commit to user
DESAIN INTERIOR MUSEUM KOTA SURAKARTA
( Dengan Pendekatan Konsep Pendidikan )TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni
Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun oleh :
GUNAWAN EKO PRIYONO C0805015
JURUSAN DESAIN INTERIOR FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
commit to user
ii
DESAIN INTERIOR MUSEUM KOTA SURAKARTA
( Dengan Pendekatan Konsep Pendidikan )
Telah disetujui oleh Pembimbing untuk diuji
di hadapan Dewan Penguji
Disusun oleh :
GUNAWAN EKO PRIYONO C0805015
Pembimbing I Pembimbing II
Drs.IF.Bambang Sulistyono, Sk. MT.arch Mulyadi, SSn, M.Ds NIP. 19621125 199303 1 001 NIP. 19730702 200212 1 001
Mengetahui
Ketua Jurusan Desain Interior
commit to user
iii
PENGESAHAN
Telah disahkan dan dipertanggungjawabkan pada sidang Tugas Akhir Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada hari Senin tanggal 26 Juli 2010
Penguji :
Jabatan Nama Tanda Tangan
Ketua Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn. (...) NIP. 19621221 199201 1 001
Sekretaris Iik Edang Siti W, SSn, M.Ds (...) NIP. 19771027 200112 2 002
Penguji I Drs.IF.Bambang Sulistyono, Sk.
MT.arch (...) NIP. 19621125 199303 1 001
Penguji II Mulyadi, SSn, M.Ds (...) NIP. 19730702 200212 1 001
Mengetahui :
Ketua Jurusan Dekan
Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa
Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn. Drs. Soedarno, M.A
commit to user
iv
PERNYATAAN
Nama : Gunawan Eko Priyono
NIM : C0805015
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir yang berjudul ” Desain Interior Museum Kota Surakarta Dengan Pendekatan Konsep Pendidikan” adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat dan tidak dibuat oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam Laporan Tugas Akhir ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam Daftar Pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan Gelar Sarjana.
Surakarta, 6 Agustus 2010
Yang membuat pernyataan,
commit to user
v
MOTTO
“ Barangsiapa mempelajari ilmu yang dimaksudkan untuk
mendapatkan keridhoan Allah, namun ia tidak mempelajarinya
melainkan untuk mendapatkan kekayaan dunia, maka ia tidak
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini penulis persembahan kepada :
1. Ayah beserta Ibu tercinta, dengan curahan kasih sayang dan do’a yang tulus telah menghantarkan ananda dalam kehidupan yang lebih berarti dan berguna untuk keluarga, semoga hal itu bisa membuat Ayahanda dan Ibunda bangga dan bahagia. Hanya Allah yang akan membalas amal mulia itu.
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puja dan puji syukur kehadirat Allah
SAW yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya, serta shalawat
dan salam senantiasa penulis tujukan kepada Nabi besar Muhammad Saw,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan penelitian terebut yang
berjudul : ” Desain Interior Museum Kota Surakarta Dengan Pendekatan Konsep
Pendidikan”
Disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Seni
(S.Sn.), jurusan Desain Interior Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Terselesaikannya penyusunan penulisan laporan Tugas Akhir ini tidak terlepas
dari peranserta berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan, saran,
pengarahan, dan bantuannya, maka pada kesempatan ini sudah sepantasnya
dengan segala kerendahan hati penulis menghaturkan rasa terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada yang terhormat :
1. Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn. selaku ketua jurusan Desain Interior, fakultas
Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs.IF.Bambang Sulistiono, Sk. MT selaku pembimbing utama dan Mulyadi,
SSn, M.D selaku pembimbing ke dua yang telah memberikan pengarahan
dan masukan yang sangat bermanfaat untuk saya sehingga saya dapat
menyelesaikan Tugas Akhir tersebut dengan baik.
3. Semua dosen Fakultas Sastra dan Seni Rupa, khususnya dosen Jurusan
commit to user
viii
4. Ayah Sukatno dan ibu Haryani, yang telah membimbing dan mendidik serta
mengiringi selalu langkahku dengan do’a, semoga Allah selalu melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya serta dibalaskan semua jasanya.
5. Dik Dwi Harjono Saputro, yang selalu membantu dan memberi semangat.
Terimaksih telah membantu biki maket.
6. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu, yang telah
membantu terselesaikannya penulisan laporan Tugas Akhir ini.
Semoga Allah SWT membalas amal kebaikan mereka. Selanjutnya apabila ada
kekhilafan dan kekurangan dalam penuliasan Laporan Tugas Akhir ini penulis
mohon maaf. Untuk itu penulis mohon saran dan kritik yang membangun demi
kebaikan penulisan Laporan Tugas Akhir ini. Mudah-mudahan Laporan Tugas
Akhir ini dapat berguna bagi semua pihak.
Surakarta, 10 Agustus 2010
commit to user
ix
ABSTRAK
DESAIN INTERIOR MUSEUM KOTA SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN KONSEP PENDIDIKAN
Gunawan Eko Priyono. C 0805015 1
Drs.IF.Bambang Sulistyono, Sk. MT.arch 2 Mulyadi, SSn, M.D. 3
2010. Masalah pokok yang perlu di kaji dalam perancangan Museum Kota Surakarta dengan pendekatan Pendidikan yang berguna untuk pemecahan masalah adalah
Bagaimana merancang sebuah museum dengan konsep De’stijl yang mampu
memunculkan suasana yang nyaman, dan tidak membosankan serta menjadi media edukatif bagi masyarakat. Bagaimana menciptakan sistem penyajian benda koleksi yang baik, komunikatif sesuai dengan ketentuan prinsip-prinsip human dimension yang berlaku. Bagaimana menentukan peruangan dan sirkulasi dalam ruang yang mendukung aktivitas sebagai Museum sebagai tempat pameran.
Selain itu juga sebagai upaya dalam rangka penyelamatan permusiuman surakarta yang kondisinya sangat memperihatinkan, hal ini terlihat di beberapa museum di Surakarta yang di tangani tidak secara professional. Usaha ini dilakukan melalui pemanfaatan dan pengolahan secara umum peninggalan elemen bangunan lama Benteng vastenburg untuk disesuaikan dengan fungsi perencanaan yang diwadahinya melalui pengembangan dan pembentukan fungsi baru sebagai Museum Kota.
Perencanaan Museum Kota Surakarta merupakan kegiatan merancang serta merencanakan ruang yang berfungsi sebagai tempat menyimpan, melestarikan, memamerkan benda- benda bersejarah peninggalan Kota Surakarta.
Museum Kota Surakarta bersifat sebagai sebuah museum berkonsep edukatif, di harapkan minat masyarakat untuk berkunjung ke museum bertambah. Dalam perancangan museum Kota Surakarta ini fungsi utama museum tidak hanya sekedar sebagai tempat menyimpan benda kuno, tetapi museum juga bisa dijadikan sebagai tempat untuk menimba ilmu yang menarik.
Untuk menyelenggarakan kesinambungan aktifitas Museum maka dirancang Museum Kota Surakarta ini dengan fasilitas – fasilitas berupa Loby, Solo Story Gallery, Art gallery, Temporary Gallery, Theatre Area, Gift Shop, Auditorium, Reception Hall, Lavatory. Diharapkan dengan keberadaan Museum Kota Surakarta ini dapat memenui keinginan dan kebutuhan masyarakat akan pendidikan terkait dengan sejarah kota Surakarta.
1
Mahasiswa Desain Interior Angkatan 2005, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, UNS 2
Dosen Pembimbing 1 3
commit to user
x ABSTRAC
DESAIN INTERIOR MUSEUM KOTA SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN KONSEP PENDIDIKAN
Gunawan Eko Priyono. C 0805015 1
Drs.IF.Bambang Sulistyono, Sk. MT.arch 2 Mulyadi, SSn, M.D. 3
2010. The main problem needs to study in designing Surakarta City Museum using Education approach useful for the problem solving is how to design a museum with De’stijl concept that can generate a comfortable and not boring circumstance as well as become an educative media for society. How to create a good, display system for object collection that is communicative and consistent with the prevailing human dimension. How to determine the room layout and circulation supporting the activity as Museum as the exhibition place.
In addition as an attempt of saving the surakarta museum the condition of which is very apprehensive; it can be seen from many museums not managed professionally in Surakarta. This attempt is carried out by utilizing and managing generaly the heritage of old building element of Vastenburg fortress to adjust with the designing function it accomodates by developing and establishing the new function as the City Museum.
The design of Surakarta City Museum is an activity of designing and planning the room functioning as the place of storing, preserving, and exhibiting the historical object of Surakarta City heritage.
Surakarta City Museum as a museum with educative concept, is expected will increase the society’s interest in visiting the museum. In designing the Surakarta City museum, the main function of museum is not only as the place for storing the ancient objects but also as the place for getting interesting knowledge.
In order to organize the Museum’s activity sustainability, the Museum of Surakarta city is designed using such facilities as Lobby, Solo Story Gallery, Art gallery, Temporary Gallery, Theatre Area, Gift Shop, Auditorium, Reception Hall, and Lavatory. It is expected that the existence of Surakarta City Museum can meet the people’s desire and need for education relating to the history of Surakarta city.
1
Mahasiswa Desain Interior Angkatan 2005, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, UNS 2
Dosen Pembimbing 1 3
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN PENGUJI ... iii
PERNYATAAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xix
DAFTAR TABEL ... xxiv
DAFTAR SKEMA ... xxv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Batasan / Ruang Lingkup ... 2
C. Rumusan Masalah ... 2
D. Tujuan ... 3
E. Sasaran ... 3
F. Manfaat ... 3
G. Metode ... 3
H. Sistematika Pembahasan ... 4
commit to user
xii
BAB II LANDASAN TEORI ... 6
A. Tinjauan Umum ... 6
1. Museum ... 6
B. Tinjaun Museum Kota ... 6
1. Sejarah Museum ... 6
2. Fungsi dan Tugas museum ... 9
a. Fungsi Museum ... 9
b. Tugas Museum ... 9
3. Persyaratan Museum ... 10
a. Persyaratan Lokasi ... 10
b. Persyaratan Bangunan ... 10
c. Persyaratan Koleksi museum ... 11
d. Persyaratan Peralatan Museum ... 13
e. Persyaratan Organisasi Dan Ketenagaan ... 13
4. Penyajian Pameran ... 14
a. Faktor Cerita ... 14
b. Faktor Koleksi ... 15
c. Faktor Sarana Dan Biaya ... 15
d. Faktor Tehnik dan Metode Penyajian ... 15
5. Kegiatan museum ... 18
C. Tinjauan Wilayah Surakarta ... 19
1. Potensi Gegrafis ... 19
commit to user
xiii
b. Potensi Penduduk ... 20
c. Potensi Ekonomi ... 20
d. Potensi Pendidikan ... 20
e. Potensi Seni Dan Budaya ... 21
f. Potensi Sejarah Surakarta ... 25
g. Potensi Pariwisata ... 29
2. Kondisi Permuseuman Surakarta ... 30
a. Museum di Surakarta ... 30
b. Pengunjung Museum di Surakarta ... 34
D. Sejarah Perkembangan Kota ... 35
E. Morfologi Kota Solo ... 36
1. Pendahuluan ... 36
2. Perkembangan Kota Solo 1550-1745 ... 38
3. Perkembangan Kota Solo 1745-1821 ... 39
4. Perkembangan Kota Solo 1821-1857 ... 40
5. Perkembangan Kota Solo 1857-1900 ... 40
6. Perkembangan Kota Solo 1900-1945 ... 41
7. Perkembangan Kota Solo 1945-2000 ... 41
F. Tinjauan Tentang Bioskop ... 43
1. Pengertian ... 43
2. Ukuran Biosop ... 43
a. Bioskop Tunggal ... 43
commit to user
xiv
3. Fungsi, Tujuan serta Persyaratan Bioskop ... 44
a. Fungsi Bioskop ... 44
b. Tujuan Bioskop ... 44
c. Persyaratan Bioskop ... 44
d. Sistem Tata Suara ... 46
e. Tinjauan Akustik ... 50
G. Tinjauan Tentang Pendidikan ... 50
1. Pengertian Pendidikan ... 50
2. Tujuan Pendidikan ... 50
3. Esensi Pendidikan ... 51
H. Tinjauan Tentang De’Stijl ... 51
1. Sejarah Modernism ... 51
2. Sejarah De’Stijl ... 52
BAB III TINJAUAN LAPANGAN ... 55
A. Museum Sono Budoyo Yogyakarta ... 55
1. Lokasi ... 55
2. Koleksi ... 56
3. Pola Kegiatan ... 61
B. Indiana State Museum ... 64
1. Lokasi ... 64
2. Misi ... 65
commit to user
xv
4. Pola Kegiatan ... 74
5. Status kelembagaan ... 75
BAB IV KONSEP PERANCANGAN ... 80
A. Analisa Judul ... 80
1. Pengertian ... 80
2. Tujuan ... 80
B. Asumsi Penempatan Lokasi ... 80
C. Pola Kegiatan ... 81
1. Pokok Kegiatan Dan Oprasional ... 81
a. Pengunjung ... 81
b. Pengelola ... 81
c. Materi Koleksi ... 82
2. Pola kegiatan Museum ... 83
a. Kelompok Kegiatan Penerimaan ... 83
b. Kelompok Kegiatan Utama ... 83
c. Pemeran Tetap ... 84
d. Pemeran Temporer ... 84
e. Kegiatan Pelayanan Umum ... 84
f. Kegiatan Edukasi ... 84
g. Kegiatan Rekreasi dan Entertaiment... 84
h. Pengunjung ... 84
3. Kelompok Kegiatan Pengelola ... 84
commit to user
xvi
b. Kegiatan Proservasi Dan Konservasi ... 84
c. Kelompok Kegiatan Servise ... 85
4. Kelompok Jenis Kegiatan ... 85
5. Analisa Pengelompkan Kegiatan Dan Kebutuhan Ruang ... 86
a. Pendekatan Kebutuhan Ruang ... 86
b. Sifat Dan Tututan Ruang ... 86
D. Konsep Perancangan ... 89
1. Pola Perancangan ... 89
2. Ide Gagasan ... 90
3. Tema ... 90
4. Suasana Dan Karakter Ruang ... 90
5. Program Ruang ... 90
6. Pola Sirkulasi ... 92
a. Sirkulasi Antar Ruang – Ruang Pameran ... 92
b. Sirkulasi Horisontal ... 93
7. Unsur Pembentuk Ruang ... 97
a. Lantai ... 97
b. Dinding ... 98
c. Ceiling ... 100
8. Interior Sistem ... 101
a. Penerangan ... 101
b. Penghawaan ... 104
commit to user
xvii
a. Keamanan Terhadap Bahaya Kebakaran ... 105
b. Telekomunikasi Dan Tata Suara ... 105
BAB V PENUTUP ... 107
A. Kesimpulan ... 107
B. Konsep Perancangan Museum Kota Surakarta ... 107
1. Ide Gagasan ... 107
2. Tema ... 108
3. Suasana dan Karakter Ruang ... 108
4. Sistem Sirkulasi ... 109
5. Program Ruang ... 110
6. Komponen Pembentuk Ruang ... 110
7. Interior Sistem ... 113
DAFTAR PUSTAKA ... 118
commit to user
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Museum Nasional, Sonobudoyo, Negri Bali. ... 8
Gambar 2 Peta Surakarta ... 19
Gambar 3 Pertunjukan Wayang Kulit. ... 22
Gambar 4 Proses Pembuatan Batik Tulis. ... 22
Gambar 5 Pementasan Wayang Orang. ... 23
Gambar 6 Kerajinan Tatah Sungging. ... 23
Gambar 7 Museum Radya Pustaka. ... 31
Gambar 8 Peta Surakarta 1821. ... 37
Gambar 9 Peta Surakarta 1853. ... 37
Gambar 10 Peta Surakarta 1945. ... 38
Gambar 11 Peta Perkembangan Struktur Kota Surakarta 1500-2000. ... 42
Gambar 12 Morfologi Kota Solo 1500-2000. ... 42
Gambar 13 Sejarah Dan Perkembangan Permukiman Kota Solo. ... 43
Gambar 14 Sejarah Dan Perkembangan Permukiman Kota Solo. ... 43
Gambar 15 Museum Sono Budoyo. ... 55
Gambar 16 Perangkat Gamelan Museum Sono Budoyo. ... 56
Gambar 17 Perangkat Gamelan Museum Sono Budoyo. ... 56
Gambar 18 Koleksi Museum Sono Budoyo. ... 56
Gambar 19 R. Pamer Museum.Sono Budoyo ... 57
Gambar 20 R. Pamer Museum.Sono Budoyo. ... 57
Gambar 21 R. Pamer Museum.Sono Budoyo. ... 58
Gambar 22 R. Pamer Museum.Sono Budoyo. ... 59
Gambar 23 R. Pamer Museum.Sono Budoyo. ... 59
Gambar 24 T. Bangunan Museum Sono Budoyo. ... 62
Gambar 25 T. Bangunan Museum Sono Budoyo. ... 62
Gambar 26 T. Bangunan Museum Sono Budoyo. ... 63
Gambar 27 T. Bangunan Museum Sono Budoyo. ... 63
Gambar 28 T. Bangunan Indiana state Museum. ... 64
Gambar 29 Koleksi Indiana state Museum. ... 65
Gambar 30 Koleksi Indiana state Museum. ... 66
Gambar 31 Koleksi Indiana state Museum. ... 66
Gambar 32 Koleksi Indiana state Museum. ... 66
Gambar 33 Koleksi Indiana state Museum. ... 67
Gambar 34 Koleksi Indiana state Museum. ... 67
Gambar 35 Koleksi Indiana state Museum. ... 67
Gambar 36 Koleksi Indiana state Museum. ... 68
Gambar 37 Koleksi Indiana state Museum. ... 68
Gambar 38 Koleksi Indiana state Museum. ... 68
Gambar 39 Koleksi Indiana state Museum. ... 68
Gambar 40 Koleksi Indiana state Museum. ... 69
Gambar 41 Koleksi Indiana state Museum. ... 69
Gambar 42 Koleksi Indiana state Museum. ... 71
Gambar 43 Koleksi Indiana state Museum ... 71
commit to user
xix
Gambar 45 Koleksi Indiana state Museum. ... 72
Gambar 46 Koleksi Indiana state Museum. ... 72
Gambar 47 Koleksi Indiana state Museum. ... 72
Gambar 48 T. Bangunan Indiana state Museum. ... 74
Gambar 49 T. Bangunan Indiana state Museum. ... 75
Gambar 50 Hall. ... 75
Gambar 51 Auditorium. ... 76
Gambar 52 R.Rapat. ... 76
Gambar 53 R.Rapat. ... 76
Gambar 54 RAV. ... 77
commit to user
xx
DAFTAR TABEL
Tabel 1 jumlah Pengunjung Museum Th 2000-2004. ... 21
Tabel 2.Jumlah Organisasi Kesenian Surakarta Th 2003 ... 24
Tabel 3 Museum di Surakarta. ... 31
Tabel 4 jumlah Pengunjung Museum. Th 2000-2004 ... 34
Tabel 5 Kelompok Jenis Kegiatan Museum Kota... 82
Tabel 6. Jenis Kegiatan dan Kelompok Kegiatan Museum Kota ... 84
Tabel 7 Kelompok Kebutuhan Ruang. ... 84
Tabel 8 Analisa Bahan Dan Kegunaan. ... 93
Tabel 9 Analisa Bahan Dan Kegunaan. ... 95
Tabel 10 Analisa Bahan Dan Kegunaan. ... 97
Tabel 11 Analisa Bahan Dan Kegunaan. ... 104
Tabel 12 Analisa Bahan Dan Kegunaan. ... 106
commit to user
xxi
DAFTAR SKEMA
Skema 1. Organisasi pengelola Museum ... 14
Skema 2 Proses Kegiatan Pengunjung. ... 79
Skema 3 Proses kegiatan Pengunjung ... 79
Skema 4 Proses kegiatan Benda Koleksi... 80
Skema 5 Pola Pikir Perencanan. ... 86
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bangsa Indonesia mempunyai warisan budaya dan warisan alam yang
sangat kaya sudah sewajarnya jika bangsa ini memperhatikan sungguh-sungguh
usaha pelestarian. Pelestarian warisan budaya dan warisan alam adalah bagian
yang sangat penting dalam pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional.
Proses pembinaan dan pengembangan kebudayaan tersebut di atas tidak dapat
berhenti selama bangsa Indonesia menempati nusantara ini dan bahkan yang
paling penting menjaga kontinuitasnya.
Dengan keberadaan kawasan kota di Indonesia, apalagi dengan kawasan
kuno yang merupakan salah satu bagian terpenting dalam pertumbuhan suatu kota,
yaitu sebagai perwujudan nyata peninggalan yang menjadi bukti fisik kekayaan
budaya bangsa. Artefact ini dapat menunjukkan latar belakang sejarah
masyarakatnya, sehingga semakin panjang sejarah suatu masyarakat semakin
banyak pula peninggalan - peninggalan yang diwariskan kepada generasi penerus.
Kota Solo merupakan salah satu kota tua di Indonesia yang menyimpan
berbagai peninggalan kebudayaan dari bermacam etnik, baik pada jaman sejarah
maupun prasejarah. Penemuan Pithecanthrophus Soloensis oleh W.F. Oppennorth
dan C. TerHaar (Kartodirdjo, 1975) di tepian Bengawan Solo dapat membuktikan
bahwa manusia purba telah pernah hidup di wilayah Solo pada masa prasejarah.
Sementara itu, peninggalan pada masa sejarah, seperti candi, keraton, pura
maupun bangunan-bangunan kuno masih dapat dijumpai di berbagai sudut Kota
Solo. Pada saat sekarang ini, ruang Kota Solo selain dibentuk oleh
bangunan-bangunan modern seperti kota-kota lainnya di Indonesia, maka secara arsitektural
ruang kotanya masih mampu memperlihatkan bangunan-bangunan yang
bercirikan era kerajaan (feodal) Jawa dan era kolonial Belanda, bahkan pada
beberapa bagian kota masih terdapat bangunan-bangunan dengan arsitektur etnik
commit to user
Indonesia yang memilki potensi yang perlu dilestarikan dan dikembangkan. Tidak
hanya menyangkut warisan budaya, tetapi aspek lainnya seperti sejarah kota, ilmu
pengetahuan, kesenian, dan kunjungan wisata.
Keragaman yang dimiliki Kota Surakarta tersebut belum disertai dengan
upaya pelestariannya. Dengan datangnya pengaruh barat dan segala
konsekuensinya berpengaruh terhadap keberadaannya, justru bagi negara-negara
berkembang inilah terletak kesempatan untuk dalam waktu singkat melaksanakan
tugas pencegah bahaya-bahaya kemusnahan dengan jalan mendirikan museum
kota dan apabila dijalankan menurut cara-cara tertentu dengan mengingat tujuan
tertentu pula akan dapat dinikmati manfaatnya. (Sutarga, 1983, Hal 30).
Selain itu, usaha pelestarian keragaman dan budaya Surakarta dapat
memberikan nilai ganda, yaitu untuk memperkenalkan nilai historis yang berguna
untuk menyemangati kebanggaan para generasi muda akan nilai kewargaanya
yang akhirnya dapat menumbuhkan rasa kepemilikan bersama (Sens of
Belonging), dan juga dapat bermanfaat sebagai dasar potret masa lalu untuk
pijakan pertimbangan pelaksanaan pembangunan masa depan kota Surakarta. Hal
ini sesuai dengan pendapat Lord Ducan Sandys (1971), bahwa “Kebanggaan
terhadap masa lampau merupakan landasan paling kuat untuk melangkah ke masa
depan”.
B. Batasan / Ruang Lingkup
Dalam mengkaji masalah tersebut lingkup perancangan yang ingin penulis
ajukan adalah disain interior Museum Kota Surakarta yang meliputi Loby, Solo
Story Gallery, Art gallery, Temporary Gallery, Theatre Area, Gift Shop,
Auditorium, Reception Hall, Lavatory.
C. Rumusan Masalah
Masalah pokok yang perlu di kaji dalam perancangan ini yang berguna
commit to user
1. Bagaimana merancang sebuah museum dengan konsep De’stijl yang
mampu memunculkan suasana yang nyaman, dan tidak membosankan serta
menjadi media edukatif bagi masyarakat.
2. Bagaimana menciptakan sistem penyajian benda koleksi yang baik,
komunikatif sesuai dengan ketentuan prinsip-prinsip human dimension yang
berlaku.
3. Bagaimana menentukan peruangan dan sirkulasi dalam ruang yang
mendukung aktivitas sebagai Museum sebagai tempat pameran.
D. Tujuan
1. Merancang Museum Kota Surakarta dengan pendekatan pendidikan.
2. Menciptakan system penyajian benda koleksi yang disesuaikan dengan
kapasitas dan kebutuhan ruang sehingga dapat berfungsi secara makasimal.
3. Perancangan interior yang meliputi karakteristik sistem interior, dan
program ruang yang dititikberatkan pada masalah sistem sirkulasi.
E. Sasaran
Sasaran yang diutamakan oleh penulis adalah terwujudnya disain interior
Museum Kota Surakarta dengan konsep dan pendekatan pendidikan, dan
mengambil ide dasar visual D’stjil.
F. Manfaat
Manfaat dari perencanaan dan perancangan interior Museum ini bagi :
1. Mahasiswa, khususnya desain interior adalah untuk menambah wawasan
tentang sejarah alam dsan budaya dan untuk melestarikan peninggalan –
peninggalan benda bersejarah kota Surakarta dan ikut andil dalam
menumbuhkan kesadaran akan arti pentingnya budaya tradisional bagi
pengembangan kekayaan budaya bangsa yang dituangkan dalam bentuk
commit to user
2. Masyarakat, adalah untuk mengajak, meninjau, menggali, melestarikan, dan
mengembangkan warisan budaya agar tetap dapat dinikmati hingga generasi
mendatang
3. Pemerintah, adalah memberi masukan suatu konsep baru bagaimana mewadai
seluruh potensi yang ada, diwujudkan dengan perancangan dan perencanaan
Museum kota.
G. Metedologi
Metodologi yang akan digunakan sebagai dasar penyusunan sehingga
mencapai hasil sesuai dengan tujuan dari perencanaan dan perancangan Museum
Kota adalah :
1. Metodologi Pembahasan
Untuk mendapatkan hasil yang maksimum berdasarkan data – data yang
akurat, maka metode yang digunakan :
a. Metode Observasi
Yaitu mengadakan observasi langsung atau tidak langsung dengan studi
pengamatan lapangan, wawancara dan studi literatur melalui buku – buku,
koran, majalah, ataupun referensi – referensi lain yang berkaitan dengan
tujuan yang akan dicapai sehingga mampu dapat menyelesaikan
permasalahan.
b. Metode Analisis
Menganalisis data – data di lapangan, dengan mengaitkan kajian teoritis yang
kemudian dianalisis. Diharapkan tinjauan tersebut akan mengilhami berbagai
karya desain dan alternatif – alternatif yang matang.
H. Sistematika Pembahasan
1. BAB I (PENDAHULUAN)
Pendahuluan mencakup latar belakang masalah yang meliputi peranan dan
commit to user
tujuan, dan sasaran serta metodologi yang meliputi metode dan sistematika
pembahasan.
2. BAB II (LANDASAN TEORI)
Mengemukakan tentang landasan teori tentang proyek interior Museum
Kota Surakarta yang meliputi tentang persyaratan ruang yang di dalamnya
mencakup pengertian, fungsi, klasifikasi, sirkulasi, komponen pembentuk
ruang, sistem interior, sistem keamanan, dll serta merupakan hasil studi
observasi di lapangan, sebagai dasar acuan atas pemilihan lokasi
perencanaan, maupun sebagai bahan pembanding dan bahan pengayaan bagi
proses analisis dari konsep perencanaan dan perancangan interior Museum
Kota Surakarta.
3. BAB III (PERENCANAAN DAN PERANCANGAN INTERIOR
MUSEUM KOTA SURAKARTA)
Perancangan yang diperoleh dari kajian teori dan hasil observasi lapangan
yang merupakan titik tolak dasar konsep perencanaan dan perancangan
interior ruang
4. BAB IV (KESIMPULAN)
Merupakan kesimpulan dari proses analisis sekaligus merupakan konsep
commit to user
a. Lembaga yang bersifat tetap tidak mencari keuntungan, menghimpun
barang-barang pembuktian tentang manusia dan lingkungannya, meneliti,
memelihara dan mengawetkan serta mengkomunikasikan kepada masyarakat
umum untuk kepentingan perkembangannya.
b. Dalam hal ini pengertian museum kota adalah museum yang memperoleh,
mengumpulkan, membina/melestarikan, meneliti, memamerkan, dan
mempublikasikan kepada masyarakat tentang potensi Kota Solo meliputi seni
budaya, sejarah kota dan ilmu pengentahuan.
c. Museum menurut ICOM (International Council of Museum ) adalah sebuah
badan atau lembaga yang tetap, yang tidak mencari keuntungan, yang
bertugas untuk menghimpun, merawat, meneliti, dan menyajikan untuk
kepentingan studi dan kenikmatan setiap benda, pembuktian alam, manusia,
dan kebudayaan
B. Tinjauan Tentang Museum
1. Sejarah Museum
Dalam sejarah museum dapat dilihat terjadinya perubahan-perubahan yang
bersifat perluasan fungsi museum. Pada mulanya museum hanya berfungsi
sebagai gudang barang, tempat dimana disimpan benda warisan budaya yang
bernilai luhur dan yang dirasakan patut disimpan. Kemudian fungsinya meluas
ke fungsi pemeliharaan, pengawetan, penyajian atau pameran, dan akhirnya
fungsi ini diperluas lagi samapi fungsi pendidikan secara umum dan untuk
kepentingan umum atau masyarakat luas.
Manusia mempunyai satu naluri yang alamiah yaitu “naluri untuk
commit to user
diketahui manusia sudah merupakan tukang himpun, terbukti oleh hasil
penelitian para arkeolog dalam gua-gua di Eropa, dimana pernah berdiam
manusia Neaderthal (lembah Neander). Di dalam gua ini ditemukan
kepingan-kepingan batu yang disebut oker, fosil kerang aneka bentuk, serta
batuan-batuan lain yang berbentuk aneh.
Koleksi-koleksi aneh ini merupakan penyajian pertama yang disebut “Curio Cabinet” dan merupakan yang paling tua. Nama curio cabinet dipakai sebagai nama museum dalam sejarahnya yang pertama.
Perkembangan ini meningkat pada jaman pertengahan dimana yang
disebut museum adalah koleksi-koleksi pribadi milik para pangeran (princess),
para bangsawan, para pelindung dan pecinta seni budaya yang kaya raya
danmakmur, serta para pecinta ilmu pengetahuan. Koleksi-koleksi tersebut
mencerminkan adanya benda-benda khusus yang menjadi minat dan perhatian
orang-orang tersebut. „Museum” ini jarang dibuka untuk diperlihatkan kepada
masyarakat umum. Karena koleksi-koleksi ini merupakan ajang prestice dari
pemiliknya maka mereka membuka serta memperlihatkan koleksinya hanya
kepada para sahabat dekat atau orang terpandang lainnya.
Dengan memiliki suatu galeri yang besar atau curio cabinet yang luas akan
meyakinkan bahwa sang pemiliknya memiliki kekayaan. Kedudukan serta
kekuasaan untuk memperoleh benda-benda tersebut dalam perjalanannya ke
negeri-negeri asing atau tempat-tempat lain yang dilakukan dengan biaya
sendiri ataupun membayar utusan-utusan guna melakukan ekspedisi
penyelidikan dan pengumpulan benda-benda.
Museum juga pernah diartikan sebagai kumpulan ilmu pengetahuan dalam
bentuk karya tulis seorang sarjana. Ini terjadi dijaman ensiklopedis. Jaman
sesudah renaissance di Eropa barat, ditandai oleh kegiatan orang-orang untuk
memperdalam dan memperluas pengetahuan mereka tentang manusia, pelbagai
makhluk, flora dan fauna, tentang bumi jagat raya dan sekitarnya.
Indonesia mempunyai sejarah kegiatan ilmu dan kesenian yang lebih tua
dari Negara-negara laian di Asia Tenggara. Hal ini berkaiatan dengan sejarah
commit to user
kegiatan-kegiatan untuk memajukan ilmu dan kesenian. Negeri Belanda dalam
hal ini juga tidak ketinggalan. Tokoh-tokoh VOC di Hindia Timur (istilah dulu
untuk Indonesia), pada tanggal 24 april 1778, telah mendirikan Bataviaasch
Genootschap Van Kunsten en Wetenschappen di Batavia (sekarang Jakarta).
Perkumpulan untuk memajukan kesenian dan ilmu pengetahuan dengan slogan “untuk kepentingan umum” ini ternyata maju pesat. Sebelum ada pembagian yang tegas antara ilmu-ilmu alam, sastra, dan budaya, maka koleksi yang
dirawat di museum juga meliputi kedua bidang ilmu tersebut. Pada
tahun-tahuan berikutnya Bataviaasch Genootschap mengkhususkan diri dalam ilmu
bahasa, ilmu bumi, ilmu bangsa-bangsa Hindia Timur dan negeri-negeri
sekitarnya.
Bataviaasch Genootschap Van Kunsten en Wetenschappen yang kini
dikenal dengan nama Museum Nasional, dan sebelumnya pernah dikenal
dengan nama Museum Pusat atau Museum Gedung Gajah, adalah museum
yang tertua di Indonesia. Museum lain yang didirikan pada awal abad 20
adalah Museum Aceh yng didirikan pada masa pemerintahan Hindia Belanda
dan diresmikan oleh Gubernur Sipil dan Militer Aceh Jenderal H.M.A. Swart
pada tanggal 31 Juli 1915, museum tersekarang menjadi Museum Negeri
Propinsi Aceh. Pada tahun 1922 seorang warga Surabaya keturunan Jerman
bernama Von Faber telah merintis berdirinya sebuah museum yang diberi nama
Stedelijk Historish Museum Surabaya, yang kini menjadi Museum Negeri Mpu
Tantular di Surabaya. Di Denpasar Bali pada tanggal 8 Desember 1932 telah
diresmikan pula sebuah museum dengan nama Bali Museum. Museum ini
kemudian pada tahun 1965 diserahkan kepada pemerintah, dalam hal ini
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam perkembangannya kini
museum tersebut menjadi Museum Negeri Propinsi Bali. Selain beberapa
museum tersebut, di Yogyakarta sejak tahun 1924 telah dirintis pendirian
commit to user
sebuah museum oleh Java Institut. Pada Tahun 1935 museum tersebut berdiri
dan diresmikan dengan nama Museum Sonobudoyo.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan, Museum Sonobudoyo dikelola oleh
Pemerintah daerah Istimewa Yogyakarta. Kemudian pada tahun 1974
diserahkan kepada Pemerintah Pusat dalam hal ini Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan sebagai penyelenggaranya. Setelah tahun 1945 museum-museum
di Indonesia terus bermunculan baik yang didirikan oleh pemerintah maupun
swasta.
Perhatian pemerintah terhadap dunia permuseuman terus meningkat,
semenjak Pelita I telah dilaksanakan Proyek Rehabilitasi dan Perluasan
Museum Pusat dan Museum Bali. Proyek permuseuman ini terus berkembang
menjadi proyek pengembangan permuseuman di Indonesia, dan terakhir
menjadi Proyek Pembinaan Permuseuman serta telah menjangkau ke seluruh
propinsi di Indonesia. Sampai saat ini di Indonesia telah berdiri 262 buah
museum, baik museum pemerintah maupun sawasta, besar mauapun kecil,
dengan berbagai jenis.
2. Fungsi Dan Tugas Museum
a. Fungsi Museum
1) Bagi masyarakat umum (awam)
a) Sebagai sarana rekreasi dan mendapatkan informasi tentang koleksi
museum
b) Meningkatkan apresiasi terhadap koleksi museum
2) Bagi seniman
a) Tempat memamerkan karyanya
b) Tempat komunikasi dengan masyarakat melalui karyanya
3) Bagi peneliti
a) Tempat mengadakan penelitian ilmiah
4) Bagi kota
a) Fasilitas penunjang kota
b) Pengenalan kebudayaan suatu daerah
commit to user
a) Pengumpulan, pendokumentasian, dan pengamanan warisan budaya
b) Sebagai identitas suatu Negara
b. Tugas Museum
1) Menghindarkan bangsa dari kemiskinan budaya
2) Memajukan kesenian dan kerajinan rakyat
3) Turut menyalurkan rakyat dan memperluas pengetahuan kepada masyarakat
4) Memberikan metodik dan didaktif sekolah dengan cara kerja sama yang
bermanfaat dengan kunjungan para pelajar
5) Memberikan kesempatan dan bantuan dalam penyelidikan ilmiah
6) Memberikan kesempatan bagi penikmat seni
7) Memajukan bidang pariwisata
3. Persyaratan Museum
Secara umum persyaratan umum adalah meliputi antara lain lokasi,
ruang-ruang serta bangunan.
a. Persyaratan Lokasi
1) Strategis, mudah dijangkau oleh umum
2) Lokasi museum harus sehat :
a) Lokasi tidak terletak di daerah industri yang banyak pengotoran udaranya
(Karbon, asam, garam)
b) Bukan daerah yang tanahnya berlumpur/ tanah rawa-rawa atau tanah
berpasir
c) Memperhatikan elemen-elemen iklim yang berpengaruh pada lokasi itu,
antara lain: kelembaban udara 55-65 %, suhu 20-24 C (perubahan suhu
yang terlalu besar dan suhu yang terlalu kering dapat merapuhkan
ketahanan koleksi ), sinar UV 300 A -400 A dapat memudarkan koleksi
b. Persyaratan Bangunan
commit to user
1) Dalam pembangunan ruang-ruang untuk koleksi harus memperhitungkan
pembagian sirkulasi udara yang baik yaitu masalah sistem penggunaan
cahaya
2) Bangunan museum harus sanggup menyelamatkan obyek museum, personil
museum dan pengunjung museum.
3) Bangunan museum harus memperhatikan faktor-faktor iklim, sirkulasi
udara, sanggup menyelamatkan materi koleksi, personil serta pengunjung
serta tampilan bangunannya tidak perlu angker atau harus welcome pada
pengunjung.
4) Bangunan-bangunan museum harus mampu melindungi benda-benda
koleksi dari:
a) Iklim : perlu dikendalikan kadar kelembaban relatifnya antara 45-65 %
dengan suhu antara 20-24 %
b) Lingkungan
c) Cahaya
d) Serangga
e) Mikroorganisme
f) Penanganan koleksi :
Sebelum benda koleksi ditetapkan sebagai benar-benar benda koleksi
museum, ia harus melalui suatu proses, yaitu:
a. Pengeluaran dari peti kemas atau bungkusnya
b. Pendaftaran sementara
c. Fumigasi, penyemprotan, dan pembersihan
d. Regristrasi dalam buku Induk inventaris
e. Penyaluran ke ruang kerja kurator atau ke laboratorium konservasi
untuk proses identifikasi, klasifikasi, dan katalogisasi atau untuk
penggarapan laboratorium, restorasi, dan lain-lain.
f. Gudang penyimpanan koleksi museum.
g. Bahaya kebakaran.
commit to user
Penentuan persyaratan koleksi suatu museum diperlukan, karena belum ada
keseragaman persyaratan koleksi baik untuk museum pemerintah maupun
museum swasta. Untuk mendapatkan keseragaman persayaratan koleksi, maka
diperlukan syarat-syarat sebagai berikut :
1) Mempunyai nilai sejarah dan ilmiah (termasuk nilai estetika)
2) Dapat diidentifikasikan mengenai ujudnya (morfologi), tipenya (tipologi),
gayanya (style), fungsinya, maknanya, asalnya secara historis dan geografis,
genusnya (dalam ordo biologi) atau periodenya dalam geologi khususnya untuk
benda-benda sejarah alam dan teknologi.
3) Harus dapat dijadikan dokumen, dalam arti sebagai bukti kenyataan dan
kehadirannya (realitas dan eksistensinya) bagi penelitian ilmiah.
4) Dapat dijadikan suatu monument atau bakal jadi monumen dalam sejarah alam
dan budaya.
5) Benda asli (realia), replica atau reproduksi yang sah menurut persyaratan
museum.
Pembagian benda koleksi dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
a) Pembagian menurut bahannya
1) Bahan organik, yaitu benda-benda yang terbuat dari tumbuh- tumbuhan,
binatang, dan kulit.
2) Bahan anorganik, yaitu benda-benda yang berasal dari benda mati, seperti
logam, batu, keramik, dan tembikar.
b) Pembagian menurut kelompok bidang ilmunya.
1) Sejarah alam
Termasuk dalam kelompok ini adalah benda-benda koleksi alam semesta,
flora, fauna, batuan, mineral, dan manusia.
2) Paleontologika
Yaitu kelompok benda-benda fosil
3) Prehistorika
Kelompok koleksi ; batu tua (paleolitikum), batu madya (epipaleolitikum),
batu muda (neolitikum), batu besar (megalitikum), dan logam
commit to user
Kelompok koleksi ; klasik ( Hindu Budha), Islam, dan peninggalan nasional.
5) Historika
jasa, lambing, tanda pangkat, pening (heraldika), dan cap.
8) Keramik asing
Koleksi keramik cina, jepang, siam, anam, Keramik timur tengah, dan
Eropa.
9) Seni rupa
Kelompok koleksi seni rupa kontemporer
10) Karya cetak
Kelompok koleksi peta, grafika, foto
11) Etnografika
Kelompok koleksi senjata, wadah, arsitektur, pakaian, atribut, berbagai
macam peralatan dalam kehidupan manusia, patung, dan seni rupa lainnya,
peralatan seni, benda-benda kerajinan dan peralatannya.
12) Kelompok benda hasil abstraksi
Seperti bagan, lukisan, grafik, denah, konstruksi, teori konsepsi, dan data.
a) Pembagian menurut dimensinya
1. Dua dimensional
Yakni benda-benda koleksi yang disajikan secara frontal, seperti kain,
lukisan, foto, gambar, dan sebagainya.
2. Tiga dimensional
Yakni benda koleksi yang disajikan secara meruang (memiliki beberapa
arah/ muka untuk pengamatan), seperti ; peralatan dan bahan membatik,
patung, miniature/ maket, dan sebagainya
commit to user
Peralatan museum adalah setiap alat atau benda bergerak yang dipergunakan
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan administratif dan teknis permuseuman.
Peralatan museum secara garis besarnya dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu :
1) Peralatan kantor
Yaitu setiap alat tau benda bergerak yang dipergunakan untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan administratif perkantoran museum.
2) Peralatan teknis
Yaitu setiap jenis alat atau benda bergerak yang dipergunakan untuk
melaksanakan kegiatan-kegiatan teknis permuseuman.
Sutu museum tidak mungkin berfungsi dengan baik bila dalam
operasionalnya tidak didukung dengan peralatan yang lengkap baik peralatan
kantor, maupun peranalatan teknis. Bahkan bila perlu didukung dengan peralatan
mutakhir atau canggih.
Adapun peralatan kantor yang harus dimiliki oleh sutu museum antara lain:
komputer, mesin fotocopy, almari, filling cabinet, rak buku, peti besi, cardex,
papan tulis, meja kerja, meja tamu, telepon, peralatan kebersihan, dan lain-laian.
Sedangkan peralatan teknis museum antara lain untuk bidang koleksi berupa
camera dan tape recorder, untuk bidang konservasi dan preparasi berupa
mikroskop, untuk bidang bimbinga berupa sound system, slide, proyektor,
overhead proyektor, dan lain-lain
e. Persyaratan Organisasi dan Ketenagaan
Berdasarkan tugas dan fungus museum, maka seyogyanya setiap museum
mempunyai organisasi sebagai berikut:
1) Bagian tata usaha, menangani kegiatan yang berhubungan dengan regristrasi,
ketertiban/ keamanan, kepegawaian, dan keuangan
2) Bagian koleksi, menangani kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan
identifikasi, klasifikasi, katalogisasi koleksi. Menyusun konsepsi yang
berhubungan dengan kegiatan presentasi serta penelitian/ pengkajian yang
berhubungan dengan kegiatan koleksi dan menyusun tulisan yang bersifat
commit to user
3) Bagian konservasi, menangani kegiatan yang berhubungan dengan perawatan
koleksi yang bersifat preventif dan kuratif serta mengendalikan keadaan
kelembaban suhu di raung koleksi dan gudang serta penanganan laboratorium
konservasi
4) Bagian preparasi, menangani kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan
restorasi koleksi, reproduksi, penataan pameran, dan penanganan bengkel
preparasi.
5) Bagian bimbingan dan publikasi, menangani kegiatan yang berhubungan
dengan bimbingan edukatif cultural, penerbitan yang bersifat ilmiah dan
popular serta penanganan peralatan audiovisual.
6) Bagian pengelolaan perpustakaan, menangani kegiatan yang berhubungan
dengan kepustakaan/ referensi.
7) Setiap bagian tersebut di atas dipimpin oleh seorang kepala atau coordinator
yang bertanggung jawab kepada Kepala Museum.
Susunan Organisasi dan tata kerja museum, tergantung tingkat kedudukan
status museum.
4. Penyajian Pemeran
Di Negara maju, semua kegiatan museum sudah mengarah pada
pentingnya peranan museum dalam mencerdaskan masyarakat. Untuk itu
pengelolaan pameran museum didasarkan pada prinsip-prinsip :
a. Factor cerita
commit to user
Museum merupakan salah satu infrastruktur media informasi yang
mencakup berbagai aspek yaitu alam, manusia, termasuk semua unsur sosial
budaya, teknologi dan sejarah, baik dari masa lalu, sekarang maupun masa
datang. Secara obyektif dan informasi museum merupakan ajang komunikasi
pengunjung museum. Agar benda ini dapat berkomunikasi dengan masyarakat
tentu harus dibuat suatu sinopsis atau cerita. Cerita ini merupakan sebuah cerita
yang utuh yang dapat dilihat sejak masuk sampai pintu keluar ruang pameran.
b. Faktor koleksi
Cerita yang akan disajikan harus mempunyai konsepsi yang detail atau
sistematika karena harus menjelaskan dengan pasti semua koleksi yang
diperlukan dalam menunjang jalannya cerita pameran. Tujuan pokok pengadaan
koleksi baru selain penyelamatan juga sebagai bahan penyebarluasan informasi
mengenai kekayaan warisan sejarah alam dan budaya. Oleh karena itu koleksi
baru harus dapat mendukung cerita yang akan disajikan, maka pengadaan
koleksi tidak boleh dilakukan tanpa suatu konsep.
c. Faktor sarana dan biaya
Faktor sarana dan biaya merupakan faktor yang berkaitan satu dengan yang
lainnya. Untuk menyajikan sutu pameran diperlukan sarana dasar dan sarana
penunjang. Sarana dasar berupa bangunan lengkap dengan ruang pameran,
vitrin, panil, ruang evokatif dan dilengkapi dengan tata lingkungan serta
pertamanan yang menarik. Sarana penunjang antara lain berupa foto penunjang,
labeling, tata lampu, tata warna. Semua sarana ini memerlukan biaya yang tidak
sedikit.
d. Faktor teknik dan metode penyajian
1) Prinsip-prinsip desain pameran pada koleksi
a) Daya tarik pameran dalam museum
1. Penggantian koleksi pameran secara periodik, yang bisa dilaksanakan
commit to user
2. Sistem/ desain tata pameran yang memudahkan perubahan atau
penggantian koleksi.
3. Sering diselenggarakannya pameran-pameran temporer.
b) Memuaskan dan menyenangkan pengunjung
1. Memberikan pengarahan dan kebebasan bergerak pada pengunjung
2. Memberikan space yang cukup lega antara benda koleksi dengan
pengunjung, sehingga pengunjung dapat menikmati pameran dengan
bebas.
3. Mengurangi sebanyak mungkin adanya gangguan cahaya, suara,
kepengapan, dan sebagainya.
4. Tata pameran agar mudah dimengerti oleh pengunjung, maka harus
ditingkatkan mutu ilustrasi, tulisan label yang kreatif sehingga ada
komunikasi antara benda koleksi yang dipamerkan dengan pengunjung,
disamping itu dipertimbangkan pula bahwa pengunjung itu
berbeda-beda latar belakangnya.
c) Meningkatkan nilai benda koleksi
1. Menunjukkan nilai histories serta nilai religius degan teknik tata pamer
yang tepat.
2. Membatasi serta menyeleksi benda-benda koleksi sehingga tidak
menimbulkan kesan sangat padat, serta memberikan kesempatan yang
besar dalam menyelenggarakan pameran temporer.
d) Mengutamakan pameran benda-benda koleksi
1. Dengan teknik tata pamer yang sederhana dapat meningkatkan nilai
benda-benda koleksi yang dipamerkan. Usaha untuk mencapai tujuan
ini antara lain dengan menghindarkan dekorasi yang berlebihan atau
unsur-unsur yang lebih dominan dibanding dengan benda koleksinya
sendiri, sehingga dapat mengganggu konsentrasi pengunjung.
2. Teknik tata pameran yang memberikan kesempatan lebih luas dan jelas
terhadap pengamatan pengunjung.
3. Desain tata pameran yang dapat memberikan perlindungan serta
commit to user
2) Metode penyajian koleksi
a) Metode pendekatan estetis
Ialah metode penyajian benda-benda koleksi dengan mengutamakan
penonjolan segi keindahan benda-benda koleksi tersebut.
b) Metode pendekatan romantik
Ialah metode penyajian benda-benda koleksi yang dapat mengungkapkan
satu suasana tertentu yang berhubungan dengan benda-benda tersebut.
c) Metode pendekatan intelektual
Ialah metode penyajian benda-benda koleksi yang dapat mengungkapakn
dan memberikan informasi ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan
benda koleksi yang dipamerkan.
d) Metode pendekatan campuran (kombinasi)
Ialah cara penyajian pameran dalam prakteknya biasanya digunakan
kombinasi dari beberapa metoda, yang disesuaikan dengan kondisi dan
tema pameran.
e) Metode konvensional
Ialah cara penyajian pameran dengan menata benda-benda koleksi menurut
apa adanya, tanpa ilustrasi dan tambahan lain.
f) Metode kontemporer atau metode fungsional
Ialah cara penyajian pameran dengan didukung alat-alat atau benda bukan
koleksi (sketsa, gambar, foto, peta daerah, dan lain-lain) sehingga benda
yang dipamerkan menjadi komunikatif dengan pengunjung.
3) Bentuk pameran
a) Pameran tetap
Pameran ini biasanya direncanakan dan diselenggarakan untuk tidak
diubah-ubah lagi, terutama mengenai sistematika penggolongan
benda-benda koleksinya. Pameran tetap ini biasanya diselenggarakan oleh
museum dengan mengadakan konsultasi kepada supervisi dari Direktorat
Permuseuman.
commit to user
Pameran ini selalu berubah-ubah baik sistem maupun penggolongan
benda-benda koleksinya, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi
pameran itu sendiri. Pameran ini bisa juga hanya menampilkan satu jenis
benda koleksi saja.
c) Pameran keliling atau pameran mobil
Termasuk pameran tidak tetap, benda-benda koleksi senantiasa dibawa dan
dipamerkan dari tempat satu ke tempat lainnya.
4) Standart teknik penyajian pameran meliputi :
a) Ukuran minimal vitrin dan panil
b) Tata cahaya
Ada dua pokok kegiatan yang menunjang kehidupan kegiatan museum yaitu:
a. Kegiatan pengumpulan koleksi
b. Kegiatan penyimpanan dan pengelolaan koleksi
Menurut macamnya, kegiatan di dalam museum dapat dibagi menjadi empat
macam yaitu:
a. Preservasi
1) Reproduksi untuk mengadakan cadangan koleksi, sekaligus sebagai cara
untuk menyelamatkan koleksi aslinya.
2) Penyimpanan untuk menyelamatkan koleksi dari factor-faktor merugikan
3) Regristrasi, mencatat, memberikan, dan menyusun keterangan-keterangan
yang menyangkut benda koleksi.
b. Observasi
commit to user
2) Penelitian baik di luar maupun di dalam museum
3) Perawatan dan perbaikan terhadap benda-benda koleksi
c. Apresiasi
1) Pendidikan, musem sebagai penunjang pendidikan bagi masyarakat yang
sifatnya non formal
2) Rekreatif, museum sebagai obyek rekreasi yang menyajikan acara-acara
yang sifatnya menghibur
d. Komunikasi
1) Pameran, terutama untuk museum seni, ruang pamer betul-betul merupakan
sarana komunikasi antar masyarakat sebagai pengamat dengan seniman
sebagai pencipta
2) Pertemuan baik antar pengelola maupun pengelola dengan masyarakat
penunjang
3) Administrasi berupa komunikasi terhadap kebijakan-kebijakan dari lembaga
yang lebih tinggi
C Tinjauan Wilayah Surakarta
1. Potensi Geografis
Kota Surakarta terletak dalam wilayah Daerah Tingkat I Jawa Tengah. Posisi
kota Surakarta dalam koordinat buki adalah antara garis bujur 1100 45‟ 15 “ BT
sampai 110045‟ 35 “ BT dan antara garis lintang 7026‟ 00 “ LS sampai 7056‟ 00 “ LS.
commit to user
Kota Surakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 92 m
di atas laut. Kondisi topografinya relatif datar dengan kemiringan rata-rata 0-3%.
Di bagian utara agak bergelombang dengan kemiringan kurang dari 5%. Dan
dilihat dari segi topografi Kota Surakarta relatif datar, tapi pada bagian utara
sedikit bergelombang. Elevasi Surakarta rata-rata 92 m di atas permukaan laut
dengan kemiringan 0-3%
Kota Surakarta merupakan bagian dari 35 Dati II di Propinsi Jawa Tengah,
persisnya, terletak di bagian Selatan. Areal wilayah ini merupakan daerah
penghubung antara Propinsi Jawa Timur, DI Yogyakarta, Jawa Barat, dan DKI
Jakarta.
Wilayah administrative Surakarta seluas 4.044 Ha terbagi dalam 5 kecamatan
dan 51 kelurahan. Daerah-daerah yang berbatasan dengan wilayah Kota Surakarta
:
a. Sebelah Utara : Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Boyolali
b.Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo
c. Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo
d.Sebelah Barat : Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo
e.
2. Potensi Iklim dan cuaca
Surakarta terletak di daerah yang mempunyai iklim tropis lembab. Dalam satu
tahun mengalami 2 cuaca, yaitu hujan dan kemarau. Temperature berkisar antara
21.90 C hingga 32.50 C dengan kelembaban 71%. Rata-rata tekanan udara adalah
1010.9 MBS. Rata-rata kecepatan angin adalah 4 knot dengan arah angina 2400.
dan curah hujan yang cukup tinggi sekitar 2200 mm/ tahun.
3. Potensi Penduduk
Kodya Dati II Surakarta mempunyai jumlah penduduk sebesar 490.214 jiwa
(2000) menjadi 497.532 (2003) 497.532 jiwa, terdiri dari 242.591 laki-laki dan
254.643 wanita dengan Sex ratio-nya 95.27%, yang berarti setiap 100 orang
commit to user
dengan kepadatan penduduk rata-rata 11.291 jiwa/ km2 dan perkembangan
penduduk kota Surakarta sekitar 0.48 %, Meningkatnya jumlah penduduk ini
disebabkan oleh urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi.
4. Potensi Ekonomi
Kota Surakarta menempati posisi letak yang sangat strategis, dengan jalur
transportasi darat, sebagai penghubung ibukota Dati II maupun propinsi yang lain.
Jalur selatan menghubungkan Jakarta, Yogyakarta, Surakarta, dan Surabaya. Jalur
utara menghubungkan Jakarta, Semarang, Surakarta, dan Surabaya. Jalur Kereta
Api (KA) yang melewati Kota Surakarta merupakan penghubung kota besar di
Pulau Jawa. Belum lagi, posisi ini ditunjang dengan pengembangan Bandara Adi
Sumarmo yang ditingkatkan dari penerbangan domestik menjadi penerbangan
internasional.
Tidak aneh, bila Kota Surakarta semakin hari bertambah padat dari berbagai
aktivitas manusia. Perekonomian Kota Surakarta didominasi oleh sektor
perdagangan, jasa dan industri. Sedangkan sektor perbankan mengalami
pertumbuhan yang pesat sejalan dengan perkembangan sektor perdagangan.
5. Potensi Pendidikan
Terdapat berbagai fasilitas pendidikan di Surakarta, dari TK, SD, SLTP,
SMA, dan juga universitas.Berikut merupakan data penduduk Surakarta sesuai
dengan tingkat pendidikannya.
Tabel III.1 Penduduk Usia 10 Tahun ke atas Menurut Pendidikan Tertinggi
yang Ditamatkan di Kota Surakarta pada Tahun 2003
Tabel 1. Jumlah Pengunjung pada Museum di Surakarta Tahun 2000-2004
Keterangan Jenis Kelamin Jumlah
Total
Laki-laki
Perempua
commit to user
Jumlah 197.286 218.642 415.928
(Sumber: BPS Kota Surakarta, Kota Surakarta dalam Angka 2003)
6. Potensi seni dan Budaya
Kesenian merupakan segi lain dari corak kehidupan masyarakat kota Solo, hal
ini salah satunya dipengaruhi oleh keberadaan Keraton Surakarta dan Pura
Mangkunegaran. Bagi masyarakat Solo kesenian merupakan ungkapan kreativitas
dari kebudayaan yang mempunyai unsur keindahan yang menonjol, sehingga
menyajikan citra realitas yang lebih kaya, lebih hidup, dan lebih berwarna - warni.
Hasilnya terlihat dalam berbagai bentuk baik spatial art ( arsitektur, lukisan,
gambar, patung dan kerajinan ), literature dan karya seni yang berlangsung dalam
waktu ( sastra, musik, teater, tari, dan film ). Kesenian yang tumbuh subur dalam
masyarakat Solo menonjol sebagai unsur pusat kebudayaan, terutama yang berasal
dari budaya etnik, yaitu seni budaya Jawa.
commit to user
a. Wayang : wayang merupakan unsur seni budaya yang sentral. Wayang yang
dipagelarkan oleh dalang dibantu oleh pengrawit dan pesinden, adalah hiburan
dalam pola rekreasi masyarakat, mengandung makna simbolik dari sisi penting
proses kehidupan dan ritual. Persepsi budaya Jawa sangat mempengaruhi,
mengingat babad ageng di keraton berisi genealogi para raja yang beranggapan
wiracarita itu adalah nenek moyang mereka. Karena itu wayang dianggap
representating the cosmos ( Onghokham,1996 ).
Pada gilirannya seni wayang memberi inspirasi seni lain seperti wayang wong,
seni tari, seni sastra, seni kerawitan, seni tatah dan sungging, serta kerajinan
lain seperti senjata, seni lukis kaca, dll. Sebaliknya berbagai perkembangan
dalam gagasan, teknologi dan kesenian lain juga memberi andil terhadap
perkembangan pagelaran wayang itu sendiri.
b. Batik : merupakan warisan dari seni lukis yang berkembang dan mengalami
penghalusan pada jaman Kartosuro. Batik pada dasarnya merupakan seratan di
atas kain mori dengan unsur - unsur ornamen dalam suatu pola yang diproses
dengan pencelupan rintang.
Gb.4 .Proses Pembuatan Batik Tulis
(Sumber : pamflet Dinas Pariwisata Surakarta)
commit to user
c. Keris : keris yang disebut curiga atau wangkingan, merupakan senjata tikam
kuno yang menonjol dibandingkan senjata lainnya. Keris merupakan hasil
kerajinan seni yang dibuat oleh empu keris, dengan menyatukan seni pamor
dan seni pahat dalam ukir - ukiran, dengan cara penempaan bahan logam
campuran yang akan menentukan kekuatan, mutu, dan keindahannya.
d. Lain - lain : di Solo masih banyak kegiatan lainnya yang mendukung khasanah
kesenian kota, seperti seni pentas wayang orang Sriwedari, kethoprak, teater
bahasa Jawa, seni tari Jawa, serta karawitan dan tembang - tembang gendhing
Jawa, ataupun seni tatah dan sungging pembuatan wayang dari kulit dan
pembuatan barang - barang seni lainnya. Sedang yang juga mampu
dimanfaatkan adalah kesenian modern yang juga tumbuh di masyarakat, seperti
seni lukis, teater, keroncong, musik , band, termasuk pengembangan seni
eksperimen seperti yang tumbuh di kampus dan padepokan seni.
1) Wayang Orang Sriwedari
Merupakan satu bentuk seni pertunjukan daerah yang menyajikan cerita
wayang berdasarkan cerita Mahabharata dan Ramayana.
2) Kerajinan Tatah dan Sungging
commit to user
Potensi kesenian Surakarta telah lama dan sampai sekarang tetap
menunjukkan potensinya dalam skala nasional bahkan internasional. Ditunjang
pula dengan adanya potensi seniman, organisasi / kelompok seni, serta institusi
seni baik formal ( SMKI, STSI, Seni Rupa UNS, Sastra Jawa UNS ) maupun non
formal ( pelatihan tari Jawa klasik antara lain di Pura Mangkunegaran, Keraton
Kasunanan Surakarta, Taman Budaya Surakarta )
Tabel 2 Jumlah Organisasi Kesenian SurakartaTahun 2003
Macam
(Sumber: BPS Kota Surakarta, Kota Surakarta dalam Angka 2003)
Seni pertunjukan yang tumbuh dan berkembang di kota Surakarta terdiri dari
( Edi Sedyawati, Performing Arts, 1998, hal 60 ) :
a. Tari Tradisi
Seni tari yang berkembang di Surakarta pada dasarnya bersumber dari Keraton
Kasunanan dan Pura Mangkunegaran, yang berbentuk tarian klasik, antara lain:
1) Tari putri : bedhaya, golek, serimpi, gambyong, dsb
2) Tari putra : wireng, jathilan, dsb
b. Tari Rakyat
Tari rakyat adalah segala macam tarian yang dicipta, dihayati oleh rakyat
sebagai ekspresi jiwa yang menggambarkan berbagai perasaan, segi - segi
Gb. 6. Kerajinan Tatah dan Sungging (Sumber : pamflet Dinas Pariwisata
commit to user
kehidupan yang diungkapkan dalam gerak ritmik. Berdasarkan ciri - ciri khas
daerah, tarian rakyat Surakarta dikelompokkan sebagai berikut :
1) Kelompok tari kuda kepang, meliputi barongan, encling, reog
2) Kelompok tari tayub, meliputi tayub dan ledhek
3) Kelompok drama tari, meliputi topeng, angguk, dan srandhul
4) Kelompok tari slawatan, meliputi slawatan, emprok dan rodad
5) Kelompok selain di atas, yaitu ndolalak dan jelantur
c. Seni Suara
1. Seni Vokal
Pada dasarnya ada dua macam ciri seni vokal di Surakarta, yaitu :
a. Berciri lokal
Lagu rakyat adalah segala jenis lagu, baik vokal maupun instrumental yang
diciptakan, dimainkan, dinyanyikan, serta dipelihara oleh rakyat sebagai
pernyataan rasa aman, suka duka, haru, sanjungan, pujian, yang bersumber
pada hidup serta kehidupan rakyat sehari - hari, meliputi :
a. Lagu dolanan : dinyanyikan oleh anak - anak, dengan atau tanpa iringan
gamelan dan atau tanpa gerakan.
b. Lagu macapat: disebut macapat karena cara menyanyikannya diputus -
putus tiap 4 suku kata
c. Lagu tengahan: dalam bahasa Jawa disebut juga sekar tengahan atau
sekar dagelan
d. Lagu ageng : lagu ini disebut juga sekar Kawi
e. Lagu gendhing: lagu ini dinyanyikan dengan iringan orkes atau
diperagakan khusus instrumental.
f.Berciri nasional, meliputi : keroncong, kulintang, band, dan sebagainya
2. Seni Instrumentalia
a. Berciri lokal, dengan alat musik terban, calung, kothekan, dan sebagainya
b. Berciri nasional, seperti musik keroncong, gambus, kulintang, musik
orkes, band, dan sebagainya.
3. Seni Drama
commit to user
a. Yang diperankan oleh manusia : wayang orang, langendriyan,
sendratari, kethoprak, teater, dan sebagainya
b. Yang diperankan oleh boneka : wayang kulit, wayang beber,
wayang gedog, dan sebagainya
7. Potensi Sejarah Surakarta
Surakarta memiliki sejarah yang menarik untuk diungkapkan. Awal
sejarah penuh konflik kekuasaan sampai periodisasi sejarah pembangunan kota
solo. Hal tersebut sangat menarik untuk ditampilkan dalam museum.
Berikut uraian singkat sejarah perkembangan Kota solo :
1. Awal sejarah kota penuh konflik kekuasaan
Dalam sejarah berdirinya Kota Surakarta Hadiningrat, terlebih dulu perlu diungkapkan adanya peristiwa yang disebut “Geger Pecinan”. Peristiwa “Geger Pecinan” itulah yang antara lain menyebabkan kepindahan ibu kota Kerajaan Mataram Kartasura beserta Kratonnya ke Desa Sala. Pemberontakan Orang Cina
itu semula terjadi di Batavia (sekarang :Jakarta), kemudian menjalar ke tempat
lain di jawa. Orang-orang Cina yang dapat meloloskan diri bergabung dengan
kawan-kawan mereka di Jepara, Juwono, Demak, Rembang, Tegal, semarang, dan
Surabaya. Kemudian pemberontakan ini menjalar ke Kartasura, dimana
orang-orang cina merencanakan pemberontakan terhadap pengaruh dan kekuasaan
kompeni.
Mengetahui rencana pemberontakan orang-orang cina di Kartasura
tersebut, Mas Garendi (yang kemudian disebut mangkurat Amral atau Sunan
kuning) memperalat dan mempengaruhi mereka untuk menggempur Kartasura.
Maksud tersebut ternyata berhasil, sehingga pada tahun 1743 M dengan dukungan
masyarakat cina beliau naik tahta sebagai raja.
Pada saat Kraton Kartasura diserbu oleh pemberontak Cina yang dipimpin
oleh Mas Garendi itu, Sri Paduka paku Buwono II melarikan diri ke Ponorogo,
commit to user
kerusakan berat. Oleh sebab itu sri Paduka Paku Buwono II merencanakan
kepindahan kraton dari ibu kota Kartasura ke tempat lain.
Tentang kepindahan ini, pujangga jawa, Yosodipuro I dalam tulisannya “babad Gijanti” menulis sebagai berikut : “ sigra jengker saking kartawi, ngalih Kedhaton mring dusun sala, kebut wsawadyabalane, busekan saparaja agung,
pinengetan angkate nguni anuju ari Buda, henjang wancinipun, wimbaning lek
kaping sapta wlas, Sura heje Kembuting budya kapyarsa ing nata kang sangkala”
9artinya : segera pindahlah kraton dari kartasura ke dusun Sala, bergerak bersama
dengan balatentara dan pembesar Negara, saatnya kebetulan jatuh pada hari raya
Budya, di pagi hari rabu tanggal 17 sura tahun Je 1670). Pindahnya kraton ke Solo pada tanggal 17 bulan Sura tahun Je 1670 dengan candrasengkala “kembuling puja kapriyarseng nata” (atau tanggal 17 Februari 1746) itu dengan sendirinya
memerosotkan Kartasura dari sebuah pusat pemerintahan menjadi kota
Kawedanan yang kurang berarti.
Dalam perkembangan selanjutnya, daerah Kerajaan Surakarta Hadiningrat
mengalami pembagian menjadi dua, akibat perang saudara yang dilatar belakangi
politik devide et empera dari VOC. Dalam perjanjian Giyanti yang dibuat oleh
kompeni tanggal 13 Februari 1755, Kerajaan Mataram yang sudah menciut itu
dibagi dua. Sebelah timur tetap bernama Surakarta Hadiningrat dengan Sala
sebagai ibukotanya. Sebelah barat disebut Ngayogyakarta Hadiningrat dengan raja
pertama Sri Sultan Hamengku Buwono I yang berkedudukan di ibukota Yogya.
Kedua daerah tesebut masing-masing kemudian terpecah lagi, sehingga timbullah
empat kerajaan yang oleh Belanda dinamakan Vostenlanden, yakni Kasunanan,
Mangkunegaran (pecahan dari Surakarta Hadiningrat) dan Kesultanan, Pakualam
(pecahan dari Ngayogyakarta Hadiningrat).
a. Periodisasi Sejarah pembangunan Kota Sala
Ditinjau dari segi pembangunannya, Surakarta mengalami beberapa periode,
mulai dari masa pemerintahan colonial Belanda, masa penjajahanjepang dan masa
kemerdekaan atau periode pemerintahan Republik Indonesia. Secara ringkas
periode ini tersebut akan dikemukakan di bawah ini :