• Tidak ada hasil yang ditemukan

REPRESENTASI PEREMPUAN PADA TOKOH AUNG SAN SUU KYI (Analisis Semiotik Pada Film “The Lady” Karya Luc Besson)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "REPRESENTASI PEREMPUAN PADA TOKOH AUNG SAN SUU KYI (Analisis Semiotik Pada Film “The Lady” Karya Luc Besson)"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

REPRESENTASI PEREMPUAN

PADA TOKOH AUNG SAN SUU KYI

(Analisis Semiotik Pada Film “The Lady” Karya Luc Besson)

Disusun oleh :

Garnis Dwi Haryati 06220366

Dosen Pembimbing : 1. Drs. Farid Rusman, M.Si 2. Joko Susilo, S.Sos, M.Si

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Garnis Dwi Haryati NIM : 06220366

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : REPRESENTASI PEREMPUAN PADA TOKOH AUNG SAN SUU KYI (Analisis Semiotik Pada Film “The Lady” Karya Luc Besson)

Disetujui,

Pembimbing I

Drs. Farid Rusman, M.Si

Pembimbing II

Joko Susilo, S.Sos, M.Si

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi

(3)
(4)

iv

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Garnis Dwi Haryati

Tempat, tanggal lahir : Mataram, 17 April 1987 Nomor Induk Mahasiswa :06220366

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:

REPRESENTASI PEREMPUAN PADA TOKOH AUNG SAN SUU KYI (Analisis Semiotik Pada Film “The Lady” Karya Luc Besson)

adalah bukan karya tulis (skripsi) orang lain, baik sebagian ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 24 Juli 2013 Yang Menyatakan,

(5)

v

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

1. Nama : Garnis Dwi Haryati 2. NIM : 06220366

3. Fakultas : Ilmu Komunikasi

4. Jurusan : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 5. Konsentrasi : Audio Visual

6. Judul Skripsi : REPRESENTASI PEREMPUAN PADA TOKOH AUNG SAN SUU KYI (Analisis Semiotik Pada Film “The Lady” Karya Luc

Besson)

7. Pembimbing : 1. Drs. Farid Rusman, M.Si 2. Joko Susilo, S.Sos, M.Si 8. Kronologi Bimbingan

Tanggal Paraf pembimbing Keterangan

Pembimbing I Pembimbing II

Desember 2010 Acc. Judul

Februari 2011 Acc. Proposal

Oktober 2011 Acc Bab I dan II

7 Maret 2012 Acc Bab III dan IV

15 Mei 2013 Acc. Bab V dan VI

12 Juli 2013 Acc Seluruh Naskah

Malang Disetujui,

Pembimbing I

Drs. Farid Rusman, M.Si

Pembimbing II

(6)

vi ABSTRAKSI

Garnis Dwi Haryati, 06220366

REPRESENTASI PEREMPUAN PADA TOKOH AUNG SAN SUU KYI

Studi Semiotika dalam film “The Lady” Karya Luc Besson Pembimbing: Drs. Farid Rusman, M.Si dan Joko Susilo, S.sos, M.Si (xvii + 169 halaman + 6 tabel + 28 gambar)

Bibliografi: 30 buku, 1 Kamus, 3 ensiklopedia + 10 artikel

Kata Kunci: Representari Perempuan, Aung San Suu Kyi, Analisis Semiotik, Film “The Lady”

Film “The Lady” menceritakan tentang perjalanan kehidupan nyata seorang Aung San Suu Kyi, peraih hadiah Nobel Perdamaian tahun 1991 yang awalnya hanya ibu rumah tangga hingga ia menjadi pemipmpin oposisi di Burma, Myanmar. Pada mulanya keterlibatan Aung San Suu Kyi pada politik merupakan ketidaksengajaan. Mengingat bahwa Aung San Suu Kyi adalah putri dari Jenderal Aung San, pahlawan nasional Myanmar yang menjadi simbol perlawanan terhadap penjajahan Inggris yang ditembak mati oleh junta militer, maka beberapa utusan dari akademisi fakultas sejarah Universitas Rangoon menemui dan menyarankan agar Aung San Suu Kyi mau memimpin gerakan pro-demokrasi yang diusung sebagian besar masyarakat, menjelang pemilu paska mundurnya jenderal yang sedang berkuasa di massa itu.

(7)

vii

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis interpretatif yang memungkinkan peneliti melakukan pengamatan dan analisis secara mendalam terhadap topik yang akan diteliti. Pendekatan ini diambil melalui pertimbangan bahwa peneliti menganalisis lapisan makna yang menggambarkan representasi perempuan dalam film “The Lady”. Maka dari itu, metode penelitian kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis semiotik Roland Bartes. Data penelitian diperoleh dari teks film “The Lady” format VCD berdurasi 135 menit. Teks film disini, dapat berupa setting, dialog, konflik dan ekspresi yang merepresentasikan perempuan. Selain itu ada pula data pendukung yang berupa dokumen, dan segala literature yang dihimpun oleh peneliti dari referensi buku-buku, jurnal, website atau blogger, tulisan dan karya ilmiah lainnya, serta segala sesuatu yang berhubungan dengan objek penelitian.

Pada hasil penelitian, film The Lady melalui tokoh Aung San Suu Kyi, menghadirkan sosok perempuan yang mandiri, indipenden, dan suskses berkarier. Namun Luc Besson, tertnyata tidak dapat melepaskan unsur budaya patriarki dalam film ini. Penjelasan gagasan-gagasan dominan yang ingin disampaikan oleh film The lady berkaitan dengan representasi perempuan adalah sebagai berikut: (1) Perempuan sebagai sosok yang mampu berkarier dan sukses di ranah publik. Selama ini perempuan begitu melekat dengan peran domestik dan pekerjaan rumahnya, padahal pada dasarnya perempuan memiliki intelektualitas yang sama dengan laki-laki dan memiliki kemampuan yang setara. (2) Perempuan direpresentasikan sebagai perempuan yang mandiri, yaitu perempuan yang mampu menjalankan perannya sebagai perempuan karier, ibu, dan seorang isteri. Walaupun demikian, penggambaran diatas justru secara otomatis membalikkan fakta penggambaran itu karena kesuksesan dari perempuan dalam film The Lady tidak lepas dari peran pria, dalam hal ini tokoh suami yang memperjuangkan kebebasan Aung San Suu Kyi dari rumah tahanan melalui hadiah bergengsi Internasional Nobel Perdamaian. Pada konteks ini, film The Lady juga menggambarkan ideologi budaya Patriarki dan Feminisme. Penggambaran ini berupa sosok perempuan dalam kesempatan yang dimilikinya untuk terlibat dalam bidang politik menuntut kesetaraan atas kaum laki-laki, dan perempuan mampu bersaing dengan laki-laki bahkan lebih unggul.

(8)

vii ABSTRACT

Garnis Dwi Haryati, 06220366

REPRESENTATION OF WOMEN IN CHARACTER AUNG SAN SUU KYI

Semiotics studies in the film "The Lady" by Luc Besson

Preceptors : Drs. Farid Rusman, M.Si dan Joko Susilo, S.sos, M.Si (xvii + 169 page + 6 tabels + 28 pictures)

Bibliografi: 27 books, 1 dictionary, 3 encyclopedias + 10 article

Keywords: Representation of Women, Aung San Suu Kyi, semiotic analysis, Film "The Lady"

The film "The Lady" tells the story of a real life of Aung San Suu Kyi, Nobel Peace Prize winner in 1991, originally only a housewife until she became pemipmpin opposition in Burma , Myanmar. At first, Aung San Suu Kyi's involvement in politics is accidental. Given that Aung San Suu Kyi is the daughter of General Aung San, Myanmar national hero who became a symbol of resistance to British rule who was shot dead by the military junta. then some envoys from Rangoon University history faculty academics met and suggested that Aung San Suu Kyi would lead pro-democracy movement that brought most people, post-election resignation of generals who were in power in the masses.

The existence of the film is a medium of artistic expression that give creative expression lines and culture media that portrays human life and personality of a nation. The privilege of a direct appeal of a very large and difficult to interpret. Semiotics is used as an approach for analyzing media texts in this regard is the movie, reality of media texts always have a dominant ideology which is formed through the media. Through semiotic methods, researchers wanted to explore more deeply about the messages conveyed by the director to the audience through the film "The Lady". In contrast to other semiotic analysis, semiotics of Roland Barthes' concept of providing space for the disclosure of symbols - symbols connotations and myths, not only the meaning of denotation. Connotations synonymous with the operation of ideology, which is mentioned as a 'myth', serves to reveal and provide justification dominant values, the authors assume that the semiotics of Roland Barthes appropriately used in this study. In addition, as a basis for conducting a semiotic analysis researchers using the unit of analysis of John Fiske through the selection of the scene that are important in giving meaning through expression conflict, dialogue, and background and so on. The combination of these aspects serves to establish the meaning which shows the representation of women in the movie The Lady.

(9)

ix

VCD format lasted 135 minutes. Text movie here, may be setting, dialogue, conflict and expressions that represent women. There are also supporting data in the form of documents, and all literature compiled by researchers from reference books, journal, website or blogger, writing, and other scholarly works, as well as everything related to the object of research.

In the research, the film The Lady presents the figure of an independent woman, independent, and had a successful career. But Luc Besson, was not able to let go of patriarchal culture in this film.Explanation dominant ideas to be conveyed by the movie The lady concerned with the representation of women is as follows:(1) Woman as someone who is able to work and succeed in the public domain. During this time women are so attached to the role of domestic and homework, whereas women basically have the same intellect as men and have equal ability. (2) Women want an independent woman represented as that women are able to perform its role as a career woman, mother, and a wife. However, this description it automatically flips the depiction facts because the success of women in the film The Lady is not separated from the role of a man, in this case the husband figures for the freedom of Aung San Suu Kyi from house arrest by the prestigious International Nobel Peace prize. On this context, the film also depicts Lady cultural ideology of patriarchy and feminism. This depiction of a female figure in its opportunity to get involved in politics demanding the equality of men and women can compete with men, even superior.

Researcher,

(Garnis Dwi Haryati)

Approve, Preceptor I

Drs. Farid Rusman, M.Si

Preceptor II

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan

baik sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana. Selawat serta salam

penulis haturkan kepada Nabi junjungan alam, Rasulullah SAW karena melalui

beliaulah Iman dan Islam terbawa kepada umat manusia. Skripsi ini merupakan hasil

penelitian yang dilakukan peneliti pada sebuah film bertajuk “The Lady”. Merupakan

sebuah film yangdiangkat dari kisah nyata Aung San Suu Kyi seorang pejuang wanita

keturunan Myanmar, untuk memperjuankan kembali demokrasi rakyat Myanmar.

Perjuangannya yang sangat gigih brdampak baik, Ia pun akhirnya mendapatkan

penghargaan Nobel Perdamaian PBB tahun 1991.

Secara konkrit karya ini berjudul: “REPRESENTASI PEREMPUAN

DALAM FILM (Analisis Semiotika Pada dalam film “The Lady” Karya Luc

Besson). Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis semiotika untuk

interpretasi teks film. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apa saja

tanda-tanda representasi perempuan pada Film “The Lady”.

Penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dari berbagai

pihak. Pada kesempatan ini, perkenankan penulis untuk menyampaikan rasa terima

kasih dan penghargaan setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Drs. Farid Rusman, M.Si selaku dosen pembimbing I dan Bapak Joko

Susilo, S.Sos, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah banyak

memberikan pengarahan serta saran selama proses pengerjaan penelitian

(11)

xi

2. Kedua orang tua penulis, Ayahanda H.M Galis Moeharyani dan Ibunda

Mardiati terima kasih atas segala keikhlasan dan kesabarannya.

3. Saudara lelaki satu-satunya Galvin Tejo Soemarto S.Pd terimakasih untuk

selalu peduli dengan bertanya tentang penulisan penelitian ini.

4. Seluruh keluarga besar Lombok, Keluarga Jember, Keluarga Blitar, Keluarga

Jogyakarta, Keluaraga Bogor, dan Keluarga Besar Banten terimakasih atas

kepeduliannya.

5. Teman - teman 2 kostan tempat tinggal terakhir, MargoUtomo 6;

@chanvover, @Auzuraamai, @Droivi, dan Itta. Kostan MargoUtomo 17;

@ickepoetry, @fitri_kork, @evamaynita, Endah ‘Unyil’ dan Viona. Kostan

tempat singgah disaat jenuh melanda Durunnafis; @linalinulinut,

@vididieIndriana, @MafazahM+Nada dan Rina, serta The Singgahers

lainnya; Rara, @dian_bersaudara, @wardahbahabazi, dan @emelliyayunita.

6. Rekan – rekan berkoor ria “PSM GITASURYA UMM” serta seluruh

mahasiswa/i Ikom UMM angkatan 2006 - 2010 rasa terimakasih teramat

sangat untuk kebersamaan bersama kalian semua.

7. Komunitas di luar kampus @malang_diam dan @scchildmalang kebersamaan

dengan kalian sangat bernilai adanya. Alhamdulillah.

Harapan penulis semoga penelitian ini dapat berarti bagi perkembangan ilmu

pengetahuan. Amien.

Wassalamualaikum.Wr.Wb

Malang, 24 Juli 2013 Penulis,

(12)

xii DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Persetujuan Skripsi... ii

Lembar Pengesahan ... iii

Pernyataan Orisinalitas ... iv

Berita Acara Skripsi ... v

1. Film sebagai Medium Komunikasi Massa ... 12

2. Film sebagai Realitas Sosial ... 15

3. Film sebagai Industri ... 17

4. Film sebagai Praktek penandaan ... 20

B. Konsep-konsep Sosial Perempuan ... 23

1. Perempuan dalam Perpektif Sejarah ... 24

2. Perempuan dalam Gender diffrences ... 29

3. Feminisme dalam Budaya Patriarki ... 35

4. Perempuan dalam Film ... 43

5. Representasi dan Komodifikasi Perempuan ... 49

C. Semiotika sebagai Teori Tentang Tanda ... 54

1. Istilah Semiotika dan Semiologi ... 59

2. Semiotika Film, Komunikasi dan Hubungannya... 61

3. Makna dalam Sistem Tanda ... 63

4. Kode-kode Televisi dan Perangkatnya ... 67

BAB III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 84

B. Objek Penelitian ... 86

C. Teknik Pengumpulan Data ... 87

(13)

xii

BAB IV. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Struktur Produksi Film The Lady ... 89

1. Profile Production Companies ... 97

2. Profile Aung San Suu Kyi ... 102

3. Profile Produser Film The Lady ... 103

4. Profile Sutradara Film The Lady ... 108

5. Profile Penulis Film The Lady ... 116

B. Profile Tokoh Utama dan Pendukung Film The Lady ... 118

1. Tokoh Aung San Suu Kyi ... 118

2. Tokoh Kim Aris ... 123

3. Tokoh Lucinda Philips ... 123

4. Tokoh Michael Harries ... 124

5. Tokoh Karma Phuntsho ... 126

C. Penghargaan ... 127

BAB V. REPRESENTASI PEREMPUAN DALAM FILM THE LADY A. Sinopsis Film The Lady ... 128

B. Analisis Data berdasar Timeline Film ... 130

1. Peran Aung San Suu Kyi sebagai Anak ... 130

2. Peran Aung San Suu Kyi sebagai Isteri ... 134

3. Peran Aung San Suu Kyi sebagai tokoh Demokrasi Myanmar ... 144

C. Makna Ideologi dalam film The Lady ... 160

1. Ideologi Patriarki dalam film The Lady ... 160

2. Feminisme Perempuan dalam film The Lady ... 164

3. Perempuan dan Kesempatan berpolitik ... 166

D. Representasi Perempuan dalam Film The Lady ... 169

BAB VI. PENUTUP A. Kesimpulan ... 171

B. Rekomendasi ... 173

(14)

xi

Gambar 5.2 : Aung San Suu Kyi kecil melambaikan tangan kepada Ayahnya132 Gambar 5.3 : Anggrek untuk Aung San Suu Kyi ... 134

Gambar 5.11 : Memandang poster bertuliskan “LOVE THE MOTHERLAND” ... 146

Gambar 5.12 : Membaca buku Mahatma Gandhi ... 147

Gambar 5.13 : Aparat menembaki pelajar yang berdemonstrasi... 148

Gambar 5.14 : Peran Suu sebagai : anak, Istri dan Ibu, serta pejuang rakyat Myanmar ... 149

Gambar 5.15 : Utusan dari Universitas Rangoon ... 150

Gambar 5.16 : Ungkapan dari Universitas Rangoon untuk meyakinkan Aung San Suu Kyi ... 153

Gambar 5.17 : Pidato Aung San Suu Kyi pertama kali ... 154

Gambar 5.18 : Sejak itu Aung San Suu Kyi mulai dijuluki “Anggrek Besi” 155

Gambar 5.19 : Intimidasi pemerintah Myanmar terhadap Aung San Suu Kyi 156 Gambar 5.20 : Suu Kyi “Kita lanjutkan dengan cara kuno dan tenang” ... 157

Gambar 5.21 : Proses penjemputan paksa Dr.Aris (suami Aung San Suu Kyi) 159 Gambar 5.22 : Anggrek untuk Aung San Suu Kyi ... 161

Gambar 5.23 : Rangkaian Gambar saat Michael Aris kerepotan menggantikan posisi Aung Sann Suu Kyi sebagai kepala rumah tangga ... 162

Gambar 5.24 : Aung San Suu Kyi di depan tentara yang siap dengan senjatanya ... 164

Gambar 5.25 : Michael Aris mencoba berunsing dengan Junta Militer ... 166

Gambar 5.26 : berbicara di media internasional dan akhirnya Aung San Suu Kyi mendapat penghagaan hadiah Nobel tahun 1991 ... 166

Gambar 5.27 : Adegan Junta Militer membujuk Aung San Suu Kyi pertama kali setelah Sang Ibu meninggal ... 167

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 4.1 : Beberapa Film Luc Besson ... 115

Tabel 4.2 : Karier Rebecca Frayn ... 117

Tabel 4.3 : Beberapa Film yang di perankan Michelle Yeoh ... 122

Tabel 4.4 : Beberapa Film di perankan Devid Thewlis ... 125

Tabel 5.1 : Penggambaran peran Aung San Suu Kyi sebagai Isteri ... 135

Tabel 5.2 : Penggambaran peran Aung San Suu Kyi sebagai Ibu ... 136

Tabel 5.3 : Penggambaran Kecemasan Aung San Suu Kyi terhadap Kesehatan Michael Aris ... 142

(16)

xv

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Arivia, G. 2003. Filsafat Berperspektif Feminis. Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan

Barthes, Roland. 2010. Imaji Musik Teks. Yogyakarta: Jalasutra

Barnard, Malcolm. 1996. Fashion Sebagai Komunikasi: Cara Mengkomunikasikan Identitas Sosial, Seksual, dan Gender. Bandung: Jalasutra.

Bhasil, Kamla. 1996. Menggugat Patriarki: Pengantar Tentang Persoalan Dominasi Terhadap Kaum Perempuan. Yogyakarta : Yayasan Bentang Budaya

Biran,H. Misbach Yusa, 2006. Teknik Menulis Skenario Film Cerita, Jakarta : PT. Dunia Pustaka

Boggs, M. Joseph. 1992. Cara Menilai Sebuah Film. Terjemahan Asrul Sani Jakarta: Yayasan Citra

Bordwel David and Kristin Thompson, 2001. Film Art An Introduction(6thed) Terjemahan Susan Binarti. New York : McGraw-hill

Budiman, Kris, 2003. Semiotika Visual, Yogyakarta : Penerbit Buku Baik Bungin, Burhan. 2009. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana.

Danesi, Marcel. 2010. Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta: Jalasutra.

Eco, Umberto. 2004. Tamasya dalam Hiperealitas. Yogyakarta: Jalasutra

---2009. Teori Semiotika:Signifikasi Komunikasi, Teori kode, Serta Teori Produksi-Tanda. Terjemahan oleh Inyiak Ridwan Muzir. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Effendy, Heru. 2002. Mari Membuat Film; Panduan Menjadi Produser. Yogyakarta: Yayasan Konfiden.

Efendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti.

(17)

xv

Fakih, Mansur. 1996. Masyarakat Sipil Untuk Transformasi Social. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

Fiske, John. 2011. Cultural And Communication Studies.Yogyakarta: Jalasutra ---1987. Television Culture. London and New York : Routledge,

Gandhi, M. 1993. Kaum Perempuan dan Ketidakadilan Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Gerdiner, Oey Mayling. 1996. Perempuan Indonesia Dulu dan Kini. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Hall, Stuart. 1997. Representation’s Meaning. Gramedia. Jakarta

Irawanto, Budi. 1999. Film, Ideologi dan Militer Hegemoni Militer Dalam Sinema Indonesia. Media Pressindo, Yogyakarta

Irwan Abdullah, 2001, Seks, Gender dan Reproduksi Kekuasaan, Yogyakarta: Terawang Press.

Kriyantono, Rahmat. 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Maarif, Syamsul. 2005. Skripsi :Representasi Patriotisme perempuan dalam film Cut Nyak Dien (Studi Analisis Semiotika Film). Universitas Hasanuddin: Jurusan ilmu Komunikasi

McQuail, Dennis. 1987. Teori Komunikasi Massa; Suatu Pengantar, Jakarta: Erlangga.

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy , Rakhman. 2002. Komunikasi Antar Budaya. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya Offset

Murniati, A. Nunuk P. Murniati, 2004. Getar Gender : Perempuan Indonesia Dalam Perspektif Social, Politik, Ekonomi,Hukum dan HAM. Magelang: Indonesiatera.

Natar M & M. Asnath. 2004. Perempuan Indonesia Berteologi Feminis Dalam Konteks. Yogyakarta: Pusat Studi Feminin.

Nazir, Mohammad. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia

(18)

xv

Nope, Marselinan. 2005. Jerat Kapitalisme Atas Perempuan. Yogyakarta: Resist Book.

Nugroho, H, W. 2004. Diskriminasi Gender (Potret perempuan Dalam Hegomoni Laki-laki). Yogyakarta: Andi Offset.

Nurudin. 2003. Komunikasi Massa. Malang: Cespur.

Pawito. 2008. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Penerbit LKiS Pelangi Aksara Yogyakarta. Yogyakarta

Pateda, 2001. Semantik Leksikal. Edisi kedua. Jakarta: Rineka Cipta

Rahmat, Jalaludin. 2002. Metodelogi Penelitian Komunikasi, Bandung: Remaja Rosda Karya.

---2001. Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosda Karya. Segres, Rien T. 2000. Evaluasi Teks Sastra. Penerjemah Suminto A Sayuti.

Yogyakarta: Adicita karya Nusa.

Shiva, Vandara dan Mies Maria. 2005. Ecofeminisme: Perspektif Gerakan, Perempuan & Lingkungan Yogyakarta : IRE PRES.

Sobur, Alex. 2003. Analisis Teks Media suatu Pengantar. Bandung: Rosda Karya. ---2009a, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,

Analisis Semiotik dan Analisis Framing. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

---2009b, Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Soemandoyo, Priyo. 1999. Wacana gender & Layar Televisi: Studi Perempuan

dalam Pemberitaan Televisi Swasta, Lembaga Penelitian Pendidikan .Yogyakarta : Yogya dan The Ford Foundation.

Sony, Set dan Sidharta, Sita, 2003. Menjadi Penulis Skenario Profesional. Jakarta: PT Gramedia Widiasaran Indonesia

Sumarno, Marselli. 1996. Dasar-dasar Apresiasi Film. Jakarta : Grasindo.

Van Zoest, 1996. Interpretasi dan Semiotika” dalam Panuti Sudjiman dan Aart van Zoest (ed). Serba-Serbi Semiotika. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,

(19)

xi

Vivian, John. 2008. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media. Widjaja, HAW. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi. Jakarta: Rineka Cipta. Zulkifli, Budi. 2004. Skripsi: Konstruksi Realitas Sosial Dalam Film Beth

(Sebuah Studi Semiotika Film). Universitas Hasanuddin: Jurusan Ilmu Komunikasi

Ensiklopedia:

Kumar, Arvind. 2000. Encyclopedia of Mass Media and Communications: The Mass Communications (Vol.II) Anmol Publication PVT Ltd, New Delhi

Jurnal dan Kamus:

Anang Hermawan,, Mitos dan Bahasa Media:Mengenal Semiotika Roland Barthes, 2007.dalam

http://abunavis.wordpress.com/2007/12/31/mitos-dan-bahasa-media-mengenal-semiotika-roland-barthes/ , diakses pada 20 April 2012

Bronwen, Nartin dan Ringham, Felitizas. 2006. Dictionary of Semiotic . London and New York:Cassel

Rena Herdiyanai, Jurnal Perempuan, 6 April 2006 diakses: 5 fabruari 2013

Dahlan dan Pius.1994. KAMUS ILMIAH POPULER. Surabaya : Arloka

Internet:

Feminist Horror Film Theory, yang diunduh dari website http://everything2.com/ title/Feminist+Horror+Film+Theory akses Februari 2013

Laura Mulvey, Visual Pleasure and Narrative Cinema. Screen, vol.16, no.3 Diambil dari website http://gandt.blogs.brynmawr.edu/, diakses 12 Januari 2013. Juga dijelaskan dalam Girls on Film : How Women Shaped Horror yang ditulis oleh Monica Bartyzel, diunduh dari http://blog.moviefone. com/bloggers/ monika-bartyzel/

Noname.Aung San Suu Kyi. (2013). The Biography Channel website. Retrieved 10:53, Aug 22, 2013, from http://www.biography.com/people/aung-san-suu-kyi-9192617.

Noname.15 Juni 2013. Aung San Suu Kyi (online) http://id.wikipedia.org/wiki/ Aung_San_Suu_Kyi akses : 8 Mei 2012

theguardian.com, Sunday 19 December 2010 21.30 (online) http://www.guardian. co.uk/world/gallery/2010/dec/19/stills-the-lady akses : 8 Mei 2012

(20)

xx

Noname. http://cinemapoetica.com/TheLady/movie akses: 8 Mei 2012

Noname.15 Juni 2013. David Thewis (online) http://id.wikipedia.org/wiki/ David_Thewlis akses : 8 Mei 2012

Julie Miller || August 23, 2011 03:10 PM EDT Watch Michelle Yeoh Assume Power In Luc Besson's Teaser Trailer For The Lady (online) http://www.movieline.com/2011/08/watch-michelle-yeoh-assume-power-in-luc-bessons-teaser-trailer-for-the-lady.php akses: 12 Mei 2012

Noname.15 Juni 2013. EuropaCorp (online) http://id.wikipedia.org/wiki/Europa Corp .htm akses : 8 Mei 2012

Noname.15 Juni 2013. Left Bank Pictures (online) http://en.wikipedia.org/wiki/Left_Bank_Pictures akses: 8 mei 2012

Sheila Roberts . Luc Besson Interview, Angel-A http://www.moviesonline.ca/ movienews_12003.html akses : 8 Mei 2012

Bryce Coleman. About Luc Besson http://movies.yahoo.com/person/luc-besson/ biography.html akses : 8 Mei 2012

Noname. http://www.picturehouses.co.uk/cinema/ArtsPicturehouse_Cambridge/ film/The_Lady/ akses: 8 Mei 2012

Noname. http://www.guardian.co.uk/profile/rebecca-frayn akses 8 Mei 2012 noname. http://www.neraca.co.id akses : 3 Mei 2012 | 10:10

Film/video :

(21)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Terhampar dengan jelas di sekeliling manusia, potret-potret nyata

yang berkisah tentang realitas masyarakat atau realitas sosial. Setiap waktu,

setiap tempat, bahkan setiap situasi, semuanya menjadi mudah untuk

disaksikan baik secara langsung maupun melalui media massa.

Kepingan-kepingan realitas ini bahkan terlalu jelas untuk diabaikan begitu saja tanpa

sedikitpun menyita banyak waktu dan perhatian. Geliat dan hiruk-pikuk

kehidupan dunia seakan bisa dirasakan tanpa harus menguras kemampuan

indera kita secara maksimal. Ibaratnya, siapa pun tidak harus menatap untuk

dapat melihat, tidak harus menyimak untuk dapat mendengar, dan tidak harus

meraba untuk dapat menyentuh.

Keberadaan film di tengah masyarakat mempunyai makna yang unik

diantara media komunikasi lainnya. Selain dipandang sebagai media

komunikasi yang efektif dalam penyebarluasan ide dan gagasan, film juga

merupakan media ekspresi seni yang memberikan jalur pengungkapan

kreatifitas, dan media budaya yang melukiskan kehidupan manusia dan

kepribadian suatu bangsa. Perpaduan kedua hal tersebut menjadikan film

sebagai media yang mempunyai peranan penting di masyarakat.

Sobur mengatakan bahwa kekuatan dan kemampuan film menjangkau

(22)

2

memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayaknya.1 Marcel Danesi dalam

bukunya Pengantar Memahami Semiotika Media bahkan mengatakan bahwa

film telah menjadi obat yang sempurna untuk melawan kebosanan, akibatnya

medium film telah menjadi kekuatan besar dalam perkembangan budaya pop

yaitu budaya yang karakteristik pendefenisiannya adalah pembauran dan

percampuran seni serta pengalih perhatian secara beragam. Berdasarkan

pertimbangan itulah peneliti ingin mengangkat sebuah film dalam penelitian.2

Film merupakan bidang kajian yang amat relevan bagi analisis

semiotik. Van Zoest dalam Sobur3 mengemukakan bahwa film dibangun

dengan tanda semata-mata. Tanda-tanda itu termasuk berbagai sistem tanda

yang bekerja sama dengan baik untuk mencapai efek yang diharapkan.

Berbeda dengan fotografi statis, rangkaian gambar dalam film menciptakan

imaji dan sistem penandaan pada film terutama tanda-tanda ikonis, yakni

tanda-tanda yang menggambarkan sesuatu. Ciri film adalah persamaan

gambar dengan realitas yang ditunjuknya. Gambar yang dinamis dalam film

merupakan ikonis bagi realitas yang dinotasikannya.

Semiotika film berbeda dengan semiotika fotografi. Film bersifat

dinamis, gambar yang muncul silih berganti, sedangkan fotografi bersifat

statis. Gambar film yang muncul silih berganti menunjukkan pergerakan yang

ikonis bagi realitas yang dipresentasikan. Keistimewaan film itu yang

menjadi daya tarik langsung yang sangat besar, yang sulit ditafsirkan.

Semiotika pun digunakan untuk menganalisa media dan untuk mengetahui

1

Alex Subur, Semiotika Komunikasi (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009) p. 127.

2

Marcel Danise, Pengantar Memahami Semiotika Media (Yogyakarta: Jalasutra,2010) p. 23.

3

(23)

3

bahwa film merupakan fenomena komunikasi yang sarat akan tanda.

Dengan kemampuannya untuk dapat mengantarkan pesan secara unik,

film dapat menampilkan wacana melalui teks visual dan auditif. Wacana di

sini merupakan makna yang ditangkap oleh khalayak, sedangkan teks

merupakan hasil dari kreatifitas pekerja media, yang dalam film kita sebut

sebagai sineas film. Dengan kemampuannya film dapat memainkan perannya

sebagai bingkai dari banyak kepingan-kepingan realitas, karena realitas film

adalah realitas pemilihan aspek gambaran. Ada sekian banyak aspek

gambaran yang dapat dipilih untuk dimasukkan dalam karya film, tapi tidak

keseluruhan dari gambaran itu dapat dimasukkan menjadi perwakilan makna

dalam film. Film selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang

dalam masyarakat, dan kemudian memproyeksikannya ke atas layar lebar.

Maka tak heran jika banyak film yang temanya dan ide awalnya berangkat

dari tema fenomena yang ada di dunia nyata4 .

Film juga bukan hanya sebagai refleksi dan realitas, sebab jika hanya

sebagai refleksi dan realitas, fil sekedar “memindahkan” realitas ke layar

tanpa mengubah realitas itu. Sementara itu, sebagai representasi dari realitas,

film “membentuk dan menghadirkan kembali” realitas berdasarkan

kode-kode dan ideology dari kebudayaannya.

Hingga Agustus 2011, Komnas Perempuan mencatat adanya 207

kebijakan diskriminatif atas nama agama dan moralitas. Dengan jumlah ini

berarti ada penambahan 53 kebijakan diskriminatif sejak Komnas Perempuan

4

(24)

4

pertama kali melaporkannya secara resmi kepada otoritas negara ditingkat

nasional pada bulan Maret 2009.5 Termasuk dalam kebijakan ini adalah

Undang-undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi yang disahkan

ditengah-tengah kontroversi hebat di masyarakat, terutama adanya penolakan

dari sejumlah pemerintah daerah, masyarakat adat, pekerja seni, kelompok

perempuan dan kelompok advokasi hak kebebasan memilih orientasi seksual

dan identitas gender. Dalam kajian kelompok perempuan, Undang-undang ini

mengambil pendekatan proteksionis dalam upaya pencegahan dan

penanggulangan pornografi. Sebagai akibatnya, Undang-undang ini justru

menghalangi perempuan untuk dapat menikmati hak asasinya secara utuh,

khususnya hak atas kepastian hukum dan atas kebebasan berekspresi.

Sepanjang tahun 2009 hingga 2010, Komnas Perempuan mencatat dua kasus

kriminalisasi terhadap perempuan dengan menggunakan UU Pornografi.6

Kasus pertama adalah empat perempuan korban perdagangan orang yang

dipaksa menari striptease dan kasus kedua adalah seorang perempuan muda

yang merekam hubungan seksual dirinya dengan pacarnya guna mendesak

orang tuanya agar menikahkan mereka. Bukan hanya itu saja, banyak lagi

persoalan mengenai kaum perempuan lainnya yang menyeruak dalam kondisi

perbedaan gender yang semestinya harmonis dan menjadi sesuatu yang indah.

Maraknya kasus lain seperti perdagangan perempuan (trafficking in women)

dapat dilihat dari data International Organization for Migration (IOM) yang

menyebutkan bahwa Indonesia menempati posisi teratas sebagai negara asal

5

(25)

5

korban perdagangan manusia (trafficking). Hingga Juni 2011, sedikitnya

tercatat ada 3.909 korban perdagangan manusia dan sebagian besar korbanya

kaum perempuan. Belum lagi jika membahas bagaimana kaum perempuan

yang direndahkan dan diperlakukan dengan kekerasan, bahkan tidak jarang

menemui kematian serasa begitu sesak menghujam dan mengoyak nurani

kemanusiaan.

Fenomena-fenomena tersebut membuat pembicaraan tentang

perempuan selalu menjadi hal yang menarik dan juga patut untuk diangkat

dan diteliti. Kaum perempuan seakan-akan identik dengan kelemahan dan

ketertindasan. Tidak heran ketika pada umumnya siapa saja yang bermaksud

memotret kehidupan social kaum perempuan tidak pernah lepas dari sisi-sisi

yang mencerminkan kelemahan dan ketertindasan.

Menariknya pembicaraan mengenai perempuan terbukti ketika pada

lima tahun terakhir ini, banyak sekali film yang kemudian mengambil tema

perempuan, beberapa film Indonesia antara lain: Perempuan Punya Cerita

(2008), Berbagi Suami (2006), dan Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita (2010). Di

Hollywood, film bertema perempuan dapat kita temukan pada film film Sex

and The City 1 dan 2 (2008 - 2010), Hannah Montana (2007 -2010), dan

Alice in Wonderland (2010).

Kemudian pada akhir tahun 2011, terproduksilah sebuah film garapan

dari seorang sutradara asal Perancis, Luc Besson dengan judul The Lady.

Berbeda dengan film yang bertema sama, Film The Lady yang bersetting di

(26)

6

biografi seorang pejuang demokratis negaranya yaitu Aung San Suu Kyi.

Pada judulnya sendiri, The Lady sangat mengidentikkan seorang perempuan

yang anggun, cerdas, dan berwawasan. Kata Lady jika diterjamahkan ke

dalam bahasa Indonesia lebih berarti “Nyonya” atau “Madam” bukan wanita,

atau perempuan. 7 Di kalangan para aktivis, kata "perempuan" dianggap lebih

"politically correct" dibandingkan dengan "wanita", karena kata "perempuan"

berasal dari kata "empu". Sementara kata "wanita" yang berasal dari bahasa.

Sansekerta konon berarti "orang yang berhias wajah" .8 Sehingga judul film

The Lady menjadi judul yang sangat menarik, dimana akan menimbulkan rasa

penasaran bagaimana film ini akan bercerita tentang perempuan, terlebih bagi

yang belum pernah menontonnya.

Sempat peneliti singgung pada awal paragraph sebelumnya, bahwa

sutradara film ini adalah Luc Besson dari Perancis. Film Aung San Suu Kyi

merupakan film biografi pertamanya yang bercerita mengenai perempuan.

Luc Besson mengakui ini adalah kesempatan bagi dia untuk akhirnya

menyajikan kehidupan nyata pahlawan wanita, petarung wanita yang tidak

menggunakan senjata apapun daripada kebaikannya. Selama shooting film

terjadi perubahan berita bahwa tahanan rumah Suu Kyi telah naik banding.

Hal ini membuat Luc Besson ragu untuk percaya apa yang dilihatnya di TV

sebab berita kelihatan begitu banyak seperti lamanya proses film yang

dibuatnya ini. Awal tahun 1990 Rebecca Frayn (penulis cerita film The Lady)

mulai bekerja dalam proyek ini. Ia mengunjungi Burma bersama suaminya

7

www.englishfirst.co.id akses : 25 Juli 2013

8

(27)

7

yakni Andi Harries, yang juga seorang produser.

Inti cerita film ini sebenarnya sederhana, Secara garis besar, film ini

bercerita mengenai perjalanan hidup seorang Aung San Suu Kyi. Adegan

dimulai ketika Suu Kyi masih belia dalam dekapan Ayahnya yang seorang

pejuang Myanmar. Kemudain setting beralih pada kehidupan saat Suu Kyi

telah berumah tangga dan memiliki dua orang putra. Keterlibatannya pada

politik dimulai saat Ia harus mengunjungi dan merawat ibunya yang sakit.

Myanmar (dulu bernama Burma). Ternyata pergolakan politik sedang terjadi

di negara itu, seorang utusan dari Universitas Ranggon mengunjunginya, dan

membujuknya untuk memperjuangkan demokrasi di negaranya. Konflik yang

terjadi sangat menarik dari penolakan visaMichael Aris, suami Aung San Suu

Kyi oleh junta militer yang sedang berkuasa saat itu, kemudian bujukan untuk

kembali ke negaranya setelah kematian ibunya, sampai ketika suaminya

sendiri divonis sakit dan akhirnya meninggal, sedangkan Aung San Suu Kyi

tak berada disamping suaminya sendiri.

Tidak sedikit memang film yang mengangkat tema mengenai

perempuan. Hanya saja, film yang bertemakan biografi seorang perempuan

yang dikemas dengan genre drama Film The Lady dapat dikatakan sebagai

salah satu yang terbaik. Terbukti sejak ditayangkan pada akhir tahun 2011,

film The Lady banyak mendapatkan penghargaan Internasional. Beberapa

diantaranya di Italy sebagai tempat di produksinya film ini, The Lady

diberikan kepercayaan sebagai film pembuka pada International Rome Film

(28)

8

tahun 2011, dan pada tahun 2012 dalam Off Plus Camera Film Festival

Poland, film The Lady sebagai special screeing acara itu.

Berkaitan dengan representasi perempuan yang ditonjolkan pada tokoh

Aung San Suu Kyi dalam film The Lady, konsep mengenai representasi hadir

dan dapat dikatakan masih menempati tempat baru dalam studi budaya,

dimana apa yang tersaji dalam media, merupakan salah satu bentuk

representasi9. Realitas yang tampil di media merupakan hasil konstruksi yang

boleh jadi telah mengalami penambahan maupun pengurangan karena turut

campurnya faktor subyektivitas dari pelaku representasi yang dalam hal ini

adalah Luc Besson selaku sutradara film The Lady.

Realitas perempuan dalam The Lady disajikan melalui kisah Aung San

Suu Kyi yang memiliki problematika kehidupannya yang dilatar belakangi

kehidupan politik keluarganya dan bagaimana Aung San Suu Kyi dibantu

suaminya menghadapinya. Film ini menyajikan beragam permasalahan Aung

San Suu Kyi waktu itu, tapi tetap pada satu benang merah di dalamnya.

Film The Lady menyajikan realitas kaum perempuan dalam konteks

politik demokrasi melalui tanda-tanda tertentu, terlebih pembuatan film ini

dilakukan jauh sebelum keputusan bagaimana nasib seorang Aung San Suu

Kyi diputuskan. Selain itu, seorang Luc Besson adalah seorang yang berdarah

Perancis, keinggintahuan penulis menjadi semakin besar mengenai gambaran

perempuan Asia dari seorang sutradara kelahiran Perancis. Karena itulah

penulis merasa semakin tertarik untuk meneliti lebih jauh film The Lady.

9

(29)

9

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengungkapkan sebuah kecenderungan

bahwa film ini dipenuhi oleh sisi keperempuanan dari seorang Aung Suu Kyi.

Dengan mempertanyakan representasi perempuan yang ada dalam film ini,

penulis menemukan beberapa bentuk konsep social perempuan yang

direpresentasikan di sana.

Dari gambaran film The Lady di atas, sebagai bagian dari realitas,

setiap manusia tidak hanya mengambil peran dengan menjadi penonton, tetapi

juga menjadi aktor dalam panggung realitas itu sendiri. Diantara sekian

banyak kepingan realitas yang bertebaran, penelitian ini akan berfokus pada

kepingan realitas kaum perempuan.

Media telah menjadi salah satu faktor kunci dinamika budaya. Dalam

hal ini, teknologi televisi menempati garis terdepan karena hampir tidak

pernah berhenti menayangkan program-programnya. Berdasarkan standpoint

perempuan yang akan peneliti pakai dalam penelitian ini, semakin

berkembang sebuah masyarakat maka beragam pula aktivitas media dan

produk budaya di dalamnya. Artinya, ketika representasi perempuan semakin

terekspos maka manfaat yang dihasilkannya dianggap semakin besar. Dengan

demikian, representasi perempuan yang divisualkan oleh media telah

menjadi-meminjam kata-kata Ognas Kleden – sebuah ‘kualitas baru’ di dalam

dinamika kebudayaan. Berdasarkan paparan di atas, selanjutnya penulis

bermaksud mengambil judul “Representasi Perempuan pada Tokoh Aung San

(30)

10

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan

dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

“Bagaimanakah representasi perempuan pada tokoh Aung San Suu Kyi, dalam

film The Lady ?”.

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini akan dibatasi dan memprioritaskan pada tanda-tanda

representasi perempuan pada tokoh Aung San Suu Kyi yang terdapat dalam

film “The Lady”, dengan pendekatan analisa semiotika. Tanda-tanda tersebut,

berupa dialog, ilustrasi suara, dan lain - lain yang didukung pula dengan

beberapa potongan gambar film.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini hendak mengetahui dan mengungkap: Bagaimana

Representasi Perempuan pada tokoh Aung San Suu Kyi dalam film Film The

Lady.

E. Manfaat Penelitian

1. Secara Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sarana pengembangan

berfikir ilmiah dan rasional dengan mengkaji lebih dalam bidang

(31)

11

komunikasi audio-visual. Selanjutnya penelitian ini mampu menjadi bahan

rujukan bagi mahasiswa yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut

dan memberikan stimuli bagi mahasiswa komunikasi untuk lebih berani

melakukan kajian media massa (film) dengan metode penelitian yang

beragam.

2. Secara Praktis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan

kontribusi terhadap kajian perempuan, khususnya perempuan Indonesia

dan bermanfaat bagi masyarakat secara luas dalam menerima dan

memahami makna pesan film, sehingga pesan film tidak hanya dapat

ditangkap dari muatan pesan yang tampak (manifest content), tetapi juga

muatan pesan yang tersembunyi (latent content). Sehingga, masyarakat

dapat mengetahui dan memahami bagaimana film The Lady sebagai salah

satu media komunikasi massa mengonstruksikan realitas kaum perempuan

saat ini sehingga lebih jauh diharapkan dapat menggugah kesadaran kritis

masyarakat khususnya kaum perempuan untuk mencari penyebab

sekaligus solusi masalah-masalah sosial yang kerap dialami oleh kaum

perempuan.

Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan kepada

masyarakat bahwa film dapat dikaji dalam berbagai ilmu, salah satunya

adalah semiotika yang dapat digunakan dalam membaca tanda-tanda yang

digunakan sepenuhnya atas dasar kekuasaan sutradara dan

Gambar

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

Referensi

Dokumen terkait

Gadang Mulyatama Sarasjati, D1214034, Representasi Nilai-Nilai Feminisme Liberal Dalam Film (Analisis Semiotik Film Merry Riana:Mimpi Sejuta Dollar), Skripsi, Program

Hasil penelitian tentang representasi perempuan dalam Film “Perempuan Punya Cerita” Yang.. meliputi bagaimana penggambaran perempuan dalam

representasi perempuan dalam poligami di film Berbagi Suami dan untuk mengetahui bagaimana 

REPRESENTASI ISLAM RADIKAL DALAM FILM (Analisis Semiotik dalam Film "Timbuktu" karya Abderrahmane Sissako).. xii,

SENSUALITAS PEREMPUAN DALAM FILM HOROR INDONESIA (Analisis Semiotik Pada Film „Setan Budeg‟ Karya Findo Purwono HW ).. Adalah bukan karya ilmiah (skripsi) orang lain, baik

REPRESENTASI TABU DALAM FILM REMAJA INDONESIA (Analisis Semiotik Pada Film “Not For Sale” Karya Nayato Fio Nuala). Adalah bukan karya tulis ilmiah (skripsi) orang lain,

Peneliti menyimpulkan bahwa representasi tokoh perempuan pada film Titian Serambut Dibelah Tujuh dan Ayat-Ayat Cinta 2 adalah kurangnya kesempatan menuntut ilmu perempuan pada

KONSTRUKSI SOSIAL GENDER PADA TOKOH WANITA DALAM FILM ( Studi Analisis Semiotik Film Tentang Konstr uksi Sosial Gender Pada Tokoh