• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fungsi Hati Tikus yang Diberi Aromaterapi Ekstrak Bangle Sebagai Pelangsing Tubuh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Fungsi Hati Tikus yang Diberi Aromaterapi Ekstrak Bangle Sebagai Pelangsing Tubuh"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

DANIO ARDI SUSILO

DEPARTEMEN BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

DANIO ARDI SUSILO. Fungsi Hati Tikus yang Diberi Aromaterapi Ekstrak

Bangle Sebagai Pelangsing Tubuh. Dibimbing oleh EDY DJAUHARI

PURWAKUSUMAH dan YULFIAN SANI.

Rimpang bangle (

Zingiber cassumunar Roxb

.) telah banyak digunakan

sebagai bahan obat tradisional, salah satunya adalah sebagai pelangsing tubuh.

Penelitian ini bertujuan menguji keamanan aromaterapi ekstrak bangle terhadap

hati tikus yang dilakukan melalui analisis SGOT dan SGPT. Pengaruh ekstrak

terhadap hati diuji dengan cara histopat hati, kadar SGOT dan SGPT. Sebanyak

50 ekor tikus dewasa galur

Sprague Dawley

dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu

kelompok kontrol negatif A (pakan normal), kelompok kontrol positif B (pakan

lemak tinggi), kelompok C inhalasi ektrak kasar bangle (dimetoksifenil butadiena

-

DMPBD), kelompok D inhalasi senyawa fraksi x (sabinena), kelompok E

inhalasi senyawa murni bangle (terpinen-4-ol). Penelitian dilakukan dengan

metode spektrofotometer untuk mengukur kadar enzim SGOT dan SGPT dalam

darah dan histopatologi hati untuk memeriksa kondisi fungsi hati. Data kadar

SGOT dan SGPT menunjukkan bahwa data perlakuan terletak diantara batas

normal. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan aromaterapi pelangsing

menggunakan ekstrak dan senyawa yang berasal dari bangle tidak mempengaruhi

kondisi fungsi hati sehingga aman bagi hati.

(3)

DANIO ARDI SUSILO. Function of Liver rats Being Exposed to Extracts of

Bangle (

Zingibier cassumunar

Roxb.) as a slimming body aromatheraphy. Under

the direction by EDY DJAUHARI PURWAKUSUMAH and YULFIAN SANI.

Bangle (

Zingber purpereum

Roxb.) has been widely used as a traditional

medicine such as for a body slimming. This study was aimed to examine the

safety of bangle extracts aromatherapy against mouse hearts by analysis of SGOT

and SGPT. The effects of extracts on the liver was detected through observing the

color of the liver, SGOT, SGPT and liver histopathology. A total of 50 adult

Sprague-Dawley strain rats were divided into 5 groups, group A negative control

(normal feed), group B positive control (high fat diet), group C crude extract

inhalation bangle (dimetoksifenil butadiena

DMPBD), group D inhalation by

compounds fraction x (sabinena), group E inhalation by pure bangle compounds

(terpinen-4-ol). The analysis was conducted using spectrofotometric technique to

measure SGPT and SGOT enzyme activity in blood and liver histopatologi to

examine the condition of liver funcion. This suggests that aromatherapy slimming

treatment using extracts and compounds derived from the bangle does not affect

the performance of the liver function so it safe for the liver.

(4)

FUNGSI HATI TIKUS YANG DIBERI AROMATERAPI

EKSTRAK BANGLE SEBAGAI PELANGSING TUBUH

DANIO ARDI SUSILO

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Departemen Biokimia

DEPARTEMEN BIOKIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Nama : Danio Ardi Susilo

NRP : G84070070

Disetujui

Komisi Pembimbing

Drs. Edy Djauhari Purwakusumah, MS. drh. Yulvian Sani PhD

Ketua Anggota

Diketahui,

Dr. Ir. I Made Artika, M.App.Sc.

Ketua Departemen Biokimia

(6)

PRAKATA

Assalamu’alaikum

warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

karuniaNya sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir berupa karya ilmiah yang

berjudul ‘

Fungsi Hati Tikus yang Diberi Aromaterapi Ekstrak Bangle Sebagai

Pelangsing Tubuh

’’.

Karya ilmiah ini ditulis berdasarkan penelitian yang

dilaksanakan sejak bulan Oktober sampai Desember 2011 di Labolatorium Pusat

Studi Biofarmaka Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Drs. Edy Djauhari, MS dan

Drh. Yulvian Sani, Ph.D selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu,

memberikan saran, bimbingan, dan arahannya sehingga penulisan skripsi ini

selesai. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

orang tua tercinta atas kasih sayang dan pengorbanannya selama ini. Tidak lupa

juga terima kasih untuk bapak

drh. Aulia Andi, bu Nunuk Nurniati, Antonio

Kautsar, Endi Suhardi beresta para pegawai di Pusat Studi Biofarmaka lainnya atas

bantuan, masukan selama penelitian berlangsung, segala doa, kasih sayang, motivasi,

serta dukungan yang telah teman-teman berikan, terima kasih atas doa dan

persahabatannya.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bogor, November2012

(7)

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 09 Desember 1987 dari pasangan

Setyo Budi Susilo dan Yanti Trisumayanti. Penulis merupakan anak Pertama dari

tiga bersaudara. Pada tahun 2007 penulis berhasil menyelesaikan studi di

SMAKBO Bogor dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut

Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB)

dan diterima di Departemen Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN...1

TINJAUAN PUSTAKA

Bangle ... 1

Antiobesitas

dan

Aromaterapi ... 2

Pengujian

Invivo

... 2

Hati ... 3

Enzim SGPT - SGOT ... 3

BAHAN DAN METODE

Alat dan Bahan ... 4

Metode ... 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Aktivitas SGPT (Serum Glutamat Piruvat Transaminase) ... 5

Aktivitas SGOT (Serum Glutamat Oksaloasetat Transaminase) ... 6

Gambaran H

i

stopatologi Hati ... 7

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan ... 9

Saran ... 9

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Rerata Kadar SGPT ... 5

2 Rerata Kadar SGOT ... 6

3 Nisbah Bobot Hati Hewan Coba. ... 8

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Rimpang Bangle ... 1

2 Tampak Gambaran Hati pada Berbagai Perlakuan ... 7

3 Histopatologi Hati kontrol negatif (perlakuan 1) ... 8

4 Histopatologi Hati Kontrol negatif (perlakuan 1) ... 8

5 Histopatologi Hati Kontrol positif (perlakuan 2) ... 8

6 Histopatologi Hati Pemberian Ekstrak Kasar (perlakuan 3) ... 9

7 Histopatologi Hati Pemberian Senyawa Fraksi x (perlakuan 4) ... 9

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Diagram Alir Penelitian ... 13

2 Rancangan Kelompok Percobaan ... 14

3 Komposisi Pakan yang Diberikan Hewan Uji ... 15

4 Diagram alir teknik histopatologi... 16

5 Bagan Pewarnaan Haematoxylin-Eosin ... 17

6 Gambaran Patologi Anatomi Hati ... 18

7 Contoh Perhitungan SGPT - SGOT ... 19

(11)

PENDAHULUAN

Lemak sangat dibutuhkan oleh tubuh, karena lemak penting untuk memelihara jaringan saraf dalam tubuh. Namun kadar lemak berlebihan akan memberikan efek serius berupa kerusakan pembuluh koroner. Salah satu indikator kegemukan adalah tingginya kadar lemak dalam tubuh. Obesitas sama dengan kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Masalah obesitas pada anak sudah menjadi hal biasa diseluruh dunia,menurut WHO yang dikutip oleh perkembangan-bayi.net bahwa ada sekitar 22 juta anak balita yang mengalami kelebihan berat badan. Kondisi ini dapat membahayakan pertumbuhan dan perkembangan anak.

Penanganan atau pencegahan terjadinya obesitas diperlukan agar penyakit-penyakit yang dapat ditimbulkan oleh obesitas dapat dihindari. Penggunaan obat pelangsing umumnya dipilih untuk menangani dan mencegah terjadinya obesitas. Bahan obat yang diperkenankan sebagai pelangsing adalah obat-obat yang berfungsi mengurangi nafsu makan, merangsang pembakaran lemak, dan menghambat penyerapan lemak dari makanan (Birari & Bhutani 2007). Penggunaan obat pelangsing tersebut biasanya dikonsumsi secara oral dalam bentuk pil atau kapsul serta dapat juga dijadikan sebagai minuman jamu tradisional. Jenis obat pelangsing lain yang saat ini sedang dikembangkan adalah obat pelangsing aromaterapi dari tumbuhan herbal yang diklasifikasikan sebagai tumbuhan aromatik.

Kandungan senyawa kimia dalam tumbuhan yang berpotensi sebagai pelangsing aromaterapi adalah minyak atsiri. Minyak atsiri merupakan zat yang memberikan aroma pada tumbuhan yang memiliki komponen atsiri dengan karakteristik tertentu. Komponen aroma dari minyak atsiri cepat berinteraksi saat dihirup. Nagai (2008) melaporkan pengaruh minyak esensial terhadap saraf otonom menggunakan tikus di bawah anesthesis uretan. Aroma dari minyak esensial jeruk dapat menstimulasi saraf simpatis, mengendalikan jaringan adipose coklat, kelenjar adrenal dan ginjal, menghambat saraf parasimpatis, serta mengendalikan lemak pada perut. Mekanisme tersebut menstimulasi saraf simpatik pada brown adipose tissue (BAT) dan diduga menurunkan nafsu makan sehingga dapat mengurangi bobot badan. Jaringan adiposa coklat mengatur panas tubuh

melalui mekanisme termogenesis (Brees et al.

2008). Keharuman ditunjukkan untuk mengubah indeks fisiologis, seperti suhu tubuh, tekanan darah, dan glukosa darah melalui kontrol aktivitas saraf otonom. Penelitian tentang potensi aromaterapi sebagai pelangsing pernah dilakukan sebelumnya oleh Wulandari, (2011) yang menyatakan bahwa perlakuan aromaterapi senyawa atsiri bangle berpotensi sebagai pelangsing tubuh.

Tujuan penelitian ini adalah menguji keamanan aromaterapi ekstrak bangle terhadap hati tikus yang dilakukan melalui analisis SGOT dan SGPT. Hipotesis penelitian yaitu ekstrak bangle dalam sediaan aromaterapi untuk pelangsing tubuh tidak merusak fungsi hati sehingga dapat digunakan sebagai obat. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi bahwa ekstrak bangle dapat dipakai dalam sediaan aromaterapi dan aman digunakan bagi tubuh, dilihat melalui kajian analisis SGOT dan SGPT.

TINJAUAN PUSTAKA

Bangle (Zingiber cassumunar Roxb.)

Tanaman bangle tumbuh di daerah Asia tropika, dari India sampai Indonesia. Di pulau Jawa, tanaman ini dibudidayakan atau ditanam di pekarangan pada tempat-tempat yang cukup mendapat sinar matahari, mulai dari dataran rendah sampai 1.300 m dari permukaan air laut. Bangle memiliki nama lain Zingiber purpureum dan nama asing

purple ginger (Wijayakusuma et al. 1997) dan

beberapa nama daerah seperti mungle (Aceh), bungle (Batak), bangalai (Nusa Tenggara), dan unin makei (Ambon) (DepKes 1977). Minyak atsiri yang terkandung dalam rimpang bangle berbeda-beda. Perbedaan umur rimpang mempengaruhi jumlah kandungan minyak atsiri di dalamnya.

(12)

2

Bangle (Gambar 1) merupakan tanaman herba semusim, tumbuh tegak dengan tinggi 1–1.5 m, membentuk rumpun yang agak padat, memiliki batang semu yang terdiri dari pelepah daun yang di pinggir ujungnya berambut sikat. Daunnya banyak dan saling berhadapan, helai daun berbentuk lonjong dengan panjang 10–11 kali lebar daun (umumnya panjang daun sekitar 23–35 cm dan lebar daun sekitar 20–37 mm). Pangkal daunnya tumpul sedangkan ujungnya lancip (Depkes RI 1977). Bangle mempunyai rimpang yang menjalar dan berdaging, bentuknya hampir bundar sampai jorong atau tidak beraturan dan memiliki tebal 2-5 mm. Permukaan luar tidak rata, berkerut, kadang-kadang dengan parut daun, warnanya coklat muda kekuningan, bila dibelah berwarna kuning muda sampai kuning kecoklatan. Rasanya tidak enak, pedas dan pahit.

Bangle digolongkan sebagai rempah-rempah yang memiliki khasiat obat. Khasiat yang dimiliki oleh tanaman ini antara lain, sebagai obat lemah jantung, sakit kepala, reumatik, penyembuh sakit perut, cacingan, batuk berdahak, ramuan jamu wanita setelah melahirkan, dan mengatasi kegemukan (Wijayakusuma et al.1997).Bahan aktif kimia yang terkandung dalam minyak hasil distilasi rimpang bangle adalah sabinena (27-34%), γ -terpinena (6-8%), α-terpinena (4-5%), terpinene-4-ol (30-35%), dan (E)-1-(3,4-dimethoxyphenyl)butadiena (DMPBD) (12-19%) serta mengandung mineral, albuminoid, dan asam organik (Chamratpan 2005).

Antiobesitas dan Aromaterapi

Usaha untuk mengurangi lipid dalam tubuh adalah dengan mengkonsumsi antiobesitas. Antiobesitas yang beredar di pasar pada saat ini adalah orlistat yang dapat mengurangi penyerapan lemak usus dengan cara menghambat enzim lipase pankreas, dan sibutramine sebagai penekan anorektik atau nafsu makan. Kedua obat ini memiliki efek samping yang berbahaya, yaitu peningkatan tekanan darah, mulut kering, sembelit, sakit kepala, dan insomnia atau sulit tidur. Maka berbagai macam bahan alam telah dieksplorasi untuk antiobesitas (Yun 2010). Menghambat enzim lipase membantu untuk mengurangi intensitas penyerapan monogliserida dan asam lemak dari makanan dalam usus. Sebab peningkatan penyerapan ini akan berdifusi masuk dalam pembuluh darah dan pada akhirnya menimbulkan penimbunan lemak yang akan menuju pada penyakit obesitas (Raharjo et al. 2005).

Aromaterapi adalah istilah untuk salah satu jenis pengobatan alternatif menggunakan bau-bauan atau wangi-wangian yang berasal dari senyawa-senyawa aromatik, biasanya berasal dari bahan cairan tanaman yang mudah menguap (minyak esensial). Manfaat dari aromaterapi ini umumnya berkaitan dengan kondisi fisik, mental, emosional, dan spiritual (Maniapoto 2002).

Minyak esensial yang digunakan dalam aromaterapi dapat diekstraksi dari tumbuhan aromatik yang memiliki kandungan minyak atsiri di dalamnya. Minyak atsiri merupakan zat yang dapat memberikan aroma pada tumbuhan. Minyak atsiri memiliki komponen volatil pada beberapa tumbuhan dengan karakteristik tertentu. Menurut Maniapoto (2002), salah satu jenis potensi obat yang berasal dari minyak atsiri ini adalah sebagai obat yang penggunaannya berkaitan dengan aromaterapi misalnya pelangsing tubuh.

Penderita obesitas umumnya lebih memilih obat pelangsing tradisional dari tanaman obat (herbal) daripada obat pelangsing sintetik karena obat pelangsing tradisional lebih aman terhadap kesehatan daripada obat pelangsing sintetik (Silitonga 2008). Selain kedua jenis obat pelangsing tersebut, saat ini sedang dikembangkan pula metode pembuatan obat pelangsing aromaterapi dari tanaman herbal.

Pengujian In Vivo

Pengujian secara in vivo merupakan model pengujian potensi sampel dalam tubuh mahluk hidup seperti tikus, mencit, kelinci, dan kera. Pramono et al. (2000) melakukan pengujian antiobesitas secara in vivo terhadap

Sprague-Dawley dan menyatakan bahwa

ekstrak rimpang bangle dapat menghambat aktivitas lipase pankreas. pengujian secara in vivo ini telah umum digunakan untuk analisis potensi suatu sampel di bidang aromaterapi, Muchtaridi et al (2003) menggunakan mencit untuk menganalisis senyawa aktif minyak atsiri beberapa tumbuhan aromatik Indonesia yang dapat mempengaruhi sistem saraf pusat.

(13)

pada jantan dan 200 g pada betina umur 12 minggu (Weihe 1989).

Hati

Hati adalah organ terbesar dalam tubuh. Organ ini merupakan organ kompleks dan terdapat di dalam rongga perut kanan atas, di bawah diafragma kanan, dan dilindungi tulang iga kanan bawah. Organ ini berwarna coklat tua dan berbobot antara 1200-1600 g atau sekitar 2.5% dari bobot total orang dewasa. Hati terbagi menjadi dua lobus, dengan lobus kanan yang besarnya enam kali dari bagian kirinya. Lobus hari terbentuk dari sel parenkim dan non parenkim. Setiap lobus terdiri atas ribuan lobulus yang merupakan unit fungsional. Setiap lobulus terdiri atas sel-sel hepatosit yang berbentuk kubus dan tersusun melingkar mengelilingi vena sentralis.

Hati memiliki peran penting dalam metabolism, dan termasuk sebagai alat ekskresi tubuh serta detoksifikasi toksikan, radikal bebas dan hati juga berperan sebagai organ pertahanan tubuh, yaitu dengan adanya

sel Kupffer yang mempunyai kemampuan

memfagositosis sel-sel tua, partikel atau benda asing, sel tumor, bakteri, virus, dan parasit di dalam hati (Dalimartha 2005; Stockham & Scott 2008). Kemampuan regenerasi jaringan yang mati cukup besar sehingga akan cepat digantikan dengan yang baru.

Hati merupakan organ yang paling sering mengalami kerusakan (Carlton 1995). Sebagian besar senyawa toksik memasuki tubuh melalui sistem gastrointestinal. Setelah terjadi penyerapan, bahan toksik dibawa oleh vena porta ke hati. Aliran darah yang membawa obat atau senyawa organik asing melewati sel-sel hati secara perlahan-lahan (Siswandono 1995).

Gangguan fungsi hati terjadi karena terjadinya peningkatan bilirubin total hati. Kegagalan dan gangguan dalam proses detoksikasi dapat diketahui dengan meningkatnya kadar enzim-enzim transminase, yaitu Serum Glutamate

Oxaloacetat Transminase (SGOT) dan Serum

Glutamate Pyruvate Transminase (SGPT).

Enzim tersebut penting diantaranya untuk diagnostik karena dialirkan ke pembuluh darah vena dan aktivitasnya dapat diukur sehingga menunjukkan adanya penyakit hati atau tingkat keparahannya (Ganong 2002). Konsentrasi enzim ini akan meningkat drastis apabila timbul beberapa macam kerusakan hati, seperti hepatitis kronis, sirosis, alkoholik, dan tumor hati (Stockham & Scott 2008).

Enzim SGOT - SGPT

SGOT singkatan dari Serum Glutamic

Oxaloacetic Transaminase, sebuah enzim

yang secara normal berada di sel hati dan organ lain. SGOT dikeluarkan kedalam darah ketika hati rusak. Level SGOT darah kemudian dihubungkan dengan kerusakan sel hati, seperti serangan virus hepatitis. SGOT juga disebut aspartate aminotransferase

(AST), sedangkan SGPT adalah singkatan dari Serum Glutamic Piruvic

Transaminase, enzim ini banyak terdapat di

hati. Dalam uji SGOT dan SGPT, hati dapat dikatakan rusak bila jumlah enzim tersebut dalam plasma lebih besar dari kadar normalnya. Enzim SGPT berperan dalam deaminasi asam amino, pengeluaran gugus amino dari asam amino (Guyton dan Hall 1997; Hayes 2007). Adapun persamaan reaksi yang terjadi dan aktivitas ALT dan LDH terlihat pada reaksi sebagai berikut :

Alanin + α-ketoglutarat Piruvat +

Piruvat + NADH + H + Laktat +

ALT akan memindahkan gugus amino

pada alanin ke gugus keto dari α-ketoglutarat membentuk glutamat dan piruvat. Selanjutnya piruvat diubah menjadi laktat. Reaksi tersebuut dikatalisis oleh laktat dehidrogenase (LDH) yang membutuhkan NADH dalam reaksi yang dikatalisisnya. Persamaan reaksi dan aktivitas AST dan LDH terlihat pada reaksi sebagai berikut :

Aspartat + α-ketoglutarat Glutamat +

Oksaloasetat + NADH + H + Malat +

AST berperan dalam deamiansi asam amino, SGOT mengkatalisis pemindahan gugus asam amino pada aspartat ke gugus

keto dari α-ketoglutarat membentuk glutamat dan oksaloasetat diubah menjadi malat. Reaksi tersebut dikatalisis oleh enzim malat dehidrogenase (MDH) yang membutuhkan NADH dalam reaksi ini (Poedjiadi 1994).

Secara normal, organ mengalami regenerasi sel termasuk hati. Pada keadaan ini sel-sel yang telah rusak akan digantikan oleh

Glutamat

LDH ALT

NAD +

NAD + Oksaloasetat

(14)

4

sel yang baru. Pada keadaan normal, keberadaan SGPT dalam darah tersebut normal. Hal ini terjadi karena regenerasi sel hati yang secara normal terjadi. Adanya kerusakan sel-sel parenkim hati akan mengakibatkan enzim Glutamat Piruvat Transaminase (GPT), Glutamat Piruvat Transaminase (GOT), arginase, laktat dehidrogenase dan gamma glutamil trasferase bebas keluar sel, sehingga enzim ini masuk ke pembuluh darah melebihi keadaan normal dan kadarnya dalam darah meningkat (Girindra 1989). Namun demikian, indikator yang baik untuk mendeteksi kerusakan hati adalah SPGT dan SGOT, karena kedua enzim tersebut akan meningkat terlebih dahulu dan peningktannya lebih drastis bila dibandingkan dengan enzim-enzim lainnya (Amin 1995, Calbreath 1982). Oleh karena itu, hasil tes laboratorium, keduanya dianggap memberi gambaran adanya gangguan pada hati.

BAHAN DAN METODE

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah peralatan gelas, pinset, neraca analitik, kaca preparat, mikroskop, alat bedah, sentrifuse, inkubator, spektrofotometer uv-vis, tabung reaksi, botol kaca, termometer, baskom, stop watch, vial, mikro pipe, penangas air dan kandang hewan uji 20x20x30 cm3 yang dilengkapi tabung inhalator yang berisi minyak atsiri dan kuades. Bahan-bahan yang digunakan adalah minyak atsiri bangle dan tikus putih jantan galur Sprague-Dawley sebagai hewan uji yang diperoleh dari Laboratorium Uji Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor. Selain itu, digunakan pula pakan standar tikus, pakan lemak tinggi, darah, kit enzim SGOT -SGPT, akuades, formalin 10% (BNF), aseton, xylol, alkohol, Hematoksilin Eosin (HE) n-heksana, metanol, etanol, aseton, alkohol 70% kloroform, eter, etil asetat,

Metode

Metode penelitian diawali dengan persiapan tikus putih jantan Sprague-Dawley

dengan bobot badan antara 150-180 gram, umur 6 minggu sebanyak 50 ekor, tahap pengelompokan tikus menjadi 5 kelompok yaitu A, B, C, D, E, setiap kelompok terdiri atas 10 ekor. seluruh hewan coba diadaptasi selama 10 hari, selama masa adaptasi tikus diberi pakan standar untuk menyamakan kondisi fisiologis tikus. Kemudian tikus diberikan inhalasi minyak atsiri dan pakan lemak tinggi selama 40 hari untuk kelompok

B, C, D dan E. Perlakuan yang digunakan yaitu perbedaan minyak atsiri sebagai inhalasi Minyak atsiri tersebut yaitu minyak atsiri kasar dengan kandungan senyawa dominan (E)-1(3,4-dimetoksifenil)butadiene(DMPBD)) 18,75%, sabinena 24,44% dan Terpinen-4-ol 27,59%, minyak atsiri fraksi 4 dengan senyawa dominan terpinen-4-ol 82,22% dan minyak atsiri fraksi 1 dengan kandungan senyawa dominan senyawa sabinena 31,66%. Selama uji inhalasi tikus diberi pakan lemak tinggi kecuali control. kemudian hewan coba di terminasi untuk pengamatan patologi anatomi hati, pengambilan serum darah untuk analisis SGOT dan SGPT. Jaringan hati selanjutnya difiksasi dalam larutan buffered

neutral formalin 10% untuk pemeriksaan

histopatologi.

Tahap AdaptasiTikus Putih Jantan Galur

Sprague-dawley sebagai Hewan Uji

Tikus putih jantan galur Sprague-dawley

yang digunakan sebanyak 50 ekor tikus yang masing-masing ditempatkan dalam kandang individual dengan ukuran 20 x 20 x 30 cm3. Adaptasi (aklimatisasi) dilakukan untuk seluruh hewan coba selama 10 hari sebelum perlakuan terhadap kondisi fisiologis, nutrisi dan lingkungan setempat. Sebanyak 10 ekor tikus diberi pakan standar tikus dengan dosis 20 g/hari dan dicekok akuades sebanyak 20 mg/kg bobot badan/hari, kelompok tikus ini dijadikan kontrol negatif (kelompok A). Tikus-tikus yang lainnya diberi pakan lemak tinggi sebanyak 20 g/hari dan dicekok akuades sebanyak 20 mg/kg bobot badan/hari. Hal ini dilakukan untuk menggemukkan badannya selama masa adaptasi. Komposisi pakan standar dan pakan lemak tinggi untuk tikus disajikan pada Lampiran 3.

Perlakuan Inhalasi Minyak Atsiri Bangle

Terhadap Hewan uji (Muchtaridi et al.

2003)

(15)

C diinhalasi minyak atsiri kasar (DMPBD) hasil distilasi uap dari bangle, kelompok D diinhalasi fraksi 1 (sabinena), dan kelompok E diinhalasi fraksi 4 (terpinen-4-ol).

Pemeriksaan SGOT

Ke dalam tabung reaksi dicampurkan 20-100 µl sampel serum darah dan 20-1000 µ l reagen, dicampur dengan baik pada suhu kamar, kemudian diinkubasi dalam incubator, selama tepat 1 menit dan serapan dibaca pada panjang gelombang 340 nm menggunakan spektrofotometer. Pembacaan diulangi sampai 3 kali tepat setiap satu menit. Selisih serapan setiap pengukuran dirata-rata, kemudian aktivitas SGOT dihitung.

Pemeriksaan SGPT

Ke dalam tabung reaksi dicampurkan 20-100 µl sampel serum darah dan 1000 µ l reagen, dicampur dengan baik pada suhu kamar, kemudian diinkubasi dalam inkubator, selama tepat 1 menit dan serapan dibaca pada panjang gelombang 340 nm menggunakan spektrofotometer. Pembacaan diulangi sampai 3 kali tepat setiap satu menit. Selisih serapan setiap pengukuran dirata-rata, kemudian aktivitas SGPT dihitung.

Pengamatan histopatologi organ hati

Hati dikeluarkan dari tubuh hewan coba. Kemudian diamati perubahan warna dan gisik serta ditimbang. Warna hati merah segar menunjukan bahwa tidak ada kelainan pada jaringan hati tikus. Parameter yang diamati meliputi warna pucat, warna merah gelap dan petechiae (spot warna merah).

Metode histopatologi yang digunakan adalah metode Andrew Kent (1985) yang terdiri atas 4 tahapan proses, yaitu fiksasi, dehidrasi, pencetakan (embedding), dan pewarnaan (staining). Histopatologi dikerjakan di Balai Besar Veteriner. Kerusakan sel hepatosit yang meliputi nekrosis, degenerasi butir, dan pendarahan merupakan parameter pengamatan yang akan digunakan. Pengamatan yang dilakukan dengan cara mengamati daerah yang terjadi kelainan. Histopatologi yang diamati berupa irisan dari ginjal dan hati.Pengamatan dilakukan secara mikroskopik menggunakan mikroskop dan difoto .Pemberian tanda juga dilakukan terhadap organel penting yang normal dan tidak terjadi kerusakan.

Analisis Statistik

Analisis data terhadap kadar enzim SGPT dan SGOT menggunakan analisis

ragam (ANOVA) rangcangan acak lengkap (RAL) pada tingkat kepercayaan 95% dan

taraf α 0.05 dan kemudian dilanjutkan dengan

uji homogenitas dan kenormalan untuk memperlihatkan bahwa data sampel berasal dari populasi yang berdistibusi normal dan kehomogenan data.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Aktivitas SGPT

Pengujian SGOT dan SGPT sebagai indikasi kerusakan hati sampai saat ini terbukti paling praktis. Produksi peroksida lipid akan menyebabkan integritas membrane terganggu. Gangguan integritas membrane menyebabkan keluarnya berbagai isi sitoplasma, antara lain enzim GPT (Harahap,

et al, 1996).

SGPT (Serum Glutamic Piruvic

Transaminase) merupakan indikator yang

spesifik terhadap tes fungsi hati sebab enzim GPT sumber utamanya di hati, selain itu SGPT juga merupakan tes fungsi hati yang lebih sensitif untuk hepatitis yang disebabkan oleh senyawa toksin (Widmman 1995). Perlakuan pembacaan kadar SGPT dilakukan dengan metode spektrofotometri.

Data hasil penelitian ini menunjukan statistika kadar SGPT dengan sampel yang berdistribusi normal pada taraf α = 0.05 serta data penelitian tersebut homogen (P>0.05). Dari data pada table 1 didapatkan angka terendah yaitu pada perlakuan 1 (kontrol) yaitu sebesar 11.43 ± 7.72 U/liter dan terbesar pada perlakuan 5 (sampel E) dengan kadar sebesar 26.12 ± 16.78 U/liter, hal ini menunjukkan bahwa reaksi kerusakan hati paling besar terjadi pada kelompok 5 sampel Fraksi 4 (terpinen-4-ol).

Tabel 1 Rerata kadar SGPT.

Kelompok Perlakuan Rerata SGPT (U/liter) A Kontrol – 11.43 ± 7.72

B Kontrol + 22.78 ± 15.70

C Atsiri Kasar (DMPBD) 20.77 ± 10.16

D (Sabinena) Fraksi 1 19.29 ± 9.83

E (terpinen-4-Fraksi 4 ol)

(16)

6

Efek pemberian lemak (kelompok B, C, D dan E) membuat kadar SGPT tinggi dalam darah sehingga dapat memperbesar persentase kerusakan hati sehingga kadar SGPT meningkat dibandingkan kelompok 1 (tanpa pemberian pakan lemak). Pemberian inhalasi atsiri bangle menurunkan kadar SGPT dalam darah, dapat dikatakan bahwa semua kemungkinan perlakuan sampel atsiri kasar, fraksi 1 dan fraksi 4 berkaitan dengan adanya aktivitas penurunan kadar SGPT selain sebagai pelangsing tubuh.

Dari data tersebut didapatkan hasil ANOVA dengan P>0.05 yakni tidak ada perbedaan yang signifikan antar kelompok terhadap aktivitas enzim SGPT, tidak terdapat perbedaan variasi kelompok dan didapatkan bahwa data semua kelompok mempunyai sebaran yang normal. Hasil yang didapat masih dalam keadaan standar normal. Kadar normal SGPT pada hewan-hewan percobaan, sebesar (17.5-30.2 U/liter) (Smith dan Mangkoewijojo 1988). Hasil tersebut menunjukan bahwa tidak ada pengaruh terhadap organ hati karena kadar SGPT pada kelompok 1 (kontrol negatif), 2 (kontrol positif), C, D dan E (perlakuan sampel) masih berada dalam batas normal dan juga tidak adanya peningkatan aktivitas enzim SGPT yang signifikan. Berdasarkan analisis percobaan yang telah dilakukan, didapat hasil bahwa secara umum perlakuan pemberian pakan lemak tinggi sebagai penggemuk tubuh dapat menimbulkan kerusakan hati yang ditandai dengan tingginya nilai SGPT bila dibandingkan dengan normal. Sedangkan perlakuan pemberian inhalasi atsiri bangle dapat menurunkan hingga kadarnya mendekati normal. Peningkatan kadar SGPT akan terjadi jika adanya pelepasan enzim secara intraseluler ke dalam darah yang disebabkan nekrosis sel-sel hati atau adanya kerusakan hati secara akut.

Jika kadar enzim SGPT di dalam serum menurun bahkan mendekati normal, merupakan petanda bahwa fungsi hati kembali normal (Wallace 1989). Dari sini menunjukan adanya kemampuan hati untuk menetralisir toksin yang ada sehingga tidak terjadi kerusakan sel-sel hati. Dapat dilihat bahwa kadar SGPT pada perlakuan C, D, E tidak berbeda nyata dengan kontrol positif dan kontrol negatif, dan tidak terdapat perbedaan yang berarti dengan standar maka dapat disimpulkan bahwa sampel C, sampel D dan sampel E yang berasal dari bangle sebagai aromaterapi pelangsing tubuh tidak merusak

hati hewan percobaan sehingga aman bagi hewan percobaan.

Aktivitas SGOT

Enzim SGOT sering banyak dijumpai pada organ - organ penting seperti hat i, otot rangka, pankreas, paru- paru, sel darah merah dan sel otak. Alhasil saat pengukuran akan terlihat korelasi besarnya atau tingkat keparahan sel yang terjadi. Nilai normal SGOT berkisar dari 45.7-80.8 U/liter (Smith. JB dan Mangkoewidjojo S, 1988)

Data hasil penelitian yang ditunjukan oleh table 2, menunjukan statistika kadar SGOT dengan sampel yang berdistribusi

normal pada taraf α = 0.05 serta data

penelitian tersebut homogen (P>0.05). Dari data tersebut didapatkan angka terendah yaitu pada perlakuan D (fraksi 1) yaitu sebesar 11.53 ±8.13 U/l dan terbesar pada perlakuan B (Kontrol positif) dengan kadar sebesar 18.12 ± 9.64 U/l, Hal ini menunjukkan bahwa kerusakan hati paling besar yang terjadi pada sampel kontrol positif yang dikarenakan pemberian pakan lemak terus tanpa ada pemulihan, adanya perbedaan kelompok B dengan C, D dan E tersebut kemungkinan berkaitan dengan adanya pengaruh ekstrak bangle yang mempertahankan hati pada keadaan normalnya terhadap asupan lemak yang diberikan. Hasil sampel yang didapat tidak berbeda jauh dari kontrol sehingga dapat dikatakan bahwa semua kemungkinan perlakuan sampel bangle C, D dan E sebagai pelangsing tubuh tidak merusak hati. Dari data tersebut didapatkan hasil ANOVA dengan P>0.05 yakni tidak ada perbedaan yang signifikan antar kelompok terhadap aktivitas

Tabel 2 Rerata kadar SGOT

Kelompok Perlakuan Rerata SGOT (U/Iiter) A Kontrol – 12.91 ± 3.73

B Kontrol + 18.12 ± 9.64

C Atsiri Kasar (DMPBD) 13.00 ± 10.38

D (Sabinena) Fraksi 1 11.53 ± 8.130

E (terpinen-4-Fraksi 4 ol)

(17)

enzim SGOT, tidak terdapat perbedaan variasi kelompok dan didapatkan bahwa data semua kelompok mempunyai sebaran yang normal. Hasil yang didapat masih dalam keadaan standar normal, sebesar 45.7-80.8 U/l. Hasil tersebut menunjukan bahwa tidak ada pengaruh terhadap organ hati karena kadar SGOT pada kelompok 1 (control negatif), 2 (control positif), C, D dan E (perlakuan sampel) masih berada dalam batas normal dan juga tidak adanya peningkatan aktivitas enzim SGOT yang signifikan. Peningkatan kadar SGOT akan terjadi jika adanya pelepasan enzim secara intraseluler ke dalam darah yang disebabkan nekrosis sel-sel hati atau adanya kerusakan hati secara akut.

Dapat dilihat bahwa kadar SGOT pada perlakuan C, D, E tidak berbeda nyata dengan kontrol positif dan kontrol negatif, dan tidak terdapat perbedaan yang berarti dengan standar maka dapat disimpulkan bahwa sampel atsiri kasar, sampel fraksi 1 dan sampel fraksi 4 yang berasal dari bangle tidak merusak hati sehingga aman bagi hewan percobaan.

Hati

Konsekuensi dari penyakit obesitas akan menyebabkan penumpukan lemak (trigliserida) dalam hati atau disebut perlemakan hati. Perlemakan hati ini merupakan pemicu penyakit hati yang lebih parah. Hati penderita obesitas memiliki warna lebih pucat dibandingkan pada keadaan sehat. Hal ini disebabkan oleh pelepasan asam-asam lemak bebas secara cepat yang berasal dari lemak visceral (lemak yang menempel pada organ di dalam tubuh) yang membesar (Wresdiyati, et al. 2006). Dari kelima perlakuan terdapat perbedaan hasil yang jelas dilihat dari warna dan permukaan hati. Berikut adalah gambar organ hati dari masing-masing kelompok tikus.

Berdasarkan Gambar 2, dapat dilihat bahwa warna dari tiap-tiap kelompok hati berbeda dan dapat diamati bahwa warna hati kelompok pakan 1(kontrol) memiliki warna merah gelap dan bersih yang menunjukkan bahwa hati tersebut sehat. Sedangkan untuk tikus kelompok pakan lemak tinggi memiliki warna hati yang lebih pucat serta terdapat banyak bercak lemak yang menempel pada organ hati.

Gambar 2 Foto gambaran warna hati tikus pada berbagai pelakuan. (a) kontrol negatif, (b) kontrol positif, (c) perlakuan inhalasi DMPBD, (d) perlakuan inhalasi sabinena, (e) perlakuan inhalasi terpinen-4-ol

(a)

(b)

(c)

(d)

(18)

8

Tabel 3 Nisbah bobot hati/bobot badan hewan uji

Tabel 3 menunjukan bahwa kelompok tikus hasil inhalasi minyak atsiri kasar, fraksi 1 dan fraksi 4 memiliki rerata bobot hati per bobot badan yang lebih rendah dibandingkan kelompok tikus pakan kontrol lemak tinggi. Meskipun nilainya tidak berbeda jauh hasilnya, tikus kelompok hasil inhalasi fraksi 1 memiliki rerata nisbah bobot hati per bobot badan yang paling rendah yaitu 0.0338.

Hal ini menunjukkan bahwa senyawa yang terkandung dalam minyak bangle mampu mengubah energi yang masuk ke dalam tubuh untuk digunakan dalam beraktivitas atau dikeluarkan melalui termogenesis, bukan sebagai cadangan lemak. Menurut Wresdiyati (2006), bobot hati yang tinggi menunjukkan kemampuan hati di dalam tubuh bekerja dengan baik. Akan tetapi rerata nisbah bobot hati pada penelitian ini tinggi akibat penambahan atau penempelan cadangan lemak (perlemakan hati) yang disimpan dalam hati terlalu besar dibandingkan bobot hati sesungguhnya. Pada kelompok tikus yang diberi pakan lemak tinggi menunjukkan kondisi kurang sehat.

Gambar 3 Histopatologi jaringan hati pada kontrol negatif (perlakuan 1), kongesti (1), sel hati normal ( ), Tidak ada kelainan spesifik (TAKS), pewarnaan HE, perbesaran 20x

Pada Gambar 3 Kelompok kontrol negatif yang tidak diberikan inhalasi sampel bangle dan tidak diberikan pakan lemak tinggi, didapatkan hasil tidak ada kelainan spesifik (TAKS), hasil diindikasikan bahwa hati hewan percobaan pada kelompok ini tidak terdapat kelainan, namun terjadi kongesti. Kongesti merupakan gejela pembendungan darah lalu terjadinya peningkatan volume darah pada jaringan. Pada Gambar 4 menunjukan adanya reaksi sel di bagian periportal, dapat dilihat (1) bahwa sel-sel memerah dan intinya berwarna hitam kemerahan. Sel hati tersebut masih dalam keadaan baik namun tampak agak mengecil akibat sedang bereaksi dalam perbaikan sel (regenerasi sel hati). Perubahan hepatosit terjadi di seluruh perlakuan termasuk kelompok normal. Gambar 5 menunjukan adanya degenerasi sel hati ringan Degenerasi pada kelompok standar dapat terjadi karena lingkungan hewan coba yang tidak steril.

Gambar 5 Histopatologi jaringan hati pada kontrol positif (perlakuan 2), Degenerasi sel hati ringan ( ), pewarnaan HE, perbesaran 20x Kelompok Rerata bobot hati/bobot badan

(%) kontrol - 0.0347 ± 0.0041 kontrol + 0.0362 ± 0.0031

Atsiri

kasar 0.0352 ± 0.0048 Fraksi 1 0.0338 ± 0.0068 Fraksi 4 0.0348 ± 0.0059

Gambar 4 Histopatologi jaringan hati pada kontrol negatif (perlakuan 1), kongsti (1), TAKS, pewarnaan HE, perbesaran 20x

1

(19)

Degenerasi sel sering diartikan sebagai kehilangan struktur normal sel sebelum kematian sel. Kelompok kontrol positif pada bagian lain tidak menunjukan perbedaan sel yang spesifik. Perlakuan hati tikus pada kelompok kontrol tidak menunjukan perbedaan yang spesifik sehingga dapat dikatakan hati hewan coba baik.

Gambar 6 dari perlakuan kelompok C, jaringan hati yang di beri ekstrak kasar bangle (DMPBD), gambar disamping menunjukan bahwa hampir di semua hasil histopatologi kelompok ini tidak mengalami kelainan yang spesifik namun tanda panah menunjukan bahwa masih terdapat kongesti pada jaringan hati yang menandakan adanya pembendungan darah.

Gambar 7 dari perlakuan kelompok D, jaringan hati yang diberi sampel fraksi 1 (sabinena), gambar disamping menunjukan hasil histopatologi yang didapatkan diagnosis kondisi hati yang bermacam-macam. Gambar di samping menunjukan terdapatnya vakuolisasi dan degenerasi sel di bagian tengah sebelum sel memudar.

Gambar 8 dari perlakuan kelompok E, jaringan hati yang diberi sampel fraksi 4 senyawa murni (Terpinen-4-ol) menunjukan hasil terdapat nekrosis pada jaringan hati. Nekrosis merupakan kematian suatu sel atau kelompok sel yang masih merupakan bagian dari organisme hidup dengan penyebab yang bervariasi dan mekanisme yang berkelanjutan. Racun kimia bisa mempengaruhi sel secara nonselektif dengan cara menyebabkan denaturasi protein atau dengan pemecahan fosfolipida membran plasma atau bereaksi terhadap target lainnya (Mac Sween dan Whaley 1992).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penggunaannya pada hewan percobaan sebagai sediaan aromaterapi pelangsing tubuh tidak mempengaruhi kondisi fungsi hati, hal ini dapat dilihat dari kadar SGPT dan SGOT nya yang masuk dalam jarak standar normal sehingga aman bagi hati.

Saran

Pengembangan penggunaan potensi bangle dengan cara inhalasi perlu dilakukan penelitian lanjut yang memperlihatkan keamanan organ-organ lainnya selain hati disertakan alat labolatorium yang modern.

x

Gambar 7 Histopatologi jaringan hati yang diberi senyawa fraksi x dari ekstrak kasar bangle (perlakuan 4), degenerasi dan vakuolisasi sel hati bagian midzonal ( X ), pewarnaan HE, perbesaran 20x

Gambar 8 Histopatologi jaringan hati yang diberi senyawa murni bangle (perlakuan 5), nekrosis (X), pewarnaan HE, pembesaran 20x Gambar 6 Histopatologi jaringan hati yang di

beri ekstrak kasar bangle (perlakuan 3), kongesti ( ), TAKS, pewarnaan HE, perbesaran 20x

(20)

10

DAFTAR PUSTAKA

[AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 1984. Official Methods of

Analysis. Ed ke-14. Arlington:

Association of Official Analytical Chemist.

Amin AN, Susanne H. 1997. Apoptosis and necrosis.Alcohol Health & Research

World 21: 325-330.

Birari RB, Bhutani KK. 2007. Pancreatic lipase inhibitors from natural sources: unexplored potential. Drug Discovery

Todai 12: 379-389.

Brees Dj, Elwell MR, Tingley FD, Sands SB, Jakowski AB, Shen AC, Cai JH, Finkelstein MB. 2008. Pharmacological effects of nicotinic therapies for smoking cessation. Toxicoligic

Pathology 36:568-575.

Buchbauer G. 1993. Biological effects of fragrances and essential oils. Journal

Perfumer and Favorist 18: 19-24.

Buckle J. 1999. Use of aromatherapy as a complementary treatment for chronic pain. J. Alternative Therapies 5:42-51. BurgessGW. 1995. Prinsip dasar ELISA dan

variasi konfigurasinya, Teknologi ELISA

dalam diagnosis dan penelitian.

GWBurgess (Ed.) Wayan T. Ariana (terjemahan). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Callbreath DF. 1992. Clinical Chemistry. WB Saunder. USA.

Chamratpan, S., Homchuen S. 2005. Plai. Ethnobotany in Upper North eastern Thailand.http://www.whitelotusaromatic s.com/White Lotus Aromatics [20Mei 2008]

Chandrawinata Johanes. 2010. Kapan perlu obat pelangsing. Kompas.

Dalimartha S. 2005. Ramuan Tradisional

untuk Pengobatan Hepatitis. Jakarta:

Penebar Swadaya.

Darusman LK, Rohaeti E, Sulistiyani. 2001. Kajian senyawa golongan flavonoid asal tanaman bangle (Zingiber cassumunar

Roxb) sebagai senyawa peluruh lemak

melalui aktivitas lipase. Bogor: Pusat Studi Biofarmaka Lembaga Penelitian, Institut Pertanian Bogor.

[Depkes] Departemen Kesehatan Indonesia. 1977. Materia Medika Indonesia. Jilid ke-1. Jakarta: Departemen Kesehatan.

Ganong F. 2002. Buku Ajar Fisiologi

Kedokteran.Edisi ke-20. Djauhari HM,

penerjemah. Jakarta: EGC. Terjemahan dari: Review of Medical Physiology. Gaspersz V. 1994.Metode Rancangan

Percobaan. Bandung.

Geankoplis Christie, 1983, Transport Process

and Unit Operations, 2nd ed., Allyn and

Bacon. USA.

Giannessi et al. 2008. Variously substituted derivatives of guanidine, and their use as medicines with diabetes and/or anti-obesity activity. United States Patents

No. 7368605. [terhubung berkala]. www.uspto.gov. [20 Desember 2009].

Girinda A. 1994. Biokimia Patologi Hewan.

Bogor. Bogor: Pusat Antar Universitas

dan LSI-IPB.

Girindra A. 1989. Patologi Klinik Veteriner.

Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Gusmayanti. 2008. Pengaruh pemberian ramuan ekstrak daun jati belanda

(Guazuma ulmifolia Lamk.) dan

rimpang bangle (Zingiber purpureum

Roxb.) terhadap bobot badan dan lemak tikus jantan dewasa [skripsi]. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.

Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Ed ke-2. Bandung: ITB.

Harvey D. 2000. Modern Analytical

Chemistry. New York: McGraw-Hill.

(21)

Hayes MA. 2007. Pathophysiology of

Liver.WB Saunder. USA.

Houghton PJ, Raman A. 1998. Laboratory handbook for the Fractionation of

Natural Ekstract. London: Chapman &

Hall.

Imansyah, B.S. 2006. Sehatkah rumah kita dengan nuansa aromatik. Pikiran Rakyat. Kamis, 04 Mei 2006. Bandung

Lebenthal E, Damayanti S. 2007. Obesity as a poverty-related emerging nutrition problem in indonesia. [terhubung berkala].http://ugm.ac.id/

second.php?action=viewartikel&id=5. html. [01 Des 2010].

Maniapoto K. 2002. Aromatherapy: the language of scent is the sweetest melody.http://www.nzase.org.nz/events/ aromatherapy.pdf. [11 Januari 2010].

Masuda T, Jitoe A. 1994. Antioxidative and antiinflammatory compounds from tropical gingers: Isolation, structure determination, and activities of cassumunins A, B, and C, new complex curcuminoids from Zingiber cassumunar. J Agric Food Chem

41:1850-1856.

Muchtaridi, Apriyantono A, Subarnas A, Budijanto S. 2003. Analysis of volatile active compounds of essential oils of some aromatical plants possessing inhibitory properties on mice locomotor activity. Proceeding in International

Symposium on Biomedicine. Bogor:

Biopharmaca Centre IPB, 18-19 September 2003.

Nagai K. 2008. A possible role of the therapy changing activities of autonomic nervous system.The 11th Meeting of Japanese Society of Aromatherapy. Tokyo. J Japanese Society of

Aromatherapy 7(2); 22.

Pavia, Donal L, Lampman GM, George RK, Randall GE. 2006. Introduction to

Organic Laboratory Techniques. USA:

Thomson Brooks-Cole.

Poedjiadi A. 1994. Dasar-dasar Biokimia.

Jakarta: UI Pr.

Pramono S, Nurwati S, Sugiyanto. 2000. Pengaruh lendir daun jati belanda

(Guazuma ulmifolia Lamk.). Warta

Tumbuhan Obat Indonesia 6: 14-5.

Rahardjo S, Ngatijan dan Pramono S. 2005. Influence of etanol extract of jati belanda leaves (Guazuma ulmifolia Lamk.) on lipase enzym activity of Rattus norvegicus serum. Inovasi Vol.4: XVII: 48-54

Rouessac F, Rouessac A. 1994. Chemical

Analysis Modren Instrumentation

Methods and Techniques 2nd. USA:

John Wiley & Sons, Ltd.

Silitonga RF. 2008. Daya inhibisi ekstrak daun jati belanda dan bangle terhadap aktivitas lipase pankreas sebagai antiobesitas [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Skoog DA, Holler PJ, Nieman TA. 2004.

Principles of Instrumental Analysis. Ed

ke-5. Philadelphia: Hartcaurt Brace.

Smith, J.B., S. Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. UI Press. Jakarta.

Weihe, W.H. (1989). The laboratory rat.InThe UFA W Handbook on the Care

and Management of Laborator

Animals.6th ed.Poole, T.B. pp. 309-330.

Harlow, Essex: Longman.

Wijayakusuma HMH, Dalimartha S, Wirian AS. 1997. Tanaman Berkhasiat Obat di

Indonesia. Jakarta: Pustaka Kartini.

Wresdiyati T, Astawan M, Hastanti LY. 2006. Profil imunohistokimia SOD pada jaringan hati tikus dengan kondisi hiperkolesterolemia. Hayati 13: 85-89. Wulandari R. 2011. Fraksi Senyawa Aktif

Minyak Atsiri (Zingiber purureum Roxb.) Sebagai Pelangsing Aromaterapi Secara Invivo.bogor: IPB PRESS. [WHO] World Health Organization. 1999.

Monograph on selected medicinal plant.

(22)

12

(23)

Lampiran 1 Diagram Alir Penelitian

Hewan Uji 50 ekor

Dibagi menjadi 5 kelompok masing-masing kelompok 10

ekor tikus

D= 10

C= 10

B= 10

A= 10

E= 10

Masa perlakuan selama 40 hari

Kelompok A B C D E

Pakan standar lemak lemak lemak lemak Tinggi tinggi tinggi tinggi

+ sampel - - ektrak bangle fraksi x senyawa murni Kelompok Pakan, Masa Adaptasi 10

hari

A= Standar

E= Pakan lemak

C= Pakan lemak B= Pakan lemak

D= Pakan lemak

Tahap analisis

Ditentukan kadar SGOT, SGPT dan

Histopatologi Hati

(24)

14

Lampiran 2 Rancangan Kelompok Percobaan

Perlakuan

pemberian

ekstrak

bangle

pakan standar 20g/hari,

akuades sebanyak 20 mg/kg

pakan lemak tinggi 20 g/hari

dan diinhalasi fraksi dengan

jumlah spot paling sedikit dari

minyak atsirib bangle

pakan lemak tinggi 20 g/hari,

akuades sebanyak 20 mg/kg

pakan lemak tinggi 20 g/hari

dan diinhalasi minyak atsiri

kasar hasil distilasi uap dari

bangle,

pakan lemak tinggi sebanyak

20 g/hari dan diinhalasi

senyawa murni.

(25)

Lampiran 3 Komposisi pakan yang diberikan pada hewan uji

Pakan standar

Komposisi

Kadar (%)

Jagung

26,5

Tepung ikan (45% protein)

2,0

Bungkil kedelai

11,0

Minyak kelapa

2,5

Polar

5,0

Kalsium

2,0

Fosfor

2,0

Pakan lemak tinggi

Komposisi

Kadar (%)

Kolesterol

0,2

Lemak kambing

10,0

Minyak Kelapa

1,0

(26)
(27)

Lampiran 4 Diagram alir teknik histopatologi

Sampling Organ

Fiksasi

Dalam BNF 10% selama 6-48 jam

Dehidrasi

(Penghilangan air dengan alkohol 70%, 80%, 90%, 95% alkohol absolut

I dan alkohol absolut II masing-masing selama 2 jam)

Clearing

(Pembersihan dengan Xilol I dan Xilol II)

Embedding

(Penanaman jaringan dalam parafin)

Sectioning

(Pengirisan dengan menggunakan mikrotom setebal 5μm)

Mounting

(Penempelan sediaan pada gelas obyek)

Staining

(28)

17

Lampiran 5 Bagan pewarnaan paematoxylin-Eosin

Xilol 1 (5 menit)

Xilol 2 (5 menit)

Etanol absolute (5 menit)

Etanol 95% (5 menit)

Etanol 80% (5 menit)

Cuci dengan air (2 menit)

Pewarna

Mayers-Haematoxylin

(8 menit)

Cuci dengan air (30 detik)

LiCl (15-30 detik)

Cuci dengan air (2 menit)

Pewarna

Eosin

(2-3 menit)

Cuci dengan air (30-60 detik)

Etanol 95% (10 kali celupan)

Etanol absolut 1 (10 kali celupan)

Etanol absolut 2 (2 menit)

Xilol 1 (1 menit)

Xilol 2 (2 menit)

Angin-anginkan beberapa menit

(29)

Lampiran 6 Gambaran patologi anatomihati

No kelompok Gambaran PA hati

1

Kontrol

negatif

-Tidak ada kelainan

-Merah muda (rose)

2

Kontrol

positif

-Pucat

-Bintik

putih

di

permukaan

kapsular

hati

-Motlling

pada

permukaan

kapula

thati

3

Perlakuan

DMPBD

-Pucat

-Bintik

putih

di

permukaan

kapsular

hati

-Bintik hemoragi

-Sedikit membengkak

4

Perlakuan

Sabinena

-bewarna merah gelap

-bintikhemoragi

-motling

ada

permukaan

kapsular

hati

-bengkak

5

Perlakuan

terpinen-4-ol

-bewarna merah gelap

-Bintik haemoragi

-Mottling

pada

permukaan

kapsular

hati

(30)

19

Lampiran 7 Contoh Perhitungan SGOT / SGPT

Absorbansi 1 (setelah 1 menit inkubasi) = 0,6212.

Absorbansi 2 (setelah 1 menit = 0,6023.

Absorbansi 3 (setelah 2 menit = 0,5884.

Absorbansi 4 (setelah 3 menit) = 0,5755.

Faktor = 1745

GOT (U/L) = A / min × konsentrasistandar (mg/dl)

= ( abs 1- abs 2 ) + ( abs 2-abs 3 ) + ( abs 3-abs 4 ) / 3 × 1745

= ( 0.621-0.602 ) + ( 0.602-0.588 ) + ( 0.588-0.575 ) / 3 × 1745

= ( 0.019 + 0.014 + 0.013 ) / 3 × 1745

(31)

Lampiran 8 Hasil analisis statistika SGOT dan SGPT

ALT (SGPT)

Deskripsi

kadar SGPT

N Mean Std. Deviation Std. Error

1.00 5 11.433333 7.7270568 3.4556449

2.00 5 22.788889 15.7021564 7.0222178

3.00 7 20.777778 10.1654523 3.8421798

4.00 5 19.289999 9.8322222 8.4385374

5.00 6 26.120370 16.7852602 6.8525538

6.00 1 1.555556 . .

Total 29

Test of Homogeneity of Variances

Kadar SGPT

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2.968a 4 24 .040

a. Groups with only one case are ignored in computing the test of

homogeneity of variance for kadar ALT.

ANOVA

kadarSGPT

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups (Combined) 3627.314 5 725.463 .822 .546

Linear Term Unweighted 8.474 1 8.474 .010 .923

Weighted 654.184 1 654.184 .742 .398

Deviation 2973.129 4 743.282 .843 .512

Within Groups 21171.067 24 882.128

(32)

21

SGOT (AST)

Deskripsi

kadar SGOT

N Mean Std. Deviation Std. Error

1.00 5 12.911111 3.7341434 1.6699597

2.00 5 18.122222 9.6425625 4.3122851

3.00 7 13.000000 10.3886413 3.9265373

4.00 6 11.537037 8.1301653 3.3191261

5.00 6 17.629630 12.5862293 5.1383066

6.00 1 3.500000 . .

Total 30

Test of Homogeneity of Variances

kadar SGOT

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.200a 4 24 .336

a. Groups with only one case are ignored in computing

the test of homogeneity of variance for kadar AST.

ANOVA

kadar SGOT

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups (Combined) 322.858 5 64.572 .705 .625

Linear Term Unweighted 74.373 1 74.373 .812 .376

Weighted 2.850 1 2.850 .031 .861

Deviation 320.009 4 80.002 .874 .494

Within Groups 2197.798 24 91.575

(33)
(34)

13

Lampiran 1 Diagram Alir Penelitian

Hewan Uji 50 ekor

Masa perlakuan selama 40 hari

Kelompok A B C D E

Pakan standar lemak lemak lemak lemak Tinggi tinggi tinggi tinggi

+ sampel - - ektrak bangle fraksi x senyawa murni Dibagi menjadi 5 kelompok

masing-masing kelompok 10 ekor tikus

D= 10

C= 10

B= 10

A= 10

E= 10

Kelompok Pakan, Masa Adaptasi 10 hari

A= Standar

E= Pakan lemak

C= Pakan lemak B= Pakan lemak

D= Pakan lemak

Tahap analisis

Ditentukan kadar SGOT, SGPT dan

Histopatologi Hati

(35)

Lampiran 2 Rancangan Kelompok Percobaan

Perlakuan

pemberian

ekstrak

bangle

pakan standar 20g/hari,

akuades sebanyak 20 mg/kg

pakan lemak tinggi 20 g/hari

dan diinhalasi fraksi dengan

jumlah spot paling sedikit dari

minyak atsirib bangle

pakan lemak tinggi 20 g/hari,

akuades sebanyak 20 mg/kg

pakan lemak tinggi 20 g/hari

dan diinhalasi minyak atsiri

kasar hasil distilasi uap dari

bangle,

pakan lemak tinggi sebanyak

20 g/hari dan diinhalasi

senyawa murni.

(36)

15

Lampiran 3 Komposisi pakan yang diberikan pada hewan uji

Pakan standar

Komposisi

Kadar (%)

Jagung

26,5

Tepung ikan (45% protein)

2,0

Bungkil kedelai

11,0

Minyak kelapa

2,5

Polar

5,0

Kalsium

2,0

Fosfor

2,0

Pakan lemak tinggi

Komposisi

Kadar (%)

Kolesterol

0,2

Lemak kambing

10,0

Minyak Kelapa

1,0

(37)

Lampiran 4 Diagram alir teknik histopatologi

Sampling Organ

Fiksasi

Dalam BNF 10% selama 6-48 jam

Dehidrasi

(Penghilangan air dengan alkohol 70%, 80%, 90%, 95% alkohol absolut

I dan alkohol absolut II masing-masing selama 2 jam)

Clearing

(Pembersihan dengan Xilol I dan Xilol II)

Embedding

(Penanaman jaringan dalam parafin)

Sectioning

(Pengirisan dengan menggunakan mikrotom setebal 5μm)

Mounting

(Penempelan sediaan pada gelas obyek)

Staining

(38)

17

Lampiran 5 Bagan pewarnaan paematoxylin-Eosin

Xilol 1 (5 menit)

Xilol 2 (5 menit)

Etanol absolute (5 menit)

Etanol 95% (5 menit)

Etanol 80% (5 menit)

Cuci dengan air (2 menit)

Pewarna

Mayers-Haematoxylin

(8 menit)

Cuci dengan air (30 detik)

LiCl (15-30 detik)

Cuci dengan air (2 menit)

Pewarna

Eosin

(2-3 menit)

Cuci dengan air (30-60 detik)

Etanol 95% (10 kali celupan)

Etanol absolut 1 (10 kali celupan)

Etanol absolut 2 (2 menit)

Xilol 1 (1 menit)

Xilol 2 (2 menit)

Angin-anginkan beberapa menit

(39)

Lampiran 6 Gambaran patologi anatomihati

No kelompok Gambaran PA hati

1

Kontrol

negatif

-Tidak ada kelainan

-Merah muda (rose)

2

Kontrol

positif

-Pucat

-Bintik

putih

di

permukaan

kapsular

hati

-Motlling

pada

permukaan

kapula

thati

3

Perlakuan

DMPBD

-Pucat

-Bintik

putih

di

permukaan

kapsular

hati

-Bintik hemoragi

-Sedikit membengkak

4

Perlakuan

Sabinena

-bewarna merah gelap

-bintikhemoragi

-motling

ada

permukaan

kapsular

hati

-bengkak

5

Perlakuan

terpinen-4-ol

-bewarna merah gelap

-Bintik haemoragi

-Mottling

pada

permukaan

kapsular

hati

(40)

19

Lampiran 7 Contoh Perhitungan SGOT / SGPT

Absorbansi 1 (setelah 1 menit inkubasi) = 0,6212.

Absorbansi 2 (setelah 1 menit = 0,6023.

Absorbansi 3 (setelah 2 menit = 0,5884.

Absorbansi 4 (setelah 3 menit) = 0,5755.

Faktor = 1745

GOT (U/L) = A / min × konsentrasistandar (mg/dl)

= ( abs 1- abs 2 ) + ( abs 2-abs 3 ) + ( abs 3-abs 4 ) / 3 × 1745

= ( 0.621-0.602 ) + ( 0.602-0.588 ) + ( 0.588-0.575 ) / 3 × 1745

= ( 0.019 + 0.014 + 0.013 ) / 3 × 1745

(41)

Lampiran 8 Hasil analisis statistika SGOT dan SGPT

ALT (SGPT)

Deskripsi

kadar SGPT

N Mean Std. Deviation Std. Error

1.00 5 11.433333 7.7270568 3.4556449

2.00 5 22.788889 15.7021564 7.0222178

3.00 7 20.777778 10.1654523 3.8421798

4.00 5 19.289999 9.8322222 8.4385374

5.00 6 26.120370 16.7852602 6.8525538

6.00 1 1.555556 . .

Total 29

Test of Homogeneity of Variances

Kadar SGPT

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2.968a 4 24 .040

a. Groups with only one case are ignored in computing the test of

homogeneity of variance for kadar ALT.

ANOVA

kadarSGPT

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups (Combined) 3627.314 5 725.463 .822 .546

Linear Term Unweighted 8.474 1 8.474 .010 .923

Weighted 654.184 1 654.184 .742 .398

Deviation 2973.129 4 743.282 .843 .512

Within Groups 21171.067 24 882.128

(42)

21

SGOT (AST)

Deskripsi

kadar SGOT

N Mean Std. Deviation Std. Error

1.00 5 12.911111 3.7341434 1.6699597

2.00 5 18.122222 9.6425625 4.3122851

3.00 7 13.000000 10.3886413 3.9265373

4.00 6 11.537037 8.1301653 3.3191261

5.00 6 17.629630 12.5862293 5.1383066

6.00 1 3.500000 . .

Total 30

Test of Homogeneity of Variances

kadar SGOT

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.200a 4 24 .336

a. Groups with only one case are ignored in computing

the test of homogeneity of variance for kadar AST.

ANOVA

kadar SGOT

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups (Combined) 322.858 5 64.572 .705 .625

Linear Term Unweighted 74.373 1 74.373 .812 .376

Weighted 2.850 1 2.850 .031 .861

Deviation 320.009 4 80.002 .874 .494

Within Groups 2197.798 24 91.575

Gambar

Gambar 1  Rimpang bangle
Tabel 1 Rerata kadar SGPT.
Tabel 2 Rerata kadar SGOT
Gambar 2 Foto gambaran warna hati tikus  pada berbagai pelakuan. (a) kontrol negatif, (b) kontrol positif,             (c) perlakuan inhalasi DMPBD,  (d) perlakuan inhalasi sabinena,  (e) perlakuan inhalasi terpinen-4-ol
+3

Referensi

Dokumen terkait

Mencari media komunikasi nirkabel yang memungkinkan jumlah robot yang dapat berkomunikasi lebih dari 2, sehingga robot kiper dapat ikut membantu koordinasi

Hasil dari penelitian ini, strategi yang digunakan DKRPP&KB Kota Surakarta dalam mencegah penyimpangan dana BLT 2008 di Kota Surakarta meliputi (1) sosialisasi berjenjang

Parameter-parameter yang diukur untuk menentukan performansi alat adalah suhu ruang pengering dan sebarannya, laju pengeringan, lama pengeringan, efisiensi penggunaan

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Alloh Swt yang telah melimpahkan rahmat-Nya, maka pada hari ini makalah yang berjudul “P endekatan ta’lim muta’allim

Dengan pengaturan Motor, Sensor Ultrasonik, serta Switch dengan menggunakan mikrokontroller, diharapkan Robot Lengan yang akan dibuat dapat bergerak sesuai dengan mekanis dan

Pembelajaran dimensi religius yang terdapat dalam kumpulan sajak Sembahyang Karang ini diimplementasikan sebagai bahan ajar sastra di SMA.. Sajak ini dapat diimplementasikan

Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan, Good Corporate Governance dan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan yang Terdaftar Dalam LQ45 Pada Tahun

Tujuan penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui adanya pengaruh antara kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa dalam mata kuliah DAK 2 Program Studi Akuntansi