• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Terhadap Pemilihan Jenis Anestesi untuk Tindakan Seksio Sesarea di RSUP. H. Adam Malik Medan pada Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Terhadap Pemilihan Jenis Anestesi untuk Tindakan Seksio Sesarea di RSUP. H. Adam Malik Medan pada Tahun 2012"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

i

Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Terhadap Pemilihan Jenis

Anestesi untuk Tindakan Seksio Sesarea di RSUP. H. Adam

Malik Medan

pada Tahun 2012

Oleh:

SHAHRAN KUMAR VEERAKUMAR

NIM: 090100340

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

Hasil Penelitian dengan Judul :

T

ingkat Pengetahuan Ibu Hamil Terhadap Pemilihan Jenis

Anestesi Untuk Tindakan Seksio Sesarea

di RSUP. H. Adam Malik Medan

Pada Tahun 2012

Yang dipersiapkan oleh:

SHAHRAN KUMAR VEERAKUMAR

090100340

Penelitian ini telah diperiksa dan disetujui

Medan, 14 Disember 2012

Disetujui,

Dosen Pembimbing

(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Terhadap Pemilihan Jenis Anestesi Untuk Tindakan Seksio Sesarea di RSUP. H. Adam Malik Medan Pada Tahun 2012

Nama : SHAHRAN KUMAR A/L VEERAKUMAR NIM : 090100340

__________________________________________________________________

Pembimbing, Penguji 1,

……… …..……… (Dr. Hasanul Arifin, Sp.An. KAP KIC) (Dr. Murniati Manik, MSc, SpKK) NIP: 195104231979021003 NIP:

Penguji 2,

……… (Dr. Remenda Siregar, SpKK) NIP:

Medan, 14 Desember 2012 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

………

(4)

iv

ABSTRAK

Latar belakang:

Objektif : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap pemilihan jenis anestesi untuk tindakan seksio sesarea di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan tahun 2012

Seksio sesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin yang dilahirkan melalui insisi atau penyayatan pada dinding perut dan dinding rahim. Terdapat beberapa jenis anestesi digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri semasa melakukan seksio sesarea.

Metode penelitian: Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang akan menggambarkan tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap pemilihan jenis anestesi untuk tindakan seksio sesarea di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan selama tahun 2012. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross sectional (potong lintang ). Sumber data premier diambil mengunaakan kuesioner. Hasil: Tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap pemilihan jenis anestesi untuk tindakan seksio sesarea sebanyak 4 orang dikategorikan sebagai baik (5.9%), 36 orang (52.9%) dikategorikan sebagai sedang dan 28 orang (41.2%) dikategorikan kurang.

Kesimpulan : Secara umumnya, ibu hamil sedar akan adanya penggunaan anestesi untuk tindakan seksio sesarea tetapi mereka menunjukkan tingkat pengetahuan yang sedang apabila dilihat dari segi keuntungkan dan kerugian penggunaan anestesi.

(5)

v

ABSTRACT

Background: Sectio ceaser is a process in which incision will be made at the stomach and the womb in order to deliver the baby artificially. In order to numb the sensation of pain during the procedure, anesthesia is used.

Objective: The study is to survey the knowledge of pregnant ladies about the types of anesthesia used for sectio ceaser ini

Method: This is a cross sectional descriptive study. The samples taken are 69 pregnant ladies in Haji Adam Malik General Hospital. The primary data was

obtained through questionnaire.

Haji Adam Malik General Hospital in the year of 2012

Result: The result obtained shows that the knowledge level of pregnant ladies on

anesthesia is good for 4 respondent (5.9%), average for 36 respondent (52.9%) and low for 28 respondent (41.2%).

Conclusion: In conclusion,

Keywords : Sectio ceaser, anaesthesia, pregnant ladies

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kurnia dan izinNya skripsi yang berjudul Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Terhadap Pemilihan Jenis Anestesi Untuk Tindakan Seksio Sesarea Pada Tahun

2012 ini dapat diselesaikan. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa semua usaha yang telah dilakukan merupakan hasil kerjasama yang baik dari semua pihak yang telah membantu. Untuk itu, penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. Gontar A. Siregar, Sp.PD. KGEH atas izin penelitian yang telah diberikan.

2. Dr. Hasanul Arifin, Sp.An. KAP KIC sebagai pembimbing utama yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran, untuk membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

3. Seluruh Staf Pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak, ibu tercinta (Bapak En.Veerakumar dan Ibu Puan.Amutha Vally) dan adik tersayang atas doa, motivasi dan kasih sayangnya.

5. Seluruh teman-teman stambuk 2009, atas dukungan dan bimbingan serta junior-junior tercinta yang telah membantu dalam bentuk doa, motivasi dan kasih sayang dalam penyusunan skripsi ini.

(7)

vii

Seluruh bantuan baik moril maupun material yang diberikan kepada penulis selama ini , penulis ucapkan terima kasih dan semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan imbalan pahala yang sebesar-besarnya.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini memberi manfaat bagi sesiapa pun yang membacanya.

Medan, 14 Disember 2012 Penulis

SHAHRAN KUMAR VEERAKUMAR

(8)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN...i

HALAMAN PENGESAHAN...ii

ABSTRAK...iii

ABSTRACT...iv

KATA PENGANTAR...v

DAFTAR ISI...vii

DAFTAR TABEL...x

DAFTAR LAMPIRAN...xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 4

1.3 Tujuan Penelitian... 5

1.4 Manfaat Penelitian... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan ... 6

2.1.1. Defenisi Pengetahuan ... 6

2.1.2. Tingkat Pengetahuan ... 7

2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan... 8

2.1.4. Cara Memperoleh Pengetahuan ... 12

2.2. Ibu Hamil ...12

2.3. Seksio Sesarea ...13

2.3.1. Defenisi Seksio Sesarea ... 13

2.3.2. Indikasi Seksio Sesarea ... 14

2.3.3. Jenis-Jenis Seksio Sesarea ... 17

(9)

ix

2.4. Anestesi ...19

2.4.1. Defenisi Anestesi ...19

2.4.2. Sejarah Anestesi ...19

2.4.3. Klasifikasi Anestesi ...20

2.4.4. Obat-obat Anestesi dan Metode Pemberiannya ... 23

2.4.5. Pemilihan Teknik Anestesi pada Pasien ...27

2.4.6. Komplikasi Anestesi dan Bahaya Anestesi ...27

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep Penelitian...33

3.2 Definisi Operasional...33

3.3 Cara ukur...35

3.4 Alat ukur...35

3.5 Skala Pengukuran...35

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian ...36

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ...36

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ...36

4.4. Metode Pengumpulan Data ...39

4.5. Metode Analisis Data ...40

BAB 5 METODOLOGI PENELITIAN 5.1 Hasil Penelitian...41

(10)

x

BAB 6 KESIMPLULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan...49 6.2 Saran...49

DAFTAR PUSTAKA ...50

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden...42 berdasarkan usia

5.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan………...…..42 tingkat pendidikan

5.3 Distribusi frekuensi jawaban responden pada variabel……….….43 pengetahuan

5.4 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan……….……...44 5.5 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan….…………..…44 kelompok usia

(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Riwayat hidup peneliti

Surat izin penelitian RSUP Adam Malik Ethical Clearance

Informed Consent Kuesioner

(13)

v

ABSTRACT

Background: Sectio ceaser is a process in which incision will be made at the stomach and the womb in order to deliver the baby artificially. In order to numb the sensation of pain during the procedure, anesthesia is used.

Objective: The study is to survey the knowledge of pregnant ladies about the types of anesthesia used for sectio ceaser ini

Method: This is a cross sectional descriptive study. The samples taken are 69 pregnant ladies in Haji Adam Malik General Hospital. The primary data was

obtained through questionnaire.

Haji Adam Malik General Hospital in the year of 2012

Result: The result obtained shows that the knowledge level of pregnant ladies on

anesthesia is good for 4 respondent (5.9%), average for 36 respondent (52.9%) and low for 28 respondent (41.2%).

Conclusion: In conclusion,

Keywords : Sectio ceaser, anaesthesia, pregnant ladies

(14)

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kurnia dan izinNya skripsi yang berjudul Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Terhadap Pemilihan Jenis Anestesi Untuk Tindakan Seksio Sesarea Pada Tahun

2012 ini dapat diselesaikan. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa semua usaha yang telah dilakukan merupakan hasil kerjasama yang baik dari semua pihak yang telah membantu. Untuk itu, penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. Gontar A. Siregar, Sp.PD. KGEH atas izin penelitian yang telah diberikan.

2. Dr. Hasanul Arifin, Sp.An. KAP KIC sebagai pembimbing utama yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran, untuk membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

3. Seluruh Staf Pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak, ibu tercinta (Bapak En.Veerakumar dan Ibu Puan.Amutha Vally) dan adik tersayang atas doa, motivasi dan kasih sayangnya.

5. Seluruh teman-teman stambuk 2009, atas dukungan dan bimbingan serta junior-junior tercinta yang telah membantu dalam bentuk doa, motivasi dan kasih sayang dalam penyusunan skripsi ini.

(15)

xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, para ahli banyak menemukan berbagai penemuan baru, khususnya dibidang kesehatan. Seperti halnya cara melahirkan, yang semula dengan cara pervaginam yang kita kenal dengan melahirkan normal, ternyata juga bisa dilakukan perabdominal, yang disebut sectio caesar atau operasi sesarea.

Menurut Kasdu (2003) pada awalnya seksio sesarea dikembangkan sebagai salah satu metode modern di bidang kedokteran khususnya di kebidanan untuk membantu menurunkan angka kematian ibu akibat melahirkan. Dalam sejarah kedokteran, operasi sesarea baru disebut sebagai cara untuk melahirkan bayi, tepatnya tahun 1794, yaitu ketika Dokter Virginia di Amerika Serikat melakukan operasi pada istrinya. Saat itu, tercatat sekitar 10% wanita yang dapat hidup setelah persalinan dengan operasi. Hal ini disebabkan prosedur operasi yang tidak steril, efek obat bius, antibiotik, teknik pembedahan, perdarahan, pemantauan pascaoperasi, manajemen, serta kontrol rasa nyeri yang belum ada.

Banyak hal yang menjadi penyebab atau indikasi seorang ibu harus melakukan operasi seksio. Baik itu karena pertimbangan medis yang bertujuan untuk menyelamatkan ibu dan bayinya, maupun karena pertimbangan nonmedis yang lebih bertujuan pada pemenuhan keinginan ibu atau permintaan ibu yang tidak tahan nyeri jika harus melahirkan normal.

(16)

xiv

Menurut Stoppard (2008) jika kelahiran bayi dilakukan secara normal melalui vagina bisa membahayakan atau bahkan tidak memungkinkan bagi ibu bisa dikarenakan kondisi kehamilan ibu tidak diperbolehkan untuk melahirkan normal seperti adanya perdarahan akibat letak plasenta yang tidak normal maka, bayi akan dilahirkan dengan cara operasi caesar, walaupun si ibu dan keluarga tetap bersikeras ingin melalui jalan normal, pihak dokter pasti tidak akan mengizinkan, karena akan membahayakan keselamatan ibu, janin bahkan keduanya.

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan khususnya di bidang kedokteran dan kebidanan, maka pada masa kini operasi sesarea sudah banyak dimanfaatkan sebagai alternatif untuk melahirkan tanpa rasa nyeri. Bahkan, bagi sebagian orang operasi dilakukan sebagai cara tercepat untuk persalinan yang mudah dan aman, sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan sebuah badan di Washington DC, Amerika, pada tahun 1994, menunjukkan bahwa setengah dari jumlah kelahiran sesarea yang tercatat, secara medis sebenarnya tidak diperlukan. Artinya, tidak ada kegawatdaruratan persalinan untuk menyelamatkan ibu dan janin yang dikandungnya. Hasil serupa yang dilakukan setahun kemudian berdasarkan laporan Departemen Kesehatan Amerika, sebanyak 25% dari angka kelahiran yang tercatat pada tahun itu diseluruh Amerika merupakan kelahiran sesarea yang dilakukan oleh ibu-ibu yang tidak memiliki risiko tinggi untuk melahirkan secara normal maupun komplikasi persalinan lain (Kasdu, 2003).

(17)

xv

Sementara, data lain dari RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta, tahun 1999-2000, menyebutkan bahwa dari jumlah persalinan sebanyak 404 per bulan, 30% di antaranya merupakan persalinan sesarea, 52,5% adalah persalinan spontan, sedangkan sisanya dengan bantuan alat seperti vakum atau forcep. Berdasarkan persentase kelahiran sesarea tersebut, 13,7% disebabkan oleh gawat janin (denyut jantung janin melemah menjelang persalinan) dan 2,4% karena ukuran janin terlalu besar sehingga tidak dapat melewati panggul ibu. Sisanya, sekitar 13,9% operasi sesarea dilakukan tanpa pertimbangan medis. Meskipun data ini tidak bisa mencerminkan seluruh kondisi yang ada di Indonesia, tetapi dapat menggambarkan bahwa angka persalinan dengan operasi sesarea cukup tinggi terjadi di Indonesia. Apalagi, sebagian diantaranya dilakukan tanpa pertimbangan medis.

Sebagaimana menurut Dewi dan Indarwati (2010), salah satu alasan dilakukan operasi seksio sesarea yang dilakukan tanpa pertimbangan dari segi medis di antaranya karena permintaan pasien. Tidak sedikit kasus yang ditemui di rumah nyeri tentang seorang ibu yang tidak ingin merasakan nyeri sewaktu melahirkan secara normal akibat kontraksi rahim. Biasanya tanpa pertimbangan, mereka meminta untuk dilakukan seksio agar ibu tidak merasakan nyeri pada saat melahirkan bayinya.

(18)

xvi

Menurut Obstetrics Anesthetists Association 2009, terdapat tiga jenis anestesi regional yaitu spinal, epidural dan combined spinal-epidural (CSE). Jenis spinal adalah metode yang paling umum digunakan. Anestesi lokal akan disuntik pada bahagian spinal. Metode ini bekerja cepat dan hanya perlu dosis kecil obat bius. Untuk jenis epidural, tabung plastik tipis atau kateter dimasukkan pada saraf di tulang punggung dan obat untuk mematikan saraf dimasukkan melalui tabung apabila diperlukan. Combined spinal-epidural adalah kombinasi spinal dan epidural.

Dr. Hasanul Arifin, Sp.An, KIC, KAP, dari Department Anestesiologi dan Terapi Intensif FK USU dan RSUP Haji Adam Malik, Medan menjelaskan bahwa teknik spinal maupun epidural memiliki perbedaan dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Pada epidural, durasi pembiusan yang diberikan lebih lama dibandingkan spinal. Pada bius spinal, obat hanya diinjeksikan sekali dan apabila durasinya telah habis diperlukan penyuntikan kembali. Bius epidural tidak menyebabkan nyeri kepala pasca pembiusan seperti yang terjadi pada bius spinal. Bius epidural bekerja lebih lama (antara 15-30 menit), sedangkan bius spinal hanya perlu 5 menit. Secara ekonomis, bius epidural membutuhkan biaya lebih mahal dibandingkan bius spinal. Secara teknis, bius epidural relatif lebih sulit dilakukan daripada bius spinal dan sangat tergantung keterampilan ahli anestesi.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan yaitu:

(19)

xvii

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap pemilihan jenis anestesi untuk tindakan seksio sesarea.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik ibu hamil dan mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan jenis anestesi yang diinginkan ibu hamil untuk tindakan seksio sesarea

2. Mengetahui jenis-jenis anestesi yang digunakan untuk tindakan seksio sesarean dan kebaikan serta keburukan setiap jenis anestesi.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Sebagai informasi untuk penyuluhan tentang jenis anestesi yang dapat diberikan untuk tindakan seksio sesarea

2. Sebagai informasi kepada ibu hamil untuk memilih jenis anestesi yang diinginkan sekiranya perlu dilakukan seksio sesarea

(20)

xviii

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Di dalam tinjauan teoritis ini akan dipaparkan tentang konsep-konsep terkait dengan pengetahuan, operasi seksio caesaria, dan jenis-jenis anestesi.

2.1. Pengetahuan

2.1.1. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman, juga bisa didapat dari informasi yang disampaikan oleh guru, orang tua, teman, buku dan surat kabar. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003). Menurut Setiawati (2008), yang mengutip dari Rogers (1974), pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dengan melibatkan indra penglihatan, pendengaran, penciuman, dan pengecap. Pengetahuan akan memberikan penguatan terhadap individu dalam setiap mengambil keputusan dan individu tersebut akan melakukan perubahan dengan mengadopsi prilaku.

(21)

xix

2.1.2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), tingkatan pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:

Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, memberi contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

(22)

xx

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dalam menggambarkan atau membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2003).

2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

(23)

xxi

Menurut Notoatmodjo (2003), menjelaskan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu :

Pendidikan

Pendidikan adalah sebagai suatu usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah berlangsung seumur hidup, menurut batasan ini proses pendidikan tidak hanya sampai pada kedewasaan saja, melainkan tetap berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti didalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan kearah yang lebih dewasa, baik dan matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Melalui pendidikan seseorang akan memperoleh pengetahuan, apabila semakin tinggi tingkat pendidikan, maka hidup akan semakin berkualitas, dimana seseorang akan berfikir logis dan memahami informasi yang diperolehnya (Notoatmodjo, 2003).

(24)

xxii

Pengalaman

Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu, pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi. Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dirasakan yang merupakan kesadaran akan sesuatu hal yang tertangkap oleh indera manusia. Sikap yang diperoleh dari pengalaman akan menimbulkan pengaruh langsung terhadap prilaku berikutnya yang direalisasikan hanya apabila kondisi dan situasi yang memungkinkan.

Pengalaman belajar dan bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan ketrampilan profesional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang keperawatan (Notoatmodjo, 2003).

Pekerjaan

(25)

xxiii

Motivasi

Motivasi merupakan dorongan keinginan yang berasal dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dalam mencapai tujuan dan dapat dipengaruhi oleh orang lain atau lingkungan. Untuk merubah karakteristrik yang lama seperti nilai, sikap, kepercayaan dan pemahaman, maka perlu dukungan dan dorongan dari orang sekitarnya.

Motivasi merupakan dorongan yang menyebabkan seseorang mengambil suatu tindakan. Motivasi dapat berasal dari motif sosial, tugas, atau fisik. Penyelesaian tugas sosial dan motivasi fisik menstimulasi seseorang untuk belajar. Motivasi sosial dibutuhkan untuk berhubungan, penampilan sosial, atau harga diri. Individu secara umum mencari orang lain untuk membandingkan pendapat, kemampuan, dan emosi dan penyelesaian tugas memotivasi didasari oleh kebutuhan seperti keberhasilan dan kompetensi maka pengetahuan yang diperlukan untuk mempertahankan diri menghasilkan stimulus yang lebih besar untuk belajar daripada pengetahuan yang hanya meningkatkan kesehatan. Strategi pengajaran menggambarkan hubungan yang penting dengan berbagai motivasi fisik (Potter & Perry, 2005).

Informasi

(26)

xxiv

2.1.4. Cara Memperoleh Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek peneliti atau responden. Pengetahuan yang ingin kita ketahui dapat diukur dan disesuaikan dengan tingkatan tersebut di atas (Notoatmodjo, 2003).

2.2 Ibu Hamil

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Prawirohardjo,2009.p.213).

Masa kehamilan adalah dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Sarwono,2008.p.89). Seorang ibu dapat didiagnosa hamil adalah apabila didapatkan tanda-tanda pasti kehamilan yaitu Denyut Jantung Janin (DJJ) dapat didengar dengan stetoskop laenec pada minggu 17-18, dapat dipalpasi (yang harus ditemukan adalah bagian-bagian janin jelas pada minggu ke-22 dan gerakan janin dapat dirasakan dengan jelas setelah minggu 24) dan juga dapat di Ultrasonografi (USG) pada minggu ke-6 (Kusmiyati et all 2008.p.97).

(27)

xxv

ultrasonografi) (Bagus Ida, 2005. p.126). Dengan disimpulkan bahwa Ibu hamil adalah seorang ibu dimulai masa kehamilan atau mulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari atau 40 minggu, di hitung dari hari pertama haid terakhir dan dapat dilihat tanda pasti hamil yaitu ada gerakan janin dalam rahim (terlihat atau teraba gerakan janin dan teraba bagian bagian janin), terdengar denyut jantung janin (didengar dengan stetoskop laenec, alat kardiotokografi atau EKG dan alat Doppler) dilihat dengan ultrasonografi, pemeriksaan dengan alat canggih, yaitu rontgen melihat kerangka janin.

2.3. Seksio Sesarea

2.3.1. Definisi Seksio Sesarea

Istilah seksio sesarea berasal dari bahasa latin “caedere” yang artinya “memotong”. Pengertian ini dapat dijumpai dalam hukum roma yaitu lex regia atau lex caesarea yang merupakan hukum yang menjelaskan bahwa prosedur tersebut dilakukan di akhir kehamilan pada seorang wanita yang dalam keadaan sekarat demi menyelamatkan calon bayinya (Cunningham et al, 2005). Seksio sesarea merupakan suatu proses insisi dinding abdomen dan uterus untuk mengeluarkan janin (Dorland, 2002).

(28)

xxvi

2.3.2. Indikasi Seksio Sesarea

Menurut Scott (2002) dalam Sinaga (2009), melahirkan dengan seksio sesarea sebaiknya dilakukan atas pertimbangan medis dengan memperhatikan kesehatan ibu maupun bayinya. Dengan maksud bahwa janin atau ibu dalam kadaan gawat darurat sehingga hanya dapat diselamatkan dengan persalinan seksio sesarea dengan tujuan untuk memperkecil timbulnya resiko pada ibu maupun bayinya.

Menurut Cunningham, et al (2005), lebih dari 85 % persalinan seksio sesarea disebabkan oleh:

1. Riwayat seksio sesarea

2. Distosia persalinan dan kemacetan persalinan 3. Gawat janin

4. Letak sungsang

Menurut Ricci (2001) indikasi persalinan seksio sesarea dibedakan berdasarkan beberapa faktor yaitu :

Faktor ibu

(29)

xxvii

Faktor janin

a. Gawat janin

Keadaan gawat janin yang disertai dengan kondisi ibu yang kurang baik dianjurkan untuk dilakukan persalinan seksio sesarea. Jika ibu mengalami tekanan darah tinggi, kejang ataupun gangguan pada ari- ari maupun tali pusar dapat mengakibatkan gangguan aliran oksigen kepada bayi sehingga dapat

menyebabkan kerusakan otak yang bahkan dapat menimbulkan kematian janin dalam rahim (Oxorn, 2003).

b. Prolaps tali pusat

Kejadian ini lebih sering terjadi jika tali pusar panjang dan jika plasenta letaknya rendah. Keadaan ini tidak mempengaruhi keadaan ibu secara langsung tetapi dapat sangat membahayakan janin karena tali pusat dapat tertekan antara bagian depan anak dan dinding panggul yang akan timbul asfiksia (Bratakoesuma, 2004).

c. Malpresentasi janin

Letak sungsang

Bayi letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang letaknya paling rendah (Bratakoesuma, 2004). Sekarang ini banyak kelainan letak bayi yang dilahirkan melalui persalinan seksio sesarea. Hal ini karena risiko kematian dan kecacatan yang timbul karena persalinan pervaginam jauh lebih tinggi. Secara teori penyebab kelainan ini dapat terjadi karena faktor ibu seperti kelainan bentuk rahim, letak plasenta yang rendah ataupun tumor jinak yang terdapat dalam rahim (Dewi, 2007).

Letak Lintang

(30)

xxviii

normal yang cukup bulan bayi letak lintang tidak mungkin untuk dilahirkan secara spontan. Janin hanya dapat dilahirkan secara spontan jika janin prematur, sudah mati serta bila panggul ibu lebar (Bratakoesuma, 1998).

Faktor plasenta

a. Plasenta previa

Letak plasenta yang ada di depan jalan lahir atau implantasi plasenta yang tidak normal yang dapat menutupi seluruhnya ataupun sebagian dari ostium internum sehingga dapat menghambat keluarnya bayi melalui jalan lahir (Chalik, 2008).

b. Solusio plasenta

Solusio plasenta merupakan keadaan terlepasnya sebagian atau seluruh plasenta yang letaknya normal dari perlekatannya diatas 22 minggu dan sebelum anak lahir (Mose, 2004). Pelepasan plasenta ini biasanya ditandai dengan perdarahan yang keluar melalui vagina, tetapi juga dapat menetap di dalam rahim, yang dapat menimbulkan bahaya pada ibu maupun janin. Biasanya dilakukan persalinan seksio sesarea untuk menolong agar janin segera lahir sebelum mengalami kekurangan oksigen ataupun keracunan oleh air ketuban, serta dapat menghentikan perdarahan yang dapat menyebabkan kematian ibu (Mochtar, 1998).

Menurut Dutta (2004), indikasi persalinan seksio sesarea dibagi atas dua kategori yaitu:

Indikasi absolut

(31)

xxix

Indikasi relatif

Apabila ibu telah mengalami persalinan seksio sesarea sebelumnya, dijumpai adanya fetal distress, distosia, perdarahan antepartum, malpresentasi, gangguan tekanan darah ibu, serta adanya penyakit yang menyertai ibunya.

2.3.3. Jenis Seksio Sesarea

Menurut Mochtar (1998) jenis operasi seksio sesarea yaitu:

Seksio sesarea transperitonealis:

a. Seksio sesarea klasik

Seksio sesarea klasik atau korporal dilakukan dengan insisi memanjang pada korpus uteri kira-kira sepanjang 10 cm. Jenis seksio sesarea ini memiliki kelebihan berupa pengeluaran janin lebih cepat, tidak mengakibatkan kandung kemih tertarik, serta sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal. Namun metode persalinan seksio sesare ini dapat menyebabkan penyebaran infeksi intraabdominal yang lebih mudah karena tidak adanya reperitonealis yang baik. Serta lebih mudah terjadi ruptur uteri spontan pada persalinan berikutnya (Mochtar, 1998).

b. Seksio sesarea ismika

(32)

xxx

mengakibabkan perdarahan yang lebih banyak, serta keluhan postoperasi yang terjadi pada kandung kemih tinggi (Mochtar, 1998).

Seksio sesarea ekstraperitonealis

Tindakan persalinan ini dilakukan dengan insisi peritoneum, lipatan peritoneum didorong ke atas dan kandung kemih ke arah bawah atau ke garis tengah, kemudian uterus dibuka dengan insisi pada segmen bawah (Dorland, 2002). Namun pembedahan persalinan ini tidak banyak lagi dilakukan untuk mengurangi bahaya infeksi puerperal (Oxorn, 2003).

2.3.4. Komplikasi Tindakan Seksio Sesarea

Komplikasi yang dapat terjadi setelah tindakan seksio sesarea menurut Mochtar (1998) yaitu:

1. Infeksi puerperal (nifas)

a. Ringan; dengan kenaikan suhu beberapa hari saja

b. Sedang; dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi dan perut sedikit kembung.

c. Berat; dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita jumpai pada partus yang terlantar, dimana sebelumnya telah timbul infeksi intrapartum karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.

2. Perdarahan yang dapat disebabkan oleh:

a. Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka b. Atonia uteri

c. Perdarahan pada placental bed.

3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila reperitonialisasi terlalu tinggi.

(33)

xxxi

2.4 Anestesi

2.4.1 Definisi Anestesi

Anestesi (pembiusan) berasal dari bahasa Yunani. An-“tidak, tanpa” dan aesthesos, “persepsi, kemampuan untuk merasa”. Secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh (Wikipedia, 2008). Istilah Anestesia digunakan pertama kali oleh Oliver Wendell Holmes pada tahun 1948 yang menggambarkan keadaan tidak sadar yang bersifat sementara, karena anestesi adalah pemberian obat dengan tujuan untuk menghilangkan nyeri pembedahan. Sedangkan Analgesia adalah tindakan pemberian obat untuk menghilangkan nyeri tanpa menghilangkan kesadaran pasien (Latief, dkk, 2001).

2.4.2 Sejarah Anestesi

Dahulu sebelum anestesi dikenal, operasi harus dijalankan secepat mungkin untuk meminimalkan rasa sakit (Ismunandar, 2006). Rekor dunia untuk amputasi kaki dicapai dalam waktu 15 detik yang dilakukan oleh Dominique Larrey, ketua tim dokter pribadi Napoleon. Tahun 1800, Davy seorang ahli kimia yang sangat terkenal telah mempublikasikan bahwa zat kimia terterntu seperti oksida nitrogen dapat mempunyai efek bius. Walaupun dokter yang pertama kali menggunakan anestesi dalam praktiknya adalah Crawford Long, di Amerika Serikat, karena ia tidak pernah mempublikasikan, maka dalam sejarah Amerika Serikat menyebutkan bahwa penemu anestesi atau bius adalah William Morton karena Morton secara demonstratif telah menunjukkan cabut gigi tanpa rasa sakit di depan umum pada tahun 1846.

(34)

xxxii

dan asistennya banyak bereksperimen dengan bahan–bahan kimia untuk mencari anestesi yang efektif. Kadang mereka bereksperimen dengan diri mereka sendiri.

Di dunia waktu itu, dan terutama di Inggris, banyak orang menganggap rasa sakit adalah bagian kodrat dari Tuhan, dan menggunakan anestesi berarti melawan kodrat itu. Namun, oposisi penggunaan anestesi berakhir setelah Ratu Victoria menggunakannya saat melahirkan Pangeran Leopold tahun 1853. Anestesi terhadap Ratu Victoria tersebut dilakukan oleh John Snow. Tindakan Ratu Victoria tersebut ternyata bisa mengubah pandangan umum tentang anestesi. Sehingga penggunaan anestesi pada prosedur bedah semakin lama semakin diperhitungkan (Ismunandar, 2006).

2.4.3 Klasifikasi Anestesi

Obat bius memang diciptakan dalam berbagai sediaan dan cara kerja. Namun, secara umum obat bius atau istilah medisnya anestesi ini dibedakan menjadi tiga golongan yaitu anestesi lokal, regional, dan umum (Joomla, 2008).

Anestesi Lokal

Anestesi lokal adalah tindakan pemberian obat yang mampu menghambat konduksi saraf (terutama nyeri) secara reversibel pada bagian tubuh yang spesifik (Biworo, 2008). Pada anestesi umum, rasa nyeri hilang bersamaan dengan hilangnya kesadaran penderita. Sedangkan pada anestesi lokal (sering juga diistilahkan dengan analgesia lokal), kesadaran penderita tetap utuh dan rasa nyeri yang hilang bersifat setempat (lokal) (Bachsinar, 1992).

(35)

xxxiii

Anestesi lokal bersifat ringan dan biasanya digunakan untuk tindakan yang hanya perlu waktu singkat. Oleh karena efek mati rasa yang didapat hanya mampu dipertahankan selama kurun waktu sekitar 30 menit seusai injeksi, bila lebih dari itu, maka akan diperlukan injeksi tambahan untuk melanjutkan tindakan tanpa rasa nyeri (Joomla, 2008).

Anestesi Regional

Anestesi regional biasanya dimanfaatkan untuk kasus bedah yang pasiennya perlu dalam kondisi sadar untuk meminimalisasi efek samping operasi yang lebih besar, bila pasien tak sadar. Misalnya, pada persalinan Caesar, operasi usus buntu, operasi pada lengan dan tungkai. Caranya dengan menginjeksikan obat-obatan bius pada bagian utama pengantar register rasa nyeri ke otak yaitu saraf utama yang ada di dalam tulang belakang. Sehingga, obat anestesi mampu menghentikan impuls saraf di area itu.

Sensasi nyeri yang ditimbulkan organ-organ melalui sistem saraf tadi lalu terhambat dan tak dapat diregister sebagai sensasi nyeri di otak. Dan sifat anestesi atau efek mati rasa akan lebih luas dan lama dibanding anestesi lokal. Pada kasus bedah, bisa membuat mati rasa dari perut ke bawah. Namun, oleh karena tidak mempengaruhi hingga ke susunan saraf pusat atau otak, maka pasien yang sudah di anestesi regional masih bisa sadar dan mampu berkomunikasi, walaupun tidak merasakan nyeri di daerah yang sedang dioperasi (Joomla, 2008).

Anestesi Umum

(36)

xxxiv

bedah jantung, pengangkatan batu empedu, bedah rekonstruksi tulang, dan lain-lain (Joomla, 2008).

Cara kerja anestesi umum selain menghilangkan rasa nyeri, menghilangkan kesadaran, dan membuat amnesia, juga merelaksasi seluruh otot. Maka, selama penggunaan anestesi juga diperlukan alat bantu nafas, selain deteksi jantung untuk meminimalisasi kegagalan organ vital melakukan fungsinya selama operasi dilakukan (Joomla, 2008).

Untuk menentukan prognosis (Dachlan. 1989) ASA (American Society of Anesthesiologists) membuat klasifikasi berdasarkan status fisik pasien pra anestesi yang membagi pasien kedalam 5 kelompok atau kategori sebagai berikut: ASA 1, yaitu pasien dalam keadaan sehat yang memerlukan operasi. ASA 2, yaitu pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik karena penyakit bedah maupun penyakit lainnya. Contohnya pasien batu ureter dengan hipertensi sedang terkontrol, atau pasien apendisitis akut dengan lekositosis dan febris. ASA 3, yaitu pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang diaktibatkan karena berbagai penyebab. Contohnya pasien apendisitis perforasi dengan septi semia, atau pasien ileus obstruksi dengan iskemia miokardium. ASA 4, yaitu pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara langsung mengancam kehiduannya. ASA 5, yaitu pasien tidak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun dioperasi atau tidak. Contohnya pasien tua dengan perdarahan basis krani dan syok hemoragik karena ruptura hepatik. Klasifikasi ASA juga dipakai pada pembedahan darurat dengan mencantumkan tanda darurat (E = emergency), misalnya ASA 1 E atau III E.

(37)

xxxv

bagian yaitu; Plane I yang ditandai dengan pernafasan yang teratur dan terhentinya anggota gerak. Tipe pernafasan thoraco-abdominal, refleks pedal masih ada, bola mata bergerak-gerak, palpebra, konjuctiva dan kornea terdepresi. Plane II, ditandai dengan respirasi thoraco-abdominal dan bola mata ventro medial semua otot mengalami relaksasi kecuali otot perut. Plane III, ditandai dengan respirasi regular, abdominal, bola mata kembali ke tengah dan otot perut relaksasi. Stadium IV (paralisis medulla oblongata atau overdosis),ditandai dengan paralisis otot dada, pulsus cepat dan pupil dilatasi. Bola mata menunjukkan gambaran seperti mata ikan karena terhentinya sekresi lakrimal (Archibald, 1966).

2.4.4 Obat-obat Anestesi dan Metode Pemberiannya

2.4.4.1 Obat-obat Anestesi Lokal

Anestetika lokal atau zat-zat penghalang rasa setempat adalah obat yang pada penggunaan lokal merintangi secara reversibel penerusan impuls-impuls saraf ke SSP (Tjay, 2002). Luasnya daerah anestesi tergantung tempat pemberian larutan anestesi, volume yang diberikan, kadar zat dan daya tembusnya (Siahaan, 2000).

Obat bius lokal mencegah pembentukan dan konduksi impuls saraf. Tempat kerjanya terutama di selaput lendir. Di samping itu, anestesi lokal menggangu fungsi semua organ dimana terjadi konduksi dari beberapa impuls. Artinya, anestesi lokal mempunyai efek yang penting terhadap susunan saraf pusat, ganglia otonom, cabang–cabang neuromuskular dan semua jaringan otot (Siahaan, 2000).

(38)

xxxvi

cukup lama, dapat larut dalam air dan menghasilkan larutan yang stabil, juga tahan terhadap pemanasan/sterilisasi (Tjay, 2002). Biworo (2008) juga menyatakan bahwa anestetika yang ideal adalah anestetika yang memiliki sifat antara lain tidak iritatif/merusak jaringan secara permanen, onset cepat, durasi cukup lama, larut dalam air, stabil dalam larutan, dan dapat disterilkan tanpa mengalami perubahan.

Struktur dasar anestetika lokal pada umumnya terdiri dari suatu gugus-amino hidrofil (sekunder atau tersier) yang dihubungkan oleh suatu ikatan ester (alkohol) atau amida dengan suatu gugus aromatis lipofil (Tjay, 2002). Adanya ikatan ester sangat menentukan sifat anestesi lokal sebab pada degradasi dan inaktivasi di dalam tubuh, gugus tersebut akan dihidrolisis. Karena itu golongan ester umumnya kurang stabil dan mudah mengalami metabolisme dibandingkan golongan amida. Contohnya: Tetrakin, Benzokain, Kokain, dan Prokain. Senyawa amida contohnya adalah Dibukain, Lidokain, Mepivakain dan Prilokain. Senyawa lainnya contohnya fenol, Benzilalkohol, Etilalkohol, Etilklorida, dan Cryofluoran ( Siahaan, 2000).

Cara pemberian anestesi lokal adalah dengan menginjeksikan obat-obatan anestesi tertentu pada area yang akan dilakukan sayatan atau jahitan. Obat-obatan yang diinjeksikan ini lalu bekerja memblokade saraf-saraf tepi yang ada di area sekitar injeksi sehingga tidak mengirimkan impuls nyeri ke otak (Joomla, 2008).

2.4.4.2 Obat-obat Anestesi Regional

Metode pemberian Anestesi regional dibagi menjadi dua, yaitu secara blok sentral dan blok perifer (Latief, 2001).

1. Blok Sentral (Blok Neuroaksial).

Blok sentral dibagi menjadi tiga bagian yaitu anestesi Spinal, Epidural dan Kaudal (Latief, 2001).

(39)

xxxvii

Anestesi spinal merupakan tindakan pemberian anestesi regional ke dalam ruang subaraknoid. Hal-hal yang mempengaruhi anestesi spinal antara lain jenis obat, dosis obat yang digunakan, efek vasokonstriksi, berat jenis obat, posisi tubuh, tekanan intra abdomen, lengkung tulang belakang, usia pasien, obesitas, kehamilan, dan penyebaran obat (Abidin, 2008).

b. Anestesi Epidural

Anestesi epidural ialah blokade saraf dengan menempatkan obat pada ruang epidural (peridural, ekstradural) di dalam kanalis vertebralis pada ketinggian tertentu, sehingga daerah setinggi pernapasan yang bersangkutan dan di bawahnya teranestesi sesuai dengan teori dermatom kulit (Bachsinar, 1992). Ruang epidural berada di antara durameter dan ligamentun flavum. Bagian atas berbatasan dengan foramen magnum dan dibawah dengan selaput sakrogliseal. Anestesi epidural sering dikerjakan untuk pembedahan dan penanggulangan nyeri pasca bedah, tatalaksana nyeri saat persalinan, penurunan tekanan darah saat pembedahan supaya tidak banyak perdarahan, dan tambahan pada anestesia umum ringan karena penyakit tertentu pasien (Latief, 2001).

c. Anestesi Kaudal

Anestesi kaudal sebenarnya sama dengan anestesi epidural, karena ruang kaudal adalah kepanjangan dari ruang epidural dan obat ditempatkan di ruang kaudal melalui hiatus sakralis. Hiatus sakralis ditutupi oleh ligamentum sakrogsigeal tanpa tulang yang analog dengan ligamentum supraspinosum dan ligamentum interspinosum. Ruang kaudal berisi saraf sacral, pleksus venosus, felum terminale dan kantong dura (Latief, 2001).

2. Blok Perifer (Blok Saraf)

(40)

xxxviii

dipersarafi akan teranestesi misalnya pada tindakan operasi di lengan bawah memblok saraf brakialis. Untuk melakukan anetesi blok perifer harus dipahami anatomi dan daerah persarafan yang bersangkutan (Bachsinar, 1992).

2.4.4.3 Obat-obat Anestesi Umum

Agar anestesi umum dapat berjalan dengan sebaik mungkin, pertimbangan utamanya adalah memilih anestetika ideal. Pemilihan ini didasarkan pada beberapa pertimbangan yaitu keadaan penderita, sifat anestetika, jenis operasi yang dilakukan, dan peralatan serta obat yang tersedia (Admin,2008).

Sifat anestetika yang ideal antara lain mudah didapat, murah, tidak menimbulkan efek samping terhadap organ vital seperti saluran pernapasan atau jantung, tidak mudah terbakar, stabil, cepat dieliminasi, menghasilkan relaksasi otot yang cukup baik, kesadaran cepat kembali, tanpa efek yang tidak diinginkan (Gan, 1987). Obat anestesi umum yang ideal menurut Norsworhy (1993) mempunyai sifat-sifat antara lain : pada dosis yang aman mempunyai daya analgesik relaksasi otot yang cukup, cara pemberian mudah, mula kerja obat yang cepat dan tidak mempunyai efek samping yang merugikan. Selain itu obat tersebut harus tidak toksik, mudah dinetralkan, mempunyai batas keamanan yang luas, tidak dipengaruhi oleh variasi umur dan kondisi pasien.

Obat-obatan anestesi yang umum dipakai pada pembiusan total adalah N2O, halotan, enfluran, isofluran, sevofluran, dan desfluran. Obat anestesi umum yang ideal haruslah tidak mudah terbakar, tidak meledak, larut dalam lemak, larut dalam darah, tidak meracuni end-organ (jantung, hati, ginjal), efek samping minimal, tidak dimetabolisasi oleh tubuh, dan tidak mengiritasi pasien (Kumala, 2008).

2.4.5 Pemilihan Teknik Anestesi pada Pasien

(41)

xxxix

pembedahan. Dalam beberapa kelompok populasi pasien, pembiusan regional ternyata lebih baik daripada pembiusan total. Blokade neuraksial bisa mengurangi resiko trombosis vena, emboli paru, transfusi, pneumonia, tekanan pernapasan, infark miokardial, dan gagal ginjal (Admin, 2007).

Beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan anestesi antara lain: keterampilan dan pengalaman ahli anestesi dan ahli bedah, tersedianya obat dan peralatan, kondisi klinis pasien, waktu yang tersedia, tindakan gawat darurat atau efektif, keadaan lambung, dan pilihan pasien. Untuk operasi kecil (misalnya menjahit luka atau manipulasi fraktur lengan), jika lambung penuh, maka pilihan yang terbaik adalah anestesi regional. Untuk operasi besar gawat darurat, anestesi regional atau umum sangat kecil perbedaannya dalam hal keamanannya.

2.4.6 Komplikasi Anestesi dan Bahaya Anestesi

2.4.6.1 Komplikasi Anestesi

Komplikasi yang terjadi pada periode perioperatif dapat dicetuskan oleh tindakan anestesi sendiri dan atau kondisi pasien (Thaib, 1989). Komplikasi segera dapat timbul pada waktu pembedahan atau kemudian segera ataupun belakangan setelah pembedahan.

Komplikasi anestesi dapat berakhir dengan kematian atau tidak diduga walaupun tindakan anestesi sudah dilaksanakan dengan baik (Thaib, 1989). Menurut Ellis & Campbell (1986), secara umum komplikasi anestesi yang sering dijumpai antara lain:

1. Kerusakan Fisik

(42)

xl

a. Pembuluh Darah

Kesalahan teknik dalam venapunksi dapat menyebabkan memar, eksavasasi obat yang dapat menyebabkan ulserasi kulit di atasnya, infeksi lokal, tromboflebitis serta kerusakan struktur berdekatan, terutama arteri dan saraf (Ellis & Campbell, 1986). Beberapa obat yang mencakup Benzodiazepin dan Propanidid menyebabkan tromboflebitis. Kanulasi vena yang lama lebih mungkin menyebabkan tromboflebitis dan infeksi.

b. Intubasi

Kerusakan sering terjadi pada bibir dan gusi akibat intubasi trachea oleh orang yang tidak berpengalaman. Kerusakan gigi geligi akan terjadi lebih serius jika disertai kemungkinan inhalasi fragmen yang diikuti oleh abses paru. Jika dibiarkan tidak terdeteksi, intubasi nasotrachea dapat menyebabkan epistaksis yang tak menyenangkan dan kadang–kadang sonde dapat membentuk saluran di bawah mukosa hidung, intubasi hidung sering memfraktura concha (Ellis & Campbell, 1986). Kerusakan pada struktur tonsila dan larynx (terutama pita suara) untungnya sering terjadi, tetapi penanganan mulut posterior struktur yang kasar menyokong sakit tenggorokan pasca bedah.

c. Saraf Superfisialis

(43)

xli

2. Pernapasan

Komplikasi pernapasan yang mungkin timbul termasuk hipoksemia yang tidak terdeteksi, atelektasis, bronkhitis, bronkhopneumonia, pneumonia lobaris, kongesti pulmonal hipostatik, plurisi, dan superinfeksi (Brunner & Suddarth, 2001).

Yang paling ditakuti oleh para pekerja anestesi adalah obstruksi saluran pernapasan akut selama atau segera setelah induksi anestesi. Spasme Larynx dan penahanan napas dapat sulit dibedakan serta dapat timbul sebagai respon terhadap anestesi yang ringan, terutama jika saluran pernapasan dirangsang oleh uap anestesi iritan atau materi asing yang mencakup sekresi dan kandungan asam lambung (Ellis & Campbell, 1986). Intubasi yang gagal dapat menjadi mimpi buruk, bila mungkin terjadi aspirasi lambung, seperti pasien obstetri dan kedaruratan yang tak dipersiapkan.

Gagal pernapasan terutama merupakan fenomena pasca bedah, biasanya karena kombinasi kejadian. Kelamahan otot setelah pemulihan dari relaksan yang tidak adekuat, depresi sentral dengan opioid dan zat anestesi, hambatan batuk dan ventilasi alveolus yang tak adekuat sekunder terhadap nyeri luka bergabung untuk menimbulkan gagal pernapasan restriktif dengan retensi CO2 serta kemudian narcosis CO2, terutama jika PO2 dipertahankan dengan pemberian oksigen.

(44)

xlii

3. Kardiovaskuler

Komplikasi kardiovaskuler yang dapat terjadi antara lain hipotensi, hipertensi, aritmia jantung, dan payah jantung (Thaib, 1989). Hipotensi didefinisikan sebagai tekanan darah systole kurang dari 70 mmHg atau turun lebih dari 25% dari nilai sebelumnya. Hipotensi dapat disebabkan oleh hipovolemia yang diakibatkan oleh perdarahan, overdosis obat anestetika, penyakit kardiovaskuler seperti infark miokard, aritmia, hipertensi, dan reaksihipersensivitas obat induksi, obat pelumpuh otot, dan reaksi transfusi.

Hipertensi dapat meningkat pada periode induksi dan pemulihan anestesi. Komplikasi hipertensi disebabkan oleh analgesa dan hipnosis yang tidak adekuat, batuk, penyakit hipertensi yang tidak diterapi, dan ventilasi yang tidak adekuat (Thaib, 1989). Sementara faktor-faktor yang mencetuskan aritmia adalah hipoksia, hiperkapnia, tindakan intubasi, gangguan elektrolit, dan pengaruh beberapa obat tertentu.

4. Hati

Penyebab hepatitis pasca bedah dapat disebabkan oleh halotan. Insidens virus Hepatitis A aktif dalam populasi umum mungkin jauh lebih lazim, yang diperkirakan sekitar 100–400 per sejuta pada suatu waktu (Ellis & Campbell, 1986). Mungkin bahwa zat anestesi mengurangi kemanjuran susunan kekebalan dan membuat pasien lebih cenderung ke infeksi yang mencakup hepatitis virus. Anestesi Halotan berulang dalam interval 6 minggu mungkin harus dihalangi.

5. Suhu tubuh

(45)

xliii

2.4.6.2 Bahaya Anestesi

Bahaya utama anestesi dapat disebabkan banyak penyebab. Sebagian penyebab pada mulanya tidak berarti, tetapi jika bahaya tersebut tidak diperhatikan sama sekali, atau tidak diatasi dengan baik, maka bencana dapat terjadi (Bulto & Blogg, 1994). Bahaya lain mungkin tidak berbahaya tetapi merupakan sumber utama ketidaknyamanan, nyeri, atau iritasi terhadap penderita. Bahaya anestesi yang mungkin dapat terjadi antara lain:

1. Kematian “dalam keadaan” atau “akibat anestesi”

Kematian dalam keadaan “teranestesi” mungkin tidak sepenting kematian akibat anestesi, atau komplikasinya. Jika perdarahan masif yang terjadi selama pembedahan tidak dapat dikontrol, hal ini tentu saja termasuk kematian dalam keadaan teranestesi tetapi bukan akibat anestesi walaupun ahli anestesi telah mempunyai peran yang penting untuk berusaha mempertahankan hidup penderita dengan secepatnya melakukan transfusi darah (Bulto & Blogg, 1994).

2. Bahaya anestesi yang dapat mematikan

Kematian akibat anestesi mungkin disebabkan oleh hipoksia dan henti jantung yang saling terkait, pada kedua kasus kematian dapat disebabkan oleh gangguan penyediaan oksigen otak dan /atau jantung baik primer (yang disebabkan oleh hipoksia respiratorik) maupun sekunder (sebagai akibat terhentinya sirkulasi setelah henti jantung) (Bulto & Blogg, 1994).Bahaya lain akibat anestesi yang dapat mematikan karena anestesi adalah anafilaksis akut karena obat yang digunakan pada anestesi, dan hipertermia yang ganas.

3. Hipoksia atau anoksia respiratorik selama anestesi

(46)

xliv

(47)

xlv

BAB III

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian.

Berdasarkan tujuan dari penelitian di atas,maka kerangka konsep dalam penelitian adalah:

Variabel independen

Variabel dependen

3.2. Definisi Operasional

3.2.1. Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Prawirohardjo,2009.p.213).

Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil

Pemilihan Jenis Anestesi Untuk Tindakan Seksio

(48)

xlvi

3.2.2. Anestesi berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh (Wikipedia, 2008).

3.2.3. Anestesi lokal adalah tindakan pemberian obat yang mampu menghambat konduksi saraf (terutama nyeri) secara reversibel pada bagian tubuh yang spesifik (Biworo, 2008). Pada anestesi lokal kesadaran penderita tetap utuh dan rasa nyeri yang hilang bersifat setempat (lokal) (Bachsinar, 1992).

3.2.4 Anestesi regional biasanya dimanfaatkan untuk kasus bedah yang pasiennya perlu dalam kondisi sadar untuk meminimalisasi efek samping operasi yang lebih besar, bila pasien tak sadar. Metode pemberian Anestesi regional dibagi menjadi dua, yaitu secara blok sentral dan blok perifer (Latief, 2001). Blok sentral dibagi menjadi tiga bagian yaitu anestesi Spinal, Epidural dan Kaudal (Latief, 2001). Anestesi regional dapat juga dilakukan dengan cara blok perifer. Salah satu teknik yang dapat digunakan adalah anestesi regional intravena

3.2.5 Anestesi umum (general anestesi) atau bius total disebut juga dengan nama narkose umum (NU). Anestesi umum adalah

meniadakan nyeri secara sentral disertai hilangnya kesadaran yang bersifat reversibel (Miharja, 2009).

(49)

xlvii

rahim dengan syarat rahim ibu dalam keadaan baik dan berat janin diatas 500 gram (Wiknjosastro, 2005)

3.3. Cara Ukur : Kuesioner

3.4. Alat Ukur : Kuesioner, pertanyaan yang diajukan sebanyak 10 pertanyaan dengan pilihan jawaban.

3.5 Hasil pengukuran

Hasil pengukuran dinyatakan dalam tingkat pengetahuan. Tingkat pengetahuan dikelompokan berdasarkan kategori berikut : ( Pratomo,1990)

Tingkat Pengetahuan Nilai

Baik Bila nilai yang diperoleh 8 - 10

Sedang Bila nilai yang diperoleh 4 - 7

Kurang Bila nilai yang diperoleh 0 - 3

(50)

xlviii

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang akan menggambarkan tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap pemilihan jenis anestesi untuk tindakan seksio sesarea di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan selama tahun 2012. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross sectional ( potong lintang ) dimana pengambilan data dilakukan hanya sekali bagi tiap subyek pada

saat memberikan kuesioner.

4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan. Waktu pengambilan data direncanakan pada bulan Augustus – Oktober, 2012.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi

(51)

xlix

4.3.2. Sampel

Sampel menurut Suharsimi Arikunto (2002) adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel yang diambil adalah ibu hamil di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan pada tahun 2012. Jumlah sampel yang akan digunakan akan dikira menggunakan formula (Notoatmodjo, 2005):

n = N 1 + N(d2)

Keterangan

N = Besar populasi n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan

Penghitungan besar sampel ibu hamil adalah seperti dibawah ini.

n = 217

1 + 217 (0.12)

n = 217

1 + 217(0.12)

n = 68.454 orang

n ≈ 68 orang .

(52)

l

consecutive sampling dimana semua sampel yang didapat dan memenuhi criteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah sampel yang diperlukan terpenuhi.

4.3.3 Hasil Uji Validitas

Kuesioner yang dipergunakan dalam penelitian ini telah diuji validitas dengan menggunakan teknik korelasi "product moment" dengan menggunakan SPSS versi 17.0. Sampel yang digunakan dalam uji validitas ini memiliki karakter yang hampir sama dengan sampel dalam penelitian ini. Jumlah sampel dalam uji validitas ini adalah sebanyak 20 orang. Hasil uji validitas dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas

Variabel No Total Pearson Correlation Status

Pengetahuan 1 0.529 Valid

2 0.736 Valid

3 0.810 Valid

4 0.648 Valid

5 0.688 Valid

6 0.786 Valid

7 0.786 Valid

8 0.582 Valid

9 0.819 Valid

(53)

li

4.4 Metode Pengumpulan Data

4.4.1. Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang didapat langsung dari responden. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesionar kepada sampel penelitian.

4.4.2. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2005 ). Instrumen penelitian ini berupa kuesionar sebagai alat bantu dalam pengumpulan data yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan semi terbuka dan tertutup untuk mengumpulkan data tingkat pengetahuan responden terhadap pemilihan jenis anestesi untuk tindakan seksio sesarea di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan selama tahun 2012.

4.4.3. Teknik Skoring dan Skala

Dalam penelitian ini, kuesionar yang digunakan adalah kuesionar mengetahui tentang tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap pemilihan jenis anestesi untuk tindakan seksio sesarea di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik, Medan selama tahun 2012. Kuesionar berisi 10 pertanyaan.

Tabel 4.2 Penentuan Nilai dari Kuesionar Pengetahuan ( Nilai 0-10 )

(54)

lii

Setelah seluruh kuesionar dinilai sesuai dengan table diatas, maka tingkat pengetahuan dikelompokan berdasarkan kategori berikut : ( Pratomo, 1990 )

• Baik, apabila nilai yang diperoleh >80% dari nilai tertinggi

• Sedang, apabila nilai yang diperoleh 30-80% dari nilai tertinggi

• Kurang, apabila nilai yang diperoleh <30% dari nilai tertinggi

Berdasarkan skala pengukuran di atas, maka kategori pengetahuan, sikap dan tindakan dapat

dilihat pada table berikut :

Tabel 4.3 Kategori dari kuesionar Pengetahuan

Tingkat Pengetahuan Nilai

Baik Bila nilai yang diperoleh 8 - 10

Sedang Bila nilai yang diperoleh 4 - 7

Kurang Bila nilai yang diperoleh 0 - 3

4.5 Metode Analisis Data

(55)

liii

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap pemilihan jenis anestesi untuk tindakan seksio sesarea, dimana penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Augustus - Oktober 2012. Penelitian ini diikuti 68 ibu hamil dan bersedia mengikuti penelitian dan menjawab lengkap seluruh pertanyaan yang terutang dalam kuesioner yang dibagikan.

Selain menjawab pertanyaan penelitian mengenai pengetahuan terhadap pemilihan jenis anestesi untuk tindakan seksio sesarea, dalam bab ini juga dijabarkan deskripsi lokasi penelitian dan deskripsi karakteristik responden yang berada di RSUP H. Adam Malik

5.1 Hasil Penelitian.

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

(56)

liv

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden.

Dalam penelitian ini, responden yang terpilih adalah sebanyak 68 subjek. Dari keseluruhan responden, gambaran karakteristik responden yang diamati meliputi: umur dan tingkat pendidikan.

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia

Berdasarkan data pada table 5.1, ditinjau dari segi usia, kelompok terbesar pada usia 25-29 tahun yaitu sebanyak 25 orang (36.8%) dan terendah pada kelompok usia kurang daripada 20 tahun yaitu sebanyak 4 orang (5.9%).

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan

(57)

lv

5.1.3 Hasil Analisa Data

Data lengkap distribusi jawaban kuesioner responden pada variable pengetahuan dapat dilihat di table 5.3.

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi jawaban responden pada variabel pengetahuan

No Pertanyaan Jawaban Responden

Benar Salah

n % N %

1 Apakah itu seksio sesarea 56 82.4 12 17.6

2 Apakah indikasi medis seksio sesarea 36 52.9 32 47.1 3 Apakah komplikasi seksio sesarea 17 25.0 51 75.0 4 Apa obat yang digunakan untuk menghilangkan

rasa sakit pada saat tindakan seksio sesarea

49 72.1 19 27.9

5 Apa keuntungan dari anestesi spinal? 27 39.7 41 60.3

6 Apakah keuntungan dari anestesi epidural? 28 41.2 40 58.8

7 Apa kerugian anestesi spinal? 29 42.6 39 57.4 8 Apa kerugian anestesi epidural? 18 26.5 50 73.5

9 Apa komplikasi dari pemberian anestesi? 17 25.0 51 75.0

10 Apa bahaya pemberian anestesi? 10 14.7 58 85.3

(58)

lvi

pertanyaan tentang bahaya pemberian anestesi sebanyak 58 orang yaitu sebesar 85.3%.

Berdasarkan hasil uji tersebut, maka tingkat pengetahuan responden tentang anestesi dapat dikategorikan pada tabel 5.4

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan

Tingkat Pengetahuan Frekuensi (n) Persen (%)

Baik 4 5.9

Sedang 36 52.9

Kurang 28 41.2

Total 68 100.0

Dari tabel di atas,dapat dilihat bahawa tingkat pengetahuan dengan kategori sedang memiliki persentase paling besar yaitu 52.9%. Tingkat pengetahuan yang dikategori kurang sebesar 41.2% dan tingkat pengetahuan yang dikategori baik sebesar 5.9%.

Data lengkap distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan kelompok usia dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan kelompok usia.

Usia Tingkat Pengetahuan

Baik Sedang Kurang Total

n % n % n % n %

< 20 0 0 2 2.9 2 2.9 4 5.9

20-24 1 1.5 13 19.1 8 11.8 22 32.4

25-29 2 2.9 16 23.5 7 10.3 25 36.8

30-44 1 1.5 5 7.4 11 16.2 17 25.0

Total 4 5.9 36 52.9 28 41.2 68 100

(59)

lvii

usia 46-50 tahun juga (23.5%). Sedangkan tingkat pengetahuan yang kurang paling banyak terdapat pada usia 30-44 tahun (16.2%).

Tabel 5.6 Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkan tingkat pendidikan.

Dari tabel 5.6, dapat dilihat tingkat pengetahuan yang dikategorikan baik paling banyak terdapat pada kelompak Sarjana yaitu 2 orang (2.9%). 2 orang responden (2.9%) yang berpendidikan SMA juga tingkat pengetahuannya baik. Tingkat pengetahuan sedang yang paling banyak adalah pada SMA yaitu, 17 orang (25.0%). Sedangkan, tingkat pengetahuan kurang yang paling banyak terdapat pada kelompok tidak sekolah yaitu, 12 orang (17.6%).

5.2 Pembahasan.

Karakteristik Responden

(60)

lviii

Berdasarkan karakteristik kelompok usia dari tabel 5.5, dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan yang dikategorikan baik paling banyak terdapat pada kelompok usia diantara 25-29 tahun (36.8%), tingkat pengetahuan yang dikategorikan sedang paling banyak pada kelompok usia 46-50 tahun juga (23.5%). Sedangkan tingkat pengetahuan yang kurang paling banyak terdapat pada usia 30-44 tahun (16.2%). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Imtiaz Ahmad dan Gauhar Afshan, Departmen Anestesi Hospital Universitas Aga Khan, Karachi, Pakistan,terdapat hubungan antara usia dan tingkat pengetahuan tentang anestesi. Kelompok usia 25-29 tahun mempunyai tingkat pengetahuan yang baik berbanding dengan kelompok usia lain. Studi ini menyimpulkan bahawa wanita Pakistani sedar akan adanya penggunaan anestesi untuk tindakan seksio sesarea tetapi mereka menunjukkan tingkat pengetahuan yang kurang apabila dilihat dari segi keuntungkan dan kerugian penggunaan anestesi.

Kedua-dua penelitian memberikan hasil yang sama di mana kelompok usia 25-29 tahun mempunyai tingkat pengetahuan baik yang paling banyak berbanding kelompok usia lain. Hal ini mungkin karena kelompok usia ini berupaya memperoleh informasi tentang kesehatan dan pengobatan daripada televise, majalah dan media lain. Mereka berupaya menyerap informasi dan menggunakan informasi ini untuk meningkatkan mutu kesehatan mereka. Ini adalah penjelasan yang paling mungkin mengapa kelompok usia 25-29 tahun mempunyai tingkat pengetahuan yang baik berbanding kelompok usia lain.

(61)

lix

dilakukan oleh peneliti dan penelitian yang dilakukan di Hong Kong, dapat dibuktikan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat pengetahuan responden.

Pengetahuan

Menurut Roger (1974) dalam Notoadmojo (2003), pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dari hasil analisa data dapat dilihat bahawa tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemilihan jenis anestesi untuk tindakan seksio sesarea di RSUP Haji Adam Malik berada dalam kategori sedang.

Dalam penelitian ini, pengetahuan mengenai seksio sesarea dan anestesi meliputi pengetahuan umum, kesan samping penggunaan anestesi, komplikasi penggunaan anestesi dan bahaya penggunaan anestesi. Pada tabel 5.3, dapat dilihat bahawa tingkat pengetahuan ibu hamil yang paling banyak berada di kategori sedang sebanyak 36 orang (52.9%), diikuti kategori kurang sebanyak 28 orang (41.2%) dan kategori baik sebanyak 4 orang (5.9%).

Berdasarkan tabel 5.3, dapat diketahui responden yang mengetahui pengertian seksio sesarea (pertanyaan 1) yaitu proses memotong dinding perut untuk mengeluarkan bayi. Pertanyaan ini dijawab benar oleh 56 responden (82.4%) manakala 12 responden (17.6%) menjawabnya salah. Soal indikasi medis untuk melakukan seksio sesarea (pertanyaan 2), jawabnya bayi letak sungsang. Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 36 responden (52.9%) manakala 32 responden (47.1%) menjawabnya salah. Soal komplikasi seksio sesarea (pertanyaan 3), jawabnya adalah pendarahan akibat pembuluh darah terputus. Pertanyaan ini dijawab benar oleh 17 responden (25.0%) manakala dijawab dengan salah oleh 51 responden (75.0%).

(62)

lx

anestesi spinal (pertanyaan 5), jawabnya adalah lebih murah. Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 27 responden (39.7%), manakala 41 responden (60.3%) memberikan jawaban yang salah. Soal keuntungan dari anestesi epidural (pertanyaan 6), jawabnya tidak menyebabkan sakit kepala. Pertanyaan ini dijawab benar oleh 28 responden (41.2%) manakala 40 responden (58.8%) memberikan jawaban yang salah.

Soal kerugian anestesi spinal (pertanyaan 7), jawabnya menyebabkan mual dan muntah dijawab dengan benar oleh 29 responden (42.6%) manakala 39 responden (57.4%) memberikan jawaban yang salah. Soal kerugian anestesi epidural (pertanyaan 8), jawabnya adalah lebih mahal. Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 18 responden (26.5%) manakala 50 responden (73.5%) memberikan jawaban yang salah. Soal komplikasi dari pemberian anestesi (pertanyaan 9), jawabnya adalah gagal pernapasan dijawab benar oleh 17 responden (25.0%). 51 responden (75.0%) menjawab soalan ini dengan jawaban yang salah. Soal bahaya pemberian anestesi (pertanyaan 10), jawabnya adalah kematian. Pertanyaan ini dijawab dengan benar oleh 10 responden (14.7%) manakala 58 responden (85.3%) menjawabnya dengan salah. Menurut analisis peneliti, ibu hamil mengetahui fungsi anestesi tetapi mereka kurang mengetahui tentang ciri-ciri anestesi seperti keuntungan dan kerugian setiap jenis anestesi yang digunakan pada saat tindakan seksio sesarea.

(63)

lxi

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat pengetahuan ibu hamil terhadap pemilihan jenis anestesi untuk tindakan seksio sesarea berada dalam kategori sedang. Sebanyak 4 orang dikategorikan sebagai baik (5.9%), 36 orang (52.9%) dikategorikan sebagai sedang dan 28 orang (41.2%) dikategorikan kurang.

2. Berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin baik tingkat pengetahuan. Berdasarkan karakteristik usia pula, ia tidak mempengaruhi tingkat pengetahuan.

6.2 Saran.

1. Penulis penyarankan perlu dilakukan peningkatan pengetahuan ibu hamil tentang jenis jenis anestesi yang digunakan untuk tindakan seksio sesarea. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan arus informasi baik melalui puskesmas, dokter, media cetak, media elektronik maupun melalui penyuluhan-penyuluhan.

2. Selain itu, Pemerintah Pusat dalam hal ini, Departemen Kesehatan Republik Indonesia melancarkan program-program serta kempen-kempen yang memberikan penyuluhan kepada ibu hamil tentang keuntungan dan kerugian pengunaan anestesi dalam tindakan seksio sesarea.

Gambar

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas
Tabel 4.3  Kategori  dari  kuesionar  Pengetahuan
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan usia
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi jawaban responden pada variabel
+3

Referensi

Dokumen terkait

Sunaryo

 Dengan mengamati media gambar berbagai pilihan kegiatan Siti, siswa dapat menunjukkan beberapa contoh perilaku yang bertentangan dengan aturan yang berlaku dalam

Sebaran mangrove juga dipengaruhi suhu, sehingga mangrove hanya ditemukan di daerah tropis dan subtropics (Hoste 2011). Di kawasan pesisir Natuna, sebagian besar

KEY WORDS: Polarimetric Synthetic Aperture Radar (PolSAR), Unsupervised Wishart Classification, Fisher Linear Discrimination, Feature

Rubrik Penilaian RPP ini digunakan peserta pada saat penelaahan RPP peserta lain dan digunakan Fasilitator untuk menilai RPP yang disusun oleh masing-masing

Alasan memilih judul proposal ini dikarenakan rasa ingin tahu untuk mendapatkan data yang riil dan informasi yang sebenarnya apakah sudah efektif pengawasan dan

The value of local Balinese wisdom in the adat village becomes an extraordinary potential if the state is able to empower the local community that is connected with cultural tourism

Jadi dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang berbunyi melalui layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas XI IPA