• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Sistem Rujukan Berjenjang Dalam Pelayanan Kesehatan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) RSUD Kota Subulussalam Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Sistem Rujukan Berjenjang Dalam Pelayanan Kesehatan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) RSUD Kota Subulussalam Tahun 2016"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

DAFTAR PUSTAKA

BPJS. 2014. Panduan Praktis Sistem Rujukan Berjenjang. 2014, Jakarta: Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

Gulo, M, 2015. Analisis Rujukan Puskesmas Botombawo Kabupaten Nias

dalam Era Jaminan Kesehatan Nasional Tahun 2015. Medan:

Skripsi Universitas Sumatera Utara

Hafitri, N, 2016. Analisis Rujukan Puskesmas Bukit Surungan Kota Padang

Panjang dalam Era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Tahun 2016. Medan: Skripsi Universitas Sumatera Utara

Kasmadi, 2015. Analisis Manajemen Rujukan Berjenjang Pelayanan

Kesehatan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Di Rumah Sakit Umum Daerah TGK Abdullah Syafii Kabupaten Pidie Aceh.

Medan: Tesis Universitas Sumatera Utara

Kementerian Kesehatan RI, 2002. Keputusan Menteri Kesehatan No. 772 Tahun 2002 tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital By Laws). Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

_________2009. Kinerja Dua Tahun 2009 – 2011 Menuju Masyarakat Sehat yang Mandiri dan Berkeadilan.2009,Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

_________, 2013. Buku Pegangan Sosialisasi Jamninan Kesehatan Nasional

(JKN) dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional. 2013, Jakarta:

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

_________, 2014. Buku Saku FAQ ( Frequently Ask Question) BPJS

Kesehatan. 2014, Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

_________, 2014. Buku Panduan Praktis Sistem Rujukan. 2014, Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

_________, 2014. Buku Info BPJS Edisi VI “Ikuti Prosedurnya, Dapatkan

Manfaatnya, Menggali Rujukan Berjenjang”. 2014, Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

(4)

Manik, M, 2015. Analisis Manajemen Rujukan Pasien Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN) Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Pinang Kabupaten Labuhan Batu Selatan. Medan: Tesis

Universitas Sumatera Utara

Miles, Mathew B. Michael Huberman, 1992. Analisis Data Kualitatif.

Terjemahan dari analyzing Qualitatif Data. Jakarta: UI Press

Peraturan Gubernur, 2016. Peraturan Gubernur Aceh Nomor 7 Tahun 2016

tentang Pedoman Pelaksanaan JKRA. Aceh

Peraturan Presiden, 2016. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 19

Tahun 2016 tentang Jaminan Kesehatan. Jakarta

Permenkes, 2012. Peraturan Menteri Kesehatan No.971 Tahun 2009 tentang

Standar Kompetensi Pejabat Struktural Kesehatan. 2009, Jakarta:

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

________, 2012. Peraturan Menteri Kesehatan No.001 Tahun 2012 tentang

Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan. 2012, Jakarta:

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

________, 2012. Peraturan Menteri Kesehatan No.72 Tahun 2012 tentang Sistem

Kesehatan Nasional. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia

________, 2013. Peraturan Menteri Kesehatan No.71 Tahun 2013 tentang

Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional. Jakarta :

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

________, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan No.27 Tahun 2014 tentang

Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional.

Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

________, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan No.56 Tahun 2014 tentang

Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. Jakarta : Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia

RSUD Kota Subulussalam. 2015. Profil Kesehatan Rumah Sakit RSUD Kota

Subulussalam. Subulussalam: RSUD Kota Subulussalam

RSUD Kota Subulussalam. 2015. Data Rekam Medis RSUD Kota

Subulussalam Tahun 2015. Subulussalam: RSUD Kota Subulussalam

(5)

_______, 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta

Sumantri, 2013. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Kencana

Syafruddin, 2009. Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan Dalam

Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media

Trihono, 2005. Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat. Jakarta: Sagung Seto

Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945 Pasal 28 tentang Hak Asasi Manusia Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

(6)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam terhadap informan agar diketahui secara jelas dan lebih mendalam tentang pelaksanaan rujukan berjenjang dalam pelayanan kesehatan JKN di RSUD Kota Subulussalam. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, data tersebut merupakan data pasti yang merupakan nilai dibalik data yang tampak (Sugiyono,2013)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

(7)

3.3 Informan Penelitian

Penentuan informan dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2013), metode purposive adalah metode pemilihan informan dengan menentukan terlebih dahulu kriteria yang akan dimasukkan kedalam penelitian, dimana informan dapat memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.

Informan dalam penelitian ini adalah seluruh unsur yang terlibat dalam pelaksanaan sistem rujukan berjenjang di RSUD Kota Subulussalam terdiri dari : 1. Direktur RSUD Kota Subulussalam yang bernama Khainuddin,SKM

berjenis kelamin laki-laki yang berusia 45 tahun dengan pendidikan terakhir S1-Kesehatan Masyarakat.

2. Dokter Umum di RSUD Kota Subulussalam yang bernama dr. Umar Hasan Sitompul berjenis kelamin laki-laki yang berusia 30 tahun dengan pendidikan terakhir S1-Kedokteran.

3. Kepala Bidang Pelayanan Medik RSUD Kota Subulussalam yang bernama dr. Tri Sari Dharmayanti berjenis kelamin perempuan yang berusia 37 tahun dengan pendidikan terakhir S1-Kedokteran.

4. Kepala Bidang Keperawatan RSUD Kota Subulussalam yang bernama Teuka Safriadi, AMK berjenis kelamin laki-laki yang berusia 40 tahun dengan pendidikan terakhir D3-Penata Anastesi.

(8)

6. Kepala BPJS Center RSUD Kota Subulussalam yang bernama M.Taufik, AMK berjenis kelamin laki-laki yang berusia 31 tahun dengan pendidikan terakhir D3-Keperawatan.

7. Kepala Bidang Verifikasi Rujukan BPJS Center RSUD Kota Subulussalam yang bernama drg. Raja Arif Rahman Siregar berjenis kelamin laki-laki yang berusia 25 tahun dengan pendidikan terakhir S1-Kedokteran Gigi.

Table 3.1 Karakteristik Informan

No Informan Jenis kelamin Umur Pendidikan Keterangan

8 Ikhwanudin, AMK Laki-laki 31 D3-keperawatan Pasien Bedah

9 Roslina Perempuan 34 D2-PGTK Pasien Anak

10 Novi Nelviza Perempuan 34 SMA Pasien Anak

3.4 Fokus Penelitian

Menurut Sugiono (2013), Penetapan fokus dapat dilakukan berdasarkan permasalahan penelitian. Dengan mengacu pada permasalahan penelitian ini,

Input yang meliputi kebijakan, alat kesehatan, dan SDM Kesehatan yang tersedia

di rumah sakit. Pada Proses melihat bagaimana pelayanan kesehatan dalam pelaksanaan rujukan berjenjang yang diberikan oleh rumah sakit kepada pasien peserta JKN. Dengan tujuan mendapatkan Output yaitu terlaksananya rujukan berjenjang sesuai prosedur yang telah ditetapkan oleh kebijakan BPJS.

3.5 Metode Pengumpulan Data

(9)

7. Teknik Wawancara (interview)

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan tanya jawab dengan bertatapan muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai. (Sumantri, 2013). Teknik ini berpedoman kepada instrument penelitian yang telah dipersiapkan. Teknik ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan program JKN yang telah dilaksanakan.

8. Teknik Observasi (pengamatan)

Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis, mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan. Teknik ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan JKN secara langsung.

9. Teknik Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugyono, 2011). Dokumen yang ditunjukkan dalam penelitian ini adalah segala dokumen yang berhubungan dengan pelaksanaan program JKN di RSUD Kota Subulussalam yang telah dijalankan. Dokumentasi disini berupa data profil RSUD Kota Subulussalam serta data rekam medis RSUD Kota Subulussalam.

3.6 Pengolahan Data

(10)

diperoleh dari informan dengan cara menanyakan kebenaran atau informasi kepada informan yang satu dengan informan yang lainnya.

3.7 Metode Analisis Data

Model analisa data dalam penelitian ini mengikuti konsep yang diberikan Miles and Huberman (1992), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.

Komponen analisis data menurut Miles and Huberman : 1. Reduksi data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan.

2. Penyajian data

Penyajian data penelitian kualitatif dapat dilakukan dalam bentuk matriks, grafik, jaringan dan bagan.

3. Verifikasi atau penarikan kesimpulan

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

(11)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Gambaran umum lokasi penelitian menjelaskan tentang sejarah RSUD Kota Subulussalam, visi dan misi RSUD Kota Subulussalam, gambaran penduduk yang dilayani di RSUD Kota Subulussalam, gambaran tenaga kesehatan di RSUD Kota Subulussalam, gambaran jumlah 10 besar penyakit di RSUD Kota Subulussalam, serta gambaran jumlah pasien rawat jalan dan rawat inap di RSUD Kota Subulussalam.

4.1.1 Sejarah RSUD Kota Subulussalam

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Subulussalam adalah rumah sakit milik Pemerintah Daerah Kota Subulussalam yang beralamat di Jln. Hamzah Fansuri Dusun Rahmah Kampong Subulussalam Barat Kecamatan Simpang Kiri Kota Subulussalam.

Dalam rangka peningkatan pelaksanaan pelayanan kesehatan khususnya bagi masyarakat Kota Subulussalam dan umumnya kepada masyarakat di kabupaten-kabupaten yang terletak di kawasan Pantai Barat Aceh, maka Pemerintah Kota Subulussalam telah mengambil kebijakan strategis di bidang kesehatan dengan mengupayakan pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di Kota Subulussalam dimana dengan adanya keberadaan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) tersebut diharapkan akan dapat mengoptimalkan pelayanan kepada seluruh lapisan masyarakat.

(12)

perjalanannya lebih banyak pasien umum yang membutuhkan pelayanan kesehatan dan belum adanya rumah sakit umum daerah maka dirubahlah RSIA Kota Subulussalam menjadi RSUD Kota Subulussalam ditetapkan kelas C dan beroperasi mulai Maret 2015. Pelayanan RSUD Kota Subulussalam meliputi pelayanan IGD, apotek, pemeriksaan laboratorium, poliklinik umum, poliklinik gigi dan Ruang Verlos Kamer atau Ruang Bersalin.

Rumah Sakit Umum Daerah Kota Subulussalam memiliki luas area 72.545 M2 dan lahan yang telah digunakan hanya 75% untuk gedung dan fasilitas rumah sakit, sedangkan lahan kosong yang masih tersedia selanjutnya digunakan untuk pengembangan rumah sakit.Seiring berjalannya waktu, RSUD Kota Subulussalam terus melakukan pengembangan pelayanan yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Subulussalam akan pelayanan kesehatan yang terbaik.

4.1.2 Visi, Misi dan Motto RSUD Kota Subulussalam

Visi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Subulussalam adalah “Terwujudnya

Rumah Sakit Umum Daerah yang menjadi pilihan utama dan kebanggaan

masyarakat Kota Subulussalam dalam pemberian pelayanan kesehatan”. Untuk mewujudkan visi tersebut, Rumah Sakit Umum Daerah Kota Subulussalam mempunyai misi :

1. Meningkatkan Manajemen Rumah Sakit yang lebih kokoh, efektif dan professional ;

2. Mewujudkan Rumah Sakit terakreditasi tingkat lanjutan ;

(13)

4. Meningkatkan daya saing Rumah Sakit dengan pemenuhan sarana, prasarana, fasilitas pelayanan secara bertahap dan berkesinambungan ;

5. Meningkatkan pengembangan karir sumber daya manusia melalui diklat berkelanjutan ;

6. Meningkatkan motivasi dan kesejahteraan staf ;

7. Meningkatkan citra rumah sakit melalui upaya promosi dan pemasaran.

Serta didukung dengan motto RSUD Kota Subulussalam

Me berika pelaya a kesehata ya g terbaik kepada asyarakat Kota

Subulussalam adalah kebangga ka i .

4.1.3 Gambaran Penduduk yang Dilayani RSUD Kota Subulussalam

Berdasarkan data statistik Kota Subulussalam tahun 2015 jumlah penduduk yang tersebar di 5 kecamatan dan 82 desa adalah 92.534 jiwa . Dengan kepadatan penduduk 318 jiwa/km2. Dari data statistic tersebut dapat diketahui bahwa Kecamatan Simpang Kiri merupakan kecamatan dengan penduduk paling banyak dan Kecamatan Longkip dengan penduduk paling sedikit.

Untuk itu lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk yang Dilayani RSUD Kota Subulussalam

No. Kecamatan Jumlah Penduduk

1 Simpang Kiri 33.661

2 Penanggalan 15.801

3 Rundeng 15.763

4 Sultan Daulat 17.672

5. Longkip 8637

Total 92.534

(14)

4.1.4 Gambaran Tenaga Kesehatan RSUD Kota Subulussalam

(15)

Tabel 4.2 Jumlah Tenaga Kesehatan RSUD Kota Subulussalam

6 Dokter Spesialis Penyakit Dalam

Sumber : Profil RSUD Kota Subulussalam Tahun 2015

4.1.5 Gambaran Jumlah 10 Besar Penyakit di RSUD Kota Subulussalam

(16)

Tabel 4.3 Jumlah 10 Besar Penyakit di RSUD Kota Subulussalam

No Nama Penyakit Jumlah

1 Kecelakaan Lalu Lintas 1021

2 Dispepsia 550

3 Hipertensi 335

4 Gastro Enteritis 289

5 Kejang Demam Kompleks 194

6 CHF 168

7 TBC 123

8 Diabetes Melitus 102

9 DHF 86

10 Pneumonia 64

Total 15364

Sumber : Rekam Medis RSUD Kota Subulussalam Tahun 2015

4.1.6 Gambaran Jumlah 10 Besar Diagnosa Penyakit Rujukan di RSUD Kota Subulussalam

(17)

Tabel 4.4 Jumlah 10 Besar Diagnosa Penyakit Rujukan di RSUD Kota

9 Nasofaring Carsinoma 32

10 Skrizofrenia 24

Total 834

Sumber : Rekam Medis RSUD Kota Subulussalam Tahun 2015

4.1.7 Gambaran Jumlah Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap di RSUD

Kota Subulussalam

Berdasarkan data jumlah pasien rawat jalan dan rawat inap di RSUD Kota Subulussalam dapat diketahui bahwa banyaknya pasien yang memanfaatkan jamkesda JKRA yang dibentuk oleh Pemerintah Aceh, yang dapat dilihat dari jumlah kunjungannya rawat jalan sebanyak 14.809 serta rawat inap sebanyak 5.423. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.5 Jumlah Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap di RSUD Kota SubulussalamTahun 2015 :

BULAN Rawat Jalan Rawat Inap

Januari 1133 377

(18)

4.2 Wawancara Pelayanan Rujukan Berjenjang Pada Era JKN di RSUD Kota Subulussalam

4.2.1 Pernyataan Informan tentang Kebijakan yang dimiliki oleh RSUD Kota Subulussalam terkait Sistem Rujukan Berjenjang

Tabel 4.6 Matriks Pernyataan Informan tentang Kebijakan Mengenai Sistem Rujukan Berjenjang

Informan Pernyataan

Direktur RSUD Untuk rujukan tidak ada kebijakan internal maupun eksternal, hanya mengikuti bagaimana peraturan sistem rujukan berjenjang karena kebijakan tidak boleh kaku untuk kesehatan agar tidak tinggi angka kesakitan dan kematian.

Kabid Pelayanan Medik

Rumah sakit ini masih rumah sakit kelas C dan bukan rumah sakit regional rujukan tetapi rumah sakit melayani rujukan dari puskesmas. Kalo rujukan berjenjang dilihat berdasarkan kasus, jika kasus tersebut kami rasa tidak

Ada kebijakan internal rumah sakit tapi hanya unutk rawat inap dan rawat jalan, kalau untuk rujuk berjenjang tetap mengikuti prosedur dan kebijakan dari BPJS.

Kabid Penunjang Medik

Kalo untuk rujukan tidak ada kebijakan khusus dari rumah sakit, tapi tergantung jenis pasiennya. Ada dua jenis pasien, umum dan BPJS.

a. Pasien BPJS, tetap mengikuti aturan BPJS tetapi jika di rumah sakit tipe B dokter tidak ada langsung ke rumah sakit tipe A.

b. Pasien Umum, atau memiliki asuransi kesehatan swasta bebas memilih ingin dirujuk ke rumah sakit yang mana saja.

Kepala BPJS Center RSUD

Rumah sakit tidak boleh mengeluarkan kebijakan untuk rujukan berjenjang karena rumah sakit fokusnya hanya pada pelayanan saja. dan rujukan berjenjang hanya berlaku untuk pasien non-emergency. Untuk pasien emergency bisa langsung dirujuk dan langsung ke rumah sakit yang mampu menangani kasus tersebut,tidak ada masalah. Tim Verifikasi Kebijakan khusus dari rumah sakit tidak ada melainkan

(19)

pasien disarankan untuk mengunjungi FKTP terlebih dahulu baru merujuk ke rumah sakit.

Dokter Umum RSUD

Yaa… sejauh ini sudah mengikuti alur rujukan berjenjang

jika puskesmas tidak bisa menangani lagi maka rumah sakit siap menerima pasien tersebut, tetapi kalau tenaga medisnya tidak ada dan kurang alat langsung dilakukan rujukan, begitu juga dengan pasien emergency

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa RSUD Kota Subulussalam tidak memiliki kebijakan terkait rujukan berjenjang baik internal maupun eksternal juga tidak adanya pedoman, karena rumah sakit merujuk pada kebijakan yang dikeluarkan oleh BPJS tentang Sistem Rujukan Berjenjang dan Permenkes No. 27 Tahun 2014, serta fokus rumah sakit hanya pada pemberian pelayanan kepada pasien dan rumah sakit memiliki kebijakan terkait rawatan jalan dan rawatan inap saja.

Rumah sakit tidak membentuk kebijakan tersebut karena untuk masalah kesehatan kebijakan tidak boleh kaku agar tidak tingginya angkat kesakitan dan kematian.

4.2.2 Pernyataan Informan tentang Sosialisasi Kebijakan Mengenai Sistem Pelayanan Rujukan Berjenjang

Tabel 4.7 Matriks Pernyataan Informan tentang Sosialisasi Kebijakan Mengenai Sistem Rujukan Berjenjang

Informan Pernyataan

Direktur RSUD Sudah, sudah semua SDM kesehatan yang berhubungan dengan itu sudah kita sosialisasikan baik supir ambulans, kasirnya, kepala ruanganya, sampai tingkat kasie dan kabid serta pengelola ambulansnya untuk menyiapkan armadanya itu yang berkaitan dengan rujukan. Terakhir kali dibulan Desember dan apabila ada regulasi yang baru langsung disampaikan juga.

Kabid Pelayanan Medik

(20)

Keperawatan mempunyai tupoksi kerja jadi untuk penanganan JKN ini karena sudah kita sosialisasikan untuk kebijakan dari BPJS. Dan sosialisasi resmi ini sudah dilaksanakan 2013 sebelum BPJS dan juga setiap tahunnya pasti ada, dan selalu ada re-kredensialing disesuaikan dengan penambahan dokter dan tenaga medis.

Tim Verifikasi Karena kurangnya informasi yang dimiliki pasien, jadi kita selalu mensosialisasikanya secara langsung kepada pasien yang datang tidak membawa data yang tidak lengkap, tanpa rujukan, rujukan dengan keinginannya sendiri sampai ke pemilihan rumah sakitpun kita arahakan sesuai bagaimana rujukan berjenjang seharusnya.

Pasien I Pernah mendengar tapi tidak memahami, yang saya dengar itu dari pihak rumah sakit dan BPJS juga.

Pasien II Belum pernah saya dengar Pasien III Pernah, ditempat kerja saya.

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa kurangnya sosialisasi kebijakan tentang rujukan berjenjang di era JKN, untuk SDM di rumah sakit mungkin telah diberikan sosialsasi kebijakan tersebut tetapi hanya pada satu bidang yang terkait saja tidak keseluruhan. Begitu juga dengan BPJS yang melakukan sosialisasi tentang rujukan berjenjang tersebut tidak kepada seluruh elemen hanya kepada bidang yang terkait dengan pelayanan dan rujukan berjenjang saja di RSUD Kota Subulussalam sedangkan untuk FTKP hanya kepada tenaga kesehatannya saja tidak sosialisasi langsung kepada pasien maupun

stakeholder agar masyarakat juga memahaminya, karena untuk pengetahuan

(21)

sendiri bisa mengerti tanpa harus berulang kali bertanya kepada petugas kesehatan dan melakukan kesalahan dalam mengambil rujukan.

4.2.3 Pernyataan Informan tentang Alat-alat Kesehatan, Sarana Prasarana dan Pemanfaatan Alat Kesehatan di RSUD Kota Subulussalam

Tabel 4.8 Matriks Pernyataan Informan tentang Alat-alat Kesehatan, Sarana Prasarana, dan Pemanfaatan Alat Kesehatan di RSUD Kota Subulussalam

Informan Pernyataan

Direktur RSUD Alat untuk pelayanan gawat darurat sudah lengkap serta ada juga tenaga terlatih dan dokternya, yang belum rontgen nobel. Kalo penyakit dalam hampirlah, karena keterbatasan anggaran dari daerah, untuk pelayanan bedah yang wajib-wajibnya sudah itu tadi kendalanya di keterbatasan anggaran. Untuk poli anak sudah lengkaplah hanya ruang rawat anak yang belum ada karena kekurangan alat, pelan-pelan sedang dilengkapi. Kalau bedah dan obgyn untuk sementara ini masih lengkap secara alat untuk alat-alat dasar serta ruangan-ruangannya seperti ruang rawat, ruang tindakan. Dikatakan lengkap merupakan kelengkapan alat dasar. Dan kekurangan ini segara diusulkan dengan mekanisme pengadaan alat kesehatan melalui amggaran. Kabid Pelayanan

Medik

Yaa kalo untuk alat kesehatan sudah mulai pelan-pelan dilengkapi ya, tetapi untuk alat kesehatan yang dasar sudah memadailah. Untuk syarat sarana prasarana juga sudah jauh berkembang ya dibanding pertama sekali diresmikan dulu.

Kabid

Keperawatan

Alat kesehatan disini dikatakan sudah memadai untuk menangani pasien, untuk ketentuan dasarnya. Begitu juga sarana prasarana. Dalam proses melengkapilah yang masih dibutuhkan.

Kabid Penunjang Medik

Kalau secara umum sudah memadai tetapi untuk pelengkap-pelengkap itu masih ada yang belum seperti endoscope, tetapi untuk dasar sudahlah. Ya itu tadi endoscope ini juga belum diadakan karena dokter kita juga belum ada bisa menggunakan alat itu.

Dokter Umum Dari segi ketersediaan alat masih kurang lah. Kepala BPJS

Center RSUD

Harus ada penambahan alat-alatnya karena pasien itu tidak dapat ditangani karena kurangnya alat, maka dirujuklah pasien tersebut.

Tim Verifikasi Karena kurangnya alat disini juga merupakan salah satu faktor pasien merujuk.

(22)

memang belum, sesuai dengan permenkes klasifikasi rumah sakit itu sudah diatur. Jadi untuk penyakit saya ini, alatnya memang tidak ada jadi harus dirujuk, karena saya memerlukan bedah orthopedic.

Pasien II Ya saya rasa ya udah lumayan canggih alatnya tapi tenaga medisnya yang gak pandai mengoperasikannya.

Pasien III Tersedia tapi belum lengkap, alat laboratoriumnya dan pemeriksaannya kadang belum memadai.

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa menurut para informan ketersediaan alat kesehatan di RSUD Kota Subulussalam sudah terbilang cukup dan memadai untuk alat dasar, keterbatasan ini dikarenakan anggaran untuk alat kesehatan masih terbatas sehingga alat kesehatan penunjang lainnya harus dilengkapi secara bertahap, selain itu informan juga mengeluhkan tenaga kesehatan yang ahli dalam pengoperasian alat tersebut masih kurang dan belum terlatih. Direktur RSUD Kota Subulussalam mengungkapkan masih terus diupayakan untuk pengadaan dan penambahan dalam rangka pengembangan rumah sakit.

4.2.4 Pernyataan Informan tentang Tenaga Kesehatan (Kualitas,Kuantitas, dan Pelayanan) di RSUD Kota Subulussalam

Tabel 4.9 Matriks Pernyataan Informan tentang Tenaga Kesehatan (Kualitas,Kuantitas, dan Pelayanan) di RSUD Kota Subulussalam.

Informan Pernyataan

(23)

Kabid Pelayanan Medik

Kalo dari segi kuantitasnya sudah memadai untuk pelayanan dasar dan setingkat rumah sakit tipe C, tapi kalo dari segi kualitas ya kita masih terus berbenah,kita kirim petugas kita untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang ada, seminar maupun workshop.

Kabid

Keperawatan

Untuk beberpa dokter tertentu yakan, seperti dokter THT masih dibutuhkan, dokter penyakit dalam butuh penambahan kalau tingkat dokter hanya itu. Dokter penyakit dalam yang sangat dibutuhkan karena dengan kunjungan pasien 100 jadi butuh dua dokter dan agar waktunya lebih efektif. Kalo untuk tenaga pendukung lain penunjang seperti tenaga laboraturium masih kurang, untuk perawat, dokter umum dan farmasi udah cukup. Juka untuk tenaga bidang Clinical Pathway belum ada tenaga yang terlatih.

Kabid Penunjang Medik

Kalau untuk tipe C kita sudah memadai, Cuma ada beberapa yang masih kurang misalnya sekarang itu seperti tenaga laboraturium, tetapi secara umum sudah memadai, tetapi dalam pengembangan rumah sakit ini membutuhkan tenaga spesialis lain seperti mata dan lainnya. tetapi yang paling mendesak adalah spesialis patologi klinik. Dan masih ada juga tenaga medis yang belum terlatih. Seperti dokter untuk penggunaan endoscope, dalam penggunaannya dokter butuh pelatihan dan upgrade ilmu lagi.

Dokter Umum RSUD

Secara umum masih jauh kurang yaa, karena dokter umum saja belum bisa di tempatkan dibeberapa post ya, misalnya di poli saja kah atau di ruangan saja kah, jadi dokter masih menangani berapa post seperti di IGD iya, di ruangan iya, di ICU juga iya. Jika ada pasien dengan kondisi gawat dalam waktu yang bersamaan maka sulit untuk ditangani. Dokter spesialisnya tidak ada maka dianjurkan untuk dirujuk.

Kepala BPJS Center RSUD

Sebenarnya kalau dibilang cukup atau tidaknya yang menurut sepenglihatan saya sudah cukup setara rumah sakit tipe C. Untuk dokter spesialis 4 dasar sudah ada meskipun kontrak dan anastesi juga.

Tim Verifikasi Jumlah tenaga kesehatan kalo misalnya kita data memang harusnya bukan meliputi dokter saja, sebenarnya kalau untuk RSUD Subulussalam ini untuk tenaga perawat, bidan, dan administrasi sudhah mencukupi tapi kalau untuk tenaga dokter spesialisnya masih sangat kurang terutama untuk internis.

(24)

spesialis ada 5, cukuplah.

Pasien II Menurut saya SDMnya masih kurang memadai, karena di RSUD Subulussalam ini sudah ada alatnya yang canggih tapi yang mengoperasikannya gak ada. Jadi perlu lah untuk tenaga kesehatannya pelatihan supaya tau cara mengoperasikan alat itu. Belum lagi kalo ditanya sama perawatnya semua bingung, padahal perawatnya banyak tapi yang ngerti cuma sebahagian kecil.

Pasien III Oh tenaga kesehatannya belum cukup, masih kurang, perwatnya cukup lah.

(25)

sehingga membuat tidak maksimalnya pelayanan kesehatan di RSUD Kota Subulussalam.

4.2.5 Pernyataan Informan tentang Alur Pelaksanaan Pelayanan Rujukan Berjenjang di RSUD Kota Subulussalam

Tabel 4.10 Matriks Pernyataan Informan tentang Alur Pelaksanaan Pelayanan Rujukan Berjenjang di RSUD Kota Subulussalam

Informan Pernyataan

Direktur RSUD Kondisi-kondisi yang tidak darurat itu dimulai dari puskesmas tapi kalo kondisinya darurat langsung dari rumah sakit. Karena letak geografis kita lebih dekat ke Tapak Tuan 3 jam dan belum tentu ditanganin tuntas nanti harus merujuk lagi ke Banda Aceh 10 jam. Tapi kalau dari Subulussalam ke Medan langsung mendapatkan rumah sakit tipe A seperti RS.H.Adam Malik lengkap sehingga masyarakat minta sendiri, padahal itu tidak tepat.

Kabid Pelayanan Medik

Sejauh ini rujukan berjalan, yaa seperti yang saya bilang tadi rumah sakit menerima rujukan dari setingkat puskesmas. Kalo dapat ditangani di rumah sakit ini kita tidak lakukan rujukan tetapi jika tidak dapat ditangani ya kita lihat kasusnya terlebih dahulu. Karena pasien sering tidak tertangani di rumah sakit tipe B makanya langsung dirujuk ke tipe A.

Kabid

Keperawatan

Sudah sesuai, hanya ada beberapa kendala kecil karena kurangnya sosialisasi dan infromasi yang dimiliki pasien ya. Tetapi sebelum merujuk semua pasien ditangani dulu disini dengan data pendukung yang kuat baru bisa diberikan rujukan keluar. Seperti rujukan rawat jalan dari puskesmas itu berlaku satu bulan kecuali untuk penyakit tertentu seperti PJK, TBC, DM itu bisa per-tiga bulan perpanjangannya. Kalo proses ke IGD boleh tanpa rujukan. Kabid Penunjang

Medik

(26)

karena jarak. Namun di rumah sakit Medan itu terkadang banyak ketika ditelfon menanyakan informasi ruangan untuk BPJS tidak ada, pasien penuh, ruangan penuh. Dokter Umum

RSUD

Sudahlah, sama seperti rumah sakit yang lain pada umumnya, awalnya pasien membawa surat rujukan dari puskesmas lalu dari kita. Jika emergency bisa langsung rujukan, tetapi kalo tidak harus dari poli dokter spesialis. Lalu koordinasi kembali dengan BPJS. Karena kita tipe C yam aka kita bisa merujuk ke tipe yang lebih tinggi lagi. Seperti tipe A RS.H. Adam Malik. Karena saya dokter IGD maka saya banyak menangani pasien yang memang harus dirujuk dalam keadaaan emergency.

Kepala BPJS Center RSUD

Seharusnya dari FKTP dulu dengan diagnose yang ringan, tetapi jika sangsi dengan diagnose tersebut karena takutnya ada penyakit lain maka dirujuklah ke rumah sakit, lalu jadi rawat jalan tetapi untuk yang tidak emergency, tapi kadang langsung dari poli keluar juga rujukan itu. Rujukan berjenjang ini adanya pada jam kerja,selain itu dikatakan emergency. Dan kalo yang atas permintaan sendiri banyak sih pasien itu, tetap kita jelaskan kepada si pasien. Contohnya mereka meminta di rujuk ke rumah sakit yang bagus atau langsung tipe tinggi tapi kita sesuaikan dengan indikasi medisnya kalau dokter mau mengeluarkan rujukan ya kita dari BPJS acc aja seperti itu. Kadang juga ada pasien yang datang tidak bawa rujukan, hanya punya kartu BPJS, sementara prosedur berjenjang itu harus ada rujukan, dan diberikan acc karena agar tidak ada yang dipersulit. Sebenernya sudah berjalan sesuai prosedur tetapi pasien ini ada yang tidak mau tau dan seenaknya. Tim Verifikasi Prosedur sih ada beberapa yang belum berjalan sempurna

yaa. Jika pasien tidak dapat ditangani di rumah sakit ini tentunya akan dirujuk tetapi pertamanya harus ke puskesmas atau klinik pratama terlebih dahulu untuk mendapatkan surat rujukan tersebut. karena letak geografis juga ya, Subulussalam memiliki 3 kecamatan yang jaraknya jauh dari rumah sakit sehingga dari ketiga kecamatan ini masyarakatnya sulit ditangani karena itu tadi mungkit belum teredukasi atau belum taunya informasi, sehingga datang ke rumah sakit tanpa membawa rujukan dari puskesmas. Dan rujukan berjenjang Untuk penyakit syaraf, kanker, atau jantung itu bisa dirujuk langsung ke tipe A, tetapi mungkin untuk penyakit yang masih bisa ditangani di rumah sakit tipe B akan diarahkan. Tetapi semua rujukan tetap berasal dari indikasi medis oleh dokter spesialis di poli.

(27)

untuk meminta rujukan ke rumah sakit yang akan diarahkan ke poli bedah. Ketika dipoli bedah dokter langsung mengarahkan ke dokter bedah orthopedic di RS.H.Adam Malik. Itu karena ya bisa dibilang karena faktor keinginan langsung ke RS.H.Adam Malik juga didukung dengan saran dari dokter karena dari segi tenaga medis dan alat sudah sangat mencukupi. Begitu juga ketika ditanya ke tim verifikasi katanya boleh dan tidak ada masalah. Jadi bisa dikatakan 80% sudah berjalan sesuai prosedur.

Pasien II Standartlah, katanya lengkapi data dulu siapkan ktp, kk, kartu BPJS. Dan saya juga meminta rujukan itu sendiri ke RS. Martha Friska, gak yakin saya berobat disini takutnya gabisa diatasi gak ada pula alatnya. Kalau saya bilang masih berjalan 65% lah efektifnya.

Pasien III Kalau sulit enggak, tapi ribet. Banyaklah dimintanya lengkapi data, liat lagi diagnosanya, ditanya lagi ke rumah sakit mana. Tapi kemarin karena saya rujukan saya sendiri saya minta ke Medan ke RS. Murni Teguh karena di Medan semua keluarga saya, lagian ke Banda Aceh jauh kali jaraknya. Yaa menurut saya masih 50% gitulah.

(28)

kelas A kalau rujukan berjenjang kita seharusnya ke Tapak Tuan, Aceh Selatan ke Rumah Sakit Regional yang tipenya sama seperti kita tetapi memiliki tenaga Spesialis yang lebih karena dari sini ke Tapak Tuan 3 jam dan belum tentu ditanganin tuntas nanti harus merujuk lagi ke Banda Aceh 10 jam. Tapi kalau dari Subulussalam ke Medan langsung mendapatkan rumah sakit kelas A seperti RS.H.Adam Malik lengkap sehingga masyarakat minta sendiri, padahal itu tidak tepat. Dengan kondisi tersebut membuat masyarakat juga lebih sering meminta rujukannya sendiri karena selain jarak tingkat keyakinan mereka dalam mendapatkan pelayanan dan perobatan juga menjadi faktor bertambahnya angka rujukan.

4.2.6 Pernyataan Informan tentang Verifikasi Data Rujukan di RSUD Kota Subulussalam

Tabel 4.11 Matriks Pernyataan Informan tentang Verifikasi Data Rujukan di RSUD Kota Subulussalam

Kalo verifikasi kita setiap target (n-1) bulan lalu diverifikasi pada bulan ini, jadi data bulan juli dikerjakan pada bulan agustus. Yang namanya verifikasi data itu adalah untuk melihat data setelah dilakukan pelayanan agar tidak terjadi fiktif dengan melihat data dan berkasnya sesuai dan lengkap atau tidak karena ada syarat dan perjanjian rumah sakit dengan BPJS disesuaikan dengan INA CBG’s, karena setiap diagnosa sudah ada biayanya sendiri. Terkadang rumah sakit lain mau menggunakan biaya tertinggi padahal sudah tercover dengan jelas ada tingakatan biayanya.

(29)

dengan data dan identitas tambahan seperti ktp atau kk, sebenernya kalau untuk secara peraturan nasional di PMK 27 juga disebutkan bahwa setiap pasien yang datang ke rumah sakit harus membawa identitas kartu yang asli cuma mungkin pengecualian untuk di daerah NAD diperbolehkan tidak membawa kartunya yang asli karena adanya program JKRA. Jika pasien dengan rujukan atas permintaannya sendiri dengan indikasi medis yang ringan saya akan konfirmasi lagi ke dokternya dan pasiennya kenapa harus langsung merujuk ke rumah sakit tipe A dan akan diberikan arahan serta edukasi tentang runtutan rujukan berjenjang. Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa verifikasi data dimulai dari melihat rujukan yang dibawa oleh pasien dari FTKP atau klinik pratama lalu di rujuk ke RSUD Kota Subulusssalam untuk ditangani terlebih dahulu. Lalu jika ingin melanjutkan rujukan berjenjang harus memiliki indikasi medis yang tepat dan membawa identitas diri pasien yang akan dirujuk. Tetapi dibalik itu banyak juga kejanggalan yang terjadi seperti pasien meminta rujukan atas permintaannya sendiri dan tidak membawa identitas asli. Hal tersebut yang membuat sulitnya tim verifikasi dalam memberikan persetujuan untuk melanjutkan rujukan sehingga masyarakat merasa proses rujukan berjenjang memiliki alur yang ribet.

4.2.7 Pernyataan Informan tentang Hambatan Pelaksanaan Rujukan Berjenjang di RSUD Kota Subulussalam

Tabel 4.12 Matriks Pernyataan Informan tentang Hambatan Pelaksanaan Rujukan Berjenjang di RSUD Kota Subulussalam

Informan Pernyataan

Direktur RSUD Karena letak geografis kita, ketersediaan tenaga medis terutama spesialis dan alat kesehatan yang belum seluruhnya terpenuhi 100% karena keterbatasan anggaran dan rumah sakit ini juga masih tergolong baru.

Kabid Pelayanan Medik

(30)

tipe A. Dan kita merujuk karena keterbatasan pelayanan kita

Kabid

Keperawatan

Kendalanya mungkin seperti koordinasi, seperti disini jika ingin merujuk ke rumah sakit tertentu harus koordinasi langsung dengan rumah sakit tersebut, terkadang ada informasi yang tidak jelas, tempat yang penuh, misalnya kita perlu ruang ICU tetapi penuh sehingga sasaran berubah tempat, nah disinila informasi yang tidak jelas sehingga pasien terlantar dan tidak tertangani.

Kabid Penunjang Medik

Kendala ada tapi ya satu atau dua, seperti dana. Karena pasien yang dirujuk itu tidak boleh dipungut biaya dulu sementara rumah sakit belum memiliki dana talangan untuk biaya pemberangkatan pasien itu sendiri karena BPJS membayar setelah menangani, disitulah kadang terhambat seperti itu.

Dokter Umum RSUD

Terlalu lamanya proses penyiapan surat rujukan ya, itu sih kadang yang menjadi hambatan.

Kepala BPJS Center RSUD

Jadi pasien-pasien itu merujuk karena kurangnya alat, tetapi yang atas permintaannya sendiri itu kita kadang bingung entah karena sugestinya, keyakinanya entah gimana padahal sakitnya biasa aja tapi langsung minta merujuk ke rumah sakit yang bagus, terkadang buat ribet karena dokternya memberikan indikasi begitu yaa dari BPJS acc aja, gak masalah. Masyarakat disini juga kadang untuk dimintain fotocopy kk saja tidak mau, itu lah yang menimbulkan masalah dalam kelengkapan data.

Tim Verifikasi Ya itu merupakan tantangan kita sebenernya. Satu, terkadang si pasiennya ini yang memang kadang atas permintaan dia sendiri ingin dirujuk ke rumah sakit mana itu juga karena ada keluaganya disitu ini termasuk alasan yang paling sering. Dua, terkadang dokternya mungkin dia kenal di rumah sakit ini ya bisa dibilang relasi dokter. Ada juga faktor lain seperti sosial budaya biar bagaimanapun masyarakat sini tingkat pendidikannya masih rendah karena berpengaruh ke pola pikir masyarakatnya yang mungkin agak sulit diedukasi.

(31)

langsung di rujuk ke rumah sakit luar daerah dan bukan rumah sakit regional rujukan, dengan relasi yang dimilikinya di RSUD Kota Subulussalam dan ada juga daerah kecamatan yang jauh dari FKTP sehingga masyarakat penduduk tersebut jika berobat tidak pernah membawa rujukan. Ada faktor lain juga menurut Verifikator BPJS Center RSUD Kota Subulussalam Ada juga faktor lain seperti sosial budaya biar bagaimanapun masyarakat sini tingkat pendidikannya masih rendah karena berpengaruh ke pola pikir masyarakatnya yang mungkin agak sulit diedukasi.

4.2.8 Pernyataan Informan (Pasien) tentang Kekecewaan dan Keluhan terhadap Pelayanan Kesehatan di RSUD Kota Subulussalam

Tabel 4.13 Matriks Pernyataan Informan (Pasien) tentang Kekecewaan dan Keluhan terhadap Pelayanan Kesehatan di RSUD Kota Subulussalam

Informan Pernyataan

Pasien I Peraturan BPJS itu dibilang mempersulit tidak juga tetapi kalo berhubungan dengan waktu yang lama dalam posedur rujukan, tapi beda jika darurat mungkin bisa cepat. Kalo keterlambatan pelayanan bisa dibilang iya bisa dibilang tidak karena keterbatasan dokter spesialis saat ini masih sangat kuang. Begitu juga dengan alat kesehatannya terkendala karena tidak ada.

Pasien II Kalo prosedurnya itu ya sulit lah, karena kita butuh cepat tapi banyak kali harus lengakpi data lagi, belum lagi waktu nunggu suratnya jadi agak lama, untungnya saya punya kenalan jadi cepat urusannya. Saya juga pernah terkendala waktu menggunakan alat rontgen karena orang yang mengoperasikannya lagi gak ada dibilang perawat rumah sakit itu gak ada alat itu.

Pasien III Kadang alatnya gak ada jadi terkendala. Tapi kemarin saya kecewa karena diagnosa dokternya jauh berbeda dengan dokter yang ada di Medan, semakin ragu saya untuk berobat di rumah sakit disini.

(32)

dibentuk oleh BPJS tidak begitu mempersulit tetapi waktu dalam prosedur itu cukup lama sementara pasien butuh cepat, sehingga pasien terlambat dalam menerima pelayanan. Selain itu pasien merasa kecewa karena terkendala untuk pemanfaatan alat menurut penuturan Pasien II Kalo prosedurnya itu ya sulit lah, karena kita butuh cepat tapi banyak kali harus lengakpi data lagi, belum lagi waktu nunggu suratnya jadi agak lama, untungnya saya punya kenalan jadi cepat urusannya. Saya juga pernah terkendala waktu menggunakan alat rontgen karena orang yang mengoperasikannya lagi gak ada,tetapi dibilang perawat rumah sakit itu gak ada alat itu. Hal demikianlah yang membuat pasien ingin merujuk dengan permintaan sendiri tanpa ditangani terlebih dahulu di rumah sakit.

4.2.9 Pernyataan Informan (Pasien) tentang Kepuasan Terhadap Pelayanan Kesehatan dan Pelayanan Rujukan Berjenjang di RSUD Kota Subulussalam

Tabel 4.14 Matriks Pernyataan Informan (Pasien) tentang Kepuasan Terhadap Pelayanan Kesehatan dan Pelayanan Rujukan Berjenjang di RSUD Kota Subulussalam

Informan Pernyataan

Pasien I Kalo dikatakan sudah puas, mungkin 85% sudahlah. Meskipun kecewa dengan lambatnya pelayanan tetapi saya mengerti mengapa keterlambatan itu terjadi.

Pasien II Kurang memuaskan, tapi itu semua tergantung pasien yang dilayani, kalo ada kenal orang dalam cukup memuaskan tapi kalo tidak yaa tidak dilayani dengan baik. Terus proses rujukan itu gak semuanya memahami ditanya satu ditanya lagi sama yang lain, apalagi kalo ada pasien gawat langsung panik mereka untuk mengatasinya. Jadi langsunglah dibuat orang itu rujukan ke rumah sakit di Medan padahal adanya alat canggih di rumah sakit.

(33)

Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa pasien yang memanfaatkankan pelayanan di RSUD Kota Subulussalam masih belum merasa puas dengan pelayanan di RSUD Kota Subulussalam. Mereka mengeluh karena pelayanan yang lambat diakibatkan oleh kurangnya dokter dan mendapatkan pelayanan yang kurang baik jika tidak memiliki relasi di rumah sakit serta tidak dapat memanfaatkan alat kesehatan rumah sakit saat dibutuhkan terhambat pada tenaga ahli yang mengopersikan alat tersebut. Masyarakat berharap adanya penambahan dokter dan tenaga kesehatan yang ahli dalam pengoperasian alat kesehatan serta adanya sopan santun, ramah, dan senyum dalam melayani pasien tanpa membeda bedakan, agar pelayanan kesehatan di RSUD Kota Subulussalam dapat berjalan dengan maksimal.

4.2.10 Pernyataan Informan tentang Strategi yang Dilakukan dalam Menghadapi Hambatan di RSUD Kota Subulussalam

Tabel 4.15 Matriks Pernyataan Informan tentang Strategi yang Dilakukan dalam Menghadapi Hambatan di RSUD Kota Subulussalam

Informan Pernyataan

Direktur RSUD Kami mencoba mewujudkan visi rumah sakit kita menjadi tempat rumah sakit rujukan unggulan. Serta saya juga memiliki visi yang kuat untuk meningkatkan rumah sakit kita ini yaitu dapat melayani masyarakat Kota Subulussalam dengan baik bahkan kedepan kita jadikan penataan lingkungan, infrastruktur senyaman mungkin, tambah kita tegaskan kepada tenaga-tenaga kita untuk senyum, sapa, salam dan ramah untuk melayani masyarakat dan bertanggung jawab atas itu. Dan peningkatan SDM kita agar mereka lebih siap melayani masyarakat serta penambahan alat kesehatan juga pembangunan infrastruktur sehingga siap melayanin masyarakat Subulussalam ini yang semakin berkembang Kabid Pelayanan

Medik

(34)

ini masih masih daerah berkembang maka rata-rata penduduknya baik dari ilmunya, pendapatannya masih menengah kebawah. Kadang-kadang petugas kami menganggap memberi informasi kepada keluarga pasien itu pukul rata sama, padahal tingkat intelegentia setiap orang berbeda dan tidak ditanyakan kembali sudah mengerti apa belum. Salam, senyum, sapa dan ramah itu harus ditingkatkan karena seorang pemberi pelayanan kesehatan harus memiliki komunikasi yang baik.

Kabid

Keperawatan

Kita berupaya meningkatkan kemampuan personal seperti pelatihan, pembuatan seminar, rapat bulanan dan breefing mingguan untuk kepala ruangan dan staff.

Kabid Penunjang Medik

Yang pertama kita melakukan respon cepat tanggap kalo ini kita sudah ada beberapa petugas yang stand by 24 jam di rumah sakit dan kita juga walawpun tidak masuk kantor tetapi kita kontak tidak boleh mati karena begitu ada komplain langsung ditangani walawpun tengah malam. Dan saya mewajibkan untuk staff penunjang medik harus selalu siaga dan handphone tidak boleh mati.

Dokter Umum RSUD

Menjalankan tugas sesuai aturan saja, jika angka rujukan keluar selama ini tinggi itu bukan salah kita, ya itu memang karena kurangnya fasilitas dan dokter spesialisnya tidak ada serta kasusnya yang tidak dapat ditangani lagi.

Kepala BPJS Center

Biasanya kalau dilayanan operasional ini kita cuma kartu aja, yang tidak ada kartu langsung dicetak pada saat itu juga, dan untuk pasien yang tidak membawa rujukan akan tetap dilayani dengan baik tetapi dengan umum jika sudah berkali-kali melakukan tindakan seperti itu. Dan mengurus kartu atau administrasi data juga diberi tenggang waktu 3 x 24 jam.

Tim Verifikasi Edukasi ke pasien itu paling penting karena selama era JKN ini tidak ada perbedaan dari segi pelayanan, lalu sosialisasi langsung tentang kemudahan yang ada di era JKN

(35)
(36)

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Masukan (input)

Terdapat beberapa aspek yang dikategorikan sebagai masukan (input) dalam pelaksanaan pelayanan sistem rujukan berjenjang.

5.1.1 Kebijakan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa RSUD Kota Subulussalam tidak memiliki kebijakan khusus internal mengenai pelayanan rujukan berjenjang. Hal ini didukung hasil wawancara informan yang mengatakan bahwa rumah sakit tidak boleh mengeluarkan kebijakan apapun tentang rujukan, rumah sakit hanya fokus pada pelayanan kesehatan saja.

Kebijakan merupakan peraturan atau aturan yang digunakan sebagai pedoman dalam upaya pelaksanaan sistem rujukan berjenjang di RSUD Kota Subulussalam. Faktanya RSUD Kota Subulussalam tidak memiliki kebijakan khusus terkait rujukan berjenjang, rumah sakit hanya menggunakan kebijakan yang dikeluarkan oleh BPJS dalam melakukan rujukan oleh pasien.

Sesuai dengan yang dipaparkan oleh kabid pelayanan medik bahwa, “Rumah sakit ini masih rumah sakit kelas C dan bukan rumah sakit

(37)

yang ada dari BPJS karena sudah bekerjasama, kalo untuk rumah sakit sendiri tidak ada kebijakan maupun pedoman untuk rujukan berjenjang.”

Keadaan tersebut didukung juga dengan pernyataan Kepala BPJS Center RSUD Kota Subulussalam bahwa,

Rumah sakit tidak boleh mengeluarkan kebijakan untuk rujukan

berjenjang karena rumah sakit fokusnya hanya pada pelayanan saja dan rujukan berjenjang hanya berlaku untuk pasien non-emergency. Untuk pasien emergency bisa langsung dirujuk dan langsung ke rumah sakit yang mampu menangani kasus tersebut,tidak ada masalah.”

(38)

Pedoman peraturan internal rumah sakit (Hospital By Laws) memiliki fungsi :

a. Sebagai acuan bagi pemilik rumah sakit dalam melakukan pengawasan rumah sakit.

b. Sebagai acuan bagi direktur rumah sakit dalam mengelola rumah sakit dan menyusun kebijakan yang bersifat teknis operasional. c. Sarana untuk menjamin efektifitas, efisiensi dan mutu.

d. Sarana perlindungan hukum bagi semua pihak yang berkaitan dengan rumah sakit.

e. Sebagai acuan bagi penyelesaian konflik di rumah sakit antara pemilik, direktur rumah sakit dan staff medis.

f. Untuk memenuhi persyaratan akreditasi rumah sakit.

Undang-undang republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Dalam pelaksanaan sistem rujukan telah diatur dalam SK Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 001 Tahun 2012 tentang Sistem pelayanan Kesehatan Perorangan.

Menurut Hafitri (2016) dalam penelitiannya bahwa tenaga kesehatan sudah mengetahui adanya program JKN termasuk didalamnya sistem rujukan yang dilaksanakan sesuai dengan SK Menkes Nomor 001 tahun 2012, namun keseluruhan informan mengatakan kebijakan ini belum berjalan maksimal di puskesmas dikarenakan masih adanya kekurangan sarana dan prasarana untuk mendukung program JKN dan masyarakat yang belum tahu prosedur dalam pelaksanaan program JKN ini.

(39)

kefasilitas kesehatan primer seperti puskesmas, klinik, atau dokter keluarga yang tercantum pada kartu BPJS Kesehatan. Peserta JKN harus mengikuti sistem rujukan yang telah ditetapkan, sakit apapun kecuali kondisi gawat darurat, harus berobat kefasilitas kesehatan primer, tidak boleh langsung ke rumah sakit atau dokter spesialis. Jika dilanggar peserta harus membayar sendiri. Namun kenyataannya, dilapangan masih banyak kendala salah satunya dari sistem rujukan dipuskesmas belum berjalan secara efektif dan efisien (Kemenkes RI,2014).

Sistem rujukan berjenjang di RSUD Kota Subulussalam masih belum berjalan sesuai prosedur yang ada. Masyarakat sering melakukan rujukan atas permintaan sendiri, hal ini telah menjadi sebuah kebiasaan dari era JKRA terdahulu karena pada masa JKRA di Kota Subulussalam belum memiliki rumah sakit daerah hanya memiliki Puskesmas sebagai tempat mendapatkan pelayanan kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian di RSUD Kota Subulussalam, menurut Leader Office BPJS Center RSUD Kota Subulussalam, menyatakan bahwa,

mereka meminta di rujuk ke rumah sakit yang bagus atau langsung tipe

tinggi tapi kita sesuaikan dengan indikasi medisnya kalau dokter mau mengeluarkan rujukan ya kita dari BPJS acc aja seperti itu. Kadang juga ada pasien yang datang tidak bawa rujukan, hanya punya kartu BPJS, sementara prosedur berjenjang itu harus ada rujukan, dan diberikan acc karena agar tidak ada yang dipersulit”.

(40)

dikeluarkan oleh RSUD Kota Subulussalam untuk mempertegas agar melakukan rujukan sesuai dengan prosedur yang ada, serta kendala yang terjadi dengan letak geografis yang berbatasan dengan Sumatera Utara khususnya Medan sehingga masyarakat juga tidak mau memanfaatkan fasilitas rumah sakit regional yang seharusnya jadi tempat rujukan, melainkan melanjutkan rujukan berjenjang tersebut keluar regional meskipun diakui bahwa memang rumah sakit Kota Medan lebih mampu menangani secara tuntas dengan kelengkapan alat dan tenaga kesehatan yang lebih berkualitas.

Permasalahan untuk rujukan berjenjang merupakan prioritas yang harus diselesaikan oleh rumah sakit dan BPJS dengan segera, disatu sisi peran rumah sakit sebagai penyedia jasa pelayanan kesehatan akan terganggu jika selalu saja melakukan rujukan ke luar daerah regional karena lebih baik meningkatkan pemanfaatan sarana prasarana dan pelayanan RSUD Kota Subulussalam untuk menurunkan angka rujukan.

(41)

5.1.2 Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit menyatakan bahwa jumlah dokter umum untuk standar RS kelas C yaitu sebanyak 9 orang, dokter gigi sebanyak 2 orang dan dokter spesialis untuk pelayanan medik dasar masing-masing 2 orang serta masing-masing 1 orang dokter spesialis untuk pelayanan medik penunjang.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa ketersediaan SDM kesehatan di RSUD Kota Subulussalam belum mencukupi dan belum sesuai dengan standar RS kelas C, khususnya dokter umum, dokter spesialis dan dokter spesialis penunjang medik. Hal ini didukung hasil wawancara informan yang mengatakan bahwa jumlah dokter umum di RSUD Kota Subulussalam hanya berjumlah 4 orang, dokter spesialis hanya 2 yang berstatus dokter tetap yaitu dokter bedah dan obgyn dan dokter gigi 3 yang berstatus tetap.

(42)

Sakit, Pengelolaan Sumber Daya Manusia yang harus dipenuhi sebelum atau paling lama satu tahun pertama setelah menduduki jabatan struktural. Direktur Rumah Sakit Kelas C pernah memimpin Rumah Sakit Kelas D dan/atau pernah menjabat sebagai Kepala Bidang Rumah Sakit Kelas C paling singkat selama 1 (satu) tahun.

Menurut Gulo (2015) dalam penelitiannya menyatakan bahwa Sumber Daya Manusia merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya suatu pelayanan yang bermutu. Sumber Daya Manusia yang secara kuantitas dan kualitas sesuai dengan standar diperlukan sebagai dukungan dalam menciptakan layanan yang menjadi saringan dalam mengurangi pelayanan rujukan yang tidak sesuai dengan syaratnya.

Mengenai SDM kesehatan di RSUD Kota Subulussalam sebenarnya sudah ada upaya untuk penambahan dari segi jumlah tetapi masalahnya belum ada dokter yang berstatus PNS yang telah selesai menjalankan tugas belajarnya, RSUD Kota subulussalam dalam masa berbenah sehingga banyak dokter yang sedang melakukan tugas belajarnya untuk mengambil bidang spesialis yang dibutuhkan di RSUD Kota Subulussalam. Jika dokter dari luar daerah akan mengalami kendala yaitu sangat sulit untuk mangajak khususnya dokter spesialis untuk menetap di RSUD Kota Subulussalam karena kota ini masih baru saja berkembang serta RSUD Kota Subulussalam belum berani membayar honor dokter dengan sistem paket karena membutuhkan anggaran biaya yang besar.

(43)

pasien yang sangat membutuhkan dokter spesialis tersebut akan mengalami keterlambatan untuk mendapatkan pelayanan sehingga harus melakukan rujukan agar cepat mendapatkan penanganan medis.

Upaya yang dapat dilakukan untuk menindak lanjuti hal ini adalah sebagai pejabat struktural rumah sakit harus sesuai dengan standart kompetensi yang ada atau seminimalnya seorang Master Administrasi Rumah Sakit sebagai Direktur dan diharapkan pihak rumah sakit untuk melakukan penambahan terhadap SDM kesehatan di RSUD Kota Subulussalam untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien lebih maksimal lagi dengan status SDM kesehatan adalah PNS.

5.1.3 Alat Kesehatan

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 71 Tahun 2013 tentang pelayanan kesehatan pada JKN menyatakan bahwa Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin, dan/atau implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosa, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta memulihkan kesehatan pada manusia dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.

(44)

alat penunjang medis lainnya, karena banyak kasus yang tidak dapat ditangani hanya sekedar dengan alat kesehatan dasar saja.

Menurut UU No. 40 tahun 2004 Pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit dalam hal ini adalah pelayanan medis keperawatan berupa kuratif dan rehabilitatif. Yang berarti pelayanan yang diberikan pada tatanan rumah sakit adalah tingkat lanjutan untuk penyembuhan (kuratif) dan Pengobatan tingkat lanjutan pemulihan (rehabilitatif). Menurut Gulo (2015) dalam penelitiannya menyatakan bahwa Ketersediaan fasilitas atau sarana pelayanan kesehatan dalam melakukan pemeriksaan kesehatan merupakan suatu hal yang sangat penting guna mencapai penegakkan diagnosa, pemberian tindakan yang tepat serta pendukung, pendamping dan pemberi hasil dari sistem pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.

Dalam penggunaan alat-alat yang tersedia juga dibutuhkan tenaga kesehatan yang ahli dalam penggunaannya agar meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan dari rumah sakit, sehingga pasien yang berobat di RSUD Kota Subulussalam merasakan tingkat kepuasan seperti yang diinginkannya.

5.2 Proses (process)

(45)

tetapi jika kasus tersebut tidak dapat ditangani juga maka akan dilanjutkan rujukan tersebut berjenjang ke rumah sakit yang tipenya lebih tinggi dan ke rumah sakit regional. Berbeda dengan hal emergency, jika hal tersebut terjadi tanpa harus melakukan tindakan pasien dapat diberi rujukan langsung jika pasien tersebut memang tidak dapat ditangani di puskesmas dan di rumah sakit tersebut.

Fenomena yang terjadi di RSUD Kota Subulussalam, suatu kejanggalan dari alur pelayanan tersebut. Alur bisa berubah karena pasien yang datang berobat langsung ke poliklinik di rumah sakit, rata-rata yang melakukan hal itu karena hak perseorang pasien yang ingin mendapatkan pelayanan maksimal dari dokter spesialis di RSUD Kota subulussalam. Pasien datang ke poliklinik langsung meminta rujukan dengan permintaannya sendiri dan rumah sakit yang pasien inginkan. Bukan hanya itu sistem rujukan di RSUD Kota Subulussalam ini juga lebih sering merujuk ke Sumatera Utara khususnya Medan karena letak geogrsfis berbatasan langsung. Dengan demikian pasien banyak meminta dirujuk ke medan dan dokter juga menyarankan, dikarenakan rumah sakit regional Tapak Tuan memiliki tipe yang sama dan juga jarak tidak jauh berbeda. Pasien sering melakukan lompatan rujukan langsung ke rumah sakit tipe A dan diberikan persetujuab oleh pihak BPJS.

(46)

Menurut Hafitri (2016) dalam penelitiannya proses pelaksanaan rujukan secara prinsipnya dokter dalam memberikan rujukan atas pertimbangan indikasi medis, tapi menurut informan pengakuan dalam proses ini, dalam prosedurnya para dokter semaksimal mungkin melakukan rujukan secara indikasi medis yang tepat, informan juga akan memberikan pengertian kepada pasien bahwasanya kalau penyakit yang bisa ditangani di puskesmas dan yang masih terdapat 155 diagnosa penyakit akan ditolak oleh rumah sakit, namun pasien juga tetap mau dirujuk. Hal ini menunjukkan pihak pasien yang belum mengerti prosedur dalam pelaksanaan rujukan, pasien sering meminta rujukan sendiri.

Adapun yang dimaksud dengan sistem rujukan Indonesia adalah yang telah dirumuskan dalam SK Menteri Kesehatan Indonesia Nomor 001 Tahun 2012, sistem rujukan adalah suatu sistem yang melaksanakan perlimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap suatu kasus atau masalah kesehatan secara vertikal dalam arti unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal.

Jadi, dalam pelaksanaannya sistem rujukan belum tepat karena masih merujuk keluar daerah regional, dokter juga bisa memberikan rujukan atas permintaan sendiri dengan indikasi medis yang ringan karena didukung oleh indikasi keterkaitan relasi seorang pasien, serta pemilihan rumah sakit yang ingin dirujuk bisa langsung ke kelas A tanpa melalui pelayanan di rumah sakit kelas B karena pasien merasa di rumah sakit tersebut takut tidak tertangani juga atau bahkan ruangan yang full, karena banyaknya pasien pengguna rujukan BPJS saat ini.

(47)

rujukan berjenjang, sepatutnya pasien mengetahui bagaimana alur rujukan berjenjang yang sebenernya dan apa saja syarat dan ketentuan yang harus di dilengkapi pada administrasi rujukan. Ketegasan dari tim verifikator BPJS untuk memberikan persetujuan rujukan berjenjang juga seharusnya lebih ditingkatkan agar lebih banyak pasien yang menggunakan dan memanfaatkan fasilitas dan pelayanan rumah sakit guna menurunkan angka rujukan di RSUD Kota Subulussalam. Sosialisasi dan Informasi tentang rujukan berjenjang sangat perlu diberikan kepada masyarakat, terutama pada masyrakat kecamatan yang daerahnya jauh dari faskes sehingga meningkatan pengehtahuan masyarakat tentang alur pelayanan BPJS.

5.3 Keluaran (output)

(48)
(49)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dalam penelitian ini antara lain :

1. Pelaksanaan pelayanan rujukan berjenjang belum sepenuhnya terlaksana dengan baik dan sesuai prosedur. Masyarakat belum mengerti prosedur pelayanan sistem rujukan berjenjang yang sebenarnya sehingga banyaknya pasien yang meminta rujukan atas permintaan sendiri dan diberikan oleh dokter dengan indikasi medis yang tidak sesuai hanya karena ada keterkaitan relasi.

2. Proses alur rujukan berjenjang tidak tepat, RSUD Kota Subulussalam sering merujuk langsung ke rumah sakit kelas A tanpa melalui rumah sakit kelas B terlebih dahulu dan melakukan rujukan bukan ke rumah sakit regional rujukan yang seharusnya.

3. Ketersediaan tenaga kesehatan (SDM Kesehatan) dari segi ketersediaan dokter umum maupun dokter spesialis di RSUD Kota Subulussalam masih kurang. Untuk tenaga spesialis 4 dasar masih belum terpenuhi, 70% SDM Kesehatan di RSUD Kota Subulussalam masih berstatus kontrak.

(50)

5. Kebijakan terkait pedoman peraturan rumah sakit untuk kebijakan teknis operasional pelaksanaan sistem rujukan berjenjang di RSUD Kota Subulussalam belum dibentuk, rumah sakit hanya mengikuti peraturan yang dibentuk oleh BPJS.

6.2 Saran

Adapun saran dalam penelitian ini antara lain : 1. Kepada BPJS

a. BPJS seharusnya melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai prosedur pelayanan rujukan berjenjang.

b. Pihak BPJS harus lebih sering memberikan sosialisasi dan informasi kepada petugas kesehatan terkait kelengkapan data administrasi dalam pengambilan rujukan.

2. Kepada Rumah Sakit

a. Diharapkan kepada Direktur RSUD Kota Subulussalam untuk melakukan penambahan terhadap SDM Kesehatan dengan status PNS / Pegawai Tetap Seperti dokter umum dan dokter spesialis serta dokter spesialis penunjang juga pengembangan ketersediaan alat-alat kesehatan dan penunjang medis karena belum sesuai dengan standar kelas C.

b. Diharapkan kepada pihak RSUD Kota Subulussalam untuk membentuk pedoman peraturan internal rumah sakit (Hospital By

Laws) sebagai kebijakan teknis dalam pelaksanaan sistem rujukan

(51)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Rujukan

2.1.1 Pengertian Sistem Rujukan

Sistem Rujukan pelayanan kesehatan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal yang wajib dilaksanakan oleh peserta jaminan kesehatan atau asuransi kesehatan sosial, dan seluruh fasilitas kesehatan ( Permenkes No. 001, 2012).

2.1.2 Macam – macam Rujukan

Macam-macam Rujukan Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari (Trihono, 2005):

a. Rujukan internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu) ke puskesmas induk.

b. Rujukan eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).

Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari :

(52)

b. pasien puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus) ke rumah sakit umum daerah.

c. Rujukan kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan dengan upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif). Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi (pojok gizi puskesmas), atau pasien dengan masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas.

Rujukan secara konseptual terdiri atas:

a. Rujukan upaya kesehatan perorangan yang pada dasarnya menyangkut masalah medik perorangan yang antara lain meliputi:

1) Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan operasional dan lain-lain.

2) Rujukan bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium klinik yang lebih lengkap.

3) Rujukan ilmu pengetahuan antara lain dengan mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk melakukan tindakan, memberi pelayanan, ahli pengetahuan dan teknologi dalam meningkatkan kualitas pelayanan. b. Rujukan upaya kesehatan masyarakat pada dasarnya menyangkut

masalah kesehatan masyarakat yang meluas meliputi:

(53)

2) Rujukan tenaga dalam bentuk antara lain dukungan tenaga ahli untuk penyidikan sebab dan asal usul penyakit atau kejadian luar biasa suatu penyakit serta penanggulangannya pada bencana alam, gangguan kamtibmas, dan lain-lain.

d. Rujukan operasional berupa antara lain bantuan obat, vaksin, pangan pada saat terjadi bencana, pemeriksaan bahan (spesimen) bila terjadi keracunan massal, pemeriksaan air minum penduduk, dan sebagainya.

e. Dari puskesmas ke instansi lain yang lebih kompeten baik intrasektoral maupun lintas sektoral.

f. Bila rujukan di tingkat kabupaten atau kota masih belum mampu menanggulangi, bisa diteruskan ke provinsi atau pusat.

Demikian juga Sistem Kesehatan Nasional membedakan rujukan atas dua macam yakni rujukan kesehatan dan rujukan medik: (Azwar,1996)

a. Rujukan kesehatan dikaitkan dengan upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan. Rujukan kesehatan pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kesehatan masyarakat (public health services). Rujukan kesehatan dibedakan atas rujukan teknologi, sarana dan operasional.

(54)

dibedakan atas rujukan penderita, pengetahuan dan bahan pemeriksaan.

2.1.3 Manfaat Rujukan

Beberapa manfaat yang akan diperoleh ditinjau dari unsur pembentuk pelayanan kesehatan terlihat sebagai beriku

a. Sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan Jika ditinjau dari sudut pemerintah sebagai penentu kebijakan kesehatan (policy maker), manfaat yang akan diperoleh antara lain membantu penghematan dana karena tidak perlu menyediakan berbagai macam peralatan kedokteran pada setiap sarana kesehatan, memperjelas sistem pelayanan kesehatan karena terdapat hubungan kerja antara berbagai sarana kesehatan yang tersedia dan memudahkan pekerjaan administrasi terutama pada aspek perencanaan.

b. Sudut pandang masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan Jika ditinjau dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan (health consumer), manfaat yang akan diperoleh antara lain meringankan biaya pengobatan karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama secara berulang-ulang dan mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan karena diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang sarana pelayanan kesehatan. c. Sudut pandang kalangan kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan

(55)

berbagai akibat positif lainnya seperti semangat kerja, ketekunan dan dedikasi, membantu peningkatan pengetahuan dan keterampilan yakni melalui kerjasama yang terjalin, memudahkan dan atau meringankan beban tugas karena setiap sarana kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban tertentu (Syafrudin, 2009).

2.1.4 Ketentuan Umum Sistem Rujukan

Menurut buku panduan praktis BPJS (2014) ada beberapa ketentuan umum sistem rujukaan, antara lain sebagai berikut :

1. Pelayanan kesehatan perorangan terdiri dari 3 (tiga) tingkatan yaitu: a.Pelayanan kesehatan tingkat pertama;

b.Pelayanan kesehatan tingkat kedua; dan c.Pelayanan kesehatan tingkat ketiga.

2. Pelayanan kesehatan tingkat pertama merupakan pelayanan kesehatan dasar yang diberikan oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama.

3. Pelayanan kesehatan tingkat kedua merupakan pelayanan kesehatan spesialistik yang dilakukan oleh dokter spesialis atau dokter gigi spesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik. 4. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga merupakan pelayanan kesehatan sub

Gambar

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk yang Dilayani RSUD Kota Subulussalam
Tabel 4.2 Jumlah Tenaga Kesehatan RSUD Kota Subulussalam
Tabel 4.3 Jumlah 10 Besar Penyakit di RSUD Kota Subulussalam
Tabel 4.4 Jumlah 10 Besar Diagnosa Penyakit Rujukan di RSUD Kota Subulussalam

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pelayanan kepada pasien JKN di RSUD Dr. Moewardi dikatakan belum cukup baik, karena masih ada 2 dari 5 dimensi

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis ketersediaan tenaga kesehatan, ketersediaan obat- obatan dan kelengkapan fasilitas kesehatan di Puskesmas terkait dengan rujukan

beberapa pelayanan kesehatan yang dirujuk ke rumah sakit yang masuk dalam. kategori 155 penyakit yang harus ditangani di

Analisis Manajemen Rujukan Pelayanan Kesehatan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Rumah Sakit Umum Daerah Tgk Abdullah Syafii. Kabupaten

1) Bagaimana proses pemeriksaan rujukan pelayanan kesehatan JKN yang masuk dari puskesmas di wilayah kerja rumah sakit?. 2) Apakah sarana prasarana dan fasilitas yang tersedia

a) Pertama dari fasilitas kesehatan tingkat primer oleh fasilitas kesehatan tingkat rimer.. b) Akan dilakukan rujukan ke f fasilitas tingkat lanjutan apabial pasien

001 Tahun 2012, tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan dinyatakan bahwa sistem rujukan diwajibkan bagi peserta jaminan kesehatan atau asuransi

001 Tahun 2012, tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan dinyatakan bahwa sistem rujukan diwajibkan bagi peserta jaminan kesehatan atau asuransi