POTENSI TUMBUHAN BERGUNA DI CAGAR ALAM
DUNGUS IWUL BOGOR JAWA BARAT
SINTA SUSANTI
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Potensi Tumbuhan Berguna di Cagar Alam Dungus Iwul Bogor Jawa Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari skripsi saya kepada Institut Pertanian Bogor.
ABSTRAK
SINTA SUSANTI. Potensi Tumbuhan Berguna di Cagar Alam Dungus Iwul, Bogor Jawa Barat. Dibimbing oleh AGUS HIKMAT dan SISWOYO.
Cagar Alam (CA) Dungus Iwul merupakan kawasan hutan hujan dataran rendah, tempat tumbuhnya spesies iwul (Orania sylvicola). Kondisi CA Dungus Iwul mempunyai potensi ditumbuhi berbagai spesies tumbuhan berguna. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keanekaragaman spesies tumbuhan dan potensi tumbuhan berguna di CA Dungus Iwul serta bentuk pemanfaatan tumbuhan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar CA Dungus Iwul. Hasil analisis vegetasi dengan metode kombinasi jalur dan garis berpetak diperoleh sebanyak 72 spesies tumbuhan dari 40 famili. Keanekaragaman tumbuhan di CA Dungus Iwul tergolong sedang. Potensi tumbuhan berguna di CA dungus Iwul teridentifikasi sebanyak 52 spesies tumbuhan (72.22%). Kelompok kegunaan tertinggi yaitu tumbuhan bahan bangunan (25 spesies). Pemanfaatan tumbuhan yang dilakukan oleh masyarakat di sekitar CA Dungus Iwul, teridentifikasi sebanyak 104 spesies dari 52 famili. Tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat tidak berasal dari dalam kawasan CA Dungus Iwul.
Kata kunci: cagar alam Dungus Iwul, masyarakat, tumbuhan berguna ABSTRACT
SHINTA SUSANTI. The potential of plants Useful in the nature reserve Dungus Iwul, Bogor, West Java. Supervised by AGUS HIKMAT and SISWOYO.
Dungus Iwul nature reserve is a lowland rain forest area inhibits the growth of iwul species (Orania sylvicola). The same area is potentially overgrown by the various species of useful plants, therefore this study aims to identify the diversity of species of plants and potential useful herbs in Dungus Iwul nature reserve and the utilization of plans by local community at Dungus Iwul nature reserve. Vegetation analysis with the combination method of lines and line terraced results plant diversity as many as 72 plant species from 40 families which belongs to the medium category of plant diversity. The potential useful plants in Dungus Iwul nature reserve were identified and counted as 52 species of plants (72.22%). The highest utility group of the plants was belong to building materials (including 25 species); whereas the local communities around Dungus Iwul nature reserve were recorded to utilize 104 plant species from 52 families that all came from outside area of Dungus Iwul nature reserve.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
POTENSI TUMBUHAN BERGUNA DI CAGAR ALAM
DUNGUS IWUL BOGOR JAWA BARAT
SINTA SUSANTI
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Jawa Barat Nama : Sinta Susanti NIM : E34090053
Disetujui oleh
Dr Ir Agus Hikmat, MSc F Pembimbing I
Ir Siswoyo, MSi Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2013 sampai Januari 2014 ini berjudul Potensi Tumbuhan Berguna di Cagar Alam Dungus Iwul, Bogor- Jawa Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Agus Hikmat MSc F dan Bapak Ir Siswoyo MSi selaku pembimbing, serta Bapak Alan dan Ibu Sanat yang telah banyak memberi saran dan telah membantu peneliti selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga Himakova dan Anggrek hitam 46, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN viii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
Manfaat Penelitian 1
METODE 2
Lokasi dan Waktu 2
Bahan dan Alat 2
Jenis data 2
Pengumpulan Data 3
Analisis Data 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Kondisi Umum Lokasi Penelitian 8
Komposisi Tumbuhan di CA Dungus Iwul 9
Klasifikasi Kelompok Kegunaan 12
Bentuk Pemanfaatan oleh Msyarakat 19
Interaksi Masyarakat dengan CA Dungus Iwul 26
SIMPULAN DAN SARAN 28
Simpulan 28
Saran 28
DAFTAR PUSTAKA 28
DAFTAR TABEL
1 Jenis dan metode pengambilan data 3
2 Klasifikasi kelompok kegunaan tumbuhan 7
3 Persen habitus tumbuhan di CA Dungus Iwul 9
4 Tumbuhan termasuk ranking 5 INP terbesar 10
5 Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener dan indeks kemerataan di CA
Dungus Iwul 12
6 Rekapitulasi kegunaan tumbuhan dalam dan di sekitar CA Dungus Iwul 13 7 Potensi tumbuhan penghasil pangan di CA Dungus Iwul 14
8 Potensi tanaman hias di CA Dungus Iwul 15
9 Potensi penghasil pakan ternak di CA Dungus Iwul 15 10 Potenai penghasil bahan pewarna dan tanin di CA Dungus Iwul 16 11 Potensi penghasil kayu bakar di CA Dungus Iwul 16 12 Potensi penghasil, tali, anyaman, dan kerajinan di CA Dungus Iwul 17 13 Potensi penghasil bahan bangunan di CA Dungus Iwul 18
14 Potensi penggunaan lain di CA Dungus Iwul 18
15 Rekapitulasi kegunaan tumbuhan di sekitar masyarakat CA Dungus
Iwul 19
16 Spesies tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat dan tumbuh di
kawasan CA Dungus Iwul 27
DAFTAR GAMBAR
1 Peta lokasi penelitian CA Dungus Iwul 2
2 Bentuk jalur pengamatan vegetasi 4
3 Kondisi CA Dungus Iwul 8
4 Famili yang memiliki jumlah spesies ≥ 3 9
5 Spesies Rane daun (Selaginella opaca) 11
6 a) pohon Iwul (Orania sylvicola) dan (b) semai iwul (Orania sylvicola) 11 7 Padi (Oryza sativa) tanaman penghasil pangan yang dimanfaatkan oleh
masyarakat 20
8 Sri rejeki (Dieffenbachia seguine) yang dimanfaatkan oleh masyarakat 21 9 Tamanan ilalang (Imperata cylindrica) sebagai tanaman penghasil
pakan ternak 21
10 a) Kunyit (Pleomele angustifolia) dan (b) Suji (Dracaena angustifolia) 22 11 Kayu afrika (Maesopsis eminii) dan kayu ketapang (Terminalia
catappa) yang dimanfaatkan oleh masyarakat 23
12 Kayu bakar yang dimanfaatkan oleh masyarakat 23 13 Bambu dimanfaatkan masyarakat untuk menghasilkan tali anyaman dan
kerajinan seperti saung 24
14 Famili yang memiliki jumlah spesies ≥ 3 individu 24 15 Persentase habitus yang dimanfaatkan oleh masyarakat 25 16 Persentasi bagian yang dimanfaatkan oleh masyarakat 26 17 Tumbuhan yang ditemukan dari hasil analisis vegetasi dan wawancara
1 Hasil Perhitungan INP tingkat tumbuhan bawah di CA Dungus Iwul 30 2 Hasil Perhitungan INP tingkat semai di CA Dungus Iwul 31 3 Hasil Perhitungan INP tingkat pancang di CA Dungus Iwul 32 4 Hasil Perhitungan INP tingkat tiang di CA Dungus Iwul 34 5 Hasil Perhitungan INP tingkat pohon di CA Dungus Iwul 35
6 Tumbuhan berguna di CA Dungus Iwul 38
7 Potensi tumbuhan obat di CA Dungus Iwul 45
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan tropika Indonesia diakui sebagai komunitas yang paling kaya akan keanekaragaman spesies tumbuhan di dunia. Indonesia sangat kaya dengan berbagai spesies flora. Dari 40 000 spesies yang tumbuh di dunia, 30 000 spesies diantaranya tumbuh di Indonesia. Kurang lebih 26 % telah dibudidayakan dan sisanya 74 % masih tumbuh liar di hutan-hutan (Syukur dan Hernani 1999). Salah satu fungsi hutan sebagai tempat tumbuhnya berbagai spesies tumbuhan tersebut adalah hutan konservasi, salah satunya Cagar Alam (CA) Dungus Iwul.
Kawasan CA Dungus Iwul terletak di Desa Wirajaya Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. CA Dungus Iwul merupakan kawasan hutan hujan dataran rendah, tempat tumbuhnya spesies iwul (Orania sylvicola). Kondisi CA Dungus Iwul mempunyai potensi berbagai spesies tumbuhan berguna. Menurut Kartikawati (2004), tumbuhan berguna dapat dikelompokkan berdasarkan pemanfaatannya antara lain sebagai bahan pangan, sandang, bangunan, obat-obatan, kosmetika, alat rumah tangga dan pertanian, tali-temali, anyam-anyaman, pelengkap upacara adat dan kegiatan sosial, minuman, dan kesenian.
Pada umumnya masyarakat yang berbatasan langsung dengan kawasan hutan sangat bergantung terhadap sumberdaya alam hayati yang ada di sekitarnya. Daerah pedesaan di sekitar hutan sudah sejak dulu kala memanfaatkan tumbuhan untuk kehidupan sehari-hari berupa hasil hutan, mulai dari sandang, pangan, papan, dan kesehatan. Keadaan ini menyebabkan terjadinya interaksi antara potensi sumberdaya alam yang terdapat di dalamnya dengan masyarakat di sekitar kawasan hutan.
Potensi tumbuhan berguna di CA Dungus Iwul belum banyak diketahui, disamping itu interaksi masyarakat sekitar CA Dungus Iwul dalam memanfaatkan potensi tumbuhan berguna tersebut juga belum diketahui. Oleh karena itu penelitian ini perlu dilakukan.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi keanekaragaman spesies tumbuhan di CA Dungus Iwul 2. Mengidentifikasi potensi tumbuhan berguna di CA Dungus Iwul
3. Mengidentifikasi bentuk pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat di sekitar CA Dungus Iwul.
Manfaat Penelitian
METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di CA Dungus Iwul yang terletak di Desa Wirajaya, Kecamatan Jasingan Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Pengambilan data dilakukan pada bulan Desember 2013 sampai Januari 2014. Adapun gambaran lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Bahan dan Alat
Bahan dan alat yang digunakan adalah peta, buku panduan lapang tentang tumbuhan, kamera, kertas koran, kantong plastik, tally sheet, meteran gulung, kompas, tambang/tali rafia, meteran jahit, kuisioner, label gantung, gunting, selotip,alkohol 70%, alat tulis menulis dan komputer beserta perlengkapannya.
Jenis Data yang dikumpulkan
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini meliputi jenis data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data potensi tumbuhan berguna di CA Dungus Iwul, pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat sekitar, dan data sekunder meliputi kondisi umum lokasi penelitian serta sosial, ekonomi dan budaya
masyarakat sekitar CA Dungus Iwul. Jenis dan metode pengumpulan data serta informasi dalam penelitian ini secara rinci disajikan pada Tabel 1.
Teknik Pengumpulan Data
Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk mencari data mengenai kondisi umum kawasan, meliputi letak dan luas, iklim dan curah hujan, geologi dan tanah, topografi, flora dan fauna serta kondisi sosial ekonomi masyarakat CA Dungus Iwul. Pengumpulan data dilakukan dengan merekapitulasi data-data dari pustaka yang ada, baik penelitian yang dilakukan oleh pihak pengelola maupun dari hasil penelitian pihak lain (instansi/mahasiswa).
Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data mengenai bentuk pemanfaatan beserta spesies-spesies tumbuhan berguna yang dimanfaatkan oleh masyarakat desa sekitar CA Dungus Iwul. Wawancara dilakukan secara terbuka. Hal-hal yang akan ditanyakan meliputi spesies tumbuhan dan jenis pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat.
Penentuan responden dilakukan dengan teknik snowball sampling yaitu menentukan responden kunci (key person). Responden kunci nantinya digunakan
Tabel 1 Jenis dan metode pengambilan data
No Jenis data Parameter yang diambil Sumber data Metode 1 Kondisi umum
lokasi penelitian
1. Sejarah, letak dan luas kawasan 2. Topografi dan
kelerengan
3. Iklim dan hidrologi 4. Geologi dan spesies
sebagai penentu responden lainnya. Orang yang dijadikan responden kunci adalah orang yang memiliki pengetahuan luas mengenai nama lokal tumbuhan dan manfaat atau kegunaan tumbuhan. Responden yang diwawancarai adalah masyarakat sekitar CA Dungus Iwul yang terletak di Desa Wirajaya Kampung Cigeulung dan Barambang Raya, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor. Wawancara berhenti ketika jawaban sudah sama atau jenuh.
Pengelolaan dan Analisis vegetasi
Analisis vegetasi dilakukan dengan metode jalur garis berpetak. Metode ini merupakan kombinasi jalur garis berpetak pada unit contoh berbentuk jalur sepanjang 100 m sebanyak 7 jalur atau 35 plot, 1 jalur terdiri dari 5 petak contoh. Peletakan jalur dilakukan dengan cara systematic sampling, jalur pertama diletakkan 20 meter dari batas terluar. Jarak antara jalur satu dengan yang lainnya 50 m.
Data yang dikumpulkan meliputi nama spesies, jumlah individu setiap spesies untuk tingkat pertumbuhan semai, tumbuhan bawah dan pancang, sedangkan untuk tingkat tiang dan pohon dicatat nama spesies, jumlah individu, diameter batang. Tingkat pertumbuhan semai, tumbuhan bawah (a) (tinggi < 1,5, diameter < 3 cm) petak berukuran 2 m x 2 m, untuk tingkat pertumbuhan pancang 5 m x 5 m (b) (diameter < 10 cm, tinggi > 1,5 m), untuk tingkat pertumbuhan tiang 10 m x 10 m (c) (diameter 10-19 cm) dan untuk tingkat pertumbuhan pohon, epifit dan liana ukuran petaknya adalah 20 m x 20 m, disajikan pada Gambar 2.
Keterangan :
a. 2 m x 2 m (Semai dan tumbuhan bawah) b. 5 m x 5 m (Pancang)
c. 10 m x 10 m (Tiang)
d. 20 m x 20 m (Pohon, epifit dan liana)
Gambar 2 Bentuk jalur pengamatan vegetasi 20 Meter
20 Meter
50 Meter a
Pembuatan herbarium
Pembuatan herbarium bertujuan untuk mempermudah proses identifikasi spesies tumbuahan yang belum teridentifikasi di lapangan. Tahapan pembuatan herbarium antara lain (Hidayat 2009):
1. Pengambilan bahan sampel untuk herbarium yang terdiri dari ranting lengkap dengan daunnya, beserta bunga dan buahnya jika ada
2. Spesimen tumbuhan yang dijadikan herbarium dipotong dengan panjang sekitar ± 40 cm
3. Sampel tersebut dimasukkan ke dalam kertas koran dengan memberikan etiket yang berukuran 3 cm x 5 cm. Etiket berisi keterangan tentang nama koleksi, tanggal pengambilan spesimen, nama lokal, lokasi pengambilan spesimen dan nama kolektor
4. Lipatan kertas koran yang berisi spesimen ditumpuk menjadi satu dalam kantong plastik bening berukuran 40x60 cm
5. Tumpukan spesimen disiram dengan alkohol 70% hingga seluruh bagian tumpukan tersiram rata, selanjutnya kantong plastik ditutup rapat agar cairan alkohol tidak menguap
6. Tumpukan herbarium dipress dalam sasak dan dioven dengan suhu 70ºC selama 3 hari
7. Herbarium kering yang lengkap dengan keterangan yang diperlukan kemudian diidentifikasi di Laboratorium Ekologi Hutan.
Analisis Data
Indeks Nilai Penting
Soegianto (1994) diacu dalam Indriyanto (2006) menyatakan INP (Indeks Nilai Penting) adalah parameter kuantitatif yang dapat digunakan untuk menyatakan tingkat dominansi (tingkat penguasaan) spesies-spesies dalam suatu komunitas tumbuhan. Parameter ini dapat dihitung dengan rumus:
Kerapatan (K) = jumlah individu suatu spesies(individu)
luas seluruh petak (Ha)
Kerapatan Relatif (KR) = kerapatan suatu spesies
kerapatan seluruh spesiesx 100%
Frekuensi (F)= jumlah petak ditemukan suatu spesies jumlah seluruh petak contoh
Frekuensi Relatif (FR)= frekuensi suatu spesies
fekuensi seluruh spesiesx 100%
Dominasi (D) =luas bidang dasar suatu spesies(meter persegi)
Dominansi Relatif (DR) = dominansi suatu spesies
dominansi seluruh spesies x 100%
INP untuk tumbuhan bawah, semai dan pancang= KR+FR INP untuk tiang dan pohon = KR+FR+DR
Indeks Keanekaragaman Spesies (H
'
)Indeks keanekaragaman spesies dihitung dengan menggunakan Shannon-wienner Index (Krebs 1989), yaitu :
H' =-Σ[(Pi)ln(Pi)] dimana pi =
ni Indeks Kemeraatan Spesies (E)Kemerataan spesies digunakan untuk mengetahui sebaran individu setiap spesies dalam suatu lokasi. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai Evennes (Pielou 1969 diacu dalam Magurran 2004) adalah:
J
'
=
H′H
'
= Indeks keanekaragaman Shannon-wiener S = Jumlah spesiesPersen Habitus
Habitus merupakan penampakan luar dan sifat tumbuh suatu tumbuhan. Persen habitus merupakan telaah tentang persentase habitus yang dimanfaatkan terhadap habitus yang ada. Adapun habitus berbagai spesies tumbuhan menurut Tjitrosoepomo (1988) adalah sebagai berikut:
1. Pohon: merupakan tumbuhan berkayu yang tinggi besar, memiliki suatu batang yang jelas dan bercabang jauh dari permukaan tanah
2. Perdu: merupakan tumbuhan berkayu yang tidak terlalu besar dan bercabang dekat dengan permukaan tanah atau di dalam tanah
3. Semak: merupakan tumbuhan berkayu yang mengelompok dengan anggota yang sangat banyak membentuk rumpun, tumbuh pada permukaan tanah dan tingginya dapat mencapai 1 m
4. Herba: merupakan tumbuhan tidak berkayu dengan batang lunak dan berair 5. Liana:merupakan tumbuhan berkayu, yang batangnya menjalar/memanjat
pada tumbuhan lain
6. Epifit: merupakan tumbuhan yang menumpang pada tumbuhan lain sebagai tempat hidupnya
Rumus perhitungan persen habitus (Atok 2009) yaitu: Persen habitus = spesies dengan habitus tertentu
Persentase Bagian yang Dimanfaatkan
Pemanfaatan bagian tumbuhan meliputi akar, daun, bunga, buah, batang, umbi, kulit batang, kulit buah, dan rimpang. Rumus perhitungan persentase bagian yang dimanfaatkan (Atok 2009), yaitu:
Persen bagian yang dimanfaatkan =
Σ
bagian tertentu yang dimanfaatkanseluruhbagianyangdimanfaatkanX 100%
Persentase Potensi Tumbuhan Berguna
Berdasarkan hasil analisis vegetasi di hutan dihitung persen potensi tumbuhan berguna, sebagai berikut :
Persen potensi tumbuhan berguna = spesiestumbuhan berguna
seluruh spesies X 100%
Persentase Budidaya Tumbuhan
Berdasarkan hasil tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat ditentukan presentase budidaya tumbuhannya dengan menggunakan rumus berikut :
Persen budidaya tumbuhan= spesiestumbuhan budidaya
seluruh spesies yang dimanfaatkanX 100%
Identifikasi Spesies Tumbuhan Berguna
Spesies tumbuhan hasil analisis vegetasi kemudian diidentifikasi. Ada dua tahap identifikasi, yaitu (a) identifikasi spesies tumbuhan secara umum dan (b) identifikasi spesies tumbuhan berguna. Identifikasi tumbuhan berguna dilakukan dengan cek silang dari berbagai literatur/sumber tentang tumbuhan berguna yang ada. Klasifikasi tumbuhan berdasarkan kelompok kegunaan tumbuhan tersaji pada Tabel 2.
Tabel 2 Klasifikasi kelompok kegunaan tumbuhan
No Kelompok kegunaan
1 Tumbuhan obat 2 Tumbuhan hias
3 Tumbuhan penghasil pangan 4 Tumbuhan pakan ternak
5 Tumbuhan penghasil minyak atsiri (tumbuhan aromatik) 6 Tumbuhan bahan pewarna dan tanin
7 Tumbuhan penghasil bahan bangunan
8 Tumbuhan keperluan ritual adat dan keagamaan 9 Tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan 10 Tumbuhan penghasil kayu bakar
11 Lainnya
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Kawasan hutan Dungus Iwul ditetapkan sebagai Cagar Alam berdasarkan Surat Keputusan Goverment Besluit (GB) Nomor: 23 stbl 99 tanggal 21 Maret 1931, dengan luasan 9.01 ha. Secara administratif kawasan CA Dungus Iwul terletak di Desa Wirajaya Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Ditjen PHKA 2012) dengan batas kawasan Desa Curug (Utara), Desa Jugalajaya (Timur), Desa Luhur Jaya (Selatan) dan Desa Guradog (Barat). Kawasan Cagar Alam Dungus Iwul terletak di pinggir jalan raya antara Bogor dan Rangkasbitung sehingga mudah dicapai dengan rute perjalanan Bandung-Bogor ± 120 km, Bogor-Jasinga-Lokasi ± 60 km dengan kondisi jalan baik dan banyak dilintasi oleh kendaraan umum (Dishut 2007).
Iklim di kawasan CA Dungus Iwul menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson termasuk tipe iklim A dengan curah hujan rata-rata per tahun 3.191 mm (Ditjen PHKA 2012). Keadaan topografi kawasan Cagar Alam Dungus Iwul relatif datar dengan ketinggian tempat 175 m di atas permukaan laut (Dishut 2007). Vegetasi CA Dungus Iwul merupakan gambaran dari hutan dataran rendah yang dahulunya terhampar luas di bagian utara Jawa Barat.
Flora yang tumbuh di cagar alam ini adalah iwul (Orania sylvicola), kibentili (Kickxia arborea), anggrit (Adina polycephala), dahu (Dracontomelon mangiferum), ki hijuer (Quercus blumeana), ranji (Dialium indum) dan teureup (Artocarpus elasticus). Beberapa jenis satwaliar yang terdapat pada kawasan ini adalah jenis burung (aves) seperti elang ular (Spilornis cheela) dan beo (Gracula religiosa), merpati yang mirip kakatua (Treron pamedora pulverulenta), sedangkan jenis mamalia diantaranya adalah lutung (Tracyphithecus auratus), bajing terbang (Sciurepterus sagitta) dan jelarang (Ratufa bicolor) (Ditjen PHKA 2012).
Komposisi Tumbuhan di CA Dungus Iwul
Berdasarkan hasil analisis vegetasi yang sudah dilakukan di CA Dungus Iwul maka teridentifikasi sebanyak 72 spesies yang terdiri dari 40 famili. Daftar
lengkap spesies tumbuhan yang ditemukan di CA Dungus Iwul dapat dilihat pada Lampiran 1.
Komposisi Tumbuhan Berdasarkan Famili
Famili yang memiliki jumlah lebih dari dan atau sama dengan 3 spesies disajikan pada Gambar 4.
Famili dengan spesies terbanyak adalah Euphorbiaceae sebanyak 6 spesies, Adapun spesies yang termasuk kedalam famili Euphorbiaceae pada lokasi penelitian diantaranya bintinu (Mallotus paniculatus), ki sawo (Aporosa nitida), menteng monyet (Mallotus sp.), taritih (Drypetes sumatrana), calik angin (Acer niveum), dan mara (Macaranga triloba). Sebagaian besar dari spesies tumbuhan famili Euporbiaceae ini memiliki kegunaan pada bagian kayunya yaitu dapat dimanfaatkan sebagai bahan bagunan. Penelitian Polosakan (2011) mengatakan bahwa suku Euphorbiaceae sangat toleran terhadap kondisi lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa famili Euphorbiaceae memiliki kemampuan adaptasi yang baik pada lingkungan CA Dungus Iwul.
Komposisis Tumbuhan Berdasarkan Habitus
Habitus tumbuhan dapat pula dikatakan sebagai bentuk pertumbuhan. Persen habitus tumbuhan di CA Dungus Iwul disajikan pada Tabel 3.
Gambar 4 Famili yang memiliki jumlah spesies ≥ 3
6
Tabel 3 Persen habitus tumbuhan di CA Dungus Iwul
No. Habitus Jumlah spesies Persen habitus (%)
Tumbuhan yang mendominasi di CA Dungus Iwul berupa habitus pohon dengan nilai persen habitus tertinggi yaitu 74% dengan jumlah 53 spesies. Spesies tumbuhan berhabitus pohon yang banyak ditemukan di CA Dungus Iwul adalah iwul (Orania sylvicola). Tumbuhan yang berhabitus epifit hanya ditemukan satu jenis dengan persen habitus sebesar 1% yaitu kadaka (Asplenium nidus), tumbuhan yang berasal dari famili Polypodiacea ini merupakan spesies yang memiliki kegunaan sebagai tumbuhan obat dan biasanya digunakan juga sebagai tanaman hias.
Dominansi Spesies Tumbuhan
Spesies-spesies tumbuan yang termsuk ranking 5 INP terbesar kelas pertumbuhan disajikan pada Tabel 4, sedangkan daftar lengkap ini tersaji di Lampiran 1, 2, 3, 4, dan 5.
Tabel 4 Tumbuhan yang termasuk ranking 5 INP terbesar
No Nama lokal Nama ilmiah INP (%)
Tumbuhan bawah
1 Rane daun Selaginella opaca 33.17
2 Harendong bulu Clidemia hirta 25.11
3 Jampang kawat Cynodon dactylon 21.35
4 Ki tulang Polyalthia subcordata 10.21
5 Rengrang Garcinia rostrata 10.01
Pancang
1 Iwul Orania sylvicola 36.02
2 Ki tulang Polyalthia subcordata 27.49
3 Ki laja Knema laurina 14.22
5 Ki tulang Polyalthia subcordata 12.36
Pohon
1 Iwul Orania sylvicola 149.25
2 Keranji Dialum indum 18.93
3 Darandan Ficus melinocarpa 12.33
4 Ki tulang Polyalthia subcordata 10.26
Jenis rane daun (Selaginella opaca) merupakan jenis tumbuhan bawah yang memiliki INP tertinggi, S. opaca ditemukan hanya di beberapa plot saja dapat dilihat pada Gambar 5. Untuk jenis tertinggi selanjutnya ada jenis harendong bulu (Clidemia hirta) dan jampang kawat (Cynodon dactylon). Menurut Simbolon (2013) dua jenis tumbuhan C. hirta dan C. dactylon tergolong tumbuhan asing invasif di CA Dungus Iwul. C. hirta menjadi masalah di hutan tropis, dimana akan menyerang vegetasi hutan dan mencegah regenerasi tumbuhan alami lainnya (SEAMEO BIOTROP 2011). Spesies asing invasif merupakan spesies yang bukan spesies lokal dalam suatu ekosistem, dan yang menyebabkan gangguan terhadap ekonomi dan lingkungan, serta Berdampak buruk bagi kesehatan manusia (Campbell (2005) diacu dalam Simbolon (2013).
Untuk spesies tumbuhan iwul (Orania sylvicola) memiliki nilai INP tertinggi pada semua tingkatan diantaranya tingkat semai, pancang, tiang dan pohon kecuali pada timgkat tumbuhan bawah. Spesies iwul (Orania sylvicola) ini ditemukan dalam jumlah yang banyak di semua plot (35 petak) dapat dilihat pada Gambar 6. Secara umum, tumbuhan dengan INP yang tinggi mempunyai daya adaptasi, daya kompetisi dan kemampuan reproduksi yang lebih baik dibandingkan dengan tumbuhan lain dalam suatu areal tertentu (Soerianegara dan Indrawan 1998).
Keanekaragaman dan Kemerataan Tumbuhan
Nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener dan kemerataan spesies di CA Dungus Iwul disajikan pada Tabel 5.
(a) (b)
Menurut Shannon-Wiener (1963) diacu dalam Fachrul (2012), besarnya
indeks keanekaragaman spesies didefinisikan dalam tiga kategori, yaitu tinggi (H’ > 3), sedang (1 < H’< 3), dan rendah (H’ < 1). Berdasarkan Tabel 5 bahwa indeks keanekaragaman spesies pada komunitas pancang tergolong tinggi (3.02) hal ini dikarenakan pada komunitas pancang merupakan komunitas yang paling stabil terhadap gangguan. Sementara indeks keanekaragaman spesies pada komunitas tumbuhan bawah, semai, tiang, dan pohon tergolong sedang. Komunitas tiang memiliki nilai indeks keanekaragaman yang lebih rendah yang dapat disebabkan oleh gangguan alam maupun aktivitas manusia. Menurut Indriyanto (2006) keanekaragaman menunjukkan tingkat interaksi spesies yang mempengaruhi kompleksitas kestabilan komunitas terhadap gangguan.
Indeks kemerataan digunakan untuk mengetahui kemerataan penyebaran individu suatu spesies dalam komunitas. Menurut Krebs (1989) nilai indeks kemerataan yang mendekati satu menunjukkan bahwa suatu komunitas tumbuhan semakin merata, dan apabila mendekati nol maka semakin tidak merata. Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa indeks kemerataan yang tinggi terdapat pada tingkat pertumbuhan pancang dan tumbuhan bawah sedangkan indeks kemerataan yang rendah pada tingkat pertumbuhan pohon dan semai. Indeks kemerataan yang tinggi menunjukan bahwa individu-individu spesies merata. Menurut Magurran (2004), indeks kemerataan derajat keseragaman kelimpahan spesies nilai mendekati satu menunjukkan bahwa seluruh spesies memiliki kelimpahan yang sama. Indeks kemerataan yang rendah menunjukkan individu-individu spesies kurang merata.
Klasifikasi Kelompok Kegunaan
Berdasarkan hasil identifikasi kelompok kegunaan tumbuhan diperoleh sebanyak 52 spesies (72.22%) dari 72 spesies tumbuhan yang merupakan tumbuhan berguna atau yang sudah diketahui kegunaannya. tumbuhan berguna diperoleh bahwa tumbuhan berguna yang memiliki kegunaan terbesar adalah pada penghasil bahan bangunan sebanyak 25 spesies dari 17 famili dan tumbuhan obat sebanyak 20 spesies dari 12 famili. Rekapitulasi potensi kegunaan tumbuhan di dalam dan sekitar CA Dungus Iwul disajikan pada Tabel 6, sedangkan daftar lengkap tersaji pada Lampiran 6.
Tabel 5 Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener dan indeks kemerataan spesies di CA Dungus Iwul
No Tingkat
pertumbuhan
Jumlah
spesies Keanekaragaman spesies (H') Kemerataaan spesies (E)
1 Tumbuhan bawah 16 2.41 0.87
2 Semai 25 1.04 0.32
3 Pancang 36 3.02 0.84
4 Tiang 15 1.02 0.38
Tabel 6 Rekapitulasi kegunaan tumbuhan hasil analisis vegetasi CA Dungus Iwul No Kelompok kegunaan Hasil analisis vegetasi
Jumlah spesies Jumlah famili
1 Tumbuhan obat 20 12
2 Tumbuhan penghasil pangan 19 14
3 Tumbuhan hias 3 3
4 Tumbuhan penghasil pakan ternak 4 3
5 Tumbuhan bahan pewarna dan tannin
7 6
6 Tumbuhan penghasil minyak atsiri 1 1
7 Tumbuhan penghasil bahan bangunan
25 17
8 Tumbuhan penghasil kayu bakar 5 5
9 Tumbuhan keperluan ritual adat dan keagamaan
0 0
10 Tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan
5 4
11 Lainnya 8 8
Tumbuhan Obat
Tumbuhan obat adalah tumbuhan yang bagian tumbuhannya (akar, batang, kulit, buah, biji, dan getah) mempunyai khasiat sebagai obat dan digunakan sebagai bahan mentah dalam pembuatan obat modern atau tradisional (Suhirman, 1987 diacu dalam Suyono 1991). CA Dungus Iwul memiliki potensi tumbuhan obat yang cukup besar, yaitu 20 spesies dari 12 famili, dari seluruh tumbuhannya bermanfaat sebagai obat, sedangkan daftar lengkap tersaji pada Lampiran 7.
Salah satu tumbuhan diantaranya: teureup (Artocarpus elasticus) berkhasiat sebagai obat TBC dan disentri, serta mencret; leungsir (Pometia pinnata) sebagai obat demam dan luka bernanah; dan laban (Vitex pubescens), sebagai obat luka, kudis dan demam.
Tumbuhan Penghasil Pangan
Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang sebagian besar termasuk kerajaan tumbuh-tumbuhan dan disebut dengan bahan pangan nabati. Menurut Purnawan (2006) tumbuhan penghasil pangan adalah segala sesuatu yang tumbuh, hidup, berakar, berdaun, dan dapat dikonsumsi oleh manusia, seperti buah, sayur, gandum dan padi.
Potensi tumbuhan penghasil pangan di CA Dungus Iwul sebagian besar merupakan penghasil buah yang salah satu diantaranya spesies yang bernilai ekonomi cukup tinggi yaitu manggis (Garcinia mangostana), rambutan (Nephelium mutabile), dan duren (Durio zibethinus). Winarno (2000) diacu dalam
Uji (2007) menyebutkan bahwa tiga spesies tersebut merupakan “buah-buahan
Tumbuhan Hias
Umumnya komoditas ini dibudidayakan untuk menikmati keindahannya. Tumbuhan hias merupakan komoditi hortikultura non-pangan yang digolongkan ke dalam hortikultur, dalam kehidupan sehari-hari dibudidayakan untuk hiasan dalam dan luar rumah (Arafah 2005). Tumbuhan hias merupakan tumbuhan yang memiliki karakteristik morfologi yang bernilai estetika dan eksotik (Ardiani 2012).
Tabel 7 Potensi tumbuhan penghasil pangan di CA Dungus Iwul No
Mangifera sp Buah
Biji direbus dimakan 3 Talas Colocasia esculenta Umbi Untuk makanan
sekunder
4 Durian Durio zibethinus Buah Buah untuk dimakan 5 Ki sasah Canarium
denticulatum
Buah
Buah untuk dimakan 6 Manggis Garcinia mangostana Buah Buah untuk dimakan 7 Huni Semecarpus
9 Kasungka Gnetum cuspidatum Biji Biji dapat dimakan sebagai sayur
10 Duku Lansium domesticum Buah Buah untuk dimakan 11 Teureup Artocarpus elasticus Biji Biji yang tua dapat
dimakan dengan digoreng
12 Ki laja Knema laurina Buah Buah untuk dimakan 13 Ki rinyuh Rhodamnia cinerea Buah Untuk buah agak
kecut rasanya
14 Kupalalai Syzygium densiflora Buah Buah untuk dimakan 15 Salam Syzygium polyanthum Daun Penyedap, bumbu
sayur
16 Rambutan Nephelium mutabile Buah Buah untuk dimakan 17 Ki caang Xerospermum
noronhianum
Buah
Buah untuk dimakan 18 Matoa/lensir Pometia pinnata Buah Buah untuk dimakan 19 Canar Smilax leucophylla Daun
muda
Kadaka merupakan tumbuhan hias yang sudah terkenal. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan epifit dimana tumbuhan tersebut menumpang pada tumbuhan lain sebagai tempat hidupnya karena bentuk yang indahnya sehingga banyak dijadikan tumbuhan hias. Potensi tumbuhan hias di CA Dungus Iwul ditemukan sebanyak 4 spesies dari 4 famili yang disajikan pada Tabel 8.
Tumbuhan Penghasil Pakan Ternak
Menurut Manetje dan Jones (1992) diacu dalam Kartikawati (2004), pakan ternak adalah tumbuhan konsentrasi rendah dan mudah dicerna yang merupakan penghasil pakan bagi satwa herbivora. CA Dungus Iwul memiliki potensi tumbuhan penghasil pakan ternak sebanyak 4 spesies dari 3 famili. Potensi tersebut disajikan pada Tabel 9. Spesies rumput yang ada di CA Dungus Iwul juga berpotensi sebagai pakan ternak, yaitu talas, jukut palis, jampang kawat, dan rumput gajah.
Tumbuhan Penghasil Minyak Atsiri
Tumbuhan penghasil aroma atau wangi-wangian dikenal dengan istilah penghasil minyak atsiri. rinu yang merupakan salah satu spesies penghasil minyak atsiri. Tumbuhan ini memiliki ciri-ciri berbau dan aroma karena fungsi utamanya adalah sebagai pengharum baik parfum, kosmetik, penyegar ruangan, sabun, pasta gigi, pemberi rasa pada makanan maupun produk rumah tangga (Kartikawati 2004). Potensi tumbuhan penghasil minyak atsiri di CA Dungus Iwul hanya teridentifikasi satu spesies yang memiliki potensi sebagai penghasil minyak atsiri yaitu rinu yang merupakan salah satu spesies penghasil minyak atsiri. Tumbuhan Bahan Pewarna dan Tanin
Tumbuhan pewarna adalah jenis tumbuhan yang dapat memberikan pengaruh warna terhadap benda baik berpa makanan, minuman, atau benda lainnya setelah diolah sebelumya. Potensi tumbuhan sebagai pewarna dan tannin di CA Dungus Iwul sebanyak 7 spesies dari 6 famili disajikan pada Tabel 10.
Tabel 9 Potensi tumbuhan penghasil pakan ternak di CA Dungus Iwul
No Nama lokal Nama ilmiah Status 3 Jukut palias Pogonatherum crinitum Liar Herba 4 Rumput gajah Pennisetum purpureum Liar Herba
Tabel 8 Potensi tumbuhan hias di CA Dungus Iwul
No Nama lokal Nama ilmiah Status budidaya
1 Kuping gajah Anthurium crystallinum Liar
2 Kadaka Asplenium nidus Liar
Tumbuhan Penghasil Kayu Bakar
Menurut Sutarno (1996) diacu dalam Nurdia (2012), kriteria kayu bakar yaitu kayu yang menghasilkan energi tinggi dan tahan lama, tahan terhadap kekeringan dan toleran terhadap iklim, pertumbuhan tajuk baik, pertumbuhan cepat, kadar air rendah, dan sebagainya. Potensi tumbuhan penghasil kayu bakar yang teridentifikasi di CA Dungus Iwul sebanyak 5 spesies dari 5 famili disajikan pada Tabel 11.
Tumbuhan Penghasil Tali Anyaman dan Kerajinan
Potensi tumbuhan penghasil tali, anyaman dan kerajinan di CA Dungus Iwul terdiri dari 5 spesies dari 4 famili, yang disajikan pada Tabel 12. Kerajinan tangan yang dimiliki menghasilkan beberapa barang kebutuhan rumah tangga seperti tikar, lukah (penangkap ikan), sumpit, ambung, bakul dan lain-lain. untuk
Tabel 11 Potensi tumbuhan penghasil kayu bakar di CA Dungus Iwul
No Nama lokal Nama ilmiah Famili
Mallotus sp Euporbiaceae Kayu
2 Ki hujan Engelhardtia spicata Junglandaceae Kayu 3 Harendong
besar
Bellucia axinanthera Melastomataceae Kayu 4 Kupalalai Syzygium densiflora Myrtaceae Kayu 5 Ki caang Xerospermum
noronhianum
Sapindaceae Kayu 6 Rambutan
hutan
Nephelium mutabile Sapindaceae Kayu Tabel 10 Potensi tumbuhan bahan pewarna dan tanin di CA Dungus Iwul
No Nama
lokal Nama ilmiah Famili
Bagian yang
digunakan Kegunaan 1 Ki hoe Calamus sp Arencaceae Getah Pewarna merah 2 Jeret Terminalia
belerica
Combretaceae Buah Pewarna coklat kekuningan 3 Ki pare Archidendron
clypearia
Fabaceae Kulit batang Pewarna rotan 4 Ki rinyuh Rhodamnia
cinerea
Myrtaceae Kulit batang Pewarna hitam 5 Kupalalai Syzygium
densiflora
Myrtaceae Kulit batang Pewarna coklat benang dan kain 6 Mahmol Horsfieldia
sp
pembuatan tikar biasanya menggunakan bahan dasar dari tumbuhan dari famili Arecaceae.
Tumbuhan Keperluan Ritual Adat dan Keagamaan
Indonesia yang terdiri kurang lebih 350 etnis dapat memberikan gambaran pemanfaatan tumbuhan di masing-masing tempat yang khususnya dipakai dalam berbagai upacara. Dalam upacara-upacara adat yang dilakukan, terutama yang berkenaan dengan upacara daur hidup, tumbuhan banyak dipakai (Kartiwa dan Wahyono 1992). Potensi tumbuhan sebagai tumbuhan keperluan ritual adat dan keagamaan di CA Dungus Iwul tidak ditemukan.
Tumbuhan Bahan bangun
Potensi tumbuhan penghasil bahan bangunan di CA Dungus Iwul ditemukan sebanyak 25 spesies dari 17 famili. Daftar tumbuhan penghasil bahan bangunan di CA Dungus Iwul disajikan pada Tabel 13.
Tumbuhan untuk Penggunaan Lain
Selain pengunaan utama tumbuhan di CA Dungus Iwul juga memiliki potensi untuk penggunaan lain yaitu sebagai pembungkus nasi, pembuat areng, pakan satwa, korek api, amplas, dan penangkal erosi yang disajikan pada Tabel 14.
Tabel 12 Potensi tumbuhan penghasil tali anyaman dan kerajian di CA Dungus Iwul
No Nama
lokal Nama ilmiah Famili
Bagian yang digunakan
Kegunaan
1 Bambu Gigantochloa apus
4 Iwul Orania sylvicola Arecaceae Daun Atap rumah 5 Tereup Artocarpus
elasticus
Moraceae Kulit
Tabel 13 Potensi tumbuhan penghasil bahan bangunan di CA Dungus Iwul
No. Nama lokal Nama ilmiah Famili Bagian yang
digunakan
1 Jatake Bouea macrophylla Anacardiaceae Kayu
2 Reunghas Semecarpus albescens Anacardiaceae Kayu
3 Iwul Orania sylvicola Arecaceae Kayu
4 Ki hoe Calamus sp Arecaceae Kayu
5 Jeret Terminalia belerica Combretaceae Kayu
6 Ki areng/eboni Diospyros sundaica Ebenaceae Kayu 7 Huni Semecarpus heterophyllus Anacaediaceae Kayu
8 Menteng monyet Mallotus sp Euporbiaceae Kayu
9 Taritih Drypetes sumatrana Euporbiaceae Kayu
10 Keranji Dialum indum Fabaceae Kayu
11 Saninten Castanopsis argentea Fagaceae Kayu
12 Ki hujan Engelhardtia spicata Junglandaceae Kayu
13 Tisuk Hibiscus macrophyllus Malvaceae Kayu
14 Duku Lansium domesticum Meliaceae Kayu
15 Pisitan Dysoxylum excelsum Meliaceae Kayu
16 Teureup Artocapus elastius Moraceae Kayu
17 Ki laja Knema laurina Myristicaceae Kayu
18 Ki rinyuh Rhodamnia cinerea Myrtaceae Kayu
19 Salam Syzygium polyanthum Myrtaceae Kayu
20 Bambu Gigantochloa apus Poaceae Kayu
21 Kayu afrika Maesopsis eminii Rhamnaceae Kayu 22 Rambutan hutan Nephelium mutabile Sapindaceae Kayu 23 Ki caang Xerospermum noronhianum Sapindaceae Kayu 24 Matoa/lensir Pometia pinnata Sapindaceae Kayu
25 Ki laban Vitex pubescens Verbenaceae Kayu
Tabel 14 Potensi tumbuhan untuk penggunaan lain di CA Dungus Iwul No Nama lokal Nama ilmiah Famili Bagian yang
digunakan Kegunaan 1 Ki sasah Canarium
denticulatum Burseraceae Harsa kayu Perekat 2 Menteng
monyet Mallotus sp Euporbiaceae Daun
Pembungkus nasi
3 Tisuk Hibiscus
macrophyllus Malvaceae Kayu Korek api
4 Ki ara Ficus sp Moraceae Buah Pakan satwa
5 Ki hampelas Ficus ampelas Moraceae Daun Amplas 6 Kondang Ficus variegata Moraceae Buah Pakan satwa 7 Darandan Ficus melinocarpa Moraceae Buah Pakan satwa 8 Rumput
gajah
Pennisetum
purpureum Poaceae Herba
Bentuk Pemanfaatan Tumbuhan oleh Masyarakat Sekitar CA Dungus Iwul
Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat sekitar CA Dungus Iwul Desa Wirajaya Kampung Cigeulung dan Kampung Barambang raya didapat sekitar 20 responden yang diwawancarai yang masing-masing terdiri dari 11 orang laki dan 9 orang perempuan. Komposisi responden lebih banyak laki-laki hal tersebut dikarenakan laki-laki-laki-laki memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih luas didandingkan perempuan. Jika dilihat dari umur responden, sebagian besar usia responden lansia (lanjut usia). Kebanyakan masyarakat yang berusia lanjut lebih banyak dan paham tentang kegunaan serta pemanfaatan tumbuhan dalam kehidupan sehari-hari mereka.Responden yang diwawancarai terdiri dari Kepala Desa, tokoh masyarakat, pekerja (penyiang rumput). Sementara mata pencarian masyarakat desa ini sebagian besar ialah petani, penggarap atau berladang dan pendidikan rata-rata responden ialah Sekolah Dasar (SD).
Jenis Pemanfaatan oleh Masyarakat
Daftar spesies tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat CA Dungus Iwul selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Masyarakat sekitar CA Dungus Iwul memanfaatkan 104 spesies tumbuhan dari 52 famili untuk kehidupan sehari-hari. Rekapitulasi potensi kegunaan tumbuhan di dalam dan sekitar CA Dungus Iwul disajikan pada Tabel 15, sedangkan daftar lengkap tersaji pada Lampiran 8.
Tumbuhan Obat
Umumnya jenis tumbuhan yang sering dimanfaatkan para ibu sekitar CA Dungus Iwul sebagai obat setelah melahirkan dan menyusui diantaranya jenis kisarira, sirih, lempuyang, kirinyuh, senggugu, katuk, kunyit, bayam dan Tabel 15 Rekapitulasi kegunaan tumbuhan hasil wawancara masyarakat sekitar
CA Dungus Iwul
No Kelompok kegunaan Jumlah spesies Jumlah famili
1 Tumbuhan obat 63 39
6 Tumbuhan penghasil minyak atsiri 10 6
7 Tumbuhan penghasil bahan 17 11
bangunan
8 Tumbuhan penghasil kayu bakar 8 6
9 Tumbuhan keperluan ritual adat dan keagamaan
1 1
10 Tumbuhan penghasil tali, anyaman 3 2
dan kerajinan
sebagainya. Adapun tumbuhan yang biasa digunakan sebagai obat luka masyarakat umumnya biasa menggunakan jenis tumbuhan daun singkong. Cara penggunaanya yaitu mengambil daun singkong kemudian ditumbuk atau dikunyah kemudian ditempelkan di daerah yang luka. Masyarakat menggunakan jenis daun singkong karena mudah dijumpai jika masyarakat sedang berkebun. Tumbuhan Penghasil Pangan
Masyarakat sekitar CA Dungus Iwul memanfaatkan 48 spesies tumbuhan dari 27 famili untuk sumber pangan. Spesies padi dan singkong merupakan makan yang selalu dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar CA Dungus Iwul. Padi (Oryza sativa) digunakan sebagai sumber pangan utama dapat dilihat pada Gambar 7.
Tumbuhan Keperluan Ritual Adat dan Keagamaan
Masyarakat sekitar CA Dungus Iwul tepatnya di Desa Wirajaya merupakan desa yang sudah berbentuk semi modern sehingga tidak memiliki kebudayaan yang khas yang mencirikan masyarakatnya. Tumbuhan yang biasa digunakan untuk upacara adat di daerah ini hanya daun kelapa yang buat menjadi janur biasanya digunakan pada saat acara pernikahan digunakan juga pada saat hari raya lebaran yaitu daun kelapa muda dibuat menjadi ketupat.
Tumbuhan hias
Sri rejeki merupakan tumbuhan hias yang sudah umum diketahui oleh masyarakat. Tumbuhan ini banyak ditanam dan tumbuh liar di pekarangan rumah masyarakat sekitar CA Dungus Iwul disajikan pada Gambar 8. Tumbuhan lainnya diantaranya kembang sepatu dan melati. Kedua jenis tumbuhan ini sangat umum ditanam di pekarangan rumah karena tumbuhan ini menghasilkan bunga yang wangi dan indah.
Tumbuhab Penghasil Pakan Ternak
Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai pakan ternak oleh masyarakat sekitar CA Dungus Iwul terdiri dari 6 spesies dari 6 famili. Spesies yang sering dimanfaatkan adalah ilalang, padi, rumput gajah dan sebagainya. Tumbuhan ini banyak diperoleh dari ladang dan kebun. Umumnya pertumbuhannya yang cepat dan mengandung banyak serat yang baik untuk pakan ternak.
Ternak merupakan hal penting bagi masyarakat CA Dungus Iwul, sehingga mencari pakan ternak adalah kegiatan yang dilakukan sehari-hari oleh masyarakat sekitar CA Dungus Iwul. Spesies ilalang dapat dilihat pada Gambar 9.
Tumbuhan Penghasil Warna dan Tanin
Masyarakat sekitar CA Dungus Iwul hanya memanfaatkan kunyit yang menghasilkan warna kuning untuk membuat nasi tumpeng, sedangkan daun suji (Pleomele angustifolia) menghasilkan warna hijau dan biasa digunakan untuk Gambar 8 Sri rejeki (Dieffenbachia seguine) yang dimanfaatkan oleh masyarakat
membuat kue. Selain memiliki warna yang menarik, daun suji (Dracaena angustifolia) juga memiliki aroma yang khas dan wangi disajikan pada Gambar 10.
Tumbuhan Penghasil Minyak Atsiri
Potensi tumbuhan sebagai penghasil aromatik di masyarakat sekitar CA Dungus Iwul hanya sekedar untuk pewangi, sebagian dipergunakan oleh para perempuan dalam memasak. Tumbuhan yang biasa dipergunakan masyarakat sebagai aromatik, diantaranya adalah daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius), lengkuas (Languas galanga) daun suji (Pleomele angustifolia), jahe (Zingiber officinale), dan ki teja (Cinnamomum iners) dan sebagainya. Tumbuhan tersebut dipilih sebagai pemberi aroma pada makanan karena tumbuhan tersebut memiliki aroma yang khas dan wangi. Menurut Heyne (1987), salah satu famili yang spesiesnya merupakan penghasil minyak atsiri yang sudah umum adalah dari famili Zingiberaceae.
Tumbuhan Bahan Bangun
Potensi tumbuhan penghasil bahan bangunan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar CA Dungus Iwul adalah spesies kayu afrika dan ketapang berikut contoh kayu balok kayu afrika dan ketapang dapat dilihat pada Gambar 11. Kayu afrika dan ketapang dikenal awet dan sangat baik digunakan untuk bahan bangunan rumah juga memiliki nilai jual yang cukup tinggi. Masyarakat juga menggunakan kayu afrika dan ketapang sebagai tiang dan gunungan pada rumah yang berkaitan dengan bahan bangunan dalam membuat rumah.
Tumbuhan untuk Penggunaan Lain
Masyarakat sekitar CA Dungus Iwul biasanya menggunakan daun pisang sebagai pembungkus nasi untuk membuat lontong atau sejenisnya. Selain itu pohon karet juga dimanfaatkan bagian getahnya untuk dijual ke tempat pembuatan ban atau karet.
(a) (b)
Tumbuhan Penghasil Kayu Bakar
Masyarakat sekitar CA Dungus Iwul masih memanfaatkan kayu bakar untuk memasak. Bagian kayu yang biasa digunakan untuk kayu bakar biasanya berupa ranting-ranting yang terjatuh, maupun kulit batang. Bagian kayu yang dimanfaatkan biasanya diperoleh dari ladang atau kebun. Biasanya spesies yang yang sering dimanfaatkan spesies penghasil buah, seperti ranting pohon rambutan, karet, mangga, lamtoro, sungkai. Berikut spesies kayu bakar yang baru diambil dari ladang dapat dilihat pada Gambar 12.
Spesies yang baik untuk dijadikan kayu bakar adalah spesies yang nyala apinya tahan lama. Sebelum dibakar ada beberapa kayu yang harus dijemur terlebih dahulu dibawah sinar matahari agar kandungan air didalam kayu berkurang sehingga mudah dibakar. Kayu yang telah kering disusun sedemikian rupa sehingga kayu tetap kering agar bisa digunakan kapan saja.
Gambar 11 Kayu afrika (Maesopsis eminii) dan kayu ketapang (Terminalia catappa) yang dimanfaatkan oleh masyarakat
Tumbuhan Penghasil Tali Anyaman dan Kerajinan
Masyarakat sekitar CA Dungus Iwul masih memanfaatkan tumbuhan sebagai tali, anyaman dan kerajinan. Bambu dimanfaatkan masyarakat untuk anyaman dan tali (kepang). Anyaman-anyaman bambu tersebut berupa Pagar, jerami, alat-alat rumah tangga, dan saung. Berikut bentuk anyaman berupa saung yang terbuat dari bambu disajikan pada Gambar 13.
Komposisi Tumbuhan yang Dimanfaatkan Masyarakat Berdasarkan Famili Hasil wawancara dengan masyarakat diketahui bahwa sebanyak 104 spesies tumbuhan dari 52 famili dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar CA Dungus Iwul. Komposisi tumbuhan berdasarkan famili seperti disajikan pada Gambar 14.
Gambar 13 Bambu dimanfaatkan masyarakat untuk menghasilkan tali anyaman dan kerajinan seperti saung
Gambar 14 Famili yang memiliki jumlah spesies ≥ 3
Famili yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat yang terbesar berasal dari famili Fabaceae dan Zingiberaceae (8 spesies). Pemanfaatan tumbuhan paling banyak yaitu sebagai obat, pangan, bahan bangunan, tanaman hias, dan minyak atsiri. Menurut Indryanto (2006) famili Fabaceae merupakan famili yang paling banyak dijumpai di lapang dan spesies dari famili ini mampu hidup dilahan kritis.
Famili Zingiberaceae ini memang banyak dimanfaatkan terutama pada bagian rimpangnya bumbu masak. Famili Zingiberaceae paling banyak digunakan karena spesies ini paling mudah dibudidayakan karena tidak memerlukan perawatan dan pemeliharaan yang khusus, sehingga banyak masyarakat yang menanam spesies dari famili ini di kebun-kebun atau pekarangan rumah mereka. Komposisi Tumbuhan yang Dimanfaatkan Masyarakat BerdasarkanHabitus
Persentase pemanfaatan tumbuhan berdasarkan habitus dengan jumlah individu terbanyak adalah pohon. Persen habitus habitus tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat sekitar CA Dungus Iwul seperti disajikan pada Gambar 15.
Berdasarkan gambar di atas menunjukkan persentase habitus tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat sekitar CA Dungus Iwul tertinggi berupa habitus pohon itu dikarenakan kondisi lingkungan masyarakat sekitar yang sangat mendukung, sebagian besar masyarakat berkebun atau bertani sehingga di kebun banyak sekali dijumpai pohon-pohon yang dapat dimanfaatkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Selain karena jumlah spesies tumbuhan pohon yang banyak juga dikarenakan banyaknya bagian dari pohon yang bisa dimanfaatkan mulai dari buah, daun, akar, batang, buah ataupun getah.
Gambar 15 Persentase habitus tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat sekitar CA Dungus Iwul
Pohon 40%
Perdu 17% Semak
7% Herba
35%
Persentase Bagian Tumbuhan yang Dimanfaatkan
Persentase bagian tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat dapat dilihat pada Gambar 16.
Berdasarkan Gambar 16 bagian yang paling sering dimanfaatkan oleh masyarakat adalah daun (36%) dan diikuti dengan buah (23%). Daun merupakan bagian yang banyak digunakan dalam pemanfaatan tumbuhan. Daun juga menjadi bagian terpenting dari tumbuhan dimana proses fotosintesis berlangsung. Umumnya penggunaan daun sebagai bagian untuk pengobatan selain tidak merusak spesies tumbuhan obat, bagian daun juga mudah dalam hal pengambilan dan peracikan ramuan obat.
Buah juga banyak digunakan oleh masyarakat dengan persen bagian digunakan sebesar 20%. Buah merupakan bagian dari tumbuhan yang juga memiliki peran penting dalam bidang pengobatan. Buah adalah salah satu jenis makanan yang memiliki kandungan gizi, vitamin dan mineral yang pada umumnya sangat baik untuk dikonsumsi Choeruman (2010) diacu dalam Wulandari (2014). Salah satu buah yang memiliki khasiat dan bermanfaat bagi masyarakat sekitar CA Dungus Iwul adalah duku, manggis, pisang, pepaya, cempeda, dan sebagainya.
Interaksi Masyarakat dengan CA Dungus Iwul
CA Dungus Iwul merupakan suatu kawasan yang memiliki luasan yang tidak terlalu luas yaitu sebesar 9.01 Ha dan lokasinya sangat berdekatan dengan pemukiman masyarakat CA Dungus Iwul terletak di Kecamatan Jasinga tepatnya di Desa Murajaya yang memiliki 8 kampung dua kampung diantaranya termasuk kampung yang paling terdekat dengan kawasan CA Dungus Iwul. Keberadaan CA Dungus Iwul memberikan manfaat bagi masyarakat di sekitarnya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat sekitar CA Dungus Iwul menunjukkan bahwa saat ini tidak adanya pemanfaatan tumbuhan dari dalam kawasan. Sebagian besar masyarkat memanfaatkan dari ladang atau kebun pribadi untuk kebutuhan sehari-hari. Masyarakat percaya dengan mitos yang terdapat di CA Dungus Iwul bahwa dengan mereka memanfaatkan potensi di CA Dungus Iwul maka mereka akan mendapatkan musibah atau penghuni CA Dungus Iwul akan marah. Pihak pengelola juga melarang masyarakat sekitar untuk melakukan pemanfaatan didalam kawasan CA Dungus Iwul. Berikut merupakan jumlah tumbuhan yang ditemukan dari hasil analisis vegetasi dan waawancara dengan masyarakat sekitar CA Dungus Iwul seperti tersaji pada Gambar 17.
Berdasarkan hasil analisis vegetasi yang dilakukan di dalam kawasan di CA Dungus Iwul telah teridentifikasi sekitar 72 spesies tumbuhan, sedangkan dari hasil wawancara dengan sebanyak 104 spesies, sebanyak 14 spesies yang dimanfaatkan masyarakat adalah tumbuhan yang hidup di kawasan CA Dungus Iwul juga. Adapun 14 spesies tersebut sebagaimana tersaji pada Tabel 16.
Gambar 17 Tumbuhan yang ditemukan dari hasil analisis vegetasi dan wawancara dengan masyarakat sekitar CA Dungus Iwul
Analisis Vegetasi Wawancara
Tabel 16 Spesies tumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat dan tumbuh di kawasan CA Dungus Iwul
No Nama lokal Nama ilmiah Famili Kegunaan
1 Jatake Bouea macrophylla Anacardiaceae Pangan 2 Talas Colocasia esculenta Araceae Pangan
3 Kuping gajah Anthurium crystallinum Araceae Tumbuhan hias 4 Durian Durio zibethinus Bombacaceae Pangan
5 Manggis Garcinia lateriflora Clusiaceae Pangan 6 Duku Lansium domesticum Meliaceae Pangan 7 Kokosan Dysoxylum caulostachyum Meliaceae Pangan 8 Pisitan Dysoxylum excelsum Meliaceae Pangan 9 Karuk Piper sarmentosum Piperaceae Obat 10 Bambu Gigantochloa apus Poaceae Kerajianan 11 Kayu afrika Maesopsis eminii Rhamnaceae Bahan bangunan 12 Hareus Rubus ellipticus Rosaceae -
13 Laban Vitex pubescens Verbenaceae Bahan bangunan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Teridentifikasi sebanyak 72 spesies tumbuhan dari 40 famili di CA Dungus Iwul. Keanekaragaman tumbuhan di CA Dungus Iwul tergolong sedang.
2. Potensi tumbuhan berguna di CA dungus Iwul tercatat sebanyak 52 spesies tumbuhan (72,22%). Kelompok kegunaan tertinggi yaitu tumbuhan bahan bangunan (25 spesies), tumbuhan obat (20 spesies).
3. Pemanfaatan tumbuhan yang dilakukan oleh masyarakat di sekitar CA Dungus Iwul teridentifikasi sebanyak 104 spesies dari 52 famili, tumbuhan yang dimanfaatkan tersebut tidak berasal dari dalam kawasan CA Dungus Iwul.
Saran
1. Perlu adanya pemantauan secara kontinyu terhadap potensi yang ada dalam kawasan terutama keutuhan potensi CA Dungus Iwul.
2. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
Arafah D. 2005. Studi Potensi Tumbuhan Berguna di Kawasan Taman Nasional Bali Barat. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Ardiani. 2012. Potensi Tumbuhan Berguna di Taman Hutan Raya R. Soerjo Kota Batu, Jawa Timur [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Atok AR. 2009. Etnobotani masyarakat Suku Bunaq (Studi kasus di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur)[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
[Dishut] Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat. 2007. Cagar Alam Dungus Iwul. http://www.dishut.jabarprov.go.id. [31 Mei 2013]
[Ditjen PHKA] Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. 2012. Daftar Cagar Alam. http://www.ditjenphka.dephut.go.id. [31 Mei 2013]
Fachrul M F. 2012. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta : Bumi Aksara.
Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia I-IV. Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Terjemahan dari de Nutrige planten van Indenesie.
Hidayat S. 2009. Kajian Etnobotani Masyarakat Kampung Adat Dukuh Kabupaten Garut Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Kartikawati SM. 2004. Pemanfaatan Sumberdaya Tumbuhan oleh Masyarakat Dayak Meratus di Kawasan Hutan Pegunungan Meratus, Kabupaten Hulu Sungai Tengah. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Kartiwa S, Wahyono. 1992. Hubungan Antara Tumbuhan dan Manusia dalamUpacara Adat di Indonesia. Di dalam: Prosiding Seminar dan Lokakarya NasionalEtnobotani I. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, DepartemenPertanian RI, LIPI, Perpustakaan Nasional RI. Hal : 149-155.
Krebs CJ. 1989. Ecological Methodology. New York (US) : Harper and Row Publishers.
Magurran AE. 2004. Measuring Biological Diversity. Malden (US): Blackwell. Nurdia F. 2012. Potensi Tumbuhan Berguna di Taman Hutan Raya Sultan Syarif
Hasyim Provinsi Riau (Studi Kasus di Wilayah Bagian Kelurahan Muara Fajar Kecamatan Minas Kabupaten Siak) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Polosakan R. 2011. Keanekaragaman Jenis Pohon dan Potensi Pemanfaatan Kayu Purnawan BI. 2006. Inventarisasi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Taman
Nasional Gunung Gede Pangrango [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Purwanto Y, Waluyo EB. 1992. Etnobotani Suku Dani di Lembah Baliem-Irian Jaya : Suatu Telaah Tentang Pengetahuan dan Pemanfaatan Sumberdaya Alam Tumbuhan. Di dalam: Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional 58 Etnobotani. Bogor: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen Pertanian dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
[SEAMEO BIOTROP] Southeast Asian Regional for Tropical Biology. 2011. Invasive alien species. http://www.biotrop.org/database. [25 Mei 2013]. Simbolon RS. 2013. Keanekaragaman Dan Pola Sebaran Spesies Tumbuhan
Asing Invasif di Cagar Alam Dungus Iwul, Bogor. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Soerianegara I, Indrawan A. 1998. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor (ID): Laboratorium Ekologi Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Suyono IM. 1991. Studi Interaksi Masyarakat Desa dengan Tumbuhan Obat di
Taman Nasional Baluran [Studi Kasus di Taman Nasional Alas Purwo, Kab. Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur] [Skripsi]. Bogor (ID) : Intitut Pertanian Bogor.
Syukur C, Hernani. 1999. Budidaya Tanaman Obat Tradisional. Penebar Swadaya. Depok.
Tjitrosoepomo G. 1988. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta (ID): Gadjah MadaUniversity Press. yang Diperdagangkan oleh Etnis Melayu di Pontianak [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor, Fakultas Kehutanan.
Uji T. 2007. Keanekaragaman Jenis Buah-Buahan asli Indonesia dan Potensinya. Biodiveritas 8 (2): 157-167
30
Lampiran 1 Hasil perhitungan INP tingkat tumbuhan bawah di CA Dungus Iwul
No. Nama lokal Nama ilmiah K (ind/ha) KR (%) F FR (%) INP (%)
1 Bobontengan Sp 4 tidak teridentifikasi 3.57 7.35 0.03 3.70 11.06
2 Canar Smilax leucophylla 2.14 4.41 0.06 7.41 11.82
3 Harendong bulu Clidemia hirta 5.00 10.29 0.11 14.81 25.11
4 Jampang kawat Cynodon dactylon 8.57 17.65 0.03 3.70 21.35
5 Jukut palisas Pogonatherum crinitum 3.57 7.35 0.03 3.70 11.06
6 Kadaka Asplenium nidus 1.43 2.94 0.03 3.70 6.64
7 Karuk Piper sarmentosum 1.43 2.94 0.06 7.41 10.35
8 Kasungka Gnetum cuspidatum 0.71 1.47 0.03 3.70 5.17
9 Ki cai Clerodendron laevifolium 0.71 1.47 0.03 3.70 5.17
10 Ki hoe Calamus sp 1.43 2.94 0.06 7.41 10.35
11 Kuping gajah Anthurium crystallinum 1.43 2.94 0.06 7.41 10.35
12 Rane daun Selaginella opaca 10.71 22.06 0.09 11.11 33.17
13 Rinu Piper cubeba 4.29 8.82 0.09 11.11 19.93
14 Rumput gajah Pennisetum purpureum 0.71 1.47 0.03 3.70 5.17
15 Sulakar Leea aequata 2.14 4.41 0.03 3.70 8.12
31 Lampiran 2 Hasil perhitungan INP tingkat semai di CA Dungus Iwul
No. Nama lokal Nama ilmiah K
(ind/ha) KR (%) F FR (%) INP (%)
1 Bambu Gigantochloa apus 2.14 0.30 0.03 0.84 1.14
2 Bintinu Mallotus paniculatus 2.14 0.30 0.03 0.84 1.14
3 Gempol Nauclea orientalis 4.29 0.60 0.06 1.68 2.28
4 Harendong besar Bellucia axinanthera 5.71 0.80 0.06 1.68 2.48
5 Iwul Orania sylvicola 572.86 80.28 1.00 29.41 109.69
6 Jered Terminalia bellirica 1.43 0.20 0.03 0.84 1.04
7 Kayu afrika Maesopsis eminii 6.43 0.90 0.06 1.68 2.58
8 Ki areng Diospyros sundaica 2.86 0.40 0.03 0.84 1.24
9 Ki hampelas Ficus ampelas 3.57 0.50 0.06 1.68 2.18
10 Ki laja Knema laurina 15.71 2.20 0.31 9.24 11.45
11 Ki laksa Poikilospermum suaveolens 3.57 0.50 0.06 1.68 2.18
12 Ki pare Archidendron clypearia 1.43 0.20 0.03 0.84 1.04
13 Ki putri Podocarpus neriifolius 5.71 0.80 0.11 3.36 4.16
14 Ki sawo Aporosa nitida 6.43 0.90 0.11 3.36 4.26
15 Ki tahun Ardisia elliptica 17.86 2.50 0.29 8.40 10.91
16 Ki taleus Phoebe opaca 10.71 1.50 0.11 3.36 4.86
17 Ki toke Parinari sumatrana 5.71 0.80 0.14 4.20 5.00
18 Ki tulang Polyalthia subcordata 12.86 1.80 0.29 8.40 10.21
19 Kondang Ficus variegata 1.43 0.20 0.03 0.84 1.04
32
Lampiran 2 Hasil perhitungan INP tingkat semai di CA Dungus Iwul (lanjutan)
No. Nama lokal Nama ilmiah K
(ind/ha) KR (%) F FR (%) INP (%)
21 Rambutan Nephelium mutabile 2.14 0.30 0.03 0.84 1.14
22 Rengrang Garcinia rostrata 11.43 1.60 0.29 8.40 10.00
23 Saninten Castanopsis argentea 4.29 0.60 0.06 1.68 2.28
24 Taritih Drypetes sumatrana 8.57 1.20 0.09 2.52 3.72
25 Tisuk Hibiscus macrophyllus 0.71 0.10 0.03 0.84 0.94
Lampiran 3 Hasil perhitungan INP tingkat pancang di CA Dungus Iwul
No Spesies Nama latin K (ind/ha) KR (%) F
(ind/ha) FR (%) INP (%)
1 Bintinu Mallotus paniculatus 3.57 2.37 0.14 2.37 4.74
2 Calik angin Acer neveum 1.43 0.95 0.06 0.95 1.90
3 Ceurik Garcinia sp 1.43 0.95 0.06 0.95 1.90
4 Duku Lansium domesticum 0.71 0.47 0.03 0.47 0.95
5 Gempol Nauclea orientalis 3.57 2.37 0.14 2.37 4.74
6 Huni Antidesma bunius 0.71 0.47 0.03 0.47 0.95
7 Iwul Orania sylvicola 27.14 18.01 1.09 18.01 36.02
8 Jatake Bouea macrophylla 3.57 2.37 0.14 2.37 4.74
33 Lampiran 3 Hasil perhitungan INP tingkat pancang di CA Dungus Iwul (lanjutan)
No Spesies Nama latin K (ind/ha) KR (%) F FR (%) INP (%)
10 Keranji Dialum indum 4.29 2.84 0.17 2.84 5.69
11 Ki caang Xerospermum
noronhianum 2.14 1.42 0.09 1.42 2.84
12 Ki cai Clerodendron laevifolium 2.86 1.90 0.11 1.90 3.79
13 Ki hampelas Ficus ampelas 2.14 1.42 0.09 1.42 2.84
14 Ki laja Knema laurina 10.71 7.11 0.43 7.11 14.22
15 Ki leksa Poikilospermum suaveolens 0.71 0.47 0.03 0.47 0.95
16 Ki pare Archidendron clypearia 2.14 1.42 0.09 1.42 2.84
17 Ki putri Podocarpus neriifolius 0.71 0.47 0.03 0.47 0.95
18 Ki rinyuh Rhodamnia cinerea 5.00 3.32 0.20 3.32 6.64
19 Ki sasah Canarium denticulatum 5.00 3.32 0.20 3.32 6.64
20 Ki sawo Aporosa nitida 10.71 7.11 0.43 7.11 14.22
21 Ki tahun Ardisia elliptica 8.57 5.69 0.34 5.69 11.37
22 Ki tales Phoebe opaca 3.57 2.37 0.14 2.37 4.74
23 Ki toke Parinari sumatrana 7.86 5.21 0.31 5.21 10.43
24 Ki tulang Polyalthia subcordata 20.71 13.74 0.83 13.74 27.49
25 Kupalalai Syzygium densiflora 3.57 2.37 0.14 2.37 4.74
26 Mangga babi Mangifera sp 1.43 0.95 0.06 0.95 1.90
27 Manggis Garcinia mangostrana 0.71 0.47 0.03 0.47 0.95
28 Mara Macaranga triloba 1.43 0.95 0.06 0.95 1.90
29 Matoa/lensir Pometia pinnata 1.43 0.95 0.06 0.95 1.90
34
Lampiran 3 Hasil perhitungan INP tingkat pancang di CA Dungus Iwul (lanjutan)
No Spesies Nama latin K (ind/ha) KR (%) F FR (%) INP (%)
31 Pisitan Dysoxylum excelsum 0.71 0.47 0.03 0.47 0.95
32 Putat Barringtonia racemosa 2.14 1.42 0.09 1.42 2.84
33 Rambutan Nephelium mutabile 0.71 0.47 0.03 0.47 0.95
34 Rengrang Garcinia rostrata 0.71 0.47 0.03 0.47 0.95
35 Reunghas Semecarpus albescens 2.86 1.90 0.11 1.90 3.79
36 Taritih Drypetes sumatrana 0.71 0.47 0.03 0.47 0.95
Lampiran 4 Hasil perhitungan INP tingkat tiang di CA Dungus Iwul
No. Nama lokal Nama ilmiah K
(ind/ha) KR
(%) F FR (%)
D
(m²/ha) DR (%) INP (%)
1 Gempol Nauclea orientalis 0.71 0.59 0.03 1.64 0.01 0.14 2.37
2 Iwul Orania sylvicola 95.71 78.82 1.00 57.38 1.98 49.35 18.55
3 Kayu afrika Maesopsis eminii 1.43 1.18 0.03 1.64 0.22 5.42 8.23
4 Ki ara Ficus sp 1.43 1.18 0.03 1.64 0.13 3.29 6.10
5 Ki hampelas Ficus ampelas 0.71 0.59 0.03 1.64 0.02 0.42 2.65
6 Ki laja Knema laurina 5.00 4.12 0.11 6.56 0.55 13.63 24.31
7 Ki sawo Aporosa nitida 4.29 3.53 0.09 4.92 0.47 11.77 20.21
8 Ki tales Phoebe opaca 0.71 0.59 0.03 1.64 0.02 0.40 2.62
9 Ki toke Parinari sumatrana 2.86 2.35 0.11 6.56 0.27 6.66 15.57
35 Lampiran 4 Hasil perhitungan INP tingkat tiang di CA Dungus Iwul (lanjutan)
No. Nama lokal Nama ilmiah K
(ind/ha) KR
(%) F FR (%)
D
(m²/ha) DR (%) INP (%) 13 Menteng monyet Mallotus paniculatus 0.71 0.59 0.03 1.64 0.01 0.25 2.48 14 Putat Barringtonia racemosa 0.71 0.59 0.03 1.64 0.02 0.48 2.70 15 Rambutan Nephelium mutabile 1.43 1.18 0.03 1.64 0.13 3.29 6.10 Lampiran 5 Hasil perhitungan INP tingkat pohon di CA Dungus Iwul
No. Spesies Nama latin K
(ind/ha) KR
(%) F FR (%) D
(m²/ha) DR (%) INP (%) 1 Bintinu Mallotus paniculatus 0.71 0.19 0.03 0.76 008 0.28 1.24 2 Cangkeo Sp1 Tidak teridentifikasi 1.43 0.39 0.06 1.48 0.30 0.96 2.83
3 Darandan Ficus melinocarpa 2.14 0.58 0.09 2.29 2.81 9.45 12.33
4 Duku Lansium domesticum 0.71 0.19 0.03 0.76 0.03 0.09 1.04
5 Duren Durio zibethinus 0.71 0.19 0.03 0.76 0.06 0.19 1.15
6 Gempol Nuclea orientalis 2.86 0.78 0.11 3.05 0.14 0.47 4.30
7
Harendong
besar Melastoma polyanthum 1.43 0.39 0.06 1.53 0.44 1.47 3.39
8 Huni Antidesma bunius 0.71 0.19 0.03 0.76 0.02 0.08 1.04
9 Iwul Orania sylvicola 297.14 80.78 1.00 26.72 12.43 41.76 149.25
10 Jatake Bouea macrophylla 1.43 0.39 0.06 1.53 0.53 1.77 3.69
11 Kayu afrika Maesopsis emenii 2.14 0.58 0.09 2.29 0.09 0.32 3.19
12 Keranji Dialum indum 7.14 1.94 0.26 6.87 3.01 10.12 18.93
14 Ki ara Ficus sp 0.71 0.19 0.03 0.74 1.16 3.70 4.63