• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN PENDEKATAN EMOTIF- IMAJINATIF MELALUI MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS VII C SMP N 2 SULANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN PENDEKATAN EMOTIF- IMAJINATIF MELALUI MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS VII C SMP N 2 SULANG."

Copied!
187
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI

DENGAN PENDEKATAN EMOTIF- IMAJINATIF

MELALUI MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA

KELAS VII C SMP N 2 SULANG

Skripsi

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Retno Wulan Anggraeny 2101405618

BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

ii

SARI

Wulan Anggraeny, Retno. 2010. Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Dengan Pendekatan Emotif- Imajinatif Melalui Media Audiovisual Pada Siswa Kelas VII C SMP N 2 Sulang. Skripsi. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Drs. Mukh Doyin, M.Si., Pembimbing II Dr. Agus Nuryatin, M.Hum.

Kata kunci: keterampilan menulis puisi, pendekatan emotif- imajinatif, media audiovisual

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan penulis, keterampilan menulis puisi siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang masih rendah. Rendahnya kemampuan siswa dalam menulis puisi disebabkan oleh dua faktor. Pertama, yaitu faktor siswa. Siswa kurang minat terhadap pembelajaran menulis puisi. Kedua, yaitu faktor guru. Guru kurang kreatif dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran. Meneropong keadaan yang demikian, peneliti merasa tertantang untuk mendapatkan jalan keluar permasalahan itu. Salah satu upaya untuk dapat peneliti lakukan untuk meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa keas VII C SMP N 2 Sulang, yaitu dengan menggunakan pendekatan Emotif- Imajinatif melalui media audiovisual.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini mengkaji dua masalah, yaitu (1) seberapa besar peningkatan keterampilan menulis puisi dengan pendekatan emotif- imajinatif melalui media audiovisual pada siswa kelas VII C SMP N2 Sulang, (2) bagaimana perubahan perilaku siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang setelah mengikuti pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan emotif- imajinatif melalui media audiovisual. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis puisi dengan pendekatan emotif- imajinatif melalui media audiovisual pada siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang, (2) mendeskripsikan perubahan perilaku siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang setelah mengikuti pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan emotif- imajinatif melalui media audiovisual.

(3)

iii

Berdasarkan analisis data penelitian, disimpulkan bahwa melalui pendekatan emotif- imajinatif media audiovisual kemampuan menulis puisi siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang menunjukkan adanya peningkatan. Nilai rata-rata tes menulis puisi siklus I 75,09 selanjutnya pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 85,28. Setelah menggunakan pendekatan emotif- imajinatif melalui media audiovisual juga terjadi perubahan perilaku siswa. Siswa yang sebelumnya kurang bersemangat terhadap pembelajaran menulis menjadi lebih bersemangat, setelah mengikuti pembelajaran menulis puisi melalui pendekatan emotif- imajinatif melalui media audiovisual.

(4)

iv

PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui pembimbing untuk diajukan ke sidang Panitia Ujian Skripsi.

Semarang, Maret 2010

Pembimbing I Pembimbing II

(5)

v

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang

Pada hari : Jumat

Tanggal : 12 Maret 2010

Panitia Ujian

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Rustono, M.Hum. Dra.Suprapti,M.Pd

NIP 195801271983031003 NIP195007291979032001

Penguji I

Dra. L.M. Budiyati, M.Pd. NIP 194512301976032001

Penguji II Penguji III

Prof.Dr. Agus Nuryatin, M.Hum. Drs. Mukh Doyin, M.Si. NIP196008031989011001 NIP196506121994121001

(6)

vi

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian maupun seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Maret 2010

(7)

vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

* Manusia dilahirkan untuk sukses, bukan gagal (Henry David Thoreau)

* Kemenangan tanpa rintangan adalah hampa. Bukanlah prestasi kalau hanya melintasi jalanan yang halus.

(Anonim)

Persembahan

Skripsi ini peneliti persembahkan untuk:

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Penulis sangat gembira serta syukur ke hadirat Ilahi dengan ucapan alhamdulillah wassyukurillah karena penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul Peningkatan Menulis Puisi Dengan Pendekatan Emotif- Imajinatif Melalui Media Audiovisual Pada Siswa Kelas VII C SMP N 2 Sulang.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Rektor UNNES, Dekan FBS, serta Ketjur, yang telah memberikan izin penelitian;

2. Drs. Mukh Doyin M.Si., dan Dr. Agus Nuryatin, M.Hum., selaku dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II yang disela-sela kesibukannya dengan penuh kesabaran, keikhlasan, dan kebijaksanaan memberikan bimbingan, arahan, dan masukan kepada penulis;

3. Bapak dan Ibu dosen jurusan yang telah menyebarkan benih ilmu sebagai bekal yang sangat bermanfaat;

4. Faizatul Khoeriyah, S.Ag., kepala MA Salafiyah Karang Tengah yang telah memberikan izin penelitian;

5. Slamet, S.Pd., guru bahasa dan sastra Indonesia kelas VII C yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini;

6. Siswa-siswi kelas VII C SMP N 2 Sulang yang telah menjadi responden dalam penelitian;

7. Keluarga tersayang yang selalu memberikan warna dalam hidupku; 8. Muhamad Asrory si babi moko, yang senantiasa memberi canda tawa,

kasih sayang dan perhatianya setiap detik;

(9)

ix

10.Teman-teman PBSI angkatan 2005, khususnya alumni C paralel yang telah memberikan segala informasi;

11.Semua pihak yang telah memberi dukungan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna penyempurnaan skripsi ini. Selanjutnya, penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

(10)

x

DAFTAR ISI

SARI ……….. ii

PERSETUJUAN ……….. iv

PENGESAHAN KELULUSAN ……….. v

PERNYATAAN ……… vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………... vii

KATA PENGANTAR ……….. viii

DAFTAR ISI ………. x

DAFTAR TABEL ………. xv

DAFTAR GAMBAR ……… xvi

DAFTAR DIAGRAM ……….. xvii

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

1.1Latar Belakang ………. 1

1.2Identifikasi Masalah ……… 6

1.3Pembatasan Masalah ……… 8

1.4 Rumusan Masalah……… 8

1.5 Tujuan Penelitian ………. 9

1.6Manfaat Penelitian……… 9

1.6.1 Manfaat Teoritis ……….. 9

1.6.2 Manfaat Praktis ……… 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN ... 11

2.1Kajian Pustaka ………. 11

2.2Landasan Teoretis ……… 13

2.2.1 Hakikat Menulis Kreatif ……… 14

2.2.1.1 Definisi Menulis Kreatif ………... 14

2.2.1.2 Tujuan Menulis Kreatif ... 17

(11)

xi

2.2.2.1 Pengertian Puisi ………. 20

2.2.2.2 Unsur-unsur Pembangun Puisi ……….. 21

2.2.2.2.1 Diksi ……….. …… 22

2.2.2.2.2 Pengimajian ………. 23

2.2.2.2.3 Kata Konkrit ………. 23

2.2.2.2.4 Bahasa Figuratif ……… 23

2.2.2.2.5 Versifikasi ……….……… 30

2.2.2.2.6 Tipografi………. 31.

2.2.2.2.7 Tema………...….... 32

2.2.2.2.8 Perasaan, nada, ……….…….. 33

2.2.2.2.9 Suasana……….... 34

2.2.2.2.10 Amanat ……….……… 34

2.2.2.3 Langkah-langkah Menulis Cerpen ………. 34

2.2.3 Pendekatan Emoitif- Imajinatif ………... 35

2.2.4 Hakikat Media... 41

2.2.5 Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Emoitif- Imajinatif…… 44

2.2.6 Pembelajaran Menulis Puisi Melalui Pendekatan Emotif- Imajinatif Media Audiovisual ………... 44

2.3 Kerangka Berpikir ……… 46

2.4 Hipotesis Tindakan ……….. 48

BAB III METODE PENELITIAN ... 49

3.1Desain Penelitian ………. 49

3.1.1 Proses Tindakan Siklus I ……… 50

3.1.1.1 Perencanaan ……… 50

3.1.1.2 Tindakan ……… 51

3.1.1.3 Observasi ……….. 52

3.1.1.4 Evaluasi……….………. 52

3.1.1.5 Refleksi ……….. 53

3.1.2 Proses Tindakan Siklus II ………. 54

3.1.2.1 Perencanaan ……….. 54

(12)

xii

3.1.2.3 Observasi ……….. 55

3.1.2.4 Refleksi ………. 55

3.2Subjek Penelitian ……….. 56

3.3Variabel Penelitian ……… 56

3.3.1. Keterampilan Menulis Puisi ……… 57

3.3.2 Pendekatan Emotif- Imajinatif………...……… 57

3.4Instrumen Penelitian ………. 58

3.4.1. Bentuk Instrumen ………... 55

3.4.1.1 Instrumen Tes ………. 55

3.4.1.2. Instrumen Nontes ……….. 69

3.4.1.2.1. Lembar Observasi ……….. 69

3.4.1.2.2. Pedoman Wawancara ………. 70

3.4.1.2.3. Jurnal ………. 71

3.4.1.2.4. Dokumentasi Foto ………. 72

3.4.1.2.5 Angket Check List.... 73

3.4.2 Uji Validitas ……….. 74

3.5Teknik Pengumpulan Data ………... 74

3.5.1. Teknik Tes ………. 74

3.5.2. Teknik Nontes ……… 75

3.5.2.1. Observasi ……… 75

3.5.2.2. Wawancara ………. 76

3.5.2.3. Jurnal ……….. 76

3.5.2.4. Dokumentasi Foto ……… ……. 67

3.6Teknik Analisis Data ………... 77

3.6.1. Teknik Kuantitatif ……….. 77

3.6.2. Teknik Kualitatif ……… 78

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……….. 80

4.1Hasil Penelitian ……… 81

4.1.1 Hasil Siklus I ………. 81

4.1.1.1 Hasil tes ………. 82

(13)

xiii

4.1.1.1.2 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Pengimajian …… 85

4.1.1.1.3 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek kata Konkrit…… 86

4.1.1.1.4.Hasil Tes Menulis Puisi Aspek bahasa Figuratif... 87

4.1.1.1.5 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Versifikasi…….. 88

4.1.1.1.6 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Tipografi …….. 89

4.1.1.1.7 Hasil Tes Menulis Puisi AspekTema …….. 90

4.1.1.1.8 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Perasaan, Nada…. 91 4.1.1.1.9 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Suasana………… 92

4.1.1.1.10 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Amanat………. 93

4.1.1.2 Hasil Nontes ……… 94

4.1.1.2.1 Hasil Observasi ……… 94

4.1.1.2.2 Hasil Jurnal ………. 99

4.1.1.2.3 Hasil Check List ……….. 104

4.1.1.2.4 Hasil Wawancara ………. 105

4.1.1.2.5 Hasil Dokumentasi Foto ………... 108

4.1.1.3 Refleksi Siklus I ………. 113

4.1.2 Hasil Siklus II ………. 117

4.1.2.1 Hasil Tes ……… 117

4.1.2.1.1 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Diksi…………. 120

4.1.1.1.2 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Pengimajian …… 121

4.1.1.1.3 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek kata Konkrit…… 122

4.1.1.1.4.Hasil Tes Menulis Puisi Aspek bahasa Figuratif... 123

4.1.1.1.5 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Versifikasi…….. 124

4.1.1.1.6 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Tipografi …….. 125

4.1.1.1.7 Hasil Tes Menulis Puisi AspekTema …….. 126

4.1.1.1.8 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Perasaan, Nada… 127 4.1.1.1.9 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Suasana………… 128

4.1.1.1.10 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Amanat………. 129

4.1.2.2 Hasil Nontes ……….. 130

4.1.2.2.1 Hasil Observasi ………... 130

(14)

xiv

4.1.2.2.3 Hasil Check List ………. 138

4.1.2.2.4 Hasil Wawancara ………... 138

4.1.2.2.4 Hasil Dokumentasi Foto ………... 141

4.1.2.3 Refleksi Siklus II ……… 147

4.2Pembahasan ……….. 148

4.2.1 Peningkatan Hasil Tes Menulis Puisi Melalui Pendekatan Emotif- Imajinatif Dengan Media Audiovisual Pada Siswa Kelas VII C SMP N 2 Sulang ... 148

4.2.2 Perubahan Perilaku Siswa Kelas VII C pada Siswa SMP N 2 Sulang Terhadap Pembelajaran Menulis Puisi Melalui Pendekatan Emotif- Imajinatif Media Audiovisual... .... 152

BAB V PENUTUP ……… 156

5.1Simpulan ……….. 155

5.2Saran ……… 157

DAFTAR PUSTAKA ……….. 158

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Skor Penilaian Tes Menulis Puisi Tabel 2. Aspek Penilaian Tes Menulis Puisi

Tabel 3 Pedoman Penilaian Keterampilan Menulis Puisi Tabel 4 Hasil Tes Menulis Puisi Siklus I

Tabel 4.1 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Diksi

Tabel 4.2 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Pengimajian Tabel 4.3 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Kata Konkrit Tabel 4.4 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Bahasa Figuratif Tabel 4.5 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Versifikasi Tabel 4.6 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Tipografi Tabel 4.7 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Tema

Tabel 4.8 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Perasaan, Nada Tabel 4.9 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Suasana

Tabel 4.10 hasil Tes Menulis Puisi Aspek Amanat Tabel 5 Hasil Tes Menulis Cerpen Siklus II Tabel 5.1 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Diksi

Tabel 5.2 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Pengimajian Tabel 5.3 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Kata Konkrit Tabel 5.4 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Bahasa Figuratif Tabel 5.5 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Versifikasi Tabel 5.6 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Tipografi Tabel 5.7 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Tema

Tabel 5.8 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Perasaan, Nada Tabel 5.9 Hasil Tes Menulis Puisi Aspek Suasana

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Gambar 2 Sikap Siswa Saat Guru Memberikan Penjelasan Gambar 3 Sikap Siswa Saat Kegiatan Imajinasi

Gambar 4 Sikap Siswa Saat Proses Penulisan Ide

Gambar 5 Sikap Siswa Membacakan Puisi di depan Kelas Gambar 6 Sikap Siswa Saat Guru Memberikan Penjelasan Gambar 7 Sikap Siswa Saat Kegiatan Imajinasi

(17)

xvii

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1 Hasil Tes Menulis Puisi Siklus I

Diagram 2 Hasil Tes Keterampilan Menulis Puisi Siklus I

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar manusia untuk menumbuhkembangkan potensi Sumber Daya Manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Dalam penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 disebutkan pada hakikatnya pendidikan dalam konteks pengembangan nasional mempunyai fungsi: pemersatu bangsa, penyamaan kesempatan, dan pengembangan potensi diri. Pasal 19 ayat 1 Peraturan Pemerintah tersebut menerangkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dengan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan pengembangan fisik, serta psikologis peserta didik (Peraturan Pemerintah Nomor : 19, 2005 : Pasal 19 ayat 1). Tujuan utama pembelajaran sastra adalah agar siswa memiliki kemampuan mengapresiasi karya sastra. Apresiasi sastra adalah menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga tumbuh pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepercayaan yang baik terhadap karya sastra. Perilaku kegiatan apresiasi dapat berupa kegiatan secara langsung dan kegiatan secara tidak langsung.

(19)

Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tulisan. Serta menimbulkan penghargaan terhadap hasil cipta manusia Indonesia. Menulis adalah suatu kegiatan menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan. Menulis merupakan salah satu cara untuk melegakan perasaan, juga sebagai pengungkapan diri. Menulis membutuhkan ketekunan, kesabaran dan keahlian berkata-kata apa yang ditulisnya dapat dipahami orang lain. Menulis adalah sebuah eksotisme, membantu menahan derita, menanggulangi masalah dan bahkan membuatnya semakin indah.

Menulis merupakan suatu proses kreatif yang banyak melibatkan cara berpikir divergen (menyebar) daripada konvergen (memusat) siswa. Menulis tidak ubahnya melukis, siswa banyak memiliki gagasan untuk dituangkan ke dalam tulisan. Menulis juga merupakan kebutuhan utama dalam proses transfer dan pengembangan ilmu pengetahuan. Ketrampilan menulis adalah kemampuan menggunakan bahasa secara tertulis untuk menyampaikan informasi suatu peristiwa sehingga timbul komunikasi.

(20)

menubah pola pikiran siswa yang akhirnya dapat mempengaruhi tanggapan siswa terhadap dirinya, alam sekitar dan Sang Pencipta.

Sistem pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah-sekolah menengah belum menampakkan adanya gejala-gejala perubahan yang menuju kearah perbaikan (Afrarudin 1990 : 37). Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra yang demikian kompleks itu masih dipegang oleh seorang guru. Perlu diperhatikan dalam pengajaran sastra, seorang guru harus memperhatikan teknik mengajar yang meliputi proses pembelajaran dan materi yang diajarkan. Hal itu bertujuan untuk membantu siswa memunculkan ide-ide baru dan mewujudkan konsepsi menjadi kenyataan (Rahmanto 1988 : 37). Guru harus mampu menciptakan lingkungan pembelajaran yang menyenangkan dan kondisional. Lingkungan kondisional dalam suatu aktifitas pembelajaran, meliputi beberapa penggolongan ruang kelas, sumber belajar (Depdiknas 2003 : 13), sehingga indikator dalam pembelajaran akan tercipta secara maksimal. Pentingnya pembelajaran sastra di sekolah, termasuk pembelajaran menulis puisi, guru harus berusaha untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi dengan berbagai upaya dan metode yang diajarkan. Karena pembelajaran sastra khususnya puisi sampai saat ini menghadapi sebagai masalah. Masalah yang dihadapi antara lain jumlah dan mutu buku teks yang dipergunakan, proses pembelajaran yang cenderung monoton dan hasil belajar siswa yang kurang memuaskan.

(21)

disampaikan oleh penyair. Keindahan estetis adalah keindahan yang ditimbulkan oleh unsur-unsur pembangun puisi (Suharianto 2006 : 6).

Keindahan puisi yang bersifat etis adalah keindahan yang berupa nilai-nilai yang ingin disampaikan penyair dalam puisinya. Nilai tersebut diperoleh diluar karya sastra atau unsure ekstrinsik. Unsur ekstrinsik puisi yang nilai didaktis atau pendidikan nilai sosial, nilai kebangsaan dan nilai ketuhanan. Keindahan puisi yang bersifat estetis adalah keindahan puisi yang bersumber dari unsur pembangunan yang berasal dari dalam puisi atau unsur instriksik. Unsur instrinsik puisi adalah tema, imajinasi, diksi, majas, rima, irama, dan suasana. Nilai ekstrinsik dan nilai instrinsik pada puisi dapat menjadikan siswa arif dan bijaksana dalam menyiapkan kehidupan.

Berkata dengan pembelajaran puisi, berdasarkan hasil observasi yang pernah dilakukan peneliti di SMP N 2 Sulang, menulis puisi telah diajarkan tetapi mengalami berbagai hambatan. Hal ini sesuai dengan keterangan yang diperoleh dari guru pengampu mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang menyatakan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam menulis puisi karena belum mampu dalam menentukan tema, membayangkan hal-hal yang akan ditulis. Siswa mengalami kesulitan untuk mencari bahasa yang khas untuk mengapresiasikan apa yang dibayangkan. Kebingungan siswa merupakan suatu kendala pembelajaran menulis puisi di sekolah. Selain itu, dalam pembelajaran guru masih menggunakan metode konvensional, yaitu metode ceramah.

(22)

siswa kurang kreatif, sehingga ekspersinya terbatas karena siswa hanya melaksanakan tugas dari guru. Misal, apa yang dilakukan siswa kelas VII khususnya kelas VII C pada saat mereka menerima materi yang disampaikan oleh guru, dimana pada saat guru menerangkan materi yang sedang di bahas didepan kelas, kebanyakan dari siswa hanya mengobrol dengan teman-temanya sehingga membuat kelas menjadi gaduh. Kondisi itu disebabkan didalam prose belajar mengajar hanya terjadi satu arah saja yaitu yang diberikan oleh guru. Padahal, tujuan pembelajaran sastra adalah agar siswa mampu berekspresi, menikmati dan memahami karya sastra. Selain, metode yang kurang bervariasi selama ini proses pembelajaran dilakukan tanpa memperhitungkan daya tarik siswa. Misalnya saja, dengan bantuan media audiovisual sehingga tidak membuat siswa menjadi jenuh.

Kejenuhan siswa dalam pembelajaran sastra disebabkan juga oleh kurang berminatnya siswa dalam belajar sastra. Mereka beranggapan bahwa sastra adalah pelajaran yang paling sulit, sejak awal siswa kurang tertarik pada sastra. Selain itu, peletakan jam pelajaran kurang efektif, misalnya jam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diletakkan pada jam terakhir. Hal ini kurang mendukung dalam pembelajaran karena siswa sudah lelah. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa dan Sasrtra Indonesia, guru sering berpedoman pada rencana pembelajaran yang terdahulu dan kurangnya pembangunan rencana tersebut dan pada akhirnya tidak ada unsur kreatif dalam menyampaikan materi pembelajaran.

(23)

penggabungaan sistem pembelajaran yang efektif bagi siswa. Dengan menggunakan pendekatan emotif, imajinatif, dirasa cocok untuk pembelajaran menulis puisi karena pendekatan emotif – imajinatif menawarkan pembelajaran yang menekankan proses dan hasil. Tetapi jauh dari itu, siswa dianjurkan bagaimana menciptakan hubungan emosional yang baik dalam dan ketika belajar (De Porter dalam Zein, 2008 : 3).

Penelitian memilih pembelajaran menulis puisi karena sampai saat ini belum menemukan skripsi yang membahas menulis puisi melalui pendekatan emiotif – imajinatif dengan media audiovisual. Atas dasar itulah penulis mencoba membahas masalah peningkatan ketrampilan menulis dengan pendekatan emotif – imajinatif menggunakan media audiovisual diharapkan dapat memberikan pengalaman baru yang menyenangkan bagi siswa.

1.2

Identifikasi Masalah

Masalah yang muncul dalam keterampilan menulis puisi dapat dipengaruhi oleh faktor siswa, guru, dan lingkungan sekolah. Masalah yang dialami siswa yaitu masih rendahnya kemampuan menulis puisi sebagai keterampilan yang sulit dilakukan. Puisi yang dibuat siswa cenderung mampu mengungkapkan gagasan, diksi, seta rima yang dipilih kurang menarik, sehingga tidak mampu mendukung makna puisi yang ditulis.

(24)

pembelajaran sehingga terkesan siswa hanya mendapatkan teori saja. Hal ini menyebabkan siswa merasa jenuh dan bosan dengan pembelajaran tersebut. Guru tidak cukup hanya menerapkan metode ceramah saja, tetapi diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang mampu merangsang kreatifitas siswa agar menggunakan ide penulisan puisi, karena kemahiran guru dalam menerapkan pembelajaran sangat mempengaruhi perilaku siswa dan juga terhadap hasil belajar siswa. Cara yang digunakan untuk mengatasi masalah-masalah ini adalah dengan mengubah pendekatan dalam pembelajaran.

Rendahnya hasil yang diperoleh siswa karena siswa tidak terbiasa dilatih menulis sastra. Mengatasi hal tersebut, guru sebaiknya membiasakan dan melatih siswa untuk menulis.

Dalam lingkungan sekolah, kurangnya pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan menulis sastra (seperti pengadaan mading tentang sastra, kegiatan perlombaan menulis sastra antar kelas, kegiatan menulis sastra) menyebabkan siswa kurang termotivasi untuk menulis sastra. Mengatasi masalah ini, guru dan pihak sekolah hendaknya sering mengadakan kegiatan ekstrakurikuler tentang kesastraan, dan menyediakan tempat untuk mengadakan mading sekolah di tempat yang strategis agar siswa tertarik dan berminat untuk ikut berpartisipasi dalam pembuatan mading sekolah.

1.3

Pembatasan Masalah

(25)

pembelian ini, maka penelitian hanya membatasi permasalahan kurangnya ketrampilan menulis puisi siswa yang disebabkan oleh kurang tepatnya dan media pembelajaran yang digunakan guru. Untuk mengatasi masalah tersebut, peneliti akan menerapkan emotif – imajinatif dengan media audiovisual agar dapat meningkatkan ketrampilan siswa dalam menulis puisi dan agar siswa tidak merasa bosan, jenuh dan terlibat penuh dalam proses pembelajaran. Sehingga terjadi perubahan perilaku siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis puisi melalui penerapan pendekatan emotif – imajinatif dengan media audiovisual.

1.4

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut diatas maka rumusan permasalahan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Seberapa besar peningkatan menulis puisi pada siswa kelas VII C SMP Muhammadiyah Semarang melalui pendekatan emotif – imajinatif dengan media audiovisual.

2. Bagaimana perubahan perilaku belajar siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang setelah mengikuti pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan emotif – imajinatif melalui media audiovisual.

1.5

Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian adalah :
(26)

2. Mendiskripsikan perubahan perilaku siswa setelah mengikuti menulis puisi dengan menggunakan pendekatan emotif – imajinatif melalui media audiovisual siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang .

1.6

Manfaat Penelitian

Peneliti berharap dari penelitian yang dilakukan ini akan diperoleh manfaat teoritis dan manfaat praktis :

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah wawasan tentang pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya pembelajaran menulis puisi.

b. Menambah teori-teori dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya pada pembelajaran menulis puisi.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi guru yaitu memberikan alternatif pemilihan pendekatan dan media pembelajaran menulis puisi dan dapat mengembangkan keterampilan guru Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya dalam menerapkan pembelajaran dengan pendekatan emotif – imajinatif melalui media audiovisual.

(27)
(28)

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIS

2.1

Kajian Pustaka

Penelitian ini murni beranjak dari awal jarang ditemui karena biasanya suatu penelitian mengacu pada penelitian yang dapat dijadikan sebagai titik tolak dalam penelitian selanjutnya ( Arikunto 1997:24 ) . Peninjauan terhadap penelitian lain sangat penting sebab di gunakan untuk mengetahui revelensi penelitian yang telah lampau dengan penelitian yang akan di laksanakan. Peninjauan penelitian sebelumnya digunakan untuk membandingkan seberapa besar keaslian dari penelitian yang akan dilaksanakan.

Penelitian tindakan kelas tentang menulis puisi merupakan penelitian yang menarik. Banyaknya penelitian tenmtang menulis puisi tersebut dapat dijadikan salah satu bukti bahwa menulis puisi di sekolah – sekolah sangat menarik untuk di teliti. Penelitian melukiskan puisi telah banyak dilakukan antara lain oleh Hasyim ( 2001 ) , Fatoni ( 2002 ) , Kurnia ( 2005 ) , Fauziah ( 2006 )

(29)

menunjukkan bahwa metode karya wisata dapat menciptakan suasana pembelajaran menjadi kondusif dan menyenangkan.

Fatoni (2002 ) menullis skripsi berjudul Kemampuan Menulis Puisi Melalui Metode Karya Wisata pada siswa kelas II MA Nahdlatus Syiban Sayung Kabupaten Demak. Penelitian Fatoni tidak jauh berbeda dengan penelitian Hasyim (2001). Hasil penelitian yang diperoleh adalah nilai rata- rata skor pada tes awal sebelum diberi perlakuan sebesar 64,2. Pada siklus I nilai rata- rata 73,5 dan pada siklus II menjadi 78,3. Ini berarti terjadi peningkatan sebesar 1,45% dari tes awal ke siklus I, sedangkan dari siklus I ke siklus II meningkat sebesar 1, 63 % . Penelitian ini mempunyai keterkaitan yang dilakukan oleh peneliti yaitu sama – sama meneliti tentang ketrampilan puisi, hanya saja penelitian yang di lakukan oleh Fatoni menggunakan metode karya wisata sedangkan peneliti menggunakan media audiovisual sebagai cara untuk meningkatkan keterampilan menulis puisi.

Kurnia ( 2005 ) menulis skripsi berjudul Penerapan Model Pembelajaran dan sistem penilaian Berbasis Portofolio Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Puisi siswa kelas VII F SMP 40 Semarang, menunjukkan keterampilan menulis puisi kreatif puisi siswa tersebut mengalami peningkatan 30,60 % setelah mengikuti pembelajaran menulis kreatif puisi dengan model pembelajaran sistem penilaian berbasis portofolio. Hasil rata – rata tes menulis puisi pada pratindakan sebesar 59,86 % dan pada siklus I meningkat sebesar 15,27 sedangkan pada siklus II meningkat lagi sebesar 13,30 %

(30)

kelas VII F SMP 16 Semarang tahun pembelajaran 2005/2006 . Menyimpulkan bahwa nilai rata – rata skor pada tes awal sebelum diberi perlakuan sebesar 64,56 %, Hingga terjadi peningkatan 59,55 % pada siklus I dan pada siklus II meningkat 8,73 %. . Dengan menghadirkan teknik objek secara langsung,ternyata kemampuan siswa dalam menulis puisi mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat setelah membandingkan hasil tes pratindakan, hasil tes siklus I, dan hasil tes siklus II. Penelitian ini mempunyai keterlibatan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu sama – sama meneliti kemampuan menulis puisi, hanya saja teknik atau pendekatannya berbeda.

(31)

2.2

Landasan Teoritis

2.2.1 Hakikat Menulis Kreatif

Hakikat menulis kreatif telah banyak dikemukakan oleh beberapa ahli, baik berupa definisi dan tujuan menulis kreatif. Hal tersebut dapat dilihat dari uraian berikut ini.

2.2.1.1 Definisi Menulis Kreatif Puisi

Menulis adalah suatu kegiatan menuangkan ide atau gagasan dalam bentuk tulisan. Salah satu jenis kegiatan menulis adalah menulis kreatif. Menulis kreatif pada hakikatnya dapat berupa puisi, drama, dan cerpen. Puisi menurut Waluyo (2000:78) mengemukakan bahwa puisi adalah salah satu bentuk kesusastraan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa yakni dengan mengkonsentrasikan struktur fisik dan struktur batin.

Menulis kreatif memiliki kecenderungan bersifat ekspresif, sugestif, dan asosiatif. Ekspresif maksudnya adalah setiap bunyi yang dipilih, setiap kata yang dipilih, dan setiap methapor yang dihadirkan harus berfungsi bagi kepentingan ekspresi, mampu memperjelas gambaran dan mampu menimbulkan kesan yang kuat. Sugestif maksudnya adalah bersifat menyarankan dan mempengaruhi pembaca serta menyenangkan dan tidak memaksa. Asosiatif maksudnya mampu membangkitkan pikiran dan perasaan yang merambat, tetapi masih berkisar diseputar makna konvensial atau makna konotatif yang sudah lazim.

(32)

tersebut adalah daya imajinasi dan daya kreasi. Daya imajinasi adalah daya “membayangkan” atau “menghayalkan” segala sesuatu yang pernah menyentuh perasaan atau singgah dalam pikiranya. Sedangkan daya kreasi adalah daya “ menciptakan” sesuatu yang baru, kemampuan menghadirkan sesuatu yang lain daripada yang pernah ada. Seorang pengarang harus mampu menggabungkan imajinasi dan kreatifitas karya yang bagus.

Trianto (2002:2) menyebutkan bahwa tulisan kreatif bersifat apresiatif dan ekspresif. Apresiatif maksudnya adalah melalui kegiatan menulis kreatif orang dapat mengenali, menyenangi, menikmati, dan mungkin menciptakan kembali secara kritis berbagai hal yang dijumpai dalam teks- teks kreatif karya orang lain dengan caranya sendiri dan memanfaatkan hal tersebut dalam kehidupan nyata. Apresiatif dapat juga berarti karya sastra pada dasarnya merupakan hasil penafsiran kehidupan yang di lakukan oleh sastrawan. Ekspretif disebut dan merancang, dalam arti kita dimungkinkan mengekspresikan dan memgungkapkan berbagai pengalaman atau berbagai hal yang menggejala dalam diri kita untuk dikomunikasikan kepada orang lain melalui tulisan keratif sebagai sesuatu yang bermakna.

(33)

Tarigan (1986:3-4) menulis puisi sebagai salah satu aspek kemampuan bersastra merupakan suatu proses pengembangan. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan efektif. Menurut Hairston (Darmadi dalam Gamar Fauziayah 2006:15), menulis atau mengarang memiliki arti penting yaitu : 1) dapat merangsang pikiran, 2) dapat memunculkan ide baru, 3) dapat melatih kemampuan mengorganisasi dan menjernihkan berbagai konsep atau ide, 4) dapat melihat sikap objektif yang pada diri seseorang, 5) dapat membantu diri untuk menyerap dan memproses informasi, 6) akan memungkinkan untuk berlatih memecahkan beberapa masalah sekaligus, 7) dalam bidang ilmu akan memungkinkan untuk menjadi aktif dan bukan hanya menjadi penerima informasi, 8) dalam menulis fiktif memungkinkan untuk melatih emosi dalam rangka pendendalian ekspresif diri.

Ketrampilan atau kempuan menulis puisi adalah kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat, dan perasaan kepada pihak lain dengan menggunakan bahasa yang bersifat litere (Depdiknas dalam Fauzitah 2006:16).

(34)

Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa menulis kreatif puisi adalah melahirkan pikiran atau perasaan melalui rangkaian kata yang disusun berdasarkan kreatifitas, kemampuan bahasa, dan kemampuan sastra. Menulis kreatif adalah penciptaan karya sastra yang bersifat apresiatif, ekspresif, dan kreasi yang didasarkan pada kehidupan manusia yang mempunyai nilai- nilai yang bermakna dalam kehidupan yang mengarah, dan meningkatkan kualitas hidup sebagai manusia.

2.2.1.2 Tujuan Menulis Kreatif

Setiap jenis tulisan yang dibuat mengandung beberapa tujuan. Menurut Jabrohim (2003:71) mengemukakan bahwa tujuan yang ingin dicapai oleh orang- orang yang memilih bidang sastra sebagai “ lahan” kegiatan yakni bersifat apresiatif dan ekspresif. Apresiatif maksudnya bahwa melalui kegiatan bersastra orang dapat mengenal, menyenangi, menikmati, dan memungkinkan menciptakan kembali secara kritis berbagai hal yang dijumpai dalam sastra dengan caranya sendiri, serta memanfaatkan berbagai hal tersebutdalam kehidupan nyata. Ekspresif dalam arti bahwa kita dimungkinkan mengekspresikan atau mengungkapkan berbagai pengalaman atau berbagai hal yang menggejala dalam diri kita untuk dikomunikasikan kepada orang lain melalui ( karya) sastra, sebagai sesuatu yang bermakna.

Hugo Hartig ( dalam Tarigan 1986: 24-25) mengungkapkan bahwa tujuan menulis adalah sebagai berikut:

(35)

Tujuan penugasan sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis hanya menulis karena ditegaskan, bahkan atas kemajuan sendiri.

(2) Altruistic Purpose ( tujuan alturistik)

Penulis bertujuan menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedudukan para pembaca, ingin menolong para remaja memahami, menghargai perasaan, dan penalaranya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya.

(3) Persuasive Purpose (tujuan persuasif)

Tulisan yang bertujuan menyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang di utarakan.

(4) Self-expressive Purpose ( tujuan penyesuaian diri)

Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada pembaca.

(5) Creative Purpose ( tujuan kreatif)

Tujuan tang bertujuan mencapai nilai- nilai artistik, nilai- nilai kesenian. (6) Problem Solving Purpose ( tujuan pemecahan masalah)

Dalam tulisan seperti ini penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi.

Dalam proses pengajaran, pembelajaran menulis pada dasarnya dilaksanakan untuk mencapai tujuan- tujuan berikut:

(a) mendorong siswa untuk menulis dengan jujur dan bertanggung jawab, dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa secara berhati- hati, integritas, dan sensitif.

(36)

(c) menghasilkan tulisan atau karangan yang bagus, tepat, jelas, dan ekonomis penggunaan bahasanya dalam membebaskan segala sesuatu yang terkandung dalam hati dan pikiran.

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan menulis kreatif adalah dengan kegiatan bersastra orang dapat mengenal, menyenangi, dan menikmati, serta menciptakan tulisan- tulisan yang lebih kreatif. Selain itu, untuk dapat mengungkapkan berbagai pengalaman yang dikomunikasikan kepada orang lain.

Tujuan lain yang erat hubungannya dengan tujuan pernyataan diri yaitu tujuan kratif. Akan tetapi keinginan kreatif di sini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistic atau seni yang ideal, seni yang menjadi idaman.

Melalui tulisannya, penulis ingin menjelaskan, menjernihkan serta menjelajahi dan meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh pembaca. Kegiatan menulis seperti ini memiliki tujuan memecahkan masalah (problem solving).

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kegiatan menulis memiliki tujuan yang beragam. Oleh karena itu, kegitan menulis menghasilkan beragam jenis tulisan sesuai dengan maksud dan tujuan penulis.

(37)

2.2.2 Hakikat Puisi

Teori tentang puisi yang akan dipaparkan pada bagian ini meliputi :pengertian puisi, unsur - unsur puisi, jenis puisi, aspek yang dinilai dalam penulisan puisi.

2.2.2.1Pengertian Puisi

Waluyo (2005:2) puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya. Puisi adalah pengungkapan kembali segala peristiwa atau kejadian yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari.

Badrun (1989:2) menyatakan bahwa puisi pada hakikatnya mengkomunikasikan pengalaman yang penting-penting karena puisi lebih terpusat dan terorganisasi. Pradopo (2002:12) menyatakan puisi adalah hasil kratifitas manusia yang diwujudkan lewat susunan kata yang mempunyai makna. Puisi merupakan susunan kata yang pada masing-masing baris terdapat persajakan tertentu.

(38)

dengan pengucapan yang memusat, padat, dan intensif. Puisi adalah cipta sastra berwujud lirik (Beribin 1990:3).

Berdasarkan pengertian di atas, para ahli mempunyai perbedaan-perbedaan dalam memaparkan pengertian tentang puisi. Namun, kalau di pelajari lebih mendalam pendapat-pendapat itu mencerminkan sebuah karya sastra kreatif terhadap unsure-unsur yang sama, yaitu bentuk, emosi, ide, nada, imajinatif, irama, suasana kata, pemikiran, kesan, panca indra, kepadatan, kata-kata kias, dan perasaan yang bercampur baur sebagai cetusan sukma, penghayatan, terhadap pengungkapan pikiran dan perasaan sebagai alat ekspresi atau sebuah terjadi pengkonsentrasian pemadatan segala unsur. Jadi, dapat disimpulkan bahwa puisi merupakan hasil penguangakpan kembali pengalaman batin manusia, yang di wujudkan melalui bahsa yang estetis dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinya serta di padatkan kata-kata dalam bentuk teks.

2.2.2.2Unsur-unsur puisi

Unsur-unsur puisi tidaklah berdiri sendiri tetapi merupakan sebuah struktur. Seluruh unsur merupakan kesatuan unsur yang satu dengan yang lainnya menunjukkan hubungan keterlibatan satu dengan yang lainnya. Unsur-unsur yang terdapat dalam puisi ada tiga yaitu 1) tema, 2) daya baying terdiri atas kata-kata kiasan, lambang-lambang, pigiran-piguran bahasa dan 3) rima dan irama (Suharianto (1982:49-55).

(39)

meliputi tema, perasaan, nada, dan suasana, serta amanat atau pesan yang terkandung dalam puisi.

2.2.2.2.1Unsur fisik a. Diksi

Berfield dalam Pradopo (1987:54) mengemukakan bahwa bila kata-kata di pilih di susun dengan cara yang sedemikian rupa hingga artinya menimbulkan atau di maksudkan untuk menimbulkan imajinasi estetik, maka hasilnya itu disebut diksi puitis

Waluyo (2000:66-130) mengungkapkan bahwa diksi merupakan pilihan kata. Kata-kata dalam puisi bersifat konotatif, dan bersifat puitis. Pembendaharaan kata pemyair sangat berperan dalam pemilihan kata. Kedudukan kata dalam puisi sangat menetukan makna.

(40)

Berdasarkan pengertian tersebut, disimpulkan bhwa diksi merupkan pilihan yang digunakan untuk mendapatkan kepuitisan dan nilai estetik puisi. b. Pengimajian

Pengimajian adalah kata atau susunan kata yang adapat mengungkapkan pengalaman sensoris, pendengaran, dan perasaan. Pengemajian menurut Waluyo (2000:79) di bagi menjadi tiga hal yaitu imaji visual atau yang diwujudkan melalui pengalaman pendengaran, dan imaji taktik yang diwujudkan dalam cita rasa.

c. Kata Konkrit

Waluyo (2000:81) kata kongkret merupakan kata-kata yang digunakan penyair untuk menggambarkan suatu lukisan kedalaman atau suasana batin dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca. Kata-kata yang digunakan penyair haruslah dapat mengarah kepada arti yang menyeluruh. Dengan kata lain di perkonkret, pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan yang dilukiskan oleh penyair.

d. Bahasa figuratif

(41)

tanpa mempergunakan kata pembanding. Perumpmaan epos adalah perbandingan yang dilanjutkan atau diperpanjang, yaitu dengan cara melanjutkan sifat- sifat perbandinganya lebih lanjut. Dalam kalimat- kalimat atau frase- frase yang berturut- turut. Personifikasi adalah kiasan yang mempersamakan benda dengan manusia, benda di buat benda berbuat,berpikir dan lain sebagainya seperti manusia. Metonimi adalah bahasa kiasan yang berupa penggunaan sebuah atribut sebuah objek untuk menggantikan objek tersebut. Sinekdok adalah bahasa kiasan yang menyebutkan suatu bagian yang penting dari suatu benda untuk menanamkan benda atau hal itu seniri. Alegori adalah bahasa kiasan yang mempergunakan cerita kiasan atsupun lukisan kiasan.

Menurut Suharianto (2005:32) yang dimaksud bahasa kias adalah sarana untuk mencapai efek puitis yang dapat berupa kata, frasa,ungkapan ataupun satuan sintaksis yang mempuyai makna lain dari makna harfiahnya. Fungsi bahasa kias adalah sebagai sarana mengedepankan sesuatu atau menonjolkan sesuatu dengan cara sesingkat- singkatnya, dan untuk membangkitkan tanggapan pembaca.

(42)

a. Gaya Bahasa Berdasarkan Pilihan Kata : 1. Gaya Bahasa Resmi

Gaya bahasa resmi adalah gaya bahasa dalam bentuk yang lengkap, yang dipergunakan dalam kesempatan-kesempatan yang sermi. Gaya bahasa ini dipergunakan oleh mereka yang diharapkan mempergunakannya dengan baik dan terpelihara.

2. Gaya Bahasa Tak Resmi

Gaya bahasa tak resmi merupakan gaya bahasa yang dipakai dalam bahasa standar, khususnya dalam kesempatan-kesempatan yang tak formal. Gaya bahasa resmi juga sering disebut gaya bahasa yang umum dan formal bagi kaum terpelajar.

3. Gaya Bahasa Percakapan

Gaya bahasa ini, pilihan katanya adalah kata populer dan kata-kata percakapan. Gaya bahasa percakapan harus ditambahkan segi-segi morfologis dan sintakisis, yang bersama-sama membentuk gaya bahasa percakapan.

b. Gaya bahasa Berdasarkan Nada 1. Gaya Bahasa Sederhana

(43)

2. Gaya bahasa Mulia dan Bertenaga

Gaya bahasa ini sering digunakan dalam rangka pidato yang isinya ajakan , ceramah , dan lain sebagainya. Nada yang agung dan mulai ini akan sanggup menggerakkan emosi setiap pendengarnya. Dalam keagungan , terselubung sebuah tenaga yang halus tetapi secara aktif dan meyakinkan bekerja untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

3. Gaya Bahasa Menengah

Gaya bahasa menengah merupkan gaya bahasa yang diarahkan untuk usaha yang menimbulkan suasana senang dan damai, maka andanya juga bersifat lemah lembut, penuh kasih sayang dan mengandung humor yang sehat. Gaya bahasa menengah sifatnya lemah lembut, maka gaya bahsa ini menggunakan metafora bagi pilihan katanya.

c. Gaya bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat 1. Klimaks

Klimaks merupakan gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan pikiran yang setiap kali semakin meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan sebelumya. Gaya bahasa klimaks diturunkan dari kalimat yang bersifat periodic. Klimaks disebut juga gradasi, istilah ini dipakai sebagai istilah umum yang sebenarnya merujuk pada tingkat atau gagasan tertinggi.

2. Antiklimaks

(44)

kurang penting. Antiklimaks dihasilkan oleh kalimat yang berstruktur mengendur. Antiklimaks kurang efektif, karena gagasan yang penting ditempatkan pada awal kalimat, sehingga pembaca atau pendengar tidak lagi memberi perhatian pada bagian-bagian berikutnya.

3. Paralelisme

Paralelisme merupakan semacam gaya bahsa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama pula. Kesejahteraan tersebut dapat pula berbentuk yang baik untuk menonjolkan kata atau kelompok fungsinya sama.

4. Antitesis

Antitesis merupakan sebuah gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang bertentangan, dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok kata yang berlawanan. Gaya bahasa antitesis ini menggunakan unsure-unsur paralelisme dan kesinambungan kalimat.

5. Repetisi

Repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yangs esuai.

d. Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna 1. Gaya Bahasa Retoris

(45)

Pleonasme adalah acuan yang mengguankan kata-kata yang lebih banyak dari pada yang diperlakukan untuk menyatakan satu pikiran atau gagasab.

b). Eufemisme

Eufemisme adalah acuan berupa ungkapan-ungkapan yang tidak menyinggung perasaan orang lain, atau ungkapan yang halus untuk menggantikan acuan-acuan yang mungkin dirasakan menghina, menyinggung perasaan orang lain.

c). Litotes

Litotes adalah semacam gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu tujuan merendahkan diri.

d). Hiperbola

Hiperbola adalah gaya bahasa yang melebih-lebihkan sesuatu hal atau mengandung suatu pernyataan yang berlebihan.

e). Paradoks

Paradoks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada.

2. Gaya Bahasa Kiasan a). Simile

(46)

b). Metafora

Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk singkat tidak seperti simile (menggunakan kata : seperti, sebagai, bagaikan, bak, laksana).

c). Personifikasi

Personifikasi merupakan semacam gaya bahasa kias yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa, seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan. Personifiaksi merupakan suatu corak yang khusus dari metafora, yang mengkiaskan benda-benda yang mati bertindak, berbuat, berbicara sama seperti manusia.

d). Sinekdoke

Sinekdoke adalah semacam gaya bahasa figurative yang mempergunakan sebagian dari sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan (pars pro toto) atau mempergunakanlah keseluruhan untuk menyatakan sebagian (totum pro parte).

e). Metonomia

(47)

f). Ironi

Ironi adalah suatu gaya bahasa yang ingin menyatakan sesuatu dengan maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya. Gaya bahasa ironi biasanya digunakan untuk menyindir.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah bahasa yang di gunakan oleh pengarang yang bertujuan untuk memperoleh efek tertentu.

e. Versifikasi

Menurut Jabrohim (2001: 53) versifikasi meliputi ritma, rima, dan metrum. Ritma dikenal sebagai irama atau irama, yakni pergantian turun naik, panjang pendek, terasa lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur. Rima adalah pengulangan bunyi di dalam baris atau larik puisi pada akhir baris puisi atau pada keseluruhan baris dan bait puisi. Sedangkan metrum adalah irama yang tetap, menurut pola tertentu.

Rima adalah istilah lain untuk persamaan bunyi. Rima merupakan pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi. Menurut Suhaharianto (2005:57-59) rima dibedakan atas beberapa jenis yaitu berdasarkan bunyinya dan berdasarkan letaknya dalam kata dan dalam baris. Sedangkan irama yang sering disebut ritme adalah tinggi rendahya, panjang pendek, keras lembut atau cepat dan lambatnya kata atau baris- baris suatu puisi tersebut di baca.

(48)

suatu puisi dapat terciptakan lebih nyata dan lebih dapat menimbulkan kesan pada benak pembaca. ( Suharianto 2005:45).

f. Tipografi

Keindahan puisi tidak terlepas dari cara penulisan atau tipografi sesuai dengan makna puisi. Keindahan tipografi dilihat secara visual dapat digunakan untuk menampilkan peranan aspek artistik dan menciptakan nuansa warna dan suasana tertentu.

Suharianto (1981:37) mengatakan bahwa tipografi disebut juga ukuran bentuk ialah susunan baris-baris atau bait-bait suatu puisi-puisi. Maksud penyusunan tipografi beraneka ragam yaitu a) sekedar untuk keindahan indrawi, maksudnya sekedar agar susunan puisi tersebut nampak indah di pandang, b) untuk membantu lebih mengintensifkan makna dan rasa atau suasana puisi yang bersangkutan (Suharianto 1981:39).

Menurut Jabrohim ( 2001:54) tipografi adalah pembeda yang paling awal untuk membedakan prosa fiksi dan puisi. Baris- baris puisi dalam puisi tidak diawali dari tepi kiri dan berakhir di tepi kanan, tetapi sebelah kiri maupun kanan sebuah puisi tidak harus di penuhi oleh tulisan, tidak seperti halnya jika menulis prosa. Dengan kata lain tidak aturan tertentu yang mengatur tipografi yang sesuai dengan nada, suasana dan makna puisi. Tipografi merupakan benyuk tata wajah sebuah puisi ( Waluyo 1991:97)

(49)

bakunya: yaitu setiap kalimat harus diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan titik. Setiap alinea ditulis menjorok kedalam sekian ketukan. Tetappi pada penulisan puisi tidak ada aturan seperti itu. Penulisan puisi sepenuhnya di serahkan kepada masing- masing penyair. Oleh karena itu, ada penyair yang menuliskan puisinya dengan huruf kecil semua dan tanpa tanda baca apapun. Ada penyair yang menuliskan puisinya dengan selalu memulai dengan huruf capital pada setiap baris. Ada yang menggunakan tanda baca, tetapi untuk keperluan- keperluan tertentu saja. Dapatlah dikatakan bahwa tipografi sangat pribadi tetapi tidak permanen atau sangat goyah : artinya seorang penyair tidak selalu setia pada salah satu jenis pilihan atau kegemaranya.

Menurut Suharianto (2005:53-54) dilihat dari kemanfaatanya, tipografi dapat di bedakan atas dua macam:

a. Untuk keindahan visual, maksudya hanya sekedar untuk menjadikan puisi yang bersangkutan indah di pandang.

b. Untuk mengintensifkan makna dan rasa atau suasana puisi bersangkutan. 2.2.2.2.2 Unsur Batin

a. Tema

(50)

Waluyo ( 1991:106) mengatakan bahwa tema adalah sebagai gagasan pokok atau subject matter yang dikemukakan oleh penyair. Suharianto (2005:38), menyatakan bahwa seperti halnya karya sastra prosa, fungsi puisi juga merupakan media untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarangnya. Dengan demikian puisi pun mempunyai tema atau pokok permasalahan. Pada umumnya tema puisi dinyatakan secara stersirat, karena puisi ummumnya menggunakan kata- kata kias satau perlambang- lambing. Diperlukan kejelian dan kecerdasan kita sebagai pembacanya suntuk menafsirkan kiasan- kiasan atau perlambang- perlambang yang dipergunakan penyair.

Berdasarkan ungkapan di atas sdapat di simpulkan bahwa tema merupakan gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan akan mendesak jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama pengucapanya. Jika desakan yang kuat berupa hubungan antara penyair dengan alam, maka puisinya bias bertemakan keindahan alam. b. Perasaan, nada, suasana.

Nuryatin ( 2005:36) berpendapat bahwa nada puisi adalah merupakann sikap penyair kepada pembaca. Nada puisi dapat berwujud menggurui, menasehati, mengejek, menyindir, bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca, santai dan sebagainya.

(51)

Perasaan atau felling adalah perasaan penyair yang terekspresi dalam puisi sebagai akibat dari sikapnya terhadap objek tertentu. Di dalam puisi suasana perasaan penyair ikut terekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca. Tema yang sama akan ditinjau oleh beberapa penyair dari sudut yang berbeda sehingga akan menghasilkan puisi- puisi dengan perasaan yang berbeda pula.

Dengan demikian perasaan, nada, dan suasana berperan sebagai pendukung makna dalam sebuah puisi. Sebuah tema yang sama akan menghasilkan puisi yang berbeda, jika suasana dan perasaan penyair yang menciptakan puisi itu berbeda.

c. Amanat

Waluyo (2000:134) amanat puisi adalah maksud yang hendak disampaikan penyair. Amanat dapat kita temukan setelah kita mengetahui tema, perasaan, nada, dan suasana puisi tersebut. Amanat tersirat di balik kata-kata disusun dan ada juga di balik tema yang diungkapkan. Amanat syang hendak disampaikan penyair mungkin secara sadar dalam pikiran penyair, namun lebih banyak penyair tidak sadar akan amanat yang di berikan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa amanat merupakan makna tersirat yang disampaikan penyair dalam puisinya

2.2.2.3Proses Menulis Puisi

(52)

adalah perenugan atau pengendapan, dan tahap yang ketiga adalah tahap memainkan kata.

Para penyair sebelum menciptakan sebuah puisi terlebih dahulu melakukan pengindraan terhadap alam sekitar. Hal ini dilakukan untuk menemukan keanehan yang terjadi di alam sekitar penyair. Keanehan- keanehan itulah yang kemudian akan dijadikan sebagai sumber inspirasinya dalam puisi. Pengindraan merupakan tahap dimana siswa dituntut untuk menentukan ide dalam menulis puisi. Setelah ide ditentukan, maka proses belajar akan berjalan dengan lancar.

Setelah penyair melakukan pengindraan, tahap selanjutnya adalah tahap perenungan atau pengendapan. Perenungan ini akan semakin mendalam jika disertai dengan daya intuisi yang tajam. Intuisi akan mampu memunculkan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.

Tahap yang terakhir adalah tahap memainkan kata. Yang pertama dilakukan adalah terlebih dahulu mengumpulkan kata- kata yang berhubungan dengan tema yang dipilih, kemudian perlu dilakukan penyelesaian makna kata yang memiliki nilai rasa yang lebih tinggi itulah yang digunakan dalam menulis puisi.

2.2.3 Pendekatan Emotif- Imajinatif Media Audiovisual 2.2.3.1 Pendekatan Emotif- Imajinatif

(53)

berkembang. Suasana hati atau emosi diri dapat ditimbulkan oleh apa yang kita cium, apa yang kita lihat, dan sebagainya. ( Baron, 1990b). Psikolog sosial telah mengindentifikasi tiga tipe yang berbeda dari pengambilan perspektif ( Batson, Early, &Salvarani, 1997;Stotland,1969): (1) Anda dapat membayangkan bagaimana orang lain mempersepsikan suatu kejadian dan bagaimana dia akan merasakan sebagai akibatnya mangambil perspektif”membayangkan orang lain”. (2) Anda dapat membayangkan bagaimana anda akan merasa jika Anda berada dalam situasi tersebut mengambil perspektif ini berakibat pada respons emosional pada orang yang membutuhkan, tetapi emosi- emosi spesifik pada setiap tipe. (3) tipe ketiga dari mengambil perspektif melibatkan fantasi merasa empati pada karakter fiktif. Sebagai akibatnya reaksi emosional terhadap kegembiraan,kesedihan, ketakutan yang dialami oleh seseorang atau binatang dalam sebuah, film, atau program televisi.

Dalam meningkatkan kulitas siswa dan mengembangkan kurikulum yang tepat dan bermutu, berbagai usaha telah dilakukan oleh Depdiknas. Peranan guru dalam pembentukan pola KBM di kelas bukan ditentukan oleh didaktik metodik " apa yang di pelajari" saja, melainkan pada " bagaimana menyediakan dan memperkaya pemgalaman belajar anak". Pengalaman anak belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi secara aktif berbagai keadaan serta berkonsultasi dengan nara sumber yang lain ( Depdiknas 2002:1)

(54)

dalam salah satu bentuk ( Slamet muljana). Ungkapan isi hati dan perasaan seseorang dapat dilukiskan dalam rangkaian bait- bait kalimat yang indah.

Imajinasi sangat diperlukan dalam menulis puisi. Dengan imajinasi, artinya kita dapat mengkonkritkan apa yang di khayalkan, yang nantinya akan terlihat dalam bentuk kata- kata yang digunakan sebagai simbol atau lambang. Pengkonkritan terlihat pada bahasa yang dipakainya. Berkaitan dengan instituisi dan imajinasi, prosa tidak bersifat inuitif. Emosi dan asosiasi juga merupakan faktor penting puisi. Emosi yang mincul ke permukaan akan mempengaruhi hasil jadi sebuah puisi. Tugas guru di dalam kelas adalah membantu siswa mencapai tujuanya. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa)

(55)

menanggapi. 8) guru memberikan penguatan, 9) guru bersama siswa melakukan refleksi pembelajaran.

Guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMP harus memiliki berbagai evaluasi yang bersifat kreatif- estetif ( Depdiknas 2004:68-69). Evaluasi yang bersifat estetis kreatif untuk menilai kemampuan penulisan puisi. Menulis puisi siswa dititikberatkan pada kemampuan siswa menggunakan diksi yang tepat,di samping itu peneliti juga memasukkan unsur- unsur yang lain yang di gunakan dalam penilaian menulis puisi. Unsur- unsur tersebut antara lain kemampuan siswa dalam menentukan tema dan judul, menggunakan irama dalam puisi, menentukan diksi yang tepat, menyusun pembaitan yang tepat, menciptakan tipografi yang unik, serta menyesuaikan tema dengan isi yang ingin di sampaikan dalam puisi.

(56)

Ridho (2006:4) menyebutkan bahwa untuk membangkitkan daya imajinasi dapat disamakan dengan percepatan belajar atau accelerated learning yang didefinisikan sebagai memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal disertai dengan kegembiraan. Cara ini menyatakan unsur- unsur yang tidak mempunyai persamaan dengan hiburan, permainan, warna, cara berpikir positip, kebugaran fisik, dan kecerdasan emosional. Para pendidik mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan- tindakan yang positif dari peserta didik sebagai faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang paling efektif.

(57)

yang pada akhirnya siswa dapat menghasilkan bentuk tulisan atau karangan yang baik. Media audiovisual yang dipilih tidak hanya sesuai dengan materi dan tema pembelajaran tetapi harus disesuaikan dengan kebutuhan siswa, artinya tayangan yang akan di tampilkan di depan kelas harus sesuai dengan umur, selera dan minat siswa. Hal ini berdampak pada proses pembelajaran bahwa media audiovisual yang sesuai dengan umur, selera dan minat siswa akan menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan untuk menimbulkan daya imajinasi siswa dalam mengembangkanya untuk membentuk sebuah tulisan.

Singkatnya, pendekatan emotif- imajinatif merupakan pendekatan yang menciptakan suasana pembelajaran keterampilan menulis yang nyaman dengan cara memberikan rangsangan melalui media audiovisual untuk membangkitkan daya imajinasi siswa. Apabila siswa sudah mendapatkan daya rangsangan untuk berimajinasi maka mereka dapat dengan mudah untuk menuangkanya kedalam bentuk tulisan misal yang berbentuk puisi.

2.2.3.1 Hakikat Media

(58)

2.2.3.2 Pengertian Media

Media pembelajaran adalah alat atau materi yang menyajikan bentuk informasi secara lengkap dan menunjang proses pembelajaran Hamalik (1984) mengembangkan, media adalah alat yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah.

Burhanudin (2000 : 1) mengemukakan bahwa media adalah alat yang dipakai sebagai saluran untuk menyampaikan suatu pesan atau informasi dari sumber kepada penerimanya. Soeparno (1988:3) menyatakan media merupakan paduan antara software dan hardware. Software adalah suatu program yang diisikan pada hardware. Hardware yang telah diisi software aatau perangkat keras yang telah diisi dengan perangkat lunak.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa media adalah alat dan suatu jenis komponen (paduan anatara perangkat lunak dan perangkat keras) yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari sumber yaitu guru kepada penerima yaitu siswa agar proses pengiriman pesan berlangsung efektif.

2.2.3.3 Manfaat Penggunaan Media

(59)

minatnya 3) media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu. 4) media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya.

2.2.2.4 Hakikat Media Audiovisual

Menurut Rohani ( 1997:97-98), Media audiovisual adalah media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman ( kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ) meliputi media yang dapat dilihat, di dengar dan di

yang dapat didengar. Selanjutnya, media audiovisual menurut Djarmarah dan Zain ( 2002:141 ) adalah media yang mempunyai unsure suara dan gambar. Jenis

media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, karena melipui kedua jenis audio dan visual.

(60)

memberikan spengalaman yang menyeluruh deari pengalaman yang konkrit sampai yang abstrak ( Anonim 1990).

Secara umum media audiovisual mempunyai kegunaan untuk mengatasi berbagai hambatan, antara lain hambatan komunikasi, keterbatasan ruang kelas, siswa yang pasif, pengamatan yang kurang seragam, sikap objek belajar yang khusus sehingga tidak mungkin di pelajari tanpa media, tempat yang terpencil dan sebagainya.

2.2.4 Kelebihan dan Kelemahan Penerapan Pendekatan Emotif- imajinatif Penerapan pembelajaran menulis dengan emotif- imajinatif memiliki kelebihan dalam memberikan kontribusi untuk meningkatkan keterampilan menulis. Pembangkit daya imajinasi yang diberikan melalui media audiovisual dapat merangsang dan mengkondisikan siswa sedemikan rupa sehingga siswa dapat memberikan respon yang bersifat positif.

Penggunaan metode emotif- imajinatif tidak cukup efektif bagi kelompok siswa dengan tingkat ketrampilan menyimak yang rendah. Simulus yang di sampaikan secara audivisual menghendaki adanya keterampilan yang kebih baik.

(61)

2.2.5 Pembelajaran Menulis Puisi Melalui Pendekatan Emotif- Imajinatif dengan Media Audiovisual

Menulis kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam atau peristiawa yang pernah di alami merupakan salah satu Kompetensi Dasar yang berlaku dalam Kurikulum 2006 ( KTSP). Dalam hal ini, siswa sebagai subjek penelitian dituntut untuk mampu menulis puisi berkenaan dengan keindahan alam atau perisriwa yang pernah dialami. Menulis merupakan aktivitas yang menggunakan seluruh belahan otak, baik otak kanan maupun otak kiri yang tidak satupun belahan otak itu bekerja secara sempurna tanpa adanya rangsangan atau dorongan dari bagian yang lain. Oleh karena itu, diperlukan adanya pembelajaran menulis yang baik dari guru agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

Pembelajaran dengan menggunakan metode emotif- imajinatif merupakan pembelajaran dimana siswa di tempatkan pada suasana yang nyaman, santai, dan menggembirakan. Rangsangan melalui media audiovisual untuk membangkitkan daya imajinasi siswa ketika menulis puisi.

(62)

suasana yang nyaman, santai dan menggembirakan, sehingga siswa jauh dari tekanan stres dan mudah lelah.

Pembelajaran awal pada menulis puisi ini, terlebih dahulu guru mengkondisikan siswa untuk siap mengikuti proses pembelajaran dengan posisi duduk yang santai dan tidak tegang. Kemudian guru melakukan pendahuluan dengan memberikan apersepsi dan motivasi pada siswa. Apersepsi dilakukan dengan memberikan pertanyaan- pertanyaan yang dapat membagun minat siswa terhadap puisi. Setelah itu guru baru memberikan penjelasan kepada siswa mengenai Kompetensi Dasar serta manfaat yang diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran menulis puisi.

(63)

Kegiatan yang terakhir adalah guru bersama siswa mereflesikan hasil dari pembelajaran tersebut, yang ditutup dengan guru memberikan kesimpulan hasil pembelajaran yang telah dilakukan.

2.2.6 Kerangka Berfikir

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya menulis, perlu adanya upya- upaya dari guru agar pembelajaran dapat berlangsung efektif. Ukuran efektivitas proses pembelajaran Bahasa Indonesia adalah pada hasil yang dicapai berupa keterampilan siswa dalam menulis puisi.

Standart kompetensi pada pembelajaran menulis diharapkan siswa mampu memahami dan menulis puisi serta menghasilkan suatu karya sastra. Menulis puisi merupakan salah satu butir pembelajaran yang ada dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Pertama kelas VII. Indikator pencapaian hasil belajar dalam pembelajaran menulis puisi yaitu siswa diharapkan mampu mengungkapkan isi puisi dengan mepertimbangkan nada, suasana, irama, pilihan kata, dan pencitraan.

(64)

Pengajaran sastra yang menuntut siswa agar mampu menciptakan sebuah karya sastra, tidak berlangsung secara sederhana. Seorang guru harus mampu berkreasi untuk menciptakan suasana belajar yang efektif dan menyenangkan bagi siswa. Untuk mencapainya, diperlukan metode yang tepat sesuai dengan materi pembelajaran. Begitu pula dalam pembelajaran menulis puisi deskripsi, guru diharapkan mampu menciptakan metode yang bisa merangsang imajinasi siswa untuk menuangkan ide- ide mereka agar dapat menjadi sebuah puisi.

Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan metode emotif- imajinatif, karena dengan menggunakan metode emotif- imajinatif dalam pembelajaran puisi serta deskripsi akan memudahkan siswa dalam menentukan ide atau gagasan pokok, serta memudahkan siswa untuk menuangkan ide, imajinasi dan kreatifitasannya dalam penulisan puisi.

(65)

2.2.4 Hipotesis Tindakan

(66)

49

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK) artinya penelitian yang berbasis kelas atau sekolah yang objek penelitian ini adalah belajar mengajar yang merupakan interaksi antara guru, siswa, dan bahan ajar. Dari interaksi tersebut guru mencatat hal-hal penting yang memungkinkan objek dapat mengidentifikasi kejadian-kejadian penting yang dapat digolongkan sebagai masalah. PTK dilakasanakan dalam wujud proses pengkajian berdaur yang terdiri atas empat tahap yaitu tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

(67)

Bagan 1 Desain Penelitian Tindakan Kelas

3.1.1 Prosedur Tindakan Siklus I

Proses tindakan siklus I terdrri atas empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan pengamatan, dan refleksi.

3.1.1.1 Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini merupakan tahap awal yang berupa kegiatan untuk menentukan langkah- langkah yang akan dilakukan oleh peneliti untuk memecahakan masalah yang akan dihadapi. Pada tahap ini, peneliti melakukan kooordinasi dengan guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia mengenai waktu pelaksanaan penelitian, materi yang akan diajarkan,dan bagaimana pelaksanaan penelitianya. Langkah ini merupakan upaya perbaikan kelemahan dalam proses pembelajaran menulis puisi di SMP Muhammadiyah 3 Semarang kelas VII C.

Rencana kegiatan yang akan dilakukan peneliti adalah (1) menyusun rencana pembelajaran yang berhubungan dengan keterampilan menulis puisi

Refleksi

Tes Awal Pretes

Observasi Observasi

Tindakan Refleksi Siklus I

Perencanaan

(68)

dengan media audiovisual, Rencana pembelajaran ini dilakukan sebagai program kerja atau pedoman peneliti dalam melaksanakan proses belajar mengajar agar pembelajaran dapat tercapai. (2) menyusun rancangan evaluasi yang meliputi tes dan non tes.. Peneliti menyiapkan rancangan evaluasi yang meliputi tes dan non tes. Rancangan evaluasi yang meliputi tes yaitu berupa soal yang akan diujikan melalui lembar tes menulis puisi beserta kriteria penilaiannya. Rancangan evaluasi yang non tes yaitu berupa lembar observasi, lembar wawancara, lembar jurnal, dan dokumentasi yang berupa foto. (3) mempersiapkan media yang digunakan. Setelah persiapannya di rasa sudah cukup peneliti berkoordinasi dengan guru mata pelajaran mengenai kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

3.1.1.2 Tindakan

Tindakan adalah perbuatan yang dilakukan oleh guru sebagai upaya perbaikan keterampilan menulis puisi pada siswa kelas VII C SMP N 2 Sulang. Tindakan yang dilakukan peneliti secara garis besar adalah melaksanakan proses pembelajaran menulis puisi melalui pendekatan emotif imajinatif media audiovisual. Tindakan yang dilakukan peneliti dalam meneliti proses meliputi tiga tahap yaitu pendahuluan, inti, dan penutup

a. Tahap pendahuluan

(69)

b. Proses Pembelajaran

Pada proses pembelajaran, peneliti memberikan contoh puisi yang baik. Siswa mengamati contoh puisi dan menemukan unsur-unsur dalam puisi tersebut. Siswa mendiskusikan struktur pembangun fisik dan batin dalam contoh puisi yang diamati. Setelah mendiskusikannya, peneliti memperkuat hasil diskusi tentang struktur pembangun fisik dan batin dalam contoh puisi. Peneliti kemudian menjelaskan mengenai pendekatan kontekstual dan langkah-langkah menulis puisi.

c. Evaluasi

Setelah siswa paham mengenai menulis puisi, diakhir setiap siklus peneliti mengadakan tes. Pada siklus I siswa diminta untuk menulis puisi secara individu dengan kriteria penilaian yang diberikan oleh guru. Setelah itu, peneliti memilih puisi terbaik dalam setiap baris tempat duduk yang kemudian akan dipresentasikan di depan kelas.

3.1.1.3 Observasi

(70)

Setelah kegiatan pembelajaran selesai, peneliti meminta tanggapan siswa, kesan, dan pesan terhadap materi, proses pembelajaran, dan sumber belajar yang digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat memperbaiki tindakan pada siklus berikutnya. Tanggapan tersebut tertulis dalam jurnal siswa.

Peneliti juga melakukan wawancara dengan siswa dengan tujuan mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran menulis puisi. Wawancara dilakukan diluar jam mata pelajaran terutama kepada siswa yang mendapatkan nilai tinggi, sedang, dan nilai rendah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sikap positif dan negatif siswa dalam kegiatan pembelajaran menulis puisi.

Berdasarkan data hasil pengamatan yang ada peneliti akan lebih tanggap terhadap segala yang menyangkut penyampaian materi menulis puisi dengan pendekatan sugestif-imajinatif media audiovisual. Kesalahan dan kekurangan selama proses belajar mengajar pada siklus I akan dapat teratasi dalam pelaksanaan proses belajar mengajar pada siklus II.

Hasil pengamatan atau observasi yang dipe

Gambar

Tabel 2 Rubrik Penilaian Keterampilan Menulis Puisi
Tabel 3 Kriteria Penilaian Keterampilan Menulis Puisi
Tabel 3 Pedoman Penilaian Keterampilan Menulis Puisi
Tabel 4 Pedoman Penilian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kebijakan pidana terkait dengan korupsi sesungguhnya sudah ada dan diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidanan (KUHP) namun yang diatur mengenai penyalahgunaan

600.000 di bank tersebut, maka berapakah banyaknya uang Andi pada pertengahan bulan Desember

Dokumen yang dibuat oleh bagian akuntansi berdasarkan infomasi dalam daftar gaji karyawan. Bukti kas keluar dibuat dua rangkap dimana rangkap pertama diteruskan

Adapun saran yang diberikan adalah bahwa sebaiknya Rahmat Jeans Collection meninjau kembali metode perhitungan harga pokok produksi dengan metode konvensional dan

sifat dari kappa karagenan yang merupakan fraksi yang mampu membentuk gel dalam air dan meningkatkan viskositas larutan sehingga total padatan terlarut menjadi

Dengan kata lain pola asuh orangtua terhadap anak adalah merupakan suatu interaksi antara otangtua dan anak selama mengadakan kegiatan pengasuhan yang berarti orangtua

Kinerja karyawan sudah sesuai dengan standar kuantitas yang ditetapkan perusahaan.. 3

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari enam dimensi Total Quality Management (TQM), hanya variabel fokus pada pelanggan dan manjemen sumberdaya manusia yang tidak