• Tidak ada hasil yang ditemukan

Determination of N, P, and K Fertilizer Optimum Rates for Bambara Groundnut (Vigna subterranea [L] Verdcourt)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Determination of N, P, and K Fertilizer Optimum Rates for Bambara Groundnut (Vigna subterranea [L] Verdcourt)"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN DOSIS OPTIMUM PEMUPUKAN N, P, DAN K

PADA TANAMAN KACANG BOGOR

(

Vigna subterranea

[L.] Verdcourt)

SRI AYU DWI LESTARI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Penentuan Dosis Optimum Pemupukan N, P, dan K pada Tanaman Kacang Bogor (Vigna subterranea [L.] Verdcourt) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Sri Ayu Dwi Lestari

(4)

RINGKASAN

SRI AYU DWI LESTARI. Penentuan Dosis Optimum Pemupukan N, P, dan K pada Tanaman Kacang Bogor (Vigna subterranea [L.] Verdcourt). Dibimbing oleh MAYA MELATI sebagai ketua dan HENI PURNAMAWATI sebagai anggota komisi pembimbing.

Kacang bogor merupakan salah satu jenis kacang-kacangan yang memiliki potensi tinggi untuk dikembangkan. Tanaman kacang bogor mempunyai ketahanan kekeringan terbaik diantara tanaman kacang-kacangan dalam tanah lainnya, selain itu juga memiliki keunggulan lain yaitu toleran pada lahan miskin. Hasil rata-rata bobot kering polong kacang bogor yang ditanam petani di Indonesia masih di bawah 4 ton ha-1, nilai ini masih tergolong rendah. Oleh karena itu, perlu adanya upaya maksimal untuk meningkatkan produksi kacang bogor yang cukup potensial ini, salah satunya adalah pemberian pupuk dengan dosis yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis optimum pupuk N, P, dan K agar pertumbuhan dan produksi tanaman kacang bogor (Vigna subterranea

[L.] Verdcourt) maksimal.

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret sampai dengan Juli 2013 di Kebun Percobaan Cikarawang IPB, Dramaga, Bogor. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Kimia Tanah, Departemen ITSL, IPB. Penelitian ini terdiri atas tiga percobaan paralel, yaitu percobaan pemupukan N, P, dan K. Rancangan yang digunakan untuk masing-masing percobaan adalah rancangan acak kelompok tiga ulangan dengan lima dosis pemupukan yaitu 0, 50, 100, 150, dan 200% dosis acuan (100% N = 45 kg N ha-1, 100% P = 54 kg P2O5 ha-1, 100% K = 45 kg K2O

ha-1). Aplikasi pupuk N diberikan dua tahap yaitu 30% saat tanam dan 70% saat 5 MST, sedangkan aplikasi pupuk P dan K diberikan satu tahap yaitu 100% saat tanam. Ukuran setiap petak percobaan adalah 6 m x 3 m, dengan jarak tanam 60 cm x 30 cm. Panen dilakukan pada 16 MST.

Aplikasi pupuk N hanya berpengaruh nyata terhadap kadar P daun dengan pola respon linier positif. Perlakuan pemupukan P berpengaruh terhadap panjang tangkai daun ke-5 pada 5 dan 7 MST, kadar N daun, serta kadar N biji. Pola respon linier negatif ditunjukkan pada kadar N daun serta kadar N biji. Pemberian pupuk K berpengaruh terhadap jumlah daun 7 MST dan laju tumbuh relatif 8-10 MST dengan pola respon linier negatif, serta pada kadar P daun dengan pola respon linier positif. Bobot basah akar 8 MST, kadar N biji, dan bobot kering brangkasan panen menunjukkan respon berbeda nyata setelah diberi perlakuan pupuk K dengan pola respon kuadratik. Pendekatan multi nutrient response belum dapat diterapkan pada penelitian ini dan juga belum dapat ditentukan rekomendasi pemupukan N, P, dan K. Hal ini karena karakter pengamatan yang menghasilkan kurva kuadratik hanya terdapat pada percobaan K, sehingga rekomendasi pemupukan ditentukan dengan menggunakan rentang dosis optimum. Rekomendasi pupuk K berdasarkan rentang dosis optimum adalah sebesar 51.48-69.78 kg K2O ha-1. Dilihat dari produksinya, diduga dengan pemberian 30.91 kg

N, 54.81 kg P2O5, dan 46.85 kg K2O menunjukkan produktivitas per hektar

(5)

SUMMARY

SRI AYU DWI LESTARI. Determination of N, P, and K Fertilizer Optimum Rates for Bambara Groundnut (Vigna subterranea [L.] Verdcourt). Under supervision of MAYA MELATI as chairman and HENI PURNAMAWATI as member of the advisory committee.

Bambara groundnut is the one of nuts that have a high potential to be developed. Bambara groundnut has the best drought resistance among other nuts, but it also has another advantage that is tolerant of unfertile soils. The average yield of dry pod weight from agricultural fields in Indonesia were under 4 ton ha-1, that value is still low. Therefore, must be an efforts to improve Bambara groundnut production. Fertilization is the key efforts for increased the productivity of Bambara groundnut. The objective of the research was to determine optimum rate of N, P, and K fertilizer for Bambara groundnut (Vigna subterranea [L.] Verdcourt) production.

Three experiments were conducted at Cikarawang Farm, Dramaga, Bogor from March to July 2013. Each experiment tested different rates of N or P or K fertilizer with randomized compeletely block design and three replications. The fertilizer rates were 0, 50, 100, 150, and 200% of reference rate (100% N = 45 kg N ha-1, 100% P = 54 kg P2O5 ha-1, 100% K = 45 kg K2O ha-1). On all experiments, 100% P, 100% K, and 30% N were applied at planting, while 70% N was applied at 5 week after planting. Plot size was 6 m x 3 m, with plant spacing of 60 cm x 30 cm. Harvesting were conducted at 16 week after planting.

The result showed that leaf P content increased linearly with N fertilizer application. Leaf N content decreased linearly with P fertilizer application. Root fresh weight, seed N content, and shoot dry weight quadratically increased with K fertilizer application. Because of very limited numbers of variable that were significantly affected by the treatment, optimum rate of N, P, K fertilization can not be determined through multi nutrient response technique in these experiments. Only the optimum rate of K fertilizer that can be determined with the range of 51.48-69.78 kg K2O ha-1. Based on production, the highest productivity estimation were 30.91 kg N ha-1, 54.81 kg P2O5 ha-1, and 46.85 kg K2O ha-1 although not significant.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Agronomi dan Hortikultura

PENENTUAN DOSIS OPTIMUM PEMUPUKAN N, P, DAN K

PADA TANAMAN KACANG BOGOR

(

Vigna subterranea

[L.] Verdcourt)

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

(8)
(9)

Judul Tesis : Penentuan Dosis Optimum Pemupukan N, P, dan K pada Tanaman Kacang Bogor (Vigna subterranea [L.] Verdcourt)

Nama : Sri Ayu Dwi Lestari NIM : A252114061

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Maya Melati, MS, MSc Ketua

Dr Ir Heni Purnamawati, MSc.Agr Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Agronomi dan Hortikultura

Dr Ir Maya Melati, MS, MSc

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MSc.Agr

(10)
(11)
(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Maret-Juli 2013 ini adalah pemupukan, dengan judul Penentuan Dosis Optimum Pemupukan N, P, dan K pada Tanaman Kacang Bogor (Vigna subterranea [L.] Verdcourt).

Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dr Ir Maya Melati, MS, MSc dan Dr Ir Heni Purnamawati, MSc.Agr selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penelitian dan penulisan tesis.

2. Crop for the Future Research Centre atas dana penelitian yang telah diberikan.

3. Dr Ir Iskandar Lubis, MS dan Dr Ani Kurniawati, SP, MSi selaku dosen penguji yang banyak memberikan masukan dan saran untuk perbaikan tesis. 4. Keluarga tercinta Bapak, Ibu, Adik, serta seorang pria terkasih atas segala

doa, semangat, bantuan, perhatian, dan kasih sayangnya selama ini.

5. Bapak Sarta dan Bapak Argani sebagai Staf Kebun Percobaan Cikarawang yang telah membantu selama percobaan di lapangan.

6. Teman-teman Pascasarjana AGH 2011 Genap dan AGH 2012 Ganjil atas segala bantuannya.

Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat dan ilmu pengetahuan kepada pihak-pihak yang memerlukan.

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN x

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan 2

Hipotesis 2

Kerangka Pemikiran 3

2 TINJAUAN PUSTAKA 5

Asal Usul dan Klasifikasi Kacang Bogor 5

Botani Kacang Bogor 5

Syarat Tumbuh dan Kesesuaian Lahan 6

Pemupukan 6

Nitrogen (N) 7

Fosfor (P) 7

Kalium (K) 8

Rekomendasi Pemupukan 8

3 METODE 11

Tempat dan Waktu 11

Bahan dan Alat 11

Metode 11

Pelaksanaan 13

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 18

Analisis Tanah 18

Kondisi Umum 19

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam 21

Hasil 23

Pembahasan Umum 37

Jumlah Daun 37

Kadar N, P, dan K dalam Daun 38

Biomassa 40

Produksi 40

Rekomendasi Pemupukan N, P, dan K pada Tanaman Kacang Bogor 41

5 KESIMPULAN DAN SARAN 42

Kesimpulan 42

Saran 42

DAFTAR PUSTAKA 42

LAMPIRAN 46

(14)

DAFTAR TABEL

1 Percobaan paralel pemupukan N, P, dan K 12

2 Peubah pengamatan percobaan N, P, dan K 14

3 Hasil analisis kandungan hara tanah sebelum percobaan 18 4 Hasil analisis kandungan hara tanah setelah panen 19 5 Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen pertumbuhan dan produksi

kacang bogor pada perlakuan pemupukan N, P, dan K 22

6 Pengaruh pupuk N terhadap jumlah daun 23

7 Pengaruh pupuk N terhadap panjang tangkai daun ke-5 24 8 Pengaruh pupuk N terhadap indeks luas daun dan intensitas serangan

penyakit 24

9 Pengaruh pupuk N terhadap peubah pada pengamatan destruktif 8 MST 25 10 Pengaruh pupuk N terhadap kadar air, N, P, dan K daun pada 8 MST 25 11 Pengaruh pupuk N terhadap laju tumbuh relatif dan laju asimilasi bersih 25 12 Pengaruh pupuk N terhadap kadar N, P, dan K biji 26 13 Pengaruh pupuk N terhadap jumlah polong isi, polong cipo, dan polong

total 26

14 Pengaruh pupuk N terhadap bobot basah polong isi, polong cipo,

polong total, dan brangkasan 26

15 Pengaruh pupuk N terhadap bobot kering polong total, biji, 100 butir

biji, dan brangkasan 27

16 Pengaruh pupuk N terhadap diameter kanopi, bobot basah polong total, bobot basah brangkasan, bobot kering polong total, dan produktivitas 27

17 Pengaruh pupuk P terhadap jumlah daun 28

18 Pengaruh pupuk P terhadap panjang tangkai daun ke-5 28 19 Pengaruh pupuk P terhadap indeks luas daun dan intensitas serangan

penyakit 28

20 Pengaruh pupuk P terhadap peubah pada pengamatan destruktif 8 MST 29 21 Pengaruh pupuk P terhadap kadar air, N, P, dan K daun pada 8 MST 29 22 Pengaruh pupuk P terhadap laju tumbuh relatif dan laju asimilasi bersih 29 23 Pengaruh pupuk P terhadap kadar N, P, dan K biji 30 24 Pengaruh pupuk P terhadap jumlah polong isi, polong cipo, dan polong

total 30

25 Pengaruh pupuk P terhadap bobot basah polong isi, polong cipo, polong

total, dan brangkasan 31

26 Pengaruh pupuk P terhadap bobot kering polong total, biji, 100 butir

biji, dan brangkasan 31

27 Pengaruh pupuk P terhadap diameter kanopi, bobot basah polong total, bobot basah brangkasan, bobot kering polong total, dan produktivitas 31

28 Pengaruh pupuk K terhadap jumlah daun 32

29 Pengaruh pupuk K terhadap panjang tangkai daun ke-5 32 30 Pengaruh pupuk K terhadap indeks luas daun dan intensitas serangan

penyakit 33

(15)

DAFTAR TABEL (lanjutan)

35 Pengaruh pupuk K terhadap jumlah polong isi, polong cipo, dan polong

total 34

36 Pengaruh pupuk K terhadap bobot basah polong isi, polong cipo,

polong total, dan brangkasan 35

37 Pengaruh pupuk K terhadap bobot kering polong total, biji, 100 butir

biji, dan brangkasan 35

38 Pengaruh pupuk K terhadap diameter kanopi, bobot basah polong total, bobot basah brangkasan, bobot kering polong total, dan produktivitas 35 39 Rekapitulasi dosis optimum pada perlakuan pemupukan K 37

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir kerangka pemikiran 4

2 Benih kacang bogor 11

3 Rata-rata curah hujan, temperatur, dan intensitas penyinaran matahari

selama masa penelitian 20

4 Penyakit busuk pangkal batang oleh Sclerotium rolfsii di gambar kiri dan penyakit bercak daun oleh Cercospora sp.di gambar kanan 21 5 Pengaruh pemupukan K terhadap (a) bobot basah akar 8 MST, (b)

kadar N biji, dan (c) bobot kering brangkasan panen 36

6 Pertambahan jumlah daun 37

7 Rata-rata kadar N, P, dan K daun pada (a) percobaan N, P, dan K; (b)

survei pendahuluan di Kabupaten Sumedang 38

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kriteria penilaian sifat-sifat kimia tanah 46

2 Hasil analisis pupuk kandang ayam, Urea, SP-36, dan KCl 46 3 Hasil analisis tanah di Desa Cilopang dan Desa Pamulihan 46

4 Data jumlah curah hujan di daerah Sumedang 47

5 Perbandingan tanaman contoh di Desa Cilopang dan Desa Pamulihan 47

(16)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kacang bogor (Vigna subterranea [L.] Verdcourt) atau kacang bambara merupakan salah satu jenis kacang-kacangan yang populer di Afrika tetapi belum dikenal secara luas di Indonesia. Budidaya tanaman ini di Indonesia dijumpai pada lahan terbatas di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, NTB, dan NTT. Tanaman ini mempunyai potensi yang cukup baik untuk dibudidayakan secara luas (Sjamsudin 2002).

Bentuk vegetasi kacang bogor menjurai (spread) dan tegak (bunch). Umumnya tanaman kacang bogor di Indonesia berbentuk menyebar sehingga sangat sesuai dijadikan tanaman penutup tanah untuk mencegah erosi dan brangkasannya dapat dibenamkan sebagai pupuk hijau. Tanaman kacang bogor mempunyai ketahanan kekeringan terbaik di antara tanaman kacang-kacangan dalam tanah lainnya (groundnut), selain itu juga memiliki keunggulan lain yaitu toleran pada lahan miskin dan kering, serta relatif tahan terhadap hama dan penyakit (Linneman 1990; Nakano 2002; Redjeki 2007). Tanaman kacang bogor dapat meningkatkan kesuburan tanah karena akar-akarnya bersimbiosis dengan bakteri Rhizobium yang mampu mengikat nitrogen bebas dari udara (Fachruddin 2000).

Kacang bogor sangat baik untuk dikonsumsi dan nilai gizinya dapat dibandingkan dengan kedelai, lentil, buncis, serta beberapa kacang-kacangan lainnya yang dikenal secara umum. Kandungan gizi dari kacang bogor per 100 g adalah 370 kalori energi, 16% protein, 6% lemak, 85 mg Ca, 264 mg P, 2.4 mg Fe, dan 0.8 mg vitamin B1 (Fachruddin 2000). Kacang bogor di Indonesia biasanya dikonsumsi dalam bentuk: 1) polong muda digunakan untuk sayur asam, 2) polong tua direbus sebagai makanan ringan, dan 3) biji kering digoreng sebagai makanan ringan. Kacang bogor ini, selain dapat dikonsumsi segar, juga dapat diolah menjadi tepung sebagai bahan pembuat kue. Tidak hanya kacangnya, daun dari tanaman kacang bogor yang kaya akan nitrogen dan fosfor dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak (Atifach 1992).

Berdasarkan pengamatan di lapangan, hasil rata-rata kacang bogor yang ditanam petani di Indonesia masih di bawah 4 ton ha-1, nilai ini masih tergolong rendah (Rukmana dan Oesman 2000). Oleh karena itu, perlu adanya upaya maksimal untuk mengembangkan dan meningkatkan produksi kacang bogor yang cukup potensial ini. Salah satu upaya yang dapat dilakukan agar tanaman kacang bogor dapat berproduksi secara maksimal adalah pemberian pupuk dengan dosis yang tepat.

(17)

2

Penetapan dosis pupuk yang tepat dapat dilakukan dengan cara uji tanah dan melalui beberapa tahap. Tahap pertama adalah uji korelasi yang bertujuan untuk menghasilkan metode ekstraksi terpilih untuk suatu tanaman pada suatu tanah di lokasi yang spesifik. Metode ekstraksi terbaik yang diperoleh dari uji korelasi kemudian dikalibrasikan dengan respon tanaman di lapangan. Uji kalibrasi dimaksudkan untuk mendapatkan hubungan antara selang kadar suatu unsur hara atau nilai kritisnya dengan respon tanaman di lapangan terhadap unsur hara tersebut (Setyorini et al. 2003).

Keseluruhan proses rekomendasi yang telah dijabarkan di atas memerlukan waktu lama dan biaya yang tidak sedikit. Menurut Waugh et al.

(1973) untuk mendapatkan data awal serta membangun rekomendasi pemupukan awal, dapat dilakukan shortcut (jalan cepat) melalui metode pendekatan multi nutrient response. Percobaan dilakukan dengan cara menanam pada tiga percobaan paralel perlakuan pemupukan N, P, dan K. Masing-masing pupuk menggunakan dosis bertingkat, sehingga didapatkan kebutuhan masing-masing hara pada kondisi threshold yield (ambang batas) dan juga kondisi optimum.

Threshold yield mengacu pada titik awal respon hasil akibat tanpa pemberian tambahan hara. Pendekatan multi nutrient response akan menghasilkan empat pilihan rekomendasi, yaitu berdasarkan pemupukan optimum serta ambang batas pemakaian pupuk N, P, dan K.

Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka rumusan masalah produksi kacang bogor adalah berapa dosis pupuk N, P, dan K yang optimum untuk tanaman kacang bogor?

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis optimum pupuk N, P, dan K agar pertumbuhan dan produksi tanaman kacang bogor (Vigna subterranea [L.] Verdcourt) maksimal.

Hipotesis

(18)

3 Kerangka Pemikiran

Tanaman kacang bogor mempunyai ketahanan kekeringan terbaik di antara tanaman kacang-kacangan dalam tanah lainnya (groundnut), selain itu juga memiliki keunggulan lain yaitu toleran pada lahan miskin dan kering, serta relatif tahan terhadap hama dan penyakit. Kandungan gizi dari kacang bogor ini cukup tinggi sehingga dapat dikonsumsi sebagai makanan alternatif sumber kalori dan protein. Tanaman kacang bogor ini juga sangat sesuai dijadikan tanaman penutup tanah untuk mencegah erosi dan brangkasannya dapat dibenamkan sebagai pupuk hijau.

Masalah utama dalam peningkatan hasil tanaman kacang bogor adalah benih yang tidak seragam, berumur panjang (4-5 bulan), serta masih rendahnya produksi per hektar. Produksi rata-rata kacang bogor yang ditanam petani di Indonesia masih tergolong sangat rendah. Produksi pada kondisi lingkungan suboptimum dapat menghasilkan 0.77 ton biji kering ha-1, sedangkan pada kondisi lingkungan tumbuh optimum dapat menghasilkan 4 ton biji kering ha-1.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan agar tanaman kacang bogor dapat berproduksi secara maksimal adalah dengan pemupukan. Pemupukan adalah penambahan sejumlah hara yang dibutuhkan tanaman dan tidak dapat disediakan oleh tanah. Rekomendasi pemupukan yang tepat bagi setiap tanaman adalah penting agar dapat diperoleh hasil yang maksimal. Proses uji korelasi dan uji kalibrasi perlu dilakukan untuk mendapatkan suatu rekomendasi pemupukan. Akan tetapi, keseluruhan proses rekomendasi yang disebutkan membutuhkan waktu lama dan biaya yang tidak sedikit.

Pendekatan multi nutrient response merupakan salah satu metode jalan cepat (shortcut) untuk mendapatkan data awal rekomendasi pemupukan. Percobaan multi nutrient response dilakukan dengan cara menanam pada tiga percobaan paralel perlakuan pemupukan N, P, dan K. Masing-masing pupuk menggunakan dosis bertingkat 0, 50, 100, 150, dan 200% dari dosis acuan. Dosis acuan yang digunakan adalah berdasarkan penelitian Juwita (2012), yaitu 100 kg Urea ha-1 (45 kg N ha-1), 150 kg SP-36 ha-1 (54 kg P2O5 ha-1), dan 75 kg KCl ha-1

(45 kg K2O ha-1). Hasil akhir akan didapatkan kebutuhan masing-masing hara

(19)

4

Gambar 1 Diagram alir kerangka pemikiran Pemupukan

Produktivitas masih rendah Kacang bogor memiliki potensi

tinggi untuk dikembangkan

Multi Nutrient Response

Dosis optimum N, P, K untuk mendapatkan hasil maksimal

Pemupukan K (K2O)

0, 50, 100, 150, 200% dosis acuan Pemupukan P (P2O5)

0, 50, 100, 150, 200% dosis acuan Pemupukan N (N)

0, 50, 100, 150, 200% dosis acuan

(20)

5

2

TINJAUAN PUSTAKA

Asal Usul dan Klasifikasi Kacang Bogor

Kacang bogor memiliki nama umum Bambara groundnut yang diambil dari nama distrik di dekat Timbuktu di daerah Nigeria, Afrika. Kacang bogor berasal dari Afrika, kemudian berkembang di kawasan Amerika, Asia, dan Australia. Tanaman ini dikembangkan di daerah sub Sahara Afrika, terutama pada daerah semi kering. Bentuk liarnya ditemukan di sepanjang Nil, Nigeria Utara, dan Kamerun Utara (Doku dan Karikari 1971; Duke et al. 1977; Hepper 1970). Kacang bogor telah dibudidayakan di wilayah Asia, seperti India, Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Thailand. Bambara groundnut di Indonesia telah lama beradaptasi dengan baik di wilayah Bogor, sehingga dikenal sebagai kacang bogor. Saat ini, kacang bogor telah menyebar ke Banten; Sukabumi; Majalengka; Tasikmalaya; Bandung (kacang ini disebut dengan kacang bandung); Jawa Tengah (Pati dan Kudus); Jawa Timur (Gresik) (biasa disebut dengan nama kacang kapri); Lampung; NTB; dan NTT. Berbeda dengan tanaman legum pada umumnya, kacang bogor lebih adaptif dan toleran pada daerah yang kurang subur (Linneman 1990; Rukmana dan Oesman 2000; Stephens 2003).

Kacang bogor termasuk ke dalam famili Leguminosae, sub famili Papilionidae, dan merupakan satu-satunya spesies dari genus Voandzeia (Doku dan Karikari 1971). Linnaeus menamakan tanaman ini Glycine subterra, sedangkan nama Voandzeia subterranea diusulkan oleh Du Petit Thouars pada tahun 1806. Meskipun sudah diubah menjadi Vigna subterranea (L.) Verdcourt, kebanyakan orang masih menyebutnya Voandzeia subterranea (L.) Thouars (Samsoedin dan Harmastini 1989).

Botani Kacang Bogor

Kacang bogor memiliki batang yang pendek dan melengkung, tangkai daunnya panjang dan daunnya tebal sehingga tanaman kacang bogor ini terlihat seperti seikat daun lebat yang muncul hampir berasal dari satu titik di tanah. Bunganya berwarna kuning pucat dan polongnya berada dalam tanah (Masefield

et al. 1969). Linneman dan Ali (1993) menyatakan bahwa perkecambahan hipogeal dari tanaman kacang bogor yang dibudidayakan biasanya mencapai waktu 7-15 hari, sedangkan perkecambahan dari tanaman kacang bogor liar seperti varietas spontanea yang tidak menentu dan lambat, yaitu 26-31 hari hingga tidak terbatas. Benih kacang bogor sangat beragam warnanya, yaitu putih, krem, kuning, merah, ungu, cokelat, atau hitam. Pewarnaan (corak) juga beragam, yaitu burik, bergaris, dan lain-lain. Menurut Masefield et al. (1969) benih kacang bogor keras serta berwarna merah, putih, hitam atau berbintik-bintik dan memiliki hilum berwarna putih.

(21)

6

generatif pada umur 42 HST, pada 56 HST 75% populasi tanaman kacang bogor telah berbunga, dan pada 70 HST 100% populasi tanaman kacang bogor telah berbunga.

Syarat Tumbuh dan Kesesuaian Lahan

Kacang bogor merupakan tanaman yang mempunyai daya adaptasi luas, mulai dari daerah savana sampai daerah hutan hujan atau transisi savana di Afrika dan tumbuh subur pada daerah dengan penyinaran matahari yang cerah. Tanaman kacang bogor lebih menghendaki tanah yang berpasir namun dapat tumbuh pada tanah dengan drainase baik. Tanaman dapat tumbuh baik pada pH 5.0-6.5, tetapi toleran hingga pH 4.3. Kacang bogor merupakan tanaman hari pendek dan bisa bertahan sampai ketinggian 1 520 m di atas permukaan laut. Tanaman ini akan berproduksi baik bila ditanam di bawah suhu tinggi dan curah hujan yang rendah, namun sangat baik bila curah hujan cukup sering pada saat penanaman hingga pembungaan.

Curah hujan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman kacang bogor. Curah hujan yang dikehendaki adalah 500-3 500 mm per tahun dengan suhu rata-rata tahunan 20-28oC. Tanaman ini toleran pada curah hujan tinggi, kecuali pada saat pembentukan buah dan pemanenan, namun juga dapat tumbuh baik pada curah hujan rendah 500 mm per tahun. Curah hujan yang tinggi terutama pada saat pembentukan buah, akan menurunkan hasil. Apabila keadaan curah hujan melebihi batas optimum maka tanaman akan rentan terhadap serangan hama dan penyakit tanaman, serta menyebabkan pertumbuhan gulma yang cepat. Di Malagasi, tanaman kacang bogor memberikan hasil yang tinggi bila curah hujan rata-rata tahunan berkisar antara 900-1 200 mm, akan tetapi sebenarnya tanaman ini masih mampu tumbuh baik pada curah hujan antara 600-750 mm (Duke et al. 1977; NAS 1979; Rukmana dan Oesman 2000).

Redjeki (2007) melaporkan hasil penelitiannya di Gresik, bahwa pada kondisi lingkungan yang suboptimal dapat dihasilkan 0.77 ton biji kering kacang bogor ha-1. Hasil survey Redjeki (2006) pada petani kacang bogor di Gresik menunjukkan rata-rata panen 4 ton biji ha-1 pada kondisi lingkungan tumbuh optimal. Berdasarkan pengamatan Rukmana dan Oesman (2000) di lapangan, hasil rata-rata kacang bogor yang ditanam petani masih di bawah 4 ton ha-1.

Pemupukan

(22)

7 pupuk-pupuk komersial. Pupuk buatan dan alami mengandung unsur-unsur yang sama, tetapi pupuk buatan bereaksi lebih cepat (Samekto 2008).

Pupuk anorganik yang digunakan dapat berupa Urea maupun ZA (unsur Nitrogen); SP-36 maupun TSP (unsur Fosfor); dan KCl maupun ZK (unsur Kalium). Pemberian 100 kg TSP ha-1, 50 kg ZK ha-1, dan tanpa pupuk N menghasilkan 1.7 ton polong kering kacang bogor ha-1 (Stephens 2003). Penelitian lainnya menunjukkan bahwa dengan pemberian pupuk anorganik pada kacang bogor dengan dosis 100 kg Urea ha-1, 150 kg SP-36 ha-1, dan 75 kg KCl ha-1 menghasilkan 1.6 ton polong kering kacang bogor ha-1 (Turmudi dan Suprijono 2010).

Nitrogen (N)

Nitrogen (N) merupakan unsur hara terpenting yang diperlukan untuk pertumbuhan vegetatif tanaman dan bersifat mobil dalam tanaman sehingga gejala kekurangan pertama kali tampak pada daun tua. Senyawa N digunakan tanaman untuk membentuk asam amino yang akan diubah menjadi protein, membentuk klorofil, asam nukleat, dan enzim, sehingga nitrogen dibutuhkan dalam jumlah banyak pada tahap vegetatif tanaman yang ada pada bagian di atas tanah, meningkatkan rasio pucuk/akar, dan esensial untuk pembentukan buah dan biji (Tjondronegoro et al. 1999).

Unsur N diserap tanaman dalam bentuk ion nitrat (NO3-) dan ion

ammonium (NH4+). Sebagian besar N diserap dalam bentuk NO3- karena ion

tersebut bermuatan negatif, sehingga selalu berada di dalam tanah dan mudah diserap akar. Sebaliknya ion ammonium (NH4+) bermuatan positif, sehingga

terikat oleh koloid tanah dan lebih sukar diserap akar. N tidak tersedia dalam bentuk mineral alami seperti unsur hara lainnya. Kandungan nitrogen dalam tanaman berkisar antara 1-6% bobot keringnya (Havlin et al. 2005).

Berdasarkan bentuk N yang terdapat dalam senyawa pupuk, pupuk N dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok, yaitu nitrat, amida, dan ammonium (Buckman dan Brady 1972). Pupuk N yang sering digunakan adalah pupuk N berbahan dasar amida yaitu Urea (CO(NH2)2). Urea merupakan sumber

nitrogen anorganik yang paling umum digunakan di daerah tropis yang berbentuk kristal berwarna putih, mengandung N sekitar 45-46%, bersifat higroskopis, dan mempunyai reaksi fisiologis masam dengan ekivalen kemasaman sebesar 80 (Hardjowigeno 2003).

Fosfor (P)

(23)

8

Fosfor diserap tanaman dalam bentuk anion yaitu dihidrogen fosfat (H2PO4-) atau monohidrogen fosfat (HPO42-) (Jones 1998). Fosfat diubah menjadi

bentuk organik setelah masuk ke dalam akar atau sesudah diangkut melalui xilem menuju tajuk. Fosfor tidak pernah direduksi dalam tumbuhan dan tetap sebagai fosfat, baik dalam bentuk bebas maupun terikat pada senyawa organik sebagai ester (Salisbury dan Ross 1992). Konsentrasi P-total pada tanaman budidaya umumnya bervariasi antara 0.1-0.5% bobot kering tanaman (Liu 2007).

Berdasarkan hasil penelitian Atifach (1992) pada tanaman kacang bogor, pemberian pupuk fosfor sebanyak 50 kg P2O5 ha-1 berpengaruh nyata terhadap

jumlah daun pada umur 7 MST dan bobot kering brangkasan dibandingkan dengan pemberian pupuk fosfor sebanyak 0, 100, dan 150 kg P2O5 ha-1.

Kalium (K)

Kalium (K) merupakan salah satu unsur hara makro yang penting bagi tanaman karena terlibat langsung dalam beberapa proses fisiologi. Kalium banyak terdapat pada sel-sel muda atau bagian tanaman yang banyak mengandung protein, tetapi pada inti-inti sel tidak mengandung kalium. Peran unsur K dalam tanaman, yaitu sebagai pengatur tekanan osmotik, pH sel, aktivasi enzim, pengatur transpirasi dan transport asimilat, transpor pada membran sel, membantu pembentukan protein dan karbohidrat, memperkuat jaringan tanaman, dan berperan dalam membentuk antibodi tanaman terhadap penyakit serta kekeringan (Samekto 2008; Maschner 2011).

Unsur hara kalium diklasifikasikan sebagai unsur hara makro, yang berarti bahwa hara kalium dibutuhkan dalam jumlah banyak dan pada umumnya tanaman sering mengalami defisiensi K selama masa pertumbuhannya. Kalium diserap tanaman dalam bentuk K+. Konsentrasi dalam tanaman antara 0.5-6% bobot kering. Pengangkutan kalium dari larutan tanah ke akar tanaman melalui difusi dan aliran massa, sebagian kecil diserap melalui kontak langsung antara akar dengan partikel tanah (Tisdale et al. 1985).

Beberapa hasil penelitian menunjukkan peran kalium pada tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan pemberian kalium tanpa fosfor pada tanaman kacang tanah dengan dosis 300 ppm K cenderung meningkatkan produksi polong (Juga 1985). Pemberian kalium 160 kg K2O ha-1 pada tanaman

kacang hijau dapat menaikkan tekanan osmotik dan potensial air dalam sel sehingga meningkatkan daya tahan terhadap kekurangan air (Arifin 1999).

Rekomendasi Pemupukan

(24)

9 Rekomendasi pemupukan harus disusun berdasarkan hasil uji tanah karena lebih rasional, sifatnya yang kuantitatif, dan lebih ilmiah. Kualitas penelitian respon pemupukan sangat ditentukan dengan data yang baik dan banyak, agar hubungan hasil uji tanah dengan dosis pupuk dapat dikembangkan (Amisnaipa et al. 2009). Tahapan kegiatan uji tanah meliputi : tahap ke-1 pengambilan contoh tanah yang benar dan dapat mewakili lokasi yang diminta rekomendasinya, tahap ke-2 analisis kimia di laboratorium dengan menggunakan metode yang tepat dan teruji, tahap ke-3 interpretasi hasil analisis, dan tahap ke-4 rekomendasi pemupukan (Widjaya-Adhi 1995; Sabiham 1995).

Tahap ke-2 biasanya dilakukan berdasarkan uji korelasi. Uji korelasi adalah suatu proses yang menilai keeratan hubungan antara kadar unsur hara dalam tanah yang terekstrak oleh suatu metode ekstraksi dengan jumlah hara yang diserap oleh tanaman. Korelasi bertujuan untuk menghasilkan metode ekstraksi terpilih untuk suatu tanaman pada suatu tanah di lokasi yang spesifik. Metode ekstraksi spesifik terhadap satu tanaman dan tanah tertentu karena setiap tanaman memiliki perbedaan faktor genetik yang menentukan potensi fisiologis dan metabolis, sedangkan tanah memiliki sifat yang berbeda-beda. Metode ekstraksi yang terpilih memiliki nilai koefisien korelasi yang paling tinggi, serta merupakan cara yang paling sederhana, cepat, mudah, tepat, dan teliti (Johnson et al. 1984).

Tahap ke-3 dan ke-4 berdasarkan hasil penelitian uji kalibrasi di lapangan. Uji kalibrasi bertujuan untuk mendapatkan hubungan antara selang kadar suatu unsur hara atau nilai kritisnya dengan respon tanaman di lapangan terhadap unsur hara tersebut. Penelitian uji kalibrasi dapat dilakukan pada satu lokasi atau multi lokasi. Penelitian menggunakan satu lokasi dilakukan dengan cara tanah dibuat sedemikian rupa sehingga memiliki selang ketersediaan hara mulai dari sangat rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Pilihan kedua adalah multi lokasi yaitu percobaan dilakukan pada lokasi yang secara alami memiliki selang ketersediaan hara yang beragam, namun masih dalam satu ordo tanah (Dahnke dan Olson 1990). Uji kalibrasi tanah adalah proses mengidentifikasi tingkat kekurangan atau kecukupan hara dan jumlah hara yang akan ditambahkan jika kekurangan. Beberapa tahapan dalam proses uji kalibrasi adalah sebagai berikut: (1) analisis tanah dari daerah perakaran; (2) penanaman di lapangan; (3) mengukur hasil; (4) menghubungkan nilai indeks tanah dengan hasil tanaman; (5) pengulangan pada jenis tanah, tanaman, dan waktu yang berbeda. Setelah dilakukan uji kalibrasi, maka dilakukan proses optimasi pemupukan yang nantinya akan menghasilkan rekomendasi pemupukan pada tiap kondisi tanah yang berbeda (Evans 1987).

(25)

10

tertentu. Perlakuan yang mengalami penurunan pertumbuhan atau produksi yang tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lengkap menunjukkan unsur yang paling kahat (Leiwakabessy dan Sutandi 2004).

Percobaan multi nutrient response dilakukan dengan cara menanam pada tiga percobaan paralel perlakuan pemupukan N, P, dan K. Masing-masing pupuk menggunakan dosis bertingkat 0, 50, 100, 150, dan 200% dari dosis acuan. Hasil panen dikonversi menjadi hasil relatif yaitu hasil pada perlakuan tersebut dibagi hasil tertinggi yang diperoleh dari setiap percobaan. Hal ini dilakukan agar ketiga percobaan dapat dibandingkan walaupun hasil panen tidak sama besar (Jannah 2012).

Penentuan pilihan rekomendasi berdasarkan data hasil relatif yang diperoleh dibuat persamaan kuadrat, kemudian dibaca secara bersama-sama untuk menentukan pilihan rekomendasi. Terdapat empat pilihan rekomendasi. Pilihan pertama yaitu berdasarkan pemupukan optimum. Tiga pilihan rekomendasi yang lain adalah berdasarkan ambang batas pemakaian pupuk N, P, dan K. Pemupukan optimum diperoleh dari turunan pertama persamaan kuadrat sama dengan nol. Apabila semua hasil percobaan menunjukkan pola respon yang sama, yaitu pola respon kuadratik, maka ketiga grafik tersebut dapat dibaca bersama-sama untuk menentukan kebutuhan pada ambang batas N, P, dan K (Waugh et al. 1973).

Kebutuhan pupuk P dan K pada ambang batas pupuk N dicari dengan cara menarik garis lurus secara horisontal sampai bertemu kurva persamaan P, kemudian ditarik garis ke bawah menuju sumbu X, sehingga dapat ditentukan kebutuhan pupuk P pada kondisi ambang batas pupuk N. Demikian pula untuk pupuk K yang dibutuhkan dapat dicari dengan cara menarik garis lurus secara horisontal dari titik ambang batas pupuk N sampai bertemu dengan kurva persamaan K, kemudian ditarik garis ke bawah menuju sumbu X, sehingga dapat ditentukan kebutuhan pupuk K pada kondisi ambang batas pupuk N.

Kebutuhan pupuk N dan K pada ambang batas pupuk P dapat dicari dengan cara menarik garis lurus secara horisontal menuju kurva persamaan N dari titik ambang batas persamaan P, kemudian ditarik garis ke bawah menuju sumbu X, sehingga dapat ditentukan kebutuhan pupuk N pada kondisi ambang batas pupuk P. Kebutuhan pupuk K dicari dengan menarik garis lurus secara horisontal dari titik ambang batas pupuk P sampai bertemu dengan kurva persamaan K, kemudian ditarik garis ke bawah menuju sumbu X, sehingga dapat ditentukan kebutuhan pupuk K pada kondisi ambang batas pupuk P.

Kebutuhan pupuk N dan P pada ambang batas pupuk K dicari dengan cara menarik garis lurus secara horisontal sampai bertemu kurva persamaan P, kemudian ditarik garis ke bawah menuju sumbu X, sehingga dapat ditentukan kebutuhan pupuk P pada kondisi ambang batas pupuk K. Demikian pula untuk pupuk N yang dibutuhkan dapat dicari dengan cara menarik garis lurus secara horisontal dari titik ambang batas pupuk K sampai bertemu dengan kurva persamaan N, kemudian ditarik garis ke bawah menuju sumbu X, sehingga dapat ditentukan kebutuhan pupuk N pada kondisi ambang batas pupuk K.

(26)

11

3 METODE

Tempat dan Waktu

Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor, Jawa Barat pada bulan Maret sampai dengan Juli 2013. Lokasi percobaan terletak pada ketinggian sekitar 250 m dpl. Analisis tanah dan hara tanaman dilakukan di Laboratorium Kimia Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Insititut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang bogor berwarna hitam (Gambar 2) yang berasal dari Sumedang. Bahan lain yang digunakan adalah Urea, SP-36, KCl, kapur, pupuk kandang ayam, karbofuran 3%, herbisida, dan fungisida.

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat budidaya pertanian. Alat-alat lain yang digunakan yaitu sprayer, timbangan analitik, kantung sampel, dan kamera digital. Beberapa peralatan laboratorium juga digunakan untuk menganalisis kandungan unsur hara pada tanah dan jaringan tanaman.

Gambar 2 Benih kacang bogor

Metode

Penelitian terdiri atas tiga percobaan paralel, yaitu percobaan pemupukan N, P, dan K. Rancangan yang digunakan dalam masing-masing percobaan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) tiga ulangan dengan lima dosis pemupukan. Dosis acuan yang digunakan adalah berdasarkan penelitian Juwita (2012), yaitu 100 kg Urea ha-1 (45 kg N), 150 kg SP-36 ha-1 (54 kg P2O5), dan 75 kg KCl ha-1

(45 kg K2O). Berbagai perlakuan pupuk yang digunakan dapat dilihat pada

(27)

12

Tabel 1 Percobaan paralel pemupukan N, P, dan K Pupuk

% Dosis acuan

0 50 100 150 200

Dosis pupuk (kg ha-1) Percobaan N

N 0 22.5 45 67.5 90

P2O5 54 54 54 54 54

K2O 45 45 45 45 45

Dosis pupuk (kg ha-1) Percobaan P

N 45 45 45 45 45

P2O5 0 27 54 81 108

K2O 45 45 45 45 45

Dosis pupuk (kg ha-1) Percobaan K

N 45 45 45 45 45

P2O5 54 54 54 54 54

K2O 0 22.5 45 67.5 90

Keterangan : Dosis acuan berdasarkan penelitian Juwita (2012)

Model linier aditif dari rancangan percobaan ini adalah sebagai berikut (Mattjik dan Sumertajaya 2000):

Yij =  + γi + αj + ij

Yij = Nilai pengamatan kacang bogor pada ulangan ke-i, dosis pupuk ke-j.

 = Nilai tengah (rataan) umum.

γi = Pengaruh ulangan ke-i, i = 1, 2, 3.

αj = Pengaruh dosis pupuk ke-j, j = 1, 2, 3, 4, 5.

ijk = Pengaruh galat percobaan ulangan ke-i, dosis pupuk ke-j.

Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam (uji F), apabila hasil sidik ragam menunjukkan perbedaan yang nyata, maka dilanjutkan dengan uji lanjut kontras polinomial ortogonal. Penentuan dosis optimum N, P, dan K dilakukan berdasarkan tahapan sebagai berikut:

1. Nilai relatif (Relative = % R)

Merupakan nilai peubah dibandingkan dengan nilai maksimum yang diperoleh dari setiap dosis, cara perhitungannya sebagai berikut:

( )

Yi = hasil pada perlakuan dosis N, P, dan K ke-i.

Ymaks = hasil maksimum pada dosis N, P, dan K.

2. Penentuan pilihan rekomendasi

Penentuan pilihan rekomendasi akan dievaluasi pada akhir penelitian menggunakan pendekatan multi nutrient response (Rohmawati 2013). Pendekatan ini digunakan untuk menentukan rekomendasi pemupukan menggunakan model kuadratik dari beberapa percobaan pemupukan.

(28)

13 Dosis pemupukan optimum dapat diketahui dengan menggunakan model regresi kuadratik (Susila et al. 2009):

R = a + bX + cX2

dengan R = nilai relatif tanaman, X = dosis pupuk, dan a,b,c = konstanta. Penentuan dosis pupuk optimum dilakukan dengan menggunakan rumus turunan dari persamaan regresinya: dY/dX = b + 2cX = 0; X = -b/2c.

Pelaksanaan 1 Persiapan Pelaksanaan Penelitian

Luas lahan yang digunakan sebesar 1 000 m2 dengan masing-masing petak berukuran 6 m x 3 m. Lahan disemprot dengan menggunakan herbisida pada 1 minggu sebelum pengolahan tanah. Pengolahan tanah dilakukan sebanyak 2 kali. Pengolahan tanah pertama dilakukan dengan menggunakan traktor untuk semua luasan lahan, sedangkan pengolahan tanah ke-2 untuk pembuatan petak dan perataan tanah sehingga siap tanam.

Pengambilan contoh tanah untuk dianalisis, dilakukan sebelum aplikasi pupuk serta setelah panen. Pemberian kapur dan pupuk kandang ayam dilakukan pada saat pengolahan tanah ke-2 atau 1 minggu sebelum tanam kacang bogor. Kapur dengan dosis 2 ton ha-1 diberikan untuk meningkatkan pH tanah karena pH tanah di lokasi penelitian adalah sebesar 5.40 (masam). Pupuk kandang ayam diaplikasikan dengan dosis 10 ton ha-1. Keduanya diaplikasikan dengan cara disebar di setiap petakan. Benih kacang bogor yang didapat masih dengan cangkangnya, sehingga pada 5 hari sebelum penanaman dilakukan pemecahan cangkang dengan cara diinjak dan dipukul-pukul dengan kayu.

2 Penanaman

Jarak tanam yang digunakan adalah 60 cm x 30 cm, dengan populasi 55 556 tanaman ha-1. Penanaman kacang bogor dilakukan dengan cara menugal tanah sedalam 5 cm, diisi dengan 2 butir kacang bogor per lubang tanam, di dalam lubang tanam juga diberikan karbofuran 3%. Penjarangan dilakukan pada 3 MST ketika tanaman sudah terlihat muncul ke permukaan secara serentak.

3 Aplikasi Pemupukan a. Percobaan Pupuk N

Pemupukan N diberikan dua tahap, yaitu 30% dosis saat tanam dan 70% sisanya pada saat 5 MST. Setiap perlakuan diberikan pupuk dasar berupa 54 kg P2O5 ha-1 serta 45 kg K2O ha-1 dan diberikan semua pada saat

tanam.

b. Percobaan Pupuk P

Pemupukan P diberikan satu tahap, yaitu 100% saat tanam. Setiap perlakuan diberikan pupuk dasar berupa 45 kg N ha-1 dan 45 kg K2O ha-1.

Pupuk K2O diberikan semua pada saat tanam, sedangkan pupuk N diberikan

(29)

14

c. Percobaan Pupuk K

Pemupukan K diberikan satu tahap, yaitu 100% saat tanam. Setiap perlakuan diberikan pupuk dasar berupa 45 kg N ha-1 dan 54 kg P2O5 ha-1.

Pupuk P2O5 diberikan semua pada saat tanam, sedangkan pupuk N diberikan

dua tahap, yaitu 30% dosis saat tanam dan sisanya pada saat 5 MST. 4 Pemeliharaan

Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan meliputi pembumbunan, pengendalian gulma, dan pengendalian hama serta penyakit. Pembumbunan dilakukan sebanyak empat kali, bersamaan dengan pengendalian gulma. Pengendalian gulma dilakukan secara manual dengan cara mencabut gulma atau dengan menggunakan kored. Pembumbunan mulai dilakukan ketika tanaman telah berbunga dan mulai berpolong. Pengendalian hama dilakukan dengan memotong daun tanaman yang tergulung oleh hama ulat, lalu dibuang. Pengendalian penyakit dilakukan dengan penyemprotan pestisida sebanyak tiga kali.

5 Panen

Panen tanaman kacang bogor mulai dilakukan saat tanaman berumur 120 HST atau 16 MST selama tiga hari berturut-turut, satu hari untuk satu ulangan. Panen ditandai dengan daun-daun dan tangkainya yang telah menguning dan polongnya yang telah mengeras. Panen dilakukan dengan cara mencangkul sedikit di pinggir tanaman, lalu dicabut beserta polong-polongnya. Polong-polong yang tertinggal di dalam tanah, dikeruk dengan tangan. Setelah dipanen, polong-polong dicuci bersih, dilakukan penjemuran hingga kering selama dua minggu, lalu disimpan.

6 Pengamatan

Tabel 2 Peubah pengamatan percobaan N, P, dan K

No. Karakter

Setelah panen Analisis 15 sampel tanah sesuai jenis perlakuan,

Sebelum tanam Analisis 50 g sampel pupuk.

(30)

15 Tabel 2 Peubah pengamatan percobaan N, P, dan K (lanjutan)

No. Karakter

Setiap minggu Mengamati kondisi tanaman serta lingkungan tempat akar, batang, dan daun dari 2 tanaman tengah/petak. Akar dengan tangkainya, daun

(31)

16

Tabel 2 Peubah pengamatan percobaan N, P, dan K (lanjutan)

(32)

17 Tabel 2 Peubah pengamatan percobaan N, P, dan K (lanjutan)

No. Karakter

Panen Menghitung jumlah polong total, bernas, dan cipo pada

26. Produktivitas ton ha-1 Panen Menghitung produktivitas

dengan rumus 10 000 m2

(33)

18

2. Pengamatan laju asimilasi bersih (LAB) (g cm-2 hari-1) dihitung menggunakan rumus:

LAB = -

-

-

-

Keterangan:

W1 = Bobot kering daun pada waktu T1 (g)

W2 = Bobot kering daun pada waktu T2 (g)

T1 = Waktu pengamatan awal (hari)

T2 = Waktu pengamatan akhir (hari)

A1 = Luas daun total pada waktu T1 (cm2)

A2 = Luas daun total pada waktu T2 (cm2) (Suseno 2007)

3. Kadar air daun (%)

KA Daun =

Keterangan:

BB = Bobot basah daun (g) BK = Bobot kering daun (g)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Tanah

Hasil analisis kandungan hara tanah sebelum tanam (Tabel 3) menunjukkan bahwa tanah pada lahan penelitian tergolong masam (pH H2O 5.40),

dengan tekstur lempung berdebu (9.07% pasir: 68.94% debu: 21.99% liat). Kandungan N-total, P, K, C-organik, dan Ca tergolong rendah, dengan kapasitas tukar kation dan Mg tergolong sedang. Penambahan kapur diharapkan dapat meningkatkan pH tanah, serta penambahan pupuk diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi kacang bogor. Kriteria kandungan tanah berdasarkan Balai Penelitian Tanah dapat dilihat pada Lampiran 1.

Tabel 3 Hasil analisis kandungan hara tanah sebelum percobaan

Parameter Nilai Kriteria

pH (%) 5.40 Masam

C-organik (%) 1.35 Rendah

N-total (%) 0.12 Rendah

P Bray (ppm) 5.80 Rendah

K (me 100 g-1) 0.12 Rendah

Ca (me 100 g-1) 5.97 Rendah

Mg (me 100 g-1) 1.21 Sedang

(34)

19 Hasil analisis kandungan hara tanah pada akhir penelitian menunjukkan bahwa kandungan hara N, P, dan K mengalami kenaikan dibandingkan sebelum aplikasi pupuk (Tabel 4). Hal ini menunjukkan bahwa dengan pemupukan N, P, dan K dapat menambah ketersediaan hara dalam tanah. Kandungan N dalam tanah yang tetap tergolong rendah, dapat disebabkan oleh N sudah digunakan tanaman selama masa pertanaman berlangsung ataupun tercuci oleh air hujan. Kandungan P dalam tanah yang meningkat menjadi sangat tinggi dapat disebabkan oleh aplikasi pupuk P telah menambah ketersediaan hara P dalam tanah. Mobilitas anion fosfat dalam tanah sangat rendah karena retensinya dalam tanah sangat tinggi. Oleh sebab itu, efisiensi dari pupuk P sangat rendah antara 10-30%, sisanya 70-90% P tertinggal dalam bentuk immobil (Leiwakabessy dan Sutandi 2004).

Tabel 4 Hasil analisis kandungan hara tanah setelah panen Perlakuan

Curah hujan berfluktuasi selama percobaan berlangsung, rata-rata curah hujan per hari adalah 7.92 mm, temperatur rata-rata adalah 26.27 oC, dan intensitas penyinaran matahari per hari adalah 298.98 cal cm-2 (Gambar 3). Penyiraman tidak dilakukan selama masa penelitian.

(35)

20

Data diambil dari Badan Meteorologi dan Geofisika, Stasiun Klimatologi Klas 1, Dramaga, Bogor.

Gambar 3 Rata-rata curah hujan, temperatur, dan intensitas penyinaran matahari selama masa penelitian

Pertumbuhan tanaman kacang bogor cukup lambat walaupun sebelum ditanam, benih telah direndam dengan air selama ±12 jam. Biji kacang bogor memiliki masa dormansi yang cukup lama disebabkan oleh kulit bijinya yang keras sehingga menyulitkan imbibisi air ke dalam biji, yang kemudian digunakan untuk perkecambahan biji. Tanaman baru mulai terlihat pada umur 10-14 HST, sehingga penyulaman dengan benih yang baru, sulit mengejar pertumbuhan dari tanaman sebelumnya. Penanaman dengan 2 benih per lubang merupakan upaya untuk mengatasi hal ini, sehingga tanaman hanya perlu dijarangkan. Persentase daya tumbuh rata-rata dari tanaman kacang bogor pada 3 MST adalah sebesar 89.09%.

Pertumbuhan vegetatif tanaman kacang bogor terus berlangsung walaupun tanaman sudah memasuki fase berbunga. Panjang tangkai daun mengalami penurunan, hal ini dikarenakan tanaman dibumbun sehingga tangkai bagian

(36)

21 bawah tertutup tanah. Jumlah daun juga mengalami penurunan dikarenakan ada daun yang gugur maupun dicabut karena terserang hama ulat. Pembungaan mulai muncul pada umur 5 MST. Penyiangan pertama dilakukan pada umur 3 MST dan selanjutnya dilakukan sesuai kondisi di lapangan. Penyiangan selalu diikuti dengan pembumbunan. Panen dilakukan pada umur tanaman 120 HST atau ± 16 MST yang ditandai dengan beberapa daun dan tangkai daunnya telah menguning dan mengering, serta polong-polongnya telah mengeras.

Hama yang dominan adalah belalang (Oxya sp.), ulat penggulung daun (Lamprosema indicata), ulat bulu (Dasychira inclusa), ulat jengkal (Plusia spp.), dan Anaplocnemis phasiana yang menyerang daun pada masa vegetatif. Hama-hama menyerang tanaman kacang bogor hanya sampai 9 MST, setelah itu tidak ditemukan lagi. Pengendalian penyakit dilakukan dengan penyemprotan pestisida, sedangkan pengendalian hama dilakukan dengan mencabut daun yang diserang oleh ulat. Banyak tanaman yang terserang penyakit bercak daun oleh Cercospora

sp. dan busuk pangkal batang oleh Sclerotium rolfsii (Gambar 4). Hal ini dapat disebabkan oleh intensitas curah hujan yang cukup tinggi pada bulan Mei, sehingga membuat keadaan di sekitar tanaman menjadi lembab. Serangan patogen semakin bertambah parah setelah pertumbuhan tajuk semakin rapat, sehingga tanaman yang terkena penyakit perlu dicabut dan dibuang.

Gambar 4 Penyakit busuk pangkal batang oleh Sclerotium rolfsii di gambar kiri dan penyakit bercak daun oleh Cercospora sp. di gambar kanan

Rekapitulasi Hasil Sidik Ragam

(37)
(38)

23 Tabel 5 Rekapitulasi hasil sidik ragam komponen pertumbuhan dan produksi kacang bogor pada perlakuan pemupukan N, P, dan K (lanjutan) Percobaan I : Pengaruh Pemupukan Nitrogen

Pengaruh Nitrogen terhadap Pertumbuhan Vegetatif

(39)

24

Tabel 6 Pengaruh pupuk N terhadap jumlah daun Dosis nitrogen

Tabel 7 Pengaruh pupuk N terhadap panjang tangkai daun ke-5 Dosis nitrogen memberikan hasil tertinggi terhadap indeks luas daun walaupun tidak berbeda nyata. Tanpa pemberian pupuk N, intensitas serangan penyakit terlihat paling tinggi dibandingkan dengan yang diberikan pupuk N (Tabel 8). Pengamatan secara destruktif 8 MST (Tabel 9); kadar air, N, dan K daun (Tabel 10); serta laju tumbuh relatif dan laju asimilasi bersih (Tabel 11) juga tidak menunjukkan respon setelah diaplikasikan berbagai dosis pupuk N.

Tabel 8 Pengaruh pupuk N terhadap indeks luas daun dan intensitas serangan penyakit

Dosis nitrogen (kg N ha-1)

Indeks luas daun Intensitas serangan penyakit (%)

(40)

25 Secara umum, semua peubah pada Tabel 9 tidak berbeda nyata antar perlakuan. Bobot basah dan kering akar memperlihatkan respon tertinggi ketika diberikan pupuk N dengan dosis pupuk 22.5 kg N ha-1. Perlakuan dosis pemupukan 67.5 kg N ha-1 memberikan hasil tertinggi terhadap bobot basah dan kering batang serta daun.

Penambahan pupuk N meningkatkan kadar N, P, dan K daun meskipun pengaruh nyata hanya pada kadar P daun. Kadar P daun menunjukkan respon terhadap aplikasi pupuk N secara linier positif seiring dengan semakin tingginya dosis pupuk N yang diberikan (Tabel 10). Peubah laju tumbuh relatif dan laju asimilasi bersih tidak menunjukkan respon berbeda nyata setelah diaplikasikan pupuk N (Tabel 11).

Tabel 9 Pengaruh pupuk N terhadap peubah pada pengamatan destruktif 8 MST Dosis

(41)

26

Tabel 11 Pengaruh pupuk N terhadap laju tumbuh relatif dan laju asimilasi bersih Dosis

nitrogen (kg N ha-1)

Laju tumbuh relatif (g hari-1) Laju asimilasi bersih (g cm-2 hari-1) setelah dilakukan pemberian pupuk N. Tidak ada pengaruh nyata perlakuan pupuk N, namun ada kecenderungan dengan perlakuan dosis pemupukan 45 kg N ha-1 memberikan rataan hasil tertinggi terhadap kadar N, P, dan K biji (Tabel 12); jumlah polong isi, jumlah polong total (Tabel 13); bobot basah polong isi, bobot basah polong total (Tabel 14); bobot kering polong total, bobot kering biji, bobot kering 100 butir biji (Tabel 15).

Tabel 12 Pengaruh pupuk N terhadap kadar N, P, dan K biji Dosis nitrogen

(42)

27 Tabel 14 Pengaruh pupuk N terhadap bobot basah polong isi, polong cipo, polong total, dan brangkasan

Tabel 15 Pengaruh pupuk N terhadap bobot kering polong total, biji, 100 butir biji, dan brangkasan

Nilai produktivitas kacang bogor yang diamati adalah nilai produktivitas dalam bentuk polong kering. Berdasarkan Tabel 16, aplikasi dosis pupuk 45 kg N ha-1 memberikan hasil produktivitas tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya, yaitu sebesar 0.59 ton polong kering ha-1.

(43)

28

Percobaan II : Pengaruh Pemupukan Fosfor

Pengaruh Fosfor terhadap Pertumbuhan Vegetatif

Perlakuan pupuk P tidak berpengaruh terhadap seluruh pengamatan jumlah daun. Jumlah daun memperlihatkan kenaikan setiap minggunya hingga saat panen (Tabel 17). Aplikasi pupuk P berpengaruh terhadap panjang tangkai daun ke-5 pada pengamatan 5 dan 7 MST (Tabel 18) dengan pola respon linier, namun selanjutnya tidak memberikan pengaruh hingga panen, begitu pun pada awal pengamatan (3 MST).

Tabel 17 Pengaruh pupuk P terhadap jumlah daun Dosis fosfor

Tabel 18 Pengaruh pupuk P terhadap panjang tangkai daun ke-5 Dosis fosfor

Tabel 19 Pengaruh pupuk P terhadap indeks luas daun dan intensitas serangan penyakit

Dosis fosfor (kg P2O5 ha-1)

Indeks luas daun Intensitas serangan penyakit (%)

(44)

29 Hasil pengamatan indeks luas daun, intensitas serangan penyakit (Tabel 19); pengamatan destruktif (Tabel 20); kadar air, P, K daun (Tabel 21); serta laju tumbuh relatif dan laju asimilasi bersih (Tabel 22) pada perlakuan pupuk P menunjukkan bahwa aplikasi pupuk P tidak berpengaruh pada semua peubah tersebut. Pemberian pupuk P berpengaruh terhadap kadar N daun (Tabel 21) dengan pola respon linier negatif. Semakin meningkatnya dosis P yang diberikan, kadar N daun justru semakin menurun.

Tabel 20 Pengaruh pupuk P terhadap peubah pada pengamatan destruktif 8 MST Dosis fosfor

Tabel 21 Pengaruh pupuk P terhadap kadar air, N, P, dan K daun pada 8 MST Dosis fosfor

Tabel 22 Pengaruh pupuk P terhadap laju tumbuh relatif dan laju asimilasi bersih Dosis fosfor

(kg P2O5 ha-1)

(45)

30

Pengaruh Fosfor terhadap Hasil Panen

Aplikasi berbagai dosis pupuk P hanya memberikan pengaruh nyata terhadap kadar N biji (Tabel 23), tetapi tidak memberikan pengaruh terhadap pengamatan hasil panen lainnya, baik terhadap jumlah polong (Tabel 24), bobot basah maupun bobot kering polong dan juga brangkasan (Tabel 25, 26, dan 27). Hal ini dapat disebabkan oleh sebagian besar fraksi P di dalam tanah berada dalam bentuk mineral atau senyawa-senyawa yang tidak mudah dimanfaatkan oleh tanaman, dapat terlihat dari masih banyaknya P di dalam tanah ketika selesai panen (Tabel 4).

Pemberian pupuk P berpengaruh terhadap kadar N biji (Tabel 23) dengan pola respon linier. Semakin meningkatnya dosis P yang diberikan, kadar N biji justru semakin menurun. Hal ini sejalan dengan kadar N daun (Tabel 21). Tidak ada pengaruh nyata perlakuan pupuk P, akan tetapi ada kecenderungan pemberian pupuk P dengan dosis 54 kg P2O5 ha-1 memberikan hasil tertinggi terhadap jumlah

polong isi, jumlah polong total (Tabel 24); bobot basah polong isi, bobot basah polong total (Tabel 25); bobot kering polong total, bobot kering biji, bobot kering 100 butir biji (Tabel 26).

Tabel 23 Pengaruh pupuk P terhadap kadar N, P, dan K biji Dosis fosfor

Tabel 24 Pengaruh pupuk P terhadap jumlah polong isi, polong cipo, dan polong total

Dosis fosfor (kg P2O5 ha-1)

(46)

31 Tabel 25 Pengaruh pupuk P terhadap bobot basah polong isi, polong cipo, polong total, dan brangkasan

Tabel 26 Pengaruh pupuk P terhadap bobot kering polong total, biji, 100 butir biji, dan brangkasan

polong total Produktivitas (ton ha-1

(47)

32

Semua peubah tanaman pada Tabel 27 tidak berbeda nyata antar perlakuan P. Aplikasi pupuk P dengan dosis 54 kg P2O5 ha-1 memberikan hasil tertinggi

terhadap diameter kanopi dan produktivitas. Begitu pula dengan pengamatan pada petakan bersih (9.72 m2), pemberian pupuk P dengan dosis pupuk 54 kg P2O5 ha-1

menghasilkan bobot basah dan kering polong total tertinggi. Percobaan III : Pengaruh Pemupukan Kalium

Pengaruh Kalium terhadap Pertumbuhan Vegetatif

Perlakuan pupuk K memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun pada pengamatan 7 MST (Tabel 28), dan kadar P daun (Tabel 32) dengan pola respon linier. Panjang tangkai daun ke-5 (Tabel 29), indeks luas daun dan intensitas serangan penyakit (Tabel 30) tidak menunjukkan respon setelah diaplikasikan pupuk K. Aplikasi pupuk K berpengaruh nyata terhadap bobot basah akar pada pengamatan destruktif 8 MST (Tabel 31) dan laju tumbuh relatif 8-10 MST (Tabel 33). Perlakuan pupuk K memberikan respon kuadratik pada kedua peubah tersebut.

Tabel 28 Pengaruh pupuk K terhadap jumlah daun Dosis kalium

(48)

33 Tabel 30 Pengaruh pupuk K terhadap luas daun dan intensitas serangan penyakit

Dosis kalium (kg K2O ha-1)

Indeks luas daun Intensitas serangan penyakit (%)

8 MST 9 MST

Tabel 31 Pengaruh pupuk K terhadap peubah pada pengamatan destruktif 8 MST Dosis kalium

(49)

34

Tabel 33 Pengaruh pupuk K terhadap laju tumbuh relatif dan laju asimilasi bersih Dosis kalium

(kg K2O ha-1)

Laju tumbuh relatif (g hari-1) Laju asimilasi bersih (g cm-2 hari-1)

Pemupukan K secara umum tidak berpengaruh pada peubah produksi yang diamati, kecuali terhadap kadar N biji (Tabel 34) dan bobot kering brangkasan (Tabel 37). Pola respon yang dihasilkan dari kadar N biji dan bobot kering brangkasan adalah kuadratik. Hal ini menunjukkan bahwa pada perlakuan ini dosis K yang digunakan dapat dicari dosis optimumnya.

Tabel 34 Pengaruh pupuk K terhadap kadar N, P, dan K biji Dosis kalium

Tabel 35 Pengaruh pupuk K terhadap jumlah polong isi, polong cipo, dan polong total

Dosis kalium (kg K2O ha-1)

(50)

35 Tidak ada pengaruh nyata perlakuan pupuk K, namun ada kecenderungan aplikasi pupuk K dengan dosis pupuk 45 kg K2O ha-1 memberikan hasil tertinggi

terhadap jumlah polong isi, jumlah polong total (Tabel 35); bobot basah polong isi, bobot basah polong total (Tabel 36); bobot kering polong total, bobot kering biji, bobot kering 100 butir biji (Tabel 37).

Tabel 36 Pengaruh pupuk K terhadap bobot basah polong isi, polong cipo, polong total, dan brangkasan

(51)

36

Meskipun perlakuan pemupukan K tidak menunjukkan pengaruh nyata pada peubah hasil yang diamati, namun secara agronomi dapat disimpulkan bahwa dengan pemberian dosis pupuk 45 kg K2O ha-1 memiliki nilai tertinggi

pada semua peubah hasil. Produktivitas dalam bentuk polong kering tertinggi dicapai oleh pemberian pupuk K dengan dosis pupuk 45 kg K2O ha-1 sebesar 0.56

ton ha-1 (Tabel 38).

Rekomendasi Pemupukan N, P, dan K pada Tanaman Kacang Bogor

Karakter pengamatan yang memiliki respon kuadratik dicari titik optimasi dosis haranya (Gambar 5). Dosis optimum yang diperoleh tertera pada Tabel 39.

(a)

(b)

(c)

(52)

37 Hasil pengamatan pada perlakuan K, hanya terdapat tiga komponen yang menghasilkan kurva kuadratik. Berdasarkan persamaan kuadrat yang diperoleh, dapat ditentukan titik optimum pemupukan, nilai pemupukan K untuk memperoleh nilai optimum terhadap bobot basah akar 8 MST sebesar 69.78 kg K2O ha-1, kadar N biji sebesar 51.48 kg K2O ha-1, dan bobot kering brangkasan

sebesar 55.41 kg K2O ha-1.

Tabel 39 Rekapitulasi dosis optimum pada perlakuan pemupukan K Perlakuan

Kalium Bobot basah akar 8 MST Kuadratik 69.78 Bobot kering brangkasan panen Kuadratik 55.41

Kadar N biji Kuadratik 51.48

Pembahasan Umum

Jumlah Daun

Gambar 6 menunjukkan jumlah daun mengalami penambahan sejak pengamatan pertama hingga 11 MST dan menurun ketika panen. Jumlah daun selalu bertambah walaupun sudah melewati masa vegetatif karena tanaman kacang bogor mempunyai pola pertumbuhan indeterminate yaitu pertumbuhan vegetatif tetap berlangsung setelah pembungaan dan selama pembentukan polong. Pengurangan jumlah daun pada percobaan ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya ada daun yang dicabut karena terserang ulat dan juga ada beberapa daun yang gugur karena terserang penyakit.

Gambar 6 Pertambahan jumlah daun

Rata-rata jumlah daun tanaman kacang bogor yang mendapat perlakuan pupuk K (Gambar 6) lebih sedikit dibandingkan dengan rata-rata jumlah daun yang mendapat perlakuan pupuk N dan P. Nilai rata-rata berasal dari rata-rata jumlah daun dari 5 dosis pupuk (Tabel 6, 17, dan 28). Rata-rata jumlah daun tersebut mengindikasikan bahwa unsur K sangat dibutuhkan dan mungkin merupakan faktor pembatas dalam pertumbuhan vegetatif tanaman yang salah satunya dapat menyebabkan jumlah daun tanaman kacang bogor menjadi lebih sedikit. Kekurangan unsur K menyebabkan pertumbuhan dan jumlah akar

(53)

38

tanaman berkurang, sehingga pengambilan unsur hara dan air menjadi terbatas (Rohmawati 2013). Peranan K yang paling penting adalah aktivator enzim yang berperan dalam fotosintesis, regulator membuka dan menutupnya stomata, serta untuk transport asimilat. Berbagai hasil penelitian pada komoditas lain juga menunjukkan bahwa K menjadi pembatas pada pertumbuhan tanaman kacang tanah (Ispandi dan Munip 2004; Silahooy 2008), tomat (Amisnaipa et al. 2009), kolesom (Mualim et al. 2009), dan katuk (Rohmawati 2013).

Kadar N, P, dan K dalam Daun

Gambar 7 (a) menunjukkan bahwa dengan melakukan percobaan secara terpisah, dapat diketahui bahwa rata-rata kadar N, P, dan K daun lebih rendah pada percobaan N dibandingkan dengan dua percobaan lainnya. Ini menunjukkan bahwa tanpa N, kadar N daun akan rendah dan tanpa N menyebabkan serapan P dan K juga terganggu (Tabel 10). Percobaan P menunjukkan bahwa rata-rata kadar N, P, dan K daun lebih tinggi dibandingkan dengan dua percobaan lainnya. Ini menunjukkan bahwa tanpa P, kadar N, P, dan K daun akan tetap tinggi (Tabel 21).

Kadar P daun nyata dipengaruhi perlakuan pemupukan N dan K dengan pola respon linier positif. Semakin tinggi dosis pupuk N dan K yang diberikan, kadar P daun akan semakin tinggi. Kadar P daun terlihat paling tinggi pada pemberian pupuk N dengan dosis 90 kg N ha-1 (Tabel 10). Hal ini diduga disebabkan oleh suplai pupuk N yang lebih tinggi akan meningkatkan ketersediaan N pada daun, sehingga dapat memacu serapan P dan menyebabkan kadar P daun menjadi tinggi. Hal ini memperkuat pernyataan Amin (2004) bahwa ketersediaan N dapat merangsang serapan P, demikian pula sebaliknya.

Kadar N daun nyata dipengaruhi perlakuan pemupukan P dengan pola respon linier negatif. Semakin tinggi dosis pemupukan P, kadar N daun menurun (Tabel 21). Hal tersebut juga sama pada kadar N biji, semakin tinggi dosis pemupukan P, kadar N biji menurun (Tabel 23). Nilai kadar N daun dan biji semakin kecil dengan semakin tingginya pemberian dosis pupuk P, tetapi kandungannya masih dalam batas kecukupan kadar N daun untuk legum yaitu sebesar 2-5% (Maschner 2011). Hasil ini berbeda dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan, seperti hasil penelitian Silahooy (2012) pada tanaman kacang tanah dan Amin (2004) pada tanaman jagung yang menyatakan bahwa dengan semakin tingginya pemberian pupuk P dapat meningkatkan kadar N daun.

(54)

39 Desa Pamulihan lebih rendah dibandingkan dengan kadar P daun pada percobaan. Kadar K daun di tempat survei lebih tinggi dibandingkan dengan kadar K daun pada percobaan N, P, dan K. Hal ini didukung oleh hasil analisis tanah setelah panen yang menunjukkan kandungan K dalam tanah di Desa Cilopang dan Desa Pamulihan (Lampiran 3) lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan K dalam tanah pada percobaan N, P, dan K (Tabel 4). Hal ini mungkin yang menyebabkan adanya perbedaan pada hasil di tempat survei dan pada percobaan. Peranan K yang paling penting adalah sebagai aktivator enzim serta regulator membuka dan menutupnya stomata. K dalam jumlah yang sedikit akan menekan aktivitas fotosintesis, dengan demikian metabolisme tanaman tidak dapat berjalan dengan baik sehingga berpengaruh pada pertumbuhan dan juga hasil.

3.28

Percobaan N Percobaan P Percobaan K

(55)

40

Biomassa

Pertumbuhan dapat diukur dari pertambahan biomassa yang dihasilkan tanaman. Pendekatan yang digunakan untuk pengukuran biomassa tanaman adalah dengan menimbang bobot kering tanaman (Sitompul dan Guritno 1995). Bobot kering tanaman merupakan penimbunan hasil bersih asimilasi CO2 selama masa

pertumbuhan. Semakin tinggi bobot kering maka reaksi metabolisme semakin baik karena tanaman memiliki daun yang kokoh sehingga proses fotosintesis berjalan lancar. Bobot kering tanaman juga dipengaruhi oleh unsur hara yang diserap tanaman (Taufiq 2000).

Pengukuran bobot kering brangkasan dilakukan pada saat panen 16 MST dengan mengambil 5 tanaman contoh dari masing-masing perlakuan dan ulangan. Perlakuan pupuk K secara nyata berpengaruh terhadap bobot kering brangkasan dengan pola respon kuadratik (Tabel 37). Peningkatan secara kuadratik menunjukkan penambahan dosis pupuk K dengan range dosis 0-90 kg N ha-1 memiliki nilai optimum pada suatu titik antara dosis 0-90 kg N ha-1, setelah titik optimum tersebut, bobot kering brangkasan akan menurun. Rata-rata bobot kering brangkasan meningkat seiring dengan meningkatnya dosis pupuk K, lalu mulai menurun ketika diberikan dosis 67.5 kg K2O ha-1. Aplikasi dosis pupuk 45 kg

K2O ha-1 menunjukkan rata-rata bobot kering brangkasan yang paling tinggi.

Pemberian pupuk KCl juga berpengaruh terhadap peningkatan bobot kering brangkasan pada tanaman kacang tanah (Oentari 2008) dan jagung (Nursyamsi 2009) dibandingkan dengan pemberian pupuk yang lainnya.

Produksi

Hasil pengamatan peubah produksi menunjukkan aplikasi berbagai dosis pupuk N, P, maupun K tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah polong total; bobot kering polong total, biji, dan 100 butir biji; serta produktivitas. Perlakuan dosis pupuk N, P, dan K tidak meningkatkan jumlah polong total; bobot kering polong total, biji, dan 100 butir biji; serta produktivitas secara linier maupun kuadratik. Penelitian ini menunjukkan secara umum, dengan pemberian dosis pupuk N, P dan K 100% (100% N = 100 kg Urea ha-1 (45 kg N), 100 % P = 150 kg SP-36 ha-1 (54 kg P2O5), dan 100% K = 75 kg KCl ha-1 (45 kg K2O)) mampu

meningkatkan peubah produksi lebih tinggi dibandingkan dengan dosis lainnya, meskipun secara statistik tidak berpengaruh nyata.

Gambar

Gambar 1 Diagram alir kerangka pemikiran
Tabel 2 Peubah pengamatan percobaan N, P, dan K
Tabel 2 Peubah pengamatan percobaan N, P, dan K (lanjutan)
Tabel 2 Peubah pengamatan percobaan N, P, dan K (lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah kereta api melewati pintu perlintasan, sensor ketiga yaitu sensor infra merah aktif untuk mengirim sinyal ke kendali mikrokontroler untuk membuka palang

Alternatively, alpha can be considered a unique estimate of the expected correlation of one test with an alternative form containing the same number of items.. Nunnally (1978)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kategori tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik bedah mulut FKG USU terhadap antibiotik dan penatalaksanaan alergi

Dari hasil penelitian diketahui bahwa penggunaan galon air minum merek AQUA oleh pelaku usaha depot air minum isi ulang dapat dikategorikan sebagai pelanggaran merek apabila galon

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa subdimensi dukungan yang paling berperan dalam dukungan dari keluarga dan pasangan adalah dukungan informasional, baik

Untuk mengetahui bentuk partisipasi dari kelembagaan lokal yang ada dalam mengelola sumberdaya pesisir dan kelautan maka analisis kelembagaan dilakukan dengan

Sel surya (PV panel) adalah sumber listrik pada sistem pembangkit listrik tenaga surya, material semikonduktor yang mengubah secara langsung energi sinar matahari

Pengambilan contoh tanah dengan metode SRS lebih sederhana, mudah dan cepat serta data yang diperoleh akan dapat mencerminkan keadaan tanah yang sebenarnya, jika contoh tanah