• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG PROGRAM ACARA INDONESIA LAWYERS CLUB DI TVONE Studi Resepsi pada Fungsionaris Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEMU) Universitas Muhammadiyah Malang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG PROGRAM ACARA INDONESIA LAWYERS CLUB DI TVONE Studi Resepsi pada Fungsionaris Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEMU) Universitas Muhammadiyah Malang"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

i PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG PROGRAM ACARA

INDONESIA LAWYERS CLUB DI TVONE

Studi Resepsi pada Fungsionaris Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEMU) Universitas Muhammadiyah Malang

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1)

Oleh: Kuraisi 07220196

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

ii LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Kuraisi

NIM : 07220196

Jurursan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi: Pemaknaan Mahasiswa Tentang Program Acara Indonesia Lawyers

Club Di Tvone (Studi Resepsi pada Fungsionaris Badan Eksekutif

Mahasiswa Universitas (BEMU) Univesitas Muhammadiyah

Malang)

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Nasrullah. S.Sos, M.S.i Dr.Wahyudi, M.S.i

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi

(3)

iii LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Kuraisi

NIM : 07220196

Konsentrasi : Audio Visual

Judul Skripsi : Pemaknaan Mahasiswa Tentang Program Acara Indonesia Lawyers Club Di Tvone (Studi Resepsi pada Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEMU) Universitas Muhammadiyah Malang).

Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

Jurusan Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang

dan dinyatakan LULUS

Pada Hari : Jum’at

Tanggal : 27 April 2012

Tempat : Ruang 609

Mengesahkan,

Dekan FISIP UMM

Dr. Wahyudi, M. Si Dewan Penguji:

1. Joko Susilo, S.sos, M.Si Penguji I ( )

2. Widiya Yutanti, M.A Penguji II ( )

3. Nasrullah, S.sos, Msi Penguji III ( )

(4)

iv PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Kuraisi

Tempat, tanggal lahir : Sumenep, 18 Apil 1989

Nomor Induk Mahasiswa : 07220196

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul:

Pemaknaan Mahasiswa Tentang Program Acara Indonesia Lawyers Club di Tvone

(Studi Resepsi pada Fungsionaris Badan Ekseskutif Mahasiswa Universitas (BEMU) Universitas Muhammadiyah Malang)

adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 17 April 2012

Yang Menyatakan,

(5)

v BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : Kuraisi

NIM : 07220196

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Konsentrasi : Audio Visual

Judul Skripsi : Pemaknaan Mahasiswa Tentang Program Acara Indonesia Lawyers Club Di Tvone (Studi Resepsi pada Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEMU) Universitas Muhammadiyah Malang).

Pembimbing : 1. Nasrullah. S.Sos, M.S.i

2. Dr. Wahyudi. M.S.i

Kronologi Bimbingan :

Tanggal Paraf

Pembimbing I

Paraf

Pembimbing II

Keterangan

05 September 2011 Acc Judul

06 November 2011 Acc Proposal

15 November 2011 Seminar Proposal

27 November 2011 Acc Bab I

10 Februari 2012 Acc Bab II

10 Februari 2012 Acc Bab III

17 April 2012 Acc Seluruh Naskah

Malang, 17 April 2012

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

(6)

vi LEMBAR PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, Barokallah, segala puji bagi Allah SWT, Penguasa Langit dan Bumi. Atas KuasaNya-lah apa yang terjadi di muka bumi ini. Atas RahmatNya-lah segala kebaikan dan setiap hal yang terjadi dalam episode kehidupanku. Cinta terbaik dari Allah SWT adalah karena diberikannya saya kesempatan untuk hidup, dititipkannya saya pada keluarga yang sangat menyayangiku, dipertemukannya aku dengan begitu banyak sahabat dan orang yang dengan mudahnya setia padaku, hingga tak ada lagi alasan bagiku untuk tak mesyukuri nikmat ini.

Skripsi ini didedikasikan untuk Ibunda Hilda Safarina Yasin & Alm. Ayahanda Nazarudin serta adek saya Aldi Fauzan Nz; cinta, motivasi, kerja keras untuk membiayai kuliah serta doanya telah membuat saya ingin mengusahakan hasil terbaik dari yang saya mampu, maaf karena membuat lama menunggu. Saya juga tidak lupa mengucapkan terima kasih atas dukungan dan motivasi dari Keluarga Besar Bpk. Muhammad Yasin dan Bpk. Abdul Salam Zakaria yang selalu memberikan dorongan moral untuk dapat segera menyelesaikan skripsi ini. Saya juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada kawan-kawan saya yang berada disini maupun di Kalimatan yang selalu mendoakan saya.

Anugerah darinya, pada episode kehidupanku kali ini, aku bersyukur telah mendapat kesempatan untuk merajut kisah bersamamu. Keluarga dan sahabat yang sangat aku cintai, terima kasih untuk melengkapi setiap kekuranganku, terima kasih telah menjadikan setiap perbedaan sebagai pelangi yang indah dengan warna-warninya. Semoga kita semua diliputi kebaikan, perlindungan dan kasih sayang Allah SWT. Sebuah persembahan untuk keluargaku tercinta “Ibunda, Ayahanda dan Adik-adikku” Atas keringat dan Do’a yang selalu dicurahkan selama ini.

“Manusia hidup untuk berkarya, jika kita telah berkarya maka setelah kita

mati, Kita telah mencorengkan segaris nama kita diatas dunia ini dan akan

selalu dilihat oleh jutaan umat manusia selanjutnya setelah kita mati ”

“ Pramudya Ananta Toer ”

(7)

vii

KAT A PE NGAN TAR

Bismillahirrahmaanirrahiim Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya yang telah berjuang demi tegaknya agama Islam. Sehingga dengan ini penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ‘PEMAKNAAN MAHAISSWA TENTANG PROGRAM ACARA INDONESIA LAWYERS CLUB DI TVONE’ (Studi Resepsi pada Fungsionaris Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEMU) Univeristas Muhammadiyah Malang).

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ketertarikan pada program acara

‘Indonesia Lawyers Club’ (ILC) di Tvone yang hadir sebagai alternatif bagi masyarakat untuk mencari sebuah informasi dan media edukasi ditengah fenomena maraknya tayangan-tayangan televisi saat ini yang kurang mendidik. ILC merupakan program acara berbentuk dialog terbuka yang dihadiri oleh beberapa tokoh serta orang-rang terkait untuk membicarakan suatu topik permasalahan. Sedangkan bila ditinjau dari perspektif teori media politik-ekonomi, institusi media harus dinilai sebagai bagian dari sistem ekonomi yang juga bertalian erat dengan sistem politik. Media mampu mempengaruhi dan membentuk ketidak sadaran audiens media massa ketika ia menikmati sajian teks dari media. Hal ini yang menjadi titik acuan media dalam mempengaruhi psikologis audiens sebagai konsumen media.

Sebagai audiens yang aktif berhubungan dengan media tentunya audiens dapat memproduksi makna terhadap kondisi tersebut berdasarkan faktor kontekstual yang mempengaruhinya. Sehingga tak jarang audiens memberikan makna yang berbeda-beda terhadap sajian teks media yang mereka terima. Maka dalam proses memberikan makna auidens terkadang selalu menyetujui segala teks yang disuguhkan oleh media, sebaliknya ada pula audiens yang mempunyai kemampuan memberi makna melalui negosiasi /kompromi antara kepercayaan yang audiens miliki dengan teks yang ada pada media, karena audiens bukanlah semata-mata subyek pasif yang mudah tertipu oleh diskursus televisi. Para subyek menggunakan televisi melainkan untuk serangkaian tujuan dan kebutuhan dalam kehidupan sehari-harinya.

Akhirnya sebagai manusia biasa yang tak luput dari khilaf dan kekeliruan, tentu dalam mengerjakan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Melalui kata pengantar ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih atas sumbangsih, dukungan, bantuan, serta kerjasamanya yang telah diberikan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, antara lain:

1. Segenap Pimpinan UMM: DR. Muhadjir Effendy, M.AP., Prof. DR. Ir. Sujono, M.Kes., Drs. Mursidi, M.M., Drs. Joko Widodo, M.Si.

2. Dr. Wahyudi, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang, Drs Abdullah Masmuh M.Si selaku PD III beserta PD I dan PD II.

(8)

viii

4. Dosen pembimbing: Nasrullah M.si sebagai doesen Pembimbing I dan Dr. Wahyudi, M.Si, sebagai dosen pembimbing II, terima kasih atas dukungan dan arahan keduanya sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. Bapak Himawan Susanto, M.Si, Drs. Abdullah Masmuh M.Si dan Ibu Winda Hardianti terima kasih atas bantuannya yang sudah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing selama proses pembuatan skripsi. Segenap Bapak/Ibu dosen FISIP, khususnya dosen Jurusan Ilmu Komunikasi, terima kasih atas transformasi ilmunya selama di bangku kuliah.

5. Joko Susilo, S.Sos, M.Si selaku dosen penguji I. 6. Widiya Yutanti selaku dosen penguji II.

7. Fungsionaris BEMU-UMM periode 2011-2012 yang bersedia menjadi informan (Abdullah Syifak, Suhardin Mansyur, Nurul Amilyah, Imah Nurhidayati, Indah Dewi Pertiwi, Kurnia Prayana) terimakasih atas kerjasamanya.

8. Semua teman-teman Komunikasi kelas C, Sigit (suwun telah membantu pada waktu penelitian), Aris, Ade, Inad (terimakasih atas pinjeman bukunya), dan semua yang tidak bisa disebutkan, terimakasih atas kebersamaannya.

Seluruh pihak-pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan, hanya ucapan terima kasih yang dapat penulis sampaikan. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dan amal ibadah mereka. Amien.

Billahi Fii Sabililhaq, Fastabiqul Khairat

Malang,27 April 2012

Penulis,

(9)

ix DAFTAR ISI

COVER ...

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... iv

LEMBAR PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAKSI ... vi

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Signifikansi Penelitian ... 6

D.1. Akademis ... 6

D.1. Praktis ... 7

E. Kajian Pustaka ... 7

E.1 Pemaknaan Audiens Media Massa ... 7

E.1.1. Pemaknaan Audiens Terhadap Media/Studi Resepsi 10 E.2. Teks Media ... 11

E.3. Audiens... 12

E.4. Realitas Media Massa ... 16

E.5. Media Massa Sebagai Public Sphere ... 19

E.6. Televisi Sebagai Medium Media Massa ... 21

(10)

x

F. Definisi Konsepsional ... 26

F.1 Pemaknaan dalam Reception Studies ... 26

F.2 Mahasiswa Sebagai Audiens Program Acara Televisi ... 26

F.3 Studi Resepsi... 27

G. Fokus Penelitian ... 28

H. Metode Penelitian ... 28

H.1 Pendekatan dan Tipe Penelitian ... 28

H.2 Subyek dan Waktu Penelitian ... 29

H.3 Teknik Pengumpulan Data ... 30

H.3.1. Focus Group Discussion (FGD) ... 30

H.4 Teknik Analisis Data ... 31

BAB II GAMBARAN OBYEK PENELITIAN ... 32

A. Stasiun Televivi Tvone ... 32

A.1. Sejarah Sejarah dan Perkembangan ... 32

A.2. Dewan Direksi ... 35

A.3. Visi Misi... 35

A.4. Logo Tvone ... 35

A.5. Alamat ... 36

A.6. Sekilas Tentang Program Acara Indonesia Lawyers Club 37 B. Gambaran Umum Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEMU) Universitas Muhammadiyah Malang ... 39

B.1. Sekilas Tentang Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang ... 39

B.2 Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEMU) ... 40

B.2.1. Visi dan Misi ... 41

B.2.2. Struktur Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEMU) Universitas Muhammadiyah Malang Periode 2011-2012 ... 42

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA ... 43

A. Deskripsi Subyek Penelitian ... 43

(11)

xi

A.2 Subyek 2 ... 45

A.3 Subyek 3 ... 45

A.4 Subyek 4 ... 46

A.5 Subyek 5 ... 46

A.6 Subyek 6 ... 47

B. Indonesia Lawyers Club Sebagai Tontonan Mendidik dan Pencerahan Masyarakat ... 45

C. Indonesia Lawyers Club Sebagai Bentuk Ruang Publik ... 54

D. Gaya Kajian Indonesia Lawyers Club antara Realitas dan Kepentingan ... 61

E. Khalayak Tidak Peduli ... 72

BAB IV PENUTUP ... 81

A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 81

B.1 Saran Akademis ... 83

B.2 Saran Pemberdayaan Audiens ... 84

DAFTAR PUSTAKA

(12)

xii

[image:12.612.133.506.102.181.2]

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Dewan Direksi Tvone ... 35

Gambar 2.2 Logo Tvone ... 35

Gambar 2.3 Struktur Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEMU)

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Model Fair chough (Tingkatan Teks) ... 12

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Presensi Pelaksanaan Focus Group Dicussion (FGD).

2. Draft Pertanyaan dan Transkrip Hasil Focus Group Discussion (FGD).

3. Struktur Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEMU) Universitas.

Muhammadiyah Malang.

(15)

xv DAFTAR PUSTAKA

BUKU:

Alex, Sobur. 2009. Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Semiotik dan Framing. Bandung: PT Rosdakarya .

Barker, Chris. 2004. Cultural Studies: Teori dan Praktik. Yogyakarta. Kreasi Wacana.

Buku Pembinaan Kemahasiswaan UMM 2011.

Bungin, Burhan. 2008. Konstruksi Sosial Media Massa Jalarta: Kencana. Bungin, Burhan. 2007. Sosiologi Komunikasi Jalarta: Kencana.

Cangara, Hafied.2008. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Depari, Eduguard dan Macandrewa, Colin. 1998. Peranan komunikasi massa dalam pembangunan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Endang, S. Sari. Audien Reseserch: pengantar studi penelitian terhadap pembaca, pendengar dan pemirsa. Yogyakarta: Andi Ofset.

Eriyanto. Analisis Wacana : pengantar analisis teks media. Yogyakarta: LKiS

Farid, rusman. Riset Audien. Materi kuliah Semester Vll.

Fisher, B. Aubrey. 1986. Teory-Teori Komunikasi: Bandung: Remadja Karya CV. JB, Wahyudi.1997.Media Komunikasi Massa.Jakarta: Grasindo.

Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi. Jakarta : PT Rineka Cipta.

McQuail, Dennis.1998.Teory Komunikasi Massa: suatu pengantar. Jakarta: Erlangga.

Moleong, Lexy. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Morrisan. 2005. Jurnalistik Televisi Mutakhir.Tangerang: Ramdina Prakasa. Morrisan, M.A. 2009. Manajemen Media Penyiaran. Jakarta: Kencana

Mulyana Dedy, 2008.Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

(16)

xvi

Oman, sukmana, Metode Penelitian Sosial. Hand Out Perkuliahan semester lV Ricard West dan Lynn H. Turner. 2007. Pengantar Teori komunikasi :Analisis

dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika

Rivers, William L. 2004. Media Massa dan Masyarakat modern.Jakarta:Prenada Medi

Selu, Margareta, Kushendrawati. 2011. Hiperrialitas dan Ruang Publik: sebuah analisis cultural studies.Jakarta: Penaku.

Stepen W. Littlejohn dan Karen A.Foss. 2009. Teori Komunikasi: Theories of Human Comnication. Jakarta: Salemba Humanika.

Tony, Lioyd davis, Warwick Mules. 2002. Introducing Cultural Anda Media Studies. Yogyakarta: Jalasutra

Vivian John. 2008. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Kencana

Waluyo. 2007. Manajemen Publik: (Konsep, Aplikasi dan Implementasinya dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah) CV. Mandar Maju

JURNAL PENELITIAN

Nur Hasanah, Fauziah. Pemaknaan Komunitas Waria terhadap Reality Show “Be A Man” di Global TV. Universitas Muhammadiyah Malang, Skripsi. Eka Januar, Wahyuningtias. Pemaknaan Tentang Rubrik Dunia Kampus Dalam

Majalah Cita Cinta (Studi Resepsi pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang). Skripsi

NON BUKU:

Achmad Sulfikar. 2010. Teori Ruang Publik 1 : Ruang Publik Habermas. http://sulfikar.com. Diakses pada 13 Desember 2011 pkl: 20.00WIB

http://id.wikipedia.org/wiki/TvOne. Diakses pada 26 Januari 2012. Pukul 19.05 WIB

http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=298018. Diakses pada 23 April 2012. Pukul 20.30 WIB

http://www.tvonenews.tv/tvone/profile/. Diakses pada 26 Januari 2012. Pukul 19.15 WIB

(17)

xvii

Opini Indonesia. 2011. Jakarta Lawyers Club Berganti Nama Indonesia Lawyers Club. http://opini-indonesiaku.blogspot.com. Diakses pada tgl 04 November 2011. Pukul 00.41 WIB

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini media massa di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat

signifikan dan berkembang sangat pesat. Tidak ada lagi pembatasan ataupun

intervensi dari luar terhadap regulasi maupun konten media. Berbeda pada masa

rezim Orde Baru saat Departemen Penerangan masih memiliki kewenangan yang

kuat terhadap regulasi media tanah air, misalnya peraturan menteri penerangan

(Menpen) No. 1/1984 yang dijadikan senjata pembredelan terhadap media,

kontrol yang ketat terhadap organisasi PWI (persatuan wartawan indonesia)

sebagai profesi wartawan satu-satunya saat itu, hingga akhirnya departemen

tersebut dibubarkan pada masa pemerintahan Gus Dur. Semenjak pembubaran

tersebut tak ada lagi pembatasan yang ketat terhadap media, produksi media tidak

lagi terpusat pada kota besar saja.

Media memiliki fungsi dan disfungsi tersendiri bagi para khalayaknya.

Khalayak secara sadar memilih media mana yang sesuai dengan keinginan dan

kebutuhannya. Setiap harinya para khalayak atau audiens dapat mengatur media

apa saja yang dapat menerpanya. Seperti fungsi media yang dipaparkan Jay Black

dan Frederick C. Whitney (1988) adalah to inform (menginformasikan), to

entertain (memberi hiburan), to persuade (membujuk), transmission of the culture

(transmisi budaya).1 Tanpa informasi kehidupan masyarakat akan mengalami

1

(19)

2 ketimpangan dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga audiens masa

kini dapat dikategorikan sebagai masyarakat informasi.

Penerima (audiens) dalam menerima pesan yang disampaikan ada yang

tergolong selective exposure yaitu orang cenderung memilih informasi berdasar

liputan yang disenanginya. Pilihannya biasanya sesuai dengan ideologi, agama,

suku dan pekerjaan. Ada pula yang tergolong selective retention yaitu pemilihan

informasi yang memberi kesan tersendiri pada penerima2. Misalnya penerima

rakyat Indonesia memberi perhatian serius pada tayangan mengenai beberapa

warisan budaya Indonesia seperti “ Batik ” yang di klaim oleh Malaysia karena

mengingatkan budaya tersebut sebagai warisan asli budaya Indonesia.

Media massa dalam perkembangannya selalu menunjukkan kekuasaannya.

Maraknya berbagai komunitas media seperti televisi membawa banyak dampak

dalam kehidupan masyarakat, baik itu positif maupun negatif. Seperti yang

dijelaskan dalam bukunnya Cangara Havied (2008:147), menyatakan bahwa “

media yang sampai saat ini masih dikategorikan sebagai media yang paling

banyak dikonsumsi dan mempunyai pengaruh kuat terhadap sikap dan perilaku

kahalayak (audiens) yaitu televisi ”. Hal tersebut dikarenakan televisi memiliki

sejumlah kelebihan terutama kemampuannya dalam menyatukan antara fungsi

audio (suara) dan visual (gambar) serta kemampuannya dalam memainkan

warna.3 Pada satu sisi, masyarakat dipuaskan oleh kehadiran televisi yang banyak

memberikan pilihan hiburan dan informasi, namun di sisi lain televisi mendapat

2

Cangara, Hafied. 2008. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajagrafindo Persada hlm 141 3Ibid

(20)

3 banyak kecaman karena tayangan-tayangannya yang kurang dapat diterima

masyarakat ataupun individu-individu tertentu.

Ditinjau dari perspektif media politik-ekonomi media merupakan sebuah

institusi yang kuat dalam mempengaruhi realitas sosial. Media memiliki

konsekuensi dan nilai ekonomi, serta merupakan obyek persaingan untuk

memperebutkan kontrol dan akses. Disamping itu, media juga tidak terlepas dari

peraturan politik, ekonomi dan hukum. Media massa khususnya televisi seringkali

dipandang sebagai alat kekuasaan yang efektif karena kemampuannya untuk

melakukan sesuatu dan mengarahkan perhatian, membujuk pendapat,

mempengaruhi pilihan sikap, memberikan status dan legitimasi, mendefinisikan

dan membentuk persepsi realitas 4.

Televisi saat kini hanya berorientasi pada keuntungan dan tuntutan rating

belaka. Pemirsa hanya menerima tayangan-tayangan yang sangat populer dan

tidak mendidik sama sekali.5 Dimana dapat mengakibatkan perubahan tertentu

pada pemirsanya, seperti pemirsa atau audiens dalam konteks style live (gaya

hidup) audiens serentak mengikuti gaya berpakaian atau budaya-budaya populer

yang disuguhkan di dalam tayangan tersebut. Sementara dalam konteks politik

atau masalah sosial masyarakat, media mampu menggiring dan mengalihkan

perhatian pemirsanya (audiens) terhadap persepsi-persepsi tertentu.

Media menjadi penghubung perubahan pola masyarakat dan sebagai salah

satu rujukan penting agar para audiens tidak ketinggalan informasi seperti isu-isu

4

McQuail, Dennis.1998.Teory Komunikasi Massa: suatu pengantar. Jakarta: Erlangga Hal: 82 5

(21)

4 politik atau masalah-masalah sosial lain yang terjadi disekitarnya. Mengingat

audiens masa kini sebagai masyarakat informasi, maka tak heran apabila

segalanya bisa dijadikan komoditas sebagai kepentingan politik maupun bisnis.

Dalam arti kata lain, media juga bisa menjadi impuls (hasrat)pada perubahan diri

seseorang atau kelompok atau massa mengenai persepsi yang dimiliki audiens

sebagai konsumen media.

Ditengah maraknya tayangan-tayangan televisi saat ini yang kurang

mendidik, stasiun-stasiun televisi berlomba-lomba untuk membuat program acara

yang paling menarik demi menarik perhatian pemirsanya. Sebut saja Metrotv

dengan acara Kick Andy, Kompastv dengan Jalan Keluar kemudian Tvone yang

menawarkan sebuah program acara yaitu Indonesia Lawyers Club (ILC) dan

program-program acara yang lain. Namun dari sekian banyak program acara yang

ada, peneliti tertarik terhadap salah satu program acara yaitu ILC di Tvone.

Yang melatarbelakangi peneliti untuk memilih Indonesia Lawyers Club di

Tvone karena acara ini menjadi salah satu program yang digemari dan dinanti

masyarakat Indonesia karena mencerdaskan dan memperluas wawasan hukum

pemirsa6. “ Saat ini masyarakat berlomba-lomba minta tayangan acara tersebut

ditambah dari empat (4) jam menjadi lima (5) jam,” ujar Raldy Doy, Manajer

Humas Tvone. Dalam empat tahun terakhir, kepercayaan masyarakat kepada

Tvone makin menggembirakan. Terbukti dengan semakin derasnya arus

pemberitaan yang dikabarkan masyarakat di seluruh daerah ke redaksi Tvone di

6

(22)

5 Jakarta. Selain itu Tvone juga meraih beberapa prestasi, diantaranya memiliki

penyiar yang menjadi langganan peraih Panasonic Gobel Awards7.

Program acara unggulan Tvone (ILC) ini memiliki salah satu kekuatan

utama yang terletak pada Karni Ilyas sebagai pembawa acara sekaligus wartawan

senior yang memiliki latar belakang sebagai sarjana hukum, dan didukung oleh

para narasumber membahas isu-isu aktual yang sedang hangat diperbincangkan di

masyarakat dan menghasilkan diskusi terbuka. Meski nama programnya

menggunakan kata lawyers namun peserta diskusi tak hanya para advokat, tapi

semua unsur, mulai dari birokrat, hakim, polisi, seniman, budayawan, hingga

rakyat biasa yang bersentuhan langsung dengan isu yang menjadi pembahasan.

Segmen acara ILC ditujukan kepada masyarakat umum khususnya bagi

pemirsa yang peduli akan masalah-masalah sosial yang terjadi disekitarnya. Acara

tersebut dimaksudkan sebagai alternatif dan solusi bagi masyarakat untuk mencari

sebuah media edukatif (mendidik) dan informasi mengenai politik, hukum dan

masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Dengan tujuan untuk memberi

pencerahan kepada masyarakat mengenai suatu permasalahan seperti politik,

hukum dan yang lain, agar didapat informasi yang aktual, tajam, terpercaya dan

dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya8. Sesuai dengan visi Tvone yaitu

mencerdaskan semua lapisan masyarakat yang pada akhirnya memajukan bangsa9.

Berawal dari pengamatan tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti

makna apa yang terdapat pada benak seorang penonton Indonesia Lawyers Club

7

http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=298018. Diakses pada 23 April 2012. Pukul 20.30 WIB.

8

http://politikana.com/baca/2011/07/06/tayangan-jakarta-lawyers-club.html Diakses pada 8 juni 2011.pukul 23:36 WIB.

9

(23)

6 di Tvone, yaitu acara yang membahas mengenai masalah-masalah sosial yang

terjadi ditengah masayarakat. Mengingat mahasiswa merupakan elemen

masyarakat yang kritis (intelektual) sebagai agent of change (agen perubahan),

agent of social control (kontrol sosial) masyarakat. Maka peneliti memilih

mahasiswa sebagai subyek penelitian studi pada fungsionaris Badan Eksekutif

mahasiswa Universitas (BEMU) Universitas Muhammadiyah Malang. Sedangkan

pemilihan BEMU dikarenakan BEMU adalah organisasi mahasiswa intra kampus

yang merupakan lembaga eksekutif tertinggi di tingkatan Universitas10. Sehingga

dari hal tersebut nantinya diharapkan dapat memberikan penilaian yang objektif

terhadap program acara ILC.

Berdasarkan uraian latarbelakang di atas maka peneliti mengambil judul:

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG PROGRAM ACARA

INDONESIA LAWYERS CLUB DI TVONE(Studi Resepsi pada Fungsionaris

Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEMU) Universitas Muhammadiyah

Malang)

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

Bagaimana mahasiswa pada fungsionaris BEMU memaknai program acara

Indonesia Lawyers Club di Tvone?

10

(24)

7

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pemaknaan mahasiswa pada fungsionaris BEMU

tentang program acara Indonesia Lawyers Club di Tvone dilihat dari perspektif

studi resepsi.

D. Signifikansi penelitian

D.1. Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menambah referensi

tentang riset audiens melalui reception studies (studi resepsi) bagi peneliti

selanjutnya dan jurusan Ilmu komunikasi sebagai ilmu sosial dan ilmu politik dan

D.2. Praktis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan kontribusi bagi

masyarakat khususnya para penonton program Indonesia Lawyers Club agar

senantiasa lebih kritis dan aktif dalam menyeleksi media yang dikonsumsi.

E. KAJIAN PUSTAKA

E.1. Pemaknaan Audien Media Massa

Pemaknaan berasal dari kata dasar „makna‟, sebagaimana dikemukakan

oleh Fisher dalam bukunya Alex sobur, makna merupakan konsep yang abstrak ,

yang telah menarik perhatian para ahli filsafat dan para teoretisi ilmu sosial

selama 2000 tahun silam. Konsep abstrak disini maksudnya adalah makna itu

dapat tercipta dari arti yang diciptakan oleh manusia itu sendiri. Seperti yang

(25)

8 pula makna yang di dapat pendengar dari pesan-pesan kita akan sangat berbeda

dengan makna yang ingin kita komunikasikan11. Komunikasi adalah proses yang

digunakan untuk mereproduksi di benak pendengar apa yang ada di dalam benak

audiens.

Alex sobur (2009:25) pula mengungkapan bahwa ” kata memperoleh

makna hanya karena digunakan secara tepat, yaitu dalam penggunaan kata itu

sendiri ”. Ada beberapa pendapat mengenai jenis atau tipe makna, menurut

Brodbeck(1993), misalnya, seperti dikutip Fisher (1986), mengemukakan bahwa

sebenarnya ada tiga pengertian tentang konsep makna yang berbeda-beda, yaitu12:

1. Makna menurut tipologi Brodbeck adalah makna referensial yakni

makna suatu istilah adalah objek, pikiran, ide atau konsep yang

ditunjukkan oleh istilah tersebut.

2. Tipe mkana yang kedua dari Brodbeck adalah arti istilah itu, dengan

kata lain, lambang atau istilah itu ” berarti ” sejauh ia berhubungan

secara ”sah” dengan istilah yang lain, konsep yang lain. Suatu istilah

dapat saja memiliki arti referensial dalam pengertian yang pertama,

yakni mempunyai referen, tetapi karena ia tidak dihubungkan dengan

berbagai konsep yang lain, ia tidak mempunyai arti.

3. Tipe makna yang ketiga mencakup makna yang dimaksudkan

intentional dalam arti bahwa, arti suatu istilah atau lambang tergantung

pada apa yang dimaksudkan pemakai dengan arti lambang itu.

11

Alex, Sobur. 2009. Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Semiotik dan Framing. Bandung: PT Rosdakarya hlm19-20

(26)

9 Makna dalam pandangan cultural studies, dapat ditemukan dari definisi

konsep budaya menggunakan pendekatan universal oleh Raymonds Williams,

yaitu konsep budaya mengacu pada makna-makna bersama. Dimana makna ini

terpusat pada makna sehari-hari seperti nilai, benda-benda material atau simbolis

dan norma13. Kebudayan adalah pengalaman dalam hidup sehari-hari: berbagai

teks, praktik dan makna semua orang dalam menjalani hidup mereka. Dalam

menjalani hidup atau dalam berinteraksi dengan sesama manusia merupakan suatu

pendekatan yang bisa dilakukan dengan cultural studies. Didalam praktek cultural

srudies pemaknaan merupakan unsur utama yang mengharuskan didalam

mengeksplorasi makna tekstual dan menghendaki penyelidikan tentang

bagaimana makna dihasilkan dalam berbagai ragam konteks yang ada.

Makna selalu mencakup banyak pemahaman, aspek-aspek pemahaman

yang secara bersama dimiliki para komunikator. Maka, arti makna dalam

komunikasi dapat dijawab dalam setiap pespektif, tetapi jawaban dari suatu

pespektif tersebut bukanlah jawaban dari perspektif yang lain14. Bahasa dan

makna meniscayakan sebuah kerjasama antara yang membuat pernyataan dan

yang menafsirkan15. Jadi, Sehingga arti dari makna yaitu sebagai suatu konsep

yang relevan dengan komunikasi tergantung pada perspektif yang dipergunakan

untuk meninjau proses komunikasi tersebut.

13

Barker, Chris. 2004. Cultural Studies: Teori dan Praktik. Yogyakarta. Kreasi Wacana Hlm 50-55

14

Fisher, B. Aubrey. 1986. Teory-Teori Komunikasi: Bandung: Remadja Karya CV. 15

(27)

10

E.1.1. Pemaknaan Audien Terhadap Media / Studi Resepsi

Dalam reception studies (studi resepsi) audiens diasumsikan sebagai

individu-individu yang berada dalam dan menjadi bagian dari, budaya massa

(mass culture). Pada analisis reception studies, makna yang ditemukan merupakan

hasil pemaknaan pesan atau teks media oleh audiens yang diteliti, sementara

dalam teks media, makna temuan penelitian dicapai melalui pemaknaan atas teks

oleh peneliti16. Studi resepsi adalah studi yang menfokuskan pada pengalaman

dan pemirsaan oleh khalayak, serta bagaimana makna diciptakan melalui

pengalaman tersebut. Analisis ini mencoba memberikan sebuah makna teks media

dengan memahami bagaimana karakter teks dibaca oleh khalayak audien17.

Dalam kajian komunikasi reception studies biasanya dipakai sebagai salah

satu metode alternatif dalam riset audiens. kemunculan reception studies bukan

sebagai reaksi terhadap metode survey dalam riset audiens (metode yang paling

banyak dipakai), melainkan lebih sebagai alternative dari metode analisis teks

dalam studi media. Audiens merupakan pencipta aktif makna dalam kaitannya

dengan teks18. Sehingga pemaknaan dalam reception studies adalah makna yang

ditemukan yaitu hasil pemaknaan pesan atau teks media oleh audien yang diteliti.

Konsep teoritik terpenting dari studi resepsi adalah bahwa teks media bukanlah

makna yang melekat pada teks media tersebut, tetapi makna diciptakan melalui

interaksi antara khalayak dengan teks. Dengan analisis studi resepsi tersebut,

peneliti berusaha mendiskripsikan bagaimana audiens mahasiswa pada

16

Farid Rusman, M.S.i. Riset Audien. Materi Perkuliahan Semester Vll 17

Nur Hasanah, Fauziah. Pemaknaan Komunitas Waria terhadap Reality Show“Be A Man” di

Global TV. Universitas Muhammadiyah Malang. Skripsi 18

(28)

11 fungsionaris Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEMU) Universitas

Muhammadiyah Malang memaknai program acara Indonesia Lawyers Club di

Tvone.

E.2. Teks Media

Teks dalam pengertian umum adalah dunia semesta ini, bukan hanya teks

tertulis atau lisan, Adat istiadat, kebudayaan, film, drama secara pengertian

umum adalah teks (Partini, dalam, Jabrohim, 2001: 137)19. Teks adalah semua

bentuk bahasa, bukan hanya kata-kata yang yang tercetak di lembar kertas, tetapi

juga semua jenis ekspresi komunikasi, ucapan, musik, gambar, efek suara, citra,

dan sebagainya. Van Djik membagi teks kedalam tiga tingkatan. Pertama, struktur

makro, ini merupakan makna global/umum dari suatu teks yang dapat damati

dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita. Kedua,

superstruktur, ini merupakan struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka

suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun ke dalam berita secara utuh.

Ketiga, struktur mikro adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil

dari suatu teks yakni kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan

gambar. 20

Menurut Van Djik (2009: 53) meskipun terdiri atas berbagai elemen, suatu

elemen tersebut merupakan satu kesatuan, saling berhubungan dan mendukung

satu sama lainnya. Makna global dari suatu teks (tema) didukung oleh kerangka

teks dan pada akhirnya pilihan kata dan kalimat yang dipakai. Menurut Littlejohn,

19

Alex, Sobur. 2009. Analisis Teks Media, Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Semiotik dan Framing. Bandung: PT Rosdakarya hlm 53

20

(29)

12 antara bagian teks dalam model Van Djik dilihat saling mendukung, mengandung

arti yang koheren satu sama lain21. Demikian dengan Fairclough, yang melihat

teks dalam berbagai tingkatan. Sebuah teks bukan hanya menampilkan bagaimana

hubungan antarobyek didefinisikan. Ada tiga elemen dasar dalam model

Fairclough yang dapat digambarkan dalam tabel berikut. Setiap teks pada

[image:29.595.117.517.332.504.2]

dasarnya dapat diuraikan dan dianalisis dari ketiga unsur tersebut22.

Tabel 1.1

Model Fairchough (Tingkatan Teks)

UNSUR YANG INGIN DILIHAT

Representasi Bagaimana peristiwa, orang, kelompok, situasi, keadaan, atau

apapun ditampilkan dan digambarkan dalam teks.

Relasi Bagaimana hubungan antara wartawan, khalayak, dan

partisipan dalam berita ditampilkan dan digambarkan dalam

teks.

Identitas Bagaimana identitas wartawanm khalayak, dan partisipan

dalam berita ditampilkan dan digambarkan oleh teks.

Sumber: Eriyanto. 2001 Analisis Wacana: pengantar analisis teks media.

Yogyakarta: LkiS hlm 289

E.3. Audiens

E.3.1. Audiens Media Massa

Istilah audiens media memiliki arti sekelompok orang yang menjadi

penonton, pembaca, pendengar, maupun pemirsa berbagai media atau komponen

isinya. Audiens yang dimaksud dalam media massa sangat beragam, dari jutaan

21

Ibid hlm 289 22

(30)

13 penonton televisi, ribuan pembaca buku, majalah, koran atau jurnal ilmiah.23

Dikarenakan audiens terbentuk atas dasar keanekaragaman ”selera”, maka Dennis

Mc.Quail mengkarekteristikan audiens menjadi empat kategori yaitu: 24

1. Kategori (kelompok atau publik), dimana audiens disini terbentuk

sejalan dengan suatu pengelompokan sosial yang ada, misalnya

komunitas tertentu seperti, tempat tinggal, kelas sosial, politik, budaya,

dan sebagainya.

2. Kategori (kelompok kepuasan), audiens disini terbentuk atas dasar

tujuan atau kebutuhan individu tertentu yang ada terlepas dari media,

tetapi berkaitan misalnya dengan isu politik atau sosial, audiens berita

dan sebagainya.

3. Kategori (kelompok penggemar atau budaya cita rasa), dimana audiens

terbentuk atas dasar minat pada isi (gaya), daya tarik tertentu, cita rasa

budaya atau intelektual tertentu.

4. Kategori (audiens medium), disini audiens terbentuk berasal dari dan

dipertahankan oleh kebiasaan atau loyalitas pada sumber media

tertentu, misalnya surat kabar, majalah, radio atau televisi.

Konsep tentang audiens ini benar-benar menggantungkan hidupnya pada

media massa atau seorang komunitor yang berkembang sampai tahun 1930an dan

1940an. Contoh teori–teori klasik menegenai audiens media massa seperti;

hipodermik nedle theory, agenda setting, uses and gratification theory dan

teori-teori yang berkembang pada zaman Karl Marx seperti teori-teori media kritis (Media

23

Nurudin, 2007.Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT.Raja Grafindo persada. hlm 104 24

(31)

14

Critical Theory). Kemuadian teori-teori lain yang begenre kritis, seperti teori studi

budaya (Cultural studies) dan teori ekonomi politik.

Apabila dikaji lebih jauh, ada beberapa teori audiens yang pernah

dikemukakan oleh Melvin De Fleur dan Sandra Ball-Rokeach. Dalam melihat

efek media massa ada dua catatan yang bisa dijadikan dasar, yakni interaksi

audiens dan bagaimana tindakan audiens terhadap isi media. Ada tiga teori yang

menjelaskan disini;25

1. Individual Differences Perspective teori ini menggambarkan khususnya

perilaku audiens, proses ini berlangsung berdasarkan ide dasar dari

stimulus~response. Disini tidak ada audiens yang relatif sama – pengaruh

media massa pada masing-masing individu berbeda tergantung pada

kondisi psikologi individu.

2. Social Categories Perspective mengambil posisi bahwa adanya

perkumpulan sosial, memberi kecendrungan audiens mempunyai

kesamaan norma sosial, nilai dan sikap. Disini kelompok audiens yang

akan mereaksi secara sama pada pesan khusus yang diterimanya.

3. Social Relation Perspective, menyatakan bahwa hubungan secara informal

memengaruhi audiens. Artinya, antarindividu itu saling memengaruhi satu

sama lain dan menghasilkan respons yang hampir sama.

Jika dari ketiga pespektif diatas digabungkan kita dikenalkan pada

gambaran berikut sebagai teori audien : ” Masing-masing dari kita adalah anggota

dari sejumlah besar audiens, tetapi masing-masing audiens itu mereaksi secara

25

(32)

15 individual. Interkasi dengan anggota audiens yang lain juga mempunyai dampak

pada bagaimana kita merespons”.

Berdasarkan sudut pandang audiens, terdapat teori fungsionalisme

individual yang membicarakan fungsi dan disfungsi individu yang berhubungan

dengan media. Dimana memusatkan perhatian pada prilaku individu, motif dan

konsekuensinya pada individu. Dalam perspektif ini audiens adalah konsumen

dari produk-produk yang ditawarkan di media massa dan mereka berhak memilih

media mana yang disukai. Seperti yang diungkapkan Jay G. Blumler (1997)

bahwa tipe audiens yang tergolong audiens aktif adalah 26:

1. Selektif (selectivity). Audiens tidak asal-asalan dalam mengkonsumsi

media, namun terdapat alasan tertentu.

2. Kegunaan (utilitarianism), Audiens aktif dikatakan mengkonsumsi

media dalam rangka suatu kepentingan untuk memenuhi kebutuhan

dan tujuan tertentu yang mereka miliki.

3. kesengajaan (intensionality). Audiens aktif menggunakan secara sadar

atau sengaja dari isi media.

4. Keikutsertaan (involment), audiens secara aktif berpikir mengenai

alasan mereka dalam mengkonsumsi media.

5. Kesulitan untuk dipengaruhi (impervious to influrnce), audiens aktif

dipercaya sebagai komunitas yang tahan dalam menghadapi pengaruh

media atau tidak mudah terpengaruh oleh media.

26

(33)

16 Audiens aktif biasanya adalah para audiens yang memiliki tingkat

pendidikan tinggi/berpendidikan karena mereka cendrung memilih mana yang

sesuai dengan kebutuhan mereka. Sehingga menurut Dennis Mc.Quail, penyebab

penggunaan media oleh para audiens terletak dalam lingkungan sosial atau

psikologis yang dirasakan sebagai masalah dan medialah yang digunakan untuk

menanggulangi masalah itu (pemuasan kebutuhan)27.

E.4. Realitas Media Massa

Media massa selain menjadi media untuk menyebarkan atau

mendistribusikan informasi dan sebagai media hiburan bagi masyarakat, juga

sebagai institusi yang berperan sebagai agen perubahan (agent of change), yaitu

sebagai institusi pelopor perubahan28. Namun dari begitu banyaknya media massa

yang ditawarkan oleh pelaku pasar, masyarakat lebih banyak memilih media

massa elektronik sebagai pemenuhan kebutuhan mereka akan informasi dan

hiburan, hal ini dikarenakan media komunikasi massa pasti mengalami perubahan

seiring dengan adanya berbagai kemungkinan dan tantangan teknologi baru dalam

semua tahap komunikasi.

Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari

sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi

mekanis seperti surat kabar, film, radio dan televisi29. Dalam definisi lain, media

27

McQuail, Dennis.1998.Teory Komunikasi Massa: suatu pengantar. Jakarta: Erlangga.hlm 217 28

Bungin, Burhan. 2007. Sosiologi Komunikasi Jalarta: Kencana. Hlm 126 29

(34)

17 massa adalah komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi

secara massal dan dapat di akses oleh masyarakat secara massal pula.

Seorang ahli komunikasi Dr. Harold Laswell melihat tiga fungsi utama

media massa yaitu 30.:

1. The Surveillance of The Environment. Dalam hal ini dimaksudkan

bahwa media massa mempunyai fungsi sebagai pemberi informasi dan

penyampaian berita kepada masyarakat.

2. The Correlation of The Part of Society in responding of The

Environment. Fungsi ini menekankan bahwa pada seleksi, evaluasi dan

interpretasi dari media massa. Peranan media massa adalah melakukan

seleksi mengenai apa yang perlu dan apa yang tidak perlu disiarkan.

Pemilihan dilakukan oleh editor, redaktur dan pengelola media massa.

Kurt Lewin menyebutnya Gatekeeper dari arus berita dan informasi.

3. The Transmission of The Social Heritage from One Generation to The

Next. Berfungsi sebagai sarana untuk memindahkan nilai dan warisan

budaya dari generasi ke generasi.

Ahli komunikasi lain menambahkan bahwa fungsi utama media massa

adalah sebagai media hiburan, Sedangkan menurut Wilbur Schramm

menambahkan bahwa fungsi dari media massa adalah sebagai media advertensi

atau iklan, dalam beberapa hal menurut Wilbur Schramm, media massa adalah

membantu memperkenalkan perubahan sosial31. Dengan demikian, fungsi utama

dari media massa adalah sebagai pemberi informasi, seleksi berita atau informasi,

30

Bungin, Burhan. 2007. Sosiologi Komunikasi Jalarta: Kencana. Hlm 72 31

(35)

18

pendidikan, hiburan dan iklan atau advertensi32. Media tidak hanya

mempengaruhi tatanan politik, sosial dan ekonomi dimana ia berada, namun juga

dipengaruhi olehnya sebagai salah sebuah institusi. Media memiliki kekuatan

yang sangat besar seperti, membuat sebuah institusi lain menjadi kuat.

Kemampuannya dalam menyebarluaskan pesan dan informasi kepada audiens

menjadikannya sebagai sumber kekuatan.33

Lingkungan simbolik di sekitar (informasi, gagasan, kepercayaan, dan

lain-lain) seringkali kita ketahui melalui media massa. Bahkan pengetahuan kita

tentang masyarakat sendiri pun kebanyakan bersumber dari media. Media massa

memiliki peran mediasi (penengah/penghubung) antara realitas sosial yang

objektif dengan pengalaman pribadi. Pernyataan tersebut merupakan asumsi dasar

dari teori media dan masyarakat. Berikut ini beberapa aspek cara media

menghubungkan kita (audiens) dengan ”realitas”: Media berpereran sebagai:34

1. (Jendela) pengalaman yang meluaskan pandangan kita dan memahami

apa yang terjadi disekitar kita, tanpa campur tangan pihak lain.

2. (Juru bahasa) yang menjelaskan dan memberi makna terhadap

peristiwa atau hal yang terpisah dan kurang jelas

3. (Pembawa atau pengantar)informasi dan pendapat.

4. (Jaringan interaktif) yang menghubungkan pengirim dan dengan

penerima melalui pelbagai macam umpan balik.

5. (Papan penunjuk jalan) yang secara aktif menunjukkan arah,

memberikan bimbingan atau intruksi.

32

.JB, Wahyudi.1997.Media Komunikasi Massa.Jakarta: Grasindo. Hlm 43 33

Rivers, William L. 2004. Media Massa dan Masyarakat modern.Jakarta:Prenada Medi hlm 38. 34

(36)

19 6. (Penyaring) yang memilih bagian pengalaman yang perlu diberi

perhatian.

7. (Khusus) dan menyisihkan aspek pengalaman lainnya, baik secara

sadar dan sistematis maupun tidak. Biasanya pantulan citra itu

mengalami perubahan (distorsi) karena adanya penonjolan terhadap

segi yang ingin dilihat oleh para anggota masyarakat.

8. (Cermin) yang memantulkan citra masyarakat terhadap masyarakat itu

sendiri.

9. (Tirai atau penutup) yang menutupi kebenaran demi pencapai tujuan

propaganda atau pelarian dari suatu kenyataan (escapism).

E.5. Media Massa Sebagai Public Sphere

Gagasan public sphere (ruang publik) merupakan gagasan yang belum tua,

dan dalam hal ini filsuf Jerman Jurgen Habermas dianggap sebagai pencetus

gagasan tersebut, sekalipun sebagian orang menganggap benih-benih pemikiran

ruang publik sudah dikemukakan oleh sosilogis dan ekonomis Jerman Maximilian

Carl Emil Weber35. Habermas menemukan media massa sebagai ruang untuk

membangun diskursus public demi terwujudnya masyarakat yang kritis sehingga

dapat berfungsi sebagai kontrol terhadap setiap kebijakan Negara ataupun

komunitas bisnis. Bagi Jurgen Habermas, ruang publik atau public sphere adalah

bagian dari masyarakat warga (civil society) dimana masyarakat dapat turut serta

berpartisipasi dan sebagai wadah masyarakat dimana mereka bisa berkomunikasi

35

(37)

20 dan melakukan dialog-dialog rasional dengan sesamanya36. Habermas juga

mendifinisikan public sphere sebagai suatu arena atau ruang di mana terdapat

kebebasan dari intervensi, dan orang-orang yang ada di dalamnya terbebas dari

ikatan atau pengaruh luar, terutama dari negara dan pemerintah. Ide habermas

tersebut kemudian dibahas oleh para pakar-pakar komunikasi. William Gamson

dan Andrew Madiglian salah satunya yang mengembangkan ide tentang media

massa sebagai public sphere.37

Gamson dan Madigliani, selama ini media massa dijadikan oleh berbagai

kelompok kepentingan untuk tempat konflik, bahwa pendapat atau gagasan suatu

kelompok tertentu lebih baik dari kelompok lainnya38. Misalnya seperti akan

digulirkannya Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan (UU BHP) di

Indonesia. Dimana pada waktu itu banyak sekali kecaman yang datang dari

masyarakat, karena semua itu dianggap sebagai kapitalisasi pendidikan. Namun,

sebaliknya ada pula kalangan yang mendukung akan aturan tersebut, sehingga

semakin membingungkan masyarakat awam.

Oleh karena itu, media massa harus mampu menjadi public sphere,

dimana masyarakat mendapatkan porsi yang serupa dalam memberikan

komentarnya langsung terhadap suatu permasalahan dalam pemberitaan media

massa. Sebuah media massa harus mewujudkan fungsi public sphere ini, demi

terjaminnya nilai-nilai kebebasan dan netralitas dalam berpendapat di muka

umum.

36

Selu, Margareta, Kushendrawati. 2011. Hiperrialitas dan Ruang Publik: sebuah analisis cultural studies.Jakarta: Penaku. hlm 187

37

http://talking-2.blogspot.com/2009/04/media-massa-sebagai-public-sphere.html. Diakses pada 12 Desember 2011 pkl: 13.00 WIB

(38)

21

E.6. Televisi Sebagai Medium Media Massa

Televisi sebagai salah satu bentuk media massa harus mendapat dukungan

dari masyarakat, usaha untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat yaitu salah

satunya dari program-program yang ditayangkan. Sehingga usaha untuk meraih

audiens melalui program acara menjadi satu hal penting yang mendapat porsi

utama. Televisi adalah media yang begitu banyak menyita perhatian masyarakat

bila dibandingkan dengan media lainnya, hal ini dikarenakan televisi memiliki

sejumlah kelebihan terutama kemampuannya dalam menyatukan antara fungsi

audio dan visual, ditambah kemampuannya dalam memainkan warna. Selain itu,

Televisi juga mampu mengatasi jarak dan waktu, sehingga penonton yang tinggal

di tempat jauh dan terpencil dapat menikmati siaran televisi.39 Televisi berasal

dari dua buah kata yang berbeda asalnya, yaitu tele ( bahasaYunani) yang berarti

jauh dan Visi (Videre - Bahasa latin) yang berarti penglihatan. Dengan demikian

televisi dapat diartikan “melihat jauh”. “Melihat jauh” ini dapat juga diartikan

dengan gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat (studio televisi) dan

dapat dilihat dari tempat lain melalui sebuah perangkat penerima (televisi set).40

Munculnya televisi dalam kehidupan manusia memang menghadirkan

suatu peradaban khususnya dalam proses komunikasi dan informasi terhadap

massa. Hal itu menunjukkan bahwa media tersebut telah menguasai jarak secara

geografis dan sosiologis. Selain untuk kepentingan hiburan, televisi juga

difungsikan sebagai alat perubahan di Negara-negara sedang berkembang untuk

mendorong percepatan pembangunan, terutama di sektor penerangan, pendidikan,

39

Cangara, Hafied. 2008. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.hlm 136

40

(39)

22 kebudayaan, politik, dan ekonomi41. Menurut Ruedi Hofman (1999) dalam

bukunya “ Dasar-dasar Apresiasi Program Acara TV “, ada lima fungsi yang pada

umumnya diakui oleh media televisi, yaitu 42:

1. Pengawasan situasi masyarakat dan dunia.

Fungsi ini disebut juga sebagai fungsi informasi, namun istilah

informasi sengaja tidak dipakai supaya tidak timbul salah paham

seakan-akan fungsi televisi sebagai saluran penerangan bagi penguasa

untuk memberikan kepentingan kepada pemerintah. Fungsi televisi

sebenarnya adalah mengamati kejadian di masyarakat dan

melaporkannya sesuai dengan kenyataan yang ditemukan.

Menghubungkan satu dengan yang lain. Menurut, Neil Postman,

televisi tidak berkesinambungan tetapi dapat menghubungkan hasil

pengawasan lain yang jauh lebih gampang daripada dokumen tertulis.

2. Menyalurkan Kebudayaan.

Televisi diharapkan lebih proaktif karena televisi sendiri tidak hanya

mencari, tetapi juga ikut mengembangkan kebudayaan. Kebudayaan

yang dikembangkan oleh televisi merupakan tujuan tanpa pesan

khusus didalamnya.

3. Hiburan

Dalam kebudayaan audio visual setidaknya program acara harus

bersifat menghibur, kalau tidak maka tayangannya tidak akan ditonton,

41

Ibid hlm 144 42

(40)

23 karena sekarang ini hiburan semakin diakui sebagai kebutuhan

manusia.

4. Pengerahan masyarakat untuk bertindak dalam keadaan darurat.

Fungsi yang terakhir ini sering disalah artikan oleh penguasa. Akan

tetapi dalam situasi tertentu, fungsi ini cukup masuk akal. Misalnya

saja terjadi wabah penyakit di suatu daerah, maka televisi bisa

memberitahukan berdasarkan fungsi pengawasan, berita ini kemudian

dapat dihubungkan dengan keterangan tentang vaksinasi.

Semakin majunya perkembangan teknologi, maka semakin banyak pula

stasiun televisi yang bermunculan dan semakin ketat pula persaingan mereka

dalam penyajian program acara. Untuk itu, setiap stasiun televisi akan melakukan

langkah-langkah baru untuk menarik pemirsa agar menonton program acara yang

mereka sajikan, diantaranya: 43

1. Memberitakan peristiwa-peristiwa aktual yang terjadi dalam

masyarakat.

2. Menyajikan berita-atau informasi dengan fakta-fakta yang lengkap.

3. Menyajikan paket-paket hiburan yang bekualitas dari segi isi pesan

maupun penggarapannya.

Program acara televisi adalah mata acara yang ditayangkan oleh stasiun

televisi, baik harian, mingguan, tengah bulanan, bulanan, triwulan, tengah tahun

dan tahunan44. Program-program acara yang akan disajikan oleh stasiun televisi

biasanya memiliki kesamaan dari segi tema, namun tetap akan berbeda terutama

43

Kuswandi,Wawan. 1996. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi. Jakarta : PT Rineka Cipta.hlm 125

44

(41)

24 dari segi konsep dan kemasan tayangannya. Hal ini sangat berkaitan dengan

keputusan stasiun televisi dalam menentukan program mana saja yang layak

tayang serta kemampuan berkreasi orang-orang yang yang terlibat di dalamnya.

Baik buruknya suatu program acara televisi akan sangat berpegaruh pada

stasiun televisi di kemudian hari. Jika acara yang ditayangkan mempunyai mutu

pengawasan yang bagus, dalam artian sesuai dengan kondisi dan segmentasi

pemirsanya dan penempatan waktu tayang yang sesuai dengan program acaranya,

tentu acara tersebut akan mendapatkan perhatian luas dari masyarakat.

Ada tiga dampak yang ditimbulkan dari program acara televisi, yaitu :45

1. Dampak Kognitif, yaitu kemampuan seseorang atau pemirsa untuk

menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang

melahirkan pengetahuan bagi pemirsa. Contoh : acara kuis di televise.

2. Dampak Peneriuan, yaitu pemirsa dihadapkan pada trend aktual yang

ditayangkan televisi, dimana pada akhirnya apa yang ada di televisi

akan menjadi panutan dan diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari.

Misalnya saja model baju atau pakaian terbaru dari artis “ X ” yang

sedang digandrungi, maka akan banyak ditiru oleh massa.

3. Dampak Perilaku, yaitu proces tertanamnya nilai-nilai sosial budaya

yang ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan

pemirsa sehari-hari.

45

(42)

25

E.7. Program Acara Indonesia Lawyers Club Sebagai media Edukasi dan

Informasi

Setelah berjalan kurang lebih selama satu tahun, program acara thalk show

ini berubah nama menjadi Indonesia Lawyers Club yang sebelumnya bernama

Jakarta Lawyers Club. Banyak faktor yang melatar belakangi bergantinya nama

tersebut, salah satu diantaranya adalah masalah bangsa, karena bukan hanya orang

Jakarta saja yang membahas problem tersebut. Alasan kedua karena desakan dari

beberapa pihak dan daerah supaya acara tersebut bisa road show ke berbagai kota

di tanah air46.

Program acara Indonesia Lawyers Club adalah salah satu program acara

yang disiarkan oleh Tvone yang di dalamnya membahas berkisar antara politik,

hukum dan lain sebagainya. Acara ini mencoba untuk menawarkan sebuah solusi

dan mengupas tuntas semua problem-poblem yang ada di masyarakat maupun

pemerintah. Tujuan dari acara ini dimaksudkan untuk memberi pencerahan

kepada masyarakat umum agar masyarakat mendapatkan sebuah pemahaman serta

informasi yang aktual, tajam, terpercaya dan dapat dipertanggung jawabkan

kebenarannya47. Seperti yang dijelaskan dalam bukunya Bungin Burhan, media

massa adalah sebagai pencerahan masyarakat, sebagai media informasi dan

sebagai media hiburan48. Tanpa informasi kehidupan masyarakat akan mengalami

ketimpangan dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya

46

http://opini-indonesiaku.blogspot.com/2011/11/jakarta-lawyers-club-berganti-nama.html Diakses pada tgl 04 nov 2011. Pkl 00.41 WIB

47

http://politikana.com/baca/2011/07/06/tayangan-jakarta-lawyers-club.html Diakses pada 8 juni 2011.pukul 23:36 WIB.

48

(43)

26 Pengaruh media massa terhadap khalayaknya akan semakin terasa

manakala khalayaknya semakin tergantung pada media. Media massa disini

merupakan alat yang sangat ampuh dalam mengubah pikiran, perasaan dan

perilaku seseorang. Oleh karena itu sebaiknya khalayak audiens dalam memilih

atau mengkonsumsi sebuah media harus teliti mana informasi yang bersifat

edukatif dan mana yang tidak.

F. Definisi Konseptual

F.1. Pemaknaan dalam Reception studies

Pada analisis reception studies, makna yang ditemukan merupakan hasil

pemaknaan pesan atau teks media oleh audiens yang diteliti. Sementara dalam

teks media makna temuan penelitian dicapai melalui pemaknaan atas teks oleh

peneliti. Sehingga pemaknaan dalam reception studies adalah makna yang

ditemukan dari hasil pemaknaan pesan atau teks media oleh audien yang diteliti.

Audiens disini diasumsikan sebagai individu-individu yang berada dalam, dan

menjadi bagian dari, budaya massa (mass culture) 49.

F.2. Mahasiswa sebagai Audiens Program Acara Televisi

Khalayak biasa disebut dengan istilah penerima, sasaran, pembaca,

pendengar, pemirsa, audiens, decoder atau komunikan. Khalayak adalah salah

satu aktor dari proses komunikasi, oleh karena itu unsur khalayak tidak boleh

diabaikan, sebab berhasil tidaknya suatu proses komunikasi sangat ditentukan

49

(44)

27 oleh khalayak audiens50. Khalayak dalam hal ini adalah mahasiswa. Seorang

komunikator diharapkan mengetahui siapa yang menjadi target khalayak

audiensnya. Dalam bukunya Cangara Havied, audiens dapat dilihat dari tiga aspek

yang terdiri dari;

1. Pertama, aspek sosiodemografis terdiri dari jenis kelamin, usia,

populasi, lokasi, tingkat pendidikan, bahasa, agama, pekerjaan,

ideologi, pemilihan media.

2. Kedua, aspek profil psikologis, yang meliputi memahami audiens dari

segi kejiwaan yang meliputi emosi, bagaimana pendapat mereka,

adakah keinginan yang perlu dipenuhi, adakah selama ini mereka

menyimpan kecewa, frustasi atau dendam.

3. Ketiga, aspekkarakteristik perilaku khalayak yang meliputi hobi, nilai

dan norma, mobilitas sosial, perilaku komunikasi.

F.3. Studi Resepsi

Studi respsi adalah studi yang menfokuskan pada pengalaman dan

pemirsaan oleh khalayak, serta bagaimana makna diciptakan melalui pengalaman

tersebut. Analisis ini mencoba memberikan sebuah makna teks dengan memahami

bagaimana karakter teks dibaca oleh khalayak51. Audiens merupakan pencipta

aktif makna dalam kaitannya dengan teks.52 Konsep teoritik terpenting dari studi

resepsi adalah bahwa teks media bukanlah makna yang melekat pada teks media

50

Cangara, Hafied. 2008. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.hlm 157

51

Nur Hasanah, Fauziah. Pemaknaan Komunitas Waria terhadap Reality Show “Be A Man” di

Global TV. Universitas Muhammadiyah Malang, Skripsi 52

(45)

28 tersebut, tetapi makna diciptakan melalui interaksi antara khalayak dengan teks.

Dengan analisis studi resepsi tersebut, peneliti berusaha mengungkap bagaimana

audiens dalam hal ini mahasiswa funsionaris BEMU-UMM memaknai program

acara Indonesia Lawyers Club di Tvone.

G. Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah pemaknaan

yang diciptakan oleh penonton acara Indonesia Lawyers Club di Tvone. Adapun

pemaknaan yang dimaksud adalah mengungkapkan makna baik yang berupa teks,

lisan, gambar, dan semua bentuk bahasa dan jenis ekspresi komunikasi dari

program acara Indonesia Lawyers Club di Tvone bagi penononton.

H. Metode Penelitian

H.1. Pendekatan dan Tipe Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah pendekatan

kualitatif, para pakar mendefinisikan penelitian kualitatif secara berlainan, seperti

yang dijelaskan dalam bukunya Dedy Mulyana penelitian kualitatif adalah

penelitian yang bersifat interpretif (menggunakan penafsiran) yang melibatkan

banyak metode, dalam menelaah masalah penelitiannya. Sebagian ilmuan

menerjemahkan penelitian kualitatif sekadar penelitian deskriptif53. menurut

Bogdan Taylor dalam Moleong penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian

53

(46)

29 yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang dapat dipahami54.

Peneliti berusaha menafsirkan bagaimana audien memaknai program acara

Indonesia Lawyers Club di Tvone menggunakan metode studi resepsi (reception

studies) yaitu studi mengungkap tentang makna melalui pemkanaan oleh audien

atas teks media. Penelitian ini menggunakan paradigma interpretatif. Paradigma

interpretatif dalam hal ini, merupakan upaya penentuan suatu masalah dan menilik

gejala-gejala yang ada masyarakat. Peneliti menitik beratkan pada penelitian teks

media dan audiens aktif yaitu studi resepsi.

H.2. Subyek dan Waktu Penelitian

Subyek penelitian ini adalah mahasiswa. Dimana mahasiswa merupakan

elemen masyarakat yang kritis (intelek) sebagai agent of change (agen perubahan)

agen of social control (agen kontrol sosial) masyarakat. Penentuan sampling

dilakukan dengan menggunakan teknik purposif sampling yaitu teknik

pengambilan sampel tidak secara random, tapi dilakukan dengan berdasarkan

pada kebijakan penelitian itu sendiri. Purposive sampling dilakukan bila

diperlukan responden dengan persyararatan khusus55. Dengan kata lain, sampel

yang dipilih haruslah memenuhi kriteria yang ditentukan oleh peneliti. Adapun

kriteria yang harus dimiliki adalah sebagai berikut:

1. Mahasiswa fungsionaris BEMU-UMM

54

Moleong, Lexy. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hlm 3 55

(47)

30

2. Mahasiswa yang menonton dan mengikuti episode program acara

Indonesia Lawyers Club di Tvone.

3. bersedia diwawancara sebagai informan

Sedangkan untuk waktu penelitiannya bersifat kondisional antara peneliti

dengan yang diteliti saling menyesuaikan yaitu pada November-Desember 20011.

H.3. Teknik Pengumpulan Data

H.3.1. Focus Group Discussion (FGD)

Focus Group Discussion (FGD) merupakan metode pengumpulan data

atau riset untuk memahami sikap dan perilaku khalayak audiens, biasanya terdiri

dari 6-12 orang yang secara bersamaan dikumpulkan, diwawancarai, dimana

peneliti mengumpulkan untuk membahas topik penelitian dan berbagai aspek dari

suatu program dalam diskusi yang tidak terstruktur yang dipimpin oleh seorang

moderator56. Hal ini bertujuan agar dalam proses diskusi bisa efektif serta tercipta

suasana yang nyaman dan kondusif.

Metode FGD termasuk metode yang memakai pendekatan kualitatif, yang

dalam penelitiannya melibatkan (1) peneliti, (2) moderator diskusi (bisa di-handle

peneliti) dan (3) partisipan (kelompok-kelompok responden atau subyek

penelitian). Dalam riset audiens, FGD digunakan untuk melacak hal-hal tertentu

yang ingin ditonjolkan oleh (menjadi prioritas bagi) kelompok-kelompok

partisipan (sebagai representasi audiens tertentu) dalam FGD57.

56

Morrisan, M.A. 2009. Manajemen Media Penyiaran. Jakarta: Kencana Hlm 362 57

(48)

31

H.4.Teknik analisis Data

Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya

ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian besar Patton (1980)58. Analisis

data kualitatif dimulai dari analisis berbagai data yang berhasil dikumpulkan di

lapangan. Kemudian data tersebut diklasifikasikan kedalam kategori-kategori

tertentu dengan mempertimbangkan kompetensi subjek dan tingkat autentisitas

data. Setelah diklasifikasikan barulah dilakukan interpretasi data dan dikaitkan

dengan teori atau konteks-konteks tertentu untuk mempertahankan argumentasi

(blocking interpretation)59. Dalam penelitian ini data-data yang sudah didapat dari

hasil wawancara dianalisis melalui studi resepsi, di mana pemaknaan diurutkan

kembali secara mendetail. Selanjutnya peneliti melakukan interpretasi atas

data-data yang sudah didapat serta diurutkan tersebut.

58

Oman, sukmana, Metode Penelitian Sosial. Hand Out Perkuliahan semester lV 59

Gambar

Gambar 2.1  Dewan Direksi Tvone ............................................................
Tabel 1.1 Model Fairchough (Tingkatan Teks)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan karena masih banyak guru yang membutuhkan contoh perangkat pembelajaran mengacu pada kurikulum SD 2013. Tujuan utama dari penelitian ini

ةيبرعلا ةغللا ميلعت ةقيرط عاونأ .... ميلعتلا ي ةبعللا ةقيرط

[r]

uleebalang. Sebagai seorang pemimpin, uleebalang berada di tengah-tengah masyarakat dan berinteraksi dengan masyarakat. Hubungan timbal balik dan saling membutuhkan

Hasil pengukuran rata-rata diameter daya antimikroba dari ekstrak kasar etanol, fraksi kloroform, fraksi n-heksan, dan fraksi metanol dari spons Theonella swinhoei terhadap

Karakterisasi isolat AF-E6(12-13)-7 dari kayu batang durian kusik (D.dulcis Becc.) dilakukan dengan melihat senyawa fenolik yang telah ditemukan pada jenis durian

Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik (kondisi kerja) yang terdapat disekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun

• Kelas F untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh, TIDAK melindungi dari sengatan listrik, dan TIDAK. TIDAK melindungi dari sengatan listrik, dan TIDAK melindungi