• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESAIN INTERIOR MUSEUM KOTA SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DESAIN INTERIOR MUSEUM KOTA SURAKARTA"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

DESAIN INTERIOR MUSEUM KOTA SURAKARTA

( Dengan Pendekatan Konsep Pendidikan )

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni

Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun oleh :

GUNAWAN EKO PRIYONO C0805015

JURUSAN DESAIN INTERIOR FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

DESAIN INTERIOR MUSEUM KOTA SURAKARTA

( Dengan Pendekatan Konsep Pendidikan )

Telah disetujui oleh Pembimbing untuk diuji

di hadapan Dewan Penguji

Disusun oleh :

GUNAWAN EKO PRIYONO C0805015

Pembimbing I Pembimbing II

Drs.IF.Bambang Sulistyono, Sk. MT.arch Mulyadi, SSn, M.Ds NIP. 19621125 199303 1 001 NIP. 19730702 200212 1 001

Mengetahui

Ketua Jurusan Desain Interior

(3)

commit to user

iii

PENGESAHAN

Telah disahkan dan dipertanggungjawabkan pada sidang Tugas Akhir Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada hari Senin tanggal 26 Juli 2010

Penguji :

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn. (...) NIP. 19621221 199201 1 001

Sekretaris Iik Edang Siti W, SSn, M.Ds (...) NIP. 19771027 200112 2 002

Penguji I Drs.IF.Bambang Sulistyono, Sk.

MT.arch (...) NIP. 19621125 199303 1 001

Penguji II Mulyadi, SSn, M.Ds (...) NIP. 19730702 200212 1 001

Mengetahui :

Ketua Jurusan Dekan

Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn. Drs. Soedarno, M.A

(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Gunawan Eko Priyono

NIM : C0805015

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir yang berjudul ” Desain Interior Museum Kota Surakarta Dengan Pendekatan Konsep Pendidikan” adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat dan tidak dibuat oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam Laporan Tugas Akhir ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam Daftar Pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan Gelar Sarjana.

Surakarta, 6 Agustus 2010

Yang membuat pernyataan,

(5)

commit to user

v

MOTTO

“ Barangsiapa mempelajari ilmu yang dimaksudkan untuk

mendapatkan keridhoan Allah, namun ia tidak mempelajarinya

melainkan untuk mendapatkan kekayaan dunia, maka ia tidak

(6)

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini penulis persembahan kepada :

1. Ayah beserta Ibu tercinta, dengan curahan kasih sayang dan do’a yang tulus telah menghantarkan ananda dalam kehidupan yang lebih berarti dan berguna untuk keluarga, semoga hal itu bisa membuat Ayahanda dan Ibunda bangga dan bahagia. Hanya Allah yang akan membalas amal mulia itu.

(7)

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puja dan puji syukur kehadirat Allah

SAW yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya, serta shalawat

dan salam senantiasa penulis tujukan kepada Nabi besar Muhammad Saw,

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan penelitian terebut yang

berjudul : ” Desain Interior Museum Kota Surakarta Dengan Pendekatan Konsep

Pendidikan”

Disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Seni

(S.Sn.), jurusan Desain Interior Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Terselesaikannya penyusunan penulisan laporan Tugas Akhir ini tidak terlepas

dari peranserta berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan, saran,

pengarahan, dan bantuannya, maka pada kesempatan ini sudah sepantasnya

dengan segala kerendahan hati penulis menghaturkan rasa terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada yang terhormat :

1. Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn. selaku ketua jurusan Desain Interior, fakultas

Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs.IF.Bambang Sulistiono, Sk. MT selaku pembimbing utama dan Mulyadi,

SSn, M.D selaku pembimbing ke dua yang telah memberikan pengarahan

dan masukan yang sangat bermanfaat untuk saya sehingga saya dapat

menyelesaikan Tugas Akhir tersebut dengan baik.

3. Semua dosen Fakultas Sastra dan Seni Rupa, khususnya dosen Jurusan

(8)

commit to user

viii

4. Ayah Sukatno dan ibu Haryani, yang telah membimbing dan mendidik serta

mengiringi selalu langkahku dengan do’a, semoga Allah selalu melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya serta dibalaskan semua jasanya.

5. Dik Dwi Harjono Saputro, yang selalu membantu dan memberi semangat.

Terimaksih telah membantu biki maket.

6. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu, yang telah

membantu terselesaikannya penulisan laporan Tugas Akhir ini.

Semoga Allah SWT membalas amal kebaikan mereka. Selanjutnya apabila ada

kekhilafan dan kekurangan dalam penuliasan Laporan Tugas Akhir ini penulis

mohon maaf. Untuk itu penulis mohon saran dan kritik yang membangun demi

kebaikan penulisan Laporan Tugas Akhir ini. Mudah-mudahan Laporan Tugas

Akhir ini dapat berguna bagi semua pihak.

Surakarta, 10 Agustus 2010

(9)

commit to user

ix

ABSTRAK

DESAIN INTERIOR MUSEUM KOTA SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN KONSEP PENDIDIKAN

Gunawan Eko Priyono. C 0805015 1

Drs.IF.Bambang Sulistyono, Sk. MT.arch 2 Mulyadi, SSn, M.D. 3

2010. Masalah pokok yang perlu di kaji dalam perancangan Museum Kota Surakarta dengan pendekatan Pendidikan yang berguna untuk pemecahan masalah adalah

Bagaimana merancang sebuah museum dengan konsep De’stijl yang mampu

memunculkan suasana yang nyaman, dan tidak membosankan serta menjadi media edukatif bagi masyarakat. Bagaimana menciptakan sistem penyajian benda koleksi yang baik, komunikatif sesuai dengan ketentuan prinsip-prinsip human dimension yang berlaku. Bagaimana menentukan peruangan dan sirkulasi dalam ruang yang mendukung aktivitas sebagai Museum sebagai tempat pameran.

Selain itu juga sebagai upaya dalam rangka penyelamatan permusiuman surakarta yang kondisinya sangat memperihatinkan, hal ini terlihat di beberapa museum di Surakarta yang di tangani tidak secara professional. Usaha ini dilakukan melalui pemanfaatan dan pengolahan secara umum peninggalan elemen bangunan lama Benteng vastenburg untuk disesuaikan dengan fungsi perencanaan yang diwadahinya melalui pengembangan dan pembentukan fungsi baru sebagai Museum Kota.

Perencanaan Museum Kota Surakarta merupakan kegiatan merancang serta merencanakan ruang yang berfungsi sebagai tempat menyimpan, melestarikan, memamerkan benda- benda bersejarah peninggalan Kota Surakarta.

Museum Kota Surakarta bersifat sebagai sebuah museum berkonsep edukatif, di harapkan minat masyarakat untuk berkunjung ke museum bertambah. Dalam perancangan museum Kota Surakarta ini fungsi utama museum tidak hanya sekedar sebagai tempat menyimpan benda kuno, tetapi museum juga bisa dijadikan sebagai tempat untuk menimba ilmu yang menarik.

Untuk menyelenggarakan kesinambungan aktifitas Museum maka dirancang Museum Kota Surakarta ini dengan fasilitas – fasilitas berupa Loby, Solo Story Gallery, Art gallery, Temporary Gallery, Theatre Area, Gift Shop, Auditorium, Reception Hall, Lavatory. Diharapkan dengan keberadaan Museum Kota Surakarta ini dapat memenui keinginan dan kebutuhan masyarakat akan pendidikan terkait dengan sejarah kota Surakarta.

1

Mahasiswa Desain Interior Angkatan 2005, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, UNS 2

Dosen Pembimbing 1 3

(10)

commit to user

x ABSTRAC

DESAIN INTERIOR MUSEUM KOTA SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN KONSEP PENDIDIKAN

Gunawan Eko Priyono. C 0805015 1

Drs.IF.Bambang Sulistyono, Sk. MT.arch 2 Mulyadi, SSn, M.D. 3

2010. The main problem needs to study in designing Surakarta City Museum using Education approach useful for the problem solving is how to design a museum with De’stijl concept that can generate a comfortable and not boring circumstance as well as become an educative media for society. How to create a good, display system for object collection that is communicative and consistent with the prevailing human dimension. How to determine the room layout and circulation supporting the activity as Museum as the exhibition place.

In addition as an attempt of saving the surakarta museum the condition of which is very apprehensive; it can be seen from many museums not managed professionally in Surakarta. This attempt is carried out by utilizing and managing generaly the heritage of old building element of Vastenburg fortress to adjust with the designing function it accomodates by developing and establishing the new function as the City Museum.

The design of Surakarta City Museum is an activity of designing and planning the room functioning as the place of storing, preserving, and exhibiting the historical object of Surakarta City heritage.

Surakarta City Museum as a museum with educative concept, is expected will increase the society’s interest in visiting the museum. In designing the Surakarta City museum, the main function of museum is not only as the place for storing the ancient objects but also as the place for getting interesting knowledge.

In order to organize the Museum’s activity sustainability, the Museum of Surakarta city is designed using such facilities as Lobby, Solo Story Gallery, Art gallery, Temporary Gallery, Theatre Area, Gift Shop, Auditorium, Reception Hall, and Lavatory. It is expected that the existence of Surakarta City Museum can meet the people’s desire and need for education relating to the history of Surakarta city.

1

Mahasiswa Desain Interior Angkatan 2005, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, UNS 2

Dosen Pembimbing 1 3

(11)

commit to user

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN PENGUJI ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR TABEL ... xxiv

DAFTAR SKEMA ... xxv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan / Ruang Lingkup ... 2

C. Rumusan Masalah ... 2

D. Tujuan ... 3

E. Sasaran ... 3

F. Manfaat ... 3

G. Metode ... 3

H. Sistematika Pembahasan ... 4

(12)

commit to user

xii

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

A. Tinjauan Umum ... 6

1. Museum ... 6

B. Tinjaun Museum Kota ... 6

1. Sejarah Museum ... 6

2. Fungsi dan Tugas museum ... 9

a. Fungsi Museum ... 9

b. Tugas Museum ... 9

3. Persyaratan Museum ... 10

a. Persyaratan Lokasi ... 10

b. Persyaratan Bangunan ... 10

c. Persyaratan Koleksi museum ... 11

d. Persyaratan Peralatan Museum ... 13

e. Persyaratan Organisasi Dan Ketenagaan ... 13

4. Penyajian Pameran ... 14

a. Faktor Cerita ... 14

b. Faktor Koleksi ... 15

c. Faktor Sarana Dan Biaya ... 15

d. Faktor Tehnik dan Metode Penyajian ... 15

5. Kegiatan museum ... 18

C. Tinjauan Wilayah Surakarta ... 19

1. Potensi Gegrafis ... 19

(13)

commit to user

xiii

b. Potensi Penduduk ... 20

c. Potensi Ekonomi ... 20

d. Potensi Pendidikan ... 20

e. Potensi Seni Dan Budaya ... 21

f. Potensi Sejarah Surakarta ... 25

g. Potensi Pariwisata ... 29

2. Kondisi Permuseuman Surakarta ... 30

a. Museum di Surakarta ... 30

b. Pengunjung Museum di Surakarta ... 34

D. Sejarah Perkembangan Kota ... 35

E. Morfologi Kota Solo ... 36

1. Pendahuluan ... 36

2. Perkembangan Kota Solo 1550-1745 ... 38

3. Perkembangan Kota Solo 1745-1821 ... 39

4. Perkembangan Kota Solo 1821-1857 ... 40

5. Perkembangan Kota Solo 1857-1900 ... 40

6. Perkembangan Kota Solo 1900-1945 ... 41

7. Perkembangan Kota Solo 1945-2000 ... 41

F. Tinjauan Tentang Bioskop ... 43

1. Pengertian ... 43

2. Ukuran Biosop ... 43

a. Bioskop Tunggal ... 43

(14)

commit to user

xiv

3. Fungsi, Tujuan serta Persyaratan Bioskop ... 44

a. Fungsi Bioskop ... 44

b. Tujuan Bioskop ... 44

c. Persyaratan Bioskop ... 44

d. Sistem Tata Suara ... 46

e. Tinjauan Akustik ... 50

G. Tinjauan Tentang Pendidikan ... 50

1. Pengertian Pendidikan ... 50

2. Tujuan Pendidikan ... 50

3. Esensi Pendidikan ... 51

H. Tinjauan Tentang De’Stijl ... 51

1. Sejarah Modernism ... 51

2. Sejarah De’Stijl ... 52

BAB III TINJAUAN LAPANGAN ... 55

A. Museum Sono Budoyo Yogyakarta ... 55

1. Lokasi ... 55

2. Koleksi ... 56

3. Pola Kegiatan ... 61

B. Indiana State Museum ... 64

1. Lokasi ... 64

2. Misi ... 65

(15)

commit to user

xv

4. Pola Kegiatan ... 74

5. Status kelembagaan ... 75

BAB IV KONSEP PERANCANGAN ... 80

A. Analisa Judul ... 80

1. Pengertian ... 80

2. Tujuan ... 80

B. Asumsi Penempatan Lokasi ... 80

C. Pola Kegiatan ... 81

1. Pokok Kegiatan Dan Oprasional ... 81

a. Pengunjung ... 81

b. Pengelola ... 81

c. Materi Koleksi ... 82

2. Pola kegiatan Museum ... 83

a. Kelompok Kegiatan Penerimaan ... 83

b. Kelompok Kegiatan Utama ... 83

c. Pemeran Tetap ... 84

d. Pemeran Temporer ... 84

e. Kegiatan Pelayanan Umum ... 84

f. Kegiatan Edukasi ... 84

g. Kegiatan Rekreasi dan Entertaiment... 84

h. Pengunjung ... 84

3. Kelompok Kegiatan Pengelola ... 84

(16)

commit to user

xvi

b. Kegiatan Proservasi Dan Konservasi ... 84

c. Kelompok Kegiatan Servise ... 85

4. Kelompok Jenis Kegiatan ... 85

5. Analisa Pengelompkan Kegiatan Dan Kebutuhan Ruang ... 86

a. Pendekatan Kebutuhan Ruang ... 86

b. Sifat Dan Tututan Ruang ... 86

D. Konsep Perancangan ... 89

1. Pola Perancangan ... 89

2. Ide Gagasan ... 90

3. Tema ... 90

4. Suasana Dan Karakter Ruang ... 90

5. Program Ruang ... 90

6. Pola Sirkulasi ... 92

a. Sirkulasi Antar Ruang – Ruang Pameran ... 92

b. Sirkulasi Horisontal ... 93

7. Unsur Pembentuk Ruang ... 97

a. Lantai ... 97

b. Dinding ... 98

c. Ceiling ... 100

8. Interior Sistem ... 101

a. Penerangan ... 101

b. Penghawaan ... 104

(17)

commit to user

xvii

a. Keamanan Terhadap Bahaya Kebakaran ... 105

b. Telekomunikasi Dan Tata Suara ... 105

BAB V PENUTUP ... 107

A. Kesimpulan ... 107

B. Konsep Perancangan Museum Kota Surakarta ... 107

1. Ide Gagasan ... 107

2. Tema ... 108

3. Suasana dan Karakter Ruang ... 108

4. Sistem Sirkulasi ... 109

5. Program Ruang ... 110

6. Komponen Pembentuk Ruang ... 110

7. Interior Sistem ... 113

DAFTAR PUSTAKA ... 118

(18)

commit to user

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Museum Nasional, Sonobudoyo, Negri Bali. ... 8

Gambar 2 Peta Surakarta ... 19

Gambar 3 Pertunjukan Wayang Kulit. ... 22

Gambar 4 Proses Pembuatan Batik Tulis. ... 22

Gambar 5 Pementasan Wayang Orang. ... 23

Gambar 6 Kerajinan Tatah Sungging. ... 23

Gambar 7 Museum Radya Pustaka. ... 31

Gambar 8 Peta Surakarta 1821. ... 37

Gambar 9 Peta Surakarta 1853. ... 37

Gambar 10 Peta Surakarta 1945. ... 38

Gambar 11 Peta Perkembangan Struktur Kota Surakarta 1500-2000. ... 42

Gambar 12 Morfologi Kota Solo 1500-2000. ... 42

Gambar 13 Sejarah Dan Perkembangan Permukiman Kota Solo. ... 43

Gambar 14 Sejarah Dan Perkembangan Permukiman Kota Solo. ... 43

Gambar 15 Museum Sono Budoyo. ... 55

Gambar 16 Perangkat Gamelan Museum Sono Budoyo. ... 56

Gambar 17 Perangkat Gamelan Museum Sono Budoyo. ... 56

Gambar 18 Koleksi Museum Sono Budoyo. ... 56

Gambar 19 R. Pamer Museum.Sono Budoyo ... 57

Gambar 20 R. Pamer Museum.Sono Budoyo. ... 57

Gambar 21 R. Pamer Museum.Sono Budoyo. ... 58

Gambar 22 R. Pamer Museum.Sono Budoyo. ... 59

Gambar 23 R. Pamer Museum.Sono Budoyo. ... 59

Gambar 24 T. Bangunan Museum Sono Budoyo. ... 62

Gambar 25 T. Bangunan Museum Sono Budoyo. ... 62

Gambar 26 T. Bangunan Museum Sono Budoyo. ... 63

Gambar 27 T. Bangunan Museum Sono Budoyo. ... 63

Gambar 28 T. Bangunan Indiana state Museum. ... 64

Gambar 29 Koleksi Indiana state Museum. ... 65

Gambar 30 Koleksi Indiana state Museum. ... 66

Gambar 31 Koleksi Indiana state Museum. ... 66

Gambar 32 Koleksi Indiana state Museum. ... 66

Gambar 33 Koleksi Indiana state Museum. ... 67

Gambar 34 Koleksi Indiana state Museum. ... 67

Gambar 35 Koleksi Indiana state Museum. ... 67

Gambar 36 Koleksi Indiana state Museum. ... 68

Gambar 37 Koleksi Indiana state Museum. ... 68

Gambar 38 Koleksi Indiana state Museum. ... 68

Gambar 39 Koleksi Indiana state Museum. ... 68

Gambar 40 Koleksi Indiana state Museum. ... 69

Gambar 41 Koleksi Indiana state Museum. ... 69

Gambar 42 Koleksi Indiana state Museum. ... 71

Gambar 43 Koleksi Indiana state Museum ... 71

(19)

commit to user

xix

Gambar 45 Koleksi Indiana state Museum. ... 72

Gambar 46 Koleksi Indiana state Museum. ... 72

Gambar 47 Koleksi Indiana state Museum. ... 72

Gambar 48 T. Bangunan Indiana state Museum. ... 74

Gambar 49 T. Bangunan Indiana state Museum. ... 75

Gambar 50 Hall. ... 75

Gambar 51 Auditorium. ... 76

Gambar 52 R.Rapat. ... 76

Gambar 53 R.Rapat. ... 76

Gambar 54 RAV. ... 77

(20)

commit to user

xx

DAFTAR TABEL

Tabel 1 jumlah Pengunjung Museum Th 2000-2004. ... 21

Tabel 2.Jumlah Organisasi Kesenian Surakarta Th 2003 ... 24

Tabel 3 Museum di Surakarta. ... 31

Tabel 4 jumlah Pengunjung Museum. Th 2000-2004 ... 34

Tabel 5 Kelompok Jenis Kegiatan Museum Kota... 82

Tabel 6. Jenis Kegiatan dan Kelompok Kegiatan Museum Kota ... 84

Tabel 7 Kelompok Kebutuhan Ruang. ... 84

Tabel 8 Analisa Bahan Dan Kegunaan. ... 93

Tabel 9 Analisa Bahan Dan Kegunaan. ... 95

Tabel 10 Analisa Bahan Dan Kegunaan. ... 97

Tabel 11 Analisa Bahan Dan Kegunaan. ... 104

Tabel 12 Analisa Bahan Dan Kegunaan. ... 106

(21)

commit to user

xxi

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Organisasi pengelola Museum ... 14

Skema 2 Proses Kegiatan Pengunjung. ... 79

Skema 3 Proses kegiatan Pengunjung ... 79

Skema 4 Proses kegiatan Benda Koleksi... 80

Skema 5 Pola Pikir Perencanan. ... 86

(22)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia mempunyai warisan budaya dan warisan alam yang

sangat kaya sudah sewajarnya jika bangsa ini memperhatikan sungguh-sungguh

usaha pelestarian. Pelestarian warisan budaya dan warisan alam adalah bagian

yang sangat penting dalam pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional.

Proses pembinaan dan pengembangan kebudayaan tersebut di atas tidak dapat

berhenti selama bangsa Indonesia menempati nusantara ini dan bahkan yang

paling penting menjaga kontinuitasnya.

Dengan keberadaan kawasan kota di Indonesia, apalagi dengan kawasan

kuno yang merupakan salah satu bagian terpenting dalam pertumbuhan suatu kota,

yaitu sebagai perwujudan nyata peninggalan yang menjadi bukti fisik kekayaan

budaya bangsa. Artefact ini dapat menunjukkan latar belakang sejarah

masyarakatnya, sehingga semakin panjang sejarah suatu masyarakat semakin

banyak pula peninggalan - peninggalan yang diwariskan kepada generasi penerus.

Kota Solo merupakan salah satu kota tua di Indonesia yang menyimpan

berbagai peninggalan kebudayaan dari bermacam etnik, baik pada jaman sejarah

maupun prasejarah. Penemuan Pithecanthrophus Soloensis oleh W.F. Oppennorth

dan C. TerHaar (Kartodirdjo, 1975) di tepian Bengawan Solo dapat membuktikan

bahwa manusia purba telah pernah hidup di wilayah Solo pada masa prasejarah.

Sementara itu, peninggalan pada masa sejarah, seperti candi, keraton, pura

maupun bangunan-bangunan kuno masih dapat dijumpai di berbagai sudut Kota

Solo. Pada saat sekarang ini, ruang Kota Solo selain dibentuk oleh

bangunan-bangunan modern seperti kota-kota lainnya di Indonesia, maka secara arsitektural

ruang kotanya masih mampu memperlihatkan bangunan-bangunan yang

bercirikan era kerajaan (feodal) Jawa dan era kolonial Belanda, bahkan pada

beberapa bagian kota masih terdapat bangunan-bangunan dengan arsitektur etnik

(23)

commit to user

Indonesia yang memilki potensi yang perlu dilestarikan dan dikembangkan. Tidak

hanya menyangkut warisan budaya, tetapi aspek lainnya seperti sejarah kota, ilmu

pengetahuan, kesenian, dan kunjungan wisata.

Keragaman yang dimiliki Kota Surakarta tersebut belum disertai dengan

upaya pelestariannya. Dengan datangnya pengaruh barat dan segala

konsekuensinya berpengaruh terhadap keberadaannya, justru bagi negara-negara

berkembang inilah terletak kesempatan untuk dalam waktu singkat melaksanakan

tugas pencegah bahaya-bahaya kemusnahan dengan jalan mendirikan museum

kota dan apabila dijalankan menurut cara-cara tertentu dengan mengingat tujuan

tertentu pula akan dapat dinikmati manfaatnya. (Sutarga, 1983, Hal 30).

Selain itu, usaha pelestarian keragaman dan budaya Surakarta dapat

memberikan nilai ganda, yaitu untuk memperkenalkan nilai historis yang berguna

untuk menyemangati kebanggaan para generasi muda akan nilai kewargaanya

yang akhirnya dapat menumbuhkan rasa kepemilikan bersama (Sens of

Belonging), dan juga dapat bermanfaat sebagai dasar potret masa lalu untuk

pijakan pertimbangan pelaksanaan pembangunan masa depan kota Surakarta. Hal

ini sesuai dengan pendapat Lord Ducan Sandys (1971), bahwa “Kebanggaan

terhadap masa lampau merupakan landasan paling kuat untuk melangkah ke masa

depan”.

B. Batasan / Ruang Lingkup

Dalam mengkaji masalah tersebut lingkup perancangan yang ingin penulis

ajukan adalah disain interior Museum Kota Surakarta yang meliputi Loby, Solo

Story Gallery, Art gallery, Temporary Gallery, Theatre Area, Gift Shop,

Auditorium, Reception Hall, Lavatory.

C. Rumusan Masalah

Masalah pokok yang perlu di kaji dalam perancangan ini yang berguna

(24)

commit to user

1. Bagaimana merancang sebuah museum dengan konsep De’stijl yang

mampu memunculkan suasana yang nyaman, dan tidak membosankan serta

menjadi media edukatif bagi masyarakat.

2. Bagaimana menciptakan sistem penyajian benda koleksi yang baik,

komunikatif sesuai dengan ketentuan prinsip-prinsip human dimension yang

berlaku.

3. Bagaimana menentukan peruangan dan sirkulasi dalam ruang yang

mendukung aktivitas sebagai Museum sebagai tempat pameran.

D. Tujuan

1. Merancang Museum Kota Surakarta dengan pendekatan pendidikan.

2. Menciptakan system penyajian benda koleksi yang disesuaikan dengan

kapasitas dan kebutuhan ruang sehingga dapat berfungsi secara makasimal.

3. Perancangan interior yang meliputi karakteristik sistem interior, dan

program ruang yang dititikberatkan pada masalah sistem sirkulasi.

E. Sasaran

Sasaran yang diutamakan oleh penulis adalah terwujudnya disain interior

Museum Kota Surakarta dengan konsep dan pendekatan pendidikan, dan

mengambil ide dasar visual D’stjil.

F. Manfaat

Manfaat dari perencanaan dan perancangan interior Museum ini bagi :

1. Mahasiswa, khususnya desain interior adalah untuk menambah wawasan

tentang sejarah alam dsan budaya dan untuk melestarikan peninggalan –

peninggalan benda bersejarah kota Surakarta dan ikut andil dalam

menumbuhkan kesadaran akan arti pentingnya budaya tradisional bagi

pengembangan kekayaan budaya bangsa yang dituangkan dalam bentuk

(25)

commit to user

2. Masyarakat, adalah untuk mengajak, meninjau, menggali, melestarikan, dan

mengembangkan warisan budaya agar tetap dapat dinikmati hingga generasi

mendatang

3. Pemerintah, adalah memberi masukan suatu konsep baru bagaimana mewadai

seluruh potensi yang ada, diwujudkan dengan perancangan dan perencanaan

Museum kota.

G. Metedologi

Metodologi yang akan digunakan sebagai dasar penyusunan sehingga

mencapai hasil sesuai dengan tujuan dari perencanaan dan perancangan Museum

Kota adalah :

1. Metodologi Pembahasan

Untuk mendapatkan hasil yang maksimum berdasarkan data – data yang

akurat, maka metode yang digunakan :

a. Metode Observasi

Yaitu mengadakan observasi langsung atau tidak langsung dengan studi

pengamatan lapangan, wawancara dan studi literatur melalui buku – buku,

koran, majalah, ataupun referensi – referensi lain yang berkaitan dengan

tujuan yang akan dicapai sehingga mampu dapat menyelesaikan

permasalahan.

b. Metode Analisis

Menganalisis data – data di lapangan, dengan mengaitkan kajian teoritis yang

kemudian dianalisis. Diharapkan tinjauan tersebut akan mengilhami berbagai

karya desain dan alternatif – alternatif yang matang.

H. Sistematika Pembahasan

1. BAB I (PENDAHULUAN)

Pendahuluan mencakup latar belakang masalah yang meliputi peranan dan

(26)

commit to user

tujuan, dan sasaran serta metodologi yang meliputi metode dan sistematika

pembahasan.

2. BAB II (LANDASAN TEORI)

Mengemukakan tentang landasan teori tentang proyek interior Museum

Kota Surakarta yang meliputi tentang persyaratan ruang yang di dalamnya

mencakup pengertian, fungsi, klasifikasi, sirkulasi, komponen pembentuk

ruang, sistem interior, sistem keamanan, dll serta merupakan hasil studi

observasi di lapangan, sebagai dasar acuan atas pemilihan lokasi

perencanaan, maupun sebagai bahan pembanding dan bahan pengayaan bagi

proses analisis dari konsep perencanaan dan perancangan interior Museum

Kota Surakarta.

3. BAB III (PERENCANAAN DAN PERANCANGAN INTERIOR

MUSEUM KOTA SURAKARTA)

Perancangan yang diperoleh dari kajian teori dan hasil observasi lapangan

yang merupakan titik tolak dasar konsep perencanaan dan perancangan

interior ruang

4. BAB IV (KESIMPULAN)

Merupakan kesimpulan dari proses analisis sekaligus merupakan konsep

(27)
(28)

commit to user

a. Lembaga yang bersifat tetap tidak mencari keuntungan, menghimpun

barang-barang pembuktian tentang manusia dan lingkungannya, meneliti,

memelihara dan mengawetkan serta mengkomunikasikan kepada masyarakat

umum untuk kepentingan perkembangannya.

b. Dalam hal ini pengertian museum kota adalah museum yang memperoleh,

mengumpulkan, membina/melestarikan, meneliti, memamerkan, dan

mempublikasikan kepada masyarakat tentang potensi Kota Solo meliputi seni

budaya, sejarah kota dan ilmu pengentahuan.

c. Museum menurut ICOM (International Council of Museum ) adalah sebuah

badan atau lembaga yang tetap, yang tidak mencari keuntungan, yang

bertugas untuk menghimpun, merawat, meneliti, dan menyajikan untuk

kepentingan studi dan kenikmatan setiap benda, pembuktian alam, manusia,

dan kebudayaan

B. Tinjauan Tentang Museum

1. Sejarah Museum

Dalam sejarah museum dapat dilihat terjadinya perubahan-perubahan yang

bersifat perluasan fungsi museum. Pada mulanya museum hanya berfungsi

sebagai gudang barang, tempat dimana disimpan benda warisan budaya yang

bernilai luhur dan yang dirasakan patut disimpan. Kemudian fungsinya meluas

ke fungsi pemeliharaan, pengawetan, penyajian atau pameran, dan akhirnya

fungsi ini diperluas lagi samapi fungsi pendidikan secara umum dan untuk

kepentingan umum atau masyarakat luas.

Manusia mempunyai satu naluri yang alamiah yaitu “naluri untuk

(29)

commit to user

diketahui manusia sudah merupakan tukang himpun, terbukti oleh hasil

penelitian para arkeolog dalam gua-gua di Eropa, dimana pernah berdiam

manusia Neaderthal (lembah Neander). Di dalam gua ini ditemukan

kepingan-kepingan batu yang disebut oker, fosil kerang aneka bentuk, serta

batuan-batuan lain yang berbentuk aneh.

Koleksi-koleksi aneh ini merupakan penyajian pertama yang disebut “Curio Cabinet” dan merupakan yang paling tua. Nama curio cabinet dipakai sebagai nama museum dalam sejarahnya yang pertama.

Perkembangan ini meningkat pada jaman pertengahan dimana yang

disebut museum adalah koleksi-koleksi pribadi milik para pangeran (princess),

para bangsawan, para pelindung dan pecinta seni budaya yang kaya raya

danmakmur, serta para pecinta ilmu pengetahuan. Koleksi-koleksi tersebut

mencerminkan adanya benda-benda khusus yang menjadi minat dan perhatian

orang-orang tersebut. „Museum” ini jarang dibuka untuk diperlihatkan kepada

masyarakat umum. Karena koleksi-koleksi ini merupakan ajang prestice dari

pemiliknya maka mereka membuka serta memperlihatkan koleksinya hanya

kepada para sahabat dekat atau orang terpandang lainnya.

Dengan memiliki suatu galeri yang besar atau curio cabinet yang luas akan

meyakinkan bahwa sang pemiliknya memiliki kekayaan. Kedudukan serta

kekuasaan untuk memperoleh benda-benda tersebut dalam perjalanannya ke

negeri-negeri asing atau tempat-tempat lain yang dilakukan dengan biaya

sendiri ataupun membayar utusan-utusan guna melakukan ekspedisi

penyelidikan dan pengumpulan benda-benda.

Museum juga pernah diartikan sebagai kumpulan ilmu pengetahuan dalam

bentuk karya tulis seorang sarjana. Ini terjadi dijaman ensiklopedis. Jaman

sesudah renaissance di Eropa barat, ditandai oleh kegiatan orang-orang untuk

memperdalam dan memperluas pengetahuan mereka tentang manusia, pelbagai

makhluk, flora dan fauna, tentang bumi jagat raya dan sekitarnya.

Indonesia mempunyai sejarah kegiatan ilmu dan kesenian yang lebih tua

dari Negara-negara laian di Asia Tenggara. Hal ini berkaiatan dengan sejarah

(30)

commit to user

kegiatan-kegiatan untuk memajukan ilmu dan kesenian. Negeri Belanda dalam

hal ini juga tidak ketinggalan. Tokoh-tokoh VOC di Hindia Timur (istilah dulu

untuk Indonesia), pada tanggal 24 april 1778, telah mendirikan Bataviaasch

Genootschap Van Kunsten en Wetenschappen di Batavia (sekarang Jakarta).

Perkumpulan untuk memajukan kesenian dan ilmu pengetahuan dengan slogan “untuk kepentingan umum” ini ternyata maju pesat. Sebelum ada pembagian yang tegas antara ilmu-ilmu alam, sastra, dan budaya, maka koleksi yang

dirawat di museum juga meliputi kedua bidang ilmu tersebut. Pada

tahun-tahuan berikutnya Bataviaasch Genootschap mengkhususkan diri dalam ilmu

bahasa, ilmu bumi, ilmu bangsa-bangsa Hindia Timur dan negeri-negeri

sekitarnya.

Bataviaasch Genootschap Van Kunsten en Wetenschappen yang kini

dikenal dengan nama Museum Nasional, dan sebelumnya pernah dikenal

dengan nama Museum Pusat atau Museum Gedung Gajah, adalah museum

yang tertua di Indonesia. Museum lain yang didirikan pada awal abad 20

adalah Museum Aceh yng didirikan pada masa pemerintahan Hindia Belanda

dan diresmikan oleh Gubernur Sipil dan Militer Aceh Jenderal H.M.A. Swart

pada tanggal 31 Juli 1915, museum tersekarang menjadi Museum Negeri

Propinsi Aceh. Pada tahun 1922 seorang warga Surabaya keturunan Jerman

bernama Von Faber telah merintis berdirinya sebuah museum yang diberi nama

Stedelijk Historish Museum Surabaya, yang kini menjadi Museum Negeri Mpu

Tantular di Surabaya. Di Denpasar Bali pada tanggal 8 Desember 1932 telah

diresmikan pula sebuah museum dengan nama Bali Museum. Museum ini

kemudian pada tahun 1965 diserahkan kepada pemerintah, dalam hal ini

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam perkembangannya kini

museum tersebut menjadi Museum Negeri Propinsi Bali. Selain beberapa

museum tersebut, di Yogyakarta sejak tahun 1924 telah dirintis pendirian

(31)

commit to user

sebuah museum oleh Java Institut. Pada Tahun 1935 museum tersebut berdiri

dan diresmikan dengan nama Museum Sonobudoyo.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan, Museum Sonobudoyo dikelola oleh

Pemerintah daerah Istimewa Yogyakarta. Kemudian pada tahun 1974

diserahkan kepada Pemerintah Pusat dalam hal ini Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan sebagai penyelenggaranya. Setelah tahun 1945 museum-museum

di Indonesia terus bermunculan baik yang didirikan oleh pemerintah maupun

swasta.

Perhatian pemerintah terhadap dunia permuseuman terus meningkat,

semenjak Pelita I telah dilaksanakan Proyek Rehabilitasi dan Perluasan

Museum Pusat dan Museum Bali. Proyek permuseuman ini terus berkembang

menjadi proyek pengembangan permuseuman di Indonesia, dan terakhir

menjadi Proyek Pembinaan Permuseuman serta telah menjangkau ke seluruh

propinsi di Indonesia. Sampai saat ini di Indonesia telah berdiri 262 buah

museum, baik museum pemerintah maupun sawasta, besar mauapun kecil,

dengan berbagai jenis.

2. Fungsi Dan Tugas Museum

a. Fungsi Museum

1) Bagi masyarakat umum (awam)

a) Sebagai sarana rekreasi dan mendapatkan informasi tentang koleksi

museum

b) Meningkatkan apresiasi terhadap koleksi museum

2) Bagi seniman

a) Tempat memamerkan karyanya

b) Tempat komunikasi dengan masyarakat melalui karyanya

3) Bagi peneliti

a) Tempat mengadakan penelitian ilmiah

4) Bagi kota

a) Fasilitas penunjang kota

b) Pengenalan kebudayaan suatu daerah

(32)

commit to user

a) Pengumpulan, pendokumentasian, dan pengamanan warisan budaya

b) Sebagai identitas suatu Negara

b. Tugas Museum

1) Menghindarkan bangsa dari kemiskinan budaya

2) Memajukan kesenian dan kerajinan rakyat

3) Turut menyalurkan rakyat dan memperluas pengetahuan kepada masyarakat

4) Memberikan metodik dan didaktif sekolah dengan cara kerja sama yang

bermanfaat dengan kunjungan para pelajar

5) Memberikan kesempatan dan bantuan dalam penyelidikan ilmiah

6) Memberikan kesempatan bagi penikmat seni

7) Memajukan bidang pariwisata

3. Persyaratan Museum

Secara umum persyaratan umum adalah meliputi antara lain lokasi,

ruang-ruang serta bangunan.

a. Persyaratan Lokasi

1) Strategis, mudah dijangkau oleh umum

2) Lokasi museum harus sehat :

a) Lokasi tidak terletak di daerah industri yang banyak pengotoran udaranya

(Karbon, asam, garam)

b) Bukan daerah yang tanahnya berlumpur/ tanah rawa-rawa atau tanah

berpasir

c) Memperhatikan elemen-elemen iklim yang berpengaruh pada lokasi itu,

antara lain: kelembaban udara 55-65 %, suhu 20-24 C (perubahan suhu

yang terlalu besar dan suhu yang terlalu kering dapat merapuhkan

ketahanan koleksi ), sinar UV 300 A -400 A dapat memudarkan koleksi

b. Persyaratan Bangunan

(33)

commit to user

1) Dalam pembangunan ruang-ruang untuk koleksi harus memperhitungkan

pembagian sirkulasi udara yang baik yaitu masalah sistem penggunaan

cahaya

2) Bangunan museum harus sanggup menyelamatkan obyek museum, personil

museum dan pengunjung museum.

3) Bangunan museum harus memperhatikan faktor-faktor iklim, sirkulasi

udara, sanggup menyelamatkan materi koleksi, personil serta pengunjung

serta tampilan bangunannya tidak perlu angker atau harus welcome pada

pengunjung.

4) Bangunan-bangunan museum harus mampu melindungi benda-benda

koleksi dari:

a) Iklim : perlu dikendalikan kadar kelembaban relatifnya antara 45-65 %

dengan suhu antara 20-24 %

b) Lingkungan

c) Cahaya

d) Serangga

e) Mikroorganisme

f) Penanganan koleksi :

Sebelum benda koleksi ditetapkan sebagai benar-benar benda koleksi

museum, ia harus melalui suatu proses, yaitu:

a. Pengeluaran dari peti kemas atau bungkusnya

b. Pendaftaran sementara

c. Fumigasi, penyemprotan, dan pembersihan

d. Regristrasi dalam buku Induk inventaris

e. Penyaluran ke ruang kerja kurator atau ke laboratorium konservasi

untuk proses identifikasi, klasifikasi, dan katalogisasi atau untuk

penggarapan laboratorium, restorasi, dan lain-lain.

f. Gudang penyimpanan koleksi museum.

g. Bahaya kebakaran.

(34)

commit to user

Penentuan persyaratan koleksi suatu museum diperlukan, karena belum ada

keseragaman persyaratan koleksi baik untuk museum pemerintah maupun

museum swasta. Untuk mendapatkan keseragaman persayaratan koleksi, maka

diperlukan syarat-syarat sebagai berikut :

1) Mempunyai nilai sejarah dan ilmiah (termasuk nilai estetika)

2) Dapat diidentifikasikan mengenai ujudnya (morfologi), tipenya (tipologi),

gayanya (style), fungsinya, maknanya, asalnya secara historis dan geografis,

genusnya (dalam ordo biologi) atau periodenya dalam geologi khususnya untuk

benda-benda sejarah alam dan teknologi.

3) Harus dapat dijadikan dokumen, dalam arti sebagai bukti kenyataan dan

kehadirannya (realitas dan eksistensinya) bagi penelitian ilmiah.

4) Dapat dijadikan suatu monument atau bakal jadi monumen dalam sejarah alam

dan budaya.

5) Benda asli (realia), replica atau reproduksi yang sah menurut persyaratan

museum.

Pembagian benda koleksi dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :

a) Pembagian menurut bahannya

1) Bahan organik, yaitu benda-benda yang terbuat dari tumbuh- tumbuhan,

binatang, dan kulit.

2) Bahan anorganik, yaitu benda-benda yang berasal dari benda mati, seperti

logam, batu, keramik, dan tembikar.

b) Pembagian menurut kelompok bidang ilmunya.

1) Sejarah alam

Termasuk dalam kelompok ini adalah benda-benda koleksi alam semesta,

flora, fauna, batuan, mineral, dan manusia.

2) Paleontologika

Yaitu kelompok benda-benda fosil

3) Prehistorika

Kelompok koleksi ; batu tua (paleolitikum), batu madya (epipaleolitikum),

batu muda (neolitikum), batu besar (megalitikum), dan logam

(35)

commit to user

Kelompok koleksi ; klasik ( Hindu Budha), Islam, dan peninggalan nasional.

5) Historika

jasa, lambing, tanda pangkat, pening (heraldika), dan cap.

8) Keramik asing

Koleksi keramik cina, jepang, siam, anam, Keramik timur tengah, dan

Eropa.

9) Seni rupa

Kelompok koleksi seni rupa kontemporer

10) Karya cetak

Kelompok koleksi peta, grafika, foto

11) Etnografika

Kelompok koleksi senjata, wadah, arsitektur, pakaian, atribut, berbagai

macam peralatan dalam kehidupan manusia, patung, dan seni rupa lainnya,

peralatan seni, benda-benda kerajinan dan peralatannya.

12) Kelompok benda hasil abstraksi

Seperti bagan, lukisan, grafik, denah, konstruksi, teori konsepsi, dan data.

a) Pembagian menurut dimensinya

1. Dua dimensional

Yakni benda-benda koleksi yang disajikan secara frontal, seperti kain,

lukisan, foto, gambar, dan sebagainya.

2. Tiga dimensional

Yakni benda koleksi yang disajikan secara meruang (memiliki beberapa

arah/ muka untuk pengamatan), seperti ; peralatan dan bahan membatik,

patung, miniature/ maket, dan sebagainya

(36)

commit to user

Peralatan museum adalah setiap alat atau benda bergerak yang dipergunakan

untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan administratif dan teknis permuseuman.

Peralatan museum secara garis besarnya dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu :

1) Peralatan kantor

Yaitu setiap alat tau benda bergerak yang dipergunakan untuk melaksanakan

kegiatan-kegiatan administratif perkantoran museum.

2) Peralatan teknis

Yaitu setiap jenis alat atau benda bergerak yang dipergunakan untuk

melaksanakan kegiatan-kegiatan teknis permuseuman.

Sutu museum tidak mungkin berfungsi dengan baik bila dalam

operasionalnya tidak didukung dengan peralatan yang lengkap baik peralatan

kantor, maupun peranalatan teknis. Bahkan bila perlu didukung dengan peralatan

mutakhir atau canggih.

Adapun peralatan kantor yang harus dimiliki oleh sutu museum antara lain:

komputer, mesin fotocopy, almari, filling cabinet, rak buku, peti besi, cardex,

papan tulis, meja kerja, meja tamu, telepon, peralatan kebersihan, dan lain-laian.

Sedangkan peralatan teknis museum antara lain untuk bidang koleksi berupa

camera dan tape recorder, untuk bidang konservasi dan preparasi berupa

mikroskop, untuk bidang bimbinga berupa sound system, slide, proyektor,

overhead proyektor, dan lain-lain

e. Persyaratan Organisasi dan Ketenagaan

Berdasarkan tugas dan fungus museum, maka seyogyanya setiap museum

mempunyai organisasi sebagai berikut:

1) Bagian tata usaha, menangani kegiatan yang berhubungan dengan regristrasi,

ketertiban/ keamanan, kepegawaian, dan keuangan

2) Bagian koleksi, menangani kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan

identifikasi, klasifikasi, katalogisasi koleksi. Menyusun konsepsi yang

berhubungan dengan kegiatan presentasi serta penelitian/ pengkajian yang

berhubungan dengan kegiatan koleksi dan menyusun tulisan yang bersifat

(37)

commit to user

3) Bagian konservasi, menangani kegiatan yang berhubungan dengan perawatan

koleksi yang bersifat preventif dan kuratif serta mengendalikan keadaan

kelembaban suhu di raung koleksi dan gudang serta penanganan laboratorium

konservasi

4) Bagian preparasi, menangani kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan

restorasi koleksi, reproduksi, penataan pameran, dan penanganan bengkel

preparasi.

5) Bagian bimbingan dan publikasi, menangani kegiatan yang berhubungan

dengan bimbingan edukatif cultural, penerbitan yang bersifat ilmiah dan

popular serta penanganan peralatan audiovisual.

6) Bagian pengelolaan perpustakaan, menangani kegiatan yang berhubungan

dengan kepustakaan/ referensi.

7) Setiap bagian tersebut di atas dipimpin oleh seorang kepala atau coordinator

yang bertanggung jawab kepada Kepala Museum.

Susunan Organisasi dan tata kerja museum, tergantung tingkat kedudukan

status museum.

4. Penyajian Pemeran

Di Negara maju, semua kegiatan museum sudah mengarah pada

pentingnya peranan museum dalam mencerdaskan masyarakat. Untuk itu

pengelolaan pameran museum didasarkan pada prinsip-prinsip :

a. Factor cerita

(38)

commit to user

Museum merupakan salah satu infrastruktur media informasi yang

mencakup berbagai aspek yaitu alam, manusia, termasuk semua unsur sosial

budaya, teknologi dan sejarah, baik dari masa lalu, sekarang maupun masa

datang. Secara obyektif dan informasi museum merupakan ajang komunikasi

pengunjung museum. Agar benda ini dapat berkomunikasi dengan masyarakat

tentu harus dibuat suatu sinopsis atau cerita. Cerita ini merupakan sebuah cerita

yang utuh yang dapat dilihat sejak masuk sampai pintu keluar ruang pameran.

b. Faktor koleksi

Cerita yang akan disajikan harus mempunyai konsepsi yang detail atau

sistematika karena harus menjelaskan dengan pasti semua koleksi yang

diperlukan dalam menunjang jalannya cerita pameran. Tujuan pokok pengadaan

koleksi baru selain penyelamatan juga sebagai bahan penyebarluasan informasi

mengenai kekayaan warisan sejarah alam dan budaya. Oleh karena itu koleksi

baru harus dapat mendukung cerita yang akan disajikan, maka pengadaan

koleksi tidak boleh dilakukan tanpa suatu konsep.

c. Faktor sarana dan biaya

Faktor sarana dan biaya merupakan faktor yang berkaitan satu dengan yang

lainnya. Untuk menyajikan sutu pameran diperlukan sarana dasar dan sarana

penunjang. Sarana dasar berupa bangunan lengkap dengan ruang pameran,

vitrin, panil, ruang evokatif dan dilengkapi dengan tata lingkungan serta

pertamanan yang menarik. Sarana penunjang antara lain berupa foto penunjang,

labeling, tata lampu, tata warna. Semua sarana ini memerlukan biaya yang tidak

sedikit.

d. Faktor teknik dan metode penyajian

1) Prinsip-prinsip desain pameran pada koleksi

a) Daya tarik pameran dalam museum

1. Penggantian koleksi pameran secara periodik, yang bisa dilaksanakan

(39)

commit to user

2. Sistem/ desain tata pameran yang memudahkan perubahan atau

penggantian koleksi.

3. Sering diselenggarakannya pameran-pameran temporer.

b) Memuaskan dan menyenangkan pengunjung

1. Memberikan pengarahan dan kebebasan bergerak pada pengunjung

2. Memberikan space yang cukup lega antara benda koleksi dengan

pengunjung, sehingga pengunjung dapat menikmati pameran dengan

bebas.

3. Mengurangi sebanyak mungkin adanya gangguan cahaya, suara,

kepengapan, dan sebagainya.

4. Tata pameran agar mudah dimengerti oleh pengunjung, maka harus

ditingkatkan mutu ilustrasi, tulisan label yang kreatif sehingga ada

komunikasi antara benda koleksi yang dipamerkan dengan pengunjung,

disamping itu dipertimbangkan pula bahwa pengunjung itu

berbeda-beda latar belakangnya.

c) Meningkatkan nilai benda koleksi

1. Menunjukkan nilai histories serta nilai religius degan teknik tata pamer

yang tepat.

2. Membatasi serta menyeleksi benda-benda koleksi sehingga tidak

menimbulkan kesan sangat padat, serta memberikan kesempatan yang

besar dalam menyelenggarakan pameran temporer.

d) Mengutamakan pameran benda-benda koleksi

1. Dengan teknik tata pamer yang sederhana dapat meningkatkan nilai

benda-benda koleksi yang dipamerkan. Usaha untuk mencapai tujuan

ini antara lain dengan menghindarkan dekorasi yang berlebihan atau

unsur-unsur yang lebih dominan dibanding dengan benda koleksinya

sendiri, sehingga dapat mengganggu konsentrasi pengunjung.

2. Teknik tata pameran yang memberikan kesempatan lebih luas dan jelas

terhadap pengamatan pengunjung.

3. Desain tata pameran yang dapat memberikan perlindungan serta

(40)

commit to user

2) Metode penyajian koleksi

a) Metode pendekatan estetis

Ialah metode penyajian benda-benda koleksi dengan mengutamakan

penonjolan segi keindahan benda-benda koleksi tersebut.

b) Metode pendekatan romantik

Ialah metode penyajian benda-benda koleksi yang dapat mengungkapkan

satu suasana tertentu yang berhubungan dengan benda-benda tersebut.

c) Metode pendekatan intelektual

Ialah metode penyajian benda-benda koleksi yang dapat mengungkapakn

dan memberikan informasi ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan

benda koleksi yang dipamerkan.

d) Metode pendekatan campuran (kombinasi)

Ialah cara penyajian pameran dalam prakteknya biasanya digunakan

kombinasi dari beberapa metoda, yang disesuaikan dengan kondisi dan

tema pameran.

e) Metode konvensional

Ialah cara penyajian pameran dengan menata benda-benda koleksi menurut

apa adanya, tanpa ilustrasi dan tambahan lain.

f) Metode kontemporer atau metode fungsional

Ialah cara penyajian pameran dengan didukung alat-alat atau benda bukan

koleksi (sketsa, gambar, foto, peta daerah, dan lain-lain) sehingga benda

yang dipamerkan menjadi komunikatif dengan pengunjung.

3) Bentuk pameran

a) Pameran tetap

Pameran ini biasanya direncanakan dan diselenggarakan untuk tidak

diubah-ubah lagi, terutama mengenai sistematika penggolongan

benda-benda koleksinya. Pameran tetap ini biasanya diselenggarakan oleh

museum dengan mengadakan konsultasi kepada supervisi dari Direktorat

Permuseuman.

(41)

commit to user

Pameran ini selalu berubah-ubah baik sistem maupun penggolongan

benda-benda koleksinya, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi

pameran itu sendiri. Pameran ini bisa juga hanya menampilkan satu jenis

benda koleksi saja.

c) Pameran keliling atau pameran mobil

Termasuk pameran tidak tetap, benda-benda koleksi senantiasa dibawa dan

dipamerkan dari tempat satu ke tempat lainnya.

4) Standart teknik penyajian pameran meliputi :

a) Ukuran minimal vitrin dan panil

b) Tata cahaya

Ada dua pokok kegiatan yang menunjang kehidupan kegiatan museum yaitu:

a. Kegiatan pengumpulan koleksi

b. Kegiatan penyimpanan dan pengelolaan koleksi

Menurut macamnya, kegiatan di dalam museum dapat dibagi menjadi empat

macam yaitu:

a. Preservasi

1) Reproduksi untuk mengadakan cadangan koleksi, sekaligus sebagai cara

untuk menyelamatkan koleksi aslinya.

2) Penyimpanan untuk menyelamatkan koleksi dari factor-faktor merugikan

3) Regristrasi, mencatat, memberikan, dan menyusun keterangan-keterangan

yang menyangkut benda koleksi.

b. Observasi

(42)

commit to user

2) Penelitian baik di luar maupun di dalam museum

3) Perawatan dan perbaikan terhadap benda-benda koleksi

c. Apresiasi

1) Pendidikan, musem sebagai penunjang pendidikan bagi masyarakat yang

sifatnya non formal

2) Rekreatif, museum sebagai obyek rekreasi yang menyajikan acara-acara

yang sifatnya menghibur

d. Komunikasi

1) Pameran, terutama untuk museum seni, ruang pamer betul-betul merupakan

sarana komunikasi antar masyarakat sebagai pengamat dengan seniman

sebagai pencipta

2) Pertemuan baik antar pengelola maupun pengelola dengan masyarakat

penunjang

3) Administrasi berupa komunikasi terhadap kebijakan-kebijakan dari lembaga

yang lebih tinggi

C Tinjauan Wilayah Surakarta

1. Potensi Geografis

Kota Surakarta terletak dalam wilayah Daerah Tingkat I Jawa Tengah. Posisi

kota Surakarta dalam koordinat buki adalah antara garis bujur 1100 45‟ 15 “ BT

sampai 110045‟ 35 “ BT dan antara garis lintang 7026‟ 00 “ LS sampai 7056‟ 00 “ LS.

(43)

commit to user

Kota Surakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 92 m

di atas laut. Kondisi topografinya relatif datar dengan kemiringan rata-rata 0-3%.

Di bagian utara agak bergelombang dengan kemiringan kurang dari 5%. Dan

dilihat dari segi topografi Kota Surakarta relatif datar, tapi pada bagian utara

sedikit bergelombang. Elevasi Surakarta rata-rata 92 m di atas permukaan laut

dengan kemiringan 0-3%

Kota Surakarta merupakan bagian dari 35 Dati II di Propinsi Jawa Tengah,

persisnya, terletak di bagian Selatan. Areal wilayah ini merupakan daerah

penghubung antara Propinsi Jawa Timur, DI Yogyakarta, Jawa Barat, dan DKI

Jakarta.

Wilayah administrative Surakarta seluas 4.044 Ha terbagi dalam 5 kecamatan

dan 51 kelurahan. Daerah-daerah yang berbatasan dengan wilayah Kota Surakarta

:

a. Sebelah Utara : Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Boyolali

b.Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo

c. Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo

d.Sebelah Barat : Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo

e.

2. Potensi Iklim dan cuaca

Surakarta terletak di daerah yang mempunyai iklim tropis lembab. Dalam satu

tahun mengalami 2 cuaca, yaitu hujan dan kemarau. Temperature berkisar antara

21.90 C hingga 32.50 C dengan kelembaban 71%. Rata-rata tekanan udara adalah

1010.9 MBS. Rata-rata kecepatan angin adalah 4 knot dengan arah angina 2400.

dan curah hujan yang cukup tinggi sekitar 2200 mm/ tahun.

3. Potensi Penduduk

Kodya Dati II Surakarta mempunyai jumlah penduduk sebesar 490.214 jiwa

(2000) menjadi 497.532 (2003) 497.532 jiwa, terdiri dari 242.591 laki-laki dan

254.643 wanita dengan Sex ratio-nya 95.27%, yang berarti setiap 100 orang

(44)

commit to user

dengan kepadatan penduduk rata-rata 11.291 jiwa/ km2 dan perkembangan

penduduk kota Surakarta sekitar 0.48 %, Meningkatnya jumlah penduduk ini

disebabkan oleh urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi.

4. Potensi Ekonomi

Kota Surakarta menempati posisi letak yang sangat strategis, dengan jalur

transportasi darat, sebagai penghubung ibukota Dati II maupun propinsi yang lain.

Jalur selatan menghubungkan Jakarta, Yogyakarta, Surakarta, dan Surabaya. Jalur

utara menghubungkan Jakarta, Semarang, Surakarta, dan Surabaya. Jalur Kereta

Api (KA) yang melewati Kota Surakarta merupakan penghubung kota besar di

Pulau Jawa. Belum lagi, posisi ini ditunjang dengan pengembangan Bandara Adi

Sumarmo yang ditingkatkan dari penerbangan domestik menjadi penerbangan

internasional.

Tidak aneh, bila Kota Surakarta semakin hari bertambah padat dari berbagai

aktivitas manusia. Perekonomian Kota Surakarta didominasi oleh sektor

perdagangan, jasa dan industri. Sedangkan sektor perbankan mengalami

pertumbuhan yang pesat sejalan dengan perkembangan sektor perdagangan.

5. Potensi Pendidikan

Terdapat berbagai fasilitas pendidikan di Surakarta, dari TK, SD, SLTP,

SMA, dan juga universitas.Berikut merupakan data penduduk Surakarta sesuai

dengan tingkat pendidikannya.

Tabel III.1 Penduduk Usia 10 Tahun ke atas Menurut Pendidikan Tertinggi

yang Ditamatkan di Kota Surakarta pada Tahun 2003

Tabel 1. Jumlah Pengunjung pada Museum di Surakarta Tahun 2000-2004

Keterangan Jenis Kelamin Jumlah

Total

Laki-laki

Perempua

(45)

commit to user

Jumlah 197.286 218.642 415.928

(Sumber: BPS Kota Surakarta, Kota Surakarta dalam Angka 2003)

6. Potensi seni dan Budaya

Kesenian merupakan segi lain dari corak kehidupan masyarakat kota Solo, hal

ini salah satunya dipengaruhi oleh keberadaan Keraton Surakarta dan Pura

Mangkunegaran. Bagi masyarakat Solo kesenian merupakan ungkapan kreativitas

dari kebudayaan yang mempunyai unsur keindahan yang menonjol, sehingga

menyajikan citra realitas yang lebih kaya, lebih hidup, dan lebih berwarna - warni.

Hasilnya terlihat dalam berbagai bentuk baik spatial art ( arsitektur, lukisan,

gambar, patung dan kerajinan ), literature dan karya seni yang berlangsung dalam

waktu ( sastra, musik, teater, tari, dan film ). Kesenian yang tumbuh subur dalam

masyarakat Solo menonjol sebagai unsur pusat kebudayaan, terutama yang berasal

dari budaya etnik, yaitu seni budaya Jawa.

(46)

commit to user

a. Wayang : wayang merupakan unsur seni budaya yang sentral. Wayang yang

dipagelarkan oleh dalang dibantu oleh pengrawit dan pesinden, adalah hiburan

dalam pola rekreasi masyarakat, mengandung makna simbolik dari sisi penting

proses kehidupan dan ritual. Persepsi budaya Jawa sangat mempengaruhi,

mengingat babad ageng di keraton berisi genealogi para raja yang beranggapan

wiracarita itu adalah nenek moyang mereka. Karena itu wayang dianggap

representating the cosmos ( Onghokham,1996 ).

Pada gilirannya seni wayang memberi inspirasi seni lain seperti wayang wong,

seni tari, seni sastra, seni kerawitan, seni tatah dan sungging, serta kerajinan

lain seperti senjata, seni lukis kaca, dll. Sebaliknya berbagai perkembangan

dalam gagasan, teknologi dan kesenian lain juga memberi andil terhadap

perkembangan pagelaran wayang itu sendiri.

b. Batik : merupakan warisan dari seni lukis yang berkembang dan mengalami

penghalusan pada jaman Kartosuro. Batik pada dasarnya merupakan seratan di

atas kain mori dengan unsur - unsur ornamen dalam suatu pola yang diproses

dengan pencelupan rintang.

Gb.4 .Proses Pembuatan Batik Tulis

(Sumber : pamflet Dinas Pariwisata Surakarta)

(47)

commit to user

c. Keris : keris yang disebut curiga atau wangkingan, merupakan senjata tikam

kuno yang menonjol dibandingkan senjata lainnya. Keris merupakan hasil

kerajinan seni yang dibuat oleh empu keris, dengan menyatukan seni pamor

dan seni pahat dalam ukir - ukiran, dengan cara penempaan bahan logam

campuran yang akan menentukan kekuatan, mutu, dan keindahannya.

d. Lain - lain : di Solo masih banyak kegiatan lainnya yang mendukung khasanah

kesenian kota, seperti seni pentas wayang orang Sriwedari, kethoprak, teater

bahasa Jawa, seni tari Jawa, serta karawitan dan tembang - tembang gendhing

Jawa, ataupun seni tatah dan sungging pembuatan wayang dari kulit dan

pembuatan barang - barang seni lainnya. Sedang yang juga mampu

dimanfaatkan adalah kesenian modern yang juga tumbuh di masyarakat, seperti

seni lukis, teater, keroncong, musik , band, termasuk pengembangan seni

eksperimen seperti yang tumbuh di kampus dan padepokan seni.

1) Wayang Orang Sriwedari

Merupakan satu bentuk seni pertunjukan daerah yang menyajikan cerita

wayang berdasarkan cerita Mahabharata dan Ramayana.

2) Kerajinan Tatah dan Sungging

(48)

commit to user

Potensi kesenian Surakarta telah lama dan sampai sekarang tetap

menunjukkan potensinya dalam skala nasional bahkan internasional. Ditunjang

pula dengan adanya potensi seniman, organisasi / kelompok seni, serta institusi

seni baik formal ( SMKI, STSI, Seni Rupa UNS, Sastra Jawa UNS ) maupun non

formal ( pelatihan tari Jawa klasik antara lain di Pura Mangkunegaran, Keraton

Kasunanan Surakarta, Taman Budaya Surakarta )

Tabel 2 Jumlah Organisasi Kesenian SurakartaTahun 2003

Macam

(Sumber: BPS Kota Surakarta, Kota Surakarta dalam Angka 2003)

Seni pertunjukan yang tumbuh dan berkembang di kota Surakarta terdiri dari

( Edi Sedyawati, Performing Arts, 1998, hal 60 ) :

a. Tari Tradisi

Seni tari yang berkembang di Surakarta pada dasarnya bersumber dari Keraton

Kasunanan dan Pura Mangkunegaran, yang berbentuk tarian klasik, antara lain:

1) Tari putri : bedhaya, golek, serimpi, gambyong, dsb

2) Tari putra : wireng, jathilan, dsb

b. Tari Rakyat

Tari rakyat adalah segala macam tarian yang dicipta, dihayati oleh rakyat

sebagai ekspresi jiwa yang menggambarkan berbagai perasaan, segi - segi

Gb. 6. Kerajinan Tatah dan Sungging (Sumber : pamflet Dinas Pariwisata

(49)

commit to user

kehidupan yang diungkapkan dalam gerak ritmik. Berdasarkan ciri - ciri khas

daerah, tarian rakyat Surakarta dikelompokkan sebagai berikut :

1) Kelompok tari kuda kepang, meliputi barongan, encling, reog

2) Kelompok tari tayub, meliputi tayub dan ledhek

3) Kelompok drama tari, meliputi topeng, angguk, dan srandhul

4) Kelompok tari slawatan, meliputi slawatan, emprok dan rodad

5) Kelompok selain di atas, yaitu ndolalak dan jelantur

c. Seni Suara

1. Seni Vokal

Pada dasarnya ada dua macam ciri seni vokal di Surakarta, yaitu :

a. Berciri lokal

Lagu rakyat adalah segala jenis lagu, baik vokal maupun instrumental yang

diciptakan, dimainkan, dinyanyikan, serta dipelihara oleh rakyat sebagai

pernyataan rasa aman, suka duka, haru, sanjungan, pujian, yang bersumber

pada hidup serta kehidupan rakyat sehari - hari, meliputi :

a. Lagu dolanan : dinyanyikan oleh anak - anak, dengan atau tanpa iringan

gamelan dan atau tanpa gerakan.

b. Lagu macapat: disebut macapat karena cara menyanyikannya diputus -

putus tiap 4 suku kata

c. Lagu tengahan: dalam bahasa Jawa disebut juga sekar tengahan atau

sekar dagelan

d. Lagu ageng : lagu ini disebut juga sekar Kawi

e. Lagu gendhing: lagu ini dinyanyikan dengan iringan orkes atau

diperagakan khusus instrumental.

f.Berciri nasional, meliputi : keroncong, kulintang, band, dan sebagainya

2. Seni Instrumentalia

a. Berciri lokal, dengan alat musik terban, calung, kothekan, dan sebagainya

b. Berciri nasional, seperti musik keroncong, gambus, kulintang, musik

orkes, band, dan sebagainya.

3. Seni Drama

(50)

commit to user

a. Yang diperankan oleh manusia : wayang orang, langendriyan,

sendratari, kethoprak, teater, dan sebagainya

b. Yang diperankan oleh boneka : wayang kulit, wayang beber,

wayang gedog, dan sebagainya

7. Potensi Sejarah Surakarta

Surakarta memiliki sejarah yang menarik untuk diungkapkan. Awal

sejarah penuh konflik kekuasaan sampai periodisasi sejarah pembangunan kota

solo. Hal tersebut sangat menarik untuk ditampilkan dalam museum.

Berikut uraian singkat sejarah perkembangan Kota solo :

1. Awal sejarah kota penuh konflik kekuasaan

Dalam sejarah berdirinya Kota Surakarta Hadiningrat, terlebih dulu perlu diungkapkan adanya peristiwa yang disebut “Geger Pecinan”. Peristiwa “Geger Pecinan” itulah yang antara lain menyebabkan kepindahan ibu kota Kerajaan Mataram Kartasura beserta Kratonnya ke Desa Sala. Pemberontakan Orang Cina

itu semula terjadi di Batavia (sekarang :Jakarta), kemudian menjalar ke tempat

lain di jawa. Orang-orang Cina yang dapat meloloskan diri bergabung dengan

kawan-kawan mereka di Jepara, Juwono, Demak, Rembang, Tegal, semarang, dan

Surabaya. Kemudian pemberontakan ini menjalar ke Kartasura, dimana

orang-orang cina merencanakan pemberontakan terhadap pengaruh dan kekuasaan

kompeni.

Mengetahui rencana pemberontakan orang-orang cina di Kartasura

tersebut, Mas Garendi (yang kemudian disebut mangkurat Amral atau Sunan

kuning) memperalat dan mempengaruhi mereka untuk menggempur Kartasura.

Maksud tersebut ternyata berhasil, sehingga pada tahun 1743 M dengan dukungan

masyarakat cina beliau naik tahta sebagai raja.

Pada saat Kraton Kartasura diserbu oleh pemberontak Cina yang dipimpin

oleh Mas Garendi itu, Sri Paduka paku Buwono II melarikan diri ke Ponorogo,

(51)

commit to user

kerusakan berat. Oleh sebab itu sri Paduka Paku Buwono II merencanakan

kepindahan kraton dari ibu kota Kartasura ke tempat lain.

Tentang kepindahan ini, pujangga jawa, Yosodipuro I dalam tulisannya “babad Gijanti” menulis sebagai berikut : “ sigra jengker saking kartawi, ngalih Kedhaton mring dusun sala, kebut wsawadyabalane, busekan saparaja agung,

pinengetan angkate nguni anuju ari Buda, henjang wancinipun, wimbaning lek

kaping sapta wlas, Sura heje Kembuting budya kapyarsa ing nata kang sangkala

9artinya : segera pindahlah kraton dari kartasura ke dusun Sala, bergerak bersama

dengan balatentara dan pembesar Negara, saatnya kebetulan jatuh pada hari raya

Budya, di pagi hari rabu tanggal 17 sura tahun Je 1670). Pindahnya kraton ke Solo pada tanggal 17 bulan Sura tahun Je 1670 dengan candrasengkala “kembuling puja kapriyarseng nata” (atau tanggal 17 Februari 1746) itu dengan sendirinya

memerosotkan Kartasura dari sebuah pusat pemerintahan menjadi kota

Kawedanan yang kurang berarti.

Dalam perkembangan selanjutnya, daerah Kerajaan Surakarta Hadiningrat

mengalami pembagian menjadi dua, akibat perang saudara yang dilatar belakangi

politik devide et empera dari VOC. Dalam perjanjian Giyanti yang dibuat oleh

kompeni tanggal 13 Februari 1755, Kerajaan Mataram yang sudah menciut itu

dibagi dua. Sebelah timur tetap bernama Surakarta Hadiningrat dengan Sala

sebagai ibukotanya. Sebelah barat disebut Ngayogyakarta Hadiningrat dengan raja

pertama Sri Sultan Hamengku Buwono I yang berkedudukan di ibukota Yogya.

Kedua daerah tesebut masing-masing kemudian terpecah lagi, sehingga timbullah

empat kerajaan yang oleh Belanda dinamakan Vostenlanden, yakni Kasunanan,

Mangkunegaran (pecahan dari Surakarta Hadiningrat) dan Kesultanan, Pakualam

(pecahan dari Ngayogyakarta Hadiningrat).

a. Periodisasi Sejarah pembangunan Kota Sala

Ditinjau dari segi pembangunannya, Surakarta mengalami beberapa periode,

mulai dari masa pemerintahan colonial Belanda, masa penjajahanjepang dan masa

kemerdekaan atau periode pemerintahan Republik Indonesia. Secara ringkas

periode ini tersebut akan dikemukakan di bawah ini :

Gambar

Tabel 1. Jumlah Pengunjung pada Museum di Surakarta Tahun 2000-2004
Tabel 2 Jumlah Organisasi Kesenian SurakartaTahun 2003
gambar gambar berikut.
Gambar12 . Morfologi Kota Solo 1500-2000:
+6

Referensi

Dokumen terkait

Utdirartatmo, Firrar.2002.Mengelola Database Server MySQL di Linux dan Windows.Andi.Yogyakarta. Universitas

Namun pada penelitian ini juga menggunakan Analitical Hirarchy Proses (AHP) dan digabungkan dengan Business Model Canvas untuk menciptakan usulan pengembangan bisnis

Episode ini (alinea1-4) menggambarkan tentang Bunga Mendoe (BM) yang berparas cantik sehingga banyak pemuda yang ingin mempersuntingnya, termasuk putra raja dari negeri

Lingkar kepala sesuai tingkat usia Menggunakan toilet (penggunaan air, membersihkan diri) dengan bantuan minimal Memahami berbagai alarm bahaya. (kebakaran,

Hal ini dapat menunjukkan perbandingan hasil belajar yang tentunya sangat berbeda, perbedaan ini tentunya dipengaruhi oleh ranah apa yang berperan dalam hal menjawab soal,

Dari beberapa hasil studi tersebut membuktikan pentingnya membangun kualitas keterhubungan (relationship quality ) oleh perusahaan melalui beberapa dimensi yaitu kepercayaan

Diana Taylor’s chapter, “Trauma in the Archive,” is focused on the performance of trauma with little mention of photography, while Christopher Pinney’s chapter, “Sepia

Konstelasi masalah pengaruh variabel anteseden yaitu: status consumption, materialism dan integrity terhadap perilaku ketaatan hukum dan legalitas konsumen pada