• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkah Laku dan Respon Fisiologis Domba Ekor Gemuk yang Dicukur dan Diberi Tambahan Pakan Ampas Tahu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkah Laku dan Respon Fisiologis Domba Ekor Gemuk yang Dicukur dan Diberi Tambahan Pakan Ampas Tahu"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

ERNI ANJANI PUSPITASARI

TINGKAH LAKU DAN RESPON FISIOLOGIS DOMBA

EKOR GEMUK YANG DICUKUR DAN DIBERI

(2)
(3)

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Tingkah Laku dan Respon Fisiologis Domba Ekor Gemuk yang Dicukur dan Diberi Tambahan Pakan Ampas Tahu adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

ERNI ANJANI PUSPITASARI. Tingkah Laku dan Respon Fisiologis Domba Ekor Gemuk yang Dicukur dan Diberi Tambahan Pakan Ampas tahu. Dibimbing oleh MUHAMAD BAIHAQI dan SRI RAHAYU.

Domba ekor gemuk merupakan domba lokal Indonesia yang memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi, terutama di daerah kering. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi tingkah laku dan respon fisiologis domba ekor gemuk, yang diberi perlakuan pencukuran dan penambahan ampas tahu. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial (2 x 2) dengan tiga ulangan setiap kombinasi perlakuan. Perlakuan pertama adalah pencukuran dan perlakuan kedua adalah pakan. Data respon fisiologis yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan sidik ragam (ANOVA), sedangkan data tingkah laku dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara pencukuran dan penambahan ampas tahu terhadap respon fisiologis domba. Pakan berpengaruh nyata (P<0.05) terhadap laju pernafasan, yaitu laju pernafasan yang diberi pakan ampas tahu nyata lebih tinggi dibandingkan tanpa ampas tahu. Sementara itu, pencukuran memberikan pengaruh nyata (P<0.05) terhadap suhu permukaan, yaitu suhu permukaan pada domba yang dicukur lebih tinggi dibanding domba yang tidak dicukur. Perlakuan pakan dan pencukuran tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap tingkah laku, yaitu frekuensi tingkah laku tiap perlakuan cenderung sama. Tingkah laku resting, locomotive dan ingestive tiap perlakuan lebih tinggi dibandingkan frekuensi tingkah laku lainnya. Tingginya tingkah laku locomotive diduga domba mengalami stress akibat suhu dan kelembaban harian yang cukup tinggi.

Kata kunci : Ampas tahu, domba ekor gemuk, pencukuran, tingkah laku dan respon fisiologis

ABSTRACT

ERNI ANJANI PUSPITASARI. Behavior and Physiological Response of Shorned Javanese Fat Tailed Rams and Fattened by Tofu Waste. Supervised by MUHAMAD BAIHAQI and SRI RAHAYU

(5)

v temperature, surface temperature of shorn rams was higher than not shorn rams. Sheep behavior was not affected by the treatment. In general, frequency of resting, locomotive and ingestive were higher than the frequency of other behaviors. Frequently locomotive behavior were probably caused by heat stress on the sheep due to high of daily temperature and humidity.

(6)
(7)

vii

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan

ERNI ANJANI PUSPITASARI

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

TINGKAH LAKU DAN RESPON FISIOLOGIS DOMBA

EKOR GEMUK YANG DICUKUR DAN DIBERI

(8)
(9)

ix Judul Skripsi : Tingkah Laku dan Respon Fisiologis Domba Ekor Gemuk yang

Dicukur dan Diberi Tambahan Pakan Ampas Tahu Nama : Erni Anjani Puspitasari

NIM : D14090082

Disetujui oleh

Muhamad Baihaqi, SPt MSc Pembimbing I

Ir Sri Rahayu, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Cece Sumantri, MAgrSc Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan karya ilmiah yang berjudul Tingkah Laku dan Respon Fisiologis Domba Ekor Gemuk yang Dicukur dan Diberi Tambahan Pakan Ampas Tahu.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Muhamad Baihaqi, SPt MSc selaku pembimbing utama dan Ibu Ir Sri Rahayu, MSi selaku pembimbing anggota, atas bimbingan dan motivasi yang diberikan selama kegiatan penelitian dan penulisan karya ilmiah ini. Terima kasih banyak kepada Bapak Edit Lesa Aditya, SPt MSc, Bapak Ir K Budi Satoto, MS dan Ibu Dr Ir Sri Darwati, MSi selaku penguji ujian lisan yang telah memberikan masukan-masukan yang sangat berarti bagi penulisan untuk penyempurnaan karya ilmiah ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orangtua Ibu dan Bapak yang selalu memberikan doa dan motivasi baik moril maupun material kepada penulis. Tidak lupa kepada kedua adik tercinta (Vani dan Firdan) atas perhatiannya. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Andri Nurhidayat, SPdI atas semua doa, dukungan dan perhatiannya yang diberikan kepada penulis.

Penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) Kementrian Agama RI atas bantuan beasiswa yang diberikan sehingga penulis bisa menyelesaikan studinya hingga selesai. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(11)

xi

DAFTAR ISI

ABSTRAK iv

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Ruang Lingkup Penelitian 1

METODE 2

Waktu dan Tempat Penelitian 2

Bahan 2

Ternak 2

Ransum 2

Alat 3

Kandang dan Peralatan 3

Prosedur 3

Pengamatan Respon Fisiologis 3

Pengamatan Tingkah Laku 3

Rancangan dan Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Keadaan Umum 5

Respon Fisiologis Harian Domba Ekor Gemuk Jantan 5

Tingkah Laku Harian Domba Ekor Gemuk Jantan 7

SIMPULAN DAN SARAN 10

DAFTAR PUSTAKA 11

LAMPIRAN 13

(12)

DAFTAR TABEL

1 Komposisi nutrisi ransum yang digunakan selama penelitian 2

2 Rataan suhu dan kelembaban udara di dalam kandang saat penelitian 5 3 Rataan respon fisiologis harian domba ekor gemuk jantan 6 4 Frekuensi tingkah laku harian domba ekor gemuk jantan 8

DAFTAR GAMBAR

1 Grafik tingkah laku domba ekor gemuk jantan pada perlakuan pencukuran 9 2 Grafik tingkah laku domba ekor gemuk jantan pada perlakuan pakan 9

DAFTAR LAMPIRAN

1 Analisis ragam denyut jantung harian domba 13

2 Analisis ragam laju pernafasan harian domba 13

3 Analisis ragam suhu rektal harian domba 13

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Domba lokal merupakan domba Indonesia yang mempunyai daya adaptasi tinggi terutama di daerah tropis, namun domba lokal ini mempunyai tingkat produktivitas yang rendah. Salah satu domba lokal di Indonesia adalah domba ekor gemuk yang memiliki tubuh lebih besar dari domba ekor tipis, memiliki wol berwarna putih serta berekor gemuk dan panjang. Penimbunan di bagian ekor pada domba ekor gemuk adalah diperkirakan digunakan untuk penyimpanan energi pada saat musim kering ketika konsumsi pakan biasanya rendah (Tomaszewska et al. 1993). Data statistik mengenai populasi domba di Indonesia terus meningkat dari tahun 2008 sampai 2012. Populasi ternak domba pada tahun 2008 mencapai 9 605 339 ekor dan tahun 2012 mencapai 12 768 241 ekor (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012).

Aspek yang menjadi keunggulan dalam beternak domba adalah memiliki tingkat adaptasi tinggi sehingga mudah menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Manajemen pakan dan pencukuran merupakan faktor lingkungan yang dapat menjadi aspek keunggulan beternak domba. Ampas tahu merupakan limbah dari pembuatan tahu yang bisa digunakan sebagai pakan domba yang disukai ternak terutama jika masih dalam keadaan segar. Selain itu, ampas tahu juga memiliki kandungan protein yang cukup tinggi. Pencukuran dilakukan oleh para peternak untuk meminimalisir ektofarasit yang bisa menyerang domba sewaktu-waktu.

Pemberian pakan yang berbeda dan pencukuran wol domba, diduga dapat mempengaruhi tingkah laku dan respon fisiologis pada domba. Jika suhu lingkungan naik, maka tubuh ternak akan melakukan respon fisiologis dengan meningkatkan denyut jantung dan laju respirasi yang akan berakibat terhadap tingkah laku makan, yaitu konsumsi pakan yang akan menurun. Oktameina (2011) menyatakan bahwa pencukuran dapat menurunkan tingkat cekaman atau beban panas yang dialami domba, sehingga domba dapat melepaskan panas tubuhnya dengan mudah. Ma’ani (2011) menyatakan bahwa pencukuran cenderung menurunkan frekuensi tingkah laku merawat diri dan meningkatkan tingkah laku ingestive.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pengaruh penambahan ampas tahu dalam ransum dan pencukuran wol terhadap tingkah laku dan respon fisiologis domba ekor gemuk jantan.

Ruang Lingkup Penelitian

(14)

2

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan selama 12 minggu dari bulan Oktober 2012 sampai bulan Januari 2013. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil (Kandang B), Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor (IPB).

Bahan

Ransum yang diberikan terdiri dari rumput lapang, konsentrat dan ampas tahu. Ampas tahu ditambahkan dengan cara dicampurkan dengan konsentrat. Konsentrat terdiri dari dedak halus dan bungkil kelapa. Perbandingan hijauan dengan konsentrat adalah 30 : 70 berdasarkan bahan kering. Komposisi nutrisi ransum yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini :

Tabel 1 Komposisi nutrisi ransum yang digunakan selama penelitian

Komposisi Perlakuan

(15)

3 Alat

Kandang dan Peralatan

Kandang yang digunakan adalah kandang individu dengan ukuran 125 x 50 x 150 cm berdinding besi dengan lantai papan kayu. Kandang dilengkapi dengan tempat pakan untuk rumput, konsentrat dan tempat air pada ember kecil.

Peralatan yang digunakan terdiri atas thermohigrometer untuk mengukur suhu dan kelembaban, gunting cukur untuk mencukur domba, stopwatch untuk menghitung waktu, thermometer rectal untuk mengukur suhu tubuh, stetoskop untuk mengukur denyut jantung, Infrared Thermometer untuk mengukur suhu permukaan, kamera untuk merekam tingkah laku. Selain itu, digunakan peralatan pendukung yaitu kalung nomor leher, label, timbangan pakan, serta alat tulis.

Prosedur

Persiapan ternak yaitu pemberian obat cacing, vitamin dan antibiotik. Domba dimasukkan ke dalam kandang individu secara acak dan dilakukan masa adaptasi selama dua minggu untuk membiasakan ternak terhadap perlakuan yang diberikan dan lingkungan baru. Pencukuran wol dilakukan satu kali di awal penelitian pada enam ekor domba. Setiap enam ekor domba (tiga ekor domba dicukur (C2) dan tiga ekor domba tidak dicukur (C1)) diberikan pakan rumput + konsentrat (P1), pakan rumput + konsentrat + ampas tahu (P2). Pakan yang diberikan sebanyak 5% bahan kering dari bobot badan domba. Air minum diberikan secara ad libitum. Rumput lapang diberikan pada siang dan sore hari sedangkan konsentrat dan ampas tahu diberikan secara bersamaan pada pagi dan sore hari tiga jam sebelum pemberian rumput. Pengambilan data dibagi menjadi dua bagian yaitu pengambilan data respon fisiologis dan tingkah laku.

Pengamatan Respon Fisiologis

Pengukuran respon fisiologis dilakukan setiap satu minggu sekali yaitu pagi hari pukul 05.30-06.00, siang pukul 12.30-13.00, dan sore hari pukul 16.30-17.00 WIB selama pemeliharaan. Adapun peubah yang diukur pada pengambilan data respon fisiologis domba ekor gemuk adalah :

1. Suhu tubuh dengan menggunakan thermometer rectal yang dimasukkan ke dalam rektum ± 5 cm dan ditunggu sampai menunjukkan suhu tetap selama ± 1 menit.

2. Denyut jantung diukur menggunakan stetoskop yang ditempelkan pada dada bagian kiri selama satu menit.

3. Laju pernafasan dilakukan dengan menghitung jumlah hembusan nafas dari hidung dengan bantuan stopwatch selama satu menit.

4. Suhu permukaan diukur dengan menggunakan sinar UV pada alat Infrared Thermometer pada bagian pinggul sebelah kanan.

Pengamatan Tingkah Laku

(16)

4

pengamatan tingkah laku ternak dengan cara menyeleksi tingkah laku ternak yang dianggap penting dan menyeleksi ternak yang diamati tanpa memperhatikan tingkah laku ternak yang lain (Morrison et al. 2006). Adapun peubah-peubah yang diamati pada pengamatan tingkah laku domba ekor gemuk, yaitu :

1. Tingkah laku makan (ingestive), yaitu tingkah laku mengkonsumsi pakan baik padatan maupun cairan serta tingkah laku ruminasi yaitu suatu proses memamah kembali makanan yang berasal dari lambung dan masih kasar kemudian dikeluarkan lagi serta dikunyah di mulut dan ditelan kembali; 2. Membuang kotoran (eliminative), yaitu tingkah laku membuang kotoran

baik dalam bentuk feses maupun urine;

3. Melawan (agonistic), yaitu tingkah laku agresif yang mengarah pada pertentangan atau temperamental seekor domba dengan cara menumbukkan tanduk, mendengus dan menghentakan kaki;

4. Merawat diri (care giving), yaitu tingkah laku domba memelihara atau merawat tubuhnya yang ditunjukkan dengan menjilati tubuhnya, menggaruk tubuhnya serta menggosok tubuhnya sendiri ke dinding kandang;

5. Vokalisasi, yaitu tingkah laku mengeluarkan suara;

6. Istirahat (resting), yaitu tingkah laku saat ternak tidak melakukan apa-apa, bisa dilakukan saat posisi berdiri atau berbaring;

7. Locomotive, yaitu tingkah laku ternak melakukan pergerakan, baik berjalan-jalan maupun mondar-mandir.

Rancangan dan Analisis Data

Respon Fisiologis Domba

Desain penelitian dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap Pola Faktorial (2 x 2), faktor pertama adalah pencukuran (tidak dicukur dan dicukur), faktor kedua adalah pakan (tanpa ampas tahu dan ampas tahu). Setiap kombinasi perlakuan terdiri dari tiga ulangan untuk denyut jantung, respirasi, suhu rektal dan suhu permukaan.

Model matematik yang digunakan menurut Steel dan Torrie (1993) adalah : Yijk= µ + αi+ βj+ (αβ)ij+ εijk

Keterangan :

Yijk = Nilai pengamatan pada faktor pemberian pakan yang berbeda pada pakan ke-i, factor

pencukuran wol ke-j, dan ulangan ke-k.

µ = Nilai tengan umum (rataan).

αi = Pengaruh pemberian pakan berbeda pada taraf ke-i.

βj = Pengaruh perlakuan pencukuran wol pada taraf ke-j

(αβ)ij = Interaksi antara pemberian pakan yang berbeda pada taraf ke-I dengan faktor pencukuran

wol pada taraf ke-j.

εijk = Pengaruh galat dari pemberian pakan yang berbeda pada taraf ke-i, faktor pencukuran

wol ke-j, dan ulangan ke-k.

(17)

5 Tingkah Laku Domba

Data tingkah laku dianalisis secara deskriptif, yaitu dengan menjelaskan semua jenis tingkah laku dan frekuenis setiap tingkah laku yang dilakukan. Analisis perhitungan tingkah laku harian untuk mengetahui persentase tingkah laku dengan menggunakan persamaan matematika (Martin dan Bateson 1993) ;

Tingkah Laku = X x 100% Y

Keterangan : X = fekuensi suatu tingkah laku yang diamati

Y = frekuensi keseluruhan tingkah laku yang diamati

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum

Selama penelitian berlangsung, dilakukan pengambilan data pendukung yaitu suhu dan kelembaban di dalam kandang, yaitu pagi pukul 07.30, siang pukul 13.30, dan sore hari pukul 17.30 WIB. Rataan suhu dan kelembaban di dalam kandang tertera pada Tabel 2.

Tabel 2 Rataan suhu dan kelembaban udara di dalam kandang saat penelitian

Waktu Suhu (°C) Kelembaban (%)

Pagi 24.81 ± 0.87 91.24 ± 0.72

Siang 32.07 ± 1.76 76.71 ± 8.55

Sore 25.48 ± 0.89 90.21 ± 2.92

Rata-rata 27.45 ± 1.17 86.05 ± 4.06

Suhu optimal domba di daerah tropis dan musim panas disarankan memiliki suhu lingkungan 24 °C karena sesuai untuk terjadinya tingkah laku yang nyaman (Silanikove 2000), dengan kelembaban di bawah 75% (Yousef 1985). Suhu dalam kandang pada siang hari sangat tinggi dan menunjukkan kisaran di luar suhu kritis maksimum domba, sedangkan rataan suhu pada pagi dan sore hari masih menunjukkan kisaran suhu nyaman bagi ternak domba. Sementara itu kelembaban pada pagi, siang maupun sore hari melebihi kelembaban optimal. Suhu dan kelembaban merupakan faktor iklim terpenting bagi ternak, karena dapat mempengaruhi produktivitas ternak, termasuk akan berdampak negatif terhadap respon fisiologis dan tingkah laku.

Respon Fisiologis Harian Domba Ekor Gemuk Jantan

(18)

6

pendek menyebabkan ternak akan lebih toleran terhadap cuaca yang panas (Williamson dan Payne 1993).

Tabel 3 Rataan respon fisiologis harian domba ekor gemuk jantan Respon

Keterangan : Angka-angka pada kolom dan baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang berbeda adalah berbeda nyata pada taraf uji 5% (a,b) dan 1% (A,B).

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata (P>0.05) pada perlakuan pencukuran dan penambahan ampas tahu terhadap denyut jantung. Denyut jantung harian domba pada penelitian ini cukup tinggi, yaitu 86.14-94.65/menit pada perlakuan pakan dan 90.12-90.67/menit pada perlakuan pencukuran. Rata-rata denyut jantung pada domba adalah 70-80/menit (Smith dan Mangkoewidjojo 1988). Hal ini dapat disebabkan domba mengalami cekaman panas karena tidak berhasil mengurangi beban panas dari luar tubuh ternak, sehingga suhu organ tubuh ternak akan meningkat. Yani dan Purwanto (2006) menyatakan bahwa peningkatan denyut jantung merupakan respon dari tubuh ternak untuk menyebarkan panas yang diterima ke dalam organ-organ yang lebih dingin.

(19)

7 Ransum pada P2 mamiliki kandungan serat kasar yang tinggi (24.76%) dibandingkan ransum pada P1 (21.48%). Tingginya serat kasar ini membuat mikroba rumen membutuhkan waktu cerna yang lama, sehingga panas metabolisme yang dihasilkan selama proses pencernaan semakin meningkat (Wibowo 2008).

Pencukuran dan penambahan ampas tahu tidak berpengaruh nyata (P>0.05) terhadap suhu rektal domba. Rata-rata suhu rektal domba tropis adalah 39.2-40 (rata-rata 39.1°C) (Smith dan Mangkoewidjojo 1988). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rataan suhu rektal domba masih berada pada kisaran normal. Pencukuran bisa menurunkan suhu rektal pada domba dibandingkan domba yang tidak dicukur. Wuryanto et al. (2010) menyatakan bahwa ternak mampu melakukan proses termoregulasi diduga melalui mekanisme homeostasis dalam tubuh. Jika mengalami cekaman panas tubuh, maka domba akan melakukan perubahan suhu rektal.

Pencukuran wol berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap suhu permukaan domba, dimana suhu permukaan domba yang dicukur lebih tinggi (29.35 ± 0.46) dibanding yang tidak dicukur (28.38 ± 0.43). Tingginya suhu permukaan pada domba yang dicukur diduga akibat pancaran sinar matahari dan suhu yang cukup tinggi saat penelitian berlangsung. Raharjo (2011) menyatakan bahwa kulit domba merupakan bagian tubuh yang penting untuk terjadinya pertukaran panas antara permukaan tubuh dengan lingkungan. Suhu lingkungan yang tinggi akan menyebabkan peningkatan suhu kulit. Paparan suhu lingkungan akan langsung direspons oleh wol dan kulit domba. Wol domba sebagai penutup tubuh alami berfungsi sebagai perlindungan dari sengatan radiasi matahari di daerah tropis. Wol yang halus dan pendek akan menyebabkan ternak lebih toleran terhadap cuaca panas (Williamson dan Payne 1993). Selain itu Schoenian (2010) menyatakan bahwa wol dapat melindungi domba dari panas dan dingin yang ekstrim. Wol yang tebal sebagian besar kebal terhadap perubahan suhu karena bersifat insulator.

Tingkah Laku Harian Domba Ekor Gemuk Jantan

Tingkah laku hewan adalah reaksi hewan terhadap suatu rangsangan tertentu, atau cara dimana ternak bereaksi terhadap lingkungan sekitarnya. Rataan persentase tingkah laku harian domba ekor gemuk jantan disajikan pada Tabel 4.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tingkah laku yang sering muncul adalah ingestive dan resting terdapat pada perlakuan C1P2 adalah 24% dan 34 %, sedangkan tingkah laku locomotive yang sering muncul terdapat pada perlakuan C1P1 sebesar 30%. Penambahan ampas tahu dapat meningkatkan palatabilitas ternak sehingga konsumsi meningkat dan setelah makan akan banyak beristirahat agar proses metabolisme berjalan sempurna.

(20)

8

ternak itu sendiri, status fisiologisnya dan persediaan pakan serta iklim. Frekuensi tingkah laku ingestive pada P2 ( 46%) lebih tinggi dibanding dengan perlakuan P1 (40%). Penambahan ampas tahu dapat meningkatkan palatabilitas ternak sehingga konsumsi meningkat. Tingkah laku ingestive yang sering muncul selama pengamatan adalah tingkah laku makan, minum dan ruminasi.

Tabel 4 Frekuensi tingkah laku harian domba ekor gemuk jantan

Tingkah Laku Pencukuran

Tingkah laku yang sering muncul adalah tingkah laku resting. Frekuensi tingkah laku resting pada C1 (66%) lebih tinggi dibandingkan C2 (64%). Pada perlakuan pakan, frekuensi tingkah laku resting baik pada P1 maupun P2 adalah sama yaitu 65%. Tingkah laku resting ini dapat menjadi indikator bahwa ternak tidak dalam keadaan stress, dimana saat resting ternak tidak melakukan apa-apa, baik dilakukan dengan cara berbaring maupun berdiri. Sebagaimana fungsi wol domba salah satunya adalah sebagai insulator, sehingga domba merasa nyaman dan digunakannya untuk melakukan tingkah laku resting. Fraser dan Broom (1990) menyatakan bahwa tingkah laku istirahat berfungsi untuk menghemat energi yang digunakan oleh tubuh. Setianah et al. (2004) menyatakan bahwa tingkah laku istirahat biasanya dilakukan dengan posisi bersimpuh, berdiri dan berbaring dengan meletakkan kepala ke atas tanah dengan mata terpejam atau terbuka.

(21)

9

Keterangan : C1 = Wol tidak dicukur

C2 = Wol dicukur

Gambar 1 Grafik tingkah laku domba ekor gemuk jantan pada perlakuan pencukuran

Keterangan : P1 = Hijuan + Konsentrat

P2 = Hijuan + Konsentrat + Ampas Tahu

Gambar 2 Grafik tingkah laku domba ekor gemuk jantan pada perlakuan pakan Ternak yang strees, tidak akan merasa nyaman, sehingga akan melakukan aktivitas yang kurang wajar, salah satunya dengan melakukan tingkah laku ini. Semakin banyak pergerakan, maka akan semakin banyak energi yang dibuang dan

(22)

10

berakhir pada menurunnya produktivitas ternak itu sendiri. Hal ini bisa dilihat dari pengukuran respon fisiologis ternak yang memiliki rataan di atas batas optimal, serta dari suhu dan kelembaban harian yang cukup tinggi. Diaz et al. (2007) menyatakan bahwa tingkah laku locomotive nyata meningkatkan stress. Tingkah laku locomotive yang sering muncul selama pengamatan adalah mondar-mandir dan berjalan.

Tingkah laku lain yang muncul adalah tingkah laku agonistik, vokalisasi, eliminative dan merawat diri. Yamin et al. (2013) menyatakan bahwa tingkah laku agonistik dan vokalisasi bisa dijadikan indikator tingkat stress pada ternak domba. Rataan frekuensi eliminative ini cenderung rendah tidak sebanding dengan tingkah laku ingestive yang cukup tinggi. Hal ini dapat disebabkan waktu pengamatan yang pendek sehingga ada kemungkinan pada waktu pengamatan tersebut bukan waktu yang biasa domba melakukan tingkah laku eliminative. Selain itu dapat disebabkan tingkah laku eliminative merupakan tingkah laku yang terjadi dalam jangka waktu tertentu, terutama beberapa jam setelah makan dan minum. Sementara itu menurut Tomaszewka et al. (1993) tingkah laku merawat diri bertujuan merawat wol dan mengangkat ektoparasit.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Tidak terdapat interaksi antara pencukuran dan penambahan ampas tahu terhadap respon fisiologis. Pakan memberikan pengaruh yang nyata terhadap laju pernafasan, yaitu laju pernafasan yang diberi pakan ampas tahu nyata lebih tinggi dibandingkan tanpa ampas tahu. Sementara itu, pencukuran memberikan pengaruh sangat nyata terhadap suhu permukaan, yaitu suhu permukaan pada domba yang dicukur lebih tinggi dibanding domba yang tidak dicukur. Perlakuan pakan dan pencukuran tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap tingkah laku, yaitu frekuensi tingkah laku tiap perlakuan cenderung sama. Tingkah laku resting, locomotive dan ingestive tiap perlakuan lebih tinggi dibandingkan frekuensi tingkah laku lainnya. Tingginya tingkah laku locomotive diduga domba mengalami stress akibat suhu dan kelembaban harian yang cukup tinggi.

Saran

(23)

11

DAFTAR PUSTAKA

Bluett SJ, Hodgson J, Kemp PD, Barry TN. 2001. Performance of lambs and the incidence of staggers and heat stress on two perennial ryegrass (Lolium perenne) cultivars using a leader-follower rotational grazing management system. J Agric Sci. 136(1):99–110.

Diaz DFG, Campion J, Milagro FI, Lomba A, Marzo F dan Martinez JA. 2007. Chronic mild stress induces variations in locomotive behavior and metabolic rates in high fat fed rats. J Physiol Biochem. 63(4):337-346.

[Dit.PKH] Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan. 2013. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Peternakan.

Fraser AF, Broom DM. 1990. Farm Animal Behaviour and Welfare. London (GB): Bailliiere Tindal Publisher.

Ma’ani A. 2011. Tingkah laku domba garut akibat pencukuran serta produksi wol pada status fisiologis yang berbeda [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Martin PR dan Bateson PPG. 1993. Measuring Behaviour: An Introductory Guide. New York (US): Cambridge University Pr.

Morrison ML, Marcot BG dan Mannan RW. 2006. Wildlife-Habitat Relationships: Concepts and Applications. 3th ed. New York (US): Island Pr.

Oktameina WY. 2011. Respon fisiologis domba garut yang dipelihara secara semi intensif dengan perlakuan pencukuran di peternakan PT Indocement [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Philips CJC. 2001. Principles of Cattle Production. London (UK): University of Cambridge.

Raharjo PP. 2011. Pertambahan bobot badan, status fisiologis, komposisi tubuh domba, dan mitigasi emisi gas metana dengan formulasi komersial complete rumen modifier (cassapon) [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Schoenian S. 2010. Heat stress in sheep and goat [Internet].[diunduh 7 Maret

2013]. Tersedia pada:http://www.sheepandgoat.com/articles/heatstress.html. Setianah R, Jayadi S, Herman R. 2004. Tingkah laku makan kambing lokal persilangan yang digembalakan di lahan gambut; studi kasus di kalampangan, palangkaraya, kalimantan tengah. Media Petern. 27(3);111-122.

Silanikove N. 2000. Effects of heat stress on the welfare of extensively managed domestic ruminants. Livest Prod Sci. 67:1-18.

Smith JB, Mangkoewidjojo S. 1988. Pemeliharaan, pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan Di Daerah Tropis. Jakarta (ID): Universitas Indonesia Pr.

Steel RGD dan Torrie JH. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistik Suatu Pendekatan Biometrik. Rasyid R, penerjemah. Jakarta (ID): Gramedia.

(24)

12

Tomaszewska MW, Sutama IK, Putu IG, Chaniago TD. 1991. Reproduksi, Tingkah Laku, dan Produksi Ternak di Indonesia. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama.

Wibowo TY. 2008. Rata-rata htc (heat tolerance coefficient) dan Pertambahan bobot badan sapi pfh (peranakan fries holland) jantan yang diberikan Pakan serat kasar tinggi [Skripsi]. Malang (ID): Universitas Brawijaya Malang. Williamson G, Payne WJA. 1993. Pengantar Peternakan Di Daerah Tropis.

Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Pr.

Wuryanto IPR, Darmoatmodjo LMYD, Dartosukarno S, Arifin M, Purnomoadi A. 2010. Produktivitas, respon fisiologis dan perubahan komposisi tubuh pada sapi jawa yang diberi pakan dengan tingkat protein berbeda. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro, Semarang.

Yamin M, Rahayu S, Ma’ani A. 2013. Kesejahteraan domba akibat pencukuran; tingkah laku domba sebelum, saat dan setelah pencukuran wol. JIPTP. 01(1):15-18.

Yani A, Purwanto BP. 2006. Pengaruh iklim mikro terhadap respon fisiologis sapi peranakan fries holland dan modifikasi lingkungan untuk meningkatkan produktivitasnya. Media Petern. 29(1):35-46.

(25)

13

LAMPIRAN

Tabel 1 Analisis ragam denyut jantung harian domba

Sumber Keragaman DB Jk KT F Hit P

Pencukuran 1 0.8910750 0.8910750 0.02 0.8919

Pakan 1 217.5156750 217.5156750 4.80 0.0597

Pencukuran*Pakan 1 14.6744083 14.6744083 0.32 0.5848

Error 8 362.1783333 45.2722917

Total 11 595.2594917

Tabel 2 Analisis ragam laju pernafasan harian domba

Sumber Keragaman DB Jk KT F Hit P

Pencukuran 1 197.6408333 197.6408333 4.16 0.0759

Pakan 1 373.4136333 373.4136333 7.85 0.0231

Pencukuran*Pakan 1 104.1941333 104.1941333 2.19 0.1771

Error 8 380.512467 47.564058

Total 11 1055.761067

Tabel 3 Analisis ragam suhu rektal harian domba

Sumber Keragaman DB Jk KT F Hit P

Pencukuran 1 0.00270000 0.00270000 0.06 0.8089

Pakan 1 0.03630000 0.03630000 0.84 0.3861

Pencukuran*Pakan 1 0.07053333 0.07053333 1.63 0.2371

Error 8 0.34553333 0.04319167

Total 11 0.45506667

Tabel 4 Analisis ragam suhu permukaan kulit harian domba

Sumber Keragaman DB Jk KT FHit P

Pencukuran 1 2.87140833 2.87140833 15.85 0.0041

Pakan 1 0.09540833 0.09540833 0.53 0.4886

Pencukuran*Pakan 1 0.45240833 0.45240833 2.50 0.1526

Error 8 1.44886667 0.18110833

(26)

14

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 01 Juni 1990 di Tasikmalaya, Jawa Barat. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Ade Solih dan Ibu Ade Jamilah.

Pendidikan SMP diselesaikan di SMPN 1 Cijulang pada tahun 2006. Pendidikan SMA diselesaikan di MAS Cijulang pada tahun 2009. Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor pada bulan melalui jalur Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) tahun 2009 sebagai mahasiswa Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan (IPTP), Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor (2010-2013).

Gambar

Grafik tingkah laku domba ekor gemuk jantan pada perlakuan pencukuran
Tabel 1  Komposisi nutrisi ransum yang digunakan selama penelitian
Tabel 2  Rataan suhu dan kelembaban udara di dalam kandang saat penelitian
Tabel 3  Rataan respon fisiologis harian domba ekor gemuk jantan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Karena sistem pendidikan merupakan bagian penting dari sistem kehidupan maka kurikulum sebenarnya bagian yang tidak terpisahkan dengan sistem kehidupan yang lebih

Diskresi dilakukan oleh penyidik pada dasarnya lebih mengutamakan pencapaian tujuan sasarannya ( doelmatigheid ) daripada legalitas hukum yang berlaku ( rechtsmatigheid

Pengelolaan hutan mangrove melalui pendekatan sosial dengan sistem tumpangsari pola empang parit merupakan alternatif pelestarian ekosistem mangrove untuk tetap

Dalam menafsirkan aya-ayat Alquran Ahmad Hassan mempunyai cara yang berbeda dengan ulama tafsir yang lain ketika menafsirkan kitab tafsirnya.Misalnya dari metode

Setelah melewati masa akut, anti HAV dari kelas IgG akan menetap dalam tubuh sehingga pasien yang pernah terinfeksi hepatitis A tidak akan mengalami infeksi

(3) Apabila berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (2), bakal calon belum memenuhi persyaratan atau ditolak oleh panitia pemilihan Kepala Desa,

Dilihat dari semua hasil yang telah diperoleh pada saat kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media batang korek api materi perkalian dari siklus I sampai

Kemampuan SDM yang dimiliki LPPM Universitas Siliwangi, pada tiga tahun terakhir itu tercatat beberapa prestasi penting dalam bentuk pengakuan masyarakat berupa