• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengujian Pemanas Air Tenaga Surya Sistem Pipa Panas Menggunakan Fluida Kerja Refrigeran R-718 pada Tekanan Vakum 45 cmHg, 40 cmHg dan 35 cmHg dengan Variasi Kemiringan Kolektor 400 dan 500.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengujian Pemanas Air Tenaga Surya Sistem Pipa Panas Menggunakan Fluida Kerja Refrigeran R-718 pada Tekanan Vakum 45 cmHg, 40 cmHg dan 35 cmHg dengan Variasi Kemiringan Kolektor 400 dan 500."

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUJIAN PEMANAS AIR TENAGA SURYA SISTEM PIPA PANAS

MENGGUNAKAN FLUIDA KERJA REFRIGERAN R-718 PADA

TEKANAN VAKUM 45 cmHg, 40 cmHg DAN 35 cmHg DENGAN

VARIASI KEMIRINGAN KOLEKTOR 40

0

DAN 50

0

Skripsi yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh:

ARDIKO PARDEDE

(110401009)

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas

berkat dan karunia-Nya penulis dapat mengerjakan dan menyelesaikan skripsi ini dengan

baik.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan untuk

mencapai gelar Sarjana Teknik di Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas

Sumatera Utara. Adapun yang menjadi judul skripsi ini yaitu “Pengujian Pemanas Air

Tenaga Surya Sistem Pipa Panas Menggunakan Fluida Kerja Refrigeran R-718 pada Tekanan Vakum 45 cmHg, 40 cmHg dan 35 cmHg dengan Variasi Kemiringan Kolektor 400 dan 500.”

Penulis berterima kasih kepada banyak pihak yang telah banyak membantu penulis di

berbagai hal dalam proses penyusunan skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis menyampaikan

terima kasih kepada:

1. Orang tua penulis, Ayahanda M. Pardede dan Ibunda H. Siahaan almarhumah atas

segala pengorbanan yang tiada terbalaskan di dalam membesarkan, menyekolahkan

saya hingga ke jenjang perguruan tinggi. Permohonan saya kepada Tuhan melalui doa

yang tulus kiranya kepada Ibunda tercinta diberikan tempat yang layak disisi-Nya dan

kepada Ayahanda tercinta kiranya diberikan kekuatan dan kesehatan serta ketabahan

di dalam membimbing kami anak-anak mu.

2. Bapak Ir.Tekad Sitepu, MT selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan

banyak bimbingan, arahan, dan masukan yang positif kepada penulis selama

penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Dr.Eng. Himsar Ambarita,ST.MT. dan Bapak Tulus Burhanuddin Sitorus,

ST.MT sebagai dosen pembanding yang telah bersedia memberikan saran dan kritik

yang sangat membangun.

4. Bapak Dr. Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri selaku Ketua Departemen Teknik Mesin

Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Ir. M. Syahril Gultom, MT. selaku Sekretaris Departemen Teknik Mesin

(3)

6. Seluruh staf pengajar dan pegawai administrasi Departemen Teknik Mesin di

Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak membantu penulis dan memberikan

bimbingan selama perkuliahan.

7. Rekan satu tim skripsi yaitu Immanuel Richart Sembiring yang selalu menyemangati

penulis dengan sabar.

8. Seluruh mahasiswa Departemen Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara terkhusus

stambuk 2011 yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih memiliki berbagai kekurangan.

Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak.

Penulis juga mengharapkan skripsi ini dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi pembaca

dan bermanfaat untuk kita semua. Terimakasih.

Medan, Juni 2015

Penulis

(4)

ABSTRAK

Penelitian ini adalah bagian dari suatu penelitian besar tentang pemanfaatan energi

surya sebagai energi terbarukan untuk pemanas air. Latar belakang penelitian ini adalah

adanya kebutuhan yang besar akan penggunaan air panas terutama di hotel, rumah sakit

dan restauran. Sebuah alat pemanas air tenaga surya yang diuji memakai sistem pipa

panas, dimana sistem pemanasan air berlangsung dengan prinsip termosifon. Alat pemanas

air tenaga surya ini berukuran 1,16 m x 0,80 m x 0,21 m, yang dibagi menjadi 3 bagian

kolektor dengan ukuran 1 m x 0,2 m per kolektor. Masing-masing kolektor dipasang 2 pipa

panas berukuran 3/4 inchi dan tangki penyimpan air yang berisi 4 liter. Penelitian

dilakukan di Kota Medan dengan ketinggian tempat penelitian 47 m dpl dan kemiringan

kolektor 2 variasi yaitu 400 dan 500terhadap garis horizontal menghadap timur. Penelitian

ini menggunakan refrigeran R-718 sebagai fluida kerja, pengujian dilakukan secara

bersamaan pada tiga kolektor yang berbeda tekanan vakum refrigerannya, refrigeran di

kolektor 1 divakum pada 45 cmHg, kolektor 2 pada 40 cmHg dan kolektor 3 pada 35

cmHg. Pengujian dilakukan sebanyak tiga tahap untuk masing-masing kemiringan

kolektor. Pengujian menunjukkan hasil berikut : Temperatur air maksimum dari seluruh

tahap penelitian adalah sebesar 62,750C, terjadi di tangki 1 pada tekanan vakum 45 cmHg

dengan kemiringan kolektor 500. Pada saat itu total energi radiasi yang diukur oleh

pyranometer adalah sebesar 15,13 MJ/m2/hari. Efisiensi maksimum dari seluruh tahap

penelitian adalah sebesar 48,63 % terjadi pada tangki 3 dengan kemiringan kolektor 500.

Kesimpulan adalah semakin tinggi kevakuman refrigeran maka temperatur air akan

semakin tinggi, energi surya di kota Medan dapat digunakan sebagai pemanas air sehingga

bisa mengurangi pengunaan bahan bakar untuk memanaskan air.

(5)

ABSTRACT

This research is part of a large research on solar energy utilization as renewable energy for heating water. The background of this research is the great needs that will use hot water especially in hotel, hospitals and restaurant. An instrument water heater solar tested wearing hot pipe system, where water heating system with the principle of lasting termosifon. A solar water heater this size 1,16 m x 0,80 m x 0,21 m divided into 3 of the collector with a measure of 1 m x 0,2 m one collector. Each mounted collector 2 pipe hot measuring 3/4 inches and tank the depositary of water that contains 4 liters. Research is done in the city of medan with the height of the research 47 m dpl and the slope of a collector 2 variation that is 400 and 500 a horizontal line facing east. This study using a refrigerant R-718 as a working fluid, testing be done simultaneously on three different collector vacuum pressure refrigerant, a refrigerant in collector 1 vacuum on 45 cmHg , collector 2 on 40 cmHg and collector 3 on 35 cmHg .Testing done in three phases for each the slope of a collector. Testing shows the results of the following: maximum water temperature of the whole research phase 62,750C is as much as, happened in the tank 1 to pressure vacuum 45 cmHg with a tilt collector 500. At the time the total radiation energy measured by pyranometer is as much as 15,13 MJ/m2/day. Maximum efficiency of the whole research phase is as much as 48,63 % happened on a tank 3 with a tilt collector 500. The conclusion is the higher vacuum pressure a refrigerant and water temperatures are significantly higher, solar energy in the city of Medan can be used as heating of water so that it can help reduce using of fuel for heating water.

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT... iv

DAFTAR ISI... v

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR SIMBOL... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan Penelitian ... 3

1.3. Batasan Masalah ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

1.5. Sistematika Penulisan ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Perpindahan Panas ... 6

2.1.1. Perpindahan Panas Konduksi... 6

2.1.2. Perpindahan Panas Konveksi... 7

2.1.3. Perpindahan Panas Radiasi ... 8

2.2. Radiasi Surya ... 8

2.2.1. Teori Dasar Radiasi Surya ... 8

2.2.2. Absorbtivitas, Reflektivitas dan Transimitas... 9

2.2.3. Rumusan Radiasi Surya ... 11

2.2.4. Hipotesa Pengaruh Kemiringan Kolektor... 17

2.2.5. Analisa Pengaruh Kemiringan Kolektor Terhadap Kerja PATS ... 18

2.3. Pemanfaatan Energi Surya... 20

2.4. Kalor ... 28

2.4.1. Kalor Laten ... 28

(7)

Tenaga Surya ... 29

2.5. Alat Pemanas Air Tenaga Surya... 29

2.5.1. Cara Kerja Alat Pemanas Air Tenaga Surya ... 32

2.5.2. Energi yang Sampai pada Kolektor Pemanas Air Tenaga Surya ... 33

2.5.3. Energi yang Diserap oleh air ... 34

2.5.4. Efisiensi dari Kolektor ... 35

2.6. Refrigeran R-718 ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

3.1. Tempat dan Waktu... 38

3.1.1. Tempat Penelitian ... 38

3.1.2. Waktu Pelaksanaan ... 38

3.2 Bahan dan Peralatan ... 38

3.2.1. Bahan ... 38

3.2.2. Peralatan... 39

3.3. Pelaksanaan Penelitian ... 47

3.3.1. Pemeriksaan Peralatan ... 47

3.3.2. Persiapan Pendahuluan ... 47

3.3.3. Mengatur Tekanan Refrigeran ... 48

3.3.4. Mengatur Sudut Kolektor ... 48

3.3.5. Mengambil Data Hasil Penelitian ... 48

3.4. EksperimentalSet-Up... 49

3.5. Variabel Penelitian ... 49

3.5.1. Variabel Bebas ... 49

3.5.2. Variabel Terikat ... 50

3.6. Analisa Data ... 50

3.7. Kerangka Konsep Penelitian ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

4.1. Hasil Pengujian... 52

(8)

4.2.1. Pengujian Tahap I ... 53

4.2.2. Pengujian Tahap II ... 54

4.2.3. Pengujian Tahap III ... 56

4.3. Pengolahan Data Tahap I Sudut 40o... 58

4.3.1. Energi yang sampai ke Kolektor (Qincident)... 58

4.3.2. Energi yang Diserap Air (Qu) ... 62

4.3.3. Efisiensi Kolektor Saat Suhu Air Maksimum... 63

4.4. Pengolahan Data Tahap I Sudut 50o... 64

4.4.1. Energi yang sampai ke Kolektor (Qincident)... 64

4.4.2. Energi yang Diserap Air (Qu) ... 68

4.4.3. Efisiensi Kolektor Saat Suhu Air Maksimum... 69

4.5. Pengolahan Data Tahap II Sudut 40o... 70

4.5.1. Energi yang sampai ke Kolektor (Qincident)... 70

4.5.2. Energi yang Diserap Air (Qu) ... 73

4.5.3. Efisiensi Kolektor Saat Suhu Air Maksimum... 75

4.6. Pengolahan Data Tahap II Sudut 50o... 76

4.6.1. Energi yang sampai ke Kolektor (Qincident)... 76

4.6.2. Energi yang Diserap Air (Qu) ... 76

4.6.3. Efisiensi Kolektor Saat Suhu Air Maksimum... 79

4.7. Pengolahan Data Tahap III Sudut 40o... 81

4.7.1. Energi yang sampai ke Kolektor (Qincident)... 81

4.7.2. Energi yang Diserap Air (Qu) ... 84

4.7.3. Efisiensi Kolektor Saat Suhu Air Maksimum... 86

4.8. Pengolahan Data Tahap III Sudut 50o... 87

4.8.1. Energi yang sampai ke Kolektor (Qincident)... 87

4.8.2. Energi yang Diserap Air (Qu) ... 90

4.8.3. Efisiensi Kolektor Saat Suhu Air Maksimum... 91

4.9. Efisensi Kolektor Sudut Miring... 92

4.9.1. Efisensi Kolektor Sudut Miring Tahap I... 93

4.9.2. Efisiensi Kolektor Sudut Miring Tahap II ... 95

4.9.3. Efisiensi Kolektor Sudut Miring Tahap III... 96

4.10. Fluktuatif Tekanan Saat Pengujian ... 98

(9)

4.11.1. Uji Regresi dan Korelasi pada kemiringan Kolektor 400... 102

4.11.2. Uji Regresi dan Korelasi pada kemiringan Kolektor 500... 103

4.12. Pembahasan ... 103

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 106

5.1. Kesimpulan ... 106

5.2. Saran ... 106

DAFTAR PUSTAKA... xvi

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Perpindahan panas konduksi melalui sebuah plat ... 6

Gambar 2.2 Perpindahan panas konveksi dari permukaan plat ... 7

Gambar 2.3 Interaksi energi surya ... 9

Gambar 2.4 Pola Absorbsi ... 10

Gambar 2.5 Radiasi Surya... 10

Gambar 2.6 Hubungan antara matahari dan bumi ... 11

Gambar 2.7 Sudut Sinar dan Posisi Sinar Matahari ... 14

Gambar 2.8 Pengaruh koefisien sudut pengubah terhadap kemiringan ... 19

Gambar 2.9 Solar Water Heater... 21

Gambar 2.10 Kompor surya ... 22

Gambar 2.11 Solar Driers... 24

Gambar 2.12 Solar Arsitektur ... 25

Gambar 2.13 Sistem Pendingin dengan Energi Surya ... 25

Gambar 2.14 Solar Chimney... 26

Gambar 2.15 SolarDestilasi ... 27

Gambar 2.16 Solar Power Plant... 28

Gambar 2.17 Alat Pemanas Air Tenaga Surya ... 32

Gambar 2.18 Ilustrasi panas yang diserap oleh absorber ... 33

(11)

Gambar 3.1 Tata Letak Lokasi Penelitian... 38

Gambar 3.2 Skema Pemanas Air Tenaga Surya dengan R-718 pada tekanan yang bervariasi ... 40

Gambar 3.3 Pompa Vakum ... 41

Gambar 3.4 Manifold Gauge... 41

Gambar 3.5 Agilient 34972 A... 42

Gambar 3.6 Laptop... 43

Gambar 3.7 Hobo Microstation data logger... 43

Gambar 3.8 Skema Pengambilan Data Pemanas Air Tenaga Surya ... 49

Gambar 4.1 Grafik Temperatur Pelat Absorber, Temperatur air Vs Waktu pada pengujian 40otahap 1... 53

Gambar 4.2 Grafik Temperatur Pelat Absorber, Temperatur air Vs Waktu pada pengujian 50otahap 1... 54

Gambar 4.3 Grafik Temperatur Pelat Absorber, Temperatur air Vs Waktu pada pengujian 40otahap 2... 55

Gambar 4.4 Grafik Temperatur Pelat Absorber, Temperatur air Vs Waktu pada pengujian 50otahap 2... 56

Gambar 4.5 Grafik Temperatur Pelat Absorber, Temperatur air Vs Waktu pada pengujian 40otahap 3... 57

Gambar 4.6 Grafik Temperatur Pelat Absorber, Temperatur air Vs Waktu pada pengujian 50otahap 3... 58

(12)

Gambar 4.8 Grafik jumlah energi yang diserap air (Qu) Vs waktu pada pengujian

400tahap 1 ... 63

Gambar 4.9 Grafik efisiensi kolektor Vs waktu pada pengujian 400tahap 1... 64

Gambar 4.10 Grafik Intensitas Matahari Vs Waktu pada pengujian 50otahap 1 ... 65

Gambar 4.11 Grafik jumlah energi yang diserap air (Qu) Vs waktu pada pengujian

500tahap 1 ... 69

Gambar 4.12 Grafik efisiensi kolektor Vs waktu pada pengujian 500tahap 1... 70

Gambar 4.13 Grafik Intensitas Matahari Vs Waktu pada pengujian 40otahap 2 ... 71

Gambar 4.14 Grafik jumlah energi yang diserap air (Qu) Vs waktu pada pengujian

400tahap 2 ... 74

Gambar 4.15 Grafik efisiensi kolektor Vs waktu pada pengujian 400tahap 2... 75

Gambar 4.16 Grafik Intensitas Matahari Vs Waktu pada pengujian 50otahap 2 ... 77

Gambar 4.17 Grafik jumlah energi yang diserap air (Qu) Vs waktu pada pengujian

500tahap 2 ... 80

Gambar 4.18 Grafik efisiensi kolektor Vs waktu pada pengujian 500tahap 2... 81

Gambar 4.19 Grafik Intensitas Matahari Vs Waktu pada pengujian 40otahap 3 ... 82

Gambar 4.20 Grafik jumlah energi yang diserap air (Qu) Vs waktu pada pengujian

400tahap 3 ... 85

Gambar 4.21 Grafik efisiensi kolektor Vs waktu pada pengujian 400tahap 3... 86

Gambar 4.22 Grafik Intensitas Matahari Vs Waktu pada pengujian 50otahap 3 ... 88

Gambar 4.23 Grafik jumlah energi yang diserap air (Qu) Vs waktu pada pengujian

(13)

Gambar 4.24 Grafik efisiensi kolektor Vs waktu pada pengujian 500tahap 3... 92

Gambar 4.25 Tekanan saat awal pengujian, 45 cmHg Vakum ... 98

Gambar 4.26 Tekanan pada pukul 09.00 berkisar 41 cmHg Vakum ... 98

Gambar 4.27 Tekanan pada pukul 10.00 berkisar 35 cmHg Vakum ... 99

Gambar 4.28 Tekanan pada pukul 11.00 berkisar 26 cmHg Vakum ... 99

Gambar 4.29 Tekanan pada pukul 12.00 berkisar 20 cmHg Vakum ... 99

Gambar 4.30 Tekanan pada pukul 13.00 berkisar 23 cmHg Vakum ... 100

Gambar 4.31 Tekanan pada pukul 14.00 berkisar 30 cmHg Vakum ... 100

Gambar 4.32 Tekanan pada pukul 15.00 berkisar 34 cmHg Vakum ... 100

Gambar 4.33 Tekanan pada pukul 16.00 berkisar 40 cmHg Vakum ... 101

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Urutan hari berdasarkan bulan ... 12

Tabel 2.2 Faktor Koreksi Iklim ... 16

Tabel 2.3 Sifat–Sifat dari R-718 yang digunakan ... 36

Tabel 2.4 Sifat R-718 pada tekanan vakum 45 cmHg (0,400 bar absolut) ... 36

Tabel 2.5 Sifat R-718 pada tekanan vakum 40 cmHg (0,466 bar absolut) ... 36

Tabel 2.6 Sifat R-718 pada tekanan vakum 35 cmHg (0,533 bar absolut) ... 37

Tabel 3.1 SpesifikasiMeasurement Apparatus... 44

Tabel 3.2 SpesifikasiPyranometer ... 45

Tabel 3.3 SpesifikasiWind Velocity Sensor... 45

Tabel 3.4 SpesifikasiTdanRH Smart Sensor ... 46

Tabel 4.1 Tabel hasil pengujian dari keseluruhan tahap ... 52

Tabel 4.2 Perbandingan efisiensi kolektor sudut datar dan sudut miring ... 97

Tabel 4.3 Uji Regresi dan Korelasi pada kemiringan Kolektor 400... 102

Tabel 4.4 Uji Regresi dan Korelasi pada kemiringan Kolektor 500... 103

(15)

DAFTAR SIMBOL

Simbol Keterangan Satuan

Qc Laju perpindahan panas konduksi W

Qh Laju perpindahan panas konveksi W

Qr Laju perpindahan panas radiasi W

h Koefisien konveksi W(m2K)

k Koefisien konduksi W/m.K

∆T Beda temperatur K

QL Kalor laten J

Qs Kalor sensibel J

Gon Radiasi atmosfer W/m2

Gsc Konstanta surya W/m2

Qincident Panas matahari J

A Luas penampang pelat absorber (m2)

I Intensitas radiasi matahari (W/m2)

Qabs Panas absorber J

Qref Panas yang dipantulkan J

α Difusifitas bahan

-Qu Energi berguna dari kolektor ke air kJ

P Tekanan Vakum cmHg

mw Massa air kg

Cp,w Panas jenis dari air kJ/kg.0C

Tw1 Temperatur awal air sebelum dipanaskan

kolektor 0C

Tw2 Temperatur aktual setelah dipanaskan

oleh kolektor 0C

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data pengujian tahap I sudut 400tanggal 16 Maret 2015 ... xix

Lampiran 2 Data pengujian tahap I sudut 500tanggal 20 Maret 2015 ... xxi

Lampiran 3 Data pengujian tahap II sudut 400tanggal 23 Maret 2015 ... xxiii

Lampiran 4 Data pengujian tahap II sudut 500tanggal 26 Maret 2015 ... xxv

Lampiran 5 Data pengujian tahap III sudut 400tanggal 10 April 2015... xxvii

Lampiran 6 Data pengujian tahap III sudut 500tanggal 27 Maret 2015... xxix

Lampiran 7 Energi yang diserap air dan efisiensi pengujian tahap I sudut 400 tanggal 16 Maret 2015... xxxi

Lampiran 8 Energi yang diserap air dan efisiensi pengujian tahap I sudut 500 tanggal 20 Maret 2015... xxxiii

Lampiran 9 Energi yang diserap air dan efisiensi pengujian tahap II sudut 400 tanggal 23 Maret 2015... xxxv

Lampiran 10 Energi yang diserap air dan efisiensi pengujian tahap II sudut 500 tanggal 26 Maret 2015... xxxvii

Lampiran 11 Energi yang diserap air dan efisiensi pengujian tahap III sudut 400 tanggal 10 April 2015... xxxix

Lampiran 12 Energi yang diserap air dan efisiensi pengujian tahap III sudut 500

tanggal 27 Maret 2015... xli

Lampiran 13. Korelasi dan Regresi Kemiringan Kolektor Sudut 400... xliii

(17)

ABSTRAK

Penelitian ini adalah bagian dari suatu penelitian besar tentang pemanfaatan energi

surya sebagai energi terbarukan untuk pemanas air. Latar belakang penelitian ini adalah

adanya kebutuhan yang besar akan penggunaan air panas terutama di hotel, rumah sakit

dan restauran. Sebuah alat pemanas air tenaga surya yang diuji memakai sistem pipa

panas, dimana sistem pemanasan air berlangsung dengan prinsip termosifon. Alat pemanas

air tenaga surya ini berukuran 1,16 m x 0,80 m x 0,21 m, yang dibagi menjadi 3 bagian

kolektor dengan ukuran 1 m x 0,2 m per kolektor. Masing-masing kolektor dipasang 2 pipa

panas berukuran 3/4 inchi dan tangki penyimpan air yang berisi 4 liter. Penelitian

dilakukan di Kota Medan dengan ketinggian tempat penelitian 47 m dpl dan kemiringan

kolektor 2 variasi yaitu 400 dan 500terhadap garis horizontal menghadap timur. Penelitian

ini menggunakan refrigeran R-718 sebagai fluida kerja, pengujian dilakukan secara

bersamaan pada tiga kolektor yang berbeda tekanan vakum refrigerannya, refrigeran di

kolektor 1 divakum pada 45 cmHg, kolektor 2 pada 40 cmHg dan kolektor 3 pada 35

cmHg. Pengujian dilakukan sebanyak tiga tahap untuk masing-masing kemiringan

kolektor. Pengujian menunjukkan hasil berikut : Temperatur air maksimum dari seluruh

tahap penelitian adalah sebesar 62,750C, terjadi di tangki 1 pada tekanan vakum 45 cmHg

dengan kemiringan kolektor 500. Pada saat itu total energi radiasi yang diukur oleh

pyranometer adalah sebesar 15,13 MJ/m2/hari. Efisiensi maksimum dari seluruh tahap

penelitian adalah sebesar 48,63 % terjadi pada tangki 3 dengan kemiringan kolektor 500.

Kesimpulan adalah semakin tinggi kevakuman refrigeran maka temperatur air akan

semakin tinggi, energi surya di kota Medan dapat digunakan sebagai pemanas air sehingga

bisa mengurangi pengunaan bahan bakar untuk memanaskan air.

(18)

ABSTRACT

This research is part of a large research on solar energy utilization as renewable energy for heating water. The background of this research is the great needs that will use hot water especially in hotel, hospitals and restaurant. An instrument water heater solar tested wearing hot pipe system, where water heating system with the principle of lasting termosifon. A solar water heater this size 1,16 m x 0,80 m x 0,21 m divided into 3 of the collector with a measure of 1 m x 0,2 m one collector. Each mounted collector 2 pipe hot measuring 3/4 inches and tank the depositary of water that contains 4 liters. Research is done in the city of medan with the height of the research 47 m dpl and the slope of a collector 2 variation that is 400 and 500 a horizontal line facing east. This study using a refrigerant R-718 as a working fluid, testing be done simultaneously on three different collector vacuum pressure refrigerant, a refrigerant in collector 1 vacuum on 45 cmHg , collector 2 on 40 cmHg and collector 3 on 35 cmHg .Testing done in three phases for each the slope of a collector. Testing shows the results of the following: maximum water temperature of the whole research phase 62,750C is as much as, happened in the tank 1 to pressure vacuum 45 cmHg with a tilt collector 500. At the time the total radiation energy measured by pyranometer is as much as 15,13 MJ/m2/day. Maximum efficiency of the whole research phase is as much as 48,63 % happened on a tank 3 with a tilt collector 500. The conclusion is the higher vacuum pressure a refrigerant and water temperatures are significantly higher, solar energy in the city of Medan can be used as heating of water so that it can help reduce using of fuel for heating water.

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Energi surya merupakan sumber energi terbarukan yang mempunyai

potensi paling besar. Energi ini berasal dari matahari yang jaraknya sekitar 150

km dari bumi. Laju energi yang dipancarkan matahari adalah sebesar 20

10 8 , 3 

MW dan yang sampai di permukaan bumi adalah sekitar 10,81010MW.

Seandainya energi ini dipanen sebesar 0,1% saja dengan efisiensi 10% maka akan

diperoleh daya listrik sebesar 10,8106MW. Nilai ini lebih dari empat kali daya

listrik yang saat ini dibangkitkan dunia, sekitar 3000 GW. Energi yang sampai ke

permukaan bumi dalam satu tahun adalah sekitar 3.400.000 Exajoule (EJ).

Sebagai catatan konsumsi energi dunia pada tahun 2008 adalah sebesar 474 EJ.

Berdasarkan data ini, maka untuk memenuhi konsumsi energi dunia dalam satu

tahun hanya dibutuhkan energi surya dengan lama paparan radiasi 1 jam 12 menit

[1].

Potensi energi surya di Indonesia sebagai pemanas air sangatlah besar

karena Indonesia terletak di garis khatulistiwa. Energi surya sangat luar biasa

karena tidak bersifat polutif, bersifat kontinyu, dan tak dapat habis. Pada pemanas

air tenaga surya, energi surya yang berupa gelombang elektromagnetik dapat

dikumpulkan dan diubah menjadi energi panas yang berguna melalui bantuan

suatu alat yang disebut kolektor surya.

Kolektor termal surya merupakan suatu peralatan yang digunakan

untuk menyerap energi surya, yang kemudian mengubah energi surya menjadi

energi termal, dan mentransfer energi tersebut ke fluida kerja untuk

kemudian digunakan secara langsung atau disimpan terlebih dahulu pada suatu

unit penyimpanan panas. Dalam aplikasinya kolektor termal surya banyak

digunakan sebagai alat pemanas air pada rumah.

Air panas menjadi kebutuhan utama di hotel, rumah sakit, dan restauran.

Pada umumnya air panas diperoleh dengan cara memasak air dengan

(20)

umumnya adalah bahan bakar fosil akan menimbulkan polusi udara, yaitu

terbentuknya CO, CO2, dan lain-lain. Selain itu bahan bakar jenis ini merupakan

sumber energi yang tak dapat diperbarui sehingga suatu saat akan habis dan perlu

dicari sumber energi alternatif [2].

Untuk menghindari terbentuknya lebih banyak polutan, sejalan dengan

penerapan ISO 9000 yang sejak tahun 1994 muncul dengan standarisasi di bidang

lingkungan hidup, EMAS (Eco-Management and Audit Scheme) di Uni Eropa

serta padanannya ISO 14000, maka salah satu solusinya adalah menggunakan

peralatan penyerap energi matahari untuk memanaskan air.

Menurut Juni Handoko [3] berdasarkan protocol montreal (atas prakarsa

Perserikatan Bangsa - Bangsa) tahun 1987 dan telah diratifikasi oleh lebih dari

170 negara, disepakati bahwa refrigeran yang mengandung Clorofluarocarbon

(CFC)tidak boleh digunakan dan diproduksi lagi. Clorofluarocarbon inilah yang akan merusak ozon dan membahayakan kelangsungan hidup makhluk hidup.

Salah satu refrigeran yang tidak mengandung Clorofluarocarbon adalah R-718,

refrigeran ini sangat mudah diperoleh dan aman untuk kesehatahan lingkungan

serta tidak merusak lingkungan. Oleh karena itulah refrigeran R-718 dipilih

sebagai fluida sekunder untuk penelitian ini.

Berdasarkan hasil penelitian pemanas air tenaga surya yang dilakukan

sebelumnya oleh Tekad Sitepu [4] melakukan kajian performansi pemanas air

tenaga surya sistem pipa panas dengan menggunakan fluida kerja 718 dan

R-141b, penelitian tersebut menggunakan kemiringan kolektor 300 dan hasilnya

menunjukkan bahwa refrigeran R-718 mempunyai efisiensi maksium 26% pada

tekanan 30 cmHg.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka peneliti akan

menyempurnakannya dengan meneliti penggunaan refrigeran sekunder R-718

(air) pada variasi tekanan vakum 45 cmHg, 40 cmHg dan 35 cmHg dengan

kemiringan kolektor 40o dan 50o. Hal ini dilakukan mengingat semakin besar

tingkat kevacuman refrigeran maka titik didihnya semain rendah, sehingga proses

pemanasan air berlangsung cepat. Selain itu peneliti juga akan melihat pengaruh

kemiringan kolektor terhadap efisiensi kolektor dan temperatur maksimum yang

(21)

1.2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui suhu kolektor dan temperatur air pada pemanas air

tenaga surya sistem pipa panas menggunakan fluida kerja refrigeran

R-718.

2. Untuk mengetahui efisiensi kolektor pemanas air tenaga surya sistem

pipa panas menggunakan fluida kerja refrigeran R-718 pada tekanan

vakum 45 cmHg, 40 cmHg dan 35 cmHg.

3. Untuk mengetahui perbandingan temperatur maksimum air yang

di-panaskan dan efisiensi kolektor pada kemiringan kolektor 40odan 50o.

1.3. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis membatasi masalah pada:

1. Fluida kerja yang digunakan adalah refrigeran R-718 pada tekanan

vakum 45 cmHg, 40 cmHg dan 35 cmHg.

2. Kemiringan kolektor 400dan 500terhadap garis horizontal menghadap

timur.

3. Tempat penelitian dilakukan di Lantai 4 gedung Magister Teknik

Mesin Universitas Sumatera Utara Medan dengan ketinggian tempat

penelitian adalah 47 m di atas permukaan laut.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Mengurangi ketergantungan terhadap pemakaian bahan bakar fosil.

2. Memberi masukan untuk peningkatan efisiensi energi di Indonesia.

3. Memberikan masukan untuk menghasilkan alat pemanas air dengan

(22)

1.5. Sistematika Penulisan

Agar penyusunan skripsi ini dapat tersusun secara sistematis dan

mempermudah pembaca memahami tulisan ini, maka skripsi ini disusun atas

beberapa bab dengan garis besar tiap bab sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan pendahuluan tentang studi kasus dan pemecahan

masalah yang berisi antara lain : Latar belakang, tujuan penelitian, batasan

masalah, manfaat penelitian , dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi dasar teori dari topik yang dikaji dan digunakan sebagai

landasan dalam memecahkan masalah dan menganalisis permasalahan yang

berkaitan dengan perpindahan panas, pemanfaatan energi surya dan jenis pemanas

air tenaga surya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi metode perancangan serta langkah yang dilakukan untuk

mengidentifikasi permasalahan, beserta variabel-variabel yang akan diukur dan

perlengkapan pengujian meliputi waktu dan tempat penelitian, peralatan

pengujian, bahan pengujian, eksperimentalset-up, dan prosedur pengujian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang data yang diperoleh dari pengujian, yaitu temperatur

kolektor, temperatur air tiap tangki dan intensitas radiasi pada saat pengujian

berlangsung, kemudian perhitungan intensitas radiasi secara teoritis, perhitungan

energi yang sampai pada kolektor, perhitungan energi yang diserap oleh air dan

perhitungan efisiensi dari kolektor pemanas air tenaga surya. Hasil analisis data

akan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dari analisa yang dilakukan terhadap

permasalahan dan saran mengenai penyempurnaan hasil penelitian untuk generasi

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Daftar pustaka berisikan literatur-literatur yang digunakan dalam

penyusunan laporan ini.

LAMPIRAN

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perpindahan Panas

Panas hanya akan berpindah jika ada perbedaan temperatur, yaitu dari

sistem yang bertemperatur tinggi ke sistem bertemperatur rendah. Perbedaan

temperatur ini mutlak diperlukan sebagai syarat terjadinya perpindahan panas.

Selama ada perbedaan temperatur antara dua sistem maka akan terjadi

perpindahan panas. Mekanisme perpindahan panas yang terjadi dapat

dikategorikan atas 3 jenis yaitu: konduksi, konveksi dan radiasi.

2.1.1. Perpindahan Panas Konduksi

Perpindahan panas dari partikel yang lebih panas ke partikel yang lebih

dingin sebagai hasil dari interaksi antara partikel tersebut. Karena partikelnya

tidak berpindah, umumnya konduksi terjadi pada medium padat, tetapi bisa juga

cair dan gas. Perpindahan panas di sini terjadi akibat interaksi antara partikel

tanpa diikuti perpindahan partikelnya. Perhatikan gambar di bawah ini.

Gambar 2.1. Perpindahan panas konduksi melalui sebuah plat

Secara matematik, untuk plat datar seperti gambar di atas ini, laju

perpindahan panas konduksi dirumuskan dengan persamaan berikut. [5]

...(2.1)

Atau sering dirumuskan dengan persamaan berikut ini.

...(2.2)

(25)

= Laju perpindahan panas konduksi (W)

A = Luas penampang (m2)

∆T = Beda temperatur (K)

x = Panjang (m)

k = Daya hantar (konduktivitas) (W/m.K)

2.1.2. Perpindahan Panas Konveksi

Perpindahan panas konveksi adalah perpindahan panas antara permukaan

padat yang berbatasan dengan fluida mengalir. Fluida di sini bisa dalam fasa cair

atau fasa gas. Syarat utama mekanisme perpindahan panas konveksi adalah

adanya aliran fluida. Perhatikan gambar di bawah ini.

Gambar 2.2. Perpindahan panas konveksi dari permukaan plat

Secara matematik perpindahan panas konveksi pada permukaan plat rata

dapat dirumuskan dengan persamaan berikut ini.[6]

Qh= hA(T2-T3) ...(2.3)

Dimana:

Qh =Laju perpindahan panas konveksi (W)

h = Koefisien konveksi (W/m2K)

A = Luas penampang perpindahan panas (m2)

T2 = Temperatur permukaan

(26)

2.1.3. Perpindahan Panas Radiasi

Perpindahan panas radiasi adalah panas yang dipindahkan dengan cara

memancarkan gelombang elektromagnetik. Berbeda dengan mekanisme konduksi

dan konveksi, radiasi tidak membutuhkan medium perpindahan panas. Sampainya

sinar matahari ke permukaan bumi adalah contoh yang jelas dari perpindahan

panas radiasi.

Persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung laju perpindahan

panas radiasi adalah: [5]

Qr=εσA( T24-T34)...(2.4) dimana :

Qr =Laju perpindahan panas radiasi (W)

σ = Konstanta Boltzman: 5,67 x 10-8W/m2K4

ε = Emisivitas (0≤ e ≤ 1)

A = Luas penampang (m2)

T2 = suhu permukaan plat (K)

T3 = suhu lingkungan (K)

2.2. Radiasi Surya

2.2.1. Teori Dasar Radiasi Surya

Radiasi adalah proses perpindahan panas tanpa melalui media. Bila energi

radiasi menimpa permukaan suatu bahan, maka sebagian akan dipantulkan

(refleksi) , sebagian lagi akan diserap (absorbsi) dan sebagian lagi akan diteruskan

(transmisi). Kebanyakan benda padat tidak bisa mentransmisikan radiasi thermal

sehingga penerapan transmisivitas dianggap nol. [7]

Terdapat dua jenis pantulan radiasi yaitu spektular dan diffuse. Jika sudut

pantulan radiasi sama, maka pantulannya disebut spektular. Jika sudut

pantulannya beragam ke semua arah maka pantulannya adalah diffuse. [7] Gambar

2.3 menjelaskan interaksi energi matahari terhadap bumi dimana energi yang akan

dipakai dalam pemanas air tenaga surya inilah yang akan dikelola untuk dapat

(27)

Gambar 2.3. Interaksi Energi Surya (Saharjo,B.H.1999)

2.2.2. Absorbtivitas, Reflektivitas, dan Transimitas

Segala sesuatu yang terkena pancaran matahari, konstan menerima energi

radiasi. Secara tidak langsung ini berarti setiap benda yang terkena cahaya

matahari, akan menerima radiasi dari segala arah sepanjang masih terpanacar oleh

cahaya matahari. Jumlah energi radiasi yang diterima suatu permukaan dalam

interval waktu tertentu disebut dengan irradiation dan dilambangkan dengan G.

Ketika radiasi sampai ke permukaan, sebagian dari energi itu akan diserap,

sebagian lagi di transmisikan, dan sisanya di refleksikan [8]. Energi radiasi yang

di serap di sebut dengan absorbtivitas (α ), yang di transmisikan di sebut dengan

transimitas (τ) dan energi radiasi yang di pantulkan di sebut reflectivitas ( ).

Absorbvitas= α =

0 α 1

Transimitas=τ =

0 1

Reflektivitas= =

(28)

Gambar 2.4. Pola Absorbsi (Yunus A.Cengel.(2002)

Atmosfer bumi terdiri atas empat lapisan dari yang terdekat dari permukaan

bumi yaitu troposfer (0-10 km), stratosfer (10-30 km), mesosfer (30-50 km), dan

thermosfer (50-400 km) [7].

Radiasi yang sampai di lapisan thermosfer dilambangkan (Gon). Radiasi

yang diteruskan ke permukaan bumi dilambangkan (Gbeam/GD). Radiasi akibat

pemantulan dan pembiasan dilambangkan (Gd).

(29)

2.2.3. Rumusan Radiasi Surya

Matahari mempunyai diameter 1,39×109m. Bumi mengelilingi matahari

dengan lintasan berbentuk elips dan matahari berada pada salah satu

pusatnya. Jarak rata-rata matahari dari permukaan bumi adalah 1,49×1011m.

Karena lintasan bumi terhadap matahari berbentuk elips, maka jarak antara

bumi dan matahari adalah tidak konstan. Jarak terdekat adalah 1,47x1011m yang

terjadi pada tanggal 3 Januari, dan jarak terjauh pada tanggal 3 Juli dengan jarak

1,52x1011m. Perbedaan jarak ini hanya sekitar 3,3% dari jarak rata-rata.

Gambar 2.6. Hubungan antara Matahari Dan Bumi

(Ambarita,Himsar.2011)

Karena adanya perbedaan jarak ini, menyebabkan radiasi yang diterima

atmosfer bumi juga akan berbeda setiap hari.Radiasi ini biasanya disimbolkan

dengan Gon, pada hari ke- n yang dirumuskan oleh Jhon dan Beckmann [9]

 

2

365 360 cos 033 , 0 1

m W n G

Gon sc

  

  

 ...(2.5)

Dimana:

sc

G =Konstanta surya (1367 W/m2)

n =Nilai yang diperoleh berdasarkan urutan hari yang akan diprediksi

(30)
[image:30.595.112.358.106.394.2]

Tabel 2.1. Urutan Hari Berdasarkan Bulan

Beberapa istilah yang biasanya dijumpai pada perhitungan radiasi adalah :

1. Air Mass(m)

Adalah perbandingan massa udara sampai ke permukaan bumi pada

posisi tertentu dengan massa udara yang dilalui sinar jika matahari

tepat pada posisi zenit. Artinya pada posisi tegak lurus (zenit =0) nilai

m=1 , pada sudut zenith 600, m=2. Pada sudut zenit dari 00-700.

m =

θ ... (2.6)

2. Beam Radiation

Radiasi energi dari matahari yang tidak dibelokkan oleh atmosfer.

Istilah ini sering juga disebut radiasi langsung (direct solar

radiation).

3. Diffuse Radiation

Radiasi energi surya dari matahari yang telah dibelokkan oleh

atmosfer.

Bulan Nilai n pada hari yang ke - i

Januari I

Februari 31+i

Maret 59+i

April 90+i

Mei 120+i

Juni 151+i

Juli 181+i

Agustus 212+i

September 243+i

Oktober 273+i

November 304+i

(31)

4. Total Radiation

Adalah jumlahbeamdandiffuse radiation.

5. Irradiance(W/m2)

adalah laju energi radiasi yang diterima suatu permukaan persatuan

luas permukaan tersebut Solar irradiance biasanya disimbolkan

dengan G. Dalam bahasa Indonesia besaran ini biasanya disebut

dengan Intensitas radiasi.

6. Irradiation atau Radian Exposure(J/m2)

Jumlah energi radiasi (bukan laju) yang diterima suatu permukaan

dalam interval waktu tertentu. Besaran ini didapat dengan

mengintegralkan G pada interval waktu yang diinginkan, misalnya

untuk 1 hari biasa disimbolkan H dan untuk 1 jam biasa disimbolkan

I.

7. SolarTime atau Jam Matahari

Adalah waktu berdasarkan pergerakan semu matahari di langit pada

tempat tertentu. Jam matahari (disimbolkan ST) berbeda dengan

penunjukkan jam biasa (standard time, disimbolkan STD ).

Hubungannya adalah:

ST =STD ±4(Lst-Lloc)+E ... (2.7)

dimana :

STD = waktu lokal

Lst =standart meridianuntuk waktu lokal (o)

Lloc = derajat bujur untuk daerah yang dihitung (o) ; untuk bujur

timur, digunakan -4, untuk bujur barat digunakan +4

E = faktor persamaan waktu

Pada persamaan ini Lst standard meridian untuk waktu lokal. Lloc

adalah derajat bujur daerah yang sedang dihitung, jika daerah yang dihitung

ada pada bujur timur, maka gunakan tanda minus didepan angka 4 dan jika

bujur barat adalah tanda plus. E adalah equation of time, dalam satuan menit

dirumuskan oleh Spencer pada tahun 1971.[10]

E = 229,2(0,000075 + 0,001868cosB 0,032077sinB

(32)

dimana :

B = konstanta yang bergantung pada nilai n

E = faktor persamaan waktu

Dalam menentukan arah radiasi terdapat beberapa sudut yang harus

diketahui. Dapat dilihat pada gambar 2.8 beberapa sudut untuk mendefenisikan

[image:32.595.178.456.233.476.2]

arah radiasi matahari.

Gambar 2.7. Sudut Sinar dan Posisi Sinar Matahari

(Ambarita,Himsar.2011)

Slope β adalah sudut antara permukaan yang dianalisis dengan

horizontal. Nilai 0 ≤ β ≤ 900. permukaan γ adalah sudut penyimpangan sinar

pada bidang proyeksi dimana 0o pada selatan dan positif ke barat. Sudut

penyinaran θ (angle accident) adalah sudut yang dibentuk sinar dan garis

normal dari suatu permukaan. Sudut zenith θz adalah sudut yang dibentuk

garis sinar terhadap garis zenith. Sudut ketinggian matahari αs(solar altitude

angel) adalah sudut antara sinar dengan permukaan. Sudut azimut matahari γs adalah sudut antara proyeksi matahari terhadap selatan, ke timur adalah negatif

(33)

Sudut lain yang sering digunakan dalam menentukan jumlah radiasi

yang dapat diterima oleh sebuah permukaan di bumi antara lain sudut deklinasi

δ , yaitu kemiringan sumbu matahari terhadap garis normalnya. Kemudian

sudut jam ω adalah sudut pergeseran semu matahari dari dari garis siang.

Perhitungan berdasarkan jam matahari (ST), setiap berkurang 1 jam, ω

berkurang 150 dan setiap bertambah 1 jam, ω bertambah 150. Artinya tepat

pukul 12.00 siang, ω=0 , pukul 11.00 pagi ω=-150dan pukul 14.00, ω = 300.

Spencer (1971) mengajukan persamaan untuk menghitung sudut deklinasi

[10] :

δ= C1+ C2CosB + C3sinB + C4cos2B + C5sin2B + C6cos3B

+ C7sin3B ... (2.9)

dimana,

C1 = 0,006918 C5 = 0,000907

C2 = -0,399912 C6 = -0,002679

C3 = 0,070257 C7 = 0,00148

C4 = -0,006758

n = hari ke

δ = sudut deklinasi (rad)

B dihitung dengan menggunakan persamaan dan n adalah urutan hari pada

suatu tahun. Berdasarkan bulan yang diketahui ditampilkan pada Tabel 2.1.

Sudut zenith θz adalah sudut yang dibentuk garis sinar terhadap garis

zenith. Cosinus sudut zenith dapat dicari melalui persamaan berikut.

cosθz= cos φ cos δ cos ω + sin φ sin δ... (2.10)

Sudut jam matahari (ω) dihitung berdasarkan jam matahari. Definisi sudut

jam matahari adalah sudut pergeseran semu matahari dari garis siangnya.

Perhitungan berdasarkan jammatahari (ST), setiap berkurang 1 jam , ω berkurang

15o, setiap bertambah 1 jam, ω bertambah 15o.[10]

ω = 15(STD –12) + (ST-STD) x ... (2.11)

dimana :

STD = waktu lokal

(34)

= sudut jam matahari (o)

Dengan estimasi langit cerah, fraksi radiasi matahari yang diteruskan dari

atmosfir ke permukaan bumi [10] adalah

τb= ao+ a1exp

θ ... (2.12)

dimana

ao = ro(0,4237 - 0,0082 (6–A)2)

a1 = r1(0,5055–0,00595 (6.5–A)2)

k = rk(0.2711–0.01858 (2.5–A)2)

A = ketinggian dari permukaan laut (km)

ro,r1,rk = faktor koreksi akibat iklim

Tabel 2.2. Faktor Koreksi Iklim

Iklim ro r1 rk

Tropical 0,95 0,98 1,02

Midatude summer 0,97 0,99 1,02

Subarctic Summer 0.99 0,99 1,01

Midatude Winter 1,03 1,01 1,00

Sumber: Duffie,J.A. and Beckman,W.A., 2006

Radiasibeamadalah radiasi yang langsung di transmisikan dari atmosphere

ke permukaan bumi. Adapun persamaan yang digunakan untuk mencari radiasi

beam [10]:

Gbeam= Gonτbcos θz...(2.13)

dimana :

Gon = radiasi yang diterima atmosfer (W/m2)

τb = faksi radiasi yang diteruskan ke bumi

cos θz = cosinus sudut zenith

Gbeam = radiasi yang ditransmisikan dari atmosphere ke permukaan bumi

(W/m2)

Radiasi diffuse adalah radiasi yang di pantulkan ke segala arah, dan

kemudian dimanfaatkan. Adapun persamaan yang digunakan untuk mencari

radiasidiffuse[10] adalah :

(35)

dimana :

Gon = radiasi yang diterima atmosfer (W/m2)

τb = faksi radiasi yang diteruskan ke bumi

cos θz = cosinus sudut zenith

Gdifuse = Radiasi yang dipantulkan ke segala arah dan kemudian dapat

dimanfaatkan.

Radiasi total adalah jumlah dari radiasibeamdan radiasidiffuseseperti pada

persamaan berikut [10] :

Gtotal= Gbeam+ Gdifuse... (2.15)

2.2.4. Hipotesis Pengaruh Kemiringan Kolektor

Radiasi pada permukaaan yang dimiringkan akan mempengaruhi besarnya

intensitas radiasi yang diterima oleh suatu permukaan. Radiasi yang diterima pada

permukaan yang dimiringkan merupakan gabungan dari radiasi beam, isotropic

diffuse dan radiasi yang didapat dari permukaan. Dalam Beckman [9], dijelaskan bahwa total energi radiasi yang diterima suatu permukaan yang dimiringkan dapat

dihitung dengan persamaan berikut:

I = I R + I + I ... (2.16)

Nilai Rbdapat dihitung dengan persamaan berikut:

= ( ) ( )

( ) = ... (2.17)

Untuk menghitung nilai Ib dan nilai Id, nilai Id/I harus diketahui dulu dengan

persamaan berikut:

Id/I = 1-0,249kT jika 0≤ kT0,35

Id/I = 1,557 - 1,84 kT jika 0,35 kT< 0,75

Id/I = 0,177 jika kT>0,75... (2.18)

Dengan dimiringkannya permukaan absorber, akan berpengaruh terhadap

durasi penyinaran. Suatu Pemanas Air Tenaga Surya dengan kolektor plat datar,

akan menerima radiasi surya saat matahari terbit dan akan berhenti menerima

radiasi surya saat terbenamnya matahari. Namun dengan memberi perlakuan

(36)

rentang waktu penerimaan radiasi matahari. Suatu PATS yang kolektornya

dimiringkan 400 kearah timur akan memiliki perbedaan dengan PATS yang

kolektornya tidak dimiringkan terhadap permukaan datar. Perbedaannya adalah

pada rentang waktu penerimaan radiasi dari kolektor dalam PATS. Kolektor yang

dimiringkan 400 ke arah timur akan menerima radiasi surya saat matahari terbit

sama dengan kolektor yang sejajar bidang datar. Namun radiasi surya yang

diterima kolektor dengan kemiringan 400 akan berlangsung dalam rentang waktu

yang lebih pendek dibanding kolektor sejajar bidang datar. Hal ini disebabkan

oleh, pada kolektor bidang datar saat matahari sesaat akan terbenam, kolektor

tersebut masih menerima radiasi surya. Berbeda bila kolektor dimiringkan 400

kearah timur yang membuat saat matahari berada disisi barat namun belum

terbenam, kolektor tidak akan menerima radiasi surya lagi karena telah tertutup

sisi luar kolektor itu sendiri. Dengan kata lain, kolektor sejajar horizontal

menerima radiasi lebih lama dibanding dengan kolektor yang dimiringkan. Rasio

radiasi matahari yang diterima kolektor yang dimiringkan dengan kolektor yang

sejajar bidang datar dapat di lihat dalam persamaan berikut:

= = + + ... (2.19)

2.2.5. Analisa Pengaruh Kemiringan Kolektor Terhadap Kerja PATS

Pemilihan pengaplikasian besar sudut kolektor sangat berpengaruh

terhadap performansi PATS. Pemilihan sudut yang salah akan berakibat langsung

terhadap kemampuan optimum pemanasan air di tangki penampungan. Kolektor

yang terlalu dimiringkan akan berpengaruh terhadap durasi kolektor dalam

menerima radiasi matahari. Namun apabila kolektor tidak dimiringkan atau

dengan kata lain sejajar bidang datar, walaupun kondisi ini baik terhadap durasi

dan kemampuan penyerapan radiasi surya, namun akan kesulitan dalam siklus

sirkulasi fluida kerja di pipa panas dalam menghantarkan panas ke air di dalam

tangki. Semakin besar kemiringan kolektor terhadap bidang datar akan

mempengaruhi kerja siklus perpindahan panas dalam memanaskan air didalam

(37)

Menurut Beckman [9] kemiringan terbaik untuk kolektor adalah berkisar

antara 300, 450 dan 600. Hal ini dihitung berdasar pengaruh incidence angle

modifier (Kτα)yang dapat dihitung dengan persamaan berikut [9]:

1 1 ... (2.20)

... (2.21)

Dimana: = koefisien sudut pengubah

= panas yang hilang

Nilai koefisien pengubah dimasukkan dalam persamaan 2.20 untuk mendapatkan

besar energi radiasi surya yang di serap oleh kolektor.

Berikut grafik koefisien sudut pengubah terhadap dan (1/ 1

Gambar 2.8. Pengaruh koefisien sudut pengubah terhadap kemiringan bidang datar

untuk kolektor dengan pelindung (a) kaca satu lapis, (b) kaca dua lapis dan

[image:37.595.161.461.377.676.2]
(38)

2.3. Pemanfaatan Energi Surya

Dalam era ini, penggunaan sumber daya alam yang tidak dapat

diperbaharui semakin meningkat seiring dengan meningkatnya populasi manusia,

kemajuan teknologi dan lain-lain. Namun hal ini berbanding terbalik dengan

ketersediaan sumber daya alam tersebut. Sehingga para ilmuwan telah mencoba

mengembangkan potensi sumber daya alam yang dapat diperbarui contohnya air,

angin dan energi surya. Pada dasarnya terdapat 2 macam pemanfaatan energi

surya yaitu :

1. Pemanfaatan Fotovoltaic

Fotovoltaik (PV) adalah sektor teknologi dan penelitian yang berhubungan

dengan aplikasi panel surya untuk energi dengan mengubah sinar matahari

menjadi listrik. Karena permintaan yang terus meningkat terhadap sumber

energi bersih, pembuatan panel surya dan kumpulan fotovoltaik telah

meluas secara dramatis dalam beberapa tahun belakangan ini. Produksi

fotovoltaik telah berlipat setiap dua tahun, meningkat rata-rata 48 persen

tiap tahun sejak 2002, menjadikannya teknologi energi dengan

pertumbuhan tercepat di dunia. Pada akhir 2007, menurut data awal,

produksi global mencapai 12.400 megawatt. Secara kasar, 90% dari

kapasitas generator ini meliputi sistem listrik terikat. Pemasangan seperti

ini dilakukan di atas tanah (dan kadang-kadang digabungkan dengan

pertanian dan penggarapan) atau dibangun di atap atau dinding bangunan,

dikenal sebagaiBuilding Integrated Photovoltaicatau BIPV [11].

2. Pemanfaatan Termal

Terdapat 9 pemanfaatan termal terbesar yang sudah dilakukan dan

diterapkan di beberapa negara yaitu:

Solar Water Heater(Pemanas air dengan Energi Surya)

Alat yang digunakan untuk memanaskan air dengan menggunakan

energi surya. Prinsip kerjanya adalah dengan menangkap panas

matahari melalui plat absorber dan selanjutnya panas matahari

(39)

Gambar 2.9.Solar Water Heater

(www://pacemen.com/2011/11/09/solar-water-heater-till-today/)

Keterangan gambar 2.9:

1. Absorber

Fungsinya sebagai pengumpul panas yang diteruskan ke tabung air.

2. Tabung air

Fungsinya untuk menampung air yang akan dipanasi oleh absorber

dengan perpindahan panas secara konduksi.

JenisSolar Water Heaterdibedakan menjadi 2 bagian, yaitu:

1. Sistem Aktif

Sistem aktif didefinisikan sebagai sistem pemanas air yang

memerlukan energi tambahan (seperti menggunakan pompa) untuk

memindahkan air menuju kolektor supaya air menjadi hangat.

Sistem aktif ini juga dibagi menjadi dua jenis yaitu:

a) Direct Circulation System(Sistem Sirkulasi Langsung)

b) Indirect Circulation System(Sistem Sirkulasi Tidak Langsung) 2. Sistem Pasif

Sistem pasif tidak menggunakan energi tambahan dari pompa

mel-ainkan bergantung pada proses alam untuk mengedarkan air yaitu

(40)

tahan lama dan tergolong lebih murah, sistem pasif ini cukup baik

dalam proses menyediakan air panas dengan sinar matahari.

 Kompor Surya (Memasak dengan Energi Surya)

Kompor Surya adalah alat yang hanya menggunakan energi surya

untuk memasak. Perkembangan penggunaan Kompor Surya ini telah

meluas terutama di negara India yang memiliki radiasi matahari

rata-rata 600 W/m2(Buddhi S.Dharma : 2010). Kompor Surya dapat

digunakan memasak secara langsung maupun tidak langsung. Untuk

memasak secara tidak langsung, diperlukan thermal storage yang

menyimpan panas selama siang hari untuk dipakai memasak pada

malam hari. Kompor Surya juga memiliki berbagai bentuk tipe, yaitu:

1) Kompor surya tipe kotak

2) Kompor surya tipe Panel

3) Kompor surya tipe ketel

4) Kompor surya tipe parabola

5) Kompor surya tipeScheffler

6) Kompor surya tipe indirect

Gambar 2.10. Kompor surya

(http://en.wikipedia.org/wiki/Solar_cooker)

Keterangan gambar 2.10 :

(41)

Fungsinya untuk memancarkan sinar matahari ke pusat vessel yang

bertujuan untuk memanaskan vessel.

2.Vessel

Fungsinya sebagai wadah untuk menampung makanan.

Berdasarkan studi literatur yang dilakukan, telah banyak peneliti yang

melakukan penelitian tentang pemasak surya. Pemasak surya yang diteliti dapat

dibagi atas pemasak dengan penyimpan panas dan tanpa penyimpan panas [1].

Yang dimaksud penyimpan panas (thermal storage) adalah material yang

berfungsi menyimpan energi surya dan akan digunakan pada saat diperlukan.

Material yang biasa digunakan adalah jenis phase change material (PCM). PCM

termasuk material penyimpan panas latent. PCM ini menggunakan ikatan kimia

untuk menyimpan dan melepas panas. Perpindahan panas ini terjadi ketika terjadi

perubahan fasa pada PCM. Cara kerja PCM ini adalah temperatur dari PCM akan

meningkat ketika PCM menyerap panas. Ketika PCM mencapai temperatur

dimana PCM akan berubah fasa (titik leleh), PCM akan menyerap panas yang

cukup besar tanpa bertambah temperaturnya. Temperatur akan konstan sampai

proses pelelehan berakhir. Panas yang diserap selama perubahan fasa inilah yang

disebut dengan panas laten. Banyak jenis PCM yang tersedia sesuai yang

diinginkan. Range temperatur yang tersedia berkisar antara 0-150 OC biasanya

digunakan untuk aplikasi energi solar. Banyak jenis PCM yang tersedia sesuai

yang diinginkan. Range temperatur yang tersedia berkisar antara 0-150 OC

biasanya digunakan untuk aplikasi energisolar.Berikut ini jenis PCM yang sering

digunakan yaitu:

1. PCM Organik

Lebih jauh, material organik diklasifikasikan menjadi 2 yaitu material

paraffin dan non paraffin.

2. PCM non-Organik

Lebih jauh, material non-organik diklasifikasikan menjadi 2 yaitu material

(42)

Solar Driers( Pengering dengan Energi Surya)

Pada negara-negara berkembang, produk-produk pertanian dan

perkebunan sering dikeringkan mengunakan tenaga matahari. Konsep

inilah yang digunakan sebagai acuan untuk menciptakan solar driers.

Cara kerjanya adalah udara yang masuk ke dalam kolektor akan

dipanaskan oleh energi surya, udara yang telah panas kemudian masuk

ke dalam kotak pengering, kotak pengering inilah yang diisi

produk-produk pertanian yang akan dikeringkan. Gambar 2.11 menunjukkan

[image:42.595.206.419.278.544.2]

bagian-bagian utamasolar driers.

Gambar 2.11.Solar Driers

(Sumber: www.climatetechwiki.org)

 Solar Arsitektur

Solar arsitektur adalah desain arsitektur yang memanfaatkan energi

surya untuk mensirkulasi udara pada ruangan sehingga menghasilkan

temperatur ruangan yang nyaman. Dalam bidang arsitektur,

pemanfaatan energi surya telah dikembangkan. Pemanfaatan dalam

(43)

Gambar 2.12. Solar Arsitektur

(www.inhabitat.com/solar-wind-Pavilion/)

Solar Air-Conditioning

Solar Air-Conditioning merupakan alat yang memanfaatkan energi surya untuk mendinginkan ruangan. Prinsip kerjanya adalah dengan

menggunakan kolektor surya untuk menyerap panas. Panas yang

diserap kemudian diubah menjadi temperatur dingin dengan bantuan

Auxiliary Heat yang memanfaatkan refrigeran. Pemanfaatan energi

solar untuk air conditioning sudah diterapkan. Karena tercatat kebutuhan listrik gedung-gedung komersial yang paling tinggi ada

pada sistem pendinginan. Oleh karena itu, solar air conditioning

menjadi alternatif untuk mengurangi pemakaian bahan bakar minyak

dalam memproduksi listrik.

Gambar 2.13. Sistem Pendingin dengan Energi Surya

(44)

Solar Chimney

Solar Chimney digunakan untuk ventilasi pada gedung-gedung besar. Sirkulasi udara menjadi baik dan ruangan menjadi tidak terlalu panas.

Biasanya juga digunakan untuk menghasilkan listrik. Cara kerjanya

adalah udara dipanaskan oleh energi surya. Udara yang panas akan

cenderung bergerak ke atas dan keluar melalui cerobong. Pada

cerobong biasanya dipasang turbin. Udara yang bergerak ke atas akan

mengerakkan turbin, sehingga menghasilkan listrik. Gambar 2.14

menunjukkan bagian-bagian utamasolar chimney.

Gambar 2.14.Solar Chimney

(www://freenewsupdate.blogspot.com/2010/04/solar-updraft-dan

concentracing-solar.html)

Keterangan gambar:

1. Turbin

2. Kolektor

3. Tower/Cerobong

 Solar Destilasi

Digunakan untuk memurnikan air garam atau memisahkan air dengan

garam. Prinsip kerjanya adalah dengan menguapkan air garam yang

dibawah laut dengan panas matahari yang dikumpulkan melalui

kolektor selanjutnya air garam melalui penguapan akan terpisah

dengan garam sehingga dihasilkan air murni.

Berikut cara kerja dari Solar Destilasi:

Radiasi surya menembus kaca penutup dan mengenai permukaan dari

(45)

plat penyerap akan memanasi air laut yang ada didalam kolam (basin).

Air akan menguap dan berkumpul dibawah permukaan kaca penutup.

Oleh karena temperatur udara di dalam basin lebih tinggi dari pada

temperatur lingkungan, maka terjadi kondensasi yaitu uap berubah

menjadi cair dan melekat pada kaca penutup bagian dalam. Cairan (air

bersih) akan mengalir mengikuti kemiringan kaca penutup dan masuk

kedalam kanal, terus mengalir ke tempat penampungan air bersih.

Sedangkan garam akan tinggal diatas plat penyerap karena adanya

perbedaan massa jenis.

Gambar 2.15.SolarDestilasi

(benjimester.hubpages.com)

Solar Powerplant

Solar Powerplant adalah alat yang memanfaatkan energi surya untuk menghasilkan listrik. Aplikasi ini merupakan salah satu Pembangkit

tenaga energi surya.Prinsip kerjanya adalah memanfaatkan luasan dari

reflektor untuk memancarkan panas yang selanjutnya diteruskan ke

kolektor , panas dari kolektor diubah menjadi tenaga listrik melalui

pembangkit. Pembangkit tenaga listrik energi surya ini biasanya

(46)

Gambar 2.16.Solar Power Plant

(Sumber : www.solar-panels-cost.net)

2.4. Kalor (Q)

Kalor adalah salah satu bentuk energi yang dapat mengakibatkan

perubahan suhu. Pada abad ke 19 berkembang teori bahwa kalor merupakan fluida

ringan yang dapat mengalir dari suhu tinggi ke suhu rendah, jika suatu benda

mengandung banyak kalor, maka suhu benda itu tinggi (panas). Sebaliknya, jika

benda itu mengandung sedikit kalor, maka dikatakan benda itu bersuhu rendah

(dingin). Kuantitas energi kalor (Q) dihitung dalam satuan joules (J). Laju aliran

kalor dihitung dalam satuan joule per detik (J/s) atau watt (W). Laju aliran energi

ini juga disebut daya, yaitu laju dalam melakukan usaha.

2.4.1. Kalor Laten

Suatu bahan biasanya mengalami perubahan temperatur bila terjadi

perpindahan kalor antara bahan dengan lingkungannya. Pada suatu situasi

tertentu, aliran kalor ini tidak merubah temperaturnya. Hal ini terjadi bila bahan

mengalami perubahan fasa. Misalnya padat menjadi cair, cair menjadi uap dan

perubahan struktur kristal (zat padat). Energi yang diperlukan disebut kalor

transformasi. Kalor yang diperlukan untuk merubah fasa dari bahan bermassa m

adalah

QL=Lem... (2.22)

Dimana :

(47)

Le = Kapasitas kalor spesifik laten (J/kg)

M = Massa zat (kg)

2.4.2. Kalor Sensibel

Tingkat panas atau intensitas panas dapat diukur ketika panas tersebut

merubah temperatur dari suatu substansi. Perubahan intensitas panas dapat diukur

dengan termometer. Ketika perubahan temperatur didapatkan, maka dapat

diketahui bahwa intensitas panas telah berubah dan disebut sebagai kalor sensibel.

Dengan kata lain, kalor sensibel adalah kalor yang diberikan atau yang dilepaskan

oleh suatu jenis fluida sehingga temperaturnya naik atau turun tanpa

menyebabkan perubahan fasa fluida tersebut.

Qs= m Cp∆T...(2.23)

Dimana:

Qs =Kalor sensibel (J)

Cp = Kapasitas kalor spesifik sensibel (J/kg.K)

∆T = Beda temperatur (K)

2.4.3. Pemanfaatan Panas Laten Pada Alat Pemanas Air Tenaga Surya

Panas yang di absorbsi kolektor pada suatu keadaan tertentu akan

mengubah fasa dari refrigeran yang dipanaskan. Dengan di vakumnya refrigeran,

maka tingkat titik didih akan menurun, dan dengan memanfaatkan panas yang

ada, refrigeran akan berubah fasa. Hal ini membuat jumlah kalor yang dapat di

transfer dari refrigeran ke air dalam tangki reservoir akan semakin besar. Hal ini

dapat di lihat pada besaran koefesien latent heat pada kondisi vakum, jumlah

energi kalor yang dihasilkan menjadi lebih besar. Kalor ini lah yang akan di

transfer ke dalam air di tangki reservoir.

2.5. Alat Pemanas Air Tenaga Surya

Pemanas air tenaga surya (PATS) merupakan produk teknologi yang

memanfaatkan energi thermal surya yang cukup popular dan banyak digunakan,

terutama di hotel, villa peristirahatan hingga perumahan. Seiring dengan itu, mulai

(48)

di masyarakat. Untuk perlindungan terhadap konsumen, telah dikeluarkan Standar

Nasional Indonesia (SNI) untuk produk ini, berupa uji mutu sistem PATS yang

diharapkan memberikan gambaran pada masyarakat akan mutu PATS yang

dipasarkan.

Kualitas unit PATS bergantung pada keandalan fisik dan kemampuan

thermal system seperti kemampuan menyerap panas, kemampuan menyimpan

panas, komponen kolektor thermal surya, komponen tangki air, rendahnya

rugi-rugi panas kedua komponen tersebut dan kemampuan responsif pemanas

tambahan. Sifat-sifat yang dimiliki bahan yang dipakai sebagai komponen PATS

sangat mempengaruhi kinerja dari PATS, oleh karena itu material yang dipilih

haruslah tepat agar dapat menangkap panas dan mencegah panas keluar ke

lingkungan, menyerap panas secara maksimal, menjaga suhu air agar tetap

panas, dan meningkatkan efisiensi dari PATS.

Kaca penutup berfungsi untuk meneruskan radiasi surya dan mencegah

panas yang keluar dari kolektor ke lingkungan pada bagian atas. Berdasarkan

fungsi tersebut maka kaca penutup harus mempunyai sifat berikut ini:

 Transmisivitas tinggi( )

 Absorsivitas rendah( )

 Refleksivitas rendah( )

 Tahan panas

Plat absorber berfungsi untuk menyerap radiasi surya dan

mengkonversikannya menjadi panas. Kemudian energi matahari yang dapat

diserap dan dipindahkan ke pipa nantinya akan semakin besar. Kemudian energi

dialirkan melalui fluida kerja air yang terdapat didalam pipa secara konveksi.

Kemudian air yang berada dalam pipa mengalirkan energike air yang berada pada

tangki air. Dengan mengacu fungsinya sebagai absorber, maka dipilih sifat bahan

antara lain:

 Absorsivitas tinggi( )

 Emisifitas panas rendah( )

 Kapasitas panas kecil (Cp)

(49)

 Refleksi rendah ( )

 Tahan panas dan tahan korosi

Bahan-bahan yang biasa dipakai untuk plat penyerap panas yaitu:

aluminium, tembaga, kuningan, dan baja. Sesuai dengan pertimbangan diatas pada

alat pemanas tenaga surya ini bahan yang digunakan sebagai plat absorber adalah

tembaga dan permukaannya dilakukan pelapisan dengan cat hitam kusam (dof),

agar jangan terjadi korosi dan mempunyai absorbsivitas maksimum.

Isolator berfungsi untuk memperkeil panas yang hilang dari kolektor ke

lingkungan pada bagian belakang dan samping kolektor. Jika isolasi pada kolektor

bagus,maka air yang terdapat di dalam tangki suhunya akan terjaga dengan baik,

artinya dengan adanya isolasi ini laju pindahan panas dari tangki ke lingkungan

dapat diminimalisir. Pada isolasi terjadi pindahan panas secara konduksi sehingga

kehilangan panas dipengaruhi oleh sifat-sifat bahan, sehingga isolasi yang

digunakan harus memiliki sifat-sifat berikut:

 Konduktifitas termal bahan (k) kecil

 Mudah dibentuk dan praktis

 Mudah diperoleh

 Tahan panas dan tahan lama

Dalam hal ini Rockwool mempunyai tingkat isolasi yang sangat baik.

Berikut di jelaskan beberapa keunggulan rockwool menurut Kamstrup [12].

 Tidak tergolong benda berbahaya

 Mempunyai tingkat insulasi yang sangat baik

 Mampu menahan pemanasan sampai suhu 820oC

 Mempunyai densitas yang besar

 Tidak Korosif, tidak bersifat karsinogen, mutagenic dan toxic

 Tidak mudah rusak selama pemasangan

 Memiliki tingkat durabilitas yang baik

 Tingkatheat lossyang rendah ( sekitar 5%)

Dengan sifat insulasi yang baik, dapat dihindari kebocoran panas, sehingga

(50)

PATS ini di insulasi di daerah sekitar pelat absorber, dinding reservoir air dan

[image:50.595.143.492.177.443.2]

seluruh daerah yang memungkinkan terjadinya kehilangan panas.

Gambar 2.17 menunjukkan alat pemanas air tenaga surya yang digunakan

dalam penelitian ini.

Gambar 2.17. Alat Pemanas Air Tenaga Surya

2.5.1. Cara Kerja Alat Pemanas Air Tenaga Surya

Gambar 2.17 menunjukkan sebuah alat pemanas air tenaga surya dengan

media pemanas air. Dengan didasari oleh teori efek rumah kaca, maka efektifitas

pengumpulan panas bisa ditingkatkan. Sehingga energi panas yang dipancarkan

oleh matahari diserap dan dikumpulkan untuk ditingkatkan temperaturnya oleh

kolektor. Panas tersebut dialirkan terhadap pipa tembaga (1-2) yang berisi air,

kemudian air akan menjadi panas. Akibatnya air berubah wujud dari cair menjadi

gas dan massa jenis di titik 2 lebih kecil dari massa jenis di titik 1, sehingga air

cenderung bergerak dari titik 1 ke titik 2. Air di titik 2 akan terdorong menuju

titik 3 sambil melepaskan panas ke air yang ada pada tangki air. Pelepasan panas

ini membuat air berubah wujud dari gas menjadi cair, dan suhunya akan turun.

Pergerakan air ini meyebabkan terjadinya sirkulasi alamiah yang disebabkan efek

termosipon dimana air yang suhunya lebih tinggi massa jenisnya lebih rendah dan

(51)

cenderung bergerak kesebelah atas. Posisinya akan digantikan air lain yang lebih

dingin.

2.5.2. Energi yang sampai pada Kolektor Pemanas Air Tenaga Surya

Untuk menghitung energi yang sampai pada kolektor atau energi yang

berguna untuk kolektor alat pemanas air tenaga surya terlebih dahulu perlu

diketahui bagaimana proses distribusi energi matahari yang dialami oleh kolektor

itu sendiri. Ilustrasi panas yang diserap oleh absorber alat pemanas air tenaga

surya menurut Soteris [13] dapat di lihat pada Gambar 2.18.

Gambar 2.18. Ilustrasi panas yang diserap oleh absorber

Alat Pemanas Air Tenaga Surya

Pada Gambar 2.18 dapat dilihat bahwa panas matahari (Q incident) sebagian

dipantulkan ke atmosfir dan sebagian lagi diserap oleh kolektor. Panas yang

diserap oleh kolektor (Qabs) inilah yang akan digunakan untuk memanaskan

refrigeran.

Gambar 2.19. Ilustrasi pengaruh arah sudut sumber energi terhadap besaran energi yang diterima

Qincident

Qref

Q Pelat

absorber

(52)

Menurut Incropera [14] besaran energi radiasi yang diterima alat pemanas

air tenaga surya di pengaruhi oleh sudut datangnya energi panas matahari seperti

gambar 2.19. Energi radiasi yang sampai ke permukaan bumi akan diserap oleh

kolektor yang digunakan untuk memanaskan air pada alat pemanas air tenaga

surya. Jumlah energi radiasi per satuan luas yang diterima kolektor selama proses

penelitian disebut Qincident.

Menurut Mehmet Esent [15], besarnya Qincident dapat dihitung dengan

menggunakan rumus di bawah ini:

2

1

Idt A

Qincident ... (2.24)

Dimana:

A = luas penampang dari pelat absorber (m2)

I = intensitas cahaya matahari (W/m2)

Sedangkan panas yang diserap oleh absorber dapat ditentukan dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

incident

Gambar

Tabel 2.1. Urutan Hari Berdasarkan Bulan
Gambar 2.7. Sudut Sinar dan Posisi Sinar Matahari
Gambar 2.8. Pengaruh koefisien sudut pengubah terhadap kemiringan bidang datar
Gambar 2.11. Solar Driers
+7

Referensi

Dokumen terkait

(2) Dalam hal dana pendukung dari APBD Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum dianggarkan, maka Kabupaten/Kota dapat menganggarkan dana pendukung tersebut

2. Seorang mukmin boleh marah. tetapi lebih baik kalau dia memberikan maaf. Misalnya jika ia merasa terganggu oleh seseorang dalam batasan yang wajar, dengan

Puji syukur kepada tuhan Yang Maha Esa atas nikmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyusun karya tulis ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Klien

Sehingga seorang wanita Indonesia asli yang menikah dengan se­ orang pria Timur Asing, akan memperoleh status hukura suaminya, misalnya Cina. Oloh karena itu sebenarnya apabila

Disamping meraka para salafus sholeh menekankan pendidikan agama dan keteladanan akhlak yang terpuji untuk anak-anaknya dan keluarga dirumah mereka, Dahulu

Dari hasil penelitian diketahui bahwa 18 responden (63,3%) yang melakukan penjadwalan pada saat menyusui atau menunggu bayinya menangis saat menyusui, hal ini

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti mendapatkan rumusan masalah yaitu “ apakah kebijakan sistem pemeliharaan mesin pada Pabrik Kopi Sariwan gi Bumi

Agar lapisan akuifer air tanah dalam di kedua titik lokasi ini dapat diinterpretasi dengan baik, maka perlu disediakan lokasi bentangan elektroda arus yang panjang pada