• Tidak ada hasil yang ditemukan

DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR PARIWISATA DI LOMBOK TIMUR TAHUN 2007-2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DETERMINAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR PARIWISATA DI LOMBOK TIMUR TAHUN 2007-2014"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

IN EAST LOMBOK PERIODE 2007-2014

SKRIPSI

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata I Pada Fakultas Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusunoleh :

B. RISKI AULIA FARADHITA 20120430041

FAKULTAS EKONOMI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)

Pendapatan Asli Daerah (PAD). Bagi suatu daerah yang terbatas potensi sumber daya alamnya akan menjadi tantangan tersendiri dalam upaya untuk memaksimalkan potensi dalam sektor pariwisata.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan Pendapatan Asli Daerah dari sektor pariwisata yang terdiri dari jumlah obyek wisata, jumlah wisatawan dan pendapatan perkapita terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Lombok Timur tahun 2007-2014. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diantaranya mengenai jumlah obyek wisata, jumlah wisatawan dan pendapatan perkapita. Alat analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan uji statistik dan uji asumsi klasik.

Berdasarkan hasil penelitian dengan uji analisis yang dilakukan maka didapatkan bahwa variabel-variabel dari sektor pariwisata yaitu jumlah obyek wisata, jumlah wisatawan dan pendapatan perkapita memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah Lombok Timur.

(16)

for district who have limited of natural resources in effort to maximize their potential. One of effort that they can do to increase local revenue is optimizing the potential of the tourism sector.

This research aimed to understand of regional revenue of tourism sector which consist of a tourism attraction numbers, tourism visiting numbers, number of income per capita. The research used secondary data and analitytical tool used in this research is multiple regressions.

Based on the research results of the analysis conducted tests showed that the variables of the tourism sector which is the number of tourist attraction, tourist numbers and income per capita have a significant effect on the regional revenue of east Lombok Regency, while income per capita has no significant effect.

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki banyak potensi alam baik di daratan maupun di lautan yang dikembangkan menjadi sebuah usaha di bidang kepariwisataan. Menurut Undang – Undang Kepariwisataan No.9 Tahun 1990. Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud tidak untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi tapi hanya semata untuk menikmati perjalanan tersebut untuk mencapai kepuasan. Pariwisata merupakan salah satu sumber pendapatan yang penting bagi suatu negara, terutama pemerintah daerah tempat obyek wisata itu berada. Dengan adanya kegiatan pariwisata dapat menambah pemasukan dari pendapatan setiap obyek wisata (Murti Handayani, 2011).

(18)

dan mengembangkan potensi sumber-sumber PADnya sehingga dengan semakin banyak sumber-sumber PAD yang dimiliki, daerah akan semakin banyak memiliki sumber pendapatan yang akan dipergunakan dalam membangun daerahnya.

Salah satu upaya untuk meningkatkan penerimaan daerah yaitu dengan mengoptimalkan potensi dalam sektor pariwisata. Keterkaitan industri pariwisata dengan penerimaan daerah berjalan melalui jalur PAD dan bagi hasil pajak/bukanpajak. Menurut Tambunan yang dikutip oleh Rudy Badrudin (2001), bahwa industri pariwisata yang menjadi sumber PAD adalah industri pariwisata milik masyarakat daerah (Community Tourism Development atau CTD). Dengan mengembangkan CTD pemerintah daerah dapat memperoleh peluang penerimaan pajak dan beragam retribusi resmi dari kegiatan industri pariwisata yang bersifat multisektoral, yang meliputi hotel, restoran, usaha wisata, usaha perjalananwisata, profesional convention organizer, pendidikan formal dan informal,pelatihan dan transportasi.

Keberhasilan pengembangan sektor kepariwisataan, berarti akan meningkatkan perannya dalam penerimaan daerah, dimana kepariwisataan merupakan komponen utamanya dengan memperhatikan juga faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti: jumlah obyek wisata yang ditawarkan, jumlah wisatawan yang berkunjung baik domestik maupun internasional, tingkat hunian hotel, dan tentunya pendapatan perkapita.

(19)

pantai. Tidak heran sekitar setengah juta orang berdatangan setiap tahunnya. Bukan hanya keindahan pantai yang ditawarkan, keindahan lain dapat dinikmati di pulau Lombok berupa gili-gili atau pulau-pulau kecil sekitar pulau Lombok yang sangat natural dan indah. Keberadaan berbagai objek wisata di pulau Lombok sebagian besar belum dapat dikembangkan semaksimal mungkin oleh pemerintah daerah setempat, sehingga belum dikenal oleh para wisatawan. Dan juga, pengembangan kegiatan kepariwisataan di pulau Lombok juga masih memerlukan peningkatan sarana dan prasarana pendukung kegiatan pariwisata seperti sarana dan prasarana perhubungan, akomodasi dan telekomunikasi.

Pulau Lombok merupakan pulau yang memiliki banyak tempat wisata yang sering dikunjungi oleh para wisatawan baik itu wisatawan lokal maupun mancanegara. Namun, karena kurangnya promosi membuat daerah yang ada dipulau Lombok jarang dikenal oleh para wisatawan. Pulau Lombok dikenal sebagai daerah yang memiliki keindahan pantainya dan pulau kecilnya (gili), keberadaan daerah wisata ini memberikan pengaruh atau dampak bagi masyarakat baik itu dampak positif maupun dampak negatif.

(20)

Objek tersebut diantaranya yaitu Labuhan Haji, Gili Lampu, Gili Kondo, Gili Lawang, Gili Sulat, dan Teluk Ekas, Teluk Serewe, kawasan Kaliantan, Pantai Pink (Tangsi), kawasan Sungkun, kawasan Sunut, Pantai Surga, dan Pantai cemara, Pantai Tanjung Ringgit dan sekitarnya, yang berada di wilayah Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur.

Objek wisata alam Lombok Timur juga tidak kalah menariknya, objek tersebut antara lain berupa pusat pemandia yaitu Joben, Timbenuh, dan Lemor. Pemandangan alam yang mempesona di Tete Batu, Kembang Kuning, dan Gunung Rinjani. Jumlah tersebut tentu saja menjadi peluang yang sangat besar dalam usaha pengembangan pariwisata. Pemanfaatan dan pengelolaan secara baik akan mendorong kunjungan wisatawan domestik maupun asing, peningkatan jumlah kunjungan tentunya akan mempengaruhi peningkatan pendapatan asli daerah. (Armin Subani, 2010).

(21)

Tabel 1.1

Jumlah Objek Wisata dan Jumlah Hotel/Losmen Di Kabupaten Lombok Timur

Tahun 2000-2014

Tahun Jumlah Objek Wisata Jumlah Hotel/Losmen

2007 50 16

2008 52 16

2009 53 20

2010 65 27

2011 65 30

2012 65 32

2013 65 35

2014 70 35

Sumber: (BPS) Lombok Timur dalam angka 2012 dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Lombok Timur

Keragaman produk dan potensi pariwisata yang ada ditambah dengan tersedianya fasilitas penunjang pariwisata yang memadai seperti penginapan, fasilitas rekreasi, tempat dan atraksi wisata, merupakan aset pariwisata yang besar dan dapat menjadi faktor penunjang dalam pengembangan industri pariwisata bagi Kabupaten Lombok Timur.

Hotel berfungsi bukan saja sebagai tempat menginap untuk tujuan wisata namun juga untuk tujuan lain seperti manjalankan kegiatan bisnis, mengadakan seminar, atau sekedar untuk mendapatkan ketenangan. Dalam setiap tahunnya jumlah kamar hotel yang ada di Kabupaten Lombok Timur selalu mengalami peningkatan

(22)

objek wisata pantai tidak mengalami perubahan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebanyak 53 objek wisata. Dan kemudian pada tahun 2014 terjadi peningkatan sebanyak 65 objek wisata. Hal tersebut akan berdampak positif bagi perkembangan kunjungan para wisatawan yang berkunjung ke berbagai objek wisata yang tersedia di Kabupaten Lombok Timur.

Berikut ini dapat dilihat data jumlah wisatawan asing dan wisatawan domestik yang berkunjung ke objek wisata di Kabupaten Lombok Timur selama beberapa tahun terakhir.

Tabel 1.2

Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Objek Wisata Di Kabupaten Lombok Timr. Tahun 2008-2014

Tahun Jenis Wisatawan Jumlah

(Orang) Asing

(Orang)

Domestik (Orang)

2007 821 5.001 5.822

2008 1.024 11.772 12.796

2009 1.954 3.195 5.149

2010 3.770 8.522 12.292

2011 2.599 8.657 11.256

2012 3.084 8.239 11.323

2013 3.992 13.032 17.024

2014 4.100 13.500 17.600

Sumber: (BPS) Lombok Timur dalam angka tahun 12 dan Disbudpar Kab.Lombok Timur

(23)

yang mencapai angka sebesar 11.256 pada tahun 2011 dan 11.323 pada tahun 2012 orang, pada tahun 2013 hingga 2014 jumlah kunjungan wisatawan naik menjadi sebesar 17.024 orang pada tahun 2013 dan 17.600 orang pada tahun 2014. Semenjak saat itu pemerintah Nusa Tenggara Barat menggelar kegiatan yang bertemakan “Visit Lombok Sumbawa 2012” yang tujuan untuk mempromosikan pariwisata di Lombok agar para wisatawan asing maupun domestik selalu ingin berkunjung ke Lombok. Hal tersebut tentu akan berdampak terhadap situasi perekonomian yang dimana setiap perjalanan ke objek wisata yang dikunjungi akan menguntungkan bagi daerah yang di kunjungi. Dimana dapat dilihat kondisi perekonomian di Kabupaten Lombok Timur cukup baik dari sektor pariwisata dan berimbas pada pendapatan perkapita (PDRB) yang tentunya akan meningkat.

(24)

Tabel 1.3

Pendapatan Perkapita Kabupaten Lombok Timur Tahun 2000-2014

Tahun Jumlah

Pendapatan Perkapita 2007 3.632.013 2008 4.012.183 2009 4.567.035 2010 5.031.791 2011 5.622.876 2012 6.324.106 2013 6.943.160 2014 7.780.000

Sumber: Papeda Kab.Lombok Timur (buku PDRB = Produk Domestik Regional Bruto) tahun

2013

Dari tahun 2007 sampai 2014 kondisi pendapatan perkapita di Kabupaten Lombok Timur selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Ini tentu akan berdampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lombok Timur yang semakin membaik dan mendorong pemerintah untuk terus melakukan langkah yang lebih baik lagi terutama untuk meningkatkan penerimaan daerah dari sektor pariwisata disetiap tahunnya.

(25)

Kabupaten Lombok Timur memiliki daya tarik tersendiri untuk para wisatawan yang ingin berkunjung. Maka ini akan mendorong jumlah kunjungan wisatawan asing maupun domestik untuk berkunjung ke tempat-tempat objek wisata yang tersedia. Sehingga akan meningkatkan penerimaan daerah terutama retribusi objek pariwisata yang nantinya akan berdampak pada perekonomian masyarakat sekitar dan dapat membiayai pembangunan daerah.

Berdasarkan penjelasan latar belakang, maka judul dalam penelitian ini adalah Determinan Pendapatan Asli Daerah di Kabupten Lombok Timur Tahun 2007-2014”.

B. Rumusan Masalah Penelitian

(26)

mempengaruhi pendapatan asli daerah srktor pariwisata di Kabupaten Lombok Timur.

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh jumlah wisatawan terhadap Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata di Kabupaten Lombok Timur?

2. Bagaimana pengaruh jumlah objek wisata terhadap Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata di Kabupaten Lombok Timur?

3. Bagaimana pengaruh pendapatan perkapita terhadap Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata di Kabupaten Lombok Timur?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah disebutkan diatas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pengaruh objek wisata terhadap Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata di Kabupaten Lombok Timur.

2. Mengetahui pengaruh jumlah wisatawan terhadap Pendapatan Asli Derah Sektor Pariwisata di Kabupaten Lombok Timur.

3. Mengetahui jumlah pendapatan perkapita terhadap Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata di Kabupaten Lombok Timur.

D. Manfaat Penelitian

(27)

1. Manfaat Ilmiah

Dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran bagi pemerintah daerah setempat dalam menentukan kebijakan yang tepat guna meningkatkan pendapatan pemerintahan daerah dari sektor pariwisata.

2. Manfaat Praktis

(28)

12 A. Landasan Teori

1. Pendapatan Asli Daerah

Menurut Undang-undang No.32 Tahun 2004, Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber penerimaan Pemerintah Daerah yang berasal dari daerah itu sendiri berdasarkan kemampuan yang dimiliki. Pendapatan Asli Daerah terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan yang sah (Kawedar, 2008). Dengan adanya peningkatan PAD diharapkan dapat meningkatkan investasi belanja modal pemerintah daerah sehingga pemerintah memberikan kualitas pelayanan publik yang baik.

Menurut Halim (2004: 67) pengertian Pendapatan Asli Daerah yaitu: Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah, Pendapatan Asli Daerah dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan, yaitu pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan, lain-lain Pendapatan Asli Dearah yan sah”.

(29)

1) Pajak Daerah

Menurut Siagian, dalam bukunya yang berjudul Pajak Daerah Sebagai Keuangan Daerah, pajak daerah dapat didefinisikan sebagai pajak Negara yang diserahkan kepada daerah dan dinyatakan sebagai pajak daerah dengan undang-undang. Menurut Undang-Undang Nomer 34 tahun 2000 pajak daerah didefinisikan sebagai iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

Dalam desentralisasi fiskal, pungutan pajak daerah adalah tidak berarti memberikan sumber fiskal tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap daerah dan nasional, melainkan melalui penelaahan beberapa faktor dengan mengacu pada prinsip efisiensi dan efektivitas. Maksimisasi Pendapatan Asli Daerah akan berimplikasi pada peningkatan pungutan pajak daerah dan retribusi daerah, karena penyumbang terbesar Pendapatan Asli Daerah adalah dua komponen tersebut. Berdasarkan definisi pajak yang dijelaskan diatas, dapat ditarik beberapa kesimpulan tentang ciri-ciri pajak yaitu:

a) Pajak dipungut oleh negara (baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah) berdasarkan aturan undang-undang dan aturan pelaksanaan.

(30)

c) Pajak diperuntukkan bagi pembayaran pengeluaran pemerintah yang mana jika dari pemasukannya masih terdapat surplus maka digunakan untuk investasi di sektor publik. Tujuan yang utama dari pemungutannya adalah sebagai sumber keuangan negara maupun sebagai sumber keuangan daerah.

d) Pajak dipungut disebabkan keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu pada seseorang.

Jenis pajak propinsi ditetapkan sebagai empat jenis pajak, namun walaupun demikian propinsi boleh tidak memungut salah satu atau beberapa jenis pajak yang telah ditetapkan, apabila potensi pajak di suatu daerah dipandang kurang memadai. Jenis pajak Kabupaten/Kota menurut Undang-undang No 34 Tahun 2000 yaitu:

a) Pajak hotel, yaitu pajak atas pelayanan hotel. Hotel adalah bangunan yang khusus disediakan oleh orang untuk dapat menginap atau istirahat, memperoleh pelayanan dan fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran, termasuk bangunan lainnya dengan dipungut bayaran, termasuk bangunan lainnya yang menyatu, dikelola, dan dimiliki oleh pihak yang sama, kecuali untuk pertokoan dan perkantoran.

(31)

c) Pajak hiburan, yaitu pajak atas penyelenggaraan hiburan, hiburan adalah semua jenis pertunjukan, permainan dan keramaian yang ditonton atau dinikmati oleh banyak orang dengan dipungut bayaran, tidak termasuk penggunaan fasilitas untuk berolahraga.

d) Pajak reklame yaitu pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk dan corak ragamnya dimaksudkan untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memuji suatu barang, jasa atau orang ataupun untuk menarik perhatian umum pada suatu barang, jasa atau dapat dilihat, dibaca, atau didengar oleh umum pada suatu tempat kecuali yang dilakukan oleh pemerintah.

e) Pajak penerangan jalan, yaitu pajak atas penggunaan tenaga listrik, dengan ketentuan bahwa di wilayah tersebut tersedia penerangan jalan yang rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah.

f) Pajak pengambilan bahan galian golongan c, yaitu pajak atas pengambilan bahan galian golongan c sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(32)

penitipan kendaraan bermotor dan garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran.

2) Retribusi Daerah

Retribusi daerah sebagaimana halnya pajak daerah merupakan salah satu pendapatan asli daerah yang diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, untuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat (Rohmat Soemitro, dalam Adrian (2008: 55).

Menurut Rohmat Soemitro, dalam Adrian (2008: 74), mengatakan bahwa retribusi daerah adalah pembayaran kepada negara yang dilakukan kepada mereka yang menggunakan jasajasa negara, artinya retribusi daerah sebagai pembayaran atas jasa atau karena mendapat pekerjaan usaha atau milik daerah bagi yang berkepentingan atau jasa yang diberikan oleh daerah baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, setiap pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah senantiasa berdasarkan prestasi dan jasa yang diberikan kepada masyarakat sehingga keleluasaan retribusi daerah terletak pada yang dinikmati oleh masyarakat. Jadi, retribusi sangat berhubungan erat dengan jasa layanan yang diberikan pemerintah daerah kepada yang membutuhkan.

(33)

tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan”. Jasa adalah

kegiatan pemerintah daerah berupa usaha dan pelayanan yang menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan lainnya, dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan, dengan demikian bila seseorang ingin menikmati jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah, ia harus membayar retribusi yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Munawir (1990: 45), menyebutkan definisi retribusi adalah sebagai berikut. “Retribusi adalah iuran kepada pemerintah yang dapat

dipaksakan dan jasa balik secara langsung dapat ditunjuk, paksaan ini bersifat ekonomis karena siapa saja yang tidak merasakan jasa balik dari pemerintah ia tidak akan dikenakan iuran tersebut”.

Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atau jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan (Pasal 1 ayat (16) Perda No. 5 Tahun 2011).

Sedangkan menurut Undang-undang No. 28 Tahun 2009 yang dimaksud dengan retribusi daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan.

(34)

Dari pengertian retribusi daerah tersebut maka menurut Josef Riwu Kaho(1987: 43) dapat dilihat ciri-ciri mendasar dari retribusi daerah adalah :

a. Retribusi dipungut oleh Pemerintah Daerah;

b. Dalam pungutan retribusi terdapat prestasi yang diberikan pemerintah daerah yang langsung dapat ditunjuk; dan

c. Retribusi dikenakan kepada siapa saja yang memanfaatkan atau memakai jasa yang disediakan pemerintah daerah.

3) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

(35)

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan antara lain laba deviden, dan penjualan saham milik daerah.

4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang Sahadalah pendapatan asli daerah selain pajak daerah, retribusi daerah, danPengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan.

Lain-lain pendapatan asli daerahyang sah menurut Undang-undang No.33 Tahun 2004 terdiri dari :

1. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan 2. Jasa giro

3. Pendapatan bunga

4. Keuntungan selisih nilai tukar terhadap mata uang asing

5. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan ataupengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah.

2. Pariwisata

(36)

budaya dan teknologi serta kegiatan yang slaing mempengaruhi untuk menarik dan memfasilitasi wisatawan. Pengelolaan tersebut dapat dilakukan oleh pemerintah, kalangan swasta maupun masyarakat. Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari pengembangan industri pariwisata antara lain :

1) Membuka kesempatan kerja

Industri pariwisata merupakan kegiatan mata rantai yang sangat panjang sehingga membuka kesempatan kerja bagi masyarakat sekitarnya.

2) Menambah pendapatan masyarakat daerah

Di daerah pariwisata tersebut masyarakat dapat menambah pendapatan dengan menjual barang dan jasa.

3) Menambah devisa negara

Dengan semakin banyaknya wisatawan asing yang datang ke Indonesia, maka akan semakin banyak devisa yang diterima.

4) Merangsang pertumbuhan kebudayaan asli Indonesia

Kebudayaan yang sudah ada di Indonesia dapat tumbuh karena adanya pariwisata. Wisatawan asing banyak yang ingin melihat kebudayaan asli Indonesia.

5) Menunjang gerak pembangunan di daerah

Di daerah pariwisata banyak terlihat pembangunan jalan, hotel, restoran dan lain-lainnya sehingga pembangunan di daerah itu lebih maju. a. Pengertian Pariwisata

(37)

memperbaiki kesehatan, menikmati olah raga atau istirahat, menunaikan tugas, berziarah, dan lain-lain, bukanlah merupakan kegiatan yang baru saja dilakukan oleh manusia masa kini. Menurut definisi yang luas pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu. Seseorang dapat melakukan perjalanan dengan berbagai cara karena alasan yang berbeda-beda pula. Suatu perjalanan dianggap sebagai perjalanan wisata bila memenuhi tiga persyaratan yang diperlukan, yaitu :

a. Harus bersifat sementara

b. Harus bersifat sukarela (voluntary) dalam arti tidak terjadi paksaan. c. Tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah ataupun bayaran. b. Jenis Pariwisata

Walaupun banyak jenis wisata ditentukan menurut motif tujuan perjalanan, menurut James J, Spillane (1987: 28-31) dapat juga dibedakan adanya beberapa jenis pariwisata khusus sebagai berikut :

a. Pariwisata Untuk Menikmati Perjalanan (Pleasure Tourism)

(38)

b. Pariwisata Untuk Rekreasi (Recreation Tourism)

Pariwisata untuk rekreasi dilakukan sebagai pemanfaatan hari-hari libur untukberistirahat, memulihkan kesegaran jasmani dan rohani dan menyegarkan keletihan.

c. Pariwisata Untuk Kebudayaan (Cultural Tourism)

Pariwisata untuk kebudayaan ditandai serangkaian motivasi seperti keinginan belajar di pusat riset, mempelajari adat-istiadat, mengunjungi monumen bersejarah dan peninggalan purbakala dan ikut festival seni musik.

d. Pariwisata Untuk Olah Raga (Sports Tourism)

Pariwisata untuk olahraga dibagi menjadi dua kategori, yakni pariwisata olahraga besar seperti Olimpiade, Asian Games, dan SEA Games serta buat mereka yang ingin berlatih atau mempraktikkan sendiri, seperti mendaki gunung, panjat tebing, berkuda, berburu, rafting, dan memancing.

e. Pariwisata Untuk Urusan Usaha Dagang (Business Tourism) Pariwisata untuk urusan usaha dagang umumnya dilakukan para pengusaha atau industrialis antara lain mencakup kunjungan ke pameran dan instalasi teknis.

f. Pariwisata Untuk Berkonvensi (Convention Tourism)

(39)

d. Peran Sektor Pariwisata

Menurut Hutabarat (1992) dalam Rahayu (2006), peran pariwisata saat ini antara lain sebagai berikut:

a. Peran Ekonomi

1) Meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah.

Peningkatan pendapatan masyarakat dan pemerintah berasal dari pembelanjaan dan biaya yang dikeluarkan wisatawan selama perjalanan dan persinggahannya seperti untuk hotel, makan dan minum, cendramata, angkutan dan sebagainya. Selain itu juga, mendorong peningkatan dan pertumbuhan di bidang pembangunan sektor lain. Salah satu ciri khas pariwisata, adalah sifatnya yang tergantung dan terkait dengan bidang embangunan sektor lainnya. Dengan demikian, berkembangnya kepariwisataan akan mendorong peningkatan dan pertumbuhan bidang pembangunan lain.

(40)

menambah pendapatan untuk dapat menunjang kehidupan rumah tangganya.

b. Peran Sosial

1) Semakin luasnya lapangan kerja

Sarana dan prasarana seperti hotel, restoran dan perusahaan perjalanan adalah usaha-usaha yang “padat karya”. Untuk menjalankan jenis usaha yang tumbuh dibutuhkan tenaga kerja dan makin banyak wisatawan yang berkunjung, makin banyak pula lapangan kerja yang tercipta. Di Indonesia penyerapan tenaga kerja yang bersifat langsung dan menonjil adalah bidang perhotelan, biro perjalanan, pemandu wisata, instansi pariwisata pemerintah yang memerlukan tenaga terampil. Pariwisata juga menciptakan tenaga di bidang yang tidak langsung berhubungan, seperti bidang konstruksi dan jalan. c. Peran Kebudayaan

1) Mendorong pelestarian budaya dan peninggalan sejarah.

(41)

2) Mendorong terpeliharanya lingkungan hidup

Kekayaan dan keindahan alam seperti flora dan fauna, taman laut, lembah hijau, pantai dan sebagainya, merupakan daya tarik wisata. Daya tarik ini harus terus dipelihara dan dilestarikan karena hal ini merupakan modal bangsa untuk mengembangkan pariwisata.

3) Wisatawan selalu menikmati segala sesuatu yang khas dan asli. Hal ini merangsang masyarakat untuk memelihara apa yang khas dan asli untuk diperlihatkan kepada wisatawan.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Daerah disektor Pariwisata

Mata rantai industri pariwisata yang berupa hotel atau penginapan, restoran atau jasa boga, usaha wisata (obyek wisata, souvenir, dan Hiburan), dan usaha perjalanan wisata (travel agent atau pemandu wisata) dapat menjadi sumber penerimaan daerah bagi Kota Semarang yang berupa pajak daerah, retribusi daerah, laba BUMD, pajak dan bukan pajak (Badrudin, 2001).

Berikut ini beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan daerah di Kupaten Lombok Timur dari sektor pariwisata:

a. Jumlah Objek Wisata

(42)

mancanegaramaupun nusantara yang akan menikmati keindahan alam dan budaya tersebut.Tentu saja kedatangan wisatawan tersebut akan mendatangkan penerimaan bagi daerah yang dikunjunginya. Bagi wisatawan mancanegara yang datang dari luar negeri, kedatangan mereka akan mendatangkan devisa bagi negara (Badrudin, 2001).

Begitu juga dengan Kabupaten Lombok Timur yang merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata (DTW). Kabupaten Lombok Timur memiliki potensi pariwisata yang cukup besar, khususnya wisata alam dan wisata budaya. Dengan demikian banyaknya jumlah objek wisata yang ada, maka diharapkan dapat meningkatkan pererimaan daerah dari sektor pariwisata di Kabupaten Lombok Timur, baik melalui pajak daerah maupun retribusi daerah.

b. Jumlah Wisatawan

Menurut Soekadijo (2001) jumlah wisatawan adalah sejumlah orang yang mengadakan perjalanan dan pergi kesuatu tempat yang akan di datanginya tanpa menetap di tempat tersebut, atau hanya untuk sementara waktu tinggal ditempat yang didatanginya. Sedangkan Mereka yang dianggap sebagai wisatawan adalah orang yang melakukan kesenangan, karena alasan kesehatan dan sebagainya: orang yang melakukan perjalanan untuk pertemuan-pertemuan atau dalam kapasitasnya sebagai perwakilan (Foster, 1999).

(43)

uang yang dibelanjakan di daerah tujuan wisata tersebut, paling sedikit untuk keperluan makan, minum dan penginapan selama tinggal di daerah tersebut.

Menurut Organisasi Wisata Dunia (WTO), menyebut jumlah wisatawan hasil dari total keseluruhan orang yang bukan penduduk asli yang datang untuk melakukan perjalanan pendek. Adapun menurut Krapf and Hunziker (1996), seorang pakar pariwisata meyakini bahwa jumlah wisatawan adalah munculnya serangkaian hubungan dari sebuah perjalanan temporal yang dijalin oleh sejumlah orang yang bukan penduduk asli dengan alasan untuk mencari kesenangan. Berdasarkan seluruh definisinya, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah wisatawan adalah total keseluruhan wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara yang berkunjung atau datang kesuatu tempat yang bukan daerah tempat tinggalnya dengan tujuan untuk berlibur.

(44)

c. Pendapatan Perkapita

Pendapatan perkapita merupakan salah satu indikator yang penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah dalam periode tertentu, yang ditunjukkan dengan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Pendapatan perkapita yang tinggi cenderung mendorong naiknya tingkat konsumsi perkapita yang selanjutnya menimbulkan intensif bagi diubahnya struktur produksi (pada saat pendapatan meningkat, permintaan akan barang manufaktur dan jasa pasti akan meningkat lebih cepat dari pada permintaan akan produk-produk pertanian) (Todaro, 2000).

PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah. Pada umumnya orang-orang yang melakukan perjalanan wisata mempunyai tingkat sosial ekonomi yang tinggi. Mereka memiliki trend hidup dan waktu senggang serta pendapatan (income) yang relatif besar. Artinya kebutuhan hidup minimum mereka sudah terpenuhi. Mereka mempunyai cukup uang untuk membiayai perjalanan wisata.

(45)

4. Permintaan Pariwisata

[image:45.595.195.443.352.506.2]

Pariwisata diPandang sebagai suatu jasa yang sangat disukai (Preferred goods or services), karena ia lebih banyak dilakukan ketika pendapatan meningkat. Di saat banyak kelurga yang memasuki kelompok pendapatan lebih tinggi, maka permintaan untuk berwisata meningkat lebih cepat dari pendapatan. Harrison (Lundberg, dkk 1997) membuat kurva permintaan indivisual veblen seperti yang terlihat pada gambar 2.1

Gambar 2.1

Kurva Permintaan Individual Veblen

Sumber: Lundberg, dkk 1997

Jika harga P1 ditetapkan, maka individual akan meminta sebesar Q1. Jika

harga dinaikan menjadi P2 menurut kurva permintaan D1, jumlah yang akan

diminta akan menurun ke Q2. Hal ini tidak terjadi, padakurva Vablen karena

individu memberi suatu arti penting baru pada produk itu. Dalam pengaruhnya, harga baru itu telah menambah nilai kesenangan kualitas pelayanan atau pengalaman yang ditawarkan. Kurva permintaan bukan bergeser ke bawah melainkan bergeser ke D2 akibat pengaruh Vablen itu sehingga jumlah yang

(46)

Y

160

C

B

120

80 E

40

A D

kurva permintaan Vablen, jumlah yang diminta menjadi Q5, bukan suatu

penurunan jumlah yang diminta ke Q4. Ini berlangsung sampai pada suatu titik

dimana pendapatan tidak lagi mencukupi untuk memberi barang tersebut. 5. Penawaran Pariwisata

Pengertian penawaran dalam pariwisata meliputi semua macam poduk dan pelaanan/jasa yang dihasilkan oleh kelompok perusahan industri pariwisata sebagai pemasok, yang ditawarkan baik kepada wisatawan yang datang secara langsung atau yang membeli melalui Agen Perjalanan (AP) atau Biro Perjalanan Wisata (BPW) sebagai perantara (Yoeti, 2008).

[image:46.595.191.472.479.691.2]

Ada pun harga yang digunakan kosumen (wisatawan) akan terbentuknya bila tingkat harga yang digunakan sama dengan jumlah kamar yang tersedia seperti ditunjukan oleh titik E (equilibrium), yaitu titik perpotongan kurva permintaan AB dan penawaran CD, seperti tampak pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Titik Equilibrium

E

25 50 75 100

Sumber: Yoeti, 2008

(47)

tidak berubah selama permintaan dan penawaran tidak berubah. Dengan perkataan lain, jika tidak ada pergeseran penawaran maupun permintaam, tidak ada yang mempengaruhi harga akan mengalami perubahan.

Menurut Spillane (1987), penawaran pariwisata dapat dibagi menjadi: 1. Proses Produksi industri pariwisata

Kemajuan pengembangan pariwisata sebagai industri dtunjang oleh bermacam-macam usaha yang perlu, antara lain:

a. Promosi untuk memperkenalkan obyek wisata b. Transportasi yang lancar

c. Kemudian keimigrasian atau birokrasi

d. Akomodasi yang menjamin penginapan yang nyaman. e. Pemandu wisata yang cakap

f. Penawaran barang dan jasa dengan mutu terjamin dan tarif harga yang wajar.

g. Pengisian waktu dengan atraksi-atraksi yang menarik. h. Kondisi kebersihan dan kesehatan lingkungan hidup. 2. Penyediaan lapangan kerja

(48)

3. Peyediaan Infrastruktur

Industri pariwisata juga memerlukan prasarana ekonomi seperti jalan raya, jembatan, terminal, pelabuhan lapangan udara. Jelas bahwa hasil-hasil pembangunan fisik bisa ikut mendukung pengembangan pariwisata. 4. Penawaran jasa keungan

Tata cara hidup yang tradisional dari suatu masyarakat juga merupakan salah satu sumber yang sangat penting untuk ditawarkan kepada para wisatawan. Bagaimana kebiasaam hidupnya, adat istiadatnya, semuanya merupakan daya tarik bagi wisatawan untuk datang ke suatru daerah. Hal ini dapat dijelaskan sebagai event yang dapat dijual oleh daerah setempat (Yoeti, 2008).

6. Dampak Pariwisata

(49)

karena wisatawan membelanjakan uang yang diterima di negara yang dikunjunginya. Maka dengan sendirinya penerimaan dari wisatawan mancanegara itu merupakan faktor yang penting agar neraca pembayaran menguntungkan yaitu pemasukan lebih besar dari pengeluaran.

Dampak positif yang langsung diperoleh pemerintah daerah atas pariwisata tersebut yakni berupa pajak daerah maupun bukan pajak lainnya. Sektor pariwisata memberikan kontribusi kepada daerah melalui pajak daerah, laba Badan Usaha Milik Daerah, serta pendapatan lain-lain yang sah berupa pemberian hak atas tanah pemerintah. Dari pajak daerah sendiri, sektor pariwisata memberikan kontribusi berupa pajak hotel dan restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak minuman beralkohol serta pajak pemanfaatan air bawah tanah.

Menurut Spillane (1987) belanja wisatawan di daerah tujuan wisatanya juga akan meningkatkan pendapatan dan pemerataan pada masyarakat setempat secara langsung maupun tidak langsung melalui dampak berganda (multiplier effect). Dimana di daerah pariwisata dapat menambah pendapatannya dengan menjual barang dan jasa, seperti restoran, hotel, pramuwisata dan barang-barang souvenir. Dengan demikian, pariwisata harus dijadikan alternatif untuk mendatangkan keuntungan bagi daerah tersebut.

(50)

tidak langsung meliputi pengukuran efek yang ditimbulkan terhadap pendapatan nasional (pertumbuhan ekonomi).Dalam jangka panjang, efek pariwisata terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi dapat diidentifikasi melalui beberapa saluran yang berbeda, yaitu sebagai berikut :

1. Pariwisata adalah penghasil devisa yang cukup besar, yang tersedia untuk pembayaran barang-barang atau bahan baku dasar yang diimpor yang digunakan dalam proses produksi.

2. Pariwisata memainkan peranan penting dalam mendorong investasi pada infrastruktur barudan persaingan antar perusahaan lokal dengan perusahaan di negara turis lainnya.

3. Pariwisata menstimulasi industri-industri lainnya, baik secara langsung, tidak langsung maupun efek stimulasi.

4. Pariwisata memberikan kontribusi untuk menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan.

5. Pariwisata bisa menimbulkan eksploitasi yang positif dari skala ekonomis (economies of scale) perusahaan-perusahaan nasional

6. Pariwisata adalah faktor penting untuk difusi pengetahuan teknis, stimulasi riset danpengembangan, dan akumulasi modal sumber daya manusia.

Selain adanya dampak positif yang ditim bulkan dari pariwisata tentu saja ada pula dampak negatif yang ditimbulkannya antara lain:

(51)

tidak bisa dipenuhi oleh host country, yang sesuaidengan standar pariwisata internasional. Leakage ekspor adalah aliran keluar keuntunganyang diraih oleh investor asing yang mendanai resorts dan hotel. Para investor asingmentransfer penerimaan atau keuntungan pariwisata keluar dari host country.

2. Adanya batasan manfaat bagi masyarakat daerah yang terjadi karena pelayanan kepada turis yang serba inklusif. Keberadaan paket wisata yang “serba inklusif” dalam industri pariwisatadimana segala sesuatu tersedia, termasuk semua pengeluaran didefinisikan menurut ukuran turis internasional dan memberikan lebih sedikit peluang bagi masyarakat daerah untuk memperoleh keuntungan dari pariwisata.

5. Dampak Kegiatan Pariwisata Terhadap Ekonomi Makro

Dampak utama kegiatan pariwisata dari segi ekonomi terhadap level nasional (makro) dapat ditinjau dari dua segi (Wahab, 1989: 82) yaitu:

a. Akibat langsung yang ditimbulkan oleh pariwisata terhadap bidang ekonomi meliputi:

1) Akibatnya terhadap neraca pembayaran (pariwisata dan neraca pembayaran).

(52)

2) Akibatnya untuk kesempatan kerja (pariwisata dan kesempatan kerja). Banyak kegiatan yang ditimbulkan oleh pariwisata pada suatu negara, yaitu akan mendatangkan lebih banyak kesempatan kerja dari daerah sektor ekonomi lainnya. Alasannya karena industri pariwisata umunya berorientasi pada penjualan jasa.

3) Akibatnya dalam mendistribusikan pendapatan lagi.

Pariwisata mendatangkan dampak langsung yang lain kepada daerah-daerah terpencil yang sedang berkembang dan belum dikembangkan asal saja daerah-daerah itu memiliki daya tarik wisata berarti. Pariwisata menemukan cara pemberian kompensasi ekonomis yang berbeda dengan bidang lainnya. Pariwisata dapat mendorong ekspansi yang berarti dari aktivitas ekonomi lokal maupun regional dengan cara mengarahkan daya beli kelompok industriawan dan edagang menuju daerah-daerah yang secara ekonomis masih lemah.

4) Akibat tidak langsung yang ditimbulkan oleh kegiatan pariwisata, mencakup:

a) Hasil ganda (multiplier)

(53)

b) Hasilnya dalam memasarkan produk-produk tertentu.

Pariwisata adalah daya konsumtif yang dinamis yang mendorong konsumsi produk-produk pertanian, minuman, tembakau dan lain-lain.

c) Hasilnya untuk sektor pariwisata (pajak).

Pariwisata seperti halnya kegiayan ekonomi yang lain, mendatangkan pendaptan bagi pemerintahan dalam bentuk pajak langsung dan tidak langsung.

d) Hasil “tiruan” yang mempengaruhi masyarakat.

C. Hasil Penelitian Terdahulu

Di dalam hal ini penelitian terdahulu berguna sebagai rujukan atau referensi, bahkan sebagai bahan untuk membantu penulis dalam proses penyusunan penelitian ini. Beberapa penelitian terdahulu yang digunakan untuk membantu proses penelitian ini adalah :

(54)

dengan penerimaan daerah darisektor pariwisata sebagai variabel dependen dan lima variabel sebagaivariabel independen yaitu jumlah obyek dan atraksi wisata, jumlah kamarhotel berbintang dan melati terhuni, jumlah wartel dan pos-pos telepon,jumlah armada biro perjalanan wisata dan jumlah kunjungan wisatawan dikota Surakarta. Dari hasil uji signifikansi diperoleh bahwa secara keseluruhan semua variabel independen berpengaruh signifikan dan dapat menjelaskan variabel dependen sebesar 76,5 persen.

2. Penelitian yang dilakukan Juliafitri Dj. Gafur (2005) tentang pengaruh obyek wisata, hotel, hiburan dan restoran terhadap PAD (pajak dan restribusi) di daerah Kota Bitung menunjukan bahawa hubungan variabel X dan Y berbentuk linier yang arahnya positif tetapi masih sangat minim dan perlu untuk dilakukan upaya agar tercapai hasil yang maksimal.

(55)

variabel yaitu tingkat hunian hotel, jumlah wisatawan dan jumlah obyek wisata berpengaruh signifikan terhadap pendapatan sektor pariwisata di Kabupaten Kudus.

4. Pada penelitian yang dilakukan oleh I Wayan Gede Sedana Putra tahun 2011 menganalisis pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan retribusi objek wisata, pendapatan asli daerah dan anggaran pembangunan kabupaten Gianyar tahun 1991-2010 dengan menggunakan regresi linier untuk menganalisis apakah anggaran pembangunan daerah dipengaruhi oleh jumlah wisatawan yang berkunjung ke objek wisata, retribusi objek wisata dan pendapatan asli daerah (PAD).

Variabel yang digunakan:Y= b4X1 + b5X2 + b6X3 + e3

Hasil penelitian yang didapat adalah secara keseluruhan variabel objek wisata dan pendapatan asli daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap anggaran pembangunan daerah, hanya variabel jumlah kunjungan wisatawan yang tidak berpengaruh signifikan terhadap anggaran pembangunan.

(56)

pendapatan asli daerah di DIY. Alat analisis yang digunakan yaitu Data Panel. Hasil penelitian menyatakan bahwa keempat variabel berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan pendapatan asli daerah di DIY. 6. Pada penelitian yang dilakukan Purwanti dan Dewi (2014) yang berjudul

“Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan Terhadap Pendapatan Asli Daerah

Kabupaten Mojokerto Tahun 2006-2013”. Kabupaten Mojokerto memilki potensi di bidang pariwisata alam yang memanfaatkan sumber daya hutan yang dimilki dan pariwisata budaya. Sektor pariwisata dikabupaten Mojokerto semakin berkembang banyaknya tempat wisata yang banyak dikunjungi oleh para wisatawan. Namun jumlah kunjungan wisatawan tidak berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Mojokerto karena menurunnya jumlah kunjungan wisatawan di tahun 2011. Tahun 2011 jumlah kunjungan wisatawan paling sedikit diantara tahun-tahun sebelumnya sehingga tidak berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah. 7. Penelitian yang dilakukan oleh Suartini dan Utama (2013) dengan penelitian

yang berjudul “Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan, Pajak Hiburan,

(57)

adanya pengaruh yang signifikan dari jumlah kunjungan wisatawan, pajak hiburan, pajak hotel dan restoran. Jumlah kunjungan wisatawan, pajak hiburan, pajak hotel dan restoran secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Gianyar.

8. Penelitian yang dilakukan oleh Cristimulia Purnama Trimurti (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Peran Sektor Pariwisata Dalam Perekonomian Provinsi Bali” Kunjungan wisatawan mancanegara kurang memberikan

dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi,kurang memberikan dukung terhadap tenaga kerja, tidak memberikan dukungan terhadap inflasi dan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara tidak memberikan dukungan pada penurunan angka kemiskinan di Bali.

(58)

pendapatan per kapita tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Dan variabel yang paling berpengaruhi terhadap pendapatan asli daerah adalah variabel jumlah obyek wisata dengan nilai t-hitung sebesar 4,407 dang tingkat signifikansi 0,001.

10.Penelitian yang dilakukan Femy Nadia Rahma, Herniwati Retno Handayani (2013) dalam jurnalnya yang berjudul “Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan, Jumlah Objek Wisata Dan Pendapatan Perkapita Terhadap Penerimaan Sektor Pariwisata Di Kabupaten Kudus”Variabel Jumlah kunjungan wisatawan (X1), jumlah objek wisata (X2), Pendapatan

Perkapita (X3) berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan

sektor pariwisata di Kabupaten Kudus. D. Hipotesis

Hipotesisi dalam penelitian ini adalah antara lain :

1) Variabel Jumlah Objek Wisata diduga memiliki hubungan positif dan berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah sektor Pariwisata di Kabupaten Lombok Timur.

2) Variabel Jumlah Kunjungan Wisatawan diduga memiliki hubungan positif dan berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah sektor Pariwisata di Kabupaten Lombok Timur.

3) Variabel Pendapatan Perkapita diduga memiliki hubungan positif dan berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah sektor Pariwisata di Kabupaten Lombok Timur.

(59)

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian “Determinan yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah sektor Pariwisata di Kabupaten Lombok Timur tahun 2007-2014” adalah antara lain variabel objek wisata, variabel jumlah kunjungan wisatawan, variabel pendapatan perkapita, yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran Jumlah Objek Wisata

Jumlah Kunjungan Wisatawan

Pendapatan Perkapita

[image:59.595.146.542.270.409.2]
(60)

44 A. Objek/ Subyek Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini sebenarnya secara rinci dan aktual dengan melihat masalah dan tujuan penelitian seperti yang telah disampaikan sebelumnya, maka metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini jelas mengarah pada metode penggunaan metode penelitian kuantitatif, penelitian kuantitatif merupakan analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung. Disamping menggunakan metode kuantitatif penelitian ini juga menggunakan metode analisis regresi linier berganda, dengan menggunakan 4 (empat) variabel pengukuran, yaitu jumlah objek wisata, jumlah kunjungan wisata, jumlah hotel dan pendapatan perkapita terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Lombok Timur.

2. Lokasi Penelitian

(61)

B. Jenis Data

Data Kuantitatif adalah data yang berbentuk angka-angka dan dapat dihitung dengan satuan hitung ( Data ini didapatkan melalui studi kepustakaan atau library research), yaitu dengan cara mempelajari buku-buku, karangan ilmiah, jumlah serta dokumen yang berkaitan dengan judul penelitian. Dalam hal ini data yang digunakan antara lain : Jumlah Objek Wisata, Jumlah Kunjungan Wisatawan, dan Pendaptan Perkapita di Kabupaten Lombokn Timur.

C. Teknik Pengambilan Sampel

Bila dilihat sumber datanya, maka pengumpulan data dilakukan menggunakan sumber data sekunder dimana sumber data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data sekunder yang digunakan adalah data runtun waktu (time series). Sumber-sumber data diperoleh melalui Instansi Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Timur terutama dari Dinas Pariwisata Daerah Kabupaten Lombok Timur, Dinas Pendapatan Kabupaten Lombok Timur, Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Lombok Timur dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Lombok Timur.

D. Teknik Pengumpulan Data

(62)

merupakan data yang dikumpulkan, dicatat atau diobservasi sepanjang waktu secara beruntun dengan jenis data yang digunakan adalah data sekunder.

E. Devinisi Oprasional Variabel Penelitian

1. Definisi Oprasional

Penentuan variabel pada dasarnya adalah oprasional terhadap konstrak, yaitu upaya menurangi abstraksi konstrak sehingga dapat diukur. Definisi oprasional adalah penentuan konstrak sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi oprasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh peneliti dalam mengoprasional konstrak, sehingga memungkinkan bagi peneliti lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran konstrak yang lebih baik (Irdriantoro dan Supomo, 1999:69). Definisi oprasional dalam penelitian ini adalah :

1.1 Pendapatan Asli Daerah sektor Pariwisata

Merupakan besarnya pendapatan asli daerah dari sektor pariwisata di Kabupaten Lombok Timur periode tahun 2007-2014 (satuan rupiah).

1.2 Julah objek wisata

(63)

1.3 Jumlah wisatawan

Merupakan besarnya jumlah wisatawan baik mancanegara maupun nusantara yang berkunjung ke tempat wisata yang ada di Kabupaten Lombok Timur data per triwulan tahun 2007-2014.

1.4 Pendapatan Perkapita

Merupakan tingkat pendapatan rata-rata masyarakat pada periode waktu tertentu di Kabupaten Lombok Timur. Pendapatan merupakan salah satu ukuran untuk seorang melakukan wisata karena semakin besar tingkat pendapatan perkapita masyarakat maka semakin besar pula kemampuan masyarakat untuk melakukan perjalanan wisata (satuan rupiah).

2. Variabel Penelitian

(64)

F. Uji Kualitas Instrumen dan Data

1. Metode Analisis Data

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah analisis regresi linier berganda, yaitu untuk mengetahui hubungan dan pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen.

Analisis regresi merupakan suatu metode yang digunakan untuk menganalisa hubungan antara variabel. Hubungan tersebut dapat diekspresikan dalam bentuk persamaan yang menghubungkan variabel dependen Y dengan dengan satu atau lebih variabel independen. Untuk persamaan regresi dimana Y merupakan nilai sebenarnya (observasi), maka persamaan menyertakan kesalahan (error term / residual) akan menjadi:

Y=β0.X1β1.X2β2.X3β3. et

Supaya bisa diestimasi maka persamaan regresi ditransformasi ke logaritma berganda.

LogYt= β0+ Log β1X1t + Log β2X2t + Log β3X3t + et

Keterangan : Β0 = Konstanta

Y = Pendapatan Asli Daerah sektor Pariwisata X1 = Jumlah Objek Wisata

X2 = Jumlah Wisatawan

X3 = Jumlah Hotel

(65)

e = Error Term t = Time Series

β1.β2.β3.β4 = Parameter elastisitas

Alasan dipilih bentuk fungsi logaritma adalah:

1. Koefisien regresi menunjukan elastisitas.

2. Untuk mendekatkan skala data sehingga terhindar dari Heterokedastisitas.

Adanya perbedaan satuan dan besaran variabel bebas dalam persamaan menyebabkan persamaan regresi harus dibuat dengan modellogaritma-linier (log). Transformasi dengan menggunakan logaritma natural biasanya digunakan pada situasi dimana terdapatnya hubungan tidak linier antara variabel penjelas (independen) dengan variabel terkait (dependen). Transformasi logaritma akan membuat hubungan yang tidak linier dapat digunakan dalam model linier. Selain itu, Transformasi logaritma dapat mengubah data yang pada awalnya berdistribusi menceng atau tidak berdistribusi normal menjadi atau mendekati distribusi normal.

G. Uji Hipotesis dan Analisa Data

1. Uji Multikolinearitas

(66)

sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Faktor) Gujarat(1995) dalam pasaribu (2008). Nilai cutoff yang umum digunakan nilai tolerance > 0,10 atau nilai VIF < 10 (Ghozali, 2013)

2. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah keadaan dimana variabel gangguan pada periode tertentu dengan variabel yang pada periode lain. Faktor-faktor yang menyebabkan atokorelasi antara lain kesalahan dalam menentukan model, penggunaan log pada model, memasukkan variabel yang penting. Akibat dari adanya autokorelasi adalah parameter yang diestimasi menjadi bias dan variannya minimum, sehingga tidak efisien.

Uji autokolelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Penelitian ini akan menggunakan Durbin Watson untuk melihat gejala autokorelasi. Langkah-langkah pengujian autokorelasi dengan Durbin Watson menghitung nilai Durbin Watson kritis yang terdiri dari nilai kritis dari batas atas (du) dan batas bawah (dl) dengan menggunakan jumlah data (n), jumlah variabel (k), serta tingkat signifikan tertentu (α). Nilai

(67)
[image:67.595.127.517.150.295.2]

Tabel 3.1

Kriteria Pengujian Durbin-Watson

Hipotesis Nol Keputusan Kriteria

Ada Autokorelasi Positif Tolak 0<d<dL Tidak ada Autokorelasi

Positif

Tidak ada keputusan dL<d<4 Ada Autokorelasi

Negatif

Tolak 4<dL<d<4 Tidak ada Autokorelasi

Negatif

Tidak ada keputusan 4-d<d<4-dL Tidak ada Autokorelasi Jangan tolak dU<d<4-dU Sumber: Gujarati, 2003

3. Uji Heterokedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah didalam regresi model terjadi ketidak samaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Heterokedastisitas terjadi apabila variabelgangguan tidak mempunyai varian yang sama untuk semua observasi. Akibat adanya heterokedastisitas, penarikan OLS tidak bias tetapi tidak efisien (Gujarati, 2003).

(68)

4. Uji Normalitas

Salah satu asumsi dalam penerapan OLS (Ordinary Least Square) dalam regresi linier klasik adalah distribusi probabilitas dari gangguan Ut meneliti rata-rata yang diharapkan sama dengan nol, tidak berkorelasi dan memiliki varian yang konstan.

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah didalam model regresi, variabel terkait (Variabel dependen) dan variabel bebas (Variabel independen), keduanya mempunyai distribusi normal atau mendekati normal. Model regresi yang memiliki distribusi data yang normal atau mendekati normal adalah model regresi yang baik. Salah satu model yang dapat digunakan untuk mendeteksi normalitas residual adalah Jarque-Bera atau J-B test. Jika probabilitas JB hitung lebih kecil dari nilai X2 tabel, maka residual terdistribusi secara normal.

Selain uji asumsi klasik, juga dilakukan uji statistik yang dilakukan untuk mengukur lecepatan fungsi regresi dalam menaksir aktualnya. Uji statistik dilakukan dengan pengujian koefisien regresi secara individual (uji t), pegujian koefisien regresi secara serentak (uji F), dan pengujian koefisien determinannya (R2).

5. Pengujian Koefisien Regresi Secara Individual (Uji t)

Uji statistik t dilakukan menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter

(βi) sama dengan nol, yaitu :

(69)

Artinya, apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifna (Ha) parameter suatu variabel tidak sama dengan no, atau :

Ha: βi ≠ 0

Artinya, variabel tersebut merupakan variabel yang signifikan terhadap variabel dependen (Imam Ghozali, 2005).

Pengujian Hipotesis:

- Jika nilai t-hitung < t-tabel, maka Ho diterima. - Jika nilai t-hitung > t-tabel, maka Ho ditolak. 6. Pengujian Koefisien Regresi Secara Serentak (Uji F)

Dalam Gujarati (2003), Uji Fisher (Uji F) merupakan alat uji statistik secara bersama-sama atau keseluruhan dari koefisien regresi variabel independen terhadap variabel dependen. Dari Uji F dapat diletahui apakah semua variabel independen yang dimaksudkandalam model memiliki pengaruh secara bersama-sama atau tidak terhadap variabel dependen. Uji ini dapat dilakukan dengan membandingkan antara F-hitung dengan F-tabel.

Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol atau:

Ho:β1 = β2 =...= βi = 0

Artinya, apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol, atau:

(70)

Artinya, semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

Pengujian hipotesis :

- Jika F-hitung < F-tabel maka Ho diterima - Jika F-hitung > F-tabel maka Ho ditolak. 7. Koefisien Determinasi (R2)

Digunakan untuk melihat seberapa jauh variasi perubahan variabel dependen mampu dijelaskan oleh variasi? Perubahan variabel idependen. Nilai koefisien determinansi adalah diantara nol dan satu. Bila suatu estimasi regresi linier menghasilkan koefisien determinansi yang tinggi, dan model konsisten terhadap teori ekonomi serta lolos dari uji asumsi klasik maka model yang digunakan merupakan penaksir yang baik. Koefisien dterminansi (R2)

(71)

55 A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Profil Kabupaten Lombok Timur a. Luas Wilayah

Kabupaten Lombok Timur adalah salah satu Daerah Tingkat II di ProvinsiNusa Tenggara Barat yang terletak di sebelah timur Pulau Lombok. Ibu kota daerah ini ialah kota Selong. Secara geografis, Kabupaten Lombok Timur terletak antara 116° - 117° Bujur Timur dan antara 8° - 9° Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Lombok Timur adalah 2.679,88 km² yang terdiri dari daratan seluas 1.605,55 km² (59,91%) dan lautan seluas 1.074,33 km² (40,09%).

b. Batas Administrasi

Kabupaten Lombok Timur di bagian utara dibatasi Laut Jawa, sedangkan di bagian Selatan Samudra Hindia, bagian Barat berbatasan dengan Kabupaten Lombok Tengah dan Kabupaten Lombok Barat. Wilayah Kabupaten Lombok Timur secara administratif juga terbagi dalam 20 wilayah kecamatan, 13 kelurahan dan 96 desa.

c. Iklim

(72)

dan musim penghujan. Curah hujan rata-rata sebesar 1882 mm/tahun dengan jumlah hari hujan perbulan 15.

d. Topografi

Berdasarkan topografi wilayahnya, Kabupaten Lombok Timur terletak pada ketinggian antara 0 – 3.726 meter diatas permukaan laut dengan kemiringan lereng bervariasi mulai dari klas kemiringan lereng antara 0 – 2 % sampai klas kemiringan lereng lebih dari 40 %.Hasil perhitungan BPN Kabupaten Lombok Timur menetapkan bahwa :

1. Kelas kemeringan lereng antara 0-2 % adalah berupa daerah dataran yang tersebar di Kecamatan Jerowaru, Keruak, Labuhan Haji dan Pringgabaya dengan luas keseluruhan mencapai 25.760 Ha;

2. Kelas kelerengan antara 2-15% tersebar di Kecamatan Sakra, Sakra Barat, Sakra Timur, Masbagik, Pringgasela, Aikmel, Wanasaba, Suela dan Sambalia dengan luas wilayah keseluruhan mencapai 96,763 Ha; 3. Kelas kelerengan antara 15-40% mencakup Kecamatan Suela dan

sebagian wilayah Kecamatan Sembalun;

4. Kelas kelerengan lebih dari 40% meliputi daerah Pegunungan rinjani dengan luas wilayah mencapai 13.810 Ha.

B. Gambaran Umum Variabel Oprasional

1. Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata di Kabupaten Lombok Timur

(73)

pemerintah daerah dapat memperoleh peluang penerimaan pajak dan beragam retribusi yang bersifat legal untuk sumber dana pembangunan.

Keterkaitan industri pariwisata dengan penerimaan daerah berjalan melalui jalur PAD dan bagi hasil pajak/bukan pajak. Komponen PAD yang menonjol adalah pajak daerah, retribusi daerah dan laba badan usaha milik daerah. Matarantai industri pariwisata yang berupa hotel/penginapan, restoran/jasa boga, usaha wisata (obyek wisata, souvenir, dan hiburan),usaha perjalanan wisata (Travel agentdan pemandu wisata), convention organizer, dan transportasi dapat menjadi sumber PAD yang berupa pajak daerah, retribusi daerah, laba BUMD, pajak dan bukan pajak (Badrudin, 2001).

Penerimaan sektor pariwisata tidak terlepas dari peran pajak dan retribusi. Dengan menjumlahkan pajak seperti pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan dan berbagai retribusi seperti retribusi pemakaian kekayaan daerah, retribusi tempat penginapan, retribusi tempat rekreasi dan pendapatan lain yang sah maka akan didapat penerimaan sektor pariwisata.

C. Deskripsi Variabel

1. Jumlah Objek Wisata

(74)

masyarakat untuk mencapai atau membuka objek-objek wisata yang menarik untuk dikunjungi.

(75)
[image:75.595.164.489.116.297.2]

Tabel 4.1

Jumlah Objek Wisata Alam dan Wisata Pantai Di Kabupaten Lombok Timur

TAHUN Jumlah Objek

Wisata

Pertumbuhan (%)

2007 50 0,00

2008 52 4,00

2009 53 1,92

2010 65 22,64

2011 65 0,00

2012 65 0,00

2013 65 0,00

2014 70 7,69

Sumber: (BPS) Lombok Timur dalam angka Dan Disbudpar Kab. Lombok Timur

Dari tabel 4.1 dapat diketahui data dari delapan tahun terakhir jumlah objek wisata di Kabupaten Lombok Timur dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Dilihat pada jumlah objek wisata yang terdiri dari objek wisata alam dan wisata pantai. Jumlah objek wisata mengalami peningkatan dengan pertumbuhan terbesar pada tahun 2010 atau sebesar 22,64 persen dengan jumlah 65 unit yang pada tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2009 dengan tingkat pertumbuhan hanya sebesar 1,92 persen dengan jumlah 53 unit. Hal tersebut akan berdampak positif bagi perkembangan kunjungan wisatawan asing maupun domestik untuk berkunjung ke tempat-tempat wisata yang tersedia di Kabupaten Lombok Timr.

2. Jumlah Wisatawan

(76)

informasi dengan cepat dan tepat. Kedua, perkembangan dan kemajuan teknologi transfortasi yang memberi kemudahan bagi penduduk untuk berpergian dalam waktu yang singkat. Ketiga, pertumbuhan pasar bebbas yang membuat orang mudah untuk melakukan ekspensi pasar tanpa batas.

Kemudian yang keempat, revolusi dibidang teknologi pengolahan yang membuat waktu kerja lebih pendek. Kelima, liberalis asi industri pariwisata. Keenam, kemajuan teknologi liberalisasi keniagaan. Dan yang ketujuh, adanya keterbukaan politik yang memudahkan orang untuk berpergian dan datang ke suatu negara tanpa ada rasa takut karena iklim politik yang sangat mempengaruhi kunjungan wisatawan (Parikesit,1997).

Saat ini hampir setiap negara berlomba-lomba untuk membangun sektor kepariwisataannya dan menarik pasar wisatawan di dunia sebanyak-banyaknya untuk menyumbang devisa bagi negaranya. Banyaknya jumlah kunjungan objek wisatawan di Kabupaten Lombok Timur sebagian besar wisatawan domestik. Sedangkan wisatawan mancanegara yang berkunjung berjumlah relatif kecil, dibandingkan jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Kabupaten Lombok Barat dan Lombok Tengah.

(77)
[image:77.595.156.463.237.339.2]

4.455 orang. Berikut adalah jumlah wisatawan yang berkunjung di Kabupaten Lombok Timur bila dilihat secara keseluruhan.

Tabel 4.2

Jumlah Kunjungan Wisatawan yang Berkunjung ke Kabupaten Lombok Timur

Tahun 2010-2014 NO TAHUN Jumlah Kunjungan

Wisatawan

Pertumbuhan (%)

1 2010 12.292 138,72

2 2011 11.256 -8,42

3 2012 11.323 0,59

4 2013 17.024 50,34

5 2014 17.600 3,38

Sumber: (BPS) Lombok Timur dalam angka Dan Disbudpar Kab. Lombok Timur

(78)

yang ada di Kabupaten Lombok Timur dari pemerintah daerah setempat. Dan kondisi dan prasarana yang harus terus diperhatikan untuk melengkapi fasilitas yang tersedia agar para pengunjung dapat berwisata dengan aman dan nyaman. Karena pada tahun 2013 pemerintah daerah setempat terus mengadakan event tentang daerah wisata dalam rangka untuk menarik wisatawan nusantara maupun mancanegara untuk berkunjung ke Kabupaten Lombok Timur sehingga pada tahun 2014 jumlah kunjungan wisatawan baik domestik maupun asing terus mengalami peningkatan.

3. Pendapatan Perkapita

Pendapatan perkapita merupakan salah satu indikator yang penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah dalam periode tertentu, yang ditunjukan dengan pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan.

(79)
[image:79.595.107.491.165.346.2]

Tabel 4.3

PDRB Perkapita di Kabupaten Lombok Timur Tahun 2005-2006

NO TAHUN Pendapatan Perkapita Pertumbuhan

(%)

1 2005 2.934.948 -

2 2006 3.307.169 12,68

3 2007 3.632.013 9,82

4 2008 4.012.183 10,48

5 2009 4.567.035 13,82

6 2010 5.031.791 10,17

7 2011 5.622.876 11,74

8 2012 6.324.106 12,47

9 2013 6.943.160 9,78

10 2014 7.780.00 12,05

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Kab. Lombok Timur

PDRB didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah atau merupakan jumlah nilai barang atau jasa akhir yang dilakukan oleh seluruh unit ekonomi di suatu wilayah PDRB perkapita merupakan salah satu ukuran dari tingkat kesejahteran masyarakat di suatu daerah.

Pendapatan perkapita suatu masyarakat dapat diukur dari besarnya PDRB perkapita suatu wilayah. Berdasarkan Tabel 4.4 dapat dilihat besarnya PDRB perkapita di Kabupaten Lombok Timur selama sepuluh tahun terakhir terus mengalami peningkatan.

(80)
(81)

65 A. Analisis Data Penelitian

Sebelum dilakukan interpretasi terhadap hasil regresi dari model yang digunakan, maka terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap asumsi klasik, guna mengetahui apakah model tersebut dianggap relevan atau tidak.

1. Deskripsi Variabel

1.1 Jumlah Objek Wisata

Salah satu faktor yang membuat seseorang ingin menguji suatu daerah adalah karena adanya objek wisata yang menarik untuk dikunjungi di daerah tersebut. Hal ini tidak lepas dari peran pemerintah, swasta dan masyarakat untuk menciptakan atau membuka objek-objek wisata yang menarik untuk dikunjungi.

(82)
[image:82.595.109.517.187.368.2]

menutup objek wisata tersebut dikarenakan sedang dalam perbaikan atau tidak adanya dana untuk melakukan perawatan terhadap suatu objek wisata.

Table 5.1

Jumlah Objek Alam dan Wisata Pantai Di Kabupaten Lombok Timur

NO Tahun Jumlah Objek Wisata Pertumbuhan

(%)

1 2007 50 0,00

2 2008 52 4,0

3 2009 53 1,92

4 2010 65 22,64

5 2011 65 0,00

6 2012 65 0,00

7 2013 65 0,00

8 2014 70 7,69

Sumber: (BPS) Lombok Timur dalam angka Dan Disbudpar Kab. Lombok Timur

Dari tabel 5.1 dapat diketahui data dari delapan tahun terakhir jumlah objek wisata di Kabupaten Lombok Timur dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Dilihat pada tabel jumlah objek wisata yang

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah Objek Wisata dan Jumlah Hotel/Losmen
Tabel 1.2
Tabel 1.3 Pendapatan Perkapita Kabupaten Lombok Timur
Gambar 2.1 Kurva  Permintaan Individual Veblen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tugas Prarancangan Pabrik Kimia merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan oleh setiap mahasiswa Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta

IGS 3-60 yang dikembangkan berdasarkan tiga tingkat skor dan enam kelompok pangan (pangan karbohidrat, lauk pauk, sayur, buah, dan susu) dapat digunakan sebagai

Indonesia secara geografis merupakan negara maritim dengan luas wilayah laut melebihi luas daratannya, dengan kekayaan alam yang melimpah yang terkandung di

Pengaruh Shabu Terhadap Volume, Ph Dan Kadar Ion Kalsium Saliva pada Mantan Pecandu Shabu di Pusat Rehabilitasi PSPP Insyaf Tahun

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA. BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN BAB IV

Melihat latar belakang di atas, sangatlah menarik untuk dilakukan penelitian terkait dengan peran keluarga dalam memberikan dukungan terhadap perempuan yang menderita

Metode pengambilan sampel dilakukan secara sengaja (Purposive Sampling) dengan pertimbangan bahwa Desa Gadingharjo merupakan salah satu desa di Kabupaten Bantul yang

Hal ini berarti setiap butir pernyataan yang digunakan dalam peneliatian ini adalah reliabel atau dapat dikatakan bahwa instrumen penelitian yang digunakan dalam