• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Rasio Kecukupan Modal Dan Rasio Kredit Bermasalah Terhadap profitabilitas Perbankan Di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengaruh Rasio Kecukupan Modal Dan Rasio Kredit Bermasalah Terhadap profitabilitas Perbankan Di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALYSIS OF THE CAPITAL ADEQUACY RATIO AND THE NON PERFORMING LOAN TO THE PROFITABILITY OF THE

BANKING IN INDONESIA STOCK EXCHANGE

IMELDA FITRI HERAWATI

MAHASISWA UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

ABSTRAK

Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyaiv kegiatan

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk - bentuk lain. Tujuan dari usaha perbankan

yaitu untuk memperoleh keuntungan. Tingkat kemampuan bank dalam mendapatkan

keuntungan salah satunya diukur dengan Return On Assets (ROA). Tujuan penelitian ini

adalah menguji pengaruh Rasio Kecukupan Modal (CAR), Rasio Kredit Bermasalah (NPL)

terhadap Return On Asset (ROA) pada bank umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

selama 2010-2014.

Penelitian menggunakan metode purposive sampling untuk pengambilan sampel.

Data diperoleh berdasarkan publikasi Annual Bank, diperoleh jumlah sampel 30 Bank

(2)

Hasil penelitian ini menemukan bahwa Rasio kecukupan Modal (CAR) memiliki

pengaruh positif tidak signifikan terhadap Return On Asset (ROA), Rasio Kredit Bermasalah

(NPL) memiliki pengaruh positif tidak signifikan terhadap Return On Asset(ROA).

(3)

Bank yang dapat selalu menjaga kinerjanya dengan baik terutama tingkat profitabilitasnya yang tinggi dan mampu membagikan deviden dengan baik serta prospek usahanya dapat selalu berkembang dan dapat memenuhi ketentuan prudential banking regulation dengan baik, maka ada kemungkinan nilai saham dari bank yang bersangkutan di pasar sekunder dan jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dikumpulkan akan naik. Kenaikan nilai saham dan jumlah dana pihak ketiga ini merupakan salah satu indikator naiknya kepercayaan masyarakat kepada bank yang bersangkutan (Kuncoro dan Suhardjono, 2011:495).

Laporan keuangan bank menunjukan kondisi keuangan bank secara keseluruhan. Laporan ini juga menunjukan kinerja manajemen bank selama satu periode. Agar informasi keuangan yang diperoleh dari laporan keuangan dapat bermanfaat untuk mengukur kondisi keuangan maka perlu dilakukan analisis rasio keuangan (Kasmir, 2013:32).

Analisis keuangan yang mencakup analisis rasio keuangan, analisis kelemahan dan kekuatan di bidang keuangan akan sangat membantu dalam menilai prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya di masa yang akan datang. Sehingga, dengan analisis keuangan ini dapat diketahui kekuatan serta kelemahan yang dimiliki oleh seorang business enterprise. Dalam hal ini analisis rasio keuangan juga merupakan salah satu cara untuk menilai kinerja manajemen perusahan. Pada dasarnya analisis rasio keuangan adalah menghubungkan elemen–elemen yang ada dilaporan keuangan (Sutrisno, 2008:214).

(4)

mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode, mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang, mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu, mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri, dan mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri (Kasmir, 2011:197).

Pengukuran profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah return on assets (ROA) karena dapat memperhitungkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva yang dimilikinya untuk menghasilkan income. Semakin besar return on assets ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset (Dendawijaya, 2009:118).

Berdasarkan fenomena yang terjadi ketika kondisi perekonomian Indonesia sempat mengalami keterpurukan sebagai imbas dari krisis perekonomian yang melanda kawasan Asia pada tahun 1997, akibat dari krisis perekonomian tersebut adalah menurunnya nilai tukar rupiah yang sangat tajam terhadap dollar Amerika. Dan dari tingginya tingkat inflasi yang terjadi, kondisi krisis tersebut mengakibatkan dampak yang luas terhadap sendi-sendi perekonomian dan dunia perbankan, terdapat sejumlah bank yang bangkrut karena tidak mampu untuk tetap melanjutkan usahanya. Selama tiga tahun berturut-turut sejak tahun 1997 sebanyak 64 bank (26,78 %) dengan perincian 16 bank (1997), 10 bank (1998) dan 38 bank (1999) dilikuidasi oleh pemerintah, sedangkan 13 bank masuk daftar take over dan 7 bank peserta rekapitalisasi (Januarti, 2002).

(5)

bank meliputi faktor permodalan (capital), faktor kualitas aktiva produktif (asset), faktor manajemen (management), faktor rentabilitas (earning), dan faktor likuiditas (liquidity) (Riyadi, 2006:150).

Modal merupakan salah satu yang penting dalam rangka mengembangkan usaha dan menopang kerugian yang mungkin timbul dari penanaman dana dalam aktiva produktif yang mengundang resiko serta untuk membiayai penanaman dalam aktiva lainnya (Sawir, 2005:139). Aspek permodalan diukur berdasarkan capital adequacy ratio (CAR). Capital adequacy ratio (CAR) merupakan perbandingan rasio modal terhadap aktiva tertimbang menurut resiko dan sesuai ketentuan pemerintah (Kasmir, 2006:36). Besarnya capital adequacy ratio (CAR) diukur dari rasio antara modal bank terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).

(6)

atau diharapkan akan diterima (Permono, 2000). Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio keuangan yang bekaitan dengan risiko kredit. Menurut Ali (2006), risiko kredit adalah risiko dari kemungkinan terjadinya kerugian bank sebagai akibat dari tidak dilunasinya kembali kredit yang diberikan bank kepada debitur. Non performing loan (NPL) atau sering disebut kredit bermasalah dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesenjangan dan atau karena faktor eksternal diluar kemampuan kendali debitur (Siamat, 2005:358). Besarnya NPL yang diperbolehkan oleh Bank Indonesia saat ini adalah maksimal 5%, jika melebihi 5% maka akan mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan bank yang bersangkutan.

Berdasarkan informasi Bank Indonesia menyebutkan bahwa pertumbuhan laba bersih PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. yang hanya sebesar 2,54 persen dari Rp.1,02 triliun menjadi Rp.1,05 triliun. Lambatnya pertumbuhan laba turut dipicu oleh dua hal yaitu kenaikan biaya dana serta rasio kredit bermasalah. Perseroan mencatat, NPL gross meningkat 3,68 persen menjadi 4,88 persen dan NPL net naik dari 2,51 persen menjadi 3,81 persen. Menurut direktur keuangan dan treasury BTN Saut Pardede menjelaskan bahwa kenaikan NPL dimulai sejak akhir Desember 2012 tekanan NPL meningkat menjadi 4,09 persen, angka itu meningkat menjadi 4,63 persen pada Juni 2013, kemudian 4,92 persen pada Juli 2013, Sedangkan puncaknya yaitu 5,21 persen pada Agustus 2013.

(7)

bermasalah (NPL) yang fluktuatif dan nilai profitabilitas (ROA) yang turun. Pada tahun 2010-2011 nilai rasio kredit bermasalah (NPL) mengalami penurunan sebesar 0,08 dan nilai profitabilitas (ROA) mengalami peningkatan sebesar 7,8. Pada tahun 2011-2012 nilai rasio kredit bermasalah (NPL) mengalami peningkatan sebesar 0,86 dan nilai profitabilitas (ROA) mengalami peningkatan sebesar 1,8. Pada tahun 2012-2013 nilai rasio kredit bermasalah (NPL) mengalami penurunan sebesar 1,42 dan nilai profitabilitas (ROA) mengalami penurunan sebesar 0,99. Pada tahun 2013-2014 nilai rasio kredit bermasalah (NPL) mengalami penurunan sebesar 1,46 dan nilai profitabilitas (ROA) mengalami penurunan sebesar 0,08.

Berdasarkan tabel di atas menggambarkan bahwa secara keseluruhan pada PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk menunjukan nilai rasio kredit bermasalah (NPL) yang fluktuatif dan nilai profitabilitas (ROA) yang turun. Pada tahun 2010-2011 nilai rasio kredit bermasalah (NPL) mengalami penurunan sebesar 0,60 dan nilai profitabilitas (ROA) mengalami peningkatan sebesar 0,28. Pada tahun 2011-2012 nilai rasio kredit bermasalah (NPL) mengalami peningkatan sebesar 0,26 dan nilai profitabilitas (ROA) mengalami peningkatan sebesar 0,18. Pada tahun 2012-2013 nilai rasio kredit bermasalah (NPL) mengalami penurunan sebesar 0,20 dan nilai profitabilitas (ROA) mengalami penurunan sebesar 2,51. Pada tahun 2013-2014 nilai rasio kredit bermasalah (NPL) mengalami 0,13 sebesar 0,13 dan nilai profitabilitas (ROA) mengalami penurunan sebesar 0,13.

(8)

II TINJAUAN PUSTAKA

A. RASIO KECUKUPAN MODAL (CAR)

Menurut Jumingan (2006:243) penilaian faktor permodalan digunakan untuk mengetahui kecukupan modal bank dalam mendukung kegiatan operasional bank. Indikator yang digunakan untuk mengukur kecukupan modal suatu bank adalah dengan capital adequacy ratio (CAR) atau Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM). Menurut Kasmir (2008:12) mendefinisikan pengertian capital adequacy ratio (CAR) adalah sebagai berikut :

Capital adequacy ratio (CAR) adalah perbandingan rasio tersebut adalah rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko dan sesuai ketentuan

pemerintah”.

(9)

B. RASIO KREDIT BERMASALAH (NPL)

Menurut Jumingan (2006:243) Penilaian faktor kualitas aset digunakan untuk mengukur efisiensi manajemen dalam menggunakan aset yang dimiliki bank. Indikator yang digunakan untuk mengukur faktor kualitas aset suatu bank adalah Rasio non performing loan (NPL).

Non performing loan/kredit bermasalah merupakan suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank seperti yang telah diperjanjikannya. Kredit bermasalah menurut Bank Indonesia merupakan kredit yang digolongkan ke dalam kolektibilitas Kurang Lancar, Diragukan, dan Macet (Kuncoro dan Suhardjono, 2011:420). Kredit bermasalah merupakan rasio dari risiko kredit, dimana non performing loan (NPL) ini adalah sebuah kondisi yang sangat ditakuti oleh setiap pegawai bank. Karena dengan kredit bermasalah tersebut akan menyebabkan menurunnya pendapatan bank yang selanjutnya memungkinkan terjadinya penurunan laba (Kuncoro dan Suhardjono, 2011:427).

Bank dalam memberikan kredit harus melakukan analisis terlebih dahulu terhadap kemampuan debitur untuk membayar kembali kewajibannya. Setelah kredit diberikan, bank wajib melakukan pengawasan dan pembinaan atas tahap-tahap pemberian kredit yang dilakukannya (Kuncoro dan Suhardjono, 2011:243).

(10)

restrukturisasi maupun hapus buku yang dilakukan bank. Untuk mengantisipasi peningkatan risiko kredit, bank dapat melakukan pemupukan cadangan kerugian penghapusan kredit sehingga secara keseluruhan risikonya. Perhitungan non performing loan (NPL) dapat dirumuskan sebagai berikut:

C. PROFITABILITAS (ROA)

Menurut Mardiyanto (2009:196) mendefinisikan return on asset (ROA) adalah sebagai berikut :

“Return on asset (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari aktivitas investasi.”

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa return on asset (ROA) adalah rasio yang menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan. Karena itu digunakan angka laba setelah pajak dan rata-rata kekayaan perusahaan. Dengan demikian rasio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasinya perusahaan dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut. Perhitungan return on asset (ROA) dapat dirumuskan sebagai berikut :

(11)

D. PARADIGMA PEMIKIRAN (Suharjono dan Kuncoro, 2002:573).

Gambar 2.2 Paradigma Pemikiran

III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN

Menurut Deni Darmawan (2013:127) metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data dan informasi mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode verifikatif dengan pendekatan kuantitatif.

B. SUMBER DATA

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu dalam bentuk angka-angka yang menunjukkan nilai dari besaran atau variabel yang mewakilinya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

C. POPULASI DAN SAMPEL

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam kurun waktu penelitian (tahun 2010-20014). Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 31 bank. Teknik pengambilan sampel dilakukan

Rasio Kecukupan Modal

(X1)

rasio kredit bermasalah (X2)

(12)

pengambilan sampel yang didasarkanpada beberapa pertimbangan atau kriteria tertentu. maka yang menjadi sampel dalam penelitian penulis adalah perusahaan perbankan yang sudah memenuhi beberapa kriteria yang telah di uraikan sebelumnya. Sehingga yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 laporan keuangan yang terdiri atas 6 perusahaan dari periode 2010-2014 atau n= 12 x 5 (tahun) = 60.

D. Metode Pengujian Data

Alat pengujian data yang digunakan dalam penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut:

Analisis Linier Berganda

Penerapan analisis regresi berganda ini menurut Sugiyono (2005:210), adalah :

“ Analisis regresi linier digunakan oleh peneliti, bila peneliti bermaksud

meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaikturunkan nilainya). Jadi analisis regresi ganda akan

dilakukan bila jumlah variabel independennya minimal dua”.

Dalam penelitian ini, analisis regresi linier berganda digunakan untuk membuktikan sejauh mana Pengaruh Rasio Kecukupan Modal dan Rasio Kredit Bermasalah terhadap Profitabilitas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Untuk dapat membuat ramalan melalui regresi, maka data setiap variabel harus tersedia. Selanjutnya berdasarkan data itu peneliti harus dapat menemukan persamaan melalui perhitungan.

E. Penetapan Hipotesis

(13)

a) Hipotesis parsial antara variabel Rasio Kecukupan Modal terhadap variabel terikat profitabilitas yang diberikan.

Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan Rasio Kecukupan Modal terhadap Profitabilitas.

Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan Rasio Kecukupan Modal terhadap Profitabilitas.

b) Hipotesis parsial antara variabel bebas Rasio Kredit Bermasalah terhadap variabel terikat Profitabilitas.

Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan Rasio Kredit Bermasalah terhadap Profitabilitas.

Ha :Terdapat pengaruh yang signifikan Rasio Kredit Bermasalah terhadap Profitabilitas.

b. Hipotesis Statistik

a) Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji Statistik t).

Dalam pengujian hipotesis ini menggunakan uji satu pihak (one tail test) dilihat dari bunyi hipotesis statistik yaitu hipotesis nol ( ) : β =0 dan hipotesis alternatifnya ( )

: β ≠ 0

(14)

terhadap Profitabilitas.

( ) : β =0 : Rasio Kredit Bermasalah tidak berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas.

( ) : β ≠0 : Rasio Kredit Bermasalah berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas VI. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

Dengan menggunakan software SPSS, diperoleh hasil analisis korelasi parsial antara kecukupan modal (CAR) dan kualitas aktifa produktif (NPL) dengan profitabilitas (ROA) sebagai berikut:

Tabel 4.9

Analisis Korelasi Parsial

- Hubungan Antara Kecukupan Modal (CAR) dengan Profitabilitas (ROA)

(15)

tabel pada tabel distribusi t. Dengan α=0,05, df=n

1= 57, diperoleh nilai t-tabel untuk pengujian dua pihak sebesar ± 2,002. Dari nilai-nilai di atas terlihat bahwa nilai thitung yang diperoleh (0,292), berada diantara nilai ttabel (-2,002 dan

2,002), sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, artinya

secara parsial kecukupan modal (CAR) berpengaruh tidak signifikan terhadap profitabilitas ROA.

- Hubungan Antara Kualitas Aktifa Produktif (NPL) dengan dengan Profitabilitas (ROA)

Berdasarkan tabel 4.9 diperoleh informasi bahwa nilai korelasi yang diperoleh antara kualitas aktva produktif (NPL) dengan profitabilitas (ROA) adalah sebesar -0,190. Nilai korelasi bertanda negatif, yang menunjukan bahwa hubungan yang terjadi adalah berlawanan. Berdasarkan interpretasi koefisien korelasi, nilai sebesar -0,190 termasuk kedalam kategori hubungan yang sangat rendah, berada dalam kelas interval antara 0,000 – 0,199.

nilai thitung yang diperoleh variabel kualitas aktiva produktif (NPL) sebesar -1,397.

Nilai ini akan dibandingkan dengan nilai ttabel pada tabel distribusi t. Dengan α=0,05, df=n

-k-1=60-2-1= 57, diperoleh nilai t-tabel untuk pengujian dua pihak sebesar ± 2,002. Dari nilai-nilai di atas terlihat bahwa nilai-nilai thitung yang diperoleh (-1,397), berada diantara nilai ttabel

(-2,002 dan (-2,002), sesuai dengan kriteria pengujian hipotesis bahwa H0 diterima dan H1

ditolak, artinya secara parsial kualitas aktiva produktif (NPL) tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas ROA.

(16)

rasio kecukupan modal dan kualitas aktiva produktif terhadap profitabilitas, baik secara parsial.

A. Pengaruh Rasio Kecukupan Modal Terhadap Profitabilitas

Berdasarkan hasil hubungan yang diperoleh antara kecukupan modal (CAR) dengan profitabilitas (ROA) adalah sebesar 0,068. Nilai korelasi bertanda positif yang menunjukan bahwa hubungan yang terjadi antara antara variabel bebas dan terikat adalah searah. Artinya semakin meningkat rasio kecukupan modal maka profitabilitas akan meningkat. Semakin tinggi rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) maka bank akan semakin kuat menanggung rasio kreditan dan mampu membiayai operasi bank, sehingga memiliki kontribusi yang besar bagi profitabilitas (Suharjono dan Kuncoro, 2002:573).

Sementara berdasarkan perhitungan dari tingkat signifikan dapat dilihat bahwa rasio kecukupan modal berpengaruh (positif) tidak signifikan terhadap profitabilitas. Besarnya rasio kecukupan modal terhadap profitabilitas dalam kategori lemah sebesar 0,5% sisanya sebesar 99,5% dipengaruhi oleh variabel lain seperti kondisi perekonomian, tingkat suku bunga , kebijakan pemerintah dan lain-lain (Kusumawardani 2010:96).

(17)

yaitu Nusantara (2009) yang memperlihatkan hasil bahwa CAR berpengaruh tidak signifikan terhadap Profitabilitas. Dan Ni Luh Sri Septiarini (2014) bahwa rasio kecukupan modal berpengaruh tidak signifikan, karena persentase rasio kecukupan modal yang tinggi dapat mempengaruhi kemampuan bank dalam melakukan ekspansi usahanya karena besarnya cadangan modal yang dimilki oleh perusahaan digunakan untuk menutupi risiko kerugian yang dalam hal ini adalah rasio kredit bermasalah. Terhambatnya ekspansi usaha akibat tingginya rasio kecukupan modal pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja keuangan perbakan.

B. Pengaruh Rasio Kredit Bermasalah Terhadap Profitabilitas

Berdasarkan hasil hubungan yang diperoleh antara kredit bermasalah (NPL) dengan profitabilitas (ROA) adalah sebesar -0,190. Nilai korelasi bertanda negatif, yang menunjukan bahwa hubungan yang terjadi antara variabel bebas dan terikat adalah berlawanan. Artinya semakin besar kredit bermasalah maka profitabilitas akan semakin kecil. Hal ini sesuai dengan Bambang Agus Pramuka (2010), NPL yang tinggi akan memperbesar biaya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank. Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar, dan oleh karena itu bank harus menanggung kerugian dalam kegiatan operasionalnya sehingga berpengaruh terhadap penurunan laba (ROA) yang diperoleh bank (Kasmir, 2004:189).

(18)

Akan tetapi pada kenyataannya terdapat fenomena selama periode penelitian pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia PT Bank Pundi Indonesia (BEKS), PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBCA), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), mengalami masalah. Dimana kondisi penurunan nilai kualitas aktiva produktif (NPL) yang menggambarkan rasio jumlah kredit bermasalah justru diikuti dengan penurunan nilai profitabilitas (ROA).

Menurut Kasmir (71:2008) Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan menentukan keuntungan bank, jika bank tidak mampu menyalurkan kredit sementara dana yang terhimpun dari simpanan banyak maka akan menyebabkan bank itu rugi. Oleh karena itu pengelolaan kredit harus dilakukan sebaik-baiknya mulai dari perencanaan jumlah kredit, penentuan suku bunga, prosedur pemberian kredit, analisis pemberian kredit sampai kepada pengendalian kredit yang macet.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian terdahulu Usman (2003) dimana NPL berpengaruh tidak signifikan terhadap perubahan laba. Dalam hal ini perubahan laba tentunya mempengaruhi besar kecilnya nilai ROA, karena laba merupakan komponen pembentuk ROA. Kemudian penelitian yang dilakukan Suyono (2005) dalam Mahardian (2008) juga menyimpulkan bahwa NPL berpengaruh tidak signifikan terhadap ROA.

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

(19)

akan semakin kecil dan sebaliknya jika profitabilitas meningkat maka rasio kecukupan modal menurun.

2. Kualitas aktiva produktif (NPL) terhadap profitabilitas berpengaruh (negatif) tidak signifikan. Dimana kenaikan pada rasio kredit bermasalah (NPL) akan diikuti dengan peningkatan profitabilitas. Hal ini disebabkan karena semakin banyak kredit yang disalurkan bank maka akan menambah laba yang diterima oleh perusahaan.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dijabarkan sebelumnya,maka penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi manajemen, untuk meningkatkan rasio kecukupan modal perbankan sebaiknya tidak terlalu mengandalkan pinjaman sebagai sumber pendapatan dan lebih menggunakan seluruh potensi modalnya untuk meningkatkan profitabilitas bank, seperti pengembangan produk dan jasa diluar pinjaman yang dapat meningkatkan fee base income.

2. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan melakukan penelitian selanjutnya dengan memperluas jumlah sampel dan data penelitian. Misalnya dengan menggunakan periode pengamatan yang lebih panjang serta memasukan ratio-ratio yang berpengaruh lebih besar dan dapat memprediksi profitabilitas bank.

DAFTAR PUSTAKA

(20)

Andayani, Putu Novi., Gede Adi Yuniarta, & Edy Sujana. 2015. Pengaruh Kecukupan Modal, Kualitas Aktiva Produktif, Rentabilitas, Dan Likuiditas Terhadap Pertumbuhan Laba. e-Journal Jurusan Akuntansi Program S1. Volume 3 No. 1 Tahun 2015. Universitas Pendidikan Ganesha.

Anthony, Robert N. dan Vijay Govindarajan (Kurniawan Tjakrawala, Penerjemah). 2008. Sistem Pengendalian Manajemen. Edisi ke-11. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Armelia, Vera. 2011. Pengaruh Permodalan, Likuiditas, Kualitas Aktiva Produktif, dan Non

Performing Loan terhadap Profitabilitas. Skripsi. UNP.

Bank Indonesia. 2004. Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.

Bank Indonesia. 2004. Surat Edaran Bank IndonesiaNo.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004. Perihal Tata Cara Penilaian Kesehatan Bank.

Bank Indonesia. 2005. Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005 Tentang penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum terdiri dari Aktiva Produktif dan Aktiva Non Produktif.

Bank Indonesia. 2008. Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008 Tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 135, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4895

Budisantoso, Totok dan Sigit Triandaru. 2011. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi dua. Jakarta : Salemba Empat.

Chisti, Khalid Ashraf. 2012. The impact of Asset Quality on Profitability of Private Banks in India: A Case Study of JK, ICICI, HDFC & YES Banks. Journal of African Macroeconomic Review Vol. 2, No. 1.

Dendawijaya, L. 2009. Manajemen Perbankan. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Eng, Tan Sau. 2013. Pengaruh NIM, BOPO, LDR, NPL & CAR Terhadap ROA Bank Internasional dan Bank Nasional Go Public. Jurnal Dinamika Manajemen Vol. 1 No.3 Juli-September 2013 ISSN: 2338-123X. Program Magister Manajemen Universitas Jambi.

Fahmi, Irham. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Cetakan Kesatu. CV Alfabeta : Bandung. Harahap, Sofyan Safri. 2009. Teori Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta : Rajawali Pers. Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Indonesia. Jakarta : Penerbit Salemba

Empat.

Irawati, Susan. 2006. Manajemen Keuangan. Bandung : Pustaka.

Jamal Wiwoho, dkk. 2008. “Hukum Perbankan”. Makalah disampaikan pada Kuliah Hukum

(21)

Jumingan. 2006. Analisa Laporan Keuangan. Jakarta : Bumi Aksara.

Kasmir. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

______. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. ______. 2010. Dasar-dasar Perbankan. Edisi 1-8. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. ______. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. ______. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. . 2013. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 26/20/KEP/DIR tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank

Kuncoro, Mudrajad dan Suhardjono. 2002. Manejemen Perbankan Teorid dan Aplikasi. Yogyakarta: BPFE.

______. 2011. Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi. Edisi Kedua. Yogyakarta : BPFE. Kusumo, Yunanto Adi. 2008. Analisis Kinerja Keuangan Bank Syariah Mandiri Periode

2002-2007 (dengan pendekatan PBI No.9/1/PBI/2007). Jurnal Ekonomi Islam-La Riba, Vol.II, No 1, Hal: 109-130, Juli 2008.

Mardiyatmo. 2005. Kewirausahaan. Jakarta : Yudhistira.

Mawardi, Wisnu. 2005. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Bank Umum Di Indonesia (Studi Kasus Pada Bank Umum Dengan Total Asset Kurang Dari 1 Triliun). Jurnal Bisnis Strategi. Vol. 14, No.1.

Munawir. 2010. Analisis Laporan Keuangan. Edisi 4. Yogyakarta: Liberty.

Nusantara, Ahmad Buyung. 2009. Analisis Pengaruh NPL, CAR, dan BOPO Terhadap Profitabilitas Bank (Perbandingan Bank Umum Go Publik dan Bank Umum Non Go Publik di Indonesia Periode Tahun 2005-2007). Tesis Strata-2. Program Studi Magister Manajemen. Universitas Diponegoro.

Pasaribu, Hiras dan Rosa Luxita Sari. 2011. Analisis Tingkat Kecukupan Modal Dan Loan To Deposit Ratio Terhadap Profitabilitas. Jurnal Telaah & Riset Akuntansi. Vol. 4. No.2 Juli 2011. UPN Veteran Yogyakarta

Riyadi, S. 2006. Banking Assets and Liability Management. Ed. 3. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Riyanto, Bambang. 2010. Dasar–Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat Cetakan Ke Sepuluh. Yogyakarta : Penerbit BPFE.

(22)

Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Septiarini, Ni Luh Sri dan I Wayan Ramantha. 2014. Pengaruh Rasio Kecukupan Modal Dan Rasio Penyaluran Kredit Terhadap Profitabilitas Dengan Moderasi Rasio Kredit Bermasalah. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana (2014): 192-206. ISSN: 2302-8556. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana Bali.

Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan. Kebijakan Moneter dan Perbankan. Edisi Kelima. Penerbit Fakultas Ekonomi universitas Indonesia.

Sudana, I Made. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan Teori dan Praktik. Jakarta : Erlangga.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung : CV.Alfabeta.

Sutojo, Siswanto. 2008. Menangani Kredit Bermasalah. Edisi Kedua. Jakarta: Damar Mulia Pustaka.

Sutrisno. 2008. Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta : Ekonisia.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Akuntansi Perbankan.

Widyastuti, Tri dan Yuana Rizky Octaviani Mandagie. 2010. Pengaruh CAR , NI M dan LDR terhadap ROA Pada Perusahaan Perbankan. Jurnal Akuntansi Keuangan. ISSN 1412 – 0240.

Sumber Lain:

www.idx.co.id

(23)

47 3.1 Metode Penelitian

Menurut Deni Darmawan (2013:127) metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data dan informasi mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode verifikatif dengan pendekatan kuantitatif.

Pengertian metode deskriptif menurut Sugiyono (2009:21) adalah sebagai berikut metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.

Menurut Hasan (2009 : 11), Metode Verifikasi yaitu menguji kebenaran sesuatu (pengetahuan) dalam bidang yang telah ada dan digunakan untuk menguji hipotesis yang menggunakan perhitungan statistik.

(24)

3.2 Operasionalisasi Variabel

Menurut Sugiyono (2010:61) variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya.

Sesuai dengan judul penelitian yaitu "Pengaruh Kecukupan Modal dan Rasio Kredit Bermasalah terhadap profitabilitas”, maka variabel-variabel yang akan diteliti dapat dibedakan atas dua variabel, yaitu :

1. Variabel Independen

Menurut Deni Darmawan (2013:109) variabel independen (Variabel Bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam

penelitian ini yang menjadi variable bebas pertamanya adalah “Rasio

Kecukupan Modal” 2. Variabel Independen

Yaitu variabel yang memengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam penelitian ini yang menjadi variable bebas kedua adalah “Rasio Kredit Bermasalah”.

3. Variabel Dependen

Menurut Deni Darmawan (2013:109) variabel dependen (variabel terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikatnya

(25)

Operasionalisasi Variabel menurut Umi Narimawati (2010:31) adalah penentuan construct sehingga menjadi variable yang dapat diukur. Sesuai dengan judul penelitian mengenai pengaruh Rasio Kecukupan Modal dan Rasio Kredit Bermasalah Terhadap Protabilitas Keuangan Perbankan maka operasional variabel penelitian dapat disajikan dalam Tabel 3.1 :

(26)

kredit

(27)

Menurut Sugiyono (2010:137) mengungkapkan bahwa :

“Sumber sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan data

kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau dokumen.” Sedangkan menurut Andi Supangat (2010:2) mendefinisikan bahwa:

”Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung untuk mendapatkan informasi (keterangan) objek yang diteliti, biasanya data tersebut diperoleh dari tangan kedua baik dari objek secara individual (responden) maupun dari suatu badan (instansi) yang dengan sengaja melakukan pengumpulan data dari instansi-instansi atau badan lainnya

untuk keperluan penelitian dari para pengguna”.

Berdasarkan pengertian diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa data sekunder merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung untuk mendapatkan informasi dari objek yang diteliti, biasanya data tersebut diperoleh dari pihak kedua dan pengumpulan data dapat melalui dokumen. Data-data yang digunakan diperoleh dari laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perbankan melalui Bursa Efek Indonesia.

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

Studi kepustakaan (Library Research)

(28)

3.4 Populasi, Penarikan Sampel dan Tempat dan Waktu Penelitian

Didalam suatu penelitian, populasi dan sampel sangat diperlukan. Hal tersebut agar penelitian yang dilakukan benar-benar mendapatkan data sesuai yang diharapkan.

3.4.1 Populasi

Menurut Margono (2010:118), adalah sebagai berikut :

“Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu

ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan”.

Sedangkan menurut Sukmadinata (2011:250) mengemukakan bahwa :

“populasi adalah “kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup

penelitian kita”.

Menurut Sugiyono (2012:115) pengertian populasi adalah :

“wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa populasi bukan sekedar jumlah yang ada pada objek atau subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek tersebut.

(29)

Tabel 3.2

Daftar Perusahaan yang dijadikan populasi Penelitian Sub Sektor Perbankan

No Kode

Saham Nama Emiten

Tanggal IPO 1 AGRO Bank Rakyat Indonesia Agro Niaga Tbk 08-Aug-2003

2 BABP Bank MNC International 15-Jul-2002

3 BACA Bank Capital Indonesia Tbk 08-Oct-2007

4 BAEK Bank Ekonomi Raharja Tbk 08-Jan-2008

5 BBCA Bank Central Asia Tbk 31-May-2000

6 BBKP Bank Bukopin Tbk 10-Jul-2006

7 BBMD Bank Mestika Dharma Tbk 08-Jul-2013

8 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero)Tbk 25-Nov-1996 9 BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk 10-Jan-2001 10 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero)Tbk 10-Nov-2003 11 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 17-Dec-2009

12 BCIC Bank Mutiara Tbk 25-Jun-1997

13 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk 6-Dec-1989

14 BEKS Bank Pundi Indonesia Tbk 13-Jul-2001

15 BJBR Bank Jabar Banten Tbk 08-Jul-2010

16 BJTM Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur (Tbk) 12-Jul-2012

17 BKSW Bank Kesawan Tbk 21-Nov-2002

18 BMAS Bank Maspion Indonesia Tbk 11-Jul-2013

19 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk 14-Jul-2003

20 BNBA Bank Bumi Arta Tbk 31-Dec-1999

21 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk 29-Nov-1989

22 BNII Bank Internasional Indonesia Tbk 21-Nov-1989

23 BNLI Bank Permata Tbk 15-Jan-1990

24 BSIM Bank Sinar Mas Tbk 13-Dec-2010

25 BSWD Bank Swadesi Tbk 01-May-2002

(30)

27 BVIC Bank Victoria International Tbk 30-Jun-1999 28 INPC Bank Artha Graha International Tbk 29-Aug-1990 29 MAYA Bank Mayapada International Tbk 29-Aug-1997 30 MCOR Bank Windu Kentjana International Tbk 03-Jul-2007

31 MEGA Bank Mega Tbk 17-Apr-2000

32 NAGA Bank Mitraniaga Tbk 09-Jul-2013

33 NISP Bank NISP OCBC Tbk 20-Oct-1994

34 NOBU Bank Nationalnobu Tbk 20-May-2013

35 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk 29-Dec-1982

36 PNBS Bank Pan Indonesia Syariah Tbk 15-Jan-2014 37 SDRA Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk 15-Dec-2006

38 AGRS Bank Agris Tbk 22-Dec-2012

39 BBYB Bank Yudha Bakti Tbk 13-Jan-2015

40 BINA Bank Ina Perdana Tbk 16-Jan-2014

41 DNAR Bank Dinar Indonesia Tbk 11-Juli-2014

3.4.2 Penarikan Sampel

Dengan meneliti secara sampel, diharapkan hasil yang telah diperoleh akan memberikan kesimpulan gambaran sesuai dengan karakteristik populasi.

Pengertian sampel menurut Sugiyono (2012:116) adalah sebagai berikut :

“Bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut”.

Pengertian sampel menurut Umi Narimawati (2008:77) :

“Sampel adalah sebagian dari populasi yang terpilih untuk menjadi unit

pengamatan dalam penelitian”.

(31)

pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, dimana pengambilan sampel dilakukan berdasarkan suatu kriteria tertentu yang dibuat oleh peneliti (Jogiyanto, 2010:79).

Pengertian purposive sampling menurut Sugiyono (2013:85), yaitu:

“Teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”. Sampel yang

diambil penulis dalam penelitian ini adalah neraca dan laporan laba rugi tahunan dari Perusahaan Jasa Sub Sektor Perbankan yang terdaftar di BEI dari tahun 2010-2014 dengan kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan jasa Sub Sektor Perbankan yang terdaftar di Bank Indonesia dan sudah Go Publik

2. Aktif di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian yaitu tahun 2010-2014.

3. Perusahaan jasa Sub Sektor Perbankan yang selalu mempublikasikan laporan keuangan tahunan dari tahun 2010-2014 dan telah di audit 4. Selalu menghasilkan laba setiap tahunnya dalam periode 2010-2014 5. Data yang diambil dari tahun 2010-2014 (lima tahun) yang dijadikan

sample karena pada rentang periode ini terdapat fenomena yang menyebabkan harus adanya penelitian yang dilakukan.

Berikut ini daftar perusahaan Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini:

Tabel 3.3

1 AGRO Bank Rakyat Indonesia Agro Niaga Tbk 8 BBNI Bank Negara Indonesia

(32)

(Persero)Tbk

11 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk

  

12 BCIC Bank Mutiara Tbk   

13 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk

  

14 BEKS Bank Pundi Indonesia Tbk     15 BJBR Bank Jabar Banten Tbk     16 BJTM Bank Pembangunan Daerah

Jawa Timur (Tbk)

   

17 BKSW Bank Kesawan Tbk   

18 BMAS Bank Maspion Indonesia Tbk

  

19 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk      

20 BNBA Bank Bumi Arta Tbk   

21 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk      

22 BNII Bank Internasional Indonesia Tbk

  

23 BNLI Bank Permata Tbk   

24 BSIM Bank Sinar Mas Tbk   

25 BSWD Bank Swadesi Tbk   

26 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk

  

27 BVIC Bank Victoria International Tbk 36 PNBS Bank Pan Indonesia Syariah

Tbk

  

(33)

Dari tabel 3.4 diatas, maka didapatkan daftar perbankan yang dijadikan sampel penelitian ini sebagai berikut:

Tabel 3.4

Daftar Perbankan yang menjadi sampel

No Kode Nama

1 BBCA Bank Central Asia Tbk

2 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk

3 BJBR Bank Jabar Banten Tbk

4 BBKP Bank Bukopin Tbk

5 MEGA Bank Mega Tbk

6 BNLI Bank Permata Tbk

7 BMRI Bank Mandiri (Persero)Tbk

8 NISP Bank OCBC NISP Tbk

9 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero)Tbk 10 BNII Bank Internasional Indonesia Tbk 11 BNBA Bank Bumi Arta Tbk

12 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk

Berdasarkan pada tabel 3.4 diatas, maka yang menjadi sampel dalam penelitian penulis adalah perusahaan perbankan yang sudah memenuhi beberapa kriteria yang telah di uraikan sebelumnya. Sehingga yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 laporan keuangan yang terdiri atas 6 perusahaan dari periode 2010-2014 atau n= 12 x 5 (tahun) = 60.

3.4.3 Tempat dan Waktu Penelitian 3.4.3.1Tempat Penelitian

(34)

sektor Jasa sub Sektor Perbankan berlokasi di Jl. Veteran No. 10, Bandung, Indonesia. Telepon (022) 421-4349.

3.4.4.2 Waktu Penelitian

(35)

3.5 Metode Pengujian Data

Alat pengujian data yang digunakan dalam penelitian ini akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Analisis Linier Berganda

Penerapan analisis regresi berganda ini menurut Sugiyono (2005:210), adalah :

“ Analisis regresi linier digunakan oleh peneliti, bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi (dinaikturunkan nilainya). Jadi analisis regresi ganda akan dilakukan bila jumlah variabel independennya minimal dua”.

Dalam penelitian ini, analisis regresi linier berganda digunakan untuk membuktikan sejauh mana Pengaruh Rasio Kecukupan Modal dan Rasio Kredit Bermasalah terhadap Profitabilitas pada perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Untuk dapat membuat ramalan melalui regresi, maka data setiap variabel harus tersedia. Selanjutnya berdasarkan data itu peneliti harus dapat menemukan persamaan melalui perhitungan. Dimana persamaan regresi untuk dua variabel adalah sebagai berikut:

Sumber: Sugiyono (2002:250) Dimana:

(36)

a = konstanta, merupakan nilai terikat yang dalam hal ini adalah Y pada saat variabel bebasnya adalah 0 (X1, X2 = 0)

X1 = variabel bebas X1 (kecukupan Modal)

X2 = variabel bebas X2 (Rasio Kredit Bermasalah)

b1 = koefisien regresi berganda antara variabel bebas X1 terhadap

variabel terikat Y, apabila variabel bebas X2 diangap konstan.

b2 = koefisien regresi berganda antara variabel bebas X2 terhadap

variabel terikat Y, apabila variabel bebas X1 diangap konstan.

= faktor-faktor lain yang mempengaruhi

Regresi linier berganda dengan dua variabel bebas X1 dan X2

metode kuadrat kecil memberikan hasil bahwa koefisien-koefisien α, β1

dan β2. Nilai-nilai tersebut dapat dicari dengan rumus pearson product

moment yang memiliki persamaan sebagai berikut:

1 = (Σx22)( Σx1y) - (Σx1x2)(Σ(x2y))

(Σx12)( Σx22)-(Σx1x2)2

2 = (Σx12)( Σx2y) - (Σx1x2)(Σ(x1y))

(Σx12)( Σx22)-(Σx1x2)2

α = − 1 1− 2 2

(37)

b1 dan b2 negatif berarti menunjukkan hubungan yang berlawanan antara variabel bebas dengan variable terikat. Dengan kata lain setiap peningkatan besarnya nilai variabel bebas akan diikuti oleh penurunan besarnya nilai variabel terikat, dan sebaliknya.

b. Uji Asumsi Klasik

Untuk memperoleh hasil yang lebih akurat dari model analisis regresi berganda tersebut, maka dilakukan pengujian asumsi klasik agar hasil yang diperoleh dapat diregresi serta memperoleh penafsiran yang memiliki sifat Best Linier Unbiased Estimator (BLUE). Pengujian asumsi klasik terdiri atas:

(1) Uji Multikolinearitas

Menurut Ghozali (2002:57), Uji multikolinearitas ini dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel bebas. Jika terjadi korelasi maka dinamakan terjadi problem multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independent. Pedoman suatu model regresi yang bebas problem multikolinearitas adalah jika mempunyai nilai VIF (Varians Inflation Faktor) kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 10%.

(2) Uji Autokorelasi

(38)

autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dan autokorelasi. Uji autokorelasi diuji dengan melihat hasil Durbin - Watson, dan autokoresi dikatakan tidak ada jika angka Durbin Watson berada diantara -2 sampai +2.

Tabel 3.6 Durbin Watson Test Hasil Perhitungan Klasifikasi

Hasil Perhitungan Klasifikasi Kurang dari 1,08 Ada otokorelasi 1,08 sampai 1,66 Tanpa kesimpulan 1,66 sampai 2,34 Tidak ada otokorelasi 2,34 sampai 2,92 Tanpa kesimpulan 2,34 sampai 2,92 Ada otokorelasi Sumber : (Algifari,2000:89).

(3) Uji Heteroskedastisitas

(39)

secara acak dan tidak membentuk pola tetentu dapat dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas.

(4) Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model regresi mempunyai distribusi normal atau tidak. Asumsi normalitas merupakan persyaratan yang sangat penting pada pengujian kebermaknaan (signifikansi) koefisien regresi. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal, sehingga layak dilakukan pengujian secara statistik. Dasar pengambilan keputusan bisa dilakukan berdasarkan probabilitas (Asymtotic Significance), yaitu:

a. Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari populasi adalah normal.

b. Jika probabilitas < 0,05 maka populasi tidak berdistribusi secara normal.

Pengujian secara visual dapat juga dilakukan dengan metode gambar normal Probability Plots dalam program SPSS. Dasar pengambilan keputusan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

(40)

c. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

c. Analisis Korelasi

Analisis korelasi bertujuan untuk mengukur kekuatan asosiasi (hubungan) linier antara dua variabel. Korelasi juga tidak menunjukkan hubungan fungsional. Dengan kata lain, analisis korelasi tidak membedakan antara variabel dependen dengan variabel independen. Dalam analisis regresi, analisis korelasi yang digunakan juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen selain mengukur kekuatan asosiasi (hubungan).

Analisis korelasi merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui arah dan kuatnya hubungan antar variabel. Arah dinyatakan dalam positif dan negatif, sedangkan kuat atau lemahnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. Nilai koefisien korelasi dapat dinyatakan -1 ≤ R ≤ 1 apabila:

a. Apabila (-) berarti terdapat hubungan negatif. b. Apabila (+) berarti terdapat hubungan positif.

Interprestasi dari nilai koefisien korelasi adalah sebagai berikut:

(41)

b. Jika r = +1 atau mendekati +1, maka terdapat hubungan yang kuat antara variabel independen dan variabel dependen dan hubungannya searah (jika variabel independen naik, maka variabel dependen naik, dan jika variabel independen turun, maka variabel dependen turun).

Sedangkan harga r akan dikonsultasikan dengan tabel interprestasi nilai r sebagai berikut:

Tabel 3.7

Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00-0,199 Sangat rendah

0,20-0,399 Rendah

0,40-0,599 Sedang

0,60-0,799 Kuat

0,80-1,000 Sangat Kuat Sumber : Sugiyono (2008:184)

Sedangkan untuk mencari koefisien korelasi antara X1 dan Y, X2

dan Y adalah sebagai berikut:

a. Menghitung koefisien korelasi antara Kecukupan Modal (X1) terhadapProfitabilitas (Y), menggunakan rumus:

(42)

Setelah koefisien korelasi antar-variabel diketahui, selanjutnya dapat diperoleh nilai korelasi. Langkah-langkah perhitungan uji statistik dengan menggunakan analisis korelasi dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Korelasi parsial

Koefisien korelasi parsial antara X1 terhadap Y, bila X2 dianggap

konstan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

2. Korelasi parsial

Koefisien korelasi parsial antar X2 terhadap Y, apabila X1 dianggap

konstan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

3. Koefisien korelasi secara simultan

Koefisien korelasi simultan antar X1 dan X2 terhadap Y dapat

(43)

4. Koefisien Determinasi

Analisis Koefisiensi Determinasi (KD) digunakan untuk melihat seberapa besar variabel independen (X) berpengaruh terhadap variabel dependen (Y) yang dinyatakan dalam persentase.

Besarnya koefisien determinasi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Dimana :

KD = Seberapa jauh perubahan variabel Y dipergunakan oleh variabel X

r² = Kuadrat koefisien korelasi

Untuk memudahkan pelaksanaan analisis data, maka penelitian ini akan menggunakan program SPSS for Windows versi 20.0.

3.6 Pengujian Hipotesis

Rancangan pengujian hipotesis ini dinilai dengan penetapan hipotesis nol dan hipotesis alternatif, penelitian uji statistik dan perhitungan nilai uji statistik, perhitungan hipotesis, penetapan tingkat signifikan dan penarikan kesimpulan.

Hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Hipotesis nol (Ho)

(44)

tidak terdapat pengaruh yang signifikan dan Hipotesis alternatif (Ha) menunjukkan adanya pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat.

Rancangan pengujian hipotesis penelitian ini untuk menguji ada tidaknya pengaruh antara variabel independen yaitu Rasio Kecukupan Modal (X1) dan

Rasio Kredit Bermasalah (X2) terhadap Profitabilitas perbankan variabel

dependen (Y), dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Penetapan Hipotesis

a. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

a) Hipotesis parsial antara variabel Rasio Kecukupan Modal terhadap variabel terikat profitabilitas yang diberikan.

Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan Rasio Kecukupan Modal terhadap Profitabilitas.

Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan Rasio Kecukupan Modal terhadap Profitabilitas.

b) Hipotesis parsial antara variabel bebas Rasio Kredit Bermasalah terhadap variabel terikat Profitabilitas.

Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan Rasio Kredit Bermasalah terhadap Profitabilitas.

(45)

b. Hipotesis Statistik

a) Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji Statistik t).

Dalam pengujian hipotesis ini menggunakan uji satu pihak (one tail test) dilihat dari bunyi hipotesis statistik yaitu hipotesis nol ( ) : β =0 dan hipotesis alternatifnya ( ) : β ≠ 0

( ) :β=0 : Rasio Kecukupan Modal tidak berpengaruh signifikan terhadapProfitabilitas.

( ) : β ≠0 : Rasio Kecukupan Modal berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas.

( ) : β =0 : Rasio Kredit Bermasalah tidak berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas.

( ) : β ≠0 : Rasio Kredit Bermasalah berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas.

2. Menggambar Daerah Penerimaan dan Penolakan

Untuk menggambar daerah penerimaan atau penolakan maka digunakan kriteria sebagai berikut :

Hasil thitung dibandingkan dengan Ftabel dengan kriteria :

a) Jika . maka ada di daerah penolakan, berarti Ha

diterima artinya antara variabel X dan variabel Y ada pengaruhnya. b) Jika . maka ada di daerah penerimaan, berarti Ha

ditolak artinya antara variabel X dan variabel Y tidak ada pengaruhnya.

c) t hitung; dicari dengan rumus perhitungan t hitung, dan

d) t tabel; dicari didalam tabel distribusi t student dengan ketentuan

(46)

b) Hasil Fhitung dibandingkan dengan Ftabel dengan kriteria :

a) Tolak ho jika > pada alpha 5% untuk koefisien positif.

b) Tolak Ho jika < pada alpha 5% untuk koefisien

negatif.

c) Tolak Ho jika nilai F-sign < α,05.

Gambar 3.1

Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis

3. Penarikan Kesimpulan

Daerah yang diarsir merupakan daerah penolakan, dan berlaku sebaliknya. Jika thitung dan Fhitung jatuh di daerah penolakan (penerimaan), maka Ho ditolak

(47)

14

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Modal

Menurut Munawir (2010:19) mendefinisikan pengertian modal adalah sebagai berikut :

“Modal merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik

perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan. Atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh

perusahaan terhadap seluruh hutanghutangnya.”

Menurut Riyanto (2010:17) mendefinisikan pengertian modal adalah sebagai berikut :

“Modal dapat diartikan yang bersifat klasik dan non-physical oriented,

pengertian modal yang klasik adalah sebagai hasil produksi yang digunakan untuk memprodusir lebih lanjut, sedangkan yang bersifat non-physical oriented adalah modal ditekankan pada nilai, daya beli atau kekuasaan memakai atau menggunakan yang terkandung dalam

barang-barang modal.”

(48)

2.1.1.1Sumber-Sumber Penawaran Modal

Menurut Riyanto (2010:209) jenis-jenis modal dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :

1. Sumber-sumber penawaran modal menurut asalnya

2. Sumber-sumber penawaran modal menurut cara terjadinya

Dalam sumber-sumber penawaran modal menurut asalnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut :

1. Sumber Internal (Internal Source)

Sumber internal adalah modal atau dana yang dibentuk atau dihasilkan

sendiri di dalam perusahaan adalah “keuntungan yang di tahan”/laba

ditahan (retained net profit) dan penyusutan (depreciations). a. Laba ditahan

Besarnya laba yang dimasukan dalam cadangan atau laba ditahan, selain tergantung kepada besarnya laba yang diperoleh selama periode tertentu, juga tergantung kepada “dividen policy” dan “plowing back policy” yang dijalankan oleh perusahaan yang

(49)

b. Depresiasi

Sumber intern berasal dari laba/cadangan juga berasal dari depresiasi. Besarnya depresiasi setiap tahunya adalah tergantung kepada metode depresiasi yang digunkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Sementara sebelum depresiasi tersebut digunakan untuk mengganti aktiva tetap yang akan diganti, dapat digunakan untuk membelanjai perusahaan meskipun waktunya terbatas sampai saat pergantian tersebut. Selama waktu itu depresiasi merupakan sumber penawaran modal di dalam perusahaan itu sendiri. Makin besar jumlah depresiasi berarti makin besar sumber internal dari dana yang dihasilkan di dalam perusahaan yang bersangkutan. 2. Sumber Eksternal (External Sources)

Sumber eksternal adalah sumber yang berasal dari luar perusahaan. Dana yang berasal dari sumber eksternal berasal dari para kreditur dan pemilik, peserta atau pengambil bagian di dalam perusahaan. Modal yang berasal dari para kreditur merupakan utang bagi perusahaan dan modal yang berasal dari pada kreditur tersebut ialah apa yang disebut modal asing/modal pinjaman. Modal yang berasal dari pemilik, peserta atau pengambil bagian dalam perusahaan merupakan dana yang akan tetap ditanamkan dalam perusahaan, dan dana ini dalam perusahaan akan menjadi modal sendiri.

(50)

1. Tabungan

Tabungan ialah pendapatan yang tidak dikonsumir. Suatu perusahaan dikatakan mengadakan tabungan apabila perusahaan menyisihkan sebagian dari keuntungan yang diperolehnya untuk pembentukan cadangan yang bertujuan anatar lain untuk memperkuat basis finansial atau untuk membelanjai expansi dikemudian hari. Memperkuat basis finansial misalnya dengan mengadakan investasi dalam “earning asset”. Untuk menghadapi perluasan perusahaan dikemudian hari perlu dibentuk cadangan. Dengan demikian maka tabungan ini merupakan sumber internal bagi perusahaan.

2. Penciptaan atau kreasi uang/kredit oleh bank

Sebagai sumber kedua dari penawaran modal adalah penciptaan atau kreasi uang atau kredit oleh bank. Yang dapat menciptakan uang itu tidak hanya bank sirkulasi tetapi juga bank-bank dagang yang menciptakan uang giral.

3. Intensifikasi penggunaan uang

(51)

2.1.1.2 Jenis-Jenis Modal

Menurut Riyanto (2010:227) jenis-jenis modal dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut :

1. Modal Asing/Utang

Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di perusahaan dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan utang yang pada saatnya harus dibayar kembali. Menurut waktu pemakaiannya, modal asing atau utang dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :

a. Modal Asing/Utang Jangka Pendek

Modal utang jangka pendek adalah modal asing jangka waktunya paling lama satu tahun. Setahun besar utang jangka pendek terdiri dari kredit perdagangan, yaitu kredit yang diperlukan untuk dapat menyelenggarakan usahanya.

b. Modal Asing/Utang Jangka Menengah

(52)

c. Modal Asing/Utang Jangka Panjang

Modal utang jangka panjang adalah utang yang jangka panjang, umumnya lebih dari sepuluh tahun. Utang jangka panjang ini pada umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan (ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan, karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar. 2. Modal Sendiri

Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam di dalam perusahaan utang jangka waktu yang tidak tertentu lamanya. Modal sendiri terbagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut :

1. Modal Saham

Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu perseroan terbatas. Bagi perusahaan, yang diterima dari hasil penjualan sahamnya akan tetap tertanam di dalam persuahaan tersebut selama hidupnnya. Meskipun bagi pemegang saham sendiri itu bukanlah merupakan penanaman yang permanen, karena setiap waktu pemegang saham dapat menjual sahamnya.

2. Cadangan

(53)

cadangan termasuk dalam pengertian modal sendiri. Cadangan yang termasuk dalam modal sendiri ialah :

1. Cadangan ekspansi 2. Cadangan modal kerja 3. Cadangan selisih kurs 4. Cadangan umum/tak terduga 1. Laba Ditahan

Keuntungan yang diperoleh oleh suatu perusahaan dapat sebagain dibayarkan sebagian dividen dan sebagain ditahan oleh perusahaan. Apabila penahan keuntungan tersebut sudah dengan tujuan tertentu, maka dibentuklah cadangan sebagaimana diuraikan di atas. Apabila perusahaan belum mempunyai tujuan tertentu mengenai penggunaan keuntungan tersebut, maka keuntungan tersebut merupakan keuntungan yang ditahan.

Sedangkan menurut Mardiyatmo (2005:89) jenis-jenis modal dibagi menjadi 2 jenis, yaitu sebagai berikut :

1. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan tersebut, kalau dalam koperasi modal sendiri terdiri dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan dan juga hibah.

(54)

2.1.2 Rasio Kecukupan Modal Bank

Menurut Kuncoro dan Suhardjono (2002:562) mendefinisikan pengertian kecukupan modal bank adalah sebagai berikut :

“Kecukupan modal (capital adequacy) adalah kemampuan bank dalam

mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya

modal bank.”

Menurut Peraturan Bank Indonesia No.10/15/PBI/2008 mendefinisikan pengertian kecukupan modal bank adalah sebagai berikut :

“Kecukupan modal adalah kewajiban penyediaan modal minimum yang

harus selalu dipertahankan oleh setiap bank sebagai suatu proporsi

tertentu dari aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR).”

(55)

permodalan dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap komponen sebagai berikut :

1. Kecukupan, proyeksi (trend ke depan) permodalan dan kemampuan permodalan dalam mengcover risiko.

2. Kemampuan memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan, rencana permodalan untuk mendukung pertumbuhan usaha, akses kepada sumber permodalan dan kinerja keuangan pemegang saham.

Analisis modal (capital) merupakan alat untuk mengukur kecukupan modal bank dengan membandingkan modal (capital) dengan asset beresiko. Penilaian terhadap aspek permodalan didasarkan pada rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko yang diatur dalam surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 26/20/KEP/DIR tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank.

2.1.2.1 Capital Adequacy Ratio (CAR)

(56)

Capital adequacy ratio (CAR) adalah perbandingan rasio tersebut

adalah rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Resiko dan

sesuai ketentuan pemerintah”.

Menurut Dendawijaya (2009:121) mendefinisikan pengertian capital adequacy ratio (CAR) adalah sebagai berikut :

“Capital adequacy ratio (CAR) merupakan rasio yang memperlihatkan

seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, disamping memperoleh dana-dana dari sumber–sumber diluar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain.”

(57)

pada rasio Modal terhadap Aktiva Tertimbang menurut Risiko (ATMR). Penilaian terhadap pemenuhan KPMM (Kewajiban Penyediaan Modal Minimum) Bank :

a. Pemenuhan KPMM sebesar 8 % diberi predikat ”sehat” dengan nilai kredit 81, dan untuk setiap kenaikan 0,1% dari pemenuhan KPMM sebesar 8%, maka Nilai Kredit ditambah 1 hingga maksimum 100. b. Pemenuhan KPMM kurang dari 8% sampai dengan 7,9% diberi predikat

”Kurang Sehat” dengan Nilai Kredit 65 dan untuk setiap penurunan 0,1%

dari pemenuhan KPMM sebesar 7,9% nilai kredit dikurangi 1 dengan Minimum 0.

Menurut Dendawijaya (2009:144), besarnya capital adequacy ratio (CAR) suatu bank dapat dihitung dengan rumus berikut :

2.1.3 Kredit Bermasalah

2.1.3.1 Pengertian Kredit Bermasalah (Non Performing Loan)

(58)

dikendalikan sehingga masih bisa diperbaiki dengan melakukan analisis yang lebih ketat terhadap debitur dan peningkatan kinerja pihak perbankan dalam melakukan analisis. Penyebab lainnya mungkin disebabkan oleh bencana alam yang memang tidak dapat dihindari oleh nasabah, misalnya kebanjiran atau gempa.

Salah satu resiko yang dihadapi oleh bank adalah resiko tidak terbayarnya kredit yang telah diberikan kepada debitur atau disebut dengan resiko kredit. Menurut Dahlan Siamat (2004:92) resiko kredit merupakan :

“Suatu resiko akibat kegagalan atau ketidakmampuan nasabah mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima dari bank beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan atau

dijadwalkan.”

Resiko kredit di dalamnya termasuk non performing loan. Non performing loan (NPL) adalah kredit yang bermasalah dimana debitur tidak dapat memenuhi pembayaran tunggakan peminjaman dan bunga dalam jangka waktu yang telah disepakati dalam perjanjian.

Hal ini juga dijelaskan dalam Standar Akuntansi Keuangan No. 31 (revisi 2000) yang menyebutkan bahwa :

“Kredit non performing pada umumnya merupakan kredit yang pembayaran angsuran pokok/atau bunganya telah lewat sembilan puluh hari atau lebih setelah jatuh tempo atau kredit yang pembayarannya secara tepat waktu sangat diragukan.”

Selain itu As. Mahmoedin (2002: 3) juga mengatakan,

(59)

Menurut Dahlan Siamat (2001:174) menjelaskan kredit bemasalah sebagai berikut :

” Kredit bermasalah/problem loan dapat diartikan sebagai pinjaman

yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal diluar kemampuan

kendali debitur.”

Kredit bermasalah menggambarkan suatu situasi dimana persetujuan pengembalian kredit mengalami resiko kegagalan, bahkan cenderung menuju atau mengalami kerugian potensial. Perlu diketahui bahwa menganggap kredit bermasalah selalu dikarenakan kesalahan nasabah merupakan hal yang salah. Kredit bermasalah menjadi bermasalah dapat dikarenakan kredit bermasalah dapat dikarenakan oleh berbagai hal yang berasal dari nasabah, dari kondisi internal dan pemberi kredit.

Peningkatan NPL dalam jumlah yang banyak dapat menimbulkan masalah bagi kesehatan bank, oleh karena itu bank dituntut untuk selalu menjaga kredit tidak dalam posisi NPL yang tinggi. Agar dapat menentukan tingkat wajar atau sehat maka ditentukan ukuran standar yang tepat untuk NPL. Dalm hal ini

Bank Indonesia menetapkan bahwa tingkat NPL yang wajar adalah  5% dari

total portofolio kreditnya.

2.1.3.2 Kolektibilitas Kredit Bermasalah

Kolektibilitas kredit berdasarkan ketentuan yang dibuat Bank Indonesia, sebagai berikut :

1. Kredit Lancar

(60)

2. Kredit Dalam Perhatian Khusus apabila menuhi kriteria :

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang belum melampaui 90 hari

b. Mutasi rekening relatif aktif

c. Jarang terjadinya pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan

d. Didukung oleh peleyanan baru 3. Kredit Kurang Lancar

Yaitu kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama 3 bulan dari waktu yang diperjanjikan.

4. Kredit Diragukan

Yaitu kredit yang pengembalian pokok pinjaman dan pembayaran bunganya telah mengalami penundaan selama 6 bulan atau dua kali dari jadwal yang telah diperjanjikan.

5. Kredit Macet

(61)

2.1.3.3 Penyebab Kredit Bermasalah (non performing loan)

Jika kredit bermasalah tidak ditangani dengan baik, maka kredit bermasalah merupakan sumber kerugian yang sangat potensial bagi bank. Karena itu diperlukan penanganan yang sistematis dan berkelanjutan. Peranan sektor perbankan adalah menjembati dua kelompok kepentingan masyarakat, yaitu antara kepentingan masyarakat pemilik dana (surplus spending units) dengan masyarakat yang membutuhkan dana (deficit spending units).

Kredit bermasalah menggambarkan suatu situasi dimana persetujuan pengembalian kredit mengalami resiko kegagalan, bahkan cenderung menuju atau mengalami kerugian yang potensial.

Perlu diketahui bahwa menganggap kredit bermasalah selalu dikarenakan kesalahan nasabah merupakan hal yang salah. Kredit berkembang menjadi bermasalah dapat disebabkan oleh berbagai hal yang berasal dari nasabah, dari kondisi internal dan pemberi kredit.

Adapun beberapa hal yang menjadi penyebab timbulnya kredit bermasalah menurut Veithzal Rifai (2006:478) adalah berikut :

1. Karena Kesalahan Bank

a. Kurang pengecekan terhadap latar belakang calon nasabah. b. Kurang tajam dalam menganalisis terhadap maksud dan tujuan

Gambar

Gambar 2.2 Paradigma Pemikiran
Tabel 4.9
Tabel 3.1
Tabel 3.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001),.. fenomena yang diselidiki. 3 Penelitian deskriptif ini dirancang untuk memperoleh informasi

Penelitian dalam skripsi ini berjudul “ Tinjauan Yuridis Pengaturan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Kepala Daerah Dalam Perspektif Penyelenggaraan

Tas ini merupakan jenis tas jinjing yang memiliki bentuk persegi yang sudah dikembangkan, tetapi yang membedakannya adalah pada kerajinan tas ini menggunakan kain

Dan dengan keluarnya peraturan menteri mengenai kebijaksanaan perencanaan menara bersama, diharapkan adanya solusi untuk pemilihan mode menara secara struktural dan

Beban kerja juga berpengaruh tidak langsung terhadap kemampuan auditor mendeteksi kecurangan melalui skeptisme, hal ini dapat dijelaskan bahawa jika beban kerja

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat di simpulkan Tingkat keanekaragaman spesies burung yang terdapat di Kawasan Taman Hutan Raya Pocut Meurah Intan

Secara umum sistem informasi rekam medis dan resep obat berbasis web ini dapa berfungsi dengan baik dalam menangani proses pendaftaran pasien lama dan pasien baru ke dalam sebuah

Metode penelitian ini adalah kuantitatif. Sampel pada penelitian ini adalah 26 informan. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner, observasi, dan