• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRADISI BULANGEKH DALAM MASA KEHAMILAN PADA MASYARAKAT LAMPUNG SAIBATIN DI PEKON SUMBER AGUNG KECAMATAN NGAMBUR KABUPATEN PESISIR BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TRADISI BULANGEKH DALAM MASA KEHAMILAN PADA MASYARAKAT LAMPUNG SAIBATIN DI PEKON SUMBER AGUNG KECAMATAN NGAMBUR KABUPATEN PESISIR BARAT"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

TRADISI BULANGEKH DALAM MASA KEHAMILAN PADA

MASYARAKAT LAMPUNG SAIBATIN DI PEKON

SUMBER AGUNG KECAMATAN NGAMBUR

KABUPATEN PESISIR BARAT

Oleh: Yuresti

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

TRADISI BULANGEKH DALAM MASA KEHAMILAN PADA MASYARAKAT LAMPUNG SAIBATIN DI PEKON

SUMBER AGUNG KECAMATAN NGAMBUR KABUPATEN PESISIR BARAT

Oleh

Yuresti

Indonesia adalah Negara Kepulauan yang memiliki berbagai suku bangsa yang masing-masing sukunya memiliki kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan, kebiasaan yang berbeda-beda. Salah satu dari berbagai suku bangsa ini adalah suku Lampung yang mempunyai beragam adat istiadat yang menarik. Seperti halnya di Pekon Sumber Agung Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat, terdapat suatu budaya yaitu sebuah tradisi yang disebut Bulangekh. Bulangekh dalam bahasa Lampung berarti “pengobatan dan tolak bala”. Bulangekh dilakukan dalam masa kehamilan dan pada orang yang terkena guna-guna, kerasukan, orang gila dan lain sebagainya yang sakitnya tersebut biasanya berkenaan dengan makhluk halus atau jin. Pada masyarakat Lampung Saibatin, Bulangekh dalam masa kehamilan merupakan sebuah kegiatan ritual dengan tujuan melindungi si ibu dan janin dalam kandungan dari segala kemungkinan penyakit dan gangguan makhluk halus.

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimanakah proses pelaksanaan Bulangekh dalam masa kehamilan pada masyarakat Lampung Saibatin di Pekon Sumber Agung Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat? Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pelaksanaan Bulangekh dalam masa kehamilan pada masyarakat Lampung Saibatin di Pekon Sumber Agung Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

1. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Analisis Masalah... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Metode Yang Digunakan ... 18

B. Lokasi Penelitian ... 19

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 20

D. Teknik Pengumpulan Data ... 21

1. Observasi Partisipan ... 21

2. Wawancara ... 22

3. Dokumentasi ... 24

4. Studi Pustaka ... 25

(8)

1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 28

1.1.Deskripsi Kabupaten Pesisir Barat ... 28

1.2.Sejarah Singkat Pekon Sumber Agung ... 31

Letak Geografis Pekon Sumber Agung ... 34

1.3.Kondisi Umum Pekon Sumber Agung ... 34

Keadaan Penduduk Pekon Sumber Agung ... 35

Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Umur ... 35

Keadaan Sosial Budaya Masyarakat ... 36

Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Agama ... 38

Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 39

Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Mata Pencaharian ... 40

1.4.Sistem Kekerabatan Lampung Saibatin ... 41

1.5.Struktur Masyarakat Adat Saibatin ... 43

2. Tradisi Bulangekh ... 44

3. Pelaksanaan Tradisi Bulangekh dalam masa kehamilan ... 44

1. Tahap persiapan ... 46

2. Tahap pelaksanaan ... 48

3. Tahap penutup ... 53

4. Tujuan melaksanakan tradisi Bulangekh dalam masa kehamilan ... 54

B. PEMBAHASAN ... 57

1. Proses pelaksanaan BulangekhBulangekh dalam masa kehamilan pada masyarakat Lampung Saibatin di Pekon Sumber Agung Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat ... 57

Tahap persiapan ... 57

Tahap pelaksanaan ... 58

Tahap penutup ... 59

2. Tujuan melaksanakan tradisi Bulangekh dalam masa kehamilan pada masyarakat Lampung Saibatin di Pekon Sumber Agung Kecaamatan Ngambur Kabupaten Pesisir ... 61

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 63 DAFTAR PUSTAKA

(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan sebuah Negara yang memiliki berbagai suku bangsa yang masing-masing sukunya memiliki kebudayaan serta adat istiadat yang berbeda-beda. setiap adat dan budaya memiliki ciri khas sehingga membedakan budaya yang satu dengan yang lain. Keanekaragaman tersebut terjadi karena setiap daerah memiliki kebiasaan-kebiasaan yang berbeda sesuai dengan keaneka ragaman masyarakatnya. Salah satu adat budaya yang ada di Indonesia adalah adat budaya Lampung.

Menurut ilmu Antropologi, “kebudayaan” adalah keseluruhan sistem gagasan,

tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Disebutkan ada tujuh unsur-unsur kebudayaan yang dapat ditemukan pada semua bangsa, ketujuh unsur yang dapat kita sebut sebagai isi pokok dari tiap kebudayaan di dunia adalah :

1. Bahasa

2. Sistem pengetahuan 3. Sistem organisasi sosial

4. Sistem peralatan hidup dan teknologi 5. Sistem mata pencaharian hidup 6. Sistem religi

7. Kesenian (Koentjaraningrat, 2002 : 203-204).

(10)

pengalamannya serta menjadi kerangka landasan bagi terwujudnya kelakuan (Soekanto, 1990 : 238).

Lampung merupakan suatu daerah yang terletak di bagian Ternggara pulau Sumatera dengan luas wilayahnya 35. 376 km2. Bagian Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia, bagian Timur berbatasan dengan Laut Jawa, bagian Utara berbatasan dengan Provinsi Bengkulu, dan Selatan berbatasan dengan Selat Sunda. Penduduk lampung terdiri dari penduduk asli dan penduduk pendatang, penduduk asli yaitu Suku Lampung.

Pada Suku Lampung sendiri terbagi kedalam dua bagian yaitu Lampung Pepadun dan Lampung Saibatin. Lampung Saibatin adalah sebutan bagi orang-orang yang berada di sepanjang Pesisir Pantai Selatan Lampung. Sedangkan, Lampung Pepadun adalah sebutan bagi Orang Lampung yang berasal dari Sekala Berak di Punggung Bukit Barisan (Sebelah Barat Lampung Utara) dan menyebar ke Utara, ke Timur dan Tengah Provinsi Lampung. (Hadikusuma, 1989 ; 118). Penduduk asli Lampung terdiri dari dua masyarakat adat atau (gh) ruwa jurai, yakni jurai Pepadun dan Jurai Saibatin. Dapat dilihat perbedaannya dalam bertutur orang Saibatin berdialek A, sedangkan orang Pepadun berdialek O. (Ali Imron, 2005:1)

(11)

pantai atau pesisir, berbeda dengan masyarakat Pepadun yang umumnya berdiam didaerah pedalaman, seperti Lampung Barat, Tanggamus, Kedondong, Way Lima, Ratai, Padang Cermin, Teluk Betung, dan Kalianda.

Masyarakat Lampung Saibatin di Pekon Sumber Agung berada pada Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat mempunyai tradisi dan cara tersendiri dalam melestarikan budaya Lampung. Pada masyarakat Lampung yang ada di Pekon Sumber Agung mengenal tradisi Bulangekh yang artinya “pengobatan dan juga tolak bala”. Pengobatan tersebut dilakukan dengan syarat tertentu. Salah satu

tradisi Bulangekh ini dilaksanakan pada masa kehamilan.

(12)

Istilah Bulangekh dalam masa kehamilan, jika merujuk pada makna yang digunakan oleh masyarakat setempat, dapat diartikan sebagai sebuah acara ritual dengan tujuan untuk melindungi diri seorang ibu dan janin yang ada dalam kandungannya tersebut dari segala penyakit dan gangguan-gangguan makhluk halus, dengan cara dimandikan oleh seorang dukun yang telah dipercaya keluarganya. Ritual ini dilaksanakan pada waktu kandungan berumur 5 bulan dan 7 bulan. Setiap kebudayaan tentunya memiliki makna, fungsi, tujuan dan proses pelaksanaannya. Kita dapat mengetahui suatu kebudayaan secara jelas jika kita mengetahui proses pelaksanaannya, makna, fungsi dan tujuannya, setelah itu kita dapat mengetahui manfaat dari tradisi tersebut bagi masyarakat sekitar maupun masyarakat pada umumnya.

Tradisi Bulangekh adalah salah satu budaya yang harus dilestarikan, karena terdapat beberapa budaya Lampung yang harus dipertahankan. Dengan masih dilaksanakannya tradisi Bulangekh pada masa kehamilan secara tidak langsung itu sudah merupakan salah satu cara untuk mempertahankan budaya. Sudah selayaknya kita sebagai bangsa yang berbudaya untuk melihat secara jelas bagaimana proses pelaksanaannya, tujuan, maupun makna dari tradisi ini. Jika dilihat dari makna, fungsi atau tujuan dan proses pelaksanaannya, maka tradisi Bulangekh wajib untuk dipertahankan karena mengandung kebudayaan-kebudayaan yang dapat diartikan sebagai hasil dari cipta, rasa, dan karsa manusia yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia.

(13)

di Pekon Sumber Agung Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat untuk melaksanakan tradisi Bulangekh dalam masa kehamilan. Sehingga berpengaruh pada kelansungan tradisi Bulangekh, semakin lama masyarakat Lampung di Pekon Sumber Agung tidak mengerti dan memahami pelaksanaan tradisi Bulangekh dalam masa kehamilan khususnya.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis akan melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan dari tradisi Bulangekh dalam masa kehamilan dan tujuan Bulangekh dalam masa kehamilan pada masyarakat Lampung Saibatin di Pekon Sumber Agung Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat.

B. Analisis Masalah

1. Identifikasi Masalah

Setiap permasalahan memiliki jawaban sebagai pemecahan masalah. Oleh karena itu perlu di identifikasi. Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka dapat di identifikasi sebagai berikut:

1. Proses pelaksanaan Bulangekh dalam masa kehamilan pada masyarakat Lampung Saibatin di Pekon Sumber Agung Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat.

(14)

3. Makna dari peralatan yang ada secara simbolis pada saat melaksanakan tradisi Bulangekh dalam masa kehamilan.

2. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu luas, maka penulis perlu membatasi permasalahan yang akan dibahas yaitu tentang Proses pelaksanaan Bulangekh dalam masa kehamilan dalam masa kehamilan pada masyarakat Lampung Saibatin di Pekon Sumber Agung Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, maka perumusan masalah adalah Bagaimanakah Proses pelaksanaan Bulangekh dalam masa Kehamilan pada Masyarakat Lampung Saibatin di Pekon Sumber Agung Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat?

C. Tujuan Penelitian

(15)

D. Kegunaan Penelitian

Setiap penelitian tentunya mempunyai kegunaan pada pihak-pihak yang membutuhkan. Penelitian ini diharapkan bermanfaat:

a. Untuk menambah wawasan penulis tentang proses pelaksanaan Bulangekh dalam masa kehamilan pada masyarakat Lampung Saibatin di Pekon Sumber Agung Kecamatan Ngambur khususnya dan orang Lampung pada umumnya. b. Sebagai masukan atau informasi kepada orang Lampung Saibatin di Pekon

Sumber Agung Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat agar dapat menjaga dan melestarikan Budaya Lampung.

c. Sebagai sumbangan pustaka yang dapat dimanfaatkan bagi mahasiswa Universitas Lampung sebagai informasi wujud ragam budaya Lampung.

E. Ruang Lingkup Penelitian

a. Objek Penelitian : Pelaksanaan Bulangekh dalam masa kehamilan di Pekon Sumber Agung kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat

b. Subjek Penelitian : Masyarakat Lampung Saibatin di Pekon Sumber Agung Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat

c. Tempat Penelitian : Pekon Sumber Agung Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat

d. Waktu Peneliti : Tahun 2013

(16)

REFERENSI

Koentjaraningrat. 2002. Pengantar ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hal 203

Soerjono, Soekanto. 1990. Sosiologi, Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press. Hal 238

Hadikusuma, Hilman. 1989. Masyarakat dan Adat Budaya Lampung. Bandung: Mandar Maju. Hal 118

(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Tradisi

Pada masyarakat Indonesia masih terdapat berbagai macam tradisi yang masih dilaksanakan dengan baik maupun yang sudah hilang, misalnya tradisi tolak bala, tradisi dalam perkawinan, tradisi lebaran dan masih banyak tradisi-tradisi yang tidak dapat disebutkan secara menyeluruh. Tradisi-tradisi tersebut mengandung nilai-nilai budaya dan moral yang memiliki tujuan baik untuk menciptakan masyarakat yang berakhlak baik dan berperadaban.

Tradisi adalah segala sesuatu (seperti adat, kepercayaan,kebiasaan, ajaran, dan sebagainya) yang turun temurun dari nenek moyang. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1984; 1088). Hal yang sama juga diungkapkan oleh Badudu, yang menyatakan bahwa tradisi adalah adat kebiasaan yang dilakukan secara turun temurun dan masih dilaksanakan pada masyarakat yang ada (J.S, Bedudu.2003 : 349).

(18)

yang biasanya dilakukan pada saat seorang calon ibu yang mengandung tua. Ritual ini dilakukan pada waktu kandungan berumur 5 dan 7 bulan.

2. Konsep Bulangekh

Masyarakat Lampung Saibatin di Pekon Sumber Agung Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat memiliki banyak bentuk kebudayaan dan salah satunya adalah tradisi Bulangekh Bulangekh ini merupakan suatu budaya yang masih dilakukan oleh masyarakat setempat secara turun temurun. Menurut Bapak Rianda selaku tokoh adat setempat mengungkapkan bahwa :

Bulangekh dalam Bahasa Lampung adalah pengobatan dan tolak bala. Pengobatan alternatif yang digunakan masyarakat lampung ini menggunakan jampi-jampi serta perlengkapan atau sarana tradisional. Pengobatan tersebut biasanya dilakukan untuk mengobati orang yang terkena guna-guna, orang kerasukan, orang gila, sanak inangan juga penyakit lain yang biasanya berkenaan dengan makhluk halus atau jin. Selain itu, dalam konteks bahasa Bulangekh adalah tolak bala. Jika merujuk pada makna yang digunakan oleh masyarakat lampung, dapat diartikan sebagai salah satu cara tolak bala dalam masa kehamilan untuk melindungi diri seorang ibu dan janin yang ada dalam kandungannya tersebut dari segala penyakit dan gangguan-gangguan makhluk halus (Wawancara dengan Rianda, selaku tokoh adat setempat di Pekon Sumber Agung Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat: 4 Febuari 2013).

Didalam buku yang berjudul “Upacara Tradisional Daerah Lampung” dikatakan

bahwa :

(19)

memang telah merupakan kekhususan kemampuannya di bidang obat tradisional serta menolak roh-roh halus (Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Kantor Wilayah Propinsi Lampung. Proyek Inventarisasi Dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Lampung 1981/1982).

Didalam buku yang berjudul “Wujud, Arti dan Fungsi Puncak-puncak Kebudayaan Lama dan Asli Bagi Masyarakat Lampung” menyatakan:

Upacara masa kehamilan adalah upacara yang merayakan saat seorang calon ibu yang mengandung tua. Upacara ini dilakukan pada waktu kandungan berumur 5 bulan dan 8 bulan. Upacara pada waktu kandungan berumur lima bulan disebut Bulanger atau kuruk limau. Upacara ini dimaksudkan agar janin dalam kandungan ibunya selalu dalam keadaan sehat. Untuk itu ibu yang sedang hamil dikehendaki memelihara badannya dengan menghindari larangan-larangan. Larangan itu dapat berupa makanan dan pakaian tertentu serta tata tertib pergaulan dan perbuatan lainnya. Upacara pada waktu kandungan berumur delapan bulan disebut ngeruang atau kadang disebut Bulanger/kuruk limau keminduani (kuruk limau yang kedua). Upacara ini dimaksudkan untuk mengontrol keadaan bayi yang ada dalam kandungan. Melalui upacara ini diharapkan agar dalam menghadapi kelahiran nanti, janin dan calon ibu tetap sehat. Pada masa ini calon ibu dipesan agar tidak melanggar pantangan yang dianggap berakibat tidak baik (Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Kantor Wilayah Propinsi Lampung Bagian Proyek Pengkajian Dan Nilai-nilai Budaya Lampung 1995/1996).

(20)

Menurut Bapak Haitami, selaku dukun lampung setempat Bulangekh adalah pengobatan. Bulangekh dalam masa kehamian merupakan suatu pengobatan yang dilakukan dengan proses memandikan seorang calon ibu dalam masa kehamilannya. Upacara Bulangekh ini ditangani oleh seorang dukun laki-laki yang biasanya diminta untuk melaksanakannya. Pelaksanaan upacara dilakukan pada malam hari setelah waktu maghrib usai atau sekitar pukul 19.00 hingga larut malam, dimana malam itu disyaratkan malam bulan purnama atau menjelang bulan purnama. Bulangekh biasanya dilakukan pada waktu umur kandungan memasuki bulan ganjil yaitu dimulai dari umur kandungan 1 bulan, 3 bulan, 5 bulan, 7 bulan dan 9 bulan. Tetapi yang umum dilakukan oleh masyarakat setempat adalah ketika kandungan memasuki umur 5 bulan dan 7 bulan. Pihak yang terlibat yaitu dukun dan keluarga. Maksud dari Bulangekh ini adalah supaya ibu dan janin yang didalam kandungannya slalu sehat. Dalam pelaksanaan bulangekh ini telah terdapat perlengkapan dan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh bapak dukun (Haitami, wawancara dengan dukun setempat di Pekon Sumber Agung Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat: 5 Febuari 2013).

Dalam proses pelaksanaan Bulangekh dalam masa kehamilan ini dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap penutup. Tujuan dari pelaksanaan Bulangekh dalam masa kehamilan yaitu sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT karena telah mengizinkan untuk memiliki keturunan dan untuk memohon kepada Allah SWT agar selalu diberikan perlindungan dan kesehatan bagi ibu dan janin dalam kandungannya.

(21)

3. Konsep Kehamilan

Kehamilan adalah periode yang didambakan oleh seorang istri di dalam berumahtangga (pasca menikah). Karena proses kehamilan merupakan fase yang harus dilalui untuk menghadirkan anak di dalam keluarga dan merupakan anugerah terindah bagi setiap orang tua. Hamil dalam bahasa Lampung disebut “lom rua” atau “betik-kulik” atau “nagupan”. (Departemen Pendidikan Dan

Kebudayaan Kantor Wilayah Propinsi Lampung. Proyek Inventarisasi Dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Lampung 1981/1982).

Kehamilan sebagai sebuah proses biologis yang dialami, kehamilan dapat dipandang dari perspektif kesehatan yang meliputi empat tahapan proses sebagai berikut :

1. Terjadi proses pembuahan sel telur wanita oleh spermatozoa dari pihak pria.

2. Sel telur yang dibuahi akan berkembang menjadi bakal embrio.

3. Bakal embrio akan mengalami pembelahan menjadi embrio atau bakal janin.

4. Terjadi di rongga rahim yaitu menempelnya bakal janin pada selaput lender janin.

(22)

pembuahan (konsepsi), masa pembentukan bayi dalam rahim dan diahiri oleh lahirnya bayi. (Monika Datta, 2007 : 01).

Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai janin lahir, lama hamil normal adalah 280 hari atau 9 bulan 7 hari yang di hitung dari hari pertama haid terakhir (Sarwono, 1999). Berdasarkan pengertian keterangan diatas maka yang dimaksud dengan Kehamilan adalah keadaan wanita yang mengandung anak/janin di dalam rahimnya setelah terjadi pembuahan atau bertemunya dua sel, yaitu sel sperma dari laki-laki dan sel telur (ovum) dari wanita dalam rahimnya.

4. Konsep Masyarakat

Masyarakat memiliki peran penting dalam pembentukan status sosial budaya masyarakat dilingkungannya melalui pola pendidikan, pekerjaan dan kebiasaan hidup sehari-hari, dan budaya tersebut akan terbentuk dengan waktu yang lama.

Masyarakat adalah semua kesatuan hidup manusia yang bersifat menetap dan yang terikat oleh satuan adat istiadat dan rasa identitas bersama (Koentjaraningrat, 1990:148). Sedangkan menurut Sarjono Soekanto masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang hidup bersama dan bercampur untuk waktu yang lama yang masing-masing memiliki keinginan-keinginan, perasaan-perasaan yang pada akhirnya nanti akan menimbulkan peraturan-peraturan yang akan membentuk suatu kebudayaan (Sarjono Soekanto, 1990:27).

(23)

5. Konsep Orang Lampung Saibatin

Mengenai asal usul orang lampung dikatakan bahwa orang lampung ini berasal dari Sekala Berak yang sudah ada sejak awal 14 Masehi, dan yang mendiami Sekala Berak ini adalah Suku Lampung yang beradat Saibatin atau yang biasa disebut dengan Masyarakat Lampung Pesisir.

Orang Lampung Saibatin adalah sekelompok masyarakat yang berusaha menjaga kemurnian daerah dalam kedudukan seseorang pada jabatan adat, yang pada kelompok adat disebut Punyimbang. Masyarakat Lampung Saibatin memiliki cirri-ciri sebagai berikut :

1. Martabat kedudukan tetap, tidak ada upacara peralihan adat 2. Jenjang kedudukan Saibatin tanpa tahta,

3. Bentuk perkawinan jujokh dan semanda,

4. Pakaian adat hanya dimiliki dan dikuasai oleh saibatin (siger, mahkota sebelah),

5. Kebangsawanan keturunan hanya terbatas pada kerabat saibatin, 6. Hubungan kekerabatan kurang akrab,

7. Belum diketahui kitab pegangan adatnya, 8. Pengaruh islam lebih kuat,

9. Peradilan adat mulai melemah. (Hadikusuma, 1989 : 119).

(24)

B. Kerangka Pikir

Bulangekh adalah suatu tradisi yang hingga sekarang masih dikenal masyarakat lampung. Bulangekh dalam masa kehamilan merupakan suatu kegiatan ritual dengan cara pemandian seorang ibu yang sedang hamil pada masyarakat lampung dengan tujuan untuk melindungi ibu dan bayi yang ada dalam kandungannya dari segala kemungkinan penyakit dan gangguan makhluk halus yang dikhawatirkan akan mengganggu janin yang ada dalam kandungan.

Bulangekh dalam masa kehamilan pada umumnya dilakukan ketika seorang wanita akan memiliki anak pertama, tetapi ada juga yang melakukan Bulangekh tidak untuk anak pertamanya saja bahkan untuk anak kedua dan seterusnya. Bulangekh ini dilakukan ketika kandungan memasuki umur 5 dan 7 bulan. Bulangekh hingga saat ini masih dilaksanakan, hal ini terlihat pada masyarakat Lampung Saibatin di Pekon Sumber Agung Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat.

(25)
(26)

C. Paradigma

Keterangan:

: Garis Pengaruh : Garis Aktivitas : Garis Akibat

Upacara Masa Kehamilan Lampung Saibatin

Bulangekh : Suatu Acara Resepsi Memandikan Seorang Calon Ibu Dalam Masa Kehamilan Pada Masyarakat Lampung

Saibatin

Persiapan Pelaksanaan Penutup

(27)

REFERENSI

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1984. Balai Pustaka: Jakarta. Hal 1088

J.S. Badudu. 2003. Kamus Kata-Kata Serapan Asing. Jakarta: Kompas. Hal 349

Depdikbud 1981/1982. Upacara Tradisional Daerah Lampung, Proyek Inventarisasi Dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Lampung. Kanwil Propinsi Lampung: Bandar Lampung. Hal 31

Depdikbud. 1995/1996. Bagian Proyek Pengkajian Dan Nilai-nilai Budaya Lampung. Wujud, Arti Dan Fungsi Puncak-Puncak Kebudayaan Lama Dan Asli Bagi Masyarakat Lampung. Kanwil Propinsi Lampung: Bandar Lampung. Hal 56

A.I, Novaria dan TP Budi. 2012. Tips Cerdas Kehamilan. Jakarta: Tugu Publisher. Hal 39

Datta, Monika. 2007. Panduan Praktis Kehamilan dan Melahirkan. Jakarta: PT Bhuana. Hal 1

Depdikbud. 1981/1982. Op Cit. Lampung. Hal 31

Koentjaraningrat. 1990. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia. Hal 148

Soerjono, Soekanto. 1990. Sosiologi, Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press. Hal 27

(28)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Yang Digunakan

Metode merupakan faktor penting bagi seorang peneliti untuk memecahkan masalah yang dihadapi, karena selain menjelaskan garis-garis yang cermat juga menentukan hasil suatu penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

1. Metode Deskriptif

Metode deskriptif secara harfiah dapat diartikan sebagai penelitian yang dimaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian.

Metode deskriftif adalah metode yang digunakan untuk penelitian ilmiah yang diajukan pada pemecahan masalah yang ada sekarang dan pelaksanaannya tidak terbatas kepada pengumpulan tetapi juga meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data (Winarno Surahmad, 1986 : 131)

(29)

Sedangkan menurut Mohammad Ali metode deskriptif digunakan untuk berupaya memecahkan atau menjawab permasalahan yang dihadapi pada situasi sekarang, dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi, analisis, pengolahan data, membuat kesimpulan dan laporan. Dengan tujuan utama untuk membuat penggambaran tentang sesuatu keadaan scara obyektif dalam suatu situasi. (Mohammad Ali, 1982 ; 120)

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk meneliti suatu obyek dalam memecahkan masalah yang ada dengan cara pengumpulan data, klasifikasi, analisis, pengolahan data, membuat kesimpulan dan laporan dari fakta-fakta yang ada pada masa sekarang.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Pekon Sumber Agung Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat. Lokasi ini dipilih karena di Pekon Sumber Agung mayoritas masyarakatnya adalah suku Lampung, sehingga peneliti dapat melihat fakta dan realitas yang akan ditelitinya pada masyarakat yang memang memliki karakteristik tersebut. Dari mayoritas suku Lampung yang ada di Pekon Sumber Agung ini, sebagian besar masyarakatnya juga masih melakukan upacara Bulangekh sesuai adat Lampung.

(30)

kedekatan emosional dan karena itu penulis dapat berkomunikasi dengan para informan yang rata-rata berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Lampung.

C. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional Variabel

1. Variable Penelitian

Dalam suatu penelitian, variable merupakan suatu yang sangat penting. Karena dengan variable ini kita akan dapat lebih fokus pada apa yang menjadi objek penelitian kita sehingga akan lebih mempermudah cara kerja. Variable adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian dari suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 1989 : 91). Variable dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi obyek penelitian sering pula ditanyakan variable penelitian itu sebagai factor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti (Sumadi Suryabrata, 1983 : 79).

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan variable penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan dalam penelitian. Adapun variable dalam penelitian ini adalah proses pelaksanaan tradisi Bulangekh dalam masa kehamilan pada masyarakat Lampung Saibatin di Pekon Sumber Agung Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat.

2. Definisi Operasional Variabel

(31)

penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur variabel atau dengan kata lain semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana mengukur variabel (Masri Singarimbun, 1989 : 46)

Berdasarkan pendapat di atas, definisi oprasional variable merupakan definisi yang menspesifikasikan suatu kegiatan yang sehingga objek yang akan diteliti dapat diukur dan diamati dengan jelas. Adapun definisi oprasional variable dalam penelitian ini adalah rangkaian proses pelaksanaan tradisi Bulangekh dalam masa kehamilan pada masyarakat Lampung Saibatin di Pekon Sumber Agung Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat yang meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap penutup.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah suatu prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Oleh karena itu, diharapkan dengan adanya penggunaan teknik-teknik tertentu yang sistematis dan standar akan dapat memperoleh data-data yang dapat menjawab apa yang menjadi permasalahan dari peneliti yang direncanakan. Agar peneliti mendapat data-data yang akurat dan relevan maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara :

1. Tekik Observasi Partisipan

(32)

nawawi observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Nawawi, 1991:100).

Berdasarkan pendapat di atas bahwa observasi adalah pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan serta pencatatan lansung secara secara sistematik terhadap suatu gejala pada objek penelitian. Dengan menggunakan teknik observasi ini penulis dapat memperoleh gambaran umum mengenai permasalahan yang berhubungan dengan tata cara pelaksanaan Bulangekh dan dapat mengumpulkan data atau informasi yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti.

2. Teknik Wawancara

Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data yang sering digunakan dalam kegiatan penelitian tertentu. Teknik ini mencoba untuk mendapatkan informasi mengenai objek penelitian sumber responden dengan cara bercakap-cakap secara berhadapan (koentjaraningrat, 1997 : 162). Teknik adalah untuk mencari keterangan secara lengkap. Adapun wawancara ini terbagi menjadi dua macam yaitu wawancara terarah dan tidak terarah.

(33)

1.1.Informan

Informan dalam penelitian ini adalah orang yang memiliki kaitan lansung dan juga mengerti tentang Bulangekh. Informan diambil berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Menurut keraf persyaratan seorang informan adalah:

“Dalam memilih seorang informan tidak boleh asal saja. Informan diperoleh berdasarkan beberapa kriteria yang berhubungan dengan lapangan penelitian. Informan yang dipilih harus memiliki andalan esensial untuk mewakili kelasnya dalam kelompok masyarakat tersebut. Seorang informan harus mencerminkan cara bahasanya, disamping kenyataan ia memiliki ciri-ciri personal yang diterima” (Gorys, 1996:157).

Kriteria informan dalam penelitian ini adalah:

1. Orang yang bersangkutan merupakan Tokoh masyarakat atau tokoh adat penduduk setempat.

2. Orang yang bersangkutan memiliki pengalaman pribadi sesuai dengan permasalahan yang diteliti.

3. Orang yang bersangkutan memiliki kesediaan dan waktu yang cukup.

4. Orang yang bersangkutan memahami dan memiliki pengetahuan mengenai objek yang diteliti.

(34)

Dengan menggunakan informan, maka peneliti memilih beberapa individu sebagai informan yang relevan terkait dengan fenomena yang diamati, yaitu antara Tokoh Adat atau orang yang dituakan atau dianggap mengerti oleh masyarakat dengan Dukun sebagai pemimpin dalam pelaksanaan upacara Bulangekh dan masyarakat yang melaksanakan upacara Bulangekh itu sendiri.

Prosedur pemilihan sampel itu sendiri melalui tiga tahapan, yaitu: 1) pemilihan sampel awal (informan kunci), 2) pemilihan sampel lanjutan, 3) menghentikan pemilihan sampel lanjutan jika sudah tidak terdapat variasi informasi, dimana dalam melaksanakan ketiga tahapan ini umumnya menggunakan teknik snowball sampling (Burhan Bungin, 2007: 54).

Dalam penggunaan teknik snowball sampling ini peneliti memilih informan awal yakni Tokoh Adat yang selanjutnya dari Tokoh Adat yang merupakan informan awal ini, mereka akan menunjuk kepada individu lain yang cocok dijadikan informan lanjutan, begitu seterusnya hingga tidak lagi terdapat variasi informasi (jenuh). Dengan demikian, pada penelitian kualitatif tidak dipersoalkan jumlah sampel (Burhan Bungin, 2007: 53).

3. Teknik Dokumentasi

(35)

Menurut Handari Nawawi mengatakan bahwa dokumentasi merupakan cara atau pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, terutama tentang arsip-arsip dan termasuk buku-buku lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan (Nawawi ,1991 :133). Maka berdasarkan pendapat diatas peneliti mengadakan penelitian berdasarkan dokumentasi yang ada berupa catatan-catatan, buku yang berhubungan dengan upacara Bulangekh.

4. Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti untuk memperoleh data yang berasal dari literatur-literatur. Literatur-literatur tersebut tidak hanya berupa buku-buku saja, tetapi juga dapat berasal dari sumber bacaan lain yang dapat menunjang penelitian.

Menurut Mestika Zed, apa yang disebut dengan riset kepustakaan atau sering juga disebut studi pustaka ialah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian.

Ciri-ciri studi pustaka :

a. Peneliti berhadapan lansung dengan teks atau angka, bukan pengetahuan lansung dari lapangan atau saksi mata berupa kejadian-kejadian atau benda-benda lainnya.

b. Data pustaka bersifat siap pakai artinya sudah ada diperpustakaan. c. Data umumnya adalah data sekunder.

(36)

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif. Menurut Mohamad Hasyim “Teknik analisis data adalah serangkaian kegiatan mengolah data yang telah dikumpulkan dari lapangan menjadi seperangkat hasil baik dalam bentuk penemuan-penemuan baru maupun dalam bentuk kebenaran hepotesa” (Mohamad Hasyim, 1982: 41)

Langkah-langkah yang ditempuh dalam menganalisis data kualitatif adalah sebagai berikut :

1. Penyusunan data 2. Klasifikasi data 3. Pengolahan data

4. Penafsiran atau penyimpulan (Mohammad Ali, 1985 ; 152).

1. Penyusuanan Data

Penyusunan dimaksudkan untuk memperoleh dalam menilai apakah data yang dikumpulkan itu sudah memadai atau belum dan apakah data yang dikumpulkan itu berguna atau tidak, hal ini perlu adanya seleksi dan penyusunan.

2. Klasifikasi Data

Dimaksudkan sebagai usaha menggolongkan data berdasarkan pada kategori yang dibuat.

3. Pengolahan Data

(37)

4. Penafsiran atau Penyimpulan

(38)

REFERENSI

Surachmad, winarno. 1986. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito. Hal 131

Endarswara, Suwardi. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan Ideologi, Episteminologi, dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Wiya Tama. Hal 15

Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Suatu Penelitian Pendekatan Survey. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 91

Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES. Hal 46

Suryabrata, Sumadi. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hal 79

Suryabrata, Sumadi. 1983. Op Cit. Jakarta. Hal 76

Nasution, S. 1996. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara. Hal 107

Nawawi, Hadri. 1991. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Hal 107

Keraf, Gorys. 1996. Komposisi Sebuah Pengantar Kepada Kemahiran Berbahasa. Jakarta. Hal 157

Zed, Mestika. 2004. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: YOI. Hal 4

(39)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Bulangekh merupakan budaya dan adat istiadat orang Lampung khususnya yang beradat Pesisir yang sedang dalam keadaan hamil. Setiap ibu hamil biasanya melakukan tradisi Bulangekh . Tradisi Bulangekh sudah ada sejak dulu dan hingga sekarang masih dilaksanakan oleh orang Lampung Saibatin yang ada di Pekon Sumber Agung Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat.

Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian penulis maka penulis mengambil kesimpulan bahwa:

1. Persiapan merupakan tahap awal dari penentuan waktu, tempat, memberitahukan kepada keluarga dan dukun,serta mempersiapkan peralatan dan perlengkapan yg digunakan dalam proses Bulangekh.

2. Pelaksanaan ini merupakan acara inti dari tata cara Bulangekh, yaitu dari waktu persiapan si ibu hamil untuk pelaksanaan Bulangekh, perlengkapan yang akan digunakan, pembacaan mantera dan do’a ayat suci Al-Qur’an oleh

dukun dalam proses pemandiannya hingga pemberian petunjuk dan nasehat oleh dukun untuk si ibu hamil.

(40)

dengan mengundang para tetangga dan sanak keluarga atas rasa syukur kepada tuhan karena acara bulangekh telah selesai dilaksanankan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini beberapa hal yang dapat diusulkan sebagai saran yaitu:

1. Bulangekh adalah salah satu tradisi yang ada di Pekon Sumber Agung Kecamatan Ngambur Kabupaten Pesisir Barat, jadi sudah selayaknya bagi orang Lampung di Pekon Sumber Agung untuk mempertahankan dan melaksanakan tradisi Bulangekh tersebut.

2. Kepada seluruh masyarakat di Pekon Sumber Agung agar mampu memahami tata cara dan tujuan dari Bulangekh ini.

(41)

DAFTAR PUSTAKA

A.I, Novaria dan TP Budi. 2012. Tips Cerdas Kehamilan. Jakarta: Tugu Publisher.

Ali, Muhammad. 1982. Penelitian Kependidikan Prosedur Dan Strategi. Bandung: Angkasa

Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Suatu Penelitian Pendekatan Survey. Jakarta: Rineka Cipta.

Aryandini, Woro S. 2000. Manusian Dalam Tinjauan Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: UI.

Burhan Bungin.2007. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Datta, Monika. 2007. Panduan Praktis Kehamilan dan Melahirkan. Jakarta: PT Bhuana.

Depdikbud. 1995/1996. Bagian Proyek Pengkajian Dan Nilai-nilai Budaya Lampung. Wujud, Arti Dan Fungsi Puncak-Puncak Kebudayaan Lama Dan Asli Bagi Masyarakat Lampung. Kanwil Propinsi Lampung: Bandar Lampung..

Depdikbud 1981/1982. Upacara Tradisional Daerah Lampung, Proyek Inventarisasi Dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Lampung. Kanwil Propinsi Lampung: Bandar Lampung.

Endarswara, Suwardi. 2006. Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan Ideologi, Episteminologi, dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Wiya Tama. Gorys, Keraf. 1996. Komposisi Sebuah Pengantar Kepada Kemahiran Berbahasa.

Jakarta. Halaman 157

Hadi, Sutrisno. 1981. Metode Research. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Hadikusuma, Hilman. 1989. Masyarakat dan Adat Budaya Lampung. Bandung:

(42)

Lampung.

J.S. Badudu. 2003. Kamus Kata-Kata Serapan Asing. Jakarta: Kompas.

Koentjaraningrat. 2002. Pengantar ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Koentjaraningrat. 1997. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:

Gramedia.

Mardalis. 2004. Metode Penelitian (Suatu Pendekatan Proposal). Jakarta: Bumi Aksara.

Nasution, S. 1996. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara. Nawawi, Hadri. 1991. Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta:

Universitas Gajah Mada.

Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.

Soerjono, Soekanto. 1990. Sosiologi, Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press. Suryabrata, Sumadi. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Surachmad, winarno. 1986. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.

Referensi

Dokumen terkait

Pemerintahan adat dewasa ini meskipun mengalami penurunan peran dan fungsinya, akan tetapi masih sangat diakui oleh masyarakat dan Negara dalam merumuskan

Sehingga sebagian besar masyarakat Lampung Saibatin di Desa Tebajawa Kecamatan Kedondong Kabupaten Pesawaran kini sudah mulai mengganti tahapan pelaksanaan ngukhau

"Tradisi Makhap adalah suatu tradisi yang dilakukan baik oleh kerabat ataupun masyarakat lainnya berupa memberikan masakan yang terdiri dari lauk, sayuran dan nasi

Orang Lampung suka akan kemegahan dan ingin dihormati sehingga mereka menginginkan naik gelar ke gelar yang paling tinggi yaitu penyimbang, jika dalam masyarakat saibatin

Secara keseluruhan di dalam penelitian ini yang akan di bahas adalah tentang makna Gelar Adat Lampung Saibatin studi dipekon Kenali Kecamatan Kenali Kabupaten

Tujuan penelitian ini yaitu, untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam tradisi sakukha masyarakat Pekon Balak.. Metode Pengumpulan data

Judul skripsi ini adalah MAKNA FILOSOFIS SIGOKH PADA MASYARAKAT ADAT LAMPUNG SAIBATIN (Studi Pada Marga Pugung Penengahan Kecamatan Lemong Kabupaten Pesisir Barat) untuk

Pembahasan setiap indikator juga dapat menjadi dasar untuk menentukan indikator apa yang sangat berpengaruh terhadap vitalitas bahasa Lampung di Pekon Penengahan,