• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dengan Kecerdasan Spiritual Siswa SMP PGRI 2 Ciputat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dengan Kecerdasan Spiritual Siswa SMP PGRI 2 Ciputat"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

AGAMA ISLAM DENGAN KECERDASAN SPIRITUAL

SISWA SMP PGRI 2 CIPUTAT

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:

AHMAD MU’AMMAR NIM : 104011000126

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)

UIN JAKARTA FITK

Jl. Ir. H. juanda No. 95 Ciputat 15412 Jakarta

FORM (FR)

Tgl. Terbit : 5 Januari 2009 No. Revisi : 00

Hal : SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : AHMAD MU’AMMAR

Tempat/Tgl.Lahir : Indramayu, 03 Mei 1986

NIM : 104011000126

Jurusan/Prodi : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : HUBUNGAN ANTARA PEMBELAJARAN PEDIDIKAN

AGAMA ISLAM DENGAN KECERDASAN SPIRITUAL

SISWA SMP PGRI 2 CIPUTAT

Dosen Pembimbing : 1. Dr. Sururin, M.Ag

2. Zikri Neni Iska, M.Psi

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri

dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Jakarta, 22 September 2011

AHMAD MU’AMMAR

(5)

Ahmad Mu’ammar, Hubungan Antara Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Kecerdasan Spiritual Siswa SMP PGRI 2 Ciputat,Skripsi, Jakarta: Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011

Pembelajaran adalah usaha membimbing peserta didik dan menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar.

Pendidikan agama Islam adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (insan kamil).

Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persolaan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan prilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pembelajaran pendidikan agama Islam dengan kecerdasan spiritual siswa SMP PGRI 2 Ciputat.

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasi, yaitu menjelaskan tentang ada tidaknya hubungan antara variabel X sebagai variabel independent atau bebas (pembelajaran pendidikan agama Islam) dengan variabel Y sebagai variabel dependent atau terikat (kecerdasan spiritual).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP PGRI 2 Ciputat, yang berjumlah 214 siswa. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan tujuan penelitian, dan sampel yang akan diambil yaitu kelas VIII A yang berjumlah 35 siswa.

Berdasarkan interpretasi data yang penulis lakukan dengan cara menggunakan r tabel yaitu pada taraf signifikansi 5% sebesar 0,325 dan pada taraf signifikansi 1 % sebesar 0,418, Karena rxy pada taraf signifikansi 5 % lebih besar

daripada r tabel (0,334 > 0,325), maka pada taraf signifikansi 5 % Ho (hipotesis nihil) ditolak, sedangkan Ha (hipotesis alternatif) diterima. Berarti bahwa pada taraf signifikansi 5 % terdapat korelasi positif yang signifikan antara variabel X dan variabel Y. Selanjutnya, karena pada taraf signifikansi 1 % rxy lebih kecil

daripada r tabel (0,334 < 0,418), maka pada taraf signifikansi 1 % itu Ho (hipotesis nihil) diterima, sedangkan Ha (hipotesis alternatif) ditolak. Ini berarti bahwa untuk taraf signifikansi 1 % tidak terdapat korelasi positif yang signifikan antara variabel X dan variabel Y.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya rxy ( yaitu = 0,334) berada

dalam kisaran atau skala rendah antara 0,200 – 0,400. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi positif antara pembelajaran PAI dengan kecerdasan spiritual siswa SMP PGRI 2 Ciputat.

(6)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah SWT, atas segala rahmat dan kasih sayang-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga

Allah sampaikan kepada baginda kita Nabi Muhammad SAW, yang telah

membimbing umat manusia untuk mengikuti petunjuk risalah yang dibawanya

yakni agama Islam yang akan menyelamatkan serta menghantarkan pemeluknya

menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.

Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I). Dalam menyelesaikan

penulisan skripsi ini tentunya tidak luput dari kekurangan dan kelemahan. Namun

berkat bantuan dari berbagai pihak alhirnya skripsi ini dapat diselesaikan

meskipun belum sempurna.

Oleh karena itu tiada ungkapan yang lebih pantas diucapakan kecuali rasa

syukur dan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Sururin, MA. Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan

mencurahkan pikirannya untuk memberikan bimbingan, petunujuk,

nasehat dan arahan kepada penulis selama menyusun Skipsi.

5. Zikri Neni Iska, M.Psi. Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan

mencurahkan pikirannya untuk memberikan bimbingan, petunjuk, nasehat

(7)

6. Prof. Dr. Armai Arief, MA. Dosen Pembimbing Akademik.

7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

khususnya dosen-dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah

memberikan ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan, semoga Allah

membalas semuanya dengan pahala dan kebaikan.

8. Pimpinan Perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan yang telah membantu penulis menyediakan buku-buku yang

penulis butuhkan dalam penulisan skripsi.

9. Bapak Syamsuddin S.Pd Kepala Sekolah SMP PGRI 2 Ciputat, Ibu

Hj.Mulyani selaku guru studi PAI, beserta staff dan seluruh dewan guru

yang telah banyak membantu penulis selama melaksanakan penelitian.

10.Ayahanda dan Ibunda tercinta H. Moh. Ridwan (Alm) dan Hj. Roqiyah

yang selalu mendo’akan dan memberikan nasihat serta bimbingan kepada

penulis untuk selalu semangat meneruskan perjuangan, harapan dan

cita-cita.

11.Kakakku Hj. Ely Anisatul Jalis S.Pd.I (Yu Ely), Ahmad Faozan S.Ag, (Aa

Ozan) Sichah Hadi Amd (Yu Sichah), As’ad Syamsul Arifin S.Sos.I, (Aa Aad)Isti’anah S.Sos.I (Yu, Iis), Husni Mubarok, S.Pd.I (Aa, Uus), dan

adik-adikku Lailatul Hamidah (Nok Midah), Siti Hajar (Nok Eha), Zaenal

Muttaqin, Fatihaturrahmah (Nok Atik), serta keponakanku yang manis

Fawwaz Ahmaddinejad, Azzah Faheera Kameela dan Fatima Faikha

Jasmine yang selalu memberikan motivasi dan keakraban dari sebuah arti

keluarga.

12.Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan

2004 khususnya Kelas D (Apunk, Fauzi, Dahlan, Emin, Rahmat, Saeful

Millah, Bejo, Lesly Dll) yang sama-sama merasakan suka dan duka selama

(8)

13.Keluarga Besar Persatuan Mahasiswa Indramayu PERMAI-AYU DKI

JAKARTA, (Muadz, Sail, Uki, Alfi, Zaenal, Anis, Wildzan, Hasyim,

Muhajir (Udin), Sudedi, Syamsul, Aef, Ade Brother, Jono, Yogi, Wati Dll)

yang senantiasa membantu kepada penulis memberikan semangat,

masukan, ide dan pikiran bahkan tenaga selama penulisan skripsi ini.

14.Teman-teman Kostan Gg H. Koweng Legoso (Mahbub, Fadholi,

Mujahidin, Tirwan, Mas Amat, Misbah, Owi, Rodi, Basir) dan teman

teman lainnya yang yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih

untuk kebersamaannya yang menginspirasi untuk selalu menjadi lebih baik

setiap harinya dan semua keceriaan selama kuliah.

Akhirnya penulis berharap semoga amal baik yang telah mereka

berikan mendapatkan imbalan yang setimpal dari Allah SWT, dan skripsi

ini memberikan manfaat dalam bidang ilmu pengetahuan khususnya di

bidang pendidikan agama.

Jakarta, 23 Agustus 2011

(9)

vi

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 4

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 4

1. Tujuan Penelitian ... 4

2. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI ... 6

A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam... 6

1. Pengertian Pembelajaran ... 6

2. Pendidikan Agama Islam ... 10

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 10

b. Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama islam ... 12

c. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam ... 15

d. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ... 17

B. Kecerdasan Spiritual ... 21

1. Definisi Kecerdasan Spiritual ... 21

2. Pembuktian Ilmiah adanya Kecerdasan Spiritual ... 24

3. Fungsi Kecerdasan Spiritual ... 28

(10)

vii

D. Pengajuan Hipotesis ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 32

A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 32

B. Populasi dan Sampel ... 32

C. Metode Penelitian ... 32

D. Teknik Pengumpulan Data ... 33

E. Variabel Penelitian ... 34

F. Instrumen Penelitian ... 34

G. Analisis Instrumen ………. 36

H. Teknis Analisis Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 43

A. Gambaran Umum SMP PGRI 2 Ciputat ... 43

1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP PGRI 2 Ciputat ... 43

2. Visi dan Misi ... 44

3. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa ... 45

4. Keadaan, Sarana Prasarana dan Struktur Organisasi ... 46

B. Deskripsi Data ... 47

C. Analisis Data ... 72

D. Interpretasi Data ... 74

BAB V PENUTUP ... 78

A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 80

(11)

Tabel 3. 1 Kisi – Kisi Pembelajaran ... 34

Tabel 3. 2 Kisi – Kisi Kecerdasan Spiritual ... 35

Tabel 3. 3 Hasil Perhitungan Uji Validitas Pembelajaran PAI ... 37

Tabel 3. 4 Hasil Perhitungan Uji Validitas Kecerdasan Spiritual ... 37

Tabel 3. 5 Skor Jawaban ... 39

Tabel 4. 1 Jumlah Staf Pengajar ... 44

Tabel 4. 2 Jumlah Karyawan ... 44

Tabel 4. 3 Daftar Keadaan Guru SMP PGRI 2 Ciputat ... 44

Tabel 4. 4 Jumlah Siswa... 45

Tabel 4. 5 Sarana dan Prasarana ... 46

Tabel 4. 6 Guru PAI menghubungkan materi yang akan dipelajari dengan pengalaman sehari-hari ... 48

Tabel 4. 7 Guru PAI mendeskripsikan secara singkat topik pembahasan yang akan dipelajari ... 48

Tabel 4. 8 Guru PAI menjelaskan indikator sebelum memulai pelajaran ... 49

Tabel 4. 9 Guru PAI menyampaikan materi pelajaran yang mudah dipelajari 49 Tabel 4.10 Guru PAI menjelaskan materi pelajaran sesuai dengan topik yang sedang dibahas ... 50

Tabel 4.11 Guru PAI menjelaskan materi pelajaran secara sistematis ... 50

Tabel 4.12 Guru PAI memberikan contoh tentang tata cara melaksanakan shalat 5 waktu ... 51

Tabel 4.13 Guru PAI memberikan contoh tentang tata cara shalat sunnah rawatib ... 51

Tabel 4.14 Guru PAI memberikan contoh bacaan qolqalah dalam Al-Qur’an 52

Tabel 4.15 Guru PAI menceritakan hikmah melaksanakan shalat 5 waktu... 52

Tabel 4.16 Guru PAI menceritakan tentang hukuman bagi orang yang tidak melaksanakan shalat 5 waktu dan puasa di bulan ramadhan……. 53

(12)

Tabel 4.18 Guru PAI mengontrol shalat siswa-siswanya disekolah ... 54

Tabel 4.19 Guru PAI memberikan ujian praktek dalam pembelajaran PAI... 54

Tabel 4.20 Guru PAI memberikan ujian praktek shalat sunnah rawatib ... 55

Tabel 4.21 Guru PAI memberikan ujian bacaan Al-quran ... 55

Tabel 4.22 Guru PAI memberikan ulangan harian setelah membahas satu topik pembahasan.……….. 56

Tabel 4.23 Skor Angket Pembelajaran PAI………. 56

Tabel 4.24 Tingkat Pembelajaran PAI Siswa SMP PGRI 2 Ciputat ………… 59

Tabel 4.25 Siswa melaporkan teman yang mencuri kepada guru ... 59

Tabel 4.26 Siswa segera melaksanakan shalat saat adzan tiba ……….… 60

Tabel 4.27 Siswa sabar menghadapi musibah yang menimpanya ... 60

Tabel 4.28 Siswa melaksanakan shalat rawatib meskipun sedang sakit ... 61

Tabel 4.29 Siswa mencari solusi dalam menyelesaikan masalahnya ………… 61

Tabel 4.30 Siswa bermuhasabah setelah melakukan sesuatu ……….. 62

Tabel 4.31 Siswa mengeluarkan keputusan dengan matang ……… 62

Tabel 4.32 Siswa giat belajar untuk mendapatkan peringkat ………... 63

Tabel 4.33 Siswa mengambil hikmah dari setiap kejadian ... 63

Tabel 4.34 Siwa bersikap sportif dalam meraih prestasi ………. 64

Tabel 4.35 Siswa mengerjakan PR dengan baik ………. 64

Tabel 4.36 Siswa memberikan setengah uang jajan kepada pengemis ……... 65

Tabel 4.37 Siswa membantu kecelakaan dijalan ………. 65

Tabel 4.38 Siswa menerima keputusan rapat ………... 66

Tabel 4.39 Siswa mengikhlaskan keluarga yang meninggal ………. 66

Tabel 4.40 Siswa aktif berorganisasi ………... 67

Tabel 4.41 Siswa memberikan solusi kepada teman yang mendapatkan masalah ………... 67

Tabel 4.42 Siswa tidak menyontek saat ujian ……….. 68

Tabel 4.43 Siswa mengerjakan PR sendiri ………... 68

(13)

Tabel 4.45 Siswa menyiapkan perlengkapan sekolah sendiri ……….. 69 Tabel 4.46 Skor Angket Kecerdasan Spiritual Siswa SMP PGRI 2

Ciputat .……… 70

Tabel 4.47 Kecerdasan Spiritual Siswa SMP PGRI 2 Ciputat ………. 72 Tabel 4.48 Angka Hasil Perhitungan Antara Variabel X Dan Variabel Y …... 73

(14)

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa :

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.1

Selain pengertian di atas dijelaskan pula tentang tujuan pendidikan

nasional, pada bab II pasal 3 pendidikan nasional bertujuan untuk

“berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta

bertanggung jawab”. 2

Dalam usaha mewujudkan tujuan pendidikan tersebut maka diperlukan

adanya suatu proses belajar dan pembelajaran. Proses belajar dan pembelajaran

diselenggarakan pada semua satuan dan jenjang pendidikan yang meliputi

wajib belajar 9 tahun, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional di atas, pentingnya pendidikan

agama diajarkan mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi di

Indonesia, sebagaimana yang ditegaskan dalam pasal 37 undang-undang

Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa: “Kurikulum pendidikan

dasar dan menengah wajib memuat pendidikan agama, pendidikan

kwarganegaraan, bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu

1

Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Fokus Media, 2009), h. 2

2

(15)

pengetahuan sosial, seni budaya, pendidikan jasmani dan olahraga,

keterampilan atau kejuruan, dan muatan lokal”.

Terkait dengan Pendidikan Agama Islam Zakiyah Darajat mengemukakan

bahwa :

Pendidikan Agama Islam adalah pembentukan kepribadian, pendidikan Islam ini lebih banyak ditujukan kepada perbaikan mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan sesuai dengan petunjuk ajaran Islam, karena itu pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis tetapi juga bersifat praktis atau pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal.3

Pendidikan merupakan usaha membimbing dan membina serta

bertanggung jawab untuk mengembangkan intelektual pribadi anak didik

kearah kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan Islam adalah sebuah proses dalam membentuk

manusia-manusia muslim yang mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk

mewujudkan dan merealisasikan tugas dan fungsinya sebagai khalifah Allah

SWT, baik kepada Tuhannya, sesama manusia dan sesama makhluk lainnya.4

Dengan belajar pendidikan agama Islam diharapkan dapat menghasilkan

adanya perubahan yang sifatnya menetap sehingga pada tahap akhir akan di

dapat perubahan pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan. Perubahan yang

didapat dari proses belajar dan pembelajaran pendidikan agama Islam bisa

diamalkan dalam perilaku kehidupan sehari-hari.

Keberhasilan siswa dalam proses belajar dan pembelajaran pendidikan

agama Islam di sekolah akan terlihat dari perubahan tingkah laku siswa,

misalnya sebelum seseorang mengalami proses belajar, ia tidak tahu konsep

tentang “X” tetapi setelah ia mengalami proses pembelajaran, ia jadi paham tentang konsep “X”.

Sistem Pembelajaran yang saat ini masih berorientasi pada hasil belajar

dengan hanya mengoptimalkan fungsi kecerdasan intelegensi saja.

Konsekuensinya, IQ dijadikan acuan utama dalam menentukan keberhasilan

3

Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996) h. 28

4

(16)

belajar siswa, padahal menurut Daniel Goleman yang dikutip Richard Bowell,

IQ hanya menyumbangkan 20 % dalam menentukan kesuksesan hidup

seseorang. Lebih jauh Bowell menegaskan, mengevaluasi semua orang dengan

cara berpikir ini gagal mengenali bakat ganda. Dan lebih parah lagi dapat

menanamkan rasa gagal yang abadi dalam diri seseorang yang memiliki IQ

rendah serta perasaan sukses yang semu dalam diri seseorang yang meraih skor

IQ tinggi.5

Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami, bahwa tingginya nilai IQ

seseorang tidak dapat dijadikan acuan utama dalam menentukan keberhasilan

belajar siswa. Bahkan kontribusinya hanya 20 % terhadap keberhasilan belajar,

artinya masih ada sekitar 80% faktor lainnya yang dapat mempengaruhi

keberhasilan belajar siswa. Salah satu faktor yang diharapkan dapat berperan

dalam mempengaruhi peningkatan hasil belajar siswa adalah faktor spiritualitas

yang ada pada diri peserta didik.

Menurut Ari Ginanjar, penulis buku best seller ESQ (Emotional Spiritual

Quotient) sekaligus trainer ESQ, bahwa “IQ memang penting kehadirannya

dalam kehidupan manusia, yaitu agar manusia memanfaatkan teknologi demi

efesiensi dan efektifitas, juga peran EQ dalam membangun hubungan antar

manusia yang efektif sekaligus peranan dalam meningkatkan kinerja, namun

tanpa SQ yang mengajarkan nilai-nilai kebenaran, maka keberhasilan itu

hanyalah akan menghasilkan hitler-hitler baru dan fir’aun-fir’aun kecil dimuka

bumi ini.

Sementara itu, menurut Danah Zohar dan Ian marshall, SQ memberi kita

potensi tumbuh dan berubah, bersikap kreatif, luwes, berwawasan luas serta

memungkinkan kita menyatukan hal-hal yang bersifat intrapersonal dan

interpersonal.

Keberadaan kecerdasan spiritual akan memupuk sikap-sikap positif seperti

kejujuran, semangat motivasi, kepemimpinan kecerdasan emosional dan

sikap-sikap positif lainnya. Untuk mendalami permasalahan tersebut penulis

5

(17)

mencoba membahas skripsi yang berjudul : “Hubungan Antara

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Kecerdasan Spiritual

Siswa SMP PGRI 2 Ciputat”

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasi

masalah-masalah sebagai berikut:

1. Sistem pendidikan di Indonesia pada umumnya lebih berorientasi pada

hasil belajar daripada proses belajar.

2. Pola pembelajaran yang diterapkan dalam pendidikan nasional lebih

menitikberatkan pada pemberdayaan aspek kecerdasan IQ.

C.Pembatasan Masalah

Penelitian ini hanya dibatasi pada hubungan pembelajaran pendidikan

agama Islam terhadap kecerdasan spiritual siswa. Pembelajaran PAI yang

dimaksud adalah proses kegiatan pembelajaran PAI yang berlangsung didalam

kelas. Sedangkan kecerdasan spiritual yang dimaksud adalah menurut Zohar

dan Marshall dalam bukunya SQ: Memanfaatkan kecerdasan Spiritual dalam

Berfikir Integralistik dan holistic memaknai kehidupan yang didalamnya

menjelaskan 9 indikator kecerdasan spriritual.

D.Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembahasan masalah yang dikemukakan

maka perumusan masalahnya adalah : Adakah hubungan antara pembelajaran

pendidikan agama Islam dengan kecerdasan spiritual siswa SMP PGRI 2

Ciputat?

E.Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pembelajaran

pendidikan agama Islam dengan kecerdasan spiritual siswa di SMP PGRI 2

(18)

2. Manfaat Penelitian

a. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kajian ilmu

pengetahuan tentang pembelajaran Pendidikan agama Islam siswa,

khususnya yang berkaitan dengan kecerdasan spiritual.

b. Secara Praktis

1) Bagi Pendidik

a) Memberikan informasi tentang pengembangan kecerdasan

spiritual siswa SMP PGRI 2 Ciputat Tangerang Selatan guna

mempertinggi efektifitas kegiatan belajar mengajar.

b) Mendorong para pendidik untuk membimbing siswa SMP PGRI

2 Ciputat Tangerang Selatan dalam mengembangkan kecerdasan

spiritual yang tinggi.

2) Bagi Siswa SMP PGRI 2 Ciputat Tangerang Selatan

Mendorong siswa SMP PGRI 2 Ciputat Tangerang Selatan untuk

mengembangkan kecerdasan spiritual yang tinggi dalam upaya

(19)

KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pembelajaran

Pengertian pembelajaran dalam Undang-undang RI No. 20 tahun

2003 pasal 1 yaitu : proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.1 Pembelajaran dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan kata benda atau nomina yang

berarti “ proses, cara, perbuatan menjadikan orang/makhluk hidup belajar.2

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi

unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang

saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.3

Pembelajaran merupakan suatu upaya membelajarkan atau suatu

upaya mengarahkan aktivitas siswa kearah aktivitas belajar. Didalam

proses pembelajaran terkandung dua aktivitas sekaligus, yaitu aktivitas

mengajar (guru) dan aktivitas (siswa). Proses pembelajaran merupakan

proses interaksi, yaitu interaksi antara guru dengan siswa dan siswa

dengan siswa.4

Pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah usaha

mempengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar mau belajar

dengan kehendaknya sendiri. Melalui pembelajaran akan terjadi proses

pengembangan moral keagamaan, aktivitas, kreativitas, peserta didik

melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Pembelajaran berbeda

1

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Fokus Media, 2009) h. 4

2

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003) h. 17

3

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 1995) Cet, I, h, 57

4

(20)

dengan mengajar yang pada prinsipnya menggambarkan aktivitas guru,

sedangkan pembelajaran menggambarkan aktivitas peserta didik.

Pembelajaran adalah usaha membimbing peserta didik dan

menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar.5

Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan

pembelajaran akan melibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara

efektif dan efisien.6

Adapun belajar menurut pengertian secara psikologis, adalah

merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai

hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek

tingkah laku. Menurut Slameto pengertian belajar dapat didefinisikan

sebagai berikut: Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya.7

Menurut Chaplin dalam Dictionary of psicology membatasi belajar

dengan dua macam rumusan, rumusan yang pertama adalah “

acquisition of any experience” (Belajar adalah perolehan perubahan

tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman).

Rumusan kedua adalah process of acquiring responses as a result of

special practice (Belajar ialah proses memperoleh respons-respons sebagai

akibat adanya latihan khusus).8

5

Abuddin Nata, Pespektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2009) h. 87

6

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran : Sebagai referensi bagi Pendidikan dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif dan Berkualitas (Jakarta: Kencana, 2009), cet. I, hal, 31

7

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengeruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), Cet. Ke-4, h. 2.

8

(21)

Yatim Riyanto mengemukakan beberapa pendapat para tokoh tentang

belajar, antara lain:

a. Menurut Walker belajar adalah suatu perubahan dalam pelaksanaan tugas yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman dan tidak ada sangkut pautnya dengan kematangan rohaniah, kelelahan, motivasi, perubahan dalam situasi stimulus atau faktor-faktor samar-samar lainnya yang tidak berhubungan lansung dengan kegiatan belajar.

b. Menurut Winkel belajar adalah suatu aktifitas mental / psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relative konstan dan berbekas.

c. Cronbach menyatakan bahwa belajar itu merupakan perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman.menurut Cronbach bahwa belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami sesuatu yaitu menggunakan panca indra. Dengan kata lain bahwa belajar adalah suatu cara mengamati, membaca, meniru, mengintimasi, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu.9

Ngalim Purwanto dalam bukunya “Psikologi Pendidikan”

menguraikan pengertian belajar, menurut beberapa tokoh pendidikan, di

antaranya:

a. Hilgard dan Brower, dalam bukunya “Theories Of Learning” (1975)

mengemukakan “Belajar adalah hubungan dengan tingkah laku

seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecendrungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan pengaruh obat dan sebagainya) b. Gagne, dalam bukunya “The Condition Of Learning” (1977)

menyatakan bahwa “Belajar terjadi apabila situasi stimulus bersama

dengan isi ingatan mempengaruhi siswi-siswi sedemikian rupa, sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.

c. Morgan, dalam bukunya “Introduction to Psychology” (1978)

mengemukakan “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap

dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

9

(22)

d. Whiterington, dalam bukunya “Educational Psychology

mengemukakan bahwa “Belajar adalah suatu perubahan di dalam

kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kepandaian, kebiasaan dan pengertian.10

Menurut Hamalik dalam bukunya Tohirin belajar mengandung

pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga

perbaikan perilaku, misalnya pemuasan kebutuhan masyarakat dan pribadi

secara lebih lengkap. 11

Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan, belajar adalah

penambahan pengetahuan dan perubahan tingkah laku secara sengaja

dengan melalui pengamatan dan penelitian, sehingga memperoleh prilaku

baru atau meningkatkan prilaku yang pernah ada.

Berdasarkan definisi yang dikemukakan beberapa tokoh di atas, maka

penulis dapat mengambil suatu kesimpulan, bahwa belajar adalah suatu

proses perubahan tingkah laku yang merupakan sebagai akibat dari

pengalaman atau latihan.

Pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga kegiatan, yakni pembukaan,

pembentukan kompetensi, dan penutup12.

a. Pembukaan

Pembukaan adalah kegiatan awal yang harus dilakukan guru untuk

memulai atau membuka pembelajaran. Membuka pembelajaran

merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan kesiapan mental dan

menarik perhatian peserta didik secara optimal, agar mereka

memusatkan diri sepenuhnya untuk belajar.

b. Pembentukan kompetensi

Pembentukan kompetensi peserta didik merupakan kegiatan inti

pembelajaran, antara lain mencakup penyampaian informasi

tentang materi pokok atau materi standar, membahas standar untuk

10

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Rosda Karya, 2000), h. 84

11

Tohirin, Psikologi Pembelajaran …, h. 59

12

(23)

kompetensi peserta didik, serta melakukan tukar pengalaman atau

pendapat dalam membahas materi standar atau memecahkan

masalah yang diadapi bersama.

Dalam pembelajaran, peserta didik dibantu oleh guru untuk

membentuk kompetensi, serta mengembangkan dan memodifikasi

kegiatan pembelajaran, apabila kegiatan itu menuntut adanya

pengembangan atau modifikasi. Pembentukan kompetensi

dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik terlibat aktif, baik

mental, fisik, maupun sosialnya.

c. Penutup

Penutup merupakan kegiatan akhir yang dilakukan guru untuk

mengakhiri pembelajaran. Dalam pembelajaran penutup ini guru

harus berupaya mengetahui pembentukan kompetensi dan

pencapaian tujuan pembelajaran, serta pemahaman peserta didik

terhadap materi yang telah dipelajari, sekaligus mengakhiri

kegiatan pembelajaran.

2. Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Ahmad D. Marimba mendefinisikan pendidikan agama Islam

adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap

perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya

kepribadian yang utama (insan kamil).13 Tayar Yusuf mengartikan

pendidikan agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk

mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan

kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia bertakwa kepada

Allah SWT.14 Sedangkan Fadhil Al-Jamaly memberikan pengertian

pendidikan sebagai upaya mengembangkan, mendorong serta

13

Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT Al-Ma’arif, 1989) h. 19

14

(24)

mengajak manusia lebih maju dengan berdasarkan nilai-nilai yang

tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk pribadi yang

lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan maupun

perbuatan.15

A. Tafsir mendefinisikan pendidikan agama Islam adalah

bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar

berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.16 Azizy

mengemukakan bahwa esensi pendidikan yaitu adanya proses transfer

nilai, pengetahuan, dan keterampilan dari generasi tua kepada generasi

muda agar generasi muda mampu hidup. Oleh karena itu ketika kita

menyebut pendidikan Islam, maka akan mencakup dua hal, (a)

mendidik siswa untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau

akhlak Islam: (b) mendidik siswa-siswi untuk mempelajari materi

ajaran Islam subjek berupa pengetahuan tentang ajaran Islam.17

M. Arifin mendefinisikan pendidikan Islam adalah usaha sadar

mengarahkan dan membimbing pertumbuhan secara perkembangan

fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam kearah titik

maksimal pertumbuhan dan perkembangannya.18 Omar Muhammad

al-Toumy al-Syaibany mendefinisikan pendidikan sebagai proses

mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat

dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas

asasi dan profesi diantara berbagai profesi asasi dalam masyarakat.19

Endang Saefuddin Anshori memberikan pengertian pendidikan

Islam adalah proses bimbingan (pimpinan, tuntunan, usulan) oleh

subjek didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan,

kemauan, intuisi) dan raga objek didik dengan bahan-bahan materi

15

Jalaludin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003) h. 76

16

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007) cet, VII, h. 32

17

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam…, h.130

18

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994) h. 32

19

(25)

tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah terciptanya

pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai dengan ajaran Islam.20

Hasil Konferensi pendidikan Islam se-Dunia kedua tahun 1980 di

Islamabad, Pakistan, merumuskan bahwa pendidikan Islam adalah

suatu usaha untuk mengembangkan manusia dalam semua aspeknya,

baik aspek spiritual, intelektual, imajinasi, jasmaniah, dan ilmiah baik

secara individual maupun kolektif menuju kearah pencapaian

kesempurnaan hidup sesuai dengan ajaran Islam.21

Berdasarkan pengertian di atas tentang pendidikan agama Islam,

maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan Agama Islam

adalah suatu kegiatan untuk merubah individu kedalam suatu sistem

kepercayaan dan prilaku yang bersumber dari ajaran Allah.

Pendidikan Agama Islam sangat erat hubungannya dengan

kecerdasan spiritual, karena kecerdasan spritual merupakan

kemampuan memenuhi kebutuhan ruh manusia, berupa ibadah agar ia

dapat kembali kepada penciptanya dalam keadaan suci. Kecerdasan

spritual merupakan kecerdasan qalbu yang berhubungan dengan

kualitas batin seseorang.

b. Dasar- dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

Pelaksanaaan pendidikan agama Islam disekolah mempunyai dasar

yang kuat. Dasar tersebut menurut Zuhairini dkk. Dapat ditinjau dari

berbagai segi yaitu:

1) Dasar yuridis/hukum

Dasar pelaksanaan pendidikan agama berasal dari

perundang-undangan yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan

dalam melaksanakan pendidikan agama disekolah secara formal.

Dasar yuridis formal tersebut terdiri dari tiga macam yaitu:

20

Azyumardi Azra, Esei-esei Intelektual Muslim & Pendidikan Islam (Jakarta: Logos Wacana ilmu, 1999), h. 6

21

(26)

a) Dasar ideal, yaitu dasar falsafah Negara pancasila, sila pertama:

ketuhanan Yang Maha Esa

b) Dasar struktural/konstitusional, yaitu UUD 45 dalam bab XI

pasal 2, yang berbunyi: 1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan

Yang Maha Esa; 2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap

penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan

beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.

c) Dasar operasional, yaitu yang terkandung dalam

undang-undang sistem pendidikan nasional.

2) Segi religius

Yang dimaksud dengan dasar religius adalah dasar yang bersumber

dari ajaran Islam. Menurut ajaran Islam pendidikan agama adalah

perintah Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah kepadaNya.

Dalam al-Qur’an banyak ayat yang menunjukkan perintah tersebut

antara lain:

a) Q.S. An-Nahl: 125:























Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik……”22

b) Q.S. Al-Imran: 104:































Dan hendaklah diantara kamu ada golongan umat yang

menyeru kepada kebijakan, meyuruh kepada yang ma’ruf, dan

mencegah dari yang munkar.”23

22

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Surat An-Nahl Ayat 125

23

(27)

c) Al-Hadits:

“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yusuf, dari ibnu Tsauban, yaitu Abdurrahman bin Tsabit bin Tsauban, dari Hasan bin Athiyah, dari Abu Kabsyah as Saluli, dari Abdullah bin Amru, dia berkata : Rasulullah SAW bersabda:

“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat, dan

ceritakanlah dari bani Israil, dan tidak ada dosa, barangsiapa berdusta atas namaku secara sengaja, maka hendaklah ia

menempati tempat duduknya dari neraka.” Hadits Hasan

Shohih

3) Aspek Psikologis

Psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan

kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa hidup manusia

baik segi individu maupun sebagai anggota masyarakat dihadapkan

pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak

tenteram sehingga memerlukan pegangan hidup. Sebagaimana

dikemukakan oleh Zuhairini dkk bahwa: semua manusia di dunia

ini selalu membutuhkan adanya pegangan hidup yang disebut

agama. Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu

perasaan yang mengakui adanya Zat yang maha Kuasa, tempat

mereka berlindung dan tempat mereka memohon pertolonganNya.

Hal semacam ini terjadi pada masyarakat yang masih primitive

maupun masyarakat yang sudah modern. Mereka merasa tenang

dan tenteram hatinya kalau mereka dapat mendekat dan mengabdi

(28)

Berdasarkan uraian diatas jelaslah bahwa untuk membuat hati tenang

dan tenteram ialah dengan jalan mendekatkan diri kepada Tuhan. Hal

ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Ra’ad ayat 28 yaitu :

























(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram

dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati

Allah-lah hati menjadi tenteram.24

c. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam

1) Tujuan Pendidikan agama Islam

Menurut Ahmad D. Marimba tujuan akhir pendidikan Islam

adalah identik/sejalan dengan tujuan hidup seorang muslim,

sebagaimana yang digariskan alam Al-Qur’an surat Az-Zariyat

ayat 56:















Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

mereka mengabdi kepada-Ku.”25

Surat Al-Bayyinah ayat 5:













































“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)

24

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Surat Ar-Ra’ad Ayat 28

25

(29)

agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan

menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.”26

Surat Ali Imron ayat 102:





























“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu

mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.”27

Inti dari tiga ayat diatas adalah menjadi seorang hamba Allah yang

beriman, bertaqwa dan berserah diri sepenuhnya kepada Allah

SWT atau berarti terbentuknya kepribadian muslim.28

Menurut Muhammad Fadhil Al-Jamaly, tujuan pendidikan Islam

menurut al-Qur’an meliputi: (1) menjelaskan posisi peserta didik

sebagai manusia diantara makhluk Allah lainnya dan tanggung

jawabnya dalam kehidupan ini. (2) menjelaskan hubungannya

sebagai makhluk sosial dan tanggung jawabnya dalam tatanan

kehidupan bermasyarakat. (3) menjelaskan hubungan manusia

dengan alam dan tugasnya untuk mengetahui hikmah penciptaan

dengan cara memakmurkan alam semesta. (4) menjelaskan

hubungannya dengan Khaliq sebagai pencipta alam semesta.29

Menurut Omar al-Toumy al-Syaibany bahwa tujuan pendidikan

26

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Surat Al-Bayyinah Ayat 5

27

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Surat Al-Imran Ayat 102

28

Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat …, h. 19

29

(30)

Islam adalah untuk mempertinggi nilai-nilai akhlak hingga

mencapai tingkat akhlak al-karimah.30

Sedangkan menurut Zakiyah Darajat dkk, tujuan akhir

pendidikan Islam adalah terbentuknya Insan Kamil dengan pola

Taqwa yang terbentuk dapat mengalami perubahan naik turun,

bertambah atau berkurang karena itu, orang yang sudah bertaqwa

dalam bentuk Insan kamil masih perlu pendidikan sepanjang

hayatnya guna pengembangan dan penyempurnaan,

sekurang-kurangya pemeliharaan supaya tidak luntur dan berkurang31.

Sedangkan Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, menyimpulkan

bahwa tujuan pendidikan Islam terdiri atas 5 sasaran, yaitu: (1)

membentuk akhlak mulia (2) mempersiapkan kehidupan dunia dan

akhirat (3) persiapan untuk mencari rizki dan memelihara segi

kemanfaatannya (4) menumbuhkan semangat ilmiah dikalangan

peserta didik (5) mempersiapkan tenaga professional yang

terampil.32

2) Fungsi Pendidikan Agama Islam

Abdul Majid dan Dian Andayani memaparkan fungsi pendidikan

agama Islam adalah sebagai berikut:

a) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.

b) Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencapai hidup didunia dan diakhirat.

30

Jalaludin, Teologi…, h. 76

31

Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Bumi Aksara, 1996) cet, III, h. 31

32

(31)

c) Penyesuaian mental, yaitu menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik secara fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.

d) Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.

e) Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangnnya menuju manusia Indonesia seutuhnya.

f) Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan nir nyata), sistem dan fungsionalnya.

g) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang Agama Islam agar bakat tersebut berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.33

Berdasarkan tujuan dan fungsi pendidikan agama Islam di atas sangat

erat kaitannya dengan kecerdasan spritual, karena kecerdasan spritual

dalam pandangan Islam merupakan kemampuan seseorang untuk yakin

dan berpegang teguh terhadap nilai spritual islam, selalu berperilaku sesuai

dengan nilai-nilai islam dalam hidupnya, dan mampu untuk menempatkan

dirinya dalam kebermaknaan diri yaitu ibadah dengan merasakan dirinya

selalu dilihat Tuhan, sehingga ia dapat hidup dengan mempunyai jalan dan

kebermaknaan yang akan membawanya terhadap kebahagiaan dan

keharmonisan yang hakiki. Allah berfirman:

                                   

Artinya: Sesungguhnya beruntunglah orang beriman. (yaitu)

orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya. Dan orang-orang yang

menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada

33

(32)

berguna. Dan orang-orang yang menunaikan zakat (QS:

Al-Mu’minun: 1-4).34

d. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Ruang lingkup pendidikan agama Islam mencakup keseluruhan ajaran

agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Ajaran yang berisi

pedoman pokok yang mengatur berbagai aspek kehidupan untuk

kesejahteraan hidup manusia di dunia dan diakhirat nanti, dalam hal ini,

ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi keserasian, keselarasan

dan keseimbangan yang meliputi:

1) Hubungan manusia dengan Allah SWT

Hubungan manusia dengan Allah merupakan hubungan yang vertikal

antara manusia dengan Khalik, menempati prioritas utama dalam

pendidikan agama Islam, isi ajarannya meliputi segi Iman, Islam dan

Ihsan.

2) Hubungan Manusia dengan Dirinya

Hubungan manusia dengan dirinya merupakan sesuatu hal yang sangat

penting, yaitu dengan memiliki rasa tangggung jawab, menjaga dan

memelihara yang terdapat dalam diri agar manusia nantinya dapat

menjaga diri dari hal-hal yang sifatnya dapat menjerumuskan kedalam

kehancuran.

3) Hubungan Manusia dengan Sesama Manusia

Merupakan hubungan yang bersifat horizontal, yaitu antara manusia

dengan manusia dalam kehidupan. Ruang lingkup pengajarannya

berkisar pada pengaturan hak dan kewajiban antara manusia dengan

manusia dalam kehidupan bermasyarakat.

4) Hubungan Manusia dengan Makhluk Lain dan Lingkungan

Hubungan manusia dengan alam juga merupakan hal yang penting,

yaitu manusia dituntut untuk mengenal, memanfaatkan dan menjaga

serta mengembangkan kelestarian alam.35

34

(33)

Ruang lingkup pendidikan agama Islam diatas sesuai dengan Surat

Al-Imran ayat 112 yang berbunyi:









































































“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika

mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian)

dengan manusia dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah

dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu, karena mereka

kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan

yang benar. yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan

melampaui batas.”36

Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam di

sekolah meliputi tujuh unsur pokok, yaitu:

1) Keimanan

Pengajaran dan pendidikan keimanan berarti proses belajar dan

pembelajaran tentang berbagai aspek kepercayaan. Dalam pelajaran

keimanan, pusat atau inti pembicaraan/ pembahasan ialah tentang

keesaan Allah. Karena itu ilmu tentang keimanan ini disebut juga

tauhid. Ruang lingkup pengajaran keimanan itu meliputi rukun iman

yang enam, yaitu percaya kepada Allah, kepada para Rasul Allah,

kepada para malaikat, kepada kitab-kitab suci yang diturunkan kepada

para Rasul Allah, kepada hari kiamat, dan kepada qada dan qadar.

2) Ibadah

35

Yunus Namsa, Metodologi Pengajaran agama Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), h. 23-24

36

(34)

Dalam pengertian yang luas, ibadah itu ialah bentuk pengabdian yang

ditunjukkan kepada Allah semata yang diawali oleh niat. Materi

pelajaran ibadah ini seluruhnya dimuat dalam ilmu Fiqih, selain

membicarakan ibadah, juga membicarakan kehidupan sosial, seperti

perdagangan (jual-beli), perkawinan, kekeluargaan, warisan,

pelanggaran, hukuman, perjuangan (jihad), politik/pemerintahan,

makanan, minuman, pakaian, dan lain-lain.

3) Al-Qur’an

Membaca Al-qur’an tidak sama dengan membaca buku atau membaca

kitab suci lain. Membaca al-qur’an adalah ibadah, membaca Al-qur’an

juga merupakan seni suatu ilmu yang mengandung seni yakni seni

membaca Al-Qur’an. Isi pengajaran Al-Qur’an diantaranya

penghenalan huruf-huruf hijaiyah, cara menyebutkannya, bentuk dan

fungsi tanda baca, tanda berhenti, dan tanda lainnya. Ruang lingkup

pengajaran Al-qur’an ini lebih banyak berisi pengajaran yang

memerlukan latihan dan pembiasaan.

4) Akhlak

Akhlak merupakan bentuk batin dari seseorang. Pengajaran akhlak

pengajaran tentang batin seseorang yang kelihatan pada tingkah

lakunya. Pembentukkan akhlak dapat dilakukan dengan memberikan

pengertian tentang baik buruk dan kepentingannya dalam kehidupan,

memberikan ukuran baik dan buruk, melatih dan membiasakan

berbuat, mendorong dan memberi sugesti agar mau dan senang berbuat

kebaikan. Dasar pelaksanaan pengajaran ini berarti proses kegiatan

belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang diajar berakhlak

baik.

5) Mu’amalah

Muamalah merupakan sebagian perincian dari ilmu fiqih, ilmu ini

lebih membahas tentang hubungan sosial manusia, yakni muamalat

madaniyat dan muamalat maliyat. Mualamat madaniyat membahas

(35)

harta kekayaan, harta milik, harta kebutuhan, dan cara menggunakan

dan mendapatkanya. Sedangkan muamalat maliyat membahas

masalah-masalah yang dikelompokkan kedalam kelompok persoalan

harta kekayaan milik bersama baik masyarakat kecil atau besar seperti

negara (perbendaharaan negara).

6) Syari’ah

Syari’ah merupakan ilmu yang mempelajari tentang syariat/hukum Islam. Ayat pertama yang berbunyi “Iqra” merupakan pensyariatan

pertama hukum Islam. Perintah membaca, merupakan syariat yang

pertama dalam ajaran Islam. Ilmu ini membicarakan hukum-hukum

dalam kehidupan umat manusia.

7) Tarikh

Tarikh Islam disebut juga sejarah Islam.37 Pengakaran tarikh Islam

sebenarnya pengajaran sejarah, yaitu sejarah yang berhubungan

dengan pertumbuhan dan perkembangan umat Islam, seperti kerajaan

yang berkuasa di luar tanah arab sebelum datangnya agama Islam

maupun yang berkuasa diluar tanah arab sebelum datangnya agama

Islam maupun sesudah datangnya agama Islam, peperangan yang

dilakukan Nabi Muhammad Saw dan para sahabat melawan orang

kafir. Pemerintahan pada zaman Nabi Muhammad SAW, riwayat

hidup Nabi Muhammad Saw, dan lain-lain.

B. Kecerdasan Spiritual

1. Definisi Kecerdasan Spiritual

Sebelum membahas kecerdasan spiritual secara integral, terlebih dahulu penulis mendefinisikan kecerdasan dan spiritual secara terpisah.

Donald Sterner yang dikutip oleh Andreas Harefa mendefinisikan

kecerdasan adalah kemampuan untuk menerapkan pengetahuan yang

sudah ada untuk memecahkan masalah-masalah baru, tingkat kecerdasan

37

(36)

diukur berdasarkan kecepatan memecahkan masalah.38 Kecerdasan adalah

kemampuan untuk memberikan respons secara cepat dan berhasil pada

suatu situasi yang baru, kemampuan untuk menggunakan nalar dalam

memecahkan masalah.39

Secara umum kecerdasan adalah kemampuan untuk melihat dan

memahami hubungan-hubungan. Definisi lain tentang intelligence ialah

kemampuan orang untuk memecahkan masalah yang dihadapinya,

terutama masalah yang pemecahannya menuntut kemampuan pikiran.40

Sedangkan menurut Thornburg inteligensi mengandung 4 unsur pengertian

yakni: (a) kemampuan untuk berpikir abstrak dan cermat, (b) kemampuan

untuk mengambil keputusan, (c) kemampuan untuk melakukan

penyesuaian diri terhadap lingkungan hidupnya, (d) seluruh kemampuan

individu untuk melakukan suatu aktivitas guna mengembangkan potensi

dirinya.41

Menurut tokoh Psikologi David C. Edward yang dikutip Alisuf Sabri

berpendapat bahwa kecerdasan adalah Intelligence is a general capacity of

behave in an adaptable and acceptable manner. Dari pengertian ini, dapat

disimpulkan bahwa kecerdasaan adalah kemampuan umum mental

individu yang tampak dalam cara bertindak atau berbuat atau dalam

memecahkan masalah (problem solving).42 Sedangkan makna spiritual

berasal dari kata spirit yang berarti roh. Roh dapat diartikan sebagai energi

kehidupan yang membuat kita dapat hidup, bernafas dan bergerak.

Berdasarkan hal tersebut yang dimaksud kecerdasan spiritual adalah

kemampuan kita untuk dapat mengenal dan memahami diri kita seutuhnya

sebagai makhluk spiritual maupun sebagai bagian dari alam semesta.

38

Andreas Harefa, Mengasah Paradigma Pembelajar, (Yogyakarta: Gradien, 2003), Cet II, h. 74

39

Adi W Gunawan, Genius learning Strategy Petunjuk praktis untuk menerapkan Accelerated Learning, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004) cet, II, h. 217

40

Munandir, Ensiklopedia Pendidikan, (Malang, Penerbit UM Press, 2001), h. 123

41

Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004) h. 45

42

(37)

Dengan demikian kecerdasan spiritual berarti memahami sepenuhnya

makna dan hakikat kehidupan yang dijalani.43

Danah Zohar dan Ian Marshall mengemukakan bahwa kecerdasan

spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persolaan

makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan prilaku dan hidup

dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai

bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan

dengan yang lain.44

Kecerdasan spiritual merupakan landasan yang diperlukaan untuk

memfungsikan IQ dan EQ secara efektif, bahkan kecerdasan spiritual

merupakan kecerdasan tertinggi manusia. Karena kecerdasan spiritual

memungkinkan manusia menjadi kreatif, mengubah aturan dan situasi.

Kecerdasan spiritual memberi manusia kemampuan membedakan.

Kecerdasan spiritual memberi manusia rasa moral, kemampuan

menyesuaikan aturan yang kaku dibarengi dengan pemahaman dan cinta.

Manusia menggunakan kecerdasan untuk bergulat dengan ihwal baik dan

jahat, untuk bermimpi, bercita-cita dan mengangkat diri kita dari

kerendahan.45

Menurut Muhammad Zuhri yang dikutip oleh Agus Nggermanto

berpendapat bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan manusia yang

digunakan untuk berhubungan dengan Tuhan. Potensi kecerdasan spiritual

orang sangat besar dan tidak dibatasi faktor keturunan, lingkungan atau

materinya.” Sedangkan Khalil Khafari mendefinisikan Kecerdasan

spiritual itu “Sebagai fakultas dari dimensi non material, atau dimensi ruh

manusia, kecerdasan ini dapat ditingkatkan dan diturunkan. Tapi

tingkatanya tampak tak terbatas. “inilah Intan manusia yang belum terarah,

43

Aribowo P dan Irianti E,”Spiritualitas dan Kualitas Hidup” diakses pada tanggal 25 April 2011 dari www.sinarharapan.com

44

Danah Zohar dan Ian Marshall. SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berpikir Integralistik dan Holistik Untuk Memaknai Kehidupan (Bandung: Mizan, 2001) Cet III, h. 4

45

(38)

manusia harus mengenalinya, menggosoknya biar mengkilat, dan

menggunakanya untuk mencapai kebahagiaan abadi.” Definisi ini

menambahkan kondisi kecerdasan spiritual yang pada saat-saat tertentu

akan meningkat, tapi di saat yang lain juga bisa menurun.46

Definisi ini menggambarkan kecerdasan spiritual adalah kecerdasan

mendasar yang tertanam dalam diri manusia secara natural dan tak terbatas

oleh faktor keturunan, lingkungan dan hal-hal yang sifatnya Material.

Sementara ada yang mengartikan kecerdasan spiritual adalah

“semacam kemampuan dan kesucian inteleksi. Berbeda dengan rasio,

inteleksi lebih menujuk pada kemampuan manusia untuk menyerap

inspirasi, simbol-simbol dan melahirkan ide-ide baru. Ia lebih menunjuk

pada pengertian qolb (hati) dan „aql (akal) dalam maknanya yang

primordial dan principal.47

Dari berbagai pendapat para tokoh di atas, dapat disimpulkan

bahwa kecerdasan spiritual ialah kecerdasan seseorang untuk menghadapi

dan memecahkan persoalan, makna dan nilai kehidupan dalam

menempatkan prilaku hidup.

2. Pembuktian Ilmiah Adanya Kecerdasan Spiritual a. Bukti Imiah-Empiris

Kecerdasan Spiritual dibuktikan secara ilmiah dalam psikologis

melalui penelitian-penelitian48:

1) Spiritual Quotien mempunyai dasar neurologis yang beroperasi

dalam pusat otak yakni fungsi-fungsi penyatu otak. Penelitian oleh

neuropsikolog, Michael persinger awal tahun 1990-an, dan lebih

mutakhir lagi tahun 1997 oleh ahli saraf V.S. Ramachandran

46

Agus Nggermanto, QQ Quantum Quotient: cara praktis melejitkan IQ,EQ,SQ, (bandung: Nuansa, 2001), Cet. 1, h. 115-117

47

Suharsono, Membelajarkan Anak dengan Cinta, (Jakarta : Inisiasi Press,2003), cet 1 h. 266

48

(39)

bersama timnya di Universitas California, menunjukkan adanya

GodSpot dalam otak manusia. Ini merupakan builtin pusat

spiritual (spiritual center) yang terletak diantara jaringan saraf

temporal lobes dalam otak. Melalui pengamatan terhadap otak

dengan topografi emisi positron, area-area saraf tersebut akan

bersinar manakala subyek penelitian diarahkan untuk

mendiskusikan topik spiritual.

2) Riset ahli saraf Austria, Wolf Singer pada tahun 1990 –an atas the

binding problem menunjukkan bahwa ada proses saraf dalam otak

manusia yang terkonsentrasi pada usaha mempersatukan dan

memberi makna dalam pengalaman hidup manusia. Suatu jaringan

saraf secara literal “mengikat” pengalaman manusia secara

bersama untuk untuk hidup lebih bermakna. Sebelum penilitian

Singer tentang penyatuan dan keharmonisan osilasi saraf di

seluruh otak, para neurolog dan ilmuan kognitif hanya mengakui

dua bentuk organisasi saraf otak. Salah satunya, yaitu hubungan

saraf serial yang menjadi dasar IQ. Sistem-sistem saraf yang

berhubungan secara serial itu memungkinkan otak untuk

mengikuti aturan, berpikir logis, dan rasional. Bentuk kedua, yaitu

organisasi jaringan saraf dimana terdapat ikatan-ikatan sekitar

seratus ribu neuron yang berhubungan satu sama lain secara tak

beraturan, jaringan saraf inilah yang menjadi dasar bagi EQ, yakni

kecerdasan yang diarahkan oleh emosi, kemampuan mengenali

pola, dan membentuk kebiasaan. Dan penilitian Singer tentang

osilasi saraf penyatu memberi dasar pada kecerdasan spiritual

(SQ).

3) Hasil studi Rodolfo Llinas pada pertengahan tahun 1990-an

tentang kesadaran saat terjaga dan saat tidur serta ikatan

peristiwa-peristiwa kognitif dalam otak. Dengan bantuan teknologi MEG

(magneto encephalographic) yang memungkinkan diadakannya

(40)

otak dengan lokasinya masing-masing, ditemukan bahwa pada

waktu manusia berpikir hal-hal mengenai “makna” atau hal-hal

yang berhubungan dengan nilai, pada bagian pusat saraf tertentu,

Gambar

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Pembelajaran PAI
Tabel 3.2 Kisi-Kisi  Kecerdasan Spiritual
Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Uji Validitas Pembelajaran PAI
Tabel 3.5
+7

Referensi

Dokumen terkait

a) Meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. b) Sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di

1) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah di tanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya kewajiban

1) Pengembangkan yaitu, meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah SWT, yang telah ditanamkan dalam lingkup keluarga. Pada dasarnya uasaha

hlm.. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Madrasah Tsanawiyah berfungsi

peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. b) Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untik mencari kebahagian hidup di dunia dan di

4 Salah satunya adalah hasil belajar pendidikan agama islam yang bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang

a) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. b) Penanaman nilai, sebagai

Dalam hal ini peran serta keluarga dimana pendidikan keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama, tempat anak didik pertama- tama menerima pendidikan dan