commit to user
DESAIN INTERIOR
MUSEUM SEPAK BOLA INDONESIA
DI SURAKARTA
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan
guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Jurusan Desain Interior
Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Disusun oleh:
HARUN ARROSYID C 0806013
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
HALAMAN PERSETUJUAN
DESAIN INTERIOR
MUSEUM SEPAK BOLA INDONESIA DI SURAKARTA
Telah disetujui oleh Pembimbing untuk di Uji Di hadapan Dewan Penguji
Disusun oleh :
HARUN ARROSYID C 0806013
Pembimbing I Pembimbing II
Anung B Studyanto, SSn, MT Mulyadi,SSn,M.Ds NIP. 19710816 200501 1 001 NIP. 19730702 200212 1 001
Mengetahui
Ketua Jurusan Desain Interior
commit to user
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disahkan dan dipertanggungjawabkan pada Sidang Tugas Akhir
Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada hari Selasa, Tanggal 18 Januari 2011
Penguji
1. Ketua : Drs. Ken Sunarko. M.Si
NIP. 19511128 198303 1 001 ( ... )
2. Sekretaris : Drs. IF. B. Sulistyono. Sk, MT.arch
NIP. 19621125 199303 1 001 ( ... )
3. Pembimbing I : Anung B Studyanto, SSn, MT
NIP. 19710816 200501 1 001 ( ... )
4. Pembimbing II : Mulyadi,SSn, M.Ds
NIP. 19730702 200212 1 001 ( ... )
Mengetahui,
Ketua Jurusan Desain Interior Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa
commit to user
PERNYATAAN
Nama : Harun Arrosyid
NIM : C0806013
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir
berjudul “Desain Interior Museum Sepak Bola Indonesia ” adalah benar-benar karya sendiri, bukan plagiat dan dibuatkan orang lain. Hal-hal yang bukan karya
saya, dalam Laporan Tugas Akhir ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan
dalam Daftar Pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka
saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan Tugas Akhir dan
gelar yang diperoleh.
Surakarta, 25 Januari 2011
Yang membuat pernyataan,
Harun Arrosyid
commit to user
MOTTO
“ Jangan pernah menyerah. “ (Penulis)
commit to user
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada :
1. Bapak dan Ibu yang senantiasa tulus
memberikan doa, cinta dan kasih sayang serta perjuangannya untukku.
2. kakak-kakaku dan adiku yang selalu
memotifasi supaya selalu semangat dalam mengerjakan TA ini.
3. Dosen pembimbing maupun dosen pengajar di Jurusan Desain Interior UNS, terimakasih untuk semua bimbingan dan nasehat yang telah diberikan kepada penulis.
commit to user
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb
Tiada kata terindah selain ucapan syukur kehadirat Allah SWT yang
senantiasa melimpahkan rahmat, karunia dan berkah-Nya sehingga penulis
mendapat bimbingan dan kemudahan dalam menyelesaikan penyusunan Tugas
Akhir dengan judul Perencanaan dan Perancangan Interior ”Museum sepak bola
Indonesia”
Dalam meyelesaikan Tugas Akhir ini tidak sedikit hambatan yang dihadapi
oleh penulis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan dengan baik berkat bantuan dan
pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan yang baik ini penulis
tidak lupa untuk mengucapkan rasa terima kasih kepada :
1. Drs. Sudarno, M.A, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn, selaku Ketua Jurusan Desain Interior Fakultas
Sastra dan Seni Rupa.
3. Anung B Studyanto, SSn, MT selaku Dosen Pembimbing I Mata Kuliah Tugas
Akhir.
4. Mulyadi,SSn, M.Ds selaku Dosen Pembimbing II Mata Kuliah Tugas Akhir. 5. Iik Endang S.W, S.Sn, M.Ds, selaku Koordinator Tugas Akhir.
6. Civitas Akademis dan semua pihak yang telah membantu penulis, sehingga
terselesaikannya Tugas akhir ini.
7. Bapak dan ibu yang selalu memberikan doa, motifasi dan segalanya kepada
commit to user
8. Kakak-kakaku dan adiku yang selalu memberi doa dan dorongan kepada
penulis untuk tetap semangat dan pantang menyerah dalam menyelesaikan
Tugas Akhir ini.
9. Sahabatku Interior 2006 (Erlin dan Fahmi yang dari awal bersama-sama dalam
melaksanakan konsultasi dan awal-awal perjuangan saat mengerjakan tugas
akhir), (Didik,Arkhi, yang telah banyak membantu penulis ketika persiapan
pendadaran sampai selesai...terimakasih untuk semuanya teman berkat kalian
pendadaran ku bisa berjalan lancar...!!!), (Ginar, Hafid, Putri, Inung, Hesti,
Adek, Maya, Kartika, Rosi, Mbak Nita, Anik, Nanik, Nur ,Putu, Ari dan semua
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu) terimakasih untuk semua
kerjasama kita selama 4 tahun ini,kalian semua telah menerima penulis sebagai
sahabat dan juga terimakasih untuk segala bantuannya selama ini. Terimakasih
semuanya...Bravo Interior 2006....
10.Mas Brew’02, Mas Cimi’03, Mas ragil 03, Mas Thom’04, Agus’08 dan semua teman-teman yang telah membantu penulis dalam menempuh tugas akhir
sampai selesai. Terimakasih untuk semua bantuannya.
11.Mas Candra yang selalu siap setiap waktu buat ngeplot. Terimakasih buat
semua bantuanya .
12.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu menyelesaikan tugas akhir ini.
Tiada sesuatu apapun yang dapat penulis persembahkan selain do’a semoga
Allah SWT memberi imbalan sesuai dengan jasa dan keikhlasan amalnya,
Amin.
Penulis menyadari Tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, maka penulis
mengharapkan adanya saran dan kritik yang dapat membantu sehingga dapat
commit to user
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb
Surakarta, Januari 2011
Penulis,
commit to user
PERENCANAAN DAN PERANCANGAN INTERIOR
MUSEUM SEPAK BOLA INDONESIA
DI SURAKARTA
Harun Arrosyid1,
Anung B Studyanto, Ssn.MT2 Mulyadi, Ssn, M.Ds3
ABSTRAK
Harun Arrosyid. C0806013 2011. Perencanaan dan Perancangan Interior Museum
Sepak Bola Indonesia Di Surakarta . Pengantar Tugas Akhir: Jurusan Desain Interior
Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
”Perencanaan dan Perancangan Interior Museum Sepak Bola Indonesia Di Surakarta merupakan judul dari proyek perencanaan interior ini. Suatu cara merencanakan ruangan yang dapat dijadikan wadah memamerkan,merawat dan menyimpan yang bersifat mendidik dan menghibur. Lokasi perencanaan ini berada di eks Karisidenan kota Surakarta yang tepatnya berada di kawasan Sriwedari.
”Perencanaan dan Perancangan Interior Museum Sepak Bola Indonesia Di Surakarta ini dibatasi pada elemen interior terutama pada segi penataan ruang dan memusatkan perencanaan dan perancangan pada penempatan lay out, furniture dan mempertimbangkan pemilihan warna yang berkaitan dengan modern dan sesuai dengan tema. Dimana dari semua pertimbangan tersebut di fungsikan sebagai pengembangan dari ide dasar yang di tuangkan ke desain yang ingin di ciptakan pada
”Museum Sepak Bola Indonesia Di Surakarta ini.
Rumusan masalah yang ditampilkan adalah bagaimana merancang interior Museum Sepak Bola Indonesia yang dapat merancang tema yang sesuai dengan gaya Modern selain itu merancang interior museum sebagai tempat pendidikan, dan hiburan.
Tujuan dari karya ini adalah merencanakan museum sepak bola yang berada di Kota Solo yang ditujukan bagi masyarakat penggemar sepak bola yang belum memiliki tempat kusus untuk menampung,memamerkan koleksi persepak bolaan indonesia , oleh karena itu dengan adanya perancangan ini diharapkan dapat mewadahi kegiatan tersebut.
Sasaran desain sebagai wadah berkumpul bagi para penggemar sepak bola di indonesi dan menambah ilmu mengenai maupun sejarah dari sepak bola terutama yang masuk ke Indonesia bagi para pengunjung yang datang.
Perancangan interior Museum Sepak Bola Indonesia ini bermanfaat bagi masyarakat untuk dapat memberikan wawasan dan pengetahuan tentang sepak bola Indonesia.
1
Mahasiswa, Jurusan Desain Interior dengan NIM C0806013
2
Dosen Pembimbing 1
3
commit to user BAB II KAJIAN LITERATUR
A. Pengertian Judul... ………... B. Tinjauan Umum Museum ………….………...…...
1. Pengertian Museum...
2. Sejarah Perkembangan Museum...
a. Asal mula museum...
b. Perkembangan Museum di Indonesia...
3. Tugas, Fungsi dan Tujuan Museum...
a. Tugas Museum...
b. Fungsi Museum...
4. Jenis Museum...
a. Menurut koleksinya...
b. Menurut tingkatan...
c. Menurut Kedudukan Museum...
d. Menurut Penyelenggaraannya...
2. Tinjauan Ruang Pamer...
commit to user
c.Penerapan sirkulasi...
d. Arus sirkulasi...
e. Sirkulasi koleksi...
f. Sirkulasi khusus...
g. Hubungan sirkulasi dengan ruang pamer...
h. Orientasi...
i. Pemilihan rute...
j. Alur lintasan...
k. Kejenuhan terhadap objek...
l. Luas pergerakan manusia dalam ruang pamer ...
m. Penarikan perhatian...
4. Tinjauan organisasi ruang...
D. Komponen pembentuk ruang
1. Lantai...
2. Dinding...
3. Ceiling...
E. Interior Sistem
1. Sistem Pencahayaan...
2. Sistem Peletakan Sumber Pencahayaan Buatan...
3. Sistem Penghawaan...
9.Tinjauan tentang sepak bola...
commit to user BAB III. STUDY LAPANGAN
A. Museum POLRI...
B. Taman Pintar...
C. FX Mall...
D. Museum sepak bola...
BAB IV. PEMBAHASAN
9. Sistem organisasi ruang...
10.Program ruang...
11.Sistem sirkulasi...
12.Hubungan antar ruang...
13.Zoning dan Grouping...
commit to user C. KONSEP DESAIN
1. Ide Dasar...
2. Tema Desain...
3. Aspek Suasana...
4. Aspek Penataan Ruang/Layout...
5. Pembentuk Ruang...
a. Lantai...
b. Dinding...
c. Ceiling...
6. Aspek bentuk dan warna...
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1. Sirkulasi pengunjung yang diarahkan dengan sistem tata pamerannya,
untuk pengunjung yang ingin mengamati benda pamer secara sepintas
dan secara cermat/mendetail...
Gambar II. 2. Tipe Dasar dari Orientasi Pengunjung di Ruang Pamer...
Gambar II.3. Petunjuk Tentang Ruangan di R. Pamer...
Gambar II.4. Objek dari Penunjuk Arah di R. Pamer...
Gambar II.5. Cara Penyerapan Radiasi Ultra Violet dalam Pemanfaatan Cahaya
Alami untuk Penerangan dalam Vitrin...
Gambar II.6. Beragam Sistem Pencahayaan yang digunakan dalam ruang...
Gambar II 7. Sumber pencahayaan yang dipasang pada sudut langit-langit atas
ruangan...
Gambar II.8. Sumber Pencahayaan yang ditutupi panel atau kaca tembus cahaya yang
berfungsi sebagai pembagi cahaya...
Gambar II.9. Pencahayaan khusus pada ambalan tempat benda pamer diletakkan...
Gambar II.10. Daerah refleksi pencahayaan terhadap benda pamer pada bidang
vertikal...
Gambar II.11. Letak sumber pencahayaan terhadap benda pamer 3D...
Gambar II.12. Penempatan kisi-kisi di bawah lampu untuk mengatasi pengaruh
refleksi cahaya...
Gambar II.13. Refleksi Pencahayaan pada bidang kaca miring ke arah Vertical...
Gambar II.14. Refleksi Pencahayaan pada bidang kaca miring ke arah horizontal....
Gambar II.15. Jarak dan Sudut Pandang yang Baik...
Gambar II.16. Daerah Visual Manusia dalam Bidang Horizontal dan Vertical...
Gambar II.17. Gerakan Kepala Manusia Horizontal dan Vertical dalam Mengamati
Materi Koleksi...
Gambar II.18. Penyajian Display Film...
commit to user
Gambar II.19. Penyajian Display Komputer...
Gambar II.20. Sistem Display RemoteControl dan Tata Lampu...
Gambar II.21.Jenis-jenis vitrin...
Gambar II.22 Logo PSSI...
Gambar II.23 Stadion Utama Gelora Bung Karno...
Gambar II.23 Peta Kota Solo...
Gambar II.24 Pembagian Sub Pembangunan Wilayah Kota Solo...
Gambar III.1 Foto bagian depan...
Gambar III.2 Foto teknologi yang dipakai...
Gambzr III.3 Foto Interior Museum...
Gambar III.4 Foto alat peraga interaktif...
Gambar III.5 Foto bangunan FX mall dari depan...
Gambar III.6 Foto flooring FX mall...
Gambar III.7 Foto pengolahan dinding FX mall...
Gambar III.8 Foto ceiling FX mall...
Gambar III.9 Museum Sepak bola Tampak Eksterior...
Gambar III.10 Museum Sepak bola Tampak Interior...
Gambar IV.1 Zoning Grouping Lantai 1...
72
72
74
89
89
92
93
98
98
99
100
101
101
102
103
104
105
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel II.1. Alternatif Lay-out dalam Ruang Pamer...
Tabel II. 2. Tipe Sirkulasi...
Tabel II.3. Hubungan sirkulasi dengan Ruang Pamer...
Tabel II.4. Pencarian Orientasi oleh Pengunjung...
Tabel II.5. Pola Pengunjung Dalam Pemilihan Rute...
Tabel II.6. Pola Pengunjung Dalam Peralihan Rute...
Tabel II.7. Kejenuhan pengunjung terhadap obyek dan ruang pamer...
Tabel II.8. Luas area ruang pamer yang dilalui pengunjung...
Tabel II.9. Penarik dan pengalih perhatian dalam ruang pamer...
Tabel II.10. Bentuk Organisasi Ruang...
Tabel II.13. Ukuran penggunaan iluminasi cahaya terhadap benda– benda koleksi ruang pamer...
Tabel IV.1 Fasilitas dan zona ruang...
Tabel IV.2 Besaran Ruang Museum Sepak bola Indonesia di Surakarta...
Tabel IV.3 Kelompok Kegiatan dan dimensi furnitur Museum Sepak bola Indonesia
di Surakarta...
Tabel IV.4 Kelompok Kegiatan dan dimensi furnitur Museum Sepak bola Indonesia
di Surakarta...
Tabel IV.5 Kelompok Kegiatan dan dimensi furnitur Museum Sepak bola Indonesia
di Surakarta...
Tabel IV.6 Kelompok Kegiatan dan dimensi furnitur Museum Sepak bola Indonesia
di Surakarta...
Tabel IV.7 Alternatif Organisasi Ruang Museum Sepak Bola Indonesia di Surakarta..
Tabel 4.8 Hasil analisa Organisasi Ruang Museum Sepak Bola Indonesia di
Surakarta...
Tabel IV.9 Program Ruang Museum Sepak Bola Indonesia di Surakarta...
commit to user
Tabel IV.11 Analisa Tipe Sirkulasi Pengunjung...
Tabel IV.12 Analisa Sistem Penyajian Koleksi Museum Sepak Bola Indonesia di
Surakarta...
Tabel IV.13 Komponen Pembentuk Ruang (Lantai)...
Tabel IV.14 Komponen Pembentuk Ruang (Dinding)...
Tabel IV.15Komponen Pembentuk Ruang (Langit-langit)...
Tabel IV.16 analisa bentuk...
Tabel IV.17 analisa sifat warna...
Tabel IV.18 Sistem Interior Museum Sepak bola Indonesia di Surakarta...
Tabel IV.19 Pengamaan Terhadap Pencurian dan Perusakan...
Tabel IV.20 Sistem keamanan...
121
128
129
130
131
131
132
137
137
commit to user
DAFTAR SKEMA
Skema I.1 Pola Pikir Desain...
Skema II.1 Struktur organisasi Museum Swasta...
Skema II.2 Struktur organisasi Museum Pemerintah...
Skema II.3 Struktur organisasi museum secara umum...
Skema II.4. Arus dan Sirkulasi Pengunjung di dalam Ruang Pamer Museum...
Skema II.5. Arus dan Sirkulasi Koleksi Museum...
Skema IV.1 Struktur Organisasi...
Skema IV.2 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Administrasi Museum Sepak bola
Indonesia di Surakarta...
Skema IV.3 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Perawatan dan Dokumentasi Museum
Sepak bola indonesia di Surakarta...
Skema IV.4 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Bimbingan dan Edukasi Museum Sepak
bola indonesia di Surakarta...
Skema IV.5 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Persiapan Pameran Museum Sepak bola
Indonesia di Surakarta...
Skema IV.6 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Service Museum Sepak bola Indonesia
di Surakarta...
Skema IV.7 Pola Kegiatan Pengunjung/wisatawan umum Museum Sepak bola
Indonesia di Surakarta...
Skema IV.8 Pola Kegiatan Pengunjung/wisatawan khusus...
Skema IV.9 Hubungan Antar Ruang... 5
21
22
22
31
32
107
108
109
109
109
110
110
110
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sepak bola merupakan cabang olah raga yang paling populer di
dunia saat ini. Sepak bola berasal dari daratan cina, dalam sebuah
dokumen militer disebutkan, sejak tahun 206 SM, pada masa
pemerintahan dinasti Tsin dan Han orang-orang sudah mempermainkan
sepak bola yang disebut Tsu Chu. Tsu mempunyai arti menerjang bola
dengan kaki. Sedangkan Chu berarti bola yanga ada isinya. Merekapun
bermain bola yang terbuat dari kulit binatang dengan cara menendang dan
menggiringnya kesebuah jaring yang dibentangkan pada dua tiang. Seiring
perkembanganya sepak bola terus berkembang hingga dikenal dengan
sepak bola modern ini mulai dimainkan pada pertengahan abad ke-19 di
sekolah-sekolah di daerah Inggris Raya.
Sepak bola masuk ke Indonesia dibawa oleh para penjajah dan
pedagang yang berasal dari Cina. Seiring perkembangan zaman sepak bola
di Indonesia sepak bola belum seperti di Eropa atau benua lainnya. Untuk
di Indonesia, tim nasional Indonesia juga pernah merasakan puncak
kejayaan di tahun 1938 dengan mengikuti putaran final piala dunia, tetapi
di hanya sampai babak 1. Tahun 1950 Indonesia ikut olimpiade di
Melbourne Australia. Setelah itu di era 90-an Indonesia mengalami
kemunduran karena tidak ada regenerasi dalam tim nasional PSSI.
Solo merupakan salah satu kota yang bersejarah dalam
perkembangan Olah raga di Indonesia antara lain: Merupakan salah satu
kota pendeklarasian PSSI tahun 1930.Pernah menjadi tempat Konggres
olahraga pada Januari 1946 dalam rangka membentuk Organisasi Olahraga
Republik Indonesia (OORI).Pernah menjadi penyelenggara FESPIC IV
commit to user
Dari penjabaran diatas maka perlu dibangun sebuah tempat yang
dapat memberikan penghargaan kepada insan sepak bola dan dapat
memberikan pendidikan, pengetahuan dan hiburan tentang sepak bola
yaitu Museum sepak bola Indonesia.
B. BATASAN MASALAH
Dari penjabaran yang telah disebutkan di atas, maka diperlukan
perancangan interior museum sepak bola yang meliputi berbagai fasilitas.
Untuk dapat memenuhi kebutuhan para pengunjung yang sudah tentu
mengutamakan kemudahan dan kenyamanan bagi pengguna ruang, maka
perancangan interior museum sepak bola dibatasi pada :
1. Membatasi pada perancangan interior ruang yang ruang pamer, lobby,
dan sarana pendukung lainnya.
2. Perancangan interior yang diterapkan pada ruang-ruang utama yang
berhubungan langsung dengan publik sebagai pengunjung.
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan Latar Belakang Masalah diatas maka dapat diajukan
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana merencanakan dan merancang interior museum sepak bola
sebagai sarana edukasi dan entertaimen yang dapat memenuhi
kebutuhan pengunjung bangunan tersebut ?
2. Bagaimana mengaplikasikan tema yang diambil agar sesuai dan dapat
memecahkan masalah dalam bangunan Museum Sepak Bola ?
3. Bagaimana merencanakan dan merancang fasilitas-fasilitas museum
sepak bola yang dapat memenuhi kebutuhan dan melayani keinginan
commit to user
D. TUJUAN
Berkaitan dengan rumusan masalah di atas, maka Museum Sebak Bola
ini mempunyai tujuan :
1. Merencanakan dan merancang interior museum sepak bola sebagai
sarana promosi, informasi, hiburan, pendidikan, dan kebudayaan yang
dapat memenuhi kebutuhan pengunjung bangunan tersebut.
2. mengaplikasikan tema yang diambil agar sesuai dan dapat
memecahkan masalah dalam bangunan Museum Sepak Bola.
3. Merencanakan dan merancang fasilitas-fasilitas Museum Sepak Bola
yang dapat memenuhi kebutuhan dan melayani keinginan pengunjung
secara maksimal.
E. SASARAN
1. Sasaran pengunjung:
Wisatawan umum (Nusantara dan Mancanegara)
Pelajar dan Mahasiswa
Penggemar sepak bola.
2. Sasaran perancangan desain:
Memperhatikan dan menyelesaikan kebutuhan fungsional sesuai
dengan aktifitas di dalam museum sepak bola.
Memperhatikan dengan menyelesaikan kebutuhan fisik bangunan,
dengan memperhatikan keamanan, pengamanan dan kenyamanan.
Memperhatikan Museum Sepak Bola dan menyelesaikan kebutuhan
estetis, menyangkut tema sebagai ungkapan citra dan karakter yang
tercipta dari bentuk perencanaan dan perancangan interior museum
sepak bola.
Sarana penelitian bagi para penggemar sepak bola atau masyarakat
yang berminat tentang sepak bola.
Sarana pendidikan bagi masyarakat untuk mengetahui dan belajar
commit to user
Sarana rekreatif bagi masyarakat untuk dapat melihat koleksi sepak
bola Indonesia secara langsung dari dekat dengan terpenuhinya
faktor keamanan dan kenyamanan.
F. MANFAAT
1. Bagi Penulis/ Desainer
a. Dapat mengembangkan ide dan gagasan untuk merencanakan dan
merancang suatu interior yang disesuaikan dengan kebutuhan
pengunjung dan fungsi dari ruang-ruang yang ada di dalam
“Museum Sepak Bola di Solo ”.
b. Mendapatkan pengalaman untuk memecahkan masalah-masalah
yang ada di dalam proyek perencanaan dan perancangan interior
“Museum Sepak Bola di Solo” dengan menerapkan ide, gagasan serta analisa yang ada.
2. Bagi pesebak bola/ penggemar sepak bola
a. Dapat memberikan inspirasi untuk lebih berprestasi lagi seperti
para pemain sepak bola jaman dulu.
b. Mengetahui sejarah perkembangan tim nasional Indonesia.
3. Bagi Dunia Akademik
a. Mengetahui bentuk perkembangan interior sebuah “Museum Sepak Bola di Solo”.
b. Mengenalkan salah satu bentuk perkembangan interior baru dalam
dunia akademik.
4. Bagi Masyarakat
a. Dapat memberikan wawasan dan pengetahuan tentang “Museum Sepak Bola di Solo”.
b. Menjadi sebuah sarana hiburan yang mampu dijadikan tempat
rekreasi, menjalin hubungan sesama komunitas, berbagi informasi
dan pengalaman dikalangan penggemar sepak bola dan fans club
commit to user
G. Skema Pola Pikir.
Skema I.1 Pola Pikir Desain
DESAIN INTERIOR MUSEUM SEPAK BOLA
Studi Literatur StudiLapangan
Analisis
Konsep Desain
Norma Desain: 1. Fungsi 2. Bahan 3. Teknik 4. Estetik
Alternatif Desain
Skesta Desain
commit to user
H. Metode Desain
1. Permasalahan
Desain Interior Museum Sepak Bola ini berdasarkan analisa
permasalahan yang menjadi latar belakang perancangan sehingga
membutuhkan bahan pembanding/ referensi dalam rancangan Museum
Sepak Bola di Surakarta.
Perancangan ini membutuhkan pembanding dengan studi
lapangan, studi literatur, dan browsing internet sehingga permasalahan
dalam perancangan semakin jelas terlihat. Permasalahan dalam
perancangan Museum Sepak Bola ini adalah penyediaan ruang-ruang
terapi yang kondusif bagi pengunjung museum. Berdasar dari analisa
permasalahan yang ada dikembangkan menjadi konsep desain yang
didukung oleh aspek-aspeknya.
2. Bentuk Perancangan
Desain Interior Museum Sepak Bola di Surakarta
menggunakan pendekatan modern, hal ini dianalogkan dari
perkembangan pesat sepak bola terjadi pada jaman modern.
Pendekatan modern dirasa diperlukan karena bagi pengunjung dan
pengelola Museum Sepak Bola hal yang simple, menarik, dan edukatif
akan mempermudah pengunjung dapat menikmati dan mengelola
sarana dan prasarana museum. Tetapi ruangan yang mereka gunakan
harus memperhatikan kebutuhan mereka. Dari studi lapangan dan
literatur dihasilkan analisa desain yang sesuai dengan ide gagasan
yaitu menciptakan ruang-ruang museum yang nyaman, aman, menarik,
dan edukatif tetapi tetap modern. Organisasi ruang menyesuaikan
perancangan, pencapaian antar ruang mudah dengan tidak
mengenyampingkan interior system yang aman dan nyaman.
3. Lokasi Penelitian
a. Museum POLRI di Jakarta
b. Taman Pintar di Yogyakarta
commit to user d. Museum Sepak Bola di Inggris
4. Bentuk Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah diajukan dalam
penelitian yang memerlukan data-data kualitatif maka bentuk
penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif
(uraian yang bersifat informatif dan tidak berbentuk angka). Bentuk ini
mampu menangkap informasi kualitatif yang penuh nuansa daripada
hanya sekedar angka atau frekuensi. “Deskriptif mempersyaratkan
suatu usaha dengan keterbukaan pikiran yang menentukan objek yang
sedang dipelajari.” (H.B Sutopo, dalam Defi Sri Kartikasari. 2010). 5. Sumber Data
Sumber-sumber data yang digunakan adalah:
1) Data Primer
Sejumlah keterangan yang diperoleh secara langsung dari lapangan
penelitian, melalui pihak-pihak yang terkait secara langsung.
2) Data Sekunder
Sejumlah data yang secara tidak langsung diperoleh dari lapangan
penelitian, tetapi diperoleh melalui studi pustaka, majalah, internet.
6. Tehnik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif, maka sumber data
diperoleh melalui tehnik :
1) Wawancara
Metode ini untuk memperoleh data atau hal yang sifatnya
tidak terungkap secara fisik. Wawancara ini dilakukan dengan
struktur yang lentur tetapi dengan “pertanyaan yang semakin
memfokus sehingga informasi yang dikumpulkan cukup
mendalam” ( H.B.Sutopo, dalam Defi Sri Kartikasari. 2010). 2) Observasi
Observasi dalam penelitian kualitatif sering disebut sebagai
commit to user
dan informal untuk mengamati berbagai kegiatan di lokasi
penelitian yang sesuai dengan daftar masalah. Observasi ini juga
menggunakan alat bantu observasi seperti alat pencatat, kamera
serta alat pendukung lainnya.
3) Kontek Analisa ( Analisa Dokumen )
Tehnik ini akan dilakukan untuk mengumpulkan data yang
bersumber dari dokumen dan arsip yang terdapat pada lokasi
penelitian.
7. Metode pembahasan
Metode yang digunakan dalam pembahasan masalah adalah
metode pembahasan analisa interaktif, dimana ada 3 tahap pokok yang
digunakan oleh peneliti, yaitu :
1) Data reduction
Yaitu proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi data.
2) Data display
Merupakan suatu penyusunan informasi sebelum menyusun
sebuah kesimpulan dari penelitian yang dilakukan
3) Concluting Drawing
Dari awal penelitian data penelitian sudah harus memulai
melakukan pencatatan peraturan, pola-pola pertanyaan, arahan
sebab-akibat dan proporsi-proporsi (Sutopo HB, dalam Defi Sri
Kartikasari. 2010).
I. SISTEMATIKA PENULISAN
Secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Terdiri atas latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan
masalah, tujuan, sasaran perancangan, manfaat, skema pola
commit to user
BAB II KAJIAN LITERATUR
Mengemukakan hasil proses pengumpulan data dan studi
literatur. Teori-teori ini kemudian digunakan sebagai dasar dan
pedoman perancangan. yang meliputi pembahasan teori tentang
ruang dan manusia, yang di dalamnya mencakup tentang
pengertian, fungsi, klasifikasi, sirkulasi, komponen pembentuk
ruang, sistem interior, sistem keamanan.
BAB III STUDI LAPANGAN
Data-data hasil survey lapangan yang berhubungan dengan
proyek interior yang akan dikerjakan sehingga menjadi
pembanding dan acuan untuk merancang konsep desain.
Merupakan hasil studi observasi di lapangan, baik sebagai
dasar acuan atas pemilihan lokasi perencanaan, maupun
sebagai bahan pembanding dan bahan pengayaan bagi proses
analisa dari konsep Desain Interior Museum Sepak Bola di
Surakarta
BAB IV ANALISA DESAIN
Merupakan uraian tentang ide atau gagasan yang akan melatar
belakangi terciptanya karya desain interior.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
Meliputi kesimpulan evaluasi konsep perancangan dan
keputusan desain serta saran-saran penulis mengenai
perancangan Interior Museum Sepak Bola di Surakarta.
B. Saran.
commit to user
10
BAB II
KAJIAN LITERATUR
A. Pengertian Judul
Pengertian judul perancangan dan perencanaan Museum Sepak Bola di
Surakarta adalah sebagai berikut :
Desain : Proses, pembuatan, cara, merencanakan atau merancangkan
(KamusBesar Bahasa Indonesia, 1995, hal : 741)
Interior : Ruang dalam suatu bangunan (Ensiklopedia, 1989 :195)
Museum : 1) Museum awalnya dikenal di Yunani. Museum berasal
dari kata museion yang berarti sebuah gedung tempat
pemujaan para muse, yang merupakan salah satu dari
sembilan dewi pelambang cabang-cabang kegiatan atau
ungkapan pengetahuan ilmu dan kesenian. (Moh.Amir
Sutaarga, Pedoman dan pengelolaan museum , 1983)
2) Adalah suatu badan yang tetap, yang disahkan untuk
kepentingan umum, dengan tujuan untuk memelihara,
menyelidiki dan memperbanyak pada umumnya,
khususnya memamerkan pada khalayak ramai guna
penikmatan dan pendidikan, kumpulan-kumpulan objek
dan barang-barang yang berharga bagi kebudayaan,
koleksi barang-barang kesenian, sejarah, ilmiah dan
teknologi, kebun raya, kebun binatang, akuarium,
perpustakaan umum lembaga-lembaga arsip untuk
umum yang mempunyai ruang pamer yang tetap akan
dianggap museum pula (Moh Amir Sutaarga, Pedoman
dan pengelolaan museum ,1983).
Sepak bola : 1) Merupakan salah satu cabang sepak bola yang di
mainkan 2 tim setiap tim terdiri dari 11 pemain dan
dipimpin 1 wasit dan 2 hakim garis
commit to user
2) Sepak bola adalah salah satu olahraga yang sangat
populer di dunia. Dalam pertandingan, olahraga ini
dimainkan oleh dua kelompok berlawanan yang
masing-masing berjuang untuk memasukkan bola ke
gawang kelompok lawan. Masing-masing kelompok
beranggotakan sebelas pemain, dan karenanya umur.
(www.kampungbiru.wordpress.com/pengertian-sepak-bola)
Solo : 1) Surakarta (juga disebut Solo atau Sala) adalah nama
sebuah kota di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Di
Indonesia, Surakarta merupakan kota peringkat
kesepuluh terbesar (setelah Yogyakarta). Sisi timur
kota ini dilewati sungai yang terabadikan dalam salah
satu lagu keroncong, Bengawan Solo. Kota ini dulu
juga tempat kedudukan dari residen, yang membawahi
Karesidenan Surakarta di masa awal kemerdekaan.
Posisi ini sekarang dihapuskan dan menjadi "daerah
pembantu gubernur". Kota Surakarta memiliki
semboyan BERSERI yang merupakan akronim dari
Bersih, Sehat, Rapi, dan Indah.
2) Solo juga memiliki slogan pariwisata Solo the Spirit of
Java yang diharapkan bisa membangun pandangan
kota Solo sebagai pusat kebudayaan Jawa.
(http://www.wikipedia.com)
Jadi pengertian Desain Interior Museum Sepak Bola di Surakarta
adalah suatu badan yang tetap, yang disahkan untuk kepentingan umum,
dengan tujuan untuk memamerkan pada khalayak ramai guna penikmatan
dan pendidikan tentang sepak bola, yang mana koleksi dari museum ini
adalah koleksi dari pemerintah dan dari para mantan pemain atau para
kolektor sepak bola yang ingin disampaikan oleh museum agar masyarakat
commit to user
B. Tinjauan Umum Museum
1. Pengertian Museum
Pengertian museum yang dikenal sekarang ini, awalnya dikenal
di Yunani. Museum berasal dari kata “museion” sebuah gedung tempat
pemujaan para “muse”, yang merupakan salah satu dari sembilan dewi
perlambang cabang-cabang kegiatan atau ungkapan ilmu pengetahuan
dan kesenian. (Moh. Amir Sutaarga, 1987:7).
Arti kata museum yang dapat dianggap resmi secara internasional
adalah pengertian yang ditemukan oleh International Council of
Museum (ICOM), yaitu badan dalam lingkungan UNESCO, seperti
yang dibacakan dalam Statutes of ICOM, setelah sidang umumnya
ke-11, di Kopenhagen pada tahun 1974, yang mengungkapkan :
“Museum” adalah lembaga yang bersifat badan hukum tetap, tidak
mencari keuntungan dalam pelayanannya kepada masyarakat tetapi
untuk kemajuan masyarakat dan lingkungannya serta terbuka untuk
umum. (Moh. Amir Sutaarga, 1989 : 23)
2. Sejarah dan Perkembangan Museum
a. Asal Mula Museum
Naluri manusia untuk melakukan pengumpulan benda-benda
adalah merupakan hal yang lama (Collecting Instinct). Hal ini
dapat dibuktikan oleh para ahli arkeologi di Eropa bahwa naluri
ini sudah ada pada manusia Neanderthal di Eropa sejak 85.000
tahun yang lalu, dan bukti-bukti berupa koleksi
kepingan-kepingan oker (jenis batuan berwarna) yang didapatkan didalam
gua-gua bekas tempat tinggal manusia Neanderthal ini.
Kumpulan koleksi dari benda-benda aneh ini (Curiosities)
dalam bidang permuseuman merupakan “Curio Cabinet” atau bentuk tata pamer yang tertua. Naluri pengumpulan benda aneh ini
terus berlanjut, sehingga menjadikannya suatu bentuk pamer
commit to user
Museum-museum pada permulaannya memang merupakan
koleksi pribadi para bangsawan, para pangeran (Princces) serta
pecinta seni budaya yang kaya raya dimana koleksinya merupakan
cermin yang khusus menjadi minat dan perhatian orang-orang
tersebut.
Kumpulan koleksi ini jarang diperlihatkan kepada
orang-orang lain, dan hanya diperlihatkan pada sahabat dekat atau para
relasi yang dipercaya untuk menunjukan kelebihannya, sehingga
benda-benda tersebut merupakan “ajang prestise” dari pemiliknya. Dengan memiliki satu galeri yang besar atau curion cabinet
yang luas, dapat meyakinkan bahwa sang pemiliknya memiliki
kekayaan, kedudukan serta kekuasaan untuk memperoleh
benda-benda tersebut dalam perjalanannya jauh ke negeri-negeri asing
yang telah dilakukannya sendiri atau mereka yang memiliki
kemampuan untuk mengirimi utusan-utusan guna untuk
melakukan ekspedisi penyelidikan dan pengumpulan benda-benda
tersebut.
Pada umumnya mereka menyimpan semua benda ini dalam
sebuah “trophy room” (ruang khasanah) dan memamerkanya pada lemari-lemari khusus. Pameran seperti ini terus “membeku”, tidak berkembang merupakan pameran isi gudang istilah masa kini
membeku dalam bentuk animasi peragaan sampai pada ahir tahun
1700. Mulai akhir abad ini para pemuka masyarakat mulai
memikirkan bentuk peragaan yang dapat dilihat oleh masyarakat
umum, sehingga benar-benar dapat dinikmati serta ada
manfaatnya.
Bentuk peragaan beralih seperti bentuk peragaan barang
etalase toko, di mulai pada abad ke-20 dan telah dicari bentuk
peragaan yang lebih menarik yang dikaitkan dengan bentuk dunia
pendidikan. Sejak itulah museum menjadi salah satu lambang
commit to user
pengetahuan tidak lagi menjadi monopoli kaum bangsawan dan
cendikiawan saja, melaikan sudah menjadi milik umum. Dalam
perkembangan selanjutnya, museum juga munuju pada fungsi
rekreasi yang lebih menonjol dari pada fungsi edukatif.
(Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral
Kebudayaan dalam Proyek Pembinaan Permuseuman, Jakarta,
1993/1994 : 1)
b. Perkembangan Museum di Indonesia
Sejarah permuseuman di Indonesia dimulai ketika
pemerintahan Kolonial Belanda mendirikan Bataviaasch
Genoochop Van Kunstenan Wetenschappen (sekarang dikenal
dengan Museum Nasional), di Batavia pada tanggal 24 April
1778. Perkumpulan ini bertujuan untuk memajukan kesenian dan
ilmu pengetahuan di bidang bahasa dan ilmu bumi. Selanjutnya
berkembang dan banyak didirikan museum-museum lain, seperti:
1) Hartus Botanicus Bogorience pada tahun 1817, yang sekarang
dikenal dengan Nama Kebun Raya Bogor.
2) Herbarium Bogorience pada tahun 1884.
3) Setedelijk Historisch Museum (Museum Empu Tantular) pada
tahun 1922 di Surabaya.
4) Museum Bali di Denpasar pada tahun 1932.
5) Museum Sonoboedoyo di Yogyakarta pada tahun 1935.
Setelah Indonesia merdeka para ilmuwan dan usahawan
Belanda pulang kenegerinya, hal ini menyebabkan kondisi
permuseuman di Indonesia mengalami kemunduran, sampai
dengan akhirnya Indonesia masuk dewan museum International
commit to user
3. Tugas, Fungsi dan Tujuan Museum
a. Tugas Museum
Museum mempunyai tugas yaitu:
1) Menghindari bangsa dari kemiskinan kebudayaan.
2) Memajukan kesenian dan kerajinan rakyat.
3) Turut menyalurkan dan memperluas pengetahuan dengan cara
massal.
4) Memberikan kesempatan bagi penikmat seni.
5) Membentuk metodik dan didaktik pihak sekolah dengan cara
kerja yang berfaedah pada setiap kunjungan murid-murid ke
museum.
6) Memberikan kesempatan dan bantuan dalam penyelidikan
ilmiah.
b. Fungsi Museum
Museum mempunyai tujuan, yaitu:
1) Tujuan Fungsional
Memberi pengertian pada bangsa Indonesia melalui
generasi muda tentang kebudayaan yang pernah ada, hal ini
merupakan watak dan kesadaran bangsa, bahwa kebudayaan
Indonesia sangat agung juga sebagai pelindung dan
pemelihara dari pengaruh budaya asing yang tidak sesuai.
2) Tujuan Institusional
Bermaksud sebagai wadah tujuan institusional agar
berlaku secara efektif yang menjadikan dua kepentingan yang
saling berpengaruh ialah:
a) Kepentingan objek
Memberikan tempat atau wadah untuk menyimpan
serta melindungi benda-benda koleksi yang mempunyai
nilai-nilai budaya dari kerusakan dan kepunahan yang
disebabkan antara lain oleh iklim, alam, biologia dan
commit to user b) Kepentingan umum
Mengumpulkan penemuan-penemuan benda,
memelihara dari kerusakan, menyajikan benda-benda
koleksi kepada masyarakat umum agar dapat:
(1) Menarik hingga menimbulkan rasa bangga dan
tanggung jawab.
(2) Di pelajari dan menunjang ilmu pengetahuan.
(Moh Amir Sutaarga, 1989: 26)
4. Jenis Museum
Jenis museum ada bermacam-macam dan dapat ditinjau dari
berbagai sudut, baik itu menurut koleksinya, menurut kedudukannya
maupun menurut status penyelenggaraannya. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan dalam Proyek Pembinaan Permuseuman Jakarta
membagi jenis-jenis museum berdasarkan:
a. Menurut koleksinya jenis museum dapat dibagi dalam beberapa
bagian, tetapi secara garis besar dibagi dalam :
1) Museum Umum, adalah museum yang koleksinya terdiri dari
kumpulan bukti material manusia atau lingkungannya yang
berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin ilmu dan
teknologi.
2) Museum Khusus, adalah museum yang koleksinya terdiri dari
kumpulan bukti dari material manusia atau kumpulannya
yang berkaitan dengan satu cabang seni, satu cabang satu
cabang ilmu atau satu cabang teknologi.
b. Menurut tingkatnya, museum khusus dapat digolongkan atas:
1) Museum Khusus Tingkat Nasional
2) Museum Khusus Tingkat Regional
3) Museum Khusus Tingkat Lokal
4) Museum Situs
Adapun museum khusus ini dapat di klasifikasikan lagi
commit to user
1) Museum Ilmu-ilmu Hayat (Natural Hitory).
2) Museum Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Science and
Tecnology).
3) Museum Ilmu Purbakala (Archeology).
4) Museum Ilmu Antropologi dan Etnografi (Antropological).
5) Museum Sejarah Seni Rupa (Art History).
6) Museum Sejarah (Historical).
c. Menurut Kedudukan Museum dapat dibagi dalam
1) Museum Nasional, museum yang koleksinya terdiri dari
kumpulan benda yang berasal dari, mewakili dan berkaitan
dengan bukti material manusia atau lingkungan dari seluruh
wilayah Indonesia yang bernilai nasional.
2) Museum Provinsi, museum yang koleksinya terdiri dari
kumpulan benda yang berasal dari, mewakili dan berkaitan
dengan bukti material manusia atau lingkungan dari seluruh
wilayah Provinsi dimana museum itu berada.
3) Museum Lokal, museum yang koleksinya terdiri dari
kumpulan benda yang berasal dari, mewakili dan berkaitan
dengan bukti material manusia atau lingkungan dari seluruh
wilayah kabupaten atau kotamadya dimana museum itu
berada.
d. Menurut Penyelenggaraannya, museum dapat dibagi menjadi :
1) Museum Pemerintah, museum yang diselenggarakan dan
dikelola oleh pemerintah. Museum ini juga dapat dibagi lagi
dalam museum yang dikelola oleh Pemerintah Pusat dan
oleh Pemerintah Daerah.
2) Museum Swasta, ialah museum yang diselenggarakan dan
commit to user
5. Persyaratan Sebuah Museum
Adapun persyaratan berdirinya suatu museum adalah, sbb:
a. Persyaratan Lokasi Museum
1) Lokasi harus Strategis, yaitu mudah dijangkau oleh umum.
2) Lokasi harus sehat, yang dimaksud sehat yaitu berada di daerah
industri, tidak berada di daerah berawa atau berpasir dan
elemen-elemen yang mempengaruhi lokasi, seperti kelembaban
udara antara 55 – 65 % b. Persyaratan pembagian ruang
Persyaratan ruang secara fungsional untuk museum minimal
terdiri atas:
1) Bangunan Pokok, meliputi:
a) Pameran Tetap
b) Pameran Temporer
c) Auditorium
d) Kantor Administrasi dan Perpustakaan
e) Laboratorium konservasi
f) Storage
2) Bagian Penunjang, meliputi :
a) Keamanan / pos jaga
b) Ghif Shofdan Kafetaria
c) Ticket box dan penitipan barang
d) Lobby/ ruang istirahat
e) Toilet
f) Tempat parkir, pertamanan, pagar
c. Persyaratan koleksi museum
Untuk meninjau pengertian koleksi dan objek museum
tersebut oleh Amir Sutaarga dalam bukunya Museografi dan
museologi memberi pengertian sebagai berikut: “Koleksi museum adalah sebagai objek museum ayng disimpulkan menurut
commit to user
pengetahuan yang mempunyai kepentingan atas obyek yang
terhimpun dalam koleksi tertentu”.
Adapun istilah teknis yang dipergunakan oleh kalangan ahli
museologi bagi koleksi museum adalah:
1) Natural materials, untuk segala benda yang masih murni, yang masih merupakan bagian dari lingkungan hidup.
2) Cultural material, atau benda-benda budaya, seperti archeologi,
ethnographica, numismatika, heraldika, intinya segala macam
buatan manusia, yang kadang-kadang disebut juga tangibel
kultural properties, kekayaan dalam artian abstrak, yang sering
diungkapkan dalam definisi tentang kebudayaan sebagai suatu
sistem nilai, sistem gagasan, sistem ungkapan hidup, yang
diajarkan dari generasi kegenerasi berikutnya (Moh Amir
Sutaarga, 1989: 35).
Adapun persyaratan koleksi museum, adalah:
1) Mempunyai nilai sejarah dan ilmiah (termasuk nilai estetis).
2) Dapat diintensifikasikan mengenai wujudnya (morfologo),
tipenya (tipologi), gayanya (style), fungsinya, maknanya,
asalnya secara histories dan geografis, genusnya (dalam orde
biologi) atau priodenya dalam geologi khususnya untuk
benda-benda sejarah dan teknologi.
3) Harus dapat dijadikan dokumen, dalam arti sebagai bukti
kenyataan dan kehadirannya ( realita dan eksistensi) bagi
penelitian ilmiah.
4) Dapat dijadikan suatu momen atau bakal jadi momen dalam
sejarah alam dan budaya.
5) Benda asli (realita), replica atau reproduksi yang sah menurut
persyaratan museum.
Adapun jenis koleksi museum terdiri dari:
1) Etnogarafika, yaitu kumpulan banda-benda hasil budaya
commit to user
2) Prehistorika, yaitu kumpulan benda-benda sejarah.
3) Arkheologika, yaitu kumpulan benda-benda arkheologi.
4) Numismatika dan Heraldika, yaitu kumpulan benda-benda alat
tukar dan lambang peninggalan sejarah, misalnya mata uang,
cap, lencana, tanda jasa dan surat-surat berharga.
5) Naskah-naskah kuno.
6) Keramik asing.
7) Buku atau majalah antikuariat.
8) Karya seni atau seni kriya
9) Benda-benda grafika, berupa foto, peta asli, atau setiap
reproduksi yang dijadikan dokumentasi.
10)Diorama, yaitu gambar yang berbentuk tiga dimensi.
11)Benda-benda sejarah alam, berupa flora, fauna, benda batuan
maupun mineral.
12)Benda-benda wawasan nusantara, benda asli (realita) atau
reflica yang mewakili sejarah alam budaya dari wilayah
nusantara.
13)Reflika, yaitu tiruan dari benda sesungguhnya
14)Miniatur, yaitu tiruan dari benda sesungguhnya namun
diperkecil.
15)Koleksi hasil abstraksi.
Sedangkan Alam S. Wittlin merumuskan tentang koleksi
museum sbb:
1) Economic hoard collection (koleksi persediaan ekonomi)
2) Social prestige collection (koleksi kepercayaan magis)
3) Magic collection (koleksi kepercayaan magis)
4) Collection as an expression of group loyalty (koleksi sebagai
sebuah pernyataan kesetiaan kelompok)
5) Collection stimulating curiosity and inguire (koleksi
commit to user
6) Collection of art stimulating emotional experience (koleksi seni
yang memencing pengalaman emosional) (Moh Amir sutaarga,
1989: 77)
Adapun pengadaan koleksi dilakukan dengan:
1) Penemuan / penggalian.
2) Pembelian.
3) Hadiah / hibah.
4) Titipan dari perorangan atau badan hokum.
d. Persyaratan organisasi
Agar fungsi museum dapat dioptimalkan dengan semaksimal
mungkin untuk masyarakat, maka diperlukan adanya struktur
organisasi museum, khusus di Indonesia di atur oleh Keputusan
Presiden RI no. 45 tahun 1974 dan Keputusan Mentri P dan K no.
079/0/1975. Dari dua keputusan tersebut, kemudian lahirlah
Direktorat Museum, yang terdiri atas dua unsur yaitu: unsur
pembina adalah Direktorat Museum dan unsur objek pembinaan
adalah museum-museum. Struktur Organisasi Museum ditetapkan
berdasarkan keputusan menteri P dan K.
Skema II.1 Struktur organisasi Museum Swasta Sumber: (Moh Amir Sutaarga, 1987: 37)
BADAN PENDIRI
MUSEUM BADAN PENGURUS
BADAN PENGAWAS BADAN
commit to user
Skema II.2 Struktur organisasi Museum Pemerintah Sumber: (Moh Amir Sutaarga, 1989: 40)
Skema II.3 :Struktur organisasi museum secara umum Sumber: (Moh Amir Sutaarga, 1989 : 43)
Berdasarkan tugas dan fungsi museum, setiap museum
mempunyai struktur organisasi sebagai berikut:
1) Pembidangan tata usaha, meliputi kegiatan dalam registrasi
ketertiban / keamanan, kepegawaian dan keuangan.
2) Pembidangan pengelolaan koleksi yang meliputi kegiatan yang
berhubungan dengan identifikasi, klsifikasi, kalatogisasi koleksi
sesuai dengan jenis koleksi. Menyusun konsepsi dalam
kegiatan presentasi, penelitian/pengkajian koleksi termasuk
penulisan ilmiah dan persiapan bahan koleksi. BADAN PEMERINTAH
BADAN PEMERINTAH TEKNIS PERMUSEUMAN
M,USEUM M,USEUM M,USEUM M,USEUM
KEPALA MUSEUM
TATA USAHA DAN PERPUSTAKAAN KEPALA MUSEUM
KURATOR KOLEKSI
KONSERVATOR PERPUSTAKAAN
PREPARATOR STUDIO
EDUKATOR PEMBIMBING
commit to user
3) Pembinaan pengelolaan koleksi yang meliputi konservasi
preventif dan kuratif serta mengendalikan keadaan kelembaban
suhu ruang koleksi dan gudang serta penanganan laboratorium
koleksi
4) Pembidangan preparasi yang meliputi pelaksanaan restorasi
koleksi, reproduksi, penataan pameran, pengadaan alat untuk
menunjang kegiatan edukatif cultural dan penanganan bengkel
reparasi.
5) Pembidangan bimbingan dan publikasi yang meliputi kegiatan
bimbingan edukatif cultural dan penerbitan yang bersifat ilmiah
dan popular dan penanganan peralatan audiovisual.
6) Pembidangan pengelolaan perpustakaan yang meliputi kegiatan
penanganan kepustakaan/referensi.
Setiap pembidangan tersebut diatas dipimpin oleh kepala
yang bertanggung jawab kepada kepala museum. Susunan
organisasi dan tata kerja museum, tergantung kepada tingkat
kedudukan dan status museum.
C. Tinjauan Khusus Museum.
1. Tinjauan Lobby a. Pengertian Lobby
Hall atau lobby merupakan ruang kontrol dalam
pengorganisasian ruang pada sebuah fasilitas umum, sehingga
dalam perancangan harus cukup lapang, menarik, baik dari segi
sistem interior maupun komponen pembentuk ruangnya. Penataan
dan perlakuan pada dinding hall ini dibuat sedemikian rupa sehingga
bila dipergunakan tidak terlihat kosong. Pencahayaannya merupakan
perpaduan antara sinar matahari yang diperoleh dari media kaca dan
ventilasi dan sinar buatan dengan prinsip tata pencahayaan yang
mengikuti tata pencahayaan pada ruang pamer
commit to user
b. Fungsi Lobby
1) Sebagai Fungsi Ekonomi, yaitu pengunjung dapat memanfaatkan
fasilitas-fasilitas yang tersedia di lobby dan tanpa harus pergi ke
tempat lain, sehingga menghemat tenaga dan biaya.
2) Sebagai Fungsi Sosial, yaitu lobby dapat memberikan informasi
kepada pengunjung tentang fasilitas-fasilitas yang disediakan di
lobby agar pengunjung dapat saling berinteraksi dengan sesama
pengunjung lain serta karyawan.
3) Lobby sebagai alat penghubung, yaitu memberikan informasi
serta fasilitas sebagai tujuan pendidikan maupun pariwisata.
c. Fasilitas Lobby
1) Tersedianya ruang pengecekan dan meja informasi, ruang
pengecekan berada di kanan pintu masuk, dekat pintu tetapi
tidak menutupi lalu lintas. Meja informasi ada di kiri masuk,
karakter meja ini tergantung pada ukuran bangunan. Posisinya
dapat digantikan dengan papan bulletin atau kalender peristiwa.
2) Tersedianya fasilitas telepon.
3) Tersedianya counter penjualan (bisa dilakukan di meja
informasi) jika menjual kartu pos dapat disediakan meja untuk
menulis.
4) Tersedianya pula tempat display buku dan barang – barang cetakan.
5) Tersedianya fasilitas pameran pendahuluan (menampung apa
yang menarik dari museum), mungkin dalam minggu ini,
susunannya harus tepat, menarik, tidak menghalangi jalan dan
commit to user
2. Tinjauan Ruang Pamer
a) Pengertian Ruang Pamer
1) Ruang Pamer (Show Room) Room Used For The Display Of
Good Merchandise, artinya adalah ruangan yang dipergunakan
untuk kepentingan pemajangan benda koleksi atau barang
dagangan. (Ernest Neufrest, 1980 : 359).
2) Ruang Pamer merupakan tempat untuk mewujudkan
komunikasi antara benda pamer dan pengunjung. Ruang Pamer
dapat dianggap sebagai kunci pameran yang berbicara tentang
kekayaan dari koleksi. (Hadisutjipto,1998: 34).
b) Tipe Ruang Pamer
Ruang pamer dibagi ke dalam dua jenis, yaitu :
1) Ruang Pamer Sementara
Untuk memamerkan materi pameran seperti lukisan,
patung dan materi koleksi yang dapat dipindahkan atau
diganti-ganti di lantai pameran utama, di lantai bawah dekat
Lobby.
2) Ruang Pamer Permanen, dibagi dua :
(a) Ruang Pameran Umum (obyek dasar, ruangan
pengklasifikasian berdasarkan urutan pembuatan,
informasi tentang kain, pameran kerja).
(b) Pameran Penelitian (obyek kecil).
Skala dan proporsi ruang pamer berubah seiring dengan
waktu. Ruangan dengan ukuran sedang paling lazim untuk
bangunan-bangunan masa kini, sedangkan untuk bangunan dengan
ruangan besar banyak ditunjukkan pada bangunan kuno.
Tipe-tipe ruang pamer berdasar ukuran, yaitu :
1) Kamar Sederhana berukuran sedang merupakan bentuk yang
paling lazim.
2) Aula dengan balkon, merupakan bentuk ruangan yang sudah
commit to user
3) Aula Pengadilan (Ciere Story Hall) merupakan ruang yang
paling umum dalam museum seni.
4) Galeri lukis terbuka (Sky Lighting Picture Galeri), merupakan
tipe ruangan yang paling umum.
5) Koridor pertunjukan merupakan tipe ruang pamer yang
sesungguhnya bukan ruangan, tetapi jalan. Dipergunakan
untuk display supaya tidak tampak kosong.
6) Tipe ruangan yang bebas dibagi – bagi saat ada pameran, ruangan ini tidak berjendela tapi ada tempat yang dapat dibuka
untuk cahaya alami. (Setyawan, 2001 : 35)
c) Fasilitas Pendukung Ruang Pamer
1) Ruang Kerja Teknis Administrasi
Merupakan ruang yang dipergunakan untuk melakukan
kegiatan-kegiatan pemrosesan bahan pustaka, administrasi, tata
usaha, dsb. Ruang ini meliputi :
(a) Ruang Sekretaris
(b) Ruang Staff
(c) Ruang Kepala dan Wakil Bagian
(d) Ruang Administrasi
(e) Ruang Arsip
(f) Ruang Gudang
2) Ruang Khusus
(a) Ruang Seminar
(b) Cafetaria
(c) Ruang Audio Visual
(d) Ruang Konsultasi
3) Ruang Penunjang Teknis dan Operasional
(a) Lobby
(b) Lavatory
(c) Ruang Pantry
commit to user (e) Storage
(f) Refreshment Room
(g) Ruang control listrik.(Mastini Harjoprakoso, 1991 : 5)
d) Tata Ruang
1) Area Pameran
(a) Pengertian Pameran
Pameran adalah suatu bentuk kegiatan promosi yang
bertujuan untuk menstimulir/meningkatkan omzet
penjualan dengan cara memperlihatkan (display),
memperagakan (demo workshop) materi produk secara
langsung kepada masyarakat atau konsumen. (William J
Stanton, 1989).
(b) Lay Out
Pertimbangan dalam merencanakan lay-out ruang
pamer adalah tipe pameran, pengunjung dan aktivitas.
(1) Daya tarik utama dan sirkulasi utama.
(2) Pola aliran, waktu yang diperlukan untuk tiap
aktivitas.
(3) Kapasitas ruang, formasi antrian.
(4) Informasi, petunjuk, rambu, dan pertolongan.
(5) Pelayanan pameran, pembersihan dan pemeliharaan.
(6) Keamanan dan perlindungan.
Dari pertimbangan tersebut, maka alternatif
commit to user
Rencana terbuka, jenis ini biasa diterapkan pada pameran berskala besar.
Inti dengan galeri satelit, adalah lay-out dimana bagian tengah menjadi inti pameran dan dikelilingi oleh display dengan alur tematik.
Progresi linier, lay-out jenis ini diatur dengan rangkaian area display dalam rute tertentu.
Kombinasi. Lay-out dengan area display tematik namun sirkulasinya bebas.
Kombinasi, lay-out jenis ini disesuaikan dengan tipe display dan bangunan yang digunakan.
Tabel II.1. Alternatif Lay-out dalam Ruang Pamer (Sumber : Fred Lawson, 2000 : 117)
3. Tinjauan Tentang Sirkulasi a) Pengertian Sirkulasi
Sirkulasi dapat mengarah dan membimbing perjalanan atau
tapak yang terjadi dalam ruang. Sirkulasi memberikan
kesinambungan pada pengunjung terhadap fungsi ruang, antara lain
dengan penggunaan tanda pada ruang sebagai penunjuk arah jalan
commit to user
b) Sirkulasi Umum Pengunjung (sirkulasi antar ruang pamer) Sirkulasi atau pergerakan pengunjung di dalam ruang pamer,
polanya berdasarkan lay out bangunan, namun ada kemungkinan
tergantung pula pada perilaku pengunjung sendiri. Arah sirkulasi
yang umum, pergerakannya ke arah kanan, karena bila arah
pergerakan ke kiri, sering menimbulkan kebingungan.
Penggunaan tangga sebagai penghubung antar lantai, serta
untuk memperlambat pergerakan pengunjung. Yang perlu
diperhatikan dalam penggunaan tangga ini adalah tidak
menimbulkan kesulitan dalam segi arsitektur, juga memudahkan
bagi penyandang cacat untuk melaluinya disamping pula
kemudahan untuk memindahkan barang-barang.
Tangga hendaknya diatur dalam satu kelompok tingkat dan
tidak terpisah-pisah, seperti 2–3 tingkat dari vestibule ke lobby, kemudian dari lobby ke ruang pamer. Untuk penanggulangan
kebakaran, sebaiknya setiap tangga diatur serta dihubungkan dengan
pintu-pintu yang dapat dibuka dan ditutup dengan cepat.
Tangga harus mempunyai penerangan buatan yang cukup.
Elevator juga merupakan alternatif pilihan, pada umumnya
memiliki dua elevator. Sebagai alternatif pengganti tangga dan
elevator, dapat dipergunakan jalur landai (ramp) dan eskalator yang
banyak dipergunakan pada bangunan modern.
c) Penerepan Sistem Sirkulasi pada Bangunan 1) Sirkulasi Eksternal Bangunan
(a) Sistem Pencapaian Bangunan
Pencapaian menuju bangunan dipilih pencapaian
berputar dengan pertimbangan salah satu fungsi bangunan
sebagai arena pameran (outdoor dan indoor) yang
menonjolkan unsur informatif dan memerlukan akses yang
commit to user
sesuai dengan bangunan multi fungsi dimana akan
mempermudah akses terhadap fasilitas-fasilitas yang ada
pada bangunan tersebut.
(b) Pengolahan Sistem Eksternal
Karena bangunan yang direncanakan merupakan
bangunan multi fungsi dengan berbagai macam pelaku
kegiatan, maka perlu dilakukannya pemisahan entrance site
tiap-tiap pelaku tersebut. Pemisahan entrance site juga
dilakukan antara sirkulasi umum dengan sirkulasi kegiatan
service.
2) Sirkulasi Internal Bangunan
(a) Sirkulasi Vertikal
Adalah cara pencapaian pada lantai tertentu dalam
bangunan secara vertikal atau cara mencapai aruang tertentu
yang berada diatasnya dan sebaliknya. Sirkulasi vertikal
juga ditekankan sebagai jalur darurat bila suatu saat terjadi
bencana. Sirkulasi ini dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa fasilitas, seperti : ramp, tangga,
eskalator dan lift.
(b) Sirkulasi Horizontal
(1) Sistem Memusat
Yaitu dimana hall berfungsi sebagai pusat
entrance dari berbagai ruang. Sistem ini sesuai
diterapkan pada ruang-ruang pamer. Untuk lebih
jelasnya pada sistem memusat bisa di lihat pada
diagram berikut :
(2) Sistem Jalur Tunggal
Sistem dengan menggunakan koridor sebagai
penghubung antar ruang-ruang utama dan hall berada
diujung koridor tersebut. Sistem ini seakan diterapkan
commit to user
d) Arus Sirkulasi Pengunjung
commit to user
e) Sirkulasi Koleksi
Skema II.5. Arus dan Sirkulasi Koleksi Museum Sumber : (Depdikbud,1992/1993 : 89)
A B C D
Kolektor
Ruang Penerimaan barang Ruang
Ruang
Ruang Reproduksi Ruang Restorasi
Gudang/Storage
Ruang Pameran Tetap R.Pameran
Temporer
R.Ekspedisi Pameran/Keliling
Museum Lain Gedung Lain
E
commit to user
f) Sirkulasi Khusus Pengunjung (Sirkulasi Ruang Pamer)
Menurut D.A Robillard sirkulasi dapat dibagi menjadi
beberapa jenis berdasarkan bentuk konfigurasinya, yaitu :
Tipe Sirkulasi Gambar
Langsung (straight), alur lintasan pengunjung di arahkan oleh ruang interior dengan pintu masuk pada salah satu sisi dan pintu keluar pada sisi lainnya.
Linier (linear), sirkulasi diarahkan oleh rancangan bangunan yang permanen, pengunjung biasanya memakai pintu masuk dan keluar yang sama. Selain itu pengunjung berjalan melalui jalur yang menerus, tidak peduli pada area yang sama.
Terbuka (Open), dalam hal ini tidak disertakan dinding display permanen di dalam ruang pamer, sehingga elemen sirkulasi dan ruang pamer benar-benar menyatu. Ruang-ruang dari jenis pola terbuka ini cenderung simetris, dan jalan-jalan masuk yang ada tidak dirancang untuk mempengaruhi orientasi perjalanan pengunjung.
Memetar (Loop), partisi/dinding pembatas menjadi suatu yang dominan pada pola ini. Ruang-ruang pamer diletakkan sejajar atau saling berdekatan membentuk suatu yang teratur yang mengarah pengunjung untuk mengintari pusat ruang tersebut, seperti courtyard, bukaan dan kelompok ruang lain.
Membentuk cabang (branch, lobby-foyer), suatu tipe sirkulasi yang memiliki area pusat yang kemudian menyebar menuju arah ruang pamer yang berlainan. Dalam hal ini secara visual tidak mengganggu sirkulasi.
Membentuk cabang (branch, gallery-lobby), membentuk cabang (branch, linear).
commit to user
g) Hubungan Sirkulasi dengan Ruang Pamer
Beberapa pola keterkaitan Ruang Pamer dan Sirkulasi,
Menurut D. A. Robillard antara lain :
Pola Keterkaitan Ruang Pamer dan Sirkulasi
Gambar
Sirkulasi dari ruang ke ruang (room to room), pengunjung mengunjungi ruang pamer secara berurutan dari ruang yang satu ke ruang pamer berikutmya.
Sirkulasi dari koridor ke ruang pamer (corridor to room) . Memungkinkan pengunjung untuk mengitari jalan sirkulasi dan memilih untuk memasuki ruang pamer melaui ruang koridor. Bila pengunjung tidak menghendaki suatu ruang pamer maka pengunjung dapat langsung menuju ke ruang pamer berikutnya.
Sirkulasi dari ruang pusat ke ruang pamer (nave to room), di sini pengunjung dapat melihat secara langsung seluruh pintu ruang pamer, sehingga memudahkan pengunjung untuk memilih memasuki ruang pamer yang disukai.
Sirkulasi terbuka (open), sirkulasi pengunjung menyatu dengan ruang pamer. Seluruh koleksi yang dapat dipajang dapat terlihat secara langsung oleh pengunjung dan pengunjung dapat bergerak bebas dan cepat untuk memilih koleksi mana yang hendak diamati.
Sirkulasi Linier, dalam suatu ruang pamer terdapat sirkulasi utama yang membentuk linier dan menembus ruang pamer tersebut.
Tabel II.3. Hubungan sirkulasi dengan Ruang Pamer Sumber : (D. A Robbilard, 1982 : 47)
Pertimbangan yang memungkinkan pengunjung untuk tertarik
bergerak mengunjungi ruang pamer, antara lain :
1). Keragaman antara ruang pamer, pengunjung tertarik memasuki
ruang yang berbeda dengan harapan memperoleh penglaman
commit to user
2). Kejelasan pandangan terhadap suatu jalur sirkulasi utama,
sehingga memudahkan pengunjung pada suatu ruang pamer
untuk kembali atau pindah ke ruang lainnya melalui jalur utama
yang dirasakaan cepat.
3). Peta-peta dan tanda-tanda pada jalan masuk ruang pamer.
4). Pandangan keluar, memberikan suasana santai dan menciptakan
kesan tetap adanya kedekatan dengan lingkungan luar.
5). Pembagian ruang dengan memanfaatkan kolom-kolom
bangunan.
6). Laurence Vail Colemen membahas tentang tingkah laku
pengunjung dalam mengamati pameran. Ada yang mengamati
benda yang sepintas saja, tetapi ada yang mengamati secara
cermat dengan waktu yang relatif lama. Untuk itu diperlukan
satu sistem yang sesuai dengaan tuntutan tersebut. Hal ini
dimaksudkan agar pengunjung yang ingin mendalami melihat
pameran tidak terganggu oleh pengunjung yang hanya melihat
secara sepintas saja. Tetapi cara ini memerlukan ruangan yang
lebih luas dan lebih banyak peralatannya.
Gambar II.1. Sirkulasi pengunjung yang diarahkan dengan sistem tata pamerannya, untuk pengunjung yang ingin mengamati benda pamer secara sepintas dan secara cermat/mendetail.