• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keterkaitan Pengetahuan, Perilaku Hidup Bersih-Sehat, Status Gizi Dengan Status Kesehatan Anak Sekolah Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keterkaitan Pengetahuan, Perilaku Hidup Bersih-Sehat, Status Gizi Dengan Status Kesehatan Anak Sekolah Dasar"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

KETERKAITAN PENGETAHUAN, PERILAKU HIDUP

BERSIH-SEHAT, STATUS GIZI DENGAN STATUS

KESEHATAN ANAK SEKOLAH DASAR

FARIZA YULIA KARTIKA SARI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keterkaitan Pengetahuan, Perilaku Hidup Bersih-Sehat, Status Gizi dengan Status Kesehatan Anak Sekolah Dasar adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

(4)
(5)

ABSTRAK

FARIZA YULIA KARTIKA SARI. Keterkaitan pengetahuan, perilaku hidup bersih-sehat, status gizi dengan status kesehatan anak sekolah dasar. Dibimbing oleh KATRIN ROOSITA

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), dan status gizi terhadap status kesehatan anak sekolah. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study dengan metode wawancara yang dilakukan di Sekolah Dasar (SD) 02 dan 03 Gadog Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor, pada Bulan Februari sampai Maret 2015. Contoh pada penelitian ini sebanyak 66 anak kelas tiga di SD 02 dan 03 Gadog. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan PHBS yang baik berkorelasi signifikan (p<0.05) dengan perilaku hidup bersih dan sehat yang baik. Pengetahuan PHBS yang baik juga berkorelasi signifikan (p<0.05) dengan status kesehatan yang baik. Sementara itu status gizi (TB/U) normal berkorelasi signifikan (p<0.05) dengan status kesehatan yang baik.

Kata Kunci: anak sekolah, pengetahuan, perilaku hidup bersih dan sehat, status gizi, status kesehatan

ABSTRACT

FARIZA YULIA KARTIKA SARI. Relationship of knowledge, hygiene and healthy behaviour, nutritional status with health status in school children. Supervised by KATRIN ROOSITA

This study was aimed to analyze the association between knowledge, hygiene and healthy behaviour (PHBS) and nutritional status with health status of school children. This study used cross sectional study design and interview method which was conducted at SD 02 and 03 Gadog in Sukajadi Village, Tamansari Subdistrict, Bogor District, during the period of February to March 2015. The subject of this study were 66 students of third grade at SD 02 and 03 Gadog. The result showed that good PHBS knowledge was significantly (p<0.05) correlated with high hygiene and healthy behaviour. The high PHBS knowledge also was significantly (p<0.05) correlated with health status. Meanwhile, normal nutritional status (H/A) was significantly (p<0.05) correlated with high health status.

(6)
(7)

KETERKAITAN PENGETAHUAN, PERILAKU HIDUP

BERSIH-SEHAT, DAN STATUS GIZI DENGAN STATUS

KESEHATAN ANAK SEKOLAH DASAR

FARIZA YULIA KARTIKA SARI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia yang telah diberikan sehingga penulisan skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dari Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Judul skripsi ini adalah “Keterkaitan Pengetahuan, Perilaku Hidup Bersih-Sehat, Status Gizi dengan Status Kesehatan Anak Sekolah Dasar. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Katrin Roosita, SP. M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia membimbing dan memberi saran kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.

2. Ibu dr. Karina Rahmadia Ekawidyani, S.Ked, M.Gz selaku dosen penguji sidang yang telah memberi saran kepada penulis terkait skripsi ini.

3. Bapak Tubandi dan Ibu Sri Mardiyati selaku orang tua penulis yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama penyelesaian skripsi ini. 4. Teman-teman GM 48 Arif, Elis, Bibah, Marwah, Nisa, Yasmin, Kiki, Vero,

Nur, Dian, Yuli, Mbak Dian yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini.

5. Teman-teman di IPB Mengajar kak Sani, Fatma yang telah mendukung dan menyemangati selama ini.

6. Alumni teman SMA 1 Kudus Fia, Ila, Ama, Rara yang telah mendukung selama ini.

7. Seluruh pihak yang terkait tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, atas segala doa, dukungan, motivasi, dan bantuan yang telah diberikan selama ini

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat beberapa kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Atas bantuan yang diberikan penulis mengucapkan terima kasih

Bogor, Agustus 2015

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

KERANGKA PEMIKIRAN 3

METODE PENELITIAN 5

Desain, Tempat dan Waktu 5

Penarikan Contoh Penelitian 5

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6

Pengolahan Analisis Data 7

Definisi Operasional 9

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Karakteristik Wilayah 10

Karakteristik Contoh 11

Karakteristik Orang Tua 12

Umur orang tua 12

Pendidikan orang tua 12

Pekerjaan orang tua 12

Pengetahuan PHBS 13

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 14

Lingkungan Sekolah 17

Status Kesehatan 18

Status Gizi 20

Hubungan Pengetahuan PHBS dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 22

Hubungan Pengetahuan PHBS dengan Status Kesehatan 22

(12)

Hubungan Status Kesehatan dengan Status Gizi 23

SIMPULAN DAN SARAN 23

Simpulan 23

Saran 24

DAFTAR PUSTAKA 24

LAMPIRAN 27

RIWAYAT HIDUP 33

DAFTAR TABEL

1 Variabel, jenis data dan cara pengambilan data 6

2 Sebaran orang tua contoh berdasarkan umur 12

3 Sebaran orang tua contoh berdasarkan pendidikan 12

4 Sebaran orang tua contoh berdasarkan pekerjaan 13

5 Persentase contoh berdasarkan pertanyaan pengetahuan PHBS 14

6 Persentase kebiasaan contoh berdasarkan indikator PHBS 16

7 Skor praktek keamanan penjaja pangan di SD 2 dan 3 Gadog 18

8 Persentase contoh berdasarkan penyakit yang dialami 19

9 Sebaran contoh berdasarkan jenis pengobatan 20

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran keterkaitan pengetahuan, perilaku hidup bersih dan sehat,

status gizi dengan status kesehatan anak sekolah dasar 4

2 Sebaran contoh berdasarkan umur 11

3 Sebaran contoh berdasarkan kategori pengetahuan PHBS 13

4 Sebaran contoh berdasarkan kategori perilaku hidup bersih dan sehat 15

5 Skor penilaian lingkungan sekolah dasar SD 02 Gadog dan SD 03 Gadog 17

6 Sebaran contoh berdasarkan status kesehatan 19

7 Sebaran contoh berdasarkan status gizi IMT/U 21

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner penelitian 27

(14)
(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia (SDM) negara tersebut. Kualitas SDM ini dapat dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Berdasarkan penilaian The United Nations Development Programs (UNDP), peringkat IPM Indonesia pada tahun 2013 masih rendah yaitu menduduki peringkat 121 dari 185 negara (Bapenas 2014). Rendahnya nilai IPM ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya masalah kesehatan masyarakat.

Anak usia sekolah merupakan salah satu kelompok yang rawan terhadap masalah gizi dan kesehatan. Sementara itu, anak usia sekolah merupakan aset negara yang sangat penting karena dapat meningkatkan kualitas SDM di masa depan. Oleh karena itu, perlu adanya perhatian secara khusus terkait status gizi maupun status kesehatan anak sekolah.

Masalah gizi yang sering terjadi pada anak sekolah adalah masalah pendek

(stunting), kurus (wasting) dan gemuk (obesitas). Secara nasional, prevalensi

stunting untuk anak 5-12 tahun adalah 30.7%, sedangkan prevalensi kurus 11.2% dan gemuk sebesar 18.8% (Kemenkes 2013). Hasil ini menurun dibandingkan tahun 2010, walaupun menurun nilainya masih tergolong tinggi sehingga diperlukan usaha-usaha tertentu untuk mencapai status gizi normal.

Selain itu, anak sekolah merupakan kelompok yang rentan terhadap penyakit menular (infeksi). Hal ini berkaitan dengan daya tubuh yang rendah pada anak (Rahmawati2006). Anak yang sehat tidak mudah terserang berbagai macam penyakit termasuk penyakit infeksi, karena memiliki daya tahan tubuh yang kuat. Pembentukan antibodi akan terhambat apabila seseorang mengalami kekurangan zat gizi (Scrimshaw 2003).

Kekurangan zat gizi dapat terjadi apabila kondisi tubuh melemah karena sakit. Anak yang sakit akan menurunkan nafsu makan, sehingga asupannya juga berkurang. Asupan makanan yang berkurang dapat menyebabkan penurunan absorpsi zat gizi dalam tubuh. Asupan yang kurang serta penurunan absorpsi zat gizi menjadi faktor penyebab malnutrisi pada anak (Supariasa et al. 2001). Hal ini sesuai dengan penelitian Pahlevi (2012) bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara penyakit infeksi dengan status gizi.

Data Depkes (2007) menunjukkan bahwa prevalensi penyakit infeksi di Indonesia masih terbilang cukup tinggi yaitu 28.1%. Tingginya prevalensi penyakit infeksi dapat disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya sanitasi lingkungan dan

hygiene perorangan. Kedua faktor ini dapat dilihat dari penerapan perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan rumah tangga, institusi kesehatan, tempat umum dan sekolah (Proverawati & Rahmawati 2012).

(16)

2

menurun dibandingkan tahun 2010 yaitu 38.7%. Proporsi penerapan PHBS yang baik di wilayah pedesaan masih cenderung sedikit yaitu 22.9% dibandingkan di perkotaan sebesar 42.3%. Rendahnya penerapan PHBS di wilayah pedesaan berhubungan dengan sulitnya akses kesehatan dan kurangnya fasilitas umum terkait PHBS.

Penelitian-penelitian sebelumnya menerangkan bahwa perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) berhubungan degan status kesehatan terutama kejadian penyakit infeksi. Sulfiana (2014) menyatakan perilaku hidup bersih dan sehat secara nyata berpengaruh terhadap risiko penyakit menular seperti diare dan infeksi saluran pernafasan atas (ISPA). Sementara itu, Nuraeni (2012) menyatakan bahwa penggunaan air bersih, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, serta penggunaan jamban sehat berhubungan dengan kejadian diare. Sanitasi dan higiene perorangan yang buruk, kontaminasi pangan dan air, pengetahuan gizi yang tidak memadai serta status gizi kurang berkontribusi penuh terhadap status kesehatan anak sekolah. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji keterkaitan pengetahuan, perilaku hidup bersih dan sehat, status gizi dengan status kesehatan anak sekolah dasar.

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah menganalisis dan menjelaskan keterkaitan pengetahuan, perilaku hidup bersih dan sehat, status gizi dengan status kesehatan anak sekolah

Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini tentang keterkaitan pengetahuan dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), status gizi dengan status kesehatan pada anak sekolah di SD 02 Gadog dan SD 03 Gadog, sebagai berikut:

1. Menganalisis tingkat pengetahuan dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di sekolah.

2. Menganalisis status gizi dan status kesehatan contoh.

3. Menganalisis hubungan pengetahuan PHBS dengan perilaku hidup bersih dan sehat.

4. Menganalisis hubungan pengetahuan PHBS dengan status kesehatan.

5. Menganalisis hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan status kesehatan.

6. Menganalisis hubungan status gizi dengan status kesehatan.

Manfaat Penelitian

(17)

3

KERANGKA PEMIKIRAN

Anak usia sekolah merupakan kelompok yang rawan terhadap penyakit infeksi dan kekurangan gizi. Penyakit infeksi biasanya disebabkan dari perilaku hidup bersih dan sehat seseorang. Perilaku hidup bersih dan sehat berhubungan dengan pengetahuan terhadap pola hidup bersih dan sehat. Pengetahuan ini dapat dipengaruhi oleh karakteristik anak dan keluarganya.

Usia anak berhubungan dengan tingkat pengetahuannya. Umur yang semakin tinggi menandakan pengetahuan terutama tentang pola hidup bersih dan sehat juga semakin tinggi. Selain itu, pengetahuan anak berhubungan dengan karakteristik keluarga. Orang tua yang memiliki pendidikan tinggi berkesempatan untuk memberikan akses informasi yang lebih ke anaknya, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan anaknya. Pekerjaan orang tua merupakan salah satu penentu pendapatan keluarga. Pendapatan ini menjadi faktor penting dalam pemilihan kuantitas maupun kualitas makanan sehingga berhubungan dengan gizi dan kesehatan anak.

Pengetahuan mengenai pola hidup yang sehat akan secara langsung mempengaruhi perilaku hidup bersih dan sehat anak di lingkungan sekolah. Pengetahuan pola hidup bersih dan sehat yang dinilai adalah cara mencuci tangan yang benar, ciri jamban yang sehat dan bersih, ciri-ciri jajanan sehat, manfaat berolahraga, cara memberantas jentik-jentik nyamuk, dampak merokok, dampak membuang sampah sembarangan, jenis penyakit infeksi, manfaat menimbang berat dan tinggi badan. Selain pengetahuan PHBS, keadaan higiene dan sanitasi lingkungan sekolah juga mempengaruhi perilaku hidup sehat dan bersih anak.

Perilaku hidup bersih dan sehat ini dapat mencegah angka kesakitan (mordibitas) anak. Mordibitas menjadi indikator penentu status kesehatan seseorang. Mordibitas anak dapat dilihat dari kejadian penyakit selama satu bulan terakhir. Semakin sering anak sakit maka tingkat mordibitasnya semakin tinggi.

Status kesehatan juga berpengaruh terhadap status gizi anak. Status gizi erat kaitannya dengan sistem imunitas tubuh, asupan makanan, dan penyakit infeksi. Semakin rendah status gizi seseorang maka seseorang tersebut mudah terkena penyakit, begitu pula sebaliknya.

Selain tindakan preventif untuk mengurangi angka mordibitas anak seperti perilaku hidup bersih dan sehat, peneliti juga mengaitkan dengan tindakan kuratif. Tindakan kuratif yang dimaksudkan adalah jenis dan cara pengobatan penyakit infeksi serta penggunaan obat herbal. Obat herbal dapat menjadi self-treatment

(18)

4

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti : Hubungan yang diteliti : Hubungan yang tidak diteliti

Gambar 1 Kerangka pemikiran keterkaitan pengetahuan, perilaku hidup bersih dan sehat, status gizi dengan status kesehatan anak sekolah dasar

Lingkungan sekolah Karakteristik keluarga:

-pendidikan orang tua

-pekerjaan orang tua

-usia orang tua

Karakteristik anak:

-jenis kelamin

-usia

Pengetahuan PHBS Akses terhadap

informasi

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Status Kesehatan Pola asuh

orang tua

Status Gizi

(19)

5

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat dan Waktu

Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung intervensi Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMTAS). Penelitian ini merupakan

baseline data (data dasar) yang menggunakan desain cross sectional study, dimana data yang dikumpulkan peneliti merupakan data yang diambil satu kali per contoh penelitian. Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari hingga Maret 2015. Pemilihan tempat dilakukan berdasarkan penelitian payung sebelumnya yaitu di Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor.

Penarikan Contoh Penelitian

Contoh penelitian ini dibagi menjadi dua jenis yaitu contoh anak sekolah dan contoh penjaja jajanan sekolah. Populasi penelitian untuk contoh anak sekolah adalah anak sekolah kelas tiga di SD 02 Gadog dan SD 03 Gadog Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan SD dalam penelitian ini dilakukan secara purposive dan berdasarkan data Riskedas (2013) bahwa penerapan PHBS yang baik di daerah pedesaan lebih rendah dibandingkan daerah perkotaan sehingga memilih di daerah pedesaan. Selanjutnya, penentuan contoh didasarkan dengan kriteria inklusi yaitu anak sekolah kelas 3 di SD 02 Gadog dan SD 03 Gadog yang bersedia mengikuti penelitian ini hingga selesai.

Jumlah sampel minimum didapatkan menggunakan rumus di bawah ini:

� = + � �2

� = + .

� = ����

Keterangan : N : besar populasi n : besar sampel

d : presisi (10% atau 0.1)

Berdasarkan perhitungan, minimum contoh anak sekolah dalam penelitian ini sebesar 63 contoh. Total populasi yang didapatkan dari database sekolah yaitu 102 anak dari SD 02 Gadog dan 70 anak dari SD 03 Gadog, sehingga total populasinya 172 anak. Jumlah contoh didapatkan dari nilai minimum contoh ditambahkan 10% untuk mengatasi apabila contoh dropout dari penelitian, sehingga didapatkan sejumlah 70 anak terdiri dari 35 anak SD 02 Gadog dan 35 anak SD 03 Gadog. Sejumlah 70 anak ini dilakukan penarikan contoh menggunakan pengacakan sederhana (simple randomized sampling) yang memenuhi kriteria inklusi sebelumnya. Selanjutnya empat contoh di cleaning

karena datanya ada yang kurang dan out of outlier, sehingga total contoh dalam penelitian ini sebanyak 66 contoh.

(20)

6

dikarenakan sewaktu pengambilan data, hanya ada penjaja jajanan sekolah sejumlah dua orang untuk di SD 02 Gadog dan empat untuk di SD 03 Gadog.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara terstruktur dengan kuesioner (Lampiran 1), serta pengukuran langsung menggunakan timbangan dan stature. Data primer yang dikumpulkan meliputi karakteristik contoh dan keluarga, pengetahuan mengenai pola hidup bersih dan sehat, perilaku hidup bersih dan sehat, status kesehatan, status gizi, cara dan jenis pengobatan penyakit infeksi, penilaian lingkungan sekolah serta praktek keamanan pangan penjaja jajanan sekolah. Data sekunder yang dikumpulkan berupa data gambaran umum desa dan sekolah yang diperoleh dari sekolah contoh.

Tabel 1 Variabel, jenis data dan cara pengambilan data

No Variabel Jenis data Cara pengambilan data 1. Karakteristik

 pengendalian hama, sanitasi, tempat dan peralatan

Wawancara dan pengamatan langsung menggunakan

kuesioner Yasmin dan Madanijah (2010)

 cara memberantas jentik-jentik nyamuk

 dampak merokok

 dampak membuang sampah sembarangan

 jenis penyakit infeksi

 manfaat menimbang berat dan tinggi badan

(21)

7

Tabel 1 Variabel, jenis data dan cara pengambilan data (lanjutan)

No Variabel Jenis data Cara pengambilan data 5. Perilaku

 menggunakan jamban yang bersih dan sehat

 kejadian sakit (jenis penyakit)  lama dan frekuensi sakit  cara atau jenis pengobatan

Wawancara dengan digunakan contoh untuk menyembuhkan penyakitnya 10. Profil sekolah  sekunder Dokumen sekolah

Pengolahan Analisis Data

Kuesioner yang telah terisi data diperiksa kembali datanya, kemudian dilakukan pengolahan data. Proses pengolahan data meliputi empat bagian yaitu

editing, coding, entry, cleaning dan analysis. Setelah semua data dimasukkan ke komputer, data dikodekan dan dikategorikan. Pengolahan dan analisis data masing-masing variabel yang diteliti menggunakan kategori tertentu sesuai acuan yang diambil.

(22)

8

SMA/sederajat dan perguruan tinggi (D3/S1/S2/S3). Data karakteristik contoh terdiri dari usia dan jenis kelamin. Jenis kelamin contoh diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu perempuan dan laki-laki.

Pengetahuan PHBS. Pengetahuan PHBS contoh dikelompokkan berdasarkan Khomsan (2000). Kuesioner PHBS terdiri dari lima belas pertanyaan

multiple choice terkait cara mencuci tangan yang benar, ciri jamban yang sehat dan bersih, ciri-ciri jajanan sehat, manfaat berolahraga, cara memberantas jentik-jentik nyamuk, dampak merokok, dampak membuang sampah sembarangan, jenis penyakit infeksi, manfaat menimbang berat dan tinggi badan (Proverawati & Rahmawati 2012). Pertanyaan ini akan diskoring dengan nilai 1 apabila jawaban benar dan nilai 0 apabila jawaban salah. Hasil dari pertanyaan yang sudah diskoring kemudian dikelompokkan menjadi rendah (<60%), sedang (skor 60-80%), dan baik (skor >80%) (Khomsan 2000).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat didapatkan dengan penilaian dari kuesioner dan pengamatan langsung. Kuesioner yang digunakan untuk menilai perilaku hidup bersih dan sehat contoh adalah kuesioner development yang telah diuji validitas. Pertanyaan kuesioner yang diberikan sebanyak sembilan soal sesuai dengan indikator PHBS. Penentuan skor perilaku hidup bersih dan sehat berdasarkan ketentuan yaitu tidak pernah (0), jarang (1), selalu (2), sedangkan untuk pertanyaan khusus seperti tidak merokok skornya menjadi tidak pernah (2), jarang (1) dan selalu (0). Nilai tertinggi perilaku hidup bersih dan sehat dalam hasil penelitian ini adalah 18 dan nilai terendah 8 kemudian dikategorikan menjadi baik (16-18), sedang (12-15) dan kurang (8-11) berdasarkan interval kelas (Slamet 1993). Rumus dari interval kelas adalah.

IK = (NT NR)/Σ Kategori

Keterangan : IK = Interval kelas NT = Nilai tertinggi NR = Nilai terendah

Status Kesehatan. Data status kesehatan yang diteliti meliputi jenis penyakit, lama hari dan frekuensi sakit selama satu bulan yang lalu ketika diwawancara. Skor status kesehatan diperoleh dengan mengalikan lama sakit dengan frekuensi sakit untuk setiap jenis penyakitnya. Klasifikasi skor kesehatan berdasarkan sebaran contoh. Apabila data normal maka pengklasifikasian menggunakan mean dan standar deviasi sedangkan apabila data tidak normal menggunakan median dan kuartil (Hasan 2006). Data status kesehatan dalam penelitian ini termasuk tidak normal maka pengklasifikasiannya menggunakan median yaitu baik (<4) dan kurang (≥4).

Status gizi. Data status gizi responden diukur secara langsung menggunakan timbangan berat badan dan stature. Data tersebut dinilai status gizi berdasarkan IMT/U dan TB/U menggunakan software WHO AnthroPlus 2007 sehingga mendapatkan nilai z-skor. Status gizi yang didapat dari nilai z-skor dikategorikan berdasarkan Kemenkes (2013). Klasifikasi status gizi IMT/U adalah sangat kurus (<-3SD), kurus (-3SD s/d <-2SD); normal (-2SD s/d +1SD); gemuk (1SD s/d 2SD), obesitas (>2SD). Klasifikasi status gizi TB/U adalah sangat pendek, (<-3SD), pendek (-3SD s/d <-2SD); normal (≥-2SD).

(23)

9

berobat ke dokter/bidan/puskesmas. Contoh yang menggunakan obat herbal akan diberi pertanyaan lagi terkait jenis tanaman obat yang digunakan. Tanaman obat yang sering digunakan di Desa Sukajadi disurvei terlebih dahulu untuk mempermudah wawancara dengan contoh. Tanaman obat yang sering digunakan di sana adalah jawer kotok untuk gatal-gatal, buah pala atau daun jambu untuk diare, bawang merah dan minyak kayu putih untuk kembung, jeruk nipis ditambah kecap untuk batuk serta timun atau daun buntiris untuk demam.

Penilaian faktor risiko lingkungan sekolah. Data ini didapatkan dari kuesioner Kemendibud (2012) yang berisi kondisi fisik sekolah dan sanitasi lingkungan sekolah. Kondisi fisik sekolah terdiri dari kondisi bangunan sekolah, ruang sekolah serta peralatan pendukung sekolah. Sanitasi lingkungan sekolah terdiri dari kebersihan ruang sekolah. Skoring variabel ini dengan cara menjumlahkan semua kategori yang memenuhi persyaratan dibandingkan dengan total kategori yang ada di kuesioner dikalikan 100. Data ini akan dikategorikan berdasarkan Kemendikbud (2012) menjadi sangat baik (80-100), baik (60-79), cukup (40-59), buruk (20-39), dan sangat buruk (0-19).

Praktek keamanan pangan. Praktek keamanan pangan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dari Yasmin & Madanijah (2010) yang berisi higiene; penanganan dan penyimpanan makanan/minuman; sarana dan fasilitas; serta pengendalian hama, sanitasi, tempat dan peralatan. Skoring variabel ini dengan cara menjumlahkan semua kategori yang memenuhi persyaratan dibandingkan dengan total kategori di kuesioner. Data ini akan dikategorikan berdasarkan Khomsan (2000) yaitu tinggi (>80), sedang (60-80), rendah (<60).

Data yang dikumpulkan di analisis menggunakan SPSS versi 16.0 for windows. Uji statistik yang dilakukan yaitu uji statistik deskriptif dan statistik inferensi. Analisis data diawali dengan uji normalitas menggunakan uji one sampel Kolmogorov-Smirnov. Data yang telah diuji normalitas akan diuji korelasi Spearman karena jenis data yang akan dianalisis dalam bentuk data tidak normal.

Definisi Operasional

Contoh adalah anak sekolah kelas tiga yang bersekolah di SD 02 Gadog dan SD 03 Gadog.

Keluarga merupakan orang tua atau orang yang mengasuh contoh.

Umur orang tua adalah usia ayah dan ibu yang dikategorikan remaja <20 tahun, dewasa muda 20-40 tahun, dewasa tengah 41-65 tahun, dan dewasa akhir >65 tahun.

Pendidikan orang tua adalah lama pendidikan formal (pendidikan terakhir) ayah dan ibu diklasifikasikan menjadi tidak sekolah, SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat dan perguruan tinggi (D3/S1/S2/S3). Pekerjaan orang tua adalah jenis pekerjaan yang dimiliki ayah dan ibu yang dapat

menghasilkan uang untuk memenuhi keluarga seperti PNS/guru, pegawai swasta, wirausaha, petani, buruh, tidak bekerja dan lainnya Pengetahuan PHBS merupakan pengetahuan anak sekolah mengenai cara mencuci

(24)

10

dampak merokok, dampak membuang sampah sembarangan, jenis penyakit infeksi, manfaat menimbang berat dan tinggi badan.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat merupakan praktek perilaku hidup bersih dan sehat yang diterapkan anak di lingkungan sekolah seperti mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun, mengonsumsi jajanan sehat, menggunakan jamban yang bersih dan sehat, olahraga teratur, tidak merokok di sekolah, menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan, serta membuang sampah pada tempatnya.

Status kesehatan adalah keadaan kesehatan contoh yang dilihat dari jenis penyakit yang dialami selama satu bulan terakhir serta frekuensi dan lama sakit masing-masing penyakit.

Status gizi adalah kondisi tubuh contoh yang diakibatkan konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat gizi makanan diperoleh dengan menggunakan metode antropometrik. Indikator status gizi yang digunakan adalah IMT/U dan TB/U yang diperoleh melalui software WHO anthroplus

2007.

Cara pengobatan merupakan cara pengobatan yang dilakukan anak sekolah untuk mengobati penyakit infeksinya. Cara pengobatan diklasifikasikan menjadi didiamkan, minum obat herbal, minum obat warung atau berobat ke dokter/bidan/puskesmas

Obat herbal adalah obat-obat yang diproses dan diolah secara tradisional dan turun-temurun berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat atau kepercayaan setempat.

Lingkungan sekolah adalah berbagai lingkungan tempat berlangsungnya proses pendidikan di sekolah yang berupa fisik bangunan sekolah dan sanitasi lingkungan sekolah.

Penjaja jajanan sekolah adalah masyarakat yang menjual jajanan di lingkungan sekolah.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Wilayah

Sukajadi merupakan salah satu desa di Kabupaten Bogor yang terletak di Kecamatan Taman Sari. Luas daerah Sukajadi sebesar 304 ha dengan jumlah populasi 6 434 yang terdiri dari 3 223 laki-laki dan 3 211 perempuan (Roosita et al. 2008). Desa Sukajadi memiliki dua SD yang berdekatan yaitu SD 02 Gadog dan SD 03 Gadog. Jarak kedua sekolah tersebut dapat ditempuh dengan jalan kaki sekitar 10 menit.

(25)

11

lingkungan di SD 02 Gadog cukup baik yaitu memiliki tempat cuci tangan di masing-masing kelas. Sayangnya, tempat cuci tangan tersebut tidak dapat digunakan dengan sebaiknya, dikarenakan tidak tersedia air mengalir dan sabun.

Selain itu, tempat sampah terdapat di masing-masing kelas serta memiliki tempat pembuangan sampah akhir di belakang sekolah. Namun untuk fasilitas kamar mandi di SD 02 Gadog masih kurang karena hanya ada dua fasilitas untuk semua siswa serta sanitasinya kurang seperti lantai kamar mandi yang kotor, bau dan terdapat serangga kecoa di sekitar kamar mandi. SD 02 Gadog tidak memiliki kantin sekolah, sehingga siswa di sana membeli jajanan di penjaja jajanan sekolah. Penjaja jajanan di SD 02 Gadog menjual makanan cilok, cilung, batagor, es buah, es campur, bubur serta buah dingin.

Sementara itu, SD 03 Gadog memiliki luas yang lebih sempit serta jumlah siswa yang lebih sedikit. Kegiatan belajar mengajar di SD ini dibagi menjadi dua sesi seperti SD 02 Gadog. Kondisi lingkungan sekolah hampir sama dengan SD 02 Gadog. SD ini hanya memiliki dua kamar mandi untuk semua siswa. Kondisi sanitasi kamar mandi juga kurang layak karena lantai kamar mandi kotor, bau, tidak ada sabun dan terdapat vektor seperti kecoa. Tempat sampah terdapat di masing-masing kelas. Selain itu, tempat cuci tangan hanya tersedia dalam bentuk kran air di depan sekolah yang berjumlah dua.

SD 03 Gadog memiliki kantin sekolah yang menjual berbagai macam jenis jajan seperti snack ringan, gorengan serta minuman. Penjaja jajanan juga sering berjualan setiap pagi. Mereka menjual jajanan seperti cilok, cilung, batagor, es buah, es campur, bubur serta buah dingin.

Karakteristik Contoh

Sebagian besar contoh dari SD 02 dan SD 03 Gadog berjenis kelamin laki-laki (56.1%) dan sisanya (43.9%) perempuan. Umur contoh dalam penelitian ini berkisar antara 8-11 tahun dengan rata-rata 8.7±7.4 tahun. Proporsi terbesar umur contoh (45.5%) yaitu 9 tahun (Gambar 2). Hurlock (2004) membedakan periodisasi masa anak berdasarkan perkembangan psikologis menjadi dua kategori yaitu early childhood (2-5 tahun) dan late childhood (6-12 tahun). Keseluruhan contoh dalam penelitian ini termasuk dalam kategori late childhood (6-12 tahun). Masa anak late childhood memiliki perkembangan intelektual yang lebih konkret, sehingga mereka lebih memahami pertanyaan terkait gizi dan kebiasaan dirinya.

Gambar 2 Sebaran contoh berdasarkan umur

43.9% 45.5%

8 tahun 9 tahun 10 tahun 11 tahun

(26)

12

Karakteristik Orang Tua

Umur orang tua

Umur orang tua dikategorikan menjadi empat yaitu remaja (<20 tahun), dewasa awal (20-40 tahun), dewasa tengah (41-65 tahun), dan dewasa akhir (>65 tahun) (Papalia & Olds 2001). Tabel 2 menunjukkan rata-rata umur ayah (42.2±9.1 tahun) dan rata-rata umur ibu (37.4±7.8 tahun). Proporsi tertinggi umur ayah termasuk dalam kategori dewasa tengah (59.1%), sedangkan untuk ibu proporsi tertingginya dalam kategori dewasa muda (60.6%). Rata-rata umur kedua orang tua dalam penelitian ini masih termasuk dalam usia produktif (15-64 tahun) yang dapat mengindikasikan kesiapan dalam mengasuh anak.

Tabel 2 Sebaran orang tua contoh berdasarkan umur

Umur orang tua Ayah Ibu

n % n %

Remaja 1 1.5 0 0

Dewasa muda 24 36.4 40 60.6 Dewasa tengah 39 59.1 26 39.4

Dewasa akhir 2 3.0 0 0

Total 66 100 66 100

Pendidikan orang tua

Tabel 3 menunjukkan tentang sebaran pendidikan orang tua contoh. Sebanyak 83.3% orang tua (ayah maupun ibu) contoh pendidikannya setingkat SD. Orang tua yang berpendidikan rendah hanya memiliki sedikit pengetahuan terkait kesehatan dan perkembangan anak, sehingga pengasuhan anaknya hanya mengikuti orang tua dulu atau tetangga sekitar. Selain itu, orang tua yang berpendidikan rendah memiliki tingkat sosial ekonomi yang rendah juga (Nuraini 2013).

Tabel 3 Sebaran orang tua contoh berdasarkan pendidikan

Pendidikan orang tua Ayah Ibu

n % n %

Tidak sekolah 1 1.5 0 0

SD 55 83.3 55 83.3

SMP 3 4.5 6 9.1

SMA 7 10.6 5 7.6

Total 66 100 66 100

Pekerjaan orang tua

(27)

13

waktu yang lebih banyak dalam mengasuh serta merawat anak dibandingkan ibu yang tidak bekerja. Pekerjaan berperan penting dalam kehidupan sosial ekonomi keluarga serta memiliki keterkaitan dengan faktor lain seperti kesehatan.

Tabel 4 Sebaran orang tua contoh berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan orang tua Ayah Ibu

N % N %

Pengetahuan PHBS merupakan aspek kognitif seseorang dalam memahami pola hidup bersih dan sehat. Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan PHBS disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3 Sebaran contoh berdasarkan kategori pengetahuan PHBS

Sebagian besar contoh (65.2%) memiliki tingkat pengetahuan PHBS yang termasuk kategori sedang. Hal ini diartikan bahwa sebagian besar contoh sudah memahami pengetahuan terkait pola hidup bersih dan sehat.

Hasil ini sesuai dengan penelitian Nuraini (2013) bahwa tingkat pengetahuan gizi dan keamanan pangan anak sekolah di Bogor dalam kategori sedang. Sementara itu, penelitian Kostanjevec et al. (2013) menyatakan bahwa tingkat pengetahuan anak sekolah dipengaruhi oleh tingkat pendidikan anak, pendidikan orang tua dan sosial ekonomi keluarga.

Pengetahuan PHBS dibagi menjadi delapan indikator yang terkait perilaku hidup bersih dan sehat di sekolah yaitu cuci tangan dengan air mengalir dan sabun,

(28)

14

jajanan sehat, jamban bersih dan sehat, olahraga teratur, memberantas jentik nyamuk, efek merokok, pentingnya menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan serta membuang sampah pada tempatnya. Pertanyaan pengetahuan PHBS yang paling banyak dijawab benar oleh contoh (98.5%) adalah pertanyaan terkait tempat membuang sampah (Tabel 5). Hal ini diartikan bahwa contoh mengerti tentang tempat untuk membuang sampah.

Tabel 5 Persentase contoh berdasarkan pertanyaan pengetahuan PHBS

Pertanyaan pengetahuan PHBS Persentase jawaban Benar (%) Salah (%) Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun 81.8 18.2 Waktu mencuci tangan 75.8 24.2 Pengertian jamban/wc 81.8 18.2 Ciri-ciri jamban/wc bersih dan sehat 45.4 54.6 Pengertian jajanan sehat 66.7 33.3 Ciri-ciri jajanan sehat 75.8 24.5 Manfaat berolahraga 60.6 39.4 Frekuensi olahraga yang teratur 31.8 68.2 Cara memberantas jentik nyamuk 37.9 62.1 Tempat jentik nyamuk 84.8 15.2

Efek merokok 78.9 21,1

Pengertian sampah 78.9 21.1

Tempat membuang sampah 98.5 1.5 Jenis penyakit infeksi 93.9 6.1 Pentingnya menimbang berat badan dan mengukur tinggi

badan

83.3 16.7

Pertanyaan yang paling sedikit dijawab dengan benar oleh contoh adalah pertanyaan terkait frekuensi olahraga yang teratur (31.8%) dan cara memberantas jentik nyamuk (37.9%). WHO (2010) menyatakan bahwa aktivitas fisik dikategorikan cukup untuk usia 5-17 tahun adalah 3 kali dalam seminggu. Sementara itu, rata-rata contoh menjawab pertanyaan tentang frekuensi olahraga teratur adalah satu atau dua kali dalam seminggu. Selain itu, contoh tidak tahu bagaimana cara memberantas sarang nyamuk. Ketidakmampuan contoh dalam menjawab pertanyaan ini diduga karena contoh belum mendapatkan pelajaran terkait cara memberantas sarang nyamuk dengan gerakan 3M (Menguras, Menutup, Mengubur plus Menghindari gigitan nyamuk). Materi ini akan di dapatkan contoh pada saat mereka kelas enam.

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(29)

15

Gambar 4 Sebaran contoh berdasarkan kategori perilaku hidup bersih dan sehat

Sebagian besar contoh memiliki perilaku hidup bersih dengan kategori sedang dan kurang masing-masing 47%. Hanya sedikit (6.1%) contoh yang memiliki perilaku hidup bersih yang baik.

Hasil ini sesuai dengan penelitian Diana et al. (2014) yang menyatakan bahwa 54.7% anak SD di Karimun tidak menerapkan PHBS di sekolah dengan baik. Perilaku hidup bersih yang kurang dikarenakan beberapa hal yaitu rendahnya pengetahuan PHBS serta lingkungan sekolah yang kurang bersih dan sehat. Hal ini di dukung dengan penelitian Stanton et al. (1988) menyatakan bahwa kelompok yang memiliki pengetahuan terkait PHBS yang lebih tinggi akan mempengaruhi perilaku hidup bersih dan sehatnya ke arah yang lebih baik, dibandingkan kelompok yang pengetahuan PHBS-nya rendah. Sementara itu, Notoatmodjo (2007) menyatakan proses pembentukan atau perubahan perilaku dipengaruhi oleh faktor dari dalam individu seperti pengetahuan dan persepsi serta faktor luar individu seperti lingkungan sekitar.

Sebagian besar contoh jarang mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah makan (57%) serta setelah buang air (59%) (Tabel 6). Kebiasaan ini tidak dapat dilaksanakan dengan baik karena fasilitas tempat cuci tangan yang kurang memadai. Cuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun dapat meluruhkan semua kotoran yang mengandung kuman sehingga mencegah risiko penyakit diare (Proverawati & Rahmawati 2012).

Rata-rata contoh tidak menggunakan jamban yang bersih ketika buang air kecil maupun besar (57%). Hal ini dikarenakan jamban di rumah dan di sekolah contoh rata-rata kotor serta terdapat kecoa maupun tikus. Jamban yang bersih memiliki ciri-ciri bersih, tidak berbau, serta tidak ada hewan di sekitar jamban (Proverawati & Rahmawati 2012). Selain itu ada beberapa contoh yang tidak memiliki jamban di rumahnya. Mereka buang air kecil dan besar di tanah atau di sungai sekitar rumah. Hal ini sesuai dengan data Kemenkes (2013) menyatakan bahwa penduduk pedesaan lebih banyak tidak memiliki fasilitas jamban sendiri (32.7%) dibandingkan penduduk di perkotaan (15.1%).

Sebagian besar contoh (72.1%) melakukan olahraga dua kali dalam seminggu. Hal ini belum sesuai dengan anjuran WHO (2010) bahwa olahraga yang baik untuk usia 5-17 tahun adalah tiga kali dalam seminggu. Olahraga yang intensif dapat meningkatkan kekebalan tubuh dengan meningkatkan sel-sel imun tubuh. Selain itu aktivitas fisik berhubungan negatif dengan penyakit ISPA, semakin tinggi

6.1%

(30)

16

aktivitas fisik seseorang maka kejadian ISPA akan semakin rendah (Romeo et al.

2010).

Tabel 6 Persentase contoh berdasarkan indikator PHBS

No Indikator PHBS Selalu Kadang

Tidak pernah

% % % 1. Kebiasaan mencuci tangan sebelum dan

sesudah makan dengan air mengalir dan sabun

34 57 9

2. Kebiasaan mencuci tangan setiap tangan kotor dan setelah buang air dengan air mengalir dan sabun diartikan bahwa sebagian besar contoh (66%) menjadi perokok pasif. Contoh yang perokok aktif di sekolah sebanyak 4%, keseluruhannya berjenis kelamin laki-laki. Orang yang terbiasa merokok memiliki status gizi kurang serta memiliki gaya hidup yang kurang sehat (Koh et al. 2005)

Proporsi merokok pada penduduk usia ≥15 tahun mengalami peningkatan pada tahun 2010 ke 2013 dari 34.7% ke 36.3% (Kemenkes 2013). Merokok di lingkungan sekolah sangat tidak dianjurkan karena rokok mengandung bahan berbahaya yang dapat membahayakan kesehatan anak sekolah. Anak yang menjadi perokok pasif dapat meningkatkan risiko penyakit infeksi pernafasan seperti pneumonia dan bronkitis (Mohler 1987). Perokok pasif juga dapat menurunkan fungsi sistem imun serta mempertahankan bakteri yang ada di epitelium pernafasan (Jacoby et al. 2008)

Sebagian besar contoh mengukur berat badan (82%) maupun tinggi badan (87%) 1-3 kali dalam setahun. Pihak sekolah mengukur berat badan dan tinggi badan setiap semester untuk data sekolah. Selain di sekolah, contoh mengukur berat badan dan tinggi badan di puskesmas serta di posyandu. Pengukuran berat badan dan tinggi badan secara teratur dilakukan untuk memantau pertumbuhan dan dapat mengetahui gangguan pertumbuhan anak sekolah (Riyadi 2001).

(31)

17

baik, namun tidak dapat dipraktekkan dengan baik. Kebiasaan anak sekolah tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuan saja tetapi juga dari lingkungan sekolah, perilaku keluarga dan teman-temannya dapat menjadi faktor penting terbentuknya perilaku (Kostanjevec et al. 2013). Sampah merupakan sumber penyakit, apabila dibuang sembarangan dapat menyebabkan dampak negatif bagi lingkungan dan mempengaruhi kesehatan seseorang (Tobing 2005).

Lingkungan Sekolah

Perilaku hidup bersih dan sehat perlu ditunjang dengan lingkungan yang bersih dan sehat pula. Lingkungan yang sehat akan mendukung penerapan PHBS yang lebih baik. Penilaian lingkungan sehat sekolah menggunakan kuesioner dari Kemendikbud (2012) yang berisi tentang sanitasi sekolah seperti atap, dinding, lantai, pencahayaan ruang, ventilasi, tempat cuci tangan, air bersih, kamar mandi, jamban, sampah, saluran pembuangan air limbah serta kantin.

Gambar 5 Skor penilaian lingkungan sekolah dasar SD 02 Gadog dan SD 03 Gadog Kedua SD contoh mendapatkan status penilaian lingkungan sekolah yang cukup dengan skor 42.2 untuk SD 02 Gadog dan 52.6 untuk SD 03 Gadog. Kedua sekolah ini walaupun memiliki penilaian yang cukup, tetapi masih terdapat kekurangan terutama sanitasi kamar mandi dan halaman sekolah. Kamar mandi kedua sekolah tersebut kebersihannya kurang dan masih ditemukan vektor (nyamuk, kecoa) disekitarnya. Selain itu, halaman sekolah contoh kurang rapi karena masih ada sampah berserakan walaupun tersedia tempat sampah di masing-masing kelas. Hal ini didukung dengan data pada Tabel 6 yang menunjukkan bahwa sebagian besar contoh (72%) jarang membuang sampah pada tempatnya, sehingga sampah yang berserakan masih terdapat di halaman sekolah.

Kondisi lingkungan sekolah yang kurang sehat akan mempengaruhi status kesehatan warga sekolah baik siswa, guru maupun masyarakat setempat. Penduduk yang tinggal di lingkungan tidak sehat berpeluang 1.1 kali lebih tinggi untuk memiliki status kesehatan buruk. Hal ini berkaitan dengan kenyataan bahwa lingkungan yang bersih dan sehat mengurangi penyebaran penyakit infeksi seperti diare, malaria, demam berdarah atau TBC (Hapsari et al. 2009). Penelitian lain juga menunjukkan program intervensi lingkungan seperti intervensi kualitas air, sanitasi, higiene, dan makanan dapat mengurangi risiko penyakit diare (Eisenberg et al.

2007).

SD 02 Gadog SD 03 Gadog

(32)

18

Selain lingkungan sekolah, higiene dan sanitasi penjaja jajanan di sekolah perlu diteliti untuk mendukung perilaku hidup bersih dan sehat contoh. Higiene dan sanitasi penjaja jajanan sekolah yang baik sangat penting dalam menentukan pangan jajanan yang aman dan sehat bagi anak sekolah. Higiene dan sanitasi penjaja jajanan sekolah yang diukur adalah higiene; penanganan dan penyimpanan makanan atau minuman; sarana dan fasilitas; serta pengendalian hama, sanitasi, tempat dan peralatan menggunakan kuesioner dari Yasmin dan Madanijah (2010). Sebagian besar praktek keamanan pangan di kedua SD termasuk kategori kurang (Tabel 7). Namun untuk penanganan dan penyimpanan makanan atau minuman termasuk dalam kategori sedang dengan skor 75.0 untuk SD 02 Gadog dan 81.0 untuk SD 03 Gadog. Hal ini dikarenakan semua penjaja makanan membungkus makanan menggunakan plastik atau tempat tertutup. Rendahnya praktek higiene dan sanitasi penjaja jajanan dapat diduga karena rendahnya pengetahuan terkait gizi dan keamanan pangan. Hal ini sesuai dengan penelitian Yasmin dan Madanijah (2010) yang menyatakan bahwa penjaja jajanan yang memiliki pengetahuan gizi dan keamanan baik memiliki praktek higiene dan sanitasi yang baik pula.

Tabel 7 Skor praktek keamanan penjaja pangan di SD 2 dan 3 Gadog

Praktek keamanan pangan SD 2 Gadog SD 3 Gadog Skor Kategori Skor Kategori

Higiene 36.1 Kurang 38.9 Kurang Penanganan dan penyimpanan

makanan/minuman 75.0 Sedang 81.0 Sedang Sarana dan fasilitas 50.0 Kurang 50.0 Kurang Pengendalian hama, sanitasi, tempat dan

peralatan 52.3 Kurang 36.4 Kurang

Status Kesehatan

Status kesehatan merupakan indikator kesehatan masyarakat yang dapat diukur menggunakan angka mordibitas (angka kesakitan) dan angka mortalitas (angka kematian) (Kemenkes 2011). Status kesehatan yang dimaksudkan dalam peneliti ini adalah tingkat mordibitas dilihat dari riwayat sakit yang pernah dialami contoh dalam satu bulan terakhir sebelum dilakukan penelitian.

(33)

19

Gambar 6 Sebaran contoh berdasarkan status kesehatan

Jenis penyakit yang diderita selama satu bulan terakhir disajikan pada Tabel 8. Jenis penyakit yang paling banyak diderita contoh adalah demam (53.0%), batuk (47.0%), dan flu (31.8%). Hasil ini sesuai dengan penelitian pada balita (Eryisoma 2012) dan anak SD (Monalisa 2013) yang menunjukkan bahwa penyakit yang banyak diderita adalah penyakit infeksi seperti flu, demam, dan batuk. Penyakit flu, demam dan batuk merupakan gejala dari penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas). Penyakit ISPA dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan sekitar yang kurang sehat terutama lingkungan udara (Sulfiana 2014).

Contoh sering mengalami penyakit diare sebesar 10.5%. Penyebab penyakit ini diduga oleh keadaan sanitasi kamar mandi yang kurang serta kebiasaan contoh yang sering membuang sampah sembarangan. Penyakit diare dapat disebabkan oleh sanitasi lingkungan yang kurang baik terutama kondisi kamar mandi, pembuangan sampah dan sumber air (Assis et al. 2005).

Tabel 8 Persentase contoh berdasarkan penyakit yang dialami

Penyakit Jumlah (n) Persen (%)

aLain-lainnya terdiri dari beberapa penyakit yaitu: sakit kaki (1), sakit tangan (1), muntah (1), masuk

angin (1), tifus (1), sesak nafas (1), sinus (1)

(34)

20

secara nyata meningkatkan risiko penyakit diare dan penyakit saluran pernafasan atas. Hal ini sejalan dengan tesis Nuraeni (2012) yang menyatakan bahwa penggunaan air bersih, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir serta penggunaan jamban sehat berhubungan dengan kejadian diare.

Selain status kesehatan peneliti juga menganalisis jenis pengobatan yang digunakan contoh. Tabel 9 menjelaskan persentase contoh berdasarkan jenis pengobatan. Sebagian besar contoh mengobati penyakitnya ke puskesmas, bidan atau dokter (47.6%).

Tabel 9 Sebaran contoh berdasarkan jenis pengobatan

Jenis pengobatan Jumlah (n) Persentase (%)

Didiamkan 9 6.3

Obat herbal 23 16.1

Obat warung 43 30.1

Berobat ke puskesmas dll 68 47.6

Sebanyak 16.1%, contoh yang menggunakan obat herbal untuk menyembuhkan penyakitnya. Obat herbal merupakan tanaman herbal yang diproses dan diolah secara tradisional secara turun-temurun berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat atau kepercayaan setempat. Tanaman obat dapat digunakan untuk mengobati beberapa penyakit seperti penyakit infeksi (Mahendra 2006).

Penyakit yang sering diobati contoh menggunakan tanaman obat adalah demam (37.5%), batuk (30.4%), dan diare (16.7%). Hal ini sesuai dengan penelitian Roosita et al. (2008) bahwa masyarakat Sukajadi menggunakan tanaman obat untuk menyembuhkan penyakit demam, batuk, diare, dan cacar. Tanaman obat mengandung bahan kimia alami seperti antibakteri, antipiretik (penurun demam) yang dapat menyembuhkan beberapa penyakit (Mahendra 2006).

Tanaman obat yang sering digunakan contoh adalah daun buntiris untuk mengobati demam, jeruk nipis dengan kecap untuk mengobati batuk serta daun jambu untuk mengobati diare. Hal ini sesuai dengan penelitian Roosita et al. (2008) bahwa daun buntiris (Kalanchoe pinata) dapat menurunkan demam serta daun jambu (Psidium guajava) memiliki fungsi sebagai obat sakit perut. Daun buntiris memiliki aktivitas farmakologi seperti antidiabetic (untuk menurunkan kadar gula), antioksidan, antineoplasmatic (anti tumor), immunomodulatory (untuk memperbaiki sistem imun), antilipidaemic (untuk menurunkan kolesterol), antiallergi, dan antivirus (Bopda et al. 2014).

Tanaman obat lebih sering digunakan di daerah pedesaan karena harganya lebih murah dibandingkan obat kimia. Penggunaan tanaman obat di daerah pedesaan dapat meningkatkan status kesehatan masyarakat setempat yang memiliki penghasilan rendah (Syarif et al. 2011).

Status Gizi

(35)

21

memiliki status gizi IMT/U dengan kategori normal sebesar 84.8%, dengan rata-rata nilai z-score sebesar -0.19 (Gambar 7). Hasil ini sesuai dengan penelitian Monalisa (2013) dan Nuraini (2013) bahwa sebagian besar siswa SD memiliki status gizi IMT/U normal (67%). Status gizi seseorang dapat dipengaruhi oleh asupan makanan, penyakit infeksi serta sanitasi lingkungan. Status gizi yang rendah akan menyebabkan penurunan daya tahan tubuh, sehingga risiko terkena penyakit lebih mudah (Umardani 2011). Anak berstatus gizi kurang memiliki risiko 14.4 kali terkena diare dibandingkan anak yang status gizinya normal (Gupta et al. 2015).

Gambar 7 Sebaran contoh berdasarkan status gizi IMT/U

Indeks TB/U menggambarkan status gizi masa lalu (stunting) akibat defisiensi zat gizi dalam jangka waktu relatif lama. Gambar 8 menjelaskan bahwa sebagian besar contoh (62.1%) memiliki status gizi TB/U normal dan (37.9%) contoh yang pendek (stunting). Hal ini sesuai dengan penelitian Nuraini (2013) bahwa rata-rata anak SD di Bogor memiliki status gizi TB/U yang normal.

Sementara itu, hasil studi Sekiyama et al. (2012) menunjukkan bahwa anak berumur 6-12 tahun di Desa Sukajadi memiliki prevalensi status gizi TB/U stunting

yang tinggi sebesar 65.5%. Tingginya prevalensi stunting di desa Sukajadi, salah satunya disebabkan oleh tingginya konsumsi jajanan yang rendah kandungan mikronutrient seperti kalsium dan vitamin A yang dapat menghambat pertumbuhan linear anak-anak.

Masalah stunting merupakan masalah yang perlu penganan khusus, karena kedepannya akan berdampak pada kualitas sumber daya manusia di negara tersebut. Masalah stunting dikatakan menjadi masalah serius apabila prevalensinya 30-39% (Kemenkes 2013). Prevalensi stunting di desa ini sebesar 30.7%, oleh karena itu masalah stunting di Desa Sukajadi menjadi masalah gizi serius yang perlu penanganan khusus.

Pertumbuhan linear yang terhambat (stunting) disebabkan oleh faktor sosial ekonomi keluarga, kekurangan zat gizi yang lama, sanitasi lingkungan dan morbiditas terutama penyakit infeksi (Assis et al. 2005; de Onis & Blossner 2003). Penelitian lain juga menyatakan bahwa anak yang menderita stunting umumnya memiliki kekurangan gizi mikro seperti seng, Fe serta Vit A yang dapat merusak kekebalan tubuh (Verhoef et al. 2002).

(36)

22

Gambar 8 Sebaran contoh berdasarkan status gizi TB/U

Hubungan Pengetahuan PHBS dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Contoh yang memiliki pengetahuan PHBS yang baik berkorelasi signifikan dengan perilaku hidup bersih dan sehat yang baik pula (p<0.05, r=0.33) yang hasil uji statistiknya ditunjukkan pada Lampiran 2. Hasil ini sesuai dengan penelitian sebelumnya Diana et al. (2014) yang menyatakan bahwa pengetahuan berhubungan signifikan positif dengan perilaku hidup bersih dan sehat.

Perilaku seseorang selain dipengaruhi oleh pengetahuan juga dipengaruhi oleh lingkungan sekitar (Notoadmodjo 2007). Keadaan lingkungan sekolah contoh termasuk kategori sanitasi sedang, namun ada beberapa fasilitas yang sanitasinya kurang. Misalnya untuk fasilitas kamar mandi hanya tersedia dua untuk semua siswa serta keadaan sanitasinya belum memenuhi persyaratan higiene yang telah ada. Jumlah tempat cuci tangan untuk SD 03 Gadog belum mencukupi untuk siswanya. Jumlah tempat cuci tangan untuk SD 02 Gadog sudah mencukupi, tetapi sayangnya tidak digunakan dengan baik karena tidak terdapat air mengalir dan sabun. Keadaan ini dapat mempengaruhi perilaku hidup bersih dan sehat contoh.

Hubungan Pengetahuan PHBS dengan Status Kesehatan

Contoh yang memiliki pengetahuan PHBS yang tinggi berhubungan signifikan dengan frekuensi dan lama sakit yang rendah, dengan kata lain memiliki status kesehatan yang baik (p<0.05, r=-0.33). Stanton et al. (1988) menyatakan bahwa kelompok yang memiliki pengetahuan terkait higiene dan sanitasi yang tinggi maka status kesehatannya baik yang ditunjukkan oleh jumlah kejadian diare yang rendah.

Hubungan PHBS dengan Status Kesehatan

(37)

23

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Jayanti et al. (2011) yang menunjukkan bahwa perilaku hidup bersih dan sehat contoh tidak berhubungan signifikan dengan status kesehatannya. Status kesehatan tidak hanya dipengaruhi oleh perilaku saja tetapi lingkungan juga memberikan kontribusi besar dalam mempengaruhinya. Hapsari et al. (2009) menyatakan bahwa penduduk yang tinggal di lingkungan yang tidak sehat berpeluang 1.1 kali lebih tinggi untuk memiliki status kesehatan buruk dibandingkan dengan penduduk yang tinggal di lingkungan sehat.

Hubungan Status Kesehatan dengan Status Gizi

Status gizi (IMT/U) yang normal cenderung memiliki frekuensi dan lama sakit rendah, dengan kata lain memiliki status kesehatan yang baik. Meskipun secara statistika tidak berkorelasi signifikan (p>0.05, r=-0.43). Hasil ini sesuai dengan penelitian Nur’aini (2009) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan (p>0.05) antara status gizi IMT/U anak sekolah dengan status kesehatan. Hal ini disebabkan oleh variansi data status gizi (IMT/U) pada penelitian ini yang rendah atau homogen. Sebagian besar contoh 84.8% berstatus gizi IMT/U normal dan hanya 1.5% contoh memiliki status gizi (IMT/U) kurus, sementara itu variansi data status kesehatan tinggi (heterogen) yang ditunjukkan dari 60.6% contoh status kesehatan kurang dan 34.5% contoh status kesehatan baik, sehingga hubungan statistiknya tidak signifikan. Sementara itu, status gizi tidak hanya dipengaruhi oleh status kesehatan, asupan makanan juga menjadi faktor utama yang mempengaruhi status gizi. Monalisa (2013) menyatakan bahwa konsumsi energi berhubungan signifikan positif dengan status gizi.

Sementara itu, contoh yang memiliki status gizi TB/U rendah (stunting) berkorelasi signifikan dengan frekuensi dan lama sakit yang tinggi, dengan kata lain memiliki status kesehatan yang kurang (p<0.05, r=-0.24). Hasil ini sejalan dengan penelitian Arifin (2014). Penelitian lain juga menyatakan bahwa anak yang menderita stunting umumnya memiliki kekurangan gizi mikro seperti seng, Fe serta Vit A yang dapat merusak kekebalan tubuh (Verhoef et al. 2002).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Tingkat pengetahuan PHBS contoh sebagian besar (65.2%) tergolong sedang, sisanya tergolong tinggi (19.7%) dan rendah (15.2%). Sebagian besar contoh sudah memahami pengetahuan PHBS terkait cara cuci tangan yang baik dan benar, ciri-ciri jajanan sehat, efek merokok, pentingnya menimbang berat badan dan tinggi badan serta manfaat membuang sampah pada tempatnya. Sementara itu, contoh belum memahami pengetahuan PHBS terkait ciri-ciri jamban bersih dan sehat, frekuensi olahraga teratur serta cara memberantas jentik nyamuk.

(38)

24

rendah adalah berolahraga secara teratur, membuang sampah di tempat sampah dan menimbang berat badan serta tinggi badan secara teratur.

Status kesehatan contoh sebagian besar (60.6%) berada dalam kategori kurang dan (39.4%) kategori baik. Sementara itu, status gizi (IMT/U) contoh sebagian besar dalam kategori normal (84.8%) dan sisanya berada dalam kategori kurus (1.5%) serta kategori gemuk (13.6%). Status gizi TB/U contoh sebagian besar dalam kategori normal (62.1%) dan sebanyak (37.9%) contoh dalam kategori

stunting. Masalah stunting di desa ini menjadi masalah gizi yang serius dan perlu penanganan khusus.

Contoh yang memiliki pengetahuan tentang PHBS yang baik berkorelasi signifikan (p<0.05) dengan perilaku hidup bersih dan sehat yang baik pula. Sementara itu, pengetahuan PHBS yang baik berkorelasi signifikan (p<0.05) dengan status kesehatan baik. Status gizi (TB/U) yang normal berkorelasi secara signifikan (p<0.05) dengan status kesehatan yang baik pula.

Saran

Pemberian penyuluhan maupun materi sekolah terkait PHBS penting dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan siswa dan penjaja jajanan sekolah, sehingga dapat meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat. Sementara itu peningkatan sanitasi lingkungan sekolah maupun tempat tinggal memberi pengaruh besar terhadap perilaku hidup bersih dan sehat anak sekolah. Selain itu, perlu dianalisis perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan keluarga untuk mengetahui kebiasaan anak sekolah di rumah. Pemerintah daerah juga perlu memberikan program-program gizi yang efektif dan efisien untuk meningkatkan status gizi anak sekolah di daerah pedesaan.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin YN. 2014. Hubungan antara karakteristik keluarga dan konsumsi pangan dengan status gizi dan prestasi belajar anak sekolah dasar stunting dan normal [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Assis AMO, Barreto ML, Santos LMP, Fiacone R, Gomes GS. 2005. Growth faltering in childhood related to diarrhea: a longitudinal community based study. EJCN. 59:1317-1323. doi:10.1038/sj.ejcn.1602245.

[Bapenas] Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional. 2014. Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-1019. Jakarta (ID): Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional.

Bopda OSM, Longo F, Bella TN, Edzah PMO, Taiwe GS, Bilanda DC, Tom ENL, Kamtchouing P, Dimo T. 2014. Activities of the aqueous extract of Kalanchoe pinnata (Crassulaceae) high salt-loaded rats. J Ethnopharmacol. 153:400-407. doi:10.1016/j.jep.2014.02.041.

(39)

25

[Depkes] Departemen Kesehatan. 2007. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta (ID): Departemen Kesehatan RI.

Diana FM, Susanti F, Irvan A. 2014. Pelaksanaan program perilaku di SD Negeri 001 Tanjung Balai Karimun. J Kesehatan Masyarakat. 8(1).

Eisenberg JNS, Scott J, Porco T. 2007. Integrating disease control strategis: balancing water sanitation and hygiene interventions to reduce diarrheal disease burden. Am J Public Health. 97 (5):486.

Eryisoma E. 2012. Perilaku hidup bersih dan sehat, pola asuh, status gizi, dan status kesehatan anak balita di wilayah program warung anak sehat (WAS) Kabupaten Sukabumi [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Gupta A, Sarker G. Rout AJ, Mondal T, Pal R. 2015. Risk correlates of diarrhea in children under 5 years of Cage in slums of Bankura, West Bengal. J Global Infectious Diseases. 7(1):23-29.

Hapsari D, Sari P, Pradono J. 2009. Pengaruh lingkungan sehat dan perilaku hidup sehat terhadap status kesehatan. Bul Penelitian Kesehatan Supplement. 40-49. Hasan MI. 2006. Analisis Data Penelitian dengan Statistika. Jakarta (ID): Bumi

Aksara.

Hurlock EB. 2004. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga.

Jacoby PA, Coates HL, Arumugaswamy A, Elsbury D, Stokes A, Monck R, Finucane JM, Weeks SA, Lehmann D. 2008. The effect of passive smoking on the risk of otitis media in Aboriginal and Non-Aboriginal children in the Kalgoorlie-Boulder region of Western Australia. MJA. 188(10): 599-603. Jayanti LD, Yekti HE, Dadang S. 2011. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

serta perilaku gizi seimbang ibu kaitannya dengan status gizi dan kesehatan balita di kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. JGP. 6(3): 192-199.

[Kemendikbud] Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2012. Pedoman Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah. Jakarta (ID): Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar.

[Kemenkes] Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta (ID): Kementrian Kesehatan RI.

Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Bogor (ID): Departemen Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Koh WP, Yuan JM, Sun CL, Lee HP, Yu MC. 2005. Middle-aged and older chinese men and women in singapore who smoke have less healthy diets and lifestyles than nonsmokers. J Nutr. 135:2473-2477.

Kostanjevec S, Jerman J, Koch V. 2013. Nutrition knowledge in relation to eating behaviour and attitudes of Slovenian schoolchildren. NFS. 43(6):564-572.doi: 10.1108/NFS-10-2012-0108.

Mahendra B. 2006. Panduan Meracik Herbal. Bogor (ID): Penerbit Swadaya. Mohler SE. 1987. Passive smoking a danger to children’s health. J Pediatr Health

Care. 298-304.

(40)

26

Notoatmodjo S. 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta (ID): Rineka Cipta.

Nuraini D. 2013. Pengetahuan gizi dan keamanan pangan serta kebiasaan jajan anak di SD Negeri Sukadamai 03 Bogor dan SD Negeri Situgede 04 Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Nuraeni A. 2012. Hubungan penerapan PHBS keluarga dengan kejadian diare balita di Kelurahan Tawangmas Kota Semarang [tesis]. Depok (ID): Universitas Indonesia.

Nur’aini. 2009. Pola aktivitas, konsumsi pangan, status gizi dan kesehatan anak jalanan di Kota Bandung [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Pahlevi AE. 2012. Determinasi status gizi pada siswa sekolah dasar. JKM.

2:122-126.

Papalia D E and Olds S W. 2001. Human Development, Second Edition. USA (US) : McGraw-Hill. Inc.

Proverawati A dan Rahmawati E. 2012. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Yogyakarta (ID): Nuha Medika.

Rahmawati D. 2006. Status gizi dan perkembangan anak usia dini di taman pendidikan karakter sutera alam. Desa Sukamantri. Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Riyadi H. 2001. Metodologi Penilaian Status Gizi Secara Antropometri. Diktat Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.

Romae J, Wamberg J, Pazo T, Marcos A. 2010. Role of physical acticity on immune function physical activity, immunity and infection. Proc Nutr Soc. 69: 390-399. doi:10.1017/S0029665110001795

Roosita K, Kusharto CM, Sekiyama M, Yulian F, Ohtsuka R. 2008. Medical plants used by the villagers of a Sundanese Community in West Java Indonesia. J. Ethnopharmacol. 115:72-81.

Scrimshaw NS. 2003. Historical concept of interaction, synergism and antagonis between nutrition and infection. J Nutr. 133:316-321.

Sekiyama M, Roosita K, Ohtsuka R. 2012. Snack foods consumption contributes to poor nutrition of rural children in West Java, Indonesia. Asia Pac J Clin Nutr. 21 (4):558-567.

Slamet Y. 1993. Analisis Kuantitatif Untuk Data Sosial. Solo (ID): Dabara Publisher.

Sulfiana A. 2014. Pengaruh perilaku hidup bersih dan sehat terhadap kejadian gizi kurang dan stunting pada balita di kecamatan Pamijahan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta (ID): Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Stanton BF, Clemens JD, Khair T. 1988. Educational intervention for altering water-sanitation behaviour to reduce childhood diarrhea in urban Bangladesh: impact on nutritional status. Am J Clin Nutr. 48:1166-72.

Syarif P, Bambang S, Hayati S. 2011. Deskripsi manfaat tanaman obat di pedesaan sebagai upaya pemberdayaan apotik hidup (studi kasus di kecamatan Wonokerto). Pena Jurnal Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi.

(41)

27

Umardani MW. 2011. Kebiasaan jajan. aktivitas fisik. status gizi dan kesehatan serta hubungannya dengan prestasi belajar siswa sekolah dasar di Kota Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Verhoef H, West CE, Veenemans J, Beguin Y, Kok FJ. 2002. Stunting may determine the severity of malaria-associated anemia in african children. J Pediatr. 110:4. doi: 10.1542/peds.110.4.e48.

WHO. 2010©. Global Recommendations on Physical Activity for Health. Switzerland (CH). WHO Press.

Yasmin G dan Madanijah S. 2010. Perilaku penjaja pangan jajanan anak sekolah terkait gizi dan keamanan pangan di Jakarta dan Sukabumi. JGP. 5(3):148-157.

LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner penelitian

Kuesioner Pengetahuan PHBS

No Pertanyaan Jawaban Skor

1 2 3

1. Menurut adik-adik apa yang harus dilakukan

2. Menurut adik-adik kapan saatnya kita mencuci 3. Menurut adik-adik apakah

jamban/wc itu?

Bersih saja Tidak berbau dan bersih

Tidak bau saja

5. Menurut adik-adik apakah jajanan sehat itu?

(42)

28

No Pertanyaan Jawaban Skor

1 2 3

8. Menurut adik-adik berapa kali olahraga yang baik?

Sakit batuk Sakit panas Sakit diare

12. Menurut adik-adik apakah sampah itu?

Sakit mata batuk Diare/sakit perut

penting tidak Tidak tahu

Kuesioner PHBS

No Pertanyaan Selalu Kadang/jarang Tidak pernah Skor 1. Seberapa sering

adik-selalu Kadang/jarang Tidak pernah

2. Seberapa sering

(43)

29

No Pertanyaan Selalu Kadang/jarang Tidak pernah Skor Ditanyakan ke adiknya apakah pernah lupa mencuci tangan setelah atau sebelum

melakukan kegiatan tersebut

Jenis WC: WC jongkok/WC duduk

Apakah terdapat serangga seperti kecoa atau tikus di WC? 4. Berapa kali adik-adik

berolahraga dalam satu

6. Apakah ada seseorang yang merokok di

7. Berapa kali adik-adik menimbang berat badan dalam satu tahun

≥4 kali/tahun 1 kali/tahun Tidak pernah

8. Berapa kali adik-adik mengukur tinggi badan dalam satu tahun

≥4 kali/tahun 1 kali/tahun Tidak pernah

9. Di mana adik-adik

Kuesioner praktek dan higiene penjaja jajanan sekolah

No Praktek higiene dan sanitasi

Penjaja jajanan sekolah 1 2 3 4 Higiene

1. Contoh menangani makanan dan minuman dengan bersih dan sehat

2. Contoh menggunakan baju yang bersih 3. Contoh tidak mempunyai luka yang terbuka

(44)

30

No Praktek higiene dan sanitasi

Penjaja jajanan sekolah 1 2 3 4 5. Contoh tidak menyentuh pangan langsung dengan tangan saat

menyajikan melainkan menggunakan sendok/alat lain 6. Contoh tidak makan, minum atau merokok selama melayani

pembeli

7. Contoh tidak menggaruk badan dan bersin atau batuk selama melayani pembeli

8. Sebelum melayani pembeli contoh mencuci tangan 9. Setelah melayani pembeli contoh mencuci tangan Penanganan dan Penyimpanan Makanan/Minuman

1. Bahan minuman yang cepat rusak seperti susu atau santan disimpan di dalam lemari es/kulkas atau termos es

2. Bahan-bahan kering seperti gula dipisahkan dari bahan basah 3. Tidak terdapat bahan-bahan beracun di area penjualan

4. Makanan/minuman disajikan atau dikemas dalam pengemas yang bersih

5. Plastik bekas tidak digunakan sebagai kemasan makanan/minuman

6. Makanan/minuman yang dijual selalu ditutup

7. Bahan tambahan kimia atau alami yang ditambahkan ke dalam minuman adalah bahan yang di ijinkan

8. Penggunaan bahan tambahan kimia atau alami yang

ditambahkan ke dalam minuman sesuai dengan petunjuk dan ketentuan yang berlaku

Sarana dan Fasilitas

1. Tempat (wadah) untuk menjual makanan/minuman dalam keadaan bersih

2. Tersedia tempat cuci tangan 3. Tersedia lap tangan

4. Tersedia lap peralatan 5. Tersedia tempat sampah

6. Tersedia tempat pencucian peralatan dengan suplai air mengalir

Pengendalian Hama, Sanitasi, Tempat dan Peralatan

1. Tidak ada binatang pengerat, serangga dan binatang lainnya di tempat penjualan makanan/minuman

2. Ada upaya untuk mencegah masuknya hama (kecak, semut, dll)

Gambar

Gambar 1  Kerangka pemikiran keterkaitan pengetahuan, perilaku hidup bersih
Tabel 1  Variabel, jenis data dan cara pengambilan data
Tabel 1  Variabel, jenis data dan cara pengambilan data (lanjutan)
Tabel 5  Persentase contoh berdasarkan pertanyaan pengetahuan PHBS
+5

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah, rahmat, hidayah serta kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

Siekiant aptarti informacijos, žinių ir komu- nikacijos vadybos taikymo modernioje organizacijoje teorines ir praktines galimybes, Vilniaus universi- teto Komunikacijos fakultete

Rendahnya nilai indikator melakukan tindakan yang tidak sesuai SPO dan tidak menunjukkan rasa bersalah jika melakukan kesalahan, hal tersebut juga merupakan dampak

Rektor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a mempunyai tugas memimpin dan mengelola penyelenggaraan pendidikan tinggi sesuai dengan ketentuan peraturan

Terdapat pengaruh nyata dan interaksi ekstrak daun lidah buaya dan sirih dalam menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans sehingga menyebabkan perbedaaan besar

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Berkat dan Anugerah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

Banyak strategi yang digunakan ustadz Subchan dalam membentuk akhlak santri, mulai dari luar kelas sampai dalam kelas beliau berusaha membentuk akhlak santri

Kegiatan pemanenan kayu yang meliputi kegiatan penebangan pohon, penyaradan dan pengangkutan secara simultan merupakan faktor penyebab kerusakan tegakan tinggal