K2 (4,42 g) dan terendah pada taraf perlakuan K0 (3,57 g).
Hubungan pupuk NPKMg dengan bobot segar tajuk pada umur 12 MST
Gambar 8. Hubungan pupuk NPKMg dengan bobot segar tajuk pada umur 12 MST.
Gambar 8 Menunjukkan bahwa bobot segar tajuk semakin meningkat
dengan semakin meningkatnya taraf pupuk NPKMg yang diberikan pada bibit.
Bobot Kering Tajuk (g)
Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam bobot kering tajuk umur 12
MST dapat dilihat pada Lampiran 30 dan 31. Dari hasil penelitian diketahui
bahwa perlakuan kompos sampah pasar berpengaruh tidak nyata terhadap bobot
kering tajuk 12 MST. Sedangkan pupuk NPKMg berpengaruh nyata terhadap
bobot kering tajuk umur 12 MST dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata
terhadap bobot kering tajuk 12 MST.
Rataan bobot kering tajuk umur 12 MST pada perlakuan kompos sampah
pasar dan pupuk NPKMg dapat dilihat pada Tabel 8.
ŷ= 0,157x + 3,3085 r = 0,8422
2.00 3.00 4.00 5.00
0 2.5 5 7.5
Bobot basah
tajuk (g)
Gambar 9 menunjukkan bahwa bobot kering tajuk semakin meningkat
dengan semakin meningkatnya taraf pupuk NPKMg yang diberikan kepada
tanaman.
Bobot Segar Akar (g)
Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam bobot segar akar umur 12
MST dapat dilihat pada Lampiran 32 dan 33. Dari hasil penelitian diketahui
bahwa perlakuan kompos sampah pasar dan pupuk NPKMg berpengaruh tidak
nyata terhadap bobot segar akar 12 MST. Sedangkan interaksi keduanya
berpengaruh tidak nyata terhadap bobot segar akar 12 MST.
Rataan bobot segar akar umur 12 MST pada perlakuan kompos sampah
pasar dan pupuk NPKMg dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Rataan bobot segar akar (g) umur 12 MST pada perlakuan kompos sampah pasar dan pupuk NPKMg
Kompos Sampah Pasar
Pupuk NPKMg (15:15:6:4)
Rataan
P0 P1 P2 P3
K0 0,67 0,74 1,16 1,15 0,93
K1 0,98 1,31 0,89 0,96 1,03
K2 0,92 1,21 1,17 1,79 1,27
K3 0,97 0,99 0,97 0,96 0,97
Rataan 0,88 1,06 1,05 1,22 1,05
Tabel 9 menunjukkan bahwa pada perlakuan pupuk NPKMg rataan bobot
segar akar tertinggi terdapat pada taraf perlakuan P3 (1,22 g) dan terendah pada
taraf perlakuan P0 ( 0,88 g).
Kompos sampah pasar berpengaruh tidak nyata terhadap bobot segar akar
umur 12 MST. Rataan bobot segar akar tertinggi terdapat pada taraf perlakuan K2
Bobot Kering Akar (g)
Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam bobot kering akar umur 12
MST dapat dilihat pada Lampiran 34 dan 35. Dari hasil penelitian diketahui
bahwa perlakuan kompos sampah pasar berpengaruh nyata terhadap bobot kering
akar 12 MST. Sedangkan pupuk NPKMg berpengaruh tidak nyata terhadap bobot
kering akar umur 12 MST dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata
terhadap bobot kering akar 12 MST.
Rataan bobot kering akar umur 12 MST pada perlakuan kompos sampah
pasar dan pupuk NPKMg dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Rataan bobot kering akar (g) umur 12 MST pada perlakuan kompos sampah pasar dan pupuk NPKMg.
Kompos Sampah Pasar
Pupuk NPKMg (15:15:6:4)
Rataan
Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata dengan uji Duncan 5 %.
Tabel 10 menunjukkan bahwa pada perlakuan kompos sampah pasar,
rataan bobot kering akar tertinggi terdapat pada taraf perlakuan K2 (0,35 g) dan
terendah pada taraf perlakuan K0 ( 0,24 g). Taraf perlakuan K2 berbeda tidak nyata
dengan K3, tetapi berbeda nyata dengan K0 dan K1.
Pupuk NPKMg berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar umur
12 MST. Rataan bobot kering akar tertinggi terdapat pada taraf perlakuan
P3 (0,34 g) dan terendah pada taraf perlakuan P2 (0,24 g).
Hubungan kompos sampah pasar dengan bobot kering akar pada umur 12
Gambar 10. Hubungan kompos sampah pasar dengan bobot kering akar umur 12 MST
Gambar 9 menunjukkan bahwa bobot kering akar semakin meningkat
dengan semakin meningkatnya taraf kompos sampah pasar hingga taraf 100 g
kompos sampah pasar/polibag dengan bobot kering akar maksimum 0,35 g lalu
semakin menurun apabila taraf yang diberikan melebihi taraf 100 g kompos
sampah pasar/polibag.
pH Tanah
Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam pH tanah 12 MST dapat
dilihat pada Lampiran 36 dan 37. Dari hasil penelitian diketahui bahwa perlakuan
kompos sampah pasar berpengaruh nyata terhadap pH tanah 12 MST. Sedangkan
pupuk NPKMg berpengaruh tidak nyata terhadap pH tanah 12 MST dan interaksi
keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap pH tanah 12 MST.
Rataan pH tanah 12 MST pada perlakuan kompos sampah pasar dan
pupuk NPKMg dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Rataan pH tanah umur 12 MST pada perlakuan kompos sampah pasar dan pupuk NPKMg.
Kompos Sampah Pasar
Pupuk NPKMg (15:15:6:4)
Rataan
Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata dengan uji Duncan 5 %.
Tabel 11 menunjukkan bahwa pada perlakuan kompos sampah pasar,
rataan pH tanah tertinggi terdapat pada taraf perlakuan K3 (6,20 ) dan terendah
pada taraf perlakuan K0 ( 5,64 ). Taraf perlakuan K3 berbeda tidak nyata dengan
perlakuan K1 dan K2, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan K0.
Pupuk NPKMg berpengaruh tidak nyata terhadap pH tanah 12 MST.
Rataan pH tanah tertinggi terdapat pada taraf perlakuan P0 (6,21 ) dan terendah
pada taraf perlakuan P1 (5,90 ).
Hubungan kompos sampah pasar dengan pH tanah umur 12 MST dapat
dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Hubungan kompos sampah pasar dengan pH tanah umur 12 MST.
Gambar 11 menunjukkan bahwa pH tanah semakin meningkat dengan
semakin meningkatnya taraf kompos sampah pasar yang diberikan kepada
tanaman hingga taraf optimum pupuk NPKMg 115 g/polibag dengan pH 6,32 lalu
peningkatan pH tanah bersifat konstan.
Pembahasan
Pengaruh Kompos Sampah Pasar Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Di Pre Nursery
Hasil analisis data secara statistik menunjukkan bahwa perlakuan kompos
sampah pasar berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit, total luas daun, bobot
kering akar, dan pH tanah.
Perlakuan kompos sampah pasar berpengaruh nyata terhadap tinggi bibit
umur 12 MST. Dari hasil pengamatan tinggi bibit 12 MST diperoleh rataan tinggi
bibit tertinggi pada perlakuan K1 (50 g/polibag) yaitu sebesar 26,86 cm dan
terendah pada perlakuan K2 (100 g/polibag) yaitu sebesar 17,63 cm.
Pengaruh nyata kompos sampah pasar terhadap tinggi bibit tersebut karena
kompos sampah pasar diduga dapat memperbaiki struktur tanah sehingga unsur
hara di dalam tanah dapat lebih mudah diserap oleh akar tanaman selain itu
kandungan bahan organiknya juga berperan dalam mengikat unsur hara maupun
air. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sriharti dan Salim (2010) yang menyatakan
bahwa kompos dapat menambah kandungan bahan organik dalam tanah yang
dibutuhkan tanaman. Bahan organik yang terkandung dalam kompos dapat
mengikat partikel tanah. Ikatan partikel tanah ini dapat meningkatkan penyerapan