• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali dan Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga dengan Kejadian Diare pada Keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali dan Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga dengan Kejadian Diare pada Keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2013"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN KUALITAS MIKROBIOLOGIS AIR SUMUR GALI DAN PENGELOLAAN SAMPAH DI RUMAH TANGGA DENGAN KEJADIAN DIARE

PADA KELUARGA DI KELURAHAN TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN

TAHUN 2013

SKRIPSI

OLEH

MARINA APRINA NIM. 081000048

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN KUALITAS MIKROBIOLOGIS AIR SUMUR GALI DAN PENGELOLAAN SAMPAH DI RUMAH TANGGA

DENGAN KEJADIAN DIARE PADA KELUARGA DI KELURAHAN TERJUN KECAMATAN

MEDAN MARELAN TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh

MARINA APRINA 081000048

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Sumber air bersih yang banyak digunakan oleh masyarakat adalah sumur gali. Sumur gali mudah terkontaminasi oleh bakteri dari sumber pencemaran. Hal ini dapat mengakibatkan penyakit seperti diare. Selain itu, sampah juga merupakan sumber penyakit dan tempat berkembangbiaknya vektor penyakit seperti lalat.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kualitas mikrobiologis air sumur gali dan gambaran pengelolaan sampah rumah tangga dengan kejadian diare pada keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional, untuk mengetahui hubungan kualitas mikrobiologis air sumur gali dengan kejadian diare dan gambaran pengelolaan sampah rumah tangga. Populasi adalah keluarga di Lingkungan 20. Dan dilakukan pemeriksaan air sumur gali yang terdapat pada rumah responden dengan pengambilan sampel secara purposive sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas mikrobiologis air sumur gali, yaitu keberadaan Total coliform tidak memenuhi syarat sebanyak 73,30% sampel air dan keberadaan Escherichia coli tidak memenuhi syarat sebanyak 90% sampel air. Seluruh keluarga (100%) tidak melakukan pemisahan sampah, seluruh keluarga (100%) tidak menyediakan tempat sampah yang memenuhi syarat, metode pemusnahan sampah yang baik sebanyak 83,30% dan tidak baik sebanyak 16,70%. Kejadian diare pada anggota keluarga sebanyak 33,30%. Tidak ada hubungan antara kualitas mikrobiologis air dengan kejadian diare (p=1,000) dan (p=0,251).

Sebaiknya Puskesmas mengadakan sosialisasi terhadap penggunaan saringan air dan sanitasi air. Penduduk dapat menyediakan tempat sampah yang memenuhi syarat, melakukan pemisahan sampah di rumah, dan tetap menjaga perilaku sehat dalam penggunaan air.

Kata kunci : kualitas mikrobiologis air, pengelolaan sampah, diare

(5)

ABSTRACT

The source of clean water which is mostly used by society is dug well. Dug well is easily contaminated by bacterial from the source of pollution. It can cause the disease like diarrhea. Moreover, waste is the source of disease too and the breeding ground of vector like fly.

The purpose of this research was to know correlation between the quality of microbiological water of dug well and description management of domestic waste with the incidence of diarrhea at family in Terjun Village District Marelan.

This research used the cross sectional design, to know how the correlation the quality of microbiological water of dug well with the incidence of diarrhea and description management of domestic waste. This population are family in environment 20. And do the examination of dug well water in respondent’s house with taking sampel by purposive sampling.

The Result showed that the quality of microbiological water of dug well are the Total of uneligible coliform is 73,30% of water samples and the uneligible Escherichia coli is 90% of water samples. All family (100%) do not seperation the waste, all family do not provide the eligible trash, method of waste destruction that good is 83,30% and not good is 16,70%. Diarrhea happened in every member family is 33,30%. There is no corellation between the quality of the microbiological water with the incidence of diarrhea (p=1,000) and (p=0,251).

Puskesmas should be made the socialization to use the water filter and the water sanitation. The society provide the eligible trash, do separation the waste, and keep healthy behavior of use the water.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Marina Aprina

Tempat/Tanggal Lahir : Medan / 27 April 1991

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah Jumlah Anggota Keluarga : 7 (tujuh) orang

Alamat Rumah : Jl.Karya Darma gg. Ampera No.5 Polonia Medan RIWAYAT PENDIDIKAN :

1. SD Kemala Bhayangkari I Medan : Tahun 1996-2002 2. SMP Negeri 1 Medan : Tahun 2002-2005 3. SMA Negeri 4 Medan : Tahun 2005-2008

4. FKM USU : Tahun 2008-2013

RIWAYAT ORGANISASI :

1. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat FKM USU 2. Paguyuban KSE USU

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali dan Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga dengan Kejadian Diare pada Keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2013”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada Ayahanda H. Amrin Lubis dan Ibunda Anisah yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan kasih sayang serta dukungan dan doa yang tiada pernah henti diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dosen Pembimbing Ibu Ir.Evi Naria,M.Kes, Bapak Dr. dr. Wirsal Hasan, MPH yang telah meluangkan waktu dan pemikirannya dalam memberikan bimbingan, kritikan dan saran kepada penulis untuk penyempurnaan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

(8)

2. Ibu dr. Halinda Sari Lubis, MKKK selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Ir. Evi Naria, M.Kes selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Ir. Indra Chahaya S, MSi selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan saran dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Seluruh Dosen beserta Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

6. Lurah Kelurahan Terjun dan Kepala Lingkungkan 20 yang telah memberikan informasi dan data-data terkait dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak Mahyudi, ST, M.Kes selaku Kepala Laboratorium Mikrobiologi BTKL-PPM Medan beserta staf yang telah memberikan izin penelitian dan telah membantu dalam menyelesaikan penelitian.

8. Yayasan Karya Salemba Empat dan PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk yang telah memberikan bantuan beasiswa, hal ini sangat membantu dalam menyelesaikan perkuliahan.

9. Kepada keluargaku Abang Adrian Hilman, STP dan Abang Achmad Luthfi, SE , Adik Atikah Ramadhani dan Tri Safitri, terima kasih untuk kasih sayang, dukungan dan doa yang telah diberikan selama ini.

(9)

11.Sahabat seperjuangan (Budi, Syofia, Yuni, Lista, Rikky, Hilma, Dani, Zul, Bidah, Rizky, Ari, Vika, Winda, Nona, Heri, Oji) terima kasih untuk semangat serta warna kehidupan yang telah ditorehkan selama ini.

12.Untuk Kak Ulfa, Kak Irma, Kak Amalia, Kak Putri, Kak Santi terima kasih untuk semangat dan dukungan yang diberikan selama ini.

13.Teman-teman Peminatan Kesehatan Lingkungan (Sri, Rahmi, Wini, Yenni, Melisa, Leo, Fiesta, Sarah, Ade, dan lainnya) terima kasih untuk semangat kebersamaan dan dukungan selama perkuliahan ini.

14.Rekan-rekan, senioren, teman-teman, adik-adik di HMI, teman-teman Paguyuban KSE USU Terima kasih untuk proses belajar yang telah diberikan. 15. Untuk Aulia Fahrozi Kaloko, terima kasih untuk Semangat dan doanya. 16.Untuk semua pihak yang banyak membantu yang tidak dapat penulis sebutkan

satu-persatu, terima kasih banyak untuk semangat, dukungan, dan doa yang diberikan.

Akhir kata, semoga Allah senantiasa meringankan langkah dalam setiap aktivitas kita dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Juli 2013

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Bersih ... .... 7

2.3.1.1. Jenis-Jenis Bakteri Indikator Polusi ... .... 12

2.4. Golongan Air ... .... 14

2.5. Air dan Penyakit ... .... 15

2.5.1. Waterborne Mechanism... .... 16

2.5.2. Waterwashed Mechanism ... 16

2.5.3. Water-based Mechanism ... 16

2.5.4. Water Related Insect Vektor Mechanism ... 16

2.6. Pengertian Sampah ... .... 16

2.7. Jenis-Jenis Sampah ……….. ... 17

2.8. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga ... 18

2.8.1. Tahap Pengumpulan dan Penyimpanan di Tempat Sumber ... 18

2.8.2. Tahap Pengangkutan ... 19

2.8.3. Tahap Pemusnahan ... 19

2.9. Pengaruh Pengelolaan Sampah terhadap Masyarakat dan Lingkungan ... 21

(11)

2.9.2. Pengaruh Negatif ... 22

2.10.6. Pencegahan Diare ... 27

2.11. Landasan Teori ... 29

2.12. Kerangka Konsep ... 31

2.13. Hipotesa Penelitian ... 32

BAB III METODE PENELITIAN

3.7. Pelaksanaan Penelitian ... 36

3.7.1. Pengambilan Sampel dan Pengiriman ke Laboratorium ... 36

3.7.2. Pemeriksaan Sampel Air di Laboratorium ... 36

(12)

4.2. Analisa Univariat ... ... 46

4.2.1. Gambaran Karakteristik Responden ... 46

4.2.2. Gambaran Konstruksi Sumur Gali ... ... 47

4.2.3. Kualitas Fisik Air Sumur Gali ... ... 49

4.2.4. Gambaran Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali……... .. 49

4.2.5. Gambaran Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga……….. 51

4.2.6. Gambaran Kejadian Diare pada Keluarga……….. 54

4.3. Analisa Bivariat………... 55

4.3.1. Hubungan Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali dengan Kejadian Diare……… 55

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Gambaran Konstruksi Sumur Gali……….. 57

5.2. Kualitas Fisik Air Sumur Gali………... 60

5.3. Kualitas Mikrobiologis Air Sumur………. 61

5.3.1. Hubungan Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali dengan Kejadian Diare pada Keluarga……… 62

5.4. Gambaran Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga………. 64

5.4.1. Pemisahan Sampah……… 64

5.4.2. Penyediaan Tempat Pembuangan Sampah………. 65

5.4.3. Metode Pemusnahan Sampah………. 67

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan……….. 69

6.2. Saran………. 70

(13)

DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 2.1. Perbedaan antara Sumur Dangkal dan Sumur Dalam ... 9 Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Kelurahan Terjun Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2012………. 44 Tabel 4.2. Distribusi Pekerjaan di Kelurahan Terjun Tahun 2012………... 45 Tabel 4.3. Distribusi Penyakit Terbesar di Puskesmas Terjun Tahun 2011….. 45 Tabel 4.4. Distribusi Jumlah Sarana Air Bersih di Lingkungan 20

Kelurahan Terjun Tahun 2012……… 46 Tabel 4.5. Distribusi Karakteristik Responden Kelurahan Terjun

Tahun 2013………. 47 Tabel 4.6. Gambaran Konstruksi Sumur Gali di Kelurahan Terjun

Tahun 2013……… 47 Tabel 4.7. Kualitas Fisik Air Sumur Gali di Kelurahan Terjun Tahun 2013…. 49 Tabel 4.8. Gambaran Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali

di Kelurahan Terjun Tahun 2013………. 50 Tabel 4.9. Gambaran Kualitas Mikrobiologis (Total coliform)

Air Sumur Gali di Kelurahan Terjun Tahun 2013……… 51 Tabel 4.10. Gambaran Kualitas Mikrobiologis (Escherichia coli)

Air Sumur Gali di Kelurahan Terjun Tahun 2013……… 51 Tabel 4.11. Gambaran Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga oleh Keluarga

di Kelurahan Terjun Tahun 2013………. 52 Tabel 4.12. Gambaran Tabulasi Silang Membersihkan Tempat Pembuangan

Sampah dengan Kejadian Diare pada Keluarga di Kelurahan Terjun Tahun 2013………... 53 Tabel 4.13. Gambaran Tabulasi Silang Waktu Membersihkan Tempat Pembuangan

(14)

Tabel 4.14. Gambaran Tabulasi Silang Keberadaan Lalat di Tempat Pembuangan Sampah dengan Kejadian Diare pada Keluarga di Kelurahan Terjun Tahun 2013……… 54 Tabel 4.15. Gambaran Kejadian Diare pada Keluarga di Kelurahan Terjun

Tahun 2013………... 54 Tabel 4.16. Hubungan Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali dengan

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Hubungan Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali dan Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga dengan Kejadian Diare pada Keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2013

Lampiran 2 Lembar Observasi Hubungan Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali dan Pengelolaan Sampah di Rumah Tangga dengan Kejadian Diare pada Keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2013

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian

Lampiran 4 Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian dari Lurah Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2013 Lampiran 5 Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian dari

BTKL-PPM Medan Tahun 2013 Lampiran 6 Peta Kelurahan Terjun

(16)

ABSTRAK

Sumber air bersih yang banyak digunakan oleh masyarakat adalah sumur gali. Sumur gali mudah terkontaminasi oleh bakteri dari sumber pencemaran. Hal ini dapat mengakibatkan penyakit seperti diare. Selain itu, sampah juga merupakan sumber penyakit dan tempat berkembangbiaknya vektor penyakit seperti lalat.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kualitas mikrobiologis air sumur gali dan gambaran pengelolaan sampah rumah tangga dengan kejadian diare pada keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional, untuk mengetahui hubungan kualitas mikrobiologis air sumur gali dengan kejadian diare dan gambaran pengelolaan sampah rumah tangga. Populasi adalah keluarga di Lingkungan 20. Dan dilakukan pemeriksaan air sumur gali yang terdapat pada rumah responden dengan pengambilan sampel secara purposive sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas mikrobiologis air sumur gali, yaitu keberadaan Total coliform tidak memenuhi syarat sebanyak 73,30% sampel air dan keberadaan Escherichia coli tidak memenuhi syarat sebanyak 90% sampel air. Seluruh keluarga (100%) tidak melakukan pemisahan sampah, seluruh keluarga (100%) tidak menyediakan tempat sampah yang memenuhi syarat, metode pemusnahan sampah yang baik sebanyak 83,30% dan tidak baik sebanyak 16,70%. Kejadian diare pada anggota keluarga sebanyak 33,30%. Tidak ada hubungan antara kualitas mikrobiologis air dengan kejadian diare (p=1,000) dan (p=0,251).

Sebaiknya Puskesmas mengadakan sosialisasi terhadap penggunaan saringan air dan sanitasi air. Penduduk dapat menyediakan tempat sampah yang memenuhi syarat, melakukan pemisahan sampah di rumah, dan tetap menjaga perilaku sehat dalam penggunaan air.

Kata kunci : kualitas mikrobiologis air, pengelolaan sampah, diare

(17)

ABSTRACT

The source of clean water which is mostly used by society is dug well. Dug well is easily contaminated by bacterial from the source of pollution. It can cause the disease like diarrhea. Moreover, waste is the source of disease too and the breeding ground of vector like fly.

The purpose of this research was to know correlation between the quality of microbiological water of dug well and description management of domestic waste with the incidence of diarrhea at family in Terjun Village District Marelan.

This research used the cross sectional design, to know how the correlation the quality of microbiological water of dug well with the incidence of diarrhea and description management of domestic waste. This population are family in environment 20. And do the examination of dug well water in respondent’s house with taking sampel by purposive sampling.

The Result showed that the quality of microbiological water of dug well are the Total of uneligible coliform is 73,30% of water samples and the uneligible Escherichia coli is 90% of water samples. All family (100%) do not seperation the waste, all family do not provide the eligible trash, method of waste destruction that good is 83,30% and not good is 16,70%. Diarrhea happened in every member family is 33,30%. There is no corellation between the quality of the microbiological water with the incidence of diarrhea (p=1,000) and (p=0,251).

Puskesmas should be made the socialization to use the water filter and the water sanitation. The society provide the eligible trash, do separation the waste, and keep healthy behavior of use the water.

(18)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kesehatan lingkungan merupakan suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimal sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimal pula (Notoatmodjo, 2007). Menurut Mulia (2005) keadaan lingkungan dapat memengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, diantaranya adalah penyakit yang terjadi di masyarakat dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan.

Seperti halnya masalah kesehatan yang banyak terjadi di dunia, adalah penyakit dan kematian dini yang disebabkan oleh faktor-faktor biologi di lingkungan manusia seperti di air, makanan, udara, dan tanah. Penyebab-penyebab tersebut dapat mengakibatkan kematian dini atas jutaan orang khususnya pada bayi dan anak-anak. Masalah yang paling dirasakan di negara-negara berkembang, satu diantaranya yakni empat juta bayi atau anak meninggal setiap tahun akibat diare terutama sebagai akibat air atau makanan yang tercemar (WHO, 2001).

(19)

Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare Departemen Kesehatan dari tahun 2000- 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000, IR penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %). KLB diare masih sering terjadi dengan jumlah penderita dan kematian yang banyak. Rendahnya cakupan higiene sanitasi dan perilaku kesehatan yang rendah sering menjadi faktor risiko terjadinya KLB diare (KemKes RI, 2011). Hasil SKRT (2001) menunjukkan angka kematian diare pada semua umur sebesar 23 per 100.000 penduduk dan pada balita 75 per 100.000. Hal ini menjadikan diare menempati urutan ke-3 penyebab kematian pada semua umur.

(20)

kejadian penyakit diare pada masyarakat tetapi lebih dikarenakan banyaknya kasus yang tidak terdata. Di Kota Medan pada tahun 2010, dari 39 puskesmas yang ada terdapat 88,729 kasus diare dari 2,097,610 penduduk Kota Medan atau sebesar 4,23% kasus yang terjadi (Profil Kesehatan PROVSU, 2010).

Kejadian diare dapat ditularkan melalui air yang merupakan media utama dalam penularan diare, disamping makanan dan vektor penyakit. Diare dapat terjadi bila seseorang mengonsumsi air minum yang telah tercemar, baik tercemar dari sumbernya maupun tercemar selama perjalanan sampai ke rumah (Widjaja, 2011).

Menurut penelitian Putra (2010) bahwa keberadaan bakteri coliform dalam air sumur gali yang terdapat di Desa Patumbak dimungkinkan oleh keadaan sarana fisik sumur gali yang tidak memenuhi syarat konstruksi dan dekat dengan sumber pencemaran seperti sampah, kakus, dan tempat pembuangan air limbah yang memungkinkan air dapat terkontaminasi oleh bahan-bahan kontaminan yang mengandung bakteriologi.

Keberadaan sampah juga erat kaitannya dengan kesehatan masyarakat, karena pada sampah dapat hidup berbagai mikroorganisme penyebab penyakit (bacteria pathogen) dan juga binatang sebagai pemindah ataupun penyebar penyakit (vektor)

(21)

Menurut Junias dan Balelay (2008) bahwa terdapat hubungan antara kondisi penggunaan tempat sampah sementara dengan kejadian diare. Dimana pengumpulan dan pembuangan sampah merupakan rangkaian proses pengelolaan sampah rumah tangga.

Bakteri Escherichia coli merupakan salah satu bakteri indikator polusi yang digunakan sebagai petunjuk adanya polusi feses atau kotoran manusia maupun hewan, merupakan organisme komensal yang ada pada saluran pencernaan manusia maupun hewan. Air yang tercemar oleh kotoran manusia maupun hewan tidak dapat digunakan untuk keperluan minum, mencuci makanan atau memasak karena dianggap mengandung mikroorganisme patogen berbahaya bagi kesehatan (Fardiaz, 1992).

Mikroorganisme penyebab penyakit seperti kelompok enterik tersebut dapat bertahan dalam waktu lama di luar badan. Organisme tersebut dapat ditularkan secara mekanis oleh lalat yang berkembang biak dalam tumpukan sampah domestik di sekitar tempat tinggal (WHO , 2001).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan menunjukkan bahwa diare merupakan penyakit kedua terbesar setelah ISPA. Pada tahun 2011 angka insidens rate tertinggi terdapat pada Kelurahan Terjun sebanyak 757 kasus dengan angka insidens rate 2,90 per 100 penduduk.

(22)

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan bahwa masyarakat Kelurahan Terjun memperoleh sumber air bersih yang berasal dari PDAM, sumur gali, ataupun sumur bor. Pada lingkungan 20 Kelurahan Terjun, sekitar 50% penduduk mendapatkan air bersih dari sumur gali. Jika dilihat secara fisik kondisi air terihat keruh dan sebagian sumur gali berada pada jarak < 10 m dari sumber pencemaran. Selain itu, pada sebagian rumah masih terlihat sampah berserakan di halaman sehingga dapat menjadi tempat hinggap berbagai vektor penyakit seperti lalat.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang hubungan kualitas mikrobiologis air sumur gali dan gambaran pengelolaan sampah di rumah tangga dengan kejadian diare pada keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.

1.2. Perumusan Masalah

Kejadian diare yang cukup tinggi dan kondisi sanitasi yang tidak baik terutama kondisi sumber air bersih yang dekat dengan sumber pencemaran menjadi resiko air tercemar oleh bakteri yang dapat menimbulkan masalah kesehatan. Selain itu, pada beberapa rumah masih terlihat sampah berserakan dan terdapat banyak lalat, sehingga dikhawatirkan dapat menjadi tempat penularan penyakit seperti diare.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

(23)

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui kandungan mikrobiologis air sumur gali pada keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.

2. Untuk mengetahui gambaran pengelolaan sampah di rumah tangga pada keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.

3. Untuk mengetahui gambaran kejadian diare pada keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.

4. Untuk mengetahui konstruksi sumur gali penduduk di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.

5. Untuk mengetahui kualitas fisik pada air sumur gali penduduk di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.

6. Untuk mengetahui hubungan antara kualitas mikrobiologis air sumur gali dengan kejadian diare pada keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai informasi dan bahan masukan bagi Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan dan Dinas Kesehatan Kota Medan dalam meningkatkan upaya pencegahan dan penanggulangan kejadian diare khususnya di Kelurahan Terjun.

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Bersih

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak ada seseorang yang dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Air dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang ada di sekitar rumah. Air juga dipergunakan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi, dan lainnya. Air dapat menyebarkan dan menularkan penyakit kepada manusia. Kondisi tersebut tentu dapat menimbulkan wabah penyakit dimana-mana (Chandra, 2007).

Air sangat diperlukan oleh manusia. Air diperlukan untuk minum, memasak, mandi, mencuci, membersihkan dan untuk keperluan-keperluan lainnya. Untuk semua ini diperlukan air yang memenuhi syarat kesehatan baik kwantitas maupun kwalitasnya (Entjang, 2000).

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak (Permenkes No.416 Tahun 1990).

2.2. Sumber Air

(25)

2.2.1. Air Angkasa (Hujan)

Air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walau pada saat presipitasi merupakan air yang bersih, namun air tersebut mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. Pencemaran di atmosfer dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas (karbon dioksida, nitrogen, dan amonia).

2.2.2. Air Permukaan

Air permukaan meliputi badan-badan air seperti sungai, danau, telaga, waduk, rawa, air terjun, dan sumur permukaan. Air permukaan sebagian besar berasal dari air hujan. Air hujan tersebut kemudian dapat mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah, dan lainnya.

Air permukaan merupakan salah satu sumber penting bahan baku air bersih. Faktor-faktor yang harus diperhatikan, antara lain:

a. Mutu atau kualitas baku b. Kuantitas

c. Kontinuitas

Dibandingkan dengan sumber air lain, air permukaan merupakan sumber air yang paling tercemar akibat kegiatan manusia, fauna, flora, dan zat-zat lain.

2.2.3. Air Tanah

(26)

apabila menggunakan air sadah untuk mencuci, sabun yang digunakan tidak akan berbusa dan bila diendapkan akan terbentuk endapan semacam kerak.

2.2.4. Sumur

Sumur merupakan salah satu sumber air bersih yang masih banyak digunakan oleh masyarakat pedesaan maupun perkotaan. Sumur terbagi atas dua, yaitu (Chandra, 2007):

a. Sumur dangkal (shallow well)

Sumur ini memiliki sumber air yang berasal dari resapan air hujan di atas permukaan bumi terutama di daerah dataran rendah. Jenis sumur ini banyak terdapat di Indonesia dan mudah sekali terkontaminasi air kotor yang berasal dari kegiatan mandi-cuci-kakus (MCK) sehingga persyaratan sanitasi yang ada perlu diperhatikan.

b. Sumur dalam (deep well)

Sumur ini memiliki sumber air yang berasal dari proses purifikasi alami air hujan oleh lapisan kulit bumi menjadi air tanah. Sumber airnya tidak terkontaminasi dan memenuhi persyaratan sanitasi.

Tabel 2.1. Perbedaan antara Sumur Dangkal dan Sumur Dalam

Sumur dangkal Sumur dalam

Sumber air Air permukaan Air tanah

Kualitas air Kurang baik Baik

Kualitas bakteriologis

Kontaminasi Tidak terkontaminasi Persediaan Kering pada musim

kemarau

Tetap ada sepanjang tahun Sumber: Pengantar Kesehatan Lingkungan Tahun 2006

(27)

Mikroorganisme yang terdapat dalam air berasal dari berbagai sumber seperti udara, tanah, lumpur, tanaman hidup atau mati, hewan hidup atau mati (bangkai), kotoran manusia atau hewan, bahan organik lain, dan sebagainya. Mikroorganisme tersebut mungkin tahan lama hidup dalam air karena lingkungan hidupnya yang tidak cocok. Air merupakan medium pembawa mikroorganisme patogenik yang berbahaya bagi kesehatan.

Jumlah dan jenis mikroorganisme yang terdapat dalam air bervariasi tergantung dari berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut (Fardiaz, 1992) : 1. Sumber air

Sumber air dapat memengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme di dalamnya, misalnya air atmosfer (air hujan, salju), air permukaan (danau, sungai), air tanah (sumur, mata air), air tergenang, air laut, dan sebagainya.

2. Komponen nutrien dalam air

Air terutama air buangan sering mengandung komponen-komponen yang dibutuhkan oleh spesies mikroorganisme tertentu. Seperti mikroorganisme saprofit organotrofik sering tumbuh pada air buangan yang mengandung sampah tanaman dan bangkai hewan.

3. Komponen beracun

(28)

organik maupun anorganik, khlorin, dan sebagainya dapat membunuh mikrooganisme dan kehidupan lainnya dalam air.

4. Organisme air

Adanya organisme lain dalam air dapat memengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme air. Adanya protozoa dan bakteriophage mengurangi jumlah bakteri dalam air karena kedua organisme tersebut dapat membunuh bakteri. Selain itu beberapa bakteri air memproduksi antibiotik yang dapat membunuh bakteri lainnya.

5. Faktor Fisik

Faktor-faktor fisik air seperti suhu, pH, tekanan osmotik, tekanan hidrostatik, aerasi, dan penetrasi sinar matahari dapat memengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme. Jumlah dan jenis mikroorganisme dalam air buangan selain dipengaruhi oleh faktor-faktor di atas juga dipengaruhi oleh jenis polutan air tersebut. Misalnya, air yang terpolusi oleh kotoran hewan dan manusia mengandung bakteri-bakteri yang berasal dari kotoran seperti Escherichia coli, streptokoki fekal, atau Clostridium perfringens.

2.3.1. Bakteri Indikator Polusi

(29)

Air yang tercemar oleh kotoran manusia maupun hewan tidak dapat digunakan untuk keperluan minum, mencuci makanan atau memasak karena dianggap mengandung mikroorganisme patogen yang berbahaya bagi kesehatan, terutama patogen penyebab infeksi saluran pencernaan.

2.3.1.1. Jenis-Jenis Bakteri Indikator Polusi

Ada berbagai jenis bakteri indikator polusi, antara lain yaitu (Fardiaz, 1992): 1. Escherichia coli

Escherichia coli adalah salah satu bakteri yang tergolong koliform dan hidup

secara normal dalam kotoran manusia maupun hewan, oleh karena itu disebut juga Coliform fecal. Escherichia coli adalah grup koliform yang mempunyai sifat dapat memfermentasi lactose dan dapat memproduksi asam dan gas pada suhu 37◦C maupun suhu 44.5+0.5◦C dalam waktu 48 jam. Escherichia coli adalah bakteri yang termasuk dalam famili Enterobacteriaceae, bersifat gram negatif, berbentuk batang dan tidak membentuk spora.

Keberadaan Escherichia coli dan fecal coliform diakibatkan oleh pencemaran tinja, keduanya memiliki risiko lebih besar menjadi patogen dalam air. Bakteri-bakteri yang mencemari air ini memiliki resiko yang langsung dapat dirasakan oleh manusia yang mengonsumsinya.

(30)

patogen pada air seperti virus, protozoa, dan parasit. Ciri-ciri bakteri koliform antara lain bersifat anaerob, termasuk ke dalam bakteri gram negatif, tidak membentuk spora, dan dapat memfermentasi laktosa untuk menghasilkan asam dan gas pada suhu 35°C-37°C. Gangguan yang ditimbulkan pada manusia seperti mual, nyeri perut , muntah, diare, berak darah, demam tinggi bahkan pada beberapa kasus bisa kejang dan kekurangan cairan atau dehidrasi (Dirgantara, 2010).

Menurut Permenkes No.416 Tahun 1990 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air bahwa kadar maksimum mikrobiologi yaitu total coliform yang diperbolehkan dalam jumlah per 100ml air bersih adalah 50.

2. Streptococcus fekal

Streptococcus adalah suatu bakteri yang bersifat gram positif, berbentuk bulat

atau kokus, atau berbentuk bulat memanjang yang disebut kokobasili. Streptococcus fekal dapat dibedakan dari streptococcus lainnya karena bakteri ini

hidup dalam saluran pencernaan hewan berdarah panas, tahan terhadap bile, dan dapat tumbuh pada suhu 45◦C. Streptococcus fekal terdiri dari semua anggota yang termasuk Streptococci lancefield Grup D, yaitu S.faecalis, S.faecium, S.durans, S.bovis dan S.equinus. Streptococcus fekal lebih tahan hidup dalam air

dibandingkan dengan Coliform fecal. 3. Clostridium perfringerns

C.perfringerns merupakan bakteri yang bersifat gram positif berbentuk batang

(31)

hewan. Bakteri ini bersifat anerobik, tetapi masih tahan hidup pada kondisi aerobik meskipun pertumbuhannya lebih dirangsang pada kondisi anaerobik. Bakteri ini merupakan bakteri patogen penyebab keracunan.

2.4. Golongan Air

Air secara bakteriologi dapat dibagi menjadi beberapa golongan berdasarkan jumlah bakteri koliform yang terkandung dalam 100 cc sampel air/MPN. Golongan-golongan air tersebut, antara lain (Chandra, 2007):

1. Air tanpa pengotoran; mata air (artesis) bebas dari kontaminasi bakteri koliform dan pathogen atau zat kimia beracun.

2. Air yang sudah mengalami proses desinfeksi; MPN<50/100 cc. 3. Air dengan penjernihan lengkap; MPN <5000/100cc.

4. Air dengan penjernihan tidak lengkap; MPN >5000/100cc.

5. Air dengan penjernihan khusus (water purification); MPN >250.000/100cc. MPN disini mewakili most probable number (jumlah terkaan terdekat dari bakteri koliform dalam 100cc air).

Menurut Peraturan Pemerintah no. 20 tahun 1990, air dibagi kedalam empat golongan berdasarkan peruntukkannya, yaitu sebagai berikut:

1. Golongan A, air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.

2. Golongan B, air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.

(32)

4. Golongan D, Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, pembangkit listrik tenaga air. 2.5. Air dan Penyakit

Penyakit yang menyerang manusia dapat ditularkan dan menyebar secara langsung maupun tidak langsung melalui air. Penyakit yang ditularkan melalui air disebut waterborne disease atau water-related disease. Terjadinya suatu penyakit tentunya memerlukan adanya agen dan terkadang vektor. Berikut beberapa contoh penyakit yang dapat ditularkan melalui air berdasarkan tipe agen penyebabnya yaitu (Chandra, 2007):

1. Penyakit viral, misalnya hepatitis, viral, poliomyelitis. 2. Penyakit bakterial, misalnya kolera, disentri, tifoid, diare. 3. Penyakit protozoa, misalnya ameabiasis, giardiasis.

4. Penyakit Helmintik, misalnya askariasis, whip worm, hydatid disease. 5. Leptospiral,misalnya Weil’s disease.

Sementara itu, penyakit-penyakit yang berhubungan dengan air dapat dibagi dalam kelompok berdasarkan cara penularannya. Mekanisme penularan penyakit sendiri terbagi menjadi empat macam, yaitu (Chandra, 2007) :

2.5.1. Waterborne Mechanism

(33)

2.5.2. Waterwashed Mechanism

Mekanisme penularan semacam ini berkaitan dengan kebersihan umum dan perseorangan. Pada mekanisme ini terdapat tiga cara penularan yaitu :

a. Infeksi melalui alat pencernaan seperti diare.

b. Infeksi melalui kulit dan mata, seperti scabies dan trachoma.

c. Penularan melalui binatang pengerat seperti pada penyakit leptospirosis. 2.5.3. Water-based Mechanism

Penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini memiliki agen penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya di dalam tubuh vektor atau sebagai intermediate host yang hidup dalam air. Contohnya skistomiasis dan penyakit akibat Dracunculus

medinensis.

2.5.4. Water-related insect vektor Mechanism

Agen penyakit ditularkan melalui gigitan serangga yang berkembang biak dalam air. Contoh penyakit dengan mekanisme penularan semacam ini adalah filariasis, dengue, malaria, dan yellow fever.

2.6. Pengertian Sampah

Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat. Para Ahli Kesehatan Masyarakat Amerika, membuat batasan, sampah (waste) adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya.

(34)

digunakan dan dibuang disebut sampah. Dengan demikian sampah mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut :

a. Adanya sesuatu benda atau benda padat.

b. Adanya hubungan langsung/tidak langsung dengan kegiatan manusia. c. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi.

Sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik (UU no. 18 tahun 2008).

2.7. Jenis-Jenis Sampah

Sampah padat dapat dibagi menjadi berbagai jenis, yaitu (Chandra, 2007): 1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya, sampah dibagi menjadi:

a. Sampah anorganik adalah sampah yang umumnya tidak dapat membusuk, misalnya logam/besi, pecahan gelas, plastik, dan sebagainya.

b. Sampah organik adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk, misalnya, sisa-sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan, dan sebagainya. 2. Berdasarkan dapat dan tidaknya dibakar

a. Sampah yang mudah terbakar, misalnya, kertas, karet, kayu, plastik, kain bekas, dan sebagainya.

b. Sampah yang tidak dapat terbakar, misalnya kaleng-kaleng bekas, besi/ logam bekas, pecahan gelas, kaca, dan sebagainya.

Menurut Widyadmoko (2002), sampah rumah tangga yaitu sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga yang dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1. Sampah basah yang terdiri dari bahan organik yang mudah membusuk,

(35)

2. Sampah kering yaitu sampah yang terdiri dari logam, besi tua, kaleng bekas, dan sampah non logam seperti kertas, kaca, keramik, dan sisa kain.

3. Sampah lembut, yaitu seperti debu yang berasal dari penyapuan lantai rumah, gedung, dan penggergajian kayu.

4. Sampah besar atau sampah yang terdiri dari bangunan rumah tangga yang besar seperti, meja, kursi, kulkas, radio,dan peralatan dapur.

2.8. Pengelolaan sampah rumah tangga

Sampah harus dikelola dengan baik, pengelolaan sampah dianggap baik jika sampah tidak menjadi tempat berkembangbiaknya bibit penyakit serta tidak menjadi media perantara penyebaran luas suatu penyakit (Azwar, 1996).

Ada tiga tahapan dalam pengelolaan sampah, dalam hal ini adalah sampah padat. Pengelolaan sampah yang baik melalui tiga tahapan, yaitu sebagai berikut (Chandra, 2007):

2.8.1. Tahap Pengumpulan dan Penyimpanan di Tempat Sumber

Sampah yang berasal dari rumah tangga terdiri atas sampah organik dan anorganik. Sampah organik dan anorganik yang dihasilkan sebaiknya dipisahkan dan dikumpulkan pada tempat sampah yang berbeda (Dwiyatmo, 2007).

Adapun tempat sampah yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut (Azwar, 1996):

a. Konstruksi harus kuat dan tidak mudah bocor untuk mencegah berserakannya sampah.

(36)

c. Ukuran sesuai sehingga mudah diangkut oleh satu orang.

Dari tempat penyimpanan sementara, kemudian sampah dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam rumah sampah yang berbentuk bak besar. Pengelolaan rumah sampah dapat diserahkan pada pemerintah setempat atau masyarakat secara bergotong-royong.

2.8.2. Tahap Pengangkutan

Dari rumah sampah, sampah diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA) atau tempat pemusnahan sampah dengan diangkut oleh truk pengangkut sampah yang disediakan oleh Dinas Kebersihan Kota, untuk selanjutnya dilakukan pemusnahan terhadap sampah tersebut.

2.8.3. Tahap Pemusnahan

Sampah yang telah dikumpulkan, selanjutnya perlu dibuang dan dimusnahkan. pembuangan atau pemusnahan sampah biasanya dilakukan di daerah tertentu sehingga tidak menganggu kesehatan manusia. Lazimnya syarat yang harus dipenuhi dalam membangun tempat pembuangan sampah akhir, yaitu (Azwar, 1996):

a. Tempat tersebut dibangun tidak dekat dengan sumber air minum atau sumber air lainnya yang dipergunakan oleh manusia (mencuci, mandi, dan lainnya).

b. Tidak pada tempat yang sering terkena banjir.

c. Di tempat-tempat yang jauh dari tempat tinggal manusia.

Adapun jarak yang sering dipakai sebagai pedoman ialah sekitar 2 km dari perumahan penduduk, sekitar 15 km dari laut serta sekitar 200 m dari sumber air.

(37)

a. Sanitary landfill

Pembuangan sampah dengan cara menimbun dengan tanah lapis demi lapis, sehingga sampah tidak berada di alam terbuka, jadi tidak sampai menimbulkan bau serta tidak menjadi tempat bersarangnya vektor penyakit.

b. Composting

Pemusnahan sampah dengan cara memanfaatkan proses dekomposisi zat organik oleh kuman-kuman pembusuk, menjadi pupuk. Kompos dapat dibuat untuk meminimalisasi efek negatif yang ditimbulkan sampah dengan membuatnya menjadi lebih bermanfaat secara ekologis.

c. Hot feeding

Sampah yang dapat digunakan untuk makanan ternak adalah sampah organik, seperti sisa sayuran, buah-buahan, dan sisa makanan. Sampah tersebut harus diolah (dimasak atau direbus) untuk mencegah penularan penyakit cacing dan trchionosis ke hewan ternak. Metode pemusnahan sampah jenis ini umumnya dilakukan pada lingkup rumah tangga.

d. Dumping

Cara Pembuangannya dengan diletakkan begitu saja di tanah. Cara ini banyak dilakukan di negara-negara yang masih berkembang. Hal ini tentu saja banyak segi negatifnya.

e. Dumping in Water

(38)

f. Individual inceneration

Pembakaran sampah yang dilakukan perorangan di rumah tangga. g. Recycling

Pengolahan sampah dengan cara ini bertujuan memakai kembali sampah yang masih bisa dipakai, misalnya kaleng, kaca, dan sebagainya.

2.9. Pengaruh Pengelolaan Sampah Terhadap Masyarakat dan Lingkungan Pengelolaan sampah mempunyai pengaruh terhadap masyarakat dan lingkungan, yaitu sebagai berikut (Mukono, 2006):

2.9.1. Pengaruh Positif

Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh yang positif, sebagai berikut (Chandra, 2007) :

a. Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam rawa-rawa dan dataran rendah.

b. Sampah dapat dimanfaatkan untuk pupuk.

c. Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah menjalani proses pengelolaan yang telah ditentukan lebih dahulu untuk mencegah pengaruh buruk sampah terhadap ternak.

d. Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk berkembang biak serangga atau binatang pengerat.

(39)

2.9.2. Pengaruh Negatif

Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan, lingkungan, maupun bagi kehidupan sosial masyarakat, sebagai berikut :

a. Pengaruh terhadap kesehatan

1. Sampah dapat menjadi tempat tinggal bagi vektor penyakit seperti lalat yang dapat menyebabkan kejadian diare.

2. Insidensi penyakit demam berdarah dengue akan meningkat karena vektor penyakit hidup berkembang biak dalam sampah kaleng ataupun ban bekas yang berisi air hujan.

b. Pengaruh terhadap lingkungan 1. Estetika lingkungan

2. Penurunan kualitas udara

3. Pembuangan sampah ke badan air akan menyebabkan pencemaran air c. Pengaruh terhadap Sosial Masyarakat

1. Pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan sosial budaya masyarakat setempat.

(40)

2.10. Diare

2.10.1. Pengertian Diare

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100-200 ml/ jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair dan disertai dengan frekuensi yang meningkat (Mansjoer, 2000).

Menurut Kemenkes RI (2011) diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari.

2.10.2. Jenis-Jenis Diare

Diare dibedakan menjadi dua berdasarkan waktu serangan (onset of action), yaitu (Widoyono, 2008):

1. Diare akut

Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari. Diare akut gejalanya mulai secara tiba-tiba, tinjanya encer dan cair, dan pemulihan biasanya terjadi dalam waktu 3-7 hari (Ramaiah, 2000).

Diare akut dapat disebabkan oleh gangguan jasad renik atau bakteri yang masuk ke dalam usus halus, jasad renik yang berkembang pesat dalam usus halus, racun yang dikeluarkan oleh bakteri, kelebihan cairan usus akibat racun (Widjaja, 2004).

Diare ini dapat menyebabkan kematian pada seseorang yang disebabkan oleh hilangnya air dan garam dalam jumlah yang besar dari tubuh yang disebut dehidrasi (WHO, 1999).

(41)

2. Diare Kronik

Diare ini ditandai dengan penularan tinja encer dan disertai darah, gejala berlangsung lebih dari 14 hari, dan disertai dengan penurunan berat badan (Ramaiah, 2007).

Pada diare menetap (kronik), kejadiannya lebih kompleks yang disebabkan karena adanya gangguan bakteri, jamur, dan parasit, malabsorpsi kalori, dan malabsorpsi lemak (Widjaja, 2004).

2.10.3. Penyebab Diare

Diare disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah sebagai berikut (Widjaja, 2004):

1. Faktor Infeksi

Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare pada anak. Jenis-jenis infeksi yang umumnya menyerang sebagai berikut:

1. Infeksi bakteri oleh kuman E.coli, Salmonella, Vibrio cholera (kolera). 2. Infeksi basil (disentri).

3. Infeksi virus enterovirus dan adenovirus. 4. Infeksi parasit oleh cacing (askaris). 5. Infeksi jamur (candidiasis).

6. Infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil, bronchitis, dan radang tenggorokan.

(42)

2. Faktor Malabsorpsi a. Malabsorpsi karbohidrat

Pada bayi, kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu formula menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, sakit di daerah perut. Jika sering terkena diare ini, pertumbuhan anak akan terganggu.

b. Malabsorpsi lemak

Dalam makanan terdapat lemak yang disebut triglyserida, dengan bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorpsi usus. Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat jadi muncul karena lemak tidak terserap dengan baik. Gejalanya adalah tinja mengandung lemak.

3. Faktor Makanan

Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (sayuran), dan kurang matang.

4. Faktor Psikologis

Rasa takut, cemas, dan tegang , jika terjadi pada anak dapat menyebabkan diare kronis. Menurut Depkes RI (2011) penyebab diare yang sering ditemukan di lapangan ataupun secara klinis adalah diare yang disebabkan karena infeksi dan keracunan.

2.10.4. Penularan Diare

(43)

1. Melalui air yang merupakan media penularan utama. Diare dapat terjadi bila seseorang menggunakan air minum yang sudah tercemar, baik tercemar dari sumbernya, tercemar selama perjalanan sampai ke rumah-rumah, atau tercemar pada saat disimpan di rumah. Pencemaran di rumah terjadi bila tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan yang tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.

2. Melalui tinja terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh binatang dan kemudian binatang tersebut hinggap di makanan, maka makanan itu dapat menularkan diare kepada orang yang memakannya.

2.10.5. Gejala dan Tanda Diare

Kejadian diare dapat dilihat dari beberapa gejala dan tanda diare, antara lain (Widoyono, 2011):

1. Gejala umum

a. Berak cair atau lembek dan sering, merupakan gejala khas diare. b. Muntah, biasanya menyertai diare pada gastroenteritis akut. c. Demam, dapat mendahului atau tidak mendahului gejala diare.

d. Gejala dehidrasi, yaitu mata cekung, ketegangan kulit menurun, apatis, bahkan gelisah.

2. Gejala spesifik

a. Vibrio cholera, ditandai dengan diare hebat, warna tinja sepertian cucian beras dan berbau amis.

(44)

2.10.6. Pencegahan Diare

Menurut Kementerian Kesehatan (2011), cara melakukan pencegahan diare yang benar dan efektif adalah :

a. Perilaku Sehat

Pencegahan pada Bayi

Perilaku yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya diare pada bayi adalah sebagai berikut:

1. Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan sampai 2 tahun, ASI merupakan makanan yang paling baik untuk bayi. ASI bersifat steril sehingga menghindarkan anak dari bahaya dan bakteri lain yang akan menyebabkan diare. ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare.

2. Memberikan makanan pendamping ASI sesuai umur, makanan tambahan yang bergizi dan bersih, dimulai ketika anak berumur 4-6 bulan.

3. Memberikan imunisasi campak, anak yang sakit campak sering disertai diare, sehingga pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh karena itu berilah imunisasi campak segera setelah bayi berumur 9 bulan. Pencegahan pada Anak-Anak dan Orang Dewasa

(45)

2. Menggunakan jamban, keluarga harus buang air besar di jamban. Yang harus diperhatikan oleh keluarga yaitu, keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat dipakai oleh seluruh anggota keluarga, bersihkan jamban secara teratur, dan gunakan alas kaki bila akan buang air besar.

b. Penyehatan Lingkungan

Selain berperilaku yang sehat, kejadian diare juga dapat dicegah dengan menjaga lingkungan agar selalu bersih dan sehat, sebagai berikut:

a. Penyediaan air bersih, penyediaan air bersih baik secara kuantitas dan kualitas mutlak diperlukan dalam memenuhi kebutuhan air sehari-hari termasuk untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Sumber air juga harus dijaga dari pencemaran oleh hewan dan sumber air terletak < 10m dari septic tank. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya penyakit yang dapat ditularkan melalui air antara lain adalah diare, kolera, disentri, dan lainnya.

b. Pengelolaan sampah, pengelolaan sampah sangat penting untuk mencegah penularan penyakit yang penularannya melalui vektor penyakit seperti lalat, tikus, dan lainnya

.

Oleh karena itu, tempat sampah harus disediakan, sampah harus dikumpulkan setiap hari dan dibuang ke tempat penampungan sementara. Bila tidak terjangkau oleh pelayanan pembuangan sampah ke tempat pembuangan akhir dapat dilakukan pemusnahan sampah dengan cara ditimbun atau dibakar

.

(46)

penyakit. Sarana pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat akan menimbulkan bau, mengganggu estetika dan dapat menjadi tempat perindukan nyamuk dan bersarangnya tikus.

2.11. Landasan Teori

Landasan teori pada penelitian ini mengacu pada teori simpul yang menjelaskan bahwa kejadian penyakit berbasis lingkungan disebabkan oleh empat simpul, yaitu (Achmadi, 2008) :

a. Simpul 1, Sumber penyakit

Sumber penyakit adalah titik mengeluarkan agent penyakit. Agent penyakit adalah komponen lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan penyakit melalui kontak secara langsung atau melalui media perantara (juga komponen lingkungan). Agent penyakit dikelompokkan dalam 3 kelompok besar yaitu, mikroba, kelompok

fisik (kebisingan, kekuatan cahaya, dan lainnya), kelompok bahan kimia (cadmium, merkuri, dan lainnya).

b. Simpul 2, Media Transmisi Penyakit

Media transmisi adalah komponen-komponen yang berfungsi dalam memindahkan agent penyakit kedalam tubuh manusia. Ada lima komponen yang termasuk

sebagai media transmisi penyakit, yaitu : udara, air, tanah/pangan, binatang/serangga, manusia/langsung.

c. Simpul 3, Perilaku Pemajanan

(47)

d. Simpul 4, Kejadian Penyakit

(48)

2.12. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Kualitas Mikrobiologis Air Sumur Gali

- Kandungan Total coliform

- Kandungan Escherchia coli

Pengelolaan Sampah Rumah Tangga - Pemisahan sampah

- Tempat pembuangan sampah - Metode pemusnahan sampah

(49)

2.13. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut :

a. Ho : Ada hubungan antara kualitas mikrobiologis air sumur gali dengan kejadian diare pada keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan

(50)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survey bersifat analitik dengan desain cross sectional, dimana dilakukan pengamatan terhadap objek, wawancara dengan

menggunakan kuesioner dalam waktu bersamaan/tertentu untuk mengetahui hubungan kualitas mikrobiologis air sumur gali dan gambaran pengelolaan sampah di rumah tangga dengan kejadian diare pada keluarga di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan. Alasan untuk memilih lokasi ini karena:

1. Pada umumnya penduduk di lingkungan 20 yang diobservasi menggunakan sumber air bersih berasal dari sumur bor dan sumur gali. Dimana air sumur tersebut rentan terjadi pencemaran mikrobiologis air.

2. Masyarakat lingkungan 20 menggunakan air sumur untuk aktivitas sehari-hari seperti mandi, mencuci piring, mencuci baju, mencuci sayur, dan lainnya.

(51)

4. Berdasarkan data Puskesmas Terjun, diare menempati urutan kedua dalam 10 penyakit terbesar di Puskesmas tersebut. Kelurahan Terjun merupakan Kelurahan yang banyak terdapat kejadian diare dibanding dengan kelurahan lainnya.

Pemeriksaan sampel air dilakukan di Laboratorium Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BBTKL-PPM), Jl. KH. Wahid Hasyim no. 15 Medan.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dari bulan Februari - April 2013 3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga di lingkungan 20 Kelurahan Terjun dan sumur gali yang terdapat pada rumah setiap keluarga di lingkungan 20 Kelurahan Terjun.

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil secara purposive sampling berdasarkan pada kriteria sebagai berikut:

- Keluarga yang menggunakan air sumur gali sebagai sumber air bersih. - Sumur gali yang berada pada jarak < 10 meter dari sumber pencemaran

yaitu septic tank.

(52)

3.4. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah sumur gali yang merupakan sumber air bersih dan pengelolaan sampah di rumah tangga.

3.5. Metode Pengumpulan Data 3.5.1. Data Primer

Data diperoleh langsung dengan melakukan observasi dan wawancara kepada masyarakat meliputi kejadian diare, pengelolaan sampah di rumah tangga dengan kuesioner yang telah dipersiapkan. Serta data tentang kualitas mikrobiologis air sumur gali yang diperoleh dari pemeriksaan laboratorium.

3.5.2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari Puskesmas Terjun Kecamatan Medan Marelan tentang kejadian diare, dan Kantor Kelurahan Terjun diperoleh data penduduk Kelurahan Terjun.

3.6. Variabel Penelitian 3.6.1. Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah kualitas mikrobiologis air sumur gali (Total coliform dan Escherechia coli), pengelolaan sampah di rumah tangga yang meliputi tahap pemisahan sampah, tempat pembuangan sampah, dan metode pemusnahan sampah.

3.6.2. Variabel Dependen

(53)

3.7. Pelaksanaan Penelitian Pemeriksaan Mikrobiologis Air Sumur Gali (Total Coliform dan Escherechia coli)

3.7.1. Pengambilan Sampel Air dan Pengiriman ke Laboratorium

1. Dibuka kertas yang ada di botol yang sudah disterilkan secara perlahan. 2. Lalu lilitkan tali yang ada mengelilingi botol ke tangan seperlunya.

3. Buka botolnya yang dilapisi dengan koran, panaskan dengan menggunakan pinset dan spritus, usahakan jangan sampai terkena sesuatu yang dapat memengaruhi sterilnya botol.

4. Uraikan tali yang dililitkan pada tangan, dan masukkan botol ke dalam sumur dengan tenang, teliti dan hati-hati, agar tidak menyentuh dinding sumur sehingga tidak terkontaminasi, batas mininimal 10cm dalam air (bila tinggi air memungkinkan).

5. Ambil airnya dgn ¾ air dari botol, krn ¼ untuk bernapas e.coli.

6. Angkat perlahan ke atas, Kemudian sterilkan mulut botol dengan dipanaskan pada api spritus.

7. Berikan label pada botol, yang terdiri dari nama dan alamat, waktu dan tanggal pengambilan, tempat sampel air diambil, asal sampel air.

3.7.2. Pemeriksaan Sampel Air di Laboratorium

Untuk menentukan adanya Total coliform dan Escherechia coli di dalam air dipakai sistem Multiple Tubes. Sistem ini dilengkapi dengan daftar MPN (Most Probable Number). Pemeriksaan MPN dilakukan terhadap bahan pemeriksaan yang

(54)

3.7.2.1. Alat dan Bahan Alat :

a. Inkubator 37◦C dan 44,5◦C b. Inokulum Equipment c. Kawat ose

d. Petri Disk

e. Pipet ukur 10ml; 1ml f. Rak tabung reaksi g. Tabung durham Bahan :

a. BGLB (Brilian Green Lactosa bile Broth) b. Larutan pengencer

c. Lauryl Tryptose Broth (LTB) d. Reagen konvacs

e. Sampel air f. Trypton water 3.7.2.2. Cara Kerja

Uji kualitas Mikrobiologis air melalui dua tahapan, yaitu sebagai berikut: a. Pemeriksaan Total Coliform

1. Tes Perkiraan (Presumtive Test)

(55)

- Cara pemeriksaan:

a. Siapkan 15 tabung reaksi yang masing-masing berisi media Lauryl Tryptose Broth pada tabung durham.

b. Air ditanam pada 5 tabung masing-masing 10ml, 1 ml, 0,1ml, dan dituliskan standart portion; 5 x 10ml; 5 x 1ml; 1 x 0,1ml

c. Tabung-tabung ini dieramkan 2 x 24 jam 37◦C. Tabung positif adalah tabung yang terjadi peragian dan terdapat gas pada tabung durham, dan dilanjutkan dengan tes penegasan.

2. Tes Penegasan (Confirmation Test)

Media yang dipergunakan adalah Brilian Green Lactosa bile Broth (BGLB 2%). Tes ini dilakukan untuk menegaskan hasil positif dari hasil perkiraan.

- Cara Pemeriksaan :

a. Tiap-tiap tabung test perkiraan yang positif , dipindahkan 1-2 ose ke dalam tabung konfirmatif yang berisi 10 ml BGLB 2% dari masing-masing tabung Presumtif diinokulasikan ke dalam tabung BGLB 2%.

b. Satu seri tabung BGLB 2% diinokulasikan pada suhu 35◦C selama 24-48 jam, untuk memastikan adanya coliform. Pada satu seri yang lain diinokulasikan pada suhu 44,5◦C selama 24 jam untuk memastikan adanya koli tinja.

c. Pembacaan dilakukan setelah 48 jam dengan melihat jumlah tabung BGLB 2%yang menunjukkan positif gas.

(56)

b. Pemeriksaan Escherechia coli 1. Tes Perkiraan (Presumtive Test)

Media yang biasa digunakan adalah Lauryl Tryptose Broth (LTB) - Cara Pemeriksaan :

a. Disiapkan 5 porsi tabung untuk setiap volume sampel 10ml; 0,1ml; 1ml atau pengenceran yang lebih tinggi lagi untuk air yang tercemar atau air pengolahan.

- Dengan konsentrasi media LTB: 71,2 gr/L = 10ml sampel - Dengan konsentrasi media LTB: 35,6 gr/L = 1;0,1ml sampel

b. Masukkan sampel yang sudah dihomogenkan secara aseptik ke dalam masing-masing tabung media LTB.

c. Tabung-tabung dalam rak digoyang, supaya sampel air dengan media bercampur rata.

d. Inkubasikan pada suhu 35◦C±0,5◦C selama 24 jam±2 jam.

- Reaksi dinyatakan positif bila terbentuk asam dan gas dalam tabung fermentasi. Bila tidak ada reaksi asam atau gas, inkubasikan kembali sampai 48 jam ±3jam.

e. Bila pada tabung fermentasi tidak terbentuk asam dan gas dalam waktu 48jam ± 3 jam, maka tes perkiraan dinyatakan negatif. Bila pada tabung fermentasi terbentuk asam dan gas dalam waktu 48 jam ± 3 jam, maka tes perkiraan dinyatakan positif.

(57)

2. Tes Penegasan (Confirmation Test) - Cara Pemeriksaan :

a. Setiap tabung yang positif pada tes perkiraan dikocok, kemudian dipindahkan dengan ose ke dalam media tryptone water.

b. Inkubasikan pada incubator suhu 44,5◦C selama 24 jam ± 2 jam. c. Setelah inkubasi, tambahkan 0,2 – 0,3 ml reagen kovacks ke dalam

masing-masing tabung tryptone water.

- Bila terbentuk cincin merah pada permukaan media, maka tes penegasan dinyatakan postif.

- Bila tidak terbentuk cincin merah pada permukaan media, maka tes penegasan dinyatakan negatif.

Hitung MPN Escherichia coli dengan menggunakan tabel MPN dari jumlah tabung tryptone water yang positif Escherichia coli, jumlah tabung tryptone water yang positif dibaca pada tabel MPN.

3.8. Defenisi Operasional

1. Kualitas mikrobiologis air sumur gali adalah kualitas air yang memenuhi persyaratan kualitas mikrobiologis air.

2. Pengelolaan sampah di rumah tangga adalah kegiatan yang terdiri dari:

a. Pemisahan sampah yaitu pemisahan sampah organik dan anorganik yang dilakukan oleh keluarga di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan.

(58)

c. Metode pemusnahan sampah yaitu cara yang dilakukan setiap keluarga untuk meniadakan sampah yang dihasilkan di rumah tangga.

3. Kejadian diare adalah keadaan yang dialami oleh anggota keluarga di Lingkungan 20 Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan berupa buang air besar lebih dari tiga kali dalam sehari dan konsistensinya cair dalam 6 bulan terakhir.

3.9. Aspek Pengukuran

1. Pengukuran kualitas mikrobiologis air (Total coliform dan Escherichia coli) dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium (berdasarkan Permenkes no.416 tahun 1990).

a. Memenuhi persyaratan apabila kandungan coliform dalam air bersih dalam jumlah per 100ml air adalah 50 dan kandungan Escherechia coli 0.

b. Tidak memenuhi persyaratan apabila kandungan coliform dalam jumlah per 100ml air bersih > 50 dan kandungan Escherechia coli > 0.

2. Pengukuran untuk variabel pengelolaan sampah di rumah tangga yaitu : a. Pemisahan sampah (Dwiyatmo, 2007)

1. Ya, jika melakukan pemisahan sampah organik dan anorganik.

2. Tidak, jika tidak melakukan pemisahan sampah organik dan anorganik b. Tempat pembuangan sampah (Azwar, 1996)

1. Memenuhi syarat, jika tempat pembuangan sampah di rumah kuat, memiliki tutup, dan kedap air.

(59)

b. tidak kuat, tidak memiliki tutup, dan tidak kedap air. c. Metode pemusnahan sampah

1. Baik, jika sampah rumah tangga diangkut oleh petugas kebersihan. 2. Tidak baik, jika sampah rumah tangga dibakar, dibuang sembarangan

atau dibuang ke sungai. 3. Pengukuran kejadian diare yaitu :

1. Ya, jika ada anggota keluarga menderita diare dalam 6 bulan terakhir. 2. Tidak, jika anggota keluarga tidak menderita diare dalam 6 bulan terakhir. 3.10. Analisa Data

Data yang diperoleh lalu dikumpulkan, diedit untuk memeriksa kelengkapan data, dan diberi kode untuk memudahkan proses entri data.Selanjutnya dilakukan analisa data yang meliputi:

3.10.1. Analisa Univariat

Analisa data dengan mendistribusikan variabel-variabel penelitian yaitu kualitas mikrobiologis air sumur gali (Total coliform dan Escherechia coli) yang telah diperiksa di laboratorium dan dibandingkan dengan Permenkes No.416 Tahun 1990, data tentang pengelolaan sampah di rumah tangga, serta kejadian diare.

3.10.2. Analisa Bivariat

Variabel Kualitas mikrobiologis air bersih, pengelolaan sampah di rumah tangga, dan kejadian diare akan dianalisa dengan menggunakan uji chi-square, untuk melihat hubungan antara variabel. Menggunakan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05),

(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Keadaan Geografi

Kelurahan Terjun merupakan salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Medan Marelan. Kelurahan Terjun terdiri atas 22 lingkungan dengan luas wilayah 16,05 Km2. Kelurahan Terjun memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : P. Sicanang Medan Labuhan

b. Sebelah Selatan : Kelurahan Tanah 600 Medan Marelan c. Sebelah Barat : Kecamatan Hamparan Perak Deli Serdang

d. Sebelah Timur : Kelurahan Paya Pasir / Rengas Pulau Medan Marelan. 4.1.2. Gambaran Kependudukan

Kelurahan Terjun memiliki jumlah penduduk sebanyak 26.113 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 6378 KK. Jumlah penduduk perempuan lebih banyak sebesar 13.451 jiwa (51,51%) dibandingkan jumlah penduduk laki-laki sebesar 12.662 jiwa (48,49%). Dapat dilihat pada tabel 4.1. berikut ini.

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Kelurahan Terjun Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2012

No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1. Laki-laki 12.662 48,49

2. Perempuan 13.451 51,51

Jumlah 26.113 100,00

Sumber: Profil Kelurahan Terjun Tahun 2012

(61)

Tabel 4.2. Distribusi Pekerjaan di Kelurahan Terjun Tahun 2012

No. Pekerjaan Jumlah Persentase

1. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 250 3,11

a. Keadaan Penyakit Terbesar di Puskesmas

Pada tabel di bawah ini dapat dilihat 10 penyakit terbesar yang diderita penduduk dalam dua tahun terakhir.

Tabel 4.3. Distribusi Penyakit Terbesar di Puskesmas Terjun Tahun 2011

No. Nama Penyakit Jumlah Persentase

1. ISPA 2.807 33,80

Gambar

Tabel 2.1. Perbedaan antara Sumur Dangkal dan Sumur Dalam  Sumur dangkal Sumur dalam
Tabel 4.1.   Distribusi Penduduk Kelurahan Terjun Berdasarkan Jenis Kelamin  Tahun 2012
Tabel 4.2. Distribusi Pekerjaan di Kelurahan Terjun Tahun 2012
Tabel 4.4.  Distribusi Jumlah Sarana Air Bersih di Kelurahan Terjun Tahun 2012
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga dalam menyelesaikan atau memecahan masalah matematika siswa diharapkan tidak hanya berdasarkan contoh yang diberikan oleh guru , dan kemampuan pemecahan

Mahardika Rizki Yashinta. Efektivitas Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Oleh Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah Kabupaten Sukoharjo. Ilmu Administrasi

Denah yang baik untuk bangunan rumah di daerah gempa adalah sebagai berikut: (Sumber: (Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan Gedung Tahan.. Gempa,

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis orang lain atau diterbitkan, kecuali

Kepada peserta Pelelangan yang keberatan, diberikan kesempatan untuk menyampaikan sanggahan khususnya mengenai ketentuan dan prosedur yang telah ditentukan dalam dokumen

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap petani mengenai pemeliharaan tanaman salak gula pasir, hubungan antara sikap dengan

terwujudnya keunggulan pemenuhan standar kompetensi lulusan pada melaksanakan kurikulum 2013 melalui penerapan kepemimpinan pembelajaran dan supervisi akademik....

Urban air quality monitoring systems using functionalities of geospatial information system as a platform for analysing, processing, and visualization of data in