• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pemberian Tahu Berformalin Terhadap Gangguan Fungsi Hati Dan Terbentuknya Radikal Bebas Dalam Tubuh Tikus Putih.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pemberian Tahu Berformalin Terhadap Gangguan Fungsi Hati Dan Terbentuknya Radikal Bebas Dalam Tubuh Tikus Putih."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 13, No. 1, 2008, halaman 1-11 ISSN : 1410 – 0177 Akreditasi DIKTI Depdiknas RI No. 49/DIKTI/Kep/2003

Pengaruh Pemberian Tahu Berformalin Terhadap Gangguan Fungsi Hati Dan

Terbentuknya Radikal Bebas Dalam Tubuh Tikus Putih

Juzral Jivai, Nasni Yetti

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

Diterima tanggal : 10 Januari 2008 disetujui tanggal : 30 Maret 2008

Abstrak

Telah dilakukan uji pengaruh pemberian tahu berformalin terhadap gangguan fungsi hati dan terbentuknya radikal bebas dalam tubuh tikus dengan menetapkan kadar SGOT, SGPT dan kadar MDA setelah memberikan tahu berformalin secara oral selama 25 hari kepada dua kelompok tikus dengan kadar yang berbeda (0,25 % dan 0,50 %) kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol (Kelompok tikus yang diberikan tahu tanpa formalin)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi cenderung peningkatan kadar SGOT, SGPT dan MDA dalam darah tikus yang diberikan tahu berformalin dibandingkan dengan kelompok kontrol tetapi setelah dilakukan uji statistik p 0.05 ternyata kenaikannya tidak bermakna, berarti tidak ada pengaruh pemberian tahu berformalin terhadap kenaikan SGOT, SGPT dan kadar MDA dalam darah tikus.

Keywords : Formalin, SGOT, SGPT, MDA.

Pendahuluan

Formalin adalah larutan formaldehid 37 % dalam air apabila diencerkan dinamai larutan formalin dan harus dinyatakan kadarnya, misalnya formalin diencerkan dengan air yang sama volumenya, dinamai larutan formalin 50 % , berarti kadar formaldehidnya 18,5 % dengan demikian pemakaian istilah larutan formalin harus dinyatakan kadarnya, misalnya larutan formalin 50 %, larutan formalin 25 % dan lain sebagainya.

Formaldehid merupakan senyawa berupa gas yang mudah larut dalam air dengan bau yang menusuk, lebih reaktif dan berbahaya jika terhirup karena dapat menimbulkan iritasi pada saluran pernapasan, memberikan reaksi alergi bahkan dapat menimbulkan kanker, apabila mengenai kulit akan merasa terbakar dan kalau terpapar dalam jumlah yang banyak seperti terminum dapat menimbulkan kematian.

Formaldehid dalam bentuk polimernya atau Paraformaldehid yang berbentuk padat dalam jumlah relatif kecil dapat digunakan sebagai obat bahkan dapat digunakan melalui oral, seperti tablet troches dengan kadar 1 %, untuk pasta gigi dengan kadar 35 %, dan dapat pula digunakan untuk bedak tabur dengan kadar 5 % (Extra Pharmacopeae Martindalle edisi 27, 1978).

Formaldehid sangat reaktif, dalam tubuh akan dimetabolisme dengan cepat terutama dalam hati

dan eritrosit yang dapat dirubah menjadi asam formiat dan dikeluarkan melalui urine. Menurut penelitian WHO kadar formalin dalam darah yang dapat menimbulkan keracunan (toksik) apabila sudah mencapai 6 gram dan menurut penelitian Dr Yuswanto, Dekan Fakultas Farmasi Univwersitas Sanata Dharma Jokja tahun 2002. Mengatakan bahwa dalam mie basah terdapat kadar formalin 20 mg / Kg, berarti formalin dalam mie basah tersebut tidak berbahaya.

Dr Yuswanto juga menyatakan bahwa formalin merupakan proses alami karena buah buahan dan sayur sayuran ada yang mengandung formalin sebagai hasil proses biologis, sebenarnya alam ini menghasilkan formalin kemudian diserap oleh tumbuh tumbuhan dan hewan, misalnya daging sapi mengandung formalin 30 mg / Kg, kerang laut mengandung formalin 660 mg / Kg.

Formalin dapat bereaksi dengan protein meskipun belum diketahui secara pasti mekanisme reaksinya serta bagian protein mana yang bereaksi dengan formalin, secara in vitro serum darah ditambah dengan larutan formalin dapat menurunkan kadar proteinnya dan kemungkinan reaksi formalin dengan protein ini yang menyebabkan formalin dapat digunakan sebagai pengawet.

(2)

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 13, No. 1, 2008, halaman 1-11 ISSN : 1410 – 0177 Akreditasi DIKTI Depdiknas RI No. 49/DIKTI/Kep/2003

dan tidak rusak kalau disimpan dalam waktu lama tetapi mereka tidak mengetahui bahwa protein yang terdapat dalam tahu tersebut telah bereaksi atau dirusak oleh formalin sehingga mutu tahu tersebut akan berkurang.

Tahu merupakan makanan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat terutama masyarakat golongan menengah ke bawah dimana harganya relatif murah, mudah didapat dan mempunyai gizi yang baik karena mengandung protein yang tinggi. Tahu yang direndam dengan larutan formalin meskipun dipanaskan kandungan formalinnya tidak hilang sempurna, kalau tahu ini dikonsumsi oleh masyarakat maka tanpa disadari masyarakat telah mengkonsumsi formalin.

Larutan formalin yang mengandung Formaldehid apabila masuk kedalam tubuh melalui oral akan mengalami metabolisme dengan cepat menjadi asam formiat terutama dalam eritrosit dan hati kemudian akan dikeluarkan melalui urine namun formalin juga bereaksi dengan protein dinding sel hati (lipoprotein) sehingga dapat merusak dinding sel hati yang dapat menyebabkan fungsi hati terganggu atau menjadi penyebab terbentuknya radikal bebas yang toksik.

Salah satu gejala dari gangguan fungsi hati dapat dinyatakan secara laboratorium dengan adanya peningkatan aktivitas SGOT, SGPT sedangkan terbentuknya radikal bebas dalam tubuh dapat dinyatakan dengan peningkatan kadar MDA dalam darah.

Dari hal diatas telah dilakukan penelitian untuk mengetahui sampai sejauh mana larutan formalin di dalam tubuh dapat menimbulkan gangguan pada fungsi hati dan terbentuknya radikal bebas dengan cara memberikan makanan tahu berformalin kepada tikus dengan kadar tertentu selama 25 hari.

Metodologi Penelitian

Persiapan, aklimatisasi Hewan Percobaan

Dalam penelitian ini digunakan tikus jantan Wistar berumur lebih kurang dua bulan, sehat, dan berat berkisar 160 sampai 180 gram Aklimatisasi hewan dilakukan selama 10 hari untuk membiarkan hewan berada pada lingkungan percobaan. Makanan dan minuman diberikan secukupnya. Selama aklimatisasi tikus dianggap sehat bila berat badannya tetap (deviasi maksimum 10%) dan secara visual menunjukkan perilaku yang normal (Farmakope Indonesia, 1995).

Pembuatan Larutan Formalin 0,50 %

Larutan formalin 0,5 % adalah larutan yang mengandung formaldehid 0,5 %.

Diambil formalin p.a. (kadar Formaldehid 37 %) 50 ml ditambah air suling (Aqua destilata) sampai 1000 ml dikocok sampai rata, diambil 250 ml larutan ini ditambah air suling sampai 925 ml dikocok sampai rata dan ditutup dengan rapat.

50 ml X 37 % / 1000 ml = 1,85 % 250 ml X 1.85 % / 925 ml = 0,5 %

Pembuatan Larutan Formalin 0,25 %

Larutan formalin 0,25 % adalah larutan yang mengandung formaldehid 0,25 %.

Diambil 250 ml larutan Formalin 0,5 % ditambah air suling sampai 500 ml dikocok sampai rata dan ditutup dengan rapat.

250 ml X 0,50 % / 500 ml = 0, 25 %

Pembuatan sediaan tahu berformalin

Sediaan tahu dibuat 3 kelompok, 2 kelompok tahu berformalin dengan kadar yang berbeda dan 1 kelompok tahu tanpa formalin.

Kelompok 1, Kelompok tahu tanpa formalin, timbang tahu seberat 50 gram, rendam dengan 100 ml air suling selama 2 jam. Setelah itu tahu dicuci dengan air suling dan dikeringkan kemudian ditambah 50 ml air suling masukkan kedalam blender dan haluskan, setelah halus tambah air suling sampai 100 ml sediaan.

Kelompok 2, Kelompok tahu berformalin 0,25 %, timbang tahu seberat 50 gram, rendam dengan 100 ml larutan formalin 0,25 % selama 2 jam kemudian haluskan dengan blender dan buat sediaan 100 ml. Keompok 3, Kelompok tahu formalin 0,50 %, timbang tahu seberat 50 gram, rendam dengan 100 ml larutan formalin 0,50 % selama 2 jam kemudian haluskan dengan blender dan buat sediaan 100 ml.

Hewan Percobaan

Tikus putih Wibstar sebanyak 18 ekor yang berumur 2 bulan dengan berat badan 160 – 180 gram dilakukan aklimatisasi (penyesuaian lingkungan) selama 10 hari, setiap hari dilakukan penimbangan berat badan.

(3)

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 13, No. 1, 2008, halaman 1-11 ISSN : 1410 – 0177 Akreditasi DIKTI Depdiknas RI No. 49/DIKTI/Kep/2003

Kelompok 1 (Kelompok Kontrol), diberi makan minum secukupnya (2 x 60 gram sehari) dan setiap sore diberi sediaan tahu tanpa formalin melalui oral sebanyak 3 ml / 200 gram BB tikus.

Kelompok 2 (Kelompok Perlakuan 1), diberi makan minum secukupnya (2 x 60 gram sehari) dan setiap sore diberi sediaan tahu berformalin 0,25 % melalui oral sebanyak 3 ml / 200 gram BB tikus.

Kelompok 3 (Kelompok Perlakuan 2), diberi makan minum secukupnya (2 x 60 gram sehari) dan setiap sore diberi sediaan tahu berformalin 0,50 % melalui oral sebanyak 3 ml / 200 gram BB tikus.

Setelah 25 hari percobaan ketiga kelompok tikus diambil darahnya dengan cara tikus dibius dengan Eter kemudian dibuka dadanya dan diambil darahnya langsung ke jantung dengan speut injeksi 5 ml. Diambil serumnya dan dilakukan pemeriksaan SGOT, SGPT dan kadar MDA-nya.

Analisa Data

Data yang diperoleh diolah secara statistik dengan menggunakan metoda analisa varian.

Pembahasan

Berat badan tikus pada waktu penyesuaian selama 10 hari tidak ada yang mengalami penurunan sehingga semua tikus dapat digunakan dan dipilih secara acak 15 ekor dari 18 ekor tikus dan dibagi atas 3 kelompok masing masig 5 ekor tikus. Kelompok 1, kelompok 2 merupakan kelompok percobaan 1, dan kelompok 3 merupakan kelompok percobaan 2., setiap ekor tikus diberikan sediaan tahu setiap sore hari sebanyak 3 ml / 200 gram BB. Ternyata selama percobaan (25 hari) berat badan tikus tidak mengalami penurunan yang berarti bahkan pada akhir percobaan setelah 25 hari terjadi peningkatan berat badannya.

Pemberian tahu berformalin tidak mempengaruhi pola makan tikus karena tidak terjadi penurunan berat badan bahkan terjadi peningkatan berat badan setelah percobaan sedangkan pemberian makannya tetap jumlahnya.

Kadar rata rata SGOT pada kelompok percobaan 2 (139) cenderung meningkat dari kelompok percobaan 1 (121) dan meningkat lagi dari kelompok kontrol (119).

Hal yang sama terjadi juga pada kadar rata rata SGPT dimana kelompok pecobaan 2 (86) kadarnya cenderung meningkat dari kelompok percobaan 1 (79) dan meningkat lagi dari kelompok kontrol (63).

Demikan juga dengan kadar rata rata MDA dimana kelompok pecobaan 2 (4.090) kadarnya cenderung meningkat dari kelompok percobaan 1 (3.742) dan meningkat lagi dari kelompok kontrol (3.408). Setelah dilakukan uji statistik dengan p 0,05 ternyata cenderung meningkatnya kadar SGOT, SGPT dan kadar MDA dalam darah tikus yang diberikan tahu berformalin selama 25 hari pada kelompok percobaan 1 dan 2 dibandingkan dengan kelompok kontrol tidak bermakna. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa fungsi hati secara statistik tidak terganggu dan tidak terjadi pembentukan radikal bebas dalam tubuh tikus secara bermakna pada p 0,05.

Dapat disimpulkan bahwa pemberian 3 ml sediaan tahu berformalin 0,25 % dan 0,50 % secara oral selama 25 hari tidak terjadi gangguan fungsi hati dan tidak terjadi pembentukan Radikal bebas secara bermakna pada p 0.05.

Kesimpulan dan Saran

Dari hasil percobaan ternyata pemberian sediaan tahu berformalin 0,25 % dan 0,50 % sebanyak 3 ml/ 200 gram BB tikus selama 25 hari tidak mempengaruhi fungsi hati serta terbentuknya radikal bebas secara bermakna pada uji statistik p 0.05.

Saran

Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memberikan tahu berformalin lebih lama lagi atau kadar formalinnya dinaikkan.

Dapat pula dilakukan penelitian tentang pengaruh formalin terhadap reaksinya dengan protein.

Literatur :

H B Waynforth, Experimental and surgical technique in the rat, Academic Press A Subsidiary of Harcourt Brace Jovanovich, Publishers London, New York, Toronto, Sydney, San Francisco 1980, 6, 22, 63, 68. Holinshead, H W, Text Book Of Anatomi 3rd

edition, Oxford & IBH Publishing Co New Delhi Bombay Calcuta 1974.

Indra Nefri Ridwan dan Subardjo SK, Petunjuk teknis cara memproduksi makanan yang benar dan baik sesuai ketentuan untuk Industri Kecil Pangan.

(4)

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi, Vol. 13, No. 1, 2008, halaman 1-11 ISSN : 1410 – 0177 Akreditasi DIKTI Depdiknas RI No. 49/DIKTI/Kep/2003

Jan 2006 Formalin di Makanan Tak Berbahaya Internet www.Formalin.com

Martindalle Extra Pharmacopoeia 27th edition ,

Edited by Ainley Wade The Pharmaceutical Press 1 Lambeth High Street SE 1 London 1978

Muray R, Harper’s Review of Biochemistry terjemahan Andri Hartono, Biokimia Harper edisi 22 Penerbit Buku Kedokteran EGC Jakarta 1995. 295 – 296

Sherlock S. Desease of the liver and billiary System 8th edition, Blackwell Scientific

Publication, 1989.

(5)
[image:5.595.71.530.445.769.2]

Tabel 1 .

Pengaruh Pemberian Tahu Terhadap Berat Badan Tikus Selama Percobaan

Klp

/Tgl

1/10

3

5

7

9

11

13

15

17

19

21

23

25/10

I . 1

180

180

175 175 180 180 185 185 180 180 185 190

190

2

200

200

195 190 190 195 195 200 200 205 205 210

220

3

200

200

200 195 190 195 200 200 205 205 210 210

220

4

190

190

190 185 185 190 190 190 195 195 200 200

200

5

180

180

180 175 175 180 180 180 185 185 190 190

190

II . 1

180

180

175 175 175 180 180 185 180 185 185 190

200

2

200

200

200 205 205 200 200 195 195 200 205 210

220

3

200

190

190 195 195 190 190 195 195 200 210 210

220

4

180

180

180 185 185 190 190 185 180 180 185 190

190

5

190

190

180 175 175 175 180 180 180 185 185 190

200

III. 1

190

185

185 180 180 185 185 190 190 180 185 190

200

2

200

190

190 195 195 195 200 200 205 210 210 220

220

3

200

190

190 195 195 190 190 195 195 200 205 210

210

(6)
[image:6.595.117.483.232.761.2]

5

200

200

200 195 195 190 190 195 195 200 200 200

210

Tabel 2 .

Pengaruh Pemberian Tahu Terhadap Kadar SGOT, SGPT dan Kadar MDA

Klp

SGOT

SGPT

MDA

I . 1

119

61

3.952

2

134

56

3.930

3

129

84

2.030

4

95

52

3.719

5

---

---

---

477/4=119

253/4=63

13.631/4=3.408

II . 1

110

66

3.736

2

89

83

3.995

3

148

69

3.974

4

112

68

3.930

5

145

108

3.073

604/5=121

394/5=79

18.708/5=3.742

III.1

106

86

4.103

2

173

89

3.650

3

170

108

4.492

4

130

59

4.233

5

117

88

3.970

(7)
(8)

LAMPIRAN

HASIL UJI STATISTIK

Report

119.25 63.25 3.41

4 4 4

17.328 14.315 .924

120.80 78.80 3.74

5 5 5

25.154 17.655 .388

139.20 86.00 4.09

5 5 5

30.703 17.507 .312

126.93 76.93 3.77

14 14 14

25.388 18.113 .595

Mean N

Std. Deviation Mean

N

Std. Deviation Mean

N

Std. Deviation Mean

N

Std. Deviation Kelompok

kelompok 1

Kelompok 2

kelompok 3

Total

SGOT SGPT MDA

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

14 14 14

126.93 76.93 3.77

25.388 18.113 .595

.123 .169 .277

.123 .169 .147

-.098 -.131 -.277

.459 .633 1.036

.984 .818 .234

N

Mean

Std. Deviation Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme

Differences

Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

SGOT SGPT MDA

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.

(9)

Descriptives

4 119.25 17.328 8.664 91.68 146.82 95 134

5 120.80 25.154 11.249 89.57 152.03 89 148 5 139.20 30.703 13.731 101.08 177.32 106 173 14 126.93 25.388 6.785 112.27 141.59 89 173

4 63.25 14.315 7.157 40.47 86.03 52 84

5 78.80 17.655 7.896 56.88 100.72 66 108

5 86.00 17.507 7.829 64.26 107.74 59 108

14 76.93 18.113 4.841 66.47 87.39 52 108

4 3.41 .924 .462 1.94 4.88 2 4

5 3.74 .388 .173 3.26 4.22 3 4

5 4.09 .312 .140 3.70 4.48 4 4

14 3.77 .595 .159 3.43 4.11 2 4

kelompok 1 Kelompok 2 kelompok 3 Total kelompok 1 Kelompok 2 kelompok 3 Total kelompok 1 Kelompok 2 kelompok 3 Total SGOT

SGPT

MDA

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum

ANOVA

1176.579 2 588.289 .898 .435

7202.350 11 654.759

8378.929 13

1177.379 2 588.689 2.097 .169

3087.550 11 280.686

4264.929 13

1.040 2 .520 1.608 .244

3.555 11 .323

4.595 13

Between Groups Within Groups Total

Between Groups Within Groups Total

Between Groups Within Groups Total

SGOT

SGPT

MDA

Sum of

(10)

Kelompok

kelompok 3 Kelompok 2

kelompok 1

M

ea

n

o

f

S

G

O

T

140

135

130

125

120

[image:10.595.146.455.126.379.2]

115

Gambar 1 : Hubungan Pemberian Tahu terhadap kadar SGOT

Kelompok

kelompok 3 Kelompok 2

kelompok 1

M

e

a

n

o

f

S

G

P

T

90

85

80

75

70

65

60

[image:10.595.140.455.405.660.2]
(11)

Kelompok

kelompok 3 Kelompok 2

kelompok 1

M

ea

n

o

f

M

D

A

4

3.8

3.6

[image:11.595.139.459.99.360.2]

3.4

Gambar

Tabel  1  .  Pengaruh Pemberian Tahu Terhadap Berat Badan Tikus Selama Percobaan
Tabel  2 .  Pengaruh Pemberian Tahu Terhadap Kadar SGOT, SGPT dan Kadar MDA
Gambar 1  : Hubungan Pemberian Tahu terhadap kadar SGOT
Gambar 3  : Hubungan Pemberian Tahu terhadap kadar MDA

Referensi

Dokumen terkait

melalui upaya pengawasan dan pengarahan pimpinan dalam Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten pasaman Barat yang bertujuan agar pengawasan dan pengarahan

Berikut ini merupakan sifat-sifat logaritma yang dipakai dalam operasi aljabar bentuk logaritma & juga untuk

Hal tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya sikap rasa ingin tahu diperoleh nilai rata-rata 4,1 dengan kriteria rasa ingin tahu siswa baik pada siklus I dan

Dari pemaparan yang telah disampaikan di atas, dapat disimpulkan bahwa kebiasaan belajar merupakan suatu cara atau teknik yang menetap dibutuhkan untuk mampu

Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas terhadap data skor pre test , post test dan N-Gain sikap ilmiah mahasiswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol

Aplikasi peminjaman dan pengembalian koleksi perpustakaan pada Akademi Komunitas Negeri Sumenep dapat membantu mengelola data koleksi, pencarian koleksi, transaksi pemesanan,

Ureja javni red v občini tako, da: ̶ sprejema program varnosti, ̶ določa prekrške in globe za prekrške, s katerimi se kršijo predpisi občine, ̶ organizira občinsko redarstvo,

Pada kegiatan pra siklus yaitu pembelajaran IPA dimana belum menggunakan metode pembelajaran inquiry diperoleh nilai ketuntasan belajar untuk keterampilan proses