• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN PASSING BAWAH BOLA VOLI DALAM PENJASORKES MELALUI PENDEKATAN LINGKUNGAN KEBUN PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI GIRIWETAN KEC. GRABAG KAB. MAGELANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL PEMBELAJARAN PASSING BAWAH BOLA VOLI DALAM PENJASORKES MELALUI PENDEKATAN LINGKUNGAN KEBUN PADA SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI GIRIWETAN KEC. GRABAG KAB. MAGELANG"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PEMBELAJARAN PASSING BAWAH

BOLA VOLI DALAM PENJASORKES MELALUI

PENDEKATAN LINGKUNGAN KEBUN PADA

SISWA KELAS IV DAN V SD NEGERI

GIRIWETAN KEC. GRABAG

KAB. MAGELANG

SKRIPSI

diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Raswati Harini

61029090

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS SEMARANG

(2)

ii

SARI

Raswati Harini, 2011. Model Pembelajaran Passing Bawah dalam Bola Voli melalui Pendekatan Lingkungan Kebun pada Siswa Kelas IV dan V SD Negeri Giriwetan

Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang. Skripsi. Jurusan Pendidikan Jasmani

Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing I : Drs. Cahyo Yuwono, M.Pd, Dosen Pembimbing II : Drs. Sutardji, MS.

Latar belakang permasalahan adalah model pembelajaran Penjasorkes merupakan salah satu upaya membantu penyelesaian permasalahan terbatasnya sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di sekolah. Masalah yang dikaji dalam penelitian adalah bagaimana bagaimanakah model pembelajaran passing bawah bola digantung pada permainan bola voli melalui Pendekatan Lingkungan Perkebunan pada Siswa kelas IV dan V SD Negeri Giriwetan Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2010/2011. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui model pembelajaran pasing bawah dalam bola voli melalui pendekatan lingkungan kebun pada siswa kelas IV dan V SD Negeri Giriwetan Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang dilakukan dengan metode dengan tes dan pengukuran. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa IV dan kelas V di SD N Giriwetan berjumlah 54 anak dimana kelas IV sejumlah 20 siswa sebagai kelas Uji Coba I dan kelas V sejumlah 34 sebagai kelas Ujicoba II. Teknik pengumpulan data dengan kuesioner dan dokumentasi. Metode analisis data menggunakan statistik deskriptif persentase.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa (1) model pembelajaran passing

bawah dengan bola digantung melalui pendekatan lingkungan perkebunan dapat digunakan sebagai model pembelajaran bola voli dalam penjasorkes siswa kelas IV dan V Sekolah Dasar Giriwetan Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2011/2012, (2) Respon siswa terhadap model pembelajaran passing bawah bola voli dengan bola digantung melalui pendekatan lingkungan perkebunan pada siswa kelas IV dan V Sekolah Dasar Giriwetan Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2011/2012 secara umum termasuk dalam kategori baik.

(3)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul “Model Pembelajaran Passing Bawah Bola Voli dalam Penjasorkes Melalui Pendekatan Lingkungan Perkebunan pada Siswa Kelas IV dan V SD Negeri Giriwetan Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang” ini telah disetujui untuk diajukan kepada Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang

Semarang, Agustus 2011

Pembimbing Utama

Pembimbing Pendamping

Drs. Cahyo Yuwono, M.Pd Drs. Sutardji, M.S

NIP.19620425 198601 1 001 NIP. 19490210 197503 1 001

Mengetahui Ketua Jurusan PJKR Universitas Negeri Semarang

Drs. Hermawan Pamot R, M.Pd

(4)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya hasil orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Agustus 2011

Raswati Harini

NIM. 61029090

(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

1. Raihlah ilmu kapan dimanapun engkau berada sepanjang hayat, karena Allah meninggikan kedudukan orang yang beriman dan berilmu (Penulis)

2. Terimalah kebenaran darimanapun asalnya apabila engkau ingin pandai dalam urusan agama (Muh. Nawawi)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada :

Bapak, Ibu, Saudara-saudaraku

Suami dan anakku tersayang

Guru dan Dosen FIK UNNES

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar.

Keberhasilan penulis dalam menyusun skripsi ini atas bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan penulis menjadi mahasiswa UNNES.

2. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FIK UNNES yang telah memberikan dorongan dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Drs. Cahyo Yuwono, M.Pd, selaku Pembimbing Utama yang telah sabar dalam memberikan petunjuk dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi.

5. Drs. Sutardji, M.S, selaku Pembimbing Pendamping yang telah sabar dan teliti dalam memberikan petunjuk, dorongan dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Dosen Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Ilmu Keolahragaan yang telah memberi bekal ilmu dan sumber inspirasi serta dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini kepada penulis.

(7)

vii

memberikan ijin penelitian guna penyelesaian skripsi.

8. Seluruh siswa kelas IV dan V SD Negeri Giriwetan yang mau berperan sebagai sampel dalam penelitian sehingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian untuk penulisan skripsi ini.

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangan. Oleh karena masukan, saran dan kritik yang konstruktif sangat diharapkan. Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca semua.

(8)

viii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ...vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ...xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

(9)

ix

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN ... 37

4.1 Penyajian Data Hasil Uji Coba I ... 37

4.2 Hasil Analisis Uji Coba I ... 43

4.3 Revisi Produk ... 46

4.4 Penyajian Data Hasil Uji Coba II ... 48

4.5 Hasil Analisis Data Uji Coba II ... 48

4.6 Prototipe Produk ... 56

4.7 Keterbatasan Pengembangan... 59

BAB V KAJIAN DAN SARAN... 61

5.1 Kajian Prototipe Produk ... 61

5.2 Saran Pemanfaatan... 61

(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Lembar Evaluasi Ahli... 30

3.2 Aspek, indikator dan Jumlah Butir Kuesioner ... 30

3.3 Klasifikasi Persentase ... 36

4.1 Hasil Rata-rata Skor Penilaian Ahli ... 42

4.2 Analisis Deskriptif per Responden ... 53

4.3 Interval Kriteria Aspek Kognitif ... 54

4.4 Interval Kriteria Aspek Afektif ... 55

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Surat Penetapan Dosen Pembimbing ... 64

2. Surat Ijin Penelitian dari Kepala UPTD Pendidikan ... 66

3. Surat Ijin Penelitian dari Kepala SD N Giriwetan ... 67

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 68

5. Kuesioner untuk Siswa ... 71

6. Daftar Siswa Kelas IV dan V SD N Giriwetan ... 75

7. Data Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 77

8. Lembar Evaluasi Ahli ... 78

9. Hasil Penelitian ... 98

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan olahraga merupakan salah satu bentuk dari pendidikan secara umum. Dalam proses pendidikan dan pencapaian tujuan pendidikan. Olahraga memegang peran yang sangat penting karena di dalam materi Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan dapat secara langsung mengembangkan/membina fisik agar sehat dan kuat. Manusia merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara jasmani dan rohani. Pandangan tersebut mengarahkan bahwa pelaksanaan pendidikan haruslah ditujukan pada manusia yang merupakan satu kesatuan tersebut. Sehingga pendidikan olahraga merupakan unsur mutlak penting yang harus diperhatikan, karena sebagai faktor penentu keberhasilan pencapaian pendidikan itu sendiri. (Aip Sarifudin, 1992/1993: 1)

Tujuan umum pendidikan jasmani SD adalah memacu pada pertumbuhan jasmani, mental, emosional, dan sosial selaras dalam upaya membentuk dan mengembangkan kemampuan gerak dasar, menanamkan nilai sikap dan kebiasaan hidup sehat (Aip Sarifudin, 1992/1993: 5).

(14)

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan sehingga cabang olahraga ini wajib diajarkan pada lingkungan sekolah. Seperti pendapat Suharno H.P. (1982: 9) bahwa untuk mencari pemain berbakat dimulai dari usia dini dapat dilakukan atau dipantau di sekolahsekolah seperti SD, SLTP, SLTA atau pada klub-klub di kampung.

Permainan bola voli yang dilakukan di sekolah akan bermanfaat bagi diri anak didik. Di samping itu dapat mencapai tingkat mutu permainan setinggi mungkin. Dengan demikian pengaruhnya akan lebih meresap dalam diri anak didik maupun regu kelompok bermain, sehingga dalam diri anak didik akan timbul keinginan untuk mengisi waktu senggang degan bermain baik di dalam maupun luar sekolah.

Permainan bola voli adalah permainan beregu, di mana melibatkan lebih dari satu orang pemain untuk berlangsungnya permainan ini dengan baik. Masing-masing pemain dari setiap regu harus memiliki keterampilan di dalam memainkan bola serta kerja sama yang baik yang diperlukan untuk memenangkan

pertandingan. Upaya untuk menumbuhkan budaya olahraga dalam meningkatkan kualitas manusia, dilakukan dengan jalan mewujudkan tujuan olahraga pendidikan yaitu mencapai sasaran Pendidikan Nasional melalui kegiatan olahraga yang telah disusun dan dijabarkan dalam kurikulum pendidikan meliputi tujuan umum maupun tujuan khusus pendidikan.

(15)

3

bola besar, aktivitas untuk daya tahan, atletik serta kesehatan, sehingga persendian, otototot menjadi kuat, sedangkan peredaran darah menjadi lancar, pernafasan menjadi baik, pertumbuhan maksimal dan dapat melatih pikiran untuk memecahkan masalah dengan cepat.

Salah satu permasalahan kurang berkembangnya proses pembelajaran Penjasorkes di sekolah terutama bola voli adalah terbatasnya sarana dan prasarana pembelajaran yang tersedia di sekolah baik terbatas secara kuantitas maupun kualitas. Permasalahan tersebut semakin mendalam dan berpengaruh secara signifikan terhadap pembelajaran Penjasorkes, karena kurang didukung oleh tingkat kemampuan, kreativitas, dan inovasi para guru Penjasorkes selaku pelaksana khususnya dalam pengembangan model pembelajaran.

Ditengarai bahwa guru Penjasorkes dalam melaksanakan proses pembelajaran bersifat konvensional yang cenderung monoton, tidak menarik, dan membosankan, sehingga peserta didik tidak memiliki semangat dan motivasi dalam mengikuti pelajaran Penjasorkes. Dampak dari itu secara tidak disadari akan mempengaruhi terhadap tingkat kesegaran jasmani dan penguasaan keterampilan gerak peserta didik yang seharusnya dapat dikembangkan sesuai dengan perkembangan gerak seusianya.

(16)

Model pembelajaran Penjasorkes merupakan salah satu upaya membantu penyelesaian permasalahan terbatasnya sarana dan prasarana pembelajaran Penjasorkes di sekolah. Dari hasil pengamatan selama ini, pengembangan model pembelajaran Penjasorkes yang dilakukan oleh para guru Penjasorkes dapat membawa suasana pembelajaran yang inovatif. Dengan terciptanya pembelajaran yang menyenangkan dan dapat memotivasi peserta didik untuk lebih berpeluang mengeksplorasi gerak secara luas dan bebas, sesuai tingkat kemampuan yang dimiliki. Biarpun model pembelajaran yang ada masih terbatas dalam lingkup lingkungan fisik di dalam sekolah, dan belum dikembangkan pada pemanfaatan lingkungan fisik di luar sekolah yang sebenarnya memiliki potensi sebagai sumber belajar yang efektif dan efisien.

Lingkungan fisik di luar sekolah yang merupakan salah satu sumber belajar yang efektif dan efisien, selama ini belum dapat dioptimalkan oleh para guru Penjasorkes dalam mengembangkan pembelajarannya. Guru Penjasorkes masih berkutat dalam lingkungan fisik dalam sekolah, biarpun dengan berbagai macam persoalan dan keterbatasannya. Para guru lupa bahwa lingkungan fisik di luar lingkungan sekolah ada situasi dan kondisi yang menarik di alam bebas berupa perkebunan, persawahan, sungai, hutan, perbukitan, pantai, perumahan, dan lain-lain yang jika dimanfaatkan secara optimal melalui model pembelajaran akan membantu para guru dalam meningkatkan pembelajaran Penjasorkes yang inovatif.

(17)

5

Penjasorkes yang inovatif, sehingga menjadikan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan serta sekaligus bermanfaat bagi perkembangan dan pertumbuhan peserta didik.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti “Model Pembelajaran Passing Bawah dalam Bola Voli melalui Pendekatan Lingkungan Kebun pada Siswa Kelas IV dan V SD Negeri Giriwetan Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang”.

1.2 Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut : “Bagaimanakah model pembelajaran passing bawah bola digantung pada permainan bola voli melalui Pendekatan Lingkungan Perkebunan pada Siswa kelas IV dan V SD Negeri Giriwetan Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2010/2011?”

1.3 Tujuan Pengembangan

Tujuan dari penelitian pengembangan ini adalah untuk menghasilkan model pembelajaran bola voli (passing bawah bola digantung) dalam Penjasorkes melalui Pendekatan Lingkungan Perkebunan pada Siswa kelas IV dan V SD Negeri Giriwetan Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang Tahun Pelajaran 2010/2011.

1.4 Spesifikasi Produk

(18)

Agar tidak terjadi salah penafsiran maka dijelaskan istilahistilah yang digunakan sebagai berikut.

1.4.1 Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar (Trianto, 2007:5)

1.4.2 Passing Bawah Bola Digantung

Passing bawah bola digantung adalah salah satu jenis latihan dalam teknik dasar bola voli yang bertujuan agar pelaksanaan latihan bola voli dapat berlangsung lebih efektif.

1.4.3 Lingkungan Kebun

Yang dimaksud dengan lingkungan kebun dalam penelitian ini adalah lingkungan kebun di luar halaman sekolah namun tidak terlalu jauh dari sekolah. 1.5 Pentingnya Pengembangan

1.5.1 Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan hasil penelitian.

1.5.2 Untuk mengembangkan kepustakaan bagi penelitipeneliti selanjutnya.

(19)

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Permainan Bola Voli

(20)

set. Tahun 1917 perubahan angka yaitu sistem 15 angka untuk satu set. Tahun 1918, ditetapkan peraturan mengenai jumlah pemain yaitu ditetapkan bahwa satu regu terdiri dari 6 orang pemain. Tahun 1921 mulai ditetapkan garis tengah. Tahun 1922 diberlakukan peraturan bahwa setiap regu diperbolehkan memainkan bola di dalam petak sendiri sebanyak 3 kali, kemudian harus diseberangkan ke daerah lawan. Tahun 1923 ukuran lapangan ditetapkan seperti yang ada sekarang yaitu lebar 9 m, panjang 18 m. Bola voli di Indonesia sudah dikenal sejak tahun 1928 dibawa oleh guruguru Belanda yang mengajar di sekolah lanjutan (H.B.S dan A.M.S). Namun waktu itu permainan bola voli belum populer di kalangan masyarakat. Permainan ini mulai berkembang setelah kemerdekaan Republik Indonesia. Tanggal 22 Januari 1955 di Jakarta diresmikan berdirinya PBVSI, disahkan oleh KOI (Komite Olahraga Indonesia) pada bulan Maret 1955 sebagai induk organisasi bola voli yang tertinggi di Indonesia.

2.2 Pengertian Kesegaran Jasmani

Kesegaran jasmani adalah kondisi jasmani yang bersangkut paut dengan kemampuan dan kesanggupannya berfungsi dalam pekerjaan secara optimal dan efisien. Disadari atau tidak, sebenarnya kesegaran jasmani itu merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia karena kesegaran jasmani senyawa dengan hidup manusia.

(21)

9

karyawan berbeda dengan anggota TNI, berbeda pula dengan penarik becak dengan pelajar, dan sebagainya. Kesegaran jasmani yang dibutuhkan oleh seorang anak berbeda dengan yang dibutuhkan orang dewasa, bahkan kadar kebutuhan kesegaran jasmani itu sangat individual (Depdiknas, 2007: 1).

Menurut Soemardjono (1992), kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk menunaikan tugasnya seharihari dengan mudah, tanpa merasa lelah yang berlebihan dan masih mempunyai sisa atau cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya dan untuk keperluan-keperluan yang mendadak. Dapat pula ditambahkan, kesegaran jasmani merupakan kemampuan untuk menunaikan tugas dengan baik walaupun dalam keadaan sulit, dimana orang yang kesegaran jasmaninya kurang tidak akan mampu melakukannya (FC dari Bp. Taufik H). Kesegaran jasmani adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas sehari-hari dengan giat dan penuh kewaspadaan, tanpa mengalami kelelahan yang berarti, dan dengan energi yang cukup untuk menikmati waktu senggangnya dan hadapi hal-hal yang darurat yang tak terduga sebelumnya. Sesuai dengan definisi tersebut, maka kesegaran jasmani yang diperlukan oleh masing-masing individu sangat berbeda dan bervariasi, tergantung pada sifat tantangan fisik yang dihadapinya (Drs. Yunusul Hairy, M.S, 2004: 17).

2.3 Komponen-komponen Kesegaran Jasmani yang Berhubungan dengan Bola Voli

Komponen-komponen yang ikut mempengaruhi dalam suatu permainan bola voli adalah sebagai berikut :

(22)

Komposisi tubuh digambarkan dengan berat badan tanpa lemak dan berat badan lemak. Berat badan tanpa lemak terdiri atas masa otot (40-50%), tulang (16-18%), dan organ-organ tubuh (29-39%). Berat lemak dinyatakan dalam persentase terhadap berat badan total. Secara umum dapat dikatakan makin kecil persentase lemak, makin baik kinerja seseorang. Selain itu postur tubuh yang tinggi dalam bola voli akan mendukung prestasi yang akan dicapai selain penguasaan teknik dasar, taktik, dan strategi.

2.3.2 Komponen Daya Tahan (Endurance)

Daya tahan tubuh ada 2 macam yaitu daya tahan kardiovaskular dan daya tahan otot. Daya tahan kardiovaskular yang baik akan mempengaruhi proses metabolisme tubuh yang akan menunjang kerja otot. Sedang daya tahan otot adalah kemampuan sekelompok otot untuk melakukan kontraksi yang beruntun atau berulangulang terhadap suatu beban dalam jangka waktu tertentu. Karena permainan bola voli dimainkan selama 2 kali kemenangan atau 3 kali kemenangan (2-0,2-1/3-0,3-1,3-2) dimana setiap kemenagan adalah pengumpulan nilai sampai 25 poin, maka daya tahan tubuh sangat diperlukan.

2.3.3 Komponen Koordinasi

Koordinasi menyatakan hubungan harmonis berbagai faktor yang terjadi pada suatu gerakan sehingga dalam bola voli sangat diperlukan koordinasi gerakan agar bisa bermain secara optimal.

(23)

11

Reaksi adalah kemampuan seseorang untuk segera bertindak secepatnya dalam menangani rangsangan yang ditimbulkan lewat indera, syaraf, feeling

lainnya.

2.3.5 Komponen Kelincahan (Agility)

Kelincahan adalah kemampuan mengubah secara cepat arah/bagian tubuh tanpa gangguan pada keseimbangan.

2.4. Metode Pembelajaran Bola Voli

Di dalam proses pembelajaran bola voli seorang guru harus mampu mengantarkan siswanya mengikuti secara aktif serta bermodifikasi untuk belajar dengan cara atau metode untuk tujuan pendidikan (Machifud Irsada, 2000: 28). Agar metode pembelajaran bola voli di sekolah dapat dipilih secara tepat hendaknya memperhatikan :

1. Materi yang sesuai untuk perkembangan siswa.

2. Aspek dan tuntutan yang ditekankan untuk perkembangan siswa. 3. Penyusunan materi pembelajaran.

4. Penyajian materi pembelajaran. 5. Perencanaan situasi belajar.

6. Keterlibatan materi pelajaran dengan para siswa.

(24)

dalam bola voli sudah menjadi obyek dalam setiap pembelajaran pendidikan bola voli. Demikian pula yang berkaitan dengan unsurunsur kebugaran fisik dalam setiap suasana pembelajaran, oleh karena upaya pembelajaran keterampilan bola voli akan selalu beriringan dengan upaya peningkatan kebugaran fisik.

2.5 Teknik Dasar Bola Voli

Permainan bola voli dimainkan oleh dua regu dan tiap regu beranggotakan enam orang. Mengingat permainan bola voli adalah permainan beregu, maka pola kerja sama antar pemain, sifat toleransi antar kawan, sikap saling percaya serta sikap mau mengisi kekurangan anggota regu dalam kesatuan tim mutlak diperlukan kekompakan pemain.

Cabang olahraga bola voli sebagai cabang olahraga permainan yang dilakukan secara beregu, membutuhkan penguasaan teknik dasar sebaik mungkin bagi setiap pemain, agar permainan dapat berjalan dengan baik. Dengan demikian maka setiap pemain voli harus selalu berusaha untuk meningkatkan penguasaan teknik-teknik dasar bola voli secara baik dan sempurna.

Mengkaji arti penting yang diberikan oleh teknikteknik dasar tersebut mutlak harus dikuasai dengan baik dan sempurna oleh setiap pemain bola voli. Adapun teknikteknik dasar dalam permainan bola voli meliputi service, passing, setup, smash, dan block (Suharno HP (1981: 3638).

2.5.1 Service (Servis)

(25)

13

2.5.2 passing bawah(Passing/operan)

Passing adalah usah seorang pemain bola voli dengan cara menggunakan suatu teknik tertentu yang tujuannya untuk mengoperkan bola yang dimainkannya kepada teman seregunya sebagai langkah awal untuk menyusun pola serangan kepada regu lawan.

2.5.3 Umpan (Set up)

Umpan adalah menyajikan bola kepada teman dalam satu regu yang kemudian diharapkan bola tersebut dapat disarangkan ke daerah lawan dalam bentuk smash. Teknik mengumpan pada dasarnya sama dengan teknik passing. Letak perbedaannya hanya terletak pada tujuan dan jalannya bola. Teknik mengumpan dapat dilakukan baik dengan passing atas maupun passing bawah.

Namun jika ditinjau dari segi keuntungan pelaksanaannya tentu akan menguntungkan jika teknik umpan itu dilakukan dengan teknik passing atas. Mengumpan dengan teknik passing atas akan lebih menjamin ketepatan sasarannya jika dibandingkan dengan teknik passing bawah.

Umpan yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu: a) bola harus melambung dengan tenang di daerah serang di lapangan sendiri, b) bola harus berada di atas jaring dengan ketinggian yang cukup agar dapat di smash

oleh smasher, dan c) jarak umpan dengan net sesuai dengan tipe serangan yang diinginkan. Pada umpan normal jarak bola dengan net berkisar antara 2050 cm. 2.5.4 Smash (Spike)

(26)

melakukan smash ini diperlukan latihan yang tinggi dan kemampuan meloncat yang tinggi. Smash merupakan suatu teknik yang mempunyai gerakan yang kompleks tang terdiri dari :

1) Langkah awalan

2) Tolakan untuk meloncat

3) Memukul bola saat melayang di udara.

4) Saat mendarat kembali setelah memukul bola.

Proses gerakan keseluruhan dalam smash dapat diuraikan sebagai berikut : (dengan anggapan pemukul menggunakan tangan kanan dan smash dari daerah posisi tempat). Sikap pemula, berdiri lebih kurang 45 derajat dengan jarak 3 sampai 4 meter dari net.

Gerak pelaksanaan, langkah kaki kiri depan dengan langkah biasa, kemudian diikuti dengan langkah kaki kanan yang panjang, diikuti dengan segera oleh kaki kiri yang diletakkan di samping kaki kanan (ujung kaki kiri sedikit di depan kaki kanan), sambil menekuk lutut rendah, kedua lengan berada di belakang badan, segera melakukan tolakan sambil mengayun lengan ke depan atas. Pada saat loncatan tertinggi, segera meraih dan memukul bola setinggi-tingginya

di atas net.

(27)

15

2.5.5 Block

Block merupakan benteng pertahanan yang utama untuk menangkis serangan lawan, yaitu menangkis atau menahan serangan lawan atau smash silang dengan cara membendung di depan net.

2.5.6 Teknik Dasar Passing Bawah

Teknik passing bawah lebih wajar, gampang, dan lebih aman pada saat menerima bola yang keras, dibandingkan dengan passing atas yang membutuhkan sikap tangan dan jari yang khusus. Dengan passing bawah semua bola yang datang bisa diterima dengan mudah dan dapat dilambungkan kembali, juga posisi bola sangat rendah atau menyamping dari tubuh. Passing bawah dilakukan di depan setinggi perut ke bawah (A. Sarumpaet dan Imam Sadikun, 1992: 91).

Adapun cara-cara pelaksanaan passing bawah adalah : sikap permulaan badan sedemikian rupa sehingga dalam keadaan seimbang labil, lengan dijulurkan ke depan bawah siku tidak ditekuk (sudut antara lengan dan badan kira-kira 450). Badan dibungkukkan, kaki seperti hendak melangkah dengan posisi kaki selebar bahu, lutut ditekuk, kedua lengan bawah dirapatkan sampai siku, sementara jari-jari tangan yang satu memegang jari-jari-jari-jari tangan lainnya.

Gerakan passing bawah : 1) Siap menunggu kedatangan bola, 2) Lari menyongsong bola (posisi yang dituju harus sedemikian rupa), sehingga passing

(28)

2.5.7 Kesalahan Umum Melakukan Passing Bawah

Kesalahan umum passing bawah adalah :

10. Terlalu banyak gerakan lengan pukulan ke depan dibanding gerakan ke atas sehingga sudut datang bola terhadap lengan bawah.

11. Kurang menekuk lutut pada sikap permulaan dan sikap saat perkenaan bola. 12. Perkenaan bola pada kepala tampak tangan.

13. Bidang pemukul kurang lebar dan tidak rata.

14. Kurang cepat menghadap bidang pemukul terhadap bola.

15. Kedua tangan pemukul tidak sejajar dan rapat serta goyah saat perkenaan. 16. Lengan pemukul diayun lebih tinggi dari bahu (kecuali bawah ke belakang). 17. Sebelum perkenaan bola sendi siku ditekuk terlebih dahulu.

18. Kurang berani jatuh.

19. Terlalu eksposi gerakannya secara keseluruhan, gerakan statis, kaku.

2.6 Pembelajaran Passing Bawah dengan Bola Digantung

Sikap pemula berdiri di depan bola yang digantung, posisi bola berada di depan tubuh, jarak antar bola 2 m. Bola dilempar ke depan atas, kemudian segera di passing bawah diarahkan ke depan atas. Dilakukan berkali-kali begitu seterusnya sampai semua siswa melakukannya.

2.7. Karakteristik Anak Sekolah Dasar

(29)

17

Kecenderungan perbedaan yang terjadi adalah dalam hal kepesatan dan pola pertumbuhan fisik anak laki-laki dan anak perempuan sudah mulai menunjukkan kecenderungan semakin jelas tampak adanya perbedaan.

Ukuran dan proporsi tubuh berubah secara bertahap, dari hubungan hampir konstan dipertahankan dalam perkembangan tulang dan netan. Oleh karenanya energi anak diarahkan ke arah penyempurnaan pola gerak dasar yang terbentuk selama periode masa awal anak. Di samping penyempurnaan pola gerak dasar, adaptasi, dan modifikasi terhadap gerak dasar perlu dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk menghadapi adanya peningkatan atau pertambahan berbagai situasi (Yanuar Kiram, 1992:36).

2.8 Karakteristik Perkembangan Gerak Anak Sekolah Dasar

Karakteristik perkembangan gerak pada anak sekolah dasar adalah peningkatan kemampuan gerak yang bisa diidentifikasi dalam bentuk: gerakan bisa dilakukan dengan melanika tubuh yang makin efisien. Gerakan bisa dilakukan semakin lancar dan terkontrol, pola atau bentuk gerakan semakin bervariasi, gerakan semakin bertenaga, kecepatan perkembangannya dipengaruhi oleh kesempatan untuk melakukan berulang-ulang aktivitasnya. Secara mekanika faktor yang mempengaruhinya adalah : koordinasi tubuh, ukuran tubuh, dan kekuatan otot. Pengukuran fisik secara berkala adalah untuk memantau perkembangan kemampuan dan keterampilan gerak yang sudah dimiliki anak

(30)

2.9 Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkatperangkat pembelajaran termasuk didalamnya bukubuku, film, komputer, kurikulum, dan lainlain (Joyce dalam Trianto, 2007:5). Sementara itu Nurulwati (Trianto, 2007:5) mengemukakan maksud model pembelajaran adalah “kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Menurut Arend (1997) istilah model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksisnya, lingkungan, dan sistem pengelolaannya. Jadi model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode atau prosedur. Dari ketiga pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar. Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus dipilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

(31)

19

komponen-komponen dasar yang meliputi : analisis, desain, pengembangan, implementasi, dan evaluasi. Setelah draf atau rancangan program pembelajaran selesai dikembangkan, langkah selanjutnya adalah merancang dan melaksanakan evaluasi formatif. Evaluasi formatif dilakukan untuk mengumpulakan data yang terkait dengan kekuatan dan kelemahan program pembelajaran . Hasil dari proses evaluasi formatif dapat digunakan sebagai masukan atau input untuk memperbaiki program.

Tiga jenis evaluasi formatif dapat diaplikasikan untuk mengembangkan produk atau program pembelajaran yaitu :

z Evaluasi perorangan / one to one evaluation

z Evaluasi kelompok / small group evaluation

z Evaluasi lapangan / field trial

2.9.1 Evaluasi perorangan merupakan tahap yang perlu dilakukan dalam menerapkan evaluasi formatif, evaluasi ini dilakukan melalui kontak langsung dengan dua atau tiga orang calon pengguna program (dalam hal ini adalah 35 siswa) untuk memperoleh masukan tentang keterencanaan dan daya tarik program.

(32)

2.9.3 Evaluasi lapangan adalah uji coba terhadap sekelompok besar calon pengguna program, sebelum progam tersebut digunakan dalam situasi pembelajaran yang sesungguhnya.

2.9.4 Langkah akhir dari proses desain program pengembangan model pembelajaran ini adalah melakukan revisi terhadap draf program pembelajaran. Data yang diperoleh dari prosedur evaluasi formatif dirangkum dan ditafsirkan untuk mengetahui kelemahan – kelemahan yang dimiliki oleh program pembelajaran.

(33)

21

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Model Pengembangan

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yag bertujuan menghasilkan produk berupa model pembelajaran bola voli melalui lempar tangkap dan pasing bawah dengan bola digantung pada siswa sekolah dasar. melalui pendekatan lingkungan perkebunan pada siswa kelas IV dan V Sekolah Dasar Negeri Giriwetan Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang.

Dalam penerapan model pembelajaran efektitas metode latihan keseimbangan, melalui pendekatan lingkungan perkebunan ini peneliti menggunakan model prosedural yang bersifat deskriptif. Model ini menggunakan langkah-langkah umum yang harus diikuti untuk menghasilkan produk, sebagaimana siklus penelitian dan pengembangan (Borg & Gall, 1983 dalam Sugiyono, 2009) adalah sebagai berikut:

3. Penelitian dan pengumpulan informasi awal

Penelitian dan pengumpulan informasi yang meliputi kajian pustaka, pengamatan atau observasi lapangan.

4. Pengembangan produk awal

Pengembangan format produk awal yang mencakup bahan-bahan pembelajaran berupa bahan cetak urutan proses yang dilengkapi dengan alat evaluasi.

(34)

Evaluasi para ahli dengan menggunakan dua guru mitra (guru Penjasorkes) serta uji coba kelompok kecil yang melibatkan 5 – 10 siswa dengan menggunakan kuesioner dan konsultasi serta evaluasi yang kemudian dianalisis. 6. Revisi Produk Pertama

Revisi produk berdasarkan dari evaluasi ahli yang dilakukan berdasarkan uji coba awal kelompok kecil tentang produk yang dikembangkan oleh peneliti sebagai perbaikan dari produk yang telah diujicobakan.

7. Uji coba lapangan

Uji coba lapangan dilakukan terhadap 10 – 15 subyek. Data kuantitatif hasil belajar dikumpulkan dan dianalisis sesuai dengan tujuan khusus yang hendak dicapai.

8. Revisi Produk Kedua

Revisi yang dikerjakan berdasarkan hasil uji coba lapangan dengan melibatkan subyek yang lebih besar, ini dimaksudkan untuk menentukan keberhasilan produk dalam mencapai tujuan dan mengumpulkan informasi yang dapat dipakai untuk meningkatkan program untuk keperluan perbaikan berikutnya.

9. Uji lapangan

Uji lapangan, yang melibatkan 54 subyek dan disertai dengan penyampaian angket bagi siswa kemudian dilakukan analisis.

10. Revisi Produk Ahir

Revisi produk akhir , yaitu revisi yang dikerjakan berdasar uji lapangan. 11. Implementasi

(35)

23

Penyampaian hasil pengembangan (proses, program, atau produk) kepada para pengguna dan profesional dalam bentuk laporan.

3.2 Prosedur Pengembangan

Secara skematis prosedur pengembangan dapat digambarkan sebagai berikut :

Analisis Kebutuhan

Kajian Pustaka Observasi dan

Wawancara

Pembuatan Produk Awal

Tinjauan Ahli Penjas dan Ujicoba kelompok kecil Ahli Pembelajaran 20 siswa SD N Giriwetan

Revisi Produk Pertama

Ujicoba Lapangan

Revisi Produk Akhir

Produk Akhir Passing bawah Bola digantung

Gambar 3.1 Prosedur Pengembangan Metode Pembelajaran Passing Bawah Bola digantung

(36)

Setelah ujicoba produk, mka dilakukan revisi produk pertama hasil dari evaluasi para ahli dan uji coba kelompok kecil sebagai perbaikan dari produk yang telah diujicobakan.

3.2.2 Uji Coba Lapangan

Pada tahap ini dilakukan uji lapangan terhadap produk yang dikembangkan dengan menggunakan subjek uji coba siswa kelas IV dan V SD Negeri Giriwetan Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang yang berjumlah 22 dan 34 siswa.

3.2.3 Revisi Produk Akhir

Revisi produk dari hasil uji lapangan yang telah diujicobakan siswa kelas IV dan V SD Negeri Giriwetan Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang berjumlah 56 siswa.

3.2.4 Hasil Akhir

hasil akhir produk pengembangan dari uji lapangan yang berupa metode pembelajaran bola voli melalui passing bawah bola digantung.

3.3 Uji Coba Produk

Uji Coba produk penelitian in bertujuan untuk memperoleh efektifitas, efisiensi dan kebermanfaatan dari produk. Langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan uji coba produk adalah sebagai berikut :

3.3.1 Desain Uji Coba

(37)

25

3.3.1.1 Evaluasi Ahli

Sebelum produk pembelajaran yang dikembagkan diujicobakan kepada subjek, produk yang dibuat dievaluasi (validasi) terlebih dahulu oleh ahli Penjas atau guru ahli pembelajaran (penjasorkes). Variabel yang dievaluasi oleh ahi meliputi fasilita dna peralatan, jumlah pemain, perlengkapan pemain, ukuran lapangan, dan cara permainan. Untuk menghimpun data dari para ahli digunakan dengan cara memberikan draf model awal dengan disertai lembar evaluasi ahli. Hasil dari para ahli berupa penilaian, masukan dan saran terhadap produk yang telah dibuat, dipergunakans ebagai acuan dasar pengembangan produk.

3.3.1.2 Uji Coba Kelompok Kecil

Pada tahapan ini produk yang telah direvisi dari hasil evaluasi ahli kemudian diujicobakan kepada siswa kelas IV dan V SD Negeri Giriwetan Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang. Pada uji coba kelompok kecil ini menggunakan 20 siswa putra dan putri sebagai subjeknya.

Pertama siswa diberikan penjelasan peraturan passing bawah bol adigantung yang kemudian melakukan ujicoba passing bawah bola digantung. Setelah selesai melakukan uji coba siswa mengisi kuesioner tentang pembelajaran yang dilakukan. Tujuan ujicoba kelompok kecil ini adalah untuk mengetahui respon awal dari produk yang telah dikembangkan.

3.3.1.3 Revisi Produk Kedua

(38)

3.3.1.4 Uji Coba Lapangan

Setelah dilakukan analisis uji coba kelompok kecil (baik dari ahli maupun dari siswa) selajutnya dilakukan uji coba lapangan yang dilakukan dalam skala besar yaitu siswa kelas IV dan V SD Negeri Giriwetan Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang sebanyak 56 siswa.

Pertama-tama siswa diberikan penjelasan mengenai permainan lempar tangakp bola kemudian melakukan uji coba passing bawah bola digantung. Setelah selesai uji coba siswa mengisi kuesioner tentang respon setelah melakukan pembelajaran.

3.3.2 Subyek Uji coba

Subyek penelitian pengembangan yang terlibat dalam uji coba model pembelajaran ini adalah sebagai berikut:

1. Evaluasi dari ahli baik dosen atau guru ahli pembelajaran (Penjasorkes)

2. Ujicoba kelompok kecil yang terdiri dari 20 siswa kelas IV dan V SD Negeri Giriwetan Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang (ujicoba instrumen)

3. Uji coba lapangan yang terdiri dari 56 siswa kelas IV dan V SD Negeri Giriwetan Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang

3.4 Cetak Biru Produk

(39)

27

3.5 Jenis Data

Data yang diperoleh adalah data kuantitatif dan kualitatif yang berupa alasan dalam memilih jawaban dan saran-saran. Oleh karena itu jenis data yang dikumpulkan adalah sebagai berikut :

1. Model pembelajaran yang efektif, artinya data digali apakah uji coba yang dilaksanakan dapat mengembangkan kognitif, afektif, psikomotor dan fisik peserta didik.

a. Data yang menunjukkan kesesuaian dengan kompetensi dasar yang ada dalam materi kurikulum

b. Mudah dilakukan peserta didik

c. Menyenangkan dan mendorong peserta didik untuk aktif bergerak. d. Aman dan nyaman bagi peserta didik

2. Peserta didik menjadi lebih aktif jangan sebaliknya peserta didik menjadi pasif 3. Lama waktu pelaksanaan sesuai jam tatp muka pembelajaran penjasorkes 4. Sarana yang ada disekitar lingkungan fisik luar sekolah tanpa merusak kelestarian lingkungan.

3.6 Instrumen dan Pengumpulan Data

3.6.1 Instrumen Penelitian

(40)

Berikut adalah variabel dan indikator dan jumlah kuesioner yang digunakan dalam lembar evaluasi ahli.

Tabel 3.1 Lembar Evaluasi Ahli

No Variabel Indikator Jumlah

1 Kualitas Model Kualitas produk terhadap standar kompetensi, keaktifan siswa, dan kelayakan untuk diajarkan pada siswa SD

15

Kuesioner yang digunakan siswa berupa sejumlah eprtanyaan yang harus diajwab oleh siswa dengan pilihan jawaban “Ya” dan “tidak”. Faktor yang digunakan dalam kuesioner meliputi aspek psikomotorik, kognitif, dan afektif.

Berikut ii adalah aspek, indikator dan jumlah butir kuesioner yang akan digunakan pada siswa :

Tabel 3.2. Aspek, Indikator dan Jumlah Butir Kuesioner

No Aspek Indikator Jumlah

1 Kualitas Model Kemampuan siswa mempratikkan variasi gerak dalam passing bawah bola digantung

10 2 Kognitif Kemampuan siswa mengetahui teknik dasar

bola voli melalui passing bawah bola digantung

10

3 Afektif Menampilkan sikap dalam melakukan passing bawah bola digantung serta sportifitas, dan kejujuran.

10

Adapun indikator atau instrumen penelitian yang dikembangkan adalah sebagai berikut:

3.6.1.1 Instrumen Penelitian Pendahuluan (Analisis kebutuhan)

(41)

29

2. Sejauh mana motivasi peserta didik dalam aktivitas latihan pasing bawah dalam penjasorkes selama ini di SD Negeri Giriwetan Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang

3. Sudah pernahkah guru mengembangkan model dengan pendekatan lingkungan fisik luar sekolah

4. Sejauh mana sarana prasarana penjasorkes yang dimiliki oleh SD Negeri Giriwetan Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang

5. Sejauh mana efektifitas model pembelajaran yang dilaksanakan. 3.6.1.2 Instrumen Evaluasi Model Oleh Ahli

1. Kesesuaian dengan kompetensi dasar dalam kurikulum 2. Kejelasan petunjuk model yang dikembangkan

3. Kesesuaian fasilitas yang digunakan

4. Mendorong perkembangan kognitif, afektif dan psikomotor 5. Ketepatan pemilihan model ditinjau dari berbagai aspek 6. Ketepatan penerapan metode dan strategi pembelajaran 7. Kemudahan dalam pengembangan model.

3.6.1.3 Instrumen Kuesioner Untuk Peserta Didik

1. Tingkat kesulitan peserta didik dalam melaksanakan model pembelajaran baik secara tekhnis maupun peraturan yang diberlakukan.

2. Sejauh mana peningkatan peserta didik setelah melakukan model yang dikembangkan , baik secara kognitif, afektif, psikomotor, maupun fisik. 3. Sejauh mana kemampuan peserta didik dalam melakukan latihan passing

(42)

4. Sejauh mana pengaruh sosial peserta didik setelah melakukan model yang dikembangkan.

3.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Selain menggunakan teknik tes, untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran passing bawah dengan pendekatan lingkungan perkebunan juga dilengkapi dengan teknik kuesioner (angket). Teknik kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari respoden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal hal yang ia ketahui (Suharsimi Arikunto, 2002 :151).

Metode angket atau kuesioner yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode angket tertutup dengan dua pilihan pilihan yaitu Ya dan tidak. Dalam angket yang dimaksud dilakukan rincian penilaian tabel untuk jawaban Ya diberi nilai 2 dan jawaban tidak diberi nilai 1. Kuesioner langsung adalah jika sesuatu kuesioner daftar pertanyaan dikirim langsung kepada orang yang ingin dimintai pendapat, keyakinannya, atau diminta menceritakan tentang keadaannya sendiri (Sutrisno Hadi, 1995:158)

Adapun alasan menggunakan angket langsung adalah sebagai berikut: 1. Bahwa subyek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri, 2. Bahwa apa yang dinyatakan benar dan dapat dipercaya,

3. Bahwa interprestasi subyek tentang pertanyaanpertanyaan yang diajukan adalah sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti.

(43)

31

2) Menghemat waktu,

3) Baik untuk menyelidiki faktafakta subyek maupun fakta-fakta obyektif.

Untuk menghindari kelemahan dan kekurangan penggunaan metode angket ini, maka perlu diperhatikan halhal sebagai berikut:

1) Penggunaan metode angket dilengkapi dengan metode pengumpul data yang lain dan perlu dijelaskan pada responden tentang maksud dan tujuan angket yang diberikan agar informasi yang diberikan benar-benar obyektif dan data yang digunakan tidak memberatkan respoden atau tidak bersifat memaksa.

2) Adapun pernyataan yang ada dalam pertanyaan ini digunakan untuk memperoleh data tentang respon siswa terhadap model pembelajaran passing bawah melalui pendekatan lingkungan perkebunan pada siswa kelas IV dan V SD Negeri Giriwetan Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang.

3.6.3 Pelaksanaan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian dilakukan latihan menggunakan sistim repetisi dan set dengan pengertian bahwa “repetisi adalah jumlah ulangan mengangkat suatu beban, sedangkan set adalah suatu rangkaian kegiatan dari suatu repetisi” (M.Sajoto, 1988: 47)

Setiap kali latihan menggunakan waktu 2 jam pelajaran efektif selama 70 menit dengan perincian pengunaan waktu sebagai berikut :

3.6.3.1 Prosedur mendapatkan anak coba

(44)

Kepala SD Negeri Giriwetan dengan diketahui Dekan FIK Universitas Negeri Semarang memohon agar dapat diperkenankan untuk menggunakan siswa kelas IV dan V SD Negeri Giriwetan tahun ajaran 2011/2012 sebagai anak coba dalam penelitian. Setelah mendapatkan ijin dari Kepala Sekolah, selanjutnya menetapkan siswa yang disajikan sebagai anak coba dalam penelitian.

3.6.3.2 Tempat Penelitian

Tempat penelitian yang digunakan selama pelaksanaan penelitian yaitu di halaman sekolah dan lingkungan kebun di sekitar SD Negeri Giriwetan Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang.

3.6.3.3 Waktu dan Alat Perlengkapan Penelitian

Waktu penelitian pada uji coba skala kecil adalah pada hari Rabu 25 Mei 2011, Sedangkan untuk uji coba skala besar pada hari Selasa 19 Juli 2011. Alat dan perlengkapan penelitian

a. Lapangan

b. Bola Voli sebanyak 2 buah c. Stop Watch 1 buah

d. Peluit e. Alat tulis

f. Petunjuk pelaksanaan

(45)

33

dapat tercapai. Dalam penelitian ini menetapkan 2 kali latihan dan dua kali pertemuan untuk tes awal dan tes akhir untuk tiap minggunya tiga kali tatap muka.

Kegiatan penelitian meliputi tiga hal pokok yaitu pemanasan, latihan inti, dan penenangan

a. Warming Up (Pemanasan)

Sebelum melaksanakan latihan inti terlebih dahulu diberikan pemanasan terhadap sampel dengan tujuan untuk persiapan kondisi baik fisik maupun psikis untuk menghadapi latihan yang dilakukan agar tidak terjadi cidera

b. Latihan Inti

Latihan inti ini ditujukan kepada materi atau masalah yang akan diteliti yaitu dua macam latihan yang dicari perbedaanya. Dua cara latihan yaitu latihan passing bawah secara langsung dan passing bawah tidak langsung.

c. Penenangan

Latihan ini ditujukan untuk memulihkan kondisi fisik seperti semula atau keadaan sebelum latihan sehingga ketegangan otot akan berkurang secara berangsur-angsur agar kemungkinan terjadinya rasa sakit dapat dihindari selain pelemasan dan penenangan yang berupa aktifitas fisik, juga diadakan koreksi secara klasikal kepada anak coba tentang latihan yang telah telah dilakukan.

3.7 Analisis Data

(46)

Dalam analisis data, digunakan rumus deskriptif persentase seperti berikut :

Dp = x 100% Keterangan :

Dp : Deskriptif Persentase F : Frekuensi yang diari N : Jumlah seluruh data

dari data hasil persentase kemudian diklasifikasikan untuk memeproleh kesimpulan data. Pada tabel berikut disajikan klasifikasi persentase.

Tabel 3.3 Klasifikasi Persentase

Persentase Klasifikasi Makna

0 – 20% Tidak Baik Dibuang 20,1 – 40% Kurang Baik Diperbaiki 40,1 – 70% Cukup Baik Digunakan (bersyarat) 70,1 – 90% Baik Digunakan 90,1 – 10% Sangat Baik Digunakan (Sumber : Guilford dalam Faqih, 1996:57)

(47)

35

BAB IV

HASIL PENGEMBANGAN

4.1 Penyajian Data Hasil Uji Coba 1 4.1.1 Data Analisis Kebutuhan

Untuk mengetahui permasalahan-permasalahan pembelajaran yang terjadi di lapangan terutama yang berkaitan dengan proses pendidikan jasmani, lahraga dan kesehatan serta bentuk pemecahan dari permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan analisis kebutuhan. Kegiatan ini dilakukan dengan cara menganalisis proses pembelajaran yang terjadi sesungguhnya di lapangan, melakukan observasi pembelajaran dan melakukan studi pustaka.

(48)

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti memutuskan untuk mengembangkan model pembelajaran passing bawah bola digantung pada siswa. SD. Peneliti mengharapkan produk yang dihasilkan nanti dapat meningkatkan kualitas pembelajaran permainan bola besar khususnya bola voli yang dapat membuat siswa aktif mengikuti pembelajaran, sehingga diharapkan dapat membantu siswa aktif mengikuti pembelajaran sehingga diharapkan dapat membantu guru penjasorkes dalam memberikan pembelajaran bola voli lebih bervariasi dengan menggunakan produk yang dihasilkan.

4.1.2 Deskripsi Draf Produk Awal

Setelah menentukan produk yang akan dikembangkan berupa model permainan bola voli yang sesuai dengan siswa SD. Tahap selanjutnya yang akan dilakukan adalah membuat produk dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

4.1.2.1 Mengkaji literatur tentang prinsip-prinisip atau cara membuat dan mengembangkan modifikasi pembelajaran bola voli.

4.1.2.2 Menetapkan prinsip-prinsip pengembangan model modifikasi pembelajaran bola voli

4.1.2.3 Menetapkan tujuan, isi dan strategi pengelolaan pembelajaran. 4.1.2.4 Pengembangan prosedur pengukuran hasil pembelajaran

4.1.2.5 Menyusun produk awal model pembelajaran pasing bawah bola voli

DRAF PRODUK AWAL PASSING BAWAH BOLA DIGANTUNG BAGI SISWA SD

(49)

37

Permainan menjadi raja bola merupakan permainan bola voli dalam rangka menerapkan teknik passing bawah bola voli dimana setiap bolayang dilempar ke arah siswa harus dipassing dengan 2 tangan ke arah luar lapangan oleh siswa yang berada di dalam lapangan.

Cara Bermain menjadi raja bola

Satu regu terdiri atas 12 orang dimana 2 orang menjadi ke-10 orang berada di dalam kotak lapangan dengan ukuran 10 x 10 meter.Saat peluit berbunyi penjaga yang membawa bola mulai menembakkan bola ke regu yang di dalam kota.

Siswa yang berada di dalam kotak lapangan berusaha mempassing bola yang datang ke arah luar, bagi yang tidak bisa mempassing bola keluar dan terkena tembakan maka dia menjadi penjaga demikian seterusnya sampai waktu habis (bola harus dipassing dari bawah).

Ketika waktu habis masih ada siswa yang di dalam kotak maka siswa tersebut menjadi “raja bola” waktu yang dipakai adalah 5 menit.

Peraturan permainan menjadi raja bola a. Jumlah pemain12 orang

b. Jumlah penjaga awal : 2 orang selanjutnya yang kena menjadi penjaga c. Jumlah regu di lapangan awal 10 orang

d. Ukuran lapangan 10 x 10 meter e. Lama permainan 5 menit

(50)

x : penjaga

2. Pengertian Passing bawah bola digantung

Passing bawah bola digantung adalah passing bawah biasa dimana posisi bola ditempatkanm pada jaring dan digantung diantara dua pohon kemudian siswa secara bergilkiran melakukan passing bawah ke arah atas selama 30 detik.

Tujuan penggantungan bola adalah siswa dapat lebih cepat melakukan passing dimana jika terjadi kesalahan dalam passing bola tetap kembali ke tempatnya sehingga volume latihan dalam waktu yang singkat menjadi banyak.

Cara melakukan passing bawah bola digantung

1. Siswa dibagi dalam 4/5 kelompok yang sama banyak setiap kelompok dihadapannya terdapat bola yang digantung.

2. Ketika guru membunyikan peluit tand amulai maka siswa yang paling depan melakukan passing bawah selama 30 detik. Demikain dengan siswa yang berada di urutan belakangnya secara bergantian melakukan passing bawah sampai semua siswa melakukannya.

10m 10m

x x

(51)

39

4.1.3 Validasi Ahli

4.1.3.1 Validasi Draft Produk Awal

Produk awal pengembangan model pembelajaran kelincahan gerak melalui pendekatan lingkungan perkebunan pada siswa Sekolah Dasar sebelum diujicobakan dalam skala kecil perlu dilakukan validasi olah para ahli yang sesuai dengan produk pengembangan ini. Ahli (validator) yang memvalidasi produk awal yaitu Zaenal Arifin, S.Pd dari SD Negeri Ngasinan 2 dan Bambang Cahyono, S.Pd daro SD Negeri Ngrancah Kab. Magelang.

Validasi dilakukan dengan cara memberikan draf awal model pembelajaran passing bawah disertai lembar evaluasi untuk ahli. Lembar evaluasi berupa kuesioner yang berisi aspek kualitas pengembangan model pembelajaran passing bawah bola gantung, saran, serta komentar dari ahli dan guru Penjas. Hasil evaluasi berupa nilai dari aspek kualitas model pembelajaran menggunakan skala Likert 1 sampai 5 yaitu dengan memberi tanda cek (v) pada salah satu angka yang tersedia pada lembar evaluasi.

4.1.3.2 Diskripsi Data Validasi Ahli

Data yang diperoleh dari pengisian kuesioner merup[akan pedoman untuk mengetahui apakah produk model pengembangan kelincahan gerak dapat diujicoba skala kecil maupun skala besar. Berikut hasil pengisian kuesioner dari ahli dan guru Penjas.

Tabel 4.1 Hasil Rata-rata Skor Penilaian Ahli

No Validator Hasil rata-rata

1 Guru Penjas 3,50

2 Guru Penjas 3,15

(52)

Berdasarkan hasil pengisian kuesioer yang dilakukan ahli penjas dan guru penjas diperoleh skor rata-rata 3,33 yang termasuk kategori cukup baik maka disimpulkan model pembelajaran passing bawah bola digantung melalui pendekatan lingkungan perkebunan dapat digunakan untuk uji coba skala kecil.

4.1.4 Revisi Draft Produk Awal sebelum Ujicoba Skala Kecil

Berdasarkan saran ahli dan guru Penjas maka dapat dilaksanakan revisi produk berdasarkan saran dari hali dan guru Penjas sebagai berikut :

1. Revisi produk pengembangan model pembelajaran kelincahan gerak adalah memilih alternatif tempat, sesuai dengan tema terbatasnya alat dan sarana olahraga di sekolah dengan memanfaatkan lingkungan perkebunan sebagai tempat kegiatan pembelajaran.

2. Alternatif peralatan yang digunakan disesuaikan dengan materi pokok dan benar-benar menunjang terlaksananya proses kegiatan belajar mengajar. 3. Metode pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik siwa Sekolah

Dasar dimana anak usia Sekolah Dasar adalah seorang peniru, aktif bergerak, dan suka mendapatkan pernghargaan, komentar dan pujian dari guru atau orang yang lebih dewasa.

4. Menuangkan perencanaan pembelajaran pada sebuah Rencana Pelaksaaan Pembelajaran (RPP)

5. Menciptakan suasana riang selama kegiatan pembelajaran dan menghindari penjelasan yang menyulitkan anak dalam memahami.

(53)

41

4.1.5 Data Ujicoba Skala Kecil

Setelah produk pengembangan model pembelajaran kelincahan gerak divalidasi oleh ahli dan guru Penjas dan telah direvisi, maka pada tanggal 25 Mei 2011 draft produk diujicobakan pada siswa kelas IV dan V SD Negeri Giriwetan Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang dengan masing-masing 10 anak. Pengambilan sampel urut absen.

Ujicoba skala kecil ini untuk mengetahui dan mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi anak selama proses pembelajaran kelincahan gerak berlangsung seperti kualitas produk, ketertarikan anak terhadap produk, tingkat kesenangan, motivasi siswa, dan kesulitan saat digunakan siswa.

Ujicoba skala kecil dengan kuesioner bertujuan untuk mengetahui validitas dan realiabilitas instrumen (kuesioner) yang digunakan. Berdasarkan hasil ujicoba skala kecil untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen diketahui bahwa ke-30 soal dalam instrumen termasuk dalam kriteria valid karena r hitung bergerak dari 0,47 hingga 0,77 lebih besar dari r tabel (0,42). Sedangkan nilai alpha cronbach (r11) adalah 0,936 > r tabel (0,42) sehingga instrumen (kuesioner)

reliabel.

(54)

1. Lapangan Permainan

Lapangan yang sempit, karena terhaang oleh adanya pepohonan di lingkungan perkebunan.

2. Sarana dan Prasarana

Minimnya peralatan yang sesuai untuk digunakan sebagai media pembelajaran passing bawah bola gantung selama proses pembelajaran. 3. Memilih tempat yang rata dan tidak terhalang pepohonan agar

pembelajaran dapat dilaksanakan dengan aman untuk meminimalkan risiko cedera.

4.1.6 Revisi Draft setelah Ujicoba Skala Kecil

Setelah mendapat saran dan ahli dan guru Penjas Sekolah Dasar terhadap produk yang diujicobakan maka dilakukan revisi sebagai berikut :

1. Lapangan

Lapangan yang digunakan tetap memperhatikan keamanan, dan sesuai dengan kemampuan fisik anak usia Sekolah Dasar

2. Sarana dan Prasarana

Peralatan yang digunakan harus aman, nyaman dan tidak membahayakan anak. Media yang digunakan dapat bola voli plastik dan tali rafia yang disesuaikan dengan jumlah anak agar semua siswa terlibat aktif sehingga penggunaan waktu lebih efektif.

3. Proses Pembelajaran

(55)

43

semangat anak dalam latihan. Tidak lupa guru memberikan koreksi pada kesalahan gerak yang dilakukan siswa agar memberikan rasa aman dan menghindari risiko cedera.

Untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran maka diberikan kuesioner bagi siswa. Sebelum digunakan pada skala besar (uji coba II) maka kuesioner diujicobakan terlebih dahulu kepada 20 siswa untuk mengetahui validitas dan reliabilitas angket/instrumen. Berdasarkan perhitungan dengan rumus korelasi product moment, kemudian dikonsultasikan dengan rtabel pada taraf signifikan 5%. Butir soal yang

mempunyai koefisien korelasi (rxy) lebih besar dari rtabel (0,444) termasuk

dalam kriteria valid dan yang kurang dari rtabel termasuk dalam kriteria tidak

valid.

Berdasarkan perhitungan dengan rumus alpha Cronbach, kemudian dikonsultasikan dengan nilai rtabel pada taraf signifikan 5%. Setelah dilakukan perhitungan diperoleh bahwa koefisien alpha Cronbach adalah 0,936 lebih besar daripada nilai r tabel yaitu 0,444 dengan taraf signifikan 5%. Sehingga disimpulkan bahwa instrumen (angket) reliabel sehingga dapat digunakan pada uji Coba II (Skala besar).

(56)

terhadap model pembelajaran. Berikut berbagai permasalahansetelah ujicoba skala kecil.

1. Lapangan Permainan

Lapangan yang sempit, karena terhalang oleh adanya pepohonan di lingkungan perkebunan

2. Sarana dan Prasarana

Minimnya peralatan yang sesuai untuk digunakan sebagai media pembelajaran passing bawah bola digantung.

3. Proses Pembelajaran

Memilih tempat yang rata dan tidak terhalang pepohonan agar pembelajaran dapat dilaksanakan dengan aman untuk meminimalkan risiko cedera.

4.1.7. Revisi Produk

Revisi Draft Ujicoba I (Skala Kecil) diberi penilaian dan saran dari ahli atau guru Penjas Sekolah Dasar terhadap produk yang diujicobakan maka dilakukan revisi sebagai berikut :

1. Lapangan

Lapangan yang digunakan tetap memperhatikan keamanan, dan sesuai dengan kemampuan fisik anak usia Sekolah Dasar

2. Sarana dan Prasarana

(57)

45

kotak telur yang disesuaikan dengan jumlah anak agar semua siswa terlibat aktif sehingga penggunaan waktu lebih efektif.

3. Proses Pembelajaran

Dalam mengelola pembelajaran guru menciptakan suasana gembira dan menyenangkan, memotivasi anak, berkompetitif supaya menambah semangat anak dalam latihan. Tidak lupa guru memberikan koreksi pada kesalahan gerak yang dilakukan siswa agar memberikan rasa aman dan menghindari risiko cedera.

Draft Produk Skala Besar Model Pembelajaran Passing Bawah Bola Gantung pada Siswa Sekolah Dasar Negeri Giriwetan Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang

1. Gerak Pemasanan

Pemanasan dilakukan dengan mulai melakukan senam peregangan 2. Latihan I

Latihan pertama adalah permainan menjadi raja bola. 3. Latihan II

Latihan dua adalah passsing bawah bola digantung. 4. Latihan III

Melakukan gerakan penenangan, yaitu dengan senam peregangan dengan tujuan mengembalikan dan menetralisir otot-otot ke kondisi semula.

4.1.8 Data Ujicoba Skala Besar

(58)

apakah model pembelajaran passing bawah bola gantung melalui pendekatan lingkungan perkebunan dapat digunakan pada lingkungan yang sebenarnya. Ujicoba skala besar dilakukan oleh siswa kelas IV dan V SD Negeri Giriwetan Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang yang berjumlah 56 anak. Data ujicoba skala besar dihimpun dengan menggunakan kuesioner untuk siswa dan ahli.

4.1.9 Analisis Data Skala Besar Kuesioner Ahli

1. Aspek kesesuaian materi dengan kompetensi dasar KTSP

Pada aspek kesesuaian materi dengan kompetensi dasar KTSP diperoleh persentase 80%. Berdasar kriteria yang telah ditetapkan maka aspek kesesuaian materi dengan kompetensi dasar KTSP memenuhi kriteria baik sehingga model dapat digunakan.

2. Ketepatan memilih bentuk/model permainan bagi siswa

Aspek ketepatan memilih bentuk/model diperoleh persentase 70%. Berdasar kriteria yang telah ditetapkan maka aspek ini memenuhi kriteria cukup baik maka model dapat digunakan.

3. Kesesuaian alat dan fasilitas yang digunakan

Pada aspek kesesuaian alat dan fasilitas yang digunakan mendapat persentase 50%. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan maka aspek kesesuaian alat dan fasilitas termasuk kriteria kurang baik sehingga model pembelajaran dapat digunakan.

4. Kesesuaian bentuk/model permainannya

(59)

47

5. Kesesuaian model permainan dengan karakteristik siswa

Pada aspek kesesuaian model permainan dengan karakteristik siswa diperoleh persentase 80%. Berdasarkan pada aspek model permainan dan karakteristik siswa maka memenuhi kriteria baik sehingga model dapat digunakan.

6. Mendorong perkembangan aspek fisik/jasmani siswa

Pada aspek mendorong perkembangan aspek fisik/jasmani siswa diperoleh persentase 70% yang berarti termasuk dalam kriteria cukup baik sehingga model dapat digunakan.

7. Mendorong perkembagan aspek psikomotorik

Pada aspek mendorong perkembangan aspek psikomotorik diperoleh pencapaian persentase 80%. Berdasarkan kriteria yang telahd itetapkan maka termasuk dalam kriteria baik sehingga model dapat digunakan. 8. Mendorong perkembangan aspek afektif siswa

Pada aspek mendorong perkembangan afektif siswa, diperoleh persentase 80% yang artinya termasuk dalam kriteria baik sehingga model dapat digunakan.

9. Membantu perkembangan aspek kognitif siswa

Pada aspek mendorong perkembangan kognitif siswa, diperoleh persentase 80% yang artinya termasuk dalam kriteria baik sehingga model dapat digunakan.

10.Dapat dimainkan oleh siswa yang terampil dan tidak terampil

(60)

11.Kejelasan petunjuk latihan dengan modifikasi latihan

Pada aspek kejelasan petunjuk latihan dengan modifikasi latihan, diperoleh persentase 50% yang artinya termasuk dalam kriteria kurang baik sehingga model dapat digunakan.

12.Dapat dimainkan siswa putra dan putri

Pada aspek dapat dimainkan oleh siswa putra dan putri diperoleh persentase 60% yang artinya termasuk dalam kriteria kurang baik sehingga model dapat digunakan.

13.Meningkatkan motivasi siswa dalam berprestasi

Pada aspek meningkatkan motivasi siswa dalam berprestasi, diperoleh persentase 70% yang artinya termasuk dalam kriteria cukup baik sehingga model dapat digunakan.

14.Menarik bagi siswa Sekolah Dasar

Pada aspek menarik bagi siswa Sekolah Dasar diperoleh persentase 80%. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan maka termasuk dalam kriteria baik sehingga model dapat digunakan.

15.Efektif dan efisien dalam metode pembelajaran kelincahan gerak

Pada aspek efektif dan efisien dalam metode pembelajaran kelincahan gerak diperoleh persentase 60% yang artinya termasuk dalam kriteria kurang baik sehingga model dapat digunakan.

16.Aman dan dapat digunakan pada pembelajaran kelincahan gerak

(61)

49

17.Model dapat menumbuhkan kreatifitas guru dalam mengajar

Pada aspek model dapat menumbuhkan kreatifiats guru dalam mengajar, diperoleh persentase 70% yang artinya termasuk dalam kriteria cukup baik sehingga model dapat digunakan.

18.Model dapat menumbuhkan kreatifitas siswa dalam pembelajaran

Pada aspek model dapat menumbuhkan kreatifitas siswa dalam pembeljaran diperoleh persentase 60% yang artinya termasuk dalam kriteria kurang baik sehingga model dapat digunakan.

19.Mendorong siswa aktif bergerak

Pada aspek mendorong siswa aktif bergerak diperoleh persentase 50% yang artinya termasuk dalam kriteria kurang baik sehingga model dapat digunakan.

20.Menghilangkan rasa canggung bagi siswa yang kurang terampil/kurang menguasai

Pada aspek menghilangkan rasa canggung bagi siswa yang kurang terampil/kurang menguasai diperoleh persentase 60%. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan termasuk dalam kriteria kurang baik sehingga model dapat digunakan.

4.1.10 Analisis Data Skala Besar Kuesioner untuk Siswa

(62)

Berdasarkan skor yang diperoleh maka aspek kognitif termasuk dalam kategori sangat baik.Hasil penelitian pada aspek afektif siswa terhadap model pembelajaran kelincahan gerak, diperoleh skor 895 sedangkan skor totalnya 1080. sehingga diperoleh persentase 82,87% yang termasuk dalam kriteria baik. Berdasarkan skor yang diperoleh maka aspek afektif termasuk dalam kategori baik. Hasil penelitian pada aspek psikomotor siswa terhadap model pembelajaran kelincahan gerak diperoleh skor 966 sedangkan skor totalnya 1080 sehingga peroleh persentase skor adalah 89,44. Berdasarkan skor yang diperoleh maka aspek psikomotor termasuk dalam kategori sangat baik. Tabel 4.2 Analisis Deskriptif per Responden

No Interval Kategori f Persentase

1 65 – 76 Sangat Baik 2 3,7

2 53 – 64 Baik 31 57,41

3 41 – 52 Kurang Baik 17 31,48

4 29 – 40 Tidak Baik 4 7,41

Jumlah 54 100%

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, terlihat bahwa jumlah responden yang termasuk dalam kategori sangat baik ada 2 responden (3,7%), responden yang termasuk dalam kategori baik ada 31 responden (57,41%), responden yang termasuk dalam kategori kurang baik ada 17 responden (31,48%), dan responden yang termasuk dalam kategori tidak baik ada 4 responden (7,41%).

(63)

51

Gambar 4.1 Analisis Deskriptif per Responden Hasil Kuesioner

4.4.2 Analisis Deskriptif per Aspek

4.4.2.1 Aspek Kognitif

Pada aspek kognitif digunakan 10 butir pernyataan, masing-masing pernyataan skornya 1 sampai 2, berikut perhitungannya :

Skor minimal = 1 × 54 × 10 = 540 Skor maksimal = 2 × 54 × 10 = 1080 Rentang skor = 1080 ─ 540 = 540 Interval kelas = 540 : 4 = 135

Tabel 4.3 Interval Kriteria Aspek Kognitif

No Interval Kategori

1 945 – 1080 Sangat Baik

2 809 – 944 Baik

3 673 – 808 Kurang Baik

4 542 – 677 Tidak Baik

(64)

1 dan skor tertingginya adalah 2, diperoleh skor total 973 yang berada pada interval 945 – 1080 dengan kategori sangat baik. Berdasarkan skor yang diperoleh maka aspek kognitif jawaban responden termasuk dalam kategori sangat baik.

4.4.2.2 Aspek Afektif

Pada aspek afektif digunakan 10 butir pernyataan, masingmasing pernyataan skornya 1 sampai 4, berikut perhitungannya :

Skor minimal = 1 × 54 × 10 = 540 Skor maksimal = 2 × 54 × 10 = 1080 Rentang skor = 1080 ─ 540 = 540 Interval kelas = 540 : 4 = 135

Tabel 4.4 Interval Kriteria Aspek Afektif

No Interval Kategori

1 945 – 1080 Sangat Baik

2 809 – 944 Baik

3 673 – 808 Kurang Baik

4 542 – 677 Tidak Baik

Hasil penelitian pada aspek afektif siswa terhadap model pembelajaran passing bawah dengan skor terendah 1 dan skor tertingginya adalah 2, diperoleh skor total 895 yang berada pada interval 809 - 944 dengan kategori baik.

Berdasarkan skor yang diperoleh maka aspek afektif jawaban responden termasuk dalam kategori baik.

4.4.2.3 Aspek Psikomotor

Pada aspek psikomotor digunakan 10 butir pernyataan, masingmasing pernyataan skornya 1 sampai 2, berikut perhitungannya :

(65)

53

Skor maksimal = 2 × 54 × 10 = 1080 Rentang skor = 1080 ─ 540 = 540 Interval kelas = 540 : 3 = 135

Tabel 4.5 Interval Kriteria Aspek Psikomotor

No Interval Kategori

1 945 – 1080 Sangat Baik

2 809 – 944 Baik

3 673 – 808 Kurang Baik

4 542 – 677 Tidak Baik

Hasil penelitian pada aspek psikomotor siswa terhadap model pembelajaran passing bawah dengan skor terendah 1 dan skor tertingginya adalah 2, diperoleh skor total 966 yang berada pada interval 945 – 1080 dengan kategori sangat baik. Berdasarkan skor yang diperoleh maka aspek psikomotor termasuk dalam kategori sangat baik.

4.5 Protipe Produk

(66)

passing bawah dengan bola digantung maupun bola tidak digantung terlihat pada saat tes. Perubahan ini dikarenakan masing-masing peserta sudah dapat menyesuaikan dengan bola pada saat latihan, baik pada siswa kelas IV maupun kelas V. Suasana latihan yang menyenangkan membuat semua program yang direncanakan dapat berjalan dengan baik. Memperhatikan hasil tes passing bawah yang diperoleh ternyata kelompok siswa kelas IV memperoleh hasil yang lebih baik pada pelaksanaan passing bawah dengan bola digantung, sedangkan pada siswa kelas V memperoleh hasil yang lebih baik pada pelaksanaan tes passing bawah dengan bola tidak digantung. Berikut selisih rata-rata dari hasil tes bola digantung dan bola tidak diganutng.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa latihan passing bawah bola voli dengan bola digantung lebih baik dibanding dengan yang menggunakan latihan passing bawah voli bola tidak digantung. Hal ini dapat terjadi karena latihan passing bawah dengan bola digantung lebih menghemat waktu dan tenaga disebabkan anak tidak perlu mengambil bola yang melayang terlalu jauh saat pelaksanaan latihan. Sedangkan bila bola tidak digantung maka pada saat bola melayang jauh dari peserta tes, maka diperlukan waktu bagi peserta tes berikutnya untuk mengambil bola demikian seterusnya. Telah diketahui bahwa pembelajaran yang dilaksanakan di berbagai sekolah selama ini, sebagian besar masih menggunakan pendekatan konvensional.

(67)

55

mendominasi dengan menyuruh atau memberikan contoh agar ditirukan oleh siswa yang dimulai dengan melakukan pemanasan kemudian melakukan kegiatan olahraga sesuai materi dalam kurikulum. Pelaksanaan kegiatan inti biasanya dilaksanakan di lapangan yang masih berada di lingkungan sekolah. Padahal biasanya lapangan yang ada di sekolah digunakan untuk berbagai kegiatan mulai dari olahraga, tempat bermain anakanak saat sebelum pelajaran atau waktu istirahat, dan kegiatan yang lain seperti upacara bendera. Belum lagi jika lapangan yang ada telah diubah dipersempit atau lantainya disemen sehingga lapangan sekolah menjadi kurang aman dan nyaman bagi kegiatan olahraga. Hal ini berbeda dengan keberadaan lapangan di luar sekolah misalnya bila dilaksanakan di lingkungan kebun dekat sekolah yang jaraknya tidak terlalu jauh dari sekolah sehingga dalam berolahraga anak dengan bimbingan dan pengawasan guru merasa lebih aman dan nyaman tanpa merasa khawatir sakit saat terjatuh sehingga penggunaan lapangan olahraga di lingkungan kebun memberikan dampak positif (efektif) bagi peningkatan aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa dalam berolahraga.

4.6 Keterbatasan Pengembangan

Gambar

Tabel
Gambar
Gambar 2.1 Prosedur Evaluasi Formatif.
Gambar 3.1 Prosedur Pengembangan Metode Pembelajaran Passing Bawah Bola digantung 3.2.1 Revisi Produk Pertama
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis, tidak ada perbedaan yang signifikan dari latihan passing bawah menggunakan rintangan tali dan tembok sasaran terhadap kemampuan passing bawah bola voli

Perbedaan Pengaruh Latihan Passing Bawah Berpasangan Dengan Passing Bawah ke Dinding Terhadap Hasil Passing Bawah Bola Voli Siswa Putri Ekstrakurikuler SMA Swasta

Upaya Meningkatkan Proses Latihan Teknik Passing Bawah Bola Voli dengan menggunakan Metode Latihan Drill Pada Atlet Bola Voli Puteri Klub TVRI Medan Tahun

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar passing bawah bola voli dalam pembelajaran Passing bawah bola voli melalui pendekatan saintifik dan media

yang telah melaksanakan pembelajaran passing bawah dengan menggunakan metode bermain dan sudah melakukan tes hasil belajar passing bawah bola voli.. 63 Peneliti tindakan

bawah bola voli menggunakan metode learning together dapat memberikan peningkatan pada pembelajaran passing bawah bola voli pada siswa kelas VIII A Sekolah Menengah

a) Latihan gerak dasar passing bawah dalam permainan bola voli, melalui pembelajaran kooperatif yang sudah dirancang dan. Selanjutnya untuk dilaksanakan. b) Pada

a) Latihan gerak dasar passing bawah dalam permainan bola voli, melalui pembelajaran kooperatif yang sudah dirancang dan. Selanjutnya untuk dilaksanakan. b) Pada