• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh citra toko dan citra merek terhadap niat beli pada private label brand PASTI Minimarket Alfamart :(survei pada konsumen Alfamart Dago di Kota Bandung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh citra toko dan citra merek terhadap niat beli pada private label brand PASTI Minimarket Alfamart :(survei pada konsumen Alfamart Dago di Kota Bandung)"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

Fakultas/program studi : Ekonomi /Manajemen Tempat, Tanggal lahir : : Bandung, 20 Agustus 1991

Umur : 22 tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Alamat : Kp. Ciwalen RT 01/07 Ciwalen, Sukaresmi

Kabupaten Cianjur

Pendidikan Formal

1997-2003 : SD Negeri 1 Kawungluwuk

2003-2006 : SMP T Al-Mashum Mardiyyah

2006-2009 : SMA Negeri 1 Sukaresmi

(5)

The Influence of Store Image And Brand Image To Purchase

Intention Private Label Brand “Pasti” In Alfamart Minimarket

(Survey On Consumer Alfamart Dago In Bandung)

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Pada Program Studi Manajemen

Oleh :

Gilang Agustia Hidayatulloh 21209039

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(6)

vi

KATA PENGANTAR

ِنمْحَرلا ِه ِمْسِب ِمْيِحَرلا

Assalamualaikum wr.wb

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan anugrah-Nya yang telah diberikan kepada kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan usulan penelitian ini tepat pada waktunya yang berjudul “PENGARUH CITRA TOKO DAN CITRA MEREK TERHADAP NIAT BELI PADA PRIVATE LABEL BRAND “PASTI” MINIMARKET ALFAMART (SURVEI PADA KONSUMEN ALFAMART DI KOTA

BANDUNG).”

Adapun tujuan penyusunan usulan penelitian ini adalah sebagai salah satu syarat dalam menempuh jenjang S1 pada Program Studi Manajemen, Universitas Komputer Indonesia Bandung. Karya ilmiah ini merupakan bagian dari proses pembelajaran yang masih memiliki keterbatasan dalam memaknai fenomena yang terjadi di dalam perusahaan.

(7)

vii

bimbingan di sela-sela tingkat kesibukan yang luar biasa, ketegasan dan wawasan yang luas menjadi motivasi bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Selain itu dengan penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan fasilitas dan bantuan, baik moril maupun materil serta dorongan petunjuk maupun bimbingan. Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan hormat setinggi-tinggi nya terutama ditujukan kepada:

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia yang telah memberikan fasilitas kepada penulis.

2. Prof. Dr . Hj. Dwi Kartini, SE., Spec. Lic Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Terima kasih telah memberikan penulis kesempatan dalam menyelesaikan skripsi dan memperlancar perijinan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian ini.

3. Isniar Budiarti, SE., M.Si selaku dosen wali MN 1 2009. Terima kasih telah memberikan saran dan masukan selama penulis menempuh proses belajar di Universitas Komputer Indonesia.

4. Trustorini Handayani, SE., M.Si., selaku dosen penguji I dalam penyusunan skripsi ini dan selaku ketua sidang Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

5. Rizki Zulfikar, SE,. M.Si selaku dosen penguji II dalam penyusunan skripsi ini.

(8)

viii

7. Sekretariat Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi teh hana dan teh maya yang banyak membantu dalam urusan akademik.

8. Muhammad Umar, selaku Bagian Administrasi Umum yang telah membantu penulis memberi data dalam penyusunan skripsi ini.

9. Iyan Andryana,. MT, selaku dosen spss yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada Ayahanda Uday Rusniadi dan Ibu tercinta Iis Badriah, S.kes, yang telah memberikan kasih sayangnya dengan tulus dari penulis kecil dan sampai dengan sekarang ini, yang selalu dengan ikhlas mendoakan dan memberi perhatian yang berlimpah, juga dorongan moril dan material, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

11. Untuk adik-adik tercinta Galih Adhitya dan Galuh Saputra yang slalu memberikan motivasi seta dorongan baik secara moril maupun materil. 12. Untuk Orang Spesial di White House Party (Fatria Teguh Nugraha

(9)

ix

Akhir kata penulis mengharapkan penyusunan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan semoga ALLAH SWT membalas semua pihak yang telah berjasa kepada penulis selama penulis menempuh pendidikan dengan pahala yang berlipat ganda. Jazakumullohu Khoirul Katsiro. Amin

Wassalamualaikum wr.wb

Bandung, Februari 2014 Penulis

(10)

x

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

MOTTO ... iii

ABSTRACT ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR………...xiii

DAFTAR TABEL ...xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 13

1.2.1 Identifikasi Masalah ... 13

1.2.2 Rumusan Masalah ... 13

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 14

1.3.1 Maksud Penelitian ... 14

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 14

1.4 Kegunaan Penelitian ... 15

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16

1.5.1 Lokasi Penelitian ... 16

1.5.2 Waktu Penelitian ... 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS ... 18

2.1 Kajian Pustaka ... 18

2.1.1Citra toko ... 18

2.1.1.1 Definisi Citra toko ... 18

(11)

xi

2.1.3 Niat beli ... 30

2.1.3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Niat Beli ... 31

2.1.3.2 Private Label ... 32

2.1.4 Penelitian Terdahulu ... 34

2.2 KerangkaPemikiran ... 36

2.2.1 KeterkaitanAntarVariabel ... 37

2.2.1.1 Keterkaitan Antara Citra toko Terhadap Niat beli ... 37

2.2.1.2 Keterkaitan Antara Citra merek Terhadap Niat beli ... 37

2.2.1.3 Keterkaitan Antara Citra toko dan Citra merek ... 38

2.2.1.5 Keterkaitan Antara Citra toko dan Citra merek Terhadap Niat beli ... 38

2.3 Hipotesis ... 40

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 41

3.1 Objek Penelitian ... 41

3.2 Metode Penelitian ... 42

3.2.1 Desain Penelitian ... 43

3.2.2 Operasonalisasi Variabel ... 46

3.2.3 Sumber dan Metode Pengumpulan Data ... 49

3.2.3.1 Sumber Data ... 49

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 51

3.2.4.1 Uji Validitas ... 53

3.2.4.2 Uji Reliabilitas ... 56

3.2.4.3 Uji MSI ... 58

3.2.4.4 Analisis Deskriptif / Kualitatif ... 59

3.2.4.5Analisis Verifikatif / Kuantitatif...61

3.2.5 Rancangan Analisisdan Uji Hipotesis ... 63

3.2.5.1 Analisis Deskriptif ... 63

3.2.5.2 Analisis Kuantitatif ... 65

3.2.5.3 Analisis Jalur ... 67

3.2.5.4 Analisis Korelasi ... 68

(12)

xii

4.1.1 Gambaran Umum Organisasi ... 77

2.1.1.1 Sejarah Organisasi ... 77

2.1.1.2 Visi Misi dan Tujuan Organisasi ... 79

2.1.1.3 Struktur Organisasi ... 80

4.2 Karakteristik Responden ... 85

4.3 Analisis Deskriptif ... 87

4.3.1 Analisis Deskriptif Citra toko ... 88

4.3.2 Analisis Deskriptif Citra merek... 93

4.3.3 Analisis Deskriptif Niat beli ... 102

4.4 Analisis Verifikatif ... 107

4.4.1 Analisis Korelasi ... 109

4.4.1.1 Pengaruh Citra toko Terhadap Niat beli ... 113

4.4.1.2 Pengaruh Citra merek Terhadap Niat beli ... 115

4.4.1.3 Hubungan Antara Citra toko dengan Citra merek ... 116

4.4.1.4 Pengaruh Citra toko dan Citra merek Terhadap Niat beli ... 120

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….…….128 5.1 Kesimpulan………....128 5.1 Saran………...130

DAFTAR PUSTAKA

(13)

Mercer

Bell, Dick, Richard Cuthbertson and satu koskinen., 2000, "Customer loyality and private label products",

www.kpmg.com

Cox, R. & Brittain, P. (2004). Retailing: An Introduction (5th ed.). Essex : Pearson Education Limited.

Engel, James F. et. al. 1995. Perilaku Konsumen. Terjemahan: Budijanto. Jilid I. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Andy. Hawkins, D. & Mothersbaugh, D. (2010). Consumer Behavior :

Building Marketing Strategy (11st ed.). New York: McGraw-Hill/Irwin.

Hogan, S. 2005. Employees and Image: Bringing Brand Image to Life. The 2nd

Keller, K. L. (2008). Strategic Brand Management : Building, Measuring, and Managing Brand Equity (3rd ed.). New Jersey : Pearson Education, Inc.

kevin & Engkos Achmad Kuncoro (2013). ANALISIS PENGARUH

CITRA TOKO TERHADAP CITRA MEREK DAN

DAMPAKNYA PADA MINAT PEMBELIAN TOKO BUKU

GRAMEDIA CABANG MAL CIPUTRA. Jakarta, Indonesia,

11480

Kotler, Philip. 2006. Marketing Management 12e. Pearson International Edition.

Lutiary Eka Ratri. 2007. Hubungan Antara Citra Merek (Brand Image) Operator Seluler dengan Loyalitas Merek (Brand Loyalty) Pada Mahasiswa Pengguna Telepon Seluler di

Fakultas Ekonomi Reguler Universitas Diponegoro

(14)

Daniel Wirajaya. 1995. Jakarta: Binarupa Aksara.

Rizan mohamad, basrah saidani dan yusiyana sari (2012).

PENGARUH BRAND IMAGE DAN BRAND TRUST

TERHADAP BRAND LOYALTY TEH BOTOL SOSRO.

Jakarta Timur. Vol. 3, No. 1, 2012.

Schiffman, L. G.; Kanuk, L. L.; & Wisenblit, J. (2010). Consumer Behavior. (10th ed.). New Jersey : Pearson Education, Inc. Sengupta, S. 2005. Brand Positioning: Strategies for Competitive

Advantage 2nd ed. New Delhi: Tata McGraw-Hill, Ltd. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Sutisna. 2002. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung: Penerbit PT. Remaja Rosdakarya

Umi Narimawati. 2010. Analisis Korelasi dan Regresi Untuk Penelitian Ekonomi. Yogyakarta : Penerbit Andy Ofset.

Umi Narimawati. 2007. Riset Manajemen Sumberdaya Manusia.

Jakarta: Agung Media.

Utami, Christina Whidya. 2010. Manajemen Ritel. Jakarta: Salemba Empat.

Wu, P. C. S.; Yeh, G. Y.; & Hsiao, C. (2011). The effect of store image and service quality on brand image and purchase intention for private label brands. Australasian Marketing Journal, 19.1: 30-39.

(15)

18

HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka.

2.1.1 Citra Toko

2.1.1.1 Definisi Citra toko.

Usaha pertama untuk mengkonseptualisasikan konsep citra toko adalah Pierre Martineau (1958) saat beliau memperkenalkan konsep dari citra toko dan mendefinisikannya sebagai cara pembeli menggambarkan toko yang bersangkutan

(dikutip dari jurnal yang berjudul “The effect of store image and service quality on

citra merek and niat beli for private label brands”).

Citra toko merupakan salah satu elemen penting dari usaha ritel yang mampu mempengaruhi proses keputusan pembelian konsumen, karena dalam proses keputusan pembeliannya konsumen tidak hanya memberi respon terhadap barang dan jasa yang ditawarkan oleh pengecer, tetapi juga memberikan respon terhadap lingkungan pembelian yang diciptakan oleh pengecer. Definisi yang dikemukakan Utami (2008:15) Citra toko adalah gambaran keseluruhan yang lebih dari sekedar penjumlahan per bagian, dimana masing-masing bagian berinter aksi satusama lain dalam pikiran konsumen

Menurut Engel (1995:255)

(16)

pancaran atribut psikologis”. Jika dilihat dari konsep secara fungsional citra toko

berkaitan dengan produk, harga dan tata letak. Sedangkan secara psikologis citra toko tersebut termaksud sikap karyawan.

Sedangkan Pride dan Farrel (1987:509), mengatakan bahwa citra merupakan sebuah gambaran fungsional psikologis didalam benak konsumen. Memelihara citra toko merupakan salah satu alat yang terpenting bagi retailer untuk menarik perhatian dan memenuhi kepuasan konsumen. Konsumen menilai sebuah toko berdasarkan pengalaman mereka atas toko tersebut. Dan sebagai hasilnya, beberapa toko akan menetap dalam benak konsumen apabila ia merasa puas akan citra toko tersebut. Dan sebagai hasilnya, beberapa toko akan menetap dalam benak konsumen apabila ia merasa puas akan citra toko tersebut.

Menurut (Cox & Brittain, 2004)

Citra toko dapat didefinisikan sebagai persepsi konsumen terhadap toko tersebut dan atribut-atributnya yang berfungsi untuk mempengaruhi kualitas yang dirasakan dari produk-produk yang dijualnya dan keputusan konsumen terhadap ke mana mereka harus membeli.

2.1.1.2 Komponen-komponen Atribut Pembentuk Citra Toko.

Menurut Ma‟ruf (2005:219) ada 4 komponen pembentukan citra toko: 1. Produk/Merchandise

(17)

Indikator-indikator dari atribut produk/merchandise yang berkontribusi dalam pembentukkan citra adalah: harga, kualitas, karakterisitik, serta ketersedian dan kelengkapan item.

2. Pelayanan.

Jenis-jenis pelayanan dibagi menjadi empat, yaitu: Pertama,

Costumer service yang meliputi Pramuniaga dan staf lain (seperti kasir dan

sales promotion) yang terampil, pelayanan dan kesigapan membantu.

Kedua, berkaitan dengan fasilitas gerai yang meliputi jasa pengantaran (delivery), gift wrapping (fasilitas pembungkusan), jasa pemotongan pakaian jadi atau perbaikan, fasilitas telepon. Ketiga, berkaitan jam operasional toko yaitu jam buka yang panjang. Keempat, fasilitas-fasilitas lain yang seharusnya dimiliki oleh toko seperti lahan parkir yang luas. 3. Atmosfer Toko.

Citra banyak tergantung pada suasana atau atmosfer yang dikembangkan toko, suasana atau atmosfer mengacu pada karateristik toko yang digunakan untuk mengembangkan citra dan untuk menarik konsumen. Atmosfer toko tercipta dari gabungan unsur-unsur desain toko, perencanaan toko, komunikasi visual, dan merchandising.

4. Promosi.

(18)

memelihara citra perusahaan) dan personal selling (mendekati pembeli). Meskipun secara umum bentuk-bentuk promosi tersebut mempunyai fungsi yang sama, tetapi bentuk-bentuk tersebut dapat dibedakan menurut tugas-tugas khususnya. Kegiatan promosi oleh perusahaan harus dilakukan secara aktif sebagai media komunikasi dengan konsumen tentang produkyang ditawarkan.

2.1.1.3 Dimensi Citra toko.

Konseptualisasi dari citra toko beragam dan multi-dimensi. Chang dan Tu menggunakan empat dimensi citra toko, yang terdiri dari fasilitas, layanan toko, aktivitas toko, dan kenyamanan (dikutip dari jurnal yang berjudul “Private label Brand Image: its relationship with store image and national brand”). Fasilitas merupakan properti industri (bersifat permanen, semi-permanen, atau sementara) yang dibangun, didirikan, atau dipasang untuk kinerja sebuah atau lebih aktivitas atau fungsi. Layanan toko merupakan sebuah jenis aktivitas ekonomi (tidak berwujud, tidak dapat disimpan, dan tidak dapat menghasilkan kepemilikannya) yang terjadi di dalam sebuah toko. Aktivitas toko merupakan aktivitas-aktivitas yang terjadi atau berlokasi di dalam sebuah toko. Kenyamanan merupakan pengukuran dalam kesesuaian terhadap tujuan dan kebutuhan seseorang.

2.1.2 Citra merek.

(19)

yang tidak dapat dikontrol terhadap merek yang bersangkutan sebagai kekuatan dan kelemahan, positif dan negative.

(Perry & Wisnom III, 2003).

Citra merek merupakan sebuah aspek penting dari aktivitas-aktivitas pemasaran; merek dan penawaran pasar dengan definisi yang beragam dan mendekati konseptualisasinya.

Keller (1993) mendefinisikan citra merek sebagai sekumpulan brand

associations yang disimpan di dalam ingatan konsumen yang menuntun kepada persepsi tentang merek yang bersangkutan. Keller mengklasifikasikan asosiasi-asosiasi dari citra merek menjadi dimensi kualitas dan dimensi afektif.

menurut Kotler (2006: 266), citra merek adalah penglihatan dan kepercayaan yang terpendam di benak konsumen, sebagai cerminan asosiasi yang tertahan di ingatan konsumen. Kemudian Aaker (dalam Ritonga, 2011) mengatakan bahwa citra merek merupakan sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk dan melekat di benak konsumen. Dari definisi-definisi citra merek di atas, dapat disimpulkan bahwa citra merek merupakan kumpulan kesan yang ada di benak konsumen mengenai suatu merek yang dirangkai dari ingatan-ingatan konsumen terhadap merek tersebut.

Dan menurut Sutisna (2002:83) dalam bukunya yang berjudul “Perilaku

(20)

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa citra merek merupakan pemahaman konsumen mengenai suatu merek dan persepsi konsumen terhadap merek tersebut.

Menurut Shimp (2003: 592), ada tiga bagian yang terdapat dalam pengukuran citra merek. Bagian pertama adalah atribut. Atribut adalah ciri-ciri atau berbagai aspek dari merek yang diiklankan. Atribut juga dibagi menjadi dua bagian yaitu hal- hal yang tidak berhubungan dengan produk (contoh: harga, kemasan, pemakai, dan citra penggunaan), dan hal-hal yang berhubungan dengan produk (contoh: warna, ukuran, desain). Kemudian bagian kedua pengukuran citra merek menurut Shimp adalah manfaat. Manfaat dibagi menjadi tiga bagian yaitu fungsional, simbolis, dan pengalaman.

1. Fungsional, yaitu manfaat yang berusaha menyediakan solusi bagi masalah- masalah konsumsi atau potensi permasalahan yang dapat dialami oleh konsumen, dengan mengasumsikan bahwa suatu merek memiliki manfaat spesifik yang dapat memecahkan masalah tersebut.

2. Simbolis, yaitu diarahkan pada keinginan konsumen dalam upaya memperbaiki diri, dihargai sebagai anggota suatu kelompok, afiliasi, dan rasa memiliki.

3. Pengalaman, yaitu konsumen merupakan representasi dari keinginan mereka akan produk yang dapat memberikan rasa senang, keanekaragaman, dan stimulasi kognitif.

(21)

Merek terbaik akan memberikan jaminan kualitas. Pemberian nama padasebuah produk hendaknya bukan hanya sebuah simbol, karena merek memilikienam tingkat pengertian yang akan membentuk Brand Image, yaitu (Rangkuti,2004: 2-4):

1. Atribut

Semua merek memiliki atribut. Artibut diciptakan agar pelanggan dapatmengetahui dengan pasti atribut-atribut yang terkandung dalam sebuah merek.Atribut merupakan kategori dengan fitur-fitur mengenai karakteristik produk dan jasa yang ada saat proses pembelian dan konsumsi. Atribut ini dapat digolongkanatas 2 bagian:

a. Atribut Produk Asosiasi produk terbentuk secara langsung mengenai karakteristik dari produk dan jasa yang bersangkutan. Asosiasi ini merupakan strategi yang paling seringdigunakan. Mengembangkan asosiasi ini sangat efektif karena atribut tersebutsangat bermakna dan dapat diterjemahkan dalam pembelian suatu merek.

b. Atribut non Produk Atribut non produk dapat langsung memperoleh proses pembelian dan konsumsitetapi tidak langsung mempengaruhi kinerja produk yang bersangkutan.Atributnon-produk merupakan atribut yang tidak berhubungan langsung dengan kinerjaproduk dan terbentuk dari aktifitas bauran pemasaran.Berikut beberapa contoh atribut non- produk:

• Negara, perusahaan atau orang yang memproduksi

• Warna dominan produk yang biasanya terlihat pada kemasan produk.

(22)

• Mengaitkan dengan orang terkenal (Endorser) 2. Manfaat

Merek memberi banyak manfaat bagi konsumen antara lain membantukonsumen dalam mengidentifikasi manfaat yang ditawarkan dan kualitas produk.Konsumen tidak membeli merek, tetapi konsumen membeli manfaat. Produsenharus mampu menerjemahkan atribut menjadi manfaat, baik manfaat fungsionalmaupun manfaat emosional.Manfaat fungsional mengacu pada kemampuan fungsi produk yangditawarkan, sedangkan manfaat emosional adalah kemampuan merek untuk membuat penggunanya merasakan sesuatu selama proses pembelian atausesudahnya. Ketika konsumen menggunakan merek tertentu maka ia akanterhubung dengan merek tersebut artinya konsumen akan membawa serta citradari pengguna sekaligus karakteristik merek itu sendiri, dan manfaat yangdiinginkan oleh konsumen akan mempengaruhi pilihannya terhadap berbagai merek.

3. Nilai

(23)

dapat mencerminkansiapa pengguna merek tersebut. Pelanggan menggunakan istilah nilai untuk empat pengertian yang berbeda,yaitu :

1. Nilai adalah harga yang murah. Beberapa pelanggan harga yang palingmurah adalah nilai yang terbaik.

2. Nilai adalah mendapatkan apa yang diinginkan dari suatu produk atau jasa. Pelanggan ini mendefenisikan nilai dalam artian manfaat yan merekaterima dan bukannya harga yang mereka terima bukannya harga yangharus mereka bayar.

3. Nilai adalah kualitas yang didapatkan atas harga yang dibayar. Pelangganmenganggap nilai sebagai pertukaran antara harga yang mereka bayarkandan kualitas yang mereka dapatkan.

4. Nilai adalah semua yang didapatkan atas semua pengorbanan yang telahdiberikan.

4. Kepribadian

(24)

dirinya Schiffman & kanuk dalam Ferrinadewi, (2008: 156). Dalam hal ini pemilihan merek merupakan salahsatu cara individu mengekspresikan dirinya. Hal ini tentunya akan mendorongpemilik merek untuk menyelaraskan gaya hidup konsumennya dengan nilai emosional merek.

2.1.2.1Komponen Citra merek.

Komponen citra merek (citra merek) terdiri atas tiga bagian, yaitu:

 Citra pembuat (corporate image), yaitu sekumpulan asosiasi yang

dipersepsikan konsumen terhadap perusahaan yang membuat suatu barang atau jasa.

 Citra pemakai (user image), yaitu sekumpulan asosiasi yang

dipersepsikan konsumen terhadap pemakai yang menggunakan suatu barang atau jasa.

 Citra produk (product image), yaitu sekumpulan asosiasi yang

dipersepsikan konsumen terhadap suatu barang atau jasa.

Citra merek merepresentasikan inti dari semua kesan menngenai suatu merek yang terbentuk dalam benak konsumen. Kesan-kesan ini terdiri dari:

1. Kesan mengenai penampilan fisik dan performansi produk 2. Kesan tentang keuntungan fungsional produk

3. Kesan tentang orang-orang yang memakai produk tersebut 4. Semua emosi dan asosiasi yang ditimbulkan produk itu

(25)

Sehingga dapat dikatakan bahwa citra merek merupakan „totalitas‟

terhadap suatu merek yang terbentuk dalam persepsi konsumen. (Sengupta. S 2005).

Citra pada suatu merek merefleksikan image dari perspektif konsumen dan melihat janji yang dibuat merek tersebut pada konsumennya. Citra merek terdiri atas asosiasi konsumen pada kelebihan produk dan karakteristik personal yang dilihat oleh konsumen pada merek tersebut. Menurut Christine Restall (dalam Lutiary Eka Ratri, 2007:53), brand personality menjelaskan mengapa orang menyukai merek-merek tertentu dibandingkan merek lain ketika tidak ada perbedaan atribut fisik yang cukup besar antara merek yang satu dengan yang lain.

2.1.2.2 Faktor-Faktor yang Membentuk Citra Merek.

Glenn Walters (dalam Lutiary Eka Ratri, 2007:49) mengemukakan pentingnya faktor lingkungan dan personal sebagai awal terbentuknya suatu citra merek, karena faktor lingkungan dan personal mempengaruhi persepsi seseorang. Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi adalah atribut-atribut teknis yang ada pada suatu produk dimana faktor ini dapat dikontrol oleh produsen, selain itu juga, sosial budaya termasuk dalam faktor ini. Faktor personal adalah kesiapan mental konsumen untuk melakukan proses persepsi, pengalaman konsumen sendiri, mood, kebutuhan serta motivasi konsumen.

Schiffman dan Kanuk menyebutkan faktor-faktor pembentuk citra merek adalah sebagai berikut:

(26)

ditawarkan oleh produsen dengan merek tertentu.

2. Dapat dipercaya atau diandalkan, berkaitan dengan pendapat atau

kesepakatan yang dibentuk oleh masyarakat tentang suatu produk yang

dikonsumsi.

3. Kegunaan atau manfaat, yang terkait dengan fungsi dari suatu produk

barang yang bisa dimanfaatkan oleh konsumen.

4. Pelayanan, yang berkaitan dengan tugas produsen dalam melayani

konsumennya.

5. Resiko, berkaitan dengan besar kecilnya akibat atau untung dan rugi

yang mungkin dialami oleh konsumen.

6. Harga, yang dalam hal ini berkaitan dengan tinggi rendahnya atau

banyak sedikitnya jumlah uang yang dikeluarkan konsumen untuk

mempengaruhi suatu produk, juga dapat mempengaruhi citra jangka

panjang.

7. Citra yang dimiliki oleh merek itu sendiri, yaitu berupa pandangan,

kesepakatan dan informasi yang berkaitan dengan suatu merek dari

produk tertentu.

Menurut Timmerman (dalam Lutiary Eka Ratri, 2007:50), citra merek sering terkonseptualisasi sebagai sebuah koleksi dari semua asosiasi yang berhubungan dengan sebuah merek yang terdiri dari:

 Faktor fisik, karakteristik fisik dari merek tersebut, seperti desain

(27)

 Faktor psikologis, dibentuk oleh emosi, kepercayaan, nilai, kepribadian

yang dianggap oleh konsumen menggambarkan produk dari merek tersebut

Citra merek sangat erat kaitannya dengan apa yang orang pikirkan, rasakan terhadap suatu merek tertentu, sehingga dalam citra merek faktor psikologis lebih banyak berperan dibandingkan faktor fisik dari merek tersebut.

2.1.3 Niat beli.

Niat pembelian adalah kecenderungan seseorang untuk bertindak dilandasi dengan adanya ketertarikan terhadap suatu obyek dan diikuti oleh keinginan untuk mendapatkan objek yang diinginkan tersebut melalui proses transaksi pertukaran. Niat beli ini ditunjukkan melalui adanya sikap psoitif dan perasaan senang terhadap suatu produk yang akan diikuti dengan tindakan lebih lanjut untuk membeli.

(Schiffman dan Kanuk, 2000: 206). Dalam proses pembelian, niat beli

konsumen ini berkaitan erat dengan motif yang dimilikinya untuk memakai ataupun membeli produk tertentu. Motif pembelian ini berbeda-beda untuk setiap konsumen.

(Keller, 2008) Niat pembelian adalah sekumpulan

pengukuran-pengukuran yang mungkin berhubungan dengan pertimbangan merek dan brand attitude yang terbentuk setelah konsumen mengevaluasi setiap pilihan yang ada.

(28)

konsumen dalam sikap mengkonsumsi, kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan membeli benar-benar dilaksanakan.

Berdasarkan Mathur (1998), ada empat hal yang dikembangkan untuk mengukur niat pembelian. Keempat hal tersebut adalah “Saya pasti akan membeli

produk tersebut,” “Saya pasti akan mempertimbangkan untuk membeli produk

tersebut,” “Saya pasti akan berharap untuk membeli produk tersebut,” dan “Saya

pasti akan berencana untuk membeli produk tersebut.

2.1.3.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi niat beli.

Keputusan pembelian konsumen sangat dipengaruhi oleh karakteristik

budaya, sosial, pribadi dan psikologis.

1. Faktor Budaya

Faktor-faktor budaya memiliki pengaruh yang paling luas dan paling dalam

pada perilaku konsumen. Para pemasar perlu memahami peran yang dimainkan

kebudayaan, subbudaya, dan kelas sosial konsumen.

2. Faktor Sosial

Perusahaan perlu mempertimbangkan faktor sosial ketika merancang

strategi-strategi pemasaran mereka karena faktor ini dapat mempengaruhi

tanggapan konsumen.

3. Faktor Pribadi

Usia dan tahap daur hidup, pekerjaan, kondisi ekonomi, gaya hidup,

kepribadian, dan konsep diri mempengaruhi konsumen terhadap apa yang akan

(29)

4. Faktor Psikologis

Motivasi, persepsi, pembelajaran dan kepercayaan serta sikap turut

mempengaruhi pemilihan pembelian konsumen.

2.1.3.2 Private Label Brand.

Salah satu strategi peritel dewasa ini adalah pengembangan produk private

label, strategi ini menggunakan bauran produk dengan harga. Pengembangan

produk itu, didasari pada inginan peritel menyediakan produk alternative kepada

konsumen dengan harga yang relative lebih rendah disbanding produk berlebel

produsen. Strategi ini juga bertujuan untuk meningkatkan tingkat loyalitas

konsumen terhadap toko yang manjual produk (peritel).

Private label memiliki arti yang sangat strategis dalam bisnis retail karena beberapa benefit berikut ini :

 Memberi lebih banyak pilihan kepada konsumen khususnya bagi

konsumen yang lebih mengutamakan fungsi produk daripada merk.

 Memberikan value for money yang lebih baik bagi konsumen karena

brang private label diproduksi dengan biaya rendah,sehingga dapat dijual dengan harga yang lebih murah daripada produk-produk yang sudah bermerk.

 Dalam kompetisi pasar, private label tidak bisa disandingkan secara head

(30)

Merek pribadi (Private label) merupakan produk yang mereknya didesain

dan dikembangkan dengan menggunakan nama pengecer bersangkutan dan hanya

dijual oleh perusahaan tersebut. Menurut Davies (1990 dalam Dick, Richard

Koskinen 2000: 24)Private Labeladalah, “any product with a retailer-own-name

on it”. Dari pernyataan ini dapat diambil kesimpulan private label merupakan

produk yang dibuat oleh peritel dengan nama perusahaan ritel yang

memproduksinya.

Menurut Dick, Richard Koskinen (2000: 24), product private label brand

dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Store brand, yaitu produk private label dengan merek nama toko,

missal merek Tesco yang dimiliki peritel “Tesco”

Store sub-brands: yaitu produk private label dengan merek nama

toko ditambah dengan nama lain, missal Tesco Finest Range.

Generic Brands: yaitu produk private label dengan merek

independen (tidak menyertakan nama toko), misalnya “Pasti” dari

minimarket Alfamart.

Individual product brands: yaitu produk yang dimiliki peritel tetapi

dianggap sebagai merek individu, nama merek mungkin terlihat

dibagian belakang, namun tidak terlalu mencolok.

Ekslusif product: secara definisi bukan produk private label tetapi

mempunyai beberapa kesamaan karakteristik. Produk ini bukan

(31)

2.1.4 Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh para peneliti-peneliti terdahulu yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.1

Peneitian – Penelitian Terdahulu

(32)
(33)

Mohammad

Melihat kondisi persaingan yang semakin ketat, setiap bisnis ritel modern perlu meningkatkan kekuatan yang ada dalam perusahaannya. Menyikapi hal ini, peritel yang bermain di bisnis ini dituntut untuk selalu melakukan inovasi yang diharapkan dapat merebut hati konsumennya.

Dengan berbagai persaingan yang ada tentu saja toko harus memiliki keunggulan dan keunikan yang berbeda dibanding toko lain. Keunggulan suatu produk adalah tergantung dari keunikan serta kualitas yang diperlihatkan oleh toko tersebut. Dalam hal ini peran konsumen sangat menentukan tumbuh kembangnya suatu toko, sehingga toko merasa perlu mengembangkan berbagai kiat agar dapat tetap mempertahankan pelanggan untuk jangka panjang.

(34)

Munculnya berbagai macam produk dalam satu kategori dengan kualitas produk yang sudah menjadi standar dan dapat dengan mudah ditiru dan dimiliki oleh siapapun megakibatkan sulitnya suatu perusahaan untuk mempertahankan dirinya sebagai pemimpin pasar. Untuk mengatasi penetrasi yang dilakukan oleh kompetitor, maka perusahaan akan tetap menjaga pangsa pasarnya, salah satunya dengan membentuk citra merek yang kuat oleh perusahaan.

Niat beli konsumen adalah salah satu hal penting dalam mempertahankan daur hidup perusahaan apa lagi dalam menjalankan bisnis ritel yang mempunyai persaingan yang cukup ketat. Dan juga ini merupakan hal yang mampu meningkatkan penjualan pada perusahaan, karena semakin tinggi niatt konsumen membeli produk di perusahaan kita, semakin besar pula kita akan mendapatkan laba, dan tujuan perusahaan pun dapat di capai.

2.2.1 Keterkaitan Antar Variabel.

2.2.1.1 Keterkaitan Antara Citra toko Terhadap Niat beli.

The more positive a store image, the higher the consumers' purchase

intention would be. Semakin positif citra toko, akan semakin tinggi niat beli konsumen(Dodds et al., 1991; Grewal et al,. 1998 in Wu et al, 2010)

2.2.1.2 Keterkaitan Antara Citra Merek Terhadap Niat Beli.

(35)

Brand Image of the product will be adversely impacted when the strategy

induce consumer’s speculation of the promoted product and decreases their

Purchase intention. Citra merek suatu produk akan berdampak buruk ketika strategi mendorong spekulasi konsumen dari produk yang dipromosikan dan mengurangi niat pembelian mereka (Ho et al., 2010)

2.2.1.3 Keterkaitan Antara Citra Toko Terhadap Citra Merek.

When consumers have a high perception of a Store image, it creates a

positive effect on the brands carried by the store. Ketika konsumen memiliki persepsi yang tinggi pada citra toko, itu menciptakan efek positif pada merek yang dibawa oleh toko(Dhar and Hock, 1997; Pettijohn et al., 1992).

Dan berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kevin dan Engkos Achmad Kuncoro dengan judul “Analisis Pengaruh Citra Toko Terhadap Citra Merek Dan Dampaknya Pada Minat Pembelian Toko Buku Gramedia Cabang Mal Ciputra” menyatakan bahwa citra toko berpengaruh secara signifikan terhadap citra merek.

2.2.1.4Keterkaitan Antara Citra Toko dan Citra Merek Terhadap Niat Beli.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Kevin dan Engkos

Achmad Kuncoro dengan judul “Analisis Pengaruh Citra Toko Terhadap Citra Merek Dan Dampaknya Pada Minat Pembelian Toko Buku Gramedia Cabang Mal

(36)

Gambar 2.1

- Saya berniat membeli produk pada masa mendatang - Saya berniat menggunakan ritel

sebagai pilihan untuk membeli suatu produk

(37)

2.3 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2007:93), hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara terhadap yang diberikan, baru didasarkan pada teori yang relevan bukan di dasarkan pada faktor – faktor empiris yang diperoleh dari pengumpulan data.

Sedangkan menurut Umi Narimawati (2010:7) hipotesis adalah asumsi atau dugaan sementara yang harus diuji kebenarannya dalam suatu analisi statistik.

Berdasarkan landasan pemikiran teoritis dan kerangka pemikiran, maka maka penulis berasumsi mengambil keputusan sementara (hipotesis) dalam penelitian ini bahwa:

1. Citra toko berpengaruh secara parsial terhadap Niat beli pada private label brand pasti di minimarket alamart.

2. Citra merek berpengaruh secara parsial terhadap Niat beli pada private label brand pasti di minimarket alamart.

3. Citra toko berpengaruh terhadap citra merek pada minimarket alfamart. 4. Citra toko dan citra merek berpengaruh secara simultan terhadap Niat

(38)

41 BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Menurut Husein Umar (2008:303) dalam bukunya menerangkan bahwa: “Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi objek penelitian. Juga dimana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu”. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa objek penelitian digunakan untuk mendapatkan data sesuai tujuan dan kegunaan tertentu. Objek penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah pengaruh citra toko dan citra merek terhadap niat beli private label brand pada konsumen alfamart.

Objek penelitian yang menjadi fokus penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel bebas (independent variable) merupakan variabel yang mempengaruhi dan yang mengakibatkan variabel terikat (Variabel Dependent). Adapun variabel bebas yang digunakan peneliti adalah variabel Citra toko (X1) dan variabel Citra merek (X2).

2. Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya variabel bebas. Adapun variabel terikat yang digunakan peneliti adalah Niat beli (Y).

(39)

3.2 Metode Penelitian

Arikunto (2006:160), metode penelitian adalah ”cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya". Kemudian Sugiono (2003:4) mengartikan metode penelitian sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengatasi masalah yang dihadapi. Jenis penelitian yang digunakan untuk meneliti masalah pengaruh citra toko dan citra merek terhadap niat beli pada private label brand “pasti” pada konsumen alfamart di Kota

Bandung adalah penelitian deskriptif dan verifikatif.

Nazir (2003:54) mengemukakan bahwa: Metode deskriptif adalah metode dalam meneliti status, sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskripsi adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat, mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Melalui penelitian deskriptif ini, maka dapat diperoleh gambaran mengenai citra toko dan citra merek terhadap niat beli pada

(40)

“pasti” pada konsumen alfamart di Kota Bandung. Berdasarkan jenis penelitiannya, yakni deskriptif dan verifikatif, maka metode penelitian yang akan digunakan adalah metode explanatory survey. Menurut Sugiyono (2003:10) metode explanatory survey merupakan metode penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta pengaruh antara satu variabel dengan variabel yang lain. Dalam penelitian yang menggunakan metode ini informasi dari keseluruhan responden dikumpulkan langsung di tempat kejadian secara empirik dengan tujuan untuk mengetahui pendapat dari keseluruhan responden terhadap objek yang sedang diteliti. Penelitian ini dilakukan pada kurun waktu kurang dari satu tahun yaitu mulai bulan Agustus – Januari 2013/2014, maka metode yang digunakan adalah cross sectional method, yaitu metode penelitian dengan cara mempelajari objek dalam satu kurun waktu tertentu/tidak berkesinambungan dalam jangka waktu panjang. (Umar, 2005: 45).

3.2.1 Desain Penelitian

(41)

memakai desain kausalitas. Desain kausalitas ini berguna untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya. Berdasarkan uraian tersebut maka desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kausal.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mencari dan menetapkan fenomena yang terjadi pada minimarket Alfamart di

Kota Bandung dan selanjutnya menetapkan judul penelitian.

2. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada pada minimarket Alfamart di Kota Bandung.

3. Merumuskan masalah penelitian termasuk membuat spesifikasi dari tujuan dan hipotesis untuk diuji. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah Citra toko (variabel X1) dan Citra merek (variabel X2) serta Niat beli (variabel

Y).

4. Menetapkan tujuan penelitian yang dilakukan oleh penulis pada minimarket Alfamart di Kota Bandung.

5. Menetapkan hipotesis penelitian sesuai dengan fenomena yang terjadi pada minimarket Alfamart di Kota Bandung

(42)

7. Menetapkan data-data citra toko dan citra merek terhadap niat beli pada

private label brand”pasti” minimarket Alfamart di Kota Bandung.

8. Melakukan analisis mengenai informasi tentang citra toko dan citra merek terhadap niat beli pada private label brand ”pasti” minimarket Alfamart di

Kota Bandung.

9. Menyimpulkan penelitian, sehingga akan diperoleh penjelasan dan jawaban atas identifikasi masalah dalam penelitian.

Tabel 3.1

Desain penelitian ini menggunakan pendekatan paradigma hubungan antara dua variabel bebas secara bersamaan yang mempunyai hubungan dengan satu variabel tergantung.

(43)

Citra toko

Pruchase Intention

Citra merek

Gambar 3.1

Desain Penelitian

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Menurut Nur Indriantoro (2002:69), Penentuan construct sehingga menjadi variable yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu dapat digunakan oleh peneliti dalam mengoperasionalisasikan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran

construct yang lebih baik.

Variabel itu sendiri menurut Sugiyono (2008:59) adalah Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.

Variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Independen (X).

X1

X2

(44)

Variabel independen adalah variabel yang tidak terikat oleh faktor-faktor lain, tetapi mempunyai pengaruh terhadap variabel lain. Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2008:59), variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen.

Variabel independen pada penelitian ini adalah Keterkaitan Citra toko (X1) dan Citra merek (X2)

2. Variabel Dependen (Y).

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Menurut Sugiyono (2008:59), variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Variabel dependen di sini adalah Niat beli.

(45)

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator Ukuran No

(46)

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data

3.2.3.1 Sumber Data

1. Populasi

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah termasuk ke dalam jenis data sekunder, jenis data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Menurut Sugiyono (2009:137) sumber data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data sekunder eksternal yang terdapat di minimarket Alfamart/PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk Kota Bandung. Data sekunder eksternal adalah data sekunder yang umumnya disusun oleh suatu entitas selain peneliti dari organisasi yang bersangkutan. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data variabel citra toko dan citra merek terhadap niat beli pada private label brand “pasti”

(47)

2

1

Ne

N

n

Populasi dari penelitian ini adalah pengunjung di toko Alfamart Dago di Kota Bandung pada bulan oktober sebanyak 1740 orang.

2.Sampel

Menurut Sugiyono (2009:116), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik yang di ambil dalam penelitian dilakukan dengan teknik probability sampling dengan jenis

propotionate stratified random sampling (sampel acak berstrata).

Menurut Sugiyono (2009;118), propotionate stratified random sampling yaitu ”teknik pengambilan sampel bila populasi mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen dan berstrata secara poporsional”.

Adapun yang menjadi sampel yang digunakan untuk pengukuran kuesioner adalah konsumen pada minimarket Alfamart Kota bandung. Sedangkan untuk menentukan jumlah sampel (n). Husein Umar (2004;78) untuk menentukan sampel digunakan rumus sebagai berikut:

Sumber : Umi Narimawati, Sri Dewi Anggadini dan Linna Ismawati (2010:38)

Ket :

(48)

N = jumlah populasi

e = tingkat kesalahan dalam penelitian 10% atau 0,1

Berdasarkan rumus diatas, maka dapat diketahui sampel yang akan diambil dalam penelitian ini melalui perhitungan berikut :

= 84.56

Dengan menggunakan rumus diatas bahwa dengan populasi sebanyak 1740 orang, tingkat kesalahan yang digunakan sebesar 10% maka dapat diketahui sampel yang akan diteliti adalah sebanyak 80 orang kosumen.

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah penelitian lapangan dan penelitian kepustakaan pengumpulan data lapangan dilakukan dengan cara mengadakan peninjauan langsung pada intansi yang menjadi objek untuk mendapatkan data primer (data yang di peroleh langsung dari PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk Kota Bandung).

1. Penelitian Lapangan (Field Research)

(49)

a. Wawancara (Interview)

Wawancara merupakan proses keterangan atau data yang diperlukan dengan cara tanya jawab langsung kepada pimpinan karyawan serta konsumen yang mempunyai hubungan dengan masalah yang akan diteliti, di lingkungan minimarket alfamart/PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk Kota Bandung.

b. Angket (Kuesioner)

Kuesioner merupakan teknik pengambilan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk menjawab, berupa daftar pertanyaan yang dibuat dengan metode pertanyaan terstruktur (tertutup dan terbuka) kepada responden tentang variabel Citra toko dan Citra merek Terhadap Niat beli.

c. Pengamatan (Observasi)

Dengan mengadakan penelitian dan pengamatan secara langsung terhadap kegiatan dan keadaan dialokasi penelitian guna memperoleh data dan informasi mengenai subyek penelitian.

2. Penelitian Kepustakaan (Dokumentasi)

(50)

adalah untuk deskripsi, gambaran secara sistematis akurat, faktual mengenai hal-hal yang diteliti.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner sebagai data penelitian. Sebelum kuesioner atau instrument penelitian disebarkan kepada responden terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Pengujian validitas digunakan untuk mengukur valid tidaknya alat ukur yang digunakan, sedangkan pengujian reliabilitas untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat dipercaya.

3.2.4.1 Uji Validitas

(51)

harus diuji keabsahannya untuk menentukan valid tidaknya suatu item. Uji validitas dilakukan untuk mengukur pernyataan yang ada dalam kuesioner. Validitas suatu data tercapai jika pernyataan tersebut mampu mengungkapkan apa yang akan diungkapkan. Uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan masing-masing pernyataan dengan jumlah skor untuk masing-masing-masing-masing variabel. Teknik korelasi yang digunakan adalah teknik korelasi pearson product moment. Untuk mempercepat dan mempermudah penelitian ini pengujian validitas dilakukan dengan bantuan komputer dengan menggunakan software SPSS 18.0 for windows dengan metode korelasi pearson product moment yang rumusnya sebagai berikut:

Keterangan:

r = Koefisien korelasi pearson product moment

X = Citra toko dan citra merek

Y = niat beli

(52)

Taraf signifikansi ditentukan 5%. Jika diperoleh hasil korelasi yang lebih besar dari r tabel pada taraf signifikansi 0,05 berarti butir pertanyaan tersebut valid. Apabila koefisien korelasinya > 0,264 maka pernyataan tersebut dinyatakan valid, sedangkan jika korelasinya < 0,264 menunjukan bahwa data tersebut tidak valid.

Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang dirancang dalam bentuk kuesioner benar-benar dapat menjalankan fungsinya. Seperti telah dijelaskan pada metodologi penelitian bahwa untuk menguji valid tidaknya suatu alat ukur digunakan pendekatan secara statistika, yaitu melalui nilai koefisien korelasi skor butir pernyataan dengan skor totalnya. Apabila koefisien korelasi butir pernyataan dengan skor total  0,264 maka pernyataan tersebut dinyatakan valid. Berdasarkan hasil pengolahan menggunakan korelasi

product momet (indeks validitas) diperoleh hasil uji validitas sebagai berikut:

Tabel 3.3 Validitas Citra toko

Butir Pertanyaan Indeks Validitas Nilai Kritis Keterangan

Item 1 0,708 0,225 Valid

Item 2 0,462 0,225 Valid

Item 3 0,724 0,225 Valid

Item 4 0,669 0,225 Valid

(53)

Tabel 3.4 Validitas Citra merek

Butir Pertanyaan Indeks Validitas Nilai Kritis Keterangan

Item 1 0,618 0,225 Valid

Item 2 0,774 0,225 Valid

Item 3 0,615 0,225 Valid

Item 4 0,583 0,225 Valid

Item 5 0,567 0,225 Valid

Item 6 0,289 0,225 Valid

Item 7 0,538 0,225 Valid

Sumber: Data diolah

Tabel 3.5 Validitas Niat beli

Butir Pertanyaan Indeks Validitas Nilai Kritis Keterangan

Item 1 0,609 0,225 Valid

Item 2 0,644 0,225 Valid

Item 3 0,679 0,225 Valid

Item 4 0,581 0,225 Valid

Item 5 0,624 0,225 Valid

Sumber: Data diolah

3.2.4.2 Uji Realiabilitas

(54)

tersebut dapat diandalkan dalam arti pengukurannya dan dapat diandalkan karena penggunaan alat ukur tersebut berkali-kali akan memberikan hasil yang serupa.

Untuk menguji reliabilitas (keandalan) kuesioner dalam penelitian ini digunakan teknik belah dua (split half) skor pernyataan (statement) bernomor ganjil genap, dengan teknik korelasi spearman brown. Cara kerja Teknik Belah Dua (split half method) menurut Sugiyono (2006:126), adalah sebagai berikut:

1. Buti-butir instrumen di belah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok instrumen ganjil dan genap.

2. Skor data tiap kelompok disusun sendiri. Skor butir kelompok dijumlahkan sehingga menghasilkan skor total.

3. Selanjutnya skor total antara kelompok ganjil dan genap di cari korelasinya.

4. Koefisien korelasi selanjutnya dimasukan dalam rumus Spearman Brown.

Adapun rumus untuk menghitung angka reliabilitas yaitu sebagai berikut:

Sumber: Sugiyono (2009)

Keterangan:

ri = Koefisien reliabilitas Spearman Brown

(55)

Selain valid, alat ukur juga harus memiliki keandalan atau reliabilitas, suatu alat ukur dapat diandalkan jika alat ukur tersebut digunakan berulangkali akan memberikan hasil yang relatif sama (tidak beberda jauh). Untuk melihat andal tidaknya suatu alat ukur digunakan pendekatan secara statistika, yaitu melalui koefisien reliabilitas. Apabila koefisien reliabilitas lebih besar dari 0.70 maka

Tabel 3.6

Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Penelitian

Kuesioner Koefisien

Reliabilitas

Nilai kritis

Keterangan

Citra toko 0.842 0,70 reliabel

Citra merek 0.777 0,70 reliabel

Niat beli 0.729 0,70 reliabel

Sumber: Data diolah

secara keseluruhan pernyataan dinyatakan andal (reliabel).

3.2.4.3 Uji MSI

Method of successive interval (MSI)

Penelitian ini menggunakan data ordinal seperti dijelaskan pada operasionalisasi variable sebelumnya, oleh karena itu semua data ordinal yang terkumpul terlebih dahulu ditransformasi menjadi skala interval dengan menggunakan Method of successive interval Harun al rasyid (1996:33).

(56)

1. Menghitung frekuensi pada setiap jawaban berdasarkan hasil jawaban responden pada setiap pertanyaan

2. Berdasarkan frekuensi yang diperoleh untuk setiap pertanyaan, dilakukan perhitungan proporsi setiap pilihan jawaban dengan cara membagi frekuensi dengan jumlah responden.

3. Berdasarkan proposal tersebut, selanjutnya dilakukan perhitungan proporsi kumulatif untuk setiap pilihan jawaban.

4. Menentukan nilai batas Z untuk setiap pertanyaan dan setiap pilihan jawaban. 5. Menentukan nilai interval rata-rata setiap pilihan jawaban.

6. Data penelitian yang telah berskala interval selanjutnya akan ditentukan pasangan data variabel independen dengan variabel dependen serta akan ditentukan persamaam yang berlaku untuk pasangan-pasangan tersebut. 3.2.4.4 Analisis Deskriptif / Kualitatif

(57)

Sesuai dengan pernyataan dari Redi Panuju (1995:45) “Bahwa untuk menentukan katagori tinggi, sedang dan rendah terlebih dahulu harus menentukan nilai Indeks minimum, maksimum dan intervalnya serta jarak intervalnya” sebagai berikut :

1. Nilai indeks minimum adalah skor minimum dikali jumlah pertanyaan dikali jumlah responden,

2. Nilai indeks maksimum adalah skor tertinggi dikali jumlah pertanyaan dikali jumlah responden,

3. Interval adalah selisih antara nilai indeks maksimum dengan nilai indeks minimum,

4. Jarak interval adalah interval ini dibagi jumlah jenjang yang diinginkan (Panuju, 1995:45)

Penentuan kategori dalam ukuran persentase dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut :

Skor minimum dalam persentase

×100%

Skor maksimum dalam persentase

× 100%

(58)

Panjang interval =

3.2.4.4 Analisis Verifikatif / Kuantitatif.

Menganalisis data adalah upaya untuk menerangkan tentang pengolahan data secara bertahap, dan memperoleh hasil yang diharapkan dari tujuan penilaian tersebut. Analisis data pada penelitian ini bersifat kuantitatif. Dalam metode analisis atau perhitungan, peneliti akan menggunakan metode sebagai berikut Dalam skripsi ini penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data. Sehubungan dengan tingkat pengukuran untuk variabel X (citra toko dan citra merek) dan variabel Y ( niat beli ) berskala ordinal, maka data variabel X tersebut harus ditrasformasikan untuk menaikkan tingkat pengukuran dari skala ordinal ke skala Interval. Teknik yang digunakan untuk menaikkan data tersebut adalah MSI ( Method of Succesive Intervals ) atau disebut metode interval berurutan. Teknik tersebut merupakan teknik paling sederhana dalam mentrasnformasi skala ordinal menjadi skala interval. Dengan demikian semua data yang telah dinaikkan dari skala ordinal ke interval dapat digunakan sebagai data input untuk analisis korelasi Pearson Product Moment. Langkah – langkah transformasi data ordinal ke data interval menurut Hay’s (1999:39) adalah sebagai berikut :

1. Memperhatikan setiap butir jawaban responden dari kuesioner yang disebarkan;

(59)

3. Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut proporsi;

4. Menentukan proporsi kumulatif dengan jalan menjumlahkan nilai proporsi secara berurutan perkolom skor;

5. Menggunakan Tabel Distribusi Normal, hitung nilai Z untuk setiap proporsi kumulatif yang diperoleh;

6. Menentukan nilai tinggi densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh (dengan menggunakan Tabel Tinggi Densitas);

7. Menentukan skala dengan menggunakan rumus:

(Density at Lower Limit) - (Density at Upper Limit)

NS =

(Area Below Upper Limit) – (Area Below Lower Limit)

Dimana :

Density at Lower Limit = kepadatan batas bawah

Density at Upper Limit = kepadatan batas atas

Area Below Upper Limit = daerah dibawah batas atas

(60)

8. Menentukan nilai transformasi dengan rumus :

[NS + | NSmin | + 1] = Y

3.2.5 Rancangan Analisis dan Uji Hipotesis

3.2.5.1 Analisis Deskriptif

Metode analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan karakteristik responden dan variabel penelitian, sedangkan metode verifikatif digunakan untuk menguji hipotesis penelitian dengan menggunakan uji statistik yang relevan. Untuk menjawab deskripsi tentang masing-masing variabel penelitian, maka digunakan rentang kriteria penilaian sebagai berikut:

m m n RS ( 1)

Keterangan:

n = jumlah sampel

m = jumlah alternatif jawaban tiap item

(61)

prediksi nilai tertinggi dikalikan dengan jumlah kuesioner dikalikan jumlah responden. Apabila digambarkan dengan rumus, maka akan tampak seperti di bawah ini:

Skor aktual

% skor aktual = X 100%

Skor ideal

Menurut Umi Narimawati (2007:83-85) selanjutnya hasil perhitungan perbandingan antara skor aktual dengan skor ideal dikontribusikan dengan tabel 3.7 sebagai berikut :

Tabel 3.7

Kriteria Persentase Skor Tanggapan Responden

Terhadap Skor Ideal

No. % Jumlah Skor

Tanggapan Responden

Kriteria

1 20.00 – 36.00 Tidak Tinggi 2

36.01 – 52.00 Kurang Tinggi 3 52.01 – 68.00 Sedang 4 68.01 – 84.00 Tinggi 5

84.01 – 100 Sangat Tinggi

(62)

3.2.5.2. Analisis Kuantitatif

Data yang telah dikumpulkan melalui kuisioner akan diolah dengan pendekatan kuantitatif. Terlebih dahulu dilakukan tabulasi dan memberikan nilai sesuai dengan sistem yang ditetapkan. Jenis kuisioner yang digunakan adalah kuisioner tertutup dengan menggunakan skala ordinal. Untuk teknik perhitungan data kuesioner yang telah diisi oleh responden digunakan skala rating scale

dengan rating scale, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel dengan langkah-langkah :

(a) Mengolah setiap jawaban dan pertayaan dari kuisioner yang disebarkan untuk dihitung frekuensi dan persentasenya.

(b) Nilai yang diperoleh merupakan indikator untuk pasangan variabel independen (X) yaitu X1, X2 , …Xn dan variabel dependen (Y) sebagai berikut (X1,Y),

(X2,Y),…(Xn, Y) dan asumsikan sebagai hubungan linear.

(c) Menentukan skala atau bobot dari masing-masing alternatif jawaban seperti diuraikan diatas. Oleh karena data yang didapat dari kuisioner merupakan data ordinal, sedangkan untuk menganalisis data diperlukan data interval, maka untuk memecahkan persoalan ini perlu ditingkatkan skala pengukurannya menjadi skala interval melalui “Methode of Successive Interval”, dengan rumus sebagai berikut :

Density at lower limit – Density at upper limit

Means of Interval=

(63)

Langkah kerja pengolahan dan analisis data dalam analisis regresi multiple linier adalah sebagai berikut :

(1) Mengubah skala ordinal menjadi skala interval dengan metode interval berurutan (Method Successive Interval) untuk variabel bebas maupun terikat yaitu :

 Ambil data ordinal hasil kuesioner

 Setiap pertanyaan, dihitung proporsi jawaban untuk setiap kategori

jawaban dan hitung proporsi kumulatifnya

 Menghitung nilai y (tabel distribusi normal) untuk setiap proporsi

kumulaif. Untuk data n > 30 dianggap mendekati luas daerah dibawah kurva normal.

 Menghitung nilai densititas untuk setiap proporsi komulatif dengan

memasukan nilai Z pada rumus distribusi normal.

 Menghitung nilai skala dengan rumus Method Successive Interval

 Menentukan nilai transformasi (nilai untuk skala interval) dengan

menggunakan rumus : Nilai Transformasi = Nilai Skala + Nilai Skala Minimal + 1

(64)

3.2.5.3Analisis Jalur

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis jalur (path analysis). Metode analisis jalur (path analysis) ini dipilih dbeberapa pertimbangan yaitu :

a. Terdapat keterkaitan atau saling mempengaruhi antara dua variabel bebas (X1-X2)

b. Terdapat system aliran kausal kesatu arah antara variabel bebas dengan variabel terikat.

c. Variabel terikat diukur dengan skala ukuran interval.

d. Menggunakan probability smpling yaitu teknik pengambilan sampel untuk memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel

(65)

X1

Px1z

Px1x2

Py2z

Gambar 3.2

Model Analisis Jalur

Keterangan :

X1 : Citra toko

X2 : Citra merek

Y : Niat beli

3.2.5.4. Analisis Korelasi

Menurut Sujana (1989:152) dalam Umi Narimawati, Sri Dewi Anggadini dan Linna Ismawati (2010:49) mengungkapkan bahwa pengujian korelasi digunakan untuk mengetahui kuat tidaknya hubungan antara variabel X dan Y, dan dengan menggunakan pendekatan koefisien korelasi Pearson dengan rumus :

Y

(66)

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Dimana :

r = koefisien korelasi x= citra toko

y = citra merek z = niat beli

n = jumlah responden

Ketentuan untuk melihat tingkat keeratan korelasi digunakan acuan pada tabel 3.9.

Tabel 3.8

Tingkat Keeratan Korelasi

0 – 0.20 Sangat rendah ( hampir tidak ada

hubungan)

0.21 – 0.40 Korelasi yang lemah

0.41 – 0.60 Korelasi sedang

0.61 – 0.80 Cukup Tinggi

0.81 – 1 Korelasi Tinggi

(67)

3.2.5.5Analisis Determinasi

Persentase peranan semua variabel bebas atas nilai variabel bebas ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi (R2). Semakin besar nilainya maka menunjukkan bahwa persamaan regresi yang dihasilkan baik untuk mengestimasi variabel terikat. Hasil koefisien determinasi ini dapat dilihat dari perhitungan dengan Microsoft/SPSS atau secara manual didapat dari R2 = SS

reg/SStot

Kd = r2 x 100% Dimana :

d = koefisien determinasi r = koefisien korelasi

3.2.5.6 Pengujian Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan atas jawaban sementara mengenai sesuatu masalah yang masih perlu diuji secara empiris, untuk mengetahui apakah pernyataan itu dapat diterima atau tidak. Dalam penelitian ini yang akan diuji setaiap hipotesis yang telah diajukan pada bab sebelumnya, secara deskriftif dan verifikatif.

Dalam penelitian ini hipotesis deskriftif yang diajukan sebagai berikut

H1 : Pengaruh Citra toko Terhadap Niat beli pada Private Label Brand

(68)

Dimana penelitian ini hipotesis deskriptif sebagai berikut:

H01 :  = 0

Citra toko tidak berpengaruh terhadap Niat beli pada Private

Label Brand “pasti” Minimarket Alfamart Dago di Kota

Bandung. H11 : 0

Citra toko berpengaruh terhadap Niat beli pada Private Label Brand“pasti” Minimarket Alfamart Dago di Kota Bandung. H2 : Pengaruh Citra merek Terhadap Niat beli pada Private Label Brand

“pasti” Minimarket Alfamart Dago di Kota Bandung.

H02: = 0 Citra merek tidak berpengaruh terhadap Niat beli pada Private

Label Brand “pasti” Minimarket Alfamart Dago di Kota

Bandung.

H12: ≠ 0: Citra merek berpengaruh terhadap Niat beli pada Private Label Brand“pasti” Minimarket Alfamart Dago di Kota Bandung. H3 : Citra toko dan Citra merek Terhadap Niat beli pada Private Label

Brand “pasti” Minimarket Alfamart Dago di Kota Bandung.

Dimana :

H03:  = 0 Citra toko dan Citra merek tidak berpengaruh terhadap Niat bel pada

iPrivate Label Brand“pasti” Minimarket Alfamart Dago di Kota Bandung. H1:  ≠ 0: Citra toko dan Citra merek berpengaruh terhadap Niat bel pada

(69)

dengan memperhatikan karakteristik variabel yang akan diuji, maka uji statistik yang akan digunakan adalah melalui perhitungan analisis regresi dan korelasi. Langkah – langkah dalam analisisnya sebagai berikut:

1. Pengujian Secara Simultan/Total.

Melakukan uji F untuk mengetahui pengaruh seluruh variabel bebas secara simultan terhadap variabel terikat.

a. Rumus uji F yang digunakan adalah :

)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variable bebas secara bersama-sama dapat berperan atas variable terikat. Pengujian ini dilakukan menggunakan distribusi F dengan membandingkan anatara nilai Fkritis dengan

nilai Ftest yang terdapat pada Tabel Analisis of Variance (ANOVA) dari hasil

perhitungan dengan micro-soft. Jika nilai Fhitung > Fkritis, maka H0 yang

menyatakan bahwa variasi perubahan nilai variabel bebas tidak dapat menjelaskan perubahan nilai variabel terikat (citra toko dan citra merek) ditolak dan sebaliknya.

(70)

b. Hipotesis

H7 : Citra toko dan Citra merek Berpengaruh Terhadap Niat beli pada

Private Label Brand Minimarket Alfamart Dago di Kota Bandung.

H07: β = 0 Citra toko dan Citra merek secara bersama-sama tidak memiliki

pengaruh terhadap Niat beli pada Private Label Brand

Minimarket Alfamart di Kota Bandung.

H17: β 0

Citra toko dan Citra merek secara bersama-sama memiliki pengaruh terhadap Niat beli pada Private Label Brand Minimarket Alfamart di Kota Bandung.

Kriteria pengujian

H0 ditolak apabila Fhitung > dari Ftabel (  = 0,05)

Menurut Guilford (1956:480), bahwa tafsiran koefisien korelasi variabel dalam penelitian dapat dikategorikan sebagai berikut:

Tabel 3.9

Kategori Korelasi Metode Guilford

Besarnya Pengaruh Bentuk Hubungan

0,00 – 0,20 Sangat longgar,dapat diabaikan 0,21 – 0,40 Rendah

0,41 – 0,60 Moderat / Cukup 0,61 – 0,80 Erat

(71)

Apabila pada pengujian secara simultan H0 ditolak, artinya

sekurang-kurangnya ada sebuah yxi  0. Untuk mengetahui yxi yang tidak sama dengan nol , maka dilakukan pengujian secara parsial.

2. Pengujian Secara Parsial

Melakukan uji-t, untuk menguji pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat hipotesis sebagai berikut :

A. Rumus uji t yang digunakan adalah :

...,5

Hasilnya dibandingkan dengan tabel t untuk derajat bebas n-k-1 dengan taraf signifikansi 5%.

Hipotesis

H4 : adanya keterkaitan antara Citra toko dan Citra merek di

minimarket Alfamart Dago Kota Bandung

Dimana :

H04 ; β = 0, adanya pengearuh antara Citra toko dan Citra merek di

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.1 Paradigma Penelitian
Tabel 3.1               Desain Penelitian
Gambar 3.1 Desain Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dasar pertimbangan hukum majelis hakim pengadilan negeri jakarta selatan di dalam pokok perkara diantaranya adalah bahwa salah satu pihak yakni pihak Jessica

Terangkan bahwa kurangnya pengetahuan Anda mengenai topik membuat Anda bisa melihat subjek mereka dengan lebih jelas.. Anda tidak membawa prasangka dalam

Dengan demikian jelaslah konsep kafir menurut Asghar adalah mereka yang hanya beriman secara formal, yaitu beriman kepada Allah Swt., rasul-rasul Allah, kitab-kitab Allah,

Selain penggunaan Hardware dalam penyelesaian proses editing film pendek No Kudos penulis juga menggunakan beberapa software yang sangat berpengaruh terhadap selesainya film No

Oleh karena itu, perlu dilakukan pengukuran kinerja dengan pendekatan Vendor Performance Indicator (VPI) yang berkerangka Quality , Cost , Delivery , Flexibility , dan

apakah telah selesai. Berikut simak pada Gambar 4.35 SMS Inbox.. Laporan, menu laporan yang tesedia pada menu bar adalah berfungsi sebagai pemanggilan data – data

Besides having adequate proficiency level of English, EFL thesis advisors were expected by most students, to have good English content knowledge as good EFL

Implementasi nilai-nilai amanah berdasarkan indikator ketiga yaitu transparansi, transparansi dilaksanakan agar tidak timbul kecuri- gaan diantaranya dan transparansi yang