• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pendekatan Problem Posing Terhadap Kemampuan Komunikasi matematis Siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pendekatan Problem Posing Terhadap Kemampuan Komunikasi matematis Siswa"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PENDEKATAN PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

( Studi pada Kelas VII Semester Genap SMP Tunas Mekar Indonesia Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh

LIA PUTRI WINDI HARIDINI

Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan

problem posing terhadap kemampuan komunikasi matematis. Desain penelitian ini adalah postttest-only-control-group-design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII semester genap SMP Tunas Mekar Indonesia (TMI) Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 sebanyak 39 siswa yang terdistribusi dalam dua kelas. Teknik yang digunakan adalah total sampling (sampel total). Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diperoleh bahwa kemampuan komunikasi

matematis siswa dengan pendekatan problem posing lebih tinggi dari pembelajaran konvensional. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendekatan problem posing berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa SMP TMI Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Lia Putri Windi Haridini dilahirkan pada tanggal 5 April 1991 di Desa Negara Tulang Bawang, Kecamatan Bunga Mayang, Kabupaten Lampung Utara, Provinsi Lampung. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan dari Bapak Suhardi dengan Ibu Winarsih.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah di Lampung Utara, yaitu di SD Bunga Mayang pada tahun 2003 dan pendidikan menengah pertama di SMP Bunga Mayang, Bunga Mayang pada tahun 2006. Penulis menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMA Al-Kautsar Bandar Lampung pada tahun 2009.

Pada tahun 2009, penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Pendidi-kan Matematika, Jurusan PendidiPendidi-kan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur pe-nerimaan Ujian Masuk Lokal (UML) Universitas Lampung 2009.

(7)

PERSEMBAHAN

Segala Puji syukur ku ucapkan kepada sang pencipta Allah SWT dan Nabi Besar Muhammad SAW

Kupersembahkan buah karya kecilku ini kepada

Kedua orangtuaku tercinta Bapak dan Ibuku yang telah memberikan doa, kasih sayang, dukungan, dan semangat

yang takkan pernah habis, yang selalu sabar dalam membesarkanku, yang selalu ada di kalaku sedih dan senang,

yang tak pernah lelah tuk selalu mendoakan dan memberikanku yang terbaik dalam hidup

Keluarga besarku yang selalu mendukung dan mendoakanku dalam suka duka

Sahabat dan teman-temanku atas semua doa, semangat persaudaraan, dan kebersamaan

yang telah kalian berikan

Para pendidik yang kuhormati, terimakasih untuk ilmu dan pengalaman yang telah membuatku lebih berwawasan

(8)

Moto

Beribadahlah seakan-akan kau akan

mati esok dan bekerjalah seakan-akan

kau akan hidup selamanya

(9)

SANWACANA

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul “Pengaruh Pendekatan Problem Posing Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa (Studi Pada Kelas VII SMP TMI Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tulus ikhlas kepada:

1. Bapak Dr. Caswita, M. Si., selaku Dosen Pembimbing Utama, Ketua Jurusan PMIPA dan pembimbing akademik atas kesabaran dan kesediaan memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

2. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Kedua atas kesabaran dan kesediaan memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

(10)

iii

4. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung beserta staf dan jajarannya;

5. Bapak dan Ibu dosen pendidikan matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 6. Bapak Natalius Hutahaean, M.Si., selaku guru mitra dan guru mata pelajaran

matematika kelas VII SMP TMI Bandar Lampung.

7. Sahabat-sahabatku: Ratnu, Melly, Arini, Masni, Suke, Yuni, leo, Mba Iin, Mba Farah, Mba Fiza, terimakasih atas semangat yang kalian berikan.

8. Sahabat-sahabat seperjuanganku Pendidikan Matematika: Arif ageng, Mba lina, Heri, Risa, Sulis, Rita, Qori, Andri, Hesti, Nurul, Sulis, Yose, Adi, Vera, Vindi yang memberikan persaudaraan dan kebersamaannya selama ini.

9. Kakak tingkat serta adik tingkat atas bantuan dan kebersamaannya.

10. Rekan-rekan KKN Tematik Unila dan PPL SMP Negeri 1 Tulang Bawang Udik : Eli, Sarvia, Annisa, Ani, Trian, Pariza, Ruma, Sigit, Fitma, Jefri atas persaudaraannya selama ini, dan semoga tali persaudaraan ini tetap terjaga. 11. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 29 September 2014 Penulis,

(11)
(12)

v IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 25 1. Data Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa ... 25 2. Uji Hipotesis ... 26 3. Pencapaian Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa 26 B. Pembahasan ... 27

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 30 B. Saran ... 30 DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 3.1 Rata-rata Nilai Ujian Semester Ganjil ... 15 3.2 Desain Penelitian ... 16 3.3 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematis... 20 4.1 Rekapitulasi Data Kemampuan Komunikasi Matematis

Siswa ... 25 4.2 Rekapitulasi Uji Hipotesis ... 26 4.3 Rekapitulasi Pencapaian Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis

Siswa dengan Pendekatan Problem Posing ... 26 ... 4.4 Rekapitulasi Pencapaian Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. PERANGKAT PEMBELAJARAN

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Konvensional ... 31

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ... 39

A.3 Lembar Kerja Kelompok (LKK) ... 52

B. PERANGKAT TES B.1 Kisi-kisi Soal Tes ... 74

B.2 Soal Posttest ... 75

B.3 Kunci Jawaban Soal Posttest ... 76

B.4 Pedoman Pensokran Tes Kemampuan Komunikasi Matematis ... 80

B.5 Form Penilaian Validitas Posttest ... 81

C. ANALISIS DATA KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA C.1 Data Awal Kelas Eksperimen ... 83

C.2 Data Awal Kelas Kontrol ... 84

C.3 Data Releabilitas Instrumen Tes ... 85

C.4 Hasil Posttest Kelas Eksperimen ... 86

C.5 Hasil Posttest Kelas Kontrol ... 87

C.6 Pencapaian Indikator Komunikasi Matematis Kelas Eksperimen ... 88

C.7 Pencapaian Indikator Komunikasi Matematis Kelas Kontrol ... 90

C.8 Uji Normalitas Kelas Eksperimen ... 93

C.9 Uji Normalitas Kelas Kontrol ... 97

C.10 Uji Homogenitas ... 110

(15)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Kualitas suatu negara ditentukan oleh masyarakatnya karena produk dari pendidikan itu sendiri adalah Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk itu pendidikan mempunyai tugas menyiapkan SDM untuk pembangunan negara. Untuk menghasilkan kualitas SDM yang bermutu sebagai subjek dalam pendidikan, diperlukan pembelajaran yang baik.

(16)

2 kreatif, dan kemampuan bekerja-sama yang efektif dalam pembelajaran dikelas. Keterampilan siswa tersebut menentukan seberapa besar pencapaian pembelajaran pada setiap mata pelajaran khususnya pelajaran matematika.

Matematika merupakan salah satu dari bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan, sehingga dalam pelaksanaannya pelajaran matematika diberikan di semua jenjang pendidikan dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Siswa memerlukan matematika untuk memenuhi kebutuhan praktis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari serta agar siswa mampu mengikuti pelajaran matematika lebih lanjut. Dalam belajar matematika juga diharapkan siswa dapat berpikir logis, kritis, dan praktis. Menyadari akan peran penting matematika dalam kehidupan, maka sudah selayaknya matematika merupakan suatu kebutuhan bagi setiap siswa. Kenyataannya kemampuan matematis siswa di negara kita selama ini belum memuaskan. Hal ini berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh PISA tahun 2012 (Balitbang, 2013) diperoleh bahwa kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, bernalar dan berkomunikasi secara internasional, Indonesia berada pada urutan 64 dari 65 negara peserta.

(17)

3 hanya meniru cara menjawab dari contoh soal yang diberikan oleh guru sehingga mereka hanya mengetahui jawaban dari permasalahannya tanpa tahu bagaimana memahami proses penyelesaiannya yang nantinya jika diberikan soal dengan bentuk yang sedikit berbeda mereka akan kesulitan menjawab soal tersebut. Penyebabnya adalah karena siswa tidak terlatih dengan soal yang memicu pada kemampuan komunikasi matematis siswa, sehingga kemampuan komunikasi matematis siswa tersebut kurang baik.

Kurang baiknya kemampuan komunikasi yang terjadi pada siswa maka perlu dilakukan cara untuk memperbaikinya. Upaya memperbaiki kemampuan komunikasi matematis siswa dengan diberikan pertanyaan yang menuntun siswa membuat soal, memahami ide-ide dan bahasa matematika serta diberikan kesempatan aktif dalam pembelajaran kemudian mengkomunikasikan ide-ide mereka kepada guru dan siswa lain.

Baroody (Ansari, 2009: 4) menyebutkan bahwa:

Sedikitnya ada dua alasan penting, mengapa komunikasi dalam matematika perlu ditumbuhkembangkan di kalangan siswa. Pertama, mathematics as language, artinya matematika tidak hanya sekedar alat bantu berpikir (a tool to aid thinking), alat untuk menentukan pola, menyelesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga sebagai suatu alat yang berharga untuk mengkomunikasikan berbagai ide secara jelas, tepat dan cermat. Kedua, mathematics learning as social activity; artinya sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran matematika, matematika juga sebagai wahana interaksi antar siswa, dan juga komunikasi antara guru dan siswa.

(18)

4 bagian dari daya matematis. Siswa-siswa mempelajari matematika seakan-akan mereka berbicara dan menulis tentang apa yang mereka sedang kerjakan. Mereka dilibatkan secara aktif dalam mengerjakan matematika, atau berbicara dan mendengarkan dalam berbagi ide, strategi, dan solusi dengan bahasa tulisan di kelas.

Pendekatan pembelajaran yang digunakan selayaknya dapat membantu siswa untuk menerima pelajaran. Dalam hal ini peran guru sangat dibutuhkan untuk dapat membawa dan membimbing anak didiknya agar mempunyai kemampuan komunikasi matematis. Guru maupun calon guru dalam pembelajaran di kelas haruslah dapat menciptakan suasana belajar yang kondusif, tentunya yang mampu mengeksplorasi kemampuan yang dimiliki oleh siswa-siswanya dalam lingkup komunikasi matematis. Kebanyakan pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran di kelas yaitu yang bersifat “teacher center” atau pengajaran yang

berpusat pada guru. Dalam hal ini peranan dan fungsi guru mendominan, sementara dilain pihak siswa hanya dapat menyimak dan mendengarkan informasi atau pun pengetahuan yang sampaikan oleh gurunya. Hal ini menjadikan kondisi tidak proporsional manakala guru sangat aktif sedangkan siswa menjadi pasif dalam menerima pelajaran di kelas sehingga siswa kurang dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya.

(19)

5 diartikan sebagai pengajuan masalah atau pengajuan soal. Atas dasar pemikiran yang ada, hal tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi penulis untuk lebih mendalami dan mempelajari dengan melakukan sebuah penelitian yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Problem Posing Terhadap Kemampuan Komunikasi

Matematis Siswa SMP Tunas Mekar Indonesia Bandar Lampung Kelas VII Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Apakah pendekatan pro-blem posing berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII SMP Tunas Mekar Indonesia Bandar lampung?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendekatan problem posing terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa kelas VII Semester 2 SMP Tunas Mekar Indonesia Bandar lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1) Manfaat Teoritis

(20)

6 b. Secara khusus, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ke-pada sekolah yang diteliti terhadap pendekatan pembelajaran matematika.

2) Manfaat Praktis

a. Bagi guru dan calon guru penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan agar lebih memperhatikan sistem pengajaran dalam kegiatan belajar mengajar sehingga menumbuhkan interaksi yang positif dalam kelas.

b. Bagi kepala sekolah, diharapkan agar dapat memberikan arahan dan ma-sukan untukt terus membimbing guru mata pelajaran dalam me-ngembangkan pendekatan pembelajaran yang lebih bervariatif.

c. Bagi siswa, diharapkan dapat menumbuhkan kecintaan terhadap pelajaran matematika dan menumbuhkan semangat serta kerja sama.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1) Pendekatan problem posing dalam pembelajaran matematika adalah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pengajuan soal oleh siswa, berkaitan dengan syarat-syarat pada masalah yang akan dipecahkan. Aktivitas kognitif yang digunakan dalam penelitian ini adalah problem posing yaitu pre solution posing yaitu membuat soal atau masalah dari peristiwa yang disajikan sesuai materi yang dijelaskan.

2) Pengaruh adalah kekuatan yang ditimbulkan dari pendekatan problem posing.

(21)

7 siswa dengan pendekatan pembelajaran problem posing lebih baik dibanding pembelajaran konvensional.

3) Pembelajaran konvensional dapat diartikan sebagai pembelajaran terpusat pada guru, yaitu guru sebagai pemberi informasi tunggal, sedangkan kegiatan siswa hanya memperhatikan, mendengarkan, mencatat dan mengerjakan tugas yang di berikan oleh guru.

(22)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Problem Posing

Problem posing adalah istilah dalam bahasa Inggris yaitu problem dan pose, sehingga dapat diartikan sebagai pengajuan masalah, dalam artian ini masalah yang dimaksud adalah soal (Mulyatiningsih, 2012: 238). Respon siswa yang diharapkan dari situasi atau informasi problem posing adalah respon berupa soal buatan siswa. Namun demikian, tidak tertutup kemungkinan siswa membuat yang lain, misalnya siswa hanya membuat pernyataan (Agustina 2013: 5). Kemudian Hamzah (2003:17) mengemukakan bahwa dalam pustaka pendidikan, problem posing (pengajuan masalah) adalah rumusan masalah matematika sederhana atau perumusan ulang masalah yang telah diberikan dengan beberapa cara dalam rangka menyelesaikan masalah yang rumit.

Menurut Mulyatiningsih (2012: 238) langkah-langkah pembelajaran dengan

problem posing dapat dirancang sebagai berikut:

1) Guru menjelaskan materi pelajaran, kemudian memberi soal-soal latihan secukupnya.

(23)

9 3) Siswa diberi tugas mengajukan 1 atau 2 buah soal yang menantang dan

siswa yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya.

4) Guru menyuruh siswa secara acak atau selektif untuk menyelesaikan soal buatannya sendiri di depan kelas.

Silver dan Cai dalam Herdian (2009) menjelaskan bahwa pengajuan soal mandiri dapat diaplikasikan dalam 3 bentuk aktivitas kognitif matematika yakni sebagai berikut:

a. Pre solution posing

Pre solution posing yaitu jika seorang siswa membuat soal dari situasi yang diadakan. Jadi guru diharapkan mampu membuat pertanyaan yang berkaitan dengan pernyataan yang dibuat sebelumnya.

b. Within solution posing

Within solution posing yaitu jika seorang siswa mampu merumuskan ulang pertanyaan soal tersebut menjadi sub-sub pertanyaan baru yang urutan penyelesaiannya seperti yang telah diselesaikan sebelumnya.jadi, diharapkan siswa mampu membuat sub-sub pertanyaaan baru dari sebuah pertanyaan yang ada pada soal yang bersangkutan.

c. Post solution posing

Post solution posing yaitu jika seorang siswa memodifikasi tujuan atau kondisi soal yang sudah diselesaikan untuk membuat soal yang baru yang sejenis.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan Problem posing

dalam pembelajaran matematika adalah pendekatan pembelajaran yang

menekankan pada pengajuan soal oleh siswa yang berkaitan dengan syarat-syarat

pada masalah yang akan dipecahkan. Oleh karena itu, pendekatan problem posing

(24)

10

2. Komunikasi Matematis

Komunikasi tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan umat manusia karena komunikasi merupakan kebutuhan tiap-tiap individu. Dengan komunikasi manusia dapat mengembangkan pengetahuan melalui belajar dari pengalaman, maupun melalui informasi yang mereka terima dari orang lain atau dari lingkungannya. Komunikasi memungkinkan manusia menembus jarak, ruang dan waktu. Komuni-kasi berkembang dari waktu ke waktu sesuai dengan berkembangnya zaman.

Untuk dapat mengembangkan kemampuan berkomunikasi, seseorang dapat menyampaikan dengan berbagai bahasa termasuk dalam bahasa matematis. Sedangkan kemampuan komunikasi matematis dapat diartikan sebagai suatu kemampuan siswa menyampaikan sesuatu yang diketahui melalui beberapa peristiwa dialog atau hubungan yang terjadi di lingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan pesan. Pesan yang dialihkan berisi tentang materi matematika yang dipelajari siswa, misalnya berupa konsep, rumus, atau strategi penyelesaian suatu masalah. Pihak yang terlibat dalam peristiwa komunikasi di dalam kelas adalah guru dan siswa. Cara pengalihan pesannya dapat secara lisan maupun tertulis.

Komunikasi matematis sangat penting dalam pembelajaran matematika, sebab melalui komunikasi matematis siswa dapat mengorganisasikan dan mengonsolida-sikan pemikiran matematis mereka. Pernyataan NCTM (Karlimah, 2010:4) menulis:

(25)

11 ide, strategi dan solusi. Oleh karena itu keterampilan komunikasi matematis perlu pula dimiliki oleh siswa.

Dinyatakan pula oleh NCTM (Qohar, 2010: 46) bahwa:

a. Mengorganisasikan dan mengonsolidasikan berpikir matematis ( mathe-matical thinking) mereka melalui komunikasi.

b. Mengomunikasikan mathematical thinking mereka secara koheren (tersusun secara logis) dan jelas kepada teman-temannya, guru dan orang lain.

c. Menganalisis dan mengevaluasi berpikir matematis (mathematical thinking) dan strategi yang dipakai orang lain.

d. Menggunakan bahasa matematika untuk mengekspresikan ide-ide matematika secara benar.

Menurut Wihatma (2004: 20) aspek-aspek untuk mengungkapkan kemampuan komunikasi matematika siswa antara lain:

a. Kemampuan memberikan alasan rasional terhadap suatu pernyataan

Siswa yang berpikir rasional akan menggunakan prinsip-prinsip dalam menjawab pertanyaan, bagaimana (how) dan mengapa (why). Dalam berpikir rasional, siswa dituntut supaya menggunakan logika (akal sehat) untuk menganalisis, menarik kesimpulan dari suatu pernyataan, bahkan menciptakan hukum-hukum (kaidah teoritis) dan dugaan-dugaan.

b. Kemampuan mengubah bentuk uraian ke dalam model matematika

Model matematika merupakan abstraksi suatu masalah nyata berdasarkan asumsi tertentu ke dalam simbol-simbol matematika. Kemampuan mengubah bentuk uraian ke dalam model matematika tersebut misalnya mampu untuk menyatakan suatu soal uraian ke dalam gambar-gambar, menggunakan rumus matematika dengan tepat dalam menyelesaikan masalah dan memberikan permisalan atau asumsi dari suatu masalah ke dalam simbo-simbol.

c. Kemampuan mengilustrasikan ide-ide matematika dalam bentuk uraian yang relevan ini berupa kemapuan menyampaikan ide-ide atau gagasan-gagasan dan pikiran untuk menyampaikan masalah dalam kata-kata, menerjemahkan maksud dari suatu soal matematika, dan mampu menjelaskan maksud dari gambar secara lisan maupun tertulis.

(26)

12 untuk mengembangkan kemampuan komunikasi matematis siswa, dengan indikator kemampuan komunikasi matematis sebagai berikut:

a) Memberikan alasan rasional terhadap suatu pernyataan b) Mengubah bentuk uraian ke dalam model matematika

c) Mengilustrasikan ide-ide matematika dalam bentuk uraian yang relevan

3. Penelitian Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain peneliatan yang dilakukan oleh Merry (2013: 39) yang berjudul pengaruh “Pendekatan Problem Posing Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa”. Hasil yang diperoleh adalah kemampuan komunikasi matematis siswa dengan pendekatan pembelajaran problem posing lebih tinggi dari pembelajaran konvensional. Penelitian lainnya dilakukan oleh Hidayah (2013: 10) yang berjudul “Penggunaan

Metode Problem Posing Dalam Proses Pembelajaran Matematika”. Hasil yang diperoleh adalah siswa lebih aktif, kreatif, dan mandiri tanpa harus banyak bergantung kepada guru dalam membuat soal.

B. Kerangka Pikir

Penelitian tentang pengaruh pendekatan pembelajaran problem posing terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa ini merupakan penelitian yang terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah pendekatan pembelajaran problem posing

(27)

13 Tingkat keberhasilan kegiatan belajar matematika tergantung dari bagaimana proses belajar mengajar itu terjadi dan selain itu juga tingkat keberhasilan kegia-tan belajar dapat dilihat dari hasil belajar siswa. Salah satu aspek dari hasil belajar matematika adalah tingkat kemampuan komunikasi matematis siswa. Semakin besar tingkat kemampuan komunikasi matematis siswa menunjukkan semakin be-sarnya tingkat keberhasilan pembelajaran dan begitupun sebaliknya. Hal ini me-nunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran menentukan tingkat kemampuan ko-munikasi matematis siswa. Dalam meningkatkan kemampuan koko-munikasi mate-matis siswa diperlukan pendekatan yang tepat dengan situasi siswa yang diteliti, sehingga dapat memberikan untuk siswa agar dapat mengembangkan kemampuan komunikasi matematisnya.

Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah problem posing (penga-juan soal). Problem posing diterapkan secara berkelompok untuk melatih siswa aktif bekerjasama dengan teman kelompoknya agar siswa yang mengalami kesulitan dapat berkomunikasi dengan teman yang berkemampuan lebih agar mengetahui dan memahami masalah yang telah dibuat bersama sehingga dapat menyelesaikan secara bersama-sama pula. Disamping itu dapat membiasakan siswa aktif berpikir kritis dengan menganalisis beberapa pendapat dan akhirnya menemukan suatu solusi terbaik sehingga siswa dapat menguasai pela-jaran secara tuntas agar hasil yang diperoleh dapat meningkat.

(28)

14

posing yaitu siswa membuat pertanyaan berdasarkan pernyataan yang dibuat oleh guru. Pada tahap ini, siswa dituntut untuk aktif dalam mengetahui materi dasar yang telah dijelaskan oleh guru dan mengomunikasikannya secara tertulis dengan menuangkannya dalam bentuk tulisan. Bila siswa tidak mengetahui materi dasar dalam pembelajaran tersebut maka siswa akan terpacu untuk mencari informasi yang dibutuhkan dalam membuat suatu pertanyaan.

Atas dasar pemikiran diatas maka diharapkan pendekatan pembelajaran problem posing yang dilakukan secara berkelompok dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis belajar siswa kelas VII SMP Tunas Mekar Indonesia Bandar Lampung Semester Genap.

C. Anggapan Dasar

Penelitian ini, bertolak pada anggapan dasar sebagai berikut:

1. Setiap siswa kelas VII semester genap SMP Tunas Mekar Indonesia Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014 memperoleh materi pelajaran mate-matika sesuai dengan kurikulum yang berlaku di sekolah.

2. Faktor-faktor lain yang memengaruhi kemampuan komunikasi matematis siswa selain pendekatan problem posing diabaikan.

D. Hipotesis

(29)

15

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Tunas Mekar Indonesia yang terletak di Jalan Arief Rahman Hakim No. 36 Bandar Lampung. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VII semester genap SMP Tunas Mekar Indonesia tahun pelajaran 2013/2014 sebanyak 39 siswa yang terdistribusi dalam 2 kelas. Distribusi siswa kelas VII dan rata-rata nilai ujian semester ganjil siswa kelas VII SMP TMI Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.1 Rata-rata Nilai Ujian Semester Ganjil Kelas VII SMP TMI Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014

Kelas Banyak siswa Rata-rata nilai

VII A 20 60,4

VII B 19 61,9

Populasi 39 61,15

(30)

16

pembelajaran problem posing. Sedangkan sampel kedua sebagai kelompok de-ngan pembelajaran konvensional.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah posttest-only- control-group-design. Penelitian ini melibatkan dua kelas sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Posttest control design dalam Sugiyono (2011:75) yaitu:

Tabel 3.2 Desain Penelitian

Kelompok Perlakuan Posttest

A O

B O

Keterangan :

A : kelas eksperimen B : kelas kontrol

: pendekatan pembelajaran problem posing

: pembelajaran konvensional

O : Tes yang digunakan untuk mengetahui kemampuan komunikai matematis siswa

Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Melakukan penelitian pendahuluan yaitu melihat kondisi lapangan dengan jumlah kelas yang ada, jumlah siswa, karakteristik siswa, serta melihat model pembelajaran yang digunakan oleh guru matematika disekolah tersebut (30 Desember 2013).

2. Merencanakan penelitian

(31)

17

b. Membuat rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pendekatan

problem posing untuk kelompok eksperimen dan pembelajaran konven-sional untuk kelompok kontrol.

c. Menyusun Lembar Kerja Kelompok (LKK) yang akan diberikan kepada siswa kelompok eksperimen pada saat diskusi dikelas.

d. Menyiapkan instrumen penelitian dengan terlebih dahulu membuat kisi-kisi postes yang sesuai dengan indikator pembelajaran dan indikator kemampuan komunikasi matematis, kemudian membuat soal esai beserta penyelesaian dan aturan pensekorannya untuk kemudian diuji validitas oleh guru mitra.

3. Melakukan penelitian

a. Melaksanakan pembelajaran kelompok problem posing dan konvensional (10 februari 2014 - 12 maret 2014).

b. Melakukan uji coba instrumen pada kelas IXA (4 maret 2014).

c. Mengukur reliabilitas soal.

d. Melaksanakan postes pada kelompok problema posing dan konvensional (13 maret 2014).

e. Melakukan uji hipotesis dan penarikan kesimpulan.

f. Menyusun laporan.

Sebelum kegiatan pembelajaran dilakukan, siswa pada kelompok problem posing

(32)

18

yang ada di kelas. Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun.

C. Data dan Teknik Pengumpulan data

1. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif yaitu data kemampuan komunikasi matematis siswa.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes. Tes diberikan sesudah pembelajaran (posttest) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes yang diberikan sesudah perlakuan dimaksudkan untuk melihat peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa dan tes yang diberikan sebelum perlakuan dimaksudkan untuk melihat nilai awal kemampuan komunikasi matematis siswa.

A. Instrumen Penelitian

(33)

19

1. Validitas Isi

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrument pengukur (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 1996). Seperti yang diungkapkan oleh Wakhinuddin (2010) bahwa validitas isi merupakan validitas yang diperhitungkan melalui pengujian terhadap isi alat ukur dengan analisis rasional. Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validasi ini adalah sejauh mana item-item dalam suatu alat ukur harus komprehensif isinya akan tetapi harus pula memuat hanya isi yang relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan ukur.

Penyusunan instrument tes diawali dengan pembuatan kisi-kisi soal, kemudian dilanjutkan dengan menyusun soal beserta kunci jawaban dan aturan pemberian skor untuk masing-masing butir soal. Penilaian terhadap kesesuaian isi tes dengan isi kisi-kisi tes yang diukur dan kesesuaian bahasa yang digunakan dalam tes dengan kemampuan bahasa siswa dilakukan dengan menggunakan daftar check list( ) oleh guru. Hasil penilaian terhadap

tes untuk mengambil data penelitian telah memenuhi validitas isi. Ber-dasarkan penilaian guru mitra, soal yang digunakan telah dinyatakan valid (Lampiran B.4)

2) Reliabilitas

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis berbentuk uraian. Untuk menentukan tingkat reliabilitas tes digunakan rumus Alpha

(34)

20

Dalam Sudijono (2011:208) dengan kriteria suatu tes dikatakan valid apabila memiliki nilai reliabilitas .

Hasil perhitungan reliabilitas instrumen tes pada kelas uji coba di kelas IX A diperoleh koefisien r11 = 0,77 sehingga instrumen tes dapat digunakan dalam

penelitian. Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran C.3.

Berikut adalah pedoman penskoran tes kemampuan komunikasi matematis yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 3.3 Pedoman Pensekoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematis

No Indikator Keterangan Skor

1. Memberikan

A. Tidak memberikan kesimpulan pada akhir jawaban dan menuliskan apapun untuk memperjelas penyelesaian

0

B. Memberikan kesinpulan pada akhir jawaban setiap bagian soal benar, serta menuliskan alasan nuntuk memperjelas penyelesaian tapi salah atau sebaliknya

1

C. Memberikan kesimpulan pada akhir jawaban setiap bagian soal benar, serta menuliskan alasan untuk memperjelas penyelesaian dan benar

A. Menuliskan rumus dalam menyelesaikan soal tetapi salah 0 B. Benar menuliskan rumus benar tetapi langkah penyelesaian

salah

2

C. Benar menuliskan rumus dan langkah penyelesaian benar, tetapi hasil akhir salah

4

D. Benar menuliskan rumus, langkah penyelesaian benar, dan hasil akhir benar

A. Tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari soal

0

B. Menuliskan apa yang diketahui tetapi tidak menuliskan apa yang ditanyakan dari soal atau sebaliknya

2

C. Menuliskan apa yang diketahui dan yang ditanyakan dari soal tetapi salah

4

D. Menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari soal dengan benar dan lengkap

(35)

21

D. Teknik Analisis Data

Data yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu nilai kemampuan awal yang diperoleh dari nilai metematika semester sebelumnya dan tes kemampuan komunikasi matematis yang diperoleh dari posttest. Pemberian skor ditentukan oleh jawaban yang benar, sehingga diperoleh skor posttest.

Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda selanjutnya akan dilaksanakan tes akhir berupa posttest. Dari hasil postes akan diperoleh data yang digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis. Sebelum melakukan pengujian hipotesis maka perlu dilakukan uji prasyarat, yaitu:

1. Uji Normalitas

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan uji Chi-Kuadrat. Uji Chi Kuadrat menurut Sudjana (2005: 273) adalah sebagai berikut:

a. Hipotesis

Ho : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

b. Taraf signifikan : α = 0,05 c. Statistik uji:

Keterangan: 2

(36)

22

eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil perhitungan uji normalitas dapat dilihat pada Lampiran C.8 dan C.9.

2. Uji Homogenitas

(37)

23

, artinya kedua kelompok populasi data homogen

, artinya kedua kelompok populasi data tidak homogen

a. Taraf Signifikan

Taraf signifikan yang digunakan b. Statistik Uji

Untuk menguji hipotesis digunakan statistik:

c. Keputusan Uji

Tolak H0 hanya jika F ≥ F1/2 α (v1,v2), dengan F1/2 α (v1,v2) didapat dari

daftar distribusi F dengan peluang 1/2 α, sedangkan derajat kebebasan

v1 dan v2 masing-masing sesuai dk pembilang dan penyebut. Dari perhitungan diperoleh Fhitung = 2,30, dan Ftabel = 2,19. Karena Fhitung>

F1/2 α (v1,v2), dan berada pada daerah penerimaan Ho, maka Ho ditolak.

Hal ini berarti data posttest variansi kedua populasi tidak homogen. Hasil perhitungan uji homogenitas dapat dilihat pada lampiran C.10.

3. Uji Hipotesis

(38)

24

H0 : (kemampuan komunikasi matematis siswa dengan pendekatan

pembelajaran problem posing sama dengan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran biasa atau konvensional).

H1: (kemampuan komunikasi matematis siswa dengan pendekatan

pembelajaran problem posing lebih tinggi dari kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran biasa atau konvensional).

Karena kedua data berdistribusi normal tetapi tidak homogen maka digunakan statistik uji t’. Rumus yang digunakan menurut Sudjana (2005: 241) adalah sebagai berikut.

̅̅̅ ̅̅̅ √( ) ( )

Dengan kriteria pengujian adalah : tolak H0 jika

Keterangan: w1 =

w2 =

t1 = t(1-α),(n1-1)

t2= t(1-α),(n2 -1)

dengan taraf signifikan dan untuk harga t lainnya H0 ditolak. Dari

(39)

30

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan bahwa pem-belajran matematika dengan pendekatan problem posing berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa. Hal ini dapat ditunjukkan dengan rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa yang menggunakan pendekatan

problem posing lebih tinggi dari rata-rata kemampuan komunikasi matematis siswa pada pembelajaran konvensional.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan agar mendapatkan hasil yang lebih optimal disarankan hal-hal berikut ini.

1. Kepada peneliti lain yang ingin mengkaji lebih mendalam tentang pendekatan

(40)

31

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Ria. 2013. Pembelajaran Matematika Dengan Problem Posing. [Online]. Tersedia: http://riaagustina020890.blogspot.com/2013/02/pembe-jaran-matematika-dengan-problem.html [18 Februari 2013].

Ansari, B. 2013. Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematika Siswa Sekolah Menengah Umum Melalui Strategi Think Talk Write. Disertasi doktor pada fpmipa UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Azwar, Saifuddin. 1996. TES PRESTASI: Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Balitbang. 2013. Kemampuan Siswa Dapat Ditingkatkan Dengan Mengubah Metode Pengajaran [online]. Tersedia: http://litbang.kemdikbud.- go.id/index.php/desember2013/574-kemampuan-siswa-dapat-ditingkatkan-dengan-mengubah-metode-pengajaran.

Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Herdian. 2009. Model Pembelajaran Problem Posing. [Online]. Tersedia: http://herdy07.wordpress.com/2009/04/19/model-pembelajaran-problem-posing/ [14 Juli 2014].

Hidayah, AA. 2013. Penggunaan Metode P r o b l e m p o s i n g Dalam Proses Pembelajaran Matematika. (Online). Tersedia: https://www.acade-mia.edu/7558310/PENGGUNAAN_METODE_PROBLEM_POSING_DALA M_PROSES_PEMBELAJARAN_MATEMATIKA.

(42)

Merry, Ratnu. 2013. Pengaruh Pendekatan Problem Posing terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa. Skripsi pada fpmipa Universitas Lampung. Tidak diterbitkan.

Mulyatiningsih, Endang. 2012. Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Napitupulu, Ester lince. 2012. Prestasi Sains dan Matematika Indonesia Menurun. [Online] Tersedia: http://edukasi.kompas.com/read/2012/12/14/ 09005434/Prestasi.Sains.dan.Matematika.Indonesia.Menurun [14/06/2012]. Qahar, A.2010. Mengembangkan Kemampuan Pemahaman, Koneksi dan Komu-

nikasi Matematis serta Kemandirian Belajar Siswa SMP melalui Reciprocal Teaching. Disertasi pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik.

Bandung: Nusa Media.

Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Uno, Hamzah. B. 2003. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Wakhinuddin. 2010. Validitas isi. (Online). Tersedia:

http://wakhinuddin.word-press.com/2010/08/02/validitas-isi/[26 desember 2012].

Wardani, S., Guntoro, S. T., Sasongko, H.W., dan Wiworo. 2010. Pengembangan Model Pembelajaran Aktif (Hasil Penelitian).Salatiga: Penerbit Widya Sari. Wihatma, Ujang. 2004. Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika

Siswa SLTP Melalui Cooperative Learning Tipe Student Teams

Achievement Divisions (STAD). [Online]. Tersedia:

Gambar

Tabel 3.1 Rata-rata Nilai Ujian Semester Ganjil Kelas VII SMP TMI
Tabel 3.2 Desain Penelitian
Tabel 3.3 Pedoman Pensekoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematis

Referensi

Dokumen terkait

Putusan tersebut merupakan konfirmasi terhadap kekuasaan negara untuk melarang induksi setelah janin mampu hidup di luar rahim, apabila hukum mengatur tentang pengecualian

Penelitian yang dilakukan ini, diharapkan para aparatur Pemerintah Kabupaten Purwakarta khususnya aparatur di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Purwakarta

Sebagaimana penjelasan pada ayat (1), Transmigrasi Swakarsa Mandiri yang dilaksanakan oleh masyarakat baik secara kelompok maupun perseorangan maupun kelompok yang

Dengan adanya training guna menunjang keterampilan para staf karyawan untuk dapat membuat frenchise tetap berkembang, adanya support kepada frenchisee untuk memotivasi dan

Bagi anak muda sebagai penerima manfaat program FOKSI, lahirnya FOKSI telah membuka pintu pada berbagai angkatan pelatihan safetyman untuk bisa saling berbagi informasi lowongan

Selain itu yang mempengaruhi tingginya kebutuhan mental adalah jumlah pasien dan tingkat keparahan pasien yang tidak dapat diprediksi, pengetahuan dan keterampilan

(2) Bila ketentuan tersebut pada ayat (1) pasal ini tidak dimungkinkan karena di antara para ahli waris yang bersangkutan ada yang memerlukan uang, maka lahan tersebut dapat

Selain sebagai instrumen mekanisme perencanaan hukum yang menggambarkan sasaran politik hukum secara mendasar, Prolegnas secara isi/materi hukum ( legal substance