ABSTRAK
PERENCANAAN TEKNIS
GEDUNG KANTOR PELAYANAN KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG (KPKNL) METRO DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM SAP 2000
Oleh
FRANS KUSUMA WIJAYA
Tujuan dari perencanaan Gedung Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Metro adalah menghasilkan perencanaan struktur gedung beton bertulang yang rasional dengan memenuhi persyaratan keamanan struktur berdasarkan PBI 1971, SK SNI 03-2847-2002, SK SNI 03-1726-2002, dan PPIUG 1983.
Gedung KPKNL Metro merupakan gedung yang terdiri dari 5 lantai dengan menggunakan struktur beton bertulang yang direncanakan menggunakan kuat ultimit. Struktur ini direncanakan tahan gempa sesuai dengan zone wilayah di daerah Kotamadya Metro. Spesifikasi material menggunakan mutu beton f’c 22,5 MPa, mutu baja fy 240 MPa untuk tulangan≤ P12 dan 400 MPa untuk tulangan≥ D13.
Analisis struktur menggunakan program SAP 2000 versi 14, mengambil bagian 1 portal dari analisis SAP2000 untuk hasil bidang momen (M), normal (N), gaya geser (D) dan aksial terhadap berat sendiri,beban hidup dan gempa., kemudian dilakukan perhitungan pada struktur pelat, balok, kolom, dan pondasi dengan analisis manual.
ABSTRACT
TECHNICAL PLANNING OF METRO
OFFICE SERVICES OF STATE PROPERTY AND AUCTION USING SAP 2000 PROGRAM
by
FRANS KUSUMA WIJAYA
The purpose of technical planning of Metro Office Services of the State Property and Auction (KPKNL) is to produce the structural design of reinforced concrete building with a rational structure meets the security requirements referred to PBI 1971, SK SNI 03-2847-2002, SK SNI 03-1726-2002, and PPIUG 1983.
The building of Metro Office Services and the State Property Auction consists of 5 floors with the use of reinforced concrete structures using powerful ultimate planned. This structure is planned in accordance with earthquake resistant zone in the region of the Metro City. Material specifications using quality concrete f'c of 22.5 MPa, quality steel reinforcement fy≤ 240 MPa for P12, and Reinforcement≥
400 MPa for D13.
Analysis of the structure using SAP 2000 version 14, take part 1 of the portal to the results of field analysis SAP2000 moment (M), normal (N), shear force (D) and axial to the self-weight, live load and earthquake. Then performed calculations on the structure of the plates, beams, columns, and foundations with manual analysis.
PERENCANAAN TEKNIS GEDUNG KANTOR
PELAYANAN KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG
(KPKNL) METRO DENGAN MENGGUNAKAN
PROGRAM SAP 2000
(SKRIPSI)
Oleh
FRANS KUSUMA WIJAYA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNIK
Pada
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Lampung
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kotabumi pada tanggal 05 April 1988, anak Pertama dari
empat bersaudara dari pasangan Bapak Musa, S.Pd. dan Ibu Marlina, B.sc.
Penulis menempuh pendidikan di TK Dharma wanita Kec. Bahuga diselesaikan
pada tahun 1994, pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Bumi harjo
diselesaikan pada tahun 2000, pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Negeri 1 Bahuga diselesaikan pada tahun 2003, pendidikan di Sekolah Menengah
Atas (SMA) Negeri 9 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun 2006.
Pada tahun 2006, penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Teknik Jurusan
Teknik Sipil Universitas Lampung. Pada tahun 2010 penulis pernah melaksanakan
Kerja Praktik (KP) pada proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (2 x 100 MW) di
dusun Sibalang, desa Tarahan Lampung Selatan yang dilaksanakan oleh PT.
Persembahan
Ku persembahkan setiap tarikan lelah yang telah mengkristal dalam
karya ini, untuk
Kedua orang tuaku, papa& mama tercinta
Adik - adik ku, Andika, Sherly, Wawan,
Dan Ridho.
Adinda, Renita Trinuriza.
SANWACANA
Assallamualaikum Wr Wb.
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Sang Penguasa Alam
Semesta, karena atas izin dan karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perencanaan Teknis Gedung Kantor Pelayanan Kekayaan Negara
dan Lelang (KPKNL) Metro Dengan Menggunakan Program SAP 2000”. Skripsi
ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh untuk menyelesaikan
pendidikan pada jurusan Teknik Sipil di Universitas Lampung.
Skripsi ini tidak akan terwujud dan berjalan dengan lancar tanpa adanya dukungan
dari pihak-pihak yang telah membantu. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Suharno, Msc selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Lampung.
2. Bapak Ir. Idharmahadi Adha, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil
Universitas Lampung.
3. Bapak Bayzoni, S.T., M.T., selaku pembimbing Utama atas wawasan
4. Ibu Hasti Riakara. H, S.T., M.T., selaku pembimbing kedua atas segala
bimbingan, saran dan perhatian yang luar biasa selama proses penyusunan
skripsi ini.
5. Bapak Ir. Eddy Purwanto, M.T., selaku penguji utama atas kesediaannya
meluangkan waktu untuk hadir diruang sidang, menguji dan memberikan
masukan serta saran dan kritiknya selama proses penyelesaian skripsi ini.
6. Kedua orang tuaku yang paling kucintai, untuk segala do’a, nasehat, dukungan
dan semangat yang diberikan.
7. Adik - adiku, yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis baik
bantuan moril maupun materil, nasehat, serta wawasan pengetahuan dan
bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Renita trinuriza atas segala dukungan serta semangat yang telah luar biasa
diberikan.
9. Seluruh rekan seperjuangan Teknik Sipil angkatan 2006 Non Reguler :
Chandra, Citra, Fadly, Ferry, Iren, , Irul, Mirza, Qodry, Rino, Hadi, Bosong,
Kadek, Laory, Andri, Andre atas segala dukungan, bantuan, dan
kebersamaannya.
10.Teman-teman seperjuangan Teknik Sipil 2004, 2005, 2007 dan 2008 yang
namanya tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih atas
kebersamaannya selama ini, semoga hubungan pertemanan ini tetap terjaga.
11.Teman-teman SMALAN, Oka, Febri, Elki, Arif, niko, Kopbam, Nova, Elya,
Lay, untuk segala dukungan serta do’a yang telah diberikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis masih mengharapkan masukan berupa kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca. Akhir kata semoga skripsi ini dapat
memberikan sumbangan yang berarti untuk kemajuan ilmu pengetahuan
khususnya di bidang Teknik Sipil.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Bandar Lampung, 11 Agustus
2014
Penulis,
i
DAFTAR ISI
halaman
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR NOTASI ... ix
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 2
B. Lokasi Proyek ... 2
C. Maksud dan Tujuan ... 2
D. Batasan Masalah ... 2
E. Manfaat ... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4
A. Deskripsi Umum ... 4
1. Struktur Atas ... 5
a. Atap ... 5
b. Pelat ... 5
c. Kolom ... 8
ii
2. Struktur Bawah ...
12
B. Pembebanan ... 14
C. Faktor Reduksi Kekuatan ... 15
III. LANDASAN TEORI ... 17
A. Perencanaan Pelat ... 17
B. Perencanaan Balok ... 21
C. Perencanaan Kolom ... 27
D. Perencanaan Pondasi ... 36
E. Perencanaan Beban Gempa ... 41
IV. METODOLOGI PERHITUNGAN ... 47
A. Data Umum Struktur ... 48
B. Data Material ... 49
C. Klasifikasi Pembebanan Rencana ... 50
D. Metode Perhitungan ... 51
V. ANALISIS PERENCANAAN ... 54
A. Perencanaan pelat Lantai 1 - 4 ... 54
B. Perencanaan Pembebanan Portal... 75
C. Perhitungan berat struktur ... 79
D. Perencanaan gaya gempa ... 87
E. Perencanaan Balok ... 90
1. Analisis Perencanaan Balok ... 90
iii
F. Perencanaan Kolom ... 104
1. Analisis Perencanaan Kolom ... 104
2. Perencanaan Tulangan Geser Kolom ... 120
G. Perencanaan Pondasi ... 122
VI. KESIMPULAN DAN SARAN 133 A. Kesimpulan ... 133
B. Saran ... 134
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN I : PERENCANAAN BALOK LIFT DAN STRUKTUR
vii
DAFTAR TABEL
halaman Tabel 3.1 Tinggi (h) Balok ... 17
Tabel 3.2 Koefisien ζ yang membatasi T1 ... 43
Tabel 3.3 Faktor keutamaan (I) untuk berbagai kategori gedung dan bangunan
45
Tabel 3.4 Parameter daktilitas struktur gedung ... 46
Tabel 3.5 Faktor daktilitas maksimum, faktor reduksi gempa
maksimum, faktor tahanan lebih total beberapa jenis
sistem dan subsistem struktur gedung
46
Tabel 4.1 Perencanaan type dan dimensi balok
48
Tabel 4.2 Perencanaan type dan dimensi kolom
viii
Tabel 4.3 Type dan diameter tulangan
49
Tabel 5.1 Jenis pelat ... 57
Tabel 5.2 Balok tepi pada setiap pelat ... 58
Tabel 5.3 Perhitungan anggapan awal tebal pelat ... 58
Tabel 5.4 Perhitungan momen pelat ... 63
Tabel 5.5 Perhitungan penulangan pelat dua arah ... 67
Tabel 5.6 Perhitungan penulangan pelat satu arah ... 73
Tabel 5.7 Pembebanan pelat lantai terhadap portal ... 76
Tabel 5.8 Pembebanan atap terhadap portal ... 78
Tabel 5.9 Berat pelat lantai 1 ... 79
Tabel 5.10 Berat balok lantai 1 ... 80
Tabel 5.11 Berat kolom Lantai 1 ... 80
Tabel 5.12 Berat pelat lantai 2 ... 81
Tabel 5.13 Berat balok lantai 2 ... 81
Tabel 5.14 Berat kolom lantai 2 ... 82
Tabel 5.15 Berat pelat lantai 3 ... 83
ix
Tabel 5.17 Berat kolom lantai 3 ...83
Tabel 5.18 Berat pelat lantai 4 ...84
Tabel 5.19 Berat balok lantai 4 ...85
Tabel 5.20 Berat kolom lantai 4 ...85
Tabel 5.21 Berat pelat atap ...86
Tabel 5.22 Berat balok atap ...86
Tabel 5.23 Berat kolom atap ...86
Tabel 5.24 perhitungan beban gempa nominal tiap lantai (Fi) ...90
Tabel 5.25 Momen kombinasi SAP 2000 ...95
Tabel 5.26 Perhitungan tulangan balok ...98
Tabel 5.27 Gaya aksial kolom dan momen kolom arah x ...104
Tabel 5.28 Gaya aksial kolom dan momen kolom arah y ...109
vii
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 3.1 Tinggi (h) Balok ... 17
Tabel 3.2 Koefisien ζ yang membatasi T1 ... 43
Tabel 3.3 Faktor keutamaan (I) untuk berbagai kategori gedung dan bangunan 45 Tabel 3.4 Parameter daktilitas struktur gedung ... 46
Tabel 3.5 Faktor daktilitas maksimum, faktor reduksi gempa maksimum, faktor tahanan lebih total beberapa jenis sistem dan subsistem struktur gedung ... 46
Tabel 4.1 Perencanaan type dan dimensi balok ... 48
Tabel 4.2 Perencanaan type dan dimensi kolom ... 48
Tabel 4.3 Type dan diameter tulangan ... 49
Tabel 5.1 Jenis pelat ... 57
Tabel 5.2 Balok tepi pada setiap pelat ... 58
Tabel 5.3 Perhitungan anggapan awal tebal pelat ... 58
viii
Tabel 5.5 Perhitungan penulangan pelat dua arah ... 67
Tabel 5.6 Perhitungan penulangan pelat satu arah ... 73
Tabel 5.7 Pembebanan pelat lantai terhadap portal ... 76
Tabel 5.8 Pembebanan atap terhadap portal ... 78
Tabel 5.9 Berat pelat lantai 1 ... 79
Tabel 5.10 Berat balok lantai 1 ... 80
Tabel 5.11 Berat kolom Lantai 1 ... 80
Tabel 5.12 Berat pelat lantai 2 ... 81
Tabel 5.13 Berat balok lantai 2 ... 81
Tabel 5.14 Berat kolom lantai 2 ... 82
Tabel 5.15 Berat pelat lantai 3 ... 83
Tabel 5.16 Berat balok lantai 3 ... 83
Tabel 5.17 Berat kolom lantai 3 ...83
Tabel 5.18 Berat pelat lantai 4 ...84
Tabel 5.19 Berat balok lantai 4 ...85
Tabel 5.20 Berat kolom lantai 4 ...85
Tabel 5.21 Berat pelat atap ...86
ix
Tabel 5.23 Berat kolom atap ...86
Tabel 5.24 perhitungan beban gempa nominal tiap lantai (Fi) ...90
Tabel 5.25 Momen kombinasi SAP 2000 ...95
Tabel 5.26 Perhitungan tulangan balok ...98
Tabel 5.27 Gaya aksial kolom dan momen kolom arah x ...104
Tabel 5.28 Gaya aksial kolom dan momen kolom arah y ...109
vii
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 2.1 Pelat satu arah ... 7
Gambar 2.2 Pelat dua arah ... 8
Gambar 2.3 Kolom beton bertulang ... 9
Gambar 2.4 Balok beton bertulang... 11
Gambar 2.5 Pondasi foot plate ... 13
Gambar 3.1 Tegangan dan gaya dalam kolom ... 28
Gambar 3.2 Grafik-grafik untuk panjang efektif pada kolom-kolom di dalam ………portal menerus dimana unsur-unsur di kekang pada kedua ujung 36 Gambar 3.3 Potongan pondasi... 36
Gambar 3.4 Gaya geser satu arah foot plate ... 38
Gambar 3.5 Gaya geser dua arah foot plate ... 39
Gambar 3.6 Wilayah gempa Indonesia dengan percepatan puncak batuan dasar ……….dengan priode ulang 500 tahun ... 41
viii
Gambar 4.1 flow chart perhitungan gedung KPKNL Metro ... 53
Gambar 5.1 Denah pelat lantai 1 - 4 ... 56
Gambar 5.2 Denah Penulangan pelat dua arah ... 68
Gambar 5.3 Denah penulangan pelat satu arah ... 74
Gambar 5.4 Transfer beban pelat lantai ke portal ... 76
Gambar 5.5 Pembagian beban atap ke portal ... 77
Gambar 5.6 Elemen struktur yang masuk kedalam perhitungan berat lantai ... 79
Gambar 5.7 Distribusi pengaruh pembebanan gempa... 89
Gambar 5.8 Dimensi kolom dan balok portal bidang XZ ... 91
Gambar 5.9 Momen kombinasi akibat beban mati (qD), beban hidup(qL), dan ………beban gempa (qE-)... 92
Gambar 5.10 Momen kombinasi akibat beban mati (qD), beban hidup(qL), dan ………beban gempa (qE+) ... 93
Gambar 5.11 Momen kombinasi akibat beban mati(qD) dan beban hidup(qL) 94
Gambar 5.12 Jumlah tulangan balok 20/40 yang di pasang ... 99
Gambar 5.13 Gaya geser hasil dari SAP2000 ... 99
Gambar 5.14 Kondisi untuk menentukan jumlah dan jarak sengkang ... 103
Gambar 5.15 Penulangan kolom (50/60) ... 121
DAFTAR NOTASI
1. Perencanaan Pelat (Lantai)
As : Luas tulangan
a : Tinggi blok tegangan persegi ekuivalen
b : Panjang memanjang pelat
clx : Koefisien momen lapangan arah x
cty : Koefisien momen tumpuan arah y
d : Tinggi efektif pelat
fc’ : Kuat desak beton
fy : Kuat tarik baja
h : Tinggi pelat
ly : Panjang pelat arah panjang
lx : Panjang pelat arah pendek
Mlx : Momen rencana arah lapangan x
Mtx : Momen rencana arah tumpuan x
Mly : Momen rencana arah lapangan y
Mty : Momen rencana arah tumpuan y
Mu : Momen rencana
x
qD : Beban mati merata
qL : Beban hidup merata
qU : Beban merata rencana
Rn : Koefisien tahanan untuk perencanaan kuat
ρ : Rasio tulangan
ρb : Rasio tulangan pada keadaan seimbang
ρmax : Rasio tulangan maksimal
ρmin : Rasio tulangan minimum
ϕ : Koefisien reduksi kekuatan
2. Perencanaan Gempa
V : Beban (gaya) geser dasar nominal statik equivalen akibat pengaruh
gempa rencana yang bekerja di tingkat dasar struktur gedung
beraturan, kN.
C1 : Nilai faktor respons gempa yang diperoleh dari spektrum respons
gempa rencana untuk waktu getar alami fundamental dari struktur
gedung.
I : Faktor keutamaan gedung.
R : Faktor reduksi gempa.
Wt : berat total gedung, termasuk beban hidup yang sesuai, kN.
Fi : Beban gempa nominal statik equivalen yang menangkap pada pusat
massa pada taraf lantai ke-i struktur atas gedung.
Wi : Berat lantai tingkat ke-i struktur atas suatu gedung, termasuk beban
xi
zi : ketinggian lantai tingkat ke-i gedung terhadap taraf penjepitan
lateral, m.
n : Nomer lantai tingkat paling atas.
T1 : waktu getar alami fundamental struktur gedung, detik.
δ (zeta): koefisien pengali dari jumlah tingkat struktur gedung yang
membatasi T1, bergantung pada wilayah gempa
n : jumlah tingkat struktur gedung.
TR : Waktu getar alami fundamental gedung beraturan gedung beraturan
berdasarkan rumus Rayleight, detik.
G : Percepatan gravitasi yang ditetapkan sebesar 9810 mm/det2
d : Simpangan horizontal tingkat ke-i, mm.
R : Faktor reduksi gempa yang bergantung pada faktor daktilitas struktur
tersebut.
μ : faktor daktilitas strukutr gedung.
fi : faktor kuat lebih beban dan bahan yang terkandung di dalam struktur
gedung,dan nilainya ditetapkan sebesar 1,6.
3. Perencanaan Balok
As : Luas tulangan tarik
As’ : Luas tulangan desak
b : Lebar balok
d : Tinggi efektif tulangan tarik
ds : Tinggi efektif tulangan desak
xii
f’c : Kuat tekan beton
fy : Kuat tarik baja
h : Tinggi balok
I : Momen inersia balok
L : Panjang penampang
Mn : Momen nominal balok
Mu : Momen rencana balok
PD : Beban mati terpusat
PL : Beban hidup terpusat
Pu : Beban ultimit terpusat
Rn : Koefisien tahanan untuk tahanan perencanaan kuat
Vu : Gaya geser rencana
Vc : Kuat geser beton
Vs : Tegangan geser nominal yang disebabkan oleh tulangan β1 : Konstanta yang berdasarkan mutu beton
ρ : Rasio tulangan tarik
ρ’ : Rasio tulangan desak
ϕ : Faktor reduksi kekuatan
4. Perencanaan Kolom
a : Tinggi blok tegangan persegi ekuivalen
As : Luas tulangan tarik
As’ : Luas tulangan desak
Ast : Luas tulangan total
xiii
ab : Nilai a untuk penampang struktur pada kondisi regangan seimbang
(balance), mm.
Ab1 : Nilai a minimal untuk penampang kolom pada kondisi beton tekan
menentukan agar semua tulangan tekan sudah leleh, atau batas
minimal nilai a pada penampang kolom agar diperhitungkan
menahan beban sentris, mm.
Ab2 : Nilapi a untuk penampang kolom pada kondisi beton tekan
menentukan, mm.
ac : Nilai a untuk penampang kolom yang digunakan sebagai kontrol
awal untuk berbagai kondisi regangan, mm.
at1 : Nilai a minimal untuk penampang kolom pada kondisi tulangan tarik
menentukan agar tulangan tekan sudah leleh, mm.
at2 : Nilai a untuk penampang kolom pada kondisi tulangan tarik
menentukan pada saat c = ds’, mm.
b : Lebar penampang kolom
Cc : Gaya tekan pada beton
Cs : Gaya pada tulangan tekan
Cm : Faktor untuk pembesaran momen
d : Jarak dari sisi tekan terluar ke pusat tulangan tarik d’ : Jarak dari sisi tekan terluar ke pusat tulangan tekan
e : Eksentrisitas aktual
eb : Eksentrisitas pada keadaan seimbang
Ec : Modulus elastisitas beton
xiv
Es : Modulus elastisitas baja tulangan f’c : Kuat desak beton
fy : Tegangan leleh baja yang disyaratkan
h : Tinggi penampang kolom
hn : Panjang bersih kolom
Ic : Momen inersia kolom
Icr : Momen inersia balok
Ig : Momen inersia dari penampang bruto balok
k : Paktor panjang efektif
Lu : Panjang kolom
ln : Panjang bersih balok
Mb : Momen akibat beban tetap
M1b : Momen faktor terbesar pada ujung komponen akibat beban tetap
M2b : Momen faktor terbesar pada ujung komponen akibat beban
sementara
MD : Momen akibat beban mati
ML : Momen akibat beban hidup
Mn : Momen nominal
Mnx : Momen nominal yang bekerja pada sumbu x
Mny : Momen nominal yang bekerja pada sumbu y
Ms : Momen akibat beban sementara
Mu : Momen ultimit kolom
Mu,kx : Momen ultimit kolom arah x
xv
Pc : Beban tekuk euler
PD : Gaya tekan akibat beban mati
PD : Gaya tekan akibat beban hidup
PE : Gaya tekan akibat beban gempa
Pn : Gaya tekan nominal
Pu,k : Gaya tekan ultimit kolom
r : Jari-jari girasi penampang
Ts : Gaya pada tulangan tarik
δb : Faktor pembesaran momen untuk rangka yang ditahan terhadap
goyangan ke samping
δs : Faktor pembesaran momen untuk rangka yang tidak ditahan terhadap
goyangan ke samping
ρ : Rasio tulangan kolom
β1 : Faktor tinggi blok tekanan ekuivalen
βd : Nilai perbandingan momen beban mati rencana terhadap momen
total rencana yang besarnya kurang atau sama dengan satu ΨA : Faktor kekangan ujung
ΨB : Derajat hambatan pada ujung bawah kolom
MC : Momen terfaktor hasil pembesaran
M1b : Momen ujung terkecil pada kolom akibat beban yang tidak
menimbulkan goyangan ke samping.
M2b : Momen ujung terbesar pada kolom akibat beban yang tidak
xvi
M2s : Momen ujung terbesar pada kolom akibat beban yang menimbulkan
goyangan ke samping
δb : Faktor pembesaran momen untuk rangka yang ditahan terhadap
goyangan ke samping
δs : Faktor pembesaran momen untuk rangka yang tidak ditahan terhadap
goyangan ke samping
ϕ : Faktor reduksi kekuatan
Σ Pc : Penjumlahan beban tekuk euler pada kolom satu tingkat/lantai
Σ Pu : Penjumlahan beban tekuk ultimit pada kolom/tingkat
5. Perencanaan Pondasi Telapak
a : Tinggi blok tegangan persegi ekuivalen
As, tepi : Luas tulangan yang diperlukan pada daerah pusat (daerah bujur ……… sangkar yang dibatasi oleh sisi pendek) pondasi persegi panjang.
As,u : Luas tulangan tarik yang diperlukan
B : Ukuran lebar pondasi
bk : Ukuran lebar kolom
hk : Ukuran panjang kolom
bo : Keliling dari penampang kritis pada pondasi
d : Tinggi efektif penampang pondasi
ds : Jarak antara tepi serat beton
hf : Tebal pondasi
ht : Tebal tanah diatas pondasi
K : Faktor momen pikul
xvii
Mu,k : Momen terfaktor kolom
Kmaks : Faktor momen pikul maksimal
L : Ukuran panjang pondasi
Pu,k : Beban aksial terfaktor pada kolom
q : Beban terbagi rata akibat berat sendiri pondasi ditambah berat tanah ………..diatas pondasi
Vc : Gaya geser yang dapat ditahan oleh beton
Vu : Gaya geser akibat tekanan tanah atau gaya geser pons terfaktor σ : Tegangan yang terjadi pada dasar tanah fondasi
α maks : Tegangan tanah maksimal
α min : Tegangan tanah minimal
αs : Suatu konstanta yang digunakan untuk menghitung Vc, yang nilai ny
………..bergantung pada letak pondasi.
α x : Tegangan tanah pada jarak x
c : Rasio dari sisi panjang terhadap sisi pendek pada kolom, daerah
………...beban terpusat, atau daerah reaksi
σt : Daya dukung tanah
c : Berat per volume beton t : Berat per volume tanah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proyek Pembangunan Gedung Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan
Lelang (KPKNL) Metro dilatarbelakangi banyaknya kekurangan sarana dan
prasarana gedung dengan kapasitas yang memadai, dan pembangunan gedung
ini nantinya akan digunakan untuk Ruang kerja karyawan dan untuk
meningkatkan pelayanan terhadapPublic.
Dalam perencanaan suatu bangunan, merancang struktur (design of structure)
merupakan bagian awal yang penting yang sangat menentukan kekuatan atau
daya layan (serviceability) dari suatu bangunan. Dengan adanya perencanaan
struktur bangunan ini diharapkan bangunan yang dihasilkan nanti dapat
memikul beban atau gaya-gaya yang bekerja selama masa penggunaan
bangunan tersebut sehingga dalam perancangannya struktur atas maupun
struktur bawah suatu bangunan harus memenuhi kriteria kekuatan (strength),
kenyamanan (serviceability), keselamatan (safety), keekonomisan serta umur
rencana bangunan (durability). Untuk itu perencanaan atau perancangan yang
akurat sebelum pembangunan mutlak diperlukan. Dalam mewujudkan semua
itu maka perencanaan struktur gedung KPKNL lima lantai ini untuk analisis
strukturnya digunakan bantuan software SAP 2000 yang tidak lain bertujuan
2
manusia (human error) dan mempersingkat waktu perencanaan. Adapun
output yang dihasilkan oleh software SAP 2000 ini adalah berupa gaya-gaya dalam yang bekerja pada struktur (gaya aksial, geser dan momen) yang
kemudian akan di dapatkan nilai tulangan (As) yang dibutuhkan. Untuk
analisis penampang komponen struktur betonnya (balok, kolom dan pelat)
digunakan metode kekuatan (ultimit).
B. Lokasi Proyek
Lokasi Proyek Pembangunan Jl.. Imam Bonjol No. 26 Kota Metro –
Lampung.
C. Maksud dan Tujuan
Tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah untuk menerapkan materi
perkuliahan yang telah diperoleh ke dalam bentuk penerapan secara utuh.
Penerapan materi perkuliahan yang telah diperoleh diaplikasikan dengan
merencanakan suatu bangunan gedung bertingkat banyak, minimal tiga lantai.
Dengan merencanakan suatu bangunan bertingkat ini diharapkan mahasiswa
dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang diaplikasikan dan mampu
merencanakan suatu struktur yang cukup kompleks.
D. Batasan Masalah
Dalam Penyusunan skripsi ini, permasalahan dibatasi dari sudut pandang ilmu
3
1. Perencanaan dan perhitungan bangunan atas meliputi :
a. Struktur utama : Menggunakan struktur beton bertulang pada
balok dan kolom.
b. Struktur Sekunder : Menggunakan struktur beton bertulang pada
tangga dan pelat.
2. Perencanaan dan perhitungan bangunan bawah meliputi :
a. Pondasi : Menggunakan PondasiFoot Plate.
3. Analisis Struktur
a. Perhitungan beban gempa menggunakan metode Statis Ekuivalen
b. Perhitungan gaya dalam (N, D, dan M) menggunakan program
SAP 2000.
E. Manfaat
Manfaat yang bisa didapatkan dari perencanaan ini adalah :
1. Dapat merencanakan bangunan yang memenuhi persyaratan
keamanan struktur.
2. Dari perencanaan ini bisa diketahui hal-hal yang harus diperhatikan
pada saat perencanaan sehingga kegagalan struktur bisa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi umum
Desain struktur merupakan salah satu bagian dari keseluruhan proses
perencanaan bangunan. Proses desain merupakan gabungan antara unsur seni
dan sains yang membutuhkan keahlian dalam mengolahnya. Proses ini
dibedakan menjadi dua bagian (Zuhriyadi, 2008):
Tahap pertama
Desain umum yang merupakan peninjauan umum dari garis besar
keputusan-keputusan desain. Tipe struktur dipilih dari berbagai
alternatif yang memungkinkan. Tata letak struktur, geometri atau
bentuk bangunan, jarak antar kolom, tinggi lantai dan material
bangunan telah ditetapkan dengan pasti pada tahap ini.
Tahap kedua
Desain terperinci yang antara lain meninjau tentang penentuan besar
penampang lintang balok, kolom, tebal pelat dan elemen struktur
lainnya. Kedua proses ini saling mengait.
Secara garis besar, struktur bangunan dibagi menjadi 2 bagian sama, yaitu
5
sedangkan struktur bangunan yang ada di dalam tanah, sering disebut struktur
bawah (sub structure).
1. Struktur Atas
Struktur atas atau upper structureadalah elemen bangunan yang berada di
atas permukaan tanah. Dalam proses perencanaan Gedung KPKNL Metro
ini meliputi : atap, pelat, kolom, balok, balok anak, dan tangga.
a. Atap
Atap adalah struktur yang berfungsi melindungi bangunan
beserta apa yang ada di dalamnya dari pengaruh panas dan hujan.
Bentuk atap tergantung dari beberapa faktor, misalnya : iklim,
arsitektur, modelitas bangunan, dan menyerasikannya dengan
rangka bangunan atau bentuk daerah agar dapat menambah
keindahan dari bangunan tersebut.
b. Pelat
Pelat merupakan panel-panel beton bertulang yang mungkin
tulangannya dua arah atau satu arah saja, tergantung pada sistem
strukturnya. Kontinuitas penulangan pelat diteruskan ke dalam
balok-balok dan diteruskan ke dalam kolom. Dengan demikian
sistem pelat secara keseluruhan menjadi satu-kesatuan bentuk
rangka struktur bangunan kaku statis tak tentu yang sangat
kompleks. Perilaku masing-masing komponen struktur
dipengaruhi oleh hubungan kaku dengan komponen lainnya.
6
dan lendutan langsung pada komponen struktur yang
menahannya, tetapi komponen-komponen struktur lain yang juga
berhubungan juga ikut berinteraksi karena hubungan kaku antar
komponen. (Dipohusodo, 1994)
Berdasarkan perbandingan antara bentang panjang dan bentang
pendek pelat dibedakan menjadi dua, yaitu pelat satu arah (one
way slab) dan pelat dua arah (two way slab).
1. Pelat Satu Arah
Pelat satu arah (one way slab) adalah pelat yang didukung
pada dua tepi yang berhadapan saja sehingga lendutan yang
timbul hanya satu arah saja, yaitu pada arah yang tegak lurus
terhadap arah dukungan tepi. Dengan kata lain pelat satu arah
adalah pelat yang mempunyai perbandingan antara sisi
panjang dan sisi pendek yang saling tegak lurus lebih besar
dari dua dengan lendutan utama pada sisi yang lebih pendek.
7
Gambar. 2.1 Pelat satu arah
SNI beton 2002 memberikan tinggi penampang (h) minimal
pada balok maupun pelat seperti tercantum pada Tabel 3.1 hal.
17, apabila pemeriksaan terhadap lendutan tidak dihitung.
2. Pelat Dua Arah
Pelat dua arah (two way slab) adalah pelat yang didukung
sepanjang keempat sisinya dengan lendutan yang akan timbul
pada dua arah yang saling tegak lurus kurang dari dua,seperti
terlihat pada Gambar 2.2. Contoh pelat dua arah adalah pelat
yang ditumpu oleh 4 (empat) sisi yang saling sejajar. Karena
momen lentur bekerja pada dua arah, yaitu searah dengan
bentang lxdan bentang ly, maka tulangan pokok juga dipasang
pada arah yang saling tegak lurus (bersilangan), sehingga tidak
perlu tulangan bagi. Tetapi pada pelat daerah tumpuan hanya
8
tumpuan ini tetap dipasang tulangan pokok dan tulangan bagi.
Bentang ly selalu dipilih ≥ lx, tetapi momennya Mly selalu ≤
Mlx, sehingga tulangan arah lx (momen yang besar) dipasang
di dekat tepi luar (urutan ke-1). (Ali Asroni, 2010)
Gambar 2.2 Pelat dua arah
c. Kolom
Kolom (Gambar 2.3) adalah komponen struktur bangunan yang
tugas utamanya menyangga beban aksial desak vertikal dengan
bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga dimensi lateral
terkecil.
Kolom berfungsi sebagai pendukung beban-beban dari balok dan
pelat, untuk diteruskan ke tanah dasar melalui fondasi. Beban dari
9
(akibat kontinuitas konstruksi). Oleh karena itu dapat
didefinisikan, kolom ialah suatu struktur yang mendukung beban
aksial dengan atau tanpa momen lentur. (Ali Asroni, 2010)
Kolom adalah struktur yang mendukung beban dari atap, balok,
dan berat sendiri yang diteruskan ke pondasi. Secara struktur
kolom menerima beban vertikal yang besar, selain itu harus
mampu menahan beban-beban horizontal bahkan momen atau
puntir/torsi akibat pengaruh terjadinya eksentrisitas pembebanan.
Untuk menentukan dimensi penampang yang diperlukan, hal yang
perlu diperhatikan adalah tinggi kolom perencanaan, mutu beton
dan baja yang digunakan dan eksentrisitas pembebanan yang
terjadi.
10
d. Balok
Balok adalah bagian struktur yang berfungsi sebagai pendukung
beban vertikal dan horizontal. Beban vertikal berupa beban mati
dan beban hidup yang diterima pelat lantai, berat sendiri balok
dan berat dinding penyekat yang diatasnya. Sedangkan beban
horizontal berupa beban angin dan gempa.
Pada balok yang melengkung ke bawah akibat beban luar, pada
dasarnya ditahan oleh kopel gaya-gaya dalam yang berupa
tegangan tekan dan tarik. Jadi pada serat-serat balok bagian
tepi-atas akan menahan tegangan tekan, dan semakin ke bawah
tegangan tekan tersebut akan semakin kecil. Sebaliknya, pada
serat-serat balok bagian tepi-bawah akan menahan tegangan tarik,
dan semakin ke atas tegangan tariknya akan semakin kecil pula.
Pada bagian tengah, yaitu pada batas antara tegangan tekan dan
tarik, serat-serat balok tidak mengalami tegangan sama sekali
(tegangan tekan maupun tariknya bernilai nol). Serat-serat yang
tidak mengalami tegangan tersebut membentuk suatu garis yang
11
(a) Elemen balok beton bertulang (b) Diagram tegangan dan regangan
(c). balok melengkung
Gambar 2.4. Balok beton bertulang.
Keterangan notasi yang ada pada Gambar 2.4 (b) adalah :
As = luas tulangan tarik, mm2 As’ = luas tulangan tekan,mm2 b = lebar penampang balok, mm
c = jarak antara garis netral dan tepi serat beton tekan, mm d = tinggi efektif penampang balok, mm
ds = jarak antara titik berat tulangan tarik dan tepi serat beton ...tarik, mm
h = tinggi penampang balok, mm.
Beban yang bekerja pada balok biasanya berupa beban lentur,
beban geser maupun torsi (momen puntir), sehingga perlu baja
tulangan untuk menahan beban-beban tersebut. Tulangan ini
berupa tulangan memanjang atau tulangan longitudinal (yang
menahan beben lentur) serta tulangan geser/begel (yang menahan
12
2. Struktur Bawah
Yang dimaksud dengan struktur bawah (sub structure) adalah bagian
bangunan yang berada di bawah permukaan. Dalam proses perencanaan
gedung KPKNL Metro ini hanya meliputi pondasi.
Pondasi
Pondasi umumnya berlaku sebagai komponen struktur pendukung
bangunan yang terbawah, yang bertugas untuk memikul bangunan
di atasnya. Seluruh beban dari bangunan, termasuk beban-beban
yang bekerja pada bangunan dan berat pondasi itu sendiri, harus
dipindahkan atau diteruskan oleh pondasi ke tanah dasar dengan
sebaik-baiknya.
Di dalam perencanaan pondasi, harus dihitung dua macam beban,
yaitu beban gravitasi dan beban lateral. Beban gravitasi merupakan
beban vertikal dengan arah dari atas ke bawah, dan berasal dari
dalam struktur bangunan, baik berupa beban mati (berat sendiri
bangunan) maupun beban hidup (orang dan peralatan di dalam
bangunan). Sedangkan beban lateral merupakan beban horizontal
dengan arah dari kiri ke kanan atau dari kanan ke kiri dan berasal
dari luar struktur bangunan, baik berupa beban yang diakibatkan
oleh angin maupun beban yang diakibatkan oleh gempa.
Struktur pondasi seperti terlihat pada (Gambar 2.6) harus
direncanakan sedemikian rupa sehingga proses pemindahan beban
13
Untuk keperluan tersebut, pada perencanaan pondasi harus
mempertimbangkan beberapa persyaratan berikut :
1) Pondasi harus cukup kuat untuk mencegah penurunan
(settlement) dan perputaran (rotasi) yang berlebihan
2) Tidak terjadi penurunan setempat yang terlalu besar bila
dibandingkan dengan penurunan pondasi di sekatnya
3) Cukup aman terhadap bahaya longsor
4) Cukup aman terhadap bahaya guling.
(Ali Asroni, 2010).
a. Tampak potongan samping b.Tampak atas
14
B. Pembebanan
Beban-beban yang bekerja pada struktur, pada umumnya dapat digolongkan
menjadi 5 (lima) macam :
1. Beban Mati
Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang
bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, mesin-mesin serta
peralatan tetap yang merupakan bagian yang terpisahkan dari gedung itu.
2. Beban Hidup
Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau
penggunaan suatu gedung dan kedalamnya termasuk beban-beban pada
lantai yang berasal dari barang yang dapat berpindah, mesin-mesin serta
peralatan yang merupakan bagian dari gedung yang tidak terpisahkan dari
gedung dan dapat diganti selama masa layan dari gedung tersebut,
sehingga mengakibatkan perubahan dalam pembebanan lantai dan atap
tersebut. Tidak termasuk beban angin, beban gempa, dan beban khusus.
3. Beban Angin
Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian
gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara.
4. Beban Gempa
Beban gempa adalah semua beban statik ekuivalen yang bekerja pada
gedung atau bagian gedung yang meneruskan pengaruh dari gerakan
tanah akibat gempa itu. Dalam hal pengaruh gempa pada struktur gedung
15
dengan beban gempa di sini adalah gaya-gaya di dalam struktur tersebut
yang terjadi oleh gerakan tanah akibat gempa itu.
5. Beban Khusus
Beban khusus adalah beban yang bekerja pada gedung atau bagian
gedung yang terjadi akibat selisih suhu, pengangkatan dan pemasangan,
penurunan pondasi, susut, gaya-gaya tambahan yang berasal dari beban
hidup seperti gaya rem yang berasal daricrane, gaya sentripetal dan gaya
dinamis yang berasal dari mesin-mesin serta pengaruh-pengaruh khusus
lainnya.
C. Faktor Reduksi Kekuatan
Ketidakpastian kekuatan bahan terhadap pembebanan pada komponen
struktur dianggap sebagai faktor reduksi kekuatanϕ, yang nilainya ditentukan
menurut Pasal 11.3 SNI 03-2847-2002 sebagai berikut :
1) Struktur lentur pada beban aksial (misalnya : balok),
ϕ= 0,80... (2.1)
2) Beban aksial dan beban aksial dengan lentur
a) Aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur,
16
b) Aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur.
(1) Komponen struktur dengan tulangan spiral atau sengkang ikat,
ϕ = 0,70... (2.3)
(2) Komponen struktur dengan tulangan sengkang biasa,
ϕ = 0,65... (2.4)
3) Geser dan torsi,
ϕ = 0,75 ... (2.5)
4) Tumpuan pada beton,
BAB III LANDASAN TEORI
A. Perencanaan Pelat
1. Menentukan Tebal Minimum Pelat (h)
Tebal minimal pelat (h) (Pasal 11.5.SNI 03-2847-2002) :
1) Untuk pelat satu arah (Pasal 11.5.2.3 SNI 03-2847-2002), tebal
minimal pelat dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.1. Tinggi (h) balok non pratekan atau pelat satu arah bila lendutan tidak dihitung
Komponen yang tidak menahan atau tidak
disatukan dengan partisi atau konstruksi lain yang akan rusak karena lendutan yang besar
Pelat solid satu
arah L/20 L/24 L/28 L/10
Balok atau pelat jalur satu arah
L/16 L/18,5 L/21 L/8
CATATAN :
Panjang bentang dalam mm.
Nilai yang diberikan harus digunakan langsung untuk komponen struktur dengan beton normal (Wc= 2400 kg/m3) dan tulangan BJTD 40. Untuk kondisi lain, nilai diatas harus dimodifikasi sebagai berikut :
(a) Untuk struktur beton ringan dengan berat jenis di antara 1500 kg/m3sampai 2.000kg/m3, nilai tadi harus dikalikan dengan (1,65-(0.0003)w
c)tetapi tidak kurang dari 1,09, dimana wcadalah berat jenis dalam kg/m3.
18
2) Untuk pelat dua arah (h) dengan rumus berikut :
h = ( , )
[ m , ( )]
... (3.1)
Tetapi tidak boleh kurang dari :
h = .( , ) ... (3.2)
h = .( , ) ... (3.3)
Dan dalam segala hal tebal minimum pelat tidak boleh kurang dari
harga sebagai berikut :
Untuk αm< 2,0 digunakan nilai h minimal 120 mm (Pelat dua arah) Untuk αm≥ 2,0 digunakan nilai h minimal 90 mm(Pelat satu arah)
Dengan :
ln = Panjang bentang bersih dalam arah momen yang ditinjau,
diukur dari muka ke muka tumpuan (mm)
αm = Rasio kekuatan balok terhadap pelat
β = Rasio panjang terhadap lebar pelat
2. Menentukan momen–momen yang menentukan.
Berdasarkan tabel pelat dari PBI-1971, momen lentur dibedakan menurut 3
jenis tumpuan, yaitu : terletak bebas, menerus atau terjepit elastis, dan
19
M = 0,001 . qu . lx2. x ... (3.4)
Dengan :
M = momen (tumpuan atau lapangan), kNm
qu = beban terbagi rata yang berkerja pada pelat, kN/m2
lx = bentang arah x (bentang sisi pelat yang pendek), m
x = koefisien momen yang tercantum pada table PBI-1971.
3. Menghitumgρb,ρmax,ρmindan Menghitungβ1
ρb= , .
. 1 . ... (3.5)
ρmax= 0,75 .ρb ... (3.6)
ρmin= ,
... (3.7)
Faktor pendukung tegangan beton tekan persegi ekivalen, yang bergantung
pada mutu beton (fc’) sebagai berikut (Pasal 12.2.7.3 SNI 03-2847-2002) :
Untukfc’ ≤ 30 MPA, maka β1= 0,85 ... (3.8)
Untuk fc’ > 30 MPA, maka β1= 0,85–0,008 (fc’-30) ... (3.9)
Tetapi β1≥ 0,65
4. Menentukan Tinggi Manfaat (d)
pada pelat dua arah, momen lentur bekerja pada 2 arah, yaitu searah dengan
bentang lx dan ly, maka tulangan pokok dipasang pada 2 arah yang saling
20
pelat di daerah tumpuan hanya bekerja momen lentur satu arah saja,
sehingga untuk daerah tumpuan tetap dipasang tulangan pokok dan tulangan
bagi karena Mlx selalu ≥ Mly maka tulangan bentang pendek diletakkan
pada lapis bawah agar memberikan d (tinggi manfaat) yang lebih besar.
dx = h - selimut-1 2.Dtulx ... (3.10)
dy = h - selimut-Dtulx - 1 2 . Dtuly ... (3.11)
5. Menentukan Luas Tulangan (As) arah x dan y
Mn =
, ... (3.12)
Rn =
. ² ... (3.13)
m =
, . ... (3.14)
ρada = . 1 1 . .
... (3.15)
• Jikaρada>ρmaks maka tebal minimum h harus diperbesar
• Jikaρmin<ρada<ρmaksdipakai nilai :ρpakai= ρada
• Jikaρada<ρmaks<ρmin dipakaiρmin Setelah didapatkan nilai
ρ
perlu, maka :21
Tulangan bagi / tulangan susut (pasal 9.12.2.1 SNI 03-2847-2002)
Untuk fy≤ 300 MPa, maka Asst≥ 0,0020.b.h ... (3.17)
Untuk fy= 400 MPa, maka Asst≥ 0,0018.b.h ... (3.18)
Untuk fy≥ 400 MPa, maka Asst≥ 0,0018.b.h . (400/fy)... (3.19)
Nilai berat pelat (b) diambil tiap meter (1000 mm).
- Jarak maksimal tulangan (as ke as)
Σ tulangan =
. .
... (3.20)
Syarat :
Jarak Tulangan pokok :
Pelat 1 arah : s≤ 3.h dan s ≤ 450 mm (Pasal 12.5.4) ... (3.21)
Pelat 2 arah : s≤ 2.h dan s ≤ 450 mm (Pasal 15.3.2) ... (3.22)
Jarak Tulangan bagi (Pasal 9.12.2.2) :
s≤ 5.h dan s ≤ 450 mm ... (3.23)
B. Perencanaan Balok
- Diberikan data : b, d, d',Mu,φ, fc',fy
- Menghitung momen nominal :
Mn=
φ
Mu
22
- Untuk menjamin pola keruntuhan yang daktail, tulangan tarik dibatasi
sehingga tidak boleh lebih besar dari 0,75 kali tulangan pada keadaan
berimbang (pers. 3.29), sehingga :
maks
ρ ≤0,75ρb ... (3.29)
Catatan :
untuk komponen balok yang menahan beban gempa, jumlah tulangan ρ
yang disyaratkan tidak boleh melebihi 0,5 ρb, sehingga dapat dijamin
daktilitas yang lebih tinggi.
23
ρ
=. 1
1
. . ... (3.33)Syarat :
Jika ρ < ρmax ; maka dipakai tulangan tunggal
Jika ρ > ρmax ; dipakai tulangan rangkap
24
2. Perencanaan Balok Tulangan Rangkap
Balok lentur tulangan rangkap direncanakan jika :
ρ > ρmax
Tentukan agar tulangan tekan leleh :
ρ ; tulangan tekan leleh... (3.40)
Hitung :
3. Hitung Tulangan Geser Balok
a. Data : dimensi balok (b, h, d, ds, ds’), mutu bahan (fc’, fy), geser (Vu, Vn)
b. Menurut Pasal 13.1.1 SNI 03.2847.2002, gaya geser rencana, gaya geser
25
Vr= φ.Vndan φ.Vn≥ Vu... (3.48)
Vn= Vc+ Vs... (3.49)
dengan :
Vr= gaya geser rencana, kN
Vn= kuat geser nominal, kN
Vc= gaya geser yang ditahan oleh beton, kN
Vs= gaya geser yang ditahan oleh begel, kN
φ = faktor reduksi geser = 0,75
c. Pasal 13.3.1 SNI 03.2847.2002, gaya geser yang ditahan oleh beton (Vc)
dihitung dengan rumus :
φVc= .1/6. .b.d ... (3.50)
dengan φ = 0,75
d. Tentukan daerah penulangan :
- untuk daerah penulangan :
Vu< φ.Vc/2 ... (3.51)
maka tidak perlu begel, atau dipakai begel dengan diameter kecil (Ø6)
spasi s≤ d/2 dan s ≤ 600mm.
- untuk daerah penulangan :
φ.Vc/2 < Vu< φ.Vc ... (3.52)
dipakai luas begel perlu minimal per meter panjang balok (Av,u) yang
26
Av,u= . . .
. ... (3.53)
atau
Av,u= .
. (S=1000mm) ... (3.54) - untuk daerah penulangan :
Vu> φ.Vc... (3.55)
Gaya geser yang ditahan begel :
Vs= (Vu– Vc)/φ ... (3.56)
dipakai luas begel perlu minimal per meter panjang balok (Av,u) yang
besar :
Av,u= .
. ... (3.57)
Av,u= . . .
. ... (3.58)
atau
Av,u= .
. (S=1000mm) ... (3.59)
e. Pasal 13.5.6.1 SNI 03-2847-2002, gaya geser yang ditahan oleh begel
(Vs) dihitung dengan persamaan :
Vs= (Vu–φ.Vc)/φ ... (3.60)
f. Pasal 13.5.6.6 SNI 03-2847-2002 :
Vsharus≤ 2/3. .b.d ... (3.61)
Jika,
27
g. hitung spasi begel :
- untuk Vs< 1/3. .b.d,
maka,
s = . . . ².
, ... (3.63)
dikontrol spasi begel (s) :
s≤ d/2 dan s ≤ 600 mm.
- untuk Vs> 1/3. .b.d,
dikontrol spasi begel :
s≤ d/4 dan s≤ 300 mm ... (3.64)
Dengan :
S = 1000 mm
n = jumlah kaki begel
dp = diameter begel
C. Perencanaan Kolom
1. Perencanaan Kolom Pendek
a. Kekuatan kolom pendek dengan beban sentries
Kapasitas beban sentris maksimum P dapat dinyatakan sebagai :
Po = 0,85fc (Ag–Ast) + Ast. fy ...(3.65)
Kuat tekan nominal dari struktur tekan tidak boleh diambil lebih besar
dari ketentuan berikut :
28
Untuk kolom berspiral dan untuk kolom bersengkang
Pn (maks) = 0,80 [ 0,85fc (Ag–Ast) + fy.Ast ] ... (3.67)
Beban nominal masih harus direduksi dengan mengunakan faktor
reduksi kekuatan φ. Biasanya untuk desain besarnya (Ag-Ast) dapat
diangap sama dengan Ag (luas beton yang ditempati tulangan
diabaikan).
b. Kekuatan kolom pendek akibat beban uniaksial.
Gaya nominal memanjang Pn berkerja pada keadaan runtuh dan
mempunyai eksentrisitas e dari sumbu lentur kolom.
Gambar 3.1. Tegangan dan gaya-gaya dalam kolom.
Persamaan keseimbangan gaya dan momen pada kolom pendek dapat
dinyatakan sebagai :
Pn = Cc + Cs + Ts ...(3.68)
Momen tahanan nominal Mn yaitu sebesar Pn.e dapat dihitung dengan
29
Mn = Pn . e
= Cc (y - ) + Cs (y– d’) + T (d –y) ...(3.69)
Karena : Cc =0,85f’c ba, Cs = As’ fs dan Ts –Asfs
Maka persamaan 3.69 dapat ditulis sebagai :
Pn =0,85 f’c ba + As’fs –Asfs...(3.70)
Mn = Pn e = 0,85f’c ba (y–a/2) + As.fs(d–y)...(3.71)
Dari persamaan diatas tinggi sumbu netral dianggap kurang dari tinggi
efektif d penampang dan juga baja pada sisi yang tertarik memang
mengalami tarik. Pn tidak boleh melebihi kuat tekan aksial maksimum
Pn (maks) yang dihitung pada Persamaan 3.67.
Apabila keruntuhan berupa lelehnya tulangan baja maka, besaran fs
disubstitusikan dengan fy. Apabila f’s atau fs lebih kecil daripada fy,
maka yang disubsitusikan adalah tegangan aktualnya, berdasarkan
gambar 3.1.maka diperoleh persamaan :
f’s = Es Ɛ s’ = Es , ( ) ...(3.72)
fs = EsƐ s = Es , ( ) ...(3.73)
Apabila Pn adalah beban aksial dan Pnb adalah beban aksial pada
kondisibalancedmaka :
Pn < Pnb ; terjadi keruntuhan tarik
Pn = Pnb ; terjadi keruntuhanbalanced
30
I. Kondisi keruntuhanbalanced
Kondisi keruntuhan balanced tercapai apabila tulangan tarik
mengalami regangan leleh dan saat itu beton mengalami regangan
batasnya. Dari Gambar 3.1 dengan mengunakan Es = 2.105 Mpa
dapat diperoleh persamaan tinggi sumbu netral pada kondisi
balanced(cb) yaitu :
cb= ...(3.74)
ab=β1. cb= β1 . ...(3.75)
Pnb = 0.85fc bab+ As’ fs’ –As.fy ...(3.76)
Mnb = Pnb . eb
Mnb = 0.85fc bab( - ) + A’s f’s ( -d’) + Asfy (d – ) ....(3.77)
II. Kondisi Tarik menentukan
Peralihan dari keruntuhan tekan ke keruntuhan tarik terjadi pada
eksentrisitas sama dengan cb. jikae lebih besar dari cb atau Pn < Pnb
maka yang terjadi adalah keruntuhan tarik yang diawali dengan
lelehnya tulangan tarik. Apabila tulangan tekan diasumsikan telah
leleh dan A’s = As maka Persamaan 3.70 dan 3.71 dapat ditulis
sebagai :
Pn = Cc = 0,85.fc .b.a
Mn = Cc (h/2–a/2) + As.fy(d-d’) ...(3.78)
31
a =
, . . diperoleh : ²
, . . . ( ) = 0...(3.80)
III. Kondisi Tekan menentukan
Dengan mengambil momen dari gaya-gaya dalam Gambar 3.1
terhadap tulangan tarik diperoleh :
Pn (e + ) = Cc (d-a/2) + Cs (d-d’)...(3.81)
Whitney menggunakan harga rata–rata yang berdasarkan keadaan
regangan berimbang a = 0,54 d, sehingga
Cc = 0,85 f’c ba = 0,85f’ b(0,54d) = 0,459 bdf’c
Cc (d - ) = 0,459bdf’c (d – , )= 1/3 f’c bd2 ...(3.82)
Dengan mengabaikan beton yang dipindahkan maka :
Cs = A’sfy...(3.83)
Untuk gaya beton 0,85 f’c maka kondisi dibawah ini :
²
² = , = 1,18
Sehingga Persamaan 3.87 menjadi :
Pn =
, +
² ,
32
2. Perencanaan Kolom Panjang
Keruntuhan kolom dapat disebabkan oleh kelangsingan, keruntuhan ini
disebabkan akibat kehilangan stabilitas lateral akibat tekuk. Kolom
bertambah panjang maka kemungkinan kolom mengalami keruntuhan
stabilitas akibat tekuk semakin besar. Adapun tahap – tahap perencanaan
kolom panjang (kolom langsing) adalah sebagai berikut :
I. Menetukan kelangsingan kolom
SNI 2002 mensyaratkan pengaruh kelangsingan dapat diabaikan
…...apabila :
1. Komponen struktur tekan yang ditahan terhadap goyangan ke
samping. .
< 34 ...(3.86)
2. Kompenen struktur tekan yang tidak ditahan terhadap goyangan
ke samping.
. . < 22 ...(3.87)
M1b dan M2badalah momen pada ujung –ujung yang berlawanan
pada kolom dengan M2badalah momen yang lebih besar dan M1b
adalah momen yang paling kecil, Sedangkan lu merupakan
panjang tak tertumpu kolom. k adalah faktor panjang efektif yang
ditentukan oleh berbagai kondisi pengekang ujung terhadap rotasi
dan translasi, sedangkan r adalah jari – jari girasi penampang
33
(single curvature), dan negatif untuk kelengkungan ganda (double
curvature). Menurut Wang (1986), prosedur yang paling umum untuk mendapatkan faktor panjang efektif adalah dengan
menggunakan grafik alinemen yang terlihat pada gambar 3.2.
Gambar 3.2. Grafik – grafik untuk panjang efektif pada kolom – kolom di dalam portal menerus dimana unsur – unsur di kekang pada kedua ujung.
Faktor panjang efektif merupakan fungsi dari faktor kekangan
ujung ψA dan ψB untuk masing – masing titik ujung atas dan
bawah yang didefinisikan sebagai :
Ψ =
...(3.88)Ln = panjang bentang bersih balok
Kondisi ujung jepit → ψ = 0
34
II. Analisis Kekuatan Kolom Panjang
Apabila kelangsingan . melebihi persyaratan yang ditentukan,
maka kolom dikatagorikan sebagai kolom panjang,dapat dapat
mengunakan 2 metode analisis stabilitas, yaitu :
1. Metode Pembesaran Momen (Momen Magnification Method)
• Portal dengan Pengaku (Braced Frame)
Mc =δbM2b ... (3.89)
Mc = momen terfaktor hasil pembesaran.
δb = faktor pembesaran momen untuk rangka yang …
… ..ditahan terhadap goyangan ke samping.
M2b = momen ujung terbesar pada kolom akibat beban
…… …yang menimbulkan goyangan ke samping.
Dengan :
δb=
ø.
... (3.90)
Cm = 0,6 + 0,4 ... (3.91)
dan
Pc = ²
35
• Portal tanpa pengaku (Un-Braced Frame)
Mc = δbM2b+ δsM2s ... (3.93)
δs = ø
... (3.94)
∑ Pu dan ∑ Pc adalah penjumlahan gaya tekan dari semua
kolom dalam satu tingkat.
Untuk kasus lainya dipakai :
Cm = 1,0 ... (3.95)
Pada portal tak-bergoyang, jika kedua ujung kolom tidak
terdapat momen atau eksentrisitas ujung yang diperoleh
dari perhit. kurang dari (15 + 0,03.h) mm, M2b harus
didasarkan pada eksentrisitas minimum (15 + 0,03.h) mm.
Rasio M1b/M2bditentukan sebagai berikut :
- Jika e < (15 + 0,03.h) mm, momen ujung
digunakan utk menghitung M1b/M2b,
- Jika kedua ujung kolom tidak terdapat momen,
maka M1b/M2b= 1
Pada portal bergoyang, kedua ujung kolom tidak terdapat
momen atau eksentrisitas ujung yang diperoleh dari
perhit. kurang dari (15 + 0,03.h) mm M2b dalam Pers.3.93
harus didasarkan pada eksentrisitas minimum (15 +
36
Untuk menentukan nilai EI digunakan hitungan yang lebih
konservatif :
EI = . / , ... (3.96)
dengan :
Ec = 4700. ... (3.97)
Es = 2.105MPa ... (3.98)
Ig = b.h3... (3.99)
βd = = ,
, , ... (3.100)
D. PONDASI
Pada perencanaan struktur ini direncanakan menggunakan struktur pondasi
foot plate,terlihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.3 Potongan pondasi
Langkah-langkah perencanaan pondasi adalah sebagai berikut :
1. Menentukan data mutu beton, baja tulangan, ukuran kolom dan data
tanah.
2. Menentukan dimensi luas telapak pondasi (B, L) dengan persamaan
37
σ = tegangan yang terjadi pada dasar pondasi, kPa atau kN/m2.
= daya dukung tanah, kPa atau kN/m2.
Pu,k = beban aksial terfaktor pada kolom, kN.
B dan L = ukuran lebar dan panjang fondasi, m.
Mu,xdan Mu,y = momen terfaktor kolom searah sumbu X dan sumbu Y, kNm.
q = beban terbagi rata akibat berat sendiri pondasi ditambah
berat tanah di atas pondasi, kN/m2.
hf = tebal pondasi≥ 150 mm (pasal 17.7 SNI 03-2847-2002).
ht = tebal tanah di atas pondasi, m.
γc = berat per volume beton, kN/m3
γt = berat per volume tanah, kN/m3.
- Setelah B dan L ditetapkan, kemudian dihitung nilai tegangan
maksimal dan minimal yang terjadi pada tanah dasar :
38
a. Kontrol kuat geser 1 arah
Kuat geser 1 arah dikontrol dengan cara sebagai berikut (Gambar 3.3):
1. Dihitung gaya geser (Vu) akibat tekanan tanah ke atas.
Vu= a.B. ...(3.105)
σa= σmin+
( ).( )
... (3.106)
Gambar 3.4. Gaya geser satu arah
2. Dihitung gaya geser yang dapat ditahan oleh beton (Vc) ( Pasal
13.3.1.1 SNI 03-2847-2002).
Vc= . B.d ... (3.107)
Dan harus≤ 25/3 MPa (pasal 13-1-2)
3. Kontrol :
Vuharus≤ φ .Vcdengan φ = 0,75 ... (3.108)
b. Kontrol kuat geser 2 arah
Kuat geser 2 arah dikontrol dengan cara sebagai berikut (Gambar 3.5) :
1. Dihitung gaya geser pons terfaktor (Vu)
39
Gambar 3.5. Gaya geser dua arah
2. Dihitung gaya geser yang ditahan oleh beton (Vc) dengan memilih
yang terkecil dari nilai Vcberikut (Pasal 13.12.2.1) :
Vc= 1 + . . . ... (3.110)
Vc= 1 + . . . . ... (3.111)
Vc= 1/3. .bo.d ... (3.112)
dengan :
βc = rasio dari sisi panjang terhadap sisi pendek kolom, daerah
beban terpusat, atau daerah reaksi.
bo = keliling dari penampang kritis pada pondasi.
= 2.{( + ) + ( + )}, dalam mm.
αs = suatu konstanta yang digunakan untuk menghitung Vc, yang
nilainya bergantung pada letak pondasi.
3. Kontrol :
40
c. Menghitung tulangan pondasi
1. Hitung tulangan sejajar sisi panjang telapak pondasi :
- Dihitung σx= σmin+ . (σmaks-σmin) ... (3.114)
- Dihitung momen yang terjadi pada pondasi (Mu)
Mu= 1/2.σx.x2+1/3.(σmaks-σx).x2... (3.115)
- Hitung faktor momen pikul K dan Kmaks
K = Mu/ (φ .b.d2) dengan,
b = 1000 mm, φ =0,8 ... (3.116)
Kmaks= , . . . .
² ... (3.117)
Syarat : K harus≤ Kmaks
- Dihitung tinggi balok tegangan beton tekan persegi ekuivalen (a).
a = 1 1 , .. . ... (3.118)
- Dihitung As,u= , . . . dengan b = 1000 mm ... (3.119)
Jika fc’ ≤ 31,36 Mpa maka As,u≥ 1,4.b.d/fy
(pasal 12.5.1) ... (3.120)
Jika fc’ > 31,36 Mpa maka As,u≥ . . /(4. )
(pasal 12.5.1) ... (3.121)
- Dihitung jarak tulangan (s)
s = (1/4.π.D2.S)/As.udengan S = 1000 mm ... (3.122)
pasal 12.5.4 :s≤ 2.h dan s ≤ 450 mm ... (3.123)
41
d. Kontrol kuat dukung pondasi
Pu,k≤ ... (3.125)
=Ø.0,85.fc’.A1 dengan φ = 0,7 ... (3.126)
E. PERENCANAAN BEBAN GEMPA
Gambar 3.6. Wilayah gempa Indonesia dengan percepatan puncak batuan dasar dengan periode ulang 500 tahun.
1. Perencanaan Struktur Portal dengan Daktilitas Penuh
Untuk menentukan gaya gempa pada tiap tingkat, perencanaan ini
menggunakan Metode Statik Ekuivalen. Menurut Standar Perencanaan
Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung SNI-1726-2002
(SPKGUSBG) gaya geser dasar nimonal statik ekuivalen (V) pasal 6.1.2
42
V = . . Wt ...(3.127)
Dengan :
V = beban (gaya) geser dasar nominal statik ekuivalen akibat
pengaruh gempa rencana yang bekerja di tingkat dasar
struktur gedung beraturan, kN.
C1 = nilai faktor respons gempa yang diperoleh dari spektrum
respons gempa rencana untuk waktu getar alami fundamental
dari struktur gedung.
I = faktor keutamaan gedung
R = faktor reduksi gempa
Wt = berat total gedung, termasuk beban hidup yang sesuai, kN.
a. Beban gempa nominal statik ekuivalen (Fi)
Ditentukan berdasarkan ketentuan pasal 6.1.3 SNI-1726-2002, yaitu:
Fi = .
( . ). V ... (3.128)
Dengan :
Fi = beban gempa nominal statik ekuivalen yang menangkap pada
pusat massa pada taraf lantai tingkat ke-i struktur atas gedung,
kN.
Wi = berat lantai tingkat ke-i struktur atas suatu gedung, termasuk
beban hidup yang sesuai, kN.
Zi = ketinggian lantai tingkat ke-i gedung terhadap taraf penjepitan
lateral, m.
43
b. Waktu getar alami fundamental (T1)
menurut pasal 2.5.4 Pedoman Ketahanan Gempa untuk Rumah dan
Gedung (PPKGURG-1987), dihitung dengan rumus :
T1 = 0,0085.H3/4(untuk portal baja) ... (3.129)
T1 = 0,06.H3/4(untuk portal beton) ... (3.130)
dengan :
H = tinggi gedung, m
Untuk mencegah penggunaan struktur gedung yang terlalu fleksibel,
nilai waktu getar alami fundamental T1 dari struktur gedung harus
dibatasi dengan rumus berikut (pasal 5.6 SNI-1726-2002)
T1<ζ.n... (3.131)
dengan,
T1 = waktu getar alami fundamental struktur gedung, detik.
ζ (zeta) = koefisien pengali dari jumlah tingkat struktur gedung
yang membatasi T1, bergantung pada wilayah gempa.
Tabel 3.2.Koefisien ζ yang membatasi T1
Wilayah Gempa
ζ
1 0,2
2 0,19
3 0,18
4 0,17
5 0,16
44
c. Kontrol waktu getar alami gedung beraturan
waktu getar alami fundamental struktur gedung beraturan dikontrol
dengan rumus Rayleigh sebagai berikut : (Pasal 6.2.1
SNI-1726-2002)
TR= 6,3. ( . )
. ( . ) ... (3.132)
dengan :
TR = waktu getar alami fundamental gedung beraturan
berdasarkan rumus Rayleigh, detik.
g = percepatan gravitasu yang ditetapkan sebesar 9,810 m/det2.
d = simpangan horizontal lantai tingkat ke-1, mm.
- Menurut pasal 6.2.2 SNI-1726-2002, nilai waktu getar alami
fundamental T1 tidak boleh menyimpang lebih besar dari 20% dari
nilai TR.
d. Koefisien Gempa Dasar
Dalam perencanaan gedung ini, bangunan berada di wilayah gempa
empat (4) daerah Metro terlihat pada Gambar 3.5, dengan tanah
45 e. Spektrum respon gempa
Nilai faktor respon gempa (C1) dapat ditentukan dari grafik respon
gempa
Gambar 3.7 Respons Spektrum Gempa Rencana Wilayah Gempa 4.
f. Faktor keutamaan gedung ( I )
Faktor-faktor keutamaan ( I ) ditetapkan menurut Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Faktor keutamaan (I) untuk berbagai kategori gedung dan bangunan (SNI-1726-2002)
Kategori Gedung Faktor Keutamaan
I1 I2 I3
Gedung umum seperti untuk penghunian,
perniagaan dan perkantoran. 1,0 1,0 1,0
Monumen dan bangunan monumental 1,0 1,6 1,6
Gedung penting pascagempa seperti rumah sakit, instalasi air bersih, pembangkit tenaga listrik, pusat penyelamatan dalam keadaan darurat, fasilitas rasio dan televisi.
1,4 1,0 1,4
Gedung untuk menyimpan bahan berbahaya seperti
gas, produk minyak bumi, asam, bahan beracun. 1,6 1,0 1,6
Cerobong, tangki di atas menara 1,5 1,0 1,6
g. Faktor reduksi gempa ( R )
Pasal 4.3.3 SNI-1726-2002 ,menetapkan faktor reduksi gempa (R)
46
R =
μ
. f1... (3.133)dengan :
R = faktor reduksi gempa.
μ
= faktor daktilitas struktur gedung.f1 = faktor kuat lebih beban dan bahan yang terkandung di dalam struktur gedung, dan nilainya ditetapkan sebesar 1,6.
Tabel 3.4 Parameter daktilitas struktur gedung (SNI-1726-2002)
Taraf Kinerja Struktur Gedung
μ
RElastik Penuh 1,0 1,6
Daktail Parsial
Daktail Penuh 5,3 8,5
Tabel 3.5. Faktor daktilitas maksimum, faktor reduksi gempa maksimum, faktortahanan lebih struktur dan faktor tahanan lebih total beberapa jenis sistem dan subsistem struktur gedung (Tabel 3 SNI SNI-1726-2002)
Sistem dan subsitem struktur
gedung Uraian sistem pemikul beban gempa µm Rm f
3. Sistem rangka pemikul momen (sistem struktur yang pada dasarnya memikul rangka ruang pemikul beban gravitasi secara lengkap. Beban lateral dipikul rangka pemikul momen terutama melalui mekanisme lentur)
1. Rangka pemikul momen khusus (SRPMK)
a. Baja 5,2 8,5 2,8
b. Beton bertulang 5,2 8,5 2,8
2. Rangka pemikul momen menengah beton (SRPMM)
3,3 5,5 2,8
3. Rangka pemikul momen biasa (SRPMB)
a. Baja 2,7 4,5 2,8
b. Beton bertulang 2,1 3,5 2,8
4. Rangka batang baja pemikul momen khusus (SRBPMK)
BAB IV
METODOLOGI PERHITUNGAN
A. Data–data Umum Struktur
Dalam perhitungan perencanaan bangunan ini digunakan standar yang
berlaku di Indonesia, antara lain :
1. Pelat Lantai
Perencanaan pelat didasarkan pada peraturan SK SNI 03-2847-2002 dan
peraturan-peraturan pendukung lainnya. Untuk merencanakan pelat beton
bertulang yang perlu dipertimbangkan tidak hanya pembebanan namun
juga ukuran dan syarat-syarat tumpuan. Pada perencanaan ini di asumsikan
tebal pelat 12 cm.
2. Balok
a. Syarat-syarat tumpuan yang dipertimbangkan adalah :
1. Tumpuan jepit penuh
2. Tumpuan jepit sebagian
b. Dimensi balok
48
Tabel 4.1. Perencanaantypedan dimensi balok.
3. Kolom
Pada pembangunan Gedung KPKNL Metro, kolom yang digunakan
berukuran :
Tabel 4.2. Perencanaantypedan dimensi kolom.
No Balok Dimensi Balok (cm)
1
No Kolom Dimensi Kolom (cm)