• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bagaimana Cara Mengajari Siswa agar Kreatif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bagaimana Cara Mengajari Siswa agar Kreatif"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Bagaimana Cara Mengajari Siswa agar Kreatif ? Ridwan Saptoto

ridwan_psychology@ugm.ac.id

I. Pendahuluan

Dua buah cerita yang saya dapatkan dari email menginspirasi saya untuk menulis

makalah ini. Astronot Amerika dan Rusia pada suatu ketika menghadapi permasalahan

yang sama, yaitu mereka tidak bisa menulis di luar angkasa. Hal ini terjadi karena

ketiadaan gaya gravitasi menyebabkan tinta pulpen yang mereka gunakan tidak mau

mengalir pada saat digunakan untuk menulis. Ilmuwan-ilmuwan NASA kemudian

melakukan berbagai penelitian untuk menemukan pulpen yang dapat digunakan untuk

menulis di luar angkasa. Mereka akhirnya berhasil membuat pulpen anti gravitasi setelah

melakukan penelitian dalam jangka waktu yang lama dan menghabiskan banyak biaya.

Apa yang dilakukan oleh astronot Rusia untuk mengatasi permasalahan tersebut ?

Mereka mengganti pulpennya dengan pensil untuk menulis di luar angkasa !

Cerita kedua mengisahkan pabrik pembuatan sabun di Jepang. Sebuah pabrik

pembuatan sabun suatu hari mendapatkan keluhan dari pelanggannya, karena sabun

yang dia beli tidak ada isinya. Pelanggan tersebut dengan kata lain telah membeli kotak

sabun yang tidak berisi sabun. Para direksi perusahaan mengganggap permasalahan

tersebut sebagai hal yang sangat serius, sehingga mereka mengadakan rapat dengan

semua pimpinan pabrik untuk menyelesaikan permasalahan. Rapat memutusakan bahwa

perusahaan akan mengembangkan alat untuk mendeteksi kotak sabun yang masih

kosong. Alat tersebut menggunakan sinar-X, dan bentuknya mirip dengan alat

pendeteksi senjata tajam atau senjata api yang digunakan oleh petugas bandara.

Perusahaan akhirnya berhasil membuat alat tersebut setelah menghabiskan dana yang

sangat banyak. Apa yang dilakukan oleh karyawan perusahaan sabun yang lebih kecil

untuk mengatasi permasalahan tersebut ? Perusahaan tersebut tidak memiliki dana untuk

mengembangkan alat pendeteksi sinar-X yang berbiaya besar. Karyawan perusahaan

tersebut kemudian membeli kipas angin berukuran besar yang diletakkan di dekat ban

berjalan. Karyawan bagian pengecekan tinggal menghidupkan kipas tersebut, dan kotak

(2)

Kedua cerita di atas merupakan ilustrasi cara-cara penyelesaian masalah yang

efektif, sederhana, dan hemat. Cara-cara penyelesaian masalah tersebut muncul sebagai

hasil dari kreatifitas yang ditunjukkan oleh astronot Rusia atau karyawan dari

perusahaan sabun yang lebih kecil. Sternberg dan Lubart (1999) yang merangkum

pendapat dari berbagai ahli mengemukakan bahwa kreatifitas merupakan kemampuan

untuk bekerja dan menghasilkan sesuatu yang baru (orisinal, tidak terbayangkan

sebelumnya) dan tepat (bermanfaat, memenuhi tujuan kerja yang diharapkan). Orang

yang memiliki kreatifitas disebut sebagai orang yang kreatif.

II. Faktor-faktor yang Memprediksi Kreatifitas

Feist (dalam Sternberg, 1999) menyatakan bahwa keberbakatan (giftedness) yang

diukur dengan menggunakan tes IQ ternyata bukanlah prediktor yang valid dari

pencapaian kreatifitas seseorang. Berbagai pendapat ahli yang dirangkum oleh Smith

(2006) menemukan bahwa kreatifitas tidak dapat diprediksikan atau ditingkatkan secara

tunggal dengan memfokuskan pada proses-proses kognitif dan trait kepribadian yang

dimiliki oleh seseorang. Hal ini menyebabkan para peneliti lebih memfokuskan

perhatian pada faktor-faktor sosial dan lingkungan yang dapat meningkatkan atau

menurunkan aktivitas-aktivitas kreatif.

Penelitian yang dilakukan oleh Horng dkk. (2005) menemukan bahwa

faktor-faktor yang terbukti memprediksi pengajaran kreatif yang berhasil seorang guru adalah

trait kepribadian, keluarga, pengalaman belajar dan pendidikan, keyakinan terhadap

pendidikan, ketekunan dalam mendidik, motivasi, dan lingkungan organisasi. Keyakinan

terhadap pendidikan, ketekunan dalam mendidik, dan motivasi merupakan tiga faktor

terpenting bagi keberhasilan pendidikan yang kreatif dari seorang guru. Penelitian ini

sekaligus juga menunjukkan bahwa kreatifitas merupakan sesuatu yang dapat diajarkan.

Penelitian yang dilakukan oleh Chen dkk. (2005) juga menunjukkan bahwa

kreatifitas merupakan suatu hal yang dapat diajarkan. Chen dkk. melakukan pengamatan

longitudinal selama dua tahun terhadap para siswa yang mendapatkan kurikulum

pendidikan untuk meningkatkan kemampuan para siswa dalam menyelesaikan

permasalahan secara kreatif. Chen dkk. menggunakan subjek penelitian sebanyak 177

orang. Torrance Tests of Creative Thnking (TTCT) digunakan untuk mengukur

(3)

menyelesaikan kurikulum pendidikan tersebut mengalami peningkatan kreatifitas secara

signifikan.

III. Strategi Pengajaran Kreatif

Kreatifitas merupakan tuntutan pendidikan dan kehidupan pada saat ini.

Kreatifitas akan menghasilkan berbagai inovasi dan perkembangan baru. Individu dan

organisasi yang kreatif akan selalu dibutuhkan oleh lingkungannya, karena mereka

mampu memenuhi kebutuhan lingkungannya yang terus berubah. Individu dan

organisasi yang kreatif akan mampu bertahan dalam kompetisi global yang dinamis dan

ketat.

Horng dkk. (2005) selanjutnya mengemukakan berbagai strategi pengajaran

kreatif yang telah terbukti berhasil meningkatkan kreatifitas para siswa. Strategi-strategi

tersebut sebaiknya diterapkan sebagai aktivitas yang terintegrasi.

Strategi pertama adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa

(student-centered learning). Guru menurut strategi ini berperan sebagai fasilitator yang menolong para siswa untuk melakukan refleksi diri, diskusi kelompok, bermain peran, melakukan

presentasi secara dramatikal, dan berbagai aktifitas kelompok lainnya. Guru juga

berperan sebagai teman belajar, inspirator, navigator, dan orang yang berbagi

pengalaman. Para siswa diberi kebebasan untuk memilih perspektif yang akan mereka

gunakan untuk mempelajari suatu topik. Berbagai metode tersebut akan membuat para

siswa berubah dari pendengar pasif menjadi observer, mampu menunjukkan

kemampuannya, dan co-learner. Guru hendaknya juga memberikan kesempatan kepada

para siswa untuk memilih topik dalam berbagai tugas proyek individu atau kelompok.

Melalui metode ini, kreatifitas ditimbulkan untuk mengeksplorasi berbagai ide yang

dipandang menarik oleh para siswa. Collins dan Amabile (dalam Horng dkk., 2005)

menyatakan bahwa motivasi intrinsik dan kreatifitas seorang siswa dapat ditingkatkan

jika guru mmapu mendorong para siswa untuk mendiskusikan proses pembelajaran

mereka yang secara intrinsik menyenangkan dan menggairahkan.

Strategi kedua adalah penggunaan berbagai peralatan bantu dalam pengajaran

(multi-teaching aids assisstance). Guru-guru yang kreatif dan banyak akal menggunakan

berbagai peralatan dalam mengajar, seperti penghancur kertas, kotak mainan, palu,

(4)

menggairahkan para siswa dalam berfikir, memperluas sudut pandangnya, dan memicu

diskusi yang lebih mendalam. Tan (dalam Horng dkk., 2005) mengemukakan bahwa

video terbukti efektif untuk meningkatkan kreatifitas para siswa. Storm dan Storm

(dalam Horng dkk., 2005) juga menyatakan bahwa pelajaran yang difasilitasi oleh

penggunaan video akan menjadi lebih atraktif, menarik, dan lebih mudah diingat oleh

para siswa. Mata pelajaran juga akan lebih atraktif dan menstimulasi pada saat

menggunakan komputer, transparansi, slide show, dan berbagai peralatan multimedia

lainnya. Selain itu, keahlian penggunaan komputer merupakan prasyarat bagi guru yang

kreatif dan akses terhadap sumber-sumber pendidikan yang berlimpah di internet.

Strategi ketiga adalah strategi manajemen kelas (class management strategies).

Strategi ini mencakup pembuatan iklim interaksi antara guru dan siswa yang bersahabat

dan memperlakukan siswa dengan menghormati berbagai kebutuhan dan

individualitasnya. Guru diharapkan mampu berbicara dengan nada dan bahasa tubuh

yang ramah (gentle) kepada para siswanya. Guru diharapkan juga tidak menginterupsi

atau menghakimi secara tergesa-gesa pada saat para siswa mengekspresikan ide-idenya.

Guru diharapkan mampu memberikan bimbingan, pertanyaan terbuka yang lebih

banyak, atau menyampaikan pengalaman pribadinya sebagai referensi. Humor yang

digunakan guru di dalam kelas dapat menjadi jembatan penghubung antara guru dan

siswa, serta menyediakan lingkungan belajar yang santai.

Berbagai penelitian yang dilakukan di seluruh dunia (dalam Horng dkk., 2005)

menunjukkan bahwa lingkungan belajar merupakan kunci untuk pembelajaran yang

kreatif. Keterampilan untuk membuat interaksi bersahabat dengan siswa merupakan

kualitas yang penting dari seorang guru yang kreatif. Guru yang mengajari siswanya

untuk kreatif seharusnya juga mempercayai bahwa siswanya memiliki kemampuan

untuk mendisiplinkan diri sendiri, berfokus pada komunikasi dan semangat demokratis,

serta menolong siswanya untuk mengembangkan berbagai kelebihan individualitasnya.

Petrowski (dalam Horng dkk., 2005) mengemukakan beberapa prinsip untuk

membangun lingkungan pembelajaran yang kreatif. Prinsip-prinsip tersebut yaitu: (a)

menyediakan kesempatan untuk memilih dan mengetahui berbagai kemungkinan yang

ada, (b) mendukung berbagai usaha untuk berbuat atau menciptakan, dan (c)

(5)

Strategi keempat untuk meningkatkan kreatifitas para siswa adalah dengan

menghubungkan isi pengajaran dengan konteks kehidupan nyata. Esquivel (dalam Horng

dkk., 2005) mengemukakan bahwa para siswa menyukai pelajaran yang berhubungan

dengan berbagai peristiwa kehidupan nyata. Guru yang mampu memberikan pelajaran

sesuai dengan konteks nyata kehidupan berarti telah membagikan pengalamannya

kepada para siswa. Hal ini akan menjadi pemicu bagi para siswa untuk memberikan

respon, berdiskusi, dan berfikir dalam tingkat tinggi.

Proses pengajaran yang terintegrasi akan menolong para siswa untuk

mengembangkan keterampilan dalam mengekspresikan dan merealisasikannya dalam

kehidupan nyata sehari-hari, menemukan contoh dalam kehidupan nyata untuk

membuktikan apa yang telah mereka pelajari, dan menghubungkan apa yang mereka

pelajari dengan berbagai pengalaman kehidupan. Hal ini menunjukkan bahwa

pendidikan seharusnya memusatkan pada peningkatan keterampilan untuk

menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan dengan membebaskan kreatifitas para

siswa.

Strategi kelima adalah menggunakan pertanyaan terbuka dan mendorong para

siswa untuk berfikir kreatif (open questions and encouragement of creative thinking).

Pertanyaan-pertanyaan terbuka akan menggerakkan para siswa untuk berfikir kreatif.

Esquivel (dalam Horng dkk., 2005) bahkan menyatakan bahwa pertanyaan terbuka

merupakan karakteristik dari guru yang kreatif. Guru yang kreatif juga selalu mendorong

siswanya untuk membuat dan berimajinasi dalam diskusi kelompok. Berbagai hasil

penelitian (dalam Horng dkk., 2005) menunjukkan bahwa para guru dapat memberikan

pengaruh yang lebih positif dengan mendorong para siswa agar ”menjadi kreatif”.

IV. Evaluasi Pengajaran Kreatif

Berkaitan dengan pengajaran yang dilakukan oleh seorang guru atau dosen,

kemampuan berfikir kreatif para siswa atau mahasiswa ternyata dapat dipergunakan

sebagai kriteria evaluasi efektifitas seorang guru atau dosen. Davidovitch dan Milgram

(2006) telah melakukan penelitian untuk mengidentifikasi prediktor efektifitas dari 58

orang dosen. Davidovitch dan Milgram menemukan bahwa terdapat korelasi r = 0.64

(p<0,01) antara efektifitas guru dengan kemampuan berfikir kreatif siswa, yang

(6)

kehidupan. Hasil penelitian tersebut juga mengindikasikan bahwa terdapat hubungan

yang kuat antara kemampuan berfikir kreatif siswa di dalam ruang kelas dengan

kemampuan berfikir kreatif siswa di luar ruang kelas.

V. Penutup

Pendidikan yang saat ini dilaksanakan di Indonesia cenderung lebih

mengutamakan pengembangan kemampuan kognitif. Pendidikan pada tingkat sekolah

dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, maupun pendidikan tinggi

masih menunjukkan kecenderungan di atas. Hal ini membuat para siswa seringkali

mengalami kegagapan saat harus menyelesaikan masalah nyata, karena tidak semua

masalah dapat diselesaikan secara efektif dengan menggunakan kemampuan kognitif

saja. Kreatifitas seringkali menjadi syarat untuk menyelesaikan masalah secara efektif.

Csikszentmihalyi (dalam Sternberg, 1999) menyatakan bahwa komunitaslah

yang membuat kreatifitas seseorang dapat muncul. Pendapat tersebut seharusnya

membuat para guru menjadi lebih optimis dalam menerapkan strategi pengajaran kreatif

dan mendesain lingkungan pembelajaran yang mendukung kreatifitas, sehingga

(7)

Daftar Pustaka

Chen, Chi-Kuang; Jiang, Bernard C.; and Hsu, Kuang-Yiao. 2005. An Empirical Study of Industrial Engineering and Management Curriculum Reform in Fostering Students’s Creativity. European Journal of Engineering Education, vol. 30, no. 2, May 2005, 191-202.

Davidovitch, Nitza, & Milgram, Roberta M. 2006. Creative Thinking as a Predictor of Teacher Effectiveness in Higher Education. Creativity Research Journal, vol. 18, no. 3, 385-390.

Horng, Jeou-Shyan; Hong, Jon-Chao; ChanLin, Lih-Juan; Chang, Shih-Hui; and Chu, Hui-Chuan. 2005. Creative Teachers and Creative Teaching Strategies. International Journal of Consumer Studies, 29, 4, July 2005, 352-358.

Smith, Tori Haring. 2006. Creativity Research Review: Some Lessons for Higher Education. peerReview. Diakses dari ProQuest, 3 September 2007.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji signifikan simultan (uji F) menunjukkan bahwa variabel variabel rekrutmen, pelatihan, dan penempatan kerja secara simultan memiliki pengaruh signifikan

McCall menjelaskan faktor kualitas sistem informasi terdiri dari 11 faktor[4], yaitu: (1) Correctness: Kemampuan sistem informasi dalam memenuhi kebutuhan

[r]

STRUKTUR ORGANISASI PT CITRA MANDIRI SURABAYA..

Pada hari ini Rabu tanggal Dua Puluh Sembilan bulan Mei tahun Dua Ribu Tiga Belas , kami Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Dinas Sosial Tenaga Kerja dan

1.) Analisis organisasi pada hakikatnya menyangkut pada pertanyaan-pertanyaan dimana atau bagaimana didalam institusi ada personil yang membutuhkan pelatihan. Setelah itu,

Menurut penelitian Sarwoko (2011) hasil analisis menunjukkan bahwa dukungan teman, dukungan keluarga dan dukungan orang yang dianggap penting berpengaruh positif terhadap

Penelitian ini menggunakan pendeka- tan korelasional yang bertujuan untuk meng- etahui apakah ada hubungan variabel coping (X), dan variabel resiliensi (Y). Jumlah subjek