• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi Masyarakat dalam Progratn Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat: Kasus di Wana Wisata Curug Cilember RPH Cipayung, BKPH Bogor, KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Partisipasi Masyarakat dalam Progratn Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat: Kasus di Wana Wisata Curug Cilember RPH Cipayung, BKPH Bogor, KPH Bogor Perum Perhutani Unit III Jawa Barat"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

0

%'

I'ARTISIPASI M A S Y A R A I a T DALAM PROGRAM PENGELOLAAN

SUMBERDAYA NUTAN BERSAMA MASYARAIUT (PI-IBM)

(I<asus di Wana Wisat;~

Curug Cilember RI'I-I Cip;~yu~tg,

131<1'11

Bogor,

KPI-I Bogor, Peru~n

Perhutani Unit

111

Jawa Barat)

Oleh

:

ANBIYA

E01498008

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS ICEHUTANAN

INSTITUT PEIITANIAN BOGOR

(2)

Rittgkasan

Anbiya (E01498008). Partisipasi Masyarakat dalarti Progratn Pettgelolaatt Surrlberd;tya Hutitrt

Bersama Masyara1;at: Kasus d i Watta Wisata C u r u g Cilember R Y M Cipayung, B K P t I Bogor, KPI-I Bogor I'erum I'cr~l~utatti Unit 111 Jawa Barat, di bawali bimbingan Dr. Ir. Didik Suliarjito, M S

I-lingga saat ini praktek pengelolaan hutan oleh I'erit~n Perliirtani telah berumut- setidaknya

Icbih dari 100 taliun. Narnun delnikian liingya saat i~ii praktek keliutartan Inasill terus menyisakii~i

berbagai pcrsoalan, khususnya berkaitan dengan ltonflik yang melibatkan Masyarakat Desa I-lutan

( M D t l ) dcnyan P e r i ~ n ~ Perliutani. Perum Perliutani tclali mencoba berbagai I'rogratii seperti perhutanan

sosial (PS) dan Pelnbinaan Masyarakat Desa tlutan (PMDI-I), nalnun belum dapat menyelesailtan

pcrsoalati secara signitikan khususnya masalali-~nasalali perusakan atau gangguan terhadap

sumberdaya liutan. Program Pengeiolaan Su~nberdaya I-lutan Bersama Masyarakal (PHBM)

diliarapkan dapat ~nenangani masalali-masalah tersebut. P H B M rne~niliki visi dan misi yang dapat

~iiewujudkan apa yang diliarapkan masyarakat dan pihak Perum Perliutani. Watia Wisata Curug

Cilelnber (WWCC) BKPH Bogor, I<PH Bogor, Perutn Perliutani Unit Ill Jawa Barat merupakan salah satu pelaksanaan P H B M yalig telali diiaksanakan sejak awal tahuri 2001.

Tujtran dari penelitian ini adalah ( I ) ilntuk mengetaliui Itebutuhati-kebntuliati MDIH dan Pcrum

I'erhutani dala~n penerapan PI-IBM, (2) mengetaliui tingkat partisipasi masyarakat pcscrta 1'1-IBM, pada

lahap perencanaan. pelaksanaan tnaupun pada tal~ap evaluasi d a ~ i (3) lnengetahui kontribusi 1'1-IBM

terliadap pendapatan total Rutnah Tangga MDI-I Peserta PHBM.

Responden dipilili secara acak sebanyak 60 responden ( Icepala Keluarga) dari itnit popitlasi Desa Jogjogan yang berjumlali 1.381 I<I<. Metode pengurnpulan data yang digunakan adalali observasi, wawancara dengan menggunakan kuisioner dan wawancara bebas.

I-lasil penelitian ini tnenunjukltan baliwa kebutuhan-kebutuhan M D H yang diungkapkdn olcli

responden sebagai pcserta PI-IBM adalali ( I ) tersedianya lapangan kerja (33,33%), (2) pcningkatan

pcndapatan (33,33%), (3) tersedia Iapangan kerja dan peningkatan pendapatan (1 1.7%) dan (4)

terciptanya ketertiban di areal WWCC, terutarna ketet-tiban pengunjung WWCC untuk menghortnati

budaya masyarakat local (21%). Kebutuhari Perutn Pet-hutani adalali jaminan keatnanan dan ketertiban

di separijangjalur-jalur wisata Wana Wisata Curug Cilember terutama dari gangguan masyarakat lokal

Tingkat partisipasi tnasyarakat Desa Jogjogan pada tahap perencanaan PI-IBM adalali

sebanyak 90 % terlnasuk kedalam kategori rendah, 3 % termasok ltedalam kategori sedang dan 7% teniiasult kedalam kategori tinggi. Tahap perencanaan PHBM ~neliputi kegiatan Penetapan Wilayah

i<erja, Penentuan I<otitrak I<erja, Penentuan Mitra Iceda PI-IBM, dan Penentuan sister bayi hasil. .

Tingltat partisipasi masyarakat Desa Jogjogall pada tahap pelaltsanaan P H B M adalali sebanyak 70%

(3)

tingkat partisipasi sedans. Tahap pelaksanaan P t l B M terdiri dari 3 1 kegiatan yang initliptiti einpat kegiatan pertemuan IRMAS, elnpat kegiatan peiiiantauan penyeluaran karcis, empat kegiatan kebersilian, empat kegiatan keamanan dan ketertiban (Patroli ICAMTIB), empat kegiatan jaga MCIC, cnipat kegiatan perparkiran, elnpat kegiatan penyuluhan kepal-iwisataan dan tiga kegiata~i perdagangan. Sedangkan partisipasi Masyarakat Desa Jodogan dalaln taliap cvaluasi adalali sebariyak

10% MDkI ikutserta dan 90% MDI-I tidak ikutserta dalam taliap cvaluasi PI-IBM. 1'al.tisipasi pada lahap evaliiasi PI-IBM dapat dilihat dari lteikutsertaan ~nasyarakat pada pesternuan akliir tahun dalam rangka ~iiengevaluasi kerjasama yang telah dilakukan satu taliun sebelumnya.

Rata-rata pendapatan masyarakat dari keikutsertaannya dalam 1'1-IBM adnlali sebesar Rp. 62.800,00 per bulan seda~igkan pendapatali rata-rata non P l l B M adalah Rp. 492.250,OO pcr bulan dan i ~ n u i k rata-rata pendapatan totalnya adalah sebesar Rp. 555.066,00 per bulan. Dengan deiniltian. PHBM ~nembel-ikan kontribusi sebesar 11.07 % terhadap pendapatan total Rumah Tangga 1~csponden.Selain itu PHBM di WWCC CWana Wisata Curug Cileinber) juya teloli iiieiiiberikan pemasukan bayi lkas pembangunan Desa Jogjogan terhitung liililai jaiiuari sa~npai okteber 2002 yang berkisar Rp. 26.300.000,OO atau Rp. 2.630.000,OO perbulan. Dana tersebut menurut aparat desa setempat digunaka~i untuk menggaji para pegawai desa dan hansip yang lnienjaga keamanan Desa Jodogan dan u~ituk pembangunan sarana dan prasarana antara lair1 meinbanto pembangunan Masjid.

(4)

PARTISIPASI MASYAMKAT

DALAM P R O G M M PENGELOLAAN SUMBERDAYA HUTAN BERSAMA

MASYAMKAT (PHBM)

Kasus di Wana Wisata Curug Cilember RPH Cipayung, BKPH Bogor, KPH

Bogor Perum Perhutani Unit 111 Jawa Barat

Karya Ilmiah

Sebagai Salah Satu Syarat U ~ ~ t u l i

Memperoleh

Gelar Sarjana K e h u t a ~ l a ~ ~

111stitut Pertanian Bogor

Ofeh

ANBIYA

E01498008

DEPATEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Partisipasi Masyarakat dalam Program Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (Kasus di Wana Wisata Curug Cileiuber, RPH

Cil)ayung, BKPH Bogor, KPH Bogor, Perum Perhutani Unit I11 J w a Barat).

Mengetahui,

Ketua Dcp,memen Manajen~en Hutall

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT, karena atas bel-kah dan rabmat-Nya penulis dapat

menyelesaika~i penyusulian skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleli gelar Sarjalia

Keliutanan. Skripsi ini berjudul Partisipasi masyarakat dalam Prograiii Pengelolaan Sumberdaya Hutan

Bersanla Masyarakat (Kasus di Wana Wisata C u n ~ g Cilember W I I Cipayung, BKPH Bogor, KPH

Bogor Peruln Perliutani Unit 111 Jawa Barat).

Penulis mengucapkan terima kasili yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ir. Didik

Suharjito, MS yang telah membinibi~ig penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Selain itu

penulis juga menyampaikan bantuan berbagai piliak yang telah mendukung, memberika~i semangat,

ba~ituan dan atau motivasi kepada pe~iulis hi~igga teselesaikaruiya skripsi ini, yaitu kepada :

I. Ayahanda dan Ibunda tercinta, keluarga A. Alfatali, Abangkul, Bang Adi, Bang Mirza dan Kak

Erah atas doa dan dukungannya.

2. Bapak Dr. Ir. Seca Ga~ida Seca, M Agr selaku dosen penguji wakil dari Departenien Telcnologi Hasil Hutan dan Bapak Ir. Harnios Arief, M.Sc.F selaku dosen pe~iguji wakil dari Departemen

Keonservasi Sumberdaya Hutan.

3. Sahabatku Piko atas sumbangan waktu dan fikirannya.

4. Peru111 Perliutani Unit 111 Jawa Barat atas izin penelitian yang telali diberikan.

5. Bapak Dede selaku Koordinator Wisata WWCC dan Bapak Ade atas dukunga~i dan araliannya

6.

Pak Boy, Pak Wawan, Pak Lurah dan Masyarakat Desa Jogjogan (kl~ususunya responden) atas

kerjasamanya selama melaksanan penelitian di lapangan.

7 . Temeii-temen di Banditos, Gigin Diau, Whisnu Batik, Binlbim Honey, Hilal Pante, Mas Hendra, Deri Cantik, Kentung, Edu Black, Doni Monkey, Edin, Baugun, Thomson, Edin, Konda, Yoga

Golo, Danang, Fikri Syakit, Bus Rokok Didik, Jhon PS, Ilendra dan Nerlali Telkom atas

kebersamaannya.

8. Dek Ina tct atas dukungan dan doanya.

9. Temen-temen Manggala, Woyla-woyly, Deni Careuli, Herlan Gila, Oki Lohan dan anak bawali

atas kebersamaannya.

10. Anak-anak KKN Tamansari, Ginong, Wegong, Siliintong, Taute Nina, Eki, Ajid, Ayu d a ~ i Iiil atas

kerjasanianya.

11. Rekan-rekan MNH-35, atas kebersamaannya selama kuliali.

Penulis menyadari baliwa masib banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, sehingga

diharapkan adanya masukan dan saran untuk penyempu~naali dari semua pihak. Semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi kita setilua, terutama bagi kemajuan masyarakat pedesaaan di sekitar liutan.

(7)

RIWAYAT HIDUP

Nama le~igkap penulis adalah Anbiya Ishaq. AW, dilaliiskan di Desa Kenawat Redelong,

Aceh Tengah, pada tanggal 13 ~ p r i l 1 9 8 0 . Penulis mesupakan anak kelima dari lima bessaudasa dasi

pasangan Ayahanda H. Ishaq. AW dan Ibunda Hj. Nusdinah. MS.

Jenjalig pendidikan formal pertama ditempuli di Madsasah Ibtidaiyah Negesi Kenawat

Redelong pada tahun 1986-1992. Sekolah lanjutan tingkat pertarna di Madrasah Tsanawiyali Swasta

Bustanul Ulum La~igsa pada tahun 1992-1995. Pada tahun 1995-1998, penulis menempi111 pendidikan

SLTA di Madrasah Aliyah Negeri I Banda Aceh.

Pada tahun 1998, Penulis ~nelanjutkan pendidikali Program Sarjana pada I'rogram Sludi

Manajemen I-lutan Fakultas Keliutanan lnstitut Pertanian Bogor ~ilelalui jalus USMl (Undangan

Seleksi Masuk IPB) dan menekuni bidang illnu pengetahuan Politik, Ekoi~o~ni dan Sosial Kehutanan.

Selama menempuh pendidiltan di Fakultas Kellotalian, periulis telah melnksanakan prnktek

lapang, yakni Psaktek Pengenalan dan Pengelolaan I-lutan (P3H) pada tahun 2001 di I<PI-1 Banyumas

Barat dan Banyumas Timus dengan jalur Baturaden-Cilacap dan I<PI-l I<edu Utara Pcrl~tn Peshuiani

Unit I 1 Jawa Tengah. Pada tallun 2002 penulis melaksanakan Kuliah I<erja Nyata di Desa Tamansari,

Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sajana Kehutanan, penulis menyusun

karya ilmiah yang berjudul Partisipasi Masyaraltat dalatn Program Pengelolaa~i sum best lay;^

Flutan Bersama Masynrakat (I<asus di warla Wisata Curug Cilember, RPH Cipayung, BICPH

(8)

D A F T A R IS1

DAFTAR I S I .

... D A F T A R T A B E L

...

. , . I I I

D A F T A R G A M B A R

...

iv

D A F T A R L A M P I R A N

...

. .. ...

..

....

...

b

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakan

B. Tujoan

C. Peruniusan Masalah

11. T I N J A U A N P U S T A K A

A. Penyelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PtIBM)

...

4

B. Kebutulian-kebutuhan Masyarakat dalam Penerapan PHBM

...

...

...

. . 5

C. Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan

...

6

...

D. Implikasi Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersarna Masyarakat I0

E. Kriteria atau lndikator l<eberhasilan P r o p 1 I I

111. M E T O D E P E N E L I T I A N

.

.

...

A. Kerangka P e m ~ k ~ r a n . . I3

...

B. Waktu dan Tempat I3

. .

C . Definis~ Operasional

...

.

.

...

I3 D. Metode pengambilan Salnpel

...

::...

...

I5

...

E. Metode Pengumpulan Data ...

.

.

I5

F. Pengolahan dan analisa Data

...

I6

IV. IiONDISI U M U M LOICASI

A. Kawasan Hutan

...

I. Letak Geografis dan Batas I7

2. Keadaan Fisik

...

...

3. Topografi dan Tanah

...

...

4. Iklirn , I 8

B. Desa Penelitian

.

.

...

...

(9)

...

2. Topogrdfi dan Geografis. I9

3. Keadaan Sosial Ekonorni dan Budaya ... 19

V. I-IASIL DAN PEMBAMASAN

...

A. Pelaksanaan Pengelolaan Su~nberdaya I-lutan Bersama Masyarakat.. ..22

... B. Kebutuhan-kcbutulia~i Masyarakat dart Pcrtr~n I'crlintani dalar~i I'cncrap>rri 1'1-IBM .23

C. I'artisipasi Tahap Pel.encanaa

D. I'artisipasi Tahap Pelaksanaa

E. Partisipasi Tahap Evaluas

F. I'ersepsi Umum Responden terhadap Pelaksanaan PHBM

G . Pendapatan R u ~ n a h Tangga Respondel 14. Pendapatan Desa

?

1. I-lubungan Pemenuhan I<ebutuhan dengan Tingkat I'artisipasi.. ... ..JJ

VI. I<ESIMI'ULAN DAN SARAN

...

A. I<csimpulan ...

.

.

..35

...

B. Saran 3 5

...

...

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor T e k s H a l a r l ~ a r ~

I

.

Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Tahap Perencanaan PHBM

...

14

2

.

Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Tahap Pelaksarlaan P H B M

...

15

3 . Luas dan Penggunaan Lallan Desa Jogjogan

...

18

4

.

Kornposisi Penduduk Desa Jogjogan Berdasarkan Kelompok Umur

...

19

5

.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan yang Diselesaikan

...

2 0

...

6 . Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian 2 0 7 . Luas Pemilikan Lahan 2 1 8

.

Kebutuhan-kebutuhan Masyarakat dalam Penerapan PHBM

...

.... ... ... .... 24

9

.

Distribusi Peserta P H B M MenurutTingkat Partisipasinya pada Tahap Perencanaan

...

.

.

...

25

10 . Distribusi Peserta PHBM Menurut Keikutsertaan pada Tahap I'erencanaanPHBM

. .

.

.

...

..

...

I I . Distribusi M D H menurut tingkat partisipasinya dalam tahap

...

pelaksanaanPHBM

...

... 2 6

...

12 . Distribusi M D H Menurut Keikutsertaan pada Evaluasi Akhir Tahun PHBM 28 13 . Persepsi Responder1 Teri~adap Pelaksanaan PHBM -8 ...

...

. 14 Rata-rata Pendapatan PHBM Responden .... 30

15. I(ontribusi PHBM terhadap ~endapat'an Total Ruinah Tanzga Responden ... 31

...

16 . Rats-rata Pendapatan Non PMBM 31

(11)

DAFTAR GAMBAR

Teks

... .

1 Warung Wisata yang Dikelola Oleh Masyarakat Desa Jogjogan 23

...

2 . Lahan Parkir yang Dikelola Ole11 Masyarakal Desa Jogjogan

:

...

27

...

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Telcs Halaman

1 . Data Kankteristik Responden PHBM

...

37

2 . Data Kebutuhan-kebulul~an Responde 2 3 . Hasil Penilaian Tingkat Partisipasi Masyarakat pa& talap Perencanam

...

43

4

.

Hasil Penilaian Tingkat Partisipasi Masyarakat pada tahap Pelaksanaan

...

44

5 Hasil Penilaian Tingkat Partisipasi Masyarakat pada tallap Evaluasi

...

45

6 . Persepsi Responden Terlladap PHBM

...

46
(13)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belaliang

Hingga saat ini praktek pengelolaan l~utan ole11 Perum Perl~utani masih terus

menyisakan berbagai persoalan, khususnya berkaitan dengan konflik yang tnelibatltan Masyaraltat

Desa I-lutan (MDH) dengari Perum Perhutani. Menurut Santoso (2000), konflik-konflik yang

terjadi secara garis besar dibedakan menjadi dua hal, yaitu konflik yang semata-tnata tneritpakan

tindak kriminal biasa dan konflik yang merupaka~i sikap pembangkangan sosial. Bentult kor~tlik

yang pertama merupakan tindak pidana biasa dan dapat diselesaikan dengan pendekatan polisional,

namun pendekatan ini tidak efektif untuk menyelesaikan bentuk konflik yang kedua yakni konflik

yang merupakan pengajawantahan dari pembangkangan sosial (social bandireiy).

Penyelesaian konflik semacam ini memerlukan instrumen khusus. Perum Perliutani telah

tnetlcoba berbagai program seperti Perhutanan Sosial (PS) dan Petnbi~~aan Masyaraltat Desa Mutan

(PMDH), namun belum dapat menyelesaikan persoalan secara signifikan khususnya masalah-

masalah pembanditan MDH dalam berbagai bentuk perusakan hutan seperti pencurian, bibrikan,

sabotase tanatnan dan lain sebagainya.

Menurut Mulyono (2002), konsep Perhutanan Sosial sendiri lahir dari sengketa. I<etika

para rirnbawan berorientasi "rbnber lnanagenlenl" bersengketa dengan ltalangan yang

memperjuangkan kepentingan masyarakat. Ketika gagasan Perhutanan Sosial itu kemutlian

diterilna secara luas timbul sengketa baru, yakni sengketa tentang interpretasi istilah dan konsep

Perl~t~tarian Sosial itu sendiri. Ada yang menafsirkan "hutan ontuk rakyat", dengan arti baliwa

liutan seharusnya dikelola oleh rakyat, bahkan dimiliki oleh rakyat dan ada yang ~nlenafsirka~i

sebagai Perhutanan Konfensional (fiinber n~anagcineitc) yang melibatkan inasyarakat; al.ti11ya

sekedar mengupah masyarakat untuk menanam polion pun sudah dianggap social jbresrry.

Prakarsa-prakarsa Perhutanan Sosial bukan saja menimbulkan sengketa baro, tetapi juga

metnut~culkan berbagai sengketa laten ke permukaan. Perebutan wilayah adat antara beberapa suku

di Nusa Tenggara Timur (NTT) misalnya, muncul kenlbali ketika warga suku it11 lnlclil~at adanya

peluang untuk mendapatkan kembali akses kepada sunlberdaya hutan. Singkatnya, rlpaya

penge~nbangan Perhutanan Sosial sarat dengan berbagai sengketa pada berbagai tata~an; tataran

konseptual dan idiologi, tataran kebijakan, datl tataran operasional.

Menurut Aji (2002), Perutn Perliutani telah gagal melihat kondisi-kondisi yang terjadi

saat ilii terkait sistem lama. ltldikasi~iya adalah tanali kosong yang loas (50.000 ha), sumberdaya

hutan yatig menurun potensinya dan konflik-konflik pera~nbalian liutan yang terjadi dengan ,

masyarakat. OIeh karena itu penerapan pengelolaan hutan yang melibatkan partisipasi masyarakat

(14)

mengandung spirit berbagi baik dalatn peran, ruang, waktu maupun keuntungan disadari perlu

nntuk dilakukan.

Pengelolaan Sumberdaya tlutan Bersama Masyarakat ( P H B M ) me~ijadi solusi

permasalahan yang dihadapi akibat konflik MDH dan Perum Perhutani. PHBM memililti visi dan

tiiisi yang dapat mewujudkali kesesuaian implikasi yang diharapkan dengan kebutuhan pihalc

masyarakat dan piliak Perum Perhutani. Menurut Murali (2000)

&

Perhotani (2003). PI-IBM memiliki perbedaan dengall bentuk pengelolaan hotan lainnya ~nelipiiti antara lain :

I. Perenca~iaan PHBM mendasarkan pada perencanaan partisipatif, bukan 1013 do11~17 o l ~ / ~ r o r ~ c h ,

dibuat bersatiia antara MDtI dengan perusahaan serta disesuaikan dengan kebutuhan masillg-

masing.

2. Icegiatan PHBM meliputi seluruh bidang kegiatan pengelolaan hotan, tidak liarits dimulai dari

kegiatan-kegiatan tanaman.

3 Masyarakat mendapatkan liak tidak lianya liasil liutan non kayu tapi juga dari liasil ltayu

secara proporsional dan transparan.

4. Monitoring dan evaluasi dilakukan secara partisipatif.

Wana Wisata Curng Cilember ( W W C C ) BKPH Bogor, 1cPI-I Bogor, Perum Perliutani

Unit I11 Jawa Barat merupakan salali satu pelaksanaan PHBM yang telali dilaksanakan sejak awal

tahun 2001. Menicrut Susilo (2003), jenis program yang dilaksanakan di W W C C berupa kerja sama

dalam pengelolaan kebersihan, keamanan dan ketertiba~i (1<3), MCIi dan areal parkir. Program

PIHBM Y a n g dilaksanakan menerapkan sistem bagi hasil pe~idapatan karcis masilk dengan

pernerintah Desa Jogjogan serta pembagian keuntungan dalaln pengelolaan K3, parkir dali MCI<.

Dari tarif karcis masuk Desa Jogjogan meinperoleh insentif sebesar Rp 500,OO per karcis dan dari

pengelolaan parkir dan MCK ~nemperoleh 40 % dari tarif karcis.

Kusumaningtyas (2003) lnenunjukkan bahwa tingltat partisipasi MDH (Masyarakat Desa

Hutan) dalam tallap perencanaan dan pelaksanaan PHBM di Cileuya termasuk kategori tinggi,

natnun tingkat pattisipasi ini tidak berpengaruh terhadap persentase perubahati pendapatan. Dolalii

arti tidak terdapat hubungan antara tirlgkat partisipasi masyarakat dengan persentase perubalian

pendapatan. Faktor yalig mendorong tingginya tiligkat partisipasi masyarakat dalam PHBM di

Desa Cileuya adalah kesadaran masyarakat untuk mewujudkan hutan di daerahnya me~ijatli liijau

ketiibali dan membantu dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Berdasarkan hasil penelitian di atas peningkatan pendapatan masyarakat sebagai

indikator keberliasilan program PHBM tidak tercapai. Perlu ada penegasan itnplikasi yang

diharapkan dari program PHBM terhadap kesesuaiannya dengan kebutuhan pihak-pihak yang

terkait dalam program PHBM sebagai indikator keberliasilan pelaksanaan PIHBM. Oleh karena itu

dalani penelitian ini perlu dikaji kebutuhan pihak MDH dan Perum Perhutani, iliiplernentasi

(15)

tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan pada tahap evaluasi dan bagaimana implikasi dari

implenientasi PHBM di Wana Wisata Curug Cilember (WWCC) terhadap pendapatan ~mlasyarakal

dan akan dikaji pula apakah implementasi PHBM telal~ dapat menjawab kebutohan-kebutllhan

Perulii Perllutani dan masyarakat. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan berbagai

piliak, terutarna Peru111 Perhutani dan M D H untuk tilengukur keberhasilan kerjasama yang akan

dipakai sebagai dasar pertimbangan untuk dilalijutkannya kerjasama ini.

1. Mengetahui kehutnhan-kebutulian MDH dali Perum Perhutani dalam penerapan PHBM.

2. Mengetahui tingkat partisipasi masyarakat peserta PHBM, pada tahap perencanaan,

pelaksanaan maupun pada tahap evaluasi.

3. Mengetaliui kontribusi PI-IBM terhadap pendapatan total Rumah Tangga MDI-I Peserla

PHBM.

I . Apa kebutuhan-kebutuhan MDH dan Perum Perhutani dalam penerapan PHBM.

2. Berapa besar tingkat partisipasi masyarakat peserta PHBM, pada taliap perencanaaii,

pelaksanaan tnaupun pada tahap eva!uasi.

3. Berapa besar kontribusi PMBM terhadap pendapatan total Rumah Tangga MDI-1 Peserta

(16)

11. T I N J A U A N PUSTAI<A

A. Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersan~a Masyaralat

Berdasarkan Keputusall Dewan Pengawas PT. Perllutani (Persero) Nomor-: l36/1<I'TS/

DIR/2001 telltang Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat ( P t I B M ) melijelaskan

bahwa PHBM adalah suatu sistem pengelolaan sumberdaya hutan yang dilakukan bersalna oleh

Perhutani dan masyarakat desa hutan dengan pihak yang berkepentingan (srakeholder.) dengan jiwa

berbagi, sehingga kepentingan-kepentingan bersa~na untuk mencapai keberlanjutan fungsi dan

Inanfaat sumberdaya hutan dapat-diwujudkan secara optimal dan proporsional. Pengelolaan

Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat dimaksudkan untuk memberikan arah pengelolaan

sumberdaya liutan dengan memadukan aspek ekonoriii, eltologi dan sosial secara proporsional

guna mencapai visi dan misi perusahaan.

Berdasarkan Iceputusan Dewan Pengawas PT. Peshutani (Persero) Nomor: I3GII<PTSI

DIRi2001 tentang Pengelolaan Sumberdaya I-lutan Bersama Masyarakat ( P H B M ) pengelolaan

Sulnberdaya Hutan Bersalna Masyarakat bertujuan untuk:

I. Meningkatkan tanggung jawab perusahaan masyarakat desa liutan dan piliak yang

berkepentingan terhadap keberlanjutan fungsi dali manfaat sumber daya hutan.

2 . Meningkatkan peran perusahaan, masyarakat desa hutan dan pihalt yang bel-kepentingan

terliadap pengelolaan sumber daya hutan.

3. Menyelaraskan kegiatan pengelolaan sumberdaya hutan sesuai dengan kegiatan pewbansunan

wilayah sesuai kondisi dan dinamika social masyarakat desa Ihutati.

4. Meningkatkan mutu suinberdaya hutan sesuai kondisi wilayah.

5 . Melii~igkatkan pendapatan perusahaan, masyarakat desa hutan sesta piliak yacig

berkepentingan secara simultail.

Adapun kriteria PHBM itu sendiri adalah:

I. Ada saling kepercayaan alltara perusahaan dan kelolnpok masyarakat,

2. Kegiatali yang dipilih sesuai dengan upaya menyelesaikan masalah sosial eltonomi

masyarakat,

3. Ada masukan dan keluaran produksinya yang seimbang antara yang dimiliki masyarakat dali

perusahaan,

4. Status lahan hutannya adalah rnilik negara atau publik,

5, Manajemen pengusahaan dan pengembangan dipegang bersarna masyarakat dali pengusalla.

Jadi kekuatan pengelolaan su~nberdaya liutan terletak pada kegiatan tingkat loltal.

6 . Perencanaan pengusahaan dan pendayagunaan surnberdaya hutan ditetapkan, disusun dan

(17)

7. Ada pembagian hasil usaha yang jelas yang ditetapkan bersama-sama dala~il rapat antara

masyarakat dan perusahaan.

8. Pengambilan keputusan dilakukan atas persetujuan kelompok masyarakat dan perusahaan.

9. Meiniliki kelembagaan sosial ekonomi untuk kelanjutan PHBM itu sendiri.

10. Pola dan bentuk usaha yang dijalankan sangat bergantung kepada keadaan wilayah masing-

masing.

B. Kebutuhan-kebutuhan Penerapan Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat

1. K e b u t u l ~ a n Masyarakat

Noorvitash-i (2002), menyatakan motif masyarakat dalam keikutsertaaii pada program

PHBM adalah: (1) melestarikan hutan, (2) memperoleh kesempatan kerja, (3) meiiingkatkan pendapatan, (4) membantu memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari, (5) memberikan rasa

tenalig bagi masyarakat, karena merasa memiliki hutan. Selain itu Santoso (2000),

menambahkan bahwa Melalui PHBM diharapkan akan terako~nodasinya kepentingan

lnasyarakat pada kegiatan Perum Perhutani dalam pengelolaan hutan secara penuli serta

~neningkamya sense of belonging masyarakat terhadap fungsi dan manfaat liutan.

Kepada PMBM digantungkan berbagai harapan seperti melalui PMBM keiltutsertaan

masyarakat dalam pengelolaan hutan terasa lebih nyata. Di dalam PHBM terdapat semangat

kebersamaan yang dalam ha1 ini mengandung arti berbagi, baik dalam peran, ruang dan waklu

maupun keunlungan antara pihak perusahaan pengelola hutan dengan masyarakat desa sekitar

butan.

Seperti halnya penjelasan di atas bahwa konflik merupakan penyebab terciptanya

kebutuhan Perum Perhutani terhadap PHBM, maka penyebab dari konflik dalam belituk

perilaku perusakan hutan merupakan wujud dari kebutuhan MDH terhadap PHBM. lndikator

keberhasilan PHBM pada pihak MDH (KKPH Randublatung, 2000

&,&

Yulianto, 2002) adalah:

I . Menurunnya jumlah masyarakat miskin di desa hutan,

2. Berkembangnya usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan oleh masyarakat desa

hutan dengan memanfaatkan sumberdaya hutan yang tersedia,

3. Meningkatnya kemandirian kelompok pada PHBM, dan

4. Meningkatnya pendapatan keluarga rniskin di desa hutan.

Dalam hal-ha1 yang menyangkut kehidupan masyarakat keikutsertaan masyarakat tidak

tcrlepas dari adanya unsur kepentingan masyarakat dan pihak-pihak yang berperan serta.

Derajat partisipasi masyarakat dalam suatu kegiatan pembangunan akan sangat dipengaruhi

ole11 seberapa jauh masyarakat menyadari adanya kegiatan dalam suatu aspek kehidupan itu

(18)

Kebutuhan penerapan PHBM bagi Perum 13erhutani dan MDIi tertuju pada satu sasarali

obyek yaitu sumberdaya hutan. Menurut Santosa (2000) aksi sepihak dari rakyat berupa

penjarahall kayu disebabkan tidak adanya ruang bagi proses transaksi atau tawar metlawar.

PHBM merupakan salali satu sarana terciptanya ruang bagi proses transaksi. Artinya para

pillak yang berkepentingan dengan sumberdaya hutan di Jawa (Perllutani, rakyat, pemda dan

srokeholder lain) sudah seharusnya terfasilitasi untuk ~nelakukan tawar menawar yang

berkaitan dengan hak merelta atas sumberdaya hutan. Oleh karena itu yang kemudian

dibutuhkan adalah ruang dilnana para stokeholder keliutanan di Jawa bisa saliny setara dala~n

proses transaksi.

2. I<ebutuhan Perum Perhutaoi

Pentingnya penerapan P H B M bagi pihak Perum Perhutani didasari pada 1erjadin);a

konflik Perum Perhutani dengan MDH yang ~nenyebabka~l terjadinya peramballan (17%),

tananian gagal (5%), pencurian (65%), kebakaran (2%), pengernbalaan (4%) dan lain-lain (7%). Hal ini mengakibatkan degradasi lahan seluas 300.919 ha metijadi tanah kosong pada

tahun 1999 (Santoso, 2000). Menurut Noorvitastri (2002), tilotif Perum Perhutani dalam

penerapan PHBM adalah: ( 1 ) melestarikan hotan, ( 2 ) Me~ijawab berbagai konflik kepentinyan

antara Perhutani, masyarakat, dan stakeholders lainnya., ( 3 ) Meningkatkan keuntungan

finansial dan meningkatkan kearnanan hutan, ( 4 ) ingin meningltatkan pendapatan masyarakat.

Kebutuhan pihak Perliutani terhadap penerapan PHBM memililti persa~naall dengan

indikator keberhasilan penerapan PHBM dikarenakan indikator keberliasilan meropakan wijud

konsep implikasi yang diharapltan dari irnplementasi PHBM yang pada akhirnya disesuailtan

dengan l<ebutulian terhadap PIiBM itu sendiri. Adapun indikator keberhasilan PI-IBM di pihak

Perum Perhutani (KKPH Randublatung, 2000

&

Yulianto, 2002) meliputi:

1. Menurunnya gangguan terhadap kelestarian hutan, terutanla yang disebabltan karena

pencurian,

2 . Menurunnya jumlah tanaman gagal disertai dengan ~neningkatnya kualitas tanaman liutan,

3. Membaiknya komposisi kelas hotan.

4. Membaiknya neraca su~nberdaya hutan.

C . Partisipasi Masyarakat d a l a ~ n Pengelolaa~~ I-lutan

Partisipasi kelompok sasaran, terutania kelo~ilpok sasaran yang lkurang beruntung,

dipandally sebagai suatu hasil dan sekaligus sebagai suatu cara pembaogunan. Ditinjau dari sudut

pandang ini semua proyek petnbangunan pedesaan, baik yang secara sadar dirancang untuk

meningkatkan partisipasi kelompok sasaran atau tidak, pastilah n~elibatkan parrisipc~si tersebul.

Oleh karena itu danipak proyek terhadap tingkat pal-tisipasi ltelotnpok sasaran perlu dimonitor dan

(19)

1. Definisi partisipasi masyaraltat dan tallapan partisipasi

Menurut Afiff (1992) secara unium partisipasi masyaraltat diartikan sebayai

keikutsertaan masyarakat dala~n proses penga~nbilan keputusan yang dimulai dari perencanaan,

implementasi, monitoring dan evaluasi. Partisipasi sering pula diterjemalikan sebagai kerelaan

niasyarakat untuk menerima ganti rug; meskipun dala~n musyawarah tidak terjadi kesepakatan,

kerelaan berkorban untuk orang banyak, kesediaan untuk ~nenerima kehadiran sebuah proyek.

United Nation Asian and Pacific Development Institute (1980), Stephen (1988), Cohen

dan Uphoff (1977)

&

Suniarjo dan Saliarudin (2002) mengungkapkan bahwa partisipasi

dalam petnbangunan dapat dilakukan dalam taliapan pembangunan sebagai berikut :

1. Partisipasi dalam pengambilan keputusa~i

2. Partisipasi dala~n implementasi program pembangunan,

3 Partisipasi dalam monitoring dan evaluasi dalarii program pembangunan, dan

4. Partisipasi dalaln pembagian manfaat dari pembangunan (Purticipntio~? b7 sharing the

benefits of development).

P e n g e ~ ~ i a n mengembangkan partisipasi masyarakat dalalii pembangunan desa paling

sedikit mencakup dua aspek penting, yaitu bahwa peserta partisipasi seyoyyanya turilt

menentukan dalam penganibilan keputusan dan torut melaltsanakannya (Utomo, 1984).

2. IConsepsi dan arti penting partisipasi

Uphoff (1986)

&&.&I

Sutnarjo dan Saliarudin (2002) ~nenyatakan setidaknya ada tiya alasan utama pentingnya melibatkan ~nasyarakat dalani perencanaan dan penga~iibilati

keputusan pembangunan, yaitu: (1) sebagai langkah awal menipersiapkan masyaraltat untuk

berpartisipasi dan merupakan suatu cara untuk merumbuhkan rasa memililti dan rasa tanggung

jawab niasyarakat setellipat terhadap program pembangunan yang dilaksanakan, (2) sebagai

alat untuk me~nperoleh infor~nasi mengenai kebutuhan, kondisi, dan sikap ~iiasyarakat

setempat, dan (3) masyarakat ~nempunyai liak untuk meniberikan pemikirannya dala~n ~nenentukan program-program yang aka11 dilaksanakan di wilayah merelta.

Madrie (1986) menjelaskan ada beberapa alasan mengapa partisipasi ini pentiny di

dalam pembangunan :

I. Pada suatu kegiatan seperti penge~nbangan, jilta masyarakat ini berpartisipasi, belxrli

anggota niasyarakat itu memanusiakan dirinya. Sebab berpartisipasi itu sualu benluk

khusus dari suatu interaksi dan koniunikasi. Manusia akan dapat nie~ijadi milnusia jika

berinteraksi dan berkomunikasi.

2. Alasan yang bersifat sosiologis, pembaogunan merupakan kegiatan yang berjanglta

panjang. Jika pe~nbangunan yang berjangka panjang tersebut hanya melibatkan segelintir

orang pasti kegiatan itu akan mengalami keterlambatan, bahkan dapat dikalakan dapat

(20)

3. Pattisipasi masyarakat dalatn pembangunan kiranya merupakan pernyataan hak warga

negara utuk menyataltan pendapatnya, menyatakan keliendaknya, menentukan nasibtiya.

Masyarakat yang giat berpattisipasi dalam pembangunan akan lebih cepat mendeltati

perbaikan tataf hidupnya.

4. Partisipasi d a l a ~ n pembangunan biasanya akan dapat memperbaiki kualitas dari berbagai

tingkat kemampuan, akan melatih tingkat kemampuan, akan sarat melatill keterampilan-

keterampilan sehingga kegiatan partisipasi selalu ~nerupakan syarat penting untuk

perkembangan pembangunan manusia.

5. Suatu pembangunan ditilana tllasyarakat berpartisipasi d a l a ~ n mengatnbil ltepotl~san untuk

melaltukan sesuatu, maka keberliasilan program lebih tetjatnin.

6 . Adanya partisipasi dari ~nasyarakat dalam menentukan program pembaiigunati yang akan

dilakukan di lingkungan berarti terjalin kerjasama parlisipasi masyarakat seperti ini akan

membentuk rasa persatuan pada tingkat lokal, regional dan nasional.

3. Faktor-faktor atau variabel-variabel penentu tingkat partisipasi

Tingkat partisiapsi ~nasyarakat dalatn manajemen hutan dapat di kategorikan kedalatn

beberapa tingkat (Nilvises, I997 Perliutani, 1999):

I . Bokan partisipasi

Kegiatan nianajemen hutan yang tidak pattisipatif jika masyarakat dipaksa terlibat dalatn

salah satu kegiatan nianajemen hotan, pemegang hak pengusaliaan hutan senga.ia

tnetigingkasi hak-hak yang melekat pada tnasyarakat lokal, atau jika masyarakat tiienolak

dilibatkan, masyasakat bisa berhadapan dengan hukum.

2. Partisipasi tingkat paling rendah

Masyarakat terlibat dalatn manaje~nen hutan karena mereka memperolel~ insct1tif atau

penghargaan sebagai upah atau kemewahan social tertentu (semisal n~engizittkan

tllasyarakat berobat di klinik perusallaan, menyekolahkan anak-atiak lke sekolali

perttsahaan).

3 . Pa~tisipasi tingkat rendall

Keterlibatan masyarakat dalam t~~anajernen hutan terjadi karena pihak peritsahaan

menggunakan pengumuman, propaganda, iklan, kampanye

,

rapat, radio, atau televisi.

4. Partisipasi tingkat sedang

Masyarakat diminta menghadiri pertemuan-pertemuan atau temu wicara. Temu wicara

biasanya menggali pandangan-pandangan terltadap suatu problem atau apa yang rnenjadi

kebutuhan masyarakat. Perusallaan akan melakukan analisis, tneru~nuskan solusi, dan

(21)

5 Partisipasi tingltat tinggi

Masyarakat berkesempatan mengungkapkan peiidapat dan aspirasinya daii dilalijutltali

dengan pengambilan keputusan dalaln mengatasi niasalali-~nasalali tel-sebut dan apa

langkali-langkali terbaik yang mesti diambil mereka, dilakultan dei~gan mengaiukan

usulan-usulan dan rencana kegiatan yang lebih riiici.

6. Partisipasi tingkat ideal

Anggota komunitas setelnpat lnenjadi aktor utaliia dalaln pelnbuatali kepiltosan mulai

perencana, oprasional, pengendalian, dan monitoring suatu program. Pihalt pcrusaliaan

lianya mendukung dan nienyetujui hasil keputusan lnasyaraltat lokal

Menurut Ghazaly (1975)

dalam

Susiatik (1998) ada dua liiacalii tingltatan partisipasi,

yaitu : ( I ) tingkatan yang paling penting yakni masyarakat secara aktif alnbil bagian dalaln

suatu pembangtlnan secara penuli, dan (2) tingkatan yalig lebili rendali dimana setiap usalia

pembangunan yang dilancarkan pemerintah atail oleli pihak swasta mendapat dukungan dari

masyarakat baik dalaiii bentitk moril maupon spiritual. Dimensi partisipasi mencakup jenis

partisipasi yang sedalig diselenggarakan, keterlibatan kelompok-kelompo atail peroranyall,

dan cara-cara bagairnana terjaditiya proses tersebut (I<artasubrata. 1986).

4. Falttor pendorotlg dart [,engllariibat partisir~asi

Slatnet (1980) _dalam Kartasubrata (1986) mengemukakan baliwa syarai-syalxi yang

diperlukan agar masyaraltat dapat berpartisipnsi dapnt dikelolnpoltkan dala~ii tiga gololigati,

yaitlt :

I. Adanya kese~npatan unti~k membangun atau ikut dalarn pembangunan.

2. ICemampuan untuk nielnanfaatkan kesempatan itu.

.

Adanya kemiuan untuk berpartisipasi.

Menurut Kaltasubrata (1986) dorongan dan rallysangail untuk belpartisipasi meiicakup

faktor-faktor kesempatan, kemauan, kemampuan dali bimbingan. Bila melihat hubuiiga~i antara

dorongan dan rangsangan dengan intensitas partisipasi dala~ii pembangunan hutan untuk semua

lokasi, ternyata ada liubungan yang erat, dimana makin koat dorongan dan rangsangall untult

herpal-tisipasi dalam pembangunan lnaka makin tinggi intensitas partisipasinya.

llnplikasinya adalah bila penduduk diberikan banyak kesempatan, ditingkatkan

kemampuannya dengan cara memberiltan peluang untuk mendapat lebili banyak pengalaman

dan di~notivasi kemauannya untuk berpartisipasi maka intensitas partisipasinya dalaln

pembangunan hutan akan meningkat. Kesempatan untuk berpartisipasi hendaknya tidak Iianya

diberikan pada waktu pelaksanaannya saja tetapi juga tiiulai dari pengambilan keputiisan,

perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan penilaian dan keinudiali distribusi liasilnya.

Natnun mengapa paltisipasi inasyarakat sering dipersulit bahkan ditentang oleli

(22)

Menurut Hollsteiner (1982)

dalam

Utotiio (1984), setidak~iya ada tiga faktor yang mempersulit

dalam mewujudkan partisipasi masyarakat :

1. Alili-ahli dari golongan elit sering menganggap diri mereka paling tahu dan merasa liarus

lnenggurui mereka.

2. Rakyat sendiri yang beluln terbiasa dengan hidup modern

3 Ada kontradiksi antara usaha mengembaligkan partisipasi de~igan usah mencapai target-

target secepatnya.

I). Irnplikasi Pengelolaao S u m b e r d a y a H u t a n Bersama Masyaraltat

Berdasarkan ~natriks agenda aksi hasil lokakarya PHBM Pusdik Perum Perliutani Madiun

24-28 Februari 2000 rekomendasil output yang diliarapkan dari implementasi PI-113M ;~tlalall :

I . Pihalt M a s y a r a k a t Desa H u t a n (MDI-1)

Tumbuhnya kepercayaan terhadap sisteln PtIBM yang akan dilaksanakan melalui : Posisi tawar masyarakat yang tinggi.

Peiidapatan masyarakat meningkat.

Indikatornya adalah adanya peninglcatan kecepatan pelaksanaan PHBM :

Tumbulinya tingkat partisipasi masyarakat dan rasa kebersamaan.

Terbentuknya kelembagaan di tingkat desa.

Masyarakat mengetahni hak dan kewajibannya.

Konflik dikalangan masyarakat selnakin berkurang.

2. l'illali P c r u m P e r l ~ u t a n i

Output yang diliarapkan dari implementasi PtIBM bagi pihak Perum Pel-lii~tani : Pemberdayaan nienuju system pengelolaan su~nberdaya hutan

Perubal~an bimkrasi yang lebili efisian (I~ilang~iya KICN, I<Ptl yang otoliom dan

berdaya).

Keterbukaan d a l a ~ n perumusan dan pelaksanaan program bersama.

Ada kesepakatan bersatna masyarakat mengenai sistem b a ~ i hasil.

= Ada kesepakatan tata batas kawasan anatal-a ~nilik masyarakat dengan Peruin I'erl~l~ta~~i.

= Pengakuali hutan adat.

Deregulasi aturan atau kebijakan tentang pengelolaan dan devolusi.

Perubalian n t l i r ~ ~ d e .

lndikatornya adalali:

Organisasi Peru111 Perliutani berubah sesuai h r e s r Resui~rce i\.loiiugcir~eil/ clan

Penyelolaan liutan bersama masyarakat.

(23)

Terlaksananya tapat pel-tanggungjawaban secara terbulta dan berkala.

I<PH lnaliipu mengambil kepotusan strategis.

Hubungan yang liarmonis masyarakat dan Perum Perhotani terbangun secara egaliter.

Pengubahan aturan

Peningkatan Capocity B ~ ~ i l d i n g aparat Perom Perliutani.

Peningkatan kolnunikasi Perutn Perliutani dengan masyarakac.

E. I<ritcria a t a u l ~ i d i l t a t o r I<eberhasilan P r o g r a m

Banyak e l e m e n dapat ditempatkan sebagai kriteria kesuksesan partisipasi dan dalam

bentuk kemitraan, elemen tersebut antara lain lneliputi (Mitchell, 1997

dalam

Sumardjo, 2001):

I . Tercapainya kecocokan antara pihak yang terlibat. Kecocokan ini selalu didasarkan atas

pengliargaan dan kepercayaan, bahkati ketika harapan dan kebutulian berbeda muncui.

2. Terwttjodltan keuntungan untuk semua pihak yang terlibat. Jilta tidak ada keunlilngan liyata

untuk selnua persesta, dan jika keuntungan ini tidak dianggap adil untuk semua peserta maka

kemitraan yalig langsung dalani pengelolaan sumberdaya ala~ii akan sulit diliasapltan.

. Berkembangnnya keseimbangan perwalian dan kekuasaan yang dapat disepakati oleli selurnli

pihak yang terlibat. Walaupun beberapa piliak yang terlibat muligkili ~ne~npoli),ai sedikit

snmberdaya atau kapasitas dibanding yang lain, yang pentiny langkali yalig adil perlu disusun

bersama agar setnua piliak tersebut terlibat.

4. Berkembangnya mekanisme koinunikasi yang e f e k t i f . Terdapat kebutuhan untul< menfasililasi

baik komunikasi internal atitar pihak yang telibat, tnaupul~ dengall kelompolc luar.

5. Kemampuan beradaptasi atau rnekanisme penyesuaian yang fleksibel terhadap ke~idakpaslian

dan perubalian keadaan yang selalu diliadapi dalatn pengelolaan lingkungan sumberdaya.

6 . Tingkat integritas kesabaran dan keajegan semua pihab yang terlibat. Dalam pengelolaall

sumberdaya alam lingkungan sering dihadapkan pada munculnya ft'ttstasi, kelnajuan yang

lambat, sesta tanda-tanda adanya kelnajuan kurang segera tampak.

Elemen-elemen tersebut bultanlali yang terlalu pentitig bagi suksesnya kelnitraan, namun selllakin

nyata elemen-elemen tersebut niuncul, setnakin besar pula peluang partisispasi masyarakat dalam

bentuk kemitraan berjalan e f e k t i f .

lndikator yang dipakai untuk pelaksanaan program-program pemberdayaan masyaraka~

mencakup: ( I ) berkurangnya jutiilali penduduk miskin; ( 2 ) berkembangnya usaha peningkatan

pendapatan yang dilakukan oleh penduduk miskin dengan metnanfaatkan sumberdaya yang

tersedia; ( 3 ) ~neningkatnya kepedulian masyarakat terlladap upaya penir~gkatan kesejaliieraari

keluarga m i s k i n dilingkungannya; ( 4 ) meningkatliya kemandirian k e l o m p o k yang ditandai dengan

makin berkembangnya usaha produktif anggota kelompok, m a k i n kuatnya per~nodalan ltelompok,

(24)

kelompok lain didalam masyarakat; serta (5) meningkatnya kapasitas masyarakat dan pemerataan

pel~dapatan yang ditandai ole11 peningkatan pendapatan keluarga nliskin yang malnpu memenuhi

kebutuhan pokok dan kebutuhan sosial dasarnya (Sumodiningrat, 1999).

Sebagai indikator keberliasilan program PHBM adalah:

I. Menurunnya gangguan terhadap kelestarian hutan, terutama yang disebabkan karena

pencurian,

2 . Menurunnyajumlah tanaman gagal disertai dengan tneningkatnya kualitas tanaman hulan..

3. Membaiknya ko~nposisi kelas l~utan.,

4. Melnbaiknya neraca suinberdaya hutan,

5. Menurunnya j u m l a l ~ masyarakat miskin di desa hutan,

6. Berkernbangnya usaha peningkatan pendapatan yang dilakokan oleh masyarakat desa lil~tarl

dengan memanfaatkan sumberdaya hutan yang tersedia,

7. Meningkatnya kemandirian kelompok pada PHBM, dan

8. Me~iingkatnya pendapatan keluarga ~niskin di desa hutan. (I<I<PH Randnblatung, 2000

dalaln

(25)

UAB 111. METODE I'ENELITIAN

A. Kerangka Pelnikiran

Didalam interaksinya Perum Perhutani memiliki potensi, nasala ah dan kebutuhan, di sisi

lain masyarakat desa sekitar hutan juga lnempunyai potensi, masalah dan kebutuhan. Oleli

sebabitu diperlukan suatu strategi baru yang dapat mengakolnodasikan kepentingan masyarakat

didalam kegiatan pengelolaan hutan oleh perhutani secara penuh.

Berdasarkan kenyataan tersebut kata kunci langkah perbaikannya adalah pe~nberdayaan

masyarakat sekitar hutan. Pemberdayaan masyarakat itu disatu sisi meningkatkan kesejahteraan

masyarakat yang berkelanjutan, di sisi lain tetap melijaga kelestarian hutan (Darusman, 2002).

Didalam implementasinya, Konsep PHBM yang sebenarnya ingin niemberdayakan

masyarakat, ternyata satna saja dengan program- program terdahulu. Tujuan utama perhutani tetap

saja pengamanan hutan, dengan menggunakan atau merninjam tenaga masyaraka (Yulianto,

2000). Oleh sebab itu perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut apakah implemeutasi PHBM sesuai

atau tidak dengan kebutuhan masyarakat maupun pillak perhutani.

Menurut Daru (1985)

dalam

Kartasubrata (1986), terdapat korelasi yang cukup kuat antara pendapatan dan tingkat partisipasi dan sikap. lmplikasinya adalah dala~n pelaksanaan suatu proyek

harus diusahakan peningkatan petani. Peningkatan pendapatan petani dapat ~nendorong

penirlgkatan partisipasi petani dalarn proyek.

Implementasi PHBM yang mengakomodasikan kepentingan masyarakat di data111 kegiatan

perum perhutani secara penuh yaitu rneliputi tahap perencanaan, pelaltsanaanlimplentasii~ya dan

evaluasi harus dapat berimplikasi terliadap terjadinya perubahan pendapatan masyaraltat terutama

peserta PHBM dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap fungsi dan Illanfaat hutan

sehingga gangguan terliadap sumberdaya hutan dapat diminin~alkan.

1 Loltasi dan waktu

Penelitian dilaksanakan di RPH Cipayung BKPH Bogor I<PH Bogor Peru111 Perhutani

Unit 111 Jawa Barat. Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-Agoslus 2003.

C. Defenisi Oprasional

1. Partisipasi Masyarakat

a. Partisipasi Mayaraltat pada Tallap Perel~cnllaa~l

Kriteria tingkat partisipasi berdasarkan ju~nlah keterlibatan atau kei1tulse1-laan

(26)

kegiatan pada tahap perencanaan PHBM di WWCC berjumlali 4 kegiatan yaitrt Penetapan

Wilayah Ketja, Penentiran Kontrak Kerja, ldentifikasi icelembagaan yang dapat ~nerijadi

rnitra usal~a serta sistem bagi Iiasill shnri17g. Icategori tingkat pat-iisipasi masyaraltat pada

tahap perencanaan disajikan pada Tabel I.

Tabel 1 . Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Tahap Perencanaan PMBM

- -

J u m l a l ~ Kegiatan yang diiltuti Tinglint Partisipasi

5 1 Rendah

Sedang

Tinggi

b. Keiltutsertaan t a l ~ a p pelaltsanaalr

Partisipasi tahap pelaksanaan PI-IBM dapat dililiat dari intensitas keiki~tscrtaa~i

rnasyarakat dalam kegiatan : I. Pertemuan KTH pertama

2. Pertemuan KTtl kedua

3 Pertemuan KTH ketiga

4. Pertemuan KTH keempat

5. Pemantauan pengeluaran karcis petama

6. Petnantauan pengeluaran karcis kedua

7. Petnantauan pengeluaran karcis ketiga

8. Pemantauan pengeluaran karcis kee~npat

9. Kegiatan Pemeliharaan kebessihan

Pertama

16. Kegiatan Pemeliliaraat~ Keariiannrl

dan icetertiban Iceempat

17. Pengelolaan parkir pertama

18. Pengelolaan parkis Itedua

19. Pengelolaan parkir ketiga

20. Pengelolaan parkir keempat

21. Pengelolaan MCI< pertama

22. Pengelolaan MCI< kedua

23. Pengelolaan MCI< ketiga

24. Pengelolaan MCI< keernpat

10. Kegiatan Perneliharaan kebersihan Kedua 25. Penyuluhan kepariwisataarl pertanla

I I . Kegiatan Perneliharaan kebersihan lcetiga 26. Penyuluhan kepariwisataan itedua

12. Kegiatan Pe~neliharaan kebessilian 27. Penyuluhan kepariwisataari ketiga

Keempat 28. Penyuluhan kepariwisataan keempat

13. Kegiatan Pemeliharaan Iceamanan dan 29. Perdagangan di lokasi wisata Sutiap

Ketestiban Pertama Flari

14. Kegiatan Pemeliharaan Keamanan dan 30. Perdagangan di lolcasi wisata hasi

Ketertiban Kedua sabtu miiiggu dan hari libur lainnya

15. Kegiata~l Pemeliharaan Keamanan dan 31. Perdagangan di lokasi wisata

[image:26.585.129.519.330.693.2]
(27)

Kegiatan PI-1BM pada tahap pelaksanaan PI-IBM berjumlah 31 kegiatan. Pemberian

[image:27.585.107.489.151.260.2]

kategori tingkat partisipasi masyarakat tahap pelaksanaan PHBM disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Taliap Pelaksanaan PI-1BM

Jumlali Kegiatnn Tingkat Partisipasi

Sangat Rendah

Rendali

Sedang

Tinggi

c. I<eiltutsertaan tafiap evaluasi

Partisipasi pada tahap evaluasi PI-IBM dapat dilihat dari keikutsertaan inasyarakat

pada perte~liuan akhir tahun dalaln rangka mengevaluasi kel-jasama yang telah dilakukan sat11

t a h u ~ ~ sebelumnya. Evaluasi akhir taliul~ juga diperlukan untuk menentukan diterusltan atau

tidaknya kerjasama PHBM. Kategori penilaian terhadap keikutsertaan masyarakat dalam

kegiatan evaluasi program adalah ikutserta dan tidak ikutserta.

D. Metode Pengambilan Sampel

Pemilihan responden sebagai unit contoh dilakukali secara acak. Jumlah Responden adalah

sebanyak GO responden dengan satuan KI< ( Kepala Keluarga) dari unit populasi Desa Jogiogan

yang berjumlah 1.381 KK.

15. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikulnpulkan dala~n penelitian ini diperoleh dengan cara:

a. Observasi lapangan, data diku~np~tlkan dengan mengadakan pengamatan langsuny lerliadap

objek yang diteliti.

b. Teknik Wawancara, data dikumpulkan denyan rnelakultan wawancara secara langsong

terhadap responden, pejabat setempat dan pe~iiirlipi~i formal maupun informal desa.

Wawancara dilakukan secara terstruktur dengan menggunakan kuesioner dan wawancara

bebas.

c. Pengumpulan data-data skunder yang berasal dari data statistik.

d. Studi Pustaka, yaitu mencatat dan rnernpelajari studi atau peneiitia~i yang telah dilakukan dan

(28)

F. Pengolahan d a n Analisa Data

Data primer dan skunder yang diperoleh diolah dan disajikan dalam bentuk label

(29)

IV. KONDISI UMUM LOICASI PENELlTlAN

I . Letalt Geografis dan Batas

Secara geografis, Wana Wisata Curug Cilember (WWCC) terletak di antara 106' 55'-

107' 00' BT Jan Go 40' LS. Secara admillistratif termasuk kedalam wilayah kerja RPIH

Cipayung, BKPH Bogor, KPH Bogor, Perum Perliutani Unit 111 Jawa Barat.

Luas wilayah WWCC sekitar 5,9 ha terletak di petak 12 f Sedangkali luas RPH

Cipayung adalah 2.555,s ha, terdiri Hutan Produksi dan getah pinus 226,s ha; Hutan Lindung 2.323,l ha; dan untuk kawasan wisata 5,9 ha. Adapun batas-batas kawasan Wana Wisata

Curug Cilember adalah sebagai berikut : sebelah Utara berbatasan dengan Kawasan Hutan

Lindung, sebelali Timur berbatasan deligan tanah milik, sebelali Selatan berbatasa~i dengan

tanali milik dan sebelali Barat berbatasan dengan tanah milik.

2. Keadaaan Fisilt

Wana Wisata ini inempunyai keunggulat~ kompetitif karena posisinya di jalur pusat

wisata puncak detigan aksesibilitas yang sangat tinggi dari beberapa kota besar seperti Jakarta,

bogor dan bandung yang merupakan pasar utama unti~b usalia pariwisata alam. Loltasi ini

dikembangkan sebagai tempat rekreasi alaln yang menonjolkan tujuli buah air terjun yang

berurutan sebagai karakter utama. Beberapa atraksi wisata dikembangkan pula berdasarkan

liasil analisis kesesuaian antara sumberdaya yang tersedia dengan karaltteristilt konsulnen yang

nierniliki motif kunjungan reso~t~ce d;rected, /e;s?r~e djrecled, dan iniage d;ecled

Beberapa atraksi wisata yang telall dikembangkan antara lain adalah Koleksi Tanaman

Anggrek, Playing Grotmd, Penangkaran Kupu-kupu, Cotiiping Gro~md, Jalur hiking dan G~resl

Hozrse. Selain itu beberapa paket program wisata alam juga telah dikembangkan tli lokasi ilii

dan beberapa diantaranya bekerjasama dengan Institot Pertanian Bogor, yaitu: Ou~ho~ld

oai~iiilg, Kemah Konservasi, Meel lhe wild lhi~lgs, I;OI.L'SI bvolk (111d II~IL'I;I)I.L'ILII~~I~ (Pert1111

Perhutani KPH Bogor, 2003).

3. Topografi dan Tallall

Lokasi WWCC sebagian besar topografinya didoininasi ole11 Itelas kelerengan B (;S-

30%) dan kelas lereng

E

(>40%), dengan topografi curam (kelas kelerengan B) dan sangat

curam (kelas kelerengan E). Jenis tanah termasuk jenis lnseptisol atau l<ambisol berasosiasi

(30)

4. Iklim

Menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Fergusson (1951)

dalam

Anonimous (1989)

daerah WWCC tennasuk tipe iklim A (sangat basah). Curah hujan rata-rata tahunan sebesar

3.672 mm dan rata-rata bulanan sebesar 306 mm. Rata-rata jumlah hari hujan adalah 203 hari

pertahun dan temperatur rata-rata berkisar antara 15'- 30' C.

13. Desa I'cnclitian

1. Keadaan Fisik

Desa Jogjogan merupakau bagian dari Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Propinsi

Jawa Barat. Desa Jogjogan terbentuk sejak zaman penjajahan Bclanda. Asal nama.De9d

Jogjogan menurut cerita penduduk setempat berarti tempat tujuan orang-orang. Desa ini berada

pada posisi strategis, jalur puncak Cisarua dan bcrjarak sekilar 15 km dari pinlu to1 Gadog

(Jagorawi) dan 23 km dari Kota Bogor kearah timur. Lokasi tersebut dapat dicapai dengan

kendraan umum Jurusan Jakarta-Bogor-Bandung, Bogor-C:ianjur, Sukasari-Cisarua selanji~tnya

dapat dicapai dengan berjalan kaki atau menumpang sepeda motor (ojek).

Desa Jogjogan memiliki luas keseluruhan sebesar 154 hektar. Adapuu batas-batas

wilayah Desa Jogjogan adalah sebagai berikut : berbatasan dengan Desa Mega Mendung di sebelah utara, Desa Leuwimalang di sebelah Selatan, Desa Cilember disebelah Barat dan Desa

Batu Layang.di sebelah timur. Rincian luas dan penggunaan lahan Desa Jogjogan disajikan

dalam Tabel 3.

Tabel 3. Luas dan Peuggunaan lahan Desa Jogjogan

No Penggunaan Lalian Luas (ha) %

1. Pemukiman 76 49 4 .

Perkantoran 0.2 0.13

Sekolah 1 0.65

Pertokoanl Perdagaugan 0.5 0.32

Masjid 1.5 0.97

Kuburan 3 1.95

Jalan 1.5 0.97

Sawah Peugairan setengah teknis 25 16.2

Sawah pasang surut 5 3.25

Rekreasi dan olah raga 3 1.95

Perikanan daratl air tawar 6 3.9

Lain-lain 31.3 20.3

Jumlah 154 100

[image:30.577.114.491.463.660.2]
(31)

2. Topografi dan Ceografis

Wilayah Desa Jagjogan pada umumnya berwujud perbukitandengan posisi 1850 meter

di atas permukaan laut (mdpl). Curah hujan rata-rata pet- taliun mencapai 1200 nitn detigan

keadaan suhu rata-rata hariatitiya niencapai 33 OC.

3 Kcadaan Sosial Ekonomi dan Budaya.

a. Kependudukan

Penduduk Desa Jogjogan berjumlah 5.186 jiwa dengan jumlah lkepala lkeluarga ,

sebesar 1.381 I<!<, lerdiri dari 2.633 laki-lalki atau 50,8% dan 2.553 perelnpuan atau 49.2%. Dililiat dari kelotnpok uliiltr sebagian besar masyaralkat Desa Jogjogan lergolong

pada usia produktif (15 - 64), sehingga dapat menn~ijang perekonomian keluarga.

Distribusi penduduk inetiul-ut berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Komposisi Pendudulc Desa Joxjogan berdasarkan l<elompok Unlur

No I<clompolc U m u r (taliun) Jumlah (orang) Pcrscntasc (%)

I . 0 - 4 515 9.93

2. 5 - 6 326 6.29

3. 7 -- 12 374 7.2 1

4. 13

-

15 413 7.96

5 . 16- 18 429 8.27

6. 19 -25 457 8.81

7. 26

-

35 506 9.76

8. 3 6 - 4 5 535 10.3

9. 46 - 50 570 I I

10. 51 - 6 0 607 11.7

1 1 . 61 - 7 5 339 6.54

12. > 7 6 1 I 5 2.22

Total 5186 100

Sumber : Data Dasar Profil Desa Jogjogan 2000

b. Pendidilkan

Tingkat pendidikan di Desa Jogjogan tnasili tergolong rendah, dimillla jumlall

. .

pcnduduk yang tidak tamat SD dan yans hanya talnat SD mendotiiinasi lkompos~s~

penduduk berdasarkan tingkat pendidikannya. Sementara it11 masyarakat Desa Jogjogen

yang mampu tiienyelesaikan pendidikannya sa~npai tingkat perguruan tinggi hanya 10

orang. Untuk lebih jelasnya jutnlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikannya dapat

dilihat pada Tabel 5.

Sarana pcndidiltan formal yang terdapat di Desa Jogjogan adalah l'dman l<anak-

kanak (satu unit), Sekolah Dasar (dua unit), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertalila (sat11 onit).

Selain itu juga terdapat sarana pendidilkan informal yaitu satit I'ondok PesanLren yang

[image:31.585.128.491.319.496.2]
(32)

lhal ini dapat dilihat dasi kebiasaan masyasakat Desa Jogjogan untuk melakukan lkegiatan-

kegiatan keagarnaan, seperti pengajian dan perayaan hasi-hari besar lslaln secasa rutin.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan yang diselesaikan

No Uraian J u m l a h

I. Tidak Tamat S D 3376

2. T a ~ n a t S D 1.500

3. Talnat SLTP 250

4. T a ~ n a t SLTA 50

5. Tamat Perguruan Tinggi 10

Total 3010

Surnber : Data Dasar Protil Desa Jogjogan 2000

c. M a t a Pencallarian P e n d u d u k

Mayositas penduduk Desa Jogjogan ~ n c ~ ~ ~ i l i k i mata pencaharian pokok sebng:~i

busuh, baik buruh tani maupun buruh bangunan, berdagang dan pegawai swasta.

I<omposisi penduduk berdasarkan mata pencahariannya disajikan dalaln Tabel 6.

Tabel 6. I<omposisi Penduduk Berdasaskan Mara Pencaharian

No M a t a Pencaliarian Jurnlah (orang) "10

I. Petani 150 8.17

2. Busuh Tani 310 16.94

3. Beternak 3 0.16

4. Berdagang 326 17.8 1

5. Pegawai Negri 3 9 2.13

6 . Pegawai Swasta 3 1 I 16.99

7. Icepolisian 2 0.1 I

8 . Angkutan Ojek 100 5.5

9. Lainnya 589 32

T o t a l 1830 I00

Dam Dasar Profil Desa Jogjogan 2000

d. Luas peinilikan lallan

Mayoritas penduduk Desa Jogjogan hanya memiliki lahan kusang dari 0.1 hektar.

Hal ini sangat mempcngaruhi mata pencaharian masyasakat, dilnana sumbes macd

pencaharian masyasakat Desa Jogjogan pada umumnya berasal dari selttos non [ahan.

Rincian luas pe~nilikan lahan ~nasyarakat Desa Jogjogan disajikan d a l a ~ n Tabel 7.

Di Desa Jogjogan juga tesdapat ltecendrungan masyasakat untuk inel~jual lalian

miliknya untuk ~nlenlbiayai berbagai keperluan, antar lain untuk menunaikan ibadall haji.

Lahan yang dijual sebagian besar adalah areal persawahan, sehingga sadt ini kepemililtan

sata-sata lahan lnasyarakat Desa Jogjogan adalah kusang dari 0.1 hektar. Icebanyakan lahan

[image:32.585.128.494.142.233.2] [image:32.585.136.493.368.506.2]
(33)
[image:33.577.113.486.104.244.2]

Tabel 7. Luas Pelnililtan Lahan Masyarakat Desa Jogjogan

No Luas PemiliLan Lallan Julnlal~ (Rumah Tangga)

9. > I 0

Total 1381

(34)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat

Sejak tahun 1990 Wana Wisata Curug Cilember (WWCC) telah dikembangkan oleh

Perhutani di bawah koordinasi KPH Bogor sesuai dengan Surat Direksi Perhutani

No.226/043.7/Prod/Dir. Narnun baru pada tanggal 26 April 2000 WWCC diresmikan oleh Bupati

Kabupaten Bogor dan dibuka untuk mum sebagai sarana rekreasi barian dan bermalam. Perhutani

menetapkan tiket masuk untuk rekreasi harian sebesar Rp 2000,OO berdasarkan Surat Izin Usaha

Pariwisata Kabupaten DATI I1 Bogor No. 55/212/ISUP/DIP/1999 tanggal 2 September 1999.

Selain itu pengunjung diwajibkan pula membayar premi asuransi Rp 100,OO.

Di pihak lain LKMD Desa Jogjogan juga melakukan pemungutan tiket rehibusi jalan

terhadap para pengunjung WWCC di gerbang Desa Jogjogan sebesar Rp 500,OO berdasarkan Surat

Keputusan Desa Jogjogan No. 144/04/Kpts Pemb. tanggal 13 Maret 2000. Keadaan ini

menyebabkan terjadinya pemungutan karcis yang berkali-kali terhadap para pengunjung. Pada

tanggal 1 Agustus 2000, Perhutani membuat kesepakatan dengan LKMD Desa Jogjogan yang

dituangkan dalam bentuk Perjanjian Kerjasama Kemitraan antara KKPH Bogor dengan Ketua

LKMD Desa Jogjogan dengan tujuan sebagai berikut :

I . Me~nberikan kemudahan pelayanan kepada para pengunjung Wana Wisata Curug Cilelnher

~nelalui pelayanan "satu karcis" dan memudahkan pemantauan peredaran karcis masuk ole11

para pibak,

2. Kontribusi langsung keberadaan Wana Wisata Curug Cilember bagi pe~nasukan kas

pembangunan Desa Jogjogan,

3. Merealisasikan program Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat,

4. Sebagai penvujudan dari visi dan misi PT. PERHUTANI (PERSERO).

Dari kerjasama ini Perum Perhutani akan mendapatkan jaminan keamanan dan ketertiban

di sepanjang jalur-jalur wisata WWCC dari Pemerintah Desa Jogjogan. Sedangkan Desa Jogjogan

mendapatkan pemasukan insentif PHBM sebesar Rp 500,OO per karcis. Mengenai hak dan

kewajiban Perum Perhutani dan Desa Jogjogan disajikan pada Lampiran 10.

Dalam pelaksaliaannya kerjasama ini juga melibatkan remaja Desa Jogjogan yang

tergabung dalam Ikatan Remaja Masjid (IRMAS) Desa Jogjogan, anggota IRMAS diberi

kesempatali untuk mengelola keamanan, ketertiban, kebersihan, WC umum, dan parkir. Untuk

pengelolaan keamanan, ketertiban, dan kebersihan, IRMAS memperoleh tnanajetllenl fee sebesar

Rp 250.000,OO per bulan. Untuk pengelolaan parkir dan WC umum diterapkall bagi hasil 60%

untuk Perhutani dan 40% IRMAS. Anggota IRMAS secara bergiliran mendapat tugas

(35)
(36)

adalali peningkatan pendapatan (33,3%) karena banyaknya masyarakat memiliki pekerjaan namun

belum dapat memenuhi kebutuhan mereka sehari-bari. Selain itu kebutuhan responden adalah

tersedianya lapangan kerja dan peningkatan pendapatan (1 1,7%), karena pada dasamya mereka

telah memiliki pekerjaan tetap namun membutuhkan jenis pekerjaan lain yang lebih baik dengan

pendapatan yang lebih tinggi. Kebutuhan lainnya adalah ketertiban dan keamanali scrta

terpeliharaliya norma-norma yang dianut oleh masyarakat setempat dalam kehidupan sehari-hari

(21,7%). Untuk lebih jelasnya perincian kebutuhan-kebutuhan masyarakat dalaln penerapan

PtIBM disajikan dalam Tabel 8.

Tabel 8. Kebutuhan-kebutuhan Masyarakat dalam Penerapan PHBM

No. Kebutuhan MDH Jnrnlah Responden Persentase

(Orang) (%)

1 Tersedia lapangan Kerja 20 33 3

2. Peningkatan Pendapatan 20 33.3

3. Tersedia Lapangan Kerja dan Peningkatan

Pendapatan 7 11.7

4. Keamalian dan Ketertiban di areal Wisata 13 21.7

Total GO 100

Program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan Perhutani lebih berdilnensi pada

kebutuhan untuk mendapatkan tenaga kerja dengan upah yang murah dan bagian dari sistem

pengalnanan hutan melalui partisipasi masyarakat. Walaupun sudali agak memperhalikan

kepentingan tenaga kerja tetapi sampai sekarang praktek program-program prosperiry opproach

seperti Insus Tumpangsari dan Pemhangunan Masyarakat Desa Mutan (PMDII) masib lebih

hanyak rnenguntungkan pihak Perhutani, yaitu dalam rangka mendapatkan tenaga kerja dengan

harga yang murah, selain untuk membantu pengamanan hutan (Yulianto, 2000). Sebagai ilustrasi,

dari paparan bapak Dede selaku Koordinator Wisata WWCC, bahwa ha1 yang paling dil~arapkan

dari keikutsertaan masyarakat dalam pengelolaan WWCC adalah terciptanya kondisi kea~nanan

WWCC dari gangguan-gangguan luar terutama yang berasal dari masyarakat itu sendiri, baik

gangguan terliadap para pengunjung WWCC maupun terhadap sumberdaya hutan di sekitar

WWCC.

C. Partisipasi T a h a p P e r ~ n c a n a a n

Tahap perencanaan PHBM meliputi kegiatan Penetapan Wilayah Kerja, Penentuali

Kontrak Kerja, Penentuan Mitra Kerja PHBM, dan Penentuan sistem bagi hasil. Dengan

[image:36.582.97.488.245.375.2]
(37)

seluruh pihak-pihak yang terlibat dan terkena program serta solusi yang diciptakan berangkat dari

proses integrasi atitara perspektif dan kebutuhan semua pihak yang terlibat. Selain itu pentingnya

rnelibatkan masyarakat pada tahap perencanaan adalah untuk menumbuhkan rasa tanggirng jawab

masyarakat terhadap program-program yang akau dilaksananan dan sebagai sarana umltuk

mengetaliui kebutuhan-kebutuhan masyarakat setempat seliingga program yang dilaksanakan

sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.

Hasil penilaian tingkat partisipasi pada taliap perencanaan disajikan pada Lampiran 3.

Sebagian besar (90 %) responden termasuk kedalam kategori tingkat partisipasi rendali, sebagian

kecil lainnya (3 %) termasuk kedalam kategori sedang &an 7% termasuk kedalam kategori tinggi.

Rincian distribusi petani peserta PHBM berdasarkan tingkat partisipasinya dalatn tahap perelicanaa

[image:37.577.92.486.305.397.2]

disajikan dalam Table 9.

Tabel 9. Distribusi Peserta PHBM Menurut Tingkat Partisipasiliya pada Tallap Perencanaan

Tingkat l'artisipasi Jumlah Responden Persentase ( O h )

Rendah 54 90

Sedallg 2 3

Tinggi 4 7

Dengan persentase tingkat partisipasi kategori sangat rendah yang cukup besar (90 %),

dapat meliggambarkan bahwa sebagian besar peserta PHBM tidak terlibat dalam taliap

perencanaan. Umnumnya masyarakat yang berpartisipasi langsung dalam tahap perencanaan PI-IBM

adalah para tokoh-tokoh masyarakat baik tokoh formal seperti ketua LKMD (Lemnbaga Ketahanan

Masyarakat Desa) dan aparat desa lainnya maupun pemimpin informal lainnya sepemti para ulama,

dalam ha1 ini adalah ketua IRMAS dan para pengurusnya dengan harapan dapat mewakili seluruh

aspirasi masyarakat Desa Jogjogan. Distribusi petani menurut keikutsertaan dalarn kegiatami

perencanaan PHBM disajikan pada Table 10.

Tabel 10. Distribusi Peserta PHBM Menurut Keikutsertaan pada Tahap Perencanaan PHBM

Jumlah Responden Persentase

Kegiatan

(orang) ( O h )

Penetapan Wilayah Kerja 6 10

Kontrak Kerja

Penentuan Mitra Kerja PHBM

[image:37.577

Gambar

Tabel 1. Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Tahap Perencanaan PMBM
Tabel 2. Kategori Tingkat Partisipasi Masyarakat pada Taliap Pelaksanaan PI-1BM
Tabel 3. Luas dan Peuggunaan lahan Desa Jogjogan
Tabel 4. Komposisi Pendudulc Desa Joxjogan berdasarkan l<elompok Unlur
+7

Referensi

Dokumen terkait

diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Pertama, Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi siswa tentang kompetensi pedagogik terhadap prestasi

Jadwal Penelitian Hubungan Pola Konsumsi Vitamin C terhadap Kadar Glukosa Darah dan Trigliserida pada Pasien Diabetes Mellitus Rawat Jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta

14.2 Memeragakan tari Nusantara daerah lain sesuai dengan iringan di depan penonton 3 JP 3 JP 15 Keterampilan Mengapresiasi karya kerajinan. 15.1 Mengidentifikasi jenis

Berdasarkan hasil uji hipotesis menggunakan uji t satu pihak (pihak kanan) terhadap data postest diperoleh t hitung &gt; t tabel , yaitu 2,85084 &gt; 1.99346 yang menunjukkan bahwa H

Apakah Infra Red (IR), Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) dapat mengurangi nyeri lutut pada kasus Osteoarthritis lulut dextra?. Apakah terapi latihan Hold

Untuk mencari makna yang terkandung dalam foto-foto jurnalistik pada.. penelitian kali ini, penulis menggunakan pendekatan

Perilaku prososial dapat ditanamkan pada anak dengan cara bermain peran prososial agar anak juga dapat merasakan langsung respon positif dan penerimaan sosial yang dapat

Pada facet di sebelah kiri, akan terlihat jumlah hasil pencarian berdasarkan beberapa kriteria pencarian yang dapat dipilih untuk meningkatkan akurasi pencarian. Pilih