AGAMA ISLAM DENGAN KECERDASAN SPIRITUAL
SISWA SMP PGRI 2 CIPUTAT
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh:
AHMAD MU’AMMAR NIM : 104011000126
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
UIN JAKARTA FITK
Jl. Ir. H. juanda No. 95 Ciputat 15412 Jakarta
FORM (FR)
Tgl. Terbit : 5 Januari 2009 No. Revisi : 00
Hal : SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : AHMAD MU’AMMAR
Tempat/Tgl.Lahir : Indramayu, 03 Mei 1986
NIM : 104011000126
Jurusan/Prodi : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : HUBUNGAN ANTARA PEMBELAJARAN PEDIDIKAN
AGAMA ISLAM DENGAN KECERDASAN SPIRITUAL
SISWA SMP PGRI 2 CIPUTAT
Dosen Pembimbing : 1. Dr. Sururin, M.Ag
2. Zikri Neni Iska, M.Psi
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri
dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Jakarta, 22 September 2011
AHMAD MU’AMMAR
Ahmad Mu’ammar, Hubungan Antara Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Kecerdasan Spiritual Siswa SMP PGRI 2 Ciputat,Skripsi, Jakarta: Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011
Pembelajaran adalah usaha membimbing peserta didik dan menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar.
Pendidikan agama Islam adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (insan kamil).
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persolaan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan prilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pembelajaran pendidikan agama Islam dengan kecerdasan spiritual siswa SMP PGRI 2 Ciputat.
Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasi, yaitu menjelaskan tentang ada tidaknya hubungan antara variabel X sebagai variabel independent atau bebas (pembelajaran pendidikan agama Islam) dengan variabel Y sebagai variabel dependent atau terikat (kecerdasan spiritual).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP PGRI 2 Ciputat, yang berjumlah 214 siswa. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan tujuan penelitian, dan sampel yang akan diambil yaitu kelas VIII A yang berjumlah 35 siswa.
Berdasarkan interpretasi data yang penulis lakukan dengan cara menggunakan r tabel yaitu pada taraf signifikansi 5% sebesar 0,325 dan pada taraf signifikansi 1 % sebesar 0,418, Karena rxy pada taraf signifikansi 5 % lebih besar
daripada r tabel (0,334 > 0,325), maka pada taraf signifikansi 5 % Ho (hipotesis nihil) ditolak, sedangkan Ha (hipotesis alternatif) diterima. Berarti bahwa pada taraf signifikansi 5 % terdapat korelasi positif yang signifikan antara variabel X dan variabel Y. Selanjutnya, karena pada taraf signifikansi 1 % rxy lebih kecil
daripada r tabel (0,334 < 0,418), maka pada taraf signifikansi 1 % itu Ho (hipotesis nihil) diterima, sedangkan Ha (hipotesis alternatif) ditolak. Ini berarti bahwa untuk taraf signifikansi 1 % tidak terdapat korelasi positif yang signifikan antara variabel X dan variabel Y.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya rxy ( yaitu = 0,334) berada
dalam kisaran atau skala rendah antara 0,200 – 0,400. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi positif antara pembelajaran PAI dengan kecerdasan spiritual siswa SMP PGRI 2 Ciputat.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah SWT, atas segala rahmat dan kasih sayang-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga
Allah sampaikan kepada baginda kita Nabi Muhammad SAW, yang telah
membimbing umat manusia untuk mengikuti petunjuk risalah yang dibawanya
yakni agama Islam yang akan menyelamatkan serta menghantarkan pemeluknya
menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.
Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I). Dalam menyelesaikan
penulisan skripsi ini tentunya tidak luput dari kekurangan dan kelemahan. Namun
berkat bantuan dari berbagai pihak alhirnya skripsi ini dapat diselesaikan
meskipun belum sempurna.
Oleh karena itu tiada ungkapan yang lebih pantas diucapakan kecuali rasa
syukur dan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Sururin, MA. Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan
mencurahkan pikirannya untuk memberikan bimbingan, petunujuk,
nasehat dan arahan kepada penulis selama menyusun Skipsi.
5. Zikri Neni Iska, M.Psi. Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan
mencurahkan pikirannya untuk memberikan bimbingan, petunjuk, nasehat
6. Prof. Dr. Armai Arief, MA. Dosen Pembimbing Akademik.
7. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
khususnya dosen-dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah
memberikan ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan, semoga Allah
membalas semuanya dengan pahala dan kebaikan.
8. Pimpinan Perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan yang telah membantu penulis menyediakan buku-buku yang
penulis butuhkan dalam penulisan skripsi.
9. Bapak Syamsuddin S.Pd Kepala Sekolah SMP PGRI 2 Ciputat, Ibu
Hj.Mulyani selaku guru studi PAI, beserta staff dan seluruh dewan guru
yang telah banyak membantu penulis selama melaksanakan penelitian.
10.Ayahanda dan Ibunda tercinta H. Moh. Ridwan (Alm) dan Hj. Roqiyah
yang selalu mendo’akan dan memberikan nasihat serta bimbingan kepada
penulis untuk selalu semangat meneruskan perjuangan, harapan dan
cita-cita.
11.Kakakku Hj. Ely Anisatul Jalis S.Pd.I (Yu Ely), Ahmad Faozan S.Ag, (Aa
Ozan) Sichah Hadi Amd (Yu Sichah), As’ad Syamsul Arifin S.Sos.I, (Aa Aad)Isti’anah S.Sos.I (Yu, Iis), Husni Mubarok, S.Pd.I (Aa, Uus), dan
adik-adikku Lailatul Hamidah (Nok Midah), Siti Hajar (Nok Eha), Zaenal
Muttaqin, Fatihaturrahmah (Nok Atik), serta keponakanku yang manis
Fawwaz Ahmaddinejad, Azzah Faheera Kameela dan Fatima Faikha
Jasmine yang selalu memberikan motivasi dan keakraban dari sebuah arti
keluarga.
12.Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan
2004 khususnya Kelas D (Apunk, Fauzi, Dahlan, Emin, Rahmat, Saeful
Millah, Bejo, Lesly Dll) yang sama-sama merasakan suka dan duka selama
13.Keluarga Besar Persatuan Mahasiswa Indramayu PERMAI-AYU DKI
JAKARTA, (Muadz, Sail, Uki, Alfi, Zaenal, Anis, Wildzan, Hasyim,
Muhajir (Udin), Sudedi, Syamsul, Aef, Ade Brother, Jono, Yogi, Wati Dll)
yang senantiasa membantu kepada penulis memberikan semangat,
masukan, ide dan pikiran bahkan tenaga selama penulisan skripsi ini.
14.Teman-teman Kostan Gg H. Koweng Legoso (Mahbub, Fadholi,
Mujahidin, Tirwan, Mas Amat, Misbah, Owi, Rodi, Basir) dan teman
teman lainnya yang yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih
untuk kebersamaannya yang menginspirasi untuk selalu menjadi lebih baik
setiap harinya dan semua keceriaan selama kuliah.
Akhirnya penulis berharap semoga amal baik yang telah mereka
berikan mendapatkan imbalan yang setimpal dari Allah SWT, dan skripsi
ini memberikan manfaat dalam bidang ilmu pengetahuan khususnya di
bidang pendidikan agama.
Jakarta, 23 Agustus 2011
vi
LEMBAR PENGESAHAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 4
D. Perumusan Masalah ... 4
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 4
1. Tujuan Penelitian ... 4
2. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN TEORI ... 6
A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam... 6
1. Pengertian Pembelajaran ... 6
2. Pendidikan Agama Islam ... 10
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 10
b. Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama islam ... 12
c. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam ... 15
d. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ... 17
B. Kecerdasan Spiritual ... 21
1. Definisi Kecerdasan Spiritual ... 21
2. Pembuktian Ilmiah adanya Kecerdasan Spiritual ... 24
3. Fungsi Kecerdasan Spiritual ... 28
vii
D. Pengajuan Hipotesis ... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 32
A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 32
B. Populasi dan Sampel ... 32
C. Metode Penelitian ... 32
D. Teknik Pengumpulan Data ... 33
E. Variabel Penelitian ... 34
F. Instrumen Penelitian ... 34
G. Analisis Instrumen ………. 36
H. Teknis Analisis Data ... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 43
A. Gambaran Umum SMP PGRI 2 Ciputat ... 43
1. Sejarah Singkat Berdirinya SMP PGRI 2 Ciputat ... 43
2. Visi dan Misi ... 44
3. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa ... 45
4. Keadaan, Sarana Prasarana dan Struktur Organisasi ... 46
B. Deskripsi Data ... 47
C. Analisis Data ... 72
D. Interpretasi Data ... 74
BAB V PENUTUP ... 78
A. Kesimpulan ... 78
B. Saran ... 78
DAFTAR PUSTAKA ... 80
Tabel 3. 1 Kisi – Kisi Pembelajaran ... 34
Tabel 3. 2 Kisi – Kisi Kecerdasan Spiritual ... 35
Tabel 3. 3 Hasil Perhitungan Uji Validitas Pembelajaran PAI ... 37
Tabel 3. 4 Hasil Perhitungan Uji Validitas Kecerdasan Spiritual ... 37
Tabel 3. 5 Skor Jawaban ... 39
Tabel 4. 1 Jumlah Staf Pengajar ... 44
Tabel 4. 2 Jumlah Karyawan ... 44
Tabel 4. 3 Daftar Keadaan Guru SMP PGRI 2 Ciputat ... 44
Tabel 4. 4 Jumlah Siswa... 45
Tabel 4. 5 Sarana dan Prasarana ... 46
Tabel 4. 6 Guru PAI menghubungkan materi yang akan dipelajari dengan pengalaman sehari-hari ... 48
Tabel 4. 7 Guru PAI mendeskripsikan secara singkat topik pembahasan yang akan dipelajari ... 48
Tabel 4. 8 Guru PAI menjelaskan indikator sebelum memulai pelajaran ... 49
Tabel 4. 9 Guru PAI menyampaikan materi pelajaran yang mudah dipelajari 49 Tabel 4.10 Guru PAI menjelaskan materi pelajaran sesuai dengan topik yang sedang dibahas ... 50
Tabel 4.11 Guru PAI menjelaskan materi pelajaran secara sistematis ... 50
Tabel 4.12 Guru PAI memberikan contoh tentang tata cara melaksanakan shalat 5 waktu ... 51
Tabel 4.13 Guru PAI memberikan contoh tentang tata cara shalat sunnah rawatib ... 51
Tabel 4.14 Guru PAI memberikan contoh bacaan qolqalah dalam Al-Qur’an 52
Tabel 4.15 Guru PAI menceritakan hikmah melaksanakan shalat 5 waktu... 52
Tabel 4.16 Guru PAI menceritakan tentang hukuman bagi orang yang tidak melaksanakan shalat 5 waktu dan puasa di bulan ramadhan……. 53
Tabel 4.18 Guru PAI mengontrol shalat siswa-siswanya disekolah ... 54
Tabel 4.19 Guru PAI memberikan ujian praktek dalam pembelajaran PAI... 54
Tabel 4.20 Guru PAI memberikan ujian praktek shalat sunnah rawatib ... 55
Tabel 4.21 Guru PAI memberikan ujian bacaan Al-quran ... 55
Tabel 4.22 Guru PAI memberikan ulangan harian setelah membahas satu topik pembahasan.……….. 56
Tabel 4.23 Skor Angket Pembelajaran PAI………. 56
Tabel 4.24 Tingkat Pembelajaran PAI Siswa SMP PGRI 2 Ciputat ………… 59
Tabel 4.25 Siswa melaporkan teman yang mencuri kepada guru ... 59
Tabel 4.26 Siswa segera melaksanakan shalat saat adzan tiba ……….… 60
Tabel 4.27 Siswa sabar menghadapi musibah yang menimpanya ... 60
Tabel 4.28 Siswa melaksanakan shalat rawatib meskipun sedang sakit ... 61
Tabel 4.29 Siswa mencari solusi dalam menyelesaikan masalahnya ………… 61
Tabel 4.30 Siswa bermuhasabah setelah melakukan sesuatu ……….. 62
Tabel 4.31 Siswa mengeluarkan keputusan dengan matang ……… 62
Tabel 4.32 Siswa giat belajar untuk mendapatkan peringkat ………... 63
Tabel 4.33 Siswa mengambil hikmah dari setiap kejadian ... 63
Tabel 4.34 Siwa bersikap sportif dalam meraih prestasi ………. 64
Tabel 4.35 Siswa mengerjakan PR dengan baik ………. 64
Tabel 4.36 Siswa memberikan setengah uang jajan kepada pengemis ……... 65
Tabel 4.37 Siswa membantu kecelakaan dijalan ………. 65
Tabel 4.38 Siswa menerima keputusan rapat ………... 66
Tabel 4.39 Siswa mengikhlaskan keluarga yang meninggal ………. 66
Tabel 4.40 Siswa aktif berorganisasi ………... 67
Tabel 4.41 Siswa memberikan solusi kepada teman yang mendapatkan masalah ………... 67
Tabel 4.42 Siswa tidak menyontek saat ujian ……….. 68
Tabel 4.43 Siswa mengerjakan PR sendiri ………... 68
Tabel 4.45 Siswa menyiapkan perlengkapan sekolah sendiri ……….. 69 Tabel 4.46 Skor Angket Kecerdasan Spiritual Siswa SMP PGRI 2
Ciputat .……… 70
Tabel 4.47 Kecerdasan Spiritual Siswa SMP PGRI 2 Ciputat ………. 72 Tabel 4.48 Angka Hasil Perhitungan Antara Variabel X Dan Variabel Y …... 73
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 dinyatakan bahwa :
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.1
Selain pengertian di atas dijelaskan pula tentang tujuan pendidikan
nasional, pada bab II pasal 3 pendidikan nasional bertujuan untuk
“berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”. 2
Dalam usaha mewujudkan tujuan pendidikan tersebut maka diperlukan
adanya suatu proses belajar dan pembelajaran. Proses belajar dan pembelajaran
diselenggarakan pada semua satuan dan jenjang pendidikan yang meliputi
wajib belajar 9 tahun, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional di atas, pentingnya pendidikan
agama diajarkan mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi di
Indonesia, sebagaimana yang ditegaskan dalam pasal 37 undang-undang
Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa: “Kurikulum pendidikan
dasar dan menengah wajib memuat pendidikan agama, pendidikan
kwarganegaraan, bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu
1
Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Fokus Media, 2009), h. 2
2
pengetahuan sosial, seni budaya, pendidikan jasmani dan olahraga,
keterampilan atau kejuruan, dan muatan lokal”.
Terkait dengan Pendidikan Agama Islam Zakiyah Darajat mengemukakan
bahwa :
Pendidikan Agama Islam adalah pembentukan kepribadian, pendidikan Islam ini lebih banyak ditujukan kepada perbaikan mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan sesuai dengan petunjuk ajaran Islam, karena itu pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis tetapi juga bersifat praktis atau pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal.3
Pendidikan merupakan usaha membimbing dan membina serta
bertanggung jawab untuk mengembangkan intelektual pribadi anak didik
kearah kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan Islam adalah sebuah proses dalam membentuk
manusia-manusia muslim yang mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk
mewujudkan dan merealisasikan tugas dan fungsinya sebagai khalifah Allah
SWT, baik kepada Tuhannya, sesama manusia dan sesama makhluk lainnya.4
Dengan belajar pendidikan agama Islam diharapkan dapat menghasilkan
adanya perubahan yang sifatnya menetap sehingga pada tahap akhir akan di
dapat perubahan pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan. Perubahan yang
didapat dari proses belajar dan pembelajaran pendidikan agama Islam bisa
diamalkan dalam perilaku kehidupan sehari-hari.
Keberhasilan siswa dalam proses belajar dan pembelajaran pendidikan
agama Islam di sekolah akan terlihat dari perubahan tingkah laku siswa,
misalnya sebelum seseorang mengalami proses belajar, ia tidak tahu konsep
tentang “X” tetapi setelah ia mengalami proses pembelajaran, ia jadi paham tentang konsep “X”.
Sistem Pembelajaran yang saat ini masih berorientasi pada hasil belajar
dengan hanya mengoptimalkan fungsi kecerdasan intelegensi saja.
Konsekuensinya, IQ dijadikan acuan utama dalam menentukan keberhasilan
3
Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996) h. 28
4
belajar siswa, padahal menurut Daniel Goleman yang dikutip Richard Bowell,
IQ hanya menyumbangkan 20 % dalam menentukan kesuksesan hidup
seseorang. Lebih jauh Bowell menegaskan, mengevaluasi semua orang dengan
cara berpikir ini gagal mengenali bakat ganda. Dan lebih parah lagi dapat
menanamkan rasa gagal yang abadi dalam diri seseorang yang memiliki IQ
rendah serta perasaan sukses yang semu dalam diri seseorang yang meraih skor
IQ tinggi.5
Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami, bahwa tingginya nilai IQ
seseorang tidak dapat dijadikan acuan utama dalam menentukan keberhasilan
belajar siswa. Bahkan kontribusinya hanya 20 % terhadap keberhasilan belajar,
artinya masih ada sekitar 80% faktor lainnya yang dapat mempengaruhi
keberhasilan belajar siswa. Salah satu faktor yang diharapkan dapat berperan
dalam mempengaruhi peningkatan hasil belajar siswa adalah faktor spiritualitas
yang ada pada diri peserta didik.
Menurut Ari Ginanjar, penulis buku best seller ESQ (Emotional Spiritual
Quotient) sekaligus trainer ESQ, bahwa “IQ memang penting kehadirannya
dalam kehidupan manusia, yaitu agar manusia memanfaatkan teknologi demi
efesiensi dan efektifitas, juga peran EQ dalam membangun hubungan antar
manusia yang efektif sekaligus peranan dalam meningkatkan kinerja, namun
tanpa SQ yang mengajarkan nilai-nilai kebenaran, maka keberhasilan itu
hanyalah akan menghasilkan hitler-hitler baru dan fir’aun-fir’aun kecil dimuka
bumi ini.
Sementara itu, menurut Danah Zohar dan Ian marshall, SQ memberi kita
potensi tumbuh dan berubah, bersikap kreatif, luwes, berwawasan luas serta
memungkinkan kita menyatukan hal-hal yang bersifat intrapersonal dan
interpersonal.
Keberadaan kecerdasan spiritual akan memupuk sikap-sikap positif seperti
kejujuran, semangat motivasi, kepemimpinan kecerdasan emosional dan
sikap-sikap positif lainnya. Untuk mendalami permasalahan tersebut penulis
5
mencoba membahas skripsi yang berjudul : “Hubungan Antara
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan Kecerdasan Spiritual
Siswa SMP PGRI 2 Ciputat”
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasi
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Sistem pendidikan di Indonesia pada umumnya lebih berorientasi pada
hasil belajar daripada proses belajar.
2. Pola pembelajaran yang diterapkan dalam pendidikan nasional lebih
menitikberatkan pada pemberdayaan aspek kecerdasan IQ.
C.Pembatasan Masalah
Penelitian ini hanya dibatasi pada hubungan pembelajaran pendidikan
agama Islam terhadap kecerdasan spiritual siswa. Pembelajaran PAI yang
dimaksud adalah proses kegiatan pembelajaran PAI yang berlangsung didalam
kelas. Sedangkan kecerdasan spiritual yang dimaksud adalah menurut Zohar
dan Marshall dalam bukunya SQ: Memanfaatkan kecerdasan Spiritual dalam
Berfikir Integralistik dan holistic memaknai kehidupan yang didalamnya
menjelaskan 9 indikator kecerdasan spriritual.
D.Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembahasan masalah yang dikemukakan
maka perumusan masalahnya adalah : Adakah hubungan antara pembelajaran
pendidikan agama Islam dengan kecerdasan spiritual siswa SMP PGRI 2
Ciputat?
E.Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pembelajaran
pendidikan agama Islam dengan kecerdasan spiritual siswa di SMP PGRI 2
2. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kajian ilmu
pengetahuan tentang pembelajaran Pendidikan agama Islam siswa,
khususnya yang berkaitan dengan kecerdasan spiritual.
b. Secara Praktis
1) Bagi Pendidik
a) Memberikan informasi tentang pengembangan kecerdasan
spiritual siswa SMP PGRI 2 Ciputat Tangerang Selatan guna
mempertinggi efektifitas kegiatan belajar mengajar.
b) Mendorong para pendidik untuk membimbing siswa SMP PGRI
2 Ciputat Tangerang Selatan dalam mengembangkan kecerdasan
spiritual yang tinggi.
2) Bagi Siswa SMP PGRI 2 Ciputat Tangerang Selatan
Mendorong siswa SMP PGRI 2 Ciputat Tangerang Selatan untuk
mengembangkan kecerdasan spiritual yang tinggi dalam upaya
KAJIAN TEORI
A. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pembelajaran
Pengertian pembelajaran dalam Undang-undang RI No. 20 tahun
2003 pasal 1 yaitu : proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.1 Pembelajaran dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan kata benda atau nomina yang
berarti “ proses, cara, perbuatan menjadikan orang/makhluk hidup belajar.2
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi
unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang
saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.3
Pembelajaran merupakan suatu upaya membelajarkan atau suatu
upaya mengarahkan aktivitas siswa kearah aktivitas belajar. Didalam
proses pembelajaran terkandung dua aktivitas sekaligus, yaitu aktivitas
mengajar (guru) dan aktivitas (siswa). Proses pembelajaran merupakan
proses interaksi, yaitu interaksi antara guru dengan siswa dan siswa
dengan siswa.4
Pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah usaha
mempengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar mau belajar
dengan kehendaknya sendiri. Melalui pembelajaran akan terjadi proses
pengembangan moral keagamaan, aktivitas, kreativitas, peserta didik
melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Pembelajaran berbeda
1
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Fokus Media, 2009) h. 4
2
Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2003) h. 17
3
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 1995) Cet, I, h, 57
4
dengan mengajar yang pada prinsipnya menggambarkan aktivitas guru,
sedangkan pembelajaran menggambarkan aktivitas peserta didik.
Pembelajaran adalah usaha membimbing peserta didik dan
menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar.5
Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa untuk belajar. Kegiatan
pembelajaran akan melibatkan siswa mempelajari sesuatu dengan cara
efektif dan efisien.6
Adapun belajar menurut pengertian secara psikologis, adalah
merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek
tingkah laku. Menurut Slameto pengertian belajar dapat didefinisikan
sebagai berikut: Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.7
Menurut Chaplin dalam Dictionary of psicology membatasi belajar
dengan dua macam rumusan, rumusan yang pertama adalah “…
acquisition of any experience” (Belajar adalah perolehan perubahan
tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman).
Rumusan kedua adalah process of acquiring responses as a result of
special practice (Belajar ialah proses memperoleh respons-respons sebagai
akibat adanya latihan khusus).8
5
Abuddin Nata, Pespektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2009) h. 87
6
Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran : Sebagai referensi bagi Pendidikan dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif dan Berkualitas (Jakarta: Kencana, 2009), cet. I, hal, 31
7
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengeruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), Cet. Ke-4, h. 2.
8
Yatim Riyanto mengemukakan beberapa pendapat para tokoh tentang
belajar, antara lain:
a. Menurut Walker belajar adalah suatu perubahan dalam pelaksanaan tugas yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman dan tidak ada sangkut pautnya dengan kematangan rohaniah, kelelahan, motivasi, perubahan dalam situasi stimulus atau faktor-faktor samar-samar lainnya yang tidak berhubungan lansung dengan kegiatan belajar.
b. Menurut Winkel belajar adalah suatu aktifitas mental / psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relative konstan dan berbekas.
c. Cronbach menyatakan bahwa belajar itu merupakan perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman.menurut Cronbach bahwa belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami sesuatu yaitu menggunakan panca indra. Dengan kata lain bahwa belajar adalah suatu cara mengamati, membaca, meniru, mengintimasi, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu.9
Ngalim Purwanto dalam bukunya “Psikologi Pendidikan”
menguraikan pengertian belajar, menurut beberapa tokoh pendidikan, di
antaranya:
a. Hilgard dan Brower, dalam bukunya “Theories Of Learning” (1975)
mengemukakan “Belajar adalah hubungan dengan tingkah laku
seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecendrungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan pengaruh obat dan sebagainya) b. Gagne, dalam bukunya “The Condition Of Learning” (1977)
menyatakan bahwa “Belajar terjadi apabila situasi stimulus bersama
dengan isi ingatan mempengaruhi siswi-siswi sedemikian rupa, sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi.
c. Morgan, dalam bukunya “Introduction to Psychology” (1978)
mengemukakan “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap
dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.
9
d. Whiterington, dalam bukunya “Educational Psychology”
mengemukakan bahwa “Belajar adalah suatu perubahan di dalam
kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kepandaian, kebiasaan dan pengertian.10
Menurut Hamalik dalam bukunya Tohirin belajar mengandung
pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga
perbaikan perilaku, misalnya pemuasan kebutuhan masyarakat dan pribadi
secara lebih lengkap. 11
Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan, belajar adalah
penambahan pengetahuan dan perubahan tingkah laku secara sengaja
dengan melalui pengamatan dan penelitian, sehingga memperoleh prilaku
baru atau meningkatkan prilaku yang pernah ada.
Berdasarkan definisi yang dikemukakan beberapa tokoh di atas, maka
penulis dapat mengambil suatu kesimpulan, bahwa belajar adalah suatu
proses perubahan tingkah laku yang merupakan sebagai akibat dari
pengalaman atau latihan.
Pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga kegiatan, yakni pembukaan,
pembentukan kompetensi, dan penutup12.
a. Pembukaan
Pembukaan adalah kegiatan awal yang harus dilakukan guru untuk
memulai atau membuka pembelajaran. Membuka pembelajaran
merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan kesiapan mental dan
menarik perhatian peserta didik secara optimal, agar mereka
memusatkan diri sepenuhnya untuk belajar.
b. Pembentukan kompetensi
Pembentukan kompetensi peserta didik merupakan kegiatan inti
pembelajaran, antara lain mencakup penyampaian informasi
tentang materi pokok atau materi standar, membahas standar untuk
10
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Rosda Karya, 2000), h. 84
11
Tohirin, Psikologi Pembelajaran …, h. 59
12
kompetensi peserta didik, serta melakukan tukar pengalaman atau
pendapat dalam membahas materi standar atau memecahkan
masalah yang diadapi bersama.
Dalam pembelajaran, peserta didik dibantu oleh guru untuk
membentuk kompetensi, serta mengembangkan dan memodifikasi
kegiatan pembelajaran, apabila kegiatan itu menuntut adanya
pengembangan atau modifikasi. Pembentukan kompetensi
dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik terlibat aktif, baik
mental, fisik, maupun sosialnya.
c. Penutup
Penutup merupakan kegiatan akhir yang dilakukan guru untuk
mengakhiri pembelajaran. Dalam pembelajaran penutup ini guru
harus berupaya mengetahui pembentukan kompetensi dan
pencapaian tujuan pembelajaran, serta pemahaman peserta didik
terhadap materi yang telah dipelajari, sekaligus mengakhiri
kegiatan pembelajaran.
2. Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Ahmad D. Marimba mendefinisikan pendidikan agama Islam
adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama (insan kamil).13 Tayar Yusuf mengartikan
pendidikan agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk
mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan
kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia bertakwa kepada
Allah SWT.14 Sedangkan Fadhil Al-Jamaly memberikan pengertian
pendidikan sebagai upaya mengembangkan, mendorong serta
13
Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT Al-Ma’arif, 1989) h. 19
14
mengajak manusia lebih maju dengan berdasarkan nilai-nilai yang
tinggi dan kehidupan yang mulia, sehingga terbentuk pribadi yang
lebih sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan maupun
perbuatan.15
A. Tafsir mendefinisikan pendidikan agama Islam adalah
bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar
berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.16 Azizy
mengemukakan bahwa esensi pendidikan yaitu adanya proses transfer
nilai, pengetahuan, dan keterampilan dari generasi tua kepada generasi
muda agar generasi muda mampu hidup. Oleh karena itu ketika kita
menyebut pendidikan Islam, maka akan mencakup dua hal, (a)
mendidik siswa untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau
akhlak Islam: (b) mendidik siswa-siswi untuk mempelajari materi
ajaran Islam subjek berupa pengetahuan tentang ajaran Islam.17
M. Arifin mendefinisikan pendidikan Islam adalah usaha sadar
mengarahkan dan membimbing pertumbuhan secara perkembangan
fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam kearah titik
maksimal pertumbuhan dan perkembangannya.18 Omar Muhammad
al-Toumy al-Syaibany mendefinisikan pendidikan sebagai proses
mengubah tingkah laku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat
dan alam sekitarnya, dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas
asasi dan profesi diantara berbagai profesi asasi dalam masyarakat.19
Endang Saefuddin Anshori memberikan pengertian pendidikan
Islam adalah proses bimbingan (pimpinan, tuntunan, usulan) oleh
subjek didik terhadap perkembangan jiwa (pikiran, perasaan,
kemauan, intuisi) dan raga objek didik dengan bahan-bahan materi
15
Jalaludin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003) h. 76
16
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007) cet, VII, h. 32
17
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam…, h.130
18
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994) h. 32
19
tertentu dan dengan alat perlengkapan yang ada ke arah terciptanya
pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai dengan ajaran Islam.20
Hasil Konferensi pendidikan Islam se-Dunia kedua tahun 1980 di
Islamabad, Pakistan, merumuskan bahwa pendidikan Islam adalah
suatu usaha untuk mengembangkan manusia dalam semua aspeknya,
baik aspek spiritual, intelektual, imajinasi, jasmaniah, dan ilmiah baik
secara individual maupun kolektif menuju kearah pencapaian
kesempurnaan hidup sesuai dengan ajaran Islam.21
Berdasarkan pengertian di atas tentang pendidikan agama Islam,
maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan Agama Islam
adalah suatu kegiatan untuk merubah individu kedalam suatu sistem
kepercayaan dan prilaku yang bersumber dari ajaran Allah.
Pendidikan Agama Islam sangat erat hubungannya dengan
kecerdasan spiritual, karena kecerdasan spritual merupakan
kemampuan memenuhi kebutuhan ruh manusia, berupa ibadah agar ia
dapat kembali kepada penciptanya dalam keadaan suci. Kecerdasan
spritual merupakan kecerdasan qalbu yang berhubungan dengan
kualitas batin seseorang.
b. Dasar- dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam
Pelaksanaaan pendidikan agama Islam disekolah mempunyai dasar
yang kuat. Dasar tersebut menurut Zuhairini dkk. Dapat ditinjau dari
berbagai segi yaitu:
1) Dasar yuridis/hukum
Dasar pelaksanaan pendidikan agama berasal dari
perundang-undangan yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan
dalam melaksanakan pendidikan agama disekolah secara formal.
Dasar yuridis formal tersebut terdiri dari tiga macam yaitu:
20
Azyumardi Azra, Esei-esei Intelektual Muslim & Pendidikan Islam (Jakarta: Logos Wacana ilmu, 1999), h. 6
21
a) Dasar ideal, yaitu dasar falsafah Negara pancasila, sila pertama:
ketuhanan Yang Maha Esa
b) Dasar struktural/konstitusional, yaitu UUD 45 dalam bab XI
pasal 2, yang berbunyi: 1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan
Yang Maha Esa; 2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan
beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.
c) Dasar operasional, yaitu yang terkandung dalam
undang-undang sistem pendidikan nasional.
2) Segi religius
Yang dimaksud dengan dasar religius adalah dasar yang bersumber
dari ajaran Islam. Menurut ajaran Islam pendidikan agama adalah
perintah Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah kepadaNya.
Dalam al-Qur’an banyak ayat yang menunjukkan perintah tersebut
antara lain:
a) Q.S. An-Nahl: 125:
“Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik……”22
b) Q.S. Al-Imran: 104:
“Dan hendaklah diantara kamu ada golongan umat yang
menyeru kepada kebijakan, meyuruh kepada yang ma’ruf, dan
mencegah dari yang munkar.”23
22
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Surat An-Nahl Ayat 125
23
c) Al-Hadits:
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yusuf, dari ibnu Tsauban, yaitu Abdurrahman bin Tsabit bin Tsauban, dari Hasan bin Athiyah, dari Abu Kabsyah as Saluli, dari Abdullah bin Amru, dia berkata : Rasulullah SAW bersabda:
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat, dan
ceritakanlah dari bani Israil, dan tidak ada dosa, barangsiapa berdusta atas namaku secara sengaja, maka hendaklah ia
menempati tempat duduknya dari neraka.” Hadits Hasan
Shohih
3) Aspek Psikologis
Psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan
kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa hidup manusia
baik segi individu maupun sebagai anggota masyarakat dihadapkan
pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak
tenteram sehingga memerlukan pegangan hidup. Sebagaimana
dikemukakan oleh Zuhairini dkk bahwa: semua manusia di dunia
ini selalu membutuhkan adanya pegangan hidup yang disebut
agama. Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu
perasaan yang mengakui adanya Zat yang maha Kuasa, tempat
mereka berlindung dan tempat mereka memohon pertolonganNya.
Hal semacam ini terjadi pada masyarakat yang masih primitive
maupun masyarakat yang sudah modern. Mereka merasa tenang
dan tenteram hatinya kalau mereka dapat mendekat dan mengabdi
Berdasarkan uraian diatas jelaslah bahwa untuk membuat hati tenang
dan tenteram ialah dengan jalan mendekatkan diri kepada Tuhan. Hal
ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Ra’ad ayat 28 yaitu :
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati
Allah-lah hati menjadi tenteram.24
c. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam
1) Tujuan Pendidikan agama Islam
Menurut Ahmad D. Marimba tujuan akhir pendidikan Islam
adalah identik/sejalan dengan tujuan hidup seorang muslim,
sebagaimana yang digariskan alam Al-Qur’an surat Az-Zariyat
ayat 56:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku.”25
Surat Al-Bayyinah ayat 5:
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)
24
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Surat Ar-Ra’ad Ayat 28
25
agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.”26
Surat Ali Imron ayat 102:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu
mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.”27
Inti dari tiga ayat diatas adalah menjadi seorang hamba Allah yang
beriman, bertaqwa dan berserah diri sepenuhnya kepada Allah
SWT atau berarti terbentuknya kepribadian muslim.28
Menurut Muhammad Fadhil Al-Jamaly, tujuan pendidikan Islam
menurut al-Qur’an meliputi: (1) menjelaskan posisi peserta didik
sebagai manusia diantara makhluk Allah lainnya dan tanggung
jawabnya dalam kehidupan ini. (2) menjelaskan hubungannya
sebagai makhluk sosial dan tanggung jawabnya dalam tatanan
kehidupan bermasyarakat. (3) menjelaskan hubungan manusia
dengan alam dan tugasnya untuk mengetahui hikmah penciptaan
dengan cara memakmurkan alam semesta. (4) menjelaskan
hubungannya dengan Khaliq sebagai pencipta alam semesta.29
Menurut Omar al-Toumy al-Syaibany bahwa tujuan pendidikan
26
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Surat Al-Bayyinah Ayat 5
27
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Surat Al-Imran Ayat 102
28
Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat …, h. 19
29
Islam adalah untuk mempertinggi nilai-nilai akhlak hingga
mencapai tingkat akhlak al-karimah.30
Sedangkan menurut Zakiyah Darajat dkk, tujuan akhir
pendidikan Islam adalah terbentuknya Insan Kamil dengan pola
Taqwa yang terbentuk dapat mengalami perubahan naik turun,
bertambah atau berkurang karena itu, orang yang sudah bertaqwa
dalam bentuk Insan kamil masih perlu pendidikan sepanjang
hayatnya guna pengembangan dan penyempurnaan,
sekurang-kurangya pemeliharaan supaya tidak luntur dan berkurang31.
Sedangkan Muhammad Athiyah Al-Abrasyi, menyimpulkan
bahwa tujuan pendidikan Islam terdiri atas 5 sasaran, yaitu: (1)
membentuk akhlak mulia (2) mempersiapkan kehidupan dunia dan
akhirat (3) persiapan untuk mencari rizki dan memelihara segi
kemanfaatannya (4) menumbuhkan semangat ilmiah dikalangan
peserta didik (5) mempersiapkan tenaga professional yang
terampil.32
2) Fungsi Pendidikan Agama Islam
Abdul Majid dan Dian Andayani memaparkan fungsi pendidikan
agama Islam adalah sebagai berikut:
a) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.
b) Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencapai hidup didunia dan diakhirat.
30
Jalaludin, Teologi…, h. 76
31
Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Bumi Aksara, 1996) cet, III, h. 31
32
c) Penyesuaian mental, yaitu menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik secara fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.
d) Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
e) Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangnnya menuju manusia Indonesia seutuhnya.
f) Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan nir nyata), sistem dan fungsionalnya.
g) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang Agama Islam agar bakat tersebut berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.33
Berdasarkan tujuan dan fungsi pendidikan agama Islam di atas sangat
erat kaitannya dengan kecerdasan spritual, karena kecerdasan spritual
dalam pandangan Islam merupakan kemampuan seseorang untuk yakin
dan berpegang teguh terhadap nilai spritual islam, selalu berperilaku sesuai
dengan nilai-nilai islam dalam hidupnya, dan mampu untuk menempatkan
dirinya dalam kebermaknaan diri yaitu ibadah dengan merasakan dirinya
selalu dilihat Tuhan, sehingga ia dapat hidup dengan mempunyai jalan dan
kebermaknaan yang akan membawanya terhadap kebahagiaan dan
keharmonisan yang hakiki. Allah berfirman:
Artinya: Sesungguhnya beruntunglah orang beriman. (yaitu)
orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya. Dan orang-orang yang
menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada
33
berguna. Dan orang-orang yang menunaikan zakat (QS:
Al-Mu’minun: 1-4).34
d. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Ruang lingkup pendidikan agama Islam mencakup keseluruhan ajaran
agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Ajaran yang berisi
pedoman pokok yang mengatur berbagai aspek kehidupan untuk
kesejahteraan hidup manusia di dunia dan diakhirat nanti, dalam hal ini,
ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi keserasian, keselarasan
dan keseimbangan yang meliputi:
1) Hubungan manusia dengan Allah SWT
Hubungan manusia dengan Allah merupakan hubungan yang vertikal
antara manusia dengan Khalik, menempati prioritas utama dalam
pendidikan agama Islam, isi ajarannya meliputi segi Iman, Islam dan
Ihsan.
2) Hubungan Manusia dengan Dirinya
Hubungan manusia dengan dirinya merupakan sesuatu hal yang sangat
penting, yaitu dengan memiliki rasa tangggung jawab, menjaga dan
memelihara yang terdapat dalam diri agar manusia nantinya dapat
menjaga diri dari hal-hal yang sifatnya dapat menjerumuskan kedalam
kehancuran.
3) Hubungan Manusia dengan Sesama Manusia
Merupakan hubungan yang bersifat horizontal, yaitu antara manusia
dengan manusia dalam kehidupan. Ruang lingkup pengajarannya
berkisar pada pengaturan hak dan kewajiban antara manusia dengan
manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
4) Hubungan Manusia dengan Makhluk Lain dan Lingkungan
Hubungan manusia dengan alam juga merupakan hal yang penting,
yaitu manusia dituntut untuk mengenal, memanfaatkan dan menjaga
serta mengembangkan kelestarian alam.35
34
Ruang lingkup pendidikan agama Islam diatas sesuai dengan Surat
Al-Imran ayat 112 yang berbunyi:
“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika
mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian)
dengan manusia dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah
dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu, karena mereka
kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan
yang benar. yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan
melampaui batas.”36
Adapun ruang lingkup bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam di
sekolah meliputi tujuh unsur pokok, yaitu:
1) Keimanan
Pengajaran dan pendidikan keimanan berarti proses belajar dan
pembelajaran tentang berbagai aspek kepercayaan. Dalam pelajaran
keimanan, pusat atau inti pembicaraan/ pembahasan ialah tentang
keesaan Allah. Karena itu ilmu tentang keimanan ini disebut juga
tauhid. Ruang lingkup pengajaran keimanan itu meliputi rukun iman
yang enam, yaitu percaya kepada Allah, kepada para Rasul Allah,
kepada para malaikat, kepada kitab-kitab suci yang diturunkan kepada
para Rasul Allah, kepada hari kiamat, dan kepada qada dan qadar.
2) Ibadah
35
Yunus Namsa, Metodologi Pengajaran agama Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), h. 23-24
36
Dalam pengertian yang luas, ibadah itu ialah bentuk pengabdian yang
ditunjukkan kepada Allah semata yang diawali oleh niat. Materi
pelajaran ibadah ini seluruhnya dimuat dalam ilmu Fiqih, selain
membicarakan ibadah, juga membicarakan kehidupan sosial, seperti
perdagangan (jual-beli), perkawinan, kekeluargaan, warisan,
pelanggaran, hukuman, perjuangan (jihad), politik/pemerintahan,
makanan, minuman, pakaian, dan lain-lain.
3) Al-Qur’an
Membaca Al-qur’an tidak sama dengan membaca buku atau membaca
kitab suci lain. Membaca al-qur’an adalah ibadah, membaca Al-qur’an
juga merupakan seni suatu ilmu yang mengandung seni yakni seni
membaca Al-Qur’an. Isi pengajaran Al-Qur’an diantaranya
penghenalan huruf-huruf hijaiyah, cara menyebutkannya, bentuk dan
fungsi tanda baca, tanda berhenti, dan tanda lainnya. Ruang lingkup
pengajaran Al-qur’an ini lebih banyak berisi pengajaran yang
memerlukan latihan dan pembiasaan.
4) Akhlak
Akhlak merupakan bentuk batin dari seseorang. Pengajaran akhlak
pengajaran tentang batin seseorang yang kelihatan pada tingkah
lakunya. Pembentukkan akhlak dapat dilakukan dengan memberikan
pengertian tentang baik buruk dan kepentingannya dalam kehidupan,
memberikan ukuran baik dan buruk, melatih dan membiasakan
berbuat, mendorong dan memberi sugesti agar mau dan senang berbuat
kebaikan. Dasar pelaksanaan pengajaran ini berarti proses kegiatan
belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang diajar berakhlak
baik.
5) Mu’amalah
Muamalah merupakan sebagian perincian dari ilmu fiqih, ilmu ini
lebih membahas tentang hubungan sosial manusia, yakni muamalat
madaniyat dan muamalat maliyat. Mualamat madaniyat membahas
harta kekayaan, harta milik, harta kebutuhan, dan cara menggunakan
dan mendapatkanya. Sedangkan muamalat maliyat membahas
masalah-masalah yang dikelompokkan kedalam kelompok persoalan
harta kekayaan milik bersama baik masyarakat kecil atau besar seperti
negara (perbendaharaan negara).
6) Syari’ah
Syari’ah merupakan ilmu yang mempelajari tentang syariat/hukum Islam. Ayat pertama yang berbunyi “Iqra” merupakan pensyariatan
pertama hukum Islam. Perintah membaca, merupakan syariat yang
pertama dalam ajaran Islam. Ilmu ini membicarakan hukum-hukum
dalam kehidupan umat manusia.
7) Tarikh
Tarikh Islam disebut juga sejarah Islam.37 Pengakaran tarikh Islam
sebenarnya pengajaran sejarah, yaitu sejarah yang berhubungan
dengan pertumbuhan dan perkembangan umat Islam, seperti kerajaan
yang berkuasa di luar tanah arab sebelum datangnya agama Islam
maupun yang berkuasa diluar tanah arab sebelum datangnya agama
Islam maupun sesudah datangnya agama Islam, peperangan yang
dilakukan Nabi Muhammad Saw dan para sahabat melawan orang
kafir. Pemerintahan pada zaman Nabi Muhammad SAW, riwayat
hidup Nabi Muhammad Saw, dan lain-lain.
B. Kecerdasan Spiritual
1. Definisi Kecerdasan Spiritual
Sebelum membahas kecerdasan spiritual secara integral, terlebih dahulu penulis mendefinisikan kecerdasan dan spiritual secara terpisah.
Donald Sterner yang dikutip oleh Andreas Harefa mendefinisikan
kecerdasan adalah kemampuan untuk menerapkan pengetahuan yang
sudah ada untuk memecahkan masalah-masalah baru, tingkat kecerdasan
37
diukur berdasarkan kecepatan memecahkan masalah.38 Kecerdasan adalah
kemampuan untuk memberikan respons secara cepat dan berhasil pada
suatu situasi yang baru, kemampuan untuk menggunakan nalar dalam
memecahkan masalah.39
Secara umum kecerdasan adalah kemampuan untuk melihat dan
memahami hubungan-hubungan. Definisi lain tentang intelligence ialah
kemampuan orang untuk memecahkan masalah yang dihadapinya,
terutama masalah yang pemecahannya menuntut kemampuan pikiran.40
Sedangkan menurut Thornburg inteligensi mengandung 4 unsur pengertian
yakni: (a) kemampuan untuk berpikir abstrak dan cermat, (b) kemampuan
untuk mengambil keputusan, (c) kemampuan untuk melakukan
penyesuaian diri terhadap lingkungan hidupnya, (d) seluruh kemampuan
individu untuk melakukan suatu aktivitas guna mengembangkan potensi
dirinya.41
Menurut tokoh Psikologi David C. Edward yang dikutip Alisuf Sabri
berpendapat bahwa kecerdasan adalah Intelligence is a general capacity of
behave in an adaptable and acceptable manner. Dari pengertian ini, dapat
disimpulkan bahwa kecerdasaan adalah kemampuan umum mental
individu yang tampak dalam cara bertindak atau berbuat atau dalam
memecahkan masalah (problem solving).42 Sedangkan makna spiritual
berasal dari kata spirit yang berarti roh. Roh dapat diartikan sebagai energi
kehidupan yang membuat kita dapat hidup, bernafas dan bergerak.
Berdasarkan hal tersebut yang dimaksud kecerdasan spiritual adalah
kemampuan kita untuk dapat mengenal dan memahami diri kita seutuhnya
sebagai makhluk spiritual maupun sebagai bagian dari alam semesta.
38
Andreas Harefa, Mengasah Paradigma Pembelajar, (Yogyakarta: Gradien, 2003), Cet II, h. 74
39
Adi W Gunawan, Genius learning Strategy Petunjuk praktis untuk menerapkan Accelerated Learning, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004) cet, II, h. 217
40
Munandir, Ensiklopedia Pendidikan, (Malang, Penerbit UM Press, 2001), h. 123
41
Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Remaja, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004) h. 45
42
Dengan demikian kecerdasan spiritual berarti memahami sepenuhnya
makna dan hakikat kehidupan yang dijalani.43
Danah Zohar dan Ian Marshall mengemukakan bahwa kecerdasan
spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persolaan
makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan prilaku dan hidup
dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai
bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan
dengan yang lain.44
Kecerdasan spiritual merupakan landasan yang diperlukaan untuk
memfungsikan IQ dan EQ secara efektif, bahkan kecerdasan spiritual
merupakan kecerdasan tertinggi manusia. Karena kecerdasan spiritual
memungkinkan manusia menjadi kreatif, mengubah aturan dan situasi.
Kecerdasan spiritual memberi manusia kemampuan membedakan.
Kecerdasan spiritual memberi manusia rasa moral, kemampuan
menyesuaikan aturan yang kaku dibarengi dengan pemahaman dan cinta.
Manusia menggunakan kecerdasan untuk bergulat dengan ihwal baik dan
jahat, untuk bermimpi, bercita-cita dan mengangkat diri kita dari
kerendahan.45
Menurut Muhammad Zuhri yang dikutip oleh Agus Nggermanto
berpendapat bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan manusia yang
digunakan untuk berhubungan dengan Tuhan. Potensi kecerdasan spiritual
orang sangat besar dan tidak dibatasi faktor keturunan, lingkungan atau
materinya.” Sedangkan Khalil Khafari mendefinisikan Kecerdasan
spiritual itu “Sebagai fakultas dari dimensi non material, atau dimensi ruh
manusia, kecerdasan ini dapat ditingkatkan dan diturunkan. Tapi
tingkatanya tampak tak terbatas. “inilah Intan manusia yang belum terarah,
43
Aribowo P dan Irianti E,”Spiritualitas dan Kualitas Hidup” diakses pada tanggal 25 April 2011 dari www.sinarharapan.com
44
Danah Zohar dan Ian Marshall. SQ: Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berpikir Integralistik dan Holistik Untuk Memaknai Kehidupan (Bandung: Mizan, 2001) Cet III, h. 4
45
manusia harus mengenalinya, menggosoknya biar mengkilat, dan
menggunakanya untuk mencapai kebahagiaan abadi.” Definisi ini
menambahkan kondisi kecerdasan spiritual yang pada saat-saat tertentu
akan meningkat, tapi di saat yang lain juga bisa menurun.46
Definisi ini menggambarkan kecerdasan spiritual adalah kecerdasan
mendasar yang tertanam dalam diri manusia secara natural dan tak terbatas
oleh faktor keturunan, lingkungan dan hal-hal yang sifatnya Material.
Sementara ada yang mengartikan kecerdasan spiritual adalah
“semacam kemampuan dan kesucian inteleksi. Berbeda dengan rasio,
inteleksi lebih menujuk pada kemampuan manusia untuk menyerap
inspirasi, simbol-simbol dan melahirkan ide-ide baru. Ia lebih menunjuk
pada pengertian qolb (hati) dan „aql (akal) dalam maknanya yang
primordial dan principal.47
Dari berbagai pendapat para tokoh di atas, dapat disimpulkan
bahwa kecerdasan spiritual ialah kecerdasan seseorang untuk menghadapi
dan memecahkan persoalan, makna dan nilai kehidupan dalam
menempatkan prilaku hidup.
2. Pembuktian Ilmiah Adanya Kecerdasan Spiritual a. Bukti Imiah-Empiris
Kecerdasan Spiritual dibuktikan secara ilmiah dalam psikologis
melalui penelitian-penelitian48:
1) Spiritual Quotien mempunyai dasar neurologis yang beroperasi
dalam pusat otak yakni fungsi-fungsi penyatu otak. Penelitian oleh
neuropsikolog, Michael persinger awal tahun 1990-an, dan lebih
mutakhir lagi tahun 1997 oleh ahli saraf V.S. Ramachandran
46
Agus Nggermanto, QQ Quantum Quotient: cara praktis melejitkan IQ,EQ,SQ, (bandung: Nuansa, 2001), Cet. 1, h. 115-117
47
Suharsono, Membelajarkan Anak dengan Cinta, (Jakarta : Inisiasi Press,2003), cet 1 h. 266
48
bersama timnya di Universitas California, menunjukkan adanya
GodSpot dalam otak manusia. Ini merupakan builtin pusat
spiritual (spiritual center) yang terletak diantara jaringan saraf
temporal lobes dalam otak. Melalui pengamatan terhadap otak
dengan topografi emisi positron, area-area saraf tersebut akan
bersinar manakala subyek penelitian diarahkan untuk
mendiskusikan topik spiritual.
2) Riset ahli saraf Austria, Wolf Singer pada tahun 1990 –an atas the
binding problem menunjukkan bahwa ada proses saraf dalam otak
manusia yang terkonsentrasi pada usaha mempersatukan dan
memberi makna dalam pengalaman hidup manusia. Suatu jaringan
saraf secara literal “mengikat” pengalaman manusia secara
bersama untuk untuk hidup lebih bermakna. Sebelum penilitian
Singer tentang penyatuan dan keharmonisan osilasi saraf di
seluruh otak, para neurolog dan ilmuan kognitif hanya mengakui
dua bentuk organisasi saraf otak. Salah satunya, yaitu hubungan
saraf serial yang menjadi dasar IQ. Sistem-sistem saraf yang
berhubungan secara serial itu memungkinkan otak untuk
mengikuti aturan, berpikir logis, dan rasional. Bentuk kedua, yaitu
organisasi jaringan saraf dimana terdapat ikatan-ikatan sekitar
seratus ribu neuron yang berhubungan satu sama lain secara tak
beraturan, jaringan saraf inilah yang menjadi dasar bagi EQ, yakni
kecerdasan yang diarahkan oleh emosi, kemampuan mengenali
pola, dan membentuk kebiasaan. Dan penilitian Singer tentang
osilasi saraf penyatu memberi dasar pada kecerdasan spiritual
(SQ).
3) Hasil studi Rodolfo Llinas pada pertengahan tahun 1990-an
tentang kesadaran saat terjaga dan saat tidur serta ikatan
peristiwa-peristiwa kognitif dalam otak. Dengan bantuan teknologi MEG
(magneto encephalographic) yang memungkinkan diadakannya
otak dengan lokasinya masing-masing, ditemukan bahwa pada
waktu manusia berpikir hal-hal mengenai “makna” atau hal-hal
yang berhubungan dengan nilai, pada bagian pusat saraf tertentu,