commit to user
PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN PERAWATAN
PAYUDARA (BREAST CARE) DENGAN VIDEO COMPACT DISC
(VCD) DIBANDING DENGAN PHANTOM TERHADAP
PENGETAHUAN DAN MOTIVASI BELAJAR
(Pada Mahasiswa D – III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan An – Nur Purwodadi)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-2
Minat Utama Kedokteran Keluarga Program Studi Pendidikan Profesi Kesehatan
Diajukan oleh : ANITA LUFIANTI
S540809301
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN PERAWATAN
PAYUDARA (BREAST CARE) DENGAN VIDEO COMPACT DISC (VCD)
DIBANDING DENGAN PHANTOM TERHADAP
PENGETAHUAN DAN MOTIVASI BELAJAR
(Pada Mahasiswa Program Studi D – III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan An- Nur Purwodadi)
Disusun Oleh:
Anita Lufianti NIM S540809301
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing:
Jabatan Nama Tanda Tangan
Pembimbing I Prof.Dr.Didik Tamtomo,dr., PAK., MM.,M.Kes……… NIP. 194803131976101001
Pembimbing II Dr. Nunuk Suryani., M. Pd ……… NIP. 196611081990032001
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan
commit to user
PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN PERAWATAN
PAYUDARA (BREAST CARE) DENGAN VIDEO COMPACT DISC (VCD)
DIBANDING DENGAN PHANTOM TERHADAP PENGETAHUAN DAN MOTIVASI BELAJAR (Pada Mahasiswa D – III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan An – Nur Purwodadi)
Tesis Di usun oleh : ANITA LUFIANTI
NIM. S540809301
Telah disetujui dan disahkan oleh Tim penguji Tesis Pada tanggal : 18 Januari 2011
Dewan penguji :
Jabatan Nama TandaTangan
Ketua Prof. Dr. Ambar Mudigdo, dr., Sp.PA(K) ... NIP. 194903171976091001
Sekretaris Ir. Ruben Dharmawan, dr.,M.Sc.,Ph.D ... NIP. 195111201986011001 Studi Magister NIP. 1948031319761011001
Kedokteran Keluarga
commit to user
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Tesis dengan judul ”
PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN PERAWATAN PAYUDARA
(BREAST CARE) DENGAN VIDEO COMPACT DISC (VCD) DIBANDING
DENGAN PHANTOM TERHADAP PENGETAHUAN DAN MOTIVASI
BELAJAR (Pada Mahasiswa D- III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
An – Nur Purwodadi)”. Proposal Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi salah
satu persyaratan untuk mencapai derajat sarjana S2, Minat Utama Kedokteran
Keluarga, Program Studi Pendidikan Profesi Kesehatan , Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan rasa
terimakasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Moch. Syamsulhadi, dr., Sp.KJ(K), selaku Rektor Universitas
Sebelas Maret beserta jajarannya yang telah memberikan kesempatan dan
fasilitas untuk mengikuti pendidikan di Pascasarjana Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
2. Prof. Drs. Suranto, MSc. Ph.D, selaku Direktur Program Pasca Sarjana
Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kesempatan dan
commit to user iii
3. Prof. Dr. Didik G Tamtomo,dr., PAK., MM., M.Kes Selaku Ketua
Program Studi Pendidikan Profesi Kesehatan dan Pembimbing I yang
telah memberikan bimbingan kepada kami dalam penyusunan penelitian.
4. Ibu Dr. Hj. Nunuk Suryani, M.Pd selaku pembimbing II yang telah
memberikan arahan dalam penyusunan penelitian ini.
5. Para Ketua Program Studi, Dosen dan seluruh responden yang telah
banyak membantu dalam penelitian ini.
6. Suamiku dan putra – putraku terkasih, Hendrik Budi Prasetyo, Kenzo
Paramarafsya Radith Prasetyo dan Kenstano Qafkharu Dante Prasetyo
karena keikhlasan doa, dukungan dan segala pengorbanannya kepada
penulis.
7. Ayahanda H. Soenyoto dan Ibunda Hj. Lasmi yang telah mengijinkan dan
tidak pernah berhenti mendoakan serta mendukung penulis dalam
menjalani pilihan ini
8. Teman – teman seperjuangan angkatan 2009 dan semua pihak yang tidak
dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan
dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan ini.
Semoga segala amal kebaikan yang telah diberikan akan mendapatkan
pahala dari Allah SWT dan semoga tesis ini dapat memberikan sumbangan
pengetahuan dalam upaya peningkatan program kesehatan remaja.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
commit to user
Penulis iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...i
LEMBAR PENGESAHAN...ii
KATA PENGANTAR...iii
DAFTAR ISI...v
DAFTAR TABEL...vii
DAFTAR GAMBAR...viii
DAFTAR LAMPIRAN...ix
BAB I PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang...1
B. Perumusan Masalah...3
C. Tujuan Penelitian...4
D. Manfaat Penelitian...5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...6
A. Landasan Teori...6
commit to user \v
2. Prestasi Belajar...15
3. Pengetahuan...27
4. Motivasi...32
5. Media Pembelajaran...50
6. Masase Payudara...58
B. Penelitian Relevan...61
C. Kerangka Berpikir...62
D. Hipotesis...65
BAB III METODE PENELITIAN...66
A. Metode dan Desain Penelitian...66
B. Waktu dan Tempat Penelitian...66.
C. Populasi, Sampel dan Sampling...67
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...68
E. Pengumpulan Data...69
F. Pengujian Alat Ukur...71
G. Uji Persyaratan Analisis...73
H. Analisa Data...74
BAB IV HASIL, ANALISIS DAN PEMBAHASAN...75
A. Deskripsi Data Penelitian...75
commit to user vi
C. Analisa Data...91
D. Pembahasan...92
E. Keterbatasan Penelitian...97
BAB V PENUTUP...99
A. Kesimpulan...99
B. Implikasi...99
C. Saran...100
DAFTAR PUSTAKA...101
LAMPIRAN...104
commit to user
ABSTRAK
Anita Lufianti, NIM S540809308, 2010, Perbedaan Pengaruh Pembelajaran
Perawatan Payudara (Breast Care) dengan Video Compact Disc(VCD) Dibanding dengan Phantom terhadap Pengetahuan dan Motivasi Belajar (Pada Mahasiswa D – III Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan An – Nur Purwodadi) Komisi Pembimbing 1: Prof.Dr.Didik Tamtomo, dr., M. Kes., MM., PAK 2. Dr. Nunuk Suryani, M. Pd, Tesis : Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat utama Pendidikan Profesi Kesehatan, Program Pascasarjana, Universitasi Sebelas Maret
Tujuan: Mengetahui perbedaan motivasi dan pengetahuan antara
mahasiswa yang mendapatkan pembelajaran dengan media Video Compact Disc (VCD) dibanding dengan Phantom pada pembelajaran masase payudara di STIKES An – Nur purwodi
Metode: Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif
dengan desain jenis Eksperimental dengan Pendekatan pre – post test design. Subyek penelitian adalah selurah mahasiswa Prodi D III Keperawatan STIKES An-Nur Purwodadi tingkat II angkatan 2008 sejumlah 76 mahasiswa yang terdiri dari dua kelas. Penelitian dilaksanakan bulan desember 2010 di STIKES An – Nur Purwodadi. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan test sedangkan analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Mann- Whitney test dengan α= 0,05 dan uji Wilcoxon dengan p≤0,05
Hasil: Pengujian dengan Mann-Whitney tes terhadap pengetahuan dan
motivasi setelah pembelajaran mendapatkan nilai z= - 2,343 (sig 0,019) dan nilai z=-2,410 (sig 0,831), yang mengandung makna ada perbedaan pengetahuan pada kedua kelompok dan tidak ada perbedaan motivasi yang signifikan pada kedua kelompok, pengujian dengan wilcoxon didapatkan p=0,00 pada kedua media yang digunakan yang mengandung makna bahwa kedua media tersebut bagus untuk digunakan
Kesimpulan: Terdapat perbedaan pengetahuan mahasiswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan media VCD dibanding penggunaan media phantom pada pembelajaran masase payudara di STIKES An- Nur Purwodadi dan tidak ada perbedaan motivasi antara mahasiswa yang mendapat pembelajaran dengan media VCD dan Phantom.
commit to user
ABSTRACT
Anita Lufianti, NIM S540809301,2010:Title The Difference of Effect of The
Breast Care Learning With The Video Compact Disc (VCD) Compared To The Learning with The Phantom on The Learning Achievement and Knowledge at The STIKES An-Nur Purwodadi, Commission supervisor 1. Prof. Dr. Didik Tamtomo., dr., M. Kes., MM., PAK.2 Dr. Nunuk Suryani, M. Pd,Thesis: Master of Family Medicine, The main Interest in Health Profession education, Graduate Program, University of Sebelas Maret
The Objectives: of the research are to know the difference of knowledge
and achievement between the students instructed with the video compact disk media and those instructed with the phantom media in the breast care learning at STIKES An- Nur Purwodadi
Methode: This research used a quantitative method with the experimental
design of pre post –post design. It was conducted at the STIKES An-Nur Purwodadi on december 2010.the subject of the research were all 76 students in Grade II(the student of 2008).the subject were divided into two groups. The data gathered through questioner and test.they were analyzed by using Mann- Whitney
test with α=0,05 and wilcoxon test with p≤0,05
Result: The result of the analysis on the students achievement and
motivation following the experimentation are z=-2,343 )sig 0,019) and z= - 2,410 (sig 0,831) respectively. Such research indicate that there is difference of achievement of the two groups, and there is not any significant difference of motivation of the groups. The wilcoxon have a result p= 0,00 in the both of the media are good to use.
Conclusion: Based of the result of the analysis , a conclusion is drawn that
there is difference of achievement between the students instructed with the video compact disk media and those instructed with the phantom media in the breast care masage learning at STIKES An- Nur Purwodadi,and there not any significant difference of motivation between the students instructed with the video compact disk media and those instructed with the phantom media in the breast care masage learning at STIKES An-Nur Purwodadi.
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyelengaraan pendidikan tinggi bidang kesehatan dituntut untuk dengan
Cepat merespon proses yang kompleks dan berkelanjutan dalam menghasilkan
lulusan yang mempunyai kemampuan dapat bekerja sesuai bidang ilmunya dan
diterima di masyarakat secara baik dan benar (Tim Kerja Direktorat Pembinaan
akademik dan Kemahasiswaan, 2005:41). Pendidikan program D-lll keperawatan.
adalah suatu pendidikan yang bertujuan menghasilkan perawat praktisi pemula
(Ahli Madya Keperawatan) yang cukup terampil dalam mengelola masalah
kesehatan, memiliki landasan profesi yang kokoh, bermakna menumbuhkan dan
membina sikap, tingkah laku,dan kemampuan profesional keperawatan untuk
melakukan praktik keperawatan ilmiah.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka berbagai keterampilan perlu
dikembangkan baik secara teori, praktik maupun dalam tatanan nyata praktik
keperawatan di klinik. Terkait dengan hal tersebut dalam pembelajaran klinik
dipengaruhi oleh banyak hal antara lain (l) penetapan Rumah Sakit atau
puskesmas profesional utama dan Rumah Sakit lain sebagai jaringan praktek, (2)
adanya komunitas keperawatan yang mampu menciptakan iklim yang kondusif
dan adanya model peran (3) Tujuan instruksional yang jelas dan menentukan
commit to user
2002). Oleh sebab itu diharapkan dalam kegiatan pengalaman belajar klinik
keperawatan terencana sesuai dengan fungsi dan kompetensi yang ditetapkan oleh
lembaga atau institusi pendidikan dapat dikuasai oleh peserta didik dengan
optimal (Yusuf; 2001).
Tahap profesi atau pengalaman belajar klinik merupakan upaya untuk
memberikan kesempatan pada peserta didik menerapkan ilmu yang di pelajari
dikelas kekeadaan nyata guna mendapatkan pengalaman nyata untuk mencapai
kemampuan profesional (Intelektual, Teknikal, dan Interpersonal)
(Nursalam,2002). Namun akibat terbatasnya lahan praktik, maka pencapaian
kompetensi klinik menjadi sangat kurang memuaskan. Berdasarkan evaluasi yang
diselenggarakan terhadap 60 ketrampilan klinik mahasiswa lulusan Prodi D- III
Keperawatan STIKES ANNUR Purwodadi pada tahun 2009, diperoleh kisaran
rata-rata hanya 78 % ketrampilan yang dapat dicapai oleh mahasiswa. Dari sisi
target diperoleh hanya sekitar 42 % Dari target pengalaman praktik yang dapat
dicapai oleh mahasiswa (Stikes Annur, 2006).
Dalam keperawatan kegiatan masase payudara (breast care) merupakan
salah satu kegiatan yang sangat perlu dikuasai karena merupakan salah satu
kompetensi bagi tenaga D-lll Keperawatan (PPNI Jawa Tengah, 1999). Masase
Payudara adalah kegiatan memasase payudara dengan gerakan – gerakan tertentu
dengan berbagai tujuan, seperti melancarkan Air Susu Ibu (ASI), mencegah
terjadinya engorgement, mencegah terjadinya mastitis. Dalam hasil evaluasi yang
dilakukan pada praktik di RSUD Purwodadi pada tahun 2009, didapatkan hanya 8
commit to user
masase payudara. Situasi ini menggambarkan bahwa praktik klinik saat ini tidak
cukup membantu mahasiswa dalam mencapai ketrampilan kinik sehingga perlu
dilakukan upaya lain bagi pengembangan ketrampilan mahasiswa.
Salah satu bentuk pendidikan keperawatan yang dilakukan adalah dengan
pendekatan media pembelajaran dimana dosen melakukan pembelajaran
menggunakan sarana audiovisual untuk menunjukkan bagaimana prosedur masase
payudara pada pasien.. Penggunaan media pembelajaran dilakukan dengan tujuan
mengoptimalkan proses pembelajaran dengan harapan hasil serapan pengetahuan
dan ketrampilan mahasiswa menjadi lebih optimal.
Berdasar pada hal diatas maka peneliti bermaksud menyelenggarakan
penelitian tentang perbandingan motivasi dan pengetahuan mahasiswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan media video dengan menggunakan media
phantom pada pembelajaran perawatan payudara / masase payudara di Prodi D-III
Keperawatan STIKES ANNUR Purwodadi
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan rumusan penelitian
sebagai berikut:
1. Adakah perbedaan Pengetahuan antara mahasiswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan media video dengan mahasiswa yang menggunakan
media phantom pada pembelajaran Masase payudara di Prodi D-III
commit to user
2. Adakah perbedaan motivasi antara mahasiswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan media video dengan mahasiswa yang menggunakan
media phantom pada pembelajaran Masase payudara di Prodi D-III
Keperawatan STIKES ANNUR Purwodadi?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui perbedaan pengetahuan dan motivasi antara mahasiswa
yang mendapatkan pembelajaran dengan media video dengan mahasiswa yang
menggunakan media phantom pada pembelajaran masase payudara di Prodi
D-III Keperawatan STIKES ANNUR Purwodadi?
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi perbedaan pengetahuan antara mahasiswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan media video dengan mahasiswa yang
menggunakan media phantom pada pembelajaran masase payudara di Prodi
D-III Keperawatan STIKES ANNUR Purwodadi?
b. Mengidentifikasi perbedaan motivasi antara mahasiswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan media video dengan mahasiswa yang menggunakan
media phantom pada pernbelajaran masase payudara di Prodi D-III
commit to user D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini merupakan sarana pengembangan pcngalaman penelitian dan
diharapkan berguna sebagai dasar/ landasan bagi penelitian berikutnya.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi bagi pengembangan
proses penyelenggaraan pendidikan di lingkungan masase payudara di Prodi
D-III Keperawatan STIKES ANNUR Purwodadi?
3. Bagi profesi keperawatan
Untuk mengembangkan profesi keperawatan, khususnya dalam pengembangan
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Belajar
a. Pengertian
Belajar adalah kegiatan yang bertujuan untuk perubahan tingkah laku, baik
yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi
segenap aspek organisme atau pribadi (Djamarah dan Zain, 2006: 11).
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:295) Belajar adalah kegiatan
individu memperoleh pengetahuan, perilaku dan ketrampilan dengan cara
mengolah bahan belajar. Dalam belajar tersebut individu menggunakan ranah-
ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Akibat dari belajar tersebut maka
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik makin bertambah baik. Cronbach
dalam Sardiman (2005:20) memberikan definisi : " Learning is shown by a
change in behavior us a result of experience". (Belajar adalah memperlihatkan
perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari pengalaman). Harold Spears dalam
Sardiman (2005:20) memberikan batasan: "Learning is to observe, to read, to
initiate, to try something themselves, to listen, to follow direction". (Belajar adalah
mengamati, membaca, berinisiasi, mencoba sesuatu sendiri, mendengarkan,
mcngikuti petunjuk/arahan). Geoch dalam Sardiman (2005:20), mengatakan
:"Learning is a change in performance as a result of practice". (Belajar adalah
commit to user
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa belajar itu senantiasa
merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan
misalnya dengan membaca" mengamati, mendengarkan, meniru dan lain
sebagainya. Juga belajar itu akan lebih baik kalau si subyek belajar itu mengalami
atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan
individu sebenamya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim
kepadanya oleh lingkungan. Dengan demikian terjadinya kegiatan belajar yang
dilakukan oleh seorang individu dapat dijelaskan dengan rumus antara individu
dan lingkungan.
Slameto (2003:2) mengungkapkan bahwa belajar adalah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Hal ini berarti bahwa peningkatan kualitas dan
kuantitas tingkah laku seseorang diperlihatkan dalam bentuk bertambahnya
kualitas dan kuantitas kemarnpuan seseorang dalarn berbagai bidang. Dalam
proses belajar, apabila seseorang tidak mendapatkan suatu peningkatan kualitas
dan kuantitas kemampuan, maka orang tersebut sebenamya belum mengalami
proses belajar atau dengan kata lain ia mengalami kegagalan di dalam proses
belajar.
Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan
kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin
dicapai. Untuk meningkatkan prestasi belajar yang baik perlu diperhatikan kondisi
commit to user
diri siswa, seperti kesehatan, keterarnpilan, kemapuan dan sebagainya. Kondisi
eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia, misalnya ruang
belajar yang bersih, sarana dan prasaran belajar yang memadai.
b. Ciri belajar
Ciri belajar yang baik menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:8) adalah :
l) memperoleh hasil belajar dan pengalarnan hidup
2) terjadi proses intemal dalam diri pebelajar
3) terjadi jika pebelajar merniliki motivasi yang kuat
c. Peran pengajar dalam belajar
Peranan pengajar sebagai pendidik profesional sesungguhnya sangat
kompleks, tidak terbatas pada saat berlangsungnya interaksi edukatif dalam kelas,
yang lazim disebut sebagai proses belajar mengajar. Menurut James B Brown
dalam Suryosubroto (2002:3) tugas dan peranan guru antara lain: menguasai dan
mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pelajaran
sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.
Untuk dapat melaksanakan tugas mengajar dengan baik, guru harus
memiliki kemampuan profesional yaitu terpenuhnya l0 kompetensi guru yang
meliputi (Suryosubroto, 2002:4):
a) Menguasai bahan
1) menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah
2) menguasai bahan pengayaan/ penunjang bidang studi
b) Mengelola program belajar mengajar
commit to user
2) mengenal dan dapat menggunakan prosedur instruksional dengan tepat
3) melaksanakan program belajar mengajar
4) mengenal kemampuan anak didik
c) Mengelola kelas
l) mengatur tata ruang kelas untuk pelajaran
2) menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi
d) Menggunakan media atau sumber
l) mengenal, memilih dan menggunakan alat media
2)membuat alat bantu pelajaran yang sederhana
3) menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar
4) menggunakan micro teaching untuk unit program pengenalan lapangan
e) Menguasai landasan pendidikan
f) Mengelola interaksi belajar mengajar
g) Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pelajaran
h) Mengenal fungsi layanan bimbingan dan penyuluhan
1) mengenal fungsi dan layanan program bimbingan dan penyuluhan
2) menyelenggarakan layanan bimbingan dan penyuluhan
i) Mengenal dan menyelenggarakan administrasi pendidikan
j) Memahami prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan
pengajaran
d. Teori belajar
Terdapat beberapa teori dalam belajar. Dimjati dan Mudjiono (1999:9-17)
commit to user l) Belajar Menurut Pandangan Skinner
Skinner dalam Dimjati dan Mudjiono (1999) berpandangan bahwa belajar
adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih
baik. Sebaliknya, jika ia tidak belajar maka responnya menurun.
Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut:
a) Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons pebelajar
b) respon pebelajar
c) konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut. Pemerkuat terjadinya
stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut.
Menurut skinner, pengajar perlu memperhatikan dua hal penting yaitu:
a) pemilihan stimulus yang bersilat diskrirninatif
b) penggunaan penguatan
Adapun langkah pembelajaran berdasarkan teori kondisioning operan
adalah sebagai berikut:
a) pertama, mempelajari keadaan kelas. Pengajar mencari dan menemukan
perilaku siswa yang positif atau negatif. Perilaku positif akan diperkuat dan
perilaku negatif akan diperlemah atau dikurangi
b) kedua, membuat daftar penguat positif. Pengajar mencari perilaku yang lebih
disukai oleh siswa, perilaku yang kena hukuman dan kegiatan luar sekolah
yang dapat dijadikan sebagai penguat.
c) ketiga, memilih dan menentukan urutan tingkah laku yang dipelajari serta
commit to user
d) keempat, membuat program pembelajaran. Program pembelajaran berisi
urutan perilaku yang dikehendaki, penguatan, waktu mempelajari perilaku
dan evaluasi. Dalam melaksanakan program pembelajaran, guru mencatat
perilaku dan penguat yang berhasil dan tidak berhasil. Ketidakberhasilan itu
menjadi catatan penting bagi modifikasi perilaku selanjutnya.
2) Belajar menurut Gagne
Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (1999) mengungkapkan belajar
merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah
belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya
kapabilitas tersebut adalah dari : (l) stimulasi yang berasal dari lingkungan dan (2)
proses kognitif yang dilakukan oleh pebelajar. Dengan demikian belajar adalah
seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati
pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.
Gagne juga mengungkapkan bahwa belajar terdiri dari tiga komponen
penting, yaitu : kondisi internal, kondisi eksternal dan hasil belajar. Belajar adalah
keadaan internal dan proses kognitif siswa.dengan stimulus dari lingkungan.
Proses kognitif tersebut terdiri atas informasi verbal, keterampilan intelektual,
ketrampilan motorik, sikap dan siasat kognitif.
3) Belajar menurut pandangan Piaget
Piaget dalam Dimyati dan Mudjiono (1999) berpendapat bahwa
pengetahuan dibentuk oleh individu sebab individu melakukan interaksi terus -
commit to user
adanya interaksi dengan lingkungan maka fungsi intelektual semakin
berkembang.
Perkembangan intelektual meliputi tahap-tahap berikut:
l) sensori motor (0-2 tahun)
2) praoperasional (2-7 tahun)
3) operasional konkret (7-l I tahun)
4) operasional formal (diatas I I tahun)
Pada tahap sensori motor anak mengenal lingkungan dengan kemampuan
sensorik dan motorik. Anak mengenal lingkungan dengan penglihatan,
penciuman, pendengaran, perabaan dan menggerak-gerakannya. pada tahap pra-
operasional,. anak mengandalkan diri pada persepsi tentang realitas. Ia telah
mampu menggunakan simbol, bahasa, konsep sederhana berpartisipsi, mernbuat
gambar dan mengolong-golongkan. Pada tahap operasional konkret anak dapat
mengembangkan pikiran logis. Ia dapat mengembangkan penalaran logis
walaupun kadang memecahkan masalah secara trial dnn error. pada tahap operasi
formal anak dapat berfikir abstrak seperti pada orang dewasa.
Menurut Piaget, pembelajaran terdiri dari empat langkah yaitu:
a) menentukan topik yang dapat dipelajari oleh anak sendiri
b) memilih atau mengembangkan aktivitas kelas dengan topik tersebut
c) mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk mengemukakan pemyataan
yang menunjang proses pemecahan masalah
d) menilai pelaksanaan tiap kegiatan, memperhatikan keberhasilan, dan
commit to user 4) Belajar menurut Rogers
Rogers dalam Dimyati dan Mudjiono (1999) mengungkapkan bahwa
praktek pendidikan yang baik menekankan pada siswa yang belajar, bukan pada
pengajaran. Praktek tersebut ditandai dengan guru yang dominan dan pelajar yang
hanya menghafalkan pelajaran. Rogers mengungkapkan pentingnya guru
memperhatikan prinsip pendidikan, yaitu:
a) menjadi manusia berarti memiliki kekuatan wajar untuk belajar. Siswa
harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya
b) siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya
c) Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan
ide baru, sebagai bagian yang bermakna bagi siswa
d) belajar yang optimal akan terjadi, bila siswa berpartisipasi secara
bertanggung jawab dalam proses belajar
e) belajar yang bemakna dalam masyarakat modem berarti belajar tentang
proses-proses belajar, keterbukaan belajar mengalami sesuatu, bekerja sama
dengan melakukan pengubahan diri secara terus-menerus
f) belajar mengalami (experiental learning) dapat terjadi, bila siswa
mengevaluasi dirinya sendiri. Belajar mengalami dapat memberi peluang untuk
belajar kreatif, self evaluation dan kritik diri. hal ini berarti bahwa evaluasi dari
commit to user
g) belajar rnengalami menuntut keterlibatan siswa secara penuh dan
sungguh-sungguh.
e. Faktor yang mempengaruhi belajar/ pembelajaran
Hasil belajar dipengaruhi oleh banyak f'aktor (Slameto: 2003). Faktor
tersebut saling berkaitan dan bersinergi mempengaruhi hasil belajar. Secara umum
faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah kondisi anak, bahan belajar,
kegiatan belajar, metode belajar, alat dan sumber belajar serta evaluasi.
l) Kondisi siswa
Kondisi siswa meliputi derajat kesehatan, tingkat intelegensi, motif dan
tujuan serta gaya belajar dan lingkungan pendukung (social support) dalam
keluarga.
2) Bahan belajar
Menurut Sudirman dalam Abdul Bari Djamarah dan Aswan Zain (2006)
Bahan adalah salah satu sumber belajar bagi siswa. Bahan yang disebut sebagai
sumber belajar (pengajaran) ini adalah sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan
pengajaran. Bahan belajar merupakan unsur inti yang ada dalam kegiatan belajar
mengajar, karena bahan pelajaran itu yang diupayakan untuk dikuasai anak
pebelajar. Bahan belajar dapat mempengaruhi motivasi belajar. Biasanya aktivitas
belajar dan motivasi akan berkurang jika bahan belajar kurang menarik perhatian.
3) Kegiatan belajar
Kegiatan belaiar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala
sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses belajar
commit to user
pengajaran, kegiatan belajar akan mcnentukan sejauh mana tujuan yang telah,
ditetapkan dapat tercapai (Abdul Bari Djamarah dan Aswan zain, 1996). Dalam
kegiatan belajar mengajar, guru dan pebelajar terlibat dalam suatu interaksi
dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya.
4) Metode belajar
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar metode diperlukan oleh guru
dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah
pembelajaran berakhir (Djamarah dan Zain,1996)
5) Alat dan sumber belajar
Yang dimaksud dengan alat dan sumber belajar adalah segala sesuatu yang
dapat dipergunakan scbagai tempat dimana bahan pengajaran terdapat atau asal
untuk belajar seseorang (Djamarah dan Zain:1996)
6) Evaluasi
Menurut Brown dalam Abdul Hari Djamarah dan Aswan Zain (1996)
evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari
sesuatu. Dengan evaluasi maka diharapkan dapat menentukan seberapa jauh taraf
penguasaan dan kemajuan pebelajar dalam menguasai tujuan belajar.
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian
Menurut Adi Negoro dalam Sunarto (2009), prestasi adalah segala jenis
commit to user
Nasution dalarn Ridwan (2008) menyatakan prestasi belajar adalah:
Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat.
Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni:
kognitif, affektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang
memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria
tersebut. Menurut W.J.S Purwadarminto dalam Sunarto (2009) menyatakan
bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sebaik - baiknya menurut
kemampuan anak pada waktu tertentu terhadap hal - hal yang dikerjakan atau
dilakukan.
Berdasar pada uraian diatas, prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah
dicapai menurut kemampuan yang tidak dimiliki dan ditandai dengan
perkembangan serta perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang diperlukan
dari belajar dengan waktu tertentu, prestasi belajar ini dapat dinyatakan dalam
bentuk nilai dan hasil tes atau ujian. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak
dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses,
sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami pengertian
prestasi belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu
sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapatnya yang berbeda-beda
sesuai dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda
itu dapat kita temukan satu titik persamaan. Sehubungan dengan prestasi belajar,
Ngalim Poerwanto (2004:28) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu "hasil
yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan
commit to user
Selanjutnya Winkel dalam Sunarto (2009) mengatakan bahwa "prestasi
belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seseorang siswa
dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya"
Sedangkan menurut S. Nasution dalam Sunarto (1999) mengungkapkan prestasi
belajar adalah: "Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan
berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni:
kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan
jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut."
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dijelaskan bahwa prestasi
belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki pelajar dalam menerima"
menolak dan menilai informasi-informasi yang diperoleh dalam proses belajar
mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu
dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau
raport setiap bidang studi setelah rnengalami proses belajar rnengajar. Prestasi
belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat
memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa.
Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran
terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor
setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan
instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi prestasi belajar adalah hasil
pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol,
huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap
commit to user
terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor
setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan
instrumen tes yang relevan.
b. Faktor - faktor yang mempengaruhi prestasi
Setiap aktifitas yang dilakukan oleh seseorang tentu ada faktor - faktor
yang mempengaruhinya, baik yang cenderung rnendorong maupun yang
menghambat. Demikian juga dialami belajar, faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar siswa Itu adalah sebagai berikut (Ahmadi,1998 72 ):
1 ) Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor ini
dapat dibagi dalam beberapa bagian, yaitu :
a) Faktor lntelegensi
Menurut Kartono dalam Sunarto (2009) kecerdasan merupakan salah satu
aspek yang penting, dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang.
Kalau seorang murid mempunyai tingkat kecerdasan normal atau di atas normal
maka secara potensi ia dapat mencapai prestasi yang tinggi. Slameto (1995:56)
mengatakan bahwa tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada
yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Muhibbin (1999:135)
berpendapat bahwa semakin tinggi kemampuan intelegensi seseorang siswa maka
semakin besar peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya semakin rendah
kemarmpuan intelegensi seseorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk
commit to user
kecerdasan yang tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi seorang anak
dalam usaha belajar.
Intelegensi dalam arti sempit adalah kemampuan untuk mencapai prestasi
di sekolah yang didalamnya berpikir perasaan. Intelegensi ini memegang peranan
yang sangat penting bagi prestasi belajar siswa. Karena tingginya peranan
intelegensi dalam mencapai prestasi belajar maka guru harus memberikan
perhatian yang sangat besar terhadap bidang studi yang banyak membutuhkan
berpikir rasiologi untuk mata pelajaran matematika.
b) Faktor Minat
Minat adalah kecenderungan yang mantap dalam subyek untuk rnerasa tertarik
pada bidang tertentu. Siswa yang kurang beminat dalam pelajaran tertentu akan
menghambat dalam belajar. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki
seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang. Menurut
winkel dalarn Sunarto (2009) minat adalah "kecenderungan yang menetap dalam
subjek untuk merasa tertarik pada bidang/ hal tertentu dan merasa senang
berkecimpung dalam bidang itu." Selanjutnya Slameto (1995:57) mengemukakan
bahwa minat adalah "kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenang beberapa kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan
terus yang disertai dengan rasa sayang."
Kemudian Sardiman (1992:76) mengemukakan minat adalah "suatu
kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi
commit to user
sendiri." Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa minat besar pengaruhnya
terhadap belajar atau kegiatan. Bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih
mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk
menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa
diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat
belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi
terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa
yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.
c) Faktor Keadaan Fisik dan Psikis
Keadaan fisik menunjukkan pada tahap pertumbuhan, kesehatan jasmani,
keadaan alat - alat indera dan lain sebagainya. Keadaan psikis menunjuk pada
keadaan stabilitas / labilitas mental siswa, karena fisik dan psikis yang sehat
sangat berpengaruh positif terhadap kegiatan belajar mengajar dan sebaliknya.
Kecerdasan/intelegensi
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya- Kemampuan ini sangat
ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan
kecakapan sesuai dengan tingkat pcrkembangan scbaya. Adakalanya
perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu
anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah
commit to user
sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal
yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar.
d) Bakat
Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai
kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh
Ngalim Purwanto (1986:28) bahwa "bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya
dengan kata aptitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-
kesanggupan tertentu." Kartono dalam Sunarto (2009) menyatakan bahwa "bakat
adalah potensi atau kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembangkan
melalui belajar akan menjadi kecakapan yang nyata." Menurut Syah Muhibbin
(1999:136) mengatakan "bakat diartikan sebagai kemampuan individu untuk
melakukan tugas tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan latihan."
Dari pendapat di atas jelaslah bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada
seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan
bakat ini dapat mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi
tertentu. Dalam proses belajar terutama belajar keterampilan, bakat memegang
peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik. Apalagi
seorang guru atau orang tua memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang
tidak sesuai dengan bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut.
e) Motivasi
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut
commit to user
Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar
motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar
seorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.Nasution
dalam Sunarto (2009) rnengungkapkan motivasi adalah segala daya yang
mendorong seseorang untuk rnelakukan sesuatu." Sedangkan Sardiman (1992:77)
mengatakan bahwa "motivasi adalah menggerakkan siswa untuk melakukan
sesuatu atau ingin melakukan sesuatu."
Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu (a) motivasi instrinsik dan (b) motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik
dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang
atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu pekerjaan belajar.
Sedangkan motivasi ekstrinsik dirnaksudkan dengan motivasi yang datangnya dari
luar diri seseorang siswa yang menyebabkan siswa tersebut melakukan kegiatan
belajar.
Dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusaha dengan segala
kemampuan . yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa kepada sasaran
tertentu. dengan adanya dorongan ini dalam diri siswa akan timbul inisiatif
dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran. Untuk membangkitkan rnotivasi
kepada mereka, supaya dapat melakukan kegiatan belajar dengan kehendak
sendiri dan belajar secara aktif.
2) Faktor Eksternal
Faktor Eksternal adalah faktor dari luar diri siswa yang mempengaruhi
commit to user a) Faktor Guru
Guru sebagai tenaga berpendidikan rnemiliki tugas menyelenggarakan
kegiatan belajar rnengajar, membimbing, rnelatih, mengolah, meneliti dan
mengembangkan serta memberikan pelajaran teknik karena itu setiap guru harus
memiliki wewenang dan kemampuan profesional, kepribadian dan
kemasyarakatan.
Guru juga rnenunjukkan flexibilitas yang tinggi yaitu pendekatan didaktif
dan gaya memimpin kelas yang selalu disesuaikan dengan keadaan, situasi kelas
yang diberi pelajaran, sehingga dapat rnenunjang tingkat prestasi siswa
semaksimal mungkin.
b) Faktor Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga turut mempengaruhi kemajuan hasil kerja bahkan
mungkin dapat dikatakan menjadi faktor yang sangat penting, karena sebagian
besar waktu belajar dilaksanakan di rumah, keluarga kurang mendukung situasi
belajar. Seperti kericuhan keluarga, kurang perhatian orang tua kurang
perlengkapan belajar akan mempengaruhi berhasil tidaknya belajar.
c) Faktor Sumber - Sumber Belajar
Salah satu faktor yang menunjang keberhasilan dalam proses belajar
adalah tersedianya sumber belajar yang memadai. Sumber belajar itu dapat berupa
media / alat bantu belajar serta bahan baku penunjang. Alat bantu belajar
merupakan semua alat yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam
commit to user
konkret, mudah dipaharni, hemat waktu dan tenaga serta hasil yang lebih
bermakna.
Menurut slameto (1995:60) faktor ekstern yang dapat mempengaruhi
belajar adalah keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat
a) Keadaan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat
seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto
bahwa: Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama.dan utama. Keluarga yanng
sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam
ukuran besar yaitu pendidikan bangsa negara dan dunia. Adanya rasa aman dalam
keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa arnan
itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secart aktif, karena rasa
aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah
motivasi untuk belajar.
Hasbullah dalam Sunarto (2009) mengatakan: Keluarga merupakan
lingkungan pendidikan yang pertama karena dalam keluarga inilah anak pertama-
tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan, sedangkan tugas utama dalam
keluarga bagi pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak
dan pandangan hidup keagamaan. Mermperhatikan pernyataan diatas, orang tua
hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan
sekolah merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke
lembaga-lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan
commit to user
kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana orang tua harus menaruh perhatian
yang serius tentang cara belajar anak di rumah. Perhatian orang tua dapat
memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun.
Karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk
belajar.(Sunarto, 2009)
b) Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat
penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan
sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan
sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa
alat-alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan
mempengaruhi hasil-haril belajarnya. Kartono dalam Sunarto (2009)
mengemukakan "guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan
diajarkan, dan rnemiliki tingkah laku. yang tepat dalam mengajar." Oleh sebab itu,
guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan
memiliki metode yang tepat dalam mengajar.
c) LingkunganMasyarakat
Selain orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak
sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalam proses pelaksanaan
pendidikan. Karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangarr pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih
banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada.(Slameto, 2005).
commit to user
hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan
lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu
lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut
akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut sebagaimana
temannya.
c. Alat untuk mengukur keberhasilan belajar
Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes
prestasi belajar. Menurut Saifudin Anwar (2005 : 8-9) mengemukakan tentang tes
prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan
seseorang dalam belajar. Testing pada hakikatnya menggali informasi yang dapat
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Tes prestasi belajar berupa tes
yang disusun secara terencana untuk mengungkap performasi maksimal subyek
dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan
pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes
formatif, tes sumatif bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi.
Pengukuran adalah suatu kegiatan untuk mengidentifikasi besar kecilnya
obyek atau gejala. Berbicara masalah pengukuran tidak bisa terlepas dari kegiatan
evaluasi yang mana evaluasi yang mana evaluasi merupakan kelanjutan setelah
Dilakukan prosesi pengukuran. Menurut winkel dalam Ridwan (2000), evaluasi
berarti penentuan sampai berapa jauh sesuatu berharga bermutu atau bernilai.
Evaluasi terhadap hasil belajar yang dicapai oleh pebelajar dan terhadap proses
belajar mengajar mengandung penilaian terhadap hasil belajar atau proses belajar
commit to user
dua bentuk evaluasi yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi
formatif adalah penggunaan tes selama proses belajar mengajar masih
berlangsung, sehingga diperoleh umpan balik mengenai kemajuan yang telah
tercapai sedang yang dimaksud evalusi sumatif yaitu penggunaan tes tes pada
akhir status periode pengajaran tertentu" yang meliputi beberapa unit pelajaran
atau semua unit pelajaran yang diajarkan dalam satu semester, bahkan mungkin
pada saat satu bidang studi selesai dipelajari.
Fungsi evaluasi belajar adalah untuk menimbulkan motivasi pada
siswa,memberikan umpan balik kepada siswa, memberi umpan balik pada tenaga
pengajar, memberi informasi pada orang tua memperoleh informasi tentang
kelulusan dan mempertanggungjawabkan suatu program studi. Pelaksanaan
evaluasi dapat dilakukan dengan ujian tertulis, lisan, kuis, praktik maupun
presentasi hasil dari penugasan. Hasil dari kegiatan evaluasi berupa nilai atau
dinyatakan dalam indek prestasi (lP).
3. Konsep Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi rnelalui
panca indera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman dan raba,
sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Soekidjo
Notoatmodjo, 1997 : 127-128).
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia. Pengetahuan
commit to user
untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan tersebut
diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun melalui pengalaman orang lain.
b. Aspek pengetahuan
Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2005:50-51) pengetahuan memiliki enam
tingkatan yang bergerak dari sederhana sampai pada kompleks yaitu :
1) Tahu (Know)
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu,
"tahu" ini adalah rnerupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja
untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari orang lain:
menyebutkan, menguraikan; mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan rnateri tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat
rnenjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya
terhadap obyek yang dipelajari.
3) Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
commit to user
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus, metode
prinsip dalam konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan rnateri atau suatu
obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
dilihat dari penggunaan kata-kata kerja : dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
5) Sintetis (Synthetis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintetis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi yang ada.
6) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan terhadap
suatu materi atau objek. Penilaian - penilaian itu didasarkan pada kriteria yang
ditentukan sendiri atau rnenggunakan kriteria yang telah ada.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan yang
dimiliki oleh seseorang. Faktor tersebut dapat dikategorikan dalam faktor internal
commit to user 1) Faktor internal
yaitu faktor yang terdapat dalam diri manusia/ individu. Faktor ini
meliputi : umur dan tingkat perkembangan, pengalaman pribadi dan keluasan
mendapat akses informasi, serta rnelalui pendidikan baik formal maupun
nonformal (Suryosubroto, 2002:1 4).
Urnur dan tingkat perkembangan seseorang akan mempengaruhi tingkat
pengetahuannya, hal ini dikarenakan dua faktor yaitu faktor kematangan dan
faktor pengalaman, Seorang yang sudah dewasa memiliki kematangan fungsi otak
dan proses fikir sehingga mampu melakukan analisis, sintesis maupun melakukan
evaluasi terhadap obyek. Sedangkan dari sisi pengalaman semakin tinggi umur
seseorang maka kemungkinan untuk mendapatkan pengalaman yang
memungkinkan bertambahnya pengetahuan seseorang.
Pengalaman dapat menjadi sumber pengetahuan. Sebagaimana
diungkapkan oleh Pitono Suparto, dkk (2000: 17) bahwa pengetahuan dapat
diperoleh dari relevasi dan common sense yang dapat terjadi manakala seseorang
berinteraksi dengan lingkungan
Pendidikan adalah proses dimana seseorang mendapatkan ilmu dari suatu
interaksi antara pengajar dan pebelajar untuk mencapai tujuan melalui metode dan
cara-cara tertentu yang terencana. Melalui proses pendidikan memungkinkan
terjadinya transfer pengetahuan, baik berupa ilmu pengetahuan maupun sharing
pengalaman dan termasuk didalamnya upaya-upaya untuk rnendapatkan
commit to user 2) Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berada di luar tubuh manusia/ yang
dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.
Adapun faktor eksternal yang dapat mempengaruhi pengetahuan antara
lain : adat dan kebiasaan, hukum dan regulasi, media informasi, sumber informasi
Adat dan kebiasaan dalam masyarakat dapat menjadi norma dalam
masyarakat dan dianggap sebagai sesuatu yang benar adanya. Adat dan tanggapan
dalam masyarakat dapat diturunkan dan diwariskan sebagai pengetahuan. Hal ini
sebagaimana diungkapkan Walitzer dalam Pitono Suparto dkk (2000:17) bahwa
pengetahuan dapat diturunkan karena adanya kekuasaan.
Ketersediaan sumber informasi sangat mempengaruhi penerimaan
informasi dan pengetahuan individu. Sumber informasi dapat berupa orang tua,
guru, teman dan masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk lisan maupun tulisan.
Salah satu sumber informasi yang tidak kalah penting adalah petugas kesehatan
dalam perannya sebagai pendidik. Petugas kesehatan berperan untuk memberikan
informasri yang spesifik/ khusus mengenai masalah kesehatan dan perilaku sehat
yang diperlukan bagi masyarakat.
Media informasi dapat mempengaruhi kedalaman pencapaian pengetahuan
individu. Menurut Soekidjo Notoatmodjo (1993: 109) semakin komplek media
semakin besar mampu memberikan dampak bagi pebelajar. Semakin banyak
indera yang digunakan untuk menerima sesuatu semakin jelas pula pengetahuan
commit to user
tingkatan-tingkatan kemampuan media dalam memberikan stimulus dan
penerimaan bagi tiap individu.
4. Motivasi
a- Pengertian motivasi
Motivasi berpangkal dari kata rnotif yang dapat diartikan sebagai daya
penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivita- aktivitas
tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai
suatu kondisi intern (kesiapsiagaan) (Sutikno, 2005).
Menurut Ahmad Sudradjat (2008) motivasi dapat diartikan sebagai
kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan
entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari
dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu
(motivasi ekstrinsik).
Menurut Ensiklopedi Wikipedia, motivasi adalah : the activation or
energization of goal-oriented hehavior. Motivation is said to be intrinsic or
extrinsic, atau suatu aktivasi atau energy yang menggerakkan pencapaian tujuan,
yang terdiri atas motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
Romano (2007) mengungkapkan bahwa kata motivasi berasal dari kata
lain “movere", yang berarti menggerakkan. Motivasi didefinisikan sebagai:
internal drive that actives behavior and gives it direction and gives it direction,
atau dorongan interna yang mengaktifasi dan rnengarahkan perilaku.
Menurut Mc. Donald dalam sutikno (2005), motivasi adalah perubahan
commit to user
didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Berdasarkan pengertian yang
dikemukakan oleh Mc. Donald mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam
motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energi,
ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan.
Adanya keinginan dan kebutuhan diri individu memotivasi individu
tersebut untuk memenuhinya. Individu yang merasa haus mengarahkan
perilakunya untuk minum, demikian pula mahasiswa yang merasa perlu mendapat
ilrnu akan berusaha untuk belajar.
Istilah yang lain yang sering digunakan dalam menggambarkan motivasi
adalah motif. Motif rnerupakan suatu pengertian yang merupakan penggerak,
keinginan, rangsangan, hasrat, pembangkit tenaga" alasan dan dorongan dalam
diri manusia yang menyebabkan dia berbuat sesuatu. Motif atau motive dalam
bahasa inggris berasal dari kata "motion" yang berarti berakan atau sesuatu yang
bergerak. Gerakan tersebut dikaitkan dengan sesuatu yang dilakukan manusia,
yaitu perbuatan dan periiaku (Sunaryo, 2004:135).
b. Macam-Macam Motif
Menurut Sunaryo (2004:138) secara unum terdapat dua macam motif yaitu
nrotif prirner dan motif sekunder. Motif primer atau motif dasar adalah motif yang
tidak dapat dipelajari dan merupakan insting untuk mempertahankan
kelangsungan hidup serta mengembangkan keturunan. Motif ini sering disebut
dengan drive. Dorongan muncul dari dalam diri individu dengan tujuan untuk
mempertahankan hidup misalnya dorongan untuk makan, karena adanya rasa
commit to user
untuk mempertahankan keturunan. Dorongan dari luar, atau disebut juga
dorongan umum dapat timbul sebagai respon terhadap lingkungan seperti rasa
takut rasa ingin tahu serta kasih sayang.
Motif sekunder adalah motif yang dapat dimodifikasi, dikembangkan dan
dipelajari seiring dengan pengalaman yang diperoleh individu. Misalnya motif
mendapat nilai yang baik mendorong seorang siswa untuk belajar, dan
sebagainya.
Abu Ahmadi (1999) mengungkapkan bahwa motif dapat digolongkan
dalam tiga macam yaitu:
l) Motif biologis atau motif biogenetis
Motif biologis atau motif biogenetis adalah motif yang berkembang dalam
diri individu yang berasal dari kebutuhan individu untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya sebagai mahluk sosial. Kebutuhan ini rnelingkupi seluruh
mahluk hidup termasuk manusia. Yang termasuk motif ini adalah rasa haus, lapar,
lelah, dingin dan sebagainya.
2) Motif sosiologis atau motif sosiogenetis
Adalah motif yang didapat dari lingkungan atau kebudayaan tempat
individu berada dan berkembang serta dipelajari. Motif ini dapat juga diartikan
sebagai motif yang dipelajari atas dasar interaksi individu sebagai mahluk social
yang hidup di masyarakat. Motif jenis ini dapat dipelajari, dimodifikasi dan
dikembangkan sesuai dengan corak budaya di lingkungan. Misalnya keinginan
commit to user 3) Motif teologis atau teogenetis
Motif teogenetis adalah motif yang mendorong seseorang untuk
berhubungan dengan yang maha pencipta atau sesuatu yang dianggap menguasai
Cirinya. Misalnya : keinginan untuk beribadah haji, keinginan berdoa dan minta
Pengampunan dosa, dan sebagainya.
Mod Worth dan Marquis dalam Abu Ahmadi (1999) membagi motif
menjadi:
l) Motif yang berhubungan dengan organic dan berasal dari dalam diri, misalnya
motif makan, minum, bernafas, seksual dan istirahat.
2) Motif yang berasal dari lingkungan, yaitu timbul setelah manusia melakukan
interaksi dengan lingkungan dan berasal dari luar diri individu. Motif ini
dibedakan lagi dalarn :
a) Motif Darurat
Motif darurat atau emergency motive adalah motif yang membutuhkan
tindakan cepat dan segera dalam memenuhinya karena tuntutan situasi
lingkungan. Misalnya motif melawan ancaman, motif melepaskan diri dari
bahaya dan kesulitan serta motif berkompetisi
b) Motif Obyektif
Motif obyektif atau objective motive adalah motif yang terkait langsung dengan
lingkungan baik orang maupun benda. Misalnya keinginan memiliki sepeda
commit to user
Abraham Maslow dalam Sunaryo (2004:139) mengungkapkan motif
dibagi menjadi:
1) Motif kekurangan
Motif kekurangan (deficit motive) adalah motif yang berfungsi untuk mengatasi
peningkatan ketegangan organisme sebagai akibat kekurangan suatu hal. Motif ini
menyangkut kebutuhan fisiologis dan rasa aman serta mendorong perilaku yang
mendesak pada individu untuk memenuhinya. contoh motif ini adalah rasa lapar
(kekurangan makanan), rasa sesak (kekurangan oksigen), rasa nyeri (gangguan
organ) dan sebagainya.
2) Motif Pertumbuhan
Motif pertumbuhan atau being motives adalah motif yang mendorong
individu mengungkapkan potensinya. Motif ini memperkaya kehidupan dengan
banyak belajar dan mencari pengalaman sehingga menambah semangat
hidup,misalnya belajar di sekolah atau mencari pengalaman di luar negeri. Motif
pertumbuhan dapat menjdi motif utama apabila motif kekuranga sudah terpenuhi
c. Teori Motivasi
Landy dan Becker dalam Stonner dkk (1996: 58) mengungkapkan terdapat
lima macam teori motivasi. Teori ini meliputi teori kebutuhan, teori keadilan,
penguatan, teori harapan dan teori pencapaian tujuan. Kelima teori motivasi ini
mengmukakan bagaimana motivasi terbentuk, namun tidak semuanya benar -
commit to user l) Teori Kebutuhan
Teori kebutuhan memfokuskan pada apa yang dibutuhkan individu untuk
hidup secara berkecukupan. Teori ini berfokus pada pemahaman bahwa seseorang
menjadi termotivasi jika belum mencapai kebutuhan/ mencapai kepuasan tertentu
dalam kehidupannya. Kebutuhan yang telah terpuaskan bukan lagi menjadi
motivator bagi seseorang (Stonner, 1996 : 139).
Abraham Maslow mengembangkan hirarki kebutuhan, yang
mengelompokkan kebutuhan menjadi lima macam sebagaimana digambarkan
pada hirarki berikut:
Garnbar 2.1 Hirarki Kebutuhan maslow
Maslow berpendapat bahwa individu akan termotivasi untuk memenuhi
kebutuhan yang paling menoniol atau paling kuat bagi mereka hingga kurun
waktu tertentu; dimulai dari kebutuhan fisik yang paling mendasar dan seterusnya
berjenjang sampai pada kebutuhan yang lebih tinggi. Kebutuhan Sosial
Aktualisasi Diri
Harga Diri
Kebutuhan aman dan nyaman
commit to user
Maslow berpendapat bahwa jika seluruh kebutuhan terpenuhi maka
individu akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi diri dimana
mereka akan mencari makna dan melakukan pengembangan pribadi dan secara
aktif mencari tanggungjawab baru. Misalnya seorang siswa yang telah terpenuhi
kebutuhan fisiknya, dan mendapat nilai yang baik mungkin berminat menjadi
ketua OSIS agar rnendapat pengakuan dari lingkungan.
Clayton Alfelder dalam Stoner (1996) rnengungkapkan bahwa motivasi
dapat diukur dengan hirarki kebutuhan, namun Alfelder menggunakan kategori
kebutuhan yang berbeda yaitu:
a) Kebutuhan eksistensi
Yang dimaksud dengan kebutuhan eksistensi adalah kebutuhan dasar dari
Maslow.
b) Kebutuhan keterkaitan yaitu kebutuhan untuk melakukan hubungan dengan
orang lain
c) Kebutuhan pertumbuhan, yaitu kebutuhan akan kreatifitas pribadi atau
pengaruh produktif.
Teori kebutuhan dari Alfelder inilah yang sering disebut juga sebagai teori
ERG (Excistence, Relatedness and Growth). Alfelder menekankan bahwa jika
kebutuhan yang lebih tinggi mengalami kekecewaan maka kebutuhan yang lebih
rendah akan kembali walaupun telah terpuaskan. Sementara menurut Maslow jika
seseorang telah merasa mcncapai suatu kebutuhan maka kehilangan kekuatan
commit to user
hirarki kebutuhan sementara Alfelder memandang orang bergerak naik turun pada
hirarki kebutuhan dari waktu ke waktu (Stoner, 1996)
John W. Atkinson dalam Romano (2007) mengungkapkan bahwa ada tiga
macam dorongan mendasar dalam diri seseorang yang termotivasi yaitu :
kebutuhan untuk berprestasi (need for achievement), kebutuhan kekuatan (need
for power) serta kebutuhan untuk berafiliasi (need for affiliation) Keseimbangan
dari ketiga dorongan ini bervariasi dari satu orang ke orang lain,Ada orang yang
memiliki kebutuhan prestasi yang kuat dan pada orang lain rnemiliki kebutuhan
afiliasi yang kuat.
Prof. Dr. David C. McClelland, psikolog dari Universitas Harvard pada
tahun 1961 ,rnerilis sebuah teori yang disebut motivasi berprestasi. Teori ini
bermakna suatu dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan suatu aktivitas
dengan sebaik-baiknya agar mencapai prestasi dengan predikat terpuji. Dari
penelitiannya dapat disimpulkan terdapatnya hubungan yang positif antara
motivasi berprestasi dengan pencapaian prestasi. Artinya, manajer yang
rnempunyai motivasi berprestasi tinggi cenderung memiliki prestasi kerja tinggi
dan sebaliknya mereka yang prestasi kerjanya rendah dimungkinkan karena
motivasi berprestasinya juga rendah. Dan ternyata, motivasi berprestasi seseorang
sangat berhubungan dengan dua faktor, yaitu tingkat kecerdasan (lQ) dan
kepribadian. Artinya, orang akan mempunyai motivasi berprestasi tinggi bila
memiliki kecerdasam yang memadai dan kepribadian yang dewasa. Ia akan
mampu mencapai prestasi rnaksimal. Hal ini karena ia didukung oleh dua