• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR FAKTOR PENGHAMBAT DALAM PEMILIHAN SEKOLAH LANJUTAN PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 CLUWAK PATI TAHUN AJARAN 20152016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR FAKTOR PENGHAMBAT DALAM PEMILIHAN SEKOLAH LANJUTAN PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 CLUWAK PATI TAHUN AJARAN 20152016"

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)

i

Skripsi

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

oleh

Ayu Isworo Widiawati 1301410039

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Tak ada rahasia untuk menggapai sukses. Sukses itu dapat terjadi karena

persiapan, kerja keras, dan mau belajar dari kegagalan.

(General Collin Power)

PERSEMBAHAN

1) Almamaterku BK FIP UNNES.

2) Untuk Papa Alm. Edi Susmanto dan Mama

Sulistiyani tercinta untuk segala kasih sayang, doa,

dukungan, perjuangan dan motivasinya.

3) Untuk Saudaraku Tersayang, Kakak Bagus

Widiatmoko.

(5)

v

PRAKATA

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan semuanya denga baik serta rencana terbaik-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “Faktor-faktor penghambat dalam pemilihan sekolah lanjutan pada siswa kelas IX SMP Negeri 1 Cluwak Pati Tahun Ajaran 2015/2016”. Penelitian ini dilakukan karena melihat fenomena di sekitar, bahwa pada siswa kelas IX memilih sekolah lanjutan yang tepat bukan hal yang mudah, dan banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhinya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi penghambat dalam pemilihan sekolah lanjutan pada siswa kelas IX SMP Negeri 1 Cluwak Pati Tahun Ajaran 2015/2016. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh studi di Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan.

2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin penelitian untuk skripsi ini. 3. Drs. Eko Nusantoro, M.Pd, Kons, Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling,

(6)

vi

4. Dra. Ninik Setyowani, M.Pd. sebagai pembimbing skripsi dan dosen penguji tiga, yang telah memberikan bimbingan, arahan, perhatian, masukan dan dukungan selama penyusunan skripsi.

5. Dr. Awalya, M.Pd.,Kons. sebagai dosen penguji satu, yang telah memberikan bimbingan dan masukan selama sidang skripsi hingga perbaikan skripsi. 6. Dra. Maria Theresia Sri Hartati, M.Pd., Kons. sebagai dosen penguji dua,

yang telah memberikan bimbingan dan masukan selama sidang skripsi hingga perbaikan skripsi.

7. Kepala sekolah SMP Negeri 1 Cluwak yang telah memberikan izin penelitian. 8. Guru BK SMP Negeri 1 Cluwak, yang telah bersedia membantu selama

proses penelitian.

9. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang khususnya Dosen Jurusan Bimbingan dan Konseling atas bekal ilmu, wawasan, inspirasi, dan motivasi kepada penulis.

10. Seluruh Staf Karyawan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang, khusunya Staf Jurusan Bimbingan dan Konseling, beserta petugas perpustakaan Jurusan Bimbingan dan Konseling yang telah membantu kelancaran penulisan skripsi.

11. Teman-teman Mahasiswa BK Angkatan ’10, teman-teman kos dan sahabat saya.

(7)

vii

Demikian skripsi ini disusun, semoga kita senantiasa diberi yang terbaik oleh Allah SWT. Akhir kata, semoga karya ini bermanfaat.

Semarang, Agustus 2015

(8)

viii

ABSTRAK

Widiawati, Ayu Isworo. 2015. Faktor-faktor penghambat dalam pemilihan sekolah lanjutan pada siswa kelas IX SMP Negeri 1 Cluwak Pati Tahun Ajaran 2015/2016.Skripsi. Jurusan Bimbingan dan Konseling. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Dra. Ninik Setyowani, M.Pd.

Kata kunci: faktor internal dan faktor eksternal penghambat dalam pemilihan sekolah lanjutan, siswa kelas IX SMP

Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan fenomena di lapangan pada saat peneliti melaksanakan observasi di SMP Negeri 1 Cluwak melalui DCM dengan perolehan hasil secara keseluruhan siswa mengalami permasalahan dalam pemilihan sekolah lanjut dari aspek biaya, tentu saja biaya merupakan aspek penting dalam menempuh studi. Selain itu siswa juga mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan sekolah lanjut serta mengalami kekhawatiran tidak diterima di sekolah lanjut yang memiliki kualitas baik. Sekolah lanjutan sangat penting, jadi apabila kualitasnya kurang baik maka siswa menjadi khawatir karena hal ini menyangkut masa depan. Siswa merasa takut tidak bisa berdiri sendiri, hal ini dapat diakibatkan karena ketakutan siswa tidak mendapat dukungan dari pihak-pihak terkait dan orang terdekat. Selain itu melalui wawancara dengan Guru BK bahwa secara keseluruhan siswa kelas IX ingin melanjutkan sekolah setelah lulus dari SMP, namun dalam menentukan sekolah lanjutan yang tepat ada kalanya mendapat hambatan dari faktor-faktor internal dan eksternal. Sekolah lanjutan merupakan salah satu aspek pemilihan karier, yang mana semua itu bertujuan untuk memudahkan siswa dalam merencanakan masa depan sedini mungkin. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui faktor internal dan faktor eksternal apa saja yang menghambat siswa kelas IX SMP Negeri 1 Cluwak Pati tahun ajaran 2015/2016.

(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

PERNYATAAN... iii

MOTO DAN PERSEMBAHAN... iv

KATAPENGANTAR... v

ABSTRAK... viii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR DIAGRAM... xii

DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah... 8

1.3 Tujuan Penelitian... 8

1.4 Manfaat Penelitian... 9

1.5 Sistematika Penulisan Skripsi... 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 11

2.1 PenelitianTerdahulu... 11

2.2 Pemilihan Karier... ... 17

2.2.1 Pengertian Pemilihan Karier... ... 17

2.2.2 Faktor-faktor pokok dalam Perkembangan Karier... 19

2.3 Faktor-faktor Penghambat dalam Pemilihan Sekolah Lanjutan…... 39

2.3.1 Faktor Penghambat Internal... 40

2.3.2 Faktor Penghambat Eksternal... 42

2.4Teori Perkembangan Anak Usia SMP... 48

(10)

x

BAB 3 METODE PENELITIAN... 53

3.1 Jenis Penelitian... 53

3.2 Variabel Penelitian... 54

3.2.1 Identifikasi Variabel... 54

3.2.2 Hubungan Antar Variabel... 55

3.2.3 Definisi Operasional Variabel... 55

3.3 Populasi dan Sampel... 57

3.3.1 Populasi... 57

3.3.2 Sampel dan Teknik Sampling... 58

3.4 Metode dan Alat Pengumpul Data... 60

3.4.1 Metode pengumpulan Data... 60

3.4.2 Alat Pengumpulan Data... 62

3.4.3 Penyusunan Instrumen... 64

3.5 Uji Instrumen Penelitian... 69

3.5.1Validitas... 69

3.5.2 Reliabilitas... 71

3.6 Teknik Analisis Data... 73

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 75

4.1 Hasil Penelitian... 75

4.1.1 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Data Penelitian Keseluruhan... 76

4.1.2 Hasil Analisis Deskriptif Persentase Data Penelitian Per Komponen.... 78

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian... 89

4.2.1 Faktor Penghambat Internal... 90

4.2.2 Faktor Penghambat Eksternal... 95

4.3 Keterbatasan Penelitian... 100

BAB 5 PENUTUP... 101

5.1 Kesimpulan... 101

5.2 Saran... 102

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Daftar Populasi dan Sampel Penelitian... 58

3.2Sampel Penelitian... ... 60

3.3Penskoran Alternatif Jawaban... ... ... 62

3.4Kategori Tingkatan Kriteria Faktor Penghambat dalam Pemilihan Sekolah Lanjutan... ... 64

3.5Kisi-kisi Skala Psikologis Faktor Penghambat dalam Pemilihan Sekolah Lanjutan... ... 65

3.6Distribusi Butir Item Valid dan Gugur... ... ... 71

3.7Kriteria Reliabilitas Instrumen... ... ... 72

4.1 Analisis Deskriptif Persentase Faktor-faktor Penghambat dalam Pemilihan Sekolah Lanjutan... 76

4.2 Persentase Deskriptor Kondisi Fisik... 78

4.3 Persentase Per Butir Pernyataan Faktor Kondisi Fisik... 79

4.4 Persentase Deskriptor Kondisi Psikis... 80

4.5 Persentase Per Butir Pernyataan Faktor Kondisi Psikis... 81

4.6 Persentase Deskriptor Kondisi Keluarga... 83

4.7 Persentase Per Butir Pernyataan Faktor Kondisi Keluarga... 84

4.8 Persentase Deskriptor Kondisi Sekolah... 85

4.9 Persentase Per Butir Pernyataan Faktor Kondisi Sekolah... 86

4.10 Persentase Deskriptor Kondisi Teman... 86

4.11 Persentase Per Butir Pernyataan Faktor Kondisi Teman... 87

(12)

xii

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Halaman

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kisi-kisi Instrumen Sebelum Try Out ... 106

2. Skala Pemilihan Sekolah Lanjutan Sebelum Try Out ... 111

3. Perhitungan Validitas ... 119

4. Perhitungan Realiabilitas ... 133

5. Kisi-kisi Intrumen Sesudah Try Out ... 135

6. Skala Pemilihan Sekolah Lanjutan Sesudah Try Out ... 139

7. Tabulasi Hasil Penelitian ... 146

8. Daftar Sampel Penelitian Siswa Kelas IX... 167

9. Foto Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian ... 169

(15)

1

1.1

Latar Belakang Masalah

Sekolah menengah atas dan sekolah menengah kejuruan merupakan sekolah menengah lanjutan yang akan ditempuh siswa setelah lulus dari Sekolah Menengah Pertama (SMP). Dalam hal memilih sekolah lanjutan setelah lulus dari SMP tidak lantas mudah, karena beberapa hal dari salah memilih sekolah lanjutan dapat berakibat tidak baik pada proses belajar siswa dan dapat menghambat karier anak di masa depan. Dengan mengetahui pentingnya peran sekolah bagi perkembangan kepribadian, intelektual, sosial dan karier, maka siswa harus memilih sekolah yang tepat dan sesuai dengan cita-cita.

Dalam tahap perkembangan karier menurut Super (dalam Winkel 2004: 632) ialah “remaja mengalami fase eksplorasi (exploration) di mana individu memikirkan berbagai alternatif jabatan, tetapi belum mengambil keputusan yang mengikat”. Selanjutnya Super (dalam Winkel 2004: 631) berpendapat bahwa “perkembangan jabatan itu dipandang sebagai suatu proses yang mencakup

(16)

memperhatikan berbagai faktor yang menjadi penghambatnya diantaranya faktor internal dan faktor eksternal.

Santrock (2003: 486) mengatakan bahwa “sekolah memberikan pengaruh yang kuat dalam pemilihan karier individu”. Sekolah memberikan suasana untuk mengembangkan diri sehubungan prestasi dan karier. “Individu harus melewati tahap perkembangan yang meliputi jangka waktu yang lama untuk menetap pada satu karier tertentu.” (Winkel 2007: 624). Menurut Super (dalam Purwandari 2009: 12) menjelaskan bahwa “individu dikatakan matang atau siap untuk membuat keputusan karier jika pengetahuan yang dimilikinya untuk membuat keputusan karier didukung oleh informasi yang kuat mengenai pekerjaan berdasarkan eksplorasi yang telah dilakukan.” Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa perlu mengerti dan memahami tugas perkembangan remaja, serta pemilihan karier bagi siswa didukung oleh pengetahuan serta informasi mengenai jenis karier yang diperoleh dari sekolah, karena sekolah memberikan peran penting bagi perkembangan diri serta prestasi siswa. Informasi yang cukup dalam memutuskan pilihan agar apa yang menjadi harapan siswa dapat tercapai.

(17)

(1) sub tahap minat (interest); (2) sub tahap kapasitas (capacity); (3) sub tahap nilai (values) dan (4) sub tahap transisi (transition)”.

Jadi pada tahap tentatif anak mulai menyadari bahwa mereka memiliki minat dan kemampuan yang berbeda satu sama lain. Pada sub tahap minat, anak cenderung melakukan pekerjaan-pekerjaan atau kegiatan-kegiatan hanya yang sesuai dengan minat dan kesukaan mereka saja. Sedangkan pada sub kapasitas dan kemampuan anak mulai melakukan kegiatan didasarkan pada kemampuan masing-masing, disamping minat dan kesukaannya. Selanjutnya pada sub tahap nilai anak sudah bisa membedakan mana kegiatan atau pekerjaan yang dihargai oleh masyarakat, dan mana yang kurang dihargai. Pada masa remaja pilihan karier orang mengalami perkembangan. Awalnya pertimbangan karier itu hanya berdasarkan kesenangan, ketertarikan atau minat, sedangkan faktor-faktor lain tidak dipertimbangkan. Menyadari bahwa minat saja tidaklah cukup, sehingga anak mulai menanyakan kepada diri sendiri apakah dia memiliki kemampuan melakukan suatu pekerjaan, dan apakah kemmpuannya itu cocok dengan minatnya.

Menurut Havigurst (dalam Yusuf 2009: 67) tugas-tugas perkembangan adalah “A developmental task is a task which arises at or about a certain period

in the life of the individual, successful achievement of which leads to his

happiness and to success with later task, while failure leads to unhappiness in the

individual, disapproval by society, and difficulty with later task.” (Tugas

(18)

membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas berikutnya; sementara apabila gagal, maka akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan, menimbulkan penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam tugas-tugas berikutnya).

Siswa sekolah menengah merupakan masa remaja di mana dalam masa ini terjadi peningkatan dalam suatu pemilihan. Hal tersebut diwujudkan dalam proses pembentukan orientasi, minat, dan rencana masa depan individu. Dalam hal ini, “siswa mulai merencanakan keputusan-keputusan tentang masa depan” (Desmita 2009: 198). Oleh sebab itu, untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi pemilihan karier menjadi hal penting, terutama bagi siswa SMP di mana akan dihadapkan pada pilihan sekolah lanjutan.Namun pada kenyataannya di lapangan, memilih sekolah lanjutan yang tepat setelah lulus dari jenjang SMP merupakan keadaan yang tidak mudah bagi para siswa yang masih dalam kategori remaja. Keadaan tersebut dipengaruhi oleh pemahaman siswa tentang sekolah lanjutan belum terarah dan sangat bergantung pada pihak luar, yaitu teman, konselor, dan harapan orang tua. “Ada tiga faktor penghambat dalam pemilihan karir yaitu keluarga, kelompok sebaya, dan masyarakat” (Supriyo 2008: 118).

(19)

memperhatikan kemampuan diri mereka sendiri. Madikhatun dalam Jurnal Informatika Vol 5 No. 1 Januari 2011 mengungkapkan pengambilan keputusan dalam bidang pendidikan yaitu memilih sekolah yang tepat. Pemilihan sekolah merupakan salah satu hal yang sangat penting dikarenakan pilihan sekolah akan mempengaruhi pendidikan dan masa depan.

Setiap remaja khususnya siswa SMP Negeri 1 Cluwak Pati seharusnya memiliki kemampuan diri dalam mengetahui bakat dan minat mereka yang positif, dan pada kondisi yang terdapat di lapangan dijumpai secara keseluruhan siswa sudah memiliki minat pada suatu bidang. Fenomena yang diperoleh oleh peneliti selama observasi melalui DCM pada siswa kelas VIII diperoleh hasil bahwa 33% siswa ingin melanjutkan sekolah tetapi tidak punya biaya, 36% siswa sulit menetapkan pilihan sekolah lanjutan, 15% siswa merasa takut di masa depan tidak dapat berdiri sendiri, dan 16% siswa mengalami kekhawatiran tidak dapat diterima di sekolah lanjutan yang berkualitas baik.

(20)

sendiri, hal ini dapat diakibatkan karena ketakutan siswa tidak mendapat dukungan dari pihak-pihak terkait dan orang terdekat.

Selain itu peneliti selama melakukan wawancara dengan Guru BK di sekolah pada semester gasal tahun 2014, secara keseluruhan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Cluwak ingin melanjutkan sekolah setelah lulus dari SMP. Siswa menilai diri mereka sudah mengetahui minat mereka pada sekolah lanjutan, namun sebenarnya faktor minat saja tidak cukup dalam mengambil keputusan untuk memilih studi lanjut dan kariernya. Penentuan dan pemilihan karier untuk anak usia pubertas ini tentunya masih memiliki beberapa kesulitan karena emosi yang masih labil. Untuk menentukan pemilihan sekolah lanjutan, siswa tidak hanya mengandalkan minat saja, hal ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tentunya ada di lingkungan sekitar siswa.

(21)

siswa dalam mengambil keputusan tersebut. Apabila siswa tidak mengetahui pemilihan kariernya dengan baik, mereka tidak mempunyai gambaran tentang karier apa yang akan mereka pilih di masa depan, sehingga hal ini akan menimbulkan kecemasan dalam diri yang dapat menghambat keberhasilannya.

Melihat fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian berjudul “Faktor-faktor yang Penghambat dalam Pemilihan Sekolah Lanjutan Pada Siswa Kelas IX SMP Negeri 1 Cluwak Pati Tahun Ajaran 2015/2016”. Alasannya yaitu dengan mengenal faktor-faktor tersebut nantinya bisa mengetahui aspek-aspek hambatan yang terjadi pada siswa dalam perkembangan karier, selain itu siswa dapat mengetahui penyelesaian dari masalah tersebut yang menyangkut pemilihan sekolah lanjutan.

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah umum pada penelitian ini yaitu apa saja faktor-faktor penghambat dalam pemilihan sekolah lanjutan pada Siswa kelas IX SMP Negeri 1 Cluwak Pati Tahun Ajaran 2015/2016?

Untuk menjawab rumusan masalah umum tersebut, perlu dirinci rumusan masalah khusus sebagai berikut:

1. Faktor internal apa saja yang menghambat pemilihan sekolah lanjutan pada Siswa kelas IX SMP Negeri 1 Cluwak Pati Tahun Ajaran 2015/2016?

(22)

1.3

Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini secara umum yaitu untuk mengetahui apa saja faktor-faktor penghambat dalam pemilihan sekolah lanjutan pada Siswa kelas IX SMP Negeri 1 Cluwak Pati Tahun Ajaran 2015/2016. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui faktor internal yang menghambat pemilihan sekolah lanjutan pada Siswa kelas IX SMP Negeri 1 Cluwak Pati Tahun Ajaran 2015/2016.

2. Untuk mengetahui faktor eksternal yang menghambat pemilihan sekolah lanjutan pada Siswa kelas IX SMP Negeri 1 Cluwak Pati Tahun Ajaran 2015/2016.

1.4

Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Praktis

1. Bagi guru

Bagi guru BK di SMP Negeri 1 Cluwak untuk dapat meningkatkan pemberian layanan di bidang karier kepada siswa, agar siswa tidak kebingungan dalam menentukan sekolah lanjutan.

2. Untuk siswa

(23)

1.4.2 Manfaat Teoritis

1. Untuk peneliti berikutnya

Bagi civitas akademika dapat menjadi bahan pertimbangan dalam memberikan layanan terkait dengan bidang karier kepada siswa.

1.5

Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika skripsi merupakan suatu bentuk gambaran dari penyusunan skripsi yang bertujuan untuk mempermudah pembaca dalam memahami isi dari skripsi. Adapun sistematika skripsi yang disusun adalah sebagai berikut:

1.5.1 Bagian Awal Skripsi

Berisi halaman judul, abstrak, pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar diagram, daftar gambar, dan daftar lampiran.

1.5.2 Bagian Isi

Bab I Pendahuluan, bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan garis sistematika penulisan skripsi.

Bab II Tinjauan Pustaka, bab ini berisi penelitian terdahulu, teori yang melandasi tentang karir, perencanaan karir, dan faktor-faktor penghambat perencanaan karir siswa.

(24)

penyusunan instrumen, validitas dan reliabilitas instrumen, dan teknik analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, bab ini berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan.

Bab V Penutup, bab ini berisi simpulan dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan dan saran-saran yang diberikan peneliti berdasarkan hasil penelitian.

1.5.3 Bagian Akhir Skripsi

(25)

11

Pada bab ini akan menguraikan beberapa penelitian terdahulu yang dapat mendukung penelitian dan teori-teori yang melandasi penelitian ini. Teori-teori tersebut antara lain pengertian pemilihan karier, faktor internal dan faktor eksternal yang menghambat dalam pemilihan sekolah lanjutan, dan teori perkembangan anak usia remaja (SMP).

2.1

Penelitian Terdahulu

Sebelum peneliti mengkaji lebih tentang faktor-faktor penghambat dalam pemilihan sekolah lanjutan, penulis akan memaparkan penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dan terdapat keterkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Penelitian-penelitian tersebut dijelaskan di bawah ini:

2.1.1 Kristanto, Agnes Mariana (2008) mengenai Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Karier Pada Dewasa Muda

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa subyek bekerja di salah satu perusahaan swasta di Semarang. Perusahaan yang berjalan di bidang pergudangan besi baja, subyek bekerja di bidang keuangan yang mengurusi penjualan barang dari seles perusahaan. Subyek mendapat dukungan dari keluarga dan teman-teman dalam melakukan pekerjaan.

(26)

menginput data, administrasi keuangan, dan memahami alur perdagangan, (b) bakat yang dimiliki subyek yaitu; bakat berhitung dalam akuntansi, (c) persepsi subyek tentang pekerjaan akuntansi memiliki banyak kelebihan daripada kekurangannya, (d) respon positif yang didapat subyek dari keluarga maupun teman-teman, sehingga membuat subyek lebih bersemangat dan mantap dalam menjalankan kariernya, (e) problem solving subyek dalam menghadapi masalah, dan (f) kesiapan mental subyek dalam bekerja, (g) tugas perkembangan dewasa muda dalam berkarier.

Selain faktor internal yang mempengaruhi pemilihan karier subyek, faktor eksternal juga berperan penting, antara lain yaitu; (a) perekonomian keluarga yang kurang baik mengingat sang ayah sudah meninggal dan hanya ibu bekerja seorang diri, dan (b) informasi pekerjaan sebagai akuntan banyak digunakan oleh perusahaan. Berdasarkan keterangan di atas, faktor internal dan eksternal sangat mempengaruhi pemilihan karier pada dewasa muda. Bagi subyek penelitian sendiri, faktor eksternal yang sangat berpengaruh adalah dukungan dari keluarga dan teman-temannya.

(27)

2.1.2 Purwanti, Cicih (2013) mengenai Upaya Meningkatkan Minat Studi Lanjut ke SMK Melalui Layanan Informasi Karier Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Salem

Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa minat studi lanjut siswa ke SMK masih rendah. Hal tersebut dapat terlihat dari 35 siswa yang diberikan skala minat sebagai bentuk kondisi awal secara keseluruhan diperoleh rata-rata 51,81% dengan kriteria rendah. Minat studi lanjut ke SMK terlhat bahwa aspek persepsi memiliki presentase 54,06% dengan kategori sedang, aspek perhatian memiliki presentase 47,37% dengan kategori rendah, aspek kepercayaan memiliki presentase 51,83% dengan kategori sangat rendah, aspek keinginan memiliki presentase 50,17% dengan kriteria sedang, serta aspek tindakan memiliki presentase 54,51% dengan kategori sangat rendah.

Peneliti melakukan tindakan dengan menggunakan layanan informasi karier. Layanan informasi karier merupakan kegiatan pemberian layanan berupa informasi dalam bidang karier yang bertujuan memberikan pemahaman, pengembangan, dan sebagai bahan pertimbangan siswa untuk memilih dan mengambil keputusan karier dalam kehidupannya serta masa depannya.

(28)

2.1.3 Maryati, Sri (2009) Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Preferensi Masyarakat Dalam Memilih Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) di Kota Semarang

Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi siswa dalam pemilihan sekolah adalah faktor kondisi sekolah yang mempunyai pengaruh paling besar. Kemudian diikuti oleh faktor lokasi yang paling kecil adalah faktor ekonomi. Serta lokasi atau letak SMKN yang berada di 4 (empat) kecamatan tidak mempengaruhi keinginan siswa untuk memilihnya, terlihat dari mayoritas siswanya yang berasal dari kecamatan lain.

Dari analisis karakteristik sekolah, sub faktor masa depan yang lebih menjanjikan mempunyai pengaruh paling besar pada semua kelompok sekolah. Kemudian diikuti sub faktor sub faktor keleluasaan dalam memilih jurusan, baru kemudian prestasi yang telah dicapai sekolah dan yang paling kecil pengaruhnya adalah sub faktor fasilitas sekolah. Dari analisis karakteristik ekonomi, sub faktor kondisi ekonomi keluarga mempunyai pengaruh paling besar pada semua kelompok sekolah. Kemudian diikuti oleh sub faktor biaya transportasi, dan yang paling kecil pengaruhnya adalah sub faktor biaya sekolah. Hal ini menunjukkan siswa mempunyai pertimbangan dengan sekolah di sekolah kejuruan akan mempersiapkan mereka ke dunia kerja sehingga dapat segera membantu orang tua untuk meningkatkan kondisi ekonomi keluarganya.

(29)

strategis. Hal ini menunjukkan bahwa siswa mempunyai pertimbangan mengenai kemudahan aksesbilitas ke sekolah akan memperlancar proses belajar mengajar. Berdasarkan analisis statistik Crosstab diketahui bahwa terdapat hubungan positif antara preferensi pemilihan sekolah dengan kondisi ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi ekonomi keluarga mempunyai pengaruh terhadap siswa dalam memilih SMK Negeri di Kota Semarang.

Kaitan hasil penelitian di atas dengan penelitian ini adalah sebagai penguat teori. Hasil penelitian memperkuat pemikiran peneliti bahwa dalam menentukan rencana pemilihan karier terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi. Faktor yang menyebabkan munculnya pengaruh bagi individu untuk menentukan pilihan karier terdapat dari kendisi ekonomi keluarga. Dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi keluarga, siswa banyak memilih untuk melanjutkan sekolah ke SMK karena langsung mendapat bekal keterampilan untuk bekerja.

2.1.4 Miskiya, Lu’luatun (2014) Faktor Determinan Kemampuan

Perencanaan Karier Siswa SMA Negeri Se-Kabupaten Tegal. Indonesian Journal of Guidance and Counseling 3 (1) (2014)

(30)

Selain faktor keluarga, faktor-faktor lainnya menjadi faktor pendukung atau penunjang kemampuan perencanaan karier siswa meliputi faktor genetik, faktor teman sebaya, faktor keterampilan, faktor sekolah dan faktor belajar. Dari kelima faktor pendukung tersebut, faktor genetik, faktor teman sebaya, faktor keterampilan dan faktor sekolah berada dalam kategori tinggi sedangkan faktor belajar berada dalam kategori sedang.

Keterkaitan penelitian di atas dengan penelitian ini adalah sebagai penguat teori bahwa dalam perencanaan karier siswa melihat faktor internal dan eksternal yang menjadi kemampuan dan hambatannya. Dengan mengetahui kemampuan individu dalam merencanakan karier, tentunya akan diketahunya penyelesaian apabila mendapatkan hambatan dalam perencanaan dan pemilihan karier.

Penelitian-penelitian ini menjadi sebuah penunjang dalam penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dan korelasinya adalah karena penelitian ini mengangkat permasalahan mengenai karier siswa. Sedangkan tujuan penelitian yang dilakukan peneliti adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat menghambat pemilihan sekolah lanjutan pada siswa, yang terbagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

(31)

siswa yang meliputi kondisi keluarga, pendidikan sekolah, teman sebaya, dan masyarakat. Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut diharapkan dapat menjadi sebuah pemahaman baru utamanya dalam pemilihan sekolah lanjutan pada siswa sekolah menengah.

2.2

Pemilihan Karier

Di bawah ini diuraikan secara singkat tentang pengertian pemilihan karier, faktor-faktor pokok dalam perkembangan karier yang meliputi faktor internal dan eksternal, serta teori perkembangan karier dan pengambilan keputusan. Teori-teori ini yang digunakan sebagai kajian pustaka dalam penelitian ini.

2.2.1 Pengertian Pemilihan Karier

Munandir (1996: 209), berpendapat bahwa “istilah karier menunjukkan

sifat developmental dari pengambilan keputusan kerja, yaitu bahwa pengambilan keputusan itu suatu proses, dan bahwa proses itu berlangsung sepanjang hayat.”

Sedangkan Winkel (2007: 623), menegaskan bahwa “karier lebih menunjuk pada

pekerjaan atau jabatan yang ditekuni dan diyakini sebagai panggilan hidup yang meresapi seluruh alam pikiran dan perasaan seseorang serta mewarnai seluruh gaya hidupnya.”

(32)

Flippo (dalam Bambang Purwoko 2011: 1) berpendapat bahwa “karier dapat didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan pekerjaan yang terpisah tetapi ada hubungannya, yang memberikan kelangsungan, kedudukan dan arti dalam riwayat hidup seseorang.”

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat dibuat kesimpulan bahwa karier merupakan suatu rentang aktivitas pekerjaan individu yang saling berhubungan dan jalannya peristiwa-peristiwa dalam suatu rentang kehidupan yang keseluruhannya menyatakan tanggung jawab seseorang terhadap pekerjaannya. Sedangkan pemilihan menurut kamus besar bahasa Indonesia yaitu proses, perbuatan, cara memilih. Artinya suatu perbuatan yang dilakukan berdasarkan keinginan yang dimiliki individu.

Dari pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa pemilihan karier merupakan suatu proses yang dilakukan seorang individu untuk membuat suatu pilihan dengan berbagai langkah dan cara alternatif pada suatu pekerjaan atau jabatan yang ditekuni dan diyakini sebagai panggilan hidup yang meresapi seluruh alam pikiran dan perasaan sepanjang hayatnya. Sejalan dengan pendapat Super (dalam Sukardi 1987: 65) pemilihan karier dapat diartikan sebagai kematangan bekerja dan konsep diri merupakan dua proses perkembangan.

(33)

seseorang adalah keluarga, lingkungan, pendidikan, saran-saran mengenai sumber karier dan peran individu itu sendiri. Karier sebagai sarana untuk membentuk seseorang menemukan secara jelas keahlian, nilai, tujuan karier dan kebutuhan untuk pengembangan, merencanakan tujuan karier, memilih karier, dan menentukan masa depannya.

2.2.2 Faktor-faktor Pokok dalam Perkembangan Karier

Beberapa hal pokok yang mencakup tentang perkembangan dan pilihan karier yang meliputi faktor-faktor internal dan eksternal yang akan dijelaskan sebagai berikut.

2.2.2.1Faktor-faktor Internal

Menurut Winkel (2007: 647) “faktor-faktor internal dapat dibedakan yang satu dengan yang lain, tetapi tidak dapat dipisah-pisahkan satu sama lain karena bersama-sama membentuk keunikan kepribadian seseorang”. Faktor-faktor internal terkait yang akan dijelaskan sebagai berikut:

(1) Nilai-nilai kehidupan (values), nilai-nilai menjadi pedoman atau pegangan dalam hidup sampai tua dan sangat menentukan gaya hidup seseorang (life style).

(2) Taraf intelegensi, yaitu kemampuan berfikir untuk mencapai prestasi-prestasi yang didalamnya berpikir memegang peranan.

(34)

(4) Minat, yaitu kecenderungan yang menetap pada seseorang untuk merasa tertarik pada suatu bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam berbagai kegiatan dengan bidang itu.

(5) Sifat-sifat, yaitu ciri-ciri kepribadian yang bersama-sama memberikan corak khas pada seseorang, seperti riang gembira, ramah, halus, teliti, terbuka, fleksibel, tertutup, pesimis, dan ceroboh.

(6) Pengetahuan, yaitu informasi yang dimiliki tentang bidang-bidang pekerjaan dan diri sendiri.

(7) Keadaan jasmani, yaitu ciri-ciri fisik yang dimiliki seseorang seperti tinggi badan, ketampanan, ketajaman penglihatan dan pendengaran, maupun jenis kelamin.

2.2.2.2Faktor-faktor Eksternal

Menurut Winkel (2007: 653) “faktor-faktor eksternal dapat dibedakan yang satu dengan yang lain, tetapi tidak dapat dipisah-pisahkan satu sama lain karena bersama-sama menciptakan keseluruhan ruang gerak hidup”. faktor eksternal terkait yang akan dijelaskan sebagai berikut:

(1) Masyarakat, yaitu lingkungan sosial budaya dimana seseorang dibesarkan. (2) Keadaan sosial ekonomi negara atau daerah, yaitu laju pertumbuhan ekonomi

yang lambat atau cepat, stratifikasi masyarakat, serta diversifikasi masyarakat atas kelompok yang terbuka atau tertutup dari kelompok lain.

(35)

(4) Pengaruh dari seluruh anggota keluarga besar dan keluarga inti, yaitu seluruh anggota keluarga menyatakan segala harapan mereka serta mengkomunikasikan pandangan dan sikap tertentu terhadap pendidikan dan pekerjaan.

(5) Pendidikan sekolah, yaitu pandangan dan sikap yang dikomunikasikan kepada anak didik dari konselor atau tenaga pengajar mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam bekerja.

(6) Pergaulan dengan teman sebaya, yaitu beraneka ragam pandangan dan variasi harapan tentang masa depan yang terungkap dalam pergaulan sehari-hari. (7) Tuntutan yang melekat pada masing-masing jabatan dan pada setiap program

studi atau latihan, yang mempersiapkan seseorang untuk diterima pada jabatan tertentu dan berhasil di dalamnya.

Sejalan dengan itu ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan karier menurut Sukardi (1987:44) antara lain sebagai berikut:

(1) Kemampuan intelegensi

(36)

(2) Bakat

Bakat ialah suatu kondisi, suatu kualitas yang dimiliki individu yang memungkinkan individu itu untuk berkembang pada masa mendatang. Untuk itulah kiranya perlu sedini mungkin bakat-bakat yang dimiliki seseorang atau anak-anak di sekolah diketahui dalam rangka memberikan bimbingan belajar yang paling sesuai dengan bakat-bakatnya dan lebih lanjut dalam rangka memprediksi bidang kerja, jabatan dan karir pada murid setelah menamatkan studinya.

(3) Minat

Minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari kombinasi, perpaduan dan campuran dari perasaan, harapan, prasangka, cemas, takut dan kecenderungan-kecenderungan lain yang bisa mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu. Minat sangat besar pengaruhnya terhadap prestasi dalam suatu karir. Tidak mungkin orang yang tidak berminat terhadap suatu pekerjaan akan dapat menyelesaikan pekerjaan itu dengan baik.

(4) Sikap

Sikap adalah suatu kesiapan pada seseorang untuk bertindak, secara tertentu terhadap hal-hal tertentu. Dalam pengertian lain sikap adalah suatu kecenderungan yang relatif stabil yang dimiliki individu dalam mereaksi terhadap dirinya sendiri, orang lain, atau rekasi tertentu.

(5) Kepribadian

(37)

kepribadiannya masing-masing yang berbeda dengan orang lain, bahkan tidak ada seorangpun di dunia ini yang identik, sekalipun lahir kembar dari satu telur. (6) Nilai

Nilai adalah sifat-sifat atau hal-hal yang penting atau berguna bagi kemanusiaan. Di mana nilai bagi manusia dipergunakan sebagai patokan dalam melakukan tindakan. Dengan demikian faktor nilai meiliki pengaruh yang penting bagi individu dalam mennetukan pola arah pilih karir.

(7) Hobi

Hobi adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan individu karena kegiatan tersebut merupakan kegemarannya atau kesenangannya. Dengan hobi yang dimilikinya seseorang memilih pekerjaan yang sesuai sudah barang tentu berpengaruh terhadap prestasi kerja.

(8) Prestasi

Pengguasaan terhadap materi pelajaran dalam pendidikan yang sedang ditekuninya oleh individu berpengaruh terhadap arah pilih pekerjaan dikemudian hari.

(9) Ketrampilan

Ketrampilan dapat diartikan pula cakap atau cekatan dalam mengerjakan sesuatu. Dalam kata lain ketrampilam adalah penguasaan individu terhadap suatu perbuatan.

(10)Penggunaan Waktu Senggang

(38)

(11)Aspirasi dan pengetahuan sekolah

Aspirasi dengan pendidikan sambungan yang diinginkan yang berkaitan dengan perwujudan dari cita-citanya. Pendidikan mana yang memungkinkan mereka memperoleh ketrampilan, pengetahuan dalam rangka menyiapkan diri memasuki dunia kerja.

(12)Pengalaman kerja

Pengalaman kerja yang dialami siswa pada waktu duduk di sekolah atau di luar sekolah.

(13)Pengetahuan dunia kerja

Pengetahuan yang selama ini dimiliki anak, termasuk dunia kerja, persyaratan, kualifikasi, jabatan struktural, promosi jabatan, gaji yang diterima, hak dan kewajiban, tempat pekerjaan itu berada, dan lain-lain.

(14)Kemampuan dan keterbatasan fisik dan penampilan lahiriah

Kemampuan fisik misalnya termasuk badan yang tinggi dan tampan, badan yang kurus, pendek, dan cebol, tahan dengan panas, takut dengan orang ramai, penampilan yang semrawut, berbicara yang meledak-ledak, angker dan kasar. (15)Masalah dan keterbatasan pribadi

(39)

diri. Keterbatasn pribadi adalah misalnya mudah meledakan emosinya, cepat marah, mudah dihasut, dapat mengendalikan diri, mau menang sendiri, dan lain sebagainya.

Selain faktor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan karier di atas, Sukardi (1987: 49) mengemukakan bahwa selain faktor yang ada pada diri individu, kelompok-kelompok memiliki pola kecenderungan yang berpengaruh terhadap pola pilihan jabatan. Kelompok itu termasuk kelompok primer yaitu kelompok yang erat hubungannya dengan individu dan kelompok sekunder yaitu kelompok yang tidak erat hubungannya dengan individu tetapi mempunyai tujuan-tujuan yang sama.

Berikut ini penjelasan mengenai kelompok primer yang memiliki pengaruh terhadap pilihan jabatan:

(1) Kelompok Primer

Menurut Sukardi (1987: 50) kelompok primer diwarnai oleh bentuk-bentuk hubungan yang bersifat pribadi dan akrab serta terjadi secara terus menerus. Keluarga merupakan bentuk kelompok primer yang memiliki kemantapan dan kompak. Keluarga merupakan lingkungan yang memberikan pengalaman sosial yang pertama. Orang tua baik ayah, ibu, serta kakak dan adik yang ada dalam lingkungan rumah tangga, secara sadar memberikan nasihat kepada anggotanya tentang suatu masalah atau tentang suatu pekerjaan tertentu.

(40)

pekerjaan, jabatan atau karir tertentu yang ada dalam dunia kerja. Latar belakang sosial ekonomi orang memiliki pengaruh tertentu terhadap arah pilihan jabatan anak. Menurut Ginzberg (dalam Sukardi 1987:51) bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga berada memiliki kecenderungan untuk memilih memasuki perguruan tinggi dan kemudian memilih lapangan kerja profesional, sedangkan anak-anak yang berasal dari keluarga yang kurang mampu memiliki kecenderungan arah pilih pekerjaan yang bersifat keterampilan yang lebih tinggi dibandingkan dari orang tuanya.

Selanjutnya Sukardi (1987: 52) mengemukakan bahwa faktor-faktor sosial yang berhubungan dengan kelompok primer yang berpengaruh terhadap arah pilih jabatan di antaranya:

(1) Jenis pekerjaan dan penghasilan orang tua. (2) Pendidikan tertinggi orang tua.

(3) Tempat tinggal orang tua. (4) Status sosial ekonomi orang tua.

(5) Suku bangsa, agama dan kepercayaan yang dianut orang tua.

(6) Keadaan lingkungan sekitar tempat tinggal orang tua. (7) Harapan orang tua terhadap pendidikan anak.

(8) Sikap dan taggapan orang tua terhadap prestasi yang dicapai anak.

(9) Sikap dan tanggapan orang tua terhadap teman-teman atau teman sebaya anak-anaknya.

(10) Pekerjaan yang didambakan dan dicita-citakan orang terhadap anaknya.

(11) Kedudukan dan peranan anak dalam keluarga. (12) Hubungan dan sikap saudaranya terhadap anak.

(13) Nilai-nilai dan norma-norma yang dimiliki dan dianut orang tua.

(41)

sosial ekonomi, jabatan orang tua, pendidikan orang tua, tempat tinggal, dan suku bangsa juga merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemilihan karier bagi anak.

Selanjutnya penjelasan mengenai kelompok sekunder yang memiliki pengaruh terhadap pilihan jabatan yaitu:

(2) Kelompok Sekunder

Menurut Sukardi (1987: 53) kelompok sekunder ialah didasarkan atas kepentingan-kepentingan tertentu yang mewarnai aktivitas, gerak-gerik kelompok itu. Tujuan dari kelompok sekunder ini adalah untuk mencapai tujuan tertentu dalam masyarakat secara bersama-sama, obyektif, dan rasional. Kelompok sekunder memiliki pengaruh dalam menentukan arah minat jabatan anak. Kelompok ini termasuk (1) keadaan teman sebaya, (2) sifat dan sikap teman sebaya, dan (3) tujuan dan nilai-nilai dari kelompok teman sebaya.

Dari penjelasan kelompok sekunder yang memiliki pengaruh terhadap pemilihan jabatan di atas, dapat disimpulkan bahwa teman sebaya memiliki pengaruh yang besar dalam pemilihan karir anak. Oleh sebab itulah tujuan anak-anak memilih sekolah tak lepas dari pengaruh teman sebayanya.

2.2.3 Teori Pengembangan Karier dan Pengambilan Keputusan

(42)

2.2.3.1Teori Faktor-Sifat/Watak

Pendekatan faktor-sifat/watak ini didasarkan pada konsep Frank Parsons tentang bimbingan kerja yang diuraikan dibukunya Choosing a Vocation (1909). Di buku ini Parsons menyarankan tiga langkah besar untuk pengembangan pengambilan keputusan karir individu. Dalam bentuk ringkasnya, langkah-langkah tersebut berbunyi sebagai berikut:

(1) Sebuah pemahaman yang jelas dan objektif tentang diri seseorang seperti kemampuannya, minatnya, sikapnya, dan lain-lain.

(2) Sebuah pengetahuan tentang persyaratan dan karakteristik karir-karir yang spesifik.

(3) Sebuah pengakuan dan pengaplikasian hubungan antara poin 1 dan 2 di atas bagi sebuah perencanaan karir yang sukses.

2.2.3.2Teori Perkembangan

(43)

2.2.3.3Teori-teori Kepribadian

Teori-teori kepribadian melihat preferensi pekerjaan sebagai ekspresi kepribadian. Mereka menyatakan kalau banyak perilaku pencarian karir merupakan sebuah pertumbuhan dari upaya-upaya untuk menyesuaikan karakteristik individu dengan bidang kerja tertentu. Konsep dan asumsi yang melandasi teori kepribadian dalam bimbingan kerja merupakan teori John L. Holland tentang tipe kepribadian dan model lingkungan, adalah sebagai berikut:

(1) Pilihan kerja merupakan ekspresi kepribadian. (2) Inventori minat merupakan inventori kepribadian.

(3) Stereotip pekerjaan bisa digunakan dan makna-makna psikologis dan sosiologis sangat penting.

(4) Anggota suatu pekerjaan memiliki kepribadian yang mirip dan sejarah perkembangan pribadi yang mirip.

(5) Karena individu di kelompok kerja memiliki kepribadian yang serupa, mereka akan merespons banyak situasi dan problem dengan cara-cara yang sama, dan bahwa mereka akan menciptakan lingkungan antar-pribadi yang khas. (6) Kepuasan kerja, stabilitas dan prestasi bergantung pada

kongruensi antara kepribadian dan lingkungan (disusun sebagian besar oleh orang lain) yang di mana seseorang bekerja.

2.2.3.4Teori Belajar Sosial

Teori ini menyatakan kalau empat kategori faktor berpengaruh bagi pengembangan karir dan pengambilan keputusan individu. Faktor-faktor ini mencakup sebagai berikut:

(1) Bawaan genetik dan bakat istimewa. (2) Kondisi lingkungan dan kejadian. (3) Pengalaman belajar.

(4) Keterampilan pendekatan tugas.

(44)

belajar sosial. Masing-masing dari teori memiliki penjelasan mengenai faktor-faktor internal maupun eksternal. Faktor internal dalam pengambilan keputusan karir dapat dilihat dari teori faktor-sifat/watak yaitu sebuah pemahaman tentang diri seseorang seperti kemampuannya, minatnya, sikapnya, dan sebuah pengetahuan tentang persyaratan dan karakteristik karir-karir yang spesifik. Oleh sebab itu muncullah sebuah pengakuan dan pengaplikasian hubungan antara hal-hal tersebut bagi sebuah perencanaan karir yang sukses.

Setelah itu dijelaskan pula mengenai teori perkembangan bahwa pengambilan keputusan karir sesuai dengan tiga tahap perkembangan, yaitu fantasi, tentatif dan realistik. Jadi karir manusia memang berjalan sesuai dengan rentang kehidupan sepanjang hayat. Dalam teori kepribadian, pemilihan karir sangat bergantung pada kepribadian individu itu sendiri dan lingkungan. Faktor internal dari teori ini yaitu individu melakukan pemilihan keputusan karir cenderung yang sesuai dengan kepribadiannya. Selain itu faktor eksternal dari teori ini adalah faktor lingkungan, apabila lingkungannya sesuai dengan kepribadian individu itu sendiri, maka individu akan lebih bisa mengaktualiasasikan diri dalam pekerjaannya.

(45)

2.2.3.5Tipe Kepribadian

Menurut pandangan John L. Holland (1973: 14-17) mengenai enam tipe kepribadian yang memberikan pengaruh pada pemilihan karier.

(1) The realistic type, the special heredity and experiences of the realistic person lead to a preference for activities that entail the explicit, ordered, or systematic manipulation of objects, tools, machines, animals, and to an eversion to educational or therapeutic activities.

(2) The investigative type, the special heredity and experiences of the realistic person lead to a preference for activities that entail the observational, symbolic, systematic, and creative

investigation of physical, biological, and cultural

phenomena in order to understand and control such phenomena; and to an aversion to persuasive, social, and repetitive activities.

(3) The artistic type, the special heredity and experiences of the realistic person lead to a preference for ambiguous, free, unsystematized activities that entail the manipulation of physical, verbal, or human materials to create art forms or products, and to an aversion to explicit, systematic, and ordered activities.

(4) The social type, the special heredity and experiences of the realistic person lead to a preference for activities that entail the manipulation of others to inform, train, develop, cure, or enlighten; and an aversion to explicit, ordered, systematic activities involving materials, tools, or machines.

(5) The enterprising type, the special heredity and experiences of the realistic person lead to a preference for activities that entail the manipulation of others to attain organizational goals or economic gain; and an aversion to observational, symbolic, and systematic activities.

(46)

Tipe Realistik yang preferensinya pada aktivitas-aktivitas yang memerlukan manipulasi eksplisit, teratur, atau sistematik terhadap obyek-obyek, alat-alat, mesin-mesin, dan binatang-binatang. Tidak menyukai aktivitas-aktivitas pemberian bantuan atau pendidikan. Menganggap diri baik dalam kemampuan mekanikal dan atletik dan tidak cakap dalam keterampilan-keterampilan sosial hubungan antar manusia. Menilai tinggi benda-benda nyata, seperti: uang dan kekuasaan. Ciri-ciri khususnya adalah praktikalitas, stabilitas, dan konformitas. Lebih menyukai keterampilan-keterampilan dan okupasi-okupasi teknik.

Tipe Investigatif (Peneliti/Pengusut), memiliki preferensi untuk aktivitas-aktivitas yang memerlukan penyelidikan observasional, simbolik, sistematik, dan kreatif terhadap fenomena fisik, biologis, dan kultural agar dapat memahami dan mengontrol fenomena tersebut, dan tidak menyukai aktivitas-aktivitas persuasif, sosial, dan repetitif. Contoh dari okupasi-okupasi yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan tipe-tipe investigatif adalah ahli kimia dan ahli fisika.

(47)

Tipe Sosial lebih menyukai aktivitas-aktivitas yang melibatkan orang-orang lain dengan penekanan pada membantu, mengajar, atau menyediakan bantuan. Tidak menyukai aktivitas-aktivitas rutin dan sistematik yang melibatkan obyek-obyek dan materi-materi. Kompetensi-kompetensi sosial cenderung dikembangkan, dan hal-hal yang bersifat manual dan teknik diabaikan. Menganggap diri kompeten dalam mcmbantu dan mengajar orang lain serta menilai tinggi aktivitas-aktivitas hubungan-hubungan sosial. Beberapa ciri khususnya adalah kerja sama, bersahabat, persuasif, dan bijaksana. Okupasi-okupasi sosial mencakup pekerjaan-pekerjaan seperti mengajar, konseling, dan pekerjaan kesejahteraan sosial.

Tipe Enterprising (Pengusaha), lebih menyukai aktivitas-aktivitas yang melibatkan manipulasi terhadap orang-orang lain untuk perolehan ekonomik atau tujuan-tujuan organisasi. Tidak menyukai aktivitas-aktivitas yang sistematik, abstrak, dan ilmiah. Kompetensi-kompetensi kepemimpinan, persuasif dan yang bersifat supervisi dikembangkan, dan yang ilmiah diabaikan. Memandang diri sebagai agresif, populer, percaya diri, dan memiliki kemampuan memimpin. Keberhasilan politik dan ekonomik dinilai tinggi. Ciri-ciri khasnya adalah ambisi, dominasi, optimisme, dan sosiabilitas.

(48)

sistem usaha. Aktivitas-aktivitas artistik dan semacamnya diabaikan. Memandang diri sebagai teratur, mudah menyesuaikan diri, dan memiliki keterampilan-keterampilan klerikal dan numerikal. Beberapa ciri khasnya adalah efisiensi, keteraturan, praktikalitas, dan kontrol diri. Okupasi-okupasi yang sesuai adalah bankir, penaksir harga, ahli pajak, dan pemegang buku.

Pandangan Holland (Winkel & Hastuti, 2004: 634-636) mencakup tiga ide dasar, yang masing-masing dijabarkan lebih lanjut. Tiga ide dasar bersama rinciannya adalah sebagai berikut.

(1) Semakin mirip seseorang dengan salah satu di antara enam tipe itu, makin tampaklah padanya ciri-ciri dan corak perilaku yang khas untuk tipe bersangkutan.

(2) Semakin mirip lingkungan tertentu dengan salah satu di antara enam model lingkungan, makin tampaklah di dalamnya corak dan suasana kehidupan yang khas untuk lingkungan bersangkutan.

(3) Perpaduan dan pencocokan antara tiap tipe kepribadian dan suatu model lingkungan memungkinkan meramalkan pilihan okupasi, keberhasilan, stabilitas seseorang dalam okupasi yang dipangku.

(49)

penilaian diri dan intelegensi yang kemudian hasil tersebut akan didapatkan hierarkis pilihan pekerjaannnya yang diurutkan berdasar enam golongan orientasi, Holland (1973: 14-17). Individu dalam memilih pekerjaannya karena dipengaruhi oleh sejarah hidupnya dam juga karena tekanan sosial yang terjadi pada dirinya.

Menurut Holland karir seseorang dipengaruhi oleh tipe kepribadian dan latar belakang lingkungan. Kepribadian seseorang meliputi dua faktor, yaitu bawaan dan pengalaman-pengalaman hidup. Holland mencatat bahwa manusia mempunyai gaya pribadi lebih dari satu, sehingga pilihan karir juga dapat beberapa, tetapi ada jenjang yang lebih diprioritaskan. Holland berpegang pada keyakinan, bahwa suatu minat yang menyangkut pekerjaan dan okupasi adalah hasil perpaduan dari sejarah hidup seseorang dan keseluruhan kepribadiannya, sehingga minat tertentu akhirnya menjadi suatu ciri kepribadian yang berupa ekspresi diri dalam bidang pekerjaan.

(50)

2.2.3.6Perencanaan Karier dan Pengambilan Keputusan di Sekolah-sekolah

Menurut Robert dan Marianne (2010: 481-484) sekolah memiliki peran yang besar dalam perencanaan, pengambilan keputusan, dan pengembangan karir siswa di dalam pengalaman pendidikan formal. Berikut adalah beberapa kerangka umum pengembangan karir yang baik bagi siswa, yaitu:

(1) Semua siswa mestinya disediakan kesempatan yang sama untuk mengembangkan basis di mana mereka bisa membuat keputusan karir mereka. Semakin menyusutnya pilihan kerja siswa saat mereka menjalani tahun-tahun sekolah merupakan sebuah tragedi pendidikan yang besar. (2) Pengembangan sedini mungkin dan berkesinambungan

bagi sikap-sikap positif siswa terhadap pendidikan adalah aspek yang sangat kritis. Jatuhnya pilihan kerja bagi siswa bahkan sejak sekolah dasar sangat disayangkan, namun kegagalan mempertahankan minat siswa kepada pengembangan optimum pendidikan adalah bencana besar. Pengembangan karir akan jadi terbatas maknanya tanpa pengembangan pendidikan yang seiring sejalan dengannya periode-periode awal pengembangan diri siswa.

(3) Sebagai konsekuensi dari poin-poin sebelumnya, siswa mestinya diajar untuk melihat karir sebagai cara hidup dan pendidikan sebagai persiapan bagi kehidupan. Sering kali siswa sampai di tahap pengambilan keputusan pendidikan tentang hidup yang melihat karir hanya berdasarkan deskripsi kerjanya.

(4) Siswa mestinya dibantu untuk mengembangkan pemahaman yang tepat tentang diri mereka dan harus dipersiapkan untuk mengaitkan pemahaman ini bagi pengembangan pribadi-sosialnya dan bagi perencanaan karir pendidikannya. Pemahaman-pemahaman ini penting bagi pemenuhan kebutuhan individu bagi aktualisasi diri. (5) Siswa di semua jenjang harus diberikan pemahaman

tentang hubungan antara pendidikan dan karir. Siswa memerlukan sebuah kesadaran tentang hubungan-hubungan di antara jenjang-jenjang pendidikan dan kemungkinan karir yang terkait. Mereka juga harus menyadari kalau pekerjaan dan minat bisa muncul dari salah satu pelajaran tertentu di sekolah.

(51)

apresiasi tinggi bagi pendidikan saat ini dan di masa depan, mereka harus dibantu untuk mendapatkan kesempatan memahami proses pendidikannya, urut-urutannya, dan pengetahuan terintegrasinya.

(7) Siswa di setiap jenjang pendidikan mestinya memiliki pengalaman berorientasi-karir yang tepat sesuai tingkat kesiapan mereka sekaligus kebermaknaan dan kerealistikannya.

(8) Siswa harus memiliki kesempatan untuk mengetes konsep, keterampilan dan peran untuk mengembangkan nilai yang dapat memiliki aplikasi karir di masa depan.

(9) Program bimbingan dan konseling karir yang dipusatkan di kelas, dengan koordinasi dan konsultasi oleh konselor sekolah, partisipasi oleh orang tua, dan kontribusi sumber daya dari komunitas.

(10) Program bimbingan dan konseling karir sekolah diintegrasikan menjadi pemfungsian bimbingan dan konseling dan program-program pendidikan total lembaga. (11) Siswa harus siap mengatasi perubahan dramatis di dunia

kerja yang sudah menghilangkan kebanyakan karakteristik tradisional karir di masa lalu. Mencakup perubahan pasar global, persaingan kerja internasional, pencarian kerja lewat internet dan teknologi lainnya.

(12) Siswa mestinya dibantu mengembangkan kedewasaan yang dibutuhkan untuk membuat keputusan karir yang efektif dan memasuki dunia kerja.

Dari beberapa poin di atas, dijelaskan bahwa sekolah memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam perencanaan, pengambilan keputusan, dan pengembangan karir siswa. Ini merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan karir siswa, apabila sekolah tidak dapat mengarahkan dan memberikan pengalaman yang berharga pada siswa dalam dunia karir, maka hal demikian termasuk hambatan yang dialami siswa dalam menentukan keputusan karir untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

(52)

karir individu. Namun banyak kasus di mana seorang individu tidak berkarir sesuai dengan faktor internal yang disebutkan di atas, melainkan karena dipengaruhi faktor eksternal. Sebagai contoh seorang siswa memiliki minat di bidang kesenian, tapi orang tuanya berprofesi sebagai dokter. Kemungkinan ia ingin berkarir di bidang seni, namun di satu sisi dia mendapat tuntutan dari orang tua untuk berkarir menjadi seorang dokter seperti orang tuanya. Sehingga dapat mempengaruhi siswa tersebut dalam membuat rencana pilihan karirnya. Oleh sebab itulah faktor internal dan juga eksternal sangat berpengaruh terhadap pilihan individu pada sekolah lanjutan yang tepat untuk menentukan karir di masa depan.

2.3

Faktor-faktor Penghambat Pemilihan Sekolah Lanjutan

(53)

2.3.1 Faktor Penghambat Internal

Menurut Winkel (2007: 647) “faktor-faktor internal dapat dibedakan yang satu dengan yang lain, tetapi tidak dapat dipisah-pisahkan satu sama lain karena bersama-sama membentuk keunikan kepribadian seseorang”. Berikut faktor internal penghambat pemilihan sekolah lanjutan yang menjadi fokus dalam penelitian.

2.3.1.1Kondisi Fisik

Merupakan ciri-ciri fisik yang dimiliki seseorang seperti tinggi badan, ketampanan, ketajaman penglihatan dan pendengaran, maupun jenis kelamin. Faktor ini dibawa dari lahir berupa wujud dan keadaan fisik dan kemampuan. Menurut Winkel (2007:653) u”ntuk pekerjaan-pekerjaan tertentu berlaku berbagai persyaratan yang menyangkut ciri-ciri fisik”. Menurut Munandir (1996: 97) mengungkapkan “faktor genetik, yaitu faktor yang dibawa sejak lahir baik wujud

dan keadaan fisik (wajah, jenis kelamin, suku bangsa, dan cacat-cacatnya) dan kemampuan”. Keadaan ini bisa membatasi preferensi atau keterampilan seseorang untuk menyusun rencana pendidikan dan akhirnya untuk bekerja. Teori ini mengatakan bahwa orang-orang tertentu terlahir memiliki kemampuan, besar atau kecil, untuk memperoleh manfaat dari pengalaman pergaulannya dengan lingkungan, sesuai dengan keadaan dirinya (pengalaman orang laki-laki daripada pengalaman orang perempuan, tantangan orang normal lain daripada tantangan yang dihadapi orang cacat).

(54)

berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh dan lain-lain. Kondisi cacat tubuh seperti mengidap penyakit tertentu, alat indera yang tidak dapat berfungsi menjadi penghambat kemampuan siswa dalam merencanakan kariernya karena hal tersebut mempengaruhi kinerjanya pada suatu pekerjaan. Keadaan diri bisa membatasi preferensi atau keterampilan seseorang untuk menyusun rencana pendidikan dan akhirnya bekerja.

2.3.1.2Kondisi Psikis

2.3.1.2.1 Taraf intelegensi

Yaitu taraf kemampuan untuk mencapai prestasi-prestasi yang di dalamnya berpikir memegang peranan. Menurut Winkel (2007: 648), dalam mengambil suatu keputusan mengenai pilihan jabatan, tinggi rendahnya taraf inteligensi yang dimiliki seseorang sudah berpengaruh, apakah pilihannya baik dan efektif atau tidak.

2.3.1.2.2 Bakat

Yaitu kemampuan yang menonjol di suatu bidang usaha kognitif, bidang keterampilan, atau bidang kesenian. Menurut Winkel (2007: 649), suatu bakat khusus menjadi bekal yang menungkinkan untuk memasuki berbagai bidang pekerjaan tertentu (field of occupation)dan mencapai tingkatan lebih tinggi dalam suatu jabatan (levels of occupation).

2.3.1.2.3 Minat

(55)

mengandung makna bagi perencanaan masa depan sehubungan dengan jabatan yang akan dipegang (vocational planning), lebih-lebih bidang jabatan apa yang akan dimasuki dan apakah orang akan merasa puas dalam bidang jabatan itu (vocational satisfication). Menurut Crow and Crow, dalam Djaali (2012: 121) minat berhubungan dengan daya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.

2.3.1.2.4 Pengetahuan

Pengetahuan yaitu informasi yang dimiliki tentang bidang-bidang pekerjaan dan tentang diri sendiri. Informasi tentang dunia kerja yang dimiliki oleh orang muda dapat akurat dan sesuai dengan kenyataan atau tidak akurat dan bercirikan idealisasi. Dengan bertambahnya umur dan pengalaman hidup orang muda yang normal akan mengenal diri sendiri secara lebih akurat dan lebih menyadari keterbatasan yang mau tak mau melekat pada dirinya sendiri (Winkel, 2004: 652).

2.3.1.2.5 Motivasi Diri

(56)

ini akan sangat berpengaruh bagi perencanaan karirnya, seberapa besar siswa dapat memotivasi dirinya dalam mencapai sebuah tujuan.

Dari beberapa faktor internal yang dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek tersebut sangat mempengaruhi individu dalam proses perkembangan kariernya. Dengan mengetahui hambatan-hambatan dari dalam diri individu, tentunya dapat diperoleh penyelesaian masalah kaitannya dengan hambatan yang dialami.

2.3.2 Faktor Penghambat Eksternal

Menurut Winkel (2007: 653) “faktor-faktor eksternal dapat dibedakan yang satu dengan yang lain, tetapi tidak dapat dipisah-pisahkan satu sama lain karena bersama-sama menciptakan keseluruhan ruang gerak hidup”. faktor eksternal terkait yang akan dijelaskan sebagai berikut

2.3.2.1Kondisi Keluarga

Keluarga merupakan pihak yang terdekat dengan anak. Anak memiliki kedekatan secara fisik maupun psikis dengan keluarga. Keluarga membentuk sikap, perilaku, serta pola pikir orang tersebut. Winkel dan Hastuti (2004:654) mengemukakan bahwa “perkembangan karier individu salah satunya dipengaruhi oleh status sosial ekonmi dan pengaruh dari seluruh anggota keluarga besar dan keluarga inti”. Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa ternyata berpeluang

(57)

2.3.2.1.1 Status sosial-ekonomi keluarga

Yaitu tingkat pendidikan orangtua, tinggi rendahnya pendapatan orang tua, jabatan ayah atau ayah dan ibu, daerah tempat tinggal, dan suku bangsa. Winkel (2007: 654) berpendapat bahwa anak berpartisipasi dalam status sosial-ekonomi keluarganya. Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan perencanaan dan pemilihan karir siswa. Anak-anak berpartisipasi dalam status sosial-ekonomi kelurga. Status ini ikut menentukan tingkat pendidikan sekolah yang dimungkinkan, jumlah kenalan pegangan kunci bagi beberapa orang tertentu yang dianggap masih sesuai dengan status sosial tertentu.

(58)

2.3.2.1.2 Pengaruh dan ekspektasi dari keluarga besar dan inti

Seluruh anggota keluarga menyatakan segala harapan mereka serta mengkomunikasikan pandangan dan sikap tertentu terhadap pendidikan dan pekerjaan. Winkel (2007: 654) berpendapat bahwa individu yang beranjak dewasa harus menentukan sikapnya terhadap harapan dan pandangan pekerjaan. Bila dia menerimanya, dia akan mendapat dukungan dalam rencana masa depannya (vocational planning), bila dia tidak menerimanya, dia menghadapi situasi yang sulit karena tidak mendapat dukungan dalam perencanaan masa depan.

Ada beberapa keluarga yang mengharuskan anaknya mengikuti jejak orang tuanya dan orang tua yang tidak memberikan arahan karier kepada anaknya. “Orang tua kurang atau tidak memperhatikan pendidikan anak, misalnya mereka

acuh tak acuh, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya, tidak mau tahu bagaimanakah kemajuan anaknya, dan lain-lain” (Slameto, 2010: 61). Anak perlu dorongan dan pengertian orang tua, kalau perlu menghubungi guru anaknya untuk mengetahui perkembangannya.

2.3.2.2Kondisi Sekolah

2.3.2.2.1 Pendidikan sekolah

(59)

2.3.2.2.2 Konselor sekolah

Yaitu segala informasi tentang karir atau jabatan dan termasuk perencanaan karir yang diberikan konselor sekolah kepada siswa. Prayitno (2004:123), menyebutkan bahwa konselor sekolah adalah kawan pengiring bagi siswa, penunjuk jalan, pembangun kekuatan, dan pembina tingkah laku positif yang dikehendaki. Hubungannya dengan perencanaan karir siswa, menurut Supriatna (2009:49), terdapat lima aktivitas perencanaan karir siswa yang perlu difasilitasi oleh konselor, yaitu: (a) mempelajari semua informasi tentang karir; (b) berdiskusi dengan orang yang dituakan (seperti orang tua, kakak, konselor, guru, dan ustad) tentang rencana karir masa depan; (c) mengikuti kursus sesuai dengan bidang karir yang diminati; (d) berpartisipasi dalam kegiatan ekstra kurikuler atau bekerja paruh waktu (part time) sesuai dengan karir yang diminati; dan (e) mengikuti pelatihan atau pendidikan yang sesuai dengan minat karir masa depan.

2.3.2.3Teman

(60)

Menurut beberapa ahli pengaruh teman sebaya dapat menjadi positif dan negatif. Menurut Slameto (2010:71) “pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti mempengaruhi yang bersifat buruk juga". Piaget dan Sillivan menekankan bahwa melalui interaksi teman sebaya, anak-anak dan remaja belajar mengenai pola hubungan yang timbal balik dan setara. Mereka belajar untuk mengamati minat dan pandangan teman sebaya dengan tujuan untuk memudahkan proses penyatuan dirinya ke dalam aktivitas teman sebaya. Terkadang mereka secara tidak sadar mengikuti apa yang dilakukan dan apa yang dikatakan oleh teman sebayanya karena pengaruh dari teman sangat kuat pada beberapa orang.

2.3.2.4Masyarakat

Yaitu lingkungan sosial budaya dimana seseorang dibesarkan. Lingkungan ini sangat luas dan berpengaruh besar terhadap pandangan dalam banyak hal yang dipegang teguh oleh setiap keluarga. Menurut Winkel (2007: 653), pandangan atau keyakinan pandangan dalam sebuah keluarga mencakup gambaran tentang luhur rendahnya aneka jenis pekerjaan, peranan pria dan wanita dalam kehidupan masyarakat, dan cocok tidaknya jabatan tertentu untuk pria dan wanita.

(61)

sesuai dengan keadaan dan kemampuan yang dimiliki individu tersebut. Faktor-faktor tersebut juga dapat menjadi sebuah hambatan yang menyebabkan siswa masih ragu dan tidak memiliki kesiapan dalam membuat keputusan-keputusan karier yang tepat bagi masa depannya. Faktor-faktor yang menghambat tersebut dapat berasal dari dalam diri dan juga dari luar diri. Perencanaan karir sangat penting bagi siswa terutama untuk membangun sikap siswa dalam mempersiapkan diri untuk menempuh bidang karier yang diminatinya di masa depan.

2.4

Teori Perkembangan Anak Usia Sekolah Menengah (SMP)

Anak usia sekolah menengah (SMP) tentu memiliki ciri-ciri khusus mengenai tahapan perkembangan. Dalam penelitian ini lebih berfokus pada tahap perkembangan anak usia sekolah menengah (SMP) dalam hal karier. Penentuan karier untuk anak usia pubertas ini tentunya masih memiliki beberapa hambatan karena emosi yang masih labil. Hal tersebut dapat mempengaruhi kesulitan anak untuk mengetahui apa bakat dan minat sebenarnya. Oleh sebab itu, karakteristik anak usia sekolah menengah (SMP) ini perlu diperhatikan agar penentuan karier mereka di masa depan tidak mendapat hambatan.

Menurut Desmita (2009: 36) terdapat sejumlah karakteristik yang menonjol pada anak usia SMP (10-14 tahun) ini, yaitu:

(1) Reaksi dan ekspresi emosi masih labil.

(2) Mulai mengembangkan standar dan harapan terhadap perilaku diri sendiri yang sesuai dengan dunia sosial.

(62)

Desmita juga menambahkan mengenai karakteristik anak usia remaja (12-21 tahun) adalah masa di mana remaja yang sering dikenal dengan masa pencarian jati diri (ego indentity) sebagai berikut:

(1) Memilih dan mempersiapkan karier di masa depan sesuai dengan minat dan kemampuannya.

(2) Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan sebagai warga negara.

(3) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.

Keating (Adam & Gullota, 1983: 143) dalam Yusuf (2009: 195) mengemukakan hal pokok yang berkaitan dengan berpikir operasional formal, yaitu “remaja dapat memikirkan tentang masa depan dengan membuat perencanaan dan mengeksplorasi berbagai kemungkinan untuk mencapainya”. Menurut Yusuf (2009: 201) “faktor-faktor dan pengalaman baru yang tampak terjadinya perubahan kepribadian pada masa remaja yaitu keinginan untuk mengarahkan diri dan mengevaluasi kembali tentang standar cita-cita”. Apabila remaja gagal mengintegrasikan aspek-aspek dan pilihan atau merasa tidak mampu untuk memilih, maka dia akan mengalami kebingungan.

Dalam upaya membantu remaja atau siswa SMP menemukan identitas dirinya, Woolfolk (1995: 73) dalam Yusuf (2009: 203) menyarankan sebagai berikut:

(1) Berilah para siswa informasi tentang pilihan-pilihan karir dan peran-peran orang dewasa. Caranya: (a) ,enyarankan kepada remaja untuk membaca literatur yang isinya menyangkut dunia kerja; dan (b) mendatangkan nara sumber untuk menjelaskan tentang bagaimana dan mengapa mereka memilih tentang profesi yang dijalaninya.

(63)

keberanian mereka untuk berbicara kepada Konselor (guru pembimbing); dan (b) mendiskusikan potensi-potensi dirinya.

Dari penjelasan yang dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perkembangan remaja seusia SMP memang masih labil dalam pemilihan dan pengambilan keputusan karier. Namun mereka sudah memiliki pandangan yang lebih jelas dalam merencanakan masa depan. Hambatan yang dialami remaja pada umumnya yaitu mereka belum mengetahui karier apa yang tepat bagi mere

Gambar

Tabel Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Tabel 3.1
Tabel 3.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

(2) Faktor-faktor apa saja yang menghambat guru dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia materi membaca puisi pada siswa berkebutuhan khusus kelas V di

Rumusan penelitiannya yaitu “ Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan orang tua memilih sekolah di SMK. Negeri

Permasalahan dalam skripsi ini adalah faktor-faktor apa saja yang menghambat pengrajin bordir di Tasik Bordir dan Dava Tasikmalaya Pekunden Selatan kota Semarang secara intern

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang sebagai penghambat pelaksanaan konstruksi pada proyek konstruksi di Daerah Istimewa

Sekolah inklusi dipilih dalam penelitian ini karena peneliti ingin melihat faktor-faktor apa saja yang meningkatkan harga diri individu tersebut dalam setting

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan wujud kesalahan pemilihan kata, serta faktor-faktor apa saja yang melatarbelakangi terjadinya keslahan pemilihan kata pada

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) Strategi pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan; 2) Faktor-faktor apa saja yang menghambat

Data yang telah terkumpul, selanjutnya ditabulasi dan dianalisis untuk mengetahui seberapa besar faktor-faktor yang menghambat siswa dalam belajar beladiri. Apabila