• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Jenis-jenis Fungi Pada Pembibitan Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb) di Sampali, Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Identifikasi Jenis-jenis Fungi Pada Pembibitan Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb) di Sampali, Medan"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI FUNGI PADA PEMBIBITAN JABON (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.) di SAMPALI MEDAN

SKRIPSI

Oleh : Maharani D Purba 081202028 / Budidaya Hutan

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Hasil : Identifikasi Jenis-jenis Fungi Pada Pembibitan Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb) di Sampali, Medan

Nama : Maharani D Purba

NIM : 081202028

Program Studi : Kehutanan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

Dr.Ir. Yunasfi,Msi

Ketua Anggota

Dr.Budi Utomo, S.P, M.P

Mengetahui,

(3)

ABSTRAK

MAHARANI D PURBA. Identifikasi Jenis Fungi Pada Pembibitan Jabon (Anthocephalus cadamba Roxbdibimbing oleh YUNASFI dan BUDI UTOMO.

Jabon (Anthocephalus cadamba) adalah salah satu jenis pohon yang

fast-growing. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis fungi yang dapat menyerang pembibitan tanaman Jabon. Alasan mengapa jenis jabon belum banyak dikembangkan, adalah karena keterbatasan informasi mengenai silvikulur yang salah satunya adalah penanganan terhadap hama dan penyakit. Sampel berupa daun yang terserang penyakit diperoleh dari pembibitan Jabon (Anthocephalus cadamba) yang berada di Sampali, Medan. Sampel Fungi diisolasi dan diidentifikasi di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, yang dimulai dari bulan Januari sampai dengan Juni 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada daun bibit tanaman Jabon (Anthocephalus cadamba)

terdapat lima jenis fungi yang terdiri atas Aspergillus sp., Fusarium sp.,

Geotrichum sp., Penicillium sp., dan Curvularia sp.,

(4)

ABSTRACT

MAHARANI D PURBA. Identification of fungi on Anthocephalus cadamba nursery. Under academic supervision by YUNASFI and BUDI UTOMO.

Anthocephalus cadamba is one type of fast-growing tree. The purpose of this study was to determined the types of fungi that can attack plant nurseries of Anthocephalus cadamba. The reason why these types of jabon has not been developed yet, it is because of the limited information about the silviculture which is the handling of pests and diseases. Samples of disease infected leaves are obtained from Anthocephalus cadamba nurseries that located in Sampali, Medan. The Fungi’s samples got isolated and identified at the Microbiology Laboratory of the Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, University of North Sumatra, which start from January 2012 to June 2012. The results showed that the leaves of seedlings Anthocephalus cadamba seedlings got five types of fungi which is Aspergillus sp., Fusarium sp., Geotrichum sp., Penicillium sp., And Curvularia sp.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Maharani D Purba dilahirkan di Pematangsiantar pada tanggal 09 Juni 1991. Anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak M. T Purba dan Ibu M. Lingga. Tahun 2002 penulis lulus dari SD Negeri 122333 Pematangsiantar, tahun 2005 lulus dari SMP Swasta Methodist Pematangsiantar, dan tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 4 Pematangsiantar. Pada Tahun 2008 tersebut, penulis lulus seleksi melanjutkan perkuliahan di Universitas Sumatera Utara melalui jalur UMB (Ujian Masuk Bersama) dan memilih jurusan Budidaya Hutan Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian.

Selama kuliah, penulis pernah menjadi Asisten Mata Kuliah Praktikum Hasil Hutan Non Kayu pada tahun 2010 dan 2011, Asisten Mata Kuliah Praktikum Ekologi Hutan pada tahun 2011 dan Asisten Mata Kuliah Praktikum Dasar Perlindungan Hutan Sub Penyakit Hutan pada tahun 2012. Penulis juga aktif dalam organisasi kampus sebagai anggota di Himpunan Mahasiswa Sylva (HIMAS). Pada tahun 2010 penulis mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di hutan dataran tinggi Gunung Sinabung dan Taman Wisata Alam Deleng Lancuk Kabupaten Karo Sumatera Utara. Penulis juga melaksanakan Praktik Kerja Lapang (PKL) di KPH (Kesatuan Pemangkuan Hutan) Banyuwangi Utara, Jawa Timur selama 30 hari.

Penulis melakukan penelitian dari bulan Januari 2012 sampai Juni 2012

dengan judul “Identifikasi Fungi Pada Pembibitan Jabon

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “Identifikasi Jenis Fungsi Pada Pembibitan Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb) di Sampali, Medan”. Adapun tujuan dari skripsi ini adalah untuk melengkapi persyaratan kesiapan melakukan penelitian dalam rangka penyelesaian tugas akhir.

Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi fungi yang berkembang pada tanaman jabon pada tingkat pembibitan sehingga dapat diantisipasi dengan harapan tanaman jabon dapat tumbuh lebih maksimal setelah melewati masa-masa pembibitan.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ir. Yunasfi, M.Si dan Bapak Dr. Budi Utomo, S.P, M.P selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang banyak memberikan masukan, saran dan bantuannya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan proposal ini.

(7)

DAFTAR ISI

Pembuatan media PotatoDextrose Agar ... 10

(8)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Lokasi pengambilan sampel ... 8

2. Sampel daun ... 9

3. Aspergillus sp. ... 13

4. Fusarium sp. ... 14

5. Geotrichum sp. ... 14

6. Penicillium sp. ... 15

(9)

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Jenis-jenis fungi berhasil diisolasi dari bibit Jabon (Anthocephalus

cadamba) ... 21 2. Jenis-jenis fungi yang teridentifikasi serta ciri-cirinya ... 20 3. Jenis dan jumlah fungi yang ditemukan pada tiap sampel daun dari

(10)

ABSTRAK

MAHARANI D PURBA. Identifikasi Jenis Fungi Pada Pembibitan Jabon (Anthocephalus cadamba Roxbdibimbing oleh YUNASFI dan BUDI UTOMO.

Jabon (Anthocephalus cadamba) adalah salah satu jenis pohon yang

fast-growing. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis fungi yang dapat menyerang pembibitan tanaman Jabon. Alasan mengapa jenis jabon belum banyak dikembangkan, adalah karena keterbatasan informasi mengenai silvikulur yang salah satunya adalah penanganan terhadap hama dan penyakit. Sampel berupa daun yang terserang penyakit diperoleh dari pembibitan Jabon (Anthocephalus cadamba) yang berada di Sampali, Medan. Sampel Fungi diisolasi dan diidentifikasi di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, yang dimulai dari bulan Januari sampai dengan Juni 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada daun bibit tanaman Jabon (Anthocephalus cadamba)

terdapat lima jenis fungi yang terdiri atas Aspergillus sp., Fusarium sp.,

Geotrichum sp., Penicillium sp., dan Curvularia sp.,

(11)

ABSTRACT

MAHARANI D PURBA. Identification of fungi on Anthocephalus cadamba nursery. Under academic supervision by YUNASFI and BUDI UTOMO.

Anthocephalus cadamba is one type of fast-growing tree. The purpose of this study was to determined the types of fungi that can attack plant nurseries of Anthocephalus cadamba. The reason why these types of jabon has not been developed yet, it is because of the limited information about the silviculture which is the handling of pests and diseases. Samples of disease infected leaves are obtained from Anthocephalus cadamba nurseries that located in Sampali, Medan. The Fungi’s samples got isolated and identified at the Microbiology Laboratory of the Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, University of North Sumatra, which start from January 2012 to June 2012. The results showed that the leaves of seedlings Anthocephalus cadamba seedlings got five types of fungi which is Aspergillus sp., Fusarium sp., Geotrichum sp., Penicillium sp., And Curvularia sp.

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada program penanaman hutan terlihat adanya kecenderungan memilih jenis–jenis yang mudah ditangani, namun sebenarnya banyak jenis yang dapat menjadi pilihan karena jumlah spesies tanaman di daerah tropik sangat tinggi, apakah itu jenis – jenis asli setempat (indigenous) ataupun jenis yang berasal dari luar (eksotik). Salah satu jenis tanaman asli Indonesia yang juga merupakan jenis pionir yaitu jabon (Anthocepalus cadamba) mempunyai potensi yang baik untuk dikembangkan dalam hutan tanaman, karena kayu jabon saat ini cukup diminati

baik untuk kayu pertukangan maupun sebagai bahan baku kayu panel. (Bramasto dan Simanjuntak, 2004).

Kayu jabon termasuk dalam kelas awet 5 atau keterawetannya sedang (Martawijaya et al, 1989). Menanam jabon bagaikan menanam emas, sebab kebutuhan kayu akan terus meninggi, karena saat ini pemerintah melarang penggunaan kayu bulat hasil tebangan hutan alam, akibatnya banyak industri tutup akibat kekurangan pasokan kayu (Darwo, 2000).

(13)

Alasan mengapa jenis jabon belum banyak dikembangkan, adalah karena keterbatasan informasi mengenai silvikulur yang salah satunya adalah penanganan terhadap hama dan penyakit, dan ketersediaan benihnya. Untuk memenuhi kebutuhan benih jabon perlu dilakukan upaya-upaya dalam membangun sumber benih jabon (Mansyur dan Tuheteru, 2010).

Fungi merupakan penyebab penyakit paling umum, adalah jasad renik yang tidak mengandung klorofil dalam struktur tubuhnya. Unit vegetatifnya merupakan struktur satu sel atau benang hifa yang disebut miselium jika berada dalam keompok besar (Widyastutim dkk, 2004).

Daun mempunyai peranan sangat penting pada suatu tanaman.. Di dalam helaian daun terkandung klorofil. Klorofil merupakan zat hijau daun. Klorofil berperan dalam pembuatan makanan. Proses pembuatan makanan oleh tumbuhan disebut fotosintesis. Bagi tumbuhan, daun memiliki beberapa kegunaan yaitu, sebagai tempat pembuatan makanan, pernapasan, dan penguapan.

a. Pembuatan makanan. Daun. Di dalam daun terjadi proses pembuatan makanan (pemasakan makanan). Makanan ini digunakan tumbuhan untuk kelangsungan proses hidupnya dan jika lebih disimpan.

b. Pernapasan. Di permukaan daun terdapat mulut daun (stomata). Melalui stomata pertukaran gas terjadi. Daun mengambil karbondioksida dari udara dan melepas oksigen ke udara.

(14)

kelebihan air dikeluarkan melalui sel-sel pucuk daun. Proses ini disebut gutasi.

Tujuan Penelitian

Untuk mengidentifikasi dan mengetahui jenis fungi yang dapat menyerang tanaman Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.) pada tingkat pembibitan.

Manfaat Penelitian

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Jabon (Anthocephalus cadamba) merupakan salah satu jenis tumbuhan lokal Indonesia yang berpotensi baik untuk dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman maupun untuk tujuan lainnya, seperti penghijauan, reklamasi lahan bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon dibandingkan dengan tanaman jenis lainnya antara lain: teknik budidayanya mudah, sebarannya luas, bernilai ekonomi tinggi, dan memiliki manfaat lainnya dari produk non kayunya, fungsi estetika, ekologis, maupun sosialnya (Badan Standar Nasional, 2001).

Berdasarkan klasifikasinya, Jabon (Anthocephalus cadamba) termasuk ke dalam family Rubiaceae. Secara lengkap, susunan klasifikasi jabon adalah sebagai berikut.

Taksonomi tanaman Jabon (Anthocephalus cadamba)

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil) Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Rubiales

Famili : Rubiaceae (Kopi-kopian) Genus : Anthocephalus

(16)

Pohon jabon di alam umumnya bisa mencapai hingga 45 m dengan panjang bebas cabang 30 m dan diameter mencapai 160 m. Batangnya lurus silindris, bertajuk tinggi dengan cabang mendatar, dan berbanir (akar yang tumbuh diatas permukaan tanah) sampai ketinggian 1,5 m. Daun jabon, ukurannya bisa sangat besar dengan permukaan halus tanpa bulu. Daun jabon merupakan daun tunggal dan bertangkai panjang. Umumnya jabon mulai berbunga pada umur 4 tahun. Akan Tetapi jika mikroklimatnya sesuai dan pemeliharaannya dilakukan secara intensif maka jabon dapat saja mulai berbunga pada umur 2,5 tahun. Masa berbuah jabon setiap tahun antara bulan juni-agustus. Buahnya merupakan buah majemuk berbentuk bulat dan lunak dan mengandung biji yang kecil. Jumlah biji kering udara 18-26 juta butir per kilogram (Junaedi, 2009).

Syarat tumbuh

(17)

permudaan alam, khususnya pada areal bekas tebangan, bekas perladangan, dan di tempat-tempat lainnya (Lisyanto, 2010).

Pengenalan Fungi

Fungi adalah organisme tidak berklorofil, berbentuk hifa/sel tunggal eukariotik, berdinding sel dari kitin atau selulosa, bereproduksi secara seksual dan aseksual. Fungi dimasukkan dalam kingdom tersendiri sebab cara mendapatkan makanannya berbeda dari organisme eukariotik lainnya, yaitu melalui absorbsi. Fungi berkembangbiak secara seksual melalui peleburan dua inti sel dengan urutan terjadinya plasmogami, kariogami, dan miosis dan secara aseksual dengan membentuk karpus yang di dalamnya mengandung hifa-hifa fertil yang menghasilkan spora dan konidia. Sebagian besar tubuh fungi terdiri atas benang- benang yang disebut hifa, jalinan hifa yang semacam jala disebut miselium (Streets, 1980).

(18)

sebagai saprofit atau parasit pada tanaman, hewan dan juga manusia (Sumarsih, 2003).

Hifa adalah struktur menyerupai benang yang tersusun dari dinding berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma hifa. Sitoplasmanya mengandung organel eukariotik. Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding yang melintang atau septa. Septa mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria, dan kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi, adapula hifa yang tidak bersepta atau dinamakan hifa senositik

(Semangun, 1996).

Menurut Tambunan dan Nandika (1989), ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan fungi, antara lain:

1. Suhu

Suhu berbeda-beda untuk tiap jenis, tetapi pada umumnya berkisar antara 22ºC sampai dengan 35ºC. Suhu maksimumnya berkisar antara 27ºC sampai dengan 39ºC dngan suhu minimum kurang lebih 5ºC.

2. Oksigen

Oksigen sangat dibutuhkan oleh fungi untuk melakukan respirasi yang menghasilkan CO2 dan H2O. Sebaliknya untuk pertumbuhan yang optimum, oksigen harus diambil secara bebas dari udara. Tanpa adanya Oksigen, tidak ada fungi yang mampu bertahan hidup.

3. Kelembaban

(19)

substrat yang rendah sering menjadi faktor pembatas bagi pertumbuhan fungi.

4. Konsentrasi Hidrogen

Pada umumnya fungi akan tumbuh dengan baik pada pH kurang dari 7 (dalam suasana asamsampai netral). Pertumbuhan yang optimum akan dicapai pada pH 4,5 sampai 5,5.

5. Bahan Makanan (Nutrisi)

Fungi membutuhkan makanan. Untuk memperoleh makanan, fungi menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian menyimpanya dalam bentuk glikogen.

Patogen mungkin menyebabkan penyakit pada tumbuhan dengan cara sebagai berikut:

1. Melemahkan inang dengan cara menyerap makanan secara terus-menerus dari sel-sel inang untuk kebutuhannya.

2. Menghasilkan atau mengganggu metabolisme sel inang dengan toksin, enzim, atau zat pengatur tumbuh yang disekresinya.

3. Menghambat transportasi makanan, hara mineral dan air melalui jaringan pengangkut.

(20)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di lokasi pembibitan bibit Jabon (Anthocephalus cadamba) Sampali, Medan, Sumatera Utara, selain itu penelitian

juga dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Sumatera Utara. Penelitian dilakukan selama kurang lebih empat bulan yang dimulai pada bulan Januari 2012 sampai dengan selesai.

Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel pada bibit Jabon (Anthocephalus cadamba)

Bahan dan Alat

(21)

inokulasi, gelas ukur, gelas objek, gelas penutup, Bunsen, autoklaf, oven, kompor, mikroskop cahaya, pisau, kamera digital dan alat-alat tulis.

Metode Penelitian

Penelitian ini meliputi dua kegiatan yaitu persiapan serta pengambilan sampel di lapangan dan kegiatan di laboraturium.

Pengambilan Sampel

Sampel jabon sebanyak 5 bibit untuk 5 ulangan, sampel yang digunakan

dalam pengujian adalah daun dari bibit jabon tersebut. Dalam pengambilan

sampel yang perlu diperhatikan adalah kesterilan alat panen dan wadah sampel,

sampel yang akan dipanen dibersihkan dari kotoran luar, kemudian sampel

dimasukkan pada wadah gelas/plastik yang steril kemudian ditutup rapat, dan

diletakkan pada wadah kering dan teduh, agar sampel berada dalam kondisi baik.

Sampel yang telah disterilkan dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Sampel daun bibit jabon yang telah disterilkan dan dimasukkan ke dalam plastik.

Sterilisasi Alat-alat

(22)

dikeringkan ke dalam lemari yang telah dialasi kertas saring yang bersih. Setelah alat itu bersih dan kering dari lemari penyimpanannya, lalu masukkan ke dalam oven hingga temperature mencapai 100oC. Dengan demikian alat-alat tersebut dapat dikatakan steril dan siap untuk dipakai.

Pembuatan Media Perkembangbiakan Fungi

(23)

Isolasi fungi

Bagian daun dari tanaman yang terserang fungi diambil dengan ukuran 1 cm x 1 cm,. Bagian daun ini kemudian dibilas dengan air steril dan dikeringkan diatas tissue yang steril selanjutnya ditempatkan pada media PDA dan cawan petri pada kondisi di suhu ruang dan ditunggu sampai fungi tumbuh dan berkembang untuk kemudian secepatnya dipindahkan ke cawan petri lainnya yang berisi media PDA untuk mendapatkan biakan murni.

Identifikasi Fungi

(24)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jenis-jenis fungi yang terdapat pada daun tanaman jabon yang berhasil diisolasi

Hasil penelitian menunjukkan terdapat berbagai jenis fungi yang berhasil diisolasi dari daun tanaman Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.). Jenis-jenis fungi yang berhasil diisolasi dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.

Tabel 1. Jenis-jenis fungi berhasil diisolasi dari daun Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.)

No. Jenis Fungi Yang Ditemukan pada Daun

1.

Pada media PDA dalam suhu ruang: koloni mencapai diameter 4,8 cm dalam 7 hari, dan terdiri dari suatu lapisan basal yang kompak berwarna putih hingga kuning dan suatu lapisan konidiofor yang lebat yang berwarna coklat tua hingga hitam. Kepala konidia berwarna hitam, berbentuk bulat, dan cenderung merekah menjadi kolom-kolom pada koloni berumur tua. Konidia berbentuk bulat hingga semi bulat, berukuran 3,5-5,0 μm, berwarna coklat, memiliki ornamentasi berupa tonjolan dan duri-duri yang tidak beraturan seperti yang dapat dilihat pada gambar 3. Fialid terbentuk pada metula, dan berukuran (7,0-9,5) × (3-4) μm. Metula berwarna hialin hingga coklat, sering kali bersepta, dan berukuran (15-25) ×

(25)

Gambar 3. Aspergillus sp. Koloni berumur 14 hari pada media PDA (A) dan bentuk mikroskopik (B), konidia (a), konidiofor (b)

2. Fusarium sp.

Bentuk koloni pada media PDA (Potatoes Dextrose Agar) pada umur 7 hari berwarna putih dan miselia bentuknya seperti kapas yang disajikan pada gambar 4. Pertumbuhan fungi membentuk sebuah lingkaran tidak sempurna. Koloni ini berdiameter 4,4 cm pada hari ke 7 dan setelah berumur hari ke 14 berdiameter sebesar 7,2 cm. Ciri-ciri mikroskopik disajikan pada gambar dibawah. Konidiofor ada yang bercabang dan ada pula yang tidak. Memiliki diameter 5,6 µm. Makrokonidia dapat bersepta 3-5, kemudian membentuk bengkokan dan meruncing pada kedua ujung dan memiliki diameter (20,6 x 4,4 µm) sedangkan mikrokonidia bersepta 0 hingga 2. Klamidospora terdapat dalam hifa atau konidia, berbentuk halus atau agak kasar dan berbentuk semi bulat.

a b

(26)

Gambar 4. Fusarium sp. Koloni berumur 14 hari pada media PDA (A) dan bentuk mikroskopik (B), konidia (a), fialid (b), konidiofor (c)

3. Geotrichumsp.

Koloni dengan cepat tumbuh, berwarna putih dan berbulu. Pada umur 3 hari diameter koloni mencapai 3,8 cm dan pada umur 6 hari diameter koloni mencapai 8 cm dan koloni telah memenuhi ukuran cawan petri seperti terlihat pada Gambar 5. Bentuk mikroskopis Geotrichum sp. dapat dilihat pada Gambar 5 dengan ciri-ciri yaitu konidia seperti tabung dengan ujung-ujung terputus, terbentuk dari segmentasi hifa.

Gambar 5. Geotrichum sp. Koloni berumur 14 hari pada media PDA (A) dan bentuk mikroskopik (B), konidia (a), konidiofor (b)

a

c

b A

B

a

b

B B

(27)

4. Penicillium sp.

Bentuk koloni pada media PDA pada umur 7 hari berwarna hijau seperti beludur dan tetap tidak mengalami perubahan warna sampai menutupi seluruh cawan Petri. Koloni bagian tengah lebih hijau daripada bagian tepi. Koloni berukuran diameter 7,6 cm pada umur 7 hari dan pada umur 14 hari menutupi hampir seluruh cawan Petri dengan diameter 8,7 cm. Koloni mempunyai pertumbuhan cepat pada suhu kamar, berbentuk tidak bulat. Konidia terdiri atas sub sytratum, ukuran bervariasi 150-200 x 3,5-4 µm, dengan dinding agak kasar. Penicili kompak, panjang 20-25 µm, dengan satu pangkal yang terdiri atas lima sampai delapan metula. Metula berukuran 10-12 x 2,3,3 µm. Fialid berukuran 8-10 x 2-2,5 µm, konidia elips, panjang 2,8-3,3 µm, bentuk serta koloni Penicillium

sp 1 dapat dilihat pada Gambar 6.

a

b

A

A

B

(28)

5. Curvularia sp.

Bentuk koloni pada media PDA (Potatoes Dextrose Agar) pada umur 7 hari berwarna putih dengan ukuran 4,2 cm hingga pada umur 14 hari berukuran 7,8cm. Ciri-ciri mikroskopik disajikan pada gambar 7. Konidiofor berbentuk tunggal atau berkelompok, lurus membengkok dan memiliki diameter 3 µm. Konidia memiliki 3 septa umumnya membengkok pada sel ketiga yang lebih lebar dengan diameter (16,3 x 5,6) µm.

Gambar 7. Curvularia sp. Koloni berumur 14 hari pada media PDA (A) dan bentuk mikroskopik (B), konidia (a), konidifor (b)

Tabel 2. Jenis-jenis fungi yang teridentifikasi serta ciri-cirinya Jenis Fungi

Pengamatan makroskopik Pengamatan mikroskopik

(29)

Tabel 3. Jenis dan jumlah fungi yang ditemukan pada tiap sampel daun dari bibit

No Sampel Jenis Fungi Yang Ditemukan Jumlah Fungi Yang

Ditemukan

Hasil penelitian yang telah dilakukan di laboratorium menunjukkan bahwa fungi yang menyerang tanaman bibit Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.)

(30)

Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.). Kelima jenis fungi tersebut adalah

Aspergillus sp, Fusarium sp, dan Geotrichum sp, Penicillium sp dan Curvularia

sp. Menurut Gandjar, dkk (2006) secara umum pertumbuhan fungi dipengaruhi oleh substrat yang merupakan sumber unsur hara utama bagi fungi, kelembaban dimana fungi dapat hidup pada kisaran kelembaban udara 70 – 90 %., suhu, derajat keasaman substrat (pH) yang umumnya fungi dapat hidup pada pH di bawah 7, dan senyawa-senyawa kimia di lingkungannya.

Pada sampel daun dari bibit yang pertama ditemukan fungi sebanyak tiga jenis, yaitu jenis Aspergillus sp, Curvularia sp dan Fusarium sp. Pada sampel daun dari bibit kedua ditemukan sebanyak empat jenis fungi, yaitu Geotrichum sp,

Penicillium sp, Curvularia sp dan Aspergillus sp. Pada sampel daun bibit ketiga ditemukan tiga jenis fungi yaitu jenis Aspergillus sp, Penicillium sp, Geotrichum

sp. Ditemukan juga 2 jenis fungi pada sampel daun dari bibit keempat yaitu jenis

Aspergillus sp dan Fusarium sp. Dan yang terakhir, ditemukan empat jenis fungi dari sampel daun pada bibit kelima, yaitu jenis Geotrichum sp, Penicillium sp,

Curvularia sp dan Aspergillus sp.

(31)

terbawa ke atas secara horizontal dan akan menempel pada inang yang baru dan dapat tumbuh dan berkembang jika kondisi inang tersebut mendukung.

Selain itu ditemukan juga fungi Fusarium sp. Genus Fusarium mudah dikenal dengan bentuk macro-konidia nya yang khas, akan tetapi indentifikasi species biasanya sukar dan diserahkan kepada ahli yang bersangkutan. Genus ini mempunyai anggota-anggota yang terdiri dari penyakit (parasit) tanaman utama yang menyebabkan layu pada daun atau pun busuk pada daun. Beberapa spesies

Fusarium merupakan patogen pada tanaman yang dapat menyebabkan penyakit

Fusarium ini umumnya disebut

sebagai Fusarium head blight (FHB) atau scab dan dipengaruhi oleh kelembaban udara yang berlebihan pada musim tertentu. Umumnya ada dua tipe tanaman resisten FBH, yaitu tanaman yang resisten terhadap penetrasi Fusarium dan tanaman yang resisten terhadap penyebaran Fusarium di dalam jaringan tubuhnya. Dari suatu penelitian ditemukan bahwa beberapa spesies Fusarium, terutam

kentang. Gejala dari

pembusukan ini adalah permukaan kentang menjadi keriput atau cekung ke dalam dan jaringan internalnya berwarna coklat serta membusuk. Penyakit ini dapat

dikontrol dengan melakukan pembersihan da

menyimpan hasil panen pada tempat denga

Menurut Streets (1980) Fusarium juga dapat menyebabkan kelayuan atau disebut Fusarium wilt disease, contohnya Fusarium oxysporum f. sp. Penyebaran

penyakit ini dapat dikurangi dengan penggunaan

kimia

(32)

Dari hasil penelitian didapat jenis fungi Geotrichum sp.. Saryono, dkk

(1999) menyatakan Geotrichum sp. merupakan salah satu fungi yang yang memilki aktivitas inulinase, yang berpotensi sebagai penghidrolisis inulin menjadi fruktosa. Inulinase adalah β-fruktosidase yang dapat menghidrolisis molekul inulin. Ekso inulinase (β- D-fruktanfruktohidrolase, EC 3.2.1. 80) memecah unit fruktosa terminal dari ujung yang tidak mereduksi, enzim ini juga dapat menghidrolisis molekul sukrosa dan rafinosa. Di samping itu endo inulinase (2,1-β- D-fruktan fruktanohydrolase, EC 3.2.1.7) menhidrolisis ikatan molekul inulin dari bagian dalam untuk menghasilkan fruktooligosakarida seperti inulotriosa, -tetraosa, dan –pentaosa sebagai produk utamanya. Selain itu enzim ini juga diketahui menghambat aktivitas enzim invertase. Fungi ini dimungkinkan berasal dari udara maupun aliran air hujan. Menurut Agrios (1996) butiran-butiran air hujan yang jatuh dari atas akan mengambil dan membawa spora fungi yang terdapat di udara dan mencucinya ke bawah yang beberapa di antaranya mungkin akan mendarat pada bagian tumbuhan yang rentan termasuk daun.

Dari hasil penelitian, ditemukan jenis fungi Penicillium sp. Spesies

Penicillium adalah jamur tanah maupun jamur tanaman yang ada di mana-mana dan lebih suka iklim dingin dan moderat, biasanya hadir dimanapun bahan

organik yang tersediaPenicillium dan

(33)

Banyak spesies menghasilkan sangat beracun mikotoksin. Kemampuan

spesies Penicillium tumbuh pada tanah mau

makanan yang tersimpan lainnya tergantung pada kecenderungan mereka untuk berkembang dalam kelembaban rendah dan menjajah dengan cepat oleh dispersi udara. Spesies Penicillium juga dapat hadir di udara dan debu dari lingkungan. Pertumbuhan Penicillium masih dapat terjadi bahkan di dalam ruangan jika kelembaban relatif rendah. Hal ini sangat cocok dengan salah satu kondisi tumbuh Jabon yaitu yang beriklim basah. Asalkan ada kelembaban yang cukup tersedia yang diberikan pada permukaan maka spesies Penicillium dapat berkembang biak.

Fungi lain yang ditemukan adalah Curvularia sp. Menurut Old dkk (2003) pada daun, fungi ini mampu menyebabkan penyakit bercak daun. Selain menyerang pada tingkat semai, fungi jenis ini juga menyerang pada tingkat pembibitan. Gejala penyakit yang ditimbulkan berupa pengeringan daun yang diawali dari bagian pangkal dan menjalar ke ujung daun sehingga daun menjadi kering. Apabila intensitasnya cukup tinggi, maka serangan cendawan akan menyebabkan kematian.

Menurut Widyastuti dkk (2005) Selain berpengaruh pada daun, fungi

(34)

Pada suatu penelitian tentang Eucalyptus, ditemukan bahwa Curvularia sp merupakan patogen bagi tanaman Eucalyptus. Curvularia sp kebanyakan ditemukan pada daerah-daerah yang beriklim sedang.

Dari hasil penelitian ditemukan fungi Aspergillus sp. Menurut Isroi (2008), fungi ini merupakan fungi antagonis yang mempunyai daya antibiotik yang berperan dalam ketahanan tanaman. Aspergillus sp. juga mempunyai kemampuan yang tinggi dalam melarutkan P dan K. Aplikasi Aspergillus sp. dan dapat meningkatkan pertumbuhan atau produktivitas tanaman seperti tanaman jagungterutama di tanah-tanah marginal.

Secara luas Aspergillus didefinisikan sebagai suatu kelompok nukosis penyebab dari fotogenosa yang bermacam-macam. Aspergillus niger termasuk ke dalam kelas Ascomycetes. Di dalam industri Aspergillus niger banyak dipakai dalam proses produksi asam sitrat. Sedangkan di dalam laboratorium spesies ini digunakan untuk mempelajari tentang metabolisme pada jamur dan kegiatan enzimatis. Aspergillus niger ini termasuk fungi berfilamen penghasil selulase dan

crude enzyme secara komersial serta penanganannya mudah dan murah.

Fungi-fungi yang ditemukan dalam penelitian ini tergolong fungi yang dapat merugikan maupun menguntungkan. Seperti Curvularia sp yang dapat menimbulkan penyakit akan tetapi bersifat patogen pada jenis tanaman tertentu. Sedangkan Aspergillus sp kebanyakan dikenal mampu berfungsi sebagai agen pengendali hayati, sehingga dapat mengendalikan pertumbuhan fungi lain yang merugikan yang dapat menimbulkan penyakit pada bibit tanaman Jabon tersebut.

(35)
(36)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa jenis fungi yang ditemukan pada daun yang berasal dari kelima bibit adalah sama. Terdapat lima jenis fungi pada getah Jabon (Anthocephalus cadamba Roxb. Miq.), yaitu Aspergillus sp., Geotrichum sp., Fusarium sp., Penicillium sp., dan

Curvularia sp.

Saran

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad. 1999. Prospek Pengendalian Terpadu Penyakit Lodoh pada Persemaian Tanaman Kehutanan. Jurnal Manajemen Hutan Tropika (5) (1) : 1-9. Agrios, G. N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta.

Badan Standar Nasional. 2001. Kayu Bundar Sengon dan Jabon. Pusat Standarisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan. Jakarta.

Bambang, P. 2006. Konsep Ilmu Penyakit Hutan. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Malang.

Blanched, O. R and Terry, A. T. 1981. Fild and Laboratory Guide to Tree Pathology. Academic Press. New York. London Toronto.

Bramasto, Y dan Simanjuntak, S. 2004. Evaluasi Pertumbuhan dan Awal Tanaman Jabon (Anthocephslus cadamba) di Kebun Percobaan Rumpin. Institut Pertanian Bogor.

Darwo. 2000. Studi Pendahuluan Pembuatan Batang Korek Api dari Jabon (Anthocephalus cadamba). Buletin Penelitian Kehutanan 10 (1) : 13-29. Gandjar, I., Robert, A. Karin, V. T. V. Ariyanti, O. Iman, S. 1999. Pengenalan

Kapang Tropik Umum. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

---, W. Sjamsuridjal, dan A. Detrasi. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Junaedi, A. 2009. Pertumbuhan dan Mutu Fisik Bibit Jabon (Anthocephalus cadamba) di Polibag dan Politub. Balai Penelitian Hutan Penghasil SeratKnok. Riau.

Khaerudin. 1993. Pembibitan Tanaman Hutan Tanaman Industri. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kuswanto. 1990. Perlindungan Hutan (Penyakit Hutan). Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.

Latief, A. A. 2003. Ilmu Penyakit Tumbuhan I. Bayumedia Publishing. Jakarta. Lisyanto. 2010. Budidaya Menanam Jabon (Anthocephalus cadamba) dengan

Menggunakan Pupuk Hayati Bio P 2000 Z. PT. Alam Lestari Maju Indonesia. Jakarta.

(38)

Pracaya. 1992. Hama dan Penyalit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta.

Rahayu, S. 1999. Penyakit Tanaman Hutan di Indonesia: Gejala, Penyebab, dan Teknik Pengendaliannya. Kanisius. Yogyakarta.

Rukmana, R dan Saputra, S. 1997. Penyakit Tanaman dan Teknik Pengendalian. Kanisius. Yogyakarta.

Sumarsih, S. 2003. Mikrobiologi Dasar. Buku Ajar. Fakultas Pertanian UPN Veteran. Yogyakarta

Saryono., Is Sulistyati P., Delita Zul dan Atria Martina. 1999. Identifikasi Jamur Pendegradasi Inulin pada Rizosfir Umbi Dahlia (Dahlia variabilis). Jurnal Natur Indonesia (1) (1) : 22-27.

Streets, R, B. 1980. Diagnosis Penyakit Tanaman (Terjemahan : Imam Santoso) The University of Arizona Press. Tuscon – Arizona. USA.

Utami, S. Illa, A dan Nanang, H. 2009. Hama dan Penyakit pada Tanaman Meranti Merah Shorea ovalis dan Shorea balangeran. Jurnal Mitra Hutan Tanaman (4) (1) : 19-28.

Widyastuti, S. M, Sumardi, dan Harjono. 2005. Patologi Hutan. Gadjah Mada. University Press. Yogyakarta.

Gambar

Gambar 1. Lokasi pengambilan sampel pada bibit Jabon ( Anthocephalus cadamba)
Gambar 2. Sampel daun bibit jabon yang telah disterilkan dan dimasukkan     ke dalam plastik
Gambar 3. Aspergillus sp. Koloni berumur 14 hari pada media PDA (A) dan bentuk mikroskopik (B), konidia (a), konidiofor (b)
Gambar 4. Fusarium mikroskopik (B), konidia (a), fialid (b), konidiofor (c) sp. Koloni berumur 14 hari pada media PDA (A) dan bentuk B
+4

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Whaley & Wong, Bronchopneumonia adalah bronkiolus terminal yang tersumbat oleh eksudat, kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi atau membentuk

Hukua pidana adalah bagian dari pada keseluruhan hukua - yang be rlaku dlsuat u negara yang aongadakan dase r-dase r a dan at uran-at

Mengingal pentingnya peran cerita atau dongeng dalam kehidupan anak-anak, khususnya untuk umat islam, maka buku ini sangat bermanfaat sekali bagi para orang tua

Kegiatan visualisasi Peta Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) di wilayah Kelurahan Lowokwaru berbasiskan mobile SIG dilakukan menggunakan data spasial berupa

Hasil pengamatan lapangan (kelas) pada kegiatan proses belajar-mengajar teknik listrik dasar otomotif menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam proses belajar masih

Nonetheless, research results from Code river banks - Yogyakarta and Diwak hot water bathing site, Semarang district, disclosed something interest that is crucial

pegawai Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dalam implementasi kebijakan peraturan Bupati Pangandaran Nomor 45 Tahun 2013 tentang Retribusi Tempat Pelelangan Ikan pada

Berdasarkan masalah tersebut penulis tertarik untuk merancang bangun sistem informasi berbasis web guna memudahkan dalam hal mengakses informasi yang berhubungan