ESTIMASI ABATEMENT COST DAN EFISIENSI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR REJECT TREATMENT PLANT (RTP) COLD
ROLLING MILL (CRM)PT. KRAKATAU STEEL CILEGON
AIDA FITRIANI
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Estimasi Abatement Cost dan Efisiensi Pengolahan Limbah Cair Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT.Krakatau Steel Cilegon adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2015
Aida Fitriani
ABSTRAK
AIDA FITRIANI.Estimasi Abatement Cost dan Efisiensi Pengolahan Limbah Cair
Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT.Krakatau Steel Cilegon. Dibimbing oleh YUSMAN SYAUKAT.
Meningkatnya jumlah industri di Indonesia memiliki dampak negatif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu kontrol untuk mencegah pencemaran lingkungan. CRM PT.Krakatau Steel bertanggung jawab untuk mengurangi tingkat polutan yang dihasilkan dari proses produksi. Bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap pengendalian lingkungan adalah membangun sistem pengolahan limbah cair.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis efisiensi pengolahan air limbah dan analisis abatement cost meliputi total abatement cost, average abatement cost dan marginal abatement cost. Berdasarkan hasil penelitian semua parameter limbah cair sudah sesuai dengan standar baku mutu lingkungan. Total abatement cost yang paling rendah adalah parameter TSS sebesar Rp 4.209.361 dan total abatement cost yang paling tinggi yaitu parameter COD sebesar Rp 10.283.610. Average abatement cost dan marginal abatement cost yang paling rendah yaitu parameter TDS sebesar Rp 1.457 dan Rp. 288.
Average abatement cost dan marginal abatement cost yang paling tinggi yaitu parameter temperatur sebesar Rp 356.249 dan Rp 70.443.
ABSTRACT
AIDA FITRIANI. Estimates Abatement Cost and Efficiency Wastewater Processing Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT.Krakatau Steel Cilegon. Supervised by YUSMAN SYAUKAT.
The increasing number of industries in Indonesia has negative impact to the environment. Therefore, there should be a control in order to prevent the environmental pollution. CRM PT.Krakatau Steel is in charge to responsible for reducing the level of pollutants produced by the production process. The form of corporate responsibility towards the environmental control is building the wastewater treatment system. The goal of this study is to analyze the efficiency of wastewater treatment process and to analyse the abatement cost, including the total abametent cost, average abatement cost and marginal abatement cost. According to the result of the study, it shows that all parameters of waste water has fit in the standard of environmental quality. The lowest total abatement cost is TSS paramater which amounting to Rp 4.209.361. Meanwhile COD parameter, as the highest total abatement cost is Rp 10. 283.610. The lowest of average and marginal abatement cost are TDS parameter (Rp 1.457 and Rp 288, respectively). On the contrary, the highest of average and marginal abatement cost are temperature parameter amounting to Rp 356.249 and Rp 70.443 respectively.
ESTIMASI ABATEMENT COST DAN EFISIENSI PENGOLAHAN LIMBAH CAIR REJECT TREATMENT PLANT (RTP) COLD ROLLING MILL (CRM)PT. KRAKATAU STEEL CILEGON
AIDA FITRIANI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperolah gelar Sarjana Ekonomi
Pada
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, serta Ummatnya hingga akhir masa. Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Februari 2015 sampai Maret 2015 ini adalah Estimasi Abatement Cost dan Efisiensi Pengolahan Limbah Cair Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT.Krakatau Steel Cilegon.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi serta kerjasama dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1. Ayahanda tercinta (Heru Yuwono), Ibunda tercinta (Nurlaila), Kakak dan adik tersayang (Rifqi, Yusrina, Afiqah), serta keluarga besar yang telah memberikan kasih sayang, motivasi, dukungan moril maupun materil, serta limpahan do’a yang tak pernah putus kepada penulis.
2. Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan waktu dan tenaga untuk memberikan bimbingan, arahan, motivasi, inspirasi dengan penuh kesabaran serta kebaikan yang sangat membantu sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
3. Rizal Bahtiar, S.pi, M.Si selaku dosen penguji utama dan Nuva, Sp, M.Sc selaku dosen penguji wakil komisi pendidikan atas kritik dan saran sebagai penyempurna skripsi ini
4. Prof.Dr.IrTridoyo Kusumastanto, MS selaku dosen pembimbing Akademik. 5. Seluruh dosen Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan (ESL) atas
ilmu yang telah diberikan.
6. PT.Krakatau Steel yang telah membantu dalam proses pengambilan data (Bapak Arif, Bapak Syafrudin, Bapak Istianto, Bapak Basuki, Bapak Sandy, Bapak Adjat dll)
7. Teman satu bimbingan (Campina, Erlin, Anis, Gitta, Tommi, Relita, dan Nurul) atas dukungan, saran, kritik, dan lainnya selama menjalani proses pembuatan skripsi hingga selesai.
8. Sahabatku tercinta (Tiara, widi, ira dan acit) dan Keluarga besar ESL 48 9. Arrajih Fiddarain atas segala doa, dukungan, saran, kritik, dan lainnya selama
menjalani proses pembuatan skripsi hingga selesai.
10. Keluarga Wisma Arundina (Putri, Farah, Indah, Rili, Zahra, Kak Egeng, Kak nindya, Kak Uum, Kak Lola, Kak Mira, Kak Fani)
11. Seluruh staff kependidikan di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan (Mba Aam, Mba Putri, Mba Angga, Pak Erwin, Pak Husein, Ibu Kokom, dan Ibu Odah) yang membantu penulis selama masa perkuliahan hingga menyelesaikan studi.
12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Bogor, Juni 2015
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 6
II Tinjauan Pustaka ... 7
2.1 Pengaruh Limbah Industri Terhadap Lingkungan ... 7
2.2 Efisiensi Pengendalian Limbah ... 7
2.3 Peran Sektor Industri terhadap Pembangunan Berwawasan Lingkungan ... 7
2.4 Eksternalitas ... 8
2.5 Ekonomi Pencemaran ... 9
2.6 Biaya Penanggulangan Cemaran ... 11
2.7 Abatement Cost ... 12
2.8 Penelitian Terdahulu ... 16
III KERANGKA PEMIKIRAN ... 19
IV METODE PENELITIAN ... 23
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 23
4.2 Jenis dan Sumber Data ... 23
4.3 Metode Pengumpulan Data ... 23
4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 23
4.4.1 Analisis Efisiensi Pengolahan Limbah Cair ... 24
4.4.2 Analisis Marginal Abatement Cost, Average Abatement Cost dan Total Abatement Cost ... 26
V GAMBARAN UMUM... 29
5.1 Sejarah Singkat PT. Krakatau Steel... 29
5.1.1 Lokasi dan Tata Letak PT. Krakatau Steel ... 29
5.1.3 Kepegawaian dan Jam Kerja ... 32
5.1.4 Struktur Organisasi ... 33
5.2 Cold Rolling Mill (CRM) PT.Krakatau Steel ... 34
5.2.1 Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel ... 34
5.3 Divisi Helath Safety and Environment (HSE) ... 38
VI Hasil dan Pembahasan ... 41
6.1 Efisiensi Pengolahan Limbah Cair Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel ... 41
6.2 Abatement Cost Limbah Cair Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel... 48
6.2.1 Total Abatement Cost Seluruh Parameter Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel ... 49
6.2.2 Abatement Cost COD Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel ... 50
6.2.3 Abatement Cost Temperatur Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel ... 52
6.2.4 Abatement Cost TDS Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel ... 54
6.2.5 Abatement Cost TSS Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel ... 56
VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 59
7.1 Kesimpulan ... 59
7.2 Saran ... 59
DAFTAR PUSTAKA ... 61
LAMPIRAN ... 63
RIWAYAT HIDUP ... 79
DAFTAR TABEL 1.1 Baku Mutu Limbah Cair Industri ... 4
4.2 Penentuan H0 dan H1 untuk Uji Nilai Tengah Pencapaian Standar Baku Mutu
Masing-masing Parameter... 26
5.1 Total Produksi Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014 ... 34
6.1 Efisiensi masing-masing parameter limbah cair Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT.Krakatau Steel.tahun 2012-2014 ... 45
6.2 Penentuan Beban Pencemar Limbah Cair Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT.Krakatau Steel.tahun 2012-2014 ... 46
6.3 Hasil uji-t Penurunan per Parameter Limbah Cair Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT.Krakatau Steel tahun 2012-2014 ... 47
6.4 Hasil Uji-t Pencapaian per Parameter Limbah Cair dengan Standar Baku Mutu Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT.Krakatau Steel tahun 2012-2014 ... 48
6.5 Total Abatement CostLimbah Cair Seluruh Parameter Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-20144 ... 50
6.6 Perhitungan Total Abatement Cost Parameter COD Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT.Krakatau Steel Tahun 2012–2014 ... 51
6.7 Perhitungan Total Abatement Cost Temperatur Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT.Krakatau Steel Tahun 2012–2014 ... 53
6.8 Perhitungan Total Abatement Cost TDS Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT.Krakatau Steel Tahun 2012–2014 ... 55
6.9 Perhitungan Total Abatement Cost TSS Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT.Krakatau Steel Tahun 2012–2014 ... 57
6.10 Total Abatement Cost, Average Abatement Cost dan Marginal Abatement Cost Seluruh Parameter Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT.Krakatau Steel Tahun 2012–2014... 58
DAFTAR GAMBAR 2.1 Ilustrasi Besar Biaya Sosial Marjinal dan Biaya Privat Marjinal ... 10
2.2 Biaya Penanggulangan Cemaran Marginal ... 11
2.3 Representasi Marginal Abtement Cost Function ... 13
2.4 Anatomi Marginal Abatement Cost Curve ... 14
3.1 Diagram Alur Kerangka Pemikiran ... 21
5.1 Diagram Alur Pengolahan Limbah Cair Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel ... 38 6.1 Perbandingan konsentrasi paremeter COD limbah cair RTP CRM
PT.Krakatau Steel ... 42
6.2 Perbandingan konsentrasi parameter temperatur limbah cair RTP CRM
PT.Krakatau Steel ... 42
6.3 Perbandingan konsentrasi parameter TDS limbah cair RTP CRM
PT.Krakatau Steel ... 43
6.4 Perbandingan konsentrasi parameter TSS limbah cair RTP CRM
PT.Krakatau Steel ... 44
DAFTAR LAMPIRAN
1 Perhitungan Efisiensi, Beban Pencemar Aktual dan Beban Pencemar
Maksimum Parameter COD Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill
(CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014 ... 64
2 Perhitungan Efisiensi, Beban Pencemar Aktual dan Beban Pencemar
Maksimum Parameter Temperatur Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014 ... 65
3 Perhitungan Efisiensi, Beban Pencemar Aktual dan Beban Pencemar
Maksimum Parameter TDS Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill
(CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014 ... 66
4 Perhitungan Efisiensi, Beban Pencemar Aktual dan Beban Pencemar
Maksimum Parameter TSS Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill
(CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014 ... 67
5 Hasil Analisis Uji Statistik Fisik Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014l ... 68 6 Hasil Analisis Uji Statistik Fisik outlet dan Baku Mutu Limbah Cair Reject
Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014l ... 69
7 Total Abatement Cost CODReject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill
8 Total Abatement Cost TemperaturReject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014 ... 71
9 Total Abatement Cost TDS Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill
(CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014 ... 72
10 Total Abatement Cost TSS Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill
(CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014 ... 73
11 Total Abatement Costkeseluruhan pengolahan limbah Reject Treatment Plant
(RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014 ... 74 12Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana antara Penurunan Konsentrasi dengan
Biaya Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel tahun 2012-2014 ... 75
I. PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pembangunan ekonomi merupakan bagian penting dalam pembangunan
nasional. Tujuan dari pembangunan ekonomi yaitu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Hal ini dapat diukur salah satunya dari tingkat pendapatan perkapita.
Pembangunan merupakan upaya untuk mengelola dan memanfaatkan sumberdaya
untuk meningkatkan kehidupan masyarakat.Salah satu indikator keberhasilan
pambangunan adalah pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi pertumbuhan
ekonomi suatu negara, semakin tinggi pula taraf hidup masyarakat tersebut. Pada
masa sekarang, pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami peningkatan. Hal ini
dapat dilihat dari peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) indonesia tahun
2014 tumbuh 5,02 persen pada lima tahun terkahir (BPS, 2014).
Salah satu sektor yang memberikan kontribusi besar dalam peningkatan
PDB Indonesia adalah sektor industri pengolahan atau industri manufaktur. Hal
ini dapat dilihat dari Pertumbuhan jumlah industri dari pada tahun 2012 sebanyak
23.592 industri dan pada tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi 23.941
industri (BPS, 2014)
Industri di Indonesia merupakan salah satu komponen perekonomian yang
penting. Perindustrian memungkinkan perekonomian kita berkembang pesat dan
semakin baik, sehingga membawa perubahan dalam struktur perekonomian
nasional. Pencapaian sasaran pembangunan di bidang ekonomi dalam
pembangunan nasional, industri memegang peranan yang menentukan dan oleh
karenanya perlu lebih dikembangan secara seimbang dan terpadu dengan
meningkatkan peran serta masyarakat secara aktif serta mendayagunakan secara
optimal seluruh sumberdaya alam, manusia dan dana yang tersedia (UU No.5
Tahun 1984 tentang Perindustrian).
Disisi lain pertumbuhan sektor industri juga membawa dampak negatif
terhadap kelestarian lingkungan yaitu semakin meningkatnya jumlah industri akan
berpotensi menimbulkan pencemaran sehingga dapat menyebabkan penurunan
kualitas lingkungan. Kegiatan industri bisa dipastikan menimbulkan eksternalitas.
Eksternalitas yaitu keterkaitan suatu kegiatan dengan kegiatan lain yang tidak
bersifat positif maupun negatif. eksternalitas positif membawa dampak terhadap
penyerapan tenaga kerja, sedangkan eksternalitas negatif yang dapat ditimbulkan
antara lain adalah dampak limbah yang dihasilkan oleh industri tersebut.
Upaya untuk mengurangi eksternalitas negatif yang ditimbulkan dari adanya
air limbah adalah setiap perusahaan diwajibkan untuk mengolah air limbahnya.
Upaya pengendalian ini dapat dilakukan berbagai cara, diantaranya dengan
memasang perangkat kendali berupa IPAL. Perusahaan dalam kegiatan
operasionalnya harus memiliki sarana IPAL karena IPAL merupakan syarat dapat
berdiri dan beroperasinya sebuah perusahaan. IPAL juga merupakan sarana untuk
meminimalisasi daya cemar dari limbah cair yang dihasilkan dari setiap kegiatan
produksi. Industri harus menggunakan teknologi pengolahan limbah yang best practicable agar dapat memenuhi standar konsentrasi (baku mutu) dan kandungan polutan seperti Biochemical Oxgen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand
(COD), Total Suspenden Solid (TSS), Total Disolve Solid (TDS) (KepMen LH No.3 Tahun 1998).
Sebagai perusahaan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan, pabrik
Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel berupaya mengurangi dampak negatif pembuangan limbah industri yang dihasilkan dari kegiatan produksi
dengan mendirikan suatu Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang biasa
disebut dengan nama Reject Treatment Plant (RTP). Fungsi didirikannya RTP adalah mengurangi tingkat pencemar yang ada dalam air limbah, agar saat air
limbah di buang ke lingkungan tidak mencemari perairan.
Pabrik Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel merupakan unit pabrik yang membuat baja lembaran. Dalam proses produksi mengolah batang baja
menjadi lembaran baja, divisi ini banyak membutuhkan air sebagai proses
pendinginan baja (coolant). Dalam proses produksi, baja ditipiskan dengan suhu yang sangat tinggi yaitu 500 °C-700 °C, untuk itu dibutuhkan air yang digunakan
sebagai pendingin baja lembaran yang telah ditipiskan. Air yang digunakan untuk
proses pendinginan limbah tersebut langsung dialirkan menuju RTP untuk diolah.
Keberadaan limbah cair tersebut, apabila tidak dikelola dengan baik akan
karena mereka merasakan dampak buruknya berupa penurunan kualitas
lingkungan.
1.2Perumusan Masalah
Permasalahan yang mendasar mengenai limbah adalah pengolahannya dan
dampak yang akan terjadi apabila limbah tidak dikelola dengan baik atau bahkan
tidak dikelola sama sekali. Salah satu dampak yang akan terjadi adalah
meningkatnya pencemaran, menurunnya kualitas lingkungan dan kesehatan yang
kemudian akan merugikan masyarakat.Industri menghasilkan beragam limbah,
seperti: limbah cair, padat dan gas. Limbah-limbah ini biasanya langsung dibuang
ke lingkungan, tanpa melalui proses pengolahan dan penanganan. Industri
umumnya langsung membuang limbah cair ke badan air, seperti laut, sungai atau
danau. Limbah cair industri merupakan penyebab utama terjadinya pencemaran
air.
Pengendalian pencemaran yang diakibatkan oleh limbah industri dalam
kaitanya dengan pembangunaan berwawasan lingkungan bertujuan untuk
meminimalkan dampak negatif. Upaya ini dapat dilakukan dengan cara,
memasang perangkat kendali pencemaran air berupa IPAL. Perusahaan
dalamoperasionalnya harus memiliki sarana IPAL karena IPAL merupakan syarat
dapat berdirinya dan beroperasinya sebuah perusahaan. IPAL juga merupakan
sarana untuk meminimalkan daya cemar dari limbah cair yang dihasilkan dari
setiap kegiatan produksi.
Pemerintah telah berupaya untuk melindungi dan memperbaiki kualitas air
serta melakukan pencegahan terhadap pencemaran air, yaitu melalui pangaturan
perijinan pembuangan limbah cair. Hal ini dilakukan karena air merupakan
sumberdaya alam yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Salah satu
upaya pemerintah adalah dengan mengeluarkan PP No. 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, yang isinya antara
lain mengalihkan wewenang pengaturan perijinan pembuangan limbah cair dari
Gubernur kepada Bupati/Walikota.
Mengingat Peraturan Pemerintah tersebut, pemerintah Kota Cilegon telah
menetapkan Peraturan Daerah No. 04 Tahun 2002 tentang Baku Mutu Limbah
Tabel 1.1Baku mutu limbah cair Industri Kota Cilegon
Sumber : Keputusan Walikota Cilegon No 4 tahun 2002
Kualitas limbah cair dilihat dari baku mutu setiap parameter baik fisika,
kimia dan biologi. Baku mutu setiap parameter mengacu pada aturan pemerintah
yang berlaku. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas limbah cair yang
dihasilkan oleh industri diantaranya kinerja IPAL yang digunakan, biaya
Manusia (SDM). Namun sejauh mana faktor-faktor tersebut mempengaruhi
pengelolaan limbah belum begitu diperhatikan. Sejauh mana keefektifan dari hasil
pengelolaan limbah industri belum diketahui. Hal ini terlihat dengan sedikitnya
penelitian yang mengkaji hal tersebut.
Pemilihan pabrik CRM PT. Krakatau Steel untuk dijadikan tempat
penelitian dikarenakan divisi tersebut menghasilkan limbah cair dari kegiatan
produksinya dan pabrik tersebut memiliki sarana pengolahan limbah cair, namun
belum melakukan evaluasi terkait permasalahan efisiensi pengolahan limbah cair
dan pembiayaan. Limbah cair sebagai eksternalitas negatif membutuhkan
pengolahan yang membutuhkan biaya yang disebut dengan biaya sosial sehingga
keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh industri bukan hanya biaya swasta
melainkan juga biaya sosial. Selama ini, pembiayaan pengolahan limbah cair
belum diperhatikan oleh perusahaan.Biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
mengolah limbah cair adalah biaya penanggulangan cemaran yang yang
merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengurangi volume limbah cair
yang dibuang ke lingkungan. Misalnya dalam industri bubur kayu (pulp) dalam kegiatannya yang normal, pabrik ini membuang limbah dalam bentuk organik
dengan asumsi pabrik tersebut secara bebas mempunyai akses ke sungai, maka
cara tercepat dan termurah adalah membuang limbah ke sungai (Suparmoko,
2011).
Berdasarkan uraian diatas, maka beberapa permasalahan yang akan
dibahas dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana efisiensi Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steeldalam mengolah limbah cair industri?
2. Berapa Total Abatement Cost, Average Abatement Cost danMarginal Abatement Cost, Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel?
1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah:
2. Mengestimasi Total Abatement Cost, Average Abatement Cost danMarginal Abatement Cost, Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT.
Krakatau Steel
1.4Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam berbagai hal,
yaitu:
1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca mengenai
pengolahan lingkungan hidup terutama dampak pencemaran yang
ditimbulkan akibat semakin berkembangnya industri.
2. Memberikan informasi kepada pembaca mengenai pengolahan limbah cair
industri, biaya pengolahan limbah cair dan persepsi masyarakat terhadap
limbah cair.
3. Sebagai informasi yang digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan
pada penggunaan RTP CRM PT. Krakatau Steel dalam pengolahan limbah
cair.
4. Sebagai bahan rujukan bagi akademisi dan peneliti yang melakukan
penelitian mengenai topik yang terkait agar dapat memperbaiki kekurangan
dan kesalahan yang ada.
1.5Ruang Lingkup Penelitian
1. Penelitian ini dilakukan di RTP pabrik CRM PT. Krakatau Steel Cilegon
Banten
2. Penlitian ini hanya melihat empat parameter saja, yaitu parameter COD,
Temperatur, TDS dan TSS. Karena keempat parameter tersebut merupakan
parameter kunci dalam pengolahan limbah di RTP CRM.
3. Permasalahan teknis yang dibahas dalam penelitian ini hanya mengenai
evaluasi kemampuan RTP.
4. Permasalahan ekonomi yang dibahas dalam penelitian ini adalah estimasi
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1Pengaruh Limbah Industri Terhadap Lingkungan
Pencemaran industri adalah kegiatan industri yang menyebabkan penurunan
kualitas lingkungan karena masuknya zat-zat pencemar yang dihasilkan ke suatu
lingkungan. Dampak limbah industri terhadap lingkungan telah terbukti besar
pengaruhnya terhadap kesehatan manusia. Disamping menghasilkan limbah yang
dapat mencemari lingkungan bila tidak dikelola dengan baik, kegiatan industri
juga dapat menyebabkan timbulnya bau, bising, panas dan radiasi. Dampak
limbah industri cair terhadap lingkungan antara lain perubahan sistem ekologi,
perubahan sifat-sifat air dan kematian pada organisme akuatik (Supraptini, 2002).
2.2Efisiensi Pengendalian Limbah
Limbah adalah sisa dari kegiatan produksi, konsumsi maupun distribusi.
Limbah ini mau tidak mau harus dikembalikan ke dalam lingkungan alami.
Berhubung keberadaan limbah dalam lingkungan alami dapat mengurangi
pelayanan (service) yang dapat diberikan oleh lingkungan tersebut, maka alokasi faktor produksi yang optimal harus memperhitungkan limbah buangan itu sebagai
unsur dalam biaya produksi. Inilah yang dimaksud dengan memasukan biaya
eksternal menjadi biaya produksi. Alokasi limbah yang efisien akan ditentukan
oleh macam dan sifat limbah yang bersangkutan (Suparmoko, 2011).
2.3Peranan Sektor Industri terhadap Pembangunan Berwawasan
Lingkungan
Strategi dan kebijaksanaan lingkungan lebih diarahkan untuk sektor
produsen dan kadang tidak menguntungkan secara ekonomi, dukungan pelaku
ekonomi produsen adalah salah satu kunci utama dalam kesuksesan pembangunan
berwawasan lingkungan. Masalah lingkungan timbul karena aktifitas ekonomi
selama ini memperhitungkan biaya lingkungan atau sosial sebagai dampak dari
aktifitasnya. Limbah industri dan pertanian misalnya memberikan kontribusi
penting terhadap masalah lingkungan. Orientasi sektor ini dititikberatkan pada
orientasi ekonomi, sedangkan pencegahan masalah ekonomi membutuhkan biaya
yang tidak sedikit, maka agak sulit bagi industri untuk melaksanakan upaya
pengendalian lingkungan. Untuk memperlancar pelaksanaan perlu dibuat
terhadap polusi yang ditimbulkan, serta diterapkan sanksi yang berat jika terjadi
pelanggaran dan diperkenalkan mekanisme pasar atau instrumen ekonomi agar
memberikan hasil yang maksimal (Yakin, 1997)
2.4Eksternalitas
Hufschmidt (1987) mengemukakan bahwa dampak yang ditimbulkan oleh
industri terhadap lingkungan disebut dengan “dampak eksternal”. Dampak
eksternal timbul bila fungsi kegunaan (manfaat) atau produksi sesorang
tergantung pada kegiatan orang lain. Contoh eksternalitas adalah limbah yang
dibuang oleh industri makanan yang merugikan kesehatan masyarakat.
Eksternalitas muncul bila dampak terhadap lingkungan yang mengakibatkan biaya
dan manfaat sosial tidak dipertimbangkan oleh orang atau sekelompok orang yang
mengakibatkan dempak tersebut. Hal ini akan menyebabkan terjadinya kegagalan
pasar, kegagalan pasar terjadi karena pasar mengkomunikasikan keinginan secara
tepat dan keputusan individual yang berdasarkan informasi harga tidak
menimbulkan alokasi sumberdaya yang efisien (Fauzi, 2006). Peranan pemerintah
dalam mengatasi kegagalan pasar adalah dengan melakukan command and control yaitu dengan mengadakan regulasi dan menetapkan ambang batas pencemaran limbah yang diperbolehkan. Jika pemerintah tidak mengatasi
kegagalan pasar dengan beberapa kebijakan dan regulasi yang diterapkan maka
akan terjadi kegagalan pemerintah. Kegagalan pemerintah terjadi karena
pemerintah tidak dapat mengatasi kegagalan pasar setelah melakukan kebijakan
untuk mengatasi hal tersebut. Kegagalan pasar dapat menyebabkan sistem pasar
dan harga menjadi tidak efisien.
Sementara itu, Mangkoesobroto (1997), membagi eksternalitas atas
dampaknya menjadi dua, yaitu eksternalitas negatif dan eksternalitas positif.
Eksternalitas positif adalah dampak yang menguntungkan dari suatu tindakan
yang dilakukan oleh suatu pihak terhadap orang lain tanpa adanya kompensasi
dari pihak yang diuntungkan, sedangkan eksternalitas negatif apabila dampaknya
bagi oranglain yang tidak menerima kompensasi sifatnya merugikan. Contoh
eksternalitas negatif adalah limbah industri yang dibuang ke sungai dan
2.5Ekonomi Pencemaran
Pencemaran adalah masuknya aliran resdiual (residual flow) yang diakibatkan oleh perilaku manusia ke dalam sistem lingkungan. Redisual
merupakan bagian intrinsik atau bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas
ekonomi dan akan meningkat sejalan dengan peningkatan aktivitas
tersebut.Dalam perspektif ekonomi, pencemaran bukan saja dilihat dari hilangnya
nilai ekonomi sumberdaya akibat berkurangnya kemampuan sumberdaya secara
kualitas dan kuantitas untuk menyuplai barang dan jasa, namun juga dari dampak
pencemaran tersebut terhadap kesejahteraan masyarakat. Dampak residual
tersebut tidak secara eksplisit diakomodasikan dalam model produksi dan
konsumsi. Padahal, dengan mengabaikan dampak eksternalitas tersebut, bukan
saja syarat optimalitas produksi dan konsumsi tidak bisa terpenuhi, namun juga
mengabaikan biaya sosial yang sebenarnya harus ditanggung oleh masyarakat
(Fauzi, 2006).
Minimisasi limbah (waste minimization) yang digunakan di Indonesia adalah upaya mengurangi jumlah, konsentrasi, toksisitas dan tingkat bahaya
limbah yang berasal dari proses produksi atau kegaiatan dengan jalan reduksi
pada sumbernya dan pemanfaatan limbah (Bapedal, 1992). Beberapa cara untuk
minimisasi limbah yaitu :
1. Reduksi pada sumbernya (source reduction) dilakukan dengan cara memilih bahan baku yang relatif aman, melakukan pengolahan bahan dan modifikasi
bahan.
2. Reuseatau penggunaan kembali. Penggunaan kembali adalah pemanfaatan limbah dengan menggunakan kembali untuk keperluan yang sama, tanpa
mengalami pengolahan ataupun perubahan bentuk.
3. Recycle atau daur ulang. Daur ulang adalah pemanfaatan kembali limbah melalui pengolahan secara fisik, kimiawi untuk menghasilkan produk yang
sama atau produk lain.
4. Perolehan kembali adalah upaya pemanfaatan limbah dengan memprosesnya
guna memperoleh kembali salah satu atau lebih komponen yang terkandung
didalamnya. Contohnya limbah yang mengandung logam berharga, misalnya
Proses minimisasi limbah industri bertujuan untuk memperbaiki kualitas
lingkungan dan memperbaiki keuntungan ekonomi antara lain :
1. Mengurangi biaya investasi atau modal dan biaya operasi untuk pengolahan
limbah yang dilakukan di perusahaan yang bersangkutan.
2. Mengurangi biaya penanggulangan kerusakan lingkungan.
3. Mengurangi biaya biaya transportasi untuk pengolahan limbah diluar fasilitas
IPAL.
4. Menjamin kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat karena terhindar dari
kerugian yang ditimbulkan dari limbah.
Limbah merupakan eksternalitas negatif dari adanya suatu produksi atau
kegiatan, limbah dapat diminimisasi dengan suatu pengolahan yang membutuhkan
biaya. Biaya yang dikeluarkan untuk mengurangi eksternalitas negatif atau
mengkompensasi kerusakan lingkungan yang mungkin terjadi disebut dengan
External Cost. Biaya tersebut adalah biaya diluar biaya swasta (Private Cost) yang digunakan dalam menjalankan usaha. Dengan kata lain, keseluruhan biaya
yang dikeluarkan oleh suatu unit usaha yang mencakup biaya eksternal disebut
dengan biaya sosial (Sosial Cost). Besarnya biaya akan berubah sejalan dengan adanya perubahan aktivitas produksi dari suatu unit usaha. Perubahan biaya
tersebut adalah biaya marjinal.
Gambar 2.1 Ilustrasi Besar Biaya Sosial Marjinal dan Biaya Privat Marjinal.
Sumber : Modul Kuliah Ekonomi Lingkungan Departemen ESL (Eka, et.al, 2010)
Sesuai dengan konsep biaya sosial yang lebih besar dari biaya swasta, besar
Marginal Sosial Cost (MSC) juga lebih besar daripada Marginal Private Cost
(MPC) karena merupakan penambahan MPC dengan MEC (Marginal External Cost).
Jumlah Produksi Rp MSC = MPC + MEC
2.6Biaya Penanggulangan Cemaran
Biaya penanggulangan cemaran merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk mengurangi volume limbah yang dibuang ke lingkungan, atau untuk
memperkecil konsentrasi ambien. Misalnya dalam hal industri bubur kayu (pulp). Dalam kegiatannya yang normal, pabrik ini membuang limbah dalam bentuk
limbah organik dengan asumsi pabrik tersebut secara bebas mempunyai akses ke
sungai, maka cara cepat dan termurah adalah membuang limbah tersebut ke
sungai.
Namun dalam masa sekarang ini banyak perusahaan besar yang sudah
menggunakan manajemen teknologi pengolahan limbah untuk mengurangi
bunagan limbahnya. Biaya kegiatan pengolahan limbah dan manajemennya
disebut dengan biaya penanggulangan limbah (abatement cost). Biaya penanggulangan ini akan berbeda dari jenis limbahnya yang satu ke jenis limbah
yang lain, ataupun antara jenis teknologi yang satu dengan jenis teknologi yang
lainya meskipun jenis limbahnya sama. Penanggulangan limbah mencakup semua
jenis kegiatan seperti perubahan teknologi produksi, penggantian masukan atau
bahan mentah (input), pendaur ulangan limbah, pengolahan limbah dan memindah
lokasi penampungan untuk limbah. Lebih jelasnya akan dilukiskan hubungan
antara volume limbah (pencemar) dan jumlah rupiah atau dolar sebagai nilai biaya
penanggulangan limbah. Dalam gambar 2.2 dilukiskan pada sumbu horizontal
volume limbah yang terbuang dan pada sumbu vertikal jumlah rupiah yang
dikeluarkan (Suparmoko, 2011)
Gambar 2.2 Biaya Penanggulangan Cemaran Marginal
Sumber : Ekonomika Lingkungan (Suparmoko, 2011)
Rp BPM 0 BPM 1
Seperti biasa akan digunakan kurva biaya penanggulangan marginal yaitu
tambahan biaya untuk mengurangi satu unit volume cemaran. Pada sumbu
horizontal kurva biaya penanggulangan cemaran dimulai dari tingkat emisi yang
tidak terkendalikan, yaitu tingkat emisi sebelum ada kegiatan penaggulangan
cemaran sama sekali. Oleh karena itu kurva ini miring dari kanan ke kiri atas yang
menggambarkan peningkatan biaya marginal penanggulangan cemaran.
Pada umunya dengan penemuan teknologi baru akan menekan biaya
penanggulangan cemaran. Oleh karena itu akan dapat dihitung berapa perubahan
biaya penanggulangan cemaran apabila terjadi penemuan teknologi baru yang
mengurangi cemaran seperti pada teknologi pengolahan air limbah (IPAL).
Analisis semacam ini akan penting artinya pada saat kita meneliti berbagai macam
kebijakan penanggulangan cemaran. Perlu dipertimbangkan pula adakah teknologi
itu memberikan insentif dalam bentuk pengurangan biaya pengolahan limbah
sehingga mendorong perusahaan atau pemerintah mengembangkan penelitian
guna mendapatkan teknologi baru baik dalam pengolahan limbah industri maupun
limbah rumah tangga (Suparmoko, 2011).
Menurut Kristanto 2004, biaya pengendalian dan penanggulangan pencemaran
terdiri dari:
1.Biaya pengadaan lokasi
2.Biaya pengadaan pearalatan
3.Biaya tenaga listrik dan tenaga kerja
4.Biaya bahan penolong
5.Biaya pemeliharaan
6.Biaya instalasi, bangunan dan trasnportasi
2.7Abatement Cost
Menurut eka, et.al, (2010) Abatement Cost merupakan biayapengurangan jumlah limbah yang dibuang ke lingkungan melalui pengurangan konsentrasi
ambient, sebagai contoh: perusahaan umumnya memiliki upaya teknis dan manajerial untuk mengurangi daya cemar limbah. Besarnya biaya akan
berbeda-beda sesuai dengan banyaknya limbah, jenis limbah dan teknis pengolahan
dalam teknologi produksi, penggantian input, pengolahan ulang limbah,
perawatan dan sebagainya.
Pemahaman Marginal Abatement Cost (MAC) dalam beberapa literatur lebih mudah digunakan daripada Abatement Cost. Sumbu horizontal menunjukkan jumlah effluent sedangkan sumbu vertikal menunjukkan nilai moneter. MAC pencemaran menggambarkan biaya tambahan untuk mencapai pengurangan
tingkat pencemaran sebanyak satu satuan atau bisa juga dilihat sebagai biaya yang
dihemat ketika pencemaran meningkat sebesar satu satuan. Tingkat biaya yang
ditanggung ketika melaksanakan berbagai kegiatan tergantung pada teknologi
yang tersedia untuk melaksanakan kegiatan itu dan kemampuan manajerial yang
diterapkan. Secara umum grafik melandai ke kiri, menggambarkan kenaikan
MAC.
Gambar 2.3. Representasi MarginalAbatement Cost Function
Sumber : Field, B. C. 1994. Enviromental Economics : An Introductory. Mc Grow-Hill, Inc. Singapura (dalam Eka, et. al, 2010)
• Grafik (a) menggambarkan MAC yang meningkat perlahan seiring dimulainya pengurangan limbah lalu kemudian meningkat sangat cepat
seiring dengan jumlah limbah yang relatif semakin sedikit.
• Gambar (b) menggambarkan MAC yang meningkat semakin tajam sejak awal • Gambar (c) menggambarkan kurva MAC yang mengandung tahap penuruna
awal diikuti oleh peningkatan nilai.
Marginal abatement cost dimulai pada tingkat limbah e (tingkat limbah yang tak terkendalikan), seiring pengurangan tingkat limbah, biaya marjinal untuk
mencapai pengurangan selanjutnya akan semakin meningka. Semakin luas
pengurangan limbah semakin besar biaya marjinal untuk menghasilkan
Rp Rp Rp
Effluent Effluent
Effluent
a b
pengurangan selanjutnya. Hal ini menghasilkan MAC yang semakin tajam seiring
pengurangan limbah.
Ada batas tertinggi bagi abatement cost ini. Pilihan ekstrim untuk sebuah cabang atau sumber limbah adalah dengan menghentikan kegiatannya sehingga
akan menghasilkan limbah sama dengan nol (0). Biaya pelaksanaan kegiatannya
tergantung pada kondisi yang dihadapi. Jika sumbernya hanya sebuah unit dari
industri besar yang terdiri dari banyak unit, biaya untuk penutupan unit tersebut
tidak akan begitu besar dan pengaruhnya akan kecil. Sebaliknya, jika kita
berbicara tentang biaya perbaikan marjinal untuk keseluruhan industri produksi
energi listrik di Amerika Tengah misalnya pilihan penghentian produksi dan
untuk mencapai tingkat limbah sama dengan nol akan mengandung biaya yang
besar. Analisis Marginal Abatement Cost (MAC) ini penting ketika kita mempelajari berbagai jenis kebijakan pengendalian pencemaran dan dampak yang
diakibatkan karena pencemaran lingkungan dan polusi.
Gambar 2.4 Anantomi Marginal Abatement Cost Curve.
Sumber : Field, B. C. 1994. Enviromental Economics : An Introductory. Mc Grow-Hill, Inc. Singapura (dalam eka, et. al, 2010)
Faktor-faktor yang membedakan MAC2 dan MAC1 adalah :
1. MAC2 dan MAC1 berhubungan dengan effluent dan sumber yang sama, namun periode waktu yang berbeda. Gambar yang lebih rendah
menggambarkan situasi setelah dikembangkan teknologi pengendalian
pencemaran baru.
2. Sebelum perusahaan mengadopsi teknologi baru, Total Abatement Cost
(TAC) mencapai tingkat e = (a + b) per tahun, sedangkan setelah perubahan
3. Nilai penghematan tahunan yang didapat dari perubahan teknologi sebesar a.
Agregat Marginal Abatement Cost
Umumnya kebijakan lingkungan (tingkat Negara), bertujuan untuk
mengendalikan pencemaran dari sejumlah sumber polusi, bukan hanya satu
sumber saja. Fungsi Agregat MAC untuk sekelompok perusahaan diperoleh
dengan menggabungkan kurva MAC masing-maasing. Konsep dasar dari
abatement cost ini menunjukkan pembiayaan minimal dalam mencapai pengurangan pencemaran bagi sebuah perusahaan jika terfokus pada fungsi MAC
tunggal, atau untuk sejumlah sumber effluent jika kita tertarik pada agregat fungsi MAC.
Gambar 2.5 Agregat Abatement Cost
Sumber : Field, B. C. 1994. Enviromental Economics : An Introductory. Mc Grow-Hill, Inc. Singapura (dalam eka, et.al, 2010)
Gambar 2.4 menunjukkan dua fungsi MAC tunggal yang diberi nama
sumber A dan sumber B, dimana sumber B adalah tempat yang lebih modern
dengan alternatif teknologi pengendalian pencemaran yang lebih fleksibel.
Agregat kurva MAC merupakan penggabungan dari kedua hubungan tunggal ini.
Permasalahannya adalah ketika ada dua sumber dengan abatement cost yang berbeda maka biaya totalnya akan tergantung pada bagaimana mengalokasikan
total pencemaran pada berbagai sumber yang berbeda tersebut. Cara tepat untuk
melakukannya adalah dengan menggabungkan keduanya secara horizontal.
Rp/mg Rp/mg Rp/mg
Emisi A (ton/mg)
(a) (b) (c)
Emisi B (ton/mg)
2.8Penelitian Terdahulu
Septiviani (2009) meneliti tentang penetapan pajak lingkungan industri
tekstil (studi kasus PT. Unitex, Bogor). Tujuan dari penelitian tersebut adalah
mengestimasi tambahan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mengurangi
satu-satuan konsentrasi parameter limbah cair (MAC/Marginal Abatement Cost).
Mengestimasi tambahan biaya kerusakan yang diterima masyarakat akibat
pencemaran air sungai (MD/Marginal Damage). Mengestimasi nilai pajak lingkungan yang optimal terhadap pencemaran limbah cair industri tekstil
berdasarkan Polluter Pays Principle. Untuk mengestimasi MAC (Marginal Abatement Cost) dilakukan pendekatan dengan menggunakan biaya rata-rata (Average Cost Principle/ACP). Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa penetapan pajak lingkungan merupakan pertemuan antara titik MAC dan MD.
Nilai MAC dihasilkan dari outlet limbah cair yang dihasilkan dan besarnya biaya pengolahan limbah cair, semakin besar nilai outlet maka semakin besar pajak lingkungan yang ditanggung oleh perusahaan. Sedangkan nilai MD dihasilkan
dari pengaruh faktor-faktor seperti pendidikan dan jarak temapt tinggal
Damayanti (2009), penelitian yang berjudul “Analisis Penentapan Nilai
Pajak Lingkungan Industri Kertas (Studi Kasus: PT Aspex Kumbong, Kecamatan
Cileungsi, Kabupaten Bogor). Tujuan penelitian ini mengestimasi besarnya biaya
tambahan yangdikeluarkan oleh perusahaan kertas untuk mengurangi kadar
pencemaran padasetiap parameter pencemar dan merumuskan persamaan
tambahan tersebut, mengestimasi besarnya tambahan kerusakan yang diterima
oleh masyarakat akibatpencemaran air yang disebabkan oleh limbah cair industri
kertas dan merumuskanfungsi dari tambahan kerusakan tersebut, mengestimasi
besarnya pajaklingkungan yang dibebankan kepada industri kertas berdasarkan
polluter paysprinciple.
Djunaedi (2007), melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
efektivitas IPAL dalam mengolah limbah cair, hubungan kinerja pengelolaan
limbah dengan kualitas limbah rumah sakit meramalkan parameter-parameter
limbah yang harus dipantau dalam masa yang akan datang. Metode yang
rumah sakit kelas A, B,C dan D di Jakarta bervariasi dan secara umum tidak
efektif dalam menurunkan parameter pencemar. Terdapat hubungan ratio antara
kinerja rumah sakit dengan parameter limbah. Beberapa rumah sakit tidak efektif
terhadap penurunan parameter BOD, COD, padatan tersuspensi, amonia dan
III. KERANGKA PEMIKIRAN
Perkembangan sektor industri selain memeberikan dampak positif bagi
perekonomian nasional juga membawa dampaknegatif terhadap kondisi
lingkungan. Dampak positif perkembangan industri antara lain membuka
lapangan pekerjaan, meningkatkan devisa negara, serta menyumbang terhadap
pendapatan nasional. Perkembangan sektor industri juga memberikan dampak
negatif yang tidak bisa dihindari yaitu menimbulkan pencemaran karena dalam
setiap proses produksinya menghasilkan limbah yang dapat menyebabkan
terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Perkembangan kondisi dan kualitas
lingkungan di Indonesia yang semakin memperhatikan karena kerusakan
lingkungan semakin parah diikuti dengan pembuangan limbah secara terus
menerus maka akan menimbulkan pencemaran.
Penelitian ini bermula dari permasalahan yang sering terjadi dalam
pengolahan limbah, yaitu permasalahan yang akan timbul apabila limbah tidak
dikelola dengan baik dan tepat. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem
pengolahan limbah. Awal dari penelitian deskriptif ini adalah menganalisis
efisiensi dari pengolahan limbah cair dengan menggunakan sistem pengolahan
limbah. Efisiensi kinerja RTP secara keseluruhan dapat digambarkan dengan
membandingkan kualitas limbah setelah dilakukan pengolahan (Outlet) dengan sebelum dilakukan pengolahan (Inlet). Selain itu, uji-t juga digunakan dalam membandingkan nilai inlet dan outlet serta pencapaian nilai outlet terhadap standar baku mutu pada masing-masing parameter.
Optimalisasi pengolahan limbah perlu memperhatikan keseluruhan biaya
pengolahan yang nantinya dapat dijadikan pertimbangan dalam penetapan biaya
lingkungan. Penelitian ini juga dibahas mengenai biaya yang dikeluarkan
perusahaan dalam mengurangi tingkat pencemar yang ada dalam limbah cair tiap
parameter dan volume limbah cair.
Secara umum, kualitas limbah dapat dipengaruhi oleh aspek-aspek penting
dalam kinerja pengolahan limbah, baik dari sisi performa SDM maupun
kemampuan teknologi atau faktor lain yang mempenagruhi seperti faktor biaya.
Hal tersebut akan dianalisis dengan melihat seberapa besar pengaruh aspek-aspek
faktor biaya yang dapat mengalami perubahan dan penelitian ini lebih
menekankan sudut pandang ekonomi, maka analisis hanya mengamati pengaruh
biaya terhadap kinerja RTP yang ditujukan dengan konsentrasi dan volume
limbah yang dihasilkan.. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi feedback
kepada perusahaan untuk pengelolaan lingkungan. Secara grafis, alur pemikiran
Gambar 3.1 Diagram Alur Kerangka Pemikiran
Keterangan :
= Tidak termasuk aspek penelitian
Industri
Limbah Industri
Limbah Padat Limbah Cair
Sistem Pengolahan Limbah Cair
Kualitas Limbah Cair
Efisiensi pengolahan limbah cair
Average Cost dan Regresi Linear Sederhana Deskriptif Kuantitatif,
Uji Statistik (Uji-t)
Rekomendasi
Total Abatement Cost, Average Abatement Cost danMarginal
IV. METODE PENELITIAN
4.1Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PT. Krakatau Steel Cilegon-Banten. Lokasi
ini dipilih secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa perusahaan ini menghasilkan limbah cair. Selain itu, PT Krakatau Steel dalam
upaya pengolahan limbah cairnya sudah dilengkapi dengan sarana IPAL. Waktu
pengambilan data dilaksanakan pada bulan Maret 2015 hingga April 2015.
4.2Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data
sekunder yang dikumpulkan berupa: data pengujian limbah cair tahun 2012-2014,
data biaya pengolahan limbah cair, data baku mutu limbah cair, kondisi umum
perusahaan. Data sekunder diperoleh dengan melakukan wawancara dan
pengambilan data sekunder di RTP CRM, sumber data lain diperoleh dari BLHD
Cilegon, dinas perindustrian dan Badan Pusat Statistik.
4.3Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan dengan mempelajari pengolahan limbah cair RTP.
Pokok utama yang diteliti dalam penelitian ini adalah pengolahan limbah cair
secara keseluruhan dan biaya pengolahan limbah. Mengenai RTP, data diambil
dengan menggunakan datasekunder dari analisis laboratorium Health, Safety and EnvironmentPT. Krakatau Steel terhadap inlet dan outlet limbah cair, sedangkan data biaya pengolahan limbah cair diperoleh dari jumlah pemakaian bahan baku
atau listrik dikalikan dengan harga. Teknik wawancara secara mendalam dengan
RTP CRM dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas.
4.4Metode Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini dilakukan dengan mempelajari pengolahan limbah cair.
Pokok utama yang diteliti adalah pengolahan limbah cair dan abatement cost. Data hasil uji laboratorium limbah cair yang digunakan adalah inlet dan outlet.
Data tersebut berupa data sekunder yang ada di perusahaan. Data dan informasi
yang diperoleh dalam penelitian akan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif.
Pada tabel dibawah ini akan diuraikan matriks analisis yang digunakan untuk
Tabel 4.1 Matriks Keterkaitan Antara Tujuan Penelitian, Metode Pengumpulan
Data dan Analisis Data.
No. Tujuan Penelitian Alat analisis Jenis data Sumber
1. Menganalisis efisiensi IPAL dalam mengolah limbah cair Reject Treatment Plant (RTP)
Cold Rolling Mill
2. Mengestimasi Total Abatement Cost, Average Abatement Cost danMarginal Abatement Cost
Treatment Plant (RTP)
Cold Rolling Mill
4.4.1 Analisis Efisiensi Pengolahan Limbah Cair Reject Treatment Plant
(RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel
Kemampuan fisik RTPakan dianalisis dalam mengolah limbah cair yang
dihasilkan berdasarkan kualitas limbah cair. Hasil dalam tahap ini diharapkan
dapat dijadikan acuan dalam meningkatkan pengolahan RTP di kemudian hari.
Selain itu, nilai efisiensi juga dapat dijadikan bahan pembandingan terhadap
keseluruhan biaya yang telah dikeluarkan untuk mengolah limbah cair.
Kemampuan RTP dievaluasi dengan membandingkan kualitas setiap
parameter limbah sebelum (inlet) dan sesudah masuk IPAL (outlet) menggunakan uji-t pada taraf nyata lima persen. Beban IPAL dihitung berdasrkan tingkat
efisiensi, beban pencemaran, dan pencapaian baku mutu limbah cair yang
berpedoman pada metode yang dikemukakan oleh Soeparman dan Suparmin
(2001).
Efisiensi = parameter ����� −parameter ������
Tingkat efisiensi pengolahan limbah cair dikelompokan sebagai berikut :
- Sangat efisien : x >80 %
- Efisien : 60% < x≤80 % - Cukup efisien : 40% < x≤60 % - Kurang efisien : 20% < x≤ 40 % - Tidak efisien : x ≤20 %
Sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 03 Tahun
1998 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri jumlah Beban
Pencemar Aktual (BPA) tidak boleh melebihi jumlah Beban Pencemar
Maksimum (BPM). Beban pencemar maksimum adalah beban pencemar tertinggi
yang masih diperbolehkan dibuang ke lingkungan. Beban pencemar aktual adalah
beban pencemar yang dalam debit limbah cair yang dihasilkan.
Beban Pencemar Aktual (BPA) dapat dihitung dengan :
BPA = (������x DA) x F ... (2) Dimana :
BPA = Beban Pencemar Aktual (kg)
DA = Debit air limbah (m³/hari)
F = Faktor konversi (1.000 L/M³ x 1 Kg/ 1.000.000 Mg = 1/1.000)
Sedangkan untuk menghitung Beban Pencemar Maksimum yaitu :
BPA = (BM X DA) X F ... (3)
Dimana :
BM = Baku Mutu (kg)
DA = Debit air limbah (m³/hari)
F = Faktor konversi (1.000 L/M³ x 1 Kg/ 1.000.000 Mg = 1/1.000)
Penggunaan uji-t pada penelitian ini dimaksudkan untuk membandingkan
nilai rataan baku mutu limbah dengan dua perlakuan, yaitu tanpa pengolahan
(memakai nilai inlet) dan dengan pengolahan (memakai nilai outlet). Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah adanya pengolahan nilai outlet akan berada
dibawah nilai inlet. Uji-t dilakukan dengan menggunakan statistik t-paired pada
software Minitab 14.
Notasi yang digunakan artinya :
Penetuan �0 dan �1 untuk setiap parameter : H0 ∶ �1 = �2
H1 ∶ �1 >�2 jika �ℎ�� > �� (Walpole, 1995) Dimana :
�1 : nilai rataan parameter tanpa perlakuan �2 : nilai rataan parameter dengan perlakuan.
Selain membandingkan nilai rataan baku mutu limbah pada inlet dan pada
outlet. Pada penelitian ini dilakukan pula pengujian nilai tengah untuk mengetahui apakah hasil pengolahan limbah memenuhi standar baku mutu yang telah
disyaratkan. Data yang digunakan dalam pengujian ini adalah sama dengan
pengujian statustik sebelumnya. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah nilai
outlet masing-masing parameter berada dibawah standar baku mutunya. Uji statistik yang digunakan adalah 1-sample t pada software Minitab 14.
�� : merupakan nilai outlet parameter n.
Penentuan H0 dan H1 untuk setiap parameter akan ditunjukan pada Tabel
4.2 dimana hipotesis setiap parameter disesuaikan dengan standar bakumutu
masing-masing parameter.
Tabel 4.2 Penentuan H0 dan H1 untuk Uji Nilai Tengah Pencapaian Standar Baku
Mutu Masing-masing Parameter.
Hipotesis COD Temperatur TDS TSS
H� μ>300 μ>40 μ>4000 μ>400 H� μ< 300 μ< 40 μ< 4000 μ< 400
4.4.2 Analisis Marginal Abatement Cost, Average Abatement Cost dan Total
Abatement CostReject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM)
PT. Krakatau Steel
Tujuan dari analisis marginal abatement cost, average abatement cost dan total abatement cost adalah untuk mengetahui besarnya biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mengurangi tingkat pencemar yang ada dalam limbah cair
sebesar satu-satuan. Untuk mengestimasi nilai AAC yang dikeluarkan oleh
perusahaan dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan pendekatan biaya
dihitung dengan menjumlahkan seluruh biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
menurunkan tingkat pencemar yang ada dalam limbah cair:
AAC =
TCE ... (4)
Dimana :
AAC = Average Abatement Cost (Rp) TC = Total cost (Rp)
E = Effluent (mg/l)
Secara umum besarnya marginal abatement cost merupakan turunan dari total abatement cost terhadap konsentrasi limbah cair, MAC dapat diketahui
dengan menggunakan rumus :
���
=
����� ... (5)
Dimana :
MAC = Marginal Abatement Cost (Rp/mg/l) TC = Total Cost (Rp)
E = Besarnya Effluent (mg/l)
Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel
bebas (�� = penurunan konsentrasi parameter n dari limbah cair) terhadap variabel tak bebas (�� = biaya penurunan per satuan parameter n). Suatu variabel yang bersifat tak bebas (Y) dapat dipengaruhi oleh variabel lain yang bersifat
bebas. Konsep regresi dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh
varibel bebas terhadap variabel tak bebas. Alat analisis yang digunakan adalah
oregresi linear sederhana. Persamaan regresinya adalah:
��= a + b�� ... (6) Keterangan :
Yn= biaya penurunan per satuan parameter n (Rp)
Xn= nilai penurunan konsentrasi parameter n
a = intersep (bilangan konstanta)
b = koefisien variabel x atau gradien
Data yang diambil dalam analisis ini adalah data series selama 36 bulan,
tersebut diolah dengan menggunakan keseluruhan data biaya pengolahan RTP dan
data uji laboraturium inlet dan outlet pada bulan Januari 2012 sampai dengan Desember 2014. Parameter limbah yang diamati yaitu COD, temperatur, TDS dan
V.Gambaran Umum
5.1Sejarah Singkat PT. Krakatau Steel
PT. Krakatau Steel didirikan pada tanggal 31 Agustus 1970, bertepatan
dengan dikeluarkannya peraturan pemerintah RI No. 35 tahun 1970 tentang
penyertaan modal Negara Republik Indonesia untuk pendirian perusahaan
perseroan PT. Krakatau Steel. Pemabangunan industri baja ini dimulai dengan
memanfaatkan sisa peralatan Proyek Baja Trikora, yakni untuk Pabrik Kawat
Baja, Pabrik Baja Tulangan dan Pabrik Baja Profil. Pabrik-pabrik ini diresmikan
penggunaannya oleh Presiden Republik Indonesia pada tahun 1977.
Pada tahun 1979 dilangsungkan peresmian penggunaan fasilitas-fasilitas
produksi seperti Pabrik Besi Spons dengan kapasitas 1,5 juta ton/tahun, pabrik
Billet Baja dengan kapasitas 500.000 ton/tahun, pabrik Batang Kawat dengan
kapasitas 220.000 ton/tahun serta fasilitas infrastruktur berupa Pembangkit Listrik
Tenaga Uap (PLTU) 400 MW, pusat penjernih air, pelabuhan Cigading serta
sistem telekomunikasi.
PT. Krakatau Steel merupakan industri baja terpadu yang ada di Indonesia,
kapasitas produksi total pabrik ini sebesar 2.5 juta ton baja kasar (Crude Steel) per tahun. Dalam kegiatan proses produksi di PT. Krakatau Steel terdapat tiga
tahapan, yaitu pengolahan biji besi (Iron Making), pengolahan baja (SteelMaking) dan pengerolan (Rolling Making).
5.1.1 Lokasi dan Tata Letak PT. Krakatau Steel
PT. Krakatau Steel memiliki luas keseluruhan 350 ha. PT. Krakatau Steel
terletak di kawasan industri Krakatau, tepatnya di jalan industri No. 05 PO BOX
14, Cilegon 42435. Kantor pusat PT. Krakatau Steel terletak di Wisma Baja, Jl.
Gatot Subroto kav. 54, Jakarta. Adapun yang menjadi pertimbangan pemilihan
lokasi pabrik adalah:
a. Dekat dengan laut sehingga dapat memudahkan pengangkutan bahan baku
dan produk dengan menggunakan kapal.
b. Dekat dengan daerah pemasaran.
c. Tanah yang tersedia untuk pabrik cukup luas.
d. Sumber air cukup memadai untuk pabrik.
Berdasarkan arah mata angin, PT. Krakatau Steel dibatasi oleh :
a. Arah utara berbatasan dengan kawasan industri Krakatau
b. Arah selatan berbatasan dengan jalan raya Anyer.
c. Arah barat berbatasan dengan Selat Sunda.
d. Arah timur berbatasan dengan kawasan industri Krakatau.
5.1.2 Unit-Unit Produksi PT. Krakatau Steel
PT Krakatau Steel sebagai pabrik baja terpadu memiliki unit-unit yang
saling mendukung, yaitu:
a. Pabrik Besi Spons ( Direct Reduction Plant)
Unit ini merupakan suatu pabrik yang menangani suatu proses pengolahan
biji besi/pellet menjadi besi spons. Besi spons merupakan bahan baku mentah
untuk membuat baja, bentuk dari biji besi spons tersebut seperti butiran-butiran
kelereng, dimana butiran atau biji besi tersebut diproses reduksi secara langsung
(DirectReduction).
b. Pabrik Slab Baja ( Slab Steel Plant/SSP )
Pabrik slab baja merupakan pabrik untuk tempat peleburan besi dimana
pabrik slab baja ini terdiri dari dua buah pabrik, yaituSlab Steel Plant Imerupakan Bagian pabrik yang mencetak masih dalam bentuk baja batangan dan Slab Steel Plant IImerupakan Bagian pabrik yang mencetak masih dalam bentuk baja lembaran.
Besi spons diisikan di dalam dapur listrik dengan menggunakan continous feeding, selain spons dapur listrik juga diisi dengan scrap atau besi tua dan batu
kapur secukupnya kemudian bahan tersebut dilebur menjadi baja cair yang masih
berbentuk batangan/lembaran-lembaran besi yang belum diolah dengan
membutuhkan panas yang sangat tinggi mencapai titik didih 1650°C. Sumber
panasnya berasal dari energi listrik yang dialirkan melalui elektroda listrik yang
membara. Kapasitas produksi terpasang yaitu sekitar 1.000.000 ton/tahun.
Perlengkapan utama pada pabrik slab baja ini yaitu: 4 buah dapur listrik yang masing-masing berkapasitas 120 ton baja cair dan 2 buah mesin kontiniu
a. Pabrik Billet Baja ( Billet Steel Plant/BSP)
Billet Steel Plant (BSP) meerupakan pabrik yang menghasilkan lempengan
baja dengan bahan baku utamnya yaitu scrap, besi spons, dan batu kapur. Semua bahan baku tersebut dimasukkan dalam ruangan dapur listrik untuk pengolahan
dan kemudian dicetak menjadi lempengan baja. Dengan kapasitas produksi
500.000 ton/tahun. Ukuran dari hasil billet baja tersebut yaitu: panjang: 6m, 10m,
dan 12m. Dengan penampang : 100 x 100mm, 110 x 110mm, dan 120 x 120mm.
Proses pembuatan baja pada pabrik ini hampir sama dengan proses pabrik
Slab Steel Plant perbedaanya hanya terletak pada bentuk cetakan. Hasil pabrik ini juga dapat digunakan oleh pabrik wire rod sebagai bahan baku. Sedangkan untuk perlengkapan utama dari pabrik ini yaitu: tersedia 4 buah dapur listrik dan 4 buah
mesin tuang continue.
b. Pabrik Baja Lembaran Panas ( Hot Strip Mill/HSM )
Pabrik Hot Strip Mill (HSM) merupakan bagian pabrik untuk mengukur ketebalan dari lembaran-lembaran baja. Dengan menggunakan alat overhead crane, slab dibersihkan terlebih dahulu dengan rollertable dan siap untuk dimasukkan ke furnace dengan menggunakan slab pusher.
Di dalam furnace dipanaskan dengan temperatur mencapai sekitar 1300°C. Setelah itu slab tersebut dikirim ke roughing stand dirol untuk menipiskan ketebalan 200mm menjadi 20-40mm. Pada finishing stand dirol kembali untuk mendapatkan ketebalan ukuran yang direncanakan tergantung dari permintaan
konsumen.
c. Pabrik Baja Dingin ( Cold Rolling Mill/CRM )
Cold Rolling Mill (CRM) merupakan suatu pabrik yang mengolah lembaran baja dari hasil yang telah ditipiskan sebelumnya oleh pabrik Hot Strip Mill (HSM). Kemudian hasil dari pabrik HSM ditipiskan kembali melalui proses pendinginan pada tandem Cold Reduction Mill sampai 92% dari hasil ketebalan sebelumnya. Sebelum melakukan penipisan lembaran baja tersebut harus
dibersihkan terlebih dahulu ke dalam tangki yang berisi HCl. Kemudian
d. Pabrik Batang Kawat ( Wire Rod Mill/WRM )
Pabrik Wire Rod Mill (WRM) adalah sebuah pabrik yang memproses batangan kawat baja. Produk-produk pabrik batang kawat juga merupakan bahan
baku dari pabrik-pabrik seperti mur dan baut, kawat las, kawat paku, tali baja, dan
lain sebagainya. Dengan melakukan penimbangan, pencatatan, dan pemeriksaan
secara visual serta pengaturan posisi, billet siap dimasukkan ke dalam furnace
dimana billet tersebut dipanaskan dengan temperatur 1200°C. Pengeluaran billet
didorong dengan alat yang disebut billet injector. Kemudian setelah billet
didinginkan dengan air, maka billet siap untuk digulung loop plyer.
5.1.3 Kepegawaian dan Jam Kerja
Tenaga kerja yang bekerja di PT. Krakatau Steel, berdasarkan statusnya
digolongakan menjadi dua golongan yaitu:
a. Tenaga Kerja Organik
Tenga kerja organik merupakan karyawan tetap yang diangkat karena telah
memenuhi kriteria direksi, yang bertugas melaksanakan pekerjaan yang diberikan
dalam jangka panjang dan berstatus karyawan BUMN, yang termasuk karyawan
ini adalah tenaga staf dan kayawan biasa.
b. Tenaga Kerja Non-Organik
Tenaga kerja non-organik merupakan karyawan yang diangkat dalam waktu
tertentu yang terdiri dari karyawan lepas dan karyawan honorer. Tenaga kerja
non-organik yang ada saat ini disediakan oleh labour supply sesuai dengan jenis
pekerjaan dan jangka waktu tertentu antara PT. Krakatau Steel dengan labour supply itu sendiri.
PT. Krakatau Steel bekerja secara kontiyu selama 24 jam sehari sehingga
jadwal karyawan dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
a. Karyawan Non-Shift
Waktu kerja per hari di PT KS adalah 8 jam atau 40 jam per minggunya,
dengan waktu istirahat selama 60 menit.Waktu kerja karyawan non shift dari senin s/d jumat, masuk mulai pukul 08.00 hingga pukul 16.30, dengan waktu istirahat
pukul 12.00 s/d 13.00.kecuali pada hari Jumat karyawan masuk mulai pukul 09.30
b. Karyawan Shift
Karyawan shift bekerja secara shift dan masing-masing shift bekerja selama
8 jam. Sistem kerja dilakukan dalam 4 grup shift, dengan ketentuan 3 hari 3 grup
shift masuk dan 1 grup lain libur. Sistem pembagian shift adalah sebagai berikut :
a. Shift 1 bekerja pukul 06.00 s/d 14.00 WIB
b. Shift 2 bekerja pukul 14.00 s/d 22.00 WIB
c. Shift 3 bekerja pukul 22.00 s/d 06.00 WIB
5.1.4 Struktur Organisasi
PT. Krakatau Steel merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
dikelola oleh badan pengelola industri yang bernaung dibawah menteri BUMN.
Dalam struktur organisasi PT. Krakatau Steel direktur utama merupakan posisi
tertinggi dan diangkat langsung oleh menteri perindustrian. Direktur utama
membawahi kepala direktorat yaitu :
a. Direktorat Perencanan dan Teknologi
Bertugas merencanakan, melaksanakan, mengembangkan, dan
mengevaluasi usaha, pengolahan data, pengadaan sarana dan prasarana penunjang
kawasan industri dan masalah konstruksi serta menangani masalah–masalah yang
berkaitan dengan teknologi, baik bersifat jangka panjang, permasalahan sehari–
hari dan yang tidak terselesaikan dan masalah–masalah lintas sektoral.
b. Direktorat Produksi
Bertugas merencanaan, melaksanakan, dan mengembangkan kebijaksanaan
di bidang pengoperasian dan perawatan sarana produksi, metalurgi, dan
koordinasi produksi.
c. Direktorat SDM
Bertugas merencanakan, merumuskan, dan mengembangkan kebijaksanaan
di bidang personalia, kesehatan, kesejahteraan, pendidikan dan pelatihan kerja,
serta merencanakan organisasi, hubungan masyarakat dan administrasi
pengelolaan kawasan serta keselamatan kerja.
d. Direktorat Keuangan
Bertugas merencakan, merumuskan, melaksanakan, dan mengembangkan
kebijaksanaan dibidang keuangan.
Bertugas merencakan, merumuskan, melaksanakan, dan mengembangkan
kebijaksanaan dibidang pemasaran produk.
f. Direktorat logistik
Bertugas menangani masalah pembelian suku cadang, bahan baku dan
bahan pembantu serta pergudangan.
5.2Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel
Pada tanggal 1 Oktober 1991, setelah diambil alih oleh PT. Krakatau Steel
dan menjadi perusahaan milik negara, pabrik CRM secara resmi ditetapkan
sebagai unit produksi PT. Krakatau Steel. Pabrik ini terletak di Kawasan Industri
Krakatau dengan bangunan utama pabrik seluas 10 ha diatas tanah seluas 40 ha.
Pabrik CRM merupakan unit pabrik yang mengolah lembar baja dari hasil
yang telah ditipiskan sebelumnya kemudian ditipiskan di unit CRM dengan
ketebalan sampai 92% dari hasil ketebalan semula, mengasilan baja roll dengan
ketebalan 0.2-2.2 mm. Bahan baku proses produksi baja lembar dingin adalah baja
lembar panas dengan ketebalan 2-3 mm. Bahan baku ini dikirim dalam bentuk
gulungan dengan berat rata-rata 23 ton dan diangkut dengan dengan alat
transportasi khusus (bloster) yang berkapasitas 120 ton sekali angkut. Total jumlah produksi baja lembar dingin di pabrik CRM pada tahun 2012-2014 yaitu
sebesar 1.869.421 ton.
Tabel 5.1 Total Produksi Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel tahun
2012-2014
Tahun Jumlah Produksi (Ton)
2012 597.048
2013 668.919
2014 603.454
Total 1.869.421
Sumber: data sekunder
5.2.1 Reject Treatment Plant (RTP) Cold Rolling Mill (CRM) PT.
Krakatau Steel
Pabrik CRM PT. Krakatau Steel berupaya mengurangi dampak negatif