• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL CONTEXTAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI 101766 BANDAR SETIA TAHUN AJARAN 2016/2017.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL CONTEXTAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI 101766 BANDAR SETIA TAHUN AJARAN 2016/2017."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNING (CTL) PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI 101766 BANDAR SETIA

TAHUN AJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Guru Sekolah Dasar S1

OLEH :

SAHROLINA NAIBAHO NIM 1132111021

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Sahrolina Naibaho

Tempat/Tanggal Lahir : Sibaning 28 September 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Anak Ke : 5 Dari 5 Bersaudara

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : JL. Pinus Blok IX No. 27 Komplek Perumahan

Medan Estate Permai. Desa : Medan Estate

Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli

Serdang

No. Telepon : 081397093816

Orang Tua :

- Nama Ayah : Pordiman Naibaho

- Nama Ibu : Mastiur Panjaitan

Alamat Orang Tua : Sibaning Kecamatan Nansau Kabupaten Toba

Samosir

(6)

Pendidikan Formal

Nama Sekolah Tahun Tamat Alamat

SD Negeri 173611 Pagar Gunung 2007 Pagar Gunung

MTS Al-Amin Kampung Pajak 2010 Kampung Pajak

MAN Aek Natas 2013 Kampung Selamat

(7)

i ABSTRAK

Sahrolina Naibaho, NIM 1132111021, “Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model Contextal Teaching and Learning (CTL) Pada Pembelajaran IPA Kelas V SD Negeri 101766 Bandar Setia Tahun Ajaran 2016/2017”.

Rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah model Contextal Teaching and Learning (CTL) dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas V SD Negeri 101766 Bandar Setia Tahun Ajaran 2016/2017”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemandirian belajar siswa melalui model Contextal Teaching and Learning (CTL) kelas V SD Negeri 101766 Bandar Setia Tahun Ajaran 2016/2017. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan Maret 2017. Tempat penelitian dilaksanakan di SD Negeri 101766 Bandar Setia.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Populasi adalah keseluruhan siswa kelas VB yang berjumlah 26 orang siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket kemandirian belajar. Angket kemandirian belajar sebanyak 25 butir pernyataan yang diberikan kepada seluru siswa kelas V SD yang berjumlah 26 orang siswa. Dengan menggunakan rumus persentase. Untuk memperoleh data dalam penelitian ini dengan menggunakan angket, lalu dilakukan pembelajaran menggunakan model Contextal Teaching and Learning (CTL).

(8)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi yang

berjudul Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model

Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Pembelajaran IPA Kelas V SD

Negeri 101766 Bandar Setia Tahun Ajaran 2016/2017. Penulisan Skripsi ini

merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Penelitian ilmiah ini diharapkan bermanfaat bagi perkembangan ilmu

pengetahuan. Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan ucapan

terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan

arahan sehingga Skripsi ini tersusun. Untuk itu, penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd Rektor Universitas Negeri Medan,

2. Dr. Nasrun, MS Selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Medan, sekaligus Dosen Penguji

3. Prof. Dr. Yusnadi, MS Selaku Pembantu Dekan I Sekaligus Wakil Dekan

Bidang Akademik FIP UNIMED, dan Drs. Elizon Nainggolan, M.Pd Selaku

Pembantu Dekan II Sekaligus Wakil Dekan Bidang Keuangan Dan

Kepegawaian FIP UNIMED, Serta Drs. Edidon hutasuhut, M.Pd Selaku

Pembantu Dekan III FIP UNIMED, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan

(9)

iii

4. Drs. Khairul Anwar, M.Pd Selaku Ketua Jurusan Fakultas Ilmu Pendidikan,

sekaligus Dosen Pembimbing Akademik dan Dosen Penguji,

5. Dr. Wildansyah Lubis, M.Pd Dosen Penguji,

6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen serta Staf Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan,

7. Biman, S.Pd Kepala Sekolah SD Negeri 101766 Bandar Setia, Nursaidah

Lubis, S.Pd Guru Kelas V-B, Pegawai Tata Usaha, serta Siswa kelas V-B SD

Negeri 101766 Bandar Setia yang telah membantu selama penelitian,

8. Ayahanda tercinta Pordiman Naibaho dan Ibunda yang teristimewa Mastiur

Panjaitan atas segala kasih sayang serta limpahan perhatian dan doa yang

begitu iklas untuk keselamatan dan keberhasilan penulis. Serta kakanda

Maisyaro Naibaho, Kartini Naibaho, Romaitoyanti Naibaho, abangda

Monang Peruntungan Naibaho, dan terkhusus kepada abangda Soleh Rambe,

S.H.I yang selalu memberikan semangat beserta dukungan baik moril

maupun material yang tiada hentinya kepada penulis,

9. Sahabat-sahabat yang tidak pernah lelah menemani, membantu, serta

mendukung penulis terkhusus kepada Anisa Desmawati, Zuhro Wahyumi,

Nurhajijah Harahap, Maya Ardiyani Nasution, Ummi latifa Nasution, Ummi

Anisa Pasaribu,

10. Sahabat, kakak dan adik-adik yang tinggal bersama di kost bidadari, Isnaini

Pratiwi, Nurul Arsyika, Hanifa Koto SE, Plinda Wati Sinaga S.Pd, Mahda

Lena Lubis S.Pd, Lisa Riyana Butar-Butar, Ariska Erawati yang telah banyak

membantu dan sabar menghadapi penulis mengerjakan Skripsi ini, dan untuk

(10)

iv

kesuksesan penulis dan memberikan semangat yang besar untuk kegigihan

penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini,

11. Teman-teman seperjuangan Kelas B Reguler 2013 PGSD Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Medan.

Sebagai karya tulis tidak mustahil terdapat kekurangan pada Skripsi ini,

baik dari segi isi, organisasi, maupun kebahasaannya. Oleh karena itu, kritik dan

saran perbaikan sangatlah diharapkan. Akhir kata, semoga Skripsi ini bermanfaat

bagi pembaca.

Medan, Mei 2017

(11)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Model desain penelitian Kemmis dan Tanggart ... 42 Gambar 4.1 Guru memberikan pengarahan dan memberikan

motivasi kepada siswa untuk aktif dalam kegiatan

pembelajaran ... 58 Gambar 4.2 Salah satu dari siswa mencontohkan bahwa kayu

adalahbenda yang tidak dapat ditarik oleh magnet

ataudisebutbenda nonmagnetis ... 59 Gambar 4.3 Siswa mencontohkan bahwa paku payung adalah

Benda yang dapat ditarik oleh magnet atau biasa

disebutbendamagnetis ... 60 Gambar 4.4 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran ... 72 Gambar 4.5 Salah satu siswa mempraktekkan gaya gesek dan

dibimbing oleh peneliti ... 74 Gambar 4.6 Siswa mempraktekkan contoh gaya gravitasi dengan

(12)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1Jadwal Penelitian ... 42 Tabel 3.2Kisi-kisi angket kemandirian belajar ... 47 Tabel 3.3Pemberian Skor Angket ... 48 Tabel 4.1 Kemandirian belajar siswa sebelum melaksanakan model

Contextual Teaching and Learning (CTL) ... 51 Tabel 4.2 Sebelum mengadakan tindakan penelitian ... 56 Tabel 4.3 Kemandirian belajar siklus I ... 62 Tabel 4.4 Perbandingan peningkatan kemandirian belajar siswa

dari sebelum tindakan ke siklus I ... 67 Tabel 4.5 Peningkatan kemandirian belajar siwa siklus I ... 69 Tabel 4.6 Kemandirian belajar siklus II ... 77 Tabel 4.7 Perbandingan peningkatan kemandirian belajar siswa

siklus Idengan siklus II ... 82 Tabel 4.8 Peningkatan kemandirian belajar siklus II ... 84 Tabel 4.9 Deskripsi perbandingan kemandirian belajar sebelum

(13)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Renana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 92

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus II ... 106

Lampiran 3 Observasi Kegiatan Mengajar Guru Siklis I ... 120

Lampiran 4 Observasi Kegiatan Mengajar Guru Siklis II ... 121

Lampiran 5 Angket Kemandirian Belajar Sebelum Tindakan ... 122

Lampiran 6 Angket Kemandirian Belajar Siklus I ... 125

Lampiran 7 Angket Kemandirian Belajar Siklus II ... 128

Lampiran 8 Daftar Nama-nama Siswa ... 131

Lampiran 9 Skor Angket Sebelum Tindakan ... 132

Lampiran 10 Skor Angket Siklus I ... 138

Lampiran 11 Skor Angket Siklus II ... 144

(14)

1

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan wadah mencerdaskan kehidupan bangsa sebab

melalui pendidikan tercipta sumber daya manusia yang terdidik dan mampu

menghadapi perkembangan zaman yang semakin maju. Sebagaimana

diamanatkan didalam undang-undang 1945 pasal 31, demikian juga dalam

undang-undang republik indonesia No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan

Nasional menyebutkan bahwa : pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang martabat serta

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Bertujuan mengembangkan

potensi peserta didik agar manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi

warga yang demokratis dan bertanggung jawab.

Pendidikan di Indonesia diselenggarakan melalui tiga jalur yaitu

pendidikan formal, informal, dan nonformal. Pendidikan formal dilaksanakan

pada jenjang dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan

informal dilaksanakan di lingkungan keluarga. Pendidikan nonformal

dilaksanakan di luar pendidikan formal dan pendidikan informal. Pendidikan

informal adalah pendidikan pertama dan utama bagi pembentukan kepribadian

peserta didik. Salah satu aspek kepribadian yang penting pada peserta didik adalah

(15)

2

jalur pendidikan yang telah disebutkan. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan

nasional di Indonesia yang tercantum dalam UU Sisdiknas Bab II Pasal 3 yang

salah satunya yaitu membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang mandiri.

Menurut Yamin (2013:105), menyatakan bahwa kemandirian belajar

adalah: Cara belajar aktif dan partisipatif untuk mengembangkan diri

masing-masing individu yang tidak terikat dengan kehadiran pembelajar, pertemuan tatap

muka di kelas, kehadiran teman sekolah. Kemandirian belajar merupakan belajar

dalam mengembangkan diri, keterampilan dengan cara tersendiri.

Menurut Desmita (dalam Rilianti 2013:152) indikator-indikator

kemandirian belajar adalah sebagai berikut: 1. Adanya hastrat atau keinginan yang

kuat untuk belajar. 2. Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk

menghadapi masalah. 3. Tanggung jawab atas apa yang dilakukannya. 4. Percaya

diri dan melaksanakan tugas-tugas secara mamdiri.

Belajar dapat dilakukan di mana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja.

Santrock dan Yussen (dalam Rilianti 2013:2) mendefinisikan belajar sebagai

perubahan yang relatif permanen karena adanya pengalaman. Pengalaman tersebut

dapat diperoleh dari interaksi dengan lingkungan sekitar, baik dari proses

mengamati, meniru, maupun memodifikasi melalui mata pelajaran yang diajarkan

di sekolah, salah satunya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Individu yang memiliki

kemandirian belajar yang tiggi cenderung belajar lebih efektif. Yaitu menghemat

waktu dalam menyelesaikan tugasnya, mengatur waktu belajar secara efisien dan

memperoleh skor yang tinggi dalam IPA. Jadi, kemandirian belajar merupakan hal

(16)

3

IPA merupakan salah satu mata pelajaran wajib pada kurikulum

pendidikan dasar dan menengah. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk

Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, kelompok mata pelajaran ilmu

pengetahuan dan teknologi pada sekolah dasar dimaksudkan untuk mengenal,

menyikapi, dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta

menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan

mandiri.

Selain itu, Usman Samatowa (dalam Rilianti 2013:3) juga mengungkapkan

empat alasan perlunya IPA diajarkan di SD yaitu 1) karena IPA merupakan dasar

teknologi sehingga berfaedah bagi suatu bangsa; 2) IPA memberikan kesempatan

berpikir kritis jika IPA diajarkan salah satunya dengan mengikuti metode

―menemukan sendiri‖; 3) IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat

hafalan belaka bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan

sendiri oleh anak; dan 4) IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yang dapat

membentuk kepribadian anak secara keseluruhan. Dengan demikian, IPA sangat

berperan penting dalam membentuk kemandirian belajar siswa.

Berdasarkan uraian tentang kemandirian belajar dan pembelajaran IPA

tersebut, siswa SD diharapkan memiliki kemandirian belajar dalam pembelajaran

IPA sebagai salah satu aspek perkembangan kepribadiannya. Kemandirian belajar

yang dimaksud adalah proses kegiatan belajar siswa yang dapat mengambil

inisiatif sendiri, tanpa tergantung dengan orang lain, untuk merencanakan,

(17)

4

Permasalahan yang terkait dengan kemandirian belajar siswa di sekolah

SD Negeri 101766 Bandar Setia adalah, bahwa kemandirian belajar siswa Kelas V

belum optimal. Hal ini tampak ketika diberi pertanyaan, siswa masih takut untuk

menjawab soal yang diberikan guru. Ketika mengerjakan soal latihan yang

seharusnya dikerjakan sendiri, siswa juga tidak yakin dengan jawabannya sendiri

sehingga menyontek jawaban teman. Tidak berani menunjukkan hasil

pekerjaannya pada guru.

Ketidakyakinan diri ini berdampak pada perilakunya. Seperti yang

dikemukakan Desmita (dalam Rilianti 2013:4), apabila individu memandang

dirinya sebagai orang yang tidak mempunyai kemampuan untuk melakukan suatu

tugas, maka seluruh perilakunya akan menunjukkan ketidakmampuan tersebut.

Ketika guru kelas tidak hadir siswa bergurau sehingga kelas menjadi

ramai. Setelah diingatkan oleh guru lain, siswa kemudian mengerjakan soal pada

buku IPA. Hal ini menunjukkan inisiatif belajar siswa masih kurang. Ketika

mengerjakan tugas, ada siswa yang mengerjakan tugas dengan serius. Namun,

sebagian besar siswa mengerjakan tugas sambil bergurau. Siswa

memperbincangkan hal yang tidak berkaitan dengan mata pelajaran IPA. Ada pula

siswa yang berjalan-jalan sambil bermain dengan temannya padahal tugas mereka

belum selesai. Perilaku tersebut menunjukkan bahwa tanggung jawab terhadap

tugas mereka juga masih kurang.

Selain itu, siswa juga kurang memanfaatkan sumber belajar yang tidak

hanya ada pada buku pegangannya saja. Padahal, perpustakaan menyediakan

(18)

5

mengerjakan soal latihan pun, siswa kurang antusias membaca buku padahal

jawabannya sudah ada pada buku.

Ketika guru kelasnya tidak dapat hadir di ruangan, dan digantikan dengan

guru lain.ketika pelajaran IPA, siswa disuruh menggambar contoh-contoh gaya.

Selama kegiatan menggambar, kondisi kelas tenang dan semua siswa

menggambar sesuai yang diperintahkan guru. Setelah keesokan harinya guru kelas

hadir kemudian siswa disuruh mengerjakan latihan soal dan siswa mengerjakan

dengan tenang. Kondisi ini sangat berbeda dengan observasi peneliti sebelumnya

ketika tidak ada guru yang hadir di kelas. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa

masih tergantung pada kehadiran guru di kelas. Berdasarkan hasil observasi di

kelas V SD 101766 Bandar Setia, guru juga menyadari bahwa siswa masih sangat

tergantung pada guru kelas. Selain itu, jawaban yang di berikan beberapa siswa

kepada peneliti juga menunjukkan bahwa siswa masih tergantung dengan orang

lain dalam belajar. Siswa masih harus disuruh oleh orang tua untuk belajar, bukan

atas kemauan sendiri.

Permasalahan-permasalahan tersebut diperkuat dengan hasil

jawaban-jawaban dari beberapa siswa. jawaban-jawaban pertanyaan dari beberapa siswa juga

menunjukkan perencanaan belajar siswa masih kurang. Siswa tidak belajar lagi di

rumah setelah belajar di sekolah. Siswa juga tidak belajar jika tidak ada pekerjaan

rumah (PR). Siswa juga belum memaksimalkan sumber belajar. Hal ini

berdasarkan hasil jawaban pertanyaan dari peneliti kepada siswa dan juga jawaban

dari guru bahwa siswa jarang melakukan belajar kelompok untuk lebih mendalami

(19)

6

Selain itu, data hasil tes mid semester menunjukkan bahwa prestasi belajar

IPA siswa rendah. Hal ini dibuktikan dengan nilai siswa belum semuanya tuntas.

Hanya ada dua dari sebelas siswa yang nilainya mencapai kriteria ketuntasan

minimal (KKM). Nilai rata-rata ujian semester juga masih rendah. Permasalahan

tersebut jika tidak diselesaikan akan menimbulkan dampak yang kurang baik pada

masa pendidikan lanjutan. Hal ini seperti dikemukakan Desmita (dalam Rilianti

2013:7) bahwa dalam konteks belajar, terlihat adanya fenomena peserta didik

yang kurang mandiri dalam belajar, yang dapat menimbulkan kebiasaan belajar

yang kurang baik, seperti tidak betah belajar lama atau belajar hanya menjelang

ujian, membolos, menyontek, dan mencari bocoran soal-soal ujian.

Permasalahan didalam kelas bukan juga hanya terdapat pada siswa tapi

terdapat juga permasalahan terhadap guru yaitu, guru juga belum optimal dalam

melibatkan siswa secara aktif pada kegiatan pembelajaran IPA. Guru lebih sering

menyuruh siswa mendengarkan penjelasan guru. Padahal, pembelajaran IPA

sangat memungkinkan siswa melakukan kegiatan yang menuntut siswa belajar

secara aktif dan mandiri. Adanya beberapa permalasahan tersebut memancing

keinginan peneliti untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa, khususnya

pada mata pelajaran IPA.

Belajar mandiri adalah belajar aktif, dimana peserta didik berusaha

menambahkan pengetahuan dan mencari pengalaman sebanyak banyak mungkin.

Menyadari akan pentingnya kemandirian belajar pada siswa, guru

diharapkan mengupayakan pembelajaran dengan menerapkan model dan

pendekatan pembelajaran yang dapat memberikan peluang dan mendorong siswa

(20)

7

kemandirian belajar siswa adalah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran

yang lebih mendukung aktivitas siswa dalam memahami suatu materi dan lebih

menekankan siswa berperan aktif dalam pembelajaran.

Menurut Nuridawani (2015:62) Pendekatan pembelajaran yang efektif

dan diperkirakan dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa adalah

pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).

Menurut (Trianto, 2009:107) pembelajaran kontekstual (Contextual

Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan

antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong

siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh

komponen utama pembelajaran kontekstual, yakni: kontruktivisme

(constructivism), bertanya (questioning), inkuiri (inquiry), masyarakat belajar

(learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian au tentik (authentic

assessment).

Sugandi (dalam Nuridawani, dkk 2015:62) menyatakan bahwa

pendekatan CTL tepat diterapkan untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa

karena dengan menyajikan masalah kontekstual pada awal pembelajaran

merupakan salah satu stimulus dan pemicu siswa untuk berpikir. Pembelajaran

dengan menggunakan pendekatan CTL dapat mendorong siswa berperan secara

aktif untuk menemukan hubungan materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata

sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan nyata. Ketika siswa dapat

(21)

8

makna dari pelajaran tersebut dan makna memberi mereka alasan untuk belajar

Johnson (dalam Nuridawani,dkk 2015:62).

Setiap manusia dapat berkembang secara maksimal dalam hal kemandirian

belajar, jika dalam proses pembelajaran memberikan peluang kepada siswa untuk

membuat keputusan mengenai proses pembelajaran itu sendiri.

Menurut Sumarmo (dalam Nuridawani,dkk 2015:63) indikator-indikator

yang menunjukkan kemandirian belajar adalah: 1) inisiatif belajar; 2)

mendiagnosa kebutuhan belajar; 3) menetapkan target dan tujuan belajar; 4)

memonitor, mengatur dan mengontrol; 5) memandang kesulitan sebagai

tantangan; 6) memanfaatkan dan mencari sumber yang relevan; 7) memilih dan

menerapkan strategi belajar; 8) mengevaluasi proses dan hasil belajar; dan 9) self

eficacy (konsep diri).

Secara garis besar langkah-langkah penerapan CTL (Trianto, 2009:111)

dalam kelas sebagai berikut: (1) kembangkan pemikiran bahwa anak-anak akan

belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan

mengkontruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya, (2) laksanakan

sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik (3) kembangkan sifat ingin

tahu siswa dengan bertanya, (4) ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam

kelompok-kelompok), (5) hadirkan model sebagai contoh pembelajaran, (6)

lakukan refleksi di akhir pertemuan, (7) lakukan penilaian yang sebenarnya

dengan berbagai cara.

Menurut Haris Mudjiman (dalam Rilianti 2013:8) juga menyatakan

(22)

9

tujuan belajar mandiri adalah strategi pembelajar yang dapat membuat siswa

aktif.

Hasil temuan ini diperkuat oleh hasil penelitian Sugandi (2013:62), Surya

(2013:63), (Nuridawani, dkk 2015:68) yang menyimpulkan bahwa pendekatan

(Contextual Teaching and Learning) CTL yang diterapkan pada pembelajaran

IPA dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa. Oleh karena itu, peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Meningkatan Kemandirian Belajar Siswa Dengan menggunakan Model Kontextual Teaching and Learning (CTL) Pada Pembelajaran IPA Kelas V SD Negeri 101766 Bandar Setia Tahun Ajaran 2016/2017.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, identifikasi masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Siswa Kelas V SD kurang percaya diri dalam mengemukakan pendapat

dan dalam mengerjakan soal yang seharusnya dikerjakan sendiri sehingga

ada siswa yang mencontek pekerjaan temannya.

2. Siswa kurang memiliki tanggung jawab terhadap tugas yang seharusnya

diselesaikan.

3. Siswa kurang memanfaatkan sumber belajar.

4. Siswa kurang memiliki perencanaan belajar. Hal ini ditunjukkan dengan

siswa tidak belajar lagi di rumah setelah belajar di sekolah. Siswa juga

(23)

10

5. Siswa masih tergantung dengan orang lain dalam belajar. Siswa masih

harus disuruh oleh orang tua dan guru untuk belajar, bukan atas kemauan

sendiri.

6. Prestasi belajar IPA siswa masih rendah.

C. Batasan Masalah

Berhubung banyak masalah pada identifikasi, maka perlu dibatasi yaitu

yang berkaitan dengan kemandirian belajar model yang akan digunakan untuk

meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas V SD Negeri 101766 Bandar Setia.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan

masalah dalam peelitian ini adalah “ Apakah penggunaan model CTL dapat

meningkatkan kemandirian belajar siswa pada pelajaran IPA pokok bahasan gaya

di kelas V SD Negeri 101766 Bandar Setia?

E. Tujuan Penelitian

1. Melihat gambaran kemandirian belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA

pokok bahasan gaya di kelas V SD Negeri 101766 Bandar Setia.

2. Untuk mengatasi apakah melalui pendekatan Contextual Teaching and

Learning (CTL) dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas V

SD Negeri 101766 Bandar Setia.

3. Untuk menambah pengetahuan guru yang mengajar IPA di kelas V SD

Negeri 101766 Bandar Setia.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, dapat diperoleh beberapa manfaat.

(24)

11

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis, penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi tambahan

bagi praktisi pendidikan yang akan mengadakan upaya peningkatan

kemandirian belajar pada siswa SD.

2. Manfaat praktis

a. Bagi guru, hasil penelitian ini sebagai bahan masukan agar terus

meningkatkan kemandirian belajar siswa.

b. Bagi siswa, penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu cara

meningkatkan kemandirian belajar.

c. Bagi pihak sekolah, kontribusi hasil penelitian ini adalah bukti

konkrit untuk memberikan informasi dan sebagai refleksi kualitas

proses pembelajaran.

d. Bagi peneliti, hasil penelitian ini adalah bagian dari pengabdian

yang dapat dijadikan refleksi untuk terus mengembangkan inovasi

dalam hal pembelajaran menuju hasil yang lebih baik serta

menjadikan pengalaman yang sangat berharga sehingga menjadi

(25)
(26)

88 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kemandirian belajar

siswa melalui penyebaran angket sebelum melakukan tindakan mencapai 11,5%

dengan kriteria sangat kurang, kemudian dilakukan tindakan pada siklus I

mencapai 42% dengan kriteria kurang, kemudian dilanjutkan dengan siklus II

mencapai hasil 81% dengan kriteria baik. Berdasarkan hasil itu, maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa kemandirian belajar siswa dapat meningkat melalui

pembelajaran melalui model Contextual Teaching and Learning (CTL) pada

siswa kelas V SD Negeri 101766 Bandar Setia Tahun Ajaran 2016/2017.

B. Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat dikemukakan beberapa saran

yang berkaitan dengan hasil penelitian, yaitu:

1. Dengan adanya bukti bahwa kemandirian belajar siswa dapat

ditingkatkan dengan pembelajaran melalui model Contextual Teaching

and Learning (CTL) maka diharapkan guru kelas V SD dapat

meningkatkan kemandirian belajar melalui model Contextual Teaching

and Learning (CTL).

2. Diharapkan siswa dapat meningkat kemandirian belajar, seperti

tanggung jawab belajar, lebih meningkat rasa percaya diri dalam

belajar, memecahkan masalah belajar, dan dapat memilih sumber

(27)

89

3. Dengan adanya penelitian ini diharapkan pihak sekolah dapat

mendukung kinerja guru kelas V SD dengan menyediakan fasilitas

yang diperlukan, guna melancarkan proses pembelajaran melalui

model Contextual Teaching and Learning (CTL).

(28)

90

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad. 2011. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Disik. Jakarta : Bumi Aksara.

Suharsimi Arikunto. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara.

Agib, Zainal. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung. Yrama Widya.

Ambarita Alben. (2006). Manajemen Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas Direktorat Ketenagaan.

Burt, Sisco. Pembelajaran Directed Learning, (Online), (http://nurkhosun.blogspot.com), diakses 28 November 2016

Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Desmita. (2012). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Hamalik, Oemar. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hosnan. 2016. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bogor : Ghalia Indonesia.

Hartono, Rudi. 2013. Ragam Model Mengajar yang Mudah Diterima Murid. Jogjakarta : DIVA Press.

Hendra, Surya (2003) & Chabib Thoha (1996). Kemandirian Belajar. (Online), (http://subliyanto.blogspot.com, diakses 25 November 2016).

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung : Refika Aditama.

Liliyani, 2014. Upaya Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Model Contextual Teaching and Learning (CTL) Kelas VIII-1 SMP Negeri 6 Percut Sei Tuan. Medan: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan. Tesis tidak dipublikasikan.

Manurung Boris Becker, 2014. Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Model Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Siswa SMA Negeri 1 Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai Kelas XI IPS-1. Medan: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan. Tesis tidak dipublikasikan.

Nuridawani. (2015). Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa Madrasah Tsanawiyah (MTs) melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Jurnal Didaktik Matematika, 68, 59-71

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta : Rajawali Pers.

Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru (edisi 2). Jakarta : Rajawali Pers.

(29)

91

Slameto. 2010. Belajar & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka

Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran INOVATIF dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta : Ar – Ruzz Media.

Sudirman. 2014. Manajemen Pelatihan . Medan : UNIMED PRESS.

Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana.

Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta : Bumi Aksara.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Jakarta : Kencana.

Gambar

Gambar 3.1      Model desain penelitian Kemmis dan Tanggart ................ 42

Referensi

Dokumen terkait

Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan suatu informasi dan pengetahuan kepada para masyarakat, terlebih yang berprofesi sebagai Guru Sekolah Menengah

Selain melakukan berbagai strategi pemasaran produk seperti diatas, kami juga mempromosikan usaha kami ini dengan cara menambah pasar baru untuk memperluas jangkauan yang

Ketebalan mulsa jerami padi dapat meningkatkan hasil tanaman tomat walaupun pada pengamatan pertumbuhan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata.. Hal ini

[r]

Buku Pegangan Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, Kelas 4, Depdikbud, 2013. 2.6 Memiliki sikap amanah sebagai implementasi dari pemahaman kisah

Untuk membuka ( decrypt ) data tersebut digunakan juga sebuah kunci yang dapat sama dengan kunci untuk mengenkripsi (untuk kasus private key.. cryptography ) atau dengan kunci

Berdasarkan Penetapan Pemenang Lelang Nomor : 236/POKJA/XVIII-APBD/11/2017 Tanggal 02 November 2017 dengan ini kami umumkan PEMENANG hasil pelelangan paket Pembangunan

4) use case Penilaian dengan aktor Wali Kelas yang melakukan proses input nilai akademik siswa. Berikut langkah-langkahnya: a) Wali Kelas memilih menu nilai akademik untuk