commit to user
i
DESAIN INTERIOR MUSEUM
PAWON
TRADISIONAL JAWA
DI SURAKARTA
DENGAN PENDEKATAN MODERN EVOKATIF
Disusun Untuk Memenuhi Syarat mendapatkan Gelar Sarjana Seni Rupa Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Unversitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun oleh :
DESMILLA NUR HIDAYAHMI
C
JURUSAN DESAIN INTERIOR
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
commit to user
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : Desmilla Nur Hidayahmi
NIM : C
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul
“Desain Interior Museum Pawon Tradisional Jawa di Surakarta dengan Pendekatan
Modern Evokatif” adalah benar – benar karya sendiri, bukan plagiat dan dibuatkan orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam Laporan Tugas Akhir ini diberi
tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam Daftar Pustaka.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan Tugas Akhir dan gelar yang
diperoleh.
Surakarta, Juli Yang membuat pernyataan,
Desmilla Nur Hidayahmi
commit to user
v
MOTTO
Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh pula (urusan) yang lain dan hanya kepada
Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.
(QS. Al Insyirah: - )
Dan hendaklah setiap diri memerhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). (QS. Al Hasyr: )
Jika kalian bersyukur (terhadap nikmatKu) niscaya akan Aku tambah dan jika kamu kufur terhadap NikmatKu, sesungguhnya siksaku amatlah pedih.
(QS. Ibrahim: )
Pengetahuan tidaklah cukup, maka kita harus mengamalkannya. Niat tidaklah cukup, maka kita harus melakukannya.
(Wolfgang)
Hidup bukan untuk main-main, Tentukan tujuanmu agar hidupmu menjadi bukan main. (Dr. Ibrahim Fiqy)
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan kepada:
. Ibu dan Bapak tercinta yang telah mencurahkan
segalanya untuk menjadikanku anak yang
berbakti bagi agama, guru, teman dan keluarga.
. Sahabat dan kawan-kawan di Jurusan Desain
Interior, terutama angkatan , kawan Kriya Tekstil, G_Sorru yang menjadi semangat
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan dan penyusunan
laporan Tugas Akhir dengan judul Desain Interior Museum Pawon Tradisional Jawa
Di Surakarta Dengan Pendekatan Modern Evokatif.
Namun bukan tanpa halangan laporan Tugas Akhir dapat penulis selesaikan
dengan baik. Penulis banyak mendapat dukungan, bimbingan dan masukan dari
pelbagai pihak. Maka, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
. Anung B Studyanto, S.Sn. M.T, selaku Ketua Jurusan Desain Interior Fakultas
Sastra dan Seni Rupa, sekaligus Dosen Pembimbing Akademik penulis.
. Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn selaku Dosen Pembimbing I Tugas Akhir.
. Mulyadi, S.Sn, M.Ds selaku Dosen Pembimbing II Tugas Akhir.
. Iik Endang S.W, S.Sn, M.Ds, selaku Dosen Koordinator Tugas Akhir.
. Segenap Dosen Jurusan Desain Interior dan Karyawan.
. Narasumber penulis : Ibu Suryo Samtono, Ibu Juminah, Bapak Heri, Ibu
Makmuri, Ibu Darto sekeluarga yang membantu mencari data literatur dan
data lapangan.
. Ibu, ayah, kakak, adik-adik, seluruh keluarga yang telah memberikan doa,
semangat dan materi.
. Darla Wu, mamah Dina, Iinta, Pak Risard, Huniw, darla Riphki dan Faridul
yang telah membantu, memberikan doa, semangat serta perhatian, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir dengan lancar.
. Ikhsanudin, my beloved, atas doa, cinta, kasih sayang, semangat dan
perhatian.
.Teman-teman seperjuangan, nyah Nita, darla Titik, mii mii Anityas, Nia, Tika, Erika, Bayu, Dina, Agus, Anggrayni Junet, Ayu, Esti, mas Christof,
mbag Reike, mas dayat, mas Budi, mbag Lamia, Gista dan teman-teman
commit to user
viii
Penulis menyadari dalam penulisan dan penyusunan Tugas Akhir ini masih
terdapat kesalahan dan kekeliruan sehingga dengan sangat terbuka penulis
mengharapkan masukan dan kritikan demi kesempurnaannya.
commit to user
ix
DESAIN INTERIOR MUSEUM PAWON TRADISIONAL JAWA DI SURAKARTA Pendekatan Modern Evokatif. Laporan Tugas Akhir: Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Senirupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Desain Interior Museum Pawon Tradisional Jawa di Surakarta Dengan Pendekatan Modern Evokatif merupakan perancangan sebuah bangunan yang berbentuk museum sebagai pusat edukasi, informasi dan entertainment dengan fasilitas dan sarana yang kompleks meliputi Area Pamer, Ruang Audiovisual, Souvenir Shop dan Restoran yang dibalut suasana dapur tradisional jaman dahulu di jaman modern saat ini supaya pengunjung mendapatkan kesan setelah mengunjungi museum, pengunjung tidak hanya melihat dan membaca saja tetapi memahami dan mengerti tentang apa maksud dibalik benda-benda pameran yang ada. Permasalahan yang dibahas dalam perancangan ini adalah : ( ) Bagaimana mendesain interior Museum Pawon Tradisional Jawa yang memiliki fungsi edukatif, informatif dan entertainment? ( ) Bagaimana mendesain sistem sirkulasi dan penataan benda yang baik di dalam Museum Pawon Tradisional Jawa? ( ) Bagaimana menerapkan konsep evokatif dan modern dalam mewujudkan atmosfer interior yang sesuai untuk Museum Pawon Tradisional Jawa?
Perancangan ini bertujuan : ( ) Terciptanya desain interior Museum Pawon Tradisional Jawa yang memiliki fungsi edukatif, informatif dan entertainment. ( ) Terciptanya sistem sirkulasi dan penataan benda yang baik dan terarah di dalam Museum Pawon Tradisional Jawa. ( ) Terciptanya rancangan Museum Pawon Tradisional Jawa yang dapat menghadirkan atmosfer interior dengan konsep modern evokatif. Metode yang digunakan dalam penyelesaian masalah berupa metode desain penarikan pemecahan masalah dengan konsep desain. Proses desain dimulai dengan perumusan permasalahan proyek. Berdasarkan studi literatur dan studi lapangan dapat ditarik pendekatan pemecahan masalah. Pendekatan desain kemudian diaplikasikan sebagai keputusan konsep desain.
Dari analisis disimpulkan beberapa hal : ( ) Penggunaan tema yang sesuai dengan tujuan ruang akan membangun suasana dan karakter ruang. ( ) Suasana dan karakter ruang sangat membantu dalam menciptakan kenyamanan bagi pengguna ruang.
Mahasiswa, Jurusan Desain Interior dengan NIM C
commit to user
x
INTERIOR DESIGN OF JAVANESE TRADITIONAL PAWON MUSEUM IN SURAKARTA
MODERN EVOCATIVE DESIGN APPROACH
Desmilla Nur Hidayahmi,
Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn , Mulyadi, S.Sn, M.Ds
ABSTRACT
. Interior Design Of Javanese Traditional Pawon Museum in Surakarta;Modern Evocative Design Approach. Final Studio Report: Interior Design Department, Letters and Fine Arts Faculty Sebelas Maret University Surakarta.
Interior Design Of Javanese Traditional Pawon Museum in Surakarta;Modern Evocative Design Approach is building planning for museum that purposed as education, information and entertainment center with complex means and facilities include exhibition area, audiovisual room, souvenir shop, and restaurant which wraps by the atmostphere of traditional kitchen in modern appearance so visitor could get impression after visit museum, visitor does not only see and read but also understanding the aim behind the exhibition objects. Problems which are tried to be solved in this design process are: ( ) How to design the Javanese Traditional Pawon Museum’s interior that has educative, informative, and entertainmetn function? ( ) How to design good circulation system and object arranging in the Javanese Traditional Pawon Museum? ( ) How to apply evocative and modern concept in order to create right interior atmosphere for the Javanese Traditional Pawon Museum?
The design is purposed to: ( ) Created the Javanese Traditional Pawon Museum’s interior design that has educative, informative, and entertainment function. ( ) Created good and aimed circulation system and object arranging in the Javanese Traditional Pawon Museum. ( ) Created the Javanese Traditional Pawon Museum planning that could present modern evocative concept in interior atmosphere. Method used is deduction problem solving design method with design concept. Design process was started with formulating main problems. Based on literature and field visiting study, it can be chose the appropriate design approach. This approach then is applied as conceptual design decision.
commit to user
H. SISTEMATIKA PENULISAN ...
commit to user
xii
C. KAJIAN TENTANG DESAIN INTERIOR
. Organisasi Ruang ... BAB III STUDI LAPANGAN
A. TINJAUAN LOKASI . Dapur Gondorasan Keraton Kasunanan Surakarta ...
commit to user
xiii
.Pembentuk Ruang ...
.Pengisi Ruang ...
.Sistem Interior ... B. KONSEP DESAIN
. Ide Gagasan ... . Tema ... . Suasana Ruang ... . Pola Penataan Ruang ... . Pembentuk Ruang ...
BAB V PENUTUP
commit to user
xv
commit to user
xvi
DAFTAR SKEMA
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Orang Jawa mengenal adanya tiga ungkapan yang sangat penting dalam
hidup yaitu sandang, pangan, dan papan. Artinya, dalam hidup manusia Jawa
memerlukan tiga hal yang sangat penting yaitu: sandang (pakaian) untuk
membalut tubuh supaya terlindung dari dingin, panas, dan untuk estetika; pangan
(makan) adalah makanan yang harus ada untuk dimakan sebagai syarat untuk
bertahan hidup; dan papan (rumah atau omah) sebagai tempat berteduh atau
tempat tinggal.
Pawon atau dapur sebagai bangunan tambahan, tidak dianggap sebagai
bangunan pokok atau penting, dan konstruksi bangunan dapur sangat sederhana.
Oleh karena itu untuk membuat dapur tidak diperlukan persyaratan yang rumit
seperti akan membuat rumah induk yang memerlukan perhitungan waktu
(primbon). Pandangan hidup orang Jawa menandaskan bahwa kekuatan
seseorang bukanlah tergantung pada banyaknya makanan yang masuk kedalam
tubuh, melainkan kepada tekat dan batin. Orang tidak akan menjadi lemah
tubuhnya hanya karena sedikit makan, bahkan sebaliknya, orang akan
memperoleh ‘kekuatan’ karena sering melaksanakan ‘ngurang-ngurangi makan
dan tidur (tirakat atau asketis).
Pawon pada zaman dahulu adalah simbol keberadaan wanita Jawa,
laki-laki dilarang memasuki kawasan Pawon karena Pawon bukan tempatnya
laki-laki. Memasak adalah penggunaan panas pada bahan makanan agar bahan
makanan tersebut bisa dimakan. Memasak menjadikan suatu bahan makanan
menjadi matang, mudah untuk dicerna, menjadi enak, dan merubah bahan
makanan dari segi rasa, rupa, warna, dan lain-lain. Intinya adalah bahwa
memasak itu membuat bahan makanan menjadi makanan yang siap dimakan
dengan menggunakan energi panas. Memasak juga harus menggunakan peralatan
yang dipergunakan untuk memasak dan menyiapkan atau mengolah makanan.
Alat masak yang digunakan juga mempengaruhi cita rasa dari masakan tersebut.
commit to user
masakan yang dimasak karena bahan-bahan yang digunakan untuk membuat alat
masak tradisional adalah dari bahan alami yang didapat dari alam sekitar
dibandingkan alat masak modern pada zaman sekarang. Akan tetapi, alat masak
tradisional mempunyai kelemahan yaitu membutuhkan waktu lama dalam proses
memasaknya dibandingkan alat masak modern yang hanya membutuhkan waktu
yang sedikit untuk proses memasak yang cepat.
B. BATASAN PERANCANGAN
1. Permasalahan Tugas Akhir ini dibatasi pada substansi desain interior.
2. Obyek bangunan fasilitas umum yang berupa Museum Pawon Tradisional
Jawa di Surakarta seluas 1200-1500 m2.
3. Desain interior Museum Pawon Tradisional Jawa di Surakarta meliputi:
Area edukatif
Area Pam er
Workshop
Area informatif
Lobby
Ruang Int roduct ion
Area operasional
Lobby
Office
Cont rol Room
4. Daerah perancangan terletak di kota Surakarta.
Site Plan
Lokasi proyek Desain Interior
Museum Pawon Tradisional Jawa
diasumsikan berada di Jalan Brigjen
Slamet Riyadi 201 Surakarta.
Tepatnya berada di kawasan Gedung
commit to user
C. RUMUSAN PERANCANGAN
1. Bagaimana mendesain interior Museum Pawon Tradisional Jawa yang
memiliki fungsi edukatif, informatif dan entertainment?
2. Bagaimana mendesain sistem sirkulasi dan penataan benda yang baik di
dalam Museum Pawon Tradisional Jawa?
3. Bagaimana menerapkan konsep evokatif dan modern dalam mewujudkan
atmosfer interor yang sesuai untuk Museum Pawon Tradisional Jawa?
D. TUJUAN PERANCANGAN
1. Terciptanya desain interior Museum Pawon Tradisional Jawa yang memiliki
fungsi edukatif, informatif dan entertainment.
2. Terciptanya sistem sirkulasi dan penataan benda yang baik dan terarah di
dalam Museum Pawon Tradisional Jawa.
3. Terciptanya rancangan Museum Pawon Tradisional Jawa yang dapat
menghadirkan atmosfer interior dengan konsep modern evokatif.
E. SASARAN PERANCANGAN
1. Pengguna
- Siswa sekolah dan Mahasiswa
- Penggagas Budaya dan Wisatawan
- Masyarakat umum
2. Pengelola
- Pemilik Museum Pawon Tradisional Jawa
3. Operator
- Karyawan dan pengelola Museum Pawon Tradisional Jawa
F. MANFAAT PERANCANGAN
1. Bagi Penulis/Desainer
a. Mengenal dan menambah wawasan mengenai desain interior dan
commit to user
b. Mengembangkan daya imajinatif, ide dan gagasan mengenai sistem
interior yang berkaitan dengan bangunan museum yang memiliki nilai
edukatif, informatif dan entertainment.
c. Mengembangkan kreatifitas dalam perancangan interior bangunan.
2. Bagi Dunia Akademik
a. Memberikan informasi mengenai pengetahuan dapur tradisional.
b. Memberikan referensi baru dalam rancangan sebuah desain. 3. Bagi Masyarakat
a. Memberikan solusi tempat rekreasi edukatif serta informatif tentang
museum dapur tradisional.
G. METODE DESAIN
Pemecahan masalah dengan metode penarikan konsep desain sebagai
jawaban, melalui proses análisis yang ditunjang dengan studi literatur dan studi
lapangan. Seperti yang ditunjukkan pada skema 1.
Skema I.1. Skema Metode Desain Judul
Analisis Keputusan (konsep
commit to user
H. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I PENDAHULUAN
Membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah,
batasan masalah, serta tujuan dan manfaat dari tugas akhir.
BAB II KAJIAN LITERATUR
Menguraikan data literatur mengenai obyek permasalahan dan
pemecahan masalah.
BAB III KAJIAN LAPANGAN
Membahas tinjauan lokasi bangunan berada. Alasan pemilihan lokasi
serta kelebihan dan kekurangan dari lokasi.
Memaparkan hasil observasi lapangan yang berkaitan dengan obyek
permasalahan. Kajian interior dari obyek hasil observasi.
BAB IV ANALISIS
Berisi programming.
BAB V KONSEP
Yaitu kesimpulan konsep desain sebagai pemecahan masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Menuliskan sumber-sumber yang dipakai dalam mengerjakan
penulisan.
LAMPIRAN
Sajian skema, gambar dan tabel yang mendukung data pemecahan
commit to user
“Desain Interior Museum Pawon Tradisional Jawa Dengan Pendekatan
Modern Evokatif di Surakarta”
2. Definisi Judul
a. Desain
Rancangan, rencana suatu bentuk dan sebagainya.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1993 : 138)
Suatu sistem yang berlaku untuk segala macam jenis perancangan
dimanan titik beratnya adalah melihat sesuatu persoalan tidak secara
tepisah atau tersendiri melainkan sebagi suatu kesatuan dimana satu
masalah dengan lainnya saling kait mengkait.
(Desain Interior, 1999 : 12)
Suatu aktifitas pemecahan masalah yang diarahkan kepada tujuan
(goal). (Acher, 1963) (Kumpulan Istilah Desain Interior, Rahmanu
Widayat)
b. Interior
Bagian dalam gedung (ruang, dsb), tatanan perabot (hiasan, dsb) di
ruang dalam gedung.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia,1993 : 483).
c. Museum
Suatu bangunan atau institusi dimana objek artistik, historis, atau
ilmu pengetahuan yang mempunyai nilai penting dijaga, dipelajari,
dan dipamerkan. (Kumpulan Istilah Desain Interior, Rahmanu
Widayat)
d. Pawon
Sebuah kata dari Bahasa Jawa yang mempunyai arti tempat yang
commit to user
e. Tradisional
sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian
dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu
negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama.
(Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas)
f. Jawa
Sebuah pulau yang memiliki daerah yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah
dan Jawa Timur. (KBBI online)
g. Modern
Yang terbaru, tidak tradisional.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia,1993 : 370).
h. Evokatif
Penyajian pameran yang memberikan gambaran tentang fungsi benda
dalam konsteksnya dengan masa lalu. (Pariwisata Budaya Masalah
dan Solusinya, 2006 : 14).
i. Surakarta
kota yang terletak di Provinsi Jawa Tengah disebut juga Solo atau
Sala.
(Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas)
“Desain Interior Museum Pawon Tradisional Jawa Dengan Pendekatan
Modern Evokatif di Surakarta” adalah perancangan sebuah bangunan yang
berbentuk museum sebagai pusat edukasi, informasi dan entertainment dengan
fasilitas dan sarana yang kompleks meliputi Area Pamer, Ruang Audiovisual,
Souvenir Shop dan Restoran bagi para pengunjung yang dibalut suasana dapur
tradisional jaman dahulu di jaman modern saat ini, supaya pengunjung
mendapatkan kesan setelah mengunjungi museum, pengunjung tidak hanya
melihat dan membaca saja tetapi memahami dan mengerti tentang apa maksud
dibalik benda-benda pameran yang ada. Tetapi dalam pengaplikasiannya tidak
hanya bentuk evokatif saja yang dipamerkan tetapi unsur-unsur modern juga
tetap diperlihatkan.Penyampaian informasi yang menarik dan terkonsep, tidak
hanya suasana yang selalu tradisional maka dari itu diselaraskan dengan bentuk
commit to user
dirancang sebagai perwujudan museum yang tidak selalu kuno walaupun
benda-benda yang ditampilkan adalah benda-benda atau alat-alat tradisional.
B. KAJIAN OBYEK
1. Museum
1.1. Sejarah Museum
Manusia memiliki naluri melakukan pengumpulan (collection
instinct). Hal ini telah dibuktikan oleh para ahli arkeologi di Eropa
bahwa naluri ini telah ada pada manusia Neanderthal di Eropa kira-kira
8500 tahun yang lalu sebagai buktinya dengan ditemukan koleksi berupa
kepingan-kepingan oker (jenis batuan berwarna), serta kerang-kerangan
yang ditemukan di dalam gua-gua bekas tempat tinggal manusia
Neanderthal. Kumpulan koleksi ini merupakan bentuk tata pameran
tertua dibidang permuseuman, sedangkan lembaga museum tertua di
dunia dirintis oleh Ptolomeus I di kota Iskandaria, Mesir sekitar 300
SM.
Pada awal perkembangannya, museum merupakan storage
khusus kaum bangsawan guna menyimpan dan memamerkan
bukti-bukti kebesaran mereka. Pada saat ini, museum lebih menyerupai kuil
yang hanya dapat dikunjungi oleh kalangan terbatas dan berkelas
tertentu. Dalam perkembangan berikutnya, memasuki era modern
museum lebih terbuka, bahkan kemudian harus terbuka untuk umum.
Sejarah perkembangan museum di Indonesia diawali ketika
Rumphius mendirikan De Ambonsch Pairtenmaker di Ambon pada
tahun 1662. Disusul tahun 1778 Dinas Purbakala Hindia Belanda
mendirikan Bataviaasch Genootscap Van Kunsten en Westenchappen
yangn kini lebih dikenal dengan Museum Nasional atau Museum Gajah.
Kemudian pada tahun 1915 didirikan Museum Bali di Denpasar dan
pada tahun 1935 di Yogyakarta didirikan Museum Sono Budoyo, di
Surakarta didirikan Museum Radya Pustaka.
Bangunan museum bukan hanya terdiri dari satu ruang pameran
commit to user
Konsep sebuah ruangan mempunyai 3 dimensi yaitu panjang, lebar dan
tinggi. Ruang sendiri dapat dirasakan secara subyektif dan dibatasi oleh
elemen-elemen buatan seperti garis, bidang maupun elemen-elemen
alam. Ruang pameran diharapkan bisa memainkan peranan yang
sungguh nyata dan dinamis. (Ernes Maryanto, 2000: 21).
Secara Internasional kerjasama dibidang kebudayaan
dipercayakan kepada UNESCO. Bidang permuseuman UNESCO
membentuk International Council Of Museum, yang pada tahun 1981
mempunyai kurang lebih 7000 anggota dari negara anggota PBB.
1.2. Tugas, Fungsi, dan Tujuan Museum
a. Tugas Museum
Museum mempunyai tugas yaitu:
1) Mengumpulkan, merawat, meneliti, mengkomunikasikan, dan
memamerkan bukti meterial manusia dan lingkungannya.
2) Melayani masyarakat dan perkembangannya.
3) Untuk tujuan pendidikan dan perkembanganya.
( Moh. Amir Sutaarga;1975 : 2 )
Dalam buku Persoalan Museum, disebutkan tugas museum adalah:
1) Menghindarkan bangsa dari kemiskinan kebudayaan.
2) Memajukan kesenian dan kerajinan rakyat.
3) Turut menyalurkan dan memperluas pengetahuan dengan cara
massal.
4) Memberikan kesempatan bagi penikmat seni.
5) Membentuk metodik dan didaktik pihak sekolah dengan cara kerja
yang berfaedah pada setiap kunjungan siswa-siswa kemuseum.
6) Memberikan kesempatan dan bantuan dalam penyelidikan ilmiah
b. Fungsi Museum
Museum mempunyai fungsi sebagai berikut:
1) Pusat dokumentasi dan penelitian ilmiah.
2) Pusat penyaluran ilmu untuk umum.
3) Pusat peningkatan apresiasi budaya.
commit to user
5) Sumber inspirasi
6) Objek pariwisata
7) Media pembinaan pendidikan.
8) Cermin sejarah manusia, alam dan kebudayaan.
9) Media bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Museum menurut ICOM mempunyai fungsi sebagai berikut:
1) Mengumpulkan dan pengaman warisan alam dan budaya.
2) Dokumentasi dan penelitian ilmiah.
3) Konservasi dan preservasi.
4) Penyebaran dan pemerataan ilmu untuk umum.
5) Pengenalan dan penghayatan kesenian.
6) Pengenalan kebudayaan antar daerah dan bangsa.
7) Visualisasi warisan alam dan budaya.
8) Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia.
9) Pembangkit rasa bertkwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang
Memberikan peringatan kepada bangsa Indonesia melalui generasi
muda tentang kebudayaan yang pernah ada, hal ini merupakan
watak dan kesadaran bangsa indonesia sangat agung, juga sebagai
pelindung dan pemelihara dari pengaruh budaya asing yang tidak
sesuai.
2) Tujuan Institusional
Bermaksud sebagai wadah tujuan institusional agar berlaku secara
efektif yang menjadikan dua kepentingan yang saling berpengaruh
adalah:
a) Kepentingan Obyek
Memberikan temppat atau wadah untuk menyimpan serta
commit to user
budaya dari kerusakan dan kepunahan yang disebabkan antara
lain pengaruh iklim, alam, biologis, dan manusia.
b) Kepentingan umum
Mengumpulkan temuan-temuan benda, memelihara dari
kerusakan, menyajikan benda-benda koleksi kepada
masyarakat umum agar dapat menarik hingga menimbulkan
rasa bertanggung jawab, serta dipelihara dan menunjang ilmu
pengetahuan.
1.3. Persyaratan Sebuah Museum
Adapun persyaratan berdirinya suatu museum adalah:
a) Persyaratan lokasi
1) Lokasi harus strategis, strategis dalam hal ini tidak berarti harus
berada di pusat kota atau pusat keramaian kota, melainkan tempat
yang mudah dijangkau oleh umum.
2) Lokasi harus sehat, dalam hal ini sehat yaitu:
a) Lokasi yang bukan terletak di daerah industri yang banyak
pengotoran udaranya.
b) Bukan daerah yang tanahnya berlumpur/ tanah rawa atau
tanah yang berpasir, elemen-elemen iklim yang berpengaruh
pada lokasi itu berupa kelembaban udara setidak-tidaknya
harus terkontrol mencapai kenetralan yaitu antara 55-65%.
(DPK, 1988 : 16)
b) Persyaratan bangunan
Adapun syarat-syarat umum bangunan, meliputi:
1) Bangunan dikelompokkan dan dipisahkan menurut fungsi dan
aktivitasnya, ketenangan, keramaian dan keamanan.
2) Pintu utama (main entrance), untuk pengunjung.
3) Pintu masuk khusus (side entrance), untuk lalulintas koleksi,
bagian pelayanan, perkantoran, rumah jaga, serta ruang-ruang
pada bangunan khusus.
commit to user
5) Area semi publik (bangunan administrasi, perpustakaan dan ruang
rapat)
6) Area privat (lab. konservasi, studio preparasi, storage dan ruang
studi koleksi). (DPK, 1988 : 17)
Sedangkan syarat-syarat khusus museum meliputi:
1) Bangunan utama (pameran tetap dan pameran temporer) harus
dapat :
a) Memuat benda-benda koleksi yang akan dipamerkan.
b) Mudah dicapai baik luar maupun dalam.
c) Merupakan bangunan penerima yang harus memiliki daya
tarik sebagai bangunan pertama yang dikunjungi oleh
pengunjung.
d) Sistem keamanan yang baik, baik dari segi konstruksi,
spesifikasi ruang untuk mencegah rusaknya benda-benda
secara alami (cuaca dan lain-lain) maupun kriminalitas dan
pencurian.
2) Bangunan auditorium harus dapat:
a) Dicapai dengan mudah oleh umum.
b) Dipakai untuk ruang pertemuan, diskusi dan ceramah.
3) Bangunan khusus terdiri dari:
a) Laboratorium konservasi, studio preparasi, storage harus:
1. Terletak pada daerah tenang.
2. Mempunyai pintu masuk khusus.
3. Memiliki sistem keamanan yang baik (baik terhadap
kerusakan, kebakaran, dan kriminalitas) yang menyangkut
segi konstruksi maupun spesifikasi ruang.
4) Bangunan administrasi harus:
a) Terletak strategis baik terhadap pencapaian umum maupun
terhadap bangunan-bangunan lain.
b) Mempunyai pintu masuk khusus. (DPK, 1988 : 18)
commit to user
Pengertian koleksi museum adalah sekumpulan
benda-benda bukti material manusia dan lingkungannya yang
berkaitan dengan satu atau berbagai bidang atau cabang ilmu
pengetahuan. (DPK, 1988 : 19)
Adapun persyaratan koleksi, yaitu:
1. Mempunyai nilai sejarah dan ilmiah (termasuk nilai
estetika).
2. Dapat diidentifikasikan wujudnya (morfologi), tipenya
(tipologi), gayanya (style), fungsinya, maknanya, asalnya
secara historis dan geografi, genusnya (dalam orde
biologi) atau dalam geologi (khususnya untuk
benda-benda sejarah alam dan teknologi).
3. Harus dapat dijadikan dokumen, dalam arti sebagai bukti
kenyataan dan kehadirannya (realitas dan eksistensinya)
bagi penelitian ilmiah.
4. Dapat dijadikan suatu monumen atau bakal menjadi
monumen dalam sejarah alam dan budaya.
5. Benda asli (realita), replika atau reproduksi yang sah
menurut persyaratan museum. (DPK, 1988 : 20)
Adapun jenis koleksi museum terdiri dari:
1. Etnografika, yaitu kumpulan benda-benda hasil budaya
suku-suku bangsa.
2. Prehistorika, yaitu kumpulan benda-benda prasejarah.
3. Arkheologika, yaitu kumpulan benda-benda arkeologi
yaitu mempelajari tentang kehidupan manusia masa lalu
berdasarkan benda-benda peninggalan.
4. Historika, yaitu kumpulan benda-benda bernilai sejarah.
5. Numistika dan Heraldika, yaitu kumpulan benda-benda
alat tukar dan lambang peninggalan sejarah, misalnya
uang, cap, lencana, tanda jasa dan surat-surat berharga.
6. Naskah-naskah kuno dan bersejarah.
commit to user
8. Buku dan majalah anti kuariat.
9. Karya seni atau Kriya seni.
10. Benda-benda grafika, berupa foto, peta asli atau setiap
reproduksi yang dijadikan dokumen.
11. Diorama, yaitu gambaran bentuk tiga dimensi.
12. Benda-benda sejarah alam, berupa flora, fauna, benda
batuan maupun mineral.
13. Benda-benda wawasan nusantara setiap benda asli
(realita) atau replika yang mewakili sejarah alam budaya
dari wilayah nusantara.
14. Replika, yaitu tiruan dari benda sesungguhnya.
15. Miniatur, yaitu tiruan dari benda sesungguhnya namun
berukuran kecil.
16. Koleksi hasil abstraksi.
d) Persyaratan peralatan museum meliputi:
Peralatan museum adalah setiap alat atau benda
bergerak yang dipergunakan untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan administratif dan teknis permuseuman.
Secara garis besar peralatan museum dapat dibagi dua
jenis, yaitu:
1. Peralatan kantor
Peralatan kantor adalah setiap alat atau benda yang
bergerak yang dipergunakan untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan administratif perkantoran museum.
2. Peralatan teknis
Peralatan teknis adalah setiap jenis alat atau benda
bergerak yang dipergunakan untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan teknis permuseuman. (DPK, 1988 : 20)
e) Persyaratan organisasi dan ketenagaan
Berdasarkan tugas dan fungsi museum, setiap museum
commit to user
1. Pembidangan Tata Usaha yang meliputi kegiatan dalam
registrasi, ketertiban/keamanan, kepegawaian dan
keuangan.
2. Pembidangan Pengelolaan Koleksi yang meliputi
kegiatan yang berhubungan dengan identifikasi,
klasifikasi, katalogisasi koleksi sesuai dengan jenis
koleksi. Menyusun konsepsi dalam kegiatan presentasi,
penelitianpengkajian koleksi termasuk penulisan ilmiah
dan persiapan barang koleksi.
3. Pembidangan Pengelolaan Koleksi yang meliputi
konservasi preventif dan kuratif serta mengendalikan
keadaan kelembaban suhu ruang koleksi dan gudang serta
penanganan laboratorium koleksi.
4. Pembidangan Preparasi yang meliputi pelaksanaan
restorasi koleksi, reproduksi, penataan pameran,
pengadaan alat untuk menunjang kegiatan edukatif
cultural dan penanganan bengkel reparasi.
5. Pembidangan Bimbingan dan Publikasi yang meliputi
kegiatan bimbingan edukatif cultural dan penerbitan yang
bersifat ilmiah dan popular dan penanganan peralatan
audio visual.
6. Pembidangan pengelolaan perpustakaan yang meliputi
penanganan kepustakaan/referensi. (DPK, 1988 : 22)
1.4. Jenis Museum
a. Secara global museum dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
1) Museum umum
Museum umum adalah museum yang koleksinya terdiri dari
kumpulan bukti material manusia atau lingkungannya yang
berkaitan dengan berbagai cabang seni, disiplin teknologi.
2) Museum khusus
Museum khusus adalah museum yang terdiri dari kumpulan bukti
commit to user
satu cabang ilmu atau satu cabang teknologi.Apabila museum
dapat mewakili dua kriteria atau lebih, maka museum khusus
tersebut berubah menjadi museum umum. (DPK, 1988 : 27)
b. Berdasarkan sistem ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
koleksinya yaitu:
1) Museum ilmu hayat.
2) Museum teknologi industri.
3) Museum sejarah dan antropologi.
4) Museum antropologi dan etnografi.
5) Museum purbakala.
6) Museum seni rupa.
c. Berdasarkan penyelenggaranya yaitu:
1) Museum Pemerintah, yaitu museum yang diselenggarakan dan
dikelola oleh pemerintah. Museum ini dapat dibagi lagi dalam
museum yang dikelola oleh pemerintah pusat atau dikelola
pemerintah daerah.
2) Museum swasta, yaitu museum yang diselenggarakan dan dikelola
oleh swasta.
1.5. Bangunan Pokok dan Bangunan Penunjang Museum
Secara fungsional bangunan museum terdiri dari bangunan pokok
dan bangunan penunjang antara lain :
Bangunan Pokok terdiri dari :
1) Pameran tetap
2) Pameran Temporer
3) Auditorium
4) Kantor Administrasi dan Perpustakaan dan Ruang Rapat
5) Laboratorium Konservasi
6) Studio Preparasi
7) Storage
Bangunan Penunjang terdiri dari :
1) Keamanan / Pos Jaga
commit to user
3) Ticket Box dan Penitipan Barang
4) Lobby / Ruang Istirahat
5) Toilet
6) Tempat parkir, pertamanan, dan pagar
( Buku Pedoman Pendirian Museum, Depdikbud, Dirjen Kebudayaan,
Proyek Pembinaan Permuseuman, Jakarta, 1992/1993 ).
2. Pawon Atau Dapur Tradisional
a. Arti Dapur Menurut Kebudayaan Lokal
Arti dapur dalam ari lokal adalah tempat untuk melakukan
kegiatan memasak dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari, untuk
daerah Jawa Tengah dikenal dengan istilah Pawon. Dasar dari sebutan
ini adalah dari nama suatu alat untuk memanaskan/memasak yakni
pawon (tungku = Indonesia). Kata pawon terbentuk dari akar kata awu
dan mendapat awalan pa dan akhiran an, bentukan dari kata-kata
tersebut menjadi pa + awu + an (pawon) yang berarti tempat abu dengan
pengertian abu sisa pembakaran untuk memasak. Dalam perkembangan
selanjutnya lokal dimana terdapat pawon maka tempat tadi juga disebut
pawon.
b. Fungsi Dapur Menurut Kebudayaan Lokal
Fungsi pawon/dapur adalah untuk kegiatan masak memasak
makanan dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari, tetapi kadang juga
ditemui fungsi pawon sebagai dapur produksi dalam arti sederhana dan
juga sebagai tempat istirahat (umumnya dalam kehidupan masyarakat
petani kecil).
Dapur ada yang berfungsi ganda yakni selain untuk masak
sehari-hari juga sebagai dapur produksi. Produksi tradisional ini sebagai
usaha untuk menambah penghasilan keluarga.
Fungsi dapur yang lain dan erat hubungannya dengan keadaan
lingkungan yakni sebagai tempat bediang yakni tempat untuk
memanaskan badan karena udara di daerah setempat cukup dingin.
Selain untuk memanaskan badan, pawon/tungku yang dinyalakan
commit to user
c. Pembangunan Dapur
Pembangunan dapur biasanya sudah menyatu dengan
pembangunan rumah tinggal, tetapi ada juga yang membangun
menyusul demikian.
Dalam pembangunan dapur yang menyusul biasanya
ditempatkan menempel pada rumah tinggal disebelah kanan, kiri atau
belakang dan biasanya dibangun di tempat yang berdekatan dengan
sumber air (sumur) dan juga diperhatikan menghadapnya dapur (pintu)
yang harus searah dengan menghadapnya rumah.
d. Tipe-tipe Dapur Menurut Kebudayaan Lokal
Beberapa bentuk (tipe) dapur yang masih dapat diamati dan
diperkirakan masih menunjukkan unsur-unsur tradisional adalah:
Menyatu dengan rumah tinggal
Ruang dapur yang termasuk tipe ini terletak dalam rumah umumnya
di bagian belakang.
Emperan yang diperluas
Emperan rumah tinggal yang terletak di belakang, di kanan atau
kirinya rumah tinggal diperluas dan ruangan tadi kemudian
dimanfaatkan sebagai ruang dapur.
Gandok
Bangunan tambahan yang diletakkan pada sisi kanan atau kiri dari
rumah tinggal. Fungsi gandok yang sebenarnya adalah tempat untuk
berkumpul keluarga, istirahat, ruang makan, dan lain-lain. Tetapi
dalam perkembangan selanjutnya fungsi gandok ditambah sebagai
dapur.
Tipe bekuk lubang
Bangunan yang disambung dengan emper gandok sebelah belakang
dan tepat pada sambungannya diberi talang air. Atap berbentuk
commit to user
Tipe panggang pe
Bangunan dapur ini terpisah dengan bangunan rumah tinggal.
Atapnya hanya terdpat pada satu sisi dan disangga dengan empat tang
pada keempat sudutnya.
e. Unsur-unsur Baru Dalam Dapur Tradisional
Dengan kemajuan pembangunan kearah modernisasi dan
perubahan pemikiran masyarakat tampak pula mempengaruhi
perkembangan alat-alat dapur. Alat-alat memasak, selain kuali, dandang
tampak adanya panci-panci aluminium. Perlengkapan yang lain
misalnya wadah-wadah banyak yang menggunakan plastik, misalnya:
ember, gayung, piring, tempat-tempat bumbu.
Alasan mereka menggunakan produk-produk baru karena
dianggap lebih praktis dan lebih mudah diperoleh dengan harga yang
relatif murah. Dengan masuknya peralatan yang lebih modern sedikit
banyak mempengaruhi pola pikir tradisional yang sebelumnya mereka
lakukan, sekarang mereka mulai meninggalkan kepercayaan lama
terutama bagi keluarga muda, tradisi lama umumnya masih dilakukan
oleh para orang tua meskipun tidak sepenuhnya lagi.
f. Lokasi Dapur
Keletakan dapur di Jawa Tengah dapat dibedakan menjadi 3
kelompok yakni:
1) Lokasi dapur yang menyatu dengan bangunan rumah tinggal.
2) Lokasi dapur yang berdiri terpisah dari bangunan rumah tinggal
tetapi masih menempel.
3) Lokasi dapur yang terpisah sama sekali dengan bangunan rumah
tinggal.
g. Tata Ruang Dapur Tradisional
Tata ruang dapur sekarang umumnya berdasarkan segi-segi
kepraktisan saja, demikian juga ukuran hanya menyesuaikan dengan
commit to user
Titik-titik kesamaan dapur antara daerah satu dengan lainnya,
antara lain pada keletakan tungku gentong/jambangan (tempat air), pogo
(rak), lincak (dipan kecil untuk meracik makanan).
Pawon atau tungku pada suatu dapur paling sedikit 2 buah yang
terletak di sudut dapur (dekat dinding), di dekat tungku terdapat
gentong/jambangan tempat air bersih untuk memasak dan minum.
Diatas tungku terdapat susunan rak yang terdiri dari 2 susun, susun yang
bawah untuk menyimpan kayu bakar dan yang atas untuk menyimpan
bahan makanan.
Di tempat yang agak longgar terdapat lincak sejenis bangku
yang digunakan untuk racik-racik atau menyiapkan bahan-bahan yang
akan dimasak.
Akibat dari adanya kegiatan dapur sehari-hari adalah timbulnya
alat-alat dapur yang menjadi kotor. Peralatan dapur yang kotor
kemudian dikumpulkan dan dibawa ke sumur atau ke sungai/mata air
untuk dibersihkan. Alat-alat dapur yang sudah kering dan bersih
kemudian mereka simpan di tempat khusus.
Beberapa tingkah laku tradisional yang menunjukkan kaitannya
dengan keselamatan tungku adalah:
Letak atau arah mulut tungku tidak boleh segaris dengan pintu dapur.
Tidak boleh meninggalkan tungku dalam keadaan menyala kalau
tidak terpaksa sama sekali.
Tidak boleh membiarkan lubang tungku (luweng) terbuka, maka
harus ditutup dengan kekep atau diatasnya digunakan untuk
memasak. Dalam keadaan mati luweng juga harus ditutup.
Di dekat tungku harus ada persediaan air.
3. Alat masak Tradisional Jawa Tengah
Alat masak tradsisional Jawa Tengah yang ditinjau dari bahan
bakunya dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu :
1. Tanah liat/gerabah (terracotta)
Macam-macamnya :
commit to user
2. Bambu, anyam-anyaman (bamboo)
Macam-macamnya :
3. Kayu atau Tempurung (wood)
commit to user
(Dapur dan Alat-alat Memasak Tradisional Daerah Jawa Tengah,
Sudjonoprijo, BA dkk)
C. KAJIAN TENTANG DESAIN INTERIOR
1. Organisasi Ruang
Menurut Francis D.K Ching ada lima macam perorganisasian ruang, yaitu:
1. Organisasi terpusat
Merupakan komposisi terpusat yang
dikelompokkan mengelilingi sebuah ruang pusat
yang luas dan dominan.Organisasi terpusat bersifat
stabil.Menciptakan kofigurasi keseluruhan ruang
yang secara geometris teratur dan simetris terhadap
dua sumbu atau lebih.
commit to user
2. Organisasi linier
Organisasi linier terdiri dari sederetan ruang
yang berhubungan langsung satu dengan yanglain
atau dihubungkan melalui ruang linier yang
berbeda dan terpisah.
Organisasi linier biasanya terdiri dari
ruang-ruang yang berulang mirip dalam hal ukuran,
bentuk dan fungsinya. Bersifat fleksibel dan dapat
menanggapi terhadap bermacam-macam kondisi
tapak.
3. Organisasi radial
Organisasi jenis radial memadukan unsur-unsur
organisasi terpusat maupun linier. Organisasi ini
terdiri dari ruang pusat yang dominan, dimana
sejumlah organisasi-organisasi linier berkembang
seperti bentuk jari-jarinya.
Organisasi radial adalah sebuah bentuk
ekstrovert yang mengembang ke luar ruang
lingkupnya. Dengan lengan-lengan liniernya,
bentuk ini dapat meluas dan menggabungkan
dirinya pada unsur-unsur tertentu atau benda-benda
tertentu pada tapaknya.
4. Organisasi cluster
Organisasi cluster menggunakan pertimbangan
pendekatan fisik untuk menghubungkan suatu
ruang terhadap ruang lainnya.Sering kali terdiri dari
ruang-ruang selular yang berulang yang memiliki
fungsi-fungsi sejenis dan memiliki persamaan sifat
visual umum seperti wujud dan orientasi. Suatu
organisasi cluster juga menerima ruang-ruang yang
berlainan ukuran, bentuk, dan fungsinya, tetapi
berhubungan satu dengan yang lain berdasarkan
commit to user
penempatan dan ukuran visual seperti simetri atau
menurut sumbu.
Organisasi cluster bersifat fleksibel dan dapat
menerima pertumbuhan dan perubahan langsung
tanpa mempengaruhi karakternya.
5. Organisasi grid
Organisasi grid terdiri dari bentuk-bentuk dan
ruang-ruang dimana posi-posisinya dalam ruang
dan hubungan antar ruang diatur oleh pola grid tiga
dimensi.
Sebuah grid diciptakan oleh dua pasang garis
sejajar yang tegak lurus yang membentuk sebuah
pola titik-titik teratur pada pertemuannya. Apabila
diproyeksikan dalam dimensi-ketiga, maka pola
grid berubah menjadi satu set unit ruang modular
berulang.
2. Hubungan Antar Ruang
a. Ruang di dalam ruang
Sebuah bangunan yang luas dapat melingkupi
dan memuat sebuah ruangan lain yang lebih kecil di
dalamnya.
b. Ruang-ruang yang saling berkaitan
Suatu hubungan ruang yang saling berkaitan
terdiri dari 2 buah ruang yang kawasannya membentuk
volume berkaitan.
c. Ruang-ruang yang bersebelahan
Bersebelahan adalah jenis hubungan ruang yang
paling umum. Hal tersebut memungkinkan definisi dan
respon masing-masing ruang menjadi jelas terhadap
Gambar 2.5. Ilustrasi organisasi grid
commit to user
fungsi dan persyaratan simbolis menurut cara
masing-masing simbolisnya.
d. Ruang-ruang yang dihubungkan oleh ruang bersama
2 buah ruang yang terbagi oleh jarak dapat
dihubungkan atau dikaitkan satu sama lain oleh ruang
ketiga yaitu ruang pertama. Hubungan akan kedua
ruang tersebut menempati satu ruang bersama-sama.
3. Sistem Sirkulasi Ruang
Dalam buku Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan Tatanan karangan
Francis D.K Ching dijelaskan bahwa sifat konfigurasi jalan (sirkulasi ruang)
mempengaruhi atau sebaliknya dipengaruhi oleh pola organisasi ruang-ruang
yang dihubungkannya. Konfigurasi jalan dapat memperkuat organisasi ruang
dengan mensejajarkan polanya.Atau konfigurasi dapat dibuat sangat berbeda
dengan bentuk organisasi ruang dan berfungsi sebagai titik perlawanan
visual terhadap keadaan yang ada.Sekali kita berhasil membayangkan
konfigurasi keseluruhan jalan di dalam sebuah bangunan, orientasi kita di
dalam bangunan dan pemahaman kita tentang tata letak ruangnya menjadi
jelas.
Sistem sirkulasi ruang ada 6 macam konfigurasi jalur sirkulasi ruang.
Keenam macam konfigurasinya adalah sebagai berikut:
1) Linier
Semua jalur pada dasarnya adalah linier. Jalan lurus dapar
menjadi unsur pengorganisir utama untuk satu sederet ruang-ruang. di
samping itu, jalan dapat berbentuk lengkung atau berbelok arah,
memotong jalan lain, bercabang-cabang, atau membentuk putaran
(loop).
Gambar 2.6. Ilustrasi konfigurasi jalur linier
commit to user
2) Radial
Konfigurasi radial memiliki jalan-jalan lurus yang berkembang
dari atau berhenti pada sebuah pusat, titik bersama.
3) Spiral (berputar)
Sebuah konfigurasi spiral adalah suatu jalan tunggal menreus,
yang berasal dari titik pusat, mengelilingi pusat dengan jarak yang
berubah.
4) Grid
Konfigurasi grid terdiri dari dua psang jalur sejajar yang saling
berpotongan pada jarak yang sama dan menciptakan bujur sangkar atau
kawasan-kawasan ruang segi empat.
5) Jaringan
Suatu konfigurasi jaringan tediri dari jalan-jalan yang
menghubungkan titik-titik tertentu di dalam ruang.
Gambar 2.7. Ilustrasi konfigurasi jalur radial
Sumber: Francis D.K Ching
Gambar 2.8. Ilustrasi konfigurasi jalur spiral
Sumber: Francis D.K Ching
Gambar 2.9. Ilustrasi konfigurasi jalur grid Sumber: Francis D.K Ching
commit to user
6) Komposit (Gabungan)
Pada kenyataannya, sebuah bangunan umumnya membuat
kombinasi dari pola-pola di atas. Hal terpenting dalam setiap pola
adalah pusat kegiatan, jalan masuk ke ruangan, serta tempat untuk
sirkulasi vertical berupa tangga-tangga, landaian, dan elevator. Semua
bentuk titik pusat ini memberikan kejelasan jalur pergerakan melalui
bangunan dan menyediakan kesempatan untuk berhenti sejenak,
beristirahat, dan menentukan orientasi. Untuk menghindari timbulnya
orientasi yang membingungkan, suatu susunan hirarkis di antara
jalur-jalur dan titik bangunan dapat dibangun dengan membedakan skala,
bentuk, panjang, serta penempatan.
4. Elemen pembentuk ruang
a. Lantai
Lantai merupakan bagian bangunan yang berhubungan langsung
dengan beban, baik beban mati, bergerak dan gesek. Karakter lantai
harus mempunyai daya tahan yang kuat dalam mendukung beban-beban
yang datang dari segala perabotan, aktivitas manusia dalam ruang dan
lain-lain. Selain itu, lantai harus bersifat kaku dan tidak bergetar (Djoko
Panuwun, 1994, hal.6).
Persyaratan lantai:
1) Lantai harus kuat dan dapat menahan beban diatasnya.
2) Mudah dibersihkan
3) Kedap suara
4) Tahan terhadap kelembaban
5) Memberikan rasa hangat pada kaki dan sebagainya
Berdasarkan karakteristiknya lantai terbagi menjadi empat, yaitu:
1) Lantai lunak, terdiri dari semua tipe permadani dan karpet.
Pemberian karpet pada lantai dapat menunjang penyerapan bunyi,
sbb:
Jenis serat, praktis tidak mempunyai pengaruh pada penyerapan
commit to user
Pada kondisi yang sama tumpukan potongan (cut piles)
memberikan penyerapan yang lebih banyak di bandingkan
dengan tumpukan lembaran (loop piles).
Dengan bertambahnya berat dan tinggi tumpukan, dalam
tumpukan potongan kain, penyerapan bunyi akan bertambah.
Makin kedap lapisan penunjang (backing), makin tinggi
bahan lantai yang terbuat dari kayu.
b. Dinding
Dinding pada suatu wadah kegiatan dapat sebagai struktur atau
hanya sebagai pembatas ruang saja, tergantung dari sistem struktur yang
dipakai dalam perencanaannya
(Djoko Panuwun, 1995 : 56).
Fungsi dan bentuk dinding terbagi menjadi 2 bagian :
1) Struktur, misalnya :
menopang balok-balok lantai pertama.
2) Non struktural, misalnya :
commit to user
dinding pemisah antara dua bangunan yang bersandar pada
masing-masing bangunan.
Fire wall
dinding yang digunakan sebagai pelindung dari pancaran
kobaran api.
Certain or Panels wall
dinding yang digunakan sebagai pengisi pada suatu konstruksi
rangka baja atau beton.
Partition walL
dinding yang digunakan sebagai pemisah dan pembentuk ruang
yang lebih kecil didalam ruang yang besar.
( Pamudji Suptandar, 1999 : 145 )
c. Langit-langit (ceiling)
Ceiling adalah pembentuk ruang yang merupakan penutup
bagian atas. Kesan pertama adalah adanya tinggi rendah ruang,
berfungsi sebagai bidang penempatan lampu, penempatan AC, sprinkler
head, audio loudspeaker dan sebagai peredam suara atau akustik (John
F. Pile, 1995, hal. 250).
Dasar pertimbangan dalam perencanaan langit-langit adalah:
1) Fungsi langit-langit
Fungsi dari langit-langit selain sebagai penutup ruang juga sebagai
pengatur udara dan ventilasi.
2) Penentuan ketinggian
Penentuan ketinggian didasari oleh pertimbangan fungsi, proporsi
ruang, kegiatan ruang, konstruksi dan permainan ceiling.
3) Bentuk penyelesaian
Bentuk dan penyelesaian dapat dilakukan berdasarkan fungsinya
seperti melengkung, berpola, polos, memperlihatkan struktur, dan
sebagainya. (Djoko Panuwun, 1999 : 72)
Pada ruang rapat di mana diharapkan tercapainya suatu pendapat
yang membutuhkan konsentrasi, diusahakan agar ceilingnya berbentuk
commit to user
ruang pamer, agar menarik pengunjung, dibuat ceiling yang kontras,
saling bersaing untuk dapat menonjolkan diri dan kesan yang mewah.
Dengan melajunya kemajuan teknologi, dan penemuan-penemuan baru
di bidang industri bahan bangunan tercipta berbagai material ceiling
yang memungkinkan untuk memenuhi segala macam jenis fungsi ruang
antara lain :
1) Untuk mencapai kesan alamiah, kayu, anyaman bambu, rotan, dan
lain-lain.
2) Untuk gaya klasikal, plat-plat gibs bermotif
3) Untuk mencapai kesan glamour, kaca (antique glass ceiling), kain
beludru.
4) Pada rumah-rumah sederhana, eternit polos (bermotif), tripleks
(multipleks), dan berbagai jenis softboard/akustik tile.
5) Pada bangunan-bangunan utilitas, beton exposed
6) Pada bangunan-bangunan umum, alumunium, fiber glass sebagai
skylight, kaca timah pada gereja-gereja.
(Pamudji Suptandar, 1999 : 166)
5. Interior Sistem
A. Pencahayaan
Ada 2 jenis pencahayaan, yaitu :
1) Pencahayaan alami
Pencahayaan alami adalah pencahayaan yang berasal dari
sinar matahari, sinar bulan, sinar api dan sumber-sumber lain dari
alam (fosfor). Sumber pencahayaan alami yang kita gunakan dalam
perancangan ruang dalam pada umumnya dipakai pencahayaan sinar
matahari.
Pencahayaan alami dapat dibedakan dalam dua macam:
Pencahayaan langsung
berasal dari matahari/ secara langsung melalui atap/ vide,
commit to user
Pencahayaan tidak langsung
berasal dari sinar matahari secara tidak langsung. Sistem
pencahayaan tersebut banyak kita temui penggunaannya dalam
perancangan ruang dalam melalui skylight, permainan bidang
kaca dan lain-lain.
2) Pencahayaan buatan
Pencahayaan buatan adalah pencahayaan yang berasal dari
cahaya buatan manusia. Misalnya cahaya lilin, sinar lampu dan
lain-lain.
Jenis-jenis pencahayaan dapat dibedakan menjadi lima
macam, yaitu :
Pencahayaan langsung
Adalah semua sinar yang langsung memancar dari pusatnya ke
arah objek yang disinari. Sistem tersebut banyak menggunakan
lampu-lampu sorot untuk menyinari unsur-unsur dekorasi dalam
ruang, dapur dan toko-toko (etalase-etalase toko) dan juga
lampu-lampu meja/ lantai.
Pencahayaan tidak langsung
Adalah jika sumber pencahayaan disembunyikan dari
pendangan mata kita sehingga cahaya yang kita rasakan adalah
hasil pantulannya.
Pencahayaan setempat
Adalah pencahayaan yang diarahkan untuk menerangi ke suatu
tempat atau obyek.
Pencahayaan yang membias (diffused)
Adalah jika sinar yang memancar langsung dari sumbernya
terlebih dahulu melalui suatu bahan atau material yang akan
menyebarkan sinar tersebut dalam area lebih besar dari
sumbernya sendiri.
Pencahayaan khusus
Sistem pencahayaan khusus dibutuhkan untuk jenis
commit to user
lampu sorot di ruang pameran, dan sebagainya. (Pamudji
Suptandar, 1999 )
Contoh sumber cahaya, antara lain adalah :
Lampu Pijar (Incandescent)
Lampu pijar terdiri dari 3 pokok, yaitu basis, filamen (benang
pijar) dan bola lampu. Besarnya aliran cahaya yang dihasilkan
oleh lampu pijar yang sedang menyala tergantung pada suhu
filamennya. Dengan memperbesar input tenaga, suhu filamen
meningkat, radiasi bergeser ke arah gelombang cahaya lebih
pendek dan lebih banyak cahaya tampak lebih putih.
Pengendalian lampu pijar sebagai sumber cahaya umumnya
dengan melapisi bola lampu dengan maksud mendifusikan
cahaya dan diperoleh cahaya.
Lampu halogen
Pada prinsipnya lampu halogen termasuk ke dalam lampu pijar
karena prinsip kerjanya mirip dengan lampu pijar. Dengan daya
yang sama dengan lampu pijar, cahaya yang dihasilkan lampu
halogen lebih terang dan lebih putih dibandingkan dengan
lampu pijar. Oleh karena itu cahaya lampu halogen dapat
memunculkan warna asli dari objek yang dikenai cahaya.
Lampu Fluorecent
Bentuk lampu ini dapat berupa tabung maupun bola. Lampu
jenis ini merupakan salah satu pelepas listrik yang berisi gas air
raksa bertekanan rendah. Lampu fluoresent generasi terbaru
penggunaan listriknya semakin efisien (mencapai 80 lumen per
watt) dan distribusi speltralnya (pancaran panjang gelombang
cahaya) mendekati grafik kepekaan mata, sehingga tidak terjadi
penyimpangan warna.
Lampu HID (Hide Intensity Discharge )
Cahaya dihasilkan oleh lecutan listrik melalui uap zat logam.
Lampu mercury menghasilkan cahaya dari lecutan listrik dalam
commit to user
Efikasinya antara 40-60 lm/watt. Dibutuhkan waktu antara 3-8
menit untuk menguapkan merkuri sebelum menghasilkan
cahaya maksimal. Karena hal itulah, disebut lampu metal halid
Lampu metal halide
Lampu metal halide menghasilkan cahaya putih dengan kualitas
warna yang baik dan terseedia dalam berbagai ukuran. Lampu
metal halide standar cenderung memiliki temperatur warna dari
3700 hingga 4100K dan tampak terlihat dingin dan sedikit
kehijauan. Indeks penampilan warnanya adalah 65 hingga 70.
Lampu metal halide standar khususnya digunakan dimana warna
bukanlah hal yang penting, seperti arena olahraga, tempat parkir,
pencahayaan taman, dan lampu sorot.
Lampu sodium
Dua jenis lampu sodium yaitu lampu sodium bertekanan tinggi/
high-pressure sodium (HPS) dan lampu sodium bertekanan
rendah/ low-pressure sodium (LPS). Warna cahaya lampu
sodium cenderung kekuningan. Lampu HPS menampilkan
warna cahaya merah jambu keemasan yang cenderung
menciptakan ruang dengan warna yang sangat coklat atau warna
berkualitas rendah.
Lampu uap merkuri
Lampu uap merkuri adalah jenis lampu yang lebih lama dari
jenis lampu lainnya yang tetap digunakan sebagai lampu jalan
dan lampu keamanan. Akan tetapi, dibandingkan dengan lampu
HID lainnya, lampu uap merkuri relatif kurang dalam segi
warna cahaya dan efisiensi energi yang rendah. Lampu ini
hampir tidak pernah digunakan dalam konstruksi bangunan
baru.
( Mark Karlen & James Benya, 2006 : 10)
Atribut yang paling penting dari pencahayaan pada sebuah
restoran/cafe adalah kemampuan untuk menciptakan karakter atau
commit to user
interior restoran/cafe, yang seringkali cenderung mengekspresikan
tema atau suasana khusus. Pada restoran/ cafe bertema,
kecenderungannya adalah menggunakan banyak pencahayaan
dekorasi bertema seperti lentera, lampu gantung dan chandelier.
Gaya masa kini pada desain restoran/ cafe menggunakan chandelier
tradisional atau teknik pencahayaan eksotik lainnya dalam desain
yang disukai banyak orang.
( Mark Karlen & James Benya, 2006 : 106)
Pencahayaan di dalam merchandise shop merupakan prioritas
utama, karena merupakan salah satu unsur yang dapat memberikan
kesan menarik pada obyek yang dipamerkan. Unsur pencahayaan
pada display biasanya menggunakan teknik pancahayaan yang
dibuat-buat dan memberikan efek yang dapat menambah suatu
obyek yang dipamerkan menjadi lebih indah. Untuk memberikan
efek yang menarik, maka pencahayaan buatan baik secara langsung
maupun tidak langsung di dalam ruang menggunakan berbagai
macam jenis lampu khusus.
Pemilihan lampu yang digunakan untuk pencahayaan buatan
di dalam merchandise shop sangat efektif, namun tidak lepas dari
standar penerangan yaitu cara penyinaran. Macam-macam cara
pemasangan lampu sebagai berikut :
1) Pemakaian cahaya dengan lampu sorot terarah yang mengarah
ke bawah.
Susunan lampu di atas digambarkan sebagai susunan lampu
yang teratur di langit-langit yang akan memberikan kesan
berbeda-beda sesuai dengan ruangan yang diberi penerangan.
2) Pemakaian cahaya dengan lampu sorot dinding rel aliran.
Lampu di atas, dipasang terutama pada bagian ruang pameran
dan galeri. Penerangannya dibuat secara vertikal sebesar 50 lux
dan 300 lux yang harus dicapai sebagai spesifikasi khusus di
daerah pameran. Untuk pemilihan lampunya, digunakan lampu
commit to user
3) Pemasangan cahaya dengan lampu sorot rel aliran.
Pada lampu sorot di atas, dipasang dengan sudut penyinaran
yang lebih disukai yaitu 10o, 30o, 90o (lampu sorot) yang
dilindungi IR dan UV serta memiliki filter warna.
4) Pemasangan cahaya dengan memasukkan cahaya sesuai.
dengan keinginan terhadap objek dan zona dinding, yaitu
dengan sudut 30o (optimum) dan 40o. (Ernst Neufert, 1996 :
131)
B. Penghawaan
Penghawaan merupakan faktor terpenting dalam proses
pergantian udara. Udara kotor dapat diganti dengan udara bersih melalui
pintu dan jendela. Tingkat kepuasan penghawaan dapat dicapai dari
proses mendinginkan udara mencapai temperatur dan kelembaban
distribusi udara dalam ruang dapat diperhatikan pada tingkat keadaan
yang diinginkan (John F. Pile, 1995, hal.414)
Jenis penghawaan berdasarkan sumbernya ada 2 macam, yaitu :
1) Penghawaan Alami
Yaitu penghawaan yang bersumber dari alam (natural).
Penghawaan alami di dalam suatu ruangan maka harus diperhatikan
ventilasi silang, yang merupakan ventilasi horizontal yang terbuka
dari 2 arah yang berhadapan. Untuk itu perlu direncanakan secara
cermat dan baik agar penghawaan alami yang dipergunakan ini
sesuai dengan kebutuhan.
2) Penghawaan Buatan
Yaitu penghawaan yang dibuat dengan campur tangan
manusia. Penghawaan buatan diperlukan pada ruang serba guna
karena tidak memungkinkan perlubangan-perlubangan yang dapat
mengakibatkan kebocoran suara sehingga tercipta kondisi akustik
yang tidak baik. Penghawaan buatan dalam hal ini adalah
penghawaan Air Conditioner (AC) yang macamnya terdiri dari :
commit to user
yaitu AC yang digunakan pada ruang-ruang kecil dimana sistem
mekanisnya terdapat dalam suatu unit kompak
Split Unit
yaitu AC yang digunakan untuk 1 atau beberapa ruang.
Sedangkan kelengkapan untuk evaporator terpisah pada tiap
ruang
Central AC
yaitu AC yang digunakan untuk ruang luas dan perlengkapan
keseluruhannya terletak di luar ruangan, kemudian
didistribusikan ke ruang-ruang melalui ducting dan berakhir
dengan aliran diffuser
(Pamuji Suptandar, 1982, hal.85)
Penggunaan AC bertujuan menjaga temperatur,
kelembababn dan distribusi udara dalam ruangan dapat
dipertahankan pada tingkat keadaan yang diinginkan.
(John F. Pile, 1980, hal.414)
C. Sistem Akustik
Akustik adalah cabang dari ilmu fisika yang menyelidiki dan
mempelajari penghasilan, pengendalian, penyampaian, penerimaan, dan
pengaruh bunyi. Sedang bunyi adalah gelombang getaran-gataran
mekanis dalam udara atau benda padat yang masih bisa ditangkap oleh
telinga manusia yang memiliki frekwensi antara 16-20.000 Hz.
Ruang yang baik adalah ruang yang sesuai menjawab
kebutuhannya dari salah satu faktornya adalah mengenai gangguan
seperti bsising, gema, gaung dan sebagainya.Penanganan gangguan
yang terjadi dalam ruang menjadikan menjadikan perlunya kualitas
akustik yang sebaik-baiknya. Akustik dapat mengatasi maslah teknis
yang berhubungan langsung dengan suatu desain interior, antara lain
tingkat bunyi yang berlebihan, perlindungan privasi ruang, tingkat
kejelasan pencakupan dengan latar belakang suara dan pengadaan suara
latar yang sesuai dengan situasi tertentu
commit to user
Tujuan dari akustik adalah meniadakan dan mengurangi bunyi
yang sifatnya mengganggu, kemudian mengatur sistem bunyi tata suara
agar bunyi yang dikehendaki terdengar jelas tanpa gangguan, serta
menjaga kontinuitas bunyi dan perambatannya dalam ruang-ruang
khusus yang menghendaki sistem akustik spesifik.
Dalam pengaturan penyebaran bunyi di dalam suatu ruang
terdapat 3 faktor yang harus diperhatikan yaitu :
1) Bunyi Langsung, yaitu bunyi yang berasal dari sumber suara yang
berjalan langsung mencapai pendengaran
2) Bunyi Pantul, yaitu bunyi yang berasal dari sumber suara yang dalam
pencapaian sebelum ke pendengaran, lebih dahulu mengenai bidang
pantul
3) Bunyi Serap, yaitu bunyi yang mengalami penyerapan karena
material absorbsi
(Prasasto Satwiko, 2004, hal.129)
Kualitas dan kuantitas suara dapat dipengaruhi oleh beberapa
hal, yaitu:
1) Permukaan pantul. Baik permukaan lantai, dinding, plafon, dan
benda-benda dalam ruang.
2) Konstruksi dan bahan bangunan.
3) Luas dan fungsi ruang.
4) Pengaruh lingkungan.
Untuk mengatasi suara yang tidak kita inginkan dapat
mengunakan peredam suara yaitu dengan cara menggunakan perangkat
alat untuk mengurangi arau menghambat getaran suara. Saat ini cara
yang paling efektif atau umum untuk meredam kebisingan adalah
dengan mencegat atau memutus perambatan bunyi. Meskipun demikian
baru-baru ini telah diketemukan teknologi baru yang meredam bunyi
justru dengan menimbulkan bunyi lain.
Akustik Studio
Akustik studio membutuhkan perhatian khusus karena sangat