• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kinerja Aparatur Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) Dalam Penerapan E-Licencing Obat Dan Makanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kinerja Aparatur Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) Dalam Penerapan E-Licencing Obat Dan Makanan"

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana

pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

MUHAMAD AL FAJRI NIM. 41707006

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN BANDUNG

(2)
(3)

v

DALAM PENERAPAN E-LICENSING OBAT DAN MAKANAN

Globalisasi, teknologi informasi berperan sangat penting, menguasai teknologi dan informasi, maka kita memiliki modal yang cukup untuk menjadi pemenang dalam persaingan global. Teknologi informasi merupakan suatu acuan bagi negara Indonesia dalam menghadapi era globalisasi. aparatur yang ada disetiap daerah belum bisa secara langsung melakukan upload mengenai data-data obat dan makanan. Globalisasi, tidak menguasai teknologi informasi identik dengan buta huruf. Penyelenggaraan transparansi informasi membutuhkan kinerja aparatur yang baik. Kinerja aparatur Badan Pegawas Obat dan Makanan Republik Indonesia membutuhkan pelayanan kepada masyarakat dengan baik. Maka dari itu aparatur sangat diharapkan memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan baik, terutama dalam penggunaan sistem aplikasi e-Licensing.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dari aspek penilaian kinerja yaitu, tingkat efektifitas yang meliputi sumber daya manusia, program kerja, dan kebijakan. Efisiensi terdiri dari waktu dan biaya. keamanan dan kepuasan pelanggan terdiri dari beberapa dua bagian yaitu, standar pelayanan dan prosedur kerja. Standar pelayanan yang meliputi produk pelayanan, sarana dan prasarana, dan kompetensi aparatur. Teori ini berdasarkan teori dari Muhamad Ilham.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melalui studi pustaka, studi lapangan dan observasi serta dengan melakukan wawancara. Informan dalam penelitian ini adalah aparatur BPOM RI yang menggunakan layanan e-Licensing. Penentuan informan dengan menggunakan teknik purposif.

(4)

vi

COMMITMENT IN MEDICINE AND FOOD E-LICENSING

The role information technology is very important in globalization era. Therefore, mastering the information technology is modal for being success to face the globalization. But the problem is the lack of information transparency of food and medicine is still felt by the society. Identically, literacy problem make the information technology mastering is difficult. Therefore to make the information transparency service done wall, Indonesia Republic committee of medicine and food controlling service have to be done wall especially in e-Licensing application usage.

The theory which used in this research are the apparatus performance theory by Muhammad Ilham. Affectivities include human resource, job program, and policy; efficiency of time and cost; safety and satisfaction service include service standard and job procedure. Service standard involve product service, property, and apparatus competition. This theory is from Muhamad Ilham.

The research method that used was qualitative description method. The collecting data that used in this research were books, observation and interview, and the sample of this research were Indonesia Republic apparatus of medicine and food controlling that used e-Licensing service.

(5)

vii

Puji syukur peneliti panjatkan ke Khadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan kekuatan sehingga peneliti dapat menyelesaikan tanggung jawab untuk menyelesaikan Penelitian ini, tak luput dari ingatan semoga sholawat dan salam senantiasa terlimpah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW.

Penelitian ini peneliti mengambil judul “Kinerja Aparatur Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) dalam Penerapan e-Licensing Obat dan Makanan ”.

Penyusunan penelitian ini, dimaksudkan sebagai penelitian skripsi di Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

Peneliti, didalam penyusunan penelitian ini banyak menemukan kesulitan yang dirasakan menghambat untuk terselesaikannya penyusunan penelitian yang peneliti kerjakan, namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini, oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti sampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada kedua orang tua tercinta, yang telah memberikan kasih sayang yang tidak terhingga dan selalu mendoakan peneliti yang dengan sabar memberikan motivasi untuk menyelesaikan penelitian ini.

Peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantudalam pengumpulan data, penyususnan, dan penyelesaian skripsi ini. Secara khusus peneliti menyampaikan rasa terimaskasih kepada:

1 Yang terhormat Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo,Drs., MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

(6)

viii Angkatan 2007

5 Yang terhormat Airinawati, A.Md selaku sekretariat Program Studi Ilmu Pemerintahan.

6 Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Ilmu pemerintahan yang telah membantu kelancaran peneliti dalam melaksanakan Penelitian.

7 Kedua Orang Tua tersayang yang selalu memberikan motivasi moril maupun materil kepada peneliti.

8 Semua Teman-teman seperjuanagan.

9 Semua pihak yang telah mendukung dan membantu terselesaikannya penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga menjadi amal baik di hari nanti.

Peneliti menyadari masih adanya kelemahan dan kekurangan serta keterbatasan dalam penyusunan penelitian ini. Akhir kata peneliti berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi peneliti dan pembaca pada umumnya.

Bandung, Agustus 2011

(7)

1 1.1Latar Belakang Masalah

(8)
(9)

untuk menghadapi semua tantangan yang berubah sangat cepat dalam masyarakat kita. Kemampuan untuk berbicara bahasa asing dan kemahiran komputer adalah dua kriteria yang biasa diminta masyarakat untuk memasuki era globalisasi baik di Indonesia maupun di seluruh dunia. Komputer yang telah merambah di segala bidang kehidupan manusia hal itu membutuhkan tanggung jawab sangat tinggi bagi sistem pendidikan kita untuk mengembangkan kemampuan berbahasa dan kemahiran komputer.

Sistem informasi keseluruhan tidak hanya terdapat dalam sistem informasi manajemen, karena tidak semua informasi di dalam organisasi dapat dimasukkan secara lengkap ke dalam sebuah sistem yang otomatis. Aspek utama dari sistem informasi akan selalu ada di luar sistem komputer. Sistem pengembangan informasi manajemen yang canggih dengan berbasis komputer memerlukan orang-orang yang mempunyai ketrampilan tinggi dan berpengalaman lama dan memerlukan partisipasi dari para manajer organisasi. Organisasi yang gagal membangun sistem informasi manajemen disebabkan karena, pertama, kurangnya organisasi yang wajar, kedua, urangnya perencanaan yang memadai, ketiga, kurangnya personil yang handal, keempat, kurangnya partisipasi manajemen dalam bentuk keikutsertaan para aparatur dalam merancang sistem, mengendalikan upaya pengembangan sistem dan memotivasi seluruh personil yang terlibat.

(10)

meningkatkan pendapatan serta tak terukur yang muncul dari informasi yang sangat bermanfaat. Organisasi harus menyadari apabila mereka cukup realistis dalam keinginan mereka, cermat dalam merancang dan menerapkan sistem informasi manajemen agar sesuai keinginan serta wajar dalam menentukan batas biaya dari titik manfaat yang akan diperoleh, maka sistem informasi manajemen yang dihasilkan akan memberikan keuntungan dan uang. Sistem informasi manajemen komputer bukan prasyarat mutlak secara teoritis, namun dalam praktek sistem informasi manajemen yang baik tidak akan ada, tanpa bantuan kemampuan pemrosesan komputer. Prinsip utama perancangan sistem informasi manajemen, harus dijalin secara teliti agar mampu melayani tugas utama. Sistem informasi manajemen bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi umum semua aparatur dalam organisasi atau dalam subunit organisasi pemerintahan. Sistem informasi manajemen menyediakan informasi bagi pemakai dalam bentuk laporan dan output dari berbagai simulasi.

(11)

pemerintah sehingga menimbulkan pelaksanaan pelayanan yang tidak efektif dan efesien.

Penyelenggaraan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah BPOM RI sangat dibutuhkan adanya transparansi. Akuntabilitas dan transparansi berperan sangat penting dalam melakukan pembangunan politik di suatu negara ini, bentuk dari akuntabilitas dan transparansi adalah kinerja aparatur dalam melayani publik, karena tujuan dari suatu organisasi pemerintah adalah memberikan pelayanan yang baik terhadap masyarakat.

Sistem informasi manajemen di dalam perancangan, penerapan dan pengoperasiannya sangat mahal dan sulit. Biaya yang diperlukan harus ditimbang-timbang. Terdapat beberapa faktor yang membuat sistem informasi manajemen menjadi semakin diperlukan, antara lain bahwa pemimpin harus berhadapan dengan lingkungannya yang semakin rumit. Kerumitan ini adalah semakin meningkatnya dengan munculnya peraturan dari pemerintah.

(12)

informasi. Pengolah informasi dapat meliputi elemen-elemen komputer, non-komputer atau kombinasi keduanya.

E-life merupakan perkembangan teknologi kehidupan, artinya kehidupan ini sudah dipengaruhi oleh berbagai kebutuhan secara elektronik. Sekarang ini sedang semarak dengan berbagai huruf yang dimulai dengan awalan e seperti Commerce, Government, Education, Library, Journal, Medicine,

e-Laboratory, e-Biodiversitiy, dan yang lainnya lagi yang berbasis elektronika. E-Government dalam meningkatkan pelayanan menjadi faktor penting sekaligus penghematan dan kini telah menjadi salah satu standar mutu. Otomatisasi/komputerisasi sistem pelayanan dan sistem informasi manajemen merupakan solusi yang tepat untuk memecahkan masalah ini. Banyak lembaga-lembaga pemerintah telah mendapat manfaat dari peralatan canggih ini. Pemerintah dalam perkembangan di Indonesia yang maju sekarang ini, baik dari aspek administratif atau teknologi, maka proses pelayanan di Indonesia dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Pelayanan publik dalam mengembangkan mutu dibutuhkan beberapa fasilitas pendukung, dimana salah satu fasilitas pendukung tersebut adalah aplikasi teknologi informasi dalam bidang sistem informasi manajemen.

(13)

pengantar surat pos, tukang kayu, dan lain sebagainya. Profesional, didalam menyelesaikannya memerlukan penguasaan dan penerapan teori ilmu pengetahuan yang dipelajari dari lembaga pendidikan tinggi, seperti yang dilakukan oleh profesional atau white collar worker. Adapun Contohnya seperti, yaitu pekerjaan yang dilakukan oleh manajer, dokter, dosen, guru, arsitek, pengusaha, dan lain sebagainya.

Manajemen kinerja adalah suatu proses yang dirancang untuk meningkatkan kinerja organisasi, kelompok dan individu yang digerakan oleh para pemimpin organisasi. Manajemen kinerja adalah suatu proses yang dilaksanakan secara sinergi antara pemimpin, individu dan kelompok terhadap suatu pekerjaan di dalam organisasi proses ini lebih dijelaskan pada prinsip manajemen berdasarkan sasaran (management by obyektif) daripada manajemen berdasarkan perintah, meskipun hal tersebut juga mencakup kebutuhan untuk menekankan pada harapan kinerja yang tinggi melalui kontrak semacam itu.

(14)

untuk mencapai tujuan organisasi. Istilah SDM mencakup semua yang terdapat dalam diri manusia.

Pemimpin yang efektif bertugas dan bertanggung jawab mengelola sistem informasi dalam rangka proses manajemen dan pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen. Tugas pengelolaan tersebut meliputi perencanaan informasi, tranformasi informasi, komunikasi informasi, organisasi pelaksana, pemantau, pengendalian dan penilaian. Jenjang dan ruang lingkup tugasnya, setiap pemimpin harus memiliki kemampuan yang memadai tentang pengelolaan sistem umumnya dan komponen-komponennya pada khususnya.

Pengambilan keputusan selalu menggunakan informasi untuk melaksanakan tugas-tugas pokok dan fungsi mereka, sehingga manajemen informasi bukanlah suatu hal yang baru, yang baru adalah kemudahan memperoleh informasi yang akurat, inovasi yang memungkinkan kemampuan ini adalah sistem komputerisasi. Organisasi akan semakin maju dengan menyadari bahwa sistem informasi manajemen adalah sumber daya srategis yang penting pada saat ini.

(15)

Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 103 tahun 2001, tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) ditetapkan sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang bertanggung jawab kepada Presiden. Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005 tentang Perubahan Keenam atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tersebut, bahwa dalam melaksanakan tugasnya BPOM dikoordinasikan oleh Menteri Kesehatan, khususnya dalam perumusan kebijakan yang berkaitan dengan instansi pemerintah lainnya serta penyelesaian permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan kebijakan dimaksud. Selanjutnya lingkup tugas dan fungsi lebih spesifik BPOM tercakup dalam Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I LPND.

E-Government merupakan salah satu bentuk usaha yang dilakukan pemerintah daerah khususnya oleh BPOM RI, dalam menjalankan aktivitas pemerintahannya yang lebih efektif dan efisien. E-Government adalah istilah yang sangat popular saat ini, dimana secara umum e-Government merupakan upaya mengaplikasikan pelayanan pemerintahan melalui sistem informasi berbasis komputer. Pemerintah daerah berupaya melalui BPOM RI khususnya pada bidang TI dalam meningkatkan kinerja aparatur yaitu dengan dibangunnya e-Licensing yang merupakan penunjang pelaksanaan e-Government.

(16)

aksesibilitas dan mutu pelayanan terhadap masyarakat belum maksimal. Peningkatan kualitas pelayanan yang diberikan BPOM RI kepada masyarakat yang ada di Indonesia tidak terlepas dari membaiknya suatu kinerja pemerintah dalam menjalankan tugasnya.

Keterkaitan antara masyarakat sebagai pelanggan dengan pemerintah diharapkan dapat menjalin hubungan dengan baik, sehingga terbentuklah sebuah standar pelayanan yang semakin membaik dari waktu ke waktu. Standar pelayanan merupakan ukuran yang ditetapkan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang harus ditaati oleh pemerintah sebagai pihak pemberi pelayanan dan masyarakat sebagai pihak penerima pelayanan. Tujuannya, untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat, sebagai prioritas pada sasaran utama yang harus dilayani.

(17)

Adapun landasan hukum yang mendasari lahirnya pelayanan ini sebagai berikut:

1 Keputusan Presiden No. 54 Tahun 2002 jo. Keppres No. 24 Tahun 2005 Tentang Tim Koordinasi Peningkatan Kelancaran Arus Barang Ekspor dan Impor.

2 Instruksi Presiden No.3 Tahun 2006 dilanjutkan Inpres No. 6 Tahun 2007 dan Inpres No. 5 Tahun 2008 berkaitan dengan Peningkatan Investasi & Fokus Program Ekonomi.

3 Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2008 tanggal 26 Pebruari 2008: Penggunaan Sistem Elektronik dalam rangka Indonesia National Single Window (NSW).

4 Keputusan Menko Perekonomian No. 22/M.Ekon/03/2006 jo. KEP-19/M.EKON/04/2008 tentang Pembentukan Tim Persiapan NSW, yang ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Keuangan selaku Ketua Tim Persiapan NSW.

BPOM RI memiliki program kerja yang di sesuaikan dengan tujuan dan sasaran, maka disusun program-program pembangunan sesuai dengan kebijakan dan sasaran dari program itu sendiri. Sasaran yang di maksud yaitu meningkatnya akses masyarakat terhadap layanan pengawasan yang berkualitas, meningkatnya sumber daya dan infrastruktur pelayanan, sehingga produk obat dan makanan dapat terjamin dengan baik bila dikonsumsi oleh masyarakat.

(18)

wujud abdi kepada masyarakat usaha. Kemudahan importasi bagi dunia usaha, tentu mempunyai dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi pada umumnya. Kemudahan importasi obat, obat tradisional, kosmetika, produk komplemen dan pangan difasilitasi secara elektronik menggunakan aplikasi e-Licensing. Kemudahan dalam melakukan importasi produk barang dan jasa itu tidak mengorbankan hak masyarakat untuk memperoleh obat dan makanan yang berkhasiat, bermanfaat dan bermutu.

(19)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka untuk mempermudah arah dan proses pembahasan, peneliti mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat efektivitas kerja aparatur BPOM RI dalam Penerapan e-Licensing?

2. Bagaimana efisiensi BPOM RI dalam Penerapan e-Licensing?

3. Bagaimana keamanan dan kepuasan pelanggan BPOM RI dalam Penerapan e-Licensing?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menggambarkan kinerja aparatur dalam e-Licensing BPOM RI. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui tingkat efektivitas kerja BPOM RI dalam Penerapan e-Licensing.

2. Untuk mengetahui efisiensi BPOM RI dalam Penerapan e-Licensing.

(20)

1.4 Kegunaan Penelitian

Peneliti berharap bahwa hasil dari penelitian ini dapat memiliki kegunaan sebagai berikut:

1. Bagi kepentingan peneliti, yaitu diharapkan dapat memahami dan menambah wawasan serta dapat memberikan manfaat tentang kinerja aparatur dalam memberdayakan e-Licensing di BPOM RI guna meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

2. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan peneliti serta dapat menjadi bahan tambahan pengembangan wawasan dibidang Ilmu Pemerintahan secara umum dan secara khusus dalam menerapkan e-Government melalui penggunaan aplikasi e-Licensing dalam meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

3. Secara praktis, yaitu memberikan masukan BPOM RI mengenai kinerja aparatur dalam pelayanan e-Licensing.

1.5Kerangka Pemikiran

Pengembangan evaluasi kinerja perlu dilakukan dengan hati-hati, karena akan menentukan kinerja aparatur dan kinerja organisasi, sejalan dengan hal tersebut pengertian kinerja menurut Wirawan adalah:

(21)

Sejalan dengan pengertian di atas jadi kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan dalam waktu tertentu yang dilakukan oleh aparatur pemerintah.

Definisi kinerja tersebut menjelaskan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh seluruh aparatur yang ada disuatu organisasi atau instansi pemerintah. Meningkatkan kinerja dalam sebuah organisasi atau instansi pemerintah merupakan tujuan atau target yang ingin dicapai oleh organisasi dan instansi pemerintah dalam memaksimalkan suatu kegiatan.

Menurut Dharma Setyawan Salam dalam buku yang berjudul Manajemen Pemerintahan Indonesia menjelaskan bahwa “Aparatur pemerintah adalah pekerja

yang digaji pemerintah melaksanakan tugas-tugas teknis pemerintahan melakukan pelayanan kepada masyarakat berdasarkan ketentuan yang berlaku”. (Salam, 2004: 169).

Pengertian di atas mengenai aparatur adalah sumber daya manusia yang bekerja sesuai dengan kemampuannya, di bidangnya masing-masing sesuai dengan ketentuan yang ada. Berkewajiban dalam melayani setiap warga Negara untuk memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya. Berdasarkan penjelasan di atas, maka pengertian kinerja aparatur adalah hasil kerja perseorangan dalam suatu organisasi.

(22)

lancar, jika tidak diimbangi dengan kinerja yang efektif maka aplikasi e-Government tidak akan berjalan dengan sempurna. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Anwar Prabu Mangkunagara. Menurut Anwar Prabu Mangkunagara: “kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

yang dicapai oleh seorang pegawai negeri dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan padanya” (Mangkunegara.2006:67).

Kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan daerah Sangat tergantung pada kinerja aparatur, karena merupakan unsur aparatur yang langsung bertugas melayani masyarakat. E-Licensing merupakan salah satu upaya yang dilaksanakan oleh BPOM RI, dalam meningkatkan kinerja aparatur.

(23)

dengan penuh tanggung jawab akan tercapai peningkatan kinerja yang efektif dan efisien.

Organisasi pemerintahan menggunakan alat untuk mengukur suatu kinerja birokrasi publik, teori yang digunakan yaitu teori kinerja dari Muh. Ilham dan para ahli lainnya dalam bukunya yang berjudul Manajemen Sumber Daya Dan Kinerja Apartur Pemerintahan Daerah sebagai berikut: 1. Tingkat Efektivitas, 2. Efisiensi, dan 3. Keamanan dan kepuasan pelanggan (Ilham, 2008: 34).

Pertama, tingkat efektivitas adalah sesuatu yang dapat dilihat dari sejauhmana seorang aparatur dapat memanfaatkan sumber-sumber daya untuk melaksanakan tugas-tugas yang sudah direncanakan, serta cakupan sasaran yang bisa dilayani.

Kedua, efisiensi adalah sesuatu untuk mengukur seberapa tingkat penggunaan sumber-sumber daya secara minimal dalam pelaksanaan pekerjaan, Sekaligus pula dapat diukur besarnya sumber-sumber daya yang terbuang, semakin besar sumber daya yang terbuang, menunjukan semakin rendah tingkat efisiensinya.

Ketiga, keamanan dan kepuasan pelanggan adalah sesuatu yang menunjukan pada keberadaan dan kepatuhan standar pelayanan maupun prosedur kerja. Standar pelayanan maupun prosedur kerja yang dijadikan pedoman kerja dapat menjamin seorang aparatur bekerja secara sistematis, terkontrol dan bebas dari rasa „was-was’ akan komplain.

(24)

menjalankan tugas pokok dan fungsinya harus dilandasi dengan penuh tanggung jawab, demi menciptakan kualitas suatu kinerja yang optimal dan dapat dirasakan manfaatnya secara langsung oleh masyarakat pada umunya.

Aparatur pemerintahan sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan atau negara. Aspek-aspek administrasi yang diperlukan, terutama kelembagaan atau organisasi dan aparatur. Penyelenggaraan pemerintahan atau negara dibutuhkan suatu alat untuk mencapai tujuan organisasi, maksud alat disini adalah seorang aparatur atau pegawai yang ada dalam suatu pemerintahan.

e-Government saat ini menjadi topik berbagai pihak baik pemerintah, swasta, maupun perguruan tinggi yang mencoba untuk memberikan kontribusi dalam pengembangannya. Pemahaman e-Government itu sendiri cukup bervariasi dan menimbulkan pengertian yang cukup bias. Richardus Eko Indrajit dalam bukunya yang berjudul e-Government mengatakan:

(25)

ini pemerintah dalam rangka pengembangan e-Government menciptakan e-Licensing di BPOM RI.

Selain yang dikemukakan oleh Richardus Eko Indrajit pengertian e-Government menurut Edi Sutanta yaitu:

“e-Government adalah penggunaan teknologi informasi yang dapat meningkatkan hubungan antara pemerintah dan pihak-pihak lain. Penggunaan teknologi ini kemudian menghasilkan hubungan bentuk baru, seperti pemerintah kepada masyarakat. Pemerintah kepada pemerintah dan pemerintah kepada bisnis atau pengusaha. (Sutanta,2003:150)

Berdasarkan pengertian diatas, penggunaan teknologi informasi yang ada disuatu instansi pemerintah memiliki fungsi yaitu berguna dalam meningkatkan hubungan antara pemerintah dan pihak-pihak lain. Pihak-pihak lain, penggunaan teknologi ini menghasilkan hubungan bentuk baru seperti pemerintah kepada masyarakat, pemerintah kepada pemerintah atau instansi lainnya dan pemerintah kepada pengusaha.

Adapun menurut M. Khoirul Anwar tentang dalam buku SIMDA: Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Bagi Pemerintahan Di Era Otonomi Daerah

(26)

Informasi sangat dibutuhkan agar dapat mengetahui keakuratan data yang dihasilkan. Informasi berupa data yang mengalir didalam tubuh suatu organisasi, informasi ini sangat penting dalam pengambilan keputusan didalam suatu organisasi. Menurut Abdul kadir mendefinisikan informasi merupakan salah satu sumber daya penting dalam manajemen modern (Kadir 2003:26). Informasi dapat meningkatkan pengetahuan seseorang, dengan adanya informasi, tingkat kepastian menjadi meningkat.

Adapun pengertian menurut Wahyono, informasi adalah hasil dari pengolahan data menjadi bentuk yang lebih berguna bagi yang menerimanya yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian nyata dan dapat digunakan sebagai alat bantu untuk pengambilan suatu keputusan (Wahyono, 2004:3). Berdasarkan pengertian diatas, maka kegunaan informasi untuk mengurangi ketidakpastian dalam proses pengambilan keputusan tentang suatu keadaan. Nilai dari pada informasi ditentukan oleh manfaat, biaya dan kualitas maksudnya bahwa informasi dianggap bernilai apabila manfaatnya lebih efektif dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkannya.

Sistem informasi adalah kumpulan informasi didalam sebuah basis data menggunakan model dan media teknologi informasi digunakan di dalam pengambilan keputusan bisnis sebuah organisasi. Informasi dalam suatu organisasi merupakan sesuatu yang penting didalam mendukung proses pengambilan keputusan oleh pihak manajemen.

(27)

digunakan tolak ukur atau indikator pembangunan pengawasan baik tingkat nasional maupun tingkat daerah, perlu dikembangkan yang mampu menghasilkan data atau informasi yang akurat, tepat waktu dan lengkap, sehingga mampu menjadi bagian utama dari pengambilan keputusan.

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka peneliti dapat membuat definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Kinerja adalah perilaku apartur BPOM RI yang nyata yang ditampilkan setiap aparatur sebagai prestasi kerja sesuai dengan perannya melalui e-Licensing di BPOM RI.

2. Aparatur adalah sumber daya manusia (SDM) yang bekerja sesuai dengan kemampuannya, di bidangnya masing-masing sesuai dengan ketentuan yang ada. Yang berkewajiban dalam melayani setiap masyarakat untuk memberikan informasi tentang obat dan makanan dalam e-Licensing di BPOM RI.

3. Kinerja aparatur adalah suatu hasil kerja yang dicapai aparatur BPOM RI mengenai e-Licensing yang bekerja sesuai dengan kemampuannya di bidang masing-masing. Adapun indikator-indikatornya adalah sebagai berikut:

(28)

a) Sumber Daya Manusia (SDM) adalah potensi yang terkandung dalam diri aparatur BPOM RI untuk mewujudkan kualitas perannya sebagai aparatur yang aktif, serta dapat mengelola dirinya sendiri menuju tercapainya target yang diukur dalam kesejahteraan BPOM RI dalam tatanan kehidupan yang seimbang dan berkelanjutan. b) Program kerja adalah program yang dilakukan aparatur BPOM RI

untuk menjalankan tugas-tugas yang sudah direncanakan dengan kuantitas yang baik dan dapat tercapainya target tertentu mengenai e-Licensing.

c) Kebijakan adalah keputusan yang dikeluarkan oleh aparatur BPOM RI dengan tercapainya target yang sesuai mengenai obat dan makanan melalui e-Licensing.

2) Efisiensi adalah suatu ukuran dalam membandingkan rencana penggunaan masukan dengan penggunaan keluaran yang ada di BPOM RI, diantaranya adalah sebagai berikut:

a) Waktu adalah seluruh rangkaian saat ketika proses perbuatan yang dilakukan oleh aparatur BPOM RI secara terukur, waktu yang digunakan maupun yang terbuang atau keadaan berada atau yang sedang berlangsung.

(29)

3) Keamanan dan kepuasan pelanggan adalah proses serta hasil pelayanan yang dilakukan oleh aparatur BPOM RI yang dapat memberikan keamanan dan kenyamanan serta dapat memberikan kepastian hukum, diantaranya adalah sebagai berikut:

a) Standar pelayanan, yaitu suatu acuan sejauh mana usaha aparatur BPOM RI dalam membantu menyiapkan atau mengurus apa yang diperlukan oleh masyarakat yang dapat memberikan keamanan dan kenyamanan. Standar pelayan terdiri dari enam bagian antara lain adalah sebagai berikut:

1. Produk pelayanan, adalah sesuatu yang dihasilkan oleh aparatur BPOM RI yang ditawarkan kepada masyarakat, untuk dapat memuaskan keinginan dan kebutuhan masyarakat yang dapat memberikan keamanan dan kenyamanan.

2. Sarana dan Prasarana, yaitu alat penunjang keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan oleh aparatur BPOM RI untuk mendapatkan hasil yang diharapkan sesuai dengan rencana secara aman dan nyaman.

3. Kompetensi aparatur, adalah kemampuan kerja aparatur BPOM RI yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan secara aman dan nyaman.

(30)

aparatur BPOM RI dalam sekumpulan, yang berkaitan dengan e-Licensing.

4. BPOM RI adalah suatu instansi pemerintah yang melakukan pengawasan terhadap obat dan makanan.

5. E-Licensing adalah penggunaan manajemen data tentang obat dan makanan secara elektronik di BPOM RI melalui pelayanan importasi kepada pengguna jasa, importir, distributor, sebagai wujud abdi kepada masyarakat.

[image:30.595.113.520.350.726.2]

Berdasarkan definisi operasional di atas, peneliti membuat model kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 1.1

Model Kerangka Pemikiran

1. Tingkat Efektivitas:

a) Sumber daya manusia b) Program kerja

c) Kebijakan

2. Efisiensi:

a) Waktu

b) Biaya

3. Keamanan dan Kepuasan Pelanggan:

a) Standar pelayanan 1. Produk Pelayanan 2. Sarana dan Prasarana 3. Kompetensi Aparatur

4. Prosedur kerja

Kinerja aparatur

Optimalisasi penggunaan

(31)

1.6. Metode Penelitian

Berdasarkan masalah yang di bahas dalam penelitian ini dan berhubungan dengan yang terjadi sekarang, maka dasar-dasar yang digunakan untuk mencari kebenaran dalam penelitian ini adalah berdasarkan suatu metode.

Metode tersebut dapat mengarahkan penyusunan dalam melakukan penelitian dan pengamatan, dengan begitu dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif dalam buku Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan, Metode penelitian deskriptif sebagai berikut:

“Penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan ihwal masalah atau objek tertentu secara rinci. Penelitian deskriptif dapat bertipe kuantitatif dan kualitatif dan biasanya dilakukan peneliti untuk menjawab sebuah atau beberapa pertanyaan mengenai keadaan objek atau objek amatan secara rinci”. (Suyanto, 2005:17-18)

Metode deskriptif bertujuan untuk menjelaskan masalah secara rinci. Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif, karena pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara. Menurut Satori dalam bukunya yang berjudul Metodologi Penelitian Kualitatif adalah pendekatan kualitatif. Yaitu sebagai berikut: “Pendekatan kualitatif merupakan suatu paradigma penelitian untuk mendeskripsikan peristiwa, perilaku orang atau suatu keadaan pada tempat tertentu secara rinci dan mendalam dalam bentuk narasi”. (Satori, 2009: 219)

(32)

1.6.1 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Studi kepustakaan, yaitu cara untuk memperoleh dan mengumpulkan data dengan cara membaca dan mempelajari buku, dokumen, diktat dan peraturan maupun tulisan-tulisan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. b. Studi lapangan, terdiri dari:

1. Observasi non partisipan, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara peneliti berada diluar subyek yang diteliti yang tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan, sehingga peneliti dapat lebih mudah meneliti tentang data dan informasi yang diharapkan. Peneliti meneliti tentang kinerja aparatur BPOM RI dalam e-Licensing obat dan makanan.

2. Wawancara, yaitu pengumpulan data dan keterangan melalui tanya jawab langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan masalah yang diteliti. Wawancara dilakukan dengan aparatur pemerintah yang ada di BPOM RI.

(33)

1.6.2 Teknik Penentuan Informan

Tehnik penentuan informan dalam penelitian ini adalah menggunakan tehnik Purposive, yaitu :

“Teknik pengambilan sampel yang didasarkan atas kriteria atau pertimbangan tertentu; jadi tidak melalui proses pemilihan sebagaimana yang dilakukan dalam teknik random. Sampel ditetapkan secara sengaja oleh peneliti” (Faisal, 1996:67).

Penentuan dan pengambilan informan pada proses kinerja aparatur melalui e-Licensing di BPOM RI. Peneliti mengambil beberapa orang aparatur BPOM RI yang dianggap memiliki cukup informasi tentang e-Licensing di BPOM RI. Rencana yang akan dijadikan sebagai informan dengan kriteria sebagai berikut:

a. Aparatur BPOM RI yaitu:

1. Drs. Jamulia Situmorang, Apt, beliau dijadikan narasumber karena beliau mengetahui tentang adanya e-Licensing.

2. Dra. Dian Putranti, Apt,MP dijadikan narasumber karena beliau orang yang bertugas mengolah data tentang e-Licensing yang ada di bidang pusat informasi obat dan makanan.

3. Sondang Widya S.Si,Apt, beliau dijadikan narasumber karena beliau dapat memberikan informasi mengenai e-Licensing yang ada di bidang registrasi.

(34)

1.6.3 Teknik Analisa Data

Adapun teknik analisas data yang digunakan dalam penelitian ini terdapat empat teknik, yang dikutip dari Winarno dalam bukunya yang berjudul Teori Dan Proses Kebijakan Publik, keempat teknik tersebut adalah 1. Pengumulan data 2. Penilaian data 3. Interprestasi data dan 4. Menarik kesimpulan yang akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengumpulan data adalah teknik dokumentasi atau penelitian kepustakaan untuk memperoleh data baik primer maupun sekunder. Kemudian tentang pengamatan kinerja aparatur. Yang terakhir dengan pelengkap wawancara dengan pihak-pihak yang berkompeten dalam hal yang berhubungan dengan masalah penelitian ini.

2. Penilaian data pada tahap ini adalah memvalidasi dan objektivitas sehingga perlu melakukan kategorisasi data primer dan sekunder dengan pencatatan serta mereduksi data sekunder, kemudian diseleksi agar relevan dengan masalah penelitian.

3. Interpretasi data adalah memberikan penilaian, menjelaskan pola atau ketegori serta mencari dan menggambarkan hubungan pengaruh antara berbagai konsep. Langkah ini dilakukan berdasarkan pemahaman intelektual dalam arti dibangun berdasar pengamatan empiris. Untuk ini, memerlukan seperangkat konsep yang telah tersusun, yang dalam penelitan ini berupa teori-teori tentang kinerja aparatur dan egoverment

4. Menarik kesimpulan atau generalisasi adalah untuk ditujukan menjawab pertanyaan dalam permasalahan yang dirumuskan dengan melihat dasar analisis yang dilakukan, kemudian disusul dengan komentar terhadap hasil kesimpulan.

(Winarno, 2005: 133).

(35)

analisa data deskriptif, hal ini dimaksudkan karena peneliti hanya akan mendeskriptifkan fakta-fakta yang ada di lapangan. Analisa data deskriptif akan menjawab rumusan masalah yang telah ditentukan sebelumnya.

1.7.1 Lokasi dan Jadwal Penelitian

[image:35.595.114.512.419.706.2]

Adapun yang menjadi lokasi Penelitian ini adalah di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOMRI) Jl.Percetakan Negara NO.23 Jakarta Pusat, Telp (021) 4261333 fax (021) 4209224. Adapun jadwal penelitiannya dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 1.1 Jadwal Penelitian

No Waktu

Kegiatan

Tahun 2011

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags 1 Penyusunan rancangan Judul 2 Penyusunan Usulan Penelitian 3 Seminar Usulan Penelitian

4 Pengumpulan

Data

5 Pengolahan

Data

6 Pembuatan

Skripsi

7 Sidang Ujian

(36)

30 2.1.1 Pengertian Kinerja

Pengembangan evaluasi kinerja perlu dilakukan dengan hati-hati, karena akan menentukan kinerja aparatur dan kinerja organisasi, sejalan dengan hal tersebut pengertian kinerja menurut Wirawan adalah:

“Konsep kinerja merupakan singkatan dari kinetika energi kerja yang padanannya dalam bahasa inggris adalah performance. Istilah performance sering diindonesiakan sebagai performa. Kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu”. (Wirawan,2009:5).

Sejalan dengan pengertian di atas jadi kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh suatu aparatur pemerintah melalui fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan dalam waktu yang telah ditentukan secara tepat pada sasaran yang dilakukan oleh aparatur pemerintah.

Definisi kinerja tersebut menjelaskan dimana suatu gambaran mengenai tingkat pencapaian dan pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh seluruh aparatur pemerintah yang ada disuatu organisasi atau instansi pemerintah. Meningkatkan kinerja aparatur pemerintah dalam instansi pemerintah merupakan tujuan atau target yang ingin dicapai oleh seseorang aparatur yang ada di instansi pemerintah dalam malaksanakan suatu kegiatan dengan maksimal.

(37)

organisasi, sumber daya yang digerakan atau dijalankan aparatur yang berperan aktif sebagai pelaku dalam upaya mencapai tujuan organisasi tersebut, dapat terlaksana dengan baik apabila memperhatikan kinerja aparaturnya. Kinerja merupakan terjemahan dari kata performance (Job Performance), secara etimologis performance berasal dari kata to perform yang berarti menampilkan atau melaksanakan. Wibowo mengatakan bahwa:

”Pengertian performance sering diartikan sebagai kinerja, hasil kerja/prestasi kerja. Kinerja mempunyai makna lebih luas, bukan hanya menyatakan sebagai hasil kerja, tetapi juga bagaimana proses kerja berlangsung. Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi” ( Wibowo, 2007:7).

Berdasarkan pengertian di atas bahwa hasil yang dicapai oleh seorang aparatur secara terukur dalam pekerjaannya dan dilaksanakan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, dan tugas yang telah ditentukan. Aparatur dalam memberdayakan dan memaksimalkan suatu kinerja, diperlukan pengetahuan yang luas dalam melaksanakan tugasnya, sehingga menghasilkan apa yang menjadi tujuan utama. Pengertian lain menurut Maluyu S.P. Hasibuan bahwa:

“Kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu”(Hasibuan, 2002:34).

(38)

adalah melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang di harapkan. Dari definisi diatas maka dalam melakukan dan menyelesaikan suatu kegiatan harus diikuti dengan rasa tanggung jawab agar tercapinya tujuan yang diinginkan..

Organisasi pemerintahan menggunakan alat untuk mengukur suatu kinerja birokrasi publik, teori yang digunakan yaitu teori kinerja dari Muh. Ilham dan para ahli lainnya dalam bukunya yang berjudul Manajemen Sumber Daya Dan Kinerja Apartur Pemerintahan Daerah sebagai berikut: 1. Tingkat Efektivitas, 2. Efisiensi, dan 3. Keamanan dan kepuasan pelanggan (Ilham, 2008: 34).

Pertama, tingkat efektivitas adalah sesuatu yang dapat dilihat dari sejauhmana seorang aparatur dapat memanfaatkan sumber-sumber daya untuk melaksanakan tugas-tugas yang sudah direncanakan, serta cakupan sasaran yang bisa dilayani.

Kedua, efisiensi adalah sesuatu untuk mengukur seberapa tingkat penggunaan sumber-sumber daya secara minimal dalam pelaksanaan pekerjaan, Sekaligus pula dapat diukur besarnya sumber-sumber daya yang terbuang, semakin besar sumber daya yang terbuang, menunjukan semakin rendah tingkat efisiensinya.

(39)

Mengidentifikasi faktor yang berpengaruh langsung terhadap tingkat pencapaian kinerja organisasi sebagai berikut:

1. Teknologi yang meliputi peralatan kerja dan metode kerja yang digunakan untuk mengahasilkan produk atau jasa yang dihasilkan oleh organisasi. semakin berkualitas teknologi yang digunakan, maka akan semakin tinggi tingkat kinerja organisasi tersebut.

2. Kualitas input atau material yang digunakan oleh organisasi.

3. Kualitas lingkungan fisik yang meliputi keselamatan kerja, penataan ruangan, dan kebersihan.

4. Budaya organisasi sebagai pola tingkah laku dan pola kerja yang ada dalam organisasi yang bersangkutan.

5. Kepemimpinan sebagai upaya untuk mengendalikan anggota organisasi agar bekerja sesuai dengan standar dan tujuan organisasi.

6. Pengelolaan sumber daya manusia yang meliputi aspek kompensasi, imbalan, promosi dan lainnya.

(Ruky, 2001:7)

Kinerja dalam sebuah organisasi merupakan salah satu unsur yang tidak dapat dipisahkan dalam menjalankan tugas organisasi, baik itu dalam lembaga pemerintahan maupun swasta. Kinerja berasal dari bahasa job performance atau actual perpormance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang atau suatu institusi). Kamus bahasa Indonesia. Berikut pengertian kinerja menurut A. A Anwar Prabu Mangkunegara mengatakan bahwa:

“Kinerja karyawan (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya” (Mangkunegara, 2007: 9).

(40)

kinerja itu dilaksanakan. kinerja tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja sebagaimana yang dikemukakan oleh Keith Davis dalam buku Anwar Prabu Mangkunegara.

1. Faktor Kemampuan Ability

Secara psikologis, kemampuan ability terdiri dari kemampuan potensi IQ dan kemampuan reality knowledge+skill. Artinya pimpinan dankaryawan yang memiliki IQ superior, very superior, gifted dan genius dengan pendidikan yang memadai untuk jabatan dan terampil dalam menjalankan pekerjaan sehari-hari maka akan mudah menjalankan kinerja maksimal. 2. Faktor motivasi Motivation

Motivasi diartiakan sebagai suatu sikap attitude piminan dan karyawan terhadap situasi kerja situation dilingkungan organisasinya. Mereka yang bersikap positif fro terhadap situasi kerjanya akan menunjukan motivasi kerja tinggi dan sebaliknya jika mereka berpikir negatif kontra terhadap situasi kerjanya akan menunjukan pada motivasi kerja yang rendah. Situasi yang dimaksud meliputi hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja. (Mangkunegara, 2000:13)

Berdasarkan pengertian kinerja adalah dipengaruhi faktor yang dipengaruhi beberapa pendukung dan penghambat dalam menjalankan pencapaian suatu kinerja yang maksimal, faktor tersebut meliputi faktor yang berasal dari intern maunpun ekstern. Suatu kinerja dapat dinilai, apakah sudah berjalan sesuai dengan tujuan yang direncanakan, untuk itu perlu diadakan suatu evaluasi kinerja sebagaimana yang dikemukakan oleh Andrew E. Sikula dalam buku yang berjudul Manajemen sumber daya Manusia mengatakan bahwa:

“Evaluasi kinerja atau penilaian merupakan evaluasi yang sistematis dari pekerjaan pegawai dan potensi yang dapat dikembangkan. Penilaian dalam proses penapsiran atau penentuan nilai, kualitas atau status dari beberapa objek orang ataupun sesuatu barang.” (Sikula 1981:145).

(41)

tepat serta memberikan tanggung jawab kepada aparatur sehingga dapat meningkatkan kinerjanya dimasa kini dan yang akan datang.

2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Aparatur yaitu bertugas untuk melayani masyarakat, dan berkewajiban dalam memberikan pelayanan yang terbaik untuk mencapai suatu kinerja. Tujuan untuk mencapai kinerja yang sesuai yang diharapkan tidaklah mudah, ada beberapa tantangan-tantangan yang harus dilewati. Menurut Keith Davis dalam A.A. Anwar Prabu Mangkunegara terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pencapain kinerja, faktor tersebut berasal dari faktor kemampuan dan motivasi aparatur. Berdasarkan hal tersebut maka akan dijelaskan sebagai berikut:

“Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation), yang dirumuskan sebagai berikut: “Human Performance= Ability+Motivation, Motivation= Atitude+Situation, Ability= Knowledge+Skill” (Dalam Mangkunegara, 2005:13-14)

(42)

2.1.2.1 Kemampuan

Kemampuan yang dimiliki oleh aparatur pemerintah berbeda-beda, kemampuan didapat dari kecerdasan maupun bakat dari seorang aparatur tersebut. Pengertian kemampuan menurut Moenir bahwa:

“Kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang dalam hubungan dengan tugas/pekerjaan berarti dapat (kata sifat/keadaan) melakukan tugas/pekerjaan sehingga menghasilkan barang atau jasa sesuai dengan yang diharapkan” (Moenir, 2002:116).

Layanan yang dilakukan oleh aparatur pemerintah merupakan salah satu kewajiban yang harus diberikan kepada masyarakat. Maka, kemampuan yang dimiliki aparatur dalam memberikan pelayanan merupakan tujuan utama. Menurut Miftah Thoha dalam buku Administrasi Kepegawaian Daerah bahwa:

“Kemampuan adalah salah satu unsur dari kematangan, berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pendidikan, latihan dan pengalaman” (Toha ,1990:5 )

Berdasarkan pengertian di atas, kemampuan sebagai keadaan yang dimiliki seorang aparatur sehingga dirinya dapat mengetahui untuk dapat melakukan sesuatu berdasarkan keahlian dan ketarampilannya. Kaitannya dengan kemampuan aparatur merupakan salah satu faktor penunjang kemampuan seorang aparatur untuk dapat meningkatkan kinerja aparaturnya. Suatu organisasi sangat membutuhkan pengelola yang baik, dan pengelola tersebut tidak lain adalah aparatur yang terdapat didalamnya. Berdasarkan dengan hal tersebut, E. Koswara dalam buku Otonomi Daerah untuk Demokrasi dan Kemandirian Rakyat, Tolak ukur yang digunakan untuk mengetahui kemampuan aparatur adalah:

1.Ratio jumlah pegawai dengan jumlah penduduk 2. Masa kerja pegawai

(43)

4. Pendidikan formal

5. Pendidikan teknis fungsional” (Koswara E, 2001:259).

Berdasarakan pengertian di atas, bahwa tolak ukur yang digunakan untuk mengetahui kemampuan aparatur adalah ratio jumlah aparaturnya dengan jumlah penduduk, masa kerja aparatur, golongan kepegawaian, pendidikan dan pendidikan teknis fungsional yang dimiliki oleh aparatur. Hal ini sama dengan pendapat lain yang juga dikemukakan oleh J. B Kristiadi dalam buku Peran Aparatur Pemerintah Dalam Era Pembangunan bahwa:

Untuk mengetahui kemampuan aparatur, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, yakni:

1. Ratio jumlah pegawai dengan jumlah penduduk 2. Pengalaman kerja pegawai

3. Golongan kepegawaian

4. Pendidikan formal yang dicapai 5. Pendidikan non formal

6. Kesesuaian antara pendidikan dengan jabatan (Kristiadi, 1991:44).

Berdasarkan pengertian diatas bahwa untuk mengetahui kemampuan aparatur ratio jumlah aparatur dengan jumlah penduduk, masa kerja aparatur, golongan kepegawaian, pendidikan formal, pendidikan teknis fungsional menjadi faktor dalam meningkatkan kinerja. Kemampuan (ability) aparatur terdiri dari dua indikator yaitu:

(44)

a. Kemampuan dasar umum (inteligensi atau kecerdasan). Inteligensi atau kecerdasan menurut C.P. Chaplin (1975) bahwa: Kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif” (Dalam Syamsu, 2003:9). Inteligensi atau kecerdasan harus

dimiliki oleh setiap aparatur agar dalam menjalankan segala tugasnya dapat berjalan dengan efektif.

b. Kemampuan dasar khusus (aptitudes atau bakat). Aptitudes atau bakat adalah kondisi seseorang yang dengan suatu pendidikan dan latihan yang memungkinkannya mencapai kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus. Aptitudes atau bakat merupakan faktor bawaan yang dimiliki oleh aparatur ataupun pengaruh dari lingkungan. Maka apabila seseorang terlahir dengan suatu bakat khusus dididik dan dilatih, bakat tersebut dapat berkembang dan dimanfaatkan secara optimal. Sebaliknya apabila dibiarkan tanpa pengarahan dan penguatan, bakat itu akan hilang dan tak berguna.

(45)

sesuai dengan keahliannya masingmasing (the right man in the right place, the right man on the right job).

2.1.2.2 Motivasi

Motivasi terbentuk dari sikap (attitue) aparatur dalam menghadapi situasi (situation) kerja di lingkungan pekerjaannya. Pengertian motivasi dikatakan oleh Chung dan Megginson bahwa:

motivation is definied as goal-directed behavior. It concerns the level of effort one exerts in pursuing a goal…it is closely related to employee satisfaction and job performance”, (motivasi dirumuskan sebagai perilaku yang ditunjukan pada sasaran. Motivasi berkaitan dengan tingkat usaha yang dilakukan oleh seseorang dalam mengejar suatu tujuan…motivasi berkaitan erat dengan kepuasan pegawai dan performansi pekerjaan)”. (Dalam Gomes, 1995:177-178)

Motivasi seorang aparatur untuk melaksanakan tugasnya biasanya ditunjukkan oleh aktivitas yang terus-menerus, dan berorientasikan tujuan. Motivasi adalah kondisi yang menggerakan diri aparatur dengan terarah untuk mencapai tujuan kerja dan tepat pada sasaran. Pengertian lain dikatakan oleh Keith Davis yang dikutip A.A Anwar Mangkunegara, bahwa:

“Motivasi diartikan suatu sikap (attiude) pimpinan dan karyawan terhadap situasi kerja (situation) dilingkungan organisasinya. Mereka yang bersikap positif (pro) terhadap situasi kerjanya akan menunjukan motivasi kerja tinggi dan sebaliknya jika mereka bersikap negatif (kontra) terhadap situasi kerja akan menunjukan kerja yang rendah, situsi kerja yang dimaksud mencakup antara lain hubungan kerja, fasilitas kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja”. (Mangkunegara, 2006:14).

(46)

terhadap kemampuan aparatur serta apa yang menimbulkan kesungguh-sunguhan dalam bekerja. Faktor motivasi terdiri dari dua indikator yaitu:

Pertama, sikap, dapat diartikan sebagai status mental seseorang dan sikap dapat diekspresikan dengan berbagai cara, dengan kata-kata yang berbeda dan tingkat intensitas yang berbeda. Memberikan pengertian sikap bahwa:

“Sikap adalah determinan perilaku, sebab sikap berkaitan dengan persepsi, kepribadian dan motivasi. Sebuah sikap adalah perasaan yang positif atau negatif atau keadaan mental yang selalu disiapkan, dipelajari dan diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh khusus pada respon seseorang terhadap orang, objek-objek dan keadaan” (Gibson, 1996:144). Aparatur yang memiliki perilaku yang baik terhadap situasi dan kondisi dalam lingkungan pekerjaanya akan menunjukkan motivasi kerja tinggi dan sebaliknya jika berperilaku tidak baik terhadap situasi dan kondisi dalam lingkungan pekerjaanya akan menunjukkan motivasi kerja yang rendah. Sikap dan mental aparatur haruslah mempunyai sikap mental yang siap secara psikofisik (siap secara mental, fisik, situasi dan tujuan). Artinya yaitu aparatur dalam bekerja secara mental siap, fisik sehat, memahami situasi dan kondisi serta berusaha keras mencapai target kerja (tujuan utama organisasi).

(47)

hubungan kerja, fasilitas kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja. Mangkunegara mengatakan beberapa prinsip dalam memotivasi kerja aparatur, yaitu:

a. Prinsip partisipasi yaitu upaya memotivasi kerja, aparatur perlu diberikan kesempatan untuk ikut berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang akan dicapai oleh pemimpin.

b. Prinsip komunikasi yaitu pemimpin mengkomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan usaha pencapaian tugas dengan informasi yang jelas, sehingga aparatur akan lebih mudah termotivasi dalam kerjanya. c. Prinsip mengakui andil bawahan yaitu pemimpin mengakui bahwa

bawahan aparatur mempunyai andil didalam usaha pencapaian tujuan d. Prinsip pendelegasian wewenang yaitu pemimpin yang memberikan

otoritas atau wewenang kepada aparatur bawahan untuk sewaktu-waktu dapat mengambil keputusan terhadap pekerjaan yang dilakukannya, akan membuat aparatur yang bersangkutan menjadi termotivasi untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh pemimpin

e. Prinsip memberi perhatian yaitu pemimpin memberikan perhatian terhadap apa yang diinginkan aparatur, sehingga memotivasi aparatur untuk bekerja seperti yang diharapkan oleh pemimpin

(Mangkunegara, 2005:61).

Kepemimpinan yang sangat penting dalam melakukan suatu pekerjaan adalah bagaimana pimpinan harus mampu memotivasi kerja aparaturnya agar mereka dapat mampu bekerja dengan produktif serta penuh tanggung jawab. Mangkunegara mengatakan, bahwa “ada hubungan yang positif antara motivasi berprestasi dengan pencapaian kinerja” (Mangkunegara, 2005:62). Oleh karena itu pimpinan dan aparatur yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan mencapai kinerja tinggi, dan sebaliknya mereka yang kinerjanya rendah disebabkan karena motivasi kerjanya rendah.

(48)

2.1.3 Pengertian Aparatur

Aparatur negara merupakan pelaksana roda birokrasi. Menurut Sedarmayanti dalam bukunya yang berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia Reformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil, birokrat adalah:

1. Birokrat adalah pegawai yang bertindak secara birokratis. 2. Birokrat adalah:

a. Sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah karena telah berpegang pada hierarki dan jenjang jabatan.

b. Cara bekerja atau susunan pekerjaan yang serba lamban serta menurut tata aturan (adat dan sebagainya) yang banyak likulikunya.

c. Birokrasi sering melupakan tujuan pemerintahan yang sejati, karena terlalu mementingkan cara dan bentuk. Ia menghalangi pekerjaan yang cepat serta menimbulkan semangat menanti, menghilangkan inisiatif, terikat dalam peraturan yang rumit dan bergantung kepada perintah atasan, berjiwa statis dan karena itu menghambat kemajuan.

(Sedarmayanti, 2009:319-320)

Birokrat yaitu aparatur yang bertindak secara birokratis. Menjunjung tinggi nilai-nilai secara sistematis. Birokrat menjunjung tinggi inovasi dalam bekerja. Kemajuan bukanlah sesuatu yang ditargetkan karena terlalu berpacu pada aturan yang ada. Aparatur sebagai pelaksana jalannya birokrasi sering melupakan tujuan pemerintah sebagai pelayan masyarakat. Aparatur lebih memprioritaskan kepada bentuk organisasi dan cara-cara yang sering dilaksanakan.

Bambang Yudoyono dalam bukunya yang berjudul Otonomi Daerah berpendapat bahwa, Aparatur Pemerintah Daerah adalah pelaksana kebijakan publik (Yudoyono, 2001:61). Aparatur yang berada di daerah merupakan pelaksana birokrasi. Aparatur merupakan pegawai yang melaksanakan setiap kebijakan yang berlaku.

(49)

yang digaji pemerintah melaksanakan tugas-tugas teknis pemerintahan melakukan pelayanan kepada masyarakat berdasarkan ketentuan yang berlaku”. (Salam, 2004: 169).

Pengertian di atas mengenai aparatur adalah sumber daya manusia yang bekerja sesuai dengan kemampuannya, di bidangnya masing-masing sesuai dengan ketentuan yang ada. Berkewajiban dalam melayani setiap warga Negara untuk memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya. Berdasarkan penjelasan di atas, maka pengertian kinerja aparatur adalah hasil kerja perseorangan dalam suatu organisasi, sebagaimana yang dikemukakan oleh Soerwono Handayaningrat yang mengatakan bahwa:

“Aparatur ialah aspek-aspek administrasi yang diperlukan dalam penyelenggaraan pemerintahan atau negara, sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi. Aspek-aspek administrasi itu terutama ialah kelembagaan atau organisasi dan kepegawaian” (Soewarno,1982:154). Aparatur pemerintahan sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan atau negara. Maka diperlukan aspek-aspek administrasi terutama kelembagaan atau organisasi dan kepegawaian. Maka dalam penyelenggaraan pemerintahan atau negara dibutuhkan suatu alat untuk mencapai tujuan organisasi, maksud alat disini adalah seorang aparatur atau pegawai yang ada dalam suatu pemerintahan atau negara.

(50)

organisasi pemerintahan untuk mewujudkan profesional pegawai dalam melakukan pekerjaan.

2.1.4 Hak dan Kewajiban Aparatur

Unsur dari aparatur adalah pegawai negeri yang terdiri dari Pegawai negeri Sipil Pusat dan Daerah, Anggota Tentara Republik Indonesia dan Anggota Kepolisian Republik Indonesia. Aparatur bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Bertindak secara profesional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan, dan pembangunan. Aparatur adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS). Menurut Sedarmayanti hak-hak yang diterima oleh PNS, antara lain:

1. Memperoleh gaji yang adil dan layak sesuai dengan beban kerja dan tanggung jawab.

2. Memperoleh cuti.

3. Memperoleh perawatan bagi yang tertimpa sesuatu kecelakaan dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya.

4. Memperoleh tunjangan bagi yang menderita cacat jasmani atau rohani dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya yang mengakibatkannya tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan apapun juga. 5. Memperoleh uang duka dari kerabat Pegawai Negeri Sipil yang tewas. 6. Memperoleh pensiun bagi yang telah memenuhi syarat-syarat yang

ditentukan.

7. Memperoleh kenaikan pangkat regular.

8. Menjadi peserta Tabungan Asuransi Pegawai Negeri/TASPEN (PP No. Tahun 1963).

9. Menjadi peserta Asuransi Kesehatan/Askes (Keppres No. 8 Tahun 1977). 10.Memperoleh perumahan (Keppres No. 14 Tahun 1993).

(Sedarmayanti, 2009:371)

(51)

jika hak-hak tersebut terpenuhi. Jika kesejahteraan aparatur tercapai, maka aparatur akan meningkatkan kinerjanya sesuai dengan kewajiban.

Berdasarkan pendapat tersebut, kesejahteraan merupakan balas jasa berbentuk

materi atau non materi. Kesejahteraan dapat berupa penghargaan. Tujuan dari

kesejahteraan adalah untuk memperbaiki kondisi fisik dan mental aparatur. Tujuan

lainnya untuk menjaga produktivitas bekerja aparatur. Aparatur akan memenuhi

kewajibannya jika hak-hak tersebut terpenuhi. Jika kesejahteraan aparatur tercapai,

maka aparatur akan meningkatkan kinerjanya sesuai dengan kewajiban.

2.2 Penerapan e-Government 2.2.1 Pengertian Penerapan

Penerapan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu proses, cara, perbuatan menerapkan; pemasangan; pemanfaatan, Penerapan merupakan suatu proses dari mulai cara pembuatan sampai pada manfaat yang telah dipraktikkan.

(52)

2.2.2 e-Government

Teknologi informasi yang maju begitu pesat berdampak pada perubahan sosial, budaya dan membuat jarak antar negara terasa makin dekat. Kemajuan tersebut berdampak pada tata pemerintahan. Masyarakat menginginkan pelayanan yang cepat, efektif dan efesien yang diberikan pemerintah. Teknologi informasi dalam pemerintahan dengan istilah e-Government diharapkan menjadi jawaban atas pelayanan yang diinginkan masyarakat. Pengertian e-Government menurut Richardus Eko Indrajit adalah:

“Merupakan suatu mekanisme interaksi baru modern antara pemerintah dengan masyarakat dan kalangan lain yang berkepentingan stakeholder, dimana melibatkan penggunaan teknologi informasi terutama internet, dengan tujuan memperbaiki mutu kualitas pelayanan yang selama berjalan”. (Indrajit, 2004:4-5).

Berdasarkan pengertian di atas yaitu melalui e-Government dapat terciptanya hubungan secara elektronik antara pemerintah dengan masyarakat sehingga dapat mengakses berbagai informasi dan layanan dari pemerintah, melaksanakan perbaikan dan peningkatan pelayanan masyarakat ke arah yang lebih baik, menuju good governance. Pelaksanaan e-Government diharapkan dapat merubah sistem pelayanan pada manajemen pemerintahan dan dapat dimanfaatkannya dengan baik.

2.2.3 Manfaat e-Government

(53)

e-Government, yaitu Amerika dan Inggris melalui Al Gore dan Tony Blair menggambarkan manfaat e-Government bagi suatu negara, antara lain:

1. Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para stakeholder nya (Masyarakat, kalangan bisnis, dan industri) terutama dalam hal kinerja efektivitas dan efesiensi di berbagai bidang kehidupan bernegara;

2. Meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka penerapan konsep Good Corporate Governance;

3. Mengurangi secara signifikan total biaya administrasi, relasi, dan interaksi yang dikeluarkan pemerintah dan maupun stakeholder-nya untuk keperluan aktivitas sehari-hari;

4. Memberikan peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan sumber-sumber pendapatan baru melalui interaksinya dengan pihak-pihak yang berkepentingan dan

5. Menciptakan suatu lingkungan masyarakat baru yang dapat secara cepat dan tepat menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi sejalan dengan berbagai perubahan global dan trend yang ada serta

6. Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai mitra pemerintah dalam proses pengambilan kebijakan publik secara merata dan demokratis(dalam Indrajit, 2004:5).

Salah satu faktor keberhasilan pembangunan adalah ketersediaan sarana dan prasarana. Melalui penerapan e-Government yang tepat akan mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat, karena e-Government adalah salah satu unsur pendukung pemerintah dalam pembangunan.

2.2.4 Proyek-Proyek Pelayanan e-Government

Pemerintah mengimplementasikan jenis pelayanan e-Government kepada masyarakat melalui beberapa tipe. Jenis-jenis pelayanan tersebut adalah dengan melihatnya dari dua aspek utama, yaitu:

1. Aspek kompleksitas, yaitu yang menyangkut seberapa rumit anatomi sebuah aplikasi e-Government yang ingin dibangun dan ditetapkan; dan 2. Aspek manfaat, yaitu menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan

(54)

Berdasarkan hal tersebut, maka jenis-jenis proyek-proyek e-Government dibagi menjadi tiga kelas utama, yaitu:

1. Publish, di dalam kelas publish terjadi sebuah komunikasi satu arah, dimana pemerintah mempublikasikan berbagai data dan informasi yang dimilikinya untuk dapat secara langsung dan bebas di akses oleh masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingan melalui internet. Alat yang digunakan adalah komputer atau handphone melalu medium internet, dimana alat-alat tersebut dipergunakan untuk mengakses situs (website) departemen atau devisi terkait.

2. Interact, pada kelas interact terjadi komunikasi dua arah antara pemerintah dengan mereka yang berkepentingan. Ada dua jenis aplikasi yang biasa dipergunakan, yang pertama adalah bentuk portal dimana situs terkait memberikan fasilitas searching bagi mereka yang ingin mencari data atau informasi secara sepesifik, kedua adalah pemerintah menyediakan kanal akses dimana masyarakat dapat melakukan diskusi dengan unit-unit tertentu yang berkepentingan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

3. Transact, pada kelas ini terjadi interaksi dua arah, akan tetapi masyarakat harus membayar jasa pelayanan yang diberikan oleh pemerintah atau mitra kerja pemerintah.

(Indrajit, 2004:30).

(55)

2.2.5 Tipe Relasi e-Government

Konsep e-Government apabila diklasifikasikan menurut Richardurs Eko Indrajit dibagi kedalam empat jenis, yaitu:

1. Government to Citizens (G-to-C), tujuannya adalah untuk mendekatkan pemerintah dengan masyarakat melalui kanal-kanal akses yang beragam agar masyarakat dapat dengan mudah menjangkau pemerintahnya untuk pemenuhan berbagai kebutuhan pelayanan sehari-hari.

2. Government to Business (G-to-B), merupakan bentuk relasi antara pemerintah dengan para pengusaha, dengan tujuan untuk memperlancar para praktisi bisnis dalam menjalankan roda perusahaannya.

3. Government to Government (G-to-G), merupakan interaksi antar satu pemerintah dengan pemerintah lainnya dengan tujuan untuk memperlancar kerjasama antar negara dan kerjasama antar entiti-entiti negara dalam melakukan hal-hal yang berkaitan dengan administrasi perdagangan, proses-proses politik dan mekanisme hubungan sosial dan budaya.

4. Government to Employes (G-to-E), tujuannya untuk meningkatkan kinerja dan kesejahteraan para pegawai negri atau karyawan pemerintahan yang bekerja di sejumlah institusi sebagai pelayan masyarakat. (Indrajit,2004:42).

(56)

50 3.1 Ganmbaran Umum Republik Indonesia

Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 13 466 pulau, oleh karena itu ia disebut juga sebagai Nusantara ("pulau luar", di samping Jawa yang dianggap pusat). Dengan populasi sebesar 222 juta jiwa pada tahun 2006, Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia, meskipun secara resmi bukanlah negara Islam.

Dari sabang sampai Merauke, Indonesia terdiri dari berbagai suku, bahasa dan agama yang berbeda. Suku Jawa adalah grup etnis terbesar dan secara politis paling dominan. Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka tunggal ika" ("Berbeda-beda tetapi tetap satu"), berarti keberagaman yang membentuk negara. Selain memiliki populasi padat dan wilayah yang luas, Indonesia memiliki wilayah alam yang mendukung tingkat keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia.

(57)

Sumatera sebesar 21 persen. Selanjutnya untuk pulau-pulau/kelompok kepulauan lain berturut-turut adalah sebagai berikut: Sulawesi sebesar 7 persen; Kalimantan sebesar 6 persen; Bali dan Nusa Tenggara sebesar 6 persen; dan Maluku dan Papua sebesar 3 persen. Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah adalah tiga provinsi dengan urutan teratas yang berpenduduk terbanyak, yaitu masing-masing berjum¬lah 43.021.826 orang, 37.476.011 orang, dan 32.380.687 orang. Sedangkan Provinsi Sumatera Utara merupakan wilayah yang terbanyak penduduknya di luar Jawa, yaitu sebanyak 12.985.075 orang.

Dengan luas wilayah Indonesia yang sekitar 1.910.931 km2, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Indonesia adalah sebesar 124 orang per km2. Provinsi yang paling tinggi kepadatan penduduknya adalah Provinsi DKI Jakarta, yaitu sebesar 14.440 orang per km2. Sementara Itu, provinsi yang paling rendah tingkat kepadatan penduduknya adalah Provinsi Papua Barat, yaitu sebesar 8 orang per km2.

3.2 Ganmbaran Umum BPOM RI

(58)

POM dikoordinasikan oleh Menteri Kesehatan, khususnya dalam perumusan kebijakan yang berkaitan dengan instansi pemerintah lainnya serta penyelesaian permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan kebijakan dimaksud. Selanjutnya lingkup tugas dan fungsi lebih spesifik Badan POM tercakup dalam Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 Tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I LPND.

3.2.1 Visi dan Misi BPOM RI

Menjadi Institusi Pengawas Obat dan Makanan yang Inovatif, Kredibel dan Diakui Secara Internasional Untuk Melindungi Masyarakat.

3.2.2 Kedudukan Tugas dan Fungsi BPOM RI

Badan Pengawas Obat dan Makanan mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan obat dan makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Mengacu pada model

Gambar

Gambar 1.1 Model Kerangka Pemikiran
Tabel 1.1 Jadwal Penelitian
Gambar 3.1
Gambar 3.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.05.4.1745 tentang Kosmetik, Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan.. BPOM

nantinya akan mempengar uhi hasil air tebu yang didapatkan 4 portable Alat pengupasa n kulit tebu ini akan memiliki bentuk yang sesuai dengan apa yang diinginkan

Sejak Inge diterima sebagai mahasiswi Fakultas Kedokteran UNAIR pada tahun 1984, ia tak pernah membayangkan bahwa dirinya bisa menjadi peneliti sekaligus guru besar

Karena itu marilah kita memberikan yang terbaik kepada para mahasiswa dan alumni supaya mereka mencintai dan bangga kepada almamaternya serta menjadi manusia

Hasil penelitian menunjukkan semakin tinggi suhu dan lama pengeringan menyebabkan kadar air timphan instan sebelum dan setelah rehidrasi semakin rendah dan timphan

KOMPETENSI DASAR: Menganalisis perubahan keadaan gas ideal dengan menerapkan hukum termodinamika. MATERI : TERMODINAMIKA RUMUSAN

Tetapi jika sudah habis maka selanjutnya menjalankan perintah mengisi ulang register R6 dengan 2 kemudian memeriksa status bit Sensor_Input atau gerbang P3.2 jika

Kelima korban ditangkap tanpa surat perintah penagkapan, dan selama proses pemeriksaan kelima korban diintrogasi dan disiksa agar mengakui tindak pidana pembunuhan yang