i PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG PROGRAM ACARA
INDONESIA LAWYERS CLUB DI TVONE
Studi Resepsi pada Fungsionaris Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEMU) Universitas Muhammadiyah Malang
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Malang
Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)
Oleh: Kuraisi 07220196
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
ii LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama : Kuraisi
NIM : 07220196
Jurursan : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Judul Skripsi: Pemaknaan Mahasiswa Tentang Program Acara Indonesia Lawyers
Club Di Tvone (Studi Resepsi pada Fungsionaris Badan Eksekutif
Mahasiswa Universitas (BEMU) Univesitas Muhammadiyah
Malang)
Disetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Nasrullah. S.Sos, M.S.i Dr.Wahyudi, M.S.i
Mengetahui,
Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi
iii LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Kuraisi
NIM : 07220196
Konsentrasi : Audio Visual
Judul Skripsi : Pemaknaan Mahasiswa Tentang Program Acara Indonesia Lawyers Club Di Tvone (Studi Resepsi pada Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEMU) Universitas Muhammadiyah Malang).
Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Skripsi
Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Malang
dan dinyatakan LULUS
Pada Hari : Jum’at
Tanggal : 27 April 2012
Tempat : Ruang 609
Mengesahkan,
Dekan FISIP UMM
Dr. Wahyudi, M. Si Dewan Penguji:
1. Joko Susilo, S.sos, M.Si Penguji I ( )
2. Widiya Yutanti, M.A Penguji II ( )
3. Nasrullah, S.sos, Msi Penguji III ( )
iv PERNYATAAN ORISINALITAS
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Kuraisi
Tempat, tanggal lahir : Sumenep, 18 Apil 1989
Nomor Induk Mahasiswa : 07220196
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan : Ilmu Komunikasi
Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul:
Pemaknaan Mahasiswa Tentang Program Acara Indonesia Lawyers Club di Tvone
(Studi Resepsi pada Fungsionaris Badan Ekseskutif Mahasiswa Universitas (BEMU) Universitas Muhammadiyah Malang)
adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Malang, 17 April 2012
Yang Menyatakan,
v BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI
Nama : Kuraisi
NIM : 07220196
Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan : Ilmu Komunikasi
Konsentrasi : Audio Visual
Judul Skripsi : Pemaknaan Mahasiswa Tentang Program Acara Indonesia Lawyers Club Di Tvone (Studi Resepsi pada Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEMU) Universitas Muhammadiyah Malang).
Pembimbing : 1. Nasrullah. S.Sos, M.S.i
2. Dr. Wahyudi. M.S.i
Kronologi Bimbingan :
Tanggal Paraf
Pembimbing I
Paraf
Pembimbing II
Keterangan
05 September 2011 Acc Judul
06 November 2011 Acc Proposal
15 November 2011 Seminar Proposal
27 November 2011 Acc Bab I
10 Februari 2012 Acc Bab II
10 Februari 2012 Acc Bab III
17 April 2012 Acc Seluruh Naskah
Malang, 17 April 2012
Disetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
vi LEMBAR PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, Barokallah, segala puji bagi Allah SWT, Penguasa Langit dan Bumi. Atas KuasaNya-lah apa yang terjadi di muka bumi ini. Atas RahmatNya-lah segala kebaikan dan setiap hal yang terjadi dalam episode kehidupanku. Cinta terbaik dari Allah SWT adalah karena diberikannya saya kesempatan untuk hidup, dititipkannya saya pada keluarga yang sangat menyayangiku, dipertemukannya aku dengan begitu banyak sahabat dan orang yang dengan mudahnya setia padaku, hingga tak ada lagi alasan bagiku untuk tak mesyukuri nikmat ini.
Skripsi ini didedikasikan untuk Ibunda Hilda Safarina Yasin & Alm. Ayahanda Nazarudin serta adek saya Aldi Fauzan Nz; cinta, motivasi, kerja keras untuk membiayai kuliah serta doanya telah membuat saya ingin mengusahakan hasil terbaik dari yang saya mampu, maaf karena membuat lama menunggu. Saya juga tidak lupa mengucapkan terima kasih atas dukungan dan motivasi dari Keluarga Besar Bpk. Muhammad Yasin dan Bpk. Abdul Salam Zakaria yang selalu memberikan dorongan moral untuk dapat segera menyelesaikan skripsi ini. Saya juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada kawan-kawan saya yang berada disini maupun di Kalimatan yang selalu mendoakan saya.
Anugerah darinya, pada episode kehidupanku kali ini, aku bersyukur telah mendapat kesempatan untuk merajut kisah bersamamu. Keluarga dan sahabat yang sangat aku cintai, terima kasih untuk melengkapi setiap kekuranganku, terima kasih telah menjadikan setiap perbedaan sebagai pelangi yang indah dengan warna-warninya. Semoga kita semua diliputi kebaikan, perlindungan dan kasih sayang Allah SWT. Sebuah persembahan untuk keluargaku tercinta “Ibunda, Ayahanda dan Adik-adikku” Atas keringat dan Do’a yang selalu dicurahkan selama ini.
“Manusia hidup untuk berkarya, jika kita telah berkarya maka setelah kita
mati, Kita telah mencorengkan segaris nama kita diatas dunia ini dan akan
selalu dilihat oleh jutaan umat manusia selanjutnya setelah kita mati ”
“ Pramudya Ananta Toer ”
vii
KAT A PE NGAN TAR
Bismillahirrahmaanirrahiim Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya yang telah berjuang demi tegaknya agama Islam. Sehingga dengan ini penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ‘PEMAKNAAN MAHAISSWA TENTANG PROGRAM ACARA INDONESIA LAWYERS CLUB DI TVONE’ (Studi Resepsi pada Fungsionaris Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEMU) Univeristas Muhammadiyah Malang).
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ketertarikan pada program acara
‘Indonesia Lawyers Club’ (ILC) di Tvone yang hadir sebagai alternatif bagi masyarakat untuk mencari sebuah informasi dan media edukasi ditengah fenomena maraknya tayangan-tayangan televisi saat ini yang kurang mendidik. ILC merupakan program acara berbentuk dialog terbuka yang dihadiri oleh beberapa tokoh serta orang-rang terkait untuk membicarakan suatu topik permasalahan. Sedangkan bila ditinjau dari perspektif teori media politik-ekonomi, institusi media harus dinilai sebagai bagian dari sistem ekonomi yang juga bertalian erat dengan sistem politik. Media mampu mempengaruhi dan membentuk ketidak sadaran audiens media massa ketika ia menikmati sajian teks dari media. Hal ini yang menjadi titik acuan media dalam mempengaruhi psikologis audiens sebagai konsumen media.
Sebagai audiens yang aktif berhubungan dengan media tentunya audiens dapat memproduksi makna terhadap kondisi tersebut berdasarkan faktor kontekstual yang mempengaruhinya. Sehingga tak jarang audiens memberikan makna yang berbeda-beda terhadap sajian teks media yang mereka terima. Maka dalam proses memberikan makna auidens terkadang selalu menyetujui segala teks yang disuguhkan oleh media, sebaliknya ada pula audiens yang mempunyai kemampuan memberi makna melalui negosiasi /kompromi antara kepercayaan yang audiens miliki dengan teks yang ada pada media, karena audiens bukanlah semata-mata subyek pasif yang mudah tertipu oleh diskursus televisi. Para subyek menggunakan televisi melainkan untuk serangkaian tujuan dan kebutuhan dalam kehidupan sehari-harinya.
Akhirnya sebagai manusia biasa yang tak luput dari khilaf dan kekeliruan, tentu dalam mengerjakan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Melalui kata pengantar ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih atas sumbangsih, dukungan, bantuan, serta kerjasamanya yang telah diberikan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, antara lain:
1. Segenap Pimpinan UMM: DR. Muhadjir Effendy, M.AP., Prof. DR. Ir. Sujono, M.Kes., Drs. Mursidi, M.M., Drs. Joko Widodo, M.Si.
2. Dr. Wahyudi, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang, Drs Abdullah Masmuh M.Si selaku PD III beserta PD I dan PD II.
viii
4. Dosen pembimbing: Nasrullah M.si sebagai doesen Pembimbing I dan Dr. Wahyudi, M.Si, sebagai dosen pembimbing II, terima kasih atas dukungan dan arahan keduanya sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. Bapak Himawan Susanto, M.Si, Drs. Abdullah Masmuh M.Si dan Ibu Winda Hardianti terima kasih atas bantuannya yang sudah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing selama proses pembuatan skripsi. Segenap Bapak/Ibu dosen FISIP, khususnya dosen Jurusan Ilmu Komunikasi, terima kasih atas transformasi ilmunya selama di bangku kuliah.
5. Joko Susilo, S.Sos, M.Si selaku dosen penguji I. 6. Widiya Yutanti selaku dosen penguji II.
7. Fungsionaris BEMU-UMM periode 2011-2012 yang bersedia menjadi informan (Abdullah Syifak, Suhardin Mansyur, Nurul Amilyah, Imah Nurhidayati, Indah Dewi Pertiwi, Kurnia Prayana) terimakasih atas kerjasamanya.
8. Semua teman-teman Komunikasi kelas C, Sigit (suwun telah membantu pada waktu penelitian), Aris, Ade, Inad (terimakasih atas pinjeman bukunya), dan semua yang tidak bisa disebutkan, terimakasih atas kebersamaannya.
Seluruh pihak-pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan, hanya ucapan terima kasih yang dapat penulis sampaikan. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dan amal ibadah mereka. Amien.
Billahi Fii Sabililhaq, Fastabiqul Khairat
Malang,27 April 2012
Penulis,
ix DAFTAR ISI
COVER ...
LEMBAR PERSETUJUAN ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii
BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... iv
LEMBAR PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAKSI ... vi
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Signifikansi Penelitian ... 6
D.1. Akademis ... 6
D.1. Praktis ... 7
E. Kajian Pustaka ... 7
E.1 Pemaknaan Audiens Media Massa ... 7
E.1.1. Pemaknaan Audiens Terhadap Media/Studi Resepsi 10 E.2. Teks Media ... 11
E.3. Audiens... 12
E.4. Realitas Media Massa ... 16
E.5. Media Massa Sebagai Public Sphere ... 19
E.6. Televisi Sebagai Medium Media Massa ... 21
x
F. Definisi Konsepsional ... 26
F.1 Pemaknaan dalam Reception Studies ... 26
F.2 Mahasiswa Sebagai Audiens Program Acara Televisi ... 26
F.3 Studi Resepsi... 27
G. Fokus Penelitian ... 28
H. Metode Penelitian ... 28
H.1 Pendekatan dan Tipe Penelitian ... 28
H.2 Subyek dan Waktu Penelitian ... 29
H.3 Teknik Pengumpulan Data ... 30
H.3.1. Focus Group Discussion (FGD) ... 30
H.4 Teknik Analisis Data ... 31
BAB II GAMBARAN OBYEK PENELITIAN ... 32
A. Stasiun Televivi Tvone ... 32
A.1. Sejarah Sejarah dan Perkembangan ... 32
A.2. Dewan Direksi ... 35
A.3. Visi Misi... 35
A.4. Logo Tvone ... 35
A.5. Alamat ... 36
A.6. Sekilas Tentang Program Acara Indonesia Lawyers Club 37 B. Gambaran Umum Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEMU) Universitas Muhammadiyah Malang ... 39
B.1. Sekilas Tentang Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang ... 39
B.2 Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEMU) ... 40
B.2.1. Visi dan Misi ... 41
B.2.2. Struktur Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEMU) Universitas Muhammadiyah Malang Periode 2011-2012 ... 42
BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA ... 43
A. Deskripsi Subyek Penelitian ... 43
xi
A.2 Subyek 2 ... 45
A.3 Subyek 3 ... 45
A.4 Subyek 4 ... 46
A.5 Subyek 5 ... 46
A.6 Subyek 6 ... 47
B. Indonesia Lawyers Club Sebagai Tontonan Mendidik dan Pencerahan Masyarakat ... 45
C. Indonesia Lawyers Club Sebagai Bentuk Ruang Publik ... 54
D. Gaya Kajian Indonesia Lawyers Club antara Realitas dan Kepentingan ... 61
E. Khalayak Tidak Peduli ... 72
BAB IV PENUTUP ... 81
A. Kesimpulan ... 81
B. Saran ... 81
B.1 Saran Akademis ... 83
B.2 Saran Pemberdayaan Audiens ... 84
DAFTAR PUSTAKA
xii
[image:12.612.133.506.102.181.2]DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Dewan Direksi Tvone ... 35
Gambar 2.2 Logo Tvone ... 35
Gambar 2.3 Struktur Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEMU)
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Model Fair chough (Tingkatan Teks) ... 12
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Presensi Pelaksanaan Focus Group Dicussion (FGD).
2. Draft Pertanyaan dan Transkrip Hasil Focus Group Discussion (FGD).
3. Struktur Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEMU) Universitas.
Muhammadiyah Malang.
xv DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
Alex, Sobur. 2009. Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Semiotik dan Framing. Bandung: PT Rosdakarya .
Barker, Chris. 2004. Cultural Studies: Teori dan Praktik. Yogyakarta. Kreasi Wacana.
Buku Pembinaan Kemahasiswaan UMM 2011.
Bungin, Burhan. 2008. Konstruksi Sosial Media Massa Jalarta: Kencana. Bungin, Burhan. 2007. Sosiologi Komunikasi Jalarta: Kencana.
Cangara, Hafied.2008. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Depari, Eduguard dan Macandrewa, Colin. 1998. Peranan komunikasi massa dalam pembangunan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Endang, S. Sari. Audien Reseserch: pengantar studi penelitian terhadap pembaca, pendengar dan pemirsa. Yogyakarta: Andi Ofset.
Eriyanto. Analisis Wacana : pengantar analisis teks media. Yogyakarta: LKiS
Farid, rusman. Riset Audien. Materi kuliah Semester Vll.
Fisher, B. Aubrey. 1986. Teory-Teori Komunikasi: Bandung: Remadja Karya CV. JB, Wahyudi.1997.Media Komunikasi Massa.Jakarta: Grasindo.
Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi. Jakarta : PT Rineka Cipta.
McQuail, Dennis.1998.Teory Komunikasi Massa: suatu pengantar. Jakarta: Erlangga.
Moleong, Lexy. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Morrisan. 2005. Jurnalistik Televisi Mutakhir.Tangerang: Ramdina Prakasa. Morrisan, M.A. 2009. Manajemen Media Penyiaran. Jakarta: Kencana
Mulyana Dedy, 2008.Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
xvi
Oman, sukmana, Metode Penelitian Sosial. Hand Out Perkuliahan semester lV Ricard West dan Lynn H. Turner. 2007. Pengantar Teori komunikasi :Analisis
dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika
Rivers, William L. 2004. Media Massa dan Masyarakat modern.Jakarta:Prenada Medi
Selu, Margareta, Kushendrawati. 2011. Hiperrialitas dan Ruang Publik: sebuah analisis cultural studies.Jakarta: Penaku.
Stepen W. Littlejohn dan Karen A.Foss. 2009. Teori Komunikasi: Theories of Human Comnication. Jakarta: Salemba Humanika.
Tony, Lioyd davis, Warwick Mules. 2002. Introducing Cultural Anda Media Studies. Yogyakarta: Jalasutra
Vivian John. 2008. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Kencana
Waluyo. 2007. Manajemen Publik: (Konsep, Aplikasi dan Implementasinya dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah) CV. Mandar Maju
JURNAL PENELITIAN
Nur Hasanah, Fauziah. Pemaknaan Komunitas Waria terhadap Reality Show “Be A Man” di Global TV. Universitas Muhammadiyah Malang, Skripsi. Eka Januar, Wahyuningtias. Pemaknaan Tentang Rubrik Dunia Kampus Dalam
Majalah Cita Cinta (Studi Resepsi pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang). Skripsi
NON BUKU:
Achmad Sulfikar. 2010. Teori Ruang Publik 1 : Ruang Publik Habermas. http://sulfikar.com. Diakses pada 13 Desember 2011 pkl: 20.00WIB
http://id.wikipedia.org/wiki/TvOne. Diakses pada 26 Januari 2012. Pukul 19.05 WIB
http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=298018. Diakses pada 23 April 2012. Pukul 20.30 WIB
http://www.tvonenews.tv/tvone/profile/. Diakses pada 26 Januari 2012. Pukul 19.15 WIB
xvii
Opini Indonesia. 2011. Jakarta Lawyers Club Berganti Nama Indonesia Lawyers Club. http://opini-indonesiaku.blogspot.com. Diakses pada tgl 04 November 2011. Pukul 00.41 WIB
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini media massa di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat
signifikan dan berkembang sangat pesat. Tidak ada lagi pembatasan ataupun
intervensi dari luar terhadap regulasi maupun konten media. Berbeda pada masa
rezim Orde Baru saat Departemen Penerangan masih memiliki kewenangan yang
kuat terhadap regulasi media tanah air, misalnya peraturan menteri penerangan
(Menpen) No. 1/1984 yang dijadikan senjata pembredelan terhadap media,
kontrol yang ketat terhadap organisasi PWI (persatuan wartawan indonesia)
sebagai profesi wartawan satu-satunya saat itu, hingga akhirnya departemen
tersebut dibubarkan pada masa pemerintahan Gus Dur. Semenjak pembubaran
tersebut tak ada lagi pembatasan yang ketat terhadap media, produksi media tidak
lagi terpusat pada kota besar saja.
Media memiliki fungsi dan disfungsi tersendiri bagi para khalayaknya.
Khalayak secara sadar memilih media mana yang sesuai dengan keinginan dan
kebutuhannya. Setiap harinya para khalayak atau audiens dapat mengatur media
apa saja yang dapat menerpanya. Seperti fungsi media yang dipaparkan Jay Black
dan Frederick C. Whitney (1988) adalah to inform (menginformasikan), to
entertain (memberi hiburan), to persuade (membujuk), transmission of the culture
(transmisi budaya).1 Tanpa informasi kehidupan masyarakat akan mengalami
1
2 ketimpangan dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga audiens masa
kini dapat dikategorikan sebagai masyarakat informasi.
Penerima (audiens) dalam menerima pesan yang disampaikan ada yang
tergolong selective exposure yaitu orang cenderung memilih informasi berdasar
liputan yang disenanginya. Pilihannya biasanya sesuai dengan ideologi, agama,
suku dan pekerjaan. Ada pula yang tergolong selective retention yaitu pemilihan
informasi yang memberi kesan tersendiri pada penerima2. Misalnya penerima
rakyat Indonesia memberi perhatian serius pada tayangan mengenai beberapa
warisan budaya Indonesia seperti “ Batik ” yang di klaim oleh Malaysia karena
mengingatkan budaya tersebut sebagai warisan asli budaya Indonesia.
Media massa dalam perkembangannya selalu menunjukkan kekuasaannya.
Maraknya berbagai komunitas media seperti televisi membawa banyak dampak
dalam kehidupan masyarakat, baik itu positif maupun negatif. Seperti yang
dijelaskan dalam bukunnya Cangara Havied (2008:147), menyatakan bahwa “
media yang sampai saat ini masih dikategorikan sebagai media yang paling
banyak dikonsumsi dan mempunyai pengaruh kuat terhadap sikap dan perilaku
kahalayak (audiens) yaitu televisi ”. Hal tersebut dikarenakan televisi memiliki
sejumlah kelebihan terutama kemampuannya dalam menyatukan antara fungsi
audio (suara) dan visual (gambar) serta kemampuannya dalam memainkan
warna.3 Pada satu sisi, masyarakat dipuaskan oleh kehadiran televisi yang banyak
memberikan pilihan hiburan dan informasi, namun di sisi lain televisi mendapat
2
Cangara, Hafied. 2008. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajagrafindo Persada hlm 141 3Ibid
3 banyak kecaman karena tayangan-tayangannya yang kurang dapat diterima
masyarakat ataupun individu-individu tertentu.
Ditinjau dari perspektif media politik-ekonomi media merupakan sebuah
institusi yang kuat dalam mempengaruhi realitas sosial. Media memiliki
konsekuensi dan nilai ekonomi, serta merupakan obyek persaingan untuk
memperebutkan kontrol dan akses. Disamping itu, media juga tidak terlepas dari
peraturan politik, ekonomi dan hukum. Media massa khususnya televisi seringkali
dipandang sebagai alat kekuasaan yang efektif karena kemampuannya untuk
melakukan sesuatu dan mengarahkan perhatian, membujuk pendapat,
mempengaruhi pilihan sikap, memberikan status dan legitimasi, mendefinisikan
dan membentuk persepsi realitas 4.
Televisi saat kini hanya berorientasi pada keuntungan dan tuntutan rating
belaka. Pemirsa hanya menerima tayangan-tayangan yang sangat populer dan
tidak mendidik sama sekali.5 Dimana dapat mengakibatkan perubahan tertentu
pada pemirsanya, seperti pemirsa atau audiens dalam konteks style live (gaya
hidup) audiens serentak mengikuti gaya berpakaian atau budaya-budaya populer
yang disuguhkan di dalam tayangan tersebut. Sementara dalam konteks politik
atau masalah sosial masyarakat, media mampu menggiring dan mengalihkan
perhatian pemirsanya (audiens) terhadap persepsi-persepsi tertentu.
Media menjadi penghubung perubahan pola masyarakat dan sebagai salah
satu rujukan penting agar para audiens tidak ketinggalan informasi seperti isu-isu
4
McQuail, Dennis.1998.Teory Komunikasi Massa: suatu pengantar. Jakarta: Erlangga Hal: 82 5
4 politik atau masalah-masalah sosial lain yang terjadi disekitarnya. Mengingat
audiens masa kini sebagai masyarakat informasi, maka tak heran apabila
segalanya bisa dijadikan komoditas sebagai kepentingan politik maupun bisnis.
Dalam arti kata lain, media juga bisa menjadi impuls (hasrat)pada perubahan diri
seseorang atau kelompok atau massa mengenai persepsi yang dimiliki audiens
sebagai konsumen media.
Ditengah maraknya tayangan-tayangan televisi saat ini yang kurang
mendidik, stasiun-stasiun televisi berlomba-lomba untuk membuat program acara
yang paling menarik demi menarik perhatian pemirsanya. Sebut saja Metrotv
dengan acara Kick Andy, Kompastv dengan Jalan Keluar kemudian Tvone yang
menawarkan sebuah program acara yaitu Indonesia Lawyers Club (ILC) dan
program-program acara yang lain. Namun dari sekian banyak program acara yang
ada, peneliti tertarik terhadap salah satu program acara yaitu ILC di Tvone.
Yang melatarbelakangi peneliti untuk memilih Indonesia Lawyers Club di
Tvone karena acara ini menjadi salah satu program yang digemari dan dinanti
masyarakat Indonesia karena mencerdaskan dan memperluas wawasan hukum
pemirsa6. “ Saat ini masyarakat berlomba-lomba minta tayangan acara tersebut
ditambah dari empat (4) jam menjadi lima (5) jam,” ujar Raldy Doy, Manajer
Humas Tvone. Dalam empat tahun terakhir, kepercayaan masyarakat kepada
Tvone makin menggembirakan. Terbukti dengan semakin derasnya arus
pemberitaan yang dikabarkan masyarakat di seluruh daerah ke redaksi Tvone di
6
5 Jakarta. Selain itu Tvone juga meraih beberapa prestasi, diantaranya memiliki
penyiar yang menjadi langganan peraih Panasonic Gobel Awards7.
Program acara unggulan Tvone (ILC) ini memiliki salah satu kekuatan
utama yang terletak pada Karni Ilyas sebagai pembawa acara sekaligus wartawan
senior yang memiliki latar belakang sebagai sarjana hukum, dan didukung oleh
para narasumber membahas isu-isu aktual yang sedang hangat diperbincangkan di
masyarakat dan menghasilkan diskusi terbuka. Meski nama programnya
menggunakan kata lawyers namun peserta diskusi tak hanya para advokat, tapi
semua unsur, mulai dari birokrat, hakim, polisi, seniman, budayawan, hingga
rakyat biasa yang bersentuhan langsung dengan isu yang menjadi pembahasan.
Segmen acara ILC ditujukan kepada masyarakat umum khususnya bagi
pemirsa yang peduli akan masalah-masalah sosial yang terjadi disekitarnya. Acara
tersebut dimaksudkan sebagai alternatif dan solusi bagi masyarakat untuk mencari
sebuah media edukatif (mendidik) dan informasi mengenai politik, hukum dan
masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Dengan tujuan untuk memberi
pencerahan kepada masyarakat mengenai suatu permasalahan seperti politik,
hukum dan yang lain, agar didapat informasi yang aktual, tajam, terpercaya dan
dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya8. Sesuai dengan visi Tvone yaitu
mencerdaskan semua lapisan masyarakat yang pada akhirnya memajukan bangsa9.
Berawal dari pengamatan tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti
makna apa yang terdapat pada benak seorang penonton Indonesia Lawyers Club
7
http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=298018. Diakses pada 23 April 2012. Pukul 20.30 WIB.
8
http://politikana.com/baca/2011/07/06/tayangan-jakarta-lawyers-club.html Diakses pada 8 juni 2011.pukul 23:36 WIB.
9
6 di Tvone, yaitu acara yang membahas mengenai masalah-masalah sosial yang
terjadi ditengah masayarakat. Mengingat mahasiswa merupakan elemen
masyarakat yang kritis (intelektual) sebagai agent of change (agen perubahan),
agent of social control (kontrol sosial) masyarakat. Maka peneliti memilih
mahasiswa sebagai subyek penelitian studi pada fungsionaris Badan Eksekutif
mahasiswa Universitas (BEMU) Universitas Muhammadiyah Malang. Sedangkan
pemilihan BEMU dikarenakan BEMU adalah organisasi mahasiswa intra kampus
yang merupakan lembaga eksekutif tertinggi di tingkatan Universitas10. Sehingga
dari hal tersebut nantinya diharapkan dapat memberikan penilaian yang objektif
terhadap program acara ILC.
Berdasarkan uraian latarbelakang di atas maka peneliti mengambil judul:
PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG PROGRAM ACARA
INDONESIA LAWYERS CLUB DI TVONE(Studi Resepsi pada Fungsionaris
Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEMU) Universitas Muhammadiyah
Malang)
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
Bagaimana mahasiswa pada fungsionaris BEMU memaknai program acara
Indonesia Lawyers Club di Tvone?
10
7
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pemaknaan mahasiswa pada fungsionaris BEMU
tentang program acara Indonesia Lawyers Club di Tvone dilihat dari perspektif
studi resepsi.
D. Signifikansi penelitian
D.1. Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menambah referensi
tentang riset audiens melalui reception studies (studi resepsi) bagi peneliti
selanjutnya dan jurusan Ilmu komunikasi sebagai ilmu sosial dan ilmu politik dan
D.2. Praktis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan kontribusi bagi
masyarakat khususnya para penonton program Indonesia Lawyers Club agar
senantiasa lebih kritis dan aktif dalam menyeleksi media yang dikonsumsi.
E. KAJIAN PUSTAKA
E.1. Pemaknaan Audien Media Massa
Pemaknaan berasal dari kata dasar „makna‟, sebagaimana dikemukakan
oleh Fisher dalam bukunya Alex sobur, makna merupakan konsep yang abstrak ,
yang telah menarik perhatian para ahli filsafat dan para teoretisi ilmu sosial
selama 2000 tahun silam. Konsep abstrak disini maksudnya adalah makna itu
dapat tercipta dari arti yang diciptakan oleh manusia itu sendiri. Seperti yang
8 pula makna yang di dapat pendengar dari pesan-pesan kita akan sangat berbeda
dengan makna yang ingin kita komunikasikan11. Komunikasi adalah proses yang
digunakan untuk mereproduksi di benak pendengar apa yang ada di dalam benak
audiens.
Alex sobur (2009:25) pula mengungkapan bahwa ” kata memperoleh
makna hanya karena digunakan secara tepat, yaitu dalam penggunaan kata itu
sendiri ”. Ada beberapa pendapat mengenai jenis atau tipe makna, menurut
Brodbeck(1993), misalnya, seperti dikutip Fisher (1986), mengemukakan bahwa
sebenarnya ada tiga pengertian tentang konsep makna yang berbeda-beda, yaitu12:
1. Makna menurut tipologi Brodbeck adalah makna referensial yakni
makna suatu istilah adalah objek, pikiran, ide atau konsep yang
ditunjukkan oleh istilah tersebut.
2. Tipe mkana yang kedua dari Brodbeck adalah arti istilah itu, dengan
kata lain, lambang atau istilah itu ” berarti ” sejauh ia berhubungan
secara ”sah” dengan istilah yang lain, konsep yang lain. Suatu istilah
dapat saja memiliki arti referensial dalam pengertian yang pertama,
yakni mempunyai referen, tetapi karena ia tidak dihubungkan dengan
berbagai konsep yang lain, ia tidak mempunyai arti.
3. Tipe makna yang ketiga mencakup makna yang dimaksudkan
intentional dalam arti bahwa, arti suatu istilah atau lambang tergantung
pada apa yang dimaksudkan pemakai dengan arti lambang itu.
11
Alex, Sobur. 2009. Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Semiotik dan Framing. Bandung: PT Rosdakarya hlm19-20
9 Makna dalam pandangan cultural studies, dapat ditemukan dari definisi
konsep budaya menggunakan pendekatan universal oleh Raymonds Williams,
yaitu konsep budaya mengacu pada makna-makna bersama. Dimana makna ini
terpusat pada makna sehari-hari seperti nilai, benda-benda material atau simbolis
dan norma13. Kebudayan adalah pengalaman dalam hidup sehari-hari: berbagai
teks, praktik dan makna semua orang dalam menjalani hidup mereka. Dalam
menjalani hidup atau dalam berinteraksi dengan sesama manusia merupakan suatu
pendekatan yang bisa dilakukan dengan cultural studies. Didalam praktek cultural
srudies pemaknaan merupakan unsur utama yang mengharuskan didalam
mengeksplorasi makna tekstual dan menghendaki penyelidikan tentang
bagaimana makna dihasilkan dalam berbagai ragam konteks yang ada.
Makna selalu mencakup banyak pemahaman, aspek-aspek pemahaman
yang secara bersama dimiliki para komunikator. Maka, arti makna dalam
komunikasi dapat dijawab dalam setiap pespektif, tetapi jawaban dari suatu
pespektif tersebut bukanlah jawaban dari perspektif yang lain14. Bahasa dan
makna meniscayakan sebuah kerjasama antara yang membuat pernyataan dan
yang menafsirkan15. Jadi, Sehingga arti dari makna yaitu sebagai suatu konsep
yang relevan dengan komunikasi tergantung pada perspektif yang dipergunakan
untuk meninjau proses komunikasi tersebut.
13
Barker, Chris. 2004. Cultural Studies: Teori dan Praktik. Yogyakarta. Kreasi Wacana Hlm 50-55
14
Fisher, B. Aubrey. 1986. Teory-Teori Komunikasi: Bandung: Remadja Karya CV. 15
10
E.1.1. Pemaknaan Audien Terhadap Media / Studi Resepsi
Dalam reception studies (studi resepsi) audiens diasumsikan sebagai
individu-individu yang berada dalam dan menjadi bagian dari, budaya massa
(mass culture). Pada analisis reception studies, makna yang ditemukan merupakan
hasil pemaknaan pesan atau teks media oleh audiens yang diteliti, sementara
dalam teks media, makna temuan penelitian dicapai melalui pemaknaan atas teks
oleh peneliti16. Studi resepsi adalah studi yang menfokuskan pada pengalaman
dan pemirsaan oleh khalayak, serta bagaimana makna diciptakan melalui
pengalaman tersebut. Analisis ini mencoba memberikan sebuah makna teks media
dengan memahami bagaimana karakter teks dibaca oleh khalayak audien17.
Dalam kajian komunikasi reception studies biasanya dipakai sebagai salah
satu metode alternatif dalam riset audiens. kemunculan reception studies bukan
sebagai reaksi terhadap metode survey dalam riset audiens (metode yang paling
banyak dipakai), melainkan lebih sebagai alternative dari metode analisis teks
dalam studi media. Audiens merupakan pencipta aktif makna dalam kaitannya
dengan teks18. Sehingga pemaknaan dalam reception studies adalah makna yang
ditemukan yaitu hasil pemaknaan pesan atau teks media oleh audien yang diteliti.
Konsep teoritik terpenting dari studi resepsi adalah bahwa teks media bukanlah
makna yang melekat pada teks media tersebut, tetapi makna diciptakan melalui
interaksi antara khalayak dengan teks. Dengan analisis studi resepsi tersebut,
peneliti berusaha mendiskripsikan bagaimana audiens mahasiswa pada
16
Farid Rusman, M.S.i. Riset Audien. Materi Perkuliahan Semester Vll 17
Nur Hasanah, Fauziah. Pemaknaan Komunitas Waria terhadap Reality Show“Be A Man” di
Global TV. Universitas Muhammadiyah Malang. Skripsi 18
11 fungsionaris Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEMU) Universitas
Muhammadiyah Malang memaknai program acara Indonesia Lawyers Club di
Tvone.
E.2. Teks Media
Teks dalam pengertian umum adalah dunia semesta ini, bukan hanya teks
tertulis atau lisan, Adat istiadat, kebudayaan, film, drama secara pengertian
umum adalah teks (Partini, dalam, Jabrohim, 2001: 137)19. Teks adalah semua
bentuk bahasa, bukan hanya kata-kata yang yang tercetak di lembar kertas, tetapi
juga semua jenis ekspresi komunikasi, ucapan, musik, gambar, efek suara, citra,
dan sebagainya. Van Djik membagi teks kedalam tiga tingkatan. Pertama, struktur
makro, ini merupakan makna global/umum dari suatu teks yang dapat damati
dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita. Kedua,
superstruktur, ini merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka
suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun ke dalam berita secara utuh.
Ketiga, struktur mikro adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil
dari suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan
gambar. 20
Menurut Van Djik (2009: 53) meskipun terdiri atas berbagai elemen, suatu
elemen tersebut merupakan satu kesatuan, saling berhubungan dan mendukung
satu sama lainnya. Makna global dari suatu teks (tema) didukung oleh kerangka
teks dan pada akhirnya pilihan kata dan kalimat yang dipakai. Menurut Littlejohn,
19
Alex, Sobur. 2009. Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Semiotik dan Framing. Bandung: PT Rosdakarya hlm 53
20
12 antara bagian teks dalam model Van Djik dilihat saling mendukung, mengandung
arti yang koheren satu sama lain21. Demikian dengan Fairclough, yang melihat
teks dalam berbagai tingkatan. Sebuah teks bukan hanya menampilkan bagaimana
hubungan antarobyek didefinisikan. Ada tiga elemen dasar dalam model
Fairclough yang dapat digambarkan dalam tabel berikut. Setiap teks pada
[image:29.595.117.517.332.504.2]dasarnya dapat diuraikan dan dianalisis dari ketiga unsur tersebut22.
Tabel 1.1
Model Fairchough (Tingkatan Teks)
UNSUR YANG INGIN DILIHAT
Representasi Bagaimana peristiwa, orang, kelompok, situasi, keadaan, atau
apapun ditampilkan dan digambarkan dalam teks.
Relasi Bagaimana hubungan antara wartawan, khalayak, dan
partisipan dalam berita ditampilkan dan digambarkan dalam
teks.
Identitas Bagaimana identitas wartawanm khalayak, dan partisipan
dalam berita ditampilkan dan digambarkan oleh teks.
Sumber: Eriyanto. 2001 Analisis Wacana: pengantar analisis teks media.
Yogyakarta: LkiS hlm 289
E.3. Audiens
E.3.1. Audiens Media Massa
Istilah audiens media memiliki arti sekelompok orang yang menjadi
penonton, pembaca, pendengar, maupun pemirsa berbagai media atau komponen
isinya. Audiens yang dimaksud dalam media massa sangat beragam, dari jutaan
21
Ibid hlm 289 22
13 penonton televisi, ribuan pembaca buku, majalah, koran atau jurnal ilmiah.23
Dikarenakan audiens terbentuk atas dasar keanekaragaman ”selera”, maka Dennis
Mc.Quail mengkarekteristikan audiens menjadi empat kategori yaitu: 24
1. Kategori (kelompok atau publik), dimana audiens disini terbentuk
sejalan dengan suatu pengelompokan sosial yang ada, misalnya
komunitas tertentu seperti, tempat tinggal, kelas sosial, politik, budaya,
dan sebagainya.
2. Kategori (kelompok kepuasan), audiens disini terbentuk atas dasar
tujuan atau kebutuhan individu tertentu yang ada terlepas dari media,
tetapi berkaitan misalnya dengan isu politik atau sosial, audiens berita
dan sebagainya.
3. Kategori (kelompok penggemar atau budaya cita rasa), dimana audiens
terbentuk atas dasar minat pada isi (gaya), daya tarik tertentu, cita rasa
budaya atau intelektual tertentu.
4. Kategori (audiens medium), disini audiens terbentuk berasal dari dan
dipertahankan oleh kebiasaan atau loyalitas pada sumber media
tertentu, misalnya surat kabar, majalah, radio atau televisi.
Konsep tentang audiens ini benar-benar menggantungkan hidupnya pada
media massa atau seorang komunitor yang berkembang sampai tahun 1930an dan
1940an. Contoh teori–teori klasik menegenai audiens media massa seperti;
hipodermik nedle theory, agenda setting, uses and gratification theory dan
teori-teori yang berkembang pada zaman Karl Marx seperti teori-teori media kritis (Media
23
Nurudin, 2007.Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT.Raja Grafindo persada. hlm 104 24
14
Critical Theory). Kemuadian teori-teori lain yang begenre kritis, seperti teori studi
budaya (Cultural studies) dan teori ekonomi politik.
Apabila dikaji lebih jauh, ada beberapa teori audiens yang pernah
dikemukakan oleh Melvin De Fleur dan Sandra Ball-Rokeach. Dalam melihat
efek media massa ada dua catatan yang bisa dijadikan dasar, yakni interaksi
audiens dan bagaimana tindakan audiens terhadap isi media. Ada tiga teori yang
menjelaskan disini;25
1. Individual Differences Perspective teori ini menggambarkan khususnya
perilaku audiens, proses ini berlangsung berdasarkan ide dasar dari
stimulus~response. Disini tidak ada audiens yang relatif sama – pengaruh
media massa pada masing-masing individu berbeda tergantung pada
kondisi psikologi individu.
2. Social Categories Perspective mengambil posisi bahwa adanya
perkumpulan sosial, memberi kecendrungan audiens mempunyai
kesamaan norma sosial, nilai dan sikap. Disini kelompok audiens yang
akan mereaksi secara sama pada pesan khusus yang diterimanya.
3. Social Relation Perspective, menyatakan bahwa hubungan secara informal
memengaruhi audiens. Artinya, antarindividu itu saling memengaruhi satu
sama lain dan menghasilkan respons yang hampir sama.
Jika dari ketiga pespektif diatas digabungkan kita dikenalkan pada
gambaran berikut sebagai teori audien : ” Masing-masing dari kita adalah anggota
dari sejumlah besar audiens, tetapi masing-masing audiens itu mereaksi secara
25
15 individual. Interkasi dengan anggota audiens yang lain juga mempunyai dampak
pada bagaimana kita merespons”.
Berdasarkan sudut pandang audiens, terdapat teori fungsionalisme
individual yang membicarakan fungsi dan disfungsi individu yang berhubungan
dengan media. Dimana memusatkan perhatian pada prilaku individu, motif dan
konsekuensinya pada individu. Dalam perspektif ini audiens adalah konsumen
dari produk-produk yang ditawarkan di media massa dan mereka berhak memilih
media mana yang disukai. Seperti yang diungkapkan Jay G. Blumler (1997)
bahwa tipe audiens yang tergolong audiens aktif adalah 26:
1. Selektif (selectivity). Audiens tidak asal-asalan dalam mengkonsumsi
media, namun terdapat alasan tertentu.
2. Kegunaan (utilitarianism), Audiens aktif dikatakan mengkonsumsi
media dalam rangka suatu kepentingan untuk memenuhi kebutuhan
dan tujuan tertentu yang mereka miliki.
3. kesengajaan (intensionality). Audiens aktif menggunakan secara sadar
atau sengaja dari isi media.
4. Keikutsertaan (involment), audiens secara aktif berpikir mengenai
alasan mereka dalam mengkonsumsi media.
5. Kesulitan untuk dipengaruhi (impervious to influrnce), audiens aktif
dipercaya sebagai komunitas yang tahan dalam menghadapi pengaruh
media atau tidak mudah terpengaruh oleh media.
26
16 Audiens aktif biasanya adalah para audiens yang memiliki tingkat
pendidikan tinggi/berpendidikan karena mereka cendrung memilih mana yang
sesuai dengan kebutuhan mereka. Sehingga menurut Dennis Mc.Quail, penyebab
penggunaan media oleh para audiens terletak dalam lingkungan sosial atau
psikologis yang dirasakan sebagai masalah dan medialah yang digunakan untuk
menanggulangi masalah itu (pemuasan kebutuhan)27.
E.4. Realitas Media Massa
Media massa selain menjadi media untuk menyebarkan atau
mendistribusikan informasi dan sebagai media hiburan bagi masyarakat, juga
sebagai institusi yang berperan sebagai agen perubahan (agent of change), yaitu
sebagai institusi pelopor perubahan28. Namun dari begitu banyaknya media massa
yang ditawarkan oleh pelaku pasar, masyarakat lebih banyak memilih media
massa elektronik sebagai pemenuhan kebutuhan mereka akan informasi dan
hiburan, hal ini dikarenakan media komunikasi massa pasti mengalami perubahan
seiring dengan adanya berbagai kemungkinan dan tantangan teknologi baru dalam
semua tahap komunikasi.
Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari
sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi
mekanis seperti surat kabar, film, radio dan televisi29. Dalam definisi lain, media
27
McQuail, Dennis.1998.Teory Komunikasi Massa: suatu pengantar. Jakarta: Erlangga.hlm 217 28
Bungin, Burhan. 2007. Sosiologi Komunikasi Jalarta: Kencana. Hlm 126 29
17 massa adalah komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi
secara massal dan dapat di akses oleh masyarakat secara massal pula.
Seorang ahli komunikasi Dr. Harold Laswell melihat tiga fungsi utama
media massa yaitu 30.:
1. The Surveillance of The Environment. Dalam hal ini dimaksudkan
bahwa media massa mempunyai fungsi sebagai pemberi informasi dan
penyampaian berita kepada masyarakat.
2. The Correlation of The Part of Society in responding of The
Environment. Fungsi ini menekankan bahwa pada seleksi, evaluasi dan
interpretasi dari media massa. Peranan media massa adalah melakukan
seleksi mengenai apa yang perlu dan apa yang tidak perlu disiarkan.
Pemilihan dilakukan oleh editor, redaktur dan pengelola media massa.
Kurt Lewin menyebutnya Gatekeeper dari arus berita dan informasi.
3. The Transmission of The Social Heritage from One Generation to The
Next. Berfungsi sebagai sarana untuk memindahkan nilai dan warisan
budaya dari generasi ke generasi.
Ahli komunikasi lain menambahkan bahwa fungsi utama media massa
adalah sebagai media hiburan, Sedangkan menurut Wilbur Schramm
menambahkan bahwa fungsi dari media massa adalah sebagai media advertensi
atau iklan, dalam beberapa hal menurut Wilbur Schramm, media massa adalah
membantu memperkenalkan perubahan sosial31. Dengan demikian, fungsi utama
dari media massa adalah sebagai pemberi informasi, seleksi berita atau informasi,
30
Bungin, Burhan. 2007. Sosiologi Komunikasi Jalarta: Kencana. Hlm 72 31
18
pendidikan, hiburan dan iklan atau advertensi32. Media tidak hanya
mempengaruhi tatanan politik, sosial dan ekonomi dimana ia berada, namun juga
dipengaruhi olehnya sebagai salah sebuah institusi. Media memiliki kekuatan
yang sangat besar seperti, membuat sebuah institusi lain menjadi kuat.
Kemampuannya dalam menyebarluaskan pesan dan informasi kepada audiens
menjadikannya sebagai sumber kekuatan.33
Lingkungan simbolik di sekitar (informasi, gagasan, kepercayaan, dan
lain-lain) seringkali kita ketahui melalui media massa. Bahkan pengetahuan kita
tentang masyarakat sendiri pun kebanyakan bersumber dari media. Media massa
memiliki peran mediasi (penengah/penghubung) antara realitas sosial yang
objektif dengan pengalaman pribadi. Pernyataan tersebut merupakan asumsi dasar
dari teori media dan masyarakat. Berikut ini beberapa aspek cara media
menghubungkan kita (audiens) dengan ”realitas”: Media berpereran sebagai:34
1. (Jendela) pengalaman yang meluaskan pandangan kita dan memahami
apa yang terjadi disekitar kita, tanpa campur tangan pihak lain.
2. (Juru bahasa) yang menjelaskan dan memberi makna terhadap
peristiwa atau hal yang terpisah dan kurang jelas
3. (Pembawa atau pengantar)informasi dan pendapat.
4. (Jaringan interaktif) yang menghubungkan pengirim dan dengan
penerima melalui pelbagai macam umpan balik.
5. (Papan penunjuk jalan) yang secara aktif menunjukkan arah,
memberikan bimbingan atau intruksi.
32
.JB, Wahyudi.1997.Media Komunikasi Massa.Jakarta: Grasindo. Hlm 43 33
Rivers, William L. 2004. Media Massa dan Masyarakat modern.Jakarta:Prenada Medi hlm 38. 34
19 6. (Penyaring) yang memilih bagian pengalaman yang perlu diberi
perhatian.
7. (Khusus) dan menyisihkan aspek pengalaman lainnya, baik secara
sadar dan sistematis maupun tidak. Biasanya pantulan citra itu
mengalami perubahan (distorsi) karena adanya penonjolan terhadap
segi yang ingin dilihat oleh para anggota masyarakat.
8. (Cermin) yang memantulkan citra masyarakat terhadap masyarakat itu
sendiri.
9. (Tirai atau penutup) yang menutupi kebenaran demi pencapai tujuan
propaganda atau pelarian dari suatu kenyataan (escapism).
E.5. Media Massa Sebagai Public Sphere
Gagasan public sphere (ruang publik) merupakan gagasan yang belum tua,
dan dalam hal ini filsuf Jerman Jurgen Habermas dianggap sebagai pencetus
gagasan tersebut, sekalipun sebagian orang menganggap benih-benih pemikiran
ruang publik sudah dikemukakan oleh sosilogis dan ekonomis Jerman Maximilian
Carl Emil Weber35. Habermas menemukan media massa sebagai ruang untuk
membangun diskursus public demi terwujudnya masyarakat yang kritis sehingga
dapat berfungsi sebagai kontrol terhadap setiap kebijakan Negara ataupun
komunitas bisnis. Bagi Jurgen Habermas, ruang publik atau public sphere adalah
bagian dari masyarakat warga (civil society) dimana masyarakat dapat turut serta
berpartisipasi dan sebagai wadah masyarakat dimana mereka bisa berkomunikasi
35
20 dan melakukan dialog-dialog rasional dengan sesamanya36. Habermas juga
mendifinisikan public sphere sebagai suatu arena atau ruang di mana terdapat
kebebasan dari intervensi, dan orang-orang yang ada di dalamnya terbebas dari
ikatan atau pengaruh luar, terutama dari negara dan pemerintah. Ide habermas
tersebut kemudian dibahas oleh para pakar-pakar komunikasi. William Gamson
dan Andrew Madiglian salah satunya yang mengembangkan ide tentang media
massa sebagai public sphere.37
Gamson dan Madigliani, selama ini media massa dijadikan oleh berbagai
kelompok kepentingan untuk tempat konflik, bahwa pendapat atau gagasan suatu
kelompok tertentu lebih baik dari kelompok lainnya38. Misalnya seperti akan
digulirkannya Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan (UU BHP) di
Indonesia. Dimana pada waktu itu banyak sekali kecaman yang datang dari
masyarakat, karena semua itu dianggap sebagai kapitalisasi pendidikan. Namun,
sebaliknya ada pula kalangan yang mendukung akan aturan tersebut, sehingga
semakin membingungkan masyarakat awam.
Oleh karena itu, media massa harus mampu menjadi public sphere,
dimana masyarakat mendapatkan porsi yang serupa dalam memberikan
komentarnya langsung terhadap suatu permasalahan dalam pemberitaan media
massa. Sebuah media massa harus mewujudkan fungsi public sphere ini, demi
terjaminnya nilai-nilai kebebasan dan netralitas dalam berpendapat di muka
umum.
36
Selu, Margareta, Kushendrawati. 2011. Hiperrialitas dan Ruang Publik: sebuah analisis cultural studies.Jakarta: Penaku. hlm 187
37
http://talking-2.blogspot.com/2009/04/media-massa-sebagai-public-sphere.html. Diakses pada 12 Desember 2011 pkl: 13.00 WIB
21
E.6. Televisi Sebagai Medium Media Massa
Televisi sebagai salah satu bentuk media massa harus mendapat dukungan
dari masyarakat, usaha untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat yaitu salah
satunya dari program-program yang ditayangkan. Sehingga usaha untuk meraih
audiens melalui program acara menjadi satu hal penting yang mendapat porsi
utama. Televisi adalah media yang begitu banyak menyita perhatian masyarakat
bila dibandingkan dengan media lainnya, hal ini dikarenakan televisi memiliki
sejumlah kelebihan terutama kemampuannya dalam menyatukan antara fungsi
audio dan visual, ditambah kemampuannya dalam memainkan warna. Selain itu,
Televisi juga mampu mengatasi jarak dan waktu, sehingga penonton yang tinggal
di tempat jauh dan terpencil dapat menikmati siaran televisi.39 Televisi berasal
dari dua buah kata yang berbeda asalnya, yaitu tele ( bahasaYunani) yang berarti
jauh dan Visi (Videre - Bahasa latin) yang berarti penglihatan. Dengan demikian
televisi dapat diartikan “melihat jauh”. “Melihat jauh” ini dapat juga diartikan
dengan gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat (studio televisi) dan
dapat dilihat dari tempat lain melalui sebuah perangkat penerima (televisi set).40
Munculnya televisi dalam kehidupan manusia memang menghadirkan
suatu peradaban khususnya dalam proses komunikasi dan informasi terhadap
massa. Hal itu menunjukkan bahwa media tersebut telah menguasai jarak secara
geografis dan sosiologis. Selain untuk kepentingan hiburan, televisi juga
difungsikan sebagai alat perubahan di Negara-negara sedang berkembang untuk
mendorong percepatan pembangunan, terutama di sektor penerangan, pendidikan,
39
Cangara, Hafied. 2008. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.hlm 136
40
22 kebudayaan, politik, dan ekonomi41. Menurut Ruedi Hofman (1999) dalam
bukunya “ Dasar-dasar Apresiasi Program Acara TV “, ada lima fungsi yang pada
umumnya diakui oleh media televisi, yaitu 42:
1. Pengawasan situasi masyarakat dan dunia.
Fungsi ini disebut juga sebagai fungsi informasi, namun istilah
informasi sengaja tidak dipakai supaya tidak timbul salah paham
seakan-akan fungsi televisi sebagai saluran penerangan bagi penguasa
untuk memberikan kepentingan kepada pemerintah. Fungsi televisi
sebenarnya adalah mengamati kejadian di masyarakat dan
melaporkannya sesuai dengan kenyataan yang ditemukan.
Menghubungkan satu dengan yang lain. Menurut, Neil Postman,
televisi tidak berkesinambungan tetapi dapat menghubungkan hasil
pengawasan lain yang jauh lebih gampang daripada dokumen tertulis.
2. Menyalurkan Kebudayaan.
Televisi diharapkan lebih proaktif karena televisi sendiri tidak hanya
mencari, tetapi juga ikut mengembangkan kebudayaan. Kebudayaan
yang dikembangkan oleh televisi merupakan tujuan tanpa pesan
khusus didalamnya.
3. Hiburan
Dalam kebudayaan audio visual setidaknya program acara harus
bersifat menghibur, kalau tidak maka tayangannya tidak akan ditonton,
41
Ibid hlm 144 42
23 karena sekarang ini hiburan semakin diakui sebagai kebutuhan
manusia.
4. Pengerahan masyarakat untuk bertindak dalam keadaan darurat.
Fungsi yang terakhir ini sering disalah artikan oleh penguasa. Akan
tetapi dalam situasi tertentu, fungsi ini cukup masuk akal. Misalnya
saja terjadi wabah penyakit di suatu daerah, maka televisi bisa
memberitahukan berdasarkan fungsi pengawasan, berita ini kemudian
dapat dihubungkan dengan keterangan tentang vaksinasi.
Semakin majunya perkembangan teknologi, maka semakin banyak pula
stasiun televisi yang bermunculan dan semakin ketat pula persaingan mereka
dalam penyajian program acara. Untuk itu, setiap stasiun televisi akan melakukan
langkah-langkah baru untuk menarik pemirsa agar menonton program acara yang
mereka sajikan, diantaranya: 43
1. Memberitakan peristiwa-peristiwa aktual yang terjadi dalam
masyarakat.
2. Menyajikan berita-atau informasi dengan fakta-fakta yang lengkap.
3. Menyajikan paket-paket hiburan yang bekualitas dari segi isi pesan
maupun penggarapannya.
Program acara televisi adalah mata acara yang ditayangkan oleh stasiun
televisi, baik harian, mingguan, tengah bulanan, bulanan, triwulan, tengah tahun
dan tahunan44. Program-program acara yang akan disajikan oleh stasiun televisi
biasanya memiliki kesamaan dari segi tema, namun tetap akan berbeda terutama
43
Kuswandi,Wawan. 1996. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi. Jakarta : PT Rineka Cipta.hlm 125
44
24 dari segi konsep dan kemasan tayangannya. Hal ini sangat berkaitan dengan
keputusan stasiun televisi dalam menentukan program mana saja yang layak
tayang serta kemampuan berkreasi orang-orang yang yang terlibat di dalamnya.
Baik buruknya suatu program acara televisi akan sangat berpegaruh pada
stasiun televisi di kemudian hari. Jika acara yang ditayangkan mempunyai mutu
pengawasan yang bagus, dalam artian sesuai dengan kondisi dan segmentasi
pemirsanya dan penempatan waktu tayang yang sesuai dengan program acaranya,
tentu acara tersebut akan mendapatkan perhatian luas dari masyarakat.
Ada tiga dampak yang ditimbulkan dari program acara televisi, yaitu :45
1. Dampak Kognitif, yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk
menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang
melahirkan pengetahuan bagi pemirsa. Contoh : acara kuis di televise.
2. Dampak Peneriuan, yaitu pemirsa dihadapkan pada trend aktual yang
ditayangkan televisi, dimana pada akhirnya apa yang ada di televisi
akan menjadi panutan dan diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari.
Misalnya saja model baju atau pakaian terbaru dari artis “ X ” yang
sedang digandrungi, maka akan banyak ditiru oleh massa.
3. Dampak Perilaku, yaitu proces tertanamnya nilai-nilai sosial budaya
yang ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan
pemirsa sehari-hari.
45
25
E.7. Program Acara Indonesia Lawyers Club Sebagai media Edukasi dan
Informasi
Setelah berjalan kurang lebih selama satu tahun, program acara thalk show
ini berubah nama menjadi Indonesia Lawyers Club yang sebelumnya bernama
Jakarta Lawyers Club. Banyak faktor yang melatar belakangi bergantinya nama
tersebut, salah satu diantaranya adalah masalah bangsa, karena bukan hanya orang
Jakarta saja yang membahas problem tersebut. Alasan kedua karena desakan dari
beberapa pihak dan daerah supaya acara tersebut bisa road show ke berbagai kota
di tanah air46.
Program acara Indonesia Lawyers Club adalah salah satu program acara
yang disiarkan oleh Tvone yang di dalamnya membahas berkisar antara politik,
hukum dan lain sebagainya. Acara ini mencoba untuk menawarkan sebuah solusi
dan mengupas tuntas semua problem-poblem yang ada di masyarakat maupun
pemerintah. Tujuan dari acara ini dimaksudkan untuk memberi pencerahan
kepada masyarakat umum agar masyarakat mendapatkan sebuah pemahaman serta
informasi yang aktual, tajam, terpercaya dan dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya47. Seperti yang dijelaskan dalam bukunya Bungin Burhan, media
massa adalah sebagai pencerahan masyarakat, sebagai media informasi dan
sebagai media hiburan48. Tanpa informasi kehidupan masyarakat akan mengalami
ketimpangan dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya
46
http://opini-indonesiaku.blogspot.com/2011/11/jakarta-lawyers-club-berganti-nama.html Diakses pada tgl 04 nov 2011. Pkl 00.41 WIB
47
http://politikana.com/baca/2011/07/06/tayangan-jakarta-lawyers-club.html Diakses pada 8 juni 2011.pukul 23:36 WIB.
48
26 Pengaruh media massa terhadap khalayaknya akan semakin terasa
manakala khalayaknya semakin tergantung pada media. Media massa disini
merupakan alat yang sangat ampuh dalam mengubah pikiran, perasaan dan
perilaku seseorang. Oleh karena itu sebaiknya khalayak audiens dalam memilih
atau mengkonsumsi sebuah media harus teliti mana informasi yang bersifat
edukatif dan mana yang tidak.
F. Definisi Konseptual
F.1. Pemaknaan dalam Reception studies
Pada analisis reception studies, makna yang ditemukan merupakan hasil
pemaknaan pesan atau teks media oleh audiens yang diteliti. Sementara dalam
teks media makna temuan penelitian dicapai melalui pemaknaan atas teks oleh
peneliti. Sehingga pemaknaan dalam reception studies adalah makna yang
ditemukan dari hasil pemaknaan pesan atau teks media oleh audien yang diteliti.
Audiens disini diasumsikan sebagai individu-individu yang berada dalam, dan
menjadi bagian dari, budaya massa (mass culture) 49.
F.2. Mahasiswa sebagai Audiens Program Acara Televisi
Khalayak biasa disebut dengan istilah penerima, sasaran, pembaca,
pendengar, pemirsa, audiens, decoder atau komunikan. Khalayak adalah salah
satu aktor dari proses komunikasi, oleh karena itu unsur khalayak tidak boleh
diabaikan, sebab berhasil tidaknya suatu proses komunikasi sangat ditentukan
49
27 oleh khalayak audiens50. Khalayak dalam hal ini adalah mahasiswa. Seorang
komunikator diharapkan mengetahui siapa yang menjadi target khalayak
audiensnya. Dalam bukunya Cangara Havied, audiens dapat dilihat dari tiga aspek
yang terdiri dari;
1. Pertama, aspek sosiodemografis terdiri dari jenis kelamin, usia,
populasi, lokasi, tingkat pendidikan, bahasa, agama, pekerjaan,
ideologi, pemilihan media.
2. Kedua, aspek profil psikologis, yang meliputi memahami audiens dari
segi kejiwaan yang meliputi emosi, bagaimana pendapat mereka,
adakah keinginan yang perlu dipenuhi, adakah selama ini mereka
menyimpan kecewa, frustasi atau dendam.
3. Ketiga, aspekkarakteristik perilaku khalayak yang meliputi hobi, nilai
dan norma, mobilitas sosial, perilaku komunikasi.
F.3. Studi Resepsi
Studi respsi adalah studi yang menfokuskan pada pengalaman dan
pemirsaan oleh khalayak, serta bagaimana makna diciptakan melalui pengalaman
tersebut. Analisis ini mencoba memberikan sebuah makna teks dengan memahami
bagaimana karakter teks dibaca oleh khalayak51. Audiens merupakan pencipta
aktif makna dalam kaitannya dengan teks.52 Konsep teoritik terpenting dari studi
resepsi adalah bahwa teks media bukanlah makna yang melekat pada teks media
50
Cangara, Hafied. 2008. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.hlm 157
51
Nur Hasanah, Fauziah. Pemaknaan Komunitas Waria terhadap Reality Show “Be A Man” di
Global TV. Universitas Muhammadiyah Malang, Skripsi 52
28 tersebut, tetapi makna diciptakan melalui interaksi antara khalayak dengan teks.
Dengan analisis studi resepsi tersebut, peneliti berusaha mengungkap bagaimana
audiens dalam hal ini mahasiswa funsionaris BEMU-UMM memaknai program
acara Indonesia Lawyers Club di Tvone.
G. Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah pemaknaan
yang diciptakan oleh penonton acara Indonesia Lawyers Club di Tvone. Adapun
pemaknaan yang dimaksud adalah mengungkapkan makna baik yang berupa teks,
lisan, gambar, dan semua bentuk bahasa dan jenis ekspresi komunikasi dari
program acara Indonesia Lawyers Club di Tvone bagi penononton.
H. Metode Penelitian
H.1. Pendekatan dan Tipe Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah pendekatan
kualitatif, para pakar mendefinisikan penelitian kualitatif secara berlainan, seperti
yang dijelaskan dalam bukunya Dedy Mulyana penelitian kualitatif adalah
penelitian yang bersifat interpretif (menggunakan penafsiran) yang melibatkan
banyak metode, dalam menelaah masalah penelitiannya. Sebagian ilmuan
menerjemahkan penelitian kualitatif sekadar penelitian deskriptif53. menurut
Bogdan Taylor dalam Moleong penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian
53
29 yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat dipahami54.
Peneliti berusaha menafsirkan bagaimana audien memaknai program acara
Indonesia Lawyers Club di Tvone menggunakan metode studi resepsi (reception
studies) yaitu studi mengungkap tentang makna melalui pemkanaan oleh audien
atas teks media. Penelitian ini menggunakan paradigma interpretatif. Paradigma
interpretatif dalam hal ini, merupakan upaya penentuan suatu masalah dan menilik
gejala-gejala yang ada masyarakat. Peneliti menitik beratkan pada penelitian teks
media dan audiens aktif yaitu studi resepsi.
H.2. Subyek dan Waktu Penelitian
Subyek penelitian ini adalah mahasiswa. Dimana mahasiswa merupakan
elemen masyarakat yang kritis (intelek) sebagai agent of change (agen perubahan)
agen of social control (agen kontrol sosial) masyarakat. Penentuan sampling
dilakukan dengan menggunakan teknik purposif sampling yaitu teknik
pengambilan sampel tidak secara random, tapi dilakukan dengan berdasarkan
pada kebijakan penelitian itu sendiri. Purposive sampling dilakukan bila
diperlukan responden dengan persyararatan khusus55. Dengan kata lain, sampel
yang dipilih haruslah memenuhi kriteria yang ditentukan oleh peneliti. Adapun
kriteria yang harus dimiliki adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa fungsionaris BEMU-UMM
54
Moleong, Lexy. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hlm 3 55
30
2. Mahasiswa yang menonton dan mengikuti episode program acara
Indonesia Lawyers Club di Tvone.
3. bersedia diwawancara sebagai informan
Sedangkan untuk waktu penelitiannya bersifat kondisional antara peneliti
dengan yang diteliti saling menyesuaikan yaitu pada November-Desember 20011.
H.3. Teknik Pengumpulan Data
H.3.1. Focus Group Discussion (FGD)
Focus Group Discussion (FGD) merupakan metode pengumpulan data
atau riset untuk memahami sikap dan perilaku khalayak audiens, biasanya terdiri
dari 6-12 orang yang secara bersamaan dikumpulkan, diwawancarai, dimana
peneliti mengumpulkan untuk membahas topik penelitian dan berbagai aspek dari
suatu program dalam diskusi yang tidak terstruktur yang dipimpin oleh seorang
moderator56. Hal ini bertujuan agar dalam proses diskusi bisa efektif serta tercipta
suasana yang nyaman dan kondusif.
Metode FGD termasuk metode yang memakai pendekatan kualitatif, yang
dalam penelitiannya melibatkan (1) peneliti, (2) moderator diskusi (bisa di-handle
peneliti) dan (3) partisipan (kelompok-kelompok responden atau subyek
penelitian). Dalam riset audiens, FGD digunakan untuk melacak hal-hal tertentu
yang ingin ditonjolkan oleh (menjadi prioritas bagi) kelompok-kelompok
partisipan (sebagai representasi audiens tertentu) dalam FGD57.
56
Morrisan, M.A. 2009. Manajemen Media Penyiaran. Jakarta: Kencana Hlm 362 57
31
H.4.Teknik analisis Data
Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya
ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian besar Patton (1980)58. Analisis
data kualitatif dimulai dari analisis berbagai data yang berhasil dikumpulkan di
lapangan. Kemudian data tersebut diklasifikasikan kedalam kategori-kategori
tertentu dengan mempertimbangkan kompetensi subjek dan tingkat autentisitas
data. Setelah diklasifikasikan barulah dilakukan interpretasi data dan dikaitkan
dengan teori atau konteks-konteks tertentu untuk mempertahankan argumentasi
(blocking interpretation)59. Dalam penelitian ini data-data yang sudah didapat dari
hasil wawancara dianalisis melalui studi resepsi, di mana pemaknaan diurutkan
kembali secara mendetail. Selanjutnya peneliti melakukan interpretasi atas
data-data yang sudah didapat serta diurutkan tersebut.
58
Oman, sukmana, Metode Penelitian Sosial. Hand Out Perkuliahan semester lV 59