• Tidak ada hasil yang ditemukan

Angka Kejadian Diare pada Balita yang Tidak mendapat Asi Eksklusif di Desa Sei Sentosa Kecamatan Panai Hulu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Angka Kejadian Diare pada Balita yang Tidak mendapat Asi Eksklusif di Desa Sei Sentosa Kecamatan Panai Hulu"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

ANGKA KEJADIAN DIARE PADA BALITA YANG TIDAK

MENDAPAT ASI EKSKLUSIF DI DESA SEI SENTOSA

KECAMATAN PANAI HULU KABUPATEN LABUHAN BATU

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH :

DILA NANDARI

100100375

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANGKA KEJADIAN DIARE PADA BALITA YANG TIDAK

MENDAPAT ASI EKSKLUSIF DI DESA SEI SENTOSA

KECAMATAN PANAI HULU KABUPATEN LABUHAN BATU

KARYA TULIS ILMIAH INI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU

SYARAT UNTUK MEMPEROLEH KELULUSAN SARJANA

KEDOKTERAN

OLEH :

DILA NANDARI

100100375

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)
(4)

ABSTRAK

Latar belakang : Diare masih menjadi masalah kesehatan hingga saat ini terutama di negara-negara berkembang. Penyakit diare merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian anak di dunia dan menjadi penyebab kematian kedua setelah pneumonia pada anak dibawah lima tahun. Prevalensi diare pada balita di Indonesia juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif pada bayi diketahui dapat melindungi anak untuk melawan diare.

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah angka kejadian diare pada balita yang tidak mendapat ASI eksklusif.

Metode : Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan

cross sectional. Penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai September 2013 di Desa Sei Sentosa Kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhan Batu. Besar

sampel pada penelitian ini dengan menggunakan total sampling.

Hasil : Dari 217 responden yang diteliti, sebanyak 147 balita dengan persentase 67.7% pernah mengalami diare dan sebanyak 70 balita dengan persentase 32.3% tidak mengalami diare. Dan dari 147 balita yang mengalami diare, 122 balita diantaranya tidak mendapat ASI eksklusif.

Kesimpulan : Jumlah balita yang mengalami diare dan tidak mendapat ASI eksklusif sebanyak 122 balita yaitu dengan persentase (97.6%).

(5)

ABSTRACT

Background : Diarrhea remains a health concern today, especially in developing countries. Diarrheal disease is a mayor cause of child morbidity and mortality in the world and become the second leading cause of death after pneumonia in children under five years. The prevalence of diarrhea in children under five age in Indonesian also increased every year. Exclusive breastfeeding in infants known to protect children against diarrhea.

Objective : This study aimed to determine the amount of the incidence of diarrhea in toddlers who are not exclusively breastfed.

Methode : This research is a descriptive study with cross sectional approach. The study was conducted from July to September 2013 in the Desa Sei Sentosa Kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhan Batu. The sample size in this study by using total sampling.

Result : From the 217 respondents surveyed, a total of 147 toddlers with a

percentage of 67.7% had experienced diarrhea and as much as 70 toddlers with a percentage of 32.3% did not experience diarrhea. And from the 147 toddlers with diarrhea, including 122 not exclusively breastfed.

Conclusion : The number of toddlers who had diarrhea and did not get exclusively breastfed as much as 122 of toddlers is the percentage 97.6%.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT berkat limpahan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Serta tidak lupa shalawat dan salam senantiasa tertuju kepada junjungan Nabi besar Rasulullah Muhammad SAW, yang telah menuntun umatnya untuk selalu berpegang di jalan-Nya.

Rasa hormat, kasih dan sayang penulis persembahkan kepada kedua orang tua penulis Ayahanda dan Ibunda tercinta, Sukadar dan Sri Leni Yusnita, yang telah mencurahkan kasih sayang, memberikan dukungan moril maupun materil serta doa kepada penulis selama penulis menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah Ini.

Sebagai salah satu area kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang dokter umum, yaitu kemampuan mawas diri dan mengembangkan diri serta belajar sepanjang hayat, maka penyusunan karya tulis ilmiah ini dimaksudkan untuk melengkapi salah satu persyaratan yang harus dipenuhi tersebut dalam memperoleh gelar Sarjana Kedokteran dalam menyelesaikan pendidikan di program studi Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Alhamdulillah, akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan

judul Angka Kejadian Diare pada Balita yang Tidak mendapat Asi Eksklusif di Desa

Sei Sentosa Kecamatan Panai Hulu.

Penyelesaian karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, dengan kerendahan hati penulis mengucapkan ucapan terima kasih yang tulus kepada :

1) Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas

(7)

kepada penulis untuk mengikuti program studi Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2) dr. Karina Sugih Arto, M.Ked(Ped), SpA, selaku Dosen Pembimbing yang

dengan sepenuh hati telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mendukung, membimbing, mengoreksi, dan mengarahkan penulis dengan sabar mulai dari perencanaan penelitian sampai selesainya karya tulis ilmiah ini dengan baik.

3) dr. Lidya Imelda Laksmi, Sp.PA, selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan

kritik dan saran demi perbaikan karya tulis ilmiah ini.

4) dr. T Siti Hajar Haryuna, Sp.THT, selaku Dosen Penguji II yang telah

memberikan kritik dan saran demi perbaikan karya tulis ilmiah ini.

5) dr. H.R. Yusa Herwanto, Sp.THT-KL, selaku dosen pembimbing akademik yang

telah memberi motivasi dan bimbingan selama penulis mengikuti pendidikan dokter di Universitas Sumatera Utara.

6) Seluruh Dosen Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang

telah mendidik penulis selama perkuliahan.

7) Seluruh Staf Pegawai Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah

memberi bantuan selama perkuliahan.

8) Teman - teman sedosen pembimbing, Indhi Vavirya Mestika

9) Seluruh rekan mahasiswa angkatan tahun 2010 Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara, khususnya sahabat - sahabat terbaik penulis.

10) Semua pihak yang tidak tersebutkan satu persatu, yang telah membantu,

mendukung, dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Untuk seluruh dukungan yang diberikan kepada penulis selama ini, penulis mengucapkan terima kasih. Hanya Allah SWT yang mampu memberikan balasan berlipat ganda kepada orang - orang tersebut.

(8)

maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan karya tulis ilmiah ini, serta izinkanlah penulis memohon maaf atas segala kesalahan, kekhilafan, dan kekurangan yang telah penulis lakukan selama proses penyusunan karya tulis ilmiah ini. Besar harapan penulis, semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu kedokteran, dan dapat bermanfaat bagi rekan - rekan pembaca sekalian. Amin Ya Rabbal’alamin.

Medan, Desember 2013 Penulis,

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN………... i

ABSTRAK……… ii

ABSTRACT………. iii

KATA PENGANTAR………. iv

DAFTAR ISI………..………....….… vii

DAFTAR TABEL……… x

DAFTAR LAMPIRAN……… xi

BAB 1 PENDAHULUAN……… 1

1.1. Latar Belakang………... 1

1.2. Rumusan Masalah………... 3

1.3. Tujuan Penelitian……… 3

1.3.1. Tujuan Umum………. 3

1.3.2. Tujuan Khusus………. 3

1.4. Manfaat Penelitian……….. 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA……… 5

2.1. DIARE………. 5

2.1.1. Definisi……… 5

2.1.2. Diare Akut……… 5

2.1.3. Jenis Diare Akut……….. 5

2.1.4. Diare Kronis……… 6

2.1.5. Etiologi Diare……….. 6

2.1.6. Faktor Risiko……… 8

(10)

2.1.8. Patofosiologi……… 10

2.2.3. Hubungan Kejadian Diare pada Balita yang Tidak Diberi ASI Eksklusif………. 19

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL……..…. 20

3.1. Kerangka Konsep………..… 20

3.2. Definisi Operasional………... 20

BAB 4 METODE PENELITIAN………. 27

4.1. Jenis penelitian……….. 27

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….. 30

5.1. Hasil Penelitian……… 30

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian………. 30

5.1.2. Deskripsi karakteristik Responden………... 30

5.1.3. Angka Kejadian Diare pada Balita……… 34

5.2. Pembahasan……… 38

(11)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN………. 45

6.1. Kesimpulan………. 45

6.2. Saran……… 45

DAFTAR PUSTAKA………... 46 LAMPIRAN

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Table Judul Tabel

2.1. Etiologi Diare……….. 7

2.2. Karakteristik Tinja dan Menetukan Sumbernya………. 11

2.3. Penentuan Derajat Dehidrasi……….. 13

5.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur………... 26

5.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 26

5.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan……….…. 27

5.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anak………….…. 27

5.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Keluarga…… 28

5.6. Karakteristik Umur Balita……….….. 28

5.7. Karakteristik Jenis Kelamin Balita………. 29

5.8. Frekuensi Buang Air Besar Dalam Sehari………. 30

5.9. Lama Berlangsungnya Diare……….. 30

5.10. Pola Pemberian ASI Balita……….. 30

5.11. Tabulasi Silang Kejadian Diare pada Balita yang Mendapat ASI Eksklusif dan Non ASI eksklusif………. 31

5.12. Hygiene Perorangan………. 31

5.13. Penyediaan Air Bersih……….. 32

5.14. Ketersediaan Jamban………. 33

5.15. Sanitasi Lingkungan……… 33

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2 Kuisioner Penelitian

Lampiran 3 Informed Consent

Lampiran 4 Ethical Clearance

(14)

ABSTRAK

Latar belakang : Diare masih menjadi masalah kesehatan hingga saat ini terutama di negara-negara berkembang. Penyakit diare merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian anak di dunia dan menjadi penyebab kematian kedua setelah pneumonia pada anak dibawah lima tahun. Prevalensi diare pada balita di Indonesia juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif pada bayi diketahui dapat melindungi anak untuk melawan diare.

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah angka kejadian diare pada balita yang tidak mendapat ASI eksklusif.

Metode : Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan

cross sectional. Penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai September 2013 di Desa Sei Sentosa Kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhan Batu. Besar

sampel pada penelitian ini dengan menggunakan total sampling.

Hasil : Dari 217 responden yang diteliti, sebanyak 147 balita dengan persentase 67.7% pernah mengalami diare dan sebanyak 70 balita dengan persentase 32.3% tidak mengalami diare. Dan dari 147 balita yang mengalami diare, 122 balita diantaranya tidak mendapat ASI eksklusif.

Kesimpulan : Jumlah balita yang mengalami diare dan tidak mendapat ASI eksklusif sebanyak 122 balita yaitu dengan persentase (97.6%).

(15)

ABSTRACT

Background : Diarrhea remains a health concern today, especially in developing countries. Diarrheal disease is a mayor cause of child morbidity and mortality in the world and become the second leading cause of death after pneumonia in children under five years. The prevalence of diarrhea in children under five age in Indonesian also increased every year. Exclusive breastfeeding in infants known to protect children against diarrhea.

Objective : This study aimed to determine the amount of the incidence of diarrhea in toddlers who are not exclusively breastfed.

Methode : This research is a descriptive study with cross sectional approach. The study was conducted from July to September 2013 in the Desa Sei Sentosa Kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhan Batu. The sample size in this study by using total sampling.

Result : From the 217 respondents surveyed, a total of 147 toddlers with a

percentage of 67.7% had experienced diarrhea and as much as 70 toddlers with a percentage of 32.3% did not experience diarrhea. And from the 147 toddlers with diarrhea, including 122 not exclusively breastfed.

Conclusion : The number of toddlers who had diarrhea and did not get exclusively breastfed as much as 122 of toddlers is the percentage 97.6%.

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Diare masih menjadi masalah kesehatan hingga saat ini terutama di negara-negara berkembang. Penyakit diare merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian anak di dunia dan menjadi penyebab kematian kedua setelah pneumonia pada anak dibawah lima tahun. Diare dapat berlangsung selama beberapa hari, sehingga tubuh dapat kehilangan cairan yang penting seperti air dan garam yang diperlukan untuk kelangsungan hidup. Kebanyakan orang yang meninggal akibat diare karena mengalami dehidrasi berat dan kehilangan cairan (WHO, 2013).

Di dunia setiap tahunnya, diperkirakan sekitar 2,5 milyar kasus diare terjadi pada anak-anak di bawah usia lima tahun. Lebih dari setengah kasus diare terjadi di Negara Afrika dan Asia Selatan, dengan jumlah sebanyak 783 juta kasus di Asia selatan, 696 juta kasus di Afrika. Lebih dari 80% kematian pada anak balita akibat diare terjadi di Negara Afrika dan Asia Selatan dengan persentase sebesar 46% dan 38% (WHO, 2009).

Prevalensi diare pada balita di Indonesia juga mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dalam penelitian yang berbasis masyarakat, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan di 33 provinsi pada tahun 2007, melaporkan bahwa angka nasional prevalensi diare 9,0%. Beberapa provinsi mempunyai prevalensi diare diatas angka nasional (9%) di 14 provinsi, prevalensi tertinggi di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan terendah di DI Yogyakarta. Prevalensi diare berdasarkan kelompok umur pada balita (1-4 tahun) terlihat tinggi pada Riskesdas 2007 yaitu 16,7%. Demikian pula pada bayi (<1 tahun) yaitu 16,5% (Kemenkes RI, 2011).

(17)

2011, kasus diare yang ditemukan dan ditangani adalah sebanyak 45,74%

sehingga angka kesakitan atau Incidence Rate (IR) akibat diare per 1.000

penduduk mencapai 19,35%. Hasil tersebut menunjukkan terjadi peningkatan dibandingkan tahun 2010 yaitu 18,73%, dan tahun 2009 yaitu 12,98%. Dari 33 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara, penemuan dan penanganan kasus diare tertinggi di Kabupaten Samosir dan Padang Lawas Utara. Penemuan dan penanganan kasus diare terendah di Kabupaten Nias dan Kota Padang Sidimpuan.

Anak-anak yang kekurangan gizi atau memiliki gangguan imunitas adalah yang paling berisiko mengalami diare bahkan dapat mengancam jiwa (WHO, 2013). Pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif pada bayi diketahui dapat melindungi untuk melawan diare, antibodi yang diperoleh dari maternal membantu untuk melawan agen infeksi bertanggung jawab terhadap penyakit diare (Yilgwan and Okolo, 2012).

ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 6 bulan. Tidak ada makanan lain yang dibutuhkan selama masa ini. Keadaan seperti ini disebut disusui secara penuh (memberikan ASI Eksklusif). Bayi harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan dari kehidupannya, pemberian ASI harus diteruskan sambil ditambahkan dengan makanan lain (Kemenkes RI, 2011).

(18)

botol, menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare (Kemenkes RI, 2011).

Umumnya dikota besar banyak bayi-bayi yang diberi susu botol daripada disusui oleh ibunya. Sementara dipedesaan, banyak dijumpai bayi yang masih berusia satu bulan sudah diberi pisang atau nasi lembut sebagai tambahan ASI (Roesli, 2000). Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, terjadi penurunan persentase pemberian ASI eksklusif di tahun 2010 dan 2011 sebesar 25,43% dan 26,67% dibandingkan tahun 2009 yaitu sebesar 32,15%.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, penelitian ini dilakukan untuk memberikan informasi tentang angka kejadian diare pada balita yang tidak mendapat ASI eksklusif.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

a. Berapa jumlah angka kejadian diare pada balita yang tidak mendapat ASI

eksklusif di Desa Sei Sentosa Kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhan Batu?

b. Apakah balita yang mempunyai riwayat tidak mendapat ASI eksklusif

mempunyai risiko terjadinya diare?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui jumlah angka kejadian diare pada balita yang tidak mendapat ASI eksklusif

1.3.2 Tujuan Khusus

(19)

2. Mengetahui lama pemberian ASI pada balita

3. Mengetahui karakteristik dari responden

1.4. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu:

1. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya para ibu tentang angka kejadian diare pada balita yang diakibatkan tidak mendapat ASI eksklusif sehingga para ibu dapat melakukan pencegahan dengan memberikan ASI eksklusif untuk menurunkan angka kejadian diare pada balita.

2. Bagi peneliti

Menambah ilmu pengetahuan bagi peneliti tentang diare pada balita dan tentang ASI eksklusif.

3. Bagi Peneliti lain

Sebagai referensi untuk melakukan penelitian yang sama atau terkait.

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DIARE

2.1.1. Definisi

Diare adalah meningkatnya frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali dalam satu hari dengan konsistensi tinja yang cair atau dengan frekuensi lebih sering dari individu yang normal (WHO, 2013).

2.1.2. Diare Akut

Diare akut adalah buang air besar yang terjadi pada bayi atau anak yang sebelumnya nampak sehat, dengan frekuensi 3 kali atau lebih per hari, disertai perubahan tinja menjadi cair, dengan atau tanpa lendir dan darah (Sunoto, 2002). Diare akut didefinisikan sebagai suatu episode diare yang memiliki onset akut dan berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Guandalini, 2012).

2.1.3. Jenis Diare Akut

Menurut WHO (2009), jenis diare akut yang sering terjadi pada anak yang semuanya mempunyai potensi mengancam jiwa dan memerlukan pengobatan yang berbeda-beda yaitu:

a. Diare berair akut, seperti kolera dan dikaitkan dengan kehilangan cairan

yang cukup signifikan dan dapat terjadi dehidrasi yang cepat pada individu yang terinfeksi, berlangsung selama beberapa jam atau hari.

Patogen umum penyebabnya adalah V.cholerae atau bakteri E.coli serta

Rotavirus.

b. Diare berdarah, sering disebut disentri yaitu terlihat atau adanya darah

(21)

2.1.4. Diare Kronis

Diare kronis atau diare persisten adalah frekuensi buang air besar yang terus meningkat, dengan konsistensi tinja yang semakin lembek atau volume tinja bertambah banyak, yang berlangsung lebih dari 2 minggu. Pada bayi, disebut diare jika volume tinja lebih dari 15g/kg/24 jam, sedangkan pada anak umur diatas 3 tahun yang volume tinjanya sudah sama dengan volume orang dewasa, disebut diare jika volume tinjanya lebih dari 200 g/24 jam ( Boyle, 2000).

2.1.5. Etiologi Diare

a. Infeksi bakteri

Diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri sangat penting di seluruh dunia, terutama di negara-negara tropis dan berkembang, dan merupakan masalah serius di kalangan anak-anak dan orang dewasa serta bayi dan

anak kecil. Mikroorganisme penyebabnya adalah E. coli, Salmonella,

Shigella, Campylobacter, Yersinia, Vibrio, dan Clostridium difficile.

b. Infeksi virus

Rotavirus adalah salah satu penyebab paling umum dari diare berat. Virus yang dapat menjadi penyebab penting penyakit diare pada manusia,

termasuk Norwalk virus, Adenovirus,Calicivirus, dan Astroviruses.

c. Parasit

Parasit dapat masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau air dan menetap di sistem pencernaan. Parasit yang menyebabkan diare termasuk

Giardia lamblia, Entamoeba histolytica, Cyclospora cayetanensis dan

Cryptosporidium (Gracey, 1996).

d. Intoleransi makanan

(22)

e. Reaksi terhadap obat-obatan

Beberapa jenis antibiotik seperti klindamisin, sefalosporin, sulfonamida, laksatif (obat pencahar) dan antasida (Hung, 2006).

Jenis-jenis mikroorganisme penyebab diare sebagai berikut:

Tabel 2.1. Etiologi Diare

Bakteri Virus Parasit

 Diarrheagenic

Escherichia coli  Campylobacter jejuni

Vibrio cholerae O1

Vibrio cholerae O139

Shigella species

V.parahaemolyticus

Bacteroides fragilis

C.coli

C.upsaliensis

Nontyphoidal salmonellae

Clostridium difficile

Yersinia enterocolitica

Y.pseudotuberculosis

Rotavirus

Norovirus (calicivirus)

Adenovirus (serotype 40/41)

Isospora belli

Cyclospora

(Sumber : World Gastroenterology Organisation, 2012)

2.1.6. Faktor Risiko

Ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan transmisi enteropatogen adalah :

(23)

b. Tercemarnya air oleh tinja.

c. Tidak ada atau kurangnya sarana MCK (mandi, cuci, kakus).

d. Hygiene perorangan dan lingkungan yang buruk.

e. Cara penyimpanan dan penyediaan makan yang tidak higienis.

f. Cara penyapihan bayi yang tidak baik (terlalu cepat disapih, terlalu

cepat diberi susu botol, terlalu cepat diberi makanan padat).

Beberapa faktor risiko pada pejamu (host) yang dapat meningkatkan kerentanan pejamu terhadap enteropatogen diantaranya adalah :

a. Malnutrisi.

b. Bayi berat lahir rendah (BBLR).

c. Imunodefisiensi dan imunodepresi.

d. Rendahnya kadar asam lambung.

e. Peningkatan motilitas usus.

f. Faktor genetik (Sunoto, 2002).

2.1.7. Patogenesis

Patogenesis terjadinya diare sangat bervariasi dari satu penyebab ke penyebab lain, secara garis besar patogenesisnya adalah sebagai berikut :

a. Virus

Virus terbanyak penyebab diare adalah rotavirus, selain adenovirus,

(24)

kemampuannya untuk menyerap dan mencerna makanan pun akan berkurang. Pada saat inilah biasanya diare mulai timbul. Setelah itu sel retikulum akan melebar, dan kemudian akan terjadi infiltrasi sel limfoid dari lamina propria, untuk mengatasi infeksi sampai terjadinya penyembuhan.

b. Bakteri

Patogenesis terjadinya diare oleh karena bakteri berawal pada saat bakteri masuk bersama makanan ataupun minuman yang terkontaminasi ke dalam traktus digestivus, kemudian berkembang biak didalamnya. Bakteri ini kemudian mengeluarkan toksin yang akan merangsang epitel usus sehingga terjadi peningkatan aktivitas enzim adenil siklase (bila toksin bersifat tahan

panas, disebut labile toxin = LT) atau enzim guanil siklase (bila toksin bersifat

tahan panas, disebut stable toxin = ST). Sebagai akibat peningkatan aktivitas

enzim-enzim ini akan terjadi peningkatan cAMP (cyclic Adenosin

(25)

Secara umum golongan bakteri yang menghasilkan cAMP akan menyebabkan diare lebih hebat dibandingkan golongan bakteri yang menghasilkan cGMP. Golongan kuman yang mengandung LT dan

merangsang pembentukan cAMP, diantaranya V.cholera, ETEC, Shigella spp.

dan Aeromonas spp. Sedangkan yang mengandung ST dan merangsang

pembentukan cGMP adalah ETEC, campylobacter sp., Yersinia sp. dan

Staphylococcus sp (Sunoto, 2002).

2.1.8. Patofosiologi

Diare berdasarkan mekanisme patofisiologinya yaitu sebagai berikut:

a. Diare Osmotik

Diare yang disebabkan oleh memakan makanan cair atau zat terlarut yang sulit diserap (misalnya, magnesium, fosfat, gula yang tidak terserap, alkohol dan sorbitol), atau zat yang tidak dapat diserap dengan baik karena kelainan usus ( misalnya, laktosa karena defisiensi laktase, glukosa pada

diare karena Rotavirus). Karbohidarat yang mengalami malabsorpsi ini

secara khas difermentasi di usus besar dan menghasilkan asam lemak rantai pendek. Bentuk diare ini biasanya jumlahnya lebih sedikit dibanding diare sekretorik dan berhenti dengan berpuasa (Ulshen, 2000).

b. Diare Sekretorik

Diare yang disebabkan karena peningkatan sekresi usus halus atau penurunan absorpsi. Biasanya disebabkan oleh enterotoksin bakteri, hipersekresi gaster, laksatif, insufisiensi pankreas, atau penyakit mukosa usus halus. Biasanya volumenya besar, tinja cair tanpa darah atau sel darah putih.

c. Diare Eksudatif

(26)

Mukosa usus meradang, yang menyebabkan mukus, darah dan pus bocor ke dalam lumen.

d. Gangguan Motilitas

Diare terkait dengan hipertiroidisme, karsinoid, atau sindrom dumping

pasca gastrektomi (Graber et al., 2006).

2.1.9. Gejala Klinis Diare

(27)

2.1.10. Diagnosis Diare

Tabel 2.2. Karakteristik Tinja dan Menentukan Sumbernya. Karakteristik

tinja Usus halus Usus besar

Konsistensi Cair Mukoid / darah

Volume Banyak Sedikit

Frekuensi Meningkat Sangat meningkat

Darah Mungkin positif, tetapi tidak

terlihat

Terlihat / nyata

WBC Mungkin < 5/lpb > 5 /lpb

Serum WBC Normal Mungkin leukositosis

Organisme Virus

Coli (enteroinvasive,

enterohemorrhagic)  Shigella species  Salmonella species  Campylobacter species  Yersinia species  Aeromonas species  Plesiomonas species

Bakteri Enterotoxigenic  E coli

Cryptosporidium species

Parasit

 Organisme Entamoeba

(28)

2.1.11. Pencegahan Diare

a. Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai 2

tahun.

b. Memberikan makanan pendamping ASI sesuai umur.

c. Memberikan minum air yang sudah direbus dan menggunakan air

bersih yang cukup.

d. Mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum makan dan sesudah

buang air besar.

e. Buang air besar di jamban.

f. Membuang tinja bayi dengan benar.

(29)

2.1.12. Penatalaksanaan Diare

Untuk menentukan derajat dehidrasi pada diare dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.3. Penentuan Derajat Dehidrasi Gejala/derajat

Keadaan umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai/

tidak sadar

Ingin minum terus, ada rasa haus

Malas minum

Turgor kulit Kembali segera Kembali lambat Kembali sangat

lambat

Bila terdapat

dua tanda atau lebih

Bila terdapat dua tanda atau lebih

Bila terdapat dua tanda atau lebih

Sumber : (Depkes RI, 2011)

1. Pencegahan Dehidrasi

(30)

segera membawa anak ke dokter untuk penanganan selanjutnya (Bhattacharya, 2000).

2. Penanganan Dehidrasi

Diare dengan dehidrasi dapat ditatalaksana dengan pemberian larutan

garam rehirdrasi oral (Oral Rehydration Salt) (Bhattacharya, 2000).

Larutan garam rehidrasi oral mengandung jumlah spesifik dari elektrolit yang hilang akibat diare berair (WGO, 2012). Penggantian cairan yang hilang dapat diberikan larutan rehidrasi oral setiap kali episode diare atau muntah sebanyak 60-120 mL untuk anak dengan berat badan dibawah sepuluh kilogram, dan diberi 120-140 mL pada anak dengan berat badan diatas sepuluh kilogram ( Guandalini, 2012)

2.2.ASI EKSKLUSIF

2.2.1 Definisi ASI Eksklusif

(31)

2.2.2 Nilai Gizi ASI

1. Kalori

Untuk pertumbuhan yang normal diet bayi harus memenuhi kebutuhan akan kalori dan energi. ASI memenuhi kebutuhan ini sampai usia 6 bulan. Produksi ASI bulan pertama sekitar 600 ml per hari yang meningkat sampai sekitar 800 ml sehari pada bulan keenam. Setelah 6 bulan volume ASI yang dihasilkan oleh seorang ibu mulai berkurang dan memang sudah saatnya bayi mendapat makanan tambahan yang lebih padat (Suradi, 2002)

2. Lemak

ASI juga mengandung lemak yang penting untuk kesehatan bayi. Hal imi diperlukan untuk perkembangan otak, penyerapan vitamin yang larut dalam lemak, dan merupakan sumber kalori utama. Asam lemak rantai panjang dibutuhkan untuk perkembangan otak, retina, dan sistem saraf (American Pregnancy Assosiation, 2013)

3. Karbohidrat

Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa dan bila dibandingkan dengan susu mamalia lain, kadar laktosa dalam ASI adalah yang paling tinggi, yaitu 7,0 g/dl. Laktosa mudah terurai menjadi glukosa dan galaktosa. Laktosa mempertinggi penyerapan kalsium dan juga

merangsang pertumbuhan Lactobacillus bufidus.

4. Protein

(32)

untuk pertumbuhan somatik, sedangkan taurin diperlukan untuk perkembangan otak.

5. Vitamin

Bayi yang minum ASI langsung dari ibunya akan mendapatkan vitamin yang terkandung dalam ASI. Vitamin K terdapat dalam ASI dan penyerapannya cukup baik melalui usus, tetapi oleh karena jumlah ASI yang diminum dalam dua hari pertama masih sangat sedikit dan pembentukan vitamin K dalam usus bayi belum ada, dianjurkan pemberian vitamin K yang dapat diberikan per oral. Vitamin E juga banyak sekali terdapat dalam ASI, terutama dalam kolostrum.

6. Garam dan Mineral

Kadar garam dan mineral dalam ASI lebih rendah dibandingkan dalam susu sapi. Fungsi ginjal yang masih belum sempurna belum dapat mengkonsentrasi urin dengan baik sehingga dibutuhkan susu yang rendah garam dan mineral. Bayi yang mendapat susu sapi atau formula yang tidak dimodifikasi sering menderita tetani (hipokalsemia) walaupun kadar kalsium dan magnesiumnya tinggi. Pada susu formula juga mengandung kadar fosfor yang tinggi, sedangkan fosfor mengikat kalsium dan magnesium sehingga tidak diserap.

7. Faktor pertumbuhan Lactobacillus bufidus

Jenis bakteri ini cepat tumbuh dan berkembang biak dalam saluran cerna bayi yang mendapat ASI. Kuman ini dalam usus akan mengubah laktosa yang banyak dalam ASI menjadi asam laktat dan asam asetat, situasi yang

asam dalam usus ini akan menghambat pertumbuhan E.coli, kuman yang

paling sering menyebabkan diare pada bayi.

8. Laktoferin

Laktoferin adalah protein yang terikat dengan zat besi yang terdapat dalam

(33)

ferum yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya. Laktoferin juga dapat

menghambat pertumbuhan jamur Candida.

9. Lisozim

Kadar lisozim dalam ASI cukup tinggi yaitu 300 kali lebih tinggi dari kadarnya di dalam susu sapi, selain itu juga lebih tahan terhadap keasaman lambung. Khasiatnya yaitu dapat memecah dinding bakteri (Suradi, 2002). Lisozim adalah suatu enzim yang dapat melindungi bayi terhadap infeksi

bakteri E. Coli dan Salmonella. Enzim ini juga mendorong pertumbuhan

flora normal usus dan memiliki fungsi anti-inflamasi (American Pregnancy Assosiation, 2013).

10. Komplemen C3 dan C4

Komplemen C3 dan C4 terdapat dalam ASI walaupun dalam kadar yang rendah. Komplemen ini diaktifkan oleh adanya IgA dan IgE dalam ASI. Komplemen ini mempunyai daya opsonik, anafilatoksik, dan kemotaktik. 11. Imunitas humoral

ASI terutama kolostrum mengandung SIgA (Secretory IgA). SIgA ini

tahan terhadap enzim proteolitik dalam traktus intestinalis dan dapat membentuk lapisan dipermukaan mukosa usus sehingga mencegah masuknya bakteri patogen dan enterovirus ke dalam sel.

12. Imunitas selular

(34)

2.2.3 Hubungan Kejadian Diare pada Balita yang Tidak Diberi ASI Eksklusif

Kurangnya pemberian ASI eksklusif pada saat usia bayi 0-5 bulan dan tidak diberikannya ASI pada usia 6-23 bulan dikaitkan dengan peningkatan angka kesakitan dan kematian akibat diare di negara-negara berkembang (Lamberti et al., 2011). Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003 diketahui bahwa bayi usia kurang dari 4 dan 6 bulan yang telah diberikan susu lain selain ASI masing-masing sebesar 12,8% dan 8,4%.

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan diketahui

bahwa banyak faktor yang mempengaruhi kejadian diare. Salah satu faktor penyebabnya adalah pemberian susu formula. Susu formula sebagai salah satu makanan pengganti ASI pada anak yang penggunaannya semakin meningkat. Adanya cara pemberian susu formula yang benar merupakan salah satu faktor yang dapat menurunkan angka kejadian diare pada anak akibat minum susu formula.

Kemudian diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Aniqoh (2006) di Puskesmas Sekardangan Kabupaten Sidoarjo, menunjukkan bahwa penggunaan air, cara penyimpanan setelah pengenceran, cara membersihkan botol susu dan kebiasaan mencuci tangan mempunyai hubungan dengan kejadian diare. Sedangkan menurut Moehji (1985), penyebab lain diare pada pemberian susu formula, karena proses penyeduhan yang terlalu kental dan cara penyimpanan susu formula yang salah ( Suherna et al., 2009)

(35)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas , maka kerangka konsep penelitian ini adalah :

3.2

Definisi Operasional

3.2.1 Diare

 Definisi : meningkatnya frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali

dalam satu hari dengan konsistensi tinja yang cair atau dengan frekuensi lebih sering dari individu yang normal (WHO, 2013).

Diare 1. Higiene Perorangan 2. Penyediaan Air Bersih 3. Ketersediaan Jamban 4. Sanitasi Lingkungan Karakteristik Balita 1. Umur

(36)

 Alat ukur : check list

 Cara ukur : kuisioner

 Hasil Ukur : diare dan tidak diare

 Skala ukur : nominal

3.2.2 Umur Balita

 Definisi : Umur adalah bilangan tahun seseorang itu telah hidup.

Umur yang dicatat adalah umur balita pada saat dilakukan wawancara. Batas umur sampai 5 tahun.

 Cara ukur : kuisioner

 Hasil ukur : 1-3 tahun (usia dibawah tiga tahun), 4-5 (usia prasekolah)

 Skala ukur : Ordinal

3.2.3 Jenis kelamin

 Definisi : jenis kelamin adalah jenis kelamin balita yang dikenal pasti

pada saat dilakukan wawancara.

 Cara ukur : kuisioner

 Hasil ukur : Laki-laki dan Perempuan

 Skala ukur : Nominal

3.2.4 Pemberian ASI eksklusif

 Definisi : Pemberian ASI eksklusif adalah bayi yang hanya

mendapatkan ASI (Air Susu Ibu) saja dari lahir sampai usia 6 bulan, tanpa mendapat tambahan makanan ataupun minuman lain.

 Alat ukur : check list

 Cara ukur : kuisioner

 Hasil ukur : ASI eksklusif dan tidak ASI eksklusif

 Skala ukur : Nominal

3.2.5 Umur Responden

 Definisi : Umur adalah bilangan tahun seseorang itu telah hidup.

(37)

 Cara ukur : kuisioner

3.2.6 Pendidikan Responden

 Definisi : Pendidikan formal terakhir yang diselesaikan oleh ibu pada

saat dilakukan wawancara

 Alat ukur : check list

 Cara ukur : kuisioner

 Hasil ukur :

1. Tidak sekolah 2. Lulus SD/sederajat 3. Lulus SLTP/sederajat 4. Lulus SLTA/sederajat 5. Lulus Diploma/Sarjana

Untuk analisa statistik, pendidikan ibu dikategorikan menjadi :

1. Pendidikan rendah : jika pendidikan responden tidak sekolah, lulus SD, dan SLTP

2. Pendidikan tinggi : jika pendidikan responden lulus SLTA, Diploma, dan sarjana

(38)

3.2.7 Pekerjaan Responden

 Definisi : Pekerjaan Ibu adalah aktivitas yang dilakukan sehari-hari

oleh ibu pada saat diakukan wawancara

 Alat ukur : check list

 Cara ukur : kuisioner

 Hasil ukur :

1. PNS

2. Pegawai Swasta 3. Pedagang/berjualan

4. Tidak bekerja/Ibu Rumah Tangga

Selanjutnya untuk analisa statistik dikategorikan menjadi : 1. Bekerja : PNS, pegawai swasta, pedagang/berjualan 2. Tidak bekerja : Tidak bekerja/ibu rumah tangga

 Skala ukur : Ordinal

3.2.8 Penghasilan Responden

 Definisi : Jumlah penghasilan keluarga yang didapat perbulannya.

 Alat ukur : Check list

 Cara ukur : kuisioner

 Hasil ukur : Tinggi : > UMR = > Rp. 1.375.000,-

Rendah : < UMR = < Rp. 1.375.000,-

 Skala ukur : Ordinal

3.2.9 Hygiene Perorangan

 Definisi : tingkat kebersihan responden yang dilihat dari kebiasaan

dalam prilaku mencuci tangan.

 Alat ukur : Check list

(39)

 Hasil ukur : Jumlah pertanyaan ada 5 buah. Jawaban A diberi nilai 3, jawaban B diberi nilai 2 dan jawaban C diberi nilai 1. Berdasarkan jumlah pertanyaan maka skor tertinggi adalah 15. Berdasarkan skoring maka Hygiene perorangan dikategorikan menjadi :

Baik: apabila dari jawaban responden memiliki nilai > 75% dari jumlah skor keseluruhan pertanyaan yang diberikan

Sedang: apabila jawaban responden memiliki nilai 40-75% dari jumlah skor keseluruhan pertanyaan yang diberikan

Buruk: apabila jawaban responden memiliki nilai <40% dari jumlah skor keseluruhan pertanyaan yang diberikan.

3.2.10 Penyediaan Air Bersih

 Definisi : keadaan penggunaan dan pengolahan air bersih untuk

kebutuhan konsumsi sehari-hari keluarga.

 Alat ukur : Check list

 Cara ukur : kuisioner

 Hasil ukur : Jumlah pertanyaan ada 4 buah. Jawaban A diberi nilai 3,

jawaban B diberi nilai 2 dan jawaban C diberi nilai 1. Berdasarkan jumlah pertanyaan maka skor tertinggi adalah 12. Berdasarkan skoring maka Penyediaan air bersih dikategorikan menjadi :

Baik: apabila dari jawaban responden memiliki nilai > 75% dari jumlah skor keseluruhan pertanyaan yang diberikan

Sedang: apabila jawaban responden memiliki nilai 40-75% dari jumlah skor keseluruhan pertanyaan yang diberikan.

Buruk: apabila jawaban responden memiliki nilai <40% dari jumlah skor keseluruhan pertanyaan yang diberikan.

(40)

3.2.11 Ketersediaan Jamban

 Definisi : ada tidaknya sarana pembuangan air besar bagi keluarga

yang memenuhi syarat kesehatan

 Alat ukur : Check list

 Cara ukur : kuisioner

 Hasil ukur : Jumlah pertanyaan ada 5 buah. Jawaban A diberi nilai 2,

jawaban B diberi nilai 1. Berdasarkan jumlah pertanyaan maka skor tertinggi adalah 10. Berdasarkan skoring maka ketersediaan jamban dikategorikan menjadi :

Baik : apabila dari jawaban responden memiliki nilai ≥ 50% dari

jumlah skor keseluruhan pertanyaan yang diberikan

Buruk : apabila dari jawaban responden memiliki nilai < 50% dari jumlah skor keseluruhan pertanyaan yang diberikan

 Skala ukur : Ordinal

3.2.12 Sanitasi Lingkungan

 Definisi : tingkat kebersihan lingkungan tempat tinggal responden dan

balita yang memenuhi syarat kesehatan

 Alat ukur : Check list

 Cara ukur : kuisioner

 Hasil ukur : Jumlah pertanyaan ada 5 buah. Jawaban A diberi nilai 2,

jawaban B diberi nilai 1. Berdasarkan jumlah pertanyaan maka skor tertinggi adalah 10. Berdasarkan skoring maka Sanitasi Lingkungan dikategorikan menjadi :

Baik : apabila dari jawaban responden memiliki nilai ≥ 50% dari

(41)

Buruk : apabila dari jawaban responden memiliki nilai < 50% dari jumlah skor keseluruhan pertanyaan yang diberikan

 Skala ukur : Ordinal

(42)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei deskriptif dengan pendedekatan cross

sectional, dimana penelitian pada beberapa populasi yang diamati pada satu saat tertentu. Penelitian deskriptif ini dilakukan pada sekumpulan objek biasanya cukup banyak, pada jangka waktu tertentu yang bertujuan untuk melihat angka kejadian diare pada balita yang tidak mendapat ASI eksklusif di Desa Sei Sentosa Kecamatan Panai Hulu.

4.2Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai September 2013 di Desa Sei Sentosa Kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhan Batu.

4.3Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua balita yang ada di Desa Sei Sentosa Kecamatan Panai Hulu, dengan jumlah sebanyak 228 orang.

4.4Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah anak balita, sedangkan respondennya adalah ibu dari anak balita. Besar sampel pada penelitian ini

dengan menggunakan total sampling yaitu cara pengambilan sampel

(43)

Kriteria Inklusi dan kriteria eksklusi :

a. Kriteria Inklusi

 Semua orang tua yang mempunyai anak 1-5 tahun

 Semua orang tua dari balita yang berdomisili di Desa Sei Sentosa

b. Kriteria Eksklusi

 Semua orang tua yang tidak bersedia mengisi kuisioner

 Semua orang tua yang tidak mengisi kuisioner secara lengkap

4.5Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini data diperoleh melalui data primer dengan menggunakan kuisioner yang dibagikan kepada ibu sebagai responden yang mempunyai anak balita di Desa Sei Sentosa.

Beberapa prosedur yang di lakukan dalam pengumpulan data yaitu : 1. Peneliti memberikan penjelasan dan menanyakan kepada responden

atas kesediaannya.

2. Calon responden yang bersedia, diminta untuk menandatangani lembar persetujuan.

3. Responden diberi waktu untuk menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti dalam kuesioner.

4. Pengolahan/analisa data di lakukan setelah semua data yang diperlukan terkumpul.

4.6 Pengolahan dan Analisa Data

(44)

beberapa tahap, yang pertama editing yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data responden serta memastikan bahwa

semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk. Tahap kedua adalah coding

yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisis. Tahap ketiga

adalah entry yaitu memasukkan data dari kuesioner ke dalam program

computer untuk di proses dan tahap yang keempat adalah cleaning yaitu

mengecek kembali data yang telah di entry untuk mengetahui adanya kesalahan atau tidak. Hasil penelitian akan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

(45)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. HASIL PENELITIAN

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Sei Sentosa, Kecamatan Panai Hulu, Kabupaten Labuhan batu. Kecamatan Panai Hulu terdiri dari 7 kelurahan yang

mempunyai luas wilayah 28.131 km2, dengan jumlah penduduk sebanyak

34.436 jiwa. Sedangkan untuk mata pencaharian utama penduduk adalah petani dengan persentase mencapai 30 % dari jumlah penduduk, PNS/TNI/POLRI dengan persentase 10 %, Pedagang 15 %, dan nelayan/lainnya dengan persentase 45 %. Desa Sei Sentosa adalah sebuah desa yang terbagi dari empat dusun, yaitu dusun I, dusun II, dusun III dan dusun IV. Desa Sei Sentosa luas daerahnya mencapai ± 400 ha, dengan jumlah penduduknya sebanyak 3200 jiwa.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

(46)

Tabel 5.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Umur Frekuensi Persen (%)

15-19 tahun 2 1.0

20-24 tahun 41 18.9

25-29 tahun 68 31.4

30-34 tahun 57 26.3

35-39 tahun 36 16.4

40-44 tahun 13 6.0

Total 217 100.0

Berdasarkan umur, mayoritas responden berusia antara 25 sampai 29 tahun dengan presentasi 31,4%. Sedangkan jumlah responden yang paling sedikit adalah berusia antara 15 sampai 19 tahun yaitu hanya 1% saja, seperti terlihat pada table 5.1. Usia responden termuda adalah 18 tahun, sedangkan usia responden tertua adalah 42 tahun.

Tabel 5.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Pendidikan Frekuensi Persen (%)

Lulus SD 48 22.1

Lulus SLTP 60 27.6

Lulus SLTA 104 47.9

Lulus D3/S1 5 2.3

(47)

Berdasarkan tabel diatas, responden yang tingkat pendidikannya hanya sampai lulusan Sekolah Dasar yaitu sebanyak 48 orang (21.1%), kemudian lulusan SLTP sebanyak 60 orang ( 27.6% ), lulusan SLTA sebanyak 104 orang (47.9%), dan lulusan perguruan tinggi paling sedikit yaitu sebanyak 5 orang (2.3%). Mayoritas pendidikan responden adalah lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas ( SLTA).

Tabel 5.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi Persen (%)

Pegawai Negeri Sipil 1 0.5

Pegawai Swasta 3 1.4

Pedagang/Berjualan 13 6.0

Ibu Rumah Tangga 200 92.1

Total 217 100.0

Berdasarkan table diatas, responden yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil hanya berjumlah 1 orang (0.5%), Pegawai Swasta 3 orang (1.4%), pedagang atau berjualan sebanyak 13 orang (6.0%) dan sebagai Ibu Rumah tangga sebanyak 200 orang (92.1%). Mayoritas jenis pekerjaan responden adalah sebagai Ibu Rumah Tangga.

Tabel 5.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Keluarga

Penghasilan Frekuensi Persen (%)

< Rp. 1.375.000,- 152 70.0

> Rp. 1.375.000,- 65 30.0

(48)

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang mempunyai penghasilan rendah masih cukup banyak yaitu 152 orang (70 %), sedangkan responden yang penghasilan keluarganya tinggi adalah sebanyak 65 orang (30 %).

Tabel 5.5. Karakteristik Umur Balita

Umur Frekuensi Persen (%)

1 – 3 126 58

4 – 5 91 42

Total 217 100.0

Berdasarkan tabel diatas jumlah balita usia dibawah tiga tahun adalah 126 balita dengan persentase sebesar 58% dan jumlah balita usia prasekolah adalah sebanyak 91 balita dengan persentase sebesar 42%.

Tabel 5.6. Karakteristik Jenis Kelamin Balita

Jenis Kelamin Frekuensi Persen (%)

Laki-laki 110 50.7

Perempuan 107 49.3

Total 217 100.0

(49)

Tabel 5.7. Pola Pemberian ASI Balita

Pemberian ASI Frekuensi Persen (%)

ASI eksklusif 92 42.4

tidak ASI eksklusif 125 57.6

Total 147 100.0

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa jumlah responden yang memberikan ASI secara eksklusif kepada balita mereka sebanyak 92 orang yaitu dengan persentase 42.4 %, sedangkan responden yang tidak memberikan ASI eksklusif adalah sebanyak 125 orang yaitu dengan persentase 57.6 %.

5.1.3 Angka Kejadian Diare pada Balita

Setelah dilakukan penelitian kepada responden yaitu ibu-ibu yang mempunyai balita usia satu sampai lima tahun didapatkan bahwa jumlah balita yang pernah mengalami diare cukup banyak. Dari 217 responden yang diteliti menyatakan bahwa anak balita mereka pernah mengalami diare dengan frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali per hari (>3x/hari) dan dengan konsistensi feses yang cair sebanyak 147 balita (67.7%). Sedangkan balita yang mengalami buang air besar kurang dari tiga kali per hari (<3x/hari) dan dengan konsistensi feses yang cair atau seperti biasa (padat) sebanyak 70 balita (32.3%), dengan kata lain balita tersebut tidak mengalami diare.

(50)

Tabel 5.8. Frekuensi buang air besar dalam sehari

BAB Frekuensi Persen (%)

< 3x/hari ( bukan Diare) 70 32.3

> 3x/hari ( Diare) 147 67.7

Total 217 100.0

Tabel 5.9. Lama Berlangsungnya Diare

Lama Diare Frekuensi Persen (%)

Kurang dari 14 hari 143 97.3

Lebih dari 14 hari 4 2.7

Total 147 100.0

Tabel 5.10. Tabulasi Silang Kejadian Diare pada Balita yang Mendapat ASI eksklusif dan Non ASI eksklusif

Frekuensi Diare

Total tidak Diare

(<3x/hari)

Diare (>3x/hari)

ASI Eksklusif 67 (72.8%) 25 (27.2%) 92 (100%) Non ASI Eksklusif 3 (2.4%) 122 (97.6%) 125 (100%) Total 70 (32.2%) 147 (67.7%) 217 (100%)

(51)

sedangkan balita yang tidak mendapat ASI eksklusif dan tidak mengalami diare hanya 3 orang (2.4%). Sementara itu, kejadian diare pada balita yang tidak mendapat ASI eksklusif lebih banyak yaitu 122 orang (97.6%) dibandingkan balita yang mendapat ASI eksklusif yaitu 25 orang (27.2%).

Tabel 5.11. Hygiene Perorangan

Hygiene Perorangan Frekuensi Persen (%)

Baik 212 97.7

Sedang 5 2.3

Total 217 100.0

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebanyak 217 responden yang diteliti, 212 responden diantaranya dengan persentase 97.7% mempunyai tingkat kebersihan perorangan dalam prilaku mencuci tangan masih termasuk dalam kategori baik, dan sebanyak 5 orang responden dengan persentase 2.3 % tingkat kebersihan perorangannya termasuk dalam kategori sedang.

Tabel 5.12. Penyediaan Air Bersih

Penyediaan Air Bersih Frekuensi Persen (%)

Baik 157 72.4

Sedang 60 27.6

Total 217 100.0

(52)

yaitu dengan persentase 27.6 % penyediaan, penyimpanan dan penggunaan air bersih untuk keperluan sehari-hari termasuk dalam kategori sedang.

Sementara itu untuk ketersediaan jamban pada setiap keluarga dari 217 responden yang diteliti mempunyai persentasi 100 % berarti secara keseluruhan termasuk dalam kategori baik. Begitupula pada sanitasi lingkungan rumah pada keseluruhan responden masih termasuk dalam kategori baik yaitu dengan persentase 100 % yang dapat dilihat pada tabel 5.14. dan tabel 5.15. dibawah ini.

Tabel 5.13. Ketersediaan Jamban

Ketersediaan jamban Frekuensi Persen (%)

Baik 217 100.0

Total 217 100.0

Tabel 5.14. Sanitasi Lingkungan

Sanitasi Lingkungan Frekuensi Persen (%)

Baik 217 100.0

(53)

5.2. PEMBAHASAN

Pada penelitian ini didapat beberapa deskripsi dari karakteristik responden yang diteliti, diantaranya adalah umur, pekerjaan, pendidikan, penghasilan keluarga dan jumlah anak dari responden. Berdasarkan umur, mayoritas responden berusia antara 25 sampai 29 tahun dengan presentasi 31,4%. Sementara itu, responden yang berusia dibawah 25 tahun mempunyai persentasi 19.9 %. Ini menunjukkan bahwa kebanyakan responden yang terpilih sebagai sampel penelitian adalah ibu-ibu muda yang masih dalam usia reproduktif. Usia ibu dapat menjadi faktor yang berpengaruh terhadap pemberian ASI pada bayinya. Organisasi wanita melaporkan bahwa ibu yang tidak memulai ASI atau menyusui pada 6 bulan pertama pada bayinya umumnya adalah ibu-ibu muda, ibu yang tingkat pendidikannya rendah serta ibu yang mempunyai bayi dengan berat badan lahir rendah (Barness and Curran, 2000).

(54)

serta informasi tentang manajemen pemberian ASI merupakan faktor yang berperan penting supaya ibu memberikan ASI Eksklusif pada bayinya (Widiasih, 2008).

Jika dikaitkan dengan kejadian diare pada balita, menurut penelitian El-Gylani dan Hammad, (2005) menyatakan bahwa usia ibu mempunyai hubungan yang signifikan terhadap morbiditas diare. Dimana diare akut lebih mungkin terjadi pada ibu-ibu yang usianya lebih muda atau dibawah 25 tahun, hal ini mungkin dikarenakan ibu yang masih usia muda kurang berpengalaman dalam merawat anaknya.

Sementara itu berdasarkan tingkat pendidikan, responden yang tingkat pendidikannya hanya sampai lulusan Sekolah Dasar yaitu sebanyak 48 orang (21.1%), kemudian lulusan SLTP sebanyak 60 orang ( 27.6% ), lulusan SLTA sebanyak 104 orang (47.9%), dan lulusan perguruan tinggi paling sedikit yaitu sebanyak 5 orang (2.3%). Mayoritas pendidikan responden adalah lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas ( SLTA). Berdasarkan data ini dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan rata-rata responden cukup baik yaitu sampai jenjang sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA). Tingkat pendidikan mungkin merupakan faktor yang menentukan pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif dan manfaat ASI eksklusif untuk bayinya.

(55)

dikaitkan dengan semakin rendah tingkat pendidikan ibu maka sikap dan pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif semakin kurang sehingga cenderung untuk tidak memberikan ASI Eksklusif.

Berdasarkan pekerjaan responden, mayoritas jenis pekerjaan responden adalah sebagai Ibu Rumah Tangga yaitu sebanyak 200 orang dengan persentase 92.1%. Data ini menunjukkan bahwa waktu luang ibu dengan balita lebih banyak sehingga balita masih dalam perawatan ibu dan memperhatikan pola makan dan kesehatan balita. Jika ditinjau dari pemberian ASI Eksklusif, dari 200 responden yang tidak bekerja sebanyak 116 orang tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya dan sisanya 84 responden memberikan ASI Eksklusif.

Berdasarkan penelitian Lestari, et al., (2013) juga diperoleh persentasi ibu yang tidak bekerja lebih banyak yang tidak memberikan ASI eksklusif. Penyebabnya adalah pekerjaan bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif. Pemberian ASI eksklusif tidak bisa didasarkan hanya dengan faktor kebebasan waktu yang dimiliki seorang ibu. Seorang ibu yang tidak bekerja belum bisa menjamin ibu tersebut akan memberikan ASI eksklusif kepada bayinya, walaupun ibu memiliki bayak waktu dan kesempatan yang banyak bersama bayinya. Faktor pengetahuan juga memiliki peranan yang penting bagi seorang ibu dalam pengambilan tindakan memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Seorang ibu yang tidak bekerja belum tentu memiliki pengetahuan yang lebih baik mengenai pemberian ASI eksklusif dibandingkan ibu yang bekerja, walaupun ia memiliki waktu yang luang yang lebih banyak. Maka dapat disimpulkan bahwa tindakan seorang ibu dalam pemberian ASI eksklusif lebih ditentukan oleh pengetahuannya dari pada pekerjaanya.

(56)

sedangkan responden yang penghasilan keluarganya tinggi adalah sebanyak 65 orang (30 %). Berdasarkan penelitian sebelumnya menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara status sosial ekonomi keluarga yang rendah dengan kejadian diare pada keluarga. Dimana bayi dan balita dari keluarga dengan tingkat sosioekonomi yang rendah pada umumnya lebih sering mengalami diare (Adisasmito, 2007).

Dari 217 responden yang diteliti menyatakan bahwa anak balita mereka pernah mengalami diare dengan frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali per hari (>3x/hari) dan dengan konsistensi feses yang cair sebanyak 147 balita (67.7%). Sedangkan balita yang mengalami buang air besar kurang dari tiga kali per hari (<3x/hari) dan dengan konsistensi feses yang cair atau seperti biasa (padat) sebanyak 70 balita (32.3%), dengan kata lain balita tersebut tidak mengalami diare.

Dilihat dari hasil tersebut bahwa angka kejadian diare pada balita masih tinggi dan jenis diare yang paling banyak dialami balita adalah diare akut. Diare dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya adalah faktor infeksi, malabsorbsi (gangguan penyerapan zat gizi) dan faktor makanan. Pada umumnya makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, beracun, terlalu banyak lemak, mentah dan kurang matang (Widjaja, 2008).

(57)

kuman penyebabnya adalah E.coli, bakteri enterokolitis dimana bakteri menginvasi usus halus dan kolon sehingga menyebabkan inflamasi pada usus halus dan kolon (Enterokolitis). Obat-obatan juga dapat menyebabkan diare seperti antasid dan suplemen yang mengandung magnesium dan lain-lain. Sedangkan pada diare kronik dapat disebabkan oleh beberapa penyebab

diantaranya penyakit Irritable bowel syndrome (IBS), penyakit infeksi seperti

pada pasien AIDS, pertumbuhan bakteri yang berlebihan pada usus halus, kanker kolon, malabsorbsi karbohidrat, malabsobsi lemak, penyakit endokrin seperti pada penyakit hipertiroid dan penyakit Addison dan juga akibat penyalahgunaan laksatif (Marks, 2013).

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa jumlah responden yang memberikan ASI secara eksklusif kepada balita mereka sebanyak 92 orang yaitu dengan persentase 42.4 %, sedangkan responden yang tidak memberikan ASI eksklusif adalah sebanyak 125 orang yaitu dengan persentase 57.6 %. ASI sangat penting untuk bayi, terutama pada 6 bulan pertama kehidupannya. Setelah 6 bulan dari kehidupannya, pemberian ASI harus diteruskan sambil ditambahkan dengan makanan lain (Kemenkes RI, 2011). ASI eksklusif dapat melindungi terhadap infeksi gastrointestinal dan infeksi pernapasan, dan juga dapat meningkatkan perkembangan motorik pada anak (Kimani-Murage et al., 2011).

ASI memiliki semua unsur-unsur yang memenuhi semua kebutuhan bayi akan nutrien selama periode 6 bulan. Keberadaan antibodi dan sel-sel makrofag dalam kolostrum dan ASI memberikan perlindungan terhadap jenis-jenis infeksi tertentu. Imunitas terhadap penyakit enteral dan parenteral pada taraf yang lebih rendah, berasal dari antibodi. Oleh karena itu bayi-bayi yang mendapat ASI secara penuh jarang terjangkit oleh penyakit diare (Gibney et al., 2008).

(58)

sedangkan balita yang tidak mendapat ASI eksklusif dan tidak mengalami diare hanya 3 orang (2.4%). Sementara itu, kejadian diare pada balita yang tidak mendapat ASI eksklusif lebih banyak yaitu 122 orang (97.6%) dibandingkan balita yang mendapat ASI eksklusif yaitu 25 orang (27.2%).. Penelitian lain juga dilakukan oleh Hardi et al,. (2012) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara faktor pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare. Dari hasil penelitian terlihat bahwa balita yang tidak mendapat ASI eksklusif lebih banyak mengalami diare dibandingkan dengan balita yang mendapat ASI eksklusif. Ini membuktikan bahwa Imunitas yang diperoleh dari ASI eksklusif dapat memberikan perlindungan dari berbagai macam infeksi pada balita.

Kejadian diare dipengaruhi banyak faktor risiko diantaranya hygiene perorangan, penyediaan sumber air bersih untuk keperluan sehari-hari, ketersediaan jamban dan sanitasi lingkungan. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebanyak 217 responden yang diteliti, 212 responden diantaranya dengan persentase 97.7% mempunyai tingkat kebersihan perorangan dalam prilaku mencuci tangan masih termasuk dalam kategori baik, dan sebanyak 5 orang responden dengan persentase 2.3 % tingkat kebersihan perorangannya termasuk dalam kategori sedang. Hasil penelitian Kasman (2004) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara faktor hygiene perorangan dengan kejadian diare.

(59)

sanitasi lingkungan rata-rata para responden di Desa Sei Sentosa masih termasuk dalam kategori baik.

5.3. KETERBATASAN PENELITIAN

(60)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa:

1. Dari 217 responden yang diteliti, sebanyak 147 balita dengan persentase

67.7% pernah mengalami diare.

2. Dari 147 balita yang mengalami diare , 143 (97.3%) diantaranya mengalami

diare akut dan 4 balita (2.7%) lainnya mengalami diare kronik.

3. Balita yang tidak mendapat ASI eksklusif dan mengalami diare sebanyak 122

balita (97.6%), sedangkan balita yang mendapat ASI eksklusif dan mengalami diare sebanyak 25 orang (27.2%). Kemudian jumlah balita yang mendapat ASI eksklusif dan tidak diare berjumlah 67 orang (72.8%), sedangkan balita yang tidak mendapat ASI eksklusif dan tidak diare hanya 3 orang (2.4%).

4. Hygiene perorangan, penyediaan sumber air bersih untuk keperluan

sehari-hari, ketersediaan jamban dan sanitasi lingkungan responden secara keseluruhan masih dalam kategori baik.

6.2. SARAN

1. Masih tingginya angka kejadian diare di Desa Sei Sentosa menunjukkan

masih perlunya penyuluhan tentang manfaat dan prosedur pemberian ASI eksklusif kepada para ibu.

2. Diharapkan kepada para ibu agar memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya

untuk menurunkan angka kejadian diare.

3. Diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam tentang

(61)

DAFTAR PUSTAKA :

Adisasmito, W., 2007. Faktor Risiko Diare Pada Bayi Dan Balita Di Indonesia:

Systematic Review Penelitian Akademik Bidang Kesehatan Masyarakat. Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.

American Pregnancy Assosiation, 2013. What’s in Breast Milk. Availlable from :

http://americanpregnancy.org/firstyearoflife/whatsinbreastmilk.html Barness, L.A., Curran, J.S., 2000. Nutrisi. Dalam : Behrman, R.E., Kliegman, R.M.,

Arvin, A.M., Nelson Ilmu Kesehatan Anak Volume 1. Edisi 15. Jakarta :

ECG. 193.

Bhattacharya, S.K., 2000. Therapeutic Methods for Diarrhea in Children. World

Journal of Gastroenterology. Available from : http://www.wjgnet.com/1007- 9327/6/497.pdf

Boyle, J.T., 2000. Diare Kronis. Dalam : Wahab, A.S., Nelson Ilmu Kesehatan Anak.

Volume 2. Edisi 15. Jakarta : EGC. 1354-1355.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan

Lintas Diare. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.

El-Gilany, A.H., Hammad, S., 2005. Epidemiology of Diarrhoeal Diseases among

Children Under Age 5 Years in Dakahlia, Egypt. East Mediterr Health J.

Gibney, M.J., et al., 2008. Gizi Kesehatan masyarakat. Jakarta : EGC. 327.

Guandalini, S., 2012. Diarrhea. Medscape Reference. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/928598-overview [ Accessed 28 April 2013 ]

Hardi, A.R., Masni, Rahma, 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian

(62)

Hung, V.B., 2006. The Most Common Causes of and Risk Factors for Diarrhea Among Children Less Than Five Years of Age Admitted to Dong Anh Hospital, Hanoi, Northern Vietnam. Thesis. University Of Oslo. Hanoi Vietnam.

Kasman.2004. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare pada

Balita di Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto Tengah Kota Padang Sumatera Barat Tahun 2003. Medan. Skripsi Universitas Sumatera Utara. Available from :

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/32572

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Pengandalian Diare di Indonesia.

Subdit Pengendalian Diare dan Infeksi Saluran Pencernaan.

Kimani-murage, E.W., Madise, N.J., Fotso, J., Kyobutungi, C., Mutua, M.K., Gitau,

T.M., Yatich, N., 2011. Patterns and determinants of breastfeeding

and complementary feeding practices in urban informal settlements, Nairobi Kenya. BMC Public Health. Available from :

http://www.biomedcentral.com/1471-2458/11/396

Lamberti, M.L., Walker, C.L.F., Noiman, A., Victora, C. & Black, R.E., 2011.

Breastfeeding and The Risk for Diarrhea Morbidity and Mortality. BMC

Public Health. Available from :

http://www.biomedcentral.com/content/pdf/1471-2458-11-S3-S15.pdf [Accessed 25 April 2013 ]

Lestari, D., Zuraida, R., Larasati. T.A., 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Air Susu Ibu dan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Fajar Bulan. Medical Journal of Lampung University Volume 2.

Mark, J.W., 2013. Diarrhea. MedicinenNet. Available from :

      http://www.medicinenet.com/diarrhea/page4.htm#what_are_common_causes of_acute_diarrhea  

(63)

Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Gribig. Departemen Lab. IKM-Kedokteran Pencegahan, Departemen Lab. Kebidanan, Program Studi S1 Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

Roesli, U., 2000. Mengenal ASI Eksklusif. Niaga Swadaya. 2- 4.

Sastroasmoro, S., Ismael, S., 2011. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi

4. Jakarta: Sagung seto. 99-100.

Suherna, C., Febry, F., Mutahar, R., 2009. Hubungan Antara Pemberian Susu

Formula dengan Kejadian Diare pada Anak Usia 0-24 Bulandi Wilayah Kerja Puskesmas Balai Agung Sekayu.

Sulistyoningsih, H., 2005. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Ibu

dalam Pemberian ASI di Desa Cikunir Kecamatan Singaparna Kabupatenn \ Tasikmalaya Tahun 2005.

Sunoto, 2002. Penyakit Radang Usus : Infeksi. Dalam : Markum, A.H., Buku Ajar

Ilmu Kesehatan Anak Jilid I. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : Balai Penerbit FK UI. 448-458.

Suradi, R., 2002. Air Susu Ibu. Dalam : Markum, A.H., Buku Ajar Ilmu Kesehatan

Anak Jilid I. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : Balai Penerbit FK UI. 390-394.

Toth, P.P., 2006. Gastroenterologi. Dalam : Graber, M.A., Toth, P.P., Herting, R.L.,

Buku Saku Dokter Keluarga University of Lowa. Edisi 3. Jakarta : ECG. 163.

Ulshen, M., 2000. Manifestasi Klinis Penyakit Saluran Pencernaan. Dalam: Behrman,

Kliegman, Arvin, Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Jakarta : ECG.

1273.

Widiasih, R., 2008. Masalah-Masalah dalam Menyusui. Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Padjadjaran

Widjaja, M.C., 2008. Mengatasi Diare dan Keracunan Pada Balita. Penerbit :

Kawan Pustaka. 4-6.

World Gastroenterology Organisation (WGO). 2012. Acute Diarrhea in Adults and

(64)

World Health Organization (WHO). 2009. Diarrhoea: Why Children Are Still Dying And What Can Be Done .World Health Organization (WHO). Available from http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/44174/1/9789241598415_eng.pdf [ Accessed 19 April 2013 ]

Yilgwan, C.S. and Okolo, S.N., 2012. Prevalence of Diarrhea Disease and Risk

Factors in Jos University Teaching Hospital, Nigeria . Annals of African Medicine.Volume 11. 217- 221. Available from :

http://www.annalsafrmed.org/article.asp?issn=1596

3519;year=2012;volume=11;issue=4;spage=217;epage=221;aulast=Yilgwan

(65)

LAMPIRAN 1

RIWAYAT HIDUP PENELITI

Data Pribadi

Nama Lengkap : DILA NANDARI

Jenis kelamin : Perempuan

Tempat /Tanggal Lahir : Sei Sentosa / 28 Juni 1992

Status : Mahasiswi

Agama : Islam

Alamat : Jl. Dr. Mansyur, Gg. Sipirok No.2 Aa, Medan

Warga Negara : Indonesia

E-mail : dila.nandari@yahoo.com

Latar Belakang Pendidikan

1997 - 1998 : TK Permadi Siwi Kebun Ajamu

1999 - 2004 : SD Negeri 114371 Sei Sentosa

(66)

2007 - 2010 : SMA Negeri 2 Plus Sipirok Tapanuli Selatan

2010 - Sekarang : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Riwayat Organisasi

1. Panitia Seminar dan Talk Show “Islamic Medicine 2” , PHBI FK USU( 2011)

Riwayat Seminar dan Pelatihan

1. Seminar dan Workshop Terapi Cairan & Managemen Luka, TBM FK USU

(2011)

2. Workshop Sirkumsisi, HMI Komisariat FK USU (2011)

(67)

LAMPIRAN 2

Kuisioner Penelitian Kejadian Diare pada Balita

di Desa Sei Sentosa Kecamatan Panai Hulu

NO. PERTANYAAN KODE NILAI

1. Nomor responden

1. Pegawai Negeri Sipil

2. Pegawai Swasta

3. Pedagang / Berjualan

Gambar

Tabel 2.1. Etiologi Diare
Tabel 2.2. Karakteristik Tinja dan Menentukan Sumbernya.
Tabel 2.3. Penentuan Derajat Dehidrasi
Tabel 5.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa ada hubungan pemberian ASI eksklusif dan status gizi dengan kejadian pneumonia pada balita di Puskesmas

Penyusunan skripsi ini dengan judul “Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Tingkat Kejadian Dermatitis Atopi pada Balita di RS.. Soedjati Purwodadi”, tidak lepas dari

Rekapitulasi Hubungan Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian Pneumonia Pada Balita Pneumonia Di Wilayah Kerja Puskesmas Pedan Klaten. Hasil Tabel

Kelompok yang memiliki perbedaan suhu tubuh saat demam adalah antara kelompok ASI eksklusif dan susu formula serta kelompok ASI parsial dan susu formula, sedangkan antara

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa perilaku pemberian ASI eksklusif dengan kategori baik sebesar 80% (40 responden) sedangkan perilaku pemberian ASI eksklusif

ARTIKEL PENELITIAN EISSN: 2656-8438 Hubungan Pemberian Asi Eksklusif dan Keragaman Konsumsi Pangan Ibu dengan Angka Kejadian Stunting pada Balita di Kabupaten Muaro Jambi Fadillah

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui risiko kejadian diare pada bayi 0-6 bulan yang tidak diberi ASI eksklusif dengan pengaruh variabel perancu yang tidak terkontrol yaitu

SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian stunting pada balita di Desa Tista Wilayah Kerja Puskesmas Abang I