SKRIPSI
REPRESENTASI PEREMPUAN
PADA TOKOH AUNG SAN SUU KYI
(Analisis Semiotik Pada Film “The Lady” Karya Luc Besson)
Disusun oleh :
Garnis Dwi Haryati 06220366
Dosen Pembimbing : 1. Drs. Farid Rusman, M.Si 2. Joko Susilo, S.Sos, M.Si
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
ii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
Nama : Garnis Dwi Haryati NIM : 06220366
Jurusan : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Judul Skripsi : REPRESENTASI PEREMPUAN PADA TOKOH AUNG SAN SUU KYI (Analisis Semiotik Pada Film “The Lady” Karya Luc Besson)
Disetujui,
Pembimbing I
Drs. Farid Rusman, M.Si
Pembimbing II
Joko Susilo, S.Sos, M.Si
Mengetahui,
Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Garnis Dwi Haryati
Tempat, tanggal lahir : Mataram, 17 April 1987 Nomor Induk Mahasiswa :06220366
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan : Ilmu Komunikasi
Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
REPRESENTASI PEREMPUAN PADA TOKOH AUNG SAN SUU KYI (Analisis Semiotik Pada Film “The Lady” Karya Luc Besson)
adalah bukan karya tulis (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Malang, 24 Juli 2013 Yang Menyatakan,
v
BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI
1. Nama : Garnis Dwi Haryati 2. NIM : 06220366
3. Fakultas : Ilmu Komunikasi
4. Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 5. Konsentrasi : Audio Visual
6. Judul Skripsi : REPRESENTASI PEREMPUAN PADA TOKOH AUNG SAN SUU KYI (Analisis Semiotik Pada Film “The Lady” Karya Luc
Besson)
7. Pembimbing : 1. Drs. Farid Rusman, M.Si 2. Joko Susilo, S.Sos, M.Si 8. Kronologi Bimbingan
Tanggal Paraf pembimbing Keterangan
Pembimbing I Pembimbing II
Desember 2010 Acc. Judul
Februari 2011 Acc. Proposal
Oktober 2011 Acc Bab I dan II
7 Maret 2012 Acc Bab III dan IV
15 Mei 2013 Acc. Bab V dan VI
12 Juli 2013 Acc Seluruh Naskah
Malang Disetujui,
Pembimbing I
Drs. Farid Rusman, M.Si
Pembimbing II
vi ABSTRAKSI
Garnis Dwi Haryati, 06220366
REPRESENTASI PEREMPUAN PADA TOKOH AUNG SAN SUU KYI
Studi Semiotika dalam film “The Lady” Karya Luc Besson Pembimbing: Drs. Farid Rusman, M.Si dan Joko Susilo, S.sos, M.Si (xvii + 169 halaman + 6 tabel + 28 gambar)
Bibliografi: 30 buku, 1 Kamus, 3 ensiklopedia + 10 artikel
Kata Kunci: Representari Perempuan, Aung San Suu Kyi, Analisis Semiotik, Film “The Lady”
Film “The Lady” menceritakan tentang perjalanan kehidupan nyata seorang Aung San Suu Kyi, peraih hadiah Nobel Perdamaian tahun 1991 yang awalnya hanya ibu rumah tangga hingga ia menjadi pemipmpin oposisi di Burma, Myanmar. Pada mulanya keterlibatan Aung San Suu Kyi pada politik merupakan ketidaksengajaan. Mengingat bahwa Aung San Suu Kyi adalah putri dari Jenderal Aung San, pahlawan nasional Myanmar yang menjadi simbol perlawanan terhadap penjajahan Inggris yang ditembak mati oleh junta militer, maka beberapa utusan dari akademisi fakultas sejarah Universitas Rangoon menemui dan menyarankan agar Aung San Suu Kyi mau memimpin gerakan pro-demokrasi yang diusung sebagian besar masyarakat, menjelang pemilu paska mundurnya jenderal yang sedang berkuasa di massa itu.
vii
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis interpretatif yang memungkinkan peneliti melakukan pengamatan dan analisis secara mendalam terhadap topik yang akan diteliti. Pendekatan ini diambil melalui pertimbangan bahwa peneliti menganalisis lapisan makna yang menggambarkan representasi perempuan dalam film “The Lady”. Maka dari itu, metode penelitian kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis semiotik Roland Bartes. Data penelitian diperoleh dari teks film “The Lady” format VCD berdurasi 135 menit. Teks film disini, dapat berupa setting, dialog, konflik dan ekspresi yang merepresentasikan perempuan. Selain itu ada pula data pendukung yang berupa dokumen, dan segala literature yang dihimpun oleh peneliti dari referensi buku-buku, jurnal, website atau blogger, tulisan dan karya ilmiah lainnya, serta segala sesuatu yang berhubungan dengan objek penelitian.
Pada hasil penelitian, film The Lady melalui tokoh Aung San Suu Kyi, menghadirkan sosok perempuan yang mandiri, indipenden, dan suskses berkarier. Namun Luc Besson, tertnyata tidak dapat melepaskan unsur budaya patriarki dalam film ini. Penjelasan gagasan-gagasan dominan yang ingin disampaikan oleh film The lady berkaitan dengan representasi perempuan adalah sebagai berikut: (1) Perempuan sebagai sosok yang mampu berkarier dan sukses di ranah publik. Selama ini perempuan begitu melekat dengan peran domestik dan pekerjaan rumahnya, padahal pada dasarnya perempuan memiliki intelektualitas yang sama dengan laki-laki dan memiliki kemampuan yang setara. (2) Perempuan direpresentasikan sebagai perempuan yang mandiri, yaitu perempuan yang mampu menjalankan perannya sebagai perempuan karier, ibu, dan seorang isteri. Walaupun demikian, penggambaran diatas justru secara otomatis membalikkan fakta penggambaran itu karena kesuksesan dari perempuan dalam film The Lady tidak lepas dari peran pria, dalam hal ini tokoh suami yang memperjuangkan kebebasan Aung San Suu Kyi dari rumah tahanan melalui hadiah bergengsi Internasional Nobel Perdamaian. Pada konteks ini, film The Lady juga menggambarkan ideologi budaya Patriarki dan Feminisme. Penggambaran ini berupa sosok perempuan dalam kesempatan yang dimilikinya untuk terlibat dalam bidang politik menuntut kesetaraan atas kaum laki-laki, dan perempuan mampu bersaing dengan laki-laki bahkan lebih unggul.
vii ABSTRACT
Garnis Dwi Haryati, 06220366
REPRESENTATION OF WOMEN IN CHARACTER AUNG SAN SUU KYI
Semiotics studies in the film "The Lady" by Luc Besson
Preceptors : Drs. Farid Rusman, M.Si dan Joko Susilo, S.sos, M.Si (xvii + 169 page + 6 tabels + 28 pictures)
Bibliografi: 27 books, 1 dictionary, 3 encyclopedias + 10 article
Keywords: Representation of Women, Aung San Suu Kyi, semiotic analysis, Film "The Lady"
The film "The Lady" tells the story of a real life of Aung San Suu Kyi, Nobel Peace Prize winner in 1991, originally only a housewife until she became pemipmpin opposition in Burma , Myanmar. At first, Aung San Suu Kyi's involvement in politics is accidental. Given that Aung San Suu Kyi is the daughter of General Aung San, Myanmar national hero who became a symbol of resistance to British rule who was shot dead by the military junta. then some envoys from Rangoon University history faculty academics met and suggested that Aung San Suu Kyi would lead pro-democracy movement that brought most people, post-election resignation of generals who were in power in the masses.
The existence of the film is a medium of artistic expression that give creative expression lines and culture media that portrays human life and personality of a nation. The privilege of a direct appeal of a very large and difficult to interpret. Semiotics is used as an approach for analyzing media texts in this regard is the movie, reality of media texts always have a dominant ideology which is formed through the media. Through semiotic methods, researchers wanted to explore more deeply about the messages conveyed by the director to the audience through the film "The Lady". In contrast to other semiotic analysis, semiotics of Roland Barthes' concept of providing space for the disclosure of symbols - symbols connotations and myths, not only the meaning of denotation. Connotations synonymous with the operation of ideology, which is mentioned as a 'myth', serves to reveal and provide justification dominant values, the authors assume that the semiotics of Roland Barthes appropriately used in this study. In addition, as a basis for conducting a semiotic analysis researchers using the unit of analysis of John Fiske through the selection of the scene that are important in giving meaning through expression conflict, dialogue, and background and so on. The combination of these aspects serves to establish the meaning which shows the representation of women in the movie The Lady.
ix
VCD format lasted 135 minutes. Text movie here, may be setting, dialogue, conflict and expressions that represent women. There are also supporting data in the form of documents, and all literature compiled by researchers from reference books, journal, website or blogger, writing, and other scholarly works, as well as everything related to the object of research.
In the research, the film The Lady presents the figure of an independent woman, independent, and had a successful career. But Luc Besson, was not able to let go of patriarchal culture in this film.Explanation dominant ideas to be conveyed by the movie The lady concerned with the representation of women is as follows:(1) Woman as someone who is able to work and succeed in the public domain. During this time women are so attached to the role of domestic and homework, whereas women basically have the same intellect as men and have equal ability. (2) Women want an independent woman represented as that women are able to perform its role as a career woman, mother, and a wife. However, this description it automatically flips the depiction facts because the success of women in the film The Lady is not separated from the role of a man, in this case the husband figures for the freedom of Aung San Suu Kyi from house arrest by the prestigious International Nobel Peace prize. On this context, the film also depicts Lady cultural ideology of patriarchy and feminism. This depiction of a female figure in its opportunity to get involved in politics demanding the equality of men and women can compete with men, even superior.
Researcher,
(Garnis Dwi Haryati)
Approve, Preceptor I
Drs. Farid Rusman, M.Si
Preceptor II
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana. Selawat serta salam
penulis haturkan kepada Nabi junjungan alam, Rasulullah SAW karena melalui
beliaulah Iman dan Islam terbawa kepada umat manusia. Skripsi ini merupakan hasil
penelitian yang dilakukan peneliti pada sebuah film bertajuk “The Lady”. Merupakan
sebuah film yangdiangkat dari kisah nyata Aung San Suu Kyi seorang pejuang wanita
keturunan Myanmar, untuk memperjuankan kembali demokrasi rakyat Myanmar.
Perjuangannya yang sangat gigih brdampak baik, Ia pun akhirnya mendapatkan
penghargaan Nobel Perdamaian PBB tahun 1991.
Secara konkrit karya ini berjudul: “REPRESENTASI PEREMPUAN
DALAM FILM (Analisis Semiotika Pada dalam film “The Lady” Karya Luc
Besson). Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis semiotika untuk
interpretasi teks film. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apa saja
tanda-tanda representasi perempuan pada Film “The Lady”.
Penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dari berbagai
pihak. Pada kesempatan ini, perkenankan penulis untuk menyampaikan rasa terima
kasih dan penghargaan setulus-tulusnya kepada:
1. Bapak Drs. Farid Rusman, M.Si selaku dosen pembimbing I dan Bapak Joko
Susilo, S.Sos, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah banyak
memberikan pengarahan serta saran selama proses pengerjaan penelitian
xi
2. Kedua orang tua penulis, Ayahanda H.M Galis Moeharyani dan Ibunda
Mardiati terima kasih atas segala keikhlasan dan kesabarannya.
3. Saudara lelaki satu-satunya Galvin Tejo Soemarto S.Pd terimakasih untuk
selalu peduli dengan bertanya tentang penulisan penelitian ini.
4. Seluruh keluarga besar Lombok, Keluarga Jember, Keluarga Blitar, Keluarga
Jogyakarta, Keluaraga Bogor, dan Keluarga Besar Banten terimakasih atas
kepeduliannya.
5. Teman - teman 2 kostan tempat tinggal terakhir, MargoUtomo 6;
@chanvover, @Auzuraamai, @Droivi, dan Itta. Kostan MargoUtomo 17;
@ickepoetry, @fitri_kork, @evamaynita, Endah ‘Unyil’ dan Viona. Kostan
tempat singgah disaat jenuh melanda Durunnafis; @linalinulinut,
@vididieIndriana, @MafazahM+Nada dan Rina, serta The Singgahers
lainnya; Rara, @dian_bersaudara, @wardahbahabazi, dan @emelliyayunita.
6. Rekan – rekan berkoor ria “PSM GITASURYA UMM” serta seluruh
mahasiswa/i Ikom UMM angkatan 2006 - 2010 rasa terimakasih teramat
sangat untuk kebersamaan bersama kalian semua.
7. Komunitas di luar kampus @malang_diam dan @scchildmalang kebersamaan
dengan kalian sangat bernilai adanya. Alhamdulillah.
Harapan penulis semoga penelitian ini dapat berarti bagi perkembangan ilmu
pengetahuan. Amien.
Wassalamualaikum.Wr.Wb
Malang, 24 Juli 2013 Penulis,
xii DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Lembar Persetujuan Skripsi... ii
Lembar Pengesahan ... iii
Pernyataan Orisinalitas ... iv
Berita Acara Skripsi ... v
1. Film sebagai Medium Komunikasi Massa ... 12
2. Film sebagai Realitas Sosial ... 15
3. Film sebagai Industri ... 17
4. Film sebagai Praktek penandaan ... 20
B. Konsep-konsep Sosial Perempuan ... 23
1. Perempuan dalam Perpektif Sejarah ... 24
2. Perempuan dalam Gender diffrences ... 29
3. Feminisme dalam Budaya Patriarki ... 35
4. Perempuan dalam Film ... 43
5. Representasi dan Komodifikasi Perempuan ... 49
C. Semiotika sebagai Teori Tentang Tanda ... 54
1. Istilah Semiotika dan Semiologi ... 59
2. Semiotika Film, Komunikasi dan Hubungannya... 61
3. Makna dalam Sistem Tanda ... 63
4. Kode-kode Televisi dan Perangkatnya ... 67
BAB III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 84
B. Objek Penelitian ... 86
C. Teknik Pengumpulan Data ... 87
xii
BAB IV. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Struktur Produksi Film The Lady ... 89
1. Profile Production Companies ... 97
2. Profile Aung San Suu Kyi ... 102
3. Profile Produser Film The Lady ... 103
4. Profile Sutradara Film The Lady ... 108
5. Profile Penulis Film The Lady ... 116
B. Profile Tokoh Utama dan Pendukung Film The Lady ... 118
1. Tokoh Aung San Suu Kyi ... 118
2. Tokoh Kim Aris ... 123
3. Tokoh Lucinda Philips ... 123
4. Tokoh Michael Harries ... 124
5. Tokoh Karma Phuntsho ... 126
C. Penghargaan ... 127
BAB V. REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM FILM THE LADY A. Sinopsis Film The Lady ... 128
B. Analisis Data berdasar Timeline Film ... 130
1. Peran Aung San Suu Kyi sebagai Anak ... 130
2. Peran Aung San Suu Kyi sebagai Isteri ... 134
3. Peran Aung San Suu Kyi sebagai tokoh Demokrasi Myanmar ... 144
C. Makna Ideologi dalam film The Lady ... 160
1. Ideologi Patriarki dalam film The Lady ... 160
2. Feminisme Perempuan dalam film The Lady ... 164
3. Perempuan dan Kesempatan berpolitik ... 166
D. Representasi Perempuan dalam Film The Lady ... 169
BAB VI. PENUTUP A. Kesimpulan ... 171
B. Rekomendasi ... 173
xi
Gambar 5.2 : Aung San Suu Kyi kecil melambaikan tangan kepada Ayahnya132 Gambar 5.3 : Anggrek untuk Aung San Suu Kyi ... 134
Gambar 5.11 : Memandang poster bertuliskan “LOVE THE MOTHERLAND” ... 146
Gambar 5.12 : Membaca buku Mahatma Gandhi ... 147
Gambar 5.13 : Aparat menembaki pelajar yang berdemonstrasi... 148
Gambar 5.14 : Peran Suu sebagai : anak, Istri dan Ibu, serta pejuang rakyat Myanmar ... 149
Gambar 5.15 : Utusan dari Universitas Rangoon ... 150
Gambar 5.16 : Ungkapan dari Universitas Rangoon untuk meyakinkan Aung San Suu Kyi ... 153
Gambar 5.17 : Pidato Aung San Suu Kyi pertama kali ... 154
Gambar 5.18 : Sejak itu Aung San Suu Kyi mulai dijuluki “Anggrek Besi” 155
Gambar 5.19 : Intimidasi pemerintah Myanmar terhadap Aung San Suu Kyi 156 Gambar 5.20 : Suu Kyi “Kita lanjutkan dengan cara kuno dan tenang” ... 157
Gambar 5.21 : Proses penjemputan paksa Dr.Aris (suami Aung San Suu Kyi) 159 Gambar 5.22 : Anggrek untuk Aung San Suu Kyi ... 161
Gambar 5.23 : Rangkaian Gambar saat Michael Aris kerepotan menggantikan posisi Aung Sann Suu Kyi sebagai kepala rumah tangga ... 162
Gambar 5.24 : Aung San Suu Kyi di depan tentara yang siap dengan senjatanya ... 164
Gambar 5.25 : Michael Aris mencoba berunsing dengan Junta Militer ... 166
Gambar 5.26 : berbicara di media internasional dan akhirnya Aung San Suu Kyi mendapat penghagaan hadiah Nobel tahun 1991 ... 166
Gambar 5.27 : Adegan Junta Militer membujuk Aung San Suu Kyi pertama kali setelah Sang Ibu meninggal ... 167
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 4.1 : Beberapa Film Luc Besson ... 115
Tabel 4.2 : Karier Rebecca Frayn ... 117
Tabel 4.3 : Beberapa Film yang di perankan Michelle Yeoh ... 122
Tabel 4.4 : Beberapa Film di perankan Devid Thewlis ... 125
Tabel 5.1 : Penggambaran peran Aung San Suu Kyi sebagai Isteri ... 135
Tabel 5.2 : Penggambaran peran Aung San Suu Kyi sebagai Ibu ... 136
Tabel 5.3 : Penggambaran Kecemasan Aung San Suu Kyi terhadap Kesehatan Michael Aris ... 142
xv
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Arivia, G. 2003. Filsafat Berperspektif Feminis. Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan
Barthes, Roland. 2010. Imaji Musik Teks. Yogyakarta: Jalasutra
Barnard, Malcolm. 1996. Fashion Sebagai Komunikasi: Cara Mengkomunikasikan Identitas Sosial, Seksual, dan Gender. Bandung: Jalasutra.
Bhasil, Kamla. 1996. Menggugat Patriarki: Pengantar Tentang Persoalan Dominasi Terhadap Kaum Perempuan. Yogyakarta : Yayasan Bentang Budaya
Biran,H. Misbach Yusa, 2006. Teknik Menulis Skenario Film Cerita, Jakarta : PT. Dunia Pustaka
Boggs, M. Joseph. 1992. Cara Menilai Sebuah Film. Terjemahan Asrul Sani Jakarta: Yayasan Citra
Bordwel David and Kristin Thompson, 2001. Film Art An Introduction(6thed) Terjemahan Susan Binarti. New York : McGraw-hill
Budiman, Kris, 2003. Semiotika Visual, Yogyakarta : Penerbit Buku Baik Bungin, Burhan. 2009. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana.
Danesi, Marcel. 2010. Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta: Jalasutra.
Eco, Umberto. 2004. Tamasya dalam Hiperealitas. Yogyakarta: Jalasutra
---2009. Teori Semiotika:Signifikasi Komunikasi, Teori kode, Serta Teori Produksi-Tanda. Terjemahan oleh Inyiak Ridwan Muzir. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Effendy, Heru. 2002. Mari Membuat Film; Panduan Menjadi Produser. Yogyakarta: Yayasan Konfiden.
Efendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti.
xv
Fakih, Mansur. 1996. Masyarakat Sipil Untuk Transformasi Social. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Fiske, John. 2011. Cultural And Communication Studies.Yogyakarta: Jalasutra ---1987. Television Culture. London and New York : Routledge,
Gandhi, M. 1993. Kaum Perempuan dan Ketidakadilan Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Gerdiner, Oey Mayling. 1996. Perempuan Indonesia Dulu dan Kini. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Hall, Stuart. 1997. Representation’s Meaning. Gramedia. Jakarta
Irawanto, Budi. 1999. Film, Ideologi dan Militer Hegemoni Militer Dalam Sinema Indonesia. Media Pressindo, Yogyakarta
Irwan Abdullah, 2001, Seks, Gender dan Reproduksi Kekuasaan, Yogyakarta: Terawang Press.
Kriyantono, Rahmat. 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Maarif, Syamsul. 2005. Skripsi :Representasi Patriotisme perempuan dalam film Cut Nyak Dien (Studi Analisis Semiotika Film). Universitas Hasanuddin: Jurusan ilmu Komunikasi
McQuail, Dennis. 1987. Teori Komunikasi Massa; Suatu Pengantar, Jakarta: Erlangga.
Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Deddy , Rakhman. 2002. Komunikasi Antar Budaya. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya Offset
Murniati, A. Nunuk P. Murniati, 2004. Getar Gender : Perempuan Indonesia Dalam Perspektif Social, Politik, Ekonomi,Hukum dan HAM. Magelang: Indonesiatera.
Natar M & M. Asnath. 2004. Perempuan Indonesia Berteologi Feminis Dalam Konteks. Yogyakarta: Pusat Studi Feminin.
Nazir, Mohammad. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia
xv
Nope, Marselinan. 2005. Jerat Kapitalisme Atas Perempuan. Yogyakarta: Resist Book.
Nugroho, H, W. 2004. Diskriminasi Gender (Potret perempuan Dalam Hegomoni Laki-laki). Yogyakarta: Andi Offset.
Nurudin. 2003. Komunikasi Massa. Malang: Cespur.
Pawito. 2008. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Penerbit LKiS Pelangi Aksara Yogyakarta. Yogyakarta
Pateda, 2001. Semantik Leksikal. Edisi kedua. Jakarta: Rineka Cipta
Rahmat, Jalaludin. 2002. Metodelogi Penelitian Komunikasi, Bandung: Remaja Rosda Karya.
---2001. Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosda Karya. Segres, Rien T. 2000. Evaluasi Teks Sastra. Penerjemah Suminto A Sayuti.
Yogyakarta: Adicita karya Nusa.
Shiva, Vandara dan Mies Maria. 2005. Ecofeminisme: Perspektif Gerakan, Perempuan & Lingkungan Yogyakarta : IRE PRES.
Sobur, Alex. 2003. Analisis Teks Media suatu Pengantar. Bandung: Rosda Karya. ---2009a, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik dan Analisis Framing. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
---2009b, Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Soemandoyo, Priyo. 1999. Wacana gender & Layar Televisi: Studi Perempuan
dalam Pemberitaan Televisi Swasta, Lembaga Penelitian Pendidikan .Yogyakarta : Yogya dan The Ford Foundation.
Sony, Set dan Sidharta, Sita, 2003. Menjadi Penulis Skenario Profesional. Jakarta: PT Gramedia Widiasaran Indonesia
Sumarno, Marselli. 1996. Dasar-dasar Apresiasi Film. Jakarta : Grasindo.
Van Zoest, 1996. Interpretasi dan Semiotika” dalam Panuti Sudjiman dan Aart van Zoest (ed). Serba-Serbi Semiotika. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
xi
Vivian, John. 2008. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media. Widjaja, HAW. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta: Rineka Cipta. Zulkifli, Budi. 2004. Skripsi: Konstruksi Realitas Sosial Dalam Film Beth
(Sebuah Studi Semiotika Film). Universitas Hasanuddin: Jurusan Ilmu Komunikasi
Ensiklopedia:
Kumar, Arvind. 2000. Encyclopedia of Mass Media and Communications: The Mass Communications (Vol.II) Anmol Publication PVT Ltd, New Delhi
Jurnal dan Kamus:
Anang Hermawan,, Mitos dan Bahasa Media:Mengenal Semiotika Roland Barthes, 2007.dalam
http://abunavis.wordpress.com/2007/12/31/mitos-dan-bahasa-media-mengenal-semiotika-roland-barthes/ , diakses pada 20 April 2012
Bronwen, Nartin dan Ringham, Felitizas. 2006. Dictionary of Semiotic . London and New York:Cassel
Rena Herdiyanai, Jurnal Perempuan, 6 April 2006 diakses: 5 fabruari 2013
Dahlan dan Pius.1994. KAMUS ILMIAH POPULER. Surabaya : Arloka
Internet:
Feminist Horror Film Theory, yang diunduh dari website http://everything2.com/ title/Feminist+Horror+Film+Theory akses Februari 2013
Laura Mulvey, Visual Pleasure and Narrative Cinema. Screen, vol.16, no.3 Diambil dari website http://gandt.blogs.brynmawr.edu/, diakses 12 Januari 2013. Juga dijelaskan dalam Girls on Film : How Women Shaped Horror yang ditulis oleh Monica Bartyzel, diunduh dari http://blog.moviefone. com/bloggers/ monika-bartyzel/
Noname.Aung San Suu Kyi. (2013). The Biography Channel website. Retrieved 10:53, Aug 22, 2013, from http://www.biography.com/people/aung-san-suu-kyi-9192617.
Noname.15 Juni 2013. Aung San Suu Kyi (online) http://id.wikipedia.org/wiki/ Aung_San_Suu_Kyi akses : 8 Mei 2012
theguardian.com, Sunday 19 December 2010 21.30 (online) http://www.guardian. co.uk/world/gallery/2010/dec/19/stills-the-lady akses : 8 Mei 2012
xx
Noname. http://cinemapoetica.com/TheLady/movie akses: 8 Mei 2012
Noname.15 Juni 2013. David Thewis (online) http://id.wikipedia.org/wiki/ David_Thewlis akses : 8 Mei 2012
Julie Miller || August 23, 2011 03:10 PM EDT Watch Michelle Yeoh Assume Power In Luc Besson's Teaser Trailer For The Lady (online) http://www.movieline.com/2011/08/watch-michelle-yeoh-assume-power-in-luc-bessons-teaser-trailer-for-the-lady.php akses: 12 Mei 2012
Noname.15 Juni 2013. EuropaCorp (online) http://id.wikipedia.org/wiki/Europa Corp .htm akses : 8 Mei 2012
Noname.15 Juni 2013. Left Bank Pictures (online) http://en.wikipedia.org/wiki/Left_Bank_Pictures akses: 8 mei 2012
Sheila Roberts . Luc Besson Interview, Angel-A http://www.moviesonline.ca/ movienews_12003.html akses : 8 Mei 2012
Bryce Coleman. About Luc Besson http://movies.yahoo.com/person/luc-besson/ biography.html akses : 8 Mei 2012
Noname. http://www.picturehouses.co.uk/cinema/ArtsPicturehouse_Cambridge/ film/The_Lady/ akses: 8 Mei 2012
Noname. http://www.guardian.co.uk/profile/rebecca-frayn akses 8 Mei 2012 noname. http://www.neraca.co.id akses : 3 Mei 2012 | 10:10
Film/video :
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terhampar dengan jelas di sekeliling manusia, potret-potret nyata
yang berkisah tentang realitas masyarakat atau realitas sosial. Setiap waktu,
setiap tempat, bahkan setiap situasi, semuanya menjadi mudah untuk
disaksikan baik secara langsung maupun melalui media massa.
Kepingan-kepingan realitas ini bahkan terlalu jelas untuk diabaikan begitu saja tanpa
sedikitpun menyita banyak waktu dan perhatian. Geliat dan hiruk-pikuk
kehidupan dunia seakan bisa dirasakan tanpa harus menguras kemampuan
indera kita secara maksimal. Ibaratnya, siapa pun tidak harus menatap untuk
dapat melihat, tidak harus menyimak untuk dapat mendengar, dan tidak harus
meraba untuk dapat menyentuh.
Keberadaan film di tengah masyarakat mempunyai makna yang unik
diantara media komunikasi lainnya. Selain dipandang sebagai media
komunikasi yang efektif dalam penyebarluasan ide dan gagasan, film juga
merupakan media ekspresi seni yang memberikan jalur pengungkapan
kreatifitas, dan media budaya yang melukiskan kehidupan manusia dan
kepribadian suatu bangsa. Perpaduan kedua hal tersebut menjadikan film
sebagai media yang mempunyai peranan penting di masyarakat.
Sobur mengatakan bahwa kekuatan dan kemampuan film menjangkau
2
memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayaknya.1 Marcel Danesi dalam
bukunya Pengantar Memahami Semiotika Media bahkan mengatakan bahwa
film telah menjadi obat yang sempurna untuk melawan kebosanan, akibatnya
medium film telah menjadi kekuatan besar dalam perkembangan budaya pop
yaitu budaya yang karakteristik pendefenisiannya adalah pembauran dan
percampuran seni serta pengalih perhatian secara beragam. Berdasarkan
pertimbangan itulah peneliti ingin mengangkat sebuah film dalam penelitian.2
Film merupakan bidang kajian yang amat relevan bagi analisis
semiotik. Van Zoest dalam Sobur3 mengemukakan bahwa film dibangun
dengan tanda semata-mata. Tanda-tanda itu termasuk berbagai sistem tanda
yang bekerja sama dengan baik untuk mencapai efek yang diharapkan.
Berbeda dengan fotografi statis, rangkaian gambar dalam film menciptakan
imaji dan sistem penandaan pada film terutama tanda-tanda ikonis, yakni
tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu. Ciri film adalah persamaan
gambar dengan realitas yang ditunjuknya. Gambar yang dinamis dalam film
merupakan ikonis bagi realitas yang dinotasikannya.
Semiotika film berbeda dengan semiotika fotografi. Film bersifat
dinamis, gambar yang muncul silih berganti, sedangkan fotografi bersifat
statis. Gambar film yang muncul silih berganti menunjukkan pergerakan yang
ikonis bagi realitas yang dipresentasikan. Keistimewaan film itu yang
menjadi daya tarik langsung yang sangat besar, yang sulit ditafsirkan.
Semiotika pun digunakan untuk menganalisa media dan untuk mengetahui
1
Alex Subur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009) p. 127.
2
Marcel Danise, Pengantar Memahami Semiotika Media (Yogyakarta: Jalasutra,2010) p. 23.
3
3
bahwa film merupakan fenomena komunikasi yang sarat akan tanda.
Dengan kemampuannya untuk dapat mengantarkan pesan secara unik,
film dapat menampilkan wacana melalui teks visual dan auditif. Wacana di
sini merupakan makna yang ditangkap oleh khalayak, sedangkan teks
merupakan hasil dari kreatifitas pekerja media, yang dalam film kita sebut
sebagai sineas film. Dengan kemampuannya film dapat memainkan perannya
sebagai bingkai dari banyak kepingan-kepingan realitas, karena realitas film
adalah realitas pemilihan aspek gambaran. Ada sekian banyak aspek
gambaran yang dapat dipilih untuk dimasukkan dalam karya film, tapi tidak
keseluruhan dari gambaran itu dapat dimasukkan menjadi perwakilan makna
dalam film. Film selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang
dalam masyarakat, dan kemudian memproyeksikannya ke atas layar lebar.
Maka tak heran jika banyak film yang temanya dan ide awalnya berangkat
dari tema fenomena yang ada di dunia nyata4 .
Film juga bukan hanya sebagai refleksi dan realitas, sebab jika hanya
sebagai refleksi dan realitas, fil sekedar “memindahkan” realitas ke layar
tanpa mengubah realitas itu. Sementara itu, sebagai representasi dari realitas,
film “membentuk dan menghadirkan kembali” realitas berdasarkan
kode-kode dan ideology dari kebudayaannya.
Hingga Agustus 2011, Komnas Perempuan mencatat adanya 207
kebijakan diskriminatif atas nama agama dan moralitas. Dengan jumlah ini
berarti ada penambahan 53 kebijakan diskriminatif sejak Komnas Perempuan
4
4
pertama kali melaporkannya secara resmi kepada otoritas negara ditingkat
nasional pada bulan Maret 2009.5 Termasuk dalam kebijakan ini adalah
Undang-undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi yang disahkan
ditengah-tengah kontroversi hebat di masyarakat, terutama adanya penolakan
dari sejumlah pemerintah daerah, masyarakat adat, pekerja seni, kelompok
perempuan dan kelompok advokasi hak kebebasan memilih orientasi seksual
dan identitas gender. Dalam kajian kelompok perempuan, Undang-undang ini
mengambil pendekatan proteksionis dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan pornografi. Sebagai akibatnya, Undang-undang ini justru
menghalangi perempuan untuk dapat menikmati hak asasinya secara utuh,
khususnya hak atas kepastian hukum dan atas kebebasan berekspresi.
Sepanjang tahun 2009 hingga 2010, Komnas Perempuan mencatat dua kasus
kriminalisasi terhadap perempuan dengan menggunakan UU Pornografi.6
Kasus pertama adalah empat perempuan korban perdagangan orang yang
dipaksa menari striptease dan kasus kedua adalah seorang perempuan muda
yang merekam hubungan seksual dirinya dengan pacarnya guna mendesak
orang tuanya agar menikahkan mereka. Bukan hanya itu saja, banyak lagi
persoalan mengenai kaum perempuan lainnya yang menyeruak dalam kondisi
perbedaan gender yang semestinya harmonis dan menjadi sesuatu yang indah.
Maraknya kasus lain seperti perdagangan perempuan (trafficking in women)
dapat dilihat dari data International Organization for Migration (IOM) yang
menyebutkan bahwa Indonesia menempati posisi teratas sebagai negara asal
5
5
korban perdagangan manusia (trafficking). Hingga Juni 2011, sedikitnya
tercatat ada 3.909 korban perdagangan manusia dan sebagian besar korbanya
kaum perempuan. Belum lagi jika membahas bagaimana kaum perempuan
yang direndahkan dan diperlakukan dengan kekerasan, bahkan tidak jarang
menemui kematian serasa begitu sesak menghujam dan mengoyak nurani
kemanusiaan.
Fenomena-fenomena tersebut membuat pembicaraan tentang
perempuan selalu menjadi hal yang menarik dan juga patut untuk diangkat
dan diteliti. Kaum perempuan seakan-akan identik dengan kelemahan dan
ketertindasan. Tidak heran ketika pada umumnya siapa saja yang bermaksud
memotret kehidupan social kaum perempuan tidak pernah lepas dari sisi-sisi
yang mencerminkan kelemahan dan ketertindasan.
Menariknya pembicaraan mengenai perempuan terbukti ketika pada
lima tahun terakhir ini, banyak sekali film yang kemudian mengambil tema
perempuan, beberapa film Indonesia antara lain: Perempuan Punya Cerita
(2008), Berbagi Suami (2006), dan Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita (2010). Di
Hollywood, film bertema perempuan dapat kita temukan pada film film Sex
and The City 1 dan 2 (2008 - 2010), Hannah Montana (2007 -2010), dan
Alice in Wonderland (2010).
Kemudian pada akhir tahun 2011, terproduksilah sebuah film garapan
dari seorang sutradara asal Perancis, Luc Besson dengan judul The Lady.
Berbeda dengan film yang bertema sama, Film The Lady yang bersetting di
6
biografi seorang pejuang demokratis negaranya yaitu Aung San Suu Kyi.
Pada judulnya sendiri, The Lady sangat mengidentikkan seorang perempuan
yang anggun, cerdas, dan berwawasan. Kata Lady jika diterjamahkan ke
dalam bahasa Indonesia lebih berarti “Nyonya” atau “Madam” bukan wanita,
atau perempuan. 7 Di kalangan para aktivis, kata "perempuan" dianggap lebih
"politically correct" dibandingkan dengan "wanita", karena kata "perempuan"
berasal dari kata "empu". Sementara kata "wanita" yang berasal dari bahasa.
Sansekerta konon berarti "orang yang berhias wajah" .8 Sehingga judul film
The Lady menjadi judul yang sangat menarik, dimana akan menimbulkan rasa
penasaran bagaimana film ini akan bercerita tentang perempuan, terlebih bagi
yang belum pernah menontonnya.
Sempat peneliti singgung pada awal paragraph sebelumnya, bahwa
sutradara film ini adalah Luc Besson dari Perancis. Film Aung San Suu Kyi
merupakan film biografi pertamanya yang bercerita mengenai perempuan.
Luc Besson mengakui ini adalah kesempatan bagi dia untuk akhirnya
menyajikan kehidupan nyata pahlawan wanita, petarung wanita yang tidak
menggunakan senjata apapun daripada kebaikannya. Selama shooting film
terjadi perubahan berita bahwa tahanan rumah Suu Kyi telah naik banding.
Hal ini membuat Luc Besson ragu untuk percaya apa yang dilihatnya di TV
sebab berita kelihatan begitu banyak seperti lamanya proses film yang
dibuatnya ini. Awal tahun 1990 Rebecca Frayn (penulis cerita film The Lady)
mulai bekerja dalam proyek ini. Ia mengunjungi Burma bersama suaminya
7
www.englishfirst.co.id akses : 25 Juli 2013
8
7
yakni Andi Harries, yang juga seorang produser.
Inti cerita film ini sebenarnya sederhana, Secara garis besar, film ini
bercerita mengenai perjalanan hidup seorang Aung San Suu Kyi. Adegan
dimulai ketika Suu Kyi masih belia dalam dekapan Ayahnya yang seorang
pejuang Myanmar. Kemudain setting beralih pada kehidupan saat Suu Kyi
telah berumah tangga dan memiliki dua orang putra. Keterlibatannya pada
politik dimulai saat Ia harus mengunjungi dan merawat ibunya yang sakit.
Myanmar (dulu bernama Burma). Ternyata pergolakan politik sedang terjadi
di negara itu, seorang utusan dari Universitas Ranggon mengunjunginya, dan
membujuknya untuk memperjuangkan demokrasi di negaranya. Konflik yang
terjadi sangat menarik dari penolakan visaMichael Aris, suami Aung San Suu
Kyi oleh junta militer yang sedang berkuasa saat itu, kemudian bujukan untuk
kembali ke negaranya setelah kematian ibunya, sampai ketika suaminya
sendiri divonis sakit dan akhirnya meninggal, sedangkan Aung San Suu Kyi
tak berada disamping suaminya sendiri.
Tidak sedikit memang film yang mengangkat tema mengenai
perempuan. Hanya saja, film yang bertemakan biografi seorang perempuan
yang dikemas dengan genre drama Film The Lady dapat dikatakan sebagai
salah satu yang terbaik. Terbukti sejak ditayangkan pada akhir tahun 2011,
film The Lady banyak mendapatkan penghargaan Internasional. Beberapa
diantaranya di Italy sebagai tempat di produksinya film ini, The Lady
diberikan kepercayaan sebagai film pembuka pada International Rome Film
8
tahun 2011, dan pada tahun 2012 dalam Off Plus Camera Film Festival
Poland, film The Lady sebagai special screeing acara itu.
Berkaitan dengan representasi perempuan yang ditonjolkan pada tokoh
Aung San Suu Kyi dalam film The Lady, konsep mengenai representasi hadir
dan dapat dikatakan masih menempati tempat baru dalam studi budaya,
dimana apa yang tersaji dalam media, merupakan salah satu bentuk
representasi9. Realitas yang tampil di media merupakan hasil konstruksi yang
boleh jadi telah mengalami penambahan maupun pengurangan karena turut
campurnya faktor subyektivitas dari pelaku representasi yang dalam hal ini
adalah Luc Besson selaku sutradara film The Lady.
Realitas perempuan dalam The Lady disajikan melalui kisah Aung San
Suu Kyi yang memiliki problematika kehidupannya yang dilatar belakangi
kehidupan politik keluarganya dan bagaimana Aung San Suu Kyi dibantu
suaminya menghadapinya. Film ini menyajikan beragam permasalahan Aung
San Suu Kyi waktu itu, tapi tetap pada satu benang merah di dalamnya.
Film The Lady menyajikan realitas kaum perempuan dalam konteks
politik demokrasi melalui tanda-tanda tertentu, terlebih pembuatan film ini
dilakukan jauh sebelum keputusan bagaimana nasib seorang Aung San Suu
Kyi diputuskan. Selain itu, seorang Luc Besson adalah seorang yang berdarah
Perancis, keinggintahuan penulis menjadi semakin besar mengenai gambaran
perempuan Asia dari seorang sutradara kelahiran Perancis. Karena itulah
penulis merasa semakin tertarik untuk meneliti lebih jauh film The Lady.
9
9
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengungkapkan sebuah kecenderungan
bahwa film ini dipenuhi oleh sisi keperempuanan dari seorang Aung Suu Kyi.
Dengan mempertanyakan representasi perempuan yang ada dalam film ini,
penulis menemukan beberapa bentuk konsep social perempuan yang
direpresentasikan di sana.
Dari gambaran film The Lady di atas, sebagai bagian dari realitas,
setiap manusia tidak hanya mengambil peran dengan menjadi penonton, tetapi
juga menjadi aktor dalam panggung realitas itu sendiri. Diantara sekian
banyak kepingan realitas yang bertebaran, penelitian ini akan berfokus pada
kepingan realitas kaum perempuan.
Media telah menjadi salah satu faktor kunci dinamika budaya. Dalam
hal ini, teknologi televisi menempati garis terdepan karena hampir tidak
pernah berhenti menayangkan program-programnya. Berdasarkan standpoint
perempuan yang akan peneliti pakai dalam penelitian ini, semakin
berkembang sebuah masyarakat maka beragam pula aktivitas media dan
produk budaya di dalamnya. Artinya, ketika representasi perempuan semakin
terekspos maka manfaat yang dihasilkannya dianggap semakin besar. Dengan
demikian, representasi perempuan yang divisualkan oleh media telah
menjadi-meminjam kata-kata Ognas Kleden – sebuah ‘kualitas baru’ di dalam
dinamika kebudayaan. Berdasarkan paparan di atas, selanjutnya penulis
bermaksud mengambil judul “Representasi Perempuan pada Tokoh Aung San
10
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Bagaimanakah representasi perempuan pada tokoh Aung San Suu Kyi, dalam
film The Lady ?”.
C. Pembatasan Masalah
Penelitian ini akan dibatasi dan memprioritaskan pada tanda-tanda
representasi perempuan pada tokoh Aung San Suu Kyi yang terdapat dalam
film “The Lady”, dengan pendekatan analisa semiotika. Tanda-tanda tersebut,
berupa dialog, ilustrasi suara, dan lain - lain yang didukung pula dengan
beberapa potongan gambar film.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini hendak mengetahui dan mengungkap: Bagaimana
Representasi Perempuan pada tokoh Aung San Suu Kyi dalam film Film The
Lady.
E. Manfaat Penelitian
1. Secara Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sarana pengembangan
berfikir ilmiah dan rasional dengan mengkaji lebih dalam bidang
11
komunikasi audio-visual. Selanjutnya penelitian ini mampu menjadi bahan
rujukan bagi mahasiswa yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut
dan memberikan stimuli bagi mahasiswa komunikasi untuk lebih berani
melakukan kajian media massa (film) dengan metode penelitian yang
beragam.
2. Secara Praktis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan
kontribusi terhadap kajian perempuan, khususnya perempuan Indonesia
dan bermanfaat bagi masyarakat secara luas dalam menerima dan
memahami makna pesan film, sehingga pesan film tidak hanya dapat
ditangkap dari muatan pesan yang tampak (manifest content), tetapi juga
muatan pesan yang tersembunyi (latent content). Sehingga, masyarakat
dapat mengetahui dan memahami bagaimana film The Lady sebagai salah
satu media komunikasi massa mengonstruksikan realitas kaum perempuan
saat ini sehingga lebih jauh diharapkan dapat menggugah kesadaran kritis
masyarakat khususnya kaum perempuan untuk mencari penyebab
sekaligus solusi masalah-masalah sosial yang kerap dialami oleh kaum
perempuan.
Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan kepada
masyarakat bahwa film dapat dikaji dalam berbagai ilmu, salah satunya
adalah semiotika yang dapat digunakan dalam membaca tanda-tanda yang
digunakan sepenuhnya atas dasar kekuasaan sutradara dan