KAJIAN PENERAPAN GOOD GOVERNANCE
PADA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
TANAMAN PANGAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
Oleh
ARSADI
H24076020
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
RINGKASAN
ARSADI, H24076020. Kajian Penerapan Good Governance Pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Kementerian Pertanian. Dibawah bimbingan ABDUL KOHAR IRWANTO
Good governance merupakan proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola pemerintahan dalam rangka meningkatkan akuntabilitas kinerja. Penerapan prinsip-prinsip Good Governance akan meningkatkan kinerja dengan cara penerapan keterbukaan, profesional dan memegang nilai moral yang tinggi dalam pengambilan keputusan untuk penyelenggaraan pemerintahan berdasarkan keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan adil, transparansi dan efisien, serta memberdayakan fungsi manajemen.
Puslitbangtan sebagai lembaga penelitian yang berfungsi sebagai penghasil inovasi teknologi tanaman pangan berupaya keras menerapkan good governance sebagai bagian dari tuntutan masyarakan akan tata pemerintahan yang baik, melalui berbagai pendekatan struktural dan prosedural. Namun dalam pelaksanaannya didapati fakta bahwa penerapan good governance di Puslitbang Tanaman Pangan belum dilaksanakan secara menyeluruh. Sehingga penyelenggaraan pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan belum sepenuhnya dilandaskan pada prinsip good governance.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengidentifikasi upaya penerapan good governance di Puslitbang Tanaman Pangan dan (2) Untuk mendeskripsikan seberapa besar faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan good governance di Puslitbang Tanaman Pangan
Pengolahan data untuk penelitian ini menggunakan MS Excel 2003 yang compatible pada fitur MS Excel 2007 dan aplikasi program SPSS versi 15 untuk melakukan analisis statistik, data yang diolah meliputi data primer dan data sekunder dengan teknik pengumpulan data berupa studi kepustakaan dan studi lapangan (kuesioner).
KAJIAN PENERAPAN GOOD GOVERNANCE
PADA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
TANAMAN PANGAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
SKRIPSI
Sebagai salah syarat untuk mendapatkan gelar
SARJANA EKONOMI
Pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh :
ARSADI
H24076020
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judlu Skripsi : Kajian Penerapan Good Governance Pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Kementerian Pertanian.
Nama : Arsadi
NIM : H24076020
Menyetujui Pembimbing,
(Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc) NIP: 194912101978031002
Mengetahui : Ketua Departemen,
(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc) NIP: 196101231986011002
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 31 Desember 1972, penulis merupakan anak terakhir dari 7 bersaudara pasangan Bapak Arsin (Alm) dan Ibu Rochani (Alm). Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di Madrasah Ibtidaiyah Nurul Huda Curug Bogor lulus pada tahun 1982, kemudian melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah Tarbiyatus Shibyan Kayumanis Bogor Lulus pada tahun 1987. Tahun 1994 Penulis lulus Sekolah Menengah Atas di SMA PGRI-4 Bogor.
Pada tahun 2001 Penulis melanjutkan ke Diploma III Jurusan Kearsipan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta sebagai peserta tugas belajar Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan lulus pada tahun 2004. Tahun 2007 penulis melanjutkan ke Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut Pertanian Bogor sebagai peserta Tugas Belajar dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT penulis telah menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan arahan dosen pembimbing. Skripsi ini berjudul Kajian Penerapan Good Governance Pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan yang mencoba mengamati upaya yang dilakukan dalam rangka penerapan good governance.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif dan statistik yang dimaksudkan untuk mengetahui hubungan serta sejauh mana upaya yang dilakukan dalam penerapan good governance tersebut.
Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas segala bantuan yang diberikan oleh semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian ini khususnya pimpinan dan staf di lingkungan kantor Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.
Skripsi ini jauh dari sempurna, baik dalam kajian teoritis maupun substansi materi, penulis sadar akan hal tersebut. Selanjutnya sebagai bahan kajian dalam bidang yang sejenis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan dan penyempurnaan penerapan Good Governance di Puslitbang Tanaman Pangan.
Bogor, April 2011
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
I. PENDAHULUAN ...1
1.1. Latar Belakang ...1
1.2. Perumusan Masalah ...3
1.3. Tujuan Penelitian. ...3
1.4. Manfaat Penelitian ...3
1.5. Batasan Penelitian ...4
II. TINJAUAN PUSTAKA ...5
2.1. Governance (Pemerintahan atau Kepemerintahan) ...5
2.2. Unsur-Unsur Good Governance...7
2.3. Implementasi Prinsip Good Governance ...9
2.4. Upaya Penerapan Good Governance ...9
2.4.1. Akuntabilitas ...9
2.4.2. Kinerja Organisasi ...11
2.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Upaya Penerapan Good Governance 13 2.6. Penelitian Terdahulu ...17
III. METODE PENELITIAN ...18
3.1. Kerangka Pemikiran ...18
3.2. Penentuan Waktu dan Lokasi Penelitian ...20
3.3. Metode Penelitian ...20
3.4. Metode Pengumpulan Data ...20
3.5. Populasi dan Sampel ...21
3.6. Variabel Pebelitian ...21
3.7. Instrumen Penelitian dan Pengukurannya ...21
3.8. Uji Validitas dan Reliabilitas ...22
3.8.1 Uji Validitas ...22
3.8.2 Uji Reliabilitas ...22
3.9. Pengolahan dan Analisis Data ...23
3.9.1 Pengolahan Data ...23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...25
4.1. Gambaran Umum Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan 25
4.1.1 Sejarah Singkat Puslitbang Tanaman Pangan ...25
4.1.2 Organisasi Puslitbang Tanaman Pangan ...26
4.2. Upaya Penerapan Good Governance di Puslitbang Tanaman Pangan ...28
4.2.1 Akuntabilitas ...28
4.2.2 KinerjaOrganisasi ...33
4.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerapan Good Governance ...36
4.3.1 Kepemimpinan ...36
4.3.2 Sumber Daya Manusia ...37
4.3.3 Sarana dan Prasarana ...37
4.3.4 Sumber Dana/Anggaran ...38
4.3.5 Metode Kerja dan Kebijakan Pengendalian Manajemen ...38
4.4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ...39
4.5. Analisis Ddeskriptif Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap GG ...41
4.6. Analisis Deskriptif Penerapan Good Governance ...44
4.7. Analisis Statistik ...45
4.8. Upaya Penerapan Good Governance ...49
KESIMPULAN DAN SARAN ...50
A. Kesimpulan ...50
B. Saran ...50
DAFTAR PUSTAKA ...52
DAFTAR TABEL
No. Halaman.
1. Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi…... …………. 24
2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel X1 Kepemimpinan …………. 39
3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel X2 SDM ………. 39
4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel X3 Sarana Prasarana ………... 39
5. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel X4 Anggaran ……….. 40
6. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel X5 Metode Kebijakan ……… 40
7. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Y Good Governance ………... 41
8. Tanggapan Responden Mengenai Kepemimpinan ……… 41
9. Tanggapan Responden Mengenai SDM ……… 42
10. Tanggapan Responden Mengenai Sarana ……… ……….…. 42
11. Tanggapan Responden Mengenai Anggaran …… ……… 43
12. Tanggapan Responden Mengenai Metode Pengendalian Manajemen ……. 43
13. Tanggapan Responden Mengenai Akuntabilitas dan Kinerja……….……... 44
14. Ringkasan Analisis Regresi Sederhana Kepemimpinan Terhadap GG …… 45
15. Ringkasan Analisis Regresi Sederhana SDM Terhadap GG ……… 45
16. Ringkasan Analisis Regresi Sederhana Sarana Terhadap GG ………..…… 46
17. Ringkasan Analisis Regresi Sederhana Anggaran Terhadap GG ………..… 47
18. Ringkasan Analisis Regresi Sederhana MPM Terhadap GG ……… 47
19. Ringkasan Analisis Regresi Berganda antara Kepemimpinan, SDM, Sarana, Anggara dan Metode Pengendalian Manajemen Terhadap GG…… 48
20. Rekapitulasi Pernyataan Responden terhadap Variabel Faktor-Faktor yang mempengaruhi penerapan GG………...………. 49
DAFTAR GAMBAR
No. Halaman.
DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman.
1. Halaman Permohonan Kuesioner ...……… 54
2. Daftar Pertanyaan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Good Governance. 55 3. Daftar Pertanyaan Penerapan Good Governance ... 57
4. Ringkasan Analisis Regresi Kepemimpinan (X1) terhadap Good Governance (Y)……….……….. 58
5. Ringkasan Analisis Regresi Sumber Daya Manusia (X2) terhadap Good Governance (Y) ...………... 59
6. Ringkasan Analisis Regresi Sarana dan Prasarana (X3) terhadap Good Governance (Y)... 60
7. Ringkasan Analisis Regresi Sumber Dara (Anggaran) (X4) terhadap Good Governance (Y) ………..……… 61
8. Ringkasan Analisis Regresi Metode dan Kebijakan Pengendalian Manajemen (X5) terhadap Good Governance (Y)……………. 62
9. Ringkasan Analisis Regresi Berganda Variabel X1, X2, X3, X4, X5 terhadap Good Governance (Y) ………….....……… 63
10. Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan ……… 64
11. Definisi Operasional Variabel ………. 65
12. Rekapitulasi Pernyataan Responden Terhadap Variabel X dan Y ……….. 67
13. Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Variabel Kepemimpinan….. 69
14. Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Variabel SDM ……….. 71
15. Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Variabel Sarana ……… 73
16. Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Variabel Anggaran ………… 75
17. Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Variabel Metode……… 77
18. Hasil Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Variabel GG ………. 79
19. Alur Pikir Study ……….. 81
20. Diagram Sebab Akibat………. 82
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pemerintah Pusat maupun Daerah di Indonesia setelah memasuki era reformasi,
dihadapkan pada kenyataan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap kinerja
pemerintah. Oleh karena itu, tidak dapat dihindari bahwasannya pemerintah perlu
melakukan perubahan dan pembenahan manajemen pemerintahannya. Perubahan dan
pembenahan yang dimaksud akan terwujud jika pemerintah dalam menjalankan
pemerintahannya dengan paradigma baru manajemen pemerintahannya. Artinya jika selama
ini pemerintahan belum sepenuhnya memperdulikan kepentingan dan kebutuhan
masyarakat, maka dalam era baru manajemen pemerintahan ini menjadi obyek sekaligus
subyek manajemen pemerintahan.
Di sisi lain, dengan adanya tuntutan untuk terwujudnya tata kelola kepemerintahan
yang baik yang selanjutnya disebut good governance (GG), pemerintah kembali dituntut
untuk mampu menata kembali pola-pola kerja yang dilakukan selama ini. Dengan kata lain,
tuntutan untuk terwujudnya pemerintahan yang baik ini, pemerintah diharapkan mampu
menjaga sinergitas dengan komponen pemerintahan lainnya, yaitu masyarakat dan dunia
usaha. Oleh karena itu, pemerintah (government/state) dalam menjalankan aktivitas
pemerintahannya dituntut untuk selalu transparan dan akuntabel.
Reformasi ini diartikan sebagai reformasi yang menyeluruh diberbagai aspek
kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia, seperti politik, hukum, ekonomi, sosial,
dan budaya. Semangat reformasi telah mewarnai pendayagunaan aparatur negara dengan
tuntutan untuk mewujudkan administrasi yang mampu mendukung kelancaran dan
keterpaduan pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan negara, dengan
mempraktekan prinsip-prinsip good governance. Selain itu, masyarakat menuntut agar
pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam menanggulangi korupsi.
Kolusi dan nepotisme (KKN) sehingga tercipta pemerintahan yang bersih dan mampu
menyediakan public goods and services.
Proses penyelenggaraan kekuasaan negara dalam melakukan penyediaan public
terbaiknya disebut tata kelola kepemerintahan yang baik. Agar good governance menjadi
kenyataan dan sukses, dibutuhkan komitmen dari semua pihak pemerintah dan masyarakat.
Good governance yang efektif menuntut adanya koordinasi dan integritas yang baik,
profesionalisme, etos kerja dan moral yang tinggi.
Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat utama untuk mewujudkan
aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan negara. Dalam rangka
ini, diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas,
dan nyata sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat terukur dalam
akuntabilitas publik.
Akuntabilitas dalam prinsip good governance berarti setiap kegiatan dan hasil akhir
dari kegiatan penyelenggaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Untuk aparatur pemerintah akuntabilitas
didasarkan pada klasifikasi tanggungjawab manajerial pada tiap tingkatan. Masing-masing
individu pada tiap jajaran aparatur bertanggungjawab atas setiap kegiatan yang dilaksanakan
pada bagiannya. Konsep inilah yang membedakan adanya kegiatan-kegiatan yang terkendali
(controllable activities) dan kegiatan yang tidak terkendali (uncontrollable activities).
Kegiatan yang terkendali merupakan kegiatan yang secara nyata dapat dikendalikan oleh
seseorang atau suatu pihak, ini berarti kegiatan tersebut benar-benar direncanakan,
dilaksanakan dan hasilnya dinilai oleh pihak yang berwenang. Dalam birokrasi pemerintah,
akuntabilitas suatu instansi pemerintah merupakan perwujudan kewajiban instansi
pemerintah tersebut untuk mempertanggung jawabkan keberhasilan atau kegagalan
pelaksanaan misi instansi yang bersangkutan.
Dalam kaitannya dengan akuntabilitas Puslitbang Tanaman Pangan melakukan
pertanggungjawaban terhadap seluruh kegiatannya melalui instrumen Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Hasil akhir dari seluruh kegiatan yang berlangsung
selama periode waktu tertentu dipertanggungjawabkan kepada para pihak yang melakukan
pemeriksaan baik unsur internal (Inspektorat Jendeal) maupun eksternal (Badan Pemeriksa
Penerapan good governance di Puslitbangtan masih terdapat kelemahan yang cukup
mendasar terutama dari aspek operasional seperti :
1. Proses penyusunan rencana pembiayaan kegiatan tidak dilakukan perhitungan yang
cermat terhadap jenis dan tipe kegiatan yang menjadi prioritas atau kegiatan yang
bersifat rutin, akibatnya penyerapan beberapa jenis belanja menjadi rendah.
2. Untuk jenis pengadaan barang dan jasa metode e-procurement belum dilaksanakan
secara optimal, hal tersebut memungkinkan terjadinya KKN.
3. Proses perencanaan kegiatan yang dananya bersumber dari hibah dari IPNI Malaysia
tidak dilakukan perlakuan secara wajar dari sisi pencatatan administratif keuangan,
akibatanya terjadi kesulitan perekaman data kegiatan kerjasama terutama dalam
penysunan laporan keuangan.
4. Sumber Daya Manusia (SDM) diantaranya yang menangani database kurang memadai
kemampuannya terutama untuk menangani tugas-tugas teknis sehingga menyulitkan saat
terjadi permintaan terhadap jenis data tertentu. Hal itu disebabkan karena untuk jenis
pekerjaan tertentu yang membutuhkan kemampuan teknis tinggi tidak ditangani oleh
orang yang mempunyai kualifikasi dalam bidang itu.
1.2. Perumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang maka perumusan masalah adalah sebagai berikut :
1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi penerapan good governance serta.
2. Bagaimana upaya yang dilakukan.
1.3. Tujuan Penelitian.
1. Mengidentifikasi upaya penerapan good governance di Puslitbang Tanaman Pangan
2. Menganalisis seberapa besar faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan good
governance di Puslitbang Tanaman Pangan.
1.4. Manfaat Penelitian.
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan kontribusi pemikiran bagi Puslitbang Tanaman Pangan untuk perbaikan
penerapan good governance.
1.5. Batasan Penelitian.
Puslitbang Tanaman Pangan sebagai organisasi pemerintahan telah melaksanakan good
governance (GG), namun dalam pelaksanaannya masih terdapat beberapa unsur yang belum
tercapai terutama dari aspek kepemimpinan, sumber daya manusia, sarana dan prasarana,
anggaran, metode kerja dan kebijakan pengendalian manajemen. Penelitian ini memfokuskan
pada penerapan good governance sebagai variabel terikat (Y) dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya sebagai variabel bebas (X). Variabel terikat (Y) terdiri dari sub variabel
akuntabilitas (Y1) dan kinerja organisasi (Y2). Sedangkan variabel bebas (X) akan dianalisa dari
aspek operasional dengan sub variabel kepemimpinan (X1), SDM (X2), sarana prasarana (X3),
anggaran (X4), metode kerja dan kebijakan pengendalian manajemen (X5). Variabel-variabel
akan dianalisis menyangkut ada tidaknya serta seberapa besar hubungan antara penerapan GG
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Governance (Pemerintahan atau Kepemerintahan)
Tjokromidjojo (2000) menyatakan bahwa governance artinya adalah memerintah,
menguasai, mengurus. Governance, yang diterjemahkan menjadi tata pemerintahan adalah
penggunaan wewenang ekonomi, politik dan administrasi gun mengelola urusan-urusan negara
pada semua tingkat. Tata pemerintahan mencakup seluruh mekanisme, proses dan
lembaga-lembaga dimana warg dan kelompok-kelompok msyarakat mengutarakan kepentingan mereka,
menggunakan hak hukum, emmenuhi kewajiban dan menjembatani perbedaan-perbedaan
diantara mereka (UNDP : 2003 : 23)
Tuntutan masyarakat untuk mewujudkan good governance pada sektor pemerintah
sudah merupakan keharusan yang tidak bisa ditunda-tunda lagi, karena saat ini sudah meningkat
kesadaran bernegara dikalangan masyarakat. pada masa reformasi ini masyarakat dimungkinkan
untuk mengeluarkan aspirasinya, sehingga tuntutan tersebut semakin jelas ke permukaan. Hal
tersebut diakibatkan tingkat kepercayaan masyarakat terutama kepada Pemerintah sudah berada
pada titik yang mengkhawatirkan.
Alasan yang paling utama terhadap ketidak percayaan rakyat kepada pemerintah, adalah
dengan ketidak efisienan pemerintah dalam penggunaan uang, penghamburan uang yang terjadi
untuk pembelanjaan yang tidak semestinya. Oleh karenanya pemerintah harus berupaya sekuat
tenaga untuk mengembalikan kepercayaan rakyat yang telah hilang itu, reformasi disemua lini
organisasi pemerintah harus segera dilakukan. ditambah dengan adanya tekanan arus globalisasi
saat ini yang membuat dunia tanpa batas lagi, hubungan organisasi tidak terbatas hanya dalam
satu negara tetapi antar negara dan bangsa. Dengan demikian, agar tidak tergantung oleh negara
maju dan tertindas oleh arus globalisasi tersebut, pemerintah Indonesia harus segera membenahi
dirinya dengan melakukan reformasi total dibidang administrasi dan aparaturnya.
Reformasi total di tubuh organisasi pemerintah merupakan upaya untuk menciptakan
good governance, seperti yang didambakan oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia dengan
melibatkan semua pelaku tata pemerintahan. Banyak orang awam yang belum dapat
membedakan perbedaan pengertian governance dengan Government, arti secara harfiah
Terdapat bentuk ketentuan tugas dan kewenangan didalam governance atau tata
pemerintahan itu, ada manajer dan para birokrat yang mengelola tata pemerintahan tersebut.
Dan semuanya itu disebut publik, tapi hanya sebagian dari semua itu merupakan Pemerintahan.
Jadi jelas, bahwa government atau pemerintah hanya bagian dari governance atau tata
pemerintahan.
Pengertian tata kelola kepemerintahan (governance) di dalam suatu negara menurut
UNDP (UNDP Global Intranet, 2003), adalah :
“Tata kelola dapat dilihat sebagai pelaksanaan otoritas ekonomi, politik dan administratif untuk mengelola urusan negara di semua tingkatan. Ini terdiri dari mekanisme, proses dan melalui lembaga-lembaga yang warga negara dan kelompok mengartikulasikan kepentingan mereka, menggunakan hak hukum mereka, memenuhi kewajiban mereka dan menengahi perbedaan”
Dari definisi tersebut memperlihatkan bahwa governance mempunyai tiga kaki (three
legs), yaitu : economic, political dan administrative. Economic governance, termasuk proses
pembuatan keputusan yang mempengaruhi semua aktifitas ekonomi negara dan hubungannya
dengan kegiatan ekonomi lainnya. Political governance, adalah proses pembuatan keputusan
untuk merumuskan kebijakan. Administrative governance, merupakan pelaksanaan sistem
kebijakan. Dengan mencakup ketiganya, good governance menetapkan proses-proses dan
struktur yang menuntun hubungan politik dan sosio-ekonomi (UNDP Global Intranet, 2003).
Dari penjelasan tersebut, maka pelaksanaan tata pemerintahan (governance) mencakup
tiga pilar utama (domain), yakni sektor pemerintahan (state); sektor swasta (private
sector-pelaku bisnis); dan masyarakat umum (civil society). Ketiga domain tersebut barada didalam
pergaulan kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Sektor pemerintah lebih banyak
memainkan peranan sebagai pembuat kebijakan, pengendalian dan pengawasan. Sektor swasta
lebih banyak berkecimpung dan menjadi penggerak aktivitas dibidang ekonomi. Sedangkan
masyarakat umum merupakan obyek sekaligus subyek dari sektor pemerintah maupun sektor
swasta, karena di dalam masyarakatlah terjadi interaksi dibidang politik, ekonomi, maupun
sosial budaya (Wasistiono, 2002:31).
Ketiga domain tersebut merupakan jaringan kerja dari kegiatan yang mencakup ruang
lingkup yang luas dari organisasi publik – yaitu organisasi pemerintah, non-pemerintah,
organisasi yang berorientasi profit, non-profit, organisasi negara dan organisasi partai politik.
Jadi domain dari tata pemerintahan sangat luas. Kesinergian dari jaringan kerja semua pihak
kinerja yang baik, sehingga pada akhirnya akan mewujudkan harapan semua pihak, yakni Tata
Pemerintahan yang baik (good governance). Hal tersebut merupakan perwujudan dari kondisi
penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab yang sejalan
dengan demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dana investasi yang
langka, dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun administratif, menjalankan disiplin
anggaran serta penciptaan legal and political framework bagi tumbuhnya kewiraswastaan (Biro
Organisasi Departemen dalam Negeri, 2001). Kondisi Tata Pemerintahan yang baik (good
governance) dapat terwujud, apabila kesinergian kinerja para pelaku Tata Pemerintahan telah
melaksanakan unsur-unsur atau karakteristik good governance dengan baik.
2.2. Unsur-Unsur Good Governance
Unsur utama good governance yaitu partisipasi, supremasi hukum dan transparansi.
Dalam pelaksanaannya ketiganya merupakan aspek-aspek yang dapat menjadi indikator
dari penerapan good governance untuk setiap entitas pengelolaan kegiatan suatu organisasi.
Pelaksanaan kegiatan suatu organisasi Pemerintah dianggap akuntabel, apabila melibatkan
peran serta atau partisipasi masyarakat dalam setiap tahap pelaksanaannya. Disamping itu,
dalam proses penyusunan dan pelaksanaan kegiatan seharusnya disertai dengan
semangat penegakan hukum yang berlaku. Serta terbuka (Transparan) dalam pelaksanaan
program-program yang berkaitan dengan kebijakan publik. (Wasistiono, 2002).
Adapun unsur-unsur good governance menurut United Nation of Development
Programme (UNDP Policy document, (UNDP Global Intranet, 2003 dan di dalam Partnership
for governance reform, 1997) adalah :
1. Partisipasi, semua pria dan wanita mempunyai suara dalam pengambilan keputusan, baik
secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga perwakilan yang sah yang mewakili
kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan kebebasan
berkumpul dan mengungkapkan pendapat, serta kapasitas untuk berpartisipasi secara
konstruktif.
2. Supremasi hukum. Kerangka hukum harus adil dan diberlakukan tanpa pandang bulu,
terutama hukum-hukum yang menyangkut hak azasi manusia.
3. Transparansi, transparansi dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh proses
berkepentingan dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan
dipantau.
4. Cepat tanggap, lembaga-lembaga dan seluruh proses Pemerintahan harus berusaha melayani
semua pihak yang berkepentingan.
5. Membangun konsensus, Tata pemerintahan yang baik menjembatani kepentingan yang
berbeda demi terbangunnya suatu konsensus menyeluruh dalam hal apa yang terbaik bagi
kelompok-kelompok masyarakat, dan bila mungkin, konsensus dalam hal
kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur.
6. Kesetaraan, semua pria dan wanita mempunyai kesempatan memperbaiki atau
mempertahankan kesejehateraan mereka.
7. Efektif dan efisien, proses Pemerintahan dan lembaga-lembaga membuahkan hasil sesua
kebutuhan warga masyarakat dan dengan menggunakan sumber-sumber daya yang ada
seoptimal mungkin.
8. Akuntabilitas atau bertanggung jawab, para pengambil keputusan di Pemerintah, sektor
swasta dan organisasi-organisasi masyarakat bertanggung jawab baik kepada masyarakat
maupun kepada lembagalembaga yang berkepntingan. Bentuk pertanggung-jawaban
tergantung dari jenis organisasi yang bersangkutan dan dari apakah keputusan organisasi
tersebut bersifat ke dalam atau keluar.
9. Visi Strategis, para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jauh
kedepan atas Tata Pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia, serta kepekaan akan
aa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan perkembangan tersebut. Selain itu mereka juga
harus memiliki pemahaman atas kompleksitas kesejahteraan, sosial dan budaya yang
menjadi dasar bagi perspektif tersebut.
Dilihat dari uraian unsur-unsur Tata Pemerintahan yang baik tersebut, tampak bahwa
kesembilan unsur dimaksud saling memperkuat dan tidak dapat berdiri sendiri. Setiap unsur
dapat mempengaruhi unsur lainnya, seperti unsur akuntabilitas akan berhasil ditegakkan apabila
unsur-unsur lainnya seperti partisipasi, transparansi dan penegakan hukum telah benar-benar
dilaksanakan dengan baik. Dengan kata lain, akuntabilitas kinerja suatu organisasi
penyelenggara negara merupakan hal yang terpenting menuju Tata Pemerintahan yang baik.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa wujud good governance adalah penyelenggaraan
negara yang solid dan bertanggung jawab, serta efisien dan efektif dengan menjaga kesinergian
karena good governance meliputi sistem administrasi negara, maka upaya mewujudkan good
governance atau Tata Pemerintahan yang baik juga merupakan upaya melakukan
penyempurnaan pada sistem administrasi negara yang berlaku pada suatu negara secara
menyeluruh.
2.3. Impementasi Prinsip Good Governance
Good governance merupakan proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan
dan mengelola pemerintahan serta urusan-urusan publik dalam rangka meningkatkan
akuntabilitas dan kinerja organisasi pemerintah. Akutabilitas dapat diukur secara kualitatif
berdasarkan audit yang dilakukan secara internal maupun eksternal sedangkan dan kinerja
organisasi pemerintah dapat diukur secara kuantitatif berdasarkan capaian kinerja sesuai target
yang ditetapkan. Secara garis besar, penerapan prinsip-prinsip Good Governance akan
meningkatkan akuntabilitas dan kinerja dengan cara penerapan keterbukaan, profesional dan
memegang nilai moral yang tinggi dalam pengambilan keputusan. Prinsip-prinsip tersebut dapat
diuraikan lebih lanjut:
1. Meningkatkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan
adil
2. Mendorong pengelolaan pemerintahan secara profesional, transparansi dan efisien, serta
memberdayakan fungsi manajemen.
3. Mendorong manajemen dalam proses pengambilan keputusan dan menjalakan tindakan
dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
yang berlaku serta kesadaran akan adanya tanggung jawab.
2.4. Upaya Penerapan Good Governance 2.4.1. Akuntabilitas
Penerapan good governance di Indonesia sesuai dengan UU No.28 Tahun 1999 pada
pasal 3 menyebutkan bahwa asas-asas umum penyenggaraan negara meliputi asas kepastian
hukum, asas tertib penyelenggaraan negara, asas kepentingan hukum, asas keterbukaan, asas
proporsionalitas, asas profesionalitas dan asas akuntabilitas.
Selanjutnya menurut penjelasan pasal 3 dinyatakan bahwa :--- Yang dimaksud dengan
asas akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari
rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.
Akuntabilitas dalam bidang keuangan ditandai dengan lahirnya paket undang-undang
dalam pengelolaan keuangan negara memberikan wewenang yang lebih besar kepada
departemen teknis/lembaga sehingga menuntut tanggung jawab pengguna anggaran dalam
meningkatkan akuntabilitas dalam pelaksanaan anggaran (Nasution dalam Soefihara, 2005).
Penerapan akuntabilitas organisasi yang merupakan salah satu prinsip good governance
sebagai wujud pertanggungjawaban terhadapa masyarakat. Secara harfiah akuntabilitas
(accountability) dapat diartikan sebagai “pertanggungjawaban”. Namun penerjemahan secara
sederhana ini dapat mengaburkan arti dari kata accountability itu sendiri bila telah dikaitkan
dengan pengertian akuntansi dan manajemen. Governmental Accounting Standard Board
(GASB) yang dikutip dari Bastian (2001) mendefinisikan istilah accountability sebagai “the
requirment for government to answer to the citizenry-to justify the raising of public resources
and the purpose for which they are used”.
Budiardjo (2002) mendefinisikan akuntabilitas sebagai “pertanggungjawaban pihak
yang diberi mandate untuk memerintah kepada mereka yang memberi mandat. Akuntabilitas
bermakna pertanggungjawaban dengan menciptakan pengawasan melalui distribusi kekuasaan
pada berbagai lembaga pemerintah sehingga mengurangi penumpukan kekuasaan pada berbagai
lembaga pemerintah sehingga mengurangi penumpukan kekuasaan sekaligus menciptakan
kondisi saling mengawasi (checks and balances system).
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atau menjawab
dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif suatu
organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau kewenangan untuk meminta keterangan atau
pertanggungjawaban, (LAN RI,1999).
Upaya penerapan akuntabilitas pada instansi pemerintah yang merupakan elemen kunci
dalam implementasi good governance yaitu dengan diberlakukannya Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (AKIP) sedangkan alat ukurnya berupa Laporan Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (LAKIP) sesuai dengan Inpres No.7/1999. Menurut LAN RI 2000, Lakip
adalah media pertanggung jawaban yang isinya juga mencakup perencanaan strategis (Renstra)
Dalam penelitian ini akan dibahas beberapa indikator pencapaian kinerja organisasi
Puslitbang Tanaman Pangan dalam upaya menerapkan good governance dengan cara mengukur
indikator sebagai berikut :
1. Implementasi mekanisme sistem akuntabilitas
- Pemisahan fungsi rutin dan fungsi fungsonal
2. Transparansi kegiatan
- Transparansi dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK)
3. Perencanaan serta strategi berorientasi output dan
- Renstra dengan output manajemen, penelitian dan pengembangan.
4. Strategi langkah dalam pelaksanaan kegiatan.\
- Strategi program penelitian dan non penelitian.
2.4.2. Kinerja Organisasi
Organisasi adalah suatu kesatuan sosial dari sekelompok manusia, yang saling
berinteraksi menurut suatu pola tertentu sehingga setiap anggota organisasi memiliki fungsi dan
tugasnya masing-masing, yang sebagai suatu kesatuan mempunyai tujuan tertentu dan
mempunyai batas-batas yang jelas,sehingga bias dipisahkan secara tegas dari lingkungannya.
(Lubis & Huseini,1987).
Kinerja organisasi yang tinggi adalah suatu kesatuan dari tenaga kerja yang
memproduksi barang dan jasa yang diiinginkan pada kualitas yang leboih tinggi dengan
penggunaan sumber daya yang sama atau lebih sedikit. Produktivitas dan kualitas mereka
meningkat secara berkesinambungan dari hari ke hari, minggu ke minggu dan tahun ke tahun,
membawa kepada pencapaian misi mereka (organisasi).
Komponen yang dapat diketahui dari pengertian kinerja organisasi di atas antara lain :
a. Keterlibatan seluruh komponen organisasi yang akan menghasilkan kinerja yang baik.
b. Kerja sama harus terjalin agar organisasi dapat menyelenggarakan interaksi lintas lintas
sector (sector publik dan sector privat).
c. Pencapaian misi organisasi adalah tujuan setiap organisasi.
d. Daya saing yang tinggi ditandai dengan tetap eksisnya organisasi tersebut dari waktu ke
waktu.
e. Dinamis dalam pengembangan organisasi yaitu kesinambungan dalam pengembangan
Menurut Osborne and Gaebler (1995) kinerja organisasi publik harus memenuhi
beberapa indikator yaitu :
a) Produktivitas : Sistem organisasi harus memberikan pelayanan mudah, tepat waktu, akurat
dan memperhatikan efektivitas dalam memberikan informasi yang dibutuhkan.
b) Responsivitas : Kesanggupan sistem organisasi untuk membantu dan memberikan pelayanan
secara cepat dan tepat serta tanggap terhadap keinginan dan harapan pengguna sistem
tersebut.
c) Responsibilitas : Kemampuan sistem organisasi tersebut untuk memberikan pelayanan yang
terpercaya dan sesuai dengan yang dijanjikan serta bertanggungjawab.
d) Akuntabilitas : Hasil informasi dari sistem organisasi tersebut harus mampu memberikan
hasil yang dapat dipercaya dan bertanggungjawab serta dapat digunakan oleh pihak-pihak
yang berkepentingan.
Dalam penelitian ini, penulis menyimpulkan bahwa indikator yang ada di Puslitbang
Tanaman Pangan akan dilihat dari aspek dibawah ini :
1. Pertanggung jawaban dalam pelaksanaan pekerjaan
- Pertanggung jawaban kegiatan Penelitian
- Pertanggung jawaban kegiatan Struktural
2. Keterbukaan informasi
- Akses informasi bagi pengguna (user) yang hendak memanfaatkan informasi hasil-hasil
penelitian
3. Dasar hukum pelaksanaan
- Landasan hukum pelaksanaan kegiatan mencakup pengelolaan SDM, Aset, Anggaran,
Program, Evaluasi dan Monitoring serta Publikasi dan Pendayagunaan Hasil Penelitian
4. Pelayanan masyarakat
- Pelayanan informasi mencakup penelusuran kepustakaan, akses website serta berbagai
publikasi hasil penelitian
5. Kebebasan berpartisipasi
- Pertemuan rutin antara unsur manajemen dengan karyawan
- Mengemukanan pendapat
6. Hasil Sesuai terget yang diharapkan
- Bidang Penelitian (varietas, sistem mutu laboratorium)
2.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Upaya Penerapan Good Governance
Bintoro (2000) mengemukakan bahwa perkembangan kearah good governance bisa
dilihat dari perkembangan ilmu urusan administrasi pemerintah tentang bagaimana mengurus
suatu pemerintahan yang baik, kepegawaian negeri yang efisien dan efektif, perumusan tujuan
pemerintahan, kepemimpinan dan penggerakan aparatur pengawasan dan sebagainya. Dari
pandangan ini dapat dikatakan bahwa good governance erat kaitannya dengan kepemimpinan
dan pendayagunaan seluruh sumber daya yang dimiliki organisasi secara efektif dan efisien
ditunjang dengan kemampuan penyelenggaraan administrasi yang terintegrasi.
Pengertian sumber daya sebagai faktor yang berpengaruh dalam penerapan good
governance meliputi 1) Kepemimpinan, 2) sumber daya manusia, 3) sarana dan prasarana, 4)
anggaran, 5) metode kerja kebijakan dan pengendalian manajemen. Artinya kepemimpinan dan
sumber daya organisasi mempengaruhi secara langsung dalam upaya penerapan good
governance yang diimplementasikan melalui sistem akuntabilitas.
1) Kepemimpinan
Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk
mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang
untuk memberikan manfaat individu dan organisasi. Para pemimpin dapat menggunakan
bentuk-bentuk kekuasaan atau kekuatan yang berbeda untuk mempengaruhi perilaku bawahan dalam
berbagai situasi.
Pengaruh kepemimpinan dalam tujuan organisasi ditujukan untuk menjelaskan
wewenang seorang pemimpin terhadap bawahannya dalam pelaksanaan dan implementasi tugas
dan fungsi seorang bawahan. Disamping itu kegiatan pengarahan yang dilakukan seorang
pemimpin menyangkut penjelasan tugas operasional serta pembagian tugas yang sesuai dengan
komptetnsi bawahan, kemampuan tersebut harus dimiliki oleh seorang pemimpin
Dalam penelitian ini tidak akan dibahas mengenai type, jenis serta model kepemimpinan
pada umumnya. Hal yang menjadi bahasan dalam penelitian ini yaitu kompetensi seorang
pemimpin dalam mencapai tujuan organisasi menggunakan indikator sebagai berikut :
1. Adakah hirarki yang memberi petunjuk tentang wewenang dan tanggung jawab;
- Pendelagasian tugas dijabarkan dalam job description
2. Implementasi tugas dan fungsi telah sesuai dengan yang diharapkan;
3. Pimpinan selalu mengarahkan kegiatan yang berhubungan dengan tugas bawahan;
- Petunjuk teknis petunjuk pelaksanaan tugas.
4. Pimpinan selalu menciptakan iklim yang kooperatif dengan bawahan;
- Pertemuan rutin membahas capaian kinerja per unit tugas.
5. Pimpinan mempunyai kemampuan yang memadai.
- Kemampuan mengorganisasi.
2) Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia atau biasa disingkat menjadi SDM potensi yang terkandung
dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial yang adaptif dan
transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh potensi yang terkandung di
alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam tatanan yang seimbang dan
berkelanjutan. Dalam pengertian praktis sehari-hari, SDM lebih dimengerti sebagai bagian
integral dari sistem yang membentuk suatu organisasi. Dewasa ini, perkembangan terbaru
memandang SDM bukan sebagai sumber daya belaka, melainkan lebih berupa modal atau aset
bagi institusi atau organisasi. Karena itu kemudian muncullah istilah baru di luar H.R. (Human
Resources), yaitu H.C. atau Human Capital. Di sini SDM dilihat bukan sekedar sebagai aset
utama, tetapi aset yang bernilai dan dapat dilipatgandakan, dikembangkan (bandingkan dengan
portfolio investasi) dan juga bukan sebaliknya sebagai liability (beban,cost). Di sini perspektif
SDM sebagai investasi bagi institusi atau organisasi lebih mengemuka.
Dalam kaitan ini peneliti tidak membahas perspektif SDM secara umum melainkan
lebih kepada kemampuan SDM secara spesifik dalam tugasnya sebagai aparatur pemerintah.
Sebagai aparatur pemerintah khsusnya yang bekerja pada Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan, peneliti ingin mengetahui kompetensi SDM dengan analisis indikator sebagai
berikut :
1. Tingkat pendidikan formal yang dimiliki
- Sesuai tidaknya kompetensi SDM dalam menangani tugas-tugas tertentu.
2. Tingkat kedisiplinan dalam melaksanakan tugas
- Ketepatan waktu dan hasil sesuai target.
3. Tingkat pendayagunaan sumber daya
- Apakah seluruh sumber daya yang ada telah dimanfaatkan
4. Pembinaan pegawai
5. Kemampuan bekerjasama dalam tim
- Mampu tidaknya bekerja dalam sebuah tim.
6. Tanggungjawab yang dimiliki
- Rasa tanggung jawab yang tinggi dalam menyelesaikan tugas.
3) Sarana dan Prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat/media dalam mencapai
maksud atau tujuan sedangkan prasarana adalah perangkat penunjang utama suatu proses atau
usaha organisasi agar tujuan tercapai.. Pembangunan maupun pengembangan sarana dan
prasarana organisasi ini mengacu tugas pokok dan fungsi organisasi, sehingga misi, tujuan yang
diharapkan dapat tercapai. Demikian pula kegiatan pengadaan, pengoperasian, perawatan dan
perbaikan alat sangat diperlukan agar peralatan dapat dioperasikan dengan baik.
Sarana mempunyai ruang lingkup mencakup perabotan dan peralatan yang diperlukan
sebagai kelengkapan setiap gedung/ruangan dalam menjalankan fungsinya untuk meningkatkan
mutu efektifitas pekerjaan. Sedangkan ruang lingkup prasarana mencakup bangunan gedung
kantor dan bangunan pendukung untuk operasional organisasi pada umumnya.
Dalam penelitian ini terdapat penulis hendak mengkaji sarana dan prasarana penunjang
kegiatan operasional organisasi Puslitbang Tanaman Pangan dengan indikator sebagai berikut :
1. Tersedianya peralatan yan'g menunjang kelancaran pelaksanaan tugas
- Apakah peralatan penunjang cukup tersedia.
2. Pengelolaan, pemanfaatan dan pemeliharaan
- Bagaimana penggunaan dan pemanfaatan serta pemeliharaannya
3. Lengkap dan tidaknya sarana dan prasarana yang tersedia.
- Kelengkapan jenis dan jumlah peralatan .
4) Sumber Dana Anggaran
Anggaran adalah instrumen yang sangat potensial bagi Pemerintah untuk melaksanakan
kebijakan-kebijakan, dan penggunaannya berdasarkan hukum yang berlaku. Ruang lingkup
anggaran tergantung dari aktivitas Pemerintah, tetapi juga harus dalam bentuk yang
memungkinkan publik dapat meneliti dengan seksama atas kebijakan-kebijakan Pemerintah
tersebut. Sehingga unsur akuntabilitas sudah harus diimplikasikan dalam pengelolaan anggaran,
karena Pemerintah diawasi oleh parlemen dan rakyat secara langsung. Pengawasan oleh rakyat
kinerja Pemerintah, hal itu merupakan kehendak rakyat menuju Tata Pemerintahan yang baik.
(Barata dan Trihartanto : 2004 : 22).
Anggaran merupakan kemampuan memperoleh dan mengalokasikan dana untuk
pelaksanaan program/kegiatan agar tujuan organisasi tercapai sesuai yang diharapkan. Anggaran
negara yang diformulasikan dalam bentuk Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran mencakup
seluruh kegiatan yang akan dilaksanakan selama periode tertentu. Ketersediaan anggaran yang
memadai untuk pencapaian target yang ditetapkan akan sangat membantu. Disamping anggaran
yang bersumber dari pemerintah, sebuan organisasi dimungkinkan mencari sumber pembiayaan
dari nonpemerintah dalam hal ini kerjasama dengan pihak lain untuk membiayai suatu kegiatan
yang dananya tidak terakomodir dalam anggaran pemerintah.
Ketersediaan anggaran dalam pencapaian target yang ditetapkan serta kemungkinan
sumber pendanaan lain selain yang bersumber dari pemerintah, yang hendak diteliti lebih jauh
dalam penelitian ini. Dengan indikatornya sebagai berikut:
1. Jumlah alokasi dana yang tersedia mencukupi
- Kecukupan alokasi dana yang tersedia untuk membiayai kegiatan
2. Seluruh kegiatan dapat dibiayai dari dana yang ada
- Apakah seluruh kegiatan dapat dibiayai dari alokasi dana yang tersedia
3. Ada tidaknya sumber dana selain dana DIPA
- Apakah dibutuhkan sumber pembiayaan lain selain DIPA
6) Metode dan Kebijakan Pengendalian Manajemen.
Metode adalah cara yang dipakai dalam melaksanakan pekerjaan. Metode dapat berupa
standar operasional prosedur (SOP) yang berisi panduan dan tata cara pelaksanaan tugas
operasional. Metode operasional organisasi pemerintah bersumber dari peraturan-peraturan yang
ditetapkan. Kebijakan dapat diartikan sebagai keputusan yang dibuat manajemen untuk
kepentingan organisasi, sementara pengendalian manajemen adalah cara untuk melakukan
evaluasi dan monitoring terhadap pelaksanaan pekerjaan agar berjalan sesuai terget yang
ditetapkan. Dalam kaitan ini, keteraturan metode yang dipakai dengan kebijakan yang dibuat
akan dievaluasi sebagai bentuk pengendalian manajemen terhadap pelaksanaan kegiatan.
Penelitian ini akan meneliti keteraturan metode, kebijakan serta evaluasi dalam
pencapaian target yang telah ditetapkan melalui penetapan beberapa indikator sebagai berikut:
Kesesuaian dengan Tupoksi unit kerja
2. Kebijakan pelaksanaan kegiatan
- Surat Pelaksanaan Kegiatan
3. Kegiatan yang dilaksanakan mengacu pada visi misi
- Apakah tugas sesuai dengan renstra unit kerja
4. Prosedur kegiatan
- SOP
5. Laporan pelaksanaan kegiatan
- Laporan pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan.
2.6. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Setyo (2007) tentang Analisis Pelaksanaan Anggaran Di
Tinjau Dari Prinsip-Prinsip Good Governance di Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian membahas pelaksanaan anggaran negara secara efektif dan efisien, antara lain
melalui penerapan sistem anggaran terpadu (unified budget), penggunaan kerangka pengeluaran
jangka menengah dalam penyusunan anggaran (Medium Term Expenditure Framework –
MTEF) serta penerapan sistem penganggaran yang berbasis kinerja (performance based budget)
yang dikaitkan dengan bagaimana penerapan prinsip-prinsip good governance dalam
pelaksanaan anggaran di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Kesimpulan dari
hasil penelitian adalah Prinsip-prinsip good governance mempunyai hubungan dengan
efektivitas pelaksanaan anggaran. Prinsip-prinsip good governance dalam penyusunan,
pelaksanaan dan pertanggungjawaban anggaran
Hidayat (2009) yang melakukan penelitian tentang analisis terhadap implementasi dan
hambatan dalam mewujudkan good corporate governance meneliti seberapa besar dampak yang
dapat diambil perusahaan yang menerapkan good corporate governance dalam pelaksanaan
operasional perusahaan untuk memaksimalkan keuntungan. Analisis yang dilakukan dalam
penelitian ini meliputi aspek akuntabilitas, tanggung jawab, transparansi, independensi, serta
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Reformasi menyeluruh di tubuh organisasi Pemerintah merupakan upaya untuk
menciptakan good governance, seperti yang didambakan oleh seluruh lapisan masyarakat
Indonesia dengan melibatkan semua pelaku Tata Pemerintahan. Banyak orang awam yang
belum dapat membedakan perbedaan pengertian governance dengan Government, arti secara
harfiah governance adalah Tata Pemerintahan, sedangkan government adalah Pemerintah.
Puslitbang Tanaman Pangan sebagai organisasi pemerintahan telah melaksanakan good
governance atau tata pemerintahan yang baik. Hal tersebut merupakan perwujudan dari
penyelenggaraan manajemen yang akuntabel. Akuntabilitas kinerja Puslitbang Tanaman Pangan
sebagai penyelenggara pemerintahan dalam bidang Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan merupakan hal yang terpenting menuju Tata Pemerintahan yang baik.
Namun demikian, dalam pelaksanaan penerapan good governance di Puslitbangtan
masih terdapat beberapa unsur yang belum tercapai terutama dari aspek operasional seperti :
(1) Proses penyusunan rencana pembiayaan kegiatan tidak dilakukan perhitungan yang cermat
terhadap jenis dan tipe kegiatan yang menjadi prioritas atau kegiatan yang bersifat rutin,
akibatnya penyerapan beberapa jenis belanja menjadi rendah.(2) Untuk jenis pengadaan barang
dan jasa metode e-procurement belum dilaksanakan secara optimal, hal tersebut memungkinkan
terjadinya KKN. (3) Proses perencanaan kegiatan yang dananya bersumber dari hibah dari IPNI
Malaysia tidak dilakukan perlakuan secara wajar dari sisi pencatatan administratif keuangan,
akibatanya terjadi kesulitan perekaman data kegiatan kerjasama terutama dalam penysunan
laporan keuangan. (4) Sumber Daya Manusia (SDM) diantaranya yang menangani database
kurang memadai kemampuannya terutama untuk menangani tugas-tugas teknis sehingga
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
PUSLITBANGTAN
Akuntabilitas
(Y1)
Kelemahan Penerapan GG (Aspek Operasional) Penerapan GG (Y)
(ISO 9001:2008)
Analisis Faktor yang berpengaruh (X1), (X2), (X3), (X4), (X5)
-Statistik (SPSS, MS Excell) -Deskriptif
Faktor Berpengaruh terhadap penerapan GG
Umpan Balik
Kinerja
3.2. Penentuan Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan September – Oktober 2010 di kantor Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Jl.Merdeka No. 147
Bogor
3.3. Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian eksplanasi yang bertujuan menjelaskan sebarapa kuat
pengaruh kepemimpinan, SDM, sarana, dana dan metode pengendalian manajemen variabel (X)
terhadap akuntabilitas dan kinerja variabel (Y) dengan metode analisis deskriptif dan analisis
statistik. Analisis deskriptif yaitu menjelaskan persepsi responden atas pertanyaan yang
diberikan dalam kuesioner. Sedangkan analisis statistik yaitu menjelaskan seberapa kuat
hubungan antara variabel (X) terhadap variabel (Y).
3.4. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara :
3.4.1. Penelitian kepustakaan (library research)
Yaitu mempelajari data yang berkaitan dengan topik penelitian, dalam hal ini
menyangkut seluruh aspek yang berkaitan dengan penerapan good governance. Study pustaka
meliputi penelusuran buku, artikel, laporan, peraturan serta data dukung lainnya yang telah
dipublikasikan.
3.4.2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian ini dilakukan di lingkungan kantor Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan dengan cara menyebar kuesioner kepada responden yang ditetapkan dan
disusun secara tertutup. Artinya kuesioner telah diberi alternatif jawaban sehingga responden
hanya memilih salah satu dari alternatif jawaban yang paling mendekati kebenaran dengan
masalah yang ditanyakan. Responden yang ditetapkan adalah responden yang memahami
permasalahan yang sedang diteliti serta faktor yang mempengaruhinya. Responden berasal dari
seluruh unit kerja di lingkungan Puslitbangtan berdasarkan jabatan. Responden yang dipilih
3.4.3. Wawancara mendalam (indeepth interview)
Wawancara dilakukan hanya untuk memperkuat jawaban responden yang dianggap
kurang tegas dalam mengisi jawaban pada lembar kuesoner.
3.5. Populasi dan Sample
3.5.1. Populasi
Populasi dalam penelitian adalah unsur pimpinan dan pegawai pada lingkungan Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan yang berjumlah 583 orang yang tersebar di 5
unit kerja.
3.5.2. Sampel
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sejumlah populasi yang dianggap
mewakili dalam upaya penerapan good governance berjumlah 68 orang dengan teknik
pengambilan sample purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik yang digunakan
penulis dalam penelitian ini karena 68 orang yang diteliti tersebut dianggap memiliki
informasi yang diperlukan bagi penelitian ini dan berperan cukup signifikan dalam upaya
penerapan GG dengan sebaran jumlah sample terdiri dari 2 orang pejabat eselon II, 8 orang
pejabat eselon III, 16 orang eselon IV dan 42 orang karyawan yang membidangi kegiatan TU,
Program dan KSPHP.
3.6. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
1. Variabel terikat : Good Governance (Y)
- Akuntabilitas (Y1) dan Kinerja (Y2)
2. Variabel Bebas : Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan GG (X)
- Kepemimpinan (X1), SDM (X2),Sarana (X3), Anggaran (X4),
Metode dan Pengendalian Manajemen (X5)
3.7. Instrumen Penelitian dan Pengukurannya.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang disebar ke seluruh
responden sebanyak 68 orang dengan metode penilaian menggunakan skala likert. Metode ini
merupakan pernyataan sikap responden sebagai dasar penentuan nilai skalanya mencakup 5
(TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Nilai yang diberikan untuk masing-masing alternatif
jawaban yaitu SS=5, S=4, KS=3, TS=2, STS=1. Pengukuran butir pernyataan responden dengan
cara mengkalikan setiap butir nilai pernyataan responden dengan skor nilai yang diberikan untuk
setiap kategori jenis jawaban.
3.8. Uji Validitas dan Reliabiitas
3.8.1. Uji Validitas
Validitas instrumen diuji dengan menggunakan korelasi skor butir dengan skor total
product moment Karl’s Pearson. Analisis dilakukan terhadap semua butir instrumen. Kriteria
pengujiannya dilakukan dengan cara membandingkan nilai r hitung dengan rtabel pada taraf
α=0,05 dengan rumus korelasi product moment Karl’s Pearson.
rxy = n
Σ
xy – (
Σ
x) (
Σ
y)
………... (1)
√ {n
Σ
x
2- (
Σ
y
2}{n
Σ
y
2-(
Σ
y)
2}
Dengan :rxy = Koefisien korelasi antara gejala x dan gejala y
x = skor butir item
y = jumlah skor butir
n = jumlah data
jika hasil perhitungan rhitung > rtabel maka butir instrumen dianggap valid, namun jika rhitung < rtabel
maka dianggap tidak valid sehingga instrumen tidak dapat digunakan dalam penelitian.
Sementara itu Sugiyono (2000) menyatakan dalam memberikan interpretasi terhadap
koefisien korelasi item yang mempunyaikorelasi positif dengan kriterium (skor total) serta
korelasinya tinggi, menunjukan bahwa item tersebut mempunyai validitas tinggi pula. Syarat
minimum untuk dianggap memenuhi syarat validitas tinggi adalah jika r =0,3. jika korelasi butir
dengan skor total kurang dari 0,3, maka butir instrumen dinyatakan tidak valid.
3.8.2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.
Instrumen yang baik tidak bersifat tendensius mengarah responden untuk memilih
melihat konsistensi jawaban butir-butir pernyataan yang diberikan responden. Adapun alat
analisisnya menggunakan metode belah dua (split half) dengan mengkorelasikan skor ganjil
lawan total skor genap, selanjutnya dihitung reliabilitasnya menggunakan rumus spearman
brown :
2rb
ri = ………. (2)
1 + rb dengan :
r1 = reliabilitas internal seluruh instrumen
rb = korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua
Pemberian interpretasi terhadap reliabilitas (r1) pada umumnya digunakan patokan
sebagai berikut (1) reliabilitas (r1) uji coba sama dengan atau lebih dari 0,70 berarti hasil uji
coba tesnya memiliki reliabilitas tinggi, (2) reliabilitas (r1) uji coba kurang dari 0,70 berarti hasil
uji coba tesnya memiliki reliabilitas kurang (un-reliable)
3.9. Pengolahan dan Analisis Data
3.9.1. Pengolahan Data
Pengolahan data untuk penelitian ini menggunakan MS Excel 2003 yang compatible
pada fitur MS Excel 2007 dan aplikasi program SPSS versi 15 untuk melakukan analisis
statistik.
3.9.2. Analisis Data
(1) Analisis Deskriptif
Uji statistik dasar digunakan untuk menentukan deskriptif data mengenai variabel (Y)
(2) Uji Statistik Regresi Linear sederhana dan Korelasi Linear Sederhana
Uji regresi sederhana dimaksudkan untuk menguji koefisien determinasi dan hubungan
antara salah satu variabel bebas dengan Variabel terikat sedangkan uji korelasi sederhana
dilakukan untuk melihat hubungan signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat,
dengan cara membandingkan nilai r hitung dengan r tabel pada taraf signifikan 95%
(df=0,05). Dengan ketentuan (1) Jika r hitung > r tabel maka H1 diterima dan Ho ditolak,
berarti terdapat hubungan yang signifikan antara variabel bebas dan variabel terikat, (2) Jika
r hitung < r tabel ; maka H1 ditolak dan Ho diterima, berarti tidak ada hubungan signifina
(3) Uji Statistik Regresi Ganda Korelasi Ganda
Uji statistik regresi ganda digunakan untuk mengetahui pengaruh kesleuruhan variabel bebas
terhadap variabel terikat, dan uji signifikansi koefisien determinasi secara keseluruhan di uji
dengan uji F, sedangkan untuk menguji signifinaksi koefisien determinasi masing-masing
variabel bebas secara parsial digunakan uji t. Uji statistik korelasi ganda dilakukan untuk
menguji keetatan hubungan antara variabel bebas secara keseluruhan terhadap variabel
terikat. Adapun interpretasi tingkat hubungan antara variabel X dengan variabel Y
digunakan tabel interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut:
Tabel. 1. Pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi Interval Koefisien Koefisien Korelasi Tingkat Hubungan
0,00-0,199 + dan - Hubungan Sangat Rendah
0,20-0,399 + dan - Hubungan Rendah
0,40-0,599 + dan - Hubungan Sedang
0,60-0,799 + dan - Hubungan Kuat
0,80-1,00 + dan - Hubungan Sangat Kuat
Nilai korelasi berkisar anrata -1 <rs<1 tanda negatif atau positif diartikan sebagai hubungan
sangat rendah hingga sangat kuat. Dari analisis akan diperoleh apakah r positif atau negatif.
Jika korelasi r positif (r>o) berarti terdapat hubungan positif (searah) artinya jika terjadi
kenaikan variabel X maka akan diikuti kenaikan pada variabel Y, atau sebaliknya. Koefisien
korelasi (r) negatif (r<0) berarti apabila terjadi kenaikan pada variabel X maka akan diikuti
oleh penurunan variabel Y, atau jika terjadi penurunan variabel X akan diikuti kenaikan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Pangan
4.1.1. Sejarah Singkat Puslitbang Tanaman Pangan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan disingkat dengan nama
Puslitbangtan didirikan/dirintis sejak tahun 1817 :
1. Tahun 1817 didirikan the Botanical Garden yang khususnya meneliti tanaman
perkebunan seperti karet, kina, teh, minyak, palem, vanill, ubi kayu, jagung dan tanaman
luar negeri.
2. Tahun 1876 didirikan the Economic Garden (Kebun Raya Bogor).
3. Tahun 1985 didirikan Balat Penelitian tanaman Padi dan lainnya.
4. Tahun 1918 didirikanya De algemenene Proefstation voor De landouw yang tugasnya
mengkoordinir penelitian mengenai tanaman pangan seperti tanah,hama,penyakit dan
tanaman industri lainnya.
Di jaman pemerintahan RI berubah nama menjadi jawatan penyelidikan pertanian pada :
1. Tahun 1952 menjadi Balai Besar Penyelidikan Pertanian (BBPP) serta mempuyai
Balai-Balai seperti : Balai-Balai Fisiologi, Balai-Balai Hama Tumbuh-Tumbuhan, Balai-Balai Tanaman Industri,
Balai Penyelidikan Padi dan Jenis Tanaman Padi Lainnya.
2. Tahun 1962 menjadi Biro Koordinasi Kerjasama Lembaga Penelitian (BKKLP) yang
mengkoordinir lembaga-lembaga seperti tersebut diatas.
3. tahun 1966 menjadi Pusat Lembaga Penelitian Pertanian (LPP) yang mempunyai Bagian
seperti Lembaga Fisiologi Tanaman Lembaga Penelitian Tanaman Hama/Penyakit
Lembaga Penelitian Padi dan Tanaman Jenis Gandum Lainnya, Lembaga Penelitian
Ubi-Ubian dan Kacang-Kacangan.
4. Tahun 1981 berdasarkan SK Menteri Pertanian nomor.453/KPTS/org/6/121980 tgl 2
Desember 1980, Lembaga Pusat Penelitian Pertanian (LP3) disatukan dengan Lembaga
Puat Penelitian Holtikultura (LPH) menjadi Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Pangan (Puslitbangtan) yaitu:
1. Balittan Bogor di Bogor ( Jawa Barat )
3. Balittan Malang di Malang (Jawa Timur)
4. Balittan Sukarami di Solok (Sumatra Barat)
5. Balittan Maros di Maros – Ujung Pandang (Sulawesi Selatan)
6. Balittan Banjarbaru di Banjarbaru (Kalimantan Selatan)
7. Balai Penelitian Hortikultura Lembang di Lembang (Jawa Barat), Balai ini khusus
meneliti tanaman Hortikultura.
5. Tahun 1984: Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor.
706/KPTS/OT.210/8/1984 Tgl 16 Agustus 1984, Pusat Penelitian Dan Pengembangan
Tanaman Pangan di pecah lagi menjadi dua Puslitbang yaitu:
1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.
2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Holtikultura, hingga sekarang.
4.1.2. Organisasi Puslitbang Tanaman Pangan
Struktur organisasi saat ini, Kepala Pusat dibantu oleh: (1) Bidang Program dan Evaluasi
yang membawahi Subbidang Program dan Subbidang Evaluasi, (2) Bidang Kerjasama dan
Pendayagunaan Hasil Penelitian yang membawahi Subbidang Kerja Sama Penelitian dan
Subbidang Pendayagunaan Hasil Penelitian, serta (3) Bagian Tata Usaha yang membawahi (1)
Subbagian Kepegawaian dan Rumah Tangga, dan Subbagian Keuangan dan Perlengkapan.
Gambar 2. Struktur Organisasi Puslitbang Tanaman Pangan (Sumber Profil Puslitbang Tanaman Pangan Tahun 2006)
Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 341/Kpts/OT.140/9/2005, tentang
Tanaman Pangan terdiri dari:
1. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Prof. Dr. Suyamto)
2. Bagian Tata Usaha (Kepala Bagian: Ir. Hardono, MSc)
3. Bidang Program dan Evaluasi, (Kepala Bidang: Dr. Ir. Nyoman Widiarta, MSc)
4. Bidang Kerja Sama dan Pendayagunaan Hasil Penelitian (Kepala Bidang: Dr. M.
Muchlis Adie)
5. Kelompok Peneliti Analisis Kebijakan
6. Kelompok Jabatan Fungsional
Dalam operasional penelitian, Puslitbang Tanaman Pangan dibantu oleh Balai/Loka
Penelitian beserta mandatnya sebagai berikut:
1. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) di Sukamandi, bertugas melakukan penelitian yang mencakup aspek plasma nutfah dan pemuliaan, ekofisiologi, hama dan
penyakit, dan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) pada komoditas padi.
2. Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian (Balitkabi) di Malang, Jawa Timur, bertugas melakukan peneltian yang mencakup aspek plasma
nutfah dan pemuliaan, ekofisiologi, hama dan penyakit, dan pengelolaan tanaman
terpadu (PTT) pada aneka komoditas kacang dan umbi.
3. Balai Penelitian Tanaman Serealia (Balitsereal) di Maros, Sulawesi Selatan, bertugas melakukan penelitian yang mencakup aspek plasma nutfah dan pemuliaan, ekofisiologi,
hama dan penyakit, dan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) pada komoditas jagung,
sorgum, terigu, dan serealia lainnya.
4. Loka Penelitian Penyakit Tungro (Lolit Tungro) di Lanrang, Sulawesi Selatan, bertugas melakukan penelitian penyakit tungro pada tanaman padi.
Sesuai Keputusan Menteri Pertanian No.299/Kpts/OT.140/7/2005 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Departemen Pertanian, Puslibang Tanaman Pangan yang merupakan bagian dari
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian mendapat tugas untuk menyiapkan perumusan
kebijakan dan program serta pelaksanaan penelitian dan pengembangan tanaman pangan.
Fungsi Puslitbang Tanaman Pangan antara lain :
1. Penyiapan perumusan kebijakan penelitian dan pengembangan
2. Perumusan program penelitian dan pengembangan
3. Pelaksanaan dan kerjasama dan pendayagunaan hasil penelitian dan pengembangan
5. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga pusat
4.2. Upaya Penerapan Good Governance di Puslitbang Tanaman Pangan
4.2.1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atau menjawab
dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif suatu
organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau kewenangan untuk meminta keterangan atau
pertanggungjawaban, (LAN RI,1999). Dalam kaitan ini kewajiban Puslitbangtan dalam
mempertanggung jawabkan pelaksanaan kegiatan baik itu yang bersifat fungsional sebagai
lembaga penelitian maupun manajerial telah dilakukan dengan menggunakan pendekatan
struktural dan pendekatan prosedural.
1. Pendekatan Struktural
Pendekatan struktural di Puslitbangtan dilakukan dengan merujuk pada SK Menteri
Pertanian No. 341/Kpts/OT.140/9/2005, tentang Kelengkapan Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Pertanian, Susunan Organisasi Puslitbang Tanaman Pangan terdiri dari 1 orang
pejabat eselon II, 3 orang eselon III dan 6 orang eselon IV. Struktur tersebut mencerminkan
cukup sederhana serta mencerminkan pembagian tugas yang sangat jelas antara masing-masing
bidang/bagian. Disamping struktur tersebut, masih terdapat struktur yang mengacu pada
pengelolaan anggaran berbasis kinerja yaitu integrasi anggaran pembangunan dan anggaran
rutin yang dikelola oleh satu orang bendahara. Dengan demikian tidak terdapat lagi bendahara
proyek dan bendahara rutin seperti pada tahun-tahun sebelumnya.
2. Pendekatan Prosedural
Upaya penerapan akuntabilitas Puslitbang Tanaman Pangan yang merupakan elemen
kunci dalam implementasi good governance yaitu dengan diberlakukannya Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) sedangkan alat ukurnya berupa Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) sesuai dengan Inpres No.7/1999. Menurut LAN RI 2000,
LAKIP adalah media pertanggung jawaban pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan selama satu
periode.
Pertanggung jawaban dalam pelaksanaan anggaran disusun dalam bentuk laporan
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Sub Bidang Monitoring dan Evaluasi Puslitbang
LAKIP terdiri dari beberapa indikator dan capaian kinerja Puslitbangtan yang terdiri dari
beberapa indikator seperti
1. Implementasi Mekanisme Sistim akuntabilitas Kinerja
2. Transparansi dan Inovasi Kebijakan
3. Perencanaan Strategis Berorientasi Output;
4. Strategi Langkah-Langkah Pelaksanaan Kegiatan.
1) Implementasi Mekanisme Sistim Akuntabilitas Kinerja
Implementasi Mekanisme Sistim Akuntabilitas Kinerja di Puslitbangtan dilakukan
dengan cara memisahkan beberapa fungsi dan sub fungsi kegiatan baik rutin maupun fungsional.
Fungsi rutin meliputi:
a. Penunjukan pengelola administrasi keuangan meliputi pembantu bendahara, petugas
verifikasi, pemegang buku kas umum (BKU), kasir, pembuat Surat Permohonan
Pembayaran (SPP), Pembuat Daftar Gaji (PDG), Penunjukan pemegang uang muka
kegiatan (PUMK), Pembuat Surat Perintah Membayar (SPM)
b. Penunjukan Petugas Pengadaan Barang/Jasa terdiri dari Panitia dan Pejabat Pengadaan,
Penunjukan Panitia Pengawas Pekerjaan,
c. Penujukan Para Penanggung Jawab Kegiatan khsususnya yang berkaitan dengan tugas
fungsional penelitian sesuai dengan kapasitas keilmuan.
d. Penunjukan para pengelola sistim informasi manajemen (SIM) terdiri dari SIM
Kepegawaian, Program, Monev, dan Fasilitas
e. Penunjukan pengelola Teknologi Informasi dan Tim Redaksi
f. Penunjukan pengelola logistik dan akomodasi seperti pengelola gudang dan pengelola
pool kendaraan serta pengelola perbaikan dan pemeliharaan alat.
2) Transparansi dan Inovasi Kegiatan
Transparansni kegiatan di Puslitbangtan mencakup perubahan mindset pengelolaan
manajemen secara umum. Hal tersebut dituangkan dalam format kerangka acuan kerja (KAK)
yang disusun oleh setiap penanggung jawab kegiatan seperti para pejabat eselon III dan IV yang
secara struktural bertugas menghimpun daftar kegiatan yang akan dilaksanakan. Penghimpunan
daftar kegiatan dilakukan bersama dengan para staf yang bertugas menyajikan data yang
dibutuhkan dalam rencana kegiatan. Inovasi yang dilakukan di Puslitbangtan tidak terlepas dari
arahan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian khususnya dalam bidang penelitian