• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Pedagang Kaki Lima (PKL) Tentang Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Studi Kasus PKL di Jalan Dr. Mansyur Depan Kampus USU Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Respon Pedagang Kaki Lima (PKL) Tentang Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Studi Kasus PKL di Jalan Dr. Mansyur Depan Kampus USU Kota Medan"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

1

RESPON PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TENTANG KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM)

STUDI KASUS PKL DI JALAN DR.MANSYUR DEPAN KAMPUS USU KOTA MEDAN

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh GelarSarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

Disusun Oleh: EKA HERMAWAN

090902019

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

i

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

NAMA : EKA HERMAWAN

N I M : 090902019

ABSTRAK

Respon Pedagang Kaki Lima (PKL) Tentang Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Studi Kasus PKL di Jalan Dr. Mansyur Depan Kampus USU Kota Medan

Kenaikan BBM yang belakangan terjadi, menimbulkan gejolak luar biasa dalam perekonomian Indonesia. Disatu sisi kenaikan ini membawa dampak positif bagi devisa Negara yang dinilai lebih efisien sebab berhasil mengalihkan subsidi ke sektor – sektor yang dianggap produktif seperti pendidikan dan kesehatan. Namun disisi lain kenaikan tersebut juga membawa dampak negatif, karena memicu tingginya Inflasi dimasyarakat akibat naiknya biaya transportasi publik dan harga harga kebutuhan pokok. Tentunya kenaikan tersebut semakin menekan para pelaku usaha sektor informal dalam memenuhi kebutuhan ekonomi mereka. Selain modal usaha yang mengalami kenaikan, omset atau pendapatan mereka pun mengalami penurunan akibat berkurangnya daya beli masyarakat. Melalui penelitian ini, penulis berusaha untuk mengungkapkan bagaimana respon pedagang kaki lima di jalan Dr. Mansyur sebagai persoalan yang muncul akibat kenaikan harga tersebut. Serta mencoba mengupas strategi serta usaha mereka dalam menekan modal usaha yang meningkat.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan respon pedagang kaki lima di jl. Dr. Mansyur mengenai kenaikan harga BBM. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif dengan metode kuantitatif serta menggunakan skala likert sebagai metode analisis data. Responden penelitian ini adalah pedagang kaki lima di jalan Dr. Mansyur depan kampus USU kota Medan yang terdiri dari pedagang makanan dan minuman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon pedagang kaki lima terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) adalah netral/tidak peduli dengan nilai -0,07, sebab berada diantara 0,33 sampai -0,33. Respon tersebut diukur berdasarkan variabel persepsi dan sikap yang diperoleh dari para pedagang. Respon ini terjadi karena pedagang harus berupaya agar tetap bisa bertahan dalam kondisi ekonomi yang menekan mereka.

Tidak adanya pendekatan yang dilakukan pemerintah dalam mengambil sebuah kebijakan membuat ketidakpedulian dikalangan pedagang, yang jika dibiarkan berlarut akan menimbulkan ketidakpercayaan terhadap pemerintahan. Oleh karena itu pemerintah seharusnya membuka ruang komunikasi dan sosialisasi serta membuat kebijakan yang mendukung perkembangan ekonomi sektor informal sebagai upaya peningkatan kesejahteraan rakyat dan menekan angka kemiskinan.

(3)

ii

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WALFARE

NAME :EKA HERMAWAN N I M :090902019

ABSTRACT

The recent rise in fuel prices, causing tremendous upheaval in the Indonesian economy. On one side of this increase a positive impact on the country's foreign exchange is considered more efficient because it managed to divert subsidies to the sector - considered productive sector such as education and health. On the other hand the increase is also a negative impact, because the community trigger high inflation due to rising costs of public transport and the price of the price of basic necessities. Obviously the increase is the more pressing business people in the informal sector meet their economic needs. In addition to venture capital has increased, turnover or their income also declined due to reduced purchasing power. Through this study, the authors attempted to reveal how the response hawkers on the street Dr. Mansour as issues that arise as a result of the price increase. As well as try to explore strategies and their efforts to suppress the rise of venture capital.

The aim of this study was to describe the response of street vendors in jl. Dr. Mansyur about the rising fuel prices. The method used in this research is descriptive approach with quantitative methods and use a Likert scale as data analysis methods. Respondents are hawkers on the street Dr. Mansyur front Medan USU campus consisting of food and beverage vendors.

The results showed that the response of vendors to price increases of fuel oil (BBM) is a neutral / not concerned with the value of -0.07, because it is between 0.33 to -0.33. The response variables measured based on the perceptions and attitudes derived from the merchants. This response occurs because the merchant must try to survive in economic conditions that suppress them.

The absence of the approach taken by the government in taking a policy of making the indifference among traders, which if allowed to go will cause distrust of government. Therefore, the government should open a space of communication and socialization and create policies that support the economic development of the informal sector in an effort to improve social welfare and reduce poverty.

(4)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin atas segala nikmat dan karunia serta kekuatan yang telah

diberikan Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beriringsalam

saya haturkankepadaRasulullah SAW beserta keluarga dan sahabat beliauyang senantiasa sampai

saat ini nilai-nilai kebaikannya dapat ditauladani oleh seluruh umatmanusia di bumi ini.

Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sosial di

departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara. Judul skripsi ini adalah Respon Pedagang Kaki Lima(PKL) tentang Kenaikan

Harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

Skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orangtua yang sangat penulis cintai yaitu

ayahanda Alm. Sukono dan ibunda Elin Herlina yang telah menjadi semangat penulis dalam

keadaan apapun serta seluruh keluarga yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Dalam kesempatan ini pula, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada

seluruh pihak yang telah membantu penulis selama penyusunan skripsi ini :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M.SP, selaku ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Bengkel Ginting, M.Si, selaku dosen pembimbing penulis yang telah bersedia

membimbing dan memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini, serta telah bersedia

membagi ilmunya kepada penulis.

4. Seluruh dosen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU yang telah memberikan ilmu

(5)

iv

5. Seluruh staff pendidikan dan administrasi FISIP USU terkhusus buat kak Zuraidah dan

kak Deby.

6. Seluruh Pedagang di depan kampus USU yang telah bersedia meluangkan waktunya

untuk melakukan wawancara dan pengisian kuosioner dengan penulis untuk memberikan

informasi yang penulis butuhkan.

7. Kedua orangtua yang selalu mendoakan kesuksesan penulis yaitu ayahanda Alm. Sukono

dan ibunda Elin Herlina yang tak pernah lelah memberi semangat dan mendukung

seluruh kegiatan yang penulis lakukan demi terselesaikannya skripsi ini serta kedua adik

tercinta yaitu Yuki Herawati dan Ryan Fathurrahman.

8. Buat rekan-rekan seperjuangan stambuk 2009 yang telah memberikan dan menemani

penulis dalam menjalani proses belajar di HMI Komisariat Fisip USU. Terkhusus buat

Frengky, Hamzah, Mita, Farid, Heri, Saddam, Joni, Adoel, Rakhmadhan, Poso, Oci,

Asrul, Teguh, Yudith, dan Vero. You’re Incredible

9. Buat seluruh keluarga besar HMI Komisariat Fisip USU yang telah memberikan

pengalaman dalam perjalanan kehidupan penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu

namanya.

10.Buat rekan-rekan 2010, Ari, Amal, Riki, Depi, Cafri, Habib, Mail, Ipan, Yugo, Muklis,

dan Yuva. Yang pernah berjuang bersama di kepengurusan HMI Komisariat Fisip USU

periode 2012-2013. Serta, buat rekan-rekan 2011, Iil, Rijak, Dadan, Kibo, Riski tembung,

Rusmi, Umi, Mujahid, Tio, Dwi, Yusup, Fikri, Rio, Doni, Corie, Sayid, Arep, Ojan, dan

Tyas, yang pernah menyempatkan untuk bermain bersama.

11.Buat keluarga besar Yayasan Budhi Dharma atas kesempatan dan waktu yang diberikan

(6)

v

12.Buat seluruh Rafa Wedding Organizer and Decoration yang telah memberikan keahlian

dan pengalaman kepada penulis.

13.Buat Ibunda Hj. Chairiah Sudjono Giatmo yang telah memberikan motivasi dan nasehat

kepada penulis serta menjadi tokoh inspirasional bagi kehidupan penulis.

14.Yang terkhusus kepada Adinda Cia Fitrianis, yang telah menemani dan membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi, terima kasih atas dukungannya, waktu, serta cerita

dalam proses skripsi ini. Thank you for my day colouring, There’s always and stay

together.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis menerima saran dan

kritik yang membangun guna perbaikan di masa mendatang. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat

bagi pembaca dan pendidikan Indonesia.

Medan, November 2015

(7)

vi DAFTAR ISI

ABSTRAK………...i

KATA PENGANTAR………..iii

DAFTAR ISI ……….…………...vi

DAFTAR DIAGRAM………...x

DAFTAR LAMPIRAN………...xiii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang………...1

1.2.Perumusan Masalah………...9

1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian………10

1.31. Tujuan Penelitian………....10

1.3.2. Manfaat Penelitian………...10

1.4. Sistematika Penulisan………..10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi BBM……….12

2.1.1. Jenis-Jenis BBM……….12

2.1.2. Proses Produksi………....15

2.1.3. Dampak Kenaikan Harga BBM………...16

(8)

vii

2.3. Teori Sektor Informal Perkotaan………...19

2.4.Defenisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah ( UMKM)……….21

2.4.1. Peran UMKM Dalam Ekonomi………...22

2.4.2. Kategori UMKM………..22

2.5. Defenisi Pedagang Kaki Lima (PKL)……….24

2.5.1. Penggolongan Pedagang Kaki Lima (PKL)……….….24

2.5.1.1 Jenis Barang dan Jasa………25

2.5.1.2 Jenis Ruang Usaha………...26

2.5.1.3 Jenis Sarana Usaha dan Ukuran Ruangnya………..26

2.5.1.4 Ciri-ciri Pedagang Kaki Lima ……….28

2.6. Pengertian Respon……….30

2.6.1.Pengertian Kognisi (Pengetahuan)………..30

2.6.2.Pengertian Afeksi (Sikap)………...31

2.6.3.Pengertian Psikomotorik (Tindakan)………..31

2.7.Kerangka Pemikiran……….31

(9)

viii

2.8.Definisi Konsep dan Definisi Operasional………..33

2.8.1.Definisi Konsep………..33

2.8.2.Definisi Operasional………...33

BAB III. METODE PENELITAIAN 3.1. Tipe Penelitian………....35

3.2.Lokasi Penelitian……….36

3.3.Populasi dan Sampel………...36

3.3.1. Populasi………36

3.3.2. Sampel………..37

3.4.Teknik Pengumpulan Data………...37

3.5.Teknik Analisis Data………38

BAB IV. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Jalan. Dr. Mansyur………41

4.2. Demografi Lokasi………..44

4.2.1 Jumlah Penduduk………...45

4.2.2. Mata Pencarian Penduduk………...45

4.3.Gambaran Potensi Bisnis di jalan Dr. Mansyur ………..46

BAB V. ANALISIS DATA 5.1 karakteristik Identitas Responden………...47

5.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Dagangannya…….47

5.1.2 karakteristik responden berdasarkan Agama………49

(10)

ix

5.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin…………..51

5.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Berjualan………...52

5.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Berjualan………...52

5.2 Respon Pedagang Kaki Lima Terhadap Kenaikan Harga BBM……..53

5.2.1 Persepsi Responden Terhadap Kenaikan Harga Bahan Bakar

Minyak………...53

5.2.2 Sikap Responden Terhadap Kenaikan Harga Bahan Bakar

Minyak ( BBM )……….68

5.3 Analisa data Kuantitatif terhadap kenaikan Harga

Bahan Bakar Minyak……….82

5.3.1. Persepsi Responden Terhadap Kenaikan Harga Bahan Bakar

Minyak………..83

5.3.2 Sikap Responden Terhadap Kenaikan Harga Bahan Bakar

Minyak ( BBM )………85

BAB VI. PENUTUP

6.1. Kesimpulan……….88

6.2. Saran………...89

DAFTAR PUSTAKA

(11)

x DAFTAR DIAGRAM

Diagram 5.1 Distribusi Responden berdasarkan jenis dagangannya………48

Diagram 5.2 Distribusi responden berdasarkan Agama………....49

Diagram 5.3 Distribusi Responden berdasarkan Usia………..….50

Diagram 5.4 Distribusi Pedagang Berdasarkan Jenis Kelamin………...51

Diagram 5.5 Distribusi responden berdasarkan lama berjualan………..…..52

Diagram 5.6 Pengetahuan PKL Tentang Larangan Berjualan………...53

Diagram 5.7. Pengetahuan PKL tentang BBM yang disubsidi pemerintah………...54

Diagram 5.8 Pengetahuan PKL Tentang Kebijakan Kenaikan Harga BBM……….55

Diagram 5.9 Perolehan Informasi PKL melalui Media Cetak atau Elektronik…...56

Diagram 5.10 Pengetahuan Pedagang tentang penyebab kenaikan harga BBM………...57

Diagram 5.11 Pengetahuan Pedagang Tentang dampak naiknya harga BBM………...58

Diagram 5.12 Pengetahuan Pedagang Tentang peran BBM dalam aktifitas ekonomi……...59

Diagram 5.13 Pengetahuan PKL Tentang Pengaruh kenaikan harga BBM terhadap Barang dan jasa………..…...60

Diagram 5.14 Pengetahuan Pedagang Tentang Pengaruh kenaikan harga BBM terhadap Bahan Pokok………...…...61

Diagram 5.15 Pengetahuan Pedagang Tentang tujuan dinaikkannya Harga BBM………...62

Diagram 5.16 Pengetahuan Pedagang Tentang landasan hukum kenaikan harga BBM…...63

Diagram 5.17 Pengetahuan Pedagang Tentang Pengaruh kenaikan harga BBM terhadap Pedagang………...64

Diagram 5.18 Pengetahuan Pedagang Tentang Sosialisasi Kenaikan Harga BBM………...65

(12)

xi

BBM Oleh Pemerintah Setempat………....…...66

Diagram 5.20 Pengetahuan Pedagang Tentang Manfaat kenaikan Harga BBM………...67

Diagram 5.21 Sikap pedagang tentang kelayakan kenaikan BBM oleh Pemerintah……….68

Diagram 5.22 Penilaian pedagang tentang Ketepatan kenaikan Harga BBM………...69

Diagram 5.23 Penilaian pedagang tentang pelaksanaan kebijakan kenaikan harga BBM………70

Diagram 5.24 Dampak kenaikan BBM terhadap psikologis Pedagang……….71

Diagram 5.25 Dampak terhadap perekonomian Pedagang………...72

Diagram 5. 26 Dampak terhadap Modal Pedagang………...73

Diagram 5.27 Dampak terhadap Penurunan Pendapatan………. …74

Diagram 5.28 Dampak kenaikan harga BBM dengan kenaikan harga dagangan………..75

Diagram 5.29 Dampak kenaikan harga BBM dengan pengurangan porsi makanan……….76

Diagram 5.30 Dampak kenaikan harga BBM dengan pengurangan kualitas produk………77

Diagram 5.31 Dampak kenaikan harga BBM dengan pergantian bahan yang lebih murah……..78

Diagram 5.31 Dampak Terhadap Upaya lain Yang dilakukan………..79

Diagram 5.33 Upaya Menolak Kenaikan Harga BBM………..80

(13)

i

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

NAMA : EKA HERMAWAN

N I M : 090902019

ABSTRAK

Respon Pedagang Kaki Lima (PKL) Tentang Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Studi Kasus PKL di Jalan Dr. Mansyur Depan Kampus USU Kota Medan

Kenaikan BBM yang belakangan terjadi, menimbulkan gejolak luar biasa dalam perekonomian Indonesia. Disatu sisi kenaikan ini membawa dampak positif bagi devisa Negara yang dinilai lebih efisien sebab berhasil mengalihkan subsidi ke sektor – sektor yang dianggap produktif seperti pendidikan dan kesehatan. Namun disisi lain kenaikan tersebut juga membawa dampak negatif, karena memicu tingginya Inflasi dimasyarakat akibat naiknya biaya transportasi publik dan harga harga kebutuhan pokok. Tentunya kenaikan tersebut semakin menekan para pelaku usaha sektor informal dalam memenuhi kebutuhan ekonomi mereka. Selain modal usaha yang mengalami kenaikan, omset atau pendapatan mereka pun mengalami penurunan akibat berkurangnya daya beli masyarakat. Melalui penelitian ini, penulis berusaha untuk mengungkapkan bagaimana respon pedagang kaki lima di jalan Dr. Mansyur sebagai persoalan yang muncul akibat kenaikan harga tersebut. Serta mencoba mengupas strategi serta usaha mereka dalam menekan modal usaha yang meningkat.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan respon pedagang kaki lima di jl. Dr. Mansyur mengenai kenaikan harga BBM. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif dengan metode kuantitatif serta menggunakan skala likert sebagai metode analisis data. Responden penelitian ini adalah pedagang kaki lima di jalan Dr. Mansyur depan kampus USU kota Medan yang terdiri dari pedagang makanan dan minuman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon pedagang kaki lima terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) adalah netral/tidak peduli dengan nilai -0,07, sebab berada diantara 0,33 sampai -0,33. Respon tersebut diukur berdasarkan variabel persepsi dan sikap yang diperoleh dari para pedagang. Respon ini terjadi karena pedagang harus berupaya agar tetap bisa bertahan dalam kondisi ekonomi yang menekan mereka.

Tidak adanya pendekatan yang dilakukan pemerintah dalam mengambil sebuah kebijakan membuat ketidakpedulian dikalangan pedagang, yang jika dibiarkan berlarut akan menimbulkan ketidakpercayaan terhadap pemerintahan. Oleh karena itu pemerintah seharusnya membuka ruang komunikasi dan sosialisasi serta membuat kebijakan yang mendukung perkembangan ekonomi sektor informal sebagai upaya peningkatan kesejahteraan rakyat dan menekan angka kemiskinan.

(14)

ii

UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA

FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE DEPARTMENT OF SOCIAL WALFARE

NAME :EKA HERMAWAN N I M :090902019

ABSTRACT

The recent rise in fuel prices, causing tremendous upheaval in the Indonesian economy. On one side of this increase a positive impact on the country's foreign exchange is considered more efficient because it managed to divert subsidies to the sector - considered productive sector such as education and health. On the other hand the increase is also a negative impact, because the community trigger high inflation due to rising costs of public transport and the price of the price of basic necessities. Obviously the increase is the more pressing business people in the informal sector meet their economic needs. In addition to venture capital has increased, turnover or their income also declined due to reduced purchasing power. Through this study, the authors attempted to reveal how the response hawkers on the street Dr. Mansour as issues that arise as a result of the price increase. As well as try to explore strategies and their efforts to suppress the rise of venture capital.

The aim of this study was to describe the response of street vendors in jl. Dr. Mansyur about the rising fuel prices. The method used in this research is descriptive approach with quantitative methods and use a Likert scale as data analysis methods. Respondents are hawkers on the street Dr. Mansyur front Medan USU campus consisting of food and beverage vendors.

The results showed that the response of vendors to price increases of fuel oil (BBM) is a neutral / not concerned with the value of -0.07, because it is between 0.33 to -0.33. The response variables measured based on the perceptions and attitudes derived from the merchants. This response occurs because the merchant must try to survive in economic conditions that suppress them.

The absence of the approach taken by the government in taking a policy of making the indifference among traders, which if allowed to go will cause distrust of government. Therefore, the government should open a space of communication and socialization and create policies that support the economic development of the informal sector in an effort to improve social welfare and reduce poverty.

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Bahan Bakar Minyak (BBM) memiliki peran sangat penting dalam kehidupan

masyarakat. BBM merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat desa maupun kota, baik sebagai

kebutuhan rumah tangga maupun kebutuhan produksi dan distribusi pengusaha, terutama dalam

menunjang operasional industri dan transportasi. Sebagai salah satu bagian dalam operasional

industri dan transportasi, tentu saja kestabilan harga BBM juga turut ambil peran dalam

mempengaruhi stabilitas ekonomi, dan berimbas hampir disegala sektor kehidupan masyarakat.

Jika harga BBM dinaikkan maka akan menimbulkan permasalahan disegala bidang. Hal

ini akan memberikan dampak yang sangat signifikan ketika harga dari bahan bakar minyak

(BBM) ini naik terutama dibidang ekonomi masyarakat. Kenaikan harga BBM secara umum

akan memberikan pengaruh terhadap inflasi melalui dua tahap. Tahap pertama merupakan

dampak langsung terhadap inflasi dari komoditas BBM dan tarif angkutan. Inflasi ini merupakan

dampak dari komoditas bensin dan solar yang mengalami kenaikan serta tarif angkutan

dalam dan antar kota yang mengalami penyesuaian tarif sesuai dengan kenaikan harga

tersebut. Akibatnya modal produksi juga akan meningkat, seiring dengan kenaikan ongkos

produksi dalam penyediaan bahan baku. Tahap kedua merupakan tahap lanjutan yang terdiri

dari dua yaitu dampak terhadap kenaikan harga komoditas dan jasa lainnya seiring dengan

meningkatnya biaya transportasi dan distribusi. Akibatnya harga barang dan jasa yang

dipasarkan dimasyarakat mengalami peningkatan dan penyesuaian baik dari segi hargayang

akan mempengaruhi biaya hidup masyarakat, yang akhirnya akan berujung pada kemampuan

(16)

2

karyawan maupun buruh perusahaan akan meminta kenaikan upah atau gaji. Kondisi tersebut

akhirnya dapat memicu konflik antara pekerja dan pengusaha.

Di Indonesia kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM sebenarnya bukanlah hal yang

baru. Bahkan jika dilihat dari data yang ada, menaikkan harga BBM sudah dilakukan sejak

zaman Presiden Soekarno. Setidaknya dimasa kepemimpinan Soekarno sedikitnya telah terjadi

12 kali kenaikan harga BBM. Meski tak ada angka pasti berapa kenaikan dan kapan kenaikan itu,

namun dokumen pada Biro Perancang Negara tahun 1965 menyebutkan jika kenaikan BBM di

masa itu untuk membantu pemerintah dalam membangun sektor pendidikan,

kesehatan,danperumahan.Di era Orde Baru atau saat Soeharto memimpin, kenaikan harga BBM

juga beberapa kali terjadi. Catatan Kementerian ESDM menujukkan sedikitnya terjadi 18 kali

kenaikan harga diera ini. Kali ini masyarakat sedang digoncangkan oleh isu kenaikan oleh

pemerintah.

Pada masa pemerintahan Presiden

kenaikan. Pada

liter. Dua tahun kemudian, pada 1993, Soeharto kembali menaikkan harga BBM dari menjadi Rp

700 per liter. Hingga akhirnya saat krisis ekonomi menghantam Indonesia, harga BBM naik

menjadi Rp 1.200 per liter pada 5 Mei 1998. Setelah rezim Soeharto runtuh dan digantikan

Habibie, tidak ada catatan kenaikan harga BBM. Hal ini cukup wajar mengingat masa

kepemimpinan Habibie yang hanya 18 bulan menjadi presiden atau terhitung sejak 21 Mei 1998

hingga 20 Oktober 1999. Selama masa kepemimpinannya, Habibie justru menurunkan harga

BBM dari Rp 1.200 menjadi Rp 1.000 per liter.

Memasuki tahun 2000 tepatnya April 2000 atau dimasa-masa awal kepemimpinan

(17)

3

Tidak berselang lama tepatnya Oktober 2000, harga BBM dinaikkan menjadi Rp 1.150 per liter.

Pada Juni 2011, Gus Dur kembali menaikkan harga BBM menjadi Rp 1.450 per liter. Ketika

menjadi presiden Indonesia kelima, putri

mengambil kebijakan serupa. Pada Maret 2002, Megawati menaikkan harga BBM dari Rp 1.450

menjadi menjadi Rp 1.550 per liter. Mega kembali menaikkan harga BBM menjadi Rp 1.810 per

liter diawal Januari 2003

Selama dua periode kepemimpinannya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tercatat

tiga kali menaikkan harga BBM dan tiga kali pula menurunkan harga bensi

harga BBM menjadi Rp 2.400 per liter pada Maret 2005. Harga BBM kembali naik menjadi Rp

4.500 per liter pada Oktober 2005.

liter pada 23 Mei 2008. Dipenghujung 2008 atau menjelang Pemilu 2009, SBY menurunkan

harga BBM menjadi Rp 5.500 per liter. Harga BBM kembali turun menjadi Rp 5.000 per liter

pada 15 Desember 2008. SBY kembali menurunkan harga BBM menjadi Rp 4.500 per liter pada

15 Januari 2009.Setahun jelang lengser, pemerintahan SBY kembali menaikkan harga BBM

menjadi Rp 6.500 per liter. Tepatnya pada 21 Juni 2013. SBY sudah beberapa kali menjelaskan

alasannya mengambil kebijakan yang tidak populis ini. Salah satunya karena tidak ingin

membebani presiden periode berikutnya.

Pada masa kepemimpinan Jokowi tanggal 18 November 2014 harga premium dari

6.500 menjadi 8.500 /liter, Solar dari 5.500 menjadi 7500 /liter dan minyak tanah Rp 2.500 per

liter. Tanggal 1 Januari 2015 harga premium turun dari Rp 8.500 menjadi Rp 7.600/liter, harga

(18)

4

Januari 2015 harga Premium dari Rp 7.600 menjadi Rp 6.600 /liter (luar Jawa-Bali), Premium dari Rp 7.600 menjadi Rp 6.700 / liter (Jawa-Bali), Solar dari Rp 7.250 menjadi Rp 6.400 / liter

dan Minyak tanah tetap Rp 2.500 per liter.Tanggal 1 Maret 2015 harga Premium dari Rp 6.600

menjadi Rp 6.800 / liter (luar Jawa-Bali), harga Premium dari Rp 6.700 menjadi Rp 6.900 /liter

(Jawa-Bali), Solar tetap Rp 6.400 / liter dan Minyak tanah tetap Rp 2.500 per liter. Tanggal 28

Maret 2015Untuk wilayah penugasan Jawa Madura Bali harga BBM Premium naik dari Rp

6.900 menjadi Rp 7.400. Sedangkan untuk solar naik dari Rp 6.400 menjadi Rp 6.900.Sedangkan

untuk wilayah penugasan luar Jawa Madura Bali, harga Premium naik dari Rp 6.800 menjadi

Rp7.300.Sedangkan harga solar sama dengan area jawa

Rp

Dilihat dari sudut pandang yang positif, mengenai dampak kenaikan harga BBM yaitu

pemerintah ingin menyelamatkan anggaran APBN jika tidak maka kerugian APBN akan

membengkak serta anggaran dari subsidi BBM dialihkan untuk membiayai program yang lebih

produktif baik itu infrastruktur kesehatan, pendidikan, dan lain sebagainya.Seperti yang

diungkapkan oleh Jokowi saat menaikkan harga BBM, Jokowi beralasan ingin memperbaiki

pengelolaan anggaran agar lebih sehat dan tidak banyak uang negara dihabiskan untuk subsidi

yang sifatnya konsumtif. Alasan lain diungkapkan ketika Jokowi menurunkan harga BBM. Saat

itu Jokowi beralasan kebijakannya itu merespon harga minyak dunia yang terus mengalami

penurunan. Harga dinaikkan lagi dengan alasan meningkatnya rata-rata harga minyak dunia dan

masih berfluktuasi serta melemahnya nilai tukar rupiah dalam 1 (satu) bulan terakhir, maka harga

jual eceran BBM secara umum perlu dinaikkan. Demi menjaga kestabilan perekonomian

(19)

5

banyak pemerintahan negara-negara berkuasa yang berkembang mengalami krisislegitimasi

politik sebagai dampak dari kenaikan harga BBM

Disisi lain hal ini terjadi karena posisi BBM yang strategis secara ekonomis maupun

secara politik. Meski demikian, perlu ditegaskan bahwa kenaikan harga BBM harus dikelola

secara baik, agar tidak menimbulkan reaksi dan pergolakan dalam masyarakat. Karena

kenyatannya, setiap ada kenaikan dan penurunan harga BBM, selalu muncul reaksi dan

keresahan masyarakat dalam berbagai bentuk.Berbagai reaksi yang timbul dalam masyarakat,

menunjukkan bahwa tingkat sensifitas masyarakat terhadap kenaikan harga BBM cukup tinggi.

Hal ini berarti, kenaikan harga BBM tidak hanya memiliki sensifitas strategis secara ekonomis

tetapi juga secara politik.

Pada dasarnya kenaikan BBM sangat dirasakan oleh masyarakat yang berpenghasilan

menengah kebawah, terutama aktifitas perekonomiannya membutuhkan BBM. Mereka yang

bermata pencarian dibidang transportasi contohnya pengemudi angkot dan tukang becak yang

harus menaikkan tarif sewa untuk mengimbangi pengeluaran untuk mengisi BBM. Hal ini

tentunya menimbulkan protes dari penumpang mereka tentang mahalnya tarif angkot. Tidak

hanya itu sebagai salah satu pelaku ekonomi, para pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

(UMKM) tentunya turut merasakan efek dari kenaikan harga BBM. Beberapa efek yang terasa

yaitu dengan bertambahnya biaya operasional usaha baik dalam bidang produksi maupun

transportasi barang dan jasa yang dihasilkan. Hampir semua pelaku usaha berupaya untuk

melakukan efisiensi dengan adanya kondisi tersebut, beberapa diantaranya dengan menekan

biaya produksi, bahkan tidak sedikit yang harus gulung tikar akibat tidak mampu untuk

(20)

6

Pengamat ekonomi Tri Yus Wijayanto mengatakan, dampak dari kebijakan pemerintah

menaikan harga bahan bakar minyak

masyarakat dari segala sektor ekonomi dan akan menyebabkan timbulkan inflasi. Oleh karena

itu, pemerintah diharapkan memikirkan strategi untuk menghadapinya.“Peningkatan inflasi

Indonesia sangat dipengaruhi oleh harga BBM,” ungkap pengamat ekonomi Tri Yus Wijayanto.

Menurutnya, perputaran perekonomian Indonesia tidak pernah stabil. Contohnya, jika harga

BBM naik, maka harga barang lain ikut naik, namun jika

tidak ikut tur

Pemerintah dalam hal ini seharusnya dapat menjaga kestabilan ekonomi dengan

membuat regulasi-regulasi serta kebijakan yang dapat mengatasi persoalan produksi khususnya

bagi pelaku UMKM. Apalagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peran

yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Selain berperan dalam pertumbuhan

ekonomi dan penyerapan tenaga kerja juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil

pembangunan. Oleh karena itu pemerintah perlu meningkatkan perannya dalam memberdayakan

UMKM disamping mengembangkan kemitraan usaha yang saling menguntungkan antara

pengusaha besar dengan pengusaha kecil, dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusianya.

Salah satu pelaku dari UMKM adalah pedagang kaki lima (PKL), dalam posisinya

sebagai bagian dari pelaku UMKM, para pedagang kaki lima pastinya juga turut merasakan

dampak dari kenaikan BBM.PKL yang kerap menyediakan makanan atau barang lain dengan

harga yang lebih, bahkan sangat, murah daripada membeli di toko. Modal dan biaya yang

(21)

7

modal yang kecil atau orang kalangan ekonomi lemah yang biasanya mendirikan bisnisnya di

sekitar rumah mereka.

Oleh karena itu, hasil pra-survei menunjukkan bahwa sebagian besar PKL yang tersebar

dijalan Dr. Mansyur depan kampus USU, ternyata memperoleh pendapatan rata-rata pertahun

masih tergolong rendah. Indikasi rendahnya tingkat pendapatan mereka dapat ditelusuri melalui

kepemilikan rumah tinggal, dimana sebagian besar masih mengontrak rumah, bahkan ada

diantara mereka yang masih tinggal di rumah keluarga.

Hasil pengamatan sementara menunjukkan bahwa kondisi ini diduga berkaitan dengan

faktor internal, diantaranya adalah rendahnya tingkat pendidikan formal dan keterampilan dalam

berusaha, perilaku konsumtif (konsumerisme), serta kecilnya modal yang dimiliki. Sehingga

dengan keterbatasan itulah mereka berjualan di sepanjang jalan Dr.Mansyur depan kampus USU.

Faktor eksternal berkaitan dengan kebijakan pemerintah dalam Pemberdayaan Pedagang

Kreatif Lapangan yang hingga saat ini baru sebagian kecil saja yang telah memperoleh

pembinaan dari pemerintah kota Medan maupun swasta. Kebijakan pemerintah dalam

menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) memberikan dampak yang sangat signifikan

terhadap pedagang dalam memperoleh bahan baku yang harganya mengalami kenaikan.

Kenaikan harga bahan baku tentunya berdampak terhadap penggunaan modal dari pedagang kaki

lima, dalam menghadapi kondisi ini para pedagang kaki lima bertahan dengan berbagai macam

strategi supaya pembeli tidak berkurang dan penggunaan modal tidak semakin besar. Sebagian

pedagang memilih dengan menaikkan harga ataupun dengan mengurangi kualitas dan kuantitas

hasil produk mereka.

Hal ini dilakukan karena seluruh bahan baku yang mereka gunakan berasal dari pasar

(22)

8

modalpun ikut naik. Hal inilah yang menentukan mereka agar bisa bertahan dengan menaikkan

harga produksi yang mereka jual. Dalam aktifitas ekonomi jika modal produksi naik maka

produsen yang disini adalah pedagang kaki lima menaikkan harga, yang berdampak pada jumlah

permintaan dari konsumen tentunya berkurang dan konsumen akan mencari barang substisusi

yang lain yang lebih murah. Dan ini akan berdampak langsung terhadap tingkat pendapatan

pedagang kaki lima.

Seperti yang disampaikan oleh ketua Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia (APKLI),

Muhammad Ali Mahsun mengatakan akibat kenaikan harga premium dan solar memaksa sekitar

25 juta pedagang kaki lima (PKL) dan kelontong di seluruh Tanah Air melakukan adaptasi pasar.

Salah satunya adalah meningkatkan harga jual produk hingga 25 persen dari harga

normal.kebijakan pemerintah memangkas subsidi BBM diyakini akan menurunkan omset PKL

sekitar 10 persen hingga 20 persen selama tiga bulan ke depan. Karenanya, Ali telah

menghimbau sekitar 25 juta pedagang kaki lima dan kelontong anggota APKLI untuk melakukan

adaptasi pasar sesuai dengan kemampuan daya beli masyarakat. Kalaupun harus menaikkan

harga jual, sebaiknya jangan terlalu melambung tinggi. Karena percuma kalau harganya tinggi,

masyarakat tidak mampu beli, tuturnya. Ali Mahsun mengatakan biasanya jumlah PKL

meningkat 5 persen hingga 10 persen pasca-kenaikan harga BBM bersubsidi. Hal itu selaras

dengan pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dilakukan oleh industri kecil dan menengah

yang tidak terdata secara formal. Jadi setiap ada kenaikan harga BBM, jumlah PKL bertambah

5-10 persen.Karena ada PHK yang dilakukan oleh industri kecil akibattuntutan harga BBM dan

UMP yang naik, katanya.

(23)

9

Peneliti tertarik melakukan penelitian terhadap pedagang kaki lima (PKL) disepanjang

jalan Dr. Mansyur depan kampus USU karena keberadaan PKL sangat dilematis di wilayah

perkotaan. Di satu sisi, PKL sering sekali dianggap mengganggu kegiatan sektor lain seperti

kelancaran lalu lintas, estetika dan kebersihan kota serta fungsi prasarana dan fasilitas publik

sehingga harus dihilangkan. Permasalahan tentang Pedagang kaki Lima diatur dalam Peraturan

Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2012 Tentang Pedoman dan

Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima.. Di sisi lain, keberadaaan PKL sangat

membantu mengatasi masalah ketenagakerjaan, sumber penerimaan daerah dan pemenuhan

kebutuhan ekonomi rakyat, oleh karenanya usaha ini perlu dilindungi dan dibina.Dan tentunya

salah satu kelompok yang merasakan dampak dari kenaikan dari harga BBM.

Dengan adanya kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah diharapkan mampu

menunjang dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan dinaikkannya harga BBM

tentunya memberikan dampak langsung bagi pedagang kaki lima (PKL) dalam menjalankan

usahanya, baik itu dampak positif ataupun dampak negatif. Berdasarkan latar belakang yang

sudah diuraikan peneliti mengangkat judul : “Respon Pedagang Kaki Lima (PKL) Tentang

Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Studi Kasus PKL Di jalan Dr.Mansyur Depan Kampus USU Kota Medan.

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan hal yang sangat penting karena langkah ini akan

menentukan kemana suatu penelitian diarahkan. Perumusan masalah pada hakikatnya merupakan

(24)

10

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang telah diuraikan, maka masalah

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : “ Bagaimana Respon Pedagang Kaki Lima (PKL)

Tentang Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM)” studi kasus PKL jalan Dr.Mansyur

Depan Kampus USU Kota Medan.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan Respon Pedagang Kaki Lima (PKL)

Tentang Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

1.3.2. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan dan menambah

khazanah keilmuan dalam bidang kesejahteraan sosial khususnya yang berkaitan

dengan kesejahteraan sosial masyarakat.

2. Secara akademik, penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan secara

akademik dan menjadi referensi tambahan dalam kajian keilmuan kesejahteraan

sosial khususnya dalam bidang kesejahteraan sosial masyarakat.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu menyumbangkan beberapa masukan

dan saran dalam hal memahami dan solusi terhadap persoalan yang berkaitan dengan

kondisi kesejahteraan masyarakat saat ini.

1.4 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan memahami dan mengetahui isi yang terkandung dalam skripsi ini,

maka diperlukan sistematika. Sistematika penulisan skripsi ini meliputi :

(25)

11

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan Puskata

Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitan dengan masalah dan

objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi

operasional.

BAB III : Metode Penelitian

Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi, teknik

pengumpulan data, serta teknik analisis data.

BAB IV : Deskripsi Lokasi Penelitian

Bab ini berisikan sejarah singkat gambaran umum lokasi penelitian dan

data-data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.

BAB V : Analisis Data

Bab ini berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta

dengan analisisnya.

BAB VI : Penutup

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang bermanfaat sehubungan dengan

(26)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi BBM

BBM (bahan bakar minyak): adalah jenis bahan bakar (fuel) yang dihasilkan dari

pengilangan (refining) minyak mentah (crude oil). Minyak mentah dari perut bumi diolah dalam

pengilangan (refinery) terlebih dulu untuk menghasilkan produk-produk minyak (oil products),

yang termasuk di dalamnya adalah BBM. Selain menghasilkan BBM, pengilangan minyak

mentah menghasilkan berbagai produk lain terdiri dari gas, hingga ke produk-produk seperti

naphta, light sulfur wax residue(LSWR) dan aspal.

BBM seperti didefinisikan oleh pemerintah Indonesia untuk keperluan pengaturan harga

dan subsidi sekarang meliputi: (i) bensin (premium gasoline), (ii) solar (IDO & ADO: industrial

diesel oil & automotive diesel oil), (iii) minyak bakar (FO: fuel oil) serta (iv) minyak tanah

(kerosene). Definisi ini merupakan perkembangan dari periode sebelumnya yang masih

mencantumkan avgas (aviation gasoline) dan avtur aviation turbo gasoline, yaitu jenis-jenis

bahan bakar yang dipergunakan untuk mesin pesawat terbang, dalam kategori sebagai BBM.

2.1.1 Jenis-Jenis BBM

A. Premium

Bahan bakar minyak jenis distilat berwarna kekuningan yang jernih. Warna kuning

tersebut akibat adanya zat pewarna tambahan (dye). Penggunaan premium pada umumnya adalah

untuk bahan bakar kendaraan bermotor bermesin bensin, seperti mobil, sepeda motor, motor

(27)

13 B. Pertamax

Motor gasoline tanpa timbal dengan kandungan aditif lengkap generasi mutakhir yang

akan membersihkan Intake Valve Port Fuel Injector dan ruang bakar dari carbon deposit dan

mempunyai Research Octane Number (RON) 92. Pertamax merupakan bahan bakar ramah

lingkungan (unleaded) dan beroktan tinggi.Formula barunya yang terbuat dari bahan baku

berkualitas tinggi memastikan mesin kendaraan bermotor supaya bekerja dengan lebih baik,

lebih bertenaga, “knock free”, rendah emisi, dan memungkinkan anda menghemat pemakaian

bahan bakar. Bahan bakar ini dianjurkan untuk kendaraan yang diproduksi diatas tahun 1990

terutama yang telah menggunakan teknologi setara dengan electronic fuel injection dan catalytic

converters.

C. Pertamax Plus

Bahan bakar superior Perusahaan Publik dengan kandungan energi tinggi dan ramah

lingkungan, diproduksi menggunakan bahan baku pilihan berkualitas tinggi sebagai hasil

penyempurnaan formula terhadap produk Perusahaan Publik sebelumnya. Produk ini ditujukan

untuk kendaraan yang berteknologi mutakhir yang mempersyaratkan penggunaan bahan bakar

beroktan tinggi dan ramah lingkungan.Pertamax Plus sangat direkomendasikan untuk kendaraan

yang memiliki kompresi ratio > 10,5 dan juga yang menggunakan teknologi Electronic Fuel

Injection (EFI), Variable Valve Timing Intelligent (VVTI), (VTI), turbochargersdan catalytic

(28)

14 D. Pertamax Racing

Bahan bakar mesin balap yang mampu menghasilkan daya dan torsi tinggi tanpa

menimbulkan detonasi, agar kendaraan balap responsif dan berkinerja stabil, serta ketahanannya

tinggi. Produk ini merupakan high grade fuel quality yang bersifat ramah lingkungan

(mengandung bioethanol & bebas timbal/TEL) dan diformulasikan secara khusus untuk bahan

bakar kendaraan balap dan kendaraan modern yang memiliki kompresi mesin yang tinggi yaitu

di atas 10:1 sehingga aman untuk mesin, tidak menimbulkan emisi yang membahayakan

kesehatan mekanik, pembalap dan penonton acarabalap

E.Pertamina DEX

merupakan bahan bakar mesin diesel modern yang telah memenuhi dan mencapai standar

emisi gas buang EURO 2, memiliki angka performa tinggi dengan cetane number 53 keatas (

HSD mempunyai cetane number 45 ), memiliki kualitas tinggi dengan kandungan sulfur di

bawah 300 ppm, direkomendasikan untuk mesin diesel teknologi terbaru (Diesel Common Rail

System), sehingga pemakaian bahan bakar akan lebih irit dan ekonomis serta menghasilkan

tenaga yang lebih besar.

F. Bio Solar

Bahan bakar campuran untuk mesin diesel yang terdiri dari minyak hayati non fosil ( bio

fuel ) – sebesar 5 (lima) persen minyak kelapa sawit atau CPO ( Crude Palm Oil ) yang telah

dibentuk menjadi Fatty Acid Methyl Ester (FAME) dan 95 persen solar murni bersubsidi. Bahan

(29)

15

Pada penggunaannya bahan bakar minyak (BBM) yang sering digunakan dalam

beraktifitas oleh masyarakat adalah premium, bio solar dan pertamax. Penggunaan BBM ini

banyak digunakan sebagai bahan bakar alat transportasi baik itu sepeda motor, mobil dan lain

sebagainya bahkan juga sebagai bahan bakar untuk memperlancar aktifitas perekonomian

masyarakat.

2.1.2 Proses Produksi

Minyak bumi biasanya berada 3-4 km di bawah permukaan laut. Minyak bumi diperoleh

dengan membuat sumur bor. Minyak mentah yang diperoleh ditampung dalam kapal tanker atau

dialirkan melalui pipa ke stasiun tangki atau ke kilang minyak.

Minyak mentah (cude oil) berbentuk cairan kental hitam dan berbau kurang sedap. Minyak

mentah belum dapat digunakan sebagai bahan bakar maupun untuk keperluan lainnya, tetapi

harus diolah terlebih dahulu. Minyak mentah mengandung sekitar 500 jenis hidrokarbon dengan

jumlah atom C-1 sampai 50. Titik didih hidrokarbon meningkat seiring bertambahnya jumlah

atom C yang berada di dalam molekulnya. Oleh karena itu, pengolahan minyak bumi dilakukan

melalui destilasi bertingkat, dimana minyak mentah dipisahkan ke dalam kelompok-kelompok

(fraksi) dengan titik didih yang mirip.

Secara umum proses pengolahan minyak bumi digambarkan sebagai berikut: minyak

mentah, penyimpanan, penghilangan garam, destilasi fraksinasi, fraksi berat dan ringan, proses

hidrokarbon yang terdiri dari ( cracking, reforming, alkilasi dan polimerasi, pemurnian dan

(30)

16 2.1.3 Dampak Dari Kenaikan Harga BBM

Dalam situasi ekonomi masyarakat yang sulit, maka kenaikan BBM bisa

kontraproduktif. Kenaikan harga BBM akan menimbulkan kemarahan masal, sehingga

ketidakstabilan dimasyarakat akan meluas. Sebagian masyarakat merasa tidak siap untuk

menerima kenaikan harga BBM. Kenaikan BBM ini merupakan tindakan pemerintah yang

beresiko tinggi. Meskipun demikian, kenaikan harga BBM juga dapat menimbulkan

dampak yang positif dan dampak negatif.

a) Dampak positif

1. Munculnya bahan bakar dan kendaraan alternatif seiring dengan lonjaknya harga

minyak dunia, muncul berbagai bahan bakar alternatif baru yang sudah dikenal

oleh masyarakat luas BBG ( bahan Bakar Gas ). Harga juga lebih murah

dibandingkan dengan harga BBM bersubsidi. Ada juga bahan bakar yang terbuat

dari kelapa sawit. Tentunya bukan hal sulit untuk menciptakan bahan bakar

alternatif mengingat Indonesia adalah Negara yang kaya akan Sumber Daya

Alam. Selain itu, akan muncul juga berbagai kendaraan pengganti yang tidak

menggunakan BBM, misalnya saja mobil listrik, mobil yang berbahan bakar gas,

dan kendaraan lainnya.

2. Pembangunan nasional akan lebih pesat karena dana APBN yang awalnya

digunakan untuk memberikan subsidi BBM, jika harga BBM naik, maka subsidi

dicabut dan dialihkan untuk digunakan dalam pembangunan di berbagai wilayah

hingga ke seluruh daerah.

3. Hematnya APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara)

(31)

17

oleh pemerintah akan berkurang. Sehingga Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara dapat diminimalisasi.

4. Mengurangi pencemaran Udara, Jika harga BBM mengalami kenaikan,

masyarakat akan mengurangi pemakaian bahan bakar. Sehingga hasil

pembuangan dari bahan bakar tersebut dapat berkurang, dan akan berpengaruh

pada tingkat kebersihan udara.

b) Dampak negatif

1. Harga barang-barang dan jasa-jasa menjadi lebih mahal. Harga barang dan jasa

akan mengalami kenaikan disebabkan oleh naiknya biaya produksi sebagai imbas

dari naiknya harga bahan bakar.

2. Apabila harga BBM memang dinaikkan, maka akan berdampak bagi

perekonomian khususnya UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah)

3. Meningkatnya biaya produksi yang diakibatkan oleh: misalnya harga bahan,

beban transportasi dll.

4. Kondisi keuangan UMKM menjadi rapuh, maka rantai perekonomian akan

terputus.

5. Terjadi Peningkatan jumlah pengangguran. Dengan meningkatnya biaya operasi

perusahaan, maka kemungkinan akan terjadi PHK.

6. Inflasi akan terjadi jika harga BBM menglami kenaikan. Inflasi yang terjadi

(32)

18 2.2 Aktifitas Ekonomi

Dalam aktifitas ekonomi usaha berskala kecil seperti pedagang kaki lima melakukan

beberapa kegiatan yang dijalankan diantaranya produksi, distribusi dan konsumsi. Kenaikan

harga bbm tentu akan mempengaruhi aktifitas tersebut. Produksi dapat didefenisikan sebagai

hasil dari suatu proses atau aktifitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan (input).

Dalam pengertian sederhana, produksi berarti kegiatan menghasilkan barang atau jasa. Produksi

adalah kegiatan menciptakan atau menambah nilai guna suatu baran atau jasa. Pelaku kegiatan

produksi disebut produsen. Contohnya ialah: kapas diolah menjadi benang, benang menjadi kain,

ban mobil bekas dijadikan sandal atau pot bunga.

Dalam kegiatan produksi memerlukan bahan baku, sumber daya manusia, dana, mesin

dan metode yang digunakan. Dengan kenaikan BBM akan mempengaruhi harga dari bahan baku,

upah , dan lain-lain yang menyebabkan harga produksi meningkat. Akan terjadi beberapa

pengurangan terhadap sumberdaya yang digunakan untuk menutupi kenaikan dari biaya

produksi. Banyak yang mengurangi upah karyawan, hasil prodiksi dan banyak yang gulung tikar.

Distribusi merupakan kegiatan ekonomi yang menjembatani kegiatan produksi dan

konsumsi. Berkat distribusi barang dan jasa dapat sampai ke tangankonsumen. Dengan demikian

kegunaan dari barang dan jasa akan lebih meningkatsetelah dapat dikonsumsi. Dalam hal

distribusi barang dan jasa bisa dilakukan langsung antara produsen dan konsumen dan banyak

yang memerlukan transportasi supaya cepat sampai ketangan konsumen. Dengan naiknya harga

BBM mempengaruhi ongkos dari transportasi baik itu dari minyak, uang makan bahkan

(33)

19

Konsumsi mempunyai pengertian kegiatan mengurangi atau menghabiskan nilai guna

atau manfaat suatu barang atau jasa. Jika pendapatan tetap tapi harga barang naik maka akan

terjadi pengurangan terhadap pembelian barang dan jasa. Salah satu faktor yang

mempengaruhinya dengan kebijakan kenaikan BBM yang diterapkan. Semua harga barang/ jasa

meningkat drastis dan akan timbul dua kemungkinan di konsumen yaitu mengurangi penggunaan

barang/jasa atau melakukan pinjaman untuk tetap bisa memenuhi kebutuhan.

2.3 Teori Sektor Informal Perkotaan

Kehadiran sektor informal perkotaan dianggap sebagai salah satu sektor ekonomi yang

muncul sebagai akibat dari situasi pertumbuhan tenaga kerja yang tinggi di kota. Mereka yang

memasuki usaha berskala kecil ini, pada mulanya bertujuan untuk mencari kesempatan kerja dan

menciptakan pendapatan. Kebanyakan dari mereka yang terlibat adalah orang-orang migran dari

golongan miskin,berpendidikan rendah dan kurang terampil. Latar belakang mereka bukanlah

pengusaha dan juga bukan kapitalis yang mengadakan investasi dengan modal yang besar.

Namun harus diakui bahwa banyak di antara mereka telah berhasil mengembangkan usahanya

dan secara perlahan-lahan memasuki dunia usaha berskala menengah bahkan berskala besar.

Ada tiga fenomena penting yang perlu disikapi sedang terjadi dalam ketenagakerjaan

pada berbagai kota di negara yang sedang berkembang, khususnya Medan,

yaitu:(1)Kecenderungan semakin meningkatnya peranan usaha sektor informal dalam

ketenagakerjaan dan mampu memberikan pendapatan bagi pelakunya; (2) Kecenderungan

feksibelnya sektor informal dalam menerima tenaga kerja dari berbagai latar belakang yang

berbeda (jenis kelamin, umur, pendidikan, keterampilan/ keahlian dan modal); dan (3) Adanya

(34)

20

Teori tentang sektor informal pertama kali diperkenalkan Keith Harth, seorang

antropolog Inggris dari Manchester University dalam penelitiannya yang berjudul Informal

Income: Opportunities and Urban Employments in Ghana pada tahun 1971 (Rahmatia, 2004:49;

Hidayat, 1998). Harth menggambarkan sektor informal sebagai angkatan kerja perkotaan (urban

labour force), yang berada di luar pasaran tenaga kerja yang terorganisir dan teratur. Kemudian

istilah tersebut diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1977 melalui penelitian Moir (Manning,

2001:49) dengan mengembangkan konsep ILO dan menyatakan bahwa sektor informal

perkotaan di Indonesia disamping merupakan urban labour force yang berada di luar

pasaran tenaga kerja yang terorganisir dan teratur, juga tidak mempunyai hubungan formal

dengan pemerintah dan tidak tergantung pada bahan-bahan atau teknologi impor, serta

jangkauan (radius) pemasarannya tidak terlalu luas.

Hidayat (1998:35) menyatakan bahwa sektor informal di Indonesia muncul berhubungan

dengan besarnya populasi dan pertumbuhan angkatan kerja yang tidak seimbang dengan

pertumbuhan perekonomian dan ketersediaan lapangan kerja dalam suatu wilayah. Sedang

menurut Rahmatia (2004:29) sektor informal perkotaan muncul disamping sebagai

ketakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja dengan ketersediaan lapangan kerja juga

sebagai pertanda kegagalan pemerintah dalam penataan sistim ketenagakerjaan, peningkatan

pendidikan serta lemahnya pemerintah dalam perencanaan pengembangan wilayah yang

menciptakan lapangan kerja.

Berbeda dengan beberapa pendapat di atas, Alisjahbana (2006:69) melihat sektor

informal sebagai akibat dari daya dorong pedesaan dan daya tarik perkotaan. Banyaknya sektor

(35)

21

dan daya dorong sulitnya mendapatkan pekerjaan, serta tingkat upah yang sangat rendah di

desa. Pandangan yang sama di kemukakan oleh Setiono (2004:12) yang menyebutkan bahwa

kota dengan berbagai kemajuan dan fasilitasnya merupakan daya tarik, sementara desa dengan

berbagai keterbatasan dan keterbelakangannya akan merupakan daya dorong, sehingga

menjadikan kehidupan di kota menjadi alternatif utama bagi sebagian mereka yang ingin

menyelamatkan diri dari tekanan kemiskinan di daerah asalnya.

2.4 Defenisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah ( UMKM)

Ada dua defenisi UMKM yang dikenal di Indonesia. Pertama, defenisi usaha kecil

menurut undang-undang (UU) Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, kecil dan menengah.

Menurut UU ini, usaha kecil didefenisikan sebagai kegiatan ekonomi produktif yang berdiri

sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak

perusahaan atau bukan cabang perusahaanyang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian, baik

langsung maupun tidak langsung, dari usaha menengah atau usaha besar, serta memenuhi

beberapa kriteria antara lain: kekayaan bersih Rp.50 juta sampai Rp.500 juta tidak termasuk

tanah dan bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan Rp.300 juta sampai Rp

2,5 milyar.

Pengertian UMKM tidak hanya mencakup industri pengolahan saja namun juga

mencakup sektor usaha lain, misalnya perdagangan, kontruksi, pengangkutan, pertanian, jasa dan

lainnya. Defenisi lain mengenai UMKM juga dijelaskan oleh BPS (Badan Pusat Statistik), di

mana BPS membagi jenis UMKM berdasarkan jumlah tenaga kerja. Menurut BPS, usaha kecil

identik dengan industri kecil dan industri rumah tangga (IKRT). BPS mengklarifikasikan industri

(36)

22

industri kecil dengan pekerja 5-19 orang; (3) industri menengah dengan pekerja 20-29 orang; (4)

industri besar dengan pekerja 100 orang atau lebih.

2.4.1 Peran UMKM Dalam Ekonomi

UMKM memainkan suatu peran yang vital didalam pembangunan dan pertumbuhan

ekonomi, tidak hanya dinegara yang sedang berkembang tapi juga dinegara maju. Memberikan

kesempatan kerja dan sumber pendapatan dan pengurangan kemiskinan, dan pembangunan

ekonomi perdesaan. Karena apabila UMKM berjalan dengan baik akan menyerap banyak tenaga

kerja dan pendapatan masyarakat meningkat. Pada tahapannya akan mendorong konsumsi

nasional yang memacu produksi lebih tinggi lagi dan akan menjadikan pendapatan nasional

menjadi meningkat, sehingga proses pembangunan dapat terus berjalan.

Tetapi bila UMKM tidak berkembang sehingga tenaga kerja tidak terserap dalam sektor

ini tentu jumlah pengangguran akan banyak dan konsumsi akan menurun. Hal ini tidak

mendorong bagi produksi nasional dan tentu akan berdampak pada penurunan pendapatan

nasional dan bisa berakibat pada krisis ekonomi yang berkepanjangan. Sementara negara lain

terus maju meninggalkan krisis dengan menjadikan UMKM sebagai dasar bangunan ekonomi.

2.4.2 Kategori UMKM

Secara kriteria dapat dikelompokkan atas dua pemahaman sebagai berikut :

1. Ukuran usaha atau jenis kewirausahaannya atau tahap pengembangan usaha.

Dalam hal ini, diklasifikasikan atas (1) self employment perorangan; (2) self

(37)

23

tenaga kerja dan modal usaha. Dari tahap pengembangannya, usaha dapat dilihat dari

aspek pertumbuhan menurut pendekatan efisiensi dan produktivitas, yaitu (1) tingkat

survival menurut ukurannya (self employment perorangan hingga industri rumah

tangga); (2) tingkat konsolidasi menurut penggunaan teknologi tradisional yang

diikuti dengan kemampuan mengadopsi teknologi modern; serta (3) tingkat

akumulasi menurut penggunaan teknologi modern yang diikuti dengan keterkaitannya

dengan struktur ekonomi maupun industri.

2. Tingkat penggunaan teknologi

Dalam hal ini, usaha kecil terdiri dari (1) usaha yang menggunakan teknologi

tradisional yang nantinya meningkat menjadi modern dan (2) usaha yang

menggunakan teknologi modern dengan kecenderungan semakin menguat

keterkaitannya dengan struktur ekonomi secara umum dan struktur industri secara

khusus.

Usaha kecil yang benar-benar kecil dan mikro dikelompokkan atas pengertian:

1. Usaha kecil mandiri, yaitu tanpa menggunakan tenaga kerja lain;

2. Usaha kecil yang mengguanakan tenaga kerja anggota keluarga sendiri;

3. Usaha kecil yang memiliki tenaga kerja upahan secara tetap.

Usaha dengan kategori yang dimaksud diatas adalah yang sering dipandang sebagai

usaha yang banyak menghadapi kesulitan, terutama yang terkait dengan lemahnya kemampuan

manajerial, teknologi dan permodalan yang terbatas, SDM, pemasaran dan mutu produk, serta

(38)

24

dan berkembangnya perusahaan-perusahaan asing yang menghasilkan produk sejenis untuk

segmen pasar yang sama.

Kebijakan Pemerintah tentang UMKM sebelumnya diatur dalam Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1995 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 3611)

kemudian digantikan dengan UU no 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

(UMKM).

2.5 Defenisi Pedagang Kaki Lima (PKL)

Menurut McGee dan Yeung (1977:25), PKL mempunyai pengertian yang sama dengan

‘’hawker’’ yang didefinisikan sebagai orang-orang yang menjajakan barang dan jasa untuk

dijual di tempat yang merupakan ruang untuk kepentingan umum, terutama di pinggir jalan dan

trotoar. Oleh karena tidak tersedianya ruang informal kota bagi PKL, maka PKL menggunakan

ruang publik, seperti badan jalan, trotoar, taman kota, di atas saluran drainase, kawasan tepi

sungai untuk melakukan aktivitasnya. Penggunaan ruang publik tersebut biasanya terjadi di

tempat-tempat strategis seperti diantara aktivitas formal kota. Jadi PKL merupakan semua

bentuk usaha atau pekerjaan yang berupa kegiatan ekonomi yang dilakukan di

tempat-tempat atau tepi jalan-jalan umum yang pada dasarnya tidak diperuntukan bagi kegiatan

ekonomi.

2.5.1 Penggolongan Pedagang Kaki Lima

Aktivitas sektor informal dapat dikategorikan berdasarkan sarana fisik yang di

(39)

25 1. Jenis barang dan jasa

2. Jenis ruang usaha

3. Jenis sarana usaha dan ukuran ruangnya.

Sarana fisik yang digunakan PKL dalam mendukung aktivitas perdagangannya

sehari-hari dapat dilihat sebagai berikut:

2.5.1.1 Jenis Barang dan Jasa

Kategori aktifitas jasa sektor informal berdasarkan jenis barang dan jasa yang dijajakan,

yaitu: Makanan dan minuman, Kelontong, Pakaian/tekstil, Buah-buahan , Rokok/obat-obatan ,

Majalah/koran, Jasa perorangan.

Jenis barang dan jasa tersebut dapat dikelompokan kembali menjadi tiga macam kebutuhan,

yaitu:

a. Kebutuhan primer terdiri dari makanan dan minuman

b. Kebutuhan sekunder terdiri dari kelontong, pakaian/tekstil, buah-buahan,

rokok/obat-obatan, dan majalah/koran

c. Kebutuhan jasa yaitu jasa perorangan

Setiap jenis barang dan jasa tersebut dapat diperinci lebih jauh, misalnya saja kelontong

terdiri dari alat-alat rumah tangga,mainan anak, barang elektronik, aksesoris dan sebagainya.

Demikian pula jasa perorangan dapat berupa tukang stempel tukang kunci, reparasi jam,

(40)

26 2.5.1.2 Jenis Ruang Usaha

Aktivitas jasa sektor informal menempati ruang yang terdiri dari ruang umum dan

ruang privat. Uraian dari kedua jenis tersebut adalah sebagai berikut:

1. Ruang Umum

Jenis ruang yang dimiliki oleh pemerintah sebagai ruang yang diperuntukan bagi

kepentingan masyarakat luas. Contoh ruang umum adalah taman kota, trotoar, ruang

terbuka, lapangan dan sebagainya. Termasuk pula fasilitas/sarana yang terdapat di ruang

umum seperti halte, jembatan penyebrangan dan sebagainya.

2. Ruang Privat

Jenis rung yang dimiliki oleh individu atau kelompok tertentu, misalnya lahan pribadi

yang dimiliki oleh pemilik pertokoan, perkantoran dan sebagainya.

2.5.1.3 Jenis Sarana Usaha dan Ukuran Ruangnya

Aktivitas jasa sektor informal dapat dikelompokan berdasarkan jenis usahanya, yaitu:

a. Gerobak/kereta dorong

Bentuk aktivitas jasa sektor informal yang menggunakan gerobak/kereta dorong

dibagi atas dua macam yaitu gerobak/kereta dorong yang tampa atap dan gerobak/kereta dorong

yang menggunakan atap untuk melindungi barang dagangan dari pengaruh panas, debu, hujan

(41)

27 b. Pikulan

Bentuk aktivitas jasa sektor informal yang menggunakan sebuah atau dua buah

keranjang dengan cara dipikul. Bentuk pikulan ini dapat dikategorikan dalam bentuk aktivitas

jasa informal keliling atau semi menetap, biasanya dijumpai pada jenis makanan dan

minuman.

c. Warung semi permanen

Bentuk aktivitas jasa informal yang terdiri atas beberapa gerobak/kereta dorong

yang telah diatur sedemikian rupa secara berderet dan dilengkapi dengan bangku-bangku

panjang dan meja. Bagian atap dan sekelilingnya biasanya ditutup dengan pelindung yang

terbuat darikain terpal, plastik atau bahan kain lainnya yang tidak tembus air.

d. Jongko/meja

Bentuk aktivitas jasa informal yang menggunakan jongko/meja sebagai sarana

usahanya. Bentuknya ada yang tampa atap dan ada pula yang beratap untuk melindungi

pengaruh dari luar. Berdasarkan sarana usaha tersebut maka jasa sektor informal ini

tergolong memiliki aktivitas jasa menetap.

e. Kios

Bentuk aktivitas jasa informal yang menggunakan papan-papan yang diatur

sedemikian rupa sehingga menyerupai sebuah bilik semi permanen. Para penjajanya juga

biasanya bertempat tinggal di dalamnya. Berdasarkan sarana usaha tersebut maka aktivitas

(42)

28 2.5.1.4 Ciri-ciri Pedagang Kaki Lima

Ciri-ciri pedagang kaki lima dapat didefinisikan berdagasarkan pada barang dan

jasa yang diperdagangkan. Ciri-ciri tersebut sebagai berikut:

1. Penggolongan pedagang kaki lima didasarkan pada jenis-jenis barang dan jasa

meliputi:

a) Makanan dan minuman, berlokasi di sekitar kawasan perdagangan, rekreasi

dan hiburan

b) Rokok dan obat-obatan, berlokasi di kawasan perdagangan, rekreasi, dan

hiburan.

c) Buah-buahan, berlokasi di kawasan perdagangan, rekreasi dan hiburan

d) Pakaian dan perlengkapannya,berlokasi di kawasan perdagangan, rekreasi dan

hiburan

e) Buku, surat kabar dan majalah, berlokasi di sekitarkawasan perkantoran

rekreasi dan hiburan

f) Jasa dan perlengkapan kantor berlokasi di sekitar kawasan perdagangan

dan perkantoran

g) Barang seni dan barang kerajinan, berlokasi disekitar kawasan perkantoran,

rekreasi dan hiburan

h) Mainan, berlokasi di sekitar kawasan perdagangan, rekreasi dan hiburan

(43)

29

2. Pola penampilan atau sarana berdagang yaitu: Gerobak/kereta dorong, pikulan,

warung semi permanen, gelasan/alas, jongko/meja, dan kios.

3. Sifat barang dagangan , yang digolongkan atas 2 golongan, yaitu:

a) Barang keping, biasanya dengan jenis barang yang dimilki sifat yang tahan lama

seperti tekstil dan obat-obatan

b) Barang basah, umumnya barang jenis ini tidak dapat disimpan dalam

waktu yang lama seperti minuman dan makanan

4. Sifat pelayanan pedagang kaki lima tergantung pada sifat dan komunitas barang

yang meliputi:

a) Pedagang menetap (static), yaitu suatu bentuk pedagang kaki lima yang

mempunyai cara/sifat dalam melayani konsumennya dengan menetap

disuatu lokasi tertentu. Dalam hal ini pembeli/konsumen harus datang

sendiri ke lokasi tersebut.

b) Pedagang semi menetap (semi static), yaitu suatu bentuk pedagang kaki

lima yang mempunyai cara/sifat dalam melayani konsumen dengan menetap

sementara hanya pada saat-saat tertentu saja. Dalam hal ini akan menetap bila

ada kemungkinan datangnya pembeli (hari minggu/libur).

c) Pedagang keliling (mobile), yaitu suatu bentuk pedagang kaki lima yang

mempunyai cara/sifat dalam melayani konsumennya untuk selalu berusaha

mendatangi atau mengejar konsumen. Biasanya sifat pedagang ini

(44)

30 2.6. Pengertian Respon

Respon berasal dari kata “response” yang berarti jawaban, balasan atau tanggapan

(reaction). Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dijelaskan definisi respon adalah berupa

tanggapan, reaksi, dan jawaban. Dalam pembahasan teori respon tidak terlepas dari pembahasan

proses teori komunikasi, karena respon merupakan timbal balik dari apa yang di komunikasikan

terhadap orang-orang yang terlibat proses komunikasi. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh

Steven M Caffe respon dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

1. Kognitif, yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan, keterampilan dan

informasi seseorang mengenai sesuatu. respon ini timbul apabila adanya perubahan

terhadap yang dipahami atau dipersepsi oleh khalayak.

2. Afektif, yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap dan menilai seseorang

terhadap sesuatu. Respon ini timbul apabila ada perubahan yang disenangi oleh khalayak

terhadap sesuatu.

3. Psikomotorik, yaitu respon yang berhubungan dengan prilaku nyata yang meliputi

tindakan atau perbuatan.

2.6.1.Pengertian Kognisi (Pengetahuan)

Istilah kognisi berasal dari kata “cognoscare” yang artinya mengetahui. Aspek kognisi

banyak mempermasalahkan bagaimana cara memperoleh pemahaman tentang dirinya dan

lingkungannya, serta bagaimana dengan kesadaran itu ia berinteraksi dengan lingkungannya.

Setiap perilaku sadar manusia didahului oleh proses kognisi yang memberi arah terhadap

(45)

31 2.6.2. Pengertian Afeksi (Sikap)

Sikap merupakan kecendrungan untuk bertindak, beroperasi, berfikir dan merasa dalam

menghadapi objek, ide, situasi dan nilai. Sikap timbul dari pengalaman, tidak dibawa sejak lahir

tetapi merupakan hasil belajar. Sikap mempunyai daya dorong atau motivasi dan bersifat

evaluatif, artinya mengandung nilai menyenangkan atau tidak menyenangkan. Objek sikap

dirasakan adanya motivasi, tujuan, nilai dan kebutuhan. Sikap merupakan kecenderungan yang

berasal dari dalam diri individu untuk berkelakuan dengan suatu pola tertentu terhadap suatu

objek berupa manusia, hewan atau benda akibat pendirian atau persamaannya terhadap objek

tersebut.

2.6.3.Pengertian Psikomotorik (Tindakan)

Jones dan Davies dalam Sarlito (1995:55), memberi definisi tindakan yaitu keseluruhan

respon (reaksi) yang mencerminkan pilihan seseorang yang mempunyai akibat (efek) terhadap

lingkungannya. Suatu tindakan dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan dan diarahkan pada

pencapaian sesuatu agar kebutuhan tersebut terpenuhi. Tindakan yang ditujukan oleh aspek

psikomotorik merupakan bentuk keterampilan motorik yang diperoleh peternak dari suatu proses

belajar (Samsudin, 1977:67). Psikomotorik yang berhubungan dengan kebiasaan bertindak yang

merupakan aspek perilaku yang menetap (Rahmat, 1989: 49).

2.7.Kerangka Pemikiran

Kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) didasari pada UU nomor 21 tahun

2001 yang mengatur tentang minyak dan gas. Ketetapan pemerintah tanggal 28 Maret 2015 yang

(46)

32

6.900/liter, harga Bensin Premium RON 88 naik dari Rp 6.800/liter jadi Rp 7.300/liter,harga

Minyak Tanah dinyatakan tetap, yaitu Rp. 2.500/liter (termasuk PPN).. Sebelumnya sudah terjadi

naik turun yang dilakukan oleh pemerintah era Jokowi dengan beragam alasan diantaranya

kenaikan harga minyak dunia, defisit anggaran dan lain sebagainya. Hal ini memberikan dampak

secara langsung kepada pelaku UMKM

Salah satunya yang merasakan efek dari kenaikan harga bahan bakar minyak adalah

pedagang kaki lima, karena dalam melakukan proses produksi akan terjadi kenaikan harga baik

itu dari bahan baku, biaya transportasi dan lain sebagainya. Akibatnya akan menimbulkan

persepsi dan sikap dari masyarakat yang dikhususkan pedagang kaki lima (PKL) yang dapat

dilihat sebagai bentuk respon dari kenaikan harga bahan bakar minyak. Ini berdampak positif

atau negatif terhadap pedagang kaki lima.

2.7.1 Bagan Alir Pikir

Kebijakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM)

Respon Pedagang Kaki Lima (PKL) Dijalan Dr.Mansyur Depan Kampus USU Kota Medan

Negatif Positif

(47)

33 2.8.Definisi Konsep dan Definisi Operasiona

Referensi

Dokumen terkait

4.5 Gambaran Umum Implementasi Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Pedagang Kaki Lima (PKL) Di Wilayah Universitas Jember....

Respon Masyarakat Terhadap Relokasi Pedagang Kaki Lima Dari Kawasan Alun-Alun Kota Bandung Menuju Tempat Penampungan Pedagang

Respon atau persepsi PKL tentang pemberdayaan PKL yang dilakukan oleh Dinas Perdagangan yaitu bagi pedagang kaki lima (PKL) di Lapangan Pancasila, pemberdayaan yang