• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Keterampilan Membacakan Puisi dengan Metode Copy The Master Melalui Media Audio Visual Siswa Kelas VIIA SMP Atthohiriyyah Semarang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan Keterampilan Membacakan Puisi dengan Metode Copy The Master Melalui Media Audio Visual Siswa Kelas VIIA SMP Atthohiriyyah Semarang"

Copied!
311
0
0

Teks penuh

(1)

SISWA KELAS

Diajukan untuk

Nama NIM Prodi Jurusan

FAKULTAS

UNIVERSITAS

i

KELAS VIIA SMP ATTHOHIRIYYAH SEMARANG

SKRIPSI

untuk Meraih Gelar Sarjana Pendidikan Strata

Oleh:

Nama : Norma Ellyana

NIM : 2101407066

Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan : Bahasa dan Sastra Indonesia

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2011

SEMARANG

Strata I

(2)

ii

Indonesia. Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Prof. Dr. Agus Nuryatin, M.Hum. dan pembimbing II: Dra. Nas Haryati S., M.Pd.

Kata kunci: membacakan puisi, metodeCopy The Master, media audio visual. Puisi merupakan karya sastra yang memiliki kekhususan, baik ditinjau dari segi bahasa, pilihan kata, maupun keindahan dalam rangkaian setiap baris. Salah satu cara untuk memahami puisi yaitu dengan menigkatkan kemampuan pembacaan. Selama ini siswa masih merasa kesulitan ketika membacakan puisi di depan kelas, kesulitan yang belum dikuasai oleh siswa yaitu dalam aspek penghayatan. Maka untuk mengatasi permasalahan tersebut, peneliti memberikan suatu metode dan media agar proses pembelajaran lebih menarik dan siswa mampu menghayati puisi. Metode dan media yang digunakan yaitu metodeCopy

The Master melalui media audio visual. Penelitian ini difokuskan kepada

keterampilan membacakan puisi siswa kelas VIIA SMP Atthohiriyyah Semarang. Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut: (1) bagaimana peningkatan keterampilan membacakan puisi siswa kelas VIIA SMP Atthohiriyyah Semarang setelah dilakukan pembelajaran dengan metode Copy The Master melalui media audio visual. (2) bagaimanakah perubahan perilaku siswa kelas VIIA SMP Atthohiriyyah Semarang dalam mengikuti pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio visual. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsi tentang peningkatan keterampilan siswa dalam membacakan puisi dan perubahan perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran membacakan puisi dengan metodeCopy The

Mastermelalui media audio visual.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas yang terdiri atas dua tahap yaitu siklus I dan siklus II. Subjek penelitiannya adalah keterampilan membacakan puisi dan objek penelitiannya adalah kelas VIIA SMP Atthohiriyyah Semarang. Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu keterampilan membacakan puisi dan metode Copy The Master melalui media audio visual. Instrumen yang digunakan adalah instrumen tes dan nontes.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi awal nilai rata-rata siswa yaitu 59,1 atau dalam kategori kurang, setelah mengikuti pembelajaran membacakan puisi dengan metodeCopy The Mastermelalui media audio visual, nilai rata-rata kelas siklus I yaitu 66,5 atau dengan kategori cukup, terjadi peningkatan dari kondisi awal ke siklus I sebesar 7,4%. Pada siklus II nilai rata-rata siswa menjadi 74,9 atau dalam kategori baik, terjadi peningkatan dari siklus I dan siklus II sebesar 8,4%. Pembelajaran membacakan puisi dengan metodeCopy

The Mastermelalui media audio visual mampu mengubah perilaku siswa ke arah

(3)

iii

(4)

iv panitia ujian skripisi pada

hari : Selasa tanggal : 5 Juli 2011

Mengetahui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

(5)

v

Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang, pada

hari : Selasa tanggal : 5 Juli 2011

Panitia Ujian Skripsi,

Ketua Sekertaris

Prof. Dr. Rustono, M.Hum. Sumartini, S.S., M.A. NIP 195801271983031003 NIP 197307111998022001

Penguji I

Drs. Mukh Doyin, M.Si. NIP 1965061219994121001

Penguji II Penguji III

(6)

vi

hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan karya orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 5 Juli 2011

(7)

vii

Selalu berpikir positif, pantang menyerah, selalu berusaha dan berdoa adalah kunci menuju keberhasilan.

Persembahan:

Skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1. Bapak (Mahmudi) dan Ibu (Nur

Azizah) serta adikku (Diah Arum Saputri) yang tidak pernah berhenti mendoakanku;

(8)

viii

telah melimpahkan nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Peningkatan Keterampilan Membacakan Puisi dengan Metode Copy The Master melalui Media Audio Visual siswa kelas

VIIA SMP Atthohiriyyah Semarang sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini telah mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada

1. Prof. Dr. Agus Nuryatin., M.Hum selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, kritik, saran, dan motivasi yang berharga dalam penyusunan skripsi ini.

2. Dra. Nas Haryati S., M.Pd. selaku dosen II yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, kritik, saran, dan motivasi yang berharga dalam penyusunan skripsi ini.

3. Drs. Mukh Doyin, M.Si. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran bagi peneliti untuk memperbaiki skripsi ini.

4. Bapak (Mahmudi) dan Ibu (Nur Azizah) yang senantiasa memberi motivasi, semangat, dukungan, serta doanya yang mengiringi langkahku. 5. Ketua jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan izin

(9)

ix

7. Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang.

8. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan studinya.

9. Hadi Prayitno, S.Pd. selaku guru Bahasa dan Sastra Indonesia SMA N 2 Mranggen Demak yang senantiasa memberikan nasihat, ilmu, dan motivasi kepada peneliti.

10. HM Su’ud. Lc., M. S. I. selaku Kepala Sekolah SMP Atthohiriyyah Semarang yang telah memberikan izin penelitian kepada peneliti.

11. Mukaromah, S.Pd. selaku guru Bahasa dan Sastra Indonesia SMP Atthohiriyyah Semarang yang telah bersedia membantu peneliti.

12. semua guru dan staf karyawan SMP Atthohiriyyah Semarang yang membantu dan memudahkan peneliti mengadakan penelitian.

13. Miftahul Adnan yang senantiasa membantu, memberi motivasi, dan memberikan semangat bagi peneliti.

14. seluruh keluarga besarku yang selalu memberikan dukungan dan motivasi bagi peneliti.

(10)

x

2007 yang memberikan semangat dan motivasi.

18. semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan. Meskipun demikian, semoga skripsi ini berguna bagi pembaca pada umumnya dan peneliti pada khususnya.

Semarang, 5 Juli 2011

(11)

xi

SARI ... ii

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

PERNYATAAN ... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

PRAKATA ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR BAGAN ... xvii

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GRAFIK ... xx

DAFTAR GAMBAR ... xxi

DAFTAR DIAGRAM ... xxii

DAFTAR LAMPIRAN ... xxiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 7

1.3 Pembatasan Masalah ... 10

1.4 Rumusan Masalah ... 10

1.5 Tujuan Penelitian ... 10

(12)

xii

2.2.1 Hakikat Membaca ... 23

2.2.1.1 Pengertian Membaca ... 24

2.2.1.2 Tujuan Membaca ... 25

2.2.1.3 Ragam Membaca ... 27

2.2.1.4 Membaca Indah (estetis) ... 29

2.2.2 Hakikat Puisi ... 30

2.2.2.1 Pengertian Puisi ... 30

2.2.2.2 Unsur-unsur Puisi ... 34

2.2.3 Hakikat Membacakan Puisi ... 41

2.2.3.1 Pengertian Membacakan Puisi ... 42

2.2.3.2 Unsur-unsur Membacakan Puisi ... 44

2.2.3.3 Langkah-langkah Membacakan Puisi ... 51

2.2.3.4 Teknik-teknik Membacakan Puisi ... 57

2.2.4 MetodeCopy The Master ... 61

2.2.4.1 Pengertian MetodeCopy The Master ... 61

2.2.4.2 Kriteria PemilihanMaster ... 64

2.2.4.3 Prinsip-prinsip MetodeCopy The Master ... 64

2.2.4.4 Kelebihan dan Kelemahan MetodeCopy The Master... 66

2.2.4.5 Perbedaan MetodeCopy The Masterdengan Pemodelan ... 66

(13)

xiii

2.2.6 Pembelajaran Membacakan Puisi dengan Metode Copy The Master melalui

Media Audio Visual... 74

2.2.7 Langkah-langkah Pembelajaran dengan Metode Copy The Master melalui Media Audio Visual ... 74

2.3 Kerangka Berpikir ... 76

2.4 Hipotesis Tindakan ... 79

BAB III METODE PENELITIAN... 80

3.1 Desain Penelitian ... 80

3.2 Proses Tindakan Siklus I ... 81

3.2.1 Perencanaan Siklus I ... 81

3.2.1.2 Tindakan Siklus I ... 82

3.2.1.3 Observasi Siklus I ... 85

3.2.1.4 Refleksi Siklus I ... 86

3.3 Proses Tindakan Siklus II ... 87

3.3.1 Perencanaan Siklus I ... 87

3.3.1.1 Tindakan Siklus II ... 88

3.3.1.2 Observasi Siklus II ... 91

3.3.1.3 Refleksi Siklus II... 93

3.4 Subjek Penelitian ... 93

(14)

xiv

3.6.1 Instrumen Tes ... 96

3.6.2 Instrumen Nontes ... 106

3.6.2.1 Lembar Observasi ... 106

3.6.2.2 Lembar Jurnal ... 107

3.6.2.3 Pedoman Wawancara ... 108

3.6.2.4 Dokumentasi Foto ... 109

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 109

3.7.1 Teknik Tes ... 109

3.7.2 Teknik Nontes ... 110

3.7.2.1 Observasi ... 110

3.7.2.2 Jurnal ... 111

3.7.2.3 Wawancara ... 111

3.7.2.4 Dokumentasi ... 112

3.8 Metode Analisis Data ... 113

3.8.1 Metode Kualitatif ... 113

3.8.2 Metode Kuantitatif ... 113

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 115

4.1 Hasil Penelitian ... 115

4.1.1 Kondisi Awal ... 115

(15)

xv

4.1.2.1.3 Hasil Tes Aspek Konsentrasi ... 122

4.1.2.1.4 Hasil Tes Aspek Mimik Wajah ... 122

4.1.2.1.5 Hasil Tes Aspek Kejelasan Ucapan ... 123

4.1.2.1.6 Hasil Tes Aspek Tekanan ... 124

4.1.2.1.7 Hasil Tes Aspek Intonasi ... 125

4.1.2.1.7 Hasil Tes Aspek Jeda ... 126

4.1.2.1.8 Hasil Tes Aspek Nada ... 127

4.1.2.1.9 Hasil Tes Aspek Gerak Tubuh ... 127

4.1.2.1.10 Hasil Tes Aspek Penguasaan Panggung ... 128

4.1.2.2 Hasil Nontes Siklus I ... 131

4.1.2.2.1 Hasil Observasi ... 131

4.1.2.2.2 Hasil Jurnal ... 134

4.1.2.2.3 Hasil Wawancara ... 138

4.1.2.2.4 Dokumentasi Foto ... 142

4.1.2.3 Refleksi Siklus I ... 148

4.1.3 Hasil Penelitian Siklus II ... 152

4.1.4 Hasil Tes Siklus II ... 152

4.1.4.1 Hasil Tes Aspek Pemenggalan ... 155

4.1.4.2 Hasil Tes Aspek Kelancaran ... 156

(16)

xvi

4.1.4.7 Hasil Tes Aspek Intonasi ... 160

4.1.4.8 Hasil Tes Aspek Jeda ... 161

4.1.4.9 Hasil Tes Aspek Nada ... 162

4.1.4.10 Hasil Tes Aspek Gerak Tubuh ... 162

4.1.4.11 Hasil Tes Aspek Penguasaan Panggung ... 163

4.1.5 Hasil Nontes Siklus II ... 166

4.1.5.1 Hasil Observasi ... 166

4.1.5.2 Hasil Jurnal ... 169

4.1.5.3 Hasil Wawancara ... 173

4.1.5.4 Dokumentasi Foto ... 175

4.1.5.5 Refleksi ... 179

4.1.6 Pembahasan ... 181

4.1.6.1 Peningkatan Keterampilan Membacakan Puisi ... 186

4.1.6.2 Perubahan Perilaku Siswa ... 192

BAB V PENUTUP ... 197

5.1 Simpulan ... 197

5.2 Saran ... 198

DAFTAR PUSTAKA... 200

(17)
(18)

xviii

Tabel 3 Rentang Nilai Keterampilan Membacakan Puisi ... 105

Tabel 4 Hasil Tes Membacakan Puisi Kondisi Awal ... 116

Tabel 5 Hasil Tes Membacakan Puisi Siklus I ... 118

Tabel 6 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Pemenggalan Siklus I ... 120

Tabel 7 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Kelancaran Siklus I ... 121

Tabel 8 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Konsentrasi Siklus I ... 122

Tabel 9 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Mimik Siklus I... 123

Tabel 10 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Kejelasan Ucapan Siklus I... 124

Tabel 11 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Tekanan Siklus I ... 124

Tabel 12 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Intonasi Siklus I ... 125

Tabel 13 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Jeda Siklus I ... 126

Tabel 14 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Nada Siklus I ... 127

Tabel 15 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Gerak Tubuh Siklus I ... 128

Tabel 16 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Penguasaan Panggung Siklus I... 128

Tabel 17 Hasil Tes Keterampilan Membacakan Puisi ... 129

Tabel 18 Hasil Observasi Siklus I ... 132

Tabel 19 Hasil Jurnal Siswa Siklus I... 135

Tabel 20 Hasil Tes Membacakan Puisi Siklus II ... 153

Tabel 21 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Pemenggalan Siklus II... 155

(19)

xix

Tabel 26 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Tekanan Siklus II ... 159

Tabel 27 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Intonasi Siklus II ... 160

Tabel 28 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Jeda Siklus II ... 161

Tabel 29 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Nada Siklus II... 162

Tabel 30 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Gerak Tubuh Siklus II ... 163

Tabel 31 Hasil Tes Membacakan Puisi Aspek Penguasaan Panggung Siklus II ... 164

Tabel 33 Hasil Tes Keterampilan Membacakan Puisi Siklus II ... 164

Tabel 34 Hasil Observasi Siklus II ... 167

Tabel 35 Hasil Jurnal Siswa Siklus II ... 169

Tabel 36 Peningkatan Nilai Rata-rata Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II ... 186

(20)
(21)

xxi

Gambar 2 Siswa Membacakan Puisi ... 143

Gambar 3 Siswa Melihat Pembacaan Puisi dariMaster... 144

Gambar 4 Siswa Mendengarkan Penjelasan Materi dari Guru ... 145

Gambar 5 Siswa Bertanya Mengenai Materi yang Belum Dipahami ... 145

Gambar 6 Siswa Membentuk Kelompok ... 146

Gambar 7 Siswa Membacakan Puisi ... 147

Gambar 8 Guru Melakukan Wawancara ... 147

Gambar 9 Aktivitas Awal Pembelajaran Membacakan Puisi ... 175

Gambar 10 Guru Menjelaskan Materi ... 176

Gambar 11 Aktivitas Siswa Bertanya ... 176

Gambar 12 Siswa Melihat VideoMaster ... 177

Gambar 13 Siswa Membentuk Kelompok ... 177

Gambar 14 Siswa Membacakan Puisi ... 178

(22)

xxii

(23)

xxiii

(24)

xxiv

(25)

1

1.1Latar Belakang

Kompetensi dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia meliputi kemampuan berbahasa dan bersastra yang meliputi empat aspek keterampilan yaitu aspek mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Berkaitan dengan hal tersebut dalam KTSP, guru, dan sekolah diberi kesempatan untuk membuat kurikulum operasional yaitu guru memiliki kebebasan yang besar untuk mengubah atau membuat perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai. Kompetensi dapat diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, nilai atau sikap yang mendasari seseorang dalam berbuat atau berperilaku.

(26)

bentuk suka atau senang membaca semua jenis karya sastra berupa membaca cerpen, novel, drama, dan puisi.

Pembelajaran sastra pada dasarnya mengemban misi afektif, yaitu memperkaya pengalaman siswa dan menjadikannya (lebih) tanggap terhadap peristiwa-peristiwa di sekelilingnya. Tujuan akhirnya adalah menanam, menumbuhkan, dan mengembangkan kepekaan terhadap masalah-masalah manusiawi, pengenalan, dan rasa hormatnya terhadap tata nilai, baik dalam konteks individual, maupun sosial (Sumardi 1992:196).

Salah satu pembelajaran sastra di sekolah adalah kompetensi membacakan puisi. Puisi merupakan karya sastra yang berbeda dari karya sastra yang lain. Puisi memiliki kekhususan baik ditinjau dari segi bahasa, pilihan kata, dan keindahan dalam setiap baris. Puisi juga memiliki rima dan irama yang sangat indah ketika puisi itu dibacakan. Salah satu cara untuk memahami karya sastra puisi adalah dengan meningkatkan kemampuan pembacaan. Guru dalam mengajarkan sastra di sekolah mempunyai peranan aktif dalam membimbing anak didiknya mencintai sastra termasuk puisi. Seorang guru harus mampu membacakan puisi sebagai contoh konkret agar siswa mampu memahami teknik-teknik dalam membacakan puisi.

(27)

kemampuan bersastra dan melakukan optimalisasi dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode, teknik, dan media yang tepat agar memenuhi standar kompetensi dan kompetensi dasar.

Pembelajaran membacakan puisi di kelas VIIA SMP Atthohiriyyah Semarang sudah diajarkan dengan baik, akan tetapi ternyata hasilnya masih kurang memuaskan, siswa masih kurang memahami cara membacakan puisi dengan baik dan benar sesuai dengan aspek-aspek yang ada di dalam pembacaan puisi, hal ini disebabkan guru masih kurang maksimal dalam menggunakan metode dan media pembelajaran. Dalam kenyataannya, guru tidak mempraktikkan di depan kelas bagaimana teknik-teknik yang digunakan dalam membacakan puisi dan tidak memberi contoh yang nyata kepada siswa tentang bagaimana cara membacakan puisi yang benar. Sehingga siswa kurang memahami cara membacakan puisi.

(28)

sebagai contoh konkret untuk siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. Media yang digunakan dapat melalui media audio visual.

Berdasarkan hasil observasi di kelas VIIA SMP Atthohiriyyah Semarang, masih terdapat berbagai permasalahan dalam pembelajaran membacakan puisi di sekolah. Berbagai permasalah yang dihadapi siswa yaitu (1) siswa masih belum maksimal dalam memahami materi yang diberikan oleh guru, (2) siswa masih belum percaya diri dalam membacakan puisi di depan kelas, (3) siswa masih kurang memperhatikan dan menyimak materi yang diberikan oleh guru di depan kelas karena proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dianggap membosankan, (4) kurangnya sarana dan prasarana dalam pembelajaran sastra di sekolah, (5) kurangnya buku penunjang atau sumber pembelajaran yang relevan, sehingga siswa kurang mampu mengembangkan pengetahuannya terhadap karya sastra khususnya membacakan puisi, (6) guru kurang memanfaatkan media yang ada di sekolah, (7) siswa kurang mendapat pengalaman secara langsung dalam pembelajaran membacakan puisi, (8) siswa belum optimal dalam membacakan puisi, siswa masih belum menguasai aspek-aspek dalam membacakan puisi, terutama aspek-aspek penghayatan, dan (9) siswa masih mementingkan hasil daripada proses, jadi siswa kurang memperhatikan aspek-aspek dalam membacakan puisi, yang terpenting bagi siswa adalah mendapatkan nilai dari guru.

(29)

penampilan. Ketiga aspek tersebut sama-sama memiliki peranan yang penting, aspek penghayatan adalah aspek yang sangat penting dalam membacakan puisi, akan tetapi dari 39 siswa kelas VIIA lebih dari 70% siswa masih belum mampu menguasai aspek penghayatan. Nilai rata-rata kelas hanya 59,1 sedangkan standar ketuntasan minimal nilai bahasa Indonesia adalah 65. Jadi, masih banyak siswa yang nilainya di bawah rata-rata dan di bawah standar ketuntasan minimal nilai bahasa Indonesia. Hal ini disebabkan menghayati puisi sama halnya dengan menyatukan jiwa puisi dan memahami makna yang terkadung di dalam puisi serta suasana puisi itu sendiri. Siswa belum mampu dan belum maksimal menghayati makna yang terkandung di dalam puisi yang sedang dibacakannya, sehingga dalam membacakan puisi terkesan datar dan kurang menjiwai makna yang terkandung dalam puisi yang dibacakannya.

(30)

Dari beberapa permasalahan yang dihadapi oleh siswa dalam membacakan puisi, terutama dalam aspek penghayatan, maka diperlukan suatu solusi untuk memecahkan permasalahan tersebut. Peneliti memilih metode

Copy The Master sebagai solusi permasalahan yang dihadapi oleh siswa. Dengan metode ini diharapkan siswa mampu menghayati dan menjiwai makna dari puisi yang dibacakannya secara optimal karena metode Copy The Master

adalah suatu metode yang digunakan untuk meniru atau mencontoh teknik dan cara yang digunakan oleh master ketika membacakan puisi. Jadi, siswa dapat melihat dan mencontoh teknik penghayatan dari master yang dihadirkan oleh guru, selain itu dengan metode tersebut diharapkan mampu memotivasi siswa dalam membacakan puisi.

Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media audio visual. Alasan digunakannya media audio visual untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran membacakan puisi disebabkan media audio visual ini lebih efektif digunakan daripada menampilkan model secara langsung. Penggunaan media audio visual ini juga praktis dan memudahkan guru dalam proses pembelajaran sehingga guru tidak perlu memberikan contoh membacakan puisi di depan kelas dan guru tidak perlu menghadirkan master

(31)

membacakan puisi secara konkret dan mampu mendengarkan suara dari

master. Media audio visual ini juga dapat ditampilkan secara berulang-ulang bila siswa belum memahami aspek-aspek dalam membacakan puisi. Dengan metode Copy The Master melalui media audio visual ini, diharapkan siswa mampu membacakan puisi sesuai dengan aspek-aspek pembacaan puisi, mampu menghayati makna yang terkandung di dalam puisi, mampu memenuhi standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditentukan, dan mampu memecahkan permasalahan dalam pembelajaran membacakan puisi.

Berdasarkan latar belakang di atas, perlu dilakukan penelitian keterampilan membacakan puisi siswa di kelas VIIA SMP Atthohiriyyah Semarang dengan metode Copy The Master melalui media audio visual yang diharapkan mampu meningkatkan nilai siswa dalam membacakan puisi terutama pada aspek penghayatan.

1.2Identifikasi Masalah

(32)

Cara mengajar guru yang kurang inovatif dan kreatif, mengakibatkan siswa kurang memahami materi membacakan puisi. Guru masih menggunakan metode ceramah dalam mengajarkan membacakan puisi sehingga siswa belum memahami teknik-teknik membacakan puisi. Ketika guru menjelaskan di depan kelas, tidak jarang siswa yang asyik berbicara sendiri dengan teman sebangkunya. Hal ini disebabkan guru kurang menggunakan metode yang bervariasi. Guru juga tidak memanfaatkan media semaksimal mungkin dalam pembelajaran membacakan puisi, dan guru juga tidak memberikan contoh atau model orang yang membacakan puisi di depan kelas. Jadi, siswa hanya mengetahui teorinya saja, tanpa mengetahui bagaimana cara praktik langsung dan teknik-teknik dalam pembacaan puisi. Dalam keterampilan membacakan puisi, media yang tepat untuk digunakan adalah media audio visual.

(33)

puisi, sehingga siswa masih bingung bagaimana cara membacakan puisi dengan ekspresi, irama, dan volume suara dengan penekanannya. (5) siswa kurang mendapat pengalaman secara langsung dalam pembelajaran membacakan puisi, dan (6) siswa masih mementingkan hasil daripada proses, jadi siswa kurang memperhatikan aspek-aspek dalam membacakan puisi, yang terpenting bagi siswa adalah mendapatkan nilai dari guru.

Faktor eksternal yang menyebabkan kurangnya nilai siswa pada keterampilan membacakan puisi adalah (1) metode dan teknik yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran membacakan puisi kurang variatif dan membosankan karena metode yang digunakan sangat monoton, (2) kurangnya latihan membacakan puisi yang diberikan oleh guru, (3) sedikitnya waktu dalam pembelajaran sastra terutama membacakan puisi sehingga membatasi kreatifitas siswa, (4) kurangnya model yang membacakan puisi yang ditujukkan oleh guru kepada siswa, sehingga siswa hanya mempelajari buku panduan dan tidak melihat secara langsung pembacaan puisi yang dibacakan oleh model, dan (5) guru tidak menggunakan media yang ada di sekolah.

(34)

1.3Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian identifikasi masalah di atas, permasalahan dalam pembelajaran membacakan puisi sangat banyak, akan tetapi yang diteliti oleh penulis adalah permasalahan membacakan puisi dari aspek motivasi dan ekspresi yaitu teknik penghayatan, vokal, dan penampilan, terutama pada aspek penghayatan. Permasalahan tersebut akan diatasi dengan metode Copy The Master Melalui Media Audio Visual.

1.4Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peningkatan keterampilan membacakan puisi siswa kelas VIIA SMP Atthohiriyyah Semarang setelah dilakukan pembelajaran dengan metode Copy The Master melalui media audio visual?

2. Bagaimanakah perubahan perilaku siswa kelas VIIA SMP Atthohiriyyah Semarang dalam mengikuti pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio visual?

1.5Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsi peningkatan keterampilan membacakan puisi siswa kelas VIIA SMP Atthohiriyyah Semarang dengan metode Copy The Master

(35)

2. Mendeskripsi perubahan perilaku siswa kelas VIIA SMP Atthohiriyyah Semarang dalam mengikuti pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Master melalui media audio visual.

1.6Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dua manfaat, baik secara teoretis maupun secara praktis.

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk menambah khasanah penelitian dalam aspek keterampilan membacakan puisi di SMP Atthohiriyyah Semarang, sehingga dapat meningkatkan mutu kualitas pendidikan di sekolah tersebut agar lebih baik dari yang sebelumnya. Selain itu, penelitian ini juga bermanfaat untuk memberikan alternatif bagi guru untuk menggunakan metode

(36)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru, penelitian ini dapat memberikan alternatif untuk memperbaiki kinerja dalam pembelajaran membacakan puisi dengan metode Copy The Master dan memanfaatkan media audio visual. Penggunaan metode dan media ini, dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membacakan puisi, karena dengan metode Copy The Master siswa dihadirkan

master yang membacakan puisi dari master yang sudah ahli baik dari sastrawan, guru itu sendiri, atau dari siswa yang sering memenangkan perlombaan puisi. Master tersebut ditampilkan oleh guru melalui media audio visual sehingga semua siswa dapat melihat dan mendengar secara langsung pembacaan puisi tersebut, sehingga siswa tidak merasa bosan dan termotivasi dalam pembelajaran membacakan puisi.

(37)

secara langsung contoh pembacaan puisi dari master yang sudah ahli dalam membacakan puisi.

(38)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS

2.1Kajian Pustaka

Penelitian tentang peningkatan keterampilan membaca aspek berbahasa sudah banyak dilakukan. Namun, penelitian mengenai keterampilan aspek bersastra terutama keterampilan membacakan puisi masih sedikit. Meskipun demikian, ada beberapa hasil penelitian yang relevan dan dapat memberikan manfaat dan informasi bagi peneliti. Dari hasil penelitian tentang membacakan puisi sudah banyak manfaat yang dapat menunjang keberhasilan dalam pembelajaran membacakan puisi. Beberapa hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan topik penelitian ini yaitu peningkatan keterampilan membacakan puisi dan metode yang digunakan, dapat dijadikan sebagai kajian pustaka dalam penelitian ini. Penelitian tersebut sudah dilakukan oleh Rosenblum, dkk. (2000), Snowden, dkk. (2003), Widiastuti (2007), Nurmala (2008), Aminanto (2008), Rokhanawati (2008), Hati (2009), dan Ismail (2009). Penelitian Rosenblum, dkk. (2000) yang berjudul Face and Mouth Inversion Effects On Visual and Audio Visual Speech Perception mengkaji tentang kinerja pidato dengan konteks wajah tegak dengan mulut tegak dan wajah terbalik dengan mulut tegak serta efek mulut dalam persepsi pidato visual dan audio visual. Mendengarkan pidato dengan cara visual dan audio visual dapat menyampaikan informasi kepada pendengar, pendengar mampu memahami pembicaraan dari pidato secara visual dan audio visual. Ada bukti

(39)

bahwa persepsi ujaran visual merupakan komponen penting dari pidato umum proses persepsi. Hasil dari penelitian ini yaitu dalam mendengarkan pidato, pendengar akan lebih mudah memahami informasi dalam pidato melalui media visual dan audio visual dengan wajah tegak dengan mulut tegak lurus yang dianggap relatif normal.

Relevansi penelitian yang diangkat oleh peneliti dengan penelitian di atas adalah sama-sama menggunakan media audio visual yang digunakan untuk memperjelas pemahaman pendengar dalam menyampaikan informasi. Media audio visual terdiri atas unsur gambar dan suara, sehingga penonton dapat melihat dan mendengarkan informasi yang disampaikan oleh penutur. Subjek penelitian di atas berbeda dengan subjek penelitian yang diangkat oleh peneliti. Subjek penelitian di atas adalah menyampaikan pidato, sedangkan subjek penelitian peneliti yaitu membacakan puisi.

Penelitian Snowden, dkk. (2003) yang berjudul The Teacher Directed Shared Reading Experience: A Strategy for Literacy Instructional

(40)

peningkatan siswa dalam membaca dan mencapai hasil yang diinginkan yaitu mampu memahami bacaan.

Relevansi penelitian yang diangkat oleh peneliti dengan penelitian di atas adalah sama-sama mengkaji tentang membaca (dalam konteks membaca puisi). Dalam penelitian di atas, menjelaskan bahwa membaca untuk menemukan informasi membutuhkan strategi dalam memahami bacaan. Hal ini sama halnya dengan membacakan puisi, membacakan puisi juga membutuhkan strategi agar pendengar mampu memahami makna dari puisi yang pembaca bacakan.

Penelitian Widiastuti (2007) yang berjudul Peningkatan Keterampilan Membacakan Puisi Siswa Kelas XB SMA Negeri 1 Bawang

Kabupaten Banjarnegara Tahun Ajaran 2007/2008 dengan Teknik Latihan

(41)

termasuk dalam kategori baik. Peningkatan yang terjadi dari hasil tes membacakan puisi prasiklus sampai siklus II sebesar 30,43 atau 38%.

Relevansi penelitian di atas dengan penelitian yang diangkat oleh peneliti memiliki kesamaan yaitu pada subjek penelitian keterampilan membacakan puisi. sedangkan teknik yang digunakan dan objek penelitiannya berbeda. Dalam penelitian di atas, objek penelitiannya adalah siswa SMA kelas X, sedangkan objek penelitian yang peneliti lakukan adalah pada siswa kelas VII SMP. Jadi topik yang peneliti angkat merupakan pengembangan dari penelitian keterampilan membacakan puisi dengan metode Copy The Master, selain menggunakan teknik dan pendekatan seperti yang terdapat dalam penelitian di atas.

Penelitian Nurmala (2008) yang berjudul Peningkatan Keterampilan Membacakan puisi Melalui Teknik Pemodelan dengan Menggunakan Media

(42)

% yang termasuk dalam kategori baik, ada 17 siswa yang termasuk dalam kategori cukup yaitu 52,3%, sedangkan siswa yang memiliki kategori kurang adalah 14 siswa atau 39,3%. Dalam siklus I nilai rata-rata kelas dalam membacakan puisi adalah 56,2% atau kategori cukup. Pada siklus II, nilai rata-rata kelas mengalami peningkatan sebesar 1,6% dari 56,2% pada tes siklus I menjadi 57,8 pada tes siklus II. Jadi hasil nilai rata-rata kelas pada siklus I sebesar 56,2 atau pada kategori cukup. Hasil nilai rata-rata pada kelas pada siklus II sebesar 57,8 atau kategori cukup. Selisih rata-rata antara siklus I dan siklus II sebanyak 1,6. Jadi nilai membacakan puisi siswa meningkat tiap siklusnya.

Relevansi penelitian yang diangkat oleh peneliti dengan penelitian di atas adalah sama-sama menggunakan media VCD atau media audio visual dalam membacakan puisi. Hal ini dimaksudkan agar siswa mengetahui secara konkret bagaimana pembacaan puisi karena media audio visual dapat melihat gambar dan suara dari orang yang membacakan puisi. Objek penelitian yang peneliti kaji berbeda dengan penelitian di atas. Jadi penulis ingin mengembangkan media ini dengan subjek yang berbeda yaitu pada siswa kelas VII SMP tidak hanya digunakan pada siswa kelas X SMA saja.

Penelitian Aminanto (2008) dengan judul Peningkatan Keterampilan Membacakan puisi dengan Teknik Latihan Terbimbing dan Media Reading

(43)

terbimbing dan media Reading Box mengalami peningkatan. Penilaian berdasarkan pada penguasaan penghayatan. Hasil analisis data dari tes siklus I dan tes siklus II mengalami peningkatan. Pada pembelajaran membacakan puisi siklus I mencapai nilai rata-rata 68,9 dan pada siklus II meningkat menjadi 76,3 dan termasuk dalam kaegori baik. Pada siklus I dan siklus II terjadi peningkatan sebesar 10,7%.

Relevansi penelitian yang diangkat oleh peneliti dengan penelitian di atas yaitu memiliki objek dan subjek penelitian yang sama. Subjek penelitiannya sama-sama keterampilan membacakan puisi dan objeknya adalah siswa kelas VII SMP, sehingga penelitian di atas dapat dijadikan kajian pustaka dalam penelitian ini, karena objek dan subjek kajiannya sama. Penelitian yang diangkat oleh peneliti merupakan pengembangan dari penelitian di atas berupa penggunaan metode dan media dalam proses pembelajaran membacakan puisi.

Penelitian Rokhanawati (2008) dengan judul Peningkatan Keterampilan Menulis Poster dengan Metode Copy The Master pada Siswa

Kelas VIIIA MTs. Al Hidayah Banjarharjo, Kabupaten Brebes. Penelitian tersebut memang bukan penelitian dalam aspek keterampilan membacakan puisi akan tetapi aspek keterampilan menulis poster. Akan tetapi penelitian ini dapat dijadikan kajian pustaka yang relefan karena metode yang digunakan sama dengan metode yang akan digunakan oleh peneliti, yaitu sama-sama dengan menggunakan metode Copy The Master. Dengan menggunakan metode

(44)

ini dapat dilihat dari hasil prasiklus, siklus I, dan siklus II yang semakin meningkat. Hasil tes prasiklus menunjukkan rata-rata skor sebesar 60,6, siklus II menunjukkan rata skor sebanyak 65,06. Sedangkan pada siklus II rata-rata skornya mencapai 73,1. Hal ini berarti terjadi peningkatan dari prasiklus ke siklus I sebesar 4,46 dan dari siklus I ke siklus II, yaitu sebesar 8,04. Dengan demikian terjadi peningkatan tiap siklusnya dengan pembelajaran menggunakan metode Copy The Master.

Relevansi penelitian yang diangkat oleh peneliti dengan penelitian di atas menggunakan metode yang sama, yaitu sama-sama menggunakan metode

Copy The Master. Perbedaan pada penelitian ini, pada penelitian di atas, metode Copy The Master digunakan untuk aspek keterampilan menulis poster. Akan tetapi metode tersebut dijadikan penulis untuk mengembangkan subjek penelitiannya. Metode yang biasanya digunakan untuk aspek menulis kemudian diadopsi menjadi keterampilan membacakan puisi. Selain itu objek kajian penelitian juga sama-sama siswa kelas VII SMP.

Penelitian Hati (2009) dengan judul Peningkatan Keterampilan Membacakan Puisi dengan Teknik Jangkar Emosi dan Media VCD pada Siswa

(45)

pemenggalan 66,87, aspek mimik 70, aspek lafal 78,75, aspek nada 63,12, aspek tekanan 68,75, aspek intonasi 75, aspek jeda 67,5, aspek gesture 61,25, aspek penguasaan panggung 64,06. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keterampilan membacakan puisi pada siklus I termasuk dalam kategori cukup. Pada siklus II menunjukkan nilai rata-rata siswa dalam tiap aspek yaitu dalam aspek pemenggalan 75,62, aspek mimik 79,37, aspek lafal 84,37, aspek nada 78,12, aspek tekanan 79,37, aspek intonasi 82,5 aspek jeda 76,25, aspek gesture 74,37 dan aspek penguasaan panggung 73,75. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keterampilan membacakan puisi pada siklus II terbukti dalam kategori baik. Hasil rata-rata pada siklus sebesar 67,4 dengan kategori cukup. Hasil rata-rata siklus II adalah 77,93 dengan kategori baik. Peningkatan rata-rata pada siklus I dan siklus II adalah 10,53 atau sebesar 15% dari rata-rata siklus I.

Relevansi penelitian yang diangkat oleh peneliti dengan penelitian di atas yaitu memiliki subjek penelitian yang sama, yaitu sama-sama meneliti tentang keterampilan membacakan puisi dengan media VCD. Media VCD sama halnya dengan media audio visual. Jadi topik yang peneliti angkat merupakan pengembangan dari teknik yang digunkan dalam membacakan puisi. Selain menggunakan teknik, untuk meningkatkan keterampilan membacakan puisi juga dapat menggunakan metode agar pembelajaran puisi mencapai hasil yang maksimal.

(46)

Audio Visual Siswa Kelas VII SMP Islam Al Irsyad Kota Semarang

menyimpulkan bahwa ada peningkatan kemampuan siswa dalam membacakan puisi melalui pembelajaran membacakan puisi dengan metode latihan berjenjang menggunakan media audio visual dan terjadi perubahan perilaku siswa ke arah positif. Nilai rata-rata kelas membacakan puisi yang dicapai pada siklus I yaitu 65,7 dengan kata lain masuk kategori cukup. Pada siklus II meningkat sebesar 6,5% dengan nilai rata-rata kelas 73,4 atau dengan kata lain masuk kategori baik. Dengan kata lain peningkatan yang terjadi pada siklus I sampai siklus II adalah sebesar 7,7 atau 6,5%.

Relevansi penelitian yang diangkat oleh peneliti dengan penelitian di atas yaitu menggunakan media yang sama yaitu media audio visual dan objek penelitian yang sama yaitu siswa kelas VII SMP. Akan tetapi peneliti menggunakan media yang berbeda dengan metode penelitian di atas. Metode penelitian di atas menggunakan metode penelitian berjenjang, sedangkan metode dalam penelitian ini menggunakan metode Copy The Master. Jadi metode yang digunakan oleh peneliti merupakan pengembangan dari metode penelitian di atas.

(47)

diteliti. Metode Copy The Master hanya digunakan untuk aspek menulis poster. Peneliti ingin mencoba menggunakan metode Copy The Master dalam pembelajaran membacakan puisi dengan media audio visual. Penelitian ini dilakukan dengan harapan penelitian ini dapat melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya dan merupakan pengembangan dari metode yang sudah diteliti seperti yang telah dipaparkan di atas.

2.2Landasan Teoretis

Landasan teoretis adalah teori-teori yang relevan dan digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teoretis juga berfungsi sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang yang diajukan oleh peneliti, serta dapat membantu penyusunan dalam instrumen penelitian.

Landasan teoretis yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) hakikat membaca, (2) hakikat puisi, (3) hakikat membacakan puisi, (4) metode Copy The Master, dan (5) media audio visual.

2.2.1 Hakikat Membaca

(48)

2.2.1.1Pengertian Membaca

Aminuddin (2004:15) menjelaskan bahwa upaya pemahaman unsur-unsur dalam bacaan sastra tidak dapat dilepas dari masalah membaca. Sebab itu sebelum melaksanakan kegiatan apresiasi dalam rangka usaha memahami unsur-unsur intrinsik dalam teks sastra, masalah membaca sedikit banyak harus dipahami oleh para calon apresiator. Istilah membaca dapat mencakup pengertian yang luas sekali. Hal itu terjadi karena membaca dapat dibedakan dalam berbagai ragam sesuai dengan (1) tujuan, (2) proses kegitan, (3) objek bacaan, dan (4) media yang digunakan.

Aminuddin (2004:15) memaparkan beberapa rumusan pengertian membaca sebagai berikut:

a. Membaca adalah mereaksi yaitu memberikan reaksi karena dalam seseorang terlebih dahulu melaksanakan pengamatan terhadap huruf sebagai representasi bunyi ujaran maupun tanda penulisan lainnya. b. Membaca adalah proses yang pada dasarnya adalah kegiatan yang cukup

kompleks. Disebut kompleks karena membaca melibatkan berbagai aspek, baik fisik, mental, bekal pengalaman dan pengetahuan maupun aktivitas berpikir dan merasa.

c. Membaca adalah pemecahan kode dan penerimaan pesan.

(49)

Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang termasuk di dalam retorika seperti keterampilan berbahasa yang lainnya (berbicara dan menulis) (Haryadi 2007:4). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, membaca adalah melihat serta memahami dari apa yang tertulis, melafalkan tulisan (Depdiknas 2007:98).

Membaca merupakan suatu aktivitas yang sangat jamak dilakukan bagi siapa pun, di mana pun, dan kapan pun berikut dengan objek yang sangat beraneka ragam. Aktivitas membaca sebenarnya bisa dikatakan gampang-gampang susah, yakni sesungguhnya bergantung pada kondisi dan situasi baik yang datang dari si pembaca itu sendiri, bahan bacaan, maupun dari lingkungan tempat aktivitas itu berlangsung (Nuriadi 2008:1).

Berdasarkan definisi pengertian membaca oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan suatu aktivitas melihat lambang-lambang tulisan dalam bentuk rangkaian huruf, kata, kalimat, dan paragraf untuk memperoleh infomasi, proses penerimaan pesan dari penulis dan pembaca, dan suatu proses memahami makna dalam kata atau kalimat-kalimat dalam bacaan tersebut.

2.2.1.2Tujuan Membaca

(50)

1. Untuk mendapatkan penyempurnaan penguasaan segala hal yang berkait dengan teknik membaca, sehingga anak dapat membaca dengan tepat dan cepat.

2. Untuk mendapatkan penyempurnaan pemahaman isi buku-buku, majalah, surat kabar, brosur, dan media massa lainnya.

3. Untuk mendapatkan penambahan perbendaharaan kata sehingga anak mampu berbahasa tingkat lanjut, baik reseptif maupun aktif-produktif.

4. Untuk mendapatkan penumbuhan kesadaran akan kepentingan membaca sebagai sarana mendapatkan informasi untuk memperluas perbendaharaan pengetahuannya, sehingga minat anak untuk selalu membaca akan tumbuh secara teratur.

5. Untuk mendapatkan penumbuhan sikap suka mencari kesenangan, kenikmatan, kepuasan batin dari bacaan, sehingga anak dapat memahami dan menghayati karya sastra.

(51)

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan yang paling utama dalam proses membaca adalah untuk memperoleh informasi dari sumber tertulis. Informasi ini diperoleh dari proses pemahaman makna tiap rangkaian kata dan kalimat.

2.2.1.3Ragam Membaca

Aminuddin (2004:17-21) mendefinisikan tujuh ragam membaca yang secara keseluruhan meliputi:

1. Membaca dalam hati adalah kegiatan membaca yang berusaha memahami keseluruhan isi bacaan secara mendalam sambil menghubungkan isi bacaan itu dengan pengalaman maupun pengetahuan yang dimiliki pembaca tanpa diikuti gerak lisan maupun suara.

2. Membaca cepat adalah ragam membaca yang dilaksanakan dalam waktu yang relatif singkat dan cepat untuk memahami isi bacaan secara garis besar saja.

3. Membaca teknik adalah membaca yang dilaksanakan secara bersuara sesuai dengan aksentuasi, intonasi, dan irama yang benar selaras dengan gagasan serta suasana penuturan dalam teks yang dibaca.

(52)

5. Membaca estetis adalah kegiatan membaca yang dilatarbelakangi tujuan menikmati serta menghargai unsur-unsur keindahan yang terpapar dalam suatu teks sastra.

6. Membaca kritis adalah kegiatan membaca dengan menggunakan pikiran dan perasaan secara kritis untuk menemukan dan mengembangkan suatu konsep dengan jalan membandingkan isi teks sastra yang dibaca dengan pengetahuan, pengalaman serta realitas lain yang diketahui pembaca untuk memberikan identifikasi, perbandingan, penyimpulan, dan penilaian.

7. Membaca kreatif adalah kegiatan membaca yang dilatari tujuan menerapkan perolehan pemahaman dari pembaca untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang bersifat aplikatif.

Selanjutnya, Aminuddin (2004:21) juga meninjau ragam membaca dari cara yang digunakan, membaca dapat dibedakan antara membaca secara

(53)

Dari beberapa definisi ragam membaca di atas, dapat disimpulkan bahwa membacakan puisi termasuk ke dalam membaca estetis atau membaca indah.

2.2.1.4Membaca Indah (Estetis)

Suyitno (1985:36) mengemukakan bahwa membaca indah sama halnya dengan membaca emosional yang bertujuan untuk menikmati keindahan, memberikan kepuasan perasaan dan juga melatih pembentukan fantasi terhadap pembaca. Contoh dari membaca indah yaitu ketika pembacaan puisi.

Membacakan puisi merupakan kegiatan membaca indah. Untuk itu, pembaca harus memperhatikan empat hal: lafal, tekanan, intonasi, dan jeda. Tujuannya agar isi puisi dapat terekspresikan dengan jelas sehingga pendengar bisa memahami maksud penyairnya dengan baik (Kosasih 2008:47).

Aminuddin (2004:20) mengemukakan bahwa dari berbagai ragam membaca di atas, yang memiliki kaitan utama dengan kegiatan mengapresiasi karya sastra khususnya membacakan puisi, adalah ragam membaca estetis atau membaca indah. Membaca estetis adalah kegiatan membaca yang dilatarbelakangi tujuan menikmati serta menghargai unsur-unsur keindahan yang terpapar dalam suatu teks sastra. Agar pembaca mampu menghayati dan mampu mengapresiasikan puisi, terlebih dahulu pembaca harus memahami isi serta suasana puisi yang dibacakannya.

(54)

bentuk keterampilan berbahasa, membaca merupakan suatu keterampilan yang perlu dilatih dan mampu memahami maksud penulis dengan cepat, efektif, dan efisien. Contoh membaca indah adalah membacakan puisi, agar membacakan puisi terlihat indah dan dapat menyampaikan makna puisi maka pembaca perlu memperhatikan teknik-teknik dalam membacakan puisi.

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca puisi termasuk ke dalam membaca estetis atau membaca indah karena membaca estetis merupakan kegiatan membaca yang bertujuan untuk memahami dan mengapresiasikan makna dari puisi yang dibacanya.

2.2.2 Hakikat Puisi

Hakikat puisi merupakan suatu inti sari atau suatu penjelasan teori tentang puisi dari berbagai sumber yang relevan dan sesuai dengan variabel-variabel penelitian. Landasan teoretis tentang hakikat puisi yaitu (1) pengertian puisi dan (2) unsur-unsur puisi.

2.2.2.1Pengertian Puisi

Sampai sekarang belum ada batasan yang tepat tentang pengertian puisi. Namun beberapa definisi telah dikemukakan oleh para ahli tentang pengertian puisi. Secara umum pengertian puisi adalah sebuah deretan kata-kata indah yang diciptakan sesuai dengan perasaan pengaranganya.

(55)

terkandung dalam puisi disusun dari peristiwa yang telah diberi makna dan ditafsirkan secara estetik. Kekhasan susunan bahasa dan susunan peristiwa itu diharapkan dapat menggugah rasa terharu pembaca. Puisi sebagai jenis sastra memiliki susunan bahasa yang relatif lebih padat dibandingkan dengan prosa. Pemilihan kata atau diksi dalam cipta puisi dapat dikatakan sangat ketat.

Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poeima

‗membuat‘ atau poeisis‗pembuatan‘, dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau

poetry. Puisi diartikan ‗membuat‘ dan ‗pembuatan‘ karena lewat puisi pada

dasarnya seorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri, yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah Aminudin (2004:134).

Menurut Hudson dalam Aminudin (2004:134) mengungkapkan bahwa puisi adalah salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti halnya lukisan untuk menggunakan garis dan warna untuk menggambarkan gagasan pelukisnya.

Tarigan dalam Djojosuroto (2005:10) mengatakan bahwa kata puisi berasal dari bahasa Yunani ―poesis‖ yang berarti penciptaan. Dalam bahasa

Inggris puisi disebut poetry yang berarti puisi, poet berarti penyair, poem berarti syair, sajak. Arti yang semacam ini lama kelamaan dipersempit ruang lingkupnya menjadi ―hasil seni sastra yang kata-katanya diusun menurut syarat-syarat

(56)

Djojosuroto (2005:9) mendefinisikan bahwa puisi adalah suatu sistem penulisan yang margin kanan dan penggantian barisnya ditentukan secara internasional oleh suatu mekanisme yang terdapat dalam baris itu sendiri. Aspek penting dari puisi terlihat dalam etimologi kata puisi itu sendiri. Puisi atau (verse)

berasal dari bahasa Latin Versus yang berasal dari kata kerja verso,versare, yang berarti to turn (mengadap). Dalam bahasa Inggris verse mengacu pada pengaturan baris demi baris yang disengaja yang membedakannya dari prosa (Wallace dalam Djojosuroto 2005:9-10).

Beberapa pendapat dari ahli mencoba mendefinisikan definisi batasan puisi yang terangkum dalam buku Pradopo (2009:5-7) sebagai berikut:

1. Wirjosoedarmo mendefinisikan bahwa puisi itu karangan yang terikat oleh (a) banyak baris dalam tiap bait (kuplet/strofa, suku karangan); (b) banyak kata dalam tiap baris; (c) banyak suku kata dalam tiap baris; (d) rima; (e) irama.

2. Altenbernd mendefinisikan puisi adalah pendramaan pengalaman yang bersifat penafsiran (menafsirkan) dalam bahasa berirama (bermetrum). 3. Samuel Taylor Coleridge mendefinisikan puisi itu adalah kata-kata yang

terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan unsur yang lain sangat erat hubungannya, dan sebagainya.

(57)

seperti musik dalam puisinya, kata-kata disusun begitu rupa hingga yang menonjol adalah rangkaian bunyinya yang merdu seperti musik, yaitu dengan mempergunakan orkestra bunyi.

5. Wordsworth mempunyai gagasan bahwa puisi adalah pernyataan yang imajinatif, yaitu perasaan yang direkakan atau diangankan.

6. Audien mendefinisikan bahwa puisi itu lebih merupakan pernyataan perasaan yang bercampur-baur.

7. Dunton berpendapat bahwa puisi itu merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama. Disini misalnya dengan kiasan, dengan citra-citra, dan disusun secara artistik (misalnya selaras, simetris, memilih kata-katanya tepat, dan lain sebagainya) dan bahasanya penuh perasaan serta berirama seperti musik (pergantian bunyi kata-katanya berturut-turut secara teratur).

8. Shelley mendefinisikan bahwa puisi adalah rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup pembaca.

(58)

Dari berbagai pendapat sastrawan di atas tentang definisi pengertian puisi, dapat disimpulkan bahwa puisi merupakan ungkapan perasaan atau curahan hati pengarang, baik dalam keadaan sedih maupun gembira, baik pengalaman pribadi pegarang atau pengalaman orang lain mengenai sesuatu yang dirasakan, dilihat, atau dipikirkannya dan merupakan ekspresi dari pengalaman imajinatif manusia disampaikan melalui tulisan rangkaian kata-kata indah dan padat yang mengandung makna, rima, dan irama yang disusun sedemikian rupa oleh pengarangnya.

2.2.2.2Unsur-unsur Puisi

Waluyo (1991:71) mendefinisikan bahwa unsur-unsur bentuk atau struktur fisik puisi, yaitu unsur estetik yang membangun struktur luar dari puisi. Unsur-unsur itu adalah (1) diksi, (2) pengimajian, (3) kata konkret, (4) bahasa figuratif (majas), (5) versifikasi, dan (6) tata wajah.

Menurut Aminuddin (2004:136) bangun struktur puisi adalah unsur pembentuk puisi yang dapat diamati secara visual. Unsur tersebut meliputi (1) bunyi, (2) kata, (3) larik atau baris, (4) bait, dan (5) tipografi. Bangun struktur tersebut sebagai salah satu unsur yang dapat diamati secara visual karena dalam puisi juga terdapat unsur-unsur yang hanya dapat ditangkap lewat kepekaan batin dan daya kritis pikiran pembaca.

(59)

Djojosuroto (2005:15) juga mendefinisikan unsur puisi yang terdiri atas struktur fisik dan struktur batin puisi. Struktur fisik terdiri atas diksi, gaya bahasa, dan bunyi. Sedangkan struktur batin terdiri atas tema, nada, perasaan, dan amanat.

1. Tema

Waluyo (2003:17) mengemukakan bahwa tema adalah gagasan pokok (subject-matter) yang dikemukakan oleh penyair melalui puisinya. Tema mengacu pada penyair. Pembaca sedikit banyak harus mengetahui latar belakang penyair agar tidak tidak salah menafsirkan tema tersebut.

Tema adalah ide dasar dari suatu puisi yang menjadi inti dari keseluruhan makna dalam suatu puisi (Aminuddin 2004:151).

Seperti halnya karya sastra prosa, fungsi puisi juga merupakan media untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarangnya. Dengan demikian puisi pun mempunyai tema atau pokok permasalahan (Suharianto 2005:38).

Djojosuroto (2005:15) mendefinisikan tema adalah gagasan pokok yang dikemukakan penyair lewat puisinya. Tema puisi biasanya mengungkapkan persoalan manusia yang bersifat hakiki.

(60)

2. Diksi

Berdasarkan bentuk dan isi, kata dalam puisi dapat dibedakan antara (1) lambang, yaitu kata-kata itu mengandung makna seperti makna kamus atau makna leksikal, (2) ulterance atau indice yaitu kata-kata yang mengandung makna sesuai keberadaan dalam konteks pemakaian, (3) simbol, bila kata itu mengandung makna ganda (Aminuddin 2004:140).

Diksi yang dihasilkan oleh penyair memerlukan proses yang panjang. Penyair tidak menentukan sekali jadi diksi yang akan digunakan dalam puisi. Oleh sebab itu, seorang penyair menulis puisi menggunakan pilihan kata yang cermat dan sistematis untuk menghasilkan diksi yang cocok dengan suasana (Leech dalam Djojosuroto 2005:16).

Wiyanto (2005:34) mengemukakan bahwa diksi adalah pemilihan kata untuk menyampaikan gagasan secara tepat. Selain itu, diksi adalah kemampuan memilih kata denga cermat sehingga dapat membedakan secara tepat nuansa makna dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa.

(61)

3. Rima dan Irama

Waluyo (1991:90-94) mengemukakan bahwa rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau orkestra. Irama atau ritme sangat berhubungan dengan bunyi dan juga berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frasa, dan kalimat serta pemotongan frasa yang berulang-ulang.

Aminuddin (2004:137) mengemukakan pengertian rima adalah bunyi yang berselang atau berulang, baik di dalam larik puisi maupun pada akhir larik-larik puisi. Irama yaitu bunyi yang menimbulkan unsur musikalitas baik berupa alunan keras-lunak, tinggi-rendah, panjang-pendek, dan kaut lemah yang keseluruhannya mampu menimbulkan kemerduan.

Senada dengan Aminuddin, Suharianto (2005:45) juga mengemukakan pengertian rima adalah istilah lain untuk persajakan atau persamaan bunyi. Sedangkan irama yang disebut juga dengan ritme adalah tinggi-rendah, panjang-pendek, keras-lembut, atau cepat dan lambatnya kata atau baris-baris suatu puisi bila puisi tersebut dibaca.

(62)

4. Baris dan Bait

Aminuddin (2004:145) mengemukakan bahwa baris dalam puisi, pada dasarnya merupakan pewadah, penyatu, dan pengembang ide penyair yang diawali lewat kata. Bait adalah kesatuan larik yang berada dalam satu kelompok dalam rangka mendukung satu kesatuan pokok pikiran, terpisah dari kelompok larik (bait) lainnya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bait diartikan sebagai sajak dua baris (dalam karya sastra) sedangkan baris adalah deretan huruf pada tulisan atau cetakan (Depdiknas 2007:106-122).

5. Pengimajian

Ada hubungan erat antara diksi, pengimajian, dan kata konkret. Diksi yang dipilih harus menghasilkan pengimajian dan karena itu kata-kata menjadi lebih konkret seperti pembaca hayati melalui penglihatan, pendengaran, atau cita rasa. Pengimajian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan (Waluyo 1991:78).

(63)

6. Daya Bayang

Puisi harus mampu menjadikan sesuatu yang semula abstrak menjadi konkret karena dengan demikian, puisi menjadi lebih hidup di dalam khayal pembacaannya. Daya bayang yaitu kemampuan menciptkan citra atau bayangan dalam benak pembaca dalam suatu puisi (Suharianto 2005:40).

7. Tipografi

Waluyo (1991:97) mengemukakan bahwa kata-kata yang disusun mewujudkan larik yang panjang dan pendek yang membentuk suatu kesatuan padu. Pengganti larik panjang dan pendek sedemikian bervariasi secara harmonis sehingga menimbulkan ritma yang padu.

Aminuddin (2004:146) mengemukakan bahwa tipografi adalah cara penulisan suatu puisi sehingga menampilkan bentuk-bentuk tertentu yang dapat diamati secara visual.

8. Bahasa Figuratif (Majas)

Bahasa figuratif adalah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna. Kata atau bahasanya bermakna kias atau makna lambang (Waluyo 1991:83).

(64)

makna tambahan, (3) menambah intensitas dan menambah konkret sikap dan perasaan penyair, dan (4) agar makna yang diungkapkan lebih padat (Perine dalam Djojosuroto 2005:17).

9. Amanat

Waluyo (2003:40) mengemukakan bahwa amanat adalah pesan atau nasihat yang merupakan kesan yang ditangkap pembaca setelah membaca puisi. Cara menyimpulkan amanat puisi sangat berkaitan dengan cara pandang pembaca terhadap suatu hal.

Puisi mengandung pesan atau amanat, atau himbauan pada penyair kepada pembaca. Amanat dapat dibandingkan dengan kesimpulan tentang nilai atau kegunaan puisi itu bagi pembaca. Setiap individu memiliki penafsiran yang berbeda terhadap amanat yang disampaikan dalam puisi (Djojosuroto 2005:16).

Senada dengan Djojosuroto, Kosasih (2008:39) mendefinisikan bahwa amanat adalah yang hendak disampaikan oleh penyair dapat ditelaah setelah pembaca memahami tema, rasa, dan nadaa puisi. Tujuan amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya.

(65)

ingin disampaikan kepada pembaca, (2) diksi yaitu pilihan kata yang khas yang digunakan oleh penyair untuk membangun suasana puisi, (3) rima adalah persamaan bunyi dalam puisi, sedangkan irama yaitu unsur yang membentuk suatu musikalitas bunyi yang berfungsi untuk menghidupkan suasana puisi, (4) baris adalah suatu deret kata yang berbentuk frasa, kalimat, atau satu kata. Sedangkan bait adalah kumpulan baris atau larik yang tersusun secara harmonis yang membentuk suatu kesatuan makna dan suasana dalam puisi, (5) pengimajian adalah susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Pengimajian dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan seperti apa yang dialami penyair, (6) daya bayang adalah menciptakan situasi dalam benak pembaca dan menjadikan sesuatu yang abstrak menjadi konkret, (7) tipografi adalah tata wajah atau bentuk penulisan puisi yang dapat diamati secara visual, (8) majas adalah gaya bahasa yang berfungsi untuk menghidupkan atau meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu, dan (9) amanat adalah pesan yang disampaikan kepada pembaca melalui puisi.

2.2.3 Hakikat Membacakan Puisi

(66)

membacakan puisi, (3) langkah-langkah membacakan puisi, dan (4) teknik-teknik membacakan puisi.

2.2.3.1Pengertian Membacakan Puisi

Membaca puisi tentunya berbeda dengan membacakan puisi. Kedua istilah tersebut memiliki makna yang berbeda. Membacakan puisi dan membaca puisi memiliki tujuan yang sama yaitu untuk menikmati karya sastra yang disampaikan oleh penyair kepada pembaca puisi.

Wiyanto (2005:44) mengemukakan bahwa membaca puisi ada dua macam, yaitu membaca untuk diri sendiri dan membaca untuk orang lain. Membaca puisi untuk orang lain atau membacakan puisi pada dasarnya sama dengan mengkonkretkan puisi yang melibatkan puisi yang dibaca, pembacaan, dan pendengar.

Membaca puisi merupakan suatu kegiatan memahami dan menikmati makna suatu puisi yang disampaikan oleh pembaca untuk diri individu atau pembaca sendiri, bukan untuk orang lain atau audiens.

(67)

melainkan juga mengekspresikan perasaan dan jiwa yang ditangkap oleh pembaca dari puisi tersebut.

Kegiatan membacakan puisi dilakukan dengan dilihat oleh orang banyak (para hadirin), oleh karena itu, sebelum membacakan puisi harusnya seorang pembaca puisi mengetahui makna yang terkandung di dalam puisi tersebut agar orang yang mendengarkan, mengetahui makna dalam puisi tersebut.

Di dalam pembacaan puisi, pembaca dapat mengajarkan bagaimana cara mengatur suara sehingga diperoleh kesan tertentu dari keseluruhan penampilan pembaca itu baik, dari segi suaranya maupun dari segi ekspresi wajahnya. Semua itu didasari oleh penghayatannya terhadap puisi yang dibacanya (Ali 2001:11).

Membacakan puisi merupakan kegiatan membaca indah. Untuk itu, pembaca harus memperhatikan empat hal: lafal, tekanan, intonasi, dan jeda. Tujuannya agar isi puisi dapat terekspresikan dengan jelas sehingga pendengar bisa memahami maksud penyairnya dengan baik (Kosasih 2008:47).

Sebagai seni ―audio visual‖ membacakan puisi dituntut enak didengar dan enak dilihat. Agar enak didengar berarti ―semua yang dihasilkan oleh alat ucap‖ si

pembaca harus benar dan indah. Agar enak dilihat berarti ―semua gerak yang

dihasilkan oleh anggota tubuh‖ si pembaca puisi juga benar dan indah. Oleh karena itulah membacakan puisi tergolong ke dalam seni pertunjukan (Doyin, 2008:2-3).

Pada hakikatnya membacakan puisi merupakan upaya ―menyampaikan‖

(68)

dengan seberapa jauh apa yang dipikirkan atau apa yang dirasakan penulis puisi sampai kepada pendengar atau penonton (Doyin 2008:1).

Membacakan puisi pada dasarnya upaya penyampaian pesan dari penulis kepada pendengar. Sehingga dapat diibaratkan bahwa seorang pembaca puisi seperti jembatan penghubung, yaitu menghubungkan penulis puisi dengan penikmat puisi (Haryanto 2009:2).

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian membaca puisi dan membacakan puisi sangat berbeda. Perbedaan tersebut terletak pada cara penyampaiannya. Membaca puisi disampaikan oleh pembaca untuk pembaca itu sendiri dan menikmati sendiri puisi yang dibacakannya. Sedangkan membacakan puisi adalah suatu kegiatan apresiasi dari penyair yang disampaikan oleh pembaca puisi sebagai perantara dalam bentuk lisan untuk menyampaikan suatu pesan dan amanat yang terkandung dalam puisi dengan memperhatikan teknik vokal, penghayatan, dan penampilan.

2.2.3.2Unsur-unsur Membacakan Puisi

(69)

Penghayatan atas puisi yang dibaca merupakan unsur utama karena hakikat membacakan puisi adalah menyampaikan perasaan dan pikiran penyair. Dalam praktiknya, pengahayatan tersebut akan menemukan intonasi, irama, jeda, gerak-gerik anggota tubuh, dan mimik (Suharianto 1981:53). Dengan demikian, penghayatan atas puisi yang dibaca akan menentukan penampilan di depan audiens. Atas dasar itu, maka pada waktu seseorang membacakan puisi, akan bergerak atau tidak, ada besar atau kecil, semata-mata bergantung pada penafsiran terhadap puisi yang dibacanya. Jadi, puisi itulah sebenarnya menciptakan gerak gerik itu, bukan si pembaca. Gerak-gerik tersebut diperlukan sejauh dapat mendukung maksud dan suasana yang ingin digambarkan. Oleh karena itu, gerak-gerik yang dituntut adalah gerak-gerak-gerik yang wajar dan sejati.

Selanjutnya karena membacakan puisi berkaitan dengan bahasa, maka faktor ucapan atau pelafalan tidak bisa dianggap remeh. Semua ucapan atau pelafalan bunyi-bunyi bahasa harus sempurna, yaitu harus betul dan baik (Suharianto 1981:53). Membacakan puisi merupakan bacaan tontonan. Karena pembaca puisi merupakan tontonan, maka membacakan puisi dikatakan mencapai tingkat kesempurnaan apabila sudah ditonton dan dinikmati publik, sehingga unsur teknik penampilan menjadi sangat penting. Dalam penampilan membacakan puisi yang baik, dapat dinikmati hasil perpaduan antara penghayatan atas puisi dan teknik vokal. Kedua unsur tersebut harus dikuasai dengan baik oleh pembaca puisi yang baik.

(70)

dinikmati oleh pendengar. Kegiatan yang dilakukan pembaca adalah memahami makna puisi dan mengkreasikan puisi tersebut dalam bentuk suara dan gerak. Oleh karena itu, pembaca harus memperhatikan (1) pemanfaatan alat ucap yang dimiliki, (2) menguasai faktor kebahasaan, dan (3) menguasai faktor-faktor nonkebahasaan.

Keterampilan memanfaatkan alat ucap dalam membacakan puisi sangat penting peranannya dalam mengapresiasikan puisi yang dibacanya. Seorang pembaca terlebih dahulu harus memahami puisi yang dibacakannya agar alat ucap dapat bermanfaat dengan baik (Wiyanto 2005:45).

Penguasaan faktor kebahasaan meliputi pelafalan dan intonasi. Pelafalan adalah usaha untuk mengucapkan bunyi bahasa baik suku kata, kata, frasa, maupun kalimat. Pelafalan dalam pembacaan puisi maksudnya ialah pelafalan bunyi yang sesuai dengan jiwa dan tema puisi. Sedangkan intonasi berkaitan dengan ketepatan penyajian irama puisi (Wiyanto 2005:45).

(71)

Volume suara yang dihasilkan harus mampu didengar jelas oleh setiap pendengar. Kelancaran pembacaan dapat membantu pendengar untuk memahami puisi yang dibacakannya. Kecepatan pembacaan harus disesuaikan dengan suasana puisi, dalam membacakan puisi tidak boleh terlalu cepat atau terlalu lambat.

Pendapat di atas, disimpulkan oleh Doyin (2008:73) dan Haryanto (2009:89) dengan membagi tiga komponen atau unsur dalam membacakan puisi. Adapun unsur tersebut meliputi: (1) penghayatan, (2) vokal, dan (3) penampilan. Di antara ketiga unsur tersebut, unsur yang paling penting adalah unsur penghayatan. Karena dengan penghayatan yang baik, maka pembaca dapat meyampaikan pikiran dan perasaan penyair. Berikut penjelasan ketiga unsur dalam membacakan puisi:

1. Penghayatan

Suharianto (1981:53) penghayatan atas puisi yang dibaca merupakan unsur utama karena hakikat membaca di sini tidak lain adalah menyampaikan pikiran dan perasaan penyair. Dalam praktiknya, pengahayatan tersebut akan menentukan intonasi, irama, jeda, gerak-gerak anggota tubuh dan mimik. Pengahayatan atas puisi yang dibaca akan menentukan penampilan di depan hadirin.

(72)

kata-kata atau baris-baris puisi, tetapi sampai pada pemahaman atas makna yang terkandung dalam puisi dan suasana puisi itu sendiri. Penghayatan dalam membacakan puisi setidaknya tercermin dalam empat hal, yaitu (1) pemenggalan, (2) nada dan intonasi, (3) ekspresi, dan (4) kelancaran (Doyin 2008:73).

Haryanto (2009:91) mengemukakan bahwa sebelum membacakan puisi terlebih dahulu pembaca harus membedah isi puisi untuk memahaminya. Dengan penghayatan yang tinggi, akan memberika jiwa pada pembacaan puisi. Memberi jiwa pada pembacaan puisi akan menghidupkan suasana dalam pembacaan juga akan menghidupkan kewibawaan dan ruh dalam pembacaan puisi.

2. Vokal

Suharianto (1981:53) selanjutnya karena pembaca berurusan dengan bahasa, maka faktor ucapan atau pelafalan tidak bisa dianggap remeh. Semua ucapan atau pelafalan bunyi-bunyi bahasa tersebut, baik bunyi mati maupun bunyi hidup harus sempurna, dalam arti harus betul dan baik.

Gambar

gambar dan suara dari orang yang membacakan puisi. Objek penelitian yang
gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena meliputi
gambar. Media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik karena menampilkan
Tabel 1. Skor Penilaian Tes Keterampilan Membacakan puisi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan tindakan pembelajaran dengan metode pelatihan, kemampuan menulis puisi pada siklus I dalam kategori cukup dengan rata-rata nilai sebesar 62,33 atau

Setelah dilakukan tindakan pembelajaran sumber belajar alam sekitar, kemampuan menulis puisi pada siklus I dalam kategori cukup dengan rata-rata nilai sebesar 64

penelitian tindakan kelas ini adalah (1) mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis puisi pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Bangsri Jepara, setelah mengikuti

Hasil keterampilan menulis puisi yang telah dicapai siswa setelah dilakukan pembelajaran pada siklus II sudah mencapai ketuntasan, yaitu skor rata- rata siswa mencapai 85,28. Hal

Hasil penelitian mengenai peningkatan keterampilan menulis puisi pada siswa kelas VII SMP Islam Al Munawaroh Banjarnegara dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi

Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan strategi copy the master melalui media audio visual pada siklus II dengan tema yang masih sama, ternyata kesulitan siswa dalam.

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah terjadinya peningkatan kemampuan membaca puisi melalui teknik parafrase, pada kondisi awal dengan nilai rata-rata 62,14 siswa

Secara bertahap proses penciptaan sebuah puisi dalam perkembangannya secara teoritis dan umum dapat diuraikan dalam bagan sebagai berikut: Gambar : Bagan Proses Penciptaan Puisi