• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tekno-Ekonomi Pembangunan Kapal Kayu Galangan Kapal Rakyat di Desa Gebang, Cirebon, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tekno-Ekonomi Pembangunan Kapal Kayu Galangan Kapal Rakyat di Desa Gebang, Cirebon, Jawa Barat"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNO-EKONOMI PEMBANGUNAN KAPAL KAYU

GALANGAN KAPAL RAKYAT

DI DESA GEBANG, CIREBON, JAWA BARAT

Oleh :

DEWI AYUNINGSARI C54103050

SKRIPSI

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya me nyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

TEKNO-EKONOMI PEMBANGUNAN KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL

RAKYAT DI DESA GEBANG, CIREBON, JAWA BARAT

Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Adapun semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan sebelumnya maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2007

(3)

ABSTRAK

DEWI AYUNINGSARI (C54103050). Tekno-Ekonomi Pembangunan Kapal Kayu Galangan Kapal Rakyat di Desa Gebang, Cirebon, Jawa Barat. Dibawah bimbingan YOPI NOVITA.

Kapal penangkapan ikan di Indonesia dominan terbuat dari kayu karena sumber daya kayu banyak tersedia, pembangunannya lebih ekonomis dibandingkan kapal dari bahan lain, banyak menyerap tenaga kerja serta sudah terbukti kemampuannya dalam melakukan pelayaran meskipun dibuat dengan teknologi sederhana. Penelitian tekno-ekonomi dilakukan untuk mengetahui efisiensi pembangunan kapal serta mengetahui desain dan konstruksi yang menguntungkan secara teknis maupun ekonomis. Pemilihan Gebang sebagai lokasi penelitian karena Gebang merupakan daerah sentra perikanan di Kabupaten Cirebon dimana terdapat banyak galangan kapal kayu yang membangun kapal-kapal di Gebang.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif survei terhadap lima kapal dari tiga galangan kapal berbeda. Jenis data dikelompokkan berdasarkan tujuan penelitian. Data untuk tujuan 1 (dimensi utama, bentuk, konstruksi utama kapal) ; data untuk tujuan 2 (tahapan pembangunan, proses penyambungan antar konstruksi kapal) ; data untuk tujuan 3 (faktor-faktor yang terkait dalam penentuan harga kapal) ; data untuk tujuan 4 (biaya produksi kapal). Analisis data dibagi menjadi dua, yaitu analisis teknologi dan analisis ekonomi. Bentuk konstruksi-konstruksi utama kapal di Gebang secara umum serupa dengan konstruksi-konstruksi utama pada kapal di daerah lain, kecuali lunas dan gading-gading. Proses pembangunan kelima kapal sama yaitu diawali dengan pemasangan lunas, linggi haluan dan linggi buritan, kulit kapal, gading-gading, geladak (galaran), palka ikan dan terakhir pondasi mesin. Faktor-faktor yang menentukan besar biaya pembangunan kapal antara lain biaya sewa lahan, biaya material dan biaya tenaga kerja. Biaya produksi kelima kapal contoh berkisar antara Rp.11.763.600,00 – Rp.14.169.600,00 dengan harga jual berkisar

antara Rp.14.000.000,00 – Rp.16.000.000,00 dan keuntungan yang didapatkan

sebesar Rp.980.000,00 – Rp.2.661.400,00. Berdasarkan CUNO, biaya produksi kapal

(4)

TEKNO-EKONOMI PEMBANGUNAN KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL RAKYAT

DI DESA GEBANG, CIREBON, JAWA BARAT

Oleh :

DEWI AYUNINGSARI C54103050

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(5)

Judul Skripsi : Tekno-Ekonomi Pembangunan Kapal Kayu Galangan Kapal Rakyat di Desa Gebang, Cirebon, Jawa Barat

Nama Mahasiswa : Dewi Ayuningsari

NRP : C54103050

Disetujui : Komisi Pembimbing

Yopi Novita, S.Pi., M.Si. NIP: 132 258 291

Mengetahui :

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Dr. Ir. Kadarwan Soewardi, M.Sc. NIP: 130 805 031

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cirebon pada tanggal 10 Maret 1985. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Yanto Kusdihanto, BAE dan Chatrine Fadli.

Pendidikan penulis diawali dengan bersekolah di Sekolah Dasar Negeri Kebon Baru 6 Kotamadya Cirebon pada tahun 1991 – 1997. Tahun 1997 – 2000 penulis melaksanakan pendidikan di Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Cirebon. Pada tahun 2000 penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Cirebon dan lulus pada tahun 2003.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2003 dan terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan, antara lain menjadi anggota Ikatan Kekeluargaan Cirebon (IKC) periode 2003 – 2004, anggota

dan Seksi Humas Paduan Suara Endeavour Fisheries and Marine Choir periode 2003

– 2004 dan periode 2005 – 2006, Sekretaris Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan periode 2004 –

2005, Bendahara 1 Himpunan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan periode 2005 –

2006, Asisten Praktikum Mata Ajaran Biologi Laut dan Mata Ajaran Navigasi periode 2005 – 2006.

Penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul ”Tekno-Ekonomi Pembangunan Kapal Kayu Galangan Kapal Rakyat di Desa Gebang,

Cirebon, Jawa Barat”. Penulis dinyatakan lulus dalam sidang ujian skripsi yang

(7)

KATA PENGANTAR

Skripsi ini berjudul ”Tekno-Ekonomi Pembangunan Kapal Kayu Galangan

Kapal Rakyat di Desa Gebang, Cirebon, Jawa Barat”. Dalam skripsi ini akan

diterangkan tentang teknologi pembangunan dan perhitungan biaya produksi kapal kayu di beberapa galangan kapal rakyat di Gebang.

Secara rinci skripsi akan menjelaskan tentang bentuk-bentuk konstruksi utama kapal kayu (lunas, linggi haluan, linggi buritan, kulit kapal, gading-gading, lantai dek/geladak, palka dan pondasi mesin) ; proses pembuatan kapal kayu ; faktor-faktor yang menentukan biaya pembangunan kapal dan besar biaya yang diperlukan dalam suatu pembangunan kapal kayu di galangan-galangan kapal tradisional di Desa Gebang, Cirebon, Jawa Barat.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat diharapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan tulisan ini. Semoga skripsi ini bermanfaat baik bagi penulis juga bagi pihak-pihak yang membutuhkan dengan keterbatasan yang ada.

Bogor, Agustus 2007

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Yopi Novita, S.Pi, M.Si, selaku pembimbing atas arahan, bimbingan, perhatian, doa serta semangat selama penelitian berlangsung hingga penyelesaian skripsi ; 2. Kedua orang tua dan seluruh keluarga penulis yang tidak pernah lelah untuk

memberikan doa dan dukungan, baik materi maupun moral ;

3. Dedi Anandi, Yu Neneng, Oom Diki atas kesabaran dan bantuan selama melakukan penelitian ;

4. Hj. Tewi (Almarhumah), Pak Tarja, Pak Kamal dan teman-teman atas informasi, penjelasan dan bantuan yang sangat berguna bagi penelitian ini ; 5. Roif ”Capt. Popop” dan teman-teman PSP (khususnya Angkatan 40), para

(9)
(10)

Halaman

5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ………... 96

5.2 Saran ………. 97

DAFTAR PUSTAKA ... 98

(11)

TEKNO-EKONOMI PEMBANGUNAN KAPAL KAYU

GALANGAN KAPAL RAKYAT

DI DESA GEBANG, CIREBON, JAWA BARAT

Oleh :

DEWI AYUNINGSARI C54103050

SKRIPSI

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(12)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya me nyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

TEKNO-EKONOMI PEMBANGUNAN KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL

RAKYAT DI DESA GEBANG, CIREBON, JAWA BARAT

Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Adapun semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan sebelumnya maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2007

(13)

ABSTRAK

DEWI AYUNINGSARI (C54103050). Tekno-Ekonomi Pembangunan Kapal Kayu Galangan Kapal Rakyat di Desa Gebang, Cirebon, Jawa Barat. Dibawah bimbingan YOPI NOVITA.

Kapal penangkapan ikan di Indonesia dominan terbuat dari kayu karena sumber daya kayu banyak tersedia, pembangunannya lebih ekonomis dibandingkan kapal dari bahan lain, banyak menyerap tenaga kerja serta sudah terbukti kemampuannya dalam melakukan pelayaran meskipun dibuat dengan teknologi sederhana. Penelitian tekno-ekonomi dilakukan untuk mengetahui efisiensi pembangunan kapal serta mengetahui desain dan konstruksi yang menguntungkan secara teknis maupun ekonomis. Pemilihan Gebang sebagai lokasi penelitian karena Gebang merupakan daerah sentra perikanan di Kabupaten Cirebon dimana terdapat banyak galangan kapal kayu yang membangun kapal-kapal di Gebang.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif survei terhadap lima kapal dari tiga galangan kapal berbeda. Jenis data dikelompokkan berdasarkan tujuan penelitian. Data untuk tujuan 1 (dimensi utama, bentuk, konstruksi utama kapal) ; data untuk tujuan 2 (tahapan pembangunan, proses penyambungan antar konstruksi kapal) ; data untuk tujuan 3 (faktor-faktor yang terkait dalam penentuan harga kapal) ; data untuk tujuan 4 (biaya produksi kapal). Analisis data dibagi menjadi dua, yaitu analisis teknologi dan analisis ekonomi. Bentuk konstruksi-konstruksi utama kapal di Gebang secara umum serupa dengan konstruksi-konstruksi utama pada kapal di daerah lain, kecuali lunas dan gading-gading. Proses pembangunan kelima kapal sama yaitu diawali dengan pemasangan lunas, linggi haluan dan linggi buritan, kulit kapal, gading-gading, geladak (galaran), palka ikan dan terakhir pondasi mesin. Faktor-faktor yang menentukan besar biaya pembangunan kapal antara lain biaya sewa lahan, biaya material dan biaya tenaga kerja. Biaya produksi kelima kapal contoh berkisar antara Rp.11.763.600,00 – Rp.14.169.600,00 dengan harga jual berkisar

antara Rp.14.000.000,00 – Rp.16.000.000,00 dan keuntungan yang didapatkan

sebesar Rp.980.000,00 – Rp.2.661.400,00. Berdasarkan CUNO, biaya produksi kapal

(14)

TEKNO-EKONOMI PEMBANGUNAN KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL RAKYAT

DI DESA GEBANG, CIREBON, JAWA BARAT

Oleh :

DEWI AYUNINGSARI C54103050

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(15)

Judul Skripsi : Tekno-Ekonomi Pembangunan Kapal Kayu Galangan Kapal Rakyat di Desa Gebang, Cirebon, Jawa Barat

Nama Mahasiswa : Dewi Ayuningsari

NRP : C54103050

Disetujui : Komisi Pembimbing

Yopi Novita, S.Pi., M.Si. NIP: 132 258 291

Mengetahui :

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Dr. Ir. Kadarwan Soewardi, M.Sc. NIP: 130 805 031

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cirebon pada tanggal 10 Maret 1985. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Yanto Kusdihanto, BAE dan Chatrine Fadli.

Pendidikan penulis diawali dengan bersekolah di Sekolah Dasar Negeri Kebon Baru 6 Kotamadya Cirebon pada tahun 1991 – 1997. Tahun 1997 – 2000 penulis melaksanakan pendidikan di Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Cirebon. Pada tahun 2000 penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Cirebon dan lulus pada tahun 2003.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2003 dan terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan, antara lain menjadi anggota Ikatan Kekeluargaan Cirebon (IKC) periode 2003 – 2004, anggota

dan Seksi Humas Paduan Suara Endeavour Fisheries and Marine Choir periode 2003

– 2004 dan periode 2005 – 2006, Sekretaris Departemen Pengembangan Minat dan

Bakat Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan periode 2004 –

2005, Bendahara 1 Himpunan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan periode 2005 –

2006, Asisten Praktikum Mata Ajaran Biologi Laut dan Mata Ajaran Navigasi periode 2005 – 2006.

Penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul ”Tekno-Ekonomi Pembangunan Kapal Kayu Galangan Kapal Rakyat di Desa Gebang,

Cirebon, Jawa Barat”. Penulis dinyatakan lulus dalam sidang ujian skripsi yang

(17)

KATA PENGANTAR

Skripsi ini berjudul ”Tekno-Ekonomi Pembangunan Kapal Kayu Galangan

Kapal Rakyat di Desa Gebang, Cirebon, Jawa Barat”. Dalam skripsi ini akan

diterangkan tentang teknologi pembangunan dan perhitungan biaya produksi kapal kayu di beberapa galangan kapal rakyat di Gebang.

Secara rinci skripsi akan menjelaskan tentang bentuk-bentuk konstruksi utama kapal kayu (lunas, linggi haluan, linggi buritan, kulit kapal, gading-gading, lantai dek/geladak, palka dan pondasi mesin) ; proses pembuatan kapal kayu ; faktor-faktor yang menentukan biaya pembangunan kapal dan besar biaya yang diperlukan dalam suatu pembangunan kapal kayu di galangan-galangan kapal tradisional di Desa Gebang, Cirebon, Jawa Barat.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat diharapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan tulisan ini. Semoga skripsi ini bermanfaat baik bagi penulis juga bagi pihak-pihak yang membutuhkan dengan keterbatasan yang ada.

Bogor, Agustus 2007

(18)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Yopi Novita, S.Pi, M.Si, selaku pembimbing atas arahan, bimbingan, perhatian, doa serta semangat selama penelitian berlangsung hingga penyelesaian skripsi ; 2. Kedua orang tua dan seluruh keluarga penulis yang tidak pernah lelah untuk

memberikan doa dan dukungan, baik materi maupun moral ;

3. Dedi Anandi, Yu Neneng, Oom Diki atas kesabaran dan bantuan selama melakukan penelitian ;

4. Hj. Tewi (Almarhumah), Pak Tarja, Pak Kamal dan teman-teman atas informasi, penjelasan dan bantuan yang sangat berguna bagi penelitian ini ; 5. Roif ”Capt. Popop” dan teman-teman PSP (khususnya Angkatan 40), para

(19)
(20)

Halaman

5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ………... 96

5.2 Saran ………. 97

DAFTAR PUSTAKA ... 98

(21)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Persyaratan teknis kayu pada masing-masing bagian kapal... 21

2. Kriteria kelas kuat kayu ... 22

3. Kriteria kelas awet kayu ... 23

4. Jenis kayu yang dapat dipergunakan untuk bagian-bagian konstruksi kapal kayu ... 24

5. Jenis kayu yang digunakan pada konstruksi-konstruksi utama kelima kapal yang diteliti ... 45

6. Jenis material non-kayu dan bahan pembuatnya pada kelima kapal yang diteliti ... 47

7. Ukuran-ukuran dimensi utama kelima kapal contoh ... 49

8. Ukuran konstruksi-konstruksi utama kapal dibandingkan dengan BKI ... 50

9. Biaya sewa lahan ... 83

10. Jumlah volume dan harga kayu dalam pembangunan kapal ... 85

11. Jumlah dan harga material pendukung dalam pembangunan kapal ……….. 85

12. Persentase total biaya material utama dan pendukung terhadap total biaya material ………... 89

13. Biaya upah tenaga kerja pada kelima kapal ………. 90

(22)
(23)
(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

(25)

1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Kapal penangkap ikan yang terdapat di Indonesia umumnya terbuat dari bahan kayu. Pemilihan kayu sebagai material kapal adalah pertimbangan ekonomis dan dengan beroperasinya galangan kapal kayu akan menyerap banyak tenaga kerja. Kapal kayu adalah jenis kapal penangkap ikan yang paling banyak dibuat oleh galangan kapal tradisional maupun galangan kapal modern dibandingkan kapal berbahan jenis lain, contohnya : fiber dan baja. Khusus kapal-kapal kayu yang dibuat di galangan kapal tradisional, pembangunan kapal dilaksanakan tanpa perencanaan dan menggunakan peralatan yang masih sederhana. Meskipun demikian, kapal-kapal ini mampu berlayar dan membantu operasi penangkapan dengan baik hingga sekarang. Kapal-kapal ini relatif kuat dengan umur teknis 5-10 tahun.

Pembangunan kapal kayu terkait dengan teknik pembuatan dan teknologi seperti apa yang menunjangnya serta biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengakomodasi kebutuhan pembangunan kapal tersebut. Galangan-galangan kapal rakyat/tradisional membuat kapal tidak berdasarkan kaidah Naval Architect. Perencanaan dan perhitungan teknis maupun ekonomis tidak dilakukan secara tertulis melainkan berdasarkan pengalaman membangun kapal. Sehingga optimasi pembelanjaan bahan-bahan pembangun kapal tidak tercapai. Tidak hanya itu, penggunaan tenaga kerja dalam rangka melakukan efisiensi waktu terkadang diabaikan.

Pemilihan Gebang sebagai lokasi penelitian adalah karena Gebang merupakan salah satu daerah sentra perikanan yang produktif di Kabupaten Cirebon. Tercatat pada tahun 2006 terdapat 3.008 unit kapal ikan yang beroperasi di Desa Gebang dengan 17 jenis alat tangkap. Jumlah galangan di Desa Gebang ada sebanyak 43 galangan. Galangan-galangan tersebut banyak yang mengalami kebangkrutan dan disana terdapat banyak kapal-kapal yang tidak diselesaikan pembangunannya.

(26)

pembiayaan dengan demikian galangan dapat memperhitungkan biaya produksi yang dikeluarkan dan keuntungan yang akan diperolehnya dari hasil membangun kapal.

Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan yang membahas tekno-ekonomi kapal. Selanjutnya diharapkan terdapat penelitian-penelitian yang mengkaji efektifitas dan efisiensi galangan kapal di Gebang dari segi teknologi maupun ekno minya.

1.2Tujuan

Penelitian ini memiliki tujuan antara lain sebagai berikut :

1) Mendapatkan bentuk-bentuk konstruksi utama kapal kayu (lunas, linggi haluan, linggi buritan, kulit kapal, gading-gading, lantai dek/geladak, palka dan pondasi mesin) di galangan-galangan kapal tradisional di Desa Gebang, Cirebon, Jawa Barat;

2) Mengidentifikasikan proses pembuatan kapal kayu di galangan-galangan rakyat di Desa Gebang, Cirebon, Jawa Barat;

3) Menentukan faktor-faktor yang mene ntukan biaya pembangunan kapal; 4) Menentukan besar biaya yang diperlukan dalam suatu pembangunan kapal

kayu di Desa Gebang, Cirebon, Jawa Barat.

1.3Manfaat

Penelitian ini memiliki manfaat antara lain sebagai berikut :

1) Sebagai informasi tentang kondisi galangan-galangan kapal yang ada di Gebang, Cirebon, Jawa Barat;

(27)

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kapal Perikanan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999), kapal adalah kendaraan pengangkut penumpang dan barang di laut (sungai, dan sebagainya). Adapun kapal motor adalah kapal yang dijalankan oleh motor (biasanya kapal kecil bermotor).

Kapal penangkap ikan adalah perahu/kapal yang langsung dipergunakan dalam operasi penangkapan ikan/binatang air lainnya/tanaman air (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2007). Kapal yang digunakan dalam kegiatan mengolah sumberdaya hayati perairan dikenal dengan nama kapal ikan. Kapal merupakan unit penangkapan ikan yang sangat penting dalam tujuan pemanfaatan potensi perairan (Pasaribu, 1985) Kapal-kapal yang ada di Indonesia umumnya dibuat secara tradisional. Tradisi adalah adat kebiasaan turun-temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan di masyarakat. Tradisional adalah sikap dan cara berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada secara turun-temurun (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1999)

Nomura dan Yamazaki (1981) mengemukakan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah kapal ikan yang sedang dibangun, yakni:

1) Memiliki suatu kekuatan struktur badan kapal; 2) Keberhasilan operasi penangkapan;

3) Memiliki stabilitas yang tinggi; dan

4) Memiliki fasilitas penyimpanan yang lengkap.

(28)

Bagian-bagian utama konstruksi kapal kayu terdiri dari lunas kapal, linggi haluan, linggi buritan, gading-gading, kulit luar, geladak, ruang ikan (palkah ikan), pondasi mesin Soekarsono (1994) dalam Purba (2004) :

1. Lunas Kapal

Soegiono (2006) menyatakan bahwa lunas adalah bagian kontruksi utama pada alas kapal yang membentang sepanjang garis tengah kapal dari depan belakang. Lunas adalah balok memanjang di dasar perahu (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1999). Soekarsono (1994) menjelaskan bahwa lunas merupakan tulang punggung untuk kekuatan memanjang kapal bersama wrang menghubungkan gading kiri dan gading kanan. Lunas dibuat dari linggi buritan sampai linggi haluan. Konstruksi lunas kapal kayu seperti ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1 Konstruksi lunas kapal kayu

Sumber : Soekarsono (1994)

(29)

a)

b)

c)

Gambar 2 Pola sambungan lunas: a) key scarf;b) plain scarf;danc) hook scarf

Sumber : Darmawangsa (2005)

Menurut Darmawangsa (2005), bentuk pola sambungan lunas yang terbaik berdasarkan hasil uji kekuatan adalah pola sambungan hook scarf.

Bentuk konstruksi dan sambungan lunas lain dapat dilihat pada Gambar 3, 4, 5 dan 6.

Gambar 3 Lunas dalam dan bentuk sambungannya

Sumber : Iskandar (1990)

(30)

Gambar 5 Konstruksi lunas

Sumber : Arofik (2007)

Gambar 6 Konstruksi lunas Sumber : Yatnaningsih (1998)

2. Linggi haluan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999), linggi adalah kayu melengkung pada halua n dan buritan perahu. Haluan adalah bagian perahu (kapal) yang sebelah muka. Linggi haluan merupakan lanjutan dari lunas dan bertugas menghubungkan papan kulit bagian kiri dan bagian kanan. Selain itu juga menghubungkan galar-galar pada kedua sisi kapal. Seperti halnya lunas, linggi haluan dapat dibuat terdiri dari satu bagian saja, atau terdiri dari dua bagian, linggi haluan dan linggi haluan bawah. Konstruksi linggi haluan kapal kayu seperti ditunjukkan pada Gambar 7, 8 dan 9.

.

(31)

Gambar 8 Konstruksi linggi haluan Sumber : Wati (2001)

Gambar 9 Konstruksi linggi haluan

Sumber : Arofik (2007)

3. Linggi buritan

(32)

Gambar 10 Konstruksi linggi buritan kapal kayu Sumber : Soekarsono (1994)

Gambar 11 Pemasangan lunas, linggi haluan dan linggi buritan Sumber : Yatnaningsih (1998)

4. Gading-gading

Gambar 12 Sambungan talar linggi dengan lunas kapal

(33)

4. Gading-gading

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999), gading-gading adalah rangka atau penguat kontruksi kapal secara melintang sekaligus tempat melekatnya kulit atau lambung kapal agar bentuk kapal tidak berubah.

Gading-gading berfungsi untuk menghubungkan papan kulit luar satu dengan lainnya dan juga memperkuat kulit luar pada arah melintang yaitu bersama papan kulit menahan tekanan air dan muatan di palkah. Gading-gading dapat terdiri dari satu bagian yang disebut Gading-gading tunggal dan dapat juga terdiri dari dua bagian yang menempel, disebut gading-gading ganda. Antar gading kiri dan kanan disatukan di bagian bawah dengan menggunakan

wrang.

Wrang disambung dengan gading-gading tunggal memakai paling sedikit tiga baut. Selain itu wrang juga dihubungkan dengan lunas menggunakan baut-baut. Wrang di bawah pondasi mesin harus diperkuat yaitu tinggi atau tebalnya ditambah. Pada wrang dan gading-gading, di kedua sisi lunas luar harus dibuat lubang air supaya dapat mengalir dengan baik ke pompa bilga. Wrang/floor adalah pelat tegak yang melintang dari bilga ke bilga kapal, baik yang berlubang maupun tidak, yang dipasang di atas pelat alas pada setiap jarak gading. Konstruksi gading-gading dan wrang kapal kayu seperti ditunjukkan pada Gambar 13, 14, 15 dan 16.

Gambar 13 Konstruksi Gading-gading dan wrang kapal kayu

(34)

Gambar 14 Bentuk konstruksi gading-gading

Sumber : Khasnawati (2003)

Gambar 15 Konstruksi gading-gading :

a)haluan; b) midship; c) buritan

(35)

Gambar 16 Konstruksi gading-gading :

a) haluan; b) midship; c) buritan

Sumber : Arofik (2007)

5. Kulit luar

Kulit luar berfungsi untuk mencegah air masuk ke dalam badan kapal sehingga kapal mempunyai daya apung dan menambah kekuatan memanjang kapal.

Papan lapis yang terdiri dari dua lapisan papan memberikan kekuatan yang lebih baik daripada kulit luar, sehingga jarak gading dapat diperbesar dan secara keseluruhan berat konstruksi lebih ringan. Konstruksi kulit luar kapal kayu, papan dasar dan papan lambung dapat dilihat pada Gambar 17, 18, 19, 20 dan 21.

(36)

1)

2)

3)

Gambar 18 Cara pemasangan papan :

1) Tahap pemasangan papan dasar;

2) Cara pemasangan papan lambung:

a) Pemasangan papan lambung; b) Posisi sambungan

Sumber : Iskandar (1990)

Gambar 19 Cara merangkai papan lambung dan bentuk sambungan papan lambung

(37)

Gambar 20 Pemasangan papan kulit :

a) Pemasangan papan dasar;

b) Penentuan tempat pengeboran;

c) Penyesuaian papan dan lunas;

d) Papan dengan pemukulan sisi papan

Sumber : Sinaga (1998)

Gambar 21 Sambungan papan dan pelengkungan papan

(38)

6. Geladak

Geladak adalah permukaan datar/hampir mendatar yang menutupi sisi atas dari ruangan-ruangan di kapal (Soegiono, 2006). Geladak berfungsi untuk menutup badan kapal bagian atas sehingga menjadi kedap air dan merupakan bagian utama kekuatan memanjang kapal. Selain itu geladak juga menjadi tempat kerja awak kapal, sehingga harus dibuat tidak licin. Papan geladak umumnya dipasang memanjang. Bentuk konstruksi geladak ditunjukkan pada Gambar 22 dan 23.

Gambar 22 Konstruksi geladak kapal kayu

Sumber : Soekarsono (1994)

Gambar 23 Konstruksi papan geladak

Sumber : Khasnawati (2003)

7. Ruang ikan (palkah ikan)

(39)

Gambar 24 Konstruksi palkah kapal kayu

Sumber : Soekarsono (1994 )

Gambar 25 Konstruksi palka

Sumber : Iskandar (1990)

Gambar 26 Konstruksi palka ikan

(40)

Gambar 27 Palka berbentuk prisma trapesium lengkung Sumber : Lafi (2004)

Gambar 28 Bagian-bagian konstruksi palka tampak depan (non skala)

Sumber : Kurniawati (2004)

8. Pondasi mesin

(41)

Gambar 29 Konstruksi pondasi mesin kapal kayu Sumber : Soekarsono (1994)

Gambar 30 Dudukan mesin :

a)Letak dudukan mesin di atas gading-gading;

b)Tampak atas dudukan mesin;

c) Tampak depan dudukan mesin

(42)

Gambar 31 Pondasi mesin

Sumber : Khasnawati (2003)

Gambar 32 Pondasi mesin

(43)

Askabul (1984) menyebutkan 18 tahapan konstruksi kapal ikan serba guna, yaitu: 1) Pemasangan lunas; 2) Pemasangan linggi haluan; 3) Pemasangan linggi belakang; 4) Pemasangan hog; 5) Pemasangan apron; 6) Pemasangan stem knee; 7)Pemasangan linggi buritan; 8) Pemasangan transom; 9) Pemasangan balok-balok mati; 10) Pemasangan gading-gading; 11) Pemasangan papan lambung; 12)Pemasangan balok-balok dek; 13) Pemasangan galar dek; 14) Pemasangan pisang-pisang; 15) Pemasangan galar bilga; 16) Pemasangan papan dek; 17) Pemasangan

carling; dan 18) Pemasangan dudukan mesin.

Menurut Dixon (Shipbuilding Technology, MIR Publisher), kapal dilengkapi dengan insulasi (penyekatan). Kegiatan insulasi pada papan kapal dibagi menjadi 2, yaitu insulasi panas dan suara. Permukaan logam seperti dinding petak kapal/sekat, sisi dan langit-langit, harus ada penyekatan panas untuk menjaga ruangan dalam tetap pada suhu yang dibutuhkan, sedangkan insulasi suara penting untuk mengurangi kegaduhan dalam ruangan dan untuk menyekat ruangan-ruangan seperti ruang radio dari keramaian luar.

Di bawah ini adalah bahan-bahan utama yang digunakan untuk insulasi lambung kapal pada galangan kapal Soviet :

1. Mineral felting

2. Papan plastik berrongga, plastik busa dan serat kaca.

3. Aluminium foil (kertas aluminium) terbuat dari aluminium kelas A-00.

4. Papan vinydure yang berombak (beberapa lapisan dari plastic film berombak, pola ombak tegak lurus satu sama lain).

5. Gabus (dalam bentuk papan atau potongan-potongan kecil) dan Expansite. Mutton (1979) mengatakan bahwa secara umum persyaratan insulasi suara, sebaiknya kotak suara terbuat dari bahan-bahan berat, bahan yang lebih berat (contoh : kayu lapis/kayu triplek yang tebal) menyerap suara dan mengurangi getaran lebih baik dibandingkan bahan yang tipis (contoh : kayu lapis/kayu triplek yang tipis).

(44)

untuk menyekat suara. Lapisan-lapisan insulasi suara pada kotak mesin dapat dilihat pada Gambar 33.

Bahan penyerap suara

Kayu lapis

Tepi penutup

Gambar 33 Lapisan insulasi suara pada kotak mesin kapal Sumber : Dixon (Shipbuilding Technology)

2.2 Kayu

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999), kayu adalah pohon yang batangnya keras; bagian batang (cabang, dahan, dsb) pokok yang keras (yang biasa dipakai untuk bahan bangunan, dsb).

Maruhum (1985) mengemukakan bahwa untuk keperluan bahan bangunan struktural sifat utama yang menjadi ukuran kegunaan kayu adalah kekuatan dan kekakuannya. Selanjutnya dijelaskan sifat-sifat ini sangat dipengaruhi oleh faktor lainnya, seperti cacat yang ada pada kayu dan juga sifat serta kondisi fisik kayu seperti berat jenis, kadar air dan bentuk penampangnya.

Menurut Anonymous (1988), sifat-sifat mekanis kayu mempunyai tiga arah utama, yaitu:

- arah memanjang, yang searah dengan hati kayu; - arah radial atau arah jari-jari lingkaran tahun;

- arah tangensial atau arah harus singgung lingkaran tahun.

(45)

tegak lurus serat. Salah satu karakteristik dasar dari kayu adalah perbedaan kekuatan (strength) serat memanjang (sejajar) dan serat melintang (tegak lurus). Kelemahan kayu sebagai material kapal ikan antara lain kurangnya kekuatan kapal dan konstruksinya berat. Kurangnya kekuatan kapal disebabkan oleh banyaknya sambungan, sedangkan keunggulan-keunggulan kayu sebagai material kapal ikan adalah harga kayu yang lebih murah dan mudah diperoleh serta mudah dalam pengerjaannya. Penggunaan lebih dari satu jenis dan tepat penempatannya pada konstruksi sebuah kayu kapal akan saling melengkapi antara kekurangan maupun kelebihan satu jenis kayu dengan jenis lainnya. Pedersen, 1967 dalam Ludfiah, 1990 menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat kekuatan kayu diharapkan kapal ikan tersebut dapat beroperasi dalam jangka waktu lama atau dengan kata lain umur pakai kapal lebih lama .

Faktor yang sangat mempengaruhi umur pakai kapal ikan dari kayu diantaranya tingkat kelas kuat (KK) kayu yang digunakan dan tingkat kelas awet (KA). KK adalah pengklasifikasian kayu berdasarkan besarnya nilai berat jenis (BJ) kayu tersebut, dan KA adalah pengklasifikasian kayu berdasarkan daya tahannya terhadap serangan jamur, rayap, dan organisme perusak lainnya (Fyson, 1985 dalam Iskandar, 1990). Persyaratan teknis kayu pada bagian-bagian kapal kayu dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Persyaratan teknis kayu pada masing -masing bagian kapal

No Penggunaan Persyaratan teknis

1 Lunas Tidak mudah pecah, tahan

binatang laut

2 Gading-gading Kuat, liat, tidak mudah

pecah, tahan binatang laut

3 Kulit atau lambung Tidak mudah pecah, kuat,

liat, tahan binatang laut 4 Bangunan atas dudukan mesin Ringan, kuat dan awet,

keras, tidak mudah pecah karena getaran mesin 5 Pembungkus As dan baling-baling Liat dan lunak sehingga

(46)

Tabel 1 di atas menjelaskan tentang persyaratan teknis kayu pada beberapa bagian konstruksi kapal, yaitu lunas, gading-gading, kulit atau lambung, bangunan atas dudukan mesin serta pemungkus As dan baling-baling. Persyaratan ini disesuaikan dengan fungsi konstruksi-konstruksi tersebut, contohnya pada lunas yang merupakan pondasi kapal dan tempat melekatnya bagian-bagian konstruksi kapal dan membentuk satu kapal utuh, maka diperlukan kayu yang bersifat tidak mudah pecah dan tahan terhadap serangan binatang laut. Setiap jenis kayu memiliki nilai kelas kuat tersendiri. Kriteria kelas kuat kayu dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kriteria kelas kuat kayu

Kelas kuat Berat jenis Keteguhan

Sumber: Konstruksi kayu oleh Yap dalam BKI (1989)

(47)

Tabel 3. Kriteria kelas awet kayu

No Keadaan

Kelas Awet

I II III IV V

1 Selalu berhubungan dengan lembab 5 tahun 5 tahun 3 tahun sangat pendek sangat pendek

2

Hanya dipengaruhi cuaca tetapi dijaga supaya tidak terendam air dan tidak kekurangan udara.

Di bawah atap tidak dengan tanah lembab dan tidak kekurangan udara

Tak

Seperti di atas tetapi dipelihara dengan baikdan dicat dengan teratur

5 Serangan rayap tanah tidak jarang cepat sangat cepat sangat cepat 6 Serangan bubuk kayu kering tidak tidak

hampir

tidak tidak berarti sangat cepat Sumber: Oey Djoen Seng (1951) dalam Martawijaya (1997)

(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)

Berdasarkan ketentuan Biro Klasifikasi Indonesia (1989), kayu untuk lunas, linggi haluan dan buritan, wrang, gading-gading, balok buritan serta tutup dek harus mempunyai berat jenis minimal 0,7. Jenis kayu kulit luar, balok dek, galar balok, lutut balok, penumpu dek, dudukan mesin, dan kayu mati disarankan memiliki berat jenis 0,56. Untuk bagian konstruksi yang penting harus dipergunakan kayu dengan mutu minimum KK III dan KA III.

Biro Klasifikasi Indonesia (1996) menjelaskan bahwa pemilihan jenis kayu untuk keperluan bahan bangunan struktural didasarkan pada sifat-sifatnya. Umumnya sifat-sifat yang diperhatikan adalah keawetan, kekuatan, massa jenis, dan kelembapan kayu sehingga dapat dipilih jenis kayu yang baik dan kuat. Juga menjadi pertimbangan adalah cacat-cacat yang ada serta mudah atau tidaknya jenis kayu tersebut dikerjakan dan dibentuk.

Mandang dan Pandit (1997) dalam Betrix (2004) meneliti dan mendeskripsikan beberapa jenis kayu yang digunakan sebagai bahan konstruksi kapal terutama untuk linggi dan lunas kapal seperti di bawah ini :

1) Kayu balau (Shorea roxb)

Ciri utama jenis kayu ini warna kayu kuning kecoklatan, memiliki corak polos atau berjalur-jalur, warna agak gelap dan terang bergantian pada bidang radialnya. Jenis kayu ini memiliki tekstur dari halus sampai kasar dan umumnya agak halus. Kekerasan dari keras sampai sangat keras. Kayu ini memiliki berat jenis antara 0,88-1,13. Dalam konstruksi kapal kayu ini digunakan untuk lunas dan gading-gading kapal.

2) Kayu giam (Colylelobium pierre)

(56)

3) Kayu gofasa (Vitex cofassus)

Teras kayu berwarna putih agak kelabu, kuning kelabu, kelabu ungu sampai kemerah-merahan. Bertekstur halus sampai agak kasar. Berat jenis rata-rata 0,74 dalam kisaran 0,57-0,93. Kayu ini dinilai sebagai bahan bangunan yang bermutu tinggi dan digunakan sebagai konstruksi lunas, dinding, balok-balok rangka dan sebagainya.

4) Kayu jati (Tectona grandis)

Jenis kayu ini berwarna kuning emas kecoklatan sampai coklat kemerahan, memiliki corak dekoratif yang indah, bertekstur agak kasar sampai kasar dan tidak rata. Memiliki kekerasan agak keras. Berat jenis rata-rata 0,67 dalam kisaran 0,62-0,75. Kayu ini digunakan untuk semua bagian dari kapal, termasuk konstruksi lunas dan linggi kapal.

5) Kayu kereta (Swintonia griffith)

Teras kayu berwarna coklat-kuning atau coklat merah pucat. Bercorak keras dan bertekstur agak keras. Permukaan mengkilap, berkesan raba licin. Kekerasan agak keras sampai keras, berat jenis antara 0,67-0,79. Digunakan sebagai bangunan kapal terutama untuk lunas dan badan kapal.

6) Kayu kempas (Koompassia malaccensis)

Berciri umum, teras berwarna merah seperti bata, bercorak garis-garis kekuningan, bertekstur kasar sampai sangat kasar. Berat jenis rata-rata 0,95 dalam kisaran 0,68-1,29. Berguna sebagai bahan konstruksi berat, dalam bidang perkapalan digunakan sebagai konstruksi lunas.

7) Kayu ulin (Eusideroxylon zwageri)

(57)

Konstruksi kapal ikan tradisional dinilai masih terlalu boros dalam pemakaian bahan baku. Perlu dipikirkan efisiensi penggunaan bahan baku dengan membuat suatu pedoman (Pasaribu 1984).

Pada beberapa penelitian terdapat jenis kayu lain yang digunakan untuk membuat konstruksi kapal. Penelitian yang berjudul ”Kekuatan Tiga Tipe

Sambungan Kayu Merbau pada Lunas Luar Kapal Ikan” oleh Fajar

Dharmawangsa (2004) menggunakan kayu merbau sebagai bahan penelitian dan didapatkan kesimpulan bahwa pola sambungan hook scarf merupakan sambungan terbaik di antara kedua jenis sambunga n lainnya, yaitu key scarf dan plain scarf . Selain itu, penelitian yang berjudul ”Sifat Mekanis Kayu Rasamala pada Beberapa

Bagian Lambung Kapal Gillnet” oleh Palupi Lindiasari Samputra (2004)

menggunakan kayu rasamala dan diambil kesimpulan bahwa kayu yang mengalami penurunan kekuatan paling besar adalah kayu basah, sedangkan kayu yang tidak mengalami perubahan kelas kuat berdasarkan uji sifat-sifat mekanik yang dilakukan adalah kayu kering, dan kayu yang tergolong dalam kelas kuat yang sama dengan kayu sebelum pemakaian berdasarkan uji yang dilakukan adalah kayu transisi (kondisi kayu kadang terendam air kadang kering).

2.3 Galangan Kapal

Galangan adalah balok-balok penyangga dan penopang kapal yang sedang diperbaiki; tempat membuat kapal (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1999). Sementara itu, Soegiono (2006) mengartikan bahwa galangan adalah landasan di tepi laut/perairan yang dipergunakan untuk membangun/merakit kapal. Umumnya landasan tersebut miring ke arah permukaan air dan memanjang sampai ke bawah permukaan air yang dimaksudkan untuk meluncurkan kapal ke air setelah selesai dibangun.

(58)

instalasi pipa; (4) memasang peralatan khusus sesuai dengan metode penangkapan yang dilakukan; dan (5) mengkonstruksi palkah ikan dengan berbagai sistem pendingin (Lubis, 1983 dalam Parulian, 1986)

Fungsi galangan kapal adalah untuk membangun, memperbaiki dan merawat kapal. Dalam pembangunan sebuah kapal, kemampuan dan kualitas sebuah galangan kapal memegang peranan penting dalam menghasilkan sebuah kapal yang dapat dioperasikan dengan sempurna (Pasaribu, 1984).

Mazurkiewicz (1981) menjelaskan bahwa unit organisasi dan lokasi galangan kapal untuk pembangunan baru dan perbaikan berbeda. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan proses teknologi. Untuk shiprepair yards, fasilitas yang umumnya dimiliki adalah : bengkel untuk memperbaiki badan kapal, perawatan, bengkel untuk pengecatan, dan bengkel untuk memperbaiki mesin kapal, sehingga fasilitas ini seharusnya jika mungkin dekat dengan dermaga dan dok.

Galangan-galangan kapal kayu di Indonesia umumnya melaksanakan pembangunan kapal menggunakan teknologi sederhana. Poerwadarminta (1976) mendefinisikan bahwa teknik adalah pengetahuan dan kepandaian membuat sesuatu yang berkenaan dengan hasil industri (bangun-bangunan, mesin, dsb). Adapun yang dimaksud dengan teknologi adalah ilmu teknik.

Assauri (1993) memaparkan bahwa proses adalah cara, metode, dan teknik bagaimana sesungguhnya sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan, dan dana) yang ada diubah untuk memperoleh suatu hasil. Sedangkan, produksi adalah cara, metode, dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan-bahan, dan dana) yang ada.

Secara ekstrim proses produksi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu proses produksi yang terus-menerus (continuous processes) dan proses produksi yang terputus-putus (intermittent processes). Proses yang terputus-putus disebut

(59)

pabrik yang menghasilkan produknya untuk atau berdasarkan pesanan seperti pabrik kapal atau bengkel besi atau las.

2.4 Tekno-Ekonomi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999), ekonomi adalah ilmu mengenai asas-asas produksi, distribusi, dan pemakaian barang serta kekayaan (seperti hal keuangan, perindustrian, dan perdagangan); pemanfaatan uang, tenaga, waktu, dsb yang berharga; tata kehidupan perekonomian (suatu negara); cakupan urusan keuangan rumah tangga (organisasi, negara). Selain itu, Lipsey (1995) mengartikan bahwa ilmu ekonomi adalah suatu studi tentang pemanfaatan sumber daya yang langka untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tak terbatas.

Konsep efisiensi ekonomi adalah suatu ukuran jumlah relatif dari beberapa input yang digunakan untuk output tertentu. Konsep ekonomi mencakup tiga pengertian, yaitu efisiensi teknis, efisiensi harga dan efisiensi ekonomi (Kadariah et al., 1976)

Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap dijual. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung (Mulyadi, 1999).

Sementara itu, menurut Sukirno (2005), biaya produksi dapat didefinisikan sebagai semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksikan perusahaan tersebut.

(60)

kapal, tentu saja merupakan juru kunci untuk pembuatan perkiraan yang baik dari biaya-biaya ini.

Menurut Fyson, perhitungan biaya kapal biasanya dibuat berdasarkan ukuran kapal—parameter desain kapal terpenting. Untuk tujuan biaya, ukuran adalah hitungan terbaik pada pengukuran volume. isi dan metode yang terbaik untuk digunakan adalah CUBIC NUMBER (CUNO).

Lebih lanjut Fyson menjelaskan bahwa untuk setiap ukuran dan sub -bab bagian yang berhubungan, si perancang menghitung biaya bahan/material, tenaga kerja langsung, biaya-biaya lain. Biaya-biaya tersebut termasuk dalam biaya penanaman modal dalam pembangunan kapal. Hal ini merupakan salah satu kajian yang sangat penting untuk membuat sebuah keputusan dari biaya-biaya dan pendapatan yang diharapkan untuk pertimbangan operasi penangkapan ikan dan juga memfasilitasi sebuah analisis perbandingan ekonomi dari kapal-kapal perikanan dengan perbedaan tipe, ukuran, kekuatan mesin, dan lain-lain.

Menurut Assauri (1998), proses pembuatan kapal termasuk proses produksi yang terputus-putus (intermittent processes). Kekurangan/kerugian dari proses yang terputus-putus ini adalah sebagai berikut :

1) Scheduling/routing untuk pengerjaan produk yang akan dihasilkan sangat sukar dilakukan karena kombinasi urut-urutan pekerjaan yang banyak sekali di dalam memprodusir satu macam produk, dan disamping itu dibutuhkan

scheduling dan routing yang banyak sekali karena produknya yang berbeda tergantung dari pemesannya.

2) Oleh karena pekerjaan routing dan scheduling banyak sekali dan sukar dilakukan, maka pengawasan produk (production control) dalam proses produksi seperti ini sangat sukar dilakukan.

(61)

4) Biaya tenaga kerja dan biaya pemindahan bahan sangat tinggi, karena banyak dipergunakannya tenaga manusia dan tenaga yang dibutuhkan adalah tenaga ahli dalam pengerjaan produk tersebut.

Sukirno (2005) menyatakan bahwa tenaga kerja bukan saja berarti jumlah buruh yang terdapat dalam perekonomian. Pengertian tenaga kerja meliputi juga keahlian dan keterampilan yang mereka miliki. Dari segi keahlian dan pendidikannya, tenaga kerja dibedakan kepada tiga golongan berikut:

a. Tenaga kerja kasar adalah tenaga kerja yang tidak berpendidikan

atau rendah pendidikannya dan tidak memiliki keahlian dalam suatu bidang pekerjaan.

b. Tenaga kerja terampil adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian

dari pelatihan atau pengalaman kerja seperti montir mobil, tukang kayu dan ahli mereparasi TV dan radio.

c. Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki pendidikan

(62)

3 METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2006 – Februari 2007, di tiga galangan kapal rakyat Desa Gebang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Selanjutnya ketiga galangan tersebut disebut Galangan 1, Galangan 2 dan Galangan 3.

3.2 Alat Penelitian

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat tulis, meteran dan kamera. Adapun alat yang digunakan dalam pengolahan data dan penyusunan skripsi adalah seperangkat Personal Computer (PC).

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif survei. Menurut Consuelo (1988)

dalam Umar (2005), survei digunakan untuk mengukur gejala-gejala yang ada tanpa menyelidiki kenapa gejala-gejala tersebut ada, sehingga tidak perlu memperhitungkan hubungan antara variabel-variabel, karena hanya menggunakan data yang ada untuk pemecahan masalah daripada menguji hipotesis. Survei dapat memberikan manfaat untuk tujuan-tujuan deskriptif, membantu dalam hal membandingkan kondisi-kondisi yang ada dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya, dan juga untuk pelaksanaan evaluasi. Survei dapat dilakukan dengan cara sensus maupun sampling terhadap hal-hal yang nyata dan tidak nyata.

(63)

3.3.1 Jenis data

Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini berdasarkan pencapaian tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1) Data-data untuk tujuan 1: • Data dimensi utama kapal; • Data bentuk konstruksi kapal; • Data ukuran konstruksi kapal. 2) Data-data untuk tujuan 2:

• Data tahapan pembangunan kapal;

• Data proses penyambungan antar konstruksi. 3) Data-data untuk tujuan 3:

Faktor-faktor yang terkait dengan penentuan biaya produksi suatu kapal. 4) Data-data untuk tujuan 4:

Biaya produksi kapal.

3.3.2 Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lapangan, pengukuran dan wawancara dengan narasumber. Narasumber pada penelitian ini adalah pembuat kapal dan atau pemilik galangan, juragan kapal (nelayan), pegawai dinas Kecamatan Geba ng, pegawai dinas Desa Gebang Kulon, pegawai Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon. Pengumpulan data dilakukan di tiga galangan kapal, dimana dari ketiga galangan kapal diperoleh 5 unit kapal.

3.3.3 Pengolahan data

(64)

biaya pembangunan kapal dan melakukan beberapa penghitungan terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan kapal tersebut.

3.3.4 Analisis data

Analisis data dibagi menjadi dua bagian, yaitu analisis teknologi dan analisis ekonomi. Berikut ini adalah penjelasan mengenai kedua analisis tersebut :

a)Analisis teknologi

Analisis teknologi dilakukan terhadap bentuk dan ukuran konstruksi, cara penyambungan antar konstruksi dan proses pembangunan kapalnya. Analisis ini dilakukan untuk melihat apakah bentuk kontruksi dan proses pembangunan kapal di beberapa galangan rakyat di Gebang telah sesuai dengan ketentuan yang terdapat pada naval architect yang meliputi tahapan propulsive performance, loading performance dan navigation performance serta apakah bentuk konstruksi dan proses pembangunan kapal-kapal tersebut juga memiliki kesamaan dengan kapal-kapal lain yang dibangun di beberapa daerah yang berbeda. Selain itu analisis juga dilakukan untuk melihat apakah ukuran konstruksi telah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh BKI (Biro Klasifikasi Indonesia). Analisis ini dilakukan berdasarkan ukuran GT tiap kapal. Berikut ini merupakan rumus perhitungan GT :

GT = 0,25 x V ... (1)

Bmax = lebar badan kapal terlebar di midship ;

D = dalam kapal diukur dari atas dek sampai garis atas lunas. f = 0,55

(65)

b)Analisis ekonomi

Analisis ekonomi dilakukan untuk menentukan faktor-faktor yang menentukan harga sebuah kapal. Selain itu akan dianalisis pula persentase tiap faktor tersebut terhadap biaya produksi total, harga jual dan keuntungan per unit kapal. Perbandingan antara kapal-kapal yang diteliti dilakukan berdasarkan ukuran CUNO (Cubic Number). CUNO merupakan metode perhitungan terbaik untuk pembiayaan suatu kapal. Rumus CUNO adalah sebagai berikut :

CUNO = Lpp x B max x D ... (5) Keterangan :

Lpp = panjang kapal diukur dari titik FP (Fore Perpendicular) sampai titik AP (After Perpendicular) ;

B max = lebar badan kapal terlebar di midship ;

(66)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum Galangan Kapal di Desa Gebang

Berdasarkan keterangan dari petugas lapang Kantor Desa Gebang Kulon dan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cirebon tercatat bahwa terdapat 43 galangan kapal dari enam kelompok pengrajin kapal di Kecamatan Gebang dan 35 galangan kapal di antaranya terdapat di Desa Gebang Kulon. Pada penelitian ini diambil tiga galangan kapal rakyat sebagai sampel. Salah satunya terdapat di Desa Gebang Udik dan yang lainnya terdapat pada satu desa yang sama, yaitu Desa Gebang Kulon.

Galangan-galangan kapal tersebut masing-masing dimiliki oleh Ibu Hj. Tewi (Galangan kapal 1), Pak Tarja (Galangan kapal 2) dan Galangan kapal 3 yang dimiliki oleh Pak Kamal. Dasar pemilihan ketiga galangan kapal tersebut sebagai sampel adalah karena produktivitas ketiga galangan tersebut termasuk baik, umumnya mereka mampu membangun 3-4 kapal baru per tahun. Bahkan, galangan kapal 1 mampu membangun 5-7 kapal per tahun, dimana kapal-kapal tersebut ada yang merupakan pesanan juragan kapal (nelayan) dan ada juga yang merupakan barang dagangan (dibuat tanpa pesanan).

Umumnya, galangan-galangan kapal di Gebang membangun kapal-kapal baru dan me nyediakan jasa perbaikan kapal. Ada juga galangan-galangan kapal yang hanya membangun kapal-kapal baru atau hanya membangun kembali kapal lama/tua yang telah rusak pada beberapa bagian konstruksi karena kayunya telah lapuk, bocor, dan lain-lain. Ketiga galangan yang diteliti hanya membangun kapal baru dan perbaikan kapal seperti mendempul kembali celah-celah pada kapal yang menyebabkan kapal menjadi bocor, tetapi Galangan kapal 3 juga menerima pesanan untuk membangun kembali kapal lama.

(67)

(nelayan) yang tidak kunjung dilunasi. Akibatnya banyak usaha galangan kapal yang gulung tikar. Saat penelitian pun penulis melihat banyak kapal-kapal yang tidak diselesaikan pembangunannya dan menjadi lapuk.

Lokasi galangan kapal mayoritas berada di lahan-lahan kosong yang letaknya jauh dari sungai. Walaupun ada yang letaknya dekat dengan sungai tetapi tidak persis di tepi sungai (kapal tidak dibuat pada kerangka di atas air). Posisi galangan-galangan yang diteliti ditunjukkan oleh peta pada Gambar 34.

(68)

Secara umum kondisi ketiga galangan kapal yang diteliti sama hanya saja pada Galangan 1 lahan yang digunakan sebagai tempat pembangunan kapal lebih luas dengan kapasitas lahan enam kapal dan atapnya dari genteng. Hal ini memudahkan mereka untuk tetap bekerja karena peralatan yang menggunakan tenaga listrik tetap bisa digunakan. Sedangkan pada kedua galangan kapal lainnya, lahan yang digunakan sebagai tempat pembangunan kapal hanya mampu memuat dua kapal saja serta beratap daun-daun kelapa kering dan ijuk yang tidak tersusun rapat. Hal ini menyebabkan atap menjadi bocor saat hujan dan tidak memungkinkan mereka tetap bekerja dan menggunakan peralatan listrik yang akan membahayakan diri mereka. Sehingga pekerjaan terpaksa ditunda atau diliburkan apabila turun hujan. Hal tersebut juga dapat mempengaruhi lama pembangunan kapal.

Status kepemilikan lahan ketiga galangan tersebut adalah milik pribadi ataupun sewa lahan orang lain. Sistem sewa lahannya tidak tergantung pada lama waktu pembangunan kapal, melainkan hanya dari jumlah kapal yang sedang dibangun pada lahan tersebut. Harga sewa lahan dikenai per kapal. Seperti pada Galangan 2, sewa lahan adalah sebesar Rp. 50.000,-/kapal.

(69)

4.2Teknologi Pembangunan Kapal Kayu di Desa Gebang

Kapal kayu yang dibuat di Gebang termasuk jenis kapal sopek dan digunakan sebagai armada alat tangkap multi purpose (multi gear). Teknologi pembangunan kapal kayu yang akan dibahas berikut ini meliputi jenis material yang digunakan dalam pembangunan kapal dan pengadaannya, bentuk konstruksi utama kapal kayu di Gebang serta perbandingannya dengan bentuk konstruksi utama kapal kayu di daerah lain dan kesesuaiannya dengan ketetapan BKI, tahapan proses pembangunan kapal kayu termasuk penyambungan bagian-bagian konstruksi dan pembentukan konstruksi.

4.2.1 Material

Material yang digunakan dalam pembangunan suatu kapal kayu terdiri dari kayu sebagai material utama dan material non-kayu yang merupakan material pendukung. Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut dari masing-masing material pembangun kapal kayu tersebut :

a) Kayu

Jenis kayu yang digunakan untuk bagian-bagian konstruksi utama kapal yang terdiri dari lunas, linggi haluan, linggi buritan, kulit kapal, gading-gading, lantai dek/geladak, palka dan pondasi mesin pada ketiga galangan kapal yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 5.

(70)

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa jenis kayu yang digunakan oleh ketiga galangan untuk konstruksi-konstruksi utama kapal kayunya sama yaitu kayu jati (Tectona grandis Lf). Hal ini menjadi sesuatu yang khas karena di daerah Gebang kayu jati dipakai untuk membangun seluruh bagian kapal, kecuali tiang penyangga kemudi yang terbuat dari kayu johar. Kayu jati yang digunakan adalah yang berumur muda. Kayu jati tersebut dipilih sebagai material utama pembangunan kapal kayu karena banyak tersedia dan mudah didapatkan di sekitar lokasi galangan. Penggunaan kayu jati sebagai material utama pembuatan kapal kayu di Desa Gebang telah dilakukan sejak dulu. Kayu jati muda tersebut dalam pengerjaannya mudah dan juga kuat. Hal ini diperkuat juga oleh penelitian dan deskripsi dari Mandang dan Pandit (1997) dalam Purba (2004) bahwa kayu jati termasuk salah satu jenis kayu yang digunakan sebagai bahan konstruksi kapal terutama untuk linggi dan lunas kapal.

Berdasarkan BKI (1989), kayu jati merupakan jenis kayu yang dapat digunakan pada semua bagian kapal. Penggunaan kayu jati ini sebagai material konstruksi kapal juga telah memenuhi syarat, dimana BKI menetapkan bahwa untuk bagian konstruksi yang penting harus mempergunakan kayu dengan mutu minimum KK III dan KA III. Adapun KK dan KA untuk kayu jati masing-masing adalah II dan I- (II).

Kayu jati tersebut biasanya dibeli oleh pihak galangan langsung pada petani jati (sebutan untuk petani yang memiliki kebun pohon jati) agar mereka dapat melihat dan memilih pohon-pohon jati yang bagus), tetapi ada juga yang membelinya di toko kayu yang letaknya tak jauh dari Gebang agar tidak terlalu repot meskipun kayu jati yang didapatkan kurang bagus.

(71)

b) Non-kayu

Material non-kayu pada pembangunan kapal kayu digunakan untuk menyambung, menguatkan, melapisi bagian-bagian konstruksi kapal kayu dan penggunaan material-material ini dilakukan oleh pihak galangan dengan bantuan peralatan seperti palu, petel, gergaji dan sebagainya. Kegunaan alat-alat untuk pembangunan kapal tersebut dapat dilihat pada Lampiran 7. Jenis material dan bahan pembuatnya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jenis material non-kayu dan bahan pembuatnya pada kelima kapal yang diteliti

No

Jenis Material

Bahan pembuat material

Galangan 1 Galangan 2 Galangan 3

Kapal 1 Kapal 2 Kapal 3 Kapal 4 Kapal 5

1 Paku pung kayu pung kayu pung kayu pung kayu pung kayu pung

2 Paku besi besi besi besi besi besi

3 Paku tak aluminium aluminium aluminium aluminium aluminium

4 Paku ulir

mur aluminium aluminium aluminium aluminium aluminium

6 Gelam

Berdasarkan keterangan pada Tabel 6 dapat diketahui bahwa jenis material non-kayu yang digunakan pada kelima kapal umumnya sama kecuali untuk Kapal 5 pada Galangan 3 tidak menggunakan paku ulir. Fungsi paku ulir digantikan oleh paku pung.

(72)

a) b) c) d)

Gambar 35 Bentuk material paku : a) paku besi ; b) paku ulir ; c) paku tak ; d) paku pung

Paku besi digunakan untuk penyambungan lunas dengan papan dasar, antar papan kulit kapal, perangkaian papan pada gading-gading dan sebagainya. Paku tak digunakan untuk pemasangan balok penyangga lantai dek (galaran) ke kulit kapal, pemasangan dek permanen di bagian haluan dan buritan kapal, pemasangan kulit kapal pada linggi haluan dan linggi buritan. Paku ulir memiliki fungsi yang sama seperti paku tak atau paku pung. Kelebihannya adalah paku ini berbentuk seperti paku tetapi cara pemasangannya seperti pemasangan baut. Paku ini biasanya digunakan pada pemasangan kulit kapal ke linggi haluan dan linggi buritan kapal. Sedangkan paku pung merupakan paku hasil bentukan atau buatan pembuat kapal dari kayu pung yang dibeli masih dalam keadaan log-log kayu. Paku ini sudah digunakan sejak dahulu sampai sekarang karena kuat dan biasanya dipasang pada kulit kapal menembus gading-gading, pemasangan kulit kapal pada linggi haluan dan linggi buritan dan pada bagian-bagian konstruksi kapal lain yang tebal. Pemilihan paku apa yang digunakan pada pemasangan bagian-bagian konstruksi kapal tergantung dari permintaan pemesan (juragan kapal).

(73)

kayu (biasanya lem kayu yang digunakan adalah lem merek ”FOX”) yang dicampur dengan bubuk semen putih untuk mendempul celah/rongga yang masih ada pada kapal. Semua jenis material non-kayu ini banyak dijual di toko-toko bahan bangunan yang ada di sekitar galangan di Desa Gebang dengan harga terjangkau.

4.2.2 Konstruksi

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh lima unit kapal kayu yang dibuat di tiga galangan kapal, dimana masing-masing dua unit kapal kayu di Galangan 1 dan 2, serta satu unit kapal kayu di Galangan 3. Adapun dimensi utama kelima kapal yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Ukuran-ukuran dimensi utama kelima kapal contoh

No Keterangan

Pada Tabel 7 terlihat bahwa kelima kapal yang diteliti merupakan kapal jenis sopek. Kapal ini memiliki bentuk ujung haluan dan buritan yang sama yaitu meruncing (double pointed). Gambar kapal ini dapat dilihat pada Lampiran 1.

(74)
(75)
(76)

Berikut ini adalah penjelasan rinci mengenai bagian-bagian konstruksi utama kelima kapal kayu yang ada di Gebang :

1. Lunas

Lunas merupakan dasar pembangunan kapal kayu. Pada bagian ini konstruksi-konstruksi utama lainnya diletakkan, dikaitkan dan dirangkai. Oleh karena fungsinya yang vital, lunas harus memiliki kekuatan yang besar. Lunas berupa satu balok kayu panjang tanpa sambungan. Hal ini sangat baik karena dengan tidak adanya sambungan, kekuatan memanjang kapal akan menjadi lebih besar. Pemotongan balok kayu lunas dilakukan searah serat kayu juga karena mempertimbangkan kekuatan lunas. Ukuran konstruksi-konstruksi utama kapal dapat dilihat pada Lampiran 4.

Bentuk konstruksi lunas kelima kapal yang diteliti serupa yaitu berupa balok kayu panjang melintang dengan purus di kedua ujungnya. Purus adalah bentukan balok kecil di ujung lunas dengan ukuran panjang sesuai dengan seberapa dalam purus tersebut akan dimasukkan ke linggi haluan dan linggi buritan. Biasanya panjang/dalam purus adalah 15 cm. Sedangkan ukuran lebar dan tebal purus adalah 7 x 5 cm. Pembuatan purus dilakukan menggunakan

petel. Ilustrasi bentuk konstruksi lunas kapal dan bentuk petel ditunjukkan oleh Gambar 36 dan 37.

Purus

Purus

(77)

Gambar 37 Bentuk alat pemahat (Petel)

Pada Tabel 8 terlihat bahwa kelima kapal dengan LOA berkisar antara 10- 11,5 m, memiliki panjang lunas berkisar antara 8,75- 10,75 m. Terlihat disini bahwa panjang lunas yang digunakan untuk kapal dengan LOA yang hampir seragam, tidak berbeda secara signifikan. Hanya saja pada Kapal 5 yang dibuat di Galangan 3 memiliki panjang lunas yang lebih kecil untuk LOA yang cukup besar. Dimana dengan LOA sebesar 10,5 m, kapal tersebut hanya menggunakan lunas sepanjang 7 m. Berbeda dengan kapal-kapal lainnya dimana dengan LOA sebesar 10- 11,5 m menggunakan lunas dengan panjang 7,5- 8 m.

Sementara itu, ukuran penampang lunas yang digunakan untuk lunas dengan panjang berkisar antara 7- 8 m adalah berkisar antara 150- 225 cm². Pada Kapal 1, 2, 3 dan 4 memiliki ukuran lunas yang hampir seragam, yaitu panjang lunas antara 7- 8 m memiliki luas penampang 150- 196 cm². Akan tetapi, pada Kapal 5 dengan panjang lunas 7 m memiliki luas penampang 225 cm². Dibandingkan dengan keempat kapal lainnya, Kapal 5 memiliki lunas yang lebih pendek dengan luas penampang yang lebih besar.

(78)

penggunaan lunas kelima kapal tersebut telah sesuai dengan ketetapan BKI (1989).

Perbandingan ukuran lunas kapal-kapal yang diteliti dengan ukuran standar BKI adalah pada ukuran penampang, lebar dan tinggi lunas. Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa kapal 1, 2 dan 3 memiliki nilai L : H masing-masing sebesar 7,4 ; 7,692 dan 6,25, semuanya bernilai kurang dari 8. Menurut ukuran standar BKI bahwa untuk L : H = 8 maka penampang lunas =

320 m² dengan lebar dan tinggi lunas yaitu 150 x 215 mm. Ukuran penampang lunas kapal 1, 2 dan 3 tidak sesuai dengan BKI, semuanya bernilai kurang dari 320 m². Begitu pula dengan ukuran lebar dan tinggi lunas, ketiganya memiliki ukuran lebar dan tinggi lunas di bawah 150 x 215 mm. Sedangkan untuk kapal 4 dan 5 masing-masing memiliki nilai L : H sebesar 8,958 dan 9,429. Oleh karena itu kapal 4 termasuk dalam kategori L : H = 8,8 dan kapal 5 termasuk dalam kategori L : H = 9,0. Menurut BKI (1989), apabila nilai L : H > 8 maka ukuran penampang atau tebal pada bagian-bagian konstruksi harus diperbesar sesuai daftar nilai L : H. Bagi kapal dengan nilai L : H = 8,8 akan mengalami penambahan luas penampang atau tebal sebesar 11 % dan bagi kapal bernilai L : H = 9,0 maka luas penampang atau tebal bagian konstruksi ditambah 16 % dari ukuran semula. Mengacu pada BKI, ukuran penampang, lebar dan tinggi lunas kapal 4 dan 5 tidak sesuai. Ukuran-ukuran tersebut masih di bawah Ukuran-ukuran standar BKI.

Bentuk konstruksi lunas kapal sopek ini mirip dengan konstruksi lunas kapal dogol di daerah Bancar pada skripsi Yatnaningsih (1998). Tetapi, pada lunas kapal dogol tersebut, bentuk ujung lunas buritannya berbeda dengan ujung lunas haluan. Sedangkan pada kelima kapal yang diteliti, ujung lunas bagian haluan maupun buritan memiliki bentuk yang sama.

2. Linggi haluan

(79)

Linggi haluan berupa balok besar, panjang dan tebal dengan bagian ujung atasnya meruncing. Bagian bawah linggi haluan bersambungan dengan lunas dan diperkuat dengan siku linggi. Pada linggi haluan bagian bawah dibuat lubang purus yang memiliki ukuran yang sama dengan purus pada lunas untuk disambungkan. Bentuk linggi haluan kelima kapal contoh sama. Konstruksi linggi haluan dapat dilihat pada Gambar 38.

Lubang untuk purus

Gambar 38 Konstruksi linggi haluan

Bentuk kelima linggi haluan kapal serupa dengan bagian ujung atas linggi haluan meruncing dan bagian ujung bawah datar seperti terlihat pada Gambar 37. Bentuk konstruksi linggi haluan ini mirip dengan konstruksi linggi haluan di Bungus, Sumatra Barat pada skripsi Wati (2001), hanya terdapat perbedaan pada cara penyambungan linggi haluan dengan lunas kapal.

(80)

pada kapal 4 dan 5 meskipun kapal-kapal tersebut dibuat pada galangan yang berbeda. Ukuran konstruksi linggi haluan ini bisa jadi berbeda karena tergantung pada permintaan pemesan kapal (juragan kapal).

Perbandingan ukuran linggi haluan kapal-kapal yang diteliti dengan ukuran standar BKI adalah ukuran lebar dan tinggi linggi haluan sesuai dengan nilai L : H kapal-kapal tersebut. Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa Kapal 1, 2 dan 3 memiliki nilai L : H < 8. Ketiga kapal tersebut memiliki ukuran lebar dan tinggi yang tidak sesuai dengan ukuran yang disarankan bagi kapal dengan nilai L : H < 8 yaitu 125 x 180 mm. Ukuran lebar Kapal 3 tidak berbeda jauh dari ukuran lebar yang disarankan oleh BKI yaitu sebesar 120 mm. Akan tetapi, Kapal 1 dan 2 memiliki ukuran lebar yang jauh lebih kecil dari ukuran yang disarankan yaitu hanya sebesar 90 mm. Sementara itu, Kapal 4 dan 5 dibandingkan dengan ukuran linggi haluan standar BKI untuk nilai L : H > 8. Kapal 4 dengan nilai L : H = 8,958 dimasukkan dalam kategori L : H = 8,8. Ukuran lebar dan tinggi linggi haluan yang disarankan adalah 138,75 x 199,8 mm. Kapal 4 yang memiliki nilai L : H yang besar tetapi ukuran lebar linggi haluannya termasuk kecil yaitu hanya sebesar 100 mm. Begitu pula pada Kapal 5 yang memiliki nilai L : H terbesar diantara keempat kapal lainnya tetapi ukuran lebar linggi haluannya hanya sebesar 100 mm. Sedangkan untuk ukuran tinggi linggi haluan kelima kapal tersebut adalah sama yaitu sebesar 300 mm. Ukuran tinggi ini justru jauh lebih besar dari ukuran yang disarankan yaitu sebesar 180 mm (bagi kapal dengan nilai L : H < 8 atau Kapal 1, 2 dan 3) ; 199,8 mm (bagi kapal dengan nilai L : H yang termasuk dalam L : H = 8,8 atau Kapal 4) dan 208,8 mm (bagi kapal dengan nilai L : H yang termasuk dalam L : H = 9,0 atau Kapal 5).

3. Linggi buritan

(81)

pendek dari linggi haluan. Ujung bawah linggi buritan yang menghadap ke haluan juga dibuat lubang purus untuk disambungkan dengan purus pada lunas bagian buritan. Sedangkan pada bagian linggi buritan yang menghadap ke buritan dibuat lubang untuk poros baling-baling. Konstruksi linggi buritan pada kelima kapal sama. Bentuk konstruksi linggi buritan sama dengan linggi haluan karena jenis kelima kapal yang diteliti adalah kapal sopek dengan bentuk kapal double pointed. Konstruksi linggi buritan ini dapat dilihat pada Gambar 39.

Lubang untuk purus

Gambar 39 Konstruksi linggi buritan

Gambar

Gambar 8  Konstruksi linggi haluan                                         Sumber : Wati (2001)
Gambar 15  Konstruksi  gading-gading : a) haluan; b) midship; c) buritan
Gambar 19  Cara merangkai papan lambung dan bentuk sambungan papan            lambung   Sumber : Rahman (2005)
Gambar 20  Pemasangan papan kulit  :
+7

Referensi

Dokumen terkait

Three groups of female students were selected, from the Faculty of Kinesiology, Faculty of Teacher Education and Faculty of Medicine, University of Zagreb, to determine their

Pabrik Gula Lestari meningkatkan pada biaya pencegahan dan belum mengoptimalkan pada biaya kesalahan internal yang digunakan untuk pengelolaan limbah sehingga biaya

tnmi daerah adalah perlu kepemimpinan yang kuat pada tingkat pertama dengan 5isi yang jelas&#34; Selain itu tnmi daerah. memerlukan pr*esinalisme dalam

Stabilitas perlu dianalisis untuk mengetahui apakah konstruksi bangunan ini kuat atau tidak, agar diperoleh bendung yang benar-benar stabil, kokoh dan aman dari berbagai

Sumber Data: Keperluan penelitian dipilih lima kelompok informan dengan catatan masing- masing diperlukan antara dua atau tiga orang. Informannya yaitu ; pelaksana program

Penjelasan tentang tangga nada yang ada pada gamelan jawa di atas khususnya tangga nada pelog karena penulis mengambil tangga nada pelog sebagai salah satu

Pelunasan paling lambat 3 hari kerja setelah hari lelang, apabila tidak dilunasi dalam dalam jangka waktu sesuai ketentuan maka akan dianggap wanprestasi dan uang deposit akan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Ketersediaan sarana dan prasarana pendukung ramah lingkungan telah dilakukan secara efektif sesuai dengan standar