• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Perlakuan Pra Penyimpanan, Suhu dan Komposisi Larutan Pulsing Terhadap Kesegaran Bunga Potong Gerbera (Gerbera Jamessonii) Selama Penyimpanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Perlakuan Pra Penyimpanan, Suhu dan Komposisi Larutan Pulsing Terhadap Kesegaran Bunga Potong Gerbera (Gerbera Jamessonii) Selama Penyimpanan"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH PERLAKUAN PRA PENYIMPANAN, SUHU DAN KOMPOSISI LARUTAN PULSING TERHADAP KESEGARAN BUNGA

POTONG GERBERA (Gerbera jamessonii) SELAMA PENYIMPANAN

Oleh :

GD SUASTAMA SAGITA MANU F14103014

2007

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(2)

Gd Suastama Sagita Manu. F14103014. Pengaruh perlakuan pra penyimpanan, suhu dan komposisi larutan pulsing terhadap kesegaran bunga potong Gerbera (Gerbera jamessonii) selama penyimpanan. Dibawah bimbingan Dr. Ir. I Wayan Budiastra, MAgr.

RINGKASAN

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, termasuk dalam jenis bunga-bungaan. Bunga Potong merupakan salah satu jenis dari produk holtikultura yang mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi, salah satu jenisnya adalah bunga potong Gerbera. Kualitas dan mutu bunga adalah faktor yang mempengaruhi harga jual bunga potong. Salah satu penanganan pasca panen yang penting untuk diperhatikan adalah pengawetan dan penyimpanan. Pengawetan yang sering dilakukan terhadap bunga potong adalah dengan pemberian larutan pulsing. Perlakuan pulsing adalah perendaman segera setelah bunga dipotong yang disertai dengan pemberian larutan sebagai pengawet (larutan

pulsing) selama bunga dalam keragaan yang bertujuan untuk memperpanjang vase life bunga. Penggunaan larutan pulsing sebagai zat pengawet harus mempunyai tiga unsur yaitu pertama mengandung gula (karbohidrat), sebagai sumber energi untuk melakukan respirasi dan aktivitas kehidupan bunga potong yang telah terpisah dari induknya, kedua mengandung bakterisida sebagai penghambat pertumbuhan mikroba yang dapat menyumbat batang dimana pada penelitian ini digunakan AgNO3, dan ketiga mengandung senyawa pengasam (Acidifying agent) yang diperlukan untuk menurunkan pH serta mengefektifkan penyerapan larutan. Di samping itu dilakukan juga perlakuan pre cooling yang berfungsi menurunkan suhu lapang. Selain itu bunga harus disimpan pada suhu rendah supaya umur bunganya menjadi lebih panjang, karena pada suhu rendah enzim-enzim yang bekerja pada proses respirasi tidak aktif sehingga mengakibatkan proses pematangan menjadi lebih lambat dan masa kesegaran bunga pun menjadi lebih lama.

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan perlakuan pra penyimpanan yang tepat untuk mempertahankan kesegaran bunga potong Gerbera, menentukan jenis larutan pulsing yang tepat untuk mempertahankan kesegaran bunga potong Gerbera, serta menentukan suhu penyimpanan yang optimum untuk mempertahankan kesegaran bunga potong Gerbera.

Metode penelitian terdiri dari tiga tahap, yaitu penelitian I (pra perlakuan penyimpanan), penelitian II (pulsing), serta penelitian III (kombinasi pre cooling

(3)

dengan komposisi 10% sukrosa + 500 ppm AgNO3 + 150 ppm asam sitrat, 5% sukrosa + 150 ppm AgNO3 + 300 ppm asam sitrat, dan akuades sebagai kontrol selama masing-masing 60, 90, dan 120 menit. Selanjutnya bunga dipisahkan ke dalam tiga toples untuk disimpan masing-masing pada suhu 10oC, 20oC, dan suhu ruang. Kemudian dari dua tahap penelitian di atas dilakukan kombinasi hasil terbaik dari penelitian I, dengan hasil terbaik pada penelitian II yaitu, pre cooling

+ pulsing, non pre cooling + pulsing, pre cooling + non pulsing, dan non pre cooling + non pulsing (kontrol). Kemudian bunga dipisahkan dalam tiga toples yang masing-masing disimpan pada suhu 10oC, 20oC, dan suhu ruang. Parameter yang diamati dari ketiga tahap penelitian di atas adalah bunga layu, jumlah larutan yang terserap, serta tingkat pencoklatan (browning).

Berdasarkan data hasil perhitungan dengan program software SAS v6.12, diperoleh bahwa pada perlakuan pra penyimpanan, perlakuan pre cooling 4 menit (PC4) merupakan jenis perlakuan terbaik karena menghasilkan rata-rata umur bunga (shelf life) yang lebih panjang yaitu, 15 hari. Sedangkan untuk faktor suhu didapatkan suhu 10oC merupakan suhu penyimpanan terbaik. Persentase bunga layu yang terjadi pada suhu ini adalah 44.1 %, dimana persentase tersebut jauh di bawah kontrol yaitu sebesar 52.5 %. Hal ini dikarenakan pada suhu rendah enzim-enzim yang bekerja pada proses respirasi tidak aktif yang mengakibatkan proses pematangan menjadi terhambat sehingga masa kesegaran menjadi lebih lama.

Pada tahap berikutnya, diperoleh hasil bahwa larutan pulsing dengan komposisi 10% sukrosa + 500 ppm AgNO3 + 150 ppm asam sitrat yang dikombinasikan dengan lama pulsing 60 menit dapat memperpanjang umur bunga dari 12 hari (kontrol) menjadi 15 hari. Dengan demikian larutan pulsing dengan komposisi 10% sukrosa + 500 ppm AgNO3 + 150 ppm asam sitrat yang dikombinasikan dengan lama pulsing 60 menit mampu menyediakan energi yang cukup bagi bunga dalam melakukan respirasi dan aktifitas metabolismenya sehingga mempunyai kesegaran lebih lama.

Pada tahap terakhir, dilakukan kombinasi antara kedua tahap penelitian sebelumnya yaitu antara pre cooling 4 menit (PC4) dan pulsing dengan komposisi 10% sukrosa + 500 ppm AgNO3 + 150 ppm asam sitrat dengan lama pulsing 60 menit. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa kombinasi perlakuan pre cooling 4 menit (PC4) dan pulsing 60 menit pada suhu 10oC menghasilkan rata-rata umur bunga paling tinggi yaitu, 15 hari sedangkan kontrol 12 hari.

Kesimpulan yang diperoleh yaitu bahwa pre cooling 4 menit (PC4) merupakan jenis perlakuan terbaik pada tahap penelitian I, larutan pulsing dengan komposisi10% sukrosa + 500 ppm AgNO3 + 150 ppm asam sitrat dengan waktu

pulsing 60 menit merupakan jenis perlakuan terbaik pada tahap penelian II, dan kombinasi perlakuan pre cooling 4 menit (PC4) dan pulsing 60 menit merupakan jenis perlakuan terbaik pada tahap penelian III. Sedangkan suhu 10oC merupakan suhu penyimpanan terbaik pada perlakuan pre cooling, pulsing, dan kombinasi keduanya. Untuk memperpanjang masa simpan bunga potong Gerbera dapat dilakukan dengan pre cooling pada suhu 5oC selama 4 menit dan disimpan pada suhu 10oC, atau dapat dilakukan dengan perendaman dengan larutan pulsing

(4)

PENGARUH PERLAKUAN PRA PENYIMPANAN, SUHU DAN KOMPOSISI LARUTAN PULSING TERHADAP KESEGARAN BUNGA

POTONG GERBERA (Gerbera jamessonii) SELAMA PENYIMPANAN

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

GD SUASTAMA SAGITA MANU F14103014

2007

(5)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

PENGARUH PERLAKUAN PRA PENYIMPANAN, SUHU DAN KOMPOSISI LARUTAN PULSING TERHADAP KESEGARAN BUNGA

POTONG GERBERA (Gerbera jamessonii) SELAMA PENYIMPANAN

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh:

GD SUASTAMA SAGITA MANU F14103014

Dilahirkan pada tanggal 18 Desember 1984 Di Gianyar

Tanggal Lulus: Menyetujui,

Dr. Ir. I Wayan Budiastra, M.Agr NIP. 131 578 824

Mengetahui,

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gianyar, 18 Desember 1984 dari pasangan I Made Suatana dan Ni Made Aswinarti. Penulis merupakan putra pertama dari dua bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan formal di SMU Negeri 1 Gianyar pada tahun 2003, dan pada tahun yang sama, penulis diterima di Insititut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan penulis memilih Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian (HIMATETA) menjadi wakil ketua pada departemen Pengembangan Minat dan Bakat (PMB). Serta masih aktif dalam organisasi daerah Bali (BRAHMACARYA).

(7)

i KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Fakultas Teknologi Pertanian, Insititut Pertanian Bogor. Skripsi ini berjudul Pengaruh Perlakuan Pra Penyimpanan, Suhu Dan Komposisi Larutan

Pulsing Terhadap Kesegaran Bunga Potong Gerbera (Gerbera jamessonii) Selama Penyimpanan.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Ir. I Wayan Budiastra, MAgr selaku dosen pembimbing atas pengarahan, bimbingan dan segenap maasukannya.

2. Dr. Ir. Emmy Darmawati, M. Si dan Dr. Ir. Rokhani Hasbullah, M. Si selaku dosen penguji atas kesediaan dan masukannya

3. Kedua orang tua dan adik saya atas doa, dukungan dan semangatnya selama penelitian.

4. Bapak Sulyaden atas bantuannya selama penelitian.

5. TPPHP’ers (dyah a, rini, ana, manda, danu, ucup, nana, woko, gynaf, gia, dedy, ajid, asum, ari) atas semangat dan kekompakannya.

6. Teman- teman TEP 40 (hanida, rena, yuni, q2, riris, sandy, ojan, jito, fuad, khafit, dan semua yang tidak sempat ditulis) atas dukungan dan kekompakannya.

7. Mahayana Crew (Bli dom, Mbok dolong, Gory, Rambuh, Kaler) atas dukungan dan kekompakannya

8. Serta semua pihak yang ikut membantu

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Bogor, Agustus 2007

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. Bunga Gerbera ... 4

B. Bunga Potong ... 10

C. Penanganan Pasca Panen Bunga Potong ... 11

D. Larutan Pengawet Pulsing ... 12

E. Penelitian Yang Sudah Dilakukan ... 13

III.METODOLOGI PENELITIAN ... 15

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 15

B. Bahan dan Alat ... 15

C. Metode Penelitian ... 15

1. Penelitian I (perlakuan pra penyimpanan) ... 15

2. Penelitian II (pulsing) ... 17

3. Penelitian III (Kombinasi Pre cooling dan Pulsing) ... 19

D. Parameter Analisis ... 20

E. Pengolahan Data ... 24

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

A. Penelitian I ... 25

1. Persentase Bunga Layu ... 25

2. Jumlah Larutan Terserap ... 27

(9)

iii

B. Penelitian II ... 37

1. Persentase Bunga Layu ... 37

2. Jumlah Larutan Terserap ... 40

3. Persentase Pencoklatan Bunga Potong... 44

C. Penellitian III ... 52

1. Persentase Bunga Layu ... 52

2. Jumlah Larutan Terserap ... 54

3. Persentase Pencoklatan Bunga Potong... 56

D. Analisis Biaya ... 62

1. Perhitungan Penambahan Biaya ... 62

2. Pemanfaatan Pulsing ... 62

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

DAFTAR PUSTAKA ...65

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 5. Bunga potong Gerbera yang mengalami kelayuan ... 21

Gambar 6. Bunga potong Gerbera yang mengalami pencoklatan... 22

Gambar 7. Histogram persentase bunga layu selama penyimpanan (setelah perlakuan pra penyimpanan)... 27

Gambar 8. Histogram rata-rata jumlah larutan terserap selama penyimpanan (setelah perlakuan pra penyimpanan)... 30

Gambar 9. Histogram persentase tingkat pencoklatan selama penyimpanan (setelah perlakuan pra penyimpanan)... 32

Gambar 10a. Grafik Perubahan Parameter Bunga Potong selama penyimpanan pada suhu 10 oC (setelah perlakuan pra penyimpanan) ... 33

Gambar 10b. Grafik Perubahan Parameter Bunga Potong selama penyimpanan pada suhu 20 oC (setelah perlakuan pra penyimpanan) ... 34

Gambar 10c. Grafik Perubahan Parameter Bunga Potong selama penyimpanan pada suhu Ruang (setelah perlakuan pra penyimpanan) ... 35

Gambar 11. Pengamatan Bunga Potong Gerbera pada Suhu 10oC (setelah perlakuan pre cooling, pulsing, dan kombinasi keduanya) 36 Gambar 12. Histogram persentase bunga layu selama penyimpanan (setelah perlakuan pulsing) ... 40

Gambar 13. Histogram rata-rata jumlah larutan terserap selama penyimpanan (setelah perlakuan pulsing) ... 44

Gambar 14. Histogram persentase tingkat pencoklatan selama penyimpanan (setelah perlakuan pulsing) ... 47

Gambar 15a. Grafik Perubahan Parameter Bunga Potong selama penyimpanan pada suhu 10 oC (setelah perlakuan pulsing) ... 48

Gambar 15b. Grafik Perubahan Parameter Bunga Potong selama penyimpanan pada suhu 20 oC (setelah perlakuan pulsing) ... 49

Gambar 15c. Grafik Perubahan Parameter Bunga Potong selama penyimpanan pada suhu Ruang (setelah perlakuan pulsing) ... 50

(11)

SKRIPSI

PENGARUH PERLAKUAN PRA PENYIMPANAN, SUHU DAN KOMPOSISI LARUTAN PULSING TERHADAP KESEGARAN BUNGA

POTONG GERBERA (Gerbera jamessonii) SELAMA PENYIMPANAN

Oleh :

GD SUASTAMA SAGITA MANU F14103014

2007

DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(12)

Gd Suastama Sagita Manu. F14103014. Pengaruh perlakuan pra penyimpanan, suhu dan komposisi larutan pulsing terhadap kesegaran bunga potong Gerbera (Gerbera jamessonii) selama penyimpanan. Dibawah bimbingan Dr. Ir. I Wayan Budiastra, MAgr.

RINGKASAN

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, termasuk dalam jenis bunga-bungaan. Bunga Potong merupakan salah satu jenis dari produk holtikultura yang mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi, salah satu jenisnya adalah bunga potong Gerbera. Kualitas dan mutu bunga adalah faktor yang mempengaruhi harga jual bunga potong. Salah satu penanganan pasca panen yang penting untuk diperhatikan adalah pengawetan dan penyimpanan. Pengawetan yang sering dilakukan terhadap bunga potong adalah dengan pemberian larutan pulsing. Perlakuan pulsing adalah perendaman segera setelah bunga dipotong yang disertai dengan pemberian larutan sebagai pengawet (larutan

pulsing) selama bunga dalam keragaan yang bertujuan untuk memperpanjang vase life bunga. Penggunaan larutan pulsing sebagai zat pengawet harus mempunyai tiga unsur yaitu pertama mengandung gula (karbohidrat), sebagai sumber energi untuk melakukan respirasi dan aktivitas kehidupan bunga potong yang telah terpisah dari induknya, kedua mengandung bakterisida sebagai penghambat pertumbuhan mikroba yang dapat menyumbat batang dimana pada penelitian ini digunakan AgNO3, dan ketiga mengandung senyawa pengasam (Acidifying agent) yang diperlukan untuk menurunkan pH serta mengefektifkan penyerapan larutan. Di samping itu dilakukan juga perlakuan pre cooling yang berfungsi menurunkan suhu lapang. Selain itu bunga harus disimpan pada suhu rendah supaya umur bunganya menjadi lebih panjang, karena pada suhu rendah enzim-enzim yang bekerja pada proses respirasi tidak aktif sehingga mengakibatkan proses pematangan menjadi lebih lambat dan masa kesegaran bunga pun menjadi lebih lama.

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan perlakuan pra penyimpanan yang tepat untuk mempertahankan kesegaran bunga potong Gerbera, menentukan jenis larutan pulsing yang tepat untuk mempertahankan kesegaran bunga potong Gerbera, serta menentukan suhu penyimpanan yang optimum untuk mempertahankan kesegaran bunga potong Gerbera.

Metode penelitian terdiri dari tiga tahap, yaitu penelitian I (pra perlakuan penyimpanan), penelitian II (pulsing), serta penelitian III (kombinasi pre cooling

(13)

dengan komposisi 10% sukrosa + 500 ppm AgNO3 + 150 ppm asam sitrat, 5% sukrosa + 150 ppm AgNO3 + 300 ppm asam sitrat, dan akuades sebagai kontrol selama masing-masing 60, 90, dan 120 menit. Selanjutnya bunga dipisahkan ke dalam tiga toples untuk disimpan masing-masing pada suhu 10oC, 20oC, dan suhu ruang. Kemudian dari dua tahap penelitian di atas dilakukan kombinasi hasil terbaik dari penelitian I, dengan hasil terbaik pada penelitian II yaitu, pre cooling

+ pulsing, non pre cooling + pulsing, pre cooling + non pulsing, dan non pre cooling + non pulsing (kontrol). Kemudian bunga dipisahkan dalam tiga toples yang masing-masing disimpan pada suhu 10oC, 20oC, dan suhu ruang. Parameter yang diamati dari ketiga tahap penelitian di atas adalah bunga layu, jumlah larutan yang terserap, serta tingkat pencoklatan (browning).

Berdasarkan data hasil perhitungan dengan program software SAS v6.12, diperoleh bahwa pada perlakuan pra penyimpanan, perlakuan pre cooling 4 menit (PC4) merupakan jenis perlakuan terbaik karena menghasilkan rata-rata umur bunga (shelf life) yang lebih panjang yaitu, 15 hari. Sedangkan untuk faktor suhu didapatkan suhu 10oC merupakan suhu penyimpanan terbaik. Persentase bunga layu yang terjadi pada suhu ini adalah 44.1 %, dimana persentase tersebut jauh di bawah kontrol yaitu sebesar 52.5 %. Hal ini dikarenakan pada suhu rendah enzim-enzim yang bekerja pada proses respirasi tidak aktif yang mengakibatkan proses pematangan menjadi terhambat sehingga masa kesegaran menjadi lebih lama.

Pada tahap berikutnya, diperoleh hasil bahwa larutan pulsing dengan komposisi 10% sukrosa + 500 ppm AgNO3 + 150 ppm asam sitrat yang dikombinasikan dengan lama pulsing 60 menit dapat memperpanjang umur bunga dari 12 hari (kontrol) menjadi 15 hari. Dengan demikian larutan pulsing dengan komposisi 10% sukrosa + 500 ppm AgNO3 + 150 ppm asam sitrat yang dikombinasikan dengan lama pulsing 60 menit mampu menyediakan energi yang cukup bagi bunga dalam melakukan respirasi dan aktifitas metabolismenya sehingga mempunyai kesegaran lebih lama.

Pada tahap terakhir, dilakukan kombinasi antara kedua tahap penelitian sebelumnya yaitu antara pre cooling 4 menit (PC4) dan pulsing dengan komposisi 10% sukrosa + 500 ppm AgNO3 + 150 ppm asam sitrat dengan lama pulsing 60 menit. Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa kombinasi perlakuan pre cooling 4 menit (PC4) dan pulsing 60 menit pada suhu 10oC menghasilkan rata-rata umur bunga paling tinggi yaitu, 15 hari sedangkan kontrol 12 hari.

Kesimpulan yang diperoleh yaitu bahwa pre cooling 4 menit (PC4) merupakan jenis perlakuan terbaik pada tahap penelitian I, larutan pulsing dengan komposisi10% sukrosa + 500 ppm AgNO3 + 150 ppm asam sitrat dengan waktu

pulsing 60 menit merupakan jenis perlakuan terbaik pada tahap penelian II, dan kombinasi perlakuan pre cooling 4 menit (PC4) dan pulsing 60 menit merupakan jenis perlakuan terbaik pada tahap penelian III. Sedangkan suhu 10oC merupakan suhu penyimpanan terbaik pada perlakuan pre cooling, pulsing, dan kombinasi keduanya. Untuk memperpanjang masa simpan bunga potong Gerbera dapat dilakukan dengan pre cooling pada suhu 5oC selama 4 menit dan disimpan pada suhu 10oC, atau dapat dilakukan dengan perendaman dengan larutan pulsing

(14)

PENGARUH PERLAKUAN PRA PENYIMPANAN, SUHU DAN KOMPOSISI LARUTAN PULSING TERHADAP KESEGARAN BUNGA

POTONG GERBERA (Gerbera jamessonii) SELAMA PENYIMPANAN

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

GD SUASTAMA SAGITA MANU F14103014

2007

(15)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

PENGARUH PERLAKUAN PRA PENYIMPANAN, SUHU DAN KOMPOSISI LARUTAN PULSING TERHADAP KESEGARAN BUNGA

POTONG GERBERA (Gerbera jamessonii) SELAMA PENYIMPANAN

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh:

GD SUASTAMA SAGITA MANU F14103014

Dilahirkan pada tanggal 18 Desember 1984 Di Gianyar

Tanggal Lulus: Menyetujui,

Dr. Ir. I Wayan Budiastra, M.Agr NIP. 131 578 824

Mengetahui,

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gianyar, 18 Desember 1984 dari pasangan I Made Suatana dan Ni Made Aswinarti. Penulis merupakan putra pertama dari dua bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan formal di SMU Negeri 1 Gianyar pada tahun 2003, dan pada tahun yang sama, penulis diterima di Insititut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan penulis memilih Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian (HIMATETA) menjadi wakil ketua pada departemen Pengembangan Minat dan Bakat (PMB). Serta masih aktif dalam organisasi daerah Bali (BRAHMACARYA).

(17)

i KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Fakultas Teknologi Pertanian, Insititut Pertanian Bogor. Skripsi ini berjudul Pengaruh Perlakuan Pra Penyimpanan, Suhu Dan Komposisi Larutan

Pulsing Terhadap Kesegaran Bunga Potong Gerbera (Gerbera jamessonii) Selama Penyimpanan.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Ir. I Wayan Budiastra, MAgr selaku dosen pembimbing atas pengarahan, bimbingan dan segenap maasukannya.

2. Dr. Ir. Emmy Darmawati, M. Si dan Dr. Ir. Rokhani Hasbullah, M. Si selaku dosen penguji atas kesediaan dan masukannya

3. Kedua orang tua dan adik saya atas doa, dukungan dan semangatnya selama penelitian.

4. Bapak Sulyaden atas bantuannya selama penelitian.

5. TPPHP’ers (dyah a, rini, ana, manda, danu, ucup, nana, woko, gynaf, gia, dedy, ajid, asum, ari) atas semangat dan kekompakannya.

6. Teman- teman TEP 40 (hanida, rena, yuni, q2, riris, sandy, ojan, jito, fuad, khafit, dan semua yang tidak sempat ditulis) atas dukungan dan kekompakannya.

7. Mahayana Crew (Bli dom, Mbok dolong, Gory, Rambuh, Kaler) atas dukungan dan kekompakannya

8. Serta semua pihak yang ikut membantu

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Bogor, Agustus 2007

(18)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. Bunga Gerbera ... 4

B. Bunga Potong ... 10

C. Penanganan Pasca Panen Bunga Potong ... 11

D. Larutan Pengawet Pulsing ... 12

E. Penelitian Yang Sudah Dilakukan ... 13

III.METODOLOGI PENELITIAN ... 15

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 15

B. Bahan dan Alat ... 15

C. Metode Penelitian ... 15

1. Penelitian I (perlakuan pra penyimpanan) ... 15

2. Penelitian II (pulsing) ... 17

3. Penelitian III (Kombinasi Pre cooling dan Pulsing) ... 19

D. Parameter Analisis ... 20

E. Pengolahan Data ... 24

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

A. Penelitian I ... 25

1. Persentase Bunga Layu ... 25

2. Jumlah Larutan Terserap ... 27

(19)

iii

B. Penelitian II ... 37

1. Persentase Bunga Layu ... 37

2. Jumlah Larutan Terserap ... 40

3. Persentase Pencoklatan Bunga Potong... 44

C. Penellitian III ... 52

1. Persentase Bunga Layu ... 52

2. Jumlah Larutan Terserap ... 54

3. Persentase Pencoklatan Bunga Potong... 56

D. Analisis Biaya ... 62

1. Perhitungan Penambahan Biaya ... 62

2. Pemanfaatan Pulsing ... 62

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

DAFTAR PUSTAKA ...65

(20)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 5. Bunga potong Gerbera yang mengalami kelayuan ... 21

Gambar 6. Bunga potong Gerbera yang mengalami pencoklatan... 22

Gambar 7. Histogram persentase bunga layu selama penyimpanan (setelah perlakuan pra penyimpanan)... 27

Gambar 8. Histogram rata-rata jumlah larutan terserap selama penyimpanan (setelah perlakuan pra penyimpanan)... 30

Gambar 9. Histogram persentase tingkat pencoklatan selama penyimpanan (setelah perlakuan pra penyimpanan)... 32

Gambar 10a. Grafik Perubahan Parameter Bunga Potong selama penyimpanan pada suhu 10 oC (setelah perlakuan pra penyimpanan) ... 33

Gambar 10b. Grafik Perubahan Parameter Bunga Potong selama penyimpanan pada suhu 20 oC (setelah perlakuan pra penyimpanan) ... 34

Gambar 10c. Grafik Perubahan Parameter Bunga Potong selama penyimpanan pada suhu Ruang (setelah perlakuan pra penyimpanan) ... 35

Gambar 11. Pengamatan Bunga Potong Gerbera pada Suhu 10oC (setelah perlakuan pre cooling, pulsing, dan kombinasi keduanya) 36 Gambar 12. Histogram persentase bunga layu selama penyimpanan (setelah perlakuan pulsing) ... 40

Gambar 13. Histogram rata-rata jumlah larutan terserap selama penyimpanan (setelah perlakuan pulsing) ... 44

Gambar 14. Histogram persentase tingkat pencoklatan selama penyimpanan (setelah perlakuan pulsing) ... 47

Gambar 15a. Grafik Perubahan Parameter Bunga Potong selama penyimpanan pada suhu 10 oC (setelah perlakuan pulsing) ... 48

Gambar 15b. Grafik Perubahan Parameter Bunga Potong selama penyimpanan pada suhu 20 oC (setelah perlakuan pulsing) ... 49

Gambar 15c. Grafik Perubahan Parameter Bunga Potong selama penyimpanan pada suhu Ruang (setelah perlakuan pulsing) ... 50

(21)

v Gambar 17. Histogram persentase bunga layu selama penyimpanan

(setelah perlakuan pre cooling + pulsing) ... 54 Gambar 18. Histogram rata-rata jumlah larutan terserap selama penyimpanan

(setelah perlakuan pre cooling + pulsing) ... 56 Gambar 19. Histogram persentase tingkat pencoklatan selama penyimpanan

(setelah perlakuan pre cooling + pulsing) ... 58 Gambar 20a. Grafik Perubahan Parameter Bunga Potong selama penyimpanan

pada suhu 10 oC (setelah perlakuan pre cooling + pulsing) ... 59 Gambar 20b. Grafik Perubahan Parameter Bunga Potong selama penyimpanan

pada suhu 20 oC (setelah perlakuan pre cooling + pulsing) ... 60 Gambar 20c. Grafik Perubahan Parameter Bunga Potong selama penyimpanan

(22)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Laporan Perkembangan Tanaman Hias ... 9

Tabel 2. Persetase Bunga Layu Selama Penyimpanan

(setelah perlakuan pra penyimpanan)... 25 Tabel 3. Hasil uji Duncan suhu penyimpanan dalam pra penyimpanan

terhadap persentase bunga layu ... 26 Tabel 4. Hasil uji Duncan jenis perlakuan dalam pra penyimpanan

terhadap persentase bunga layu ... 26 Tabel 5. Jumlah Larutan yang Terserap Selama Penyimpanan

(setelah perlakuan pra penyimpanan)... 28 Tabel 6. Hasil uji Duncan suhu penyimpanan dalam pra penyimpanan

terhadap jumlah larutan tersepap ... 28 Tabel 7. Hasil uji Duncan jenis perlakuan dalam pra penyimpanan

terhadap jumlah larutan terserap ... 29 Tabel 8. Persentase Tingkat Pencoklatan Selama Penyimpanan

(setelah perlakuan pra penyimpanan)... 30 Tabel 9. Hasil uji Duncan suhu penyimpanan dalam pra penyimpanan

terhadap tingkat pencoklatan (browning)... 31 Tabel 10. Hasil uji Duncan jenis perlakuan dalam pra penyimpanan

terhadap tingkat pencoklatan (browning)... 31 Tabel 11. Bunga Layu Selama Penyimpanan (setelah perlakuan pulsing) ... 37 Tabel 12. Hasil uji Duncan suhu penyimpanan dalam pulsing

terhadap persentase bunga layu ... 38 Tabel 13. Hasil uji Duncan jenis larutan pulsing terhadap

persentase bunga layu ... 38 Tabel 14. Hasil uji Duncan waktu pulsing terhadap persentase bunga layu ... 40 Tabel 15. Jumlah Larutan yang Terserap Selama Penyimpanan

(setelah perlakuan pulsing) ... 41 Tabel 16. Hasil uji Duncan suhu penyimpanan dalam pulsing

terhadap jumlah larutan tersepap bunga potong ... 41 Tabel 17. Hasil uji Duncan jenis larutan pulsing terhadap

jumlah larutan terserap ... 42 Tabel 18. Hasil uji Duncan waktu pulsing terhadap jumlah larutan terserap ... 43 Tabel 19. Persentase Tingkat Pencoklatan (browning) Selama Penyimpanan

(23)

vii Tabel 20. Hasil uji Duncan suhu penyimpanan dalam pulsing terhadap

persentase pencoklatan (browning) bunga potong ... 45 Tabel 21. Hasil uji Duncan jenis larutan pulsing terhadap

persentase pencoklatan (browning) ... 45 Tabel 22. Hasil uji Duncan waktu pulsing terhadap persentase pencoklatan ... 46 Tabel 23. Persentase Bunga Layu Selama Penyimpanan

(setelah perlakuan pre cooling + pulsing) ... 52 Tabel 24. Hasil uji Duncan suhu penyimpanan dalam pre cooling + pulsing

terhadap persentase bunga layu ... 52 Tabel 25. Hasil uji Duncan jenis perlakuan dalam pre cooling + pulsing

terhadap persentase bunga layu ... 53 Tabel 26. Jumlah Larutan yang Terserap Selama Penyimpanan

(setelah perlakuan pre cooling + pulsing) ... 54 Tabel 27. Hasil uji Duncan suhu penyimpanan dalam pre cooling + pulsing

terhadap jumlah larutan tersepap ... 55 Tabel 28. Hasil uji Duncan jenis perlakuan dalam pre cooling + pulsing

terhadap jumlah larutan terserap ... 55 Tabel 29. Persentase Tingkat Pencoklatan (browning) Selama Penyimpanan

(setelah perlakuan pre cooling + pulsing) ... 56 Tabel 30. Hasil uji Duncan suhu penyimpanan dalam pre cooling + pulsing

terhadap persentase pencoklatan (browning) ... 57 Tabel 31. Hasil uji Duncan jenis perlakuan dalam pre cooling + pulsing

(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Analisis Keragaman PersentaseBunga Layu

(perlakuan pra penyimpanan) ... 68 Lampiran 2. Analisis Keragaman Jumlah Larutan Terserap

(perlakuan pra penyimpanan) ... 68 Lampiran 3. Analisis Keragaman Persentase Tingkat Pencoklatan

(perlakuan pra penyimpanan) ... 69 Lampiran 4. Analisis Keragaman PersentaseBunga Layu (Pulsing) ... 69 Lampiran 5. Analisis Keragaman Jumlah Larutan Terserap (Pulsing) ... 70 Lampiran 6. Analisis Keragaman Persentase Tingkat Pencoklatan (Pulsing) .... 70 Lampiran 7. Analisis Keragaman PersentaseBunga Layu

(Pre Cooling + Pulsing) ... 71 Lampiran 8. Analisis Keragaman Jumlah Larutan Terserap

(Pre Cooling + Pulsing) ... 71 Lampiran 9. Analisis Keragaman Persentase Tingkat Pencoklatan

(Pre Cooling + Pulsing) ... 72 Lampiran 10. Hasil Pengamatan PersentaseBunga Layu Selama Penyimpanan

(setelah perlakuan pre cooling) ... 73 Lampiran 11. Jumlah Larutan Terserap Bunga Gerbera Selama Penyimpanan

(setelah perlakuan pre cooling) ... 74 Lampiran 12. PersentaseTingkat Pencoklatan Bunga Selama Penyimpanan

(setelah perlakuan pre cooling) ... 75 Lampiran 13. PersentaseBunga Layu (setelah perlakuan pulsing)

Selama Penyimpanan pada Suhu Ruang ... 76 Lampiran 14. Jumlah Larutan Terserap (setelah perlakuan pulsing)

Selama Penyimpanan pada Suhu Ruang ... 76 Lampiran 15. PersentaseTingkat Pencoklatan Bunga (setelah perlakuan pulsing)

Selama Penyimpanan pada Suhu Ruang ... 77 Lampiran 16. PersentaseBunga Layu (setelah perlakuan pulsing)

Selama Penyimpanan pada Suhu 20oC ... 77 Lampiran 17. Jumlah Larutan Terserap (setelah perlakuan pulsing)

Selama Penyimpanan pada Suhu 20oC ... 78 Lampiran 18. PersentaseTingkat Pencoklatan Bunga (setelah perlakuan pulsing)

(25)

ix Lampiran 19. PersentaseBunga Layu (setelah perlakuan pulsing)

Selama Penyimpanan pada Suhu 10oC ... 79 Lampiran 20. Jumlah Larutan Terserap (setelah perlakuan pulsing)

Selama Penyimpanan pada Suhu 10oC ... 79 Lampiran 21. PersentaseTingkat Pencoklatan Bunga (setelah perlakuan pulsing)

Selama Penyimpanan pada Suhu 10oC ... 80 Lampiran 22. PersentaseBunga Layu (setelah dipilih kombinasi terbaik)

Selama Penyimpanan ... 80 Lampiran 23. Jumlah Larutan Terserap (setelah dipilih kombinasi terbaik)

Selama Penyimpanan ... 81 Lampiran 24. PersentaseTingkat Pencoklatan (setelah dipilih kombinasi terbaik)

Selama Penyimpanan ... 81 Lampiran 25. Perhitungan Biaya Tambahan yang Diperlukan

(26)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, termasuk dalam jenis bunga-bungaan. Pemanfaatan yang cukup besar dari berbagai jenis bunga seperti mawar, anggrek, sedap malam, dan lainnya adalah dalam bentuk segar atau bunga potong. Bunga potong adalah bunga yang dimanfaatkan sebagai bahan rangkaian bunga untuk berbagai keperluan dalam daur hidup manusia mulai dari kelahiran, pernikahan, dan kematian. Indonesia yang beriklim tropis mempunyai habitat yang sangat cocok untuk berbagai jenis flora termasuk bunga atau tanaman hias. Selain itu kesesuaian lahan dan iklim yang dimilikinya memungkinkan penanaman berlangsung sepanjang tahun.

Salah satu jenis bunga potong yang digemari konsumen adalah bunga hebras (Gerbera jamesonii). Sentra penanaman bunga potong tanaman hebras di Indonesia yaitu di daerah Kaban Jahe, Simpang Empat (Brastagi, Sumatra Utara), Cipanas, Lembang, Sukabumi (Jawa Barat), Bandungan (Jawa Tengah), Batu dan Pujon (Malang, Jawa Timur). Sentra tanaman hebras di dunia adalah negara Belanda dan Thailand. Bunga hebras merupakan tanaman bunga hias yang memiliki herba tidak berbatang. Tanaman ini merupakan tanaman hias pendatang dari luar negeri dan diduga berasal dari Afrika Selatan, Afrika Utara dan Rusia.

Kualitas dan mutu bunga adalah faktor yang mempengaruhi harga jual bunga potong. Banyak kasus yang menyatakan bahwa bunga potong yang dihasilkan oleh petani tradisional di Indonesia bermutu rendah. Hal ini berdampak pada harga jual bunga yang rendah dan tidak dapat menutupi biaya produksi yang dikeluarkan. Akibatnya banyak petani bunga potong yang mengalihkan usahanya pada bidang lain.

(27)

2 penyakit hingga penanganan panen dan pasca panennya sehingga kualitasnya tetap terjaga.

Salah satu penanganan pasca panen yang penting untuk diperhatikan adalah pengawetan dan penyimpanan. Jika penyimpanan ini dilakukan dengan baik dan benar maka akan dapat memperpanjang kesegaran bunga potong atau tanaman hias itu sendiri. Hal ini dimaksudkan karena konsumen menghendaki tanaman hias dapat bertahan hidup lebih lama sehingga dapat dinikmati keindahannya. Salah satu cara pengawetan yang sering dilakukan terhadap bunga potong adalah dengan pemberian larutan pulsing. Perlakuan pulsing

adalah perendaman segera setelah bunga dipotong yang disertai dengan pemberian larutan sebagai pengawet (larutan pulsing) selama bunga dalam keragaan yang bertujuan untuk memperpanjang vase life bunga.

Perlakuan dengan larutan pulsing telah dilakukan untuk meningkatkan kesegaran dan kualitas bunga potong. Perlakuan larutan pulsing dengan larutan sukrosa 10% + AgNO3 500 ppm + asam sitrat 150 ppm selama 120 menit terhadap bunga potong Anggrek Dendrobium Pompadour mampu memperpanjang vase life bunga potong tersebut dari 6.44 hari hingga mencapai 13.39 (Suisuwan, 1986a). Demikian juga dengan komposisi larutan

pulsing yang sama juga mampu memperpanjang vase life bunga potong anggrek Dendrobium Youppadeewan (Suisuwan, 1986b) dari 3.6 hari menjadi 6.1 hari. Penelitian dengan komposisi larutan pulsing yang sama juga dilakukan oleh Naeli Inayah (1997) terhadap bunga potong anggrek

Dendrobium Sonia Deep Pink namun dengan waktu pulsing 90 menit. Hasilnya tidak berbeda nyata namun mampu memperpanjang vase life-nya dari 13.63 hari menjadi 15.75 hari. Penelitian yang dilakukan oleh Denny Jackson Simanjutak (1997) terhadap kesegaran bunga Anggrek Vanda

(28)

perlakuan AgNO3 30 ppm dengan lama perendaman 12 jam memberikan masa kesegaran bunga mawar potong selama 10.89 hari.

Potensi bunga potong di Indonesia yang besar membuka peluang untuk melakukan ekspor. Konsumsi bunga potong di Indonesia masih didominasi oleh kota-kota besar terutama Jakarta yang menyerap sekitar 60% dari total produksi bunga nasional. Bunga potong di Indonesia khususnya hebras dapat memenuhi permintaan pasar domestik. Permintaan bunga hebras sepanjang tahun setiap bulannya cukup fluktuatif tergantung pada hari besar. Permintaan hebras cukup tinggi pada acara keluarga, seperti: pernikahan, khitanan, duka cita, syukuran, selamatan, dan lain-lain. Bunga hebras biasanya dirangkai dengan bunga hias lainnya.

B. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menentukan perlakuan pra penyimpanan yang tepat untuk mempertahankan kesegaran bunga potong Gerbera.

2. Menentukan suhu penyimpanan yang optimum untuk mempertahankan kesegaran bunga potong Gerbera.

(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Bunga Gerbera

Gerbera atau Herbras sudah lama dikenal di Indonesia, terutama sebagai tanaman hias dan bunga potong. Tanaman ini merupakan salah satu tanaman hias pendatang dari luar negeri (introduksi) dan diduga berasal dari Afrika Selatan, Afrika Utara dan Rusia. Nama gerbera berasal dari penemu tanaman tersebut yaitu Traug Gerber seorang naturalis dari Jerman yang melakukan ekspedisi ke Afrika Selatan. Tanaman gerbera tumbuh menghasilkan anakan dan berbunga terus menerus sepanjang tahun dari rumpun anakan yang telah tua secara bergantian.

Klasifikasi botani tanaman hias gerbera adalah sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Famili : Compositae/Asteraceae Genus : Gerbera

Spesies : Gerbera jamessonii

Tanaman gerbera mempunyai ketinggian 50 cm atau lebih, dengan perakaran yang menyebar ke segala arah (serabut). Daun-daunnya tumbuh secara tunggal berbentuk roset, helaian daunnya bercelah-celah tidak merata, dan permukaan daunnya ditumbuhi dengan bulu-bulu halus. Mahkota bunga bentuknya menarik, yaitu mirip kumpulan pita yang tersusun rapi membentuk bulatan. Pada setiap tangkai bunga terdapat satu kuntum bunga. Warna bunganya bervariasi, diantaranya : merah, merah muda, putih, kuning, krem, dan jingga

Dari keragaman bentuk bunga, terutama struktur helai mahkota bunganya dikenal empat jenis gerbera yang telah dibudidayakan di Indonesia yaitu : 1. Gerbera berbunga selapis : helai mahkota bunga tersusun selapis dan

umumnya berwarna tunggal (merah, kuning dan merah jambu).

(30)

3. Gerbera berbunga tiga lapis : helai mahkota bunga tersusun tiga lapis dan warnanya lebih dari dua macam. Contoh dari bunga jenis ini adalah

Gerbera jamessoniiFantasi Triple Red yang berbunga dominan merah 4. Jenis gerbera yang dihasilkan oleh Holand Asia Flori Net di Belanda,

dengan ukuran yang lebih besar dari ketiga jenis di atas. Varietas yang ditanam adalah Gerbera yustika (pink merah), Orange jaffa (oranye cerah), Ventury (oranye tua)

(31)

6 Tanaman Gerbera dapat tumbuh pada daerah dataran rendah sampai dataran tinggi. Namun pertumbuhannya akan sangat baik pada daerah dataran menengah sampai dataran tinggi (600-1400 m dpl). Gerbera menghendaki lingkungan yang cerah (intensitas cahaya matahari cukup). Suhu harian yang optimum untuk pertumbuhan tanaman Gerbera adalah 21oC-27oC dengan suhu minimum 16oC.

Tanaman Gerbera menghendaki tanah yang gembur, kaya akan humus, airnya tidak menggenang dalam waktu yang relatif lama serta mempunyai aerasi dan porositas yang baik. PH yang cocok untuk pertumbuhan tanaman Gerbera berkisar antara 5.5-6.

Tanaman Gerbera dapat berbunga sepanjang musim, karena dari setiap rumpun dapat tumbuh beberapa tangkai bunga secara bersamaan atau bergantian. Bunga pertama dan kedua yang muncul setelah tanam (saat tanaman berumur 3-5 bulan) sebaiknya dibuang, karena tidak memenuhi standar kualitas yang diinginkan. Secara umum bunga Gerbera baru dapat dipanen sekitar umur 6 bulan setelah tanam.

Menurut Awendala (2003) bunga Gerbera memiliki banyak varietas, dan secara umum varietas bunga Gerbera yang dijual di pasaran dibedakan menjadi tiga macam, yaitu Gerbera mini, Gerbera spider, dan Gerbera standar.

Pemetikan bunga Gerbera dilakukan bila kondisi bunga sudah tiga perempat mekar sampai mekar penuh dan memiliki 1-2 lingkar cincin benang sari. Bunga Gerbera setelah dipanen, secepatnya dimasukkan ke dalam ember yang berisi air dan diletakkan di tempat yang teduh.

Menurut Supari (1999), kegiatan setelah panen meliputi :

1. Penyortiran dan pembersihan. Bunga-bunga yang panjang tangkainya kurang dari 40 cm dan yang terserang hama penyakit atau rusak akibat kegiatan pemanenan dibuang.

(32)

kertas berbentuk kerucut dan diikat dengan menggunakan karet atau tali rafia, setiap ikat terdiri dari 10 tangkai bunga. Bunga-bunga yang telah diikat tersebut kemudian dibungkus dengan kertas yang sudah ada.

3. Untuk pengiriman ke luar kota atau ekspor, bunga dimasukkan ke dalam kardus khusus untuk Gerbera. Tiap-tiap bunga diletakkan mendatar di dalam kardus dan tangkai-tangkainya diatur berbaris sejajar di bagian lapisan bawah kardus. Untuk menjaga bunga tidak cepat layu, tiap-tiap pangkal tangkai bunga dimasukkan ke dalam tabung plastik kecil yang berisi air.

Kegiatan pascapanen pengemasan dan penyimpanan bunga (Rukmana, 1995) meliputi:

1. Membungkus (mengemas) bunga yang telah diikat berdasarkan klasifikasinya dengan plastik atau kertas untuk melindungi kemulusan kuntum bunganya.

2. Merendam bagian tangkai bunga dalam larutan pengawet, misalnya larutan gula 6 %. Tempat perendaman tangkai bunga ini sebaiknya di ruangan yang bersuhu dingin. Pada kondisi alami di dataran tinggi yang suhu udaranya antara 14o-25oC perendaman dapat berlangsung selama 4 jam. 3. Mengemas ikatan bunga tadi dalam wadah doos karton ataupun keranjang

plastik. Pada skala penelitian menunjukkan bahwa pemakaian keranjang, dapat mempertahankan kesegaran bunga selama 24 jam dengan persentase kerusakan rendah sekali, di bawah 1 %. Bahkan selama penyimpanan bunga yang dikemas dalam “liner plastik” dan pemberian kapas basah pada luka bekas potongan tangkai bunga dapat mempertahankan kesegaran simpan yang lebih lama dari cara biasa.

4. Menyimpan kontainer berisi bunga potong Gerbera di tempat (ruangan) yang dingin dan lembab.

(33)

8 dipotong lagi ± 2 cm secara miring agar tetap segar. Cara lain untuk mempertahankan kesegaran bunga potong adalah merendam tangkai bunga dalam air hangat pada suhu 38o-43oC. Tangkai bunga harus terendam sekurang-kurangnya 2.5-3 cm selama 2 jam.

Menurut Supardi (1999), bunga hasil panen yang akan disortasi dipisahkan menurut jenis dan warna bunga. Bunga diperiksa atau diteliti satu persatu untuk melihat keadaan bunganya, tingkat kemekaran bunga, keadaan tangkai bunga yang meliputi panjang-pendeknya, lurus-bengkoknya, besar-kecilnya, dan tegar- lemasnya (vigor), serta kebersihan daunnya.

Secara umum, bunga yang termasuk dalam mutu I adalah bunga yang memiliki kriteria antara lain :

1. Bunga bagus dan normal (bebas dari serangan hama dan penyakit).

2. Bunga mekar optimal (untuk Gerbera mekar tiga perempat atau mekar penuh).

3. Mempunyai tangkai bunga yang besar, lurus dan tegak. 4. Tangkai bunga panjang (untuk Gerbera minimal 40 cm). 5. Keadaan daunnya hijau segar, bersih dan normal.

(34)

Tabel 1. Laporan Perkembangan Tanaman Hias Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Barat, Kabupaten. Bogor Tahun 2006

(35)

10 B. Bunga Potong

Bunga potong adalah bunga yang dimanfaatkan sebagai bahan rangkaian bunga untuk berbagai keperluan dalam daur hidup manusia, mulai dari kelahiran, pernikahan, sampai kematian. Bunga potong diproduksi dari dalam rumah kaca, ruang tertutup, serta lahan terbuka dimana hasil yang diperoleh ada yang sama namun ada juga yang berbeda (Edmond et al., 1975). Rumah kaca memproduksi bunga potong mawar, krisan, anyelir, anggrek, dan

snapdragon. Kemudian ruang tertutup memproduksi bunga potong aster dan krisan. Sedangkan dari lahan terbuka dihasilkan aster, krisan, gladiol, dan gerbera.

Bunga potong disamping memiliki nilai keindahan yang dapat dinikmati, juga mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi. Oleh karena itu, harus dipenuhi syarat-syarat bunga (Rismunandar, 1991):

1. Berwarna indah, bersih dan mulus, tidak bernoda dan baunya tidak terlalu menyengat.

2. Mempunyai daya tahan yang lama setelah dipotong. 3. Tangkai bunga cukup panjang dan kuat.

4. Tidak mudah rusak dalam proses pengepakan.

5. Dihasilkan oleh tanaman yang subur, mudah berbunga dan tanpa mengenal musim.

(36)

C. Penanganan Pasca Panen Bunga Potong

Bunga segar setelah dipotong dari tangkainya masih melangsungkan proses kehidupan (Nelson, 1981). Bunga masih melakukan proses respirasi untuk menghasilkan energi yang akan digunakan untuk proses metabolisme bunga. Beberapa faktor yang dapat menurunkan kualitas bunga segar yaitu : 1. Ketidakmampuan stem (batang) untuk mengabsorpsi air oleh karena

adanya hambatan dari bakteri, jamur atau mikroorganisme yang lain.

2. Kandungan karbohidratnya rendah sehingga kurang memadai untuk mendukung respirasi.

3. Mengalami terlalu banyak kehilangan air karena suhu lingkungan yang tinggi.

4. Gas etilen yang dihasilkan oleh jaringan rusak. 5. Terkena penyakit atau serangga.

Penanganan pasca panen bunga potong pada umumnya meliputi pemetikan, pembersihan, pengawetan, penyimpanan pengepakan atau pengemasan, dan pengangkutan. Menurut Yayasan Bunga Nusantara dan Dirjen Pertanian Tanaman Pangan (1987) penanganan pasca panen bunga potong bertujuan untuk memperkecil respirasi, mencegah luka atau infeksi, memperkecil transiprasi, memeliara estetika, dan memperoleh harga jual yang tinggi. Menurut Sjaifullah dan Sunarmani (1997) faktor yang mempengaruhi pasca panen bunga potong adalah tingkat ketuaan bunga, suhu, pasokan air dan makanan, etilen, kerusakan mekanis, dan penyakit.

Penggunaan zat pengawet untuk memperpanjang umur bunga potong dapat diterapkan, zat tersebut berfungsi sebagai penyedia gula (karbohidrat), penghambat pertumbuhan mikroba yang dapat menyumbat lubang batang, dan senyawa pengasam (Acidifying agent). Halevy dan Mayak (1981) mengatakan bahwa zat pengawet yang digunakan pada empat macam perlakuan yaitu

conditioning, pulsing, pembukaan kuncup dan holding. Conditioning

digunakan untuk mengembalikan ukuran bunga setelah mengalami kekurangan air selama di perjalanan dengan cara merendam dalam air. Pulsing

(37)

12 dimana pulsing mempunyai efek dapat memperpanjang umur bunga (shelf life) walaupun hanya direndam dalam air. Komposisi larutan pulsing tertentu telah dikembangkan untuk berbagai bunga dan berbagai kultivar. Lamanya waktu, suhu dan pencahayaan selama pulsing sangat penting agar diperoleh hasil yang optimal. Sedangkan holding adalah pengawetan dengan penambahan larutan pengawet namun dengan konsentrasi sukrosa yang lebih kecil dari

pulsing dan dalam waktu yang lebih lama.

Selain penambahan larutan pengawet, penyimpanan pada suhu tertentu juga dapat memperpanjang masa kesegaran bunga sehingga kualitas bunga tetap terjaga. Menurut Corbineau (1988) pendinginan bertujuan mengurangi kehilangan air, mengurangi infeksi bakteri dan jamur, mencegah proses perubahan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan kelayuan bunga, memelihara kualitas bunga, dan meningkatkan umur simpan bunga. Kemudian

pre cooling diperlukan untuk menurunkan suhu lapang sehingga bunga tidak cepat layu dan lemas.

D. Larutan Pengawet Pulsing

Penggunaan larutan pulsing sebagai zat pengawet harus mempunyai fungsi sebagai penyedia gula (karbohidrat), penghambat pertumbuhan mikroba yang dapat menyumbat batang dan senyawa pengasam (Acidifying agent).

(38)

tinggi digunakan untuk perlakuan pulsing sedangkan untuk konsentrasi rendah digunakan untuk larutan holding.

Menurut Bravdo et al., (1974) yang dikutip oleh Ketsa (1986) pemakaian gula saja dapat merusak tanaman karena akan meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme. Oleh karena itu menurut Murtiningsih dan Sutater (1995) pemberian gula harus dikombinasikan dengan germisida. Semua larutan pengawet sedikitnya mengandung satu komponen yang berfungsi sebagai germisida, bakterisida atau fungisida (Halevy dan Mayak, 1981). AgNO3 yang terdapat dalam zat pengawet merupakan bakterisida yang efektif. Selain itu menurut Halevy dan Mayak (1981), AgNO3 merupakan bahan kimia yang dapat menghambat pertumbuhan etilen.

Selain AgNO3, zat pengawet yang dibutuhkan untuk penanganan pasca panen bunga potong adalah asam sitrat. Asam sitrat ini berfungsi untuk meningkatkan keseimbangan air dan mengurangi penyumbatan pada batang. Asam sitrat digunakan pada 50-800 ppm (Halevy dan Mayak, 1981).

E. Penelitian Yang Sudah Dilakukan

Penelitian tentang pengaruh penyimpanan dan kemasan terhadap kesegaran bunga potong atau tanaman hias sudah banyak dilakukan misalnya untuk komoditas anggrek, mawar, anthurium dan lain-lain.

Dalam skripsi Denny Jackson Simanjutak dengan judul pengaruh suhu dan komposisi larutan pulsing terhadap kesegaran bunga Anggrek Vanda selama penyimpanan, diperoleh Anggrek yang kesegarannya semula hanya mampu bertahan kurang dari satu minggu setelah dipetik, dengan memperhatikan komposisi larutan pulsing dan suhu penyimpanan maka bunga Anggrek mampu mempertahankan kesegarannya hingga satu minggu.

(39)

14 meningkatkan daya kemekaran dan dikemas dengan pulsing tanpa plastik, karena plastik akan membuat kondisi modified atmosphere.

Pada bunga Anthurium, penelitian yang pernah dilakukan adalah memperpanjang masa simpan bunga Anthurium dalam film kemasan dengan penggunaan suhu rendah (Sari, 2004). Pada penelitian ini dijelaskan bahwa kesegaran bunga potong sangat sensitif terhadap goncangan dan benturan maka harus diperhatikan jenis film serta penentuan jumlah bunga dalam kemasan itu sendiri.

(40)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Mei 2007 sampai dengan bulan Agustus 2007. Tempat pelaksanaan penelitian adalah di Laboratorium Teknik Pengolahan dan Hasil Pertanian Departemen Teknik Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bunga potong Gerbera yang diperoleh dari petani di daerah Cipanas, Lembang dan Sukabumi, Jawa Barat. Sedangkan bahan-bahan kimia yang digunakan adalah sukrosa, AgNO3, asam sitrat, dan akuades.

Peralatan yang digunakan adalah, ember, rak untuk toples, timbangan, selotip, gunting, kertas label, termometer, refrigerator, bejana, kamera, dan peralatan gelas lainnya.

C. Metode Penelitian

Penelitian I (Perlakuan pra penyimpanan) 1. Pre cooling

Sebelum dilakukan pemberian larutan pulsing, terlebih dahulu ditentukan jenis varietas bunga yang akan digunakan dan umur petik bunga tersebut agar dapat dilakukan pra perlakuan fisik yang tepat yang meliputi pre cooling dan tanpa heat treatment. Tujuan pre cooling adalah untuk menurunkan suhu lapang bunga potong. Bunga Gerbera yang telah disortasi direndam ke dalam tabung berisi akuades kemudian dimasukkan ke ruang pendingin (refrigerator) bersuhu 5oC selama masing-masing 2, 4, dan 6 menit yang dilakukan dalam dua ulangan.

2. Perlakuan panas (heat treatment)

(41)

16 dan mikroorganisme yang mengganggu proses hidup bunga selanjutnya. Proses selanjutnya adalah disimpan pada tiga suhu yang berbeda, pada suhu 10o, suhu 20oC, dan suhu ruang.

Selama penyimpanan dilakukan pengamatan terhadap persentase bunga layu, jumlah larutan yang terserap dan tingkat pencoklatan dan dihitung persentase bunga layu, jumlah larutan total yang diserap serta dihitung persentase tingkat pencoklatan (browning).

Gambar 2. Bagan Alir Penelitian I Bunga Potong Gerbera

Sortasi

Pre cooling

Dimasukkan refrigerator

5oC

Heat treatment

Penguapan dengan air panas

2 menit 4menit 6menit 10detik 20detik

Penyimpanan T ruang

Penyimpanan T = 20oC

Penyimpanan T = 10oC

Pengamatan dan pengukuran meliputi persentase bunga layu, jumlah larutan terserap dan persentase tingkat pencoklatan (browning)

(42)

Penelitian II

Pulsing

Pulsing merupakan istilah pemberian larutan pada bunga agar dapat mempertahankan kesegarannya. Larutan pulsing ini terdiri dari sukrosa sebagai sumber energi dan karbohidrat, AgNO3 dan sebagai antimikrobia. Penggunaan KMnO4 sebagai antimikrobia saat ini mulai digunakan namun semuanya itu masih dalam tahap percobaan. Serta asam sitrat sebagai senyawa pengasam yang bertujuan untuk menurunkan pH bunga. Larutan pengawet (larutan pulsing) yang digunakan :

a. 10% sukrosa + 500 ppm AgNO3 + 150 ppm asam sitrat (Yulianingsih et al., 1997)

b. 5% sukrosa + 150 ppm AgNO3 + 300 ppm asam sitrat c. Akuades (sebagai kontrol)

Ujung tangkai bunga dipotong sama panjang dengan arah potongan miring atau diagonal. Hal ini bertujuan agar jaringan yang busuk dapat dihilangkan. Lama perendaman yang dilakukan masing-masing 60, 90, dan 120 menit. Kemudian 27 tangkai bunga Gerbera dipisahkan, selanjutnya dimasukkan ke dalam toples yang berisi akuades masing-masing 100 ml untuk disimpan pada suhu ruang, suhu 20oC, dan suhu 10oC.

(43)

18

Gambar 3. Bagan Alir Penelitian II Perendaman

dalam larutan pulsing

60 menit 90 menit 120 menit

27 tangkai dipisahkan

Penyimpanan T ruang

Penyimpanan T = 20oC

Penyimpanan T = 10oC

Pengamatan dan pengukuran meliputi persentase bunga layu, jumlah larutan terserap, dan persentase tingkat pencoklatan (browning)

Bunga Potong Gerbera

(44)

Kombinasi Pre cooling dan Pulsing

Setelah dilakukan pre cooling dan pulsing, maka masing-masing dari perlakuan tersebut akan dipilih perlakuan terbaik untuk kemudian dikombinasikan keduanya. Kombinasi yang dilakukannya adalah :

pre cooling + pulsing • non pre cooling + pulsingpre cooling + non pulsing

• non pre cooling + non pulsing (kontrol)

Masing-masing kombinasi perlakuan di atas kemudian disimpan dalam suhu kamar, suhu 20oC dan suhu 10oC untuk diamati perubahannya berdasarkan parameter yang diitetapkan, jumlah bunga layu, jumlah larutan terserap dan tingkat pencoklatan (browning)nya. Selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap persentase bunga layu, jumlah larutan terserap rata-rata dan persentase tingkat pencoklatan.

Gambar 4. Bagan Alir Kombinasi Pre Cooling dan Pulsing Kombinasi dari

Pre cooling dan Pulsing

24 tangkai dipisahkan

Penyimpanan T ruang

Penyimpanan T = 20oC

Penyimpanan T = 10oC

Pengamatan dan pengukuran meliputi persentase bunga layu, jumlah larutan terserap, dan persentase tingkat pencoklatan (browning)

Bunga Potong Gerbera

(45)

20 D. Parameter Analisis

Parameter analisis yang digunakan adalah persentase bunga layu, jumlah larutan perendam yang terserap dan persentase tingkat pencoklatan (browning) untuk mendapatkan umur simpan (shelf life) yang lebih panjang.

a. Persentase Bunga Layu

Bunga yang layu dapat dilihat dari tekstur bunga yang lemas, warna yang pudar atau coklat, kuntum bunga yang gugur, adanya bintik-bintik hitam atau coklat pada bunga, cabang bunga yang mulai merunduk dan tidak adanya lagi tegangan permukaan mahkota sehingga mahkota cenderung lemas. Jika mahkota tersebut mengalami kelayuan maka satu tangkai bunga tersebut dianggap mengalami kelayuan. Pengamatan dihentikan sampai 50 persen bunga yang telah mekar mengalami kelayuan (Halevy dan Mayak, 1981). Penentuan persentase kelayuan bunga ditentukan dengan rumus :

Persentase bunga layu = (A / B) * 100% Keterangan

A = jumlah bunga yang layu

(46)

Gambar 5. Bunga potong Gerbera yang mengalami kelayuan

b. Jumlah Larutan yang Diserap

Pengamatan dilakukan dengan mengukur perubahan volume larutan perendam. Hasil pengukuran hari kemarin dikurangi hasil pengukuran hari ini adalah besarnya pengurangan larutan pulsing tersebut (larutan yang diserap). Larutan perendam yang digunakan adalah akuades dan dimasukkan ke dalam tabung berskala yang ditutupi dengan aluminium foil yang bertujuan untuk mengurangi atau menghindari terjadinya penguapan.

c. Tingkat Pencoklatan (Browning)

Pencoklatan diamati mulai sebelum penyimpanan dilanjutkan setiap hari setelah keluar dari penyimpanan. Persamaan yang digunakan untuk perhitungan pencoklatan

Pencoklatan=

(

)

×100

sampel browning bunga

(47)

22 Gambar 6. Bunga potong Gerbera yang mengalami pencoklatan (browning)

Model Rancangan Percobaan Penelitian I

Untuk menganalisis data yang telah diperoleh, rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan dua kali ulangan. Faktor yang digunakan dua yaitu faktor pra perlakuan penyimpanan, dan faktor suhu penyimpanan. Menurut Sudjana (1991) model matematikanya sebagai berikut;

Yijk = µ + Ai + Bj + (AB)ij +εij (k) Dimana :

Yijk = pengamatan faktor A taraf ke-i, faktor B taraf ke-j pada ulangan ke-k

µ = rata-rata umum

Ai = pengaruh faktor pra perlakuan penyimpanan pada taraf ke-i Bj = pengaruh suhu penyimpanan pada taraf ke-j

(48)

AB = pengaruh interaksi faktor pra perlakuan penyimpanan pada taraf ke-i, dan faktor suhu penyimpanan pada taraf ke-j ε ij (k) = galat pada perlakuan faktor A dan B karena k ulangan i = 1, 2, 3, 4, 5, 6

j = 1, 2, 3 k = 1, 2

Penelitian II

Untuk menganalisis data yang telah diperoleh, rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan dua kali ulangan. Faktor yang digunakan tiga yaitu faktor jenis larutan pulsing, faktor waktu pulsing, dan faktor suhu penyimpanan. Model matematikanya;

Yijkl = µ + Ai + Bj + Ck + ABCijk + ε ijk (l) Dimana :

Yijkl = pengamatan faktor A taraf ke-i, faktor B taraf ke-j, faktor C taraf ke-l pada ulangan ke-k

µ = rata-rata umum

Ai = pengaruh faktor jenis larutan pulsing pada taraf ke-i Bj = pengaruh waktu pulsing pada taraf ke-j

Ck = pengaruh suhu penyimpanan pada taraf ke-k

ABCijk = pengaruh interaksi faktor jenis larutan pulsing taraf ke-i, waktu

pulsing pada taraf ke-j dan faktor suhu penyimpanan pada taraf ke-k

ε ijk (l) = galat pada perlakuan faktor A, B, dan C karena l ulangan i = 1, 2, 3

(49)

24 Kombinasi

Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan dua kali ulangan. Faktor yang digunakan dua yaitu faktor jenis perlakuan kombinasi dan faktor suhu penyimpanan. Model matematikanya sebagai berikut;

Yijk = µ + Ai + Bj + ABij + ε ij (k) Dimana :

Yijk = pengamatan faktor A taraf ke-i, faktor B taraf ke-j pada ulangan ke-k

µ = rata-rata umum

Ai = pengaruh faktor jenis perlakuan kombinasi pada taraf ke-i Bj = pengaruh suhu penyimpanan pada taraf ke-j

AB = pengaruh interaksi faktor jenis perlakuan kombinasi taraf ke-i, dan faktor suhu penyimpanan pada taraf ke-j ε ij (k) = galat pada perlakuan faktor A dan B karena k ulangan i = 1, 2, 3, 4

j = 1, 2, 3 k = 1, 2

E. Pengolahan Data

(50)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Mutu bunga potong dapat dilihat dari penampilan fisiknya. Penampilan fisik itu diantaranya adalah tingkat kelayuan, daya serap larutan pengawet (pulsing), dan tingkat pencoklatan (browning) bunga sehingga nantinya dapat ditentukan berapa lama masa simpan (self life) yang terbaik untuk masing-masing penelitian. Pada penelitian ini pengamatan dilakukan terhadap parameter mutu tersebut. Hasil pengamatan kemudian dibandingkan dengan kontrol, yaitu perlakuan tanpa dikenakan perlakuan pra penyimpanan, tanpa menggunakan larutan pulsing atau hanya menggunakan akuades.

A. Penelitian I

1. Persentase Bunga Layu

Tingkat kelayuan bunga potong merupakan salah satu parameter mutu yang penting untuk diperhatikan. Karena kosumen menilai bunga potong yang baik itu adalah bunga dengan tingkat kelayuan paling rendah.

Dari analisis keragaman diperoleh bahwa faktor suhu, dan jenis perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap persentase bunga layu pada perlakuan perlakuan pra penyimpanan.

Tabel 2. Persentase Bunga Layu Selama Penyimpanan (setelah perlakuan pra penyimpanan)

Perlakuan Bunga Layu (%)

10oC 20oC Ruang

PC2 42.69 47.28 49.79

PC4 40.84 44.85 48.92

PC6 41.52 45.32 50.14

U10 45.84 49.84 49.73

U20 46.35 51.02 56.67

K 47.27 53.24 59.78

Keterangan:

(51)

26 Tabel 3. Hasil uji Duncan suhu dalam perlakuan pra penyimpanan

terhadap persentase bunga layu

Suhu Rata-rata Signifikasi

10oC 44.0817 C

20oC 48.5892 B

Ruang 52.5017 A

Dari hasil uji lanjut wilayah berganda Duncan pada faktor suhu terlihat bahwa suhu ruang memiliki rata-rata persentase bunga layu paling besar dibandingkan dengan suhu 20oC, dan suhu 10oC. Hal ini dikarenakan semakin tinggi suhu cenderung akan mempercepat proses respirasi sehingga proses pematangan bunga juga semakin cepat dan akibatnya bunga menjadi lebih cepat layu. Namun hal ini bertolak belakang dengan tingkat kesukaan konsumen, karena semakin rendah persentase bunga layu maka semakin baik kualitas bunga potong tersebut.

Tabel 4. Hasil uji Duncan jenis perlakuan dalam perlakuan pra penyimpanan terhadap persentase bunga layu

Jenis Perlakuan Rata-rata Signifikasi

PC4 44.865 C

Sedangkan pada taraf faktor jenis perlakuan dalam perlakuan pra penyimpanan, kontrol dan penguapan selama 20 detik (U20) berpengaruh nyata terhadap penguapan selama 10 detik (U10), pre cooling 2 menit (PC2), pre cooling 4 menit (PC4), dan pre cooling 6 menit (PC6). Namun

(52)

0.00

Gambar 7. Histogram persentase bunga layu selama penyimpanan (setelah perlakuan pra penyimpanan)

2. Jumlah Larutan Terserap

Bunga akan mengalami transpirasi atau kehilangan air dalam melakukan aktivitas metabolismenya. Transpirasi merupakan proses hilangnya air karena adanya penguapan (evaporasi) dari jaringan bunga selama melakukan aktivitasnya. Semakin lama bunga melakukan kegiatan respirasi dan aktivitas lainnya maka semakin banyak terjadinya transpirasi dari bunga. Karena makin banyak terjadi transpirasi pada bunga maka larutan yang terserap selama masa keragaan makin banyak pula. Dengan demikian bunga yang makin banyak menyerap larutan mampu bertahan hidup lebih lama karena dapat menggantikan air yang hilang selama proses hidupnya.

(53)

28 Tabel 5. Jumlah Larutan yang Terserap Selama Penyimpanan

(setelah perlakuan pra penyimpanan)

Perlakuan Jumlah Larutan Terserap (ml/batang)

10 20 Ruang

Berdasarkan hasil uji lanjut wilayah berganda Duncan pada tabel 6 diperoleh bahwa faktor suhu saling berbeda nyata terhadap jumlah larutan yang terserap. Rata-rata larutan terserap pada suhu 10oC sebanyak 5.0058 ml/batang, pada suhu 20oC sebanyak 7.8433 ml/batang, dan pada suhu ruang sebanyak 10.4825 ml/batang. Penyimpanan pada suhu 10oC merupakan suhu penyimpanan terbaik karena menghasilkan jumlah larutan terserap yang paling rendah. Hal ini dikarenakan pada suhu tersebut bakteri, jamur, dan mikroorganisme yang menyumbat batang masih aktif sehingga penyerapan larutan kecil. Berbeda halnya pada suhu ruang, yang memerlukan lebih banyak larutan untuk mengganti kehilangan air (karena proses aktivitas metabolisme yang tinggi) agar mampu bertahan hidup. Tabel 6. Hasil uji Duncan suhu dalam pra perlakuan penyimpanan

terhadap jumlah larutan yang terserap

Suhu Rata-rata Signifikasi

10oC 5.0058 C

20oC 7.8433 B

(54)

Sedangkan dari uji lanjut wilayah berganda Duncan pada taraf faktor jenis perlakuan dalam perlakuan pra penyimpanan diperoleh bahwa perlakuan pre cooling selama 4 menit (PC4) tidak berpengaruh nyata dengan pre cooling selama 2 menit (PC2) dan pre cooling selama 6 menit (PC6). Akan tetapi berpengaruh nyata terhadap perlakuan penguapan selama 10 detik (U10), kontrol, dan dengan penguapan selama 20 detik (U20). Rata-rata jumlah larutan yang terserap pada pre cooling selama 4 menit adalah 6.6633 ml/batang, pre cooling selama 2 menit aadalah 6.8017 ml/batang, dan pre cooling selama 6 menit adalah 7.0917 ml/batang sedangkan, penguapan selama 10 detik sebanyak 8.42 ml/batang pada kontrol sebanyak 8.5783 ml/batang dan penguapan selama 20 detik adalah 9.1083 ml/batang. Hal ini dikarenakan pada perlakuan penguapan selama 20 dan 10 detik bunga kehilangan banyak air (bunga diuapkan dengan air panas) sehingga membutuhkan jumlah air yang cukup banyak untuk menggantikan kehilangan tersebut. Sedangkan pada kontrol bunga hanya direndam dalam akuades sehingga perlu banyak air supaya mampu bertahan karena aktivitas dan respirasinya yang cepat. Berbeda dengan bunga yang telah mendapat perlakuan pre cooling terlebih dahulu, bunga relatif tidak membutuhkan banyak air karena enzim-enzim yang berperan pada proses respirasi sudah dinonaktifkan sementara sehingga dapat menghambat pematangan bunga.

Tabel 7. Hasil uji Duncan jenis perlakuan dalam perlakuan pra penyimpanan terhadap jumlah larutan terserap

Jenis Perlakuan Rata-rata Signifikasi

PC4 6.6633 B

PC2 6.8017 B

PC6 7.0917 B

U10 8.4200 A

K 8.5783 A

(55)

30

Gambar 8. Histogram rata-rata Jumlah Larutan Terserap selama penyimpanan (setelah perlakuan pra penyimpanan)

3. Persentase Pencoklatan (Browning)

Browning merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk menentukan kualitas dari suatu bunga potong. Besar kecilnya tingkat pencoklatan suatu bunga potong akan berpengaruh terhadap nilai jual bunga potong tersebut. Pengamatannya dimulai sebelum penyimpanan dilanjutkan setiap hari setelah keluar dari penyimpanan. Tingkat pencoklatan (browning) ini saling terkait dengan persentase bunga layu, karena semakin rendah tingkat pencoklatan (browning) bunga maka mutu dan kualitas bunga semakin tinggi.

Tabel 8. Persentase Tingkat Pencoklatan Selama Penyimpanan (setelah perlakuan pra penyimpanan)

Perlakuan Browning (%)

(56)

U10 = diuapkan 10 detik U20 = diuapkan 20 detik K = kontrol

Dari analisis keragaman didapatkan bahwa faktor suhu dan jenis perlakuan memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap tingkat pencoklatan (browning) bunga potong. Kemudian dari tabel 9 diperoleh bahwa tingkat pencoklatan tertinggi terdapat pada suhu ruang, sedangkan yang paling rendah pada suhu 10 oC. Sehingga dapat disimpulkan bahwa makin tinggi suhu penyimpanan maka tingkat pencoklatan pada bunga potong akan semakin tinggi pula.

Tabel 9. Hasil uji Duncan suhu penyimpanan dalam perlakuan pra penyimpanan terhadap tingkat pencoklatan

Suhu Rata-rata Signifikasi

10oC 44.3768 C

20oC 47.7767 B

Ruang 50.5217 A

Selanjutnya uji lanjut wilayah berganda Duncan menunjukkan bahwa suhu ruang memberikan pengaruh yang nyata dengan suhu 20oC dan suhu 10oC. Hal ini dikarenakan makin tinggi suhu mengakibatkan proses respirasi dan aktivitas metabolisme bunga akan semakin cepat sehingga tingkat pencoklatan pun semakin tinggi. Begitu sebaliknya makin rendah suhu maka akan memperlambat proses respirasi sehingga tingkat pencoklatannya pun akan terhambat.

Tabel 10. Hasil uji Duncan jenis perlakuan dalam perlakuan pra penyimpanan terhadap tingkat pencoklatan Jenis Perlakuan Rata-rata Signifikasi

PC2 45.0367 B

(57)

32 pencoklatan paling tinggi terdapat pada penguapan selama 20 detik (U20) sebesar 49.94 % sedangkan yang paling rendah terdapat pada pre cooling

selama 2 menit (PC2) sebesar 45.0367 %. Tingkat pencoklatan ini berhubungan langsung dengan tingkat kesukaan konsumen, semakin tinggi tingkat pencoklatannya dapat menurunkan selera konsumen terhadap bunga potong tersebut.

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00

PC2 PC4 PC6 U10 U20 K

Perlakuan

B

row

ni

ng

(%) T10

T20 TRuang

Gambar 9. Histogram persentase tingkat pencoklatan selama penyimpanan (setelah perlakuan pra penyimpanan)

(58)

0

(59)

34

(60)

0

(61)

36 Gambar 11. Pengamatan Bunga Potong Gerbera pada Suhu 10oC (setelah

Gambar

Gambar 1. Bunga Gerbera yang dibudidayakan
Gambar 2. Bagan Alir Penelitian I
Gambar 3. Bagan Alir Penelitian II
Gambar 4. Bagan Alir Kombinasi Pre Cooling dan Pulsing
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sunarto dan Kartika (2003) dalam penelitiannya menguji faktor yang mempengaruhi dividen kas pada 34 perusahaan yang terdaftar di BEJ periode 1999-2000 dengan

Dari banyaknya film horor yang beredar di Indonesia, peneliti memilih film “Hantu Budeg” karena di dalam film ini banyak adegan. yang vulgar, bahkan di dalam

Pengirim (Transmitter) : Pada bagian ini data yang dibangkitkan dari sistem sumber tidak ditransmisikan secara langsung dalam bentuk aslinya namun pada sebuah transmitter

Namun karena struktur dibuat dalam bentuk elemen grid (balok silang) sehingga lendutan yang terjadi akan semakin kecil serta memenuhi terhadap persyaratan yang telah

Pelaksanaan mekanisme Klaim Verifikasi dalam Percepatan Pengukuhan Kawasan Hutan dilaksanakan dalam periode 5 tahun untuk memberikan kepastian waktu dan kepastian hukum

Sedangkan sektor yang mengalami kenaikan meliputi Sektor Industri, Sektor Konstruksi dan Sektor Perdagangan yang mengalami kenaikan jumlah penduduk bekerja pada

Banyak sekali faktor yang mendukung praktik mengajar ini, diantaranya dukungan dari guru pembimbing, peserta didik dan sekolah. Guru pembimbing memberikan

Pada tahun 2015 ada 275 kelompok petani yang mengajukan proposal bantuan, kelompok petani yang telah mendapatkan bantuan alat dan mesin pertanian (Alsintan)